idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM...

250
IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI DESA PANGELAK KABUPATEN TABALONG Oleh: Ida Norlena NIM. 13.0252.1128 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ANTASARI PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BANJARMASIN 2015

Transcript of idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM...

Page 1: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

i

IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAMDI TENGAH MASYARAKAT

MULTIKULTURALDI DESA PANGELAK KABUPATEN

TABALONG

Oleh:

Ida NorlenaNIM. 13.0252.1128

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ANTASARI PASCASARJANAPROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BANJARMASIN2015

Page 2: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

ii

IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAMDI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Hak cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang mengutipatau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini

tanpa seizin penerbit

Penulis: Ida Norlena

Perwajahan: Agung Istiadi

xxiv + 226 halaman; 14.5 x 21 cmISBN 10 : ....ISBN 13 : ....

Percetakan & Percetakan:CV. Aswaja Pressindo

Jl. Plosokuning V No. 73 Minomartani NgaglikSleman, Yogyakarta Telp.: (0274) 4462377

E-mail: [email protected]@gmail.com

Page 3: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

iii

PERNYATAANKEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ida Norlena, S.Ag

NIM : 13.0252.1128

Tempat/Tgl.Lahir : Haruai, 20 September 1977

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis saya yangberjudul: “Iklim Keberagamaan Islam di Tengah MasyarakatMultikultural di Desa Pangelak Kabupaten Tabalong” adalahbenar-benar karya saya, kecuali kutipan yang disebutsumbernya. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa tesisini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil plagiasi,saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai ketentuan yangberlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengansesungguhnya.

Banjarmasin, 9 April 2015

Yang membuat pernyataan,

Ida Norlena, S.Ag

Page 4: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

iv

PERSETUJUAN TESIS

IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM

DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL

DI DESA PANGELAK KABUPATEN TABALONG

Yang dipersembahkan dan disusun oleh:

Ida Norlena

NIM. 13.0252.1128

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk

dapat diajukan kepada Dewan Penguji

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, MA

Tanggal 9 April 2015

Pembimbing II

Drs. H. Ahdi Makmur, M.Ag, Ph.D

Tanggal 9 April 2015

Page 5: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

v

PENGESAHAN TESIS

IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM

DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL

DI DESA PANGELAK KABUPATEN TABALONG

DIPERSEMBAHKAN DAN DISUSUN OLEH

Ida Norlena

NIM. 13.0252.1128

Telah Diajukan pada Dewan Penguji

Pada: Hari Senin, Tanggal 27 April 2015

Dewan Penguji

Nama Tanda Tangan

1. Prof. Dr. H. Mahyuddin Barni, M.Ag (Ketua) 1……………………….

2. Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, MA (Anggota) 2…………………….....

3. Drs. H. Ahdi Makmur, M. Ag., Ph.D (Anggota) 3…………………….....

4. Dr. Hairul Hudaya, M. Ag (Anggota) 4…………………….....

Mengetahui,

Direktur

Prof. Dr. H. Mahyuddin Barni, M.Ag

NIP. 19621112 198903 1 004

Page 6: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

vi

Page 7: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

vii

ABSTRAK

Ida Norlena, Iklim Keberagamaan Islam di TengahMasyarakat Multikultural di Desa Pangelak KabupatenTabalong, di bawah bimbingan I: Prof. Dr. H. Kamrani Buseri,MA, dan II: Drs. H. Ahdi Makmur, M.Ag., Ph.D. Tesis, Pro-gram Studi Pendidikan Agama Islam, pada Pascasarjana IAINAntasari Banjarmasin, 2015.

Agama Islam adalah agama yang dianut oleh sebagianbesar penduduk Indonesia. Namun ada suatu wilayah diKabupaten Tabalong yaitu di Kecamatan Upau tepatnya diDesa Pangelak, agama Islam hadir sebagai agama yang dianutoleh minoritas masyarakat pendatang di tengah masyarakatyang multikultural, yang terdiri dari berbagai suku, budaya,dan agama. Ada suku Dayak, Banjar, Jawa, Sunda, Bugis/Makassar, Batak, Flores, dan Manado. Ada yang beragama Is-lam, Kristen, Hindu, dan Kaharingan. Ada penduduk aslisetempat, ada juga masyarakat pendatang. Minoritas muslimyang tinggal di tengah masyarakat lain, tentu menghadapiberbagai kendala dalam pengamalan ajaran agama Islam yangbaik dan benar. Kendala tersebut misalnya masih kurangnyakesadaran diri pribadi muslim untuk menciptakan suasanakeberagamaan di lingkungannya, serta kurangnya sentuhanpendidikan agama Islam dari tokoh agama dan masyarakat.

Page 8: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

viii

Penelitian lapangan ini menggunakan pendekatankualitatif. Prosedur pengumpulan data melalui teknikobservasi, interview, dan dokumentasi. Analisis data meliputi:pertama, reduksi data; kedua, penyajian data, yang selanjutnyadilakukan pembahasan dan diinterpretasikan secara logis,selanjutnya dilakukan analisis; ketiga, penarikan kesimpulanuntuk menentukan kondisi iklim keberagamaan di DesaPangelak.

Hasil penelitian menunjukkan suasana keberagamaan diDesa Pangelak kondusif, yang berwujud dalam bentuk toleransiberagama, mencakup membantu dalam kegiatan keagamaanseperti kematian dan PHBA, toleransi dalam beragamamencakup tidak adanya pemaksaan terhadap agama lain, tidakmengganggu agama lain, dan kegiatan keagamaan tidakmengganggu ketenangan orang lain. Wujud lain adalah tolongmenolong dalam hal perkawinan dan dalam kegiatan manugal,kebersamaan dalam kegiatan arisan yasinan dan dalam kegiatanMTQ. Terciptanya suasana kondusif di Desa Pangelak tidakterlepas dari pemahaman masyarakat terhadap agama sertatradisi yang turun temurun, seperti gotong royong, danditunjang dengan kegiatan-kegiatan sosial. Faktor-faktor yangmempengaruhi: a) Faktor pendukung: isi ceramah tentangkerukunan, pola pikir masyarakat, keberadaan FKUB, adanyakegiatan-kegiatan positif di masyarakat, budaya atau tradisigotong royong. b) Faktor penghambat: Letak pusat kegiatankeagamaan, minat warga terhadap kegiatan keagamaan, danlingkungan pergaulan.

Ada juga toleransi beragama yang melampui batas ajaranIslam, seperti; Membagikan daging kurban kepada warga non-

Page 9: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

ix

muslim. Memakan daging hewan yang disembelih dengan caramenusuk atau melempari dengan tombak. Memakan jamuanyang proses, tempat serta penyajiannya diragukan kehalalannya.Sebagian pemuda bergaul bebas sehingga ada yangterpengaruh dan berpindah agama.

Page 10: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

x

Page 11: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

xi

ABSTRACT

Ida Norlena, Islamic Religious Climate in TheMulticultural Community in Pangelak village Tabalong Re-gency. Advisor I: Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, MA. AdvisorII: Drs. H. Ahdi Makmur, M. Ag, Ph.D. Thesis, Departmentof Islamic Education, Postgraduate School, IAIN AntasariBanjarmasin, 2015

The majority of population in Indonesia is adherents toIslam. However, in Tabalong regency, Upau district in Pangelakvillage to be exact, Islam appears to be a minority religion whichis adhered by migrant communities in a multicultural societywith various races, and cultures such as Dayak, Banjar, Javanese,Sundanese, Bugis/Makassar, Batak, Flores, and Manado, andreligions such as Islam, Christian, Hinduism, and Kaharingan.It is mixed between indigenous people and migrant communi-ties. Muslim minority who live in such kind of society, defi-nitely, has many obstacles to practice Islam well. Those obstaclesfor example are the lack of awareness of Muslims to create areligious atmosphere in their environment, as well as, lack ofIslamic education from religious and community leaders.

This field research uses a qualitative approach. The pro-cedures of collecting data are observation, interviews, and docu-mentation. The data is then analyzed through data reduction,

Page 12: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

xii

data presentation, and interpreted logically and finally inferredto determine religious climate in Pangelak village.

The result shows that religious climate in Pangelak is con-ducive which is manifested in the form of religious toleranceincluding giving assistance in religious activities such as deathcare and PHBA. The religious tolerance also includes the ab-sence of coercion of other religions, not to interfere with otherreligions, and not to disturb the peace of other religion withcertain religious activity. Other implementations of religious tol-erance are helping in wedding and manugal activities, gettingtogether in yasinan gathering and in MTQ activities. The real-ization of a conducive atmosphere in Pangelak village cannot beseparated from people’s understanding of religion and traditionfor generations, such as mutual cooperation, and support fromsocial activities. Some factors that account for this religious cli-mate are (a) Supporting factors such as the content of lectureson harmony, public mindset, FKUB existence, positive activi-ties existence in the community, culture or tradition of mutualcooperation and (b) Inhibiting factors such as location of thecenter of the religious activities, citizen’s interests to religiousactivities, and social environment.

However, some religious tolerances go beyond the limitsof Islam, such as distributing the qurban meat to non-Mus-lims, eating the meat of animal slaughtered by piercing or byspears, eating meal which the halal status is questionable andsome youth mingle freely so that it is easy for them to be influ-enced and as a result some of them converted to other reli-gions.

Page 13: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

xiii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Tiada yangpatut disembah selain Allah Yang Maha Kuasa. Shalawat dansalam senantiasa tercurah kepada Nabi Besar MuhammadSAW, keluarga, sahabat, dan pengikut beliau hingga akhirzaman.

Berkat Taufiq dan Hidayah, serta Inayah Allah SWT,penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “IklimKeberagamaan Islam di Tengah Masyarakat Multikulturaldi Desa Pangelak Kabupaten Tabalong.”

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan tesisini banyak sekali mendapat bantuan dari berbagai pihak, baikberupa bimbingan, dukungan dan motivasi. Oleh karena ituperkenankan penulis menyampaikan ucapan terima- kasihkepada:

Page 14: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

xiv

1. Bapak. Prof. Dr. H. Fauzi Aseri, MA selaku Rektor IAINAntasari Banjarmasin.

2. Bapak Prof. Dr. H. Mahyuddin Barni, M. Ag selakuDirektur Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin yangtelah memberikan persetujuan terhadap tesis ini.

3. Ibu Dr. Hj. Salamah, M. Pd selaku Ketua Program StudiPendidikan Agama Islam pada Pascasarjana IAINAntasari Banjarmasin.

4. Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam pada SekolahMadrasah Kementerian Agama RI yang telah memfasilita-si pemberian beasiswa dan seluruh biaya perkuliahan.

5. Bapak Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, MA selaku pembim-bing I yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan,dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Drs. H. Ahdi Makmur, M.Ag, Ph.D selakupembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan,arahan, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikantesis ini.

7. Bapak Dr. Ahmad Juhaidi, S.Ag, M.Pd.I selaku pengelolaprogram Beasiswa S-2 Bagi Guru Madrasah Tahun 2013.

8. Seluruh dosen Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasinyang telah memberikan segenap ilmu pengetahuan,pengalaman, dan motivasi baik selama perkuliahan maupundalam proses penyelesaian tesis ini.

9. Seluruh karyawan dan staf Tata Usaha Pascasarjana IAINAntasari Banjarmasin yang telah banyak membantu dalamkeperluan akademik dan administrasi.

Page 15: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

xv

10.Pimpinan dan karyawan perpustakaan Pascasarjana danperpustakaan Pusat IAIN Antasari Banjarmasin yang telahberkenan memberikan pelayanan dan peminjaman literaturuntuk kepentingan studi, baik selama masih aktif maupundalam penyelesaian tesis ini.

11.Kepala Desa Pangelak, tokoh agama, tokoh masyarakat, danseluruh warga Desa Pangelak yang telah memberikankesempatan, bantuan, informasi, serta dukungan selamapenelitian dan penyusunan tesis ini.

12.Kedua Orangtua penulis ayahanda H. Mugeni dan ibundaHj. Nor Ainah, kakak-kakak tercinta, dan seluruh keluargayang senantiasa mendoakan dan memberikan bantuan,dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.

13.Sahabat-sahabat dan teman-teman kelas Nusantara yangtelah membantu dalam segala hal, memberikan dukungan,saran dan motivasi baik selama perkuliahan maupun dalampenyelesaian tesis ini.

14.Semua pihak yang turut berpartisipasi memberikanbantuan, saran dan motivasi sehingga penulis dapatmenyelesaikan penulisan tesis.

Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat,dan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dandukungan semoga mendapatkan ganjaran pahala yang berlipatganda dari Allah SWT. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Banjarmasin, April 2015

Penulis,

Page 16: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

xvi

PEDOMAN TRANSLITERASIARAB-INDONESIA

Page 17: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

xvii

Mad dan Diftong:

Fathah panjang : Â / â : Aw

Kasrah Panjang : Î / î : Ay

Dhammah panjang : Û / û

Catatan:

1. Konsonan yang bersyaddah ditulis dengan rangkap

Misalnya; ditulis Rabbanâ.

2. Vokal Panjang (mad);

Fathah (baris di atas) ditulis â, kasrah (baris di bawah)ditulis î, serta dhammah (baris di depan) ditulis dengan û.Misalnya; ditulis al-qâri’ah, ditulis al-masâkîn, ditulis al-muflihûn.

3. Kata sandang alif + lam ( )

Bila diikuti oleh huruf qamariyah ditulis al, misalnya; ditulis al-kâfirûn. Sedangkan, bila diikuti oleh huruf

syamsiyah, huruf lam diganti dengan huruf yangmengikutinya, misalnya; ditulis ar-rijâl.

4. Ta’ marbûthah ( )

Bila terletak di akhir kalimat, ditulis h, misalnya; ditulis al-baqarah. Bila di tengah kalimat ditulis t, misalnya;

ditulis zakât al-mâl, atau ditulis sûratal-Nisâ’.

Page 18: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

xviii

5. Penulisan kata dalam kalimat dilakukan menurut tulisannya,misalnya; ditulis wa huwa khair ar-Râziqîn.

Pedoman Transliterasi Arab-Indonesia ini diadaptasiberdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama danMenteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesiatanggal 22 Januari 1988.

Page 19: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

xix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................. iPERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................. iiiPERSETUJUAN ........................................................ ivPENGESAHAN ........................................................ vABSTRAK ................................................................. viiABSTRACT ............................................................... xiKATA PENGANTAR ............................................... xiiiTRANSLITERASI .................................................... xviDAFTAR ISI ............................................................. xixDAFTAR TABEL ...................................................... xxiii

Bab IPENDAHULUAN .................................................... 1A. Latar Belakang Masalah .......................................... 1B. Definisi Operasional ............................................... 10C. Fokus Penelitian ...................................................... 11D. Tujuan Penelitian .................................................... 11E. Kegunaan Penelitian ............................................... 11F. Penelitian Terdahulu ............................................... 12G. Sistematika Penulisan .............................................. 16

Page 20: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

xx

Bab IIKERANGKA TEORITIS ......................................... 19A. Konsep Iklim Keberagamaan .................................. 19

1. Pengertian Iklim Keberagamaan......................... 192. Bentuk-bentuk Iklim Keberagamaan.................. 22

B. Konsep Masyarakat Multikultural ........................... 581. Pengertian Masyarakat Multikultural ................. 582. Akar Sejarah Multikulturalisme dan

Multikulturalisme di Indonesia .......................... 603. Jenis-jenis Multikulturalisme ............................. 644. Asas Multikulturalisme dan

Menuju Masyarakat Multikultural ..................... 66C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penciptaan

Iklim Keberagamaan (positif dan negatif ) ............... 69

Bab IIIMETODE PENELITIAN ........................................ 75A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................. 75B. Lokasi Penelitian ..................................................... 76C. Data dan Sumber Data ........................................... 77D. Prosedur Pengumpulan Data .................................. 78

1. Observasi .......................................................... 782. Interview ........................................................... 793. Dokumen .......................................................... 80

E. Analisis Data .......................................................... 81F. Pengecekan Keabsahan Data ................................... 82

Bab IVPAPARAN DATA PENELITIAN ........................... 83A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................... 83

1. Letak Geografis Desa Pangelak .......................... 83

Page 21: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

xxi

2. Jumlah Rukun Tetangga dan Rumah Tanggadi Desa Pangelak ................................................ 84

3. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-rataAnggota Rumah Tangga di Desa Pangelak ......... 86

4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin danSex Ratio di Desa Pangelak ................................ 87

5. Jumlah Nikah, Talak, Cerai dan Rujukdi Desa pangelak ................................................ 89

6. Penduduk Desa Pangelak Menurut Agama ........ 907. Tempat Ibadah Menurut Agama

di Desa Pangelak ................................................ 928. Kondisi Lembaga Pendidikan dan Pendidikan

Masyarakat di Desa Pangelak ............................. 94B. Paparan Data Penelitian .......................................... 98

1. Iklim Keberagamaan Islam di TengahMasyarakat Multikultural di Desa Pangelak........ 99

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PenciptaanIklim Keberagamaan Islam di TengahMasyarakat Multikultural di Desa Pangelak........ 147

Bab VPEMBAHASAN (ANALISIS LANJUT) ................ 171A. Iklim Keberagamaan Islam di Tengah Masyarakat

Multikultural di Desa Pangelak ............................... 1711. Toleransi Terhadap Agama Lain:

Membantu dalam Kegiatan Keagamaan(kematian dan PHBA)....................................... 171

2. Toleransi dalam hal beragama:(1) Tidak adanya Pemaksaan Terhadap AgamaLain................................................................... 173

Page 22: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

xxii

3. Toleransi dalam hal:(2) Tidak mengganggu Agama Lain .................. 178

4. Toleransi Terhadap Agama Lain:(3) Kegiatan Keagamaan tidak menggangguketenangan orang lain ........................................ 179

5. Tolong menolong dalam hal Perkawinan............. 1816. Tolong menolong dalam hal Kegiatan Manugal .. 1837. Kebersamaan dalam Kegiatan Arisan Yasinan .... 1878. Sikap kebersamaan dalam Kegiatan MTQ ......... 189

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PenciptaanIklim Keberagamaan Islam di tengah MasyarakatMultikultural di Desa Pangelak ............................... 1921. Faktor Pendukung (positif ) ................................ 1922. Faktor Penghambat (negatif ) .............................. 199

Bab VIPENUTUP ................................................................. 207A. Simpulan ................................................................ 207B. Saran ..................................................................... 208

DAFTAR PUSTAKA ................................................ 209LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................... 219DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................. 225

Page 23: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

xxiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Jumlah Rukun Tetangga dan RumahTangga Di Kecamatan Upau Tahun 2013 ... 78

Tabel 4.2. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk danRata-Rata Anggota Rumah TanggaDi Kecamatan Upau Tahun 2013 ............... 79

Tabel 4.3. Posisi Desa Pangelak di Kecamatan Upau(Penduduk Menurut Jenis Kelamin danSex Ratio Tahun 2013 ................................ 81

Tabel 4.4. Jumlah Nikah, Talak, Cerai dan RujukDi Kecamatan Upau Tahun 2013 ............... 82

Tabel 4.5. Posisi Penduduk Desa Pangelak MenurutAgama Pada Kecamatan Upau Tahun 2013 83

Tabel 4.6. Posisi Tempat Ibadah Desa Pangelak PadaKecamatan Upau Tahun 2013 .................... 85

Tabel 4.7. Lembaga Pendidikan di Desa PangelakTahun 2014 ................................................ 87

Tabel 4.8. Kondisi Pendidikan Masyarakat PangelakTahun 2014 ................................................ 88

Page 24: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

xxiv

Page 25: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

1

Bab IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, etnis, dan agama,oleh karena itu bangsa Indonesia memiliki banyak macambahasa, adat istiadat, budaya, dan kesenian yang bermacam-macam pula, sehingga memperkaya khasanah bangsa. Namunkeanekaragaman itu bisa menjadi potensi terjadinya konflikantar suku, antar etnis, bahkan antar agama, karena berbedapemahaman, berbeda budaya, serta berbeda kepentingan. Akantetapi perbedaan-perbedaan itu disatukan dalam satusemboyan bangsa Bhinneka Tunggal Ika (meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu). Masyarakat Indonesia adalahmasyarakat yang majemuk (plural society), dilihat dari suku,agama, ras, dan adat istiadat serta kebudayaannya, sehinggamasyarakatnya disebut juga dengan masyarakat yangmultikultural. Dalam kemajemukan itu masing-masingpenduduk saling berinteraksi, baik dalam kehidupan sosial,ekonomi, maupun budaya, bahkan agama.

Page 26: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

2

Gambaran tersebut di atas sejalan dengan pandangan M.Atho Mudzar yang menyebutkan bahwa kemajemukan baiksegi ekonomi, latar belakang budaya, etnik, ras maupunkepenganutan agama, telah mendorong interaksi, kooperasi,akomodasi, dan akulturasi antara berbagai kelompokmasyarakat yang majemuk tersebut, tetapi pada segi lain dapatmenimbulkan ketegangan-ketegangan bahkan konflik antarasatu sama lain, karena masing-masing kelompok, pada waktuyang sama juga akan berusaha mempertahankan identitasnya,termasuk pandangan ideologisnya tentang agama.1

Agama Islam memiliki konsep lakum dînukum waliyadîn(QS. Al-Kafirun: 1-6), dan tidak ada paksaan dalam beragama(QS. Al-Baqarah: 256). Walaupun dalam agama Islam, Islamadalah agama yang benar, unggul sebagai agama yang telahdiridhai dan disempurnakan oleh Allah (QS. Ali Imran: 19dan Al-Maidah: 3), namun Islam juga sangat menghormatidan toleran terhadap agama-agama lainnya di dunia ini.

Agama Islam adalah agama yang dianut oleh sebagianbesar penduduk Indonesia. Hampir di setiap provinsimayoritas penduduknya beragama Islam, penganut agama Is-lam tersebar di seluruh pelosok, baik itu di perkotaan maupundi pedesaan. Ironisnya, sekarang ada segelintir pemeluk agamaIslam hanya mengaku beragama Islam, tetapi tidakmenjalankan ajaran agama Islam dengan baik dan benar,sehingga ada pihak yang beranggapan negatif terhadap Islam.1 M. Atho Mudzar, Pluralisme, Pandangan Ideologis, dan Konflik Sosial Bernuansa

Agama, dalam Konflik Etno Religius Indonesia Kontemporer, editor Moh. Soleh Isre,( Jakarta: Depag RI Badan Litbang Agama dan Diklat keagamaan, PuslitbangKehidupan beragama, Bagian proyek peningkatan pengkajian kerukunan Hidup UmatBeragama, 2003), h.1.

Page 27: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

3

Masyarakat muslim yang tinggal di tengah masyarakat lainyang berbeda adat, budaya, bahkan berbeda agama, tentunyamenghadapi banyak kendala dalam pengamalan ajaran agamaIslam yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan agama,untuk jadi seorang muslim yang bisa menjadi teladan daninspirasi bagi masyarakat di sekitarnya. Kendala-kendalatersebut misalnya masih kurang kesadaran dari diri pribadimuslim tersebut untuk menciptakan suasana keberagamaandi lingkungannya, kurangnya perhatian dan dukunganpembinaan dari pemerintah, tokoh agama dan masyarakattentang penciptaan suasana keberagamaan di suatu daerah.Padahal pembinaan ajaran agama Islam merupakan hal yangtidak bisa ditawar lagi guna menangkis arus globalisasi,modernisasi, pluralis yang negatif, terlebih lagi pada masyarakatyang multikultural, untuk selanjutnya pembinaan tersebutdiharapkan dapat mewujudkan pribadi-pribadi muslim yangkokoh imannya, saleh, berakhlak mulia, sehingga keberadaanseorang muslim menjadi rahmatan ‘alamin dan inspirasi bagisemua orang.

Kalimantan Selatan berdasarkan data dari Badan PusatStatistik Provinsi Kalimantan Selatan, tahun 2012 jumlahpenduduknya sebesar 3.790.071 jiwa.2 Penduduknya multietnis, multikultural namun kehidupan masyarakat relatifdamai. Kalimantan Selatan terkenal dengan penduduknya yangagamis. Mayoritas penduduknya beragama Islam, perkiraantahun 2012 penduduknya yang muslim adalah sebesar 3.496.243 jiwa, ditunjang dengan jumlah mesjid sebanyak 2.368

2 Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Selatan dalam Angka2013 (Banjarmasin: BPS Kalimantan Selatan, 2013), h. 49.

Page 28: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

4

buah, langgar dan mushalla sebanyak 7.038 buah.3 Hal inijauh berbeda dengan penduduk Kristen di Kalimantan Selatan.

Penduduk Kalimantan Selatan yang beragama KristenProtestan berdasarkan data tahun 2012 adalah berjumlah26.033 jiwa, dengan tempat ibadah sebanyak 152 buah,penganut Kristen Katolik berjumlah 18.662 jiwa dengantempat ibadah sebanyak 59 buah, penganut Budha berjumlah12.518 jiwa dengan tempat ibadah sebanyak 24 buah,penganut Hindu 13.873 jiwa dengan tempat ibadah purasebanyak 62 buah dan sanggah 1.328 buah.4 Selain itu adajuga penganut kepercayaan lokal, seperti Kaharingan.

Suku yang ada di Kalimantan Selatan juga bervariasi, adasuku Banjar yang terbagi menjadi tiga sub suku yaitu BanjarPahuluan, Banjar Batang Banyu, dan Banjar Kuala.5 suku Jawa,suku Bugis, suku Madura, suku Bukit, suku Mandar, sukuBakumpai, Sunda, dan suku lainnya. Meskipun KalimantanSelatan terdiri dari berbagai suku dan agama, namun kehidup-an masyarakatnya harmonis, rukun dan damai, seperti pan-dangan M. Atho Mudzar yang menyatakan bahwa secara umumkondisi kerukunan hidup umat beragama di Kalimantan Selatandipandang sudah berjalan baik dan kondusif.6

Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupatenyang ada di Provinsi Kalimantan Selatan. Penduduknya pada

3 Ibid, h. 141.4 Ibid, h. 142-145.5 Lihat Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar: Deskripsi dan Analisa Kebudayaan

Banjar ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), h. 3.6 M. Atho Mudzar, Merajut Kerukunan Umat Beragama Melalui Dialog Pengembangan

Wawasan Multikultural, Cet. 2 ( Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama, BadanLitbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 2008), h. 345.

Page 29: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

5

tahun 2013 berjumlah 231.718 jiwa,7 tersebar di 12Kecamatan. Seperti halnya Kalimantan Selatan yang terdiri dariberbagai suku dan agama, keadaan masyarakatnya relatif amandan damai, kerukunan terjalin dengan baik. KabupatenTabalong masyarakatnya terdiri dari multikultural. Mayoritaspenduduknya beragama Islam. Pada tahun 2012 tercatatpenduduknya yang beragama Islam sebanyak 182.512 jiwa,sementara pemeluk agama Kristen Protestan sebanyak 4.522jiwa, pemeluk Kristen Katolik 1.558 jiwa, pemeluk agamaBudha 38 jiwa, dan pemeluk Hindu 1.252 jiwa.8

Data mengenai tempat peribadatan yang ada diKabupaten Tabalong sampai tahun 2013 yaitu 207 buahmesjid, 459 buah langgar, 17 buah gereja Protestan, 8 buahgereja Katolik, 1 balai Jemaat, dan 1 buah pura.9 Dari segijumlah, keberadaan tempat ibadah tersebut cukupproporsional. Meski dalam sensus, sering agama Kaharingantidak muncul dalam hitungan, tetapi dalam hal tempat ibadah,terdapat 1 balai jemaat yang bisa dipastikan merupakan rumahibadah kalangan Kaharingan. Keberadaan pura juga diyakinimerupakan wadah ibadah bagi kalangan Kaharingan yangdikategorikan sebagai bagian dari Hindu.

Etnis-etnis yang ada di Kabupaten Tabalong adalahBanjar, Jawa, Dayak, Sunda, Bugis/Makassar, Batak, dan Flores.Penduduk mayoritas adalah Banjar, merupakan penduduk aslidan semuanya muslim. Penduduk asli lainnya adalah Dayak,kebanyakan beragama Kristen atau masih menganut

7 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tabalong dalam Angka 2014(Tanjung:BPS Kabupaten Tabalong, 2014), h. 63.

8 Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Selatan, h. 141-145.

Page 30: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

6

kepercayaan lokal, yaitu Kaharingan. Pendatang utama adalahdari Jawa, kemudian disusul Sunda, Bugis/Makassar yangumumnya beragama Islam, pendatang lainnya adalah Batakdan Flores yang sebagian besar beragama Kristen. Kehidupanantar etnis relatif aman, lancar dan harmonis. Kehidupanberagamanya sangat kondusif. Dalam sejarahnya tidak pernahterjadi pertikaian antar etnis ataupun agama. Keseimbangandan sejarah yang panjang ini yang menciptakan harmoni yangkuat di kawasan ini. Tabalong menjadi sasaran migrasibelakangan ini karena kehadiran perusahaan tambang batubaradan perkebunan kelapa sawit.

Keberadaan suatu kelompok kecil di tengah kelompok besarbisa menyebabkan kelompok kecil kehilangan identitas dirinya,dan bahkan terpengaruh oleh kelompok besar di lingkungannya.Hal inilah yang dikhawatirkan terjadi pada masyarakat muslimyang tinggal di wilayah mayoritas non-muslim, terlebih lagi jikamasyarakat tersebut kurang mendapat sentuhan pendidikanagama Islam. Seperti masyarakat muslim yang tinggal di salahsatu kecamatan yang ada di Kabupaten Tabalong yaitu diKecamatan Upau, tepatnya di Desa Pangelak.

Kecamatan Upau merupakan salah satu kecamatan yangada di Kabupaten Tabalong. Luas wilayahnya adalah 323,00km2. Di sebelah utara dan barat berbatasan dengan KecamatanHaruai, di sebelah selatan dengan Kabupaten Balangan, dandi sebelah timur berbatasan dengan Provinsi KalimantanTimur.10 Kecamatan Upau terdiri dari enam desa yaitu Desa

9 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tabalong, h 92.1 0 KSK Upau, Kecamatan Upau dalam Angka 2014, (Tanjung: BPS Kabupaten Tabalong,

2014) h. 1.

Page 31: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

7

Masingai I, Masingai II, Bilas, Kaong, Pangelak, dan Kinarum.Letak ibukota Kecamatan Upau adalah di Desa Pangelak.11

Pangelak adalah sebuah desa di lembah pegunungan Meratus. Desa Pangelak terdiri dari dataran tinggi yang berbukit-bukit.Luas daerahnya adalah 53 Km².12 Jarak ke ibukota Kabupaten(Tanjung) sekitar 44 km dengan waktu tempah kurang lebih1 jam, dan waktu tempuh ke ibukota provinsi kurang lebih 5- 6 jam.

Desa Pangelak terdiri dari 4 Rukun Tetangga (RT), 379Rumah Tangga,13 dengan jumlah penduduk pada tahun 2013tercatat sekitar 1.479 jiwa.14 Mayoritas penduduknya adalahsuku Dayak, dan merupakan penduduk asli setempat.Penduduk lainnya adalah Jawa merupakan pendatang,kemudian Banjar, Banjar ini beragam ada Banjar Pahuluan,Banjar Batang Banyu, dan Banjar Kuala Menurut sumber darisalah seorang warga Desa Pangelak bahwa suku-suku lain yangjuga mendiami desa tersebut adalah suku Sunda, Batak, Bugis,dan Manado.

Selain suku dan etnis yang beragam, agama pendudukDesa Pangelak pun juga beragam, ada Islam, Katolik, Kristen,yang mana Kristen ini pun juga beragam, ada Pantekosta,Evangelis. Agama lain adalah Hindu, penganut Hindu inisebagian besar sebenarnya adalah Kaharingan. Berdasarkandata tahun 2013 penduduk Desa Pangelak yang beragamaKristen dan Katholik berjumlah sekitar 619 jiwa (46%). Is-

1 1 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tabalon, h. 17.1 2 KSK Upau, Kecamatan Upau, h.2.1 3 Ibid, h. 4.1 4 Ibid, h. 8.

Page 32: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

8

lam 357 jiwa (26,5%). Hindu 259 jiwa (19,3%), dan agamalainnya 110 jiwa (8,2%).15 Sehingga agama Islam merupakanagama minoritas di tengah masyarakat multikultural yangmayoritas non Islam.

Desa Pangelak misalnya, terdapat satu buah mesjid dan 2buah langgar, dua buah gereja, serta sebuah pura. Dalamkeragaman, baik beragam etnis, suku, agama, maupun budaya,di Desa Pangelak tercipta kerukunan hidup, salingmenghormati dan menghargai antar agama dalam kehidupansehari-hari yang diimplementasikan dalam solidaritas antarumat beragama, terpeliharanya kegiatan kegotongroyongandengan tingkat kesadaran masyarakat yang cukup tinggi.

Berdasarkan observasi awal menunjukkan bahwa kegiatankeagamaan di Desa Pangelak tidak semeriah dan masih kurangsemarak jika dibandingkan dengan desa-desa lain disekitarnya. Hal tersebut terlihat dari sedikitnya warga muslimyang ikut salat berjamaah di masjid, kurangnya antusias wargaterutama anak-anak dan remaja menyambut dan merayakanhari-hari besar Islam. Serta masih kurangnya kegiatankeagamaan yang dilaksanakan di desa tersebut, contohnyakegiatan keagamaan para wanitanya adalah hanya ada satu kalidalam seminggu, yaitu arisan ibu-ibu yang di dalamnyaterdapat kegiatan membaca surah Yasin bersama-sama(yasinan). Demikian halnya juga dengan kegiatan Islam parapria, dan remaja muslimnya masih kurang semarak.

Realita menarik yang ada dan nampak terjadi di DesaPangelak Kabupaten Tabalong adalah: Pertama, Desa Pangelak

1 5 Ibid, h. 48-49.

Page 33: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

9

masyarakatnya terdiri dari masyarakat yang multikultural, yaituterdiri dari berbagai suku dan agama, ada suku Dayak, Jawa,dan Banjar; ada agama Islam, Kristen, dan Hindu, sertaKaharingan; ada yang merupakan penduduk asli setempat, danada juga yang merupakan masyarakat pendatang; kedua,eksistensi masyarakat minoritas muslim Desa Pangelak yangunik di tengah masyarakat yang multikultural, di manamasyarakatnya hidup rukun dalam banyak perbedaan; ketiga,Desa Pangelak kurang mendapat sentuhan-sentuhanpendidikan agama Islam dari tokoh-tokoh agama danmasyarakat, yaitu masih sedikit dan jarang sekali kegiatankeagamaan yang diadakan seperti pengajian dan ceramah-ceramah agama.

Berdasarkan realita umum yang terjadi di masyarakat luassekarang ini dan realita yang ada dan terjadi di Desa Pangelakyang masyarakatnya multikultural terdiri dari berbagai sukudan agama yang hidupnya membaur satu sama lain, penulistertarik untuk melakukan penelitian untuk mencari tahu secaralebih dalam tentang bagaimana suasana keberagamaanmasyarakat Islam di tengah-tengah masyarakat non-muslimtersebut, yakni di Desa Pangelak. Penelitian ini dilaporkandengan judul penelitian “IKLIM KEBERAGAMAAN IS-LAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTI-KULTURAL DI DESA PANGELAK KABUPATENTABALONG”.

Page 34: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

10

B. Definisi Operasional

Untuk memperjelas arah penelitian tentang iklimkeberagamaan ini, penulis menegaskan lingkup dan wilayahyang diteliti secara operasional adalah:

1. Iklim yang dimaksud disini adalah suasana, atau keadaan.

2. Keberagamaan yang dimaksud di sini adalahkeberagamaaan yang dikaitkan dengan perihal beragama,yang terkait dengan hal-hal Islam.

Iklim keberagamaan yang dimaksud dalam penelitianini adalah suasana atau keadaan keberagamaan yang terasadan terlihat, yaitu keadaan hubungan sesama muslim dannon-muslim, keadaan saling tolong menolong sesamamuslim dan non-muslim, keadaan atau suasanakebersamaan antar sesama muslim dan non-muslim, dantoleransi dalam kehidupan sehari-hari, dalam kegiatanperayaan pesta perkawinan, upacara kematian, perayaanhari-hari besar Islam, perayaan hari-hari besar Kristen,perayaan hari-hari besar Hindu, serta ibadah dan kesalehansosial yang menopang implementasi keagamaan.

3. Masyarakat multikultural yang dimaksud di sini adalahmasyarakat yang terdiri dari berbagai suku dan agama yangmemiliki budaya yang bermacam-macam pula. Dalam halini masyarakat Desa Pangelak yang terdiri dari berbagai sukudan agama yakni Islam, Kristen, dan Hindu, serta Kaharingan.

4. Desa Pangelak adalah suatu desa yang terletak di KecamatanUpau. Desa Pangelak merupakan ibu kota kecamatan UpauKabupaten Tabalong.

Page 35: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

11

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini fokus pada hal-hal sebagai berikut:

1. Bagaimanakah iklim keberagamaan Islam di tengahmasyarakat multikultural di Desa Pangelak KabupatenTabalong?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penciptaan iklimkeberagamaan Islam di tengah masyarakat multikulturaldi Desa Pangelak Kabupaten Tabalong?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, penelitian inibertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan iklim keberagamaan Islam di tengahmasyarakat multikultural di Desa Pangelak KabupatenTabalong.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penciptaaniklim keberagamaan Islam di tengah masyarakatmultikultural di Desa Pangelak Kabupaten Tabalong.

E. Kegunaan Penelitian

Diharapkan temuan dalam penelitian ini dapatbermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.

Secara teoritis:

1. Untuk dapat menjadi landasan pengembangan wawasanpengetahuan secara ilmiah terkait dengan iklimkeberagamaan pada masyarakat yang multikultural.

Page 36: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

12

2. Untuk dapat dijadikan kajian-kajian dalam telaahpengembangan iklim keberagamaan sebagai budaya yangmerupakan implementasi ajaran agama Islam padamasyarakat yang multikultural, sehingga tercipta iklimkeberagamaan Islami yang berkembang harmonis.

3. Untuk dijadikan sebagai sarana penunjang landasanberpikir sehingga mampu mengubah iklim yang tidak ataukurang kondusif menjadi kondusif, pembiasaan-pembiasaan yang belum teraplikasi menjadi teraplikasi.

Secara Praktis:

1. Menjadi masukkan/saran yang berharga sehingga menjadiacuan dalam rangka menciptakan iklim keberagamaan padamasyarakat yang multikultural.

2. Menjadi bahan pertimbangan dalam pembiasaan yangberkaitan dalam penciptaan iklim keberagamaan dimasyarakat.

3. Mencari acuan bentuk atau pola yang tepat dalam rangkamenciptakan iklim keberagamaan pada masyarakat yangmultikultural, sehingga dapat menjadi model iklimkeberagamaan yang baik dan bisa diterapkan padamasyarakat multikultural lainnya.

F. Penelitian Terdahulu

Dari hasil lacakan yang penulis lakukan, belum adamahasiswa yang mengangkat masalah iklim keberagamaanIslam pada masyarakat yang multikultural, dalam hal ini multisuku dan agama. Penelitian-penelitian terdahulu berkisar

Page 37: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

13

tentang iklim keberagamaan di sekolah, dan penerapan polapendidikan pada kelompok masyarakat tertentu, sertapendidikan Islam tentang kerukunan umat beragama.Penelitian-penelitian tersebut di antaranya adalah sebagaiberikut:

1. Tesis yang ditulis oleh Supriatno dengan judul “IklimKeberagamaan Di SMAN 4 Banjarmasin (Studi perankepala sekolah)”. Tesis tersebut mendeskripsikan tentangsuasana keberagamaan pada siswa-siswi SMAN 4Banjarmasin, baik itu siswa muslim maupun non-muslim.Iklim keberagamaan yang dimaksud pada tesis tersebutadalah bagaimana iklim keberagamaan, baik agama Islammaupun agama lainnya yang ada di sekolah tersebut sebagaiimplementasi dari visi dan misi sekolah. Penelitian dalamtesis ini juga menitikberatkan pada bagaimana peran kepalasekolah dalam konteks penciptaan iklim keberagamaan diSMAN 4 Banjarmasin. Adapun kesimpulan hasilpenelitian tersebut adalah bahwa iklim keberagamaan disekolah tersebut mengalami kemunduran, dibandingkandengan tahun-tahun sebelumnya atau dengankepemimpinan sebelumnya. Hal tersebut disebabkankepemimpinan kepala sekolah yang menerapkan sistem“inheren hirarki birokrasi” dalam konteks otokrasi, yanghanya menjalankan keinginan dan kemauan kepala sekolah,yang terbatas pada substansi visi dan misi sekolah. Faktor-faktor yang mempengaruhi penciptaan iklim keagamaandi sekolah tersebut adalah sarana dan prasarana yang tidakterpelihara, anggaran dana yang minim, serta tata tertibyang tidak berfungsi dengan baik.

Page 38: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

14

2. Tesis yang ditulis oleh Hamsinah dengan judul “PolaPendidikan Islam Bagi Para Muallaf PITI Di KotaBanjarmasin”. Penelitian ini menggali tentang bagaimanapola pendidikan agama Islam bagi para muallaf, khususnyadi Kota Banjarmasin, serta hasil dari pendidikan agamaIslam tersebut. Subjek penelitiannya adalah para pengurusdan anggota Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)di Kota Banjarmasin, dan para pengajar agama yang aktifmemberikan pendidikan di lingkungan tersebut. Daripenelitian tersebut diperoleh data bahwa pendidikanagama yang diberikan muslim Tionghoa PITI di KotaBanjarmasin ditekankan pada pembelajaran ilmu agamadengan menekankan pada aspek ketauhidan, ibadah,muamalah, dan akhlak, ditambah pelajaran Al-Qur’an.Hasil dari pembelajaran tersebut tampak dari semakinbanyaknya muslim Tionghoa yang sudah memilikipengetahuan mendasar tentang agama Islam, juga sudahtumbuh secara mandiri kemauan untuk terus mempelajariIslam lewat buku-buku, kaset ceramah dan mendengarlangsung ceramah agama di luar agenda PITI.

3. Tesis yang ditulis oleh Amal Fathullah yang berjudul“Pendidikan Islam Tentang Kerukunan Umat Beragama(Studi Normatif Praksis pada SMAN Kota Banjarmasin).Tesis tersebut mendeskripsikan bagaimana hubunganantara siswa dalam perbedaan agama dalam suatu lembagapendidikan, khususnya di SMA Negeri di KotaBanjarmasin. Sisi yang digarap adalah perilaku siswadalam menyikapi agamanya masing-masing danhubungannya dengan agama lainnya, yang

Page 39: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

15

diimplementasikan dalam pergaulan. Sisi lain yang digarapdalam tesis tersebut adalah kajian-kajian normatif darimateri pendidikan Islam yang terdapat dalam kurikulumPendidikan Agama Islam, yang dibandingkan dengansejumlah materi yang tertuang dalam Pendidikan AgamaIslam. Hasil temuan penelitian diketahui bahwa guru-guruPAI SMAN di Kota Banjarmasin melihat realitaspenduduk Indonesia memang sangat pluralis agamanya,sehingga kerap terjadi konflik sosial bernuansa SARA.Guru PAI di Kota Banjarmasin berpandangan bahwamasyarakat adalah pihak yang paling terkait dengankerukunan dan atau ketidakrukunan dalam hidupberagama. Oleh karena itu untuk mencegah konflik berartiharus mendidik masyarakat. Masyarakat itu terbentuk darikeluarga dan sekolah. Memperbaiki masyarakat harus daripendidikan dalam keluarga dan sekolah. Sementarapendidikan kerukunan di sekolah sudah dilakukan namunmasih terasa kurang.

Penelitian ini meneliti tentang iklim keberagamaan Is-lam di tengah masyarakat langsung. Iklim keberagamaan disini tidak hanya terbatas pada hal-hal tertentu saja, akan tetapimenyangkut semua hal yang berkaitan dengan Islam, sepertitolong menolong, toleransi, dan juga ibadah dan kesalehansosial baik terhadap sesama muslim maupun non-muslim,termasuk bagaimana hubungan dan interaksi antara minoritasmuslim dan mayoritas non-muslim.

Subyek penelitian ini tidak hanya terbatas siswa ataupelajar muslim saja, akan tetapi juga warga muslim lainnya,

Page 40: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

16

serta warga non-muslim di Desa Pangelak. Lokasi penelitianini adalah di sebuah lingkungan masyarakat desa yangpenduduknya multikultural, baik itu multi etnis, suku, budaya,maupun agama, di mana Islam sebagai agama minoritas ditengah mayoritas agama non Islam.

G. Sistematika Penulisan

Urutan logis sistematika penulisan tesis ini adalah:

Bab satu pendahuluan, berisi tentang latar belakangmasalah, definisi operasional, fokus penelitian, tujuanpenelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, dansistematika penulisan.

Bab dua kerangka teoritis, membahas tentang konsepiklim keberagamaan, konsep masyarakat multikultural, danfaktor-faktor yang mempengaruhi penciptaan iklimkeberagamaan (positif dan negatif ).

Bab tiga metode penelitian, berisi pendekatan dan jenispenelitian, lokasi penelitian, data dan sumber data, prosedurpengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahandata.

Bab empat paparan data penelitian, berisi tentanggambaran umum lokasi penelitian dan paparan data penelitianyaitu iklim keberagamaan Islam di tengah masyarakatmultikultural di Desa Pangelak dan faktor-faktor yangmempengaruhi penciptaan iklim keberagamaan Islam ditengah masyarakat multikultural di Desa Pangelak.

Page 41: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

17

Bab lima pembahasan (analisis lanjut) membahas tentangiklim keberagamaan Islam di tengah masyarakat multikulturaldi Desa Pangelak dan faktor-faktor yang mempengaruhipenciptaan iklim keberagamaan Islam di tengah masyarakatmultikultural.

Bab enam penutup berisi simpulan dan saran.

Page 42: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

18

Page 43: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

19

Bab IIKERANGKA TEORITIS

A. Konsep Iklim Keberagamaan

1. Pengertian Iklim Keberagamaan

Iklim yang dalam bahasa Inggris disebut dengan climate,adalah suatu yang sering dimaknai dengan musim atau cuacaatau suhu yang berhubungan dengan fenomena alam, seperti:panas, sejuk, musim kemarau, musim hujan, musim semi.Apabila iklim dihubungkan dengan fenomena alam sepertitersebut, maka iklim adalah suasana yang kondisional, sebagaisesuatu yang berhubungan dengan keadaan hawa.1 Iklim jugadiartikan sebagai suasana atau keadaan, iklim demokrasi.2

Apabila iklim dihubungkan dengan fenomena alam, makaproses terjadinya iklim tersebut didasarkan pada sunnatullah,yaitu sunnatullah sebagaimana terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah/2: 164, Allah SWT berfirman:

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed III ( Jakarta:Balai Pustaka, 2002), h. 421.

2 Em Zul Fajri & Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ( Jakarta: DivaPublisher, 2008), h. 370.

Page 44: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

20

Iklim jika digambarkan dari sisi fenomena alamsebagaimana tergambar di atas, maka iklim sangat kondisional,situasional atau suasana yang tidak tetap. Artinyakeberadaannya bisa terjadi perubahan kapan saja, karena iklimyang terjadi bersifat alami (sunnatullah). Oleh karena itupengertian iklim dapat dipahami dari aspek lain, yangdidasarkan pada proposisi objek dari iklim itu sendiri.

Iklim yang didasarkan pada proposisi objek sangatbergantung dari lingkup iklim itu berada. Proposisi objek yangsangat bergantung dari iklim, dapat terjadi; pertama, mengalirdengan sendirinya; kedua, karena iklim diciptakan ataudikondisikan, atau disituasikan. Oleh karena itu iklim adalahsesuatu keadaan, dan keadaan itu terjadi ada yang bersifat alami,dan ada yang terjadinya secara disengaja disebabkan olehfaktor-faktor tertentu yang mempengaruhi keadaan itu,sehingga iklim tersebut tetap dalam keadaan konstan ataumungkin berubah tidak konstan.

Keberagamaan pada tulisan ini adalah keberagamaandalam konteks keagamaan di masyarakat, yaitu yang dianutoleh masyarakat tertentu. Oleh karena itu, apabila terdapat kata

Page 45: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

21

keberagamaan, maka yang dimaksud adalah keberagamaandalam konteks agama Islam. Keberagamaan berasal dari kataagama. Agama adalah ajaran sistem yang mengatur tatakeimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan YangMaha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan denganpergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.3

Sedangkan keberagamaan adalah perihal beragama.4

Kaidah agama mengatur hubungan antara manusiadengan Tuhannya, agama mengatur hubungan antara manusiadengan manusia, dan antara manusia dengan lingkungannya.Pengertian tersebut memberikan ilustrasi bahwa dalam agamaterdapat tiga dimensi penting bagi manusia, yaitu dimensiketuhanan, dimensi kemanusiaan, dan dimensi alam sekitarnya.Apabila keberagamaan sebagai perihal beragama, maka yangdimaksudkan adalah berhubungan dengan ketiga dimensitersebut di atas yang dimanifestasikan melalui sikap danperbuatan. Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa Allahmengharapkan timbulnya suatu umat yang menjadi syuhadâal-nâs atau saksi atas manusia. Fungsi ini antara lain dapatdiwujudkan melalui penelitian-penelitian empiris. Kita bisameneliti keadilan, musyawarah, takwa, amal saleh, dansebagainya, dengan melihat seberapa jauh hal-hal di atasdipraktikkan atau dikembangkan dalam masyarakat.5

Kedua istilah tersebut dirangkai menjadi satu kalimat,yaitu iklim keberagamaan, yang secara implisit memberikan

3 Ibid, h.12.4 Ibid.5 Taufik Abdullah, M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama, Suatu Pengantar,

Cet. 4 (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), h. 33.

Page 46: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

22

gambaran tentang suasana kegiatan di masyarakat yangditopang dengan nuansa-nuansa keagamaan Islam(spiritualitas) dalam realitas kebersamaan.

2. Bentuk-bentuk Iklim Keberagamaan

a. Kebebasan beragama

Dalam Kamus Bahasa Indonesia bebas bermaknamerdeka dari sesuatu sifatnya mengikat, terlepas samasekali.6 Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasarbagi terciptanya kerukunan antar umat beragama. Tanpakebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antarumat beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiapmanusia.

Kebebasan beragama dalam konteks Islammenyiratkan bahwa non-muslim tidak dipaksa untukmasuk Islam, mereka juga tidak dihalangi untukmenjalankan ritus keagamaannya. Baik muslim dan nonmuslim dapat mengembangkan agamanya, disampingmelindunginya dari serangan atau fitnah, tak peduli apakahhal itu berasal dari kalangan sendiri atau orang lain.7

Agama Islam merupakan agama yang menghargainilai-nilai kemerdekaan beragama, karena agama adalahsuatu fitrah manusia. Sungguh mustahil bila ada orang yangakan memaksa seseorang untuk menerima sesuatu akidah,terlebih lagi bila orang itu sendiri telah mempunyai agama

6 Sulchan, Yasin, Kamus Bahasa Indonesia (Surabaya: Amanah, 1997), h. 60.7 Mohammad Hashim Kamali, Kebebasan Berpendapat dalam Islam, diterjemahkan

oleh Eva Y Nukman dan Fathiyah Basri, (Bandung: Mizan, 1996), h. 120.

Page 47: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

23

yang dianutnya, karena itu tidaklah heran dalam hal inijika agama Islam menjamin kemerdekaan beragama bagisetiap orang.8 Sehubungan dengan kemerdekaan beragamaitu Allah telah menggariskan dalam firman-Nya yangmenerangkan bahwa agama tidak dapat dipaksakan padaseseorang. Q.S. Al-Baqarah/2: 256.

Mandat yang diberikan oleh Allah kepada NabiMuhammad SAW, hanyalah terbatas pada penyampaiansaja. Beliau tidak berhak memaksa seseorang untuk masukke dalam Islam. Dalam hal ini, Allah juga telah menegaskandalam firmanNya yang tercantum dalam Q.S. Al-Ghasyiyah/88: 21-22.

Mandat untuk memberi hidayah hanya dimiliki olehAllah semata-mata, karena itu tidak layak bagi seseoranguntuk memaksakan suatu ide ataupun petunjuk padaseseorang, walaupun hal itu kepada orang yang palingdicintainya. Untuk itu Allah menerangkan dalamfirmanNya Q.S. Al-Qashash/28: 56 sebagai berikut:

8 Yunus Ali Al-Muhdhar, Toleransi Kaum Muslimin dan Sikap Musuh-musuhnya,(Surabaya: PT. Bungkul Indah, 1994), h. 12.

Page 48: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

24

Ayat-ayat Al-Qur’an yang disebutkan di atas tidaklahmenghalangi seseorang untuk mengajak orang lain kedalam Islam, karena Islam telah menggariskan bagaimanacara berdakwah kepada seseorang. Untuk itu Allah telahmenegaskan kepada NabiNya agar beliau selalu berdakwahdengan cara lemah lembut agar tidak melukai perasaan or-ang lain. Dalam surat An-Nahl Allah SWT menerangkan,bahwa ketika berdakwah hendaklah dengan cara yang baik,jika terjadi suatu perdebatan, maka hendaklah berdebatdengan cara yang lebih baik. Q.S. An-Nahl/16:125.

Pada ayat lain Allah SWT melarang untuk mengejeksesuatu yang disembah oleh orang yang tidak beriman,karena perbuatan seperti itu akan menyakiti orang kafir.Berikut firman Allah dalam Q.S.Al-An’am/6: 108.

Konsep jihad dalam Islam hanya untuk mempertahan-kan agama dari rongrongan musuh, bukan seperti yangdikatakan oleh musuh-musuh Islam, bahwa Islam disiarkandengan pedang. Sungguh tuduhan mereka itu tak lainhanyalah isapan jempol yang terbukti kepalsuannya.Mereka mengatakan demikian itu hanya terdorong oleh

Page 49: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

25

perasaan dendam saja.9 Tapi bila musuh-musuh Islam itumau mempelajari sejarah penyiaran Islam, baik dari sejakzaman Nabi pada masa berdirinya negara-negara Islamyang ada di timur dan di barat, pasti mereka akan tahubetapa toleransinya kaum muslimin terhadap lawan-lawannya.

Fitrah manusia itu membutuhkan suatu perdamaiandan ketenangan hidup. Terjaminnya suatu ketenangan hidupdan perdamaian itu diperlukan sebagai suatu kekuatan yangdapat membela hak asasi manusia, karena itulah jika di ataspermukaan bumi ini terjadi suatu usaha untuk menggangguketenangan hidup dan merampas kemerdekaan seseorang,agar hal tersebut tidak terjadi, diperlukan suatu kekuatan yangdapat menumpas segala kejahatan yang merongrongperdamaian dan kemerdekaan seseorang, karena hanyadalam keadaan yang berbahaya saja kita dibenarkan untukmengangkat senjata. Sebab hal ini tidak bertentangan denganfitrah manusia.10 Oleh karena itu jika agama Islammembolehkan untuk mengangkat senjata, hal itu bukanberarti sebagai perintah untuk berbuat sewenang-wenang.Agama Islam melarang merampas kebebasan seseorang ataumemaksa orang lain untuk masuk ke dalam agama Islam.Akan tetapi agama Islam mengizinkan mengangkat senjatasekedar untuk mempertahankan diri saja dari segalarongrongan musuh Islam.

Kemerdekaan beragama terwujud dalam bentuk-bentuk yang meliputi antara lain: Pertama, tidak ada

9 Ibid, h. 13.1 0 Ibid, h. 14.

Page 50: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

26

paksaan untuk memeluk suatu agama atau kepercayaantertentu, dan tidak ada paksaan untuk menanggalkan suatuagama yang diyakini; Kedua, Islam memberikan kekuasaankepada orang-orang non-Islam (ahli kitab) untukmelakukan apa yang menjadi hak dan kewajiban atau apasaja yang dibolehkan, asal tidak bertentangan denganhukum Islam; Ketiga, Islam menjaga kehormatan ahli kitab,bahkan lebih dari itu mereka diberikan kemerdekaan untukmengadakan perdebatan atau bertukar pikiran sertapendapat dalam batasan-batasan etika perdebatan sertamenjauhkan kekerasan dan paksaan.11

Sikap untuk mempertahankan akidah dari rongronganmusuh adalah berbeda sekali dengan sikap menggunakankekerasan untuk memaksakan suatu akidah kepadaseseorang. Sikap yang pertama merupakan suatu sikap yanglogis sekali. Sedangkan sikap yang kedua adalah sangatbertentangan dengan fitrah manusia itu sendiri yang harusdisingkirkan dari muka bumi ini.12

Pemikiran seperti ini sangat cocok sekali denganfirman Allah dalam Q.S Al Baqarah/2: 190

Ayat yang disebutkan di atas adalah sandaran kitauntuk mengangkat senjata, kita diwajibkan untuk

1 1 Dalizar Putra, Hak Asasi Manusia Menurut Al-Qur’an, ( Jakarta: PT Al Husna Zikra,1995), h. 59-61.

1 2 Yunus Ali Al-Muhdhar, Toleransi, h. 14.

Page 51: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

27

mengangkat senjata bila kita diperangi oleh musuh saja.Jadi ayat tersebut adalah suatu bantahan keras terhadapsemua musuh Islam yang mengatakan bahwa Islam dalampenyiarannya selalu menggunakan kekerasan. Sebagiankaum orientalis itu sengaja mengatakan tuduhan semacamitu karena mereka mengira dapat mengelabui umat Islam.Namun tuduhan itu dapat dibuktikan kepalsuannyadengan ayat yang disebutkan di atas, karena ayat tersebutadalah sandaran bagi setiap kaum muslimin yang akanmengangkat senjata. Selanjutnya tuduhan kaum orientalisitu kelak akan dibuktikan kepalsuannya dengan fakta sejarahperkembangan Islam.13

b. Iklim persaudaraan sesama muslim dan non-muslim

Menumbuhkan kesadaran untuk memeliharapersaudaraan serta menjauhkan diri dari perpecahan,merupakan realisasi pengakuan bahwa pada hakikatnyakedudukan manusia adalah sama di hadapan Allah SWT,sebagai hamba dan khalifah-Nya.

Istilah persaudaraan itu dikenal dengan namaukhuwah. Ada tiga jenis ukhuwah dalam kehidupanmanusia, yaitu ukhuwah Islamiyyah (persaudaraanseagama), ukhuwah wathaniyyah (persaudaraan sebangsa),dan ukhuwah basyariyyah (persaudaraan sesama umatmanusia). Dari konsep ukhuwah itu dapat disimpulkanbahwa setiap manusia baik yang berbeda suku, agama,bangsa, dan keyakinan adalah saudara, karena antar manusiaadalah saudara, setiap manusia memiliki hak yang sama.

1 3 Ibid, h. 15.

Page 52: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

28

Jamal A. Badawi menjelaskan bahwa Al-Qur’anmengajarkan persaudaraan universal dan penerimaanterhadap kemajemukan dalam masyarakat manusia,termasuk kemajemukan dalam keyakinan agama.Universalitas martabat manusia adalah ajaran pokok Islamdan ajaran ini mengandung pengertian tegaknya kebebasaniman dan menerapkan peribadatan tanpa paksaan, tekananatau manipulasi.14

Perdamaian adalah faktor penting dalam hidup darikehidupan manusia. Dunia tanpa adanya perdamaian tentuakan mengalami kehancuran dan malapetaka yang besar.Apabila sudah tidak ada perdamaian berarti rusaklahagama yang diamanatkan oleh Allah dengan demikian kitasemua akan memperoleh murka-Nya.

Uraian di atas menunjukkan bahwa Islam adalahagama perdamaian, Islam tidak menghendaki kehancuranyang diakibatkan pertikaian, pertentangan dan peperangan,karena itulah menjadi kewajiban kita sesama muslim untuksenantiasa memelihara perdamaian, membina persatuandan kesatuan umat. Islam mengajarkan kepada umatnyaagar suka berjuang dan berbuat baik serta menjauhkan diri dari persengketaan dan menumbuhkan perdamaian dimasyarakat secara luas. Pengertiannya adalah apabilakehidupan suatu masyarakat telah dihiasi dengan keadilan,maka Allah akan menciptakan satu kehidupan yang damaidan penuh kenikmatan.

1 4 Jamal A. Badawi, “Hubungan Antar Agama: Sebuah Perspektif Islam,” dalamMemahami Hubungan Antar Agama, Cet. 1 (Yogyakarta: Elsaq Press, 2007), h. 135.

Page 53: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

29

c. Iklim saling tolong menolong (gotong royong) sesamamuslim dan non-muslim

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yangjuga dapat dinamakan proses sosial), oleh karena interaksisosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitassosial. Bentuk lain dari proses sosial hanya merupakanbentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosialmerupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yangmenyangkut hubungan antara orang-orang perorangan,antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orangperorangan dengan kelompok manusia.15

Pertemuan antar manusia atau apabila dua orangbertemu, maka interaksi sosial dimulai pada saat itu. Merekasaling menegur, berjabat tangan, saling berbicara ataubahkan mungkin berkelahi. Walaupun orang-orang yangbertemu tersebut tidak saling berbicara atau tidak salingmenukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, olehkarena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yangmenyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaanmaupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yangdisebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi, suaraberjalan dan sebagainya. Kesemuanya itu menimbulkankesan di dalam pikiran seseorang yang kemudianmenentukan tindakan apa yang akan dilakukannya.16

Ada tiga norma sosial dasar yang lazim dalammasyarkat manusia: Pertama, norm of social responsibility

1 5 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002), h. 61.

1 6 Ibid, h. 6.

Page 54: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

30

(norma tanggung jawab sosial), menyatakan bahwa kitaharus membantu orang lain yang bergantung pada kita,misal, orangtua merawat anak-anaknya; kedua, norm of reci-procity (norma reciprositas), menyatakan bahwa kita harusmembantu orang lain yang pernah membantu kita; ketiga,norm of social justice (norma keadilan sosial), aturan tentangkeadilan dan distribusi sumber daya secara merata.17

Manusia sebagai makhluk sosial, tak bisa hidupsendirian meski segalanya ia miliki. Harta benda berlimpahsehingga setiap saat apa yang ia mau dengan mudah dapatterpenuhi, tetapi ia tidak bisa hidup sendirian tanpabantuan orang lain. Sehingga muncullah perilaku tolongmenolong dalam kehidupan manusia.

Tindakan menolong atau membantu orang lain,kaitannya dengan hal tersebut ada istilah altruism(altruisme) yaitu tindakan sukarela membantu orang laintanpa pamrih, atau hanya ingin sekedar beramal baik.Apakah suatu tindakan bisa dikatakan altruistik akanbergantung pada niat si penolong. Istilah lain adalahprosocial behavior (perilaku prososial) adalah kategori yanglebih luas, mencakup setiap tindakan yang membantu ataudirancang untuk membantu orang lain, terlepas dari motifsi penolong. Perilaku prososial dipengaruhi oleh tipe relasiantar-orang. Entah karena suka, merasa berkewajiban,memiliki pamrih, atau empati.18 Seseorang biasanya lebih

1 7 Shelley E. Taylor, Letitia Anne Peplau, and David O. Sears, Psikologi Sosial, edisikeduabelas, diterjemahkan oleh Tri Wibowo B.S, ( Jakarta: Prenada Media group,2009), h. 460-461.

1 8 Ibid, h. 457.

Page 55: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

31

sering membantu orang yang dikenal ketimbang orangyang belum dikenal.

Dasar dari gejala sosial berupa kegiatan tolongmenolong dan kerja bakti dalam masyarakat desa dankomunitas kecil pada umumnya adalah pengerahan tenagayang tidak memerlukan keahlian khusus maupun tidakadanya diferensiasi tenaga. Sistem tolong menolong ituhanya mungkin terjadi apabila didasari hubungan salingmengenal antara warga masyarakat kecil.19

Beberapa perspektif teoritis tentang tindakanmenolong menurut Taylor dkk, yaitu: Pertama, pendekatanevolusi menyatakan bahwa kecondongan untuk membantuadalah bagian dari wawasan evolusi genetik kita; Kedua,perpektif sosiokultural menegaskan pentingnya normasosial. Masyarakat menciptakan aturan menolong yangmencakup norma tanggung jawab sosial, resprositas, dankeadilan; ketiga, pendekatan proses belajar menyatakanbahwa orang belajar menolong, mengikuti prinsip dasarpenguatan dan modelling; keempat, perspektif pengambilankeputusan berfokus pada proses mempengaruhi penilaiantentang kapan bantuan diperlukan, juga menekankanpertimbangan biaya dan manfaat dalam memutuskanuntuk memberi pertolongan; Kelima, teori atribusimenandaskan ide bahwa kesediaan kita untuk membantubergantung pada manfaat dari kasusnya dan apakahseseorang pantas ditolong atau tidak.20

1 9 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi; Pokok-pokok Etnografi II, ( Jakarta: PT RinekaCipta, 2005), h. 153-154.

2 0 Shelley E. Taylor, Et Al, Social Pschology, h. 458.

Page 56: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

32

Saling tolong menolong tampak sangat menonjoldalam masyarakat kecil di seluruh dunia,. Ada anggapanbahwa warga komunitas kecil seperti warga suatu desa,saling tolong menolong yang terjadi hanya karena merekaterdorong oleh keinginan spontan untuk berbakti padasesama warga. Namun penelitian para ahli antropologisosial dan sosiologi menunjukkan bahwa saling tolongmenolong itu juga didasari saling membutuhkan.21

Tolong menolong dalam masyarakat bisa juga disebutsebagai kerjasama yang dilakukan masyarakat setempat.Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja samamerupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Sebaliknya,sosiolog lainnya menganggap bahwa kerjasamalah yangmerupakan proses utama. Golongan yang terakhir tersebutmemahamkan kerjasama untuk menggambarkan sebagianbesar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar segalamacam bentuk interaksi tersebut dapat dikembalikan padakerjasama.22

Kerjasama (cooperation) adalah usaha bersama antaraindividu atau kelompok untuk mencapai satu ataubeberapa tujuan bersama. Proses terjadinya cooperationterjadi apabila individu atau kelompok tertentu menyadariadanya kepentingan dan ancaman yang sama.23 Di kalanganmasyarakat Indonesia dikenal bentuk kerjasama tradisionaldengan nama gotong royong. Di dalam sistem pendidikan

2 1 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, h. 151.2 2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h 61.2 3 H.M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat, ( Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h. 59.

Page 57: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

33

Indonesia yang tradisional, umpamanya, sejak kecil sudahditanamkan ke dalam jiwa seseorang suatu pola perilakuagar dia selalu hidup rukun, terutama dengan keluarga danlebih luas lagi dengan orang lain di dalam masyarakat. Halmana disebabkan adanya suatu pandangan hidup bahwaseseorang tidak mungkin hidup sendiri tanpa kerja samadengan orang lain. Pandangan hidup demikianditingkatkan dalam taraf kemasyarakatan, sehingga gotongroyong seringkali diterapkan untuk menyelenggarakankepentingan.24

Kerjasama timbul karena orientasi orang peroranganterhadap kelompoknya (yaitu In-group-nya) dan kelompoklainnya (yang merupakan out-group-nya). Kerjasamamungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luaryang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yangmenyinggung kesetiaan yang secara tradisional atauinstitusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diriseseorang atau segolongan orang.25

Jiwa atau semangat gotong royong (sebagai lawan darijiwa individualis) muncul karena adanya pengertian akankebutuhan sesama warga masyarakat. MenurutKoentjaraningrat, dalam masyarakat yang memiliki jiwagotong royong, kepentingan atau kebutuhan umum dinilailebih tinggi daripada kepentingan pribadi, dan kerja baktimerupakan hal yang terpuji.26

2 4 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 73-74.2 5 Ibid, h. 72.2 6 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi.. h. 155.

Page 58: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

34

Beberapa pendapat menyatakan bahwa padamasyarakat di mana bentuk kerjasama merupakan unsurdari sistem nilai-nilai sosialnya seringkali dijumpai keadaandi mana warga masyarakat tersebut tidak mempunyaiinisiatif ataupun daya kreasi, oleh karena orang peroranganterlalu mengandalkan pada bantuan dari rekan-rekannya.Terlepas dari apakah terdapat akibat-akibat positif ataunegatif, kerjasama sebagai salah satu bentuk interaksi sosialmerupakan gejala universal yang ada pada masyarakat dimanapun juga. Walaupun secara tidak sadar kerjasama tadimungkin timbul terutama di dalam keadaan-keadaan dimana kelompok tersebut mengalami ancaman dari luar.27

Bentuk dan pola-pola kerjasama dapat dijumpai padasemua kelompok manusia. Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap demikian dimulai sejak masa kanak-kanak di dalamkehidupan keluarga atau kelompok-kelompok kekerabatan.Atas dasar itu, seorang anak akan menggambarkanbermacam-macam pola kerjasama setelah dewasa nanti.Bentuk kerjasama tersebut berkembang apabila orang dapatdigerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harusada kesadaran bahwa tujuan tersebut dikemudian harimempunyai manfaat bagi semua, juga harus ada iklim yangmenyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yangakan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerjasama,supaya rencana kerjasamanya dapat terlaksana dengan baik.28

2 7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 74.2 8 Ibid, h. 72.

Page 59: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

35

Sehubungan dengan pelaksanaan kerjasama (coopera-tion), ada lima bentuk kerjasama yaitu:

1) Gotong royong dan kerja bakti. Gotong royong adalahsebuah proses cooperation yang terjadi di masyarakatpedesaan, proses tersebut menghasilkan aktivitas tolongmenolong dan pertukaran tenaga serta barang maupunpertukaran emosional dalam bentuk timbal balik diantara mereka. Kerja bakti adalah proses cooperationyang mirip dengan gotong royong, namun kerja baktiterjadi pada proyek-proyek publik atau program-pro-gram pemerintah.

2) Bargaining, adalah proses cooperation dalam bentukperjanjian pertukaran kepentingan, kekuasaan, barang-barang maupun jasa antara dua organisasi atau lebihyang terjadi dibidang politik, budaya, ekonomi, maupunhukum.

3) Co-optation, adalah proses cooperation yang terjadi diantara individu dan kelompok yang terlibat dalamsebuah organisasi atau negara, di mana terjadi prosespenerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinanatau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi untukmenciptakan stabilitas. Co-optation sebagai salah satucara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalamstabilitas organisasi yang bersangkutan.

4) Coalition, yaitu dua organisasi atau lebih mempunyaitujuan-tujuan yang sama, kemudian melakukankerjasama satu dengan lainnya untuk mencapai tujuantersebut. Coalition umumnya tidak menyebabkan

Page 60: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

36

ketidakstabilan struktur di masing-masing organisasi,karena coalition biasanya terjadi di unit program dandukungan politis.

5) Joint-venture, yaitu kerjasama dua atau lebih organisasiperusahaan di bidang bisnis untuk pengerjaan proyek-proyek tertentu, misalnya, pengeboran minyak, ekplorasitambang batu bara, penambangan emas, pengakapanikan, perkapalan dan eksploitasi sumber-sumber min-eral lainnya, di mana kegiatan ini membutuhkan modaldan SDM yang besar sehingga perlu kerjasama di antaraperusahaan-perusahaan tersebut.29

Tolong menolong dalam konsep Islam adalah ciri khasumat Islam sejak masa Rasulullah SAW. Hal tersebuttergambar jelas pada peristiwa hijrah umat muslimMekkah ke Madinah. Sebagaimana kita ketahui muslimMadinah (kaum Anshar) menerima dan menyambutdengan baik kedatangan saudara-saudara mereka dariMekkah, bahkan kaum Anshar rela memberikan hartamereka untuk kaum muslim Mekkah yang hijrah keMadinah (kaum Muhajirin).

Tolong menolong telah menjadi bagian dari ajaran Is-lam. Agama Islam mewajibkan umatnya untuk saling tolongmenolong satu dengan yang lainnya. Namun Islam jugamemberikan batasan-batasan sejauhmana pertolongantersebut boleh diberikan. Tolong menolong yang dibenarkanadalah tolong menolong dalam hal kebaikan dan kebenaran

2 9 H.M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 59-60.

Page 61: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

37

bukan tolong menolong dalam hal kejahatan dan maksiat.Sebagaimana ditegaskan dalam Q.S. Al Maidah/5: 2.

d. Iklim kesamaan antar sesama muslim dan non-muslim

Muhammad Tholhah Hasan menjelaskan bahwakonsep kesamaan (as- sawiyah), dalam buku beliau Islamdalam Perspektif Sosio Kultural, memandang manusia padadasarnya sama derajatnya. Terjadinya stratifikasi sosialmaupun perjenjangan lainnya itu terbentuk karena proseslain. Satu-satunya pembedanya dalam pandangan Islamadalah ketakwaan. 30

Islam merupakan sebuah agama sosial, dalampengertian bahwa seseorang tidak dapat menjadi seorangmuslim kecuali dia secara aktif peduli terhadap sesamamuslim.31 Jamal A. Badawi menegaskan bahwa di dalamAl-Qur’an banyak memberikan berbagai alasan mengapasetiap manusia harus dihormati dan dihargai dalamkapasitasnya sebagai manusia, tanpa memperdulikankeimanan yang dipilihnya.32

3 0 Muhammad Tholhah Hasan, Islam dalam Perspektif Sosio Kultural, Cet. 3, ( Jakarta:Lantabora Press, 2005), h. 142.

3 1 M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, diterjemahkan oleh ZarkowiSoejoeti, ed 1 ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h 9.

3 2 Jamal A. Badawi, Hubungan Antar Agama, h. 148.

Page 62: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

38

Hak-hak seseorang dalam suatu kelompok ditetapkandan dijamin oleh kewajiban anggota-anggota yang lain baiksecara individual (perorangan) atau secara kolektif. Bagikonsepsi barat tradisional, definisi hak-hak dan kewajiban-kewajiban dapat dibentuk dengan criteria (ukuran) impera-tive atau subyektif, tradisional atau okasional, dan denganbegitu akan berbeda-beda menurut perkembanganmasyarakat dan kondisi-kondisi di luar manusia.Kewajiban untuk menghormati hak-hak perorangan dalambatas hal-hal yang dianggap sebagai kebaikan umum,mendapatkan kekuatan pelaksanaannya dari sebab-sebabsosiologis, khususnya hal-hal yang dapat bercampur denganmoral, karena membawa ciri tradisi kebudayaan, aspirasipsikologis dan kepastian ideologis. Jaminan hak-hakperorangan juga disokong oleh reaksi automatis yangkadang-kadang juga bercampur dengan kekerasan, dan yangdilancarkan oleh masyarakat atau perorangan, oleh karenajika tidak begitu, akan meluncur kepada ketidakseimbangan antara hak-hak prerogative manusia dankewajiban kolektif.33

Hak-hak dan kewajiban, larangan-larangan danperintah-perintah di dalam Islam semuanya bersifatagama. Sepintas lalu nampak bahwa hubungan timbal balikharus tegas oleh karena hukum yang diwahyukan ituberlaku untuk segala keadaan, tetapi hukum Islam melihatdari segi individual dan kolektif, dalam dua konsep yangtidak berbeda akan tetapi serupa. Gerak keseimbangan

3 3 Marcel A. Boisard, Humanisme dalam Islam, diterjemahkan oleh H. M. Rasjidi,( Jakarta: Bulan Bintang, tt), h. 107-108.

Page 63: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

39

antara hak perorangan dengan keharusan sesuatu untukkebaikan masyarakat selalu ada, akan tetapi nampak darisegi yang khusus dalam Islam, dan harus mendapatkankeseimbangan dengan jalan memperlakukan hukum yangdiwahyukan secara tepat.34

Prinsip-prinsip yang terdapat dalam Al-Qur’antentang keadilan, kejujuran dan solidaritas kemanusiaanmenimbulkan kewajiban bagi tiap anggota masyarakat Is-lam, orang perorang. Prinsip-prinsip tersebutmenimbulkan suatu iklim hormat menghormati dan jagamenjaga yang timbal balik, yang merupakan praktekperadaban yang berdasarkan keagamaan. Begitu juga“memerintahkan yang baik dan melarang yang jahat”memberikan kepada masyarakat Islam suatu sifat dankebiasaan paternalis (kebapakan). Dasar sejarah dan sarifilsafat Islam adalah tetap, yaitu autonomi pribadi seseorang,yakni menekankan dengan cara proyeksi hak-hak manusiadalam masyarakat. Seperti semua sistem politik, Islammenempatkan kepentingan umum di atas kepentinganpribadi, tetapi jika hal tersebut perlu dikerjakan, negaraharus tidak melanggar sifat kemanusiaan warga negaranyaatau menyebabkan hilangnya kemerdekaan dankeluhurannya.35

e. Iklim toleransi sesama muslim dan non-muslim

Toleransi seringkali digunakan untuk mengakomodirberbagai kepentingan yang berada dari sudut pandang etnis,

3 4 Ibid, h. 108.3 5 Ibid, h. 108.

Page 64: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

40

ras dan agama, karena masalah toleransi itu sendiri lahirdalam kaitan perbedaan yang berhubungan langsung denganras maupun agama, yakni ketika terjadi diskriminasi rasdalam komunitas tertentu, dan hal itu sudah berlangsungsejak lama. Contoh yang masih dapat kita ingat adalahperistiwa penentangan orang-orang kulit putih terhadaporang-orang kulit hitam, Israel melawan Palestina, Serbiamelawan muslim Bosnia, dan seterusnya, dan di Indonesiapernah diperlakukan pada kelompok etnis Cina.36

Toleransi dalam hidup bermasyarakat dipahamisebagai perwujudan mengakui dan menghormati hak-hakasasi manusia. Kebebasan berkeyakinan dalam arti tidakadanya paksaan dalam hal agama, kebebasan berpikir atauberpendapat, kebebasan berkumpul, dan sebagainya.Pengertian toleransi yang disebutkan dalam Webster’s Dic-tionary, sebagaimana dikutip oleh Yunan Nasution ialahmemberikan kebebasan terhadap pendapat orang lain danberlaku sabar menghadapi orang lain (Liberality towardthe opinions of others, patience with others).37

Toleransi dalam Ngainun Naim dan Achmad Sauqiadalah kemampuan untuk menghormati sifat dasar,keyakinan, dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.Toleransi disebut dengan tasâmuh yang dipahami sebagaisifat atau sikap menghargai, membiarkan, atau membolehkanpendirian (pandangan) orang lain yang bertentangan dengan

3 6 Karlina Helmanita, Pluralisme dan Inklusivisme Islam di Indonesia Arah Dialog LintasAgama, ( Jakarta: PBB UIN, 2003), h. 34.

3 7 M. Yunan Nasution, Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan, ( Jakarta: BulanBintang, 1988), h. 16.

Page 65: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

41

pandangan kita. Berdasarkan prinsip metodologis, toleransiadalah penerimaan terhadap hal yang tampak sampaikepalsuannya tersingkap. Toleransi relevan denganepistimologi, toleransi juga relevan dengan etika, yaitu sebagaiprinsip menerima apa yang dikehendaki sampaiketidaklayakannya tersingkap. Toleransi adalah keyakinanbahwa keanekaragaman agama terjadi karena sejarah dengansemua faktor yang mempengaruhinya, baik kondisi ruang,waktu, prasangka, keinginan, dan kepentingannya yangberbeda antara satu agama dengan agama lainnya.38

Jenis interpretasi mengenai konsep toleransi ada duapendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa toleransihanya menghendaki agar orang lain dibiarkan melakukansesuatu atau mereka tidak diganggu (pengertian toleransiyang negatif ). Pendapat kedua mengatakan bahwa toleransimemerlukan lebih dari itu, yaitu memerlukan bantuan,pertolongan, dan pembinaan (pengertian toleransi yangpositif ). Namun pengertian toleransi yang positif ini hanyadiperlukan pada satu situasi di mana sasaran dari toleransiadalah sesuatu yang secara moral tidak dianggap salah dantidak dapat diubah, seperti dalam kasus toleransi rasial.39 Disamping itu, toleransi tidak hanya berkaitan dengan legislasi,tetapi juga sikap sosial. Dewasa ini hanya sedikitdiskriminasi dan perilaku tidak toleran terhadap legislasi itu,tetapi sikap tidak toleran di antara individu atau kelompok

3 8 Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural; Konsep dan Aplikasi,Cet.3, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 77.

3 9 Karlina Helmanita, Pluralisme dan Inklusivisme Islam, h. 34-35.4 0 Ibid, h. 35.

Page 66: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

42

masih muncul dalam banyak kasus, baik sebagai akibat darimotivasi ras, ideologi, politik aturan ataupun agama.40

Yunan Nasution menjelaskan bahwa ciri-ciri toleransiitu tergambar dalam kebesaran jiwa seseorang, keluwesansikap dan pembawaannya, lapang dada dan sabar mengha-dapi pendapat atau pendirian orang lain yang tidak sesuaidengan pendirian sendiri. Sifat toleransi menghendaki agarperbedaan agama, penilaian kepercayaan, perbedaankeyakinan, pendirian, perbedaan penilaian, dan lain-lain,tidak menjadi penghalang dalam hidup bermasyarakat.

Yunan Nasution memaparkan bahwa dalam Al-Qur’anbanyak dijumpai ayat-ayat tentang pokok-pokok ajaran Is-lam mengenai hubungan antar manusia, walaupun berbeda-beda keyakinan, dilarang melakukan pemaksaan dankekerasan. Islam mengajarkan supaya bersikap luwes dan luas,berlapang dada, sikap terbuka, toleransi. Pada beberapa ayatAl-Qur’an (Yunus 99, Al-Ankabut 46, Al-Mumtahinah8-9 dll) terdapat prinsip-prinsip bagaimana seharusnyaseorang muslim memandang dan menghadapi agama laindan pemeluknya. Prinsip tersebut terdiri dari empat patokan;Pertama, harus menjauhkan sikap paksaan, tekanan,intimidasi dan yang seumpamanya. Dalam pergaulan denganpemeluk agama-agama lain harus bersikap toleran, yangdalam istilah Islam disebut tasâmuh; Kedua, Islammemandang pemeluk-pemeluk agama lain terutama ahlikitab, mempunyai persamaan landasan akidah, yaitu sama-sama mempercayai Allah SWT. Islam mengakui kebenarandan kesucian kitab Taurat dan Injil dalam keadaannya yang

Page 67: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

43

asli (orisinal); Ketiga, Islam mengulurkan tanganpersahabatan terhadap pemeluk agama lain, selama merekatidak menunjukkan sikap dan tindakan permusuhan, danselama tidak bertentangan dengan prinsip akidah Islamiyah;Keempat, pendekatan (approach) terhadap pemeluk agamalain untuk meyakinkan mereka terhadap kebenaran ajaranIslam haruslah dilakukan dengan diskusi yang baik, sikapyang sportif dan elegan.41

Yunan Nasution menegaskan dalam tulisannya bahwatoleransi Islam itu ada batas-batasnya, ada ketentuan yangberdasarkan hukum menurut ajaran Islam. Rasulullahmenunjukkan satu contoh yang jelas dan tegas tatkala beliaudiajak oleh kafir Quraisy untuk melakukan sikap kompro-mistis, yaitu sehari bersama-sama menyembah Allah dan padahari yang lain bersama-sama pula menyembah Tuhan kuffarQuraisy. Maka pada saat itu turun wahyu surat Al-Kâfirûn.42

Toleransi dibenarkan pada hal-hal yang berhubungandengan masalah sosial, tetapi tidak dalam masalah akidah. Haltersebut ditegaskan oleh Hamka yang dikutip oleh DawamRahardjo bahwa dalam hal keimanan tidak ada toleransi agama.Namun, toleransi berlaku di bidang sosial, sehingga yang adaadalah toleransi sosial dan bukan toleransi agama.43

Azyumardi Azra menjelaskan bahwa menciptakansebuah hubungan antar agama yang sehat dan penuh

4 1 M. Yunan Nasution, Islam dan Problema-Problema Kemasyarakatan, h. 13-14.4 2 Ibid, h. 14.4 3 M. Dawam Rahardjo, “Fanatisme dan Toleransi,” dalam Irwan Masduqi, Berislam

Secara Toleran: Teologi Kerukunan Umat Beragama, karya Irwan Masduqi, cet 1 ( Jakarta:PT Mizan Pustaka, 2011), h. xxiv.

Page 68: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

44

kedamaian akan sangat tergantung pada kemampuan tiapkelompok keagamaan untuk mendalami pemahaman mu-tual atas doktrin-doktrin dan praktek-praktek kelompokkeagamaan lain sebagai prioritas pertama. Pendalaman inimenurut Azra mencakup pengenalan kemajemukan diantara para pemeluk tiap agama. Sehingga pendalamanpemahaman atas agama lain itu diharapkan bahwa perilakutersebut akan digunakan untuk membongkar, atau palingtidak mengurangi persepsi yang bersifat stereotip dan biasserta pandangan yang tidak akurat. Pada akhirnya akanmenghasilkan sebuah rasa hormat dan toleransi yang mu-tual (saling menguntungkan) serta keberadaan yang penuhdengan kedamaian.44

Toleransi sangat perlu diwacanakan dan diterapkan ditengah masyarakat guna meminimalkan atau jika bisamenghapuskan kekerasan atas nama agama yang akhir-akhir ini semakin marak terjadi, baik di luar maupun didalam negeri. Toleransi semakin mendesak dibumikandalam rangka mewujudkan koeksistensi, yakni kesadaranhidup berdampingan secara damai dan harmonis ditengah-tengah masyarakat yang beragam. Bahkan menurutpandangan Irwan Masduqi bahwa keberlangsunganBineka Tunggal Ika dan tumbuhnya kesadaran akanpentingnya penerimaan terhadap keberbedaan tergantungpada sejauh mana toleransi diterima di masyarakat.45

4 4 Azyumardi Azra, “Eksplorasi Atas Isu-isu Kesetaraan dan kemajemukan,” dalambuku Memahami Hubungan Antar Agama, Cet. 1 (Yogyakarta: Elsaq Press, 2007), h.131.

4 5 Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran: Teologi Kerukunan Umat Beragama, cet 1,(Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011), h. 6.

Page 69: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

45

Sufyanto menyimpulkan inti dari konsep toleransiadalah partisipasi masyarakat untuk saling menghargai,menghormati, dan bersifat terbuka (inklusif ). Ditambah-kan oleh Sufyanto bahwa sikap toleransi ini harus dibangunoleh seluruh kekuatan masyarakat, tidak hanya individu.46

Mukmin yang sejati adalah yang bisa menjagakeselamatan darah dan harta orang lain. Malik bin Anas(w. 179 H) pendiri Mazhab Malikiyah, termasuk ulamayang mengusung semangat toleransi. Baginya, kebebasanberpendapat dan perbedaan harus dihargai dan tidak bolehdiberangus dengan upaya unifikasi melalui kebijakanpenguasa. Pembelaannya terhadap kebebasan berpendapattampak dalam kasus ketika Harun al-Rasyid (w. 193 H)berinisiatif menggantung Al-Muwatta karya Malik di atasKa’bah dan memerintahkan semua orang agar mengikutikitab tersebut. Namun, Malik menolak keinginan itudengan berkata “Wahai pemimpin kaum mukminin,janganlah anda gantung kitab itu di atas Ka’bah, sebab parasahabat Nabi telah berbeda pendapat”. Jawaban tersebutmenunjukan sikap toleran Malik terhadap keberagamanpendapat dan sikap empatinya terhadap perbedaan. Empatimenjadi kata kunci dalam mewujudkan toleransi.47

Toleransi sangat lekat dengan kerendahan hati,kemurahan hati, keramahan, kesopanan dalam menghargaiorang lain, sedang intoleransi merupakan bentuk

4 6 Sufyanto, Masyarakat Tamaddun: Kritik Hermeneutis Masyarakat Madani NurcholishMadjid, Cet. 1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 131.

4 7 Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran, h. 17-18.

Page 70: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

46

keangkuhan yang menghancurkan apa saja yang tidakdipahami dan yang berbeda.48

Toleransi dalam tradisi Islam sejalan dengan filsafatstoicism yang menekankan urgensi kontrol emosi dalammenyikapi perbedaan. Al-Ghazali (1058-1111 M/450-505 H), dalam karyanya Ihya ‘Ulum al-Din, mengulaspentingnya kontrol emosi (‘ilâj al-ghadhab) dalammenghargai perbedaan. Menurutnya, selama manusia bisamencintai dan membenci, maka manusia tidak akan lepasdari emosi dan kemarahannya. Manusia selalu mencintaipendapat yang cocok dengannya dan membenci hal-halyang tidak sesuai, namun, manusia harus mengendalikanemosinya ketika menyaksikan hal-hal yang tidak sesuaidengan keinginannya. Kontrol emosi dapat dilakukanmelalui enam langkah: Pertama, merenungi keutamaanmemaafkan dan menahan marah sebagaimana firman Al-lah dalam Q.S Ali Imran/3: 133-134; Kedua, takut padasiksa Allah terhadap pemarah; Ketiga, menghindari eksesnegatif dari permusuhan; Keempat, membayangkan rautwajah yang amat jelek seperti anjing dan binatang buas saatmarah-marah; Kelima, berfikir ulang tentang penyebabkemarahan; dan Keenam, menyadari bahwa kemarahankeluar dari kesombongan karena pemarah merasa seakan-akan perilakunya sesuai dengan maksud Allah. Hal inimirip dengan fenomena kelompok muslim radikal yangberteriak Allahu Akbar tetapi dengan penuh amarahbertindak barbar.49

4 8 Ibid, h. 18.4 9 Ibid, h. 20-21.

Page 71: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

47

Al-Ghazali tidak lupa memaparkan sifat toleran NabiMuhammad SAW. Pada suatu hari, ada seseorang dariArab pedalaman yang buang air kecil di dalam masjid dihadapan Nabi. Spontan para sahabat naik pitam. Namun,Nabi justru melarang para sahabatnya menggunakankekerasan untuk menghalangi kencingnya. Para sahabatmemprotes, “Tetapi ini adalah masjid yang tak layakdikotori dan dikencingi”. Nabi bersabda, “Dekatilah diasecara baik-baik dan jangan dengan kekerasan agar dia tidaklari dari Islam” (qarribû wa lâ tunâffirû)”. Bagaimanapunjuga Nabi tidak menyukai perbuatan amoral itu, tetapi Nabidengan sangat toleran mengontrol emosi untuk tidakmenggunakan kekerasan atas nama kesakralan simbolagama, dalam konteks ini adalah kesucian masjid. Sifattoleran Nabi inilah yang saat ini diabaikan oleh kelompokradikal yang tak segan-segan menggunakan kekerasandengan dalih membela kesakralan Islam yang ternodai.50

Dalam Islam, toleransi merupakan kebajikan yang berhu-bungan erat dengan kebajikan lainnya seperti kerendahanhati, kemurahan hati, keramahan, dan kesopanan.

Menurut Mustafa As-Siba’i terdapat prinsip-prinsipperadaban Islam dalam toleransi keagamaan, yaitu:

1) Agama-agama samawi (langit) semua bersumber darisatu Tuhan sebagaimana dijelaskan dalam Q.S.Asy-Syurâ/42: 13.

5 0 Ibid, h. 21.

Page 72: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

48

2) Nabi-nabi adalah bersaudara, tiada kelebihutamaanantara mereka dari segi risalah. Kaum muslimin wajibberiman kepada semua nabi. Hal ini ditegaskan Allahdalam firmanNya Q.S. Al-Baqarah/2: 136.

3) Akidah tidak dapat dipaksakan penganutnya, bahkanharus mengandung kerelaan dan kepuasan. Allahmenerangkan dalam Q.S. Al-Baqarah/2: 256.

Selanjutnya terdapat dalam Q.S. Yûnus/10: 99.

4) Tempat-tempat ibadah bagi agama-agama Ilahi adalahterhormat, wajib dibela dan dilindungi seperti masjid-masjid kaum muslimin. Seperti yang terdapat dalamQ.S. Al Hajj/22: 40.

Page 73: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

49

5) Tidak selayaknya perbedaan dalam agama menyebab-kan manusia saling membunuh atau saling menganiayasatu sama lain. Bahkan seharusnya saling menolongdalam berbuat kebaikan dan memerangi kejahatan.Allah SWT menerangkan seperti yang terdapat dalamQ.S. Al-Maidah/5: 2.

Adapun keputusan mengenai perselisihan di antaramereka, Allah sendirilah yang menghakiminya kelak dihari kiamat. Seperti yang terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah/2: 113.

6) Kelebihutamaan di antara manusia dalam kehidupandan di sisi Allah sesuai dengan kadar kebaikan dankebajikan yang di persembahkan seseorang dari merekauntuk dirinya dan untuk sesamanya.

Allah berfirman dalam Q.S. Al-Hujurat/49:13.

Page 74: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

50

7) Perbedaan dalam agama tidak menghalangi untukberbuat kebaikan, silaturrahmi dan menjamu tamu,seperti yang terdapat dalam Q.S. Al-Maidah/5: 5.

8) Jika manusia berselisih pendapat mengenai agama-agama mereka, maka mereka boleh berdebat satu samalain dengan cara yang paling baik dan dalam batas-bataskesopanan, dengan argumentasi dan memberikankepuasan (kemantapan), seperti firman Allah SWTdalam Q.S. Al-Ankabut/29: 46.

Kita juga tidak boleh mencela lawan yang berselisihatau mencaci akidah mereka meskipun mereka kaumpaganis (penyembah berhala). Hal ini diutarakan olehAllah dalam Q.S.Al-An’am/6: 108.

Page 75: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

51

9) Jika umat Islam dianiaya dalam hal akidah maka wajibmenolak kelaliman itu untuk melindungi akidah kitadan menghalau fitnah, seperti firman Allah SWT dalamQ.S. Al-Baqarah/2: 193.

Selanjutnya firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Mumtahînah/60: 9.

10)Jika umat memperoleh kemenangan atas orang-orangyang menganiayanya dalam agama atau ingin merampaskemerdekaannya maka tidak boleh menuntut balaskepada mereka dengan memaksa mereka meninggalkanagamanya atau dengan menindas mereka dalamakidahnya. Cukuplah bagi mereka untuk mengakuikekuasaan negara dan mengabdi secara ikhlas kepadanya

Page 76: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

52

sehingga terwujud “Hak mereka adalah hak kita dankewajiban mereka adalah kewajiban kita”.51

Prinsip-prinsip toleransi keagamaan inilah dalam Is-lam yang melandasi peradaban kita. Peradaban Islammewajibkan setiap muslim beriman kepada para Nabi dankepada Rasul Allah, menyebut mereka dengan pengagung-an dan penghormatan. Tidak menimpakan kejelekankepada pengikut-pengikut mereka, bergaul baik denganmereka, dengan lemah lembut dan ramah tamah. Selainitu kita juga harus memelihara pertetanggaan denganmereka dan menerima mereka dengan baik jika merekabertamu. Islam mewajibkan negara muslim melindungitempat-tempat ibadah mereka, tidak mencampuri urusanakidah mereka dan tidak menganiaya mereka dalamhukum. Islam juga menyamakan kedudukan mereka dalamhak-hak dan kewajiban-kewajiban umum dengan kaummuslimin. Selain itu peradaban kita juga memerintahkanagar menjaga kehormatan, kehidupan dan masa depanmereka sebagaimana Islam menjaga kehormatan,kehidupan dan masa depan kaum muslimin.

Uraian di atas menunjukkan bahwa di atas asas-asasinilah peradaban Islam berdiri, dan dengan asas-asas itulahdunia melihat untuk pertama kalinya sebuah agama yangmendirikan sebuah peradaban tetapi tetap menghargaiagama-agama lain, juga tidak menyingkirkan orang-orangyang tidak beriman kepadanya, baik dalam lapangan

5 1 Mustafa As-Siba’I, Peradaban Islam Dulu, Kini Dan Esok, ( Jakarta: Gema InsaniPerss, 1992), h. 88-93.

Page 77: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

53

pekerjaan maupun kedudukan sosial. Toleransi ini tetapmenjadi adat peradaban kita sejak landasannya dibuat olehNabi Muhammad SAW sampai mulai keruntuhannya, lalusetelah itu prinsip-prinsip tersebut hilang dan perintah-perintahnya dilupakan. Manusia pun tidak lagi memahamiagamanya sehingga mereka menjadi jauh dari toleransikeagamaan yang mulia ini.

f. Iklim keberagamaan dan peribadatan

Agama tidak bisa dilepaskan dari peribadatan-peribadatan yang ada dalam agama itu sendiri. Pelaksanaanibadah bagi orang yang beragama pada dasarnyamerupakan lambang kepatuhan dan ketaatan terhadapajaran agama. Oleh karena itu, untuk melihat keyakinanseseorang atas agama yang dianutnya terlihat pada indikasipelaksanaan ibadah yang menjadi fenomena-fenomenadalam agama yang mereka anut. Ibadah dalam konteksaspek fenomena agama menurut Peter Connelly terkaitdengan upaya mendeskripsikan dan memahamikeyakinan-keyakinan dan praktik-praktik yang dilakukanoleh anggota suatu tradisi keagamaan.52

Praktik atas keyakinan suatu agama dalam pengertianyang lebih sempit adalah melaksanakan peribadahansebagai hubungan manusia dengan Tuhannya, yaituperibadahan yang bersifat vertikal yang dapat diwujudkandalam bentuk kegiatan salat berjama’ah, puasa Senin-

5 2 Peter Connelly, Aneka Pendekatan Studi Agama, diterjemahkan oleh Imam Khairi,Cet. 2 (Yogyakarta: LkiS, 2009), h.150.

Page 78: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

54

Kamis, doa bersama, dan lain-lain,53 bagi seorang muslim.Ketika hubungan manusia dengan Tuhan yang bersifatvertikal dilihat dari perspektif agama lain, tentu bentuk-bentuk peribadatan yang mereka lakukan sesuai denganajaran agamanya, misalnya peribadatan kebaktian padaagama Kristen.

Hubungan antara keyakinan dan praktik keagamaansebagai fenomena agama yang tergambar di atas tidakbersifat universal, lebih pada persoalan parsial konseptual,yakni kesamaan persepsi bagi penganut semua agama.Dengan demikian tidak semua orang berkeyakinanterhadap peribadatan dalam agamanya selalu melaksanakanbentuk-bentuk peribadatan tersebut. Bentuk-bentukperibadatan yang kadang-kadang hanya tinggal dalam suatukeyakinan bahwa peribadatan adalah sebuah kebenarandari agama. Oleh karena itu suasana keagamaan dimasyarakat melalui pendekatan peribadatan sesuai denganagama yang dianut oleh para pemeluknya merupakan halyang mestinya, harus dilakukan.

Fenomena-fenomena toleransi keagamaan ialahadanya masjid-masjid yang berdampingan dengan gerejadalam naungan peradaban kita. Tokoh-tokoh agama digereja diberi kekuasaan penuh atas pengikut-pengikutmereka dalam urusan-urusan keagamaan dan kegerejaanmereka. Negara tidak campur tangan dalam hal itu, bahkannegara justru campur tangan dalam memecahkan masalah-

5 3 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di sekolah, Madrasah,dan Perguruan Tinggi ( Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), h. 61.

Page 79: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

55

masalah khilafiah antara mazhab-mazhab mereka. Negaramenjadi penengah antara sebagian mereka dengan sebagianyang lain.54

Nabi SAW pernah mengijinkan kaum NasraniNajran sembahyang di masjidnya di samping kaummuslimin yang juga sedang shalat. Di gereja Agung Yohannadi Damaskus yang kemudian hari menjadi masjid Jami’Bani Umayyah, orang-orang nasrani pada saat penaklukkanrela separuh gerejanya diambil oleh kaum muslimin, dankaum muslimin pun rela jika mereka sembahyang di situ.Terlihat putera-putera dua agama itu shalat berdampingandalam waktu yang sama. Jamaah yang satu menghadap kekiblat sedang jamaah yang lain menghadap ke timur. Itumerupakan fenomena aneh yang unik dalam sejarah,mempunyai makna yang dalam untuk menunjuk toleransikeagamaan yang dicapai oleh peradaban kita.55

g. Kesalehan sosial sebagai iklim keberagamaan

Istilah kesalehan berasal dari kata saleh, artinya taatdan sungguh-sungguh menjalankan ibadah. Kesalehanlebih diartikan pada ketaatan (kepatuhan) menjalankanibadah; kesungguhan menunaikan ajaran agamanyatercermin pada sikap hidupnya.56 Sedangkan istilah sosialadalah suka memperhatikan kepentingan umum (sukamenolong, menderma, dsb).57

5 4 Mustafa As-Siba’I, Peradaban Islam Dulu, Kini dan Eso, h. 95-96.5 5 Ibid, h. 96.5 6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), h. 984.5 7 Ibid, h. 1085.

Page 80: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

56

Istilah kesalehan secara konseptual disebut juga denganamalan saleh, yaitu yang berhubungan dengan perbuatan-perbuatan baik. Perbuatan baik tersebut dilihat dari sudutpandang agama, bukan dari sudut pandang budaya atautradisi kemasyarakatan yang dipandang baik olehmasyarakat, padahal bertentangan dengan sudut pandangagama. Oleh karena itu yang dimaksud dengan kesalehansosial adalah perbuatan baik yang mendeskripsikan sikaphidup yang bersinergi dengan kepentingan umum.

Perbuatan baik yang bersinergi dengan kepentinganumum, pada dasarnya telah tergambar secara jelas dalambentuk ajaran-ajaran agama, misalnya anjuran agama kepadapenganutnya agar mereka bersikap suka menolong. Bentukkonkrit suka menolong melalui infak dan sedekah untukkepentingan umum, atau sikap sosial lainnya seperti kerelaanseseorang berbuat untuk kepentingan agama sendiri, misalnyamelaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan di masyarakat.

Perintah berbuat baik dalam ajaran agama Islam tidakhanya sebagai anjuran yang tidak mengandung makna bagiyang berbuat baik, tetapi ada esensi berupa kebaikan yangakan dikembalikan kepada sang pelaku yang merupakanjanji-janji Tuhan Yang Maha Kuasa bagi setiap hamba-Nya. Secara tersirat balasan kebaikan atas perbuatan baikmenjadi sebuah motivasi melakukan amal-amal saleh. Olehkarena itu diperlukan penanaman motivasi, mengingatmotivasi itu merupakan energi bagi amal yang dilakukan.

Motivasi merupakan langkah awal bagi seseoranguntuk sadar akan apa yang seharusnya dilakukan, sehingga

Page 81: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

57

motivasi menjelma menjadi sebuah kesadaran untukmelakukan atau tidak melakukan. Suatu tindakan yangdilakukan tidak pernah lepas dari sebuah pertimbanganakan akibat dari tindakan itu sendiri. Oleh karena itu,motivasi adalah kontrol batiniah dari tingkah laku sepertiyang diwakili oleh kondisi-kondisi fisiologis, minat-minat,kepentingan-kepentingan, sikap-sikap, dan aspirasi-aspirasi atau kecenderungan organisme untuk melakukansesuatu; sikap atau perilaku yang dipengaruhi olehkebutuhan dan diarahkan pada tujuan-tujuan tertentu yangtelah direncanakan.58

Amal-amal saleh dalam konteks ini, terkadang orangberbuat tidak pernah mempertimbangkan keuntunganhanya dari sisi material saja, tetapi dipertimbangkan darisisi ukhrawi. Pertimbangan dari sisi ukhrawi tentu sajasangat berhubungan dengan keyakinan akan ajaran dariagama yang dianut.

Mengiklimkan keberagamaan di masyarakat dalamkonteks kesalehan sosial dapat dilakukan misalnya melaluibudaya infak dan sedekah, tolong menolong, membiasakanaktif dalam kegiatan keagamaan, rukun, toleransi, yangdiharapkan menjadi budaya bagi masyarakat tersebut.

Menciptakan iklim keberagamaan pada masyarakatyang multikultural dalam perspektif pendidikan agamamelalui kesalehan sosial, merupakan proses pendekatankontekstual, yang dalam teori kontruktivis adalah

5 8 Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Psikologi Kenabian, Cet. 3 (Yogyakarta: Al-Manar,2008), h. 341.

Page 82: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

58

merupakan cara mengkonstruksikan makna melaluiinteraksi dengan lingkungannya.59

Keterlibatan tokoh agama dan masyarakat untukmemberikan makna secara menyeluruh kepada wargamasyarakat melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, tentumemberikan arti pengalaman-pengalaman riil dalamkehidupan secara individu bagi warga masyarakat. Olehkarena itu pembiasaan-pembiasaan dalam kontekskesalehan sosial di masyarakat, mestinya harus dijadikankonsep pembelajaran yang bersifat kolektif bagi wargamasyarakat, sehingga warga masyarakat masuk dalamkonteks suasana keagamaan.

B. Konsep Masyarakat Multikultural

1. Pengertian Masyarakat Multikultural

Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Secaraetimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi(banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Secarahakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabatmanusia yang hidup dalam komunitasnya dengankebudayaannya masing-masing yang unik.60

Multikulturalisme merupakan suatu paham atau situasi-kondisi masyarakat yang tersusun dari banyak kebudayaan.Multikulturalisme sering merupakan perasaan nyaman yang

5 9 Muhaimin, Dalam Rekonstruksi Pendidikan Islam: dari Paradigma PengembanganManajemen Kelembagaan, Kurikulum Hingga Strategi Pembelajaran, Ed 1, ( Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 261.

6 0 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h.75.

Page 83: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

59

dibentuk oleh pengetahuan. Pengetahuan dibangun olehketerampilan yang mendukung suatu proses komunikasi yangefektif dengan setiap orang dari sikap kebudayaan yangditemui dalam setiap situasi yang melibatkan sekelompok or-ang yang berbeda latar belakang kebudayaannya. Rasa amanadalah suasana tanpa kecemasan, tanpa mekanisme pertahanandiri dalam pengalaman dan perjumpaan antar budaya.61

Abdullah menyatakan bahwa multikulturalisme adalahsebuah paham yang menekankan pada kesenjangan dankesetaraan budaya-budaya lokal tanpa mengabaikan hak-hakdan eksistensi budaya yang ada. Dengan kata lain, penekananutama multikulturalisme adalah pada kesetaraan budaya.62

Multikulturalisme sebenarnya merupakan konsep di manasebuah komunitas dalam konteks kebangsaan dapat mengakuikeragaman, perbedaan dan kemajemukan budaya, baik ras,suku, etnis, dan agama. Sebuah konsep yang memberikanpemahaman bahwa sebuah bangsa yang plural atau majemukadalah bangsa yang dipenuhi dengan budaya yang beragam(multikultural). Bangsa yang multikultural adalah bangsa yangkelompok-kelompok etnik atau budaya (etnic and culturalgroups) yang ada dapat hidup berdampingan secara damaidalam prinsip co-existence yang ditandai oleh kesediaan untukmenghormati budaya lain. Pluralitas ini juga dapat ditangkapoleh agama, selanjutnya agama mengatur untuk menjagakeseimbangan masyarakat yang plural tersebut.63

6 1 Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 126.

6 2 Ibid, h. 125.6 3 Ibid, h. 126.

Page 84: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

60

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang mampumenekankan dirinya sebagai arbitrer, yaitu sebagai penengahbagi proses rekonsiliasi ketika proses dialektika tersebutmenemui kejumudan atau titik jenuh. Tidak mungkin sebuahmasyarakat selamanya berada dalam keadaan damai tanpapersoalan, sebab justru dalam persoalan inilah dinamika hidupbergerak. Masyarakat multikultural adalah masyarakat yangsenantiasa memiliki optimisme untuk menyelesaikan persoalanapapun yang dihadapi. Optimisme ini tentu bukan sekedaroptimisme tanpa modal, tetapi optimisme yang didukung olehkemampuan dan kemauan untuk selalu meningkatkankecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual agar dapatmemiliki sensibilitas, sensitivitas, presiasi, simpati, dan empati.Dengan demikian, masyarakat multikultural adalah merekayang telah mempelajari dan menggunakan kebudayaan secaraefektif, cepat, jelas, serta ideal dalam interaksi dan komunikasidengan orang lain.64

2. Akar Sejarah Multikulturalisme danMultikulturalisme di Indonesia

Sejarah multikulturalisme adalah sejarah masyarakatmajemuk. Amerika, Kanada, dan Australia adalah dari sekiannegara yang sangat serius mengembangkan konsep dan teori-teori multikulturalisme dan juga pendidikan multikultur. Halini disebabkan mereka adalah masyarakat imigran dan tidakbisa menutup peluang bagi imigran lain untuk masuk danbergabung di dalamnya. Akan tetapi, negara-negara tersebutmerupakan contoh negara yang berhasil mengembangkan6 4 Ibid, h. 26-27.

Page 85: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

61

masyarakat multikultur dan mereka dapat membangun identi-tas kebangsaannya, dengan atau tanpa menghilangkan identitaskultur mereka sebelumnya, atau kultur nenek moyangnya.65

Multikulturalisme dalam sejarahnya diawali dengan teorimelting pot yang sering diwacanakan oleh J Hector seorangimigran asal Normandia. Dalam teorinya Hector menekankanpenyatuan budaya dan melelehkan budaya asal, sehingga selu-ruh imigran Amerika hanya memiliki satu budaya baru yaknibudaya Amerika, walaupun diakui bahwa monokultur merekaitu lebih diwarnai oleh kultur White Anglo Saxon Protestant(WASP) sebagai kultur imigran kulit putih berasal Eropa.66

Komposisi etnik Amerika semakin beragam, dan budayamereka semakin majemuk, maka teori melting pot kemudiandikritik dan muncul teori baru yang populer dengan nama saladbowl sebagai sebuah teori alternatif dipopulerkan oleh HoraceKallen. Berbeda dengan melting pot yang melelehkan budaya asaldalam membangun budaya baru yang dibangun dalamkeragaman, Teori salad bowl atau teori gado-gado tidakmenghilangkan budaya asal, tapi sebaliknya kultur-kultur laindi luar White Anglo Saxon Protestant (WASP) diakomodirdengan baik dan masing-masing memberikan kontribusi untukmembangun budaya Amerika, sebagai sebuah budaya nasional.67

Interaksi kultural antar berbagai etnik akhirnya masing-masing memerlukan ruang gerak yang leluasa, sehingga

6 5 Muhandis Azzuhri, “Konsep Multikulturalisme dan Pluralis dalam Pendidikan Agama(Upaya Menguniversalkan Pendidikan Agama dalam Ranah Keindonesiaan),” JurnalForum Tarbiyah Vol. 10, No. 1, Juni (2012), h. 14.

6 6 Ibid, h. 15.6 7 Ibid, 15-16.

Page 86: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

62

dikembangkan teori Cultural Pluralism, yang membagi ruangpergerakan budaya menjadi dua, yakni ruang publik untukseluruh etnik mengartikulasikan budaya politik dan mengeks-presikan partisipasi sosial politik mereka. Dalam konteks ini,mereka homogeni dalam sebuah tatanan budaya Amerika.Akan tetapi, mereka juga memiliki ruang privat, yang didalamnya mereka mengekspresikan budaya etnisitasnya secaraleluasa.68

Bangsa Amerika berupaya memperkuat bangsanya, mem-bangun kesatuan dan persatuan, mengembangkan kebanggaansebagai orang Amerika. Namun pada dekade 1960-an masihada sebagian masyarakat yang merasa hak-hak sipilnya belumterpenuhi. Kelompok Amerika hitam, atau imigran Amerikalatin atau etnik minoritas lainnya merasa belum terlindungihak-hak sipilnya. Atas dasar itulah, kemudian merekamengembangkan multiculturalism, yang menekankanpenghargaan dan penghormatan terhadap hak-hak minoritas,baik dilihat dari segi etnik, agama, ras atau warna kulit.69

Multikulturalisme pada akhirnya sebuah konsep akhiruntuk membangun kekuatan sebuah bangsa yang terdiri dariberbagai latar belakang etnik, agama, ras, budaya dan bahasa,dengan menghargai dan menghormati hak-hak sipil mereka,termasuk hak-hak kelompok minoritas. Sikap apresiatiftersebut akan dapat meningkatkan partisipasi mereka dalam

6 8 Ibid.6 9 Ibid, h. 16. Lihat juga M. Atho Mudzhar, Pengembangan Masyarakat Multikultural

Indonesia danTantangan ke depan (Tinjauan dari Aspek Keagamaan dalam MeretasWawasan & Praksis Kerukunan Umat Beragama di Indonesia, ( Jakarta: Badan Litbangdan Diklat Keagamaan Puslitbang Kehidupan Beragama Depag RI, 2005), h. 180-183.

Page 87: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

63

membesarkan sebuah bangsa, karena mereka akan menjadibesar dengan kebesaran bangsanya, dan mereka akan banggadengan kebesaran bangsanya itu.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk atau“plural society”.70 Kemajemukan masyarakat Indonesiadisebabkan oleh keadaan intern tanah air dan bangsa Indone-sia sendiri. Faktor-faktor penyebab pluralitas masyarakat In-donesia adalah: (1) keadaan geografis, yang merupakan faktorutama terciptanya pluralitas suku bangsa. Wilayah Indonesiaterdiri dari kurang lebih 3000 mil dari Timur ke Barat danlebih dari 1000 mil dari Utara ke Selatan. (2) Indonesia terletakantara samudera Indonesia dan Samudera Pasifik, sangatmempengaruhi terciptanya pluralitas agama di dalammasyarakat Indonesia. Pengaruh pertama kali yang menyentuhmasyarakat Indonesia berupa pengaruh kebudayaan Hindudan Budha dari India sejak 400 tahun sesudah Masehi.Pengaruh agama Hindu, Budha, Islam dan Kristenmempengaruhi kebudayaan Indonesia yang pluralistik.71

Multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupa-kan akibat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yangbegitu beragam dan luas. Menurut kondisi geografis, Indone-sia memiliki banyak pulau di mana setiap pulau tersebut dihunioleh sekelompok manusia yang membentuk suatu masyarakat.Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan

7 0 Nasikun, Sistem Sosial Indonesia. ( Jakarta: Rajawali Press, 1989), h. 31.7 1 Muhandis Azzuhri, Konsep Multikulturalisme dan Pluralis dalam Pendidikan Agama,

h. 13. Lihat juga Ichtiyanto, Masyarakat Majemuk dan Kerukunan Hidup Beragamadalam Meretas Wawasan & Praksis Kerukunan Umat Beragama di Indonesia. ( Jakarta:Badan Litbang dan Diklat Keagamaan Puslitbang Kehidupan Beragama Depag RI,2005), h. 47-48.

Page 88: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

64

mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbaspada keberadaan kebudayaan yang sangat banyak dan beranekaragam.

Konsep multikulturalisme Indonesia, terdapat kaitan yangerat bagi pembentukan masyarakat yang berlandaskan BhinekaTunggal Ika serta mewujudkan suatu kebudayaan nasional yangmenjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalampelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan yangmenghalangi terbentuknya multikulturalisme di masyarakat.Multikulturalisme di Indonesia menyediakan wadah untukpenampakan “yang lain”. Kehadiran “yang lain” itu harus dipa-hami tanpa reduksi, atau distorsi. “Yang lain” itu harus tampildalam soliditas dan keutuhannya masing-masing. Identitasadalah fakta yang eksotis dan dengan demikian mustahildigeneralisasi atau disimplifikasi. Perbedaan diterima sebagaisarana relasi, bukan ancaman desktruktif atau dijadikan alasanuntuk menjalankan represi.72

3. Jenis-jenis Multikulturalisme

Multikulturalisme merupakan ideologi yang mengingin-kan adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaandengan hak dan status sosial yang sama dalam masyarakat danjuga untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnismasyarakat yang berbeda dalam suatu negara. Hal ini jugaberarti bahwa masyarakat multikultural harus memperolehkesempatan yang baik untuk menjaga dan mengembangkan

7 2 Muhandis Azzuhri, Konsep Multikulturalisme dan Pluralisme dalam Pendidikan Agama,h. 17.

Page 89: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

65

kearifan budaya lokal mereka ke arah kualitas dan pendaya-gunaan yang lebih baik. Ada lima jenis multikulturalisme, yaitu:

Pertama, multikulturalisme isolasionis yang mengacukepada masyarakat di mana berbagai kelompok kulturalmenjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksiyang hanya minimal satu sama lain.

Kedua, multikulturalisme akomodatif, yakni masyarakatplural yang memiliki kultur dominan, yang membuatpenyesuaian dan akomodasi-akomodasi bagi kebutuhankultural kaum minoritas.

Ketiga, multukulturalisme otonomois, yakni masyarakatplural di mana kelompok-kelompok kultural utama berusahamewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominandan mengangankan kehidupan otonom dalam kerangka politikyang secara kolektif dapat diterima. Kepedulian pokok kelom-pok-kelompok kultural terakhir ini adalah untuk memperta-hankan cara hidup mereka, yang memiliki hak yang samadengan kelompok yang dominan, mereka menentang kelom-pok kultural dominan dan berusaha menciptakan suatu masya-rakat di mana semua kelompok dapat eksis sebagai mitra sejajar.

Keempat, muntikulturalisme kritikal atau interaktif, yaknimasyarakat plural di mana kelompok-kelompok tidak terlalupeduli dengan kehidupan kultural otonom, tetapi lebihmenuntut penciptaan kultur kolektif yang mencerminkan danmenegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.

Kelima, multikulturalisme kosmopolitan, yakni pahamyang berusaha menghapuskan batas-batas kultural sama sekaliuntuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu

Page 90: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

66

tidak lagi terkait kepada budaya tertentu. Sebaliknya, merekasecara bebas terlibat dalam eksperimen-eksperimeninterkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupankultural masing-masing.73

Para pendukung multikulturalisme jenis ini, sebagianbesar adalah intelektual diasporik dan kelompok-kelompokliberal yang memiliki kecenderungan postmodernismemandang seluruh budaya sebagai resources yang dapatmereka pilih dan ambil secara bebas.

Dari beberapa pengertian tersebut, ada benang merah yangdapat dijadikan pijakan, yaitu hal yang paling utama darimakna dan pemahaman multikulturalisme adalah kesejajaranbudaya. Masing-masing budaya manusia atau kelompok etnisharus diposisikan sejajar dan setara. Tidak ada yang lebih tinggidan tidak ada yang lebih dominan. Semua kebudayaan padadasarnya mempunyai kearifan-kearifan tradisional yangberbeda-beda. Kearifan-kearifan tersebut tidak dapat dinilaisebagai positif-negatif dan tidak dapat dijelaskan melaluikacamata kebudayaan yang lain. Hal ini disebabkan oleh sudutpandang dan akar baik-buruk dari setiap kebudayaanmempunyai volume yang berbeda pula.

4. Asas Multikulturalisme dan Menuju MasyarakatMultikultural

Multikulturalisme dibangun atas tiga asas sebagai berikut:a) Pengakuan terhadap manusia yang tumbuh besar dalam suatumasyarakat yang memiliki tatanan adab dan budaya tertentu

7 3 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, h. 93-94.

Page 91: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

67

yang terkadang berbeda dengan tatanan adab dan budayadengan yang lainnya. Berdasarkan prinsip ini, masyarakatmengorganisasikan kehidupan dan hubungan sosial dalam suatutatanan tertentu, di mana sistem dan makna diterapkan dalamberbagai ungkapan dan simbol budaya. b) Kebudayaan yangberaneka ragam dan berbeda-beda itu memperlihatkan adanyavisi dan sistem makna yang berbeda tentang kehidupan yangbaik dan buruk, yang benar dan salah, yang elok dan yang tidakelok. Masing-masing mewujudkan kemampuan tertentu dalammenanggapi dan memberikan perasaan tertentu dalamberhadapan dengan berbagai perbedaan dalam kemanusiaan.Namun demikian, karena masing-masing kebudayaanmemiliki keterbatasan, kelemahan dan kekurangan, makadiperlukan adanya kebudayaan lain untuk memahami kehidupanyang lebih baik. c) Setiap kebudayaan secara internal bersifatmajemuk dan selalu mencerminkan terjadinya dialog yangberkelanjutan antara berbagai tradisi yang berbeda-beda.74

Untuk mewujudkan multikulturalisme di Indonesia,sebaiknya terlebih dahulu dikembangkan persamaan di antarasegenap masyarakat mengenai adanya keragaman tersebut,kemudian dimunculkan semangat untuk membina kehidupanbersama secara harmonis. Pada dasarnya multikulturalismemenghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompokkebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang samadalam masyarakat modern.

Menurut M. Atho Mudzhar, setidaknya memerlukan tigapilar utama untuk menuju masyarakat multikultural tersebut.7 4 Abuddin Nata, Sosiologi Pendidikan Islam, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014),

h. 236-237.

Page 92: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

68

Pertama, ialah adanya para pengambil kebijakan publik yangadil yang mampu mengantisipasi dampak negatif yang akanditimbulkan oleh kebijakan publik yang akan diambilnya;Kedua, ialah adanya para pemimpin agama yang berwawasankebangsaan yang luas dan lebih mengedepankan agama sebagainilai daripada agama institusional; Ketiga, ialah adanyamasyarakat yang berpendidikan dan rasional dalam menyikapikeragaman keagamaan dan perubahan sosial.75

Selanjutnya menyikapi kehidupan masyarakat yangmultikultural, seperti yang diungkapkan Choirul Fuad Yusufbahwa peningkatan kualitas pendidikan agama itu pentinguntuk meredam semangat fanatisme agama yang berlebihan.Tanpa pengetahuan agama yang memadai, orang cenderungcuriga terhadap agama-agama lain, takut untuk berkomunikasi,sehingga bersikap eksklusif, dan mudah menyulut konflik.Sebaliknya menurut Choirul Fuad, pengetahuan agama yangbaik akan menumbuhkan kesadaran pentingnya mendengar-kan pandangan agama-agama yang berbeda, kemudianbermuara pada hadirnya dialog yang jujur, yang seterusnyamakin menumbuhkan rasa toleransi antar umat beragama.76

Dalam pandangan ajaran Islam, menurut Ngainun Naimdan Achmad Sauqi bahwa pluralitas merupakan sunnatullahyang tidak bisa diingkari, bahkan justru dalam pluralitastersebut terkandung nilai-nilai penting bagi pembangunan

7 5 Muhandis Azzuhri, Konsep Multikulturalisme dan Pluralisme dalam Pendidikan Agama,h. 14.

7 6 Choirul Fuad Yusuf, Pendidikan Agama berwawasan Kerukunan ( Jakarta: PenaCitasatria, 2008), h. 31.

Page 93: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

69

keimanan.77 Menurut Choirul Mahfud, bagi bangsa Indone-sia yang telah melewati reformasi, konsep masyarakatmultikultural bukan hanya sebuah wacana, atau sesuatu yangdibayangkan, tetapi konsep ini adalah sebuah ideologi yangharus diperjuangkan, karena diperlukan sebagai landasan bagitegaknya demokrasi, HAM dan kesejahteraan masyarakat.78

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PenciptaanIklim Keberagamaan (Positif dan Negatif)

Konflik biasanya dipahami sebagai benturan antara gagas-an-gagasan yang berbeda, antara sikap-sikap yang berbeda sertatindakan-tindakan yang berbeda tujuan dan kepentingan.Dalam kehidupan bersama makhluk apapun, apalagi dalammasyarakat manusia, berbagai jenis konflik tersebut di atasadalah sesuatu yang lumrah, bahkan kadang-kadang perlu,seperti lumrah dan perlunya garam dalam makanan. Sepertihalnya garam dalam makanan jumlah/porsi mereka harusterkendali, tidak perlu banyak, bila terlalu banyak garam dalammakanan maka rasanya akan asin. Demikian juga dengan porsikonflik sebagai garam kehidupan manusia dalam bermasya-rakat.79 Terdapat beberapa langkah dalam penciptaaan iklimkeberagamaan yang kondusif, seperti pengendalian konflik,pengelolaan konflik serta dialog antar umat beragama.

Pengendalian konflik lewat pengelolaan konflik dengansendirinya menjadi hal yang paling krusial. Pengelolaan itu7 7 Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi, h. 129.7 8 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, h. 100.7 9 Moh.Sholeh Isre (Editor), Konflik Etno Religius Indonesia Kontemporer, ( Jakarta:

Departemen Agama RI Badan LItbang Agama dan Diklat Keagamaan PuslitbangKehidupan Beragama, 2003), h. 50-51.

Page 94: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

70

perlu untuk mengupayakan agar konflik gagasan, konflik sikapdan konflik kepentingan tidak terlanjur pecah menjadi konflikdengan kekerasan (violent conflict). Hal yang tidak diinginkanadalah konflik dengan kekerasan fisik, bukan konflik itu sendiri,karena konflik gagasan, sikap dan kepentingan tidak mungkindapat dihilangkan sama sekali, maka ia perlu dikelola untukmeningkatkan manfaatnya dan mengurangi sedapat mungkinmudharatnya bagi kehidupan bersama umat manusia.80

Pengelolaan konflik (conflict management) dilakukan dalamtatacara yang melembaga. Tata cara pengelolaan konflik secaramelembaga adalah suatu produk kesepakatan utama dariperadaban manusia. Sesungguhnya, seluruh sejarah peradabanmanusia adalah sejarah bagaimana mengelola konflik dengantata cara melembaga ini. Antara konsep konflik (conflict), con-flict management di satu pihak, baik konsep conflict resolutionmaupun dengan konsep social harmony di pihak yang lain, adaketerkaitan yang sangat erat. Keempat konsep itu sesungguhnyaberada pada suatu garis lingkaran kontinum yang samawalaupun pada titik-titik yang berbeda. Bila kita mulai darititik konflik yang dikelola dengan berhasil, di mana pihak-pihak yang terlibat berhasil mencapai tujuan/kepentinganmasing-masing yang sah (legitimate interests/objectives)menurut tata cara melembaga yang disepakati tanpa membuatpihak lawannya menderita kerugian besar (without inflictinggreat lost) berupa kerugian material, politik ataupun kehilanganmuka secara sosial. Bila hasil seperti ini yang dicapai-lewatsuatu win-win solution- maka dapat dikatakan suatu resolusi

8 0 Ibid, h. 51.

Page 95: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

71

konflik berhasil ditelorkan secara memuaskan bagi semuapihak sehingga titik harmoni sosial dapat dipulihkan kembali.Jadi, suatu keadaan konflik yang berhasil dikelola denganresolusi tertentu pada akhirnya membuahkan keharmonisansosial. Tegasnya, keharmonisan sosial adalah produk darikeadaan konflik yang sukses terkelola.81

Selain pengelolaan konflik, dialog agama juga perlu dalammenjaga iklim keberagamaan. Dalam konteks ini dialog antaragama memainkan peran yang sangat penting. Bentuk resmidari dialog ini akan berguna dalam dua wilayah: Pertama, untukmenemukan dasar umum mendekati masalah-masalah dalammasyarakat, seperti kemiskinan, narkotika, dan lingkungan;Kedua, untuk menangani dan menghilangkan masalah-masalah yang muncul di antara komunitas-komunitasberagama.82

Menghindari konflik menjadi point paling penting dalamkasus ini. Tidak dipungkiri jika dialog hanya terbatas padalingkungan elit, pengaruhnya terhadap masyarakat sendiri jugaakan terbatas. Meski demikian, dialog di kalangan elit tetappenting karena sejumlah alasan. Pertama, dapat menjadi alatbagi masing-masing penentu kebijakan atau penentu opinipublik untuk saling mengenal. Selain itu dialog jugadiperlukan untuk membangun kepercayaan dan simpati diantara kelompok agama yang berbeda; Kedua, dialog antaragama mendorong kelompok-kelompok yang berbeda naikpada tingkatan baru untuk merefleksikan teologi mereka.

8 1 Ibid, h. 51.8 2 Franz Magniz Suseno, “Memahami Hubungan Antar Agama di Indonesia,” dalam

Memahami Hubungan Antar Agama, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2007), h. 29.

Page 96: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

72

Perenungan teologis selalu menuntut inspirasi rangsangan-rangsangan baru dari pihak luar atau pandangan dan wawasandari situasi baru yang berbeda dari pola interpretasi tradisional.Dengan demikian, dialog akan menghasilkan pandangan yanglebih positif dan terbuka terhadap pihak lain dan menegakkanlandasan yang kuat dalam keimanan seseorang.83

Adapun prinsip-prinsip dialog yang perlu dipegangadalah: pertama, frank witness, di mana masing-masing tidakmenyembunyikan keyakinan, untuk menghilangkankecurigaan ataupun ketakutan yang tidak diungkapkan; Kedua,mutual respect, simpati terhadap kesulitan orang lain danpenghargaan terhadap prestasi orang lain; Ketiga, religious free-dom, hak untuk memeluk agama tanpa paksaan.84

Membangun hubungan yang positif antara komunitasberagama yang berbeda, tidak cukup dengan seruan moralsecara umum saja. Pemimpin agama dan anggota komunitaslainnya harus yakin bahwa toleransi beragama adalah tuntutandari agama mereka sendiri. Secara umum dapat dikatakanbahwa dalam ajaran hampir semua agama, seseorang dapatmenemukan dasar yang bersifat eksklusif dan inklusif.Seringkali, karena alasan psikologis, dasar yang bersifat eksklusiflebih popular dan lebih dikenal secara baik dari pada yanginklusif. Inilah alasan mengapa ahli teologi yang telahmempelajari secara mendalam hingga akar agama mereka,cenderung berpikiran terbuka dari pada yang tidak mempelajariagama mereka secara mendalam. Jadi, semua agama harus

8 3 Ibid, h. 34.8 4 Muhammad Ali, Teologi Pluralis-Multikultural; Menghargai Kemajemukan, Menjalin

Kebersamaan, ( Jakarta: Kompas, 2003), h. 193-194.

Page 97: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

73

melakukan usaha keras bersama untuk berbuat adil terhadapdasar inklusif dari ajaran agama mereka—bukan hanya untukmeningkatkan toleransi beragama, tetapi juga untuk lebihmeyakini keimanan mereka sendiri.85

8 5 Ibid, h. 30.

Page 98: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

74

Page 99: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

75

Bab IIIMETODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatankualitatif, yakni penelitian yang mendeskripsikan situasi ataukondisi apa adanya mengenai kenyataan faktual yang terjadidi lokasi penelitian. Pendekatan kualitatif yang dimaksuddalam penelitian ini adalah penelitian yang berupaya untuk;pertama, mengamati subjek penelitian dalam lingkungansubjek berinteraksi satu sama lain, kedua, berusaha memahamiaktivitas subjek secara khusus konteksnya dengan iklimkeberagamaan di lingkungannya, baik dengan sesama muslimmaupun non-muslim. Sesuai dengan pendekatan penelitiankualitatif, data yang digali dalam penelitian ini bersumber darisatu lokasi penelitian, yaitu Desa Pangelak, yang berkaitandengan iklim keberagamaan dalam hal ini Islam di tengahmasyarakat yang multikultural di lokasi tersebut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field re-search) yang bersifat deskriptif. Menurut Nana SyaodihSukmadinata, jenis penelitian kualitatif ditujukan untuk

Page 100: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

76

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa sosial,sikap, persepsi, pemikiran orang, baik secara individu maupunkelompok.1

Gambaran situasi atau kondisi yang sesungguhnya atauapa adanya tersebut terkait dengan implementatif data yangrelevan dengan masalah-masalah penelitian ini. Data yangdiperoleh tersebut kemudian diimplementasikan berdasarkanpendekatan kualitatif, untuk selanjutnya data kualitatif tersebutdiolah dalam bentuk-bentuk essay atau uraian yang bersifatnarasi, selanjutnya data tersebut dianalisis dalam rangkamencari tahu bagaimana iklim keberagamaan Islam di tengahmasyarakat multikultural di Desa Pangelak tersebut, sertafaktor-faktor yang mempengaruhi penciptaan iklimkeberagamaan Islam tersebut.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Pangelak, ibukotaKecamatan Upau Kabupaten Tabalong. Masyarakat Pangelakmerupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai suku, agama,dan budaya, di mana agama Islam merupakan agama yangdianut oleh minoritas warga pendatang. Suku-suku yang adadi Pangelak adalah suku Dayak, Jawa, Banjar, Batak, Bugis,Madura, dan Menado. Dayak merupakan penduduk asli danmayoritas mereka menganut agama Kristen, selebihnya Hindudan Kaharingan. Suku Jawa merupakan pendatang dan hampirsemuanya beragama Islam. Suku lainnya adalah Banjar dan

1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Cet. 2 (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006), h. 60.

Page 101: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

77

semuanya beragama Islam, suku Banjar merupakan pendatangyang berasal dari desa-desa tetangga, dan juga berasal daridaerah lain di sekitar Kalimantan Selatan seperti dari Barabai,Paringin, Banjarmasin dan lain-lain.

Di tengah masyarakat yang multikultural itulah hadiragama Islam yang dianut oleh minoritas pendatang. Parapendatang berusaha menciptakan iklim keberagamaan Islamdi tengah masyarakat yang multikultural, warga muslimpendatang mampu membaur dengan masyarakat setempatyang telah memiliki agama, budaya, dan tradisi yang cukupkuat.

C. Data dan Sumber Data

Data yang digali dalam penelitian ini adalah bagaimanaiklim keberagamaan yang terasa dan terlihat, yaitu keadaansaling tolong menolong sesama muslim dan non-muslim,keadaan atau suasana kebersamaan antara sesama muslim dannon-muslim, toleransi dalam kehidupan sehari-hari maupundalam kegiatan perayaan pesta perkawinan, upacara kematian,perayaan hari-hari besar Islam, perayaan hari-hari besarKristen, perayaan hari-hari besar Hindu, serta ibadah dankesalehan sosial yang menopang implementasi keagamaan, jugafaktor-faktor yang mempengaruhi penciptaan iklimkeberagamaan tersebut.

Data dalam penelitian ini berupa data primer dan datasekunder. Data primer yaitu data yang berasal dari sumberlangsung, seperti dari informan. Sumber data primer dalampenelitian ini terutama adalah masyarakat muslim Desa

Page 102: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

78

Pangelak, tokoh agama dan tokoh masyarakat Desa Pangelak,serta masyarakat Desa Pangelak secara umum (baik muslimmaupun non-muslim). Sedangkan data sekunder menurutAnas Sudijono dalam bukunya Pengantar Statistik Pendidikanadalah data yang berasal dari sumber lain atau tangan keduayang telah ada sebelum penelitian dilakukan2, misalnyapublikasi pemerintah, dokumentasi dan lain-lain. Sumber datasekunder dalam penelitian ini adalah sumber informasi yangdigali melalui dokumen pemerintah, dalam hal ini adalahBadan Pusat Statistik, yaitu data tentang Desa Pangelak. Sertasumber data dari dokumentasi aparat kecamatan, aparat desaatau pun warga desa yang berkenaan dengan Desa Pangelakdan iklim keberagamaan di Desa Pangelak.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data lapangan, digunakanprosedur sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik observasi dalam penelitian ini adalah teknikyang dilakukan dengan pengamatan langsung. Pengamatanyang memanfaatkan panca indera terhadap kondisi dilapangan, yakni kondisi yang berkaitan dengan fakta-faktaempiris yang dapat diobservasi dalam konteksnya denganpermasalahan yang diteliti. Keterlibatan peneliti,beradaptasi secara langsung dengan permasalahan yang

2 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Cet. 11 ( Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2001), h. 17.

Page 103: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

79

diteliti, dan dengan subyek penelitian di Desa PangelakKabupaten Tabalong.

Fokus yang diobservasi adalah bagaimana suasanakeberagamaan di tempat penelitian tersebut yang meliputifenomena-fenomena tentang keadaan tolong menolong,keadaan atau suasana kebersamaan, dan toleransi muslimdengan non-muslim, dalam kehidupan sehari-harimaupun dalam hal kegiatan kebersamaan seperti dalamkegiatan perayaan perkawinan, upacara kematian, perayaanhari-hari besar Islam, perayaan hari-hari besar Kristen, danperayaan hari-hari besar Hindu. Fenomena-fenomenatersebut dijadikan indikator konkrit untuk menyatakankondisi iklim keberagamaan, yang tidak terlepas darifaktor-faktor yang berpengaruh terhadap iklimkeberagamaan di Desa Pangelak, Kabupaten Tabalong.

2. Interview

Interview atau wawancara adalah dialog lisan yangdilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasidari terwawancara.3 Teknik interview dalam penelitian iniadalah teknik berupa wawancara yang dilakukan secaralangsung kepada informan untuk mencari tahu informasi yangsesungguhnya terjadi. Data yang digali melalui teknik iniadalah, pertama: data iklim keberagamaan dari subjekpenelitian terhadap iklim keberagamaan yang terjadi di DesaPangelak; kedua: data dari subjek penelitian tentang proses

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis ( Jakarta: RinekaCipta, 2006), h. 155.

Page 104: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

80

iklim keberagamaan yang terkait dengan kondisi yangdirasakan oleh mereka; ketiga: informasi yang digali melaluiinforman adalah data yang berkaitan dengan faktor-faktor yangberpengaruh terhadap iklim keberagamaan di Desa Pangelak.

Teknik interview dalam penelitian ini menggunakaninterview terbuka, dimana peneliti memberikan kebebasankepada informan untuk memberikan jawaban berdasarkanpandangan mereka terhadap iklim keberagamaan di DesaPangelak, dalam rangka kevalidan data yang akan diperolehdalam penelitian. Oleh karena itu teknik interviewdigunakan untuk lebih banyak mendengarkan informasi-informasi kondisi realitas yang sebenarnya tentang iklimkeberagamaan di Desa Pangelak.

Teknik interview terbuka dalam penelitian ini tidakhanya memplot apa yang sudah dikemas dalam instrumenpenelitian, tetapi mencatat, merekam peristiwa-peristiwayang terjadi di luar instrumen yang dirancang, selanjutnyadikaji secara mendalam keterkaitan peristiwa-peristiwa itudengan iklim keberagamaan di Desa Pangelak.

3. Dokumen

Ciri khas dokumen menurut Nyoman Kutha adalahmenunjukkan pada masa lalu, dengan fungsi utamanyaadalah sebagai catatan atau bukti suatu peristiwa, aktivitas,dan kejadian tertentu.4 Teknik dokumen ini digunakanuntuk menggali data sekunder, yakni data tentang Desa

4 Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian; Kajian Budaya dan Ilmu SosialHumaniora Pada Umumnya, Cet. 1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 235.

Page 105: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

81

Pangelak, serta dokumen-dokumen yang berkenaan denganiklim keberagamaan di Desa Pangelak.

E. Analisis Data

Data yang sudah dikumpulkan, dipaparkan, kemudiandata tersebut dianalisis. Analisis data yang dilakukan dalampenelitian ini berpedoman pada teknik analisis data versi Milesdan Huberman, bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatanyang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data,dan penarikan kesimpulan/verifikasi.5

Kegiatan yang ditempuh dalam analisis data meliputi:pertama, reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-halpokok, atau memfokuskan pada hal-hal penting yang sesuaitema dan fokus masalah yang dilakukan pencatatan secara telitidi lapangan; kedua, penyajian data, yaitu menguraikan data hasiltemuan di lapangan, yang selanjutnya dilakukan pembahasandan diinterpretasikan secara logis, dan selanjutnya jugadilakukan analisis berlandaskan berbagai teori, seperti teoripendidikan Islam dan sosiologis terhadap apa yang diperoleh,guna melihat makna data yang sesungguhnya dari iklimkeberagaamaan di Desa Pangelak; ketiga, penarikankesimpulan, yaitu proses mencari arti yang berkenaan denganpenjelasan dan masalah yang ditemukan di lapangan untukmenentukan kondisi iklim keberagamaan di Desa Pangelak,Kabupaten Tabalong.

5 Matthew B. Miles and A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku SumberTentang Metode-metode Baru, diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi ( Jakarta:UI Press, 1992) h. 16.

Page 106: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

82

F. Pengecekan Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data dilakukan cara-cara, yaitu:perpanjangan pengamatan, kemudian mencermati apa yangsesungguhnya terjadi di lapangan dalam bentuk cross check, danjuga triangulasi, baik triangulasi sumber, triangulasi teknik,triangulasi referensi, maupun member check. Triangulasidiartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifatmenggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dansumber data yang telah ada.6 Triangulasi dilakukan untukmendapatkan data jenuh, yakni dengan menanyakan secaraberulangkali kebenaran informasi yang diterima dari seoranginforman dengan informan lainnya tentang suatu fokuspermasalahan yang sama.

6 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cet ke-4, (Bandung Alfabeta, 2008), h.83.

Page 107: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

83

Bab IVPAPARAN DATA PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis Desa Pangelak

Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupatenyang ada di Provinsi Kalimantan Selatan. Penduduknyapada tahun 2013 berjumlah 231.718 jiwa yang terdiri darilaki-laki 117.711 jiwa dan perempuan 114.007 jiwa danjumlah rumah 63.238 buah rumah tangga.1 Luas wilayahKabupaten Tabalong yang meliputi 12 kecamatan adalah3.946 km2 atau sebesar 10,61 persen dari luas ProvinsiKalimantan Selatan. Bentuk morfologi wilayah Tabalongdapat dibagi menjadi empat bentuk yaitu daratan alluvial,dataran, bukit dan pegunungan. Dilihat dari persentasenya,wilayah ini didominasi oleh dataran yaitu sebesar 41,34persen dan pegunungan sebesar 29,79 persen.2

Kecamatan Upau merupakan salah satu kecamatanyang ada di Kabupaten Tabalong. Luas wilayahnya adalah

1 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tabalong Dalam Angka 2014(Tanjung: BPS Kabupaten Tabalong, 2014), h. 63.

2 Ibid, h.1.

Page 108: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

84

323,00 km2. Kecamatan Upau terdiri dari enam desa yaituDesa Masingai I, Masingai II, Bilas, Kaong, Pangelak, danKinarum. Letak ibukota Kecamatan Upau adalah di DesaPangelak.3 Pangelak adalah sebuah desa di lembahpegunungan Meratus. Desa Pangelak terdiri dari datarantinggi yang berbukit-bukit. Luas daerahnya adalah 53Km².4 Kepadatan penduduk Desa Pangelak adalah 28 or-ang per km2.5 Jarak ke ibukota Kabupaten (Tanjung)sekitar 44 km dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam,dan waktu tempuh ke ibukota provinsi kurang lebih 5 - 6jam. Mayoritas penduduk Pangelak adalah suku DayakDusun Deah dan beragama Kristen. Sebagian besarpenduduknya bekerja sebagai petani kebun karet, disamping itu penduduknya juga memiliki lahan pertanianpadi berupa sawah dan ladang, dan perkebunan buah dansayur seperti pisang, langsat, durian, cempedak, rambutan,semangka, kelapa, kacang tanah, kacang kedelai, dan jagung.

2. Jumlah Rukun Tetangga dan Rumah Tangga di DesaPangelak

Rukun Tetangga (RT) adalah pembagian wilayah diIndonesia di bawah Rukun Warga. Rukun Tetanggabukanlah termasuk pembagian administrasi pemerintahan,dan pembentukannya adalah melalui musyawarah masya-rakat setempat dalam rangka pelayanan kemasyarakatanyang ditetapkan oleh desa atau kelurahan. Rukun Tetangga

3 Ibid, h. 17.4 KSK Upau, Kecamatan Upau Dalam Angka 2014, (Tanjung: BPS Kabupaten

Tabalong, 2014), h.2.5 Proyeksi BPS Kab.Tabalong, Kecamatan Upau Dalam Angka 2014, h.10.

Page 109: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

85

dipimpin oleh Ketua RT yang dipilih oleh warganya.Sebuah RT terdiri atas sejumlah rumah (kepala keluarga).

Rukun Tetangga merupakan organisasi masyarakatyang diakui dan dibina oleh pemerintah untuk memeliharadan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indo-nesia yang berdasarkan kegotongroyongan dankekeluargaan serta untuk membantu meningkatkankelancaran tugas pemerintahan, pembangunan, dankemasyarakatan di desa dan kelurahan.

Pangelak merupakan satu desa di Kecamatan Upau,Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Indonesia.Jumlah rukun tetangga di Desa Pangelak termasuk sedikitdibandingkan desa lain, yaitu berjumlah 4 rukun tetanggadengan jumlah rumah tangga 397. Untuk lebih jelasnyadapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1. Jumlah Rukun Tetangga dan Rumah Tangga DiKecamatan Upau Tahun 2013

Page 110: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

86

3. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-rataAnggota Rumah Tangga di Desa Pangelak

Desa Pangelak terdiri dari 4 Rukun Tetangga (RT),397 Rumah Tangga,6 dengan jumlah penduduk pada tahun2014 tercatat sekitar 1.479 jiwa.7 Adapun rata-rata anggotarumah tangga di Desa Pangelak adalah 4 orang. Mayoritaspenduduknya adalah suku Dayak, dan merupakanpenduduk asli setempat. Penduduk lainnya adalah Jawamerupakan pendatang, kemudian Banjar, yang terdiri dariBanjar Pahuluan, Banjar Batang Banyu, dan Banjar Kuala.Menurut sumber dari salah seorang warga Desa Pangelakbahwa suku-suku lain yang juga mendiami desa tersebutadalah suku Sunda, Batak, Bugis, dan Manado. Untuk lebihjelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2.

Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-Rata AnggotaRumah Tangga Di Kecamatan Upau Tahun 2013

6 KSK Upau, Kecamatan Upau Dalam Angka 2014, h. 4.7 Ibid, h. 8.

Page 111: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

87

4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan SexRatio di Desa Pangelak

Etnis-etnis yang ada di Kabupaten Tabalong adalahBanjar, Jawa, Dayak, Sunda, Bugis/Makassar, Batak, danFlores. Penduduk mayoritas adalah Banjar, dan merupakanpenduduk asli serta semuanya muslim. Penduduk asli lainnyaadalah Dayak, yang kebanyakan beragama Kristen atau masihmenganut kepercayaan lokal, yaitu Kaharingan. Pendatangutama adalah dari Jawa, kemudian disusul Sunda, Bugis/Makassar yang umumnya beragama Islam. Pendatang lain-nya adalah Batak dan Flores yang sebagian besar beragamaKristen. Kehidupan antar etnis relatif aman, lancar danharmonis. Kehidupan beragamanya sangat kondusif. Dalamsejarahnya tidak pernah terjadi pertikaian antar etnis ataupunagama. Keseimbangan dan sejarah yang panjang ini yangmenciptakan harmoni yang kuat di kawasan ini. Tabalongmenjadi sasaran migrasi belakangan ini karena kehadiranperusahaan tambang batubara dan perkebunan kelapa sawit.

Suku Dayak di daerah ini juga disebut dengan DayakDeah. Kata “Deah” mempunyai arti “tidak”, maksudnysatidak mau dijajah atau tidak mau diremehkan. Merekatetap teguh menyatakan dirinya sebagai suku Dayak.Masyarakat Dayak Deah ini memiliki kepercayaan tidakjauh berbeda dengan Dayak pada umumnya yaitu HinduKaharingan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa DusunDeah (Dun). Suku Dayak Deah ini mendiami GunungRiut, di Desa Pangelak Kecamatan Upau, Muara Uya danHaruai, Kabupaten Tabalong yang terletak di bagian UtaraKalimantan Selatan.

Page 112: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

88

Suku Dayak Deah yang terdapat di KabupatenTabalong ini terbagi menjadi dua wilayah adat setingkatkecamatan yaitu: Wilayah Adat Muara Uya termasuk didalamnya minoritas suku Lawangan di Desa Binjai danwilayah Adat Kampung Sepuluh, meliputi kecamatanUpau dan Haruai. Kesepuluh kampung tersebut merupa-kan satu kesatuan wilayah adat Dayak dari suku Deah yangdipimpin oleh seorang kepala Adat Kampung Sepuluh.Wilayah kesatuan adat tersebut meliputi desa-desa: Kam-bitin Raya, Dambung Raya, Kaong, Pangelak, DambungSuring, Sungai Rumbia, Kinarum, Saradang, KembangKuning, dan Nawin. Penduduk Desa Pangelak adalahsebanding jika dilihat dari jenis kelamin laki-laki ada 744orang, sedangkan perempuan ada 735 orang. Untuk lebihjelasnya, jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan sexratio dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3. Posisi Desa Pangelak di Kecamatan Upau(Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2013)

Page 113: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

89

Dari tabel terlihat perbandingan penduduk Desa Pangelakberdasarkan jenis kelamin hampir fifty-fifty, yaitu laki laki ada744 jiwa atau 50,3% dari jumlah penduduk desa, sedangperempuan ada 735 jiwa atau 49,7%. Dipandang dari sudutsex ratio penduduk Desa Pangelak menempati posisi ketiga seKecamatan Upau setelah Desa Kinarum dan Desa Kaong,yaitu 101. Tabel tersebut juga memperlihatkan bahwa, jumlahpenduduk Desa Pangelak adalah 1.479 jiwa atau 20.13% daritotal jumlah penduduk Kecamatan Upau yang berjumlah7.437 jiwa. Penduduk Desa Pangelak menempati urutan keduaterbesar se Kecamatan Upau setelah Desa Bilas, yang berjumlah1.521 jiwa.

5. Jumlah Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk di DesaPangelak

Fenomena nikah, talak, cerai dan rujuk di Desa Pange-lak termasuk minim jika mengacu pada data yang terdapatdi KUA. Seperti yang tercatat pada kantor KUA, peristiwanikah yang tercatat hanya tiga kali sedangkan kasus talak,cerai dan rujuk tidak ada. Untuk lebih jelasnya mengenaijumlah nikah, talak, cerai dan rujuk dapat dilihat pada tabeldi bawah ini.

Page 114: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

90

Tabel 4.4.

Jumlah Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk Di Kecamatan UpauTahun 2013

6. Penduduk Desa Pangelak Menurut Agama

Agama penduduk Desa Pangelak sangatlah beragam,ada Islam, Katolik, Kristen, yang mana Kristen ini pun jugaberagam, ada Pantekosta, Evangelis. Agama lain adalahHindu, penganut Hindu ini sebagian besar sebenarnyaadalah Kaharingan. Berdasarkan data tahun 2013penduduk Desa Pangelak yang beragama Islam adalah 357jiwa (26,5%). Kristen dan Katholik berjumlah 619 jiwa(46%). Hindu 259 jiwa (19,3%), dan agama lainnya 110jiwa (8,2%).8 Sehingga agama Islam merupakan agamaminoritas di tengah masyarakat multikultural yangmayoritas non Islam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihatpada tabel di bawah ini.

8 KUA Kecamatan Upau, Kecamatan Upau Dalam Angka, 2014, h. 48-49.

Page 115: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

91

Tabel 4.5.

Posisi Penduduk Desa Pangelak Menurut Agama PadaKecamatan Upau Tahun 2013

Dilihat dari segi agama, penduduk Desa Pangelakcukup bervariasi, ada Kristen, Islam, Hindu, danKaharingan. Tahun 2013 penduduknya yang beragama Is-lam tercatat ada 357 jiwa atau sama dengan 26,5% darijumlah penduduk Pangelak, sedangkan penduduk yangberagama Kristen dan Katholik ada 619 jiwa atau samadengan 46% dari jumlah penduduk Pangelak merupakanpemeluk agama terbanyak di Pangelak. Penduduk yangmemeluk agama Hindu ada 259 jiwa atau sama dengan19,3% dari jumlah penduduk Pangelak. Pemeluk agamalainnya yaitu Kaharingan ada 110 jiwa atau sama dengan8,2% dari jumlah penduduk Pangelak.

Page 116: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

92

7. Tempat Ibadah Menurut Agama di Desa Pangelak

Tempat ibadah, rumah ibadah, tempat peribadatanadalah sebuah tempat yang digunakan oleh umat beragamauntuk beribadah menurut ajaran agama atau kepercayaanmereka masing-masing. Rumah ibadat umat muslimdisebut masjid atau mesjid. Masjid atau mesjid adalahrumah tempat ibadah umat muslim. Masjid artinya tempatsujud, dan yang berukuran kecil biasanya disebut mushalla,langgar atau surau.

Selain tempat ibadah, masjid juga merupakan pusatkehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaanhari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al-Qur’an sering dilaksanakan di masjid, bahkan dalam sejarahIslam, masjid turut memegang peranan dalam aktivitassosial kemasyarakatan hingga kemiliteran. Desa Pangelakmisalnya, terdapat satu buah masjid dan satu buah langgar.Satu buah langgar lainnya terletak di ujung desa yaitu diDesa Tangkasa yang termasuk wilayah Desa Pangelak.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 117: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

93

Tabel 4.6.

Posisi Tempat Ibadah Desa Pangelak Pada Kecamatan UpauTahun 2013

Tabel tersebut memperlihatkan bahwa tempat ibadahdi Desa Pangelak proporsional. Penduduk muslimsebanyak 357 jiwa dengan tempat ibadah berupa dua buahlanggar dan satu buah masjid yang menampung jamaahtidak hanya dari Pangelak saja, tetapi juga dari desa tetangga,yaitu Desa Kaong dan Kinarum. Di Desa Pangelak terdapatdua buah gereja yang cukup besar yang menampung umatKristen dan Katholik yang berjumlah sebesar 619 jiwa.Meskipun jumlah penduduk beragama Kristen danKatholik di Pangelak cukup banyak dan terkesan tidakseimbang dengan tempat ibadah yang tersedia di sana,namun hal tersebut teratasi dengan adanya 4 buah gerejadi Desa Kaong yang merupakan desa tetangga, di manabanyak warga nasrani Desa Pangelak yang beribadah kegereja-gereja yang ada di desa tetangga tersebut. Data di

Page 118: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

94

atas juga memperlihatkan bahwa terdapat satu buah purauntuk penduduk yang beragama Hindu di Desa Pangelak.Tempat-tempat ibadah tersebut telah mewakili danproporsional sesuai dengan penduduk Desa Pangelak yangterdiri dari berbagai agama.

8. Kondisi Lembaga Pendidikan dan PendidikanMasyarakat di Desa Pangelak

Lembaga pendidikan yang ada di Pangelak sekarangini sudah memenuhi tuntutan agar bisa melaksanakanwajib belajar. Lembaga pendidikan yang ada dari terendahyaitu dari Taman Kanak-kanak hingga Sekolah MenengahAtas. Di Pangelak terdapat sebuah Taman Kanak-kanakPembina, yang terletak tepat di pusat desa, yaitu di simpangtiga Pangelak di RT 3, Jumlah siswanya sebanyak 58 or-ang anak, guru sebanyak 5 orang, dengan jumlah kelas hanyasatu buah.

Sekolah Dasar di Desa Pangelak terdapat di duatempat yaitu di pusat desa yaitu SDN Pangelak 1. SekolahDasar lainnya adalah SDN Pangelak 2 yang terletak di ujungdesa yang berbatasan dengan Desa Kinarum. SDNPangelak 1 memiliki siswa cukup banyak karena yangbersekolah di sana bukan hanya berasal dari Pangelak saja,akan tetapi juga menampung siswa yang berasal dari desatetangga yaitu Desa Kaong. Guru pendidikan Agama Is-lam di SDN Pangelak 1 masih berstatus honorer yaitu ibuSulistiawati, selain mengajar di SDN Pangelak 1 pada pagihari, beliau juga menyempatkan diri untuk mengajar diTPA Al- Qur’an pada sore harinya.

Page 119: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

95

Sekolah Menengah Pertama yang ada di Desa Pangelakadalah SMPN 2 Upau yang terletak di RT 4 Desa Pangelak.Sama halnya dengan masyarakat Pangelak, guru yangmengajar di SMPN 2 Upau juga beragam, tak terkecualisiswa yang bersekolah di SMPN 2 Upau juga beragam darisegi suku dan agama. Guru pendidikan agamanya pun jugasesuai dengan agamanya masing-masing, ada guru pendi-dikan agama Kristen, ada guru pendidikan agama Hindu,dan guru pendidikan agama Islam. Kegiatan keagamaandi SMPN 1 Upau dijadwalkan setiap hari Sabtu.

Lembaga Pendidikan Menengah Atas yang ada diPangelak adalah SMAN 1 Upau, terletak di RT 4 DesaPangelak jumlah siswanya sebanyak 123 orang siswa.Berikut tabel mengenai lembaga pendidikan yang ada diDesa Pangelak mulai dari TK hingga SLTA.

Tabel 4.7.

Lembaga Pendidikan di Desa Pangelak Tahun 2014

Tabel tersebut memperlihatkan bahwa di Desa Pange-lak terdapat lembaga pendidikan dari Taman Kanak-kanakhingga Sekolah Menengah Atas, sekolah-sekolah tersebutsemuanya berstatus negeri dan merupakan lembaga

Page 120: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

96

pendidikan umum, tidak terdapat satu pun lembagapendidikan berlatar belakang agama. Banyaknya sekolahdan ruang kelas cukup memadai dengan penduduk usiasekolah yang ada di desa tersebut. Taman kanak-kanak 1buah dengan jumlah kelas yang juga hanya 1 buah. SekolahDasar dua buah dengan ruang kelas 12 buah. SekolahMenengah Pertama 1 buah dengan ruang kelas 7 buah.Sekolah Menengah Atas 1 buah dan ruang kelas sebanyak6 buah. Sehingga total sekolah yang ada di Pangelak adalah5 buah, dengan jumlah kelas sebanyak 26 buah.

Data mengenai pendidikan penduduk Desa Pangelaktercatat ada 17 orang yang tidak tamat SD, terdapat 491orang tamat SD, sejumlah 299 tamat SLTP, tamat SLTAsebanyak 262 orang serta 43 orang adalah lulusan perguruantinggi. Masyarakat Pangelak yang multikultural termasukmasyarakat yang cukup memperhatikan tentang pentingnyapendidikan bagi masa depan mereka. Hal itu terlihat daricukup banyaknya siswa-siswa yang menuntut ilmu disekolah-sekolah yang ada di Pangelak. Berikut data tentangmasyarakat Pangelak yang sedang menuntut ilmu di DesaPangelak dan data tentang guru yang bertugas di Pangelak.

Tabel 4.8.

Kondisi Pendidikan Masyarakat Pangelak Tahun 2014

Page 121: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

97

Penduduk Desa Pangelak yang berjumlah 1,479 jiwasebagiannya bersekolah di sekolah-sekolah yang ada diPangelak. Tabel tersebut menjelaskan bahwa terdapat 58siswa atau 3,92% dari penduduk Desa Pangelak saat inisedang bersekolah di Taman Kanak-kanak. Terdapat 347siswa atau 23,46% penduduk Desa Pangelak saat ini sedangmenuntut ilmu di dua Sekolah Dasar yang ada di Pangelak.Sejumlah 165 siswa atau 11,16% penduduk Desa Pangelaksaat ini sedang menuntut ilmu di Sekolah MenengahPertama. Terdapat 123 siswa atau 8,32% pendudukPangelak saat ini bersekolah di Sekolah Menengah Atas diDesa Pangelak.

Data pada tabel menjelaskan bahwa dari 1.479 jiwapenduduk Pangelak ada 693 orang siswa yang saat inisedang menuntut ilmu di Desa Pangelak, tersebar di semuajenjang pendidikan. Data tersebut berarti ada 43%penduduk Pangelak yang bersekolah, meskipun tidaksemua siswa tersebut semuanya berasal dari Desa Pangelak,tetapi ada juga yang berasal dari desa tetangga yaitu DesaKaong dan Kinarum. Akan tetapi data yang terlihat padatabel tersebut belum termasuk penduduk Pangelak yangmenuntut ilmu di luar wilayah Desa Pangelak, sepertimereka yang bersekolah di Sekolah Menengah Umum diibukota kabupaten, banyak siswa lulusan SLTP yangmelanjutkan pendidikannya ke SMAN 1 dan SMAN 2Tanjung, SMKN Tanjung, SMKN Murung Pudak,bahkan bagi yang mampu dan berkesempatan ada yangmelanjutkan pendidikannya ke kota Provinsi, yaitu keBanjarmasin dan Banjarbaru.

Page 122: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

98

Data pada tabel juga menunjukkan tentang keadaanguru yang bertugas di Desa Pangelak. Terdapat 3 orangguru yang mengajar di Taman Kanak-kanak. Ada 36 or-ang guru mengajar di dua Sekolah Dasar di Pangelak. Ada15 orang guru yang mengajar di SMPN 1 Upau serta 17orang guru mengajar di SMAN 1 Upau, Sehingga jumlahguru yang bertugas mengajar di lembaga pendidikan yangada di Desa Pangelak berjumlah 73 orang guru.

Guru yang mengajar di Taman Kanak-kanak, SekolahDasar, dan Sekolah Menengah Pertama kebanyakan berasaldan tinggal menetap di Pangelak, serta beragam dari segisuku dan agamanya, sedangkan guru-guru yang bertugasSMAN 1 Upau kebanyakan tidak tinggal di Pangelak,tetapi banyak yang berasal dari daerah-daerah lain di sekitarTabalong, seperti Tanjung, Kelua, Jaro, Muara Uya, danlain-lain. Agama yang dianut oleh sebagian besar guruSMAN 1 Upau adalah Islam, terkecuali guru pendidikanagama lainnya. Guru-guru tersebut kebanyakan berstatuspegawai negeri, namun ada juga yang masih berstatussebagai tenaga honorer, seperti guru pendidikan AgamaIslam di SDN 1 Upau dan SMPN 1 Upau.

B. Paparan Data Penelitian

Pada bagian ini akan dipaparkan data dan temuan-temuanyang penulis temukan di lapangan. Paparan data merupakanuraian tentang sejumlah temuan data yang telah diperolehmelalui beberapa teknik penggalian data, yaitu interview,observasi serta dokumentasi. Uraian data ini akan menggam-barkan keadaan lokasi secara umum (seperti yang diuraikan

Page 123: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

99

pada tulisan sebelumnya), dan setting penelitian sesuai denganfokus yang telah dikemukakan pada bab I. Mengacu pada fokuspenelitian, maka sajian data dan temuan penelitian mengenaiiklim keberagamaan Islam di tengah masyarakat multikulturaldi Desa Pangelak Kabupaten Tabalong serta faktor-faktor apayang mempengaruhi penciptaan iklim keberagamaan Islamdi tengah masyarakat multikultural di Desa Pangelak,Kabupaten Tabalong.

1. Iklim Keberagamaan Islam di Tengah MasyarakatMultikultural di Desa Pangelak Kabupaten Tabalong

Pangelak yang berada di daerah Tabalong dikenaldengan keragaman masyarakatnya, baik agama, budayamaupun suku. Walaupun demikian, iklim keberagamaandi daerah ini kondusif. Hal tersebut nampak pada toleransidan perilaku gotong royong yang ditunjukkan oleh masya-rakat yang heterogen ini. Berikut ini akan dipaparkan hasiltemuan atau laporan awal dari penelitian yang dilakukan.

a. Toleransi terhadap agama lain: Membantu dalamkegiatan keagamaan (kematian dan PHBA)

Toleransi di Desa Pangelak yang berasal dari berbagaisuku dan agama seperti Islam, Kristen, Hindu, Kaharingan,Jawa, Madura, Banjar, Dayak, Bugis, Batak termasukkondusif. Penghormatan terhadap agama lain ditunjukkandengan tidak mengganggu kegiatan agama lain bahkanmembantu mereka. Salah satu contoh toleransi yangnampak di Desa Pangelak adalah ketika acara kematian.

Page 124: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

100

Kerukunan yang tampak di antara masyarakat adalahketika acara kematian, di mana masyarakat dari berbagaisuku maupun agama saling membantu pada kegiatantersebut. Hal ini terungkap melalui wawancara denganKepala desa yang mengatakan bahwa:

Kalo masalah tolong menolong dalam kematianmasyarakat sudah mangarti, artinya sudah saling mangartibahwa tiap kamatian pasti orang datangan, di undang ataukada (sudah saling memahami aja), ada jua nang umpatmanabuk lubang kubur, maulah kotak (tabala) bila kamatian.Ada sampai 15 juta jumlah sumbangan, balum lagi gula,baras dll, disampaikan ucapan tarima kasih waktu beradadi kuburan setelah selesai mayit di kubur.9

Keakraban antar masyarakat tergambar dari suasanatolong menolong dalam kematian. Tepatnya pada hariKamis tanggal 3 Pebruari 2015, ketika ada salah seorangwarga Desa Pangelak RT 3 meninggal dunia karena sakitdi rumah sakit umum Tanjung, yaitu seorang ibu yangbernama Sur dan beragama Kristen. Pada saat meninggalIbu Sur berusia sekitar 45 Tahun dan memiliki 3 oranganak. Ketika kabar tentang meninggalnya Ibu Surmenyebar, warga berdatangan ke rumah almarhumah baiklaki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda, baikIslam, Hindu, Kristen warga Dayak hampir semua datang,meskipun jenazahnya belum tiba dari rumah Sakit, Paralaki-laki tampak membawa parang untuk membantu secarafisik, sementara perempuan datang dengan membawa

9 Wawancara dengan Kepala Desa, Rabu 28 Januari 2015.

Page 125: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

101

kampil (bakul) yang berisi beras, gula, teh, dan sebagainyaserta amplop yang berisi uang.

Suasana semakin terasa ketika jenazah tiba di rumahalmarhumah, dimana jalanan dan rumah penduduk terlihatsepi karena warga terkonsentrasi di sekitar tempatkematian, banyak kendaraan terparkir di pekarangan dandi pinggir jalan sekitar rumah ibu Sur, ada lebih dari 50buah kendaraan di sana. Hal tersebut mengindikasikanbahwa warga yang datang bukan hanya tetangga dekat tetapijuga warga yang tinggalnya cukup jauh.

Kumpulan warga tidak hanya di rumah ibu Sur, tetapijuga di rumah dan pekarangan tetangga, baik yang hanyaduduk-duduk saja ataupun yang terlihat sedang bekerjaseperti memotong kayu, mendirikan tenda dan sebagainya.Di pekarangan juga terlihat para ibu-ibu sedang sibukmangawah10 untuk menjamu warga yang bekerja danberkunjung ke acara kematian tersebut. Warga lainnyatengah sibuk mempersiapkan persiapan upacara kematian.Kebiasaan warga non-muslim di Desa Pangelak adalahmenguburkan jenazah pada hari ketiga setelah kematian,sehingga pada hari pertama sampai hari ketiga pada waktupenguburan warga terus berdatangan dan berkumpuldengan mengadakan jamuan makan, bagi yang mampubiasanya menyembelih sapi. Bagi warga muslim apabila

1 0 Mangawah adalah memasak makanan menggunakan kawah/wajan besar. Mengawahbiasa dilakukan ketika mengadakan pesta atau selamatan atau aruh menjamu makanbagi orang banyak. Di Desa Pangelak, bagi warga Dayak Deah mengawah dilakukanoleh kaum ibu-ibu, sedangkan bagi warga muslim mengawah dilakukan oleh kaumlaki-laki.

Page 126: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

102

yang meninggal adalah non-muslim toleransi merekasebatas berkunjung dan ma atar baras11 saja, setelah itulangsung pulang tanpa ikut menikmati jamuan.

Kegiatan tolong menolong ini juga diperkuat denganhasil wawancara penulis dengan Halimah yang sudahberusia 80 Tahun. Beliau mengatakan: “kaitu pang bila adamandangar jar kematian jar buhan komplek (mayoritasJawa dan Islam) datangan buhannya (non-muslim)mambawa baras dan lainnya, apa yang kita bawa ke tempatorang kaitu jua orang membawa”12 Hal ini jugadisampaikan oleh Bapak Rikit (Kepala Desa Pangelak)sebagai berikut:

Kalau ada yang maninggal lah suku apapun, agama apa-pun itu sama mambawa hantaran, bantuan tadi ala kadarnyasemampu inya seikhlas inya, itu dari sudut pandang budayakada pernah menuntut kepada siapa haja harus berapa.13

Adanya bantuan yang diberikan pada kegiatankeagamaan walaupun berbeda agama juga disampaikanoleh bapak Syarifuddin bahwa kalau dalam kegiatan sosialsaling membantu, seperti misalnya dalam acara kematiansemua hadir untuk menghormati dalam hal mencari kayu,mencari sayur atau membantu hal untuk keperluan lainnyayang sifatnya sebatas umum bukan dalam hal kerohanian.14

1 1 Ma atar baras adalah istilah yang biasa digunakan oleh masyarakat Tabalong untukmengungkapkan belasungkawa kepada kerabat atau tetangga yang meninggal dunia,yaitu dengan memberikan hantaran berupa beras utamanya, gula, teh, dan uang alakadarnya.

1 2 Wawancara dengan Nenek Halimah yang berusia 80 Tahun (suku Jawa), Jum’at 13Pebruari 2015

1 3 Wawancara dengan Rikit (Kepala Desa Pangelak), Rabu, 28 Januari 2015

Page 127: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

103

Wawancara di atas menunjukkan bahwa selama inihubungan antar umat beragama di Desa Pangelak kondusif.Hal tersebut nampak pada kegiatan tolong menolong dalamhal kegiatan keagamaan, hanya saja kegiatan tolongmenolong yang dilaksanakan tidak melangggar aqidah Is-lam. Artinya pertolongan yang diberikan bukan berkaitandengan masalah agama, tetapi hanya pertolongan fisik. Dimana orang muslim, ketika ada kematian orang non-muslim membantu hanya sebatas mencari kayu ataupunmemberikan bantuan uang ataupun yang lainnya untukmembantu mengurangi beban orang yang dalamkesusahan. Hal ini menunjukkan bahwa sejauh inipertolongan yang diberikan orang muslim terhadap non-muslim tidak merusak prinsip aqidah dalam konteks Is-lam, karena pertolongan yang diberikan sebatas urusandunia. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Mumtahanah/60: 8.

Hasil wawancara dengan bapak Syarifuddin tersebutdi atas memberikan gambaran bahwa selama ini tolongmenolong dalam hal kematian sudah menjadi tradisi dimasyarakat Pangelak, walaupun statusnya beda agama.Masyarakat akan datang pada saat acara kematian walupun

1 4 Wawancara dengan Syarifuddin, Selasa 3 Pebruari 2015

Page 128: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

104

tidak diundang, bahkan pertolongan yang diberikan tidakhanya dalam bentuk fisik, tetapi juga materi. Bantuantenaga dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan, karena setiapperayaan yang diselenggarakan akan memerlukan banyaktenaga kerja. Dalam konteks ini, masyarakat tidak segan-segan untuk membantu menggali kubur, membuat tebala(peti mati) untuk mayat. Selain itu sumbangan yang diberi-kan juga berupa materi seperti gula, sayur, beras, telur,bahkan uang. Hal ini menunjukkan bahwa tolongmenolong yang nampak pada masyarakat Pangelak denganberbagai agama tidak hanya ucapan bela sungkawa tetapijuga bantuan yang berupa fisik dan materi.

Tingginya sikap tolong menolong dalam hal kematianjuga tergambar pada satu kejadian pada acara kematian, dimana wanita muallaf yang meninggal di tengah-tengahkeluarganya yang non-muslim. Di sana keluarganya yangnon- muslim meminta orang Islam untuk mengurusjenazahnya. Untuk rangkaian acara kematiannya sepertitahlilan diadakan di rumah orangtuanya yang non-muslim,namun yang membuat masakan adalah warga muslim dandibantu keluarga almarhumah yang sudah muallaf.15

Peristiwa di atas mengisyaratkan bahwa penghor-matan masyarakat non-muslim terhadap agama Islamcukup tinggi dengan memberikan kepada orang Islamkepercayaan mengurus kegiatan kematian untuk keluar-ganya yang muslim. Bahkan mereka terlibat dalamrangkaian kegiatan tersebut.

1 5 Wawancara dengan Ahmad Hawani, Selasa, 17 Pebruari 2015

Page 129: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

105

Selanjutnya, tolong menolong dalam hal kematian jugaditunjukkan dari hasil wawancara dengan warga yangberagama Kristen sebagai berikut:

Kami dalam kematian mambantu jua, misalnyamembuat kotak (peti mati), kan ada orang Islam yang bolehpakai kotak ada yang kada, hal-hal yang sangat prinsipmengenai agamanya kami kada masuk ka situ, tapi padahal-hal yang kami bisa bantu, kami bantu.16

Wawancara tersebut semakin memperkuat bahwatolong menolong yang nampak pada masyarakat Pangelaktidak lagi dibatasi oleh status agama yang melekat padamereka, tetapi lebih dari itu, di mana bantuan yangdiberikan berupa fisik dan non-fisik. Mereka terdoronguntuk membantu apa yang menjadi keperluan dalam acaratersebut dengan menawarkan diri bahkan tanpa dimintasekalipun. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memilikisikap toleransi yang tinggi.

Toleransi antar agama yang ditunjukkan dalamkegiatan kematian juga menjadikan terbentuknya rukunkematian seperti hasil wawancara dengan bapakSyarifuddin yang mengatakan:

Kerukunan kamatian sudah ada, baik untuk penganutIslam maupun agama lain. Kalo kerukunan kamatian Islammelalui kegiatan yasinan (malam jum’at lakian, sore jum’atbebinian), ada kepanitiaan cuma kada ditunjuk secara for-mal, sistem tunjuk haja.17

1 6 Wawancara dengan Rikit (kepala Desa Pangelak), Rabu, 28 Januari 20151 7 Wawancara dengan Syarifuddin, Selasa 3 Pebruari 2015

Page 130: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

106

Wawancara tersebut menunjukkan bahwa di desa inisudah dibentuk rukun kematian, baik untuk agama Islammaupun agama lainnya. Walaupun terdapat sikap toleransiantar agama yang terlihat dalam kegiatan kematian, namunterdapat juga perbedaannya dalam menyikapinya,khususnya dalam konteks memakan jamuan.

Terdapat perbedaan dalam hal memakan jamuan, dimana kalau orang selain agama Islam membantu, merekaakan tetap dan senang hati menikmati jamuan orang Is-lam, namun sebaliknya jika orang Islam yang membantumaka sikap toleransinya terbatas, mereka hanya membantudari segi aspek fisik maupun materi dan tidak menikmatihidangan yang disajikan karena terbentur dengan prinsipagama.18

Islam memerintahkan kepada umatnya untukmemakan makanan yang baik-baik, dan melarang untukmemakan makanan yang kotor. Dalam Al-Quran terdapatbeberapa jenis makanan yang diharamkan yaitu darah yangmengalir, bangkai, daging babi, dan sesembelihan yangdipersembahkan untuk selain Allah SWT, sebagaimanafirman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah/2: 172-173.

1 8 Wawancara dengan Ahmad Hawani, Kamis 29 Januari 2015

Page 131: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

107

Dengan demikian, binatang yang telah diharamkan,seperti babi, anjing, meskipun disembelih sesuai tuntunansyariat, hukumnya tetap haram. Jadi yang dimaksudbinatang halal di sini adalah binatang yang pada dasarnyahalal dimakan dan halal dalam cara penyembelihannya,yaitu menurut aturan yang harus dipenuhi atau berdasarkansyariat agama. Dalam Islam ada beberapa rukun dalammenyembelih, yaitu:

1) Penyembelih, syaratnya orang Islam atau ahli kitabseperti firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Maidah/5:5.

Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberiAl kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal(pula) bagi mereka;

2) Yang disembelih (binatang yang halal), cara menyem-belihnya: a) binatang yang dapat disembelih di lehernya,dipotong uratnya dan wajib putus. b) binatang yangtidak dapat disembelih di lehernya karena liar atau jatuhdalam lubang, menyembelihnya dilakukan di mana sajadari badannya asal dapat mati karena luka itu;

Page 132: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

108

3) Alat perkakas menyembelih dari barang tajam dan tidakboleh menggunakan kuku, giri atau berbagai macamtulang.19

Selain rukun menyembelih terdapat juga sunnahmenyembelih, yaitu:

1) Memotong dua urat yang ada di kiri kanan leher, agarlekas matinya;

2) Binatang yang panjang lehernya sunnah disembelih dipangkal lehernya, supaya lekas matinya;

3) Binatang yang disembelih, hendaklah digulingkan kesebelah rusuknya yang kiri supaya mudah bagi orangyang menyembelihnya;

4) Diharapkan menghadap ke kiblat;

5) Membaca Bismillah dan Shalawat atas Nabi SAW.20

Selanjutnya dalam agama Islam terdapat laranganuntuk memakan daging anjing dan babi dan binatang yangdisembelih tidak dengan menyebut nama Allah, jugalarangan memakan makanan yang dimasak dan disajikandalam wadah atau tempat yang telah dijilat anjing.

Untuk menghindari memakan makanan yang tidakhalal dan dilarang oleh agama, sebagian warga muslim tetapdatang membantu atau sekedar menyampaikan ungkapanbelasungkawa dengan hanya ma atar baras, setelah itupulang tanpa menikmati makanan dengan berbasa-basi

1 9 H. Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, ( Jakarta: Attahiriyah, 1955), h. 444.2 0 Ibid.

Page 133: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

109

bahwa telah makan sebelumnya atau ada kesibukan yangharus segera dilaksanakan. Menurut salah seorang wargamuslim:

Di Pangelak sini apabila buhannya (non muslim) baaruhan, makannya baimbai (bersama-sama), misalnyamakanan jam 12 siang, samuan makanan, nah buhan kitanyaman, maksudnya gampang mahindari untuk kadamakan, jadi kita datang sebelum atau sesudah orang makan-an, atau bisa-bisa kita lah mancari situasi dan kondisinyasupaya kada makan.21

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian masyarakatPangelak yang muslim memiliki kecenderungan sikap hati-hati di mana mereka berupaya secara maksimal untukmenjaga diri dari hal-hal yang diharamkan Allah SWT.Artinya ada ketakutan mereka akan memakan hal-hal yangdiharamkan oleh Islam. Dalam konteks ini masyarakatberpikir bahwa sebagian makanan yang ada tersebutbercampur dengan daging-daging yang diharamkan olehIslam seperti babi ataupun memotongnya tidak sesuaidengan syariat Islam. Sikap hati-hati seperti ini sudah lamaberlangsung sehingga tidak jarang ketika orang non-muslim mengadakan perayaan dan memotong hewanmereka meminta orang Islam untuk menyembelihnya.Bahkan mereka malu ketika menyembelih babi ketika adaperayaan yang dihadiri oleh orang Islam. Hal ini dilakukanagar orang Islam juga turut menikmati hidangan.

2 1 Wawancara dengan Ahmad Hawani, Kamis, 29 Januari 2015.

Page 134: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

110

Seperti yang disampaikan oleh bapak Syarifuddinketika ada penyembelihan hewan dalam acara perkawinanatau acara lain mereka meminta orang Islam yang memo-tongnya. Orang Islam yang lebih dominan melakukannya,kalau mengerjakan memasaknya sama-sama. Merekaberkata bila mengatakan bahwa jika yang memotongnyaorang non-muslim, maka orang muslim tidak memakan,tapi kalo orang muslim yang memotongnya, maka orangmuslim tidak akan ragu memakannya.22

Data di atas menunjukkan bahwa selama ini orangnon-muslim memahami bahwa orang Islam lebih ketatdalam hal memakan jamuan, sehingga mereka tidak seganmeminta orang muslim untuk menyembelih hewan yangakan dijamukan dan dimasak bersama-sama dengan caraIslam. Hal ini mereka lakukan agar masyarakat muslimdapat menikmatinya dan memunculkan ada kebersamaanantara mereka.

Perilaku toleransi yang ditunjukkan melalui kegiatankematian bukanlah satu-satunya kegiatan tolong-menolongyang nampak pada masyarakat ini. Selain kegiatan kematianada kegiatan-kegiatan lain. Data lainnya menunjukkanbahwa tolong menolong antar masyarakat yang berbedaagama ditunjukkan dengan membantu mereka pada saatkegiatan-kegiatan keagamaan, seperti mambatur23 dan aruh

2 2 Wawancara dengan Syarifuddin, Selasa 3 Pebruari 2015.2 3 Mambatur adalah upacara adat yang biasa dilakukan oleh suku Dayak. Membatur

adalah upacara menanam atau memasang batur (batu nisan) pada makam, upacaraini biasanya dilakukan tidak bersamaan dengan upacara penguburan, akan tetapi dila-kukan pada waktu lain tergantung keuangan keluarga ahli mayit. Waktu pelak-sanaannya bisa saja bertahun-tahun setelah pemakaman. Bagi yang mampu biasanya

Page 135: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

111

bontang,24 tetapi terbatas pada bantuan-bantuan di luarkegiatan upacara keagamaannya. Juga saling kunjungmengunjungi pada hari-hari besar agama masing-masing.Partispasi Islam dibatasi dengan hanya bantuan di luarkegiatan peribadatan serta tidak menikmati jamuannya.

Secara umum memakan makanan yang diberikan olehorang bukan Islam adalah dibolehkan (halal) jika makanantersebut tidak terdiri daripada makanan yang diharamkan,seperti mengandungi babi, arak atau bangkai (binatangyang haram dimakan atau binatang yang boleh dimakantetapi tidak disembelih secara syari’i) dan sebagainya. Olehkarena itu, boleh menerima bahkan memakan makanantersebut jika pada zahirnya ia adalah makanan yang bukandibuat daripada atau kandungannya mengandungi elemenyang haram sebagaimana disebutkan, walaupun makananitu dibuat atau dimasak atau disediakan oleh mereka sendiri.Akan tetapi karena kekhawatiran akan tercampur denganbinatang yang diharamkan dalam agama Islam, makasebagian besar warga muslim Pangelak tidak terlibat dalammemakan jamuan non-muslim.

mereka mengadakan pesta besar dengan menyembelih sapi atau kerbau. Sebagianorang muslim juga diundang dan datang membantu baik dengan tenaga maupunhanya sekedar me atar baras (memberikan sumbangan berupa beras, gula, dsb).

2 4 Aruh Bontang adalah upacara adat Kaharingan. Sejenis hajatan, untuk menghormatiarwah nenek moyang. Pestanya diadakan selama tujuh hari tujuh malam. Perayaannyabiasanya dengan menyembelih sapi atau kerbau yang ditombak (dilempari dengantombak) terlebih dahulu. Setelah sapi atau kerbau lemas, barulah diminta kepadaorang muslim untuk menyembelihnya. Jika merujuk pada rukun dan sunahmenyembelih, tentunya hal tersebut bertentangan dengan prinsip Islam, karena sepertiyang dijelaskan di atas menyembelih binatang harus pada bagian tubuh binatang yangcepat mati dan tidak menyakiti. Jika menyembelih dengan tombak maka hal tersebutmenyakiti binatang tersebut. Lihat H. Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, h. 444.

Page 136: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

112

Sikap toleransi juga ditunjukkan orang Islam denganmembagikan daging kurban pada saat acara hari rayakurban. Seperti yang disampaikan oleh salah satu informanbahwa “mereka saling mengerti haja. Kalo hari raya kurbanmereka juga mendapat daging kurban dengan diantar kerumah masing-masing”.25 Demikian juga menurut salahseorang warga yang tinggal di dekat masjid bahwa “Setiaphari raya kurban tu menyembelihnya di halaman masjidsini, dapat ae samuan, buhannya (non-muslim) yang paraksini gen mun malihat dapat ae jua.”26

Hukum memberikan daging kurban kepada non-muslim, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama.27

Sebagian ulama Syafi’iyah mengharamkannya.28 UlamaMalikiyah memakruhkannya.29

Ulama Hanafiyah dan Hanabilah membolehkannyaasal bukan daging kurban yang wajib.30

Al-Nawawi dalam al-Majmû’ Syarh al-Muhadzdzabmengutip pendapat Ibn al-Mundzir sebagai berikut:

2 5 Wawancara dengan Syarifuddin, 3 Perbruari 2015.2 6 Wawancara dengan Amay Sabda, Sabtu 30 Agustus 2014.2 7 An-Nawawi, Al-Majmû’ Syar– al-Muhazzab, VIII, ( Jakarta: Pustaka Azzam,t.t),

h. 425.2 8 Asy-Syarbini Al Khotib, al-Iqna’ fi Halli al Fazhi Abi Syuja’, II, (Surabaya: Haromain,

t.t), h.593.2 9 Wahbah Al-Zu–aylî, Al-Fiqh al-Islâmî Wa Adillatuhu, II, (Damaskus: Dâr al-Fikr,

1996), h. 282.3 0 Abd al-Rahman Al-Jaziri, al-Fiqh ‘Ala al-Madzahib al-Arba’ah, I, (Beirut: Daar al

Kutub Al-Ilmiyyah, 1969), h.1114.

Page 137: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

113

Ulama sepakat daging kurban boleh diberikan kepadafakir miskin Islam, namun mereka berbeda pendapat menge-nai memberi makan daging kurban kepada fakir miskin ahlidzimmah (non-muslim). Imam Hasan al-Basri memberikeringanan (membolehkan) mereka memakannya. Demikianjuga Abu Hanifah dan Abu Tsur juga membolehkannya.Sementara Imam Malik lebih suka ia memberi makan dagingkurban kepada fakir-miskin yang muslim dan menganggap-nya makruh memberikan daging kurban kepada kaumnasrani (non-muslim), baik kulit maupun dagingnya. Ada-pun Al-Layts menganggapnya makruh, namun ia berpenda-pat jika daging kurban tersebut dimasak boleh diberikankepada ahl dzimmah (non-musim) beserta fakir miskin Islam.

Beberapa ulama berpendapat tentang pembagiandaging kurban kepada non-muslim, Imam Hasan al-Basri,Abu Hanifah, dan Abu Tsur membolehkan memberikandaging kurban kepada fakir miskin non-muslim. ImamMalik dan Al-Layts menganggap makruh. Namun Al-

3 1 An-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, h.425.

Page 138: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

114

Layts membolehkan memberikan kepada fakir miskin non-muslim daging kurban yang sudah dimasak.

Dengan demikian terdapat perbedaan pendapatmengenai boleh tidaknya memberi daging kurban kepadanon-muslim, untuk itu sebagai solusi maka yang harusnyadiberikan kepada non-muslim adalah daging kurban yangtidak wajib.

Selanjutnya wawancara lainnya yaitu dengan salahseorang warga non-muslim suku Dayak bahwa dalamperingatan hari-hari besar agama saling menghargai, salingmenghargai dalam artian menghargai kegiatan orang,jangan sampai mengganggu, kalau perayaan keagamaan,misalnya hari-hari raya, seperti hari raya kurban, ada kurbankan, nah kami dapat juga.32 Data di atas menunjukkanbahwa orang muslim peduli terhadap non-muslim.

Selanjutnya menurut hasil wawancara dengan KetuaRT 4 yang berasal dari suku Dayak dan beragama Nasrani,beliau menuturkan “Kami sering diundang dalam kegiatanyasinan, mauludan apalagi, dan sebaliknya bila kami natalanbuhan mama Ayu tu, tetangga ulun membantu kami jua”.33

Data tersebut menunjukkan bahwa ada sebagian wargamuslim yang mengundang warga non-muslim dalamkegiatan keagamaan Islam yaitu yasinan dan mauludan.Peringatan mauludan yang biasa dilakukan di DesaPangelak adalah sama seperti halnya kebiasaan di daerahlain di Tabalong, yaitu kegiatan keagamaannya seperti

3 2 Wawancara dengan Mulyanto, Jum’at 3 Oktober 2014.3 3 Wawancara dengan Gatot Ariyanto, Rabu 28 Januari 2015.

Page 139: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

115

membaca syair-syair maulid dan ceramah agama yangdilaksanakan di masjid atau Langgar, sementara acaramakan dilaksanakan di masing-masing rumah warga yangturut memperingati maulid Nabi Muhammmad SAW.

Adapun bentuk bantuan yang biasa diberikan wargakepada tetangga dekatnya di Desa Pangelak yang mengada-kan aruh atau acara hajatan yang sifatnya menjamu danmengundang orang banyak seperti peringatan MaulidNabi Muhammad SAW, Isra Mi’raj, Tasmiyahan, Yasinan,atau kalau warga non-muslim ada acara natalan, makasebagian warga terutama keluarga dan tetangga dekat turutmembantu memasak dan mempersiapkan hidanganataupun membantu membuat kue-kue kering sebelumhari kegiatan pelaksanaan. Sehingga bantuan-bantuan yangdiberikan sebenarnya merupakan bantuan secara fisik.Sama halnya dengan bantuan yang diberikan pada saatkematian, yaitu berupa bantuan fisik.

Data di atas membuktikan bahwa sikap toleransi yangditunjukkan masyarakat Pangelak yaitu dengan membantusatu sama lain, saling tolong menolong dalam kegiatankematian atau hari besar agama. Bantuan mereka bersifatmateri maupun fisik. Tolong menolong dalam hal kegiatankematian atau hari besar agama merupakan bentukkerjasama yang diwujudkan dalam kegiatan yang bersifatsosial kemasyarakatan dan tidak menyinggung keyakinanagama masing-masing. Tolong-menolong yang dilaksana-kan masyarakat Pangelak dalam hal kematian setidaknyamerupakan kegiatan yang mendorong terjadinya kerukunan

Page 140: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

116

antar umat beragama. Perilaku ini secara turun temurunmenjadi tradisi yang mengakar di masyarakat Pangelak. Disisi lain hal ini mengisyaratkan tingginya sikap toleransidi dalam masyarakat ini.

Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budayadan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarangadanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yangberbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalamsuatu masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat, toleransidipahami sebagai perwujudan mengakui dan menghor-mati hak-hak asasi manusia. Kebebasan berkeyakinandalam arti tidak adanya paksaan dalam hal agama, kebebas-an berpikir atau berpendapat, kebebasan berkumpul, dansebagainya. Pengertian toleransi yang disebutkan dalamWebster’s Dictionary, sebagaimana dikutip oleh YunanNasution ialah memberikan kebebasan terhadap pendapatorang lain dan berlaku sabar menghadapi orang lain (Lib-erality toward the opinions of others, patience with others).34

Menurut Mukti Ali, manusia hidup dalam masyarakatyang disebut plural society, masyarakat serba ganda, gandakepercayaan, kebudayaan, agama, warna kulit, dan lain-lain.35 Dengan demikian, perlu diupayakan terhindarnyakonflik dan ketegangan (conflic and tension) dan rasapermusuhan sehingga tercipta suatu kondisi yang dipenuhirasa tenggang rasa dan kerukunan dalam kehidupan yang

3 4 M. Yunan Nasution, Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan, ( Jakarta: BulanBintang, 1988), h. 16.

3 5 H. A. Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, (Bandung: Mizan, 1996),h. 56.

Page 141: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

117

plural tersebut. Dalam usaha menciptakan kondisi keru-kunan hidup beragama, Mukti Ali menawarkan metodeagree in disagreement (setuju dalam perbedaan) di antara 4metode pemikiran yang lain, yaitu pemikiran bahwa semuaagama adalah sama, metode reception, sintesis danpenggantian.36

Metode agree in disagreement merupakan yang terbaikdi antara yang lain dalam usaha menciptakan kerukunanhidup, khususnya kerukunan dalam beragama. Orang yangberagama harus yakin bahwa agama yang ia peluk itulahyang terbaik dan paling benar. Sebab, menurutnya, apabilaorang tersebut tidak percaya bahwa agama yang ia pelukadalah terbaik dan paling benar, maka ia telah melakukansuatu “kebodohan” untuk memeluk agama tersebut. Setelahmengakui kebenaran dan kebaikan agamanya, perlu puladisadari bahwa di antara perbedaan yang terdapat dalamsuatu agama dengan agama yang lain, di sana masih banyakterdapat titik-titik persamaannya. Berdasarkan landasantersebut, maka saling hormat menghormati dan hargamenghargai dapat ditumbuh kernbangkan, sehingga keru-kunan dalam kehidupan keagamaan dapat direalisasikandalam dataran empiris, bukan sekedar teori dan retorikasemata.37

Akhirnya, suasana kerukunan keagamaan dan kesa-tuan sosial yang dilandasi oleh kesamaan keprihatinanmoral terhadap tuntutan pembangunan sangat diperlukan.

3 6 Ibid, h. 60.3 7 Ibid, h. 62.

Page 142: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

118

Hal itu untuk dijadikan penunjang dan penggerak dalammemecahkan masalah-masalah ketidakadilan sosial.Melalui dorongan iman dan moral keagamaan yang di-transformasikan dalam amal dan aksi untuk pembangunan,diharapkan terjadi tidak saja proses perubahan sosial, tetapijuga proses pembaharuan kehidupan dan pemikirankeagamaan, yang secara dinamis akan saling menunjangpembangunan manusia modern seutuhnya.

b. Toleransi dalam hal beragama:

(1) Tidak adanya pemaksaan terhadap agama lain

Keyakinan untuk memeluk agama yang dipercayaidiangggap bisa memberikan keselamatan bagi dirinya sen-diri maupun keselamatan bagi orang lain. Dalam konteksini, orang yang beragama memiliki kebebasan hak untukmenentukan, memilih dan memilah agama yang dianutnya.Agama merupakan hak prerogatif setiap individu, dalamberagama terkadang orang mengacu pada keyakinan yangdianutnya. Memaksakan kehendak kepada orang lain untukmemeluk agama yang dianutnya dapat menyebabkanperseteruan dan perpecahan dalam umat beragama.

Salah satu sikap yang ditunjukkan masyarakat Pangelakberdasarkan hasil wawancara adalah tidak adanya pemak-saan terhadap orang lain untuk mengikuti agamanya.Seperti yang dituturkan oleh salah seorang warga.

Wahini kayak kadada lagi pertentangan agama, yanghakun bakakarasan (pemaksaan), kalau kawin lawan urangIslam, udah 90% umpat Islam, tapi ada jua nang bacabur

Page 143: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

119

(orang Islam pindah agama) yang ada becabur tu di bawah(sekitar simpang tiga Pangelak).38

Makna pertama dari wawancara di atas menjelaskanbahwa di Desa Pangelak tidak ada bentuk kekerasan yangditunjukkan masyarakat untuk memeluk salah satu agama.Artinya masyarakat dibebaskan untuk memilih agamasesuai dengan apa yang diyakini tanpa ada tekanan ataupunintervensi dari orang-orang di sekelilingnya. Kebebasandalam beragama yang ditunjukkan di Desa Pangelak meru-pakan salah satu bentuk toleransi yang ditunjukkan olehmasyarakat. Kegiatan ceramah agama yang ada di DesaPangelak bersifat pembinaan tentang bagaimana menjalan-kan syariat agama Islam dengan baik dan benar. Tidak adaajakan atau paksaan umat lain untuk berpindah agama.Sehingga dapat disimpulkan bahwa sejauh ini tidak adabentuk kekerasan yang ditunjukkan oleh masyarakat kepadaorang lain untuk mengikuti apa yang menjadi kepercaya-annya.

Makna kedua yang ditunjukkan dari hasil wawancaradi atas adalah kebebasan dalam beragama juga menghasil-kan fenomena yang cukup unik yaitu adanya perpindahankeyakinan karena adanya hubungan yang spesial. Dalamkonteks ini, tidak sedikit dari masyarakat yang pindahagama karena menuruti pasangannya, baik dari non-muslim maupun dari muslim. Makna kedua dari hasilwawancara ini menunjukkan bahwa fenomena kebebasanberagama juga melahirkan satu fenomena banyaknya warga

3 8 Wawancara dengan Mas’ani, Kamis 8 Januari 2015.

Page 144: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

120

yang pindah agama karena adanya hubungan yang specialdengan orang yang berbeda agama.

Hal ini diperkuat dari hasil wawancara berikut.

Setiap perkawinan yang handak pindah-pindah agamakami hadapakan wan urang tuhanya sakira bujur2 inyamemeluk Islam, jadi urang tuhanya menyaksiakan jua, kaloae lantaran kadada urang tuha dihadapan jadi wani bapindahagama, bila ada dihadapakan wan kuwitan kada wanibaucap, mun kada wani baucap kami kada wani mangawina-kan. (artinya mereka bujur2 ikhlas masuk Islam hanyar dika-winakan).39

Bahkan menurut salah seorang warga nasrani, perpin-dahan yang dilakukan “Ada memang dari hatinya saorang,ada karna perkawinan, katanya niat saorang karna yakin,ada karena pergaulan, karna baik jar”.40

Data di atas memberikan gambaran bahwa selama iniperpindahan keyakinan yang terjadi di masyarakatwalaupun bebas, tidak menjadikan orangtua tidak terlibatdalam mengambil keputusan. Sejauh ini, perpindahanagama yang dilakukan oleh seseorang harus mendapatkanrestu dari orangtua. Hal ini dilakukan agar langkah yangdiambil sudah melalui pertimbangan yang kuat. Namundemikian yang perlu diperhatikan dari fenomena perpin-dahan tersebut adanya muncul alasan karena pergaulan danhanya hubungan semata. Perkawinan berbeda agamamemang mengandung resiko dan bahaya yang setidaknya

3 9 Wawancara dengan Ahmad Kasani, Kamis 29 Januari 2015.4 0 Wawancara dengan Mulyanto, Jum’at 3 Oktober 2014.

Page 145: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

121

perlu atau bahkan harus dihindari oleh setiap orang.Persoalannya, resiko yang ditimbulkan oleh perkawinanbeda agama seringkali diabaikan begitu saja tanpamempertimbangkan akibatnya, seperti persoalan rumahtangga, hak waris dan perwalian perkawinan. Kebanyakandari masyarakat yang pindah agama dengan gampangnyatidak memahami hukum secara benar-benar dan tidakbegitu memikirkan efek yang dihasilkan oleh pernikahanbeda agama. Hal inilah yang nampak pada masyarakatPangelak.

Manusia memiliki berbagai macam hak asasi dalamhidupnya, salah satunya adalah hak kebebasan beragama.Masyarakat Pangelak seperti yang dijelaskan termasukmasyarakat yang heterogen. Dalam konteks ini, masyarakatdi Pangelak terdiri dari suku dan agama yang berbeda-beda.Oleh karena itu, interaksi masyarakatnya pun sangatberagam dan memungkinkan adanya perkawinan bedaagama dan bahkan ada satu keluarga yang menganutberbeda agama walaupun satu rumah. Hal ini terungkapdari hasil wawancara dengan salah satu informan beragamaNasrani yang mengatakan bahwa:

Bahkan satu rumah ada yang agamanya ada 3, ada Is-lam, ada Hindu, ada Kristen, rukun haja. Makanya kitakada kawa mamaksa harus ikut ini, misalkan bapaknya,menyuruh harus ikut bapaknya, sedangkan si anak memilihjalan lain, itu pun lah ini ada tambahan lagi, ada yang Is-lam masuk Kristen ada yang Kristen masuk ke Islam. Itusudah umum di sini.41

4 1 Wawancara dengan Mulyanto, Jum’at, 3 Oktober 2014.

Page 146: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

122

Klaim absolutisme sebagaimana yang diungkap olehJohn Hick, dilakukan oleh semua agama, baik Islam,Kristen, Hindu, maupun Yahudi.42 Harus diakui, bahwaagama-agama, di samping memiliki klaim absolutisme,juga memiliki klaim inklusivisme. Menurut penafsiranQuraish Shihab, ketika absolutisitas diantar ke luar (kedunia nyata), Nabi tidak diperintahkan untuk menyatakanapa yang ada di dalam (keyakinan tentang absolutisitasagama tersebut), tetapi justru sebaliknya. Itulah sebabnyamenurut Quraish Shihab, bahwa salah satu kelemahanmanusia adalah semangatnya yang menggebu-gebu,sehingga ada di antara mereka yang bersikap melebihiTuhan, misalnya menginginkan agar seluruh manusia satupendapat, menjadi satu aliran dan satu agama. Semangatyang menggebu-gebu ini pulalah yang mengantarkanmereka memaksakan pandangan absolutnya untuk dianutorang lain. 43

Realita menunjukkan masyarakat Pangelak bersifatpluralis, baik dari segi agama maupun suku, karena adanyatoleransi dan pengakuan terhadap keragaman keagamaandalam keluarga. Walaupun sejauh ini fenomena beda agamadalam satu keluarga menghasilkan adanya kerukunan antarpemeluknya, namun di sisi lain dalam keluarga beda agamadimungkinkan terjadi tarik-menarik kekuatan antarkebudayaan yang dilakukan orangtua yang berbeda agamaterhadap anak-anak mereka.

4 2 John Hick, Problem of Religious Pluralism. (London: The Macmillan Press, 1985), h.46.

4 3 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 222.

Page 147: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

123

Dalam pandangan ajaran Islam, menurut NgainunNaim dan Achmad Sauqi bahwa pluralitas merupakansunnatullah yang tidak bisa diingkari, bahkan justru dalampluralitas tersebut terkandung nilai-nilai penting bagipembangunan keimanan.44 Menurut Choirul Mahfud,bagi bangsa Indonesia yang telah melewati reformasi,konsep masyarakat multikultural bukan hanya sebuahwacana, atau sesuatu yang dibayangkan, tetapi konsep iniadalah sebuah ideologi yang harus diperjuangkan, karenadiperlukan sebagai landasan bagi tegaknya demokrasi,HAM dan kesejahteraan masyarakat.45

M. Yunan Nasution memaparkan bahwa dalam Al-Qur’an banyak dijumpai ayat-ayat tentang pokok-pokokajaran Islam mengenai hubungan antar manusia, walaupunberbeda-beda keyakinan, dilarang melakukan pemaksaandan kekerasan. Islam mengajarkan supaya bersikap luwesdan luas, berlapang dada, sikap terbuka, toleransi. Padabeberapa ayat Al-Qur’an (Yûnus 99, Al-‘Ankabût 46, Al-Mumta–inah 8-9 dll) terdapat prinsip-prinsip bagaimanaseharusnya seorang muslim memandang dan menghadapiagama lain dan pemeluknya. Prinsip tersebut terdiri dariempat patokan: Pertama, harus menjauhkan sikap paksaan,tekanan, intimidasi dan yang seumpamanya. Dalampergaulan dengan pemeluk-pemeluk agama lain harusbersikap toleran, yang dalam istilah Islam disebut tasâmûh;

4 4 Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 129.

4 5 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, Cet. 1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2006), h. 100.

Page 148: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

124

Kedua, Islam memandang pemeluk-pemeluk agama lainterutama ahli kitab, mempunyai persamaan landasanakidah, yaitu sama-sama mempercayai Allah SWT. Islammengakui kebenaran dan kesucian kitab Taurat dan Injildalam keadaannya yang asli (orisinal); Ketiga, Islam mengu-lurkan tangan persahabatan terhadap pemeluk agama lain,selama mereka tidak menunjukkan sikap dan tindakanpermusuhan, dan selama tidak bertentangan denganprinsip akidah Islamiyah; Keempat, pendekatan (approach)terhadap pemeluk agama lain untuk meyakinkan merekaterhadap kebenaran ajaran Islam haruslah dilakukan dengandiskusi yang baik, sikap yang sportif dan elegan.46

Dengan demikian, tidak adanya paksaan dalamberagama sejalan dengan konsep Islam, yaitu tidak memaksaorang lain mengikuti agamanya. Artinya, dalam soalberagama, Islam tidak mengenal konsep pemaksaanberagama. Setiap diri individu diberi kelonggaransepenuhnya untuk memeluk agama tertentu dengankesadarannya sendiri, tanpa intimidasi.

c. Toleransi dalam hal: (2) Tidak mengganggu agama lain

Toleransi mengajarkan, hendaknya manusiamempunyai sifat-sifat lapang dada, berjiwa besar, luaspemahaman, pandai menahan diri, tidak memaksakankehendak sendiri, memberikan kesempatan kepada oranglain untuk berpendapat sekalipun berbeda denganpendapat kita. Kesemuanya itu adalah dalam rangka

4 6 M. Yunan Nasution, Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan, h. 13-14.

Page 149: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

125

menciptakan kerukunan hidup beragama dalammasyarakat.

Sikap toleransi yang ditunjukkan lainnya adalah tidakmengurusi persoalan atau menggangu agama orang lain.Contohnya pada hasil wawancara berikut: “Di sini (di DesaPangelak) kada biasa mencampuri urusan urang”.47 Artinyamasyarakat pada umumnya tidak mengganggu ataupunmengurusi yang menjadi urusan agama orang lain. Dalamkonteks ini, masyarakat Pangelak menghargai danmenghormati umat agama lain menjalankan ibadahnya.Penghargaan dan penghormatan yang diberikan terhadapagama lain dengan tidak mengganggu agama lainmerupakan langkah untuk menghindari munculnyakonflik, intoleransi, dan kekerasan atas nama agama.

Bentuk toleransi dalam hal tidak mengganggu agamalain terlihat pada hari Kamis tanggal 25 Desember 2014bertepatan dengan hari Natal, di mana pada pagi harinyaumat Kristiani dengan berpakaian baru dan rapiberkumpul di gereja-gereja yang ada di Pangelak untukmengadakan perayaan Natal. Menjelang siang, merekamengadakan jamuan makan bersama di halaman gereja.Sementara warga muslim tetap beraktivitas seperti biasatanpa terganggu dan mengganggu warga lainnya. Begitujuga sebaliknya umat Kristen menjalankan ibadah merekatanpa terganggu.

Penghargaaan dan penghormatan terhadap agama laintidak hanya melalui perilaku tetapi juga melalui ceramah-

4 7 Wawancara dengan Gianto, Kamis 8 Januari 2015.

Page 150: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

126

ceramah yang mensosialisasikan pentingnya menghormatiagama lain dengan tidak mengganggu ketenangan agamalain. Hal ini terungkap dari hasil wawancara denganinforman yang menjelaskan bahwa cara menyampaikanceramah yang juga dihadiri oleh warga non-muslim,seperti pada arisan yasinan yang juga ada diikuti dan diha-diri oleh warga non-muslim, menurut informan tersebut,sampaikan saja ayat-ayat Al-Qur’an atau hukum-hukumIslam, tetapi sebelumnya harus ditegaskan bahwa menurutagama Islam seperti ini, menurut hukum Islam begini, agartidak menyinggung perasaan mereka yang non-muslim.48

Menurut bapak Ilhami “Sebelum ceramah dilihat kon-disinya, kalau ada orang non-muslim sebelumnya disam-paikan permohonan maaf, kalau seandainya menyinggungperasaan”.49 Hasil wawancara di atas menunjukkan sikappenghargaan yang diberikan masyarakat muslim kepadanon-muslim dengan tidak mengganggu keyakinan merekabaik melalui ceramah maupun melalui perilaku.

Bagi sebagian masyarakat Pangelak, Islam adalah porosyang mengatur hubungan dua arah; kepada Allah dankepada sesama. Aspek yang paling prioritas adalahhubungan kepada Allah, yaitu berusaha untuk selalumelaksanakan perintah-perintah berkaitan dengan ibadahdan hubungan langsung dengan sang Pencipta. Seiringdengan itu, menjalin hubungan dengan manusia dilakukansesuai dengan rambu-rambu yang ditetapkan ajaran Islam.

4 8 Wawancara dengan Ahmad Kasani, Kamis, 29 Januari 2015.4 9 Wawancara dengan Ahmad Ilhami, Kamis tanggal 29 Januari 2015.

Page 151: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

127

Sehingga yang penting berbuat baik kepada orang lain, tidakmengganggu dan itu penting karena merupakan bagiandari ajaran Islam.

Tidak menggangu orang lain merupakan sikaptoleransi yang ditunjukkan oleh masyarakat Pangelak.Sufyanto menyimpulkan inti dari konsep toleransi adalahpartisipasi masyarakat untuk saling menghargai, menghor-mati, dan bersifat terbuka (inklusif ). Ditambahkan olehSufyanto bahwa sikap toleransi ini harus dibangun olehseluruh kekuatan masyarakat, tidak hanya individu.50

Fenomena di atas sejalan dengan prinsip toleransi yangdiajarkan Islam, yaitu membiarkan umat lain untukberibadah dan berhari raya tanpa mengusik mereka.Artinya urusan agamanya adalah urusannya dan merekapun tidak mengurusi agama Islam.

d. Toleransi terhadap agama lain: (3) Kegiatan keagamaantidak mengganggu ketenangan orang lain

Kegiatan-kegiatan keagamaan seperti majelis dzikir,shalawat ataupun pengajian umum hendaknya tidakmengganggu kepentingan masyarakat umum sepertiketenangan orang ketika beristirahat. Kegiatan keagamaanyang mengganggu kepentingan umum menggangguhubungan antar agama. Bagi kaum muslim, menghormatiterhadap agama lain tetaplah mengacu pada konsep “Lakumdînukum Wa liyadîn”. Maksudnya adalah, silahkan seseorang

5 0 Sufyanto, Masyarakat Tamaddun: Kritik Hermeneutis Masyarakat Madani NurcholishMadjid, Cet. 1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 131.

Page 152: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

128

dengan kepercayaannya, biarkan orang Islam dengankeyakinannya. Silahkan beribadah menurut agama masing-masing, kamipun akan beribadah menurut agama kami.Saling menghormati, tidak akan saling memusuhi. Kamitidak akan mengganggu ritual ibadah orang lain, pun begitusebaliknya.

Sikap inilah yang ditunjukkan ketika kegiatan keaga-maan tidak mengganggu ketentraman dan kenyamananorang lain. Misalnya babacaan atau pengajian tidakmenggunakan pengeras suara, walaupun menggunakanpengeras suara tidak kedengaran dan tidak menggangguwaktu istirahat orang lain. Hal ini terungkap ketikamelakukan wawancara dengan salah satu warga bahwaketika ditanya apakah kegiatan babacaan di langgarterdengar nyaring sampai keluar, Nenek Halimahmenjawab, “kada nyaring, kada ba mic”.51

Terlebih lagi letak masjid dan langgar berada di tengah-tengah rumah warga yang penduduknya mayoritas nonIslam, bahkan langgar letaknya berseberangan dengangereja. Hal ini menunjukkan selama ini kegiatan-kegiatankeagamaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat selaluberusaha untuk tidak mengganggu agama orang lain.Seperti yang diungkapkan dari hasil wawancara berikut:“kada suah sini ada konflik antar agama, baumuran dah diamsini, yang ada paling masalah keluarga, masalah kenakalan”.52

Cerita lainnya adalah dari hasil wawancara berikut.

5 1 Wawancara dengan nenek Halimah, Kamis, 25 Desember 2014.5 2 Wawancara dengan Mulyanto, Jum’at 3 Oktober 2014.

Page 153: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

129

Mun misalkan kita urang Islam yang kana arisan mere-ka tatap datang dan umpat makan wan kita, tapi bila merekayang kana arisan maka mereka menyiapkan makanan mentahseperti mie instant, gula, teh dan telur (di kantong plastik)yang dibawa bulik, agama kita kada bulih kalo umpat makanayam atau apakah yang di sambalih tanpa menyebut namaAllah (intinya mereka sdh saling memahami).53

Ungkapan hasil wawancara tersebut memberikangambaran bahwa ketika orang muslim mengadakan arisan,maka orang non-muslim ikut menyantap hidangan yangdiberikan dan mengikuti kegiatan keagamaan yangdilakukan tanpa mengganggunya. Sebaliknya, jika orang non-muslim yang mengadakan kegiatan arisan, merekamemahami bahwa orang muslim tidak sembaranganmengkonsumsi makanan, sehingga mereka menyiapkanmakanan mentah yang kehalalannya sudah teruji untukdibawa pulang, seperti mie instan, gula maupun teh, ataumengadakan arisan dan jamuannya oleh dan di tempat or-ang muslim. Hal ini menunjukkan adanya penghormatandan penghargaan yang tergambar pada masyarakat Pangelak.

Kerukunan dalam beragama dengan tidak menggang-gu agama orang lain juga tergambar dari hasil wawancaradengan bapak Rikit yang non-muslim beliau mengatakan:“Mengingat gereja yang berseberangan dengan langgar,ketika terdengar adzan dari langgar sementara ada kegiatanjuga di gereja itu saling memahami tidak merasa terganggukarena sudah ada komunikasi”.54

5 3 Wawancara dengan Ahmad Kasani, Kamis 29 Januari 2015.5 4 Wawancara dengan kepala Desa Pangelak, Rabu, 28 Januari 2015.

Page 154: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

130

Wawancara di atas semakin memperjelas bahwawalaupun posisi langgar dan gereja berseberangan, akantetapi kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh penganutagama masing-masing tidak mengganggu ketenangan or-ang lain dalam beribadah. Selama ini peribadatan yangmerupakan ciri khas agama bisa berjalan dengan baik diDesa Pangelak tanpa terganggu agama lain. Ketenangandalam pelaksanaan ibadah sesungguhnya merupakan salahsatu kunci terciptanya hubungan yang baik antar agama diDesa Pangelak, karena ibadah merupakan hal yang sakraldalam agama.

Desa Pangelak yang terdiri dari berbagai suku danagama, masyarakatnya hidup berdampingan dengan damai,masyarakatnya membaur menjadi satu, meskipun berbedaagama, namun tempat tinggal mereka berdampingan, adayang bertetangga dengan Islam, Kristen, dan Hindu sertaKaharingan. Bukan hanya tempat tinggal yang berdekatan,tempat ibadah pun ada juga berdekatan, seperti gerejaPantekosta yang berseberangan dengan langgar. Masing-masing dengan tenang menjalankan ibadahnya.

Ketenangan tersebut seperti terlihat pada sore hariSelasa tanggal 13 Januari 2015, anak-anak santri TK Al-Qur’an sedang belajar di langgar. Anak-anak yang belajardi TPA Al-Qur’an tersebut adalah kebanyakan anak-anakdari suku Jawa yang tinggal di RT 4, sedangkan langgarletaknya di RT 3. Anak-anak yang belajar di TPA padahari itu berjumlah sekitar 27 orang, sebagian besarnyaadalah perempuan. Mereka belajar baca tulis Al-Qur’an

Page 155: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

131

di sana tiga kali dalam seminggu yaitu hari Senin, Selasa,dan Rabu. Anak-anak tersebut belajar di sana secara cuma-cuma. Ketika ditanya siapa yang mendorong mereka untukbelajar Al-Qur’an di TPA tersebut, ada menjawab karenadisuruh ayah atau ibu mereka. ketika tiba waktu Asharseorang anak kemudian mengumandangkan adzan denganlantang. Suara merdunya terdengar ke mana-mana, kemu-dian anak-anak dengan tiga orang gurunya shalat Asharberjamaah. sementara warga desa yang lain tetap berakti-vitas sebagaimana biasa tanpa terganggu sedikitpun. Padasaat itu sebagian warga ada yang sedang bergotong royongdi balai desa tidak jauh dari langgar. Di langgar tersebutjuga setiap Rabu malam diadakan pengajian atau ceramahagama yang disampaikan oleh ustadz Udin dari DesaMarindi. Kegiatan pengajian tersebut sudah berlangsunghampir setahun dimulai sejak bulan Syawal setelah lebaran.Namun disayangkan, jumlah pesertanya minim, kebanyak-an yang mengikuti pengajian tersebut adalah rombonganyang turut bersama ustadz dari pondok pesantren Marindi.

Fenomena lain adalah pada hari Jum’at bertepatandengan tanggal 13 Pebruari 2015 sekitar pukul 12 siangdari Masjid terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’anyang diperdengarkan melalui pengeras suara, sehinggaterdengar hampir ke seluruh desa. Di parkiran terlihatbeberapa motor yang terparkir, dan ada sebagian orang yangmengenakan baju koko dan memakai peci duduk-duduksantai di atas kendaraan, mereka nampak berusia sekitarantara 20 sampai 35 tahun, juga terlihat beberapa oranganak kecil di parkiran tersebut. Sementara di dalam masjid

Page 156: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

132

yang sudah dihamparkan kain putih sebagai sajadah,terlihat beberapa orang sedang duduk sambil berzikir.

Di jalan raya nampak beberapa orang laki-laki yangmengendarai motor. Kebanyakan mereka berasal dari arahkomplek (kumpulan kediaman orang Jawa). Merekamengenakan baju koko dan peci dan tentunya merekamenuju masjid untuk shalat Jum’at. Sebagian besarmengendarai motor untuk ke masjid karena rumah merekacukup jauh dari msjid. Sementara ada juga beberapa laki-laki yang melintas di jalan namun mereka tidak memakaibaju koko dan peci tetapi berpakaian seperti sepulang daribekerja di kebun. Nampaknya mereka adalah non-muslim.Masing-masing warga menjalankan aktivitasnya tanpaterganggu satu sama lain. Warga muslim dengan tenangmenjalankan ibadahnya sementara warga non-muslimlainnnya juga tetap melaksanakan aktivitas kesehariannya.

Masjid Daruss’adah yang merupakan masjid denganwilayah jamaahnya melingkupi Desa Pangelak, juga desa-desa lain di sekitarnya, seperti Desa Kaong dan Kinarumyang berjarak sekitar 3 km dari Pangelak. Ketika ditanyakankepada warga tentang apakah banyak jamaah yangmengikuti ibadah shalat Jum’at di masjid tersebut. Salahsatu warga menjawab ya, sekitar 70 an orang. Kalau hariRaya penuh masjid ini timpal warga tersebut. Warga lainmenjawab pada hari Jum’at tanggal 23 Januari cukupbanyak jamaahnya yaitu lebih dari 6 shaf. Warga lainmenjawab, kadang-kadang banyak, kadang-kadang sedikit.

Page 157: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

133

Berdasarkan pengamatan, nampak warga non-muslimjuga menjalankan ibadahnya dengan aman dan tenang. Bagiyang beragama Kristen dan Katholik mereka ke gereja setiapMinggu dan pada perayaan hari besar agama seperti padahari Natal. Begitu pula umat Hindu menjalankan ibadah-nya tanpa ada gangguan dari agama lain, seperti terlihatpada siswa SMAN 1 Upau yang melaksanakan ibadahnyadi sekolah dengan dibimbing oleh guru agama Hindu.Mereka menjalankan ibadah tanpa ada gangguan daritemannya yang beragama lain. Bahkan di SMAN 1 Upauakan segera dibangun pura di samping mushalla yang telahberdiri sebelumnya.

Pelaksanaan ibadah bagi orang yang beragama padadasarnya merupakan lambang kepatuhan dan ketaatanterhadap ajaran agama. Oleh karena itu, untuk melihatkeyakinan seseorang atas agama yang dianutnya terlihatpada indikasi pelaksanaan ibadah yang menjadi fenomena-fenomena dalam agama yang mereka anut. Ibadah dalamkonteks aspek fenomena agama menurut Peter Connellyterkait dengan upaya mendeskripsikan dan memahamikeyakinan-keyakinan dan praktik-praktik yang dilakukanoleh anggota suatu tradisi keagamaan.55

e. Tolong menolong dalam hal perkawinan

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkinhidup sendiri dalam memenuhi kebutuhannya tanpa

5 5 Peter Connelly, Aneka Pendekatan Studi Agama, diterjemahkan oleh Imam Khairi,Cet. 2 (Yogyakarta: LkiS, 2009), h.150.

Page 158: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

134

bantuan orang lain, karena memang manusia diciptakanTuhan untuk saling berinteraksi, bermasyarakat/bersila-turahmi dengan sesama serta dapat saling tolong menolongdalam memenuhi kebutuhannya. Kerjasama yang dilakukansecara bersama-sama disebut sebagai gotong-royong,akhirnya menjadi strategi dalam pola hidup bersama yangsaling meringankan beban masing-masing pekerjaan diDesa Pangelak walaupun mereka berbeda agama, suku,budaya, dan adat. Adanya kerjasama semacam ini merupa-kan suatu bukti adanya keselarasan hidup masyarakatsebagai suatu komunitas tanpa melihat status agama, sukumaupun budaya.

Gotong-royong dalam bentuk tolong menolong yangmereka lakukan salah satunya adalah untuk kepentinganperseorangan yang memerlukan curahan tenaga dalammenyelesaikan pekerjaannya, sehingga yang bersangkutanmendapat keuntungan dengan adanya bantuan sukarela.Salah satu pertolongan yang mereka lakukan adalah dalamhal perkawinan. Kegiatan tolong menolong secara terusmenerus berlangsung di masyarakat Pangelak tanpa melihatstatus seseorang, khususnya status agama dan suku. Halini terungkap dari hasil wawancara dengan salah satuinforman yang menjelaskan bahwa tolong menolong dalamhal perkawinan merupakan bentuk tolong menolong dankeakraban yang nampak pada masyarakat Pengelak. Dalamhal ini beliau menjelaskan “Hal yang kelihatan dalamkehidupan sehari-hari itu pengantenan, kumpul, kalaukami orang nasrani kalau ada acara kami ngundang merekadatang, kalau mereka orang Islam ada acara mereka

Page 159: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

135

ngundang kami datang.56 Menurut warga lain “Amunpengantenan tu samuan di undang kada ba pilih, Islam kah,Kristen kah samuan diundang.”57

Wawancara di atas menunjukkan bahwa selama iniketika acara perkawinan, maka semua orang diundangtanpa terkecuali. Artinya tidak ada sekat agama, sukumaupun budaya dalam menolong orang. Semua agamasama ketika melakukan kegiatan sosial secara bersama-sama. Masyarakat saling bahu membahu untuk melakukankegiatan sosial dan mengurangi beban yang memiliki hajat.

Fenomena tolong menolong juga nampak dari wawan-cara dengan informan lainnya yang mengatakan bahwa:“Saling gotong royong haja. Pasti di undang, diumpatakanpanitia, membantu dari mencari kayu, manajak sarubung(tenda) jaga tamu, bamasak”.58 Hal ini semakin memper-kuat bahwa semangat gotong royong dalam konteks tolongmenolong dalam hal perkawinan sudah menjadi tradisi yangnampak pada masyarakat ini. Sejenak status agama tidakmenjadi persoalan dalam kegiatan sosial ini. Hal inidiperkuat dari hasil wawancara dengan informan lainnyayang menjelaskan bahwa “Kalau ulun, kalau yang mengada-kannya buhan Islam, ulun biasa jadi panitia, panitia perleng-kapan, jaga tamu. Kalau buhan kami kadada rapat sifatnyagotong royong kadada kepanitiaan.”59

Menurut bapak Syarifuddin.

5 6 Wawancara dengan Gatot Ariyanto, Rabu, 28 Januari 2015.5 7 Wawancara dengan Nenek Halimah, Jum’at, 13 Pebruari 2015.5 8 Wawancara dengan Rikit (kepala Desa Pangelak), Rabu, 28 Januari 2015.5 9 Wawancara dengan Gatot Ariyanto, Rabu, 28 Januari 2015.

Page 160: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

136

Kalo bakakawinan saling membantu dalam hal jagatamu. Banyak orang kita yang diminta bantuannya. Acaranyabersifat umum haja, ada manarima tamu laki-laki ada juapenerima tamu perempuan. Kalo dalam hal perkawinan kamilibatkan semua agama.60

Wawancara di atas menunjukkan bahwa pertolonganyang diberikan dilakukan membagi pekerjaan tanpa adakomando, semua bekerja sesuai apa yang menjadi potensi-nya. Ada yang bekerja sebagai penerima tamu walaupunstatus agamanya beda. Hal ini menunjukkan adanyapenghormatan dan penghargaan antar agama walaupunstatus agamanya berbeda.

Pertolongan berupa fisik juga nampak dari hasilwawancara berikut bahwa: “Nang kayak manajak sarubungtu kada mesti diundang, misalnya kita lewat pas ada oranglagi gotong royong, kada nyaman kita kada singgah, umpatjua membantu, kemungkinan kaitu jua orang lain tu.”61

Artinya selama ini masyarakat menolong secara spontanketika ada hajatan tanpa perlu ragu diperintah, sepertimembuat tenda. Di sini semakin menunjukkan kuatnyahubungan yang terbangun di masyarakat Pangelakwalaupun mereka berbeda secara agama, suku dan budaya.

Gotong-royong dalam bentuk tolong menolong padasaat melakukan pesta perkawinan sebagai solidaritas sosialyang terjadi dalam kehidupan masyarakat untuk menjagakerukunan antar umat beragama di Desa Pangelak. Dengandemikian, tolong menolong merupakan gotong-royong

6 0 Wawancara dengan Syarifuddin, Selasa, 3 Pebruari 2015.6 1 Wawancara dengan Gatot Ariyanto, Rabu, 28 Januari 2015.

Page 161: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

137

yang memiliki azas timbal balik secara moral antar wargakomunitas yang berpedoman pada kesamaan wilayah dankekeluargaan yang erat.

Tolong menolong yang digambarkan masyarakatPangelak setidaknya menunjukkan tingginya toleransi sosialadalah toleransi yang terkait dengan kegiatan sosial, atauhubungan dengan sesama manusia. Dalam konteks ini, haltersebut menunjukkan adanya tingkat kesalehan sosial yangdimiliki, khususnya umat Islam.

Istilah kesalehan berasal dari kata saleh, artinya taatdan sungguh-sungguh menjalankan ibadah. Sementarakesalehan lebih diartikan pada ketaatan (kepatuhan) menja-lankan ibadah; kesungguhan menunaikan ajaran agamanyatercermin pada sikap hidupnya.62 sedangkan istilah sosialadalah suka memperhatikan kepentingan umum (sukamenolong, menderma, dan sebagainya).63

Istilah kesalehan secara konseptual disebut juga denganamalan saleh, yaitu yang berhubungan denga perbuatan-perbuatan baik. Perbuatan baik tersebut dilihat dari sudutpandang agama, bukan dari sudut pandang budaya atautradisi kemasyarakatan yang dipandang baik oleh masyara-kat, padahal bertentangan dengan sudut pandang agama.Oleh karena itu, yang dimaksud dengan kesalehan sosialadalah perbuatan baik yang mendeskripsikan sikap hidupyang bersinergi dengan kepentingan umum.

6 2 Departemen Pendidikan Nsional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: BalaiPustaka, 2002) h. 984.

6 3 Ibid, h. 1085.

Page 162: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

138

Perbuatan baik yang bersinergi dengan kepentinganumum, pada dasarnya telah tergambar secara jelas dalambentuk ajaran-ajaran agama, misalnya anjuran agamakepada penganutnya agar mereka bersikap suka menolong.Bentuk konkrit dari suka menolong adalah berinfak danbersedekah untuk kepentingan umum, atau sikap sosiallainnya seperti kerelaan seseorang berbuat untuk kepen-tingan agama sendiri, misalnya melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan di masyarakat.

f. Tolong menolong dalam kegiatan manugal (tegalan)

Pertanian lahan kering merupakan pertanian yangdilakukan di wilayah yang pasokan airnya terbatas atauhanya mengandalkan air hujan seperti di daerah Pangelak.Gotong-royong dapat terjadi di lahan pertanian di wilayahpedesaan Pangelak berupa bersama-sama mengerjakanlahan pertanian. Hal ini terus menerus terjadi yang akhirnyamenjadi ciri masyarakat Pangelak. Ciri khas masyarakatPangelak ini merupakan salah satu bentuk kebersamaandalam hal kegiatan sosial yang berada di luar kegiatankeagamaan. Secara umum kebersamaan masyarakat Pange-lak selain kegiatan keagamaan cukup kuat. Pola gotong-royong yang mereka lakukan adalah azas timbal-balik.

Pengerahan tenaga yang dilakukan dalam kerjasamamanugal merupakan kebutuhan masyarakat Pangelak itusendiri. Gotong royong dalam manugal merupakan keber-samaan warga karena lahan pertanian mereka salingberdekatan, tanpa memperdulikan latar belakangagamanya. Kegiatan ini biasanya dibantu oleh keluarga

Page 163: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

139

mereka, juga warga lain yang ingin membantu apabilamendengar ada kabar tentang manugal itu.

Manugal adalah istilah yang biasa digunakan olehmasyarakat Tabalong untuk menyebutkan kegiatanmenanam padi di ladang atau di tanah tegal. Tanah tegaladalah tanah yang luas serta rata (yang ditanami palawijadan sebagainya) dengan tidak mempergunakan sistemirigasi tetapi bergantung pada hujan.64 Manugal dilakukanoleh laki-laki dengan membuat lobang di tanah mengguna-kan tongkat kayu (tugal) sebagai penumbuk sambil berjalanmundur, sementara perempuan mengisi lobang tersebutdengan beberapa butiran padi sambil berjalan maju. Peker-jaan tersebut biasanya selesai dikerjakan satu hari, karenaumumnya dikerjakan oleh banyak orang secara bersama-sama. Kegiatan manugal ini secara turun temurun dilaku-kan warga secara bersama-sama tanpa melihat dari statusagama seseorang.

Fenomena manugal yang terjadi di masyarakatPangelak merupakan bentuk kegiatan sosial yang dapatmempererat hubungan antar warga yang heterogen ini.Rangkuman dari hasil wawancara dengan salah satuinforman yang menjelaskan bahwa:

Manugal di sini tu dikerjakan banyak orang, campur,ya kita (Islam), ya orang sini (non Islam). Misal hari inimanugal di tempat A, mandangar orang, si A nugal esok,maka datangan orang-orang mambantu, bemasakan ae,

6 4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga,( Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h.1155.

Page 164: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

140

beolah wadai, cendol kah, atau apakah, kaina klo dapat separokerjaan istirahat, minum, makan wadai.., sudah itu lanjut-kan lagi. Kalau sudah tuntung hanyar makanan nasi.. besokmisalnya manugal di tempat B, maka datangan orangmembantu ke tempat B, kaitu bagilir gantian terus.65

Hasil wawancara di atas memberikan penjelasan bah-wa kegiatan manugal merupakan kegiatan yang dilakukandengan spontanitas. Artinya masyarakat akan datang ketikamendengar kegiatan tersebut tanpa melihat asal agama dansuku. Hal ini menunjukkan bahwa sikap tolong menolongdalam kegiatan manugal merupakan bentuk kerukunanyang tercipta di masyarakat Pangelak walaupun berbedalatar belakang agama, suku maupun budaya.

Fenomena manugal sebagai bentuk adanya hubunganyang baik antar agama juga tercermin dari hasil wawancaradengan salah satu informan yang menuturkan bahwa:

Wayah ini menabas (memotong rumput) yang ba arian(bergilir hari) tu sudah mulai tergeser karena teknologi, yangmasih tetap sampai sekarang tu manugal. Manugal tu baarian (bergilir hari), misalnya hari ini di tempat pak RT,besok di tempat saya, biasanya di habari bahwa besok manugaldi tempat kami, datangan, kemudian keluarga parak umpatjua membantu.66

Wawancara di atas menunjukkan bahwa kerja gorongroyong melalui kegiatan manugal sudah menjadi tradisi dimasyarakat. Kegiatan ini tetap ada walaupun adanya

6 5 Wawancara dengan Nenek Halimah, Jum’at, 13 Pebruari 2015.6 6 Wawancara dengan Rikit, Rabu, 28 Januari 2015.

Page 165: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

141

perubahan dan perkembangan teknologi yang terjadi dimasyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwakegiatan manugal merupakan kegiatan sosial yang positifyang dapat membantu terjalinnya hubungan yang positifantar agama. Dari kegiatan sosial ini tercipta toleransi yangtinggi antar umat beragama.

Tolong menolong semacam ini dapat dianggap sebagaitabungan di masa datang, kalaupun balasannya suatu saattidak diterima langsung karena sesuatu hal seperti tidakmemiliki lahan. Meski demikian, hal ini dapat meningkat-kan kepedulian antar warga jika yang bersangkutan adapersoalan seperti persoalan uang ataupun yang lainnya.

g. Kebersamaan dalam kegiatan arisan yasinan

Salah satu fenomena yang menarik di masyarakatPangelak adalah menggelar arisan bersama walaupunberbeda agama, suku dan budaya. Kegiatan yang digelardalam rangka menjaga kerukunan antar umat beraga-ma. Kegiatan yang sudah menjadi tradisi selain untukmenjaga kerukunan antar manusia juga bertujuan memu-puk kebersamaan antar sesama warga Pangelak; karena itu,tidak mengherankan, jika banyak warga, baik bapak-bapakmaupun ibu-ibu terlibat dalam kegiatan arisan tersebut.

Arisan adalah kegiatan mengumpulkan uang ataubarang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudiandiundi di antara mereka untuk menentukan siapa yangmemperolehnya, undian dilaksanakan di sebuah perte-muan secara berkala sampai semua anggota memperoleh-

Page 166: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

142

nya.67 Arisan yang dilaksanakan di Desa Pangelak disebutdengan arisan yasinan karena arisan tersebut dibarengidengan kegiatan membaca Surat Yâsin disertai juga denganSurat Al-Wâqi’ah dan Surat Al-Mulk. Apabila bertepatandengan bulan Rajab dan Rabiul Awal kegiatan arisan diisidengan pembacaan syair-syair Habsyi dan ceramah agama.

Arisan yasinan di Pangelak terdiri dari dua kelompok,kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Kelompoklaki-laki berjumlah 30 orang dan kegiatan arisannyadilaksanakan pada setiap Kamis malam atau malam Jum’atsecara bergilir dari rumah ke rumah. Kelompok perempuanberjumlah 45 orang dan kegiatan arisannya dilaksanakanpada setiap hari Jum’at dimulai sekitar pukul tiga sore, jugadilaksanakan dari rumah ke rumah secara bergiliran.

Arisan setidaknya merupakan media untuk mem-bangun semangat kebersamaan antar-sesama warga, karenadengan kebersamaan tersebut, secara tidak langsung mem-bangun rasa kepedulian yang tinggi terhadap perubahanyang terjadi. Kegiatan arisan sebagai bentuk membangunkebersamaan antar warga terangkum dari hasil wawancaradengan salah satu warga bahwa: “Ada arisan yasinan, malamJum’at lakian, Jum’at sore jam-jam tiga tu binian.”68

Arisan ala kadarnya jua tu tujuannya untuk bakukum-pulan, karna masyarakatnya menumpang (pendatang) jadiuntuk acara bakumpulan tu ta ngalih (sulit)..nah denganadanya arisan itu kita kawa mun handak kegiatan apa..kawa

6 7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, ( Jakarta:Balai Pustaka, 2000), h. 65.

6 8 Wawancara dengan Mas’ani, kamis, 25 Desember 2014.

Page 167: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

143

ba musyawarah di situ... Angotanya campuran tua muda.Untuk nang ada neh orang luar umpat jua (lain agama).69

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa arisanmerupakan salah satu wadah warga untuk silaturrahmiantar sesama dan membangun keakraban. Anggotanya pundari berbagai suku dan agama, bahkan tua dan muda.Fenomena ini tentunya menarik dan jarang terjadi padamasyarakat lainnya.

Walaupun kegiatan yasinan sekaligus dengan kegiatankeagamaan tetap saja orang non-muslim diundang dandiizinkan ikut serta. Hal ini terungkap dari hasil wawancaradengan beberapa informan yang menjelaskan tentangkeikutsertaan warga non-muslim dalam arisan yasinan,mereka menyatakan,

“Mun inya manarik di rumah orang kita (Islam), cumatiap-tiap di rumah yang lain inya tulak tarus, pakaiannyajua kayak orang muslim pakai kopiah, ba maulid umpat jua,tapi kada tahu kayapa bacaannya.”70

Menurut bapak Rikit yang beragama Nasrani, bahwa:“kami sendiri biasa diundang yasinan, tasmiyahan, jadiistilah bebacaan dsb kami kada asing lagi”.71 Ditambahkanoleh warga Nasrani lainnya, yaitu bapak Gatot Ariyantoselaku ketua RT 4 bahwa: “di sana tu karna ulun RT, bilayasinan tu diundang”.72

6 9 Wawancara dengan Ahmad Hawani, Kamis, 29 Januari 2015.7 0 Wawancara dengan Ahmad Hawani, Kamis, 29 Januari 2015.7 1 Wawancara dengan bapak Rikit (kepala Desa Pangelak), Rabu, 28 Januari 2015.7 2 Wawancara dengan Gatot Ariyanto (ketua RT 4), Rabu, 28 Januari 2015.

Page 168: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

144

Data tersebut menunjukkan bahwa selama ini kegiatanarisan yang diadakan orang muslim dengan dibarengi acarakeagamaan tetap mengundang orang non-muslim untukmengikuti acara tersebut. Bahkan orang non-muslim tidakasing lagi dengan kegiatan tersebut, walaupun mereka tidaksepenuhnya memahami apa makna kegiatan tersebut.Namun demikian, hal tersebut merupakan salah satu ben-tuk kegiatan yang dapat membangun sikap kebersamaanantar warga di Desa Pangelak.

h. Sikap kebersamaan dalam kegiatan MTQ

MTQ adalah kepanjangan dari Musabaqah TilawatilQur’an atau lomba membaca Al-Qur’an dengan lagu yangselama ini sudah dikenal. Musabaqah Tilawatil Qur’an(MTQ) adalah bagaimana umat Islam berupaya mengapli-kasikan ajaran yang dikandung kitab suci itu dalamkehidupan sehari-hari. Dasar pemikiran utama penyeleng-garaan MTQ adalah meningkatkan kegairahan umat Is-lam Indonesia untuk selalu membaca, menelaah, mema-hami, dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an dalamkehidupan. Dengan kata lain, tujuan dari penyelenggaraankegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an ini adalah mening-katkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT,mengembangkan minat dan bakat baca Al-Qur’an, mem-pererat rasa kekeluargaan di kalangan masyarakat.

Keberadaan MTQ yang identik dengan kegiatan orangmuslim tidak menutup kemungkinan orang selain Islamterlibat dalam kegiatan tersebut. Hal ini setidaknya nampakpada masyarakat Pangelak, di mana masyarakat non-muslim

Page 169: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

145

terlibat dalam kegiatan MTQ yang diadakan oleh orangIslam. Hal ini menunjukkan wujud dari solidaritas antarwarga pada masyarakat Pangelak.

Keterlibatan warna non-muslim dalam kegiatanMTQ terungkap dari hasil wawancara dengan beberapainforman yang menjelaskan bahwa pada waktu MTQmereka (non-muslim) diikutkan jadi kepanitiaan.73 Haltersebut diungkapkan oleh kepala adat suku Dayak Deahsebagai berikut.

Waktu itu kebetulan kita (saya) sekretaris panitia,kerjasama dengan panitia kabupaten, jadi dari persiapanmeolah panggung tilawah dan lain sebagainya itu dibantuoleh masyarakat di sini, mancari bahannya, meolah pang-gungnya, menyediakan tempat penginapan, sudah itumencari dana jua.74

Keterlibatan warga dalam kegiatan MTQ seperti yangterdapat dalam hasil wawancara tersebut menunjukkanbahwa selama ini solidaritas dan tolong menolong yangditunjukkan warga di Pangelak tidak hanya sebatas padaacara-acara umum tetapi acara keagamaan yang dikhu-suskan untuk orang muslim pun mereka terlibat. Keterli-batan warga non-muslim pada acara ini tentunya semakinmempererat hubungan yang terbangun antar masyarakat.

Bantuan yang diberikan pun tidak terbatas pada aspekfisik saja tetapi juga materi. Keterlibatan dalam hal materiyang dilakukan oleh selain orang Islam setidaknya

7 3 Wawancara dengan Ahmad Kasani, 29 Januari 2015.7 4 Wawancara dengan kepala Adat Suku Dayak Deah Upau, Jum’at, 13 Februari 2015.

Page 170: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

146

tergambar pada suatu cerita yang dipaparkan oleh salahsatu informan yang menjelaskan sebagai berikut.

Mencari dana itu ada, sudah meninggal orangnya,ketua seksi dana tu, arwah Yohanes Penas, orang Kinarum,kepala adat. Kemudian ketua seksi untuk pengadaan untukpenginapan itu arwah pak Yohanes Bernard, tokoh adat jua,jadi waktu itu tahun 80, bukan kita istilahnya anu, karenawaktu itu yang muslimnya kada tapi banyak di sini, jadidibantu sepenuhnya oleh orang sini, jadi waktu itu dari awalsampai selesai acara itu tidak ada kendala.75

Data di atas menunjukkan bahwa kegiatan MTQsecara materi juga dibantu oleh tokoh agama lain sebagaibentuk solidaritas ataupun kebersamaan yang ditunjukkanoleh warga Pangelak. Dengan demikian, dapat disimpulkanbahwa sejauh ini tolong-menolong yang dilakukan olehwarga Pangelak yang heterogen tidak dibatasi oleh agama,suku maupun budaya. Mereka secara sukarela membantusesama jika diperlukan.

Secara umum, suasana atau iklim kondusif yang nam-pak pada masyarakat Pangelak sebenarnya tidak terlepasdari budaya turun temurun yang selama ini berlaku dimasyarakat sana. Artinya kuatnya ikatan yang terbangunantar masyarakat yang berbeda agama yang ditunjukkanmelalui berbagai kegiatan sebenarnya lebih karena kebia-saan yang sudah berlaku sejak lama. Masyarakat sudahterbiasa menolong tanpa melihat identitas agama dan malujika tidak membantu sesama. Namun begitu, selain sebagai

7 5 Wawancara dengan kepala Adat Suku Dayak Deah Upau, Jum’at, 13 Pebruari 2015.

Page 171: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

147

sebuah tradisi yang turun temurun, tolong menolong antarwarga juga dipahami oleh sebagian warga sebagai bentukibadah, khsususnya dalam konteks muamalah. Dengandemikian, temuan ini menunjukkan bahwa iklim keberaga-maan yang kondusif di sana lebih dikarenakan hubunganyang terbangun sejak lama (budaya tolong menolong), danjuga sikap keagamaan yang dimiliki.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penciptaan IklimKeberagamaan Islam di Tengah MasyarakatMultikultural di Desa Pangelak, Kabupaten Tabalong

Iklim yang kondusif yang terjadi pada masyarakatPangelak tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor yangmempengaruhinya. Dalam konteks ini, setidaknya adabeberapa faktor pendukung yang turut mempengaruhiterciptanya iklim keberagamaan di Desa Pangelak, yaitu:

a. Isi ceramah tentang kerukunan

Heterogenitas yang terdapat di masyarakat Pangelakmembuat setiap warga berusaha keras menjaga kerukunanhidup antar umat beragama. Keharmonisan dalamkomunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuandari kerukunan beragama, agar tercipta masyarakat yangbebas dari ancaman, kekerasan hingga konflik agama.

Pemeliharaan kerukunan umat beragama di Pangelakdilakukan dengan berbagai cara. Hal ini dilakukan agarterciptanya situasi ketentraman dan ketertiban termasukmemfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragamasehingga menumbuhkembangkan keharmonisan, saling

Page 172: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

148

pengertian, saling menghormati, saling percaya di antaraumat beragama. Salah satu faktor terjadinya kerukunanantar umat beragam di Desa Pangelak adalah melalui me-dia dakwah atau ceramah yang menekankan padapentingnya toleransi.

Berdasarkan data di lapangan, isi ceramah selaintentang tentang toleransi, juga tidak menyinggung agamaorang lain. Sebagaimana hasil wawancara berikut.

Kalo acaranya keagamaan, penceramah urang luar, kitapadahi badahulu, jadi penceramahnya dipadahi janganmanyinggung orang sini yang agamanya balain, mun urangparak penceramahnya sudah tahu.76

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa kegiatanceramah selalu diupayakan tidak menyinggung agama or-ang lain, hal ini sudah dipahami penceramah khususnyapenceramah di daerah Pangelak. Kalaupun penceramahdari luar maka akan diberitahu terlebih dahulu untuk tidakmenyinggung agama lain. Usaha ini tentunya langkahpositif dalam membangun kerukunan antar umat beragamayang berujung pada terciptanya iklim kondusif antar agama.

Salah seorang warga menyatakan bahwa di DesaPangelak tidak banyak terdapat tokoh agama. Hal tersebutterlihat pada pelaksanaan ibadah shalat Jum’at yang manakhatibnya sering hanya bergiliran di antara dua orang saja,yaitu bapak Syaifullah yang tinggal di lingkungan sekitarmasjid, beliau adalah seorang guru agama Islam di SMPN

7 6 Wawancara dengan Ahmad Hawani, Kamis 29 Januari 2015.

Page 173: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

149

1 Upau. Bapak Syaifullah yang berusia sekitar 32 tahunadalah pendatang yang berasal dari Banjarmasin, dulunyabeliau adalah mahasiswa IAIN Antarasari yang mengikutikegiatan KKN di desa tersebut. Setelah menyelesaikankuliahnya, beliau menikah dengan warga di sana danakhirnya menjadi warga Desa Pangelak hingga saat ini.

Salah seorang tokoh agama yang juga sering menjadikhatib di masjid Darussa’adah di Pangelak adalah bapakSuwarno. Beliau adalah warga Desa Pangelak dari suku Jawayang mana almarhum ayah beliau dulunya juga adalah tokohagama di Pangelak. Bapak Suwarno mendalami tentangagama Islam di pesantren. Selain bapak Syaifullah danbapak Suwarno, tokoh agama yang juga terkadangmemberikan khotbah pada shalat Jum’at adalah kepalaKUA kecamatan Upau yaitu bapak Ahmad Ilhami lulusanIAIN Antasari Banjarmasin, tetapi beliau tidak menetapdi Pangelak. Tokoh lain yang juga memberikan khotbahshalat Jum’at adalah bapak Ahmad Hawani, namun akhir-akhir ini karena masalah kesehatan beliau tidak lagimemberikan khotbah atau ceramah.

Penceramah dari luar yang datang ke Desa Pangelakadalah untuk mengisi kegiatan rutin ceramah agama setiaprabu malam bertempat di langgar, ceramah agamadisampaikan oleh Ustadz Udin. Penceramah datang daridesa tetangga yaitu Desa Marindi termasuk wilayahkecamatan Haruai, beliau adalah pengajar pondokpesantren di Desa Marindi.

Page 174: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

150

Selain ceramah rutin, ada juga ceramah lainnya yaituceramah agama dalam peringatan hari-hari besar Islam,seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’Mi’raj dan lain sebagainya. Penceramah biasanya datangdari sekitar kabupaten Tabalong, yaitu Tanjung, Haruai,Jaro, dan lain-lain. Pada peringatan Maulid Nabi tahunini, penceramah yang datang adalah bapak Drs. H. AhmadRijani yang berasal dari Tanjung, belia alumni FakultasDakwah IAIN Antasari Banjarmasin. Peringatan MaulidNabi tahun lalu penceramahnya adalah bapak Murjani,beliau berasal dari pondok pesantern Al MadaniahKecamatan Jaro KabupatenTabalong.

Penceramah dari luar lainnya yang pernah mem-berikan ceramah agama di Desa Pangelak adalah bapak Drs.H. Al Fajri Nurul Khair dari Kecamatan Haruai. Beliauadalah alumni Fakultas Dakwah IAIN AntasariBanjarmasin. Penceramah dari luar lainnya adalah IbuZahratun Nisa, S. Ag yang berasal dari pondok pesantrenal-Madaniah Jaro. Sama halnya dengan bapak Drs. H. AlFajri Nurul Khair, ibu Zahratun Nisa juga alumni FakultasDakwah IAIN Antasari Banjarmasin.

Isi dari ceramah juga tidak hanya berisi tentangpentingnya menjaga hubungan baik antar sesama agamatetapi juga pentingnya tolong menolong antar umatberagama. Dorongan untuk saling membantu antar umatberagama ini terangkum dari hasil wawancara dengan salahseorang informan yang menjelaskan bahwa isi ceramahagama ada yang mendorong untuk saling membantu,

Page 175: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

151

namun terlepas memakai (menuruti) atau tidak, bukanyang diketahui penceramah, karena penceramah hanyamenyampaikan.77

Menurut salah satu informan: “Bahkan pidato bapakbupati pun dalam setiap kesempatannya yang isinya selalumengajak menjaga kerukunan. Kerukunan di sini baikantar sesama. Bahkan Visi Misi KUA ni pun jelas menjagakerukunan antar umat beragama”.78

Hal ini menunjukkan semua stakeholder baik ditingkat pemerintah maupun di masyarakat berkomitmenuntuk mendorong terciptanya kerukunan antar umatberagama agar terciptanya hubungan atau iklim yangkondusif di tengah-tengah masyarakat yang heterogen ini.

Dorongan untuk menjaga toleransi dan kerukunanjuga disampaikan oleh tokoh agama lain, seperti disampai-kan oleh salah satu warga non-muslim yaitu bapak GatotAriyanto yang mengatakan bahwa “pendeta ada juamenyampaikan dalam khotbahnya untuk menjagakerukunan, pendeta dari luar gen kayak pendeta yang orangBatak tu ada jua menyuruh menjaga kerukunan.”79

Selain pengaruh dari isi dakwah yang mendorongtoleransi dan pentingnya tolong menolong antar sesamawarga, iklim keberagamaan yang kondusif juga tidakterlepas dari peran para tokoh yang memaknai perannyadengan baik. “Selama ini sudah terjalin kerjasama antara

7 7 Wawancara dengan Nenek Halimah, Jum’at 13 Februari 2015.7 8 Wawancara dengan Ahmad Ilhami, Kamis 29 Januari 2015.7 9 Wawancara dengan Gatot Ariyanto, Rabu, 28 Januari 2015.

Page 176: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

152

tokoh agama maupun pemerintah untuk memberikanmotivasi kepada masyarakat tentang pentingnya sikaptoleransi”.80

Dengan demikian, dari data di atas dapat dijelaskanbahwa para pemimpin masing-masing agama semakinsadar akan perlunya perspektif baru dalam melihathubungan antar agama. Para tokoh agama mengadakanpertemuan, untuk menjalin hubungan yang lebih erat danmemecahkan berbagai problem keagamaan yang tengahdihadapi. Kesadaran semacam ini tidak hanya dimiliki olehpara pemimpin agama, tetapi juga oleh para penganutagama sampai ke akar (masyarakat).

b. Pola pikir Masyarakat

Pola berpikir masyarakat sekarang lebih maju dan tidakmengarah kekerasan. Masyarakat Pangelak sebenarnyasemakin dewasa dalam menanggapi isu-isu atau provokasi-provokasi. Mereka tidak lagi mudah disulut dan diadu-domba serta dimanfaatkan, baik oleh pribadi maupunkelompok demi target dan tujuan politik tertentu.Meskipun di berbagai media berkali-kali masjid dan gerejadiledakkan, tetapi semakin teruji bahwa masyarakatPangelak tidak terpengaruh terhadap kejadian-kejadiantersebut. Ini merupakan ujian bagi masyarakat Pangelakmelihat berbagai persoalan yang muncul seperti isuterorisme. Akan tetapi persoalan-pesoalan atau peman-dangan yang terjadi tidak membuat masyarakat Pangelak

8 0 Wawancara dengan Kepala Desa Pangelak, Rabu, 28 Januari 2015.

Page 177: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

153

terpecah. Hal ini karena pola pikir masyarakat yang sudahcukup maju, kebanyakan dari mereka lulusan SMA.

Sikap terbuka, saling pengertian dan saling menghar-gai antar agama yang dimiliki masyarakat Pangelak terungkapdari hasil wawancara dengan salah satu informan yangmenjelaskan bahwa masyarakat tidak terpengaruh denganisu-isu teroris ataupun hal yang mengganggu hubunganberagama. Menurut bapak Syaifullah kalau bergaul atauberkawan yang dibicarakan adalah masalah sosial ekonomi,tidak membicarakan hal-hal yang menyinggung atau tidakmembicarakan hal yang memicu perselisihan.81

Bapak Gatot Ariyanto yang seorang Nasrani menceri-takan.

Bila bakumpulan basamaan misal dalam kawinan,kematian, kada pernah bapander manyindir. Paling panderbiasa haja, pander masalah ekonomi, gawian, kisah anakbujang, kadada bapanderan masalah politik.82

Data di atas menunjukkan bahwa selama ini masyara-kat sudah mulai terbuka pikirannya, sehingga merekapuntidak mudah terprovokasi dengan berbagai isu yang dapatmembawa kepada perpecahan. Hal ini karena masyarakatsudah menyikapi kehidupan yang multikultural sebagai cirikhas dari bangsa ini.

Seperti yang diungkapkan Choirul Fuad Yusuf bahwapeningkatan kualitas pendidikan agama itu penting untuk

8 1 Wawancara dengan Syaifullah, Selasa, 13 Januari 2015.8 2 Wawancara dengan Gatot Ariyanto, Rabu, 28 Januari 2015.

Page 178: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

154

meredam semangat fanatisme agama yang berlebihan.Tanpa pengetahuan agama yang memadai, orangcenderung curiga terhadap agama-agama lain, takut untukberkomunikasi, sehingga bersikap eksklusif, dan mudahmenyulut konflik. Sebaliknya menurut Choirul Fuad,pengetahuan agama yang baik akan menumbuhkankesadaran pentingnya mendengarkan pandangan agama-agama yang berbeda, kemudian bermuara pada hadirnyadialog yang jujur, yang seterusnya makin menumbuhkanrasa toleransi antar umat beragama.83

Pola pikir yang maju yang dimiliki masyarakat diPangelak juga tergambar dari hasil wawancara dengan salahsatu informan yang menjelaskan bahwa “Jangan takutandatang ka Upau, kami kada pernah menganggap bahwakami Dayak penduduk asli lebih harat, dan orang lain tusebagai pendatang, kami kada membeda-bedakan”.84

Wawancara tersebut menunjukkan bahwa jangankhawatir datang dan bergaul dengan warga setempat karenamereka menjunjung tinggi perbedaan dan tidak membeda-bedakan orang lain, baik agama, suku maupun budaya.Pemahaman ini sejalan dengan paham multikultural.

Kesadaran akan adanya keberagaman budaya disebutsebagai kehidupan multikultural. Kesadaran akan adanyakeberagaman mesti ditingkatkan lagi menjadi apresiasi danditanggapi secara positif. Pemahaman ini yang disebut

8 3 Choirul Fuad Yusuf, Pendidikan Agama Berwawasan Kerukunan ( Jakarta: PenaCitasatria, 2008), h. 31.

8 4 Wawancara dengan Gatot Ariyanto, Rabu, 28 Januari 2015.

Page 179: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

155

sebagai multikulturalisme. Multikulturalisme bertujuanuntuk kerjasama, kesederajatan dan mengapresiasi dalamdunia yang kian kompleks dan tidak monokultur lagi.

Pengertian masyarakat multikultural (multicultural so-ciety) adalah masyarakat yang terdiri dari banyak kebuda-yaan dan antara pendukung kebudayaan saling menghargaisatu sama lain. Jadi, masyarakat multikultural merupakanmasyarakat yang menganut multikulturalisme, yaitu pahamyang beranggapan bahwa berbagai budaya yang berbedamemiliki kedudukan yang sederajat.

c. Keberadaan Forum Kerukunan Umat Beragama(FKUB)

Kerukunan antar umat Islam didasarkan pada akidahIslamnya dan pemenuhan kebutuhan sosial yang digam-barkan bagaikan satu bangunan, di mana umat Islam satu samalain saling menguatkan dan juga digambarkan seperti satutubuh. Jika ada bagian tubuh yang sakit, maka seluruh anggotatubuh merasakan sakit. Hal ini berbeda dengan kerukunanantar umat beragama atau umat manusia pada umumnya.

Kerukunan antar umat beragama didasarkan padakebutuhan sosial di mana satu sama lain saling membutuh-kan agar kebutuhan-kebutuhan hidup dapat terpenuhi.Kerukunan antar umat manusia pada umumnya baikseagama maupun luar agama dapat diwujudkan apabilasatu sama lain dapat saling menghormati dan menghargai.

Forum Kerukunan Umat Beragama, yang selanjutnyadisingkat FKUB, adalah forum yang dibentuk oleh

Page 180: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

156

masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah dalam rangkamembangun, memelihara, dan memberdayakan umatberagama untuk kerukunan dan kesejahteraan.85 Salah satutugas dari FKUB melakukan dialog dengan pemuka agamadan tokoh masyarakat. Dari dialog inilah yang berkontribusidalam menciptakan iklim keberagamaan di Desa Pangelak.

Berdasarkan hasil wawancara bahwa di sini pernahdibentuk suatu forum kerukunan antar umat beragama,walaupun kegiatannya belum berjalan dengan maksimal.Menurut penuturan Bapak Syarifuddin “FKUB ada di sini,kebetulan aku yang jadi ketuanya, wakilnya pendeta Sitepu,dan sekretarisnya dari agama Hindu”.86 “Dahulu ada pangpertemuan atau forum FKUB untuk musyawarah antaragama, tapi ulun kada tapi tahu lagi kaya apa wayahinikesahnya”.87

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwawalaupun forum tersebut belum berjalan secara optimalnamun setidaknya forum tersebut langkah positif sebagaibentuk penguatan terhadap kerukunan antar umatbearagama. Paling tidak dengan dengan adanya forumresmi seperti FKUB dapat memperkuat hubungan antaragama ke arah yang lebih positif. Munculnya FKUB tidakterlepas dari berbagai faktor seperti yang terungkap dari

8 5 Republik Indonesia, Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam NegeriNomor: 9 Tahun 2006, Nomor: 8 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan TugasKepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan UmatBeragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, Dan Pendirian RumahIbadat.

8 6 Wawancara dengan Syarifuddin, Selasa, 3 Pebruari 2015.8 7 Wawancara dengan Ahmad Kasani, Kamis, 29 Januari 2015.

Page 181: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

157

hasil wawancara dengan salah satu informan yangmenjelaskan bahwa:

Menyikapi kasus Sampit dan Palangkaraya timbul lahFKUB, dari tingkat provinsi, kabupaten, hingga kecamatan.Kalau pertemuannya Itu kada tentu jua, kami kada terlibat,FKUB itu sebagai media/jembatan untuk memberikaninformasi kepada agama yang ada di Desa Pangelak, terle-pas apakah agamanya Islam, Kristen, Hindu, Budha, apakahmasing-masing agama menyampaikan ke komunitasnya,ada yang secara umum, kalau kami secara umum karenaselaku kepala desa kada memandang apa agamanya. Jadimengenai kerukunan itu dukungan pemerintah melaluiFKUB, dan dari agama masing-masing didorong untukberbuat baik, menghargai orang lain, ya buktinya sampaihari ini Upau kada pernah ada catatan hitam di luar sana.88

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa FKUBselain tempat dialog juga sebagai tempat informasi yangvalid sehingga masyarakat akan mendapatkan informasiyang jelas dan tidak terpengaruh pada isu-isu yang tidakjelas. Sebagai organisasi kemasyarakatan yang berbasis padapemuliaan nilai-nilai agama, FKUB memiliki peran danfungsi yang sangat strategis dalam berperan serta mem-bangun daerah masing-masing ditengah krisis multidi-mensional yang tengah terjadi. Disadari bahwa krisis mul-tidimensional telah membawa dampak yang bersifat mul-tidimensional pula. Krisis ekonomi, politik dan moral,berimplikasi pada ketegangan sosial, stress sosial,

8 8 Wawancara dengan kepala Desa Pangelak, Rabu, 28 Januari 2015.

Page 182: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

158

merenggangnya suksesi sosial bahkan frustasi sosial, begitu-pun terhadap dekadensi moral. Fonomena ini secara psiko-logis dan sosiologis berpengaruh terhadap sikap dan prila-ku sosial dikalangan umat beragama. Terjadinya konfliksosial, meningkatnya angka bunuh diri, merajalelanyakorupsi merupakan persoalan serius yang harus dicarikansolusinya. Peran tokoh agama yang diharapkan dapat mem-berikan pencerdasan spiritual menjadi sangat penting.

Dalam konteks inilah FKUB dapat menjalankan perandan fungsinya sebagai:

1) Sebagai wahana komunikasi, interaksi antara satudengan yang lainnya dalam memberikan informasiterhadap tafsir agama masing-masing, sehingga terciptasuasana saling memahami dan saling menghormati;

2) Sebagai tempat memediasi setiap persoalan yangmengarah pada terjadinya konflik baik yang bersifatlaten maupun manifest;

3) Sebagai media harmonisasi hubungan satu dengan yanglain dalam mengkomunikasikan pelaksanaan kegiatan-kegiatan keagamaan;

4) Melakukan sosialisasi kepada masing-masing umatberagama agar dalam kehidupan sosial tidak bersifateksklusif sehingga dapat terbangun kohesi sosialdikalangan umat beragama;

5) Membantu pemerintah daerah dalam menyukseskanprogram-program pembangunan;

Page 183: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

159

6) Bersama-sama pemerintah dan aparat kemanan ikutmenjaga iklim sosial dan politik yang kondusif;

7) Dan tentunya banyak hal lagi yang dapat dikerjakandengan selalu bersinergi dengan kekuatan-kekuatansosial yang ada didaerah.

d. Adanya kegiatan-kegiatan positif di masyarakat

Kerukunan umat beragama merupakan dambaansetiap umat manusia. Sebagian besar umat beragama didunia, ingin hidup rukun, damai dan tentram dalammenjalankan kehidupan bermasyarakat dan bernegara sertadalam menjalankan ibadahnya.

Adapun faktor yang mempengaruhi kerukunan umatberagama adalah adanya kegiatan-kegiatan positif yangdilaksanakan oleh warga Pangelak. Adanya kegiatan-kegiatan positif memberikan pengaruh terhadap tercipta-nya hubungan yang harmonis antar agama. Hal ini terung-kap dari hasil wawancara bahwa ada beberapa kegiatan yangpostif yang sering dilakukan oleh warga bahwa:

Kegiatan-kegiatan seperti Tujuhbelasan, tahun baru,basamaan di sini. Di sini acara rame, mun urang Dayakrajin maulah kegiatan, buhan sini acara rame karena keber-samaan, contohnya natalan dan tahun baru atau 17an, tahunbaru bapanggangan….mun di sini rame kayak kakanakanpakai baju adat, baju pramuka pawai pada malam hari, hariKartini gen kaitu.89

8 9 Wawancara dengan Gianto, Kamis, 8 Januari 2015.

Page 184: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

160

Kebersamaan yang terjalin di Desa Pangelak jugadidukung oleh adanya perkumpulan-perkumpulan remajaatau kegiatan-kegiatan keremajaan seperti dalam bidangseni dan olahraga. Remaja Desa Pangelak membaur dalamkegiatan kebersamaan tanpa memandang suku dan agama.Di Desa Pangelak terdapat lapangan untuk permainan bolavolly, di mana ketika sore hari biasanya sebagian para remajamenghabiskan waktu senggang mereka dengan bermainvolly. Di Desa Pangelak juga terdapat beberapa sanggar seniseperti sanggar tari dan sanggar seni kuda lumping. Sang-gar seni tersebut sebagai wadah bagi para remaja menya-lurkan bakat-bakat seni mereka dan sebagai saranamelestarikan budaya daerah.

Sanggar seni tari Desa Pangelak seperti sanggar tariTataw Tandrik, sanggar tari Ape Lawe sering tampil danmeraih prestasi serta mendapatkan penghargaan. Sanggartari dibentuk dan diikuti oleh warga Dayak Deah, karenasebagian tari-tari yang mereka bawakan umumnya berkait-an dengan kegiatan keagamaan, seperti tari Gintur yangmengiringi upacara Balian90 dan ba Bontang. Sanggarkesenian Kuda Lumping dibentuk oleh masyarakat Jawa,namun diikuti dan melibatkan juga warga Dayak, sehinggakebersamaan di Desa Pangelak semakin terasa, kesenianKuda Lumping sering tampil untuk memeriahkan acara-acara besar seperti perayaan perkawinan, sunatan, danperayaan-perayaan besar lainnya seperti tujuh belasan dan

9 0 Balian adalah upacara adat suku Dayak untuk mengobati orang yang sakit.

Page 185: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

161

sebagainya, mereka pun sering diundang untuk memeriah-kan suatu perayaan di desa-desa lainnya.

Hasil wawancara dan observasi di atas menunjukkanbahwa selama ini hubungan yang terbangun antar wargayang berbeda agama, suku dan budaya tidak terlepas darikegiatan-kegiatan positif yang dijalankan warga selama ini.Dari kegiatan-kegiatn positif inilah tercipta hubungan yangharmonis antar warga. Dengan demikian, dapat disimpul-kan bahwa kegiatan-kegiatan positif yang dilaksanakan olehwarga turut membantu terciptanya iklim keberagamaanyang kondusif di Desa Pangelak.

e. Budaya atau tradisi gotong royong

Ada satu hal yang menarik tentang budaya masyarakatPangelak, selain di kenal sebagai masyarakat yang berasaldari berbagai suku, agama dan budaya masyarakat Pangelakpun dikenal sebagai masyarakat yang suka bergotongroyong. Budaya gotong royong bahkan sudah mendarahdaging pada sebagian besar masyarakatnya. MasyarakatPangelak berkembang menjadi komunitas dengansemangat bergotong royong sehingga budaya gotong royongtelah menjadi tradisi sebagai budaya warisan leluhur yangmenjadi ciri khas warganya seperti yang telah diuraikanpada bagian terdahulu. Hal ini mengakibatkan sikapkebersamaan di tengah masyarakat Pangelak semakintinggi.

Seperti yang terungkap pada observasi yang penulislakukan bahwa dari zaman dulu gotong royong memang

Page 186: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

162

telah dijunjung tinggi di dalam kehidupan bermasyarakatsehari-hari di Desa Pangelak, seperti gotong royong dalammengurus jenazah, pesta pernikahan dan bahkan dalampertanian pun tak lepas dari gotong royong. Menyadaribahwa gotong royong adalah warisan leluhur yangmemiliki nilai pekerti yang tinggi maka ini menjadikanmasyarakat Pangelak dapat hidup rukun. Setidaknya haltersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan salah satuinforman yang menjelaskan bahwa:

Di sini tu menjadi budaya, disini kaitu tadi budayanyaspontan, apa saja yang kita bawa leh baras, kopi, gula wadaigula, bahkan nyiur, apapun berupa bentuk dukungan, itukalau ada yang meninggal lah suku apapun, agama apapunitu sama mambawa hantaran, bantuan tadi ala kadarnyasemampu inya seikhlas inya, itu dari sudut pandang budayakada pernah menuntut kepada siapa saja harus berapa.91

Menurut warga: “Bila ada gotong royong tu samuanlakian di sini datang mambawa parang di pinggang,maksudnya tu siap mambantu”.92 “Dalam kematian itu sudahbudaya lagi dulu, itu kada usah dihabari, bila mandangardatang”.93 “Orang sini baikan, orang sini sayur ba barian,bila kita handak nukar dibarinya. Inya kada bisa mamanderkita”.94

Data di atas menunjukkan bahwa tradisi gotongroyong pada masyarakat sudah melekat. masyarakat masih

9 1 Wawancara dengan Bapak Rikit (kepala Desa Pangelak), Rabu, 28 Januari 2015.9 2 Wawancara dengan Mulyanto, Jum’at, 3 Oktober 2014.9 3 Wawancara dengan Bapak Rikit (kepala Desa Pangelak), Rabu, 28 Januari 2015.9 4 Wawancara dengan isteri penjaga masjid, Rabu, 28 Januari 2015.

Page 187: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

163

antusias dan semangat dalam kerja secara bersama-sama.Bahkan mereka tak segan memberikan bantuan baik fisikmaupun materi kepada yang membutuhkan secara spontan.Semangat kebersamaan warisan leluhur menjadikangotong-royong senantiasa terpatri di sanubari warga. Setiapkali ada pekerjaan berat, terlebih untuk kepentingan bersa-ma selalu dikerjakan secara gotong-royong, bahkanwalaupun juga hanya berkaitan dengan kegiatan pribadiseperti pertanian.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tolong-menolong yang nampak pada masyarakat Pangelakmerupakan tradisi ataupun budaya yang turun temurunyang dilaksanakan oleh warga dan turut membentukterciptnya hubungan antar agama yang harmonis yangberujung pada terciptanya iklim keberagamaan yangkondusif.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yangdijelaskan tersebut merupakan faktor-faktor yang positifyang mempengaruhi terciptanya hubungan baik antar umatberagama yang berujung pada lahirnya iklim keberagamaanyang kondusif di dalam masyarakat Pangelak. Namundemikian, selain faktor-faktor positif yang mempengaruhihubungan antar umat beragama, terdapat beberapa faktoryang mengikis sikap keberagamaan umat Islam. Dalamkontek ini setidaknya ada beberapa faktor yang mempenga-ruhi menurunnya sikap beragama seseorang, khususnyadalam menjalankan kegiatan-kegiatan ibadah. Adapunfaktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

Page 188: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

164

a. Letak pusat kegiatan keagamaan

Walaupun masyarakat Pangelak terkenal dengan sikappenghormatan terhadap agama orang lain (toleransi yangtinggi), namun hal tersebut tidak serta merta masyarakatdi sana disebut sebagai masyarakat yang religious jikamengacu pada kegiatan keagamaan yang dilaksanakan padalanggar ataupun masjid. Selama ini kegiatan-kegiatankegamaan yang khususnya dilaksanakan pada kedua tempattersebut minim peserta. Minimnya masyarakat yangmengikuti kegiatan keagamaan ataupun melaksanakanibadah shalat 5 waktu tidak terlepas dari faktor geografis,di mana tempat ibadah umat Islam berjauhan denganrumah orang muslim.

Masjid dan langgar terletak di tengah-tengah rumahwarga yang penduduknya mayoritas non Islam, karenatempat tinggal warga muslim kebanyakan agak jauh darimasjid dan langgar tersebut, maka sedikit terkendala untukmenyemarakkan kegiatan keagamaan di kedua tempatibadah tersebut.

Hal tersebut sesuai dengan pengamatan penulis bahwamemang letak masjid dan langgar berjarak cukup jauhdengan pemukiman warga muslim. Kebanyakan wargamuslim yaitu suku Jawa tinggal di RT 4, di atas, atau dikomplek biasanya warga Pangelak menyebutnya, yaitu diatas bukit di komplek atau kumpulan orang Jawa, sehinggawarga yang tinggal di atas di RT 4 meskipun bukan orangJawa atau bukan orang muslim adalah di sebut juga denganorang komplek. Sementara masjid berada di RT 3 di

Page 189: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

165

lingkungan warga non-muslim, begitu juga langgar beradadi lingkungan rumah penduduk yang mayoritas non-muslim, yaitu di bawah atau di simpang tiga Pangelak,biasanya warga menyebut, serta kebetulan langgar tersebutjuga berseberangan dengan gereja.

Menurut penuturan seorang warga muslim yangtinggal di samping masjid bahwa “kami ni anam buah aerumah parak masjid ni, di higa, di balakang, mun nang dimuka subarangan masjid tu kaharingan, napa kada suahka gereja, kada suah jua ka pura”.95 Artinya seperti yangdijelaskan beberapa warga bahwa faktor geografis menjadisalah satu alasan yang diutarakan warga jarang mengikutikegiatan ibadah di masjid ataupun langgar.

b. Minat warga terhadap kegiatan keagamaan

Kesadaran beragama merupakan bagian atau segi yanghadir (terasa) dalam pikiran dan dapat diuji melalui intro-speksi atau dapat dikatakan bahwa ia adalah aspek mentaldan aktifitas agama. Artinya kesadaran beragama adalahaktivitas keagamaan yang teraplikasikan dalam kehidupansehari-hari melalui ibadah yang dijalankannya. Seperti yangdijelaskan sebelumnya, walaupun tingkat toleransi yangtinggi di masyarakat Pangelak dalam menghargai danmenghormati agama lain, belum berbanding lurus denganminat warga terhadap kegiatan keagamaan. Padahal kegiat-an keagamaan dapat memupuk nilai-nilai kepercayaan yangkuat, sehingga muamalah atau perilaku tolong menolong

9 5 Wawancara dengan Amay Sabda, Sabtu, 30 Agustus 2014.

Page 190: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

166

yang mereka lakukan bukan sekedar budaya tetapi jugasebagai bentuk ibadah terhadap Allah SWT. Masalahminat terhadap kegiatan keagamaan inilah yang menjadipersoalan di Desa Pangelak, khususnya warga muslim.

Berdasarkan observasi dan wawancara masih sedikitwarga yang mengikuti shalat Jum’at dan kegiatan pengajian(ceramah agama), dan kurangnya antusias warga mengga-lakkan shalat berjamaah dan kurang semaraknya bulanRamadhan, yaitu sedikit sekali jamaah shalat sunat tarawihserta tidak ada kegiatan tadarusan seperti di daerah lain.Seperti dalam wawancara diungkapkan bahwa “tarawihandi masjid sini, babiniannya sa baris gen kada hibak (penuh),nah, sa baris kita ni sa apa ada, sadikit banar, malampamulaan tu”.96

Data di atas menunjukkan bahwa tingkat religiusitasjika dilihat pada minat warga dalam mengikuti keagamaanmasih sangat minim atau jauh dari harapan. Padahalkegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan adalahutama yang mesti dijalankan umat muslim laki-laki sepertishalat Jum’at. Kegiatan ibadah lainnya pun masih jauh dariminat warga, seperti meramaikan bulan Ramadhan denganshalat tarawih dan tadarus Al-Qur’an.

Selaian kegiatan shalat Jum’at dan kegiatan Ramadhanyang masih sepi, kegiatan ceramah agama pun masihminim diikuti oleh warga. Hal tersebut terungkap dari hasilwawancara dengan salah satu informan yang menjelaskanketika ditanya kegiatan ceramah agama di Desa Pangelak,

9 6 Wawancara dengan Isteri penjaga masjid, Rabu 28 Januari 2015.

Page 191: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

167

Nenek Halimah menjawab; “Kada samuan, paling orangduapuluh tu sepuluh ae (yang tulak). Aku gen sekali juatulak”.97 Begitu juga menurut isteri penjaga masjid bahwa“kada banyak yang datang”.98

Jawaban tersebut memiliki makna bahwa peserta ataumasyarakat yang ikut kegiatan ceramah sangat sedikit.

Menurut nenek Halimah, dulu beliau pernah mengi-kuti kegiatan keagamaan yaitu belajar tentang agama Is-lam tempatnya di rumah satu warga yang juga sekaligusmemberikan pelajaran tersebut, tetapi kegiatan tersebuttelah lama bubar, sekarang sudah tidak lagi, orangnyasebagian sudah meninggal, sebagian lain juga tidak pergi,kalau cuman sendiri, saya tidak mau pergi.99

Wawancara di atas menunjukkan bahwa kegiatantersebut sempat ramai, tetapi seiring dengan berjalannyawaktu kegiatan tersebut tidak terlaksana lagi. Wargapuntidak lagi pergi karena tidak ada tokoh yang mengurusinya.Sehingga bisa disimpulkan bahwa terhentinya kegiatantersebut tidak terlepas dari para tokoh terdahulu yangmendirikan kegiatan tersebut sudah tidak ada lagi, sehinggapara wargapun kurang antusias dan berujung padaberhentinya kegiatan tersebut.

Hal ini diperkuat dari hasil wawancara yangmenjelaskan bahwa ketika di tanya tentang kegiatanceramah agama, Pak Gianto menjelaskan:

9 7 Wawancara dengan Nenek Halimah, Kamis 13 Pebruari 2015.9 8 Wawancara dengan isteri penjaga Masjid, Rabu 28 Januari 2015.9 9 Wawancara dengan Nenek Halimah, Kamis 13 Pebruari 2015.

Page 192: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

168

Bilang kadada ae... ceramah tu kecuali ada acara Mulud,Rajab, mun ada ceramah tu makinnya ae bubar bisa, urangsini, aku akui haja pang mun misalnya ada acara nang cera-mah, bamuludan, uyuh dicari, kuler, lawas menunggui.100

Artinya ceramah-ceramah yang dilaksanakan hanyasebatas kegiatan besar sedangkan kegiatan harian tidak ada.Bahkan warga tidak begitu antusias mendengarkan danmengikuti kegiatan ceramah yang dilaksanakan.

Minimnya kegiatan keislaman yang dilaksanakan jugaberdampak pada kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya,seperti yang terungkap dari hasil wawancara dengan salahsatu informan yang mengatakan sebagai berikut.

Tahun ini tadi kada ma asyura, kada tahu siapakahketuanya di masjid sana, kadada ketuanya, jakanya kitatanggal sekian hari anu kita ma asyura an, tapi kadada, jaka-nya tanggal anu, hari anu kita bawa nasi bungkus, kadadajua, kayapa jar ku tahun ini...basunyian, siapa ketua di masjidsitu maka kadada, kayapakah, kada tahu kesah dah, modelbanyak ae orangnya tapi kada menahu, masing-masingsaorang.101

Wawancara di atas menunjukkan bahwa kegiatankeagamaan seperti peringatan hari Asyura pun tidakterlaksana karena tidak ada yang berinisatif untukmenggerakkan dan wargapun tidak antusias untukmengusahakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa minatkeagamaan masih menjadi persoalan penting yang dihadapi

100 Wawancara dengan Gianto, Kamis, 8 Januari 2015.101 Wawancara dengan Nenek Halimah, Kamis, 13 Pebruari 2015.

Page 193: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

169

di Desa Pangelak dan tentunya harus menjadi perhatianulama setempat.

c. Lingkungan pergaulan

Lingkungan pergaulan adalah tempat, daerah ataukawasan di mana seseorang itu bergaul atau berbaurdengan orang lain sehingga di dalamnya terjadi interaksisosial yang akan mempengaruhi pribadi seseorang baiksecara langsung maupun tidak langsung. Lingkunganpergaulan ini sangat berpengaruh terhadap perilakuseorang. Jika bergaul dengan lingkungan pergaulan yangbaik, maka perilaku remaja akan semakin baik, begitupunberlaku dalam perilaku keagamaannya juga akan menjadibaik.

Perilaku keagamaan adalah bentuk-bentuk amal salehseseorang yang dikerjakan karena mengharap Ridha AllahSWT dan untuk membiasakan orang mukmin hidupdengan akhlak mulia. Perilaku keagamaan meliputi:menjalankan shalat lima waktu, melaksanakan puasa, danberdzikir dan berdo’a serta membaca Al-Qur’an. Perilakukeagamaan inilah yang kurang pada anak maupun remajabahkan orang tua di Desa Pangelak disebabkan olehpergaulan. Artinya sikap beragama yang kurang disebabkanoleh pengaruh lingkungan.

Lingkungan tempat tinggal penduduk muslim yangmembaur dengan warga asli setempat di mana anjing-anjing berkeliaran bebas di lingkungan muslim. Selain itubanyak warga bergaul dengan teman beda agama dan sering

Page 194: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

170

asyik berbicara sehinga melupakan kewajiban pokok sepertishalat. Selain itu terjadinya pernikahan beda agama karenakurangnya pemahaman anak remaja akan hukum bergauldengan selain agamanya.

Atas dasar itu, orangtua hendaknya memperhatikanlingkungan pergaulan anak-anaknya terutama yangmenginjak usia remaja. Bagaimanapun, peran orangtuasangat penting. Orangtua perlu memberikan pendidikandan bimbingan yang baik kepada anak khususnya dalampergaulan. Selain itu hendaknya orangtua juga mengajarkanpendidikan agama pada anak-anaknya di rumah walausesibuk apapun, atau paling tidak dengan memberikanteladan yang baik bagi anak-anaknya.

Page 195: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

171

Bab VPEMBAHASAN (ANALISIS LANJUT)

A. Iklim Keberagamaan Islam di TengahMasyarakat Multikultural di Desa PangelakKabupaten Tabalong

Suasana keberagamaan di Pangelak yang berasal dariberbagai suku, budaya dan agama, sejauh ini kondusif. Haltersebut nampak pada interaksi yang terbangun di masyarakat,Keakraban warga terlihat dalam kegiatan-kegiatan sosial diDesa Pangelak. Mengacu pada suasana keberagamaan diPangelak, maka pada bagian ini, akan dibahas lebih dalamberkaitan dengan iklim keberagamaan di Desa Pangelak sertafaktor-faktor yang mempengaruhi iklim keberagamaan di desatersebut.

1. Toleransi terhadap agama lain: Membantu dalamkegiatan keagamaan (kematian dan PHBA)

Temuan di lapangan menunjukkan bahwa iklimkeberagamaan yang kondusif nampak pada kegiatan tolongmenolong dalam hal kematian di Desa Pangelak.Masyarakat dari berbagai agama, suku dan budaya saling

Page 196: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

172

memberikan bantuan tenaga (fisik) dan material (beras,gula, ataupun uang). Hal ini dilakukan untuk meringankanbeban orang yang sedang berkabung. Kegiatan tolongmenolong merupakan sikap persaudaraan di Desa Pangelak.Sikap tersebut sejalan dengan konsep ukhuwah (persau-daraan antar sesama).

Konsekuensi ukhuwah adalah sikap ta’âwun (salingtolong-menolong), tanâshur (saling mendukung) dan tarâ–um (saling berkasih sayang), karena apalah artinyaberukhuwah jika tidak membantu saudara ketika memer-lukan dan menolongnya ketika dia ditimpa oleh cobaanserta belas kasihan kepadanya ketika lemah.1 Selain itu,adanya pertolongan yang diberikan juga menunjukkanadanya sikap toleransi antar sesama manusia. Sikap toleranseorang muslim terhadap agama dan pendapat pemelukagama lain jelas mendapat legitimasi dari ayat-ayat Al-Qur’an dan sikap keteladanan yang dilakukan oleh Nabidan para sahabatnya. Salah satu tindakan pertama Nabiuntuk mewujudkan masyarakat Madinah ialah menetap-kan dokumen perjanjian yang disebut Piagam Madinah(mitshaq al-Madinah), yang terkenal dengan “KonstitusiMadinah”.2

Sikap Nabi ketika di Madinah terhadap agama lainmenunjukkan aspek perilaku sosial yang positif yang perludicontoh bahkan dijaga untuk menghindari konflik-konflik

1 Yusuf Al Qardhawy, Anatomi Masyarakat Islam, diterjemahkan oleh Setiawan BudiUtomo, ( Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1999), h. 142.

2 Sufyanto, Masyarakat Tamddun Kritik Hermeneutis Masyarakat Madani NurcholisMadjid, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan LP2IF 2001), h. x.

Page 197: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

173

yang dapat merusak hubungan antar umat beragama.Perilaku tolong menolong yang ditunjukkan masyarakatPangelak yang berasal dari berbagai suku memberikan buktibahwa Islam dapat hidup berdampingan dengan damaidengan agama lain.

Terlepas dari sikap persaudaraan atau ukhuwah yangditunjukkan ada aktivitas-aktivitas yang belum sesuaidengan konsep Islam, seperti yang sudah dijelaskan padaBab IV. Dalam konteks ini, pembagian daging kurban padamasyarakat non-muslim tidak sejalan dengan konsep Is-lam, khususnya mazhab Imam Syafi’i. Adapun ulamaHanafiyah dan Hanabilah membolehkannya asal bukandaging kurban yang wajib, yaitu 1/3 dari milik orang yangberkurban. Memakan daging hewan yang disembelihdengan cara menusuk atau melempari dengan tombak yangdijalankan oleh warga non-muslim tidak sejalan dengankonsep Islam, karena menyembelih binatang harus dengancara tersendiri yang tidak menyakiti binatang, menyem-belih binatang di leher tepat dua urat nafas binatang agarcepat mati.

2. Toleransi dalam hal beragama: (1) Tidak adanyapemaksaan terhadap agama lain

Sikap toleransi yang dimiliki oleh masyarakat Pangelakadalah berkaitan dengan kebebasan dalam beragama. Tidakadanya pemaksaaan terhadap suatu agama tertentumerupakan salah satu sikap yang ditunjukkan di DesaPangelak. Dalam konteks ini, tidak adanya perilaku yangditunjukkan anggota masyarakat untuk memaksa orang lain

Page 198: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

174

mengikuti keyakinannya. Sikap ini tentunya sejalan dengankonsep Islam.

Pemaksaan dalam hal budaya, berpolitik dan beragamaadalah bertentangan dengan fitrah manusia sebagaimakhluk bebas dan merdeka, dan secara tajam bertentang-an dengan ajaran agama itu sendiri. Menjunjung tingginilai-nilai fitrah manusia berarti juga menjunjung tingginilai-nilai asasi dari agama. Pernyataan bahwa keberagam-an, keberbudayaan dan keberpolitikan menjadi urusanpribadi tidak berarti kehidupan seseorang terhadap ketigaaspek ini terlepas dari tanggung jawab sosialnya. Justrusebaliknya, keberagamaan, keberbudayaan dan keberpoli-tikan yang berakar kuat pada kesadaran dirilah yang akanmemberikan nilai limpah secara maksimal terhadap upaya-upaya perbaikan kemanusiaan. Mengingat implikasi praktisdari sikap penyembahan terhadap Tuhan adalah berupapelayanan yang tulus terhadap sesama manusia. Jadi sikapmenghargai pluralitas dalam bentuk apapun adalah sikapyang natural, logis dan merupakan bagian dari perwujudantingkat kedewasaan seseorang dalam menerima kenyataandalam hidupnya.3

Prinsip kebebasan mutlak perlu dikembangkan dandijamin pelaksanaannya guna terjaminnya keutuhanmasyarakat pluralistik. Kebebasan-kebebasan yang dibu-tuhkan manusia adalah kebebasan beragama, kebebasandari perbudakan, kebebasan dari kekurangan, kebebasan

3 H. Amidhan, “Pluralitas Sebuah Keyataan”, dalam Nurcholish Madjid et. al;Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern Respon dan Transpormasi Nilai-Nilai IslamMenuju Masyarakat Madani, ( Jakarta: Media Cita, 2001), h. 52.

Page 199: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

175

dari rasa takut, kebebasan menyatakan pendapat, kebebasanbergerak, kebebasan dari penganiyayaan, dan lain-lain. Didalam Piagam Madinah juga terdapat ketetapan-ketetapanmengenai kebebasan yang diperuntukkan bagi segenappenduduk Madinah.4

Abdurrahman Wahid telah membuktikan bahwabeberapa prinsip dasar dalam Islam yang sesuai dengandeklarasi universal hak asasi manusia dapat ditemukandalam kitab-kitab klasik hukum agama (al-kutub al-fiqhiyyah). Hal tersebut terdiri atas lima prinsip: 1)perlindungan dari penindasan fisik di luar batas hukum,2) kebebasan beragama, termasuk peniadaan paksaandalam beragama, 3) perlindungan keluarga dan keturunan,4) perlindungan hak milik pribadi, dan 5) perlindunganprofesi seseorang.5

Prinsip pertama berarti bahwa eksistensi suatu peme-rintahan berdasar atas aturan hukum yang menjaminperlakuan yang sama kepada setiap warga negara sesuaidengan hak-hak mereka. Islam juga mengakui pentingnyakesetaraan dalam penerapan hukum dan pentingnyakeadilan sebagai landasan normatif suatu masyarakat yangbaik. Prinsip ini tidak disangsikan lagi sama seperti dekla-rasi universal hak asasi manusia yang menilai keadilan,kesamaan, dan demokrasi sebagai norma fundamentaldalam kebijakan yang demokratis.

4 J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjaudari Pandangan Al-Qur’an, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996), h. 156.

5 Muhammad A.S. Hikam, Islam, Demokratisasi dan Pemberdayaan Civil Society,( Jakarta: Erlangga, 2000), h. 29.

Page 200: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

176

Prinsip kedua sesuai dengan gagasan deklarasi universaltentang toleransi beragama. Menurut filosuf Mesir, HasanHanafi, istilah “tauhid” dapat diinterpretasikan sebagai“penegasan kebebasan manusia tanpa tekanan apapun,kesamaan manusia yang bebas rasialisme, dan keadilanmanusia yang terbebas dari ketidakadilan sosial”. Dalampandangan Abdurrahman Wahid, kebebasan khusus inibahkan melingkupi keyakinan karena Islam menghargaiperbedaan agama dan tidak mengakui baik pemaksaan (co-ercion) ataupun keharusan (compulsion) dalam persoalanagama, termasuk konversi (conversion) keagamaan.

Prinsip ketiga merupakan fondasi etis dan moral. Halitu karena dalam Islam kesucian keluarga merupakan dasarbagi kehidupan masyarakat, oleh karenanya, sudahseharusnya keluarga dibebaskan dari manipulasi oleh pihakluar, baik dari masyarakat maupun negara. MenurutAbdurrahman Wahid, di dalam keluargalah individumemulai mengeksplorasi kebebasannya untuk memilihdan mempertanyakan termasuk kebebasan untukmempertanyakan keyakinan agamanya. Keluargalah yangpertama kali memberikan kesempatan kepadanya untukmenentukan pilihan-pilihan yang akan mempengaruhimasa depannya. Akhirnya, keluargalah yang mampumelestarikan keberadaan kohesi sosial dengan menginte-grasikan anggotanya ke dalam unit sosial yang lebih besar.

Prisip keempat amat krusial dalam kaitannya denganpembentukan masyarakat modern. Modernisasi telahmengakibatkan diferensiasi peranan dan fungsi sebagai-mana halnya proses individuisasi dalam masyarakat.

Page 201: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

177

Perlindungan hak-hak individu vis-à-vis hak-hak sosial,secara bertahap, menjadi satu dari sekian kebutuhan yangmuncul dalam kehidupan modern. Suatu perbedaan yangtegas antara sisi publik dan privat diperlukan, sebab kalautidak pelanggaran hak-hak individu atas nama kepentinganpublik/umum akan terjadi. Salah satu solusinya adalahmengakui gagasan milik pribadi. Melalui hak inilah,individu dapat menjalankan kebebasan pribadinya danmengembangkan potensi dirinya sendiri, selama tindakan-tindakan itu masih berada di dalam batasan yang dibentukoleh masyarakat yang lebih luas.

Prinsip kelima atau yang terakhir berhubungan eratdengan prinsip keempat. Hal ini menyiratkan bahwa dalamhal kebebasan individu, Islam membuka pintu bagiindividu anggota masyarakat untuk memilih pilihan yangdianggap relevan dengan kehidupan seseorang. Prinsip inisecara jelas menghargai hak seseorang untuk mencapaisuatu tujuan sebagai suatu cara untuk mengekspresikandiri. Hal ini juga berarti bahwa Islam menganggap tang-gung jawab individu sebagai suatu unsur yang palingberharga dalam hubungan sosial di mana berdasar hal itulahpengembangan kepribadian yang sehat dapat diwujudkansepenuhnya. 6

Dengan demikian, secara tidak langsung sikapkebebasan dalam beragama menunjukkan pola pikir yangmaju dari masyarakat Pangelak.

6 Ibid, h. 29.

Page 202: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

178

3. Toleransi dalam hal: (2)Tidak mengganggu agama lain

Tidak mengganggu orang lain merupakan salah satunilai yang ditanamkan dalam Islam seperti yang terdapatdalam surah Al-Kafirun.7 Sejauh ini peribadatan yangnampak di Desa Pangelak cukup kondusif.

Tegaknya nilai-nilai sosial yang luhur, seperti toleransidan pluralistik, adalah kelanjutan dari tegaknya nilai-nilaikeadaban itu. Sebab toleransi dan pluralistik tidak lainadalah wujud dari ikatan keadaban (bond of civility), dalamarti bahwa masing-masing pribadi atau kelompok, dalamsuatu lingkungan interaksi sosial yang lebih luas, memilikikesediaan memandang yang lain dengan penghargaan,betapapun besarnya perbedaan yang ada, tanpa salingmemaksakan kehendak, pendapat, atau pandangan sendiri.8

Seorang Muslim juga perlu memiliki sikap positifterhadap orang lain, termasuk dengan tidak menggangguagama lain. Ada ayat Al-Qur’an yang menyiratkan bahwaajaran semua agama pada dasarnya sama dan bahwa kaummuslimin seharusnya tidak membeda-bedakan ajaran paraRasul, sebagaimana terdapat dalam surat An-Nahl: 36 yangartinya: “Sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-

7 Kata al-Kâfirûn terambil dari kata kafara yang pada mulanya berarti menutup. Al-Qur’an menggunakan kata tersebut untuk berbagai makna, yang masing-masingdapat dipahami sesuai dengan kalimatnya dan konteksnya. Lihat Ali Nurdin, Qur’anicSociety; Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal dalam Al-Qur’an, ( Jakarta: Erlangga,2006), h. 286.

8 Ahmad Gaus AF, “Masyarakat Madani Warisan Nabi Muhammad Saw,” dalamNurcholish Madjid et.al. Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern Respon danTranspormasi Nilai-Nilai Islam Menuju Masyarakat Madani, ( Jakarta: Media Cita,2001), h. 322.

Page 203: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

179

tiap umat untuk menyerukan, “Sembahlah Allah dan jauhilahTaghut,” Dan juga surat Al-Baqarah: 285 yang artinya: “...Kami tidak membeda-bedakan seorangpun dari rasul-rasulNya.” Dinyatakan pula dalam surat Al-Hajj: 40 mengenaitempat-tempat ibadah dari agama-agama yang berbeda-beda, banyak disebut nama Allah.

4. Toleransi terhadap agama lain: (3) Kegiatankeagamaan tidak mengganggu ketenangan orang lain

Kegiatan keagamaan tidak mengganggu ketenanganorang lain sejalan dengan konsep Islam seperti dalam suratAl-Kafirun. Ajaran agama Islam bukan hanya seputarshalat dan berdo’a kepada Allah SWT. Islam mengajarkanjuga untuk bersosialiasi dengan makhluk sesamanya (–ablumin a-Nâs), bahkan juga hubungan dengan lingkung-annya (–ablu min al-Biah).

Kerukunan hidup antar pemeluk agama yang berbedadalam masyarakat majemuk harus diperjuangkan dengancatatan tidak mengorbankan akidah, seperti yang terdapatdalam surat Al-Kafirun. Ungkapan ayat tersebut merupa-kan pengakuan eksistensi secara timbal balik sehinggamasing-masing agama (pihak) dapat melaksanakan apayang dianggapnya benar dan baik, tanpa memutlakkanpendapat kepada orang lain sekaligus tanpa mengabaikankeyakinan masing-masing.9

Kerukunan hidup antar pemeluk juga digambarkandengan berbuat baik kepada tetangga, baik muslim maupun

9 Ali Nurdin, Qur’anic Society, h. 287.

Page 204: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

180

non muslim. Dalam konsep Islam berbuat baik terhadaptetangga sangat dianjurkan dengan cara tidak menyakititetangganya. Larangan tidak menyakiti tetangga terdapatdalam hadis yang artinya:

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah bersabda:Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhirmakajanganlah menyakiti tetangganya, barang siapa berimankepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tamunya.Baranga siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklahia berkata baik atau hendaklah ia diam.10

Hadis lainnya mnjelaskan yang artinya:

Dari Abi Syuraih Al ’Adawiy ra ia berkata: “Keduatelingaku mendengar dan kedua mataku melihat ketika nabiMuhammad Saw bersabda: Barang siapa beriman kepadaAllah dan hari akhir maka hendaklah ia mulyakan tetangga-nya, dan barang siapa beriman pada Allah dan hari akhirmaka hendaklah ia mulyakan tamunya pada masanya,ditanyakan Wahai Rasulullah berapakah masanya? Beliaumenjawab: sehari semalam, pertamuan adalah tiga hari, dandi atas itu adalah sedekah baginya, dan barang siapa berimankepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baikatau hendaklah ia diam.11

Kedua hadis di atas menunjukkan bahwa Islammencintai kedamaian dan kerukunan. Hal tersebutditunjukkan dengan larangan berbuat jahat terhadap oranglain, dalam hal ini tetangga.

1 0 Imam Abdullah Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Shahih Bukhari (Juz VIII),diterjemahkan oleh Achmad Sunarto, dkk, (Semarang: CV Asy Syifa, 1993), h. 35.

1 1 Ibid, h. 35.

Page 205: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

181

5. Tolong menolong dalam hal perkawinan

Prosesi pernikahan pada masyarakat Pangelak cukupkompleks yang dipengaruhi oleh aturan adat dan agama,maka pihak yang menyelenggarakan memerlukan banyakbantuan dalam rangka mematuhi kedua dasar aturantersebut. Budaya tolong-menolong di Pangelak dapatdikatakan masih terjaga.

Salah satu kebersamaan yang ditunjukkan olehmasyarakat Pangelak adalah tolong menolong dalam halperkawinan. Dalam konteks ini, masyarakat Pangelakterbiasa memberikan bantuan berupa bantuan tenaga(fisik), maupun benda, seperti beras, gula, atau uang. Halini dilakukan untuk meringankan pekerjaan dan bebanorang yang mengadakan hajatan. Tolong menolong yangdipraktekkan masyarakat Pangelak memiliki kemiripandengan konsep masyarakat madani. Walaupun berbedaagama, suku dan budaya.

Sejarah menunjukkan bahwa dalam rangka mewujud-kan masyarakat Madinah yang utuh dan bersatu agarterjamin ketentraman dan kesejahteraan, diperlukankerukunan, saling pengertian dan kerjasama dalammasyarakat Madinah. Untuk merealisasikan kerukunan dankerjasama itu, Rasulullah SAW membuat piagam kerja-sama/control sosial yang disetujui secara demokratis olehmasyarakat Madinah yang terdiri dari kaum muslimin,kaum munafik dan kaum Yahudi.12

1 2 Abdul Qadir Djaelani, Mewujudkan Masyarakat Madani, (Surabaya: PT Bina Ilmu,2007), h. 591.

Page 206: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

182

Piagam kerjasama di dalam setiap bentuk masyarakatmenurut sunah Rasul merupakan keharusan bagi setiapmuslim apabila ia akan membentuk masyarakat Islam, baikkelompok masyarakat itu bersifat tunggal atau bersifatmajemuk (muslim dan non-muslim).13

Uraian dalam prinsip-prinsip (umat, persatuan danpersaudaraan, persamaan, kebebasan, hubungan antarpemeluk agama, pertahanan, pertetanggaan dan tolong-menolong) tersebut di atas pada hakekatnya menghendakitercapainya perdamaian di kalangan komunitas Islam danperdamaian antara komunitas Islam dan komunitas-komunitas lainnya. Sebab, jika setiap komunitas meme-lihara dan melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibanyang terkandung dalam prinsip-prinsip tersebut, makaperdamaian akan terwujud.14

Tolong menolong harus dilaksanakan sejalan denganajaran akhlak dalam Islam. Dalam konteks ini, akhlakkepada muslim juga dapat dipraktekkan kepada non-muslim, asalkan tidak dalam hal peribadatan ataukeagamaan. Dari berbagai penjelasan di atas jelaslah bahwaagama Islam melalui Al-Qur’an mengajarkan prinsip-prinsip akhlak yang menyeluruh, yang dipraktekkan dalammewujudkan hubungan kerjasama di antara anggotamasyarakat manusia secara luas, baik hubungan di bidangmateriil, jasa atau yang lain dengan pendekatan yang salingberkait, yang akan dapat memperkuat ikatan satu sama lain,

1 3 Ibid, h. 591.1 4 J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan, h 196.

Page 207: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

183

sehingga terciptalah satu kesatuan, meskipun suku, agama,warna kulit, atau bahkan bangsa yang berbeda-beda.15

Dengan demikian, prinsip-prinsip akhlak terhadap sesamamuslim maupun terhadap non-muslim yang diajarkan olehAl-Qur’an dan Al-Hadits, merupakan salah satu buktikeistimewaan ajaran Islam yang lengkap dan menyeluruh.

Uraian atau gambaran mengenai interaksi positif yangdibangun masyarakat Madinah antar berbagai agamameunjukkan bahwa kegiatan tolong menolong dalamkerangka kerjasama adalah sisi positif yang harus terusdipertahankan masyarakat walaupun berbeda suku, budayadan agama. Artinya prinsip hidup damai harus terusdipertahankan dan dipupuk melalui kegiatan-kegiatansosial yang positif selama tidak bertentangan dengan aqidahdan syariah.

6. Tolong menolong dalam hal kegiatan manugal(tegalan)

Sebagai sebuah kehidupan kolektif, setiap kelompokmasyarakat mengembangkan kebudayaan yang sesuaidengan kondisi dan kompleksitas masyarakatnya. Padamasing-masing kelompok masyarakat, hal tersebutdikonstruk menjadi sebuah pranata. Koentjaraningratmendefinisikan pranata sebagai sistem norma atau aturan-aturan yang mengenai suatu aktivitas masyarakat yangkhusus. Dengan adanya pranata, terdapat berbagai

1 5 Moh. Chazdiq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an. (Surabaya: Bina Ilmu.1991), h. 110-115.

Page 208: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

184

keteraturan di dalam tindakan-tindakan masyarakat gunamemenuhi berbagai kebutuhan untuk kehidupan berma-syarakat. Dengan demikian sebuah pranata timbul padamasyarakat karena pranata tersebut memiliki fungsi dalammendukung upaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuh-an hidup manusia sebagai anggota masyarakat. Salah satupranata yang terdapat dalam masyarakat adalah tolong-menolong. Tolong-menolong dimasukkan ke dalam klasifi-kasi pranata domestik (domestic institutions) yang berfungsiuntuk memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan.16

Pengerahan tenaga yang dilakukan dalam kerjasamamanugal merupakan kebutuhan masyarakat Pangelak itusendiri, Gotong royong dalam manugal merupakankebersamaan warga karena lahan pertanian mereka salingberdekatan tidak perduli tentang latar belakang agamanya,kemudian dibantu oleh keluarga mereka, selanjutnya bagisiapa saja bagi warga lain yang ingin membantu apabilamendengar ada kabar tentang manugal itu.

Manugal merupakan kerjasama di bidang ekonomidan pertanian yang dijalankan masyarakat Pangelak.Pertanian merupakan salah satu bidang mata pencaharianutama di desa tersebut. Masyarakat bekerjasama tanpamemandang status agama dan suku. Kerjasama bukanhanya dengan sesama muslim saja tetapi juga dengan non-muslim.

1 6 Ambo Upe, “Eksistensi Nilai Tolong-Menolong Pada Masyarakat Bugis Kajian atasAssitulung-Tulungéng Pada Prosesi Pernikahan”, Jurnal Sumber Daya Insani Uni-versitas Muhammadiyah Kendari, edisi Juli No. 20 (2011), h. 3.

Page 209: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

185

Sama halnya dengan masyarakat Pangelak yangberinteraksi dan bekerjasama dalam mata pencaharian,Nabi Muhammad SAW yang berprofesi sebagai pedagang,tentu berinteraksi baik dengan muslim dan non-muslim.Wilayah perdagangan Muhammad SAW meliputi Yaman,Syiria, Busra, Iraq, Yordania, Bahrain dan kota-kotaperdagangan di Jazirah Arab lainnya. Menurut satu riwayatMuhammad SAW pernah 4 kali memimpin ekspedisiperdagangan untuk Khadijah ke Syiria dan Jorash diYordania. Jerash atau Jorash merupakan kota tua pening-galan Romawi.17 Dengan jelajah yang tinggi tentunyaMuhammad SAW bertemu dan berinteraksi dengan non-muslim.

Muhammad SAW merupakan figur yang tepatdijadikan sebagai teladan dalam bisnis dan perilakuekonomi yang baik. Dalam menjalankan profesinya beliaumenghiasi diri dengan kejujuran, keteguhan memegangjanji, dan sifat-sifat mulia lainnya, sehingga pendudukMekkah memberi beliau gelar Al-amin. Beliau tidak hanyamemberikan tuntunan dan pengarahan tentang bagaimanakegiatan ekonomi dilaksanakan, tetapi beliau mengalamisendiri menjadi seorang pengelola bisnis atau wirausaha.18

Dari pandangan konseptual di atas, istilah tolong-menolong pada dasarnya telah diserukan dalam ajaranAgama Islam sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.SAl-Maidah/5: 2 yang artinya:

1 7 Muhammad Syafi’I Antonio, Muhammad SAW; The Super Leader, Super Manager,( Jakarta: ProLM Center, 2007), h. 82.

1 8 Ibid, h. 77-78.

Page 210: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

186

Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan danketakwaan dan janganlah tolong-menolong dalam dosa danpelanggaran.19

Ayat di atas merupakan prinsip dasar dalam menjalinkerjasama dengan siapapun, selama tujuannya adalahkebajikan dan ketakwaan.

Dalam QS Al-Mumta–anah/60: 8-9 menjelaskandalam ayat ini tidak melarang orang-orang mukminmenunjukkan sikap yang baik kepada golongan lain, mem-beri apa yang menjadi hak dan bagian mereka bila merekatidak memusuhi, memerangi, dan mengusir orang-orangmukmin dari negeri mereka. Artinya, Al-Qur’an membo-lehkan orang-orang mukmin menjalin hubungan kerja-sama dengan golongan lain yang berbeda akidah, dengansyarat golongan tersebut tidak memusuhi mereka yangmukmin. Sebaliknya ayat kedua melarang orang-orangmukmin menunjukkan sikap bersahabat dengan golonganlain yang berbeda agama, dengan syarat bila golongantersebut memusuhi mereka. Kebolehan dan larangan dalamdua ayat di atas tidak bersifat muthlaq, melainkan muqayyad,yakni dibatasi dan dikaitkan dengan suatu sebab sepertimembela diri atau pembelaan terhadap penganiayaan, danmewujudkan kerukunan untuk kemaslahatan umat.20

Penjelasan mengenai tolong-menolong telah disampai-kan oleh Malinowski bahwa sistem tukar-menukar kewa-

1 9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Jakarta: Proyek PengadaanKitab Suci Al Qur’an Depag RI, 1984), h. 157.

2 0 J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan... h. 172.

Page 211: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

187

jiban dan benda dalam banyak lapangan kehidupan masya-rakat merupakan daya pengikat dan daya gerak darimasyarakat. Sistem menyumbang untuk menimbulkankewajiban membalas merupakan prinsip dari kehidupanmasyarakat kecil yang disebut prinsip timbal balik (prin-ciple of reciprocity). Hubungannya dengan berbagai macamlapangan aktivitas kehidupan sosial. Sistem tolong-meno-long dalam tradisi Indonesia dikenal dengan istilah gotong-royong, yang memiliki perbedaan tingkat kerelaannya yaitu(1) tolong-menolong dalam aktivitas pertanian; (2) tolong-menolong dalam aktivitas sekitar rumah tangga; (3) tolong-menolong dalam aktivitas persiapan pesta dan upacara; dan(4) tolong-menolong dalam peristiwa kecelakaan, bencana,dan kematian.21

Uraian di atas menunjukkan bahwa kegiatan tolongmenolong yang bersifat positif sebenarnya dapat dijadikanmedia bagi masyarakat untuk membangun komunikasiyang baik antar berbagai suku, budaya dan agama. Denganadanya komunikasi yang positif melalui kegiatan-kegiatansosial diharapkan dapat mempererat hubungan sosial yangberujung pada terciptanya kedamaian di masyarakatPangelak.

7. Kebersamaan dalam kegiatan arisan yasinan

Mengikuti kegiatan arisan tanpa kegiatan keagamaanhanya silaturahmi yang sejalan dengan konsep Islam. Al-lah SWT berfirman: “Allah tidak melarang kamu untuk

2 1 Ambo Upe, Eksistensi Nilai Tolong-Menolong, h. 3.

Page 212: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

188

berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yangtiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allahmenyukai orang-orang yang berlaku adil. Sebagaimanadijelaskan dalam Q.S. Al-Mumta–anah/60: 8. Artinya:

Allah tidak melarang dari kebaikan, silaturahmi danmembalas kebaikan, serta berlaku adil terhadap kerabat darikalangan kaum musyrikin atau yang lain. Hal ini bila merekatidak mengobarkan peperangan dalam agama terhadapkalian, tidak mengusir kalian dari rumah-rumah kalian.22

Mengikutsertakan orang non-muslim dalam kegiatanarisan yasinan masih sejalan dengan konsep Islam, selamamereka tidak mengganggu dan ikut dalam kegiatan ibadah.Kegitan yasinan hanya sebatas silaturahmi dan mediapembelajaran bagi non muslim yang mengikuti kegiatan arisantersebut. Dalam terjemahan surat Al-Kafiruun disebutkansebagai berikut. Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, 2. Akutidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3. Dan kamubukan penyembah Tuhan yang aku sembah. 4. Dan aku tidakpernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5. Dan kamutidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.6. Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku.”

Meskipun diperbolehkan untuk berinteraksi denganorang-orang kafir dalam berbagai bidang kehidupanumum, namun khusus dalam masalah agama yang men-yangkut aqidah, ritual ibadah, hukum, dan semacamnya,sebagaimana dinyatakan dalam surat ini, umat Islam harus

2 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 924.

Page 213: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

189

bersikap tegas kepada mereka. Artinya ialah umat Islamharus bisa memurnikan dan tidak sedikitpun mencam-puradukkan antara agama kita dan agama mereka.

8. Sikap kebersamaan dalam kegiatan MTQ

Memberikan bantuan yang dilakukan masyarakatPangelak nampak pada kegiatan MTQ. Hal ini menunjuk-kan adanya solidaritas antar sesama ketika ada kegiatan.

Manusia secara keseluruhan diajarkan oleh kitab suciuntuk bekerjasama dalam mengembangkan diri merekasendiri dan mengembangkan dunia di sekitarnya (Q.S.Huud/11: 61). Selain itu, manusia juga diperintahkanmengambil manfaat atas sumber-sumber alam yangdiciptakan Tuhan untuk mereka semua.23

Umat manusia juga diperintahkan haruslah berurusandengan semua orang tanpa memandang jenis kelamin,suku, keyakinan atau latar belakang pendidikan danseterusnya dalam rangka membangun dasar komunikasikokoh dalam interaksi sosial.24

2 3 Zuly Qadir, Gerakan Sosial Islam: Manifesto Kaum Beriman, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2009), h. 199.

2 4 Ibid, h. 198

Page 214: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

190

Kerjasama kemanusiaan yang dimiliki oleh setiapagama seperti prinsip kejujuran, keadilan, musyawarah,persamaan dan solidaritas dapat menjadi bagian pentingdalam kerjasama antar umat beragama di negeri ini.Agama-agama sudah seharusnya lebih banyak memper-bincangkan masalah kemanusiaan dalam masyarakatketimbang membahas masalah-masalah teologis yangstandarnya seringkali berbeda-beda antara satu dan lainnya.Tidak boleh ada standar ganda dalam berdialog dankerjasama.25

Iklim keberagamaan Islam di tengah masyarakatmultikultural di Desa Pangelak Kabupaten Tabalong yangtelah dipaparkan sebagaimana dalam paparan datadipertegas pada matrik berikut.

2 5 Ibid, h. 207-208

Page 215: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

191

Matrik tersebut juga menunjukkan bahwa suasanakeberagamaan Islam di Desa Pangelak adalah kondusif.Terciptanya suasana kondusif di desa ini tidak terlepas dari

Page 216: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

192

pemahaman masyarakat terhadap agama serta tradisi yangturun temurun, dan ditunjang dengan kegiatan-kegiatansosial. Dengan demikian keakraban masyarakat selaluterjaga melalui bentuk kerjasama atau interaksi yangdibangun.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PenciptaanIklim Keberagamaan Islam di TengahMasyarakat Multikultural di Desa PangelakKabupaten Tabalong

Faktor-faktor yang mempengaruhi penciptaan iklimkeberagamaan Islam di Desa pangelak dapat dibagi menjadidua, yaitu faktor pendukung (positif ) dan faktor penghambat(negatif ).

1. Faktor Pendukung (Positif)

a. Isi ceramah tentang kerukunan

Indonesia adalah sebuah masyarakat majemuk,kemajemukan ini ditandai oleh adanya suku-suku bangsayang mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan yangberlaku dalam setiap suku bangsanya masing-masing.sehingga mencerminkan adanya perbedaan dan pemisahanantara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa lainnya.Akan tetapi secara bersama-sama semua suku bangsa yangberbeda-beda tersebut hidup dalam satu wadah masyarakatIndonesia dan berada di bawah naungan sistem nasionaldengan kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila

Page 217: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

193

dan Undang-Undang Dasar 1945.26 Karena satu wadah,memungkinkan mereka untuk hidup rukun termasukdalam kehidupan beragama.

Pemeliharaan kerukunan hidup umat beragama diPangelak dilakukan dengan berbagai cara. Hal ini dilakukanagar terciptanya lingkup ketentraman dan ketertibantermasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umatberagama sehingga menumbuhkembangkan keharmonis-an, saling pengertian, saling menghormati, saling percayadi antara umat beragama. Salah satu faktor terjadinyakerukunan antar umat beragama di Desa Pangelak adalahmelalui media dakwah atau ceramah yang menekankanpada pentingnya toleransi.

Dalam konteks ini, isi ceramah selalu mengajak kepadamasyarakat betapa pentingnya menjaga kerukunan. Masing-masing kelompok umat beragama hendaknya salingmenghormati dan menghargai keyakinan dan kepercayaanagama yang berbeda dengan agama yang dipeluknya.Penghormatan dan penghargaan terhadap kepercayaanagama lain merupakan salah satu asas atau fondasi bagiterciptanya kerukunan dan toleransi antar umat beragama.27

b. Pola pikir masyarakat

Pola berpikir masyarakat sekarang lebih maju dan tidakmengarah kekerasan. Masyarakat Pangelak sebenarnya

2 6 Parsudi Suparlan,. Interaksi Antar Etnik di Beberapa Propinsi di Indonesia, ( Jakarta:Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya, Direktorat Sejarah danNilai Tradisional, Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1989), h. 4.

2 7 H. Faisal Ismail, Pijar-pijar Islam Pergumulan Kultur dan Struktur, (Yogyakarta:LESFI, 2003), h. 227.

Page 218: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

194

semakin dewasa dalam menanggapi isu-isu atau provokasi-provokasi. Mereka tidak lagi mudah disulut dan diadu-domba serta dimanfaatkan, baik oleh pribadi maupunkelompok demi target dan tujuan politik tertentu.

Pola pikir yang terbangun tidak lepas dari kesadarandiri. Kesadaran diri merupakan dari hasil proses motivasi,pilihan dan kepribadian yang berpengaruh terhadappenilaian, keputusan, dan interaksi dengan orang lain.Kesadaran beragama meliputi rasa keagamaan, pengalamanke-Tuhanan, keimanan, sikap dan tingkah laku keagamaan,yang terorganisasi dalam sistem mental dari kepribadian.

c. Keberadaan Forum Kerukunan Antar Umat Beragama(FKUB)

Keberadaan FKUB merupakan sarana yang tepatuntuk menjaga iklim yang kondusif di masyarakatmajemuk. Dengan kehadiran organisasi tersebut setidaknyadapat menjaga dialog antar umat beragama. Dialog berartipercakapan, dan dialogis diartikan sebagai sikap terbukadan komunikatif. Jess Stein menyatakan bahwa dialogadalah: conversation between two or more persons or betweencharacters in a novel, drama, etc…an exchange of idea…witha view of reaching an amicable agreement. Dengan demikian,dialog antar umat beragama dimaksudkan sebagaikomunikasi dan sikap terbuka yang dilakukan antar umatberagama. Melalui dialog, masyarakat bisa meningkatkankerjasama, saling pengertian, toleransi, dan salingmenghormati. Bila dialog antar umat beragama tidakdilakukan, maka bisa terjadi saling tidak kenal, usaha tidak

Page 219: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

195

terkoordinasi, salah faham, atau bahkan saling iri hati, jor-joran, konflik dan perlawanan, saling berebut pengikut, danjuga penyiksaan agama.28

Dialog antar umat beragama bukan berarti berdiskusimencari bentuk agama baru atau dialog melting pot, yaknipembauran agama. Dialog di sini dimaksudkan agartercapai kerukunan dan keharmonisan hubungan antarumat beragama dengan tetap menghormati perbedaan danidentitas agama masing-masing serta menerapkan prinsipagree in disagreement. Dialog merupakan kegiatan yangwajar saja. Ia bukan suatu perkara yang luar biasa atau ekstra,karena memang tidak ada kesulitan bagi umat beragamauntuk melaksanakan suatu dialog.

Model dialog antar umat beragama itu sendiribermacam-macam. A. Mukti Ali membagi bentuk-bentukdialog menjadi empat macam, yaitu: pertama, dialogkehidupan, di mana rakyat dari berbagai macam agamasaling berinteraksi dalam memenuhi kebutuhan hidupnyamasing-masing. Dialog semacam ini berjalan secara alamidi tengah masyarakat. Salah satu sebab mengapa dialogkehidupan ini dapat berjalan lancar adalah karenainteraksinya tidak menyinggung persoalan ideologimaupun keimanan antar kelompok, melainkan demikepentingan sosial, ekonomi, budaya, pendidikan,keamanan dan lainnya. Contoh dialog ini adalah kegiatansosial bersama yang digerakkan oleh RT atau RW.

2 8 Abd Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.322.

Page 220: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

196

Umumnya, orang yang tidak aktif dalam kegiatan-kegiatansosial tersebut akan memperoleh sanksi sosial di antaranyaadalah dikucilkan dalam pergaulan sehari-hari. Banyakwarga yang menjadikan kegiatan tersebut sebagai mediauntuk Srawung dan guyub antar warga. Dalam kegiatanini mereka tidak pernah membedakan antara kaummuslimin maupun non-muslim.

Kegiatan-kegiatan yang biasanya mengiringi perte-muan antarwarga antara lain adalah arisan, simpan pinjam,iuran kebersihan (sampah), dan penghimpunan dana sosial.Selain itu, kegiatan kerja bakti atau gotong royong, siskam-ling, peringatan hari kemerdekaan RI, menjenguk orangsakit, kematian atau melahirkan, hajatan, selamatan, pestaulang tahun dan pernikahan, dan pemberian ucapanselamat hari raya juga menandakan adanya kerukunan antarumat beragama melalui dialog kehidupan ini. Meskipundemikian, dialog jenis ini masih perlu ditingkatkan agarlebih berdampak positif bagi pembinaan kerukunan antarumat beragama.29

Kedua, dialog kerjasama dalam hal kegiatan sosial, dimana rakyat dalam berbagai agama melakukan kerjasamadalam rangka pembangunan nasional. Misalnya membe-rantas kemiskinan, kebodohan, membantu kurban bencanaalam, dan lain sebagainya. Dialog bentuk ini oleh TarmiziTaher disebut sebagai dialog aksi, yaitu dialog kerjasamadalam kegiatan sosial atau melakukan program aksipengembangan masyarakat. Dialog aksi bertolak dari

2 9 Ibid, h. 323-324.

Page 221: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

197

komitmen yang sama, yaitu komitmen kemanusiaan dankemasyarakatan. Dialog aksi memiliki implikasi ganda,yaitu latihan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuanbangsa sambil ikut memecahkan masalah bangsa itusendiri.

Ketiga, dialog intermonastik, di mana para pemimpinagama selama masa tertentu tinggal di lingkungan penga-nut agama lain. Umpamanya, pemimpin agama Hinduuntuk satu minggu lamanya tinggal di Biara Budhisme,pemimpin Kristen untuk satu minggu lamanya tinggal dipondok pesantren, dan seterusnya. Dengan cara demikian,diharapkan timbul saling pengertian yang mendalam,saling menghargai, dan kerjasama dalam berbagai bidangdapat diadakan.

Keempat, dialog kologium-teologis, di mana ahli-ahliagama tukar-menukar informasi tentang ajaran agamamasing-masing. Dalam berbagai dialog internasional, dia-log semacam ini sering kali diadakan. Tetapi harus diingat,bahwa hal itu mungkin dilakukan hanya oleh para ahliagama dan bukan orang awam. 30 Azyumardi Azra menje-laskan bahwa perlunya pengembangan dan akselarasi dia-log antar umat beragama dengan melibatkan lebih banyakdari tokoh-tokoh agama.31

Tidak jauh berbeda dengan pentingnya dialog dalammenjaga kerukunan antar umat beragama, Terdapat 3 poin

3 0 Ibid, h. 3223 1 Azyumardi Azra, Malam Seribu Bulan; Renungan 30 Hari Ramdhan, ( Jakarta:

Erlangga, 2005), h. 62

Page 222: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

198

penting dalam menjaga hubungan antar agama yangdikemukakan oleh Mukti Ali, yaitu:

a) Pembentukan persatuan agama-agama, dengankepentingan utamanya adalah untuk mendapatkankeadilan, perdamaian dan lingkungan yang dapatmeningkatkan kehidupan,

b) Memperkuat dimensi transendensi dalam kehidupanyang immanent

c) Peningkatan disiplin moral32

d. Adanya kegiatan-kegiatan positif di masyarakat

Hubungan antara muslim dengan penganut agamalain tidak dilarang oleh syariat Islam, kecuali bekerjasamadalam persoalan aqidah dan ibadah. Kedua persoalantersebut merupakan hak intern umat Islam yang tidak bolehdicampuri pihak lain, tetapi aspek sosial kemasyarakatandapat bersatu dalam kerjasama yang baik. Kerjasama antarumat beragama merupakan bagian dari hubungan sosialantar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam.Hubungan dan kerjasama dalam bidang-bidang ekonomi,politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkansepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan.

e. Budaya atau tradisi gotong royong

Manusia sebagai makhluk sosial diciptakan Tuhanuntuk saling membutuhkan satu sama lain. Setiap insan

3 2 Mukti Ali, Agama, “Moralitas dan Perkembangan Kontemporer,” Dalam Mukti Ali,dkk: Agama dalam Pergumulan Masyarakat Kontemporer, (Yogyakarta: PT TiaraWacana, 1998), h. 17.

Page 223: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

199

pada dasarnya tidak dapat hidup sendiri, melainkan selaluterdapat interaksi sosial dengan sesamanya dan salingmembutuhkan satu sama lain dalam setiap aspek kehidup-an. Oleh sebab itu, di dalam kehidupan masyarakat diperlu-kan adanya kerjasama dan sikap gotong royong dalammenyelesaikan pelbagai problema yang melanda.

Satu tradisi yang ada di kalangan masyarakat Pangelakadalah gotong royong, baik gotong royong yang menyangkutkepentingan individual (perorangan) maupun kepentinganbersama. Goton groyong, sebagaimana telah disinggung padabagian depan, adalah nilai-budaya. Sebagai suatu sistem nilai,ia bersifat abstrak. Gotong-royong baru dapat diamatimanakala telah berwujud aktivitas (system social). Di sini dapatdilihat bagaimana masyarakat Pangelak bekerja bersama-sama dalam mewujudkan kepentingan bersama.

Gotong-royong sangat erat kaitannya dengan kehidup-an masyarakat, khususnya petani. Gotong royong diartikansebagai suatu sistem pengerahan tenaga. Berdasarkan sifat-nya, gotong royong dapat dikategorikan menjadi dua, yaknigotong royong tolong-menolong dan gotong royong kerjabakti.33

2. Faktor Penghambat (Negatif)

a. Letak pusat kegiatan keagamaan

Letak tempat ibadah yang jauh dari pemukiman wargamuslim salah satu faktor yang membuat kurang ramainya

3 3 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, ( Jakarta: Gramedia,1985), h. 14.

Page 224: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

200

kegiatan keagaman di Desa Pangelak. Masjid dan langgar yangterletak di tengah-tengah tempat tinggal warga yangpenduduknya mayoritas non-Islam, sementara tempat tinggalwarga muslim kebanyakan agak jauh dari mesjid dan langgartersebut, sehingga sedikit terkendala untuk menyemarakkankegiatan keagamaan di kedua tempat ibadah tersebut.

Keberadaan tempat ibadah seperti yang diuraikan diatas mengakibatkan minat masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan keagaman jadi minim. Hal tersebut tidak laindisebabkan oleh jauhnya jarak tempuh antara pemukimanmasyarakat dengan tempat ibadah. Sehingga tak heran jikakemudian, masjid ataupun langgar hampir sepi dari hirukpikuk aktivitas ibadah.

b. Minat warga terhadap kegiatan keagamaan

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, walaupun tingkattoleransi yang tinggi pada masyarakat Pangelak dalammenghargai dan menghormati agama lain, belumberbanding lurus dengan minat warga terhadap kegiatankeagamaan, hal ini berkaitan dengan kesadaran beragama.

Ghazali mengemukakan dari sisi teoritis nilai-nilaiesensial dan universal agama secara moral harus mendasaritindakan manusia dalam beragama. Nilai esensial tindakanmanusia beragama akan muncul jika memiliki kesadaranberagama. Setiap manusia tidak mungkin melakukantindakan-tindakan keagamaan tanpa didasari oleh adanyakesadaran untuk melakukan tindakan-tindakan agama.Kesadaran beragama muncul dari pengetahuan, pengalaman,

Page 225: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

201

dan kebiasaan-kebiasaan melakukan introspeksi, re-evaluasi,dan relevansi tindakan-tindakan keagamaan denganlingkungan sekitarnya, yang menjadi tuntutan kita bukanlahsekedar pengetahuan agama, tetapi jauh dari itu adalahmenanamkan kesadaran beragama. Sebab kesadaran beragamamenjadi nilai yang hakiki dari kemanusiaan yang universal.34

c. Lingkungan pergaulan

Lingkungan pergaulan adalah tempat, daerah ataukawasan dimana seseorang itu bergaul atau berbaur denganorang lain sehingga di dalamnya terjadi interaksi sosial yangakan mempengaruhi pribadi seseorang baik secaralangsung maupun tidak langsung. Di samping itu banyakwarga bergaul dengan teman beda agama dan terlalu asyikberbincang sehinga melupakan kewajiban pokok sepertishalat. Selain itu, terjadinya pernikahan beda agama karenakurangnya pemahaman anak remaja akan hukum bergauldengan selain agamanya. Hal ini tentunya sangat memba-hayakan bagi perkembangan keberagamaan seorangremaja.

Dalam pandangan psikologi agama, anak remajasebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidaktermasuk golongan anak-anak, tetapi ia tidak pula termasukgolongan orang dewasa atau orang tua. Remaja ada di antaraanak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampuuntuk menguasai fungsi fisik maupun psikisnya.35

3 4 M. Adeng Ghazali, Ilmu Studi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 15.3 5 F. J. Monks, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

1999), h. 259.

Page 226: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

202

Setelah mengetahui faktor-faktor dan unsur-unsuryang mempengaruhi sikap remaja terhadap agama, makadapatlah sikap tersebut dibagi sebagai berikut:

1) Percaya turut-turutan

Kebanyakan remaja percaya kepada Tuhan danmenjalankan ajaran agama hanya karena lingkungannyayang beragama, maka mereka ikut percaya danmelaksanakan ibadah dan ajaran-ajaran agama, sekedardengan suasana lingkungan di mana ia hidup. Percayaseperti inilah yang disebut dengan percaya turut-turutan. Mereka seolah-olah apatis, tidak ada perhatianuntuk meningkatkan agama, dan tidak mau aktif dalamkegiatan-kegiatan agama.

2) Percaya dengan kesadaran

Telah dijelaskan bahwa masa remaja adalah masadi mana perubahan dan kegoncangan terjadi di segalabidang, yang dimulai dengan perubahan jasmani yangsangat cepat, jauh dari kesinambungan dan keserasian.Setelah kegoncangan remaja pertama ini agak reda, yaitupada usia kira-kira 16 tahun di mana pertumbuhanjasmani hampir selesai, kecerdasan juga sudah dapatberfikir lebih matang dan pengetahuan pun telahbertambah. Kesadaran agama atau semangat agamapada masa remaja itu, mulai dengan cenderungnyaremaja kepada meninjau dan meneliti kembali caranyaberagama di masa kecil dulu. Biasanya semangat agamaitu tidak terjadi sebelum umur 17 atau 18 tahun,semangat agama itu mempunyai 2 bentuk, yaitu:

Page 227: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

203

a) Percaya, tapi agak ragu-ragu (bimbang);

Kebimbangan remaja terhadap agama itu ber-beda antara satu dengan lainnya, sesuai dengankepribadiannya masing-masing. Ada yang menga-lami kebimbangan ringan, yang dengan cepat dapatdiatasi dan ada yang sangat berat sampai padaperubahan agama. Kebimbangan dan kegoncangankeyakinan yang terjadi sesudah perkembangankecerdasan selesai.

b) Tidak percaya sama sekali, atau cenderung kepadaatheis

Salah satu perkembangan yang mungkin terjadipada akhir masa remaja adalah mengingkari wujudTuhan sama sekali dan menggantinya dengankeyakinan lain. Atau hanya tidak mempercayaiadanya Tuhan saja secara mutlak. Ketidak percayaanyang sungguh-sungguh itu tidak terjadi sebelumumur 20 tahun. 36

Banyak cara dalam mendidik remaja, namun berhasiltidaknya sangat dipengaruhi oleh pemilihan metodenya.Perkembangan jiwa agama yang benar pada remajamenjadikan remaja tersebut siap menghadapi masadepannya dengan penuh iman, sedangkan perkembanganjiwa agama yang salah akan berakibat fatal bagi dirinya danbahkan orang lain.

3 6 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta: Bulan Bintang,1970), h. 91.

Page 228: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

204

Untuk lebih jelasnya tentang faktor-faktor yangmempengaruhi penciptaan iklim keberagamaan Islam diDesa Pangelak, dapat dilihat pada matrik berikut.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penciptaan IklimKeberagamaan Islam di Tengah Masyarakat Multikultural

Di Desa Pangelak

a. Faktor Pendukung

Page 229: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

205

b. Faktor Penghambat

Dari matrik tersebut dapat diketahui bahwa ada beberapafaktor-faktor yang mempengaruhi penciptaan iklimkeberagamaan Islam di tengah masyarakat multikultural diDesa Pangelak, ada faktor pendukung (positif ) dan faktorpenghambat (negatif ), yang mana faktor positif lebih banyakdan lebih berpengaruh daripada faktor negatif. Dengandemikian iklim keberagamaan Islam di Desa Pangelakkondusif.

Page 230: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

206

Page 231: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

207

Bab VIPENUTUP

A. Simpulan

Iklim keberagamaan Islam di tengah masyarakatmultikultural di Desa Pangelak Kabupaten Tabalong, dapatdisimpulkan sebagai berikut.

1. Iklim keberagamaan di Desa Pangelak seperti yang tergambardalam paparan data dan matrik menujukkan bahwa suasanakeberagamaan Islam di Desa Pangelak adalah kondusif, yangberwujud dalam bentuk toleransi beragama, mencakupmembantu dalam kegiatan keagamaan, seperti kematian danPHBA, toleransi dalam hal beragama mencakup tidakadanya pemaksaan terhadap agama lain, tidak menggangguagama lain, dan kegiatan keagamaan tidak menggangguketenangan orang lain. Wujud lainnya adalah adanya tolongmenolong dalam hal perkawinan, tolong menolong dalamkegiatan manugal, kebersamaan dalam kegiatan arisanyasinan dan kebersamaan dalam kegiatan MTQ. Terciptanyasuasana kondusif di Desa Pangelak tidak terlepas daripemahaman masyarakat terhadap agama serta tradisi yang

Page 232: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

208

turun temurun, seperti gotong royong, dan ditunjang dengankegiatan-kegiatan sosial. Dengan demikian keakrabanmasyarakat selalu terjaga melalui bentuk kerjasama atauinteraksi yang dibangun.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penciptaan iklimkeberagamaan Islam di tengah masyarakat multikultural diDesa Pangelak adalah: a) Faktor Pendukung; yang terdiri dariceramah yang berisi tentang kerukunan, pola pikir masyarakat,keberadaan Forum Kerukunan Antar Umat Beragama(FKUB), adanya kegiatan-kegiatan positif di masyarakat, danbudaya atau tradisi gotong royong. b) Faktor Penghambat, yangterdiri dari letak pusat kegiatan keagamaan, minat wargaterhadap kegiatan keagamaan, dan lingkungan pergaulan.

B. Saran-Saran

Untuk memaksimalkan hasil penelitian secara lebih opti-mal, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut.

1. Iklim keberagamaan di Desa Pangelak yang kondusif perluterus dipupuk agar selalu terjaga ketentraman dankedamaian di Desa Pangelak melalui kerjasama yang sudahterbangun dan pembinaan kesadaran beragama.

2. Kegiatan kegamaan Islam perlu digiatkan lagi agarmasyarakat lebih giat dan tertarik terhadap kegiatan-kegiatan keagamaan dan lebih memahami tentang ajaranagama Islam.

3. Perlunya dibangun tempat-tempat ibadah yang berdekatandengan lokasi pemukiman masyarakat muslim.

Page 233: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

209

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, dan Karim, M. Rusli, Metodologi PenelitianAgama, Suatu Pengantar, Yogyakarta: Mutiara Wacana,2004.

Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran, Psikologi Kenabian,(Yogyakarta: Al-Manar, 2008).

Al Bukhari, Imam Abdullah Muhammad bin Ismaili, ShahihBukhari ( Juz VIII), diterjemahkan oleh AchmadSunarto, dkk, Tarjamah Shahih Bukhari Jilid VIII,(Semarang: CV Asy Syifa, 1993).

Al Khotib, Asy-Syarbini, Al-Iqna’ fi Halli al Fazhi Abi Syuja’,II, (Surabaya: Haromain, t.t).

Al-Muhdhar, Yunus Ali, Toleransi Kaum Muslimin Dan SikapMusuh-musuhnya, (Surabaya: PT. Bungkul Indah,1994).

Al Qardhawy, Yusuf, Anatomi Masyarakat Islam,diterjemahkan oleh Setiawan Budi Utomo, ( Jakarta:Pustaka Al Kautsar, 1999).

Page 234: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

210

Al-Jaziri, Abd al-Rahman, al-Fiqh ‘Ala al-Madzahib al-Arba’ah, I, (Beirut: Daar al Kutub Al-Ilmiyyah, 1969).

Al-Zuhayli, Wahbah, Al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuhu,II,(Damaskus: Daar al-Fikr, 1996).

Ali, A. Mukti, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam,(Bandung: Mizan, 1996).

Ali, Muhammad, Teologi Pluralis-Multikultural; Menghargaikemajemukan, Menjalin Kebersamaan, ( Jakarta:Kompas, 2003).

Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, 2005).

Amidhan, H, Pluralitas Sebuah Keyataan, dalam NurcholishMadjid et. al. Kehampaan Spiritual Masyarakat Mod-ern Respon dan Transpormasi Nilai-Nilai Islam MenujuMasyarakat Madani, (( Jakarta: media Cita, 2001).

An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, VIII,( Jakarta:Pustaka Azzam,t.t).

Antonio, Muhammad Syafi’I, Muhammad SAW; The SuperLeader, Super Manager, ( Jakarta: ProLM Center, 2007).

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu PendekatanPraktis, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006).

As-Siba’I, Mustafa, Peradaban Islam Dulu, Kini Dan Esok,( Jakarta: Gema Insani Perss, 1992).

Assegaf, Abd. Rachman, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta:Rajawali Pers, 2011).

Page 235: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

211

Azra, Azyumardi, Eksplorasi Atas Isu-isu Kesetaraan danKemajemukan: Hubungan Antar Agama, Dalam BukuMemahami Hubungan Antar Agama, Cet. 1(Yogyakarta: Elsaq Press, 2007).

________, Malam Seribu Bulan; Renungan 30 Hari Ramdhan,( Jakarta: Erlangga, 2005)

Azzuhri, Muhandis, Konsep Multikulturalisme dan Pluralisdalam Pendidikan Agama (Upaya MenguniversalkanPendidikan Agama dalam Ranah Keindonesiaan), JurnalForum Tarbiyah Vol. 10, No. 1, Juni 2012, (Pekalongan:Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri).

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabalong, KabupatenTabalong Dalam Angka 2014, Tanjung:BPS KabupatenTabalong, 2014.

Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan,Kalimantan Selatan Dalam Angka 2013, Banjarmasin:BPS Kalimantan Selatan, 2013.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabalong, Kecamatan UpauDalam Angka 2014, Tanjung:BPS Kabupaten Tabalong,2014.

Badawi, Jamal A., Hubungan Antar Agama; Sebuah PerspektifIslam, dalam buku Memahami Hubungan Antar Agama,Cet. 1 (Yogyakarta: Elsaq Press, 2007).

Boisard, Marcel A, Humanisme Dalam Islam, (Terjemah: H.M. Rasjidi), ( Jakarta: Bulan Bintang, TT).

Page 236: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

212

Bungin, M. Burhan, Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma,dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat,( Jakarta: Prenada Media Group, 2009).

Charisma, Moh. Chazdiq, Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an.(Surabaya: Bina Ilmu. 1991).

Connelly, Peter, Approches to The Study of Religion,diterjemahkan oleh Imam Khairi dengan judul AnekaPendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: LkiS, 2009).

Darajat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta, BulanBintang,1970).

Daud, Alfani, Islam Dan Masyarakat Banjar; Deskripsi danAnalisa Kebudayaan Banjar ( Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 1997).

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta:Proyek Pengadaan Kitab Suci Al Qur’an Depag RI,1984.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa In-donesia, Jakarta: Balai pustaka, 2002.

Djaelani, Abdul Qadir, Mewujudkan Masyarakat Madani,(Surabaya: PT Bina Ilmu, 2007).

Fajri, Em Zul, & Senja, Ratu Aprilia, Kamus Lengkap BahasaIndonesia, Jakarta: Difa Publisher, 2008.

Gaus AF, Ahmad, Masyarakat Madani Warisan NabiMuhammad Saw, dalam Nurcholish Madjid et. al.Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern Respon dan

Page 237: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

213

Transpormasi Nilai-Nilai Islam Menuju MasyarakatMadani, ( Jakarta: media Cita, 2001).

Hick, John, Problem of Religious Pluralism. (London: TheMacmillan Press, 1985).

Hasan, Muhammad Tholhah, Islam Dalam Perspektif SosioKultural, Cet 3 ( Jakarta: Lantabora Press, 2005).

Helmanita, Karlina, Pluralisme dan Inklusivisme Islam Di In-donesia Arah Dialog Lintas Agama, ( Jakarta: PBB UIN,2003).

Hikam, Muhammad A.S, Islam, Demokratisasi danPemberdayaan Civil Society, ( Jakarta: Erlangga, 2000).

Ichtiyanto, Masyarakat Majemuk dan Kerukunan HidupBeragama dalam Meretas Wawasan & PraksisKerukunan Umat Beragama di Indonesia. ( Jakarta:Badan Litbang dan Diklat Keagamaan PuslitbangKehidupan Beragama Depag RI, 2005).

Ismail, H. Faisal, Pijar-pijar Islam Pergumulan Kultur danStruktur, (Yogyakarta: LESFI, 2003).

Isre, Moh. Sholeh (Editor), Konflik Etno Religius IndonesiaKontemporer, ( Jakarta: Departemen Agama RI BadanLItbang Agama dan Diklat Keagamaan PuslitbangKehidupan Beragama, 2003).

Kamali, Mohammad Hashim, Kebebasan Berpendapat dalamIslam, di terjemah oleh Eva Y Nukman dan FathiyahBasri, (Bandung: Penerbit Mizan, 1996).

Page 238: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

214

Kettani, M. Ali, Minoritas Muslim Di Dunia Dewasa Ini,Penerjemah Zarkowi Soejoeti, ed 1 ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005).

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi; Pokok-pokokEtnografi II, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005).

_______, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan ( Jakarta:Gramedia, 1985).

Masduqi, Irwan, Berislam Secara Toleran: Teologi KerukunanUmat Beragama, cet 1, (Bandung: PT Mizan Pustaka,2011).

Miles, Matthew B and Huberman, A Michael, Analisis DataKualitatif; Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru,Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI Press1992.

Mahfud, Choirul, Pendidikan Multikultural, Cet1 (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2006).

Mudzar, M. Atho, Merajut Kerukunan Umat BeragamaMelalui Dialog pengembangan Wawasan Multikultural,Cet 2 ( Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama, BadanLitbang Agama dan Diklat Keagamaan DepartemenAgama RI, 2008).

________, Pluralisme, Pandangan Ideologis, dan Konflik SosialBernuansa Agama, dalam buku Konflik Etno ReligiusIndonesia Kontemporer, editor Moh. Soleh Isre, ( Jakarta:Depag RI Badan Litbang Agama dan Diklatkeagamaan, Puslitbang Kehidupan beragama, Bagian

Page 239: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

215

proyek peningkatan pengkajian kerukunan HidupUmat Beragama, 2003).

Muhaimin, Dalam Rekonstruksi Pendidikan Islam; dariParadigma Pengembangan Manajemen Kelembagaan,Kurikulum Hingga Strategi Pembelajaran, ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2009).

_________, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Is-lam, Di sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi,( Jakarta: PT. rajaGrafindo Persada, 2009).

Naim, Ngainun, dan Sauqi, Achmad, Pendidikan Multikultural:Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media,2011).

Nasikun. Sistem Sosial Indonesia. ( Jakarta: Rajawali Press,1989)

Nata, Abuddin, Sosiologi Pendidikan Islam, ( Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014)

Nasution, M. Yunan, Islam Dan Problema-ProblemaKemasyarakatan, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1988).

Nurdin, Ali, Qur’anic Society; Menelusuri Konsep MasyarakatIdeal Dalam Al-Qur’an, ( Jakarta: Erlangga, 2006).

Pulungan, J. Suyuthi, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalamPiagam Madinah Ditinjau dari Pandangan Al-Qur’an,( Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996).

Qadir, Zuly, Gerakan Sosial Islam; Manifesto Kaum Beriman,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009).

Page 240: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

216

Rahardjo, M. Dawam, fanatisme dan Toleransi, pengantardalam buku Berislam Secara Toleran; Teologi KerukunanUmat Beragama, karya Irwan Masduqi, cet 1 ( Jakarta:Mizan, 2011).

Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam, ( Jakarta: Attahiriyah, 1955).

Ratna, Nyoman Kutha, Metodologi penelitian; kajian Budayadan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya, Cet 1(Yogyakarta: pustaka Pelajar, 2010).

Republik Indonesia, Peraturan Bersama Menteri Agama danMenteri Dalam Negeri Nomor: 9 Tahun 2006, Nomor:8 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan TugasKepala Daerah/Wakil Kepala Daerah DalamPemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama,Dan Pendirian Rumah Ibadat.

Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan,1992).

Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002).

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Cet 11( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001).

Sufyanto, Masyarakat Tamaddun; Kritik HermeneutisMasyarakat Madani Nurcholish Madjid, Cet. 1(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001).

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cet 4 (BandungAlfabeta, 2008).

Page 241: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

217

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan,Cet 2 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006).

Suparlan, Parsudi, Interaksi Antar Etnik di Beberapa Propinsidi Indonesia, ( Jakarta: Proyek Inventarisasi danPembinaan Nilai-Nilai Budaya, Direktorat Sejarah danNilai Tradisional, Dirjen Kebudayaan Depdikbud,1989.

Suseno, Franz Magniz, Memahami Hubungan Antar Agamadi Indonesia, dalam buku Memahami Hubungan AntarAgama, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2007).

Taylor, Shelley E., Peplau, Letitia Anne and Sears, David O,Social Psychology, 12TH Edition, dialihbahasakan olehTri Wibowo B.S, Jakarta: Prenada Media group, 2009.

Upe, Ambo, Eksistensi Nilai Tolong-Menolong PadaMasyarakat Bugis Kajian atas Assitulung-TulungéngPada Prosesi Pernikahan, Jurnal Sumber Daya InsaniUniversitas Muhammadiyah Kendari, edisi Juli No.20 (2011).

Yasin, Sulchan, Kamus Bahasa Indonesia (Surabaya:Amanah,1997).

Yusuf, Choirul Fuad, Pendidikan Agama berwawasanKerukunan, ( Jakarta: Pena Citasatria, 2008).

Page 242: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

218

Page 243: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

219

Banjarmasin, 9 April 2015Lamp : 4 ( empat ) Naskah tesis dan Kelengkapan TesisHal : Permohonan Munaqasah Tesis

Kepada Yth.Direktur Pascasarjana IAIN Antasari

Di_Banjarmasin

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama/Gelar Sarjan S1 : Ida Norlena, S. AgTempat/Tanggal lahir : Haruai, 20 September 1977NIM : 13.0252.1128Prodi : Pendidikan Agama IslamLulusan S1/Fakultas : Pendidikan Agama Islam/TarbiyahPekerjaan : Guru MTsN HaruaiAlamat : Desa Halong RT 1 Kecamatan

Haruai Kabupaten TabalongNo. Telp/HP : +62815349997292

Sehubungan telah selesainya revisi penggarapan/penulisan tesis saya yang berjudul: “Iklim Keberagamaan Is-lam di Tengah Masyarakat Multikultural di Desa PangelakKabupaten Tabalong”

LAMPIRAN

Page 244: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

220

Dengan Dosen pembimbing sebagai berikut:

1. Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, MA(Pembimbing I)

2. Drs. H. Ahdi Makmur, M.Ag, Ph.D(Pembimbing II)

Maka dengan ini saya mohon dijadwalkan MunaqasahTesis dimaksud dengan waktu yang tidak terlalu lama.

Demikian disampaikan, atas perhatian dan perkenanbapak diucapkan terima kasih.

W a s s a l a mPemohon,

Ida NorlenaNIM. 1302521128

Mengetahui:

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, MA

Pembimbing II,

Drs. H. Ahdi Makmur, M.Ag, Ph.D

Page 245: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

221

TERJEMAHAN AL-QUR’AN

Page 246: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

222

Page 247: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

223

Page 248: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

224

Page 249: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Ida Norlena

225

DAFTARRIWAYAT HIDUP

Ida Norlena dilahirkan pada hari Selasa bertepatan tanggal20 September tahun 1977 di Haruai, Kecamatan HaruaiKabupaten Tabalong Kalimantan Selatan. Beragama Islam danberkebangsaan Indonesia. Beralamat di Pasar Lama HaruaiRT 1 No 16 Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong. Anakkeenam dari enam bersaudara dari ayah bernama H. Mugeniseorang petani dan ibu Hj. Nor Ainah seorang ibu rumahtangga, juga beralamat di Pasar Lama Haruai RT 1 No 16Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong.

Pendidikan Dasar dan Menengah ditempuh di tempatkelahiran yaitu di Haruai. Bersekolah di SDN Nawin Hilir 1Haruai tamat tahun 1990. Melanjutkan ke MadrasahTsanawiyah Sabilul Huda Haruai tamat tahun 1993.Madrasah Aliyah Sabilul Huda Haruai tamat tahun 1996.Selanjutnya meneruskan ke perguruan tinggi yaitu di IAINAntasari Banjarmasin Fakultas Tarbiyah jurusan PendidikanAgama Islam (PAI) tamat tahun 2001.

Page 250: idr.uin-antasari.ac.id · Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural ii IKLIM KEBERAGAMAAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Iklim Keberagamaan Islam Di Tengah Masyarakat Multikultural

226

Tahun 2002 menjadi Guru Tidak tetap di MadrasahTsanawiyah Negeri Haruai dan guru honorer di SMAN 1Haruai. Tahun 2003 menjadi guru kontrak di MadrasahTsanawiyah Negeri Haruai. Tahun 2004 mengikuti tes CPNS,lulus dan kembali ditempatkan di Madrasah TsanawiyahNegeri Haruai sejak tahun 2005 hingga saat ini.

Karya ilmiah yang pernah ditulis adalah skripsi yangberjudul “Sikap Dan Perilaku Siswa Terhadap PenerapanMetode Hapalan Pada Mata Pelajaran Qur’an Hadist PadaMadrasah Aliyah Negeri Haruai Kabupaten Tabalong”.

Banjarmasin, 9 April 2015

Penulis,

Ida Norlena