How to Be a Leader

35
BAB I PENDAHULUAN Ide untuk mengangkat kepemimpinan sebagai bahan kajian berawal dari keingintahuan manusia tentang pemimpin. Ada dua pendapat tentang seorang pemimpin. Pendapat pertama mempercayai bahwa pemimpin memiliki bakat untuk memimpin berdasarkan keturunan atau sifat herediternya yang disebut dengan Trait Approach. Pendapat yang lain mengatakan bahwa sifat kepemimpinan itu bisa dipelajari, tidak berbeda dengan mempelajari suatu ilmu. Pendapat ini meyakini bahwa pemimpin dapat dibentuk dan diajarkan yang disebut dengan Style Approach (Lensufiie, 2010). Muncul pertanyaan: Bagaimana Sang Pencipta mempersiapkan setiap manusia yang terlahir di dunia ini agar memiliki kemampuan menjadi seorang pemimpin. Jawaban dari pertanyaan itu adalah dengan menciptakan natur kepemimpinan pada tahun pertama kehidupan manusia. Berikut ini adalah tahapan dari pembentukan 1

description

How to Be a Leader

Transcript of How to Be a Leader

BAB IPENDAHULUAN

Ide untuk mengangkat kepemimpinan sebagai bahan kajian berawal dari keingintahuan manusia tentang pemimpin. Ada dua pendapat tentang seorang pemimpin. Pendapat pertama mempercayai bahwa pemimpin memiliki bakat untuk memimpin berdasarkan keturunan atau sifat herediternya yang disebut dengan Trait Approach. Pendapat yang lain mengatakan bahwa sifat kepemimpinan itu bisa dipelajari, tidak berbeda dengan mempelajari suatu ilmu. Pendapat ini meyakini bahwa pemimpin dapat dibentuk dan diajarkan yang disebut dengan Style Approach (Lensufiie, 2010).Muncul pertanyaan: Bagaimana Sang Pencipta mempersiapkan setiap manusia yang terlahir di dunia ini agar memiliki kemampuan menjadi seorang pemimpin. Jawaban dari pertanyaan itu adalah dengan menciptakan natur kepemimpinan pada tahun pertama kehidupan manusia. Berikut ini adalah tahapan dari pembentukan sifat kepemimpinan dalam awal kehidupan manusia (Lensufiie, 2010):

1. Tahap PertamaSeorang manusia terbentuk dari pembuahan sel telur oleh sperma. Sel sperma yang pertama kali berhasil mencapai sel telur dan membuahi sel telur yang sehat akan membuahkan embrio, cikal bakal seorang manusia. Sejak pembuahan, manusia memang sudah memiliki bakat untuk menjadi pemimpin atau menjadi yang pertama.

2. Tahap Kedua

Sel telur yang sudah dibuahi akan berubah menjadi zygote, yang tumbuh menjadi embrio dan terbentuk sempurna menjadi janin. Sebelum dilahirkan, bayi berada dalam tempat yang paling nyaman, aman, dan hangat di rahim sang ibu. Ia juga mendapatkan sari makanan yang terbaik melalui plasenta sampai pembentukan tubuhnya sempurna. Bayi menangis saat dikeluarkan dari zona nyamannya ke dunia asing, dingin, dan tidak steril. Melalui pengalaman pertama yang mengejutkan ini, manusia sudah dilatih untuk menjadi seorang pemimpin, yaitu tahan menghadapi perubahan yang sangat ekstrem sejak ia dilahirkan.3. Tahap Ketiga

Tahap selanjutnya dari latihan menjadi seorang pemimpin adalah pembentukan rasa percaya diri. Dimata manusia yang normal, bayi terlihat lucu, chubby, dan tidak berdaya. Bayi memiliki aroma yang khas dan wangi. Suatu mode survival yang sangat unik. Dengan penampilan yang menggemaskan itu, bayi belajar menerima kenyataan bahwa dirinya disukai oleh orang dan lingkungannya. Bayi menjadi percaya bahwa dirinya memiliki hak untuk hidup. Seorang pemimpin secara naluriah belajar untuk disukai oleh sesamanya, ia tahu bagaimana cara bersikap dan membawa dirinya, serta sadar bahwa dirinya berharga.

4. Tahap Terakhir

Ditahap terakhir, pada tahun pertama kehidupannya, bayi tumbuh dan bergerak. Bayi belajar mengangkat leher, tengkurap, merangkak, dan berjalan. Saat belajar berjalan, berkali-kali ia terjatuh, merasa sakit, namun bayi tetap belajar hingga bisa berjalan dengan baik. Seorang pemimpin telah dilatih untuk menyadari bahwa dalam mencapai keberhasilan yang diinginkan, mungkin ia akan gagal berkali-kali. Meski kegagalan itu menyakitkan, namun hal itu akan berakhir dengan keberhasilan yang menyenangkan apabila dilakukan dengan benar.Intinya, tahun pertama dalam kehidupan manusia, manusia sudah belajar untuk menjadi seorang pemimpin, yaitu: berhasil menjadi yang pertama, cepat menyesuaikan diri setelah meninggalkan comfort zone-nya, belajar percaya diri dan yakin bahwa dirinya berharga, serta berani membayar harga untuk merealisasikan nilai yang ia yakini atau inginkan. Kemudian Howard Gardner memperkenalkan 7 tipe kecerdasan manusia, yaitu (Gardner, Tanpa Tahun):1. Kecerdasan Linguistik. Merupakan kecerdasan berbahasa. Manusia dengan bakat ini mampu mengolah kata-kata dengan baik. Contohnya adalah jurnalis, ahli orasi, ahli pidato, dan penulis.

2. Kecerdasan Logika Matematis. Merupakan bakat yang dimiliki seseorang untuk mengolah angka, berhitung, serta memiliki logika matematika yang baik.

3. Kecerdasan Musikal. Merupakan bakat yang dimiliki seseorang yang berkaitan dengan musik, antara lain kemampuan mengingat nada dan memadukan bunyi-bunyian menjadi suatu kreasi musik yang harmonis.

4. Kecerdasan Kinestetik Tubuh. Merupakan bakat yang dimiliki seseorang yang berkaitan dengan kemampuan dalam menguasai tubuh. Misalnya gerak tari, olahraga, atau seni bela diri.

5. Kecerdasan Visual Spatial. Kecerdasan ini dimiliki oleh orang-orang yang bisa membayangkan bentuk ruang serta membuat harmonisasi di alam pikirannya dan mewujudkannya dalam bentuk nyata. Contoh adalah arsitek.6. Kecerdasan Interpersonal. Kemampuan yang dimiliki oleh orang untuk mempengaruhi orang lain, mendengarkan dengan empati, serta kemampuan meyakinkan dan menyemangati orang lain.

7. Kecerdasan Intrapersonal. Kemampuan manusia untuk merenungkan arti kehidupan, arti kebijaksanaan, serta kemampuan untuk membuat analisis sosial, dan berpikir filosofis. Orang dengan bakat ini akan mampu mendengarkan dan memberi nasehat pada orang lain.

Dalam perkembangannya, Gardner memperkenalkan lagi tiga tipe kecerdasan manusia, yaitu (Gardner, Tanpa Tahun):

1. Kecerdasan Naturalis. Kepekaan yang dimiliki oleh orang terhadap alam, tumbuhan, hewan, dan fenomena alam lain.

2. Kecerdasan Spiritual. Kemampuan manusia dalam menerjemahkan agama dan kepercayaannya ke dalam kehidupannya. Orang jenis ini memiliki kedekatan dengan Sang Pencipta, sesuai dengan iman dan kepercayaan yang dianutnya.

3. Kecerdasan Moral. Merupakan kemampuan manusia untuk menjalani kehidupan yang baik sesuai dengan moral yang diyakininya. Orang-orang yang memiliki kecerdasan moral memiliki kepekaan terhadap kultur dan budaya.Sehingga berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa didalam diri manusia sudah tertanam bakat untuk memimpin. Kata memimpin tidak selalu dihubungkan dengan memimpin orang lain. Memimpin merupakan suatu hal yang juga harus dilakukan setiap orang, tanpa harus menjadi seorang pemimpin yang memiliki kedudukan tertentu dalam suatu organisasi. Seorang yang tidak dapat memimpin diri sendiri berarti orang tersebut tidak mampu menguasai diri sendiri. BAB IIHOW TO BE A LEADERSetiap manusia diberi peluang yang sama, waktu yang sama, dan akal yang sama. Ketika ada seorang pemimpin besar, maka sangat mungkin manusia bisa menjadi pemimpin besar. Minimal menjadi pemimpin besar untuk lingkup sederhana yang bisa digapai seperti pemimpin untuk diri sendiri dan pemimpin dalam keluarga. Berikut adalah beberapa hal yang dapat membantu pembentukan mental model terkait dengan memimpin diri sendiri (Nusanti, Tanpa Tahun):

a) Discipline your mind. Jika dibiarkan tidak terkontrol, pikiran dapat mengembara kemana-mana,memikirkan segala macam hal. Jika hal ini terjadi maka pikiran dapatmempengaruhi keberhasilan seseorang, karena yang bersangkutan menjadi tidak fokus dalam berpikir. Pikiran yang liar akan berdampak pada pembentukan mental model yang liar juga. b) Get rid of lustful thinking. Seorang yang membiarkan pikirannya memikirkan kegagalan, sementara pada saat yang sama ia sedang melakukan berbagai cara agar pekerjaan yang dikerjakan dapat berhasil sesuai dengan yang diinginkan, maka sebenarnya ia sedang mempertentangkan antara keberhasilan yang sedang diusahakan dengan kegagalan yang ada di pikirannya. Dengan kata lain, ia membuka pintu dan membiarkan musuh (dalam hal ini kegagalan) memasuki wilayah keberhasilan yang sedang diperjuangkan. Get rid of lustful thinking juga dimaksudkan supaya jangan mengotori pikiran dengan hal-hal yang kotor, negatif, tidak sopan, atau yang tidak bermanfaat, yang akan berpengaruh pada perkataan, dan pada akhirnya tindakan.

c) Think a correct thinking and take the trash out. Mencegah supaya pikiran jangan dibiarkan memikirkan hal-hal yang negatif atau mengarah pada kegagalan belum cukup. Setelah dicegah, hal selanjutnya adalah mengisi dan mengarahkan pikiran dengan hal-hal yang bermanfaat, sedangkan hal-hal yang kotor (trash) dibuang. Jika hal-hal yang kotor tidak dibuang, maka pikiran akan penuh dan sulit untuk ditambah dengan hal-hal baru yang sebenarnya bermanfaat untuk kemajuan. Ada beberapa hal yang menyebabkan orang tidak dapat memimpin diri sendiri atau tidak dapat mengendalikan diri sendiri atau pikirannya. Beberapa di antaranya adalah seperti yang akan dijelaskan oleh Meyer (1995) dalam bukunya Battlefield of the Mind di bawah ini.

a. Selalu mengatakan: i cant help it (saya tidak mampu); im just addicted to grumbling, faultfinding, and complaining (saya memiliki kebiasaan menggerutu, menyalahkan orang lain, dan mengeluh). b. Ketidaksabaran. Hal ini sering terjadi karena di dalam diri seseorang tertanam suatu mental model kuat yang mengatakan bahwa tidak selayaknya saya menunggu..(sesuatu atau seseorang), saya berhak untuk mendapatkan segala sesuatu yang saya inginkan dengan segera. Jika mental model semacam ini terus menerus tertanam, maka yang bersangkutan cenderung akan memberontak dan tidak dapat mengendalikan diri pada saat ia harus menunggu. c. My behavior may be wrong, but its not my fault. Tidak mau bertanggungjawab atas tindakannya dan mencoba untuk mengalihkan perhatian dengan menyalahkan orang lain. Mental model semacam ini cenderung membawa seseorang pada suatu kehidupan yang sulit untuk diatur (wildness living). d. Self-pity. Self-pity merupakan suatu sikap yang cenderung mengasihi diri sendiri. Hal ini terjadi karena didukung oleh pikiran yang memusatkan hanya pada diri sendiri dan bukan orang lain. Orang dengan sikap semacam ini sulit untuk diajak maju, karena ia hidup di masa lampau, dan terjebak dalam perangkap masa lalu yang melukainya.e. I dont deserve Gods blessings because I am not worthy. Pandangan negatif tentang diri sendiri akan mempengaruhi seseorang dalam mencoba menjalani kehidupan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan setiap kali ada anugerah yang ditawarkan kepada orang tersebut, ia selalu merasa tidak layak. Akibat memiliki mental model yang selalu merasa tidak layak seperti di atas, ia kehilangan anugerah yang memang sudah dialokasikan untuknya.Pendekatan Style Approach adalah pendekatan yang mempercayai bahwa kepemimpinan adalah suatu hal yang dapat dipelajari. Pendekatan Style Approach menyamakan kepemimpinan sebagai suatu ilmu yang tidak berbeda dengan ilmu lain, sehingga kepemimpinan bisa dipelajari oleh siapa pun. Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri (Lensufiie, 2010).

Kajian kepemimpinan menunjukkan adanya beberapa faktor yang dapat menambah kemampuan kepemimpinan yang dimiliki seseorang. Semakin besar perhatian yang diberikan oleh orang-orang yang berkepentingan terhadap masalah ini maka akan semakin menambah peluang untuk mencetak seorang pemimpin (Lensufiie, 2010).Seorang pemimpin memegang peranan penting didalam sebuah struktur kepemimpinan. Pemimpin merupakan perekat dalam organisasi. Pemimpin harus berpikir holistis dan memegang kendali organisasi. Untuk menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah. Pada dasarnya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi seorang pemimpin. Namun demikian, setiap orang belum tentu layak untuk menjadi seorang pemimpin. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk bekal menjadi seorang pemimpin adalah sebagai berikut (Lensufiie, 2010):1. Visi. Pemimpin harus mempunyai visi sebagai penggerak sebuah organisasi atau komunitas yang dipimpinnya. Tujuan dari adanya visi adalah sebagai petunjuk kearah mana jalannya organisasi. Dalam membentuk visi, seorang pemimpin dapat menggali dari dirinya sendiri ataupun mendapat inspirasi dari luar dirinya. Seorang pemimpin yang visioner telah terlebih dahulu mengetahui apa yang menjadi kekuatan dan kelemahannya serta mengetahui apa yang harus dia kerjakan.

Sang pemimpin akan mampu menerjemahkan visi menjadi misi dan rencana kerja dalam bentuk yang lugas dan sederhana, sehingga visinya bukan lagi sesuatu yang masih diawang-awang. Dengan demikian visi tersebut dapat diraih dengan cara menyatukan sinergi kekuatannya beserta kekuatan para pengikutnya. Pemimpin yang baik mampu menjelaskan visinya kepada para pengikut, sehingga mereka mengetahui dengan pasti apa yang berada didalam benak pemimpin. 2. Spirit

Pemimpin haruslah memiliki semangat, daya dorong, atau energi yang besar untuk mencapai visinya. Sebuah visi akan berakhir jadi sebuah impian belaka tanpa energi untuk mencapainya. Kegagalan terjadi jika tidak ada cukup energi yang dapat digunakan untuk menggerakkan organisasi dalam mencapai visi. 3. KarakterSeorang pemimpin harus memiliki karakter yang melekat didalam kepribadiannya. Karakter merupakan sifat dasar dari seseoramg yang diakui oleh orang lain. Karakter seharusnya merupakan aku yang tersembunyi didalam kepribadian seseorang. Namun karakter dapat dirasakan oleh orang lain, sehingga karakter juga bisa menghasilkan pengakuan.

4. Integritas

Integritas adalah penyatuan diri seseorang dengan apa yang diyakininya baik untuk dilakukan secara menyeluruh. Seorang profesional yang menyukai pekerjaannya akan bekerja dengan baik bukan karena upah atau karena diawasi, namun karena ia berpikir ia dapat melakukan pekerjaan tersebut dengan baik. Seorang profesional yang larut dan menyatu dalam pekerjaannya berarti memiliki integritas dengan pekerjaannya. Ia akan merasa puas bila apa yang dikerjakannya dapat selesai sesuai dengan kemampuannya dan menyayangkan apabila hasil kerjanya kurang memuaskan. Contohnya integritas membuat seorang penari berusaha berlatih berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk mempersembahkan tarian terbaiknya. Seorang pemimpin yang memiliki integritas akan mampu meyakinkan pengikutnya tentang apa yang diyakininya baik, karena sebelumnya ia telah memiliki keyakinan itu.5. KapabilitasSeorang pemimpin tidak harus memiliki keahlian yang sesuai dengan bidang yang ia hadapi. Namun, seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang baik tentang apa yang akan dia hadapi. Pada prinsipnya, seorang pemimpin akan mampu meletakkan dirinya di dalam organisasi serta turut bekerja didalam organisasi sesuai dengan kemampuan yang ia miliki.

Seorang profesional mengetahui dengan benar apakah dirinya akan mampu atau tidak menjalankan tugas yang diberikan kepadanya. Seorang yang tidak profesional umumnya akan menerima tugas tersebut, namun kemudian mencari-cari orang yang mampu melakukannya, melakukan transaksi dengan orang tersebut, dan mengakui prestasi orang itu sebagai prestasinya. Seorang pemimpin tidak harus menjadi orang yang serba tahu. Ia boleh memilih dan mengelola orang-orang yang menjadi kepercayaannya untuk bekerja. Namun, pemimpin tersebut mendapat pengakuan dan respect atas kemampuannya mengatur, bukan mencuri prestasi orang lain.6. Kemampuan Menggerakkan

Dua kata ini mengandung dua unsur, yang pertama adalah energi yang aktif dan yang kedua adalah kemampuan, yang berarti skill atau keahlian. Kemampuan menggerakkan merupakan suatu bentuk kapabilitas seorang pemimpin. Kemampuan menggerakkan seorang pemimpin dapat diwujudkan dalam bentuk perintah, paksaan, otoritas, himbauan, sistem transaksional, motivasi, pemberian contoh, dan bentuk lainnya. John C. Maxwell dalam bukunya The 21 Irrefutable Laws of Leadership, menyebutkan bahwa ukuran sejati dari kepemimpinan adalah pengaruh, tidak lebih, tidak kurang. Baik buruknya kemampuan menggerakkan, terletak pada hal berikut ini:a) Energi. Pemimpin memiliki energi didalam dirinya, sebagai motor penggerak sebuah struktur kepemimpinan. Energi tersebut haruslah besar, apalagi untuk mendorong sesuatu yang semula diam akan membutuhkan daya yang lebih besar dibandingkan mendorong sesuatu yang sudah mulai bergerak. Apabila energi itu diumpamakan sebagai api atau panas, pemimpin harus bisa meletakkan energinya pada porsi yang tepat: kapan dia harus berlaku sebagai trigger atau pemicu, kapan sebagai penghangat, dan kapan dia harus bisa mengompori pengikutnya. Energi memiliki pusat panas dan memiliki cahaya. Pemimpin akan mampu menggerakkan dan memberi terang sehingga para pengikutnya mengetahui arah dan tujuan yang hendak dicapainya.

b) Relasi. Pengikut memiliki relasi dengan pemimpin, karena dengan melaksanakan komando berarti ada unsur saling percaya antara pemimpin dan pengikut. Pemimpin yakin bahwa pengikutnya akan mampu melaksanakan perintah dengan baik dan pengikut percaya bahwa tugas yang diberikan kepadanya adalah berguna bagi kebaikan mereka. Sistem kepercayaan semacam ini tidak dapat berlangsung dengan baik bila tidak ada relasi yang baik.

c) Respon. Seseorang akan merespon tugasnya dengan baik apabila ada unsur respek pada pemberi tugas. Sikap respek atau segan kepada pemimpin tidak datang dengan otomatis. Sikap tersebut muncul karena pemimpin memberi contoh yang dilihat oleh pengikutnya, dimana contoh tersebut dapat dilakukan dengan baik oleh sang pemimpin. Dengan demikian, pengikut akan berusaha menyelesaikan tugasnya sebaik mungkin, selain karena ia yakin bahwa pemimpinnya memberikan kepercayaan pada dirinya, juga karena adanya unsur pembuktian bahwa dirinya mampu melaksanakan tugas dan tidak ingin mengecewakan pemberi tugas yang dihormatinya.7. Memiliki skil atau keterampilan dasar kepemimpinan yang didukung dengan skil dasar kehidupan (Basic Life Skills), seperti berkomunikasi dengan baik atau mengambil keputusan.

8. Memiliki sikap kepemimpinan. Sikap kepemimpinan atau dapat juga disebut pola-pola respon kepemimpinan yang dimilikinya membuat dirinya berbeda dengan orang lain.

9. Memiliki kemampuan untuk melakukan pendekatan sistem terhadap segala situasi yang dihadapi. Mengenali sistem yang ada bahkan mampu mengubah sistem sesuai dengan kondisi dan situasi lingkungannya.John C. Maxwell juga berkata: If you can become the leader you ought to be on the inside, you will be able to become the person you want on the outside. People will want to follow you. And when that happens, youll be able to tackle anything in this world . Jika Anda bisa menjadi seorang pemimpin dalam diri Anda, maka Anda akan menjadi orang yang Anda inginkan di luar. Orang akan mau mengikuti Anda. Dan ketika hal itu terjadi, Anda bisa mendapatkan apapun yang Anda inginkan di dunia. (John C. Maxwell, The 21 Indispensable Qualities of A Leader: Becoming The Person Others Want to Follow, 1999)

Selain penjelasan diatas, ada beberapa faktor yang menjadikan seseorang menjadi pemimpin. Masing-masing berbeda bergantung pada karakteristik kelompok yang dipimpinnya, dan tujuan kelompok itu sendiri. Secara garis besar menurut William Foote Whyte, ada 4 faktor yang menentukan seseorang menjadi pemimpin, yaitu:

1. Operational leadership; yaitu orang yang paling banyak inisiatif, menarik, dinamis, menunjukkan pengabdian yang tulus, menunjukkan prestasi kerja dalam kelompoknya. 2. Popularity; yaitu orang yang paling banyak dikenal mempunyai kesempatan untuk menjadi pimpinan. 3. The assumed representative; yaitu orang yang dapat mewakili kelompoknya mempunyai kesempatan besar untuk menjadi pemimpin. 4. The prominent talent; yaitu orang yang mempunyai bakat kecakapan yang menonjol dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk menjadi pemimpin.J. Manktelow, F. Brodbeck, dan N. Anand dalam bukunya, How to Lead: Discover the Leader Within You mengemukakan bahwa ada lima karakteristik dasar yang harus dimiliki seseorang untuk menjadi seorang pemimpin. Karakteristik tersebut adalah:1. Motivasi

Pemimpin yang efektif selalu termotivasi. Mereka memiliki keinginan yang kuat untuk mempin. Mereka memiliki arah berdasarkan ambisi, pencapaian, energi, inisiatif dan persistensi. Pemimpin yang termotivasi memiliki tujuan yang jelas. Sebagai awal, mereka menyemangati diri mereka terlebih dahulu.

2. Percaya Diri

Pemimpin yang efektif memiliki kepercayaan diri yang kuat. Setiap saat mereka harus menyelesaikan masalah, membuat keputusan dan meyakinkan orang lain untuk mau mengikuti mereka. Hal ini tidak akan bisa dilakukan oleh orang yang ragu terhadap dirinya sendiri.

3. Bersikap Positif

Pendekatan yang positif mengindikasikan tubuh dan pikiran yang sehat. Sikap positif membantu pemimpin untuk bersikap realistis, fleksibel dan selalu terbuka terhadap perubahan. Sikap positif akan membantu pemimpin untuk mengatasi stres. Ketika kondisi yang ada menjadi berat untuk dilalui, pemimpin bisa tetap tenang dan mencari solusi terbaik

4. Keterampilan Komunikasi

Pemimpin yang ingin menciptakan pengaruh yang besar terhadap lingkungan harus bisa melakukan komunikasi persuasi. Mereka harus mampu menyampaikan pesan yang mereka bawa tanpa menimbulkan distorsi. Di sisi lain, mereka harus reseptif terhadap apa yang dikatakan orang lain. Keterampilan mendengarkan, orasi yang penuh kekuatan dan bahasa tubuh yang tepat merupakan karakter khusus seorang komunikator yang baik.

5. Kecerdasan Emosional

Pemimpin dalam masa sekarang sering berada di bawah tekanan. Oleh karena itu inteligensi dasar dan kemampuan teknis nya harus dilengkapi dengan kecerdasa emosional. Pemimpin yang serba bisa harus matang secara emosi. Mereka memiliki ketabahan, kesabaran, ulet dan empati. Untuk bisa menangani situasi yang dinamis mereka harus menjadi penengah diantara orang-orang (J. Manktelow, F. Brodbeck, dan N. Anand, How to Lead: Discover the Leader Within You, 2005)

Sharif Khan dalam tulisannya Awaken The Leader Within You, menuliskan beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Diantaranya adalah:

1. Rendah Hati

Kepemimpinan dimulai dari kerendah hatian. Tidak ada seorang pun mau menjadi pengikut orang yang tinggi hati dan arogan. Rendah hati meliputi sikap ingin melayani sesama, dan melakukan perbaikan diri terus menerus. Ketika seseorang bersikap rendah hati, ia akan dengan tulus menjadi tertarik pada orang lain karena ingin belajar dari orang tersebut. Semakin kita tulus ingin belajar dari orang lain, semakin kita menjadi seorang pendengar yang baik. Selain itu, orang lain pun akan dengan sendirinya menjadi tertarik pada kita dan mau mendengarkan apa yang kita katakan.

2. SWOT Diri Sendiri

SWOT merupakan kepanjangan dari strength, weakness, opportunity dan threat yang berarti kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Walaupun SWOT lebih sering dipergunakan dalam bidang manajemen strategi perusahan multinasional, namun SWOT juga efektif untuk dipakai menilai diri sendiri sebagai seorang pemimpin.

3. Follow Your BlissSesibuk apapun Anda, tetaplah melakukan apa yang anda sukai. Menjadi orang yang hidup dan antusias dapat membuat orang lain ikut merasa antusias. Hal ini akan membuat seseorang menjadi pemimpin yang karismatik.

4. Bermimpi Besar

Jika Anda menginginkan sesuatu yang lebih besar dari hidup Anda sekarang, maka Anda harus berani bermimpi mengenai hal-hal besar. Memimpikan hal-hal kecil menghabiskan waktu yang sama dengan memimpikan hal besar. Sehingga, jadilah berani bermimpi besar! Tuliskan impian terbesar Anda, bahkan yang teasa tidak realistis sekalipun. Kemudian tuliskan alasan mengapa Anda mampu mencapai impian tersebut.

5. Visi

Visi membuat kita mampu merasakan secara nyata apa yang telah kita impikan. Tanpa visi terhadap kemenangan yang diimpikan, seorang pemimpin tidak akan bisa membawa dirinya dan orang lain mencapai kemenangan tersebut. Visualisasikan apa yang menjadi impian Anda. Lihat impian itu, rasakan, dengarkan dan sentuh seakan-akan telah menjadi nyata.

6. Konsistensi

Setelah memiliki impian, seorang pemimpin sudah seharusnya melakukan tindakan nyata setiap harinya. Hal ini harus dilakukan secara konsisten. Setiap harinya, minimal lakukanlah 5 hal yang membuat Anda dan pengikut Anda semakin dekat dengan impian.

7. Menepati Janji

Setiap seorang pemimpin mengingkari janji, mereka kehilangan kekuatan. Pemimpin yang sukses selalu menepati kata dan janji mereka. Hal ini akan berpengaruh langsung terhadap reputasi mereka.

8. Cari Mentor

Temukanlah seorang mentor yang dapat membimbing Anda. Yaitu orang yang telah mencapai kesuksesan dalam bidang Anda. Jangan pernah malu untuk bertanya pada mereka.

9. Jadilah Diri Sendiri

Mentor dan contoh pemimipin sukses bisa dijadikan sebagai referensi dalam memimpin. Namun jangalah mengimitasi dan meniru mereka 100 persen. Setiap prang memiliki karakter dan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Dalam sejarah, kita mengenal banyak karakter pemimpin yang berbeda-beda. Tipikal pemimpin yang pendiam dan simpel seperti Mahatma Gandhi, atau tipikal yang berkata lembut seperti Jimmy Carter sama efektifnya dengan jenis pemimpin yang bersikap keras dan flamboyan seperti Churcill atau Margaret Thatcher, The Iron Lady.

10. Selalu Memberi

Jadilah seseorang yang selalu memberi. Semakin banyak Anda memberi, semakin banyak yang Anda dapatkan. Jadila mentor bagi sesama. Berikanlah banyak hal pada komunitas Anda. Sebagaimana yang dikatakan Sir Winston Churcill, We make a living by what we get, we make a life by what we give (Sharif Khan, Awaken The Leader Within You, Tanpa Tahun).Pakar kepemimpinan dunia yang lain, Stephen R. Covey dalam tulisannya The 13 Behaviors of High Trust Leader, mengatakan bahwa satu syarat wajib yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah dapat dipercaya. Seseorang harus bisa dipercaya terlebih dahulu sebelum kemudian dia dapat menjadi seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang terpercaya adalah seseorang yang memiliki kredibilitas personal yang kuat. Dia juga memiliki kemampuan untuk menciptakan dan membangun kepercayaan orang lain dan kemudian bisa memperluas kepercayaan itu secara organisasional (Stephen R. Covey, The 13 Behaviors of High Trust Leader, 2004).

Secara singkat, Covey memberikan tipsnya bagaimana menjadi seorang pemimpin yang terpercaya dengan 13 langkah dibawah ini:

1. Bicara Jujur

Jadilah pribadi yang jujur dan selalu mengatakan kebenaran. Biarkan orang tahu kemana Anda berpihak. Gunakan bahasa yang mudah dipahami, dan tunjukkan integritas. Jangan sekali-kali memanipulasi orang ataupun mendistorsi fakta. Jangan memutabalikkan kebenaran. Dan jangan sekali-kali meninggalkan kesan yang menipu. Seperti kata-kata Warren Buffet, CEO, Berkshire-Hathaway:

Aku mencari tiga hal ketika mempekerjakan orang lain. Yang pertama adalah integritas. Yang kedua kecerdasan. Dan yang ketiga adalah level energi yang tinggi/antusiasme. Tapi jika yang pertama tidak dimiliki, maka yang kedua dan ketiga tidak ada gunanya lagi

2. Tunjukkan Respek

Tuluslah peduli pada orang lain. Tunjukkan bahwa Anda peduli. Hargai martabat setiap orang dan peran mereka. Tunjukkan bahwa Anda menghargai setiap orang, bahkan walaupun mereka tidak dapat melakukan apapun untuk Anda.

The end result of kindness is that it draws people to you Anita Roddick, Founder&CEO The Body Shop-3. Transparansi

Selalu katakan kebenaran yang dapat diverifikasi oleh setiap orang. Bersikaplah terbuka dan otentik. Jangan simpan agenda dan rencana tersembunyi. Dan jangan menyembunyikan informasi. Seperti yang dikatakan Jack Welch, mantan CEO General Electric, Kepercayaan muncul ketika pemimpin bersikap transparan

4. Bersikap tepat ketika salah

Bersikap yang tepat ketika salah misalnya adalah dengan segera meminta maaf. Tunjukkan kerendah hatian dengan mengakui bahwa Anda salah. Jangan mencoba menutup-nutupi kesalahan Anda.

5. Loyal

Tunjukkan loyalitas Anda pada orang lain. Jangan membicarakan keburukan mereka di belakang. Dan jangan menyebarkan rahasia pribadi orang lain. Jika Anda ingin menguasai mereka yang hadir di hadapan Anda, bersikaplah loyal pada mereka yang tidak hadir. Karena hal itu menjadi kunci.

6. Tunjukkan hasil

Lakukan segala sesuatu dengan benar, dan tunjukkan hasilnya. Wujudkan segala sesuatunya, dan penuhi ekspektasi yang diberikan kepada Anda. Selalu kerjakan tugas Anda tepat waktu sesuai dengan budget yang ada. Jangan pernah memberika alsan macam-macam jika Anda tidak berhasil.

7. Jadilah lebih baik

Terus meneruslah improvisasi. Tingkatkan terus kapabilitas Anda. Jadilah seorang pembelajar yang kostan. Kembangkanlah sistem feedback untuk memberi masukan kepada Anda. Perbaiki diri sesuai dengan masukan yang diberikan. Dan berterima kasihlah kepada orang-orang yang memberi Anda masukan. Jangan pernah berpikir bahwa pengetahuan dan kemampuan Anda cukup untuk tantangan di masa depan.

8. Hadapi kenyataan

Apapun yang terjadi, sekalipun dalam kondisi berat, hadapilah. Bila ada orang-orang sulit yang harus diatasi, mulailah berdialog dengan mereka.

9. Klarifikasi segala ekspektasi yang ada

Ungkapkan segala ekspektasi yang diletakkan orang kepada Anda. Diskusikan, validasi dan renegosiasi harapan tersebut. Jangan merusak apa yang diekspektasikan orang terhadap Anda, namun sharing dan diskusikan.

10. Posisikan diri Anda akuntabel

Ambil tanggung jawab jika ada kesalahan. Anda harus akuntabel tentang bagaimana anda melakukan semuanya dan bagaimana orang lain melakukan tindakan mereka. Jangan pernah menyalahkan orang lain atas kesalahan yang terjadi. Seperti quote di bawah ini:Remember, when you were made a leader, you werent given a crown, you were given a responsibility to bring out the best in others. Fot that, your people need to trust you Jack Welch, mantan CEO G.E-

11. Pendengar yang baik

Dengarkan terlebih dahulu sebelum berbicara. Pahami dan diagnosis masalahnya. Dengarkan dengan telinga, mata dan hati Anda. Temukan apa-apa yang penting bagi orang lain dan masalah mereka.12. Terus berkomitmen

Katakan dengan jelas apa yang akan Anda perbuat dan kemudian lakukan semua yang telah Anda katakan. Teruslah berkomitmen dan jangan merusaknya.

13. Terus menerus menjaga dan meningkatkan kepercayaan kepada orang lain.

Semakin kita memberikan kepercayaan pada orang yang tepat, semakin dia bisa dipercaya. (Stephen R. Covey, The 13 Behaviors of High Trust Leader, 2004)

BAB III

KESIMPULANBeberapa ahli motivasi sering berkata bahwa pemimpin muncul karena diciptakan, bukan dilahirkan. Akan tetapi yang terjadi sebenarnya adalah yang sebaliknya. Kita semua dilahirkan dengan bakat kepemimpinan masing-masing. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, sifat kepemimpinan dalam diri kita terkikis perlahan. Saat kita masih anak-anak, kita memiliki sejumlah ciri seorang pemimpin. Yaitu selalu ingin tahu dan rendah hati. Kita selalu haus dan lapar mengenai segala macam pengetahuan. Pada saat itu kita sangat paham apa yang kita inginkan, dan persisten untuk mendapatkan apa yang kita inginkan tadi. Sebagai anak-anak, kita juga punya kemampuan untuk memotivasi, menginspirasi dan mempengaruhi orang lain di sekitar kita agar membantu memenuhi misi kita. (Sharif Khan, Awaken the Leader in You,tanpa tahun)

Banyak hal menjadi sifat-sifat yang diharuskan ada dalam diri seseorang agar jiwa kepemimpinan yang telah ada mampu muncul kembali. Diantaranya adalah memiliki visi, spirit, karakter, integritas, kapabilitas, kemampuan menggerakkan, energi, relasi, respon, sikap kepemimpinan, mampu melihat segala sesuatu dengan pendekatan sistem, percaya diri, bersikap positif dan berani bermimpi besar.DAFTAR PUSTAKACovey, Stephen R. 2004. The 13 Behaviors of High Trust Leader taken from www.coveylink.com page 1-6.

Gardner, Howard. Howard Gardners Theory of Multiple Intelligences. Tanpa Tahun. Northern Illinois University, Faculty Development and Instructional Design Center [email protected], www.niu.edu/facdev, 815.753.0595.

Khan, Sharif. Tanpa tahun. Awaken The Leader Within You.Lensufiie, Tikno. Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa. 2010. Jakarta: Penerbit Erlangga

Maxwell, John C. The 21 Indispensable Qualities of A Leader: Becoming The Person Others Want to Follow. 1999.Manktelow, J. F. Brodbeck, dan N. Anand, How to Lead: Discover the Leader Within You. 2005. Mind tools Ltd UK.Nusanti, Irene. Tanpa Tahun. Mental model untuk Pemimpin. Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya, Sleman, Yogyakarta.

2