Government Expenditure

67
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Pemerintah pusat sebagai pemangku kepemimpinan Negara Indonesia tentunya harus bertanggung jawab atas hal ini, dimana pembangunan merupakan pemicu dan pemacu dari pertumbuhan ekonomi diseluruh wilayah Indonesia, namun tentunya juga jika dilaksanakan secara adil dan merata di semua wilayah di Indonesia. Pemerintah Indonesia dalam hal ini pemerintah pusat memiliki berbagai peran dalam perekonomian, terdapat tiga peran utama yang harus dapat dilaksanakan dengan baik

Transcript of Government Expenditure

Page 1: Government Expenditure

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Oleh

karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai

wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Pemerintah

pusat sebagai pemangku kepemimpinan Negara Indonesia tentunya harus

bertanggung jawab atas hal ini, dimana pembangunan merupakan pemicu dan pemacu

dari pertumbuhan ekonomi diseluruh wilayah Indonesia, namun tentunya juga jika

dilaksanakan secara adil dan merata di semua wilayah di Indonesia.

Pemerintah Indonesia dalam hal ini pemerintah pusat memiliki berbagai peran

dalam perekonomian, terdapat tiga peran utama yang harus dapat dilaksanakan

dengan baik dalam perekonomian oleh pemerintah Indonesia ,Guritno (2001)adalah :

a. Peran Stabilisasi

Pada pemerintahan modern saat ini, hampir semua negara menyerahkan

roda perekonomiannya kepada pihak swasta / perusahaan. Pemerintah

lebih berperan sebagai stabilisator, untuk menjaga agar perekonomian

berjalan normal. Menjaga agar permasalahan yang terjadi pada satu sektor

perekonomian tidak merembet ke sektor lain.

b. Peran Distribusi

Page 2: Government Expenditure

Pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan agar alokasi sumber daya

ekonomi dilaksanakan secara efisien. Pemerintah harus membuat

kebijakan-kebijakan agar kekayaan terdistribusi secara baik dalam

masyarakat.

c. Peran Alokasi

Pada dasarnya sumber daya yang dimiliki suatu negara adalah terbatas.

Pemerintah harus menentukan seberapa besar dari sumber daya yang

dimiliki akan dipergunakan untuk memproduksi barang-barang publik,

dan seberapa besar akan digunakan untuk memproduksi barang-barang

individu Pemerintah harus menentukan dari barang-barang publik yang

diperlukan warganya, seberapa besar harus disediakan oleh pemerintah,

dan seberapa besar yang dapat disediakan oleh rumah tangga perusahaan.

Seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan pemerintah dalam rangka

menjalankan ke-tiga peran yang ada, maka tentunya diperlukan pula dana yang besar

sebagai bentuk pengeluaran segala kegiatan pemerintah yang berkaitan dengan ke-

tiga peran tersebut. Pengeluaran pemerintah ini merupakan konsekuensi dari berbagai

kebijakan yang diambil dan diterapkan melalui ke-tiga peran tersebut. Konsistensi

dari pemerintah atas segala kebijakannya dapat kita lihat dalam APBN ( Anggaran

Penerimaan dan Belanja Negara ), sedangkan salah satu sektor yang dapat kita

cermati dalam hal konsistensi pemerintah menjalankan peran alokasi dan distribusi

adalah sektor pendidikan, karena salah satu sektor yang akan menjadi penentu

kemajuan Negara Indonesia adalah sektor pendidikan

Page 3: Government Expenditure

Secara politis tekad pemerintah untuk membangun pelayanan pendidikan

bagi seluruh rakyat terlihat cukup besar. Pasal 31 Undang-Undang Dasar

(UUD) 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat

pendidikan, bahkan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan

untuk itu pemerintah bertanggung jawab membiayainya. Melalui perubahan

Pasal 31 UUD 1945, tekad tersebut makin diperkuat dengan adanya ketetapan

bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20%

dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Prosentase yang sama

juga dimandatkan untuk dialokasikan oleh setiap daerah dalam anggaran

pendapatan dan belanja daerah (APBD) masing-masing.

Dalam prakteknya tekad untuk membangun pendidikan tersebut

dihadapkan pada berbagai masalah, sehingga jaminan atas hak dan kewajiban

setiap warga negara untuk mendapat dan mengikuti pendidikan masih belum

memadai. Secara umum saat ini pendidikan nasional dihadapkan pada beberapa

persoalan mendasar, seperti:

1. rendahnya pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, baik antar

wilayah antar tingkat pendapatan penduduk, maupun antar gender.

2. rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan, antara lain karena

kurikulum yang tidak terkait dengan kebutuhan lapangan kerja,

rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga pengajar, serta terbatasnya sarana

dan prasarana pendidikan; dan

Page 4: Government Expenditure

3. lemahnya manajemen penyelenggaraan pendidikan, baik di lembaga formal

maupun masyarakat.

Secara umum sektor pendidikan di Indonesia ditandai oleh rendahnya kualitas

sumberdaya manusia (SDM), sekitar 58% dari tenaga kerja Indonesia hanya

berpendidikan Sekolah Dasar (SD) atau kurang. Pada saat yang sama, hanya 4%

dari tenaga kerja yang berpendidikan tinggi. Prospek peningkatan kualitas SDM di

masa yang akan datang pun terlihat suram. Rata-rata angka partisipasi pendidikan

lanjutan dan pendidikan tinggi masih relative rendah (56% untuk SLTP, 32% untuk

SLTA dan 12% untuk perguruan tinggi)1.

Dalam kondisi demikian itulah otonomi daerah (termasuk di dalamnya sektor

pendidikan) dilaksanakan. Di era otonomi daerah, urusan pendidikan dari tingkat TK

hingga SLTA menjadi tanggung jawab daerah, hanya perguruan tinggi yang masih

dipegang Pusat. Jelas bahwa masa depan pendidikan sangat tergantung pada

kemampuan Pemda dalam mengelola sektor pendidikan.

1.2. Perumusan Masalah

Kebutuhan akan pengeluaran pemerintah menyangkut dana yang digunakan

sebagai konsistensi pemerintah terhadap peran yang dimiliki pemerintah terkait

pembiayaan pendidikan di Indonesia tentunya tidaklah sedikit, dengan begitu

tentunya juga diharapkan ada output yang baik dan sesuai dengan jumlah dana yang

11 Dalam Wahyu,2008,deskripsi kondisi seabad pendidikan Di Indonesia dan Kalimantan Selatan Khususnya.

Page 5: Government Expenditure

dikeluarkan yaitu pembangunan dan perbaikan derajat dan kualitas pendidikan di

Indonesia yang naik secara signifikan yang dapat menyokong pembangunan ekonomi

Negara secara berkesinambugan dengan sektor lainnya. Oleh karena itu, pemerintah

harus mengeluarkan kebijakan – kebijakan yang membuat pengeluaran menjadi

efisien namun dengan output yang baik. Dari latar belakang yang telah diterangkan

diatas dapat kita ambil rumusan masalah :

1. Bagaimana pola pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan?.

2. Sejauh mana konsistensi pemerintah dalam menjalankan kebijakan di

sektor pendidikan?.

3. Bagaimana tugas institusi pendidikan sejalan dengan pembanguanan di

sektor pendidikan ditinjau dari kegiatannya?

3.1. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang akan

dicapai adalah :

1. Memetakan pola pengeluaran pemerintah sektor pendidikan di Indonesia.

2. Menjawab sejauhmana konsistensi kebijakan pemerintah sektor

pendidikan melalui pemetaan pola pengeluaran pemerintah sektor

pendidikan di Indonesia.

3. Memberikan gambaran pola perilaku institusi pendidikan dalam

memanfaatkan alokasi dana belanja sektor pendidikan.

Page 6: Government Expenditure

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengeluaran Pemerintah

Dasar teori pengeluaran pemerintah adalah identitas keseimbangan

pendapatan nasional Y= C+I+G+(X-M) yang merupakan bentuk dari campur tangan

pemerintah dalam perekonomian. Kenaikan atau penurunan pengeluaran pemerintah

akan menaikkan atau menurunkan pendapatan nasional. Pemerintah tidak cukup

hanya meraih tujuan akhir dari setiap kebijaksanaan pengeluarannya, tetapi juga harus

memperhitungkan sasaran antara yang akan menikmati atau terkena kebijaksanaan

tersebut. Pemerintah pun perlu menghindari agar peningkatan perannya dalam

perekonomian tidak justru melemahkan kegiatan swasta ( Dumairy, 1996:161-164 ).

Pemerintah sebagai pemegang peran penting dalam setiap hajat hidup

masyarakat Indonesia perlu melakukan kajian yang mendalam dalam setiap

kebijakannya agar setiap output yang dihasilkan dan diharapkan dapat tepat sasaran

dan memberikan pengaruh nyata terhadap masyarakat. Kebijaksanaan yang tidak

tepat sasaran melalui kebijakan alokasi dana tiap sektor yang menyangkut kebutuhan

masyarakat luas seharusnya perlu diberikan porsi lebih dalam alokasi anggaran

pemerintah, kebijakan pemerintah menyangkut sektor pendidikan, kesehatan,

kesejahteraan sosial adalah beberapa contoh diantaranya yang perlu diberikan porsi

lebih, hal ini dikarenakan pada sektor – sektor tersebutlah masyarakat dapat

Page 7: Government Expenditure

merasakan secara langsung dampak dari kebijakan pemerintah yang diambil.beberapa

alasan yang dapat dikemukakan adalah bahwa sektor – sektor tersebut dapat menjadi

acuan dan gambaran dari pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang

dimaksud disini bukanlah pertumbuhan ekonomi secara statistika saja, namun

pertumbuhan ekonomi yang juga memberikan kontribusi langsung terhadap

masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berlangsung di Indonesia selama ini tidak

menyentuh secara langsung ke lapisan masyarakat golongan ekonomi lemah, karena

pertumbuhan ekonomi yang secara statistik diungkapkan oleh pemerintah tidak

mencerminkan gambaran secara langsung kondisi sosial dalam masyarakat. Ditengah

pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selalu dalam angka positif terdapat tingkat

pengangguran yang stagnan atau walaupun berkurang tidak secara signifikan

demikina pula pada sektor yang menyangkut kebutuhan public lainnya seperti

kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial, hal ini dikarenakan pertumbuhan

ekonomi hanya dipacu oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga.

Musgrave dan Rostow menyatakan perkembangan pengeluaran negara sejalan

dengan tahap perkembangan ekonomi dari suatu negara. Pada tahap awal

perkembangan ekonomi diperlukan pengeluaran negara yang besar untuk investasi

pemerintah, utamanya untuk menyediakan infrastruktur seperti sarana jalan,

kesehatan, pendidikan. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi tetap

diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi, namun diharapkan investasi sektor swasta

sudah mulai berkembang. Pada tahap lanjut pembangunan ekonomi, pengeluaran

Page 8: Government Expenditure

pemerintah tetap diperlukan, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, misalnya peningkatan pendidikan, kesehatan, jaminan sosial.

2.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Merupakan Rencana keuangan tahunan pemerintahan Negara Indonesia yang

disetujui oleh DPR. Berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana

penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari – 31

Desember). Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam APBN :

1. Penyusunan APBN

2. Pelaksanaan APBN

3. Pertanggung jawaban pelaksanaan APBN

APBN sendiri memiliki banyak fungsi, beberapa diantaranya adalah :

1. APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan

pendapatan negara dalam rangka:

a. Membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan

pembangunan,

b. Mencapai pertumbuhan ekonomi,

c. Meningkatkan pendapatan nasional,

d. Mencapai stabilitas perekonomian,

e. Menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum

.

Page 9: Government Expenditure

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Data yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah data sekunder yang telah

tersedia dalam berbagai bentuk baik yang diperoleh melalui media internet

maupun hasil cetakan.

3.2 Tekhnik perolehan Data

Data sekunder diperoleh baik melalui hasil cetakan buku maupun data yang

terdapat dalam situs BPS dan situs website Bank Indonesia, Unesco, Unicef

maupun media lainnya.

3.2 Metode Analisis

Analisis penelitian dilakukan secara Statistik deskriptif Analitik dengan

melakukan pembandingan trend pertumbuhan alokasi dana untuk sektor

pendidikan dengan total belanja pemerintah serta pertumbuhan kualitas

pendidikan dilihat dari trend jumlah partisipasi peserta didik dari masing-masing

jenjang pendidikan.

Page 10: Government Expenditure

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Pendidikan Indonesia

Krisis multidimensional yang melanda Indonesia berpengaryh besar

terhadap mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, dan secara tidak langsung

juga merujuk pada mutu pendidikan yang menghasilkan SDM itu sendiri. . Hal

tersebut setidaknya dapat kita ketahui dengan melihat 2 (dua) indikator sekaligus,

yaitu indikator makro seperti pencapaian Human Develompement Index (HDI) dan

indikator mikro seperti misalnya kemampuan membaca.

Indonesia sebagai Negara dengan luas wilayah yang besar serta jumlah

penduduk yang besar ternyata memiliki jumlah pengeluaran pemerintah untuk sektor

pendidikan yang terkecil jika dibandingkan dengan Negara-negara di Asia Tenggara.

Tenggara. Menurut data World Bank (2004), prosentase pengeluaran pemerintah

untuk sektor pendidikan diIndonesia adalah rata-rata 1,66% dari GNP pada periode

tahun 1970-1990, sedangkan periode tahun 1991-2000 rata-rata 1,36% dari GNP.

Apabila data tersebut dihubungkan dengan tingkat kualitas sumberdaya manusia yang

diukur dengan indeks pembangunan manusia (Human Development Index/HDI),

maka berdasarkan data HDR UNDP Tahun 2002 dilaporkan bahwa Indonesia berada

pada urutan 110 dari 177 negara, dengan tingkat pembangunan manusia Indonesia

Page 11: Government Expenditure

berkisar pada 47-76. Dengan kata lain, nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat

pembangunan manusia Indonesia berada pada kategori menengah dan rendah.

UNESCO pada tahun 2002 mempublikasikan pengeluaran pemerintah untuk

pendidikan di beberapa negara khususnya di kawasan Asia Tenggara, berupa

prosentase belanja pemerintah sektor pendidikan terhadap GNP.

Tabel 4.1Prosentase pengeluaran pemerintah bidang pendidikan terhadap GNP

Sumber : HDR UNESCO 2002

Melalui data pada Tabel 4.1 diatas, terlihat besarnya prosentase pengeluaran

pemerintah sektor pendidikan pada era tahun 1995-1997 terhadap GNP, dimana

Indonesia memiliki prosentase terkecil, padahal faktor pengeluaran pemerintah

khususnya di bidang pendidikan merupakan salah satu diantara sekian banyak faktor

penentu kuantitas dan kualitas pendidikan sebagai pembentuk sumberdaya manusia

yang akan memacu pertumbuhan ekonomi.

Page 12: Government Expenditure

Tabel 4.2Human Development Index Indonesia

Tahun 1980-2007

1. tahun 1980 0,5222. tahun 1985 0,5623. tahun 1990 0,6244. tahun 1995 0,6585. tahun 2000 0,6736. tahun 2003 0,7097. tahun 2004 0,7148. tahun 2005 0,7239. tahun 2006 0,72910. tahun 2007 0,734

Sumber : Wikipedia, Human Development Index

Pada table 4.2 terlihat bahwa HDI Indonesia selalu naik dari tahun ke tahun

namun tidak secara signifikan, bahkan pada beberapa tahun terakhir pertumbuhan

angka HDI Indonesia justru menurun jika dibandingkan dengan era tahun 1980-

1990an, hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung pemerintah kurang

berperan aktif dalam meningkatkan HDI Indonesia yang seharusnya dapat

menggambarkan langsung bagaimana kondisi sosial ekonomi dalam masyarakat

terkait dengan pertumbuhan ekonomi nantinya.

Rendahnya kualitas pembangunan pendidikan Indonesia mempengaruhi

kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia yang tergambar dalam angka

HDI yang telah dikemukakan. Human Development Index memiliki beberapa criteria

dalam penilaiannya, di antaranya adalah: pendidikan,angka harapan hidup dan

panjang usia. Pembangunan pendidikan di Indonesia yang rendah merupakan salah

Page 13: Government Expenditure

satu gambaran yang selalu digunakan untuk menyatakan bahwa Human Development

Index Negara Indonesia juga rendah.

Gambar 4.1

Peta Dunia Indeks Pembangunan Manusia

Tahun 2007

Sumber : Wikipedia, diolah

Dari data UNESCO tahun 2007 yang dipublikasikan tahun 2009 serta terdapat

dalam Wikipedia menunjukan bahwa pada tahun 2007 Indonesia menduduki

peringkat 111 dari 179 atau bisa disebut bahwa Indonesia masuk kategorti menengah

dalam peringkat HDI Negara – Negara di dunia. Indonesia dari tahun ketahun

Diatas 0,950

0,850-0,899

0,800-0,849

0,900-0,949

0,700-0,749

0,650-0,699

0,600-0,649

0,550-0,599

0,500-0,549

0,450-0,499

0,400-0,499

0,350-0,399

dibawah 0,350

Page 14: Government Expenditure

memang selalu mengalami kenaikan Indeks Pembangunan Manusia namun tidak

secara signifikan. Kondisi tersebut juga berlanjut di tahun 2008-2010, Hal ini dapat dilihat

dari angka partisipasi penduduk dalam sektor pendidikan, meskipun pemerintah

mencanangkan perubahan haluan wajib belajar 6 tahun menjadi 9 tahun, namun hal ini tidak

diikuti oleh pertumbuhan partisipasi penduduk usia wajib belajar dalam jenjang pendidikan

dasar dan menengah pertama yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Grafik 4.1Jumlah Penduduk Tidak Sekolah Menurut Usia Sekolah Dasar

Di Indonesia

Sumber : World Bank diolah, 2010

Dari data yang ada diatas maka dapat kita lihat bahwa junlah penduduk usia

sekolah dasar yang tidak sekolah terjadi peningkatan dari tahun 2005 ke 2010, untuk

penduduk dengan jenis kelamin perempuan terjadi peningkatan jumlah tidak sekolah

dari 3.136.360 jiwa pada tahun 2005 menjadi 3.214.551 pada tahun 2010 atau

bertambah sebesar 1,23%, sedangkan untuk penduduk dengan jenis kelamin laki laki

Page 15: Government Expenditure

terjadi peningkatan jumlah tidak sekolah dari 3.340.334 jiwa pada tahun 2005

menjadi 3.440.731 jiwa pada tahun 2010 atau bertambah sebesar 1,5%.

Namun hal yang berbeda terjadi pada jenjang usia sekolah menengah, angka

penduduk tidak sekolah pada usia ini juga mengalami penurunan.

Grafik4.2Jumlah Penduduk Tidak Sekolah Menurut Usia Pendidikan Menengah

Pertama Di Indonesia

Sumber : World Bank diolah, 2010

Jika dilihat dari data diatas maka dapat dilihat untuk jumlah penduduk yang

tidak sekolah menurun dari tahun 2005 ke tahun 2010. Untuk sisi jumlah penduduk

perempuan yang tidak sekolah menurun dari tahun 2005 ke tahun 2010 sebesar

11,9%, sedangkan untuk jumlah penduduk laki – laki yang tidak sekolah juga

mengalami poenurunan dari tahun 2005 ke 2010 sebesar 4,1%.

Page 16: Government Expenditure

4.2 Kebijakan Pemerintah Pusat Sektor Pendidikan

Pemerintah pusat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi wajib menciptakan

kebijakan yang memiliki dampak positif terhadap masyarakatnya. Kebijakan yang

diambil di berbagai sektor harus mempertimbangkan keluaran dari kebijakan tersebut.

Pendidikan merupakan salah satu sektor yang krusial yang dapat memberikan

dampak langsung dan nyata dalam pertumbuhan ekonomi dalam suatu Negara, hal ini

dikarenakan pada sebuah Negara yang memiliki system pendidikan yang baik, maka

akan tercipta Sumber Daya Manusia yang handal yang dapat menopang laju

pertumbihan ekonomi Negara.

Indonesia telah beberapa kali berganti kepemimpinan, tiap-tiap periode

kepemimpinan tentunya memiliki perbedaan dalam hal karakteristik dan porsi

kebijakan. Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang biasa menjadi focus

bagi masyarakat dalam mengamati langkah dan kebijakan yang diambil pada tiap

periode kepemimpinan.

4.2.1 Kebijakan Sektor Pendidikan Era Orde Baru

Berdasarkan pokok-pokok kebijakan yang terdapat dalam UUD 1945, maka

pemerintah wajib mewujudkan pendidikan yang layak dan baik bagi masyarakat.

Pendidikan yang layak tersebut diwujudkan dalam kebiajakn pembangunan

pendidikan di Indonesia yang meliputi beberapa aspek :

1. Relevansi Pendidikan, yaitu penyesuaian isi pendidikan dengan kebutuhan

pembangunan terhadap sumber daya manusia yang diperlukan. Kebijakan ini

Page 17: Government Expenditure

secara eksplisit muncul dalam Pelita I, II, III, IV dan V. Masalah relevansi ini

sering dikaitkan dengan pendidikan dan tenaga kerja. Apabila masalah

relevansi pendidikan ini tidak dipecahkan atau kurang mendapat perhatian

serius, maka pendidikan bisa menjadi bumerang terhadap pembangunan.

2. Pemerataan Pendidikan, Sejak Pelita I disadari pentingnya memberikan

kesempatan yang sama dan lebih luas tentang pendidikan untuk semua warga

negara. Kebijakan pemerataan dan perluasan pendidikan dilaksanakan melalui

wajib belajar Sekolah Dasar. Dalam Pelita V dirumuskan kebijakan untuk

perintisan wajib belajar Sekolah Tingkat Pertama.

3. Peningkatan Mutu Guru atau Tenaga Kependidikan, Peningkatan mutu

pendidikan kunci utama ialah mutu guru. Sejak Pelita I telah diketahui bahwa

masih banyak tenaga guru atau tenaga kependidikan yang belum memenuhi

mutu Standar.

4. Mutu Pendidikan, Sejak Pelita I s.d. Pelita V mutu pendidikan terus-menerus

dijadikan salah satu kebijakan pokok. Mutu pendidikan, selain faktor guru,

juga faktor lainnya seperti gedung-gedung sekolah, buku-buku pelajaran dan

bahan bacaan, laboratorium dan bengkel-bengkel kerja serta fasilitas belajar-

mengajar lainnya.

5. Pendidikan Kejuruan, Sesuai dengan gerak pembangunan telah disadari sejak

Pelita I akan langkanya tenaga-tenaga terampil. Oleh karena itu,

pengembangan pendidikan Kejuruan mendapatkan prioritas sejak Pelita I s.d.

Pelita V.

Page 18: Government Expenditure

4.2.2 Kebijakan Sektor Pendidikan Era Reformasi

Jatuhnya presiden soeharto yang diikuti oleh krisis moneter dan ketidak

stabilan di berbagai sektor dalam negeri cukup membuat pengaruh yang negative bagi

sektor pendidikan. Sektor pendidikan mengalami situasi yang kurang baik dalam

perkembangannya dimana sektor pendidikan sulit untuk menahan pengaruh ketidak

stabilan dalam negeri baik yang berasal dari pengaruh dalam negeri maupun yang

berasal dari pengaruh internasional.

Wahyu ( 2008 ) menyatakan, Dalam era reformasi ini juga banyak kendala

yang muncul meliputi tiga aspek utama dalam pendidikan :

1. aspek kualitas, pendidikan kita memang sungguh sangat memprihatinkan,

terutama pendidikan di luar Jawa, yang jika dibandingkan dengan

pendidikan di Jawa sudah memiliki kualitas yang memadai. Kalau hal ini

tidak diatasi, dalam jangka panjang akan berakibat pada kesenjangan

sosial, yang pada akhirnya akan menjadi benih-benih persoalan di bidang

politik maupun ekonomi.

2. aspek relevansi, pendidikan kita ke depan masih harus mendapatkan

sentuhan pengembangan yang lebih serius. Saat ini telah digalakan

berbagai inovasi di Sekolah-sekolah terutama dalam rangka memenuhi

perkembangan masyarakat. Pengembangan inovasi akan sia-sia mana kala

mutu guru dan kesejahteraan guru tidak diperhatikan. Otonomi daerah,

Page 19: Government Expenditure

khususnya di bidang pendidikan, belum menemukan bentuk mekanisme

kerja yang pas buat dunia pendidikan di berbagai daerah.

3. Aspek pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan mengalami

kendala yang amat besar karena adanya krisis ekonomi yang melanda

negeri ini sejak 1997 s.d. sekarang. Keadaan ekonomi seperti sekarang ini

akan berpengaruh pada anak-anak yang drop out, begitu juga pada

penduduk yang buta huruf.

4.3 Pola Pengeluaran Pemerintah Menurut Fungsinya

Dalam APBN, pengalokasian anggaran pemerintah diketahui terdapat

pembagian jenis pengeluaran menurut fungsinya yang dilakukan oleh pemerintah

yang saling berhubungan.

Gambar 4.2Alokasi Pengeluaran Pemerintah

Sumber : Komite standar akuntansi pemerintahan

Matriks diatas adalah pola hubungan klasifikasi pengeluaran pemerintah

menurut fungsinya dimana klasifikasi ini diperlukan sebagai acuan pembagian alokasi

Page 20: Government Expenditure

anggaran menurut fungsinya karena tiap – tiap fungsi memiliki program, kegiatan dan

sub kegiatan yang berbeda-beda yang bertujuan untuk menyusun anggaran berbasis

kinerja yang bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam

pelaksanaan program,kegiatan dan subkegiatan yang mencerminkan adanya keutuhan

konseptual.

Ada sebelas fungsi yang masuk dalam alokasi anggaran pemerintah dengan

berbagai sub-fungsinya. Alokasi yang diberikan oleh pemerintah untuk tiap-tiap

fungsi menyesuaikan kebutuhan dan kegiatan yang akan dijalankan oleh fungsi

tersebut sehingga dari tahun ke tahun akan selalu terdapat perubahan jumlah alokasi

anggaran yang akan diberikan.

Table 4.3Total Pengeluaran Pemerintah Menurut Fungsinya

Tahun 2005-2010 (dalam milyar rupiah)

Tahuntotal

pengeluaran2005 361.155,22006 440.031,22007 504.623,52008 693.356,02009* 696.101,42010 699.688,1

Sumber : APBN, 2005-2010 diolah

Dari tahun 2005 hingga tahun 2010 telah terjadi peningkatan jumlah total

anggaran belanja oleh pemerintah dengan jumlah yag cukup signifikan, namun

efesiensi dan relevansi jumlah anggaran yang selalu meningkat patut dipertanyakan

Page 21: Government Expenditure

mengingat bahwa perubahan anggaran tidak serta merta memiliki dampak langsung

pada perubahan mutu bagai tiap-tiap fungsinya.

Tabel 4.4Pengeluaran Pemerintah Untuk Tiap Fungsinya

Tahun 2005-2010 (dalam milyar rupiah )FUNGSI 2005 2006 2007 2008 2009 2010

ANGGARAN

ANGGARAN

ANGGARAN

ANGGARAN

ANGGARAN

ANGGARAN

PELAYANAN UMUM 255.603,2

283341,1 316139,3 534567,2 472097,2 479200,3

PERTAHANAN 21.562,2 24426,1 30685,9 9158,5 11665,3 20483,2KETERTIBAN DAN KEAMANAN 15.617,3

23743,1 28315,9 7019,2 13729,6 14551,2

ECONOMI 23.504,0 38295,6 42222 50484,8 64963,9 55881LINGKUNGAN HIDUP 1.333,9

2664,5 4952,6 5315,1 6683,8 7752,8

PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 4.216,5

5457,2 9134,6 12448,7 17704,4 20758,2

KESEHATAN 5.836,9 12189,7 16004,5 14038,9 16437,8 17657,9PARIWISATA DAN BUDAYA 588,6

905,4 1851,2 1293,7 1415,3 1831,3

AGAMA 1.312,3 1411,2 1884,2 745,7 788,8 913,1PENDIDIKAN 29.307,9 45303,9 50843,4 55298 87463,4 77401,7PERLINDUNGAN SOSIAL 2.103,8

2303,3 2650,4 2986,4 3151,8 3257,4

T O T A L 360986,6 440031,2 504623,5 693356 696101,4 699688,1Sumber : APBN 2010, diolah

Page 22: Government Expenditure

Gambar 4.3Share Total Pengeluaran Pemerintah Menurut Fungsinya

Tahun 2010

Sumber : APBN 2010, diolah

Pada tahun 2010 pengeluaran pemerintah terbesar adalah pelayanan umum

yang mendapatkan share dari total pengeluaran pemerintah sebesar 69% yang berarti

lebih dari separuh alokasi anggaran belanja masuk dalam fungsi pelayanan umum,

sedangkan untuk sisanya sebesar 31% dibagi untuk 10 fungsi lainnya dengan share

terbesar adalah pendidikan dengan 11 %, namun seperti yang telah dijelaskan diatas

bahwa perubahan jumlah anggaran yang diberikan tidak serta merta merubah mutu

pelayanan umum dan pendidikan yang diberikan oleh pemerintah.

Page 23: Government Expenditure

4.3.1 Pengeluaran Pemerintah Menurut Fungsinya Untuk Pelayanan Umum

Pelayanan umum selama ini menjadi ranah bagi Negara yang diwakili oleh

pemerintah berinteraksi dengan lembaga-lembaga non-pemerintahan dimana pada

sektor pelayanan umum inilah terdapat interaksi yang seharusnya dapat bersifat

intensif antara pemerintah dan masyarakatnya, hal ini karena dalam pelayanan umum

terdapat keterlibatan unsur – unsur masyarakat sipil dan mekanisme pasar yang selalu

terdapat interaksi didalamnya kepada pemerintah. Pelayanan umum sebagai ranah

interaksi bagi Negara ke masyarakatnya tentunya juga memiliki banyak program dan

kegiatan yang berakibat kebutuhan dana yang cukup besar bagi sektor tersebut.

Tabel 4.4Pengeluaran Pemerintah Untuk Pelayanan Umum (2005-2010)

(dalam miliar rupiah)pengeluaran pemerintah menurut fungsi

pelayanan umumTahun Anggaran2005 255.603,22006 283341,12007 316139,32008 534567,22009* 472097,22010 479200,3

Sumber : APBN 2005-2010, diolah

Table diatas menunjukan kebutuhan dana guna menjalankan pelayanan umum

selalu meningkat dari tahun ketahun yang seharusnya menjadi titik tolak dari

perubahan pola pelayanan umum menjadi lebih baik dari sebelumnya. Fungsi

pelayanan umum tersebut juga memiliki share yang cukup besar dalam total

Page 24: Government Expenditure

pengeluaran pemerintah, hal ini seharusnya menjadi pemicu dalam melaksanakan dan

mengelola kegiatan berdasarkan alokasi dana yang ada dengan sebaik-baiknya untuk

kepentingan masyarakat.

Grafik 4.3Share Pemerintah Untuk Pelayanan Umum Terhadap Total pengeluaran

Pemerintah ( 2005-2010 )

Sumber : APBN 2005-2010, diolah

Share yang cukup besar terlihat pada grafik diatas dimana untuk tiap tahunnya

pengeluaran pemerintah untuk pelayanan umum selalu di alokasikan diatas 60% dari

total pengeluaran pemerintah secara keseluruhan. Gambaran yang muncul dalam

grafik tersebut adalah seharusnya selalu muncul pelayanan umum yang selalu

meningkat kualitasnya terkait dengan pelayanan public. Lebih lanjut jika diteruskan

pada keterkaitan dengan pemikiran mengenai good governance maka seharusnya

terdapat perbaikan dibanyak sektor terkait dengan pelayanan umum.

Page 25: Government Expenditure

4.3.2 Pengeluaran Pemerintah Menurut Fungsinya Untuk Pertahanan

Fungsi pertahanan merupakan salah satu fungsi yang cukup vital bagi Negara

Indonesia ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa Indonesia memiliki luas wilayah

yang besar serta berbatasan langsung dengan beberapa Negara seperti Malaysia dan

Papuanugini serta memiliki letak yang strategis maka kemungkinan untuk gangguan

keamanan baik dari dalam negeri maupun luar negeri pun cukup besar. Potensi alam

dari Indonesia berupa perairan yang kaya akan ikan pun sering menjadi sasaran bagi

kapal asing illegal untuk mengambil ikan tanpa ijin. Untuk mengawasi Negara

dengan luas wilayah yang besar tentunya membutuhkan biaya yang cukup besar

dalam alokasinya untuk fungsi pertahanan, namun rupanya pemerintah justru sedikit

demi sedikit mengurangi jumlah alokasi anggaran belanja untuk sektor pertahanan

seperti tergambar pada table berikut.

Table 4.5Pengeluaran Pemerintah Untuk Pertahanan

Tahun 2005-2010 ( dalam milyar rupiah)

Pertahanan

Tahun Anggaran Presentase2005 21.562,2 5,972006 24426,1 5,552007 30685,9 6,082008 9158,5 1,322009* 11665,3 1,682010 20483,2 2,93

Sumber : APBN 2005-2010, diolah

Table 4.5 menunjukan bahwa anggaran untuk pertahanan berkuran dari tahun

ke tahun, pada tahun 2010 pun anggaran untuk pertahanan hanya 2,93% dari total

Page 26: Government Expenditure

anggaran belanja oleh pemerintah. Hal ini tetunya sedikit mengkhawatirkan ketika

jumlah anggaran pertahanan yang turun pun memiliki dampak turunnya pula kualitas

pertahanan yang dimiliki oleh Indonesia mengingat jumlah personel pertahanan

dalam hal ini TNI ( Tentara Nasional Indonesia ) per penduduk belum seimbang.

4.3.3 Pengeluaran Pemerintah Menurut Fungsinya Untuk Ketertiban dan

Keamanan

Dalam RPJPN ( Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional ) terdapat

beberapa sasaran pokok pembangunan, diantaranya adalah :

1. Terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,

berbudaya dan beradab,

2. Terwujudnya bangsa yang memilik daya saing untuk mencapai masyarakat

yang lebih makmur dan sejahtera,

3. Terwujudnya Indonesia yang demokratis, berlandaskan hukum dan

berkeadilan,

4. Terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat serta terjaganya

keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kedaulatan negara

dari ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri,

5. terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan,

6. terwujudnya Indonesia yang asri dan lestari,

7. terwujudnya Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat,

dan berbasiskan kepentingan nasional,

Page 27: Government Expenditure

8. terwujudnya peranan Indonesia yang meningkat dalam pergaulan dunia

internasional.

Dalam RPJPN, keamanan dan ketertiban masuk pada poin nomor 4 dimana

rasa aman dan damai bagi seluruh lapisan masyarakat, hal ini berarti pemerintah

wajib menyelenggarakan ketertiban dan keamanan dimana hal tersebut juga

berhubungan dengan stabilitas dalam negeri yang berpengaruh pada banyak sektor.

Grafik 4.4Pengeluaran Pemerintah Untuk Ketertiban dan Keamanan

Tahun 2005-2010 ( dalam milyar rupiah )

Sumber : APBN 2005-2010, diolah

Pengeluaran pemerintah untuk ketertiban dan keamanan dari tahun 2005

sampai 2010 mengalami banyak perubahan dimana pada tahun 2005 – 2007

mengalami kenaikan sebesar 0,20 % namun menurun di tahun 2008 sampai naik

kembali pada tahun 2010. Hal ini dapat menunjukan dua hal yang berbeda, pertama

adalah stabilitas keamanan mulai terjaga pada tahun 2008-2010 atau kemungkinan

kedua adalah alokasi anggaran tersedot pada persiapan pemilu pada tahun 2009.

Page 28: Government Expenditure

4.3.4 Pengeluaran Pemerintah Menurut Fungsinya Untuk Urusan Ekonomi

Aspek ekonomi dalam Negara merupakan salah satu hal yang menentukan

maju atau tidaknya suatu Negara, dalam hal ini Negara Indonesia dapat dikatakan

sebagai Negara yang perekonomiannya rentan terhadap perubahan-perubahan

stabilitas di berbagai sektor baik yang terjadi diluar negeri maupun dalam negeri.

Pemerintah Indonesia dapat mengatasi hal tersebut dengan mengalokasikan anggaran

urusan ekonomi yang dapat memacu dan menjaga perekonomian untuk tetap stabil.

Tabel 4.6Pengeluaran Pemerintah Untuk Urusan Ekonomi

Tahun 2005-2010

Urusan Ekonomi

Tahun Anggaran Presentase2005 23.504,0 6,512006 38295,6 8,702007 42222 8,372008 50484,8 7,282009* 64963,9 9,332010 55881 7,99

Sumber : APBN 2005-2010, diolah

Untuk urusan ekonomi pemerintah rata – rata mengeluarkan anggaran sebesar

45,9 trilyun rupiah atau rata – rata 8,03 % dari total pegeluaran pemerintah. Anggaran

tersebut digunakan untuk berbagai sub-fungsi urusan ekonomi dengan alokasi sub-

fungsi terbesar adalah transportasi, hal ini mungkin cukup baik mengingat peran vital

dari transportasi. Hal ini berbeda untuk sub-fungsi tenaga kerja dimana untuk sub-

fungsi tersebut pemerintah hanya mengalokasikan dana rata-rata tiap tahun mulai

tahun 2005-2010 sebesar 1,3 trilyun rupiah, hal ini menunjukan bahwa pemerintah

Page 29: Government Expenditure

belum memandang pentingnya tenaga kerja sebagai salah satu factor produksi dalam

perekonomian.

4.3.5 Pengeluaran Pemerintah Menurut Fungsinya Untuk Lingkungan Hidup

Isu perubahan iklim global merupakan isu yang cukup penting untuk saat ini

karena perubahan iklim juga berpengaruh pada pola kehidupan manusia yang

berimbas pada pola perekonomian. Indonesia merupakan salah satu Negara yang

menjadi penyokong dari pola lingkungan hidup dunia karena Indonesia merupakan

salah satu Negara dengan hutan tropis yang cukup besar yang sering disebut dengan

paru-paru dunia. Hal ini tentunya harus menjadi pertimbangan utama untuk

pemerintah mengalokasikan anggaran demi menjaga lingkungan hidup yang ada di

Indonesia agar kerusakan lingkungan tidak terus menerus terjadi dan memberikan

imbas yang negative pada kehidupan di berbagai sektor di Indonesia, sebenarnya

lingkungan hidup memiliki kaitan yang cukup erat dengan kesehatan.

Tabel 4.7Pengeluaran Pemerintah Untuk Lingkungan Hidup

Tahun 2005-2010 ( dalam milyar rupiah )

Perlindungan Lingkungan

Tahun Anggaran Persentase2005 1.333,9 0,372006 2664,5 0,612007 4952,6 0,982008 5315,1 0,772009* 6683,8 0,962010 7752,8 1,11

Sumber : APBN 2005-2010, diolah

Page 30: Government Expenditure

Dana anggaran yang diberikan dipecah dalam beberapa sub-fungsi yang

terdapat dalam fungsi perlindungan lingkungan dengan rincian :

1. Pengelolaan limbah,

2. Pengelolaan air limbah,

3. Pencemaran limbah,

4. Konservasi sumber daya alam,

5. Perencanaan tata ruang dan tanah,

6. R & D pertahanan,

7. Perlindungan lingkungan.

Pemerintah mulai sadar akan pentingnya lingkungan hidup ditandai dengan

naiknya anggaran pemerintah untuk fungsi perlindungan lingkungan yang

sebelumnya di tahun 2005-2009 belum pernah mencapai 1% namun pada tahun 2010

pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar 1,1% dari total anggaran belanja

pemerintah

4.3.6 Pengeluaran Pemerintah Menurut Fungsinya Untuk Perumahan dan

Fasilitas Umum

Perumahan merupakan salah satu kebutuhan primer dari masyarakat

Indonesia, lebih tapatnya adalah perumahan yang murah dan layak. Selain

perumahan, fasilitas umum juga merupakan kebutuhan lain dari masyarakat yang

diharapkan dapat tersedia dengan baik oleh pemerintah.

Page 31: Government Expenditure

Grafik 4.5Pengeluaran Pemerintah Untuk Perumahan dan Fasilitas Umum

Tahun 2005-2010 ( dalam milyar rupiah )

4.3 Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan

Alokasi anggaran tentunya merupakan penyokong utama bagi tiap – tiap

sektor dalam Negara Indonesia dalam menjalankan kegiatannya. Pemerintah wajib

mengalokasikan dana anggaran dengan sebaik-baiknya pada tiap sektor yang

menyangkut kepentingan masyarakat Indonesia agar tidak menimbulkan gejolak

dalam masyarakat. Salah satu sektor yang seharusnya mendapatkan perhatian lebih

dari pemerintah adalah sektor pendidikan, hal ini dikarenakan pendidikan merupakan

salah satu dari beberapa bagian permasalahan yang masuk dalam salah satu dari

delapan tujuan Millenium Development Goals ( MDGs). Tujuan-tujuan MDGs adalah

sebagai berikut :

1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan dengan target :

Page 32: Government Expenditure

1.1. Menurunkan proporsi penduduk yang pendapatannya di bawah 1 dollar

AS/hari menjadi separuhnya antara tahun 1990-2015.

1.2. Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi

separuhnya antara tahun 1990-2015.

2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua dengan target :

2.1. Menjamin semua anak, sampai tahun 2015, dimana pun, lelaki atau

perempuan, dapat menyelesaikan sekolah dasarnya.

3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dengan target :

3.1. Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan

lanjutan pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan pada tidak lebih

dari 2015.

4. Menurunkan angka kematian anak, dengan target :

4.1. Menurunkan angka kematian balita sebesar tiga perempatnya.

5. Meningkatkan kesehatan bu dengan target :

5.1. Menurunkan angka kematian ibu antara tahun 1990-2015 sebesar tiga

perempatnya.

6. Memerangi HIV / AIDS, malaria, dan penyakit lainnya dengan target:

6.1. Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus

baru pada tahun 2015.

6.2. Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus dan

penyakit lainnya pada tahun 2015

7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup dengan target :

Page 33: Government Expenditure

7.1. Memadukan prinsip – prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan

dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang

hilang.

7.2. Penurunan sebesar separuh proporsi penduduk tanpa akses ke sumber air

minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015.

7.3. Mencapai perbaikan kehidupan penduduk miskin yang berarti di pemukiman

kumuh pada tahun 2020.

8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan.

Kebijakan pemerintah terkait dengan penyelenggaraan pendidikan yang layak

dan pembangunan pendidikan yang baik minimal untuk tingkat dasar dan menengah

pertama tentuny merupakan salah satu yang diharapkan oleh masyarakat untuk

dilaksanakan oleh pemertintah, karena salah satu poin dalam MDGs yang ikut di

tandatangani oleh pemerintah terdapat tujuan untuk mencapai pendidikan dasar untuk

semua kalangan masyarakat.

Perbaikan sektor pendidikan agar system pendidikan Indonesia semakin baik

dan terjamin kualitasnya bagi masyarakat tentunya membutuhkan konsistensi

kebijakan pemerintah Indonesia, dalam hal ini adalah pada sektor anggaran belanja

public pemerintah untuk sektor pendidikan. Dalam kurun waktu pemerintahan 6

tahun terakhir atau masa era pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono

selalu dikemukakan tentang proporsi 20% anggaran pemerintah untuk sektor

pendidikan, namun kenyataan dilapangan tidak sesuai dengan harapan yang ada

dalam masyarakat.

Page 34: Government Expenditure

Jika dilihat dari keterkaitan antar sektor, maka pendidikan memiliki

keterkaitan erat pada dua sektor utama yang menjadi tolak ukur HDI atau Indeks

Pembangunan Indonesia yaitu kesehatan dan kemiskinan. Pemerintah sudah

sepantasnya menyadari bahwa keterkaitan antar tiga sektor tersebut merupakan titik

tolak kebijakan yang seharusnya diberikan porsi lebih agar lingkaran kemiskinan

dapat terputus, salah satunya adalah dengan pendidikan yang baik baik formal

maupun non formal dimana ketika pendidikan membaik maka masyarakat lebih

paham tentang arti penting kesehatan dan lebih dapat bertahan dan bersaing dalam

dunia kerja dengan pendidikan yang lebih baik agar lepas dari kemiskinan.

Grafik 4.3Pengeluaran Public Pemerintah Sektor Pendidikan Terhadap Presentase Total

Pengeluaran Pemerintah

Sumber : World Bank, 2008

Page 35: Government Expenditure

Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa memang terjadi peningkatan setiap

tahunnya untuk anggaran pemerintah meskipun sempat terjadi penurunan di beberapa

tahun seperti pada tahun 2004 yang menurun dari 15,9% di tahun 2004 menjadi

14,7% pada tahun 2004, hal ini di karenakan pada tahun 2004 tersebut di adakan

pemilu yang cukup membuat anggaran tersedot dari beberapa sektor karena di

alokasikan untuk pemilu. Dari tahun 2001 ke 2002 terjadi kenaikan presentase alokasi

pengeluaran pemerintah terhadap sektor pendidikan sebesar 2.82%, selanjutnya pada

tahun 2002 ke 2003 terjadi kenaikan prsesentase pengeluaran pemerintah sektor

pendidikan sebesar 1,71%, pada tahun 2003 ke 2004 terjadi penurunan presentase

pengeluaran pemerintah sektor pendidikan sebesar 1,81%, pada tahun 2004 ke 2005

terjadi peningkatan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan sebesar 0,7%, pada

tahun 2005 ke 2006 terjadi peningkatan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan

sebesar 2,34%, terakhir pada tahun 2006 ke 2007 terjadi peningkatan pengeluaran

pemerintah sektor pendidikan sebesar 0,33%. Secara rata-rata presentase pengeluaran

public pemerintah sektor pendidikan tumbuh sebesar 1,015% tiap tahunnya, angka

yang cukup kecil untuk Negara dengan jumlah penduduk yang besar dengan tingkat

kebutuhan akan pendidikan yang tinggi.

Dalam data pokok APBN Negara Indonesia tahun 2005-2010 juga memang

terlihat terjadi peningkatan jumlah anggaran yang dialokasikan dalam APBN untuk

sektor pendidikan, namun ternyata kebijakan pemerintah tentang alokasi 20% dalam

anggaran belanja dalam APBN belum menemui titik maksimalnya.

Page 36: Government Expenditure

Tabel 4.2Alokasi Dana Belanja Pemerintah Sektor Pendidikan Dalam APBN

( Milyar Rupiah)

Tahun Alokasi2005

2006

2007

2008

2009

2010

29.307,945.303,950.843,4

55.298,0

89.918,1

84.086,5

Sumber : Data Pokok APBN 2005-2010,Departemen Keuangan

Jika bertolak dari gambaran yang ada pada tabel diatas tentunya kita dapat

berbesar hati melihat anggaran belanja pemerintah sektor pendidikan yang selalu

meningkat tiap tahunnya, namun anggaran tersebut belum memenuhi jumlah kuota

20% anggaran belanja yang menjadi kebijakan pemerintah. Pada tahun 2005

anggaran belanja pemerintah sektor pendidikan hanya 8% dari total pengeluaran

belanja pemerintah diberbagai sektor, tahun 2006 juga mengalami hal yang sama

yaitu hanya 10,29%, pada tahun 2007 anggaran belanja pemerintah sektor pendidikan

10,075% atau justru menurun sebesar 0,21%, pada tahun 2008 anggaran belanja

pemerintah sektor pendidikan menurun lagi menjadi 7,97% atau menurun sekitar

2,1%, pada tahun 2009 anggaran belanja pemerintah sektor pendidikan meningkat

menjadi 12,5% dari total anggaran belanja pemerintah, pada tahun 2010 menurun lagi

menjadi 11,6%. Terlihat jelas bahwa masih jauh dari harapan ketika alokasi belanja

pemerintah sektor pendidikan belum mendapat porsinya seperti yang diamanatkan

pemerintah pusat.

Page 37: Government Expenditure

Patut dipertanyakan kembali konsistensi pemerintah pusat dalam hal

kebijakan sektor pendidikan tentang alokasi 20% anggaran belanja pemerintah untuk

sektor pendidikan jika melihat bahwa tidak pernah sekalipun anggaran belanja

pemerintah sektor pendidikan menyentuh angaka 20% dari total belanja. Tidak hanya

konsistensi dalam hal 20% porsi anggaran belanja untuk pendidikan yang patut

dipertanyakan, namun juga pada alokasi dana per sub sektor pendidikan itu sendiri,

jika di lihat lebih mendalam jumlah alokasi dana pendidikan yang tidak mencapai

20% tersebut juga digunakan sebagian besar untuk belanja pegawai atau dalam hal ini

adalah untuk gaji pegawai, selain itu ternyata dari total belanja sektor pendidikan

tidak hanya diperuntukkan Dinas Pendidikan Nasional saja karena dalam rinciannya

juga terdapat anggaran dinas lain yang turut masuk kedalam anggaran pendidikan

sehingga pemerintah terkesan tidak serius dalam komitmennya di sektor pendidikan

Tabel 4.3Sebaran Anggaran Pendidikan

No Pos Pembiayaan Jumlah %

1 DEPDIKNAS 61,525,476,815,000 68.7

2 DEPAG 23,275,218,223,000 26.0

3 Dep PU 42,377,950,000 0.0

4 Dep Kebudayaan &Pariwisata

67,228,388,000 0.1

5 Perpustakaan Nasional

259,951,730,000 0.3

6 Depkeu 64,700,000,000 0.1

7 Dep. Pertanian 75,000,000,000 0.1

8 Dep. Perindustrian 100,000,000,000 0.1

Page 38: Government Expenditure

9 Dep. ESDM 23,100,000,000 0.0

10 Dep. Perhubungan 800,000,000,000 0.9

11 Dep. Kesehatan 1,300,000,000,000 1.5

12 Dep. Kehutanan 14,900,000,000 0.0

13 Dep. Kelautan dan Perikanan

250,000,000,000 0.3

14 Badan Pertanahan Nasional

24,500,000,000 0.0

15 BMG 16,000,000,000 0.0

16 Badan Tenaga Nuklir Nasional

7,400,000,000 0.0

17 Bagian Anggaran 69 1,705,000,000,000 1.9

  TOTAL 89,550,853,106,000 100.0

Sumber : Publikasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran

Dengan melihat tabel diatas kita dapat memahami mengapa pendidikan di

Indonesia sulit untuk berkembang ketika komitmen pemerintah dalam menjalankan

kebijakan yang telah dikeluarkan hanya sebatas Undang-undang saja tanpa ada

keberlanjutan yang konsisten dari pemerintah.

BAB V

Page 39: Government Expenditure

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Peran pemerintah yang cukup vital dalam perkembangan berbagai sektor di

Indonesia khususnya pendidikan seharusnya dapat membuka mata pemerintah untuk

berperan aktif dan berkonsentrasi pada kebijakan-kebijakan yang mengarah pada

peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia. Kebijakan sektor pendidikan

yang ditetapkan bukan hanya semata untuk memberikan kesan baik yang tidak nyata

bagi pemerintah, tetapi dalam kenyataannya pemerintah wajib memberikan porsi

yang sesuai dan sebenarnya pada sektor pendidikan. Terkait dengan alokasi anggaran

pendidikan, seharusnya proporsi 20% yang telah diamanatkan pemerintah ditepati

dan dijalankan sebagaimana mestinya, bukan hal yang mustahil jika posisi HDI

( Human Development Index ) akan terus menurun jika kondisi pendidikan di

Indonesia tidak segera diperbaiki secara maksimal. Tidak hanya terkait proporsi

anggaran belanja sektor pendidikan terhadap total belanja pemerintah, namun juga

terkait dalam pos-pos yang terdapat dalam alokasi anggaran tersebut, seharusnya

dalam pos-pos alokasi anggaran belanja pemerintah untuk sektor pendidikan bersih

dari “titipan” anggaran dari dinas lain yang jika dilihat dari publikasi Forum

Indonesia untuk Transparansi Anggaran lebih dari 30% dari total anggaran masuk

pada dinas selain Dinas Pendidikan. Sebuah ironi jika kebijakan yang memiliki dasar

Page 40: Government Expenditure

dalam konstitusi UUD 1945 yang mengamanatkan untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa justru tidak diberikan tempat yang layak bagi konsistensi pemerintah dalam

menjalankan kebijakannya.

5.2 Saran

Saran yang dapat dikemukakan dari permasalahan permasalahan yang ada

meliputi permasalahan anggaran pendidikan maupun kebijakan lebih lanjut guna

memajukan pendidikan Indonesaia adalah :

1. Pemerintah harus meningkatkan pemahaman akan konsistensi dan eksistensi

kebijakan sektor pendidikan yang telah ditetapkan, hal ini dikarenakan sektor

pendidikan juga telah diamanatkan dalam konstitusi yang tentunya harus

ditaati oleh pemerintah.

2. Membersihkan alokasi anggaran pendidikan dari anggaran – anggara dinas

lain yang tidak terkait dengan Dinas Pendidikan Nasional sebagai bentuk

konsisitensi kebijakan pemerintah mengenai porsi 20% anggaran belanja

sektor pendidikan.

3. Sebelum membersihkan alokasi anggaran pendidikan dari anggaran –

anggaran kebijakan sektor pendidikan dari dinas yang tidak terkait dengan

Dinas Pendidikan Nasional tentunya pemerintah wajib mentaati dan

memenuhi segala kewajiban pemerintah mengenai porsi 20% anggaran

belanja untuk sektor pendidikan, hal ini harus dilakukan mengingat bahwa

Page 41: Government Expenditure

selama ini anggaran yang diberikan pemerintah selalu tidak memenuhi porsi

20% anggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

4. Jika pemerintah merasa sulit untuk memenuhi 20% porsi anggaran belanja

pendidikan terhadap total belanja pemerintah, maka seharusnya pemerintah

dapat meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya golongan ekonomi kuat

guna ikut serta memajukan pendidikan Indonesia.

5. Pengawasan terhadap penggunaan porsi 20% anggaran belanja pendidikan

terhadap total belanja pemerintah mutlak dilakukan agar penggunaan

anggaran tersebut dapat dipertanggungjawabkan dihadapan masyarakat, selain

itu juga mutlak diperlukan perubahan struktur alokasi dalam penggunaan

anggaran tersebut, jika anggaran tersebut alokasi terbesar justru untuk belanja

pegawai, maka anggaran yang tertuju secara langsung guna pembangunan

pendidikan di Indonesia juga semakin minim, akibatnya adalah kurangnya

infrastruktur sekolah, makin mahalnya biaya pendidikan bagi masyarakat, dan

lain-lain. Hal ini patut menjadi salah satu perhatian khusus pemerintah guna

meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan Indonesia melalui kebijakan

anggaran belanja sektor pendidikan oleh pemerintah.

Page 42: Government Expenditure

DAFTAR PUSTAKA

Mangkoesoebroto,Guritno (2001)., Ekonomi Publik., Yogyakarta : BPFE.

Subiyantoro, Heru & Singgih Riphat., Kebijakan Fiskal : Pemikiran, Konsep dan

Implementasi. Jakarta : Kompas

Suharto, Adhi (2005), Analisis Kebijakan Publik, Bandung : Alfabeta.

Dtata Pokok APBN 2005-2010, Departemen Keuangan Republik Indonesia

Wahyu, Deskripsi Kondisi Seabad Pendidikan Di Indonesia Pada Umumnya dan

Kalimantan Selatan Khususnya,2008

Yuna Farhan , 2 Tahun 20% Anggaran Pendidikan,Semakin Besar-Semakin Tidak Akuntabel, 2010

The EFA 2000 Assessment: Country Reports, www.unesco.com

Anggaran Pendidikan Indonesia, http://www.dikti.org/?q=node/726 , diunduh pada

tanggal 12 Mei pukul 23.57 WIB.

Public Spending on Education Total Precentage Government Expenditure 2005-2010, www.worldbank.com , diunduh pada tanggal 11 Mei 2010 pukul 14.42 WIB.

Page 43: Government Expenditure

POLA PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN 2005-2010: KONSISTENSI KEBIJAKAN

PEMERINTAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Publik IIDosen : Johanna Maria Kodoatie, SE., MEc., Ph.D

Disusun Oleh:

Satya Adhi H C2B006066

Yossy Herma P C2B006072

Agus Riyanto C2B007004

Dolly A. Brutu C2B007019

Muhammad Hafid C2B007037

R. Indra Setyadi C2B007059

Ahmad Soleh C2B008001

Agaditha Nila C2B008003

Anandriyo Suryo M. C2B008003

Ardana Indra P C2B008005

UNIVERSITAS DIPONEGOROFAKULTAS EKONOMI

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN2010