file tugas
description
Transcript of file tugas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di antara semua organ tubuh, mata adalah organ yang paling mudah diperiksa
secara langsung. Mata merupakan satu-satunya bagian tubuh yang dapat
memperlihatkan pembuluh darah dan jaringan sistem saraf pusat secara langsung.
Fungsi visual dapat diukur dengan percobaan subyektif sederhana. Anatomi eksternal
mata dapat dilihat dengan mata telanjang dan dengan alat yang cukup sederhana.
Bagian dalam matapun dapat dilihat melalui kornea yang bening. 2
Agar dapat melakukan pemeriksaan mata dengan benar diperlukan
pemahaman dasar mengenai gejala pada mata.2
Tujuan pemeriksaan fisik mata adalah untuk menilai fungsi maupun anatomi
kedua mata. Mata ametrop ( mata miopia, hiperopia, atau astigmat) memerlukan lensa
koreksi agar terfokus dengan baik untuk melihat jauh.Gangguan optik ini disebut
kesalahan refraksi. Refraksi adalah prosedur untuk menetapkan dan menghitung
kesalahan optik alami ini.2
Pemeriksaan refraksi sering diperlukan untuk membedakan apakah pandangan
kabur disebabkan oleh kesalahan refraksi (yakni optik) atau oleh kelainan medis pada
sistem visual. Jadi, selain menjadi dasar untuk penulisan resep kacamata atau lensa
kontak, pemeriksaan refraksi juga berfungsi sebagai diagnostik.2
1.2 Batasan Masalah
Meet The Expert ini membahas tentang pengertian, teknik, dan penilaian
pemeriksaan refraksi.
1.3 Tujuan Penulisan
Meet The Expert ini bertujuan untuk menambah wawasan mengenai teknik
pemeriksaan refraksi.
1.4 Metode Penulisan
1
Metode yang dipakai adalah tinjauan kepustakaan dengan merujuk kepada
berbagai literatur.
1.5 Manfaat Penulisan
Meet The Expert ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan
informasi dan pengetahuan tentang teknik pemeriksaan refraksi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Refraksi
Refraksi merupakan suatu prosedur untuk menentukan dan mengukur setiap
kelainan optik. Interpretasi penglihatan yang tepat bergantung pada kemampuan mata
memfokuskan berkas cahaya yang datang ke retina.2
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri
atas kornea, cairan mata, benda kaca, dan panjangnya bola mata.
Refraksi adalah perubahan arah cahaya ketika melintasi suatu media transparan ke
media transparan lainya dengan densitas yg berbeda. Media refraksi mata terdiri dari
permukaan kornea, aquos humor, permukaan anterior dan posterior lensa, dan corpus
vitreus. Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media refraksi ini dan
panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media refraksi dan
panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui
media penglihatan dibiaskan tepat di makula lutea. Sinar ke dalam mata dari titik jauh
berjalan sejajar, akan diterima oleh sel batang dan kerucut di retina dan rangsang cahaya
ini mengalami perubahan menjadi rangsang listrik untuk diteruskan ke korteks serebri
melalui N II. Karena proses ini kita dapat mengenal besar, bentuk, dan warna dari benda
yang diamati. Daya bias yang terkuat diberikan oleh permukaan kornea yaitu sebesar +43
D, oleh lensa sebesar + 10 D, sedangkan keseluruhan system refraksi mata ini
membentuk lensa cembung dengan fokus 23 mm.1,2
2.2 Penentuan Tajam Penglihatan
Tajam penglihatan ditentukan dengan menggunakan peta mata Snellen yang
dibuat berdasarkan kemampuan retina untuk membedakan 2 titik secara terpisah. Mata
hanya dapat membedakan 2 titik terpisah bila titik tersebut membentuk sudut 1 menit.
Hal ini dikarenakan diameter konus pada daerah macula adalah sebesar 0,004 mm dan
untuk menghasilkan bayangan ukuran 0,004 mm tersebut obyek harus diletakkan pada
sudut 1 menit. Selain itu satu huruf hanya dapat dilihat bila seluruh huruf membentuk
sudut 5 menit dan setiap bagian dipisahkan dengan sudut 1 menit. Makin jauh huruf harus
3
terlihat maka makin besar huruf tersebut harus dibuat karena sudut yang dibentuk harus
tetap 5 menit. Dasar itulah yang dipakai untuk menentukan tajam penglihatan dengan
bantuan peta mata Snellen.3
Selain dengan huruf alphabet, peta mata Snellen dibuat pula dengan angka,
gambar, tanda E, lingkaran landat, dan lain-lain.
2.3 Pemeriksaan Visus dan Refraksi Sederhana
Tajam penglihatan jauh diperiksa dengan mempergunakan peta mata Snellen,
dimana huruf-hurufnya mempunyai ukuran standar. Peta mata ini berupa suatu kartu yang
berisikan huruf-huruf yang makin ke bawah makin kecil.3
Huruf paling atas dapat dilihat pada jarak 50 m. Makin ke bawah jaraknya makin
dekat, yaitu 30 m, 20 m, 15 m, 10 m, 7 m, 6 m, 5 m.3
2.3.1 Macam-macam Kartu Snellen4
Terdapat bermacam-macam kartu Snellen yang dapat disesuaikan dengan tingkat
kecerdasan penderita antara lain:
a. Huruf alfabet yaitu untuk penderita yang tidak buta huruf.
Gambar 1. Snellen Chart Alfabet
b. Angka.
4
Gambar 2. Snellen Chart Angka
c. Huruf E atau C dengan bermacam-macam posisi untuk menderita buta huruf.
Gambar 3. Snellen Chart Huruf E
d. Gambar untuk anak-anak.
Gambar 4. Snellen Chart Gambar
5
Mencatat hasil pemeriksaan tajam penglihatan jauh dengan syarat :3
a. Pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan dengan pencahayaan cukup dan
jarak 5 m atau 6m.
b. Gantungkan kartu Snellen setinggi mata dalam keadaan duduk.
c. Peta mata Snellen harus mendapat penerangan cukup sehingga semua
huruf yang ada dapat terlihat dengan jelas.
d. Lakukan pemeriksaan pada satu mata dengan mata yang lain ditutup. Bola
mata yang ditutup jangan ditekan.
e. Catat tajam penglihatan mata yang dibuka. Untuk selanjutnya dilakukan
pemeriksaan khusus untuk myopia, hipermetropi, astig mat, dan presbiopia
2.3.2 Cara Pemeriksaan Tajam Penglihatan4
1. Mata diperiksa satu persatu dengan penutup mata yang lain dan jangan ditekan.
Gambar 5. Mata yang akan dperiksa dibuka dan mata lainnya ditutup tanpa menekannya.
2. Mulailah dengan huruf paling atas, paling besar, dan diteruskan dengan huruf
dibawahnya dan seterusnya.
3. Tajam penglihatan dinyatakan dengan suatu angka
Pembilang
Penyebut
Pembilang : jarak antara penderita dengan peta mata Snellen
6
Penyebut : jarak dimana huruf tersebut seharusnya dapat dibaca oleh orang
normal
Contoh :
Tajam penglihatan mata kanan adalah 6/30 berarti pada jarak 6 m
penderita dapat membaca huruf-huruf yang seharusnya dapat diabaca pada jarak
30 m oleh orang normal.
2.3.3 Penilaian Tajam Penglihatan (Visus)3
1. Visus 5/5 adalah terbaik, berarti pada jarak pemeriksaan 5 m dapat terlihat huruf-
huruf yang seharusnya terlihat pada jarak 5 m pada orang normal. Bila hanya
huruf terbesar pada peta mata Snellen yang dapat terlihat, mata dikatakan
mempunyai tajam penglihatan 5/50.
2. Bila huruf terbesarpun tidak dapat dilihat, maka penderita diminta menghitung
jari pemeriksa pada dasar putih pada macam-macam jarak yaitu 5 m, 4 m, 3 m, 2
m, dan 1 m. pada orang normal, hitung jari ini dapat dilihat pada jarak 60 m. bila
penderita dapat menghitung jari pada jarak 3 m, maka tajam penglihatannya 3/60.
Gambar 6. Pemeriksaan Hitung Jari
3. Bila pada jarak terdekat (hitung jari) tidak dapat dilihat, maka tangan pemeriksa
digerakkan pada macam-macam arah dan penderita harus dapat mengatakan arah
gerakan tersebut. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada
jarak 300 m. bila pasien hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 m,
berarti tajam penglihatannya adalah 1/300.
7
Gambar 6. Pemeriksaan Visus Menggunakan Lambaian Tangan
4. Bila gerak tangan pada jarak paling dekat tidak dapat dilihat, maka pemeriksa
mengambil senter dan mengarahkan sinarnya pada mata yang diperiksa dari
segala arah dengan mata yang satunya ditutup. Penderita harus dapat menyatakan
dari arah mana datangnya sinar dengan benar. Dalam keadaan ini tajam
penglihatan pasien 1/ proyeksi benar dan 1/ proyeksi salah jika penderita
tidak dapat menentukan arah datang sinar senter.
Gambar 7. Pemeriksaan Visus Menggunakan Sinar
5. Bila sinar dari senter itu tidak dilihat lagi, maka tajam penglihatannya adalah nol
yang berarti penderita mengalami buta sama sekali.
6. Pemeriksaan pinhole juga dibutuhkan untuk menentukan apakah seseorang yang
tajam penglihatannya kurang dari 5/5 disebabkan oleh kelainan refraksi atau
8
disebabkan oleh kelainan mata yang lainnya. Misalnya seseorang hanya bisa
membaca huruf pada Snellen Chart pada deretan tajam pengihatan 5/15, tetapi
setelah menggunakan pinhole orang tersebut dapat meneruskan membaca huruf
Snellen Chart ke baris yang lebih bawah lagi. Ini menunjukkan bahwa kurangnya
tajam penglihatan orang tersebut dikarenakan oleh kelainan refraksi.
Gambar 8. Alat Pinhole
Gambar 9. Pemeriksaan Pinhole
2.4 Pemeriksaan Koreksi Kelainan Refraksi4
Titik fokus jauh mata tanpa bantuan bervariasi pada orang normal. Tergantung
bentuk bola mata dan kornea. Mata emetrop secara alami berfokus optimal bagi
penglihatan jauh. Mata ametrop (mata miopia, hiperopia, atau astigmatik) memerlukan
lensa koreksi agar terfokus dengan baik untuk jarak jauh. Gangguan optik ini disebut
kesalahan refraksi. Untuk itu perlukan pemeriksaan untuk menentukan koreksi kesalahan
atau kelainan refraksi ini. Secara garis besar terdapat dua cara pemeriksaan koreksi
kelainan refraksi, antara lain :
1. Pemeriksaan subjektif
9
Memeriksa kelainan pembiasan mata pasien dengan memperlihatkan kartu
lihat jauh dan memasang lensa yang sesuai dengan hasil pemeriksaan bersama pasien.
2. Pemeriksaan objektif
Melakukan pemeriksaan kelainan pembiasan mata pasien dengan alat tertentu
tanpa perlunya kerjasama dengan pasien. Pemeriksaan objektif memakai alat:
refraksinometer maupun retinoskopi.
2.4.1 Pemeriksaan Subyektif
Alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan subyektif adalah :
Kartu Snellen
Bingkai percobaan
Gambar 10. Bingkai Percobaan
Sebuah set lensa coba
Gambar 11. Set Lensa Coba
Teknik Pemeriksaan :3
1. Lakukan pemeriksaan ketajaman penglihatan jauh untuk mata kanan dan kiri.
Misalnya visus OD 5/20 dan visus OS 5/15.
10
2. Lakukan pemeriksaan koreksi kelainan refraksi secara subjektif untuk mata kanan
terlebih dahulu dengan menutup mata kiri, kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan mata kiri dengan menutu mata kanan.
3. Tentukan apakah daya penglihatan tersebut tercapai dengan memakai daya
akomodasi (pada mata hipermetrop) atau tanpa daya akomodasi (pada mata
miop).
Cara : Tambahkan di depan bingkai uji coba suatu lensa sferis sebesar + 0,25 D
atau – 0,25 D. Tanyakan kepada pasien pada lensa sferis manakah yang
penglihatannya menjadi lebih jelas. Hasil akan lebih jelas pada mata hipermetrop
jika menggunakan lensa sferis + 0,25 D. Hasil akan lebih jelas pada mata miop
jika mengguanakn lensa sferis – 0,25 D.
Dari urutan ke-3 ini kita dapat menentukan apakah penderita itu hipermetrop atau
miop.
4. Misalkan dengan penambahan lensa sferis + 0,25 D menjadi lebih jelas, berarti
pasien ini mempunyai mata hipermetrop. Perbesar kekuatan lensa sferis positif ini
sampai didapatkan suatu hasil maksimal dengan visus terbaik.
Derajat hipermetropi dinyatakan dengan lensa sferis positif terbesar.
Misalnya visus OD 5/20 dengan koreksi lensa sferis + 0,25 D visus menjadi 5/15
Dengan koreksi lensa sferis + 0,50 D visus menjadi 5/10
Dengan koreksi lensa sferis + 0,75 D visus menjadi 5/7
Dengan koreksi lensa sferis + 1,00 D visus menjadi 5/6
Dengan koreksi lensa sferis + 1,25 D visus menjadi 5/5
Dengan koreksi lensa sferis + 1,50 D visus menjadi 5/5
Dengan koreksi lensa sferis + 1,75 D pandangan menjadi kabur
Maka derajat hipermetropia penderita yaitu sebesar sferis + 1,50 D
5. Misalkan dengan penambahan lensa sferis sebesar - 0,25 D menjadi lebih jelas,
berarti pasien ini mempunyai mata miop. Perbesar kekuatan lensa sferis negatif
ini sampai didapatkan suatu hasil maksimal dengan visus terbaik. Derajat miopia
dinyatakan dengan lensa sferis negatif terkecil.
Misalnya visus OD 5/20 dengan koreksi lensa sferis - 0,25 D visus menjadi 5/15
Dengan koreksi lensa sferis – 0,50 D visus menjadi 5/10
11
Dengan koreksi lensa sferis – 0,75 D visus menjadi 5/7
Dengan koreksi lensa sferis – 1,00 D visus menjadi 5/6
Dengan koreksi lensa sferis – 1,25 D visus menjadi 5/5
Dengan koreksi lensa sferis – 1,50 D visus menjadi 5/5
Dengan koreksi lensa sferis - 1,75 D pandangan menjadi kabur
Maka derajat mipia penderita yaitu sebesar sferis - 1,25 D
Koreksi Refraksi pada Astigmatisme2,3
Jika dengan lensa sferis tidak tercapai visus 6/6, mungkin sekali kita berhadapan
dengan suatu keadaan astigmatisme yaitu dimana sinar dibiaskan tidak pada satu titik.
Hal ini disebabkan kurvatur kornea tidak sama pada bidang vertikal dan horizontal
Keadaan ini dapat dikoreksi dengan penambahan lensa silinder minus atau lensa
silinder plus dengan axis pada garis yang tampak paling kabur bila melihat garis-garis
kipas pada peta mata Snellen.
Dasar pemeriksaan astigmat adalah pada mata dengan kelainan refraksi astigmat
didapatkan kekuatan pembiasan pada satu bidang lebih besar dibanding dengan bidang
lain. Biasanya kedua bidang utama ini tegak lurus satu dengan yang lainnya. Pada mata
astigmat lensa silinder yang sesuai akan memberikan tajam penglihatan yang maksimal.
Alat yang digunakan sama seperti pemeriksaan subyektif, tetapi pasien disuruh melihat
ke arah kipas astigmat yang berada diatas huruf terbesar Snellen Chart.
12
Gambar 12. Snellen Chart dan Kipas Astigmat
Teknik Pemeriksaan :
1. Pasien duduk mengahdap kartu Snellen pada jarak 6 meter.
2. Pada mata dipasang bingkai percobaan
3. Satu mata yang tidak diperiksa ditutup.
4. Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat.
5. Pasien ditanya tentang garis pada kipas yang kabur. Masing-masing garis
pada kipas astigmat mempunyai nilai sudut tertentu.
6. Setelah diketahui sudut yang kabur, maka dicobakan lensa silinder +0,25
D atau – 0,25 D pada bingkai percobaan sesuai dengan sudut dimana
penglihatan pasien terhadap garis pada kipas astigmat tidak jelas.
7. Ditanyakan kepada pasien pada lensa silinder manakah yang
penglihatannya membaik. Misalnya penglihatan mulai membaik pada
lensa silinder – 0,25 D, maka perbesar kekuatan lensa silinder negatif
untuk mendapatkan hasil tajam penglihatan terbaik.
Koreksi Refraksi pada Presbiopia2,3
Gejala presbiopia atau sukar melihat pada jarak dekat dimana pekerjaan dekat
seperti membaca, menjahit, dan menulis sukar dilakukan yang biasanya terdapat pada
usia 40 tahun atau lebih. Pada keadaan ini lensa menjadi kaku sehingga daya lensa untuk
13
mencembung berkurang. Gangguan akomodasi pada usia lanjut terjadi akibat kurang
lenturnya lensa disertai melemahnya kontraksi badan siliar. Pada presbiopi pungtum
proksimum ( titik terdekat yang masih dapat dilihat) terletak makin jauh di depan mata
dibanding dengan keadaan sebelumnya.
Seorang presbiopia harus dibantu dengan kacamata baca. Pada umur 40 tahun
didapatkan presbiopia sebesar + 1,00 D dan naik + 0,50 D tiap 5 tahun. Maksimum yaitu
sebesar + 3,00 tercapai pada usia diatas 60 tahun.
Teknik Pemeriksaan :
1. Dilakukan pemeriksaan mata satu persatu.
2. Pasien diperiksa penglihatan sentral dan diberikan kaca mata
jauh sesuai yang diperlukan (bisa lensa positif, negatif, atau astigmat).
3. Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak baca).
4. Pasien diminta membaca huruf terkecil pada kartu baca dekat.
5. Diberikan lensa positif mulai S+1 yang dinaikkan perlahan-lahan
sampai terbaca huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini
ditentukan.
Penilaian :
- Ukuran lensa yang memberikan ketajaman penglihatan sempurna
merupakan ukuran lensa yang diperlukan untuk adisi kaca mata baca.
- Hubungan lensa adisi dengan umur biasanya:
Usia 40 tahun presbiopia + 1,00 D
Usia 45 tahun presbiopia + 1,50 D
Usia 50 tahun presbiopia + 2,00 D
Usia 55 tahun presbiopia + 2,50 D
Usia 60 tahun dan seterusnya presbiopia + 3,00 D
2.4.2 Pemeriksaan Refraksi Objektif
2.4.2.1 Refraksionometer
Refraksionometer merupakan alat pengukur anomali refraksi mata.
Refraksionometer juga disebut sebagai refraktor automatik yang dikenal masyarakat
sebagai alat komputer pemeriksaan kelainan refraksi.
14
Alat yang diharapkan dapat mengukur dengan tepat dan cepat kelainan refraksi
mata, namun alat ini kurang bermanfaat pada anak atau pada orang dewasa dengan
penyakit segmen anterior yang cukup berat.2,4
2.4.2.1 Retinoskopi4
Pemeriksaan yang sangat diperlukan pada pasien yang tidak kooperatif untuk
pemeriksaan refraksi biasa. Retinoskopi merupakan alat yang berguna untuk menentukan
kelainan refraksi seseorang secara obyektif.
Retinoskop sinarnya dimasukkan ke dalam mata atau pupil pasien. Pada keadaan
ini terlihat pantulan sinar dari dalam mata. Dengan lensa kerja sferis +2.00 D, pemeriksa
mengamati refleksi fundus, bila berlawanan dengan gerakan retinoskop (against
movement) dikoreksi dengan lensa sferis negatif, sedangkan bila searah dengan gerakan
retinoskop (with movement) dikoreksi dengan lensa sferis positif. Meridian yang netral
lebih dulu adalah komponen sferisnya. Meridian yang belum netral dikoreksi dengan
lensa silinder sampai tercapai netralisasi.
Dikenal 2 cara retinoskopi :
a. Spot retinoscopy, retinoskopi dengan memakai berkas sinar yang dapat
difokuskan.
b. Streak retinoscopy, retinoskopi dengan memakai berkas sinar dengan bentuk
celah atau slit.
2.5 Pemeriksaan Refraksi pada Bayi dan Anak5
Kelainan refraksi dapat dicurigai misalnya berdasarkan kebiasaan cara menonton
TV, posisi duduk saat belajar di kelas, dan membaca terlalu dekat. Apabila disertai posisi
agak miring, maka kemungkinan ada kelainan makula atau ada strabismus. Apabila
anak sudah bisa diperiksa dengan kacamata maka pemeriksaan akan lebih mudah dengan
menggunakan metode coba-coba, secara subjektif. Untuk mengetahui secara pasti
refraksi pada anak sebaiknya dilakukan pemeriksaan dengan streak retinoscopy. Dalam
pemeriksaan ini mata anak atau bayi sebelumnya ditetesi midriatika untuk melebarkan
pupil dan melumpuhkan otot silier sehingga tidak dipengaruhi faktor akomodasi.
15
Usia Tajam Penglihatan (Visus)
4 bulan 6/600
6 bulan 6/300
9 bulan 6/72
3 tahun 6/9
5 tahun 6/6
Tabel 1. Visus bayi dan anak
Pemeriksaan refraksi menjadi sangat penting apabila ternyata bayi atau anak
mengalami strabismus, dengan demikian bayi akan sulit diperiksa. Untuk pemeriksaan
seperti ini sebaiknya dilakukan anestesia umum, sehingga pemeriksaan fundus,
retinoskopi, serta tonometri bisa sekaligus dilakukan.
Metode kuantitatif untuk menguji ketajaman visual mencakup pengukuran
ketajaman deteksi, ketajaman resolusi, dan ketajaman pengenalan. Semua pemeriksaan
dilakukan pada mata kanan terlebih dahulu. Ketajaman deteksi mendeteksi adanya
stimulus terhadap latar belakang standar (uji Bock Candy Bead), sedangkan ketajaman
resolusi mengukur kemampuan membedakan pola hitam dan putih secara tipikal.
Tiga metode dasar untuk menguji ketajaman resolusi pada bayi adalah sebagai
berikut. Pertama, melihat mana yang lebih disukai tergantung kebiasaan melihat saat
mengenali stimulus berpola. Kedua, bangkitan nistagmus optokinetik. Saat bayi melihat
drum bergaris berputar dari kiri ke kanan, matanya mengikuti putaran drum bergaris
tersebut secara lambat dari kiri ke kanan juga. Ketika garis menjadi objek fiksasinya yang
tadi di kiri sekarang menjadi di kanan lalu “hilang”, matanya bergerak secara cepat
kembali ke kiri untuk memfiksasi objek garis yang baru. Ketiga adalah dengan mengukur
visual evoked potential (VEP) yang merupakan suatu sinyal listrik yang dibangkitkan
oleh korteks visual sebagai respon terhadap stimulasi retina baik dengan cahaya senter
atau pola papan catur. Respon terhadap stimulus tersebut direkam. VEP terutama sebagai
metode menilai fungsi makula karena korteks visual menggambarkan penglihatan area
makula. VEP juga menggambarkan proses akhir penglihatan, sehingga bisa
merefleksikan abnormalitas dimanapun pada retina sampai ke korteks. Penggunaan klinis
VEP antara lain untuk konfirmasi diagnosis neuropati dan penyakit demyelinisasi,
menilai kesalahan proyeksi serabut N II seperti pada albinisme, menilai ketajaman
16
penglihatan pada bayi dan anak yang belum bisa membaca dengan memakai stimulus
pola garis yang makin halus, mendeteksi lokasi defek lapang pandang dengan
membandingkan respon terhadap stimuli dengan lokasi yang berbeda, mengevaluasi
potensial ketajaman penglihatan pada subjek dengan opasitas lensa, dan untuk
mendeteksi “kepura-puraan” atau malingering.
Cara Pemeriksaan Tajam Penglihatan pada Bayi dan Anak
Bayi Baru Lahir Sampai Umur 2 Bulan
Pemeriksaan pada usia ini biasa dilakukan dengan objek yang menarik misalnya
lampu senter. Pada bayi baru lahir hanya bisa membedakan gelap dan terang. Jika pada
saat disinari lampu senter, bayi memejamkan matanya, berarti visusnya baik. Selain itu
pemeriksaan bisa juga dilakukan dengan mainan dengan warna yang mencolok dan
bersuara. Pada bayi umur 2 bulan matanya diarahkan pada mainan. Untuk memancing
perhatiannya bisa disertai suara. Ketika matanya sudah terfokus pada mainan, hilangkan
suaranya. Lalu mainan digerakkan pelan-pelan. Jika mata bayi masih bisa mengikuti
gerakan mainan, berarti visusnya baik. Selain itu bisa juga dengan uji tutup mata untuk
gangguan mata unilateral. Apabila mata yang penglihatannya lebih buruk ditutup, bayi
biasanya akan tenang saja. Namun apabila mata yang sehat yang ditutup, maka bayi akan
rewel.
Umur 6 Bulan
Pemeriksaan pada umur ini bisa dilakukan dengan drum yang berputar. Drum
diberi garis hitam putih yang lebar bervariasi. Apabila mata bayi mengikuti putaran drum,
maka akan timbul jerky nistagmus dan ini berarti visusnya baik. Visus dinilai dari lebar
garis drum terakhir yang masih bisa diikuti bayi putarannya tanpa nistagmus. Cara lain
adalah dengan papan panil dengan 2 lubang. Lubang 1: panil bergaris dan lubang 2: panil
kelabu. Panil bergaris dari lubang 1 dipindah ke lubang 2 dan yang panil kelabu pindah
ke lubang 1. Garis panil makin lama makin halus. Jika bayi sudah melihat panil bergaris
seperti panil kelabu, dan bayi tidak mengikuti gerak panil lagi itulah nilai visusnya.
Umur 2,5 Hingga 3 Tahun
17
Anak memegang huruf T, H, dan V. Bandingkan dengan huruf pada lampu senter
yang dinyalakan. Selain itu bisa juga dengan uji kelereng. Empat kelereng ditambah
dengan papan kayu yang berlubang. Empat kelereng dengan ukuran berbeda dan 4 lubang
pada papan dengan ukuran sesuai dengan ukuran kelereng. Anak disuruh mencocokkan
kelereng dengan lubangnya. Kalau bisa berarti visusnya baik.
Umur 3 Hingga 4 Tahun
Menggunakan uji “E”. Uji ini menggunakan Snellen dengan huruf E yang
dibolak-balik. Huruf E jungkir balik ini makin ke bawah makin kecil.
Umur Lebih dari 5 Tahun
Dengan Snellen huruf E yang dibolak-balik atau dengan Snellen angka.
Prosedur Kartu Ketajaman
Prosedur ini dikembangkan untuk memperpendek waktu yang diperlukan untuk
mendapat dan memperkirakan ketajaman pada bayi secara individual, sehingga
memungkinkan prosedur looking preferential dikombinasikan di dalam klinis. Looking
preferential adalah pada bayi diperlihatkan gambar-gambar, ada yang warnanya kontras
(colourful) ada yang warnanya homogen. Bayi akan lebih menyukai gambar kontras.
.
18
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Teknik pemeriksaan refraksi adalah salah satu teknik pemeriksaan fisik mata
yang sering diperlukan untuk membedakan apakah pandangan kabur disebabkan oleh
kesalahan refraksi (yakni optik) atau oleh kelainan medis pada sistem visual. Jadi,
selain menjadi dasar untuk penulisan resep kacamata atau lensa kontak, pemeriksaan
refraksi juga berfungsi sebagai diagnostik.
Teknik pemeriksaan refraksi berbeda pada bayi, anak, dan dewasa. Hal ini
disesuaikan dengan perkembangan penglihatan dan tajam penglihatan anak. Teknik
pemeriksaan yang benar baik secara subyektif maupun obyektif sangat diharuskan
dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan refraksi pada seseorang, terutama pada
usia muda.
Saran
Diperlukan pemahaman lebih lanjut mengenai teknik pemeriksaan refraksi
baik pada oran dewasa maupun pada bayi dan anak sehingga dokter muda dapat
melakukan teknik pemeriksaan refraksi dengan benar dan mendiagnosis kelainan
refraksi yang dialami oleh pasien.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Ilmu
Kedokteran Universitas Indonesia. 2009. p. 64-80
2. Riordan, Paul, Whitcher, John P. 2010. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum.
Jakarta: EGC.
3. Ilyas, Sidarta, 2003. Dasar Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:
Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Ilyas, S. Kelainan Refraksi dan Koreksi Penglihatan . Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit
FKUI. 2004. p.21-64
5. American Academy of Ophtalmology. Clinical Optics. American Academic of
Ophtalmology. San Francisco, 2008.
20