Evaluasi Program Kesling

download Evaluasi Program Kesling

of 39

description

kesling

Transcript of Evaluasi Program Kesling

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangKesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagaimana tercantum dalam Pasal 162 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, yang pengaturannya ditujukan dalam rangka terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat tersebut melalui upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko kesehatan lingkungan di permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum.Sampai saat ini penyakit yang terkait kualitas lingkungan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, antara lain Malaria pada tahun 2012 sebanyak 417.819 kasus dan Anual Parasite Incident Malaria di Indonesia sebesar 1,69 per1.000 penduduk. Demam Berdarah Dengue pada tahun 2012 sebanyak 90.245 kasus dengan jumlah kematian 816 (IR= 37,11 dan CFR= 0.9). Sedangkan penemuan Pneumonia Balita pada tahun 2012 cakupannya sebesar 22,12 %. Angka kesakitan diare pada semua umur menurun tidak signifikan dari 423 per 1000 penduduk pada tahun 2006 menjadi 411 per 1000 penduduk pada tahun 2010, hasil survey morbiditas tahun 2006 dan tahun 2010 memperlihatkan bahwa tidak ada perubahan episode diare pada balita sebesar 1,3 kali (Hasil kajian morbiditas diare, Depkes, 2012). Puskesmas merupakan suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan atau kabupaten.(Notoatmodjo, 2007). Sebagaimana diketahui bahwa fungsi puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan di dalam wilayah kerjanya, membina peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan masyarakat di dalam wilayah kerjanya dan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat wilayah kerjanya. Salah satu puskesmas yang berada di bawah naungan Dinas KesehatanProgram pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib dilaksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Ada 6 program pokok pelayanan kesehatan diantaranya program pengobatan, promosi kesehatan, pelayanan KIA dan KB, pencegahan penyakit menular dan tidak menular, kesehatan lingkungan dan perbaikan gizi masyarakat. program kesehatan lingkungan adalah salah satu program pokok puskesmas yang berupaya untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam kesejahteraan penduduk. Di mana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja dan belajar.Sampai saat ini penyakit yang terkait kualitas lingkungan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, antara lain Malaria pada tahun 2012 sebanyak 417.819 kasus dan Anual Parasite Incident Malaria di Indonesia sebesar 1,69 per1.000 penduduk. Demam Berdarah Dengue pada tahun 2012 sebanyak 90.245 kasus dengan jumlah kematian 816 (IR= 37,11 dan CFR= 0.9). Sedangkan penemuan Pneumonia Balita pada tahun 2012 cakupannya sebesar 22,12 %. Angka kesakitan diare pada semua umur menurun tidak signifikan dari 423 per 1000 penduduk pada tahun 2006 menjadi 411 per 1000 penduduk pada tahun 2010, hasil survey morbiditas tahun 2006 dan tahun 2010 memperlihatkan bahwa tidak ada perubahan episode diare pada balita sebesar 1,3 kali (Hasil kajian morbiditas diare, Depkes, 2012) Disamping itu perubahan iklim (climate change) diperkirakan akan berdampak buruk terhadap lingkungan sehingga dapat terjadi peningkatan permasalahan terhadap penyakit. Hal lain yang menyebabkan meningkatnya permasalahan penyakit juga diakibatkan oleh keterbatasan akses masyarakat terhadap kualitas air minum yang sehat sebesar 63 % dan penggunaan jamban sehat sebanyak 69% (sekretariat STBM, Bappenas, Tahun 2012). Untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat terutama karena meningkatnya penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan, Pemerintah telah menetapkan Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terdepan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Dalam pengaturan Puskesmas ditegaskan bahwa salah satu upaya kesehatan masyarakat yang bersifat esensial adalah berupa Pelayanan Kesehatan Lingkungan. Upaya kesehatan masyarakat esensial tersebut harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan. Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Isu kesehatan lingkungan adalah faktor risiko utama dalam burden disease (penyakit beban ganda). Salah satu studi dari global burden disease menyebutkan bahwa 8,4% totalburden disease di negara berpenghasilan rendah dan menengah disebabkan oleh 3 kondisi: (1) air yang tidak bersih, hygiene, dan pembuangan tinja; (2) polusi udara perkotaan; (3) asap dalam ruangan yang berasal dari bahan bakar. Kesehatan lingkungan meliputi aspek-aspek kesehatan manusia, termasuk kualitas hidup yang dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia, biologi, sosial, psikososial. Mengacu kepada teori dan praktek menilai, mengkoreksi, mengkontrol, dan mencegah faktor-faktor di lingkungan yang berpengaruh negatif terhadap kesehatan generasi sekarang dan yang akan datingMenurut Notoatmodjo (2003) ada beberapa masalah kesehatan lingkungan, yaitu: a. Program Tempat Pembuangan Sampah dan Limbah merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaan sejak mulai timbul disumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. b. Program Pengendalian Vektor seperti serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor misalnya: pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi (WHO,1999). Penilaian kinerja di puskesmas penting untuk dilakukan, karena menurut Muninjaya. (2004) penilaian kinerja bermanfaat sebagai evaluasi program dan sekaligus untuk akurasi data atau validitas data. Data yang valid tersebut berguna sebagai sumber informasi perencanaan yang kuat untuk mengatasi permasalahan kesehatan di daerah termasuk pelaksanaan program kesehatan lingkungan di wilayah kerjanya. Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan program kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh puskesmas.1.2Tujuan UmumMengevaluasi program Kesehatan Lingkungan yang ada di Puskesmas Medokan Ayu Surabaya.1.3Tujuan Khusus1. Mendeskripsikan hasil program yang telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Medokan Ayu Surabaya2. Mendeskripsikan pelaksanaan program Kesehatan Lingkungan di Wilayah kerja Puskesmas Medokan Ayu Surabaya3. Mendeskripsikan factor penyebab tidak tercapainya program kesehatan lingkungan di Wilayah kerja Puskesmas Medokan Ayu Surabaya.

1.4Manfaat1.4.1Manfaat teoritis1. Sebagai sarana pengaplikasi teori evaluasi dan kesehatan lingkungan yang telah didapatkan selama perkuliahan2. Sebagai bahan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan1.4.2Manfaat Praktis1. Sebagai acuan dan masukan ilmiah dalam mengembangkan program Kesehatan Lingkungan2. Sebagai sarana informasi tentang hasil evaluasi program kesehatan yang telah dilaksanakan di Wilayah kerja puskesmas Medokan Ayu Surabaya3. Sebagai bahan pertimbanagan dalam menentukan kebijakan dimasyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya kesehatan lingkungan

1.4.3Manfaat Bagi MasyarakatSebagai sarana informasi tentang manfaat adanya program kesehatan lingkungan bagi masyarakat serta dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program kesehatan lingkungan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesehatan LingkunganMenurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Sedangkan menurut UU No 23 / 1992 Tentang kesehatan Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu:1 Penyediaan Air Minum2 Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran3 Pembuangan Sampah Padat4 Pengendalian Vektor5 Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia6 Higiene makanan, termasuk higiene susu7 Pengendalian pencemaran udara8 Pengendalian radiasi9 Kesehatan kerja10 Pengendalian kebisingan11 Perumahan dan pemukiman12 Aspek kesling dan transportasi udara13 Perencanaan daerah dan perkotaan14 Pencegahan kecelakaan15 Rekreasi umum dan pariwisata16 Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan pendudukTindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan. Ada (5) upaya dasar yang dapat dilakukan di bidang kesling. Yaitu :1. Penyehatan sumber air bersih (SAB). Kegiatan upaya penyehatan air meliputi ; surveilans kualitas air, inspeksi sanitasi SAB, pemeriksaan kualitas air, pembinaan kelompok pemakai air.2. Penyehatan lingkungan pemukiman (Pemeriksaan Rumah). Sarana sanitasi dasar yang dipantau meliputi :a. Penyehatan tempat-tempat umum (TTU) jamban keluarga (jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan sampah (TPS).b. Penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, salon dan pangkas rambut, dilakukan upaya pembinaan institusi rumah sakit dan sarana kesehatan lain, sarana pendidikan dan perkantoran3. Penyehatan tempat pengelola makanan (TPM). Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB, keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan4. Pemantauan Jentik nyamuk dan PSN (pemberantasan Sarang Nyamuk) Petugas sanitasi puskesmas melakukan pemeriksaan terhadap tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk.5. Konsultasi kesling klinik sanitasi. Pemberian konsultasi gratis kepada masyarakat/pasien yang menderita penyakit yang berhubungan dengan lingkungan seperti; diare, kecacingan, penyakit kulit, TB Paru, dan lainnya.Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 3), ruang lingkup kesehatan lingkungan sebagai berikut :1. Penyehatan Air dan Udara2. Pengamanan Limbah padat/sampah3. Pengamanan Limbah cair4. Pengamanan limbah gas5. Pengamanan radiasi6. Pengamanan kebisingan7. Pengamanan vektor penyakit8. Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana2.2 Syarat Lingkungan SehatSyarat lingkungan sehat terdiri dari :1. Keadaan Air. Air yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak tercemar dan dapat dilihat kejernihan air tersebut, kalau sudah pasti kebersihannya dimasak dengan suhu 1000C, sehingga bakteri yang di dalam air tersebut mati. 2. Keadaan Udara. Udara yang sehat adalah udara yang didalamnya terdapat yang diperlukan, contohnya oksigen dan di dalamnya tidka tercear oleh zat-zat yang merusak tubuh, contohnya zat CO2 (zat carbondioksida). 3. Keadaan tanah. Tanah yang sehat adalah tamah yamh baik untuk penanaman suatu tumbuhan, dan tidak tercemar oleh zat-zat logam berat. Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan1. Tidak mencemari air dengan membuang sampah disungai 2. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor 3. Mengolah tanah sebagaimana mestinya 4. Menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan 1. Mengurangi pemanasan Global dengan menanam tumbuhan sebanyak-banyaknya pada lahan kosong, maka kita juga ikut serta mengurangi pemanasan global, karbon, zat O2 (okseigen) yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan dan zat tidak langsung zat CO2 (carbon) yang menyebabkan atmosfer bumi berlubang ini terhisap oleh tumbuhan dan secara langsung zat O2 yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati oleh manusia tersebut untuk bernafas. 2. Menjaga kebersihan lingkungan, dengan lingkungan yang sehat maka kita harus menjaga kebersihannya, karena lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih dari segala penyakit dan sampah.Sampah adalah musuh kebersihan yang paling utama. Sampah dapat dibersihkan dengan cara-cara sebagai berikut ;a. Membersihkan Sampah OrganikSampah organik adalah sampah yang dapat dimakan oleh zat-zat organik di dalam tanah, maka sampah organik dapat dibersihkan dengan mengubur dalam-dalam sampah organik tersebut, contoh sampah organik : daun-daun tumbuhan, ranting-ranting tumbuhan, akar tumbuhan b. Membersihkan Sampah Non Organik Sampah non organik adalah sampah yang tidak dapat hancur (dimakan oleh zat organik) dengan sendirinya, maka sampah non organik dapat dibersihkan dengan membakar sampah tersebut dan lalu menguburnya. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat.

2.3 Program Kesehatan LingkunganProgram-program UPTD Puskesmas yang termasuk dalam pelayanan sanitasi lingkungan adalah sebagai berikut :1. Higiene Sanitasia. Inspeksi Sanitasib. Inspeksi sanitasi sarana air bersih (SAB)c. Inspeksi sanitasi di Tempat Tempat Umum (TTU prioritas)d. Inspeksi sanitasi di Tempat pengelolaan makanan (TPM)e. Inspeksi sanitasi di lingkungan pemukimanf. Pemukiman diperiksag. Rumah diperiksah. TPS diperiksai. TP2 Pestisida diperiksa2. Penyehatan Lingkungan (Pl)Kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: a. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasarb. Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkunganc. Pengendalian dampak risiko lingkungan d. Pengembangan wilayah sehat.Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sector ikut serta berperan (Perindustrian, KLH, Pertanian, PU dll) baik kebijakan dan pembangunan fisik dan Departemen Kesehatan sendiri terfokus kepada hilirnya yaitu pengelolaan dampak kesehatan. Sebagai gambaran pencapaian tujuan program lingkungan sehat disajikan dalam per kegiatan pokok melalui indikator yang telah disepakati serta beberapa kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut:

2.4 Inspeksi Kesehatan Lingkungan PengertianInspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan standar, norma dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat. Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan berdasarkan hasil Konseling terhadap Pasien dan/atau kecenderungan berkembang atau meluasnya penyakit dan/atau kejadian kesakitan akibat Faktor Risiko Lingkungan. Inspeksi Kesehatan Lingkungan juga dilakukan secara berkala, dalam rangka investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) dan program kesehatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 1. Pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan 1) Petugas Inspeksi Kesehatan Lingkungan Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan Lingkungan (sanitarian, entomolog dan mikrobiolog) yang membawa surat tugas dari Kepala Puskesmas dengan rincian tugas yang lengkap. Dalam pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan Tenaga Kesehatan Lingkungan sedapat mungkin mengikutsertakan petugas Puskesmas yang menangani program terkait atau mengajak serta petugas dari Puskesmas Pembantu, Poskesdes, atau Bidan di desa. Terkait hal ini Lintas Program Puskesmas berperan dalam: a. Melakukan sinergisme dan kerja sama sehingga upaya promotif, preventif dan kuratif dapat terintegrasi. b. Membantu melakukan Konseling dan pada waktu kunjungan rumah dan lingkungan.c. Apabila di lapangan menemukan penderita penyakit karena Faktor Risiko Lingkungan, harus melaporkan pada waktu lokakarya mini Puskesmas, untuk diketahui dan ditindak lanjuti. d. Waktu Pelaksanaan Inspeksi Kesehatan LingkunganWaktu pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan sebagai tindak lanjut hasil Konseling sesuai dengan kesepakatan antara Tenaga Kesehatan Lingkungan dengan Pasien, yang diupayakan dilakukan paling lambat 24 (dua puluh empat) jam setelah Konseling. e. Metode Inspeksi Kesehatan LingkunganInspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan cara/metode sebagai berikut :a) Pengamatan fisik media lingkunganb) Pengukuran media lingkungan di tempat;c) Uji laboratorium; dan/ataud) Analisis risiko kesehatan lingkungan.f. Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan terhadap media air, udara, tanah, pangan, sarana dan bangunan, serta vektor dan binatang pembawa penyakit. Dalam pelaksanaannya mengacu pada pedoman pengawasan kualitas media lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Pengamatan fisik media lingkunganSecara garis besar, pengamatan fisik terhadap media lingkungan dilakukan sebagai berikut:a. Air a) Mengamati sarana (jenis dan kondisi) penyediaan air minum dan air untuk keperluan higiene sanitasi (sumur gali/sumur pompa tangan/KU/perpipaan/penampungan air hujan). b) Mengamati kualitas air secara fisik, apakah berasa, berwarna, atau berbau. c) Mengetahui kepemilikan sarana penyediaan air minum dan air untuk keperluan higiene sanitasi, apakah milik sendiri atau bersama. b. Udara. Mengamati ketersediaan dan kondisi kebersihan ventilasi. - Mengukur luas ventilasi permanen (minimal 10% dari luas lantai), khusus ventilasi dapur minimal 20% dari luas lantai dapur, asap harus keluar dengan sempurna atau dengan ada exhaust fan atau peralatan lain.c. Tanah.Mengamati kondisi kualitas tanah yang berpotensi sebagai media penularan penyakit, antara lain tanah bekas Tempat Pembuangan Akhir/TPA Sampah, terletak di daerah banjir, bantaran sungai/aliran sungai/longsor, dan bekas lokasi pertambangan. d. Pangan.Mengamati kondisi kualitas media pangan, yang memenuhi prinsip-prinsip higiene sanitasi dalam pengelolaan pangan mulai dari pemilihan dan penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan masak, pengangkutan makanan, dan penyajian makanan. e. Sarana dan Bangunan.Mengamati dan memeriksa kondisi kualitas bangunan dan sarana pada rumah/tempat tinggal Pasien, seperti atap, langit-langit, dinding, lantai, jendela, pencahayaan, jamban, sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah. f. Vektor dan Binatang Pembawa PenyakitMengamati adanya tanda-tanda kehidupan vektor dan binatang pembawa penyakit, antara lain tempat berkembang biaknya jentik, nyamuk, dan jejak tikus. 3) Pengukuran Media Lingkungan di TempatPengukuran media lingkungan di tempat dilakukan dengan menggunakan alat in situ untuk mengetahui kualitas media lingkungan yang hasilnya langsung diketahui di lapangan. Pada saat pengukuran media lingkungan, jika diperlukan juga dapat dilakukan pengambilan sampel yang diperuntukkan untuk pemeriksaan lanjutan di laboratorium. 4) Uji LaboratoriumApabila hasil pengukuran in situ memerlukan penegasan lebih lanjut, dilakukan uji laboratorium. Uji laboratorium dilaksanakan di laboratorium yang terakreditasi sesuai parameternya. Apabila diperlukan, uji laboratorium dapat dilengkapi dengan pengambilan spesimen biomarker pada manusia, fauna, dan flora. 5) Analisis risiko kesehatan lingkunganAnalisis risiko kesehatan lingkungan merupakan pendekatan dengan mengkaji atau menelaah secara mendalam untuk mengenal, memahami dan memprediksi kondisi dan karakterisktik lingkungan yang berpotensi terhadap timbulnya risiko kesehatan, dengan mengembangkan tata laksana terhadap sumber perubahan media lingkungan, masyarakat terpajan dan dampak kesehatan yang terjadi. Analisis risiko kesehatan lingkungan juga dilakukan untuk mencermati besarnya risiko yang dimulai dengan mendiskrisikan masalah kesehatan lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan penetapan risiko pada kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan yang bersangkutan. Analisis risiko kesehatan lingkungan dilakukan melalui:a. Identifikasi bahaya. Mengenal dampak buruk kesehatan yang disebabkan oleh pemajanan suatu bahan dan memastikan mutu serta kekuatan bukti yang mendukungnya.b. Evaluasi dosis responMelihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan atau untuk menjelaskan bagaimana suatu kondisi pemajanan (cara, dosis, frekuensi, dan durasi) oleh suatu bahan yang berdampak terhadap kesehatan. c. Pengukuran pemajananPerkiraan besaran, frekuensi dan lamanya pemajanan pada manusia oleh suatu bahan melalui semua jalur dan menghasilkan perkiraan pemajanan. d. Penetapan Risiko.Mengintegrasikan daya racun dan pemajanan kedalam perkiraan batas atas risiko kesehatan yang terkandung dalam suatu bahan. e. Hasil analisis risiko kesehatan lingkungan ditindaklanjuti dengan komunikasi risiko dan pengelolaan risiko dalam rencana tindak lanjut yang berupa Intervensi Kesehatan Lingkungan.2. Langkah-Langkah Inspeksi Kesehatan Lingkungan1) Persiapan: a. Mempelajari hasil Konselingb. Tenaga Kesehatan Lingkungan membuat janji kunjungan rumah dan lingkungannya dengan Pasien dan keluarganya. c. Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan yang diperlukan (formulir Inspeksi Kesehatan Lingkungan, formulir pencatatan status kesehatan lingkungan, media penyuluhan, alat pengukur parameter kualitas lingkungan)d. Melakukan koordinasi dengan perangkat desa/kelurahan (kepala desa/lurah, sekretaris, kepala dusun atau ketua RW/RT) dan petugas kesehatan/bidan di desa.2) Pelaksanaan:a. Melakukan pengamatan media lingkungan dan perilaku masyarakat. b. Melakukan pengukuran media lingkungan di tempat, uji laboratorium, dan analisis risiko sesuai kebutuhan. c. Melakukan penemuan penderita lainnya. d. Melakukan pemetaan populasi berisiko. e. Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (keluarga pasien dan keluarga sekitar). Saran tindak lanjut dapat berupa Intervensi Kesehatan Lingkungan yang bersifat segera. Saran tindak lanjut disertai dengan pertimbangan tingkat kesulitan, efektifitas dan biaya. Dalam melaksanakan Inspeksi Kesehatan Lingkungan, Tenaga Kesehatan Lingkungan menggunakan panduan Inspeksi Kesehatan Lingkungan berupa bagan dan daftar pertanyaan untuk setiap penyakit sebagaimana contoh daftar pertanyaan terlampir. Tenaga Kesehatan Lingkungan dapat mengembangkan daftar pertanyaan tersebut sesuai kebutuhan. Hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilanjutkan dengan rencana tindak lanjut berupa Intervensi Kesehatan Lingkungan.

2.5 Evaluasi Program Kesehatan2.5.1 DefenisiEvaluasi merupakan kegiatan lebih lanjut dari kegiatan pengukuran dan pengembangan indikator; oleh karena itu dalam melakukan evaluasi harus berpedoman pada ukuran-ukuran dan indikator yang telah disepakati dan ditetapkan. Evaluasi juga merupakan suatu proses umpan balik atas kinerja masa lalu yang berguna untuk meningkatkan produktivitas dimasa datang, sebagai suatu proses yang berkelanjutan, evaluasi menyediakan informasi mengenai kinerja dalam hubungannya terhadap tujuan dan sasaran (Notoatmodjo, 2003).Evaluasi program merupakan evaluasi terhadap kinerja program, sebagaimana diketahui bahwa program dapat didefinisikan sebagai kumpulan kegiatan-kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi instansi pemerintah ataupun dalam rangka kerjasama dengan masyarakat, atau yang merupakan partisipasi aktif masyarakat, guna mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi program merupakan hasil komulatif dari berbagai kegiatan (Mac Kenzie, 2007).Evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Evaluasi program sangat penting dan bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan. Alasannya adalah dengan masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan (Antina Nevi, 2009).Evaluasi program kesehatan merupakan bagian dari proses manajerial pembangunan kesehatan nasional yang lebih luas. Dalam melakukan evaluasi kita sebenarnya menetapkan suatu nilai. Kita dapat mengurangi unsur subyektif pada penilaian tersebut dengan mendasarkan penilaian atas fakta-fakta yang ada. Penerapannya menghendaki pikiran yang terbuka dan mampu memberi kritik yang membangun menuju kepada pemikiran pemikiran yang sehat.2.5.2 Tujuan EvaluasiEvaluasi memiliki tujuan sebagai berikut :1. Membantu perencanaan di masa yang akan datang.2. Mengetahui apakah sarana yang tersedia dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.3. Menentukan kelemahan dan kekuatan daripada program, baik dari segi teknis maupun administratif yang selanjutnya diadakan perbaikan-perbaikan.4. Membantu menentukan strategi, artinya mengevaluasi apakah cara yang telah dilaksanakan selama ini masih bisa dilanjutkan, atau perlu diganti.5. Mendapatkan dukunagn dari psonsor (pemerintah atau swasta), berupa dukungan moral maupun material.6. Motivator, jika program berhasil, maka akan memberikan kepuasan dan rasa bangga kepada para staf, hingga mendorong mereka bekerja lebih giat lagi.Tujuan pokok atau tujuan utama dari evaluasi atau melakukan penilaian di bidang kesehatan adalah adanya perubahan perilaku, dalam teori dinyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikapnya. Kalau berhasil mengubah sikap seseorang, maka ia akan mengubah perilakunya (Mubarak dkk., 2009).Penilaian sebagai salah satu fungsi manajemen bartujuan untuk mempertanyakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu perencanaan, sekaligus mengukur seobyektif mungkin hasil-hasil pelaksanaan itu dengan memakai ukuran-ukuran yang dapat diterima pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perencanaan. Penilaian adalah suatu upaya untuk mengukur member nilai secara obyektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Tujuan utama dari penilaian adalah agar hasil penilaian tersebut dapat dipakai sebagai umpan balik untuk perencanaan sebelumnya.Salah satu ciri evaluasi adalah sebagai suatu proses yang berkesinambungan, maka dengan sendirinya disamping mempunyai ciri-ciri yang khas juga mencerminkan sifat kedinamisannya dengan cara membedakan: input, procces dan output. Pada sisi input, evaluasi pengembangan personil sangat penting untuk melihat kebutuhan sesuai dengan keterampilan yang diharapkan, sehingga dapat dikembangkan pengawasan yang mendukung pada organisasi logistik serta mekanisme pendukung lainnya. Sebagai suatu langkah awal yang penting dalam sisi input adalah evaluasi terhadap penetapan tujuan, dikaitkan dengan visi dan misi program atau organisasi, serta penetapan sasaran program itu sendiri

2.5.3 Metode EvaluasiBerdasarkan waktumya evaluasi/penilaian dapat dilakukan sebagai berikut:1. Penilaian rutin (concurrent evaluation atau progress report). Dalam setiap program penilaian rutin ini hendaknya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program tersebut. Dengan demikian, penilaian akan berjalan berkesinambungan dan teratur, serta bersamaan dengan pelaksanaan program itu sendiri. Penilaian dilakukan oleh staf program dalam bentuk progres report, dengan cara ini perbaikan-perbaikan pun dilakukan sejak awal. Demikian pula kekuatan-kekuatan dari program dapat segera didapatkan dan dapat diterapkan dalam melanjutkan program tersebut. Penilaian meliputi semua aspek program, termasuk reaksi masyarakat terhadap program tersebut.2. Penilaian Berkala (periodical evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan pada setiap akhir dari suatu bagian tertentu dari program, seperti tiap enam bulan, satu tahun, dua tahun, dan sebagainya.3. Penilaian khusus (ad-hoc evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan setiap saat yang diperlukan.4. Penilaian akhir (terminal evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir suatu program atau beberapa waktu sesudah akhir suatu program. Jadi ini merupakan penilaian terhadap pencapaian tujuan akhirnya. (Mubarak dkk., 2009)Menurut Mantra (1997) secara umum evaluasi dapat dibedakan atas beberapa tahap yaitu:a. Evaluasi pada tahap awal programEvaluasi yang dilakukan pada tahap pengembangan program sebelum program dimulai. Evaluasi ini akan menghasilkan informasi yang akan di pergunakan untuk mengembangkan program agar program dapat lebih sesuai dengan situasi dan kondisi sasaran.b. Evaluasi pada tahap prosesEvaluasi yang dilakukan disini adalah pada saat program sedang dilakasanakan. Tujuannya adalah untuk mengukur apakah program yang sedang berjalan telah sesuai dengan rencana atau tidak atau apakah telah terjadi penyimpangan yang dapat merugikan pencapaian tujuan dari program.c. Evaluasi pada akhir programEvaluasi yang dilakukan pada saat program telah selesai dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan pernyataan efektifitas atau tidaknya suatu program selama kurun waktu tertentu. Sehingga dapat dipergunakan dalam pengambilan keputusan untuk merencanakan dan mengalokasikan resources.d. Evaluasi dampak programEvaluasi yang menilai keseluruhan efektifitas program dalam menghasilkan perubahan sikap dan perilaku pada target sasaran, evaluasi dampak merupakan kebalikan dari penilaian kebutuhan program mana kalau evaluasi kebutuhan menentukan kebutuhan suatu program sedangkan penilaian dampak akan menentukan tingkat kebutuhan yang nyata setelah diintervensi oleh program kesehatan.Sedangkan menurut Azrul Azwar (1996), jenis evaluasi antara lain:1. Evaluasi formatif yaitu suatu bentuk evaluasi yang dilaksanakan pada tahap pengembangan program dan sebelum program dimulai. Evaluasi yang dilakukan di sini adalah pada saat merencanakan suatu program. Tujuan utamanya adalah untuk meyakinkan bahwa rencana yang akan disusun benar-benar telah sesuai dengan masalah yang ditemukan, dalam arti dapat menyelesaikan masalah tersebut. Penilaian yang bermaksud mengukur kesesuaian program dengan masalah dan atau kebutuhan masyarakat ini dering disebut dengan studi penjajakan kebutuhan (need assesment study).2. Evaluasi proses atau evaluasi promotif yaitu suatu proses evaluasi yang memberikan gambaran tentang apa yang sedang berlangsung dalam suatu program dan memastikan ada dan terjangkaunya elemen-elemen fisik dan structural dari pada program. Evaluasi yang dilakukan di sini adalah pada saat program sedang dilaksanakan. Tujuan utamanya adalah untuk mengukur apakah program yang sedang dilaksanakan tersebut telah sesuai dengan rencana atau tidak, atau apakah terjadi penyimpangan- penyimpangan yang dapat merugikan pencapaian tujuan dari program tersebut. Pada umumnya ada dua bentuk penilaian pada tahap pelaksanaan program ini yaitu monitoring dan penilaian berkala.3. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang memberikan pernyataan efektifitas suatu program selama kurun waktu tertentu dan evaluasi ini menilai sesudah program tersebut berjalan. Penilaian yang dilakukan disini adalah pada saat program telah selesai dilaksanakan. Tujuan utamanya dapat dibedakan menjadi dua yaitu mengukur keluaran (output) serta mengukur dampak (impact) yang dihasilkan.4. Evaluasi dampak yaitu suatu evaluasi yang menilai keseluruhan efektifitas program dalam menghasilkan target sasaran.5. Evaluasi hasil adalah evaluasi yang menilai perubahan-perubahan atau perbaikan dalam morbiditas, mortalitas atau indicator status kesehatan lainnya untuk sekelompok penduduk tertentu Sedangkan dilihat dari implikasi hasil evaluasi bagi suatu program, dibedakan adanya jenis evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mendiagnosis suatu program yang hasilnya digunakan untuk pengembangan atau perbaikan program. Biasanya evaluasi formatif dilakukan pada proses program (program masih berjalan). Sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang dilakukan untuk menilai hasil akhir dari suatu program. Biasanya evaluasi sumatif ini dilakukan pada waktu program telah selesai (akhir program). Meskipun demikian pada praktek evaluasi program sekaligus mencakup kedua tujuan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

2.5.4 Langkah-Langkah EvaluasiLangkah-langkah dalam evaluasi/penilaian adalah sebagai berikut :1. Menentukan tujuan evaluasi.Tujuan dari evaluasi harus dimengerti, sebab hal ini mempengaruhi bagian apa dari program yang perlu diamati, selanjutnya memengaruhi pula macam informasi yang akan dikumpulkan.2. Menentukan bagian apa dari program yang akan dievaluasiApakah yang dievaluasi masukannya, proses, kelauaran, atau dampaknya, atau kombinasi dari bagian-bagian tersebut.3. Mengumpulkan data awal (base line data)Data ini dapat dipergunakan sebagai pembanding, anatara sebelum diadakan suatu kegiatan dengan situasi sesudah diadakan kegiatan. Data awal yang diperlukan bergantung pada apa yang akan dinilai dan maksud penilaian.4. Mempelajari tujuan programTujuan program merupakan syarat penting sutau program, agar penilaian dapat dilakukan dengan baik. Tujuan harus dapat dikur dan jelas. Tujuan dapat dirumuskan menjadi tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang ingin dicapai dalam waktu dekat, merupakan loncatan untuk bisa sampai pada tujuan jangkat menengah. Tujuan jangka menengah untuk bisa samapi pada tujuan yang harus dicapai dulu, untuk bisa mencapai tujuan jangak panjang. Tujuang jangka pangjang merupakan tujuan akhir dari sebuah program.5. Menentukan tolok ukur (indikator)Perlu ditetapkan patokan apa yang akan digunakan sebagai dasar pengukuran. Dengan kata lain, harus ditentukan apa yang akan diukur. Contoh, jika tujuannya adalah meningkatakan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya olahraga, harus ditentukan dahulu apa yang akan dipakai untuk mengukur kesadaran masyarakat. Misalkan untuk mengukur berapa persen masyarakat yang berolahraga pada pagi hari, maka mereka yang membiasakan olahraga pada pagi hari adalah tolok ukurnya. Hal ini harus dibandingkan antara sebelum dan sesudah kegiatan.6. Menentukan cara menilai, alat penilaian, dan sumber datanya7. Mengumpulkan data8. Mengolah dan menyimpulkan data yang didapat.9. Feedback (umpan balik) dan saran-saran kepada program yang akan dinilai (Notoatmodjo, 2007).

2.5.5 Indikator Evaluasi Program KesehatanKegiatan dalam evaluasi, dimensi pengukuran kinerjanya harus ditentukan dengan jelas, yaitu meliputi ketepatan dan kesesuaian, efektifitas dan efisiensi, serta pertimbangan keadilan. Ketepatan dan kesesuaian memandang kinerja dengan apakah tindakan-tindakan yang diambil sudah sesuai dengan permasalahan yang ada, sehingga tidak terjadi pemborosan sumber daya yang terbatas tersebut. Dengan menggunakan asumsikan ketepatan, maka program yang dipertimbangkan ukurannya dan cakupannya cukup untuk membuat suatu perbedaan yang berarti.Ukuran-ukuran efektifitas dan efisiensi merupakan alat utama dasar evaluasi program. Efektifitas diartikan sebagai penyelesaian suatu program dalam kaitannya dengan kebutuhan atau perhatian. Sedangkan efisiensi dan efektifitas biaya adalah sering kali berhubungan dengan hasil terhadap input (rasio output terhadap input).Dalam WHO, indikator didefinisikan sebagai variable yang membantu untuk mengukur perubahan. Indikator adalah variable yang dapat membantu mengukur perubahan-perubahan. Variable adalah alat bantu evaluasi yang dapat mengukur perubahan secara langsung atau tak langsung. Misalnya, kalau tujuan dari program adalah untul melatih sejumlah tertentu tenaga kesehatan tiap tahun, maka suatu indikator langsung untuk mengevaluasi boleh jadia berupa jumlah tenaga kesehatan yang betul-betul dilatih setiap tahunnya. Contoh lain jika uang dievaluasi adalah hasil suatu program untuk memperbaiki tingkat kesehatan golongan anak-anak, mungkin perlu untuk mengukur setiap perbaikan dengan menggunakan beberapa indikator yang secara tak langsung dapat mengukur adanya perubahan pada tingkat kesehatan mereka, misalnya status gizi yang digambarkan dengan berat badan terhadap tinggi badan, angka kecukupan imunisasi, kesanggupan belajar, angka kematian menurrut golongan umur, angka kesakitan, jenis penyakit tertentu, dan angka penderita cacat golongan anak-anak.Indikator harus valid, objektif, sensitif dan spesifik. Dalam memilih indikator harus diperhitungkan sejauh mana indikator tersebut sah, bisa dipercaya, sensitif dan spesifik.a. Validitas atau keabsahan mempunyai arti bahwa indikator tersebut betul-betul mengukur hal-hal yang ingin diukur. Indikator ini dapat digunakan untuk mengambarkan keadaan kondisi atau status kesehatan yang sebenarnya. b. Reliabilitas atau dapat dipercaya mempunyai arti bahwa biarpun indikator digunakan oleh orang yang berlainan, pada waktu yang berlainan, hasilnya akan tetap sama.c. Kepekaan atau sensitif berarti bahwa indikator tersebut harus peka terhadap setiap perubahan mengenai keadaan atau fenomena yang dimaksud. Akan tetapi suatu indikator dapat juga sensitif terhadap lebih dari satu keadaan atau fenomena.d. Kekhususan atau spesifisitas berarti bahwa indikator tersebut dapat menunjukan perubahan-perubahan hanya mengenai keadaan atau fenomena yang dikhususkan baginya.Macam Indikator kesehatan :1. Indikator yang berkaitan dengan status kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup dan itu berarti mengukur pelayanan kesehatan. Sebagai indikator survival yang utama untuk mengukur sistem kesehatan masyarakat seperti ditetapkan WHO 1981 ; Untuk mencapau health for all by year 2000, adalah angka kematian bayi maximum 50 per 1000 bayi lahir hidup dan angka harapan hidup waktu lahir minimal adalah 60 tahun atau lebih. Indikator survival selain itu adalah indikator kualitas hidup, disini tentu saja tidak hanya indikator kesehatan namun juga indikator kesehatan lainnya berupa indikator pertumbuhan badan, idnikator status gizi, dan yang spesifik adalah angka kesakitan dan kematian bayi dan anak.2. Indikator non kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup seperti : indikator sosial ekonomi, pendidikan, budaya, lingkungan hidup dan perumahan, status kesehatan wanita. Kulaitas hidup bersifat multi sektoral dan menjadi masalah serta diselesaikan secara multi sektoral. Dengan demikian evaluasi, juga multisektoral.Contoh indikator program kesehatan :1. Indikator kebijakan kesehatan :a. komitmen politis pada tingkat tinggi terhadap kesehatan bagi semua.b. Alokasi sumber daya yang cukup untuk layaan kesehatan dasar.c. Tingkat keterlibatan masyarakat dalam mencapai kesehatan bagi semuad. Penyusunan stautu kerangka organisasi dan manajerial yang sesuai dengan strategi nasional untuk kesehatan bagi semua.e. Manifestasi praktis dari komitmen politik internasional untuk kesehatan bagi semua.2. Indikator status kesehatana. Prosentase bayi-bayi yang di lahirkan dengan berat badan pada waktu lahir paling sedikit 2500 g.b. Prosentase anak yang berat badannya menurut umur dengan norma-norma tertentu.c. Indikator-indikator perkembangan psikososial anak-anak.d. Angka kematian bayi.e. Angka kematian anak.f. Angka kematian anak di bawah umur 5 tahun.g. Harapan hidup pada umur tertentu.h. Angka kematian ibu.i. Angka kematian menurut jenis penyakit.3. Indikator sistem manajemen kesehatana. Indikator input atau indikator masukan seperti tersedianya sumber daya tenaga kesehatan, tersedianya anggaran kesehatan, perlengkapan, obat-obatan yang diperlukan, dan tersedianya metode pengobatan, pemberantasan penyakit, standart opening procedure klinis dan sebagainya.b. Indikator proses diapndang dari sudut manajemen yang diperlukan adalah pelaksanaan dari pada fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan perantauan, pengendalian dan penilaian. Secara khusus dalam proses pelayanan kesehatan berkaitan dengan upaya peningkatan mutu asuhan kesehatan quality assurance yaitu menjaga mutu, kepatuhan terhadap standar operasional pelayanan medis (SOP).c. Indikator output (hasil program) merupakan ukuran-ukuran khusus bagi outup program seperti jumlah puskesmas yang berhasil dibangun, jumlah kader gizi yang terlatih, jumlah anak yang diimuniasasi, jumlah MCK yang dibangun, panjang pipa air yang berhasi dipasang san sebagainya. Jumlah orang yang diobati atau kunjungan yang mendapat pelayanan kesehatan.d. Indikator outcomes (dampak jangka pendek) adalah ukuran-ukuran dari berbagai dampak program seperti meningkatnya derajak kesehatan anak balita, menurunnya angka kesakitan.e. Indikator impact (dampak jangka panjang) seperti angka kematian bayi, angka kematian ibu, meningkatnya status gizi anak dan sebagainya. Istilah-istilah tersebut sering kali tidak dibedakan antara dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode penelitianPenelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Medokan ayu, Kota Surabaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2015. Metode yang digunakan dalam penenelitian ini adalah metode kualitatif, adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Bertujuan untuk mengevaluasi program kesehatan lingkungan di Puskesmas Medokan Ayu, Surabaya tahun 2015Alat yang digunakan untuk membantu pengumpulan data antara lain : pada peneliti kualitatif instrumen utama adalah lembaran panduan wawancara mendalam. Panduan wawancara mendalam untuk informan dengan menggunakan alat pencatat kamera untuk membuat dokumentasi. Untuk melakukan pengumpulan data peneliti menggunakan alat pengumpulan data yaitu dokumen program kesehatan lingkungan, yang merupakan alat ukur dengan memberikan tanda pada observasi yang telah dilakukan berdasarkan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data sekunder yaitu semua dokumen yang berhubungan dengan program kesehatan lingkungan di Puskesmas Medokan Ayu Tahun 2015.Analisis data dengan menggunakan analisis isi (content analysis) untuk mendapatkan informasi mendalam dari para informan tentang tempat pembuangan sampah dan limbah serta pengendalian vektor dengan cara mencatat dibuat matrik dan analisis secara manual. Proses analisis dilakukan dengan cara: a. Proses transkip data dengan cara menganalisis semua data yang didapat dari wawancara mendalam dan checklist sebagai observasi dokumen program kesehatan lingkungan. Transkip data dilakukan tanpa menunggu selesainya pengumpulan data untuk menghindari penumpukan data. b. Mengatur dan membuat urutan data yang ada hubungannya dengan penelitian kualitatif. c. Matrik untuk mempermudah dalam mengelompokan data dan interpretasi data pada matrik wawancara mendalam sehingga memudahkan peneliti untuk memberikan gambaran mengenai hubungan antara variabel. d. Menginterpretasi data sesuai temuan dan membandingkan dengan teori.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisi SituasiPuskesmas Medokan Ayu terletak jalan Medokan Asri Utara IV, Kecamatan Rungkut, Surabaya. Puskesmas ini diresmikan pada tanggal 29 November 1995, dan termasuk dalam jenis puskesmas dengan rawat inap persalinan. Batas wilayah kerja Puskesmas Medokan Ayu adalah Kecamatan Sukolilo di sebelah Utara, Kecamatan Gunung Anyar di sebelah selatan, Kelurahan Kalirungkut disebelah Selatan dan Selat Madura di Sebelah Timur. Luas wilayah Puskesmas Medokan Ayu adalah 1.552.772 Ha. yang terdiri dari tiga kelurahan. Yakni Kelurahan Penjaringan Sari, Wonorejo dan Medokan Ayu. Puskesmas Medokan merupakan salah satu dari 62 Puskemas yang ada di Surabaya, dipimpin oleh seorang kepala puskesmas (Kapus). Kepala Puskesmas inilah yang bertindaksebagai pemegang program di puskesmas Meski tanggung jawab puskesmas tidak dipegang sendiri oleh kapus. Terdapat dua jenis jabatan yang diterapkan, yaitu struktural dan fungsional. Secara struktural, puskesmas memiliki kantor tata usaha, sedangkan secara fungsional, staf-staf di puskesmas bekerja sesuai latar belakan pendidikan masing masing dan tidak saling membawahi satu sama lain.

4.2 Hasil Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Medokan Ayu Surabaya Tahun 2014

Tabel 4.1 Variabel penilaian kinerja Puskusmas Program Kesehatan Lingkungan tahun 2014

Jenis KegiatanSatuanTargetSasaranTarget SasaranHasilCakupan

(SV)(V)

Pemberdayaan Masyarakat dalam PHBSPengkajian PHBS pada Tatanan Rumah Tanggaa. Rumah tangga dikajib. Rumah Tangga Sehat (10 Indikator)

KK

KK

20%

65%

16319

2680

3264

1742

2680

2276

82

85

x

x

Intervensi dan Penyuluhan PHBS pada :a. Kelompok Rumah Tanggab. Institusi Pendidikan (sekolah)c. Institusi Sarana Kesehatand. Institusi TTUe. Institusi Tempat Kerjaf. Pondok Pesantren

Kelompok

Sekolah

Sarkes

LokasiInstitusi

Ponpes

6

2

2

22

35%

2680

14

6

33

1

2680

28

12

66

0

100

14

6

33

1

100

100

100

100100

100

x

x

x

xx

x

KESEHATAN LINGKUNGANPenyehatan Aira. Pengawasan Sarana Air Bersih (SAB)b. Sarana Air Bersih yang memenuhi syarat kesehatanc. Jumlah KK yang memiliki akses terhadap SABPenyehatan makanan dan minumana. Pembinaan tempat pengelolaan makanan (TPM)b. Tempat Pengelolaan Makanan yang memenuhi Syarat KesehatanPenyehatan Perumahan dan Sanitasi Dasara. Pembinaan sanitasi perumahan dan sanitasi dasarb. Jumlah rumah yang memenuhi Syarat kesehatan

Pembinaan Tempat-Tempat Umum (TTU)a. Pembinaan sarana Tempat Tempat Umumb. Tempat Tempat umum yang memenuhi syarat kesehatanKlinik Sanitasia. Klinik Sanitasi

b. Jumlah klien yang sudah mendapat intervensi/tindak lanjut yang diperlukanSanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) = Pemberdayaan Masyarakata. Jumlah KK yang memiliki akses terhadap jambanb. Jumlah Desa/ Kelurahan yang sudah ODF (open Defecation free)c. Jumlah Jamban Sehatd. Pelaksanana Kegiatan STBM di Puskesmas.

%

%

%

%

%

%

%

%

%

%

Kasus

%

%

%

%

78%

76%

90%

90%

77%

87%

80%

86%

80%

2%

100%

80%

75%

73%

60%

11564

11564

11786

66

65

11611

11611

75

75

72752

908

11786

3

11611

3

9020

8789

10607

59

50

10102

9289

65

60

1455

908

9429

2

8476

2

15647

14708

15647

0

0

4512

4213

28

25

932

932

4512

0

4512

3

173,47

167,36

147,51

0,0

0,00

44,67

45,35

43,41

41,67

64,05

102,64

47,85

0

53,23

100

x

x

x

x

x

x

x

42,54

x

x

83,35x

x

x

x

x

x

Berdasarkan tabel di atas dari beberapa program kesehatan lingkungan yang ada di Puskesmas Medokan Ayu terdapat beberapa program Kesehatan Lingkungan yang cakupan persentasenya masih rendah yaitu tempat pembuangan sampah dan limbah (59%) serta pengendalian vektor (41,7%). Dampak yang akan ditimbulkan oleh 2 faktor tersebut adalah berkembangnya penyakit menular pada masyarakat sehingga meningkatkan jumlah orang yang akan terkena penyakit, dimana pada tahun 2011 di wilayah kerja Puskesmas Siak Hulu II tercatat 11 kasus DBD, 10 kasus penyakit Thypus Abdominalis (widal test) dan 221 kasus Diare sedangkan pada tahun 2012 tercatat 19 kasus DBD, 18 kasus penyakit Thypus Abdominalis (widal test) dan 243 kasus Diare.

Program Kesehatan Lingkungan

Target SPM (%)

Sasaran

Target

Pencapaian

Sub Variabel

Penyehatan Aira. Cakupan inspeksi sanitasi sarana air bersihb. Pembinaan kelompok masyarakat (pemakai air bersihc. Air bersih yang memenuhi syaratd. Kualitas air minum yang memenuhi syarate. Akses air minum yang berkualitas

Hygiene dan sanitasi makanan dan minumana.Cakupan inspeksi sanitasi TPMb. Cakupan tindaklanjut pembinaan TPM yang bermasalah c.Cakupan TPM yang memenuhi syarat kesehatan

Tempat Pembuangan Sampah dan Limbaha.Cakupan inspeksi sanitasi TPS dan limbahb. Cakupan TPS/TPA diperiksa 2 kali pertahun dengan penyemprotan c.Cakupan TPS/TPA yang memenuhi syarat kesehatan

Penyehatan Lingkungan Pemukiman dan Jamban Keluarga a.Cakupan rumah yang memenuhi syaratb. Cakupan pemeriksaan penyehatan lingkungan perumahan c.Cakupan rumah dengan SPAL memenuhi syarat kesehatand. Cakupan penduduk yang memanfaatkan jamban sehat e.Cakupan lingkungan perumahan yang tidak ada sarang vektor f. Cakupan rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes g. Jumlah desa yang mendeklarasi stop BABSh. Jumlah desa yang melaksanakan sanitasi total berbasis masy i. Persentase penduduk stop BABS

Pengawasan Sanitasi TTU dan Industria.Cakupan pemantauan berkala sanitasi TTUb. Cakupan TTU yang memenuhi syarat kesehatan c.Cakupan tindaklanjut TTU yang tidak memenuhi syarat d. Cakupan rumah tangan pangan berizin

Pengamanan Tempat Pengelolaan Pestisidaa. Cakupan inspeksi sanitasi tempat pengelolaan pestisidab. Cakupan pembinaan tempat pengelolaan pestisida bermasalah

Klinik Sanitasia.Konseling klienb. Tindaklanjut ke lapangan c.Klien yang melaksanakan saran

Pengendalian Vektora.Pengawasan tempat potensial perindukan vektor dipemukiman penduduk dan sekitarnyab. Pemberdayaan sasaran pokja potensial dalam upaya pemberantasan tempat perindukan vektor penyakit dipemukiman penduduk dan sekitarnyac.Desa/lokasi potensial yang mendapat intervensi pemberantasan vektor penyakit menulard. Rumah dan bangunan bebas jentik nyamuk aedes

Kerangka Konsep

Tempat pembuangan sampah dan limbah1. Inspeksi sanitasi TPS dan Limbah2. Tindak penyemprotan lalat di TPS/TPA3. TPS/TPA yang memenuhi syarat

32