EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA...

117
EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA SISWA TUNANETRA (Studi Kasus pada Siswa Tunanetra Tingkat SMP dan SMA di Sekolah Luar Biasa (SLB) A Pembina Tingkat Nasional Lebak Bulus Jakarta Selatan) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: Taopik Muarip 1111011000110 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Transcript of EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA...

Page 1: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP

KEBERAGAMAAN PADA SISWA TUNANETRA

(Studi Kasus pada Siswa Tunanetra Tingkat SMP dan SMA di Sekolah Luar

Biasa (SLB) A Pembina Tingkat Nasional Lebak Bulus Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Taopik Muarip

1111011000110

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

Page 2: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I
Page 3: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I
Page 4: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I
Page 5: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

i

ABSTRAK

Taopik Muarip 1111011000110 “Efektivitas Penanaman Sikap Keberagamaan

Pada Siswa Tunanetra, Studi Kasus pada Siswa Tunanetra Tingkat SMP dan SMA

di SLB A Pembina Tingkat Nasional Lebak Bulus Jakarta Selatan.” Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fungsi agama yang membentuk moralitas manusia tidak serta-merta

tertanam pada jiwa pemeluknya, diperlukan suatu usaha yang membangun

interaksi antara pemeluk dengan ajaran keberagamaan. Dalam hal ini, pendidikan

merupakan bagian dari wadah dalam menjembatani manusia terkhusus dalam

menanamkan nilai keislaman. Maka dari itu, ajaran keagamaan yang termuat

dalam sistem pendidikan baik formal maupun non formal sepantasnya mampu

menanamkan akan nilai keagamaan terhadap peserta didik yang dalam

finalitasnya bisa membentuk sebuah sikap keberagamaan sebagai kualitas dari

moralitas manusia religius.

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan Metode kualitatif, dan jenis

penelitian yang digunakan adalah deskriptif, adalah menguraikan hasil penelitian

sebagai usaha untuk menggambarkan kondisi lapangan yang telah diteliti.

Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan lapangan.

Penulis melakukan kegiatan penelitian pada sebuah lapangan penelitian yang

dalam hal ini adalah SLB A Pembina Tingkat Nasional yang bertempat di Lebak

Bulus Jakarta Selatan.

Penulisan Skripsi ini merupakan usaha untuk menggambarkan akan

keberhasilan program keagamaan yang diadakan di SLB A Pembina Tingkat

Nasional. Penelitian ini meliputi pengkajian terhadap sikap keberagamaan siswa

tunanetra yang dalam hal ini menggunakan serangkaian teknik penelitian yang

telah dimaksudkan, dengan berpijak pada berbagai teori yang menyangkut sikap

keberagamaan secara umum disertai tambahan dari teori mengenai perkembangan

keberagamaan pada fase remaja, karena informan yang diteliti adalah siswa

tingkat SMP dan SMA-LB. Dalam penelitian ini kajian lebih dispesifikasikan

Page 6: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

ii

pada sikap keberagamaan dalam konteks agama Islam. karena semua siswa

tunanetra yang diteliti beragama islam.

Dengan demikian, kesimpulan dari hasil penelitian yang didapatkan adalah

Sekolah luar Biasa memiliki usaha untuk memberikan penenaman keberagamaan

melalui beberapa program keagamaan yang telah dicanangkan. Sedangkan

menganai pengamalan keberagamaaan siswa tunanetra lebih dipengaruhi oleh

bimbingan dari orang tua. Maka dari itu diperlukan sinkronisasi antara pihak SLB

sebagai pengajar dan Orang tua siswa sebagai pengawas dan pembiasaan

keberagamaan siswa tunanetra. Selain itu, latar belakang SLB A PTN yang

merupakan sekolah Negeri dan tidak memiliki latar belakang sekolah islam secara

langsung, tidak banyak memberikan pengetahuan keagamaan pada siswa

tunanetra, menjadikan pembelajaran keagamaan di lembaga pendidikan

keagamaan khusus tunanetra sebagai alternative dalam menanamkan nilai

pengetauan dan pengamalan keagamaan bagi siswa tunanetra di luar jam formal

SLB A PTN.

Kata kunci : Efektivitas Penanaman Sikap Keberagamaan pada Siswa Tunanetra.

Pembimbing Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA. Daftar Pustaka, 1984-

2014.

Page 7: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia

berupa kenikmatan tiada tara serta petunjuk-Nya kepada kita sebagai ummat islam

baik yang disadari maupun yang tidak kita sadari. Hanya dengan rahmat-Nya lah

skripsi ini bisa terwujud. serta kasih sayang dan petunjuk-Nya pula penelitian

pada skripsi ini bisa berjalan dengan berbagai hal yang mewarnai

keberlangsungan penulisan baik yang sifatnya mudah maupun sukar. Semua itu

adalah kehendak Allah SWT yang patut disikapi dengan keikhlasan dan

keridhaan. Semoga keberkahan diharapkan bisa hadir pada kesuksesan skripsi ini.

Shalawat dan salam dihaturkan pada Baginda Nabi Muhammad SAW

sebagai panutan manusia. Dengan perjuangannya kita bisa mendapatkan ajaran

Islam beserta karunia dan petunjuk yang terkandung di dalamnya. Kiranya kita

sebagai umat Nabi Muhammad sepatutnya meniru akan kegigihan dan

perjuangannya, termasuk dalam penulisan skripsi ini. Meski tidak sebanding

dengan pengorbanan Nabi Muhammad, perjuangan dan kegigihan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini diharapkan bisa mendatangkan rahmat ALLAH SWT.

Terkait dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan bahwa

dengan selesainya penelitian dan penyajian yang termuat dalam skripsi ini adalah

tidak terlepas dari berbagai hal yang menunjang akan keberlangsugnan kegiatan

penulisankarya ini. Termasuk berbagai pihak yang ikut andil atas kelancaran

skripsi ini baik berupa doa dan dorongan semagnat yagn telah diberikan. Maka

drai itu penulis mengucapkan banyak terimakasih Diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Kepada Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyyah Dan Keguruan UIN Jakarta.

2. Kepada Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA., (dosen pembimbing Skripsi)

3. Kepada Dr. Abdul Majid Khon, MA., (ketua jurusan Pendidikan Agama

Islam). serta Ibu Marhamah Saleh, Lc, MA., (sekretaris Jurusan PAI).

4. Kepada Dr. Ahmad Sodiq, MA.,( dosen pembimbing akademik).

Page 8: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

iii

5. Kepada seluruh dosen yang telah memberikan pengajaran kepada penulis

selama menimba ilmu di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Kepada Ibu dan Ayah penulis (Mamah dan Apa) yang senantiasa memberikan

motivasi dan jasa, karena bagi saya Ibu adalah motivator yang selalu

memberikan nasihat serta dorongan positif kepada anak-anaknya dan Ayah

adalah pahlawan yang selalu berjuang dengan gigih untuk keluarganya.

Karena atas doa dan jasa keduanyalah penulis termotivasi untuk selalu

berjuang terutama berjuang untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada Kakek dan Nenek baik dari pihak ibu maupun ayah, yang senantiasa

memberikan doa dan dorongan baik materil maupun moril

8. Kepada Adik dan Kakak tercinta, Ernitasari dan Miya Amiyati

9. Kepada Keponakan dan Adik sepupu, Edshel Fathian Al-Ghaisan dan

Muhammad Rizal Al-Ghifari.

10. Kepada seluruh keluarga penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu, baik

dari pihak ibu Bibi Ela dan lainnya, maupun ayah Ua Any dan lainnya, yang

telah memberikan semangat dan doa pada penulis.

11. Kepada semua teman baik teman di jurusan PAI maupun teman di Himpunan

Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA Persis), dan lainnya, yang telah

memberikan bantuan atas kelancaran penyusunan skripsi ini, baik secara

teknis maupun moral.

12. Kepada smua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis

mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan jasa pada penulis selama

menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikianlah skripsi ini telah penulis sajikan, terlepas akan keberhasilan

pada penelitian skripsi ini, penulis tidak memungkiri banyak kekurangan baik di

dalam penyajian maupun didalam pengkajian terhadap data dan teori yang

digunakan. Maka dari itu penulis merasa butuh terhadap kritik yang

bertanggungjawab dan saran yang membangun guna sebagai pelajaran bagi

penulis dalam memperbaiki kemampuan penulis dalam melakukan penelitian

dimasa yang akan datang.

Page 9: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

iv

Penulis pun mengharapkan akan adanya suatu pengkajian skripsi kembali

dengan tema yang sama sebagai gambaran akan adanya perbaikan penelitian yang

dilakukan oleh mahasiswa lainnya. karenannya, kegiatan penelitian yang bersifat

temporal dengan tema yang sama dan peneliti yang berbeda akan mewujudkan

sebuah perbandingan suatu penelitian yang saling melengkapi.

Ciputat, 06 Juni 2016.

Penulis

Page 10: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah ............................. 2

1. Identifikasi Masalah ............................................................ 2

2. Batasan Masalah .................................................................. 3

3. Rumusan Masalah................................................................ 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 4

1. Tujuan Penelitian ................................................................. 4

2. Kegunaan Penelitian ............................................................ 5

D. Kerangka Berpikir ..................................................................... 6

E. Sistematika Penulisan ................................................................ 8

BAB II SIKAP KEBERAGAMAAN

A. Pengertian Sikap Keberagamaan ............................................... 10

B. Dimensi-dimensi Sikap Keberagamaan..................................... 14

1. Dimensi Ideologis (Keyakinan) ........................................... 15

2. Dimensi Ritualistik (Peribadatan) ........................................ 20

3. Dimensi Eksperensial (Penghayatan) .................................. 24

4. Dimensi Konsekuensial (Pengamalan Keagamaan) ............ 25

5. Dimensi Intelektual (Pengetahuan Keagamaan) .................. 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................... 30

B. Objek Penelitian ........................................................................ 31

C. Metode, Jenis dan Pendekatan Penelitian .................................. 32

D. Sumber Data .............................................................................. 34

Page 11: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

vi

1. Jenis Data ............................................................................. 34

2. Populasi dan Sampel ............................................................ 34

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ................................ 36

1. Interview atau Wawancara .................................................. 37

2. Observasi ............................................................................. 39

3. Dokumentasi ........................................................................ 40

4. Catatan Lapangan ................................................................ 40

F. Teknik Validasi Data ................................................................. 41

G. Teknik Analisa Data .................................................................. 42

BAB IV HASIL PENELITIAN TERHADAP SIKAP

KEBERAGAMAAN SISWA TUNANETRA DI SLB A PTN

(PEMBINA TINGKAT NASIONAL)

A. Program Keagamaan SLB A PTN ............................................. 44

1. Visi dan Misi ....................................................................... 44

2. Praktik Keagamaan .............................................................. 45

B. Analisa terhadap Sikap Keberagamaan Siswa Tunanetra ......... 49

1. Aspek Ideologis (keyakinan) Siswa Tunanetra ................... 50

a. Mengimani Agama Islam .............................................. 50

b. Intensitas Mengingat Allah SWT .................................. 58

2. Aspek Ritualistik (Peribadatan) Siswa Tunanetra ............... 61

a. Intensitas Shalat Siswa Tunanetra ................................. 61

b. Intensitas Puasa Siswa Tunanetra .................................. 66

c. Intensitas Membaca Al-Qur’an ..................................... 68

3. Aspek Eksprenensial (Penghayatan) Peribadatan Siswa

Tunanetra ............................................................................. 69

a. Nilai Penghayatan Dalam Ibadah Shalat ....................... 69

b. Nilai Penghayatan Ibadah Puasa Siswa Tunanetra ........ 70

4. Dimensi Konkesuensial (Akhlak) Siswa Tunanetra ............ 72

a. Nilai Rasa Menerima dan Intensitas Syukur Siswa

Tunanetra ....................................................................... 72

b. Nilai Percaya Diri Siswa Tunanetra .............................. 75

Page 12: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

vii

c. Nilai Solidaritas Siswa Tunanetra ................................. 77

d. Nilai Estetika dalam Pergaulan Siswa Tunanetra .......... 78

e. Nilai Menjaga Batasan dengan Lawan Jenis ................. 81

f. Nilai Menjaga Lingkungan ............................................ 82

5. Aspek Intelektual (Pengetahuan Keagamaan) Siswa

Tunanetra (Pengetahuan Keagamaan) ................................. 85

a. Pengetahuan Tentang Fikih Ibadah ............................... 85

b. Ketrampilan Membaca al-Qur’an .................................. 87

c. Hafalan Qur’an Siswa Tunanetra .................................. 88

d. Pengetahuan Tentang Hadits Nabi ................................ 89

C. Analisa Keberhasilan Program Keagamaan SLB A PTN ......... 91

1. Tinjauan Pengetahuan (Transfer of Knowledge) ................. 91

2. Tinjauan Tindakan (Transfer of Action) .............................. 92

3. Tinjauan Prilaku (Transfer of value) ................................... 93

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program

Keagamaan SLB A PTN............................................................ 94

1. Faktor Pendukung ................................................................. 94

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 98

1. Tinjauan Sikap Keberagamaan Siswa Tunanetra ................. 98

2. Tinjauan Keberhasilan Program Keagamaan SLB A PTN ... 99

B. Saran .......................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara formal, pendidikan bukan hanya diperuntukan untuk siswa

normal saja, melainkan ada lembaga pendidikan yang diperuntukkan untuk

siswa yang memiliki kebutuhan khusus, semisal sekolah yang dikhususkan

untuk siswa tunanetra. Menurut Agustyawati dan Solicha, ―Dalam bidang

pendidikan luar biasa, anak dengan gangguan penglihatan lebih akrab disebut

anak tunanetra.Tunanetra adalah salah satu jenis hambatan fisik yang ditandai

dengan ketidakmampuan seseorang untuk melihat, baik menyeluruh (total

blind) ataupun sebagian (low vision) dan walaupun telah diberi pertolongan

dengan alat-alat khusus, mereka masih tetap memerlukan pendidikan

khusus‖.1

Pada setiap pendidikan selalu diajarkan mengenai masalah keagamaan.

Terlepas dalam lembaga pendidkan yang bernuansa keagamaan maupun yang

bersifat umum. Semua memberikan jatah jam pelajaran keagamaan sebagai

bukti akan pentingnya nilai keagamaan yang perlu ditanamkan pada peserta

didik. Termasuk pada lembaga pendidikan luar biasa sekalipun.

Pada tatanan realitas dalam pembelajaran tidak bisa secara langsung

akan mewujudkan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Artinya sebuah

program pembelajaran terkhusus keagamaan tidak secara mudah bisa

membentuk perilaku siswa sesuai dengan apa yang menjadi misi pembelajaran

tersebut. Penulis berkesempatan untuk mengajar mata pelajaran agama Islam

pada siswa tunanetra di SLB A Pembina Tingkat Nasional di Lebak Bulus

Jakarta Selatan. Darinya selama melakukan kegiatan mengajar tersebut,

penulis menjumpai beberapa hal terkait keberagamaan siswa yang dinilai

kurang wajar, semisal ada peserta didik yang tidak bisa melafalkan shalawat

nabi, ataupun mayoritas siswi tunanetra tidak memakai jilbab.

1 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. Ke-1, h. 7.

Page 14: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

2

Kondisi demikian mengundang tanya apakah memang siswa tunanetra

tidak terlalu intens dalam mempelajari agama, ataukah karena dengan kondisi

ketunanetraan berdampak pada kondisi keberagamaan siswa tunanetra. Tentu

hal demikian menarik penulis untuk melakukan pengkajian lebih lanjut dalam

memperoleh informasi akan keberagamaan siswa, dan timbul rasa

keingintahuan untuk mengetahui keterkaitan antara kondisi keterbatasan siswa

dengan kualitas keberagamaan.

Maka dengan alasan tersebut, penulis merasa tertarik untuk

mengetahui mengenai sikap keberagamaan siswa dengan kaitannya terhadap

tingkat keberhasilan suatu program keagamaan yang telah terwujud

menimbang program keagamaan di sekolah sebagai jalan dalam menanamkan

nilai keagamaan untuk membentuk sikap keberagamaan siswa. Dengan hal

tersebut, penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai sikap

keberagamaan yang dalam hal ini siswa tunanetra sebagai sumber penelitian

untuk menggambarkan mengenai efektivitas program keagamaan tersebut.

Maka dari itu, penulis memberikan judul pada karya ini dengan “Efektivitas

Penanaman Sikap Keberagamaan Pada Siswa Tunanetra, Studi Kasus

Pada Siswa Tunanetra Tingkat SMP dan SMA di Sekolah Luar Biasa

(SLB) A Pembina Tingkat Nasional Lebak Bulus Jakarta Selatan”.

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari uraian yang telah dipaparkan, penulis dapat mengidentifikasi

permasalahan yang menjadi dasar penelitian ini, dengan uraian sebagai

berikut:

a. Ajaran Agama bukan sesuatu yang alamiah yang langsung tertanam

pada manusia sejak lahir. Maka dari itu manusia bila tidak

mendapatkan pengenalan agama akan jauh dari moral ideal keagamaan

dalam hidupnya.

b. Pendidikan keagamaan merupakan salah-satu jalan untuk memberikan

Page 15: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

3

informasi dan menanamkan nilai keagamaan pada pemeluknya.

Di dalamnya memiliki tujuan tertentu untuk membentuk keberagamaan

siswa, namun secara realitas kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan tidak relevan dengan perilaku yang terlihat pada peserta

didik

c. Penulis merupakan mahasiswa yang berkesempatan melakukan praktik

mengajar di SLB A PTN, dalam pengalaman penulis menjumpai

beberapa siswa yang tidak bisa melafalkan shalawat nabi, ataupun

mayoritas siswi yang tidak menggunakan jilbab.

d. siswa tunanetra yang penulis jumpai tidak hanya mengalami hambatan

penglihatan dalam belajar, melainkan pula terdapat beberapa siswa

yang memiliki hambatan lain yang menghambat proses pembelajaran.

e. Pada tatanan lembaga pendidikan formal, terdapat dua jenis lembaga

yaitu pendidikan untuk siswa umum, dan pendidikan untuk siswa yang

memiliki kebutuhan khusus. Kondisi demikian menunjukkan ada cirri

khas antara kedua peserta didik yang tidak bisa disamaratakan.

Sedangkan agama dibebankan pada semua makhluk yang berakal,

namun apakah suatu kondisi khusus, memiliki ciri khas yang khusus

pula dalam keberagamaan.

2. Batasan Masalah

Sikap keberagamaan merupakan suatu kajian yang memiliki

cakupan luas, dan terbentuk dari kompleksitas pengalaman peserta didik,

baik dari lingkungan keluarga, sosial, pertemanan, pendidikan dan lainya.

Dengan demikian, jangkauan pembahasan sikap keberagamaan teramat

luas, maka penulis harus membatasi cakupan kajian dalam keberagamaan

siswa dengan beberapa poin sebagai berikut:

a. Lokasi yang menjadi penelitian sikap keberagamaan siswa tunanetra

hanya terbatas pada SLB A Pembina Tingkat Nasional, sebagai lokasi

yang dipilih menjadi tempat penelitian ini berlangsung.

b. Sikap keberagamaan siswa tunanetra di dalam penelitian ini hanya

meliputi pengaruh pembelajaran keagamaan yang dilakukan di SLB A

Page 16: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

4

PTN, dan terbatas pada kajian terhadap efektivitas program keagamaan

dalam menanamkan nilai keagamaan pada siswa tunanetra.

3. Rumusan Masalah

Dari uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis akan

memaparkan rumusan masalah yaitu ―Bagaimanakakah sikap

keberagamaan siswa tunanetra di SLB A Pembina Tingkat Nasional

Lebak Bulus Jakarta Selatan?‖. Dari rumusan tersebut, penulis akan

mengkajinya melalui pendekatan yang akan diuraikan melalui sub masalah

sebagai berikut:

a. Bagaimanakah tingkat keyakinan keagamaan siswa tunanetra?

b. Bagaimanakah intensitas peribadatan siswa tunanetra?

c. Bagaimanakah penghayatan peribadatan siswa tunanetra?

d. Seperrti apakah pengamalan nilai keagamaan siswa tunanetra?

e. Seperti apakah tingkat pengetahuan keagamaan siswa tunanetra?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan suatu harapan dalam pencapaian terhadap

sesuatu yang dilakukan dalam atau setelah kegiatan selesai.2Sebagaimana

pada Penelitian skripsi ini adalah usaha untuk mendeskripsikan sikap

keberagamaan siswa tunanetra dengan mengunakan berbagai sumber data,

baik yang bersumber dari siswa tunanetra, maupun dari guru dan lainnya

yang dinilai relevan dengan kebutuhan dalam penelitian ini. Bukan hanya

itu, penulis pun menggunakan beberapa sumber tertulis untuk dijadikan

pijakan dalam kajian penelitian ini. Semua itu merupakan bertujuan untuk

mendeskripsikan sikap keberagamaan siswa tunanetra sebagai gambaran

akan tingkat efektivitas program pembelajaran keagamaan yang telah

diwujudkan di SLB, Pengkajian pada skripsi ini meliputi sikap

keberagamaan serta perkembangannya, pada siswa tunanetra.

2Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), Cet. Ke-10,

h. 29.

Page 17: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

5

Hal demikian dikarenakan sikap keberagamaan siswa merupakan

representasi dari pengaruh pembelajaran keberagamaan baik di sekolah

maupun di luar sekolah. Semua itu akan menjadi bahan penelitian pada

skripsi ini. Selain itu, perkembangan keberagamaan turut dikaji

menimbang informal yang menjadi sumber utama penelitian ini adalah

siswa tunanetra pada jenjang SMP-LB dan SMA-LB, yang secara

psikologis berada pada fase perkembangan remaja yang dalam hal ini

perkembangan keberagamaan pada masa remaja secara teoritis berpijak

pada berbagai keterangan tentang sikap keberagamaan serta perkembangan

keberagamaan yang dibahas dalam beberapa sumber tertulis baik dari para

tokoh Islam secara umum, maupun dari psikologi agama.

Dengan menggunakan berbagai teori mengenai sikap dan

perkembangan keberagamaan secara teoritis, penulis memiliki harapan

untuk bisa menjadi bagian dalam mengembangkan dan memperkaya

khazanah ilmu pengetahuan terkhusus pada tema yang dibahas dalam

skripsi ini. Maka tulisan ini memiliki tujuan mengekplorasi suatu teori

terkait sikap dan perkembangan keberagamaan. Yang dalam hal ini siswa

tunanetra sebagai sumber penelitiannya. Semoga tulisan ini bisa

menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama tentang sikap

keberagamaan serta perkembangannnya.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dibuat bukan hanya sekedar untuk memenuhi

kebutuhan untuk menyelesaikan tugas akhir kelulusan dalam perkuliahan

saja. Melainkan lebih dari itu. Dengan ditulisnya skripsi ini mudah-

mudahan bisa bermanfaat bukan hanya sekedar meramaikan khazanah

keilmuan saja, tetapi juga turut mendatangkan kegunaan terkhusus

terhadap sekolah tempat penelitian ini dilakukan. Karena sebagaimana

telah diungkapkan bahwa skripsi ini adalah untuk mengulas sikap

keberagamaan siswa tunanetra melalui pendeskripsian diharapkan bisa

menjadi gambaran dalam mengetahui tingkat keberhasilan sekolah dalam

menanamkan nilai keberagamaan pada siswa.

Page 18: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

6

Dengan hal demikian, semestinya bisa mendatangkan manfaat

bukan hanya kepada penulis, melainkan terkhusus pada sekolah tempat

penelitian ini berlangsung, yaitu SLB A Pembina Tingkat Nasional Lebak

Bulus Jakarta Selatan. Yaitu bisa dimanfaatkan untuk menjadi bagian

dalam sumber evaluasi sekolah terhadap program keagamaan guna

mendatangkan kualitas program yang lebih baik di masa yang datang.

D. Kerangka Berpikir

Penelitian pada skripsi ini mengunakan judul “Efektivitas

PenanamanSikap Keberagamaan pada Siswa Tunanetra di Sekolah Luar

Biasa (SLB) A Pembina Tingkat Nasional Lebak Bulus Jakarta Selatan”.

Ada tiga poin besar yang menjadi bahan pengkajian utama pada penelitian

dilakukan dalam skripsi ini. Yaitu perihal program keagamaan yang

diselenggarakan di SLB A Pembina Tingkat Nasional, kemudian Sikap

Keberagamaan padasiswa tunanetra, dan efektivitas penanaman sebagai hasil

usaha program keagamaan dalam membentuk sikap keberagamaan siswa

tunanetra.

Poin pertama terkait Program keagamaan yang diadakan di SLB

APTN, dalam hal ini, penulis akan mencari data atau keterangan tersebut

melalui pihak sekolah terkait. Guna sebagai bahan dalam menentukan arah

kajian pada skripsi ini. Semua hal yang tercantum dalam program keagamaan

tersebut, akan menentukan arah kajian pada skripsi ini. Pada bagian ini,

penulis hanya sekedar mendapatkan data tanpa terlalu jauh dalam menganalisa

program tersebut, karena objek kajian utama adalah sikap keberagamaan

siswa. penulis hanya mencari rincian dari jenis program keagamaan yang

dilaksanakan sebagai dasar dalam menentukan arah kajian pada skripsi ini,

Kemudian poin kedua mengenai sikap keberagamaan. Poin ini adalah

poin inti dalam penelitian ini, karena sebagai objek kajian utama yang akan

menjadi bahan penelitian dan kajian pada skripsi ini. Dalam mengkaji sikap

keberagamaan, penulis akan mencari berbagai sumber tertulis yang relevan

Page 19: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

7

dengan pembahasan mengenai keberagamaan yang ditulis oleh para tokoh

yang konsen di bidang ini. Poin ini merupakan dasar pijakan teoritis dalam

mendukung kajian skripsi ini. Melalui teori mengenai sikap keberagamaan

tersebutlah penulis akan melakukan pengkajian pada skripsi ini, sekaligus

sebagai fokus penelitian sehingga pembahasan dalam kajian ini tidak jauh

melebar.

Bukan hanya itu, penulis dalam hal sikap keberagamaan akan

membahas pula mengenai perkembangan keberagamaan. Karena sumber data

utama pada penelitian ini adalah siswa pada jenjang SMP dan SMA yang

secara psikologis berada pada fase remaja. Maka dari itu, relevan untuk

mengkaji teori ini, sebagai bahan pertimbangan dalam mendukung data yang

ditemukan dilapangan sehingga menjadi bahan untuk memvalidasi data

tersebut.

Adapun pendekatan dalam membahas sikap keberagamaann tersebut,

penulis akan menggunakan pendekatan dari rumusan keberagaman yang

dirumuskan oleh C. Y. Glock dan R. Stark. Di dalamnya memuat lima dimensi

keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan, ritual ibadat, penghayatan,

pengamalan, dan dimensi pengetahuan keberagamaan. Pendekatan ini sangat

dibutuhkan penulis dalam mengkaji objek penelitian pada skripsi ini. Dengan

rumusan inilah penulis akan menentukan rincian dan poin-poin pembahasan

tertentu dalam menentukan arah pada permasalahan yang dibahas dalam

skripsi ini

Dan poin terakhir mengenai Efektivitas penanaman sikap

keberagamaan.Dalam hal ini, adalah efek program keagamaan sekolah yang

dilaksanakan dalam membentuk perkembangan keberagamaan siswa

tunanetra. Dalam mengukur tingkat efektivitas program tersebut, penulis akan

berpijak pada rumusan yang digagas oleh Haidar Putra Daulay yang

memaparkan tiga sasaran dalam pendidikan.

Pendidikan setidaknya memiliki tiga sasaran.Pertama, sasaran

pengisian otak (transfer of Knowledge). Di sini yang paling ditekannkan

adalah mengisi kognitif peserta didik, mulai dari yang sederhana, sampai

analisa. Kedua, mengisi hati yang melahirkan sikap positif (transfer of value).

Page 20: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

8

Sasarannya menumbuhkan kecintaan kepada kebaikan, serta membenci

kepada kejahatan. Ketiga, perbuatan (transfer of activity).Tujuannya adalah

menumbuhkan keinginan untuk melakukan yang baik, serrta menjauhi prilaku

yang buruk.3

Ketiga poin tersebut relevan dengan objek kajian pada skripsi ini yaitu

mengenai sikap keberagamaan siswa tunanetra yang termuat di dalamnya

mengenai pengetahuan keagamaan siswa, kemudian aplikasi siswa tunanetra

terhadap nilai keberagamaan, serta dampak keberagamaan terhadap prilaku

siswa tunanetra. Semua itu akan diukur melalui pendekatan tersebut, sebagai

usaha penulis dalam mendapatkan hasil berupa kesimpulan dalam menentukan

efektivitas penanaman program keberagamaan pada siswa tunanetra.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini mengacu pada panduan dalam

buku pedoman penulisan skripsi yang dibekali oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam hal ini, penulis

merangkai penulisan dengan jumlah lima bab yang penjelasannya sebagai

berikut:

Penulisan akan dimulai dari BAB I. Bab ini adalah awal dari

pemaparan dalam penulisan ilmiah. Di dalamnya membahas mengenai

pendahuluan yang terinci dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

batasan dan rumusan masalah, serta sistematika penulisan. Semua itu akan

dipaparkan guna menjadi penentuan awal dalam keberlangsungan penelitian

pada skripsi ini.

Kemudian berikutnya adalah BAB II, di dalamnya menjelaskan perihal

landasan teori. Didalamnya akan memaparkan hal yang terkait objek

penelitian pada penelitian ini. Yaitu perihal sikap keberagamaan yang

bersumber dari berbagai literatur yang ditulis oleh para pemikir agama

terkhusus Islam, maka pemikiran tersebut penulis akan menggali sebuah

3 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di

Indonesia, (Jakarta:Kencana, 2004), h. 39.

Page 21: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

9

esensi dari sikap keberagamaan serta berbagai literature yang mengulas

mengenai perkembangan keberagamaan terkhusus perkembangan

keberagamaan pada masa remaja, menimbang informan pada penelitian ini

adalah pada jenjang pendidikan SMP-LB dan SMA-LB, yang semua itu

sebagai dasar pijakan teori dalam pengkajian pada data yang didapatkan di

lapangan. maka bab ini akan mengulas mengenai sikap keberagamaan secara

teoritis, serta perkembangan keberagamaan sebagai dasar dari informal yang

diteliti adalah siswa yang menginjak fase remaja.

Kemudian BAB III, akan menjelaskan perihal metodologi penelitian.

Dalam pemaparannya akan diawali dengan pembahasan mengenai waktu dan

tempat penelitian, setelah itu akan diuraikan mengenai objek, metode

penelitian serta rangkaiannya, yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Dengan demikian bab ini merupakan alat penelitian serta modal dasar dalam

pengumpulan dan pengolahan data.

BAB IV, Dalam bab ini penulis akan memaparkan tentang hasil

penelitian berupa pengkajian terhadap berbagai data yang telah diperoleh di

lapangan, yang diolah berdasarkan analisa deskriptif. Maka dalam bab ini

merupakan inti dari penelitian dan akan menentukan kesimpulan yang dibahas

di BAB berikutnya.

Poin terakhir adalah BAB V, di dalamnya akan memaparkan

kesimpulan pada penelitian ini. Pada poin ini adalah poin terakhir sebagai

puncak dari penelitian, maka BAB ini sebagai akhir penelitian yang di

dalamnya memuat berbagai kesimpulan yang disesuaikan dengan kebutuhan

berdasarkan rumusan masalah. serta memuat berbagai saran dan kritik beserta

beberapa lampiran yang mendukung dalam keberlangsungan penelitian skripsi

ini.

Page 22: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

10

BAB II

SIKAP KEBERAGAMAAN

A. Pengertian Sikap Keberagamaan

Sikap keberagamaan dalam penyebutannya terdiri dari beberapa istilah

diantaranya sikap keberagamaan, keagamaan, dan religiusitas. Dalam kamus

besar bahasa Indonesia Keberagamaan diartikan sebagai perihal beragama.4

Sedangkan Religiusitas diartikan sebagai pengabdian terhadap agama atau

kesalehan.5 Dalam Kamus Sosiologi Antropologi diartikan sebagai ―ketaatan

kepada religi (agama)‖6.Sedangkan dalam Kamus Konseling dan Terapi,

―religiosity, atau religiusitas diartikan sebagai pola, model, tipe, atau kualitas

beragama (keberagamaan, religiusitas) yang dimiliki oleh individu atau

sekelompok orang dengan sejumlah dimensinya, dalam pengertian tidak harus

berkaitan dengan ketaatan beragama‖.7

Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam berpendapat bahwa,

―Relegiusitas adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan,

seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan seberapa dalam penghayatan

atas agama yang dianutnya.‖8 Artinhya bisa dipahami bahwa keberagamaan

memililki beberapa aspek yagn tekendung di dalamnya setidaknyha

memiulkiiki lima aspek sebagaimana telah disebutkan di atas. Pendapat

diungkapkan oleh Said Agil Al-Munawar bahwa, ―Substansi keberagamaan

manusia adalah meyakini adanya suatu Zat di luar dirinya yang bersifat

mutlak. Dalam diri manusia terdapat rasa kesadaran tentang kehadiran suatu

kekuatan yang maha dahsyat yang menjadi referensi mengalirnya

kebahagiaan, ketakutan, kegembiraan, kedamaian, dan sebagainya. Kesadaran

4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 15. 5 Ibid, h. 1159.

6 M. Dahlan Yacub Al-Barry, Kamus Sosiologi Antropologi, (Surabaya: Indah, tt), h. 277.

7 MAPPIARE, Andi, Kamus Istilah Konseling dan Terapi, (Jakarta: PT. RajaGrapindo

Persada, 2006), h. 279. 8 Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreatifitas Dalam

Perspektif Psikologi Islami, (Jogyakarta: Menara Kudus Jogyakarta, 2002), h. 71.

Page 23: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

11

itu, secara antropologis telah melahirkan berbagai kepercayaan-kepercayaan di

dunia dari zaman ke zaman‖.9

Abdul MunirMulkhan berpendapat, ―Keberagamaan adalah tafsir-tafsir

dengan kebenaran relatif, dan oleh karena itu, mengundang perbedaan sesuai

kondisi objektif si penafsirnya. Oleh karena itu diperlukan sistem sosial politik

yang bebas dari kekerasan‖.10

Di sini religiusitas dipandagn sebagai sesuatu

yang besiat politis, bukan hanya sekedar kegiatuan individu atau kelompok

keagamaan tertentu, mlainkan melibatkan berbagai aspek lain yang terkait

pemerintahan yagn memberikan pengaruh terhadap keberqagamaan pada suatu

bangsa.

Ada beberapa poin besar mengenai sikap keberagamaan, yaitu sikap

keberagamaan sebagai sebuah kesalehan, sikap keberagamaan sebagai sebuah

penghidmatan dari berbagai aspeknya dimulai dari pengetahuan sampai

tindakan konsekuensial, sikap keberagamaan sebagai sebuah perasaan

ketulusan kepada yang transenden, dan sikap keberagamaan sebagai sebuah

penafsiran parsial yang hanya dipahami oleh pemeluk agama tertentu. Namun

keberagmaan pun bukan hanya ormalitas keagamaan, meliainkan lebih dari

itu. Aritinua, sikap keberagamaan memiliki makna yagn jauh lebih luas yang

terbentuk dari berbagai aspeknya yagn kompleks.

Perbandingan antara Ciri khas agama dan keberagamaan, yaitu Agama

lebih menunjuk kepada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan atau kepada

―Dunia dalam aspeknya yang resmi, yuridis, peraturan-peraturan dan hukum-

hukumnya, serta keseluruhan organisasi-organisasi sosial keagamaan dan

sebagainya yang melingkupi segi-segi kemasyarakatan. Sedangkan

Keberagamaan atau Religiusitas lebih melihat aspek yang ―di dalam lubuk hati

nurani‖ pribadi, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain,

karena menapaskan intimitas jiwa, cita rasa yang mencakup totalitas

(termasuk rasio dan rasa manusiawinya) ke dalam si pribadi manusia. Karena

itu, pada dasarnya religiusitas mengatasi atau lebih dalam dari agama yang

9 Said Agil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, (Ciputat: Ciputat Press,

2005), h. 199. 10

Abdul Munir Mulkhan, Manusia Al-Quran, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), h. 147.

Page 24: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

12

tampak formal, resmi.11

Sikap religius seperti berdiri khidmat dan rukuk secara khusyuk. Yang

dicari dan diharapkan untuk anak-anak kita adalah bagaimana mereka dapat

tumbuh menjadi abdi-abdi Allah yang beragama baik, namun sekaligus orang

yang mendalam cita rasa religiusitasnya, dan yang menyinarkan damai murni

karena fitrah religiusnya, meskipun barangkali dalam bidang keagamaannya

kurang patuh. Itu dibandingkan dengan orang yang hebat keagamaannya,

tetapi ternyata itu cuma kulit luarnya saja. Sedangkan kehidupan

sesungguhnya serba tipuan semu‖.12

Jadi sikap keberagamaan tidak seutuhnya dikaitkan dengan tindakan

keberagamaan formal, melainkan lebih dari itu, sikap keberagamaan sebagai

hasil dari tindakan keberagamaan itu sendiri, dalam arti agama yang

diyakininya telah membentuk sebuah kepribadian yang baik bagi pemeluknya,

sehingga kepribadian itu terwujud dalam kehidupannya, yang secara agama

disebut dengan kesalehan atau akhlak mulia, dan secara umum di sebut

dengan moralitas.

Agama di tengah masyarakat hadir bukan hanya mengenai sensasi

individual, melainkan menjadi sebuah prilaku pemeluknya baik secara

individu maupun kolektif. Karena Antara nilai keagamaan dengan tindakan

pemeluknya secara normatif ikut menentukan sikap seseorang dalam

mengantisipasi dan memecahkan setiap permasalahan yang dihadapinya.13

Maka sebuah sikap keagamaan berimbas pada kepribadian pemeluk dan

interaksi antar manusia sebagai pedoman yang mengatur tata kehidupan yang

bersumber dari nilai ajaran agama yang membentuk sistem moral.

Adapun Kata ―moral‖, secara etimologi sama dengan ―etika‖,

sekalipun sumber bahasa asalnya berbeda. Jika sekarang kita memandang arti

kata ―moral‖, perlu diperhatikan bahwa kata ini bisa dipakai sebagai nomina

(kata benda) atau sebagai adjektiva (kata sifat). Jika kata ―moral‖ digunakan

11

Muhaimin,Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. Kelima, h. 287-288. 12

Ibid, h. 288. 13

Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Penerbit Paramadina, 1997), h. 6.

Page 25: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

13

sebagai kata sifat artinya sama dengan ―etis' dan jika dipakai sebagai kata

benda artinya sama dengan ―etika‖. Dari pemaknaannya, moral diartikan nilai-

nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu

kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan istilah Moralitas‖

(dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti dasarnya sama dengan ―moral‖,

hanya lebih abstrak. Kita berbicara tentang ―moralitas suatu perbuatan‖,

artinya, segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya. Moralitas adalah sifat

moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan

buruk.14

Perlu kita pahami, bahwa agama mempunyai sifat mengikat kepada

para pemeluknya,maka ajaran-ajaran moral agama lebih besar dan dalam

pengaruhnya dari ajaran-ajaran moral yang dihasilkan falsafat dan pemikiran

manusia. Ajaran-ajaran yang berasal dari Tuhan Pencipta Alam Semesta

mempunyai sifat ketulusan dan absolute yang tidak dapat ditolak oleh

manusia, perintah manusia masih bisa dilawan, tapi Perintah Tuhan tak dapat

ditentang. Faham inilah yang membuat norma-norma, akhlak yang diajarkan

agama mempunyai pengaruhnya dalam membentuk manusia berakhlak dan

berbudi pekerti luhur.15

Keberagamaan erat kaitannya dengan keimanan dan ritual keagamaan.

Kedua hal tersebut memang selalu berdampingan dalam keberagamaan

manusia. Hal demikianlah yang akan membentuk kepribadian baik bagi

pemeluknya dalam berbuat kebajikan atau kesalehan. Maka menengahi antara

iman yang abstrak dan tingkah laku atau amal-perbuatan yang konkret itu

ialah peribadatan. Hal demikian merupakan konkretisasi rasa keimanan,

karena ibadat mengandung makna intrinsik sebagai pendekatan kepada Tuhan

(taqarrub). Dalam ibadat itu seorang Hamba Allah, merasakan kehampiran

spiritual kepada Khalik-Nya. Pengalaman keruhanian ini sendiri merupakan

14

K. Bertens, Etika, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011), Cet. Kesebelas, h. 7. 15

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI-Press,

1985), Cet. Kelima, h. 19

Page 26: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

14

sesuatu yang dapat disebut sebagai inti rasa keagamaan atau relijiositas.16

Keimanan terhadap Tuhan merupakan pokok dari keberagamaan,

dengan keyakinan itulah prilaku keberagamaan akan terbentuk sebagai efek

dari keterkaitan antara makhluk dengan Penciptanya. Kualitas keyakinan akan

berpengaruh pada kualitas perilaku pemeluknya. Menurut Kamrani, secara

berurutan perilaku seseorang digiring oleh tata nilai, yang tata nilai sendiri

keluar dari keyakinan seseorang. Jadi dari keyakinan (believe or conviction)

muncul nilai (value), kemudian muncul sikap (attitude) dan terakhir

muncullah perilaku (behavior).17

Keterkaitan antara keimanan dan amal shaleh tidak serta merta menjadi

hal yang padu dalam keberagamaan, diperlukan interaksi yang

menghubungkan keduanya. Maka keimanan dan amal shaleh bisa terwujud

dari tindakan ritual keagamaan atau ibadat. Ibadat bukan hanya sekedar ruang

untuk berinteraksi dengan Khalik saja, tetapi juga bisa membentuk

kepribadian bagi pelakunya. Karena disamping makna intrinsiknya, ibadat

juga mengandung makna instrumental sebagaimana menurut Nurcholis

Madjid, ―karena sifatnya yang amat pribadi (dalam seginya sebagai hubungan

antara seorang hamba dan Tuhannya), ibadat dapat menjadi instrumen

pendidikan moral dan etik yang amat mendalam dan efektif. Sebagaimana

Kitab Suci dengan jelas diungkapkan harapan bahwa salah satu efek

terpenting ibadat ialah tumbuhnya semacam solidaritas sosial.18

Jadi

disamping nilai vertical, ibadat pun bisa melahirkan nilai horizontal dengan

sesama makhluk, dalam arti sebagai pembentuk moralitas.

B. Dimensi-dimensi Sikap Keberagamaan

Adapun mengenai dimensi keberagamaan, penulis akan mengacu pada

teori yang dirumuskan oleh C. Y. Glock dan R. Stark sebagaimana dibahas

dalam buku Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori Suroso yang berjudul

16

Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban Sebuah Telaah Kritis Terhadap

Keimanan Kemanusiaan dan Kemoderenan, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 2000), Cet.

Keempat, h. 60-61. 17

Kamrani Buseri, Nilai Ilahiah Remaja Pelajar, Telaah Phenomenologi dan Strategi

Pendidikannya, (Yogyakarta: UII-Press, 2004), h. 37. 18

Madjid, Op. cit, h. 61-62.

Page 27: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

15

Psikologi Islami, di dalamnya menguraikan lima dimensi keberagamaan yaitu

Dimensi keyakinan (Ideologis), dimensi praktik agama (ritualistik), dimensi

penghayatan (eksperensial), dimensi pengetahuan keagamaan (intelektual),

dan dimensi pengamalan (konsekuensial). Sdangkana dalam rinciannya

penulis hanya akan membahas hal yhagn relevan dengan kebutuhan

kebugtuhan kajian dalanm penelitiaqn skripsi ini.

1. Dimensi Ideologis (Keyakinan)

Dimensi Idiologis berisi berbagai pengharapan, dimana penganut

agama berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui

kebenaran doktrin-doktrin tersebut. 19

semua penganut agama memiliki

prinsip di dalam keyakinannya, maka dimensi inilah yang mendasari

prinsip tersebut. Keberagamaan didasari oleh sebuah keyakinan yang

teramat personal, sehingga dimensi ini merupakan sisi yang paling sensitif

dalam beragama. adapun dimensi ideologis sama dengan akidah dalam

Islam. dimensi ini mengungkap masalah keyakinan manusia terhadap rukun

iman, kebenaran agama, serta masalah-masalah ghaib yang diajarkan

agama.20

Ada tiga katagori kepercayaan, yaitu kepercayaan yang menjadi

dasar esensi suatu agama, semisal dalam Islam kepercayaan pada kenabian

Nabi Muhamad Saw. Kemudian kepercayaan-kepercayaan mengenai

tujuan Ilahi dalam menciptakan manusia, hanya untuk beribadah kepada

Allah SWT. Kemudian kepercayaan mengenai sebagaimana di dalam

Islam ada ayat yang menyatakan bahwa manusia diciptakan cara terbaik

dalam melaksanakan tujuan Ilahi, seperti halnya seorang muslim percaya

bahwa melaksanakan amal saleh ia harus melakukan pengabdian kepada

Allah, serta penghigmatan kepada sesama manusia.21

19

Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami, Solusi atas

Problematika Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet. Ke-2, h. 77. 20

Fuad Nashori, dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam

Perspektif Psikologi Islami, (Jogjakarta: Menara Kudus Jogjakarta, 2002), Cet. Ke-1, h. 78. 21

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama, Sebuah Pengantar, (Bandung: Mizan, 2005),

Cet. Ke-3, h. 44-45.

Page 28: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

16

Kompleksitas keagamaan pada masyarakat membawa seorang

penganut agama harus dihadapkan pada dua hal, yakni ia harus

menjalankan ajaran agama yang seutuhnya, dan dilain hal dihadapkan pada

keyakinan lain yang secara sosial membawa penganut agama tertentu harus

bisa menghargai keyakinan lain yang secara formal merupakan suatu hal

yang dinilai salah oleh keyakinan lainnya. Dengan demikian keyakinan

terhadap agama secara sosial harus diimbangi dengan pemahaman toleransi

antar sesama manusia walaupun secara keyakinan mereka bertentangan.

Secara umum boleh saja menyatakan semua agama itu benar, tapi bagi

Islam ada pijakan yakni al-Quran yang menyatakan bahwa agama yang

diridhai Allah hanyalah Islam. maka pernyataan tentang semua agama itu

benar tidak boleh. Serta menyatakan Agama kita lebih baik dan meskipun

memberikan pernyataan seperti itu akan mengganggu akidah‖.22

Sebuah keyakinan tidak serta merta tumbuh dalam diri manusia,

diperlukan stimulus untuk menumbuhkannya, serta pemeliharaan keyakinan

sebagai usaha dalam menjaga keutuhan akidah. Berhati-hati dalam

berkeyakinan, bertindak dan berucap mesti dilakukan guna terhindar dari

kerusakan akidah yang akan menjerumuskan umat muslim. Kehati-hatian

menjaga akidah atau munculnya kecemburuan membuktikan keyakinan

yang kuat terhadap agama yang dianutnya. Agama adalah sesuatu yang

utama bagi manusia termasuk para pelajar. Keyakinan dan sikap seperti itu

merupakan karekteristik kedewasaan dalam beragama membuktikan

kematangan beragama. Diantara pertanyaan untuk menaksir kematangan

beragama menurut Clark sebagaimana dikutip oleh Kamrani, ialah

pertanyaan tentang apakah agama itu merupakan sesuatu yang utama.23

Ketauhidan merupakan unsur pokok keberagamaan dalam Islam

Dengan tauhid itulah keberagamaan Islam bisa tegak, dan jika tauhid bisa

tertanam dengan baik pada seorang muslim, maka dengan akan membentuk

suatu kepribadian yang berkualitas baik dalam berkeyakinan maupun

22

Kamrani Buseri, Nilai Ilahiah Remaja Pelajar, Telaah Phenomenologi dan Strategi

Pendidikanya, (Yogyakarta: UII-Press, 2004), h. 27. 23

Ibid, h. 35

Page 29: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

17

bersosial. Menurut M. Amien Rais, ―Tauhid berarti komitmen manusia

kepada Allah sebagai fokus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur, dan

sebagai satu-satunya sumber nilai. Apa yang dikehendaki oleh Allah akan

menjadi nilai (value) bagi manusia tauhid, dan ia tidak akan mau menerima

otoritas dan petunjuk, kecuali otoritas dan petunjuk dari Allah.24

Dengan tauhid, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka,

melainkan juga akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia lain

mana pun. Tidak ada manusia yang lebih superior atau inferior terhadap

manusia lainnya. Setiap manusia adalah Hamba Allah yang berstatus sama.

Jika tidak ada manusia yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada

manusia lainnya di hadapan Allah, maka juga tidak ada kolektifitas

manusia, baik sebagai suatu suku bangsa ataupun suatu bangsa, yang lebih

tinggi atau lebih rendah daripada suku bangsa atau bangsa lainnya.

Semuanya berkedudukan sama di hadapan Allah. Yang membedakan satu

dengan lainnya hanyalah tingkat ketakwaan pada Allah SWT (Al-Hujurat:

13).25

Umumnya bukti seorang beriman kepada Tuhan secara dzahir

tergambar dari tindakan keagamaan semisal berdoa dan ikhtiar dalam

perbuatan yang dilakukannya hanya karena Allah. Kesadaran akan adanya

Tuhan bukan hanya sekedar dibuktikan dengan berdoa saja, tetapi ditambah

pula dengan intensitas ingat terhadap Tuhan yang selalu menyertai dalam

kehidupan ini.26

Oleh karenanya, sebuah keyakinan kepada Allah ditandai dengan

intensitas rasa selalu diawasi dalam sertiap perbuatan yang kemudian akan

menimbulkan sikap kepatuhan, sehingga selalu menunaikan apa yang

diajarkan agama dengan baik dan tidak lalai. Dalam arti akan menimbulkan

kedisiplinan dalam sikap orang yang beriman, sebagaimana menurut

Nurcholis Madjid, ―Maka dalam rangka menanamkan budaya disiplin,

24

M. Amien Rais, Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta, (Bandung: Mizan, tt), h. 13. 25

Ibid, h. 14. 26

Kamrani Buseri, Nilai Ilahiah Remaja Pelajar, Telaah Phenomenologi dan Strategi

Pendidikanya, (Yogyakarta: UII-Press, 2004), h. 45-47.

Page 30: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

18

penting sekali ditanamkan keimanan yang mendalam kepada Allah,

khususnya keimanan dalam arti keinsafan akan adanya Dia Yang Maha

Hadir (Omnipresent), yang selalu menyertai manusia dan tidak pernah

absen barang sedetik pun dalam mengawasi tingkah laku manusia itu‖.27

Beriman kepada kitabullah merupakan bagian dari pokok akidah

umat Islam,bukan hanya sekedar mengimani kitab suci al-Qur‘an, tetapi

juga kitab yang diturunkan pula kepada para Rasul sebelum Nabi

Muhammad. Khusus bagi umat Muhammad, mengimani al-Quran bukan

sekedar mempercayainya akan tetapi menjadikannya sebagai bacaan,

sebagai Hudan atau petunjuk, maupun sebagai furqan atau pemerjelas mana

yang hak dan mana yang batil.

Jika kitab suci ini tersusun dari hasil karya manusia, maka niscaya

akan timbul berbagai pertentangan di dalamnya. Kalau hal itu terjadi, akan

goncang dan cemaslah orang-orang yang beragama Islam itu sendiri.28

Artinya, seorang yang beriman kepada kitabullah akan membentuk

ketenteraman dalam jiwanya.

Upaya menjadikan Al-Quran sebagai hudan atau pemberi petunjuk

dan furqan atau pemerjelas sesuatu antara yang benar dan yang salah, untuk

selanjutnya menjadi penuntun dalam kehidupan manusia perlu dilakukan,

misalnya dengan mengajarkan ayat-ayat tertentu yang maknanya menjawab

tantangan psikologis sehingga bukan lagi sekedar dijawab dengan membaca

verbal.29

Jadi nilai utama dari iman kepada kitabullah dalam konteks ajaran

yang dibawakan Nabi Muhammad adalah intensitas dari seberapa sering

seseorang itu membaca dan belajar mengenai Al-Qur‘an serta

mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya.

Persoalan mengenai beriman kepada para rasul terutama mengimani

kenabian Muhammad Saw merupakan bagian inti daripada mengikuti dan

mengamalkan ajaran Islam. Dalam pembinaan mental dan perkembangan

27

Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Penerbit Paramadina, 1997), h. 89. 28

Ibid, h. 61. 29

Kamrani Buseri, Op. Cit, h. 56-57.

Page 31: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

19

kepribadian, sangat diperlukan adanya suatu tokoh yang akan diteladani

dan dicontoh. Tokoh itu disebut juga Pribadi teladan (the ideal person).

Proses untuk meniru segala sifat Pribadi teladan itu dinamakan identifikasi.

30

Sebelum peristiwa bersejarah tersebut, kondisi Nabi Muhammad

Saw sedang mengalami berbagai kesulitan yang luar biasa. Setiap dakwah

yang dilakukannya selalu mendapatkan cacian dan hinaan dari kaum

Quraisy. Namun kala itu ada dua orang yang senantiasa membela,

menghibur dan membesarkan hati Nabi. Ialah Siti Khadijah (Isterinya) dan

Abdul Muthalib (Pamannya). Tetapi kedua orang yang dicintainya tersebut

meninggal pada tahun yang sama. Karena itu, Nabi menyebutnya sebagai

tahun duka cita (ammul huzni).31

Nilai keteladanan Nabi Muhammad dengan kesabaran serta

ketegaran hidupnya menjadi bahan kajian bagi kita untuk selalu meneladani

dan mengambil hikmah atas budi pekertinya. Karena, dalam kondisi seperti

itu, cacian dan penganiayaan yang dilakukan oleh kaum Quraisy yang

semakin menjadi-jadi, tetapi Nabi Muhammad tidak berputus asa, beliau

tetap meneruskan dakwah sekalipun harapan keimanan kaum Quraisy

sangat tipis.32

Bukan hanya merayakan isra mi‘raj saja, dalam tradisi masyarakat

muslim, dirayakan pula hari kelahiran Nabi Muhammad Saw yang sering

disebut dengan Maulid Nabi Muhammad Saw. Dalam setiap peringatan

maulid, yang terpenting adalah bagaimana kita mampu bertindak, berpikir,

memimpin orang dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana

yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Apa yang dicontohkan oleh

Rasulullah Saw. adalah kesempurnaan perilaku yang sudah sepatutnya

ditiru oleh kita sebagai umatnya dan dijadikan semangat bagi kita untuk

30

Zakiah Daradjat, Op. Cit, h. 48. 31

Armai Arief, Membumikan Nilai-nilai Islam dalam Masyarakat Majemuk, (Ciputat:

Suara ADI, 2009), h. 155. 32

Ibid, h. 156.

Page 32: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

20

terus maju dan berprestasi.33

Iman kepada takdir memberikan arti di mana kita wajib

mempercayai bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini, dalam

kehidupan dan diri manusia, adalah menurut hukum, berdasarkan suatu

undang-undang universal atau kepastian umum atau takdir.34

Pada konteks penelitian ini penulis akan melakukan sebuah

pengkajian terhadap sikap keberagamaan siswa tunanetra dari sisi

keyakinannya terhadap kebenaran agama Islam dan tentunya keyakinan

terhadap Allah Swt serta segenap yang menyangkut akidah dalam Islam.

dimensi ini merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk

mengukur tingkat akidah siswa sebagai gambatan dari efek pembelajaran

agama yang telah dialaminya.

2. Dimensi Ritualistik (Peribadatan)

Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal

yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap keyakinan

yang dianutnya.35

Semua agama memiliki prilaku yang khas, terutama

dalam peribadatan. Maka peribadatan merupakan identitas yang paling

terlihat dari pada dimensi keberagamaan yang lainnya. Selain itu,

Peribadatan inilah sebagai bentuk interaksi antara Tuhan sebagai pemberi

ruang dalam beribadah, dengan manusia sebagai pengemban amanat

dengan melaksanakan ibadat. Dengan peribadatan inilah pemeluk agama

akan terlihat bukan hanya sekedar prilaku beragama saja, melainkan pula

sebagai sebuah tanda kesungguhan beragama. Maka pemeluk yang tidak

melakukan peribadatan secara sengaja, bisa dikatakan sebagai orang yang

tidak patuh terhadap titah Tuhannya dan tidak memiliki komitmen

keagamaan yang baik.Dimensi ritual sama halnya ibadah dalam Islam,

hanya saja, ibadah dalam Islam teramat luas jangkauannya. Islam

mengajarkan bukan hanya sekedar ibadah ritual saja, melainkan harus

33

Ibid, h. 172-173. 34

Didiek Ahmad Supardi, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 198. 35

Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami, Solusi atas

Problematika Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet. Ke-2, h. 77.

Page 33: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

21

melakukan peribadatan lain di luar itu. Sebagaimana telah kita ketahui

bahwa di dalam Islam dikenal dengan istilah Syari‘ah. Syariah inilah yang

menjadi jalan kehidupan umat Islam dalam menjalannkan kehidupan baik

secara teologis maupun sosial. Artinya dimensi ritual memuat mengenai

seberapa jauh tingkat kepatuhan seorang muslimm, dalam mengerjakan

berbagai ritual peribadatan sebagaimana diperintahhkan dan serta

dianjurkan oleh agamanya.36

Shalat memang erat hubungannya dengan latihan moral, di dalam

surat Al-Ankabut ayat 45 diungkapkan bahwa “ Sesungguhnya Shalat itu

mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar”.Kemudian

didukung dengan Hadits Nabi yang mengungkapkan ―Shalat yang tidak

menjauhkan pelakunya dari perbuatan tidak senonoh bukanlah shalat.‖

Kemudian ungkapan hadis lain, ―Shalat yang ku terima hanyalah shalat

yang membuat pelakunya merendah terhadap kebesaran-Ku, tidak bersikap

sombong terhadap makhluk-Ku, tidak berkeras menentang perintah-Ku,

tetapi senantiasa mengingat-Ku, menaruh kasih sayang terhadap orang

miskin, orang yang terlantar dalam perjalanan, wanita yang kematian

suami, dan orang yang ditimpa kesusahan‖.37

Shalat merupakan konsekuensi dari keyakinan tentang sifat-sifat

Allah SWT yang menguasai Alam raya ini, termasuk manusia serta yang

kepada-Nya bergantung segala sesuatu. Keyakinan tersebut memerlukan

pembuktian dalam bentuk kongkrit, karena keyakinan tidak hanya terbatas

dalam hati, tapi harus dibuktikan dengan amal.38

Shalat bukan hanya sekedar kewajiban manusia saja, melainkan

sebagai sarana manusia dalam mendekatkan diri dan mencari solusi atas

berbagai keluh kesah yang dirasakan manusia. karena itu salat beriringan

dengan keuletan dan ketabahan dijadikan sebagai sarana untuk memenuhi

36

Ibid, h. 80 37

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI-Press,

1985), Cet. Kelima, h. 40. 38

M. Quraish Shihab, ―Falsafah Ibadah dalam Islam‖, dalam Ismail Muhammad Syah,

Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. Ke-2, , h. 184.

Page 34: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

22

kebutuhan-kebutuhan sebagaimana ditekankan oleh ayat 45 dan 153 surat

Al-Baqarah: Artinya: “Dan jadikanlah ketabahan dan salat sebagai

penolongmu (sarana untuk memenuhi kebutuhanmu).39

Pada ibadah puasa, seorang muslim dituntut untuk menahan diri dari

makan, minum, hubungan sex, dan hal lainnya yang akan merusak ibadah

dan pahala puasa. dengan demikian, seorang bisa merasakan penderitaan

orang lain yang jauh di bawahnya dari segi sosial atau pun material. Oleh

karenannya ibadah puasa akan mendobrak dinding yang menghalangi

antara kaum kaya dan kaum miskin karna secara emosional akan diikat dari

satu rasa ketika menahan dari berbagai hal yang akan mendatangkan

keselarasan sosial. Oleh karenanya, pada bulan ramadhan akan

menanamkan rasa ukhuwah, menumpuk rasa solidaritas, dan meningkatkan

kepekaan sosial.40

Pengendalian dan pengarahan ini sangat dibutuhkan oleh manusia

baik secara individu maupun secara kelompok (masyarakat), karena secara

umum jiwa manusia sangat cepat terpengaruh oleh segala sesuatu

khususnya apabila ia tidak memiliki kesadaran untuk mengendalikannya

serta tekad yang kuat menghadapi bisikan-bisikan negatif. Masyarakat juga

membutuhkan hal-hal di atas demi mengatasi problema-problemanya atau

meraih kejayaannya. Tekad untuk menghadapi problema, dan meraih

kejayaan harus dibarengi dengan kesadaran dan ketenangan jiwa dan ini

yang menjadi penafsiran mengapa cara pengendalian diri dan pengarahan

keinginan (puasa) dilakukan dalam bentuk tertentu sehingga tidak ada yang

mengetahui hakikatnya kecuali pelakunya bersama dengan Allah SWT dan

dari sinilah kesadaran yang dimaksud di atas diperoleh, sedang niat

melakukannya demi karena Allah akan menimbulkan ketenangan dan

ketenteraman.41

Shalat dan Zakat merupakan dua pokok ibadah yang dalam berbagai

39

Ibid, h. 186. 40

Ibid, h. 63 41

M. Quraish Shihab, ―Falsafah Ibadah dalam Islam‖, dalam Ismail Muhammad Syah,

Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. Ke-2, , h. 198.

Page 35: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

23

dalil selalu disandarkan. Karena Pelaksanaan salat melambangkan baiknya

hubungan seseorang dengan Tuhan, sedang zakat adalah lambang

harmonisnya hubungannya dengan sesama manusia.42

Adapun hikmah serta urgensi zakat adalah Sebagai perwujudan dari

keimanan kepada Allah dan keyakinan akan kebenaran ajarannya.

Perwujudan dari syukur nikmat, terutama nikmat harta benda.

Meminimalkan sifat kikir, rnaterialistik, Egoistik, dari hanya

mementingkan diri sendiri. karena Sifat bakhil adalah sifat yang tercela

yang akan menjauhkan manusia dari rahmat Allah membersihkan,

menyucikan, dan membuat ketenangan jiwa muzakki (orang yang

berzakat).43

Ibadah Haji juga merupakan pensucian roh. dalam mengerjakan haji

di Mekkah, orang berkunjung ke Baitullah (Rumah Tuhan dalam arti rumah

peribadatan yang pertama didirikan atas perintah Allah. Sebagaimana

halnya dalam salat, orang di sini juga merasa dekat sekali dengan Tuhan.

Bacaan-bacaan yang diucapkan sewaktu mengerjakan haji itu juga

merupakan dialog antara manusia dengan Tuhan. Usaha pensucian roh di

sini disertai oleh latihan jasmani dalam bentuk pakaian, makanan dan

tempat tinggal sederhana. Selama mengerjakan haji perbuatan-perbuatan

tidak baik harus dijauhi. Di dalam haji terdapat pula latihan rasa bersaudara

antara semua manusia, tdak ada perbedaan antara kaya dan miskin, raja dan

rakyat biasa, antara besar dan kecil, semua sederajat.44

Pada intinya,ibadah haji adalah momentum kebersamaan ummat

Islamyang beranekal ragam, mereka datang dari penjuru negeri yang

berbeda pula, dengan latar belakang beraneka, baik kaya, miskin, kulit

putih, kulit hitampostur tinggi, dan postur sederhana, dengan melepas

semua sekat perbedaan diantara mereka dan memakai pakaian yang sama

dan tak lebih dari beberapa lipatan kain yang tidak mewah menuju sebuah

42

M. Quraish Shihab, Op. Cit, h. 127. 43

Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 87-89. 44

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI-Press,

1985), Cet. Kelima, h38.

Page 36: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

24

tujuan yang sama yakni beribadah kepada Allah Swt. Ini merupakan suatu

keterpaduan yang terbentuk dari suatu ritual peribadatan yang secara

maknawi bisa mendatangkan suatu emosional yang positif antara ummat

Islam dengan latar belakang yang berbeda. Hal demikian yang diistilahkan

Jalaluddin Rakhmat sebagai dasar Tauhidul Ibadah yang menjadi Tauhidul

Ummah, yaitu suatu kesatuan berawal dari peribadatan dan berimplikasi

pada kesatuan dalam persaudaraan ummat Islam.

3. Dimensi Eksperensial (Penghayatan)

Dimensi ini memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung

pengharapan-pengharapan tertentu. Meski tidak tepat bila dikatakan

seorang yang beragama baik akan mendapatkan puncak dalam pengalaman

keagamaan berupa mencapai sebuah kekuatan supra natural tertentu.

Dimensi ini hanya mengenai pengalaman keagamaan, persepsi-persepsi

dan sensasi yang dialami seorang religius.45

Meski memang di dalam realita

keberagamaan terutama di dialam Islam dikenal dengan wali yang

umumnya dipahami sebagai sosok yang berkomitmen kuat dengan

agamannya, serta memiliki kemampuan tertentu yagn dianggap luar biasa

oleh kaum awam. Namun inti penghayatan keagamaan bukan itu, karena

manusia beragama sebagai bentuk pengkhidmatan kepada Tuhan, bukan

bertujuan mencari kesaktian. Adapun ada yang mengalami hal diluar

kebiasaan, merupakan nilai tambah seorang yang beragama.

Dimensi eksperensial sejalan dengan ihsan dalam Islam. dimensi ini

berkaitan dengan seberapa jauh seorang muslim merasa dekat dan dilihat

oleh Tuhannya dalam kehidupan. Dimensi ini di dalam Islam mencakup

perasaan dekat dengan Allah, SWT, perasaan nikmat dalam beribadah, dan

hal lainya yang bernuansa menghadirkan Allah di setiap aspek

kehidupannya.46

Maka dimensi eksperensial sebuah sensasi individu dalam

beragama, sebagai efek dari penjiwaan akan tindakan keagmaan yang

45

Ancok. Op. Cit, H. 77-78. 46

Nashori, Op. Cit, h. 81.

Page 37: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

25

dipatuhinya.

Pada penelitian ini, dimensi ekperensial digunakan untuk mengukur

tingkat penghayatan siswa terhadap ibadat yang dijalaninya. Karena pada

dasarnya seorang yang beribadat hendaknya megnalami suatu hal yang

dirasakannya saat menjalani peribadatan tersebut. Dengan hal demikian

akan terlihat tingkat keseriusan dan kedewasaan siswa dalam beragama.

Maka dari itu dimensi ini relevan dalam mengakaji sikap keberagamaan

siswa tunanetra, sebagai nilai lain dari keberhasilan pembelajaran agama

yang dialaminya.

4. Dimensi Konsekuensial (Pengamalan Keagamaan)

Dimensi pengamalan atau konsekuensial merupakan dimensi yang

mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik,

pengalaman dan pengetahuan keagamaan dari hari-kehari.47

Dimensi ini

merupakan akumulasi dari berbagai sisi keberagamaan. Yang berpengaruh

pada kepribadian pemeluknya dan bisa membentuk yang cara pandang dan

perbuatan seseorang dalam kehidupannya. Hal ini menunjukan bahwa

agama secara fungsional bukan hanya sebagai jalan untuk mencurahkan

keyakinan dan ketaatan terhadap ajaran semata, melainkan bisa

berpengaruh terhadap sisi psikologis pemeluknya yang bedampak pada

segala aspek manusia. kemudian bisa melahirkan sebuah tindakan bernilai

religi dalam bermasyarakat.

Dimensi amal ini bisa dikatakan sebagai akhlak dalam Islam. suatu

yang menyangkut dengan kegiatan pemeluk agama dalam merealisasikan

ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan. Dimensi ini menyangkut

hubungan manusia satu dengan manusia lainnya, dan hubungan manusia

dengan lingkungan alamnya48

. Artinya dimensi eksperensial sebagai sebuah

tindakan sosial yang didasari nilai keagamaan, termasuk sikap terhadap

lingkungan sekitar. Bisa dikatakan dimensi ini sebagai sebuah sikap

keberagamaan sebagai finalitas pengkhidmatan terhadap agama, yang

47

Ancok, Op. Cit, h. 78. 48

Nashori, Op. Cit, h. 80.

Page 38: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

26

membentuk moralitas dalam masyarakat religius.

Nilai muamalah merupakan nilai yang melibatkan antara satu

makhluk dengan makhluk yang lainnya. Disini mengatur masalah hubungan

dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam semesta. Karena

manusia tidak bisa lepas dari keterlibatan orang lain di dalam

kehidupannya, darinya manusia disebut dengan makhluk sosial. Begitu pula

dengan alam, manusia hidup di tengah alam semesta yang menyediakan

fasilitas dari berbagai kebutuhan manusia dimulai dari kebutuhan pokok

dan kebutuhan lainnya. Dari keduanya, manusia sebagai individu dan

kelompok dituntut untuk menjalin hubungan dengan baik guna meraih

keselarasan secara sosial. Hal demikian juga berlaku dalam berhubungan

dengan alam beserta lingkungan tempat seseorang tinggal, diharuskan

untuk menjaga keseimbangan alam sekitar supaya tidak terjadi kerusakan

yang akan mendatangkan kemadlaratan kepada kehidupan baik individu

maupun kelompok. Disini agama Islam meberikan pengarahan bagi

pemeluknya.

Hubungan sesama muslim yang begitu akrab sangat sejalan dengan

nilai yang dikembangkan oleh Islam sendiri yaitu bahwa sesungguhnya

setiap orang yang beriman itu bersaudara sebagaimana penegasan Allah

SWT dalam Al-Quran Surah Al-Hujurat (49):10. Begitu pula sebagaimana

sabda Nabi Muhammad saw, yang menyatakan bahwa ―Seorang muslim itu

bersaudara dengan muslim yang lain‖, H.R. Bukhari.49

Dalam Muamalah bukan hanya sekedar hubungan baik secara

interaktif, harus diperhatikan pula segala hal yang bisa menimbulkan

perhatian atau kenyamanan antar sesama muslim. Dalam hal estetika

berupa, pakaian yang merangsang dorongan seksual lawan jenis

bertentangan dengan kaedah pergaulan dalam Islam. Perlakuan yang tidak

wajar dalam hubungan lawan jenis, salah satunya disebabkan oleh

rangsangan yang timbul dari cara berpakaian yang membangkitkan gairah

49

Kamrani Buseri, Nilai Ilahiah Remaja Pelajar, Telah Phenomenologi dan Strategi

Pendidikanya, (Yogyakarta: UII-Press, 2004), h. 127.

Page 39: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

27

seksual.50

Seorang muslim dituntut untuk menjalin hubungan Hubungan

keluarga, sanak saudara, dan guru. Hubungan antara seoranganak kepada

keluarga atau kedua orang tuanya terlihat dari intenistas hubungan baik

dengan kedua orang tuanya. Biasanya seorang pelajar melakukan hubungan

baik itu dengan cara bersalaman, meminta doa kepada kedua orang tua saat

hendak berrangkat ke sekolah. Serta pula melakukan perilaku demikian

kepada guru di sekolah.51

Manusia berkiprah di muka buni ini bukan sekedar kebetulan

ataupun untuk menempatinya secara Cuma-Cuma. Manusia mengemban

suatu tanggungjawab untuk memakmurkan bumi serta menjaga keselarasan

dan kestabilan alam sekitar yang menjadi tempat kehidupannya. Dalam arti

manusia harus menjaga kestabilan alam dan menjaga diri untuk berbuat

kerusakan yang mengganggu ekosistem yang akan mendatangkan

kemadlaratan.

Dimensi konsekuensial digunakan untuk mengukur kepribadian atau

sikap siswa dalam melakukan berbagai hal yang dikerjakannya. penulis

akan melihat dari sisi maksud dan tujuan yang mendasari dari setiap

perbuatan yang dilakukannya. Jika perbuatan itu dilatarbelakangi agama,

maka bisa dikatakan sikap keberagamaan telah tumbuh pada diri siswa

tunanetra, dan jika sebaliknya, maka belum tumbuh sikap keberagamaan

tersebut. Penulis pun akan mengukur tingkat penerimaan ssiswa terhadap

berbagai kondisi yang dialami dalam kehidupoan siswa. dengan demikian

akan terlihat rasa tingkat penerimaan siswa dalam menyikapi segala hal

yang menjadi keluh kesah siswa, dan akan terlihat tingkat kesabaran dan

keikhlasan pada konteks siswa tunanetra sebagai gambaran akan nilai

agama yang tertanam pada diri siswa tunanetra.

50

Ibid, h. 130. 51

Ibid, h. 138.

Page 40: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

28

5. Dimensi Intelektual (Pengetahuan Keagamaan)

Dimensi pengetahuan, dimensi ini mengacu pada harapan bahwa

orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan

mendasar, baik mengenai ritus-ritus, kitab suci, serta tradisi-tradisi. Karena

semua agama memiliki sejumlah informasi khusus yang harus diketahui

oleh pemeluknya. Semisal ilmu fikih dalam Islam yang memuat informasi

mengenai peribadatan sebagai hasil dari fatwa para ulama sebagai hasil

pengkajian terhadap sumber ajaran Islam.52

Masalah ilmu dalam Islam sangat urgensial, karena perkataan ilmu

(al-il’m) dalam al-Qur‘an lebih banyak disebut setelah nama Allah. Bila ada

persoalan dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama, serta dalam

menyikapi persoalan kehidupan. maka Islam mendorong fleksibilitas dan

pilihan rasional yang terefleksi dalam ijtihad, (kajian sungguh-sungguh

dalam merumuskan kaidah hukum Islam, yang baru), Syura (musyawarah),

dan ijma (konsensus). Penegasan tersebut menunjukkan bahwa dalam

memahami sumber ajaran Islam sangat penting, agar religiusitas seorang

muslim tidak sekedar atributif, dan hanya sampai pada tataran simbolisme

esoterik. Maka dimensi ini meliputi empat dimensi lainnya yaitu dimensi

akidah, ibadah, akhlak, serta ihsan.53

Maka bisa dipahami bahwa dimensi pengetahuan keagamaan adalah

unsur mendasar yang bisa menggerakan perilaku keberagamaan. Sebuah

konsekuensi logis bila penganut agama tidak memiliki pengetahuan akan

agama yang diyakininya, maka keberagamaan sesorang bisa dikatakan

sebagai tindakan reflektif atau hanya sebatas meniru tanpa didasari maksud

dan tujuannya, karena tidak mengetahui alasan mendasar dari yang

dilakukannya. Jika sebelumnya dimensi eksperensial sebagai finalitas dari

keberagamaan, pada dimensi intelektual ini bisa dikatakan sebagai jalan

dari keberagamaan yang meliputi seluruh aspek keberagamaan pemeluk

dalam mencapai puncaknya ,termasuk dalam membentuk pengamalan atau

52

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama, Sebuah Pengantar, (Bandung: Mizan, 2005),

Cet. Ke-3, h. 46. 53

Nashori, Op. Cit, h. 82.

Page 41: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

29

moralitas masyarakat religius. Maka dimensi pengetahuan ini lebih

universal yang mendasari semua dimensi, oleh karena itu, pengetahuan

keagamaan merupakan suatu yang urgensial, sebagai pijakan dalam

keberagamaan.

Page 42: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian pada skripsi ini adalah Sekolah

Luar Biasa A Pembina Tingkat Nasional yang bertempat di Lebak Bulus

Jakarta selatan, peneliti akan melakukan kegiatan penelitian tersebut. Sekolah

tersebut dikhususkan untuk siswa penyandang tunanetra.Darinya sisa yang

peneliti jadikan sebagai informan adalah siswa tunanetra. Di sekolah tersebut

memuat tiga jenjang pendidikan dimlai dari Sekolah Dasar, sampai Sekolah

Menengah Atas. Namun yang akan peneliti kaji adalah siswa yang jenjang

pendidikannya SMP dan SMA. Hal tersebur terkait dari tema dalam penelitian

ini yaitu keberagamaan pada perkembangan masa remaja. Oleh karena itu

remaja yang penulis teliti adalah remaja tahap awal yaitu SMP, dan remaja

tahap akhir yang ukurannya adalah SMA. Dengan demikian jenjang tersebut

relevan dengan kebutuhan dalam Kajian skripsi ini.

Pada pendidikan luar biasa, anak dengan gangguan penglihatan lebih

akrab disebut anak tunanetra. Pengertian tunanetra tidak saja mereka yang

memiliki keterbatasan penglihatan secara total, tetapi mencakup juga mereka

yang mampu nnelihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatkan

untuk kepentingan hidup sehari-hari terutama dalam belajar. Jadi, anak-anak

dengan kondisi penglihatan yang termasuk ―setengah melihat‖, ―low vision‖,

atau rabun adalah bagian dari kelompok anak tunanetra. Maka pengertian anak

tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak

berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari

seperti halnya orang awas54

.

Pada mulanya penelitian dimulai sekitar dua bulan setelah kegiatan

praktik mengajar berlangsung, namun kegiatan penelitian tersebut kurang

efektif sehingga secara serius penulis melakukan kegiatan perpanjangan waktu

54

T. Sudjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT. Refika Aditama,

2012), Cet. Ke-4, h. 65.

Page 43: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

31

penelitian yang dilakukan pada bulan maret sampai april 2016. Maka dalam

kurun waktu tersebut sebisa mungkin penulis akan berusaha meneliti apa yang

kiranya relevan dengan kebutuhan dalam kajian skripsi ini. Jika waktu dirasa

kurang mencukupi untuk memperoleh data relevan atau kurang sesuai

kebutuhan, peneliti akan melakukan perpanjangan penelitian disesuaian

dengan kebutuhan penelitian.

B. Objek Penelitian

Sikap keberagamaan sebagai pokok utama dalam kajian skripsi ini,

penulis akan menelusuri objek permasalahan dalam penelitian ini hanya

meliputi sikap keberagamaan siswa tunanetra dan kaitannya dengan program

keagamaan yang diadakan. Melalui data yang akan diraih dari informan yang

relevan dan sesuai dengan kebutuhan skripsi ini, penulis akan mengolahnya

dan memaparkannya dalam bentuk pendeskripsian sebagai usaha untuk

menggambarkan sejauh mana efektivitas program keagamaan yang dilakukan

di sekolah yang berdampak pada sikap keberagamaan siswa tunanetra. Dari

uraian tersebut penulis akan mengulasnya berdasarkan merinci objek

penelitian sebagai berikut:

1. Sikap keberagamaan siswa tunanetra yang akan dipaparkan sebagai

gambaran hasil pembelajaran atas program keagamaan di SLB A PTN,

akan menjadi obejek utama dalam pencapaian hasil penelitian yang

diharapkan. Menimbang sikap keberagamaan tersebut merupakan

representasi dari pada hasil pembelajaran keagamaan yang telah

dilaksanakan.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas penanaman sikap

keberagaman dalam program keagamaan di SLB A PTN, akan menjadi

objek kedua dalam pencapaian hasil penelitian pada skripsi ini. Karena

berbagai faktor yang mempengaruhi jalannya program dan pencapaian

dalam pembelajaran yang ideal tersebut. Akan di kaji sebagi identifikasi

terhadap program keagamaan yagn tealh dilakukan, serta sebagai rujukan

dalam melakukan kritik dan saran terhadap program keagamaan yang ada.

Dengan kedua objek penelitian tersebutlah penulis akan berusaha

Page 44: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

32

untuk mencapai hasil penelitian yang diharapkan. Dengan kedua poin tersebut

juga penulis akan menentukan kesimpulan dan saran pada BAB penutup. Bisa

dipahami bahwa obejek penelitian ini merupakan dua unsur utama dalam

pendcapaian penelitian serta sebagai tujuan pokok penulisan skripsi ini.

C. Metode, Jenis dan Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan adalah Metode kualitatif. penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan filsafat post positivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai

lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan)

analisa data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi.55

Penulis melakukan kegiatan penelitian sehubungan dengan

pembentukan sikap keberagamaan siswa tunanetra di SLB A Pembina Tingkat

Nasional. Penulis akan mengamati dan memperoleh data melalui berbagai

perilaku dan tanggapan siswa terkait keberagamaan yang telah direncanakan.

Sikap tersebut akan menjadi bahan kajian yang mengacu pada hubungannya

dengan keberhasilan dalam penyelenggaraan program keagamaan yang

diadakan di sekolah. Bukan hanya itu peneliti pun akan menelusuri hal yang

terkait dengan keberagamaan siswa baik dari segi latar keluarga, pendidikan

non formal semisal pembelajaran agama di rumah dan lainnya yang kirannya

berpeluang membentuk sikap keberagamaan siswa.

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,

mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi yang sedang terjadi.

Menurut Mardalis, ―Penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh

informasi-informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan antara

55

Ibid, h. 9.

Page 45: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

33

variabel-variabel yang ada‖.56

Penelitian deskripsi atau description research memiliki berbagai jenis.

Dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif

murni. Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang benar-benar hanya

memaparkan apa yang terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah

tertentu. Data yang telah terkumpul diklasifikasikan atau menurut jenis, sifat,

atau kondisinya. Setelah datanya diangkap mencukupi, kemudian dibuat

kesimpulan.57

Penulis akan berusaha menyajikan hasil penelitian ini dengan

mendeskripsikan data yang didapatkan dan diolah melalui analisa. Semua hal

yang terkait keberagamaan tersebut akan dipaparkan secara deskriptif dan

sebisa mungkin peneliti akan menemukan sebuah kesimpulan yang

diharapkan. Yaitu mengidentifikasi sikap keberagamaan siswa dan

menggambarkannya guna menjadi sebuah gambaran dalam keberhasilan

pembelajaran keagamaan.

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan, adalah menggunakan

pendekatan penelitian lapangan. Penelitian lapangan atau field research,

adalah jenis penelitian yang bisa dianggap sebagai pendekatan luas dalam

penelitian kualitatif, atau suatu metode untuk mengumpulkan data kualitatif.

Ide pentingnya adalah bahwa penelitian berangkat ke ‗lapangan‘, untuk

melakukan pengamatan tentang suatu fenomenon dalam suatu keadaan

alamiah atau ‗in situ‘. Dalam hal demikian, maka pendekatan ini terkait erat

dengan pengamatan berperan serta. Penelitian ini biasanya membuat catatan

lapangan ssecara ekstensif, kemudian dibuatkan kodenya yang kemudian

dianalisa dengan berbagai cara.58

Sebagimana telah disebutkan bahwa penelitian ini akan mengkaji

tentang sikap keberagamaan siswa tunanetra. Darinya penulis akan melakukan

56

Mardalis, Metode Penellitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara,

2014), Cet. 13, , h. 26. 57

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2013), Cet. Kelimabelas, h. 3. 58

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosda Karya,

2004), Cet. Ke-20, h. 26.

Page 46: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

34

penelitian pada suatu lapangan yang dalam konteks penelitian ini adalah SLB

A Pembina Tingkat Nasional Lebak Bulus. Penulis akan mengamati dan

mengambil data dari kondisi yang tercipta di sekolah tersebut dengan segala

tingkah laku dan tanggapan siswa maupun pendapat guru, semua itu akan

dijadikan sebagai data primer yang kemudian akan dikumpulkan dan

diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan. Setelah data tersebut dibuat rapih atau

sesuai kebutuhan, penulis akan menganalisa melalui pendeskripsian yang akan

disajikan dalam laporan yang termuat dalam bab IV (Empat).

D. Sumber Data

1. Jenis Data

Sebelum menjelaskan perihal teknik pengumpulan data secara

lebih lanjut, penulis akan memaparkan mengenai sumber data yang akan

diperoleh dalam penelitian ini. Sumber data adalah suatu subyek, dari

mana data dapat diperoleh.59

Adapun sumber data pada penelitian

kualitatif adalah Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati

merupakan sumber data utama.Sumber utama tersebut diperoleh melalui

catatan tertulis, atau melalui perekaman, pengambilan foto atau film. Hal

tersebut diperoleh melalui wawancara, atau pengamatan berperan serta

merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan

bertanya.60

Penulis dalam usaha memperoleh data akan menjadikan siswa

tunenetra sebagai bagian utama dalam pengambilan informasi, disamping

guru dan kepala sekolah terkait, semuanya akan penulis minta keterangan

terkait informasi yang relevan. Bukan hanya itu, perilaku siswa tunanetra

sebagai informan utama serta ungkapan mereka menjadi unsur pokok

dalam pencarian data.

2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.61

Namun dalam

penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi Spradley

59

Suharsimi Arikunto, Op.cit, h. 122. 60

Lexy J. Moleong, Op.cit, h. 157. 61

Suharsimi Arikunto, Op.cit, h. 173.

Page 47: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

35

menamakannya sebagai ―social situation‖ atau situasi social yang terdiri

atas tiga elemen yaitu, tempat (place), pelaku (actory), dan aktivitas

(activity) yang berinteraksi secara sinergis.62

Hal tersebut bisa diamati di

rumah, lingkungan social, sekolah, dan lainnya. Semua hal tersebut

meliputi segala aktivitas yang menjadi sumber pengamatan dalam

penelitian kualitatif.

Populasi atau situasi yang dimaksud dalam objek kajian skripsi ini

adalah segala hal yang menjadi kegiatan siswa di Sekolah Luar Biasa A

Pembina Tingkat Nasional, baik berupa kegiatan peribadatan formal,

kegiatan keagamaan, sikap sosial siswa dalam arti hubungan dengan

sesama siswa, guru, dan keluarga. Dengan segenap situasi dan kondisi

yang terangkai dalam kegiatan yang dilakukan oleh siswa tunenetra yang

meliputi jenjang SMP Dan SMA. Kondisi dan situasi yang mereka

ciptakan srta tanggapan mereka akan menjadi sumber pokok dalam

penelitian ini.

Jumlah siswa yyang tidak terlalu banyak tersebut adalah bentuk

dari populasi atau situasi yang menjadi sumber data. Adapun Sampel itu

sebagai komponen-komponen dan yang mewakili populasi. Sedangkan

dalam penelitian kualitatif tidak ada sampel, karena memang tidak ada

populasi. Dalam penelitian kualitatif yang dikenal adalah subjek,

informan, atau responden. informan atau responden dalam penelitian

kualitatif tidak mewakili populasi, tetapi mewakili informan. Maka

penentuan subjek penelitian bukan dilihat pada besarnya jumlah orang

yang memberikan informasi (data), melainkan siapa saja diantara mereka

yang lebih banyak terlibat dalam peristiwa atau memiliki informasi yang

diperlukan dalam penelitian.63

Menurut Lexy J. Moleong, ―Maksud

sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi

62

, Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2011), Cet. 13h. 215. 63

Rulam Ahmadi, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014),

h. 183.

Page 48: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

36

dari berbagai macam sumber dan bangunannya (constructions.)‖.64

Jadi pada dasarnya maksud sampling yang dimaksud dalam

kualitatif adalah usaha untuk mendapatkan informasi melalui situasi yang

terjadi pada lokasi penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan

purposive sampling yaitu tekhnik pengambilan sampel terhadap sumber

data dengan pertimbangan.65

Pertimbangan yang dimaksud adalah

informan atau sumber data dinilai bisa memberikan informasi yang sesuai

dengan harapan penelitian. Darinya penulis akan mengambil sampel

dengan pertimbangan bisa memberikan informasi dengan baik dan jelas.

Sebagaimana Moleongmenambahkan, ―maksud kedua dari sampling ialah

menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori

yang muncul .Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel

acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sample).66

Siswa tunanetra yang menjadi informan pokok tidak akan

semuanya diwawancara. Hanya siswa-siswa tertentu yang dinilai bisa

memberikan informasi terkait kebutuhan data pada penelitian ini secara

lugas dan jelas. Kerena ada siswa yang karakteristiknya tertutup dan sulit

memberikan keterangan dari pertanyaan yang diberikan. Oleh karenanya

siswa yang cenderung tertutup akan menyulitkan peneliti dalam

mendapatkan informasi. Penulis akan memperoleh informasi dari siswa

yang dinilai bisa memberikan keterangan dengan jelas serta memudahkan

penelitian dalam mendapatkan informasi.

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian hendaknya melakukan sebuah usaha untuk

memperoleh data yang menjadi bahan kajian dalam suatu penelitian. Tindakan

demikian bisa dikatakan sebagai usaha pengumpulan data yang dalam

64

, Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosda Karya,

2004), Cet. Ke-20, h. 224. 65

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2011), Cet. 13, h. 218-219. 66

Moleong, Loc.cit.

Page 49: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

37

pelaksanaannya menggunakan cara yang dalam penyebutannya sering disebut

dengan instrument penelitian.

Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif

manusia sebagai instrument utama. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi

insrumen atau alat penggali informasi dalam penelitian adalah peneliti itu

sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrument juga harus ―divalidasi‖

seberapa jauh seorang peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang

selanjutnya terjun ke lapangan.67

1. Interview atau Wawancara

Wawancara digunakan untuk meperoleh data dari informan yang

dinilai bisa memberikan data relevan. Menurut Lexy J. Moleong,

―Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dil oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban

atas pertanyaan itu.68

Peneliti akan mewawancarai siswa tunanetra sebagai sumber data

utama, ditambah lagi guru agama dan guru lainnya serta kepala sekolah

yang mungkin akan memberikan informasi yang relevan terkait data yang

keberagamaan dan situasi keagamaan siswa tunanetra.

Secara garis besar, ada dua pedoman dalam wawancara yakni

wawancara tidak terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tidak

terstruktur adalah pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar

yang akan ditanyakan. Pada jenis ini kreativitas pewawancara amat

menentukan bahkan hasil wawancara tergantung pewawancara itu sendiri.

Sedangkan wawancara terstruktur adalah pedoman wawancara yang

disusun secara terperinci .69

Wawancara tidak testruktur disebut pula wawancara informal. Pada

67

Ibid, h. 222. 68

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosda Karya,

2004), Cet. Ke-20h. 186. 69

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2013), Cet. Kelimabelas h. 270.

Page 50: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

38

hal ini wawancara dilakukan dengan biasa tanpa ada rekayasa secara

resmi. Pertanyaan yang diajukan bersifat spontan dan mengalir apa

adanya. Menurut Moleong, ―jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan

sangat bergantung pada pewawancara itu sendiri, jadi bergantung pada

spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara‖.70

Adapun wawancara terstruktur disebut pula dengan wawancara

baku. Pada wawancara ini pertanyaan bersifat sistematis dan alur

pertanyaan yang terencana dengan jelas sejak semula. Menurut Moleong,

―jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat

pertanyaan baku, urutan pertanyaaan, kata-katanya, dan cara penyajiannya

pun sama untuk setiap responden‖.71

Dari kedua teknik wawancara di atas kiranya menjadi pijakan

dalam pengambilan data. Namun bagi penulis kedua jenis tersebut dinilai

bisa dipakai dalam penelitian ini. Penulis akan menggunakan wawancara

yang terstruktur, sekaligus tidak terlalu formal dalam mewawancara. Oleh

karenanya penulis mengambil pendapat yang dikemukakan oleh Suharsimi

Arikunto bahwa pedoman wawancara yang banyak digunakan bentuk

―semi structured‖. Dalam hal ini mula-mula interviwer menanyakan

serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu

diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut.72

Pertanyaan yang akan diajukan adalah sebagaimana terdapat dalam

bab II (dua), dengan menggunakan pendekatan melalui lima dimensi

keberagamaan yang dirumuskan oleh C. Y. Glock dan R. Stark serta

berbagai hal yang relevan dengan penelitian sebagaimana termuat dalam

nilai-nilai ilahiyah atau moral yang bersumber dari keagamaan. Dalam hal

ini ada tiga bentuk pertanyaan yaitu terkait hubungannya dengan akidah,

kemudian nilai ibadah yang bisa ditanamkan dalam kehidupan,

ditanamkan serta muamalah sebagai bentuk sosial keberagamaan. Dengan

70

Moloeng, Op.cit, h. 187. 71

Ibid, h. 188. 72

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2013), Cet. Kelimabelas h. 270.

Page 51: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

39

demikian penulis akan menjadikan pertanyaan dalam wawancara akan

dibuat lebih terstruktur dan terencana.

Namun penulis menilai pertanyaan yang kaku kurang memberikan

informasi yang mendalam. Oleh karenanya, penulis akan menanyakan

pertanyaan lain yang sifatnya spontan guna mendapatkan informasi yang

jauh lebih mendalam.

2. Observasi

Observasi dalam pembagiannya, dibagi atas dua jenis yaitu

observasi berperan serta (participant observation). Adalah seorang peneliti

terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau orang

yang menjadi sumber data penelitian. Sedangkan observasi non partisipan

adalah seorang peneliti tidak terlibat dalam kegiatan informan dan

berperan sebagai pengamat yang independen.73

Dalam hal ini peneliti memilih observasi lebih fleksibel, dalam satu

kondisi penulis menggunakan observasi partisipan. Karena peneliti

mengamati secara langsung dengan melibatkan diri dalam kegiatan di

sekolah. Oleh karena itu, peneliti sembari melakukan kegiatan belajar

mengajar, peneliti pun melakukan observasi atau pengamatan terhadap

prilaku siswa. Namun di lain kondisi peneliti hanya mengamati dan tidak

melibatkan langsung dalam kegiatan siswa tunanetra. Hal demikian

bersifat kondisional. Pada intinya peneliti melakukan kegiatan pengamatan

untuk memperoleh data yang relevan dengan penelitian.

Adapun dalam instrument-nya observasi memiliki dua jenis yaitu

observasi terstruktur dan observasi tidak terstruktur. Observasi terstruktur

yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang

akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Sedangkan observasi tidak

terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis

tentang apa yang akan diobservasi.74

Dalam hal ini, Peneliti menggunakan observasi terstruktur. Yaitu

73

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2011), Cet. 13, h. 145. 74

Ibid, h. 146.

Page 52: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

40

peneliti memiliki tujuan yang sudah jelas sebelumnya yaitu akan

melakukan kegiatan penelitian yang terkait sikap keberagamaan siswa

dengan waktu dan tempat ditentukan.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah usaha mencari data melalui data-data

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan lainnya yang

terkait dengan data yang sifatnya tertulis.75

Penulis dalam penelitian ini menggunakan data pendukung lain

yaitu berbagai buku yang relevan dengan pengkajian skripsi ini. Melalui

buku yang bertemakan keagamaan semisal buku yang ditulis oleh

Nurcholis Madjid, Harun Nasution, dan lainnya. Semua buku tersebut

turut menjembatani penulis dalam mengkaji serta memperoleh data yang

menjadi objek penelitian dalam skripsi ini.

Bukan hanya itu penulis-pun mencari data-data tertulis yang

bersumber dari sekolah semisal data mengenai kegiatan sekolah, siswa,

dan terkait program keagamaan yang diselenggarakan di sekolah. Semua

data tersebut dinilai bisa memberikan dukungan dalam keberhasilan

penelitian ini.

Penulis akan melakukan pemotretan dari hasil pengamatan

lapangan dan foto kegiatan keagamaan siswa yang di miliki sekolah.

semua itu sebagai validitas data penelitian. Bukan hanya itu peneliti pun

akan melakukan kegiatan perekaman yang dilakukan ketika kegiatan

wawancara. Semua itu sebagai usaha dalam memvalidasi data yang

didapatkan dari informan.

4. Catatan Lapangan

Kegiatan penelitian yang dilakukan di lapangan, lazimnya

mendapati berbagai situasi yang menjadi data penelitian, baik yang sudah

terencana maupun yang spontan. Melalui pengamatan, mendengar,

bertanya dan lainnya menjadikan peneliti berusaha untuk mengambil data

75

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2013), Cet. Kelimabelas h. 274.

Page 53: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

41

relevan dari kondisi serta situasi yang kiranya menjadi bahan kajian dalam

skripsi ini. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi peneliti berinisiatif

untuk melakukan pencatatan yang secara istilah penelitian disebut catatan

lapangan.

Catatan lapangan terdiri dari beberapa jenis. Adapun yang peneliti

gunakan adalah catatan pengamatan langsung. Yaitu seorang peneliti

menulis segera setelah meninggalkan lapangan kemudian setelah itu,

catatan harus disusun secara kronologis. Catatan tersebut merupakan suatu

deskripsi terperinci tentang apa yang di dengar dan dilihat sebagai sesuatu

yang dinilai kongkret dan khusus.76

Penulis akan menggunakan catatan lapangan sebagai bagian dari

sumber data yang akan memberikan informasi pendukung. Maka setelah

catatan lapangan dibuat, peneliti akan melibatkannya dengan berbagai data

yang kirannya bisa bersesuaian dengan kajian dalam penelitian ini.

F. Teknik Validasi Data

Kegiatan penelitian yang dilakukan untuk mengkaji data relevan dan

memperoleh keabsahannya, adalah melakukan pengklasifikasian data.

Pengklasifikasian data Adalah kegiatan penggolongan aneka ragam jawaban

itu ke dalam katagori-katagori yang jumlahnya lebih terbatas.77

Jadi data yang

telah terkumpul akan disederhanakan atau diringkas, dan mungkin tidak akan

digunakan semua, melainkan akan lebih dipilih data yang lebih dibutuhkan

atau lebih sesuai dengan kebutuhan penelitian. Menimbang ada kemungkinan

data yang masih memerlukan pengamatan lebih lanjut serta Karena

terbatasnya ruang penulisan membuat penulis harus lebih mengefektifkan

penulisan dengan menggunakan data yang sesuai kebutuhan.

Jika data dinilai kurang atau belum sesuai dengan harapan yang

terencana, maka penulis akan melakukan validasi data dengan cara

perpanjangan penelitian disebabkan belum mendapatkan data yang sesuai

76

Ibid, h. 194. 77

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), Cet.

Ke-8, h. 191.

Page 54: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

42

dengan kebutuhan skripsi. Atau pun penulis melakukan pengamatan secara

tekun. Sebisa mungkin dalam memperoleh data yang relevan, penulis lebih

berhati-hati atau melakukan beberapa kegiatan untuk memperoleh data yang

valid, semisal penulis melakukan wawancara kembali terhadap suatu informan

yang tujuannya untuk mendapatkan data yang valid. Sebagaimana menurut

Moleong, ―ketekunan pengamatan bermaksud menemukan cirri-ciri dan

unsure-unsur dalam situasi yang sangan relevan dengan persoalan atau isu

yang sedang dicari dan kemudian memusastkan diri pada hal-hal tertentu

secara rinci‖.78

Yang pada intinya adalah melakukan pendalaman terhadap

data penelitian.

Kemudian tekhnik berikutnya dengan cara triangulasi. Menurut

Moleong, ―Triangulasi adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan ssesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu‖.79

Penulis dalam hal

ini akan melakukan pembandingan antara data yang telah diperoleh dari siswa,

dengan data dari guru. Ataupun penulis akan melakukan pembandingan

dengan teori yang dikemukakan oleh tokoh melalui pengutipan dari buku

relevan yang ditulisnya.

G. Teknik Analisa Data

Analisa data bisa dipahami sebagai alat utama dalam mencapai sebuah

tujuan penelitian. Dengan analisa itu pula finalitas sebuah penelitian bisa

tercapai. Maka analisa adalah jalan dalam memperoleh hasil dari penelitian

yang telah dilakukan. Menurut sugiyono analisa adalah :Proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke

dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan

membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun

78

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosda Karya,

2004), Cet. Ke-20, h. 329. 79

Ibid, h. 330.

Page 55: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

43

orang lain:.80

Jadi analisa merupakan usaha untuk menginterpretasikan data yang

disajikan melalui sistematika penelaahan. Data menyangkut sikap

keberagamaan melalui wawancara dengan siswa, tidak akan digunakan semua,

melainkan diambil data yang sesuai dan menyimpan data yang memerlukan

penelaahan lebih lanjut. Kemudian melakukan kegiatan lain semisal

pembandingan, pengecekan, penulisan ulang data dari catatan yang dinilai

kurang baik, yang semuanya itu sebagai usaha untuk meraih data yang baik

untuk disajikan sebagai hasil dari analisa yang dilakukan.

Adapun Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini tidak

jauh dari jenis penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif.

Diantara karakteristiknya, adalah bersifat deskriptif. Yaitu laporan yang

penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran

penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah

wawancara, catatan lapangan, foto, dan berbagai dokumen lainnya.81

Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini akan disajikan secara

deskriptif. Yaitu semua data yang diperoleh akan dideskripsikan secara

sistematis dan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Semua data yang disajikan

sebelumnya telah diklasifikasikan sebagaimana telah dipaparkan bahwa untuk

mengkaji data yang relevan akan dilakukan pengklasifikasian dengan

mengambil data yang hanya sesuai dengan kebutuhan penelitian, dan akan

menyimpan data yang masih perlu pengamatan lebih mendalam, serta kegiatan

pembandingan, dan hal lainnya sebagai bentuk usaha dalam menganalisa data.

80

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2011), Cet. 13, h. 244. 81

Moleong, Op.cit, h. 11.

Page 56: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN

SISWA TUNANETRA DI SLB A PTN

(PEMBINA TINGKAT NASIONAL)

A. Program Keagamaan SLB A PTN

Program keagamaan yang dilaksanakan di SLB A PTN adalah segala

hal yang menyangkut kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di SLB. Semua

itu akan menjadi bahan utama dalam pengkajian skripsi ini. Adapun kata

program dalam kamus Istilah Populer, diartikan sebagai ―Ketentuan rencana

dari pemerintah; acara, rencana, rancangan (kegiatan).82

bisa dipahami bahwa

program sebagai sebuah rencana dari berbagai rancangan acara pada suatu

kegiatan. Sedangkan kata keagamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

diartikan sebagai ―yang berhubungan dengan agama‖.83

Artinya segala hal

yang menyangkut agama dikatakan sebagai keagamaan. Jadi program

keagamaan bisa disimpulkan sebagai sebuah rencana dari berbagai rancangan

acara pada suatu kegiatan yang berhubungan dengan agama, yang dalam

konteks penelitian ini adalah kegiatan keagamaan pada SLB A Pembina

Tingkat Nasional.

1. Visi dan Misi

a. Memahami dan menghayati keimanan kepada Allah melalui tanda-

tanda kebesaran Allah

b. Memahami dan menghayati makna ibadah kepada Allah melalui

pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari

c. Membiasakan membaca al-Qur‘an brille, dan menulis dengan benar.

d. Mempraktikan ibadah dan membiasakan dengan baik dan benar.

Bila kita telaah lebih lanjut, uraian di atas merupakan sebuah misi

dari pada kegiatan yang dicanangkan SLB A PTN, namun mengenai visi

82

Pius A. Partanto dan M. Dahalan Albarry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,

tt), h. 635. 83

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2008), Cet. Ke-1 edisi IV, h. 15.

Page 57: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

45

dari kegiatan keagamaan tidak penulis dapatkan, sehubungan dengan tidak

terdapatnya sebuah dokumen resmi dengan segenap rancangan dan

perencanaan yang tertera secara langsung. Di sini penulis hanya

mendapatkan data dari hasil tulisan tangan guru agama84

. Maka dari itu,

secara formal, program keagamaan terlaksana secara praktis dan tidak ada

konseptualisasi secara sistematis.

2. Praktik Keagamaan

Sebagaimana dalam uraian visi dan misi program keagamaan yang

tidak terdokumentasi secara sistematis, hal demikian tidak jauh berbeda

dengan jenis kegiatan keagamaan yagn dilaksanakan di SLB. Penulis tidak

mendapatkan keterangan melalui dokumen resmi sekolah, melainkan

melalui data yang didapatkan dari salah seorang guru agama, dengan data

yang diraih dari hasil tulis tangan. Adapun jenis kegiatan keagamaan yang

terlaksana adalah sebagai berikut:

a. Praktik shalat dan dzikir (gerakan dan bacaan)

b. Praktik hafalan surat-surat pendek (SMP 10 surat dan SMA 15 surat)

c. Praktik shalat dhuha secara berjamaah pada jumpat minggu pertama

disertai tausiyah dari guru

d. Menyelenggarakan pesantren ramadhan

e. Memperingati hari-hari besar Islam

f. Pelaksanaan qur‘ban

Pada poin pertama, menganai pembinaan praktikum shalat dan

dzikir, dilaksanakan setiap hari saat pelaksanaan shalat dzuhur. Mengenai

shalat dzuhur berjamaah merupakan kegiatan harian yang senantiasa

dilaksanakan, didalamnya melibatkan guru yang berkesempatan untuk

membimbing, serta seluruh siswa tunanetra yang dihimbau untuk

mengikuti kegiatan tersebut. Pada rangkaian kegiatannnya, selepas shalat

dzuhur berjama‘ah, ada bimbingan dzikir secara bersama.85

84

Hasil Catatan Tangan Maksum S. Ag, M. Pd, Guru Agama SMA-LB, Pada Kegiatan

PPKT, September-Desember 2015. 85

Hasil Wawancara dengan H. Abbas Sukardi, Guru Agama SMP-LB, Sabtu, 21 Mei,

2016

Page 58: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

46

Adapun mengenai kegiatan keagamaan yang menyangkut dengan

hafalan al-Qur‘an, sebelum masuk jam pelajaran, setia selalu diawali

dengan pembacaan al-Qur‘an. Adapun mengenai surat yang dibaca, adalah

yang berhubungan dengan hafalan siswa tunanetra yang telah ditetapkan,

dan ada guru yang mendampingi siswa dalam kegiatan tersebut. Selain itu

ada pula jadwal pembacaan al-Qur‘an secara bergilir pada setiap kelas,

yaitu membacakan pada radio sekolah. kegiatan tersebut pun dilakukan

setiap pagi kecuali ada kegiatan upacara.86

Pada SLB A Pembina Tingkat Nasional, pada jum‘at di bulan

pertama sering diadakan kegiatan berupa bimbingan ibadah yang dalam

rangkaiannya dimulai shalat dhuha bersama, yang setelahnya diiringi

dengan ceramah keagamaan oleh guru serta bimbingan mengenai bacaan

setelah shalat dan rangkaian do‘a shalat dhuha. Serta tadarus bersama dan

menggalakan hafalan surat-surat pendek.87

Perlu dipahami bahwa kegiatan

kegiatan keagamaan yang bersifat rutin semisal pembinaan shalat dan

dzikir, hafalan surat pendek, dan praktik shalat duha di minggu pertama

bisa dikatakan terintegrasi dalam satu acara. Dalam hal ini program

keagamaan terkait hafalan al-Qur‘an yaitu bagi siswa SMP-LB dianjurkan

untuk menghafal minimal 10 surat pendek, dan SMA-LB adalah minimal

15 surat pendek.

Kegiatan hafalan tersebut sering digalakan pada pelaksanaan Shalat

Dhuha berjamaah pada hari jum‘at di minggu pertama. Di antaranya

membimbing siswa dalam menghafal berbagai surat pendek sekaligus

pembinaan serta penugasan hafalan disertai pengetesannya. Siswapun

dihimbau untuk bisa menghafal Surat Abasa, karena sebagai surat tentang

Tunanetra, dan sebagai bentuk penghargaan Allah kepada Tunanetra.

Dengan surat ini, diharap bisa memperkuat ketauhidan serta membentuk

86

Hasil Wawancara degnan H. Abbas Sukardi, Guru Agama SMP-LB, Sabtu, 21 Mei,

2016. 87

Hasil Wawancara dengan H. Abbas Sukardi, Guru Agama SMP-LB, Senin, 02, Mei,

2016.

Page 59: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

47

rasa percaya diri siswa88

maka bisa dipahami bahwa kegiatan keagamaaan

yang bersifat rutin atau memiliki jangka waktu harian sampai bulanan

merupakan kegiatan yang berkaitan satu sama lain. Yaitu pembinaan

mengenai shalat, dzilkir, dan pembinaan al-Qur‘an dan hafalannya.

Adapun poin ke empat, adalah mengenai pesantren ramadhan. Pada

setiap bulan Ramadhan, di SLB senantiasa mengadakan pesantren

ramadhan dengan kurun waktu tiga sampai empat hari. Kegiatan tersebut

meliputi ceramah disertai tanya jawab yang disampaikan guru, kuis dan

game yang bernuansa keagamaan. Biasanya kegiatan tersebut

dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar formal. Tujuannya untuk

menambah wawasan keagamaan, terkhusus mengenai rincian pengetahuan

puasa, serta diiringi dengan cerita dari sejarah Islam, dan mengenai akidah

dan akhlak.89

Poin ke lima adalah hari besar Islam. Memperingati hari besar

yang dimaksud adalah memperingati Maulid Nabi dan Isra Mi‘raj.

Kegiatan Maulid Nabi dan Isra Mi‘raj di SLB tidak setiap momen

dilaksanakan, terkadang dilaksanakan dan terbentur dengan dana, maka

dari itu kegiatan dilaksanakan tidak terlalu meriah, hanya sekedar

mengumpulkan siswa di Mushola sekolah kemudian diadakan kegiatan

ceramah yang berisi sejarah Nabi dan cerita keIslaman lainnya, yang

terkhusus dengan Isra Mi‘raj mengenai pengetahuan tentang shalat.

dilaksanakannya Shalat, dan hal tersebut merupakan kegiatan untuk

menambah wawasan siswa.90

Dan poin terakhir adalah pelaksanaan qurban. Pada bulan haji, Di

SLB, setiap hari raya Idul Adha senantiasa melaksanakan Qurban di

sekolah, baik hewan tersebut dari guru, maupun orang tua siswa. siswa

diberi kesempatan untuk memegang hewan yang hendak disembelih, serta

88

Hsil Wawancara dengan H. Abbas Sukardi, Guru Agama SMP-LB, Senin, 02, Mei,

2016. 89

Hasil Wawancara dengan Maksum, S. Ag, M. Pd, Senin, 02, Mei, 2016. 90

Hasil Wawancara dengan Maksum, S. Ag, M. Pd, Guru Agama SMA-LB, Senin, 022,

Mei, 2016.

Page 60: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

48

hasil sembelihan dibagikan kepada siswa. tujuan dari pelaksanaan kegiatan

tersebut, untuk menanamkan sikap rela berkorban, serta keikhlasan

terhadap apa yang telah dikorbankan, semisal harga hewan kurban yang

mahal dan tak perlu memikirkan apa yang telah dikeluarkan berupa harta.

Selain itu, mendidik siswa untuk tidak kikir, serta perduli terhadap

sesama.91

Adalagi kegiatan tambahan. Pada SLB menjelang libur pihak

sekolah tepatnya satu tahun sekali mengadakan kegiatan di luar program

formal, berupa tadabur, yaitu kegiatan untuk mendidik siswa dalam

merenungkan perihal kehidupan yang dilaksanakan di tempat tertentu

semisal Masjid Kubah Emas yang berlokasi di Depok. Rangkaian kegiatan

tersebut berupa ceramah, dzikir, dan do‘a. adapun substansinya, adalah

pembelajaran mengenai kehidupan dan wisata religius. Tujuannya untuk

mendidik siswa dalam mempertebal keimanan serta memahami

kehidupan.92

Maka terangkanlah bahwa sekolah mendidik siswa untuk

senantiasa memperhatikan kehidupan yang di dalamnya bukan hanya

sekedar mengenai masalah manusia tetapi dengan alam sekitar. Karena

dijumpai pembelajaran mengenai menanam. Oleh karena itu, pendidikan

lingkungan terkhusus dalam kaitannya dengan menjaga ekosistem telah di

tanamkan di SLB.

Dari berbagai uraian diatas, bisa dipahami bahwa SLB A PTN

memiliki berbagai rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan

keagamaan. Maka dari itu bisa dipahami bahwa SLB memiliki sebuah

usaha dalam membina keberagamaan siswa tunanetra. Darinya penulis

akan menelusuri keberagamaan melalui kajian terhadap sikap

keberagamaan siswa tunanetra sebagai dampak dari program keagamaan

yang telah dijalankan.

91

Hasil Wawancara dengan Maksum, S. Ag, M. Pd, Guru Agama SMA-LB, Senin, 02,

Mei, 2016. 92

Hasil Wawancara dengan Ahmad Sudarma, S. Pd, Guru Keterampilan SMP-LB, Senin,

02, Mei, 2016.

Page 61: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

49

B. Analisa Terhadap Sikap Keberagamaan Siswa Tunanetra

Sebagaimana telah diuraikan bahwa sikap keberagamaan merupakan

moralitas masyarakat religius. Maka dari itu, agama melalui ajaran yang

berefek bukan hanya sensasi psikologis individu saja, melainkan pada

pembentukan intera personal. Dalam hal ini akan berpengaruh pada pola

hubungan antar individu yang memilii satu keyakinan, bahkan antar umat

beragama sekalipun.

Perbedaan keyakinan di tengah masyarakat merupakan sebuah

keniscayaan dari banyaknya agama yang dianut oleh masyarakat. Terkait

demikian, suatu sikap toleransi ataupun konflik yang diakibatkan perbedaan

tersebut merupakan bentuk sikap keberagamaan dari akumulasi atas

keyakinan, pemahaman serta doktrin yang didapatkannya. Dari hal tersebut,

Jalaluddin Rakhmat sebagai mana mengutif pendapat Gordon W. Allport,

dalam bukunya yang berjudul Islam Alternatif, menyebutkan dua cara

beragama yaitu sikap keberagamaan ekstrinsik dan intrinsik. Sikap

Keberagamaan ekstrinsik yakni memandang beragama sesuatu untuk

dimanfaatkan dan bukan untuk kehidupan. Di sini Agama digunakan untuk

menunjang motif-motif lain, dalam arti hanya melaksanakan agama dari sisi

ritual saja tanpa memperhatikan aspek utama dari ajaran tersebut. Cara

beragama seperti ini tidak akan melahirkan masyarakat yang penuh kasih

sayang melainkan sebaliknya, kebencian, iri hati dan fitnah masih akan tetap

berlangsung.93

Sedangkan sikap keberagamaan yang bersifat intrinsik yakni agama

dipandang sebagai comprehensive commitment dan driving integrating

motive, yang mengatur seluruh hidup seseorang. Agama diterima sebagai

faktor pemadu (unifying faktor). Dan cara beragama seperti ini lebih tertanam

pada diri penganutnya, hanya dengan demikianlah kita menciptakan

lingkungan yang penuh kasih sayang‖.94

Jadi bisa dikatakan bahwa sikap keberagamaan intrinsic sebagai

93

Jalaluddin Rakhmat, Islam alternative ceramah-ceramahdi Kampus, (Bandung: Mizan,

1986), h. 25. 94

Ibid, h. 26.

Page 62: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

50

sebuah efek keberagamaan yang ideal terlepas dari hasil tulisan orang yang

secara prinsip memiliki perbedaan pemahaman, serta dari teori yang

dirumuskan oleh ilmuan barat, namun secara substansial hal demikian mesti

hadir pada masyarakat religius. Terkhusus dalam lembaga pendidikan yang

memberikan bimbingan keagamaan hendaknya bisa membentuk jiwa

keberagamaan siswa bukan hanya sekedar mengenai masalah ketaatan yang

bersifat ritual saja, melainkan bisa membentuk sebuah kepribadian peserta

didik yang memiliki etika yang baik dan bisa membentuk peserta didik yang

religius dan berbudi pekerti baik.

Uraian di atas sejalan dengan tujuan dari pendidikan Islam, yaitu

menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat, serta

senantiasa mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam kehidupan

baik dengan Allah, sesama manusia, dan alam semesta.95

Artinya penanaman

keagamaan pada siswa memiliki harapan untuk membentuk sebuah manusia

yang berkualitas dan berbudi pekerti luhur. Maka dari itu, ajaran keagamaan

yang termuat dalam sistem pendidikan baik formal maupun non formal

mampu menanamkan akan nilai keagamaan pada peserta didik yang dalam

finalitasnya bisa membentuk sebuah sikap keberagamaan sebagai kualitas dari

moralitas manusia religius. Dalam membahas sikap keberagamaan siswa

tunanetra, akan dirangkai dalam berberapa poin sebagaimana yang telah

dirumuskan dalam BAB VI (empat). Dalam pembahasannya, ini penulis akan

mengacu pada program keagamaan SLB A Pembina Tingkat Nasional

sebagimana telah diuraikan sebelumnya.

1. Aspek Ideologis (keyakinan) Siswa Tunanetra

a. Mengimani agama Islam

Sebuah keimanan dalam agama Islam secara terperinci terdapat

dalam rukun iman yang menjadi fondasi keberagamaan dalam Islam.

Dimulai dari iman kepada Allah SWT sampai iman kepada Qadha dan

Qadhar. Namun dalam pembahasan skripsi ini akan ditambahkan

95

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), Cet. Ke-

10, h. 29.

Page 63: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

51

dengan keimanan terhadap agama Islam. Hal tersebut perlu dilakukan

menimbang sebelum membahas keimanan terlebih lanjut, kita perlu

membahas keyakinan seseorang terhadap agamanya sebagai jalan

pertama dalam menelusuri keberagamaan seseorang.

Pada beberapa siswa yang penulis wawancara96

, yaitu Siswa

Menengah Pertama dan Siswa Menengah Atas di Sekolah Luar Bisaa

A Pembina Tingkat Nasional yang berlokasi di Lebak Bulus Jakrta

Selatan, didapati beberapa tanggapan siswa yang beragam. Islam

dimaknai sebagai agama yang damai, karena pemeluknya dinilai

mencintai Allah. Islampun dipandang sebagai sebuah prinsip, karena

manusia memiliki pendirian masing-masing. Dalam pandangan lain

dinilai agama Islam sebagai agama yang suci yang dipahami sebagai

agama yang paling benar, agama yang dianjurkan Allah dan

dimuliakan-Nya, serta agama yang paten. Dan pendapat lain

menuturkan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kebenaran

dan bukan agama yang mengajarkan kesesatan, Yang artinya secara

kualitas, keberagamaan terlahir dari dua dasar yang berbeda yaitu

agama didasari oleh sebuah kebenaran hakiki, dan agama didasari oleh

sebuah keyakinan semu.

Seorang siswi menyatakan, ―Islam itu adalah sebuah agama

yang mempelajari tentang bagaimana kita untuk berserah diri pada

Allah, beribadah, berbuat sopan pada semua orang, mengajarkan kita

berbagai kebaikan‖.97

Ungkapan tersebut menunjukan bahwa siswa

telah mengetahui bahwa Islam merupakan jalan untuk berserah diri

kepada Allah. Sebagaimana dalam tinjauan terminologi, bahwa Islam

merupakan Sebuah kepasrahan hamba kepada Penciptannya yaitu

Allah. Siswi menyatakan bahwa Islam mengajarkan tentang kesopanan

dan mengajarkan perihal kebaikan. Dalam hal ini siswi memahami

Islam bukan hanya sebagai ajaran yang hanya menekankan ritual

96

Hasil Wawancara Pada Seluruh Informan Siswa Tunanetra, di SLB A Pembina Tingkat

Nasional, Pada Tanggal 1-21 April 2016. 97

Hasil Wawancara dengan Nurul, Siswi Kelas VIII SMP-LB,

Page 64: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

52

semata, melainkan pula sebagai ajaran yang membimbing manusia

untuk membangun sistem tata perilaku intrapersonal, yaitu

mengajarkan tentang moralitas. Sebagai mana siswa lain menyatakan,

―Islam adalah agama yang mengajarkan ketauhidan, mengajarkan

adab, akhlak‖.98

Maka, sebagian siswa telah memahami bahwa agama Islam

bukan hanya sekedar menyangkut mengenai Eskatologis, melainkan

pula sebagai moralitas yang membentuk sistem tata masyarakat yang

dibangun dalam nilai keIslaman. Karena Ajaran Islam dalam hal ini

tersimpul pada ibdat yang mengambil bentuk shalat, puasa, zakat, haji

dan ajaran–ajaran mengenai moral atau akhlak Islam. Karena memang

Nabi Muhammad diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak

manusia.99

Maka bila kita membicarakan masalah moral dalam

kaitannya dengan Islam, maka kita sedang membicarakan akhlak Islam

sebagai suatu sistem moral yang dasarnya telah diatur ajaran secara

terperinci dari sumber utama agama Islam yaitu al-Qur‘an dan as-

Sunnah.

Dari uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa Islam dalam

pandangan siswa tunanetra dipahami sebagai sebuah prinsip kehidupan

manusia yang mengandung nilai kebenaran melalui ajaran mengenai

ibadah, moral manusia dan kebajikan lainnya. Sehingga dari rangkaian

tersebut terlahir sebagai sebuah keberagamaan yang dipandang hanif

atau lurus, yang secara khusus dimuliakan oleh Allah SWT, dan agama

yang dianjurkan untuk dipeluk oleh umat manusia dengan kualitas

bahwa Islam sebagai agama yang paten. Artinya Islam adalah agama

yang sempurna.

Adapun pengakuan siswa ketika ditanyakan mengenai

keyakinan mereka terhadap agama Islam, dengan seragam, siswa

menjawab dengan jawaban yang sama. yaitu siswa meyakini

98

Hasil Wawancara dengan Al-fathullah, Siswa Kelas VIII SMP-LB,. 99

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI-Press,

1985), Cet. Kelima, h. 30-31.

Page 65: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

53

kebenaran agama Islam. Namun ketika perbandingan kebenaran Islam

dengan agama yang lain, siswa menjawab dengan jawaban yang

beragam.

Dari hasil wawancara100

kebanyakan siswa meyakini akan

kebenaran agama Islam, dengan tidak menyalahkan agama yang

lainnya. Siswa memandang bahwa setiap agama itu benar karena

mengajarkan kebenaran. Pandangan lain menyatakan setiap agama

memiliki kepercayaan masing-masing, serta mengajarkan kebaikan.

Dalam pemahaman siswa bahwa setiap kebaikan disamakan dengan

kebenaran , maka setiap agama yang mengajarkan kebaikan dipahami

sebagai sebuah kebenaran. Pendapat lain menyatakan setiap agama

memiliki tuhan masing-masing. Artinya siswa memahami akan banyak

kepercayaan akan sosok yang dijadikannya sebagai objek

keberagamaan atau penyembahan. Tuhan merupakan sosok yang

disembah, yang jika dipahami bahwa siswa memahami setiap tindakan

penyembahan merupakan sebuah kebenaran atau setiap kepercayaan

akan adanya tuhan dipandang sebagai sebuah kebenaran.

Seorang siswi menuturkan, ―Islam itu agama yang benar,

karena mengajarkan kebenaran, dan bukan agama yang menyesatkan.

Agama yang lain benar, karena agama tidak mengajarkan kesesatan,

karena orang yang menjalani yang mempercayai kebenaran itu.‖.101

Siswi memiliki pemahaman bahwa semua agama benar karena

mengajarkan kebenaran. Namun siswi memberikan tambahan bahwa

hanya penganutnya yang mempercayai kebenaran tersebut,

menunjukkan bahwa ada sebuah sudut pandang siswi yang memahami

bahwa kebenaran agama bersifat personal. Yaitu didasari atas

kepercayaan penganut terhadap kebenaran agama tersebut. Penganut

sebuah agama mempercayai agamanya berarti yakin akan kebenaran

agama yang dianutnya, setiap penganut yang meyakini kebenaran

100

Hasil Wawancara dengan seluruh informan Siswa Tunanetra, pada tanggal 1-21 April,

2016. 101

Hasil Wawancara dengan Nurul, Siswi Kelas VIII SMP-LB,

Page 66: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

54

agamanya secara otomatis mengingkari kepercayaan lain yang

menganggap benar akan agamanya. Maka agama dipercayai sebagai

kebenaran bersifat persepsional, bergantung masing-masing penganut

terhadap agamanya.

Beberapa penuturan lain mengungkapkan, ―Islam itu sempurna

sebagai mana dalam al-Qur‘an, sedangkan agama yang lain benar,

hanya saja tidak sempurna seperti agama Islam‖.102

Dari pernyataan

tersebut maka bisa dipahami bahwa agama dalam pandangan siswa

dipandang sebagai sebuah kebenaran yang memiliki dua tingkatan

yaitu Islam sebagai agama yang memiliki tingkatan sempurna, karena

bersumber dari Allah yang secara langsung menghimbau manusia

untuk memeluknya sebagaimana dalam al-Qur‘an, dan agama lain di

luar Islam dianggap agama yang benar pula, namun kurang sempurna.

Hal demikian bisa diartikan siswa mengkategorisasikan akan

kebenaran agama, yaitu agama Islam sebagai agama yang benar dan

sempurna, dan agama lain sebagai agama yang benar namun tidak

sempurna. sebuah ungkapan salah seorang siswa, ―tidak bisa benar

atau salah, kalau menilai salah, gimana?‖103

. Dari uraian tersebut bisa

terlihat bahwa ada sebuah keengganan siswa dalam menyalahkan

agama lain di luar Islam, maka dari itulah terlahir sebuah kategorisasi

yang menyebutkan bahwa Islam adalah agama yang benar dan

sempurna dan agama yang lain juga benar tapi kurang sempurna.

Dari uraian diatas bisa dipahami bahwa sebagian siswa

tunanetra memahami agama semuanya benar dan agama merekalah

yaitu Islam yang paling benar. Namun pemahaman nampak perlu

ditelusuri lebih jauh, dengan pertimbangan ada salah seorang siswa

yang mengungkapkan dua penuturan yang nampak kontradiktif,

sebagai mana ungkapan seorang siswa, ―agama yang lain tidak salah

karena memiliki kepercayaan masing-masing, kalau secara Islam,

102

Hasi Wawancara dengan Taufiq, Siswa KelasTiga SMA. 103

Hasil Wawancara dengan Firdaus, Siswa Kelas VIIII SMP-LB.

Page 67: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

55

mempercayai Tuhan selain Allah itu salah, agama yang lain salah

karena memiliki tuhan selain Allah‖104

. Dari ungkapan tersebut telihat

dua anggapan yang berbeda, pertama, agama yang diluar isalam

dianggap benar karena pertimbangan masing-masing pemeluk yang

meyakini kebenaran agamanya. hal tersebut menunjukan ada sebuah

pertimbangan yang bersifat perspektif yang menampakan adanya

sebuah keniscayaan akan keberagamaan yang beragam, masing-masing

pemeluk menganggap agamanya yang benar. Namun ada pula sebuah

pertimbangan yang menyebutkan bahwa secara Islam yang

mempertuhankan selain Allah itu adalah sebuah kesalahan, dan

menyimpulkan bahwa agama yang lain di luar Islam itu dianggap salah

karena tidak mempertuhankan Allah. Di sini terlihat ada sebuah

pertimbanng perinsipil bahwa sebagai muslim kita wajib menuhankan

Allah dan menyalahkan agama yang tidak menuhankan Allah.

Jadi siswa memahami agama sebagai sebuah kebenaran

didasari atas dua pertimbangan yaitu pertimbangan sosial, yaitu agama

sebagai sebuah kepercayaan yang beragam di tengah masyarakat yang

masing masing mengklaim agamanya yang benar, maka agama secara

sosial tersebut dimaknai sebagai sebuah kebenaran yang bersifat

persepsional. Dan agama pun dianggap sebagai sebuah kebenaran

berdasarkan pertimbangan prinsip. Maka secara prinsip, seorang

muslim harus mentauhidkan Allah, dan mutlak menganggap salah

agama yang di luar Islam dengan syarat tidak mengungkapkan secara

premanistik melainkan cukup hanya dikalangan muslim.

Ada pula siswa yang memberikan pandangan yang berbeda.

Yaitu siswa meyakini agama Islam sebagai agama yang dianutnya,

serta mengakui kebenaran agama Islam tanpa memperhatikan

kebenaran dari agama lainnya. Sebagaimana menurut salah serorang

siswa, ―agama saya agama yang paling sempurna, agama lain no-

coment‖. Siswa lain menyebutkan ―agama yang lain tidak tahu, tidak

104

Hasil Wawancara denganFirdaus, Siswa Kelas VIIII SMP-LB.

Page 68: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

56

mengurusi agama orang, tidak mau tahu benar atau salahnya karena

takut diajakin105

―. Dari dua pernyataan tersebut nampaklah bahwa ada

sebagian siswa yang lebih memilih bersikap ekslusif dalam beragama

dan menghindari untuk memperhatikan atau pun bergaul dengan non-

muslim karena memiliki kekhawatiran akan terpengaruhi

keberagamaannya dengan agama lainnya. Hal tersebut menunjukkan

ada sikap eksklusif yang ditonjolkan oleh sebagian siswa tunanetra, hal

demikian dilatarbelakangi oleh adanya sikap prefentif, terhadap agama

lainnnya jika melakukan sebuah hubungan baik secara sosial maupun

intelektual khawatir akan memberikan dampak yang kurang baik

terhadap keyakinan yang telah dianutnya.

Siswa lain menyatakan, ―Agama lain kalau menurut

penganutnya benar, kalau menurut saya, cara mereka dibuat-buat jadi

salah. Agama Islam mengajarkan sebenar-benarnnya, tidak bid‘ah.106

―.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa memang seorang siswa

mengakui akan keberagaman dalam beragama, dengan menganggap

benar agama secara parsial. Jadi agama diyakini kebenarannya

berdasarkan masing-masing penganutnya. Hanya saja, siswa memiliki

dasar doktrin keagamaan yang kuat. Di dalam Islam, hanya Allah-lah

yang patut disembah, sedangkan agama laani tidak lah menyembah

Allah, maka secara prinsip , agama lain dianggap salah. Agama lain

dianggap melakukan mengada-ngada, yang artinya menyembah tuhan

yang dibuat oleh tangan penganutnya sendiri. Hal demikian lah yang

dianggap mengada-ngadakan sesuatu hal yang sepantasnya tidak ada,

yang dalam pemahaman siswa menganggapnya sebagai tindakan

bid‘ah, yaitu yang menurutnya merupakan sesuatu yang diada-adakan

atau dibuat-buat.

Ada lagi seorang siswa yang menyatakan, ―agama lain itu

salah, karena Tuhan itu satu. Tiada Tuhan Selain Allah. dan orang

105

Hasil Wawancara dengan Ahmad Ruyani dan Naufal, Siswa Kelas XII SMA-LB, 106

Hasil Wawancara dengan Al-fathullah, Siswa Kelas VIIII SMP-LB,

Page 69: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

57

yang lain itu salah, karena menyembah selain Allah‖.107

Hal demikian

menunjukkan sebuah keyakinan yang diungkapkan dengan lebih

ekstrim, yang memandang bahwa hanya Islamlah yang benar, dan

agama yang lain merupakan sebuah kesesatan. Hal demikian memang

sebuah prinsip yang patut dipertimbangkan, menimbang sebuah

keyakinan terhadap agama merupakan dasar dari keberagamaan Islam.

Bahkan jika kita lengah dengan akidah yang kita miliki, kemungkinan

kita akan terjerumus kepada hal yang dianggap menyimpang atau

bahkan musyrik dan bisa pula jatuh pada kekafiran diakibatkan

kekurang hati-hatian kita dalam memelihara akidah yang kita miliki.

Dari uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa tanggapan siswa

tunanetra terhadap keyakinan atas agama yang dianutnya, terdiri dari

tiga kategori tanggapan. Yaitu tanggapan pertama dari kelompok siswa

yang memahami agama Islam adalah agama yang sempurna. Hal

demikian berkaitan dengan tanggapan siswa terhadap agama di luar

Islam yang menurut mereka merupakan sebuah kebenaran pula. Oleh

karenanya, semua agama menurut sebagian siswa adalah benar

berdasarkan pertimbangan bahwa semua agama mengajarkan

kebaikan. Kebaikan dalam pemahaman siswa disamakan dengan

sebuah kebenaran, maka dari itu agama yang mengajarkan kebaikan

disimpulkan dengan kebenaran maka semua agama mengajarkan

kebaikan, artinya semua agama adalah benar.

Pendapat tersebut dilatarbelakangidari dua unsur utama yaitu

unsure keberagamaan. Yaitu keberagaman dalam beragama merupakan

sebuah kenyataan, yang dalam perinsipnya, semua penganut

mempercayai sekaligus meyakini kebenaran agama masing-masing.

Maka dari itu, agama bernilai kebenaran secara personal yang

tergantung siapa penganut dari agama tertentu. Kemudian siswa pula

merasa enggan untuk menilai benar dan salah agama lain di luar Islam.

Hal demikianlah yang menimbulkan sikap apologetic terhadap

107

Hasil Wawancara dengan Ibrohim, Siswa Kelas VIII SMP-LB,

Page 70: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

58

pembenaran agama lainnya sehingga timbul lah sebuah pernyataan

bahwa Islam adalah agama yang paling benar dan sempurna, sedang

agama lain kurang atau tidak sesempurna agama Islam. Dari ketiga

pertimbangan di atas, sebagian siswa tunanetra memberikan tanggapan

terhadap keyakinan dan kebenaran agama yang diyakininya.

Kemudian sebagian siswa menangggapi bahwa hanya agama

Islamlah yang paling benar, sedangkan agama yang lainnya tidak perlu

ditanggapi apakah benar ataukah salahnya. Hal demikian

dilatarbelakangi atas dua hal, yang pertama siswa menanggapi bahwa

agamanya yang paling benar karena Islam adalah agamanya sedangkan

agama lain tidak perlu dinilai benar atau salah karena bukan agama

mereka. Sikap tersebut merupakan sikap eksklusif yang secara prinsip

tertutup terhadap ajaran yang lainnya, sehingga siswa tidak perlu

menanggapi agama lain di luar Islam. Kemudian siswa merasa

khawatir keyakinannnya akan terpengaruhi oleh ajaran lain. Dalam hal

ini, sikap siswa pada kelompok ini lebih didasari sikap prefentif, siswa

merasa enggan mengenal agama di luar Islam karena mereka khawatir

jika mengenal agama di luar Islam akan berpengaruh terhadap

keyakinannya, terlebih jika menjalin hubungan dengan penganut

agama lainnya akan dicurigai mempengaruhi keyakinannya. Maka sisa

pada kelompok kedua ini lebih eksklusif.

Adapun katagori ketiga dari tanggapan siswa, yaitu siswa

mengakui kebenaran agama lain di luar Islam, hanya saja kebenaran

tersebut bukan artinya siswa mengakui kebenaran secara prinsip,

melainkan mengetahui keberagaman agama di tengah masyarakat yang

menurut masing-masing penganutnya meyakini agama mereka. Namun

secara prinsip peribadi, siswa memandang agama yang lain itu salah

dikarenakan secara konseptual, keberagaman di luar Islam

bertentangan dennga dengan Islam.

b. Intensitas Mengingat Allah SWT

Dari hasil wawancara, semua siswa meyakini kepada Allah dan

Page 71: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

59

merasa selalu diawasi. Umumnya siswa beralasan bahwa Allah Maha

Melihat, Maha Mengetahui, Maha Mendengar, dan lainnya sehingga

siswa merasakan kehadiran Allah dalam hidupnya. Seorang siswa

menyatakan, ―kalau kita berbuat dosa, kita merasa amal ditulis‖.108

Di

sini siswa merasa selalu diawasi oleh Allah berdasarkan perasaan

bahwa tindakan keburukan siswa dicatat. Maka darinya siswa telah

tumbuh perasaan akan kehadiran Allah.Ada pula siswa lain yang

merasa diawasi dengan alasan jika tidak diawasi maka tidak akan

ketahuan amal baik dan buruk, jika itu terjadi maka manusia akan

berbuat sewenang-wenang109

. Pernyataan tersebut merupakan sebuah

keyakinan yang didasari oleh pertimbangan moral dan rasional.

Uraian di atas menggambarkan bahwa keberagamaan remaja

yang sudah tumbuh kesadaran akan dosa dan pengawasan tuhan

mempengaruhi cara pikir siswa terhadap pertimbangan moral siswa ,

disamlping pertimbangan rasionalnya. Sebagaimana Menurut

Ramayulis, ―perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa

berdosa dan usaha untuk mencari proteksi‖.110

Maka di sini

menunjukkan bahwa perkembangan pemikiran dan keberagamaan

pada siswa tunanetra tidak jauh berbeda dengan siswa atau remaja

pada umumnya.

Nilai utama dari beriman kepada Allah adalah seorang muslim

bisa menyadari bahwa setiap perbuatan manusia baik dan buruknya

akan di minta pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak. Dari hasil

wawancara seluruh siswa meyakini dan menyadari hal demikian.

Namun yang lebih penting lagi, ketika timbul kesadaran tersebut,

manusia bisa sadar dan senantiasa mempersiapkan diri dalam

menghadapi hari akhir tersebut, dengan selalu meningkatkan intensitas

berbuat baik dan bertaubat atas setiap kesalahan yang telah dilakukan.

Diantara sikap menyadari akan pentingnya petaubatan terhadap

kesalahan, dalam konteks siswa tunanetra penulis mempertanyakan

108

Hasil Wawancara Dengan Nurul Hakim, Siswa Kelas XII SMA-LB, 109

Hasil Wawancara Dengan Taufiq, Siswa Kelas XII SMA-LB, 110

Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet. Keenam, h. 76.

Page 72: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

60

mengenai pengalaman atau perbuatan buruk siswa terkhusus dalam

berbuat dusta.

Dalam hal ini, dari hasil wawancara111

, hampir seluruh siswa

mengaku bahwa mereka pernah berdusta baik terhadap orang tua

mereka, maupun terhadap teman dan orang lainnnya. Siswapun

menyadari kesalahan tersebut, sehingga melakukan istigfar, meminta

maaf kepada orang yang didustai, serta berusaha untuk tidak

mengulanginya lagi. Di sini terlihat telah tumbuhnya kesadaran akan

sebuah kesalahan yang akan diminta pertanggungjawaban kelak.

dengan melakukan istigfar, siswa memahami bahwa ada kehadiran

Allah yang menyaksikan kesalahan yang dilakukannya, serta meminta

maaf kepada orang yang didustai, menunjukan siswa sudah menyadari

akan hubungan dengan sesama manusia.

Siswa lain menyatakan ketika berbuat kesalahan berupa

berdusta terhadap orang tua, ia memohon ampun terhadap Allah di

dalam shalat wajib dan pernah pula ketika tahajjud.112

Dari uraian

tersebut, menunjukkan siswa bukan hanya sekedar menyadari

kesadaran akan kesalahannya, melainkan pula telah tumbuh kesadaran

bahwa ibadat sebagai sebuah sarana untuk mencurahkan kesalahan

dalam sebuah pertaubatan. Hal demikian menjadi gambaran bahwa

siswa mulai memahami terhadap fungsi ritual ibadat.

Seorang siswa mengaku bahwa dirinya tidak pernah berdusta.

Ia menuturkan bahwa dirinya bingung akan dosa yang dilakukannya,

dan berpendapat bahwa dalam kesalahan kecil tidak perlu bertaubat.

Siswa yang tidak melakukan pertaubatan karena tidak begitu tahu akan

kesalaan yang dilakukannya serta menganggap bahwa kesalahan kecil

tidak perlu bertaubat, menunjukan seorang siswa kurang menyadari

akan sebuah kesalahan yang semestinya menjadi bahan pengingat akan

pertanggung jawaban di hari akhir, dan sebagai bentuk penebusannya

dengan memohon ampunan terhadap Allah. Disini siswa kurang sadar

111

Hasil Wawancara dengan Seluruh Informan Siswa Tunanetra, Pada Tanggal 1-21

april, 2016. 112

Hasil Wawancara dengan Nurul Hakim, Siswa Kelas XII SMA-LB,

Page 73: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

61

dan kurang memahami bahwa sebesar apapun atau sekecil apapun

kesalahan, hendaklah memohon ampun kepada Allah dan berusaha

untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut.

Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa umumnya siswa

pernah berdusta, dan sebagian besar siswa sudah memahami kesalahan

yang dilakukannya, meski ada siswa yang belum sepenuhnya sadar,

namun siswa sudah memahami kesalahan harus meminta ampun

kepada Allah dan tidak mengulangi kesalahan tersebut. Serta siswa

sudah memahmi bahwa ibadat sebagai sebuah sarana pertaubatan.

Adapun siswa yang belum menyadari kesalahan yang diperbuatnya,

serta belum menyadari bahwa ibadah merupakan sbuah sarana dalam

pertaubatan, menunjukkan siswa belum menyadari dan memahami

akan sebuah kesalahan dan peribadatan sebagai sarana pertaubatan.

2. Aspek Ritualistik (Peribadatan) Siswa Tunanetra

a. Intensitas Shalat Siswa Tunanetra

Umumnya, secara kognitif, siswa mengetahui perihal

pengetahuan mengenai ibadah shalat baik shalat wajib semisal

rangkaian dan do‘a-nya maupun shalat sunnat semisal tahajjud,

rowatib, dhuha, istikharah dan lainnya. Namun mengenai intensitas

siswa dalam menunaikan ibadah shalat, umumnya siswa menyatakan

bahwa mereka terkadang meninggalkan shalat dengan alasan yang

beragam.

Seorang siswi menyatakan bahwa dirinya suka meningalkan

shalat tatkala asyik menonton televisi, serta ketika mengerjakan tugas

sekolah. siswa merasa berdosa dan berusaha untuk tidak mengulangi

kesalahan tersebut, namun selalu terulang lagi. Siswi mengetahui

bahwa ketika tidak menunaikan shalat akan tidak mendapatkan pahala

dan akan masuk neraka, bahkan menyebutnya sebagai kafir. Namun

siswa berpendapat bahwa tidak termasuk kafir selama siswa masih

menyadari bahwa ketika meningalkan shalat terbesit rasa berdosa.

Mengenai keperdulian orang tua terhadap keberagamaan siswi,

Page 74: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

62

menurut penuturannya, orang tua pasti mengajak untuk shalat, dan

sesekali shalat berjamaah bersama. Menurutnya, ayah selalu shalat

berjamaah di masjid, serta orang tua mengajarkan mengaji dan ayah

mengajarkan hadis yang sumbernya terdapat dalam kitab ihiya

ulumuddin. dan selalu memberikan nasihat perihal keagamaan.113

Uraian di atas bisa kita simpulkan bahwa pendidikan agama

baik secara kognitif maupun terapan yang dilakukan oleh orang tua

siswi belum bisa menumbuhkan kesadaran dalam menunaikan

kewajiban shalat. di sini siswi belum bisa mempertimbangkan antara

keinginan menonton televisi dan mengerjakan tugas sekolah dengan

kewajiban menunaikan ibadah shalat. Maka bisa dikatakan bahwa

lingkungan keluarga yang baik belum tentu bisa memberikan pengaruh

yang lebih baik untuk perkembangan keberagamaan siswa tunanetra.

Seorang siswa menyatakan bahwa dirinya sudah mengetahui

rangkaian dan doa shalat wajib, adapun shalat sunnat hanya tahiyyatul

masjid yang diketahui. Siswa menyatakan pernah mempelajari hal

demikian di mesjid dengan guru ngaji serta belajar sendiri. Siswa

menyatakan bahwa jarang shalat, dan jika siswa shalat tatkala

semangat untuk shalat, namun ketika malas, siswa meninggalkan

shalat. Siswa mengemukakan bahwa bermain game sebagai godaannya

serta godaan syetan yang terlalu berat. Ketika ditanyakan lebih lanjut

mengenai keinginan siswa untuk selalu menunaikan shalat, siswa

menjawab bahwa siswa akan shalat kalau banyak temannya serta

mengakui bahwa dirinya sulit untuk rajin menunaikan shalat.114

Dari uraian di atas, menggambarkan bahwa siswa bukan hanya

sekedar kurang menyadari tentang kewajiban beragama, melainkan

kurang bisa memahami bahwa ajaran agama merupakan pokok

kehidupan. Dalam hal ini siswa belum tumbuh kedewasaan beragama,

karena jiwa keberagamaaan siswa masih didominasi oleh kesenangan

113

Hasil Wawancara dengan Nurul, siswi Kelas VIIII SMP-LB, 114

Hasil Wawancara dengan Taufiq siswa Kelas XII SMA-LB,

Page 75: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

63

yang kirannya merupakan hal yang kurang urgen dan cenderung

kekanak-kanakan. Menurut penuturan siswa, lingkungan keluarga

jarang ada yang mengajak untuk shalat, menurutnya semua atas

kesadaran masing-mashing anggota keluarga. Siswa menuturkan

bahwa ayah terkadang mengajarkan agama jika ada waktu luang.115

Disini bisa dipahami bahwa kondisi siswa yang belum bisa menyadari

akan tanggungjawab beragama, serta berada dalam lingkungan

keluarga yang kurang memberikan bimbingan agama baik secara

kognitif maupun praktik, turut menambah kondisi negetif siswa dalam

beragama. Maka jelaslah sifat kekanak-kanakan dalam beragama

masih belum bisa berkembang.

Siswa lain menuturkan bahwa ketika hendak melaksanakan

shalat tahiyyatul masjid karena melihat orang lain berdiri menunaikan

shalat sunnat tahiyatul masjid, siswa pun lekas menunaikannya karena

melihat orang lain tersebut. Siswa pun menuturkan bahwa dirinya tadi

pagi tidak menunaikan shalat subuh karena malas bangun, siswa

beralasan sudah terlambat karena sudah siang, kemudian hal demikian

dikarenakan hilap. siswa menyatakan bahwa dirinya tinggal bersama

orang tua, Namun orang tua tidak memberikan contoh untuk selalu

shalat di mesjid.116

Uraian di atas bisa dikatakan bahwa siswa yang menunaikan

shalat sunnat karena melihat orang lain yang menunaikan shalat

sunnat, menunjukkan bahwa jiwa keberagamaan siswa masih didasari

oleh tindakan reflektif. Artinya keberagamaan siswa bukan didasari

oleh kesadaran peribadi melainkan mengikuti orang lain disekitarnya.

Hal demikian menunjukan keberagamaan siswa didasari oleh sikap

meniru, sebagaimana keberagamaan pada masa kanak-kanak. Serta

siswa tidak menunaikan shalat subuh karena malas bangun pagi,

menunjukan belum sadarnya akan tanggungjawab beragama serta

menjadikan waktu siangan sebagai alasan, artinya siswa belum

115

Hasil Wawancara dengan Taufiq Kelas XII SMA-LB, 116

Hasil Wawancara dengan Ahmad Ruyani, Siswa Kelas XII SMA-LB.

Page 76: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

64

mengerti bahwa shalat kalau memang tidak disengaja, maka

mendirikan shalat subuh dan lainnya bisa ditunaikan di waktu ketika

seorang menyadari dari kehilafan yang tidak disengaja. Peranan orang

tua yang kurang member contoh langsung dalam menunaikan shalat,

turut memberikan pengaruh kurang baik kepada siswa, kareana

sepantasnya orang tua secara langsung mengajak dan memberikan

bimbingan anaknya untuk menunaikan perintah agama, bukan hanya

sekedar menyuruh saja tanpa ada tindakan praktis dalam memberi

teladan pada anaknya.saja.

Ada pula siswa yang menyatakan mengetahui jenis-jenis shalat

sunnat dan siswa menunaikan bukan hanya ibadah wajib melainkan

pula menunaikan ibadat sunnat di dekat masjid dekat rumah siswa.

siswa menuturkan tindakan tersebut didasari atas inisiatif sendiri, serta

ingin memperbaiki diri sendiri setelah sebelumnya siswa merasa

banyak dosa, siswa pun mengakui bahwa dirinya tidak pernah

meninggalkan shalat. Menurut penuturannya, siswa tinggal bersama

kakak, dan tersering siswa tinggal di rumah sendiri karena ada suatu

hal yang mengharuskan siswa tidak bersama saudara. Orang tua

tinggal di kampung.117

Di sini bisa kita pahami bahwa siswa telah menyadari akan

tanggung jawab beragama, serta telah memahami akan sebua tindakan

keagamaan, yakni siswa sudah menyadari akan adanya kesalahan dan

dosa, serta usaha untuk memperbaiki diri dalam menyikapi kesalahan

tersebut dengan menjadikan perilaku beragama sebagi jalan untuk

memperbaiki diri. Dan perlu dipahami juga, bahwa pendidikan dan

bimbingan dari orang tua tidak selamanya menjadi patokan dalam

membentuk kedewasaan siswa dalam beragama. Siswa secara

individual bisa membangun kesadaran tersebut secara mandiri. Namun

siswa yang memiliki perilaku seperti ini sangat jarang sekali, oleh

karena itu, mayoritas siswa masih belum bisa sadar akan tangung

117

Hasil Wawancara dengan Nurul Hakim Siswa Kelas XII SMA-LB,

Page 77: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

65

jawab beragama serta belum tumbuhnya kedewasaan dalam beragama.

Menurut keterangan dari guru agama SMA-LB, penyebab

siswa berani untuk meninggalkan shalat karena ada contoh kurang baik

dari orang tua siswa yang tidak shalat. Sebagaimana pernah

dipertanyakan alasan siswa tidak shalat, siswa menjawab bahwa orang

tuanya pun tidak melaksanakan shalat, dan terjadi ketidakseimbangan

antara penanaman keberagamaan berupa pembiasaan shalat di sekolah,

tanpa mendapat dukungan dari orang tua yang tidak memberikan

bimbingan pada siswa dalam melaksanakan shalat.118

Jadi peranan

orang tua sangat besar terhadap intensitas siswa dalam mengerjakan

shalat, meskipun di sekolah diajarkan dan bimbingan mengenai

keberagamaan, namun bila orang tua kurang mendukung proses

pembiasaan di rumah, maka hasilnya kurang maksimal. Sebagaimana

Maksum menambahkan, ―sikap itu terlihat di rumah, guru hanya

menanamkan saja, pengetahuan, aplikasinya di rumah‖.119

Jadi bisa disimpulkan bahwa umumnya siswa tunanetra

mempunyai keberanian untuk meninggalkan shalat. Siswa dalam

melalaikan perintah agama dilatarbelakangi oleh beberapa hal yaitu

kurangnya pengetahuan siswa terhadap agama menjadikan siswa

berani meninggalkan shalat, serta belum tumbuhnya kondisi

kedewasaan serta kesadaran akan kebutuhan siswa dalam beragama

serta masih adanya sifat kekanak-kanakan dalam beragama. Adapun

siswa yang telah menyadari akan tanggung jawab beragama, serta telah

memahami akan sebuah tindakan keagamaan, yakni siswa sudah

menyadari akan adanya kesalahan dan dosa, serta usaha untuk

memperbaiki diri dalam menyikapi kesalahan tersebut dengan

menjadikan perilaku beragama sebagai jalan untuk memperbaiki diri.

Siswa secara individual bisa membangun kesadaran tersebut secara

118

Hasil Wawancara dengan Maksum, S. Ag, M. Pd, Guru Agama SMA-LB, Senin, 02,

Mei, 2016. 119

Hasil Wawancara dengan Maksum, S. Ag, M. Pd, Guru Agama SMA-LB, Senin, 02,

Mei, 2016.

Page 78: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

66

mandiri. Namun siswa yang memiliki perilaku seperti ini sangant

jarang sekali, oleh karena itu , mayoritas siswa masih melalaikan

shalat.

Adapun mengenai peranan keluarga, semua siswa mengakui

bahwa orang tua mereka senantiasa mengajak, namun bila dilihat

secara lebih lanjut, orang tua siswa yang kurang memperhatikan

ketaatan beragama siswa, ataupun orang tua yang hanya sekedar

menyuruh untuk shalat saja, tanpa memberikan contoh langsung untuk

menunaikan shalat, turut mempengaruhi kondisi keberagamaan siswa

yang masih kekanak-kanakan menjadi semakin sulit berkembang

menuju kedewasaan beragama. Dan perlu dipahami juga, bahwa

pendidikan dan bimbingan dari orang tua tidak selamanya menjadi

patokan dalam membentuk kedewasaan siswa dalam beragama. Siswa

secara individual bisa membangun kesadaran tersebut secara mandiri.

Namun siswa yang memiliki perilaku seperti ini sangat jarang sekali.

b. Intensitas Puasa Siswa Tunanetra

Pada siswa tunanetra, bisa dikatakan semua informan yang

diwawancarai menyatakan bahwa mereka selalu menunaikan ibadah

puasa dengan tidak batal saat berpuasa. Artinya semua siswa tunanetra

selalu berpuasa dan jarang atau tidak ada yang batal ketika dibulan

ramadhan, sampai idul fitri, kecuali siswi yang ada halangan untuk

menunaikan puasa. Seorang siswa menyatakan senang menunaikan

puasa, selain itu, puasa menurut pengetahuan siswa terkandung banyak

hikmah untuk mengampuni dosa. Siswa lain menyatakan selalu

berpuasa karena sudah terbiasa diajarkan orang tua sedari kecil, walau

ketika sakit, siswa tetap berusaha menunaikan ibadah puasa. Siswa lain

menyatakan bahwa puasa merupakan sebuah kewajiban, maka siswa

senantiasa menunaikannya dan berusaha terhindar dari batal.

Sedangkan siswa lain menyatakan bahwea siswa senantiasa berpuasa

tanpa batal karena malas mengkadha.120

120

Hasil Wawancara dengan Seluruh Informan Kelas XII SMA-LB,

Page 79: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

67

Dari uraian diatas bisa dinyatakan bahwa semua siswa

senantiasa menunaikan puasa dengan beberapaalasan yaitu, dasar

pertama siswa menunaikan puasa karena merasa senang dan menyadari

ada banyak hikmah yang terkandung di dalamnya terutama dalam

mengampluni dosa. Di sini siswa didasari atas rasa penerimaan yang

baik karena merasa senang, serta kesadaran akan nilai puasa yang

memiliki berbagai hikmah. Kemudian siswa yang menyatakan

senantiasa berpuasa sedari kecil, walau sakit sekalipun, menunjukkan

bahwa puasa siswa didasari oleh sbuah pembiasaan yang membentuk

sebuah akhlak siswa. kemudian siswa yang menyatakan puasa

merupakan kewajiban adalah siswa yang berpuasa didasari oleh rasa

kesadaran akan perintah agama, yang jika siswa melanggarnya akan

mendapat konsekuensi yang dinilai kurang menguntungkan secara

religius. Dan siswa yang menyatakan malas mengqadha, menunjukkan

dasar puasa siswa dikarenakan sebuah tuntutan bahwa puasa

merupakan sebuah kewajiban yang jika meninggalkannya akan

mendapat konsekuensi yang membuat siswa berat hati.

Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa semua siswa

tunanetra senantiasa menunaikan puasa di bulan ramadhan, tanpa ada

yang batal. Hal demikian didasari atas beberapa alasan, yang didasari

atas empat alasan, yaitu dasar penerimaan, dasar kebisaaan, dasar

kewajiban atau kesadaran beragama, dan dasar tuntutan atau

keterpaksaan.

Ada yang menarik jika kita bandingkan antara peribadatan

puasa dan peribadatan shalat pada siswa tunanetra. Dalam da ibadah

puasa seluruh siswa menunaikan ibadah puasa, sekalipun dalam

keadaan sakit. Sedangkan pada ibadah shalat hamper seluruh siswa

memiliki keberanian untuk meninggalkan shalat, walau kedua ibadat

tersebut memiliki hukum yang sama.

Sebagaimana pengakuan siswa yang senantiasa menunaikan

puasa dengan alasan bahwa bulan ramadhan adalah bulan yang paling

Page 80: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

68

istimewa, dalam setahun dilaksanakan sekali dalam arti sebulan saja.121

Maka dari itu semarak ramadhan dengan segala keistimewaan dan

uforia di dalamnya turut mempengaruhi jiwa keberagamaan siswa

tunanetra. dengan ibadah puasa yang ditunaikan selama sebulan itu

memiliki kesan beda pada siswa, sehingga menumbuhkan gairah

keberagamaan siswa. Berbeda dengan ibadah shalat yang setiap hari

tidak pernah terlewatkan, siswa tidak begitu menganggapnya istimewa,

dan siswa berani untuk meninggalkannya.

c. Intensitas Membaca al-Qur‘an

Beriman kepada kitabullah terutama al-Qur‘an merupakan

sebuah rukun iman yang muthlak diimani. Semua siswa menyatakan

bahwa dirinya beriman kepada kitabullah dan mengetahui empat kitab

yang mesti diketahui, terutama al-Qur‘an. Semua siswa tunanetra

mengimani karena al-Qur‘an adalah kitab suci agama Islam. Di sini,

dalam mengukur tingkat kesadaran siswa terhadap al-Qur‘an, akan

terlihat dari intensitasnya dalam membaca al-Qur‘an. Seorang Siswi

menyatakan setiap hari membaca al-Qur‘an selepas maghrib, baik

membaca sendiri, maupun didampingi oleh bapak. Siswa lain

menyatakan sekali setiap malam jum‘at saja. Sedangkan siswa lainnya

membaca al-Qur‘an di masjid bersama orang lain.122

Dari uraian diatas menggambarkan bahwa intensitas siswa

dalam membaca Al-Qur‘an terbagi atas dua kaagori, yaitu siswa yang

belum rutin dan siswa yagn sudah rutin dalam membaca al-Qur‘an.

yang hanya membaca sekali setiap malam jum‘at saja, menunjukkan

bahwa kesadaran siswa dalam membaca kitab suci masih terpengaruh

oleh momentum tertentu dan menunjukkan bahwa kesadaran siswa

dalam membaca al-Qur‘an masih dipengaruhi oleh uforia lingkungan.

Adapun siswa sudah terbiasa membaca al-Qur‘an setiap hari baik

belajar dirumah didampingi orang tua, maupun di mesjid. demikian

121

Hasil Wawancara dengan Yogi, Siswa Kelas XSMA-LB, 122

Hasil Wawancara dengan Seluruh Informan Kelas VIIII SMP-LB,

Page 81: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

69

menunjukan intensitas membaca al-Quran siswa belum menjadi

rutinitas, dan motivasi membaca masih dipengaruhi oleh pendidikan di

dalam rumah trutama orang tua, serta lingkungan sekitar.

3. Aspek Eksperenensial (Penghayatan) Peribadatan Siswa Tunanetra

a. Nilai Penghayatan dalam Ibadah Shalat

Meskipun mayoritas siswa melalaikan shalat, namun seorang

remaja yang telah mengalami perkembangan pola pikir dan

perasaanya, perlu kita lihat sejauh mana penghayatan siswa terhadap

shalat yang ditunaikannya. Dari semua informan yang diwawancara,

hampir semua siswa menyatakan bahwa ketika menunaikan shalat dan

setelah menunaikannya, siswa merasakan ketenangan batin. Seorang

siswi menyatakan ketika shalat hati merasa lebih tenang, serta jika ada

masalah merasa ada Allah SWT yang mengatur dan memberikan jalan

keluar atas kesukaran yang dihadapi. Siswa lain menyatkan ketika

shalat hati merasa tenang, yang sebelumnya marah menjadi reda atau

lebih tenang. Bahkan siswa lainnya mengaku air mata sampai menetes

karena takut terhadap Allah, iman, ketakwaan bertambah, sehingga

kekhusyuan pun bertambah.123

Jadi dari penuturan diatas bisa disimpulkan bahwa umumnya

siswa sudah bisa menghayati shalat, sehingga berdampak pada suasana

batin yang jauh lebih tenang. Siswa pun menyadari akan penghayatan

shalat serta dampak shalat akan bertambahnya keimanan dan

ketakwaan. Hanya saja perlu kita ketahui bahwa bahasa keimanan dan

ketakwaan pada siswa tunanetra kirannya bisa kita pahami sebagai

sebuah rasa ketenangan beragama serta rasa kehadiran Allah di dalam

shalat yang ditunaikannya. Karena memang sebagaimana telah

dijelaskan bahwa mayoritas siswa dalam waktu tertentu terkadang

meninggalkan shalat. Namun tidak semua siswa bisa merasakan shalat,

seorang siswa menuturkan bahwa ketika shalat tidak mersakan apapun,

123

Hasil Wawancara dengan Seluruh Informan Kelas VIIII SMP-LB.

Page 82: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

70

siswa tidak beidssa menuturkan secara lebih jauh.124

Disini bisa dikatakan bahwa tidak semua siswa bisa

menghayati shalat, ada sebagian kecil siswa yang masih belum bisa

merasakan kenikmatan batin ketika atau setelah menunaikan shalat.

Namun sedikitnya siswa yang belum bisa menghayati shalat, dan lebih

banyak siswa yang bisa merasakan ketenangan dalam shalat,

menunjukkan bahwa siswa tunanetra sudah tumbuh rasa penghayatan

terhadap spritual shalat yang ditunaikannya.

Jadi umumnya siswa sudah bisa mengahayati shalat, sehingga

berdampak pada suasana batin yang jauh lebih tenang. Siswa pun

menyadari akan penghayatan shalat serta dampak shalat akan

bertambahnya keimanan dan ketakwaan. Hanya saja perlu kita ketahui

bahwa bahasa keimanan dan ketakwaan pada siswa tunanetra kirannya

bisa kita pahami sebagai sebuah rasa ketenangan beragama serta rasa

kehadiran Allah di dalam hidupnya. Karena memang sebagaimana

telah dijelaskan bahwa mayoritas siswa dalam waktu tertentu

terkadang meninggalkan shalat. tidak semua siswa bisa menghayati

shalat, ada sebagian kecil siswa yang masih belum bisa merasakan

kenikmatan batin ketika atau setelah menuanaikan shalat. Namun

sedikitnya siswa yang belum bisa menghayati shalat, dan lebih banyak

siswa yang bisa merasakan ketenangan dalam shalat, menunjukkan

bahwa siswa tunanetra sudah tumbuh rasa penghayatan terhada

peribadatan yabng dituanaikannnya.

b. Nilai Penghayatan Ibadah Puasa Siswa Tunanetra

Sebagian siswa Tunanetra belum bisa menghayati peribadatan

puasa yang dijalankannya. Adapun alasan siswa mengemukakan

bahwa mereka tidak merasakan apapun kecuali lapar dan ingin makan,

ataupun mengisi puasa dengan tertidur supaya lebih tidak terasa

menuju waktu puasa.

Seorang siswa mengungkapkan bahwa ketika puasa terasa enak

124

Hasil Wawancara dengan Davit, Siswa Kelas VIII SMP-LB,

Page 83: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

71

dan tidak lapar, siswa senantiasa beribadah semisal shalat, baca

Qur‘an, tadarus dibimbing oleh ustadz. Ketika lebih lanjut ditanyakan,

siswa menjawab tidak mengetahui kenapa siswa memperbanyak

ibadah. Sedangkan alasan siswa beribadah menurut penuturannya

adalah pahala puasa yang banyak.125

Di sini ada dua ungkapan yang

nampak kontradiksi yang menjadi catatan, yaitu siswa tidak

mengetahui alasan dalam mengisi kegiatan di bulan ramadhan, namun

menuturkan ada pahala yang banyak di bulan tersebut.

Hal tersebut menunjukkan siswa tidak memahami maksud dan

tujuan dari kegiatan peribadatan yang dilakukannya dalam mengisi

bulan ramadhan. siswa pun kurang memahami maksud dari

melimpahnya pahala di bulan ramadhan. artinya, melimpahnya pahala

di bulan ramadhan hanya sebatas pengetahuan siswa, namun belum

tumbuh penghayatan akan hal tersebut. Kemudian siswa tidak mersa

lapar dan enak ketika berpuasa, menunjukkan bahwa lapar atau

nikmatnya berpuasa secara fisik bukan merupakan dasar utama

penghayatan dalam berpuasa. Serta banyaknya kegiatan positif yagn

dilakukan siswa bukan cerminan dari tingginya penghayatan terhadap

ibadah puasa yang dijalani. Namun siswa senantiasa berpuasa

menunjukkan nilai penghayatan yang kurang tidak berpengaruh

terhadap rendahnya intensitas peribadatan puasa siswa.

Adapun siswa yang nampak menghayati ibadah puasa,

umumnya menyatakan bahwa menjalani ibadah puasa dengan

menerima peribadatan untuk memenuhi rukun iman yang ketiga. serta

sadar untuk mengisi kebaikan dengan menuntut ilmu.

Seorang siswa menyatakan ―tidak mengeluh, cukup jalani saja,

harus belajar dan mengisi waktu dengan kebaikan. Siapa yang

melakukan kebaikan, dibalas sepluluh kebaikan pahala‖.126

Dari uraian

di atas terlihat Siswa dalam menjalankan puasa dibarengi dengan

125

Hasil Wawancara dengan Ibrohim Kelas VIII SMP-LB, 126

Hasil Wawancara dengan Al-fathullah, Siswa Kelas VIIISMP—LB,

Page 84: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

72

ketulusan hati, di sini bisa dikatakan bahwa ketulusan beribadah

merupakan dasar utama penghayatan ibadah puasa. Siswa pun

menyadari akan tindakan yang baik akan memperoleh pahala yang

banyak. Maka bisa dipahami bahwa pengetahuan siswa terhadap

ibadah puasa cukup baik, serta memberikan pengaruh positif terhadap

motivasi puasa dan nilai penghayatan siswa.

Jadi bisa disimpulkan bahwa Sebagian siswa tunanetra belum

tumbuh penghayatan terhadap ibadat puasa. Adapun istilah

melimpahnya pahala di bulan ramadhan hanya sebatas pengetahuan

siswa, namun belum tumbuh penghayatan akan hal tersebut. Kemudian

rasa lapar atau nikmatnya berpuasa secara fisik bukan merupakan dasar

utama penghayatan dalam berpuasa. Serta banyaknya kegiatan positif

yang dilakukan siswa bukan cerminan dari tingginya penghayatan

terhadap ibadah puasa yang dijalani. Maka nilai penghayatan yang

kurang tidak berpengaruh terhadap rendahnya intensitas peribadatan

puasa siswa tunanetra. adapun siswa yang telah tumbuh nilai

penghayatan dalam berpuasa, dilatarbelakangi oleh dua hal yang

mendasari penghayatan siswa, yaitu ketulusan beribadah merupakan

dasar utama penghayatan ibadah puasa siswa tunanetra. serta

pengetahuan siswa akan peribadatan puasa yagn baik, memberikan

pengaruh positif terhadap motivasi puasa dan nilai penghayatan siswa.

4. Dimensi Konsekuensial (Akhlak) Siswa Tunanetra

a. Nilai Rasa Menerima dan Intensitas Syukur Siswa Tunanetra

Nilai Imaniah kepada Allah, bukan hanya sekedar berkenaan

dengan intensitas dalam mengingat-Nya saja, melainkan terkait pula

dengan sikap kemanusiaan yang tercermin dalam keseharian. Seorang

yang beriman kepada Allah akan menganggap bahwa Allah hadir

dalam setiap kehidupanya, oleh karena itu, kehidupan manusia baik

dan buruknya akan selalu dikaitkan dengan Allah Swt. Dalam hal ini,

beriman kepada Allah terkait pula dengan beriman kepada Takdir

Allah yang tercermin dari interaksi hamba melalui do‘a yang

Page 85: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

73

dilakukannya. Dalam menyadari akan takdir Allah, semua siswa

tunanetra mengakui bahwa setiap kehidupan mereka baik dan

buruknya merupakan kehendak Allah Swt. Hal demikian menunjukan

bahwa beriman kepada Allah akan berkaitan dengan beriman terhadap

Takdir Allah SWT.

Sebagai sebuah bukti atas keyakinan terhadap takdir tersebut,

akan tercermin dari rasa menerima terhadap segala sesuatu yang

dialami siswa dalam kehidupannya, terlepas dari baik dan buruknya

pengalaman atau peristiwa kehidupan tersebut. Pada siswa Tunanetra,

rasa menerima tersebut ditanggapi atas dua hal, yaitu siswa yang

merasa dirinya menerima akan ketetapan Allah, dan Siswa yang

merasa kurang dengan apa yang ditetapkan Allah. Seorang siswi

menuturkan bersyukur kepada Allah Swt, karena telah memberikan

nikmat dan sebagai bentuk ekspresi syukur tersebut, siswi

mengucapkan hamdallah dan berdoa dengan bahasa sendiri disela rasa

syukur tersebut127

Seorang siswi tersebut telah menyadari akan pentingnya rasa

syukur terhadap kondisi yang dialaminya. Siswi pun menyadari akan

ekspresi syukur dengan mengucapkan hamdalah serta melantunkan doa

dengan bahasa sendiri. Dari uraian tersebut, sikap menerima siswa

tercermin bahwa siswa merasa bersyukur terhadap Allah karena

merasa telah diberikan nikmat yang berlimpah, sehingga serta merta

mengungkapkan rasa syukur dengan berdoa dan hamdalah. Sikap

tersebut, menggambarkan memang telah menyadari bahwa manusia

seharusnya bersyukur dan menerima segala hal dengan penuh

kesadaran.

Adapula siswa yang mengaku ketika jengkel, siswa tidak

bersyukur, namun tetap mengakui akan nikmat nafas, kesehatan, rizki,

dan makanan.128

Hal demikian menunjukkan bahwa rasa menerima

terhadap takdir Allah masih dipengaruhi oleh kondisi emosional yang

127

Hasil Wawancara dengan Desi, Siswi Kelas VIII SMP-LB, 128

Hasil Wawancara dengan David, Siswa Kelas VIII SMP-LB,

Page 86: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

74

berdampak pada kurang menyadari akan kewajiban manusia dalam

mensyukuri nikmat Allah. Di sini terlihat bahwa kondisi emosional

atau perasaan berpengaruh terhadap jiwa keberagamaan seorang

remaja.

Dan siswa lainya menyatakan jarang bersyukur karena menurut

siswa manusia selalu menginginkan lebih dan tidak merasa cukup

dngan apa yang dimilikinya. Siswa mengakui dirinya tidak bahagia,

dan menyatakan jika bahagia maka siswa akan bersyukur, siswa pun

berpendapat bahwa manusia tidak luput dari kesalahan.129

darinya

menunjukkan bahwa sikap menerima siswa terhadap takdir Allah

dipengaruhi oleh sebuah anggapan bahwa manusia itu selalu merasa

enggan untuk menerima pemberian yang telah ditetapkan Allah, serta

anggapan bahwa manusia tidak luput dari kesalahan. Kedua fram

tersebut merupakan unkapan yang sering terdengar di masyarakat,

yang membentuk pola pikir siswa dan berpengaruh pada jiwa

keberagamaan. Hal demikian menunjukkan bahwa sikap menerima

siswa lebih di dasari oleh sebuah paradigma atas berbagai fram yang

mempengaruhi cara pandang siswa sehingga berdampak pada

kurangnnya rasa syukur terhadap apa yang diberikan Allah SWT.

Siswa pun terlihat lebih pragmatis dalam beragama, dalam arti siswa

akan merasa bersyukur jika batin siswa merasa bahagia.

Jadi bisa disimpulkan bahwa sebagian siswa telah tumbuh

kesadaran akan besarnya nikmat yang telah dianugerahkan Allah,

sehingga siswa bersyukur terhadap nikmat yang dirasakannya. Ada

pula siswa yang jarang bersyukur dengan didasari dua hal, yaitu

kondisi perasaan dan emosional siswa. siswa akan bersyukur ketika

batinnya merasa senang, dan kondisi lingkungan atau adanya suatu

anggapan tertentu di dalam masyarakat yang mempengaruhi pola fikir

siswa, sehingga berdampak pada kurangnya rasa menerima dan

129

Hasil Wawancara dengan Ibrohim, Siswa Kelas VIII SMP-LB, pada Hari Senin

tanggal 4 April 2016.

Page 87: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

75

mensyukuri nikmat Allah SWT. Di sini jiwa keberagamaan siswa lebih

labil dan pragmatis dalam arti agama akan diterima jika ada kesesuaian

dengan kondisi kejiwaan siswa.

Dari uraian di atas bisa kita pahami bahwa pada remaja telah

tumbuh kesadaran beragama, namun masih dipengaruhi oleh kondisi

emosional dan perasaan serta berbagai paradigma umum yang turut

mempengaruhi jiwa keberagamaan siswa. sebagaimana Menurut

Jalaluddin, Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja.

Perasaan sosial, etis, dan estesis mendorong remaja untuk menghayati

peri kehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya. Kehidupan religius

akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke arah hidup yang

religius pula. Sebaliknya, bagi remaja yang kurang mendapat

pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi

dorongan seksual. 130

b. Nilai Percaya Diri Siswa Tunanetra

Salah satu sasaran pendidikan agama pada SLB adalah untuk

membentuk rasa percaya diri siswa melalui pembelajaran Tauhid.

Karena agama yang paling sesuai untuk disabilitas adalah agama

Islam. Karena memberikan bimbingan bukan hanya di dunia

melainkan akhirat. Kemudian di dalam Islam Tidak ada marjinalisasi

terhadap disabilitas, Sebagai bukti adanya Surat Abasa yang

memberikan teguran bagi Nabi. Ada tiga nilai pada surat abasa, yaitu

bahwasannya seorang tunanetra ―disucikan‖, dan disarankan untuk

percaya diri, Kemudian Hal demikian menunjukkan sebuah himbauan

untuk adanya pendidikan luar biasa.131

, maka dari itu, pada poin

bagian ini penulis akan merangkai pembahasan do‘a dengan nilai

keimanan siswa.

Nilai beriman kepada takdir Allah adalah senantiasa menerima

segala bentuk pemberian-Nya baik yang diharapkan maupun yang

130

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. RajaGrapindo Persada, 2005), h. 75. 131

Hasil Wawancara dengan H. Abbas Sukardi, Guru Agama SMP-LB,

Page 88: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

76

kurang diharapkan. Mengenai hal demikian, hampir seluruh siswa

tunanetra mengakui bahwa mereka merasa minder dengan kondisi

yang mereka alami. Siswa merasa iri dengan orang lain yang lebih

sempurna daripada yang mereka alami. Hal demikian menunjukan

ketunanetraan berpengaruh terhadap rasa percaya diri siswa. Seorang

siswa mengakui bahwa dirinya merasa minder karena ada orang lain

yang memberikan ejekan terhadap kondisi yang dialami siswa. lalu ada

Siswa lain merasa minder walau tidak ada orang disekitarnya yang

mencela, dan siswa lainnya merasa minder karena merasa takut ada

orang yang mengejeknya. Namun ada siswa yang mengakui bahwa

dirinya tidak merasa minder karena sekitar siswa tersebut dinilai baik

dan tidak ada yang mempermasalahkan kondisi siswa.132

Dari uraian tersebut, menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan

diri siswa dipengaruhi atas beberapa faktor, yaitu kondisi emosional

siswa yang belum bisa menerima sepenuhnya terhadap

ketunanetraaannya, serta kondisi lingkungan yang kurang baik menjadi

faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri siswa, dan siswa yang

kurang percaya diri karena khawatir akan ada yang memberikan

tanggapan buruk terhadapnya menunjukan bahwa, persepsi negative

siswa terhadap lingkungann siswa pun turut mempengaruhi tingkat

kepercayaan diri siswa.

Sebagian kecil siswa merasa tidak minder dengan kondisi

ketunanetraan yang dialami. Menurut salah seorang siswa, ―kita

makhluk sosial, karena kita hidup berpasang-pasangan bersama orang

(interaksi).133

Pernyataan tersebut menunjukan bahwa pemahaman

siswa terhadap kepentingan sosial akan berpengaruh terhadap persepsi

positif siswa akan lingkungannya. Dengan demikian siswa merasa

tidak minder dan lebih memilih untuk melakukan tindakan interaktif

sebagai makhluk yang dihadapkan pada realitas sosial.

132

Hasil Wawancara dengan Seluruh Informan Kelas VIIII SMP-LB, 133

Hasil Wawancara dengan Ibrohim, Siswa Kelas VIII SMP-LB,

Page 89: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

77

Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa Sebagian besar

siswa tunanetra merasa minder dengan ketunanetraan yang mereka

alami. Hal demikian dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, rasa

penerimaan yang kurang terhadap ketunanetraan yang dialami, kondisi

lingkungan yang memberikan tanggapan buruk terhadap ketunanetraan

siswa, dan persepsi negatif siswa terhadap lingkungannya turut

mempengaruhi kepercayaan diri siswa. adapun sebagian kecil siswa

yang tidak minder dipengaruhi pemahaman siswa akan pentingnya

interaksi sosial, yang menumbuhkan persepsi positif siswa terhadap

lingkungannnya.

c. Nilai Solidaritas Sosial Siswa Tunanetra

Nilai utama Puasa dan zakat adalah timbulnya keperdulian

kepadasesama, Pada siswa tunanetra. Dari hasil wawancara, semua

siswa tunanetra menyampaikan bahwa mereka pernah menolong, dan

yagn palng umum siswa memberikan pertolongan tidak jauh dari

kemampuan atau kondisi kesanggupan siswa. semisal berupa

membantu untuk menuntun atau menyebrang tunanetra lainnya yaitu

sisswa tunanetra tidak total membantu tunanetra total. Ataupun dengan

memberi pinjam alat tulis khusus tunanetra yaitu riglet. Artinya

tolong-menolong pada konteks siswa tunanetra adalah tidak terlepas

dari kondisi atau kapasitas kemampuan siswa.

Seorang siswi menyatakan, ―harus saling tolong-menolong dan

menolong orang dapat pahala‖. 134

Di sini terlihat dua alasan siswi,

yaitu keharusan akan tolong-menolong, menunjukkan ada kesadaran

kemanusiaan yang menarik siswa untuk memberikan pertolongan

terhadap sesama. Kemudian hasrat ingin mendapatkan pahala,

menunjukkan tindakan menolong siswa dilandasi hasrat

keberagamaan. Seorang Siswa mengemukakan sebuah hadis, ―barang

siapa yang menghilangkan kesusahan orang satu kesusahan di bumi,

134

Hasil Wawancara dengan Nurul, Siswi Kelas VIIII SMP-LB,

Page 90: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

78

maka Allah akan menghilangkan satu kesusahan di hari kiamat.135

Dari

uraian tersebut bisa terlihat dasar pengetahuan ajaran isalm yang kental

pada siswa. di sini menunjukkan bahwa tolong-menolong siswa telah

didasari oleh nilai keagamaan.

Dari uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa, semua siswa

memiliki rasa keperdulian terhadap sesama, terutama dengan sesama

siswa tunanetra atau satu kondisi. Dan yang mendasari hal demikian

atas dua alasan yaitu, dasar kemanusiaan. seorang siswa menolong

sesama didasari atas kepedulian sosial. Kemudian dasar agama. Yaitu

siswa menolong sesama didasari oleh adanya ganjaran yang baik atas

perbuatan yang telah dilakukannya.

d. Nilai Estetika dalam Pergaulan Siswa Tunanetra

Nilai lain muamalah bagi siswa adalah mengenai cara

berpakaian siswa. dalam hal ini seorang muslim hendaknya

mengetahui batasan aurat dan cara berpakaian yang bisa menjaga aurat

tersebut. Pada hasil wawancara136

seluruh sisswa umumya mengetahui

bahwa seorang muslim harus menutup aurat. Namun mengenai batasan

aurat tersebut, tidak seluruh siswa mengetahui, umumnya siswa hanya

mengeatahui batasan aurat perempuan, sedangkan mengenai batasan

aurat laki-laki kurang begitu mengetahui secara utuh.

Adapun secara peraktis, nilai estetika siswi bisa terlihat dari

jumlah siswi yang memakai jilbab atau memakai pakaian tertutup.

Adapun nilai estetika siswi tidak ada yang harus dipermasalahkan.

Dari pengamatan penulis137

semua siswi SMP dan SMA, tidak ada

yang memakai jilbab. Penulis hanya mendapati siswi yang memakai

jilbab hanya seorang dan kurang begitu mengingat apakah ada lagi

siswi SD lain yang memakai jilbab. hal demikian menunjukkan tingkat

permasalahan ketaatan siswi dalam menutup aurat yang tinggi.

Seorang siswi menuturkan bahwa belum siap menutup aurat,

135

Hasil Wawancara dengan Alfathulloh, Siswa Kelas VIIII SMP-LB, 136

Hasil Wawancara dengan Seluruh Siswa Tunanetra, Pada Tanggal, 1-21 April 2016. 137

Hasil Catatan Lapangan, dari bulan September-bulan desember 2015.

Page 91: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

79

dan siswi akan menutup aurat ketika sudah masuk jenjang SMA. Siswi

menyadari akan dosa, dan ibu dari siswi tersebut menutup aurat.138

Di

sini kita bisa memahami bahwa seorang siswi sudah menyadari akan

kesalahannya namun belum memahami akan kewajibannya dalam

menutup aurat.

Siswi lain menyatakan bahwa menutup aurat merupakan cara

berpakaian yang sepantasnya, sedangkan orang tua sudah mengajarkan

dan menghimbau untuk mamakai jilbab. Siswi beralasan belum siap

dan berkeyakinan jika berlum siap akan mendapatkan dosa pula, dan ia

menyatakan aka nada waktunya untuk berjilbab.139

Siswi telah

mengetahui akan manfaat dan nilai dari pada menutup aurat, dan tentu

belum bisa menyadari akan sebuah kewajiban yang harus dipatuhi oleh

seorang perempuan. Namun ada cara pandang yang perlu diluruskan,

bahwa siswi berpendapat akan mendapat dosa jika memakai jilbab

dengan setengah hati. Pendapat demikian tentu sulit dicari dasarnya,

dan bisa dikatakan bahwa siswi memiliki cara pandang yang salah

dalam jilbab. Adapun orang tua yang sudah mengajarkan dan

menghimbau untuk memakai jilbab, menunjukkan siswi bukan hanya

tidak patuh terhadap menutup aurat, malainkan juga kurang mematuhi

nasihat orang tua. Di sini, yang menjadi masalah bukan pendidikan

keluarga, sikap siswi yang belum bisa memahami akan pentingnya

menutup aurat dan mematuhi nasihat orang tua.

Siswi lain mengemukakan bahwa dirinya lupa akan batasan

aurat, dan tidak memakai . Kakak siswi pun tidak memakai

kerudung.140

Dengan mengakui siswi tidak begitu mengetahui akan

batasan aurat, tentu kita perlu meninjau secara seksama. Siswi tidak

menggunakan jilbab dan menuturkan kakak siswi pun tidak memakai

jilbab. Di sini seorang siswi tinggal bersama kakaknya, yang tidak

138

Hasil Wawancara dengan Desi, Siswi Kelas VIII SMP-LB, 139

Hasil Wawancara dengan Nurul, Siswi Kelas VIIII SMP-LB, 140

Hasil Wawancara dengan Tiwi, Siswi Kelas XI SMA-LB,

Page 92: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

80

memakai jilbab. Bisa kita pahami bahwa lingkungan keluarga siswi

bukan termasuk dalam lingkungan yang mendukung akan menutup

aurat. Hal demikian linear dengan pengetahuan siswi yang minim

tentang batasan aurat. Maka bisa dikatakan bahwa lingkungan keluarga

yang kurang mendukung akan jilbab, turut bepengaruh terhadap

ketaatan siswi terhadap menutup aurat.

Mengacu pada penuturan salah satu guru agama, bahwa

sekolah tidak memiliki peraturan untuk mewajibkan untuk menutup

aurat. Gurunya menegaskan bahwa hal dimikian merupakan urusan

masing-masing, dan Guru pun menambahkan perlu ada kerajasama

dengan orang tua, karena jangankan siswi yang memakai jlbab, orang

tua nya pun belum bisa memberi contoh untuk memakai jilbab.141

Di

sini bisa terlihat bahwa sekolah yang negeri yang bukan secara khusus

sebagai sekolah Islam, tidak bisa memberikan pengaruh secara

langusung secara langsung terhadap menanamkan ketaatan siswi dalam

menutup aurat.

Hanya saja, pada catatan penulis, ditemui siswi yang memakai

jilbab pada hari jum‘at karena ada kegiatan keagamaan. Hal demikian

menunjukkan siswi hanya memakai jilbab pada momen tertentu terkait

kegiatan keagamaan sekolah. artinya, sekolah hanya mendidik secara

simbolik tanpa memberian penanaman secara praktik.

Jadi penulis bisa menyimpullkan bahwa SLB A Pembina

Tingkat Nasional tidak bisa memberikan pengaruh langsung dalam

membentuk ketaatan siswa untuk menutup aurat, melainkan

lingkungan keluarga yang dinilai bisa memberikan pengaruh terhadap

ketaatan dalam menutup aurat. Adapun semua siswa tunanetra

menyadari akan kewajiban untuk menutup aurat, namun secara

kongnitif, umumnya siswa tidak mengetahui batasan rinci tentang

menutup aurat. Dan semua siswi SMP-LB dan SMA-LB, tidak

141

Hasil Wawancara dengan H. Abbas Sukardi, Guru Agama SMP-LB, Pada Tanggal 27

April, 2016.

Page 93: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

81

menutup aurat dengan beberapa faktor yaitu kurangnya pengetahuan

dan pemahaman mengenai menutup aurat, kurangnya ketaatan siswa

terhadap nasihat orang tua untuk menutup aurat, dan lingkungan

keluarga yang kurang ―mendukung‖ jilbab.

e. Nilai Menjaga Batasan dengan Lawan Jenis

Selain menutup aurat, seorang muslimpun dituntut untuk

menjagabatasan antara lai-laki dan perempuan. Dari hasil

wawancara142

seluruh informan menyatakan bahwa menjaga batasan

merupakan sebuah kewajiban bahkan siswa mengetahui bahwa hukum

dasar bersentuhan antara lawan jenis yang bukan muhrim adalah

haram. Namun secara peraktis, ada beberapa informan yang secara

kognitif mengetahui akan batasan namun secara praktis siswa

melanggarnya.

Seorang siswa menyatakan bahwa pernah melakukan pegangan

tangan dengan bukan muhrim saat berjalan dengan pacarnya. Siswa

menyadari akan larangan agama, namun siswa memandang bahwa

pada remaja memegang tangan saja dianggap tidak bermasalah. Siswa

lain menuturkan, bahwa dirinya tidak pernah bepegangan tangan

karena tidak pernah memiliki teman dekat perempuan, siswa berujar,

bahwa seandainya memiliki teman dekat perempuan pun akan

melakukan hal yang sama.143

Dari penuturan di atas, bisa kita lihat ada dua sudut pandang

siswa yang menjadi catatan, yaitu siswa memahami bahwa

berpegangan tangan pada remaja merupakan sebuah kondisi yang

biasa. Penuturan tersebut menunjukkan bahwa kondisi kejiwaan

remaja bisa merubah mempengaruhi cara remaja terhadap agamanya,

sehingga cenderung menghindari akan realitas peraturan agama.

Kemudian alasan siswa berpegangan dengan remaja, menunjukkan

bahwa tindakan berpacaran bukan hanya dilakukan oleh siswa umum

142

Hasil Wawancara dengan Seluruh Siswa Tunanetra, pada tanggal 1-21 April 2016. 143

Hasil Wawancara dengan nurul hakim dan ahmad ruyani, Siswa Kelas XII SMA-LB,

Page 94: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

82

saja, melainkan siswa tunanetra melakukan hal yagn sama. artian dari

sisi perkembangan seksual remaja, tidak ada perbedaan antar siswa

umum dengan siswa tunanetra.

Jadi bisa dipahami bahwa Bukan hanya perkembangan pikiran

saja, perkembangan perasaan pun turut mempengaruhi jiwa keagamaan

remaja. Sebagaimana Menurut Jalaluddin, Berbagai perasaan telah

berkembang pada masa remaja. Perasaan sosial, etis, dan estesis

mendorong remaja untuk menghayati peri kehidupan yang terbiasa

dalam lingkungannya. Kehidupan religius akan cenderung mendorong

dirinya lebih dekat ke arah hidup yang religius pula. Sebaliknya, bagi

remaja yang kurang mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama

akan lebih mudah didominasi dorongan seksual. 144

Penulis bisa menyimpulkan bahwa semua siswa tunanetra

mengetahui kewajiban dalam menjaga batasan dengan lawan jenis.

Dan secara praktis umumnya siswa menyampaikan bahwa mereka

menjaga batasan dengan lawan jenis, adapun siswa yang tidak bisa

menjaga interaksi lawan jenis dipengaruhi oleh kondisi perkembangan

seksual yang lebih besar dari pada kesadaran keagamaan, serta

pengaruh paradigama remaja yang kurang baik turut mempengaruhi

cara pandang siswa terhadap ketaatan keagamaan yang diketahuinya.

Dan yang penting pula, bahwa perkembangan seksual siswa tunanetra

tidak berbeda dengan siswa pada umumnya.

f. Nilai Menjaga Lingkungan

Tadabur merupakan kegiatan tambahan yang sifatnya

kondisional. Acara tersebut yang diadakan menjelang liburan dan

bertujuan untuk membina pemahaman siswa tunanetra akan

kehidupannya, menunjukkan ada sebuah usaha penanaman akan

kualitas kepribadian dalam menjalani kehidupan. Bukan hanya itu,

adanya pembelajaran yang terkait menanam menunjukan bahwa siswa

tunanetra telah mendapat pembinaan akan kesadaran terhadap

144

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. RajaGrapindo Persada, 2005), h. 75.

Page 95: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

83

lingkungan alam sekitar. Dan sinkronisasi antara tadabur dengan

pembelajaran menanam pohon adalah adanya sebuah kepekaan akan

kehidupan termasuk di dalamnya kepekaan terhadap lingkungan alam.

Dari hasil wawancara145

bisa dikatakan seluruh siswa memiliki

jawaban yang hampir sama. siswa akan tanggungjawab untuk menjaga

lingkungan baik dengan cara menanam pohon, membuang sampah

pada tempatnya dan lain sebagainya. Siswa pun menyadari ketika alam

tidak dijaga akan terjadi berbagai bencana alam semisal longsor,

banjir. Umumnya pendapat siswa, untuk menjaga lingkungan dengan

cara membersihkan dan menjaga lingkungann dengan tidak membuang

sampah sembarangan. Mengenai kebersihan dan melarang buang

sampah sembarangan, secara umum siswa mengakui bahwa mereka

melakukan tindakan tersebut baik sering maupun jarang.

Seorang siswa menyebutkan, bahwa terpaksa membuang

sampah sembarangan karena sukar menemukan tempat sampah. Siswa

pun mengakui bahwa di rumah siswa suka bersih-bersih berupa

mengepel, beres-beres tempat tidur. Siswa menuturkan bahwa

kebisaaan tersebut untuk membangun kesadaran dan disiplin di masa

depan pada saat berumah tangga.146

Kita bisa mengetahui bahwa pada

dasarnya siswa telah menyadari akan sebuah kebersihan dan

kedisiplinan. Bahkan siswa sudah bisa berpikir visioner dengan

memperhatikan perilaku yang semestinya di bangun dalam hal

kebersihan dan kedisiplinan. Namun dengan kesadaran tersebut, belum

bisa membentuk sebuah kebijaksanaan untuk bisa membuang sampah

pada tempatnya, ketika tidak menemukan tempat sampah. Disini, bisa

terlihat bahwa siswa telah tumbuh kesadaran akan sebuah kedisiplinan,

namun belum tumbuh sebuah kebijaksanaan ketika dihadapkan dengan

sesuatu hal yang memaksa siswa untuk membuang sampah

sembarangan.

145

Hasil Wawancara dengan Seluruh Informan Siswa Tunanetra, Pada Tanggal 1-21

April 2016. 146

Hasil Wawancara dengan Taufiq, Siswa Kelas XII SMA-LB,

Page 96: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

84

Seorang siswa menyatakan bahwa siswa jarang bersih-bersih di

rumah karena malas. siswa menyampaikan bahwa di rumah tidak

membuang sampah sembarangan karena ada tempat sampah, dan di

luar rumah siswa mengaku tidak membuang sampah pada

tempatnya.147

Disini bisa disimpulkan bahwa siswa membuang sampah

bukan karena sadar akan kebersihan, melainkan karena kondisi yang

membuat siswa terbisa membuang sampah pada tempatnya.

Seorang siswa, menyatakan bahwa dirinya jarang buang

sampah sembarangan Karena dapat merusak lingkungan. Siswa

mengakui bahwa dirinya suka melakukan kebersihan di rumah, semisal

mengepel, menyapu, dan membersihkan meja dari debu. Siswa

megakui bahwa itu adalh kesadaran sendiri.148

Siswa terlihat telah

menyadari akan pentingnya kebersihan. Dari kesadaran tersebut, maka

dengan sendirinya siswa akan sadar untuk tidak membuang sampah

sembarangan.

Jadi bisa disimpulkan bahwa semua siswa menyadari akan

pentingnya menjaga lingkungan, serta mengetahui dampak buruk

ketika tidak menjaga lingkungan dengan baik. Namun hampir semua

siswa pernah atau sering membuang sampah sembarangan dengan dua

alasan, yaitu kondisi terpaksa, karena tidak menemukan tempat

sampah, dan kondisi malas karena tidak menyadari akan pentingnnya

sebuah kebersihan. Adapun siswa yagn jarang buang sampah

sembarangan, karena telah tumbuh kesadaran akan menjaga

lingkungan. Bisa dikatakan bahwa seringnnya siswa melakukan

kegiatan kebersihan di rumah bukan dasar utama dalam membentuk

kesadaran siswa. melainkan tumbuhnya kesadaran akan menjaga

lingkungan sebagai dasar utama siswa untuk tidak membuang sampah

pada tempatnya. Di sini tidak terlihat alasan dari nilai keagamaan,

artinya sikap keberagamaan siswa tunanetra tidak terlihat pada

147

Hasil Wawancara dengan Davit, Siswa Kelas VIII SMP-LB, 148

Hasil Wawancara dengan Yogi, Siswa Kelas X SMA-LB,

Page 97: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

85

kesadaran akan menjaga lingkungan.

5. Aspek Intelektual (Pengetahuan Keagamaan) Siswa Tunanetra

(Pengetahuan Keagamaan)

a. Pengetahuan Tentang Fikih Ibadah

Diantara visi dan misi SLB A Pembina Tingkkat Nasional

adalah ―membudayakan beribadah‖. Maksud dari istilah tersebut ialah

kegiatan pembelajaran dan pembisaaan mengenai keberagamaan

diantaranya membaca al-Qur‘an sebelum masuk jam pelajaran,

penanaman kebisaaan shalat dhuha ketika awal bulan, program hafalan

al-Qur‘an, shalat dhuhur berjamaah, dan lainnya. Bisa menjadi sebuah

kebisaaan bukan hanya di sekolah melainkan di luar sekolah ketika

siswa ada di rumah.149

Di dalam Islam, peribadatan termuat dalam sebuah disiplin

ilmu yang dinamakan ilmu fikih ibadat yang diantaranya memuat

empat pokok pembahasan sebagai mana tercantum dalam rukun Islam,

kecuali syahadat sebagai ilmu tauhid. Terkait demikian, sebagian besar

siswa menanggapi bahwa mereka belum begitu mengenal jauh

menganai ilmu fikih. Hal demikian dilatarbelakangi siswa hanya

mempelajari ajaran Islam ketika di SLB, saja, di luar itu, siswa kurang

begitu mendalami pelajaran fikih. Ketika ditanyakan mengenai

pengalaman siswa dalam mengikuti pesantren, seorang siswa

mengakui pernah mesantren ketika SD di Raudhlatul Muta‘alimin

Surabaya, sejauh pengetahuannya, ilmu fikih adalah suatu ilmu yang

diidentikan dengan Imam Syafi‘i.150

Dengan demikian dalam pemahaman siswa tersebut dipahami

fikih identik dengan Imam Syafi‘I, darinya menunjukkan bahwa

sebuah madzhab yagn digunakan oleh mayoritas muslim bisa

menyempitkan sudut pandang siswa. dalam hal ini, mayoritas

muslimin Indonesia penganut Imam Syafi‘I, maka dalam pemahaman

149

Hasil Wawancara dengan H. Abbas Sukardi, Guru Agama SMP-LB, Senin, 02, Mei,

2016. 150

Hasil Wawancara dengan Ibrohim, Siswa kelas VIII SMP-LB,

Page 98: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

86

siswa fikih adalah apa yang dikeemukakan oleh Madzhab tersebut.

Sebagian siswa menuturkan bahwa mereka cukup mengetahui

ilmu fikih. Siswa mengakui bahwa mereka belajar dari majelis ta‘lim

yang diselenggarakan di masjid tempat siswa tinggal, serta mengikuti

pembelajaran di madrasah yang bernama Raudhlatul Makfufin.151

Ada

pula siswa yang cukup mengenal ilmu fikih, karena siswa tersebut

mempelajari ilmu fikih yang dipelajari dari guru agama SLB secara

khusus atas permintaan ibu siswa. siswa menuturkan bahwa dirinya

saat ini telah mempelajari tentang jenazah, setelah sebelumnya

mempelajari wudhlu, tayamum, dan shalat.152

Dari uraian diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa sebagian

besar siswa yang kurang mengenal ilmu fikih umumnya memiliki

intensitas pembelajaran agama yang kurang. Mereka hanya belajar

agama di SLB saja, tanpa ada kelanjutan di luar. Sehingga mata

pelajaran yang telah dibahas lupa atau-pun belum bisa dipelajari

karena keterbatasan materi. Adapun siswa yang cukup mengenal ilmu

fikih, umumnya siswa belajar di luar jam pelajaran agama secara

formal di SLB. Siswa mengikuti pembelajaran di luar sekolah semisal

di majelis ta‘lim yang diselenggarakan di masjid, serta lembaga

keagamaan yang mengajarkan siswa tunanetra dalam mempelajari

ajaran Islam. Serta adanya inisiatif orang tua untuk meminta guru

khusus untuk mengajarkan siswa mengenai ilmu fikih, menunjukkan

peranan orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan siswa

tunanetra terutama dalam hal mempelajari dan memahami fikih ibadah.

Maka kesinambungan dalam mempelajari agama Islam siswa di luar

SLB, semisal kondisi lingkungan serta peranan orang tua untuk

memasukkan siswa ke lembaga keagamaan atau mencari guru khusus

untuk mengajarkan perihal agama, lebih berpengaruh terhadap jiwa

keagamaan siswa dari pada sekedar melakukan pembelajaran di SLB

151

Hasil Wawancara dengan Ahmad Ruyani dan Nurul Hakim, Siswa Kelas XII SMA-

LB, . 152

Hasil Wawancara dengan Al-Fathullah, Siswa Kelas VIIII SMP-LB,

Page 99: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

87

yang seiring perjalanan waktu dan tidak ada kesinambungan dalam

pembelajarannya, membuat siswa lupa.

b. Ketrampilan Membaca al-Qur‘an

Membaca al-Qur‘an bukan hanya sekedar bisa

melantunkannya, namun ada aturan membaca yang terangkum di

dalam ilmu tajwid yang harus dipahami. Sebagian besar siswa

mengakui masih belum lancar membaca al-Qur‘an. Seorang siswa

mengemukakan jarang belajar al-Qur‘an. Sedangkan sisa lainnya

menuturkan masih belajar didampingi orang tua, namun kendalanya

orang tua hanya menggunakan al-Quran brille. Pernyataan lain

mengungkapkan bahwa siswa lumayan lancar membaca al-Qur‘an.

Siswa menuturkan bahwa dirinya belajar di raudhlatul makfufin. 153

Uraian di atas bisa dipahami bahwa umumnya siswa yang

belum lancar dalam membaca al-Qur‘an dipengaruhi oleh jarangnya

intensitas siswa dalam mempelajari al-Qur‘an serta kendala media

pembelajaran yang dialami oleh siswa yang belajar dengan orang tua.

Adapun siswa yagn cukup lancar dalam membaca al-Qur‘an, siswa

mengikuti pembelajaran di lembaga yang pendidikan keagamaan

khusus bagi tunanetra. Hal demikian menunjukkan bahwa lembaga

pendidikan khusus yang mengajarkan al-Qur‘an menjadi sangat

berpengaruh terhadap kualitas membaca Qur‘an bagi seorang siswa

tunanetra.

Perlu diketahui, bahwasanya pada pembelajaran siswa tunetra

terkhusus dalam mempelajari al-Qur‘an Brille memiliki beberapa

hambatan. Ada siswa yang memiliki hambatan mobilitas. Yaitu siswa

kurang peka terhadap lingkungan atau sesuatu hal yang hendak

dihadapi. Semisal siswa belum baisa peka unik duduk di atas kursi,

atau belum bisa terbiasa untuk bisa mandiri. Ada pula siswa yang

memiliki keterbatasan dalam sensorik motor, yaitu siswa memiliki

perabaan yang kurang peka terhadap al-Qur‘an Brille, sehingga

153

Hasil Wawancara dengan Seluruh Informan Kelas XII SMA-LB,

Page 100: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

88

terganggu dalam belajar. Ada pula siswa yang terkadang berkeringat

telapak tangannya sehingga tidak bisa menulis dengan baik. Hambatan

lain mengenai IQ. Ada siswa yang tingkat IQ-nya sekitar 75%, ada

pula siswa yang tingkatnya 100%, yang lebih tidak kesulitan dalam

mengikuti pembelajaran.154

demikinlah yang menjadi dinamika

pembelajaran siswa.

c. Hafalan Qur‘an Siswa Tunanetra

Salah satu tujuan dari digalakannnya tadarus al-Qur‘an dan

hafalannya adalah untuk membiasakan siswa tunanetra untuk

senantiasa membaca al-Qur‘an. Karena sebagian siswa SLB A PTN

tidak mendapatkan bimbingan yang efisien saat di rumah dalam hal ini

orang tua. Maka di SLB diusahakan untuk mengefektifkan

pembelajaran keagamaan termasuk membaca dan menghafal al-

Qur‘an, sebagai usaha dalam merangsang keberagamaan siswa

tunanetra.155

Maka dari itu kita akan melihat sejauhmana intensitas

siswa tunanetra dalam membaca dan menghafal al-Qur‘an termasuk

hal lainnya sebagai fekek dari penanaman dalam menumbuhkan rasa

kebutruhan terhadap kitab suci al-Qur‘an.

Untuk mengawali, penulis akan mencoba menggali informasi

terkait hafalan siswa. Pada Siswa SMP, sebagian siswa mengaku

bahwa dirinya tidak hafal sampai sepuluh surat pendek sebagaimana

yang dianjurkan sekolah. kemudian sebagian siswa lagi mengaku hafal

lebih dari sepuluh surat, bahkan diantara siswa ada yang hafal al-

Jumuah, al-Buruj, dan al-Balad. Siswa mengaku bahwa siswa belajar

di mitra netra. Seorang siswa lain mengaku hafal surat al-Mursalat, al-

Qiyamat dan an-Naba. Siswa mengaku diajarkan oleh salah seorang

guru agama SLB (Pak Maksum) di SLB atas permintaan ibu siswa.156

dan tidak jauh berbeda dengan siswa SMP-LB, siswa SMA-LB

154

Hasil Wawancara dengan H. Abbas Sukardi, Guru Agama SMP-LB, 155

Hasil Wawancara dengan H. Abbas Sukardi, Guru Agama SMP-LB, Sabtu, 21 Mei,

2016. 156

Hasil Wawancara dengan Firdaus dan Al-fathullah, Siswa Kelas VIIII SMP-LB,

Page 101: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

89

sebagian pun mengaku ada yang belum hafal sampai lima belas surat

pendek yang dianjurkan sekolah. Dan sebagian siswa lain mengaku

sudah hafal lebih dari lima belas surat pendek yang dianjurkan sekolah.

bahkan beberapa siswa mengaku sudah hafal dari surat al-Balad

sampai An-nas. Yang artinya, siswa sudah hafal lebih dari lima belas

surat. Siswa menuturkan bahwa mereka mengikuti program

pembelajaran hafalan di raudhlatul Makfufin.157

Dari uraian tersebut, hafalan surat pendek siswa SMP-LB dan

SMA-LB, kebanyakan tidak sepenuhnya hafal, adapun siswa yang

hafal lebih dari target sekolah umumnya mengikuti pembelajaran di

luar Sekolah luar biasa tersebut. Hal demikian menunjukkan bahwa

pendidikan di luar SLB lebih berpengaruh terhadap intensitas hafalan

al-Qur‘an siswa.

d. Pengetahuan Tentang Hadits Nabi

Siswa dalam hal ibadah, bukan hanya sekedar mengetahui ilmu

fikih semata, melainkan pula kita harus mengenal hadis, sebagai

bagian dasar dari hukum Islam. Dari hasil 158

wawancara, umumnya

siswa yang mengenal hadis adalah siswa yang mengikuti pembelajaran

di lembaga keagamaan di sekolah dan majelis ta‘lim di dekat rumah

siswa. serta pembelajaran yang diberikan oleh ayah dan ibu siswa.

Seorang siswa menuturkan bahwa pernah belajar hadis sewaktu

SD, tetapi sekarang lupa, siswa menuturkan dalam mengenal hadis,

siswa hanya menyaksikan program acara televisi yang berbentuk

narasi semisal program acara yang sering ditayangkan di Trans TV,

dan Trans 7. 159

disini kita bisa melihat bahwa siswa yang mengikuti

pembelajaran sejak lama dan jarang dipelajari akan cenderung mudah

lupa. Maka dari itu, intensitas pembelajaran hadis yang berlanjut bak

dari lembaga kegamaaan maupun dari orang tua, akan memberikan

157 Hasil Wawancara dengan Ahmad Ruyani dan Nurul Hakim, Siswa Kelas XII SMA-

LB,. 158

Hasil Wawancara dengan Seluruh Informan Siswa tunanetra, pada tanggal 1-21 April,

2016. 159

Hasil Wawancara dengan Nauval Siswa Kelas XII SMA-LB,

Page 102: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

90

dampak yang baik terhadap pengenalan siswa terhadap hadits. Serta

program acara televisi bisa menjadi alternative untuk belajar mengenai

agama terkhusus dalam mengenal hadis.

Salah seorang guru agama, menyatakan bahwa pengetahuan

sisa mengenai agama memang diakui lebih banyak mendapatkan

pembelajaran tersebut diluar SLB. Hal tersebut dilatar belakangi

dengan kurikulum dan waktu yang terbatas yang membuat

pembelajaran kurang maksimal. Memang ketika pembelajaran agama

semisal baca tulis al-Qur‘an dan menerjemahkannya, terkadang

mengulas sedikit mengenai fikih. Namun hal tersebut tidak maksimal.

Maka ddri itu, sangat disetujui bila siswa mengikuti pembelajaran

agama di luar SLB, semisal di Raudhlatul Makfufin, yang dalam

pembelajaran agama lebih dalam dan terinci. Selain itu pula, peranan

orang tua sangat penting dalam mengembangkan keberagamaan siswa,

jadi bukan hanya sekedar mengajarkan agama di rumah saja,

melainkan mendorong siswa untuk belajar di masjid, yang artinya

mengikuti berbagai pembelajaran agama di dekat rumah.160

Al-fathullah, adalah salah seorang murid kelas Delapan SMP-

LB yang paling menonjol mengenai pengetahuan agama baik

mengenai fikih, hafalan al-Qur‘an dan Hadis Nabi. Siswa tersebut

mempunyai keinginan yang tinggi untuk mempelajari agama. Di luar

Jam pelajaran formal, siswa tersebut mempelajari agama di radio, baik

dari pengajian, hafalan al- Qur‘an dan lainnya. Dengan hal tersebut,

Ibu siswa khawatir pemikiran siswa yang belum mempuni anaknya

akan terbentuk oleh paham keagamaan yang keras. Oleh karenannya,

meminta pembelajaran tambahan (Ekskul) mengenai keagamaan

kepada guru di SLB (Maksum, S. Ag, Mpd). Maka siswa pun belajar

dimulai dari Iqra, sampai mempelajari fikih, Muhadatsah (percakapan

bahasa arab sehari-hari). Maka pengetahuan siswa lebih menonjol dari

160

Hasil Wawancara dengan H. Abbas Sukardi, Guru Agama SMP-LB,

Page 103: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

91

siswa lain yang hanya belajar agama formal saja.161

Rasa keingintahuan siswa menjadi berpengaruh terhadap

pengetahuan agama siswa, serta peranan orang tua yang peduli dan

mengarahkan anaknnya untuk berlajara agama menjadi bagian penting

dalam pengembangan keberagamaaan siswa baik secara praktis,

maupun kognitif. Menurut salah seorang guru agama (Maksum S, Ag,

M. Pd) bahwa harus ada pembelajaran agama tambahan baik di radio,

Tv, maupun belajar di lembaga keagamaan semisal Raudhlatul

Makfufien. Peranan orang tua pun sangat penting, dalam mengarahkan

siswa, dan umumnya orang tua antusias terhadap program keagamaan

di SLB.162

C. Analisa Keberhasilan Program Keagamaan SLB A PTN

1. Tinjauan Pengetahuan (Transfer of Knowledge)

Bila kita tinjau dari sisi kognitif keberagamaan siswa tunanetra,

sebagaimana telah diuraikan bahwa siswa tunanetra yang menonjol dalam

pengetahuan agama lebih didominasi pengetahuan dari luar pembelajaran

formal di SLB A PTN. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan

pembelajaran keagamaan di luar SLB baik dari sisi pengetahuan, fikih,

hadits, kemampuan membaca al-Qur‘an, serta hafalannya, lebih

dipengaruhi oleh berbagai pembelajaran keagamaan di luar sekolah

semisal di lembaga keagamaan khusus siswa tunanetra ataupun pendidikan

agama yang ditanamkan oleh keluarga.

Perlu dilihat pula bahwa siswa yang menonjol dalam pengetahuan

agama hanya sebagian kecil saja, dan sebagian besar lebih mengandalkan

pembelajaran keagamaan di SLB. Artinya efektivitas diukur bukan dari

segi kuantitas pengetahuan siswa, melainkan dari sejauh mana dampak

pembelajaran keagamaan di SLB pada siswa yang tidak belajar keagamaan

161

Hasil Wawancara dengan Maksum, S. Ag, M. Pd, Guru Agama SMA-LB, Senin, 02,

Mei, 2016. 162

Hasil Wawancara dengan Maksum, S. Pd, M. Pd, Guru Agama SMA-LB, Senin, 02,

Mei, 2016.

Page 104: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

92

di luar SLB. Dalam hal ini, penulis tidak bisa memungkiri, bahwa dari

hasil temuan lapangan siswa yang yang kemampuan ideal dalam

memenuhi syarat keberahasilan program tersebut adalah siswa yang

mengikuti pembelajaran keagamaan di luar SLB. Sedangkan siswa yang

tidak mengikuti, tidak terlalu banyak memiliki kemampuan dalam

memenuhi keberhasilan program keagamaan SLB. Semisal pengetauan

fikih, hadis dan terutama hafalan Qur‘an yang menjadi bagian dari

program tersebut, umumnya siswa yang bisa memenuhi syarat

keberhasilan program tersebut secara kognitif adalah siswa yang

mengikuti pembelajaran di luar SLB. Artinya siswa lainya kurang bisa

memenuhi tuntutan dalam program keagamaan SLB.

Maka bisa disimpulkan SLB A PTN tidak terlalu banyak

memberikan pengaruh terhadap sisi kognitif keberagamaan siswa

tunanetra.

2. Tinjauan Tindakan (Transfer of Action)

Adapun mengenai nilai terapan pada konteks keberagamaan siswa

tunanetra penulis akan mengukur dari intensitas peribadatan siswa dan

tingkat ketaatan dalam mengamalkan ajaran keagamaan dalam hal ini

penulis mengkhususkan mengenai jilbab pada siswi tunanetra.

Sebagaimana telah diuraikan bahwa intensitas pelaksanaan peribadatan

shalat siswa umumnya memiliki keberanian untuk meninggalkan shalat

wajib, tetapi tidak memiliki keberanian untuk meninggalkan ibadat puasa.

Hal demikian dilatarbelakangi jiwa keberagamaan siswa tunanetra yang

masih dipengaruhi uforia lingkungan. Artinya intensitas ibadat puasa lebih

dominan dari peribadatan shalat, namun dari segi penghayatan peribadatan

siswa lebih terlihat dari ibadat shalat. Terlepas dari itu, sebagaimana telah

diuraikan bahwa sekolah hanya sebatas mengajarkan keberagamaan

adapun aplikasinya lebih didominasi di rumah. Artinya intensitas

peribadatan siswa akan terlihat di rumah. dalam arti keluarga yang

memberikan pengaruh besar terhadap intensitas peribadatan siswa

tunanetra.

Page 105: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

93

Uraian di atas menunjukkan bahwa intensitas peribadatan siswa

dibentuk dari lingkungan keluarga, dalam arti SLB hanya sebagai

fasilitator. Begitu pula dengan berjilbab pada siswi, pihak SLB tidak

memiliki wewenang untuk membuat peraturan secara langsung, namun

hanya sebatas simbolik saja, yaitu siswi memakai jilbab pada momentum

keagamaan saja. Dari hal tersebut, SLB tidak memberikan begitu banyak

pengaruh terhadap pengamalan keberagamaan siswa tunanetra, dan

keluargalah yang memiliki dominasi keberagamaan tersebut. Maka bisa

disimpulkan bahwa SLB A PTN tidak memiliki pengaruh besar terhadap

efektivitas pengamalan Keberagamaan siswa tunanetra.

3. Tinjauan Prilaku (Transfer of value)

Bila kita lihat perilaku siswa, bisa dikatakan tidak ada perilaku

yang berandal, dalam arti siswa tunanetra tidak memiliki perilaku buruk

yang membuat kegaduhan baik di sekolah maupun di masyarakat. Artinya

perilaku siswa tunanetra relatif baik meskipun ada beberapa kesalahan

tertentu dari pengalaman siswa yang kiranya merupakan sebuah kesalahan

namun bukan berarti siswa memiliki sifat buruk.

Dalam menganalisa mengenai prilaku siswa dan kaitannya dengan

efektifitas penanaman sikap keberagamaan SLB A PTN, penulis merasa

kesulitan menimbang prilaku siswa merupakan suatu yang abstrak dan

lebih personal. Karena terbentuk dari kompleksitas yang memberikan

pengaruh pada pola pikir dan perkembangan jiwa siswa. Bila dihubungkan

perilaku keberagamaan dengan nilai ajaran agama, tentu hal demikian

sejalan dengan pembahasan kognitif, yaitu pengetahuan keberagamaan

siswa umumnya diperoleh dari luar jam formal SLB. bila dibandingkan

antara program sekolah dengan kegiatan keagamaan tambahan siswa, yang

lebih berpengaruh adalah kegiatan keagamaan di luar SLB. Artinya secara

logis yang harusnya lebih dominan membentuk pola perilaku keberagaman

siswa adalah berbagai lembaga yang memberikan pengajaran agama,

dalam hal ini pendidikan di luar sekolah. namun hal demikian belum

menjadi alasan, menimbang ada keluarga yang bisa mengarahkan siswa

Page 106: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

94

untuk belajar agama ataupun membimbing siswa karena sebagai mana

telah diuraikan bahwa orang tua siswa tunanetra memegang peranan

penting dalam pendidikan siswa terutama dalam keberagamaan siswa.

Termasuk dari nilai penghayatan peribadatan siswa yang kiranya

merupakan perilaku keberagaaman yang lebih personal.

Maka dari itu, penulis berkesimpulan bahwa perilaku siswa tidak

bisa diukur dari efektivitas pendidikan SLB secara langsung, karena

terbentuk dari kompleksitas yang bisa mempengaruhi pola pikir, dan

perkembangan kejiwaan siswa, baik dari motivasi personal siswa,

pengaruh keluarga, sekolah, lingkungan, terutama dari lembaga

keagamaan yang menanamkan nilai ilahiah pada siswa tunanetra.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keagamaan

SLB A PTN

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung keberlangsungan kegiatan keagamaan di SLB A

PTN adalah sudah tersedianya Al-Qur‘an Braille, dan berbagai

keterampilan akan kemampuan siswa terhadap teknologi sehingga dapat

mendownload hal yang menyangkut dengan keagamaan, sudah

tersediannya tempat ibadah berupa mushala dengan jumlah dua lokasi,

serta berbagai perlengkapan ibadah yang menunjang keberlangsungan

kegiatan peribadatan siswa tunanetara. Bukan hanya itu, kemampuan siswa

secara individu merupakan bagian dari pendukung keberlangsungan

program keagamaan yang dipengaruhi oleh berbagai hal. Dalam hai ini

bisaa disebut dengan faktor internal siswa, adalah pengaruh dari sekolah

dan keluarga siswa, termasuk kegiatan keagamaan tambahan semisal

kursus al-Qur‘an Braille, dan berbagai motivasi yang didapatkan siswa.163

Jadi hal yang menjadi faktor pendukung keberlangsungan program

keagamaan bisa dikatakan meliputi dua faktor yaitu faktor media

163

Hasil Wawancara dengan H. Abbas Sukardi, Guru Agama SMP-LB, Sabtu, 21 Mei,

2016.

Page 107: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

95

pembelajaran, berupa sudah tersedianya al-Qur‘an Braille, adanya media

internet yang sudah dipahami oleh siswa sehinga bisa dimanfaaatkan

sebagai saran pendukung keberlangsungan pembelajaran agama, serta

tersediannnya tempat peribadatan berupa musholla dan segenap

perlengkapannya baik perlengkapan shalat dan lainnya yang menjadi

fasilitas bagai siswa tunanetra. Dalam hal ini SLB A PTN relatif sudah

cukup baik dalam hal penyediaan fasilitas dalam mendukung

keberlangsungan kegiatan keagamaan.

Kemudian faktor pendukung kedua berupa keterampilan siswa.

factor ini merupakan bagian yang memudahkan dalam pembelajaran

keagamaan. Hal demikian dipengaruhi oleh berbagai hal baik dari sekolah

itu sendiri, kelaurga, dan berbagai kegiatan lainnya yagn menyangkut

keagamaan maupun hal yang membangun motivasi belajar siswa

tunanetra. Bisa dikatakan faktor ini merupakan aspek yang dapat

memudahkan dalam pembelajaran keagamaan, sehingga program

keagamaan yang dilaksanakaan cenderung akan lebih mudah pula dalam

mencapai keberhasilannya.

Adapun faktor penghambatnnya, adalah latar belakang keluarga

yang kurang memberikan dukungan terhadap perkembangan keagamaan

siswa tunanetra. Siswa tatkala di rumah tidak ada yang memberikan

motivasi untuk membimbing siswa untuk shalat berjamaah, membaca Al-

Qur‘an, dan lainnya, termasuk lingkungan sosial siswa tunanetra. Selain

itu, orientasi mobilitas siswa yang masih kurang, turut memberikan

pengaruh untuk menyesuaikan dengan lingkungan. Maka dari itu, siswa

tunanetra perlu mendapatkan pendampingan dari orang tua dalam

membina kualitas belajar dan ibadah siswa. karena kondisi siswa tunanetra

terkadang bukan hanya terhambat dalam pengelihatan saja, tetapi memiliki

keterbatasan lainnya yang bersifat fisik, maupun psikis. Dan yang paling

memberatkan dalam pembelajaran adalah siswa tunanetra yang memiliki

keterbatasan psikis semisal autis. Karena akan menimbulkan keterbatasan

Page 108: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

96

dalam berkomunikasi.164

Bisa dikatakan bahwa hanya satu faktor yang menjadi

pengahambat dalam keberlangsungan program keagamaan siswa

tunanetra, yaitu faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan

keagamaan siswa tunanetra, dalam hal ini keluarga yang menjadi pengaruh

utama. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa keluarga atau

orang tua adalah pendukung yang paling dominan dalam mengarahkan

siswa tunanetra termasuk dalam pembinaan keagamaan siswa. kondisi

ketunanetraan siswa turut membatasi kiprah siswa tunanetra dalam

menjalani kesehariannya termasuk dalam belajar. Maka orang yang

terdekatlah menjadi jalan pertama dalam mengarahkan siswa tunanetra.

Termasuk lingkungan masyarakat sekitar, karena lingkungan siswa dapat

mempengaruhi terhadap perkembangan psikologis dan berdampak pada

perkembangan keagamaan siswa tunanetra.

Bisa dipahami bahwa faktor lingkungan yang di dalamnya meliputi

keluarga atau orang tua adalah pemberi pengaruh utama pada siswa

tunanetra. Ini merupakan satu bagian penting dalam keberhasilan program

keagamaan, Artinya lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh

positif terhadap keberagamaan siswa tunanetra karena akan lebih

memudahkan dalam menyesuaikan dengan kegiatan keagamaan yang

dilaksanakan disekolah.

Maka program keagamaan yang telah tercanang memerlukan

dukungan dari pihak lain untuk ikut membina yaitu orang tua. Karena

kalau kita lihat dari program hafalan al-Qur‘an termasuk bimbingan shalat,

adalah salah satu kegiatan yang bukan hanya dilaksanakan di sekolah saja,

melainkan harus dilakakukan pula di rumah semisal mengahafal dan

mengamalkan peribadatan shalat. Maka lingkungan rumahlah yang

menjadi pendukung utama dalam keberagamaan siswa tunanetra. Disini

diperlukan sinkronisasi antara pihak SLB A PTN dengan orang tua siswa.

164

Hasil Wawancara dengan H. Abbas Sukardi, Guru Agama SMP-LB, Sabtu, 21 Mei,

2016.

Page 109: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

97

sehingga bisa bekerjasama dalam membina perkembangan keagamaan

siswa.

Page 110: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

98

BAB V

PENUTUP

Dari hasil kajian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis akan

dikemukakan kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Adapun mengenai kesimpulan yang akan diuraikan, penulis

menguraikannya melalui dua poin besar, yaitu sikap keberagamaan siswa

tunanetra secara umum dan efektivitas program keagamaan SLB A PTN

sebagai sarana dalam membentuk sikap keberagamaan siswa tunanetra. Hal

demikian perlu dilakukan, karena penelitian ini mengulas bukan hanya sekedar

untuk mengetahui sikap keberagamaan siswa saja, melainkan juga untuk

mengetahui tingkat keberhasilan dalam membentuk sikap keberagamaan.

1. Tinjauan Sikap Keberagamaan Siswa Tunanetra

a. Semua siswa tunanetra memiliki keyakinan baik terhadap Allah Swt,

karena tidak ada satupun siswa tunanetra yang memiliki pendapat

negatif terhadap ketuhanan dalam Islam. hanya saja, siswa tunanetra

tidak memiliki keyakinan baik terhadap kebenaran ajaran agama. siswa

umumnya berpendapat semua agama benar karena mengajarkan

kebaikan, karena semua yang dinilai kebaikan dipandang sebagai

sebuah kebenaran. Hal demikian dilatarbelakangi belum tumbuhnya

pertimbangan logika beragama atas pemahaman terhadap konsep

kebenaran yang prinsipil.

b. Dari sisi intensitas peribadatan siswa, umumnya siswa tunanetra

memilliki keberanian untuk meninggalkan shalat, namun seluruh siswa

tunanetra tidak memiliki keberanian untuk meninggalkan puasa. Hal

demikian dilatarbelakangi keberagamaan siswa tunanetra yang masih

didasari uforia serta belum tumbuhnya kedewasaan beragama. Namun

hal demikian bertolakbelakang dengan nilai penghayatan dalam

peribadatan siswa yang justru siswa lebih merasakan efek psikologis

dalam hal ini ketenangan batin ketika mengerjakan shalat. Maka

Page 111: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

99

tingginya intensitas puasa dan dalamnya penghayatan shalat siswa

menunjukan bahwa tingginya intensitas peribadatan bukan penyebab

utama tingginya penghayatan dalam peribadatan siswa tunanetra.

c. Dari sisi pengamalan nilai keagamaan, siswa tunanetra memiliki

kualitas moral yang cukup baik, menimbang siswa tidak ada yang

memiliki prilaku arogan dan berbuat keonaran di sekolah. termasuk

pula dalam berhubungan dengan orang tua, guru, dan sesama teman.

Siswa relative memiliki hubungan cukup baik. Hanya saja dari sisi

estetika, siswi tunanetra semuanya tidak memakai jilbab, dan masih

adanya beberapa siswa yang memiliki sikapakan kurangnnya menjaga

batasan dengan lawan jenis.

d. Adapun sisi pengetahuan keagamaan siswa tunanetra,umumnya siswa

tunanetra tidak terlalu memiliki wawasan keagamaan yang cukup baik.

Adapun sebagian kecil siswa yang memiliki wawasan agama yang baik

adalah siswa yang mengikuti pembelajaran keagamaan di lembaga

yang mengajarkan agama khusus tunanetra, dan ada pula yang privat

dengan guru agama.

2. Tinjauan Keberhasilan Program Keagamaan SLB A PTN

a. Siswa tunanetra yang menonjol dalam pengetahuan agama lebih

didominasi pengetahuan dari luar pembelajaran formal SLB A PTN,

sedangkan siswa yang hanya belajar agama secara formal di SLB tidak

begitu menonjol dari segi pengetahuan keagamaan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran keagamaan di luar SLB

baik dari sisi pengetahuan, fikih, hadis, kemampuan membaca al-

Qur‘an, serta hafalannya, lebih didominasi oleh berbagai pembelajaran

keagamaan di luar jam formal SLB. dari pada SLB A PTN itu sendiri.

Maka bisa disimpulkan SLB A PTN tidak terlalu banyak memberikan

pengaruh terhadap sisi kognitif keberagamaan siswa tunanetra.

b. Intensitas ketaatan beragama siswa dibentuk dari lingkungan keluarga,

dalam arti SLB hanya sebagai fasilitator. Maka keluargalah yang

Page 112: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

100

memiliki dominasi dalam membentuk ketaatan beragama siswa. dan

SLB A PTN tidak memiliki pengaruh besar terhadap efektivitas

pengamalan Keberagamaan siswa tunanetra.

c. Dari sisi prilaku keagamaan siswa tunanetra, Perilaku keberagamaan

siswa merupakan suatu yang abstrak dan lebih personal. Karena

terbentuk dari kompleksitas yang memberikan pengaruh pada pola

pikir dan perkembangan jiwa siswa. Maka dari itu, perilaku siswa tidak

bisa diukur dari efektivitas pendidikan SLB secara langsung, karena

terbentuk dari kompleksitas yang bisa mempengaruhi pola pikir, dan

perkembangan kejiwaan siswa, baik dari motivasi personal siswa,

pengaruh keluarga, sekolah, lingkungan, terutama dari lembaga

keagamaan yang menanamkan nilai ilahiah pada siswa tunanetra.

d. Media pembelajaran sebagai faktor pendukung kelancaran program

keagamaan. Dari sisi fasilitas pendukung kegiatan keberlangsungan

program keagamaan, SLB A PTN relatif memiliki fasilitas yang baik.

Diantaranya telah memiliki perpustakaan yang menyediakan al-Qur‘an

brille sebagai penunjang keberlangsungan program tadarus dan

hafaalan surat-surat tertentu. kemudian telah tersedianya tempat ibadat

semisal telah memiliki dua lokasi mushala dengan segenap

perlengkapan ibadat shalat sebagai penunjang kegiatan keagamaan.

e. Keterampilan siswa pun sebagai bagian dari faktor penunjang

keberlangsungan kegiatan siswa tunanetra. Melalui kegiatan

pembelajaran keagamaan yang telah diikuti siswa baik dari SLB A

PTN, terlebih dari berbagai lembaga yang terkhusus memberikan

pengajaran keagamaan bagi siswa tunanetra. Darinya memudahkan

dalam kelancaran program keagamaan di SLB A PTN.

f. Faktor lingkungan keluarga yang kurang baik sebagai faktor

penghambat keberlangsungan program keagamaan SLB A PTN. dalam

hal ini keluarga atau orang tua sebagai pendukung utama dalam

membangun keberagamaan siswa tunanetra, kurang memberikan

dukungan terhadap keberlangsungan program keagamaan. Karena

Page 113: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

101

orang tua yang kurang memberikan bimbingan keagamaan bagi siswa

tunanetra akan berpengaruh pada keberagamaan siswa yang menjadi

penghambat dalam kelancaran dan tercapainya tujuan dari pada

program yang telah diasdakan.

B. Saran

SLB perlu memperhatikan bahwa tidak semua siswa tunanetra

memiliki kegatan pembelajaran di luar jam formal SLB. Umumnya siswa

tunanetra hanya mengikuti pembelajaran keagamaan di SLB A PTN. Dengan

demikian, jika SLB tida memiliki banyak kemampuan dalam membentuk

keberagamaan siswa tunanetra, hendaknya memberikan dorongan untuk

mengikuti kegiatan keagamaan diluar semisal pesantren khusus tunanetra, atau

lembaga lainnya yang memfasilitasi untuk memberikan pengajaran agama

bagi siswa tunanetra,. Hal demikian perlu dilakukan menimbang tidak semua

orang tua siswa memiliki kesadaran untuk mendorong anaknnya dalam

mempelajari agama secara intens.

Peranan lembaga pendidikan yang memberikan pembelajaran

keagamaan pada siswa tunanetra terkhusus SLB A PTN sebagai fasilitator dan

orang tua atau keluarga terdekat sebagai pihak yang paling berpengaruh

terhadap perkembangan keberagamaan siswa tunanetra, menunjukkan Perlu

adanya sinkronisasi berupa kerjasama dalam membentuk keberagamaan siswa

tunanetra. Yaitu SLB yang mengajarkan prihal keagamaan, harus

mendapatkan dukungan dari orang tua di rumah sebagai pembimbing

pengamalan keberagamaan dari apa yang telah dipelajari oleh siswa tunanetra.

Page 114: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, (Jakarta: CV.

Rajawali, 1987)

Abdul Munir Mulkhan, Manusia Al-Quran, (Yogyakarta: Kanisius, 2007),

Abdul Munir Mulkhan, Manusia Al-Quran, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), h. 147.

Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. Ke-1, h.

147.

Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus,

(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. Ke-1

ArmaiArief, Membumikan Nilai-nilai Islam dalam Masyarakat Majemuk,

(Ciputat: Suara ADI, 2009)

Daud Rasyid, Islam dalam Berbagai Dimensi, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998)

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008)

Didiek Ahamad Supardi, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2011)

Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 87-89.

Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami, Solusiatas

Problematika Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet. Ke-2

Fachruddin HS, Pembinaan Mental Bimbingan Al-Qur-an, (TK: PT.Bina Aksara,

1984)

Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreatifitas Dalam

Perspektif Psikologi Islami, (Jogjakarta: Menara Kudus Jogjakarta, 2002)

Page 115: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

Fuad Nashori, dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam

Perspektif Psikologi Islami, (Jogjakarta: Menara Kudus Jogjakarta, 2002),

Cet. Ke-1

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasionaldi

Indonesia, (Jakarta:Kencana, 2004)

Hamzah Yaqub, Ilmu Ma’rifah, (Jakarta: CV. Atlas, 1988), Cet. Ke-3

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI-

Press, 1985), Cet. Kelima

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI-

Press, 1985), Cet. Kelima

Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternative Ceramah-Ceramah di Kampus, (Bndung:

Mizan, 1986)

Jalaluddin Rakhmat, Membuka Tirai Keghaiban, Renungan-renungan Sufistik,

(Bandung:Mizan, 2000), Cet. Ke-11

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama, Sebuah Pengantar, (Bandung: Mizan,

2005), Cet. Ke-3

K. Bertens, Etika, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011), Cet. Kesebelas

Kamrani Buseri, Nilai Ilahiah Remaja Pelajar, Telaah Phenomenologi dan

Strategi Pendidikanya, (Yogyakarta: UII-Press, 2004)

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. RosdaKarya,

2004), Cet. Ke-20

M. Amien Rais, Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta, (Bandung: Mizan, tt)

M. Dahlan Yacub Al-Barry, Kamus Sosiologi Antropologi, (Surabaya: Indah, tt)

M. Quraish Shihab, “Falasafah Ibadah dalam Islam”, dalam Ismail Muhammad

Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: BumiAksara, 1992), Cet. Ke-2

Page 116: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

MAPPIARE, Andi, Kamus Istilah Konseling dan Terapi, (Jakarta: PT. Raja

Grapindo Persada, 2006)

Mardalis, Metode Penellitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: BumiAksara,

2014), Cet. 13

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), Cet.

Kelima

Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Penerbit Paramadina, 1997)

Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Penerbit Paramadina, 1997)

NurcholisMadjid, Islam Doktrin dan Peradaban Sebuah Telaah Keritis Terhadap

Keimanan Kemanusiaan dan Kemoderenan, (Jakarta: Yayasan Wakaf

Paramadina, 2000), Cet. Keempat

Pius A. Partanto dan M. Dahalan Albarry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:

Arkola, tt)

Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet.Keenam

Robert h, Pengantar Psikologi Agama, Terj. An Introduction to The Psychology

of Religion, Penerjemah, Machnun Husein, (Jakarta: PT. Raja Grapindo

Persada, 1995), Cet. Ke-2

Rulam Ahmadi, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA,

2014)

Rusman Tumanggor, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kencana, 2014)

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. RinekaCipta, 2010),

Cet. Ke-8,

Said Agil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, (Ciputat: Ciputat

Page 117: EFEKTIVITAS PENANAMAN SIKAP KEBERAGAMAAN PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32625/1/SKRIPSI... · LEMBAR PERNYATAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

Press, 2005),

Said Agil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, (Ciputat: Ciputat

Press, 2005)

Said Agil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, (Ciputat: Ciputat

Press, 2005)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2011), Cet. 13

SuharsimiArikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2013), Cet. Kelima belas

T. Sudjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT. Refika

Aditama, 2012), Cet. Ke-4

Yusuf Qardhawi, Pedoman Ideologi Islam, Terj, Al-Hallu’lIslamiy, Penerjemah,

Saifullah Karnalie, (Bandung: Gema Risalah Press, 1988), Cet. Kedua

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), Cet.

Ke-10

Zakiah Daradjat, Islam dan Kesehatan Mental Pokok-Pokok Keimanan, (Jakarta:

CV. Haji Masagung, tt)