Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

download Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

of 19

Transcript of Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    1/45

    BUKU PEDOMAN

    EFISIENSI ENERGI PENCAHAYAAN JALAN UMUM

    BUKU II : PERENCANAAN SISTEM PJU EFISIEN ENERGI

    DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

    KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

    2014

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    2/45

    i

    KATA PENGANTAR

    Pada tahun 2009, Presiden Republik Indonesia telah menyampaikan komitmen untuk mengurangi

    emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 26% pada 2020 dibandingkan dengan skenario business as usual  

    (BAU) dan meningkat menjadi 41% apabila mendapat bantuan internasional. Hal ini diterjemahkan

    ke dalam Peraturan Presiden Nomor 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi

    Gas Rumah Kaca (RAN-GRK). Pencapaian ini diperoleh melalui berbagai aksi mitigasi di seluruh sektor

    utama perekonomian. Di tingkat daerah, Peraturan Presiden ini juga mengamanatkan penyusunan

    Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) sebagai komitmen Pemerintah

    Daerah untuk turut berpartisipasi mencapai target penurunan emisi GRK.

    Sektor energi merupakan penyumbang emisi terbesar kedua di Indonesia, salah satunya bersumber

    dari penyediaan tenaga listrik yang didominasi batubara. Emisi dari pembangkitan listrik telah

    meningkat sejalan dengan kinerja perekonomian Indonesia dan tren ini ditetapkan terus berlanjut

    seiring dengan pertumbuhan permintaan tenaga listrik. Untuk menjamin penyediaan energitersebut, Kementerian ESDM telah menetapkan dua kebijakan utama yaitu diversifikasi energi dan

    konservasi energi.

    Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Dewan Nasional Perubahan Iklim, penerapan konservasi

    energi merupakan salah satu aksi mitigasi yang paling murah dan mudah atau bersifat “low hanging

     fruit ”. Maka dari itu, konservasi energi juga perlu mendapat perhatian utama dan salah satunya

    adalah di Penerangan Jalan Umum (PJU).

    Berdasarkan perhitungan Badan Litbang Kementerian ESDM, diketahui bahwa potensi penghematan

    tenaga listrik di PJU mencapai 2.042 GWh/tahun atau setara Rp. 2 triliun /tahun. Selain itu, langkah

    penghematan listrik melalui peningkatan efisiensi energi PJU ini dapat memberi sumbangan yangsignifikan dalam pemenuhan target pengurangan emisi GRK Indonesia. Beberapa kota termasuk

    Yogyakarta dan Makassar memiliki pengalaman dalam penerapan penerangan jalan yang hemat

    energi termasuk lampu Light Emitting Diode (LED).

    Lampu LED telah meningkat secara tetap sejak 1960an dan meskipun biaya investasi awal sebesar 2

    s.d. 4 kali dari biaya sebagian besar lampu konvensional, energi yang dikonsumsi hanyalah separuh

    atau kurang dari konsumsi lampu konvensional dan lampu LED tahan lebih lama. Beberapa

    pengalaman di kota-kota di Indonesia memperlihatkan penghematan energi signifikan yang dapat

    dicapai oleh lampu LED jika dibanding dengan lampu konvensional hingga 60% dalam kondisi

    optimal. Hal ini berdampak pada emisi GRK terkait dan penghematan biaya serta manfaat tambahanlain seperti peningkatan fasilitas publik, terciptanya kesempatan kerja dan peningkatan keselamatan

    di jalan raya.

    Namun karena berbagai tantangan, penerangan jalan yang efisien belum menjadi prioritas bagi kota-

    kota di Indonesia hingga saat ini. Masalah yang umum dialami oleh unit pemerintah daerah di bidang

    PJU antara lain

      Minimnya data yang memadai terkait jumlah dan jenis lampu yang terpasang, terutama

    karena tingginya jumlah sambungan yang ilegal dan tingkat pemeteran yang rendah untuk

    PJU.

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    3/45

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    4/45

    iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR i

    BAB I ANALISA KEBUTUHAN SISTEM PENCAHAYAAN JALAN UMUM EFISIEN ENERGI 1

    1.1 TENTUKAN KERANGKA WAKTU DAN RENCANA YANG JELAS 2

    1.2 KUMPULKAN INFORMASI YANG RELEVAN 3

    1.3 LIBATKAN STAF/TENAGA AHLI YANG KOMPETEN 4

    1.4 TETAPKAN PRIORITAS 4

    BAB II METERISASI: EFISIENSI ANGGARAN DAN ENERGI 5

    2.1 KONTRAK LUMPSUM: MATI ATAU NYALA, BAYAR SAMA 6

    2.2 METERISASI, PRASYARAT EFISIENSI ENERGI PJU 7

    2.3 BIAYA METERISASI VS PENGHEMATAN ANGGARAN 12

    BAB III PENGADAAN BARANG/JASA PJU 13

    3.1.  APAKAH PERLU RETROFIT DENGAN TEKNOLOGI YANG LEBIH BARU? 14

    3.1.1 JANGAN LATAH 14

    3.1.2 CARI TAHU SECARA MENDALAM BAGAIMANA PENGALAMAN

    MEREKA YANG SUDAH MENERAPKAN 15

    3.1.3 LAKUKAN ANALISA BIAYA-MANFAAT DENGAN SEKSAMA 15

    3.2. 

    SOFTWARE ANALISA RETROFIT PJU 15

    BAB IV PENGELOLAAN DAN PEMELIHARAAN PJU 20

    4.1.  TETAPKAN TUJUAN SISTEM PJU YANG AKAN DIBANGUN 21

    4.2.  PERTIMBANGKAN KARAKTERISTIK JALAN DAN FUNGSI-NYA 22

    4.3.  PILIH TEKNOLOGI YANG SESUAI 23

    4.4.  GUNAKAN ACUAN STANDAR KUALITAS PENCAHAYAAN JALAN YANG

    BERLAKU 25

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    5/45

    iv

    4.5.  GUNAKAN ACUAN STANDAR PERALATAN/KOMPONEN SISTEM PJU 28

    4.6.  PATUHI REGULASI TEKNIS TERKAIT PJU 32

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    6/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   1

    BAB I

    ANALISA KEBUTUHAN

    SISTEM PENCAHAYAAN JALAN UMUM

    EFISIEN ENERGI

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    7/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   2

    Pencahayaan jalan umum atau sering disebut sebagai Penerangan Jalan Umum/PJU merupakan

    aspek penting dalam penataan suatu daerah/kota. PJU memiliki perranan sebagai pedoman navigasi

    pengguna jalan di malam hari, meningkatkan keamanan dan keselamatan pengguna jalan,

    menambah unsur estetika, dan juga dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi suatu daerah.

    Namun sayangnya banyak Pemerintah Daerah yang masih mengalami kendala dalam menyediakan

    fasilitas publik yang sangat penting ini terutama dalam hal perencanaan sistem PJU yang efisien

    energi.

    Tidak sedikit Pemerintah Daerah mengalami kesulitan dalam pembiayaan untuk pengelolaan

    operasonal PJU yang dimilikinya dikarenakan tingginya biaya energi yang harus dibayarkan kepada

    perusahaan penyedia tenaga listrik PJU (PT PLN (Persero)), apalah lagi untuk ekspansi pembangunan

    PJU yang baru. Kondisi ini menyebabkan masyarakat tidak dapat menikmati layanan pencahayaan di

     jalan umum pada malam hari dengan optimal, karenanya efisiensi energi PJU adalah keharusan.

    PJU yang efisien energi diawali dari perencanaan dan desain sistem PJU. Jika rencana dan desain

    awal PJU gagal menghasilkan desain yang efisien energi, maka bisa dipastikan bahwa PJU yang tidak

    efisien energi yang akan diperoleh jika rencana tersebut direalisasikan.

    Sebelum melangkah pada desain teknis, perencanaan harus dimulai dari analisa kebutuhan. Salah

    satu prinsip dari efisiensi adalah alokasikan sumber daya yang terbatas hanya untuk keperluan yang

    dibutuhkan, karenanya analisa kebutuhan menjadi prasyarat dari prinsip ini. Secara umum, langkah

    yang dapat ditempuh dalam melakukan analisa kebutuhan rehabilitasi/pembangunan PJU adalah

    sebagai berikut:

    1.1 Tentukan Kerangka Waktu dan Rencana Yang Jelas

    Kerangka waktu dari kegiatan analisa kebutuhan

    sangat penting untuk menjaga proses analisis dapat

    terkawal dengan baik. Pada tahap ini, ditetapkan juga

    detail rencana aktifitas yang akan dilakukan dan siapa

    saja pihak yang perlu terlibat dan bertanggungjawab.

    Kejelasan dari awal akan mempermudah pimpinan

    organisasi atau penanggungjawab bidang PJU untuk

    mengontrol proses analisa kebutuhan yang dilakukan.

    Tentukan kerangka waktu dan rencanayang jelas

    Kumpulkan informasi yang relevan

    Libatkan staf/tenaga ahli yang kompeten

    Tetapkan prioritas

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    8/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   3

    1.2 Kumpulkan Informasi Yang Relevan

    Informasi yang diperlukan dalam

    perencanaan suatu sistem PJU

    adalah informasi terkait dengan

    kondisi jalan seperti kondisi fisik

     jalan (panjang, lebar, kondisi fisik

     jalan), tingkat kepadatan lalu

    lintas, tingkat aktifitas ekonomi,

    tingkat kejahatan yang terjadi,

    tingkat kecelakaan (khususnya

    pada saat malam hari), dll ataupun

     juga dapat berupa tuntutan

    permintaan dari masyarakat akan

    PJU, komplain atas PJU existing,

    dll. Bahkan jika diperlukan, dapat

    dilakukan survey/pengukuran langsung melihat kondisi jalan atau meminta pendapat dan masukan

    masyarakat.

    Beberapa Pemda memiliki database yang cukup baik untuk peta PJU existing, namun tidak banyak

    yang memiliki update tentang kondisi PJU existing. Survey kondisi PJU exisiting akan sangat

    membantu dalam perencanaan rehabilitasi/pembangunan PJU yang efisien energi. Survey ini dapat

    dilakukan sendiri oleh Pengelola PJU. Namun akan lebih baik jika survey ini dilakukan bersama

    dengan PT PLN dan menyertakan pihak yang netral sehingga dapat dilakukan pendataan yang akurat

    mengenai jumlah, kondisi, serta legalitas dari PJU existing.

    Banyak kasus terjadi perselisihan antara Pemda dan PLN dikarenakan perbedaan data PJU yang

    dijadikan dasar PLN menagih biaya PJU khususnya untuk sistem kontrak lumpsum. Survey bersama

    akan dapat menghilangkan potensi konflik yang dikarenakan oleh tumbuhnya PJU liar dan atau

    tagihan listrik PJU yang dirasakan tidak sesuai.

    Konsekwensi yang mungkin muncul dari hasil survey akan sangat mungkin ditemukannya banyak PJU

    liar dan atau PJU yang tidak beroperasi dengan baik (misalnya mati lampu). Pengelola PJU/Pemda

    dapat mengambil sikap mengakui PJU tersebut sebagai tanggung jawab Pemda dan segera

    mengalokasikan anggaran untuk membenahinya karena munculnya PJU liar sangat mungkin

    dikarenakan masyarakat di lokasi PJU liar tersebut sangat membutuhkan pencahayaan pada waktu

    malam hari. Masyarakat berhak mendapatkan layanan PJU karena setiap bulan mereka juga

    membayar pajak PJU.

    Hasil survey bersama untuk kemudian harus dijadikan acuan bersama baik oleh Pemda maupun PT

    PLN untuk memulai proses revisi kontrak sesuai kondisi terbaru dan atau acuan bersama untuk

    memulai proses migrasi menuju meterisasi PJU.

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    9/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   4

    1.3 Libatkan Staf/Tenaga Ahli Yang Kompeten

    Dalam melakukan analisis atas data/informasi

    yang terkumpul sebaiknya melibatkan orang

    yang kompeten baik dari internal organisasi

    maupun tenaga ahli yang memiliki kredibilitas

    yang tidak diragukan. Lakukan identifikasi

    hubungan antara kondisi jalan khususnya

    terkait dengan tingkat pencahayaan yang ada

    saat ini dengan dampaknya. Akan sangat

    membantu proses ini jika sudah pernah

    dilakukan kegiatan serupa sebelumnya. Review

    khususnya untuk melihat validitas situasi dan kondisi yang menjadi latar analisa sebelumnya apakah

    masih valid dengan dinamika situasi dan kondisi saat ini.

    Beberapa pihak yang dapat dipertimbangkan terlibat dalam analisa kebutuhan PJU antara lain pakar

    tata kota, ahli pencahayaan jalan, staf perencanaan (Bappeda), dan jika diperlukan dapat melibatkan

    tokoh/perwakilan masyarakat.

    1.4 Tetapkan Prioritas

    Tentunya sangat dipahami bahwa sumber

    daya yang dimiliki (anggaran, SDM yang

    kompeten, waktu) sangat terbatas. Hasil dari

    analisas kebutuhan ini harus dapatmemunculkan rekomendasi prioritas

    rehabilitasi/pembangunan PJU yang efisien

    energi.

    Jadikan keselamatan dan keamanan pengguna

     jalan menjadi prioritas pertama. Identifikasi

    lokasi-lokasi yang rawan kecelakaan/kejahatan

    untuk diprioritaskan rehabilitasi/

    pembangunan PJU-nya. Segera lanjutkan

    dengan desain sistem PJU yang akan dibangun.

    Akan lebih baik jika Pemda dapat

    menghasilkan roadmap pengembangan (rehabilitasi dan pembangunan) sistem PJU di wilayahnya

    dan dijadikan sebagai buku rencana induk pengembangan sistem PJU yang dapat menjadi acuan

    program kerja unit organisais terkait.

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    10/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   5

    BAB II

    METERISASI: E FISIENSI ANGGARAN DAN

    ENERGI

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    11/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   6

    Faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan sistem PJU yang efisien energi

    adalah bagaimana sistem PJU yang dibangun dapat dioperasikan secara efisien baik dari sisi biaya

    operasi maupun konsumsi energi. Bab ini akan membahas mengenai meterisasi yang sangat penting

    bagi efisiensi energi di PJU.

    2.1 Kontrak Lumpsum: Mati atau Nyala, Bayar Sama

    Saat ini, kontrak PLN dengan Pemda dalam penyediaan tenaga listrik masih dominan menggunakan

    sistem kontrak lumpsum. Dengan sistem ini perhitungan biaya listrik didasarkan atas asumsi

    pemakaian tertentu (tidak mempertimbangkan kondisi di lapangan apakah nyala atau mati) dan

    klasifikasi kelas daya tertentu yang umumnya jauh lebih besar nilainya dibandiingkan pemakaian

    sesungguhnya.

    Dalam sejarahnya, pengelolaan PJU pernah dilakukan oleh PLN. Namun selanjutnya sebagai

    kompensasi atas penerimaan Pajak Penerangan Jalan, Pemerintah/Pemerintah Daerah

    menyelenggarakan prasarana dan fasilitas penerangan jalan umum (PJU). Seluruh kegiatan yang

    menyangkut pengadaan, pemasangan, pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas umum yang

    sebelumnya ditangani PLN secara bertahap diserahkan kepada instansi pemiliknya.

    Sebagai tindak lanjut dari pengalihan ini, Direksi PLN mengeluarkan Surat Edaran Secara Direksi PLN

    NO. : 024.E/012/DIR/ 2002 tentang Instalasi Penerangan Jalan dan Fasilitas Umum Lainnya yang

    menjelaskan kepada seluruh jajaran PLN mengenai syarat dan kondisi yang ditetapkan oleh PLN

    untuk jenis layanan fasilitas umum khususnya PJU.

    Dalam edaran tersebut, Direksi PLN mendorong pemasangan alat pengukur dan pembatas daya

    (APP) yang dikenal juga sebagai meteran listrik pada PJU sebagai satu-satunya dasar transaksi tenaga

    listrik yang fair. PLN juga mendorong agar Pemda segera mengambil alih pemeliharaan PJU baik

    secara swakelola maupun dengan menunjuk pihak ketiga. Dalam surat edaran tersebut juga, PLN

    memberikan panduan dalam melakukan meterisasi.

    Melengkapi surat edaran tersebut, Direksi PLN juga mengeluarkan Surat Edaran Direksi PLN No. :

    025.E/012/DIR/ 2002 tentang Pengenaan Tarif P-3 yaitu untuk golongan tarif PJU dan fasilitas umum

    lainnya. Surat edaran ini memberikan panduan bagi PLN di daerah dalam mengenakan tarif listrik

    PJU yang masih belum bermeter dengan formula tertentu.

    PLN menetapkan klasifikasi daya lampu dalam beberapa kelas untuk jenis teknologi lampu pijar dan

    lampu pelepas gas sebagai berikut:

    1. Klasifikasi daya untuk lampu pijar:

    i. 25 - 50 watt per titik lampu

    ii. 51 - 100 watt per titik lampu,

    iii. 101 - 200 watt per titik lampu,

    iv. 201 - 300 watt per titik lampu,

    v. 301 - 400 watt per titik lampu,

    VI. 401 - 500 watt per titik lampu,

    vii. 501 - 600 watt per titik lampu,

    viii. 601 - 700 watt per titik lampu,

    ix. 701 - 800 watt per titik lampu,

    X. 801 - 900 watt per titik lampu,

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    12/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   7

    xi. 901 - 1000 watt per titik lampu.

    2. Klasifikasi daya untuk lampu pelepas gas (termasuk TL-neon):

    i. 10 - 50 watt per titik lampu

    ii. 51 - 100 watt per titik lampu,

    iii. 101 - 250 watt per titik lampu,

    iv. > 500 watt per titik lampu,

    Catatan : 2 buah lampu neon @ 40 watt dipasang dalam paralel dalam satu armature dianggap

    sebagai satu titik lampu 80 watt.

    Untuk penentuan daya yang digunakan dalam penghitungan biaya tenaga listrik terpakai, PLN

    menggunakan acuan sebagai berikut:

      Daya untuk lampu pijar digunakan daya terbesar di klas-nya.

      Daya untuk lampu pelepas gas digunakan 2x daya terbesar di klasnya.

    Dan sebagai standar jam operasi per titik lampu digunakan asumsi 375 jam per bulan.

    Dengan demikian, formula biaya tenaga listrik yang harus dibayarkan oleh Pemda adalah sebagai

    berikut:

    Biaya Tenaga Listrik PJU tidak bermeter = Daya lampu x 375 jam x Tarif Dasar Listrik

    Berdasarkan penjelasan di atas, jika tidak dipasang meteran, maka tidak peduli PJU menyala 24 jam

    atau mati sama sekali akan dianggap mengkonsumsi listrik yang sama. Bahkan untuk lampu pelepas

    gas yang umum dipakai besarnya daya lampu ditetapkan dua kali dari daya terbesar dalam klasifikasi

    daya lampu yang berarti dua kali (bahkan lebih) dari daya lampu sesungguhnya. Formula inimenyebabkan biaya yang harus dibayarkan oleh Pemda untuk tagihan listrik PJU jauh lebih besar

    dari konsumsi listrik sesungguhnya.

    Jadi, kontrak lumpsum  meniadakan kebutuhan akan penggunaan teknologi yang efisien energi

    karena investasi untuk efisiensi energi tidak dapat dikembalikan karena tidak ada penghematan

    biaya listrik yang terjadi. Seberapapun efisien teknologi yang dipasang menggantikan teknologi lama,

    tidak berpengaruh pada biaya listrik yang harus dibayar pengelola PJU.

    2.2 Meterisasi, Prasyarat Efisiensi Energi PJU

    PJU merupakan hal vital yang harus disediakan Pemda sebagai bentuk layanan atas pajak

    penerangan jalan yang dibayarkan masayarakat. Namun, tidak sedikit Pemda yang kesulitan

    membiayai operasional PJU apalagi meningkatkan layanannya. Tidak jarang Pemda menunggak

    pembayaran kepada PLN yang berakibat pada pemadaman PJU secara paksa yang sangat merugikan

    dan membahayakan keselamatan/keamanan masyarakat. Masalah ini terjadi hanya pada Pemda

    yang belum membenahi sistem PJU-nya dan masih menerapkan sistem kontrak lumpsum.

    Sayangnya, hal ini terjadi pada mayoritas Pemda. Di sisi lain, Pemda dituntut oleh Presiden melalui

    Instruksi Presiden No.13 tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air untuk melaksanakan aksi

    penghematan energi termasuk untuk sistem PJU yang berarti harus mengelola PJU dengan baik dan

    menerapkan teknologi PJU yang efisien energi.

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    13/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   8

    Meterisasi merupakan syarat wajib bagi pelaksanaan efisiensi energi di PJU. Meterisasi adalah satu-

    satunya instrumen yang dapat menerjemahkan aktifitas efisiensi energi di PJU dalam bahasa

    anggaran. Profile benefit   yang diperoleh dari hasil efisiensi energi yang dilakukan akan

    mempermudah bagi pengelola PJU meyakinkan para pengambil keputusan penganggaran (misalnya:

    Bappeda, Walikota/Bupati /Gubernur, dan DPRD) untuk dapat menganggarkan kembali biaya

    investasi efisiensi energi dalam lingkup yang lebih luas dengan penggunaan teknologi yang lebih

    canggih.

    Salah satu Pemda yang berhasil melaksanakan meterisasi PJU adalah Pemerintah Kota Yogyakarta.

    Upaya efisiensi energi dilaksanakan sejak tahun 1999 dengan inventarisasi/mutasi data dan secara

    bertahap melakukan meterisasi (saat ini sudah 100% bermeter) dan masih terus dilakukan inovasi

    penggunaan teknologi yang lebih efisien energi hingga saat ini. Pendapatan asli daerah (PAD) dari

    pajak penerangan jalan umum (PPJU) juga meningkat pesat seiring peningkatan konsumsi listrik

    pelanggan PLN dan berhasil ditekannya biaya rutin PJU.

    Pada tahun 2000 Pemerintah Kota Yogyakarta hanya mampu menganggarkan sebesar Rp. 250 juta

    dari APBD untuk memulai pekerjaan pemasangan 160 Unit kWh Meter sebagai awal Program PJU

    Hemat Energi. Dilanjutkan pada tahun 2001 dan 2002 sebesar masing-masing Rp. 3,3 milyar untuk

    pemasangan masing-masing 123 kWh meter dan mulai melakukan pekerjaan penataan Program PJU

    Hemat Energi (tahap I) dilanjutkan pada tahun 2003 Rp. 5 milyar, Program PJU tahap II dan penataan

    Lampu Antik.

    Pada tahun 2004 Rp. 3,7 milyar merupakan uang muka dari sistem investasi/ multi years total +/- 20

    milyar diteruskan dengan pada tahun 2005 Rp. 7 milyar merupakan pembayaran tahap II sistem

    multi years, serta sebesar 75 juta untuk mendukung bantuan Lampu Ekorola dari ICLEI lewat ABT

    dan pada tahun 2006 +/- Rp. 9 milyarmerupakan tahap Akhir sistem multi years dan program

    lanjutan PJU Lingkungan dengan anggaran lain. Tahun 2007 +/- Rp. 3 milyar melanjutkan program

    PJU Kampung dan PJU Lingkungan. Tahun 2008 sampai saat ini melanjutkan program PJU Kampung

    dan PJU Lingkungan.

    Profil capaian penghematan energi dapat dilihat dalam Tabel 2.1

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    14/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum   | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   9

    Tabel 2.1 Jumlah Lampu, Daya, Bayar Rekening, PPJU dan sisa PPJU Pemkot Yogyakarta 

    No. Uraian Tahun

    2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

    1 Jumlah Lampu buah 6.418 7.734 6.802 12.983 13.645 14.716 16.645 18.000 18.430 18.808 19.422 19.989 20.555

    2 Pemakaian Energi MWh/ tahun 10.523 9.126 7.101 9.165 9.692 8.714 9.084 10.356 9.743 10.809 12.469 16.224 19.279

    3 Emisi CO2 Ton/ tahun 8.398 7.282 6.150 7.313 7.734 6.945 7.249 8.264 7.775 8.625 9.950 10.006 11.684

    4 Pendapatan PPJU milyar Rp/ tahun 6,71 10,11 12,07 14,37 14,96 16,82 18,17 18,04 19,29 22,33 24,08 26,36 31,89

    5 Pembayaran Rekening

    listrik+Provisi

    milyar Rp/ tahun 5,52 5,54 6,14 6,91 6,94 6,33 6,51 7,33 6,98 7,54 7,92 7,95 9,30

    6 PAD bersih dari PPJU milyar Rp/tahun 1,19 4,58 5,94 7,47 8,03 10,49 11,66 10,71 12,31 14,79 16,16 18,41 22,59

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    15/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum   | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   10

    Gambar 2.1 Tahapan aktifitas efisiensi energi diKota Yogyakarta yang diawali dengan meterisasi PJU  

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    16/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   11

    Gambar 2.2 Kesepakatan mutasi data ID pelanggan Sistem Jaringan PJU menjadi kunci bagi

    keberhasilan meterisasi PJU

    Tahapan efisiensi energi PJU yang diawali dengan meterisasi bertahap yang berhasil dilakukan oleh

    Pemda Kota Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 2.1 diatas, sedangkan langkah-langkah yang

    dilakukan oleh Pemda Kota Yogyakarta dalam melaksanakan meterisasi dipetakan dalam Gambar 2.2

    Upaya meterisasi bagi sebagian Pemda ada yang berjalan lancar, namun tidak sedikit Pemda yang

    mengalami kesulitan. PLN Pusat sendiri menyatakan bahwa meterisasi PJU adalah program nasional

    PLN. Kunci dari keberhasilan meterisasi adalah disepakatinya mutasi data dari sistem sebelumnya

    menjadi id pelanggan bermeter yang diakui oleh kedua pihak, Pemda dan PLN.

    Salah satu yang seringkali menjadi kendala adalah masalah PJU Ilegal. Untuk memudahkan proses

    meterisasi, sebagai bentuk tanggung jawab pengelolaan PJU dan pemberian layanan kepada

    masyarakat, sebaiknya Pemda mengambil inisiatif mengakui PJU Ilegal sebagai tanggung jawab Pemda.

    Dasar argumentasinya adalah bahwa masyarakat sudah membayar Pajak PJU dan membutuhkan

    layanan PJU, namun Pemda belum menyediakannya sehingga masyarakat mengusahakan sendiri secara

    ilegal.

    Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan Pemda untuk meterisasi:

    1. 

    Kirim surat resmi pengajuan meterisasi kepada manajemen PLN setempat.

    2.  Lakukan survey bersama kondisi PJU di lapangan. Masing-masing pihak mengirimkan petugas yang

    mendata secara bersama-sama. Dapat juga masing-masing pihak secara bersama atau sendiri-

    sendiri menugaskan pihak ketiga untuk melakukan survey dengan didampingi oleh perwakilan darikeduabelah pihak.

    3.  Adopsi PJU ilegal sebagai tanggung jawab Pemda dan tuangkan dalam sebuah berita acara.

    4. 

    Dokumentasikan hasil survey dalam buku khusus inventaris PJU. Buku tersebut adalah acuan

    bersama bagi kedua pihak untuk melakukan migrasi kontrak dari kontrak abonemen menjadi

    kontrak meter.

    5.  Lakukan mutasi data secara hati-hati dan bertahap dengan verifikasi berulang jika diperlukan.

    Semua ID Pelanggan kontrak abonemen akan dihapus dan dibuat ID Pelanggan baru untuk semua

    meter. Satu sistem meter PJU dapat terdiri dari 20-35 titik lampu. Dalam proses ini, Pemda harus

    menanggung biaya penyambungan untuk sistem yang baru.

    6. 

    Pastikan PLN dapat menyediakan meteran dan memasangnya dalam kurun waktu yang tepat

    dengan persiapan Pemda dalam membenahi jaringan listrik sistem PJU yang akan dimutasikan

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    17/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   12

    menjadi kontrak meter. Perlu diingat bahwa Alat Pengukur dan Pembatas (APP) berupa satu sistem

    meter listrik menjadi tanggungjawab PLN sedangkan pembenahan jaringan PJU dan sistem PJU

    menjadi tanggung jawab Pemda. Ada kemungkinan PLN setempat tidak siap menyediakan meteran

    dalam jumlah banyak dalam waktu singkat.

    7.  Setelah meteran terpasang, pastikan PLN melakukan pendataan konsumsi energi melalui meteran

    dengan meminta tagihan meter disampaikan kepada Pemda untuk diklarifikasi setiap bulannya. Halini penting karena dalam beberapa kasus petugas PLN memasukkan ID Pelanggan yang bukan

    menjadi tanggung jawab Pemda kedalam tagihan (biasanya terkait masalah batas wilayah dengan

    Kabupaten/Kota tetangga) sekaligus menjaga konsistensi kualitas pembacaan meter oleh petugas

    PLN.

    2.3 Biaya Meterisasi vs Penghematan Anggaran

    Dari gambaran keberhasilan transformasi PJU oleh Pemda Kota Yogyakarta, tidak ada alasan bagi

    Pemda untuk menunda-nunda pelaksanaan meterisasi Pju dengan alasan kesulitan anggaran. Potensi

    penghematan anggaran dari meterisasi PJU jauh lebih besar daripada biaya yang diperlukan oleh

    Pemda.

    Jika diperlukan dapat dilakukan kajian cost-benefit analisys  tersendiri untuk memberi keyakinan agar

    dapat diprioritaskan anggaran untuk meterisasi PJU. Saat ini sudah banyak perusahaan yang

    menyediakan jasa baik sekedar kajian maupun lebih jauh dari itu bahkan hingga bersedia menjalin kerja

    sama dengan Pemda untuk rehabilitasi (meterisasi maupun perbaikan), operasional, dan investasi PJU

    baru dengan pola energy service company   (ESCO). Kerja sama semacam ini memungkinkan Pemda

    untuk tetap dapat melaksanakan efisiensi energi di PJU tanpa mengeluarkan biaya sama sekali.

    Informasi lebih lanjut tentang hal ini dijelaskan dalam Buku I Pedoman Efisiensi Energi PJU : Pengelolaan

    PJU Efisien Energi.

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    18/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum   | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   13

    BAB III

    APAKAH PERLU RETROFIT?

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    19/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   14

    3.1 Apakah Perlu Retrofit dengan Teknologi Yang Lebih Baru?

    Salah satu pertanyaan yang selalu muncul dalam kegiatan efisiensi energi di PJU adalah apakah perlu

    mengganti teknologi PJU dengan yang lebih baru yang sedang ngetrend? Mana yang lebih baik

    dibanding PJU existing? mana yang lebih efisien energi/biaya? Bab ini mencoba membahas hal ini lebih

    dalam. Beberapa langkah berikut dapat dilakukan untuk meminimasi kesalahan pengambilan keputusanyang akan menyebabkan pemborosan atau kerugian Pemda dalam upaya efisiensi energi di PJU.

    3.1.1 Pertimbangkan Dengan Matang

    Seiring perkembangan teknologi, banyak teknologi lampu jalan baru yang membanjiri pasar. Sering

    kali karena sifatnya yang masih baru, teknologi tersebut belum teruji atau belum mencapai titik

    puncak kinerja-nya sehingga kualitas dan kemampuan kinerja yang saat ini tersedia di pasar bukan

    produk yang terbaik. Jika kasus seperti ini yang terjadi, ada baiknya Pemda menunggu hingga

    teknologi tersebut benar-benar mencapai titik dimana secara ekonomis lebih baik dari teknologi

    sebelumnya dengan skala perbandingan yang sama.

    Sebagai contoh, dalam 5 (lima) tahun terakhir, PJU tenaga surya begitu populer di kalangan pemda

    sebagai alternatif untuk mengurangi biaya operasi khususnya biaya listrik PJU. Pemikiran sederhana

    bahwa dengan sumber tenaga listrik dari panel surya, maka akan menghilangkan biaya listrik PJU dan

    berarti akan lebih murah. Pada kenyataannya, banyak pengelola PJU yang akhirnya kecewa dengan

    keputusan tersebut. Kenapa?

    Pertama, investasi untuk teknologi ini jauh lebih mahal daripada teknologi konvensional. Dan jika

    dihitung seksama dengan melibatkan semua biaya yang terlibat (termasuk biaya pemeliharaan dan

    resiko kerusakan/kehilangan baik baterai maupun peralatan lainnya) hasilnya tidak lebih menghemat

    anggaran daripada PJU konvensional.

    Kedua, biaya listrik memang tidak ada, namun untuk tetap dapat menghasilkan listrik yang optimal,

    panel surya harus rutin dipelihara. Pembersihan dari debu harus rutin dilakukan sehingga

    kemungkinan sinar matahari terhalang sampai panel dapat diminimalkan. Dan mengingat kondisi

    iklim dan jalan di Indonesia, maka jika benar-benar dilakukan dengan baik pemeliharaan ini akan

    cukup merepotkan baik biaya (alokasi SDM dan peralatan) dan waktu. Begitu juga untuk komponen

    [eralatan lainnya seperti baterai yang juga harus dijaga dan dirawat agar tidak rusak dan hilang. Pada

    kenyataannya, banyak pengelola PJU yang memasang PJU tenaga surya tidak pernah melakukan

    pemeliharaan ini sehingga dengan sendirinya kualitas pencahayaan PJU tenaga surya yang dipasang

    menurun drastis tidak lama setelah pemasangannya.

    Ketiga, kinerja PJU dilihat dari kualitas pencahayaan yang dihasilkan. Seiring dengan penurunan

    kualitas pencahayaan yang tidak diimbangi dengan pemeliharaan yang baik akan menyebabkan

    kepercayaan masyarakat yang menurun kepada pengelola PJU. Bukan tidak mungkin muncul

    dugaan-dugaan dari masyarakat yang kontraproduktif dan merugikan Pengelola PJU.

    Contoh kasus lain yang sedang booming adalah penggantian lampu dari lampu konvensional seperti

    HPS menjadi LED. Dari tingkat efisiensi energi, mungkin penggantian ini dapat menghemat

    penggunaan listrik. Namun perlu diperhatikan apakah kontrak penyediaan listrik PJU yang digantikan

    sudah menggunkaan kontrak bermeter? Jika belum, maka hanya akan menjadi kesia-siaan belaka

    efisiensi energi yang dihasilkan karena pengelola PJU akan tetap ditagih pembayaran biaya listrik

    yang besar.

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    20/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   15

    Harus dipastikan juga kesetaraan kualitas pencahayaan yang dihasilkan. Apakah tipe armatur lampu

    LED intensitas pencahayaan dan sebaran cahanya menghasilkan kualitas pencahayaan yang setara

    dengan lampu HPS yang digantikan? Jika ternyata kualitas pencahayaan dari hasil penggantian lampu

     justru tidak lebih baik (menyilaukan atau malah lebih gelap, ruas jalan terlihat belang-belang/banyak

    blank spot, dll) berarti keputusan tersebut patut dievaluasi dan tidak dilanjutkan.

    Daftar ini dapat saja ditambah, namun rasanya sebagai contoh dapat dicukupkan disini.

    3.1.2 Cari Tahu Secara Mendalam Bagaimana Pengalaman Mereka Yang Sudah Menerapkan

    Ada pepatah yang mengatakan bahwa untuk maju, kita tidak perlu harus menemukan kembali roda

    (no need to reinventing the wheel ). Pengalaman pihak lain dapat menjadi pelajaran berharga tanpa

    harus kita mengalami sebelumnya. Oleh karena itu, komunikasi yang baik perlu dijalin dengan

    pengelola PJU lainnya sehingga dapat dilakukan berbagi informasi dan pengalaman masing-masing.

    Berbagi informasi dan pengalaman pengelolaan PJU akan semakin memperkaya khasanah

    pengetahuan dan keterampilan pengelola PJU. Kisah sukses dari pengelola lainnya dalam melakukan

    penggantian atau pemilihan teknologi PJU yang lebih baik dapat dicontoh dan direplikasi oleh

    pengelola PJU lainnya. Dengan demikian, akan tercipta akumulasi pengalaman yang dapat dijadikan

    referensi sebelum memutuskan apakah suatu proyek efisiensi energi dengan mengganti satu atau

    keseluruhan komponen sistem PJU adalah tepat atau tidak.

    3.1.3 Lakukan Analisa Biaya-Manfaat Dengan Seksama

    Analisa biaya-manfaat sangat penting dilakukan karena dapat menjawab pertanyaan: Apakah

    alternatif ini akan memberikan manfaat yang lebih baik dengan biaya yang lebih sedikit? Jika dari

    hasil analisis diperoleh jawaban “iya”, maka rencana atau alternatif proyek efisiensi energi

    PJU/pembangunan PJU yang efisien energi dapat diteruskan.

    Untuk dapat melakukan analisa ini, semua data yang diperlukan harus tersedia karenanya jika

    diperlukan dapat dilakukan kajian atau survey khusus yang melibatkan tenaga ahli yang kompeten.

    Metode  payback period   dapat digunakan sebagai pembandingan awal dan sederhana untuk

    membandingkan beberapa alternatif. Atau metode yang lebih kompleks seperti lifecycle cost

    analisys (analisa biaya siklus hidup) jika nilai investasinya cukup besar.

    Cara analisis dan evaluasi atas berbagai pilihan teknologi dan penggantian lampu PJU dapat dibaca

    pada Bab V buku ini.

    3.2 Software Analisa Retrofit PJU

    Untuk mendukung proses pengambilan keputusan retrofit PJU, tersedia software The Street and

    Parking Facility Retrofit Financial Analysis Tool . Software ini  dibuat melalui program Kementerian

    Energi Amerika yang membentuk Municipal Solid-State Street Lighting Consortium, the Clinton Climate

    Initiative  (CCI)/C40, dan bekerja sama dengan the Federal Energy Management Program  (FEMP),

    ditujukan untuk mempermudah Pemerintah Daerah di Amerika dalam melakukan analisis melakukan

    analisa finansial perbandingan alternatif penggantian lampu jalan/parkir dengan yang lebih efisien.

    Pemda, pemilik properti, penyedia energi listrik, dan organisasi peduli lingkungandapat menggunakan

    alat bantu software ini untuk menghitung konsumsi energi tahunan, penghematan energi tahunan,

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    21/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   16

    penghematan pemeliharaan, reduksi gas rumah kaca yang dihasilkan, net present value, dan simple

     payback period atas kemungkinanpenggantian peralatan sistem PJU menjadi yang lebih efisien.

    Retrofit Financial Analysis Tool dapat diunduh dari website

    http://www1.eere.energy.gov/buildings/ssl/financial‐tool.html yang terdiri dari :

     

    File program excel yang terkompresi dalam bentuk “Zip”termasuk dianataranya adalah file dengan

    contoh perhitungan yang akan memudahkan mempelajari langsung bagaimana perhitungan

    dilakukan dengan software ini.

      Dokumen panduan penggunaan software 

     

    Catatan perubahan versi yang pernah dilakukan atas perangkat lunak ini

      File presentasi yang menjelaskan apa dan bagaimana software ini

      Juga alamat kontak email jika pengguna membutuhkan komunikasi lebih jauh untuk konsultasi

    penggunaannya melalui email: [email protected]

    Berikut ini adalah contoh hasil perhitungan analisa finansial yang dilakukan dengan software retrofit

    tersebut untuk suatu kasus retrofit PJU:

    Tabel 3.1 Hasil analisa finansial software software The Street and Parking Facility Retrofit Financial

     Analysis Tool

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    22/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   17

    Hasil dari analisis juga dapat ditampilkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

    Gambar 3.1 Hasil analisis atas arus kas kumulatif suatu proyek efisiensi energi PJU dengan

    menggunakan software The Street and Parking Facility Retrofit Financial Analysis Tool

    Tabel 3.2 Arus kas sebelum dan sesudah proyek efisiensi energi PJU

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    23/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   18

    Penghematan energi yang dihasilkan dari proyek efisiensi energi PJU yang dianalisis dapat juga

    ditampilkan dalam bentuk grafik perbandingan sebagai berikut:

    Gambar 3.2 Hasil analisis penghemtaan energi yang dihasilkan dari aktifitas efisiensi energi PJU

    dengan menggunakan software The Street and Parking Facility Retrofit Financial Analysis Tool

    Yang menarik, software inipun sudah dilengkapi fasilitas analisis hasil pengurangan emisi gas rumah

    kaca yang dihasilkan dari aktifitas efisiensi energi PJU sehingga sangat membantu Pemda dalam

    mengeluarkan angka penurunan GRK dan perkiraannya dalam Rencana Aksi Daerah Penurunan GRK jika

    PJU menjadi salah satu rencana aksinya.

    Gambar 3.3 Hasil analisis atas arus kas dan biaya serta penurunan emisi GRK suatu proyek efisiensi

    energi PJU dengan menggunakan software The Street and Parking FacilityRetrofit Financial Analysis

    Tool

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    24/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   19

    Tabel 3.4 Hasil analisa penghematan energi yang berhasil dilakukan dan pengurangan emisi GRK yang

    dihasilkan

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    25/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  |Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   20

    BAB IV

    DESAIN SISTEM PJU

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    26/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  |Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   21

    Proses desain ini adalah menerjemahkan rencana yang telah dibuat kedalam bentuk yang lebih rinci

    sehingga siap di eksekusi (proses pengadaan dan pembangunannya). Proses desain sistem PJU dapat

    dilakukan secara swakelola oleh Pemda atau jika Pemda tidak memiliki kapasitas teknis yang memadai,

    desain sistem PJU dapat diserahkan kepada konsultan profesional. Bab ini membahas beberapa langkah

    dan acuan yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

    4.1 Tetapkan Tujuan Sistem PJU Yang akan Dibangun

    Sistem pencahayaan di jalan umum tidak

    hanya berfungsi memberikan penerangan

    semata, tujuan dari pembangunan suatu

    sistem PJU akan menentukan lebih lanjut

    bagaimana suatu sistem PJU di desain dan

    direncanakan. Setidaknya beberapa fungsi

    PJU berikut umum menjadi pertimbangan

    dalam pembangunan suatu sistem PJU:

    1.Navigasi Pengguna Jalan

    2.Keamanan dan Keselamatan Pengguna

    3.Keindahan Lingkungan

    4.Memberikan keuntungan komersial

    (misalnya: sebagai media untuk penempatan

    iklan)

    Masing-masing fungsi diatas akanmengarahkan desain sistem PJU yang berbeda, oleh karenanya sejak awal harus jelas tujuan dari

    pembangunan suatu sistem PJU akan digunakan untuk apa? Tujuan pembangunan suatu sistem PJU

    dapat saja hanyamengutamakan salah satu fungsi tersebut atau merupakan kombinasi dari beberapa

    atau keseluruhan fungsi tersebut.

    Jika fungsi PJU sebagai penunjang navigasi pengguna jalan, maka kriteria pencahayaan seperti kuat

    cahaya, kemerataan cahaya, kesilauan, warna cahaya yang dipilih dan pengaruhnya terhadap warna

    obyek benda (khususnya terkait kemampuan pengguna jalan membaca rambu-rambu jalan) harus

    menjadi pertimbangan utama.

    Tidak jauh berbeda dengan tujuan pemenuhan fungsi diatas, poemenuhan atas fungsi PJU sebagaisarana untuk mendukung keamanan dan keselamatan pengguna jalan akan mengarahkan pada desain

    sistem PJU yang memperhatikan aspek keamanan dan keselamatan seperti misalnya: kemampuan

    (warna) cahaya menembus kabut, mitigasi atas kemungkinan kegagalan sistem PJU, menentukan batas

    minimal peredupan cahaya pada batas intensitas/kuat cahaya yang masih aman bagi pengguna jalan,

    dan lainnya.

    Namun, jika aspek keindahan lingkungan yang diutamakan, maka kriteria yang diperhatikan lebih

    bersifat pada keindahan penampakan visual seperti: desain tiang yang artistik, kombinasi warna yang

    menarik, bentuk luminer yang antik, dan lain sebagainya.

    Yang menarik dan akan terus berkembang adalah mempertimbangkan PJU untuk dapat menghasilkanpendapatan bagi Pemerintah Daerah (atau pengelola PJU lainnya). Letak tiang-tiang PJU di sepanjang

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    27/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  |Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   22

     jalan baik di sisi maupun di tengah jalan yang dilalui oleh lalu lintas kendaraan dan orang menjadi

    alternatif menarik bagi perusahaan jasa periklanan untuk menjadikannya sebagai media iklan.

    Salah satu Pemda yang sudah menerapkan hal ini adalah Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Peraturan

    Walikota Yogyakarta No. 124 tahun 2009 tentang Sewa Tiang Penerangan Jalan Umum Pemerintah Kota

    Yogyakarta untuk Penyelenggaraan Reklame Cahaya. Dengan regulasi ini, memungkinkan Pemerintah

    Kota Yogyakarta memperoleh pendapatan daerah dari iklan yang dipasang di tiang PJU milik Pemerintah

    Kota Yogyakarta.

    Tentunya, jika memang pengelola PJU membuka kemungkinan bagi pemasangan iklan di tiang PJU

    miliknya, maka sebaiknya dari awal tiang PJU di desain juga untuk mengakomodasi penempatan iklan

    (disediakan ruang/tempat khusus, disediakan instalasi listrik untuk iklan, dll).

    4.2 Pertimbangkan Karakteristik Jalan dan Fungsi-nya

    Desain suatu sistem PJU harus mempertimbangkan beberapa faktor berikuti:

     

    Volume lalu-lintas, baik kendaraan maupun lingkungan yang bersinggungan seperti pejalan kaki,

    pengayuh sepeda, dll;

      Tipikal potongan melintang jalan, situasi (lay-out) jalan dan persimpangan jalan;

      Geometri jalan, seperti alinyemen horisontal, alinyemen vertikal, dll;

      Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi pantulan cahaya lampu penerangan;

      Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya/lampu, data fotometrik lampu dan lokasi sumber listrik;

      Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan lain-lain, agar perencanaan sistem

    lampu penerangan efektif dan ekonomis;

      Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan pengembangan daerah sekitarnya;

      Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi.

    Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan penerangan jalan antara lain

    sebagai berikutii :

      Lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan;

      Tempat-tempat dimana kondisi lengkung horisontal (tikungan) tajam;

      Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange, tempat parkir, dll;

      Jalan-jalan berpohon;

      Jalan-jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk pemasangan lampu di bagian

    median;

      Jembatan sempit/panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah (terowongan);

     

    Tempat-tempat lain dimana lingkungan jalan banyak berinterferensi dengan jalannya

    Secara umum, alur perencanaan desain sistem PJU dapat digambarkan dalam diagram alir sebagai

    berikut:

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    28/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  |Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   23

    Gambar 4.1 Tahapan perencanaan desain sistem PJU 

    4.3 Pilih Teknologi yang Sesuai

    Teknologi lampu PJU terus berkembang dan semakin efisien energi dan dengan kualitas pencahayaan

    yang semakin baik. Pilihlah teknologi lampu yang memiliki karakteristik paling sesuai dengan tujuan dari

    pembangunan sistem PJU. Utamakan kriteria terkait efisiensi energi dengan melihat nilai efikasi (lumen

    per watt atau jumlah cahaya yang dihasilkan per satuan input daya listrik) dan umur lampu (life time).

    Berikut adalah perbandingan jenis teknologi lampu PJU yang dapat dijadikan pertimbangan memilih

    teknologi yang digunakan (Tabel 4.1):

    MULAI

    - Menentukan desain sesuai kondisi penempatan; Trotoar, Jalan Lokal, Jalan Kolektor, Jalan Arteri,

    Jalan Tol, dll.

    Note: Perlu diperhatikan kondisi-kondisi khusus seperti gangguan terhadap daun, terhalang pohon

     jalan, persimpangan KA, dan terowongan.

    - Menentukan Indeks Kinerja, seperti: Pencahayaan rata-rata permukaan jalan, kemerataan

    - Memilih material dan instrumen pencahayaan;

    Metodepencahayaan, jenisluminer, nilai lumen, penutuplampu (kaca/acrylic), kondisitipe jalan, dll.

    Menghitung kemerataan seluruh pencahayaan dan kemerataan

    longitudinal pencahayaan dengan menggunakan “metode poin” 

    Berdasarkan CIE Pub 30.2 – 1982

    - Menentukan Faktor Ekonomi:

    a) Menghitung investasi/budgeting dan Biaya Siklus Hidup teknologi yang dipilih mengacu pada

    kemampuan waktu hidup rata-rata.

    b) Menentukan cara pemeliharaan (Umumnya biaya pemeliharaan hanya untuk kebersihan, karena waktu

    hidup teknologi lampu PJU mempengaruhi analisa siklus hidup

    - Menentukan spesifikasi yang sesuai dengan penggantian lampu jalan yang sudah ada:

    a)  Menghitung faktor utilasi, faktor pengurangan cahaya, dan fator konversi pencahayaan rata-rata.

     b)  Menentukan interval luminer (maksimum) agar sesuai dengan rata-rata pencahayaan permukaan

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    29/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  |Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   24

    Tabel 4.1 Perbandingan Teknologi Lampu PJUiii  

    Sedangkan teknologi lampu yang masih dalam tahap pengembangan riset adalah teknologi plasma.

    Jenis teknologi ini sudah umum digunakan untuk layar TV sebagaimana juga LED, namun untuk fungsi

    sebagai sumber pencahyaan, teknologi plasma masih belum komersial.

    Teknologi lampu yang paling banyak digunakan saat ini adalah SON (High Pressure Sodium) yang

    menghasilkan warna kekuningan. Lampu SON memiliki umur cukup panjang 12 ribu hingga 24 ribu jam

    operasi dengan tingkat efisiens pencahayaan 45 – 130 lumen/Watt. Teknologi SON sudah mencapai fase

    maturity,sehingga potensi peningkatan kinerja di masa yang akan datang tidak terlalu besar. Pada fase

    seeprti ini, kualitas produk yang beredar di pasar relatif seragam dan dapat diandalkan.

    Teknologi lampu yang saat ini sedang berkembang di Indonesia dan mulai banyak diadopsi untuk

    pencahayaan jalan adalah Light Emitting Diode (LED). Tingkat efikasi lampu LED saat ini sudah mencapai

    70-150 lumen/Watt dan masih terus berkembang (lihat Gambar 4.2 Grafik Prediksi Perkembangan

    Kinerja Lampu LED).

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    30/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  |Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   25

    Gambar 4.2 Grafik Prediksi Perkembangan Tingkat Efisiensi Energi LEDiv 

    Di Indonesia, minat adopsi LED oleh Pemda sangat besar sehingga menarik bagi produsen lampu jalan

    LED untuk memasarkan produknya. Membanjirnya produk lampu jalan LED di satu sisi memberikan

    banyak pilihan bagi Pemda, namun di sisi lain dengan keterbatasan regulasi teknis atas produk LED

    lampu jalan, keterbatasan pengetahuan teknis staf Pemda yang terlibat dalam pengadaan lampu jalan,

    serta mekanisme sistem pengadaan barang/jasa selama ini lebih mengutamakan harga menyebabkan

    produk LED dengan harga terendah (yang umumnya juga memiliki kualitas rendah) menjadi pemenang

    lelang.

    Masalah ini sudah teridentifikasi dan regulator terkait saat ini tengah menyiapkan peraturan yang

    memungkinkan eliminasi atas masalah tersebut. Misalkan terkait pengadaan barang/jasa Pemerintah,

    LKPP tengah menyiapkan e-catalogue untuk mendukung sistem pengadaan/pembelian barang secara

    online. Informasi lebih detail dijelaskan pada Buku Pedoman Efisiensi Energi PJU : Buku I Pengadaan

    Barang/Jasa Sistem PJU.

    4.4 Gunakan Acuan Standar Kualitas Pencahayaan Jalan yang Berlaku

    Di Indonesia, belum ada regulasi teknis terkait kualitas pencahayaan jalan. Kementerian Pekerjaan

    Umum telah menyusun Standar Nasional Indonesia (SNI) 7391-2008 - Spesifikasi Penerangan Jalan di

    Kawasan Perkotaan yang bersifat sukarela penerapannya. Standar ini merupakan penyempurnaan dan

    pengembangan dari Spesifikasi LampuPenerangan Jalan Kota No. 12/S/BNKT/1991 yang disusun oleh

    Direktorat Jenderal BinaMarga, Departemen Pekerjaan Umum. Standar ini termasuk untuk penerangan

     jalanpersimpangan jalan layang, jembatan dan jalan di bawah tanah/terowongan.

    Pertanyaan sederhana yang sering muncul setiap kali membaca judul dari SNI ini adalah, apakah SNI ini

    dapat untuk digunakan di kawasan bukan perkotaan? Bagaimanapun juga, SNI ini adalah satu-satunya

    acuan teknis kualitas pencahayaan jalan umum di Indonesia, oleh sebab itu sebagai acuan dapat saja

    digunakan baik untuk kawasan perkotaanmaupun non perkotaan selama kondisi jalan sesuai dengan

    kualifikasi/klasifikasi/kelas jalan yang digunakan dalam SNI ini. Acuan standar lainnya yang dapat

    dipertimbangkan untuk dijadikan syarat minimal kualitas pencahayaan jalan umum yang akan di desain

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    31/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  |Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   26

    oleh pengelola PJU dapat mengambil sebagian atau keseluruhan dari parameter yang ada dalam

    standar internasional seperti: CIE, ANSI, IESNA, AASHTO, dll.

    Berikut adalah acuan kualitas pencahayaan dalam SNI 7391-2008:

    Tabel 4.2 Rasio Kemerataan Pencahayaan

    Lokasi Penempatan Rasio Maksimum

    Jalur Lalu Lintas:

    -  Daerah Pemukiman

    -  Daerah komersil/pusat kota

    6 : 1

    3 : 1

    Jalur Pejalan Kaki:

    -  Daerah Pemukiman

    -  Daerah komersil/pusat kota

    10 : 1

    4 : 1

    Terowongan 4 : 1

    Tempat peristirahatan (Rest Area) 6 : 1

    Berdasarkan SNI 7391:2008

    Tabel 4.3 Kualitas Pencahayaan Normal

    Berdasarkan SNI 7391:2008

    Khusus untuk penerapan teknologi lampu LED di PJU, dapat mengacu standar minimum kualitas

    sebagaimana dirumuskan dalam SNI 7391-2008 sesuai dengan kelas/karakteristik/penempatan jalan.

    Dapat juga mempertimbangkan usulan dari Asosiasi Industri Luminer dan Kelistrikan Indonesia

    (AILKI) bekerjasama dengan Japan Lighting Manufacturers Association (JLMA) tentang kualitaspencahayaan LED untuk PJU sebagai berikut:

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    32/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  |Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   27

    Tabel 4.4 Kualitas Pencahayaan PJU dengan teknologi LED

    Berdasarkan ‘  JLMA Ref. Guidelines for LED Road Lighting’  

    Perbedaan jenis permukaan jalan juga mempengaruhi kualitas iluminasi yang dihasilkan. AILKI

    memberikan rekomendasi agar dapat dilakukan konversi iluminasi untuk jenis permukaan jalan yang

    berbeda dalam hal ini aspal dan beton sebagai berikut:

    Tabel 4.5 Faktor Konversi Iluminasi Rata-rata (Unit: lx/cd/m2 )

    Tipe Paving Faktor Konversi Iluminasi Rata-rata

    Aspal 15

    Kongkret 10Berdasarkan ‘  JLMA Ref. Guidelines for LED Road Lighting’  

    Penggunaan teknologi LED dapat juga diperkenalkan untuk kelas jalan berikut :

    Berdasarkan ‘JLMA Ref. Guidelines for LED Road Lighting’  

    Gambar 4.3 Introduksi teknologi LED untuk beberapa jenis/klasifikasi jalan

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    33/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  |Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   28

    4.5 Gunakan Acuan Standar Peralatan/Komponen Sistem PJU

    Acuan standar lainnya terkait sistem peralatan/komponen PJU dapat mengacu pada beberapa standar

    berikut ini:

    a.  Spesifikasi Teknis Luminer

    Referensi Standardisasi (SNI/IEC/JIS/EN/dll.) yang memenuhi persyaratan kondisi di Indonesia

    untuk jenis luminer adalah

      SNI 6973.2.3:2005 Luminer  –  Bagian 2-3: Persyaratan khusus  –  Luminer untuk pencahayaan

     jalan umum yang telah diregulasikan wajib oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

    c.q. Ditjen Ketenagalistrikan.

      IEC 60598-2002 Luminaires

      IEC 61347-1 Lamp control gear

    b. 

    Struktur umum lampu LED

    1) Bentuk, dimensi, dan berat dari Luminair

    Tidak ada literatur spesifik yang menerangkan mengenai struktur dari Luminair. Tetapi,

    mengacu kepada SNI 7391:2008 mengenai bentuk dan konstruksi lampu jalan adalah sebagai

    berikut:

    Gambar 4.4 Bentuk dan konstuksi lampu tanpa tiang

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    34/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  |Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   29

    Gambar 4.5 Tipikal lampu tegak tanpa lengan

    Gambar 4.6 Tipikal dan dimensi tiang lampu lengan tunggal

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    35/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  |Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   30

    Gambar 4.7 Tipikal dan dimensi tiang lampu lengan tunggal

    c.  Perlindungan terhadap debu, air, dan kelembapan

    Perlindungan terhadap Luminer, sesuai dengan yang tertera pada IEC 60598-1 ”Luminaires: Part

    1 –  General Requirement and Tests” adalah minimal memiliki IP 23 dan tidak ada efek berbahaya

    dikarenakan debu, air, dan kelembapan. Bagian luminer yang terdapat modul LED, plat reflektor,

    lensa, dan jenis lain yang tersimpan harus memiliki minimal IP 54 atau lebih tinggi, terutama

    untuk control gear , agar melindungi berkurangnya faktor pemeliharaan fluks cahaya yang

    disebabkan oleh debu atau objek lainnya.

    1) 

    Landasan Baut (grounding bolt )

    Landasan baut harus sesuai dengan ukuran penguncian pada tiang.

    2)  Tanda Penguncian Baut (counter mark )

    Tanda ’Penguncian’ ditempatkan pada bagian penyatuan antara baut dan badan tiang untuk

    mengindikasikan posisi kunci yang sesuai.

    3)  Metode Pemasangan Luminer

    Pemasangan luminer disesuaikan bentuk tiang, lurus atau melengkung, dan menggunakanlebih dari satu baut sebagai pengunci.

    4) 

    Struktur Pencegahan terhadap Jatuh

    Luminer dan tiang harus memiliki struktur penahan untuk pencegahan terhadap jatuh.

    Struktur pencegahan jatuh ini termasuk baut penahan yang menembus satu sisi tiang

    adaptor dengan lubang sebesar M6 atau lebih, pencegahan jatuh untuk kabel penghubung

    tiang dan luminer, dan baut khusus (M6 atau lebih) untuk memperbaiki kawat.

    d. Material dan bagian dari Luminer

    Perlu diperhatikan untuk material dan bagian dari Luminer antara lain:

    (1) Unit utama LED Luminer

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    36/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  |Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   31

    (2) Tutup kaca

    (3) Plat reflektor dan Lensa

    (4) Kemasan

    (5) Kabel internal

    (6) Blok terminal

    e.  Kinerja (Performance)

    Pemeriksaan fisik dan fungsi perlu dilakukan untuk memastikan kinerja dari luminer yang

    terjamin. Beberapa parameter berikut dapat menjadi kunci kinerja dari luminer secara

    keseluruhan:

    (1) Kinerja optikal

    (2) Hambatan insulasi

    (3) Tegangan hambat

    (4) Hambatan thermal shock(5) Properti anti-getar

    f.  Standar penandaan di badan lampu.

    Dalam pemilihan lampu untuk PJU, perlu diperhatikan penandaan pada permukaan

    badan Luminer harus tertera jelas dan di mudah luntur sebagai salah satu metode

    sederhana dalam melakukan kontrol kualitas/spesifikasi teknis yang terdiri dari:

    (1) Jenis

    (2) Nilai tegangan input (V)

    (3) Nilai konsumsi daya (W)(4) Untuk penggunaan di luar ruangan

    (5) Tahun dan Produksi bulan atau kode

    (6) Produsen atau kode

    (7) Nomor IP

    (8) Informasi yang diperlukan lainnya

    g.  Untuk penggunaan teknologi LED

    1. Persyaratan modul LED

      Referensi umum untuk tipe dan standar aplikasi

    Spesifikasi ini diterapkan sesuai dengan modul LED untuk fasilitas penerangan jalan.

    (a) IEC 61347-1 Lamp control gear: Part 1 – General and safety requirement

    (b) IEC 61347-2-13 Lamp controlgear: particular requirement for d.c or a.c

    supplied electronic control gear for LED modules

    (c) IEC 62031 LED Modules for general lighting – safety specifications

    (d) SNI IEC/PAS 62612:2013 Lampu swa-balast LED untuk pelayanan pencahayaan

    umum –  persyaratan kinerja

      Kinerja modul LED

    Kinerja dari modul LED harus dapat memenuhi spesifikasi fluks pencahayaan untuk jangka

    waktu yang panjang dan memiliki ketahanan terhadap panas yang baik.(a) Warna LED 5000 – 7000 K (putih)

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    37/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  |Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   32

    (b) Rata-rata waktu hidup modul LED tipe putih adalah 50.000 jam

    (c) Color Rendering Index  (CRI) 60 atau lebih

    2.  Kinerja keamanan dan metode uji

    Untuk metode pengujian keamanan dan ketahanan, sinari LED luminer terus menerus

    dibawah suhu ambien 30oC. Saat suhu sudah stabil, hitung suhu casing  LED luminer, lalu

    hitung  junction temperature. Konfirmasi hasil perhitungan suhu terhadap nilai manajemen

    dari desain hidup berdasarkan karakteristik waktu hidup dari modul LED yang diberikan oleh

    manufaktur pembuat LED (biasanya menggunakan arus operasi sebagai parameter).

    h.  Referensi Lebih Lanjut

    Dalam perancangan sistem PJU yang efisien energi, dapat mengacu pada referensi-referensi lain

    yang sudah menjadi acuan standar baik secara internasional maupun nasional sebagai berikut:

    a) 

    Guidelines for Introducing LED Luminaires for Road Lighting (Draft). 2011. Japan Lighting

    Manufacturers Association (JLMA). Japan

    b) 

    IEC 60598 Luminairesc)

     

    IEC 60598-2-3:2002 - Luminaires for Public Road Lighting

    d)  AASHTO:2001 - A Informational Guide for Roadway Lighting

    e)  CIE 115:2010 - Lighting of Roads for Motor and Pedestrian Traffic

    f)  SNI 0225:2011 - Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011)

    g) 

    SNI 6973.2.3:2005 Luminer  –  Bagian 2-3: Persyaratan khusus  –  Luminer untuk

    pencahayaan jalan umum

    h)  SNI 6959.2.3:2003 Perlengkapan kendali lampu  – Bagian 2-3: Persyaratan khusus ballas

    elektronik disuplai a.b. untuk lampu fluoresen

    i)  SNI 04-0225-2000 (PUIL) Sebagai standar acuan wajib, sesuai Kepmen

    2046.K/40/MEM/2001 dan Permen ESDM 008/2007

     j) 

    SNI 7391:2008 - Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaank)

     

    SNI 04-6262-2000 - Rekomendasi untuk pencahayaan jalan bagi kendaraan bermotor

    dan pejalan kaki

    4.6 Patuhi Regulasi Teknis Terkait PJU

    Telah diterbitkan 11 Peraturan Menteri ESDM tentang pemberlakukan SNI Wajib untuk produk

    ketenagalistrikan. Standar yang diwajibkan berikut yang terkait dengan sistem PJU harus menjadi

    acuan dalam perancangan sistem PJU:

    Pemberlakuan Standar wajib meliputi 17 SNI, terdiri dari:

     

    13 SNI peralatan dan pemanfaat tenaga listrik (MCB, Saklar, Tusuk-kontak & Kotak-kontak, Kipas Angin, Ballas Elektronik(2), RCCB(2) dan Luminer (5))

      SNI 0225:2011, PUIL 2011

      SNI 1922:2002, Frekuensi 50 hertz sistem tenaga listrik

      SNI 6659:2002, Tanda Keselamatan (Safety mark)

      SNI IEC 60335-1:2009, Keselamatan untuk pemanfaat tenaga listrik (appliances)

      SNI 04-6973.2.3-2005, Luminer  –  Bagian 2-3 : Persyaratan Khusus  –  Luminer untuk

    pencahayaan jalan

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    38/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  |Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   33

    ihttp://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Penerangan_jalan#cite_note-2 diakses pada Desember

    2013iiidem

    iiihttp://www.grahlighting.eu/en/street-lighting-technology-comparison

    ivhttp://www.onsemi.com/pub_link/Collateral/TND346-D.PDF 

    http://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Penerangan_jalan#cite_note-2http://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Penerangan_jalan#cite_note-2http://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Penerangan_jalan#cite_note-2http://www.onsemi.com/pub_link/Collateral/TND346-D.PDFhttp://www.onsemi.com/pub_link/Collateral/TND346-D.PDFhttp://www.onsemi.com/pub_link/Collateral/TND346-D.PDFhttp://www.onsemi.com/pub_link/Collateral/TND346-D.PDFhttp://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Penerangan_jalan#cite_note-2

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    39/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku I: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   34

    BAB V

    ANALISA FINANSIAL DAN SIMULASI

    DESAIN PJU

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    40/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku I: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   35

    Rencana dan desain sistem PJU yang telah disusun kemudian dilakukan analisa lebih jauh baik

    alternatif terbaik dari rekomendasi teknologi dan desain yang ada. Secara garis besar dapat

    dilakukan dua jenis analisis yaitu yang terkait dengan biaya dan manfaat (cost-benefit analisys) yang

    kedua dan menjadi bagian tidak terpisahkan dalam desain adalah simulasi atas teknologi/jenis lampu

    yang menjadi alternatif untuk dapat diprediksi kesesuaian teknis pencahayaan yang akan dihasilkan

    sebelum diputuskan desain yang akan dibangun. Proses ini dapat meminimasi kesalahan dan atau

    pemborosan yang mungkin terjadi sebagai akibat kesalahan dalam merencanakan dan merancang

    sistem PJU.

    5.1 Analisa Finansial Pemilihan Teknologi PJU

    Analisa pemilihan teknologi PJU dilakukan dengan membandingkan nilai investasi yang ditanamkan

    dengan keuntungan yang diperoleh atau lebih dikenal dengan cost –   benefit analisys. Untuk

    memudahkan proses analisis, biasanya yang paling mudah adalah melakukan analisis benefit hanya

    dari sisi finansial, namun tidak menutup kemungkinan faktor lain perlu dipertimbangkan sepertikenyamanan, keselamatan/keamanan, dll yang akan lebih bersifat kualitatif. Berikut ini beberapa

    contoh alat analisis yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa teknologi PJU. Metode

    analisis tersebut dapat dilakukan dengan bantuan software microsoft excel. 

    5.1.1 Payback Period

    Metode ini bertujuan untuk melihat seberapa cepat periode pengembalian suatu investasi.

    Prinsipnya sangat sederhana menghitung periode dimana jumlah arus kas masuk sama dengan

     jumlah arus kas keluar. Titik pertemuan kedua arus kas tersebut disebut sebagai break even-

     point  atau dikenal juga sebagai titik impas/balik modal. Metode ini bisa dilakukan dengan atau

    tanpa mempertimbangkan nilai waktu dari uang atas investasi yang ditanamkan maupun

    pengembalian yang diperoleh tidak diperhitungkan. Jika nilai waktu atas uang tidak

    diperhitungkan, maka dianggap uang yang ada bernilai tetap (tidak ada faktor bunga/inflasi yang

    diperhitungkan atau i=0%). 

    Dari hasil dari analisis payback period ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah alternatif

    dengan periode pengembalian lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan untuk

    mendapatkan informasi tambahan guna mengukur seberapa cepat pengembalian modal yang

    diinvestasikan.

    Dengan memperhitungkan time value of money, lamanya periode pengembalian np , dapat

    dihitung dengan menggunakan persamaan:

    P = { NCF1 (P/F,i,1) + NCF2 (P/F,i,2) + NCF3 (P/F,i,3 + ...... NCFnp(P/F,i,np) }.

    Jika diperhitungkan dengan mengabaikan time value of money (i = 0%) maka lamanya periode

    pengembalian (payback period) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

    P = (NCF1 + NCF2 + NCF3 + ………. NCFnp ) 

    Jika deretan arus kas mempunyai besar nilai yang sama, maka untuk menghitung np dapat

    dihitung dengan menggunakan rumus:

    np =

     

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    41/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku I: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   36

    Dimana:

    P = investasi awal

    NCF = Net Cash Flow / arus kas bersih (pendapatan  –  pengeluaran) dengan

    memperhitungkan atau mengabaikan time value of money

    np = lamanya periode pengembalian

    Sebagai contoh sederhana, investasi sebesar satu juta menghasilkan pengembalian yang sama

    setiap bulan sebesar Rp. 100.000,- per bulan, maka periode pengembalian modal adalah:

      = 10 bulan

    Informasi dan contoh perhitungan menggunakan metode ini dengan software microsoft excel

    dapat dipelajari lebih lanjut di file contoh yang dadapt diunduh di alamat berikut:

    http://xa.yimg.com/kq/groups/22316722/132807040/name/Function+in+Excel+2.xls

    5.1.2 Internal Rate of Returni 

    Dalam suatu investasi, pada suatu waktu tertentu dapat terjadi keseimbangan antara semua

    penerimaan dan pengeluaran pada tingkat bunga tertentu. Tingkat bunga ini dinamakan internal

    rate of return  (IRR). Jadi kalo didefinisikan, Internal Rate of Return  (IRR) adalah Tingkat bunga

    atau rate of return pada saat nilai sekarang dari akumulasi arus kas bersih (net cash flow) suatu

    investasi dikurangi dengan nilai investasi awalnya sama dengan nol atau IRR adalah tingkat

    bunga pengembalian pada saat NPV = 0.

    Rumus mencari nilai IRR adalah sebagai berikut:

    ∑   St/(1+R)t  – I0  = 0

    dimana :

    R : internal rate of return

    I0 : nilai investasi awal

    St : net cash flow = cash inflow – cash outflow

    t : periode

    Kriteria kelayakan investasi dengan metode Internal Rate of Return (IRR) adalah denganmembandingkan nilai IRR dengan tingkat bunga (r) yang berlaku pada saat dilakukannya analisa

    dengan patokan seperti berikut :

    Apabila IRR > r , investasi layak.

    IRR < r , investasi tidak layak.

    dimana :

    IRR : internal rate of return

    r : Minimum attractive rate of return (MARR) atau tingkat bunga yang berlaku pada saat ini.

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    42/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku I: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   37

    Untuk mencari nilai IRR adalah dengan mencoba beberapa nilai i (tingkat bunga) secara trial dan

    error, sehingga didapatkan 2 (dua) buah tingkat bunga (i) yang menghasilkan nilai NPV negatif

    dan NPV positif yang mendekati nol. Nilai IRR dicari pada saat NPV = 0 dengan

    menginterpolasikan kedua nilai tersebut.

    Saat ini, program komputer seperti excel sangat membantu dan sudah menyediakan rumus-rumus analisis seperti ini. Salah satu contoh penggunaan microsoft excel untuk menghitung IRR

    dan NPV:

    http://management.aurino.com/wp-content/uploads/2008/03/hitung-npv_irr.xls

    5.1.3 Lifecycle Cost Analisys

    Lifecycle cost analisys (LCA) adalah salah satu metode analisis yang memperhitungkan seluruh

    biaya-manfaat hingga akhir usia suatu obyek yang dianalisis. Pada prinsipnya, analisis ini sama

    dengan analisis NPV, IRR, Payback Period  dan analisa biaya-manfaat (emisi, limbah, daur ulang,

    dll) lainnya namun memperhitungkan keseluruhan usia dari obyek yang dianalisis. Jika

    memperbandingkan dua jenis obyek yang berbeda teknologi-nya maka harus disandingkan pada

    horison waktu yang sama walaupun bisa jadi kedua pilihan memiliki siklus usia yang berbeda.

    Sebagai contoh, jika kita membandingkan pilihan menggunakan teknologi HPS dengan usia teknis

    12.000 hingga 24.000 jam dengan LED yang memiliki usia teknis 50.000 hingga 100.000 jam, maka

    kita dapat menggunakan periode usia LED sebagai patokan. Katakanlah kita menggunakan dasar

    horison waktu analisis 50.000 jam, maka kita lakukan hal yang sama dengan HPS yang berarti kita

    harus melakukan penggantian HPS sebanyak 3 (tiga) kali dan di akhir horison analisis, kita

    menambahkan dalam arus kas positif seumah nilai sisa dari HPS pada penggantian yang ke-tiga.

    Salah satu contoh analisis LCA untuk beberapa teknologi lampu jalan yaitu HPS, Metal Halide,

    LED, dan Induksi dengan fokus pada aspek lingkungan dapat dipelajari di:

    http://www.brightwayledlighting.com/Streetlight_Report.pdf  

    Salah satu software analisis LCA berbasis microsoft excel yang bisa dicoba dapat diunduh gratis

    di: http://www.barringer1.com/Anonymous/lcc.xls

    5.2 Perangkat Lunak/Software Simulasi Desain Sistem PJU

    Di internet tersedia beberapa software yang dapat diunduh secara gratis dan sangat membantu

    dalam melakukan evaluasi kelayakan desain suatu sistem PJU. Software yang umum digunakan

    antara lain Dialux, Visual, SEAD Street Lighting Tool, AGI32. Salah satu yang dapat dicoba adalah

    SEAD Street Lighting Toolii 

    Gambar 5.1 Distribusi cahaya yang tepat sangat tergantung pada pemilihan fixture yang akanberdampak pada efisiensi energi PJU. Simulasi akan memudahkan pemilihan alternatif terbaik.

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    43/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku I: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   38

    Software SEAD Street Lighting Tool serta Informasi lebih lanjut berupa petunjuk, laporan validasi,

    white paper, dan informasi lainnya dapat diperoleh di website Super-efficient Equipment and

     Appliance Deployment   (SEAD) Initiative  di www.superefficient.org  yang merupakan inisiatif

    bersama negara-negara dalam kerjasama efisiensi energi global International Partnership for

    Energy Efficiency Cooperation (IPEEC) dan juga merupakan inisiatif dari Clean Energy Ministerial's

    Global Energy Efficiency Challenge. Enam belas negara yang terlibat dalam proyek SEAD adalah

    Australia, Brazil, Canada, European Commission, France, Germany, India, Japan, Korea, Mexico,

    Russia, South Africa, Sweden, United Arab Emirates, United Kingdom, United States, dan China

    (sebagai observer).

    SEAD Street Lighting Tool dibuat untuk mendorong transformasi pasar lampu jalan ke LED dengan

    menyasar permasalahan pemilihan fixture lampu LED yang tdak berkorelasi dengan daya lampu

    dan distribusi cahayanya. Memperbaiki distribusi cahaya berarti meningkatkan pilihan  fixture 

    yang dapat digunakan dimana fixture yang tepat akan meningkatkan efisiensi dan kinerja lampu

     jalan.

    SEAD Street Lighting Tool melakukan penyederhanaan analisa photometric serta

    mengintegrasikan analisa penggunaan energi dan life cycle cost analysis  sehingga sangat

    membantu mempercepat proses  pre-screening.  Software ini dapat secara gratis diunduh dan

    dapat digunakan untuk: analisa batch untuk keperluan retrofit (penggantian fixture),evaluasi awal

    desain siste PJU LED, membantu analisa photometric bagi pengguna pemula. Software SEAD

    kompatibel dengan Microsoft Ecxel 2003 dan tersedia dalam bahasa Inggris, Perancis, dan

    Spanyol.

    Berikut perbandingan SEAD Street Lighting Tool denga software lainnya serta salah satu contoh

    hasil evaluasi:

    Gambar 5.2 Hasil evaluasi pemilihan fixture PJU, mampu menganalisis data dalam jumlah banyak

    sekaligus

    http://www.superefficient.org/http://www.superefficient.org/http://www.superefficient.org/

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    44/45

    Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum  | Buku I: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi   39

    Tabel 5.1 Perbandingan SEAD SL Tool dengan Software lainnya

    i http://tin205.blog.esaunggul.ac.id/2012/11/29/irr/  iihttp://superefficient.org/Activities/Procurement/SEAD%20Street%20Lighting%20Activities.aspx 

    http://tin205.blog.esaunggul.ac.id/2012/11/29/irr/http://tin205.blog.esaunggul.ac.id/2012/11/29/irr/http://tin205.blog.esaunggul.ac.id/2012/11/29/irr/http://superefficient.org/Activities/Procurement/SEAD%20Street%20Lighting%20Activities.aspxhttp://superefficient.org/Activities/Procurement/SEAD%20Street%20Lighting%20Activities.aspxhttp://superefficient.org/Activities/Procurement/SEAD%20Street%20Lighting%20Activities.aspxhttp://superefficient.org/Activities/Procurement/SEAD%20Street%20Lighting%20Activities.aspxhttp://tin205.blog.esaunggul.ac.id/2012/11/29/irr/

  • 8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi

    45/45