Bakat Numberik

55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar. Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar 1

Transcript of Bakat Numberik

Page 1: Bakat Numberik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan

perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana

dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa

belajar berbagai macam hal.

Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang

sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan

dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi

belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan

dibutuhkan proses belajar.

Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu

yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Irwanto (1997 :105)

belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan

terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan

cita-cita yang diharapkan.

Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang.

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya

penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti

suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian

1

Page 2: Bakat Numberik

terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah

mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.

Pengukuran prestasi belajar ini sangat komplesk, banyak faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar. Bakat, seperti juga minat dan intelgensi

merupakan faktor penentu prestasi belajar peserta didik. Sehingga untuk

mengetahui bakat atau potensi yang dimiliki oleh individu perlu diadakan

penyaringan sebelum masuk ke SMA, SMK atau Universitas agar dapat memilih

jurusan yang tepat sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Salah satu landasan dan rasionalisasi perlunya sistem penyaringan, secara

eksplisit dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 pasal 5

ayat 4 menyatakan bahwa "warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan

bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus". Di samping itu juga

dikatakan bahwa "setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak

mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan

kemampuannya" (pasal 12, ayat 1b). Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa

bakat merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam usaha

pengembangan diri disamping faktor yang lain. Pernyataan itu juga

mengisyaratkan perlunya sebuah sistem seleksi untuk pendidikan dan pelatihan

dengan berdasarkan karakteristik internal seseorang. Hal senada dikatakan oleh

Dedi Herdiana H (1988 : 5), yang menyatakan bahwa untuk menunjang

keberhasilan proses dan hasil belajar maka siswa perlu diseleksi terlebih dahulu

berdasarkan kriteria psikologis calon siswa yang sudah pasti adanya keragaman.

2

Page 3: Bakat Numberik

Bakat, sebagaimana minat dan intelegensi, merupakan faktor yang besar

pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Sumadi Suryabrata,

(1978 : 77). Pendapat tersebut didukung oleh penelitian E. Khodijah (1992 : 54),

yang menyimpulkan bahwa bakat khusus memiliki urunan yang berarti terhadap

prestasi belajar siswa. Penelitian lain oleh Uun Sunarti (1997 : 62) menyimpulkan

bahwa kemampuan hitung teoritis (NA) memiliki korelasi yang tinggi terhadap

variabel prestasi belajar matematika. Juga penelitian yang dilakukan Pudjiono

(1982) tentang daya prediksi bakat, menyimpulkan bahwa bakat Verbal

Reasoning (VR) dan bakat Numerical Ability (NA) mempunyai daya prediksi

lebih tinggi dibanding daya prediksi berdasarkan tes prestasi belajar siswa.

Dalam kenyataannya, sistem seleksi penerimaan siswa baru SMA sampai

sekarang, hanya berdasarkan pada minat dan nilai prestasi belajar siswa di SLTP

atau yang sederajat, tanpa memperhitungkan bakat calon siswa tersebut. Hal ini

tentunya akan menimbulkan berbagai masalah, baik dari segi proses maupun out

put belajar.

Salah satu permasalahan yang dapat ditimbulkan dari sistem seleksi yang

sekarang adalah adanya peluang salah pilih jurusan, dalam hal ini bahwa jurusan

yang dipilih tidak sesuai dengan bakatnya. Fenomena ini akan menimbulkan

permasalahan baru yang lebih komplek. Bagi individu yang belajar akan

menimbulkan kesulitan dalam penyesuaian dengan lingkungan belajar sehingga

sulit belajar, tidak optimalnya semua potensi dan kemampuan yang dimiliki dan

prestasi belajar lebih rendah dari yang seharusnya dapat dicapai serta cenderung

lambat dalam menyelesaikan studinya.

3

Page 4: Bakat Numberik

Ditinjau dari segi relevansi, gejala salah pilih jurusan merupakan gejala

awal berkurangnya relevansi pendidikan dengan dunia pendidikan. Dilihat dari

pandangan bahwa pendidikan merupakan investasi manusia (human investment),

salah pilih jurusan merupakan kegagalan dalam investasi modal untuk

memperoleh tenaga kerja yang produktif, kreatif, cakap, dan terampil.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan sampel pada SMAN 2

Sumbawa Besar, berdasarkan nilai pelajaran Ipa Fisika nilai Ulangan Umum

murni semester 1 kelas X tahun ajaran 2010/2011.

Dalam kaitan pentingnya bakat pada diri siswa sebagai salah satu faktor

penting untuk meraih prestasi akademik, maka dalam penyusunan proposal

penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti : “Korelasi antara Bakat Numerik

dengan Prestasi Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X SMAN 2 Sumbawa Besar”.

B. Identifikasi Masalah

Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Tenaga pendidik masih belum mengetahui bakat numerik atau potensi yang

dimiliki oleh peserta didik.

2. Masih minimnya pengetahuan pendidik tentang teknik-teknik mendeteksi

bakat peserta didik.

C. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah ada

hubungan antara Bakat Numerik dengan Prestasi belajar fisika pada siswa kelas X

SMAN 2 Sumbawa Besar?”

4

Page 5: Bakat Numberik

D. Keterbatasan Masalah

Mengingat terbatasnya waktu, biaya dan kemampuan yang ada pada

penelitian maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada:

1. Obyek penelitian

Bagaimanakah peranan bakat numerik terhadap prestasi belajar fisika pada

siswa kelas X di SMAN 2 Sumbawa Besar?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui hubungan

antara Bakat Numerik dengan prestasi belajar fisika pada siswa kelas X di SMAN

2 Sumbawa Besar.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah :

1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

bagi pendidikan fisika dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan

dapat memberi gambaran mengenai hubungan bakat numerik dengan prestasi

belajar.

2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan

informasi khususnya kepada para orang tua, konselor sekolah dan guru dalam

upaya membimbing dan memotivasi siswa remaja untuk menggali Bakat dan

Minat yang dimilikinya.

5

Page 6: Bakat Numberik

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan

mengenai pengertian belajar dan prestasi belajar, fator-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar, pengertian bakat dan bakat numerik, indikator bakat numerik,

keterkaitan bakat numerik dengan prestasi belajar.

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena

belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari

proses pembelajaran tersebut.

Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau

tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang

dialami oleh siswa tersebut.

Menurtut Logan, dkk (1976) dalam Sia Tjundjing (2001:70) belajar

dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai

hasil pengalaman dan latihan . Senada dengan hal tersebut, Winkel (1997:193)

berpendapat bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu

aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan

nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat

dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat.

6

Page 7: Bakat Numberik

Irwanto (1997:105) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan

dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu

tertentu. Sedangkan menurut Mudzakir (1997:34) belajar adalah suatu usaha

atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,

mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,

keterampilan dan sebagainya.

Di dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu

menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach (Sumadi Suryabrata,1998:231):

“Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain.”

Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri

siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena

perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas

(Muhibbidin Syah, 2000:116) antara lain :

a. Perubahan Intensional

Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau

praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa

menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan

pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.

b. Perubahan Positif dan aktif

Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi

kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang

7

Page 8: Bakat Numberik

baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan

tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.

c. Perubahan efektif dan fungsional

Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan

manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya

perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila

dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.

Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja, disadari dan

perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat

yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang

dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan

berbagai tantangan yang harus dihadapi.

Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauhmana ia

telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.

Seperti yang dikatakan oleh Winkel (1997:168) bahwa proses belajar yang

dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan.

Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan

oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh

8

Page 9: Bakat Numberik

guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan

yang telah dicapainya dalam belajar.

Sedangkan Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing (2000:71)

berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu

sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang

diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu

dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah

dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.

Menurut Poerwodarminto (Mila Ratnawati, 1996 : 206) yang

dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau

dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan

sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu

dan dicatat dalam buku rapor sekolah.

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi

belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa

suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada

jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam buki

laporan yang disebut rapor.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang

perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang

mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat

9

Page 10: Bakat Numberik

untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam

kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya.

Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor

yang perlu diperhatikan. Menurut Sumadi Suryabrata (1998:233) dan Shertzer

dan Stone (Winkle, 1997 : 591), secara garis besar faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua

bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu :

1). Faktor fisiologis Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah

faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera.

a). Kesehatan badan

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu

memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan

fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam

menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara

kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan

pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya.

Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat

meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.

10

Page 11: Bakat Numberik

b). Pancaindera

Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya

belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan

dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang

peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting,

karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia

dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian,

seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental

akan menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga

pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

2). Faktor psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa, antara lain adalah :

a). Intelligensi

Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang

dimiliki siswa. Menurut Binet (Winkle, 1997:529) hakikat

inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan

mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu

penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai

keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat

mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang

memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar

11

Page 12: Bakat Numberik

untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya,

siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah diperkirakan

juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah

suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi

rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya .

b). Sikap

Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat

merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan

prestasi belajarnya. Menurut Sarlito Wirawan (1997:233) sikap

adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap

hal-hal tertentu. Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran

di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar

mengajar di sekolah.

c). Motivasi

Menurut Irwanto (1997 : 193) motivasi adalah penggerak

perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk

belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-

kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar

karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle (1991 : 39)

motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri

siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah

pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh

12

Page 13: Bakat Numberik

siswa tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang

bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal

gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan

mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

b. Faktor eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain

diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih,

antara lain adalah :

1). Faktor lingkungan keluarga

a). Sosial ekonomi keluarga

Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih

berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik,

mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah.

b). Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi

cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang

mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.

c). Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu

semangat berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa

secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak

langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.

13

Page 14: Bakat Numberik

2). Faktor lingkungan sekolah

a). Sarana dan Prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP,

LCD akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di

sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan

sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar

b). Kompetensi Guru dan Siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih

prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja

yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang

siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di

sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa

ingintahunya, hubungan dengan guru dan teman-temannya

berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar

yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk

terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.

c). Kurikulum dan metode mengajar

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan

materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih

interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran

serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sarlito Wirawan

(1994:122) mengatakan bahwa faktor yang paling penting adalah

14

Page 15: Bakat Numberik

faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana, tegas,

memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat siswa

menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan

cenderung tinggi, paling tidak siswa tersebut tidak bosan dalam

mengikuti pelajaran.

3). Faktor lingkungan masyarakat

a). Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan

mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik.

Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan

enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung

memandang rendah pekerjaan guru/pengajar

b). Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan,

mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada

masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha

memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

4. Pengukuran Prestasi Belajar

Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang

tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan

mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar bidang akademik di

sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut rapor. Dalam

rapor dapat diketahui sejauhmana prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa

15

Page 16: Bakat Numberik

tersebut berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh

pendapat Sumadi Suryabrata (1998 : 296) bahwa rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar

murid-muridnya selama masa tertentu.

Syaifuddin Azwar (1998 :11) menyebutkan bahwa ada beberapa

fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu :

a. Penilaian berfungsi selektif (fungsi sumatif)

Fungsi penilaian ini merupakan pengukuran akhir dalam suatu

program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat

dinyatakan lulus atau tidak dalam program pendidikan tersebut. Dengan

kata lain penilaian berfungsi untuk membantu guru mengadakan seleksi

terhadap beberapa siswa, misalnya :

1). Memilih siswa yang akan diterima di sekolah

2). Memilih siswa untuk dapat naik kelas

3). Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa

b. Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini selain untuk mengetahui hasil yang dicapai

siswa juga mengetahui kelemahan siswa sehingga dengan adanya

penilaian, maka guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-

masing siswa. Jika guru dapat mendeteksi kelemahan siswa, maka

kelemahan tersebut dapat segera diperbaiki.

16

Page 17: Bakat Numberik

c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan (placement)

Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain.

Penilaian dilakukan untuk mengetahui di mana seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan kemampuannya yang telah diperlihatkannya

pada prestasi belajar yang telah dicapainya. Sebagai contoh penggunaan

nilai rapor SMU kelas I menentukan jurusan studi di kelas II.

d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif)

Penilaian berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu program

dapat diterapkan. Sebagai contoh adalah raport di setiap semester di

sekolah-sekolah tingkat dasar dan menegah dapat dipakai untuk

mengetahui apakah program pendidikan yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada siswa tersebut.

Raport biasanya menggambil nilai dari angka 1 sampai dengan 10,

terutama pada siswa SD sampai SMU, tetapi dalam kenyataan nilai

terendah dalam rapor yaitu 4 dan nilai tertinggi 9. Nilai-nilai di bawah 5

berarti tidak baik atau buruk, sedangkan nilai-nilai di atas 5 berarti cukup

baik, baik dan sangat baik.

Dalam penelitian ini pengukuran prestasi belajar menggunakan penilaian

sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif), yaitu nilai-nilai raport pada

akhir masa semester I.

17

Page 18: Bakat Numberik

B. Bakat Numerik

1. Pengertian Bakat

Menurut istilanya ada dua kata yang menunjukkan arti bakat, yaitu

“ability” dan “aptitude” atau talent. Menurut Conny Semiawan

(http:siaksoft.net), bakat diartikan sebagai kemampuan bawaaan yang

merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan dan

dilatih. Sedangkan menurut kamus psikologi, dalam Harun Iskandar,

(2010:13) ability adalah (kemampuan, kecakapan ketangkasan bakat

kesanggupan); tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan.

Kemampuan biasanya merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau

merupakan hasil latihan atau praktek.

S.C Utami Munandar (1999), dalam As’adi Muhammad, (2010:22)

memberikan definisi bakat (aptitude) secara umum adalah sebagai

kemampuan bawaan seseorang yang merupakan suatu potensi. Potensi ini

masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Latihan-latihan

disini bukan hanya sekedar latihan biasa dan sembarangan, tetapi merupakan

kegiatan yang dapat mendukung terhadap perkembangan bakat seseorang.

Sedangkan menurut Dr. Saparinah Sadi, dalam Harun Iskandar, (2010:14)

bakat (aptitude) adalah sebuah faktor bawaan yang berupa potensi, yang

aktualisasinya membutuhkan interaksi dengan faktor-faktor dalam

lingkungan. Lingkungan disini adalah lingkungan keluarga, sekolah, teman-

teman, maupun tetangga yang dikategorikan tempat anak bersosialisasi. Pada

saat anak beriteraksi dengan lingkungannya, lingkungan akan “mencoba”

18

Page 19: Bakat Numberik

untuk membentuk seorang anak sehingga nilai dasar yang dimiliki seseorang

tidak lagi menjadi acuan dari perkembangan seorang anak.

Dari uraian diatas bakat merupakan potensi dalam anak yang harus

distimulasi terlebih dahulu sehingga dapat terlihat sebagai suatu kecakapan,

pengetahuan, dan keterampilan khusus yang menjadi bekal hidupnya kelak.

Menurut Harun Iskandar (2010:36-56) ada 4 (empat) faktor yang

mempengaruhi tampilnya bakat seseorang:

a. Faktor Motivasi

Motivasi dibutuhkan dalam menghadapi tugas sebagai seorang

pelajar. Motivasi berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan dalam

mengembankan bakat. Beberapa ahli telah menggali informasi yang

terkait dengan motivasi, diantaranya adalah:

1) Amir Daim Indrakusuma (1971): menyatakan bahwa motivasi

merupakan kekuatan atau tenaga yang dapat memberikan dorongan

pada kegiatan yang dikehendaki dengan asas dan tujuan yang

dimaksudkan.

2) Wahgo Sumijo (1984): menyatakan bahwa motivasi adalah dorongan

kerja yang timbul pada seseorang untuk berprestasi dalam mencapai

tujuan. Sri Habsari (2005:74).

Dari dua definisi tentang motivasi di atas dapat dibagi menjadi dua, yaitu

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik:

1) Motivasi instrinsik adalah bentuk dorongan belajar yang datangnya

dalam diri seseorang dan tidak perlu rangsangan dari luar. Misalnya

19

Page 20: Bakat Numberik

keinginan seorang anak mengetahu seluk beluk bermain gitar.

Motivasi intrinsik umumnya adanya faktor bakan dan intelegensi

dalam diri siswa. Seorang anak yang berbakat dibidang matematika

akan mempunyai dorongan yang tinggi untuk mempelajari ilmu ini

lebih dalam tanpa perlu dorongan dari orang lain. Meskipun dorongan

ini berasal dari dalam diri anak tetapi setiap anak memiliki kualitas

dorongan yang berbeda. Setiap anak dilahirkan dengan bakat dan

itelegensi yang berbeda.

2) Motivasi ekstrinsik adalah dorongan belajar yang datangnya dariluar

diri seseorang. Motivasi ekstrinsik adalah bentuk dorongan belajar

untuk prestasi yang diberikan oleh orang lain seperti semangat, pujian

dan nasehat, orang tua, saudara, dan orang yang dicintai.

Menurut seorang ahli jiwa dalam motivasi ada suatu hirarki, yaitu

motivasi itu mempunyai tingkatan-tingkatan dari bawah sampai ke atas

yakni:

1) Kebutuhan fisologis, seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat dan

lain sebagainya.

2) Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa terlindungi, bebas

dari takut dan kecemasan.

3) Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dan dihargai dalam

suatu kelompok (keluarga, sekolah, teman sebaya).

20

Page 21: Bakat Numberik

4) Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan

bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial,

pembentukan pribadi. Harun Iskandar, (2010: 38)

Bakat memerlukan motivasi yang kuat agar mampu menunjang

terwujudnya pengembangan bakat tersebut. Bakat tidak akan terlihat dan

berkembang secara wajar bila tidak ada usaha untuk mengembangkannya.

Motivasilah yang menyulut untuk jadi besar atau menjadi kecil, peranan

motivasi sangat penting. Dengan dorongan motivasi yang kuat akan

kebutuhan tentang wujud diri sendiri, maka motivasi tingkat tinggi ini

mampu menjadi pembangkit apa yang dicita-citakan. Motivasi untuk

mengembangkan bakat ini juga akan dipengaruhi oleh pandangan atau

pengetahuan yang dimilikinya.

b. Faktor Nilai

Faktor nilai ini turut menentukan dapat berkembagnya bakat atau

tidak. Menilai bakat yang ada pada dirinya itu baik atau tidak dapat

dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan disini bisa lingkungan keluarga

atau lingkungan masyarakat.

Pandangan individu sangat menentukan bagi perkembangan

dirinya. Pandangan tentang kesadaran akan diri individu menuju kearah

mana bidang yang dikembangkan sesuai dengan bakatnya sangat

menentukan kesuksesan karirnya kelak.

21

Page 22: Bakat Numberik

c. Faktor Minat

Minat atau perhatian (interest) merupakan salah satu faktor yang

turut mempengaruhi tampilnya bakat. Menurut C.P chaplains, minat atau

perhatian (interest) memiliki arti:

1) Satu sikap yang berlangsung terus-menerus yang memusatkan

perhatian seseorang, sehingga membuat dirinya jadi selektif terhadap

obyek niatnya.

2) Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas, pekerjaan, atau obyek

itu berharga atau berarti bagi individu.

3) Satu keadaan motivasi, menuntut tingkahlaku menuju satu arah

(sasaran) tertentu.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa minat itu terjadi

dari perhatian yang tidak hanya berlangsung sekali dari obyek yang

dianggap menarik atau berharga bagi dirinya. Dengan kata lain, bahwa

kecenderungan untuk menyelidiki dan manipulasi yang dilakukan oleh

seseorang lama-lama akan timbullah minat. Dengan timbulnya minat

maka seseorang akan berusaha terus menerus menggali, menyelidiki dan

mendalaminya. Dengan upaya semacam itu, bukan tidak mungkin apa

yang diminati juga menjadi bakatnya.

d. Faktro Kepribadian

Keperibadian atau personality memiliki pengertian yang sangat

kompleks, Adler memberi pengertian gaya hidup individu, atau cara yang

22

Page 23: Bakat Numberik

karakteristik mereaksinya seseorang terhadap masalah-masalah hidup,

termasuk tujuan-tujuan hidup.

Dari pengertian di atas kita melihat adanya perbedaan pengertian,

namun ada unsur persamaannya. Diantarannya ialah, bahwa keperibadian

atau personality itu dinamis, tidak statis atau tetap saja tanpa perubahan.

Menunjukkan tingkah laku yang menyatu dan merupakan interaksi antara

kesanggupan-kesanggupan bawaan yang ada pada individu dengan

lingkungannya. Demikian juga unsur psiko-fisik, ini berarti bahwa faktor

jasmai dan rohani dari individu tersebut bersama-sama memegang peranan

dalam kepribadian. Kepribadian yang dimiliki seseorang sifatnya khas,

artinya individu memiliki ciri-ciri yang tidak sama dengan individu yang

lain.

Banyak faktor yang mempengaruhi keperibadian. Diantaranya

faktor biologis, faktor sosial, dan faktor kebudayaan. Keadaan fisik

biologis seseorang tidak sama antara yang satu dengan orang yang lain.

Keadaan fisik ini juga berpengaruh pada sifat, sikap serta tempramen

seseorang, sehingga nampak ke khasan pada setiap individu.

Demikian juga dengan faktor sosial (masyaraka). Dalam

masyarakat ada peraturan adat istiada, bahasa maupun kepercayaan dan

sebagainya. Dengan begitu individu tidak begitu saja terlepas dari

hubungan tersebut. Bagi individu pengaruh dair masyarakat maupun

keluarga akan turut mempengaruhi perkembangan kepribadiannya.

23

Page 24: Bakat Numberik

Faktor kebudayaan turut pula memberi andil dalam mempengaruhi

kepribadian. Misalnya kepribadian orang barat dengan orang-orang timur

tentu tidak sama. Hal ini disebabkan oleh faktor kebudayaan yang berada

dan berkembang di wilayah masing-masing. Dalam kebudayaan terdapat

nilai-nilai yang dianut, tradisi, pengetahuan maupun ketrampilan yang

turut menentukan cara-cara bertindak atau bertingkah laku. Karena

kebudayaan merupakan hasil daya cipta, dan karya manusia maka dalam

mengerjakan atau melestarikan kebudayaan diperlukan orang yang cakap

dan terampil.

Untuk menjadikan seseorang yang cakap dan terampil dalam

mempertahankan dan mengembangkan budaya salah satunya adalah

mereka yang berbakat kecakapan menjadi cepat berkembang karena faktor

bakat yang turut menunjang. Seperti uraian di atas, bahwa kepribadian

pada setiap orang berbeda-beda, bergantung pada bagaimana pengaruh

yang masuk pada individu. Kepribadian yang sudah dimiliki inilah yang

turut menentukan muncul tidaknya bakat seseorang.

2. Pengertian Bakat Numerik (Matematika Logis)

Bakat numerik merupakan kecerdasan dalam menggunakan angka-

angka dan penalaran (logika). Howard Gardner (dalam Bunda Lucky,

2010:75). Kecerdasan ini meliputi di bidang sains, mengklasifikasikan dan

mengategorikan informasi, berfikir dengan konsep abstrak untuk menemukan

hubungan antara suatu hal dengan hal lainnya, dan memecahkan masalah

secara logis terutama dalam bidang matematika (memanipulasi angka).

24

Page 25: Bakat Numberik

Individu yang memiliki kecerdasan logika-matematika pada umumnya

memiliki cara berpikir yang teratur dan baik dalam mengerjakan sesuatu

maupun dalam memecahkan masalah.

Kecerdasan logis-matematis terlihat dari ketertarikan anak mengolah

hal-hal yang berhubungan dengan matematika dan peristiwa ilmiah. Bedanya

dengan kecerdasan lain, kecerdasan ini mempunyai suatu komponen khas,

yaitu sebagai kepekaan dan kemampuan untuk membedakan pola logika atau

numerik dan kemampuan menangani rangkaian penalaran yang panjang.

Contoh, anak usia 2-4 tahun senang sekali menghitung-hitung benda-benda

sekelilingnya. Karenanya, lingkungan dapat dijadikan sebagai sarana untuk

menstimulasi. Misalnya, ajak mereka untuk menghitung bersama jumlah

kuntum bunga yang ada di halaman rumah.

Individu dengan kecerdasan matematika dan logika yang berkembang

adalah orang yang mampu memecahkan masalah, mampu memikirkan, dan

menyusun solusi dengan urutan yang logis. Mereka suka angka, urutan, logika

dan keteraturan.

Kecerdasan yang mencakup kemampuan meneliti pola-pola. Kategori-

kategori dan korelasi-korelasi dengan cara memanipulasi simbul-simbul dan

mencobanya secara teratur dan terkendali. Kecerdasan ini menuntut

kemampuan menangani bilangan dan perhitungan. Mencari hubungan

matematika dan logika yang bermuara pada ketetapan hukum dasar. Hukum

dasar bekerja bagaimana argumentasi disusun, bukti dan syarat dinyatakan

dan kesimpulan dibuat. Anak yang dominan pada kecerdasan ini sudah

25

Page 26: Bakat Numberik

tertarik dengan bilangan dan pola sejak usia dini. Mereka menikmati

berhitung. Kesadaran dan konsep waktu amat tinggi. Kecenderungan belajar

secara induktif dan deduktif menjadi acuan utama. Segala sesuatu akan

dilogika. Dari logika akan timbul pemikiran ilmiah. Maka jika ada siswa yang

masih sangat muda sudah hobi berpikir dengan format pola pantas ditengarahi

dia menonjol di kecerdasan ini. Memberdayakan kecerdasan anak pada

komponen ini; melatih mengambil keputusan dengan deduktif-induktif,

memfasilitasi percobaan, membiasakan menghitung, dan membuat simulasi

yang relevan. Latihan rutin pengambilan putusan dan memperhitungkan

untung rugi bisa dimulai sejak dini. Konsep positif dan negarif dalam hitung-

hitungan yang selama ini sebagai aksioma bisa dijelaskan secara detail.

C. Keterkaitan Bakat Numerik Dengan Pretasi Belajar Fisika SMA

Di tengah semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan dewasa ini,

merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan mengalami

kegagalan atau ketidak berhasilan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan takut

tinggal kelas.

Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih prestasi

belajar agar menjadi yang terbaik seperti mengikuti bimbingan belajar. Usaha

semacam itu jelas positif, namun masih ada faktor lain yang tidak kalah

pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain kecerdasan ataupun kecakapan

intelektual, faktor tersebut adalah bakat. Perwujudan nyata dari bakat dan

kemampuan adalah prestasi (Utami Munandar 1992), karena bakat dan

26

Page 27: Bakat Numberik

kemampuan sangat menentukan prestasi seseorang. Orang yang memiliki bakat

fisika diprediksi mampu mencapai prestsi yang menonjol dalam bidang fisika.

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai

kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh

Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat

pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai

kesanggupan-kesanggupan tertentu”. Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat

adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan

melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin

(1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk

melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada

seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan

bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi

tertentu. Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang

peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik.

Bakat khusus yang memperoleh kesempatan maksimal dan dikembangkan

sejak dini serta didukung oleh fasilitas dan motivasi yang tinggi, akan dapat

terealisai dalam bentuk prestasi unggul. Contoh konkret bakat yang tidak

memperoleh kesempatan maksimal untuk berkembang adalah hasi penelitian

yaumil agoes akhir (1999) yang menemukan bahwa sekitar 22% siswa SD dan

SLTP menjadi anak yang Underachiever.

27

Page 28: Bakat Numberik

Artinya, prestsi belajar yang mereka peroleh berada dibawah potensi atau

bakat intelektual yang sesungguhnya mereka miliki. Bakat memang sangat

menentukan prestasi seseorang, tetapi sejauh mana itu akan terwujud

menghasilkan suatu prestasi, masih banyak variabel yang menentukan.

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Hipotesis alternatif (Ha) : “Ada hubungan antara bakat numerik dengan

Prestasi belajar fisika”

2. Hipotesis nihil (Ho) : “Tidak ada hubungan antara bakat numerik dengan

Prestasi belajar fisika”

28

Page 29: Bakat Numberik

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Maret di SMAN

2Sumbawa Besar, yang berfokus pada hubungan antara bakat numerik dengan

prestasi belajar fisika siswa di SMAN 2 Sumbawa Besar.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang merupakan prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati, yang bertujuan untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami. Misalnya prilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dan hal lainnya, secara holistic pada suatu konteks khusus

yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Moleong,

(2006:6). Pada penelitian ini data yang terkumpul bersifat kuantitatif. Kemudian

dibuat kategorisasi baik dalam bentuk table, diagram maupun grafik. Halis

kategorisasi tersebut kemudian dideskripsikan dan ditafsirkan dari berbagai aspek.

Dengan kata lain data yang bersifat kuantitatif tersebut ditafsirkan lebih lanjut

secara kualitatif. Karena itu, penelitian ini memerlukan ketajaman analisis,

obyektivitas, dan sistematik, sehingga memperoleh ketepatan dalam interpretasi.

Margono (2000:36).

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini bersifat deskriptif

kalitatif yang bertujuan untuk memberikan deskripsi atau gambaran tentang

korelasi antara bakat numerik dengan prestasi belajar fisika pada siswa kelas X

SMA Negeri 2 Sumbawa Besar Tahun Pelajaran 2010/2011.

29

Page 30: Bakat Numberik

B. Sumber Data

1. Populasi

Menurut Sutrisno Hadi (1993 : 70) populasi adalah seluruh penduduk

atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Pendapat

lain menyatakan populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan-satuan

atau individu-individu yang karakteristiknya ingin kita ketahui. Toha

Anggoro, (2007:42).

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X

SMA 2 Sumbawa yang berusia antara 15-16 tahun. Berdasarkan data yang

diperoleh dari pihak sekolah, jumlah populasi kelas X SMA 2 Sumbawa

sebanyak 240 orang.

2. Sampel

Mengacu pada tabel Morgan maka diperoleh jumlah sampel sebesar

148 orang. Adapun metode pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian

ini adalah menggunakan teknik proporsional random sampling. Menurut

Sutrisno Hadi (1996:223) alasan penulis menggunakan random sampling ini

adalah memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel. Selain hal tersebut, Sutrisno Hadi (1996:223)

mengatakan suatu cara disebut random apabila peneliti tidak memilih-milih

individu yang akan ditugaskan untuk menjadi sampel penelitian. Teknik

random sampling yang dipergunakan adalah dengan cara undian. Langkah

pertama adalah dengan memberi nomor urut pada masing-masing sampel,

30

Page 31: Bakat Numberik

setelah membuat nomor yang dimasukkan kedalam gelas yang berlubang

kemudian diambil sebanyak 148 kali. Nomor yang keluar dipergunakan

sebagai sampel penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan proporsional

adalah dimana tiap-tiap sub populasi mendapat bagian atau kesempatan yang

sama untuk menjadi sampel dalam penelitian.

Menurut M. Nasir (1988:360), untuk prosedur pengambilan sampel

dengan metode proporsional random sampling dipergunakan rumus sebagai

berikut :

ni= NiN

n

Keterangan :

ni : Jumlah sampel per sub populasi

Ni : Total sub populasi

N : Total populasi

n : Besarnya sample

Berdasarkan kriteria sampel di atas maka diperoleh distribusi sampling

sebagai berikut :

Kelas 1A 1B 1C 1D 1E 1F Jumlah

Populas

i40 42 40 38 42

38240

Sampel 25 26 25 23 26 23 140

31

Page 32: Bakat Numberik

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai

berikut:

1. Tes

Tes adalah serentetan atau latihan yang digunakan untuk mengukur

minat, bakat, sikap atau kemampuan seseorang (Yatim Riyanto, 2001:103).

Pendapat lain mengatakan tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta

alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok. Suharsimi Arikunto, (2006:150).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah seperangkat

latihan yang dimaksudkan untuk mengukur minat, bakat, sikap atau

kemampuan seseorang dalam pencapaian prestasi. Adapun tes yang digunakan

dalam penelitian ini adalah tes bakat numerik.

Tes kemampuan bakat, mengukur taraf kemampuan seseorang untuk

berhasil dalam bidang studi tertentu, program pendidikan vokasional tertentu

atau bidang pekerjaan tertentu, lingkupnya lebih terbatas dari tes kemampuan

intelektual (Test of Specific Ability; Aptitude Test ). Kemampuan khusus

yang diteliti itu mencakup unsur-unsur intelegensi, hasil belajar, minat dan

kepribadian yang bersama-sama memungkinkan untuk maju dan berhasil

dalam suatu bidang tertentu dan mengambil manfaat dari pengalaman belajar

dibidang itu.

32

Page 33: Bakat Numberik

D. Instrumen Penelitian

E. Teknik Analisis Data

DAFTAR PUSTAKA

http://pengantarpendidikan.wordpress.com/2010/12/02/dasar-dasar-

pelaksanaan-pendidikan-dan-undang-undang-sistem-pendidikan-nasional/ (hari

minggu tgl 12 jam 9:31)

http://paudjermanclub.blogspot.com/

http://abdulpurwanto.blogspot.com/2005_03_06_archive.html

http://eko13.wordpress.com/2008/03/18/jenis-data-dan-metode-pengumpulan-

data/

33