BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN...

90
111 BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN UPAYA PENCEGAHANNYA A. Deteksi Gangguan Mental dan Upaya Pencegahannya: Telaah Psikologis Sehat lahiriah dan batiniah (jasmani dan rohani) merupakan cita-cita setiap orang. Kriteria sehat tidak hanya dipandang dari satu segi saja, melainkan berbagai segi yang ikut berperan dalam menentukan seseorang itu dianggap sehat, terlebih sehat secara psikologis (mental). Dalam hal ini orang bisa dikatakan sehat secara psikologis akan bersentuhan terhadap beberapa aspek yang melingkupinya, sehingga bisa dikatakan sehat secara utuh. Aspek- aspek tersebut adalah aspek psikologis, aspek sosial budaya, dan aspek agama, yang masing-masing memiliki kriteria tersendiri dalam menentukan konsepsi tentang kesehatan mental (mental health) . Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan zaman pengertian atau pemahaman mengenai kesehatan juga mengalami kemajuan. Pemahaman klasik menganggap bahwa kesehatan mental itu bersifat terbatas dan sempit. Secara umum kesehatan mental hanya dipahami terbatas pada terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa. Dari pemahaman ini dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental hanya diperuntukkan bagi orang yang mengalami gangguan atau menderita penyakit jiwa saja. Padahal kesehatan mental sangat dibutuhkan bagi orang merindukan ketenteraman dan kebahagiaan hidup. Adapun persoalan gangguan mental, dalam hal ini tidak bisa lepas dari apa yang disebut dengan kesehatan mental. Karena dari sini kita akan mengetahui tentang gangguan mental itu sendiri. Kondisi mental yang sehat yaitu terkait dengan pertama, bagaimana kita memikirkan, merasakan dan melakukan berbagai situasi kehidupan yang kita hadapi sehari-hari. Kedua, bagaimana kita memandang diri sendiri, kehidupan sendiri, dan orang lain dan ketiga bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan. Seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan

Transcript of BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN...

Page 1: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

111

BAB IV

METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN UPAYA

PENCEGAHANNYA

A. Deteksi Gangguan Mental dan Upaya Pencegahannya: Telaah Psikologis

Sehat lahiriah dan batiniah (jasmani dan rohani) merupakan cita-cita

setiap orang. Kriteria sehat tidak hanya dipandang dari satu segi saja,

melainkan berbagai segi yang ikut berperan dalam menentukan seseorang itu

dianggap sehat, terlebih sehat secara psikologis (mental). Dalam hal ini orang

bisa dikatakan sehat secara psikologis akan bersentuhan terhadap beberapa

aspek yang melingkupinya, sehingga bisa dikatakan sehat secara utuh. Aspek-

aspek tersebut adalah aspek psikologis, aspek sosial budaya, dan aspek agama,

yang masing-masing memiliki kriteria tersendiri dalam menentukan konsepsi

tentang kesehatan mental (mental health).

Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan

zaman pengertian atau pemahaman mengenai kesehatan juga mengalami

kemajuan. Pemahaman klasik menganggap bahwa kesehatan mental itu

bersifat terbatas dan sempit. Secara umum kesehatan mental hanya dipahami

terbatas pada terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa. Dari

pemahaman ini dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental hanya

diperuntukkan bagi orang yang mengalami gangguan atau menderita penyakit

jiwa saja. Padahal kesehatan mental sangat dibutuhkan bagi orang merindukan

ketenteraman dan kebahagiaan hidup. Adapun persoalan gangguan mental,

dalam hal ini tidak bisa lepas dari apa yang disebut dengan kesehatan mental.

Karena dari sini kita akan mengetahui tentang gangguan mental itu sendiri.

Kondisi mental yang sehat yaitu terkait dengan pertama, bagaimana kita

memikirkan, merasakan dan melakukan berbagai situasi kehidupan yang kita

hadapi sehari-hari. Kedua, bagaimana kita memandang diri sendiri, kehidupan

sendiri, dan orang lain dan ketiga bagaimana kita mengevaluasi berbagai

alternatif dan mengambil keputusan. Seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan

Page 2: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

112

mental adalah penting bagi setiap fase kehidupan. Kesehatan mental terentang

dari yang baik sampai dengan yang buruk, dan setiap orang secara fluktuatif

akan mengalami rentangan tersebut. Tidak sedikit orang, pada waktu-waktu

tertentu mengalami masalah-masalah kesehatan mental selama rentang

kehidupannya. Dalam hal ini yang menjadi pokok permasalahan terhadap

kesehatan mental yaitu adanya gangguan-gangguan metal.

Terkait dengan pengertian kesehatan mental, Zakiyah Darajat (1975)

mengemukakan, bahwa kesehatan mental adalah “Terwujudnya keharmonisan

yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai

kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan

merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya”.1 Kesehatan

mental dapat juga diartikan sebagai “Suatu kondisi yang memungkinkan

perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang

dan perkembangan itu selaras dengan perkembangan orang lain”. Fungsi-

fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan dan keyakinan

hidup, harus dapat saling membantu dan bekerjasama satu sama lain, sehingga

dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan

ragu dan bimbang serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin

(konflik).2 Secara sederhana dapat dipahami kondisi mental yang tidak

terganggu alias-mental yang sehat (mental health) adalah:

1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis) dan

dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychosis), serta penyakit jiwa

campuran lain (psychopath).

2. Dapat menyesuaikan diri, yakni adanya kemampuan untuk menyesuaian

diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan dengan lingkungan

dimana ia tinggal.

3. Dapat memanfaatkan segala potensi, bakat, dan pembawaan yang ada

semaksimal mungkin, sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang

lain, serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa, dan

1Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Haji Masagung, 1990), hlm. 10-11 2 Yusak Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm.10-12.

Page 3: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

113

4. Membawa kepada kebahagiaan bersama serta tercapainya keharmonisan

jiwa dalam hidup.3

Musthafa Fahmi berpendapat sebagaimana yang dikutip oleh DR.

M. Sholihin, M.Ag, dijelaskan kesehatan mental adalah keadaan yang

mendorong seseorang dengan cara aktif, luas, lengkap dan tidak terbatas

untuk menyesuaikan diri dengan dirinya dan dengan lingkungan sosialnya.

Hal ini membawa pada kehidupan yang serasi, dan terhindar dari

goncangan, serta penuh vitalities (semangat hidup), dapat menerima

dirinya, dan dalam dirinya tidak terdapat tanda-tanda yang menunjukkan

ketidakserasian sosial, juga tidak melakukan hal-hal yang tidak wajar.

Sebaliknya ia melakukan hal-hal yang wajar yang menunjukkan kestabilan

jiwa, emosi, dan pikiran dalam bersikap dan bertingkahlaku. 4

Dalam rentang sejarah peradaban manusia, para ahli telah berusaha

untuk mencari penyebab gangguan (kerusakan) psikologis (mental). secara

umum mereka memfokuskan pada empat faktor yaitu; faktor supernatural,

faktor biologis, proses psikologis dan keadaan sosial.

Dalam perspektif supernatural atau demonological, berpendapat bahwa

gangguan mental (jiwa) dan tingkah laku serta kepribadian yang abnormal,

mereka mendasarkan bahwa kondisi kejiwaan orang tersebut diakibatkan atau

terpengaruh oleh dari kekuatan ghaib yang berasal dari dewa, setan, guna-

guna, sihir dan ruh jahat, dimana peristiwa ini dianggap sebagai tanda-tanda

mistis. Hal ini didasarkan pada penelitian dan penemuan arkeolog, yang

menemukan sebuah tengkorak kepala manusia yang berlubang, diyakininya

bekas operasi pengeboran, yang disebut sebagai trephining atau operasi

trepanasi. Pengeboran ini dimaksudkan untuk dipakai sebagai jalan keluar

ruh-ruh jahat yang diusirnya, yang tengah bersarang dalam diri manusia, cara

demikian ini dianggap sebagai metode penyembuhan. Teknik ini pada zaman

modern sekarang ini dikembangkan juga sebagai metode untuk penyembuhan

3 Syamsu Yusuf LN, Mental Hygiene; Pengembangan Kesehatan Mental dalam Kajian

Psikologi dan Agama, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), hlm. 19. 4 M. Solihin, Terapi Sufistik: Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Perspektif Tasawuf,

(Bandung: Pustaka Setia, 2004), hlm. 60.

Page 4: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

114

terhadap orang yang terkena gangguan mental ataupun sakit jiwa, yang

disebut dengan teknik psikosurgis (psychosurgical).5 Disamping teknik ini

juga dilakukan teknik exorcism yaitu praktek pengusiran setan, membebaskan

manusia dari ruh-ruh jahat. Dan pada masayarakat tradisional sekarang ini pun

masih kerap dilakukannya, dan juga memiliki anggapan bahwa orangan yang

mengalami gangguan mental (sakit jiwa/ gila), mereka meyakininya, bahwa

orang tersebut terkena guna-guna, sihir atau kerasukan setan, jin dan ruh halus

yang jahat.

Pada masa sekarang gangguan mental digolongkan menjadi dua tipe,

yakni tipe gangguan mental yang jahat dan tipe gangguan mental yang baik

(memberi kebajikan), dan hanya para pendeta, rahib, biarawan, kiai dan orang

pintar (dukun/ pemimpin kepercayaan adat) saja yang hanya diperbolehkan

untuk mengobatinya, begitu juga pada masyarakat sekarang, apabila ada yang

sakit mental pengobatan pertama dipastikan lari pada orang pintar (kiai,

dukun, dan ahli supranatural). Untuk penanganan para penderita gangguan

mental tersebut, mereka dipasung, dirantai, dikucilkan (dibuang ke hutan),

memenjarakan, dibunuh dan dibakar hidup, yang pada intinya diperlakukan

sangat tidak manusiawi.6

Sementara itu menurut pandangan kedua mengatakan bahwa

kerusakan mental disebabkan oleh faktor-faktor biologis, bukan faktor

supernatural. Pandangan ini pertama kali digagas oleh seorang filosof Yunani,

yaitu Hippocrates dan Tabib Galen. Dia mengatakan bahwa kerusakan

psikologis dalam diri seseorang itu diakibatkan oleh ketidakseimbangan

ramuan empat cairan yang ada dalam tubuh, senada dengan ide tersebut orang

China juga menyatakan bahwa penyakit mental (jiwa) itu disebabkan oleh

adanya ketidakseimbangan unsur yin dan yang, yang ada dalam tubuh.

Pendekatan semacam inilah yang pada saat ini menghasilkan suatu teknik

pengobatan dengan pendekatan neurobiological, yakni suatu hasil anamnesis

yang menjelaskan bahwa penyakit mental itu berkaitan langsung dengan

5 Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Pathologi Seks, (Bandung: Penerbit Alumni, 1985), hlm. 11.

6 Ibid.11-12.

Page 5: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

115

gangguan yang terdapat pada anatomi dan cairan kimiawi yang terdapat dalam

otak dan juga oleh proses yang bersifat biologis yang lain, dan pendekatan

inilah yang berkembang pesat pada zaman modern saat ini.7 Dan para

penderita gangguan mental tersebut harus diperlakukan humanis dan diobatai

secara wajar layaknya seperti orang yang menderita penyakit fisik, serta

dihargai martabat kemanusiaannya.

Para ahli psikologi melihat penyebab terjadinya gangguan mental

sangat kompleks. Dari kacamata biologi secara organis (model organis) sebab

utama penyakit mental yang berakibat pada tingkah laku abnormal adalah

adanya kerusakan pada jaringan-jaringan otot atau gangguan biokhemis pada

otak, akibat kerusakan (defect) genetis, disfungsi dari endokrin, infeksi atau

luka-luka. Sebagaimana pendapat Wilhelm Griesinger dalam bukunya the

pathology and therapy of mental illness (1984) yang dikutip oleh Kartini

Kartono menyatakan “ penyakit jiwa/mental itu merupakan penyakit jasmani,

khususnya sakit pada otak karena itu tidak ada bedanya dengan penyakit tubuh

lainnya”. Secara psikologis bahwa faktor pencetus gangguan mental ialah

disebabkan “adanya pola belajar yang pathologist atau pola belajar yang

salah” pernyataan ini diasumsikan dari pola asuh orang tua yang salah dan

individu yang sakit jiwa itu tidak pernah belajar memuaskan kebutuhan sendiri

secara efisien, tidak mampu beradaptasi dengan orang lain dan lingkungannya

secara efektif, akibat dari proses belajar yang salah ini seseorang banyak

terbentur macam-macam kesulitan, konflik batin, tenggelam dalam dunia

fantasi, jadi neurotis dan mengembangkan pola respon yang tidak adekwat.8

Paul Meehl melihat penderita schizophrenia itu adalah seorang yang memiliki

reaksi emosional yang datar, tanpa gairah hidup, dan fungsi inteleknya

mengalami sedikit disorganisasi, jelas bahwa pengalaman-pengalaman belajar

yang negatif itu beroperasi sebagai predisposisi genetis untuk memprodusir

gangguan klinis-mental.9 Begitu juga Sigmund Freud dan juga Pavlov melihat

7Ibid., 13. 8 Ibid., hlm., 13-14. 9 Ibid, hlm., 15.

Page 6: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

116

masalah gangguan mental itu akibat dari proses belajar, sebagaimana dalam

pernyataannya:

“Bukan luka-luka anatomist atau kesalahan-kesalahan biochemist yang menjadi sebab-musabab bagi tingkah laku yang pathologis akan tetapi dari proses belajar dari individu yang bersangkutan”. (Freud)10

“Tingkah laku abnormal itu adalah bentuk kebiasaan–kebiasaan yang maladaptive. (Pavlov).11

Karena itu secara konsekuen mereka menganggap gangguan mental

ialah sebagai bentuk tingkah laku lahiriyah (eksternal) dan tidak memandang

sebagai bentuk konflik internal”. Dalam hal ini Freud menambahkan dalam

psikoanalisisnya, sebagaimana yang dikemukakan di depan bahwa kondisi

kejiwaan individu itu dipengaruhi oleh tiga unsur yang ada dalam diri yaitu Id,

Ego dan super Ego. Menurut teori ini sumber dari semua gangguan

psikis/mental itu terletak di dalam individu itu sendiri yaitu berupa perang

batin antara dorongan-dorongan yang infantile melawan pertimbangan-

pertimbangan yang matang dan rasional, maka symptom-symptom yang

bersifat lahiriyah berupa tingkah laku abnormal itu merupakan bentuk

permukaan dari gangguan intrapsikhis yang serius.12 Dalam hal ini gangguan

mental itu ialah akibat dari pertentangan psikologis. Bagi Freud pertentangan

tersebut muncul karena konflik yang kuat antara keinginan, harapan, dan cita-

cita yang bersifat insting (id) dengan permintaan atau tuntutan lingkungan dan

masyarakat, yakni konflik antara tuntutan ideal dan realitas yang telah ada

sejak kecil. Aliran ini juga mengaitkan kerusakan mental dengan personalitas,

dengan teorinya yang “cognitive- behavioral theories”, yang mengemukakan

bahwa gangguan mental itu akibat hasil dari pelajaran yang telah diterima

(past learning) dan kondisi yang dihadapi, atau disebut juga kondisi traumatik.

Disamping aliran-aliran di atas mazhab psikologi Humanistic atau

phenomenology, menyatakan bahwa gangguan mental ataupun penyakit jiwa

secara umum, itu bisa muncul manakala aktualisasi diri dipenjara, sebagai

10 Ibid. 11 Ibid, hlm 16. 12 Ibid., 16-18.

Page 7: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

117

bentuknya yaitu biasanya perasaan gagal, karena hal ini ialah merupakan

ekspresi kondisi kejiwaan yang sebenarnya oleh karena setiap aktualisasi yang

diharapkan atau diinginkan tidak pernah terealisasi atau tersalurkan. Apa bila

hal ini terjadi maka sebagai akibatnya yaitu persepsi orang yang

mengalaminya akan terdistorsi, dan semakin besar distorsi yang ada, maka

semakin serius kerusakan pada kondisi mental (jiwa) seseorang.13

Secara umum dapat dikatakan bahwa baik penjelasan psikologi dan

neurobiological tidak dapat menjelaskan secara detail tentang berbagai bentuk

abnormalitas mental ataupun jiwa. Karena abnormalitas ada yang disebabkan

oleh kerusakan biologis maupun psikologis dan bahkan ada yang berkaitan

dengan persoalan sosial. Sebab faktor sosio-kultural dapat menciptakan

perbedaan aturan sosial, stressor, peluang dan pengalaman bagi manusia yang

berbeda usia, gender, tradisi dan bahkan norma, yang semua itu biasanya

dapat membantu mempermudah timbulnya berbagai penyakit mental ataupun

penyakit jiwa secara umum. Hal inilah yang biasanya digunakan oleh mazhab

sosiologi dalam menyikapi berbagai gangguan mental ataupun gangguan

kejiwaan.

Seperti halnya pada penyakit fisik, suatu gangguan bisa surut, menetap

atau berlanjut, apa bila seseorang memiliki daya tahan yang baik, dan mampu

untuk melawan gangguan, maka perjalanan penyakit bisa surut dengan

sendirinya. Sementara itu apabila daya tahan tidak mampu membendung dan

tidak mampu untuk melawan maka yang timbul ialah positif menderita suatu

penyakit yang menetap. Dan begitu juga apabila daya tahan mengalami

kegagalan dalam membendung dan melawan, maka yang terjadi ialah

perjalanan penyakit berkembang terus.

Hal ini tidak hanya terjadi pada gangguan fisik saja melainkan juga

bisa pada kondisi psikologis ataupun mental. Misalnya yang semula hanya

merasakan gangguan ringan, kemudian berkembang terus menerus tanpa ada

penanggulangan dan perhatian serius maka puncaknya yaitu kondisi

psikologis (mental) benar-benar mengalami gangguan (sakit).

13 Zainal Abidin, Analisis Eksitensial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2002), hlm. 70

Page 8: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

118

Sementara itu untuk mengetahui kriteria mental yang sakit atau tidak,

terlebih dahulu harus tahu dahulu mengenai kriteria mental (jiwa) yang sehat.

Dan gangguan mental itu pasti terkait dengan masalah kesehatan mental.

Para penderita kekalutan mental (gangguan mental) biasanya individu

mengalami macam-macam frustasi, kekecewaan, dihadapkan pada persoalan-

persoalan atau konflik-konflik, baik konflik antar manusia maupun konflik

intern dalam diri pribadi. selalu mengalami banyak ketegangan batin dan

gangguan emosional disebabkan konflik batin (hati nurani) atau ditekan oleh

sangsi-sangsi sosial dengan segenap tuntutannya. Jika problem psikologis ini

terus berlangsung atau kronis, maka hal itu akan banyak menimbulkan

macam-macam gangguan mental (penyakit mental). Jadi kondisi seseorang

yang terganggu mentalnya biasanya berangkat dari kondisi psikologis yang

kacau dan tidak kunjung dapat jalan keluar. Sementara itu orang yang tidak

terganggu mentalnya (sehat mentalnya) ialah sebaliknya dari kondisi tersebut.

Menurut mazhab psikoanalisa, mental yang sehat ialah adanya

kemampuan Aku yang Agung (super-ego) untuk membuat sintesis antara

berbagai alat-alat diri dan tuntutan masyarakat, atau untuk sampai kepada

penyelesaian pertarungan yang timbul antara alat-alat diri.14 Sedangkan

menurut paradigma mazhab behaviorisme melihat mental yang sehat ialah

adanya kesanggupan seseorang memperoleh kebiasaan yang sesuai dan

dinamik yang dapat menolongnya berinteraksi dengan orang lain dan mampu

menghadapi suasana apapun.15 Mazhab eksistensialisme mengemukakan,

kesehatan mental adalah bilamana manusia itu mampu menikmati wujudnya,

yang berarti ia mampu memahami dan menikmati wujudnya, menyadari

potensi-potensi yang ada dalam dirinya dan bebas untuk mencapai apa yang

dikehendaki dengan cara yang dipilihnya. Sementara itu mazhab humanistic

melihat orang yang memiliki mental yang sehat adalah orang yang memiliki

kesempurnaan jiwanya, yakni orang yang dapat memilih apa yang benar dan

dapat mengerjakan apa yang dipandangnya benar, atau seseorang yang mampu

14 Hasan Langgulung , Teori-Teori Kesehatan Mental, (Jakarta: al-Husna, 1986), hlm. 18 15 Ibid., hlm.24.

Page 9: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

119

mengaktualisasikan segala potensi, keinginan, harapan dan cita-cita yang

dianggap baik dan benar yang ada dalam dirinya. Paradigma humanistic ini

melihat orang yang menderita secara psikologis ialah orang yang selalu

menghindari sifat-sifat baik yang ada dalam diri.16

Menurut ilmu kedokteran (psychiatry) mental yang sehat adalah

dimana satu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan

emosional secara optimal, dan perkembangan tersebut selaras dengan keadaan

orang lain. Dengan demikian kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang

harmonis (serasi) antara individu dengan lingkungannya.17

Adapun ciri orang yang memiliki kepribadian dengan mental yang

sehat, itu biasanya memperlihatkan reaksi-reaksi personal yang cocok, tepat

terhadap stimulasi eksternal. Maka dari itu reaksi-reaksi keabnormalan pada

tingkat psikologis dan sosial (mental hygiene) biasanya diukur dengan:

kelakuan individu di tengah kelompok tempat hidupnya, reaksi tersebut

dikatakan normal apabila tepat dan sesuai dengan ide dan pola tingkah laku

yang sesuai dengan lingkungannya. Oleh karena itu kepribadian dengan

mental yang sehat itu ditandai dengan: integrasi kejiwaan, kesesuaian perilaku

sendiri dengan tingkah laku sosial, adanya kesanggupan melaksanakan tugas-

tugas hidup dan tanggung jawab sosial, dan efisien dalam menghadapi realitas

kehidupan.18 Dan secara psikologis ciri orang yang terganggu mentalnya ialah

adanya ketidakmampuan individu dalam menghadapi realitas, yang

membuahkan banyak konflik mental pada dirinya. Biasanya penderita yang

tidak sehat mentalnya adalah individu yang tidak mampu atau sengaja tidak

mau memikul tanggung jawab kedewasaan. Pada kondisi semacam ini

penderita disiksa dan dihantui oleh frustasi dan konflik-konflik jiwa sendiri,

dan selalu berusaha lari dari realitas yang dirasakan seperti tidak ada

penyelesaiannya (jalan keluar) atau tidak tertanggung lagi, kemudian dia

menciptakan satu dunia fantasi atau imajiner, yang dianggap lebih cocok dan

16 Ibid., hlm. 30. 17 Dadang Hawari, Psikiater, ( Solo: PT. Amanah Bunda Sejahtera, 1997), hlm. 12 18 Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam

Islam, (Bandung , Mandar Maju, 1989), hlm. 11-12.

Page 10: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

120

lebih enak serta sesuai dengan harapan dan impian. Perasaan-perasaan

semacam inilah yang selalu menghiasi dirinya, sehingga apa yang

dilakukannya tidak disadari sehingga memunculkan perilaku yang tidak

wajar.19 Jadi orang yang terganggu mentalnya biasanya berawal dari

ketidakmampuan individu dalam menghadapi realitas hidup dan selalu

melarikan diri dalam dunia khayali sendiri.

Pandangan-pandangan dari kacamata psikologis tersebut di atas lebih

bersifat subyektif dalam memberikan kriteria atau membatasi terhadap apa

yang dinamakan dengan kondisi mental yang sehat, karena hanya menerapkan

kriteria intern yang bermuara pada keserasian, keharmonisan, dan kesesuaian

antara dorongan-dorongan psikologis kaitannya dengan tuntutan hidup dan

kebutuhan yang bersifat individual.

Dalam pandangan sosial dan budaya kesehatan mental yaitu segala

bentuk tingkah laku manusia yang didasarkan pada nilai-nilai atau norma-

norma kemasyarakatan, sehingga orang yang memiliki mental sehat ialah

orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri, dengan diri

sendiri, orang lain, masyarakat dan dengan lingkungannya dimana ia hidup

(tinggal). Dan dalam pandangan agama (spiritual). Dan dalam pandangan

agama melihat bahwa orang yang sehat tidak hanya orang yang mampu

memenuhi kriteria sehat fisik dan psikisnya, serta mampu menyesuaikan diri

terhadap lingkungannya, akan tetapi orang yang memiliki kondisi mental yang

sehat ialah seseorang yang memiliki kemampuan hidup sesuai dengan aturan

agama dan mampu menyesuaikan diri dengan nilai-nilai agama yang bisa jadi

nilai dan aturan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai individual maupun

lingkungan sosial. Dengan demikian orang yang tidak mampu mengerti dan

menerima kenyataan dirinya, serta tidak sanggup atau tidak mampu

mewujudkan dirinya, hal tersebut merupakan bentuk dari kelainan dan

penyakit kejiwaan yang membawa dampak pada ketidakbahagiaan hidup.20

19 Ibid., hlm. 13. 20 Zakiyah Daradjat, op. cit., hlm. 11

Page 11: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

121

Sebagaimana paradigma diathesis stress orang yang menderita

psikologisnya yang dapat mempengaruhi kondisi mentalnya yaitu adanya

interaksi antara predisposisi terhadap penyakit (diathesis) dan lingkungan,

atau kehidupan (kejadian) yang mengganggu (stress). Diathesis dapat berupa

predisposisi terhadap penyakit, sifat seseorang, sedangkan stres dapat berupa

lingkungan psikologis, sosial, fisiologis, norma/ nilai agama yang tidak

menyenangkan atau mengganggu batin (psikis).

Sementara itu WHO sebagai organisasi kesehatan se-Dunia pada tahun

1959, memberikan kriteria mengenai kondisi jiwa atau mental yang sehat.

Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dapat beradaptasi secara konstruktif meskipun dalam kenyataan buruk

baginya.

2. Merasakan puas atas jerih payah sendiri

3. Lebih buas memberi daripada menerima

4. Secara relatif bebas dari rasa tegang, cemas, stress dan depressive.

5. Mampu berhubungan dengan orang lain dan saling tolong menolong dan

memuaskan

6. Dapat mengambil hikmah dari setiap problem yang dihadapi.

7. Mampu mengolah dan mengatur rasa pemuasan kepada penyelesaian yang

kreatif dan konstruktif

8. Memiliki cinta dan kasih sayang yang besar.

Pada tahun 1984 rumusan mengenai kriteria mental yang sehat di atas

disempurnakan lagi dengan menambah satu kriteria lagi yaitu “elemen

spiritual” (agama). Dengan demikian rumusan sehat mencakup aspek “Bio-

psycho-sosio dan spiritual”. Apabila seseorang tidak memenuhi kriteria

tersebut, maka kondisi personal seseorang secara psikologis dapat dinyatakan

tidak sehat (sakit).

Federasi Kesehatan Mental Dunia (world Federation for mental

Health) merumuskan mental yang sehat yaitu suatu kondisi kejiwaan yang

memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baik secara fisik,

intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan keadaan orang

Page 12: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

122

lain. Mental yang sehat itu mencakup beberapa prinsip yang selalu

melingkupi kondisi psikis maupun fisiologis seseorang, dengan pandangan

bahwa; Pertama, mental yang sehat yaitu sebagai suatu konsep ideal yang

harus diupayakan, karena mental sehat merupakan tujuan yang amat tinggi

bagi seseorang. Apabila disadari bahwa kondisi mental yang sehat itu

bersifat kontinyu, jadi semampu mungkin orang mengupayakan atau untuk

mendapat kondisi sehat secara optimal, dan berusaha terus menerus untuk

mencapai kondisi sehat yang setinggi-tingginya. Kedua, mental yang sehat

yaitu sebagai bagian dan karakteristik kualitas hidup. Prinsip ini menegaskan

bahwa kualitas hidup seseorang salah satunya ditunjukkan dengan suatu

kondisi mental yang sehat (mental higiene). Karena salah satu ukuran utama

yang bisa menentukan kualitas hidup seseorang dapat dikatakan meningkat

itu tergantung pada peningkatan kesehatan mentalnya. Begitu juga

sebaliknya apabila kondisi mentalnya terganggu, maka ia tidak akan mampu

merasakan sejauh mana kualitas hidup yang sedang dijalaninya. Dan orang

yang tidak terganggu mentalnya ialah orang yang mampu membuat berbagai

keputusan dan tidak hanya bereaksi dan Ia adalah seorang yang ulet serta

mampu menerima perputaran nasib, bila tidak dengan ketenangan hati,

setidak-tidaknya dengan keseimbangan diri, apabila mengalami kegagalan

dalam satu bidang tidak mengurangi keseluruhan identitas dirinya.21

D.S Wright A. Taylor sebagaimana yang dikutip oleh Moeljono

Notosoedirjo menilai bahwa tanda-tanda orang yang tidak terganggu

mentalnya yaitu:

a. Memiliki perasaan bahagia (happiness) dan terhindar dari ketidak

bahagian

b. Mampu bersikap efisien dalam menerapkan dorongannya untuk kepuasan

kebutuhannya.

c. Mampu meminimalisir rasa cemas

d. Mampu menghindari dan meminimalisir rasa berdosa

21 Moeljono Notosoedirjo, Kesehatan Mental; Konsep dan Penerapannya, (Malang:

UMM Pres, 2002), hlm. 26-27.

Page 13: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

123

e. Mampu menunjukkan sikap dan tingkah laku yang wajar (normal)

f. Mampu beradaptasi dengan lingkungannya secara wajar

g. Memiliki sikap otonomi dan memiliki harga diri yang wajar

h. Mampu membangun hubungan emosional dengan orang lain

i. Dapat melakukan kontak dan berkomunikasi dengan orang lain maupun

dengan lingkungan sekitarnya.22

Disamping pengertian di atas tanda-tanda yang menunjukkan pula

kondisi mental yang tidak terganggu, yaitu sebagai berikut.

1. Terhindar dari gejala-gejala gangguan jiwa dan penyakit jiwa. Zakiyah

Darajat (9975) mengemukakan tentang perbedaan antara gangguan jiwa

(neuroses) dengan penyakit jiwa (psikosis), yaitu:

a. Penderita neurosis masih mengetahui dan merasakan kesukarannya,

sebaliknya yang kena psychosis tidak.

b. Penderita neurosis, kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih

hidup dalam alam kenyataan pada umumnya, sedangkan yang kena

psikose kepribadiannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi,

dan dorongan-dorongannya) sangat terganggu, tidak ada integritas,

dan ia hidup jauh dari alam kenyataan. Sebagaimana dijelaskan pada

bab-bab sebelumnya.

2. Dapat Menyesuaikan Diri

Penyesuaian diri (self adjustment) merupakan proses untuk

memperoleh atau memenuhi kebutuhan (needs satisfaction), dan

mengatasi stress, konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu

dengan caracara tertentu. Seseorang dapat dikatakan memiliki

penyesuaian diri yang normal manakala dia mampu memenuhi

kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan

diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai dengan Norma agama.

3. Memanfaatkan Potensi Semaksimal Mungkin

Individu yang sehat mentalnya adalah yang mampu

memanfaatkan potensi yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang

22 Ibid., hlm. 31.

Page 14: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

124

positif din konstruktif bagi pengembangan kualitas dirinya.

Pemanfaatan diri itu seperti dalam kegiatan-kegiatan belajar (di rumah,

di sekolah atau di lingkungan masyarakat), bekerja, berorganisasi,

pengembangan hobi, dan berolahraga.

4. Tercapai Kebahagiaan Pribadi dan Orang lain.23

Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku atau respon-

responnya terhadap situasi dalam rangka memenuhi kebutuhan,

memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan orang lain Dia

mempunyai prinsip bahwa tidak akan mengorbankan hak orang lain demi

kepentingan dirinya sendiri, atau tidak mencari keuntungan diri sendiri di

atas kerugian orang lain. Segala aktivitasnya ditujukan untuk mencapai

kebahagiaan bersama.

Sementara itu Allport mengemukakan orang yang memiliki

kepribadian dengan mental yang sehat adalah mereka yang memiliki

aspirasi-aspirasi yang jelas dan memiliki arah tujuan hidup ke masa depan

yang jelas pula (directness life). Orang semacam ini jelas lebih kelihatan

sikap dan kepribadiannya dari pada orang yang memiliki kepribadian

neurotic. Orang yang memiliki arah hidup dia akan dibimbingnya menuju

ke masa depannya serta memberikan suatu alasan untuk hidup.24 Dalam

hal ini bisa dicermati melalui tabel karakteristik kepribadian yang sehat

mentalnya sebagai berikut:

23 Zakiyah Daradjat, op. cit., hlm. 11-13. 24 Duane Schultz, Psikologi Pertumbuhan; Model-model Kepribadian Sehat, terj, Yustinus,

(Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm. 35.

Page 15: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

125

Tabel Karakteristik Kepribadian yang Sehat Mentalnya

Aspek Pribadi Karakteristik

Fisik: a) Perkembangannya normal.

b) Berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya.

c) Sehat, tidak sakit-sakitan

Psikis: a) Respek din sendiri dan orang lain.

b) Memiliki insight-insight dan rasa humor.

c) Memiliki respon emosional yang wajar.

d) Mampu berpikir realistik dan objektif.

e) Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis.

f) Bersifat kreatif dan inovatif.

g) Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak defensif.

h) Memiliki perasaan bebas (sense of freedom) untuk

Sosial: a) Memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang

b) (Affection) terhadap orang lain, serta senang untuk

memberikan pertolongan kepada orang-orang yang

c) Memerlukan pertolongan, (sikap altruis).

d) Mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat,

penuh cinta kasih dan persahabatan.

e) Bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang

kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku,

ras, atau warna kulit

Moral-Religius: a) Beriman kepada Tuhan, dan taat menjalankan ajaran-

Nya dan menjauhi segala yang dilarang.

b) Jujur, amanah (bertanggung jawab, dan ikhlas dalam

beramal, dan berakhlakkul karimah.

Dalam hal ini Carl Rogers’s mengenalkan konsep fully functioning

(pribadi yang berfungsi sepenuhnya) sebagai bentuk kondisi mental yang

sehat. Secara singkat fully functioning person ditandai dengan:

Page 16: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

126

1. Terbuka terhadap pengalaman

2. Ada kehidupan pada dirinya

3. Kepercayaan kepada organismenya

4. Kebebasan berpengalaman

5. Memiliki kreativitas.

Sikun Pribadi sebagaimana yang dikutip oleh Syamsu Yusuf LN

mengemukakan bahwa ciri atau manifestasi jiwa dan mental yang sehat adalah

sebagai berikut.

1. Perasaan aman, bebas dari rasa cemas

2. Rasa harga diri yang mantap.

3. Spontanitas dan kehidupan emosi yang hangat dan terbuka.

4. Mempunyai keinginan-keinginan yang sifatnya duniawi, jasmani yang

wajar, dan mampu memuaskannya.

5. Dapat belajar mengalah dan merendahkan diri sederajat dengan orang lain.

6. Tahu diri, artinya mampu menilai kekuatan dan kelemahan dirinya (baik

fisik maupun psikis) secara tepat dan objektif.

7. Mampu melihat realitas sebagai realitas dan memperlakukannya sebagai

realitas (tidak mengkhayal).

8. Toleransi terhadap ketegangan atau stress, artinya tidak panik pada saat

menghadapi masalah (fisik, psikis, dan sosial).

9. Integrasi dan kemantapan dalam kepribadian.

10. Mempunyai tujuan hidup yang adekuat (positif dan konstruktif).

11. Kemampuan belajar dari pengalaman.

12. Kemampuan menyesuaikan diri dalam batas-batas tertentu dengan norma-

norma kelompok, dimana kita jadi anggotanya (tidak melanggar aturan-

aturan yang telah disepakati bersama atau ditentukan dalam kelompok).

13. Kemampuan tidak terikat oleh kelompok. (Mempunyai pendirian sendiri,

dapat menilai baik-buruk, benar-salah tentang kelompoknya).25

25 Syamsu Yusuf. LN, , op. cit, hlm. 21.

Page 17: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

127

Uraian di atas, menunjukkan ciri-ciri mental yang sehat, sedangkan

mental yang terganggu yaitu mempunyai ciri-ciri sebaliknya, yaitu dari

ciri-ciri tersebut di atas dan ditambah dengan ciri-ciri sebagai berikut.

1. Perasaan tidak nyaman (inadequacy).

2. Perasaan tidak aman (insecurity).

3. Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence)

4. Kurang memahami diri (self understanding)

5. Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial

6. Ketidakmatangan emosi.

7. Kepribadiannya terganggu.

8. Mengalami pathology dalam struktur sistem syaraf.26

Maslow dan Minttelemenn melihat bahwa orang yang sehat

mentalnya yaitu:

1. Memiliki rasa aman yang memadai (adequate feeling of security), yakni

memiliki perasaan rasa aman dalam berhubungan baik dalam pekerjaan,

sosial, keluarga dan dimana ia tinggal.

2. Memiliki kemampuan untuk menilai diri sendiri yang memadai

(adequate sel-evaluation), yang mencakup; pertama, harga diri yang

memadai, yakni merasa ada nilai yang sebanding pada diri sendiri dan

prestasinya. Kedua, memiliki perasaan berguna, yaitu perasaan yang

secara moral masuk akal, yakni dengan perasaan yang tidak diganggu

oleh rasa bersalah yang berlebihan, dan mampu mengenal beberapa hal

yang secara sosial dan personal tidak dapat diterima oleh kehendak

umum yang selalu ada dalam sepanjang kehidupan di masyarakat.

3. Memiliki spontanitas dan perasaan yang memadai dengan orang lain hal

(adequate spontaneity and emotionality). Hal ini ditandai oleh

kemampuan membentuk ikatan emosional secara kuat dan abadi, seperti

hubungan persahabatan dan cinta, kemampuan memberi ekspresi yang

cukup pada ketidaksukaan tanpa kehilangan kontrol, dan adanya

kemampuan untuk menyenangi diri sendiri.

26 Ibid., hlm. 23.

Page 18: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

128

4. Mempunyai kontak yang efisien dengan realitas (efficient contact with

reality), dalam hal ini setidaknya bisa mencakup dalam tiga hal, pertama

tiada fantasi yang berlebihan, kedua mempunyai pandangan yang realistis

dan pandangan yang luas terhadap dunia, yang disertai dengan

kemampuan menghadapi hidup sehari-hari, misal sakit dan kegagalan, dan

ketiga kemampuan untuk berubah jika situasi eksternal tidak dapat

dimodifikasi atau mampu bekerjasama atau bersosialisasi dengan orang

lain tanpa adanya tekanan (cooperation with the inevitable).

5. Memiliki keinginan- keinginan jasmani yang memadai dan

kemampuan untuk memuaskannya(Adequate bodily desires and

ability to gratify them). Hal ini ditandai dengan (a) suatu sikap yang

sehat terhadap fungsi jasmani, dalam arti menerima mereka tetapi

bukan dikuasai; (b) kemampuan memperoleh kenikmatan kebahagiaan

dari dunia fisik dalam kehidupan ini, seperti makan, tidur, dan pulih

kembali dari kelelahan; (c) kehidupan seksual yang wajar, keinginan

yang sehat untuk memuaskan tanpa rasa takut dan konflik; (d) kemam-

puan bekerja; (e) tidak adanya kebutuhan yang berlebihan untuk

mengikuti dalam berbagai aktivitas tersebut.

6. Mempunyai kemampuan pengetahuan yang wajar (Adequate self-

knowledge). Termasuk di dalamnya (a) cukup mengetahui tentang: motif,

keinginan, tujuan, ambisi, hambatan, kompensasi, pembelaan, perasaan

rendah diri, dan sebagainya; dan (b) penilaian yang realistis terhadap

milik dan kekurangan. Penilaian diri yang jujur adalah dasar kemampuan

untuk menerima diri sendiri sebagai sifat dan tidak untuk menanggalkan

(tidak mau mengakui) sejumlah hasrat penting atau pikiran jika beberapa

di antara hasrat-hasrat itu secara sosial dan personal tidak dapat diterima.

Hal itu akan selalu terjadi sepanjang kehidupan di masyarakat.

7. Kepribadian yang utuh dan konsisten (Integration and consistency of

personality). Ini bermakna (a) cukup baik perkembangannya, kepandaian

nya, berminat dalam beberapa aktivitas; (b) memiliki prinsip moral dan

kata hati yang tidak terlalu berbeda dengan pandangan kelompok; (c)

Page 19: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

129

mampu untuk berkonsentrasi; dan (d) tiadanya konflik-konflik besar

dalam kepribadiannya dan tidak dissosiasi terhadap kepribadiannya.

8. Memiliki tujuan hidup yang wajar (Adequate life goal). Ha1 ini berarti

(a) memiliki tujuan yang sesuai dan dapat dicapai; (b) mempunyai usaha

yang cukup dan tekun mencapai tujuan: dan (c) tujuan itu bersifat baik

untuk diri sendiri dan masyarakat.

9. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman (Ability to learn from

experience). Kemampuan untuk belajar dari pengalaman termasuk tidak

hanya kumpulan pengetahuan dan kemahiran ketrampilan terhadap dunia

praktek, tetapi elastisitas dan kemauan menerima dan oleh karena itu,

tidak terjadi kekakuan dalam penerapan untuk menangani tugas-tugas

pekerjaan. Bahkan lebih penting lagi adalah kemampuan untuk belajar

secara spontan. Ability to satisfy the requirements of the group

(kemampuan memuaskan tuntutan kelompok). Individu harus: (a) tidak

terlalu menyerupai anggota kelompok yang lain dalam cara yang

dianggap penting oleh kelompok; (b) terinformasi secara memadai dan

pada pokoknya menerima cara yang berlaku dari kelompoknya; (c)

berkemauan dan dapat menghambat dorongan dan hasrat yang dilarang

kelompoknya; (d) dapat menunjukkan usaha yang mendasar yang

diharapkan oleh kelompoknya: ambisi, ketepatan; serta persahabatan,

rasa tanggung jawab, kesetiaan, dan sebagainya, serta (e) minat dalam

aktivitas rekreasi yang disenangi kelompoknya.

10. Mempunyai emansipasi yang memadai dari kelompok atau budaya

(Adequate emancipation from the group or culture). Hal ini mencakup:

(a) kemampuan untuk menganggap sesuatu itu baik dan yang lain adalah

jelek setidaknya; (b) dalam beberapa hal bergantung pada pandangan

kelompok; (c) tidak ada kebutuhan yang berlebihan untuk membujuk

(menjilat), mendorong, atau menyetujui kelompok; dan (d) untuk

beberapa tingkat toleransi; dan menghargai terhadap perbedaan budaya.27

27 Moeljono Notosoedirjo, op. cit, hlm. 28-29.

Page 20: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

130

Dalam hal ini Golden Allport (1950), yang dilangsir oleh Victor E.

Frankl menyebut mental yang sehat dengan maturity personality. Dikatakan

bahwa untuk mencapai kondisi yang matang itu melalui proses hidup yang

disebutnya dengan proses becoming. Orang yang matang jika: pertama,

memiliki kepekaan pada diri secara luas, kedua hangat dalam berhubungan

dengan orang lain, ketiga keamanan emosional atau penerimaan diri keempat

persepsi yang realistik, ketrampilan dan pekerjaan, kelima mampu menilai

diri secara objektif dan memahami humor, dan keenam menyatunya

filosofi hidup.28

Rogers seorang ahli psikologi jebolan “Columbia University

Teachers College” yang terkenal dengan teori terapinya client centered

therapi, berpendapat bahwa orang yang memiliki kepribadian dan

mental yang sehat adalah orang yang mampu menyesuaikan diri dan

mampu bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam

kondisi-kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Dan mereka

memiliki kreatifitas dan spontanitas untuk menanggulangi perubahan-

perubahan traumatic sekalipun. Jadi Rogers melihat bahwa orang yang

sehat mentalnya adalah orang yang memiliki ketangguhan dalam

menghadapi kehidupan serta memiliki daya imajinasi-kreatif untuk

mengatasi problem yang dihadapinya.29 Disamping itu orang yang

memiliki orang yang sehat secara psikologis adalah orang yang terbuka

sepenuhnya terhadap semua pengalaman, memiliki perasaan dan rasa

tanggung jawab terhadap orang lain serta memiliki tujuan-tujuan dan

maksud-maksud yang jelas. Sementara itu Eric Fromm memandang

bahwa orang yang sehat mentalnya ialah orang-orang yang memuaskan

kebutuhan-kebutuhan psikologis secara kreatif dan produktif dan orang-

orang yang terganggu mentalnya (sakit-psikologisnya) ialah orang-orang

yang memuaskan kebutuhan-kebutuhannya secara irasional. Dan Fromm

juga menambahkan individu dengan mentalnya yang sehat ialah individu

28 Ibid., 30 29 Duane Schultz, op. cit.,, hlm. 55.

Page 21: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

131

yang memiliki cinta dengan sepenuhnya, memiliki kreatifitas, memiliki

kemampuan-kemampuan pikir yang sangat berkembang, mengamati

dunia dan diri secara obyektif dan memiliki suatu perasaan identitas

yang kuat. Fromm menyebutnya mental dan kepribadian yang sehat

dengan istilah orientasi produktif, yakni suatu konsep yang senada

dengan Alport yaitu “kepribadian yang matang” dan “aktualisasi diri”

konsepnya Maslow.30 Dengan demikian dapat dipahami bahwa

kepribadian dengan mental yang sehat yaitu orang-orang yang produktif

yang tidak hidup dalam dunia subjektif, dan frame of reference-nya

berdasarkan pikiran, bukan emosi, keputusan yang diambil dan pilihan-

pilihan diadakan bukan hanya karena dirasa baik, akan tetapi karena

tampaknya secara logis tepat dan benar.

Sementara itu untuk memahami sejauh mana kondisi kesehatan

mental. Menurut Schneider’s, (1964) sebagaimana yang dikutip oleh

Moeljono Notosoedirjo, ada lima belas prinsip, yang dibagi dalam tiga

kategori, dimana hal ini harus diperhatikan untuk memahami kesehatan

mental. Prinsip ini berguna dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan mental serta pencegahan terhadap gangguan-gangguan mental.

Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

1. Prinsip yang didasarkan atas sifat manusia, meliputi:

a) Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan atau bagian yang

tidak terlepas dari kesehatan fisik dan integritas organisme.

b) Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian yang baik,

perilaku manusia harus sesuai dengan sifat manusia sebagai

pribadi yang bermoral, intelektual, religius, emosional dan sosial.

c) Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan integrasi dan

pengendalian diri, yang meliputi pengendalian pemikiran,

imajinasi, hasrat, emosi dan perilaku.

30 Ibid., hlm. 71.

Page 22: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

132

d) Dalam pencapaian dan khususnya memelihara kesehatan dan

penyesuaian mental, memperluas pengetahuan tentang diri

sendiri.

e) Kesehatan mental memerlukan konsep diri yang sehat, yang

meliputi: penerimaan diri dan usaha yang realistik terhadap status

atau harga dirinya sendiri.

f) Pemahaman diri dan penerimaan diri harus ditingkatkan terus

menerus memperjuangkan untuk peningkatan diri dan realisasi

did jika kesehatan dan penyesuaian mental yang hendak dicapai.

g) Stabilitas mental dan penyesuaian yang baik memerlukan

pengembangan terus-menerus dalam diri seseorang mengenai

kebaikan moral yang tertinggi, yaitu: hukum, kebijaksanaan,

ketabahan, keteguhan hati, penolakan diri, kerendahan hati, dan

moral.

h) Mencapai dan memelihara kesehatan dan penyesuaian mental

tergantung kepada penanaman dan perkembangan kebiasaan yang

baik.

i) Stabilitas dan penyesuaian mental menuntut kemampuan

adaptasi, kapasitas untuk mengubah meliputi mengubah situasi

dan mengubah kepribadian.

j) Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan perjuangan yang

terus menerus untuk kematangan dalam pemikiran, keputusan,

emosionalitas dan perilaku.

k) Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan belajar

mengatasi secara efektif dan secara sehat terhadap konflik mental

dan kegagalan dan ketegangan yang ditimbulkannya.

2. Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan

lingkungannya, meliputi:

a) Kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada hubungan

interpersonal yang sehat, khususnya di dalam kehidupan

keluarga.

Page 23: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

133

b) Penyesuaian yang baik dan kedamaian pikiran tergantung kepada

kecukupan dalam kepuasan beraktifitas.

c) Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan sikap yang

realistik yaitu menerima realitas tanpa distorsi dan objektif.

3. Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan Tuhan,

meliputi:

a) Stabilitas mental memerlukan seseorang mengembangkan

kesadaran atas realitas terbesar daripada dirinya yang menjadi

tempat bergantung kepada setiap tindakan yang fundamental.

b) Kesehatan mental dan ketenangan hati memerlukan hubungan

yang konstan antara manusia dengan Tuhannya.

c) Kesehatan mental itu dapat diperoleh melalui penyadaran diri

bahwa diluar dirinya ada kekuatan yang mengatur hidup dan

nasibnya.31

Sementara itu untuk melihat atau menilai apakah seseorang terganggu

mentalnya atau tidak ataupun menilai kepribadiannya dengan mentalnya yang

sehat. Hal ini bisa dikenali melalui beberapa karakteristik-karakteristik

ataupun gejala-gejala yang ditunjukkan oleh orang yang bersangkutan.

Adapun karakteristik-karakteristik yang dapat dinilai, sebagaimana keterangan

dalam-bab-bab sebelumnya yaitu:

1. Penampilan fisik

2. Temperamen, yaitu suasana hati yang menetap dan khas pada pada orang

yang bersangkutan.

3. Kecerdasan (inteligensi)

4. Arah minat dan pandangan hidup

5. Sikap sosial

6. Cara pembawaan diri (bersikap sikap atau bertingkah laku) dan

7. Kecenderungan patologis

31 Moeljono Notosoedirjo, op. cit., hlm. 31-33.

Page 24: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

134

Sebagaimana penelitian Yang dilakukan oleh E. Fromm, ia mengambil

suatu kesimpulan dan mengemukakan bahwa orang yang sehat dan sakit

mentalnya yaitu dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

Orientasi Resepsi (penerimaan)

Segi Negatif Segi Positif

o Menerima

o Responsif

o Taat

o Sederhana

o Sangat menarik

o Dapat menyesuaikan diri dalam

masyarakat

o Idealistik

o Sensitif

o Sopan

o Optimistis

o Penuh kepercayaan

o Halus

o Pasif, tanpa inisiatif

o Tidak berpendapat, tidak mempunyai

ciri

o Submissive (bersikap tunduk)

o Tanpa kebanggaan

o Bersifat parasit (taknormal)

o Bersikap merendahkan diri tanpa

kepercayaan diri

o Tidak realistis

o Bersifat pengecut

o Lemah

o Impian khayal

o Berakal bulus (picik)

o Sentimental

Orientasi Exploitative (pengambilan)

o Aktif

o Sanggup mengambil

inisiatif

o Sanggup mengemukakan

tuntutan

o Bangga

o Impulsif

o Keyakinan pada diri sendiri

o Menawan hati

o Exploitative

o Agresif

o Egosentris

o Angkuh

o Gegabah

o Congkak

o Menggoda

Page 25: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

135

Segi Penimbunan (pemeliharaan)

o Praktis

o Ekonomis

o Hati-hati

o Agresif

o Sabar

o Waspada

o Tabah, ulet

o Sabar atas tekanan

o Tenang sekali

o Tertib

o Metodis

o Loyal (setia)

o Tidak berdaya khayal (tidak imajinatif)

o Kikir

o Curiga

o Dingin

o Lesu

o Cemas

o Kepala batu

o Lamban

o Tidak berdaya

o Suka menonjolkan keilmuannya

o Gangguan pikiran (obsesional)

o Suka menguasai (posesif)

Segi pemasaran (penukaran)

o Dengan maksud tertentu

o Sanggup berubah

o Kelihatan muda

o Melihat kedepan

o Berpandangan terbuka

o Suka bergaul

o Mengadakan eksperimen

o Tidak dogmatis

o Efisien

o Ingin tahu

o Cerdas

o Dapat, menyesuaikan diri

o Toleran (cooperative)

o Jenaka

o Dermawan

o Opportunitis

o Tidak konsisten

o Kekanak-kanakan

o Tanpa masa depan atau masa lalu

o Tanpa prinsip dan nilai-nilai

o Tidak sanggup sendirian

o Tanpa tujuan

o Relativistis

o Terlalu aktif

o Tidak bijaksana

o Intellectualistis

o Tidak suka membeda-bedakan

o Masa bodoh

o Pandir

o Royal

Page 26: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

136

Dari kedua segi tersebut di atas yakni segi positif dan segi negatif

menunjukkan bahwa segi positif menunjukkan sifat dari psikologis (mental)

yang sehat dan segi negatif menunjukkan dari sifat psikologis (mental) yang

tidak sehat.

Dari kriteria-kriteria di atas apa bila kita secara sungguh-sungguh

dalam mengamati (mendiagnostik), dengan mudah akan diketahui kondisi

mental ataupun kepribadian seseorang, karena gejala jiwa yang ditunjukkan

sepenuhnya, murni lahir dari dalam diri, baik yang bermasalah maupun yang

tidak. Disamping itu yakni untuk mengetahui sejauh mana kondisi mental

(mendeteksi), ada beberapa model pendekatan untuk mengetahui kondisi

mental, pendekatan tersebut yaitu; pendekatan dengan model psikodinamik,

sebagaimana yang dilakukan oleh Freud, menunjukkan bahwa gangguan

kejiwaan yang bisa berakibat pada kerusakan mental yaitu ditimbulkan oleh

konflik-konflik psikologis yang tertekan di alam ketaksadaran manusia. Dan

melalui pendekatan biomedis mengemukakan bahwa gangguan kejiwaan itu

diakibatkan oleh ketidakseimbangan kondisi tubuh, seperti fungsi tubuh yang

dominan, penyakit, faktor genetik dan kondisi sistem saraf, yang tidak normal,

diduga menjadi faktor pemicu munculnya gangguan mental ataupun perilaku

menyimpang (abnormal).32

Penting untuk diketahui dan dicermati yaitu mengenai faktor-faktor

yang menyebabkan atau memicu terjadinya kekalutan mental, yakni faktor

internal: kondisi, pikiran, perasaan, emosi, kehendak, sikap dan tingkah laku.

Dan faktor ekstern: psikososial dan psikoreligius (stressor). Karena dimensi-

dimensi inilah yang sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan mental,

jiwa, psikologis dan kepribadian.

32 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 218.

Page 27: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

137

Upaya Pencegahan.

Penderita gangguan mental pada akhir-akhir ini sering terjadi dan

terus bertambah yang terjadi di dalam masyarakat dan ini dialami oleh

seluruh negara. Gangguan mental ini baik yang timbul dari dalam diri

individu maupun disebabkan stressor yang diakibatkan oleh perubahan-

perubahan sosial yang begitu cepat, perkembangan teknologi begitu pesat,

disertai oleh kemajuan di segala bidang, menjadikan problema-problema

yang dihadapi masyarakat semakin kompleks. Seperti banyaknya persaingan

(kompetisi) yang tidak sehat, perlombaan dalam hidup dan pertentangan,

karena semakin banyaknya kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhi,

sehingga semakin sukar orang mencapai ketenangan hidup.

Perlu dimengerti juga bawa tidak serta merta bahwa kehilangan

ketenangan hidup itu tidaklah tergantung kepada faktor-faktor dari luar.

Seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya, melainkan

lebih tergantung kepada cara dan sikap diri dalam menghadapi faktor-faktor

tersebut. Disinilah perlu diperkuat kondisi kesehatan mental, orang yang

sehat mentalnya, meskipun menghadapi goncangan ekonomi yang tidak

stabil, akan tetap tenang dan tidak lekas putus asa, pesimis atau apatis.

Sebaliknya, bagi orang yang terganggu keadaan mentalnya, akan

mempengaruhi keseluruhan hidupnya. Pengaruh itu meliputi perasaan,

pikiran/kecerdasan, kelakuan dan kesehatan badan.33

Pengaruh gangguan kesehatan mental terhadap perasaan meliputi

rasa cemas (gelisah), iri hati, sedih, merasa rendah diri, pemarah, ragu

(bimbang) dan sebagainya. Gangguan terhadap pikiran, seperti sering lupa,

tidak mengkonsentrasikan pikiran tentang sesuatu yang penting, kemampuan

berpikir menurun sehingga seolah-olah ia tidak lagi cerdas, pikirannya tidak

dapat digunakan dan sebagainya.34 Sementara itu, gangguan terhadap

kelakuan sangat beragam bentuknya. Seperti tindak kriminal, agresif

(menyerang), destruktif (merusak), dan sebagainya. Bagi kalangan pemuda

33 Yusuf Burhanuddin, cit., hlm. 19-22. 34 Ibid.

Page 28: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

138

atau remaja, kelakuan-kelakuan yang demikian itu sering diistilahkan

dengan kenakalan remaja atau juvenile delinquency. Mengenai

penyebabnya, Soerjono Soekanto berpendapat: Keinginan-keinginan

pribadi yang tidak terpenuhi mungkin akan menimbulkan keinginan-

keinginan untuk menyimpang dari norma-norma yang berlaku, oleh

karena norma-norma tersebut kurang mampu untuk memberikan

peluang-peluang bagi tercapainya keinginan-keinginan pribadi, maka

kemungkinan akan menyebabkan tingkah-laku yang menyimpang

atau yang dinamakan deviant behavior.35

Adapun gangguan mental terhadap kesehatan badan (jasmani)

sering disebut dengan psikosomatik, yaitu penyakit pada tubuh yang

disebabkan oleh mental. Para ahli jiwa telah banyak meneliti gangguan--

gangguan mental/jiwa, yang secara keseluruhan dapat diklasifikasikan

menjadi tiga golongan. Pertama, mereka yang diserang oleh gangguan

mental karena pembawaan, sehingga si penderita sangat menyulitkan,

merugikan diri sendiri serta lingkungannya. Golongan ini sering

dinamakan psikopat. Kedua, psikosa yaitu gangguan kejiwaan karena

berbagai sebab, sehingga integrasi seseorang penderita rusak sama

sekali. Akibatnya kepribadian seseorang menjadi terganggu dan

selanjutnya tidak mampu menyesuaikan diri dan memahami problem.

Di antara sebabnya, karena keracunan akibat minuman keras, obat-

obat atau narkotika, akibat penyakit yang kotor (sipilis, gonorhoe),

dan lain-lain, sehingga terjadi kerusakan pada anggota tubuh, seperti

otak, sentral syaraf atau kehilangan kemampuan berbagai kelenjar,

syaraf-syaraf atau anggota fisik lainnya untuk menjalankan

tugasnya.36

Golongan ketiga, psikoneurosa), atau perpecahan pribadi (self-

devision). Ini disebabkan oleh karena alam sadar (Ego) menggantungkan

nasibnya pada alam moral (Superego), sedang alam bawah sadar (ID)

35M. Solihin, op .cit., hlm.63. 36 Dadang Hawari, Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi, (Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, 2001), hlm. 134.

Page 29: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

139

berusaha minta pemuasan. Keadaan yang demikian itu yang menjadikan

adanya konflik. Konflik bila tidak segera diatasi akan menjadi krisis psikis,

sehingga pribadi seseorang terbawa ke alam neurosa. Zakiah Darajat

membedakan antara neurosa dengan psikosa. Orang yang kena neurosa, masih

mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena psychose

tidak. Di samping itu orang yang kena neurosa kepribadiannya tidak jauh dari

realitas, dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. Sedangkan

bagi orang yang kena psychose, kepribadiannya dari segala segi (tanggapan,

perasaan/emosi dan dorongan-dorongannya) sangat terganggu, tidak ada

integritas dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.

Mengobati penyakit yang disebabkan karena gangguan mental, para

ahli biasanya menggunakan teknik-teknik tertentu untuk mencari sebab-sebab

timbulnya gangguan tersebut. Misalnya, teknik hipnotis, sugesti

psikoanalisa, dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menggunakan cara self

sugesti, tanpa bantuan orang lain.

Tidak ada insan yang kalis dari cobaan hidup. Setiap manusia pasti

pernah dan akan selalu mengalami kesulitan-kesulitan hidup, ketakutan-

ketakutan dan ketegangan-ketegangan. Takut akan hal-hal yang diduga bisa

mengancam eksistensinya, dan takut akan kejadian-kejadian baru yang akan

atau belum dialaminya. Takut pada hal-hal yang belum pasti. Karenanya,

unsur ketakutan dan ketegangan itu menjadi fungsi psikis yang esensial

dalam kehidupan manusia, seperti halnya lapar dan dahaga. Akan tetapi hal ini

kalau terus berlarut-larut terpendam dan terpelihara dalam diri bisa berakibat

buruk pada kondisi psikologis (mental) yang dapat berpengaruh pada kondisi

tubuh secara menyeluruh, baik fisik maupun psikis.

Jika kita mengalami ketegangan-ketegangan dan ketakutan-ketakutan

yang tidak menyenangkan, janganlah khawatir. Akan tetapi harus mulai

waspada, jika gelora-gelora emosi menjadi meluap-luap, sering timbul, dan

berulang kali berlangsung secara kronis, sehingga dapat menyebabkan

timbulnya ketidakimbangan dan kegoncangan-kegoncangan hebat dalam

kepribadian. Lebih-lebih kalau gangguan itu tidak mau lenyap dari hati, dan

Page 30: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

140

tidak mau lenyap dalam tempo yang lama. Karena ketakutan-ketakutan yang

terus diciptakan akan menambah buruk suasana kondisi psikis. Yang

diperlukan adalah ketenangan dan kewaspadaan serta mencari faktor

pencetusnya dan dengan segera menyelesaikan konflik tersebut apalah telah

diketahui faktor pencetusnya, inilah yang dinamakan orang yang memiliki

jiwa atau mental yang sehat.

Jika seseorang mendapatkan keruwetan-keruwetan batin, mengalami

maladjustment, konflik-konflik dalam diri sendiri yang serius, atau

mengidap bentuk kekalutan mental lainnya, atau kurang sehat mentalnya,

upaya apa yang harus dilakukan untuk mengatasi problem tersebut. Dalam

hal ini ada beberapa teknik treatment yang bisa dilakukan oleh individu untuk

menanggulangi ataupun mencegah agar tidak mengalami gangguan mental/

jiwa tersebut.

Ada beberapa treatment yang dapat dilakukan atau diterapkan oleh

individu untuk mencegah ataupun mengurangi timbulnya gangguan mental.

Adapun teknik atau treatment tersebut adalah:

a) Berusaha Memahami diri Sendiri

Perlu dimengerti bahwa setiap pribadi itu merupakan satu totalitas

kepribadian yang rumit dan kompleks (unities multiplex) dengan ciri-

cirinya yang khas. Masing-masing mempunyai cara dan respons yang

khusus dalam menanggapi kesulitan hidupnya. Karena itu selidikilah

pribadi itu, yakni bagaimana kepribadian yang dimilikinya. Apakah

tergolong pada tipe genius yang unik, biasa, atau kepribadian yang rentan

down terhadap setiap jenis problem atau konflik.

Berusaha mengenai kepribadian atau diri sendiri adalah penting,

karena dengan mengenal “siapa saya”, akan dengan mudah mengatasi

setiap persoalan yang menimpa, karena sudah mengenal tipe, watak dan

kepribadian yang kita miliki. Dan orang yang tahu siapa dirinya itulah

orang yang memiliki kecerdasan dan metal yang sehat.

Page 31: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

141

b) Mencari Sebab-Sebab Timbulnya Konflik (Faktor Pencetus)

Sadarilah dengan segera setiap persoalan yang dihadapi, lalu cari

lah penyebab dari setiap pemicu yang dirasa dapat mengganggu kesehatan

mental. Setelah mengetahui faktor pencetusnya dengan segeralah

mengambil tindakan untuk ,menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut

yang dapat mengganggu kondisi mental.

Hal yang paling efektif untuk menjaga kesehatan mental yaitu

janganlah terlalu berat menanggapi satu persoalan atau satu problematika

hidup yang tidak menguntungkan. Hindarilah konflik-konflik dan krisis-

krisis yang tidak perlu, lalu belajar menghadapi setiap situasi dengan

kepala dingin, serta penuh kepercayaan diri. Dan yakinlah bahwa hikmah

dibalik peristiwa. Dan janganlah menganggap sesuatu hambatan sebagai

satu kegagalan, tetapi setiap peristiwa, konflik, problem yang menimpa,

jadikanlah pelajaran dan ambil hikmahnya serta selalu bangkit dan

tanamam kan dalam diri bahwa hidup dan diri kita adalah segala-galanya.

c) Menggunakan Mekanisme Penyelesaian yang Positif

Jika mengalami kekalutan mental, usahakanlah dapat

menyelesaikan konflik-konflik batin dengan menggunakan mekanisme

pemecahan (solving mechanism) yang positif, diantaranya dengan,

resignasi, bekerja lebih giat, dan berusaha lebih tekun, dan mau bersikap

dewasa dan digunakan pula cara sublimasi dan yang terpenting adalah

berfikir dan bersikap serta bertindak secara rasional.

Adapun mekanisme penyelesaian yang positif bisa dilakukan

adalah sebagai berikut:

- Melakukan substitusi: yaitu mengubah rasa-rasa yang negatif dalam

bentuk tingkah laku yang positif-kreatif dan aktif. Bisa

menyenangkan orang lain, dan bisa memuaskan diri sendiri dengan

jalan yang wajar.

- Melakukan sublimasi: yaitu mengubah rasa-rasa egosentrisme,

egoisme, serta dorongan-dorongan yang rendah lainnya ke dalam

Page 32: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

142

bentuk tingkah laku yang lebih terpuji dan lebih mulia, serta sesuai

dengan harkat manusia berbudaya.

- Resignation atau resignasi ialah tawakal dan pasrah kepada Ilahi,

"narima", bisa menerima segala keadaan dan kesulitan dengan

tenang dan batin yang sehat serta berpikir positif terhadap cobaan

(problem) yang dihadapi.

- Besinnung ialah berfikir secara mendalam dan mawas diri, dengan

jalan mengadakan distansi terhadap segenap realitas yang tengah

dihadapi. Sehingga mampu mengorganisir aktivitas sendiri, yakni

mencari kemungkinan-kemungkinan serta perspektif-perspektif

hidup baru, dan bisa keluar dari impasse (jalan buntu).

- Melakukan kompensasi: kegagalan, dan kekalahan dalam salah satu

bidang supaya diimbangi dengan usaha untuk mencapai sukses

dalam bidang lain, dengan jalan berusaha lebih giat lagi.

d) Menanamkan Ni Lai-Ni Lai Spiritual dan Ni Lai-Ni Lai Kepercayaan

Terhadap Tuhan

Nilai-nilai spiritual dan renungan-renungan tentang Hakekat-Abadi

atau Ilahi (hidup beragama) itu bisa memberikan kekuatan dan stabilitas

bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai metafisik ini memberikan kemam-

puan/daya tahan dan tambahan energi untuk berjuang. Sebab semua nilai

religius, spiritual dan transendental yang tersembunyi di balik atau jauh di

belakang nilai-nilai materiil dan bersifat indrawi itu, pada hakekatnya

selalu mengandung unsur kebenaran serta keabadian sepanjang masa, dan

memberikan kebahagiaan sejati kepada segenap ummat manusia.

Barang siapa bisa menangkap arti serta nilai-nilai abadi tersebut,

akan dapat menemukan kebahagiaan dan ketenangan sejati. Imannya akan

teguh dan kokoh dalam menghadapi segala cobaan hidup serta macam-

macam kesulitan, karena ia bersikap pasrah menerima segala ujian hidup,

dan penuh keyakinan pada kekuasaan Tuhaan. Kehidupan yang

diimbangi dengan kepercayaan terhadap Tuhan, seseorang akan

Page 33: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

143

memperoleh keamanan (security) batin, sehingga tercipta menciptakan

sasana yang sehat lahir dan batin.

Disamping metode tersebut di atas, perlu juga dilakukan oleh

seseorang agar kondisi mentalnya selalu sehat. Adapun metodenya adalah

sebagai berikut.

a) Mengeluarkan dan Membicarakan Kesulitan

Jika ada satu masalah yang mengganggu batin, janganlah

disimpan dan disembunyikan. Uraikan kesulitan tersebut pada seorang

yang anda percayai misalnya pada suami/isteri, orang tua, dokter,

teman (sahabat, pacar, atau siapaja), guru, dan seterusnya. Dengan

jalan mengeluarkan ganjalan hati itu akan ringanlah beban batin, serta

dapat membantu diri melihat persoalan dari segi yang lebih terang dan

lebih obyektif. Dengan demikian orang lain itu bisa ikut terlibat mem-

bantu menyelesaikan masalah dengan saran-sarannya dan ikut

memecahkan kesukaran tadi.

b) Menghindari Kesulitan Untuk Sementara Waktu

Terutama jika anda menghadapi satu masalah yang berat dan

sulit pelik, hindari atau tinggalkan untuk sementara waktu masalah

tersebut. Misalnya dengan jalan membaca buku, melihat bioskop atau

pertandingan, main sport, rekreasi atau bepergian pendek (berekreasi),

tanpa memikirkan kepelikan telah menimpa. Jika tetap bersitegang

hati hendak mengurus kesukaran-kesukaran dengan rasa yang gelap

(buntek), maka hal ini malah akan memperkeruh suasana persoalan

yang sedang dihadapi. Dan tidak akan mampu menemukan jalan

keluar yang baik. Dengan mengalihkan persoalan tersebut yakni

diantaranya melakukan rekreasi atau mencari hiburan, ketika kembali

pada persoalan yakni pada kesulitan-kesulitan, disaat menghadapi

persoalan tersebut bisa menghadapi persoalan tersebut dengan

suasana yang lebih tenang, dan dalam kondisi yang lebih baik secara

emosional dan secara intelektual.

Page 34: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

144

c) Menyalurkan Kemarahan dan Sakit Hati

Kemarahan dan sakit hati adalah sebagai pola tingkah laku

(pattern of behaviour) sering membuat anda jadi menyesal; dan

membuat diri anda jadi ketolol-tololan. Jika anda berhasrat menggem-

pur seseorang dengan satu ledakan serangan kemarahan, cobalah

menunda terjadinya ledakan tadi sampai esok hari. Disamping itu

sibukkanlah diri sendiri; misalnya dengan berkebun, berburu, main

sport, atau berjalan jalan melihat keindahan alam, dan lain-lain.

Dengan menghapus kemarahan dan sakit hati yang

sudah hampir meletus, pastilah anda akan lebih mampu dan

lebih siap menghadapi segala kesulitan secara intelegen dan

rasional. Sebab kemarahan-kemarahan hebat dan sakit hati

yang berlangsung lama, berulang-ulang kembali dan kronis

sifatnya itu dapat menyebabkan timbulnya tekanan darah

tinggi/hypertension dan gejala-gejala neurosa yang gawat.

d) Bersedia Menjadi Pengalah yang Baik

Jika anda sering bertengkar dengan orang lain, selalu keras

kepala atau mau menang sendiri, dan selalu mau menentang, ingatlah

bahwa tingkah laku tersebut adalah kekanak-kanakan Berpeganglah

teguh pada pendirian sendiri, jika sekiranya anda yakin berdiri di pihak

yang benar akan tetapi berlakulah selalu. Tenang dan bersedia

mengaku salah, jika pendirian anda ternyata kemudian memang salah.

Sungguhpun anda benar-benar ada di pihak yang benar, adalah

lebih mudah bagi anda sekiranya anda kadangkala bersedia mengalah.

Jika anda ikhlas berbuat sedemikian ini, maka anda akan mengalami

bahwa lawan juga akan bersedia mengalah pada saat lain. Hasilnya

ialah: Akan terbebas dari tekanan-tekanan batin clan konflik-

konflik, akan menemukan cara penyelesaian internal dan eksternal

yang praktis, juga akan mendapatkan kepuasan, dan dapat mencapai

status kematangan pribadi.

Page 35: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

145

e) Berbuat Suatu Kebaikan Untuk Orang Lain; Dan Memupuk Sosialitas

(Kesosialan)

Jika anda terlalu sibuk dengan diri sendiri atau terlalu terlibat

dalam kesulitan-kesulitan sendiri, cobalah berbuat sesuatu demi

kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Hal ini akan menumbuhkan rasa

harga-diri, rasa berpartisipasi di dalam masyarakat, dan bisa

memberikan arti atau satu nilai hidup dan juga dapat memberikan rasa

kepuasan dan keindahan, karena diri merasa berguna. Perbuatan tadi

akan membawa kepada penelitian diri sendiri, distansi diri, dan

introspeksi. Dan bisa lebih cepat keluar dari gangguan batin,

egosentrisme, serta ketegangan-ketegangan. Semua itu akan dapat

menumbuhkan rasa kehangatan, rasa simpati dan rasa kasih sayang

pada sesama manusia, dan akan memupuk kesehatan jiwa maupun

raga.

f) Menyelesaikan Satu Tugas dalam Satu Saat

Bagi orang yang selalu menanggung banyak kecemasan, dan

dalam keadaan stress, suatu tugas yang ringan dan biasa pun akan

merasa merupakan beban yang berat baginya. Jika terjadi sedemikian,

pilihlah satu tugas atau pekerjaan yang harus diselesaikan paling

dahulu dengan mengesampingkan hal-hal lain atau tugas-tugas lain.

Jika anda dapat menyelesaikan kesukaran yang pertama, maka

kesulitan-kesulitan yang lain dengan mudah akan dapat mudah

diatasinya. Jika merasa tidak mampu memecahkan satu persoalan,

maka bertanyalah pada diri sendiri, apakah tidak terlalu ambisius,

tidak menganggap harga diri sendiri terlalu tinggi dan terlampau

penting, sehingga melebih-lebihkan kemampuan sendiri

(overestimate). Dan apakah diri tidak terlalu banyak menuntut pada

hal-hal yang sulit dicapai?

g) Jangan Menganggap Diri Terlampau Super

Ada orang yang merasa takut memutuskan sesuatu, karena ia

merasa tidak dapat mencapainya sesuai dengan apa yang dicita-

Page 36: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

146

citakan, sebab tidak sesuai dengan standard normatif yang dipeluknya.

Biasanya ia menginginkan kesempurnaan (perfection) di dalam segala

hal. Maka kecenderungan-kecenderungan semacam ini merupakan

pangkal permulaan dari kegagalan-kegagalan. Tentukan secara tegas

apa yang hendak anda capai. Lalu konsentrasikan segenap tenaga serta

fikiran guna mencapainya, yaitu suatu obyek yang diperkirakan akan

memberikan kepuasan paling banyak pada diri. Curahkan segenap

kemampuan anda dalam usaha ini tapi hendaknya jangan

membebani diri sendiri dengan satu tugas dan cita-cita yang

sekiranya tidak akan sanggup capainya. Dan janganlah terlalu

percaya, optimis bahwa bisa menyelesaikan dan mencapai satu

kesempurnaan. Sebab kesempurnaan yang sejati itu hanya ada pada

Tuhan.

h) Mau Menerima Segala Kritik Dengan Lapang Dada (Terbuka)

Ada orang-orang yang terlalu banyak mengharap dari orang

lain. Dia akan merasa sangat kecewa, juga merasa tidak enak hati, dan

mengalami frustrasi jika ada orang lain yang tidak bisa memuaskan

dirinya, terlebih lagi jika orang lain itu tidak sesuai dengan norma atau

standard ukuran sendiri dan kemauannya. Maka ingatlah bahwa hidup

individu dan kehidupan bersama demi ketenteraman, dan kebahagiaan

insani. Kooperasi merupakan unsur mutlak yang harus ada dalam

kehidupan bersama, kalau manusia masih mau mempertahankan

hidupnya dan ingin tenteram batinnya.

Terbuka terhadap kritik yang dilontarkan orang lain dan mau

menerima dengan lapang dada, serta mau menjadikan kritikan

tersebut sebagai koreksi diri sendiri, dengan demikian rasa angkuh

dan kesombongan akan lenyap, yang muncul adalah rasa kedamaian

dan ketenteraman batin. Dan tanamkan dalam diri bahwa kritikan

orang lain adalah sebagai bentuk perhatian akan eksistensi kita,

bahwa orang lain, masyarakat, atau lingkungan sekitar masih

memperhatikan, dan dengan demikian akan ditemukan kesadaran

Page 37: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

147

bahwa diri kita masih diharapkan dan sangat berarti bagi lingkungan

dimana kita tinggal.

i) Menjadikan Diri Sendiri Menjadi Bermakna

Banyak dari seseorang merasa dirinya ditinggalkan, dilupakan,

diremehkan dan disia-siakan oleh orang lain. Seringkali baik sadar

maupun secara tidak sadar siapapun akan merasakan peristiwa

sedemikian ini. Maka dari pada mengkerut takut, sedih hati dan kecil

hati, serta mengundurkan diri, akan lebih sehat jika mau berlaku

praktis dan aktif. Yaitu dengan jalan; mengambil inisiatif, mengajukan

usul-usul konkrit, dan berbuat yang positif, baik untuk diri sendiri

maupun untuk orang lain.

Sebagaimana yang dikemukan oleh Maslow bahwa aktualisasi

diri adalah merupakan kebutuhan pokok yang harus dicapainya. Tanpa

menjadikan diri sendiri menjadi manusia yang bermakna mustahil

aktualisasi diri dapat terwujud. Dengan demikian menjadikan diri

menjadi bermakna yaitu salah satunya dengan melakukan hal-hal yang

positif, dan memandang bahwa pentingnya kehidupan ini. Dengan

berpikiran demikian maka perasaan dan pikiran negatif pada diri

sendiri dengan sendirinya akan sirna, dan menjadikan mental menjadi

sehat.

Pada umumnya kesukaran-kesukaran emosional dan konflik-konflik

itu timbul disebabkan oleh soal-soal praktis dan kecil-kecil yang terjadi sehari-

hari. Misalnya terlibat dalam kesulitan keuangan, kerumitan pekerjaan kantor,

kenakalan- kenakalan anak bagi orang tua, gangguan-gangguan dalam

perkawinan, kesulitan-kesulitan dalam percintaan, dan seterusnya. kebiasaan

dan sikap hidup seseorang yang sifatnya sangat agresif dan terlalu ambisius,

juga sering menyebabkan timbulnya berbagai konflik batin, yang bisa merusak

sistem syaraf dan sistem organik lainnya, pada ujungnya menimbulkan

kelainan-kelainan mental bahkan sampai timbul kegilaan (schizophrenia).

Page 38: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

148

Jadi, baik faktor-faktor luar/ekstern maupun faktor-faktor intra yang

ada pada diri sendiri itu sering menyebabkan timbulnya konflik-konflik dan

ketegangan syaraf; dan membuat problem yang sudah ada menjadi semakin

sukar. Maka dalam keadaan yang amat sulit-rumit ini kadang kala perlu

mendapatkan pertolongan dari orang lain, dari pihak luar, berupa konsultasi

atau bimbingan (guidance) untuk mendapatkan wawasan baru dan kecerahan

hati.

Pengejaran ketenangan batin, atau dengan istilah lebih populer,

pengejaran kesehatan mental yang baik itu merupakan perjuangan manusia

yang universal sifatnya, dan tidak akan pernah kunjung selesai (selesai berarti

orangnya mati). Dan hanya sedikit saja jumlah orang di dunia ini yang

dikaruniai Tuhan dengan kualitas-kualitas pribadi yang baik dan

lingkungan sosial atau lingkungan ekstern yang menguntungkan, yang

langsung bisa menjamin kebahagiaannya. Maka usaha untuk mencapai

ketenangan batin, serta kebersihan jiwa atau mental dan kebahagiaan lahir-

batin itu merupakan satu perjuangan tersendiri. Hal ini mengandung

pengertian ada satu perjuangan untuk lebih mengerti diri sendiri dan lebih

memahami orang lain serta situasi lingkungan sekitar. Juga berarti secara

etis harus lebih bertanggung jawab, dan sanggup memecahkan kesulitan

sendiri; di samping itu juga lebih berani menghadapi segala tantangan

hidup.

Jika sekiranya tidak mampu memecahkan kesulitan tersebut, cobalah

minta bantuan kepada orang lain yang lebih kuat, lebih matang, dan lebih

mengerti dari pada anda sendiri. Maka salah satu landasan asasi yang kokoh

bagi kesehatan mental ialah: kepercayaan; yaitu memiliki kepercayaan pada

kemampuan dan kesanggupan sendiri, dan menaruh kepercayaan pada orang

lain, agar kita bisa tumbuh dan berkembang dengan lancar. Sebab kepercayaan

pada kesanggupan diri sendiri dan kepercayaan pada orang lain itu menjadi

landasan bagi sosialitas manusia untuk hidup bergotong-royong, dan bisa ikut

memecahkan macam-macam kesulitan hidup secara kooperatif. Juga harus

ada kepercayaan pada nilai-nilai spiritual, nilai-nilai moral, serta norma-

Page 39: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

149

norma kemanusiaan yang luhur dan baik serta ditambah dengan kepercayaan

pada hari depan sendiri, pada masa esok yang lebih baik dan lebih cerah,

berkat ketekunan dan segala usaha. Kepercayaan semacam inilah yang bisa

membuat, dan mampu melepaskan ketegangan dan tekanan-tekanan batin

yang serius, sebab hal ini dapat merusak kepribadian dan mental.

Tidak ketinggalan pula sebagai bentuk upaya pencengah terhadap

gangguan mental yaitu dengan menyediakan tempat-tempat konsultasi dan

menyediakan tempat bimbingan dan penyuluhan, dan rumah sakit jiwa, serta

memperbanyak tenaga ahli dalam bidang kejiwaan (psikolog dan psikiter),

dengan adanya sarana semacam ini ketika ada seseorang yang sedang

mengalami kekalutan mental dan gangguan kejiwaan lain yang tidak dapat

diselesaikan dengan sendiri, dengan segera ada tempat untuk menyelesaikan

persoalan tersebut. Dan juga sebagai upaya pencegahan terhadap gangguan

mental dalam lingkungan psikologi mengembang sebuah terapi. Banyak model

terapi yang dapat diterapkan sebagai perawatan dan penyembuhan problema

psikis yang dialami manusia. Model-model terapi yang dimaksud di antaranya

adalah sebagai berikut:

a. Terapi client centered, yaitu menaruh kepercayaan dan meminta tanggung

jawab yang lebih besar kepada klien dalam menanggulangi masalah-

masalahnya.

b. Terapi realitas, yaitu terapi jangka pendek yang berfokus pada saat

sekarang, menekankan kekuatan pribadi clan pada dasarnya merupakan

jalan agar para penderita dapat belajar bertingkah laku yang lebih realistik

sehingga dapat mencapai keberhasilan.7

c. Terapi relaksasi, yaitu terapi yang bisa dijalankan oleh penderita dengan

tujuan mengurangi ketegangan dan kepenatan, penderita dilatih untuk

melakukan relaksasi.

d. Terapi perilaku, yaitu terapi yang bermaksud agar penderita berubah, baik

sikap maupun perilakunya terhadap obyek atau situasi yang menakutkan.

Secara bertahap, klien dilatih dan dibimbing menghadapi berbagai objek

atau situasi yang menimbulkan panik atau phobik. Pelatihan ini dilakukan

Page 40: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

150

berulang ulang sampai pada akhirnya penderita dapat melakukannya tanpa

bantuan dari orang lain. Sudah tentu, latihan perilaku ini didahului dengan

pemberian psioterapi untuk memperkuat kepercayaan diri.

e. Terapi keagamaan, yaitu terapi yang digunakan dengan pendekatan

keagamaan. Terapi jenis ini diterapkan dengan menggunakan pendekatan

ajaran-ajaran yang diajarkan oleh agama yang secara implisit mengandung

terapi. Namun, terapi jenis ini rentan sekali terjadi perdebatan. Terapi ini

biasanya dimaksudkan agar seseorang bebas dari rasa cemas, tegang,

depresi.

Dalam menanggulangi gangguan mental bisa juga menggunakan

metode psikofarmaka, yakni mengatasi gangguan psikologis dengan

menggunakan obat-obatan. Fungsinya yaitu untuk memulihkan fungsi

gangguan neuro-transmitter (sinyal pengantar saraf) di susunan saraf otak

(limbic system). Sebagaimana diketahui sistem limbic tersebut merupkan

bagian dalam otak yang mengatur fungsi alam pikiran. Perasaan dan

perilaku, atau dengan kata lain mengatur fungsi psikis (kejiwaan/psikologis).

Cara kerja psikofarmaka ialah dengan jalan memutuskan jaringan atau

sirkuit psiko-neuro-imunologi, sehingga stressor-stressor yang dialami tidak

lagi mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, psikomotor dan organ-organ

tubuh lainnya. Penggunaan psikofarmaka ini bisa dilakukan dengan

mengikuti resep atau saran dari dokter ahli kejiwaan (psikiater).37

Dengan metode dan teknik-teknik serta sarana-saran di atas ialah

sebagai bentuk upaya pencegahan terhadap terjadinya gangguan mental.

Dengan menggunakan metode dan sarana tersebut gangguan mental dapat

diobati dan dicegah dengan sedini mungkin.

37Dadang Hawari, Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi, (Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001), hlm.130.

Page 41: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

151

B. Deteksi Gangguan Mental dan Upaya Pencegahannya: Telaah Psiko-

Sufistik (Tasawuf).

Tasawuf sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk membantu

membersihkan jiwa manusia dari penyakit jiwa yang dapat menghambat

manusia untuk dekat dengan Tuhannya. Jiwa, hati, ruh, nafs (mental)

merupakan perhatian pokok dalam tasawuf, supaya selalu dalam kondisi suci

dan bersih, karena jiwa, hati dan nafs yang bersih (sehat) dengan sendirinya

manusia akan memperoleh kesehatan baik fisik maupun mental, sehingga bisa

membentuk manusia berkepribadian. Dan dapat pula menjadikan manusia

yang bermakna dalam hidupnya, dan juga menjadikan manusia berguna baik

dihadapan Tuhan maupun dihadapan manusia. Di hadapan Tuhan dapat

menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, sedangkan

dihadapan manusia mampu bersosialisasi dan bermasyarakat dengan baik,

serta dihargai keberadaannya.

Dalam diri manusia terdapat dua dimensi yang bisa memberikan

kehidupan dan kebermaknaan atas diri manusia tersebut. Kedua dimensi

tersebut ialah dimensi jasmani dan dimensi ruhani. Maka dari itu kita

mempunyai kewajiban untuk menjaga kedua dimensi tersebut, agar jangan

sampai rusak (sakit), supaya kita masih bisa dianggap sebagai manusia yang

sempurna (normal). Seperti halnya fisik (tubuh) menjaga dan membersihkan

atau mensucikan adalah suatu kewajiban bagi manusia. Begitu juga terhadap

mental (jiwa), kita juga mempunyai kewajiban untuk menjaga dan

membersihkan atau mensucikannya. Karena ketidaksucian bisa menimbulkan

suatu penyakit baik penyakit jasmani (fisiologis) maupun penyakit psikis

(jiwa, mental maupun psikologis). Sebagai contohnya hati dan pikiran-pikiran

yang kotor (tidak sehat) dapat mengakibatkan pada kondisi jasmani maupun

pada kondisi kejiwaan terganggu, pada akhirnya dapat menimbulkan kelainan-

kelainan pada kepribadian kita.38

38 Hazrat Inayat Khan, Dimensi Spiritual Psikologi, terj, Andi Haryadi, (Bandung:

Pustaka Hidayah, 2000), hlm. 128-130.

Page 42: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

152

Persoalan gangguan mental merupakan persoalan yang sangat pelik

dan komplek, karena faktor yang mempengaruhinya sangatlah bervariatif.

Walaupun demikian tasawuf (psiko-sufistik) memiliki pandangan sendiri

terhadap persoalan gangguan mental ataupun gangguan jiwa secara umum.

Dalam tasawuf persoalan mental dalam pandangannya tidak bisa lepas dengan

masalah spiritual, yakni yang mengandung makna semangat yang tumbuh dari

individu, sehingga dapat diketahui potensi yang ada dalam dirinya. Dalam

kacamata tasawuf masalah mental dan spiritual tercakup dalam jiwa gambaran

segala, sifat, watak atau karakter, pembawaan, dan perilaku semuanya ada

pada jiwa. Dan para sufi berkeyakinan bahwa apa yang terjadi dalam diri

individu disamping dikarenakan oleh individu itu sendiri, juga karena

kehendak Tuhan. Sebagaimana sakit jiwa atau sakit mental dan penyakit fisik,

semua itu merupakan kehendak dari Tuhan. Hal ini sesuai dengan firman

Allah dalam Surat Al-Insan ayat. 30, yang artinya; “tidak kamu menghendaki,

kecuali Allah yang menghendaki”, juga dalam Surat Al-Hadid, 22, “tidak ada

bencana yang menimpa bumi dan diri kamu, kecuali telah (ditentukan) di

dalam buku sebelum kami wujudkan”. Hal ini sebagaimana yang dipercaya

oleh kaum Jabariyah.39

Dalam pandangan psiko-sufistik (tasawuf) bahwa gangguan mental

merupakan penyakit yang datang secara langsung dari Tuhan, yang mana

faktor penyebabnya dari individu itu sendiri, yang diakibatkan oleh kondisi

jiwa (ruhani) dan hati yang kotor, sehingga Tuhan menambah penyakit yang

ada dalam diri mereka. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah dalam surat,

Al-Baqarah ayat. 10.

في قلوبهم مرض فزادهم الله مرضا ولهم عذاب أليم بما كانوا يكذبون

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”. (QS: Al-Baqarah: 10).40

39 Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 37 40Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah,/ Penafsir, 1996, hlm. 10.

Page 43: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

153

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa kondisi jiwa dan hati yang

kotor atau buruk akan memicu terjadinya gangguan jiwa (mental) yang lebih

parah. Dan tuhan membara hukuman pada orang yang sakit jiwanya akibat

tidak taat kepadanya dengan hukuman yang pedih. Seperti sakit jiwa

(mental),ini merupakan hukuman secara langsung dari tuhan yang sangat

pedih, karena orang yang sakit jiwa (gila) atau mental hidupnya sudah tidak

berarti, baik dihadapan Tuhan maupun dihadapan manusia, dan dalam

masyarakat keberadaannya menjadi manusia cacat peran dan keberadaannya

sulit diterima. Maka dari itu memelihara jiwa, hati dan ruhani adalah

kewajiban yang utama, karena jiwa, hati, dan ruhani merupakan cerminan dari

perilaku kita. Apa bila kondisi ruhani (jiwa) buruk, maka tidak menutup

kemungkinan mentalnya akan menjadi buruk pula, dan dapat berpengaruh

pada perilaku dan kepribadian. Disinilah ruhani (jiwa) yang paling

diperhatikan dalam tasawuf yang harus senantiasa dipelihara dan dijaganya.

Dalam pandangan tasawuf ruhani manusia itu mencakup unsur-unsur,

roh, akal, nafs, dan qalb, maka dari itu tasawuf memandang bahwa gangguan

mental maupun kesehatan mental itu mencakup totalitas rohani yang

mencakup unsur-unsur tersebut. Secara sederhana dapat dipahami bahwa

gangguan mental yang terjadi pada diri manusia itu akibat tidak harmonisnya

atau tidak beresnya pada unsur jiwa tersebut, karena mentalitas manusia

sebagian besar terbentuk dan dipengaruhi oleh unsur-unsur dalam jiwa.

Dengan demikian kehidupan manusia dalam pandangan tasawuf itu

ditentukan oleh ruh apabila ruh itu hilang maka yang terjadi adalah kematian

jasmani (fisik). Seseorang tidak hanya cukup mengandalkan ruh dan jasmani

saja, seseorang bisa dianggap menjadi manusia, akan tetapi manusia juga perlu

pelengkap yang bisa membentuk manusia yang sebenarnya. Karena manusia

yang hanya diberi ruh dan jasmani saja, itu tidak ada bedanya dengan mahkluk

yang lain. Adapun pelengkap tersebut yaitu, akal, nafs, dan hati (qalb). Dan

yang membentuk kepribadian dan mentalitas seseorang baik atau jelek tak lain

adalah ketiga komponen jiwa tersebut.

Page 44: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

154

Dikarenakan dalam diri manusia itu terdapat beberapa dimensi yaitu

roh (nyawa), akal, qalb (hati) nafs (nafsu). Keempat istilah ini tidak asing lagi

dalam kajian dalam tasawuf, karena kajian tasawuf tak jauh dari pengetahuan

tersebut, karena dimensi kejiwaan yang ada dalam diri manusia tersebut lah

yang dibenahi atau diupayakannya karena dimensi tersebut yang menentukan

kondisi kemanusiaan secara utuh.41 Dimensi-dimensi tersebut merupakan

potensi batin (inner potential) yang harus dijaga dan dikembangkan. Setelah

kita tahu dimensi yang ada dalam diri manusia tersebut perlu juga diketahui

status dan pengertian masing-masing dimensi tersebut.

Pertama, Ruh (nyawa) adalah tubuh halus (jisim-lathif).42 Yang berada

dalam seluruh komponen jasmani manusia, dan roh berfungsi sebagai

penghidupan komponen tersebut. Dalam kaca mata sufi roh merupakan motor

penggerak dalam pendekatan diri kepada Tuhan, dan roh adalah penggerak

tingkah laku manusia ke arah kebaikan pada umumnya.

Kedua nafs, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an nafs, yaitu

kondisi jiwa manusia mengandung dorongan kekuatan atas amarah atau

disebut juga hawa nafsu. Nafs sering konotasiksn dengan jiwa, watak

manusia, atau AKU sebagai persona.43 Para sufi membagi nafs atas tiga

peringkat. Pertama Al-Nafs Al-Imarah bi Al-Su adalah nafsu yang memerintah

atau mengajak kepada kejahatan. Yang kedua, al-nafs al-lawwâmah (nafsu

yang menyesali). Karena setiap kali kita melakukan dosa ada rasa penyesalan

atas perbuatan dosa. Yang ketiga al-Nafs al-Muthma’innah. Ketika nafsu itu

telah dapat ditundukkan sepenuhnya, maka ia akan membawa ketenteraman

bagi kehidupan.44

Kedua Aql (akal) merupakan entitas jiwa manusia yang paling utama

karena akal tersebutlah yang membedakan manusia dengan makhluk lain,

karena dengan potensi akal tersebut, seseorang mampu berpikir untuk

41 Yunasril Ali, M.A, Jalan Kearifan Sufi, (Jakarta, PT. Serambi Ilmu Semesta, 2002), hlm.

77. 42 Al-Ghazali, op.cit., hlm 321. 43 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 93-94. 44 Yusril Ali, MA., op.cit., hlm. 85

Page 45: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

155

mengarahkan diri pada tingkah laku yang benar. Secara umum akal dipahami

sebagai potensi yang disiapkan untuk menerima ilmu pengetahuan. Dalam

psikologi modern akal dipahami sebagai kecakapan memecahkan masalah

(problem solving capacity). Dalam Al-Qur’an kalimat aql disebut dalam 49

ayat. Menurut lisan al-‘Arab, al-Aql mengandung arti juga al-Khijr yang

artinya menahan, yakni yang dimaksud dengan orang yang berakal adalah ,

orang yang menahan diri dan mengekang hawa nafsu, id, ego, pada hal-hal

yang buruk (al-Aql ah-nahiyah),45 juga mengandung makna ûlû âl ‘ilm (orang

yang ber ilmu), ûlû al-albâb (orang yang mempunyai saripati ilmu), ûlû al-

abshâr (orang yang mempunyai pandangan tajam) dan dzi hijr (orang yang

mempunyai daya tahan46. meskipun banyak sekali istilah dalam al-Qur’an

yang berhubungan dengan aktivitas akal , tetapi kata âqala mengandung arti

yang pasti yaitu, mengerti, memahami dan berfikir. Hanya saja al-Qur’an

tidak menjelaskan secara rinci bagaimana proses berfikir dan memahami

sebagaimana dalam ilmu psikologi, yang diantaranya membahas sistem

komunikasi intrapersonal, yakni proses bagaimana manusia menangkap

stimuli hingga mengambil keputusan, satu proses yang melibatkan sensasi,

persepsi, memori dan berpikir.

Ketiga qalb (hati) fisik qalb adalah daging sanubari (al-lahm as-

sanubari), yakni daging khusus yang berbentuk seperti jantung pisang yang

terletak di rongga dada sebelah kiri yang berisi darah hitam kental.47. Hati

dalam konteks fisik ini tidak jauh beda dengan hati yang ada pada makhluk

lain48 Sementara itu pengertian qalb dalam pandangan sufi, ia menyebutnya

“lathifah rabbaniyyah ruhaniyyah”, sesuatu yang halus yang memiliki sifat

ketuhanan dan keruhaniahan.49 Dan hati adalah sebagai tumpuan dan tempat

penilaian Tuhan atas perbuatan yang dilakukan manusia. Tuhan hanya

45 Achmad Mubarok, Jiwa dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 2000), 119. 46 Lihat. QS: al-Baqarah/2: 269, QS: Ali Imran/ 3: 7, QS: al Rad/ 13: 19, QS: Ibrahim/ 14:

52 dan QS: Al Zumar/39: 9. 47 M. Solihin, Tasawuf Tematik; Membela Tema-tema Penting tasawuf, (Bandung: Pustaka

Setia, 2003), hlm. 127 48 AlGhazali, Rahasia Keajaiban Hati, Al-Ikhlas, Surabaya, 1999, hlm. 12. 49 Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin (Mengembangkan Ilmu-ilmu Agama), terj, Ismal Yakub

MA, SH., Pustaka Nasional Pte led, Singapre, 1988, hlm. 898.

Page 46: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

156

memperhatikan hati, karena hati itulah yang menjadi hakekat manusia. Qalb

memiliki karakter yang tidak konsisten, oleh karena itu ia mudah terkena

konflik batin, sehingga tingkah laku yang negatif pada diri seseorang akibat

dari hati yang busuk. Dengan demikian potensi hati yang dimiliki oleh

seseorang itu tidak sama, yakni sejauh mana seseorang itu mengatur dan

mengendalikan hatinya, melalui bantuan rasio (akal).50

Secara nafsiologis qalb dapat diartikan sebagai radar kehidupan.

Pengertian lain qalb adalah reservoir energi nafsiah yang menggerakkan ego

dan fuad. Dalam konteks ini teori freud tentang id itu mirip dengan karakter

hati yang tidak berisi keimanan, yakni qalb yang selalu menuntut kepuasan,

dan menganut prinsip kesenangan (pleasure principle), dimana ia

menghendaki gar segala sesuatu segera dipenuhi. Sehingga unsur

kebahagiaan dan kepuasan tidak pernah terpenuhi, dan inilah yang dapat

merusak mental.51

Karakter, watak, kepribadian dan mentalitas yang ada dalam diri

seseorang itu berbeda karena dari kondisi qalb itulah yang mempengaruhi

atau yang menggerakkannya. Menurut Imam Al-Ghazali, ada tiga karakter

yang dimiliki qalb. Pertama hati yang shahih (sehat) bisa menjadikan

manusia selalu (salim) selamat. Karena hati yang sehat tersebut manusia

dapat memiliki hal-hal kebaikan, mempunyai iman yang kokoh, tidak hidup

serakah, memiliki kedamaian dan ketenteraman, khusus’ dalam ibadah,

banyak melakukan dzikir, jika melakukan kesalahan dapat segera sadar, dan

di dalam diri selalu diliputi oleh perbuatan yang baik. Kedua, hati yang

mayyit (mati), hati ini kaku keras, yang membawa pada sifat-sifat yang jelek,

sehingga banyak melakukan dosa, dalam dirinya. Selalu mengingkari nikmat

Allah, iman yang mendorong untuk kebaikan itu tipis dan terkadang imannya

kosong, selalu dikuasai hawa nafsu, berburuk sangka, tingkah lakunya selalu

menyimpang dari norma-norma agama, egois, keras kepala, selalu ingin

menang, dari perbuatan dosa-dosa yang dilakukan, maka akan jauh dari

50 Achmad Mubarok, Jiwa dalam Al-Qur’an, op. cit., hlm. 110-115. 51 Jalaluddin, Psikologi Agama, op. it.,, hlm.163.

Page 47: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

157

Allah, isi dari hati semacam ini pada intinya yaitu cenderung perbuatan atau

hal-hal yang buruk, dan Ketiga hati yang maridl (sakit), dalam hati ini ada

campuran antara sehat dan mati, yang di dalamnya ada iman, ada ibadah, ada

pahala, tetapi ada kemaksiatan dan perbuatan dosa kecil atau besar seperti,

hatinya yang tidak tenang (gelisah) suka marah, tidak pernah punya rasa puas,

susah menghargai orang lain, penderitaan lahir batin, tidak bahagia.52

Toto Tasmara menyebutkan, bahwa qalb memiliki beberapa karakter

serta memiliki fungsi. Masing-masing adalah sebagai berikut:

2. Fuad, merupakan potensi kalbu yang berkaitan dengan indrawi, mengolah

informasi yang sering muncul dan dilambangkan dalam otak manusia.

Fuad memiliki tanggung jawab intelektual yang jujur kepada apa yang

dilihatnya. Karakter yang dimiliki, cenderung dan selalu merujuk pada

obyektivitas, kejujuran, dan jauh ari sikap kebohongan. Sebagaimana

dalam firman tuhan dalam surat al-Isra: 36, yang artinya” hatinya tidak

mendustakan apa yang telah dilihatnya”. Fuada yang jujur dan obyektif

akan selalu haus dengan kebenaran dan bertindak di atas rujukan yang

benar.

3. Shadr merupakan potensi qolbu yang berperan untuk merasakan dan

menghayati atau mempunyai fungsi emosi, (marah, benci, cinta, simpati,

empati dan laian-lain). Shadar adalah dinding hati yang menerima

limpahan cahaya keindahan, sehingga mampu menerjemahkan dan

memecahkan segala sesuatu serumit pun menjadi mudah dan indah.

4. Hawaa merupakan potensi qalbu yang menggerakkan kemauan. Di

dalamnya ada ambisi, kekuasaan, kekayaan dan lain sebagainya. Karakter

yang dimiliki hawa itu bersifat mengejar kesenangan dunia, sehingga

banyak orang yang tergelincir pada kesesatan, kebingungan, kebimbangan,

kemungkaran dan tergelincir pada kehinaan, karena dalam diri manusia

lebih banyak didominasi atau lebih condong pada karakter ini.53 Apabila

dibandingkan dengan teorinya Freud hawaa yaitu sama dengan Id, yang

52 M. Amin Syukur, MA., dan. Fatimah Usman, Msi, Insan Kamil Kontemporer (Paket Pelatihan Seni Menata Hati (SMHI)), CV. Bima Sejati, Semarang, 2004, hlm. 14.

53 Toto Tasmara, op. cit., hlm. 93-94.

Page 48: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

158

selalu menginginkan kepuasan dan sifatnya mengejar kesenangan,

kenikmatan (pleasure principle). Sebagaimana firman Allah

“sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu

yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha

Pengampun dan Maha Penyayang” (QS: Yusuf: 53). Disinilah pangkal

terjadinya gangguan mental.

Ketiga potensi qalbu tersebut di atas, berada dalam bilik-bilik qalbu,

yang memiliki tugas dan peran sesuai dengan perannya masing-masing.

Dalam hubungannya dengan dunia luar, atau ketika menerima rangsangan dari

luar, ketiga potensi tersebut akan memberikan respon dalam bentuk perilaku.

Pada dasarnya ketiganya selalu bekerja sama dan saling mengisi, hanya saja

dalam bentuk riilnya, tindakan dan perbuatannya ataupun tingkah laku yang

diwujudkan, bergantung pada potensi manakah yang paling dominan. Dan

qalbu juga memberikan ruang bagi akal untuk memberikan pemikiran dan

pertimbangan sebelum diwujudkan dalam bentuk perilaku yang bisa

mencerminkan kondisi mental dan kepribadian seseorang.

Ketiga karakter yang ada dalam qalbu tersebut di atas mempunyai

kandungan atau muatan kepribadian yang berbeda, yang kemudian megental

menjadi bentuk keinginan yang ditampung oleh nafs. Peran dan fungsi nafs

yang menampung berbagai potensi qalbu tersebut dijabarkan keseluruhannya

dalam bentuk, sikap dan perilaku. Yang kesemuanya dibenturkan pada

hubungan manusia terhadap tiga dimensi, yaitu hubungan dengan Allah,

(agama) dengan, diri sendiri, dengan manusia lain, dan dengan lingkungan

(alam). Kewajiban nafs disini adalah memberikan kontrol agar potensi

tersebut terpecah. Nafs juga harus mengatur secara adil hubungan diantara

ktiganya tersebut. Karena ketiganya tidak boleh terabaikan, karena ketiganya

yang menjadikan ukuran terhadap kesehatan mental, sebab mental seseorang

itu bisa dianggap tidak terganggu apabila ketiga dimensi yang mengelilingi

manusia tersebut agama, aku dan lingkungan, menyatakan manusia tersebut

Page 49: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

159

berjalan pada garis dan koridor yang benar, yakni manusia telah memenuhi

kriteria sehat secara holistic yaitu sehat secara “bio-sosio-psycho-spiritual”.54

Untuk mencapai kesehatan secara holistik tersebut terlebih dahulu

harus membenahi qalb dan nafs. Dapat dipahami bahwa qalb yang baik akan

membentuk nafs yang baik pula, sehingga pada akhirnya dapat membentuk

kepribadian dan membentuk mentalitas yang baik (tidak terganggu). Dan ini

tidak hanya mencakup sehat dalam satu dimensi saja. Akan tetapi mampu

mencapai sehat secara holistic tersebut. Hal ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Keterangan:

• Lingkaran tengah : Menggambarkan hati • Kotak segi Empat tengah : Menggambarkan jiwa • Kotak segi empat luar : Menggambarkan hasil • Garis lurus diantara empat sudut : Menunjukkan korelasi (hubungan)

Salah satu indikasi seseorang dengan kepribadian dengan mental yang

tidak terganggu yaitu sejauh mana cara seseorang dalam memberikan makna

dalam hidup yang dijalaninya. Makna hidup adalah cara seseorang untuk

memenuhi atau mengisi kehidupannya dan memberikan gambaran

menyeluruh yang menunjukkan arah dalam caranya manusia berhubungan

dengan dirinya sendiri, orang lain, dan dengan lingkungan (alam) sekitar atas

dasar-dasar mahabbah lillah (cinta pada Tuhan). Memberi mana hidup adalah

sebuah proses pembentukan kualitas hidup, sedangkan tujuan hidup ialah

merupakan arah, rujukan, dasar pijakan, dan sekaligus hasil yang dicita-

citakan (ingin diraih). Seseorang dapat merasakan kebahagiaan (sa’adah,

bliss, happiness) apabila dengan sengaja atau benar-benar diusahakan untuk

mencapainya dan kebahagiaan ini hanya bisa dirasakan apabila psikologis

54 Ibid., hlm. 118.

Jiwa (nafs)

Hati

Nilai (Bio- Sosio-Psicho- Spiritual)

Page 50: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

160

(psikis) nya terhindar dari konflik. Hanya orang yang memiliki jiwa (nafs)

(mental-spiritual) baik (sehat/ tidak sedang terganggu) yang dapat merasakan

atau meraih kebahagiaan.

Walaupun manusia terkait atau menghadapi keterbatasan karena

kondisi biologis dan sosiologis, manusia memiliki kebebasan untuk

mengambil sikap dan menentukan posisinya sendiri. Ia mempunyai kebebasan

mutlak untuk melepaskan diri dari segala keterikatan bio-sosiologis dan untuk

mengatasi segala hambatan atau gangguan somatic dan psikologis agar dapat

memasuki dimensi yang ia kehendaki, yaitu dimensi spiritual. Hanya orang

yang sehat secara ruhani (jiwa- mental-spiritual) yang sanggup membuat jarak

dan mengambil sikap terhadap situasi tertentu, kemudian berhadapan dengan

dirinya sendiri (self distance and self detachment). Kemampuannya ini

digunakan untuk merealisasikan nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip

yang akan memperkaya nilai batiniah, kualitas warna ruhani dan mentalitas

diri dalam mengarungi misi hidup di dunia ini.55

Hal ini dapat dipahami bahwa orang yang sehat secara rohaniah (jiwa-

mental-spiritual) mampu mengambil jarak dengan dirinya, ia mampu melihat

dirinya secara utuh. Semangat untuk memberi makna hidup merupakan

fondasi yang soap menghadapi beban apapun. Tanpa makna dan tujuan yang

jelas, kita akan terombang ambing dalam arus inertia yang membingungkan

diri kita. Tanpa makna hidup manusia tak lain hanyalah seperangkat kumpulan

tulang dan daging yang diberi kehidupan (bagaikan mayat hidup). Hanya

orang yang memiliki makna hidup lah yang mampu mengarahkan dan

mewarnai perilaku dan pribatinnya untuk keberadaannya (eksistensi) di mana

ia tinggal, dan hanya orang yang mampu memberi akan makna hidupnya lah

yang dapat dibilang memiliki metal-spiritual yang baik.

Tentu saja dalam memenuhi makna hidup, seseorang akan menghadapi

tantangan, dan bagi yang memiliki mental sehat, tidak menghindari tantangan

(problem) yang dihadapi, justru menjadikan tantangan sebagai sarana untuk

mematangkan hidup yang lebih bermakna. Penderitaan yang menyayat jiwa/

55 Ibid., hlm. 140-141.

Page 51: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

161

mental/ psikologis dan kesengsaraan yang menerpa hidupnya tidak lekas

membuat diri menjadi putus asa, stress, depresi, bingung dan sebagainya atau

tenggelam dan menyerah pada nilai-nilai eksternal tersebut, karena dalam

hidupnya dilandasi dengan jiwa yang bersih dan sehat. Sebagaimana yang

dikemukakan Rollo May, bahwa gangguan mental pada masyarakat modern

sekarang ini diakibatkan adanya krisis spiritual dan kotornya hati dan jiwa,

dan mulai kehilangan akan makna hidupnya.

Dalam tasawuf dijelaskan bahwa orang yang terganggu mentalnya itu

bisa dicermati melalui gejala-gejala umum yang terdapat pada diri individu,

dan biasanya dicerminkan melalui moral, etika atau ahklak. Apabila ketiga

istilah tersebut condong pada hal-hal yang buruk, berarti menunjukkan kondisi

mental seorang itu sedang terganggu (tidak sehat). Barron (1986)

mengemukakan “orang yang tidak terganggu mentalnya adalah orang-orang

yang mengerjakan apa yang dipandangnya benar. Sedangkan kebenaran

menurutnya adalah tidak berbuat dusta, ingkar janji, menipu, khianat, mencuri,

mengumpat, mengolok-olok, sirik, mencaci dari belakang, menggunjing,

mencemooh, membunuh, memfitnah, dan akhlak-akhlak jelek yang lain.

Jelasnya berbuat benar dan wajar yaitu berbuat sesuai dengan hukum yang

sesuai dengan hukum agama dan hukum kemasyarakatan yang berlaku. Orang

semacam ini lah orang yang memiliki kepribadian dan mental yang baik.56

Indikasi jiwa (mental) yang baik (sehat) dalam konsep tasawuf (Islam)

yaitu apabila seorang hamba Allah telah berhasil melakukan pendidikan,

penguatan, dan pengembangan, serta pemberdayaan jiwa (mental), dari sini ia

akan mencapai tingkat kejiwaan atau mental yang sempurna, yakni

integritasnya jiwa mutmainnah (yang tentranm) jiwa râdhiyah (jiwa yang

merindai) dan jiwa yang mardhiyah (yang di ridhai). Jiwa mutmainnah ialah

jiwa yang selalu mengajak kembali pada fitrah Illâhiyah Tuhannya. Hati, akal

dan pikiran, indera an tingkah lakunya senantiasa dalam qudrat dan irâdah

Tuhan-nya. Sedangkan jiwa râdhiyah ialah jiwa yang selalu berbuat tulus,

56 Hasan Langgulung , Teori-Teori Kesehatan Mental, (Jakarta: al-Husna, 1986), hlm.

304-305.

Page 52: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

162

bening dan lapang dada terhadap kebijaksanaan, qudrat dan irâdah Allah. Jiwa

inilah yang mendorong seseorang untuk bersikap lapang dada, sabar,

tawakkal, tulus, ikhlas, tidak putus asa, bersikap positif, dan selalu berbuat

atau beramal pada jalan Tuhan, dan mampu menerima segala ujian dan cobaan

dari Allah, diterimanya dengan lapang dada dan pantang mengeluh. Dan jiwa

mardhiyyah adalah jiwa yang telah memperoleh gelar kehormatan dari Allah,

dengan gelar itu, keimanan, keislaman, keihsanan dan ketauhidannya tidak

akan pernah mengalami erosi, dekadensi, dan distorsi. Jiwa dan kepribadian

semacam inilah yang hanya bisa dicapai apabila kondisi mentalnya tidak

terganggu.57

Untuk mengetahui sejauh mana kondisi kesehatan mental seseorang,

dalam ini tasawuf memandang bahwa kondisi mental seseorang itu bisa buruk

tak lain diakibatkan dari kondisi kejiwaan yang buruk, terlebih kondisi qalbu

(hati) yang sangat buruk, yakni hatinya dipenuhi oleh penyakit. Kondisi jiwa

dan hati yang buruk dengan cepat akan mempengaruhi emosi, pikiran dan

perasaan, pada akhirnya menimbulkan ketidaktenangan psikologis (jiwa).

Ketidaktenangan itu pada gilirannya akan memunculkan atau menjelma

menjadi perilaku-perilaku aneh (tidak baik) dan menyeleweng dari norma-

norma umum yang berlaku atau telah disepakatinya. Bahkan perilaku

pathologis hampir sepenuhnya timbul dari kondisi jiwa yang buruk. Hal ini

sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:

اجلسد مضغة اذصلحت صلح اجلسدكله واذافسدت فسد الجسد الاوإن فى اال, كله , القلب هيرواه البخارى ومسلم(و(

“Ketahuilah, di dalam jasad manusia ada suatu mudghah (segumpal daging). Apabila kondisinya baik, akan baik pula semua jasad (manusia). Apabila kondisinya memburuk, akan buruk pula semuanya

jasad, ketahuilah mudghah itu adalah hati” (HR. Imam Muslim). 58

Disamping hadits di atas Allah berfirman:

57 M. Solihin, Terapi Sufistik: Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Perspektif Tasawuf, op.

cit., hlm. 61. 58 Imam Abi’Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Mughiroh Ibn

Mardzizabah al-Bukhori al-Ja’fi, Shahih Bukhori, (Toha Putra, Semarang, Juz, I, t.th., Hlm. 19.

Page 53: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

163

لسوء إال ما رحم ربي إن ربي غفور وما أبرئ نفسي إن النفس ألمارة باحيمر

:“Sesungguhnya nafsu itu suka menyuruh (mengajak) ke jalan kejelekan, kecuali (nafsu) seseorang yang mendapat Rahmat dari Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53).59

Ayat di atas menjelaskan, seseorang yang dirinya dipenuhi oleh

nafsu, id, ego, dan alam bawah sadarnya dikuasai oleh keinginan atau

perbuatan dan hal-hal yang buruk, dapat dipastikan seseorang akan memiliki

kepribadian dan mental yang buruk. Akhlak atau tingkah lakunya dipastikan

cenderung pada hal-hal yang tidak baik, yakni pada hal-hal yang tidak

dibenarkan oleh lingkungan sosial dan agamanya.

Dari ayat tersebut di atas juga dijelaskan bahwa pangkal yang dapat

merusak mental yaitu bersumber dari hati. Dalam hati terdapat beberapa

karakter (sifat) yang menyertainya, karakter-karakter tersebut yaitu; Sifat,

kerakusan dan kekerasan, sifat kebinatangan, sifat kesetanan dan sifat

Ketuhanan. Dari keempat karakter tersebut hati manusia lebih banyak

didominasi oleh sifat-sifat yang buruk, jadi tidak heran apabila manusia

gampang terkena gangguan mental. Dan mental yang sehat yaitu terhindar

nya seseorang dari sifat-sifat buruk yang terdapat dalam hati 60

Dalam pandangan tasawuf bahwa terjadinya gangguan mental itu

diakibatkan oleh adanya kondisi hati yang sakit (buruk). Hati yang sedang

sakit tidak mampu menggambarkan sesuatu, terutama yang samar-samar

walaupun ada dalam khaylannya. Akibatnya tidak mampu melihat keadaan

yang sebenarnya, dan cenderung pada hal-hal atau perbuatan yang aneh,

karena akal sehatnya telah tertutupi oleh hatinya yang sakit tersebut. Dalam

kondisi ini perbuatannya lebih cenderung panda pada kebatilan dan

kemudaratan. Orang yang hatinya sakit biasanya melihat sesuatu dalam

59 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, op. cit, hlm. 357. 60 H. A. Soetjipto, Hati Manusia, (Yogyakarta: penerbit Fakultas Tarbiyah IAIN SUKA,

1988), hlm. 8-10.

Page 54: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

164

keadaan samar dan ragu.61 Hal ini sesuai dengan firman Allah yang artinya “

sehingga timbullah keinginan bagi orang-orang yang terdapat penyakit

dalam hatinya” (QS: Al-Ahzab: 32).62 Maka dari itu kalau ingin mental kita

sehat, kita harus menjauhi hal-hal atau perbuatan yang dapat membuat hati

menjadi sakit atau rusak.

Adapun bentuk-bentuk penyakit hati yang harus dihindari yaitu

sebagaimana yang dikemukakan oleh para sufi, seperti Al-Ghozali, Ibnu

Taimiyyah, al-Qusairi dan para sufi yang lain. Penyakit hati tersebut

diantaranya adalah, dengki, iri, congkak, angkuh, mengikuti hawa nafsu

negatif, riya’ (pamer), sombong, takabur, khianat, picik, curang, hasud,

ingkar, kikir (pelit), bohong, kufur, melakukan perbuatan dosa yang lain.

Penyakit-penyakit semacam inilah yang terkadang menekan psikologis,

sehingga dapat memicu pada tingkah laku yang tidak terpuji. Misal rasa

dengki menimbulkan sikap dan pikiran yang sentimentil, ingin menjatuhkan

lawan dan pikiran-pikiran jahat yang lain. Apa bila kondisi semacam ini

terus berlarut-larut dan ditekan tanpa penyelesaian yang baik, maka akan

menimbulkan ketidaktentramaman, gelisah dan benar pada ujungnya

membentuk pribadi yang patologis.63

Al-Ghazali menambahkan bahwa ada delapan kategori yang

termasuk perilaku merusak yang dapat mengakibatkan gangguan mental

ataupun gangguan-gangguan jiwa yang lain (psychopathology), adalah

bahaya syahwat perut dan kelamin (seperti memakan makanan yang tidak

halal, dan melakukan hubungan seksual yang dilarang dan lain sebagainya),

bahaya mulut (seperti; mengolok-olok, berdusta, membicarakan kejelekan

orang dan lain sebagainya), bahaya marah, bahaya cinta dunia, bahaya cinta

harta dan pelit, bahaya angkuh dan pamer, bahaya sombong dan

membanggakan diri, dan bahaya menipu.64 Ibnu Qayyim, menambahkan

61 Ibnu Taimiyah, Penyakit Hati dan Pengobatannya, terj, Djamaluddin Ahmad Al-Buny,

(Surabaya: Duta Ilmu, 1999) hlm. 10-11. 62 Ibid., hlm. 10-11. 63 Immun El Blitary, Pandangan Al-Ghozali Tentang Dengki, (Surabaya: Al-Ikhlas, t.th),

hlm. 35-50. 64 Imam Al-Ghazali, Ihya’Ulumuddin , Juz I., hlm. 11

Page 55: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

165

bahwa ada lima hal yang dapat mengganggu mental yaitu; banyak campur

tangan dengan orang lain, sehingga menyebabkan perselisihan dan

perpecahan, berangan-angan pada sesuatu yang tidak mungkin terjadi

sehingga menimbulkan kemalasan dan bisikan jahat, bergantung pada selain

Allah (Tuhan), sehingga dirinya tidak memiliki kebebasan dan

kemerdekaan, memakan yang berlebih-lebihan dan memakan makanan yang

tidak halal, sehingga menimbulkan kemalasan dalam beribadah, dan banyak

tidur, sehingga mengurangi rasa kedekatan pada Tuhan.

Disamping hal tersebut di atas untuk mendeteksi apakah kondisi

mental itu sehat atau tidak bisa dicermati melalui kadar pikiran, perasaan

(suasana hati), kecenderungan (sifat) dan sikap, serta perilaku (akhlak), yaitu

apakah selalu cenderung pada hal-hal negatif atau tidak, karena tingkah laku

yang negatif sebagaimana keterangan diatas adalah merupakan cerminan

dari kondisi, jiwa, psikis, psikologis dan mental-spiritual yang buruk atau

akibat dari kondisi hati yang tidak sehat. Dan juga bisa dicermati apakah

sering berperilaku dan berbuat yang cenderung berpaling atau melupakan

serta merasa jauh dari Tuhan. Misalnya sering mengerjakan perbuatan yang

dilarang oleh Tuhan.

Upaya Pencegahan.

Dimana ketika tasawuf dipahami sebagai upaya penyalehan nilai-

nilai spiritual pada diri manusia, tasawuf juga berorientasi untuk membentuk

manusia-manusia saleh, manusia sehat yang tersucikan jiwanya. Dan

tasawuf merupakan jalan untuk memperoleh kesucian diri sehingga siwa

selalu terjaga dan terlindung dari hal-hal buruk yang dapat merusak jiwa

seperti perbuatan yang menimbulkan dosa, baik dalam keadaan sadar maupun

dalam keadaan lalai (lengah). Dengan jalan tasawuf inilah individu akan

mendapatkan kesehatan jiwa; mental-spiritual yang muthmainnah (tenang)

dan radiatan mardiyyah (rida dan diridai).

Pendekatan tasawuf ini bertujuan untuk menghindari individu dari

segala yang merugikan mental. Pendekatan ini dilakukan dalam upaya untuk

Page 56: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

166

melakukan perawatan dan pencegahan terhadap timbulnya gangguan atau

kemerosotan mental. Dengan demikian ketika mental sealalu dalam kondisi

sehat, individu dalam menghadapi kehidupan atau bermasyarakat mampu

menghadapi gejolak apapun yang menimpa dirinya.

Dalam hal ini Al-Ghazali memberikan alternatif bagaimana mencegah

diri sendiri dari gangguan kejiwaan (mental), yaitu dengan teori muhasabah.

Yang dimaksud dengan muhasabah ialah meneliti perbuatan tingkah lakunya

sendiri sehari-hari yang menjadi sebab dan sumber kecemasan dan

kegoncangan pikiran. Yang kedua, setelah mengadakan muhasabah,

penderita harus muraqqabah. Artinya melakukan pekerjaan apa saja yang

dapat mendekatkan diri kepada Allah. Muraqqabah di sini juga dapat

berarti penyerahan diri kepada Allah, atas segala kuasa-Nya (menerima

qadrat dan iradat-Nya), muraqabah juga bisa berarti merasa diawasi oleh

Allah, sehingga dalam melakukan perbuatan tidak melakukan perbuatan

tercela, yakni perbuatan yang secara psikologis dapat menyiksa batin,

secara sosial dapat celaan, secara spiritual menimbulkan rasa berdosa dan

secara biologis terkadang merusak pencernaan, dan begitu juga

mengandung makna tobat kepada Allah.65

Jika diteliti lebih jauh mengenai timbulnya gangguan kejiwaan,

sesungguhnya berpangkal pada ketidaksadaran diri, bahwa dirinya itu

tidak mampu mengejar apa yang di cita-citakan. Mereka tetap memforsir

segala potensi akal budinya sehingga kelelahan. Menurut anggapannya,

segala keinginan jika diusahakan dengan pengerahan segenap potensi

tenaga dan pikiran, mesti akan tercapai. Tidak disadari bahwa

kemampuan manusia itu terbatas dan ada kelemahannya, sehingga jika

kegagalan menimpanya, terjadilah shock, stress, depresi, frustrasi dan

pelbagai macam kekalutan mental lainnya. Pentingnya kesadaran diri

dalam menghadapi pelbagai macam tantangan hidup ini, telah diakui

65 Said Hawwa, Jalan Ruhani, Terj., Khairi Rafie M dan Ibn Thaha Ali, (Bandung,

Mizan, 1995), hlm. 319.

Page 57: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

167

peranannya oleh Dr. Murtadha Muttahari, seorang Ulama Iran, yang

dilansir oleh M. Afif Anshori, berpendapat:

Kesadaran diri yang mampu meningatkan seseorang akan jati dirinya, yang mampu menghilangkan kealpaan, yang mampu membarakan jiwa seseorang, dan yang mampu membuat seseorang mampu menanggung derita, bukanlah produk filsafat. Ilmu dan filsafat duniawi menciptakan sifat alpa dan menyebabkan seseorang kehilangan wawasan terhadap dirinya. Itulah sebabnya ada banyak filosof yang tidak sadar akan dirinya, sementara sebaliknya banyak orang buta huruf justru sadar akan dirinya.66

Salah satu fungsi kesadaran diri akan segala kelebihan dan

kekurangannya, orang akan sampai kepada Tuhan. Ia akan merasakan betapa

kecilnya diri ini di hadapan Yang Maha Kuasa, sehingga semua aktivitas

pikiran maupun perbuatan akan senantiasa digantungkan kepada-Nya. Hal

yang demikian inilah, yang senantiasa disinggung oleh Nabi Muhammad saw

dalam sebuah term, “barangsiapa mengenal dirinya sendiri, maka akan

mengenal Tuhannya”. 67

Dalam pandangan tasawuf bahwa kebanyakan orang-orang yang

terkena kekalutan mental (mental disorder), karena mereka jauh dari norma-

norma religius. Sebaliknya, orang yang senantiasa ingat kepada Tuhan (dzikir)

akan mampu mengontrol dan mengendalikan segala pikiran, emosi dan

perbuatannya, sehingga apabila tidak dapat meraih apa yang diinginkan, tidak

akan terganggu jiwanya.

Maka, apabila dilihat secara psikologis, orang yang selalu ingat dan

merasa diawasi oleh Allah (ihsan) adalah orang yang terjauh dari

kegoncangan jiwa akibat derita ataupun kecukupan. Dalam hal ini apa bila

dikaitkan dengan teori kepribadian Sigmund Freud, maka terbukti lah bahwa

orang yang tidak lupa kepada Tuhan, semua gerak dan irama hidupnya selalu

dalam pengaruh ID (Das Es). Ego (Das Ich) manusia akan senantiasa

mengikuti pengaruh alam bawah sadar (ID) tadi. Dalam hal yang demikian,

pengaruh Superego/ alam moral tidak berperan sama sekali. Salah satu

66 M. Afifi Ansshori, Dzikir Demi Kedamaian Jiwa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 77.

67 Ibid., hlm. 78.

Page 58: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

168

contoh, karena lapar, perut menuntut untuk diberi makan. Otak

memerintahkan tangan untuk mengambil makanan, III mulut pun siap

mengunyah apa saja yang masuk. Di sini tidak perlu kesadaran apakah

makanan itu halal atau haram, melanggar hal orang lain atau tidak. Semua

itu sama saja bagi Ego manusia.

Di sinilah pentingnya ingat Tuhan dalam membentuk kepribadian

manusia. Dengan senantiasa ingat Tuhan, Superego akan selalu mendapat

makanan. Superego akan berfungsi sebagai alat kontrol bagi perilaku manusia

secara baik. Dengan pengendalian diri yang disandarkan pada Tuhan manusia

akan sejahtera jiwanya, sehingga sejahtera pula tingkah laku individu dan

sosialnya. Mereka akan mampu menerima kenyataan yang ada, dan dapat

meletakkan hakikat kemanusiaan yang betul-betul insani dan menjadi manusia

yang sehat lahir dan batin (mental).

Akan tetapi, bagi sementara orang, ketika dihadapkan kepada

problema-problema berat yang mengakibatkan timbulnya frustrasi, kekalutan

mental, stress, shock dan lain sebagainya, justru mencari pelarian (escape)

kepada hal-hal yang dapat melupakan untuk sementara dalam psikologi

dikenal dengan istilah reaksi frustasi atau defend of mekanisme. Seperti

perjudian, mabok, narkotika, pelacuran dan sebagainya. Di saat lain, ketika

semua pelampiasan telah berlalu, ia kembali menghadapi pelbagai persoalan

yang menggelisahkan, dalam anggapannya sebagai pencegahan terhadap

persoalan-persoalan yang dihadapinya tersebut. Menurut anggapan mereka,

dengan melakukan perbuatan-perbuatan di atas tadi, semua problema akan

terlupakan, setidak-tidaknya untuk sementara waktu. Sebaliknya, bagi orang

yang semangat beragamanya tinggi, ia akan selalu berusaha mengadukan

semua persoalannya kepada Tuhan, dengan melalui shalat, doa dan dzikir.

Sebagaimana telah disinyalir oleh Al-Qur'an, bahwa mencari pelarian

dengan perjudian dan minuman keras, NARKOBA itu, justru tidak akan

menyelesaikan persoalan, malahan semakin menjauhkan diri dari Tuhan.

Page 59: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

169

كمدصيسر ويالمر وماء في الخضغالبة واودالع كمنيب وقعطان أن ييالش ريدا يمإن عن ذكر الله وعن الصالة فهل أنتم منتهون

“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”. (Q.S. Al-Maidah, 5: 91).68

Apa yang dikatakan Al-Qur'an di atas, merupakan penyebab orang

melupakan Tuhan, bahkan lupa kepada dirinya sendiri, sehingga melibatkan

diri pada dunia fantasi yang hanya dapat diperoleh melalui minuman keras

atau narkotika. Adapun untuk memelihara kesehatan mental agar terhindar

dari gangguan-gangguan yang dapat merusak kesehatan mental disini yaitu

dengan cara mengikuti bimbingan yang ada dalam ajaran tasawuf.

Sebagaimana dalam pengertiannya yang lazim tasawuf mempunyai

makna dan tujuan yaitu suatu cara pendekatan seorang hamba kepada

Tuhannya. Para sufi dalam menerapkan ajaran-ajaran tasawuf disamping

memiliki tujuan untuk pendekatan diri kepada Tuhan, tasawuf juga memiliki

makna dan tujuan untuk, membersihakan ruhani (jiwa) dari sifat-sifat kotor

(akhlak tercela), membimbing moral, dan mental- spiritual agar menjadi

manusia yang sempurna (insan kamil). Yakni manusia yang berguna baik di

hadapan manusia dan terlebih dihadapan Tuhan Dengan demikian tasawuf

dapat berperan sebagai pelindung (protection), perawatan, (treatment) dan

pencegahan (preventive) dari timbulnya gangguan-gangguan mentalda dan

gangguan jiwa secara umum. Sebagaimana keterangan diatas telah

dijelaskan bahwa object yang diperhatikan tasawuf dalam membina manusia

lebih ditekankan pada ruhani/ jiwa. Karena bila kondisi jiwa kita buruk bisa

dipastikan dapat berpengaruh pada kondisi psikologis (mental) maupun pada

kondisi jasmani (fisik).

68 Departemen Agama, op. cit, hlm. 177

Page 60: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

170

Dalam pandangan tasawuf, spritualitas (kedalaman kerohanian)

manusia sangat berhubungan dengan hati (qalb) karena hati merupakan inti

segala aktivitas jiwa. Jika hati seseorang sakit, maka jiwa (mental-

psikologis) dan raga (psychosomatic) menjadi sakit, aktivitas kerohaniannya.

Ada beberapa ayat AI-Qur'an yang menjelaskan bahwa hati manusia sering

dihinggapi penyakit. Masih banyak lagi ayat yang menunjukkan hati yang

sakit. Hati yang sakit berarti mentalnya pun sakit. Mental yang sakit ini akan

mempengaruhi seluruh aktivitas manusia. Oleh karena itu, banyak ahli

mencoba merumuskan pendekatan-pendekatan dalam upaya menemukan

pengobatan terhadap mental manusia yang sedang terkena penyakit.

Dsinilah kemudian dikembangkan psychotherapy.

Tujuan psikoterapi adalah. Mengembang kehidupan dengan mental

yang sehat (mental health) sedangkan tujuan akhir agama adalah

mengembangkan keimanan dan penyelamatan rohani (spiritual salvation).

Walaupun mempunyai tujuan utama yang berlainan, yang satu berdimensi

psikologis dan yang lain berdimensi spiritual, keduanya berkaitan dalam hal

akibat sampingnya. Seseorang yang beriman diharapkan sehat mentalnya

walaupun mungkin tidak selalu demikian. Sebaliknya seseorang yang sehat

mentalnya diharapkan lebih terbuka baginya untuk beriman, sekalipun tidak

selalu demikian kenyataannya. Dengan kata lain. Seseorang yang beriman

belum tentu sehat mentalnya dan orang yang sehat mentalnya belum tentu

beriman. Mengenai rumusan kesehatan mental ini, berikut ini digambarkan

suatu definisinya yang mencakup unsur agama (tasawuf), yakni: kesehatan

mental ialah terpenuhinya kesehatan yang sungguh-sungguh antara fungsi-

fungsi kejiwaan dan tercapainya kesesuaian diri antara manusia dengan

dirinya dan sosialnya, berdasarkan keimanan dan ketaqwaan serta

memiliki tujuan akhir yaitu tercapainya hidup yang berarti

(bermakna) dan diperolehnya perasaan hidup bahagia baik di dunia

maupun di akhirat.

Dari pengertian di atas, sebagaimana yang dimaksud

mengenai tasawuf yang dikonotasikan sebagai pembinaan mental.

Page 61: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

171

Dalam hal ini para sufi memberikan bimbingan yang di kemas pada

“tasawuf akhlaq”. Tasawuf akhlaqi dalam upaya pembinaan

kesehatan mental dan supaya seseorang dapat terhindar dari

gangguan mental, yang bisa dijadikan sebagai bentuk upaya

pencegahan, dalam konteks ini tasawuf memberikan bimbingan

sebagai bentuk pembinaan kesehatan mental yang di kemas dalam

beberapa hal, Yaitu: Pembinaan kesehatan mental seseorang harus

menjalankan sikap dan sifat yang disebut:

1) Takhalli (mengosongkan diri); yaitu selalu berusaha

mengosongkan (membersihkan) diri dari perilaku-perilaku

(akhlak, moral, dan beretika) yang tercela.69 Misalnya

mengosongkan dari nafsu negatif, dan meninggalkan

kemaksiatan serta meninggalkan perbuatan-perbuatan yang

dilarang oleh agama, seperti mencuri, korupsi, kolosi, main

perempuan, minum-minuman keras, memfitnah, dan lain

sebagainya. Dari beberapa contoh tersebut adalah merupakan

bentuk atau cerminan dari mental seseorang yang buruk, maka

hal-hal tersebutlah yang harus dikosongkan atau dibersihkan.

2) Tahalli (menghiasi diri): yaitu seseorang harus mau dan mampu

membiasakan diri dengan sikap, perilaku, dan berakhlak yang

terpuji.70 Yaitu dengan jalan menghiasi diri dengan sifat-sifat

yang terpuji, seperti berbuat kebaikan, dan menjalankan

perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan Tuhan. Bentuk

penghiasan diri ini bisa dilakukan dengan jalan, toubat, khauf

dan raja, zuhud, faqr, sabar, ridha dan muraqabbah, (merasa

dilihat Allah).

3) Tajalli; yaitu tercapainya kesehatan mental. Dalam konteks

tasawuf tajalli ialah limpahan karunia dan rahmat dari Tuhan ke

dalam jiwa manusia setelah melaksanakan konsep takhalli dan

69 Dr. Mustafa Zahri, Kunci Memahami Tasawuf”, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), hlm. 74. 70 Ibid., hlm. 82.

Page 62: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

172

tahalli.71 Proses tajalli ini hanya sebagai bentuk tindak lanjut

dari konsep sebelumnya (penyempurnaan), yaitu seseorang

harus membersihkan jiwanya dengan lebih sungguh-sungguh

dengan jalan latihan rohaniah (riyadhah), seperti: sholat, puasa,

tobat, zuhud, faqr, sabar, syukur, rida, dan tawakkal.

Dengan demikian melalui proses-proses di atas seseorang akan

merasa dekat dengan Tuhan. Karena kedekatan dengan Tuhan membuat

kondisi kejiawaan menjadi tenang dan merasa terlindungi dengan perasaan

semacam inilah sangat kondusif dan efektif bagi terwujudnya mental atau

jiwa yang sehat. Membina mental selain memperbaiki, memelihara, dan

mengembangkan mental, juga mengembalikan kesehatan mental tersebut

merupakan hal yang sangat penting bagi kesehatan jiwa.

Orang yang mentalnya sehat akan selalu waspada dan mawas diri

(muhasabah dan muraqqabah). Dengan muhasabah dan muraqqabah,

seseorang akan merasa dilindungi dan diawasi oleh Allah, sehingga pikiran

dan perbuatan selalu pada garis yang benar, dan diridloi Tuhan. Apabila

seseorang telah memiliki sifat muhasabah dan muraqqabah, kesehatan

mental akan terbangun begitu kuat dan tidak lagi tersentuh oleh berbagai

gangguan jiwa, baik -yang datang dari dalam maupun yang datang dari

1uar. Yang datang dari dalam, misalnya segala naluri yang bersifat

kebutuhan duniawi atau apa pun yang mengganggu perasaan, pikiran, dan

perbuatan. Adapun gangguan dari luar dikarenakan kondisi yang

menjadikan tekanan jiwa, misalnya karena stressor sosial, kebudayaan,

politik, ekonomi dan Teknologi dan lain sebagainya. Seperti sudah

dikemukakan dia atas, takhalli dan tahall, sertai, takhalluq bi akhlaq Allah,

merupakan pintu masuk untuk pembinaan kesehatan mental, maka aplikasi

takhalli secara teknis dilakukan melalui: Menjaga kebersihan diri baik

jasmani maupun ruhani. Menjaga kebersihan ruhani seperti berwudhu,

mendirikan shalat, bertobat (memohon ampunan kepada Allah S WT)

berdzikir dan menauhidkan Allah yaitu dengan menamkan jiwa Ketuhanan

71 Ibid.

Page 63: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

173

dalam diri secara sungguh-sungguh yakni dengan mengikrarkan diri bahwa

“tiada yang patut di sembah, kecuali Allah”.

Disamping melaksanakan bimbingan di atas, ada hal yang paling

penting untuk ditanamkan diri dan dilaksanakan secara sungguh-sungguh,

sebagai bentuk untuk membangun jiwa-mental-spiritual manusia, dan juga

sebagai bentuk untuk memelihara, menjaga, dan membangun kesehatan

mental. Adapun hal-hal yang perlu ditanamkan dalam diri dan dilaksanakan

secara sungguh-sungguh adalah:

1) Berzikir kepada Allah (Tuhan).

Yang dimaksud dengan zikir adalah mengumandangkan asma’

(nama) Allah dan merasakan keagungan Allah dalam semua kondisi. Zikir

dapat berupa zikir pikiran, hati, lisan, atau perbuatan. Zikir perbuatan

mencakup tilawah, ibadah, dan keilmuan.

Dalam pandangan kaum sufi, kedekatan manusia kepada Allah

akan menjamin kesehatan jiwanya. Oleh karena itu, tidak ada derita

Lagi orang yang selalu bersama Allah dan juga tidak akan ada

keresahan dan kegoncangan jiwanya. Karena zikir dapat memberikan

ketenangan dan ketenteraman hati. Jika persoalan zikir dibandingkan

dengan apa yang disebut oleh pakar ilmu jiwa kontemporer dengan

pengobatan jiwa secara kolektif, akan tampak perbedaan yang sangat

mendasar orang yang mengingat Allah menghadapkan hatinya kepada

Allah sehingga ia akan menghilangkan sifat-sifat yang tercela dan

kemudian mengisi hatinya dengan akhlak yang terpuji. Akibatnya,

mereka yang ahli zikir dapat membersihkan hatinya dari rasa takut

terhadap gangguan dan pengaruh buruk. Lalu tampil di arena

kehidupan dengan kondisi jasmani dan ruhani yang sehat, yakni hati

yang tidak dipenuhi penyakit waswas, curiga, dengki, iri, sirik, dan

sebagainya. Dan tentunya ini harus melalui dengan zikir yang benar,

karena hanya dengan zikir yang benar lah yang dapat memberikan

ketenangan dan kedamaian pada jiwa dan hati. Sebagaimana dalam

Page 64: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

174

firman AllahSWT, dalam Q.S Ar-Rad ayat 28 yang artinya bahwa;

”dengan berdzikir kepada Allah, maka hati akan tenang”.

2) Menjaga qalb (hati)

Kalbu (hati) setiap manusia pada dasarnya baik dan jernih. Di

dalamnya ada seberkas cahaya (nur) yang bersumber dari cahaya

Allah. Oleh sebab itu, setiap manusia memiliki nurani, sesuatu yang

bersifat cahaya, jernih dan bening. Adapun tasawuf mengupas tata cara

menyucikan hati, mendekatkan diri kepada Allah dengan se dekat-

dekatnya, dan merasakan berada dalam pengawasan Allah dalam

kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat berguna untuk mewujudkan

integritas moral yang tinggi pada pribadi seseorang. Untuk menjaga

kesucian hati, dapat dilakukan melalui pembinaan diri sebagaimana

yang diterapkan dalam psiko- sufistik. Pembinaan tersebut dengan cara

sebagai berikut:

1. Wara’: meninggalkan yang dilarang agama dan yang syubhat, hal--

hal yang tidak berguna, meninggalkan urusan yang tidak berurusan

dengan agama.

2. Zuhud, tidak merasa apa yang dimiliki seperti harta kekayaan,

karena hartanya adalah titipan Allah, apalagi dibelenggu harta.

Demikian pula, segala apa yang ia miliki, ia kembalikan kepada

yang memberinya, yaitu Allah SWT.

3. Shabr (sabar) pada hakikatnya adalah berani menghadapi segala

kesulitan dan berikhtiar menjalani segala sesuatu dengan

bertawakkal kepada Allah.

4. Tawakkal, artinya berserah diri kepada Allah SWT. dalam segala

aktivitas.

5. Rida, sikap hati dalam dua sisi ketentuan Allah, baik sisi larangan

atau pemberian.

6. Syukur, mengakui nikmat yang diberikan Allah kepadanya.

Page 65: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

175

7. Hubb (Cinta), sikap kesetujuan hati sepenuhnya dilimpahkan

kepada Allah S WT.72

3) Meningkatkan Keimanan

Dalam surat Al A’raf ayat 13 dan 14 dijelaskan: Sesungguhnya

mereka yang berkata “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian teguh dan

mantap hatinya, maka tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan

tidak pula merasa gelisah. Dengan keimanan yang teguh dan mantap

telah tertanam keyakinan yang kuat, bahwa tiada Tuhan lain selain

Allah yang menjamin dan memberikan ketenteraman dalam jiwa

manusia; maka hilanglah semua rasa takut dan gelisah.

Bimbingan (Guidance) atau tuntutan yang diajarkan tasawuf yang

berdasarkan pada ajaran agama ialah tuntunan hidup yang lebih baik

secara mental-spiritual. Dengan keimanan yang mantap orang dengan

tekun dan khusuk akan mengerjakan perintah Allah, melaksanakan

ibadah wajib, shalat, puasa, zakat, haji dan ibadah-ibadah lainnya.

Dalam mengerjakan ibadah ini dan penangkapan makna yang dalam

dari tujuan yang lebih jauh dari ibadah, orang meyakini bahwa ibadah

wajib bukan hanya sekedar pekerjaan ritual dalam agama; lagi pula

keyakinan dan kekhusukan akan merentangkan tali komunikasi yang

kuat antara Allah dan hambanya

Dengan mengikuti konsep yang ditawarkan tasawuf di atas jiwa-mental-

spiritual menjadi hidup dan stabil, karena apa yang dijalankan pada garis yang

seimbang dan sesuai apa yang dibutuhkan oleh jiwa.

Dewasa ini berbagai terapi (perawatan diri) yang menafikan pendekatan

tasawuf belum menyentuh seluruh aspek kemanusiaan, tetapi baru menyentuh

aspek mental-psikologi-sosial saja. Padahal, untuk menyentuh seluruh dimensi

kemanusiaan, perawatannya tidak hanya sebatas tiga aspek itu saja, tetapi juga

harus menyentuh moral-spiritual. Selama itu perawatan diri terhadap problema

psikologis masih kering muatan spiritual-agama. Memang, harus diakui,

72 M. Solihin, Terapi Sufistik………,op. cit., hlm. 73.

Page 66: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

176

pendekatan yang dilakukan psikologi dapat meringankan penderitaan

psikologis, namun tidak menjadikan pasien kembali menemukan jati dirinya

secara utuh. Problem psikis sangat mustahil dapat diobati jika hanya bersandar

pada psikologi sekuler saja. Untuk itu, kebutuhan akan perawatan diri melalui

pendekatan sufistik menjadi alternatif mutakhir masa kini dan mendatang yang

banyak dirindukan orang.

Dasar pertimbangan hal itu dimaklumi karena tasawuf berusaha

membimbing dan menyadarkan manusia agar mampu melihat realitas hakiki,

yaitu realitas Ilahiyyah. Untuk itu bertasawuf artinya: Pertama, mematikan

nafsu kediriannya secara berangsur-angsur untuk menjadi “diri” sebenarnya

melalui pendekatan zikir. Kedua, bertasawuf artinya menempuh perjalanan

rohani (as-sayr as-suluk) untuk mendekatkan diri (qurb) kepada Tuhan,

sehingga manusia menemukan makna hidup sebagai manusia di hadapan

Tuhan, yang merupakan aplikasi dari jiwa yang sehat. Dari sinilah, tasawuf

menjadi sangat signifikan dalam perawatan diri terhadap segala problem psikis

dan kehampaan spiritual. Kehadiran tasawuf merupakan solusi alternatif bagi

krisis manusia modern karena tasawuf memiliki semua unsur yang dibutuhkan

manusia, semua yang dibutuhkan bagi realisasi kerohanian yang luhur,

bersistem, dan tetap berada dalam koridor yang sesuai dengan hukum agama

dan kemasyarakatan.

Dalam mencapai kesehatan jiwa, metode mujahadah (kesungguhan)

dan niyadhah (latihan jiwa) dapat diterapkan. Kedua metode ini bertujuan

memperbaiki, menyempurnakan, dan memurnikan jiwa manusia. Majahadah

adalah kesungguhan perjuangan melawan tarikan hawa nafsu di bawah norma-

norna syariat dan akal. Riyadhah mempunyai pengertian pembebanan diri

dengan membiasakan melatih suatu perbuatan baik, yang. pada fase awal

merupakan beban yang sangat berat, namun pada fase akhir menjadi sebuah

karakter atau kebiasaan yang positif.

Hal yang paling penting ialah sering melakukan taubat (memohon

ampun kepada Tuhan). Karena manusia setiap hari tidak bisa lepas dari salah

dan dosa. Tobat membantu seseorang untuk melepaskan diri dari kegelisahan

Page 67: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

177

dan kegoncangan emosional yang dapat mempengaruhi kesehatan. Hakikat

tobat adalah menyucikan din dari segala kotoran jiwa untuk kembali pada

kebersihan jiwa dan kembali dari sesuatu yang dicela syariat menuju sesuatu

yang dipuji syariat serta terjalinnya kembali hubungan yang baik dengan

manusia apabila dosa dan kesalahan ada hubungannya dengan manusia.

Konflik psikologis yang disebabkan oleh perasaan berdosa karena adanya

pertentangan antara hawa nafsu fisik dan kebutuhan spiritual dapat menjadi

penyebab gangguan (penyakit) seperti gangguan psikosomatik. 73

Penderita psikosomatik bukan hanya membutuhkan terapi medis dan

terapi psikis semata, tetapi juga membutuhkan terapi agama dengan salah satu

metodenya. yaitu metode tobat. Dalam metode tobat terdapat perubahan sikap

yang terjadi pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan yang

terjadi pada aspek kognitif, yaitu penderita akan menyadari penyebab penyakit

yang dideritanya. Kemudian perubahan pada aspek afektif ialah jiwa merasa

tenang, damai, dan tentram karena ia telah menjalani hidup yang sesuai

dengan norma agama dan kemasyarakatan (sosial). Dan juga secara terus

melakukan perawatan jiwa melalui suatu metode yang disebut dengan tazkiat

an-nafs”.74

Tazkiatun-nafs merupakan proses penyucian jiwa, pengembalian jiwa

pada fitrahnya, dan perawatan jiwa-jiwa yang sakit agar menjadi sehat

kembali. Dasar pemikiran tazkiyat an-nafs ini bermula dari keyakinan para

sufi bahwa jiwa manusia pada fitrahnya adalah suci. Namun, karena

persatuan dan pergulatannya dengan badan, terjadilah interaksi dengan

kepentingan-kepentingan badan. Interaksi ini mengakibatkan jiwa

terkontaminasi, menjadi tidak suci, bahkan banyak yang menjadi tidak sehat

lagi. Dari sini, kemudian tasawuf berupaya untuk mensucikan kembali jiwa

dengan proses tazkiyat an-nafs. Pada tataran ini (tazkiyat an-nafs) berfungsi

sebagai terapi atau perawan terhadap penyakit jiwa dan sebab-sebabnya. Hal

ini sebagaimana termaktub dalam AI-Qur'an Surat Asy-Syams: 9-10:

73 Ibid., hlm. 156-161. 74 Ibid., hlm. 175.

Page 68: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

178

"Sungguh beruntunglah orang-orang yang menyucikan jiwanya itu dan

merugilah orang-orang yang mengotorinya. Dengan jalan taubat dan

mendekatkan diri kepada Allah adalah salah satu jalan yang harus

ditempuhnya.

Melalui metode-metode tersebut di atas gangguan-gangguan jiwa

(mental) dapat dicegah sedini mungkin. Dan juga akan tercapainya kesehatan

secara utuh dan sempurna yaitu terpenuhinya kesehatan diri baik secara

biologik, sosial, psikologis, dan psiko-religius (spiritual).

C. Metode Pengukuran Kondisi Gangguan Mental.

Untuk mengetahui apakah seseorang sehat atau terganggu mentalnya,

tidaklah mudah, karena tidak mudah diukur, diperiksa atau dilihat dengan alat-

alat seperti halnya dengan kesehatan badan. Biasanya yang dijadikan bahan

penyelidikan atau tanda-tanda dari kesehatan mental adalah tindakan, tingkah

laku atau perasaan. Karenanya seseorang terganggu kesehatan mentalnya bila

terjadi-kegoncangan emosi, kelainan tingkah laku atau tindakannya

Adapun Yang dimaksud dengan metode pengukuran kondisi mental

disini adalah studi untuk mengetahui terhadap kepribadian atau kejiwaan

(mental) seseorang, baik terhadap gejala-gejala atau tanda-tanda, yang berupa

perilaku laku, seperti berjalan, berbicara (berkomunikasi), bersikap,

berpenampilan (stile), berinteraksi, bersosialisasi, gerak isyarat, penampilan

wajah, suara dan seterusnya, sebagai bentuk penelusuran terhadap suatu

kondisi mental atau kejiwaan seseorang apakah terganggu atau tidak (sehat).75

Pengukuran kondisi mental disebut juga sebagai alat analisa (deteksi), untuk

mengetahui sejauh mana kondisi kesehatan mental kita. Metode deteksi ini

bisa dilakukan secara mandiri atau meminta bantuan orang lain, seperti;

psikolog, psikiater, konselor dan lain sebagainya.76

Dalam penelitian menunjukkan bahwa gejala-gejala timbulnya

kekalutan mental sebagian besar diakibatkan oleh kondisi kejiwaan yang tidak

75 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan Konseling Islam; Penerapan Metode Sufistik, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), hlm. 171.

76 Ibid., hlm. 171.

Page 69: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

179

stabil. Faktor pendorong ketidakstabilan jiwa biasanya diakibatkan oleh

perasaan cemas, stres, dan depresi. Apabila kondisi perasaan semacam ini

tidak segera diatasi dan berlarut-larut dalam diri kita, dipastikan akan memicu

terjadinya kekalutan mental (mental disorder). Untuk mengetahui sejauh mana

derajat kondisi kesehatan mental kita, apakah dalam kondisi sedang

mengalami gangguan, baik ringan, sedang, berat, atau sedang tidak mengalami

gangguan sama sekali. Untuk mengetahui hal tersebut kita bisa melakukan

diagnosa atau mendeteksi sendiri.

Adapun teknik diagnosa yang bisa dilakukan yaitu dengan mengecek

kondisi kejiwaan kita melalui beberapa alat ukur (instrumen) diantaranya yaitu

menggunakan alat ukur kecemasan, alat ukur depresi dan piktograf kesehatan

mental.

a. Alat Ukur Kecemasan

Alat ukur kecemasan tersebut dikenal dengan nama Hamilton

Raiting Scale for Anxiety (HRS-A).77 Alat ukur ini terdiri dari 14 gejala

yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang

lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka

(score) antara 0-4, maksudnya yaitu:

O = Tidak ada gejala (keluhan)

1 = Gejala ringan

2 = Gejala sedang

3 = Gejala berat

4 = Gejala berat sekali

Sedangkan total Nilai (score) masing-masing derajat kondisi mental ialah:

14 = Tidak ada gangguan

14-20 = Gangguan kecemasan ringan

21-27 = Gangguan kecemasan sedang

28- 41 = Gangguan kecemasan berat

77 Disadur dari Bukunya, Dadang Hawari, Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi, op. cit.,

hlm. 78-83.

Page 70: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

180

Adapun hal-hal yang dijadikan ukuran atau dinilai dalam alat ukur

HRS-A adalah sebagai berikut:

Alat Ukur HRS-A

No Gejala Kecemasan (Anxieties) Nilai Angka (score)

1 Perasaan cemas 0 1 2 3 4

1. Cemas

2. Firasat buruk

3. Takut akan pikiran sendiri

4. Mudah tersinggung

2 Ketegangan 0 1 2 3 4

1. Merasa tegang

2. Lesu

3. Tidak bisa istirahat tenang

4. Mudah terkejut

5. Mudah menangis

6. Gemetar

7. Gelisah

3 Ketakutan 0 1 2 3 4

1. Pada gelap

2. Pada orang Asing

3. Ditinggal sendiri

4. Pada binatang besar

5. Pada keramaian lalu lintas

6. Pada kerumunan orang banyak

4 Gangguan Tidur 0 1 2 3 4

Page 71: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

181

1. Sukar masuk tidur

2. Terbangun malam hari tanpa ada niatan apaun

3. Tidur tidak nyenyak

4. Bangun dengan lesu

5. Banyak mimpi

6. Mimpi buruk

7. Mimpi menakutkan

5 Gangguan kecerdasan 0 1 2 3 4

1. Sukar konsentrasi

2. Daya ingat menurun

3. Daya ingat buruk

4. Minat baca menurun

5. Otak terasa lelah

6 Perasaan depresi (murung) 0 1 2 3 4

1. Hilangnya minat

2. Berkurangnya kesenangan pada hobi

3. Sedih

4. Bangun dini hari

5. Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

7 Gejala somatic/ fisik (otot) 0 1 2 3 4

1. Sakit dan nyeri di otot-otot

2. Kaku

3. Kedutan otot

4. Gigi gemerutuk

5. Suara tidak stabil

8 Gejala somatic / fisik (sensorik) 0 1 2 3 4

1. Tinitus (telinga berdenging)

2. Penglihatan kabur

Page 72: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

182

3. Muka merah atau pucat

4. Merasa lemas

5. Perasaan di tusuk-tusuk

9 Gejala cardiovascular (Jantung dan pembuluh darah) 0 1 2 3 4

1. Denyut jantung cepat (takikardia)

2. Berdebar-debar

3. Nyeri di dada

4. Denyut nadi mengeras

5. Rasa/ lesu/as seperti mau pingsan

6. Detak jantung menghilang (berhenti sekejap)

10 Gejala respiratori (pernafasan) 0 1 2 3 4

1. Rasa tertekan atau sempit di dada

2. Rasa tercekik

3. Sering menarik nafas

4. Nafas pendek/ sesak

11 Gejala gastrointestinal (pencernaan) 0 1 2 3 4

1. Sulit menelan

2. Perut melilit

3. Gangguan pencernaan

4. Nyeri sebelum dan sesudah makan

5. Perasaan terbakar di perut (perut terasa melilit)

6. Rasa penuh atau kembung

7. Mual

8. Muntah

9. Buang air besar lembek

10. Sukar buang air besar (konstipasi0

11. Kehilangan berat badan

12 Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin 0 1 2 3 4

1. Sering buang air kecil

2. Tidak dapat menahan air seni

Page 73: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

183

3. Tidak datang bulan (tidak ada haid)

4. Darah haid berlebihan

5. Masa haid berkepanjangan

6. Masa haid amat pendek

7. Haid beberapa kali dalam sebulan

1. Menjadi dingin (firgit), hilangnya minat seks

2. Ejakulasi dini

3. Ereksi melemah

4. Ereksi hilang

5. Impotensi

13 Gejala Autonom 0 1 2 3 4

1. Mulut kering

2. Muka merah atau pucat

3. Mudah berkeringat

4. Kepala pusing

5. Kepala terasa berat

6. Kepala terasa sakit

7. Bulu-bulu berdiri

14 Tingkah laku (sikap) 0 1 2 3 4

1. Gelisah

2. Tidak tenang

3. Jari gemetar

4. Kerut kening

5. Muka tegang

6. Otot tegang/ mengeras

7. Nafas pendek dan cepat

8. Muka merah atau pucat

9. Salah tingkah

10. Gagap

11. Lupa

Page 74: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

184

Total angka (score)

Alat ukur HRS-A di atas perlu diketahui bahwa alat tersebut tidak

dimaksudkan untuk menegakkan status (diagnosa) terhadap gangguan

kecemasan. Akan tetapi hanya dijadikan sebagai gambaran atau pengetahuan

awal mengenai kondisi mental. Yang salah satunya bisa diakibatkan

kecemasan. Dengan mengetahui derajat kecemasan yang kita alami setidaknya

kita akan tahu status kondisi mental (kejiwaan kita). Sedangkan gangguan

kejiwaan (mental) yang berhak menegakkan status terganggu dan tidaknya

yaitu melalui pemeriksaan lebih lanjut melalui pemeriksaan klinis yang

ditangani oleh dokter ahli dalam ilmu psychiatry atau psikiater.

Adapun cara penghitungannya alat HRS-A tersebut di atas yaitu;

dengan cara memberi tanda dari masing-masing gejala terdiri 14 poin tersebut,

yang sesuai dengan kondisi yang dialaminya berdasarkan pertanyaan-

pertanyaan dari masing-masing kriteria dalam alat HRS-A tersebut. Lalu

dijumlahkan dari masing-masing poin yang telah ditegakkannya (dipilihnya).

b) Alat Ukur Depresi

Alat ukur depresi tersebut dikenal dengan nama Hamilton Raiting Scale

for Depression (HRS-D). Alat ukur ini terdiri dari 21 kelompok gejala yang

masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih

spesifik.78 Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score)

antara 0-4, maksudnya yaitu:

O = Tidak ada gejala (keluhan)

1 = Gejala ringan

2 = Gejala sedang

3 = Gejala berat

4 = Gejala berat sekali

Sedangkan total Nilai (score) masing-masing derajat kondisi mental ialah:

17 = Tidak ada gangguan

78 Ibid., hlm. 106-113.

Page 75: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

185

18-24 = Gangguan kecemasan ringan

25-34 = Gangguan kecemasan sedang

35- 51 = Gangguan kecemasan berat

52-68 = Kecemasan berat sekali

Adapun hal-hal yang dijadikan ukuran atau dinilai dalam alat ukur

HRS-A adalah sebagai berikut:

Alat ukur HRS-D

No Gejala Depresi Nilai Angka

(score)

Keadaan perasaan sedih (sedih, putus asa, tak berdaya, tak

berguna 0 1 2 3 4

1. Perasan ini hanya ada bila ditanya

2. Perasaan ini hanya dinyatakan secara verbal

3. Perasaan yang nyata tanpa komunikasi verbal, misalnya

ekspresi muka, bentuk, suara, dan kecenderungan

menangis

1

4. Penderita menyatakan perasaan yang sesungguhnya ini

dalam komunikasi baik verbal maupun non verbal secara

spontan

Perasaan bersalah 0 1 2 3 42

1. Menyalahkan diri sendiri, merasa sebagai penyebab

penderitaan orang lain

Page 76: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

186

2. Ide-ide bersalah atau renungan tentang kesalahan-

kesalahan masa lalu

3. Sakit ini sebagai hukuman, waham bersalah dan berdosa

4. Suara-suara kejaran atau tuduhan san halusinasi

penglihatan tentang hal-hal yang mengancam nya

3 Bunuh diri 0 1 2 3 4

1. Merasa hidup tak ada gunanya

2. Mengharap kematian atau pikiran-pikiran lain ke arah itu

3. Ide-ide bunuh diri atau langkah-langkah ke arah itu

4. Percobaan bunuh diri

4 Gangguan pola tidur (initial insomnia) 0 1 2 3 4

1. Keluhan kadang-kadang sukar masuk tidur, misalnya lebih

dari setengah jam baru masuk tidur

2. Keluhan tiap malam sukar masuk tidur

5 Gangguan pola tidur (middle insomnia) 0 1 2 3 4

1. Penderita mengeluh gelisah dan terganggu sepanjang

malam

2. Terjadi sepanjang alam (bangun dari tempat tidur kecuali

buang kecil)

6 Gangguan pola tidur (late insomnia) 0 1 2 3 4

1. Bangun diwaktu dini hari tetapi dapat tidur lagi

2. Bangun diwaktu dini hari tetapi tidak dapat tidur lagi

Kerja dan kegiatan-kegiatannya 0 1 2 3 4

1. Pikiran/ perasaan ketidakmampuan, keletihan/ kelemahan

yang berhubungan dengan kegiatan kerja atau hobi

7

2. Hilang minat terhadap pekerjaan/ hobi atau kegiatan

lainnya, baik langsung atau tidak pasien menyatakan

kelesuan, keragu-raguan dan rasa bimbang

Page 77: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

187

3. Berkurangnya waktu untuk aktivitas sehari-hari atau

produktivitas menurut. Bila pasien tidak sanggup ber

aktivitas sekurang-kurangnya 3 jam sehari dalam kegiatan

sehari-hari

4. Tidak bekerja karena sakitnya sekarang. (di rumah sakit)

bila pasien tidak bekerja sama sekali, kecuali tugas-tugas di

bangsal atau jika pasien gagal melaksanakan kegiatan-

kegiatan di bangsal tanpa bantuan

8 Kelambanan (lambat dalam berfikir, berbicara, gagal

berkonsentrasi, aktivitas motorik menurun) 0 1 2 3 4

1. Sedikit lamban dalam wawancara

2. Jelas lamban dalam wawancara

3. Sukar diwawancarai

Stupor 9diam sama sekali)

9 Kegelisahan (agitasi) 0 1 2 3 4

1. Kegelisahan ringan

2. Memainkan tangan/ jari-jari rambut dan lain-lain

3. Bergerak terus tidak dapat duduk dengan tenang

4. Meremas-remas tangan, menggigit-gigit kuku, menarik-

narik rambut, menggigit-gigit bibir

10 Kecemasan (ansietas somatic) 0 1 2 3 4

1. Sakit/ nyeri di otot-otot, kaku kedutan otot

2. Gigi gemerutuk

3. Suara tidak stabil

4. Penglihatan kabur

5. Muka merah atau pucat

6. Perasaan di tusuk-tusuk

7. Tinitus (telinga berdenging)

11 Kecemasan (ansietas psikiks) 0 1 2 3 4

Page 78: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

188

1. Ketegangan subyektif dan mudah tersinggung

2. Mengkhawatirkan hal-hal kecil

3. Sikap kekhawatiran yang tercermin di wajah atau

pembicaraan nya

4. Ketakutan yang diutarakan tanpa ditanya

12 Gejala somatik (pencernaan) 0 1 2 3 4

1. Nafsu makan berkurang tetapi dapat makan tanpa dorongan

teman, merasa perutnya penuh

2. Sukar makan tanpa dorongan teman, membutuhkan

pencahar untuk buang air besar atau obat-obatan untuk

saluran pencernaan

13 Gejala somatik (umum) 0 1 2 3 4

1. Anggota gerak, punggung atau kepala terasa berat

2. Sakit punggung, kepala dan otot-otot, hilangnya kekuatan

dan kemampuan

14 Kelamin (genital) 0 1 2 3 4

1. Sering buang air kecil, terutama malam hari di kala tidur

2. Tidak haid, darah haid sedikit sekali

3. Tidak ada gairah seksual/ dingin (frigid)

4. Ereksi menghilang

5. Impotensi

15 Hipokondriasis (keluhan somatik/ fisik yang berpindah-

pindah) 0 1 2 3 4

1. Di hayati sendiri

2. Preokupasi (keterpakuan) mengenai kesehatan sendiri

3. Sering mengeluh membutuhkan pertolongan orang lain

4. Delusi hipokondriasis

16 Kehilangan berat badan (A atau B) 0 1 2 3 4

Page 79: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

189

A. Bila hanya dari anamnesis (wawancara)

1. Berat badan berkurang berhubungan dengan penyakitnya

sekarang

2. Jelas penurunan barat badan

3. Tak terjelaskan lagi penurunan berat badan

B. Dibawah pengawasan secara mingguan jelas berat badan

berkurang menurut ukuran

1. Kurang dari 0,5 kg seminggu

2. Lebih dari 0,5 seminggu

3. Tidak ternyatakan lagi kehilangan berat badan

17 Insight (pemahaman diri) 0 1 2 3 4

1. Mengetahui sakit tetapi berhubungan dengan penyebab-

penyebab iklim, makanan, kerja berlebihan, virus, perlu

istirahat dan lain-lain

18 Varian harian 0 1 2 3 4

1. Adakah perubahan atau keadaan yang memburuk pada

waktu malam atau pagi

19 Dipersonalisasi (perasaan diriberubah0 dan derealisasi

(perasaan tidak nyata/ tidak realistis) 0 1 2 3 4

20 Gejala-gejala paranoid

1. Kecurigaan

2. Pikiran dirinya menjadi pusat perhatian, atau peristiwa/

kejadian di luar tertuju pada dirinya 9ideas of reference)

3. Waham kejaran

21 Gejala-gejala obsesi dan compulsive 0 1 2 3 4

Alat ukur HRS-D di atas adalah sebagai alat untuk mengukur derajat

berat ringanya gangguan depresi. Bukan untuk menegakkan diagnosa

Page 80: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

190

gangguan depresi, melainkan hanya sekedar untuk alat bantu dalam

mendeteksi derajat kondisi mental yang diakibatkan oleh gangguan depresi.

Dan Sebaiknya pengukuran atau mendeteksi ada tidaknya gangguan mental

dengan menggunakan alat ini sebaiknya meminta bantuan orang yang ahli,

seperti psikolog, konselor, psikiter, dan spesialis kejiwaan. Adapun cara

penggunaan alat ini yaitu sama dengan pada alat HRS-A.

c. Peta Diagnostik Dan Pictograph Kesehatan Mental

Alat deteksi (diagnostik) dan Piktograf kesehatan mental Berikut ini,

adalah sebuah peta diagnostik dan piktograf kesehatan mental yang dapat

digunakan untuk mengecek (test) kondisi kesehatan mental.79 Dan juga dapat

dipakai untuk menilai apakah dan bagaimanakah kesehatan mental, sebagai

bentuk untuk menilai kondisi mental kita di sepanjang waktu.

Peta diagnostik dan pictograph hal-hal yang dinilai adalah

berdasarkan karakteristik-karakteristik yang biasanya berpengaruh terhadap

kondisi kejiwaan (mental). Adapun karakteristik-karakteristik tersebut adalah

sebagai berikut:

Karakteristik .I. Ketegangan

Tingkah laku dan gejalanya: 1. Ketegangan merupakan penyebab pada saat ini dan masa lampau

2. Dapat melakukan sesuatu yang membantu. 3. Tanda-tanda yang jelas dari ketegangan (agitasi, bernapas dan

keluar keringat). 4. Ketegangan dapat atau tidak menghalangi pekerjaan. 5. Tanda-tanda ketegangan dengan tidak ada sebab yang nyata. 6. Ketegangan menghalangi kerja (sering kali). 7. Bergantung pada pertahanan yang kuat untuk menahan ketegangan.

8. Masa kegelisahan yang hampir tidak tertahankan tanpa sebab yang

jelas. 9. Ketegangan terasa tidak tertahankan bila tidak diobati.

79 Ibid., hlm. 106-113.

Page 81: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

191

10. Ketegangan hanya berkurang oleh pikiran yang psikotik (penyimpangan, khayalan, rencana-rencana yang terlalu tidak sesuai).

Karakteristik ke-2: Suasana Hati

Tingkah laku dan gejala-gejalanya 1. Suasana hati berubah-ubah karena suatu sebab. 2. Ada humor. 3. Suasana hati dapat intensif tetapi berlalu dalam waktu singkat.

4. Humor yang eksplosif sebagai pelepas ketegangan. 5. Suasana hati yang bertahan untuk jangka waktu yang panjang. 6. Tingkah laku histeris yang sebentar-sebentar datang. 7. Ekspresi yang sangat emosional tanpa disadari. 8. Ungkapan yang ditandai oleh rasa bermusuhan. 9. Rasa takut dan phobia ringan yang kronis. 10. Tingkah laku kontra phobia dengan resiko tertentu. 11. Emosi-emosi khas yang tertahan 12. Suasana hati yang melatarbelakangi dan mempengaruhi kerja,

cinta, bermain. 13. Keadaan depresi kronis dan rasa tidak bahagia. 14. Percobaan- percobaan bunuh diri. 15. Gagasan yang muluk, tetapi sulit untuk melaksanakannya. 16. Tingkah laku kontra phobia yang merusak diri 17. Tingkah laku histeris yang dapat diramalkan. 18. Delusi, gangguan pikiran atau halusinasi. 19. Depresi yang gawat, tidak dapat didekati, sama sekali tidak dapat

bekerja atau bercinta.

Karakteristik ke-3: Pikiran

Tingkah laku dan Gejala-gejala 1. Mampu menjamin dan mengolah informasi. 2. Pikiran-pikiran macam apapun tidak mengganggu dalam waktu

yang lama. 3. Pikiran memudahkan tindakan. 4. Pikiran bersemangat, berpusat pada tugas dan problem tertentu. 5. Ketegangan dapat terlepas melalui pikiran pasif, agresif; seksual. 6. Perhatian yang tidak selektif. 7. Kecenderungan untuk menganalisis daripada menghayati perasaan.

Page 82: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

192

8. Mempertanyakan kemampuan untuk menghayati emosi-emosi yang penting.

9. Kekhawatiran yang tidak berujung pangkal. 10. Distorsi kronis mengenai realitas. 11. Ber siaga atas bahaya yang tidak diduga. 12. Kekurangan ilmu pengetahuan. 13. Pikiran yang berulang dan menyusahkan mengganggu kehidupan. 14. Ketidakmampuan untuk mengalami pikiran khusus. 15. Ketidakmampuan untuk membuat keputusan. 16. Pikiran yang obsessive. 17. Distorsi yang kasar

Karakteristik ke-4: Aktivitas

Tingkah laku dan Gejala-gejala: 1. Antusiasme dan interest dalam bekerja, berpartisipasi, merasa

mampu

2. Mengambil resiko dan bertahan- berani untuk bersikap sedang-sedang saja, atau gagal dan mencoba lagi.

3. Kegiatan bisa tidak seimbang atau berkelanjutan.

4. Sesuai dengan temperamen, banyak atau sedikit aktivitas.

5. Kekhawatiran tentang resiko baru atau beban yang berlebihan 6. Kata-kata dan tingkah laku yang talismanic.

7. Aktivitas berlebihan dengan tidak ada alasan 8. Membutuhkan inspirasi atau umpan balik untuk dapat bekerja

adekuat.

9. Pengambilan resiko berkurang.

10. Menghindari aktivitas-aktivitas baru.

11. Aktivitas tidak lagi mengurangi ketegangan.

12. Aktivitas bersifat slitter, tidak senang bila menyelesaikannya, merasa tidak senang jika tidak dilakukannya.

13. Aktivitas ritual yang compulsive (diulang-ulang terus).

14. Sangat sulit untuk mengubah pola-pola aktivitas.

Karakteristik ke-5: Organisasi/Kontrol

Tingkah laku dan Gejala-gejala:

1. Dapat duduk diam dan melakukan tugas untuk jangka waktu yang semakin panjang.

2. Dapat bekerja tanpa adanya inspirasi atau umpan balik.

3. Merencanakan dan melaksanakan keputusan dari problem-problem yang kompleks.

Page 83: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

193

4. Belajar dari pengalaman

5. Kebebasan untuk mengubah kebiasaan dalam bertingkah laku secara luwes.

6. Kecemasan mendorong aktivitas tertentu.

7. Dapat berbohong atau menipu di bawah tekanan.

8. Kekakuan yang meningkat; memerlukan tuntutan yang jelas dan kondisi yang sempurna untuk berfungsi.

9. Kondisi kronis karena terlalu diperpanjang.

10. Kejadian yang tidak diramalkan sangat mengganggu prestasi. 11. Sekali-sekali bertingkah laku impulsif.

12. Ritual-ritual bercampur dengan kerja. 13. Kemampuan yang terbatas untuk memperoleh pengertian dan

perubahan.

14. Rasa iri hati terhadap mesin.

15. Peristiwa kecil yang tidak diharapkan menyebabkan pekerjaan terhenti, demikian pula dalam cinta dan permainan.

16. Tata cara keagamaan yang obsessive harus berfungsi. 17. Tingkah laku impulsif mengacaukan rencana; tidak belajar dari

Pengalaman.

18. Kontrol diri kecil, mudah dipengaruhi oleh saran atau perasaan dari dalam diri.

19. Perasaan menentukan kapan dan bila pekerjaan mungkin dilakukan.

20. Tingkah laku impulsif dapat diharapkan.

Karakteristik ke-6: Interpersonal

Tingkah laku dan Gejala-gejala:

1. Menjadi teman maupun berteman.

2. Kemampuan yang meningkat untuk berhubungan akrab. 3. Menarik diri atau tingkah laku agresi mempunyai sebab-sebab

yang jelas dan akan berlalu. 4. Dapat menggunakan perasaan yang mengganggu secara

manipulative untuk mencari perhatian.

5. Kebebasan untuk menyenangkan orang lain.

6. Tidak bersedia atau tidak mampu untuk bermain

7. Emosi yang berlebih-lebihan dalam hubungan antar individu. 8. Mudah tersinggung.

9. Mendekati, melawan atau menjauhi orang-orang lain dengan cara yang berlebih-lebihan.

10. Harus selalu mengikuti kemauan sendiri, tidak sanggup untuk

Page 84: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

194

berkompetisi 11. Dapat dijadikan kambing hitam atau jagoan. 12. Mengadakan hubungan secara kurang matang dengan orang lain

tertentu.

13. Persahabatan yang berubah-ubah atau mengalami kemunduran yang sering kali ditandai oleh adanya dendam.

14. Membutuhkan dukungan dari luar secara terus-menerus.

15. Harga diri yang rendah.

16. Tingkah laku antisocial yang lunak atau pengasingan diri.

17. Ketergantungan yang berlebih-lebihan dan/atau manipulasi. 18. Dendam yang berlebih-lebihan.

19. Autisme.

20. Tingkah laku yang sosiopatik.

Karakteristik ke-7: Fisik

Tingkah laku dan Gejala-gejala:

1. Stabilitas atas sistem saluran pencernaan, kulit, pernapasan, tidur dan berat badan.

2. Kesembuhan yang relatif cepat dari sakit/kecelakaan.

3. Perasaan sehat pada umumnya.

4. Pola makan dan tidur, berat, problem saluran pencernaan kepil, gangguan kulit yang tidak pasti.

5. Perasaan fisik yang berupa ketegangan, kecapean, kehabisan tenaga cadangan fisik.

6. Pemakaian obat bius secara sadar untuk menanggulanginya. 7. Masalah saluran pencernaan. Kegemukan, kurang nafsu makan,

gangguan di waktu tidur, sakit kepala, penyakit kulit yang tidak menentu.

8. Menganggap dan physical tics

9. Keluhan tentang kesehatan tanpa gejala-gejala yang jelas.

10. Mencari obat/pertolongan medis agar merasa lebih baik.

11. Penyalahgunaan obat sekali-sekali yang secara sosial diperkuat. 12. Kekakuan dan gejala-gejala fisik lain.

13. Problem psychosomatic yang kronik - seperti radang usus, radang perut, insomnia (penyakit sulit tidur), migren (sakit kepala), haid tidak datang, anorexia - tanpa sebab yang jelas.

14. Penyalahgunaan obat secara kronik sebagai usaha penanggulangan atau cara pengobatan sendiri.

15. Kehabisan tenaga.

Page 85: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

195

16. Sikap fisik yang sangat aneh.

17. Banyak problem fisik.

18. Adiksi (ketergantungan terhadap sesuatu yang berlebih-lebihan).

Gejala Nilai 1 10 2 10 3 10 4 10 5 10 6 20 7 30 8 30

9 30 10 30 11 30 12 40 13 40 14 40 15 40 16 50 17 50 18 50

Fisik

Gejala Nilai 1 10 2 10 3 10 4 20 5 20 6 20 7 20 8 30

9 30 10 40 11 40 12 40 13 50 14 50

Gejala Nilai 1 10 2 10 3 10 4 10 5 10 6 20 7 20 8 30

9 30 10 30 11 30 12 30 13 30 14 40 15 40 16 40 17 40 18 50 19 50

Organisasi/ kontrol

Gejala Nilai 1 10 2 10 3 10 4 20 5 20 6 20 7 20 8 20

9 30 10 30 11 30 12 30 13 30 14 30 15 30 16 30 17 40 18 40 19 50

Interpersonal Kegiatan/aktivitas

Gejala Nilai 1 102 103 104 205 206 307 308 30 9 3010 3011 3012 3013 4014 4015 4016 4017 4018 4019 50

Gejala Nilai1 102 103 104 205 206 207 208 30 9 3010 3011 4012 4013 4014 4015 4016 4017 50

Gejala Nilai 1 10 2 10 3 20 4 20 5 30 6 30 7 40 8 40 9 50 10 50

Ketegangan.

Suasana Hati Pikiran

Page 86: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

196

Cara penggunaan peta diagnostik dan piktograp di atas ialah berilah

tanda (bisa berupa tanda silang (X) atau mengeblok) pada setiap daftar

pertanyaan pada masing-masing karakteristik tersebut. Pada masing-masing

pertanyaan tersebut pada setiap karakteristik ada nilainya. Adapun nilai masing-

masing pertanyaan (gejala) pada setiap karakteristik adalah sebagaimana dalam

tabel di atas.:

Misal: Kita menghitung karakteristik I. (ketegangan)

Bila anda telah memeriksa gejala ketegangan dan anda menetapkan

pilihan 1,2,3,6,9, maka hasilnya yaitu: 10+10+20+30+50: 5= 120: 5= 24. Jadi

jumlah skor total 120 dibagi 5-gejala adalah sama dengan skor nilai ketegangan

24.

Adapun untuk mengetahui status kondisi mental yaitu kita hitung semua

dulu dari masing-masing karakteristik di atas (ketegangan, suasana hati, pikiran,

aktivitas, organisasi/ pengendalian, interpersonal dan keadaan jasmani/ fisik).

Setelah semua dihitung lalu dijumlahkan dari masing-masing skor lalu di bagi

tujuh.

Misal: Apa bila kita dapatkan masing-masing karakteristik di atas adalah:

24 untuk skor ketegangan

25 untuk skor suasana hati

23 untuk skor pikiran

27 untuk skor aktivitas

26 untuk skor organisasi/kontrol

22 untuk skor interpersonal

25 untuk skor fisik

Jumlah skor Jumlah gejala

Sekor nilai masing-masing karakteristik)

=Adapun cara penghitungannya yaitu:

Page 87: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

197

Jadi: 24+25+23+27+26+22+25= 172: 7= 24,5. Jadi jumlah skor total 172

dibagi 7 yaitu dibagi dari seluruh jumlah karakteristik di atas, adalah sama

dengan skor nilai kondisi mental anda 24.

Bila Anda sudah menghitung skor total untuk setiap dari ketujuh

karakteristik, anda akan mampu untuk mengisi piktograp dengan sebuah

gambaran tentang kesehatan mental anda. Hitamkanlah ruangan untuk setiap

karakteristik yang terletak disebelah kiri skor nilai anda. Hasilnya adalah sebuah

gambaran visual tentang kondisi kesehatan mental yang anda alami. Adapun

tabel peta Pictograpnya yang harus ada isi, berfungsi untuk mengetahui sejauh

mana derajat kondisi mental yang anda alami adalah sebagai berikut.

Peta Pictograph (Penilaian) Kondisi Kesehatan Mental

Karakteristik Normal Darurat/ Kesulitan Marginal/ Gawat

10 15 20 25 30 35 40 45 50

Ketegangan

Perasaan

Pikiran

Aktivitas

Organ/kontrol

Interpersonal

Fisik

Adapun skala perhitungan (nilai) melalui peta pictograph kesehatan

mental di atas adalah sebagai berikut:

10-25: Yaitu terletak dalam jenis tingkah laku yang diharapkan, yakni kondisi mental pada taraf normal. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan membutuhkan bantuan untuk problem khusus. Adapun terapinya berbentuk preventive.

26-40: Yaitu kondisi mental dalam taraf yang agak serius (memperhatinkan), pada taraf ini segeralah mencari bantuan pada orang yang profesional.

40-50: Yaitu kondisi mental pada taraf marginal, yakni kondisi mental benar-benar telah mengalami gangguan yang sangat serius (buruk). Maka dari itu dengan segeralah mencari bantuan formal, yakni, datang pada ahli kejiwaan, seperti, konselor, psikolog, psikiatri, atau dibawa ke rumah sakit jiwa. dll.

Page 88: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

198

Pengetahuan yang Anda peroleh dalam mempelajari pedoman

penilaian-sendiri sebagaimana diatas adalah terapeutik. Introspeksi (mawas

diri) merupakan salah satu dasar berkembangnya ilmu pengetahuan Metode

ini dapat membantu Anda belajar mengenai diri Anda sadar akan adanya

ketegangan-ketegangan dan pola-pola tingkah laku yang merusak

(destruktif) dalam kehidupan sehari-hari. Piktograf Anda yang membaik

adalah sesuatu pencerminan dari pengaruh yang telah memantapkan dan

adanya kesadaran yang telah ditingkatkan, Bila kondisi mental telah

memburuk (mundur), janganlah menjadi panik. Kemunduran kecil ini

mungkin hanya mencerminkan kepekaan yang meningkat terhadap tekanan

yang normal. Dalam banyak hal, ketidakstabilan mental yang kecil adalah

suatu tanda dari diperlukannya penyesuaian diri kembali, yang akan-

memperbaiki kehidupan Anda di hari depan. Kemunduran yang besar

menunjukkan bahwa lingkungan, fisiologis dan/atau keadaan kehidupan lah

berubah dan telah menciptakan tekanan-tekanan baru, atau anda telah

dilanda ketegangan dan tekanan dalam kehidupan. Bila demikian maka

dengan segeralah upaya-upaya penanggulangan segera dilakukan, karena

kalau dibiarkan berlarut-larut, tidak menutup kemungkinan akan

menimbulkan kondisi mental/ kejiwaan terganggu yang lebih parah, bahkan

dapat menyebabkan kegilaan.

Dengan demikian Piktograf dapat memberikan gambaran tentang

kesehatan mental. Piktograf itu akan menunjukkan bidang tingkah laku mana

yang akan memberikan masalah-masalah kepada Anda, tingkat keseriusan

dari masalah-masalah tersebut, dan di bidang-bidang mana Anda berfungsi

dengan baik. Hendaknya diperhatikan bahwa sedikit. sekali skor yang akan

berada dalam kategori normal, ialah nilai 10-15, atau dalam kategori

gangguan parah, ialah nilai 45-50. Mayoritas skor dan orang-orang berada di

antara kedua kategori itu. Mereka mempunyai problem-problem mental yang

berbeda tingkatnya, tetapi masih sanggup berfungsi. Merujuk pada skor

dalam piktograf kesehatan mental, maka setidaknya kita dapat mengetahui

kondisi kesehatan mental menjadi jelas, yakni terganggu atau tidak. Untuk

Page 89: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

199

hal-hal yang berada dalam perbatasan mungkin memerlukan nilai evaluasi

yang lebih teliti. Perhitungan skor nilai yang tepat sangat menentukan dalam

hal ini.

Dari ketiga alat test di atas bukanlah menjadi alat ukur untuk

menegakkan kondisi kesehatan mental anda, akan tetapi setidaknya dapat

diketaui sejauh mana kondisi mental yang kita alami, sehingga kita dapat

merencanakan langkah yang terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan-

gangguan mental yang lebih parah yang mana gangguan tersebut pada

akhirnya dapat merenggut eksistensi kita sebagai manusia, karena

kebanyakan orang menganggap bahwa orang yang terganggu mentalnya

sudah tidak lagi berharga di tengah-tengah masyarakat layaknya sebagai

manusia.

Disamping metode di atas untuk mengetahui batas-batas dari keadaan

psikis (mental) yang memuncak. Bisa dilakukan dengan cara menjawab

beberapa pertanyaan di bawah ini:

1. Apakah problem-problem yang remeh-remeh dan kekecewaan-

kekecewaan hati yang kecil-kecil sering menyebabkan anda jadi cermat

dan bingung, serta mendorong anda ke dalam ketegangan, lalu

membuat anda bergemetaran?

2. Apakah anda menemukan kesukaran-kesukaran dalam bergaul dengan

orang lain?

3. Dan apakah orang lain itu menganggap anda seorang yang aneh dan

sukar diajak bergaul?

4. Apakah keindahan-keindahan dan kesenangan-kesenangan yang kecil

tidak bisa menyentuh hati anda, serta gagal memuaskan hati anda?

5. Apakah anda merasa tidak mampu menghentikan rasa-rasa cemas dan

takut yang ada pada diri anda sendiri?

6. Apakah anda senantiasa merasa takut terhadap orang lain, dan takut

pada setiap situasi yang sebenarnya tidak merugikan atau mengganggu

anda?

Page 90: BAB IV METODE DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · 1. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurosis)

200

7. Apakah anda selalu merasa curiga pada orang lain, dan tidak percaya

pada kawan sendiri?

8. Apakah anda senantiasa merasa tidak enak, tidak senang, tidak tepat,

tidak pada tempatnya, dan selalu mengalami penderitaan batin

(kepedihan dan kesedihan) disebabkan oleh kebimbangan diri?80

Jika jawaban anda “ya” pada pertanyaan tersebut di atas, maka hal ini

belum merupakan satu bencana. Akan tetapi anda harus mulai bersikap

waspada, dan menanggapi situasi sendiri dengan tindakan-tindakan yang

positif, agar supaya kebiasaan-kebiasaan neurosis, berfikir, berbuat yang

kurang mapan itu tidak terus berlanjut, tetapi bisa diperbaiki.

Metode lain untuk mengetahui sejauh mana kondisi mental dan

kepribadian, untuk mengetahuinya bisa menggunakan sebuah alat tes lain

yang diantaranya yaitu: test kepribadian, test kecerdasan (inteligensi) atau

alat-alat test lain yang disediakan oleh biro jasa kesehatan jiwa, psikologis

dan mental seperti biro konsultasi dan rumah sakit jiwa anda bisa datang ke

sana untuk mengecek kondisi mental dan kepribadian. Dan apabila sudah

diketahui kondisi mental dan mau memelihara selalu dalam kondisi normal

(sehat), maka dengan sendirinya kesehatan akan diperolehnya.

80 Disadur dari Bukunya, Kartini Kartono dan Jenny Andari., op. cit, hlm. 243.