BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian...

55
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Hakikat Lompat Jangkit Lompat jangkit merupakan salah satu nomor yang dilombakan dalam kejuaraan atletik, baik sebagai single event, maupun multi event. Pada single event, atau nomor tunggal, lompat jangkit dilombakan untuk putra dan putri. Dalam multi event atau perlombaaan yang sifatnya gabungan seperti Panca Lomba, Sapta Lomba, dan Dasa Lomba, nomor lompat jangkit selalu menjadi salah satu nomor yang ikut dilombakan. Pada dasarnya lompat jangkit tidak berbeda jauh dengan lompat jauh. Perbedaannya, pada lompat jauh atlet hanya melakukan gerakan lompatan satu kali, sedangkan pada lompat jangkit atlet melakukan tiga fase lompatan, yaitu hop atau jingkat, step atau langkah, dan jump atau lompatan. Oleh karena itu nomor lompat jangkit sering disebut juga hop, step and jump. Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah triple jump. Disebut demikian karena pada lompat jangkit terdapat tiga fase gerakan lompat. Untuk dapat mengetahui secara rinci mengenai lompat jangkit, maka akan diuraikan mengenai tinjauan gerak lompat jangkit, sebagai berikut : 14

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Hakikat Lompat Jangkit

Lompat jangkit merupakan salah satu nomor yang dilombakan

dalam kejuaraan atletik, baik sebagai single event, maupun multi event.

Pada single event, atau nomor tunggal, lompat jangkit dilombakan untuk

putra dan putri. Dalam multi event atau perlombaaan yang sifatnya

gabungan seperti Panca Lomba, Sapta Lomba, dan Dasa Lomba, nomor

lompat jangkit selalu menjadi salah satu nomor yang ikut dilombakan.

Pada dasarnya lompat jangkit tidak berbeda jauh dengan lompat

jauh. Perbedaannya, pada lompat jauh atlet hanya melakukan gerakan

lompatan satu kali, sedangkan pada lompat jangkit atlet melakukan tiga

fase lompatan, yaitu hop atau jingkat, step atau langkah, dan jump atau

lompatan. Oleh karena itu nomor lompat jangkit sering disebut juga hop,

step and jump. Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut

dengan istilah triple jump. Disebut demikian karena pada lompat jangkit

terdapat tiga fase gerakan lompat. Untuk dapat mengetahui secara rinci

mengenai lompat jangkit, maka akan diuraikan mengenai tinjauan gerak

lompat jangkit, sebagai berikut :

14

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

15

a. Tinjauan Gerak Lompat jangkit

Gerakan lompat jangkit pada dasarnya terdiri dari 6 (enam) fase

gerakan, yaitu : awalan, jingkat, langkah, lompatan, saat di udara

(melayang), dan mendarat. Keenam fase gerakan ini dilakukan secara

kontinyu atau berkelanjutan. Keeenam fase gerakan ini menjadi teknik

dasar lompat jangkit, artinya seseorang dapat melakukan gerakan lompat

jangkit apabila dapat menguasai keenam teknik dasar ini.

1) Awalan

Gerakan awalan dilakukan dengan cara lari dengan akselerasi, atau

dengan kata lain lari dengan percepatan. Menurut Guthrie (2008 : 150)

tujuan awalan adalah untuk mengembangkan gerakan naik yang

konsisten sambil mencapai kecepatan maksimum saat bertolak.

Awalan yang ideal adalah lari cepat dengan percepatan positif sampai

fase jingkat, namun keadaan ideal ini sulit dicapai karena pelompat

harus memperhitungkan ketepatan tolakan agar tidak melewati batas

tolakan yang diperbolehkan. Hasil penelitian yang dilakukan Lisa A.

Bridgett dan Nicholas P. Linthorne yang dipublikasikan dalam Journal

of Sport Sciences edisi Agustus 2006, menunjukkan bahwa

peningkatan pada kecepatan awalan menghasilkan peningkatan pula

pada jauhnya jingkat (hop distance). Sampel penelitiannya adalah dua

puluh dua pelompat jangkit yang berpengalaman (experienced triple

jumper). Berdasarkan hasil analisis biomekanik pada delapan finalis

lompat jangkit putra pada Kejuaraan Dunia Atletik 2009, menunjukkan

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

16

bahwa kecepatan awalan berkorelasi positif terhadap jauhnya jingkat

(hop distance) dengan koefisien korelasi 0,51. Rata-rata kecepatan

awalan delapan finalis lompat jangkit putra pada Kejuaran Dunia 2009

adalah 10,14 m/s, sedangkan rata-rata jauhnya jingkat (hop distance)

adalah 6,35 meter (Mendoza, dkk. 2009. Biomechanics Report World

Championships 2009 Berlin).

2) Jingkat (Hop)

Jingkat atau hop dilakukan dengan menumpu pada satu kaki yang

terkuat, biasanya kaki kiri. Setelah kaki terkuat tersebut menumpu,

disusul melangkahkan kaki lainnya sebagai persiapan untuk

melakukan tumpuan lompatan. Rata-rata hop distance yang dicapai

delapan finalis pada Kejuaraan Dunia Atletik 2009 adalah 6,35 meter.

Jika rata-rata ini dikalkulasi terhadap rata-rata jauhnya lompatan total,

maka gerakan hop memberikan kontribusi sebesar 37% (Mendoza,

dkk. 2009. Biomechanics Report World Championships 2009 Berlin

hal.3). Secara visual, rangkaian gerakan lompat jangkit adalah sebagai

berikut :

Gambar 2.1 Rangkaian Gerakan Lompat Jangkit.

(Mendoza, dkk. 2009. Biomechanics Report World Championships

2009 Berlin hal.5)

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

17

3) Langkah (Step)

Gerakan melangkah (step) terjadi segera setelah garakan jingkat

dilakukan. Gerakan langkah ini dilakukan sebagai persiapan gerakan

melompat (jump). Rata-rata step distance yang dicapai oleh delapan

finalis pada Kejuaraan Dunia Atletik 2009 adalah 5,29 meter

(Mendoza, dkk. 2009. Biomechanics Report World Championships

2009 Berlin hal.3). Jika rata-rata ini dikalkulasi terhadap rata-rata

jauhnya lompatan total, maka gerakan step memberikan kontribusi

sebesar 31%.

4) Lompat (Tolakan dan Saat di Udara)

Gerakan lompat pada lompat jangkit tidak berbeda jauh dengan lompat

jauh. Hanya pada lompat jangkit ini, tolakan lompatan dilakukan

setelah gerakan langkah, sedangkan pada lompat jauh dilakukan

setelah lari (run up). Tolakan untuk melakukan lompatan dilakukan

dengan menggunakan satu kaki, yang bukan digunakan untuk tumpuan

pada waktu jingkat. Rata-rata jump distance yang dicapai oleh delapan

finalis pada Kejuaraan Dunia Atletik 2009 adalah 5,79 meter

(Mendoza, dkk. 2009. Biomechanics Report World Championships

2009 Berlin hal.3). Jika rata-rata ini dikalkulasi terhadap rata-rata

jauhnya lompatan total, maka gerakan jump memberikan kontribusi

sebesar 33%. Sikap badan saat di udara erat kaitannya dengan gerakan

sebelumnya, yaitu kecepatan awalan, kekuatan tolakan saat jingkat,

lompat, dan lompat. Yang diutamakan pada saat badan di udara

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

18

bukanlah cara melayangnya, tetapi terpeliharanya keseimbangan

badan, mampu mempertahankan posisi badan di udara selama

mungkin, serta dapat meletakkan posisi tungkai pada posisi yang

menguntungkan untuk pendaratan. Ada beberapa style atau gaya yang

dapat dilakukan pada fase melayang, namun gaya tersebut tidak akan

mempengaruhi terhadap jauhnya lompatan.

5) Pendaratan (Landing)

Sikap mendarat pada lompat jangkit tidak berbeda dengan

lompat jauh, tanpa memandang gaya apa yang digunakan. Pada saat

akan mendarat kedua tungkai diluruskan ke depan, badan

dibungkukkan ke depan, kedua tangan lurus ke depan, mendarat

dengan kedua kaki secara bersamaan dengan tumit mendarat terlebih

dahulu, berat badan di pindahkan ke depan sehingga tidak jatuh ke

arah belakang.

2. Prestasi Lompat Jangkit

Dalam pencapaian prestasi lompat jangkit, ada beberapa faktor

yang menjadi pertimbangan, antara lain faktor teknis, faktor biomotor, dan

faktor anthropometris. Faktor teknis berkaitan dengan penguasaan skill

atau keterampilan. Faktor skill atau keterampilan merupakan hal yang

sangat penting dalam lompat jangkit karena ada tiga tolakan yang berbeda

untuk tiga tahap yang berbeda pula yang harus dikuasai atlet, yaitu tolakan

untuk jingkat, tolakan langkah, dan tolakan untuk lompat (jump). Dengan

demikian gerakan lompat jangkit relatif lebih kompleks dibanding gerakan

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

19

lompat lainnya. Hal ini berkaitan dengan efisiensi gerakan yang dilakukan

atlet.

Menurut Mark Guthrie ( 2003 : 158), kecepatan horizontal

merupakan faktor penting dalam pencapaian prestasi lompat jangkit.

Kecepatan merupakan unsur biomotor yang berkaitan dengan kualitas atau

jenis otot tungkai, namun demikian unsur ini bisa dilatihkan. Unsur

biomotor kecepatan yang dikombinasikan dengan unsur kekuatan akan

terbentuk power. Lebih lanjut Mark Guthrie (2003 : 160) menyebutkan

ada beberapa latihan teknik yang dapat meningkatkan prestasi lompat

jangkit, antara lain :

a. Lompat tiga kali berdiri : melakukan rangkaian gerakan jingkat-

langkah-lompat-melayang-mendarat dari posisi berdiri. Latihan ini

untuk meningkatkan perasaan gerak dari seluruh gerakan tanpa

menambah kecepatan.

b. Lompat awalan pendek : melakukan latihan lompatan dari awalan

lima langkah, kemudian tujuh langkah sambil menambahkan

kecepatan lari yang besar sebelum melakukan lompatan.

c. Jingkat satu kaki, latihan ini bertujuan untuk melatih tolakan dengan

melakukan serangkaian loncatan satu kaki menuruni landasan.

d. Jingkat kaki berganti : latihan ini dilakukan dengan cara meletakkan

satu kaki dengan sedikit ke depan daripada kaki lainnya, kemudian

mendorong dengan kaki belakang, dan mengarahkan lutut ke atas

mendekati dada sambil mencapai tinggi dan jarak sejauh mungkin.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

20

e. Lompatan kombinasi : latihan ini dilakukan dengan rangkaian gerakan

lompatan, langkah, dan lambungan (tolakan) yang bergantian. Latihan

ini ditujukan untuk mengkoordinasikan transisi dari kaki kanan ke

kaki kiri.

f. Latihan plyometric menggunakan kotak yang berukuran, 15 cm

sampai dengan 60 cm, dengan jarak 90 cm sampai 150 cm.

3. Hakikat Latihan

Latihan merupakan kegiatan yang sistematis dalam waktu yang

relatif lama ditingkat secara progresif dan individual yang mengarah pada

ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran

yang telah ditentukan (Bompa, 1990 : 3). Menurut Nossek. J (1995:3) “

Latihan adalah suatu proses atau dinyatakan dengan kata lain, periode

waktu yang berlangsung selama beberapa tahun,sampai atlet tersebut

mencapai standar penampilan yang tinggi ”. Menurut Sukadiyanto (2002:

1) latihan pada prinsipnya merupakan suatu proses perubahan ke arah

yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan: kualitas fisik kemampuan

fungsional peralatan tubuh dan kualitas psikis anak latih”.

Latihan secara luas dapat diartikan sebagai suatu intruksi yang

diorganisasikan dengan tujuan meningkatkan kemampuan fisik, psikis

serta keterampilan baik intelektual maupun keterampilan gerak olahraga.

Dalam pembinaan olahraga prestasi latihan didefinisikan sebagai persiapan

fisik, teknik, intelektual, psikis, dan moral. Selanjutnya dikatakan bahwa, ”

Latihan adalah proses persiapan secara sistematis dalam mempersiapkan

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

21

atlet menuju kearah tingkat keterampilan yang paling tinggi ” (Harre D.

1982 : 11). Melalui latihan kemampuan seseorang dapat meningkatkan

sebagian besar sestim dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang

melebihi dari apa yang biasa dijumpai dari biasanya. ” Latihan dapat

didefinisikan sebagai peran serta yang sistematis yang bertujuan untuk

meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan daya tahan ”. (Pate R.,

Clenaghan M.B., 1993:317)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

latihan (olahraga) adalah suatu proses kegiatan olahraga yang dilakukan

secara sadar, sistematis, bertahap dan berulang-ulang, dengan waktu yang

relatif lama, untuk mencapai tujuan akhir dari suatu penampilan yaitu

peningkatan prestasi yang optimal. Agar latihan mencapai hasil prestasi

yang optimal, maka program/bentuk latihan disusun hendaknya

mempertimbangkan kemampuan dasar individu, dengan memperhatikan

dan mengikuti prinsip-prinsip atau azas-azas pelatihan.

a. Prinsip-Prinsip Latihan

Keberhasilan dalam mencapai prestasi tertinggi bagi seorang

atlet banyak dipengaruhi oleh kesiapan program latihan, kemampuan

pelatih serta kemampuan fisik atlet. Semakin spesifik program latihan

tersebut, semakin besar pengaruh yang dicapai dalam penampilan.

Untuk mencapai tujuan latihan haruslah menganut prinsip-prinsip

latihan. Prinsip-prinsip latihan merupakan pedoman untuk menyusun

program latihan yang terorganisir dengan baik. Untuk

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

22

mengembangkan dan meningkatkan kemampuan fisik, serta efektifitas

latihan dapat dicapai, maka dalam pelaksanaanya harus

memperhatikan prinsip-prinsip latihan.

Menurut Nossek. J (1995: 4) prinsip-prinsip dalam latihan adalah

terdiri dari:

1) Prinsip pembebanan (loading) sepanjang tahun latihan tersebut

2) Prinsip periodisasi dan penataan beban selama peredaran waktu

latihan tersebut

3) Prinsip hubungan antara persiapan yang bersifat umum dan khusus

dengan kemajuan spesialisasi

4) Prinsip pendekatan indivudal dan pembebanan individual

5) Prinsip hubungan terbaik antara kondisi fisik, teknik, taktik dan

intelektual (kecerdikan) termasuk kemauan.

Menurut Sukadiyanto (2002: 12-22) menjelaskan bahwa

ada beberapa prinsip-prinsip latihan yang seluruhnya dapat

dilaksanakan sebagai pedoman dalam satu kali tatap muka antara lain:

(a) Prinsip Kesiapan (readiness), (b) Prisip Individual, (c) Prinsip

Adaptasi, (d). Prisip Beban Lebih (Overload), (e). Prinsip Progresif

(peningkatan), (f) Prinsip Spesifikasi (kekhususan), (g) Prinsip

Variasi, (h) Prinsip pemanasan dan pendinginan, (i) Prinsip Latihan

Jangka Panjang (Long Term Training), (j) Prinsip Berkebalikan

(Reversibility), (k) Prinsip Tidak Berlebihan (Moderat), (l) Prinsip

Sistematik.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

23

Menurut Suharno HP. (1993: 7-13) prinsip-prinsip latihan adalah:

1) Latihan sepanjang tahun tanpa berseling (prinsip kontinyu dalam

latihan)

2) Kenaikan beban latihan secara teratur

3) Prinsip individual (perorangan atlet)

4) Prinsip interval

5) Prinsip stress (penekanan)

6) Prinsip spesialisasi

Sedangkan menurut Harsono (1998: 102-112) adalah:

1) Prinsip beban lebih (overload principle)

2) Prinsip perkembangan menyeluruh

3) Prinsip spesialisasi

4) Prinsip individualisasi

Menurut Nossek. J (1982: 14) prinsip-prinsip dalam latihan adalah terdiri

dari:

1) Prinsip pembebanan (loading) sepanjang tahun latihan tersebut

2) Prinsip periodesasi dan penataan beban selama peredaran waktu latihan

tersebut

3) Prinsip hubungan antara persiapan yang bersifat umum dan khusus

dengan kemajuan spesialisasi

4) Prinsip pendekatan individual dan pembebanan individual

5) Prinsip hubungan terbaik antara kondisi fisik, teknik, taktik dan

intelektual (kecerdikan) termasuk kemauan.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

24

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip latihan adalah

kaidah-kaidah atau prosedur yang harus diperhatikan dalam melaksanakan

latihan agar sasaran latihan dapat tercapai dengan maksimal. Prinsip-

prinsip tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Prinsip latihan sepanjang tahun

Karena sifat adaptasi atlet terhadap beban latihan yang diterima adalah labil

dan sementara, maka untuk mencapai suatu prestasi maksimal, perlu ada

latihan sepanjang tahun dan terus menerus secara teratur, terarah, dan

berkesinambungan. Terus menerus dan berkesinambungan bukan berarti

tidak ada istirahat sama sekali. Agar dapat diketahui dengan jelas suatu

latihan yang sistematis, perlu ada periode-periode latihan.

2) Prinsip beban lebih

Beban latihan yang diberikan pada atlet harus cukup berat dan diberikan

berulang-ulang dengan intensitas yang cukup tinggi sehingga merangsang

adaptasi fisik terhadap beban latihan. Kenaikan beban harus bertahap sedikit

demi sedikit agar tidak tejadi over training, dan proses adaptasi terhadap

beban terjamin keteraturannya.

3) Prinsip perkembangan menyeluruh

Prinsip perkembangan menyeluruh memberikan kebebasan kepada atlet

untuk melibatkan diri dalam berbagai aspek kegiatan agar ia memiliki dasar

yang kokoh guna menunjang ketrampilan khususnya kelak. Dengan

melibatkan diri dalam berbagai aktivitas, atlet mengalami perkembangan

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

25

yang komprehensif terutama dalam hal kondisi fisiknya seperti kekuatan,

daya tahan, kecepatan, kelincahan gerak dan sebagainya.

4) Prinsip individual

Setiap orang berbeda-beda baik fisik, mental, potensi, karakteristik

belajarnya, ataupun tingkat kemampuannya, karena perbedaan-perbedaan

tersebut harus diperhatikan oleh pelatih agar di dalam memberikan beban

dan dosis latihan, metode latihan, serta cara berkomunikasi dapat sesuai

dengan keadaan dan karakter atlet sehingga tujuan prestasi dapat tercapai.

5) Prinsip interval

Prinsip interval sangat penting dalam merencanakan latihan, karena berguna

dalam pemulihan fisik dan mental atlet. Dalam prinsip ini latihan-latihan

yang dilakukan menggunakan interval berupa waktu istirahat. Istirahat dapat

dilakukan dengan istirahat aktif maupun istirahat pasif. Perbandingan waktu

kerja atau latihan dengan waktu istirahat dapat pula menjadi beban latihan

untuk meningkatkan kemampuan fisik.

6) Prinsip tekanan

Prinsip tekanan atau stress menuntut latihan harus menimbulkan kelelahan

secara sungguh-sungguh baik kelelahan lokal maupun kelelahan total

jasmani dan rohani. Hal ini penting untuk meningkatkan prestasi, beban

yang berat berguna meningkatkan kemampuan organisme, situasi dan

kondisi yang berat untuk menggembleng mental yang diperlukan dalam

menghadapi pertandingan-pertandingan, meskipun demikian pemberian

tekanan harus disesuaikan dengan kondisi atlet.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

26

7) Prinsip kekhususan

Latihan harus mempunyai bentuk dan ciri yang khusus sesuai dengan sifat

dan karakter masing-masing cabang olahraga.

b. Tujuan latihan

Tujuan serta sasaran utama dari latihan adalah mencapai prestasi yang

maksimal, di samping itu Harre D. (1982: 10) secara rinci mengemukakan tujuan

utama latihan adalah:

1) Untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan, power dan daya tahan fisik

2) Untuk meningkatkan teknik dan koordinasi gerakan yang sesuai dengan

teknik dasar setiap cabang olahraga

3) Untuk meningkatkan taktik individu maupun kelompok

4) Untuk meningkatkan mental atlet

5) Untuk mengembangkan kepribadian atlet.

Latihan fisik mempunyai tujuan memberikan tekanan fisik

secara teratur, sistematik dan berkesinambungan, sehingga

meningkatkan kemampuan di dalam melakukan kerja atau atkivitas

gerak. Tanpa kondisi fisik yang baik atlet tidak dapat mengikuti proses

latihan kondisi fisik dengan sempurna.

Latihan teknik bertujuan untuk mengembangkan dan membentuk sikap

dan gerak melalui pengembangan motorik dan sistem saraf menuju

gerakan otomatis. Kesempurnaan teknik dasar tiap cabang olahraga

akan menentukan kesempurnaan gerak keseluruhan. Karenanya teknik

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

27

dasar yang diperlukan oleh tiap cabang olahraga harus dipelajari dan

dikuasai dengan baik oleh atlet.

Taktik dapat diartikan sebagai suatu siasat yang digunakan untuk

memperoleh keberhasilan atau kemenangan secara sportif dengan

menggunakan kemampuan teknik individu. Teknik-teknik gerakan yang

telah dikuasai dengan baik, dikembangkan dan dilatih lebih keras lagi

dalam setiap latihan, sedangkan kekurangan-kekurangan atau

kelemahan-kelemahan yang ada sebisa mungkin ditekan dan dicari

suatu cara untuk menutup kekurangan atau kelemahan tersebut. Dengan

mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada maka dapat

dikembangkan suatu taktik untuk dapat menguasai dan mengalahkan

lawan atau mencapai kemenangan, bahkan dengan senjata kekurangan

yang ada sekalipun.

Latihan mental bertujuan untuk menjaga kestabilan emosi dan

meningkatkan motivasi. Harsono (1988: 101) mengemukakan bahwa

“Latihan mental adalah latihan yang menekankan pada perkembangan

kedewasaan atlet, emosional, dan impulsif guna mempertinggi efisiensi

mental atlet terutama apabila atlet dalam situasi stress yang kompleks”.

Jadi pada prinsipnya latihan mental adalah untuk menghilangkan atau

mengurangi beban psikologis itu mental atlet yang dapat mengganggu

penampilan atau prestasi selama berlomba atau bertanding. Mental yang

tinggi merupakan modal tambahan yang sangat penting untuk menuju

tahap kematangan juara, karena sifat-sifat yang berupa semangat

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

28

bertanding yang bernyala-nyala, tak kenal menyerah dan berputus asa,

selalu waspada, dan rasa percaya diri yang tinggi menandakan bahwa

atlet siap untuk menjadi seorang berkuasa.

Demikian pentingnya latihan sehingga para ahli olah raga dan ilmuwan

berusaha untuk meneliti lebih jauh cara metode yang dapat

meningkatkan kemampuan fisik yang lebih efektif dengan

memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

penemuan-penemuan sebelumnya.

Aktivitas latihan dipengaruhi oleh bentuk latihan, jenis latihan dan

waktu pelaksanaan latihan. Dengan demikian latihan akan merangsang

kemampuan adaptasi fisik terhadap perkembangan fisiologis maupun

psikologis untuk melawan tekanan dalam latihan.

c. Metode latihan

Metode adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan alat yang

digunakan untuk mencapai tujuan. Pada dasarnya latihan adalah sama dengan

belajar, dimana latihan adalah belajar dalam skala yang lebih intesif Rusli Lutan,

(1988 : 397) mendefinisikan ” Metode sebagai suatu cara untuk melangsungkan

proses belajar mengajar sehingga tujuan dapat tercapai ”. Hal yang senada

dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1994 : 96) bahwa ” Metode adalah cara

yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan ”.

Sedangkan menurut Seidel, et.all, (1975:113) ” Metode mencakup

pengertian yang luas mencakup prosedur dan teknik yang digunakan dalam

penyajian teori ”. Dalam kamus bahasa Indonesia ” Metode diartikan sebagai cara

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

29

kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan dalam

rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya ”.

Mengadopsi pendapat Gagne dalam Singer (1980: 25) jika dihubungkan

dengan latihan, maka ” Untuk mencapai tujuan latihan secara efektif dan efisien,

prosedur dan teknik yang harus dikerjakan pelatih dan atlet mencakup tiga aspek,

yakni akurat, efisien dan komunikatif ”.

Akurat mengandung arti bahwa informasi mengenai program latihan yang

disusun harus dapat dipahami dan diterima atlet dengan mudah, serta tepat untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Efisien berarti bahwa penggunaan waktu dan

tenaga diusahakan sesingkat mungkin tetapi diharapkan tujuan dapat dicapai

dengan baik dan hasil yang maksimal tanpa kelelahan yang berarti. Komunikasi

dalam hal ini adalah situasi lingkungan latihan yang diciptakan harus dapat

memberikan motivasi latihan yang baik bagi atlet, ada kesepahaman antara pelatih

dengan atlet dalam melaksanakan program latihan yang disusun. Bila ada bentuk

komunikasi antara pelatih dan atlet akurat, efisien dan menarik maka semangat

latihan dapat meningkat. Keberhasilan pelatih dalam melatih didukung atas

beberapa faktor diantaranya adalah metode latihan.

Dalam masalah metode latihan fisik, dapat dibedakan menjadi dua macam

program latihan. Pertama program latihan peningkatan kondisi fisik, baik per

komponen maupun secara keseluruhan untuk meningkatkan status kondisi fisik

atlet bersangkutan untuk menghadapi pertandingan. Kedua, program latihan

mempertahankan kondisi fisik, yatu program latihan yang disusun sedemikian

rupa untuk mempertahankan kondisi fisik atlet berada dalam puncaknya.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

30

Peningkatan kondisi fisik yang diperoleh melalui latihan dapat dilihat

berupa peningkatan kemampuan gerak, tidak cepat merasa lelah, dan peningkatan

ketrampilan. Untuk itu diperlukan suatu program latihan yang benar dan sesuai

dengan tujuan dari latihan itu sendiri. Memperhatikan beberapa pendapat diatas,

dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang sistematis untuk kelancaran

pelaksanaan proses belajar atau berlatih dalam mencapai suatu tujuan yang

diharapkan.

Pada kenyataannya latihan harus mempunyai sasaran dan tujuan yang

nyata, yang mana pemenuhan sasaran dan tujuan jangka pendek maupun jangka

panjang sangat penting untuk memotivasi seorang atlet dan memungkinkan

pelatih mendapatkan umpan balik apakah latihan yang direncanakan itu efektif

meningkatkan prestasi atau tidak.

d. Program Latihan

Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dasar latihan maka program

latihan disusun. Dalam penyusunan program latihan perlu diperhatikan beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan program latihan tersebut dalam

meningkatkan prestasi. Faktor-faktor tersebut adalah:

1). Intensitas latihan

Intensitas pelatihan adalah suatu dosis (jatah) pelatihan yang harus

dilakukan seorang atlet menurut program yang telah ditentukan.

Menurut Djoko Pekik Irianto (2002: 54) “ Intensitas pelatihan adalah ukuran

kualitas latihan meliputi prosentase kinerja maksimum (Kg.m/detik), prosentase

detak jantung maksimal, prosentase VO2 max, kadar laktat darah dan lain-lain “.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

31

Dalam menentukan dosis latihan ada tiga cara yang bisa dicapai sebagai

patokan ambang rangsang, yaitu: denyut nadi, asam laktat, dan ambang rangsang

anaerobik. “ Cara yang termudah untuk mengetahui intensitas pelatihan sudah

cukup atau belum yaitu dengan menghitung denyut nadinya pada waktu

pelatihan” (Astrand, 1977; Miller, 1994; Brooks, 1996 dalam Nala, 1998: 45).

Selanjutnya kualitas suatu intensitas yang menyangkut kecepatan atau kekuatan

dari suatu aktivitas ditentukan berdasarkan persentase dari denyut nadi. Makin

kecil persentasenya disebut intensitas rendah, sedangkan makin tinggi

persentasenya disebut intensitas supermaksimal. Tingkat intensitas ini terdiri dari

terendah sampai tertinggi (Bompa Tudor O. dalam Nala, 1998: 45), terdiri atas :

a). Intensitas Rendah : 30% - 50% Denyut Nadi

b). Intermedium : 50% - 70% Denyut Nadi

c). Medium : 70% - 80% Denyut Nadi

d). Submaksimal : 80% - 90% Denyut Nadi

e). Maksimal : 90% - 100% Denyut Nadi

f). Supermaksimal : 100% - 105% Denyut Nadi

Nala (1992: 38) menyatakan bahwa apabila intensitas suatu pelatihan

diambil berdasarkan denyut nadi maka, dapat diukur dengan menggunakan dalil

sebagai berikut:

Denyut Nadi Maksimal : 220 – Umur.

Denyut Nadi Optimal : (220 – Umur) – 10.

Denyut Nadi Minimal : 3/4 X (220 – Umur).

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

32

Teknik menghitung denyut nadi yang digunakan adalah dengan cara

memegang dan merasakan denyut nadi dengan menggunakan ketiga jari

tangan (telunjuk, jari tengah, jari manis) pada nadi pergelangan tangan,

pada daerah pengumpul, radialis, lalu dirasakan dan setelah detakan baru

dihitung selam 30 detik. Hitungan selama 30 detik, lalu dikalikan 2,

sehingga hasil perkalian tersebut merupakan jumlah denyutan per menit

(Nala, 1992: 72).

Sedangkan penghitungan denyut nadi yang lain biasanya dilakukan dengan

palpasi pada arteri radialis atau arteri coratid selama 15 detik selanjutnya

hasilnya dikalikan empat.

Tabel 2.1.

Zona Latihan Berdasarkan Denyut Nadi

Zona Tingkat Denyut Nadi (Dt/Mnt)

01 Rendah 120-150

02 Sedang 150-170

03 Tinggi 170-185

04 Maksimum > 185

Sumber : Djoko Pekik Irianto, 2002: 57

Dari pendapat ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa: “ Pelatihan

Plyometrik Double Leg Bound dan Alternate Leg Bound dapat meningkatkan

daya ledak (power) otot tungkai secara efektif, apabila intensitas pelatihan adalah

50% - 70% dari denyut nadi minimal “. (Nala, 1992: 38).

2) Lama latihan

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

33

Lama latihan atau durasi latihan adalah berapa minggu atau bulan program

latihan itu dijalankan sehingga seorang atlet dapat mencapai kondisi yang

diharapkan. Lama latihan ditentukan berdasarkan kegiatan latihan per minggu, per

bulan atau aktivitas latihan yang dilakukan dalam jangka waktu per menit atau

jam. Lama latihan berbanding terbalik dengan intensitas latihan. Bila intensitas

latihan tinggi maka durasi latihan lebih singkat, sebaliknya bila intensitas latihan

rendah maka durasi latihan lebih panjang. Fox E.L, Mathew, DK dalam M. Sajoto

(1995: 70) menyatakan bahwa “ Lama latihan hendaknya dilakukan 4 – 8 minggu

”, sedangkan Harsono (1988: 117) berpendapat bahwa “ Untuk tujuan olahraga

prestasi, lama latihan 45-120 menit dan untuk olahraga kesehatan lama latihan 20-

30 menit dan training zone ”.

Berdasarkan uraian di atas, maka waktu pelatihan pada penelitian ini

adalah empat minggu atau selama 12 kali pelatihan dengan frekuensi pelatihan 3

kali seminggu dimana tidak termasuk tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test).

“Pelatihan yang diberikan adalah pelatihan Plyometrik Double Leg Bound dan

Alternate Leg Bound, hingga mencapai daerah pelatihan (training zone), yaitu

50% - 70% dari denyut nadi minimal ” (Nala, 1992: 38)

3) Frekuensi latihan

Yang dimaksud dengan frekuensi latihan adalah jumlah latihan intensif

yang dilakukan dalam satu minggu. Untuk menentukan frekuensi latihan harus

memperhatikan kemampuan seseorang, sebab kemampuan setiap orang tidak

harus memperhatikan kemampuan seseorang, sebab kemampuan setiap orang

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

34

tidak sama dalam beradaptasi dengan program latihan. Bila frekuensi latihan

terlebih dapat mengakibatkan cedera, tetapi bila frekuensi kurang maka tidak

memberikan hasil karena otot sudah kembali pada kondisi semula sebelum

latihan.

Jumlah frekuensi latihan bergantung pada jenis, sifat dan karakter olahraga

yang dilakukan. Latihan sebaiknya dilakukan 3 kali dalam satu minggu untuk

memberi kesempatan bagi tubuh beradaptasi dengan beban latihan. M.Sajoto

(1995: 35) mengemukakan bahwa: ” Program latihan yang dilaksanakan 4 kali

setiap minggu selama 6 minggu cukup efektif, namun para pelatih cenderung

melaksanakan 3 kali setiap minggu untuk menghindari terjadinya kelelahan yang

kronis, dengan lama latihan yang dilakukan selama 6 minggu atau lebih ”.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa latihan dalam penelitian

ini adalah suatu program latihan berbeban secara isotonik yang disusun dengan

sistematis guna meningkatkan daya ledak otot, khususnya daya ledak otot tungkai.

Adapun penentuan berat beban, repetisi, ulangan dan jumlah latihannya

disesuaikan dengan prinsip-prinsip latihan berbeban dan pendapat para ahli di

atas.

Pelaksanaan masing-masing berat beban untuk program latihan

plaiometrik dalam penelitian ini dilakukan selama 6 minggu. Hal ini disesuaikan

dengan pendapat Pate R., Clenaghan M.B. (1984 : 324) bahwa: ” Lama latihan 6-8

minggu akan memberikan efek yang cukup berarti bagi atlet, yaitu untuk latihan

power dapat meningkat 10%-25%. Untuk frekuensi latihannya sebanyak 3 kali

perminggu ”. Hal ini untuk memberi kesempatan pada tubuh untuk beradaptasi

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

35

terhadap beban yang diterima otot. Selanjutnya untuk peningkatan beban latihan

perminggu adalah kurang dari 5% beban sebelumnya. Untuk penambahan beban

adalah dengan jenjang bergelombang seperti gambar 1. Pada gambar tersebut

dapat dilihat bahwa latihan minggu ke dua meningkat sedikit dari minggu

pertama, kemudian minggu ke tiga meningkat sedikit dari minggu ke dua,

selanjutnya minggu ke empat turun yaitu dengan berat beban sama dengan

minggu ke dua, demikian dilanjutkan sampai masa latihan selesai.

Beb

an L

atih

an

Kecepatan

Beban Latihan

Gambar 2.2. Kurva Kecepatan Beban Latihan Yang Diikuti

Dengan Peningkatan Prestasi (Bompa Tudor O., 1994 : 46).

Metode latihan yang akan dilibatkan dalam penelitian ini yaitu metode

latihan plyometric dengan model latihan Double Leg Bound dan Alternate Leg

Bound , yang nantinya diharapkan metode latihan ini dapat meningkatkan prestasi

lompat jangkit (triple jump).

e. Sistematika Latihan.

Pelatihan akan menghasilkan suatu manfaat yang maksimal

apabila mengikuti sistem pelatihan yang tepat. Sistematika pelatihan yang

Prestasi

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

36

salah akan menyebabkan terjadinya suatu cidera. Adapun sistematika

yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut (Kanca, 1992: 22).

1. Pelatihan Peregangan (Streching).

Sebelum melakukan pelatihan yang berat, sebaiknya terlebih

dahulu melakukan pelatihan peregangan karena bermanfaat untuk :

a) Meningkatkan kelenturan (elastisitas) otot-otot, sendi dan menambah

mutu gerakan.

b) Mengurangi ketegangan otot dan membantu tubuh merasa rileks, serta

mencegah terjadinya cidera.

c) Meningkatkan kesiap-siagaan tubuh, serta melancarkan sirkulasi darah.

Peregangan mutlak harus dilakukan, gerakan peragangan tidak

boleh dilakukan secara tiba-tiba harus perlahan - lahan. Peregangan dapat

dilakukan secara aktif dan juga bisa dilakukan secara pasif dengan bantuan

orang lain. ”Pada setiap akhir dari usaha peregangan otot pada satu sendi

posisinya ditahan selama 20-30 detik ”. (Nala, 1998: 51).

2. Pelatihan Pemanasan (Warning-Up).

Pemanasan atau warming-up amat perlu dilakukan oleh setiap atlet

baik sebelum berlatih (pra-latihan) maupun sebelum bertanding (pra-

pertandingan). “Sistem tubuh pada saat istirahat berada dalam keadaan

tidak begitu aktif (inersia). Untuk mengaktifkan kembali maka perlu

dilakukan pemanasan”. (Nala, 1998: 49).

Proses pemanasan ini sebenarnya berawal di tingkat lapisan luar otak atau

korteks otak. Untuk mengantisipasi gerakan pada saat pemanasan, saraf

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

37

simpatis dirangsang yang menyebabkan terjadinya vasodilatasi atau

pelebaran pembuluh darah diseluruh pembuluh skeletal. Bila aktivitas

sesungguhnya dimulai, maka akan terjadi vasokontriksi di organ otot

skeletal yang tidak bekerja dan tetap terjadi vasodilatasi di otot skeletal

yang berkontraksi. (Berger dalam Nala, 1998: 49)

Selama pemanasan akan terjadi peningkatan intensitas secara

progresif, menaikkan kapasitas kerja organ tubuh serta fungsi saraf, diikuti

pula proses metabolik yang cepat. Akibat pemanasan aliran darah

meningkat, suhu tubuh naik, yang akan merangsang pusat pernapasan

untuk meningkatkan pemasokan oksigen kepada sel otot dan organ tubuh

yang lainnya. Peningkatan oksigen dan aliran darah ini akan berdampak

memperbesar potensi kerja organ tubuh sehingga penampilan dan kinerja

atlet menjadi lebih efektif.

Menurut Fox E.L, Mathew, DK, 1984; dalam Nala, (1998: 50)

Prosedur pemanasan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pemanasan

aktif dan pemanasan pasif. Senam pemanasan (calisthenic) merupakan

gerakan yang aktif. Sedangkan pemanasan dengan cara pasif yang

bertujuan semata-mata untuk meningkatkan suhu tubuh, seperti mandi air

panas, selimut tebal, infra merah bahan kimia dan pijat. Pelatihan

pemanasan harus melibatkan kelompok otot utama, khususnya yang

langsung menyangkut cabang olahraga yang bersangkutan.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

38

Intensitas dan durasi pelatihan sangat lah bervariasi sesuai dengan

cabang olahraga. Intensitas dan durasi pelatihan menurut Nala (1998: 50)

yang diambil dari berbagai penelitian ilmiah pakar olahraga, antara lain:

a) Lama waktu pemanasan untuk menggerakkan seluruh otot tubuh yaitu

berkisar 20-30 menit (Bompa Tudor O., 1983; Fox E.L, Mathew, DK,

1993) atau 10-20 menit (Powers, 1990:dalam Nala: 1998: 50), dimana 5

menit terakhir dipergunakan untuk pemanasan khusus sesuai dengan

aktifitas yang akan dilakukan.

b) Malahan menurut Berger (dalam Nala, 1998: 49) pemanasan cukup

dilakukan 5 menit saja apabila Cuma melatih beberapa otot skeletal atau

otot yang erat kaitannya dengan gerakan khas atau khusus dari cabang

olahraga yang akan dilaksanakan.

c) Pelatihan pemanasan dilakukan antara 5-30 menit tergantung berat

ringannya pelatihan inti yang akan dilakukan (Fox E.L, Mathew, DK,

1984:89 ).

d) Ada pula yang menggunakan patokan kenaikan frekuensi denyut nadi. Jika

denyut nadi telah meningkat 20 – 40 denyutan diatas denyut nadi normal

(istirahat). Apabila denyut nadi istirahat yakni 60 denyutan pemanasan

cukup dilakukan apabila denyut nadi mencapai 80 denyutan per menit

(Powers, 1990:dalam Nala: 1998: 50).

Banyak faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan untuk

menentukan lama dan tife gerakan pemanasan. ” Jadi pemanasan itu tidak

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

39

selalu lama, bisa berkisar antara 10 – 15 menit ” ( Nala: 1998: 50).

Lamanya pemanasan pada pelatihan ini selama 10 menit.

1. Aktivitas formal (Formal Activity).

Fase terakhir dari pelatihan pemanasan adalah suatu kegiatan yang

dilakukan sesuai dengan cabang olahraga yang akan dilatihkan.

2. Pelatihan inti.

Pelatihan yang dilakukan merupakan aktivitas pokok dari cabang

olahraga yang dilatihkan. Bentuk pelatihan inti ini adalah pelatihan

Double Leg Bound dan Alternate Leg Bound yang dilakukan dalam

4-6 set dengan repetisi 10-20 kali dimana istirahat antar set adalah 1-2

menit. Sedangkan intensitas pelatihannya adalah 50% sampai dengan

70% dari denyut nadi minimal.

3. Pelatihan Pendinginan (Cooling-Down),

Pendinginan dilakukan setelah melakukan pelatihan atau aktivitas

fisik lainnya. Pelatihan pendinginan yang dimaksud adalah melakukan

pelatihan yang ringan sesudah masa berat. Dengan melakukan

pelatihan pendinginan, derajat keasaman (Ph) darah menurun lebih

cepat, sehingga kelelahan akibat dari pada pelatihan cepat hilang.

“ Lamanya pendinginan tergantung cepatnya asam laktat dirubah,

maka lama waktu dibutuhkan untuk pendinginan adalah 10-30 menit”,

menurut Powers (dalam Nala, 1998: 52). Lamanya pendinginan pada

pelatihan ini adalah selam 5 menit.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

40

4. Plyometric

a. Pengertian Plyometric

” Plyometric merupakan suatu metode untuk mengembangkan daya

ledak atau explosive power, yang merupakan komponen penting dari

sebagian besar prestasi/kinerja olahraga ” (Radcliffe J. C & Farentinos

R. C., 1985: 1). Dari sudut pandang praktis latihan plyometric memang

relatif mudah diajarkan dan dipelajari, serta menempatkannya juga

lebih sedikit tuntutan fisik tubuh daripada latihan kekuatan dan daya

tahan.

Plyometric berasal dari kata Yunani “pleythyein” yang berarti

meningkatkan atau membangkitkan. kata ini berasal dari kata “plio”

berarti lebih dan “metric” berarti pengukuran ” (Wilt & Ecker 1970

dalam Radcliffe J. C & Farentinos R. C., 1985:3). ” Latihan plyometric

menunjukkan karakteristik kekuatan penuh dari kontraksi otot dengan

respon yang sangat cepat, beban dinamis (dynamic loading) atau

penguluran otot yang sangat rumit ” (Radcliffe J. C & Farentinos R. C.,

1985: 111).

Plyometric adalah latihan yang menghasilkan pergerakan otot isometric

dan menyebabkan refleks regangan dalam otot. Perhatian latihan

plyometric dikhususkan pada latihan yang menggunakan pergerakan

otot-otot untuk menahan beban ke atas dan menghasilkan power atau

kekuatan eksplosif. Plyometric adalah latihan yang tepat untuk orang-

orang yang dikondisikan dan dikhususkan untuk menjadikan atlet

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

41

dalam meningkatkan dan mengembangkan loncatan kecepatan dan

kekuatan maksimal.

Menurut (Chu Donald A.:1992) yang dikutip oleh Fauzi Idris (2000: 7)

Latihan plyometric memberikan keuntungan ganda yaitu; pertama,

plyometric memanfaatkan gaya dan kecepatan yang dicapai dengan

percepatan berat badan melawan grafitasi, ini menyebabkan gaya dan

kecepatan latihan beban tersedia. Kedua, plyometric merangsang berbagai

aktifitas olahraga seperti melompat, berlari dan melempar lebih sering

dibanding dengan latihan beban. Ini adalah latihan khusus yang dapat

menghasilkan kekuatan lebih besar dan kecepatan lebih tinggi.

Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa latihan plyometric adalah

bentuk latihan explosive power dengan menggunakan kontraksi otot yang

sangat cepat dan kuat dalam mengatasi tahanan, yakni otot selalu

berkontraksi baik saat memanjang maupun pada saat memendek dalam

waktu yang cepat.

Menurut Bompa Tudor O. (1994: 44) membagi lima level dalam intensitas

dalam melakukan latihan plyometric, yaitu:

Tabel 2.2

Intensitas Latihan Plyometric

Intensity

Values Tipe of exercise

Intensity

of

exercise

Number of

reps and

set

Number of

reps/traini

ng sesion

Rets

interval

betwee

n set

1

Shock tension high

reaktive jump>25-60

cm

Maximal 8-5 x 10-

20

120-150

(200)

8-18

min

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

42

Menurut Sukadiyanto (2002: 96) bentuk latihan plyometric dikelompokkan

menjadi dua macam, yaitu latihan dengan intensitas rendah (low impact)

dan latihan dengan intensitas tinggi (high impact).

1) Bentuk latihan plyometric dengan intensitas rendah (low impact) antara

lain:

a) Skipping

b) Rope Jumps ( lompat tali)

c) Loncat-loncat ( Hops) atau lompat-lompat

d) Melompat di atas bangku atau tali setinggi 25-35 cm

e) Melempar ball medicine 2- 4 kg

f) Melempar bola tennis yang ringan.

2) Bentuk latihan plyometric dengan intensitas tinggi (high impact)

meliputi:

a) Lompat tinggi tanpa awalan (Standing Jump/ long jump)

b) Triple Jump (lompat tiga kali)

c) Lompat tinggi dan langkah panjang

2 DropJump>35-

48’(80-120 cm)

Very

high

5-15 x 5-

15 75-100 5-7 min

3

BoundingExercise

-2 legs

-1 legs

Sub

maximal

3-25 x 5-

15

50-250

3-5 min

4 Low reactive jump

8-20’(20-50cm)

Mode

rate

10-25 x

10-25

150-250

3-5 min

5

Low impact jumps/

throws

- On spot

- implement

Low 10-30 x

10-15 50-300 3-5 min

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

43

d) Loncat-loncat dan lompat-lompat

e) Melempar bola medicine 5-6 kg

f) Drop Jumps dan Reactive Jumps

g) Melompat di atas bangku atau tali setinggi di atas 35 cm

h) Melempar benda yang relatif berat.

Latihan plyometric akan efektif apabila pelatih dapat menyusun periodisasi

latihan yang tepat. Pelatih perlu memadukan antara frekuensi, volume, intensitas

beserta pengembangannya. Perpaduan yang tepat akan menghasilkan penampilan

yang maksimal. Tidak ada riset yang menunjukkan secara rinci mengenai aturan

volume yang berkaitan dengan set dan repetisi. Literatur lebih menganjurkan agar

pelatih menyesuaikan dengan kondisi dan tingkat keberhasilan latihan. ” Intensitas

latihan dalam plyometric selalu diukur dengan tingkat kesulitan gerakan. Semakin

sulit gerakan, intensitasnya semakin tinggi ” (Radcliffe J. C & Farentinos R. C.,

1995: 28). Untuk durasi latihan tergantung pada lamanya pemain mengeksekusi

gerakan cabang olahraga tertentu. Tidak ada waktu pasti, tergantung pada tingkat

kesulitan dan intensitas latihan dalam sistem energi predominan cabang olahraga

tertentu, karena tiap cabang mempunyai sistem predominan yang berbeda-beda.

b. Sistem Energi Latihan Plyometric.

Olahraga merupakan suatu aktivitas fisik yang memerlukan energi.

Energi diartikan sebagai kapasitas atau kemampuan untuk melakukan kerja,

sedangkan kerja didefinisikan sebagai penerapan dari suatu gaya melalui suatu

jarak. Energi menurut Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin. (1996: 113)

didefinisikan ” Sebagai abilitas untuk melakukan kerja, sedangkan kerja (work)

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

44

adalah produk dari sesuatu kekuatan (force) melalui suatu jarak (W = F x d) ”.

Dengan demikian energi dan kerja tidak dapat dipisahkan. Banyaknya energi

yang dikeluarkan untuk kerja otot tergantung pada intensitas, frekuensi, serta

ritme dan durasi latihan. Menurut Pate R., Clenaghan M.B. (1993:237)

mengatakan ” Kontraksi otot menyebabkan perubahan bentuk energi kimia

menjadi energi mekanik yaitu ikatan energi ATP digunakan untuk menambah

bahan bakar gerakan tubuh manusia. Tenaga maksimal berarti kecepatan

terbesar dimana sistem energi dapat menyediakan energi bagi kerja otot”.

Kalau kita kaji secara mendasar bahwa, seluruh energi yang digunakan oleh

tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia berasal dari matahari. Manusia

memeperoleh energi dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, hidup kita tergantung

dari mereka, oleh karena itu kita harus mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan dan

hewan. Sebagian besar energi yang kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan dan

hewan kita gunakan untuk: mengalirkan darah, bernafas, pembuatan enzim,

kontraksi otot-otot, bergerak dan aktivitas yang lain.

Energi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang kita

konsumsi, di dalam tubuh kita dipecah, dimana peristiwa ini dikenal dengan

istilah pemecahan makanan. ” Energi yang berasal dari pemecahan makanan

digunakan untuk membentuk persenyawaan kimia adenosin trifosfat (ATP)

yang ditimbun di dalam otot ” (Sukarman, 1987: 21). ” Di dalam tubuh

terdapat suatu zat kimia yang membuat otot dapat berkontraksi atau

berrelaksasi, yaitu adenosin trifosfat atau ATP. Zat ini merupakan suatu

senyawa yang selama aktivitas otot diubah menjadi adenosine difosfat atau

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

45

ADP sambil menghasilkan energi siap pakai untuk otot ” (Janssen, 1987:12).

Secara sistematis proses ini dapat digambarkan sebagai berikut;

ATP ADP + energi.

Sumber energi yang sewaktu-waktu harus memenuhi kebutuhan untuk

aktivitas otot adalah ATP. Bahan ini disimpan dalam jumlah yang terbatas dalam

otot, dan diisi kembali bila diperlukan, dari bahan-bahan yang ada dalam tubuh

untuk keperluan energi berikutnya.

Menurut Janssen (1987:12) mengatakan jumlah ATP yang langsung

tersedia adalah cukup untuk kira-kira 1-2 detik aktivitas maksimal, dan jumlah

kreatin fosfat habis setelah kira-kira 6-8 detik . Otot yang aktif, energi yang

dihasilkan dari glikogen ini memproduksi asam laktat (LA). LA mengakibatkan

kelelahan. Aktivitas maksimal dalam waktu 45 – 60 detik menimbulkan

akumulasi LA maksimal. Untuk menghilangkannya perlu waktu 45 – 60 detik.

Tabel 2.3

Prediksi Pulih Asal Dan Diet (Fox E.L, Mathew, DK et al, 1981:235)

Proses Pulih Waktu Pulih Asal Jenis Diet

Minimum Maksimum

ATP-PC 1:2 (work 1: relief 2) - -

Cadangan fosfagen 3 menit 5 menit -

Cadangan glycogen

otot

5 jam (cab. Or intermiten) 24 jam Karbohidrat

10 jam (cab. Or. Kontinyu) 48 jam karbohidrat

Cadangan glycogen tidak diketahui 24 jam -

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

46

hati

Pengangkutan asam 30 menit (rest aktif) 1 jam -

Laktat 1 jam (rest pasif) 2 jam -

Cadangan 02 10 – 15 detik - -

Sumber energi yang sewaktu-waktu harus memenuhi kebutuhan untuk

aktivitas otot adalah ATP. Bahan ini disimpan dalam jumlah yang terbatas dalam

otot, dan diisi kembali bila diperlukan, dari bahan-bahan yang ada dalam tubuh

untuk keperluan energi berikutnya.

Tabel 2.4

Klasifikasi Aktivitas Maksimal Pada Berbagai Durasi Serta

Sistem Penyediaan Energi Untuk Aktivitas (Janssen, 1987:14)

Durasi Aerob/Anaerob Energi Observasi

1 – 4 detik Anaerob, alaktik ATP -

4 – 20 detik Anaerob, alaktik ATP + PC -

20 – 45 detik Anaerob, alaktik

+ Anaerob

ATP + PC

+ glikogen otot

Dengan meningkatkat

nya durasi, produksi

laktat menurun

120 – 140

detik

Aerob

+ anaerob, laktik Glikogen otot

Dengan meningkatkat

nya durasi, produksi

laktat menurun

240 – 600

detik Aerob

Glikogen otot

+ asam lemak

Dengan

meningkatkatnya

durasi, dibutuhkan andil

lemak yang tinggi

Sumber energi terpenting untuk melakukan olahraga secara intensif adalah

karbohidrat. Karbohidrat mampu menyediakan energi terbanyak per unit waktu.

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

47

Bilamana intensitas eksersi lebih rendah, pembakaran lemak mulai memegang

peran penting.

Tabel 2.5

Berbagai Substrat Untuk Pasok Energi Dan Ciri-Cirinya

Substrat Dekomposisi Ketersediaan Kecepatan

produksi energi

Kreatin fosfat (CP) Anaerob, alaktik Sangat terbatas Sangat cepat

Glikogen/glukosa Anaerob, laktik Terbatas Cepat

Glukosa/glikogen Aerob, alaktik Terbatas Lambat

Asam lemak Aerob, alaktik Tak terbatas Sangat lambat

“ ATP dapat diberikan kepada sel otot dalam tiga cara, dua diantaranya

secara anaerob, maksudnya adalah oksigen tidak mutlak diperlukan dalam

menghasilkan ATP, yaitu sisten ATP-PC dan sistem LA, sedang yang ketiga

adalah sistem aerob (memerlukan oksigen untuk menghasilkan ATP) ”. (Smith.

1983:184). ATP (Adenosin Tri Phosfat) dapat disediakan melalui 3 cara seperti

gambar berikut;

Gambar 2.3: Penyediaan ATP

(Smith. 1983:184).

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

48

Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal

dari ATP-ATP yang banyak terdapat dalam otot. Apabila otot berlatih lebih

banyak, maka persediaan ATP lebih besar. Padahal yang tersedia dalam otot

sangat terbatas jumlahnya, maka untuk dapat berkontraksi berulang-ulang ATP

yang digunakan otot harus dibentuk kembali. Pembentukan ATP kembali

(resistensis ATP) juga diperlukan energi. Supaya otot dapat berkontraksi dengan

cepat atau kuat maka ATP harus dibentuk lebih cepat guna membantu

pembentukan ATP lebih cepat ada senyawa Phospho Creatin (PC) yang terdapat

dalam otot. Phospho Creatin adalah senyawa kimia yang mengandung fosfat (P),

maka senyawa tersebut disebut sebagai “Phosphagen system”. Apabila PC pecah

akan keluar energi, pemecahan ini tidak memerlukan oksigen PC ini jumlahnya

sangat sedikit tetapi PC merupakan sumber energi yang tercepat untuk

membentuk ATP kembali.

Dengan latihan yang cepat dan berat, jumlah ATP-PC tersebut dapat

ditingkatkan. Energi yang tersedia dalam sistem ATP-PC hanya untuk bekerja

yang cepat dan energi cepat habis. Untuk pembentukan ATP lagi kalau cadangan

PC habis, maka dilakukan pemecahan glukosa tanpa oksigen atau disebut sebagai

“Anaerobics glycolisis”.

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

49

Tabel 2.6

Kapasitas ATP Dan Jumlah Tenaga Per Menit Dalam Sistem Energi

Sistem Energi Kapasitas ATP

(jumlah mol)

Tenaga

Mol/Menit

Timbunan phospagen / ATP-PC 0,6 3,6

Glikolisis anaerobics 1,2 1,6

Aerobics - 1,0

Penyediaan energi dalam tubuh dapat dipenuhi dengan sistem

sebagai berikut : ” sistem ATP-PC (phosphagen), sistem glykolisis

anaerobic (asam laktat), dan sistem aerobic”. (Yusuf Hadisasmita & Aip

Syarifuddin,, 1996:113).

1) Sistem ATP-PC (phosphagen)

Energi dari makanan diperlukan untuk melakukan aktivitas tidak

dapat

diserap langsung dari makanan tapi diperoleh dari persenyawaan kimia

yang disebut ATP (Adenocine Tri Phosphat), ATP disimpan dalam otot

dalam jumlah terbatas bila kurang akan terus ditambah melalui senyawa

kimia dari zat-zat lain diantaranya PC (Phosfo Creatine) yang juga

tersimpan dalam otot.

Bila ATP diuraikan, seperti fosfat dilepas dari molekul, maka

dengan sendirinya telah dilepaskan antara 7-12 kalori energi senyawa

kimiawi dapat ditunjukkan sebagai berikut : ATP ADP + Pi +

Energi

Page 37: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

50

Disamping energi yang dilepas, sebagai produk sampingan adalah

ADP (Adenosine Diphosphate) dan Pi (Phosphat Inorganic) energi dari

ATP ini digunakan untuk kontraksi otot.

Penampilan yang memakan waktu singkat dan intensitas tinggi

energinya perlu disediakan segera. Energi ini didapat dari ATP dan PC.

ATP dan PC keduanya mengandung kelompok fosfat, maka sistem ini

disebut phosphagen.

Produk akhir dari penguraian kedua kelompok ini adalah careatine

(C) dan fosfat inorganic (Pi). Energi akan segera tersedia dan secara

biokimia akan dirangkai untuk mensintesis ADP + P ATP.

Rangkaian reaksi kimia dapat digambarkan sebagai berikut :

PC Pi + C + Energi

ATP ADP + Pi + Energi

Sistem energi ini berlangsung sekitar 8-10 detik pada latihan

intensitas tinggi (Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin,, 1996:113-114).

2) Sistem anaerobic (asam laktat)

Istilah glikolisis berarti menguraikan glikogen atau glukosa

(karbohidrat), dan anaerobic berarti tanpa oksigen. Jadi dalam glikolisis

anaerobic, glikogen atau glukosa diuraikan tanpa bantuan oksigen. Energi

dilepas untuk mensintesis ATP dan hasil akhirnya adalah asam laktat.

Waktu sistem ini berlangsung sekitar 40 detik.

Bila asam laktat tertimbun dalam otot dan darah dalam jumlah

yang tinggi maka akan menyebabkan kelelahan secara temporer. ” Sistem

Page 38: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

51

asam laktat pembentukan energinya lebih lambat dari sistem ATP-PC, jadi

kontraksi otot yang cepat mempergunakan sistem ATP-PC dan kontraksi

otot lambat mempergunakaan sistem asam laktat ”. (Yusuf Hadisasmita &

Aip Syarifuddin,, 1996:114)

3) Sistem aerobic (oksigen).

Pembentukan ATP pada sistem ini terjadi dengan metabolisme

aerobik.

Metabolisme aerobik ini terjadi dalam otot, pengaruhnya juga lebih

lambat dan tidak dapat digunakan secara cepat.

Atlet yang memanfaatkan oksigen melalui latihan aerobik, hasil

yang dicapai adalah :

a) Jantung menjadi lebih kuat sehingga darah dapat dipompa lebih banyak.

b) Pembuluh nadi akan bertambah lebih lebar sehingga banyak darah

melaluinya.

c) Sel darah merah akan meningkat jumlahnya sehingga oksigen bertambah.

Sistem aerobik merupakan sumber energi untuk aktivitas yang lama antara

2 menit sampai 2-3 jam. Menurut Janssen dalam Mutalib Peni K.S. (1993: 13)

”Jumlah ATP dalam otot terbatas, dan jika tidak terjadi pembentukan ATP,

sumber energi akan segera habis. Dalam otot secara konstan ATP akan

terbentuk kembali dari ADP yang sudah ada sehingga jumlah ATP tetap cukup

bagi otot untuk melanjutkan aktivitas itu ”.

Menurut Janssen dalam Mutalib Peni K.S. (1993: 14) ATP dapat

terbentuk dari :

a) Kreatin fosfat + ADP Kreatin + ATP

Page 39: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

52

Proses ini berlangsung secara anaerobik (tanpa menggunakan oksigen)

dan alaktik (tanpa membentuk laktat).

b) Glukosa + ADP laktat + ATP (glikolisis)

Proses ini berlangsung secara anaerobik (tanpa menggunakan oksigen)

dan laktik (membentuk laktat).

c) Glukosa + oksigen + ADP air + karbon dioksida + ATP

Proses ini berlangsung secara aerobik (menggunakan oksigen) dan

alaktik (tanpa membentuk laktat).

d) Lemak + oksigen + ADP air + karbon dioksida + ATP

Proses ini berlangsung secara aerobik (menggunakan oksigen) dan

alaktik (tanpa membentuk laktat).

Dari menganalisa sistem pembentukan energi yang ada, aktivitas

olahraga yang kita kerjakan ada kalanya bersifat anaerobik atau aerobik.

Supaya kita dapat memepersiapkan sistem energi yang digunakan dalam

olahraga tersebut, maka perlu diketahui sistem energi manakah yang

dominan dalam olahraga tersebut.

Secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut, jika kita ingin

mengetahui energi predominan dari berbagai macam olahraga:

a) Kekuatan yang besar untuk jangka waktu yang pendek menggunakan

energi yang berasal dari ATP-PC maupun asam laktat atau dikenal

sebagai anaerobik.

Page 40: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

53

b) Kekuatan yang kecil atau sedang yang dapat dipertahankan untuk

jangka waktu yang lama menggunakan energi yang berasal dari

pembakaran dengan O2 atau sistem aerobik (Sukarman, 1987: 53).

Tabel 2.7.

Berbagai Olahraga Dan Aktifitas Dan Sistem-2 Energi Yang Dominan

(Fox E.L, Mathew, DK, 1981, 263)

Kegiatan Olahraga

ATP-

FC &

Lactic

acid

Lactic

acid

O2

O2

1. Baseball

2. Basketball

3. Fencing

4. Field hockey

5. Football

6. Golf

7. Gymnastics

8. Ice hockey

a. Forward, defense

b. Goalie

9. Lacrosse

a.

Goalie,defence,attackman

b. Midfielders, man-

down

10. Rowing

11. Skiing

a. Slalom, jumping,

downhill

b. Cross-country

c. Pleasure skiing

12. Soccer

a. Goalie, wings,

strikers

b. Halfbacks, or link

men

13. Swimming and diving

a. 50 m. diving

b. 100 m, 100 yd (all

stroke)

c. 200 m,200 yd (all

80

85

90

60

90

95

90

80

95

80

60

20

80

-

34

80

60

98

80

30

20

10

70

98

90

20

15

10

20

10

5

10

20

5

20

20

30

20

5

33

20

20

2

15

65

55

20

20

2

10

-

-

-

20

-

-

-

-

-

-

20

50

-

95

33

-

20

-

5

5

25

70

10

-

-

Page 41: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

54

stroke)

d. 400m,400-500yd

Free style

e. 1500, 1650 yd

14. Tennis

15. Track and field

a.

100m,100yd,200yd,200yd

b. Field events

c. 200m, 440 yd

d. 800m, 880 yd

e. 1500m, 1 miles

f. 2 miles

g. 3 miles, 5000 m

h. 6 miles (cross-

country),

i. Marathon

16. Volleyball

17. Wrestling

18. Softball

80

30

20

20

10

5

-

90

90

80

15

65

55

40

20

15

5

10

10

20

5

5

25

40

70

80

95

-

-

-

Dari tabel diatas Fox E.L, Mathew, DK , (1981, 263) menarik kesimpulan

antara lain:

a) Untuk atlet yang mengeluarkan seluruh tenaga dalam waktu yang

pendek, seperti lompat tinggi, angkat besi, maka yang diperlu

diterapkan adalah sistem energi ATP-PC.

b) Untuk atlet yang penampilannya 30 detik sampai setengah menit yang

perlu didtingkatkan ATP-FC dan asam laktat.

c) Untuk atlet dengan waktu penampilan setengah menit sampai dengan 3

menit, maka yang perlu ditingkatkan adalah asam laktat O2.

d) Pada olahragawan aerobik, lebih dari 3 menit, maka yang perlu

ditingkatkan adalah kapasitas aerobiknya.

Page 42: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

55

c. Bentuk-bentuk Latihan Plyometric

Plyometric adalah sebuah metode untuk mengembangkan eksplosive

power yang penting dalam komponen penampilan olahraga (Radcliffe dan

Farentinos, 1985: 1). Dengan melihat bentuk latihannya, sangatlah mudah

untuk dilakukan. Ada beberapa bentuk gerakan dasar latihan atau bentuk

latihan plyometric untuk panggul dan kaki. Bentuk latihan plyometric menurut

Radcliffe J. C & Farentinos R. C., (1985: 15-17), Bompa Tudor O., (1994: 78-

141) adalah sebagai berikut:

1) Bounding

Adalah menekankan pada loncatan untuk mencapai ketinggian

maksimum dan jarak horisontal. Macam-macam latihan bounding adalah:

double leg bound, alternate leg bound, double leg box bound, alternate leg

box bound, incleane bound, bounding dapat dilakukan dengan dua kaki

atau satu kaki secara bergantian. Otot yang terlatih adalah:

a) Fleksi paha: Sartorius, iliacus, glacillis.

b) Ekstensi paha: Biceps femuris, semitendinosus dan semimembrannosus

(kelompok hamstring) serta gluteus maximus dan minimus (kelompok

gluteal)

c) Ekstensi Lutut: rectus femuris, tensor fascialatae, vastus lateralis,

medius dan intermedius (kelompok quadriceps), Ekstensi paha dan

fleksi tungkai, melibatkan otot-otot biceps femuris, semitendinosus dan

semi membrenosus serta juga melibatkan otot-otot maksimus dan

minimus.

Page 43: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

56

d) Fleksi lutut dan kaki: gastrocnemeus, peroneus dan soleus

e) Kelompok otot adduction dan abduction paha: gluteals medius dan

minimus, dan abductor longus, brevis, magnus, minimus, dan hallucis.

Berikut adalah contoh gerakan bounding;

Gambar 2.4 : Bentuk Latihan Alternate Leg Box Bound

(Radcliffe J. C & Farentinos R. C., 1985: 36)

2) Hopping

Gerakan hopping terutama lebih ditekankan pada kecepatan gerakan kaki

untuk mencapai lompat-loncat setinggi-tingginya dan sejauh-jauhnya.

Hopping dapat dilakukan dengan dua kaki ataupun satu kaki. Macam-

macam latihan hopping adalah: double leg speed hop, single speed hop,

decline hop, side hop, ankle hop. Otot yang terlatih adalah:

a) Fleksi paha: Sartorius, iliacus, glacillis.

b) Ekstensi Lutut: rectus femuris, tensor fascialatae, vastus lateralis,

medius dan intermedius (kelompok quadriceps), Ekstensi paha dan

fleksi tungkai, melibatkan otot-otot biceps femuris, semitendinosus

Page 44: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

57

dan semi membrenosus serta juga melibatkan otot-otot maksimus dan

minimus.

c) Fleksi lutut dan kaki: gastrocnemeus, peroneus dan soleus

d) Kelompok otot adduction dan abduction paha: gluteals medius dan

minimus, dan abductor longus, brevis, magnus, minimus, dan hallucis.

Gambar 2.5 Bentuk Latihan Singgle Leg Speed Hop

(Radcliffe J. C & Farentinos R. C., 1985: 44)

3) Jumping

Ketinggian maksimum sangat diperlukan dalam jumping, sedangkan

pelaksanaan merupakan faktor kedua dan jarak horisontal tidak diperlukan

dalam jumping. Macam-macam latihan jumping adalah: squat jump, knee

tuck jump, split jump, scissor jump, box jump. Otot yang terlatih adalah:

a) Fleksi paha melibatkan otot-otot Sartorius, illiacus dan gracillis

b) Ekstensi lutut melibatkan otot-otot rectus femuris, vastus lateralis,

medius dan intermedius

Page 45: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

58

c) Ekstensi tungkai melibatkan otot rectus femuris, semiteninosus dan

semimembranosus

d) Aduksi paha melibatkan otot gluteus medius dan minimus, dan

adductor longus, brevis magnus, minimus dan halucis.

Gambar 2.6 : Bentuk Latihan Knee Tuck Jump

(Radcliffe J. C & Farentinos R. C., 1985: 56)

4) Leaping

Leaping adalah suatu latihan kerja tunggal yang menekankan jarak

horisontal dengan ketinggian maksimum. Bisa dilakukan dengan dengan

dua kaki atau satu kaki. Macam-macam gerakan leaping: Quick leap, dept

jump leap

a) Ekstensi paha melibatkan otot biceps femuris, semiteninosus, dan

semimembranosus, serta gluteus maksimum dan minimus.

b) Ekstensi lutut melibatkan otot-otot vastus lateralis, medialis dan

intermeius.

c) Fleksi paha dan pelvis, melibatkan tensor faciae latae, sartoriius,

illiacus dan gracilis.

Page 46: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

59

d) Adduksi dan abduksi paha, melibatkan otot-oot gluteus medius dan

minimus, dan adductor longus, brevis dan magnus.

Gambar 2.7 : Bentuk Latihan Dept Jump Leap

(Radcliffe J. C & Farentinos R. C., 1985: 72)

5) Ricochet

Ricochet semata-mata menekankan pada tingkat kecepatan tungkai dan

gerakan kaki, meminimalkan jarak vertikal dan horizontal yang

memberikan kecepatan pelaksanaan yang lebih tinggi. Macam gerakan

ricochet: floor kip, decline ricochet. Otot-otot yang terlatih adalah:

a) Ekstensi lutut dan persendian pinggul, melibatkan otot vastus lateralis,

medialis, dan intermedius

b) Fleksi paha melibatkan otot-otot Sartorius, pectineus, aductor brevis,

adductor longus, dan tensor facia latae.

Gambar 2.8 Bentuk Latihan Decline Ricochet

(Radcliffe J. C & Farentinos R. C., 1985: 82)

Page 47: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

60

6) Skipping

Skipping dilakukan dengan melangkah meloncat secara bergantian hop-

step, yang menekankan ketinggian dan jarak horizontal. Macam gerakan

skipping: box skip, skiping.

Latihan plyometric merupakan bentuk-bentuk latihan yang menekankan

pada pola gerak tubuh bagian bawah. Artinya latihan plyometric merupakan salah

satu bentuk latihan yang berguna untuk meningkatkan atau mengoptimalkan

kinerja power tungkai. Didalam penelitian ini model/bentuk latihan yang akan

diperlakukan pada atlet lompat tinggi adalah latihan plyometric dengan dengan

model/bentuk latihan box skip dan skiping dengan asumsi akan meningkatkan

power otot tungkai sehingga pada akhirnya bisa meningkatkan prestasi lompat

tinggi yang dimiliki oleh atlet tersebut.

5. Rasio Tinggi Badan : Panjang Tungkai

Tinggi badan dan panjang tungkai merupakan salah satu bidang

kajian anthropologi ragawi. Peranan anthropologi ragawi atau

anthropobiologis dalam olahraga bukanlah hal yang baru. Menurut T. Jacob

(1991 : 1) sejak Olimpiade 1928, dan pada hampir setiap Olimpiade

sesudahnya selalu dilakukan penelitian anthropobiologis pada atlet-atlet dari

berbagai cabang olahraga. Penelitian tersebut erat kaitannya dengan :

a. prestasi dan pemilihan cabang olahraga

b. perawakan dan pemilihan calon olahragawan

c. jenis kelamin dan olahraga

d. umur, puncak prestasi, dan jenis olahraga

Page 48: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

61

e. ras dan olahraga

f. ukuran peralatan dan sarana serta peraturan permainan

Pada lompat jangkit dimana gerakan merupakan rangkaian

gerakan lari awalan, jingkat (hop), langkah, lompat, dan mendarat. Ukuran

tinggi badan dan panjang tungkai, serta tipe perawakan menjadi sangat

penting dan dapat memberikan kontribusi terhadap prestasi. Atlet-atlet

dunia nomor lompat jangkit umumnya memiliki perawakan yang tinggi

dan ramping, serta tungkai yang panjang. Ukuran tungkai yang panjang

akan menghasilkan gerakan yang lebih efisien. Dengan ukuran tungkai

yang panjang dan ditunjang power tungkai yang besar maka akan

diperoleh hop, step, and jump distance yang lebih besar atau jauh.

B. Penelitian yang Relevan

A. Penelitian yang dilakukan oleh Fauzi Idris (2000), yang berjudul

“Pengaruh Latihan Plyometric knee tuck jump modification dan side

front back jump combination terhadap peningkatan power tungkai atlet

atau siswa Bola voli selabora FIK Universitas Negeri Yogyakarta,

penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bentuk latihan

plyometric yang terkait dengan peningkatan power otot tungkai. Tujuan

khususnya adalah untuk membuktikan dua bentuk latihan plyometric di

atas dapat meningkatkan power otot tungkai dan bentuk latihan

plyometric mana yang dapat berpengaruh besar terhadap peningkatan

power otot tungkai. Hasil analisis menunjukkan bahwa latihan

Page 49: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

62

plyometric knee tuck jump modification dan side front back jump

combination dengan program ini terbukti mempunyai pengaruh

terhadap peningkatan power otot tungkai atlet atau siswa selabora bola

voli.

B. Penelitian yang dilakukan oleh Dhanik Fahrizal (2007), yang berjudul

“pengaruh latihan plyometric dengan tumpuan dua kaki secara bersama

sama dan bergantian terhadap peningkatan power otot tungkai atlet di

Bantul” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh peningkatan power otot tungkai akibat latihan plyometric

dengan tumpuan dua kaki secara bersama sama dan bergantian terhadap

atlet taekwondo di Bantul. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan peningkatan power otot tungkai yang signifikan

antara kelompok latihan plyometric dengan tumpuan dua kaki secara

bersama-sama dan bergantian.

C. Kerangka Berpikir

Hasil kajian teoritis tentang pengembangan bentuk latihan dalam

olahraga lompat jangkit, yang dalam hal ini latihan Plyometric Double Leg Bound,

Alternate Leg Bound, dan Incrimental Vertical Hop untuk meningkatkan prestasi

olahraga lompat jangkit yang ditinjau dari panjang tungkai, maka dapat disusun

suatu kerangka pemikiran sebagai berikut:

1. Perbedaan Pengaruh Latihan Plyometrics Double Leg Bound, Alternate

Leg Bound, dan Incrimental Vertical Hop

Page 50: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

63

Prestasi lompat jangkit hanya bisa ditigkatkan dengan latihan yang

diberikan sesuai dengan kebutuhan gerak dalam lompat jangkit. Latihan

Plyometric Double Leg Bound, Alternate Leg Bound, dan Incrimental

vertical Hop yang dilakukan dengan benar akan meningkatkan power

tungkai, sehingga dengan peningkatan power tungkai yang signifikan

diharapkan dapat meningkatkan prestasi lompat jangkit.

Gerakan latihan Plyometric Double Leg Bound, Alternate Leg Bound,

dan Incrimental Vertical Hop adalah menggunakan loncatan-loncatan

dengan beban berat badan diri sendiri. Dilihat dari bentuk gerakan Double

Leg Bound, Alternate Leg Bound, dan Incrimental Vertical Hop hampir

sama, tetapi masing-masing mempunyai efek kerja yang berbeda, karena

beban latihan dan karakteristik dari Double Leg Bound, Alternate Leg Bound,

dan Incrimental Vertical Hop sangat berbeda. Adapun karakteristik dari

ketiga bentuk latihan plaiometrik adalah sebagai berikut :

a. Latihan Double Leg Bound :

1) Sangat cocok bagi atlet yang memiliki power otot tungkai tidak begitu

besar, karena lompatan-lompatan yang dilakukan menggunakan dua kaki

secara bersama-sama;

2) Bagi atlet yang power otot tungkai tinggi maka jenis latihan ini akan

kurang memberikan rangsang yang memadai;

3) Gerakan-gerakan kurang selaras dengan gerakan lompat jangkit.

b. Latihan Alternate Leg Bound :

Page 51: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

64

1) Relatih lebih sulit, dan membutuhkan kekuatan otot tungkai yang lebih

besar kerena dilakukan dengan tumpuan satu kaki secara bergantian.

2) Dapat memberikan rangsangan secara seimbang antara tungkai kanan dan

kiri, karena gerakan dilakukan secara bergantian antara tungkai kanan dan

kiri.

3) Gerakan selaras dengan gerakan lompat jangkit, karena tumpuan dilakukan

dengan satu kaki.

4) Risiko cidera otot dan tendo lebih besar, karena beban berat badan

ditumpu dengan satu kaki.

5) Membutuhkan kesiapan yang lebih serius kemampuan kekuatan dan daya

tahan otot-otot yang terlibat.

c. Latihan Incrimental Vertical Hop :

1) Relatif lebih mudah dilakukan karena menumpu dengan kedua tungkai,

dan dilakukan mulai dari ketinggian yang paling rendah sampai yang

tertinggi;

2) Dapat memberikan rangsang yang cukup, baik bagi atlet dengan ukuran

tungkai pendek, sedang, maupun panjang;

3) Gerakan-gerakan kurang selaras dengan gerakan lompat jangkit

Dari ketiga karakteristik antara latihan Double Leg Bound, Alternate

Leg Bound , dan Incrimental Vertical Hop maka diduga ada perbedaan

pengaruh dari ketiga bentuk latihan tersebut terhadap peningkatan prestasi

lompat jangkit.

Page 52: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

65

2. Perbedaan Prestasi Lompat Jangkit antara mahasiswa yang memiliki

rasio tinggi badan : panjang tungkai “tinggi”, “sedang”, dan “rendah”.

Rasio tinggi badan : panjang tungkai akan sangat berpengaruh

terhadap tipe perawakan. Tipe perawakan, dan ukuran tungkai yang ideal

dapat membantu bagi para atlet untuk dapat melakukan teknik gerakan

lompat jangkit dengan baik dan benar. Dengan mampu melakukan teknik

gerakan yang benar seorang atlet tentu akan lebih mudah untuk mencapai

prestasi lebih optimal. Semakin ideal rasio tinggi badan : panjang tungkai

seseorang semakin mudah mencapai prestasi lompat jangkit. Sebaliknya rasio

yang kurang ideal akan berdampak pada keterbatasan-keterbatasan saat

melakukan pola gerak lompat jangkit, sehingga prestasinya akan semakin

terbatas pula. Dalam hal untuk mencapai prestasi lompat jangkit tentunya

seseorang yang memiliki rasio tinggi badan : ukuran tungkai yang berbeda

akan menghasilkan prestasi atau jauhnya lompatan yang berbeda pula.

Tungkai yang panjang tentu akan memiliki keuntungan dalam semua nomor

lompat, termasuk lompat jangkit. Dengan tungkai yang panjang disertai tinggi

badan yang tinggi , seorang atlet dimungkinkan dapat mencapai hop distance,

step distance, dan jump distance yang lebih baik dibanding ukuran tungkai

yang lebih pendek. Dengan kata lain, ada perbedaan prestasi lompat jangkit

pada atlet yang memiliki rasio tinggi badan : panjang tungkai yang berbeda.

Rasio sedang antara tinggi badan : panjang tungkai, diduga memiliki prestasi

lompat jangkit yang lebih baik dibanding rasio lainnya.

Page 53: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

66

3. Pengaruh interaksi antara Latihan Plyometric Double Leg Bound,

Alternate Leg Bound, dan Incrimental vertical Hop dengan Rasio Tinggi

Badan : Panjang Tungkai terhadap Prestasi Lompat Jangkit

Walaupun secara umum diduga bahwa pemberian latihan Double

Leg Bound, Alternate Leg Bound, dan Incrimental Vertical Hop akan

memberikan perbedaan pengaruh prestasi lompat jangkit, namun bukanlah

jaminan bahwa hal tersebut juga akan berlaku pada kelompok yang memiliki

rasio tinggi badan : panjang tungkai yang berbeda. Diduga ada pengaruh

interaksi antara latihan plyometrics double leg bound, alternate leg bound, dan

incrimental vertical hop dengan rasio tinggi badan : panjang tungkai terhadap

prestasi lompat jangkit.

Dengan melihat karakteristik latihan Double Leg Bound dilakukan

dengan menumpu pada kedua kaki secara bersama-sama, sehingga tidak

memerlukan kekuatan otot tungkai yang begitu besar, namun demikian juga

kurang memberikan efek rangsang yang memadai terhadap peningkatan power

otot tungkai. Jenis latihan ini biasanya lebih cocok diterapkan pada atlet yang

memiliki perawakan ramping dan ukuran tungkai yang panjang. Dengan

demikian tipe tubuh dengan rasio tinggi badan : panjang tungkai yang

“rendah” dan atau “sedang” lebih cocok dilatih dengan jenis atau metode

latihan double leg bound ini, karena perawakan yang demikian biasanya

kekuatan otot tungkainya kurang begitu besar. Kelemahan lain dari model

latihan ini adalah kurang selarasnya gerakan double leg bound dengan gerakan

lompat jangkit. Artinya latihan Double Leg Bound akan lebih cocok

Page 54: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

67

diperuntukkan pada atlet dengan ukuran tungkai panjang, dan rasio tinggi

badan : panjang tungkai “rendah”

Penggunaan latihan Alternate Leg Bound, dimana tolakan atau

tumpuan dilakukan dengan satu kaki secara bergantian antara kaki kanan dan

kiri, akan memberikan efek rangsang yang lebih memadai bagi peningkatan

power otot tungkai. Jika power otot tungkai meningkat, maka juga akan

meningkatkan prestasi lompat jangkit. Gerakan alternate leg bound ini juga

selaras dengan gerakan lompat jangkit, sehingga latihan jenis ini akan

membawa pengaruh terhadap peningkatan keterampilan lompat jangkit. Untuk

dapat melakukan gerakan alternate leg bound dibutuhkan kekuatan otot

tungkai yang relatif besar, karena tumpuan dilakukan hanya dengan satu kaki.

Risiko dari latihan ini dapat terjadinya cidera robek otot, tendo, dan ligamen.

Kekuatan tungkai biasanya dimiliki atlet dengan perawakan dan ukuran

tungkai yang pendek.

Sifat latihan Incrimental Vertical Hop yang dilakukan dengan

meloncat dengan tumpuan kedua kaki dan dilakukan dengan beban lompatan

yang secara bertahap naik (dari ketinggian “rendah” sampai ketinggian

“tinggi”). Jenis latihan ini relatif lebih mudah dilakukan atlet dengan ukuran

tungkai “pendek’, “sedang”, maupun “panjang”. Dengan demikian tipe

perawakan dengan rasio tinggi badan : panjang tungkai, baik rasio “tinggi”,

“sedang”, maupun “rendah” cocok menggunakan metode latihan ini.

Kelemahan lain dari model latihan ini adalah kurang selarasnya gerakan

Page 55: BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teoriabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A120809026_bab2.pdf · Namun dalam event internasional, lompat jangkit disebut dengan istilah

68

incrimental vertical hop dengan gerakan lompat jangkit, karena dilakukan

dengan menumpu pada kedua kaki.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada dugaan

terdapat pengaruh interaksi antara latihan Plyometric Double Leg Bound,

Alternate Leg Bound, dan Incrimental Vertical Hop dengan rasio tinggi

badan : panjang tungkai terhadap prestasi lompat jangkit.

D. RUMUSAN HIPOTESIS

Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir,

maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah :

1. Ada perbedaan pengaruh metode latihan Double Leg Bound, Alternate Leg

Bound, dan Incrimental Vertical Hop terhadap prestasi lompat jangkit.

2. Ada perbedaan prestasi lompat jangkit antara atlet yang memiliki rasio

tinggi badan dan panjang tungkai, kategori “tinggi”, “sedang”, dan “rendah”.

3. Ada pengaruh interaksi antara metode latihan Plyomerics Double Leg Bound,

Alternate Leg Bound, dan Incrimental Vertical Hop dengan rasio tinggi badan

dan panjang tungkai terhadap prestasi lompat jangkit.