BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN...

32
19 BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWA A. Buku PAI 1. Teori Buku dan Peran Buku PAI Buku menurut George Steiner’s essay diartikan sebagai komunikasi bagi dirinya sendiri dalam keseimbangan. 1 Sedangkan menurut UNESCO, buku disebut sebagai suatu penerbitan yang mempunyai jumlah halaman sebanyak 49 halaman atau lebih, tidak termasuk sampul. 2 Sementara, jika dilihat dari penampilannya, buku dapat didefinisikan sebagai tulisan atau barang cetakan di atas lembaran kertas yang menahan bersama-sama dan dilindungi oleh sampul. 3 Ada yang mengartikan, buku sebagai kumpulan lembaran kertas empat persegi panjang yang satu sisinya dijilid bersama-sama; bagian depan dan belakang lembar-lembar kertas ini dilindungi oleh sampul yang terbuat dari bahan yang lebih tahan (terhadap gesekan, kelembaban, dll.). 4 Sementara itu, jika dilihat dari fungsinya, buku dapat didefinisikan sebagai alat komunikasi tulisan yang dirakit dalam satu satuan atau lebih, agar pemaparannya dapat lebih lestari. 5 Selain itu, buku merupakan sarana pendidikan utama-selain guru- dalam proses belajar mengajar. Kualitas buku menunjang keberlangsungan pendidikan dan kurikulum berbasis kompetensi serta mendukung kebutuhan materi. 6 Di samping itu, bila dilihat dari sudut budaya, buku mempunyai tiga fungsi, yaitu; 1) buku dapat dipandang sebagai sebuah produk budaya 1 Jon Wozencroft, The Graphic Language of Neville Brody, (USA: Thames and Hudson, tth.), hlm. 88 2 Proyek Pusat Publikasi Pemerintah Departemen Penerangan RI, Penerbitan Pemerintah 8-12 Maret 1976, dalam Lokakarya oleh J. Sirie (Direktur Pusat Grafika Indonesia, “Peranan Percetakan dalam Produksi Penerbitan Pemerintah”. hlm. 48. 3 Lauren S. Bahr & Bernard Johnston, Collier’s Encyclopaedia with Bibliography and Index, (USA: P. F. Collier, INC, 1993), hlm.358. 4 Ensiklopedi Nasonal Indonesia, (Jakarta : PT Cipta Adi Pustaka, 1989), hlm. 517. 5 Ibid, hlm. 518. 6 Jawa Pos, Rabu, 10 Agustus 2005.

Transcript of BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN...

Page 1: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

19

BAB II

BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWA A. Buku PAI

1. Teori Buku dan Peran Buku PAI

Buku menurut George Steiner’s essay diartikan sebagai

komunikasi bagi dirinya sendiri dalam keseimbangan.1 Sedangkan

menurut UNESCO, buku disebut sebagai suatu penerbitan yang

mempunyai jumlah halaman sebanyak 49 halaman atau lebih, tidak

termasuk sampul.2

Sementara, jika dilihat dari penampilannya, buku dapat

didefinisikan sebagai tulisan atau barang cetakan di atas lembaran kertas

yang menahan bersama-sama dan dilindungi oleh sampul.3 Ada yang

mengartikan, buku sebagai kumpulan lembaran kertas empat persegi

panjang yang satu sisinya dijilid bersama-sama; bagian depan dan

belakang lembar-lembar kertas ini dilindungi oleh sampul yang terbuat

dari bahan yang lebih tahan (terhadap gesekan, kelembaban, dll.).4

Sementara itu, jika dilihat dari fungsinya, buku dapat didefinisikan

sebagai alat komunikasi tulisan yang dirakit dalam satu satuan atau lebih,

agar pemaparannya dapat lebih lestari.5 Selain itu, buku merupakan sarana

pendidikan utama-selain guru- dalam proses belajar mengajar. Kualitas

buku menunjang keberlangsungan pendidikan dan kurikulum berbasis

kompetensi serta mendukung kebutuhan materi.6

Di samping itu, bila dilihat dari sudut budaya, buku mempunyai

tiga fungsi, yaitu; 1) buku dapat dipandang sebagai sebuah produk budaya

1 Jon Wozencroft, The Graphic Language of Neville Brody, (USA: Thames and Hudson, tth.), hlm. 88

2 Proyek Pusat Publikasi Pemerintah Departemen Penerangan RI, Penerbitan Pemerintah 8-12 Maret 1976, dalam Lokakarya oleh J. Sirie (Direktur Pusat Grafika Indonesia, “Peranan Percetakan dalam Produksi Penerbitan Pemerintah”. hlm. 48.

3 Lauren S. Bahr & Bernard Johnston, Collier’s Encyclopaedia with Bibliography and Index, (USA: P. F. Collier, INC, 1993), hlm.358.

4 Ensiklopedi Nasonal Indonesia, (Jakarta : PT Cipta Adi Pustaka, 1989), hlm. 517. 5 Ibid, hlm. 518. 6 Jawa Pos, Rabu, 10 Agustus 2005.

Page 2: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

20

(cultural product), sebuah benda yang menjadi perwujudan fisik dari

pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia, 2) buku dapat dilihat juga

sebagai bagian dari suatu tingkah laku budaya (cultural behavior), baik

dipandang dari sudut pembaca maupun dari sudut penulisnya. Dalam arti

tersebut seorang pembaca akan terbiasa mencari informasi, menambah

pengetahuan, melakukan pengecekan pengetahuannya, atau mencari

hiburan dan kesenangan dengan membaca buku-buku. Dan 3) buku tidak

hanya dipandang sebagai produk budaya, atau tingkah laku budaya, tetapi

terutama sebagai proses produksi budaya (cultural production).7

Walaupun begitu, buku selain merupakan sarana yang ampuh

untuk melestarikan hasil budaya, juga merupakan wahana informasi ilmu

pengetahuan yang sangat berdaya guna. Sekalipun dalam abad sekarang

ini media elektronika telah maju dengan pesat, buku masih tetap

merupakan sarana penyebar informasi yang paling popular, karena buku

lebih sederhana, lebih tahan lama, mudah disimpan, dan dalam

penggunaannya tidak memerlukan alat pembantu. Oleh karena itu, buku

senantiasa diperlukan bagi pelaksanaan pendidikan, penerangan,

pengembangan ilmu dan teknologi, serta peningkatan kebudayaan bangsa.8

Nana Sudjana berpendapat, buku adalah sumber ilmu, sehingga

membaca buku adalah keharusan bagi siswa.9 Dengan membaca buku,

siswa akan lebih kaya dalam memahami bahan pelajaran yang diberikan

guru.

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan, setiap

peserta didik memerlukan buku pelajaran dan beraneka ragam buku lain

yang mengandung informasi pengetahuan dan teknologi yang memperluas

cakrawala pemikiran sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi

7 Ignas Kleden, Buku dalam Indonesia Baru, (Jakarta: Yayasan Obor dan the Japan

Foundation, 1999), hlm. 22-35. 8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pertimbangan Pengembangan Buku

Nasional, Pengembangan Perbukuan Nasional Dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJPT II),(Jakarta: CV Dwi Cahaya Citra Prima, 1993), hlm. 1.

9 Nana Sudjana, Dasar-dasar proses belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1989), hlm. 170.

Page 3: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

21

yang pesat. Oleh karenanya, semakin tinggi jenjang pendidikannya

semakin banyak buku yang dibutuhkannya, pada taraf pengetahuan juga

semakin tinggi.10

Untuk itu, buku pelajaran dikenal sebagai salah satu masukan

(input) ke dalam proses belajar mengajar yang ikut menentukan

keberhasilan pencapaian tujuan instruksional, kurikuler, institusional dan

bahkan tujuan pendidikan nasional, khususnya untuk guru-guru yang oleh

karena keadaan geografis dan kemudahan sarana komunikasi masih

terisolasi secara profesi, sehingga buku pelajaran merupakan kebutuhan

dan sumber utama dalam pengajaran di sekolah.11

Melihat kenyataan bahwa buku yang disediakan untuk sekolah

mempunyai ciri yang khas jika dilihat dari segi isi perwajahan, bahasa, dan

fisik buku, maka setiap buku yang dipakai di sekolah hendaknya

membantu pengajaran pengetahuan dan ketrampilan anak dengan beracu

kepada tujuan kurikulum yang berlaku.12

Walaupun begitu, pentingnya buku pelajaran dalam dunia

pendidikan tidak diragukan lagi. Seorang pakar pendidikan Inggris, Alan

Cunningsworth, mengatakan bahwa komponen yang sangat berperan

dalam mutu pendidikan adalah guru dan buku pelajaran. Menurutnya,

buku pelajaran dapat berperan sebagai sumber: (1) pengetahuan,

keterampilan, wawasan, dan nilai-nilai positif bagi siswa, (2) ide dan

dorongan kegiatan belajar mengajar di kelas, (3) gagasan dan dorongan

kegiatan mandiri siswa, (4) perwujudan silabus/kurikulum yang

didalamnya terdapat tujuan-tujuan pembelajaran yang telah digariskan,

dan (5) membantu bagi guru yang kurang kreatif dan kurang pengetahuan

untuk mengembangkan kepercayaan diri.13

10 Ibid, hlm. 6. 11 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Perbukuan, Pengembangan Perbukuan

di Indonesia; Hasil Lokakarya Pengembangan Perbukuan di Indonesia Jakarta 17-18 November 1988, oleh Drs. Taya Paembonan dalam “Penerbitan dan Pengembangan Buku Pelajaran”, hlm. 9.

12 Ibid, hlm. 5. 13 KOMPAS, edisi 2 Agustus 2002:10.

Page 4: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

22

Lain halnya dengan Fischer, buku pelajaran berfungsi seperti

halnya alat bantu lainnya dalam pembelajaran. Lebih rinci dijelaskan oleh

Fischer mengenai fungsi buku pelajaran adalah sebagai berikut: (a) sebagai

sumber pokok-pokok bahasan bagi guru, (b) sebagai dasar untuk

memberikan pekerjaan rumah dan tugas-tugas lainnya bagi pebelajar, (c)

sebagai pegangan bagi pebelajar untuk melakukan segala aktivitas belajar,

(d) sebagai dasar untuk membuat pertanyaan-pertanyaan dan soal-soal

ujian, dan (e) nilai yang tak terhingga adalah sebagai sumber untuk

mengembangkan ketrampilan belajar.14

Disamping itu, Hilton juga mengungkapkan bahwa buku pelajaran

mempunyai peranan yang sangat sentral dalam pembelajaran. Oleh karena

itu ia menyatakan bahwa buku pelajaran merupakan salah satu yang sangat

dominan pengaruhnya dalam pendidikan.15

Walaupun buku pelajaran telah diakui mempunyai peranan yang

penting dalam pembelajaran, namun buku pelajaran pun masih tetap

memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain: (a) buku

pelajaran mungkin dapat menurunkan kreativitas guru, (b) buku pelajaran

sebagai sumber pembelajaran tertulis mungkin mempersempit ruang gerak

usaha pebelajar untuk mencari sumber-sumber pembelajaran yang lain, (c)

sebagai sumber pembelajaran tertulis yang memerlukan kemampuan yang

memadai untuk memahami isinya akan menimbulkan frustasi bagi para

pebelajar yang kemampuan membacanya rendah, dan (d) dengan

perkembangan dan perubahan yang begitu cepat memungkinkan pula isi

buku pelajaran cepat tertinggal informasi.16

Melihat Pendidikan Agama Islam yang bertujuan meningkatkan

keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik

tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman

14 Fischer, G. A., The Text as Tool: How Does It Work? Educational Technology,( USA::

1977), hlm. 19. 15 Hilton, E, Textbook. Dalam R. L. Ebel, Encyclopaedia of Educational Research, (New

york: MccMiillan Company, 1969), hlm. 1778. 16 Maxim, G. Social Studies and Elementary School Child, (Colombus Ohio: Merril

Company & Howel Company, 1983), hlm. 73.

Page 5: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

23

dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan

pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta memberikan

kemampuan dasar kepada peserta didik tentang Agama Islam untuk

mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi manusia yang

muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak

mulia sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara dan anggota

umat manusia.17

Maka dari itu, buku PAI yang baik tentunya dapat menambah

sesuatu untuk kesenangan pembaca. Kesenangan adalah di atas tingkat

perbedaan dari pengalaman yang dia peroleh dalam membaca teks.18 Di

samping itu pula buku ini dapat membentuk sikap dan moral pembacanya

sesuai dengan norma-norma keagamaan.19

2. Tinjauan Umum Buku PAI

Barangkali kita sependapat bahwa buku yang dikatakan baik, adalah

buku yang isinya benar-benar membantu pembaca memahami materi yang

dibahas didalamnya, bisa memberikan keterangan yang jelas, tidak berbelit-

belit, ditata dengan baik, sekaligus menarik. Secara intrinsik begitu. Secara

ekstrinsik dapat dinilai dari pengarangnya, penerbit, tahun terbit, dan berapa

kali buku itu mengalami cetak ulang.20

Untuk itu, buku pelajaran perlu diberi perhatian khusus dalam

pemikiran mengenai penerbitan buku. Langkah pertama ke arah penerbitan

buku sendiri di negara manapun agaknya terletak dalam bidang buku

pelajaran, dan penerbit buku pelajaran merupakan bagian dari sistem

pendidikan di negara itu, seperti halnya dengan para gurunya. Hal itu

17 Garis-garis besar Program Pengajaran, (Jakarta: Yayasan Taruna Nusantara Indonesia,

1994), hlm. 48. 18 Allen Kent & Harold, Emcyclopaedia of Library and Information Science, (USA:

Marcel Dekker, 1970), hlm. 46. 19 Departemen Pendididkan dan Kebudayaan, Penerbitan dan Pengembangan Buku

Pelajaran di Indonesia, 1990, oleh Taya Paembonan, dkk., hlm. 35. 20 Nurhadi, Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca?, (Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2004), hlm. 121.

Page 6: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

24

merupakan suatu keharusan yang perlu dipahami oleh siapa saja, lebih-lebih

mengenai buku pelajaran bila dibandingkan dengan jenis buku lain.21

Terkait dalam proses belajar mengajar, unsur utama yang perlu

diperhatikan secara serius kepada siswa adalah media pendidikan, dalam hal

ini buku pelajaran. Media ini berfungsi untuk mengatasi hambatan dalam

berkomunikasi, keterbatasan fisik dalam kelas, sikap pasif siswa, dan upaya

mempersatukan pemahaman siswa. Hambatan yang sering timbul dalam

berkomunikasi disebabkan oleh adanya verbalisme, kekacauan penafsiran,

perhatian yang bercabang, tidak ada tanggapan, kurang perhatian dan keadaan

fisik lingkungan belajar yang mengganggu.22

Di samping itu, buku juga berfungsi sebagai penghubung antara

generasi kini dengan generasi masa lalu dan yang akan datang, sebagai

pencatat dan penyebar ilmu, sebagai kunci sekaligus alat penerobos kepada

ilmu-ilmu baru, sebagai pemantap dan pengaman serta penghubung antar

kebudayaan bangsa-bangsa.23

Dalam bidang agama, khususnya buku PAI juga memberikan

pengertian akan norma-norma kehidupan, memupuk rasa bersyukur, puas,

toleransi serta disiplin. Di samping itu pula seorang siswa juga diarahkan pada

pertanggungjawaban individual sekaligus sebagai anggota masyarakat. Dalam

agama, seseorang akan memperoleh apa yang dikerjakannya.24

Untuk itu, diperlukan sebuah penilaian buku pelajaran yang diarahkan

untuk menjamin kualitas yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Oleh

karenanya, buku dikembangkan bagi tersedianya sarana informasi guna

meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan

keterampilan mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan

21 Datus C. Smith, JR., A Guide to book-publishing, (Jakarta: Pusat Grafika Indonesia,

1975), diterjemahkan oleh R. Suparmo dalam Penuntun Penerbitan Buku, hlm. 164. 22 Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan; Pengertian, pengembangan dan

pemanfaatannya, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 16. 23 Kresno M.O., Lokakarya Penerbitan Pemerintah 8-12 Maret 1976, (Jakarta: Dep.

P&K), hlm. 109. 24 Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar; Menggagas Paradigms Baru

Pendidikan,(Jakarta: Paramadina, 2001), hlm. 106.

Page 7: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

25

mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat

menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun

dirinya serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Buku dijadikan sarana bagi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

masyarakat Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-undang

Dasar 1945.25

Di samping itu, diperlukan pula kriteria-kriteria penilaian buku seperti

yang dikutip dari petunjuk teknis pengelolaan proyek perintis perpustakaan

sekolah pusat pembinaan perpustakaan Dep. P dan K, diantaranya; isi, ada

kesesuaian (relevansi) dengan kurikulum; makin tinggi relevansi makin baik,

cukup dapat menarik pembaca, cukup dapat membimbing ke arah pengertian

dan kegemaran pada ilmu pengetahuan, sebab akibat cukup jelas disajikan,

dan masalah yang disajikan hendaknya ada dan erat hubungannya dengan

kenyataan sehari-hari.26

Dengan demikian, sebuah buku dapat diakui keberadaannya manakala

telah memenuhi standar ISBN (International Standard Book Number) atau

sistem Nomor Buku Standar Internasional yang diwujudkan berdasarkan

system penomoran buku telah diperkenalkan di Inggris pada tahun 1967 dalam

sebuah laporan kepada Asosiasi Penerbit Inggris (British Publishers

Association).27

ISBN menunjukkan bahasa atau daerah geografi (negara atau

sekelompok negara) tempat penerbit buku tersebut berada, jati diri

penerbitnya, dan nomor urut buku yang diterbitkan penerbit tersebut.28

25 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pertimbangan Pengembangan Buku

Nasonal, Rekomendasi Badan Pertimbangan Pengembangan Buku Nasional 1979-1989, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pertimbangan Pengembangan Buku Nasonal, 1993), hlm.137.

26 Sekretariat Yayasan Buku Utama, Kriteria Penilaian Buku Terbaik; suatu penuntun bagi pengarang, (Jakarta: PT intermasa, 1981), hlm. 47.

27 Hernandono, diterjemahkan dari The ISBN System User’s Manual, (Berlin: International ISBN Agency, 1978), (Jakarta: Proyek Pengembangan Perpustakaan Nasional, 1985), hlm. 1.

28 Sofia Mansoor-N, Pengantar penerbitan, (Bandung: ITB Bandung, 1997), hlm.101.

Page 8: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

26

Lebih lanjut, Ny. W.W. Sayangbati-Dengah, Kepala Pusat Jasa

Perpustakaan, Perpustakaan Nasional RI, dalam temu ilmiah evaluasi

penerapan ISBN dan KDT di Jakarta, 9-10 Februari 1993, mengatakan;

“penerapan ISBN dalam dunia penerbitan buku akan mempercepat dan

mempermudah pengamatan dan penyalurannya, karena computer dapat

menunjang sistem tersebut”.

Selain itu, sistem ini akan memperlancar arus informasi baik antar

Negara maju maupun Negara berkembang. Pelaksanaan ISBN di dalam

industri buku memang merupakan wahana promosi yang akan menunjang

perdagangan buku, baik di tingkat regional, nasional dan internasional

sehingga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas penerbit, baik

swasta maupun pemerintah.29

Terkait dengan hal ini, bagian dalam pada cetakan buku biasanya

meliputi tiga bagian utama; bagian depan (disebut juga sebagai bagian

pendahuluan), teks, dan bagian belakang (atau bagian belakang).

1. Bagian depan, meliputi; a) judul tengah buku, b) judul rangkaian,

frontispiece, atau kosong, c) halaman judul, d) halaman hak cipta, e)

persembahan, f) semboyan, g) tabel isi, h) daftar ilustrasi, i) daftar tabel, j)

prakata, k) pendahuluan, l) pengakuan (jika bukan bagian dari

pendahuluan), n) pengenalan (jika bukan bagian dari teks), o) singkatan-

singkatan (jika tidak berada di belakang), p) kronologi (jika tidak berada di

belakang), q) judul tengah kedua.

2. Teks, meliputi; halaman teks pertama (pengenalan atau bab atau judul

tengah kedua atau judul bagian pertama, kosong, dan halaman teks utama.

3. Halaman belakang, meliputi; a) pengakuan (jika tidak di bagian depan), b)

tambahan (atau pertama, jika lebih dari satu), c) kedua dan tambahan

berikut, d) kronologi (jika tidak berada di depan), e) singkatan-singkatan

(jika tidak berada di depan), f) catatan, g) ringkasan, h) daftar buku atau

29 Ny. W.W. Sayangbati-Dengah, Permasalahan yang dihadapi program ISBN dan KDT

di Indonesia, (Jakarta: Perpustakaan Nasional R.I, 1993), hlm. 1.

Page 9: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

27

referensi, i) daftar dari penyokong, j) kepercayaan ilustrasi (jika tidak

dalam caption atau dimana saja), dan k) daftar kata-kata.30

Sementara, dalam standar halaman judul buku dimaksudkan supaya

terjamin pencatatan bibliografi secara tepat dan lengkap, serta menghasilkan

informasi minimum yang seragam pada setiap halaman judul buku, yaitu

halaman rekto dan verso. Halaman rekto adalah muka sebelah kanan kalau

buku terbuka dan merupakan bagian dari halaman judul buku. Sedangkan

halaman verso adalah muka sebelah kiri kalau buku terbuka dan merupakan

bagian dari halaman judul buku. Untuk itu, halaman rekto perlu memuat

keterangan-keterangan sebagai berikut:

a. Judul buku, termasuk anak judul, bila ada.

b. Nama pengarang, dan dalam hal tertentu juga nama pembantu pengarang,

baik perorangan maupun badan korporasi.

c. Tempat penerbitan.

d. Nama penerbit.

e. Tanggal penerbitan.

f. Nomor edisi.

g. Nomor jilid dan nomor seri, bila buku yang bersangkutan merupakan

bagian dari suatu penerbitan berjilid atau penerbitan berkala.

Sedangkan bagian verso perlu memuat keterangan-keterangan berikut:

a. Judul dalam bahasa aslinya, bila buku yang bersangkutan merupakan

terjemahan.

b. Judul buku dalam bahasa yang diterjemahkan, bila buku tidak

diterjemahkan langsung dari bahasa aslinya.

c. Bila judul yang bersangkutan berlainan dengan judul edisi terdahulu, maka

semua judul terdahulu perlu disebutkan.

d. Nama pembantu pengarang atau pihak yang telah terlibat dalam penulisan

serta penyajian buku yang bersangkutan.Jumlah jilid keseluruhan, bila

e. buku yang bersangkutan merupakan bagian dari suatu penerbitan berjilid.

30 The University of Chicago Press, The Chicago Manual of Style, (Chicago and London,

2003), hlm. 4-5.

Page 10: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

28

f. Tanggal penerbitan edisi terdahulu, bila buku yang bersangkutan

merupakan edisi baru.

g. Nomor cetakan (imprint) buku yang bersangkutan, dan tanggal cetakan (-

cetakan) terdahulu serta jumlah cetakan keseluruhan, bila ada.

h. Terjemahan bahasa Indonesia dari judul dan anak judul, serta nama

pengarang badan korporasi yang tercantum pada halaman rekto, bila

diperlukan.

i. Alamat lengkap penerbit.

j. Nomor ISBN atau nomor / kode pencetak.

k. Nama dan alamat pencetak.

l. Segala keterangan yang berhubungan dengan hak cipta buku yang

bersangkutan, serta nomor izin terbit dan izin cetak.31

Bila dilihat berdasarkan keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan

Republik Indonesia no. 0240/0/1982 tentang ketentuan bentuk, ukuran, warna

sampul/kulit, dan kode buku terbitan Depertemen Pendidikan dan

Kebudayaan, yaitu; buku berbentuk persegi empat vertical, berukuran 21 x 28

cm (kuarto), dengan ketentuan sebagai berikut;

1. Dalam hal buku dicetak, perwajahannya adalah:

a. Ukuran bidang cetak: 16 x 22 cm;

b. Jenis huruf

1) Untuk teks utama, judul, dan sub judul digunakan jenis Romein

(IBM Press Roman, IBM Century), Linotype Roman, Century

Schoolboeks dan yang sejenis), termasuk huruf-huruf pendamping

yang sekeluarga atau dari keluarga yang serasi (italic, bold, bold

italic dan yang sejenis).

2) Khusus untuk judul dan sub judul dapat pula dipakai jenis huruf

lain yang serasi.

3) Kepadatan cetak dan ukuran huruf teks utama:

a) Vertikal

31 Tjandra P. Mualim & Sri Widatoen Darjoto, Standar Halaman Judul Buku, (Jakarta::

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 1979), hlm. 1-2.

Page 11: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

29

11/15 (ukuran huruf 11 point dengan jarak antara baris 4 point)

atau untuk keluarga huruf tertentu 10/15 (ukuran huruf 10 point

dengan jarak antara baris 5 point).

b) Horizontal

Rata-rata kurang lebih 5-6 huruf untuk setiap sentimeter;

c) Ukuran huruf untuk bagian-bagian selain teks utama, antara

lain tabel, keterangan gambar, dipilih dengan mempertim-

bangkan keserasian perwajahan.

2. Dalam hal buku digandakan dengan mesin ketik perwajahannya adalah:

a. Ukuran bidang cetak: 18 x 22 cm.

b. Jenis dan ukuran huruf: pica, elite, atau jenis huruf lain yang tegak

(bukan italic atau soript);

c. Jarak baris 1 ½ spasi (tiap 5 cm terdiri atas 6 baris).

Sedangkan sampul buku yang diterbitkan, sesuai dengan masing-

masing unit organisasi di lingkungan Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.32

Namun, kalau dilihat dari proporsi dan ukuran buku, maka setiap

halaman dapat dipandang sebagai ruang dalam teks, ilustrasi, dan garis tepi

dalam bentuk segi empat untuk dihubungkan satu sama yang lain dalam

proporsi yang baik. Untuk itu, siswa akan mendapatkan konsep perbandingan

dan menemukan kebebasan dalam memilih batasan lebar dengan lipatan

lembar kertas dalam berbagai cara, yaitu; A 12-hingga-18-inch sepotong

newsprint cocok untuk menggunakan sejak itu adalah tipis dan dapat dilipat

jumlah tiap waktu (diagram A). Ketika ini dilipat sekali, akan menghasilkan 9

hingga 12 inch (diagram B). Jika kemudian dilipat secara horizontal,

menghasilkan 6-hingga-9-inch bentuk yang dapat di ubah secara vertical

(diagram C) atau secara horizontal (diagram D).

Jika 9-hingga-12-inch bentuk (diagram B) dilipat dalam setengah

secara vertical, itu akan menghasilkan dalam bentuk yang sempit (diagram E

32 Djadjuliyanto, Himpunan lengkap 1951-1990 peraturan perundang-undangan tentang

perpustakaan & perbukuan di Indonesia, (Jakarta: BP. Muara Agung, tth.), hlm. 798-799.

Page 12: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

30

dan F). Ketika 6-hingga-9-inch melipat lembaran yang dilipat dalam cara yang

pendek, hasil 6 hingga 4 ½ inch (diagram G dan H). ketika dilipat dengan cara

yang panjang, bentuk hasilnya adalah 3 hingga 9 inch (diangam I dan J).

Kemudian lembaran kertas dapat dilipat dalam banyak cara yang

berbeda, menghasilkan bermacam-macam ukuran dan bentuk yang dapat

digunakan dalam merancang buku. Ini memberikan dasar secara struktural

untuk membuat ukuran dan perbandingan buku, sementara mengijinkan

supaya dapat dipertimbangkan kebebasan memilih.33

Namun ada pula beberapa ketentuan umum untuk pola kulit depan

buku sekolah SLTP/SLTA, diantaranya;

1. Gelar akademis pada kulit depan tidak perlu dicantumkan.

2. Gelar akademis editor dan penulis kata pengantar / kata sambutan / prakata

dicantumkan di akhir teksnya.

3. Nama penulis di kulit depan dan biografi singkat diusahakan sama, kecuali

ada permintaan khusus.

4. Kulit depan diusahakan tidak ada ilustrasi, kecuali ada pertimbangan

khusus.

5. Untuk angka jilid digunakan angka Arab.34

B. Desain Layout Buku

1. Teori Desain Layout Buku

Pengertian desain bukan hanya menggambar. Namun, desain

adalah memecahkan masalah (problem solving). Untuk dapat memecahkan

masalah yang kompleks, diperlukan suatu kerangka kerja yang sistematis

agar ketepatan waktu (dead line) dapat dicapai secara tepat dan

bertanggung jawab.35

33 Pauline Johnson, Creative Bookbinding, Seattle, (University of Washington Press, tth),

hlm. 44. 34 Tim Grasindo, Buku Pintar Penerbitan Buku, (Jakarta: RT Gramedia Widiasarana

Indonesia, 1994), hlm. 66-67. 35 Suryanto thabrani, Desain Grafis dengan Flash & CorelDRAW, (Jakarta: Datakom

Lintas Buana, 2003), hlm. 3.

Page 13: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

31

Dalam bahasa Indonesia, istilah layout biasa disebut dengan tata

letak atau tata rias yang berarti pengaturan, penempatan, dan penataan

unsur grafika pada halaman atau seluruh barang cetakan supaya yang

disajikan kelihatan menarik dan mudah dibaca.36

Untuk itu tujuan dari desain layout adalah 1) Mempermudah

pembaca dalam mengikuti tulisan yang dihidangkan, atau mempermudah

pembaca mengenali mana yang harus segera mereka perhatikan. 2)

Membuat halaman-halaman menjadi lebih indah, enak dipandang.

Keindahan ini secara tidak langsung harus memberikan kesan

menyenangkan pada pembaca agar selanjutnya dia mengikuti tulisan yang

dihidangkan.37

Di samping itu, ada pula yang menyatakan bahwa tujuan desain

layout buku ialah agar teks yang ditulis oleh pengarang menjadi jelas,

penuh pendekatan dan menarik bagi pembaca. Oleh karena itu, seorang

juru desain yang baik berusaha menyajikan bermacam-macam unsur dari

teks sebuah buku, menghubungkan teks dengan gambar yang perlu dan

menyerasikan semua unsur-unsur itu dengan ukuran buku yang telah

ditentukan,38 serta membantu komunikasi dengan mengorganisasikan hal

(sesuatu) kepada pembaca dan mengusulkan produksi buku secara efisien

dengan mengorganisasikan hal untuk typesetter.39

2. Tinjauan Umum Desain Layout Buku PAI

Dalam proses belajar mengajar, buku teks secara visual harus

tampak cantik dan menarik bagi guru dan memudahkan dalam

penggunaannya di dalam kelas. Untuk itu, layout dan desain harus menjadi

elemen yang penting. Di samping itu, kover depan sebuah buku teks

36 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen

Pendidikan & Kebudayaan RI, (Jakarta: 1988), hlm. 906. 37 Direktorat Publikasi, Pedoman penyelenggaraan Penerbitan Pemerintah, (Jakarta:

Perum PNRI, 1994), hlm. 120. 38 John Trevitt, Desain Buku, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm. 5. 39 Dan Poynter, The Self-Publishing Manual, (California: Para Publishing Santa Barbara,

1986), hal. .

Page 14: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

32

merupakan pengembalian banyak waktu. Dengan demikian, rencana

tersebut dibuat lebih banyak memakan waktu, dan desain bagian depan

merupakan akhir.40

Maka dari itu, buku mempunyai bentuk layout yang spesifik,

dengan ukuran kertas yang spesifik pula. Pengaturan layout buku ini relatif

lebih kompleks daripada pengaturan layout pada format standar. Dimana

layout standar biasanya digunakan pada naskah-naskah pendek dan

cenderung hanya dibutuhkan dalam format naskah lembaran.41

Untuk itu, layout merupakan bagian dari desain buku secara fisik,

termasuk pengaturan teks di halaman, nomor halaman, header dan footer,

style dan ukuran typeface, kover buku, dan kualitas kertas dan masukan

kover.42 Dengan demikian, layout buku ini penting bagi pembaca, dengan

memperoleh informasi yaitu: kemudahan untuk menggunakan, menarik

dan kemudahan untuk membaca, pengorganisasian yang baik dan secara

konsisten dihadirkan, sempurna dan teliti.43

Sebagai langkah awal untuk mendesain layout buku, perlu

diciptakan dummy terlebih dahulu. Dummy merupakan model publikasi

kasar yang sedang dibuat. Dummy dapat membantu merencanakan ukuran

fisik dan bentuk publikasi dan memberi cetakan dengan ide umum

bagaimana akhir versi cetak akan kelihatan.44

Banyak penerbit mempunyai perancang buku dengan merancang

layout buku dan menghiasi dengan dummy. Mereka menunjukkan posisi

jenis pada halaman, khususnya di bagian depan dan belakang. Mungkin

ingin memberi petunjuk yang spesifik pada persamaan halaman untuk

40 Atsushi Choji, How to Produce Primary Science Books, (Asian Cultural for UNESCO,

1990), hlm. 24. 41 Edi S. Mulyanta, Menyusun Karya Ilmiah Menggunakan Mikrosoft Word XP,

Yogyakarta: ANDI, 2003), hlm. 28. 42 Lynn Denton & jody Kelly, Designing, Writing, and Producing Computer

Documentation, (USA: McGraw-Hill, 1993), hlm. 101. 43 Ibid, hlm. 104. 44 Bill Grout, Irene Athanasopoulos, Rebecca Kutlin, Desktop Publishing From A to Z,

(California, Osborne McGraw-Hill, 1986), hlm. 154.

Page 15: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

33

make up dummi pada seluruh buku, layout binder menunjukkan ilustrasi

yang disisipkan.45

Langkah selanjutnya adalah dengan menentukan ukuran buku.

Mula-mula kita tentukan tebal buku kita itu. Dengan mempelajari naskah

itu kita tahu kira-kira tebal tipisnya buku yang akan dicetak. Ukuran

panjang dan lebar dari buku itu harus sepadan dengan tebal buku, jangan

hendaknya untuk buku yang tipis kita pergunakan ukuran yang besar betul,

atau sebaliknya. Untuk ukuran buku ini dapat kita pergunakan standar

formatan atau standar formatan yang ada.46

Di samping itu, tentukan semua hal cetakan dengan mempunyai

empat margin, atas, bawah, kiri dan kanan pada sisi halaman. Margin

memberikan gaya sebuah buku secara terpisah, dan harus mendapatkan

proporsi yang paling mungkin akan memberi keseimbangan dan

keherense.47

Hal ini terkait dengan kehadiran sistem tipografi yang jelas, yaitu

punya proporsi yang sangat berbeda bila dibandingkan dengan pengerjaan

majalah. Desain buku harus mendukung perbuatan bacaan di halaman

cetak, yang secara alamiah bergantung pada waktu yang diambil melalui

halaman-berlipat yang secara terpisah di dalam majalah. Selanjutnya, buku

diartikan sebagai komunikasi bagi dirinya sendiri dalam keseimbangan.48

Di samping itu, desain buku juga mempunyai sumbangan positif

yaitu untuk menunjukkan bahwa cetakan dapat dihargai dengan jenis yang

sederhana, komposisi yang baik, kertas dan margin yang baik.49 Maka dari

itu, salah satu masalah yang pertama-tama menjadi perhatian dan urusan

45 Dan Poynter, The Self-Publishing Manual, (California: Para Publishing Santa Barbara,

1986), hal. 46 Nj. Anis Boedjang dan t.P.H. Neumann, Buku penuntun bagi para pengarang –

penerbit dan korektor dalam peristiwa mempersiapkan naskah (unsur-unsur layout), (Jakarta: Perpustakaan Perguruan Kem. P.P. dan K, 1954), hlm. 10-11.

47 Marie Chatry-Komarek, Tailor-Made Textbooks, (Europe: French, 1994), hlm. 176. 48 Jon Wozencroft, The graphic language of Neville Brody, ….., (Thames and Hudson,

1995), hal 88. 49 Ruari McLean, Modern Book Design, (London: McCorquodale & Co.Ltd, 1951),.hlm.

15.

Page 16: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

34

pewajah buku dalam merencanakan sebuah buku ialah pilihan huruf yang

akan digunakan, yaitu huruf yang jelas, tidak mengganggu dan cocok

dengan sifat karangannya.

Dalam kaitannya dengan buku PAI, terdapat pula huruf atau tulisan

Arab sebagai salah satu alat untuk menyatakan kehendak, cipta, dan rasa.

Tulisan Arab itu bukan hanya susunan sejumlah huruf sebagai alat, akan

tetapi huruf itu sendiri mempunyai nilai-nilai aestetika dan mengandung

sari keindahan yang tersendiri. Tulisan Arab mempunyai bentuk-bentuk

yang penuh irama yang dituliskan sejalan dengan penyaluran rasa di ujung

jari, bukan hanya merupakan coretan yang hampa.50

Pertimbangan berikutnya ialah berkaitan dengan proporsi luasnya

halaman cetak. Walaupun luas areal cetak terutama harus mengikuti dan

disesuaikan dengan sifat karangan dan tujuan buku, namun beberapa segi

keseimbangan harus tetap dijaga. Besarnya huruf yang digunakan akan

berpengaruh pada panjangnya baris. Sedangkan panjangnya baris ini harus

mengikuti faktor-faktor psikologis yang berkaitan dengan gerak mata.

Selanjutnya, harus pula diperhatikan dan dijaga keseimbangan antara

daerah-daerah kosong dan daerah tercetak. Ada pendapat yang

mengatakan, bahwa bagian tercetak sebaiknya meliputi separuhnya luas

halaman buku.

Maka, dalam penentuan letak dari halaman cetak, dianjurkan untuk

melihat dua halaman yang berhadapan sebagai satu unit. Dua faktor

lainnya yang banyak membantu wajah dan keterbacaan dari sesuatu

halaman cetak adalah cara penspasian antara kata dan penggunaan interlini

diantara baris; keduanya penting untuk menjamin keenakan

membacanya.51

Di samping itu, untuk mencermati pemilihan huruf, biasanya

huruf-huruf serif pada umumnya dianggap lebih mudah terbaca daripada

50 C. Israr, Sedjarah Kesenian Islam, (Jakarta: PT Pembangunan, 1957), hlm. 20. 51 Hasan Pambudi, Dasar dan Teknik Penerbitan Buku,(Jakarta: Sinar Harapan, 1981),

hlm. 71.

Page 17: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

35

sans serif, maka lebih banyak digunakan untuk pengesetan teks buku.

Sedangkan huruf-huruf sans serif lebih banyak digunakan untuk

pengesetan headings, caption, dan teks tabel.

Maka dari itu, keterbacaan merupakan pertimbangan utama dalam

pemilihan jenis huruf. Pada umumnya sebuah baris tidak boleh lebih lebar

dari 1 1\2 kali jumlah abjad (atau 39 huruf), karena kemampuan mata

hanya terbatas pada kelebaran seperti itu. Sedangkan huruf yang lebih

kecil dari 8 point sudah sulit untuk dibaca. Sementara catatan kaki boleh

diset dengan huruf 6 point, tetapi untuk teks lainnya baik untuk dihindari

pengesetan dengan huruf yang sekecil itu. Buku untuk remaja biasanya

menggunakan huruf 12 points, dan buku untuk kanak-kanak boleh

menggunakan yang lebih besar.52

Hal ini diperkuat dengan karakteristik huruf kecil dan huruf besar;

yaitu huruf di bawah 8 titik dan huruf diatas 14 titik, tidak boleh

digunakan pada aliran teks. Huruf kecil bukan untuk dibaca dan huruf

besar menghasilkan banyak tempat. Huruf ideal ukurannya adalah 12 titik.

Jika dibuat teks dalam banyak spasi maka setiap spasi harus dipisahkan

satu sama lain. Hal ini dapat memudahkan kita membaca. Ukuran ideal

jarak antar huruf itu adalah 4 milimeter. Jika pada teks tidak terdapat

alenia optic lain pada halaman, disarankan untuk memisahkan setiap spasi

melalui baris spasi di tengah.

Jika pada teks hanya terdapat sedikit kalimat atau akan dibentuk

gambar; maka teks dan gambar jangan diletakkan pada kaki halaman atau

awal halaman sebagai ruang kosong.53 Untuk itu, spasi juga menentukan

ruang kosong antarbaris. Hal ini mempengaruhi gerakan mata pada saat

membaca. Menurut petunjuk umum, penyusun huruf mengambil 3 spasi

sebesar dari besar huruf. Spasi harus diperbesar pada baris panjang, pada

huruf tebal dan pada huruf besar.

52 Ibid, hlm. 75-76. 53 Gerhard Bader, Desktop Publishing; Mengatur Tata Letak Dan Cetak Sendiri,

(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 1989), hlm. 102.

Page 18: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

36

Sementara itu, jarak antarkata adalah ruang kosong antara 2 kata.

Hal ini menentukan typografi dan keterbatasan teks. Idealnya jarak

antarkata sama dengan lebar huruf I atau n.54 Di samping itu, ruang putih

pada halaman juga merupakan hal yang penting pula; marjin bebas yang

sesuai dan serasi akan memberikan ketenangan pada mata yang

membacanya. Yang tidak kurang penting adalah masalah interlini, yaitu

ruang yang terletak diantara baris yang berikutnya; di sini mata terasa

sukar sekali untuk melokasikan mata berikutnya, bila cara peng-interlinian

tidak betul; maka dari itu pengesetan baris-baris biasanya dilakukan

dengan memberikan interlini satu atau dua points.55

Adapun dalam prosedur melayout buku, strategi yang dipakai

adalah strategi basis (base - page) yaitu; bekerja pada chapter pertama

sampai mendapatkan tampilan yang memuaskan, kemudian memindahkan

teks atau grafik dari chapter, dan menyimpannya sebagai template untuk

sisa buku.56

Sekali anda membuat style sheet yang pokok dan chapter template,

maka untuk melayout chapter tambahan, anda tinggal memuatnya ke

dalam template. Kemudian memberi tag dalam style sheet, dan

menambahkan grafik.57

Sebelum layout buku dimulai, pe-layout membuat pola (grid) yang

merupakan garis-garis horizontal dan vertikal yang digunakan untuk

penempatan teks maupun ilustrasi. Setiap halaman buku harus mengikuti

pola ini sehingga tata letak setiap halaman pada buku nantinya tetap sama.

Selanjutnya, untuk menentukan lebar margin dapat dilakukan

dengan cara (metode):

54 Ibid, hlm. 105. 55 Pambudi, Op .Cit, hlm. 75-76. 56 Sebastian Wirabakti, Ventura ;Program Komputer, (Jakarta: Dinastido, 1992), hlm.

163. 57 Ibid, hlm. 164.

Page 19: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

37

a. Metode Van de graaf

Dalam format kertas yang sama akan diperoleh ukuran bidang

cetak yang sama pula bila menggunakan metode ini. Pada metode ini

lebar dan tinggi bidang cetak serta marginnya ditemukan sekaligus

setelah selesai dibuat.

b. Metode Diagonal

Pada metode ini lebar susunan atau panjang baris telah

ditentukan lebih dahulu sedang tinggi susunan atau banyaknya baris

belum ditentukan.

c. Metode Perbandingan emas (Gulden Snede, Golden Section)

Panjang baris maupun tingginya (banyaknya baris beserta

spasinya) telah ditentukan lebih dahulu. Persoalannya adalah

penempatannya pada halaman apakah tepat di tengah, menggeser ke

kanan, menggeser ke kiri atau ke atas / ke bawah. Untuk ini, digunakan

pedoman angka 35-58, artinya nilai 3 untuk margin punggung, 5 untuk

tepi, dan 8 untuk bawah / kaki. Yang dibagi-bagi dengan perbandingan

itu adalah selisih antara tinggi halaman dengan tinggi susunan dan

selisih lebar susunan dengan lebar halaman.

d. Metode Bebas

Dengan metode ini, bebas menentukan margin maupun bidang

cetaknya dengan pertimbangan seni (keindahan). Yang menjadi

pedoman adalah harus diingat bahwa margin mempunyai manfaat

membatasi teks, sebagai tempat jari tangan memegang buku, terutama

ibu jari, dan tempat menempatkan nomor halaman.58

Dengan cara ini, untuk mencapai tingkat desain layout yang baik,

suatu buku perlu menyimak beberapa aspek desain berdasarkan hukum

Romano sebagai berikut:

1) Konsisten

2) Hindari kebosanan

58 Direktorat Publikasi, Pedoman penyelenggaraan Penerbitan Pemerintah, (Jakarta:

Perum PNRI, 1994), hlm. 90-93.

Page 20: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

38

3) Setiap halaman harus punya elemen visual yang dominan

4) Halaman wajah desain

5) Ciptakan grid

6) Standarisasi margin

7) Gunakan border sebagai bingkai

8) Aturlah teks ke dalam kolom

9) Aturlah halaman dengan aturan horizontal atau vertical

10) Ciptakan tanda penempatan

11) Gunakan jenis dengan karakter

12) Berilah bendera yang kuat

13) Gunakan dominan, gambarkan headline

14) Biarkan subhead membantu perubahan

15) Gunakan caption untuk menggambarkan photography dan artwork

16) Gunakan warna untuk perangkat elemen secara terpisah

17) Gunakan tipe yang besar untuk menekankan ide yang besar

18) Gunakan tipe gaya untuk penekanan

19) Gunakan white-space sebagai elemen halaman

20) Gunakan tinta dan balikkan untuk perhatian

21) Gambarkan teks atau grafik dengan kotak

22) Fokuskan ide dengan gambar

23) Teliti teks dan layout 59

Namun demikian, setiap naskah selalu punya pengaturan layout,

baik pengaturan default maupun pengaturan yang dilakukan dengan lebih

kompleks. Untuk itu, dalam pengaturan desain layout, harus

memperhatikan dan merencanakan bentuk keseluruhan naskah yang akan

dibuat, yaitu:

59 Frank J. Romano, Desktop Typography With QuarkXpress, (California: McGraw-Hill,

1992), hlm. 170-172.

Page 21: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

39

a. Section dan Break

Section adalah bagian dari sebuah dokumen yang diatur

menggunakan option format tertentu. Sebagai contoh penerapan

section ini adalah:

1) dapat mengatur jumlah kolom yang berbeda antara paragraf lain

dalam sebuah halaman.

2) dapat memindah bagian paragraf dalam satu kolom ke kolom yang

lain.

3) dapat berpindah permulaan halaman baru ke halaman lain dalam

sebuah naskah.

4) dapat berpindah permulaan bab baru ke halaman lain.

Antara section dan break adalah dua kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan. Break atau Section break adalah tanda yang disisipkan

untuk menandai akhir sebuah section. Section break ini akan

menyimpan bagian-bagian format section, seperti margin, orientasi

halaman, header dan footer, dan urutan halaman. Jadi, fungsi break

ini adalah membatasi dokumen ke dalam beberapa section.

b. Continuous Section Break

Dengan menggunakan tipe section break tersebut dapat

mengatur format yang berbeda dalam sebuah halaman. Section break

yang membatasi bagian dokumen tersebut adalah section break

continuous, dimana break tersebut terletak pada bagian halaman yang

sama. Dengan kata lain, break ini tidak memindah pointer ke halaman

selanjutnya. Cara menyisipkan section ini adalah dengan meletakkan

pointer pada paragraph yang akan anda potong sectionnya.

c. Page Break

Page Break adalah bagian dokumen dimana sebuah halaman

berakhir dan disambung ke halaman atau kertas lain. Ada dua jenis

page break ini, yaitu Automatic Page Break dan manual Page Break.

Page 22: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

40

Outomatic Page Break akan memindah secara otomatis, saat

telah memenuhi halaman dengan teks atau gambar, sehingga baris

berikutnya akan diletakkan pada awal halaman berikutnya.60

Disamping itu, desain layout juga tidak bisa terlepas dari peran

foto dan bagaimana menempatkannya dengan benar dalam sebuah

publikasi, khususnya buku pelajaran. Foto yang baik menurut majalah

fotografi Amerika “modern Photography” adalah yang memenuhi 3 syarat,

yaitu; menarik perhatian, orisinal, dan dikerjakan dengan baik.61 Namun,

saat menampilkan sebah foto agar memberikan penampilan (performa)

yang menarik pada halaman yang direncanakan, perlu diperhatikan dalam

mengatur letak foto.62

3. Prinsip- prinsip Desain Layout Buku

Agar fungsi komunikasi desain layout buku dapat lebih efektif,

maka perlu diperhatikan sejumlah hal sebagai berikut:

a. Keseimbangan

Desain perwajahan yang berkaitan dengan sejumlah unsur yang

didesain haruslah memperlihatkan keseimbangan. Hasil desain yang

tidak seimbang mengesankan desain itu sendiri belum selesai, atau

didesain tanpa tujuan. Unsur yang didesain (teks, foto, dsb.) selalu

ditempatkan pada posisi yang pas. Jika ditempatkan menumpuk, atau

pada tempat sembarang, kesan kaku dan tidak seimbang segera

mengganggu mata.

b. Proporsi

Desain perwajahan haruslah memperlihatkan proporsi yang

pas. Desain suatu objek yang menghasilkan bentuk tidak proporsional,

60 Edi S. Mulyanta, Menyusun Karya Ilmiah Menggunakan Mikrosoft Word XP,

(Yogyakarta, ANDI, 2003), hlm. 34-35. 61 Mata Semarang Photography Club, Makalah yang disampaikan dalam pelatihan

photography di UNDIP Semarang, 2003, hlm. …. 62 Direktorat Publikasi, Pedoman penyelenggaraan Penerbitan Pemerintah, (Jakarta:

Perum PNRI, 1994), hlm. 124-125.

Page 23: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

41

selain tidak indah dipandang, akan mengecoh pembaca sehingga gagal

menangkap makna sebenarnya bentuk tersebut.

c. Urutan

Desain perwajahan yang menampilkan sejumlah objek,

haruslah memperhatikan urutan setiap objek. Urutan yang jelas

membantu memperlihatkan keterkaitan antarobjek. Ketiadaan urutan

dari sejumlah objek yang ditampilkan secara bersamaan pada suatu

halaman bisa membingungkan pembaca.

d. Kesatuan

Desain perwajahan secara keseluruhan haruslah

memperlihatkan kesatuan. Kesatuan ini harus dapat dilihat dalam satu

halaman, atau pada suatu media cetak secara keseluruhan. Jadi, suatu

media cetak adalah suatu unit. Seluruh halaman, termasuk sampul,

membangun unit tersebut.

e. Kontras

Tujuan utama menampilkan teks, foto, atau ilustrasi adalah

menyampaikan pesan. Karena itu, kontras antara ketegasan dan

kejelasan foto terhadap teks haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga

teks tidak menjadi terlalu kabur atau sebaliknya tidak terlalu

dominan.63

Sementara itu, Daniel J. Makuta and Ailliam F. Lawrence,

menetapkan prinsip desain layout sebagai berikut; seimbang, warna

dan tone, bentuk, proporsi, sequensi, dan penekanan.64

4. Unsur- unsur Desain Layout Buku

a. Tipografi

Tipografi diartikan sebagai pemilihan dan pengaturan beberapa

typeface, ukuran, dan spasi pada halaman tercetak.65 Di samping itu,

63 Ashadi Siregar & Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media Korporasi

Organisasi, (Yogjakarta: Kanisius, 2000), hlm. 121-122. 64 Daniel J. Makuta and Ailliam F. Lawrence, The Complete Desktop Publisher, (North

Carolina, Compute! Publication, 1986), hlm. 134-135.

Page 24: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

42

tipografi juga memberi halaman sebuah kepribadian tertentu (formal

dan informal, modern atau klasik, ramai atau tenang) dan feeling

keseluruhan (padat atau terbuka, ringan atau dramatis).66

Namun, seiring dengan kemajuan jaman yang semakin

kompleks seperti sekarang ini, maka manusia dituntut untuk membaca.

Sebagaimana Sebagaimana firman Allah dalam Surah al-Alaq ayat 3-5

sebagai berikut:

أرقإ كبرو مرآألا يذلا , ملع ملقلاب ملع , ناسنإلا ام مل ملعي ( قلعلا : 3 – 5) 67

Artinya: Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang

mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq: 3-5).

Oleh karena itu, proses membaca adalah sebuah bentuk

komunikasi visual yang paling populer. Selain membaca suatu pesan

(lewat tulisan), orang lebih dulu terbiasa dengan memahami bentuk

visual dari apa yang dilihatnya dan baru kemudian memahami apa

yang dilihat itu.

Kecepatan membaca itu dapat meningkat dan dapat pula

menurun karena banyak faktor. Salah satu alasannya adalah bentuk

huruf yang dibaca. Tingkat kejelasan (legibility) dan keterbacaan

(readability) adalah dua faktor yang menentukan bagaimana bentuk

huruf berpengaruh pada kecepatan membaca.68

Apabila kita telah memahami anatomi huruf secara baik,

dengan mudah kita dapat mengenal sifat dan karakteristik dari setiap

65 Ronnie Shushan & Don Wright, Desktop Publishing dalam Desain, (Jakarta: PT Elex

Media Komputindo, 1995), hlm. 14. 66 Ibid. 67 Departemen Agama Republik Indonesia, Op.Cit., hlm. 1074. 68 Adi Kusrianto, Tipografi Komputer untuk Desainer Grafis,(Yogyakarta: Andi, 2004),

hlm. 83.

Page 25: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

43

jenis huruf, diantaranya adalah Baseline, Capline, Meanline, x-Height,

Ascender.69 Di samping itu, dalam mempertimbangkan keserasian

pengetikan jenis huruf, perlu adanya Legibilitas dan readibilitas.70

Untuk itu, readibilitas pada halaman juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya adalah; typeface, ukuran type,

kepanjangan garis, leading, model halaman (termasuk “margin),

kontras type dan kertas (termasuk warna), permukaan kertas, hubungan

tipografy (heads, folio, dan lainnya), dan kecocokan isi.71

b. Warna dan Garis

Sebagai alat desain, warna72 memberi akses kerja yang paling

penting dalam ingatan manusia, dan ke dalam ingatan orang lain.73

Dengan demikian, warna dapat dipakai untuk menarik perhatian

pembaca, mengatur suasana, mempengaruhi emosi dan mencerahkan

halaman. Warna dapat menambahkan dampak, kekuatan dan

kecantikan sebuah layout. Dalam beberapa kasus, hal itu memberikan

respek dan perhatian lebih banyak dibanding dengan tinta hitam di

kertas putih.74 Seperti halnya warna hidup harus digunakan secara hati-

hati, sebab warna tumpul dapat mengontrol warna hidup.75

Di samping itu, setiap warna juga mempunyai arti yang

berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan tujuan penggunaan

warna tersebut. Penggunaan warna yang berlandaskan pada suatu

69 Danton Sihombing, Tipografi dalam desain grafis, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2001), hlm. 13. 70 Ibid, hlm. 84. 71 R. R. Bowker Company, Making; The illustrated guide to design/production/editing,

(New York, 1992), hlm. 90. 72 James Stockon, Designer’s guide to Color, (USA: Chronicle Book, 1984), hlm. 76. 73 Jerry Rhodes & Sue Thame, Colour of Your Mind, (London, Collins, 1998), hlm. 24. 74 Roger C. Parker, Tampilan Profesional dalam Pencetakan; Petunjuk Desain Untuk

Desktop Publishing, (Jakarta: Dinastindo, 1995), hlm. 134. 75 Ikuyoshi Shibukawa & Yumi Takahasi, Designer’s Guide Color 4, Chronicle Book,

(Sam Francisco, 1984), hlm. 4.

Page 26: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

44

tujuan inilah yang diartikan sebagai fungsi warna, yaitu fungsi

keindahan, isyarat, psikologis, alat pengenal, dan alamiah.76

Lain halnya dengan garis. Garis bisa difungsikan untuk

mempercantik penampilan media cetak, atau mengarahkan perhatian

pembaca kepada suatu informasi yang hendak ditonjolkan, sebagai

pembatas antar kolom, sebagai bingkai halaman maupun bingkai foto,

atau sebagai unsur pemikat mata pembaca terhadap kata atau kalimat

tertentu (misalnya garis bawah). Di samping itu, selain dapat

mempercantik, unsur ini juga membantu pembaca menangkap pesan

dari tulisan yang dimuat pada halaman itu.77

Yang lebih penting lagi bahwa garis sebagai unsur visual

berfungsi sebagai penuntun bagi para pengamat (dalam hal ini siswa),

dalam mempelajari rangkaian konsep, gagasan, makna atau isi

pelajaran yang tersirat di dalam media yang dipertunjukkan.78

c. Gambar dan Ilustrasi

Para ahli berpendapat bahwa salah satu hal yang sangat

berperan dalam daya ingat seseorang tentang suatu objek adalah

melalui pengalaman melihat, disamping pengalaman mendengar dan

merasakan, serta mengalami sendiri tentang sesuatu. Disini jelas

bahwa sesuatu yang terlihat akan sangat berkesan dan berpengaruh

terhadap seseorang. Maka wajar apabila dari waktu ke waktu manusia

selalu berusaha meningkatkan cara-cara berkomunikasi terutama

kamunikasi visual, dalam hal ini adalah penggunaan gambar dan karya

fotografi.79

76 Syarifuddin Assegaf dan Sumarkono, Fotoreproduksi Pemisahan Warna, (Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995), hlm. 9-13. 77 Wahana komputer, Dekstop Publishing dengan adobe InDesign 2.0, (Yogyakarta:

Andi, 2003), hlm. 129. 78 Nana Sudjana, Ahmad Riva’I, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,

2001), hlm. 23. 79 Darwis Triadi, Seminar & Workshop Fotografi tanggal 7-8 Desember 1990 di Grand

Hotel Preanger, hlm. 30.

Page 27: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

45

Gambar dalam buku pelajaran diartikan sebagai suatu sajian

secara visual mengenai suatu ide, objek, peristiwa, dan tempat yang

mencerminkan bagian isi ajaran tertentu dalam buku pelajaran.

Sementara, gambar ilustrasi adalah gambar yang berfungsi

untuk menjelaskan suatu gagasan atau cerita. Istilah ilustrasi berasal

dari bahasa latin Illustrate yang berarti membuat terang atau membuat

jelas. Dengan demikian, gambar ilustrasi selain berperan untuk

meningkatkan daya tarik visual atau memperindah tampilan suatu

karya desain grafis, juga berperan memperjelas dan menunjang pesan

yang disampaikan melalui huruf atau tulisan.80

5. Kesalahan Umum Desain Layout

Perancangan yang mengabaikan rincian, bertentangan dengan

prinsip tepat-sasaran, dan komunikasi yang efektif, diantaranya;

a. Kumpulan ruang kosong

b. Ketidak-sesuaian spasi kolom

c. Terjerat kumpulan ruang kosong

d. Halaman claustrophobic

e. Penonjolan judul (headline)

f. Pelompatan horizon

g. Rincian chart yang berlebihan

h. Judul dan sub-judul yang mengambang

i. Judul dan sub-judul yang terbenam

j. Box-itis dan rule-i is

k. Typeface yang irit

l. Tulisan dalam slide dan overhead

m. Ketidakteraturan membentuk blok teks

n. Teks dengan posisi terputar

o. Pemberian garis bawah

80 Dhani yudhiantoro, Teknik Profesional menggunakan Macromedia FreeHand 10,

(Yogyakarta: ANDI, 2003), hlm. Vxii

Page 28: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

46

p. Widow dan orphan

q. Spasi yang tidak seragam

r. Tabulasi dan indensi

s. Patokan baku tabulasi pada word-processor dan desktop-publishing

seringkali terlalu dalam.

t. Tanda penghubung yang terlalu berlebihan

u. Logo dan alamat yang sukar dibaca

v. Terlalu banyak karakter

w. Kurang kontras antara teks dan bagian lain

x. Memakai beberapa visual sejenis

y. Efek khusus yang tak perlu

z. Kesalahan dalam pengaturan posisi elemen.81

Untuk itulah, desain layout yang efektif bagi siswa adalah yang bisa

memadukan otak kiri dan kanan supaya buku PAI dapat mudah dibaca dan

dicerna oleh siswa SMP.

C. Psikologi Siswa SMP dalam Pembelajaran

Siswa atau peserta didik adalah salah-satu komponen manusiawi yang

menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Untuk itu, dalam

proses belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita,

memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa atau

anak didik itu akan menjadi faktor ‘penentu’, sehingga menuntut dan dapat

mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan

belajarnya.

Jadi, dalam proses belajar-mengajar, yang diperhatikan pertama kali

adalah siswa/peserta didik (anak berkonotasi dengan tujuan), bagaimana

keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-

komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat

81 Roger C Parker, Tampilan Profesional dalam Percetakan, Petunjuk Desain untuk

Dekstop Publishing, (Jakarta: Dinastindo, 1995), hal 115-120.

Page 29: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

47

untuk bertindak, alat dan fasilitas apa yang cocok dan mendukung, semua itu

harus disesuaikan.82

Memang, pada masa ini bisa disebut sebagai masa-penghubung atau

masa-peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode

tersebut terjadi perubahan-perubahan besar dan esensiil mengenai kematangan

fungsi-fungsi rokhaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksuil. Yang sangat

menonjol pada perode ini ialah: kesadaran mendalam mengenai diri sendiri,

dengan mana orang muda mulai meyakini kemauan, potensi dan cita-cita

sendiri. Dengan kesadaran tersebut ia berusaha menemukan jalan hidupnya;

dan mulai mencari nilai-nilai tertentu seperti kebaikan, keluhuran,

kebijaksanaan, keindahan dan sebagainya.83

Itulah sebab, menurut Piaget, sebagian besar peserta didik sudah

mampu memahami konsep-konsep abstrak dalam batas-batas tertentu.

Menurut Bruner, peserta didik dalam tahapan ini akan lebih senang belajar

dengan menggunakan bentuk-bentuk simbol dengan cara yang makin abstrak.

Untuk itu, guru dapat membantu peserta didik untuk melakukan hal ini dengan

selalu menggunakan ketrampilan proses dalam pembelajaran dan dengan

memberi penekanan pada penguasaan konsep.84

Di samping itu, kemampuannya juga terus berkembang, baik secara

kualitatif maupun secara kuantitatif. Perolehan tersebut dikatakan kuantitatif

dalam pengertian bahwa peserta didik mampu menyelesaikan tugas-tugas

intelektual dengan lebih mudah, lebih cepat dan efisien dibanding ketika

masih kanak-kanak. Perolehan tersebut dikatakan kualitatif dalam arti bahwa

perubahan yang bermakna juga terjadi dalam proses mental dasar yang

digunakan untuk mendefinisikan dan menalar permasalahan.85

82 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 1996), hlm.109. 83 Kartini Kartono, Psikologi Anak, (Bandung: Alumni, 1979), hlm. 149. 84 Endang Poerwanti & Nur Widodo, Perkembangan Peserta didik, (Malang: UMM

Press, 2002), hlm. 124. 85 Paul Henry Mussen, John Janeway Conger, Jerome Kagan, Aletha Carol Huston,

Perkembangan dan Kepribadian Anak, (Jakarta: ARCAN, 1994), hlm. 493.

Page 30: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

48

Dengan melihat kurikulum 2004 yang mengandung beberapa prinsip

terkait dengan siswa dalam proses belajar mengajar, diantaranya adalah: (a)

berfokus pada siswa (student centered), dalam pengertian orientasi

pembelajaran terfokus kepada siswa. Siswa menjadi subyek pembelajaran dan

perbedaan dalam kecepatan belajar siswa mendapatkan perhatian, (b)

pembelajaran individu (mastery learning), artinya para siswa memiliki

peluang untuk melakukan pembelajaran secara individual, dan (c) peran guru

tidak hanya sebagai instruktur tetapi juga sebagai fasilitator, pemberi arah,

konsultan, dan sekaligus teman siswa.86

Di samping itu, sebagai pelaksanaan dari undang-undang tentang

ketentuan pokok sistem pendidikan, juga disebutkan bahwa peserta didik yang

mengikuti pendidikan agama di sekolah umum adalah semua warga Negara

yang memilih dan mengikuti pendidikan di sekolah umum dan peserta didik

yang mengikuti program pendidikan luar sekolah.87

Maka hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan agama yang bertujuan

untuk meningkatkan penghayatan dan pengalaman agama demi terwujudnya

ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan,

berakhlaq mulia, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat

kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia

pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama

bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dalam rangka pengabdiannya

terhadap Tuhan Yang Maha Esa.88

Untuk itulah peserta didik dalam proses belajar mengajar yang

memiliki keunikan satu sama lain sehingga dalam proses belajar mengajar pun

terdapat keunikan. Ada anak yang cepat tanggap, mudah mengerti, ada pula

86 Bagian Data dan Informasi Pendidikan Setditjen Kelembagaan Agama Islam

Departemen Agama Republik Indonesia, Analisa Berita Pendidikan, (Jakarta: DEPAG), hlm. 101. 87 Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Agama Badan Peneltian dan

Pengembangan Proyek Penelitian Keagamaan 1984/1985, PembahasanNaskah akademik dan Rancangan Undang-undang Pendidikan Keagamaan sebagai pelaksanaan dari undang-undang tentang ketentuan pokok system pendidikan nasional, Jakarta, 1985.

88 Ibid, hlm. 9.

Page 31: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

49

yang sebaliknya. Hal ini sesuai pola dengan karakteristik yang dimiliki

masing-masing anak.89

Di samping itu, hakekat peserta didik dalam proses pembelajaran

didasarkan kepada empat hal yakni; (a) peserta didik bertanggung jawab atas

pendidikannya sendiri sesuai dengan wawasan pendidikan seumur hidup, (b)

peserta didik memiliki potensial, baik fisik maupun psikologis yang berbeda-

beda sehingga masing-masing peserta didik merupakan insan yang unik, (c)

peserta didik memerlukan pembinaan individual serta perlakuan yang

manusiawi, (d) peserta didik pada dasarnya merupakan insan yang aktif

menghadapi lingkungannya.90

Maka dari itu, ketika meletakkan peserta didik bukan pada sektor

utama (subjek) harus diubah dan pada masa depan peserta didik harus

dikedepankan sebagai subjek utama pendidikan, mesti diciptakan suasana

yang membuat peserta didik senang untuk bersekolah, mengemukakan ide-ide.

Bagaimanapun juga, masa ini merupakan masa yang banyak menarik

perhatian, karena sifat-sifat khasnya dengan menemukan diri, meneliti sikap

hidup yang lama dan mencoba-coba yang baru menjadi pribadi yang dewasa.91

Di samping itu, pada tahap ini peserta didik mulai mengembangkan

kemampuan memecahkan masalah yang dapat diselesaikan melalui operasi

logis. Hal ini ditandai dengan kemampuan kemampuan peserta didik yang

lebih baik dalam mengorganisasikan data, membuat alasan-alasan ilmiah, serta

merumuskan hipotesis. Peserta didik juga mampu berpikir dalam jangkauan

yang lebih daripada kenyataan konkret. Kalau pada tahap perkembangan

sebelumnya peserta didik hanya mampu melihat hubungan antara bilangan

dengan benda-benda konkret, pada tahap perkembangan berikutnya peserta

89 Moh. Uzer Usman & Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi kegiatan Belajar Mengajar,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya 1993). 90 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algensindo; 1989), hlm. 24. ` 91 H. Ahmad Fauzi, Psikologi Umum; untuk IAIN, STAIN, PTAIS Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, (Bandung, CV. Pustaka Setia, 1997), hlm. 89.

Page 32: BAB II BUKU PAI, DESAIN LAYOUT BUKU, DAN SISWAlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · termasuk sampul.2 Sementara, jika ... membaca buku adalah keharusan

50

didik mampu berpikir tentang hubungan dengan khayalan abstrak dan

membuat pernyataan verbal serta dalil-dalil.92

Maka dari itu dibutuhkan sebuah buku pelajaran yang baik, selain

penyajian materinya baik, juga harus ditunjang oleh mutu fisik buku yang

baik. Dengan mutu fisik yang baik, maka seluruh materi yang diperlukan

peserta didik dapat lebih mudah diserap dan dipahami. Hal tersebut baru dapat

dicapai apabila memperhatkan segala aspek termasuk diantaranya aspek fisik

dan visual buku yang menunjang penyampaian informasi atau materi

pelajaran.93

92 Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Standar Penilaian Buku

Pelajaran; Biang Studi Matematika, Bahasa & Sastra Indonesia dan Aspek Grafika, (Jakarta: Pusat Pebukuan Depatemen Pendidikan Nasional, 2005), hlm. 18.

93 Ibid, hlm. 26.