BAB I (ikd)

download BAB I (ikd)

of 27

description

any

Transcript of BAB I (ikd)

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Halusinasi adalah salah satu gangguan kejiwaan yang cukup serius. Apabila tidak di atasi secara bijak, maka akan dapat mengakibatkan penderita mengalami distorsi kejiwaan, halusinasi adalah merupakan gangguan persepsi penerimaan oleh panca indra, akan tetapi tidak ada rangsangan apapun dari luar.Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang sempurna.Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu.Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya.Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus esksternal,juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan oleh stimulus yang diterima.Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realita dapat terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptorsensoris terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada prosessensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.

Menurut Barbara (1997)Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa rangsang ensternal yang nyata. Sedangkan menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukanpada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yangberhubungan dengan penggunaan alcohol dan substansi lingkungan. Di Indonesia, banyak sekali menemukan kasus kasus halusinasi. Dan yang lebih menyedihkan, keluarga penderita, menganggap suatu karunia atau the sixth sense. Padahal sesungguhnya penderita berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Maka dari itu diperlukan juga pengetahuan untuk mengenal bagaimana konsep dasar halusinasi untuk dapat menentukan tindakan ataupun pemberian Asuhan Keperawatan terhadap pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi. 1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian dari halusinasi ?1.2.2 Apa etiologi dari halusinasi ?1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari halusinasi ?1.2.4 Apa manifestasi klinis dari halusinasi ?

1.2.5 Bagaimana penatalaksanaan dari pasien dengan halusinasi ?

1.2.6 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi ?

1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari halusinasi1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari halusinasi

1.3.3 Untuk mengetahui patofisiologi dari halusinasi

1.3.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari halusinasi

1.3.5 Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien dengan halusinasi1.3.6 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan

Halusinasi.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Aspek teoritis, makalah ini diharapkan dapat dijadikan konsep Pemahaman tentang gangguan persepsi halusinasi.

1.4.2 Aspek Praktis, makalah ini diharapkan dapat dijadikan salah satu

tuntunan bagi tenaga medis khususnya perawat dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan persepsi

halusinasi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HalusinasiHalusinasi Merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indra yang salah). Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjaditanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua systempenginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan ataupengecapan), sedangkan menurut Wilson (1983), halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dariluar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan. Halusinasi adalah penerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik. ( Maramis, 2004). Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap sesuatu hal tanpa stimulus dari luar. Haluasinasi merupakan pengalaman terhadap mendengar suara Tuhan, suara setan dan suara manusia yang berbicara terhadap dirinya, sering terjadi pada pasien skizoprenia. (Stuart and Sundeen, 1995)Halusinasi terbagi menjadi 5 diantaranya :

1. Halusinasi Pendengaran (akustik, auditorik), hal ini seringkali ditunjukkan dengan sikap pasien itu mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan, atau mengancam padahal tidak ada suara di sekitarnya.

2. Halusinasi Penglihatan (visual), ditunjukkan dengan perilaku pasien itu melihat pemandangan orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada.

3. Halusinasi Pembauan / hirup (olfaktori). Halusinasi jenis ini jarang didapatkan. Terlihat dari sikap pasien yang mengalami halusinasi ini mengatakan mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau kemenyan, bau mayat, yang tidak ada sumbernya.

4. Halusinasi Pengecapan (gustatorik). Halusinasi ini biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi bau / hirup. Pasien itu merasa (mengecap) suatu rasa di mulutnya.5. Halusinasi singgungan (taktil, kinaestatik). Halusinasi jenis ini seseorang yang bersangkutan merasa ada orang lain yang meraba atau memukul. Bila raban ini merupakan rangsangan seksual halusinasi ini disebut halusinasi heptik.2.2 Etiologi

Menurut Townsend ( 1998), etiologi pada klien dengan halusinasi adalah:1. Panik2. Menarik diri3. Stres berat yang mengancam ego yang lemahMenurut Yosep (2009) :1.Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi penyebab halusinasi adalah :

a.Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.

b.Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.

c.Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.

d.Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.e.Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :

a.Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

b.Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c.Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

2.2.1 Faktor Pendukung.

a. Faktor Psikologis.Orang tua yang salah mendidik anak, konflik perkawinan, koping menghadapi stress tidak konstruktif.

b. Faktor Sosial Budaya.Ketidak harmonisan social budaya, hidup terisolasi, stress yang menumpuk.

2.2.2Faktor pencetus:a.BiologisAbnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologi yang maladptif seperti Lesi pada area kontrol, temporal dan limbik paling berhubugan dengan prilaku psikotik. Selain itu juga adanya Masalah masalah pada reseptor dopamin.Para ahli biokimia mengemukakan bahwa halusinasi merupakan hasil dari respon metabolik terhadap stres yang menyebabkan lepasnya neurokimia halusinogenik ( Stuart dan Sundeen, 1991 ).2.3 Patofisiologi

1. Tahap I.Memberi rasa nyaman, tingkat ansietas sedang, secara murni Halusinasi merupakan suatu kesenangan.a. Karakteristik.Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah, ketakutan, mencoba berfokos pada fikiran yang dapat menghilangkan ansietas, dan pikiran pengalaman sensori masih ada dalam control kesadaran (non psikotik).b. Perilaku Klien.Tersenyum, tertawa sendiri, mengerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi.2. Tahap II.Menyalahkan, tingkat kecemasan berat, secara umum halusinasi.a. Karakteristik.Pengalaman sensori menakutkan, merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut, mulai merasa kehilangan control dan menarik diri dari orang lain ( non psikotik ).b. Prilaku Klien.Terjadi denyut jantung, pernafasan dan tekana darah, perhatian pada lingkungan berkurang, konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas.3. Tahap III.Mengontrol tingkat kecemasan berat dan pengalaman tidak dapat ditolak.a. Karakteristik.Klien menyerah dan menerima pengalama sensorinya ( halusinasi ), isi halusinasinya menjadi aktaktif dan kesepian bila pengalaman sensori berakhir ( psikotik ).b. Perilaku Klien.Perintah halusinasi ditaati, sulit berhubungan dengan orang lain. Perharian terhadap lingkungan berkurang, hanya beberapa detik dan tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan berkeringat.4. Tahap IV.Klien sudah dikuasai oleh halusinasi, klien panik.a. Karakteriastik.Pengalaman sensori menjadi pengancam dan halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam / hari.b. Perilaku Klien.Perilaku panic, resiko tinggi mencederai, agitasi atau katatonik, tidak mampu berespon terhadap lingkungan. Rentang Respon Neorobiologis

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dibawah ini merupakan rentang Respon Neurobiologis dari respon adaptif sampai dengan respon Maladaptif.

Respon adaptif

Respon Maladaptif

Pikiran logis

pikiran kadang kelainan pikiran/delusi

Menyimpang

Persepsi akuratIlusi

Halusinasi

Emosi konsisten Reaksi emosional Ketidakmampuan untuk

dengan pengalamanberlebihan atau mengalami emosi

kurang

Perilku sesuai

Perilaku ganjil atauketidak teraturan

Tak lazim

Hubungan sosialMenarik diri

Isolasi sosial

Berdasarkan Gambar 1.1 diatas menurut Stuart dan sundeen (1998)

a.Respon Adaptif

1)Pikiran logis

Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.

2)Persepsi akurat

dari seseorang tentang sesuatu peristiwa secara cermat3) Emosi konsisten dengan pengalaman

Kemantapan perasaan jiwa dengan peristiwa yang pernah dialami.4) Perilaku sesuai

Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan normal

5) Hubungan sosial

Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan ditengah-tengah masyarakat.

b.Respon Transisi

1) Pikiran kadang menyimpang Kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil kesimpulan.

2) Ilusi

Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.

3) Reaksi emosional berlebihan atau kurang

Emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.

4) Perilaku ganjil atau tidak lazim.

Perilaku aneh yang tidak enak ,membingungkan,kesukaran mengelola dan tidak kenal orang lain.

5) Menarik diri

Perilaku menghindar dari orang lain.

c.Respon Mal Aaptif

1) Delusi

Keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentengan dengan realita sosial.

2) Halusinasi

Persepsi yang salah tanpa adanya rangsangan3) Ketidak mampuan menalami emosi

Ketidak mampuan atau menurunnya kemanpuan untuk mengalami kesenangan,kebahagiaan,keakraban,dan kedekatan.

4) Ketidak teraturan

Ketidak selarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.

5) Isolasi Sosial

Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.

2.4 Manifestasi Klinis1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.2. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, mencium dan merasa sesuatu tidak nyata.3. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.4. Tidak dapat membedaka hal nyata dan tidak nyata.5. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.6. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.7. Sikap curiga.8. Menarik diri, menghindar dari orang lain.9. Sulit membuat keputusan, ketakutan.10. Tidak mampu melakukan asuhan mandiri.11. Mudah tersinggung dan menyalahkan diri sendiri dan orang lain.12. Muka merah dan kadang pucat.13. Ekspresi wajah tenang.14. Tekanan Darah meningkat, Nadi cepat dan banyak keringat.2.5 Penatalaksanaan

1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik.Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, berbicara dengan pasien. Begitu juga bila akanmeninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.2. Melaksanakan program terapi dokter.Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada.Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.4. Memberi aktivitas pada pasien.Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan.

Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari percakapan dengan pasien diketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugas lain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.Untuk Farmakotherapi ( anti psikotik ) harus ditinjang oleh psikoterapi seperti Klorpromazin 150 600 mg / hari, Haloperidol 5 15 mg / hari, Porpenozin 12 24 mg / hari dan Triflufirazin 10 15 mg / hari. Obat dimulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran, dinaikkan dosis tiap 2 minggu dan bisa pula dinaikkan sampai mencapai dosis ( stabilisasi ) , kemudian diturunkan setiap 2 minggu sampai mencapai dosis pemeliharaan. Dipertahankan 6 bulan 2 tahun ( diselingi masa bebas obat 1 2 hari / minggu ). Kemudian tapering off, dosis diturunkan tiap 2 4 minggu dan dihentikan. Satu macam pendekatan terapi tidak cukup, tujuan utama perawatan dirumah sakit adalah ikatan efektif antara pasien dan system pendukung masyarakat.

2.6 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Persepsi Halusinasi

2.6.1 Pengkajian

1) Pengkajian PrimerIsi pengkajian primer meliputi :a. Identitas klien

Nama, umur, tanggal masuk, tanggal pengkajian, informan, No. RMb. Keluhan utama/alasan masuk

Apa penyebab klien masuk RS, apa yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah klien dan bagaimana hasilnya.c. Faktor predisposisi1. Apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu.2. Pengobatan yang pernah dilakukan, riwayat penganiayaan fisik, seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal, baik itu dilakukan, dialami, disaksikan oleh klien, apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pengalaman yang tidak menyenangkan.d. Aspek fisik / biologis

Ukur tanda vital, TB, BB. Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan.e. Aspek psikososial

1. GenogramPembuatan genogram minimal 3 generasi yang menggambarkan hubungan klien dengan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan individu dan keluarga. 2. Konsep diri

a. Citra tubuh

Tanyakan dan observasi tentang persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.

b. Identitas diri

Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan terhadap status dan sebagai laki-laki atau perempuan.

c. Peran

Tanyakan tugas yang diemban dalam keluarga, kelompok, masyarakat dan kemampuan klien melaksanakannya.

d. Ideal diri

Tanyakan harapan terhadap tubuh klien, posisi, status, tugas/peran.

e. Harga diri

Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi nomor 2 (a), (b), (c) dan penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupan klien.

3. Hubungan sosial

Tanyakan siapa orang terdekat dalam kehidupan klien, kegiatan di masyarakat.

4. Spiritual

Tanyakan nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah klien.

5. Status mental

a. Penampilan: penggunaan dan ketepatan cara berpakaian.

b Pembicaraan: cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat, inkoheren, atau tidak dapat memulai pembicaraan.

c. Aktivitas motorik: nampak adanya kegelisahan, kelesuan, ketegangan, gelisah, agitasi, tremor, TIK, grimasum, kompulsif

d. Alam perasaan:sedih, putus asa, gembira, ketakutan, khawatir.

e. Afek: datar, tumpul, labil, tidak sesuai.

f. Interaksi selama wawancara: bermusuhan, kooperatif / tidak, mudah tersinggung, curiga,kontak mata kurang, defensif.

g. Persepsi : Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengar, kadang suara yang didengar bisa menyenangkan tetapi kebanyakan tidak menyenangkan, menghina bisa juga perintah untuk melakukan sesuatu yang berbahaya baik diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Biasanya terjadi pada pagi, siang, sore, malam hari atau pada saat klien sedang sendiri.

h.Proses pikir: sirkumstansial, tangensial, kehilangan asosiasi, flight of ideas, bloking, perseverasi.

i. Isi pikir: obsesi, phobia, hipokondria, depersonalisasi, waham, pikiran magis, ide yang terkait.

j. Tingkat kesadaran: orientasi orang, waktu, tempat jelas, bingung, sedasi, stupor.

k. Memori: apakah klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, jangka pendek, saat ini, ataupun konfabulasi.

l. Kemampuan penilaian; berikan pilihan tindakan yang sederhana. apakah klien membuat keputusan atau harus dibantu.

m. Daya tilik diri: apakah klien menerima atau mengingkari penyakitnya, menyalahkan orang lain atas penyakitnya.

n. Kebutuhan persiapan pulang

6. Mekanisme koping

Tanyakan tentang koping klien dalam mengatasi masalah baik yang adaptif maupun yang maladaptif.

7. Masalah psikososial dan lingkungan

Apakah ada masalah dengan dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, dan pelayanan kesehatan.

8. Pengetahuan

Mengkaji kurang pengetahuan klien tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping, sistem pendukung, penyakit fisik, obat-obatan.

9. Aspek medik

Tuliskan diagnosa medik klien, tulis obat-obatan klien.

2) Pengkajian Sekundera) Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)1. Tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah)2. Berat badan3. Tinggi badan4. Keluhan fisik yang dirasakan pasienb) Pemeriksaan Penunjang1. Hospitalisasi perawatan rumah sakit2. Pemberian obat-obatan seperti halkoperidol, cpz, diazepam, amitriptylin, dan lain-lain 3. Terapi ECT, merupakan kejang listrik dan pengobatan fisik dengan mengunakan arus listrik antara 70-150 volt4. Psikotrapi (menurut Dadang Hawari,2001)a. Psikoanalisa psikoterapiTujuan psikoterapi

- Menurukan rasa takut klien

- Mengembalikan proses pikiran yang luhur

b. Psikoterapi Re-edukatif memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu dan juga mengubah pola pendidikan yang lama dengan yang baru sehingga penderita lebih adaftif dengan dunia luar.

c. Psikoterapi rekonstruktif memperbaiki kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian yang utuh seperti semula sebelum sakit.

d. Psikoterapi Kognetif : memulihkan kembali fungsi kognitif ( daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai moral etika, mana yang baik dan yang buruk, yang boleh dan tidak.

e. Psikoterapi Psiko-dinamik : menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan keluarnya.

f. Psikoterapi Perilaku : memulihkan ganguan perilaku yang terganggu (maladaptife) menjadi perilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan diri).

g. Psikoterapi keluarga ; memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya.

h. Terapi psikososial : dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.

i. Terapi Psikoreligius : dimaksudkan agar keyakinan atau keimanan penderita dapat di pulihkan kembali.

3) Riwayat Penyakit SekarangRiwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk RS (apa yang terjadi)4) Riwayat Penyakit DahuluApakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu,pengobatan yang pernah dilakukan, riwayat penganiayaan fisik, seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal, baik itu dilakukan, dialami, disaksikan oleh klien, , pengalaman yang tidak menyenangkan yang pernah dialami.5) Riwayat Penyakit KeluargaAdakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetik maupun tidak, apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.2.6.2 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi prilaku kekerasan b.d Halusinasi.

2. Perubahan persepsi sensori ; Halosinasi b.d menarik diri.

3. Isolasi social ; menarik diri b.d HDR.

4. Defisit perawatan diri ; mandi atau berpakaian b.d intoleransi aktivitas.

2.6.3 Intervensi Keperawatan

1. Resiko tinggi prilaku kekerasan b.d Halusinasi.

Tujuan Umum : Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan oranglain.

Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

b. Klien dapat mengenal halusinasinya

c. Klien dapat mengontrol halusinasinya

a. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya

d. Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya

Kriteria Evaluasi :

Klien dapat :

a. Mengungkapkan perasaannya dalam keadaan saat ini secara verbal

a. Menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi, cara memutuskan halusinasi dan melaksanakan cara yang efektif bagi klienuntuk digunakan

b. Menggunakan keluarga untuk mengontrol halusinasi dengan cara seringberinteraksi dengan keluarga

b. Menggunakan obat dengan benarIntervensi :1. Bina Hubungan saling percaya

Salam terapeutik

Perkenalkan diri

Jelaskan tujuan interaksi

Ciptakan lingkungan yang tenang

Buat kontrak yang jelas2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya

3. Dengarkan ungkapan klien dengan empati

4. Adakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap (waktudisesuaikan dengan kondisi klien)

5. Observasi tingkah laku : verbal dan non verbal yang berhubungandengan halusinasi

6.Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi dengan menggambarkantingkah laku halusinasi

7. Identifikasi bersama klien situasi yang menimbulkan dan tidakmenimbulkan halusinasi, isi, waktu, frekuensi

8.Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya saatalami halusinasi.9.Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila sedangmengalami halusinasi.10.Diskusikan cara-cara memutuskan halusinasi11.Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan caramemutuskan halusinasi yang sesuaidengan klien12.Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok2. Perubahan persepsi sensori ; Halusinasi b.d menarik diri.

Tujuan Umum :

Klien mampu mengontrol halusinasinya

Tujuan Khusus :

1. Klien mampu membina hubungan saling percaya

2. Klien mampu mengenal prilaku menarik dirinya, misalnya menyebutkan perilaku menarik diri

3. Klien mampu mengadakan hubungan/sosialisasi dengan orang lain perawat atau klien lain secara bertahap

4. Klien dapat menggunakan keluarga dalam mengembangkankemampuan berhubungan dengan orang lain

Kriteria Evaluasi :

1. Klien dapat dan mau berjabat tangan. Dengan perawat mau menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat dan mau dudukbersama

2. Klien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri

3. Klien mau berhubungan dengan orang lain

4. Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secarabertahap dengan keluarga

Intervensi :

1. Bina hubungan saling percaya

Buat kontrak dengan klien

Lakukan perkenalan

Panggil nama kesukaan

Ajak klien bercakap-cakap dengan ramah

2. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya serta beri kesempatan pada klien mengungkapkanperasaan penyebab klien tidak mau bergaul/menarik diri

3. Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta yang mungkin jadi penyebab.

3. Isolasi social ; menarik diri b.d HDR.

Tujuan Umum :

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secarabertahap

Tujuan Khusus :

Klien dapat :

1. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

2. Menilai kemampuan diri yang dapat dipergunakan

3. Klien mampu mengevaluasi diri

4. Klien mampu membuat perencanaan yang realistik untuk dirinya

5. Klien mampu bertanggung jawab dalam tindakan

Kriteria Evaluasi :

1. Klien dapat menyebut minimal 2 aspek positip dari segi fisik

2. Klien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan

3. Klien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan

4. Klien mampu memulai mengevaluasi diri

5. Klien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengankemampuan yang ada pada dirinya

6. Klien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuaidengan rencanan

Intervensi :

1. Dorong klien untuk menyebutkan aspek positip yang ada padadirinya dari segi fisik

2. Diskusikan dengan klien tentang harapan-harapannya

3. Diskusikan dengan klien keterampilannya yang menonjol selama dirumah dan di rumah sakit

4. Berikan pujian.

4.Defisit perawatan diri ; mandi atau berpakaian b.d intoleransi aktivitas.Tujuan Umum :

Klien mampu melaksanakan perawatan diri dengan baiksehingga penampilan diri adekuat

Tujuan Khusus :

Klien mampu :

1. Menjelaskan arti, tujuan, tanda-tanda kebersihan diri

2. Mengidentifikasi kebersihan dirinya

3. Menjelasakan cara-cara membersihkan dirinya

4. Melakukan perawatan diri dengan bantuan perawat

5. Melakukan perawatan diri secara mandiri

6. Memberdayakan sistem pendukung untuk meningkatkan perawatan diri

Kriteria Evaluasi :

Klien mampu :

1. Menyebutkan arti kebersihan diri

2. Menyebutkan tujuan kebersihan diri (untuk memelihara kesehatantubuh dan badan terasa segar/nyaman)

3. Menyebutkan tanda-tanda kebersihan diri : kulit tidak ada daki dantidak berbau, rambut tidak ada ketombe, kutu, tidak ada bau dantersisir rapi, kuku pendek dan bersih, mulut/gigi tidak bau, genitaliatidak gatal dan mata tidak ada kotoran

4. Menilai keadaan kebersihan dirinya

5. Menyebutkan cara-cara membersihkan diri dari rambut sampai kaki

6. Mendemonstrasikan cara membersihkan diri secara benar denganbantuan perawat

7. Melakukan perawatan diri secara mandiri dengan benar dan tersusunjadwal kegiatan untuk kebersihan diri

8. Keluarga mampu menyebutkan cara meningkatkan kebersihan diri kliendan keluarga dapat membantu/terlibat aktif dalam memeliharakebersihan diri

Intervensi :

1. Dorong klien untuk menyebutkan arti, tujuan dan tanda-tandakebersihan diri

2. Diskusikan tentang arti, tujuan, tanda-tanda kebersihan diri

3. Dengarkan keluahan klien dengan penuh perhatian dan empati

4. Berikan pujian apabila klien menyebutkan secara benar.2.6.4 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek daritindakan keperawatan pada klien, evaluasi dilaksanakan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada evaluasi klien diharapkan mampu :a. Menjelaskan waktu dan tempat terjadinya halusinasi.b. Menyebutkan saat terjadinya halusinasi.c. Membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.d. Memilih cara untuk mengatasi halusinasi.e. Berinteraksi dengan orang lain tanpa rasa curiga.f. Berespon sesuai dengan stimulasi dari luar dirinya.g. Tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.h. Mengontrol halusinasi.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Simpulan Halusinasi Merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indra yang salah). Menurut Townsend ( 1998), etiologi pada klien dengan halusinasi adalah:1.Panik2. Menarik diri3.Stres berat yang mengancam ego yang lemahAbnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologi yang maladptif seperti Lesi pada area kontrol, temporal dan limbik paling berhubugan dengan prilaku psikotik. Selain itu juga adanya Masalah masalah pada reseptor dopamin.Para ahli biokimia mengemukakan bahwa halusinasi merupakan hasil dari respon metabolik terhadap stres yang menyebabkan lepasnya neurokimia halusinogenik.

Manifestasi klinis dari gangguan persepsi halusinasi diantaranya Bicara, senyum dan tertawa sendiri,Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, mencium dan merasa sesuatu tidak nyata,merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan, tidak dapat membedaka hal nyata dan tidak nyata,tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi, pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal, Sikap curiga. menarik diri, menghindar dari orang lain, sulit membuat keputusan, ketakutan, tidak mampu melakukan asuhan mandiri, mudah tersinggung dan menyalahkan diri sendiri dan orang lain, muka merah dan kadang pucat, ekspresi wajah tenang, tekanan darah meningkat, nadi cepat dan banyak keringat.

3.2 Saran3.2.1 Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat mengikutilangkah-langkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara sistematisdan tertulis agar tindakan berhasil dengan optimal3.2.2 Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukanpendekatan secara bertahap dan terus menerus untuk membina hubungansaling percaya antara perawat klien sehingga tercipta suasana terapeutikdalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan3.2.3 Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien dirumah sakit,sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapat membantu perawat bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan bagi klien.

DAFTAR PUSTAKA

16