Asuhan Keperawatan Lansia Pada Ny

63
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA NY ” R” DENGAN HIPERTENSI DI PANTI TRESNA WERDHA TERATAI PALEMBANG MAKALAH Disusun Untuk Menyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan Gerontik Di Panti Sosial Trena Werdha Palembang Oleh Kelompok IV 1. Ari Putra 6. Peni kuswita 2. Edo Anugrah Hutama 7. Risky Kasharita Goce 3. Etty Rizky Elvania 8. Ria Verani 4. Indah Puji Astuti 9. Shirly Rizky Fitria 5. Karisma Rizky 10. Kartika elva Wahyuni PSIK VII Reg A.1 Dosen Pembimbing Dian Emilia S.kep Ners

description

lansia

Transcript of Asuhan Keperawatan Lansia Pada Ny

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA NY R DENGAN HIPERTENSI DI PANTI TRESNA WERDHA TERATAI PALEMBANGMAKALAHDisusun Untuk Menyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan GerontikDi Panti Sosial Trena Werdha PalembangOlehKelompok IV1. Ari Putra 6. Peni kuswita2. Edo Anugrah Hutama 7. Risky Kasharita Goce3. Etty Rizky Elvania 8. Ria Verani4. Indah Puji Astuti 9. Shirly Rizky Fitria5. Karisma Rizky 10. Kartika elva Wahyuni PSIK VII Reg A.1Dosen PembimbingDian Emilia S.kep NersPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADADI PALEMBANG2012KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya dengan segala kemampuan dan kesungguhan yang ada serta berkat bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan di Panti tresna Werdha yang berjudul Asuhan Keperawatan Hipertensi pada Ny M. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan

Dalam penulisan laporan ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Oleh karna itu penulis menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

Penulis menyelesaikan makalah ini melibatkan banyak pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. H Chairil Zaman Msc selaku Direktur STIK Bina Husada Palembang

2. Abubakar Siddiq Skp M.kes Selaku kepala Program Studi Ilmu Keperawatan STIK bina husada palembang.

3. ibu Edayati selaku kepala panti sosial tresna werdha teratai palembang

4. Dede panca Yusman selaku Pembimbing Klinik yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan sehingga makalah ini dapat di selesaikan.

5. Ns Dian Emilia S.kep selaku Dosen pembimbing Akademik Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

6. Seluruh staf yang ada di Panti Tresna werdha

7. Seluruh dosen pengajar dan staf STIK Bina Husada Palembang

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga makalah seminar praktek klinik dapat kami selesaikan.

Terima kasih semuanya atas dorongan, bantuan, bimbingan dan arahanya.Penulis menyadari sepenuhnya segala kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik isi maupun cara penulisannya. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya di bidang keperawatan, Amin ya Rabbal Alamin.

Palembang, Agustus 2012

Penulis

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer, karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi, 50% penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala yang jelas, apalagi bila masih dalam taraf awal. Penyakit ini banyak ditemui seiring perkembangan zaman dan perubahan pola dan gaya hidup. Perubahan beberapa jenis gaya hidup menjadi modern ternyata membawa dampak yang besar bagi sektor kesehatan masyarakat.

Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik, sama atau lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi menyebabkan kerusakan pelbagai organ tubuh seperti otak, jantung, ginjal, aorta, pembuluh darah perifer, dan retina. Selain itu, juga menyebabkan peningkatan morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) pada gangguan kardiovaskuler dan stroke.Di Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya hipertensi terjadi pada satu dari empat orang dewasa di antara umur 18 tahun dan satu dari dua orang di atas 50 tahun.

Satu-satunya jalan untuk mengetahui bahwa seseorang menderita hipertensi atau tidak, adalah dengan melakukan kontrol teratur terutama bagi yang berusia di atas 40 tahun. "Bila angka diastolik di atas 85, seharusnya sudah mulai hati-hati," Untuk mereka yang mempunyai bawaan atau keturunan, pengontrolan hendaknya sudah dimulai sejak usia 20 - 30-an. Kontrol tekanan darah 24 jam sangat penting pada pasien hipertensi Hipertensi dapat dicegah dengan memodifikasi gaya hidup seseorang,Salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian akibat hipertensi disebabkan oleh perilaku masyarakat itu sendiri. Diperkirakan bahwa 40% sampai 50% klien dengan hipertensi menghentikan program pengobatan dalam tahun pertama. Mengidentifikasi adanya hambatan terhadap kepatuhan memungkinkan perawat untuk merencanakan intervensi untuk menghilangkan masalah ini dan memperbaiki kepatuhan (Miller,1992). Ketidakpatuhan terhadap program terapi merupakan perilaku yang menjadi masalah besar pada penderita hipertensi. Diperkirakan 50% diantara mereka menghentikan pengobatan dalam 1 tahun pemulihan. Pengontrolan tekanan darah yang memadai hanya dapat dipertahankan pada 20%. Namun bila pasien berpartisipasi secara aktif dalam program, termasuk pemantauan diri mengenai tekanan darah dan diit, kepatuhan cenderung meningkat karena dapat segera diperoleh umpan balik sejalan dengan perasaan semakin terkontrol.(Brunner and Suddart, 2002).Hak seseorang untuk menentukan diri sendiri dilindungi melalui proses persetujuan tindakan (inform consent) yang mempunyai tiga syarat: seseorang harus mendapatkan penjelasan akibat dari suatu tindakan, harus mengerti keuntungan dan kerugiannya, serta tidak ada paksaan. Ketika seseorang menolak untuk patuh terhadap anjuran atau intruksi, perawat perlu mengkaji adanya semua elemen yang diperlukan untuk persetujuan tindakan (Cassels &Redman, 1989). Persepsi yang tidak akurat tentang status kesehatan biasanya meliputi kesalahan pengertian penyakit yang dialaminya, keseriusan penyakit, kerentanan untuk terjadinya komplikasi, dan perlunya prosedur untuk pengobatan atau mengontrol penyakit. Untuk itu diperlukan adanya suatu proses penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah proses belajar mengajar yang mempengaruhi perilaku klien dan keluarga melalui perubahan dalam pengetahuan, sikap dan kepercayaan, dan melalui kemahiran ketrampilan psikomotor. 1.2.Tujuan Penulisan1. Tujuan umumMemahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi, secara komprehensipf meliputi aspek biopsikososio spiritual

2. Tujuan khususMelalui pendekatan proses keperawatan aspek biopsikososio spiritual diharapkan siswa mampu:

1. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan gangguan sistem kardiovaskular: hipertensi

2. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah.

3. Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang diprioritaskan.

4. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang telah diprioritaskan.

5. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan pada klien hipertensi.

6. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.

7. Mampu membahas kesenjangan yang terjadi antara teori yang diperoleh dengan studi kasus/ penerapan di lapangan.

BAB IIKONSEP TEORI2.1 DefinisiHipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Institut Nasional Jantung, Paru, dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Brunner and Suddart , 2002).

Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang lanjut usia dan menjadi faktor risiko utama insiden penyakit kardiovaskular. Karenanya, kontrol tekanan darah menjadi perawatan utama orang-orang lanjut usia. Jose Roesma, dari divisi nefrologi ilmu penyakit dalam FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta mengungkapkan bahwa pada orang tua umumnya terjadi hipertensi dengan sistolik terisolasi yang berhubungan dengan hilangnya elastisitas arteri atau bagian dari penuaan. 2.2. Anatomi fisiologiJantung terletak dalam rongga dada. Ukuran jantung sebesar genggaman tangan pemiliknya dengan berat sekitar 300 gram. Lihat Gambar 5.7. Jantung dalam sistem sirkulasi berfungsi sebagai alat pemompa darah.\

Jantung tersusun atas otot jantung ( miokardium ) . Bagian jantung luar dilapisi oleh selaput jantung ( perikardium ). Perikardium terdiri dari 2 lapisan. Lapisan luar disebut lamina panistalis dan lapisan dalam yang menempel pada dinding jantung disebut lamina viseralis. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat ruangan kavum perikardii yang berisi cairan perikardii. Cairan ini berfungsi untuk menahan gesekan. Bagian dalam jantung dilapisi endokardium.

Jantung mempunyai empat ruangan, yaitu atrium sinister (serambi kiri), atrium dexter (serambi kanan), ventrikel sinister (bilik kiri), dan ventrikel dexter (bilik kanan). Antarsisi kiri dan kanan jantung dipisahkan oleh septum (sekat) yang berupa otot yang padat. Perhatikan Gambar 5.8. ( Gambar Jantung )

Atrium merupakan ruangan jantung tempat masuknya darah dari pembuluh balik (vena). Antara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup valvula bikuspidalis (katup berdaun dua). Katup ini berfungsi mencegah darah dalam ventrikel kiri agar tidak mengalir kembali ke atrium kiri saat jantung berkontraksi.

Ventrikel mempunyai otot lebih tebal dari pada atrium, keadaan ini disebabkan ventrikel berfungsi memompa darah keluar jantung. Antara atrium kanan dengan ventrikel kanan terdapat katup valvula trikuspidalis (katup berdaun tiga). Katup ini berfungsi mencegah darah dalam ventrikel kanan agar tidak mengalir kembali ke atrium saat jantung berkontraksi.

Jantung terus-menerus memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Jantung memompa darah dengan cara berkontraksi sehingga jantung dapat mengembang dan mengempis. Kontraksi jantung ini menimbulkan denyutan yang dapat dirasakan pada pembuluh nadi di beberapa tempat.

Saat berkontraksi, atrium dan ventrikel mengembang dan menguncup secara bergantian. Bila atrium mengembang, jantung mengisap darah dari seluruh tubuh melalui pembuluh balik (vena kava superior dan vena kava inferior). Darah yang diisap ini masuk ke atrium kanan dan darah dari vena pulmonalis yang kaya oksigen masuk ke atrium kiri.

Bila atrium menguncup maka ventrikel mengembang dan darah mengalir dari atrium ke ventrikel. Ventrikel merupakan bagian jantung yang berfungsi memompa darah meninggalkan jantung. Perhatikan Gambar 5.9.

2.3. EtiologiHipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis:

1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh hipertensi).

2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan / sebagai akibat dari adanya penyakit lain.

Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas :

1. Tidak dapat dikontrol, seperti :

- Keturunan (genetik), kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot daripada heterozigot, apabila salah satu diantaranya menderita hipertensi, menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran terhadap terjadinya hipertensi. Pada percobaan binatang tikus golongan Japanese spontanously hypertensive rat (SHR), New Zealand genetically hypertensive rat (GH), Dahl salt sensitive (H) dan Salt resistant dan Milan hypertensive rat strain (MHS), dua turunan tikus tersebut mempunyai faktor neurogenik yang secara genetik diturunkan sebagai faktor penting timbulnya hipertensi, sedangkan dua turunan yang lain menunjukkan faktor kepekaan terhadap garam yang juga diturunkan secara genetik sebagai faktor utama timbulnya hipertensi.

- Jenis Kelamin, kalau ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Laporan dari Sumatera Barat, mendapatkan 18,6% pria dan 17,4% wanita. Dari perkotaan di Jakarta (pertukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita.

- Umur, Penderita hipertensi esensial, sebagian besar timbul pada usia 25 45 tahun dan hanya 20% yang timbulnya kenaikan tekanan darah di bawah usia 20 tahun dan diatas 50 tahun (Soeparman, 1999).

2. Dapat dikontrol :

- Kegemukan (obesitas), belum terdapat mekanisme pasti, yang dapat menjelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, akan tetapi pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. Pada obesitas tahanan ferifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.

- Kurang Olahraga, lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer, yang akan menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Dengan kurang olah raga, kemungkinan timbulnya obesitas akan meningkat dan apabila asupan garam bertambah, akan mudah timbul hipertensi.

- Merokok, rokok juga dihubungkan dengan hipertensi, walaupun pada manusia mekanisme secara pasti belum diketahui. Hubungan antara rokok dengan peningkatan resiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.

- Kolesterol tinggi, kehamilan,

- Konsumsi Alkohol. Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat cenderung hipertensi, walaupun mekanisme timbulnya hipertensi secara pasti belum diketahui.

- Garam merupakan hal yang sangat sentral dalam patofisiologi hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam minimal. Apabila asupan garam kurang dari 3 gram perhari, prevalensi hipertensi beberapa saja, sedangkan apabila asupan garam antara 5 15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15 20%.

2.4 Klasifikasi Klasifikasi Hipertensi berdasarkan WHO-ISH 1999KategoriTekanan Sistolik

(mmHg)Tekanan Diastolik

(mmHg)

Optimal

Normal

Normal Tinggi

Derajat 1 (ringan)

- subgroup borderline

- Derajat 2 (sedang)

- Derajat 3 (berat)

Hipertensi Sistolik< 120

< 130

130 139

140 159

140 149

160 179

180

140< 80

< 85

85 89

90 99

90 94

100 109

110

90

Sumber : Zulkhair Ali, Standar Profesi Ilmu Penyakit Dalam (2002).2.5. Tanda Dan Gejala Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai dengan sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.

Hipertropi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yag meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah [BUN] dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasikan sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insiden infark otak mencapai 80%.

2.6.Patoflow Umur, Jeniskelamin, Gayahidup, Obesitas

HIPERTENSI

Resistensipemb.drhotak

Tek.pemblhdrhotak

Nyerikepala

Ginjal

Vasokonstriksipemblh.darah

ginjal

Blood flow

Respon KAA

Vasokonstriksi

Rangsangaldosteron

Retensi Na

Oedema

Pemblhdarah

Sistemik

Vasokontriksi

afterload

COP

Retina

Spasmus

arteriole

Diplopia

Suplai O2otak

Kesadaran

Gx. rasa nyaman ;nyeri

Resikoinjuri

CVA

Otak

Resikoinjuri

Intoleransiaktivitas

Koronerjantung

invarkmiokard

Nyeri dada

Gx. Keseimbangancairan

2.7. Penatalaksanaan Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mecapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi. Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau: latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85-95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.

Modifikasi gaya hidup

Penurunan berat badan

Pengurangan asupan alkohol

Aktifitas fisik teratur

Pengurangan masukan natrium

Penghentian rokok

Pada kenyataannya, modifikasi gaya hidup telah terbukti menghilangkan hipertensi pada beberapa individu tanpa menggunakan obat (JNC,1992). Modifikasi gaya hidup yang dapat menurunkan hipertensi (JNC,1992):

a) Mencapai penurunan berat badan sampai 10% dari berat badan ideal.

b) Batasi masukan alkohol tiap hari(2 oz liquor, 8 oz anggur, atau 24 oz bir)

c) Ikut serta dalam latihan aerobik reguler (30-45 menit) tiga sampai lima kali seminggu.

d) Kurangi masukan natrium sampai < 2,3 g natrium atau 6 g natrium klorida.

e) Berhenti merokok.

f) Kurangi lemak jenuh dan kolesterol sampai < 3% dari masukan diet

Pastikan mengkonsumsi kalsium, kalium dan diet magnesium dalam jumlah yang diizinkan setiap hari.

Obesitas meningkatkan tahanan perifer dan beban kerja jantung sehingga meningkatkan tekanan darah. Alkohol adalah vasodilatator yang akan menyebabkan vasokonstriktor rebound, yang mempunyai keterkaitan dengan tekanan darah (Cunningham, 1992).

Latihan reguler meningkatkan aliran darah perife- dan otot se` efisiensi jantung. Hasilnya adalah sistem kardiovaskuler yang lebih efektif (Hill,1985). Natrium mengontrol distribusi air keseluruh tubuh. Peningkatan natrium menyebabkan peningkatan air, dengan demikian meningkatkan volume sirkulasi dan meningkatkan tekanan darah. Tembakau bekerja sebagai vasokonstriktor, yang meningkatkan tekanan darah. Diet tinggi lemak membantu pembentukan plaque dan penyempitan pembuluh darah (Cunningham, 1992).2.8. Konsep Asuhan Keperawata2.8.1 Tujuan Asuhan Keperawatan Hipertensi 1. 1). TD dengan batas yang dapat diterima untuk individual 2. 2). Komplikasi kardiovaskuler dan sistemik dicegah/ diminimalkan3. 3). Proses/ prognosis penyakit dan regimen terapi dipahami4. 4). Perubahan yang diperlukan dala hal gaya hidup/ perilaku dilakukan2.8.2. Dasar Data Pengkajian Pasien1. Aktivitas/IstirahatGejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.Tanda : - Frekuensi jantung meningkat.a. Perubahan irama jantung.b. Takpinea.2. SirkulasiGejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup dan penyakit serebrovaskuler.Tanda : - Kenaikan TD (Pengukuran serial dan kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakan diagnosis).- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat).- Nadi : Denyutan jelas dari karotis jugularis, radialis, perbedaan denyut, seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis, denyut poplitea, tibialis posterior, pedialis tidak teraba atau lemah.- Denyut apikal : PMI kemungkinan bergeser dan/atau sangat kuat.- Frekuenasi / irama : Takikardia, berbagai disritmia.- Bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini), S4 (Pengerasan ventrikel kiri / hipertrofi ventrikel kiri).- Murmur stenosis valvular.- Desiran vaskular terdengar diatas karotis, femoralis, atau epigastrium (Stenosis arteri).- DVJ (Distensi Vena Jugularis) (Kongesti Vena).- Ekstremitas : Perubahan warna kulit, suhu dingin (Vasokontriksi perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/ tertunda (Vasokontriksi).- Kulit pucat, sainosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia), kemerahan (Feokromositoma).3.Integritas EgoGejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansieta, depresi, euforia., atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral), faktor-faktor stres multipel (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).Tanda : - Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak. - Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela peningkatan pola bicara.4. EliminasiGejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/ obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).5. Makanan/ CairanGejala : - Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (Seperti makanan yang digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam kandungan tinggi kalori.- Mual, muntah.- Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/ turun).- Riwayat penggunaan diuretik. Tanda : - Berat badan normal atau obesitas.- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu) kongesti vena, DVJ; glikosuria (hampir 109 pasien hipertensi adalah diabetik).6. NeurosensoriGejala : - Keluhan pusing/ pening.- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).- Episode kebas dan/ atau kelemahan pada satu sisi tubuh.- Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).- Episode epistaksis.Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan, orientasi, pola/ isi bicara, efek, proses pikir, atau memori (ingatan). - Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan dan/ atau refleks tendon dalam.- Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/ penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papliedema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/ lamanya hipertensi.7. Nyeri / Ketidaknyamanan Gejala : - Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung)- Nyeri hilang timbul pada tungkai/ klaudiksi (indikasi arterio sklerosis pada arteri ekstremitas bawah).- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya- Nyeri abdomen/ massa (feokromositoma)8. Pernafasan Gejala : - Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/ kerja. - Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal. - Batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum. - Riwayat merokok.Tanda : - Distres respirasi/ penggunaan otot aksesori pernafasan. - Bunyi nafas tambahan (krakles/ mengi). - Sianosis.9. KeamananGejala : - Gangguan koordinasi/ cara berjalan. - Episode parestesia unilateral transien. - Hipotensi postural.10. Pembelajaran/ PenyuluhanGejala: - Faktor-faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes melitus, penyakit serebrovaskular/ ginjal.- Faktor-faktor resiko etnik, seperti orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara.- Penggunaan pil KB atau hormon lain; penggunaan obat/ alkohol.11. Pemeriksaan Diagnostik Hemoglobin/ Hemotokrit : Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. BUN/ Kreatinin : Memberikan nformasi tentang perfusi/ fungsi ginjal. Glukosa :Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetusan hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar ketokolamin(meningkat hipertensi). Kalium Serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik. Kalsium Serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi. Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasi pencetus untuk/ adanya pembentukan plakateromatosa (efek kardiovaskuler). Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi Kadar aldosteron urin/ serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab) Urinalisa : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau diabetes. VMA urin (metabolit katekolamin) : Kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositomabila hipertensi hilang timbul. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi. Steroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoa atau disfungsi pituitari, sindrom Cushing kadar renin dapat juga meningkat. IVP : Dapat mengindentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ ureter. Foto Dada : Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup, deposit pada dan/ atau takik aorta, pembesaran jantung. CT Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, atau feokromositoma. EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, catatan: Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.3.3 Prioritas Keperawatan1). Mempertahankan/ meningkatkan fungsi kardiovaskuler2). Mencegah komplikasi 3). Memberikan informasi tentang proses/ prognosis dan program pengobatan4). Mendukung kontrol aktif pasien terhadap kondisi 3.4 Diagnosa Keperawatan1). Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi, hipertropi/ rigiditas (kekakuan ) ventrikuler.Kriteria Hasil : - Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/ beban kerja jantung - Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien Tindakan / intervensiRasional

Mandiri 1. Pantau TD. Ukur pada kedua tangan/ paha untuk evalusi awal. 2. Amati warna kulit, kelemahan, suhu dan masa pengisian kapiler. 3. Catat edema umum/ tertentu.4. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/ keributan lingkungan.5. Pertahankan pembatasan aktivitas, seperti istirahat di tempat tidur/ kursi; jadwal periode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuaikan kebutuhan.6. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman, seperti pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.Kolaborasi 8.Berikan obat-obat sesuai indikasi, seperti diuretik tiazid mis: klorotiazid (diuril).1. Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/ bidang masalah vaskular. 2. Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/ penurunan curah jantung.3. Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskular.4. Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan relaksasi.5. Menurunkan stres dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi.6. Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis.7. Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stres membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan TD.8. Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan obat lainuntuk menurunkan TD pada pasien dengan fungsi ginjal yang relatif normal.

2). Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.Kriteria evaluasi : - Melaporkan nyeri/ ketidaknyamanan hilang/ terkontrol.- Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.- Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.Tindakan/IntervensiRasional

Mandiri1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, mis: kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas waktu senggang.3. Hilangkan/ minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, mis: mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. 5. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan.Kolaborasi 6. Berikan sesuai indikasi : obat analgesik

1. Meminimalkan stimulus/ meningkatkan relaksasi.2. Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebaral dan yang memperlambat/ memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.3. Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular serebral.4. Pusing dan peningkatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural.5. Meningkatkan kenyamanan umum.6. Menurunkan/ mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis.

3). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dari kebutuhan oksigen.Kriteria hasil : - Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ diperlukan.- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intolerasi fisiologi.Tindakan / IntervensiRasional

Mandiri1. Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat; peningkatan.2. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, mis: menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan. 3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/ perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan. 1. Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stres aktivitas dan; bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.2. Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.3. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.

4) Ansietas berhubungan dengan proses penyakit. Kriteria hasil : - Menerima dan mendiskusikan rasa takut.- Mengungkapkan pengetahuan yang akurat tentang situasi.- Mendemonstrasikan rentang perasaan yang tepat dan berkurangnya rasa takut.Tindakan / IntervensiRasional

Mandiri1. Orientasikan pasien / orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan, tingkatkan partisipasi bila mungkin.2. Jawab semua pertanyaan secara nyata, berikan informasi konsisten, ulangi sesuai indikasi. 3. Dorong pasien / orang terdekat untuk mengkomunikasikan dengan seseorang, berbagi pertanyaan dan masalah.Kolaborasi 4. Berikan anti cemas / hipnotik sesuai indikasi. Contoh: diazepam (valium),flurazepam (dalmane), lorazepam (ativan).1. Perkirakan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.2. Informasi yang tepat tentang situasi menurunkan takut.3. Berbagi informasi membentuk dukungan / kenyamanan dan dapat menghilangkan tegangan terhadap kekhawatiran yang tidak di ekspresikan. 4. Meningkatkan relaksasi/ istirahat dan menurunkan rasa cemas.

BAB III

Tinjauan KasusASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA NY M DENGAN HIPERTENSIDI PANTI TRESNA WERDHA TERATAI PALEMBANGA. PENGKAJIAN

I. Identitasa. Identitas klienNama : Ny M

Umur : 68 th

Agama : Islam

Suku : Jawa

Status Pernikahan : Menikah

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Alamat : panti tresna werdha teratai Km 5

Tgl masuk wisma : 23 Februari 2005

Tgl pengkajian : 03 Agustus 2012

II. Alasan Masuk PantiKlien merasa dirinya sudah tua dan sudah tidak bisa banyak membantu dan klien tidak mau menjadi beban hidup keluarganya,sedangkan klien tinggal bersama adik iparnya yang hanya bekerja sebagai tukang becak dan kehidupan ekonominya tidak mencukupi oleh karena itu klien minta kepada adik iparnya agar membawa klien kepanti jompo

III. Riwayat kesahatana. Keluhan utama Klien mengatakan seringa merasakan nyeri kepala dan pusing

b. Riwayat Kesehatan SekarangKondisi kesehatan klien mulai menurun, klien lansia mengalami kesulitan untuk mengingat kejadian dalam jangka panjang, penglihatan dan pendengaran klien mulsi berkurang. Dan klien mulai mengalami kesulitan dalm melakukan aktivitas sehari hari, dikarenakan sendi dan tulang tulangnya sering terasa linu dan nyeri.

c. Riwayat Kesejahatan terdahuluSejak muda klien termasuk orang yang aktif dan jarang sakit. Klien tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang tergolong serius dan klien tidak pernah dirawat dirumah sakit.

d. Riwayat kesehatan keluargaDidalam keluarga klien tidak terdapat riwayat penyakit infeksi, menular dan menahun lainnya. Anak dan suami klien meninggal bukan terkena penyakit tapi dikarenakan kecelakaan lalu lintas.

IV. Riwayat Psikologis sosial Spirituala. Psikologis1. Harga diri

Klien mengatakan malu dengan dirinya sendiri dan orang lain

karena hidup didalam rumah panti jompo

2. Ideal diri

Klien mengatakan ingin pulang kerumahnya tapi klien tidak mengetahui keberadaan keluarganya

3. Gambaran diri

klien tidak mampu mengingat keluarga dan alamat tempat tinggalnya terdahulu, serta Klien dapat menerima bentuk dan keadaan tubuhnya apa adanya

b. Hubungan sosial1. Hubunga antar keluarga

Klien tidak mengetahui akan keluarganya, klien masuk panti tampa ada keluarga yang mengetahuinya

2. Hubungan dengan orang lain

Klien hanya berdiam dan sering menyendiri dan tidak mau berkumpul dengan orang lain disekitarnya dan klien jarang berkomunikasi dengan klien lainnya walaupun duduk bersampingan.

c. Spiritual / kultural1. Pelaksanaan ibadah

Klien sangat menyakini agamanya dan klien sering melaksanakan ibadah jumat tapi tidak melaksanakan ibadah 5 waktu

2. Kegiatan tentang kesehatan

Klien sadar bahwa keadaan kesehatannya sudah menurun, dimana klien mengetahui pengelihatan kabur, kulit keriput akibat factor penuaan.

V. Pola Aktivitas Sehari hariNoKegiatanSebelum masuk wismaSesudah masuk wisma

1.

2.

Pola Nutrisi

- Makan

- Minum

- BAB

Klien makan 3x sehari dengan menu seadanya, nafsu makan baik, porsi makan habis

Klien minum 3 4 gelas perhari ( 1000 cc)

Klien BAB 1-2 x sehari dengan konsistensi feces padat lunak, warna feces kuning kecoklatan.Klien makan 3x sehari, menu lengkap disertai snack tambahan, nafsu makan klien lansia baik, porsi makan habis.

Klien minum 3-4 gelas perhari, disertai satu gelas susu setiap pagi (1200cc).

Klien BAB 1x sehari dengan konsistensi feces padat lunak, warna feces kuning kecoklatan.

3

4

5

- BAK

Pola aktivitas

Pola Istirahat

Personal Hygiene

- Mandi

- Cuci Rambut

- Ganti pakaianKlien BAK 3-4 x sehari, warna urine kuning jernih (1000cc)

Klien mengalami kesulitan dlm melakukan aktivitas sehari terutama aktivitas yang cukup berat, hal ini dikarenakan penglihatan klien yang berkurang dan keadaan tubuh klien yang sudah tidak kuat lagi.

Klien tidak terbiasa tidur siang, klien tidur malam 6-8 jam/hari

Klien mandi 1-2 x sehari secara mandiri tanpa bantuan

Klien cuci rambut 1-2x sehari secara mandiri tanpa bantuan

Klien ganti pakaian 2x sehari secara mandiri tanpa bantuanKlien BAK 3-4 x sehari, warna urine kuning jernih (1000cc)

DiWisma Tresna Werdha Warga Tama klien diberikan alat bantu untuk melihat seperti kaca mata, klien hanya melakukan aktivitas ringan saja, dan selebihnya dibantu oleh orang lain.

Di Wisma klien tidur siang 1-2 jam/hari dan tidur malam 6-8 jam/hari

Klien mampu mandi sendiri 2x sehari tanpa bantuan

Klien mampu cuci rambut sendiri 2x sehari tanpa bantuan

Klien mampu ganti pakaian sendiri 2x sehari tanpa bantuan

VI. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda tanda Umum

Kesadaran : Compoginentis

Nadi : 86x/mnt

Suhu : 36,3 c

RR : 26x/mnt

T/D : 190/100 mmhg

BB : 43 kg

Memory : kesulitan untuk mengingat kejadian kejadian dalam jangka waktu yang lama yang baru saja terjadi:.

b. Tanda tanda Klinis

1. Kepala

Bentuk : Simetris

Warna Rambut : Hitam, Keputih putihan

Kebersihan : Cukup bersih tidak terdapat ketombe

Ekspresi Wajah : Tenang

2. Mata

Bentuk : Simetris

Penglihatan : Terdapat gangguan melihat jarak jauh

Pupil : Isokor

Sklera : An Ikterik

Konjugtiva : An Anemis

3. Telinga

Bentuk : Simetris

Pendengaran : Terdapat gangguan pendengaran

Kebersihan : Cukp bersih, tidak terdapat serumen berlebihan

4. Hidung

Bentuk : Simetris

Penciuman :Tidak terdapat gangguan penciuman, dapat membedakan bau.

5. Mulut dan tenggorokan

Gigi : Seluruh gigi klien sudah tanggal, klien

menggunakan gigi palsu

Bibir : Kering dan pecah pecah

Kebersihan : Cukup bersih

6. Leher

Bentuk : Simetris

Gerakan : Gerakan klien terbts dikarnakan penurunan tonus otot

Kebersihan : Cukup bersih, tidak ditemukan adanya

Distensi vena jugularis

7. Kulit

Turgor : an elastis ( penurunan elastisitas kulit)

Warna kulit : Sawo Matang

Penyakit kulit : Tidak ditemukan adanya penyakit kulit

Kebersihan : Ditemukan adanya Hiperpigmentasi pada

Kulit terutama pada wajah dan Ekstremitas

8. Dada dan paru - paru

Bentuk : Simetris

Frekuensi pernapasan : 26x/mnt

Sesak nafas : Klien kadang sesak napas saat melakukan

aktivitas berat

Batuk : Batuk ( + )

Sputum : Sputum ( - )

9. Cardiovascular

Frekuensi Nadi : 86x/mnt

Irama Jantung : Tidak terdapat abnormalisasi bunyi

jantung

Oedema Perifer : Tidak ditemukan adanya Oedema Perifer

10. Abdomen

Bentuk : Simetris

Keadaan : Lemas datar

Nyeri : Nyeri (-) pada abdomen

Bising Usus : Bising usus normal, 12x/mnt

Hati : Tidak terasa adanya pembesaran hati

11. System syaraf

Aktivitas motorik : Aktivitas motorik klien lambat, klien tidak

melakukan aktivitas berat

Persepsi : Klien agak lambat melakukan / menerima

respon yang diterima

Tonus otot : Tonus otot klien menurun seiring dengan

pertambahan usia.

12. Extremitas

Atas : Aktivitas atau pergerakan klien mengalami

penurunan dikarenakan adanya penurunan tonus otot

Bawah : Aktivitas atau pergerakan klien

Mengalami penurunan dikarenakan Penurunan tonus otot.

c. Data Penunjang

- Segi Psikososial

Klien lansia menunjukan tanda tanda meningkatnya ketergantungan fokus fokus diri lansia bertambah, memperlihatkan semakin sempitnya perhatian, membuktikan bukti nyata akan kasih sayang yang berlebihan.

d. Theraphy

1. Memenuhi kebutuhan fisik klien lansia

2. Peningkatan keamanan dan keselamatan lansia dengan menciptakan Lingkungan yang menunjang

3. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif

4. Mengurangi ketergantungan klien lansia

5. Mencegah komplikasi penyakit dengan tindakan tindakan preventif, spt :

- Nutrisi : Makanan + Suplemen tambahan

- Personal Hygiene : Mandi, cuci rambut, ganti pakaian

- Alat alat bantu Persepsi sensorik, spt : Alat bantu penglihatan dan pendengaran

B. ANALISA DATANODataKemungkinan Penyebab Masalah

1.

2.

Ds :

- Klien mengatakan nyeri kepala sampai kel leher

- Klien mengatakan sering pusing apabila timbul nyri

Do :

- Skala neri 5

- Karakteristik hilang timbul

- Klien tampak memegangi leher bagian belakang

Nadi : 86x/mnt

Suhu : 36,3 c

RR : 26x/mnt

T/D : 190/100 mmhg

Ds :

- Klien mengatakan badan lemas dan kepala pusing

Do :

- Aktivitas di bantu

- Keadaan umum lemah

- Otak

Resistensi pembuluh.darah otak

Tekanan.pembuluh darah otak

Nyeri kepala

Gangguan rasa nyaman/nyeri

Hipertensi

Pembluh darah

Sistemik

Vasokontriksi

Afterload terjadi peningkatan

COP mengalami penurunan

Intolerasnsi aktivitas

Gangguan rasa nyaman/Nyeri

Intoleransi aktivitas

C. PRIORITAS MASALAH1. Gangguan rasa nyaman/Nyeri

2. Intoleransi aktivitas

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN1.Gangguan rasa nyaman/nyeri beruhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral

2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dari kebutuhan oksigenRencana KeperawatanNama : Ny M

Umur : 68 thn

NoDiagnosaTujuanIntervensiRasionalisasi

1.

2.

Gangguan rasa nyaman/nyeri beruhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral

Ds :

- Klien mengatakan nyeri kepala sampai kel leher

- Klien mengatakan sering pusing apabila timbul nyri

Do :

- Skala neri 5

- Karakteristik hilang timbul

- Klien tampak memegangi leher bagian belakang

Nadi : 86x/mnt

Suhu : 36,3 c

RR : 26x/mnt

T/D : 190/100 mmhg

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dari kebutuhan oksigen.Ds :

- Klien Mengatakan sulit sulit melakukan aktivitas sehari hari terutama aktivitas yang berat

- Klien mengatakan merasakan nyeri dan linu pada extremitas terutama ekstremitas bagian bawah

Setelah di lakukan tindaka keperawatan 1x24 jam lansia mengatakan nyeri berkurang dan terkontrol

Dengan criteria hasil :

Skala nyeri normal

Klien tampak tenang

TTV normal

- TD : 140/60

- S : 36,5 C

- RR : 27 x/menit

- N : 120x/menit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam di harapkan klien dapat melakukan aktivitas lagi dengan criteria hasil

- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ diperlukan.- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intolerasi fisiologi.

Mempertahankan tirah baring selama fase akut. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, mis: kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas waktu senggang. Hilangkan/ minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, mis: mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Berikan sesuai indikasi : obat analgesik1. Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat; peningkatan.2. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, mis: menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan.3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/ perawatan diri bertahap jika dapat - 1. Meminimalkan stimulus/ meningkatkan relaksasi.2. Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebaral dan yang memperlambat/ memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasiny3. Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular serebral.4. Pusing dan peningkatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural5. Meningkatkan kenyamanan umum.4. Menurunkan/ mengontrol nyeri dan menurunkan Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji1. respons fisiologi terhadap stres aktivitas dan; bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.2. Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.3. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja .

NoTanggalNo. DxImplementasiResponParaf

1.

2.03 Agt 21012

08.00

03 Agt 21012

08.00

1. Mengajarkan dan menganjurkan teknik manajemen nyeri

2. Dengan menarik nafas melaui hidung sambil menyebutkan dalam hati

3. Mengobservasi skla nyeri dan lokasi nyeri

4. Melakukan pijatan masase yang lembut

5. Menganjurkan klien untuk istirahat tanpa bantal

1. Mengajarkan klien untuk banyak istirahat

2. Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas

3. Mengukur tanda-tanda vital

- 4. Klien mengerti tentang apa yang di ajarkan

5. Klien mengatakan skala nyeri dan lokasi nyeri pada bagian kepala

6. Klien tampak rileks dan mengatakan nyeri berkurang

7. Klien merasa nyaman

8. Klien menganggukan kepala dan mengatakan iya

1. Klien menggunakan waktunya untuk istirahat

2. Klien menggunakan alat bantu sementara untuk melakukan aktiviata

3. TTV normal

- TD : 140/60

- S : 36,5 C

- RR : 27 x/menit

- N : 120x/menit

Evaluasi KeperawatanNoTanggalNo. diagnosaEvaluasiParaf

1.

2.

03 Agt 2012

10.00 wib

03 Agt 2012

10.00 wib

1

2

S : Klien mengatakan nyeri kepala berkurang

O : skala nyeri berkurang ( 2)

4. TTV normal

- TD : 140/60

- S : 36,5 C

- RR : 27 x/menit

- N : 120x/menit

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

S : klien mengatakan dapat melakukan aktivitas seperti biasa

O : - Sebagian aktivitas klien lansia dibantu

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

BAB IVPEMBAHASAN Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Institut Nasional Jantung, Paru, dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Brunner and Suddart , 2002).

Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang lanjut usia dan menjadi faktor risiko utama insiden penyakit kardiovaskular. Karenanya, kontrol tekanan darah menjadi perawatan utama orang-orang lanjut usia. Jose Roesma, dari divisi nefrologi ilmu penyakit dalam FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta mengungkapkan bahwa pada orang tua umumnya terjadi hipertensi dengan sistolik terisolasi yang berhubungan dengan hilangnya elastisitas arteri atau bagian dari penuaan. Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan Hipertensidi. maka pada Bab ini penulis membahas tentang hal-hal yang menghambat & mendukung terlaksananya proses perawatan & kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus . Pembahasan dilakukan sesuai dengan keperawatan yang dimulai dari pengkajian, perncanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi.4.1. Pengkajian Pada waktu pengkajian pada kenyataannya lebih mudah melaksanakan pengkajian secara head tu-toe daripada melakukan pengkajian per sistem. Pada saat mengakaji riwayat kesehatan klien, peran keluarga klien lebih dominan daripada klien sendiri, perankeluarga sangatkooperatif dalam memberikan berbagai informasi yang dibutuhka untuk menegakkan diagnosa, disamping itu berbagai dukungan penulis dikatakan baik

4.2. Perumusan Diagnosa: Diagnosa yang ditemukan oleh penulis pada tinjauan teoritis adalah1). Nyeri yang berh Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi, hipertropi/ rigiditas (kekakuan ) ventrikuler.Kriteria Hasil : - Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/ beban kerja jantung - Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien 2). Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.Kriteria evaluasi : - Melaporkan nyeri/ ketidaknyamanan hilang/ terkontrol.- Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.- Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.3). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dari kebutuhan oksigen.Kriteria hasil : - Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ diperlukan.- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intolerasi fisiologi.- 4) Ansietas berhubungan dengan proses penyakit. Kriteria hasil : - Menerima dan mendiskusikan rasa takut.- Mengungkapkan pengetahuan yang akurat tentang situasi.- Mendemonstrasikan rentang perasaan yang tepat dan berkurangnya rasa takut.Diagnosa yang ditemukan oleh penulis pada tinjauan kasus adalah3.Gangguan rasa nyaman/nyeri beruhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral

4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dari kebutuhan oksigenMaka pada tahap perumusan masalah diagnosis ini terdapat kesenjangan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus.4.3. PerencanaanDalam tahap perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukukan penulis berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah didapat penulis membuat beberapa perencanaan yaitu:a. Memberikan dukungan dan support kepada lansiab. Mengatur posisi yang nyaman untukc. Observasi TTVd. Mengukur skala nyeri4.4. PelaksanaanDidalam pelaksanaan, penulis melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan yang telah direncanakan, yaitu:a. Mengatur posisi lansia b. Memantau skala nyeri dan TTV4.5. EvaluasiDalam asuhan keperawatan dapat di evaluasi, penulis menemukan hasil dan dapat melewati proses dengan baik yaitu:a. klien dapat relaksasi terhadap nyerib. klien tampak tampak tenang BAB VPENUTUP1.1. Kesimpulan Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny M di Panti Tresna Werdha Palembang , maka penulis menarik kesimpulan yaitu :1. Masalah yang sering timbul sesuai dengan apa yang dikaji yaitu rasa nyeri yang dialami 2. Perencanaan & pelaksanaan berjalan dengan baik karena adanya kerjasama yang baik antara petugas kesehatan pasien tersebut3. Faktor yang mempelancar proses persalinan sangat didukung dengan sikap positif klien yang mau melakukan yang diperintah oleh penolong persalinan4. Evaluasi dari perencanaan & pelaksanaan adalah baik sesuai dengan yang diharapkan1.2. Sarana) Untuk Klien

Diharapkan klien mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup yang menuju ke arah berulangnya hipertensi, misalnya hinadri konsumsi garam berlebih, hindari stress, jangan banyak pikiran, dan olah raga teratur. Anjurkan untuk selalu cek status kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.

Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi peningakat status kesehatan klien dan diharapkan keluarga ikut waspada terhadap resiko pada keluarga klien sendiri

b) Untuk Siswa

Diharapkan siswa dapat lebih mempersiapkan diri baik dari segi teori, skill, amupun mental dalam menghadapi klien agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi peningkatan status kesehatan klien.

Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan melihat aspek bio-psiko-sosio-spiritual

a) Untuk panti

Diharapkan adanya penambahan personil perawat demi meningakatkan kinerja dan pelayanan yang lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKABrunner & Suddarth, (2002), Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.

Carpenito, (1999), Rencana asuhan & Dokumentasi keperawatan, Jakatra : EGC.

Corwin, (2001). Buku saku Patofisiologi, Jakarta : EGC.

Doenges, (2005), Rencana Asuhan Keperawatan , Edisi 3, Jakarta : EGC.Soeparman, (1993), Ilmu penyakit dalam, Jakarta, FKUI.

Stanley, (2007), Buku ajar keperawatn gerontik, Jakarta : EGC.

www.geogle.co.id.