ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM....

73
i ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN: THERMOREGULASI DENGAN THYPOID PADA Nn. N DI RUANG INAYAH RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan Disusun Oleh : Ahamad Bangun A01301712 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 2016

Transcript of ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM....

Page 1: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

i

ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN: THERMOREGULASI

DENGAN THYPOID PADA Nn. N DI RUANG INAYAH RS

PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif

Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :

Ahamad Bangun

A01301712

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2016

Page 2: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

iv

Page 3: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

v

Page 4: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

iv

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

KTI, 2 Agustus 2016

Ahamad Bangun 1, Bambang Utoyo, S.Kep,Ns.M.kep

2

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN

DAN PERLINDUNGAN : THERMOREGULASI DENGAN HIPERTERMI

PADA Nn.N DI RUANG INAYAH RS PKU

MUHAMMADIYAH GOMBONG

Latar belakang: Data yang diperoleh dari profil kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa jumlah

pasien demam thypoid dan parathypoid di kamar pasien adalah 41.081 kasus. Ada 276 pasien

diantaranya meninggal. Demam thypoid masih merupakan masalah kesehatan utama di kabupaten

Kebumen.

Tujuan: Untuk menggambarkan pelayanan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan aman dan

perlindungan (termoregulasi) kepada Nn. N di ruang Inayah RS PKU Muhammadiyah Gombong.

Diskusi: Diagnosa keperawatan hipertermia dan kurangnya pengetahuan. Intervensi dan

implementasi dengan memantau suhu setiap 3 jam sekali, memberikan kompres hangat pada dahi

dan ketiak, memberikan obat antipiretik paracetamol infuse 500 mg, pemberian obat ceftriaxone 1

g, memantau tanda-tanda vital.

Hasil: evaluasi yang dilakukan selama tiga hari menunjukkan bahwa hipertermia dan kurangnya

pengetahuan teratasi.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Hipertermi, Termoregulasi

1. Mahasiswa Prodi D III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong

2. Dosen Pembimbing Prodi D III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong

Page 5: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

v

DIPLOMA III OF NURSING PROGRAM

MUHAMMADIYAH HEALTH SCIENCE INSTITUTE OF GOMBONG

Scientific Paper, 2 August 2016

Ahmad Bangun¹, Bambang Utoyo²,S.kep.Ns.M.Kep

ABSTRACT

NURSING CARE OF FUL FILLING SECURE AND PROTECTION

NEEDS (THERMOREGULATION) TO Miss N IN INAYAH WARD, PKU

MUHAMMADIYAH HOSPITAL OF GOMBONG

Background: Data obtained from Indonesia Health Profile (2010) show edthat the number of

typhoid and paratyphoid fever patients atin patient room was 41081 cases. There were276 patients

of them died. Thypoid fever is still a major health problem in Kebumen.

Objective: to describe nursing care of ful filling secure and protection needs (thermoregulation) to

Miss N in Inayah ward, PKU Muhammadiyah Hospital of Gombong.

Discussion: The nursing diagnoses were hyperthermia, and lack of knowledge. Interventions and

implementations were monitoring the temperature every 3 hours, giving a warm compress on the

fore head and armpit, giving antipyretic drugs paracetamol 500 mg, giving antibiotic drugs

ceftriaxone 1 g, monitoring vital signs.

Results: the evaluations conducted during three days showed that hyperthermia and the lack of

knowledge were resolved.

Keywords: Nursing Care, Hyperthermia, Thermoregulation

1. Student Diploma III Of Nursing Program Muhammadiyah Health Science Institute Of

Gombong

2. Lecturer Diploma III Of Nursing Program Muhammadiyah Health Science Institute Of

Gombong

Page 6: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “ASUHAN

KEPERARAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN

PERLINDUNGAN: THERMOREGULASI DENGAN THYPOID PADA Nn. N

DI RUANG INAYAH RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG “.

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan

untuk mendapatkan gelar pendidikan ahli madya keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong. Penulis menyadari bahwa

terselesaikannya karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Madkhan Anis, S. Kep.Ns selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Gombong

2. Bapak Sawiji, S.Kep.Ns, M.Sc selaku ketua program studi D III

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

3. Bapak Bambang Utoyo M.Kep selaku pembimbing yang senantiasa

memberikan pengarahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

4. Segenap petugas dan ibu Sri Untari, S.kep.Ns selaku kepala ruang Inayah

RS PKU Muhammadiyah Gombong yang telah membimbing kami dalam

melewati ujian akhir klinik.

5. Kedua orang tua Ibu Sri Surti Lastuti dan Alm. Bapak Suprijono yang

senantiasa member semangat, doa dan senantiasa berjuang hingga gelar

AMK ini saya bisa raih.

6. Saudara-saudara saya terkasih, Ari Iswati S.pd, Indah Purnami M.pd,

Hermi Ratna Kurniasih M.pd, Ayu Sekar Tunjungsari yang senantiasa

memberikan motivasi.

Page 7: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

vii

7. Kepada teman-teman Komunitas Fotografer, teman-teman dari Elmira

Photo and Art, teman-teman Komunitas Scooter, teman-teman Komunitas

Kicau Mania, dan teman-teman mahasiwa STIKES Muhammadiyah

Gombong yang saya sayangi, khususnya kelas 3A Arif Purnomo, Arief

Dwi Kurniawan, Bambang Dedi Setiawan, yang telah memberikan

dukungan, semangat, bantuan dan canda tawanya sehingga karya tulis

ilmiyah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh

dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis dan penulis masih dalam tahap

belajar. Meskipun demikian, penulis berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat

bagi pembaca.

Gombong, 2 Agustus 2016

Ahmad Bangun

Page 8: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................................ iv

ABSTRACK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Tujuan ........................................................................................................... 3

C. Manfaat .......................................................................................................... 4

BAB II KONSEP DASAR ....................................................................................... 5

A. Konsep pemenuhan kebutuhan termoregulasi ............................................... 5

1. Definisi ..................................................................................................... 5

2. Jenis-jenis ................................................................................................. 6

3. Macam-macam ......................................................................................... 6

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ........................................ 6

5. Akibat peningkatan suhu tubuh ................................................................ 8

B. Fisiologi termoregulasi .................................................................................. 10

1. Mekanisme penurunan suhu ..................................................................... 10

2. Mekanisme peningkatan suhu .................................................................. 10

3. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Termoregulasi .................... 11

4. Penatalaksanaan Pada Pasien Demam ..................................................... 14

C. Kunyit Untuk Demam .................................................................................... 16

Page 9: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

ix

BAB III RESUME KEPERAWATAN ................................................................... 19

A. Pengkajian ...................................................................................................... 19

1. Identitas pasien ......................................................................................... 19

2. Identitas penanggung jawab ..................................................................... 19

3. Riwayat kesehatan sekarang .................................................................... 19

4. Riwayat kesehatan dahulu ........................................................................ 19

5. Riwayat Penyakit Keluarga ...................................................................... 20

6. Fokus Pengkajian ..................................................................................... 20

B. Analisa Data ................................................................................................... 23

C. Intrvensi, Implementasi, dan Evaluasi ........................................................... 23

1. Hipertermi Berhubungan Dengan Proses Penyakit .................................. 23

2. Kurangnya Pengetahuan Tentang Thypoid Berhubungan Dengan

Kurangnya Informasi. .............................................................................. 24

BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................... 28

1. Pembahasan tentang diagnosa keperawatan dan implementasi ............... 28

A. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ........................... 28

1) Definisi ......................................................................................... 28

2) Batasan Karakteristik ................................................................... 28

3) Patofisiologi ................................................................................. 29

4) Faktor Yang Berhubungan (Peningkatan Laju Metabolisme) ..... 29

5) Tindakan Untuk Mengatasi Hipertermi ....................................... 30

6) Analisis Hasil Implementasi ........................................................ 30

7) Evaluasi ....................................................................................... 33

B. Kurang Pengetahuan Berhubungan Dengan Kurang Informasi ......... 33

1) Definisi ........................................................................................ 33

2) Batasan Karakteristik ................................................................... 34

3) Patofisiologi ................................................................................. 34

4) Faktor Yang Berhubungan (Kurang Informasi) ........................... 35

5) Tindakan Untuk Mengatasi Kurang Pengetahuan........................ 35

6) Analisis Hasil Implementasi ........................................................ 36

7) Evaluasi ....................................................................................... 38

Page 10: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

x

2. Analisa Inovasi Tindakan ......................................................................... 39

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 41

A. Kesimpulan .................................................................................................... 41

B. Saran ............................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 44

LAMPIRAN .............................................................................................................. 46

Page 11: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam merupakan kondisi dimana otak mematok suhu di atas

setting normal yaitu di atas 380C. Namun demikian, panas yang

sesungguhnya adalah bila suhu>38.50C. Akibat tuntutan peningkatan

tersebut tubuh akan memproduksi panas. Ketika ada infeksi atau

masuknya jasad renik (mikro organisme atau mahluk hidup yg sangat kecil

yang umumnya tidak dapat dilihat dengan mata) ke tubuh kita. Masuknya

mikro organisme tersebut belum tentu menyebabkan kita jatuh sakit,

tergantung banyak hal antara lain tergantung seberapa kuat daya tahan

tubuh kita. Bila sistem imun kita kuat, mungkin kita tidak jatuh sakit atau

kalaupun sakit, ringan saja sakitnya, bahkan tubuh kita selanjutnya

membentuk zat kekebalan (antibodi). Mikro organisme atau jasad renik

tersebut bisa kuman bakteri,bisa virus, jamur. Pada Anak yang mengalami

infeksi tanda panas tubuh yang meninggi seringkali muncul (Maryunani,

2010).

Sudah terbukti bahwa demam sengaja dibuat oleh tubuh kita

sebagai upaya membantu tubuh menyingkirkan infeksi. Pada saat

terserang infeksi, maka tentunya tubuh harus membasmi infeksi tersebut.

Caranya, dengan mengerahkan sistem imun. Pasukan komando untuk

melawan infeksi adalah sel darah putih dan dalam melaksanakan tugasnya

agar efektif dan tepat sasaran, sel darah putih tidak bisa sendirian,

diperlukan dukungan banyak pihak termasuk pirogen. Pirogen mempunyai

peranan yang kompleks terhadap mekanisme pengaturan yang ada dalam

tubuh manusia (Maryunani, 2010).

Menurut Maryunani (2010), demam (hipertermi) adalah suatu keadaan

dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya, dan merupakan gejala dari

Page 12: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

2

suatu penyakit. Sebagian besar demam berhubungan dengan infeksi yang

dapat berupa infeksi local atau sistemik. Paling sering demam disebabkan

oleh penyakit infeksi saluran pernafasan bawah, gastroinstinal dan

sebagainya. Ada beberapa kasus penyakit infeksi yang menyerang system

gastrointestinal pada anak-anak, salah satunya adalah Thypoid

Abdominalis atau dikenal dengan istilah Thypoid.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat sekitar

16-33 juta kasus demam thypoid diseluruh dunia denga kejadian 500-600

ribu perkasus kematian tiap tahun (R, Aden, 2010). Di Indonesia, demam

thypoid masih merupakan penyakit endemic dan menjadi kesehatan yang

serius.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009 jumlah

kejadian demam thypoid dan parathypoid di rumah sakit adalah 80.850

kasus pada penderita rawat inap dan 1.013 diantaranya meninggal dunia.

Sedangkan pada tahun 2010 penderita demam thypoid dan parathypoid

sejumlah 41.081 kasus pada penderita rawat inap dan jumlah pasien

meninggal dunia sebanyak 276 jiwa (Depkes RI, 2010:57).

Dalam Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 demam

thypoid termasuk dalam kejadian luar biasa (KLB) dengan attack rate

sebesar 0,37% yang menyerang 4 kecamatan dengan jumlah 4 desa dan

jumlah penderita 51 jiwa. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah

penderita thypoid sebesar 150 jiwa yang menyerang 3 kecamatan dari

jumlah 3 desa dengan attack rate sebesar 2,69%. Tahun 2010 kasus KLB

demam thypoid kembali terjadi dengan attack rate sebesar 1,36% yang

meneyrang 1 kecamatan dengan 1 desa dan jumlah penderita 26 jiwa

(Dinkes Prop Jateng, 2010).

Demam thypoid juga masih menjadi masalah kesehatan utama di

Kabupaten Kebumen. Hal ini bias dilihat pada kasus KLB Kabupaten

Kebumen, data 10 besar penyakit dan peningkatan kasus demam thypoid

dari tahun ke tahun. Berdasarkan dari data profil Dinas Kesehatan

Page 13: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

3

Kabupaten Kebuemen, Kejadian Luar Biasa (KLB) demam thypoid terjadi

pada tahun 2007 samapai 2010.

Demam merupakan salah satu tanda dan gejala dari thypoid.

Apabila demam tidak segera ditangani maka akan mengakibatkan

dehidrasi, penurunan kesadaran, kejang, pedarahan usus, perforasi usus,

peritonitis dan menimbulkan akibat buruk untuk proses kesembuhan

pasien. Bahkan hal yang terburuk yaitu dapat mengakibatkan kematian.

Menurunkan atau tepatnya mengendalikan dan mengontrol

demam dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah

dengan ramuan kunyit. Kunyit merupakan salah satu tanaman herbal yang

dapat digunakan sebagai antipiretik dalam pengobatan demam. Salah satu

kandungan senyawa kunyit yang diduga dapat digunakan sebagai

pengobatan demam adalah senyawa flavonoid. Selain untuk menurunkan

panas kunyit juga dapat digunakan untuk, membersihkan, mempengaruhi

bagian perut khususnya pada lambung, merangsang, melepaskan lebihan

gas di usus, menghentikan pendarahan dan mencegah penggumpalan

darah, sebagai obat anti gatal, anti septik dan anti kejang.

Mengingat hal tersebut, maka penulis memandang bahan

termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga penulis

tertarik untuk memberikan “Asuhan Keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Keamanan dan Perlindungan: Thermoregulasi Dengan

Thypoid pada Nn. N Di Ruang Inayah RS PKU Muhammadiyah

Gombong”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk

mendeskripsikan asuhan keperawatan Nn.N di ruang Inayah RS PKU

Muhammadiyah Gombong.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan gangguan

termoregulasi Nn.N

Page 14: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

4

b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien gangguan

termoregulasi pada Nn.N

c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan dalam upaya pemenuhan

kebutuhan termoregulasi pada Nn.N

d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan

termoregulasi pada Nn.N

e. Mendeskripsikan evaluasi tindakan keperawatan pemenuhan

kebutuhan termoregulasi pada Nn.N

f. Mendeskripsikan analisa tindakan kompres hangat pada Nn.N

C. Manfaat

1. Bagi Pasien dan Keluarga

Sebagai media informasi tentang thypoid dan cara penanganan pada

pasien demam.

2. Bagi Rumah Sakit

Dapat digunakan sebagai masukan dalam menentukan tindakan

preventif dalam menangani pasien thypoid

3. Bagi Institusi

Menjadi wacana dan bahan masukan dalam proses belajar mengajar

terhadap pemebrian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

pemenuhan termoregulasi.

Page 15: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

44

DAFTAR PUSTAKA

Depkes Ri. (2010). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Dinkes Jateng. (2010). Profil Kesehatan Jawa Tengah. Semarang : Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Dochter, J. M., Dan Bulechek, G. M. (2009). Nursing Intervention Clasification

(NIC) Fourth Edition

Dorland. (2006). Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC

Feribiology. 2007. Teknik Pengenalan, Penyiapan Dan Penggunaan Alat

Laboratorium Mikrobiologi. Jakarta: Erlangga.

Fatmawati, Mohamad. (2011). Efektifitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan

Demam Pada Pasien Typoid Di Rsud Prof. Dr. H. Aloei Saboe

Gorontalo. Forum Penelitian. 33, 52-57,60.

Heardman, T. Heather. (2012). Nursing Diagnosis Definitions And Clasification

2012-2014, Sumarwati, Made, & Subekti, Nike Budhi (Alih

Bahasa). Jakarta : EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk

Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Kunyit. https://id.wikipedia.org/wiki/kunyit. (Diakses 20 Juli 2016)

Maryuni, Anik. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: Tim

Moorhead, M. Jhonson, M.(2009). Nursing Outcome Clasification (NOC).

Mosby, Piladhepia

Neha Et Al. (2009). Efek Antipiretik Ekstrak Daun Pare (Momorcica Charantia

L.) Pada Tikus Putih Jantan. Skripsi. Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Notoatmodjo , S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Price, A.S & Wilson M.I (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit, Alih Bahasa: Brahm U. Jakarta: EGC

Potter. P A Perry, A. G. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep

Proses Dan Praktik. Jakarta : EGC

R Aden (2010). Seputar Penyakit Dan Gangguan Lain Pada Anak. Yogyakarta:

Siklus

Page 16: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

45

Sodikin.2012.Prinsip Perawatan Demam Pada Anak.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Suriadi, Dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta : Sagung

Seto

Tamsuri, Anas. (2006). Tanda-Tanda Vital Suhu Tubuh. Jakarta EGC

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta : Prestasi Pustaka.

Page 17: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

46

LAMPIRAN

Page 18: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

407 Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X

Perbandingan Efektifitas Antipiretik antara Ekstrak Etanol Kunyit Putih (Curcuma

zedoaria Rosc) dengan Parasetamol pada Tikus Model Demam

1Muhammad Prasetyo Putra, 2Santun Bhekti Rahmah, 3Mia Kusmiati

1,2,3Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Jl. Hariangbangga No.20 Bandung

40116

e-mail: [email protected],

Abstract: White turmeric (Curcuma zedoaria Rosc) is a herb from Indonesia which useful to

treat fever. There is compound called flavonoid inside the turmeric which useful to treat

fever. The purpose of this research is comparing the effectiveness of antipyretic effect from

paracetamol and white turmeric extract (Curcuma zedoaria Rosc) against feverish rat.

Experimental research with post test only control group design. Animal studies using male

wistar strain rats. Totaling 25 individuals and divided into 5 groups. Called negative group

that is given aquadest, positive group that is given 10 mg paracetamol, white turmeric extract

dose 1 (4.5 mg/250 g BW/2ml), white turmeric extract dose 2 (9 mg/250 g BW/2 ml), and

white turmeric extract dose 3 (13,5 mg/250 g BW/2ml).The result has obtained using Anove

test divided into to minutes 60, 120, and 180 obtained value α = 0.000 sebsequently in Tukey test showed that α = 0.000 shows there is a significant rectal temperature differential between the groups.The Conclusion white turmeric extract (Curcuma zedoaria Rosc) has an

antipyretic effects but it is not lower than paracetamol.

Key Words: White Tumeric, Paracetamol, Effectiveness, Flavonoids, Terpenoids,

Antipiretic Abstrak: Kunyit putih (Curcuma zedoaria Rosc) merupakan tanaman herbal khas Indonesia

yang berguna sebagai penurun demam. Terdapat zat aktif yang terdapat dalam kunyit putih

yang berfungsi sebagai penurun demam adalah flavonoid dan terpenoid. Tujuan dilakukan

penelitian ini untuk dapat membandingkan efektifitas antipiretik dari parasetamol dan ekstrak

kunyit putih (Curcuma zedoaria Rosc) dengan berbagai dosis pada tikus demam. Penelitian

yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental post test only control group design.

Hewan coba penelitian menggunakan tikus galur wistar jantan. Berjumlah 25 ekor dan

terbagi kedalam 5 kelompok, kelompok negatif yang diberikan aquadest, kelompok positif

diberikan parasetamol 10 mg, kelompok yang diberi ekstrak kunyit putih dosis 1 (4,5 mg/250

g BB/2 ml), ekstrak kunyit putih dosis 2 (9 mg/250 g BB/2 ml), dan ekstrak kunyit putih

dosis 3 (13,5 mg/250 g BB/2 ml).Hasil yang didapatkan dengan uji anova yang terbagi dalam

menit ke 60, 120, dan 180 didapatkan nilai α = 0.00 selanjutnya dilakukan uji Tukey bahwa α = 0.000 menunjukan ada perbedaan suhu rektal yang bermakna antar

kelompok.Kesimpulannya bahwa ektrak etanol kunyit putih (Curcuma zedoaria Rosc)

memiliki efektifitas antipiretik yang sama dengan parasetamol pada dosis 9 mg/ 200 g BB

tikus.

Kata Kunci : Kunyit Putih, Parasetamol, Efektifitas, Flavonoid, Terpenoid, Antipiretik

A. Pendahuluan Demam atau pireksia disebabkan oleh aksi sekunder dari adanya suatu penyebab dapat

berupa agen infeksi, kerusakan jaringan, peradangan, keganasan dan penyakit lainnya.

Demam juga merupakan proses pertahanan alami yang dimiliki oleh tubuh dimana agen

infeksi dan jaringan yang sudah rusak tidak bisa bertahan.1,2

Biasanya jaringan tubuh pada manusia yang sudah terinfeksi atau rusak dapat membentuk

pro-inflammatory mediator (cytokines seperti interleukin 1β, α, β dan tumor necrosis factor-

α), yang dapat mmpengaruhi peningkatan sintesis dari prostaglandin E2 (PGE2) yang

letaknya berada di dekat daerah preoptik hipotalamus. Proses ini nantinya akan

Page 19: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

mempengaruhi dari neuron termosensitif yang terletak di preoptik hipotalamus, dapat

mengontrol regulasi panas dan kehilangan panas. Pada keadaan set point yang meningkat.

Suhu akan mengikuti arus darah yang berada di sekitar Hipothalamus. Jenis pirogen endogen

yang berperan paling penting yaitu IL – 1, IL – 6 dan TNF - 1 mereka diproduksi oleh

monosit, dan makrofag, bisa juga oleh sel endotel dan astrosit. Interferon yang menampilkan

peranan aktivitas pirogenik. Hipotalamus yang memainkan peran terpenting dalam

mekanisme terjadinya demam.2

Demam merupakan suatu respon normal dari tubuh dan tidak berbahaya untuk melawan

infeksi / peradangan, sangat membantu dalam sistem kekebalan tubuh. Demam itu sendiri

dapat menjadi suatu tanda dari penyakit serius dan harus sesegera mungkin berkonsultasi

dengan dokter. Hal yang paling penting untuk segera datang ke dokter seperti, bila demam

gagal diperbaiki selama 3 hari, gejala yang mulai memburuk, kejang demam, kebingungan,

lesu, mengantuk, suhu sangat meningkat mencapai 40°C (usia anak 0-3 bulan dengan suhu

mencapai 38°C dan untuk anak usia 3-6 bulan suhu mencapai 39°C), sakit kepala yang parah,

muntah, leher yang mengalami kekakuan, ruam – ruam di kulit.3,4

Pada saat terjadi demam parasetamol merupakan obat antipiretik yang banyak disarankan

oleh dokter atau apoteker. Keuntungan lain dari parasetamol tidak menimbulkan efek yang

mengiritasi lambung, gangguan pernapasan, dan gangguan keseimbangan asam basa.

Kerugian penggunaan dari parasetamol jangka panjang dapat menimbulkan efek toksik

sehingga berakibat terhadap kerusakan hepar.4

Obat antipiretik dapat menginhibisi laju ekspresi dari siklooksigenase -2 (COX - 2) dan

Biosintesis PGE2 untuk mengurangi suhu tubuh. Terdapat agen – agen sintesis ireversibel

yang merupakan inhibitor siklooksigenase -2 (COX-2) dengan selektifitas yang begitu tinggi

akan tetapi dapat menimbulkan efek racun bagi sel – sel hati, glomeruli, korteks otak dan otot

jantung. Akan tetapi natural siklooksigenase -2 (COX- 2) inhibitor memiliki selekstifitas yang

lebih rendah dengan kemungkinan timbulnya efek samping yang lebih sedikit. Untuk

menghambat pengeluaran dari pro-inflammatory mediator sejumlah tanaman ekstraksi sudah

di teliti memiliki tujuan untuk memodulasi jalur siklooksigenasi yang akan menginhibisi

leukotriene dan sintesis prostaglandin oleh inhibisi siklooksigenase -1 (COX-1) dan

siklooksigenase -2 (COX-2).1

Dari penelitian sebelumnya penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Azam Gholam

mengenai efektifitas dibuktikan bahwa Curcuma zedoaria Rosc memiliki efek yang

signifikan terhadap antipiretik. Curcuma zedoaria Rosc dengan nama yang lebih dikenal

sebagai zedoaria atau kunyit putih merupakan herbaceous dan tanaman rhizomatous tahunan.

Tanaman ini berasal dari Bangladesh, Sri Lanka, India dan Indonesia serta tanaman ini

sekarang banyak di budidayakan oleh negara Cina, Jepang, Brazil, Nepal dan Thailand. 1

Rimpang dari Curcuma zedoaria Rosc banyak dilaporkan dapat berkhasiat sebagai

antimikroba, hepatoprotektif, anti-inflamasi, analgesik, antioksidan, sitotoksik. Zat aktif

utama dari tanaman ini adalah terpenoid. Hasil yang ditunjukan oleh screening fitokimia

menunjukan adanya terpenoid dalam konsentrasi tinggi dan senyawa lain seperti flavonoid.

Senyawa terpenoid ini memiliki tiga turunan struktur kimia yaitu diterpenoids, triterpenoid,

dan sesquterpene lactones. Mekanismenya berbeda-beda yakni diterpenoid bekerja

menghambat LTB4, LTC4, serta COX-1 pada jalur pengeluaran PGE2, triterpenoid

merupakan inhibitor yang bekerja terhadap asam arakhidonat , dan sesquterpene lactones

merupakan inhibitor terhadap produksi NO dan aktifitas NF-κB.28 Sedangkan senyawa

flavonoid akan menempel di sel imunitas dan akan segera Perbandingan Efektifitas

Antipiretik Ekstrak Etanol Kunyit Putih dengan Parasetamol...... | 409

Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

Page 20: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

memberikan suatu sinyal intraseluler serta mengaktivasi kerja Senyawa flavonoid akan

menghambat dari asam arakhidonat dan sekresi enzim lisosom dari membran akan terjadi

pemblokiran jalur siklooksigenase serta jalur lipoksigenase yang berefek pada penurunan

sejumlah kadar prostaglandin sebagai mediator inflamasi. Kedua senyawa ini akan

menghambat prostaglandin yang mengakibatkan penurunan suhu tubuh.25 Kunyit putih telah

menjadi obat tradisional yang dapat mengobati gangguan menstruasi, dispepsia, muntah,

hepatitis, radang , diare dan demam.1

Hewan coba yang di ujikan dalam penelitian menggunakan induksi fever oleh Brewer’s yeast. Dalam metode penelitian sebelumnya mengenai efektifitas antipiretik yang dikemukakan

oleh Golam Azam bahwa ditemukan ekstak etanol rimpang kunyit putih (Curcuma zedoaria

Rosc) terdapat pengurangan efek yang signifikan terhadap fever yang menggunakan induksi

oleh Brewers yeast. Dari hasil screening fitokimia menunjukan terdapatnya suatu konsentrasi

tinggi dari terpenoid dalam ekstrak etanol. Memberikan efek yang sebanding dengan

parasetamol. Curcuma zedoaria dilaporkan bahwa senyawa terpenoid dapat digunakan

sebagai anti inflamasi agen yang akan mengurangi prostaglandin E2 (PGE2). Temuan

sebelumnya diadapatkan bahwa efek Curcuma zedoaria mampu mengurangi sintesis

prostaglandin melalui penghambatan jalur Siklooksigenase. Hasilnya bahwa ekstrak Curcuma

zedoaria mampu mengurangi suhu tubuh.1

Dikarenakan belum banyaknya laporan pengetahuan ilmiah yang mendukung aktifitas

antipiretik dari Curcuma zedoaria sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

perbandingan ektrak etanol kunyit putih dan parasetamol.

B. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan adalah ekperimental dengan rancangan post test only

control group design. yang dilakukan pada. 25 ekor tikus yang sudah dibagi kedalam 5

kelompok. Bahan penelitian ini berupa Brewer’s Yeast sebagai induksi demam, aquades sebagai kontrol negatif, parasetamol sebagai kontrol positif serta ektrak etanol kunyit putih

(Curcuma zedoaria Rosc) dengan dosis 4,5, 9 dan 13,5 mg/200 g BB yang diberikan kepada

tikus percobaan.

Penelitian dilakukan terhadap 25 ekor tikus berumur 2-3 bulan yang sudah di hitung dengan

menggunakan rumus Freeder diukur suhu tubuh awal dengan nilai suhu normal tubuh tikus

34-35,5°C berkelamin jantan dan tidak dalam keadaan sakit atau dengan suhu tubuh di atas

normal.

Penelitian ini dilakukan selama 2 hari. Setiap subjek penelitian akan di ukur suhu normal

tubuh menggunakan termometer rektal serta diberikan induksi berupa Brewer’s Yeast dan ditunggu selama 18 jam sehingga timbul respon demam lalu diukur kembali suhu tubuh tikus

setelah itu diberikan 5 perlakuan. Perlakuan pertama berupa pemberian aquades terhadap

tikus kelompok pertama. Perlakuan kedua dengan memberikan parasetamol 10 mg/200 mg

BB tikus, perlakuan ketiga dengan memberikan ekstrak etanol kunyit putih 4,5 mg/ 200 g BB

tikus, perlakuan keempat diberikan . ekstrak etanol kunyit putih 9 mg/ 200 g BB tikus, dan

perlakuan kelima diberikan ekstrak etanol kunyit putih 13,5 mg/ 200 g BB tikus.

Analisis data yang digunakan adalah uji Annova untuk melihat perbedaan suhu rektal pada

kelompok perlakuan dilanjutkan dengan uji Tukey untuk memastikan perbedaan tersebut. 410

| Muhammad Prasetyo Putra, et al.

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

Page 21: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

C. Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang perbandingan efektifitas ekstrak etanol kunyit putih dengan

parasetamol terhadap tikus galur wistar yang berjumlah 25 ekor setelah diberikan brewer’s yeast. Terbagi kedalam 5 kelompok perlakuan kelompok 1 kontrol negatif (aquadest),

kelompok 2 (parasetamol), kelompok 3 ekstrak kunyit putih 4,5 mg/ 200g BB, kelompok 4 9

mg/ 200 mg BB, dan 13,5 mg/ 200 g BB. Setiap kelompok tikus yang telah diberikan induksi

brewer’s yeast akan menimbulkan reaksi demam karena adanya respon inflamasi. Suhu rektal

akan diukur kembali dengan menggunakan termometer digital setelah menit ke 60, 120, dan

180 dengan 1 kali pengukuran. Berdasarkan hasil yang didapatkan tikus mengalami

penurunan ±1°C setelah pemberian parasetamol dan ektrak etanol kunyit putih terjadi

penurunan suhu selama 180 menit.

Untuk melihat hasil perbandingan suhu rektal yang telah diukur pada setiap kelompoknya

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 Rata-rata Suhu Rektal

Tikus Pada Seluruh Kelompok

Perlakuan

Suhu rektal tikus °C

Suhu awal 0 menit 60 menit 120 menit 180 menit

Kelompok

1 kontrol

negatif

(aquadest)

34,5 36,5 36,7 37 37

Kelompok

2 kontrol

positif

(parasetam

ol)

34,5 37,5 36,5 36 35,6

Kelompok

3 ekstrak

etanol

kunyit

putih 4,5

mg/ 200 g

BB

34,5 36,8 36,2 35,8 35,6

Kelompok

4 ekstrak

etanol

kunyit

putih 9

mg/ 200 g

BB

34,7 36,7 35,9 35,5 35,2

Kelompok

5 ekstrak

etanol

kunyit

putih 13,5

mg/ 200 g

BB

34,6 36,2 35,7 36 35,9

Page 22: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

www.veterinaryworld.org Veterinary World Vol.2, No.8, August 2009

Analgesic and antipyretic activities of Curcuma longa

rhizome

extracts in Wister Rats

S. Neha*, G.D. Ranvir and C.R.Jangade

Department of Veterinary Pharmacology &

Toxicology

Postgraduate Institute of Veterinary & Animal

Sciences, Krishinagar, Akola

* Corresponding author

Abstract

The study was carried out to ascertain analgesic

and antipyretic activities of rhizome extracts of

Curcuma longa in Wister rats. Both aqueous and

alcoholic extracts at 100 and 200 mg/kg by oral,

single dose treatment for seven days revealed

significant difference (P<0.05, 0.01) in reaction

time in terms of analgesic activity before and after

treatments which was comparable to analgin

(10 mg/kg b wt.) and were ineffective in reversal of

brewers yeast induced pyrexia. Solvent yield

of these extracts was 20 percent and color dark

brown and reddish brown with solid and semisolid

consistency respectively.

Key words: Curcuma longa (rhizome) extracts,

yield, analgesic, antipyretic, rats, oral.

Introduction

The rhizome of Curcuma longa Linn. (Family:

Zingiberceae) has esteemed medicinal properties

and

uses referred in Ayurveda. It is one of the important

ingredient of food recipes in Indian cuisine under

spices

and condiments and sacredly used by Hindu

women.

Rhizome is useful in the treatment of diabetics,

hemorrhoids, anemia, jaundice, cough, asthma,

wound

healing, colic, gout, renal calculi, poisoning,

freckles,

skin and neurological disorders (Kirtikar and Basu,

1967). Folklore claims to relieve pain sensation and

cure bruises by external application (Sharma,

2003).

The decoction is valuable in disorders of blood

internally, fresh juice in purulent conjunctivitis,

catarrh,

reliving pain. Leaves are considered as antipyretic

(Chopra et al., 2002). C. longa is being used in

cosmetic

herbal formulation viz. Vico turmeric, JCICM-6

and

many others. Wide therapeutic applications,

medicinal

properties and uses of C. longa were considered to

find out physicochemical properties of rhizome

extracts

for analgesic, antipyretic activities in wister rats.

Materials and methods

Plant materials: Rhizome of Curcuma longa was

procured from local market. It was shade dried and

authenticated by the botanist of Dr. Punjabrao

Deshmukh Krishi Vidyapeeth, Akola. Shade dried

rhizome were powdered with help of electric

grinder

and subsequently used for alcoholic hot extraction

using soxhelt’s apparatus. Aqueous hot extract was

obtained after boiling the contents in one liter

chloroform water (0.1% v/v) on heating mentle.

The

solvent was evaporated under laminar air flow.

Percent

extractability was found to be 20 respectively.

Chemicals and drugs: Ethanol (99% v/v), analgin

(10

mg/ml) and acetoaminophen (50 mg/ml) were

standard

quality chemical and drugs used in this study.

Experimental animals: Thirty six wistar rats of

either

sex, weighing approximately 150-200 g were

procured

from Department of Biochemistry Laxminarayan

Institute of Technology College, Nagpur

University,

Nagpur (M.S.) were maintained on pellet diet at

room

temperature in the department of veterinary

Pharmacology, Nagpur Veterinary College,

Nagpur.

Drinking water was given ad lib. After

acclimatization

to the experimental conditions for a week period

these

animals were divided into six groups, each group

was

comprised of six rats of either sex. Prier to start of

the

experiment these animals were fasted and

employed

in this study. The experimental protocol was

approved

from institutional animal ethics committee of

postgraduate institute of veterinary & animal

sciences,

Akola.

Screening of analgesic activity: Groups I was

received normal saline in equivalent doses as that

of

treatment group was served as untreated control.

Group II received analgin @10mg/kg dose was

kept

as positive control for comparison. Group III, IV,

and V

VI were administered with aqueous and alcoholic

extracts at 100 and 200 mg/kg dose levels as 10 %

Page 23: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

suspension in 3 % gum acacia (@ 1 ml/200 gm

body

weight) orally and served as treatment groups. Tail

Veterinary World, Vol.2(8):304-306 RESEARCH

304

www.veterinaryworld.org Veterinary World Vol.2,

No.8, August 2009

immersion method described by Ghosh (1984) was

followed for screening analgesic activity. Increase

in

mean reaction time in seconds at every 30, 60 and

90

minutes intervals before and after treatment was

considered as analgesic activity of the extracts.

Screening of antipyretic activity: For screening

antipyretic activity same groups of animals and

their

respective treatments were followed, where group

II

animals was received Paracetamol (10mg/kg)

instead

of analgin was served as positive control for

comparison. Experimental pyrexia induced with

15%

suspension of brewers yeast in 2 % gum acacia in

normal saline was given 0.25 ml/100gm dose as per

the method described by Bhalla et al. (1971). The

rectal

temperature before and after treatment was

recorded

with the help of digital clinical thermometer at

every

hour up to three hours was compared with control.

Statistical analysis: The data of this study was

statistically analyzed using FRBD and was

considered

as significant at 5% and 1% level (Snedecor and

Cochran, 1967).

Results and Discussion

Analgesic activity: The mean reaction time before

(2.93 ± 0.22 minutes) and after treatment (3.26 ±

0.25

to 3.95 ± 0.24 minutes) were highly significant (P<

0.05,

0.01) there was dose and time dependent increase

in

reaction time (Table 1). The aqueous extract at 200

mg/kg dose was showed increase in mean reaction

time which was significantly higher compared to

other

extracts. Increase in mean reaction time by analgin

in

group T2 was significantly higher (4.31 ± 0.43

minutes)

than both aqueous and alcoholic extracts and its

activity

was comparable to aqueous extract at above dose

level. The alcoholic extract at 100 and 200 mg/kg

were

showed similar increased in reaction. Increase in

mean

reaction time by both extracts were highly

significant

compared to control showing analgesic activity of

these

extracts where analgin (10 mg/kg) was found to be

most

potent and effective than aqueous and alcoholic

extracts might be due suppression of prostaglandins

(Hajare et al., 2000). Dose dependent analgesic

activity

of curcuminols following intra-peritoneal

administration

in writhing and capsaicin and formalin rat model

has

been reported by Navarro et al. (2002). Prolonged

reaction time to radiant heat stimulation and

reduced

number of writhing episode following JCICM-6

(polyherbal formulation containing Curcuma

longa) in

mice was reported by Zhou et al. (2006). The

analgesic

activity C. longa rhizome powder extract in human

was

observed by Jaiswal et al. (2004). Above reports

are

in agreement with our findings.

Antipyretic activity: Average normal (98.46 ±

0.17)

and pyretic (101.82 ± 0.06) rectal temperature of

was

significantly different (P<0.05, 0.01). Initial rise of

temperature after 18 hrs of yeast injection (2.96 0F

to

3.78 0F), was reported by Hajare et al. (2000)

which

corresponds to the findings observed in our study.

The

mean pyretic rectal temperature following

treatment

with aqueous at 100 and 200 mg/kg by single oral

treatment in group T3 and T4 groups were non

significant where as in group T2, T5 and T6 were

significantly different from untreated control group

(T1).The alcoholic extract at same dose level as

above

in group T5 and T6 were significant (P<0.05,0.01)

than

untreated control. Antipyretic activity of the above

extracts were significant in group T4 and T6 where

it

was non significant in group T3 and T5 compared

to

paracitamol reference standard drug (Group T2) but

pyretic rectal temperature did not appeared to be

normal at 0 hours showing non significant

antipyretic

activity of above extracts. There was significant

Page 24: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

difference between initial pyretic rectal temperature

(0hrs) and subsequent time intervals where

paracetamol appears to be more potent in reversal

of

pyrexia.

Percent yield of aqueous and alcoholic extract

was found to be 20 each. The extracts were dark

brown

and reddish brown with solid and semisolid in

consistency respectively.

Conclusion

The present study concluded that Curcuma longa

(rhizome) extracts at 100 and 200 mg/kg by single

oral

dose treatment had analgesic effect but no

antipyretic

effect. In support to folklore claims for cure of

wound,

inflammation, pain and associated conditions where

“Haldi” is used could be justifiable. References

1. Bhalla, T.N., M.B., Gupta, and K.P. Bhargava

(1971):

Antipyretic, analgesic activity of some natural

products,

Indian Journal of Pharmacology, 3 (4):194-196,

1971.

2. Chopra, R.N., S.L., Nayer, and I.C. Chopra, I.C.

(2002):

Glossary of Indian Medicinal Plants, 6th reprint

edn.,

CSIR New Delhi, PP. 85

3. Ghosh, M.N. (1984): Fundamentals of

experimental

pharmacology, 2nd Edn., Scientific Book Agency,

Calcutta, PP. 144.

4. Gupta, M.B., T.K. Palit, N. Singh, and K.P.

Bhargava

(1971): Pharmacological studies to isolates the

active

constituents from Cyprus rotundus possessing

antiinflammatory,

antipyretic and analgesic activities. Indian

J. Med. Res. 59:76-82.

5. Hajare, S.W., S. Chandra, S.K. Tandan, J.

Sarma, J.

Lal, and A.G. Telang (2000): Analgesic and

antipyretic

activities of Dalbergia sissoo leaves, Indian J.

Pharmacol, 32:357-60.

6. Jaiswal, S., S.V. Singh., B. Singh and H.N.

Singh

(2004): Plant used for tissue healing of

animals.Natural

Product Radiance. Vol. 3(4):142.

7. Kirtikar, K.R. and B. D. Basu (1935): Indian

medicinal

Analgesic and antipyretic activities of Curcuma

longa rhizome extracts in Wister Rats

305

www.veterinaryworld.org Veterinary World Vol.2,

No.8, August 2009

plants, Vol. IV, 2nd Edn., Periodical Experts Books

Agency , Delhi, 2423-36.

8. Navarro D. de F., M.M. De Souza, R.A. Neto, V.

Golin,

R. Niero, R.A. Yunes, F. DelleMonache and V.

CechinelFilho (2002): Phytochemical analysis and

analgesic properties of Curcuma. Phytomedicine.

9(5):427-32.

9. Sharma, R. (2003): Medicinal Plants of India:

An

Encyclopedia, Daya publishing House, Delhi, P 76-

77.

Table-1.Antipyretic activity of rhizome extracts

of Curcuma longa L. in wistar rats.

Tr.Gr. Treatment and dose Rectal Temperature

(0F)

-18 hrs 0 hr 1 hr 2 hr 3 hrs Average± SE

T1 Control (NS) 98.10 ± 0.17 101.45 ± 0.04 101.25

± 0.04 101.21 ± 0.03 101.35 ± 0.02 100.67 ± 0.06

T2 Paracitamol (10mg/kg) 98.53 ± 0.28 101.85 ±

0.07 101.10 ± 0.05 101.10 ± 0.04 101.1 ± 0.02

100.7* ± 0.09

T3 Aqueous (100mg/kg) 98.7 ± 0.24 101.9 ± 0.07

101.4 ± 0.04 101.3 ± 0.06 101.4 ± 0.03 100.94**,a

± 0.09

T4 Aqueous (200mg/kg) 98.95 ± 0.13 101.91 ±

0.05 101.5 ± 0.01 101.5 ± 0.04 101.6 ± 0.02

101.09**,b ± 0.05

T5 Alcoholic (100mg/kg) 98.25 ± 0.11 101.83 ±

0.03 101.6 ± 0.06 101.5 ± 0.05 101.4 ± 0.04

100.92*,a ± 0.06

T6 Alcoholic (200mg/kg) 98.22 ± 0.10 102.0 ±

0.07 101.7 ± 0.01 101.7 ± 0.01 101.7 ± 0.05

101.06*,b ± 0.05

Average ± SE 98.46 ± 0.17 101.82 ± 0.06 101.43 ±

0.04 ** 101.39±0.04 ** 101.43±0.03**

Value are mean ± SE, n=6, *,a =non-significant,

**,b=Significant For Treatment df (5,20) (P< 0.05,

01) F (cal) 4.08

(2.71, 4.1), CD: 0.25 For period: df (4,20) (P< 0.05,

01) F (cal) 321.74 (2.87, 4.43), CD: 0.23

Table-2. Analgesic activity of rhizome extracts

of Curcuma longa L. in wistar rats.

Gr. Treatment and dose Reaction time

(Seconds) Total

Initial (0 min) 30 min 60 min 90 min

T1 Control (NS) 3.72 ± 0.17 3.52 ± 0.17 3.82 ±

0.17 4.18 ± 0.18 3.81± 0.17

T2 Analgin(10mg/kg) 3.58 ± 0.39 3.98 ± 0.46 4.67

± 0.47 5.0 ± 0.41 4.31**± 0.43

T3 Aqueous (100mg/kg) 2.4 ± 0.11 2.67 ± 0.15

3.08 ± 0.15 3.33 ± 0.13 2.87**,b± 0.14

T4 Aqueous (200mg/kg) 2.85 ± 0.25 3.53 ± 0.24

3.8 ± 0.23 4.02 ± 0.25 3.55**,b ± 0.24

T5 Alcoholic (100mg/kg) 2.37 ± 0.21 2.92 ± 0.20

3.22 ± 0.22 3.62 ± 0.23 3.03**,b ± 0.22

T6 Alcoholic (200mg/kg) 2.67 ± 0.24 2.93 ± 0.25

3.22 ± 0.25 3.57 ± 0.22 3.10**,b ± 0.24

Page 25: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

Total 2.93 ± 0.23 3.26**,a ± 0.24 3.64**,a ± 0.25

3.95**,a ± 0.24

Value are mean ± SE, n=6, **,a, b highly

significant For Treatment: df (5,15) (P< 0.05, 01) F

(cal) 36.85584 (2.9,

4.56), CD: 0.273557, For Blocks: df (3,15) (P<

0.05, 01) F (cal) 35.66921(3.49, 5.42), CD:

0.223358

10. Snedecor, G.W. and W.G. Cochran (1976):

Statistical

methods, Indian 6th reprint Edn. Oxford and IBH

Publishing Co. Calcutta, 124-126.

11. Zhou, H., Y.F. Wong, X. Cai, Z.Q. Liu, Z.H.

Jilan, Z.X.

Bian, H.X. Xu, and L. Liu (2006): Suppressive

effects

of JCICM-6, the extract of anti-arthritic herbal

formulation on the experimental inflammatory and

nociceptive models in rodents, Biol. Pharma. Bull.

29(2):253-60.

Analgesic and antipyretic activities of Curcuma

longa rhizome extracts in Wister Rats

********

306

Page 26: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

Kusuma Dewi, 2014, Pengaruh Pemberian Ekstrak

Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val) Metode

Maserasi Dan

Dekok Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Tikus Putih

(Rattus norvegicus) Yang Diberi Vaksin Dpt

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (CURCUMA DOMESTICA VAL) METODE MASERASI DAN DEKOK TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH TIKUS PUTIH (RATTU NORVEGICUS) YANG DIBERI VAKSIN DPT Kusuma Dewi, Ni Kadek., dr. Made Jawi, M.Kes. (1), Ns. Dian Adriana, S.Kep (2)

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana

Abstract. Turmeric rhizome is one of the

herbal plant which can use for antipyretic.

One of the chemical content inside turmeric

rhizome which can use for fever

treatment is flavonoid. Use of dekok

extraction method already use for processing

turmeric rhizome as antipyretic. Considering

that flavonoid compound can't stand

with heat, then it necessary to do Tumeric

rhizome processing with maceration

method. This study aims for know the

differences in effect turmeric rhizome

extract

with maceration method and dekok to

decrease white rat body temperature which

given DPT vaccine. This study is

experimental study with completely

randomized

design. The treatment group consists of

turmeric rhizome extract maceration method

dose 126 mg, dose 252, dose 378 mg, dekok

method at dose of 2.4 gr/200 grBB and

control negative are give aquades

(3cc/200grBB).. Data Analysis with One

Way

Anova test shown significant differences

(p:0.001 < α:0,05) between treatment groups

before and after the intervention. The results

of the analysis with post hoc test show

not significant difference between treatment

groups (p:0.095 - 0.947 > α:0,05). Key words : Turmeric Rhizome Extract,

Antipyretic, Maceration, Dekok, DPT

vaccine

PENDAHULUAN

Vaksin DPT merupakan salah

satu program wajib dari pemerintah

(Dirjen P2PL, 2011). Beberapa efek

samping yang dapat ditimbulkan dari

pemberian vaksin DPT berupa reaksi

lokal seperti bengkak, nyeri dan

kemerahan pada lokasi suntikan

disertai demam dapat timbul dalam

sejumlah besar kasus (Depkes, 2009).

Demam yang ditimbulkan vaksin DPT

lebih tinggi daripada vaksin-vaksin

yang lain (Syarifah, 2010).

Pengobatan demam sendiri dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu

dengan menggunakan terapi

farmakologi dan non farmakologi.

Salah satu pengobatan non

farmakologi adalah dengan

memanfaatkan terapi herbal yang juga

berfungsi sebagai antipiretik salah

satunya yaitu pemanfaatan tanaman

rimpang kunyit (Kohli et al., 2005).

Rimpang kunyit merupakan

salah satu tanaman herbal yang dapat

digunakan sebagai antipiretik dalam

pengobatan demam. Salah satu

kandungan senyawa kunyit yang

diduga dapat digunakan sebagai

pengobatan demam adalah senyawa

flavonoid (Neha et al., 2009). Berbagai

metode ekstraksi pengolahan rimpang

kunyit telah banyak digunakan untuk

mengefektifkan kandungan kimianya.

Pengolahan rimpang kunyit sebagai

antipiretik telah diolah dengan metode

dekok serta infusa. Pengolahan dengan

cara tersebut tidak efektif untuk

mengaktifkan senyawa flavonoid

1

Kusuma Dewi, 2014, Pengaruh Pemberian Ekstrak

Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val) Metode

Maserasi Dan

Dekok Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Tikus Putih

(Rattus norvegicus) Yang Diberi Vaksin Dpt

karena senyawa flavonoid tidak tahan

panas serta mudah teroksidasi pada

suhu yang terlalu tinggi (Adithya et al.,

2010).

Maserasi merupakan proses

paling tepat dilakukuan. Suhu terbaik

untuk melakukan maserasi adalah 20-

30C (Setyaningsik et al., 2010)

sangat tepat digunakan untuk

Page 27: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

mengaktifkan senyawa flavonoid

dalam rimpang kunyit, mengingat

senyawa tersebut tidak tahan panas.

Senyawa metanol walaupun dapat

digunakan sebagai pelarut, namun

senyawa ini sangat tidak dianjurkan

untuk digunakan sebagai bahan

makanan karena bersifat toksik. Air

merupakan salah satu pelarut polar

yang mudah diperoleh namun, air

merupakan tempat tumbuh bagi kuman

serta dapat melarutkan enzim

Berdasarkan fakta tersebut, maka

diperlukan terobosan terbaru dalam

pengolahan rimpang kunyit sehingga

diharapkan dapat menghasilkan

kualitas yang lebih bagus dari

sebelumnya serta dapat diaplikasikan

dalam masyarakat. Berdasarkan uraian

di atas, mendorong peneliti untuk

melakukan penelitian mengenai uji

pengaruh pemberian ekstrak rimpang

kunyit (curcuma domestica Val)

terhadap penurunan suhu tubuh pada

tikus putih (Rattus Norvegicus) yang

diberi vaksin DPT.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan

penelitian eksperimen murni atau

percobaan. Menurut Hanafiah (2010),

percobaan atau experimental design

dengan rancangan acak lengkap

(completely randomized designed).

Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah

tikus putih (Rattus norvegicus).

Peneliti mengambil sampel berjumlah

25 ekor tikus yang telah memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi.

Pengambilan sampel disini dilakukan

dengan cara completely randomized

designed.

Instrumen Penelitian Pengumpulan data dilakukan

dengan cara melakukan pengukuran

suhu tubuh rektal tikus putih yang

dihitung dari nilai rata-rata suhu tubuh

tikus putih tiap 15 menit sampai

pengukuran pada menit ke-90 dengan

menggunakan termometer digital

dengan skala data interval

Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data Dari sampel yang terpilih,

peneliti melakukan pengelompokkan

khusus yaitu untuk perlakuan

pemberian ekstrak rimpang kunyit

metode maserasi terdiri dari 3

perlakuan yaitu dosis 1 (126

mg/200grBB), dosis 2 (252

mg/200grBB), dan dosis 3 (378

mg/200grBB). Sedangkan untuk

kelompok perlakuan yang

mendapatkan ekstrak rimpang kunyit

metode dekok terdiri dari 1 kelompok

dosis yaitu 2,4 gr/200grBB sesuai

dengan dosis paling efektif pada

penelitian sebelumnya.

Setelah data terkumpulkan

maka data di deskripsikan rata-rata

suhu tubuh sebelum dan setelah

perlakuan pada masing-masing

kelompok. Selanjutnya ditabulasikan, Kusuma Dewi, 2014, Pengaruh Pemberian Ekstrak

Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val) Metode

Maserasi Dan

Dekok Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Tikus Putih

(Rattus norvegicus) Yang Diberi Vaksin Dpt

data dimasukkan dalam tabel distribusi

frekuensi dan diintepretasikan.

Sebelum dilakukan analisis uji

parametric, maka data akan dilakukan

uji normalitas dengan menggunakan

uji Shapiiro-Wilk dan uji homogenitas

(Levene-test). Untuk melihat pengaruh

pemberian ekstrak rimpang kunyit

terhadap penurunan suhu tubuh akan

dilakukan uji Anova dan untuk melihat

apakah terdapat perbedaan penurunan

suhu tubuh yang signifikan pada

kelompok perlakuan akan dilakukan

uji Post Hoc dengan tingkat

signifikansi p ≤ 0.05 dan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil Penelitian Distribusi karakteristik sampel

berdasarkan usia dari pengumpulan

data didapatkan, tikus putih yang

digunakan dalam penelitian ini berusia

2 bulan dengan rata-rata berat badan

tikus berkisar antara 100-200 gram

BB.

Rata-rata suhu tubuh tikus putih

setelah diberikan vaksin DPT

Page 28: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

mengalami perubahan. Setelah

diberikan vaksin, suhu tubuh pada

masing-masing kelompok sampel

mengalami peningkatan (dalam kondisi

demam). Rata-rata penurunan suhu

tubuh pada kelompok perlakuan yang

diberikan ekstrak rimpang kunyit

hingga menit ke 90 sebesar 35,2-35,9

C sedangkan rata-rata suhu tubuh

pada kelompok kontrol yang diberikan

aquadest sebesar 36,6C.

Rata-rata suhu rektal pada

kelompok maserasi dosis 1, dosis 2,

dosis 3, dan dekok pada beberapa titik

waktu menunjukkan penurunan suhu

yang lebih tinggi dibandingkan dengan

kelompok kontrol. Pada kelompok

kontrol (aquadest) dari hasil penelitian

didapatkan bahwa terjadi kenaikan

suhu rektal rata-rata tikus putih setelah

menit ke-15 hingga menit ke-30,

kemudian turun hingga menit ke-60

dan mengalami sedikit peningkatan

lagi pada menit ke-75.

Menurut hasil uji statistic

pengaruh pemberian ekstrak rimpang

kunyit terhadap penurunan suhu tubuh

tikus putih yang diberi vaksin DPT

dengan menggunakan uji Anova

didapatkan hasil p : 0.001 (p<0.05).

Hal ini menunjukkan bahwa Ha

diterima atau pemberian ekstrak

rimpang kunyit metode maserasi dan

dekok pada kelompok perlakuan dan

aquadest pada kelompok kontrol dapat

menurunkan suhu tubuh tikus putih

yang diberi vaksin DPT.

Dari perhitungan statistic uji

Post Hoc sumber variasi kelompok

perlakuan dengan taraf signifikansi 5%

menunjukkan bahwa perbandingan

antar kelompok perlakuan yang

mendapatkan ekstrak rimpang kunyit

metode maserasi dan dekok

menunjukkan nilai p>0,05 yaitu Ha

ditolak atau tidak ada perbedaan

pengaruh pemberian ekstrak rimpang

kunyit (Curcuma domestica Val)

metode maserasi dan dekok terhadap

penurunan suhu tubuh tikus putih

(Rattus norvegicus) yang diberi vaksin

DPT.

PEMBAHASAN Tikus putih dalam penelitian ini

dibuat demam dengan memberikan zat

pirogen yang disuntikkan pada

tubuhnya secara intra peritoneal. Salah

satu zat pirogen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah vaksin DPT-Hib.

Demam yang ditimbulkan oleh vaksin Kusuma Dewi, 2014, Pengaruh Pemberian Ekstrak

Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val) Metode

Maserasi Dan

Dekok Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Tikus Putih

(Rattus norvegicus) Yang Diberi Vaksin Dpt

DPT lebih tinggi dibandingkan dengan

vaksin-vaksin lain (Syarifah, 2010).

Rata-rata suhu tubuh kelompok

sampel sebelum diberikan vaksin DPT

sebesar 35,96oC, sedangkan setelah

diberikan vaksin, rata-rata suhu tubuh

meningkat menjadi 39,07oC.

Peningkatan suhu tubuh tersebut

menunjukkan bahwa semua sampel

pada penelitian ini berada dalam

kondisi demam. Besarnya kenaikan

suhu bervariasi untuk setiap tikus.

Tinggi rendahnya kenaikan suhu

menunjukkan derajat demam yang

dialami masing-masing tikus.

Dilihat dari hasil uji One Way

Anova yang dilakukan antara

kelompok sampel pada penelitian ini

didapatkan hasil p = 0,001 < α (0,05).

Data yang digunakan pada penelitian

ini yaitu suhu T0 (15 menit setelah

diberikan vaksin DPT) dan suhu T90

(90 menit setelah diberikan ekstrak

rimpang kunyit pada kelompok

perlakuan dan aquadest pada kelompok

kontrol. Dari hasil di atas dapat

disimpulkan bahwa pemberian ekstrak

rimpang kunyit dapat menurunkan

suhu tubuh tikus putih yang diberi

vaksin DPT.

Terjadinya penurunan suhu

tubuh pada penelitian ini, dikarenakan

oleh efek antipiretik yang terdapat

dalam ekstrak rimpang kunyit. Salah

satu kandungan senyawa yang terdapat

dalam ekstrak rimpang kunyit yang

diduga dapat menurunkan suhu tubuh

adalah senyawa flavonoid (Agus

Kardinan, dan Fauzi Rahmat Kusuma.

2004; 11). Senyawa flavonoid

Page 29: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

merupakan salah satu senyawa yang

dapat menghambat aldoreduktase,

proteinkinase, monoaminoksidase,

DNA polymerase dan siklooksigenase

(Kohli etal., 2005). Penghambatan

pada enzim siklooksigenase terutama

siklooksigenase-2 (COX-2) dapat

memberikan pengaruh lebih luas oleh

karena mekanisme penghambatan

enzim siklooksige merupakan langkah

awal untuk menuju jalur hormon

eikosanoid yang merupakan zat aktif

biologik yang bersasal dari asam

arakhidonat seperti tromboksan dan

prostaglandin (Indah, 2004).

Mekanisme penghambatan pada

prostaglandin, akan menurunkan titik

thermostat tubuh di hipotalamus

sehingga demam menjadi turun

(Rakayudha, 2010).

Menurut Daniele (2008)

senyawa flavonoid juga berfungsi

sebagai antioksidan yang bekerja

sebagai inhibitor biosintesis

prostaglandin. Senyawa flavonoid

bekerja pada endothelium

mikrovaskular untuk menghambat

pelepasan asam arakhidonat dan

sekresi enzim lisosom dari membran

dengan jalan memblok jalur

siklooksigenase dan jalur lipoksigenase

sehingga menurunkan kadar

prostaglandin dan leukotriena

(mediator inflamasi) (Indah, 2004).

Hasil uji Post Hoc antara

kelompok maserasi dengan dekok

menunjukkan terjadi penurunan suhu

tubuh yang tidak bermakna dimana

nilai p>0.05 antara menit ke-15 sampai

menit ke-90. Hal ini menunjukkan

tidak terdapat perbedaan penurunan

suhu rektal antara kelompok yang

dibandingkan. Walaupun tidak terdapat

perbedaan selisih penurunan suhu

tubuh secara bermakna, tetapi dilihat

dari nilai rata-rata perbedaan suhu

rektalnya, didapatkan bahwa kelompok

maserasi dosis 2 merupakan dosis yang Kusuma Dewi, 2014, Pengaruh Pemberian Ekstrak

Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val) Metode

Maserasi Dan

Dekok Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Tikus Putih

(Rattus norvegicus) Yang Diberi Vaksin Dpt

paling baik karena memiliki rata-rata

penurunan suhu paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok

maserasi dosis 1, maserasi dosis 3 dan

dekok. Hal tersebut terjadi karena

maserasi dosis 2 berada dalam

konsentrasi terbaik untuk berikatan

dengan reseptor sehingga reseptor

dapat berikatan dengan obat dalam

durasi yang lebih lama. Intensitas efek

obat dikatakan berbanding lurus

dengan fraksi reseptor yang

didudukinya atau diikatnya, dan

intensitas efek mencapai titik

maksimal apabila seluruh reseptor

ditempati oleh obat (Ganiswara, 2003).

Penurunan suhu rektal tikus

bervariasi pada penelitian ini,

meskipun terdapat dalam kelompok

perlakuan yang sama. Menurut

Ganiswara (2003), perbedaan

penurunan suhu rektal tersebut

kemungkinan juga dipengaruhi oleh

factor lain seperti factor psikologis

(stress oleh karena dilakukannya

pengukuran suhu rektal yang

berulangulang),

factor endogen tikus

(sensitifitas terhadap zat yang

diberikan, keadaan lambung tikus,

serta kemampuan tubuh dalam

mengabsorbsi obat) yang bersifat

individual terhadap agen antipiretik

dan agen pencetus demam, dari factor

lingkungan dan factor patologik yang

bisa menyebabkan obat menurun atau

meningkat. Penurunan efek obat

mungkin merupakan konsekuensi dari

penyerapan yang jelek pada saluran

cerna, pembuluh darah atau

peningkatan ekskresi melalui ginjal

(Fauziah, 2010).

Efek antipiretik yang terjadi

pada ekstrak rimpang kunyit ini

kemungkinan dikarenakan oleh

kandungan fenol, salah satunya yaitu

senyawa flavonoid yang terdapat

dalam ekstrak. Senyawa flavonoid

dalam kandungan rimpang kunyit akan

menempel pada sel imun dan

memberikan signyal intraseluler untuk

mengaktifkan kerja sel imun agar lebih

Page 30: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

baik (Agus Kardinan, dan Fauzi

Rahmat Kusuma. 2004; 11).

Beberapa senyawa flavonoid

dapat menghambat pelepasan asam

arakhidonat dan sekresi enzim lisosom

dari membrane dengan jalan memblok

jalur siklooksigenase dan jalur

lipoksigenase sehingga menurunkan

kadar prostaglandin dan leukotriena

(mediator inflamasi) (Fakkihah &

Kurniawan, 2014). Mekanisme

penghambatan sintesis prostaglandin

akan menyebabkan terjadinya

penurunan suhu tubuh (Andriana,

2007). Mekanisme penghambatan

inilah yang menerangkan efek

antipiretik dari flavonoid. Menurut

Rakayudha (2010) flavonoid juga

berfungsi sebagai zat antioksidan yang

akan bekerja sebagai inhibitor

biosintesis prostaglandin.

Hasil tersebut berbanding

lurus dengan penelitian

Chatttopadhyay et.al (2004) yang

mengatakan bahwa salah satu

kandungan senyawa aktif dalam

curcumin yang dapat menurunkan

panas adalah senyawa flavonoid.

Beberapa penelitian lain yang juga

meneliti tentang kandungan senyawa

flavonoid dalam suatu bahan berfungsi

sebagai antipiretik adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fauziah (2010)

dimana didapatkan nilai α=0,001

didapatkan bahwa salah satu

kandungan senyawa aktif dalam Kusuma Dewi, 2014, Pengaruh Pemberian Ekstrak

Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val) Metode

Maserasi Dan

Dekok Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Tikus Putih

(Rattus norvegicus) Yang Diberi Vaksin Dpt

ekstrak daun pare yaitu senyawa

flavonoid memiliki efek antipiretik.

KESIMPULAN DAN SARAN Suhu tubuh tikus putih

sebelum dan setelah diberikan vaksin

DPT 1 cc intra peritoneal mengalami

peningkatan, dengan nilai rata-rata

pada kelompok maserasi (39,06oC),

dekok (39,02oC) dan kontrol

(39,16oC). Rata-rata suhu tubuh tikus

putih setelah diberikan ekstrak

rimpang kunyit metode maserasi pada

kelompok perlakuan sebesar 35,62C,

ekstrak rimpang kunyit metode dekok

pada kelompok perlakuan sebesar

35,82C, dan aquadest pada kelompok

kontrol sebesar 36,69C

Terdapat pengaruh pemberian

ekstrak rimpang kunyit terhadap suhu

tubuh tikus putih yang diberi vaksin

DPT. Dilihat dari nilai deskriptif,

penurunan terbesar terjadi pada

kelompok maserasi dosis 2 yaitu

sebesar 2,33oC dan tidak terdapat

perbedaan nilai rata-rata penurunan

suhu tubuh antar kelompok perlakuan

(maserasi dosis 1, maserasi dosis 2,

maserasi dosis 3 dan dekok).

Berdasarkan hasil penelitian

di atas, maka dapat disarankan untuk

memberikan informasi dan

pengetahuan kepada masyarakat

tentang rimpang kunyit dan khasiatnya

dalam pemilihan terapi alternative

untuk menurunkan suhu tubuh

sebelumnya ekstrak rimpang kunyit

harus dilakukan uji toksisitas terlebih

dahulu dan untuk penelitian lainnya

diharapkan agar melakukan penelitian

dengan menggunakan jumlah sampel

yang lebih besar dan penggunaan agen

pirogen yang lebih bagus dan

menggunakan metode yang lebih baik

untuk menyempurnakan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Andriana, Dian. 2007. Uji Efek

Analgesik Perasan Daun Biduri

(Calotropis gigantea) Pada

Mencit Dengan Metode Geliat

(Writhing refleks). Skripsi.

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Jember

Chattopadhyay I., Biswas K.,

Bandyopadhyay U. and

Banerjee R.K. 2004. Turmeric

And Curcumin: Biological

Actions And Medicinal

Applications. Current Science.

87: 44-53.

Depkes RI., 2005. Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia

Nomor:

1059/MENKES/SK/IX/2004

Tentang Pedoman

Page 31: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

Penyelenggaraan Imunisasi

Fakkihah Mooduto, Fiki & Kurniawan

Busa, Andi. 2014. Flavonoid.

(online)

http://www.scribd.com/doc/191

715199/Flavonoid (diakses, 2

Mei 2014)

Fauziah, Ermawati. 2010. Efek

Antipiretik Ekstrak Daun Pare

(Momorcica charantia L.) Pada

Tikus Putih Jantan. Skripsi.

Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Ganiswara SG. Farmakologi Dan

Terapi, Edisi 4 Cetak Ulang

2003. Jakarta: Bagian

Farmakologi Fakultas Kusuma Dewi, 2014, Pengaruh Pemberian Ekstrak

Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val) Metode

Maserasi Dan

Dekok Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Tikus Putih

(Rattus norvegicus) Yang Diberi Vaksin Dpt

Kedokteran Universitas

Indonesia, 2003:10-16.

Hanafiah, Kemas Ali. 2010.

Rancangan Percobaan Teori

dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali

Pers

Indah, Mutiara. 2004. Mekanisme

Kerja Hormon. Fakultas

Kedokteran Bagian Biokimia

Universitas Sumatera Utara.

Kardinan, A., dan Rahmat K., Fauzi.

2004. Mengenal Meniran

Dalam: Meniran Penambah

Daya Tahan Tubuh Alami. Cet.

1. Jakarta: Agro Media Pustaka.

H:10-11

Kohli, K., Ali, J., Ansari, M.J., dan

Raheman, Z. 2005. Curcumin: A

Natural Anti Inflammatory Agent,

Indian J. Pharmacol., 7: 141–147

Rakayudha, Tofan. 2010. Efek

Antipiretik Air Rebusan Kelopak

Bungan Rosella (Hibiscus

sabdariffa L.) Pada Tikus Putih

(Rattus Norvegicus). (Skripsi).

Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Simoni, Daniele., et all. 2008.

Antitumor Effects of Curcumin

and Structurally β-diketone

Modified Analogs on Multidrug

Resistant Cancer Cell,

www.sciencedirect.com,

Bioorganic and Medicinal

Chemistry Letters18 (2008)

845–849.

Syarifah, Luthfiana. 2010. Efek

Antipiretik Ekstrak Herba

Meniran (Phyllanthus niruri L.)

Terhadap Tikus Putih (Rattus

norvegicus) Dengan Demam

Yang Diinduksi Vaksin Dpt.

Skripsi. Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Page 32: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

IJRBAT, Special Issue-(6), October 2015 ISSN 2347 – 517X (Online) SEVADAL MAHILA MAHAVIDYALAYA, NAGPUR

298 Material Science – NCRTS 2015

TURMERIC FROM HOME TOWARDS HEALTH: A REVIEW S B GURUBAXANI1* AND S H GANATRA2

1,2Department of Chemistry, Institute of Science, Nagpur-440001, Maharashtra (India) *Corresponding Author e-mail: [email protected] Abstract:

Ancient scriptures, Ayurveda, Unani medicine documented the use of turmeric in peptic ulcer treatment, wound treatment and its active principles as an anti-inflammatory agent. In the last two decades modern scientists endeavored to study systematically its numerous pharmacological properties as therapeutically potential candidate to be used in the prevention and treatment of chronic diseases such as cancer and HIV. The present article highlights the medicinal properties of turmeric studied previously towards its application as a promising multi targeted future herbal drug. Key Words: Turmeric, pharmacology, herbal drug.

INTRODUCTION:

Turmeric, the rhizome of Curcuma longa L. is

widely used as dietary spice and colouring agent belonging to ginger family Zingiberaceae.

C. longa is also known as Indian saffron,

Indian gold due to its colour. It is widely distributed, a native of tropical South Asia and requires an average rainfall of 1000 and 2000mm a year. The plant grows to a height of 0.9 meters and has long stemmed leaves with

pale yellow flowers and requires loamy soil. C.

longa is known by different names in various

Indian languages namely, Haldi (Hindi), Halad (Marathi), Harita and Haridra (Sanskrit), Manjal (Tamil), Pasupu (Telugu), Lidar (Kashmiri), Holud (Bengali) [1]. Turmeric constitutes 5% essential oils and up to 5% curcumin, a polyphenol. The phytochemicals of turmeric is of main interest to researchers which could serve as newer leads for modern drug design. The present review aims to signify the therapeutic

properties of C. longa and its future prospects

for further scientific investigation to develop novel drugs with improved efficacy [2]. MEDICINAL PROPERTIES OF CURCUMA

LONGA:

Curcuma longa is an important medicinal plant

and in recent studies it is reported for array of biological activities. ANTI-INFLAMMATORY ACTIVITY

The crude methanol extracts of C. longa

administered on mice showed a potential antiinflammatory activity with a significance value o.ooo1 at a dose of 500 mg/kg of body weight and in 250 mg/kg of the P value 0.0003 [3]. With specific lipoxygenase and

cyclooxygenase-2 inhibiting properties it is

highly anti-inflammatory. In vitro and in vivo

studies suggest that it decreases both acute and chronic inflammation [4, 5]. Its anti-inflammatory properties are due to its ability to inhibit both biosynthesis of inflammatory prostaglandins, arachidonic acid and neutrophil function during inflammatory states [6]. ANTIOXIDANT ACTIVITY

Antioxidant activity of turmeric is shown by

water and fat soluble extracts. In vitro

analyses on endothelial heme oxygenase-1, an inducible stress protein was conducted utilizing endothelial cells. Cellular resistance was observed to oxidative damage on incubation with curcumin [7, 8]. ANTIFUNGAL ACTIVITY

Ar-turmerone, a major component in turmeric oil has effective antifungal activity against dermatophytes [9].

Fresh juice of rhizome of C. longa is

antiparasitic in many skin infections [10]. Turmeric mixed with cow’s urine is taken internally in itching and dermatitis [11]. ANTIFERTILITY ACTIVITY

Aqueous extracts of rhizome of C. longa on the

seminal parameters of Swiss Albino male mice causes infertility [12].

Alcoholic and aqueous extracts of turmeric is antispermatogenic and is confirmed by reduction in spermatogenia, spermatocytes and spermatids [13]. Antioestrogenic property of curcumin blocks the oestrogen metabolism receptors or diminishes oestrogen synthesis due to reduced metabolism or both [14]. ANTIPYRETIC EFFECTS

Methanolic extract of C. longa showed

significant antipyretic activity when compared to reference paracetamol. In mice, yeast was administered which increased the rectal temperature 18 hours after yeast injection. The extract showed better pyrexia inhibition than the reference drug at 6th hour [15]. ANTIDIABETIC EFFECTS

Study of the effect of C. longa freeze dried

rhizome powder with milk in streptozotocin induced mice revealed that the hypolipidemic

IJRBAT, Special Issue-(6), October 2015 ISSN 2347 – 517X (Online) SEVADAL MAHILA MAHAVIDYALAYA, NAGPUR

299 Material Science – NCRTS 2015 and hepatoprotective effects of turmeric could be used as an effective and safe antidiabetic dietary supplement [16].

The isopropanol and acetone extract of C.

longa is responsible for maximal inhibition of

the enzyme Human Pancreatic Amylase which causes reduction in starch hydrolysis that leads to lowered glucose levels [17].

Page 33: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

CARDIOVASCULAR EFFECTS

Prevention of coronary and heart problems is possible with turmeric as it reduces the uptake of cholesterol from the gut thus increases high-density lipids (HDL) and decreases low-density lipids (LDL).It also inhibit the peroxidation of serum LDL which leads to antherosclerotic lesions [19].

The ingestion of curcumin-containing spices in diet rich in fat could have a lipid-lowering effect [18]. ANTI-CARCINOGENIC EFFECTS

An extract of C. longa and ointment

containing curcumin produces marked symptomatic relief in patients with external cancerous lesions [19]. Turmeric and curcumin can inhibit cancer at the initiation, promotion and propagation stages of TPA (12-O-tetradecanoylphorbol-13- acetate)-induced tumor promotion in mouse skin [20]. Curcuminoids have the anti-cancerous property due to their radical-scavenging

property [21]. ANTI-HIV EFFECTS

Curcumin was found to inhibit HIV-1 and HIV-

2 protease with IC of 100 μM and 250 μM

respectively [22], The clinical trial of clear liquid soap containing

0.5% w/v ethanol extract of C. longa rhizome

on HIV patients reduced the wound infections and 100% decrease in itching symptom and it

also affected the abscess to convert to dryness scabs(78.6%) within 2 weeks [23]. ALZHEIMER’S DISEASE

A neurodegenerative condition in which insoluble plaques, death of brain cells in patient’s brain was observed and its fibrils was

thought to compose of beta-amyloid (Aβ)

peptide which clump together to form plaques that disturb normal brain cells. Curcumin is

found to possess an ability to destabilize Aβ

plaque formation with phagocytosis of Aβ [24]. Curcumin deduced the amount of plaque deposition when administered to aged mice with advanced plaque deposits as in the case of Alzheimer’s disease [25]. Regular use of turmeric in diet increases the Quality of Life (QOL) and Activities of daily living (ADL) of patients suffering from Alzheimer’s disease. It impairs cognitive function and safe to use for the treatment of the behavioral and psychological symptoms of the dementia (BPSD) [26]. CONCLUSION:

Turmeric is used as folk medicine in many parts of the world and considered as spice of life for old age diseases with age old solution. Diet rich in turmeric keep the disease away. It is traditional anti-inflammatory, antiseptic and herbal skin tonic. Also a home based remedy for gastrointestinal upset and arthritis. Its phytochemicals has a profound effect on many

dreadful diseases. Preliminary studies are not sufficient for the development of the bioactive components of turmeric as pharmaceutical drug. Due to low bioavailability and low solubility of its main component curcumin, limits its use to be administered clinically. Exploratory researches with deep insight only can assure enhancement in its activity along with safety with multi target and multi spectrum of uses. Hence further scientific investigations, intensive preclinical trials and extensive clinical studies are needed to evaluate the efficacy and toxicity of these naturally inspired products so as to reach

from kitchen shelf to clinic cupboard. ACKNOWLEDGMENT:

We deeply acknowledge Head, Department of Environmental sciences, Department of Chemistry and Director Institute of science, Nagpur for providing necessary facilities. A Special thanks to Rashtrasant Tukadoji Maharaj Nagpur University for the fund support. REFERENCES:

1. www.epgp.inflibnet.ac.in 2. www.indianspice.com 3. Khan BM, Md. Atai Rabby, et al. (2013): Investigation of anti-inflammatory activity

of Curcuma longa, Int J Pharm Sci Res,

4(3):Pp.1105-1109. 4. Mukhopadhyay A, Basu N, Ghatak N, et al. (1982): Anti-inflammatory and irritant activities of curcumin analogues in rats, Agents Actions, 12:Pp.508-515. 5. Arora R, Basu N, Kapoor V, et al. (1971):

Anti-inflammatory studies on Curcuma

longa (turmeric), Indian J Med Res,

59:Pp.1289-1295

6. Chandra D, Gupta S. (1972): Antiinflammatory and anti-arthritic activity of

volatile oil of Curcuma longa (Haldi), Indian

J Med Res, 60:Pp.138-142.

IJRBAT, Special Issue-(6), October 2015 ISSN 2347 – 517X (Online) SEVADAL MAHILA MAHAVIDYALAYA, NAGPUR

300 Material Science – NCRTS 2015 7. Mortellini R, Foresti R, Bassi R, Green CJ. (2000): Curcumin, an antioxidant and anti-inflammatory agent, induces heme oxygenase-1 and protects endothelial cells against oxidative stress, Free Radic Biol Med, 28:Pp.1303-1312. 8. Menon VP, Sudheer AR (2007): Antioxidant and anti-inflammatory properties of curcumin, Adv Exp Med Biol, 595:Pp.105-125. 9. Mukda Jankasem, Mansuang Wuthiudomlert, Wandee Gritsanapa (2011): Antidermatophytic properties of artermerone,

turmeric oil and Curcuma longa

preparations, ISRN Dermatology,14(1):Pp.3-6. 10. Pranjape P. (2001): Herbs of beauty, 1st ed.

Page 34: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

New Delhi, India, Chaukhamba Sankrit Pratisthan.Pp.95-96. 11. Dhiman AK (2004): Common Drug Plants and Ayurvedic Remedies, 1st ed. New Delhi, India, Reference Press.Pp.286-287. 12. Hembrom Anita, Raj Verma, Aarti, et al. (2015): Antifertility effects of rhizome of

Curcuma longa on seminal parameters of

Swiss Albido male mice, Research J of Pharma and Tech, 8(4):Pp.404-406. 13. Bhagat M (2001): Antifertility effects of

various extracts of Curcuma longa in male

albino rats, Indian Drugs, 38(2):Pp.79-81. 14. Amit kumar ghosh, Anup kumar das, Kajal kumar patra (2011): Studies of

antifertility effect of rhizhome of Curcuma

longa L., Asian J of Pharma and Life Sci,

1(4):Pp.349-353. 15. Neelam Arya, Om Prakash, et al. (2015): Anti-inflammatory and antipyretic activity

of curcuma longa L., Int J of Development

Research, 5(1):Pp.2914-2917. 16. Rai PK, Jaiswal D, Mehta S, Rai DK, et al.

(2010): Effects of Curcuma longa freeze

dried rhizome powder with milk in STZ induced diabetic rats, Indian J Clin Biochem, 25:Pp.175-181. 17. Ponnusamy S, Ravindran R, Zinjarde S, Bhargava S, Ameeta R (2011): Evaluation of traditional Indian antidiabetic medicinal plants for human pancreatic amylase

inhibitory effect in vitro, Evidence-based

complementary and alternative medicine: Pp.1-10. 18. Arafa HM. (2005): Curcumin attenuates diet-induced hypercholesterolemia in rats. Med. Sci. Monit, 11(7):Pp.228-234. 19. Anonymus (2001): Wealth of India.

National Institute of Science Communication, Council of Scientific & Industrial Research. 20. Aggarwal BB, Kumar A, Bharti AC. (2003): Anticancer potential of curcumin: preclinical and clinical studies, Anticancer Research, 231:Pp.363-398. 21. Kohli K, Ali J, Ansari MJ, Raheman Z. (2005): Curcumin: A natural antiinflammatory agent. Indian Journal of Pharmacology, 37(3):Pp.141-147. 22. Sui Z, Salto R, Li J, Craik C, Ortiz de Montellano PR. (1993): Inhibition of the HIV-1 and HIV-2 proteases by curcumin

and curcumin boron complexes, Bioorganic & Medicinal Chemistry, 1(6):Pp.415–422. 23. Ungphaiboon S, Supavita T, Singchangchai P, Sungkarak S, Rattanasuwan P, Itharat A. (2005): Study on antioxidant and antimicrobial activities of turmeric clear liquid soap for wound treatment of HIV patients, Songklanakarin J of Sci and Tech., 27(2):Pp.269–578. 24. Edward C. Yao, Lei Xue (2014): Therapeutic effects of curcumin on Alzheimer’s disease, Advances in Alzheimer’s disease, 3:Pp.145-159. 25. Rao R, Descamps O, John V, Bredesen DE (2012) Ayurvedic medicinal plants for Alzheimer’s disease: a review, Alzheimer’s Res Ther, 4:Pp.1-22. 26. Nozomi Hishikawa, Yoriko Takahashi, et al. (2012): Effects of turmeric on Alzheimer’s disease with behavioral and psychological symptoms of dementia, Ayu, 33(4):Pp.499-504.

Page 35: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

THYPOID PADA KELUARGA Nn.N

Di Susun Oleh :

AHMAD BANGUN

(A01301712)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

2015 / 2016

Page 36: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

THYPOID PADA KELUARGA Nn.N

Diagnose keperawatan : kurang pengetahuan tentang thypoid b.d kurangnya informasi

Pokok bahasan : Thypoid

Sub pokok bahasan : Thypoid pada keluarga Nn.N

Sasaran : Pasien dan keluarga Nn.N

Waktu : 1x20 menit

Peremuan ke : 1 (satu)

Tanggal : 1 Juni 2016

Tempat : Kamar 13 A di Ruang INAYAH PKU Muhammadiyah Gombong

Penyuluh : Ahmad Bangun

A.TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1x20 menit diharapkan keluarga Nn.N

mampu memahami tentang Thypoid.

B. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah dilakukan penyuluhan tentang Thypoid diharapkan keluarga Nn.N dapat ;

1. Menjelaskan pengertian Thypoid

2. Menjelaskan penyebab Thypoid

3. Menjelaskan tanda gejala Thypoid

4. Menjelaskan akibat Thypoid

5. Menjelaskan cara pencegahan Thypoid

6. Menjelaskan cara perawatan Thypoid

C.POKOK MATERI :

1. Pengertian Thypoid

2. Penyebab Thypoid

3. Tanda gejala Thypoid

4. Akibat Thypoid

5. Cara pencegahan Thypoid

6. Cara perawatan Thypoid

Page 37: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

D. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

1. Metode : ceramah, diskusi, dan tanya jawab

2. Strategi pelaksanaan :

Jam/waktu :

Tahap :

Respon :

TTD

5 menit

Orientasi:

a. Mengucap salam.

b. Memperkenalkan diri.

c. Mengingatkan kontrak.

d. Menjelaskan maksud dan tujuan.

e. Menanyakan kesediaan.

f. Apersepsi (menanyakan apa yang sudah dan belum diketahui audiens).

a. Menjawab salam.

b. Mendengarkan.

c. Audiens ingat dengan kontrak.

d. Audiens mengerti maksud dan tujuan.

e. Audiens siap dan bersedia.

10 menit

Kerja :

a. Menjelaskan pengertian Thypoid.

b. Menjelaskan penyebab Thypoid.

c. Menjelaskan tanda dan gejala Thypoid.

d. Menjelaskan akibat Thypoid.

Page 38: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

e. Menjelaskan cara pencegahan Thypoid.

f. Menjelaskan cara perwatan Thypoid.

a. Menyimak.

b. Mengajukan pertanyaan.

c. Mendengarkan.

5 menit

Teminasi :

a. Melakukan evaluasi.

b. Memberikan kesimpulan.

c. Membuat rencana tindak lanjut.

d. Menutup penkes dengan membaca hamdallah.

e. Memberikan salam penutup.

a. Mendengarkan.

b. Menjawab pertanyaan.

c. Menjawab salam.

E. MEDIA

1. Media : leaflet, dan lembar balik.

F. EVALUASI

1. Evaluasi Persiapan

a. Materi sudah siap dan dipelajari 3 hari sebelum penkes.

b. Media sudah siap 2 hari sebelum penkes.

c. Undangan untuk peserta disampaikan 3 hari sebelum penkes.

d. Tempat sudah siap 2 hari sebelum penkes.

f. SAP sudah siap 2 hari sebelum penkes.

2. Evaluasi Proses

a. 75% peserta didik dating tepat waktu.

b. Peserta didik memperhatikan penjelasan penyaji.

c. Peserta didik aktif bertanya dan memberikan pendapat.

d. Media dapat digunakan secara aktif.

Page 39: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

3. Evaluasi Hasil (bias berisi pertanyaan untu memperoleh hasil dibawah)

a. Menyebutkan kembali pengertian Thypoid.

b. Menyebutkan kembali penyebab Thypoid.

c. Menyebutkan kembali tanda gejala Thypoid

d. Menyebutkan kembali akibat Thypoid.

e. Menyebutkan kembali cara pencegahan Thypoid.

f. Menyebutkan kembali cara perawatan Thypoid.

Page 40: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

MENGENAL PENYAKIT TYPHOID

( TIPES )

Di Susun Oleh :

AHMAD BANGUN

A01301712

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

2015 / 2016

Definisi

Demam tifoid (Typhus abdominalis, Typhoid fever,

enteric fever) adalah penyakit infeksi sistemik akut yang

biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala

demam selama satu minggu atau lebih dengan disertai

gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau

tanpa gangguan kesadaran yang disebabkan infeksi

salmonella thypoid

Penularan

Penularan Salmonella Thypi dapat ditularkan melalui

berbagai cara, yakni dikenal dengan 5 F yaitu : Food

(makanan), Fingers (jari tangan), Fomitus (Muntah),

Fly (lalat), dan Feces.

Tanda dan Gejala

Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari. Yang tersingkat 4

hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan

yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui

minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan

gejala prodroma, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,

nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat.

gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu : a. Demam lebih dari 7 hari

Pada kasus tertentu, demam berlangsung selama 3

minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak seberapa

tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-

angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada

pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.

Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam

keadaan demam. Dalam minggu ketiga, suhu badan

berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir

minggu ketiga.

b. Gangguan saluran pencernaan

Nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-

pecah (ragaden), lidah ditutupi selaput putih kotor

(coated tongue, lidah tifoid), ujung dan tepinya

kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen terjadi

splenomegali dan hepatomegali dengan disertai nyeri

tekan. Biasanya didapatkan kondisi konstipasi, kadang

diare, mual, muntah, tapi kembung jarang.

c. Gangguan kesadaran.

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun

tidak seberapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen.

Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.

d. Terdapat roseola pada punggung

Yaitu bintik kemerahan karena emboli basil dalam

kapiler kulit. Biasanya ditemukan pada minggu pertama

demam.

e. Kambuh /Relaps

Yaitu berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis,

akan tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat terjadi

pada minggu kedua setelah suhu badan normal kembali.

Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil

dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik

oleh obat zat anti. Mungkin terjadi pada waktu

penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan

dengan pembentukan jaringan fibrosis.

f. Epitaksis (Mimisan/hidung berdarah)

g. Bradikardi (Nadi lambat/berdenyutnya jantung

kurang dari 60 kali per menit)

Penatalaksanaan dan pengobatan.

1. Perawatan.

Istirahat dan perawatan profesional yang bertujuan

mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.

Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari

bebas demam /selama 14 hari. Tujuan untuk mencegah

komplikasi perdarahan usus. Mobilisasi dilakukan

bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.

dalam perawatan yang harus diperhatikan adalah

hygiene perseorangan, kebersiahan tempat tidur, pakaian

dan peralatan yang dipakai pasien.

2. Diet.

Diet yang sesuai cukup kalori dan tinggi protein. Diet

pertama yang diberikan adalah bubur saring, kemudian

bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat

kesembuhan pasien. Namun dari beberapa penelitian

juga menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini

yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang

sayuran dan serat kasar) dapat diberikan dengan aman.

3. Obat-obatan.

Pemberian antibiotik yang dapat digunakan :

Kloramfenikol,Ampisilin/amoksilin,

Kotrimoksazol,sefalosporin (sesuai dengan anjuran

dokter)

Page 41: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga
Page 42: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

LAPORAN PENDAHULUAN

TYPHOID FEVER

Di Susun Oleh :

AHMAD BANGUN

(A01301712)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

2015 / 2016

Page 43: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

Laporan Pendahuluan

Demam Thypoid

1. PENDAHULUAN

Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh

Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang

terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi,

kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar

higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C. H, 2009. Demam

Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan Penelitian. Cermin Dunia Kedokteran No. 83.).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam tifoid, Diseluruh

dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian setiap tahunnya. Demam tifoid

merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Anak

merupakan yang paling rentan terkena demam tifoid, walaupun gejala yang dialami anak

lebih ringan dari pada dewasa. Hampir disemua daerah endemik, insiden demam tifoid

banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun (Nugroho, Susilo, 2011. Pengobatan Demam Tifoid.

Yogyakarta: Nuha Medika).

Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008, demam

tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit di

Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15%, urutan pertama ditempati oleh

diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan proporsi 7,52%, urutan ketiga ditempati oleh

DBD dengan jumlah kasus 77.539 dengan proporsi 3,01% (Departemen Kesehatan RI. 2009.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Depkes RI, Jakarta).

2. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah

sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi

zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian

makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,

usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang

terletak di luar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

Page 44: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

A. Usus Halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara

lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat

yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi

usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding

usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan

usus halus meliputi, lapisan mukosa (sebelah kanan), lapisan otot melingkar (M sirkuler),

lapisan otot memanjang (M longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari duodenum), usus kosong

(jejenum) dan usus penyerapan (ileum). Villi usus halus terdiri dari pipa berotot (> 6 cm),

pencernaan secara kimiawi, penyerapan makanan. Terbagi atas usus 12 jari (duodenum), usus

tengah (jejenum), usus penyerapan (ileum).

a. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak

setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejenum). Bagian usus

dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo

duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus

seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar

pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari

pancreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa

Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang

merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum

melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh,

duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan

makanan.

b. Usus Kosong (Jejenum)

Usus kosong atau jejenum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian dari

usus halus, diantara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).

Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah

bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh

dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan

terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis

Page 45: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.

Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yaitu sedikitnya sel

goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus

penyerapan secara makroskopis.

c. Usus Penyerapan (ileum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem

pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah

duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara

7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-

garam empedu.

B. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.

Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon asendens

(kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan

rectum). Banyaknya bakteri yang terdapat didalam usus besar berfungsi mencerna makanan

beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.

Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa

menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi

yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

C. Usus Buntu (Sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin : caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah

suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus

besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar

herbivore memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora ekslusif memiliki yang kecil,

yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

D. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada

organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat

menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau

peritonitis (infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing adalah ujung

buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada

tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa

bervariasi dari 2 sampai 20 cm. walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai

Page 46: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

cacing bisa berbeda-beda di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di

peritoneum.

Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan),

sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.

Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendiktomi.

E. Rektum dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar (setelah kolon sigmoid)

dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.

Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpang ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada

kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul

keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena

penumpukan material didalam rectum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan

keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, seringkali material akan

dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi

tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang

dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih

muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limba keluar dari tubuh.

Sebagian besar anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus.

Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot spinter. Feses dibuang dari tubuh melalui

proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

3. PENGERTIAN

Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.

Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses

dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan

Medikal Bedah II. Jakarta: EGC). Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang

disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran,

Jakarta : Media Aesculapius.).

4. ETIOLOGI

Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan salmonella

parathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif,

mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah dan debu. Namun bakteri ini dapat mati

Page 47: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

dengan pemanasan suhu 600 selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, pasien

membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari

tubuh kuman).

Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari

flagel kuman).

Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan antigen Vi

(berasal dari simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk

diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien menderita tifoid. (Aru W. Sudoyo. Buku

ajar ilmu penyakit dalam. 2009. Ed V.Jilid III. Jakarta: interna publishing).

5. PATOFISIOLOGI

Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam tubuh

melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH < 2) banyak bakteri

yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis

reseptor histamin H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan

mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus,

bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan menembus

dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi

Peyer’s patch, merupakan tempat internalisasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel

limfe usus halus, mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati

sirkulasi sistemik sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi

mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear di dalam folikel limfe, kelenjar

limfe mesenterika, hati dan limfe (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar

Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI).

Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan

oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu makaSalmonella typhi akan

keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik.

Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun, akan tetapi tempat yang disukai

oeh Salmonella typhi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung empedu dan

Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung

dari darah atau penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme di empedu dapat

menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja. Peran endotoksin dalam

Page 48: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya

endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin

dari Salmonella typhi menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus

dan kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari

makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular yang tidak stabil,

demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan juga menstimulasi sistem

imunologik (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012.Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis.

Jakarta: IDAI).

6. GEJALA

Umumnya perjalanan perjalanan penyakit berlangsung dalam jangka waktu pendek dan

jarang menetap lebih dari 2 minggu. Gejala klinis yang sering terjadi pada demam tifoid

adalah sebagai berikut (Dewi Pudiastuti R, 2010).

a. Demam

Demam atau panas merupakan gejala utama demam tifoid. Ciri-ciri demam yang khas

yaitu:

1) Demam dapat mencapai 39-40 ºC. Awalnya, demam hanya samar-samar saja,

selanjutnya suhu tubuh turun-naik, pada pagi hari lebih rendah atau normal

sedangkan pada sore dan malam hari lebih tinggi.

2) Intensitas demam akan semakin tinggi, yang disertai gejala lain seperti:

a) Mual dan muntah

b) Diare,

c) Sakit kepala,

d) Nyeri otot,

e) Insomnia,

f) Pegal, dan

g) anoreksia.

Pada anak, khusunya balita, demam tinggi dapat menimbulkan kejang. Pada minggu

ke-2 intensitas demam makin tinggi, kadang-kadang terus-menerus. Bila keadaan membaik

maka pada minggu ke-3 suhu tubuh berangsur turun dan dapat normal kembali pada akhir

minggu ke-3. Tipe demam menjadi tidak beraturan jika ada intervensi pengobatan atau

komplikasi.

b. Gangguan saluran pencernaan

1) Bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama

Page 49: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

2) Bibir kering dan terkadang pecah-pecah

3) Sering mengeluh nyeri perut, terutama nyeri ulu hati, disertai mual dan muntah

4) Pada penderita anak, lebih sering mengalami diare.

c. Hepatosplenomegali

Hepatosplenomegali adalah hati dan atau limpa sering membesar. Hati terasa kenyal

dan nyeri bila ditekan.

d. Gangguan kesadaran

Terdapat gangguan kesadaran berupa penurunan kesadaran ringan. Sering ditemui

kesadaran apatis. Pada penderita dengan toksik, gejala delirium (mengigau) lebih

menonjol. Bila gejala klinis berat, penderita sampai somnolen dan koma atau dengan

gejala-gejala psikosis.

e. Bradikardia relatif dan gejala lain

Bradikardia relatif adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh peningkatan

frekuensi nadi. Patokannya adalah bahwa setiap peningkatan 1 ºC tidak diikuti

peningkatan frekuensi nadi 8 denyut dalam 1 menit. Gejala-gejala lain yang dapat

ditemukan pada demam tifoid adalah rose spot (bintik kemerahan pada kulit), yang

biasanya di perut bagian atas jarang ditemukan pada anak.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan

limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada

kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada

batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada

komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak

berguna untuk diagnosa demam typhoid.

2. Pemeriksaan SGOT Dan SGPT

SGOT Dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali

normal setelah sembuhnya typhoid.

3. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah

negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan

hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

a. Teknik pemeriksaan Laboratorium

Page 50: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini

disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu

pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat

bakteremia berlangsung.

b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan

berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat

positif kembali.

c. Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi

dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah

negatif.

d. Pengobatan dengan obat anti mikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba

pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin

negatif.

e. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).

Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien

dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang

digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan

diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya

aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid

Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman Salmonella

typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat

(pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam

sekali pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu merupakan diagnosa

pasti demam tifoid bila hasilnya positif, namun demikian, bila hasil kultur negatif

belum menyingkirkan kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan, yaitu pengaruh

pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi. Sesuai dengan kemampuan

SDM dan tingkat perjalanan penyakit demam tifoid, maka diagnosis klinis demam

tifoid diklasifikasikan atas:

1. Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala

demam,gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air besar dan

Page 51: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

hepato/splenomegali. Sindrom demam tifoid belum lengkap. Diagnosis ini hanya

dibuat pada pelayanan kesehatan dasar.

2. Probable Case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir lengkap, serta

didukung oleh gambaran laboraorium yang menyokong demam tifoid (titer widal

O > 1/160 atau H > 1/160 satu kali pemeriksaan).

3. Definite Case Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi pada pemeriksaan biakan atau

positif S.Thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan titerWidal 4 kali

lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O> 1/320, H > 1/640

(pada pemeriksaan sekali) (Widodo, D. 2007. Buku Ajar Keperawatan Dalam.

Jakarta: FKUI).

8. PENATALAKSANAAN

A. Medis

a. Anti Biotik (Membunuh Kuman) :

1) Klorampenicol

2) Amoxicilin

3) Kotrimoxasol

4) Ceftriaxon

5) Cefixim

b. Antipiretik (Menurunkan panas) :

1) Paracetamol

B. Keperawatan

a. Observasi dan pengobatan

b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau kurang lebih dari

selam 14 hari. MAksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi

perforasi usus.

c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.

d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah pada

waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan dekubitus.

e. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi

konstipasi dan diare.

f. Diet

Diwt demam thypoid adalah diet yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan makan

penderita thypoid dalam bentuk makanan lunak rendah serat. Tujuan utama diet

Page 52: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

demam thypoid adalah memenuhi kebutuhan nutrisi penderita demam thypoid dan

mencegah kekambuhan. Penderita penyakit demam thypoid selama menjalani

perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di

komunikasi antara lain :

a. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.

b. Tidak mengandung banyak serat.

c. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.

d. Makanan lunak diberikan selama istirahat.

Makanan dengan rendah serat dan rendah sisa bertujuan untuk memberikan makanan

sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga

dapat membatasi volume feses, dan tidak merangsang saluran cerna. Pemberian

bubur saring, juga ditujukan untuk menghindari terjadinya komplikasi perdarahan

saluran cerna atau perforasi usus. Syarat-syarat diet sisa rendah adalah:

1. Energi cukup sesuai dengan umur, jenis kelamin dan aktivitas

2. Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total

3. Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total

4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total

5. Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat

maksimal 8 gr/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan

6. Menghindari susu, produk susu, daging berserat kasar (liat) sesuai

dengan toleransi perorangan.

7. Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam

dan berbumbu tajam.

8. Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas

dan dingin

9. Makanan sering diberikan dalam porsi kecil

10. Bila diberikan untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet perlu

disertai suplemen vitamin dan mineral, makanan formula, atau makanan

parenteral.

Makanan yang dianjurkan antara lain :

1. Sumber karbohidrat : beras dibubur/tim, roti bakar, kentang rebus, krakers, tepung-

tepungan dibubur atau dibuat puding

Page 53: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

2. Sumber protein hewani: daging empuk, hati, ayam, ikan direbus, ditumis,

dikukus,diungkep, dipanggang; telur direbus, ditim, diceplok air, didadar, dicampur

dalam makanan dan minuman; susu maksimal 2 gelas per hari

3. Sumber protein nabati : tahu, tempe ditim, direbus, ditumis; pindakas; susu kedelai

4. Sayuran : sayuran berserat rendah dan sedang seperti kacang panjang, buncis muda,

bayam, labu siam, tomat masak, wortel direbus, dikukus, ditumis

5. Buah-buahan : semua sari buah; buah segar yang matang (tanpa kulit dan biji) dan

tidak banyak menimbulkan gas seperti pepaya , pisang, jeruk, alpukat

6. Lemak nabati : margarin, mentega, dan minyak dalam jumlah terbatas untuk

menumis, mengoles dan setup

7. Minuman : teh encer, sirup

8. Bumbu : garam, vetsin, gula, cuka, salam, laos, kunyit, kunci dalam jumlah terbatas

Sedangkan makanan yang tidak dianjurkan adalah :

1. Sumber karbohidrat : beras ketan, beras tumbuk/merah, roti whole wheat, jagung,

ubi, singkong, talas, tarcis, dodol dan kue-kue lain yang manis dan gurih

2. Sumber protein hewani : daging berserat kasar (liat), serta daging, ayam, ikan

diawetkan, telur mata sapi, didadar

3. Sumber protein nabati : Kacang merah serta kacang-kacangan kering seperti kacang

tanah, kacang hijau, kacang kedelai, dan kacang tolo

4. Sayuran : sayuran yang berserat tinggi seperti : daun singkong, daun katuk, daun

pepaya, daun dan buah melinjo, oyong,timun serta semua sayuran yang dimakan

mentah

5. Buah-buahan : buah-buahan yang dimakan dengan kulit seperti apel, jambu biji,

jeruk yang dimakan dengan kulit ari; buah yang menimbulkan gas seperti durian dan

nangka

6. Lemak : minyak untuk menggoreng, lemak hewani, kelapa dan santan

7. Minuman : kopi dan teh kental; minuman yang mengandung soda dan alkohol

8. Bumbu : cabe dan merica

9. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian Esofagus dan abdomen kiri atas

1) Esofagus dan abdomen kiri atas

Perawat menanyakan tentang napsu makan pasien; tetap sama,meningkat atau

menurun.

Page 54: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

Adakah ketidak nyamanan saat menelan, bila ada apakah terjadi hanya karena

pada makanan tertentu?

Apakah berhubungan dengan nyeri?

Apakah perubahan posisi mempengaruhi ketidaknyamanan?

Pasien ditanyakan untuk menggambarkan pengalaman nyeri,

Adakah yang memperberat nyeri?

Adakah gejala lain seperti rugurgitasi, regurgitasi noctural,

kembung(eruktasi), yeri ulu hati, tekanan subesternal, sensasi makanan

menyangkut ditenggorokan, perasaan penuh setelah makan dalam jumlah

sedikit, mual, muntah dan penuruna berat badan.

Apakah gejala meningkat dengan emosi? Jika ada tanyakan waktu kejadian,

faktor penghilang atau pemberat seperti perubahan posisi, kembung, antasida

atau muntah.

b. Pengkajian lambung

Anamnese:

Apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual atau muntah

Apakah gejala terjadi kapan saja? Sebelum atau sesudah makan?setelah makan

makanan pedas atau mencerna obat tertentu?

Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress alergi, makan atau minum

terlalu banyak, atau makan terlalu cepat?

Bagaimana gejala hilang?

Adakah riwayat penyakit lambung

Pemeriksaan fisik;

Palpasi ringan dari ujung kiri atas abdomen sampai sedikit melewati garis kuadran

kanan atas untuk mendeteksi adanya nyeri tekan.

c. Pengkajian abdomen kuadran kanan atas

1) Hati dan kandung empedu

Anamnese:

Kaji adanya keluhan digestif; mual, muntah, muntah darah,anoreksia, diare dan

melena

Kaji riwayat perubahan mental dan ganggguan motorik

Tanyakan apakah pasien telah mengalami perubahan berat badan atau intoleransi

terhadap diet; mual, muntah, kejang dalam 24 jam terakhir

Page 55: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

Kaji adanya sendawa, kesulitan menelan, flatulensi, muntah berdarah

(hematemesis), feses kehitaman, jantung terasa terbakar, diare atau konstipasi

Tanyakan riwayat keluarga tentang adanya kanker, penyakit ginjal, alkoholisme,

hipertensi atau penyakit jantung.

Periksa penggunaan alkohol yang biasa pasien lakukan.

Tanyakan apakan pasien menggunakan zat atau obat tertentu yang bersifat

hepatoksik

Pemeriksaan fisik;

1) Inspeksi:

Warna kulit

Sclera mata untuk menilai adanya ikterus

Pembesaran abdomen akibat cairan (asites)

2) Perkusi :

Untuk menilai luasnya asites dapat dilakukan perkusi abdomen, apabila sudah

terdapat cairan dalam kavum peritoneal maka daerah pinggang akan menonjol

ketika pasian dalam posisi supinasi. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan shifting

dullness aau dengan mendeteksi gelombang cairan.

3) Palpasi:

Palpasi pada daerah kuadran kanan atas dibawah rongga iga untuk

mendapatkantepi bawah hati, untuk memeriksa pembesaran hati.

Letakan tangan kiri dibawah toraks posterior kanan pasien pada iga kesebelas dan

dua belas, kemudian memberi tekanan keatas. Dengan jari-jari tangan kanan

mengarah pada tepi kostal kanan, perawat meletakan tangan di atas kuadran

kanan atas tepat dibawah tepi hati.pada saat perawat menekan keatas dan

kebawah secara perlahan, pasien menarik napas dalam melalui abdomen. Pada

saat pasien berinhalasi, perawat mencoba memalpasi tepi hati pada saat hati

menurun.

Pada keadaan normal hati tidak mengalami nyeri tekan dan memiliki tepi yang

teratur dan tajam.

d. Pengkajian abdomen kuadran kiri dan kanan bawah

1) Kolon

Anamnese:

Kaji adanya keluhan digestif; mual, muntah, muntah darah,anoreksia, diare dan

melena.

Page 56: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

Bila pasien mengalami nyeri abdomen atau nyeri punggung bawah, kaji karakter

nyeri secara terperinci.

Kaji adanya penggunaan laksatif

Perhatikan gerakan dan posisi pasien. Posisi dan gerakan mengindikasikan letak

nyeri.

Tanyakan apakah pasien mengalami penurunan berat badan selama 24 jam

terakhir.

Tentukan apakah pasien wanita sedang mengandung atau tidak.

Pemeriksaan fisik;

1) Inspeksi:

Inspeksi abdomen melihat kondisi abdomen pasien dikuadran bawah tentang

kontur dan simetrisitas dari abdomen dilihat dengan identifikasi penonjolan

lokal, distensi, atau gelombang peristalitik.

2) Auskultasi :

Dilakukan terlebih dahulu seblum palpasi dan perkusi yang dapat

meningkatkan motilitas usus dan dengan demikian dapat mengubah bising

usus.

Auskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus dari motilitas usus dan

mendeteksi bunyi vaskular. Pasien diminta untuk tidak berbicara.

3) Palpasi :

Palpasi ringan dan palpasi dalam pada bagian bwah abdomen.

Kaji ukuran, lokasi, bentuk, lokasi, bentuk, konsitensi, nyeri tekan, pulsasi,

dan mobilitasnya.

4) Perkusi :

Mengetahui letak oragn-organ yang berada dibawahnya, tulang dan massa,

serta untuk membantu mengungkapkan adanya udara didalam lambung dan

usus.

Catat suara timpani atau pekak.

e. Pengkajian feses

Bila feses mengandung darah yang menghasilkan warna hitam (melena), dicurigai

adanya pendarahan pada rektal bawah atau anal.

Page 57: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

10. PATHWAYS

Salmonella typhosa

Saluran pencernaan

Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Kelenjar limfoid Hati Limpa Endotoksin

usus halus

Tukak Hepatomegali Splenomegali

Pendarahan dan Nyeri perabaan Mual/tidak nafsu makan

perforasi

Demam

Resiko kurang volume cairan

Perubahan nutrisi

Page 58: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

11. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang sering muncul dalam kasus demam thypoid adalah sebagai

berikut :

a. Hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma.

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cidera biologis atau infeksi.

c. Ketidak seimbangangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake makanan yang tidak adekuat.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, istirahat total dan pembatasan

karena pengobatan.

e. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.

12. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan/ KH Intervensi Rasional

1 Peningkatan

suhu tubuh

(hipertermi)

berhubungan

dengan

proses infeksi

kuman

salmonella

typhosa.

Ditandai

dengan :

- suhu tubuh

meningkat

- demam

- nyeri kepala

- pusing.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan 2x24 jam,

suhu tubuh kembali

normal

KH :

- Suhu tubuh dalam batas

normal (36-37oC)

- Keluarga/klien

mengatakan klien tidak

demam lagi

- TTV dalam batas normal

1. 1. Monitor TTV

tiap 4 jam

2. 2. Anjurkan klien

banyak minum 2

- 3 liter/ 24 jam

3. 3. Beri kompres

hangat pada

daerah axila,

lipat paha dan

temporal

4. 4. Anjurkan klien

untuk memakai

pakaian yg dapat

menyerap

keringat

5. 5. Beri penjelasan

kepada keluarga/

klien tentang

penyebab

peningkatan suhu

tubuh

6. 6. Kolaborasi

1. 1. Untuk memonitor

terjadinya peningkatan

suhu tubuh dan untuk

merencanakan intervensi

yang diperlukan untuk

mengatasi masalah klien.

2. 2. Peningkatan suhu tubuh

mengakibatkan penguapan

tubuh meningkat sehingga

perlu diimbangi dengan

asupan cairan yang

banyak.

3. 3. Kompres hangat dapat

menyebabkan dilatasi

pembuluh darah sehingga

terjadi penguapan.

4. 4. Membantu mengurangi

penguapan tubuh.

5. 5. Membantu mengurangi

kecemasan yang timbul.

6. 6. Mempercepat proses

penyembuhan karena

antipiretik dan antibiotik

berguna untuk mengatasi

keluhan klien.

Page 59: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

dengan dokter

dalam pemberian

antipiretik dan

antibiotic.

2 Defisit

volume

cairan dan

elektrolit

berhubungan

dengan

pemasukan

yang kurang,

output yang

berlebihan

Ditandai

dengan :

- membran

mukosa

kering

- turgor kulit

jelek

Kekurangan cairan tubuh

tidak terjadi

KH :

- klien tidak mengalami

kekurangan cairan

- TTV dalam batas normal

- Turgor kulit normal

- Membran mukosa

lembab

- Intake dan output

seimbang

1. 1. Kaji tanda-

tanda dehidrasi

seperti mukosa

bibir kering,

turgor kulit tidak

elastis dan

peningkatan suhu

tubuh

2.

2. 2. Pantau intake

dan output cairan

dalam 24 jam

3. 3. Monitor tanda-

tanda vital

4. Anjurkan klien

minum banyak 2-

3 liter/ hari

3.

4. 5. Catat laporan

atau hal-hal

seperti mual,

muntah

5.

6. 6. Beri

penjelasan

kepada keluarga

/klien tentang

pentingnya

kebutuhan cairan

7.

7. 7. Kolaborasi

dengan dokter

untuk terapi

cairan

1. 1. Perubahan status

hidrasi menggambarkan

berat ringannya

kekurangan cairan

2. 2. Untuk mengetahui

keseimbangan cairan dan

pedoman untuk

menggantikan cairan yg

hilang

3. 3. Perubahan TTV dapat

menggambarkan keadaan

umum klien.

4. 4. Untuk pemenuhan

kebutuhan cairan

5. 5. Berguna dalam

intervensi selanjutnya

6. 6. Membantu

mempermudah pemberian

cairan kepada klien

7. 7. Membantu memenuhi

kebutuhan cairan yang

tidak terpenuhi.

3 Resiko

gangguan

pemenuhan

nutrisi kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

Kebutuhan nutrisi

terpenuhi KH :

- terjadi peningkatan berat

badan

- klien dapat menghabis

kan porsi yg disediakan

- mual dan muntah dapat

diatasi.

1. 1. Jelaskan

pentingnya

makanan untuk

proses

penyembuhan.

2. 2. Observasi

pemasukan

1. 1. Dapat memotivasi klien

dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi

2. 2. Untuk mengukur intake

makanan.

3. 3. Makanan kesukaan

Page 60: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

dengan intake

yang tidak

adekuat.

Ditandai

dengan :

- mual

- muntah

- anoreksia

- Nafsu makan klien ada makanan klien

3. 3. Kaji makanan

yang disukai dan

yang tidak

disukai klien.

4. 4. Libatkan

keluarga dalam

perencanaan

makan klien

5. 5. Sajikan

makanan dalam

keadaan hangat

6. 6. Anjurkan

makan dlm porsi

kecil tapi sering

dan mudah

dicerna

7. 7. Catat porsi

yang dihabiskan

oleh klien

8. 8. Berikan

perawatan mulut

sebelum dan

sesudah makan

8. 9. Ciptakan

suasana yg

menyenangkan,

lingkungan yg

bebas dari bau

sewaktu makan.

9.

1010. Kolaborasi

dengan ahli gizi

dalam pemberian

diit

dapat meningkatkan

masukan nutrisi yang

adekuat.

4. 4. Dapat memberikan

informasi pada keluarga

klien untuk memahami

kebutuhan nutrisi klien

5. 5. Meningkatkan nafsu

makan klien

6. 6. Dapat mengurangi

rangsangan mual dan

muntah

7. 7. Membantu untuk

melakukan intervensi

selanjutnya

8. 8. Keadaan mulut yang

kotor dapat mengurangi

nafsu makan serta

menimbulkan rangsangan

mual

9. 9. Bau dan pemandangan

yang tidak menyenangkan

selama makan dapat

mengurangi nafsu makan.

1010. Membantu mengkaji

kebutuhan nutrisi klien

dalam perubahan

pencernaan

Page 61: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga

DAFTAR PUSTAKA

1. Aru W. Sudoyo.(2009) Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed V.Jilid III. Jakarta: Interna

Publishing.

2. Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Depkes RI,

Jakarta.

3. Nugroho, Susilo, (2011). Pengobatan Demam Tifoid. Yogyakarta: Nuha Medika.

4. Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.

5. Simanjuntak, C. H, (2009). Demam Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan Penelitian.

Cermin Dunia Kedokteran No. 83.).

6. Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC.

7. Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. (2012). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis.

Jakarta: IDAI).

8. Widodo, D. (2007). Buku Ajar Keperawatan Dalam. Jakarta: FKUI.

\

Page 62: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga
Page 63: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga
Page 64: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga
Page 65: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga
Page 66: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga
Page 67: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga
Page 68: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga
Page 69: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga
Page 70: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga
Page 71: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga
Page 72: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga
Page 73: ASUHAN KEPERARAWATAN PEMENUHAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/64/1/AHMAD BANGUN NIM. A01301712.pdf · A. Pengkajian ... termoregulasi pada anak pasien demam sangat penting sehingga