askep kanker kolon

74
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang American Cancer Society (2009) memperkirakan bahwa 148.810 orang akan dapat didiagnosis dengan kanker kolorektal dan 49.960 akan mati karena penyakit ini di Amerika Serikat pada tahun 2008. Pada tahun 2003, Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa sekitar 940.000 individu yang dapat didiagnosis dengan kanker kolorektal di seluruh dunia dan 429.000 meninggal pada tahun tersebut. Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya-meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup dibawah 5 tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asomtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal. (Brunner & Suddarth, 2002 : 1123) Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah 1

description

kanker kolon rektum

Transcript of askep kanker kolon

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangAmerican Cancer Society (2009) memperkirakan bahwa 148.810 orang akan dapat didiagnosis dengan kanker kolorektal dan 49.960 akan mati karena penyakit ini di Amerika Serikat pada tahun 2008. Pada tahun 2003, Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa sekitar 940.000 individu yang dapat didiagnosis dengan kanker kolorektal di seluruh dunia dan 429.000 meninggal pada tahun tersebut.Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya-meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup dibawah 5 tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asomtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal. (Brunner & Suddarth, 2002 : 1123)Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, dan riwayat penyakit usus inflamasi kronis. Adanya faktor- faktor gaya hidup dan populasi yang meningkat memungkinkan kanker kolorektal dimasa yang akan datang potensial meninggi dalam hal insidensi. Yang kedua adalah derajat keparahan. Seringkali kanker kolorektal tidak menunjukkan gejala, sehingga pasien baru datang setelah ada gejala yang biasanya sudah pada stadium akhir, yang menyebabkan penanganan kuratif sudah tidak dapat dilakukan lagi.

B. Rumusan MasalahRumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana konsep dasar penyakit serta asuhan keperawatan karsinoma kolonrektal?

C. Tujuan Penulisan1. Tujuan UmumTujuan umum dari penulisan makalah ini adalah menjelaskan dan memahami tentang konsep dasar penyakit serta asuhan keperawatan kanker kolonrektal.2. Tujuan KhususTujuan khusus dari penulisan makalah ini adalahA. Memahami konsep dasar penyakit kanker kolonrektala. Mengetahui anatomi fisiologi kolon dan rektumb. Memahami definisi karsinoma kolorektalc. Memahami etiologi atau penyebab karsinoma kolorektald. Memahami tanda dan gejala karsinoma kolorektale. Memahami patofisiologi karsinoma kolorektalf. Memahami pemeriksaan diagnostik untuk karsinoma kolorektalg. Memahami penatalaksanaan untuk karsinoma kolorektalB. Konsep dasar asuhan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan yang biasanya timbul, intervensi atau perencanaan keperawatan untuk karsinoma kolorektal

D. Manfaat PenelitianMakalah ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan memberikan informasi tentang karsinoma kolorektal.

BAB IIPEMBAHASAN1. Konsep Dasar Penyakita. Anatomi Kolon dan Rektum

1. Kolon (usus besar)Usus besar atau kolon yang kira-kira satu setengah meter panjangnya dan lebarnya 5-6 cm adalah sumbangan dari usus halus dan mulai di katup ileokolik atau ileosekal, yaitu tempat sisa makanan lewat.Kolon terdiri atas keempat lapisan dinding yang sama seperti usus halus. Serabut longitudinal pada dinding berotot tersusun dalam tiga jalur yang memberi rupa berkerut-kerut dan berlubang-lubang. Dinding mukosa lebih halus dari yang ada pada usus halus, dan tidak memiliki vili. Di dalamnya terdapat kelenjar serupa kelenjar tubuler dalam usus dan dilapisi oleh epitilium silinder yang memuat sel cangkir.(Evelyn C. Pearce, 1995 : 196)Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Dari sini kolon naik melalui daerah sebelah kanan lumbal, panjangnya kurang lebih 13 cm, membujur keatas dari ileum ke bawah hati dan disebut kolon asendens. Di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini di sebut fleksura hepatika, dilanjutkan sebagai kolon transversum. Kolon transversum panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens, di bawah limpa kolon transversum membelok sebagai flexura sinistra atau flexura lienalis dan kemudian berjalan melalui daerah kanan lumbal sebagai kolon desendens yang panjangnya 25 cm. Di daerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut flexura sigmoid dan dibentuk kolon sigmoideus atau kolon pelvis, dan kemudian masuk pelvis besar dan menjadi rektum.Di bawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm. Selain iti, terdpat apendiks (usus buntu) yang muncul seperti corong dari ujung sekum, mempunyai pintu keluar yang sangat sempit tetapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus.Berdasarkan fungsinya usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorbsi makanan. Bila usus halus mencapai sekum maka semua zat makanan telah diabsorbsi dan isinya cair. Selama perjalanan di dalam kolon isinya menjadi makin padat karena air di absorbsi dan ketika rektum dicapai maka feses bersifat padat-lunak. Peristaltik di dalam kolon sangat lamban. Diperlukan waktu kira-kira 16-20 jam bagi isinya untuk mencpai flexura sigmoid. Fungsi kolon dapat diringkas sebagai berikut : Absorbsi air, garam dan glukosa, Sekresi musin oleh kelenjar di dalam lapisan dalam, Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan sayuran hijau dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan oleh kerja bakteri guna ekskresi, Defekasi (pembuangan usus besar).

2. RektumRektum ialah yang sepuluh sentimeter terbawah dari usus besar, dimulai pada kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal yang kira-kira 3 cm panjangnya. Saluran ini berakhir ke dalam anus yang dijaga oleh otot internal dan external.(Evelyn C. Pearce, 1995 : 196)Struktur rektum serupa dengan kolon, tetapi dinding yang berotot lebih tebal dan membran mukosanya memuat lipatan-lipatan membujur yang disebut kolumna morgagni. Semua ini menyambung ke dalam saluran anus. Di dalam saluran anus, serabut otot sirkuler menebal untuk membentuk otot sfinkter anus interna. Sel-sel yang melapisi saluran anus berubah sifatnya, epitelium bergaris menggantikan sel-sel silinder. Sfinkter externa menjaga saluran anus dan orifisium supaya tertutup.

b. Definisi Kanker Kolon Rektum

Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa mengenai organ apa saja di tubuh manusia. Kanker kolon adalah suatu keganasan yang terjadi di usus besar.Kanker rektum adalah keganasan yang terjadi pada bagian rektum. Jenis yang paling umum dari kanker rektum adalah adenokarsinoma, merupakan kanker yang timbul dari mukosa. Sel kanker juga dapat menyebar dari anus ke kelenjar getah bening dalam perjalanan mereka ke bagian lain dari tubuh.

Kanker usus besar di klasifikasikan menjadi 3 kelompok :1) Tipe menonjolSemua tumor yang massa utamanya menonjol ke dalam lumen usus termasuk tipe ini. Massa tumor besar, permukaan mudah mengalami perdarahan, infeksi, dan nekrosis. Umumnya terjadi di belahan kanan kolon. Sifat invasi rendah, prognosis agak baik.2) Tipe ulseratifSetiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang agak dalam (kedalamannya biasanya mencapai atau melebihi tunika muskularis) termasuk tipe ini.tipe ulseratif paling sering di jumpai, menempati lebih dari separuh kanker besar. Karakteristiknya adalah pada massa terdapat tukak yang agak dalam, bentuk luar mirip kawah gunung berapi, tepinya menonjol, dasarnya tidak rata, nekrosis, derajat keganasan tinggi, metastasis limfogen lebih awal.3) Tipe infiltrativeTumor menginfiltrasi tiap lapisan dinding usus, sehingga dinding usus setempat menebal, tapi tampak dari luar seringkali tidak jelas terdapat tukak atau tonjolan. Tumor seringkali mengenai sekeliling saluran usus, disertai hyperplasia abnormal jaringan ikat, lingkaran usus jelas menyusut, dipermukaan serosa setempat sering tampak cincin konstriksi akibat traksi jaringan ikat. Oleh karena itu mudah terjadi ileus, timbul diare dan obstipasi silih berganti. Tipe ini sering ditemukan pada kolon sigmoid dan bagian atas rectum, derajat keganasan tinggi, metastasis lebih awal.

Stadium 1: melakukan penetrasi pada lapisan mukosaStadium 2: tumor menginvasi dinding kolon Stadium 3: selain menginvasi lapisan otot juga terdapat keterlibatan kelenjar getah bening regionalStadium 4: tumor sudah melakukan metastasis

c. EtiologiPenyebab pasti dari kanker kolonrektal masih belum diketahui, tetapi kondisi sindrom poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih besar menjadi risiko kanker kolon. Sebagian besar kanker kolon muncul dari polip adenomatosa yang menutupi sebelah dalam usus besar. Seiring waktu, pertumbuhan abnormal ini makin memperbesar dan akhirnya berkembang menjadi adenokarsinoma. Dalam kondisi ini, banyak adenomatosa mengembangkan polip di kolon, yang pada akhirnya menyebabkan kanker usus besar.Faktor resiko yang mungkin adalah riwayat kanker pribadi, orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.Riwayat kanker colorectal pada keluarga, jika mempunyai riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan akan terkena penyakit ini lebih besar, riwayat penyakit usus inflamasi kronis serta diet kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.Faktor predisposisi yang penting adalah faktor gaya hidup, orang yang merokok, minum minuman beralkohol atau menjalani pola makan yang tinggi lemak seperti lemak jenuh dan asam lemak omega-6 (asam linol) dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik ini dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu, massa transisi feses meningkat, akibatnya kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.Selain itu, etiologi lain dari kanker kolonrektal yaitu : Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta gelombang elektromagnetik. Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan kambing serta tranfusi darah. Minuman beralkohol, khususnya bir, usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon. Obesitas. Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau pengemudi kendaraan umum Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar. Usia di atas 50, kanker colorectal lebih biasa terjadi pada usia manusia yang semakin tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.

d. Tanda dan GejalaGejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Adanya darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan. (Suzanne C.Smeltzer, 2002 : 1126)1. Kanker kolonkananDimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang kadang pada epigastrium.2. Kanker kolon kiridan rectumCenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.

Manifestasi klinis kanker kolon secara umum, adalah sebagai berikut : Lelah, sesak napas waktu bekerja, dan kepala terasa pening. Pendarahan pada rektum, rasa kenyang bersifat sementara, atau kram lambung serta adanya tekanan pada rektum. Adanya darah dalam tinja, seperti terjadi pada penderita pendarahan lambung, polip usus, atau wasir. Pucat, sakit pada umumnya, malnutrisi, lemah, kurus, terjadi cairan di dalam rongga perut, pembesaran hati, serta pelebaran saluran limpa.Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang dihubungkan denagn lesi rektal adalah evakuasi feses yasng tidask lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah. (Suzanne C.Smeltzer, 2002 : 1126)

e. PatofisiologiKanker kolon terutama 95% adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebuah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain terutama ke organ hati.Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar.Kanker usus besar awalnya berasal dari polip jinak. Polip dapat berupa massa polipoid, besar, tumbuh dengan cepat, ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon ascenden. Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu : Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system portal. Penyebaran secara transperitoneal Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain.Pathway

47

NYERINYERI DANGKAL ABDOMINALKOMPRESI SARAF LOKALANOREKSIAINTERVENSI RADIASI DAN KEMOTERAPIINTERVENSI BEDAH KOLEKTOMIPENDARAHAN INTESTINAL FESES BERCAMPUR DARAHANEMIARISIKO TINGGI INJURIKOLOSTOMI PERMANENINVASI JARINGAN DAN EFEK KOMPRESI OLEH TUMORKANKER KOLONKONTAK AGEN KARSINOGENIKPOLIP ADENOMATOSAPERUBAHAN METAPLASIA PADA DINDING KOLONGANGGUAN KONSEP DIRI (GAMBARAN DIRI)KONSUMSI MAKANAN YANG RENDAH SERAT, BANYAK LEMAK DAN PROTEINOBESITASKANKER PAYUDARA, RAHIM, ATAU OVARIUM SEKARANG ATAU DI MASA LALUKOLITIS ULSERATIF, PENYAKIT CROHNFAKTOR GENETIKMEROKOKINTOLERAN AKTIVITASASUPAN NUTRISI TIDAK ADEKUATPREOPERATIFKECEMASAN PEMENUHAN INFORMASIAKTUAL/RISIKO KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHANPORT DE ENTREELUKA PASCABEDAHPASCABEDAHRESPONS SERABUT LOKALKERUSAKAN JARINGAN LUNAK PASCAOPERASIRESPONS PSIKOLOGIS

KERUSAKAN JARINGAN VASKULAR LOKAL

PERUBAHAN INTAKE NUTRISI

RISIKO INFEKSI

GANGGUAN KONSEP DIRI (GAMBARAN DIRI)RISIKO TINGGI INJURIKOLOSTOMI PERMANENINTERVENSI BEDAH KOLEKTOMIGANGGUAN DEFEKASIRESPON PSIKOLOGISINTERVENSI RADIASI DAN KEMOTERAPIKONSUMSI MAKANAN RENDAH SERAT, BANYAK LEMAKALKOHOLKOLITIS ULSERATIKOLEKSISTEKTOMIPERUBAHAN INTAKE NUTRISIPREOPERATIFKECEMASAN PEMENUHAN INFORMASIKERUSAKAN JARINGAN LUNAK PASCABEDAHKETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHANKANKER REKTUMPENDARAHAN INTESTINAL FESES BERCAMPUR DARAHKERUSAKAN JARINGAN VASKULAR LOKALASUPAN NUTRISI TIDAK ADEKUATANOREKSIARESPONS SERABUT LOKALNYERINYERI DANGKAL ABDOMINALKOMPRESI SARAF LOKALANEMIAINTOLERANSI AKTIVITASPOLIP ADENOMATOSAFAKTOR KETURUNAN DAN PENYAKIT GENETIKKONTAK AGEN KARSINOGENIKPENYEMPITAN DAN OBSTRUKSI LUMEN REKTUMINVASI JARINGAN DAN EFEK KOMPRESI OLEH TUMORPERUBAHAN METAPLASIA PADA DINDING KOLONMEROKOK

LUKA PASCABEDAH

RISIKO INFEKSIPORT DE ENTREEPASCABEDAH

f. Pemeriksaan Diagnostik1. EndoskopiPemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera dilakukan bagi mereka yang sudah mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman, tidak berbahaya, namun pemeriksaan ini tidak menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk diperiksa di laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar, memotretnya, sekaligus biopsi tumor bila ditemukan. Dengan kolonoskopi dapat dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk permukaan, dan gambaran pembuluh darahnya.2. RadiologisPemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru.3. Ultrasonografi (USG)Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.4. HistopatologiBiopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel. Laboratorium Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan. Selain itu, pemeriksaan darah samar (occult blood) secara berkala, untuk menentukan apakah terdapat darah pada tinja atau tidak. Pemeriksaan colok dubur, oleh dokter bila seseorang mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan tersebut sekaligus untuk mengetahui adanya kelainan pada prostat.5. Barium EnemaPada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar melalui dubur dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada pemeriksaan ini hanya dapat dilihat bahwa ada kelainan, mungkin tumor, dan bila ada perlu diikuti dengan pemeriksaan kolonoskopi. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi kanker dan polip yang besarnya melebihi satu sentimeter. Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan biopsi.

g. PenatalaksanaanPasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat pendarahan, terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan bergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan. Endoskopi, ultrasonografi, dan laparoskopi telah terbukti berhasil dalam penahapan kanker kolon pada periode perioperatif.1. Pembedahan (Operasi)Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.Pembedahan merupakan tindakan primer pada kira kira 75 % pasien dengan kanker kolorektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan di kolon, massa tumor kemudian dieksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah palliative. Apabila tumor telah menyebar dan mencakup struktur vital sekitarnya, maka operasi tidak dapat dilakukan. (Suzanne C.Smeltzer, 2002 : 1127)Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut ( Doughty & Jackson, 1993 ) : Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah, dan nodus limfatik) Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanent (pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal) Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi(memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus sebelum reseksi) Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesiobstruksi yang tidak dapat direseksi)Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan biasanya diambil sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm di sebelah distal dan proksimal dari tempat kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon asendens biasanya dilakukan hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-transversal. Untuk kanker di kolon transversal dan di pleksura lienalis, dilakukan kolektomi subtotal dan dibuat anastomosis ileosigmoidektomi. Pada kanker di kolon desendens dan sigmoid dilakukan hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal transversal. Untuk kanker di rektosigmoid dan rektum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan dibuat anastomosis desenden kolorektal. Pada kanker di rektum bawah dilakukan proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal.Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen. Tujuan pembuatan kolostomi adalah untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).2. Penyinaran (Radioterapi)Sampai saat ini terapi radiasi tetap merupakan modalitas standar untuk pasien dengan kanker rektal, peran terapi radiasi pada kanker kolon masih terbatas. Terapi ini tidak memiliki peran dalam pengaturan ajuvan atau dalam pengaturan metastasis.Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.3. KemoterapiKemoterapi memakai obat antikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi. Radiasi dan kemoterapi dapat diberikan secara berkesinambunagn dengan memperhatikan derajat kanker. Deteksi kanker yang dapat dilanjutkan dengan pemberian kemoterapi disesuaikan dengan klasifikasi dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar getah bening regional, M = jarak metastese) yaitu : M0: Tidak ada metastasis jauh, sebagai pencegahan perluasan metastase. MI: Ada metastasis jauh, karena tidak mungkin dilakukan operasi sehingga hanya bisa dihambat dengan kemoterapi N1: Metastasis ke kelenjar regional unilateral N2: Metastasis ke kelenjar regional bilateral N3: Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional T1: Invasi hingga mukosapat atau sub mukosa, dapat dilakukan pengangkatan dan kolaborasi kemoterapi T2:Invasi ke dinding otot, dapat dilakukan pengangkatan dan kolaborasi kemoterapi T3: Tumor menembus dinding otot, dapat dilakukan pengangkatan dan kolaborasi kemoterapi4. Agen BiologisBevacizumand (avastin) adalah obat anti-angiogenesis pertama yang disetujui dalam praktek klinis dan indikasi pertama adalah kanker kolorektal metastasik. Obat ini menunjukkan perkembangan membaik dan kelangsungan hidup secara keseluruhan ketika bevacizumab ini ditambahkan ke kemoterapi (fluorourasil ditambah irinotecan).5. DietCukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencenaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.

6. PencegahanKanker kolon dapat dicegah dengan cara sebagai berikut : Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar. Hidup rileks dan kurangi stress Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan

1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatana. Pengkajian Kanker KolonPada pengkajian, keluhan sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi.Pada riwayat penyakit sekarang akan didapatkan perubahan kebiasaan defekasi dan pasase darah dalam feses. Gejala dapat mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan.(Pengkajian riwayat penyakit penting untuk mengetahui adanya riwayat infeksi pada kolon, kanker payudara, rahim, atau ovarium. Pengkajian riwayat keluarga, terutama pada generasi terdahulu yang memiliki riwayat kanker. Pengkajian kebiasaan yang mendukung peningkatan risiko, seperti merokok, konsumsi makan rendah serat, atau tinggi lemak dan protein serta ada tidaknya penurunan berat badan.Pengkajian psikososial biasanya didapatkan kecemasan berat setelah mendapat pemberitahuan tentang kondisi kanker kolon. Pengkajian pengetahuan pasien tentang program pengobatan kanker meliputi radiasi, kemoterapi, dan pembedahan memberikan manifestasi untuk merencanakan tindakan yang sesuai dengan kondisi individu.(Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik. Pada survei umum terlihat lemah. TTV biasanya normal, tetapi dapat berubah sesuai dengan kondisi klinik. Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen dan rektum akan didapatkan :Inspeksi: tanda khas didapatkan adanya distensi abdominal. Pemeriksaan rektum dan feses akan didapatkan adanya perubahan bentuk dan warna feses. Sering didapatkan bentuk feses dengan kaliber kecil seperti pita.Auskutasi: biasanya normalPerkusi: timpani akibat abdominal mengalami kembungPalpasi: nyeri tekan abdomen pada area lesi Kanker RektumKeluhan utama yang lazim didapatkan adalah kesulitan dalam melakukan buang air besar dan perdarahan pada anus. Perdarahan anus dan perubahan dalam kebiasaan buang air besar atau gejala obstruksi lebih sering terjadi pada rektum daripada kanker kolon.(Pada pengkajian riwayat pengkajian sekarang, perawat menanyakan seberapa parah tingkat kesulitan dari eliminasi feses. Apakah feses masih bisa keluar tetapi dengan diameter feses yang sangat kecil, atau bahkan sudah mengalami obstruksi total. Keluhan obstruksi memberikan keluhan lain pada gangguan, seperti: nyeri dan ketidaknyamanan abdominal akibat gangguan dalam melakukan defekasi, malaise, mual, muntah, dan anoreksia.Keluhan perdarahan anus terjadi pada sebagian besar pasien kanker rektum. Keluhan perdarahan dengan darah yang segar dan tidak berhenti dengan istirahat. Meskipun banyak orang berdarah karena hemoroid (wasir), perawat tetap harus menanyakan kemungkinan terjadinya perdarahan anus. Perdarahan anus yang berkepanjangan (mungkin dalam jumlah kecil yang tidak terlihat dalam feses) dapat mengakibatkan anemia, menyebabkan kelelahan, pusing atau detak jantung yang cepat. Pada beberapa kasus juga didapatkan keluhan urine bercampur darah. Kondisi ini berhubungan dengan jika tumor menyerang atau menekan kandung kemih atau prostat.Adanya massa direktum dapat tumbuh begitu besar sehingga mencegah pengeluaran. Penyumbatan ini dapat menyebabkan perasaan konstipasi berat atau sakit ketika akan mengeluarkan BAB. Selain itu, nyeri perut atau kram mungkin terjadi karena penyumbatan. Ukuran feses menjadi lebih kecil atau tampak sempit sehingga bisa melewati sekitar massa rektal. Pasien kanker rektum mungkin mengeluh sensasi bahwa feses tidak tidak bisa sepenuhnya dievakuasi dengan buang air besar.(Keluhan nyeri abdomen biasanya berhubungan dengan ketidakmampuan dalam melakukan defekasi sehingga terjadi distensi otot-otot abdomen. Keluhan nyeri pada punggung bawah bisa didapatkan dan ini merupakan tanda akhir yang disebabkan oleh tumor, penekanan saraf menyerang spina lumbal.Keluhan malaise sering terjadi akibat kondisi anoreksia kronis dan ketakutan pasien untuk makan karena mereka berasumsi bahwa dengan makan akan terbentuk feses, sedangkan untuk melakukan defekasi sangat sulit. Malaise juga berhubungan dengan peningkatan asupan nutrisi oleh kanker dan penurunan sel darah merah akibat perdarahan anus. Keluhan penurunan berat badan tanpa diketahui penyebabnya sering didapatkan pada pasien kanker rektum. Kondisi ini karena kanker menyebabkan penurunan berat badan secara progresif.Pengkajian riwayat penyakit dahulu, perawat menanyakan faktor predisposisi yang berhubungan dengan kanker rektum, seperti adanya riwayat penderita polip rekti, riwayat pembedahan kolesistektomi, riwayat penggunaan alkohol, merokok, serta riwayat diet rendah serat dan tinggi lemak.Pengkajian riwayat penyakit keluarga merupakan hal yang penting untuk dilakukan secara seksama. Faktor predisposisi kanker rektum dengan riwayat familiar, terutam pada generasi terdekat seperti orang tua atau saudara kandung yang memiliki riwayat kanker atau polip rektum.(Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya pemenuhan informasi intervensi keperawatan, pengobatan, dan rencana pembedahan.Pemeriksaan fisik, survei umum bisa terlihat sakit ringan, gelisah sampai sangat lemah. TTV biasanya normal atau bisa didapatkan perubahan, seperti takikardi dan peningkatan pernapasan. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan perhatian khusus pada ukuran dan lokasi kanker rektal selain kemungkinan lesi metastasis, termasuk pembesaran kelenjar getah bening atau hepatomegali. Pada pemeriksaan fisik fokus akan didapatkan hal-hal sebagai berikut :Inspeksi: perdarahan pada feses atau perdarahan tunggal dari anus. Pada colok dubur, sarung terlihat adanya darah. Pada kondisi penyebaran kanker ke anus akan terlihat kondisi abnormal dari anus.Auskultasi: biasanya bising usus normal.Perkusi: suara timpani abdomen didapatkan pada pasien yang mengalami kembungPalpasi: colok dubur didapatkan adanya penyempitan atau terasa masa pada lumen rektum.

b. Diagnosis Keperawatan1. Pemenuhan informasi b.d adanya intervensi kemoterapi, radioterapi, rencana pembedahan, dan rencana perawatan rumah.1. Risiko tinggi injuri b.d anemia, pascaprosedur bedah kolostomi.1. Nyeri b.d kerusakan integritas jaringan, respons pembedahan.1. Gangguan konsep diri (gambaran diri) b.d kolostomi permanen.1. Intoleransi aktivitas b.d cepat lelah, kelemahan fisik umum sekunder dari anemia.1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang kurang adekuat.1. Risiko tinggi infeksi b.d adanya port de entree luka pascabedah.1. Kecemasan pasien dan keluarga b.d prognosis penyakit, rencana pembedahan.

c. Intervensi KeperawatanPemenuhan informasi b.d adanya evaluasi diagnostik, rencana pembedahan dan rencana perawatan rumah

Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam informasi kesehatan terpenuhi.Kriteria evaluasi: Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan. Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.

Intervensi Rasional

Kaji pengetahuan pasien tentang prosedur diagnostik, pembedahan kolostomi sementara dan rencana perawatan rumahTingkat pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi pasien. Perawat menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kondisi individu pasien. Dengan mengetahui tingkat pengetahuan tersebut, perawat dapat lebih terarah dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan pengetahuan pasien secara efisien dan efektif.

Cari sumber yang meningkatkan penerimaan informasiKeluarga terdekat dengan pasien perlu dilibatkan dalam pemenuhan informasi untuk menurunkan risiko misinterpretasi terhadap informasi yang diberikan.

Jelaskan tentang terapi dengan kemoterapiPasien perlu mengetahui bahwa kemoterapi diberikan sebagai pelengkap terapi bedah dan terapi radiasi.

Jelaskan tentang terapi radiasiPengetahuan tentang karsinoma kolon walaupun tidak bersifat radiosensitif dan pada kebanyakan pasien, radiasi eksternal memberikan efek penyusutan tumor sehingga akan menambah semangat pasien untuk melakukan terapi.

Jelaskan dan lakukan pemenuhan atau persiapan pembedahan, meliputi: Diskusikan jadwal pembedahan

Persiapan administrasi dan informed consent

Konfirmasi kepada pasien tentang penjelasan yang telah dijelaskan oleh ahli bedah

Pasien dan keluarga harus diberitahu waktu dimulainya pembedahan. Apabila rumah sakit mempunyai jadwal kamar operai yang padat, lebih baik pasien dan keluarga diberitahukan tentang banyaknya jadwal operasi yang telah ditetapkan sebelum pasien.

Pasien sudah menyelesaikan administrasi dan mengetahui secara finansial biaya pembedahan. Pasien sudah mendapat penjelasan tentang pembedahan kolektomi atau kolostomi oleh tim bedah dan menandatangani informed consent.Perawat mengonfirmasi penjelasan ahli bedah tentang akan dilakukannya kolostomi. Hal ini penting dilakukan karena pada beberapa pasien bisa terkejut setelah pascabedah terdapat anus buatan pada dinding perut yang memberikan manifestasi sedih pada pasien.Pasien yang menjalani pembedahan untuk kolostomi permanen dapat mengekspresikan rasa takut dan perubahan konsep diri.Berdiskusi dengan individu yang berhasil menghadapi kolostomi dapat membantu pasien prabedah.

Lakukan pendidikan kesehatan preoperatif

Programkan instruksi yang didasarkan pada kebutuhan individu direncanakan dan diimplementasikan pada waktu yang tepatManfaat dari instruksi preoperatif telah dikenal sejak lama. Setiap pasien diajarkan sebagai seorang individu, dengan mempertimbangkan segala keunikan ansietas, kebutuhan dan harapan-harapannya.Jika sesi penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum pembedahan, pasien mungkin tidak ingat tentang apa yang telah dikatakan. Jika instruksi diberikan terlalu dekat dengan waktu pembedahan, pasien mungkin tidak dapat berkonsentrasi atau belajar karena ansietas atau efek dari medekasi praanestasi.

Beritahu persiapan pembedahan, meliputi: Persiapan intestinal

Persiapan puasa

Persiapan kulit

Pencukuran area operasi

Pada persiapan untuk pembedahan, penting untuk menghindari pengiritasi kolon, yang biasanya sensitif dan rentan terhadap perforasi. Pagi hari sebelum pembedahan, lakukan pemberian laksatif salin ringan dan pemberian dengan hati-hati enema pembersih mungkin cukup diberikan pada pasien.Puasa dilakukan minimal 6-8 jam sebelum dilakukan pembedahan.

Tujuan dari persiapan kulit preoperatif adalah untuk mengurangi sumber bakteri tanpa mencederai kulit.

Pencukuran area operasi dilakukan apabila protokol lembaga atau ahli bedah mengharuskan kulit untuk dicukur, pasien diberitahukan tentang prosedur mencukur, dibaringkan dalam posisi yang nyaman dan tidak memajan bagian yang tidak perlu. Area operasi bedah abdomen dapat dilihat pada gambar.

Beritahu pasien pembedahan, meliputi: Persiapan istirahat dan tidur

Istirahat merupakan hal yang penting untuk penyembuhan normal. Kecemasan tentang pembedahan dapat dengan mudah menganggu kemampuan untuk istirahat atau tidur.

Ajarkan aktivitas pada postoperasi, meliputi: Latihan napas diafragma

Salah satu tujuan dari asuhan keperawatan preoperatif adalah untuk mengajar pasien cara untuk meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anestesi umum. Hal ini dicapai dengan memperagakan pada pasien bagaimana melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas dengan lambat. Pasien diletakkan dalam posisi duduk untuk memberikan ekspansi paru yang maksimum.

Ajarkan aktivitas pada postoperasi, meliputi: Latihan tungkai

Tujuan peningkatan pergerakan tubuh secara hati-hati pada pascaoperasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi, untuk mencegah stasis vena dan untuk menunjang fungsi pernapasan yang optimal.Pasien ditunjukkan bagaimana cara untuk berbalik dari satu sisi ke sisi lainnya dan cara untuk mengambil posisi lateral. Posisi ini akan digunakan pada pascaoperatif (bahkan sebelum pasien sadar) dan dipertahankan setiap dua jam.

Beritahu pasien dan keluarga kapan pasien sudah bisa dikunjungiPasien akan mendapat manfaat bila mengetahui kapan keluarga dan temannya dapat berkunjung setelah pembedahan.

Beri informasi tentang manajemen nyeri keperawatanManajemen nyeri dilakukan untuk peningkatan kontrol nyeri pada pasien.

Berikan informasi pada pasien dan keluarga yang akan menjalani perawatan rumah, meliputi:

Ajarkan cara merawat stoma

Ajarkan cara membuat kantung dan memasang kantung drainase

Keterlibatan pasien dan keluarga dalam melakukan perawatan rumah pascabedah, dapat menurunkan risiko komplikasi dan dapat meningkatkan kemandirian dalam melakukan masalah yang sedang dihadapi.

Pasien dianjurkan melindungi kulit peristoma dengan sering mencuci area tersebut menggunakan sabun ringan, memberikan barier kulit protektif disekitar stoma dan mengamankannya dengan melekatkan kantung drainase. Bedak nistatin (Mycostatin) dapat ditebarkan sedikit pada kulit peristoma bila terdapat iritasi atau pertumbuhan jamur. Kulit dibersihkan dengan perlahan menggunakan sabun ringan dan waslap lembap serta lembut.Sabun bertindak sebagai agen abrasif ringan untuk mengangkat residu enzim dari tetesan fekal. Selama kulit dibersihkan, kasa dapat digunakan untuk menutupi stroma atau tampon vagina dapat dimasukkan dengan perlahan untuk mengabsorpsi kelebihan drainase.

Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat, pada kondisi klinik bnayak bungkus es panjang yang dapat digunakan sebagai kantung stoma. Untuk membuat bundaran atau cincin penahan perawat bisa memodifikasi kasa gulung (lihat gambar)Lubang kantung harus sekitar 0,3 cm lebih besar dari stoma. Kulit dibersihkan sesuai prosedur di atas. Bundaran peristoma dipasang. Iritasi kulit ringan memerlukan taburan bedak sebelum kantung dilekatkan.

Ajarkan cara mengirigasi kolostomiStoma pada abdomen tidak mempunyai otot kontrol volunter sehingga pengosongannya dapat terjadi pada interval waktu yang tidak teratur. Pengaturan pasase materi fekal dicapai dengan irigasi kolostomi atau membiarkan usus mengevakuasi secara alami tanpa irigasi.Perawat memperagakan pada awal pertama dilakukan irigasi, biarkan pasien dan keluarga mempertahankan atau bertanya.

Anjurkan mengkonsumsi diet tinggi serat

Anjurkan untuk menghindari makanan yang bisa meningkatkan bau feses

Anjurkan untuk intervensi pencegahan

Anjurkan untuk semampunya melakukan manajemen nyeri nonfarmakologik pada saat nyeri munculDiet tinggi serat dapat meningkatkan pasase feses sehingga konsistensi feses lembek padat berbentuk dan mudah serta tidak menstimulasi apabila melewati lumen intestinal pascabedah.

Makanan yang menyebabkan bau dan gas berlebihan dihindari. Makanan ini termasuk kol, telur, ikan, kacang polong dan produk selulosa seperti kacang tanah.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko meliputi: Berhenti merokok. Merokok telah jelas dikaitkan dengan risiko tinggi kanker usus besar (dan juga banyak kondisi lain). Minum aspirin setiap hari, tetapi karena terdapat potensi efek samping, hal ini tidak dianjurkan untuk semua orang. Bicaralah dengan dokter terlebih dahulu. Minum dosis yang aman asam folat (misalnya 1 mg) setiap hari. Terlibat dalam aktivitas setiap hari. Makanlah berbagai jenis buah dan sayuran setiap hari.

Beberapa agen nyeri farmakologik biasanya memberikan reaksi negatif pada gastrointestinal.

Anjurkan untuk masuk kelompok pendukung dan konselingKunjungan tindak lanjut harus minimal mencakup hal-hal sebagai berikut: Colonoscopy dalam waktu 3 bulan setelah operasi Colonoscopy 1 tahun setelah pembedahan dan setiap 3 tahun setelah itu. Tes untuk okultisme darah dalam feses setiap tahun, diikuti oleh colonoscopy jika hasil tes positif. Pengukuran tingkat carcinoembryonic antigen (CEA) untuk menguji kambuhnya kanker setelah operasi.

Diskusikan pola fungsi seksualitasHidup dengan kondisi kanker memberikan banyak tantangan baru, baik untuk pasien dan keluarga. Pasien mungkin mempunyai banyak kekhawatiran tentang bagaimana kanker akan mempengaruhi Anda dan kemampuan Anda untuk hidup normal, yaitu untuk merawat keluarga dan rumah Anda, untuk menyimpan pekerjaan Anda dan untuk melanjutkan persahabatan dan aktivitas yang Anda nikamati. Banyak orang merasa cemas dan depresi. Beberapa orang merasa marah dan kesal; orang lain merasa tak berdaya dan kalah.Bagi kebanyakan orang dengan kanker, berbicara tentang perasaan dan kekhawatiran mereka membantu. Teman-teman dan anggota keluarga dapat sangat mendukung. Mereka mungkin ragu-ragu untuk menawarkan dukungan sampai mereka melihat bagaimana pasien menghadapi kondisi yang pasien lakukan. Jika pasien ingin bicara tentang keprihatinan, biarkan mereka tahu.Beberapa orang tidak ingin beban yang dihadapi juga dirasakan pada orang yang mereka cintai atau lebih suka berbicara tentang keprihatinan mereka dengan yang lebih profesional yang netral. Seorang pekerja sosial, konselor atau ulama dapat membantu jika pasien ingin untuk mendiskusikan perasaan mereka dan kekhawatiran tentang punya kanker.Banyak orang dengan kanker sangat dibantu dengan berbicara kepada orang lain yang menderita kanker. Berbagi keprihatinan dengan orang lain yang telah mengalami hal yang sama dapat sangat menenangkan.

Berikan motivasi dan dukungan moralPasien dengan pasangannya diikutkan dalam membina pola seksual pasca kolostomi.Beberapa pasien mungkin mengajukan pertanyaan tentang aktivitas seksual secara langsung atau memberi petunjuk tak langsung mengenai rasa takut mereka.Beberapa indivu dapat memandang pembedahan sebagai perusakan dan suatu ancaman terhadap seksualitas mereka; beberapa merasa takut impoten. Sementara itu, yang lain mengekspresikan kekhawatiran terhadap bau atau adanya kebocoran dari kantung selama aktivitas seksual. Anjurkan posisi seksual alternatif, serta metode stimulasi alternatif untuk memuaskan keinginan seksual.

Berikan motivasi dan dukungan moralIntervensi untuk meningkatkan keinginan pasien dalam pelaksanaan prosedur pengembalian fungsi pascabedah kolostomi.

Risiko injuri b.d pasca-prosedur reseksi kolon

Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam pasca intervensi reseksi kolon, pasien tidak mengalami injuriKriteria evaluasi: TTV dalam batas normal Kondisi kepatenan selang dada optimal Tidak terjadi infeksi pada insisi

IntervensiRasional

Kaji faktor-faktor yang meningkatkan risiko injuriPascabedah pasien akan terdapat drain pada tubuh pasien. Keterampilan keperawatan kritis diperlukan agar pengkajian vital dapat sistematis dilakukan.

Monitor adanya komplikasi pascabedahPerawat memonitor adanya komplikasi pascabedah seperti kebocoran dari sisi anastomosis, prolaps stoma, perforasi, retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit, serta komplikasi paru yang dihubungkan dengan bedah abdomen. Abdomen dipantau terhadap tanda kembalinya peristaltik dan kaji karakteristik feses.

Bantu ambulasi diniPasien yang menjalani kolostomi dibantu turun dari tempat tidur pada hari pertama pascaoperatif dan didorong untuk mulai berpartisipasi dalam menghadapi kolostomi.

Beri perhatian khusus pada pasien usia lanjut Pasien lansia dapat mengalami penurunan penglihatan sampai beberapa derajat dan kerusakan pendengaran, serta kesulitan melakukan keterampilan yang memerlukan koordinasi motorik halus. Oleh karenanya, membantu pasien memegang alat ostomi pada periode praoperatif dan stimulasi pembersihan kulit periostomal, serta irigasi stoma akan membantu pasien.Jatuh akibat ketidaksengajaan sering terjadi pada lansia. Oleh karena itu, penting untuk memastikan apakah pasien dapat berjalan tanpa bantuan ke kamar mandi.Perawatan kulit adalah masalah utama untuk para lansia dengan ostoma, karena pada lansia terjadi perubahan pada kulit akibat proses penuaan. Lapisan lemak subkutan dan epitel menjadi tipis dan kulit mudah teriritasi. Untuk mencegah kerusakan, perhatian khusus diberikan pada hygiene kulit dan penempatan alat yang tepat. Arteriosklerosis terjadi akibat penurunan aliran darah pada luka dan sisi stoma.

Pertahankan status hemodinamik yang optimalPasien akan mendapat cairan intravena sebagai pemeliharaan status hemodinamik.

Monitor kondisi selang nasogastrikSecara umum pasien pasca-esofagektomi akan terpasang selang nasogastrik. Perawat berusaha untuk tidak mengubah posisi, mengangkat, memanipulasi atau mengirigasi selang, kecuali memang diperlukan untuk terapi.

Kolaborasi untuk pemberian antibiotik pascabedahAntibiotik menurunkan risiko infeksi yang akan menimbulkan reaksi inflamasi lokal dan dapat memperlama proses penyembuhan pasca-funduplikasi lambung.

Nyeri b.d iritasi intestinal, respons pembedahan

Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam pascabedah nyeri berkurang atau teradaptasi.Kriteria evaluasi: Secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau teradaptasi Skala nyeri 0-1 (0-4) TTV dalam batas normal, wajah pasien rileks

IntervensiRasional

Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologik dan noninvasifPendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri

Lakukan manajemen nyeri keperawatan, meliputi: Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST

Beri oksigen nasal apabila skala nyeri 3 (0-4)

Istirahatkan pasien pada saat nyeri muncul

Atur posisi fisiologis

Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam pada saat nyeri muncul

Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri

Lakukan manajemen sentuhan

Pendekatan PQRST dapat secara komprehensif menggali kondisi nyeri pasien. Apabila pasien mengalami skala nyeri 3 (0-4), keadaan ini merupakan peringatan yang perlu perawat waspadai karena memberikan manifestasi klinik yang bervariasi dari komplikasi pascabedah reseksi kolon.

Pemberian oksigen dilakukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada saat pasien mengalami nyeri pascabedah yang dapat menganggu kondisi hemodinamik.

Istirahat secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal.

Pengaturan posisi semifowler dapat membantu merelaksasi otot-otot abdomen pascabedah sehingga dapat menurunkan stimulus nyeri dari luka pascabedah.

Meningkatkan intake oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari penurunan oksigen lokal.

Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal.

Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri.

Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsungPengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana terapeutik.

Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgetik melalui intravena

Analgetik diberikan untuk membantu menghambat stimulus nyeri ke pusat persepsi nyeri di korteks serebri sehingga nyeri dapat berkurang.

Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang kurang adekuat

Tujuan: Setelah 3 x 24 jam pada pasien nonbedah dan setelah 7 x 24 jam pascabedah, intake nutrisi dapat optimal dilaksanakanKriteria evaluasi: Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat Terjadi penurunan gejala refluks esofagus, meliputi: odinofagia berkurang, pirosis berkurang, RR dalam batas normal 12-20 x/menit Berat badan pada hari ke-7 pascabedah meningkat minimal 0,5 kg.

Intervensi Rasional

Intervensi nonbedah: Anjurkan pasien makan dengan perlahan dan mengunyah makanan dengan seksama

Sajikan makanan dengan cara yang menarik

Fasilitas pasien memperoleh diet biasa dengan kandungan serat tinggi

Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara periodik (sekali seminggu)Makanan dapat lewat dengan mudah ke lambung.

Membantu merangsang nafsu makan.

Kandungan serat tinggi dapat membentuk massa feses yang optimal dan menurunkan kondisi diverkulosis menjadi divertikulitis. Komponen buah-buahan dan sayuran dapat meningkatkan asupan tinggi serat.

Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.

Intervensi dengan pembedahan: Berikan diet prabedah

Kaji kondisi dan toleransi gastrointestinal pascareseksi kolon

Lakukan perawatan mulut

Kolaborasi dengan ahli gizi jenis nutrisi yang akan digunakan pasienDiet tinggi kalori, rendah residu biasanya diberikan selama beberapa hari sebelum pembedahan, bila waktu dan kondisi pasien memungkinkan.Apabila tidak terdapat situasi kedaruratan, tindakan praoperatif dilakukan serupa dengan pembedahan abdomen umumnya.

Parameter penting adalah dengan melakukan auskultasi bising usus. Apabila didapatkan bising usus artinya fungsi gastrointestinal sudah pulih pasca-anestesi umum. Kembalinya diet ke pola normal berlangsung sangat cepat. Sedikitnya 21 cairan/hari dianjurkan.

Intervensi ini untuk menurunkan risiko infeksi oral.

Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan komposisi dan jenis makanan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan individu.

Risiko tinggi infeksi b.d adanya port de entree dari luka pembedahan

Tujuan: Dalam waktu 12 x 24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas jaringan lunakKriteria evaluasi: Jahitan dilepaskan pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan pada area luka pembedahan Leukosit dalam batas normal TTV dalam batas normal

Intervensi Rasional

Kaji jenis pembedahan, hari pembedahan dan apakah adanya order khusus dari tim dokter bedah dalam melakukan perawatan luka.Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang diharapkan.

Buat kondisi balutan dalam keadaan bersih dan kering.Kondisi bersih dan kering akan menghindari kontaminasi komensal dan akan menyebabkan respons inflamasi lokal, serta akan memperlama penyembuhan luka.

Lakukan perawatan luka: Lakukan perawatan luka steril pada hari kedua pascabedah dan diulang setiap 2 hari sekali pada luka abdomen

Lakukan perawatan luka pada sekitar drain

Bersihkan luka dan drainase dengan cairan antiseptik jenis iodine providum dengan cara swabbing dari arah dalam ke luarPerawatan luka sebaiknya tidak setiap hari untuk menurunkan kontak tindakan dengan luka yang dalam kondisi steril sehingga mencegah kontaminasi kuman ke luka bedah.

Drain pascabedah merupakan material yang menjadi jalan masuk kuman. Perawat melakukan perawatan luka setiap hari atau disesuaikan dengan kondisi pembalut drain, apabila kotor maka harus diganti.

Pembersihan debris (sisa fagositosis, jaringan mati) dan kuman sekitar luka dengan mengoptimalkan kelebihan dari iodine providum sebagai antiseptik dan dengan arah dari dalam ke luar sehingga mencegah kontaminasi kuman ke jaringan luka.

Bersihkan bekas sisa iodine providum dengan alkohol 70% atau normal salin dengan cara swabbing dari arah dalam ke luarAntiseptik iodine providum mempunyai kelemahan dalam menurunkan proses epitelisasi jaringan sehingga memperlambat pertumbuhan luka, maka harus dibersihkan dengan alkohol atau normal salin.

Tutup luka dengan kasa steril dan tutup dengan plester adhesif yang menyeluruh menutupi kasaPenutupan secara menyeluruh dapat menghindari kontaminasi dari benda atau udara yang bersentuhan dengan luka bedah.

Angkat drainase pascabedah sesuai pesanan medisPelepasan sesuai indikasi bertujuan untuk menurunkan risiko infeksi.

Kolaborasi penggunaan antibiotikAntibiotik injeksi diberikan selama tiga hari pascabedah yang kemudian dilanjutkan antibiotik oral sampai jahitan dilepas. Peran perawat mengkaji adanya reaksi atau riwayat alergi antibiotik serta memberikan antibiotik sesuai pesanan dokter.

Kecemasan b.d prognosis penyakit, misinterpretasi informasi

Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pasien secara subjektif melaporkan rasa cemas berkurangKriteria evaluasi: Pasien mampu mengungkapkan perasaannya pada perawat Pasien dapat mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalahnya dan perubahan koping yang digunakan sesuai situasi yang dihadapi Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan/ketakutan di bawah standar Pasien dapat rileks dan tidur/istirahat dengan baik

Intervensi Rasional

Monitor respons fisik, seperti: kelemahan, perubahan tanda-tanda vital, gerakan yang berulang-ulang, serta catat kesesuaian respons verbal dan nonverbal selama komunikasi Digunakan dalam mengevaluasi derajat/tingkat kesadaran/konsentrasi, khususnya ketika melakukan komunikasi verbal. Pada kondisi klinik, pasien biasanya merasa sedih akibat diagnosis penyakit dan rencana pembedahan. Pasien yang menjalani pembedahan untuk kolostomi sementara dapat mengekspresikan rasa takut dan masalah yang serupa dengan individu yang memiliki stoma permanen.

Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengungkapkan dan mengekspresikan rasa takutnyaMemberikan kesempatan untuk berkonsentrasi, kejelasan dari rasa takut dan mengurangi cemas yang berlebih.

Beri dukungan prabedahHubungan emosional antara perawat dan pasien akan mempengaruhi penerimaan pasien dengan pembedahan. Aktif mendengar semua kekhawatiran dan keprihatian pasien adalah bagian penting dari evaluasi praoperatif. Keterbukaan mengenai tindakan bedah yang akan dilakukan, pilihan anestesi dan perubahan atau kejadian pascaoperatif yang diharapkan akan menghilangkan banyak ketakutan tak berdasar terhadap anestesi. Bagi sebagian besar pasien, pembedahan adalah suatu peristiwa hidup yang bermakna. Kemampuan perawat dan dokter untuk memandang pasien dan keluarganya sebagai manusia yang layak untuk didengarkan dan dimintai pendapat sebelum operasi dibandingkan dengan mereka yang hanya sekedar diberi pramedikasi dengan fenobarbital. Kelompok yang mendapat pramedikasi melaporkan rasa mengantuk, tetapi tetap cemas.

Bantu pasien meningkatkan citra tubuh dan beri kesempatan pasien mengungkapkan perasaannyaPerubahan yang terjadi pada citra tubuh dan gaya hidup sering sangat menganggu, oleh karena itu pasien memerlukan dukungan empatis dalam mencoba menyesuaikannya. Oleh karena stoma ditempatkan pada abdomen, pasien dapat berpikir bahwa setiap orang akan melihat ostomi. Perawat dapat mampu mengurangi ketakutan ini dengan memberikan informasi aktual tentang prosedur pembedahan dan pembentukan, serta penatalaksanaan ostomi. Apabila pasien menghendaki, diagram, foto dan slat dapat digunakan untuk menjelaskan dan memperjelas. Pasien juga dapat mengalami stress emosional, perawar perlu mengulang beberapa informasi. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengajukan pertanyaan.

Hadirkan pasien yang pernah kolostomiBerdiskusi dengan indivisu yang berhasil menghadapi kolostomi sering membantu menurunkan kecemasan pasien prabedah.

Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekatMemberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih pasien melayani aktivitas dan pengalihan (misalnya membaca) akan menurunkan perasaan terisolasi.

Kolaborasi:Berikan anticemas sesuai indikasi contohnya diazepam Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.

d. EvaluasiHasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut.1. Informasi kesehatan terpenuhi.2. Tidak mengalami injuri pascaprosedur bedah reseksi kolon.3. Nyeri berkurang atau teradaptasi.4. Intake nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individu.5. Infeksi luka operasi tidak terjadi.6. Kecemasan berkurang.7. Peningkatan konsep diri atau gambaran diri.8. Peningkatan aktivitas.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanKanker kolorektal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker kolorektal adalah adenokarsinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya).Etiologi dari kanker kolorektal yaitu terdiri atas faktor resiko dan faktor predisposisi. Faktor risiko terdiri dari usia, riwayat kanker pribadi, riwayat kanker kolorektal pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis, riwayat penyakit polip di usus, dan riwayat penyakit crohn. Sedangkan faktor predisposisinya terdiri dari merokok, pola makan yang tidak sehat (tinggi lemak dan rendah serat), kontak dengan zat-zat kimia, minuman beralkohol, obesitas, dan bekerja sambil duduk seharian.Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan keberhasilan perawatan klien dengan kanker kolorektal.

B. SaranKami sebagai penulis makalah menyarankan kepada para pembaca untuk selalu mengembangkan pengetahuannya tentang kanker kolon dan rektum, penyebab serta penatalaksanaannya. Kami juga berharap dengan membaca makalah ini para pembaca akan menerapkan gaya hidup yang lebih sehat mulai dari sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

Evelyn C.Pearce. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT GramediaSmeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth vol.2 edisi 8. Jakarta: EGCSyaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC