askep hipertensi

45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur. Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki pembunuh diam-diam atau silent killer. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke .Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya. B. Tujuan Tujuan Umum Untuk menjelaskan tentang hipertensi postpartum dan penatalaksanaannya sehingga dapat menangani pasien dengan kejadian hipertensi postpartum Tujuan Khusus 1. Dapat mengetahui tentang pengertian hipertensi post partum

description

asuhan keperawatan pada pasien hipertensi

Transcript of askep hipertensi

Page 1: askep hipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan

kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui

hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.

 Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab

penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki pembunuh diam-diam atau silent killer.

Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru

disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner,

fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke .Hipertensi pada dasarnya mengurangi

harapan hidup para penderitanya.

B.     Tujuan

Tujuan Umum

Untuk menjelaskan tentang hipertensi postpartum dan penatalaksanaannya sehingga

dapat menangani pasien dengan kejadian hipertensi postpartum

Tujuan Khusus

1.      Dapat mengetahui tentang pengertian hipertensi post partum

2.      Dapat mengetahui tentang macam-macam hipertensi post partum

3.      Dapat mengetahui tentang manifestasi klinis hipertensi post partum

4.      Dapat mengetahui tentang patofisiologi hipertensi post partum

5.      Dapat mengetahui tentang klasifikasi hipertensi post partum

6.      Dapat mengetahui tentang komplikasi hipertensi post partum

7.      Dapat mengetahui tentang penanganan dan penatalaksanaan hipertensi post partum

Page 2: askep hipertensi

BAB II

PEMBAHASAN

HIPERTENSI POST PARTUM

A.    Pengertian

Hipertensi post partum adalah peningkatan tekanan darah dalam 24 jam pertama dari

nifas pada wanita yang tadinya normotensi dan hipertensi akan berangsur – angsur hilang dalam

waktu 10 hari.

Hiperytensi post partum disebut juga dengan transient hypertension dengan tekanan darah

≥ 140/90 mmHg.

B.     Macam – macam Hipertensi

1)      Hipertensi Essentialis ( Hipertensi Primer )

Adalah penyakit hipertensi yang kronis dan disebabkan oleh arteriosclerosis.

Penyakit hipertensi essentialis pada post partum merupakan kelanjutan dari hipertensi

yang terjadi pada kehamilan minggu ke 20 dan hipertensi tetap pada sebuah persalinan.

Hipertensi ini sering menimbulkan dan menyebabkan kelainan pada jantung ( membesar ), pada

ginjal, otak dan retina.

Untuk mendiagnosa hipertensi essentialis, yaitu:

  Tensi ≥ 140/90 mmHg

  Terjadi dalam 24 jam post partum

Gejala hipertensi essentialis post partum, yaitu:

  Tensi yang naik, yaitu dengan sistolis 30 mmHg dan diastolis 15 mmHg.

  Proteinuria yang hebat

  Timbulnya odema

Tanda – tanda hipertensi essentialis post partum , adalah ;

  Pembesaran jantung

  Faal yang kurang

  Kelainan pada retina ( haemorhagi atau exudat )

Page 3: askep hipertensi

  Tensi pemulaan 200 sistolik dan 120 diastolik

  Jika pada kehamilan yang lampau pernah diberati dengan eklamsi, maka akan berpengaruh pada

hipertensi post partum

2)      Hipertensi chronic / renal ( hipertensi sekunder )

Adalah suatu kondisi dimana diperlukan penurunan tekanan darah segera ( tidak selalu

diturunkan dalam batas normal ) untuk mencegah dan membatasi kerusakan pada organ.

Yang menyebabkan hipertensi renal pada post partum ini, juga ibu post partum

mempunyai riwayat yang berhubungan dengan kehamilannya, misalnya; Pre eklamsi atau

eklamsi. Dalam hal ini hipertensi pada ibu post partum juga bisa disebabkan karena adanya

penyakit ginjal pada ibu hamil yang disertai dengan hipertensi.

C.    Tanda dan Gejala Hipertensi Post Partum

  Peninggian tekanan darah

  Telinga berdenging

  Pusing

  Mata berkunang – kunang

  Sukar tidur

  Emosi meningkat ( mudah marah )

  Adanya proteinurin

  Odema

D.    Manifestasi Klinis

  Tensi yang naik, yaitu dengan sistolis 30 mmHg dan diastolis 15 mmHg.

  Proteinuria yang hebat

  Timbulnya odema

  Pembesaran jantung

  Faal yang kurang

  Kelainan pada retina ( haemorhagi atau exudat )

  Tensi pemulaan 200 sistolik dan 120 diastolik

Page 4: askep hipertensi

E.     Patofiologi

Penurunan sintesis PGe in utero penurunan perfusi uterus

Peningkatan sesitititas terhadap bahan-bahan pesar Stimulasi sistem rennin – angiotensis

Vaso kontriksi retinastimulasi berlebihan dan pemakaian

produk aldosteron

Page 5: askep hipertensi

Kerusakan dinding vaskulergangguan fungsi sampai habis

ginjal

Igregasi trombosit penurunankehilangan garam dan air

pada antenatal yang rusak bersihan asam

urat

HipovolomiaKoagulasi intravaskuler peningkatan

diseminata (PIC) asam urat

Hemo konsentrasi

Invasi tromboplastinpeningkatan penentuan

Koagulasi intravaskulerhematokrit viskositas

Page 6: askep hipertensi

Solusio plasenta (USG) difus (faktor VIIIdarah

fibrinogen)

Hipertensi (tekananedema

syok reaksioner)

perburukan

Page 7: askep hipertensi

F.     Klasifikasi Hipertensi Post Partum

Klasifikasi Sistolik ( mmHg ) Diastolik ( mmHg)

Normotensi < 140 mmHg < 90 mmHg

Hipertensi ringan 140 – 130 mmHg 90 – 105 mmHg

Hipertensi perbatasan 140 – 160 mmHg 90 – 95 mmHg

Hipertensi sedang dan

berat

> 180 mmHg > 105

Hipertensi sistolik

terisolasi

> 140 mmHg <90 mmHg

Hipertensi sistolik

perbatasan

140 – 160 mmHg < 90 mmHg

G.    Komplikasi

Komplikasi terjadi pada :

  Bagi ibu

-          Perdarahan

-          Payah jantung

-          Uremia

  Bagi bayi

-          Prematur

-          Dismatur

-          BBLR

H.    Penanganan

  Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan ( IMT ≥ 27 )

  Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na / 2,4 gr, Na / 6 gr Nacl / hari)

  Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat

  Berhenti merokok ( apabila ibu post partum selama dan sebelum hamil ketergantungan rokok ) dan

mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan

  Dianjurkan untuk memakai kontrasepsi bila jumlah anak belum cukup selama beberapa tahun

Page 8: askep hipertensi

  Bila jumlah anak sudah cukup, dianjurakan untuk segera melakukan tubektomi

  Terapi sedative misal fenoarbital 30 mg ( dapat diberikan jika dianggap perlu ) obat – obatan anti

hipertensi seperti reserpin dan metal dopa untuk mengendalikan hipertensi.

  Istirahat cukup pada tidur malam , sekurang – kurangnya 8 jam dan tidur siang kurang lebih 2

jam.Pekerjaan rumah tangga dikurangi.

  Obat penenag ( solution charcot , diazepam ( valium ) ,prometazin / obat tidur dalam dosis rendah.

  Pendekatan secara psikologis

  Diet tinggi protein , rendah hidrat arang , rendah lemak dan rendah garam

Page 9: askep hipertensi

BAB III

KASUS

Pada tanggal 2 Januari 2011 Nu X telah melahirkan anaknya yang kedua dengan normal

berjenis kelamin laki-laki di BPS Amanda Tulungagung. Setelah melahirkan 2 hari Ny. X

mengatakan mengeluh pusing dan gangguan penglihatan. Mulanya dia menganggap hal tersebut

adalah hal yang wajar namun semakin lama keluhan yang dirasakan semakin hebat dan akhirnya

Ny. X memeriksakan keadaannya di BPS Amanda Tulungagung. Dari hasil pemeriksaan bidan

mendiagnosa bahwa Ny. X menderita Hipertensi Post Partum.

Page 10: askep hipertensi

BAB IV

TINJAUAN KASUS

1.      DATA DASAR

Pengkajian dilakukan pada hari Minggu 02 Januari 2011 pukul 11.00, di BPS Amanda

Tulungagung.

1.1   DATA SUBYEKTIF

1.1.1        Biodata

Nama istri : Ny. X

Umur : 35 th

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Penghasilan : -

Kawin ke : 1 (satu)

Umur kawin : 24 thun

Lama kawin : 11 tahun

Alamat : RT 1 / RW 2 Ds. Sobontoro, Boyolangu Tulungagung

Nama suami : Tn. B

Umur : 37 thn

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pekerjaan : Wiraswasta

Penghasilan : Rp 1.000.000,-/ bulan

Kawin ke : 1 (satu)

Umur kawin : 26 thun

Lama kawin : 10 tahun

Alamat : RT 1 / RW 2 Ds. Sobontoro, Boyolangu

Page 11: askep hipertensi

1.1.2              Keluhan Utama

Klien mengatakan setelah melahirkan anak kedua, akhir-akhir ini mengeluh sakit kepala dan

gangguan penglihatan

1.1.3        Riwayat Kebidanan

1.1.3.1       Riwayat Menstruasi

a.       Menarche Umur : 13 Tahun

b.      Siklus : 28 hari

c.       Lamanya : 6 Hari

d.      Banyaknya :

-          Hari ke 1 – 2 = 3 Kotek penuh per hari

-          Hari ke 3 – 6 = 2 kotek penuh per hari

a.       Konsistensi :

-          Hari ke 1 – 2 = kental ada gumpalan

-          Hari ke 3 – 6 = encer dan tidak ada gumpalan

b.      Warna :

-          Hari ke 1 – 2 = Merah Tua

-          Hari ke 3 – 6 = merah segar

c.       Bau : Tidak berbau busuk

d.      Dysmenorhoe : Ada pada hari pertama tidak terlalu terasa nyeri

e.       Flour Albus : Sebelum dan sesudah menstruasi, tidak bau

dan tidak gatal

f.       HPHT : 29 Maret 2010

g.      HPL : 31 Desember 2010

h.      UK : 38 minggu

Page 12: askep hipertensi

1.1.3.2       Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Suami Ke

Hamil Ke L/P

Riwayat Persalinan

Umur kehamilan

Hidup / Mati

Tempat Persalinan Penolong

Cara persalinan penyulit

Lama Nifas Kelainan KB Lama

Menyusui

Usia Anak

Sekarang1

1

1

2

P

L

38 minggu

38 minggu

hidup

hidup

Rumah Bidan

Rumah bidan

Bidan

Bidan

-

-

40 hari

-

-

-

Suntik, tidakada keluhan

-

2 tahun

-

6 tahun

2 hari

1.1.3.3       Riwayat Kehamilan sekarang

Klien mengatakan hamil anak kedua, setelah persalinan ini mengeluh sakit kepala dan

ganguan penglihatan.

a.       Klien mengatakan selama hamil

Trimester I : Mual muntah pada pagi hari, lemas, tidak tahan mencium bau-bauan yang tajam.

Trimester II : Mengeluh kram pada kaki

Trimester III : Sering pusing

b.      Imunisasi yang pernah di dapat : imunisasi TT sebelum menikah 1 kali dan TT kedua

setelah kehamilan 2 minggu,

Obat-obatan : Fe, Kalk.

1.1.3.4       Riwayat Persalinan

Ibu merasa kenceng – kenceng hari Jum’at tanggal 31 Desember 2010 jam 16.30 WIB

Bayi lahir pada tanggal 31 Desember 2010 jam 12.00 WIB jenis kelamin laki-laki BB 2700

gram, PB 43 cm, Agar score 8/10, rupture perineum tidak ada, perdarahan 50 cc, lamanya 15

menit

Klien mengatakan sulit tidur, cemas, tidak nafsu makan, sakit kepala dan gangguan penglihatan.

1.1.4        Riwayat kesehatan

Page 13: askep hipertensi

1.1.4.1       Riwayat kesehatan yang lalu

  Tidak ada penyakit menular seperti Hepatitis, Aids, PMS (penyakit menular seksual), Typoid.

  Tidak ada penyakit menurun ( Herediter ) seperti Diabetes Melitus ( DM ), hipertensi.

  Tidak ada penyakit menahun (kronis) seperti TBC, Asma.

  Infeksi virus lain tidak ada TORCH ( Toksoplasmosi Rubela Citomegalovirus ) Herpes yang bisa

membuat bayi yang dikandung cacat.

  Tidak ada riwayat alergi terhadap obat atau makanan tertentu.

  Tidak memiliki hewan peliharaan.

1.1.4.2       Riwayat kesehatan suami atau keluarga

  Tidak ada penyakiit herediter atau keturunan.

Contoh : DM (Diabetes mellitus), Hipertensi.

  Tidak ada keturunan kembar

  Tidak ada penyakit menular

Contoh : Hepatitis, AIDS, Tipoid

  Tidak ada virus lain Torch ( Toksoplasmosi Rubela Citomegalovirus ) Herpes yang bisa membuat

bayi yang dikandung cacat.

  Tidak ada penyakit Menahun

Contoh : Asma, TBC

1.1.5        Keadaan Psiko-Sosial-Budaya

  Klien mengatakan ini adalah persalinan kedua.

  Klien mengatakan bahwa ia sangat senang dengan persalinannya saat ini, apalagi jenis kelamin

anaknya laki-laki yang sangat diharapkannya

  Hubungan klien dengan suami sangat baik dan suami sangat baik dan suami sangat

memperhatikan kehamilan klien.

  Hubungan klien dengan masyarakat sekitar tidak ada masalah.

  Klien dan keluarganya bukan merupakan keluarga yang modern ada pantangan terhadap makanan

tertentu.

Contohnya :

  Mengadakan selamatan / upacara adat terhadap persalinannya

Page 14: askep hipertensi

  Menyesuaikan diri menyusui bayinya

1.1.6        Pola kegiatan sehari-hari

1.1.6.1       Pola Nutrisi

a.       Selama hamil

Makan : 3 x 1 hari 1 piring penuh dengan menu nasi, sayur-sayuran, lauk pauk

dan buah, makanan rendah garam

Minum : Air putih : 6 Gelas / hari

Teh hangat : 2 gelas / minggu

b.      Selama Nifas

Makan : 3 x per hari 1 piring lebih dengan menu nasi, sayur-sayuran, lauk pauk dan buah.

Minum : Air putih : 9 Gelas / hari

Susu : 2 gelas / minggu

1.1.6.2       Pola eliminasi

    Selama hamil

BAB : 1 kali / hari, warna cokelat, konsistensi lunak, bau khas, tidak nyeri, tidak

ada darah atau pus.

BAK : 5 Kali / hari, warna jernih, bau amoniak, tidak nyeri, tidak ada darah atau pus.

    Selama nifas

BAB : 3 kali dalam satu minggu, warna cokelat, konsistensi lunak, bau khas, tidak nyeri, tidak ada

darah atau pus.

BAK : 8 – 10 Kali / hari, warna jernih, bau amoniak, tidak nyeri, tidak ada darah atau pus.

1.1.6.3       Pola aktivitas

a.       Selama hamil

Klien mengerjakan pekerjaan rumah tangga dibantu oleh mertua dan melayani suami dirumah.

Klien tidak banyak bekerja hanya memasak.

b.      Selama nifas

Belum beraktifitas

Page 15: askep hipertensi

1.1.6.4       Pola istirahat

a.       Selama hamil

Siang : ± 2 jam sekitar jam 12.00 - 14.00 WIB

Malam : ± 8 Jam sekitar jam 21.00 – 05.00 WIB

b.      Selama nifas

Siang : ± 1 jam sekitar jam 13.00 - 14.00 WIB

Malam : ± 10 Jam sekitar jam 20.00 – 06.00 WIB kadang-kadang terbangun bila

anaknya minta disusu

1.1.6.5       Pola Personal Hygene

a.       Selama Hamil

Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, cuci rambut 4 kali seminggu, ganti pakaian dalam 2

kali sehari.

b.      Selama nifas

Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti pakaian dalam 2 kali sehari.

1.1.6.6       Pola Seksualitas

a.       Selama hamil

TM I = 2 kali seminggu tidak ada keluhan

TM II = 3 kali seminggu tidak ada keluhan

b.      Selama nifas

Belum pernah

1.1.6.7       Ketergantungan

a.       Selama hamil

Klien tidak pernah ketergantungan dengan obat-obatan tertentu, tidak minum beralkohol dan

tidak merokok.

b.      Selama nifas

Tidak pernah minum beralkohol, tidak merokok, tidak ketergantungan pada obat-obatan tertentu

dan hanya mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan bidan.

Page 16: askep hipertensi

1.2     DATA OBYEKTIF

1.2.1        Secara Umum

Kedaan umum : baik

Kesadaran : Composmentis

Postur tubuh : Lordosis

Cara berjalan : tegak

Tinggi Badan : 158 cm

Berat badan : 48 Kg

Lila : 24 cm

1.2.2        TTV (Tanda Tanda Vital)

Suhu : 36º C

Nadi : 85 x per menit

Tekanan darah : 150 / 100 mmHg

Respirasi : 16 x per menit

1.2.3        Pemeriksaan Fisik

1.2.3.1        Inspeksi

Kepala : Tekstur rambut, warna hitam dan tidak bercabang, tidak ada kutu, ada

ketombe, tidak ada lesi, tidak ada benjolan.

Muka : Pucat, tidak oedema, tidak ada chloasma gravidarum, ekspresi muka

kelihatan menyeringai

Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, palpebra tidak oedema, sclera putih

keabu-abuan.

Hidung : Simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping hidung.

Mulut : Bibir : simetris, tidak sumbing, tidak ada sariawan, tidak ada celosis.

Lidah : bersih, tidak glositis, warna merah jambu.

Gigi : Warna putih bersih, tidak ada caries, tidak ada gigi palsu.

Gusi : Warna merah jambu, sehat tidak gingivitis lepulis.

Telinga : Simetris, Tidak ada OMP, bersih, tidak ada serumen.

Page 17: askep hipertensi

Leher : Tidak ada bekas operasi, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada

pembesaran vena juguraris, tidak ada pembesaran kelenjar lymfe.

Dada : Simetris, papila mammae, tidak ada luka, areola bersih, payudara besar,

puting susu menonjol

Aksila : Bersih dan tidak ada pembesaran limfe, tidak ada bulu.

Abdomen : Tidak ada bekas operasi,

Ekstrimitas atas : Simetris, tidak oedema, tidak ada penyakit kulit, tidak ada

gangguan pergerakan.

Ekstrimitas bawah : Simetris, oedema, tidak ada penyakit kulit, tidak ada gangguan

pergerakan.

Genetalia : Bersih, keluar loche rubra

Page 18: askep hipertensi

1.2.3.2        Palpasi

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena

jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar lymfe.

Payudara : Tidak ada benjolan dari payudara kanan dan kiri. Dengan gerakan bebas,

kelaur ASI, konsistensi sama kenyalnya.

Abdomen : TFU Setinggi pusat, teraba kembaung

1.2.3.3        Auskultasi

Dada : Bunyi jantung normal, teratur, jelas, pernapasan tidak ronchi/lwheezing,

tidak ada mur-mur.

1.2.3.4        Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium:

Protein urine : + 1

Hb : 10 gram%

1.2.4        Kesimpulan

P2AO, Post partum hari ke 2 , dengan masalah Hipertensi post partum.

Page 19: askep hipertensi

2.      IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH

No DATA DASARDIAGNOSA DAN

MASALAH

1 S :

  Klien mengatakan persalinan anak kedua, usia

anak 2 hari.

  Klien mengeluh pusing

  Klien merasa kesulitan untuk melihat

Diagnosa :

P2AO, Post partum hari

ke 2 , dengan masalah

Hipertensi post partum.

O :

TTV :

Suhu : 36ºC

Nadi : 85 kali per menit

Tekanan darah : 150 / 100 mmHg

Respirasi : 16x / menit

Kesadaran : Compos mentis

BB : 48 Kg

Pemeriksaan :

Inspeksi :

a)      Muka : pucat, tidak oedema, tidak ada

chloasma gravidarum.

b)      Mata : Simetris, conjungtiva merah muda,

palpebra tidak oedema, putih keabu-abuan.

c)      Dada: Simetris, papilla mammae menonjol,

tidak ada luka, areola bersih, payudara besar.

d)     Abdomen: tidak ada bekas operasi.

e)      Ekstrimitas bawah : simetris, oedema, tidak

ada penyakit kulit, tidak ada gangguan

pergerakan.

Palpasi

Page 20: askep hipertensi

No DATA DASARDIAGNOSA DAN

MASALAH

a)      Abdomen: TFU setinggi pusat teraba kembung

b)      Ekstrimitas: Simetris, odema, tidak ada

penyakit kulit, tidak ada gangguan pergerakan

Auskultasi

a)      Dada : bunyi jantung normal, teratur, jelas,

pernapasan tidak ronchi/lwheezing, tidak ada

mur-mur.

3.      IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

  Diagnosa Potensial : Hipertensi Berat

  Masalah Potensial : Tidak ada

4.      IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN TINDAKAN SEGERA

KONSULTASI DAN KOLABORASI

  Tidak ada

Page 21: askep hipertensi

V / VI / VII INTERVENSI, IMPLEMENTASI, EVALUASI

N

o

Diagnosa

dan

Masalah

Tujuan dan

Kriteria

Keberhasilan

INTERVENSIIMPLEMENTAS

IEVALUASI

1 Diagnosa

:

P2AO,

Post

partum

hari ke

2 ,

dengan

masalah

Hipertens

i post

partum.

Tujuan :

1)       Bina Hubungan

Saling Percaya

Kriteria

keberhasilan :

Klien dapat

terbuka dan

percaya

sepenuhnya

kepada petugas

kesehatan dan

bersedia bekerja

melakukan

anjuran petugas

kesehatan.

1)       Menjaga agar

klien tidak

merasa cemas

Kriteria

keberhasilan :

Klien mengerti

atau memahami

penjelasan bidan

untuk mengatasi

kecemasan

2)       Memberi

1)       Lakukan pendekatan kepada

klien.

Rasional :

Dengan melakukan pendekatan

yang baik kepada klien

diharapkan dapat terjadi saling

percaya antara klien dengan

petugas kesehatan.

2)       Berikan HE makanan dengan gizi

seimbang yang dapat membantu

mempertahankan Hb.

Rasional :

Makanan dengan gizi seimbang

dapat membantu mempertahankan

Hb.

3)       Beri Jadwal kunjungan ulang.

Rasional :

Dengan kunjungan ulang dapat

memantau kesejahteraan ibu.

4)       Identifikasi penyebab kecemasan

pada klien

Rasional :

Dengan mengientifikasi, klien

akan merasa kecemasan bisa

Hari : Minggu 2

Januari 2010

Pukul : 11.30 WIB

1)       Melakukan

pendekatan pada

klien dengan bahasa

sopan santun dan

berusaha

menanamkan

kepercayaan pada

klien bahwa kita bisa

membantu.

2)       Memberitahukan

HE tentang bahaya

jika Ibu tidak

memnum Fe yaitu

ibu dapat menderita

anemia yang

nantinya juga akan

mempengaruhi

kesehatan dirinya.

3)       Memberi jadwal

kunjungan ulang

yaitu tiga hari

kemudian untuk

memantau

kesejahteraan klien.

Hari : Minggu 2

Januari 2010

Pukul : 12.00

WIB

S :

Klien dapat

melaksanakan

penjelasan dari

bidan dengan

benar.

O :

Klien mengatakan

bersedia

melaksanakan

tentang cara-cara

mengatsi rasa

kurang nyman

karena hipertensi

A :

Masalah sudah

teratasi sebagian.

P :

Rencana

dilanjutkan

Langkah

Page 22: askep hipertensi

kenyamanan

pada klien

Kriteria

keberhasilan :

Klien mengerti

atau memahami

bagaimana cara

menagatasi

ketidaknyamana

n karena

hipertensi

teratasi, karena sudah tahu sebab-

sebab kecemasan.

(Sumbe

r :www.infokesehatan.com).

5)       Ajarkan pada klien untuk posisi

tidur yang nyaman

Rasional:

Dengan mengajarkan klien posisi

tidur yang nyaman akan

menambah kenyamanan pasien

6)       Ajarkan pasien untuk relaksasi

dan distraksi

Rasional: dengan mengajarkan

klien relaksasi dan distraksi akan

mengurangi rasa sakit pada pasien

7)       Kolaborasi dengan tim gizi dan

medis dalam pemberian terapi

Rasional:

Untuk mempercepat proses

penyembuhan

4)       Mengidentifikasi

penyebab kecemasan

pada klien, dengan

cara

memberitahukan

bahwa

kecemasannya itu

tidak berarti apa-apa,

itu adalah suatu hal

yang wajar , tidak

perlu dicemaskan

secara berlarut-larut.

5)       Mengajarkan posisi

tidur pasien, untuk

menambah

kenyamanan pasien

6)       Mengajarkan pasien

untuk relaksasi dan

distraksi untuk

mengurangi rasa

sakit

7)       Berkolabirasi

dengan tim gizi dan

tim medis dalam

pemberian terapi

untuk mempercepat

selanjutnya

menganjurkan

klien

melaksanakan

cara-cara

mengatsi rasa

kurang nyaman

karena hipertensi

dirumah dan

menganjurkan

klien untuk

segera

memeriksakanny

a jika terjadi

komplikasi.

Page 23: askep hipertensi

proses penyembuah

Page 24: askep hipertensi

BAB V

PENUTUP

1.      KESIMPULAN

  Berdasarkan dengan asuhan kebidanan ini, klien mengatakan persalinan ini merupakan persalinan

kedua. P2002, Post partum hari ke 2 , dengan masalah Hipertensi post partum.

  Klien mengatakan mengeluh sakit kepala dan gangguan penglihatan sehubungan dengan hipertensi

  Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistolik sekurang – kurangnya 30 mmHg atau

peningkatan tekanan diastolic sekurang – kurangnya 15 mmHg atau adanya tekanan iastolik

sekurang – kurangnya 90 mmHg.

2.      SARAN

            Profesi Bidan

Agar dapat membantu dan memberi perasaan puas dan menyenangkan bagi kita klien

serta dapat setia dan mendampingi dan menolong ibu-ibu pasca persalinan sampai sang Ibu dapat

merawat bayinya dengan baik.

            Lahan Praktek

Agar lebih meningkatkan pelayanan potensi, dalam menjalankan tugasnya bidan

memiliki alat yang dinamakn standar pelayanan kebidanan, kode etik, dan etika kebidanan.

Memberikan pelayanan yang aman bagi masyarakat dan menjaga kebersihan, kerapian lahan dan

memajukan tenaga medis.

            Nutrisi Pendidikan

Mendidik Mahsiswa untuk lebih professional aktyif dan maju.

            Rekan Mahasiswa

Agar lebih saling melengkapi, saling membantu, mendukung dan bekerja sama.

Page 25: askep hipertensi

ASKEP HIPERTENSI PADA IBU HAMILFiled Under: Kardiovaskuler — putri_rahza — 7 CommentsAugust 29, 2010

2.1 Definisi

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. Akan tetapi yang kami bahas dalam makalah ini hanya hipertensi yang timbul pada saat hamil. Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi dan kadang-kadang disertai proteinuria, oedema, convulsi, coma, atau gejala-gejala lain.

Klasifikasi menurut American Committee and Maternal Welfare:

1. Hipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan ialah preeklamsi dan eklamsi.

Diagnosa dibuat atas dasar hipertensi dengan proteinuri atau oedema atau kedua-duanya pada wanita hamil setelah minggu 20.

1. Hypertensi yang kronis.

Diagnosa dibuat atas adanya hipertensi sebelum kehamilan atau penemuan hipertensi sebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan hipertensi ini tetap setelah kehamilan berakhir.

1. Preklamsi dan eklamsi yang terjadi atas dasar hipertensi yang kronis. Pasien dengan hipertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dengan kehamilan, dengan gejala-gejala hipertensi naik, proteinuri, oedem dan kelainan retina.

2. Transient hypertension.

Diagnosa dibuat kalau timbul hipertensi dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama dari nifas pada wanita yang tadinya normotensif dan yang hilang dalam 10 hari post partum.

Hipertensi pada saat kehamilan yang dibahas dalam makalah ini adalah hipertensi akut, karena hanya muncul pada saat hamil, dan sebagian besar tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya.

2.2 Etiologi

Hipertensi pada kehamilan jauh lebih besar kemungkinannya timbul pada wanita yang :

1. Terpajan ke vilus korion untuk pertama kali2. Terpajan ke vilus korion dalam jumlah sangat besar, seperti pada kehamilan kembar atau

mola hidatiosa3. Sudah mengidap penyakit vaskular4. Secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil

Page 26: askep hipertensi

2.3 Patofisiologi

Vasospasme adalah dasar patofisiologi hipertensi. Konsep ini yang pertama kali dianjurkan oleh volhard (1918), didasarkan pada pengamatan langsung pembulh-pembuluh darah halus dibawah kuku, fundus okuli dan konjungtiva bulbar, serta dapat diperkirakan dari perubahan-perubahan histologis yang tampak di berbagai organ yang terkena. Konstriksi vaskular menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan menjadi penyebab hipertensi arterial. Besar kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah.

Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel endotel berkonstraksi. Perubahan-perubahan  ini mungkin menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah antara sel-sel endotel. Kebocoran ini menyebabkan konstituen darah, termasuk trombosit dan fibrinogen, mengendap di subendotel. Perubahan-perubahan vaskular ini, bersama dengan hipoksia jaringan di sekitarnya, diperkirakan menyebabkan perdarahan, nekrosis, dan kerusakan organ lain yang kadang-kadang dijumpai dalam hipertensi yang berat.

2.4 Manifestasi klinis

Manifestasi klinis untuk Hipertensi ringan dalam kehamilan antara lain :

1. Tekanan darah diastolik < 100 mmHg2. Proteinuria samar sampai +13. Peningkatan enzim hati minimal

Manifestasi klinis untuk Hipertensi berat dalam kehamilan antara lain:

1. Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih2. Proteinuria + 2 persisten atau lebih3. Nyeri kepala4. Gangguan penglihatan5. Nyeri abdomen atas6. Oliguria7. Kejang8. Kreatinin meningkat9. Trombositopenia

10.  Peningkatan enzim hati

11.  Pertumbuhan janin terhambat

12.  Edema paru

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. CT-Scan Hepar menunjukkan hematom subkapsularis di hepar

Page 27: askep hipertensi

2. MRI memungkinkan diperolehnya resolusi yang lebih baik, tetapi kausa mendasar tentang lesi-lesi masih belum terungkapkan.

2.6 Penatalaksanaan

Adapun penatalaksanaannya antara lain :

1. Deteksi prenatal dini

Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 mingg, kemudian setiap 2 minggu hingga usia kehamilan 36 minggu, setelah itu setiap minggu.

1. Penatalaksanaan di rumah sakit

Evaluasi sistematik yang dilakukan mencakup:

1. Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk mencari temuan-temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, dan pertambahan berat yang pesat

2. Berat badan saat masuk dan kemusian setiap hari3. Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak setiap 2 hari4. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara tengah malam

dan pagi hari5. Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan enzim hati dalam

serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh keparahan hipertensi6. Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara klinis maupun

USG7. Terminasi kehamilan

Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah rawat inap biasanya dianjurkan pelahiran janin demi kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan sebaiknya diinduksi dengan oksitosin intravena. Apabila tampaknya induksi persalinan hampir pasti gagal atau upaya induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-kasus yang lebih parah

1. Terapi obat antihipertensi

Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi perhatian.

1. Penundaan pelahiran pada hiperetensi berat

Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm. Pendekatan ini

Page 28: askep hipertensi

menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau “menunggu” terhadap kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu.

2.7 Komplikasi

1. Perubahan Kardiovaskuler

Perubahan ini pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhioleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan.

1. Perubahan hematologis2. Gangguan fungsi ginjal3. Edema paru

Prognosis selalu dipengaruhi oleh komplikasi yang menyertai penyakit tersebut. Prognosis untuk hipertensi dalam kehamilan selalu serius. Penyakit ini adalah penyakit paling berbahaya yang dapat mengenai wanita hamil dan janinnya. Angka kematian ibu akibat hipertensi ini telah menurun selama 3 dekade terakhir ini dari 5% -10% menadi kurang dari 3% kasus.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN

Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik yaitu proses keperawatan. Proses keperawatan dipakai untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada (Budianna Keliat, 1994, 2 ).

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 2000, 2 ).

1.1 PENGKAJIAN

Pengumpulan data

Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

1. Identitas pasien

Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat. Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.

Page 29: askep hipertensi

Meskipun proporsi kehamilan dengan hipertensi kehamilan di Amerika Serikat pada dasawarsa yang lalu meningkat hampir sepertiga. Peningkatan ini sebagian diakibatkan oleh peningkatan jumlah ibu yang lebih tua dan kelahiran kembar. Sebagai contoh, pada tahun 1998 tingkat kelahiran di kalangan wanita usia 30-44 dan jumlah kelahiran untuk wanita usia 45 dan lebih tua berada pada tingkat tertinggi dalam 3 dekade, menurut National Center for Health Statistics. Lebih jauh lagi, antara 1980 dan 1998, tingkat kelahiran kembar meningkat sekitar 50 persen secara keseluruhan dan 1.000 persen di kalangan wanita usia 45-49; tingkat triplet dan orde yang lebih tinggi kelahiran kembar melompat lebih dari 400 persen secara keseluruhan, dan 1.000 persen di kalangan wanita di mereka 40-an.

1. Keluhan utama

Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata kabur, proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati.

1. Riwayat  penyakit sekarang

Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik biasa ), diplopia, nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24 jam)serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan  apakah klien menderita diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau skleroderma, perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.

1. Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis hipertensi (tekanan darah tinggi sebelum hamil), Obesitas, ansietas, angina, dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia dan sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan resiko ibu sama seperti primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

1. Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab jantung  hipertensi dalam kehamilannya. Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan resiko empat sampai delapan kali

1. Riwayat psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.

Page 30: askep hipertensi

1. Riwayat maternal

Kehamilan ganda memiliki resiko lebih dari dua kali lipat.

1. Pengkajian sistem tubuh

B1 (Breathing)

Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.

B2 (Blood)

Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner, episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin.

B3 (Brain)

Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi. Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat mengalami edema vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka waktu seminggu.Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral.

B4 (Bladder)

Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy ginjal menunjukkan pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum.

B5 (Bowel)

Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi garam, protein,  tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan,  adanya edema.

Page 31: askep hipertensi

B6 (Bone)

Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi postural

3.2 DIAGNOSA

Diagnosa keperawatan ditegakkan melalui analisis cermat terhadap hasil pengkajian. Diagnosa keperawatan yang umum untuk orang tua dengan gangguan hipertensi pada kehamilan meliputi hal-hal berikut.

1. Perubahan perfusi jaringan/organ, menurun, b.d

Hipertensi Vasospasme siklik Edema serebral Perdarahan

1. Risiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d

Terapi magnesium sulfat Edema paru

1. Risiko tinggi perubahan curah jantung, menurun b.d

Terapi antihipertensi yang berlebihan Jantung terkena dalam proses penyakit

1. Risiko tinggi mengalami solusio plasenta b.d

Vasospasme sistemik Hipertensi Penurunan perfusi uteroplasenta

1. Risiko tinggi cedera ibu b.d

Iritabilitas SSP akibat edema otak, vasospasme, penurunan perfusi ginjal Terapi magnesium sulfat dan antihipertensi

1. Risiko tinggi cedera pada janin b.d

Insufisiensi uteroplasenta Kelahiran premature Solusio plasenta

Page 32: askep hipertensi

1. Ansietas b.d efeknya pada ibu dan janin

3.3 INTERVENSI

3.3.1. Perubahan perfusi jaringan b.d. Hipertensi, Vasospasme siklik, Edema serebral, Perdarahan

Tujuan : tidak terjadi vasospasme dan perfusi jaringan tidak terjadi Kriteria hasil : klien akan mengalami vasodilatasi ditandai dengan       diuresis,

penurunan tekanan darah, edema

Implementasi Rasional1. Memantau asupan oral dan

ifus IV MGSO4

2. Memantau urin yang kluar3. Memantau edema yang

terlihat4. Mempertahankan tirah

baring total dengan posisi miring

1. MGSO4 adalah obat anti kejang yang bekerja pada sambungan mioneural dan merelaksasi  vasospasme  sehingga menyebabkan peningkatan perfusi ginjal, mobilisasi cairan ekstra seluler  (edema dan diuresis

2. Tirah baring menyebabkan aliran darah urtero plasenta, yang sering kali menurunkan tekanan darah dan meningkatkan dieresis

Page 33: askep hipertensi

3.3.2 Resiko cedera tinggi pada ibu b.d. iritabilitas SSP

Tujuan : gangguan SSP akan menurun mencapai tingkat normal

Kriteria hasil  : klien tidak mengalami kejang

3.3.3. Resiko tinggi cedera pada janin b.d fetal distress

Tujuan     : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi fetal distress pada janin Kriteria hasil : – DJJ ( + ) : 12-12-12

Implementasi Rasional1. Monitor DJJ sesuai indikasi

2. Kaji tentang pertumbuhan janin

3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )

4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM5. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST

Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio plasenta

Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul IUGR

Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin

Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin

USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

3.3.4. Kecemasan berhubungan dengan ancaman cedera pada bayi sebelum lahir

Tujuan: ansietas dapat teratasi Kriteria hasil:

Implementasi Rasional1. Mendapatkan data-data dasar 

(misal DTRs,klonus) 1. Memantau pemberian IV

MgSO4 dan kadar serum MgSO4

1. mengkaji adanya kemungkinan

keracunan  MgSO4

1. mempertahankan lingkungan yang tenang, gelap dan nyaman

data-data dasar  dugunakan untuk memantau hasil terapi

MGSO4 adalah obat anti kejang yang bekerja pada sambungan mioneural dan merelaksasi  vasospasme

Dosis yang berlebih akan membuat kerja otot menurun sehingga dapat menyebabkan depresi pernapasan berat

Rangsangan kuat, misalnya cahaya terang dan suara keras dapat menimbulkan kejang

Page 34: askep hipertensi

1. Tampak rileks, dapat istirahat dengan tepat2. Menuujukkan ketrampilan pemecahan masalah

Intervensi RasionalMandiri

1. Kaji tingkat ansietas pasien. Perhatikan tanda depresi dan pengingkaran

2. Dorong dan berikan kesempatan untuk pasien atau orang terdekat mengajukan pertanyaan dan menyatakan masalah

3. Dorong orang terdekat berpartisipasi dalam asuhan, sesuai indikasi

Mandiri

1. Membantu menentukan jenis intervensi yang diperlukan

2. Membuat perasaan terbuka dan bekerja sama untuk memberikan informasi yang akan membantu mengatasi masalah

1. Keterlibatan meningkatka perasaan berbagi, manguatkan perasaan berguna, memberikan kesempatan untuk mengakui kamampuan individu dan memperkecil rasa takut karena ketidaktahuan