ASKEP ANAK AUTISME

39
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME DI SUSUN OLEH : KELOMPOK XII NON REGULER B SYAHARUDDIN (21406131) MUSDALIFAH (21406115) YULIANI (21406199) MATA KULIAH : KEPERAWATAN ANAK II DOSEN : A. ARNIYANTI, S. Kep, Ns

description

askep

Transcript of ASKEP ANAK AUTISME

Page 1: ASKEP ANAK AUTISME

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK XIINON REGULER B

SYAHARUDDIN (21406131)MUSDALIFAH (21406115)YULIANI (21406199)RISWANDI ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

PROGRAM S1 KEPERAWATAN2014

MATA KULIAH : KEPERAWATAN ANAK IIDOSEN : A. ARNIYANTI, S. Kep, Ns

Page 2: ASKEP ANAK AUTISME

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

serta karunianya-Nya kami dapat menyalesaikan makalah ini guna memenuhi

tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak II dengan judul ”ASUHAN

KEPERAWATAN ANAK AUTISME”.

Dengan selasainya makalah ini, kami mmengucapkan rasa terimakasih

kepada :

1. Ibu A. Arniyanti, S.Kep, Ns,sebagai dosen mata kuliah Keperawatan Anak II.

2. Teman-teman kelompok XII yang telah membantu dalam penulisan makalah.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana dan jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami

harapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.

Akhirnya kami ucapkan terimakasih dan semoga saja makalah ini bermanfaat bagi

kita semua.

Makassar, Desember 2014

Penulis

Kelompok XII

i ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 3: ASKEP ANAK AUTISME

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A.LATAR BELAKANG MASALAH .............................................. 1

B.RUMUSAN MASALAH ............................................................... 1

C.TUJUAN MASALAH .................................................................. 2

D.MANFAAT PENULISAN ............................................................ 3

BAB II KONSEP MEDIS ............................................................................. 4

A.DEFENISI ...................................................................................... 4

B.KLASIFIKASI ............................................................................... 5

C.ETIOLOGI ..................................................................................... 6

D.PATOFISIOLOGI ......................................................................... 8

E.MANIFESTASI KLINIS ............................................................... 10

F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK .................................................. 12

G.PENATALAKSANAAN ............................................................... 13

PENYIMPANGAN KDM ............................................................................. 15

BAB III KONSEP KEPERAWATAN ......................................................... 16

A.PENGKAJIAN............................................................................... 16

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN ................................................... 17

C.INTERVENSI KEPERAWATAN ................................................. 18

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 21

A.KESIMPULAN .............................................................................. 21

B.SARAN .......................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iii

ii ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 4: ASKEP ANAK AUTISME

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam-macam

Anak Berkebutuhan Khusus. Salah satunya adalah anak Autisme. Anak

Autisme juga merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik

itu keterampilan, maupun secara akademik. Permasalahan yang ada

dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak Autisme

tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak Autisme.

Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak

Autisme, penyebabnya dan lainnya. Dengan adanya bantuan baik itu

pendidikan secara umum. Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut

dapat lebih mandiri dan anak-anak tersebut dapat mengembangkan potensi

yang ada dan dimilikinya yang selama ini terpendam karena ia belum bisa

mandiri. Oleh karena itu, makalah ini nantinya dapat membantu kita

mengetahui anak Autisme tersebut.

Autisme didapatkan pada sekitar 20 per 10.000 penduduk, dan pria

lebih sering dari wanita dengan perbandingan 4:1, namun anak perempuan

yang terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Beberapa penyakit

sistemik, infeksi dan neurologis menunjukkan gejala-gejala seperti-austik

atau memberi kecenderungan penderita pada perkembangan gejala austik.

Juga ditemukan peningkatan yang berhubungan dengan kejang.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari data pada latar belakang masalah pada Anak Berkebutuhan

Khusus Autisme, maka rumusan masalah Anak Berkebutuhan Khusus

Autisme adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan anak Autisme ?

2. Bagaimana jenis-jenis anak Autisme ?

3. Apa yang menyebabkan anak Autisme ?

4. Bagimana patofisiologi anak yang Autisme ?

5. Apa saja manifestasi klinis anak Autisme ?

6. Apa sajakah dan bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anak Autisme ?

1 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 5: ASKEP ANAK AUTISME

7. Apa saja penatalaksana anak autis?

8. Bagaimana Pengkajian pada klien anak dengan Berkebutuhan Khusus

“Autisme”.

9. Apa saja Diagnosa Keperawatan pada klien anak dengan Berkebutuhan

Khusus “Autisme”.

10. Apa saja Intervensi Keperawatan yang diberikan pada klien anak dengan

Berkebutuhan Khusus “ Autisme”.

C. TUJUAN MASALAH

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi tentang Konsep Medis dan Konsep

Keperawatan Anak Berkebutuhan Khusus “Autisme”.

2. Tujuan Khusus

Konsep Medis Autisme :

a. Memperoleh informasi tentang pengertian Anak Berkebutuhan

Khusus “Autisme”.

b. Memperoleh informasi tentang jenis-jenis Anak Berkebutuhan

Khusus “Autisme”.

c. Memperolah pengetahuan tentang Etiologi Anak Berkebutuhan

Khusus “Autisme”.

d. Memperoleh pengetahuan bagaimana patofisiologi Anak

Berkebutuhan Khusus “Autisme”.

e. Dapat mengetahui manifestasi klinis Anak Berkebutuhan Khusus

“Autisme”.

f. Memperoleh pengetahuan tentang pemeriksaan diagnostik Anak

Berkebutuhan Khusus “Autisme”.

g. Dapat mengetahui penatalaksanaan pada Anak Berkebutuhan

Khusus “Autisme”.

Konsep keperawanan Autisme :

a. Memperoleh informasi tentang pengkajian pada Anak

Berkebutuhan Khusus “Autisme”.

b. Memperoleh informasi tentang diagnosa keperawanan pada Anak

Berkebutuhan Khusus “Autisme”.

2 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 6: ASKEP ANAK AUTISME

c. Memperoleh informasi tentang intervensi keperawanan pada

Anak Berkebutuhan Khusus “Autisme”.

D. MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk melatih

dan menambah pengetahuan tentang Anak Berkebutuhan Khusus Autisme.

Dan diharapkan agar menjadi acuan mahasiswa/mahasiswi dalam membuat

asuhan keperawatan Anak Berkebutuhan Khusus Autisme. Disamping itu

juga sebagai syarat dari tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.

3 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 7: ASKEP ANAK AUTISME

BAB II

KONSEP MEDIS

A. DEFENISI

Secara harfiah autisme berasal dari kata autos (diri) sedangkan isme

(paham/aliran). Autisme secara etimologi adalah anak yang memiliki

gangguan perkembangan dalam dunianya sendiri. Beberapa pengartian autis

menurut para ahli adalah sebagai berikut:

a. Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak,

mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri. (Leo kanker handojo,

2003)

b. Autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang

mengalami kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan

anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan

perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak

Austistik”. (American Psychiatic Association, 2000)

c. Autisme adalah adanya gangguan dalam bidang Interaksi sosial,

komunikasi, perilaku, emosi, dan pola bermain, gangguan sensoris dan

perkembangan terlambat atau tidak normal. Autisme mulai tampak sejak

lahir atau saat masi bayi (biasanya sebelum usia 3 tahun). “Sumber dari

Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ III)

d. Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir

ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk

hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan

anak tersebut terisolasi dari anak yang lain. (Baron-Cohen, 1993).

Jadi anak autisme merupakan satu kondisi anak yang mengalami

gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang dapat diketahui sejak

umur sebelum 3 tahun mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta

perilakunya. Anak autisme dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:

a. Segi pendidikan : anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan

perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan

kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan

pendidikan secara khusus sejak dini.

4 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 8: ASKEP ANAK AUTISME

b. Segi medis: anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan

otak yang menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial,

perilaku sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan

penanganan/terapi secara klinis.

c. Segi psikologi: anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan

perkembangan yang berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek

komunikasi sosial, perilaku, bahasa sehingga anak perlu adanya

penanganan secara psikologis.

d. Segi sosial: anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan

perkembangan berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi

sosial, sehingga anak ini memerlukan bimbingan keterampilan sosial agar

dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.

Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan

fungsi otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif,

bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga anak

autisme mempunyai dunianya sendiri.

B. KLASIFIKASI

Autisme dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder

R-IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah lingkup PDD

5 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 9: ASKEP ANAK AUTISME

(Perpasive Development Disorder) di luar ADHD (Attention Deficit

Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit Disorder).

Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah istilah yang dipakai

untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan di

bawah lingkup PDD, yaitu:

1. Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan

adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan

bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan

aktivitas.

2. Asperger’s Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan

adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan

keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-

rata hingga di atas rata-rata.

3. Pervasive Developmental Disorder–Not Otherwise Specified (PDD-NOS)

Merujuk pada istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila

seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa

tertentu (Autisme, Asperger atau Rett Syndrome).

4. Rett’s Syndrome Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang

terjadi pada anak laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal

kemudian terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya;

kehilangan kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan

gerakan-gerakan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1–4 tahun.

5. Childhood Disintegrative Disorder (CDD) Menunjukkan perkembangan

yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian tiba-

tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.

C. ETIOLOGI

Penyebab autisme menurut banyak pakar telah disepakat bahwa

pada otak anak autisme dijumpai suatu kelainan pada otaknya. Apa

sebabnya sampai timbul kelainan tersebut memang belum dapat

dipastikan. Banyak teori yang diajukan oleh para pakar, kekurangan

nutrisi dan oksigenasi, serta akibat polusi udara, air dan makanan.

Diyakini bahwa ganguan tersebut terjadi pada fase pembentukan organ

6 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 10: ASKEP ANAK AUTISME

(organogenesis) yaitu pada usia kehamilan antara 0 ± 4 bulan. Organ

otak sendiri baru terbentuk pada usia kehamilan setelah 15 minggu.

Dari penelitian yang dilakukan oleh para pakar dari banyak

negara diketemukan beberapa fakta yaitu 43% penyandang autisme

mempunyai kelainan pada lobus parietalis otaknya, yang menyebabkan

anak cuek terhadap lingkungannya. Kelainan juga ditemukan pada otak

kecil (cerebellum), terutama pada lobus ke VI dan VII. Otak kecil

bertanggung jawab atas proses sensoris, daya ingat, berfikir, belajar

berbahasa dan proses atensi (perhatian). Juga didapatkan jumlah sel

Purkinye di otak kecil yang sangat sedikit, sehingga terjadi gangguan

keseimbangan serotonin dan dopamine, akibatnya terjadi gangguan atau

kekacauan impuls di otak.

Ditemukan pula kelainan yang khas di daerah sistem limbik yang

disebut hippocampus. Akibatnya terjadi gangguan fungsi control

terahadap agresi dan emosi yang disebabkan oleh keracunan logam berat

seperti mercury yang banyak terdapat dalam makanan yang dikonsumsi ibu

yang sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam berat yang

tinggi. Pada penelitian diketahui dalam tubuh anak-anak penderita autis

terkandung timah hitam dan merkuri dalam kadar yang relatif tinggi.

Anak kurang dapat mengendalikan emosinya, seringkali terlalu

agresif atau sangat pasif. Hippocampus bertanggung jawab terhadap

fungsi belajar dan daya ingat. Terjadilah kesulitan penyimpanan

informasi baru. Perilaku yang diulang-ulang yang aneh dan hiperaktif

juga disebabkan gangguan hippocampus. Faktor genetika dapat

menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel – sel saraf dan sel otak, namun

diperkirakan menjadi penyebab utama dari kelainan autisme, walaupun

bukti-bukti yang konkrit masih sulit ditemukan.

Diperkirakan masih banyak faktor pemicu yang berperan dalam

timbulnya gejala autisme. Pada proses kelahiran yang lama (partus

lama) dimana terjadi gangguan nutrisi dan oksigenasi pada janin dapat

memicu terjadinya austisme. Bahkan sesudah lahir (post partum) juga

dapat terjadi pengaruh dari berbagai pemicu, misalnya : infeksi ringan

7 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 11: ASKEP ANAK AUTISME

sampai berat pada bayi. Pemakaian antibiotika yang berlebihan dapat

menimbulkan tumbuhnya jamur yang berlebihan dan menyebabkan

terjadinya kebocoran usus (leaky get syndrome) dan tidak sempurnanya

pencernaan protein kasein dan gluten. Kedua protein ini hanya terpecah

sampai polipeptida. Polipeptida yang timbul dari kedua protein tersebut

terserap kedalam aliran darah dan menimbulkan efek morfin pada otak

anak. Dan terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang

diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi

karena adanya jamur dalam lambungnya, atau nutrisi tidak terpenuhi karena

faktor ekonomi.

D. PATOFISIOLOGI

Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk

mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls

listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu

(korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak

berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.

Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada

trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan

akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua

tahun. Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa

bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini

dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai

brain growth factors dan proses belajar anak.

Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan

akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan.

Bagian otak yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson,

dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan

kematian sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.

Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak

adekuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses – proses

tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.

8 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 12: ASKEP ANAK AUTISME

Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui

pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya

neurotropin dan neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor,

neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide)

yang merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur

penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan

jalinan sel saraf. Brain growth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.

Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan

pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autisme terjadi

kondisi growth without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan

mati secara tak beraturan.

Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel

saraf lain. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel

saraf tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil

pada autisme. Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang pertumbuhan

akson, glia (jaringan penunjang pada sistem saraf pusat), dan mielin sehingga

terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan

akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan

brain derived neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan kematian

sel Purkinye.

Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau

sekunder. Bila autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye

merupakan gangguan primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan karena

ibu mengkomsumsi makanan yang mengandung logam berat.

Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang,

kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye.

Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan

atau obat seperti thalidomide.

Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal

mengalami aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-

motorik, atensi, proses mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak

kecil menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi

9 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 13: ASKEP ANAK AUTISME

atau membedakan target, overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi

lingkungan.

Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian

depan yang dikenal sebagai lobus frontalis. Menurut kemper dan Bauman

menemukan berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan

otak besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan

amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperan dalam proses

memori).

Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain

kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng,

yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.

Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak

antara lain alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri,

infeksi yang diderita ibu pada masa kehamilan.

E. MANIFESTASI KLINIS

1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal

Meliputi kemampuan berbahasa dan mengalami keterlambatan atau

sama sekali tidak dapat bicara. Menggunakan kata-kata tanpa

menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi

dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam

waktu singkat. Kata-katanya tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Tidak

mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai.

Ekolalia (meniru atau membeo), meniru kata, kalimat atau lagu tanpa tahu

artinya. Bicara monoton seperti robot.

2. Gangguan dalam bidang interaksi social

Meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak

menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang

atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan orang

yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknnya.

Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati

malah menjauh.

3. Gangguan dalam bermain

10 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 14: ASKEP ANAK AUTISME

Diantaranya bermain sangat monoton dan aneh, misalnya menderetkan

sabun menjadi satu deretan yang panjang, memutar bola pada mobil dan

mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Ada kedekatan

dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus

dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak

mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, gelang karet, baterai atau

benda lainnya. Tidak spontan, reflaks dan tidak berimajinasi dalam

bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai

permainan yang bersifat pura-pura. Sering memperhatikan jari-jarinya

sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak. Perilaku yang

ritualistik sering terjadi, sulit mengubah rutinitas sehari-hari, misalnya bila

bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus

melalui rute yang sama.

4. Gangguan perilaku

Dilihat dari gejala sering dianggap sebagi anak yang senang kerapian harus

menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat terlihat

hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia

datangi, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari dan

berlari-lari tentu arah. Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan

tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti dirinya sendiri

seperti memukul kepala di dinding. Dapat menjadi sangat hiperaktif atau

sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong denagn tatap mata kosong.

Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian

pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan

akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri.

Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.

5. Gangguan perasaan dan emosi

Dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah

tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum),

terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, bahkan bisa

menjadi agresif dan merusak. Tidak dapt berbagi perasaan (empati) dengan

anak lain.

11 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 15: ASKEP ANAK AUTISME

6. Gangguan dalam persepsi sensori

Meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya (penglihata), pendengaran,

sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat.

Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila

mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci

rambutnya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu. Tidak

menyukai pelukan, bila digendong sering merosot atau melepaskan diri

dari pelukan.

7. Intelegensi

Dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara

fungsional. Kecerdasan sering diukur melalui perkembangan nonverbal,

karena terdapat gangguan bahasa. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70%

penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar 5% mempunyai IQ

diatas 100. Anak autis sulit melakukan tugas yang melibatkan pemikiran

simbolis atau empati. Namun ada yang mempunyai kemampuan yang

menonjol di suatu bidang, misalnya matematika atau kemampuan memori.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat

menjadi bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes

secara behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya

autisme, maka beberapa instrumen screening yang saat ini telah berkembang

dapat digunakan untuk mendiagnosa autisme:

         Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa

kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang

didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15;

anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan

gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan

komunikasi verbal

         The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar

pemeriksaan autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi

anak berumur 18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal

tahun 1990-an.

12 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 16: ASKEP ANAK AUTISME

         The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang

terdiri dari 40 skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun

untuk mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka

         The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screening autisme

bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt

didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor

dan konsentrasi.

G. PENATALAKSANAA

Penatalaksanaan dibagi dua yaitu penatalaksanaan medis dan

penatalaksanaan keperawatan.

1. PENATALAKSANAAN MEDIS

Umunya terapi yang diberikan ialah terhadap gejala, edukasi dan

penerangan kepada keluarga, serta penanganan perilaku dan edukasi bagi

anak. Manajemen yang efektif dapat mempengaruhi outcome. Intervensi

farmakologi, yang saat ini dievaluasi, mencakup obat fenfluramine,

lithium, haloperidol dan naltrexone. Terhadap gejala yang menyertai.

Terapi anak dengan autisme membutuhkan identifikasi diri. Intervensi

edukasi yang intensif, lingkungan yang terstruktur, atensi individual, staf

yang terlatih baik, peran serta orang tua dapat meningkat prognosis.

Terapi perilaku sangat penting untuk membantu para anak autis untuk

lebih bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat. Bukan saja guru yang

harus menerapkan terapi perilaku pada saat belajar, namun setiap anggota

keluarga di rumah harus bersikap sama dan konsisten dalam menghadapi

anak autis. Terapi peilaku terdiri dari tetapi wicara, terapi okupasi, dan

menghilangkan perilaku yang asosial. Dalam terapi farmakologi

dinyatakan belum ada obat atau terapi khusus yang menyembuhkan

kelainan ini. Medikasi (terapi obat) berguna terhadap gejala yang

menyertai, misalnya haloperidol, risperidone dan obat anti-psikotik

teradap perilaku agresif, ledakan-ledakan perilaku, instabilitas mood

(suasana hati). Obat antidepresi jenis SSRI dapat digunakan terhadap

ansietas, kecemasan, mengurangi stereotip dan perilaku perseveratif dan

13 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 17: ASKEP ANAK AUTISME

mengurangi ansietas dan fluktuasi mood. Perilaku mencederai diri sendiri

dan mengamuk kadang dapat diatasi dengan obat naltrexone.

2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Penatalaksanaan pada autisme bertujuan untuk:

1) Mengurangi masalah perilaku.

2) Terapi perilaku dengan memanfaatkan keadaan yang terjadi dapat

meningkatkan kemahiran berbicara. menagement perilaku dapat

mengubah perilaku destruktif dan agresif.

3) Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama

bahasa.

Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant

conditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan dukungan negatif

(hukuman).

4) Anak bisa mandiri dan bersosialisasi.

Mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan praktis.

14 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 18: ASKEP ANAK AUTISME

PENYIMPANGAN KDM

15 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

AUTISME

Pemakaian antibiotik berlebihan

Infeksi jamur

Kebocoran usus dan tidak sempurna pencernaan

kasein dan gluten

Protein terpecah sampai polipeptida

Kasein dan gluten terserap kedalam

aliran darah

Menimbulkan efek morfin pada

otak

MK: Resti infeksi

Partus lama

Gangguan nutrisi dan oksigenisasi

Genetik

Gg pada otak

Abnormalitas pertumbuhan sel

saraf

Peningkatan neurokimia secara

abnormal

Growth without

guidance

Kerusakan pada sel purkinye dan

hippocampus

Gg keseimbangan serotonin dan

dopamin

Gg pada otak kecil

Reaksi atensi lebih lambat

Keracunan logam

>>> neurotropin dan neuropaptida

Gg komunikasi

Keterlambatan dlm berbahasa

MK: Gg komunikasi verbal dan non verbal

Bicara monoton dan tidak dimengerti orang lain

Gg interaksi sosial

Mengabaikan dan menghindari orang lain

Acuh tak acuh thd lingkungan dan orang lain

Perilaku yang aneh

MK : kelemahan interaksi

sosial

Gg perilaku

hiperaktif

Sangat agresif thd orang lain dirinya sendiri

Gg persepsi sensori

Penglihatan pendengaran

Menutup telinga bila mendengar

suara

Sensitif thd

cahaya

MK : perubahan

persepsi sensori

Page 19: ASKEP ANAK AUTISME

BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Identitas klien

Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku

bangsa, tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosis medis.

b. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa,

keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi

dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi

dalam waktu singkat, tidak senang atau menolak dipeluk. Saat bermain

bila didekati akan menjauh. Ada kedekatan dengan benda tertentu

seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana

saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya.

Sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu

pada tempatnya. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau bend

apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Didapatkan IQ

dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun

sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100.

Riwayat kesehatan dahulu (ketika anak dalam kandungan)

Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.

Cidera otak

Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit

serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau

keturunan. Biasanya pada anak autis ada riwayat penyakit keturunan.

c. Status perkembangan anak.

16 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 20: ASKEP ANAK AUTISME

Anak kurang merespon orang lain.

Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.

Anak mengalami kesulitan dalam belajar.

Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.

Keterbatasan kognitif.

d. Pemeriksaan fisik

Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan).

Terdapat ekolalia.

Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.

Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.

Peka terhadap bau.

e. Psikososial

Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua

Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem

Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek

Perilaku menstimulasi diri

Pola tidur tidak teratur

Permainan stereotip

Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain

Tantrum yang sering

Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan

Kemampuan bertutur kata menurun

Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus

f. Neurologis

Respons yang tidak sesuai terhadap stimulus

Refleks mengisap buruk

Tidak mampu menangis ketika lapar

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya pada orang lain.

2. Gangguan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan keterlambatan dalam berbahasa.

17 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 21: ASKEP ANAK AUTISME

3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan sensitif terhadap penglihatan.

4. Resiko tinggi infeksi behubungan dengan mikroorganisme (jamur).

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NODiagnosa

keperawatanTujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya pada orang lain.

Klien mau memulai interaksi dengan pengasuhnya

Memulai interaksi dengan pengasuhnya

Mandiri : Batasi jumlah

pengasuh pada anak.

Tunjukan rasa kehangatan/keramahan dan penerimaan pada anak.

Tingkatkan pemeliharaan dan hubungan kepercayaan.

Motivasi anak untuk berhubungan dengan orang lain.

Mandiri : Memberikan kepada

klien untuk mempermudah dalam interaksi

Menunjukkan rasa kehangatan akan membuat klien mudah percaya pada pengasuh

Memelihara kepercayaan akan mempereat interaksi antara klien dengan pengasuhnya

Membuat klien akan beirnteraksi dengan lingkungan sekitar klien

2. Gangguan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan keterlambatan dalam berbahasa

Agar pasien dapat meng-indikasi-kan pemaham-an tentang maslah komunikasi

Meng-indiksi-kan pe-mahaman tentang masalah komuni-kasi

Mem-buat metode komunikasi di mana kebutuh-an dapat diekspresikan

Meng-gunakan sumber-sumber dengan tepat

Mandiri : Mintalah pasien

untuk mengucapkan suara sederhana seperti “sh” atau “pus”

Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara

Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik

Mengidentifikasi adanya disatria sesuai komponan motorik dari bicara ( seperti lidah, gerakan bibir, kontrol napas ) yang dapat mem-pengaruhi artikulasi dan mungkin juga tidak desertai afasia motorik

Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebal yang terjadi dan kesuliatan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap komunikasi, dengan mengucap-kan kata-kata dengan benar

Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan

18 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 22: ASKEP ANAK AUTISME

Bicaralah dengan nada normal dan hindari percakapan yang cepat, berikan pasien jarak waktu untuk merespon

Hargai kemampuan pasien sebelum terjadi penyakit, hindari “pem-bicaraan yang merendah-kan” pada pasien

yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkan tidak nyata

Pasien tidak perlu merusak pendengaran dan meninggikan suara dapat menimbul-kan marah pasien/men-yebabkan kepedihan. Memfokus-kan respons dapat mengabitkan frustasi dan mungkin menyebab-kan pasien terpaksa untuk bicara “otomatis”, seperti me-mutarbalikan kata, berbicara, kasar/kotor

Kemampuan pasien untuk merasakan harga diri, sebab kemampuan intelektual pasien seringkali tetap baik

3. Perubahan persepsi sensori behubungan dengan sensitif terhadap penglihatan

Agar pasien dapat peka terhadap penglihatan

Memulai atau mem-pertahan-kan tingkat kesadaran dan fungsi per-septual

Mengakui perubah-an dalam kemampuan dan adanya

Men-trasikan perilaku untuk mengkompensasi terhadap defisit hasil

Mandiri : Evaluasi adanya

gangguan penglihatan, catat penurunan lapang pandang, perubahan ketajaman persepsi dan adanya pandangan ganda

Dekati pasien dari daerah penglihatan yang normal, biarkan lampu menyala, letakkan benda dalam

jangkauan lapang penglihatan yang normal

Munculnya gangguan penglihatan dapat berdampak negatif terhadap kemampuan pasien untuk menerima lingkungan dan mempelajari kembali keterampilan sensorik dan meningkatkan terjadinya cidera

Pemberian pengenalan terhadap adanya oranag/benda dapat membantu masalah persepsi, mencegah pasien dari terkejut. Pe-nutupan mata mungkin dapat menurunkan kebingungan karena adanya pandangan ganda

19 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 23: ASKEP ANAK AUTISME

Ciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang membahayakan

Bicara dengan tenang, per-lahan dengan mengguna-kan kalimat yang pendek, dengan mempertahankan kontak mata

Anjurkan pasien untuk mengamati kakinya bila perlu dan menyadari posisi bagian tubuh tertentu

Menurunkan atau membatasi jumlah stimulus penglihatan yang mungkin dapat menimbulkan kebingungan terhadap intepretasi lingkungan; menurunkan terjadinya kecelakaan

Pasien mungkin mengalami keterbatasan dalam rentang perhatiana atau masalah pemahaman

Penggunaan stimulus penglihatan dan sentuhan mem-bantu dalam mengintregasi-kan sisi yang sakit dan memungkinkan pasien untuk mengalami kelalaian sensasi dan pola gerakan normal

4. Risiko tinggi infeksi behubungan dengan mikro-organisme (jamur)

Risiko infeksi pada klien dapat teratasi

Mem-pertahankan nomoter dari tanda-tanda infeksi

Men-capai penyembuhan luka pada waktu-nya

Mandiri : Berikan

perawatan anti-sesptik, pertahankan cuci tangan yang baik

Observasi daerah yang mengalami kerusakan

Pantau suhu tubuh secara teratur

Berikan perawatan parienal

Cara pertama untuk menghindari infeksi

Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan tehadap komplikasinya

Dapat mengindikasikan perkembangan yang selanjutnya memerlukan tindakan dengan segera

Menurunkan kemungkinan terjadinya pertumbuhan infeksi

20 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 24: ASKEP ANAK AUTISME

mikroorganisme

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang

secara klinis ditandai oleh gejala – gejala diantaranya kualitas yang kurang

dalam kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang

dalam kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas,

perilaku tak wajar, disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan

(stereotipik). Selain itu tampak pula adanya respon tak wajar terhadap

pengalaman sensorik, yang terlihat sebelum usia 3 tahun. Sampai saat ini

penyebab pasti autis belum diketahui, tetapi beberapa hal yang dapat memicu

adanya perubahan genetika dan kromosom, dianggap sebagai faktor yang

berhubungan dengan kejadian autis pada anak, perkembangan otak yang tidak

normal atau tidak seperti biasanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan

pada neurotransmitter, dan akhirnya dapat menyebabkan adanya perubahan

perilaku pada penderita. Dalam kemampuan intelektual anak autis tidak

mengalami keterbelakangan, tetapi pada hubungan sosial dan respon anak

terhadap dunia luar, anak sangat kurang. Anak cenderung asik dengan

dunianya sendiri. Dan cenderung suka mengamati hal – hal kecil yang bagi

orang lain tidak menarik, tapi bagi anak autis menjadi sesuatu yang menarik.

Terapi perilaku sangat dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup

dengan normal seperti anak pada umumnya, dan melatih anak untuk bisa

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

B. SARAN

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca ksususnya

bagi mahasiswa-mahasiswi STIK Makassar Yapma dapat memahami asuhan

keperawatan autisme pada anak dan khususnya bagi orang tua yang memiliki

anak autisme.

21 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 25: ASKEP ANAK AUTISME

22 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME

Page 26: ASKEP ANAK AUTISME

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/192463554/ASUHAN-KEPERAWATAN-PADA-

ANAK-DENGAN-AUTISME-docx#download. Diakses 1 desember 2014 pukul

13:46:58 wita.

http://dhie-akamoto.blogspot.com/2012/04/askep-autisme-pada-anak.html diakses

1 desember 2014 pukul 13:51:53 wita

Marilynn E.1999.rencana asuhan keperawatan.Edisi tiga.Jakarta:EGC

Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, Jakarta

Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih

Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta 

Anonim,Http:// www.Dikdasmen.Com/Pendidikan anak Autisme.Html

Soetjiningsih (1994). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: FK Udayana.

Yupi Supartini, 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Hidayat, Aziz Alimul.2006. pengantar ilmu keperawatan 2. Edisi pertama. Jakarta

:Salemba Medika

iii ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME