ANALISIS SENJANG PENAWARAN DAN PERMINTAAN · PDF fileAnalisis Senjang Penawaran dan Permintaan...

11
Analisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan dan Populasi Ternak di Indonesia (Dewa K.S. Swastika, Adang Agustian dan Tahlim Sudaryanto) 65 ANALISIS SENJANG PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG PAKAN DENGAN PENDEKATAN SINKRONISASI SENTRA PRODUKSI, PABRIK PAKAN, DAN POPULASI TERNAK DI INDONESIA Dewa K.S. Swastika 1 , Adang Agustian 1 dan Tahlim Sudaryanto 2 1 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jl. Ahmad Yani No. 70 Bogor 16161 2 Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Kerjasama Internasional, Jl. Harsono RM. No. 3, Ragunan-Jakarta 12550 e-mail: [email protected] (Makalah diterima, 9 Juni 2011 – Revisi, Desember 2011) ABSTRAK Kebutuhan jagung untuk industri pakan tiap tahun terus meningkat sejalan dengan perkembangan industri peternakan. Permasalahnnya adalah adanya ketidak-sinkronan antara permintaan dan penawaran jagung untuk pakan. Pabrik pakan sering mengeluh sulit memperoleh jagung, namun petani juga sering mengeluh sulit menjual jagung. Kondisi ini mendorong penulis untuk mengkaji senjang penawaran dan permintaan jagung pakan dengan pendekatan sinkronisasi sentra produksi, pabrik pakan dan populasi ternak. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) dari 10 provinsi sentra produksi jagung, 7 provinsi diantaranya merupakan sentra pabrik pakan; (2) kebutuhan jagung untuk pakan pabrikan 36,28% lebih tinggi dari pendekatan populasi; dan (3) Pada tahun 2020, proyeksi permintaan jagung untuk pabrik pakan 28,52% diatas proyeksi kebutuhan berdasarkan populasi ternak. Jika produksi pakan pabrikan disesuaikan dengan populasi ternak, maka kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan jauh lebih kecil. Ada inidikasi bahwa orientasi pabrik pakan saat ini tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan pakan dalam negeri, tetapi juga untuk ekspor. Dengan sumberdaya yang terbatas, terutama produksi jagung dalam negeri, maka sebaiknya pabrik pakan memfokuskan produksi pakan konsentrat untuk kebutuhan dalam negeri, sehingga tidak mengganggu perkembangan industri peternakan dalam negeri. Kata kunci: Penawaran, Permintaan, Jagung Pakan, Pabrik Pakan, Populasi Ternak. ABSTRACT Gap analysis of supply and demand of corn forage production approach sync center, feed plant, animal and population in Indonesia The demand for feed maize continues to increase each year in line with the development of livestock industry. Feed mills often complain of difficulties in getting maize, but farmers also often complain of difficulties to sell their maize. This prompted the authors to assess the gap of supply and demand for feed maize by synchronization approach to production centers, feed mills, and livestock population. The results showed that: (1) out of 10 provinces of maize production centers, 7 of which are the centers of feed mills (2) the demand for maize for manufactured feed in 2010 is 36.28% above the demand base on livestock population, and (3) in 2020, the demand for maize for manufactured feed is projected to be 28.52% above that of using population approach. If the production of manufactured feed is adjusted to meet only the existing livestock, the need for feed maize is much smaller. There is an indication that the orientation of the feed mills is not only to meet domestic demand, but also for export. With the limited resources, especially domestic maize production, the manufactured feed should be focused to meet the domestic demand for feed, so that would not interfere the development of domestic livestock industry. Key Words: Supply, Demand, Feed Maize, Feed Mills, Livestock Population. PENDAHULUAN Jagung merupakan komponen terpenting pakan pabrikan di dunia, terutama di daerah tropis. Di Indonesia, sekitar 51 persen komponen pakan pabrikan (terutama pakan komplit) adalah jagung. Kandungan energi, protein dan gizi lain pada jagung sangat sesuai untuk kebutuhan ternak, terutama untuk unggas dan babi. Berbagai upaya untuk menggantikan jagung dengan bahan pakan lain di Indonesia belum berhasil. Kedelai segar, selain mahal juga tidak dapat digunakan langsung sebagai komponen pakan, kecuali dalam bentuk bungkil kedelai yang merupakan hasil sampingan pabrik minyak kedelai dan seluruhnya masih diimpor. Ubikayu, meskipun berlimpah, masih memerlukan pengolahan antara, sebelum digunakan sebagai bahan campuran pakan pabrikan. Gaplek (ubikayu kering) mempunyai kandungan protein rendah, sehingga masih memerlukan tambahan sumber protein agar dapat memenuhi kebutuhan ternak. Sorgum adalah satu-satunya bahan pakan yang mempunyai kandungan gizi hampir sama dengan jagung, namun ketersediaannya di Indonesia sangat terbatas (Tangendjaja, et al. 2003). Kebutuhan jagung untuk industri pakan tiap tahun terus meningkat secara signifikan sejalan dengan pesatnya perkembangan industri peternakan (Rachman, 2003). Zubachtirodin, et.al (2007) mengungkapkan selama periode 2001-2006, kebutuhan jagung untuk bahan industri pakan ternak, makanan, dan minuman

Transcript of ANALISIS SENJANG PENAWARAN DAN PERMINTAAN · PDF fileAnalisis Senjang Penawaran dan Permintaan...

Page 1: ANALISIS SENJANG PENAWARAN DAN PERMINTAAN · PDF fileAnalisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan dan Populasi

Analisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakandan Populasi Ternak di Indonesia

(Dewa K.S. Swastika, Adang Agustian dan Tahlim Sudaryanto)

65

ANALISIS SENJANG PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG PAKANDENGAN PENDEKATAN SINKRONISASI SENTRA PRODUKSI, PABRIK PAKAN,

DAN POPULASI TERNAK DI INDONESIA

Dewa K.S. Swastika1 , Adang Agustian1 dan Tahlim Sudaryanto 2

1 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jl. Ahmad Yani No. 70 Bogor 161612 Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Kerjasama Internasional, Jl. Harsono RM. No. 3, Ragunan-Jakarta 12550

e-mail: [email protected]

(Makalah diterima, 9 Juni 2011 – Revisi, Desember 2011)

ABSTRAK

Kebutuhan jagung untuk industri pakan tiap tahun terusmeningkat sejalan dengan perkembangan industri peternakan.Permasalahnnya adalah adanya ketidak-sinkronan antarapermintaan dan penawaran jagung untuk pakan. Pabrik pakansering mengeluh sulit memperoleh jagung, namun petani jugasering mengeluh sulit menjual jagung. Kondisi ini mendorongpenulis untuk mengkaji senjang penawaran dan permintaanjagung pakan dengan pendekatan sinkronisasi sentra produksi,pabrik pakan dan populasi ternak. Hasil analisis menunjukkanbahwa: (1) dari 10 provinsi sentra produksi jagung, 7 provinsidiantaranya merupakan sentra pabrik pakan; (2) kebutuhanjagung untuk pakan pabrikan 36,28% lebih tinggi daripendekatan populasi; dan (3) Pada tahun 2020, proyeksipermintaan jagung untuk pabrik pakan 28,52% diatas proyeksikebutuhan berdasarkan populasi ternak. Jika produksi pakanpabrikan disesuaikan dengan populasi ternak, maka kebutuhanjagung untuk bahan baku pakan jauh lebih kecil. Ada inidikasibahwa orientasi pabrik pakan saat ini tidak hanya untukpemenuhan kebutuhan pakan dalam negeri, tetapi juga untukekspor. Dengan sumberdaya yang terbatas, terutama produksijagung dalam negeri, maka sebaiknya pabrik pakanmemfokuskan produksi pakan konsentrat untuk kebutuhandalam negeri, sehingga tidak mengganggu perkembanganindustri peternakan dalam negeri.

Kata kunci: Penawaran, Permintaan, Jagung Pakan, Pabrik Pakan,Populasi Ternak.

ABSTRACT

Gap analysis of supply and demand of corn forage productionapproach sync center, feed plant, animal and

population in Indonesia

The demand for feed maize continues to increase each year inline with the development of livestock industry. Feed millsoften complain of difficulties in getting maize, but farmers alsooften complain of difficulties to sell their maize. This promptedthe authors to assess the gap of supply and demand for feedmaize by synchronization approach to production centers, feedmills, and livestock population. The results showed that: (1) outof 10 provinces of maize production centers, 7 of which are thecenters of feed mills (2) the demand for maize for manufacturedfeed in 2010 is 36.28% above the demand base on livestockpopulation, and (3) in 2020, the demand for maize formanufactured feed is projected to be 28.52% above that of usingpopulation approach. If the production of manufactured feed

is adjusted to meet only the existing livestock, the need for feedmaize is much smaller. There is an indication that theorientation of the feed mills is not only to meet domesticdemand, but also for export. With the limited resources,especially domestic maize production, the manufactured feedshould be focused to meet the domestic demand for feed, so thatwould not interfere the development of domestic livestockindustry.

Key Words: Supply, Demand, Feed Maize, Feed Mills, LivestockPopulation.

PENDAHULUAN

Jagung merupakan komponen terpenting pakanpabrikan di dunia, terutama di daerah tropis. DiIndonesia, sekitar 51 persen komponen pakanpabrikan (terutama pakan komplit) adalah jagung.Kandungan energi, protein dan gizi lain pada jagungsangat sesuai untuk kebutuhan ternak, terutamauntuk unggas dan babi. Berbagai upaya untukmenggantikan jagung dengan bahan pakan lain diIndonesia belum berhasil. Kedelai segar, selain mahaljuga tidak dapat digunakan langsung sebagaikomponen pakan, kecuali dalam bentuk bungkilkedelai yang merupakan hasil sampingan pabrikminyak kedelai dan seluruhnya masih diimpor.Ubikayu, meskipun berlimpah, masih memerlukanpengolahan antara, sebelum digunakan sebagai bahancampuran pakan pabrikan. Gaplek (ubikayu kering)mempunyai kandungan protein rendah, sehinggamasih memerlukan tambahan sumber protein agardapat memenuhi kebutuhan ternak. Sorgum adalahsatu-satunya bahan pakan yang mempunyaikandungan gizi hampir sama dengan jagung, namunketersediaannya di Indonesia sangat terbatas(Tangendjaja, et al. 2003).

Kebutuhan jagung untuk industri pakan tiap tahunterus meningkat secara signifikan sejalan denganpesatnya perkembangan industri peternakan (Rachman,2003). Zubachtirodin, et.al (2007) mengungkapkanselama periode 2001-2006, kebutuhan jagung untukbahan industri pakan ternak, makanan, dan minuman

Page 2: ANALISIS SENJANG PENAWARAN DAN PERMINTAAN · PDF fileAnalisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan dan Populasi

Informatika Pertanian, Vol. 20 No.2, Desember 2011 : 65 - 75

66

terus meningkat sekitar 10 sampai 15 persen per tahun.Data FAO menunjukkan bahwa total kebutuhan jagungdi Indonesia tahun 2007 sebesar 13,98 juta ton. Daritotal tersebut, sebesar 4,20 juta ton atau sekitar 30persen digunakan untuk pakan (FAO. 2010b).

Di negara-negara berkembang, telah terjadipeningkatan permintaan terhadap pangan yang berasaldari produk ternak. Hal ini merupakan dampak daripeningkatan pendapatan per kapita dan pengetahuanmasyarakat tentang gizi, sehingga terjadi perubahanpola makanan (Hutabarat, 2003). Peningkatanpermintaan terhadap pangan asal ternak telahmenyebabkan usaha peternakan meningkat pesat. Halini tercermin dari pertumbuhan produksi ternak. Sebagaicontoh, daging unggas, telur, susu dan daging babimeningkat masing-masing: 7,3 persen, 8,5 persen, 2,3persen, dan 5,4 persen per tahun selama periode 2000-2007 (FAO, 2010a).

Selama periode 2000-2007, konsumsi daging unggasdan telur meningkat masing-masing 7,1 persen dan 8,5persen per tahun. Konsumsi susu dan daging babi jugameningkat masing-masing 5,9 persen dan 5,4 persen pertahun (FAO, 2010a).

Perkembangan industri peternakan berdampak padaperkembangan permintaan terhadap pakan (utamanyapakan pabrikan). Jenis ternak yang banyakmengkonsumsi pakan pabrikan adalah ayam ras, babi,dan sapi perah (Kasryno, 2003; Swastika, 2005). DataDirektorat Jendral Peternakan menunjukkan bahwaproduksi pakan pabrikan selama periode 2004-2008meningkat rata-rata 8,1 persen per tahun (DitjenPeternakan, 2010a).

Produksi jagung selama periode 1970-2000 meningkatrata-rata 4,07 persen per tahun dan Indonesia mampuberswasembada jagung sebelum 1976, selama 1983-1984, dan tahun 2008 (Swastika, 2002; Swastika, 2010).Selama dekade terakhir (2000-2009), pertumbuhanproduksi cukup tinggi, yaitu rata-rata 7,03 persen pertahun (BPS, 2010). Namun demikian, produksi dalamnegeri belum mampu memenuhi kebutuhan, sehinggamasih diperlukan impor. Puncak impor mencapai 1,83juta ton pada tahun 2006 (FAO, 2010b).

Masih rendahnya produksi jagung disebabkan olehproduktivitas jagung nasional yang masih rendah yaitusekitar 4,23 ton/ha (BPS, 2010). Padahal potensiproduktivitas jagung hibrida berkisar antara 7-12 ton perhektar (Puslitbangtan, 2009). Produktivitas jagungyang rendah secara nasional sejalan dengan hasilpenelitian Bachtiar, et.al (2007) yang mengungkapkanbahwa pada beberapa sentra produksi jagung seperti diSulawesi Selatan, Lampung, Sumatera Utara dan JawaTimur masih banyak petani yang menanam varietas lokaldan varietas unggul lama yang benihnya belum

diperbaharui. Permasalahan dalam penyebaran benihbermutu adalah ketidak tersediaan benih di tingkatpetani sesuai waktu tanam, dan harga benih unggulbermutu yang mahal. Masalah yang paling mendasarialah tidak adanya sinkronisasi antara permintaan danpenawaran jagung untuk pakan dalam negeri. Pabrikpakan sering mengeluh sulit memperoleh jagung daridalam negeri, sebaliknya petani juga mengeluh sulitmemasarkan jagung pada harga yang memadai.

Berdasarkan masalah-masalah di atas, studi inibertujuan untuk: (1) Mengkaji kesesuaian sebaransentra produksi jagung, pabrik pakan, dan populasiternak di Indonesia; (2) Menganalisis kebutuhan pakanpabrikan untuk ternak; (3) Menganalisis kebutuhanjagung untuk pakan pabrikan; dan (4) Menyusunalternatif kebijakan dalam upaya memenuhi kebutuhanjagung untuk pakan.

METODOLOGI

Kerangka Pemikiran

Sejalan dengan perkembangan industri peternakandan industri pakan yang pesat, Indonesia harusmeningkatkan prioritas peningkatan produksi jagung.Pemenuhan kebutuhan jagung yang mengandalkanimpor akan berisiko menghambat indutri peternakandan pakan dalam negeri. Sebab sebagian besarproduksi jagung dikonsumsi oleh negaraprodusennya. Hanya sekitar 12-14 persen produksijagung dipasarkan di pasar dunia (Pasandaran danKasryno, 2003; Kasryno, 2003). Masalah mendasarpemasaran jagung yang sering muncul ke permukaanadalah kesenjangan antara permintaan danpenawaran. Di satu sisi, petani sulit memasarkanjagung dengan harga yang layak, di sisi lain pabrikpakan sering kesulitan memperoleh jagung dari dalamnegeri, sehingga harus mengimpor.

Gambar 1. Diagram sinkroniasi kebutuhan jagung untuk pakanberdasarkan produksi pakan dan populasi ternak

Page 3: ANALISIS SENJANG PENAWARAN DAN PERMINTAAN · PDF fileAnalisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan dan Populasi

Analisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakandan Populasi Ternak di Indonesia

(Dewa K.S. Swastika, Adang Agustian dan Tahlim Sudaryanto)

67

Gambar 1 adalah kerangka pikir sinkronisasi produksipakan oleh pabrik pakan dengan kebutuhan pakanberdasarkan populasi ternak yang menggunakan jagungsebagai bahan baku utama pakan. Sinkronisasi antarakebutuhan jagung untuk pakan berdasarkan produksipakan (diberi simbol D1) dengan kebutuhan jagunguntuk pakan dapat diketahui berdasarkan populasiternak (D2).

Dari diagram sinkronisasi di atas, dapat diketahuikemampuan pabrik pakan memproduksi pakan sesuaidengan kapasitas operasional pabrik. Disamping itujuga dapat diketahui permintaan jagung untuk pabrikpakan dengan kebutuhan jagung untuk pakanberdasarkan populasi berbagai ternak yang komponenpakan utamanya jagung.

Analisis sinkronisasi juga dilakukan terhadap daerahproduksi jagung dan daerah konsumsi jagungberdasarkan sebaran wilayah pabrik pakan. Sinkronisasitersebut dapat dilihat dari diagram Venn berikut ini.Sinkronisasi wilayah ini digunakan untuk mengetahuidaerah-daerah (provinsi) sentra produksi jagung yangsekaligus merupakan sentra pabrik pakan dan pabrikpakan yang jauh dari sentra produksi jagung. Denganmengetahui peta sentra produksi jagung dan pakan,dapat diketahui dimana provinsi terdekat pabrik pakanbisa memperoleh jagung sebagai bahan baku.

tujuan studi ini, berbagai pendekatan digunakan.Kesesuaian sebaran sentra produksi jagung dideliniasisebanyak 10 provinsi penghasil jagung terbesar,ditumpang tindihkan (overlay) dengan sentra produksipakan pabrikan, serta pusat-pusat pengembanganternak. Penawaran jagung dalam negeri dianalisisdengan menggunakan pendekatan produksi, impor,ekspor dan stok nasional. Secara matematis, totalpenawaran jagung nasional dirumuskan sebagai:

St=Yt+Mt–Xt–”Zt ............................................... (1)

Dimana:St = Penawaran jagung pada tahun tYt = Produksi jagung dalam negeri pada tahun tMt = Volume Impor jagung pada tahun tXt = Volume ekspor jagung pada tahun t“Zt = perubahan stok jagung nasional pada tahun t.

Ternak yang mengkonsumsi pakan pabrikan berbahanbaku jagung adalah ayam ras petelur, ayam raspedaging, babi dan ternak lainnya. Patokanperhitungan menggunakan beberapa konsep dan hasilkajian Tangenjaya, et.al. (2003). Kebutuhan pakanseekor ayam atau babi dihitung berdasarkan jumlahpakan yang dibutuhkan untuk mencapai bobot atauumur optimal ternak siap dijual. Untuk ayam petelur,kebutuhan pakan dihitung dari jumlah pakan yangdibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg telur.

Pada ternak ayam ras pedaging, untuk menghasilkanseekor ayam siap potong dengan rataan bobot 1,2 kgdibutuhkan 2,28 kg pakan, dan untuk ayam petelurdibutuhkan 2,5 kg pakan untuk 1 kg telur. Rataankebutuhan pakan ayam ras petelur selama 5 bulansebelum berproduksi adalah 6,5 kg per ekor dankebutuhan pakan untuk periode ini dapat dihitung.Untuk babi, bobot siap jual yang diminta pasar adalah90 kg per ekor. Untuk mengahasilkan babi dengan bobotbadan tersebut dibutuhkan pakan 315 kg. Berdasarkanangka-angka kebutuhan pakan per ekor dan populasiternak, dapat dihitung kebutuhan pakan pabrikankomplit (formula lengkap) untuk ayam ras petelur, ayamras pedaging, babi dan ternak lainnya.

Permintaan jagung untuk pakan dianalisisberdasarkan dua pendekatan, yaitu (1) pendekatanpopulasi ternak dan kebutuhan pakan untuk masing-masing jenis ternak; dan (2) pendekatan jumlah dankapasitas produksi pabrik pakan. Denganmenggunakan pendekatan populasi ternak, permintaanjagung untuk pakan pabrikan komplit dirumuskansebagai berikut:

Keterangan:A = wi layah sentra produksi jagungB = wi layah pabrik (sentra produksi) pakanA È B = interseksi , yai tu perpaduan antara wi layah sentraproduksi jagung dengan sentra produksi pakan.

Gambar 2. Diagram Venn antara wilayah produksi dankonsumsi jagung untuk pakan

Data dan Analisis Data

Studi ini menggunakan data sekunder dari berbagaisumber, antara lain Direktorat Jenderal Peternakan,Badan Pusat Statistik (BPS), FAO dan berbagaipublikasi hasil penelitian sebelumnya. Untuk menjawab

Page 4: ANALISIS SENJANG PENAWARAN DAN PERMINTAAN · PDF fileAnalisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan dan Populasi

Informatika Pertanian, Vol. 20 No.2, Desember 2011 : 65 - 75

68

n DFt = Σ (αi Fit PTit) ………………….. (2) i =1Dimana:DFt = Permintaan jagung untuk pakan pada tahun tÁi = proporsi jagung dalam pakan pabrikan untukjenis ternak-iFit = kebutuhan pakan pabrikan per satuan ternak-ipada tahun tPtit = populasi jenis ternak-i pada tahun t

Dengan pendekatan pabrik pakan, kebutuhan jagungdihitung berdasarkan formula:

n QFt = Σ (βj Fjt) ………………………. (3) j =1Dimana:QFt = Kebutuhan jagung untuk pabrik pakan padatahun tÂj = Proporsi jagung dalam pakan pabrikan ygdihasilkan pabrik-j pada tahun tFjt = Volume pakan pabrikan yang dihasilkan olehpabrik-j pada tahun tProyeksi populasi ternak dilakukan dengan formula:

Pit = Pio (1 + ri) t …………………… (4)Dimana:Pit = populasi ternak-i pada tahun tPio = populasi ternak-i pada tahun dasar proyeksi ri = pertumbuhan populasi ternak-i t = periode tahun proyeksi

Proyeksi kebutuhan pakan masing-masing ternakadalah hasil perkalian antara kebutuhan pakan persatuan jenis ternak dengan proyeksi populasi ternaktersebut pada tahun t. Sedangkan proyeksi kebutuhanjagung untuk pakan berdasarkan populasi ternak adalahpenjumlahan kebutuhan jagung pakan untuk masing-masing jenis ternak pada tahun t. Secara matematisproyeksi kebutuhan jagung untuk pakan pada tahun tadalah:

nFFt = Σ (δi FFit) …………………… (5) i=1Dimana:FFt = proyeksi kebutuhan jagung untuk pakankonsentrat pada tahun tÄi = proporsi jagung dalam pakan pabrikan untukternak-iFFit= proyeksi kebutuhan pakan pabrikan untuk jenisternak-i pada tahun t

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Perkembangan Areal dan Produksi di DaerahPenghasil Jagung Nasional

Selama periode 2000-2009, luas panen, produksi danproduktivitas jagung secara nasional menunjukkanpertumbuhan masing-masing sebesar 2,34 persen,7,03 persen, dan 4,52 persen per tahun. Lajupertumbuhan produksi jagung nasional lebih dominankarena terpacu peningkatan teknologi budidaya yangdicerminkan oleh tingginya pertumbuhanproduktivitas. Pada tahun 2009, luas panen jagungmencapai 4,16 juta hektar dengan tingkat produksidan produktivitas masing-masing mencapai 17,59 jutaton dan 4,32 ton/ha.

Sentra produksi jagung di Indonesia tersebar diProvinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, SulawesiSelatan, Jawa Barat, Sumatera Utara dan NTT (BadanLitbang Pertanian, 2005). Dalam 10 provinsi sentraproduksi jagung, terdapat sentra produksi baru yaituProvinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo.

Produktivitas jagung, baik secara nasional maupun disentra-sentra produksi pada umumnya masih relatifrendah. Menurut Ditjen Tanaman Pangan, salah satupenyebab produksi jagung dalam negeri rendah adalahtingkat penggunaan benih hibrida yang rendah. Potensiproduktivitas jagung hibrida saat ini mencapai 7-12 ton/ha, dan jagung unggul komposit 5-7 ton/ha (AntaraNews, Ekonomi dan Bisnis, 2008; Puslitbangtan, 2009),sedangkan rataan produktivitas nasional baru mencapai4,23 ton/ha (BPS, 2010).

2. Permintaan Jagung Untuk Pakan DenganPendekatan Populasi Ternak

a. Populasi ternak

Dalam bahasan ini, analisis permintan jagung untukpakan didasarkan pada kebutuhan pakan per unitternak dan populasi ternak yang mengkonsumsi pakandengan bahan baku utama jagung.

Sebelum menganalisis kebutuhan jagung sebagaibahan baku pakan, perlu diketahui perkembanganpopulasi ayam ras petelur, ayam ras pedaging, babi, dansapi perah. Selain itu, perlu diketahui sebaran (lokasi)ternak tersebut. Lebih jauh lagi, perlu diketahui lokasidominasi populasi ternak dan pabrik pakan yangbersesuaian dengan dominasi (sentra) produksi jagung.

Page 5: ANALISIS SENJANG PENAWARAN DAN PERMINTAAN · PDF fileAnalisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan dan Populasi

Analisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakandan Populasi Ternak di Indonesia

(Dewa K.S. Swastika, Adang Agustian dan Tahlim Sudaryanto)

69

Berdasarkan perkembangan populasi masing-masingjenis ternak di Indonesia (2000-2009), keempat jenisternak tersebut mengalami peningkatan (Tabel 1).Peningkatan populasi ternak ayam ras petelur,pedaging, babi, dan sapi perah, masing-masing sebesar5,71; 4,23; 3,23, dan 3,19 persen per tahun, sepertiterlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan populasi berbagai jenis ternak diIndonesia, 2000-2009 (000 ekor).

Tabel 3. Sebaran populasi ayam ras pedaging di Indonesia,2000-2009 (000 ekor).

Sumber: Ditjen Peternakan, 2010.

Dengan mempertimbangkan ketersediaan data,pembahasan ternak yang mengkonsumsi pakanpabrikan difokuskan pada ayam ras petelur, ayam raspedaging, babi, dan ternak lain. Sebaran populasi tigajenis ternak per provinsi disajikan pada Tabel 2 sampaiTabel 4. Populasi ayam ras petelur dominan di 10Provinsi (Tabel 2). Dari 10 provinsi tersebut, 6 provinsidiantaranya merupakan daerah sentra produksi jagung,yaitu, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, SumateraUtara, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan.

Tabel 2. Sebaran populasi ayam ras petelur di Indonesia, 2000-2009 (000 ekor).

Sumber: Ditjen Peternakan, 2010.

Populasi ayam ras pedaging juga menyebar diprovinsi yang hampir sama, seperti terlihat pada Tabel3. Lima provinsi sentra populasi ayam ras pedagingdiantaranya juga merupakan sentra produksi jagung,yaitu, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten,Sumatera Utara, dan Lampung.

Sumber: Dit jen Peternakan, 2010.

Dari 10 sentra pengembangan babi, hanya 2 provinsiyaitu NTT dan Sulawesi Utara yang juga merupakansentra produksi jagung nasional (Tabel 4).

Tabel 4. Sebaran populasi ternak babi di Indonesia, 2000-2009(ekor).

Sumber: Ditjen Peternakan, 2010.

b. Kebutuhan pakan berdasarkan populasi ternak

Analisis kebutuhan pakan dilakukan untuk ayam raspetelur, ayam ras pedaging, babi, dan ternak lain.Dari angka-angka kebutuhan pakan per ekor danpopulasi ternak, dapat dihitung kebutuhan pakanpabrikan untuk ayam ras petelur, ayam ras pedaging,babi, dan ternak lainnya.

Dari analisis persamaan (2), dihasilkan kebutuhanpakan ayam ras petelur, pedaging dan babi dalamperiode 2000-2009 seperti disajikan pada Tabel 5.Kebutuhan pakan masing-masing jenis ternak

Page 6: ANALISIS SENJANG PENAWARAN DAN PERMINTAAN · PDF fileAnalisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan dan Populasi

Informatika Pertanian, Vol. 20 No.2, Desember 2011 : 65 - 75

70

meningkat sebesar 7,38; 6,82 dan 3,89 persen per tahun.Pada tahun 2009, kebutuhan pakan masing-masing jenisternak tersebut sebesar 3,25 juta ton, 1,93 juta ton dan0,77 juta ton.

Tabel 5. Kebutuhan pakan per jenis ternak di Indonesia,2000-2009

pada Tabel 7. Total kebutuhan jagung untuk pakanpabrikan tahun 2009 mencapai 3,25 juta ton. Kebutuhanjagung sebagai bahan baku pakan pabrikan untuk ayamras petelur, pedaging, dan babi tahun 2009 masing-masing sebesar 1,53 juta ton, 1,04 juta ton dan 0,38 jutaton. Tingkat pertumbuhan kebutuhan jagung untukpakan dalam periode 2000-2009 mencapai 7,76 persen/tahun, dan pertumbuhan untuk ketiga jenis ternaktersebut adalah 9,63; 6,82 dan 3,89 persen per tahun.Kebutuhan jagung per jenis ternak di tiap provinsitahun 2009 disajikan pada Tabel 8.

Tabel 7. Kebutuhan jagung per jenis ternak di Indonesia, 2000-2009

Keterangan: 1) Termasuk ternak sapi perah, ayam buras, itik danlainnya.

Sumber: Hasil analisis.

Kebutuhan pakan untuk tiap provinsi per jenis ternaktahun 2009 disajikan pada Tabel 6. Kebutuhan pakanayam ras petelur dan pedaging terkonsentrasi di pulauJawa, sedangkan kebutuhan pakan untuk babi tersebardi luar pulau jawa, sesuai dengan sebaran populasiketiga jenis ternak tersebut.

Tabel 6. Kebutuhan pakan berdasarkan jenis ternak dan provinsi,tahun 2009 (ton)

Sumber: Hasil analisis.

c. Kebutuhan jagung untuk pakan berdasarkanpopulasi ternak

Berdasarkan kebutuhan pakan di atas, diperolehkebutuhan jagung per jenis ternak seperti disajikan

Keterangan: 1) Termasuk ternak sapi perah, ayam buras, itik dan lainnya.

Sumber: Hasil analisis.

Sebaran wilayah dominasi populasi ternakberimplikasi pada sebaran kebutuhan pakan.Selanjutnya, sebaran wilayah kebutuhan pakan jugaberakibat pada sebaran wilayah kebutuhan jagunguntuk pakan. Hasil deliniasi sebaran kebutuhan jagunguntuk pakan ayam ras petelur, ras pedaging, dan babiadalah sebagai berikut:

• Wilayah dominan kebutuhan jagung untuk pakanayam ras petelur (layer) terdapat di 10 propinsi.Kebutuhan jagung untuk pakan ayam ras petelurdapat dipenuhi, terutama pada delapan provinsi yangmerupakan sentra produksi jagung nasional. UntukKalimantan Barat, jagung dapat didatangkan dari duaprovinsi terdekat, yaitu Jawa Barat atau Lampung.

• Kebutuhan jagung untuk pakan ayam ras pedaging(broiler) dominan terdapat di 10 propinsi, sepetiterlihat pada Tabel 8. Pemenuhan kebutuhan jagungdi wilayah ini dapat dilakukan dari sentra produksijagung nasional, yaitu: Jawa Barat, Jawa Timur,Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Lampung.

Page 7: ANALISIS SENJANG PENAWARAN DAN PERMINTAAN · PDF fileAnalisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan dan Populasi

Analisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakandan Populasi Ternak di Indonesia

(Dewa K.S. Swastika, Adang Agustian dan Tahlim Sudaryanto)

71

• Kebutuhan jagung untuk pakan babi dominanterdapat di provinsi: Bali, Sumatera Utara, NTT,DKI, Kalimantan Barat, Papua, Sulawesi Selatan,Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah. Lebihkurang separuh populasi dominan babi juga terletakdi sentra produksi jagung nasional, yaitu ProvinsiSumatera Utara, NTT dan Sulawesi Selatan. Untukpemenuhan kebutuhan bahan baku pakan babi,jagung dapat dipasok khususnya dari provinsisentra produksi jagung nasional, yaitu Propinsi:NTT, Sumatera Utara dan Sulawesi Utara.

Tabel 8. Sebaran kebutuhan jagung berdasarkan jenis ternakdan provinsi, tahun 2009

kapasitas produksi stabil (11,0 juta ton), dan tahun 2008meningkat menjadi sekitar 12 juta ton. Saat ini industripakan ternak berskala besar tersebar di delapanprovinsi.

Seperti halnya industri pakan, industri peternakan didalam negeri juga didominasi oleh investor asing besar,seperti Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, SieradProduce dan Cheil Jedang Feed. Produsen berskalabesar tersebut umumnya terintegrasi dengan industripakan ternak dan pengolahan produk ternak yangtersebar di lima belas provinsi (Destiana, 2010). Industripakan ternak yang terbesar di Indonesia terdapat diJawa Timur dengan pangsa sebesar 33.4%. Posisi keduaProvinsi Banten dengan pangsa mencapai 25,4%. JawaBarat dengan pangsa 11,75% menjadi penghasil pakanketiga. Sebaran pabrik pakan di Indonesia disajikanpada Tabel 9.

Tabel 9. Sebaran jumlah pabrik dan produksi pakan di Indonesia,2008.

Sumber: Hasil analisis.

3.Permintaan Jagung Untuk Pakan DenganPendekatan Produksi Pabrik Pakan

a. Produksi pakan dan sebarannya

Industri pakan ternak dalam negeri sangat berperandalam mendukung industri peternakan. Pakanmencakup 70% dari total biaya produksi peternakan.Menurut Gabungan Pengusaha Makanan Ternak(GPMT), industri pakan ternak nasional rata-ratamampu memasok 5 juta ton pakan dari kebutuhan sekitar7 juta ton per tahun (terdapat kesenjangan (defisit)sekitar 2 juta ton). Dari total produksi pakan ternak,sekitar 90% diserap oleh peternak ayam petelur danpedaging (Datacon, 2008).

Sampai saat ini, industri pakan ternak nasional masihdidominasi oleh perusahaan asing seperti CharoenPokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed,Gold Coin, dan Sentra Profeed. Dari 2004 hingga 2007

Sumber: Datacon (2008) dan Destiana, M (2010)

Dari perusahaan pakan yang saat ini beroperasi diIndonesia, PT. Charoen Pokphand Indonesia (CPI) adalahperusahaan utama dalam industri ini dengan marketshare sebanyak 31,2% dari total industri pakan Indonesiadengan fokus bisnis pada pakan ayam dan ikan. CPIadalah perusahaan pakan asing yang paling awalmemasuki industri pakan Indonesia dengan strukturpermodalan yang kuat dan ditopang oleh grup besarnyadi Thailand dengan office area di seluruh dunia. Tetapipangsa pasar (market share) ini makin tahun makinmenurun disaingi oleh industri pakan lainya seperti CheilJedang dan Sierad dengan ekspansi kapasitas produksiyang signifikan serta penambahan pabrik untukmemperluas jangkauan pasar (Destiana, 2010).

Page 8: ANALISIS SENJANG PENAWARAN DAN PERMINTAAN · PDF fileAnalisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan dan Populasi

Informatika Pertanian, Vol. 20 No.2, Desember 2011 : 65 - 75

72

b. Kebutuhan jagung untuk pakan berdasarkanpabrik pakan

Berdasarkan volume produksi pakan pabrikan, sepertiterlihat pada Tabel 9, dengan menggunakan persamaan(3), dapat dihitung kebutuhan jagung untuk pakantersebut. Secara nasional produksi pakan pabrikan padaperiode 2000-2008 tumbuh rata-rata 7,13 persen/tahun.Dengan proporsi jagung dalam pakan pabrikan yangtetap, maka pertumbuhan kebutuhan jagung untukpakan pabrikan sejalan dengan pertumbuhan produksipakan tersebut. Seperti terlihat pada Tabel 10,kebutuhan jagung untuk pabrik pakan meningkat dari2,29 juta ton tahun 2000 menjadi 4,16 juta ton tahun 2008.Sebaran konsumsi jagung untuk bahan baku pakanmengikuti sebaran pabrik yang terdapat di 8 Propinsi.

4. Sinkronisasi Kebutuhan Jagung Untuk Pakan

Berdasarkan hasil analisis pada butir 2 dan 3 di atas,pabrik pakan pada tahun 2008 memproduksi sebanyak8,06 juta ton pakan pabrikan. Di sisi lain kebutuhanpakan pabrikan untuk ternak ayam pedaging, ayampetelur, dan babi pada tahun 2008 adalah sebesar 5,79juta ton. Gabungan Pengusaha Makanan Ternak(GPMT) mengungkapkan bahwa mereka hanya mampumemasok sekitar 5 juta ton pakan per tahun (Datacon,2008).. Volume ini masih jauh dibawah volume yangmereka produksi. Ada indikasi bahwa sebagian pakanpabrikan yang diproduksi di Indonesia diekspor ke luarnegeri.

Tabel. 10. Konsumsi jagung untuk pabrik pakan ternak diIndonesia, 2000-2008 (ton).

Hal ini menyebabkan peternak kekurangan pasokanpakan, sehingga peternak (terutama peternak ayam ras)berupaya membuat formula pakan sendiri yangkandungan nutrisinya belum tentu sesuai dengankebutuhan ternak. Jika pabrik pakan berkonsentrasimemproduksi pakan untuk kebutuhan dalam negeri,maka kebutuhan pakan dapat dipenuhi, dan volumepemakaian jagung untuk pakan pabrikan juga akan lebihrendah.

Dari konsumsi jagung, berdasarkan populasi ternak,kebutuhan jagung pada tahun 2008 adalah sekitar 3,15juta ton. Berdasarkan pabrik pakan, konsumsi jagunguntuk pakan pabrikan pada tahun yang sama sebesar4,16 juta ton. Ada dua kemungkinan yang menyebabkanterjadinya kesenjangan permintaan jagung untuk pakanpabrikan. Pertama, dengan volume produksi pakanyang sama, pabrik pakan menggunakan proporsi jagunglebih besar dari komposisi yang sebenarnyadibutuhkan. Kedua, volume produksi pakan lebih besardari yang dilaporkan dengan tujuan lebih banyakmengekspor pakan ke luar negeri. Hal ini di satu sisimenguntungkan industri pakan, tetapi akan berdampaknegatif terhadap perkembangan industri peternakandalam negeri.

5. Sinkronisasi Wilayah Produksi dan KonsumsiJagung Untuk Pakan

Peta sentra produksi jagung utama nasional adalah diPropinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, SulawesiSelatan, Sumatera Utara, Jawa Barat, Gorontalo, NTT,Sulawesi Utara dan Sumatera Barat. Sentra konsumsijagung terdapat di Propinsi Jawa Timur, Banten, JawaBarat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Lampung, DKIJakarta, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, danKalimantan Selatan (Tabel 11). Dengan demikian,sesungguhnya tujuh sentra konsumsi jagung untukpakan sudah sinkron dengan sentra produksi jagung,kecuali untuk DKI Jakarta, Banten dan KalimantanSelatan (Tabel 11). Implikasinya ialah bagi pabrik pakanyang tidak berada di provinsi sentra produksi jagung,mereka dapat memperoleh pasokan jagung dari provinsisentra produksi terdekat. Pabrik pakan di DKI Jakartadan Banten, dapat memperoleh jagung dari Jawa Barat,Jawa Tengah atau Lampung yang produksi jagungnyasurplus. Pabrik pakan di Kalimantan Selatan dapatmemperoleh jagung dari Sulawesi Selatan atau JawaTimur. Pelabuhan laut Soekarno-Hatta di Makasar.Sumber: Hasil analisis

Page 9: ANALISIS SENJANG PENAWARAN DAN PERMINTAAN · PDF fileAnalisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan dan Populasi

Analisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakandan Populasi Ternak di Indonesia

(Dewa K.S. Swastika, Adang Agustian dan Tahlim Sudaryanto)

73

Tabel 11. Pemetaan Sentra Produksi dan Konsumsi Jagung di

Indonesia, 2008.

b. Proyeksi kebutuhan pakan

Berdasarkan hasil proyeksi diperoleh total kebutuhanpakan untuk ternak ayam ras petelur, pedaging, babi,dan ternak lainnya. Pada tahun 2010, total kebutuhanpakan bagi populasi ternak sebesar 6,99 juta ton danproduksi pabrik pakan mencapai 9,36 juta ton. Analisismenemukan selisish 2,37 juta ton, dimana produksipakan pabrik lebih tinggi 34 persen dari pada kebutuhanpakan bedasarkan populasi ternak. Pada tahun 2020diprediksi kebutuhan pakan berdasarkan pendekatanpopulasi sebesar 13,36 juta ton dan proyeksi produksipakan dari pabrik mencapai 18,64 juta ton, atau terdapatselisish 5,28 juta ton (Tabel 13).

Tabel 13. Proyeksi kebutuhan pakan per jenis ternakberdasarkan populasi ternak dan produksi pakanpabrik di Indonesia, 2010-2020 (ton)

Sumber: BPS, 2010 dan Ditjen Peternakan, 2010 (Data Diolah).

Trisakti di Banjarmasin dan Tanjung Perak di Surabayasangat memungkinkan perdagangan jagung antar pulaudari Makasar dan Surabaya ke Banjarmasin.

6.Proyeksi Populasi Ternak Serta Kebutuhan Pakandan Jagung Pakan

a. Proyeksi populasi ternak

Dengan menggunakan persamaan (4), proyeksi populasiayam ras petelur, ras pedaging dan babi di Indonesiadisajikan pada Tabel 12. Pada tahun 2010 populasi ayamras petelur sebanyak 115,63 juta ekor dan diproyeksikanmencapai 147,72 juta ekor pada tahun 2015 dan 188,71 jutaekor pada tahun 2020. Untuk ayam ras pedaging, padatahun 2010 populasinya sebesar 966,60 juta ekor, dandiproyeksikan mencapai 1.170,37 juta ekor pada tahun2015 dan 1.417,11 juta ekor tahun 2020. Populasi ternak babipada tahun 2010 populasinya sebasar 7,60 juta ekor dandiproyeksikan tahun 2015 mencapai 8,81 juta ekor sertatahun 2020 mencapai 10,21 juta ekor.

Tabel 12. Hasil proyeksi ternak ayam ras petelur, ras pedagingdan babi di Indonesia, 2010-2020 (ekor)

Sumber: Hasil proyeksi.

*) Pakan B = produksi pakan oleh pabrik pakan Sumber: Hasil Proyeksi

c. Proyeksi kebutuhan jagung

Proyeksi kebutuhan jagung untuk bahan baku pakanuntuk ayam ras petelur, pedaging, babi dan ternaklainnya pada tahun 2010 dengan pendekatan populasisebesar 3,50 juta ton dan sesuai produksi pabrik pakanmencapai 4,77 juta ton. Kebutuhan jagung pada pabrikpakan sekitar 36,28 persen diatas kebutuhan sesuaipendekatan populasi. Pada tahun 2020 proyeksikebutuhan jagung pakan sesuai pendekatan populasiternak sebesar 7,40 juta ton dan sesuai produksi pabrikpakan mencapai 9,51 juta ton. Kebutuhan jagung padapabrik pakan sekitar 28,52 persen diatas kebutuhansesuai pendekatan populasi (Tabel 14).

Hasil analisis menunjukkan bahwa kebutuhan jagunguntuk pakan dengan pendekatan populasi ternak jauhlebih rendah dari pada berdasarkan produksi pabrikpakan. Jika pabrik pakan memproduksi pakan sesuaidengan kebutuhan ternak dalam negeri, kebutuhanjagung untuk pabrik pakan akan lebih rendah dari padapermintaan selama ini.

Pertanyaan berikutnya adalah: (1) mengapa pabrikpakan memproduksi pakan lebih besar dari yangdibutuhkan oleh ternak?, (2) mengapa pabrik pakan barumampu memenuhi kebutuhan pakan 5 juta ton padahal

Page 10: ANALISIS SENJANG PENAWARAN DAN PERMINTAAN · PDF fileAnalisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan dan Populasi

Informatika Pertanian, Vol. 20 No.2, Desember 2011 : 65 - 75

74

pada tahun 2008 mereka sudah memproduksi lebih dari8 juta ton pakan, (3) apakah konsumsi pakan di luar subsektor peternakan juga tinggi sehingga kebutuhanproduksi pakan begitu besar, dan kebutuhan jagungjuga meningkat?, (4) mengapa di satu sisi petani seringsulit menjual jagung, di sisi lain pabrik pakan seringmengeluh kekurangan jagung sehingga mengimpor dariluar negeri?

Tabel 14. Proyeksi kebutuhan jagung per jenis ternak, 2010-2020(ton)

KESIMPULAN

Permintaan terhadap jagung untuk kebutuhan dalamnegeri dalam 10 tahun ke depan akan makinmeningkat, seiring dengan meningkatnya produksipakan pabrikan dan berkembangnya industripeternakan. Di sisi lain, di pasar internasionalpenggunaan jagung makin kompetitif, karenapenggunaan jagung tidak hanya untuk bahan bakupakan ternak dan industri makanan, melainkan jugauntuk bahan bakar nabati (biofuel). Pemenuhankebutuhan jagung yang mengandalkan impor akanberisiko tinggi, dan akan berdampak negatif terhadapindustri pakan dan peternakan dalam negeri. Olehkarena itu, diperlukan upaya terus menerus untukmeningkatkan produksi jagung dalam negeri.

Hasil analisis sinkronisasi menunjukkan bahwa 7 dari10 provinsi sentra produksi jagung adalah juga sentrakonsumsi jagung untuk pabrik pakan. Ini berarti bahwapenempatan pabrik pakan sudah hampir sinkron dengansentra produksi jagung. Tiga provinsi yang bukanmerupakan sentra produksi jagung dapat memperolehjagung dari provinsi terdekat yang produksi jagungnyasurplus.

Berdasarkan analisis proyeksi, pada tahun 2020diprediksi kebutuhan jagung pada pabrik pakan sekitar28,52 persen diatas kebutuhan sesuai pendekatanpopulasi. Dengan demikian, sesungguhnya jikaproduksi pakan disesuaikan dengan populasi ternakyang ada, maka kebutuhan jagung untuk bahan bakupakan jauh lebih kecil dibanding dengan kebutuhanjagung sesuai permintaan pabrik pakan.

Dengan sumberdaya yang terbatas, termasukproduksi jagung dalam negeri, maka sebaiknya pabrikpakan memfokuskan produksi pakan konsentrat untukkebutuhan dalam negeri, sehingga tidak menggangguperkembangan industri peternakan dalam negeri.

Kebijakan strategis yang perlu dilakukan pemerintahantara lain adalah (a) regulasi pembatasan imporjagung, agar petani jagung lebih terangsang untukmemproduksi jagung; (2) membatasi ekspor pakan,untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pakan ternakdalam negeri; serta (3) membangun sistem kemitraanantara petani jagung dengan pabrik pakan yang salingmenguntungkan. Dengan kemitraan, petani bisamemperoleh sarana produksi dari perusahaan untukmenerapkan teknologi maju dalam usahatani jagung danlebih mudah memasarkan jagung dengan harga yangdisepakati bersama dalam kontrak kemitraan. Bagiperusahaan pabrik pakan lebih mudah memperolehjagung sebagai bahan baku pabrik.

Sumber: Hasil Analisis

Secara empiris produksi pakan dari pabrik pakan yangada telah melampaui kebutuhan pakan berdasarkanpopulasi ternak dalam negeri. Namun demikian, volumepakan yang dijual di dalam negeri masih dibawahkebutuhan ternak dalam negeri. Beberapa faktor yangdiduga menyebabkan ketidak-sinkronan antara volumeproduksi pakan dengan volume pakan yang sampai kepeternak dan ketidak-sinkronen antara permintaan danpanawaran jagung untuk pakan, antara lain: (1)banyaknya usaha ternak dilakukan di daerah yangkondisi transportasinya buruk, sehingga menyebabkanbiaya transportasi untuk pemasaran pakan menjadimahal; (2) lokasi peternakan terpencar dengan skalausaha kecil-kecil, sehingga distribusi pakan ke lokasipeternak kurang efisien; (3) usaha perikanan tambakjuga memerlukan pakan yang menggunakan jagungsebagai bahan baku; (4) adanya insentif harga di luarnegeri, sehingga produsen pakan lebih sukamengekspor pakan ke luar Indonesia; (5) buruknyasistem pemasaran jagung membuat pabrik pakan lebihmurah mengimpor dari pada membeli dari petaniIndonesia yang tersebar luas dengan skala kecil-kecil.

Dengan makin kecilnya volume jagung yang dijual dipasar internasional, karena berbagai peruntukan dinegara produsen, maka sebaiknya pabrik pakanmengutamakan produksi pakannya untuk memenuhikebutuhan dalam negeri, sehingga bisa mengurangiimpor jagung dan menjamin ketersediaan pakan bagiindustri peternakan.

Page 11: ANALISIS SENJANG PENAWARAN DAN PERMINTAAN · PDF fileAnalisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan dan Populasi

Analisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakandan Populasi Ternak di Indonesia

(Dewa K.S. Swastika, Adang Agustian dan Tahlim Sudaryanto)

75

DAFTAR PUSTAKA

Antara News. 2008. Ekonomi dan Bisnis: Departemen Pertanian(Deptan) akan menghentikan impor jagung pada tahun 2009.Jakarta.

Bachtiar, S. Pakki, dan Zubachtirodin. 2007. Sistem PerbenihanJagung. Buku Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. (Eds:Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, H. Kasim). PuslitbangTanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian. p177-191.

Badan Litbang Pertanian. 2005. Prospek dan Arah PengembanganKomoditas Jagung di Indonesia. Jakarta.

BPS. 2010. Data Produksi Pertanian. www.bps.go.idDatacon. 2008. Market Intelligence Report On Perkembangan

Industri Pakan di Indonesia http://www.datacon.co.id.Destiana, M. 2010. Prospek Industri Pakan Nasional. Economic

Review No.29. Maret 2010.Ditjend Peternakan. 2010a. Produksi Pabrik Pakan Ternak 2004-

2008 (per provinsi). http://www.ditjennak. go.id/bank\Tabel_11_8.pdf

Ditjend Peternakan. 2010b. Data Produksi, Populasi, NBM danPerdaganga Ternak. www.ditjennak.go.id.

Ditjen Tanaman. Pangan. 2006. Program Peningkatan ProduksiJagung Nasional. Makalah disampaikan pada Seminar nasionaldan Ekspose Inovasi Teknologi. Makassar –Pangkep, 15-16September 2006.

FAO. 2009. Production, Trade, and Food Balence Sheet.www.fao.org.

FAO. 2010a. Food Balance Sheet.h t t p : / / f a o s t a t . f a o . o r g / s i t e / 6 1 7 / D e s k t o p D e fa u l t . a s p x?PageID=617#ancor

FAO. 2010b. Maize Balance Sheet.h t t p : / / f a o s t a t . f a o . o r g / s i t e / 6 1 6 / D e s k t o p D e fa u l t . a s p x?PageID=616#ancor

Hutabarat, B., Y. Yusdja, E. Basuno, A. Subekti, I. Sadikin, dan V.Siagian. 1993. The Regional Trade Pattern of Corn Commodityin Indonesia. Research Report. Center for Agro-Socio EconomicResearch. Bogor.

Hutabarat B. 2003. Prospect of Feed Crops to Support theLivestock Evolution in South Asia: Framework of the StudyProject. In Proceeding of Workshop on the CGPRT Feed CropsSupply/Demand and Potential/Constraints for Their Expansionin South Aasia held in Bogor, Indonesia, Sept 3-4, 2002. CGPRTCentre Monograph No. 42. Bogor. Indonesia.

Kasryno, F. 2003. Perkembangan Produksi dan Konsumsi JagungDunia dan Implikasinya bagi Indonesia dalam Kasryno et al.(Eds). Ekonomi Jagung Indonesia. Badan Litbang Pertanian.Jakarta.

Pasandaran, E. dan F. Kasryno. 2003. Sekilas Ekonomi JagungIndonesia: Suatu Studi di Sentra Utama Produksi Jagung dalamKasryno et al. (Eds). Ekonomi Jagung Indonesia. Badan LitbangPertanian. Jakarta.

Puslitbangtan. 2009. Deskripsi Varietas Unggul Palawija 1918-2009. Puslitbangtan. Bogor.

Rachman, B. 2003. Perdagangan nternasional Komoditas Jagungdalam Kasryno et al. (Eds). Ekonomi Jagung Indonesia. BadanLitbang Pertanian. Jakarta.

Subandi. 1998. Corn Varietal Improvement in Indonesia: Progressand Future Strategies. Jurnal Penelitian dan PengembanganPertanian. Vol. 20(1). Badan Litbang Pertanian.

Swastika, DKS. 2002. Corn Self-Sufficiency in Indonesia: ThePast 30 Years and Future Prospects. Jurnal Penelitian danPengembangan Pertanian 21(3). Badan Litbang Pertanian.

Swastika, DKS, MOA. Manikmas, B. Sayaka and K. Kariyasa.2005. The Status and Prospect of Feed Crops in Indonesia.CAPSA Working Paper No. 81. UN-ESCAP. Bogor.

Swastika, DKS. 2005 . The Production Leveling-Off versusExploding Demand for Maize in Indonesia . Proceedings ofThe 9th Asian Regional Maize Workshop in Beijing-China, Sept5-9, 2005.

Swastika, DKS. 2010. Membangun Kemandirian dan KedaulatanPangan untuk Mengentaskan Petani dari Kemiskinan. OrasiPengukuhan Profesor Riset Bidang Ekonomi Pertanian. BadanLitbang Pertanian. Kementerian Pertanian. Bogor, 29November 2010.

Tangenjaya, B, Y. Yusdja, dan N. Ilham. 2003. Analisis EkonomiPermintaan Jagung Untuk Pakan dalam Ekonomi JagungIndonesia (Eds: Kasryno, F, E. Pasandaran, dan A.M. Fagi).Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.

TEMPO Interaktif. 2008. Pengusaha Pakan Ternak Akan ImporJagung. Jakarta.

Zubachtirodin, M.S. Pabbage dan Subandi. 2007. Wilayah Produksidan Potensi Pengembangan Jagung. Buku Jagung: TeknikProduksi dan Pengembangan. (Eds: Sumarno, Suyamto, A.Widjono, Hermanto, H. Kasim). Puslitbang Tanaman Pangan,Badan Litbang Pertanian