ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN...

8
ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE GMS 4.0 DI KECAMATAN MOJOWARNO KABUPATEN JOMBANG Muhammad Adib Rohmatulloh, Mohammad Sholichin, Dian Sisinggih Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Telp (0341) 567886 e-mail : [email protected] Abstrak: Kecamatan Mojowarno terdapat 10 sumur bor yang di manfaatkan untuk irigasi, dengan kondisi 7 sumur berfungsi dan 3 tidak berfungsi dikarenakan alasan operasional dan penurunan muka airtanah. Penurunan muka air tanah pada daerah studi ini menggunakan analisa FEMWATER pada program Groundwater Modelling System (GMS) 4.0. dimana output dari program GMS 4.0. adalah sebaran dari nilai pressure head, total head, dan kedalaman muka airtanah. Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah simulasi sumur bor yang masih berfumgsi untuk perkembangan kebutuhan wilayah studi kedepan dan dampak jika sumur yang tidak berfungsi akan difungsikan kembali terhadap sumur bor yang lain. Pada kondisi simulasi pengaktifan kembali sumur yang tidak berfungsi mengakibatkan tekanan berkurang secara keseluruhan. Sumur SDJB 522 menurut hasil pemodelan GMS 4.0 bisa dikatakan aman atau dapat difungsikan kembali dikarenakan posisi muka airtanah masih berada jauh di atas screen sumur, sedangkan untuk sumur SMJB 297 dan SMJB 375 bisa dikatakan belum memenuhi untuk difungsikan kembali dikarenakan posisi muka airtanah sudah mendekati screen paling bawah sumur bor. Akan tetapi, sumur SMJB 297 dan SMJB 375 bisa difungsikan atau dioperasikan kembali jika jadwal pengoperasian sumur dilakukan secara bergantian. Kata kunci : Airtanah, ketinggian tekanan, ketinggian total, GMS 4.0. Abstract: Mojowarno has 10 production wells that utilized for irrigation, which is consist of 7 functioning wells and 3 not functioning wells due to the operational and groundwater subsidence reasons. The calculation of groundwater level decrease in this study area were using FEMWATER analysis in program Groundwater Modeling System (GMS) 4.0. Which is the output of the program GMS 4.0 was the distribution value of the pressure head, total head, and groundwater depth. The simulation that conducted in this research is the simulation of borehole that is still fuming for the development of future study for the area needs and the impact of the unfunctional wells will be re-functioned to another borehole. In the simulated condition of unfunctional well reactivation, resulted the pressure reducing of totally. SDJB 522 wells according to GMS 4.0 modeling results can be said it's safe or could be re-functioned because the groundwater position is still far above the well screen, meanwhile for the SMJB 297 well and SMJB 375 can be said not yet fulfilled to function again because the groundwater position already close to the base bottom of drill well. However, the SMJB 297 and SMJB 375 wells can be functioned or re-function if the operation schedule is conducted alternately. Keywords: Groundwater, pressure head, total head, GMS 4.0. PENDAHULUAN Sistem irigasi untuk memenuhi kebutuhan pertanian di Kabupaten Jombang sebagian besar diambil dari perairan DAS Brantas, namun beberapa lokasi yang jauh dari jangkauan prasarana pengairan irigasi yang ada seperti pada lokasi Studi penelitian ini yaitu di Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang, peng-ambilan sumber air untuk irigasi diambilkan menggunakan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan airnya. Bersumber dari data yag didapatkan dalam penelitian ini sejumlah 10 sumur bor, dengan kondisi 7 sumur masih beroperasi dan 3 sumur sudah tidak beroperasi. 3 sumur tidak beroperasi karena masalah maintenance yang tidak dapat dipenui, seperti pengadaan pompa, pengadaan listrik, dan sudah tidak ada lagi jaringan irigasi, sehingga banyak masyarakat tani membangun sumur-sumur permukaan sendiri, untuk mengairi lahan pertaniannya, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi masyarakat tani banyak yang mengandalkan sawah tadah hujan dan sebagian membangun sumur-sumur permukaan sendiri untuk mengairi lahan pertaniannya. Melihat fenomena tingginya kebutuhan air tidak menutup kemungkinan kalau di Kecamatan Mojowarno yang berpotensi untuk pembangunan sumur-sumur bor baru untuk memenuhi kebutuhan air

Transcript of ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN...

Page 1: ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa... · ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE GMS 4.0 DI

ANALISA ALIRAN AIRTANAH

DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE GMS 4.0

DI KECAMATAN MOJOWARNO KABUPATEN JOMBANG

Muhammad Adib Rohmatulloh, Mohammad Sholichin, Dian Sisinggih

Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 – Telp (0341) 567886

e-mail : [email protected]

Abstrak: Kecamatan Mojowarno terdapat 10 sumur bor yang di manfaatkan untuk irigasi, dengan kondisi 7 sumur

berfungsi dan 3 tidak berfungsi dikarenakan alasan operasional dan penurunan muka airtanah. Penurunan muka

air tanah pada daerah studi ini menggunakan analisa FEMWATER pada program Groundwater Modelling System

(GMS) 4.0. dimana output dari program GMS 4.0. adalah sebaran dari nilai pressure head, total head, dan

kedalaman muka airtanah. Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah simulasi sumur bor yang masih

berfumgsi untuk perkembangan kebutuhan wilayah studi kedepan dan dampak jika sumur yang tidak berfungsi

akan difungsikan kembali terhadap sumur bor yang lain.

Pada kondisi simulasi pengaktifan kembali sumur yang tidak berfungsi mengakibatkan tekanan berkurang secara

keseluruhan. Sumur SDJB 522 menurut hasil pemodelan GMS 4.0 bisa dikatakan aman atau dapat difungsikan

kembali dikarenakan posisi muka airtanah masih berada jauh di atas screen sumur, sedangkan untuk sumur SMJB

297 dan SMJB 375 bisa dikatakan belum memenuhi untuk difungsikan kembali dikarenakan posisi muka airtanah

sudah mendekati screen paling bawah sumur bor. Akan tetapi, sumur SMJB 297 dan SMJB 375 bisa difungsikan

atau dioperasikan kembali jika jadwal pengoperasian sumur dilakukan secara bergantian.

Kata kunci : Airtanah, ketinggian tekanan, ketinggian total, GMS 4.0.

Abstract: Mojowarno has 10 production wells that utilized for irrigation, which is consist of 7 functioning wells

and 3 not functioning wells due to the operational and groundwater subsidence reasons. The calculation of

groundwater level decrease in this study area were using FEMWATER analysis in program Groundwater

Modeling System (GMS) 4.0. Which is the output of the program GMS 4.0 was the distribution value of the

pressure head, total head, and groundwater depth. The simulation that conducted in this research is the simulation

of borehole that is still fuming for the development of future study for the area needs and the impact of the

unfunctional wells will be re-functioned to another borehole.

In the simulated condition of unfunctional well reactivation, resulted the pressure reducing of totally. SDJB 522

wells according to GMS 4.0 modeling results can be said it's safe or could be re-functioned because the

groundwater position is still far above the well screen, meanwhile for the SMJB 297 well and SMJB 375 can be

said not yet fulfilled to function again because the groundwater position already close to the base bottom of drill

well. However, the SMJB 297 and SMJB 375 wells can be functioned or re-function if the operation schedule is

conducted alternately.

Keywords: Groundwater, pressure head, total head, GMS 4.0.

PENDAHULUAN

Sistem irigasi untuk memenuhi kebutuhan

pertanian di Kabupaten Jombang sebagian besar

diambil dari perairan DAS Brantas, namun

beberapa lokasi yang jauh dari jangkauan

prasarana pengairan irigasi yang ada seperti

pada lokasi Studi penelitian ini yaitu di

Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang,

peng-ambilan sumber air untuk irigasi

diambilkan menggunakan sumur bor untuk

memenuhi kebutuhan airnya. Bersumber dari

data yag didapatkan dalam penelitian ini

sejumlah 10 sumur bor, dengan kondisi 7 sumur

masih beroperasi dan 3 sumur sudah tidak

beroperasi. 3 sumur tidak beroperasi karena

masalah maintenance yang tidak dapat dipenui,

seperti pengadaan pompa, pengadaan listrik,

dan sudah tidak ada lagi jaringan irigasi,

sehingga banyak masyarakat tani membangun

sumur-sumur permukaan sendiri, untuk

mengairi lahan pertaniannya, sedangkan untuk

memenuhi kebutuhan irigasi masyarakat tani

banyak yang mengandalkan sawah tadah hujan

dan sebagian membangun sumur-sumur

permukaan sendiri untuk mengairi lahan

pertaniannya. Melihat fenomena tingginya

kebutuhan air tidak menutup kemungkinan

kalau di Kecamatan Mojowarno yang

berpotensi untuk pembangunan sumur-sumur

bor baru untuk memenuhi kebutuhan air

Page 2: ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa... · ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE GMS 4.0 DI

tersebut dan pengkajian ulang tentang

pemanfaatan kembali sumur-sumur bor yang

tidak berfungsi serta upaya konservasi air tanah

yang bertujuan agar keberadaan airtanah

dimasa mendatang tetap terjaga.

TINJAUAN PUSTAKA

A. APLIKASI GROUNDWATER

MODELING SYSTEM (GMS 4.0.)

Sebuah model konseptual yang lengkap

terdiri dari beberapa kumpulan data, salah satu

data dimaksud berupa sumber, sumur, danau,

saluran air dan sungai serta cakupan data

lainnya yang digunakan untuk menentukan

zona resapan. Analisa FEMWATER pada GMS

4.0. adalah menggunakan elemen atau mesh 3D

sehingga penyusunan model FEMWATER

dengan alat bantu pemakaian program GIS

tersebut akan lebih memudahkan dan

mempercepat waktu penyusunan. FEMWATER

adalah modul ekstensi pada program GMS 4.0.

yang bertujuan untuk menganalisa sumur bor

dan airtanah.

Gambar 1. Model FEMWATER GMS 4.0.

Sumber: Modul GMS 4.0.

Tahapan utama yang harus dilakukan untuk

penyusunan model FEMWATER adalah:

Pembuatan peta vektor garis dan polygon

untuk map modul

Pemnbuatan profil topografi permukaan

lahan menggunakan data scatter atau dem

Pembuatan profil topografi dan lapisan tanah

pada TIN Modul

Pengisian model sumur

Pembuatan mesh element 3D

B. PRESSURE HEAD (KETINGGIAN

TEKANAN)

Dalam penelitian ini, pressure head

merupakan batas tinggi muka airtanah sampai

pada lapisan kedap air atau kedalaman sumur

yang terjadi akibat adanya tekanan airtanah di

dalam lubang sumur bor. Hal ini secara

matematis dinyatakan sebagai berikut

(Kodoatie RJ, 2012):

𝜓 = P

γ =

P

ρg (1)

Dimana :

𝜓 adalah head tekanan (panjang, m)

P adalah cairan tekanan (Pa)

γ adalah berat jenis (N/m3)

ρ adalah densitas fluida (kg/m3)

g adalah percepatan gravitasi (laju perubahan

kecepatan, m/dt)

C. TOTAL HEAD (KETINGGIAN TOTAL)

Total head (ketinggian total) merupakan

nilai pressure head ditambahkan dengan nilai

elevation head dimana elevation head adalah

elevasi terendah pada lokasi penelitian = 0. Hal

ini diasumsikan bahwa pada muka airtanah

terendah tekanan yang terjadi adalah = 0

(otmospheric) dan ketinggiannya = z, atau

merupakan elevasi terendah = 0 (Kodoatie RJ,

2012:97). Besaran tekanan airtanah dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan

sebagai berikut (Kodoatie RJ, 2012):

P = ρ x g x ψ + Po

P = ρ x g x (h - z) + Po (2)

Sehingga besar potensi fluida:

ϕ = g x z + P - Po

ρ = g x h (3)

Dimana :

h = ketinggian total (total head)

𝜓 = tekanan (pressure head) yaitu tinggi

muka air dalam sumur bor

z = elevation head

P = ρ g ψ = tekanan fluida

Po = Tekanan Atmosfir

Untuk akuifer tertekan maka ketinggian

hidrauliknya tidak lagi berupa muka air namun

merupakan garis yang disebut sebagai

potentiometric surface atau disebut pula

permukaan piezometris. Garis ini merupakan

garis imajiner bertepatan dengan ketinggian

tekanan hidrostatis dari air dalam akuifer

tertekan.

D. KALIBRASI MODEL GMS 4.0.

Target kalibrasi merepresentasikan besarnya

kesalahan residual yang ditampilkan pada setiap

titik pengamatan dan objek aliran. Besarnya

target didasarkan pada interval kepencengan

atau standar deviasi. Selain target kalibrasi di

titik pengamatan, dapat juga memilih untuk

menampilkan salah satu dari sejumlah plot

statistik (Anonim: 1999).

Page 3: ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa... · ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE GMS 4.0 DI

METODOLOGI PENELITIAN

Mulai

Peta

Topografi

Batas Pemodelan (Boundary)

GMS 4.0.

Simulasi Sumur Berfungsi

dan Sumur SMJB 297 &

SMJB 375

Simulasi Sumur Berfungsi dan

Sumur SDJB 522 & SMJB

297

Simulasi Sumur Berfungsi

dan Sumur yang tidak

Berfungsi

Pembacaan Hasil GMS 4.0.

Simulasi Sumur Berfungsi

dan Sumur SDJB 522 &

SMJB 375

Selesai

Klaibrasi Model GMS 4.0.

Parameter : Kondisi Dilapangan

Pembacaan Hasil GMS 4.0. Pembacaan Hasil GMS 4.0. Pembacaan Hasil GMS 4.0.

Analisa Hasil Pemodelan

GMS 4.0.

Kesimpulan

Peta CATPeta

Hidrogeologi

Peta Lokasi

Studi

Data

Koordinat

Tiap Sumur

Bor

Log Litologi

Sumur Bor

Plotting Lokasi Sumur Bor

Input Data ke GMS 4.0.

Simulasi Model GMS 4.0.

Kondisi Eksisting Tidak

Ya

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

Untuk memperoleh gambaran penyebaran

tekanan airtanah yang konprehensif pada lokasi

studi, diperlukan data litologi sumur bor dalam

bentuk bor log dan titik koordinat sumur yang

akan diploting pada peta dan dilakukan

pendigitasian kedalam paket pemodelan GMS

4.0. ekstensi FEMWATER.

Adapun tahapan penelitian penyebaran tekanan

airtanah adalah sebagai berikut:

- Melakukan pengeplotan dan mapping peta

kabupaten Jombang pada koordinat titik

sumur di Kecamatan Mojowarno terhadap

letak sumur berdasarkaan koordinat, kontur

dan kode sumur.

- Melakukan pendigitasian grip titik-titik

sumur yang selanjutnya akan diolah dengan

paket pemodelan GMS 4.0 cara simulasi

FEMWATER.

- Intepretasi bentuk lapisan akuifer

berdasarkan data log bor terhadap kedalam-

an sumur, elevasi dan susunan lapisan tanah

dengan bantuan paket pemodelan GMS 4.0

menggunakan analisa Boreholes sebagai

analisa awal untuk mengintegrasi data-data

hasil pengeboran dibeberapa titik terhadap

bentuk lapisan akuifer.

- Lakukan konversi data dengan cara

mengubah dan menyamakan semua format

data dari konversi derajat (degree) ke format

UTM dengan menggunakan ArcView 3.2

untuk menyamakan layer dan kontur yang

telah dibuat sebagai batas wilayah studi

untuk selanjutnya dimasukan kedalam paket

pemodelan GMS 4.0.

- Buat data kontur dalam bentuk grid, data

panjang dan lokasi sungai dalam format

UTM, serta data bor log adanya lapisan

aliran airtanah (screen).

- Buat data lokasi sumur yang berada pada

lokasi penelitian, data lokasi ini berupa

identitas sumur (id) yang akan dimasukan

kedalam pemodelan GMS 4.0.

- Interpolasi layer data elevasi dan buat

lapisan akuifer atas dan akuifer bawah untuk

memudahkan proses simulasi modul

airtanah. Elevasi diperoleh dari data sumur

yang terdalam dan memastikan sat

interpolasi TIN yang diinterpolasi aktif.

- Ubah model konseptual menjadi model 3D

Mesh setelah hasil interpolasi berjalan

lancar.

- Lakukan simulasi model dengan GMS 4.0

dengan Run Options, atur iteration

parameters dan lakukan output kontrol

untuk menyimpan hasil simulasi.

- Untuk melihat head countours dan water

table iso-surface lakukan dengan

mengaktifkan running test model.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecamatan Mojowarno berdasarkan Log

Litologi dan hasil simulasi GMS 4.0 adalah

akuifer tertekan, dan berdasarkan Peta

Hidrogeologi Indonesia Sheet X Kediri (Jawa)

berada pada akuifer dengan aliran melalui ruang

antar butir yaitu akuifer produktif dengan

penyebaran luas (akuifer dengan keterusan

sedang, muka air tanah atau tinggi pisometri

dangkal atau di atas muka tanah, debit sumur

umumnya 5 sampai 10 liter/detik, dan di

beberapa tempat lebih dari 20 liter/detik).

Karaktersitik sumur dan lokasi studi dan

dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah

ini:

Page 4: ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa... · ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE GMS 4.0 DI

Tabel 1. Karakteristik Sumur Wilayah Studi

Nama

Sumur

Q Elevasi Pipa Screen

Keterangan

luas lahan

irigasi (ha)

koordinat (l/dt) (m)

atas

(m)

bawah

(m)

SMJB 215 15.14 69.98 60 16 berfungsi 45 7o38'53,3" LS - 112o17'5,7" BT

SDJB 425 33.07 56.25 24 -38 berfungsi 50 7o36'34,1" LS - 112o16'52,8" BT

SDJB 427 25.01 57.87 17 -51 berfungsi 30 7o37'23" LS - 112o17'16,1" BT

SDJB 446 33.07 56.25 20 -38 berfungsi 37 7o36'54,4" LS -112o17'5,7" BT

SDJB 475 30.52 64.31 30 -16 berfungsi 45 7o38'32,3" LS - 112o17'17,1" BT

SDJB 476 32.45 43.75 0 -54 berfungsi 27 7o36'7,9" LS -112o19'30,8" BT

SDJB 522 25.14 58.80 13 -44 tidak berfungsi 25 7o37'3,4" LS -112o16'32,9" BT

SDJB 544 40.07 56.25 14 -50 berfungsi 43 7o37'36,2" LS -112o17'58,7" BT

SMJB 297 10.19 58.51 44 2 tidak berfungsi 30 7o37'50,5" LS -112o17'40,7" BT

SMJB 375 16.56 58.37 47 3 tidak berfungsi 20 7o37'41,9" LS - 112o17'30,9" BT

Sumber: Hasil Survey Lapangan dan Log Litologi

Gambar 3. Peta Batas Daerah Studi

A. KONDISI EKSISTING

Berdasarkan hasil model GMS yang telah

dilakukan pada lokasi studi diperoleh hasil yang

memberikan gambaran mendekati bentuk

sesungguhnya dengan menguraikan bahwa

sumur eksisting yang memiliki nilai pressure

head airtanah paling rendah terjadi pada sumur

dengan kode sumur SMJB 215 yakni sebesar

48,41 m, sumur ini berada pada elevasi 68,98

mdpl dengan besaran kebutuhan debit

pemompaan sebesar 15,14 liter/detik yang

merupakan debit awal saat pembangunan sumur

bor dengan tujuan untuk mengairi lahan irigasi

seluas 45 ha. Sedangkan sumur yang memiliki

pressure head terbesar terjadi pada sumur

dengan nomor kode sumur SDJB 427 yakni

sebesar 103,98 m, sumur ini berada pada elevasi

57,87 mdpl dengan besaran kebutuhan debit

pemompaan 25,01 liter/detik yangmerupakan

debit awal pemompaan saat pembuatan sumur

dengan tujuan pemanfaatan untuk mengairi

lahan irigasi seluas 30 ha. Tinggi muka Airtanah

Program GMS 4.0 didapatkan dari elevasi

screen sumur bor terendah atau terbawah

ditambahkan dengan nilai pressure head hasil

pemodelan. Berikut adalah gambar peta

sebaran Pressure Head dan Total Head kondisi

eksisting di wilayah studi:

Page 5: ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa... · ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE GMS 4.0 DI

Gambar 4. Peta Sebaran Pressure Head Kondisi Eksisting

Sumber: Hasil Pemodelan GMS 4.0.

Gambar 5. Peta Sebaran Total Head Kondisi Eksisting

Sumber: Hasil Pemodelan GMS 4.0.

Page 6: ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa... · ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE GMS 4.0 DI

B. KONDISI JIKA SUMUR YANG TIDAK

BERFUNGSI AKAN DIOPERASIKAN

KEMBALI

Pada kondisi eksisting terdapat 3 sumur bor

yang tidak aktif (tidak berfungsi) yaitu SDJB

522, SMJB 297 dan SMJB 375, sumur tersebut

sudah tidak dimanfaatkan lagi dikarenakan

lahan pertanian sebagian ditanami tebu, belum

adanya jaringan irigasi airtanahnya dan

penurunan debit. Pada masa mendatang dengan

perkembangan wilayah dimungkinkan sumur

tersebut akan dioperasikan kembali. Sehingga

dibutuhkan analisa untuk mengetahui pengaruh

kondisi muka airtanah, pressure head dan total

head terhadap sumur-sumur yang masih

berfungsi yang diakibatkan oleh pengoperasian

kembali sumur-sumur tersebut. Adapun

skenario simulasi pemodelan sumur bor yang

tidak berfungsi untuk dioperasikan atau

difungsikan kembali sebagai berikut:

1. Simulasi sumur bor yang berfungsi

ditambahkan dengan sumur bor SDJB 522

dan SMJB 297.

2. Simulasi sumur bor yang berfungsi

ditambahkan dengan sumur bor SDJB 522

dan SMJB 375.

3. Simulasi sumur bor yang berfungsi

ditambahkan dengan sumur bor SMJB 297

dan SMJB 375.

4. Simulasi sumur bor yang berfungsi

ditambahkan dengan semua sumur bor yang

tidak berfungsi.

Berdasarkan hasil pemodelan GMS 4.0

maka disimpulkan bahwa jika sumur yang tidak

berfungsi di operasikan kembali maka akan

berdampak pada penurunan muka airtanah dan

pressure head dan total head pada sumur-sumur

eksisting yang ada, hal ini dikarenakan adanya

pengambilan debit (pengoperasian kembali)

yang sebelumnya tidak ada pengambilan dan

dikarenakan lokasi sumur yang berdekatan.

Berikut adalah gambar peta sebaran dan

rekapitulasi hasil penurunan muka airtanah,

nilai pressure head dan total head bisa dilihat

pada tabel dan gambar di bawah ini:

Tabel 2. Rekapitulasi Nilai Pressure Head Hasil Simulasi GMS 4.0 setelah pengaktifan kembali

sumur yang tidak berfungsi

Kode

Sumur

Debit Elevasi

Muka

Tanah

(m)

Nilai Pressure Head (m)

(lt/dt) (m3/dt) Kondisi

Eksisting

Pengaktifan

kembali SDJB

522 & SMJB

297

Pengaktifan

kembali SDJB

522 & SMJB

375

Pengaktifan

kembali SMJB

297 & SMJB

375

Pengaktifan

kembali SDJB

522, SMJB 297

& SMJB 375

SMJB 215 15,14 0,0151 68,98 48,41 20,37 21,78 19,96 14,90

SDJB 425 33,07 0,0331 56,25 91,74 75,01 75,87 75,29 65,09

SDJB 427 25,01 0,0250 57,87 103,98 81,54 82,68 81,91 68,42

SDJB 446 33,07 0,0331 56,25 91,64 74,91 75,77 75,19 64,99

SDJB 475 30,52 0,0305 64,31 77,69 59,41 60,34 59,71 48,66

SDJB 476 32,45 0,0325 43,75 93,64 76,58 77,45 76,86 66,46

SDJB 544 40,07 0,0401 56,25 101,49 87,86 88,57 88,09 76,41

SDJB 522 25,14 0,0251 58,80 - 75,90 76,03 - 65,18

SMJB 297 10,19 0,0102 58,51 - 13,07 - 7,00 2,07

SMJB 375 16,56 0,0166 58,37 - - 18,04 10,55 4,41

Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 3. Rekapitulasi Nilai Total Head Hasil Simulasi GMS 4.0 setelah pengaktifan kembali sumur

yang tidak berfungsi

Kode

Sumur

Debit

Elevasi

Muka

Tanah (m)

Nilai Total Head (m)

(lt/dt) (m3/dt) Kondisi

Eksisting

Pengaktifan

kembali

SDJB 522 &

SMJB 297

Pengaktifan

kembali

SDJB 522 &

SMJB 375

Pengaktifan

kembali

SMJB 297 &

SMJB 375

Pengaktifan

kembali SDJB

522, SMJB 297

& SMJB 375

SMJB 215 15,14 0,0151 68,98 117,39 89,35 90,76 88,94 83,88

SDJB 425 33,07 0,0331 56,25 147,99 131,26 132,12 131,54 121,34

SDJB 427 25,01 0,0250 57,87 161,85 139,41 140,54 139,77 126,29

SDJB 446 33,07 0,0331 56,25 147,89 131,16 132,02 131,44 121,24

SDJB 475 30,52 0,0305 64,31 141,93 123,73 124,66 124,02 112,98

SDJB 476 32,45 0,0325 43,75 137,39 120,33 121,20 120,61 110,21

SDJB 544 40,07 0,0401 56,25 157,74 144,11 144,82 144,34 132,66

SDJB 522 25,14 0,0251 58,80 - 134,70 134,83 - 123,98

SMJB 297 10,19 0,0102 58,51 - 71,58 - 65,51 60,58

SMJB 375 16,56 0,0166 58,37 - - 76,41 68,91 62,78

Sumber: Hasil Perhitungan

Page 7: ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa... · ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE GMS 4.0 DI

Gambar 6. Peta Sebaran Pressure Head sumur bor yang tidak berfungsi dioperasikan kembali

Sumber: Hasil Pemodelan GMS 4.0.

Gambar 7. Peta Sebaran Total Head sumur bor yang tidak berfungsi dioperasikan kembali

Sumber: Hasil Pemodelan GMS 4.0.

Page 8: ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Analisa... · ANALISA ALIRAN AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE GMS 4.0 DI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan,

telah didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kecamatan Mojowarno berdasarkan Log

Litologi adalah akuifer tertekan, dan

berdasarkan Peta Hidrogeologi Indonesia

Sheet X Kediri (Jawa) berada pada akuifer

dengan aliran melalui ruang antar butir yaitu

akuifer produktif dengan penyebaran luas

(akuifer dengan keterusan sedang, muka air

tanah atau tinggi pisometri dangkal atau di

atas muka tanah, debit sumur umumnya 5

sampai 10 liter/detik, dan di beberapa tempat

lebih dari 20 liter/detik).

2. Berdasarkan hasil pemodelan GMS 4.0.

pada kondisi eksisting diperoleh hasil yang

memberikan gambaran mendekati bentuk

sesungguhnya dengan menguraikan bahwa

sumur eksisting yang memiliki nilai

pressure head airtanah paling rendah terjadi

pada sumur SMJB 215 yakni sebesar 48,41

m, sumur ini berada pada elevasi 68,98 m

dengan besaran kebutuhan debit pemompa-

an sebesar 15,14 liter/detik yang merupakan

debit awal saat pembangunan sumur bor

dengan tujuan untuk mengairi lahan irigasi

seluas 45 ha. Sedangkan sumur yang

memiliki pressure head terbesar terjadi pada

sumur SDJB 427 yakni sebesar 103,98 m,

sumur ini berada pada elevasi 57,87 m

dengan besaran kebutuhan debit pemompa-

an 25,01 liter/detik yang merupakan debit

awal pemompaan saat pembuatan sumur

dengan tujuan pemanfaat-an untuk mengairi

lahan irigasi seluas 30 ha.

3. Pengaruh yang ditimbulkan akibat adanya

pengaktifan kembali 3 sumur yang tidak

berfungsi mengakibatkan tekanan berkurang

secara keseluruhan. Sumur SDJB 522

menurut hasil pemodelan GMS 4.0 bisa

dikatakan aman atau dapat difungsikan

kembali dikarenakan posisi muka airtanah

masih berada jauh di atas screen sumur bor

dengan nilai pressure head terendah sebesar

65,18 m, sedangkan untuk sumur SMJB 297

dan SMJB 375 bisa dikatakan belum

memenuhi untuk difungsikan atau

dioperasikan kembali dikarenakan posisi

muka airtanah sudah mendekati screen

paling bawah sumur bor. Sumur SMJB 297

mempunyai nilai pressure head terendah

sebesar 2,07 dan Sumur SMJB 375

mempunyai nilai pressure head terendah

sebesar 4,41 m, akan tetapi sumur SMJB 297

dan SMJB 375 bisa difungsikan atau

dioperasikan kembali jika waktu

pengoperasian atau penggunan sumur

tersebut dilakukan secara bergantian, hal ini

dikarenakan lokasi sumur tersebut

berdekatan dan berada di desa yang sama.

B. SARAN

Saran yang diharapkan adalah agar jadi

masukan kepada P2AT Jombang bahwa dalam

pengelolaan pemanfaatan dan pengembangan

sumur bor di masa mendatang harus memper-

timbangkan jika sumur yang tidak berfungsi

diaktifkan atau difungsikan kembali dan perlu

pengkajian lebih lanjut, serta mengharapkan

adanya pengembangan penelitian lanjutan

tentang adanya studi analisa keberhasilan

konservasi terhadap mempertahankan kondisi

airtanah di wilayah tersebut dan penataan

kawasan hijau atau resapan akan mempengarui

jumlah air yang teresapkan kedalam tanah

sebagai satuan volume air yang menjadi

recharge pemodelan GMS berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bisri, M. 1991. Aliran Airtanah, Malang:

Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.

Jones, Norman L (2003) GMS 4.0 Tutorials,

Environmental Modeling Research

Laboratory: Brigham Young University.

Kodoatie, Robert J (2012) Tata Ruang Air

Tanah, Yogyakarta; Andi Offset.

Todd, D.K. (1980). Groundwater

Hydrology.John Wiley &Sons, Inc.

Toronto.

The Department of Defense. 1999.

Groundwater Modeling System. Reference

Manual. Provo, Utah – USA: Brigham

Young University.