ALL ABOUT COAL BED METHANE.docx

22
Potensi Coal Bed Methane (CBM) sebagai energi alternatif di Indonesia Coal bed methane (CBM) merupakan sumber energi yang relatif masih baru. Sumber energi ini merupakan salah satu energi alternatif yang dapat diperbaharui penggunaannya. Gas metane yang diambil dari lapisan batubara ini dapat digunakan sebagai energi untuk berbagai kebutuhan manusia. Walaupun dari energi fosil yang tidak terbaharukan, tetapi gas ini terus terproduksi bila lapisan batubara tersebut ada. Kenapa? Yuk kita bahas sedikit. Sebagaimana kita ketahui, batubara di Indonesia cadangan dan produksinya cukup menjanjikan. Dapat kita lihat pada gambar 1, dimana Indonesia termasuk negara produsen batubara dunia. Gambar 1. Negara dengan cadangan dan produksi batubara terbesar di dunia. Seiring bertambahnya kebutuhan akan energi, baik untuk listrik dan transportasi, negara-negara berkembang seperti Indonesia juga membutuhkan suatu energi alternatif yang dapat terus dikembangkan. Dapat kita lihat pada gambar 2, dimana kebutuhan akan energi untuk pembangkit listrik terus berkembang. Salah satu pembangkit listrik di dunia yang paling dominan adalah dari energi batubara.

description

about coal bed methane

Transcript of ALL ABOUT COAL BED METHANE.docx

Potensi Coal Bed Methane (CBM) sebagai energi alternatif diIndonesiaCoal bed methane (CBM) merupakan sumber energi yang relatif masih baru. Sumber energi ini merupakan salah satu energi alternatif yang dapat diperbaharui penggunaannya. Gas metane yang diambil dari lapisan batubara ini dapat digunakan sebagai energi untuk berbagai kebutuhan manusia. Walaupun dari energi fosil yang tidak terbaharukan, tetapi gas ini terus terproduksi bila lapisan batubara tersebut ada. Kenapa? Yuk kita bahas sedikit.Sebagaimana kita ketahui, batubara di Indonesia cadangan dan produksinya cukup menjanjikan. Dapat kita lihat pada gambar 1, dimana Indonesia termasuk negara produsen batubara dunia.

Gambar 1. Negara dengan cadangan dan produksi batubara terbesar di dunia.Seiring bertambahnya kebutuhan akan energi, baik untuk listrik dan transportasi, negara-negara berkembang seperti Indonesia juga membutuhkan suatu energi alternatif yang dapat terus dikembangkan. Dapat kita lihat pada gambar 2, dimana kebutuhan akan energi untuk pembangkit listrik terus berkembang. Salah satu pembangkit listrik di dunia yang paling dominan adalah dari energi batubara.

Gambar 2. Sumber pemakaian energi untuk konsumsi listrik di dunia.Berdasarkan perkiraan dari sebuah institusi di Prancis, maka konsumsi energi di dunia tetap akan memakai minyak, batubara dan gas sebagai energi primer (gambar 3). Projeksi ini memberikan gambaran sebagaimana pentingnya peran energi fosil sebagai energi yang harus terbarukan. Kata-kata harus disini mungkin tidak masuk akal, karena energi tersebut memang habis dipakai (tidak dapat diperbaharui). Dengan adanya teknologi, riset dan pemikiran baru, maka sebuah lapisan batubara dapat memberikan sebuah energi baru berupa gas yang dapat kita pakai.Bentuk CBM sama halnya dengan gas alam lainnya. Dapat dimanfaatkan rumah tangga, industri kecil, hingga industri besar. CBM biasanya didapati pada tambang batu bara non-tradisional, yang posisinya di bawah tanah, di antara rekahan-rekahan batu bara.

Gambar 3. Energi primer yang dipakai di dunia.Untuk memproduksi CBM, lapisan batubara harus terairi dengan baik sampai pada titik dimana gas terdapat pada permukaan batubara. Gas tersebut akan teraliri melalui matriks dan pori, dan keluar melalui rekahan atau bukaan yang terdapat pada sumur (gambar 4).Air dalam lapisan batubara didapat dari adanya proses penggambutan dan pembatubaraan, atau dari masukan (recharge) air dalam outcrops dan akuifer. Air dalam lapisan tersebut dapat mencapai 90% dari jumlah air keseluruhan. Selama proses pembatubaraan, kandungan kelembaban (moisture) berkurang, dengan rank batubara yang meningkat.

Gambar 4. Kaitan antara lapisan batubara, air dan sumur CBM.Gas biogenik dari lapisan batubara subbituminus akan dapat berpotensi menjadi CBM. Gas biogenik tersebut terjadi oleh adanya reduksi bakteri dari CO2, dimana hasilnya berupa methanogens, bakteri anaerobik yang keras, menggunakan H2 yang tersedia untuk mengkonversi asetat dan CO2 menjadi metane sebagai by produk dari metabolismenya. Sedangkan beberapa methanogens membuat amina, sulfida, dan methanol untuk memproduksi metane.Aliran air, dapat memperbaharui aktivitas bakteri, sehingga gas biogenik dapat berkembang hingga tahap akhir. Pada saat penimbunan maksimum, temperatur maksimum pada lapisan batubara mencapai 40-90C, dimana kondisi ini sangat ideal untuk pembentukan bakteri metane. Metane tersebut terbentuk setelah aliran air bawah tanah pada saat ini telah ada.Apabila air tanah turun, tekanan pada reservoir turun, pada saat ini CBM bermigrasi menuju reservoir dari sumber lapisan batubara. Perulangan kejadian ini merupakan regenerasi dari gas biogenik. Kejadian ini dipicu oleh naiknya air tanah atau lapisan batubara yang tercuci oleh air. Hal tersebut yang memberikan indikasi bahwa CBM merupakan energi yang dapat terbaharui.Lapisan batubara dapat menjadi batuan sumber dan reservoir, karena itu CBM diproduksi secara insitu, tersimpan melalui permukaan rekahan, mesopore, dan mikropore (gambar 5). Permukaan tersebut menarik molekul gas, sehingga tersimpan menjadi dekat. Gas tersebut tersimpan pada rekahan dan sistem pori pada batubara sampai pada saat air merubah tekanan pada reservoir. Gas kemudian keluar melalui matriks batubara dan mengalir melalui rekahan sampai pada sumur. Gas tersebut sering kali terjebak pada rekahan-rekahan.

Gambar 5. Kaitan antara porositas mikro, meso dan makro.CBM juga dapat bermigrasi secara vertikal dan lateral ke reservoir batupasir yang saling berhubungan. Selain itu, dapat juga melalui sesar dan rekahan. Kedalaman minimal dari CBM yang telah dijumpai 300 meter dibawah permukaan laut.Gas terperangkap pada lapisan batubara sangat bergantung pada posisi dari ketinggian air bawah tanah. Normalnya, tinggi air berada diatas lapisan batubara, dan menahan gas di dalam lapisan. Dengan cara menurunkan tinggi air, maka tekanan dalam reservoir berkurang, sehingga dapat melepaskan CBM (gambar 6). Gambar 6. Penampang sumur CBM.Pada saat pertama produksi, ada fasa dimana volume air akan dikurangi (dewatering) agar gas yang dapat diproduksi dapat meningkat. Setelah fasa ini, fasa-fasa produksi stabil akan terjadi. Seiring bertambahnya waktu, peak produksi akan terjadi, saat ini merupakan saat dimana produksi CBM mencapai titik maksimal dan akan turun (decline).Volume gas yang diproduksi akan berbanding terbalik dengan volume air. Bila volume gas yang diproduksi tinggi, maka volume air akan berkurang. Setelah peak produksi, akan terjadi fasa selanjutnya, yaitu fasa penurunan produksi (gambar 7). Seperti produksi minyak dan gas pada umumnya, fasa-fasa tersebut biasa terjadi. Namun demikian, seperti yang telah diuraikan, CBM dapat terbaharukan.Gambar 7. Volume vs time dalam produksi CBM.

Gambar 8. Cadangan CBM Amerika.Cadangan Coal Bed Methane (CBM) Indonesia saat ini cukup besar, yakni 450 TCS dan tersebar dalam 11 basin. Potensi terbesar terletak di kawasan Barito, Kalimantan Timur yakni sekira 101,6 TCS, disusul oleh Kutai sekira 80,4 TCS. Bandingkan dengan gambar 8, Amerika yang memiliki cadangan batubara cukup luas dan tersebar, hanya memiliki cadangan CBM yang relatif kecil.Berdasarkan data Bank Dunia, konsentrasi potensi terbesar terletak di Kalimantan dan Sumatera. Di Kalimantan Timur, antara lain tersebar di Kabupaten Berau dengan kandungan sekitar 8,4 TCS, Pasir/Asem (3 TCS), Tarakan (17,5 TCS), dan Kutai (80,4 TCS). Kabupaten Barito, Kalimantan Tengah (101,6 TCS). Sementara itudi Sumatera Tengah (52,5 TCS), Sumatera Selatan (183 TCS), dan Bengkulu 3,6 TCS, sisanya terletak di Jatibarang, Jawa Barat(0,8 TCS) dan Sulawesi (2 TCS).Sebagai informasi, sumber daya terbesar sebesar 6,49 TCS ada di blok Sangatta-1 dengan operator Pertamina hulu energi methane Kalimantan A dengan basin di Kutai. Disusul Indragiri hulu dengan operator Samantaka mineral prima dengan basin Sumatera Selatan yang mempunyai sumber daya 5,50 TCS, dan sumber daya paling rendah terlatak di blok Sekayu yang dioperatori Medco SBM Sekayo dengan basin Sumatera Selatan, dengan sumber daya 1,70 TCS.

FINISH 1Muara Enim Miliki Potensi Cadangan CBM 50% di IndonesiaMarch 5, 2014 @ 10:37 amShare

Jakarta, EnergiToday -- Potensi cadangan coal bed methane (CBM) di Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan mencapai 50% yang ada di Tanah Air.

Menurut General Manager Pertamina Hulu Energi (PHE) Metra 7, Siswantoro, CBM bisa menjadi energi alternative pengganti bahan bakar minyak kedepannya. Apalagi saat ini cadangan minyak Indonesia terus menurun.

Kondisi ini diperparah dengan ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar minyak (BBM), dimana 30 persen dari total konsumsi energi primer Indonesia masih bersumber dari minyak, ujarnya dalam keterangan tertulisnya yang diterima EnergiToday, Jakarta, Rabu (5/3).

Pada kesempatan yang sama Bupati Muara Enim, Muzakir Sai Sohar meminta kepada seluruh bawahannya untuk mendukung kegiatan eksplorasi ini.

Informasi yang saya terima bahwa Indonesia memiliki cadangan CBM sekitar 453,3 TCF atau nomor 6 di dunia. Dimana dari cadangan CBM di Indonesia itu, 55% ada di Muara Enim, kata Muzakir.

Keberadaan CBM, tambahnya, bisa memberikan solusi agar kita lepas dari ketergantungan terhadap bahan bakar minyak. Apalagi CBM merupakan gas serbaguna, yang mampu memenuhi kebutuhan berbagai macam pasar dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu setengah dari harga minyak diesel, selain itu CBM ini ramah lingkungan, baik saat eksplorasi sampai penggunaannya.

Muzakir Sai Sohar menambahkan, Kita patut bangga dengan kekayaan alam yang kita miliki. Saat ini potensi CBM di Muaraenim mulai di eksplorasi. Sedang dilakukan pengeboran tahap dua di tiga sumur CBM di Muaraenim yang berada di DesaGunung Raja, Kecamatan Rambang Dangkudan Desa Lembak serta Desa Petanang, Kecamatan Lembak.Mudah-mudahan kegiatan eksplorasi ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Muaraenim. (us)Separuh Cadangan CBM Indonesia di Bumi Serasan SekundangMUARA ENIM- Bumi Serasan Sekundang atau Muara Enim yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan tidak hanya kaya akan batubara, ternyata Muara Enim juga kaya akan potensi Coal Bed Methane (CBM). Cadangan CBM di sini 55% dari potensi CBM di Indonesia. Hal ini diungkapkan Bupati Muara Enim Muzakir Sai Sohar kepada jajaran Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Muara Enim dalam Sosialisasi Kegiatan Pemboran Eksplorasi CBM PT Pertamina Hulu Energi Metana Sumatera (PHE Metra) 7 di Pemda Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Selain dihadiri oleh Kapolres, perwakilan Dandim dan Kajari, acara ini juga diikuti oleh seluruh satuan kerja Pemda Muara Enim seperti Kepala Dinas, Kasudin, Camat dan Lurah.General Manager PHE Metra 7 Siswantoro mengungkapkan, CBM adalah gas alam dengan dominan gas metana dan disertai sedikit hidrokarbon lainnya, serta gas non-hidrokarbon dalam batubara sebagai hasil dari beberapa proses kimia dan fisika. CBM sama seperti gas alam konvensional, namun perbedaannya adalah CBM berasosiasi dengan batubara sebagai source rock dan reservoir-nya. Sedangkan gas alam, walaupun sebagian ada yang bersumber dari batubara, diproduksikan dari reservoir pasir, gamping maupun rekahan batuan beku.CBM bisa menjadi energi alternatif pengganti bahan bakar minyak ke depannya. Apalagi saat ini cadangan minyak Indonesia terus menurun. Kondisi ini diperparah dengan ketergantungan Indonesia terhadap BBM, dimana 30 persen dari total konsumsi energi primer Indonesia masih bersumber dari minyak, imbuhnya.Pada kesempatan yang sama Bupati Muara Enim meminta seluruh bawahannya untuk mendukung kegiatan eksplorasi ini. Informasi yang saya terima, Indonesia memiliki cadangan CBM sekitar 453,3 TCF atau nomor 6 di dunia. Dimana dari cadangan CBM di Indonesia itu, 55% ada di Muara Enim. Keberadaan CBM, bisa memberikan solusi agar kita lepas dari ketergantungan terhadap bahan bakar minyak. Apalagi CBM merupakan gas serbaguna, yang mampu memenuhi kebutuhan berbagai macam pasar dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu setengah dari harga minyak diesel. Selain itu CBM ini ramah lingkungan, baik saat eksplorasi sampai penggunaannya, papar Muzakir Sai Sohar.Ia menambahkan, Kita patut bangga dengan kekayaan alam yang kita miliki. Saat ini potensi CBM di Muara Enim mulai dieksplorasi. Sedang dilakukan pengeboran tahap dua di tiga sumur CBM di Muara Enim yang berada di Desa Gunung Raja, Kecamatan Rambang Dangku dan Desa Lembak serta Desa Petanang, Kecamatan Lembak. Mudah-mudahan kegiatan eksplorasi ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Muara Enim, harapnya.FINISH 2Mengenal Potensi Coalbed Methane di Indonesia15 April, 2013//0 Comments

MigasReview, Jakarta Saat berpidato di forum Center for Strategic and International Studies (CSIS) Washington D.C., Amerika Serikat, pekan lalu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan menyerukan perlunya Indonesia untuk mengurangi ketergantungan padaminyak. Indonesia harus beralih pada sumber energi alternatif demi mengamankan ketahanan energi nasional yang berkelanjutan di masa mendatang.Konsumsi energi primer Indonesia telah meningkat 50 persen dalam satu dasawarsa terakhir. Padahal, produksiminyaksebagai penyokong utama kebutuhan energi nasional telah merosot dari produksi puncaknya sebesar 1,6 juta barel per hari pada 1977 dan 1995 menjadi sekitar 861.000 barel per hari pada 2012.Pada saat yang sama, cadanganminyakterbukti Indonesia juga turun terus sehingga menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat penurunan cadanganminyakmentah tercepat di Asia. Namun di sisi lain, sebanyak 30 persen dari total konsumsi energi primer Indonesia masih bersumber dariminyaksehingga menempatkan negara ini dalam daftar negara pengimporminyak.Karen menekankan perlunya sikap pro-aktif dengan mengurangi ketergantungan padaminyakdan segera beralih ke sumber energi alternatif, seperti gas alam, gas non konvensional, dan energi baru terbarukan yang cadangannya di Indonesia masih sangat menjanjikan.Nah, selain dilimpahi gas alam, Indonesia ternyata juga kaya akancoalbed methane(CBM) ataugas metana batubara, merupakan gas serbaguna yang mampu memenuhi kebutuhan berbagai macam pasar dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu setengah dari hargaminyakdiesel. Posisi cadangan Indonesia merupakan yang terbesar ke-6 di dunia. Indonesia dapat secara bertahap mengembangkan CBM dan Pertamina telah merencanakan investasi sebesar US$1,5 miliar untuk 200 sumureksplorasiCBM dalam 5 tahun ke depan.

Apa itu CBM?CBM merujuk kepada gas metana yang terabsorbsi ke dalam matriks padatbatubara. Gas ini digolongkan sebagai sweet gas karena tidak mengandung hidrogen sulfida (H2S). CBM berbeda dari sandstone biasa danreservoirkonvensional lainnya lantaran gasnya tersimpan di dalam batuan melalui proses absorbsi. Metananya berada dalam keadaan yang hampir cair di sekeliling dalam pori-pori batubara. Rekahan-rekahan terbuka di dalam batubaranya (yang disebutcleats) dapat pula mengandung gas atau terisi/tersaturasi oleh air.Tidak seperti gas alam direservoirkonvensional, CBM sangat sedikit mengandung hidrokarbon berat seperti propana atau butana, dan tidak memiliki kondensat gas alam. CBM juga mengandung beberapa persen karbondioksida.Kepala Perwakilan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan HuluMinyakdan Gas Bumi (SKK Migas) Wilayah Kalimantan-SulawesiNgatijan mengatakan, untuk melakukan eksploitasi CBM sehingga bisa diproduksi, perlu perlakuan khusus karena kandungan gas yang terjebak dalam batubara tersebut tidak bisa serta-merta keluar. Operatormigasperlu melakukandewateringsebelum mengalirkan gas keluar dari perut bumi.Selain itu, jumlah CBM yang keluar juga tidak terlalu banyak sehingga harus dibor lagi untuk meningkatkan kapasitas produksi. Dengan demikian, pengeboran tidak hanya dilakukan di satu tempat.Pilot ProjectMenurut Pusat Penelitian dan PengembanganKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral(ESDM), riset tentang potensi gas metana yang terkandung dalam batubara mulai dilakukan pada 2003 dalam bentuk proyek percontohan di 5 sumur uji CBM di Lapangan Rambutan, KabupatenMuara Enim, Provinsi Sumatera Selatan yang merupakan wilayah kerja PT. Medco E&P Indonesia. Lapisan-lapisan batubara target berada pada kisaran kedalaman 600-1000 meter. Berbeda dengan proses pengembangan sumurreservoirmigas, produksi gas darireservoirCBM diawali dengan produksi air atau disebut sebagai dewatering.Pada pelaksanaan dewatering di kelima sumur CBM, gas telah mulai keluar dari dua lapisan batubara dengan laju produksi yang masih sangat kecil. Hasil simulasi menunjukkan,reservoirLapangan CBM Rambutan memiliki potensi kandungan gas metana lebih kurang sebesar 30.600 MSCF per sumur, 185.000 MSCF untuk daerah pilot dan 5,5 X 106 MSCF untuk seluruh daerah luasan simulasi, yang dapat diproduksikan selama 20 tahun.Kemampuan produksi maksimum CBM Lapangan Rambutan lebih kurang sebesar 7,4 MSCF per hari untuk satu sumur, 37,5 MSCF per hari untuk daerah pilot dan 1.120 MSCF per hari untuk seluruh daerah luasan simulasi, yang dicapai dalam jangka 13,7 tahun.Pilot project pengembangan CBM ini dipicu oleh hasil asesmen CBM pada 2003 yang memperkirakan bahwa sumber daya ini di Indonesia sebesar 453 TCF, tersebar di 11 cekungan batubara dan migas. Salah satunya adalah Cekungan Sumatera Selatan sebesar 180 TCF.Perkembangan proyek percontohan CBM:1. Kegiatan pilot project dimulai pada 2003 dengan berbagai kegiatan antara lain studi kelayakan, studi lingkungan, dan kajian regulasi.2. Pada 2004 dimulai pengeboran sumur CBM pertama hingga kedalaman 600 meter dengan mengambil sejumlah core pada seam batubara untuk diteliti potensinya. Pada tahun itu pula dihasilkan draf Kepmen CBM yang disampaikan kepada Direktorat Jenderal Migas.3. Pada 2005-2006, kegiatan dilanjutkan dengan pengeboran 4 sumur CBM (Sumur CBM 2, 3, 4, dan 5) dengan kedalaman rata-rata 1000 meter sampai menembus lapisan batubara pada seam-5. Pada 2006 diterbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 33 Tahun 2006 tentang Pengusahaan CBM, yang merupakan hasil kajian regulasi CBM sejak 2003.4. Pada 2007 dilakukan penelitian dengan kegiatan ke tahap penyelesaian sumur dan pelaksanaan operasi dewatering, meliputi perforasi dan fracturing serta uji lapisan di beberapa sumur pada seam yang telah terpilih. Pada tahap dewatering ini, air terproduksi dari keempat sumur CBM mempunyai konsentrasi chloride (Cl-) yang terukur sebesar 400 ppm, kandungan gas metana berkisar antara 93 97 persen, dan gas yang terproduksi di-flare.Keberhasilan pembuktian gas dari pilot project CBM itu mendorong kepercayaan industri untuk mengembangkan sumber daya ini, dengan ditandatanganinya kontrak kerjasama (KKS) CBM pertama pada 27 Mei 2008, dan 2008 dicanangkan sebagai tahun CBM. Sampai dengan 2011, Direktorat JenderalMinyakdan Gas Bumi ESDM telah menghasilkan 42 KKS CBM.

cbm-lapangan rambutan

Eksplorasidi Musi BanyuasinSementara itu, PT. Pertamina Hulu Energi Metana Suban I & II (PT. PHE Metana Suban I & II) dalam waktu dekat ini segera merealisasikan rencanaeksplorasiCBM di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.GM PHE Metana Suban I & II Alfi Rusin mengatakan, tahun ini PT. PHE Metana Suban I & II akan mengebor 4 titik yang berada di Kecamatan Babat Toman, 2 di Desa Toman dan 2 lainnya di Desa Kasmaran.Indonesia termasuk 10 negara di dunia yang mempunyai cadangan terbesar batubara, dengan cadangan CBM sebesar 453.30 Tcf, yang tersebar dalam 11 basin. Ke-3 wilayah dengan potensi CBM terbesar di Indonensia adalah Sumatera Selatan (183 Tcf), Barito (101.6 Tcf) dan Kutai (80,4 Tcf).Sumber Daya CBM DuniaSelama dasawarsa belakangan ini, CBM telah menjadi suatu sumber energi yang penting di Amerika Serikat (AS), Kanada dan beberapa negara lain. Sumber daya CBM terbesar di dunia terletak di bekas negara Uni Soviet, Kanada, China, Australia dan AS.Di AS, sumber gas alamnon-konvensionalini merupakan sumber daya berharga yang menyumbang sekitar 10 persen dariproduksi gas alamper tahunnya. Sementara itu, proyek energi CBM di Rusia pertama kali dioperasikan pada Februari 2011.Meski demikian, sebagian besar potensi CBM dunia masih belum dikembangkan. Pada 2006, sumber daya global diperkirakan mencapai total 143 triliun meter kubik, dan baru 1 triliun meter kubik yang benar-benar telah diambil. Hal ini terjadi akibat masih kurangnyainsentifdi sejumlah negara untuk sepenuhnya mengeksploitasi sumber daya alam tersebut, terutama di sejumlah bagian bekas negara Uni Soviet, di mana gas alam konvensional sangat berlimpah.CountryEstimated CBM Resource Base(trillion cubic metres)

Canada17 to 92

Russia17 to 80

China30 to 35

Australia8 to 14

USA4 to 11

Sementara itu, meski eksploitasi di Kanada lebih lambat daripada AS, namun jumlahnya diperkirakan meningkat sejalan dengan perkembangan teknologieksplorasidan ekstraksi baru.Potensi peningkatan proporsi pasokan CBM yang signifikan juga terjadi di China. Permintaan akan gas alam telah melampaui produksi domestik pada 2010 dan CBM menawarkan pasokan akternatif.Pertengahan tahun lalu, theInternational Energy Agency(IEA) merilis perkiraannya bahwa permintaan global akan gas alam kemungkinan tumbuh 17 persen dalam 5 tahun ke depan akibat melonjaknya konsumsi di China. Permintaan di China dan AS diperkirakan naik 13 persen per tahun hingga 2017 sementara permintaan di Eropa akan naik 7,9 persen.Sumber: IEA 2005Jadi, ketika negara-negara lain telah mulai menggunakan CBM, Indonesia dengan cadangan yang besar, sudah seharusnya melakukan hal yang sama. (cundoko aprilianto)

FINISH 3 Potensi CBM Indonesia Sekitar 450 TCF

Potensi CBM Indonesia Nomor 6 di DuniaCoal Bed Methane (CBM) adalahgas alam dengan dominan gas metana dan disertai sedikit hidrokarbon lainnya dan gas non-hidrokarbon dalam batu bara hasil dari beberapa proses kimia dan fisika.CBMsama seperti gas alamconventionalyang kita kenal saat ini, namun perbedaannya adalah CBMberasosiasi dengan batubara sebagaisource rockdanreservoir-nya.Sedangkan gas alam yang kita kenal, walaupun sebagian ada yang bersumber dari batu bara, diproduksikan darireservoirpasir, gamping maupun rekahan batuan beku. Hal lain yang membedakan keduanya adalah cara penambangannya di manareservoirCBMharus direkayasa terlebih dahulu sebelum gasnya dapat diproduksikan.

Indonesia memiliki cadangan CBM sekitar 453,3 TCF atau nomor 6 di dunia. Berdasarkan evaluasi yang dilakukanAdvanced Resources International, Inc(ARI) tahun 2003, Rusia menempati posisi teratas dengan cadangan sekitar 450-2.000 TCF. Selengkapnya hasil evaluasi ARI mengenai cadangan CBM di dunia, sebagai berikut:

1. Rusia: 450-2.000 TCF2. China: 700-1.270 TCF3. Amerika Serikat: 500-1.500 TCF4. Australia/New Zealand: 500-1.000 TCF5. Kanada: 360-460 TCF6. Indonesia: 400-453 TCF7. Afrika bagian Selatan: 90-220 TCF8. Eropa bagian Barat: 200 TCF9. Ukraina: 170 TCF10. Turki: 50-110 TCF11. India: 70-90 TCF12. Kazakhstan: 40-60 TCF13. Amerika bagian Selatan/Meksiko: 50 TCF14. Polandia: 20-50 TCF.

Di Indonesia, pengembangan CBM secara resmi ditandai dengan penandatanganan kontrak kerja sama (KKS) tahun 2008. Hingga Oktober 2012, telah 54 KKS wilayah kerja (WK) CBM ditandatangani.

Pengembangan CBM diatur dalam Permen ESDM No 36 Tahun 2008 tentang Pengusahaan Gas Metana Batubara. BerdasarkanRoadmapPengembangan CBM Indonesia, produksi gas dari CBM ditargetkan mencapai 1.000 MMSCFD pada tahun 2020 dan 1.500 MMSCFD pada tahun 2025.Potensi Sumber Daya CBMGas Metana Batubara (Coal Bed Methane) adalah gas bumi (hidrokarbon) di mana gas metana merupakan komponen utamanya yang terjadi secara alamiah dalam proses pembentukan batubara dalam kondisi terperangkap dan terserap (terabsorbsi) di dalam batubara dan/atau lapisan batubara.Gas metana batubara adalah bentuk gas alam yang diekstraksi dari hamparan batubara di dalam bumi. Keberadaan gas ini sudah dikenal dalam penambangan batubara bawah tanah yang sering menimbulkan ledakan kebakaran yang membahayakan. Istilah CBM mengacu kepada gas methane yang teradsorpsi dalam pori-pori batubara padat (matrix), tidak seperti reservoir gas bumi konvensional. Gas methana yang terjebak di antara pori-pori batubara dalam fasa mendekati cair, yang terdiri dari hidrokarbon ringan seperti propana dan butana.Selain potensi minyak dan gas bumi, Indonesia juga mempunyai Gas Metana Batubara atau Coal Bed Methane (CBM). CBM merupakan gas yang terjebak pada pori-pori lapisan batubara. CBM banyak ditemukan di area pertambangan batubara atau pertambangan migas yang terdapat lapisan batubara. Sebagai sumber energi alternatif yang berpotensi dikembangkan di masa mendatang, sumber daya CBM di Indonesia telah teridentifikasi terkandung di dalam 11 cekungan sedimen (basin) yang tersebar di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Sumber daya CBM Indonesia mencapai 453,3 Triliun Cubic Feet (TCF) yang tersebar pada 11 cekungan hydrocarbon. Cadangan CBM sebesar itu tersebar pada sebelas areal cekungan (basin) batubara di berbagai lokasi di Indonesia, baik di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Ke sebelas basin lokasi CBM itu adalah Sumatera Selatan (183 TCF), Barito (101,6 TCF), Kutei (89,4 TCF) dan Sumatera Tengah (52,5 TCF) untuk kategori high prospective. Basin Tarakan Utara (17,5 TCF), Berau (8,4 TCF), Ombilin (0,5 TCF), Pasir/Asam-Asam (3,0 TCF) dan Jatibarang (0,8) memiliki kategori modarate prospective. Sedang basin Sulawesi (2,0 TCF) dan Bengkulu (3,6 TCF) berkategori low prospective. Potensi Gas Metana Batubara sebesar 453,3 TCF tersebut meliputi cadangan terbukti sebesar 112,47 TCF dan cadangan potensial 57,60 TCF.Pada 2015 Indonesia diprediksi bisa memproduksi CBM hingga 500 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan bisa meningkat menjadi 900 MMSCFD pada 2020. diperkirakan pada 2025 produksi CBM di Indonesia bisa mencapai 1.500 MMSCFD. Hingga November 2010, setidaknya 23 kontrak kerja CBM telah ditandatangani. Pada bulan Desember 2010 ini pemerintah berencana akan melelang 13 Wilayah Kerja Gas Metana Batu Bara (WK GMB).

FINISH 4Regulasi Bisnis CBM dan Prediksi Dampaknya terhadap Penurunan Produksi Migas IndonesiaIndonesia merupakan negara yang memiliki potensi CBM ke dua terbesar di dunia, dengan perkiraan cadangan sebesar 453 TCF. Sampai saat ini, perkembangan bisnis CBM di Indonesia dapat dikatakan masih dalam tahap inisiasi.Sebagai bisnis baru di bidang energi fosil, khususnya di Indonesia, bisnis CBM mengandung banyak resiko. Paper ini akan mengangkat resiko dari sisi regulasi dan implikasinya terhadap penurunan produksi migas Indonesia di masa mendatang.Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 33 Tahun 2006 dan revisinya No. 36 Tahun 2008, wilayah pengembangan CBM meliputi wilayah terbuka, wilayah PKP2B dan KP batubara serta WK Migas. Konsekuensinya, wilayah-wilayah pertambangan maupun migas eksisting menjadi terbuka dan resiko tumpang tindih wilayah kerja tidak dapat dihindari.Kondisi ini mengandung beberapa resiko. Dampak yang nyata dari resiko permukaan (surface) akibat tumpang tindih dengan PKP2B dan KP Batubara adalah rusaknya fasilitas produksi minyak dan gas bumi, akibat eksploitasi batubara. Resiko bawah permukaan (subsurface) akibat tumpang tindih WK Migas dengan WK CBM juga akan timbul karena ada kemungkinan dihasilkan migas & CBM secara bersamaan, terutama pada reservoir yang relatif dangkal.Di samping itu, terdapat resiko administrasi pertanahan dan infrastruktur penunjang. Untuk pengembangan CBM, diperlukan relatif lebih banyak sumur dibandingkan minyak dan gas bumi pada luas area yang sama. Oleh karena itu, pembebasan lahan, baik untuk lokasi sumur, akses jalan, maupun pembangunan fasilitas produksi, pada area tumpang tindih memiliki resiko yang cukup tinggi.Mitigasi ketiga resiko tersebut harus disiapkan sejak dini untuk menantisipasi kegiatan operasional yang berjalan bersamaan. Apabila hal itu tidak dilakukan, maka produksi migas di lapangan migas eksisting akan menurun. Lebih jauh, hal ini akan berdampak pada terganggunya produksi migas nasional di masa depan.Melihat strategisnya persoalan tersebut, penulis memandang perlunya dibuat suatu peraturan perudang-undangan, minimal setingkat peraturan menteri, untuk mengatur kemungkinan benturan kepentingan (conflict of interest) di tingkat operasional dalam pengusahaan minyak & gas bumi, CBM dan batubara.