aaaaa draf manstra

78
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen strategi dalam suatu perusahaan berperan membantu perusahaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak sepenuhnya bergantung pada hasil akhir, namun terdapat penekanan pula pada proses perumusannya. Manajemen strategis saat ini harus memberikan fondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam organisasi. Tekanan persaingan pasar modern terhadap pasar tradisional merupakan fenomena global yang dipicu liberalisasi penanaman modal asing, perdagangan dan tuntutan gaya hidup penduduk menengah ke atas negara-negara berkembang. Pangsa pasar tradisional tendensinya makin menurun, bersamaan dengan makin meningkatnya jumlah dan kapitalisasi bisnis di pasar modern. Saat ini di sudut-sudut kota sudah berdiri pasar-pasar modern, seperti supermarket, indomarket, mall, plaza dan pusat belanja yang orang menyebutnya dengan istilah hypermarket. Kehadiran mall dan hypermarket akan mendorong meningkatnya aktivitas ekonomi publik. Ada kelompok yang secara aktif memanfaatkan fasilitas mall dan hypermarket untuk 1

description

no description

Transcript of aaaaa draf manstra

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangManajemen strategi dalam suatu perusahaan berperan membantu perusahaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak sepenuhnya bergantung pada hasil akhir, namun terdapat penekanan pula pada proses perumusannya. Manajemen strategis saat ini harus memberikan fondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam organisasi.Tekanan persaingan pasar modern terhadap pasar tradisional merupakan fenomena global yang dipicu liberalisasi penanaman modal asing, perdagangan dan tuntutan gaya hidup penduduk menengah ke atas negara-negara berkembang. Pangsa pasar tradisional tendensinya makin menurun, bersamaan dengan makin meningkatnya jumlah dan kapitalisasi bisnis di pasar modern. Saat ini di sudut-sudut kota sudah berdiri pasar-pasar modern, seperti supermarket, indomarket, mall, plaza dan pusat belanja yang orang menyebutnya dengan istilah hypermarket. Kehadiran mall dan hypermarket akan mendorong meningkatnya aktivitas ekonomi publik. Ada kelompok yang secara aktif memanfaatkan fasilitas mall dan hypermarket untuk kegiatan ekonomi. Kian menjamurnya pasar modern mendorong terciptanya peluang bekerja bagi banyak orang, mulai dari jasa tenaga kerja satuan pengaman, penjaga toko, pengantar barang, cleaning service hingga jasa transportasi. Persoalannya kegiatan ekonomi selalu saja memiliki dampak positif dan negatif sehingga kehadiran pasar modern baik di kota-kota maupun di daerah sering kali mengundang reaksi negatif dari sejumlah kalangan. Hadirnya pasar-pasar modern yang kian menjamur tersebut akan menggeser kegiatan ekonomi rakyat yang bergerak di pasar-pasar tradisional maupun ritel berskala kecil.Peran manajemen strategi dalam suatu organisasi adalah membantu keberhasilan mencapai tuhuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan ini dipahami oleh para manajer karena terdapat penekanan pada proses perumusannya, tidak sekedar pada hasil akhir. Dalam rangka memaksimalkan pencapaian tujuan melalui proses yang baik, maka perencanaan bisnis harus diintegrasikan dengan fungsi manajemen yang lain dan prasarana dasar yang dimiliki organisasi sebagai pendukung. Inilah yang dikenal sebagai manajemen strategi. Dalam konteks tersebut, manajemen strategi juga dapat dipahamisebagai sebuah sarana mengkomunikasikan tujuan organisasi dan jalan yang hendak ditempuh untuk mencapai tujuan organisasi kepada pemilik, pelaksana, karyawan, dan pihak-pihaklain yang berkepentingan (stakeholder).Seiring dengan tingkat persainganyang ketat dalam memasuki pasar, maka memahami manajemen strategi menjadi sebuah keharusan bagi setiap perusahaan/organisasi bisnis dalam menuju keberhasilannya. Hal ini dimungkinkan karena manajemen strategi mempunyai beberapa peran penting antara lain: 1) Manajemen strategi memungkinkan organisasi mengantisipasi kondisi yang selalu berubah-ubah, 2) Manajemen strategi menyediakan sasaran dan arah yang jelas bagi karyawan, 3) Penelitian dalam manajemen syrategi melaju sedemikian rupa sehingga prosesnya dapat membantu para manajer, 4) Bisnis yang menggunakan manajemen strategi menjadi lebih efektif.Memahami arti penting dari manajemen strategi, yang dapat diaplikasikan dalam segala dimensi kehidupan, maka materi perkuliahan manajemen strategi perlu diberi penguatan kompetensi, diantaranya melalui kegiatan praktikum yang dilakukan secara berkelompok. Tujuan utama dari pelaksanaan praktikum secara berkelompok adalah selain meningkatkan kompetensi mahasiswa juga adanya unsur peningkatan softskill dalam pelaksanaannya.Pelaksanaan praktikum manajemen strategi agribisnis (MSA) tahun 2015 ini mengambil unit analisis pasar tradisional di wilayah karisidenan Surakarta. Pada praktikum tahun 2015 ini mahasiswa diperkenalkan dengan alat analisis competitive profile matrix dan quantitive strategic planning matrix. Praktikum ini dilakukan dengan focus utama mahasiswa kerkemampuan merumuskan strategi agribisnis. Adapun kegiatan pokok dalam praktikum manajemen strategi agribisnis adalah:1. Mengidentifikasi pasar tradisional yang dijadikan sebagai unit analisis lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan internal dan lingkungan eksternal2. Merumuskan atribut yang disukai konsumen/factor-faktor strategi/factor-faktor keberhasilan utama strategi dari unit pasar tradisional3. Memberi penilaian bobot dan skor (rating) atas factor-faktor strategis yang telah diidentifikasi4. Merumuskan alternatif-alternatif strategi5. Menetapkan strategi yang paling efektif dalam mengembangkan poasar tradisionalSetelah mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa memiliki pengalaman praktis dalam merumuskan strategi dengan alat analisis matriks COMPETITIVE PROFILE MATRIX dan matriks QSP.B. PermasalahanPermasalahan yang dapat digali di Pasar Bejen adalah:1. Bagaimana merumuskan strategi pengembangan pasar tradisional di pasar Bejen sebagai pasar utama, dan pasar jaten, pasar palur, pasar jungke sebagai pasar pembanding?2. Bagaimana mengoperasikan alat-alat analisis mennejemen strategi dalam perkembangan pasar tradisional di pasar Bejen sebagai pasar utama dan pasar jaten, pasar palur, dan pasar jungke sebagai pasar pembanding?C. Tujuan dan Kegunaan1. TujuanPraktikum manajemen strategi agribisnis memiliki beberapa tujuan yaitu:a. Memberikan pengalaman praktis bagi mahasiswa dalam perumusan strategi. Pada praktikum ini akan mengambil tema pokok pengembangan strategi pasar tradisional yaitu pasar bejen sebagai pasar utama, dan pasar jaten, pasar palur, pasar jungke sebagai pasar pembanding.b. Memberikan pengalaman mengoperasionalkan alat-alat analisis manajemen strategi. Pada praktikum ini alat analisis yang digunakan adalah COMPETITIVE PROFILE MATRIX dan matriks QSP.2. KegunaanPraktikum manajemen strategi agribisnis memiliki kegunaan antara lain:a. Bagi Fakultas Pertanian, untuk mengetahui kondisi nyata pasar Bejen sehingga bisa dijadikan referensi.b. Bagi Pasar Bejen, sebagai alat pertimbangan dalam manajemen strategi untuk mengembangkan pasar.c. Bagi mahasiswa, sebagai sarana menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penggunaan alat-alat analisis manajemen strategi.d. Bagi pembaca, untuk menambah pengetahuan dan informasi mengenai faktor internal dan eksternal di pasar Jungke.D. Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum akan mulai dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 di pasar Bejen sebagai pasar utama, dan pasar Jaten, Palur, dan Jungke sebagai pasar pembanding, semua pasar yang digunakan berada di Kabupaten Karanganyar.

2

1BAB II LANDASAN TEORIA. Penelitian Terdahulu Laporan ini mengacu pada penelitian sebelumnya untuk mempermudah dalam pengumpulan data, metode analisis data yang digunakan dalam pengolahan data, maka praktikan mencantumkan hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran dalam menyusun kerangka pemikiran dengan harapan hasil praktikum dapat tersaji secara akurat dan mudah dipahami. Di samping itu untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dari beberapa penelitian sebagai kajian yang dapat mengembangkan wawasan berfikir praktikan pada praktikum Manajemen Strategi ini. Dari sekian literatur / skripsi / jurnal yang penulis temukan, terdapat beberapa jurnal, skripsi dan tesis yang topiknya sama, namun terdapat persamaan dan perbedaan dari sisi pembahasannya. Dan hal ini dapat kita lihat dari penjelasan di bawah ini:Menurut Harisudin dalam jurnal Competitive Profile Matrix sebagai Alat Analisis Strategi Pemasaran Produk atau Jasa mengatakan bahwa dalam persaingan bisnis, mengetahui posisi produk atau jasa dalam peta persaingan adalah hal yang angat penting. Pengetahuan ini dapat diperoleh melalui analisis lingkungan (internal maupun eksternal) perusahaan. Pengetahuan tersebut dapat berupa informasi tentang apa yang dibutuhkan pelanggan, sumberdaya perusahaan, harga produk atau jasa kita, kapasitas mesin pabrik, keadaan jaringan pemasaran, komposisi sales representative, keadaan jaringan pemasok, hal-hal yang akan dilakukan oleh para pesaing, serta peluang-peluang yang mungkin ada. Apabila pengetahuan-pengetahuan tersebut telah dimiliki dan dapat dikelola dengan baik dan efektif, maka keunggulan kompetitif perusahaan dapat dicapai dengan mudah. Masalah yang cukup rumit dalam menganalisis lingkungan persaingan di pasar adalah mekanisme yang tidak mudah untuk mendapatkan informasi tersebut, apalagi bagi perusahaan baru ataupun perusahaan kecil. Kemampuan menyediakan data dari factor-faktor internal dan eksternal saja mungkin mudah dipenuhi, namun karena factor-faktor tersebut harus memiliki benchmarklah yang menjadikan informasi yang dibutuhkan perusahaan menjadi sulit dipenuhi Untuk itu perlu dicari terobosan yang tetap memiliki efektivitas tinggi. Sebelum membahas tentang permasalahan tersebut, yang perlu disadari oleh para perumus strategi adalah memahami dengan benar bahwa : 1. Tujuan dari membuat strategi adalah dalam rangka memastikan strategi yang akan dirumuskan emiliki efektivitas yang tinggi. 2. Di pasar produk atau jasa yang akan ditawarkan kepada konsumen memiliki pesaing utamaWidodo dalam artikelnya yang berjudul Competitive Profile Matrix dan Mckinsey Capacity Assessment Grid mengungakapkan bahwa Matriks Profil Kompetitif Sebagai Perangkat Analisis Manajemen Strategis. yang telah dimodifikasi terdiri dari komponen-komponen berikut : 1. Faktor Penentu Keberhasilan (Critical Success Factors) Faktor penentu keberhasilan merupakan faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi keberhasilan produk atau jasa di pasar. Faktor-faktor tersebut ditentukan setelah dilakukan analisis yang mendalam mengenai faktor-faktor yang dianggap penting oleh konsumen sehingga konsumen memilih produk atau jasa yang ditawarkan. Faktor penentu keberhasilan yang memiliki peringkat lebih tinggi dibanding pesaingnya menunjukkan bahwa faktor yang dinilai tersebut lebih diterima dibanding produk atau jasa pesaing, dengan kata lain factor tersebut merupakan kekuatan produk atau jasa menurut konsumen. Sedangkan peringkat yang lebih rendah berarti faktor yang dinilai dalam mendukung faktor-faktor tersebut masih kurang, atau dengan kata lain menjadi kelemahan produk atau jasa menurut konsumen. Faktor-faktor yang dapat dijadikan sebagai penentu keberhasilan sangat dipengaruhi dari hasil investigasi atau penelusuran faktor yang memang secara riil diperhatikan oleh konsumen dalam membuat keputusannya. 2. Peringkat (Rating) Peringkat dalam CPM menunjukkan tanggapan atau respons produk atau jasa terhadap faktor-faktor penentu keberhasilan. Peringkat tertinggi menunjukkan bahwa produk atau jasa dengan baik mampu mesrespons faktor penentu keberhasilan dan hal ini menunjukkan kekuatan utama produk atau jasa yang ditawarkan. Kisaran peringkat diberikan antara 1,0 - 4,0 dan dapat diterapkan ada setiap faktor. Ada beberapa poin penting yang terkait dengan pemberian peringkat di CPM, antara lain: a. Peringkat akan diterapkan ke setiap faktor penentu keberhasilan.b. Respon produk atau jasa yang kurang terhadap faktor penentu keberhasilan diberi nilai 1, artinya aktor tersebut menjadi kelemahan utama produk atau jasa. c. Respon rata-rata terhadap faktor penentu keberhasilan diberi nilai 2, artinya faktor tersebut menjadi kelemahan minor produk atau jasa yang ditawarkan. d. Respon diatas rata-rata terhadap faktor penentu keberhasilan diberi nilai 3, artinya faktor tersebut menjadi kekuatan minor produk atau jasa yang ditawarkan. e. Respon perusahaan yang superior terhadap faktor penentu keberhasilan diberi nilai 4, artinya faktor tersebut menjadi kekuatan utama produk atau jasa yang ditawarkan. 3. Bobot (Weighted) Bobot dalam CPM menunjukkan kepentingan relatif dari faktor untuk menjadi penentu kesuksesan produk atau jasa yang ditawarkan. Bobot berkisar dari 0,0 yang berarti tidak penting dan 1,0 yang berarti penting. Jumlah dari semua bobot dari faktor-faktor yang dianalisis harus sama dengan 1,0. 4. Nilai Terbobot (Weighted Score) Nilai terbobot adalah hasil yang dicapai setelah masing-masing bobot masing-masing faktor dikalikan dengan nilai peringkatnya. 5. Jumlah Nilai Terbobot (Total Weighted Score) Jumlah semua nilai terbobot adalah sama dengan total nilai terbobot. Nilai akhir dari jumlah nilai terbobot harus berada di antara rentang 1.0 (rendah) untuk 4.0 (tinggi). Rata-rata total nilai terbobot untuk CPM adalah 2,5, dimana setiap produk atau jasa dengan total nilai terbobot berada di bawah 2,5 dapat dikatakan dalam posisi yang lemah. Produk atau jasa dengan total nilai terbobot lebih tinggi dari 2,5 maka dianggap memiliki Sposisi yang kuat. Dimensi lain dalam CPM adalah produk atau jasa dengan jumlah nilai terbobot yang paling tinggi dianggap sebagai pemenang di antara para pesaing. Namun meski demikian, angka-angka total nilai terbobot hanyalah menggambarkan kekuatan relatif produk atau jasa yang dibandingkan.Penelitian yang lain tentang topik ini adalah penelitian yang ditujukan untuk menjelaskan berbagai cara yang ditempuh oleh Dinas Pengelolaan Pasar dalam melakukan sosialisasi dan mengkomunikasikan program kerjanya pada masyarakat. Penelitian ini berjenis deskriptif kualitatif berbentuk studi kasus mengambil lokasi di Dinas Pengelolaan Pasar Pemeritah Kota Surakarta. Data dalam penelitian ini berwujud berbagai catatan penting tentang strategi yang digunakan Dinas Pengelolaan Pasar dalam usahanya mensosialisasikan program kerja dan menjalin komunikasi dengan para pedagang dan pengunjung pasar. Data dalam penelitian ini terbagi dalam dua katagori, yaitu data tertulis dan data lisan. Data lisan diperoleh melalui wawancara baik secara aktif (tanya jawab) maupun pasif (mendapatkan keterangan secara lisan yang didapat dari pertanyaan-pertanyaan yang telah tertulis sebelumnya). Data tidak tertulis diperoleh dari berbagai dokumen kedinasan yang berkaitan dengan berbagai program kerja, strategi pelaksanaan program kerja, berbagai pelaporan hasil atas pelaksanaan program kerja tersebut. Analisis datanya menggunakan teknik analisis induktif dengan menggunakan anilisis kecukupan referensial dan trianggulasi sumber sebagai penguji keabsahan datanya. Setelah dilakukan analisis, diperoleh kesimpulan bahwa jalinan komunikasi yang terbangun antara pedagang dan pihak dinas belum dapat optimal dikarenakan intensitas sosialisasi yang sangat rendah, sementara alokasi dana untuk keperluan tersebut juga rendah. Sementara itu penulis juga menemukan bukti bahwa terdapat hambatan struktural berkaitan dengan pelaksanaan program kerja tersebut yang ditandai dengan pemisahan wewenang pengaturan antara Dinas Pengelolaan Pasar dan Kantor Pengelolaan Pedagang Kaki Lima. Implikasi atas temuan pada kasus Dinas Pengelolaan Pasar ini adalah bahwa program kerja Dinas Pengelolaan Pasar dilaksanakan melalui pendekatan bottom-up sementara kegiatan sosialisasi yang melibatkan pihak ketiga menggunakan pendekatan partnership untuk menanggulangi keterbatasan sumber daya tersebut. Penelitian ini memberikan gambaran bagi peneliti untuk mengetahui proses pengelolaan Pasar Tradisional.Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata keuntungan responden pelaku usaha pengolahan mete skala mikro setiap bulannya adalah Rp 1.348.229,20. Sedangkan rata-rata keuntungan responden usaha pengolahan mete skala kecil adalah Rp 4.571.577,73. Berdasarkan matriks IFE, kekuatan utama pada agroindustri pengolahan 10 mete di Kecamatan Jatisrono adalah hubungan baik dengan disributor dan pelanggan; sedangkan kelemahan utamanya adalah pencatatan keuangan belum rapi. Berdasarkan matriks EFE, peluang utama pada agroindustri pengolahan mete di Kecamatan Jatisrono adalah produk merupakan oleh-oleh khas dan kelemahan utamanya adalah teknologi konvensional. Prioritas strategi ditentukan berdasarkan jumlah nilai daya tarik yang tertinggi. Dari hasil perhitungan matriks QSP dengan mengalikan bobot masing-masing faktor dengan nilai daya tarik dihasilkan total nilai daya tarik yang terpilih adalah strategi ke 6 yaitu meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan oleh agroindustri pengolahan mete di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri karena memiliki jumlah total nilai daya tarik yang tertinggi.Penelitian liannya adalah penelitian yan dilakukan oleh Kiik (2006) dengan judul Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi TidakOptimalnya Fungsi Pasar Tradisional Lolowa dan Pasar Tradisional Fatubenao Kecamatan Atambua Kabupaten Belu. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi menyebabkan tingginya aktivitas di Pasar Inpres Atambua, akibatnya pasar menjadi padat dan tidak teratur. Tujuan tersebut dicapai melalui sasaran-sasaran : identifikasi dan analiss kebijakan pemerintah daerah, identifikasi dan analisis kondisi eksisting, identifikasi dan analisis pola aktivitas, identifikasi dan analisis sosial ekonomi masyarakat dana merumuskan faktor-faktor penyebab tidak optimalnya fungsi pasar tradisionala yang baru. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah gabungan antara metode kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian kualitatif menggunakan analisis deskriptif, untuk metode kuantitatif akan digunakan analisis faktor dan analisis kuantitatif lain seperti analisis jarak dan kesempatan terdekat, analisis indeks sentralitas dan analisis potensi penduduk. Dari analisis yang dilakukan terdapat beberapa temuan studi antara lain terdapat indikasi ketidaktahuan dan ketidaktaatan masyarakat dalam pemanfaatan ruang, tidak ada peruntukan fasilitas perdagangan diKelurahan Lidak dan Fatubenao, pembangunan pasar yang baru tidakmelalui studi kelayakan, pedagang bersedia dipindahkan asal tidak hanya sebagian, tetapi seluruhnya, tidakadanya pelibatan masyarakat dalam pembangunan pasar yang baru,produktata ruang sudah tidak sesuai dengan perkembangan kota,aksesibilitas menuju dua pasar baru belum cukup baik, pasar baru dapat menampung pindahan pedagang dari Pasar Inpres Atambua dan tidak terdapat nya jalur angkutan kota kePasarFatubenao. Temuan lainnya adalah pedagang diPasar Inpres Atambua banyak yang mempunyai langganan tetap atau hubunganya baik dengan konsumen, sebaran fasilitas, kepadatan penduduk dan potensi penduduk masih belum cukup memadai diKelurahan Lidak dan Kelurahan Fatubenao, masih terdapat pengungsi yang tinggal dibangunan Pasar Fatubenao.Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang meliputi seluruh elemen yang ada dalam wilayah penelitian (Arikunto,2006). Populasi dalam penelitian ini terdiri dari pihak-pihak yang berkompeten memberikan informasi mengenai perkembangan Pasar Pusat Pasar Kota Medan yakni :1) Direkur Utama PD Pasar KotaMedan 2 ) Direkur Administrasi danKeuangan PD Pasar Kota Medan 3) Direkur Pengembangan dan SDMPD Pasar Kota Medan 4 ) Direkur Operasional PD Pasar KotaMedan 5) Kepala Pasar Pusar Pasar PD PasarKota Medan 6) Ketua Persatuan Pedagang PasarPusat Pasar Kota Medan 7) Ketua Koperasi Pedagang PasarPusat Pasar Kota Medan. Data dan informasi yang diperolehdari tujuh pihak yang terkait dengan operasional Pasar Pusat Pasar Medan, dikumpulkan dan kemudian di analisis dengan menggunakan analisis lingkunganya itu analisis terhadap lingkungan internal perusahaan yang menghasilkan kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eksternal perusahaan yang menghasilkan peluang dan ancaman. Dalam penelitian ini, analisis lingkungan diolah dengan 3 (tiga) jenis matriks yakni Matriks Evaluasi Faktor Intern (IFE Matriks), Matriks Evaluasi Faktor Intern (EFE Matriks) dan Matriks Internal Eksternal (IE Matriks). Setelah diketahui hasil IE Matriks kemudian dilakukan analisis SWOT.1. Analisis dan Pembahasan Matriks EFE dan IFEDari hasil diskusi dengan ketujuh pihak yang terkait, maka disusun faktor-faktor yang mempengaruhi optimalisasi operasional Pasar Pusar Pasar. Pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 menunjukkan gambar matriks IFE (Internal FactorEvaluation) dan matriks EFE (External Factor Evaluation).Tabel 2.1 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation Matrix - Matrix EFE)

Dari Tabel 2.1 terlihat bahwa tingginya pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dan Medan merupakan peluang dengan 6 nilai paling tinggi yakni 0,744 hal ini menunjukkan kondisi perekonomian yang semakin membaik merupakan peluang bagi PD Pasar dalam mengoptimalkan potensi pasar yang dikelola.Tabel 2.2 Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation Matrix- Matrix IFE)

Pada Tabel 2.2 terlihat bahwa lokasi Pasar Pusat Pasar yang strategis merupakan kekuatan yang memiliki nilai paling tinggi dibanding faktor lain. Letak yang strategis tentunya menjadi daya tarik bagi calon pedagang yang ingin berjualan di Pasar Pusat Pasar.2. Matriks IEMatriks IE bermanfaat untukmemposisikan perusahaan kedalam matriks yang terdiri dari sembilan sel. Matriks IE terdiri dari dua dimensi, yaitu total skor dari IFE matriks pada sumbu X dan total skor EFE matriks pada sumbu Y. Berapapun banyaknya faktor yang dimasukan dalam matriks IFE, total rata-rata tertimbang berkisar antara yang terendah 1,0 dan tertinggi 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total rata-rata tertimbang dibawah 2,5 menggambarkan organisasi yang lemah secara internal, sementara total nilai diatas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat (David, 2006). Dengan menggunakan hasil evaluasi dari matriks IFE dan EFE, pada matriks IE dapat dikerjakan. Untuksuatu sumbu horizontal pada matriks IE ini adalah Total Weight Score dari matriks IFE yaitu sebesar 2,824, sedangkan untuk sumbu vertikal nya adalahTotal Weight Scor, dari matriks EFE yaitu sebesar 2,637. Pada Gambar 2.1 menggambarkan matriks IE untukkondisi Pasar Pusat Pasar di Kota Medan. Gambar 2.1 Hasil Matriks IE Berdasarkan posisi yang digambarkan pada Gambar 2.1 Terlihat bahwa posisi Pasar Pusat Pasardi Kota Medan berada pada sel nomor 5 (lima), dengan skor 2,824 untuk faktor internal dan 2,637 untuk faktor eksternal. Berdasarkan teori pada kondisi ini baikdikendalikan dengan strategi-strategi Holddan Maintain. Strategi-strategi yang umum dipakai yaitu strategi Market Penetration dan Productdevelopment.Strategi yang umum pada kuadran ini adalah strategi intensif.Pelaksanaan strategi intensif terdiri daristrategi penetrasi pasar (marketpenetration) dan pengembangan produk(product development). Strategi intensifini dalam implementasinya memerlukan usaha-usaha intensif untukmeningkatkan posisi persaingan 7 perusahaan melalui produk-produk yang ada. Strategi penetrasi pasar berusaha mendorong PD Pasar Kota Medan agar lebih agresif melakukan berbagai upaya pemasaran melalui promosi agar calon pedagang memiliki ketertarikan. Strategi ini akan dapat diimplementasikan secara baik denganberbagai cara, sesuai dengan kondisi perkembangan PD Pasar Kota Medan.Pada strategi pengembangan produkdilakukan dengan memodifikasi produkyang didasarkan hasil riset konsumen terhadap produk yang diinginkan.Strategi ini mendorong PD Pasar KotaMedan dengan mengembangkan danmembuat produk baru untukmenggantikan produk yang ada di pasarsaat ini. Dapat dilakukan dengan pertumbuhan intensif melalui pengembangan produk melalui mengembangkan tampilan baru PasarPusat Pasar, membuat produk dengan kualitas yang berbeda, dan mengembangkan teknologi baru untukmenghasilkan produk. (Jatmiko, 2004) .Dari kedua strategi tersebut,karena fokus permasalahan pada optimalisasi operasional pasarbukan dalam upaya pengembangan pasar tradisional, maka strategi yang paling tepat dipilih adalah strategi penetrasi pasar. Strategi ini mendorong perusahaan dengan cara meningkatkan promosi secara agresif terhadap daya tarik berjualan bagi pedagang. Agar strategi ini terlaksana dengan baik maka dilakukan berbagai kebijakan untukmeningkatkan kualitas sarana dan prasarana pasar, menata zona produkagar setiap toko disetiap tingkatan lantai memiliki nilai jual yang tinggi,meningkatkan kebersihan pasar, membangun sistem keamanan yang lebih baik serta penataan perparkiran yang memberi kenyamanan terhadap pembeli.

B. Tinjauan Pustaka 1. Pasar Tradisional Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar. Secara umum peningkatan jumlah pasar khususnya pasar modern terjadi di daerah perkotaan. Hal ini mengakibatkan semakin ketat persaingan dikalangan pedagang eceran. Meskipun jumlah pasar tradisional masih lebih besar dibandingkan pasar modern tetapi pertumbuhan pasar modern semakin meningkat. Pada saat ini pasar tradisional yang lokasinya berdekatan dengan mal/hypermarket mengakibatkan pasar tradisional mulai kehilangan pembeli sehingga dapat mengganggu perkembangan usaha pelaku perdagangan eceran di pasar tradisional yang umumnya pelaku usaha mikro dan dapat mematikan usaha pedagang (Anwar, 2001).Indonesia adalah negara dengan mayoritas konsumen berasal dari kalangan menengah ke bawah. Kondisi ini menjadikan kosumen Indonesia tergolong ke dalam konsumen yang sangat sensitif terhadap harga. Ketika faktor harga rendah yang sebelumnya menjadi keunggulan pasar tradisional mampu diruntuhkan oleh pasar modern, secara relatif tidak ada alasan konsumen dari kalangan menengah ke bawah untuk tidak turut berbelanja ke pasar modern dan meninggalkan pasar tradisional. Pasar merupakan sebuah perwujudan kegiatan ekonomi yang telah melembaga serta tempat bertemunya antara produsen (pedagang) dan konsumen (pembeli) untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk yang menurut kelas mutu pelayanan menjadi pasar tradisional dan pasar modern, dan menurut pendistribusiannya dapat digolongkan menjadi pasar eceran dan pasar perkulakan/ grosir. Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, swasta, koperasi, atau swadaya masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios atau los dan tenda, yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil dan menengah dan koperasi, dengan usaha skala kecil dan modal kecil dengan proses jual beli melalui tawar menawar. Sedangkan pasar modern adalah pasar yang umumnya dimiliki oleh pemodal kuat, mempunyai kemampuan untuk menggaet konsumen dengan cara memberikan hadiah langsung, hadiah khusus, dan juga diskon-diskon menarik (Nielsen, 2004). Kelebihan dan kelemahan pasar tradisional dan pasar modern adalah sebagai berikut: a. Pasar tradisional merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Biasanya lokasi dari pasar tradisional ini strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, memiliki harga yang rendah, serta sistem tawar menawar yang menunjukkan sikap keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan tersendiri yang dimiliki pasar tradisional. Sisi kekeluargaan inilah yang menjadi salah satu pemandangan yang indah kala berada di pasar b. Pasar tradisional memiliki kelemahan yang sangat urgent ialah pada kumuh dan kotornya lokasi pasar. Bukan hanya itu saja, banyaknya produk yang mayoritas diperjual belikan oleh oknum pedagang yang tidak bertanggung jawab dengan menggunakan bahan kimia yang tak seharusnya dipakai, dan praktek seperti itu marak sekali terjadi di pasar tradisional. Bukan hanya itu saja, kurang menariknya kemasan produk di pasar tradisional juga yang membuat kurang dilirik konsumen, bahkan makin hari bukannya semakin bagus akan tetapi malah semakin memburuk kondisinya. Dan jelas hal seperti itu cukup membahayakan keberadaan pasar tradisional.c. Kelebihan pasar modern dibanding pasar tradisional cukup jelas, mereka memiliki banyak keunggulan yakni nyaman, bersih serta terjamin. Dan tiga hal tersebut yang membuat para konsumen mau membeli ke pasar modern. Sejuk, bersih, nyaman mempunyai peranan penting bagi pasar modern, dan ketiga komponen tadi menjadi andalan dari pasar modern dan hal tersebut tidak dimiliki oleh pasar tradisional. d. Secara sekilas, tidak terdapat kelemahan dari pasar modern ini. Mungkin kelemahannya terdapat pada praktik jual belinya dimana konsumen tidak bisa menawar harga barang yang hendak dibelinya (Basalah, 2000).2. Tantangan ke depan Pasar TradisionalRitel merupakan sektor industri yang sangat populer dan sudah mendominasi kehidupan masyarakat Indonesia turun-temurun sejak dahulu kala. Hal ini ditandai dengan tersebarnya warung dan toko kelontong di hampir tiap daerah, mulai dari pelosok hingga kota besar. Industri ini tumbuh dan berkembang sedemikian cepat seiring dengan pertambahan laju penduduk. Industri ini juga semakin populer sejak masuknya ritel modern di Indonesia, yakni ketika Mart Mart (Indomart, Alfamart dan afiliasinya) marak tumbuh bak jamur di musim hujan, hingga yang paling fenomenal ketika ritel asing asal Perancis, Carrefour, masuk ke Indonesia dengan ekspansi yang mengundang kontroversi (Nurviani, 2013). Masih menjadi perhatian para pelaku bisnis, khususnya bisnis ritel adalah adanya persaingan antara ritel tradisional dan ritel modern. Hal ini terjadi karena karena pihak ritel tradisional ditempatkan dalam posisi yang lemah. Perbedaan karakteristik yang berbanding terbalik semakin memperlemah posisi ritel tradisional. Regulasi yang tidak jelas berkenaan industri ritel, terutama menyangkut jarak lokasi ritel, menambah berat upaya melindungi ritel ritel yang ada di Indonesia (Utomo, 2011). Akibat yang ditimbulkan adalah pelaku usaha domestik satu-persatu mengalami kerugian bahkan akhirnya kolaps (bangkrut). Hal ini juga disebabkan skala usahanya yang termasuk usaha yang berskala kecil. Kondisi ini menjadikan industri ini mendapat sorotan yang cukup serius dan banyak diperbincangkan oleh berbagai kalangan, mulai dari instansi pemerintah, pelaku usaha, hingga para akademisi. Berbagai kalangan yang dirugikan dan pihak yang mempunyai kepedulian menghendaki pemerintah untuk turun tangan mengatasi permasalahan tersebut. Akhirnya pemerintah memandang perlu untuk mengatur permasalahan ini dalam suatu bentuk ketentuan dengan maksud melindungi kepentingan usaha kecil secara nasional. Dalam perjalanannya, ketika pemerintah kemudian menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (Perpres 112/2007) pada tanggal 27 Desember 2007, peraturan ini tidak kalah mengundang kontroversi pula (Nurviani, 2013). Selain regulasi dari pemerintah yang masih menjadi kontroversi, pada perjalannnya yang terjadi adalah persaingan dari berbagai kelompok ritel ritel yang ada. Pada sudut sudut keramaian sering dijumpai dua ritel modern berbeda nama saling berdekatan. Kondisi ini sangat memprihatinkan, karena pemenang dari persaingan tersebut adalah ritel modern. Para pemilik atau pengelola ritel modern ini para pengusaha yang sudah mapan secara modal dan manajemen. Sehingga persaingan antara kelompok para ritel modern tersebut tidak menjadi bisnis ritel ini menjadi menarik lagi (Utomo, 2011). Menurut Tambunan, dkk (2004) persaingan dalam industri ritel dapat dilihat dari berbagai segi dan dimensi. Persaingan tersebut diantaranya adalah persaingan antara ritel modern dan tradisional, persaingan antar sesama ritel modern, persaingan antar sesama ritel tradisional, dan persaingan antar supplier (Tambunan dkk, 2004).Diantara keempat jenis persaingan tersebut, persaingan antara ritel tradisional dan ritel modern paling banyak mengundang perhatian, karena menempatkan satu pihak (ritel tradisional) dalam posisi yang lemah. Sehingga hal ini memaksa semua pihak yang terkait (pelaku ritel, asosiasi, pemerintah, pakar bisnis ritel) berperan aktif bersama-sama menyelesaikan ekses persaingan tersebut.3. Atribut PasarAtribut pasar merupakan unsur-unsur pada pasar yang sering dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian. Atribut pasar mempunyai pengaruh yang cukup besar pada persepsi konsumen terhadap suatu produk yang ada di pasar, karena di dalamnya terdapat unsur-unsur yang memberikan manfaat atas produk itu sendiri, karenanya semakin kuat manfaaat dan keunggulan atribut atas sebuah pasar, maka akan memberi nilai lebih atas suatu pasar tersebut (Fahdrian, 2010).Atribut memiliki pengaruh penting dalam pengambilan keputusan untuk membeli. Tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing masing konsumen. Konsumen memiliki penekanan yang berbeda beda dalam menilai atribut apa yang paling penting. Konsumen yang daya beli terbatas, kemungkinan besar akan memperhatikan atribut harga sebagai yang utama (Simamora, 2003).Atribut pasar merupakan karakteristik yang menjadi citra dan persepsi bagi konsumen terhadap pasar tersebut, sehingga apabila karakter yang melekat pada pasar tersebut baik dan diterima dengan baik oleh konsumen, maka atribut pasar tersebut diharapkan dapat menarik minat konsumen untuk memutuskan membeli produk-produk yang ada dipasar. Oleh sebab itu, atribut pasar merupakan hal terpenting yang harus dikelola agar dapat mempertahankan dan merebut pangsa pasar yang lebih besar untuk keuntungan dimasa yang akan datang (Eka et.al. , 2013).

4. Manajemen StrategisManajemen strategis dipahami lebih dari sekedar membuat dan mengimplementasikan perencanaan strategis, namun dalam cakupan yang lebih luas merupakan proses yang bersifat terus-menerus mencakup seluruh aktivitas yang dilakukan untuk membuat rencana, tindakan, dan kebijakan-kebijakan untuk mencapai tujuan atau misi organisasi. Ada tiga macam analisis yang diperlukan untuk mempersiapkan manajemen strategis bagi organisasi sektor publik yaitu analisis lingkungan internal organisasi, analisis lingkungan eksternal organisasi, dan analisis pilihan strategis. Ada beberapa hal yang berpengaruh dalam memperkuat manajemen strategis suatu organisasi yaitu: pentingnya pelanggan, perbaikan yang bersifat terus-menerus, pengukuran kinerja, transformasi kultural, dan keterlibatan anggota organisasi (Ahdiyana, 2009).Manajemen strategis dapat diartikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas-fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta system informasi computer untuk mencapai keberhasilan organisasional. Tujuan manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi serta menciptakan berbagai peluang baru dan berbeda untuk esok, perencanaan jangka panjang, sebaliknya, berusaha mengoptimalkan tern-tren dewasa ini untuk esok (David, 2010).Inti dari manajemen strategi adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya, dan bagaimana sumber daya yang ada tersebut dapat digunakan secara paling efektif untuk memenuhi tujuan strategis.Manajemen strategi di saat ini harus memberikan pondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam organisasi. Ini adalah proses yang berkesinambungan dan terus-menerus. Rencana strategis organisasi merupakan dokumen hidup yang selalu dikunjungi dan kembali dikunjungi.Bahkan mungkin sampai perlu dianggap sebagaimana suatu cairan karena sifatnya yang terus harus dimodifikasi.Seiring dengan adanya informasi baru telah tersedia, dia harus digunakan untuk membuat penyesuaian dan revisi (Nurhayati, 2008).5. Competitive Profile MatrixSalah satu tools manajemen strategi yang mampu membantu manajemen untuk menyelidiki dan memetakan posisi pesaing utama dibandingkan dengan perusahaannya melalui faktor penentu keberhasilan-faktor penentu keberhasilan yang dibutuhkannya adalah Matriks Profil Kompetitif . CPM adalah sebuah alat manajemen strategi yang tepat dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pesaing utama dalam hubungannya dengan posisi strategis produk atau jasa yang ditawarkan. Alat analisis ini digunakan pada tahap masukan (input stage). CPM menunjukkan gambaran yang jelas tentang titik kuat dan titik lemah relatif produk atau jasa terhadap pesaing. Penilaian CPM diukur berdasarkan faktor penentu keberhasilan yang diperhatikan konsumen, dimana setiap faktor penentu keberhasilan yang diukur digunakan skala pengukuran yang sama sehingga diperoleh komparasi diantara seluruh faktor penentu keberhasilan yang dinilai. (David, 2010). Pesaing Profil Matrix (CPM) sebagai alat yang membantu perusahaan menilai diri terhadap mereka pesaing utama menggunakan faktor penentu keberhasilan untuk industri itu. Tiga langkah untuk membangun CPM untuk sebuah perusahaan. Langkah pertama adalah untuk menemukan faktor kunci sukses bagi perusahaan dan melampirkan bobot faktor-faktor tersebut menurut mereka kepentingan relatif. Pada langkah berikutnya, perusahaan harus mengidentifikasi pesaing utama dan menilai setiap pesaing termasuk perusahaan itu sendiri pada masing-masing faktor kunci sukses. Faktor kunci sukses mencakup masalah internal dan eksternal dan peringkat yang berbeda telah diberikan dari 1 sampai 4 mempertimbangkan kepentingan relatif mereka untuk organisasi di mana 1 singkatan kelemahan utama, 2 singkatan kelemahan minor, 3 berdiri untuk kekuatan kecil, dan 4 singkatan kekuatan utama. Metode yang sama telah diterapkan ketika rating untuk yang KSFs pesaing. Terakhir, perusahaan harus kalikan berat badan dengan rating untuk setiap faktor untuk mendapatkan skor tertimbang dan kemudian menambahkan sampai setiap pesaing tertimbang skor untuk mendapatkan skor total tertimbang (Mahmood, 2014).Competitive Profile Matrix digunakan untuk mengidentifikasi para pesaing utama perusahaan mengenai kekuatan dan kelemahan utama mereka dalam hubungannya dengan posisi strategis perusahaan. Bobot, Rating, dan Score baik pada CP Matrix maupun IFE Matrix, memiliki maksud yang sama. Kedua analisis tersebut berfokus pada pada faktor intenal. Akan tetapi bagaimanapun juga ada beberapa beberpa perbedaan penting antara IFE Matrix dan CP Matrix. Pertama, critical success factors yang ada pada CP Matrix lebih luas, tetapi, akibatnya data menjadi kurang spesifik dan kurang aktual, serta berfokus pada pengeluaran-pengeluaran internal. Ini berbeda dengan IFE Matrix. Kedua, critical success factors yang ada dalam CP Matrix tidak dikelompokkan kedalam kekuatan dan kelemahan seperti pada IFE Matrix. Dalam CP Matrix, rating dan score untuk perusahaan-perusahaan pesaing dapat dibandingkan dengan perusahaan yang diteliti. Pembandingan itu dapat memberikan informasi tentang strategi internal yang penting ( Utami et.al, 2012).6. Qualitative Strategic Planning matrixQSPM bertujuan untuk menetapkan kemenarikan relatif dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih. QSPM merupakan hasil keputusan strategis setelah menilai skor kemenarikan (Attractiveness Score/AS) setiap faktor strategis baik faktor internal maupun eksternal. Dari hasil skor pembobotan dikalikan tingkat kemenarikan diperoleh skor kemenarikan total (Total Attractiveness Score/TAS) (Sarkis, 2003).Teknik QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) adalah alat yang memungkinkan para penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya. Seperti halnya alat-alat analitis perumusan strategi yang lain, QSPM membutuhkan penilaian intuitif yang baik. Teknik ini secara objektif menunjukkan strategi yang hendak dijalankan di antara strategi-strategi alternatif (David, 2010). Baris teratas QSPM berisi tentang strategi-strategi alternatif yang diperoleh dari Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks BCG, Matriks IE, dan Matriks Strategi Besar. Alat-alat pencocokan ini biasanya menghasilkan strategi yang serupa.Namun demikian, tidak setiap strategi diusulkan oleh teknik-teknik pencocokan harus dievaluasi dalam QSPM.Para penyusun strategi harus menggunakan penilaian intuitif yang bagus untuk memilih strategi yang hendak dimasukkan dalam QSPM (Setiawan, 2005).

BAB III METODOLOGIA. Metode DasarMetode dasar yang digunakan dalam laporan Praktikum Manajemen Strategi ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (pasar) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penentuan lokasi pasar, menggunakan metode dasar purposive sampling.B. Metode Pengumpulan Data1. ObservasiObservasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lapang di pasar Bejen sebagai pasar utama dan pasar Jaten, Jungke dan pasar Palur kabupaten Karanganyar sebagai pasar pembanding.2. Wawancara Teknik wawancara dilakukan sebagai pengumpulan data primer, dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan.3. PencatatanPencatatan adalah pembuatan suatu catatan pembukuan, kronologis kejadian yang terjadi, terukur melalui suatu cara yang sistematis dan teratur. Catatan berperan sebagai sarana untuk memudahkan pengolahan data,meringkaskan dan mengalihkannya kepada kode yang memungkinkan dilakukannya analisis yang lebih abstrak. Catatan juga berperan sebagai sarana yang memfasilitasi pemikiran, membandingkan, menyusun tipologi dan/atau kategori, menghubungkan satu kejadian kepada kejadian lainnya, menemukan pola dan tipe, mengembangkan konsep, serta merangkaikan satu konsep kepada konsep lainnya yang pada waktunya nanti akan berakhir pada suatu pejelasan yang baru (Raharja, 2013).Pencatatan adalah kegiatan menulis atau mendokumentasikan suatu informasi yang di anggap penting. Teknik Pengumpulan data dengan pencatatan yaitu mahasiswa mencatat langsung dari hasil wawancara terhadap narasumber yakni pedagang di pasar Bejen sebagai pasar utama dan di pasar Jaten, Jungke dan Palur sebagai pasar pembanding.C. Metode Analisis DataData yang diperoleh dari praktikum Manajemen Strategi akan dianalaisis menggunakan beberapa metode, yaitu :1. Matrik CPM ( Competitive Profile Matrix )CPM adalah sebuah alat manajemen strategis yang penting untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pesaing utama dalam hubungannya dengan posisi strategis perusahaan. Perangkat ini digunakan pada tahap masukan. CPM menunjukkan gambaran yang jelas tentang titik kuat dan titik lemah relatif perusahaan terhadap pesaing mereka. Penilaian CPM diukur berdasarkan faktor penentu keberhasilan, dimana setiap faktor yang diukur dalam skala yang sama untuk setiap perusahaan, namun dengan rating bervariasi sehingga memudahkan untuk dilakukan analisis komparatif. Dalam CPM, analisa dilakukan secara keseluruhan, baik itu faktor eksternal maupun faktor internal. Hal ini berbeda dengan penilaian kondisi internal dan eksternal perusahaan melalui Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) dimana hanya masing-masing faktor internal dan eksternal saja.2. Matriks QSPM ( Quantitative Strategic Planning Matix )Matriks QSPM merupakan alat yang digunakan untuk menetapkan strategi alternatif yang diprioritaskan secara objektif. Secara konseptual, tujuan alat ini adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang paling baik untuk diimplementasikan. QSPM sangat diperlukan sebagai alat pengambilan keputusan setelah tahap input dan tahap analisis dilakukan.

524BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Kondisi Umum Pasar Tradisional1. Pasar Tradisional IndonesiaPasar tradisional merupakan pasar yang berperan penting dalam memajukan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan memiliki keunggulan bersaing secara alamiah. Keberadaan pasar tradisional ini sangat membantu, tidak hanya bagi pemerintah daerah ataupun pusat tetapi juga para masyarakat yang menggantungkan hidupnya dalam kegiatan berdagang, karena didalam pasar tradisional terdapat banyak aktor yang memiliki arti penting dan berusaha untuk mensejahterakan kehidupannya baik itu pedagang, pembeli, pekerja panggul dan sebagainya. Mereka semua adalah aktor yang berperan penting dalam mempertahankan eksistensi pasar tradisional di Indonesia.Keunggulan dari pasar tradisional adalah dimana para pembeli dan penjual bertemu langsung untuk melakukan suatu transaksi jual beli. Didorong pula dengan defenisi dari pasar itu sendiri dimana pasar adalah suatu tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam satu lokasi dan melakukan transaksi jual beli baik itu barang ataupun jasa. Sedangkan pada pasar modern tidak ditemukan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi jual beli secara langsung, yang ada hanyalah para pembeli melakukan pembelian suatu barang dengan hanya memperhatikan harga yang telah tertempel dalam kemasan atau label yang ada dari jenis barang yang telah ditentukan dan membawanya langsung ketempat pembayaran dan membayar harga seperti yang telah tertera pada kemasan, tidak ditemukan adanya proses tawar menawar dalam transaksi jual beli seperti pada pasar tradisional. Tindakan ini merupakan suatu nilai lebih untuk pasar tradisional dimana pembeli dan penjual dapat melakukan proses tawar menawar barang yang akan dibeli oleh pembeli, mutu dari barang yang akan dibeli dan yang terpenting menumbuhkan kesan akrab antara pembeli dan penjual.Di Indonesia pangsa pasar dan kinerja usaha pasar tradisional menurun, sementara pada saat yang sama pasar modern mengalami peningkatan setiap tahunnya. Saat ini pasar modern berkembang semakin pesat. Banyaknya investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia untuk mendirikan pasar modern juga semakin banyak. Hal ini menyebabkan keberadaan pasar tradisional terancam. Berbedanya fasilitas yang ada juga menyebabkan pasar tradisional kurang diminati. Kondisi pasar yang kumuh dan kotor juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kurang diminatinya pasar tradisional. Sangat berbanding terbalik dengan kondisi pasar modern. Banyak promo yang menggiurkan menyebabkan banyaknya peminat untuk berbelanja di pasar modern. Dinginnya ruangan juga salah satu faktornya. Selain itu barang yang ada di pasar modern lebih lengkap. Serta jika ditinjau dari segi keamanan juga lebih aman berbelanja di pasar modern.Menurunnya kinerja pasar tradisional selain disebabkan oleh adanya pasar modern, penurunannya justru lebih disebabkan oleh lemahnya daya saing para kegiatan tradisional. Kondisi pasar tradisional pada umumnya memprihatinkan. Banyak pasar tradisional yang tidak terawat. Sehingga dengan berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh pasar modern kini pasar tradisional terancam oleh keberadaan pasar modern. Kelemahan tersebut telah menjadi karakter dasar yang sangat sulit di ubah. Faktor desain dan tampilan pasar. Serta atmosfir, tata ruang, tata letak. Selain itu,keragaman dan kualitas barang, promosi pengeluaran, jam operasional pasar yang terbatas. Dan optimalisasi pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern.Diantara berbagai kelemahan yang telah disebutkaan pasar tradisional juga memiliki beberapa potensi kekuatan. Terutama kekuatan sosio emosional yang tidak dimiliki oleh pasar Modern. Kekuatan pasar tradisional dapat dilihat dari beberapa aspek . Aspek-aspek tersebut diantaranya harganya yang relatif lebih murah dan bisa ditawar, dekat dengan pemukiman, dan memberikan banyak pilihan produk segar. Kelebihan lainnya adalah pengalaman berbelanja memegang langsung produk yang umumnya masih sangat segar. Akan tetapi dengan adanya hal tersebut bukan berarti pasar tradisional bukan tanpa kelemahan. Selama ini justru pasar tradisional lebih dikenal memiliki banyak kelemahan, antara lain kesan bahwa pasar terlihat becek, kotor, bau, dan terlalu padat lalu lintas pembelinya. Ditambah lagi ancaman bahwa keadaan sosial masyarakat yang berubah, dimana wanita diperkotaan umumnya berkarier sehingga hampir tidak mempunyai waktu untuk berbelanja ke pasar tradisional.2. Pasar Tradisional Solo RayaKota Surakarta juga terkenal sebagai kota budaya dengan melestarikan pasar tradisional. Bagi masyarakat Kota Surakarta pasar tradisional bukan sekedar sebagai tempat jual beli semata, namun lebih dari itu pasar terkait dengan konsepsi hidup dan sosial budaya. Pasar tradisional tidak semata-mata mewadai kegiatan ekonomi, akan tetapi pelaku juga dapat mencapai tujuantujuan lain. Melihat peran pasar tradisional yang begitu besar namun keberadaanya semakin terancam dengan maraknya pasar modern maka muncul gagasan untuk mengkaji bagaimana eksistensi pasar tradisional di Kota Surakarta. Dahulu hampir semua masyarakat berbelanja di pasar tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari memang menjadi pilihan utama karena pada waktu itu belum banyak pilihan berbelanja di pasar modern seperti yang terjadi sekarang. Pada saat itu hampir semua aktivitas jual beli masih dilakukan di pasar tradisional, dengan kondisi harga barang belum membumbung tinggi, omset dan pendapatan pedagang juga masih tergolong cukup dan dan tinggi menjadikan kehidupan pedagang pasar menjadi makmur dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun kini yang terjadi, omset dan keuntungan pedagang mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal tersebut dikarenakan pengunjung tergoda untuk menikmati berbelanja di pasar modern yang menawarkan fasilitas yang lebih nyaman dibandingkan di pasar tradisional. Beralihnya pengunjung pasar tradisional ke pasar modern dimungkinkan karena banyak faktor, mulai dari faktor internal seperti kurangnya sarana dan prasarana pasar, kurangnya manajemen pengelolaan pasar, kondisi kebersihan pasar yang semakin kotor dan semrawut dan sebagainya. Selain itu beralihnya pengunjung juga dimungkinkan karena faktor eksternal misalnya dari semakin menjamurnya pasar modern bahkan dengan jarak yang dekat dengan pasar tradisional.3. Pasar UtamaBeberapa pasar yang ada di daerah Solo Raya antara lain Pasar Gede, Pasar Legi, Pasar Gilingan, Pasar Pucang Sawit, Pasar Palur, Pasar Jaten, Pasar Jungke, dan Pasar Tegalgede, dan lain-lain. Pasar-pasar tersebut tersebar dibeberapa Kabupaten yang ada di daerah Solo Raya. Kelompok kami mengambil Pasar Tegalgede sebagai pasar utama dalam praktikum kali ini. a. LokasiPasar Tegalgede terletak di Kecamatan Tegalgede, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Pasar Tegalgede merupakan pasar yang sangat strategis karena lokasinya yang dengan dengan pusat kota Karanganyar, serta letaknya yang bersebelahan dengan terminal Bejen. Pasar Tegalgede juga merupakan pasar sebagai tempat tujuan utama dalam pendistribusian sayur-sayuran dan bahan pokok dari Tawangmangu karena jaraknya yang lumayan dekat dari Tawangmangu dibandingkan dengan pasar lainnya di daerah Soloraya.b. BatasPasar Tegalgede memiliki batas-batas sebagai berikut, sebelah utara berbatasan dengan terminal bus Tegalgede/Bejen, sebelah barat berbatasan dengan ruko dan perkampungan Bejen, sebelah timur berbatasan dengan perkampungan Tegalgede, sebelah selatan berbatasan dengan perkampungan warga Tegalgede. Aksesbilitasnya pun juga sangat mudah dikarenakan bersebelahan langsung dengan terminal bus Tegalgede, Karanganyar. Batas-batas tersebut sangat mendukung operasional pasar karena pasar menjadi sangat strategis.c. FasilitasPasar Tegalgede sebagai pasar utama dalam kelompok kami merupakan pasar dengan golongan sedang. Pasar Tegalgede walaupun sebagai pasar sedang namun memiliki fasilitas yang dapat dibilang telah memenuhi standar, hal ini dikarenakan pasar Tegalgede telah memiliki fasilitas seperti toilet yang cukup banyak dan didukung oleh petugas kebersihan yang selalu rutin membersihkannya, tempat ibadah dengan kondisi yang baik, halaman parkir yang luas dan tertata cukup rapi, serta terdapat bank simpan pinjam yang dapat digunakan oleh para pedagang untuk simpan pinjam uang. Fasilitas-fasilitas tersebut telah ada di pasar Tegalgede dan berjalan dengan baik. Selain itu, pada Pasar Tegalgede juga sudah terdapat plot-plot pedagang sehingga mempermudah pembeli dalam berbelanja bahan pokok seperti makanan hingga sandang. B. Faktor Internal Pasar TradisionalMatrik IFE merupakan matrik yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan atau suatu bidang kajian (Pasar Tradisional) berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal dapat digali dari beberapa fungsional pasar tradisional. Pada tabel di bawah ini akan dijelaskan tentang matrik IFE dengan melakukan pembobotan terhadap berbagai atribut internal pasar tradisional.

Tabel 4.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation Matrix- Matrix IFE) Pada Pasar Tradisional NOATRIBUTBOBOT

1 Harga0,25

2. Pelayanan0,15

3. Jam operasional0,05

4. Jumlah jenis produk yang ditawarkan0,3

5. Jumlah prodak yang ditawarkan0,05

6. Kualitas produk yang di tawarkan0,2

Total1

Sumber : Laporan Sementara Berdasarkan tabel IFE di atas maka dapat diketahui bahwa atribut yang sangat berpengaruh terhadap suatu pasar tradisional adalah Jumlah jenis produk yang ditawarkan. Jumlah jenis produk yang ditawarkan merupakan atribut yang paling penting dimana jumlah jenis produk yang ditawarkan memiliki bobot tertinggi yaitu 0,3. Kelompok kami memebri bobot pada atribut jumlah jenis produk yang ditawarkan sebesar o,3 karena jumlah jenis produk yang ditawarkan akan sangat berpengaruh terhadap keinginan konsumen untuk berbelanja di tempat tersebut. Ketika jumlah jenis produk yang di tawarkan banyak dan beragam maka kebutuhan akan barang yang diinginkan oleh konsumen pun akan tercukupi.Atribut yang berpengaruh selanjutnya secara berturut-turut berturut-turut adalah harga, kualitas produk yang ditawarkan, pelayanan , jam operasional dan jumlah produk yang ditawarkan. Atribut harga memiliki bobot sebesar 0,25. Kelompok kami memberi bobot harga sebesar 0,25 karna harga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap permintaan dan penawaran barang disuatu pasar. Seperti yang dijelaskan pada hukum pemintaan apabila harga naik maka jumlah barang yang diminta akan mengalami penurunan, dan apabila harga turun maka jumlah barang yang diminta akan mengalami kenaikan. Dalam hukum permintaan jumlah barang yang diminta akan berbanding terbalik dengan tingkat harga barang. Ketika harga suatu barang naik maka akan menyebabkan berkurangnya jumlah barang yang diminta. Hal ini dikarenakan, naiknya harga menyebabkan turunnya daya beli konsumen dan akan berakibat berkurangnya jumlah permintaan. naiknya harga barang akan menyebabkan konsumen mencari barang pengganti yang harganya lebih murah. Sedangkan pada hukum penawaran jumlah barang yang ditawarkan akan berbanding lurus dengan tingkat harga, di hukum penawaran hanya menunjukkan hubungan searah antara jumlah barang yang ditawarkan dengan tingkat harga.Kelompok kami memberi atribut kualitas produk yang ditawarkan dengan bobot sebesar 0,2 karna kualitas produk mencerminkan kemampuan produk untuk menjalankan tugasnya yang mencakup daya tahan, kehandalan, kemajuan, kekuatan, kemudahan dalam pengemasan, dan reparasiproduk dan lainnya sebagainya. Konsumen yang memperoleh kepuasan dalam produk yang dibelinya cenderung melakukanpembelian ulang produk yang sama. Ketika kualitas produk yang ditawarkan baik maka akan menciptakan loyalitas konsumen terhadap produk yang ditawarkan tersebut. Atribut selanjutnya adalah pelayanan. Atribut pelayanan memiliki bobot sebesar 0,15. Bobot ini kami berikan karna sebuah pelayanan akan berpengaruh terhadap kenyaman dan loyalitas pelanggang untuk terus menggunakan suatu produk tertentu. Kepuasan pelanggan merupakan kunci dalam menciptakan loyalitas pelanggan. Banyak manfaat yang diterima oleh produsen atau pedagang ketika tercapainya tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi, yakni selain dapat meningkatkan loyalitas pelanggan tapi juga dapat mencegah terjadinya perputaran pelanggan, mengurangi sensitivitas pelanggan terhadap harga, mengurangi biaya kegagalan pemasaran, mengurangi biaya operasi yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah pelanggan, meningkatkan efektivitas iklan, dan meningkatkan reputasi.Jam operasional pasar dan jumlah produk yang di tawarkan memiliki bobot sebesar 0,05. Kelompok kami memberikan bobot yang sama karna pada atribut ini tidak terlalu berpengaruh besar terhadap daya beli konsumen. Jam operasional suatu pasar tidak terlalu mempengaruhi keinginan konsumen untuk melakukan transaksi jual beli, karna pada dasarnya jam operasinal setiap pasar tidak berbeda jauh dengan pasar-pasar lainnya. Sedangkan daya beli konsumen tidak terlalu berpengaruh terhadap jumlah produk yang ditawarkan, ketika jenis produk yang dibutuhkan telah terpenuhi maka keinginan konsumen untuk membeli barang tersebut telah tecapai, jika ingin membeli produk dalam jumlah banyak maka konsumen dapat memilih pasar yang menyediakan produk dengan jumlah besar seperti pasar grosiran dan lain sebagainya.Dari data dan penjelasan mengenai pembobotan berbagai atribut pasar, maka dapat diketahui atribut yang berpengaruh dipasar tradisional pada suatu wilayah tertentu khususnya wilayah Karanganyar Surakarta. C. Faktor Eksternal PasarMenilai faktor eksternal berfokus pada kegiatan mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang dan tantangan perusahaan di bidang-bidang fungsional, termasuk keamanan, kebersihan, tata letak, kenyamanan, kemudahan akses, fasilitas maupun luas pasar. Bagi perusahaan lingkungan eksternal ini pada dasarnya dapat saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Semua organisasi/perusahaan harus mengetahui peluang dan tantangan dari factor eksternal yang ada. Berikut adalah faktor eksternal Pasar Bejen Karanganyar:Tabel 4.2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Eksternal Factor Evaluation- EFE) pada Pasar TradisionalNoAtributBobot

1.Keamanan0,2

2.Kebersihan0,15

3.Tata letak0,08

4.Kenyamanan0,2

5.Kemudahan akses0,25

6.7.FasilitasLuas Pasar0,10,02

Total1

Sumber : Laporan SementaraKebersihan pasar dapat dilihat pada saat kita memasuki pasar-pasar tradisional. Pada pasar-pasar tradisional dapat dilihat bahwa di dalam atau di luar pasar tidak ada sampah yang berserakan. Tetapi sering dipandang oleh sebelah mata bahwa pasar-pasar tradisional kebersihannya lebih rendah daripada pasar modern atau supermarket, karena banyak orang melihat dari sisi bangunannya dan lain-lain. Dilihat dari data yang kelompok kami peroleh, bisa dilihat dari table diatas yaitu bobot dari atribut kebersihan sendiri cukup baik yaitu sebesar 0,15.Keamanan pasar-pasar tradisional sangat berperan penting bagi pengunjung pasar. Keamanan pasar dapat dilihat di tempat parkir kendaran karena terdapat tukang parkir yang menjaga kendaraan bermotor milik pengunjung pasar maupun para pedagang. Barang-barang milik pedagang yang terdapat di ruko atau kios juga terjaga dengan baik karena tidak pernah ada laporan dari pemilik ruko ataupun dari pelanggan pasar tentang kehilangan barang sehingga para pengguna pasar sangat merasa nyaman dan aman. Dari data yang kami peroleh dapat dilihat pada table matrik diatas menunjukkan bahwa nilai bobot keamanan yaitu 0,2 dan kenyamanan juga memiliki bobot 0,2. Dari data yang kami peroleh bobot antara keamanan dan kenyamanan nilainya sama yaitu 0,2 karena pengunjung dan pedagang pasar tradisional merasakan keamanan dan kenyamanan yang sama pula. Hal tersebut merupakan salah satu pertimbangan para pengunjung untuk menjadi pelanggan tetap pasar tradisional. Dari sisi ketertiban sangat terlihat karena di sekitar pasar-pasar tradisional tidak ada pedagang kaki lima yang menafaatkan jalan untuk berjualan hal itu dikarenakan para petugas dan pengguna pasar memanfaatkan lokasi pasar dengan baik untuk menjalankan usahanya.Kemudahan akses tentunya sangat berpengaruh bagi setiap pengunjung yang ingin berkunjung ke pasar-pasar tradisional. Pasar-pasar tradisional yang ramai dikunjungi oleh para pembeli tentunya terletak di lokasi yang strategis. Misalnya, lokasi pasar ini mudah dijangkau oleh para pembeli maupun pedagang karena terletak di dekat terminal. Pengunjung tetap atau pembeli pasar yang tidak memiliki kendaraan pribadipun dapat dengan mudah ke pasar dengan mengendarai kendaraan umum. Pasar yang terletak di pusat kegiatan ekonomi tentunya juga menjadi kekuatan untuk menarik konsumen. Hal ini menunjukkan nilai bobot dari kemudahan akses yaitu 0,25.Tata letak pasar tradisional juga berpengaruh kepada pengguna pasar, yaitu para konsumen. Tata letak pasar tradisional sebaiknya dibuat sedemikian sehingga agar para pengunjung pasar merasa mudah dalam berbelanja, misalnya dengan membuat los-los menurut jenis produk yang dijual pedagang masing-masing, misalnya ada los daging, los sayur mayur, los buah-buahan, los pakaian, dan lain sebagainya. Hal ini bisa dilihat pada table diatas, bahwa data yang diperoleh dari kelompok kami dengan atribut tata letak memiliki bobot 0,08.Fasilitas yang terdapat di pasar-pasar tradisional pada umumnya yaitu mushola, kamar mandi, lahan parkir, pencahayaan lampu listrik, listrik, dan lain sebagainya. Seperti fasilitas kamar mandi ataupun mushola di pasar yaitu sangat berperan penting bagi pedagang tetap ataupun bagi para konsumen. Di pasar tentunya juga harus tersedia fasilitas lahan parkir yang cukup luas bagi pengunjung ataupun pedagang. Dari atribut fasilitas yang berbagai macam tersebut memiliki bobot 0,1.Luas pasar disini tidak begitu berpengaruh bagi para konsumen yang ingin mengunjungi pasar-pasar tradisional. Hal inimenunjukkan bobot dari atribut luas pasar yaitu 0,02. Dari data diatas maka dapat diketahui faktor-faktor eksternal yang sangat berpengaruh pada pasar tradisional di suatu wilayah khususnya wilayah Kabupaten Karanganyar sendiri yaitu kemudahan akses, dan yang tidak begitu berpengaruh bagi pengunjung pasar tradisional yaitu luas pasar.D. Atribut Pasar TradisionalPenelitian dan kajian mengenai persaingan ritel tradisional dan ritel modern tidak selalu mencakup semua atribut, tetapi lebih banyak yang menggunakan atribut pilihan yang paling relevan yang akan menjadi persepsi nilai konsumen. Ahli lain dalam sebuah kajiannya menggunakan atribut-atribut lain yang dievalusi oleh konsumen, yakni hargamurahyang ditawarkan, hadiah yang ditawarkan, lokasi, keragaman produk, kecepatan layanam, suasana outlet, merek outlet, parkir gratis, luas outlet dan keramahanlayanan (Levy, 2007).Tabel 4.3 Atribut Pasar TradisionalNo.AtributBobot

1Harga0,145

2Keamanan0,09

3Pelayanan0,1

4Kebersihan0,75

5Tata Letak Pasar0,04

6Kenyamanan0,065

7Kemudahan Akses Transportasi0,125

8Fasilitas0,05

9Luas Pasar0,025

10Jam Operasional pasar0,035

11Jumlah Jenis Produk yang Ditawarkan0,15

12Jumlah Produk yang Ditawarkan0,045

13Kualitas Produk yang Ditawarkan0,055

Total1

Sumber: Laporan SementaraMenurut tabel atribut pasar diatas diperoleh bobot pada harga sebesar 0,145 karena harga di pasar tradisional memiliki harga yang murah karena lokasinya yang dekat dengan Tawangmangu sebagai penghasil sayur-sayuran. Keamanan memiliki bobot 0,09 karena kemanan pasar tradisional sangat bagus didukung dengan petugas keamanan dan para pedagang yang saling berkontribusi dalam menunjang keamanan pasar. Pelayanan memiliki bobot 0,1 karena para pedagang sangat ramah dalam melayani pembeli, pembeli dapat berbelanja kebutuhan yang ingin dibeli dengan pelayanan yang ramah dari pedagang. Kebersihan memiliki bobot 0,75 karena pasar tradisional sudah terbilang bersih didukung oleh petugas kebersihan yang rutin bekerja untuk membersihakan area pasar. Tata letak memiliki bonot 0,04 karena dalam hal ini kami mengangkap tata letak sudah lumayan rapi namun masih sedikit rumit. Kenyamanan memiliki bobot 0,065 karena dalam berbelanja di pasar tradisional pembeli sudah dapat merasakan kenyamanan yang cukup, baik dalam area maupun kios-kiosnya. Kemudahan akses transportasi memiliki bobot 0,125 karena letak pasar sangat strategis yakni dekat dengan pusat kota dan berada dekat jalan utama. Fasilitas memiliki bobot 0,05 karena pasar tradisional sudah cukup memiliki fasilitas yang dibutuhkan dalam suatu pasar seperti toliet, mushola, dan area parkir yang luas. Luas pasar memiliki bobot 0,025 karena pasar tradisional merupakan pasar yang luas dan besar sehingga mampu menampung banyak pedagang. Jam operasional pasar memiliki bobot 0,035 karena pasar ini telah buka dan banyak dikunjungi pembeli dari jam 03.00 WIB hingga jam 16.00 WIB. Jumlah jenis produk yang ditawarkan memiliki bobot 0,15 karena produk yang ditawarkan di pasar tradisional sangat beragam mulai dari makanan pokok hingga sandang. Jumlah produk yang ditawarkan memiliki bobot 0,045 karena beberapa produk stoknya tidak terlalu banyak dikarenakan kios-kios dari pedagang yang kurang luas. Kualitas produk yang ditawarkan memiliki bobot 0,055 karena produk yang ditawarkan masih cukup segar dan dengan kondisi yang baik, sehingga tidak menurunkan harga produk.E. Rumusan Strategi0. Analisis CPMCPM (Competitive Profile Matrix) adalah alat manajemen strategi yang digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pesaing utama dalam hubungannya dengan posisi strategis produk atau jasa yang ditawarkan. CPM menunjukkan gambaran yang jelas tentang titik kuat dan titik lemah relatif produk atau jasa terhadap pesaing.

Tabel 4.4 Matriks Profil Kompetitif (Competitive Profile Matrix CPM)Pasar TegalgedePasar PalurPasar JatenPasar Jungke

AtributBobotRatingSkorRatingSkorRatingSkorRatingSkor

Harga0,14540,5820,2910,14530,435

Keamanan0,0940,3610,0920,1830,27

Pelayanan0,130,310,120,240,4

Kebersihan0,07530,22510,07520,1540,3

,Tata letak pasar0,0440,1610,0420,0830,12

Kemudahan akses transportasi0,12530,37520,2540,510,125

Fasilitas0,0530,1510,0520,140,2

Kenyamanan0,06540,02510,6530,19520,13

Luas Pasar0,02520,0530,07510,02540,1

Jam operasional pasar0,03510,03540,1420,10730,105

Jumlah jenis produk yang ditawarkan0,1520,310,1530,4540,6

Jumlah produk yang ditawarkan0,04520,0340,1810,04530,135

Kualitas produk yang ditawarkan0,05540,2210,05520,1130,165

Jumlah1392,81232,145272,287413,085

Sumber : Data PrimerBerdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa factor terpenting yang mempengaruhi kualitas pasar adalah atribut jumlah jenis produk yang ditawarkan. atribut jumlah jenis produk yang ditawarkan memiliki bobot 0,5 yang berarti atribut jumlah jenis produk yang ditawarkan sangat berpengaruh terhadap pasar yang akan dipilih konsumen. Factor lainnya adalah atribut harga dengan bobot 0,145 yang berarti harga sangat berpengaruh terhadap suatu pasar yang akan dipilih konsumen. Kemudahan akses transportasi dengan bobot 0,125, pelayanan dengan bobot 0,1, keamanan dengan bobot 0,09, kebersihan dengan bobot 0,075, kenyamanan dengan bobot 0,065, kualitas produk yang ditawarkan dengan bobot 0,055, fasilitas dengan bobot 0,05, Jumlah produk yang ditawarkan dengan bobot 0,045, Tata letak pasar dengan bobot 0,04, Jam operasional pasar dengan bobot 0,035 dan luas pasar dengan bobot 0,025.Atribut dengan skor tertinggi pada pasar tegalgede adalah atribut harga dengan skor 0,58, hal ini berarti pasar tegalgede memiliki factor terpenting kedua sebagai pasar pilihan konsumen dengan harga yang relative lebih murah dibandingkan dengan pasar pesaing. Atribut dengan skor terendah pada pasar tegalgede adalah atribut jumlah produk yang ditawarkan, dengan skor 0,03 yang artinya pasar tegalgede memiliki jumlah produk lebih sedikit dibandingkan dengan pasar pesaing.Berdasarkan data yang ada, pasar yang mampu menarik konsumen karena harga yang paling murah dengan bobot 0,145 adalah Pasar Tegalgede. Hal ini disebabkan karena pedagang Pasar Tegalgede tidak mengambil keuntungan yang terlalu banyak, selain itu letak pasar yang strategis dan terjangkau tanpa mengeluarkan biaya pengangkutan yang mahal. Pasar Tegalgede mempunyai pelayanan yang paling baik diantara pasar lainnya dengan bobot 0,1. Hal ini disebabkan karena para penjual di Pasar Tegalgede yang cenderung melayani pembeli dengan sangat ramah, dan menjawab setiap pertanyaan dan tawaran dengan sangat bijak, tak jarang mereka memberikan pengertian kepada pembeli yang menawar harga sangat rendah sehingga pembeli pun merasa senang berbelanja di Pasar Tegalgede.Pasar yang mempunyai jam operasional paling baik adalah Pasar Palur, dengan bobot 0,035. Pasar Palur beroperasi lebih lama dibandingkan pasar lainnya, bahkan sampai pukul 15.00 WIB Pasar Palur masih ramai pengunjung sedangkan ketiga pasar lainnya sudah sepi pengunjung. Pasar Tegalgede mempunyai jumlah jenis produk yang jauh lebih beragam dengan bobot 0,15. Pasar Tegalgede menawarkan sayur yang beraneka ragam, kebutuhan pokok seperti beras, gula dan minyak, daging segar, bahkan ada pula yang berjualan pakaian.Pada komponen jumlah produk yang ditawarkan dengan bobot 0,045. Pasar Tegalgede sebagai pasar utama masih kalah oleh Pasar Palur sebagai pasar pembanding. Hal ini terjadi karena Pasar Tegalgede hanya beroperasi setengah hari, sehingga pedagang pada Pasar Tegalgede hanya menyediakan sedikit stok. Kualitas barang yang ditawarkan dengan bobot 0,055. Pasar Tegalgede sebagai pasar utama sangat baik, hal ini terbukti dari hasil pengamatan kami sendiri bahwa beberapa sayuran yang dijual masih segar karena paling dekat dengan Tawangmangu sebagai penghasil sayuran.Pasar Tegalgede sebagai pasar utama sebenarnya tidak pernah terjadi kriminalitas, bahkan barang dagangan yang ditinggal tidak pernah hilang. Hanya saja Pasar Jungke sebagai pasar pembanding mempunyai keamanan yang lebih terjamin dengan bobot 0,09. Hal ini dikarenakan letak Pasar Jungke yang bersebelahan dengan banyak pos keamanan, sehingga tidak pernah terjadi kriminalitas di Pasar Jungke dan sekitarnya. Pasar Tegalgede sebagai pasar utama kebersihannya sangat terjamin dengan bobot 0,075. hal ini terbukti dengan petugas kebersihan pasar yang selalu bergantian membersihkan pasar serta kesadaran dari para pedagang.Pasar Tegalgede sebagai pasar utama memiliki tata letak yang sangat baik dengan bobot 0,04. Hal ini dapat terlihat dengan adanya pembagian plot pedagang berdasarkan jenis degangannya, serta ruang parkir yang lumayan rapi dibanding pasar pembanding lainnya. Pasar Jaten sebagai pasar pembanding ternyata memberikan rasa nyaman yang lebih baik dibandingkan Pasar Tegalgede sebagai pasar utama dengan bobot 0,065.Pasar Tegalgede adalah pasar yang mudah diakses kendaraan umum, dengan bobot kemudahan akses transportasi sebesar 0,125. Hal ini dikarenakan Pasar Tegalgede bersebelahan dengan terminal Bejen dan dekat dengan jalan raya utama. Pasar Jungke memberikan fasilitas terbaik dibandingkan Pasar Tegalgede dengan bobot 0,05. Pada Pasar Jungke telah tersedia layar besar untuk memantau harga bahan pokok walau memang terkadang ada beberapa bahan pokok yang tidak ada harga.Luas pasar dengan bobot 0,025 pada Pasar Tegalgede sebagai pasar utama relatif besar, tetapi perlu adanya perluasan pasar lagi. Menurut salah satu pedagang, Pasar Tegalgede harus diperluas lagi untuk kenyamanan semua pihak.0. Strategi Pengembangan Pasar TradisionalTeknik QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks-QSPM) adalah alat yang memungkinkan para penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya. Seperti halnya alat-alat analitis perumusan strategi yang lain, QSPM membutuhkan penilaian intuitif yang baik. Teknik ini secara objektif menunjukkan strategi yang hendak dijalankan di antara strategi-strategi alternatif.

Tabel 4.5 Analisis Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM) pada Pasar TegalgedeAlternatif StrategiJumlah ProdukLuas PasarFasilitas

Tata letak pasar

(Menambah Unit Kios)( Membuat bangunan bertingkat)(Menambah petugas kebersihan)(Mengelompokkan jenis produk)

AtributBobotASTASASTASASTASASTAS

Harga0,14540,5830,43510,14520,29

Keamanan 0,0910,0920,1840,3630,27

Pelayanan0,140,410,130,320,2

Kebersihan0,07510,07520,1540,0430,225

Tata Letak Pasar0,0420,0830,1210,1340,16

Kenyamanan0,06510,06520,340,2630,195

Kemudahan Akses Transportasi0,12510,12520,2530,37540,5

Fasilitas(parkir, toilet, pusat informasi, tempat ibadah, satpam0,0530,1520,140,210,05

Luas Pasar0,02530,07540,110,02520,05

Jam operasional Pasar0,03540,1430,10510,03520,07

Jumlah jenis produk yang ditawarkan0,1540,630,4510,1520,3

Jumlah produk yang ditawarkan0,04530,13540,1410,04520,09

Kualitas Produk yang ditawarkan0,05530,16510,05520,1140,22

Jumlah1342,68322,485302,17534 2,62

Sumber : Data PrimerPada strategi 1 menambah unit kios, AS yang jumlahnya sama adalah pada atribut harga, pelayanan, jam operasional pasar, dan jumlah jenis produk yang ditawarkan yaitu dengan angka 4. Dengan diterapkannya strategi tersebut, diharapkan atau dapat terjadi perubahan yang signifikan pada atribut tersebut. Penambahan unit kios diharapkan dapat menambah harga yang ada di pasar sehingga akan membantu pedagang pasar untuk membayar sewa kiosnya. Tidak hanya harga, diharapkan pelayanan pasar juga bertambah. Dari yang tadinya pedagang banyak yang berjualan diluar pasar mereka akan pindah kedalam menempati kios yang baru sehingga pelayanan akan bertambah dan pelanggan merasa lebih nyaman berbelanja. Kemudian pengaruhnya dengan jam operasional adalah diharapkan dengan bertambahnya unit kios akan menambah jam operasional pula karena pedagang akan berjualan sampai pasarnya tutup dan dagangannya habis. Tadinya, pedagang banyak yang selesai berjualan tidak pada jamnya. Banyak yang sebelum jam operasionalnya berakhir sudah tidak ada di pasar. Pada strategi ini, diharapkan dengan menambah unit kios akan jumlah produk yang dijual didalam pasar. Hal ini akan menyebabkan keanekaragaman barang-barang yang membuat barang-barang di dalam pasar menjadi lengkap, sehingga para pembeli akan memilih pasar Tegalgede sebagai tujuan utama pelanggan membeli barang karena jumlah produknya yang banyak dan bervariasi.Pada strategi 2 membuat bangunan bertingkat , AS yang jumlahnya sama adalah pada atribut luas pasar dan jumlah produk yang ditawarkan yaitu dengan angka 4. Kondisi di daerah sekitar pasar Tegalgede sudah termasuk daerah yang padat penduduknya karena disamping pasar adalah terminal Bejen, sehingga jika ingin memperlebar luas pasar adalah hal yang cukup mustahil untuk dilakukan. Maka, untuk menyiasati hal tersebut dapat digunakan strategi membuat bangunan bertingkat supaya luas pasar bertambah dan dapat menunjang strategi yang pertama. Strategi yang kedua juga mempengaruhi jumlah produk yang ditawarkan karena dengan bertambahnya tingkat pasar, maka pedagangnya akan semakin bervariasi dalam berjualan sehingga jumlah produk yang ditawarkan bertambah. Pada strategi 3 menambah petugas kebersihan yang ada, akan berpengaruh pada AS yang jumlahnya sama, yaitu keamanan, kebersihan, kenyamanan, dan fasilitas. Petugas kebersihan cukup memberikan pembeli rasa aman. Dengan melihat tempat yang bersih dan tertata akan menyebabkan pembeli merasa aman saat membeli karena disitu juga terdapat petugas yang sewaktu-waktu dapat membantu pembeli ketika terjadi tindak kriminal sepeti pencopetan. Kebersihan merupakan sebagian dari iman, dan kebersihan pula awal dari hidup sehat. Barang-barang dagangan maupun tempat lokasi penjual di pasar apabila tidak diperhatikan akan menimbulkan banyak kuman yang nantinya merugikan sendiri bagi kesehatan masyarakat. Sehingga diperlukan petugas kebersihan yang siap sedia untuk membersihkan seluruh pasar dan membut kita sebegai pembeli merasa nyaman berbelanja dipasar. Tidak hanya itu, kebersihan fasilitas yang ada dipasar juga terjamin karena adanya petugas kebersihan yang selalu bersedia untuk membersihkan fasilitas-fasilitas itu.Strategi yang terakhir adalah mengelompokkan jenis produk , AS yang jumlahnya sama adalah pada atribut tata letak pasar dan kemudahan akses transportasi yaitu dengan angka 4. Strategi ini akan sangat membantu pembeli karena ia akan mudah menemukan barang yang harus ia beli tanpa perlu bingung untuk mencarinya karena sudah ada pengelompokkan jenis produk. Pasar Tegalgede ini terletak didaerah yang strategis karena aksesnya mudah dijangkau dan bersebelahan dengan terminal. Sehingga kemudahan akses transportasinya dapat dicapai. Tidak hanya akses untuk mencapai pasar ini yang mudah, tetapi dengan adanya pengelompokkan produk, maka akses untuk mendapatkan produk yang diinginkan semakin mudah karena sudah ada pengelompokkan barang dipasar.Strategi yang paling baik diantara empat strategi tersebut berdasarkan faktor internal adalah menambah unit kios karena memiliki Total Attractiveness Score/TAS tertinggi yaitu sebesar 2,68 artinya bahwa strategi tersebut berpengaruh sangat kuat terhadap perkembangan pasar Tegalgede Kabupaten Karanganyar. Sedangkan strategi yang kurang baik diterapkan adalah menambah petugas kebersihan karena memiliki Total Attractiveness Score/TAS terendah yaitu sebesar 2,175 artinya strategi tersebut memiliki pengaruh yang lemah terhadap perkembangan pasar Tegalgede.Strategi yang paling baik diantara empat strategi tersebut berdasarkan faktor eksternal adalah mengelompokkan jenis produk karena memiliki Total Attractiveness Score/TAS tertinggi yaitu sebesar 2,62 artinya bahwa strategi tersebut berpengaruh kuat terhadap perkembangan pasar Tegalgede. Sedangkan strategi yang kurang baik diterapkan adalah menambah petugas kebersihan karena memiliki Total Attractiveness Score/TAS terendah yaitu sebesar 2,175 artinya strategi tersebut memiliki pengaruh yang sangat lemah terhadap perkembangan pasar Tegalgede Kabupaten Karanganyar.

26BAB VKESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanStrategi yang paling baik diantara empat strategi tersebut berdasarkan faktor internal adalah menambah unit kios karena memiliki Total Attractiveness Score/TAS tertinggi yaitu sebesar 2,68 artinya bahwa strategi tersebut berpengaruh sangat kuat terhadap perkembangan pasar Tegalgede Kabupaten Karanganyar. Sedangkan strategi yang kurang baik diterapkan adalah menambah petugas kebersihan karena memiliki Total Attractiveness Score/TAS terendah yaitu sebesar 2,175 artinya strategi tersebut memiliki pengaruh yang lemah terhadap perkembangan pasar Tegalgede.Strategi yang paling baik diantara empat strategi tersebut berdasarkan faktor eksternal adalah mengelompokkan jenis produk karena memiliki Total Attractiveness Score/TAS tertinggi yaitu sebesar 2,62 artinya bahwa strategi tersebut berpengaruh kuat terhadap perkembangan pasar Tegalgede. Sedangkan strategi yang kurang baik diterapkan adalah menambah petugas kebersihan karena memiliki Total Attractiveness Score/TAS terendah yaitu sebesar 2,175 artinya strategi tersebut memiliki pengaruh yang sangat lemah terhadap perkembangan pasar Tegalgede Kabupaten Karanganyar. B. SaranSaran yang dapat diberikan untuk pasar Tegalgede, Karanganyar adalah lebih meningkatkan kembali pengelolaan pasar terutama dalam aspek kenyamanan seperti tata letak pedagang serta memperbaiki fasilitas umum yang ada di sana, seperti tempat parkir, toilet, pusat informasi, dan tempat ibadah untuk lebih menarik minat dari konsumen untuk datang.C. Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKAAhdiyana, Marita. 2009. Memperkuat Manajemen Strategis dengan Pengukuran Kinerja dalam Organisasi Sektor Publik. Jurnal Manajemen Strategi 5: (9).Anwar, M. 2001. PedomanPembinaan Pasar Tradisional. Dirjen Departemen Perindustrian dan Perdagangan: Jakarta.Basalah, S. 2000. Optimasi Faktor Input PenunjangUtama Pengembangan Pasar Tradisional. Lokakarya Pemberdayaan Pasar Tradisional dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah:Jakarta.David, F.R. 2010. Strategic Management, Manajemen Strategis Konsep. Penertbit Salemba, Jakarta.Eka Windya, et.al. Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Manajemen dan Bisnis. Vol 13 No. 1Fahdrian, Ferdy. 2010. Analisa Atribut Pemasaran. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 11 No. 2.Fred R.David, 2007. Strategic Management Concepts and Cases. California: Prentice-Hall.Mahmood, Shanewaz. 2014. Competitive Profile Matrix (CPM) as a Competitors Analysis Tool a Theoretical Perspective. Vol. 3 No. 1.Mohd. Harisudin. 2001. Competitive Profile Matrix sebagai Alat Analisis Strategi Pemasaran Produk atau Jasa, Vol. 7 No.2 Pebruari 2011 : 80 84 Nielsen. 2004. Pasar Modern Terus Geser Peran Pasar Tradisional. Nurhayati, Siti. 2008. Manajemen Strategi sebagai Upaya Pengembangan Usaha. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. IX (1) : 72-82.Nurviani, Novi., 2013., Perpres RItel VS PErsaingan Usaha., Raharja, Dian . 2013. Memahami Langkah-Langkah dalam Proses Pencatatan. Rineka Cipta. Jakarta.Rangkuti, Freddy. 2010. Analisis QSPM : Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. JakartaSarkis, Joseph. 2003. Quantitative Models for Performance Measurement Systems-Alternate Consideration (Quantitative Strategic Planning Matriks/QSPM). International Journal of Production Economics.Vol. 86 (1) : 81-90.Setiawan, Rudie. 2005. Perumusan Strategi Bisnis dengan Menggunakan Metode QSPM.Jurnal Forum Inovasi. Vol. 2 (4) : 17-18. Simamora, Bilson. 2003. Memenangkan Pasar Dengan Pemasaran Efektif dan Profitable. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Tambunan, Tulus TH, dkk., 2004. Kajian Persaingan dalam Industri Retail. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).Utami, E Dan Imron, A. 2012. Perumusan Strategi Perusahaan Berdasarkan Competitive Advantage. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 11, No. 2Utomo, Tri Joko., 2011., Persaingan Bisnis Ritel: Tradisional Vs Modern (The Competition of Retail Business: Traditional vs Modern., Fokus Ekonomi., Vol. 6 No. 1 Juni 2011 : 122 133.Widodo, D.P. 2010. Competitive Profile Matrix dan Mckinsey Capacity Assessment Grid Sebagai Perangkat Analisis Manajemen Strategis.

46