4. Bab II Plambing

53
BAB II PLAMBING 2.1. Dasar Teori Plambing merupakan salah satu kegiatan pelaksanaan suatu konstruksi yang biasanya masuk pada bagian Mechanical and Electrical, sedangkan pengertian dari plambing itu sendiri adalah suatu kegiatan pemipaan baik itu air bersih,air panas, air kotor,gas, AC dan lainnya. Fungsi dari plambing adalah untuk menyediakan air bersih ketempat – tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup yang dilaksanakan oleh sistem penyediaan air bersih, membuang air kotor dari tempat – tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya yang dilaksanakan oleh sistem pembuangan. Kegiatan Plumbing ini perlu mendapat perhatian khusus mengingat pemakaiannya untuk jangka waktu yang panjang , maka pada waktu pelaksanaannya baik itu pada saat merencanakan sambungan ataupun dalam pemasangannnya perlu ketelitian dan kehati-hatian 4

description

LAPORAN PLUMBING

Transcript of 4. Bab II Plambing

Page 1: 4. Bab II Plambing

BAB II

PLAMBING

2.1. Dasar Teori

Plambing merupakan salah satu kegiatan pelaksanaan suatu konstruksi

yang biasanya masuk pada bagian Mechanical and Electrical, sedangkan

pengertian dari plambing itu sendiri adalah suatu kegiatan pemipaan baik itu air

bersih,air panas, air kotor,gas, AC dan lainnya.

Fungsi dari plambing adalah untuk menyediakan air bersih ketempat –

tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup yang dilaksanakan oleh

sistem penyediaan air bersih, membuang air kotor dari tempat – tempat tertentu

tanpa mencemarkan bagian penting lainnya yang dilaksanakan oleh sistem

pembuangan.

Kegiatan Plumbing ini perlu mendapat perhatian khusus mengingat

pemakaiannya untuk jangka waktu yang panjang , maka pada waktu

pelaksanaannya baik itu pada saat merencanakan sambungan ataupun dalam

pemasangannnya perlu ketelitian dan kehati-hatian

Kesalahan yang sering terjadi dalam pekerjaan plambing dapat

merugikan manusia, sebagai contoh saluran pembuangan yang tidak benar

pemasangannya akan bocor sehingga lingkungan disekitarnya tercemar oleh bau

yang tidak sedap yang pada akhirnya perkembangan bibit penyakit. Untuk itu

pekerjaan plambing di Indonesia telah diatur oleh Pedoman Palmbing Indonesia.

4

Page 2: 4. Bab II Plambing

5

2.2. Prosedur Pelaksanaan Sistem Plambing

1) Perancangan konsep.

Dalam menyiapkan perancangan konsep sistem plumbing, hal-hal yenmg

perlu diketahui adalah :

a. Jenis dan penggunaan gedung

b. Denah bangunan

c. Jumlah penghuni.

2) Penelitian lapangan.

Penelitian lapangan merupakan bagian pekerjaan perencanaan dan

perancanganyang meliputi :

a. Kunjungan kelokasi pembangunan gedungnya dan melihat situasi

setempat

b. Perundingan dengan instasi pemerintah yang berwenang.

c. Menjajagi pendapat instasi pengairan dan perikanan setempat.

d. Penelitian yang menyangkut hak penggunaan air dan pembuangan air.

3) Rencana dasar

a. Masalah Umum

Dalam tahap ini disiapkan dasar – dasar perancangan, dengan

menggunakan rencana konsep serta data yang diperoleh dari penelitian

lapangan, antara lain perlu dilakukan:

Pertemuan dengan pemilik gedung atau perancang gedung

Penyesuaian dengan persyaratan gedung maupun peralatan lainnya.

Page 3: 4. Bab II Plambing

6

b. Pemilihan peralatan

Setelah menetapkan dasar – dasar perancangan, jenis sistem plumbing

dapat dipilh, data untuk perhitngan perancangan dapat disiapkan dan

jenis – jenis peralatannya dipelajari.

4) Perancangan pendahuluan.

Berdasarkan rencana dasar yang telah dibuat, kapasitas dari sistem dan

perletakkan peralatan plumbing dipelajari lebih detail dengan

menggunakan gambar-gambar pendahuluan denah bangunan.

5) Rancangan pelaksanaan.

Setelah rancangan pendahuluan diperiksa dan disetujui oleh pemilik

gedung atau perancang gedung, perhitungan dan gambar – gambar

pelaksanaan dapat disiapkan.

2.3. Ruang Lingkup Pekerjaan Plambing

1. Instalasi pipa air :

Air bersih.

Air kotor.

2. Instalasi pemadam kebakaran :

Hydrant.

Springkler.

3. Instalasi gas (Gas Fitting).

4. Peralatan saniter.

Peralatan saniter dibagi atas empat bagian :

Ablushionary Fixtures (air bilasan).

Page 4: 4. Bab II Plambing

7

Waste Water Fixtures (air yang mengandung sabun).

Greasy Water Fixtures (air yang mengandung lemak).

Soil Water Fixtures (air yang mengandung kotoran).

5. Roof gutter ( kerja atap).

Termasuk didalamnya : saluran buangan (talang) dan penutup celah.

6. Peralatan dapur.

7. Peralatan untuk mencuci.

8. Peralatan pengolahan sampah.

9. Instalasi lainnya misalnya : instalasi pipa untuk penyediaan zat asam, zat

lemas, air steril,udara dll.

2.4. Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air

1. Kualitas air.

Penyediaan air bersih dengan kualitas yang tetap baik merupakan prioritas

utama, dengan menunjuk salah satu peraturan yang mengatur masalah

kualitas air.

2. Pencegahan pencemaran air.

Pada sistem penyediaan air bersih/ dingin meliputi beberapa peralatan

seperti : tangki air bawah tanah, pompa-pompa, pemipan dsb. Harus dapat

mengalirkan air ketempat yang dituju dengan tidak dicemari oleh faktor-

faktor yang merugikan kesehatan diantaranya :

Larangan hubungan pintas (cross connection).

Yang dimaksud dengan cross connection adalah hubungan fisik antara

dua sistem pipa yang berbeda. Misalkan satu sistem pipa untuk air

minum dan sistem pipa lainnya berisi air yang tidak diketahui atau

Page 5: 4. Bab II Plambing

8

diragukan kualitasnya berhubungan fisik sehingga memungkinkan air

minum tercemar.

Pencegahan aliran-balik (back-flow)

Aliran-balik (back-flow) adalah aliran air atau cairan lain, zat atau

campuran, ke dalam sistem perpipaan air minum, yang berasal dari

sumber lain yang bukan untuk air minum. Aliran-balik disebabkan oleh

efek siphon-balik (back-siphonage). Efek siphon-balik adalah terjadinya

aliran masuk ke dalam pipa air minum dari air bekas, air tercemar, dari

peralatan saniter atau tangki, disebabkan oleh timbulnya tekanan negatif

dalam pipa.

2.5. Sistem Penyediaan Air Bersih

Pada sistem penyediaan air bersih dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Sistem sambungan langsung

Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung

dengan pipa utama penyediaan air bersih (pipa utama dibawah jalan

milik PDAM).

2. Sistem tangki atap

Biasanya dengan alasan ingin tekanan air yang cukup, maka sistem

penyimpanan air dibuat 2 bak, satu dibawah (ground reservoar) yang

kedua tangki diatas atap (Roof Tank) diatas lantai tertinggi bangunan,

dari tangki ini didistribusikan ke seluruh bangunan yang diperlukan.

Alasan – alasaan penggunaan tangki atap:

Page 6: 4. Bab II Plambing

9

a. Selama air digunakan , perubahan tekanan yang terjadi pada alat

plambing hampir tidak berarti (tetap)

b. Sistem pompa yang menaikan air ke tangki atap bekerja secara

otomatis dengan alat sederhana sehingga pompa hidup dan mati

digerakan oleh alat deteksi muka air dalam tangki.

3. Sistem Tangki Tekan

Pada sistem ini prinsip kerjanya sama dengan tangki diatas hanya

penempatan tangki dibawah dengan diberi tekanan ( tekanan antara 1

sampai dengan 1,5 kg/cm2) untuk mendistribusikan ke tempat yang

diperlukan dengan bantuan pompa otomatis, ini biasanya bila gedung

tidak memungkinkan dipasang tangki atap atas dasar kekuatan struktur.

Kelebihan-kelebihan sistem tangki tekan :

a. Segi estetika (tidak merubah tampak bangunan)

b. Mudah perawatan langsung dipasang diruang pompa.

c. Harga awal relatif murah.

Kekurangan-kekurangan :

a. Fluktuasi tekan lebih besar (kurang lebih 1 kg/cm2)

b. Dengan berkurangnya udara pada tangki tekan akan terjadi udara

hampa pada tangki sehingga harus dikuras atau ditambah udara

c. Tangki bukan tempat menyimpan/ cadangan air , tetapi sebagai alat

otomatis penekan air.

d. Karena jumalah air yang tersimpan relatif ssedikit maka pompa akan

sering bekerja

Page 7: 4. Bab II Plambing

10

4. Sistem tanpa tangki (booster sistem)

Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah,

tangki atas, ataupun tangki tekan. Pada sistem ini air dipompakan

langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa hisap langsung dari

pipa utama* atau sumur. (* di Indonesia dilarang)

2.6. Bahan Instalasi Pipa

1. Pipa Induk

Untuk Pipa Induk dapat digunakan bahan :

a. Besi tuang / besi cor

b. Asbes semen

c. Baja lapis beton

d. Pipa plastik PVC (Poly Vinyl Chloride), UPVC (UnPoly Vinyl

Chloride), dan PE (Polymer).

e. Baja

f. Timah hitam

Dalam pemasangan pipa ini ada beberapa syarat yang harus dipenuhi :

Harus mampu mengeluarkan debit air sesuai dengan kebutuhan.

Mampu menahan gaya baik gaya dari luar seperti tanah atau

pembebanan lainnya maupun gaya yang ditimbulkan oleh tekanan air

itu sendiri.

Pada pemilihan jenis pipa yang akan dipakai harus diperhatikan hal-hal

sebagai berikut :

a. Ukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan yang tersedia di pasaran.

b. Karakteristik dari jenis pipa.

Page 8: 4. Bab II Plambing

11

c. Faktor ekonomis

d. Praktis dalam pemasangan

e. Praktis dalam pengangkutan

f. Sesuai dengan kadar kandungan/kondisi udara

2. Pipa Instalasi Gedung

Syarat umum :

Harus mampu mengalirkan debit yang diperlukan.

Dapat menahan gaya-gaya dalam dan luar.

Cukup tahan lama.

Kategori pemakaian pipa :

Pipa pembawa

Untuk mengalirkan air dari sumber air ke tempat tertentu, pipa

pembawa ini adalah, pipa pembawa utama atau pipa induk, pipa

instalsai, pipa sanitasi.

Pipa cabang/ pipa distribusi :

Pipa pembawa sekunder dari pipa induk ke bangunan.

Pipa plambing

Yaitu pipa-pipa jaringan dalam bangunan

Pemasangan instalasi pipa didalam gedung ini ada yang

terbuka (tidak tertanam di dinding) dan ada pula yang bersifat tertutup

(tertanam pada dinding) yang masing-masingnya memiliki

kekurangan dan kelebihan tersendiri

Pemasangan pipa yang bersifat terbuka memperlihatkan nilai

estetika dari bangunan tetapi pada pipa ini bila terjadi kerusakan atau

kebocoran dapat dengan segera diketahui , tetapi pada pemasangan

Page 9: 4. Bab II Plambing

12

pipa yang bersifat tertutup tidak mempengaruhi ornament luar , dan

apabila terjadi kebocoran tidak dapat langsung terdeteksi.

Pada instalasi plambing ini sering terjadi kerusakan. Yang

mempengaruhi kerusakan instalasi pipa , khususnya untuk pipa dari

logam adalah proses elektrolisa air yang ditimbulkan akibat adanya air

tanah sehingga kandungan atau jenis logam yang tertanam di dalam

tanah , satu jenis logam dengan logam lainnya saling berhubungan

akibat adanya air tanah. Hubungan ini disebut Elektrolisa air.

Kerusakan pipa lainnya ada yang diakibatkan oleh :

a) Kerusakan pipa dari pabrik

b) Kerusakan akibat alat sambung

c) Kualitas dari pipa itu sendiri

d) Kerusakan pada saat pelaksanaan

Untuk mengatasinya dapat dilakukan perbaikan yang bersifat

sementara perbaikan ini bersifat preventif yakni mengatasi hanya

sesaat. Untuk perbaikan yang bersifat tetap dapat dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut :

a) Mencari kondisi yang bocor

b) Membobok sampai kondisi kerusakan diketahui

c) Memotong pipa yang bocor

d) Menyambung pipa dengan menggunakan alat sambung yang

diperlukan. Untuk pipa galvanis, sebelum disambung harus diulir

terlebih dahulu kemudian disambung dengan fitting sesuai

kebutuhan. Sedangkan untuk pipa PVC setelah dipotong

dibersihkan kemudian diamplas lalu diolesi lem.

Page 10: 4. Bab II Plambing

13

Pada instalasi plambing daerah yang rawan bocor adalah di daerah

sambungan, untuk itu setelah pemasangan atau perbaikan pada pipa

harus dilakukan pengujian. 5 cara pengujian yang dapat dilakukan

antara lain :

1. Dengan tekanan dan aliran air untuk memeriksa kebocoran pipa

terutama pada sambungan. Cara ini dilakukan dengan mengisi

instalasi dengan air kemudian diberi tekanan sampai skala tertentu

pada manometer. Jika skala pada manometer menurun maka ada

bagian yang bocor. Jika tetap maka instalasi baik,

2. Pengujian dengan asap untuk memeriksa kebocoran sambungan.

Cara ini dilakukan dengan mengisi instalasi dengan asap

kemudian kedua ujungnya ditutup dan diperhatikan pada

sambungan. Jika asap keluar maka sambungan tidak kuat atau

bocor.

3. Pengujian dengan cermin untuk memeriksa kelurusan dan

kebersihan di dalam saluran pipa yang lurus. Cara ini dilakukan

dengan meletakkan 2 buah cermin pada masing-masing ujung

pipa yang lurus dengan sudut 450 dan dari cermin dapat dilihat

cahaya dari ujung yang lain maka akan terlihat apakah pipa

tersebut lurus dan bersih.

4. Dengan slide (semacam plat baja yang tipis dan pada ujungnya

ada semacam sikat ijuk yang fungsinya untuk memeriksa dan

membersihkan bagian dalam sambungan pipa.

Dengan plug (bola karet) untuk memeriksa kebocoran pipa.

Page 11: 4. Bab II Plambing

14

2.7. Pelaksanaan Praktikum

Terdiri dari :

1) Memotong dan Mengikir Pipa Galvanis

2) Membuat Ulir Menggunakan Alat Snay Tidak Langsung

3) Membuat Ulir dengan Menggunakan Treading Machine

4) Pemasangan Instalasi Pipa Tertutup

Page 12: 4. Bab II Plambing

15

PRAKTIKUM 1

MEMOTONG DAN MENGIKIR PIPA GALVANIS

I. Tujuan

Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan dalam menggergaji dan mengikir

pipa galvanis.

Dapat mengenal dan menggunakan peralatan sesuai dengan fungsi dan

kegunaan masing-masing.

Dapat mengetahui cara memotong pipa galvanis secara manual dengan

gergaji besi secara baik dan benar.

II. Peralatan dan Bahan

1. Peralatan

a. Gergaji besi b. Penggores

c. Mistar besi d. Siku baja

Page 13: 4. Bab II Plambing

16

e. Roll meter / pita meter f. Sikat kawat

g. Kikir bulat panjang kasar,

kikir kasar, kikir halus.

h. Ragum

2. Bahan

Pipa Galvanis dengan diameter : ½” , ¾” dan 1”

Page 14: 4. Bab II Plambing

pipa

17

III. Gambar Kerja

IV. Langkah Kerja

1. Pekerjaan Menggergaji

1. Siapkan peralatan dan bahan.

2. Letakkan peralatan dan bahan di atas meja kerja dengan kondisi rapi

dan teratur.

3. Ukur panjang masing-masing pipa sesuai dengan ukuran yang telah

ditentukan dengan menggunakan penggaris baja dan penggores.

Page 15: 4. Bab II Plambing

18

4. Tandai pipa yang akan dipotong 452 mm (toleransi 1 mm),

sehingga jarak total 452 mm.

5. Setelah pipa ditandai dengan menggunakan penggores, gergajilah pipa

dengan menggunakan gergaji besi.

6. Saat menggergaji usahakan menggergajinya tegak lurus terhadap pipa

( jika merencanakan potongan pipa yang tegak lurus )

7. Hasil potongan tersebut dihaluskan dan dibuat rata dengan

menggunakan kikir.

Batas Penggergajian

Ragum

pipa

Page 16: 4. Bab II Plambing

19

2. Pekerjaan Mengikir

1. Setelah pemotongan pipa, periksa kedataran permukaan pipa hasil

pemotongan, kemudian letakkan pipa dalam ragum dalam posisi berdiri

dan jepit dengan kuat.

2. Bila permukaan pipa hasil pemotongan tidak rata, kikir permukaan pipa

tersebut dengan kikir persegi kasar sampai rata dan sampai mendekati

ukuran yang diinginkan. Jika permukaan pipa telah rata dan ukuran

panjang pipa hampir mendekati ukuran yang diinginkan, lanjutkan

dengan menggunakan kikir persegi halus.

Alat siku

pipa

Ragum

pipa

Page 17: 4. Bab II Plambing

kikir

20

3. Periksalah permukaan kikir. Jika banyak terdapat sisa-sisa hasil

pengikiran (bram) bersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan sikat

kawat.

4. Lanjutkan pengikiran sampai didapatkan permukaan yang rata dan

ukuran yang diinginkan. Periksa kesikuan antara permukaan pipa yang

dikikir dengan badan (dinding) pipa.

5. Setelah pengikiran dengan menggunakan kikir persegi selesai, yang

berarti permukaan pipa telah rata dan ukurannya sesuai dengan yang

diinginkan, kikir bagian dalam pipa dengan menggunakan kikir bulat

sehingga permukaan pipa yang telah dikikir bagian dalamnya menjadi

halus.

6. Lakukan pekerjaan di atas pada ketiga pipa yang telah disediakan.

pipa

Ragum

Page 18: 4. Bab II Plambing

21

7. Setelah pekerjaan selesai, bersihkan dan rapikan peralatan yang telah

digunakan dan kembalikan ke tempat semula.

V. Kesimpulan

1. Pemotongan yang bagus adalah tegak lurus terhadap pipa.

2. Dalam melakukan pemotongan sebaiknya toleransi yang diambil jangan

terlalu besar (1mm – 2 mm) karena banyak memakan waktu dan tenaga.

3. Pengikiran diusahakan dalam satu arah untuk mendapatkan hasil pengikiran

yang baik.

Page 19: 4. Bab II Plambing

22

PRAKTIKUM II

MEMBUAT ULIR MENGGUNAKAN

ALAT SNEY TIDAK LANGSUNG

I. Tujuan

Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan pembuatan drat / ulir dengan

benar

Dapat menggunakan peralatan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya

masing-masing

Dapat mengetahui cara pembuatan drat/ulir pipa galvanis secara manual

dengan menggunakan alat pengulir / sney tidak langsung secara baik dan

benar

Dapat membuat hasil penguliran yang baik

II. Peralatan dan Bahan

1. Peralatan

a. Satu set alat sney tidak langsung b.Penggores

Page 20: 4. Bab II Plambing

23

c. Ragum d. Oli

e. Meteran f. Socket (untuk mengecek ulir)

g. Mistar besi h. Kuas

2. Bahan

Pipa galvanis ukuran ½” , ¾” , 1” yang sudah kikir rata dan bersih dari

bram.

Page 21: 4. Bab II Plambing

24

III. Gambar Kerja

IV. Langkah Kerja

1. Persiapkan bahan yang sudah di gergaji dan juga yang telah di kikir

sebelumnya yaitu pipa galvanis ½ ” , ¾ ” dan 1’’

2. Letakan bahan pada ragum dan jepit dengan kuat.

Page 22: 4. Bab II Plambing

25

3. Tandai panjang penguliran pada badan pipa dengan menggunakan

penggores. Untuk pipa ½ ” sepanjang 15 mm, ¾ “ sepanjang 17 mm,

dan 1 “ sepanjang 20 mm.

4. Siapkan snay tidak langsung, stel snay tidak langsung pasangkan gigi yang

pertama sesuai dengan berapa diameter pipa yang akan dibuat dratnya

Page 23: 4. Bab II Plambing

26

misalnya pipa galvanis yang akan kita buat ulirnya itu adalah pipa ukuran

diameter ½”

5. Stel alat snay sesuai dengan diameter pipa dengan tahap-tahap sebagai

berikut

Pasang mata pembuat ulirnya sesuai dengan diameter pipa

Untuk putaran pertama mata ini dimundurkan sampai mentok, lalu kunci

dengan sekrup pengunci matanya

Pasang snei pada pipa lalu kunci

Atur kunci pinggirannya sehingga menyentuh mata pembuat ulirnya

Atur arah pemompaan dengan dua buah kunci

Page 24: 4. Bab II Plambing

27

Mulai pemompaan, kalau terjadi kemacetan gunakan oli sebagai pelumas

Untuk putaran kedua, mengecilkan / mereducing diameter pipa dengan

drat tinggal diputar kunci pinggirannya ½ putaran atau ¼ putaran (dua-

duanya harus sama)

Dalam pembuatan drat minimal tiga kali pengulangan pemompaan

dengan penyesuaian penguncian

6. Setelah merasa cukup, coba masukkan socket apabila drat belum pas juga

lakukan pemompaan lagi (perhatikan arah pemutaran kunci pinggirannya)

Pipa Socket

Page 25: 4. Bab II Plambing

28

7. Apabila sudah cukup berarti pekerjaan sudah selesai, pada penguliran ini

untuk baiknya sisakan ulir sebanayk minimal tiga drat untuk keoptimuman

penggunaan socket trerhadap pipa.

8. Lakukan pekerjaan di atas pada ketiga pipa yang telah disiapkan.

9. Setelah pekerjaan selesai, bersihkan dan rapikan peralatan yang telah

digunakan dan kembalikan ke tempat semula.

V. Kesimpulan

1. Dalam melakukan penguliran harap selalu diperhatikan bahwa dalam

melakukan pemutaran pengunci kedalaman snei harus sama pemutarannya,

karena jika tidak sama dikhawatirkan nantinya dalam penguliran hasilnya

akan boplank (tidak searah dengan penguliran)

2. Pada saat pelaksanaan pekerjaan diperlukan kehati-hatian dan ketelitian

baik itu pada saat penyetelan alat ataupun pada saat pelaksanaan

pemompaan alat snei

3. Penguliran yang baik akan mempengaruhi terhadap pengepasan pipa hasil

uliran pada socket

4. Hasil penguliran yang baik akan menyisakan sekitar tiga atau empat drat

untuk penguncian

5. Setelah melakukan praktek ini, didapatkan hasil yang kurang sempurna.

Ada saatnya penguliran mengalami kegagalan, di mana ulir yang dihasilkan

terlihat keropos, sehingga harus dilakukan pemotongan terhadap pipa.

Page 26: 4. Bab II Plambing

29

PRAKTIKUM III

MEMBUAT ULIR DENGAN MENGGUNAKAN

THREADING MACHINE

I. Tujuan

Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan pembuatan drat / ulir dengan

benar

Dapat menggunakan peralatan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya

masing-masing

Dapat mengetahui cara pembuatan drat / ulir pipa galvanis dengan

menggunakan Treading Machine secara baik dan benar

Dapat membuat hasil penguliran yang baik

II. Peralatan Dan Bahan

1. Peralatan

a. Treading unit b. Penggores

c. Socket (untuk mengecek ulir) d. Mistar besi

Page 27: 4. Bab II Plambing

30

e. Meteran f. Kuas

g. Penahan pipa

2. Bahan

Pipa galvanis ukuran ½”

Page 28: 4. Bab II Plambing

31

III. Gambar Kerja

IV. Langkah Kerja

1. Persiapkan bahan yakni pipa galvanis dengan diameter φ 1/2”

2. Masukan pipa galvanis kedalam penjepit pipa hingga keluar ke daerah

penguliran. Panjang pipa yang keluar min. 15 cm, agar saat mengulir pipa,

pisau snay bertabrakan dengan tempat pengunci pipa.

3. Setelah pipa masuk dalam penjepit kemudian kencangkan penjepit pipa

bagian depan dan bagian belakang putar saling berlawanan arah dengan

kuat, sehingga pipa benar-benar terjepit dengan kuat jadi pipa akan

berputar/ tidak diam.

4. Lalu stel alat snaynya dengan pisau yang sesuai dengan diameter pipa yang

akan disnay. Cara penyetelan snay yakni dengan mencopot seluruh alat

snay dari mesin lalu letak pengunci pisau berada diluar rel pendorong pisau,

kemudian pisau dimasukan kedalam tempat pisau sesuai batas garis pada

Page 29: 4. Bab II Plambing

32

pisau yang tertera. Urutan nomor pisau tidak boleh tertukar. Setelah garis

pada pisau terletak pada tempatnya kemudian kencangkan pisau dengan

menarik pendorong pisau setelah pengunci pisau berada didalam rel

pendorong pisau kembali. Jangan paskan dahulu pada diameter yang

sebenarnya tetapi tempatkan kira-kira 4 mm lebih besar dari dimeter pipa

yang dipakai, hal ini untuk penyetelan snay pembuat ulir dalam 3–4 tahap

pengerjaan. Dan pasang kembali alat snay pada mesin.

5. Kemudian arahkan tombol putaran untuk mengulir, paskan pipa pada pisau

snay dan jarum pengukur pada mistar pindahkan ke angka nol. Dan arahkan

aliran oli pada pisau snay. Setelah mesin dihidupkan injak pedal gas untuk

menjalankan mesin. Lalu ulirlah pipa hingga ukuran ulir untuk pipa φ 1/2”

adalah 2,5 cm.

6. Setelah sampai pada ukuran ulir yang sesuai arahkan tombol putaran

berlawanan dengan putaran ulir, hal ini untuk memotong buangan hasil

penyenaian. Lalu injak pedal gas kembali hingga pisau snay berada pada

ujung pipa.

Page 30: 4. Bab II Plambing

33

7. Lalu pisau snay didorong. Untuk tahap berikutnya hingga tahapan yang

terakhir dan sesuai dengan diameter pipa. Lalu lakukan hal yang sama

untuk point ke 3 hingga 4.

8. Ceklah hasil uliran dengan alat sambung pipa. Bila belum cocok ulirlah

kembali.

9. Bila uliran telah cocok dengan alat sambung potonglah dengan pipe cutter

pada mesin dengan jarak potong 5 cm. Lalu arahkan kembali tombol

putaran dengan arah penguliran, dan pinjak pedal gas sambil pipe cutter

diputar untuk menekan, namun saat menekan jangan terlalu kuat karena

akan merusak pisau pemotong.

Page 31: 4. Bab II Plambing

34

10. Setelah terpotong bersihkan serpihan dengan menggunakan borring reamer.

V. Kesimpulan

Ada keuntungan menggunakan alat snay manual yakni hasil uliran lebih

baik karena pengerjaan akan lebih mudah dikontrol bila pekerjaan itu dilakukan

dengan sabar. Sedang dengan menggunakan mesin pada tahap akhir sering

terjadi pengerusakan pada bagian ulir yang dibuat karena uliran sudah terlalu

dalam.

Keuntungan menggunakan mesin yakni pengerjaan lebih cepat, serta

pemotongan, pembersihan serpihan dan penguliran dapat dilakukan pada satu

mesin, serta tenaga yang digunakan menjadi lebih efisien dan efektif untuk

pekerjaan yang besar.

Page 32: 4. Bab II Plambing

35

PRAKTIKUM IV

PEMASANGAN INSTALASI PIPA TERTUTUP

I. Tujuan

Mahasiswa dapat memasang pipa saluran tertutup sesuai spesifikasi yang

diberikan.

Mahasiswa dapat mempraktekkan berbagai macam alat sambung

Mahasiswa dapat menguji kekuatan bocor saluran dan memperbaiki bila

ada kebocoran.

II. Peralatan dan Bahan

1. Peralatan

a. Meteran b. Treading machine

c. Penggaris / Mistar besi d. Kunci pipa

e. Penggores f. Kunci Inggris

Page 33: 4. Bab II Plambing

36

g. Pipe cutter h. Borring reamer

i. Snay j. Pompa air

2. Bahan

a. Pipa φ 1/2” dan pipa φ 3/4” b. Reducing

c. Elbow φ 3/4” dan elbow φ 1/2” d. Water Murφ 3/4”

Page 34: 4. Bab II Plambing

37

e. Tee stuc φ 3/4” dan tee stuc φ 1/2” f. Kran

g.

h. seal tip

Page 35: 4. Bab II Plambing

38

III. Gambar Kerja

Page 36: 4. Bab II Plambing

39

Gambar air bersih

Gambar air kotor

Page 37: 4. Bab II Plambing

40

Notasi Nama bahanUkuran

(cm)

Jumlah

(buah)

Pipa galvanis Ǿ ¾ “ 588 cm 1

Pipa galvanis Ǿ ½ “ 580 cm 1

Pipa PVC 4” 570 cm 1

Pipa PVC 2” 894 cm 1

Double Nepple ¾ “ - 1

Double Nepple ½ “ - 5

Kran ½ “ - 3

Tee reducing ¾ - 1” - 1

Teestuck ¾ “ - 5

Elbow ¾ “ - 2

Water mur ½ “ - 3

Socket 1“ - 1

Elbow 1“ - 8

Elbow Reducing ½ “ → ¾ “ - 1

Water mur ¾ “ - 2

IV. Langkah Kerja

1. Persiapkan alat dan bahan.

2. Rencanakan dan perhitungkan dengan baik ukuran panjang pipa yang akan

dipotong sesuai dengan gambar rencana, agar panjang saluran sesuai

dengan gambar rencana.

Page 38: 4. Bab II Plambing

41

3. Potong tiap pipa dengan panjang masing-masing yang telah direncanakan

dengan treading machine, atau pipe cutter, atau gergaji besi. Lakukan

pemotongan pipa sesuai dengan langkah kerja pemotongan pipa pada job

sebelumnya.

4. Setelah pipa dipotong, lakukan penguliran dengan menggunakan alat snay

manual. Dalamnya penguliran sesuai dengan yang telah ditentukan. Lalu

cek hasil uliran dengan menggunakan alat sambung.

Catatan :

Hasil uliran harus masuk kedalam sambungan setengah dari dalamnya

uliran. Agar memudahkan pekerjaan diusahakan pipa diurutkan sesuai

dengan sambungan yang akan dipasang.

5. Pasang pipa-pipa tersebut dengan langkah sebagai berikut :

Langkah 1 Sambung pipa φ 3/4” dengan alat sambung Teestuck φ 3/4”.

Langkah 2 Sambung pipa φ 3/4” Teestuck φ 3/4” kemudian disambung ke

Elbow φ 3/4”, kemudian pasang alat sambung Bushes φ 3/4”

φ 1/2”.

Langkah 3 Pasang pipa φ 1/2” dari Elbow φ 3/4” ke Teestuck φ 1/2”,

dilanjutkan dengan penyambungan pipa φ 1/2” dari Teestuck φ

1/2” ke Elbow φ 1/2”

Langkah 4 Pasang pipa φ 1/2” dari Elbow φ 1/2” ke tee Reducing φ 3/4”

φ 1/2”, dilanjutkan dengan penyambungan pipa φ 3/4” dari tee

Reducing φ 3/4” φ 1/2” ke Elbow φ 3/4” .

Langkah 5 Pasang pipa φ 3/4” dari Water Mur φ 3/4” ke Elbow φ 3/4”.

Page 39: 4. Bab II Plambing

42

Langkah 6 Pasang pipa φ 3/4” dari Water Mur φ 3/4” ke Teestuck φ 3/4”,

disambungkan ke alat sambung Elbow φ 3/4” dan ujung yang

lain disambung dengan salah satu bagian dari alat sambung

Water Mur φ 3/4”.

Pengerjaan langkah-langkah tersebut dapat dilakukan dalam waktu yang

bersamaan, lalu gabungkan seluruh langkah-langkah diatas tadi menjadi

satu kesatuan, dimulai dengan Langkah 1 digabungkan dengan Langkah 6

dan Langkah 1 digabungkan dengan Langkah 2, diteruskan dengan

penggabungan Langkah 3, 4, dan 5, setelah menjadi satu kesatuan

lanjutkan dengan langkah selanjutnya yakni :

Langkah 7 Gabungan seluruh langkah-langkah tadi dengan penyatuan

kedua bagian Barrel Union yang terpisah tadi, lalu kencangkan

dan jangan lupa pasang ring karet didalam Barrel Union tadi.

Catatan : Uliran pipa diberi seal tip agar tidak terjadi kebocoran.

Pengencangan pipa dengan alat sambung gunakan kunci pipa.

Langkah 8 Pasang pipa φ 1/2” dari Teestuk φ 1/2” ke Elbow φ 1/2”,

disambung ke Teestuk φ 1/2” dan paling atas dipasang Elbow

φ 1/2” yang telah dipasang kran.

6. Pengecekan hasil pekerjaan.

a. Sambungkan ujung instalasi pipa dengan selang pompa.

b. Pompa air dengan posisi kran terbuka (untuk mengeluarkan udara).

Tutup kran, dan pompa sampai tekanan 20. Lalu cek apakah terjadi

kebocoran atau tidak.

Page 40: 4. Bab II Plambing

43

c. Bila terjadi kebocoran, maka perbaiki dengan membuka Barrel Union

dan perbaiki bagian yang bocor kemudian diberi seal tip kembali dan

pasang kembali.

V. Kesimpulan

Sebab-sebab terjadinya kebocoran pada pipa kemungkinan karena :

• Kurang kencang dalam mengunci pada setiap sambungan pipa.

• Kurang baik dalam melapisi drat dengan seal tip.

• Terlalu dalam kita mengulir atau pekerjaan mengulir tidak baik.

• Terlalu kencang mengunci Barrel Union sehinga karet yang didalamnya

rusak.

• Tekanan yang diterima saluran pipa terlalu berlebihan atau tidak sesuai

spesifikasi.