4. Bab II Plambing
-
Upload
aghnia-darajatun -
Category
Documents
-
view
265 -
download
7
description
Transcript of 4. Bab II Plambing
BAB II
PLAMBING
2.1. Dasar Teori
Plambing merupakan salah satu kegiatan pelaksanaan suatu konstruksi
yang biasanya masuk pada bagian Mechanical and Electrical, sedangkan
pengertian dari plambing itu sendiri adalah suatu kegiatan pemipaan baik itu air
bersih,air panas, air kotor,gas, AC dan lainnya.
Fungsi dari plambing adalah untuk menyediakan air bersih ketempat –
tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup yang dilaksanakan oleh
sistem penyediaan air bersih, membuang air kotor dari tempat – tempat tertentu
tanpa mencemarkan bagian penting lainnya yang dilaksanakan oleh sistem
pembuangan.
Kegiatan Plumbing ini perlu mendapat perhatian khusus mengingat
pemakaiannya untuk jangka waktu yang panjang , maka pada waktu
pelaksanaannya baik itu pada saat merencanakan sambungan ataupun dalam
pemasangannnya perlu ketelitian dan kehati-hatian
Kesalahan yang sering terjadi dalam pekerjaan plambing dapat
merugikan manusia, sebagai contoh saluran pembuangan yang tidak benar
pemasangannya akan bocor sehingga lingkungan disekitarnya tercemar oleh bau
yang tidak sedap yang pada akhirnya perkembangan bibit penyakit. Untuk itu
pekerjaan plambing di Indonesia telah diatur oleh Pedoman Palmbing Indonesia.
4
5
2.2. Prosedur Pelaksanaan Sistem Plambing
1) Perancangan konsep.
Dalam menyiapkan perancangan konsep sistem plumbing, hal-hal yenmg
perlu diketahui adalah :
a. Jenis dan penggunaan gedung
b. Denah bangunan
c. Jumlah penghuni.
2) Penelitian lapangan.
Penelitian lapangan merupakan bagian pekerjaan perencanaan dan
perancanganyang meliputi :
a. Kunjungan kelokasi pembangunan gedungnya dan melihat situasi
setempat
b. Perundingan dengan instasi pemerintah yang berwenang.
c. Menjajagi pendapat instasi pengairan dan perikanan setempat.
d. Penelitian yang menyangkut hak penggunaan air dan pembuangan air.
3) Rencana dasar
a. Masalah Umum
Dalam tahap ini disiapkan dasar – dasar perancangan, dengan
menggunakan rencana konsep serta data yang diperoleh dari penelitian
lapangan, antara lain perlu dilakukan:
Pertemuan dengan pemilik gedung atau perancang gedung
Penyesuaian dengan persyaratan gedung maupun peralatan lainnya.
6
b. Pemilihan peralatan
Setelah menetapkan dasar – dasar perancangan, jenis sistem plumbing
dapat dipilh, data untuk perhitngan perancangan dapat disiapkan dan
jenis – jenis peralatannya dipelajari.
4) Perancangan pendahuluan.
Berdasarkan rencana dasar yang telah dibuat, kapasitas dari sistem dan
perletakkan peralatan plumbing dipelajari lebih detail dengan
menggunakan gambar-gambar pendahuluan denah bangunan.
5) Rancangan pelaksanaan.
Setelah rancangan pendahuluan diperiksa dan disetujui oleh pemilik
gedung atau perancang gedung, perhitungan dan gambar – gambar
pelaksanaan dapat disiapkan.
2.3. Ruang Lingkup Pekerjaan Plambing
1. Instalasi pipa air :
Air bersih.
Air kotor.
2. Instalasi pemadam kebakaran :
Hydrant.
Springkler.
3. Instalasi gas (Gas Fitting).
4. Peralatan saniter.
Peralatan saniter dibagi atas empat bagian :
Ablushionary Fixtures (air bilasan).
7
Waste Water Fixtures (air yang mengandung sabun).
Greasy Water Fixtures (air yang mengandung lemak).
Soil Water Fixtures (air yang mengandung kotoran).
5. Roof gutter ( kerja atap).
Termasuk didalamnya : saluran buangan (talang) dan penutup celah.
6. Peralatan dapur.
7. Peralatan untuk mencuci.
8. Peralatan pengolahan sampah.
9. Instalasi lainnya misalnya : instalasi pipa untuk penyediaan zat asam, zat
lemas, air steril,udara dll.
2.4. Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air
1. Kualitas air.
Penyediaan air bersih dengan kualitas yang tetap baik merupakan prioritas
utama, dengan menunjuk salah satu peraturan yang mengatur masalah
kualitas air.
2. Pencegahan pencemaran air.
Pada sistem penyediaan air bersih/ dingin meliputi beberapa peralatan
seperti : tangki air bawah tanah, pompa-pompa, pemipan dsb. Harus dapat
mengalirkan air ketempat yang dituju dengan tidak dicemari oleh faktor-
faktor yang merugikan kesehatan diantaranya :
Larangan hubungan pintas (cross connection).
Yang dimaksud dengan cross connection adalah hubungan fisik antara
dua sistem pipa yang berbeda. Misalkan satu sistem pipa untuk air
minum dan sistem pipa lainnya berisi air yang tidak diketahui atau
8
diragukan kualitasnya berhubungan fisik sehingga memungkinkan air
minum tercemar.
Pencegahan aliran-balik (back-flow)
Aliran-balik (back-flow) adalah aliran air atau cairan lain, zat atau
campuran, ke dalam sistem perpipaan air minum, yang berasal dari
sumber lain yang bukan untuk air minum. Aliran-balik disebabkan oleh
efek siphon-balik (back-siphonage). Efek siphon-balik adalah terjadinya
aliran masuk ke dalam pipa air minum dari air bekas, air tercemar, dari
peralatan saniter atau tangki, disebabkan oleh timbulnya tekanan negatif
dalam pipa.
2.5. Sistem Penyediaan Air Bersih
Pada sistem penyediaan air bersih dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Sistem sambungan langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung
dengan pipa utama penyediaan air bersih (pipa utama dibawah jalan
milik PDAM).
2. Sistem tangki atap
Biasanya dengan alasan ingin tekanan air yang cukup, maka sistem
penyimpanan air dibuat 2 bak, satu dibawah (ground reservoar) yang
kedua tangki diatas atap (Roof Tank) diatas lantai tertinggi bangunan,
dari tangki ini didistribusikan ke seluruh bangunan yang diperlukan.
Alasan – alasaan penggunaan tangki atap:
9
a. Selama air digunakan , perubahan tekanan yang terjadi pada alat
plambing hampir tidak berarti (tetap)
b. Sistem pompa yang menaikan air ke tangki atap bekerja secara
otomatis dengan alat sederhana sehingga pompa hidup dan mati
digerakan oleh alat deteksi muka air dalam tangki.
3. Sistem Tangki Tekan
Pada sistem ini prinsip kerjanya sama dengan tangki diatas hanya
penempatan tangki dibawah dengan diberi tekanan ( tekanan antara 1
sampai dengan 1,5 kg/cm2) untuk mendistribusikan ke tempat yang
diperlukan dengan bantuan pompa otomatis, ini biasanya bila gedung
tidak memungkinkan dipasang tangki atap atas dasar kekuatan struktur.
Kelebihan-kelebihan sistem tangki tekan :
a. Segi estetika (tidak merubah tampak bangunan)
b. Mudah perawatan langsung dipasang diruang pompa.
c. Harga awal relatif murah.
Kekurangan-kekurangan :
a. Fluktuasi tekan lebih besar (kurang lebih 1 kg/cm2)
b. Dengan berkurangnya udara pada tangki tekan akan terjadi udara
hampa pada tangki sehingga harus dikuras atau ditambah udara
c. Tangki bukan tempat menyimpan/ cadangan air , tetapi sebagai alat
otomatis penekan air.
d. Karena jumalah air yang tersimpan relatif ssedikit maka pompa akan
sering bekerja
10
4. Sistem tanpa tangki (booster sistem)
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah,
tangki atas, ataupun tangki tekan. Pada sistem ini air dipompakan
langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa hisap langsung dari
pipa utama* atau sumur. (* di Indonesia dilarang)
2.6. Bahan Instalasi Pipa
1. Pipa Induk
Untuk Pipa Induk dapat digunakan bahan :
a. Besi tuang / besi cor
b. Asbes semen
c. Baja lapis beton
d. Pipa plastik PVC (Poly Vinyl Chloride), UPVC (UnPoly Vinyl
Chloride), dan PE (Polymer).
e. Baja
f. Timah hitam
Dalam pemasangan pipa ini ada beberapa syarat yang harus dipenuhi :
Harus mampu mengeluarkan debit air sesuai dengan kebutuhan.
Mampu menahan gaya baik gaya dari luar seperti tanah atau
pembebanan lainnya maupun gaya yang ditimbulkan oleh tekanan air
itu sendiri.
Pada pemilihan jenis pipa yang akan dipakai harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Ukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan yang tersedia di pasaran.
b. Karakteristik dari jenis pipa.
11
c. Faktor ekonomis
d. Praktis dalam pemasangan
e. Praktis dalam pengangkutan
f. Sesuai dengan kadar kandungan/kondisi udara
2. Pipa Instalasi Gedung
Syarat umum :
Harus mampu mengalirkan debit yang diperlukan.
Dapat menahan gaya-gaya dalam dan luar.
Cukup tahan lama.
Kategori pemakaian pipa :
Pipa pembawa
Untuk mengalirkan air dari sumber air ke tempat tertentu, pipa
pembawa ini adalah, pipa pembawa utama atau pipa induk, pipa
instalsai, pipa sanitasi.
Pipa cabang/ pipa distribusi :
Pipa pembawa sekunder dari pipa induk ke bangunan.
Pipa plambing
Yaitu pipa-pipa jaringan dalam bangunan
Pemasangan instalasi pipa didalam gedung ini ada yang
terbuka (tidak tertanam di dinding) dan ada pula yang bersifat tertutup
(tertanam pada dinding) yang masing-masingnya memiliki
kekurangan dan kelebihan tersendiri
Pemasangan pipa yang bersifat terbuka memperlihatkan nilai
estetika dari bangunan tetapi pada pipa ini bila terjadi kerusakan atau
kebocoran dapat dengan segera diketahui , tetapi pada pemasangan
12
pipa yang bersifat tertutup tidak mempengaruhi ornament luar , dan
apabila terjadi kebocoran tidak dapat langsung terdeteksi.
Pada instalasi plambing ini sering terjadi kerusakan. Yang
mempengaruhi kerusakan instalasi pipa , khususnya untuk pipa dari
logam adalah proses elektrolisa air yang ditimbulkan akibat adanya air
tanah sehingga kandungan atau jenis logam yang tertanam di dalam
tanah , satu jenis logam dengan logam lainnya saling berhubungan
akibat adanya air tanah. Hubungan ini disebut Elektrolisa air.
Kerusakan pipa lainnya ada yang diakibatkan oleh :
a) Kerusakan pipa dari pabrik
b) Kerusakan akibat alat sambung
c) Kualitas dari pipa itu sendiri
d) Kerusakan pada saat pelaksanaan
Untuk mengatasinya dapat dilakukan perbaikan yang bersifat
sementara perbaikan ini bersifat preventif yakni mengatasi hanya
sesaat. Untuk perbaikan yang bersifat tetap dapat dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
a) Mencari kondisi yang bocor
b) Membobok sampai kondisi kerusakan diketahui
c) Memotong pipa yang bocor
d) Menyambung pipa dengan menggunakan alat sambung yang
diperlukan. Untuk pipa galvanis, sebelum disambung harus diulir
terlebih dahulu kemudian disambung dengan fitting sesuai
kebutuhan. Sedangkan untuk pipa PVC setelah dipotong
dibersihkan kemudian diamplas lalu diolesi lem.
13
Pada instalasi plambing daerah yang rawan bocor adalah di daerah
sambungan, untuk itu setelah pemasangan atau perbaikan pada pipa
harus dilakukan pengujian. 5 cara pengujian yang dapat dilakukan
antara lain :
1. Dengan tekanan dan aliran air untuk memeriksa kebocoran pipa
terutama pada sambungan. Cara ini dilakukan dengan mengisi
instalasi dengan air kemudian diberi tekanan sampai skala tertentu
pada manometer. Jika skala pada manometer menurun maka ada
bagian yang bocor. Jika tetap maka instalasi baik,
2. Pengujian dengan asap untuk memeriksa kebocoran sambungan.
Cara ini dilakukan dengan mengisi instalasi dengan asap
kemudian kedua ujungnya ditutup dan diperhatikan pada
sambungan. Jika asap keluar maka sambungan tidak kuat atau
bocor.
3. Pengujian dengan cermin untuk memeriksa kelurusan dan
kebersihan di dalam saluran pipa yang lurus. Cara ini dilakukan
dengan meletakkan 2 buah cermin pada masing-masing ujung
pipa yang lurus dengan sudut 450 dan dari cermin dapat dilihat
cahaya dari ujung yang lain maka akan terlihat apakah pipa
tersebut lurus dan bersih.
4. Dengan slide (semacam plat baja yang tipis dan pada ujungnya
ada semacam sikat ijuk yang fungsinya untuk memeriksa dan
membersihkan bagian dalam sambungan pipa.
Dengan plug (bola karet) untuk memeriksa kebocoran pipa.
14
2.7. Pelaksanaan Praktikum
Terdiri dari :
1) Memotong dan Mengikir Pipa Galvanis
2) Membuat Ulir Menggunakan Alat Snay Tidak Langsung
3) Membuat Ulir dengan Menggunakan Treading Machine
4) Pemasangan Instalasi Pipa Tertutup
15
PRAKTIKUM 1
MEMOTONG DAN MENGIKIR PIPA GALVANIS
I. Tujuan
Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan dalam menggergaji dan mengikir
pipa galvanis.
Dapat mengenal dan menggunakan peralatan sesuai dengan fungsi dan
kegunaan masing-masing.
Dapat mengetahui cara memotong pipa galvanis secara manual dengan
gergaji besi secara baik dan benar.
II. Peralatan dan Bahan
1. Peralatan
a. Gergaji besi b. Penggores
c. Mistar besi d. Siku baja
16
e. Roll meter / pita meter f. Sikat kawat
g. Kikir bulat panjang kasar,
kikir kasar, kikir halus.
h. Ragum
2. Bahan
Pipa Galvanis dengan diameter : ½” , ¾” dan 1”
pipa
17
III. Gambar Kerja
IV. Langkah Kerja
1. Pekerjaan Menggergaji
1. Siapkan peralatan dan bahan.
2. Letakkan peralatan dan bahan di atas meja kerja dengan kondisi rapi
dan teratur.
3. Ukur panjang masing-masing pipa sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan dengan menggunakan penggaris baja dan penggores.
18
4. Tandai pipa yang akan dipotong 452 mm (toleransi 1 mm),
sehingga jarak total 452 mm.
5. Setelah pipa ditandai dengan menggunakan penggores, gergajilah pipa
dengan menggunakan gergaji besi.
6. Saat menggergaji usahakan menggergajinya tegak lurus terhadap pipa
( jika merencanakan potongan pipa yang tegak lurus )
7. Hasil potongan tersebut dihaluskan dan dibuat rata dengan
menggunakan kikir.
Batas Penggergajian
Ragum
pipa
19
2. Pekerjaan Mengikir
1. Setelah pemotongan pipa, periksa kedataran permukaan pipa hasil
pemotongan, kemudian letakkan pipa dalam ragum dalam posisi berdiri
dan jepit dengan kuat.
2. Bila permukaan pipa hasil pemotongan tidak rata, kikir permukaan pipa
tersebut dengan kikir persegi kasar sampai rata dan sampai mendekati
ukuran yang diinginkan. Jika permukaan pipa telah rata dan ukuran
panjang pipa hampir mendekati ukuran yang diinginkan, lanjutkan
dengan menggunakan kikir persegi halus.
Alat siku
pipa
Ragum
pipa
kikir
20
3. Periksalah permukaan kikir. Jika banyak terdapat sisa-sisa hasil
pengikiran (bram) bersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan sikat
kawat.
4. Lanjutkan pengikiran sampai didapatkan permukaan yang rata dan
ukuran yang diinginkan. Periksa kesikuan antara permukaan pipa yang
dikikir dengan badan (dinding) pipa.
5. Setelah pengikiran dengan menggunakan kikir persegi selesai, yang
berarti permukaan pipa telah rata dan ukurannya sesuai dengan yang
diinginkan, kikir bagian dalam pipa dengan menggunakan kikir bulat
sehingga permukaan pipa yang telah dikikir bagian dalamnya menjadi
halus.
6. Lakukan pekerjaan di atas pada ketiga pipa yang telah disediakan.
pipa
Ragum
21
7. Setelah pekerjaan selesai, bersihkan dan rapikan peralatan yang telah
digunakan dan kembalikan ke tempat semula.
V. Kesimpulan
1. Pemotongan yang bagus adalah tegak lurus terhadap pipa.
2. Dalam melakukan pemotongan sebaiknya toleransi yang diambil jangan
terlalu besar (1mm – 2 mm) karena banyak memakan waktu dan tenaga.
3. Pengikiran diusahakan dalam satu arah untuk mendapatkan hasil pengikiran
yang baik.
22
PRAKTIKUM II
MEMBUAT ULIR MENGGUNAKAN
ALAT SNEY TIDAK LANGSUNG
I. Tujuan
Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan pembuatan drat / ulir dengan
benar
Dapat menggunakan peralatan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya
masing-masing
Dapat mengetahui cara pembuatan drat/ulir pipa galvanis secara manual
dengan menggunakan alat pengulir / sney tidak langsung secara baik dan
benar
Dapat membuat hasil penguliran yang baik
II. Peralatan dan Bahan
1. Peralatan
a. Satu set alat sney tidak langsung b.Penggores
23
c. Ragum d. Oli
e. Meteran f. Socket (untuk mengecek ulir)
g. Mistar besi h. Kuas
2. Bahan
Pipa galvanis ukuran ½” , ¾” , 1” yang sudah kikir rata dan bersih dari
bram.
24
III. Gambar Kerja
IV. Langkah Kerja
1. Persiapkan bahan yang sudah di gergaji dan juga yang telah di kikir
sebelumnya yaitu pipa galvanis ½ ” , ¾ ” dan 1’’
2. Letakan bahan pada ragum dan jepit dengan kuat.
25
3. Tandai panjang penguliran pada badan pipa dengan menggunakan
penggores. Untuk pipa ½ ” sepanjang 15 mm, ¾ “ sepanjang 17 mm,
dan 1 “ sepanjang 20 mm.
4. Siapkan snay tidak langsung, stel snay tidak langsung pasangkan gigi yang
pertama sesuai dengan berapa diameter pipa yang akan dibuat dratnya
26
misalnya pipa galvanis yang akan kita buat ulirnya itu adalah pipa ukuran
diameter ½”
5. Stel alat snay sesuai dengan diameter pipa dengan tahap-tahap sebagai
berikut
Pasang mata pembuat ulirnya sesuai dengan diameter pipa
Untuk putaran pertama mata ini dimundurkan sampai mentok, lalu kunci
dengan sekrup pengunci matanya
Pasang snei pada pipa lalu kunci
Atur kunci pinggirannya sehingga menyentuh mata pembuat ulirnya
Atur arah pemompaan dengan dua buah kunci
27
Mulai pemompaan, kalau terjadi kemacetan gunakan oli sebagai pelumas
Untuk putaran kedua, mengecilkan / mereducing diameter pipa dengan
drat tinggal diputar kunci pinggirannya ½ putaran atau ¼ putaran (dua-
duanya harus sama)
Dalam pembuatan drat minimal tiga kali pengulangan pemompaan
dengan penyesuaian penguncian
6. Setelah merasa cukup, coba masukkan socket apabila drat belum pas juga
lakukan pemompaan lagi (perhatikan arah pemutaran kunci pinggirannya)
Pipa Socket
28
7. Apabila sudah cukup berarti pekerjaan sudah selesai, pada penguliran ini
untuk baiknya sisakan ulir sebanayk minimal tiga drat untuk keoptimuman
penggunaan socket trerhadap pipa.
8. Lakukan pekerjaan di atas pada ketiga pipa yang telah disiapkan.
9. Setelah pekerjaan selesai, bersihkan dan rapikan peralatan yang telah
digunakan dan kembalikan ke tempat semula.
V. Kesimpulan
1. Dalam melakukan penguliran harap selalu diperhatikan bahwa dalam
melakukan pemutaran pengunci kedalaman snei harus sama pemutarannya,
karena jika tidak sama dikhawatirkan nantinya dalam penguliran hasilnya
akan boplank (tidak searah dengan penguliran)
2. Pada saat pelaksanaan pekerjaan diperlukan kehati-hatian dan ketelitian
baik itu pada saat penyetelan alat ataupun pada saat pelaksanaan
pemompaan alat snei
3. Penguliran yang baik akan mempengaruhi terhadap pengepasan pipa hasil
uliran pada socket
4. Hasil penguliran yang baik akan menyisakan sekitar tiga atau empat drat
untuk penguncian
5. Setelah melakukan praktek ini, didapatkan hasil yang kurang sempurna.
Ada saatnya penguliran mengalami kegagalan, di mana ulir yang dihasilkan
terlihat keropos, sehingga harus dilakukan pemotongan terhadap pipa.
29
PRAKTIKUM III
MEMBUAT ULIR DENGAN MENGGUNAKAN
THREADING MACHINE
I. Tujuan
Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan pembuatan drat / ulir dengan
benar
Dapat menggunakan peralatan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya
masing-masing
Dapat mengetahui cara pembuatan drat / ulir pipa galvanis dengan
menggunakan Treading Machine secara baik dan benar
Dapat membuat hasil penguliran yang baik
II. Peralatan Dan Bahan
1. Peralatan
a. Treading unit b. Penggores
c. Socket (untuk mengecek ulir) d. Mistar besi
30
e. Meteran f. Kuas
g. Penahan pipa
2. Bahan
Pipa galvanis ukuran ½”
31
III. Gambar Kerja
IV. Langkah Kerja
1. Persiapkan bahan yakni pipa galvanis dengan diameter φ 1/2”
2. Masukan pipa galvanis kedalam penjepit pipa hingga keluar ke daerah
penguliran. Panjang pipa yang keluar min. 15 cm, agar saat mengulir pipa,
pisau snay bertabrakan dengan tempat pengunci pipa.
3. Setelah pipa masuk dalam penjepit kemudian kencangkan penjepit pipa
bagian depan dan bagian belakang putar saling berlawanan arah dengan
kuat, sehingga pipa benar-benar terjepit dengan kuat jadi pipa akan
berputar/ tidak diam.
4. Lalu stel alat snaynya dengan pisau yang sesuai dengan diameter pipa yang
akan disnay. Cara penyetelan snay yakni dengan mencopot seluruh alat
snay dari mesin lalu letak pengunci pisau berada diluar rel pendorong pisau,
kemudian pisau dimasukan kedalam tempat pisau sesuai batas garis pada
32
pisau yang tertera. Urutan nomor pisau tidak boleh tertukar. Setelah garis
pada pisau terletak pada tempatnya kemudian kencangkan pisau dengan
menarik pendorong pisau setelah pengunci pisau berada didalam rel
pendorong pisau kembali. Jangan paskan dahulu pada diameter yang
sebenarnya tetapi tempatkan kira-kira 4 mm lebih besar dari dimeter pipa
yang dipakai, hal ini untuk penyetelan snay pembuat ulir dalam 3–4 tahap
pengerjaan. Dan pasang kembali alat snay pada mesin.
5. Kemudian arahkan tombol putaran untuk mengulir, paskan pipa pada pisau
snay dan jarum pengukur pada mistar pindahkan ke angka nol. Dan arahkan
aliran oli pada pisau snay. Setelah mesin dihidupkan injak pedal gas untuk
menjalankan mesin. Lalu ulirlah pipa hingga ukuran ulir untuk pipa φ 1/2”
adalah 2,5 cm.
6. Setelah sampai pada ukuran ulir yang sesuai arahkan tombol putaran
berlawanan dengan putaran ulir, hal ini untuk memotong buangan hasil
penyenaian. Lalu injak pedal gas kembali hingga pisau snay berada pada
ujung pipa.
33
7. Lalu pisau snay didorong. Untuk tahap berikutnya hingga tahapan yang
terakhir dan sesuai dengan diameter pipa. Lalu lakukan hal yang sama
untuk point ke 3 hingga 4.
8. Ceklah hasil uliran dengan alat sambung pipa. Bila belum cocok ulirlah
kembali.
9. Bila uliran telah cocok dengan alat sambung potonglah dengan pipe cutter
pada mesin dengan jarak potong 5 cm. Lalu arahkan kembali tombol
putaran dengan arah penguliran, dan pinjak pedal gas sambil pipe cutter
diputar untuk menekan, namun saat menekan jangan terlalu kuat karena
akan merusak pisau pemotong.
34
10. Setelah terpotong bersihkan serpihan dengan menggunakan borring reamer.
V. Kesimpulan
Ada keuntungan menggunakan alat snay manual yakni hasil uliran lebih
baik karena pengerjaan akan lebih mudah dikontrol bila pekerjaan itu dilakukan
dengan sabar. Sedang dengan menggunakan mesin pada tahap akhir sering
terjadi pengerusakan pada bagian ulir yang dibuat karena uliran sudah terlalu
dalam.
Keuntungan menggunakan mesin yakni pengerjaan lebih cepat, serta
pemotongan, pembersihan serpihan dan penguliran dapat dilakukan pada satu
mesin, serta tenaga yang digunakan menjadi lebih efisien dan efektif untuk
pekerjaan yang besar.
35
PRAKTIKUM IV
PEMASANGAN INSTALASI PIPA TERTUTUP
I. Tujuan
Mahasiswa dapat memasang pipa saluran tertutup sesuai spesifikasi yang
diberikan.
Mahasiswa dapat mempraktekkan berbagai macam alat sambung
Mahasiswa dapat menguji kekuatan bocor saluran dan memperbaiki bila
ada kebocoran.
II. Peralatan dan Bahan
1. Peralatan
a. Meteran b. Treading machine
c. Penggaris / Mistar besi d. Kunci pipa
e. Penggores f. Kunci Inggris
36
g. Pipe cutter h. Borring reamer
i. Snay j. Pompa air
2. Bahan
a. Pipa φ 1/2” dan pipa φ 3/4” b. Reducing
c. Elbow φ 3/4” dan elbow φ 1/2” d. Water Murφ 3/4”
37
e. Tee stuc φ 3/4” dan tee stuc φ 1/2” f. Kran
g.
h. seal tip
38
III. Gambar Kerja
39
Gambar air bersih
Gambar air kotor
40
Notasi Nama bahanUkuran
(cm)
Jumlah
(buah)
Pipa galvanis Ǿ ¾ “ 588 cm 1
Pipa galvanis Ǿ ½ “ 580 cm 1
Pipa PVC 4” 570 cm 1
Pipa PVC 2” 894 cm 1
Double Nepple ¾ “ - 1
Double Nepple ½ “ - 5
Kran ½ “ - 3
Tee reducing ¾ - 1” - 1
Teestuck ¾ “ - 5
Elbow ¾ “ - 2
Water mur ½ “ - 3
Socket 1“ - 1
Elbow 1“ - 8
Elbow Reducing ½ “ → ¾ “ - 1
Water mur ¾ “ - 2
IV. Langkah Kerja
1. Persiapkan alat dan bahan.
2. Rencanakan dan perhitungkan dengan baik ukuran panjang pipa yang akan
dipotong sesuai dengan gambar rencana, agar panjang saluran sesuai
dengan gambar rencana.
41
3. Potong tiap pipa dengan panjang masing-masing yang telah direncanakan
dengan treading machine, atau pipe cutter, atau gergaji besi. Lakukan
pemotongan pipa sesuai dengan langkah kerja pemotongan pipa pada job
sebelumnya.
4. Setelah pipa dipotong, lakukan penguliran dengan menggunakan alat snay
manual. Dalamnya penguliran sesuai dengan yang telah ditentukan. Lalu
cek hasil uliran dengan menggunakan alat sambung.
Catatan :
Hasil uliran harus masuk kedalam sambungan setengah dari dalamnya
uliran. Agar memudahkan pekerjaan diusahakan pipa diurutkan sesuai
dengan sambungan yang akan dipasang.
5. Pasang pipa-pipa tersebut dengan langkah sebagai berikut :
Langkah 1 Sambung pipa φ 3/4” dengan alat sambung Teestuck φ 3/4”.
Langkah 2 Sambung pipa φ 3/4” Teestuck φ 3/4” kemudian disambung ke
Elbow φ 3/4”, kemudian pasang alat sambung Bushes φ 3/4”
φ 1/2”.
Langkah 3 Pasang pipa φ 1/2” dari Elbow φ 3/4” ke Teestuck φ 1/2”,
dilanjutkan dengan penyambungan pipa φ 1/2” dari Teestuck φ
1/2” ke Elbow φ 1/2”
Langkah 4 Pasang pipa φ 1/2” dari Elbow φ 1/2” ke tee Reducing φ 3/4”
φ 1/2”, dilanjutkan dengan penyambungan pipa φ 3/4” dari tee
Reducing φ 3/4” φ 1/2” ke Elbow φ 3/4” .
Langkah 5 Pasang pipa φ 3/4” dari Water Mur φ 3/4” ke Elbow φ 3/4”.
42
Langkah 6 Pasang pipa φ 3/4” dari Water Mur φ 3/4” ke Teestuck φ 3/4”,
disambungkan ke alat sambung Elbow φ 3/4” dan ujung yang
lain disambung dengan salah satu bagian dari alat sambung
Water Mur φ 3/4”.
Pengerjaan langkah-langkah tersebut dapat dilakukan dalam waktu yang
bersamaan, lalu gabungkan seluruh langkah-langkah diatas tadi menjadi
satu kesatuan, dimulai dengan Langkah 1 digabungkan dengan Langkah 6
dan Langkah 1 digabungkan dengan Langkah 2, diteruskan dengan
penggabungan Langkah 3, 4, dan 5, setelah menjadi satu kesatuan
lanjutkan dengan langkah selanjutnya yakni :
Langkah 7 Gabungan seluruh langkah-langkah tadi dengan penyatuan
kedua bagian Barrel Union yang terpisah tadi, lalu kencangkan
dan jangan lupa pasang ring karet didalam Barrel Union tadi.
Catatan : Uliran pipa diberi seal tip agar tidak terjadi kebocoran.
Pengencangan pipa dengan alat sambung gunakan kunci pipa.
Langkah 8 Pasang pipa φ 1/2” dari Teestuk φ 1/2” ke Elbow φ 1/2”,
disambung ke Teestuk φ 1/2” dan paling atas dipasang Elbow
φ 1/2” yang telah dipasang kran.
6. Pengecekan hasil pekerjaan.
a. Sambungkan ujung instalasi pipa dengan selang pompa.
b. Pompa air dengan posisi kran terbuka (untuk mengeluarkan udara).
Tutup kran, dan pompa sampai tekanan 20. Lalu cek apakah terjadi
kebocoran atau tidak.
43
c. Bila terjadi kebocoran, maka perbaiki dengan membuka Barrel Union
dan perbaiki bagian yang bocor kemudian diberi seal tip kembali dan
pasang kembali.
V. Kesimpulan
Sebab-sebab terjadinya kebocoran pada pipa kemungkinan karena :
• Kurang kencang dalam mengunci pada setiap sambungan pipa.
• Kurang baik dalam melapisi drat dengan seal tip.
• Terlalu dalam kita mengulir atau pekerjaan mengulir tidak baik.
• Terlalu kencang mengunci Barrel Union sehinga karet yang didalamnya
rusak.
• Tekanan yang diterima saluran pipa terlalu berlebihan atau tidak sesuai
spesifikasi.