2.Proposal+Hasil Ready
-
Upload
benz-zodiazepin -
Category
Documents
-
view
30 -
download
1
Transcript of 2.Proposal+Hasil Ready
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit aterosklerosis vaskular dengan manifestasi klinis berupa
Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan stroke merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas di negara-negara maju dan berkembang. Aterosklerosis
dipandang mempunyai peranan penting dalam kasus ini, sehingga mengatasi
aterosklerosis terlebih dahulu akan sangat berarti untuk mengurangi insiden kedua
penyakit tersebut. Kadar kolesterol serum berkaitan dengan insiden aterosklerosis
dan penyakit jantung koroner. Dan penyebab yang paling prediktif adalah rasio
LDL (low density lipoprotein) yang tinggi dan HDL (high density liporotein)
kolesterol yang rendah. Aterosklerosis sebenarnya bersifat reversibel, dapat
menipis kembali apabila kadar kolesterol dalam darah berhasil dikontrol dengan
baik, terutama menurunkan kadar LDL plasma dan meningkatkan HDL plasma.1
Upaya pencegahan, perawatan dan pengobatan suatu penyakit dapat
melalui sistem pengobatan modern dan alternatif. Pada kondisi krisis yang
berkepanjangan, berdampak pada penurunan daya beli masyarakat. Ini merupakan
salah satu faktor adanya kecenderungan peningkatan animo masyarakat terhadap
pengobatan alternatif (penggunaan bahan alami sebagai obat). World Health
Organization (WHO) telah mencanangkan program untuk kembali ke alam dan
2
memperhatikan pentingnya sistem pengobatan tradisional untuk dikaji dan
dikembangkan. Anjuran Departemen Kesehatan RI untuk kembali ke obat-obatan
tradisional adalah suatu anjuran yang tepat. Hal ini dikarenakan bahannya yang
mudah didapat, murah serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.2
Air kelapa muda dipercaya memiliki efek pengobatan berbagai penyakit
antara lain terhadap penyakit infeksi, ginjal, kardiovaskular, dan berbagai
penyakit lainnya. Air kelapa hijau dibanding dengan jenis air kelapa yang lain
lebih banyak mengandung tanin atau antidotum (anti racun) dan sebagai
antioksidan yang cukup tinggi.3
Tanin berfungsi sebagai antioksidan yang berfungsi menangkap senyawa
radikal serta mencegah terjadinya reaksi berantai. Senyawa antioksidan adalah
senyawa yang memberikan elektronnya ke sekitar sehingga molekul lain misalnya
DNA dan LDL sehingga terlindung dari kerusakan. Selain itu tanin juga berfungsi
sebagai pencegah penyakit jantung dengan cara memangkas agregasi sel darah
atau penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan meningkatkan HDL serum.3
Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke dalam
golongan polifenol. Senyawa polifenol adalah senyawa antioksidan sehingga
mencegah oksidasi lemak, protein, menghambat aktifitas HMG-CoA reduktase
dan DNA dalam sel. Tanin bermanfaat untuk mencegah oksidasi kolesterol di
dalam darah LDL yang dapat mengakibatkan jejas pada dinding endotel
pembuluh darah sehingga dapat mengurangi risiko penyakit stroke. Selain itu
3
tanin juga berperan dalam penghambatan penyerapan kolesterol sehingga
kolesterol banyak dikeluarkan bersamaan dengan feses.4,5
Dalam air kelapa muda hijau selain tanin terdapat kandungan senyawa
kimia lain misalnya vitamin B kompleks Tiamin (vit. B1), Riboflavin (vit
B2), Niasin (Vit B3), (termasuk Asam nikotinat, nicotinamida,
niasinamida), Asam pantotenat (Vit B5), piridoksin (vit B6), Biotin
(Vit B8), Folat (vit B9), Sianokobalamin (vit B12), vitamin A,
vitamin B dan vit C (Asam ascorbat) yang berperan dalam metabolisme
lemak untuk menurunkan kadar kolesterol jahat, yakni LDL dan trigliserida, serta
meningkatkan kadar HDL, hingga bisa mengurangi penyakit pembuluh darah dan
jantung koroner.6
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka perlu dilakukan
penelitian terhadap perubahan kadar kolesterol LDL dan HDL
dalam darah tikus putih jantan akibat diperlakukan dengan cara
pemberian air kelapa hijau dengan dosis bertingkat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil
suatu perumusan masalah yaitu: Bagaimana perbedaan efek air
kelapa muda hijau terhadap kadar kolesterol LDL dan kolesterol
HDL pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar.
1.2. Rumusan Masalah
4
Bagaimanakah efek air kelapa muda hijau terhadap kadar kelesterol LDL
dan kolesterol HDL dengan dosis bertingkat pada tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur Wistar?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui efek
pemberian air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) terhadap kadar
kolesterol LDL dan kolesterol HDL tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
galur Wistar
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui efek air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis)
dengan dosis 1 cc terhadap penurunan kadar kolesterol LDL dan
peningkatan kolesterol HDL pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
galur Wistar.
2. Untuk mengetahui efek air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis)
dengan dosis 2 cc terhadap penurunan kadar kolesterol LDL dan
peningkatan kolesterol HDL pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
galur Wistar.
3. Untuk mengetahui efek air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis)
dengan dosis 3 cc terhadap penurunan kadar kolesterol LDL dan
peningkatan kolesterol HDL pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
galur Wistar.
5
4. Untuk mengetahui dosis yang paling baik terhadap penurunan kadar
kelesterol LDL dan peningkatan kadar kolesterol HDL pada tikus putih
jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat tentang efek air kelapa muda hijau terhadap kadar kelesterol LDL
dan kolesterol HDL pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar.
1.4.2. Manfaat Aplikatif
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
masyarakat, farmakologi, dan kedokteran untuk memanfaatkan air kelapa
muda hijau sebagai obat-obatan herbal pencegah terjadinya aterosklerosis.
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber pustaka bagi penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan pemanfaatan buah-buahan lainnya sebagai
alternatif pencegahan aterosklerosis.
6
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan teori tentang lipid
2.1.1. Definisi lipid
Lipid merupakan kelompok heterogen lemak dan substansi serupa lemak,
termasuk asam lemak, lemak netral, lilin dan steroid, yang bersifat dapat larut
dalam air dan larut dalam pelarut non polar. Lipid mudah disimpan dalam tubuh
dan berfungsi sebagai sumber cadangan energi, merupakan bahan yang terpenting
pada struktur sel, dan bahan dasar pembentuk hormon-hormon steroid. Senyawa
lipid meliputi kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas.7,8
2.1.2. Metabolisme lipid
Triasilgliserol atau trigliserida adalah senyawa lipid utama yang
terkandung dalam bahan makanan dan sebagai sumber energi yang penting,
khususnya bagi hewan. Sebagian besar triasilgliserol disimpan dalam sel-sel
jaringan adiposa, adipocytes. Triasilgliserol secara konstan didegradasi dan
diresintesis. Pemrosesan dan distribusi lipid dijelaskan dalam 8 tahap yaitu:
1. Triasilgliserol yang berasal dari diet makanan tidak larut dalam air. Untuk
mengangkutnya menuju usus halus dan agar dapat diakses oleh enzim yang
8
dapat larut di air seperti lipase, triasilgliserol tersebut disolvasi oleh garam
empedu seperti kolat dan glikolat membentuk misel.9
2. Di usus halus enzim pankreas lipase mendegradasi triasilgliserol menjadi asam
lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol diabsorbsi ke dalam mukosa
usus.9
3. Di dalam mukosa usus asam lemak dan gliserol disintesis kembali menjadi
triasilgliserol.9
4. Triasilgliserol tersebut kemudian digabungkan dengan kolesterol dari diet
makanan dan protein khusus membentuk agregat yang disebut kilomikron.
5. Kilomikron bergerak melalui sistem limfa dan aliran darah ke jaringan
jaringan.9
6. Triasilgliserol diputus pada dinding pembuluh darah oleh lipoprotein lipase
menjadi asam lemak dan gliserol.9
7. Komponen ini kemudian diangkut menuju sel-sel target.
8. Di dalam sel otot (myocyte) asam lemak dioksidasi untuk energi dan di dalam
sel adipose (adipocyte) asam lemak diesterifikasi untuk disimpan sebagai
triasilgliserol.9
9
Gambar 2.1 Nelson & cox, Lehninger Principles of Biochemistry 4th.
Pencernaan lemak terjadi di dalam usus halus dengan bantuan enzim
hidrolitik, yaitu lipase yang mencerna triasilgliserol dan fosfolipase yang mencerna
fosfolipid. Triasilgliserol dan fosfolipid diperoleh dari makanan. Ikatan ester
antara asam lemak dan gliserol dihidrolisis. Kerja enzim lipase yang dihasilkan
pankreas pada triasilgliserol yang terdapat pada makanan pada akhirnya akan
menghasilkan 2-monoasilgliserol dan 2 macam asam lemak.9
2.1.3. Biosintesis lipid di dalam hati
Biosintesis asam lemak terjadi di sitoplasma, khususnya di hati, jaringan
adiposa, ginjal, paru-paru, dan kelenjar mammae. Pensuplai karbon yang paling
penting adalah glukosa. Akan tetapi prekursor asetyl-CoA yang lain seperti asam
amino ketogenik dapat digunakan. Mula-mula acetyl-CoA dikarboksilasi menjadi
malonil CoA, kemudian dipolimerisasi menjadi asam lemak. Asam lemak
selanjutnya diaktivasi dan disintesis menjadi lipid (triasilgliserol) dengan gleserol
10
3-fosfat. Untuk mensuplai jaringan lain, lipid tersebut dipak ke dalam kompleks
lipoprotein VLDL (very low density lipoprotein) oleh hepatosit dan dilepaskan ke
dalam darah.9
Tabel 2.1 Kategori batasan kolesterol dalam darah.10
Pengukuran Rendah Normal Perbatasan
tinggi
Tinggi Sangat tinggi
Kolesterol total <200 mg/dl 200-239 mg/dl >240 mg/dl
LDL Kolesterol <100 mg/dl 100-159 mg/dl 160-189 mg/dl >190 mg/dl
HDL Kolesterol <40 mg/dl >60 mg/dl
Trigliserida <150 mg/dl 150-199 mg/dl 200-499 mg/dl >499 mg/dl
Sumber: National Cholesterol Eduation Program ( NCEP) Adult Treatment Panel
(ATP) III
2.1.4. Metabolisme lipoprotein
Lipoprotein mengangkut lemak hidrofobik di dalam plasma. Lipoprotein
utama yang disrkulasikan di dalam darah adalah kilomikron, lipoprotein dengan
kerapatan sangat rendah VLDL, lipoprotein dengan kerapatan rendah LDL (low
density lipoprotein), dan lipoprotein dengan kerapatan tinggi HDL (high density
lipoprotein). Asam lemak adalah bahan bakar selular yang penting dan disimpan
sebagai triasilgliserol dalam jaringan adiposa. Asam lemak dipersiapkan untuk
cadangan dalam bentuk timbunan lemak yang diangkut ke jaringan adiposa
terutama sebagai triasilgliserol di dalam kilomikron dan VLDL. Dalam jaringan
adiposa, kilomikron terdegradasi dengan cepat, dan partikel sisanya kembali
11
memasuki sirkulasi yang diserap oleh hati. VLDL terdegradasi di dalam jaringan
adiposa menjadi LDL yang kemudian bersirkulasi sebagai lipoprotein utama yang
mengangkut kolesterol. HDL adalah lipoprotein yang bersirkulasi secara kontinyu.
HDL mengandung suatu enzim yang mengubah kolesterol bebas menjadi ester
kolesterol. Asam linoleat adalah asam lemak yang paling banyak dipindahkan dari
fosfatidilkolin ke kolesterol, yang membentuk ester kolesterol yaitu
linoleoilkolesterol.11
Bilamana LDL di dalam sirkulasi terdapat dalam jumlah yang melimpah,
maka jaringan tubuh akan mempunyai sumber kolesterol yang eksogenik.
Kolesterol dipindahkan ke dalam sel melalui reseptor lipoprotein spesifik yang
terdapat pada permukaan sel. Jaringan yang membutuhkan kolesterol dalam
jumlah besar, seperti korteks adrenal mempunyai reseptor LDL dalam jumlah
besar pada permukaan selnya11
2.1.5. Aplikasi klinis peningkatan kadar lipid
2.1.5.1. Aterosklerosis
2.1.5.1.1. Definisi
Aterosklerosis, atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar
dan kecil yang ditandai dengan penimbunan lemak, trombosit, neutrofil dan
makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel) dan
12
akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering
terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri-arteri serebral.12
gambar 2.2. Aterosklerosis.
Sumber: http://obatherbaljantung1.wordpress.com
2.1.5.1.2. Patogenesis
Pembentukan aterosklerosis dimulai dengan disfungsi sel endotel
lumen arteri. Kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel endotel atau dari
stimulus lain. Cedera pada sel endotel meningkatkan permeabilitasnya
terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan trigliserida,
sehingga zat-at ini dapat masuk ke dalam arteri. Oksidasi asam lemak
menghasilkan oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak
pembuluh darah. Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi
dan imun, termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit,
serta trombosit ke area cidera. Sel darah putih melepaskan sitokin
proinflamatori poten yang kemudian memperburuk situasi dan menarik lebih
13
banyak sel darah putih dan trombosit ke area lesi, menstimulasi pembekuan,
mengaktivasi sel T dan B, dan melepaskan senyawa kimia yang berperan
sebagai chemoattractant (penarik kimiawi) yang mengaktifkan siklus
inflamasi, pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik ke area cidera, sel darah
putih akan menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif endotelial yang
berkerja seperti Velcro sehingga endotel lengket terutama terhadap sel darah
putih. Pada saat menempel di lapisan endotelial, monosit dan neutrofil mulai
bermigrasi di antara sel-sel endotel, ke ruang interstisial. Di ruang interstisial,
monosit yang matang menjadi makrofag dan, bersama neutrofil, tetap
melepaskan sitokin, yang meneruskan respon inflamasi. Sitokin
proinflamatori juga merangsang ploriferasi sel otot polos, yang
mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika intima. Selain itu kolesterol
dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima karena permeabilitas
lapisan endotel meningkat. Pada tahap indikasi dini kerusakan terdapat lapisan
lemak di arteri. Apabila cidera dan inflamasi terus berlanjut, agregasi
trombosit meningkat dan mulai berbentuk bekuan darah (trombus). Sebagian
dinding pembuluh darah digantikan jaringan parut sehingga mengubah
struktur dinding pembuluh darah. Hasil akhirnya adalah penimbunan
kolesterol dan lemak, pembentukan deposit jaringan parut, pembentukan yang
berasal dari trombosit dan proliferasi sel otot polos.12
14
2.1.5.1.3. Etiologi
Etiologi aterosklerosis sebagai berikut;
1. Kolesterol serum tinggi
Kadar kolesterol dan trigliserida dalam sirkulasi yang tinggi
dapat menyebabkan pembentukan aterosklerosis. Pada pengidap
aterosklerosis, pengendapan lemak yang disebut ateroma, di temukan
diseluruh kedalaman tunika intima dan meluas ke tunika media.12
Kolesterol dan trigliserida yang dibawa di dalam darah
terbungkus dalam protein yang dinamakan lipoprotein. Lipoprotein
berdensitas tinggi HDL membawa lemak ke luar sel untuk diuraikan,
dan dikenal protektif terhadap aterosklerosis. Lipoprotein berdensitas
rendah LDL dan Lipoprotein berdensitas sangat rendah VLDL
membawa masuk ke dalam sel tubuh, termasuk sel endotel arteri.
Terutama individu yang berisiko terkena aterosklerosis adalah invidu
yang membawa defek protein E apolipoprotein spesifik yang
normalnya terlibat dalam ambilan lipoprotein hati secara efisien,
merangsang pengeluaran kolesterol dan makrofag pada lesi
aterosklerosis, dan pengaturan respon imun dan inflamasi. Pada
dinding arteri, oksidasi kolesterol dan trigliserida menyebabkan
pembentukan radikal bebas yang diketahui merusak sel endotel. 12
15
Berdasarkan hipotesis ini, hipotesis oksidatif-modifikasi pada
aterosklerosis, yang diawali oksidasi LDL pada lapisan subendotel
arteri menyebabkan berbagai reaksi inflamasi, yang akhirnya menarik
monosit dan neutrofil ke area lesi. Sel-sel darah putih ini melekat ke
lapisan endotel oleh molekul adhesif, dan melepaskan mediator
inflamasi lain yang menarik makin banyak sel darah putih ke area
tersebut dan selanjutnya merangsang oksidasi LDL. Pada akhirnya,
monosit bergerak maju ke dinding arteri, yang merupakan tempat
pematangan menjadi makrofag dan mengubah LDL menjadi sel busa.
LDL teroksidasi bersifat sitotoksik untuk sel pembuluh darah yang
selanjutnya merangsang respon inflamasi. Jadi semakin tinggi kadar
kolesterol maka semakin tinggi kerusakan pada dinding arteri dan
menyebabkan aterosklerosis.12
2. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi yang kronis menimbulkan gaya
regang/potong yang merobek lapisan endotel arteri dari arteriol yang
merupakan cidera awal.12
3. Infeksi
Sel-sel endotel yang terinfeksi oleh mikroorganisme dalam
sirkulasi dan infeksi secara langsung menghasilkan radikal bebas yang
bersifat merusak; infeksi juga mencetuskan respon inflamasi, yaitu
16
proses radikal bebas dan aktivasi faktor pembekuan dan jaringan
parut.12
Aterosklerosis terjadi akibat disfungsi sel endotel yang melapisi
arteri, aterosklerosis mengaktifkan reaksi inflamasi dan, menghasilkan
radikal bebas. Kerusakan dapat terjadi akibat cidera fisik, seperti hipertensi,
atau cidera kimia, peningkatan LDL, infeksi, pajanan logam berat, atau
pajanan kimia.12
2.1.5.1.4. Komplikasi
Komplikasi aterosklerosis sebagai berikut;
1. Hipertensi
Hipertensi dapat terjadi akibat aterosklerosis yang lama.
Demikian juga dengan hipertensi dan gaya regang yang kuat juga dapat
menyebabkan aterosklerosis. Karena pembentukan trombus, jaringan
parut, dan proliferasi otot polos, lumen arteri berkurang dan resistensi
terhadap aliran darah yang melintasi arteri meningkat. 12
2. Trombus
Trombus dapat terlepas dari plak aterosklerotik. Hal ini dapat
mengakibatkan stroke apabila pembuluh darah otak tersumbat. Atau
infark miokard jika pembuluh darah jantung tersumbat. 12
3. Aneurisma
Aneurisma yaitu pelemahan arteri. Aneurisma dapat pecah dan
mengakibatkan stroke apabila terletak di pembuluh darah serebral.12
17
4. Vasospasme
Sel endotel normal berfungsi menghambat berbagai zat vasoaktif
agar tidak langsung berikatan dengan, berkerja pada, sel otot polos
tunika media. Apabila lapisan endotel tersebut tidak utuh, peptida-
peptida tertentu seperti serotonin dan asetilkolin dapat berdifusi
langsung ke lapisan otot di bawahnya, dan menyebabkan sel otot polos
berkontriksi. 12
2.1.5.2. Penyakit Jantung Koroner
2.1.5.2.1. Definisi
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan
oleh penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya aterosklerosis maupun
yang sudah terjadi penimbunan lemak dan plak (plaque) pada dinding arteri
koroner baik disertai gejala klinis maupun tidak.13
Gambar 2.3. penyakit jantung koroner.
18
Sumber: http://www.amsmile.co
2.1.5.2.2. Etiologi
Aterosklerosis pembuluh darah koroner merupakan penyebab tersering
penyakit jantung koroner. Aterosklerosis disebabkan oleh adanya penimbunan
lipid di lumen arteri koronaria sehingga secara progresif mempersempit lumen
arteri tersebut dan bila hal ini terus berlanjut, maka dapat menurunkan
kemampuan pembuluh darah untuk berdilatasi. Dengan demikian,
keseimbangan penyedia dan kebutuhan oksigen menjadi tidak stabil.13
2.1.5.2.3. Klasifikasi
Terdapat 4 klasifikasi penyakit jantung koroner;
o Asimtomatik (Silent Myocardial Ischemia)
Penderita Silent Myocardial Ischemia tidak pernah mengeluh
adanya nyeri dada (angina) baik saat istirahat maupun beraktivitas.
Ketika menjalani EKG akan menunjukan depresi segmen ST,
pemerikasaan fisik dan vital sign dalam batas normal.13
o Angina pektoris
o Angina pektoris stabil (STEMI)
Terdapat nyeri dada saat melakukan aktivitas berlangsung
selama 1-5 menit dan hilang saat istirahat. Nyeri dada bersifat
kronik (>2 bulan). Nyeri terutama di daerah retrosternal, terasa
seperti ditekan benda berat atau terasa panas dan menjalar ke lengan
19
kiri, leher, maksila, dagu, punggung, dan jarang menjalar ke bagian
lengan kanan. Pada pemeriksaan EKG biasanya didapatkan depresi
segmen ST.13
o Angina pektoris tidak stabil
Secara keseluruhan sama dengan penderita angina stabil. Tapi
nyeri lebih bersifat progresif denagn frekuensi yang meningkat dan
sering terjadi pada saat istirahat. Pada pemeriksaan EKG didapakan
deviasi segmen ST.13
o Infark miokard akut (IMA)
Sering didahului dada terasa tidak enak (chest discomfort).
Nyeri dada seperti tertekan, teremas, tercekik, berat, tajam, dan terasa
panas, berlangsung selama >30 menit bahkan sampai berjam-jam.
Pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak ketakutan, gelisah,
tegang, nadi sering menurun dan elektrokardiografi (EKG)
menunjukan segmen ST.13
2.1.5.2.4. Faktor Risiko
Faktor risiko terdiri sebagai berikut;
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah.13
a. Jenis kelamin.
b. Usia.
c. Keturunan.
20
2. Faktor risiko yang dapat diubah.13
a. Kelebihan berat badan (obesitas).
b. Hipertensi.
c. Diabetes mellitus.
d. Kadar lemak darah (kolesterol) tinggi.
e. Merokok.
f. Kurangnya aktivitas fisik.
g. Stres.
2.1.5.2.5. Gejala Klinis
Gejala klinis akan timbul apabila sudah terjadi obstruksi pada arteri
koronaria, dapat diakibatkan oleh plak yang sudah menutupi pembuluh darah
atau plak terlepas membentuk trombosis sehingga perfusi darah ke miokard
menjadi sangat minim dan dapat menimbulkan tanda-tanda infark miokard.
Tanda-tanda tersebut adalah;13
o Nyeri dada (angina pectoris), jika miokardium tidak mendapatkan cukup
darah (suatu keadaan yang disebut iskemik), maka oksigen yang tidak
memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan menyebaban kram atau
kejang. Angina merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan dada
diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah
cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada
setiap orang. Beberapa orang yang mengalami kekurangan aliran darah
21
bisa tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang dinamakan
silent ischemia).13
o Sesak nafas, merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung.
Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara
paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner).13
o Kelelahan atau kepenatan, jika jantung tidak efektif memompa, maka
aliran darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang,
menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali
bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi
aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari
penuaan. 13
o Palpitasi (jantung berdebar-debar). 13
o Pusing dan pingsan, penurunan aliran darah karena denyut atau irama
jantung yang abnormal serta kemampuanya memompa yang buruk, bisa
mengakibatkan pusing atau pingsan. 13
2.1.5.2.6. Patofisiologi
Lapisan endotel pembuluh darah koroner yang normal akan
mengalami kerusakan oleh adanya faktor risiko: faktor hemodinamik seperti
hipertensi, zat-zat vasokonstriktor, mediator (sitokin) dari sel darah, asap
rokok, diet aterogenik, peningkatan kadar gula darah, dan oksidasi dari LDL-
C.13
22
Kerusakan ini menyebabkan sel endotel mengakibatkan inflamasi dan
mengundang sel inflamasi seperti monosit dan T-limfosit masuk ke
permukaan endotel dan migrasi dari endotelium ke sub endotel. Monosit
kemudian berdiferensiasi menjadi makrofag dan mangambil LDL teroksidasi
yang bersifat lebih aterogenik dibanding LDL. Makrofag ini membentuk sel
busa. 13
LDL teroksidasi menyebabkan kematian sel endotel dan menghasilkan
respon inflamasi. Sebagai tambahan, terjadi respon angiotensin II, yang
menyebabkan gangguan vasodilatasi, dan mencetuskan efek protrombin dan
melibatkan platelet dan faktor koagulasi. 13
Akibat kerusakan endotel terjadi respon protektif dan terbentuk lesi
fibrofatty dan fibrous, plak aterosklerosis, yang dipicu inflamasi. Plak yang
terjadi dapat menjadi tidak stabil (vulnerable) dan mengalami ruptur sehingga
terjadi sindrom koroner akut (SKA). 13
2.1.5.2.7. Komplikasi
Komplikasi akibat adanya aterosklerosis yang menjadikan iskemia dan
infark miokard yaitu;13
o Gagal jantung kongestif
o Syok kardiogenik
o Disfungsi M. papillaris
o Defek septum ventrikel
23
o Ruptur jantung
o Aneurisma ventrikel
o Tromboembolisme
o Perikarditis
o Sindrom dressler
o Disritmia
2.1.5.3. Stroke
2.1.5.3.1. Definisi
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak (GPDO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa
defisit neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma dan infeksi susunan
saraf pusat.14
2.1.5.3.2. Etiologi
Etiologi stroke terdiri sebagai berikut;14
Kekurangan oksigen yang menuju otak
Pecahnya pembuluh darah di otak karena karapuhan pembuluh darah
otak
Adanya sumbatan bekuan darah di otak
2.1.5.3.3. Klasifikasi
Klasifikasi stroke sebgai berikut; 14
Stroke iskemik
24
Stroke hemoragik
o Perdarahan intra serebral
o Perdarahan subarahknoid
2.1.5.3.4. Faktor Risiko
Faktor risiko sebagai berikut;14
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
Hipotensi atau tekanan darah rendah
Obesitas
Kolesterol tinggi
Riwayat penyakit jantung
Riwayat penyakit diabetes melitus
Merokok
Stress
Dll
2.1.5.3.5. Patofisiologi
Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan iskemik otak.
Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat, kurang dari 10-15 menit
dapat mengakibatkan defisit sementara dan bukan defisit permanen.
Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan sel
mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak.14
25
Setiap defisit otak permanen akan bergantung daerah otak mana yang
terkena. Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh darah otak
yang terkena. Arteri serebral tengah dan arteri karotis interna sering terkena.
Defisit fokal permanen dapat tidak diketahui jika klien pertama kali
mengalami iskemik otak total yang dapat teratasi.14
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau
emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak.
Kekurangan oksigen dalam satu menit dapat menunjukan gejala yang dapat
pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam
waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis mikroskopis neuron-neuron.
Area yang mengalami nekrosis disebut infark.14
26
2.2. Tinjauan teori tentang air kelapa muada hijau (Cocos nucifera viridis)
2.2.1. Taksonomi
Dalam tata nama atau sistematika (Taksonomi) tumbuh-tumbuhan, pohon
kelapa (Cocos nucifera) dimasukan klasifikasi sebagai berikut.15
Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Division : spermatophyte (Biji-bijian)
Sub-divisio : angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Palmales (biji berkeping satu)
Familiae : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos viridis
Kelapa memiliki berbgai nama daerah. Secara umum, buah kelapa dikenal
sebagai Coconut, orang belanda menyebutnya kokosnoot atau klapper,
sedangkan orang perancis menyebutnya, Cocotier. Di Indonesia kelapa sering
disebut krambil atau klapa. 15
27
Gambar 2.4. Buah kelapa
Sumber: http://www.produknatural.com.
2.2.2. Morfologi
Secara morfologi, bagian-bagian tanaman kelapa dapat dideskripsikan
sebagai berikut. 15
a. Akar
Seperti tumbuhan monokotil lainnya, tanaman kelapa memiliki sistem
perakaran serabut.
b. Batang
Pada umumnya, batang kelapa tumbuh lurus ke atas dan tidak becabang,
kecuali jika ditanam di tepi sungai, tebing, dan lain-lain, batang kelapa akan
tumbuh melengkung menyesuaikan arah sinar matahari. Setiap batang kelapa
hanya memiliki satu titik tumbuh yang terletak di ujung batang, yakni yang
membetuk daun-daun dan batang.
28
c. Daun
Pertumbuhan dan pembentukan mahkota daun dimulai sejak biji
berkecambah. Pada tingkat pertama, terbentuk 4-6 helai daun. Daun-daun
tersebut tersusun saling membalut satu sama lain, sehingga merupakan
selubung yang runcing pada ujungnya.
d. Bunga
Bunga kelapa merupakan bunga yang berkarang yang dikenal denga
istilah Inflorecentia atau Moyang atau Manggar. Pada setiap cabang akan
terdapat 1-2 kuntum bunga betina, dengan jumlah jantan yang sangat banyak,
yakni sekitar 200 kuntum. Sehingga di dalam setiap manggar akan terdapat 30-
80 bunga betina dan 6.000-8.000 kuntum bunga jantan. Bahkan pada pohon
kelapa yang baru berbunga, kadang-kadang tidak terdapat bunga betina sama
sekali.
e. Buah
Buah kelapa terdiri atas bagian sebagai berikut:
1. Epicarp (kulit luar), epicarp yang memiliki permukaan licin, tipis (0,14
mm), dan agak keras. Epicarp ada yang berwarna hijau, kuning, jingga dan
cokelat.
2. Mesocarp (kulit tengah atau sabut), merupakan bagian yang terdiri atas
serabut dan daging buah. Bagian sabut terdiri atas jaringan-jaringan (sel-
sel) serat yang keras dan di antara sel-sel serabut terdapat jaringan yang
29
lunak yang dikenal dengan nama sabut, sabut memiliki ketebalan antara 3-
5 cm. .
3. Endocarp (kulit dalam), atau biasa dikenal dengan nama tempurung atau
batok. Tempurung merupakan lapisan yang keras karena banyak
mengandung silikat (SiO2). Pada bagian pangkal tempurung terdapat tiga
buah ovule (lubang tumbuh) atau mata, yang membuktikan bahwa bakal
buah asal buah beruang tiga dan biasanya yang timbuh satu buah, meskipun
kadang kadang tumbuh 2-3 kecambah.
4. Kulit luar biji, yaitu semua bagian yang berada di bagian dalam tempurung.
5. Putih lembaga (Endosperm), yaitu daging kelapa yang berwarna putih,
lunak, dan enak dimakan, serta banyak dimanfaatkan banyak untuk
memasak. Endosperm memiliki ketebalan antara 8-10mm, merupakan
jaringan yang berasal dari inti lemabaga yang dibuahi oleh sel kelamin
jantan dan membelah diri. Jaringan ini berisi cadangan makanan lembaga
(sebelum lembaga dapat mencari makananya sendiri) dan mengandung
52% air, 34% minyak, 3% protein, 1,5% zat gula, dan 1% abu.
6. Air kelapa, air kelapa mengandung 4% mineral dan 2% gula (terdiri atas
glukosa, fruktosa, dan sukrosa). Air kelapa mengandung abu, air, dan zat
pengatur tumbuh yang disebut sitokinin. Kandungan gula paling tinggi
yaitu pada saat air kelapa masih muda atau disebut degan. Pada buah muda
air kelapa sangat manis. Semakin tua umur buah, rasa manis buahnya
semaki berkurang.
30
2.2.3. Jenis-Jenis Kelapa Menurut Warna
Jenis-jenis kelapa hijau menurut warna;
A. Kelapa hijau (C. veridis)
Kelapa hijau adalah golongan kelapa yang memiliki kulit luar
berwarna hijau. Kelapa ini termasuk golongan kelapa dalam, memiliki
pohon yang besar dan tinggi, serta buah yang berukuran besar. Biasanya,
buah kelapa hijau digunakan untuk sesaji dalam upacara tradisional atau
diambil airnya untuk pengobatan berbagai penyakit.15
Gambar 2.5. Buah kelapa hijau
Sumber: http://ekmar.blogspot.com.
1. Manfaat kelapa hijau
Buah kelapa mengandung energi, lemak, dan fosfor. Khasiat
mengkonsumsi buah kelapa antara lain, memperlancar saluran
pencernaan, dan mengencerkan dahak. Selain itu menurut penelitian
31
air kelapa hijau mempunyai kandungan tanin (antidotum dan
antioksidan) yang tinggi, antivirus, diuretik, dan dapat menurunkan
kadar LDL serta meningkatkan kadar HDL.15
B. Kelapa merah (C. rubescens)
Kelapa merah adalah golongan kelapa yang memiliki kulit luar buah
berwarna merah atau cokelat. Jenis kelapa ini termasuk golongan kelapa
dalam, dengan ukuran pohon yang besar dan tinggi. Buah yang dihasilkan
berbentuk bulat dan berukuran besar, dengan kandungan minyak yang
cukup tinggi.15
C. Kelapa kuning (C. eburen)
Kelapa kuning adalah golongan kelapa yang memiliki kulit luar buah
berwarna kuning. Jenis kelapa ini termasuk golongan kelapa genjah yang
sudah memulai berbuah pada umur tiga tahun, pada saat tanaman setinggi
1-1,5 m. ukuran pohon tidak terlalu besar dan terlalu tinggi; sedangkan
buah berbentuk bulat dan berukuran kecil-kecil. 15
Gambar 2.6. Buah kelapa kuning
Sumber: http://produkkelapa.wordpress.com.
32
2.2.4. Kandungan air kelapa muda hijau
Air kelapa hijau disbanding dengan jenis kelapa lain banyak mengandung
tannin atau antidotum (anti racun) yang paling tinggi.16
2.2.4.1. Kandungan vitamin air kelapa muda hijau
Tabel 2.2. Kandungan vitamin air kelapa
Sumber air (dalam 100 gram) Kelapa muda hijau
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Aktivitas vit A
Asam askorbat
Air
Bagian yang dapat dimakan
17.0
0.2 g
1.0 g
3.8 g
15.0 mg
8.0 mg
0.2 mg
0.01 U
1.0 mg
95.5 g
100 g
Sumber: Warisno. Budi Daya Kelapa Genjah.
33
2.2.4.2. Kandungan nutrisi air kelapa muda hijau
Tabel 2.3. Kandungan nutrisi air kalapa muda
Nutrisi Kandungan nutrisi
Kalori
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Fe (zat besi)
146 kal
0.2 %
36.1 mg
12 mg
2 mg
0.5 mg
Sumber: Warisno. Budi Daya Kelapa Genjah.
2.2.5. Efek Air Kelapa Muda Hijau Sebagai Bahan Aterogenesis
Kadar kolesterol LDL yang tinggi pada hiperkolesterolemia akan
menyebabkan terjadinya penimbunan plak pada tunika intima arteri karena akumulasi
ester kolesterol sehingga menyebabkan penyempitan intima arteri. Tanin sebagai
antioksidan memberikan elektronya pada sel yang terkena reaksi oksidan atau radikal
bebas yang keseimbangan elektronya terganggu. Antioksidan juga mampu
menangkap radikal bebas dimana oksidan bisa menyebabkan proses oksidasi pada
kolesterol yang menyebabkan terbentuk radikal bebas yang merusak sel endotel yang
menyebabkan reaksi inflamasi yang akhirnya menarik monosit dan neutrofil.17
34
Kolesterol dibentuk di hati sebesar 80%, melalui rangkaian pembentukan
senyawa enzim HMG CoA reduktase, mevalonat, skualen, lanosterol dan akhirnya
terbentuk kolesterol. Peningkatan kadar kolesterol dan fraksinya serta penurunan
kadar HDL merupakan faktor risiko aterosklerosis. Penghambatan HMG KoA
reduktase yang diperlukan untuk perubahan HMG KoA menjadi mevalonat dapat
mengurangi produksi kolesterol. Di dalam air kelapa hijau terdapat kandungan tanin.
Tanin mampu menghambat HMG-KoA reduktase yang menyebabkan penurunan
kadar LDL dengan cara meningkatkan reseptor LDL dan menghambat sintesis
kolesterol di hepar yang dapat mengikat dan menginternalisasikan LDL yang beredar
di darah. dengan melalui reaksi yang dikatalis dalam pembentukan kolesterol dan
meningkatkan aktivitas Lechitin Cholesterol Acyl Transferase (LCAT). Kolesterol
pada membran sel diubah menjadi ester kolesterol, yang nantinya akan diserap oleh
HDL. sehingga pertikel HDL ini membesar dan disebut HDL sferis. Dengan adanya
HDL sferis ini maka kadar HDL darah pun akan meningkat. 17
2.3. Tinjauan teori tentang tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar
2.3.1.Biologi Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur Wistar
Pada umumnya, tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar sering
digunakan sebagai hewan percobaan karena tikus putih jantan tidak dipengaruhi
oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih betina
sehingga menguntungkan bagi penelitian. Disamping itu, tikus putih jantan (Rattus
35
norvegicus) galur Wistar mempunyai kemampuan untuk melakukan metabolisme
obat dengan cepat sehingga kondisi biologis tubuh hewan tersebut lebih stabil.18,19
Rattus norvegicus galur wistar adalah jenis galur yang dikembangkan di
Institut Wistar pada tahun 1906 untuk digunakan dalam biologi dan penelitian
medis, dan dikembangkan sebagai model organisme pertama dilaboratorium yang
dikembangkan oleh Henry fisiologi Donaldson, J. Milton administrator ilmiah
Greenman, dan peneliti genetik / embriologi Helen Dean King.19
Rattus norvegicus galur wistar saat ini menjadi salah satu yang strain tikus
paling populer yang digunakan untuk penelitian laboratorium dibandingkan jenis
lain seperti tikus Sprague dawley, Tikus Biobreeding Diabetes Prone, tikus Long-
Evans, Zucker tikus. Rattus norvegicus memiliki keunggulan diantaranya gen
tikus putih galur wistar relatif mirip manusia, termasuk golongan mamalia,
kemampuan berkembang biak dengan baik, cocok digunakan untuk eksperimental
massal.19
36
2.3.2. Taksonomi Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur Wistar
Menurut Setiawan (2010), tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur
Wistar pada gambar 4 dalam taksonomi hewan diklasifikasikan sebagai berikut:19
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Sub-ordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Sub-famili : Murinae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus galur Wistar
Gambar 2.7. Tikus putih galur wistar
Sumber: http://dokterternak.wordpress.com.
37
2.4. Kerangka Konsep
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
Air kelapa muda hijau
Tanin
Antioksidan Anti trombotik Antiinflamasi
Memberikan elektron pada sel (sel endotel, DNA, dan LDL) dan menangkap senyawa
radikal bebas
Mencegah oksidasi, dan menghambat HMG CoA
reduktase
Mencegah terjadinya adhesi trombosis
akibat reaksi inflamasi
Mencegah terjadinya reaksi inflamasi
Mencegah terjadinya jejas dan kerusakan
pada dinding endotel pembuluh darah
Mencegah terjadi proses inflamasi
Mencegah aterosklerosis
LDL ↓ HDL ↑
38
Kerangka tersebut menjelaskan secara singkat mekanisme tanin mencegah
aterosklerosis. Tanin berfungsi sebagai antioksidan, anti trombotik, dan anti
inflamasi. Dimana tanin sebagai antioksidan memberikan elektronya pada sel yang
terkena reaksi oksidan yang keseimbangan elektronya terganggu. Antioksidan juga
mampu menangkap radikal bebas dimana oksidan bisa menyebabkan proses oksidasi
pada kolesterol yang menyebabkan terbentuk radikal bebas yang merusak sel endotel
yang menyebabkan reaksi inflamasi yang akhirnya menarik monosit dan neutrofil.
Sel darah putih ini melekat ke lapisan endotel oleh molekul adhesif, dan pada
akhirnya kolesterol yang menumpuk pada lapisan endotel mengakibatkan
penyumbatan pada pembuluh darah. Tanin mampu menghambat HMG-CoA
reduktase yang menyebabkan penurunan kadar LDL dengan cara meningkatkan
reseptor LDL di hepar yang dapat mengikat dan menginternalisasikan LDL yang
beredar di darah. HMG-CoA reduktase jug berfungsi sebagai pengkatalis dalam
pembentukan kolesterol dan meningkatkan aktivitas Lechitin Cholesterol Acyl
Taransferase (LCAT). LCAT merupakan enzim yang dapat mengkonversi kolesterol
bebas menjadi ester kolesterol yang lebih hidrofobik, sehingga ester kolesterol dapat
berikatan dengan partikel inti lipoprotein untuk membentuk HDL baru. Namun jika
HMG-Coa reduktase di hambat, produksi HDL hanya sedikit meningkat. Hal ini akan
meningkatkan kadar HDL serum. Tanin sebagai anti trombotik yaitu dengan
mencegah terjadinya adhesi trombosit yang terjadi pada reaksi inflamasi sehingga
39
mengurangi penyumbatan pembuluh darah oleh adanya trombus pada pembuluh
darah. Tanin sebagai anti inflamasi yaitu dengan mencegah terjadinya reaksi
inflamasi sehingga sel darah putih yang melekat pada pembuluh darah dapat dicegah
dan mencegah penyempitan lumen pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
aterosklerosis.20
2.5. Hipotesis
H01: Air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dengan dosis 1 cc tidak
dapat menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol
HDL pada tikus putih jantan galur Wistar.
H02: Air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dengan dosis 2cc tidak dapat
menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL
pada tikus putih jantan galur Wistar.
H03: Air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dengan dosis 3 cc tidak
dapat menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol
HDL pada tikus putih jantan galur Wistar.
H04: Tidak didapatkan dosis paling baik dalam menurunkan kadar kolesterol
LDL dan meningkatkan kadar HDL pada tikus putih jantan galur Wistar.
Ha1: Air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dengan dosis 1 cc dapat
menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL
pada tikus putih jantan galur Wistar.
40
Ha2: Air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dengan dosis 2 cc dapat
menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL
pada tikus putih jantan galur Wistar.
Ha3: Air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dengan dosis 3 cc dapat
menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL
pada tikus putih jantan galur Wistar.
H04: Didapatkan dosis paling baik dalam menurunkan kadar kolesterol LDL dan
meningkatkan kadar HDL pada tikus putih jantan galur Wistar.
41
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test only with
controlled group design, yaitu desain yang melibatkan dua kelompok subjek. Satu
diberi perlakuan yang berperan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok yang
lain tanpa perlakuan sebagai kelompok kontrol dengan pengukuran kadar
kolesterol LDL (high density lipoprotein) dan kolesterol HDL (high density
lipoprotein) yang dilakukan hanya setelah perlakuan. Tahapan pengukuran
kolesterol LDL dan kolesterol HDL digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
Perlakuan Post test
Kontrol (-) P1 --------------------- O1
kontrol (+) P2 ---------------------- O2
P1 P3 --------------- ------ O3
P2 P4 ---------------------- O4
P3 P5 --------------------- O5
42
Keterangan :
Kontrol -: Kontrol negatif
Kontrol +: Kontrol positif
P1 : Pemberian pakan standar dan pakan tinggi kolesterol sampai post
test
P2 : Pemberian pakan standar sampai post test
P3 : Pemberian pakan standar + pakan tinggi kolesterol sampai post test
dengan pemberian kelapa muda hijau sebanyak 1 cc
P4 : Pemberian pakan standar + pakan tinggi kolesterol sampai post test
dengan pemberian kelapa muda hijau sebanyak 2cc
P5 : Pemberian pakan standar + pakan tinggi kolesterol sampai post test
dengan pemberian kelapa muda hijau sebanyak 3 cc.
O1 : Hasil pengukuran kadar HDL dan LDL pada tikus kelompok
kontrol -
O2 : Hasil pengukuran kadar HDL dan LDL pada tikus kelompok
kontrol +
O3 : Hasil pengukuran kadar HDL dan LDL pada tikus dalam kelompok
perlakuan 1
O4 : Hasil pengukuran kadar HDL dan LDL pada tikus dalam kelompok
perlakuan 2
43
O5 : Hasil pengukuran kadar HDL dan LDL pada tikus dalam kelompok
perlakuan 3
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat penelitian
1. Tahap Persiapan dan Perlakuan
Tahap aklimatisasi hewan uji dan pemberian air kelapa muda hijau
dan tanpa air kelapa hijau muda dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik
Universitas Malahayati.
2. Tahap Pengukuran Kadar Kolesterol Darah Tikus Putih Jantan Galur
Wistar
Pengukuran kadar kolesterol LDL dan kolesterol HDL darah tikus
(Rattus norvegicus) galur Wistar dilakukan di Laboratorium Rumah Sakit
Pertamina Bintang Amin Husada Bandar Lampung.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari tanggal 20 Maret 2013 sampai 11 April
2013.
3.3. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari, parang/golok,
spuit (5 buah), centrifuge, tabung penampung darah ukuran 5 ml (25 buah),
feeding syringe (10 buah), mikropipet (5 buah), bio chemical analyzer,
44
spectrophotometer, gelas beker penampung air kelapa, tabung reaksi sebanyak
(25 buah), kandang tikus dengan ukuran 60 X 30 X 15 cm diberikan serbuk
kayu sebagai dasar dan kawat sebagai tutup kandang (5 buah).
2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Buah kelapa hijau muda
2. Pakan standar.
3. Kuning telur
4. Air
3.4. Subjek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar
dengan usia 8 minggu, berat badan antara 150-200 gram berjenis kelamin
jantan, Sehat lincah ditandai dengan gerakan-gerakan seperti makan, minum,
dan tidak terdapat luka atau cacat tubuh
(t-1) x (n-1) > 15
45
3.5. Besar Sampel dan Pengulangan
Penentuan besarnya pengulangan dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus Federer:
Keterangan:
t= banyaknya perlakuan
n= besar pengulangan tiap kelompok
(t-1) x (n-1) > 15
4(n-1) > 15
4n - 4 > 15
4n > 19
n > 19/4 = 4,75
Dengan demikian, setiap kelompok perlakuan terdapat minimal 5 kali
pengulangan. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 25 ekor dengan
perhitungan jumlah perlakuan x jumlah pengulangan x jumlah tikus = 5 x 5 x 1
= 25 ekor tikus putih.
3.6. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling probability
samples atau sering disebut random sampling (sampel acak) dengan jenis Simple
Random Sampling (Pengambilan sampel secara acak sederhana) yaitu secara
46
undian (lottery technique) ialah seperti layaknya orang melaksanakan undian
dengan mengundi anggota populasi.20
Adapun langkah-langkahnya adalah:
Cara Undian (Lottery Technique)
1.Membuat daftar nama dari no 1 sampai 25 tikus putih
2.Masing masing nama diberi no 1 sampai 25 pada gulungan kertas
3.Menggulung setiap kertas tersebut dan memasukan kedalam kaleng
4.Mengocok baik-baik dan mengeluarkan satu demi satu sampai sejumlah 5
kelompok tikus perlakuan
3.7. Klasifikasi variabel
1. Variabel bebas :
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah air kelapa hijau muda dan
tanpa air kelapa hijau muda dengan 3 dosis yang berbeda tingkatan dalam cc
(cubic centimeter), yaitu 1 cc, 2 cc dan 3 cc.
2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar HDL dan LDL
darah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar sebelum dan
sesudah diberi air kelapa hijau muda.
3. Variabel terkendali
Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah berat badan, umur,
dan jenis kelamin tikus.
47
1. Berat badan adalah berat badan awal tikus yang digunakan yaitu
antara 150 gram – 200 gram.
2. Umur adalah waktu hidup tikus dari saat dilahirkan sampai
dilakukan penelitian.
3. Jenis kelamin.
4. Pakan induksi
5. Pemberian dosis air kelapa hijau (Cocos nucifera viridis)
4. Variabel tak terkendali
Variabel tak terkendali dalam penelitian ini adalah penyakit,
aktifitas, dan psikososial tikus.
1. Penyakit saluran pencernaan yang mungkin akan terjadi selama
penelitian.
2. Aktifitas yang berbeda-beda antara tikus dalam satu kandang yang
kemungkinan dapat mempengaruhi kadar kolesterol.
3. Psikososial atau stress yang berbeda-beda antara tikus dalam satu
kandang.
4. Penyakit genetik
48
3.8. Definisi Operasional
1. Air kelapa hijau muda
Air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) adalah air kelapa muda
atau dugan yang sabutnya berwarna merah muda. Air kelapa muda hijau (Cocos
nucifera viridis) diberikan dalam tiga tingkatan dosis yang berbeda yaitu, 1 cc,
2 cc, 3 cc.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Dalam satuan cc
2. Kadar Kolesterol LDL (low density lipoprotein)
Kadar kolesterol LDL adalah kadar LDL yang diukur dengan cara
mengambil darah serum tikus secara intra cor. Kadar kolesterol LDL tikus
diukur setelah diberi perlakuan. Menggunakan alat ukur spectrophotometer
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dalam satuan mg/dl
3. Kadar Kolesterol HDL (high density lipoprotein)
Kadar kolesterol HDL adalah kadar HDL yang diukur dengan cara
mengambil darah serum tikus secara intra cor. Kadar kolesterol HDL tikus
diukur setelah diberi perlakuan. Menggunakan alat ukur spectrophotometer
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dalam satuan mg/dl
3.9. Prosedur Kerja
1. Tahap Aklimatisasi
49
Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan yang dibagi dalam 5
kelompok, setiap kelompok terdiri 5 ekor tikus. Sebelum melakukan percobaan
tikus putih jantan di pelihara terlebih dahulu di Laboratorium Patologi Klinik
Universitas Malahayati selama 1 minggu dengan tujuan agar hewan uji teradaptasi
dengan kondisi yang akan di tempati selama percobaan. Tikus-tikus akan di
kelompokan di dalam kandang berukuran 50 cm x 30 cm x 20 cm berdasarkan
perlakuan yang diberikan dengan kepadatan 5 ekor setiap kandang.
Selama aklimatisasi, tikus tersebut hanya diberikan pakan biasa dan diberi
air minum. Makanan diberikan setiap hari dan botol minum dibersihkan tiap tiga
hari sekali dan diganti airnya. Aklimatisasi biasanya digunakan untuk menghadapi
faktor-faktor yang terjadi dalam lingkungan lebih terkontrol di Laboratorium.
2. Tahap Pengambilan Air Kelapa Hijau Muda
a. Air Kelapa Hijau
Air kelapa hijau muda (Cocos nucifera viridis) dibeli dari penjual
kelapa lalu dikupas menggunakan pisau atau golok, lalu airnya diambil dan
ditampung ke dalam beker glass.
3. Tahap Perlakuan
a. Pemberian diet Kolesterol
Pemberian diet kolesterol dilakukan selama satu minggu, tikus
diberi kuning telur dibuat dengan cara :
a) Memisahkan kuning telur dengan putihnya
50
b) Membuat emulsi kuning telur dengan cara mengocok perlahan
c) Menimbang emulsi kuning telur
Diet kuning telur ditentukan sebesar 3-4% BB tikus atau 6-8
gram/hari,diberikan setiap hari.
b. Pemberian Air Kelapa Muda Hijau (Cocos nucifera viridis)
Pada hari ke 15 dilakukan pemberian air kelapa muda hijau
sebanyak 1 kali sehari pada waktu pelaksanaan perlakuan yang
berlangsung selama 22 hari, seluruh kelompok tikus masih diberikan
pakan induksi dengan takaran yang biasa diberikan serta ditimbang berat
badanya setiap hari.
Pemberian air kelapa muda hijau tersebut dilakukan dengan cara
memegangi kepala tikus putih sehingga mulut tikus terbuka. Lalu feeding
syringe yang telah terisi air kelapa muda hijau tersebut dimasukkan ke
dalam mulut tikus sampai air kelapa muda hijau tersebut habis.
c. Post Test Pengukuran Darah Tikus Putih jantan (Rattus norvegicus)
galur Wistar
Setelah diberikan perlakuan selama 2 minggu, tikus putih jantan
(Rattus norvegicus) galur Wistar diukur kadar kolesterol LDL dan HDL post
test dengan cara mengambil darah tikus dari bagian jantungnya sebanyak 1-
1,5 cc.
51
3.9. Dosis Penelitian
Volume cairan maksimal yang dapat diberikan per oral pada tikus adalah 5
ml/ 100 gr. Disarankan takaran dosis tidak sampai melebihi setengah kali volume
maksimalnya.
Takaran konversi dosis untuk manusia dengan berat badan (BB) 70kg pada
tikus dengan BB 200 g adalah 0,018. Rata-rata orang Indonesia beratnya 50 kg.21
Penggunaan air kelapa muda hijau yang sering dipakai di masyarakat, yaitu sebesar
±150 gram per hari. Maka konversi dosis untuk tikus, yaitu :
a.Dosis air kelapa hijau muda yang diberikan;
Dosis I = 0,928 g/200 grBB tikus setara dengan 1 cc/200grBB tikus
Dosis II = 1,928 g/200grBB tikus setara dengan 2 cc/200grBB tikus
Dosis III = 2,892 g/200grBB tikus setara dengan 3 cc/200grBB tikus
Dari dosis penelitian yang didapatkan, maka kontrol negatif dan kontrol
positif tidak diberikan air kelapa hijau muda dengan keterangan sebagai berikut:
Perlakuan I:
Kontrol (-) positif: Pakan standar
Kontrol (+) negatif: Pakan tinggi kolesterol+pakan standar
Perlakuan II:
52
Kelompok I: Pakan tinggi kolesterol + pakan standar + dosis I air kelapa hijau
muda sebanyak 1cc
Kelompok II: Pakan tinggi kolesterol + pakan standar + dosis II air kelapa hijau
muda 2cc
Kelompok III: Pakan tinggi kolesterol + Pakan standar + dosis III air kelapa hijau
muda 3cc
3.10. Batasan Penelitian
Batasan penelitian yang harus diperhatikan adalah :
a. Kriteria pemilihan buah kelapa hijau (untuk diambil airnya) adalah sebagai
berikut :
1. Buah kelapa hijau muda organik.
2. Kulit kelapa berwarna hijau
3. Sabut kelapa berwarna merah muda (pink).
b. Kriteria pemilihan tikus putih galur Wistar
1. Tikus jantan
2. Berumur 8 minggu
3. Berat 150-200 gram
4. Tidak ada kelainan anatomi
53
5. Sehat, lincah ditandai dengan gerakan-gerakan seperti makan, minum
dan aktif
54
3.11. Parameter Penelitian
Parameter penelitian yang akan diukur yaitu kadar kolesterol LDL dan HDL
pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar sebelum dan sesudah
pemberian perlakuan.
3.12. Analisis Data
Data diolah menggunakan program komputer SPSS versi 20. Rancangan yang
digunakan adalah lottery technique. Yang terdiri dari 3 perlakuan. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dengan uji Homogenitas, dan
dilanjutkan dengan uji Oneway ANOVA. ANOVA merupakan uji parametrik,
sehingga asumsi penggunaan uji parametrik harus dipenuhi, yaitu : distribusi normal,
varians homogen, dan sampel acak.
Uji Oneway ANOVA digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
rata-rata kadar kolesterol HDL dan LDL diantara lima kelompok perlakuan. Jika
terdapat perbedaan yang signifikan dengan Post-hoc multiple comparisons test uji
Least Significant Difference (LSD) dengan α =5% untuk melihat lebih jelas
perbedaan antar kelompok perlakuan. 23,24
55
3.13. Diagram Alur Penelitian
Secara keseluruhan, diagram alir penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat
pada gambar.
Gambar 3.1
25 Tikus putih jantan galur Wistar
Tahap aklimatisasi selama 7 hari
Tahap perlakuan pemberian pakan tinggi kolesterol pada hari ke -8
Kelompok I:Kontrol (-)Kontrol (+)
Kelompok II:Perlakuan IPerlakuan IIPerlakuan III
Tahap pengukuran kadar kolesterol LDL dan HDL post test pada hari ke-22
Analisis
Tahap perlakuan pada tiap-tiap kelompok perlakuan pada hari ke-15
56
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil penelitian
Penelitian ini menggunakan tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur
Wistar, berumur kira-kira 8 minggu dan berat badan antara 150-200 mg. Tikus
(Rattus norvegicus) yang digunakan sebanyak 25 ekor dan dibagi menjadi 5
kelompok perlakuan yaitu kelompok I (kelompok kontrol negatif), kelompok II
(kelompok control positif), kelompok III, IV, dan V (kelompok perlakuan dengan air
kelapa muda hijau (Cocos nucifera veridis) dengan dosis 1 cc/hari, 2 cc/hari, dan 3
cc/hari).
Perlakuan diberikan pada kelima kelompok tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur Wistar selama 22 hari diawali dengan proses pemberian pakan
tinggi kolesterol terlebih dahulu selama satu minggu penuh, dilanjutkan dengan 7 hari
pemberian air kelapa muda hijau (Cocos nucifera veridis) dengan berbagai tingkatan
dosis yang telah ditentukan. Air kelapa muda hijau diberikan sebanyak 1 kali dalam
sehari. Pada waktu pelaksanaan selama 22 hari, seluruh kelompok tikus (Rattus
norvegicus) masih diberikan pakan induksi dengan takaran biasa dengan pakan
standar serta ditimbang berat badanya setiap harinya.
57
Setelah tahap perlakuan, dilakukan pengambilan sampel darah dengan cara
mengambil darah dari jantung tikus yang telah dibius dengan kloroform. Darah
ditampung dengan tabung sentrifuge, kemudian didiamkan selama 15 menit dan
disentrifugasi selama 20 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Serum darah yang telah
diambil kemudian dilakukan pengukuran kadar LDL (low density lipoprotein) dan
HDL (high density lipoprotein) menggunakan spectofotometer stardust untuk
pemeriksaan kadar LDL dan HDL post test setelah perlakuan.
Tidak dilakukanya pengambilan darah pre test dimaksudkan untuk
menghindari kematian dari tikus (Rattus norvegicus) galur Wistar dikarenakan tikus
(Rattus norvegicus) galur Wistar mudah mengalami kematian segera setelah
pengambilan darahnya.
Hasil rerata kadar LDL dan HDL darah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur
Wistar post test tersebut berbeda tiap kelompok. Rerata kadar LDL dan HDL pada
kelompok kontrol (+) yaitu 28.20 mg/dl dan 53,20 mg/dl dengan hasil data
selengkapnya sebagai berikut:
58
Tabel 4.1 Data hasil pengukuran kolesterol LDL darah tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur Wistar
kelompokKadar kolesterol LDL (low density lipoprotein) (mg/dl)
Kontrol - Kontrol + Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan III
tikus 1 22 28 16 15 5
tikus 2 20 31 22 25 6
tikus 3 15 35 25 17 23
tikus 4 11 21 40 14 18
tikus 5 19 26 24 8 14
Mean 17,40 28,20 25,40 15,80 13,20
Std. Dev 4,393 5,263 8,887 6,140 7,727
KelompokKadar hdl (high density lipoprotein) (mg/dl)
Kontrol - Kontrol + Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan III
Tikus 1 54 55 60 63 65
Tikus 2 58 55 63 66 60
Tikus 3 51 53 62 58 48
Tikus 4 57 57 54 60 46
Tikus 5 54 46 71 64 59
Mean 54,80 53,20 62,00 62,20 55,60
Std. Dev 2,775 4,266 6,126 3,194 8,204
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran kolesterol HDL darah tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur Wistar
59
Keterangan :
Kelompok I : Kelompok yang diberi pakan standar.
Kelompok II : Kelompok yang dineri diet tinggi lemak saja.
Kelompok III : Kelompok perlakuan I pemberian diet tinggi lemak+dosis air
kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) 1 cc.
Kelompok IV : Kelompok perlakuan II pemberian diet tinggi lemak+dosis air
kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) 2 cc.
Kelompok V : Kelompok perlakuan III pemberian diet tinggi lemak+dosis
air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) 3 cc.
Gambar 4.1. Histogram hasil rerata pengukuran kadar LDL darah tikus putih (Rattus
norvegicus) galur Wistar post test (mg/dl)
60
Kelompok negatif menunjukan rerata kadar kolesterol LDL darah tikus
(Rattus norvegicus) galur Wistar yaitu 17,40 mg/dl. Kelompok kontrol poitif
menunjukn rerata kadar kolesterol LDL tertinggi yaitu 28,20 mg/dl. Kelompok
perlakuan 1 mengalami penurunan hingga mencapai 25,40 mg/dl. Diikuti dengan
penurunan kadar LDL kelompok perlakuan 2 dengan rerata 15,80 mg/dl. Sedangkan
penurunan yang cukup signifikan ditunjukan oleh kelompok perlakuan 3 tercatat
kadar kolesterol LDL mencapai 13,20 mg/dl.
Gambar 4.2. Histogram hasil rerata pengukuran kadar kolesterol HDL darah tikus
putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar post test (mg/dl)
Kelompok kontrol negatif menunjukan rerata kadar kolesterol HDL darah
tikus jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar yaitu 54,80 mg/dl. Kelompok kontrol positif
menunjukan rerata kadar kolesterol HDL terendah yaitu 53,20 mg/dl. Kelompok perlakuan 1
61
mengalami kenaikan hingga mencapai 62,00 mg/dl. Diikuti dengan kenaikan kadar HDL
kelompok perlakuan 2 dengan rerata 62,20 mg/dl. Sedangkan pada kelompok perlakuan 3
tercatat kadar kolesterol HDL hanya 55,60 mg/dl.
Tabel 4.5. Uji normalitas kolesterol LDL
Kelompok perlakuanKolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Kadar
kolesterol
LDL (mg/dl)
Kontrol - .242 5 .200* .940 5 .665
Kontrol + .138 5 .200* .997 5 .998
Dosis air kelapa muda
hijau 1 cc.318 5 .110 .882 5 .319
Dosis air kelapa muda
hijau 2 cc.223 5 .200* .959 5 .798
Dosis air kelapa muda
hijau 3 cc.224 5 .200* .925 5 .561
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Analisis statistik rerata kadar kolesterol LDL dan HDL post test darah tikus
putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar adalah uji normalitas, homogenitas, dan
kemudian uji one way ANOVA. Hasil uji normalitas menunjukan p>0,05 sehingga
dikatakan data memiliki distribusi yang normal sebagai berikut:
Tabel 4.6. Uji normalitas kolesterol HDL
62
Kelompok perlakuanKolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Kadar
kolesterol
HDL
(mg/dl)
Kontrol negatif .213 5 .200* .939 5 .656
Kontrol positif .281 5 .200* .834 5 .150
Dosis air kelapa muda
hijau 1 cc.235 5 .200* .964 5 .833
Dosis air kelapa muda
hijau 2 cc.199 5 .200* .967 5 .858
dosis air kelapa muda
hijau 3 cc.261 5 .200* .895 5 .384
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Dilakukan uji homegenitas didapatkan hasil p>0,05 sehingga dapat
dikatakan bahwa data tersebut homogen hal ini dikarnakan tidak terdapat perbedaan
yang sangat signifikan dari hasil data rerata setiap kelompok perlakuan , sebagai
berikut:
Tabel 4.7. Uji homogenitas kolesterol LDL
Levene
Statisticdf1 df2 Sig.
.472 4 20 .756
Tabel 4.8. Uji homogenitas kolesterol HDL
Levene
Statisticdf1 df2 Sig.
2.452 4 20 .079
63
Uji normalitas dan homogenitas dilakukan sebagai persyaratan untuk uji
ANOVA, uji ANOVA dilakukan untuk mencari perbandingan pada lebih dari dua
kelompok perlakuan. Hasil uji ANOVA pada kolesterol LDL dan HDL darah tikus
putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar didapatkan p<0,05 yaitu 0,008 sehingga
dapat dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan pada kelima kelompok perlakuan.
Tabel 4.9. Uji ANOVA kolesterol LDL
Kadar kolesterol LDL (mg/dl)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 835.200 4 208.800 4.677 .008
Within Groups 892.800 20 44.640
Total 1728.000 24
64
Tabel 4.10. Uji ANOVA kolesterol HDL
Kadar kolesterol HDL (mg/dl)
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between groups 358.560 4 89.640 3.181 .036
Within groups 563.600 20 28.180
Total 922.160 24
Uji ANOVA dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test untuk mengetahui
kelompok mana yang memiliki perbedaan selisih rerata kadar kolesterol LDL dan
perbedaan selisih rerata kadar kolesterol HDL darah tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur Wistar post test yang signifikan, sebagai berikut:
Tabel 4.11. Hasil uji post hoc test kolesterol LDL
Dependent variable: kadar kolesterol ldl (mg/dl)
(i) kelompok
perlakuan
(j) kelompok
perlakuan
Mean
difference
(i-j)
Std. Error Sig.
95% confidence interval
Lower bound Upper bound
Kontrol - Kontrol + -10.800* 4.226 .019 -19.61 -1.99
Dosis air kelapa
muda hijau 1 cc-8.000 4.226 .073 -16.81 .81
Dosis air kelapa
muda hijau 2 cc
1.600 4.226 .709 -7.21 10.41
65
Dosis air kelapa
muda hijau 3 cc4.200 4.226 .332 -4.61 13.01
Kontrol +
Kontrol - 10.800* 4.226 .019 1.99 19.61
Dosis air kelapa
muda hijau 1 cc2.800 4.226 .515 -6.01 11.61
Dosis air kelapa
muda hijau 2 cc12.400* 4.226 .008 3.59 21.21
Dosis air kelapa
muda hijau 3 cc15.000* 4.226 .002 6.19 23.81
Dosis air
kelapa muda
hijau 1 cc
Kontrol - 8.000 4.226 .073 -.81 16.81
Kontrol + -2.800 4.226 .515 -11.61 6.01
Dosis air kelapa
muda hijau 2 cc9.600* 4.226 .034 .79 18.41
Dosis air kelapa
muda hijau 3 cc12.200* 4.226 .009 3.39 21.01
Dosis air
kelapa muda
hijau 2 cc
Kontrol - -1.600 4.226 .709 -10.41 7.21
Kontrol + -12.400* 4.226 .008 -21.21 -3.59
Dosis air kelapa
muda hijau 1 cc-9.600* 4.226 .034 -18.41 -.79
Dosis air kelapa
muda hijau 3 cc2.600 4.226 .545 -6.21 11.41
Dosis air
kelapa muda
hijau 3 cc
Kontrol - -4.200 4.226 .332 -13.01 4.61
Kontrol + -15.000* 4.226 .002 -23.81 -6.19
Dosis air kelapa
muda hijau 1 cc
-12.200* 4.226 .009 -21.01 -3.39
66
Dosis air kelapa
muda hijau 2 cc-2.600 4.226 .545 -11.41 6.21
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Tabel 4.12. Hasil uji post hoc test kolesterol HDL
Dependent variable: hdl
(i) Perlakuan (j) perlakuan
Mean
difference
(i-j)
Std. Error Sig.
95% confidence interval
Lower bound Upper bound
K
o
Kontrol -
Kontrol + 1.600 3.357 .639 -5.40 8.60
Dosis air kelapa
muda hijau 1 cc-7.200* 3.357 .044 -14.20 -.20
Dosis air kelapa
muda hijau 2 cc-7.400* 3.357 .039 -14.40 -.40
Dosis air kelapa
muda hijau 3 cc-.800 3.357 .814 -7.80 6.20
Kontrol +
Kontrol - -1.600 3.357 .639 -8.60 5.40
Dosis air kelapa
muda hijau 1 cc-8.800* 3.357 .016 -15.80 -1.80
Dosis air kelapa
muda hijau 2 cc-9.000* 3.357 .014 -16.00 -2.00
Dosis air kelapa
muda hijau 3 cc-2.400 3.357 .483 -9.40 4.60
67
Dosis air kelapa muda
hijau 1 cc
Kontrol - 7.200* 3.357 .044 .20 14.20
Kontrol + 8.800* 3.357 .016 1.80 15.80
Dosis air kelapa
muda hijau 2 cc-.200 3.357 .953 -7.20 6.80
Dosis air kelapa
muda hijau 3 cc6.400 3.357 .071 -.60 13.40
Dosis air kelapa muda
hijau 2 cc
Kontrol - 7.400* 3.357 .039 .40 14.40
Kontrol + 9.000* 3.357 .014 2.00 16.00
Dosis air kelapa
muda hijau 1 cc.200 3.357 .953 -6.80 7.20
Dosis air kelapa
muda hijau 3 cc6.600 3.357 .063 -.40 13.60
Dosis air kelapa muda
hijau 3 cc
Kontrl - .800 3.357 .814 -6.20 7.80
Kontrol + 2.400 3.357 .483 -4.60 9.40
Dosis air kelapa
muda hijau 1 cc-6.400 3.357 .071 -13.40 .60
Dosis air kelapa
muda hijau 2 cc-6.600 3.357 .063 -13.60 .40
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
4.2. Pembahasan
Hasil pengukuran rerata post test kadar kolesterol LDL (low density
lipoprotein) dan HDL (high density lipoprotein) darah tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur Wistar dari kelima kelompok perlakuan dianalisis dengan
68
menggunakan uji ANOVA. Dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji post hoc
test yang bertujuan untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan
selisih rerata kadar kolesterol LDL dan HDL darah tikus (Rattus norvegicus) yang
signifikan.
Pemberian pakan hiperlemik selama 22 hari berupa kuning telur dapat
meningkatkan kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol HDL darah
tikus (Rattus norvegicus). Peningkatan kadar kolesterol LDL dan penurunan
kolesterol HDL ini disebabkan oleh karena tingginya kandungan asam lemak dan
kolesterol dalam telur. Lemak dalam usus tikus (Rattus norvegicus) akan diresintesis
menjadi trigliserida dan akan didistribusikan dalam bentuk kilomikron dan VLDL
(very low density lipoprotein), VLDL akan terdegradasi di dalam jaringan adiposa
dalam bentuk LDL yang kemudian bersirkulasi sebagai lipoprotein utama yang
mengangkut kolesterol. Karena itu, maka kadar LDL darah tikus (Rattus norvegicus)
akan meningkat dengan pemberian pakan hiperlemik ini.25, 9
Pemberian air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dosis I yaitu 1
cc/hari dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah tikus (Rattus norvegicus)
tetapi penurunannya tidak signifikan dibandingkan dengan kadar kolesterol LDL
kelompok kontrol + yaitu p=0,515. Sedangkan pemberian dosis II dan III (2 cc/hari
dan 3 cc/hari) memperlihatkan memperlihatkan hasil yang signifikan dengan nilai
p=0,008 dan p=0,002.
Pemberian air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dosis I dan II (1
cc/hari dan 2 cc/hari) dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL darah tikus (Rattus
69
norvegicus) dengan signifikan dibandingkan dengan kadar kolesterol HDL kelompok
kontrol + yaitu p=0,016 dan p=0,014. Sedangkan pemberian dosis III 3 cc/hari
memperlihatkan hasil yang tidak signifikan dengan nilai p=0,483.
Pada kelompok perlakuan dosis I kadar kolesterol LDL dan perlakuan dosis
III pada kelompok kolesterol HDL ditemukan hasil yang tidak signifikan
dikarenakan banyak faktor. Faktor tersebut menjadi dua, yaitu faktor terkendali dan
tidak terkendali. Faktor terkendali meliputi umur, berat badan, aktivitas subjek
penelitian, pakan induksi, dan pemberian air kelapa muda hijau (Cocos nucifera
viridis). Sementara faktor tak terkendali genetik dan fungsi organ penelitian.
Meskipun demikian hasil rerata kadar kolesterol LDL dosis II, III dan rerata
kadar kolesterol HDL dosis I, II darah tikus (Rattus norvegicus) memberikan hasil
yang signifikan. Telah dijelaskan bahwa air kelapa muda hijau (Cocos nucifera
viridis) mengandung tanin. Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk
ke dalam golongan polifenol. Senyawa polifenol adalah senyawa antioksidan
sehingga mencegah oksidasi lemak, protein, menghambat aktifitas HMG-CoA
reduktase dan DNA dalam sel.5
Dari ketiga dosis air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) yang
digunakan adalah dosis III 3 cc/hari merupakan dosis yang paling signifikan
menurunkan kadar kolesterol LDL darah. Karena semakin tinggi dosis air kelapa
muda hijau (Cocos nucifera viridis) yang digunakan maka kandungan tanin juga akan
semakin banyak, sehingga kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol LDL
darah juga semakin besar dibandingkan dengan dosis kecil. Sedangkan pada kadar
70
kolesterol HDL yang digunakan adalah dosis II 2 cc/hari merupakan dosis yang
paling signifikan meningkatkan kadar kolesterol HDL darah.
71
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
a. Terdapat efek pemberian air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dosis
sebesar 1 cc terhadap penurunan kadar kolesterol LDL (low sensity lipoprotein)
rata-rata 52,40 mg/dl dan peningkatan kadar kolesterol HDL (high sensity
lipoprotein) rata-rata 62,00 mg/dl pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
galur Wistar setelah diinduksi kuning telur.
b. Terdapat efek pemberian air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dosis
sebesar 2 cc terhadap penurunan kadar kolesterol LDL (low sensity lipoprotein)
rata-rata 15,80 mg/dl dan peningkatan kadar kolesterol HDL (high sensity
lipoprotein) rata-rata 62,20 mg/dl pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
galur Wistar setelah diinduksi kuning telur.
c. Terdapat efek pemberian air kelapa muda hijau (Cocos nucifera viridis) dosis
sebesar 3 cc terhadap penurunan kadar kolesterol LDL (low sensity lipoprotein)
rata-rata 13,20 mg/dl dan peningkatan kadar kolesterol HDL (high sensity
lipoprotein) rata-rata 55,69 mg/dl pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
galur Wistar setelah diinduksi kuning telur.
d. Didapatnya dosis paling baik dari pemberian air kelapa muda hijau (Cocos
nucifera viridis) pada dosis 3 cc terhadap penurunan kadar kolesterol LDL (low
72
density lipoprotein. Dan dosis 2 cc terhadap peningkatan kadar kolesterol HDL
(high sensity lipoprotein) pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur
Wistar
5.2. Saran
Untuk peneliti selanjutnya agar dapat melihat efek samping dari setiap dosis
yang diujikan dapat mengembangkan kembali penelitian ini dengan berbagai
modifikasi perlakuan.
73
Daftar Pustaka
1. Lutfiana S. Pengaruh Pemberian Virgin Coconut Oil Terhadap Kadar Kolesterol HDL Serum Tikus Wistar Setelah Diinduksi Aterogenesis. Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP. 2006. Hal 1-2.
2. Sudarsono. Prospek Pengembangan Obat Bahan Alami Di Bidang Kesehatan, Seminar Nasional Prospek Obat Tradisional dalam Prospektif Kesehatan. Semarang: Fakultas Kedokteran UNISSULA. 2006. Hal 1-4.
3. Anonymous. Membangun Agribisnis Kelapa Muda. Manado. Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain (Balitka). 2007. Hal 104-6.
4. Wijayanti P. Budidaya Tanaman Obat Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa L.) dan Pemanfaatan Senyawa Metabolis Sekundernya. Surakarta: Fakultas Pertanian Sebelas Maret. 2010. Hal 8.
5. Wijayakusuma, Dalimartha. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Darah Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya. 2005. Hal 13.
6. Utami P. Tanaman Obat. Cetakan I. Jakarta Selatan: PT.Agromedia Pustaka. 2008. Hal 32.
7. Dorlan N. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi ke 29. Terjemahan: Tim EGC. Jakarta: EGC. 2002. Hal 1236.
8. Guyton C, Hall E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Terjemahan: dr. Irawati. Jakarta: EGC. 2008. Hal 882.
9. David L, Nelson MM, cox. Principles of Biochemistry 4th Lange Medical Books.Terjemahan: dr. rer. nat. Sri Mulyani. M.Si. Mc.graw-hill. 2008. Hal 10-5.
10. Dawn B, Allan D, Collen M. Biokimia Kedokteran Dasar. Terjemahan: dr. Brahm U, Pendit, Sp.KK. Cetakan I. Jakarta: EGC. 2003. Hal 515.
11. Kuchel P, Gregory B, Ralston. Biokimia Schaum’s Easy Outline, Terjemahan: Eva Laelasari, S.Si. Surabaya: Erlangga. 2006. Hal 78-80.
74
12. Elizabeth JC. Patofisiologi Ed. 3. Terjemahan: Egi Komara Yudha, Cetakan I. Jakarta: EGC. 2009. Hal 477-83.
13. Kabo P. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2008. Hal 16-7.
14. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Diagnosis Dan Tata Laksanakan Penyakit Saraf. Jakarta: EGC. 2007. Hal 24-30.
15. Warisno. Budi Daya Kelapa Genjah. kaniskus. Yogyakarta: PT. agro media. 2003. Hal 15-20.
16. Thomas ANS. Tanaman Obat Tradisional, Cetakan ke-19. Yogyakarta: Kanisius. 2008. Hal 110.
17. Silalahi. Antioksidan dan Diet Karsinogenik. Cermin Dunia Kedokteran. 2006. Hal 9-10.
18. Putri KGP. Profil Hormon Ovari Sepanjang Siklus Estrus Tikus (Rattus norvegicus) Betina Menggunakan Fourrier Transform Infrared. Depok: Universitas Indonesia. Hal 5-6.
19. Setiawan R. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Yang Diinduksi Aloksan. Surakarta: Fakultas Kedokteran Sebelas Maret. 2010. Hal 9.
20. Notoatmodjo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Hal 37-44.
21. Anggara R. Pengaruh Ekstrak Kangkung Darat ( Ipomea Reptans Poir) Terhadap Efek Sedasi Pada Mencit Balb/C. Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP. 2009. Hal 22.
22. Mikael S. 36 Jam Belajar Komputer SPSS 15. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2007. Hal 71-88.
23. Sopiyudin D. Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan, 1st ed. Jakarta. PT. ARKANS. 2004. Hal 89-101.
75
24. Beuttener R, Parhofer KG,Woenckhaus M, Wrede CE, Kunz-Schughart LA, Scholmerich J, et al. Defining High-Fat-Diet Rat Models: Metabolic and Molecular Effects of Different Fat Types. J of Endocrin. 2006. Hal 16.