140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

download 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

of 31

Transcript of 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    1/31

    KEBIJAKAN PENINGKATAN NILAI

    TAMBAH

    MINERAL DAN BATUBARA

    Bali, 11 Maret 2014

    DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA

    KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

    The 1st Indonesia

    Iraq JWG on Energy and Mineral Resources

    Oleh

    Muhammad Taswin

    Kasubdit Pengawasan Usaha Eksplorasi Batubara

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    2/31

    DAFTAR ISI

    I. PENDAHULUANII. KONDISI SAAT INI

    III. RENCANA PEMBANGUNAN FASILITAS

    PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN MINERAL

    IV. PERATURAN UNTUK MENDORONG

    PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINERAL

    V. PEMANFAATAN DAN KEBIJAKAN BATUBARA

    VI. PENUTUP

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    3/31

    I. PENDAHULUAN

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    4/31

    I.1 LATAR BELAKANG1. Indonesia memiliki banyak sumber daya mineral dan energi namun belum tentu kaya, karena

    penduduknya yang besar (harus mendapat manfaat dari sumber daya tersebut, pekerjaan dan

    kesejahteraan). Kondisi ini tidak dapat diwujudkan dengan hanya mengekspoitasi sumber daya dan

    menjualnya mentah mentah.

    2. Ekspor bahan mentah telah berlangsung lama, (bijih bauksit sejak 1938 tanpa mampu diolah hingga

    2013). Indonesia eksportir timah terbesar di dunia berabad abad lamanya, baru saat ini mampu

    membangun industri berbasis timah dengan berbagai variasi produk. Indonesia pengekspor bijih nikel

    terbesar (60 juta di th 2013), namun hanya PT Antam dan PT Vale Indonesia yang baru memurnikannya.

    3. Dalam konteks peningkatan nilai tambah, informasi tentang teknologi baru sangat mudah diperoleh.

    Apabila kita tidak dapat melakukan inovasi teknologi, kita dapat melakukan imitasi teknologi. Banyak

    contoh negara maju yang mengambil manfaat pengetahuan dan teknologi dari negara lain,

    memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkannya.

    4. Mempertimbangkan perkembangan nasional maupun internasional, maka pengelolaan pertambangan

    mineral dan batubara perlu dilakukan secara mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien, dan

    berwawasan lingkungan, guna menjamin pembangunan nasional secara berkelanjutan.

    5. UU No 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara memberikan mandat mengutamakan

    pemenuhan kebutuhan dalam negeri dari kekayaan mineral dan batubara dengan terus meningkatkan

    nilai tambahnya.

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    5/31

    I.2 DASAR HUKUM PENINGKATAN NILAI

    TAMBAH MINERAL1. Pasal 33 UUD 1945 Ayat (3): Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di

    dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuranrakyat.

    2. UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara :

    a. Pasal 3 huruf c : Dalam rangka mendukung pembangunan nasional yang

    berkesinambungan, tujuan pengelolaan mineral dan batubara adalah: c. menjamin

    tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku dan/atau sebagai sumber

    energi untuk kebutuhan dalam negeri; kegiatan usaha pertambangan secaraberdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing.

    b. Pasal 103 ayat (1) : Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan

    pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri.

    c. Pasal 170 : Pemegang kontrak karya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169

    yang sudah berproduksi wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksuddalam Pasal 103 ayat (1) selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak Undang-

    Undang ini diundangkan.

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    6/31

    MINERBA UNTUK

    KESEJAHTERAAN

    RAKYAT

    NILAI TAMBAH

    LOCAL CONTENT

    KETENAGAKERJAAN

    CSR

    PRO JOB

    (LAPANGAN KERJA)

    PRO POOR

    (PEMERATAAN)

    PRO ENVIRONMENT

    (LINGKUNGAN)

    PRO GROWTH(PERTUMBUHAN)

    NERACA PERDAGANGAN

    (PRODUKSI, EKSPOR DANDOMESTIK)

    GOOD MINING PRACTICE

    REKLAMASI DAN PASCA

    TAMBANG

    INVESTASI

    PENERIMAAN

    NEGARA

    I.3. PERAN MINERAL DAN BATUBARA

    KEMANDIRIAN

    TEKNOLOGI

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    7/31

    II. KONDISI SAAT INI

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    8/31

    II.1 SEBARAN PERIZINAN PERTAMBANGAN DI

    INDONESIA

    PKP2B = 75KK = 41IUP mineral logam = 4.471IUP non logam & batuan = 2.525IUP Batubara = 3.922

    P. SUMATERA

    KK : 10PKP2B : 15IUP logam : 1,498IUP non logam&batuan : 544IUP batubara : 991

    P. KALIMANTAN

    KK : 9PKP2B : 60IUP logam : 737IUP non logam&batuan : 414IUP batubara : 2.687

    P. SULAWESI

    KK : 10IUP logam : 1.076IUP non logam&batuan : 393IUP batubara : 106

    P. PAPUA

    KK : 7IUP logam : 112IUP non logam &batuan : 7IUP batubara : 119

    KEP.MALUKUKK : 2IUP logam : 401IUP non logam&batuan : 23IUP batubara : 12

    P. BALI DAN NUSATENGGARAKK : 2IUP logam : 340IUP non logam&batuan : 124IUP batubara : 1

    P.JAWAKK : 1IUP logam : 307IUP non logam&batuan : 1,020IUP batubara : 6

    Total IUP : 10.918

    Sumber Data : Ditjen Minerba, 2014

    Status 3 Maret 2014

    II 2 SUMBER DAYA DAN CADANGAN

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    9/31

    II.2 SUMBER DAYA DAN CADANGAN

    MINERAL STRATEGIS

    NO KOMODITI

    SUMBER DAYA (TON) CADANGAN (TON)

    BIJIH LOGAM BIJIH LOGAM

    1 Emas Primer 7.670.116.969 7.215 3.224.994.814 2.773

    2 Bauksit 1.264.704.602 529.336.043 582.621.415 238.165.350

    3 Nikel 3.565.478.997 52.152.471 1.168.108.558 21.625.738

    4 Tembaga 17.526.023.145 106.153.360 3.125.764.377 27.568.365

    5 Besi 712.464.366 401.771.219 65.579.511 39.825.354

    6 Pasir Besi 2.116.772.030 425.416.227 173.810.612 25.412.653

    7 Mangan 15.490.763 6.304.770 4.429.029 2.834.916

    8 Seng 624.641.336 7.299.423 5.844.091 795.803

    9 Timah 449.420.641 2.076.403 801.245.947 410.491

    10 Perak 13.754.843.291 834.106 3.253.136.162 13.684

    Sumber : Badan Geologi, 2013

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    10/31

    II.3 PRODUKSI MINERALA. PRODUKSI BIJIH NIKEL BAUKSIT,

    BIJIH DAN PASIR BESI

    *) Rencana Tahun 2014

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    11/31

    B. PRODUKSI EMAS DAN TIMAH

    *) Rencana Tahun 2014

    II.3 PRODUKSI MINERAL

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    12/31

    C. PRODUKSI TEMBAGA

    *) Rencana Tahun 2014

    II.3 PRODUKSI MINERAL

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    13/31

    Sumber : Statistical Review of World Energy 2013, BP

    Cadangan dunia

    (%)

    TOTALSUMBER DAYA161 Milyar Ton

    (termasuk 41 Milyar Tontambang dalam)

    TOTALCADANGAN

    31,35 Milyar Ton

    Very High ( > 7.100 kal/gr )

    Low ( < 5.100 kal/gr )

    High ( 6.1007.100 kal/gr )

    Medium ( 5.1006.100 kal/gr)

    Sumber : Badan Geologi, 2013

    Menurut Statistical Review of World

    Energy 2013, BP : Cadangan Batubara

    Indonesia hanya 0,6% cadangan dunia

    .CADANGAN BATUBARA

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    14/31

    Keterangan : *) Rencana

    II. 5 PRODUKSI, EKSPOR, DAN PENJUALAN

    DOMESTIK BATUBARA

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    15/31

    II. 6. INVESTASI PERTAMBANGAN

    Ket : *) Rencana

    4.463,404.373,62

    5.793,40

    5.126,25

    4.801,17

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    16/31

    II. 7. PENERIMAAN NEGARA DARI

    PERTAMBANGAN

    Keterangan : *) Rencana

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    17/31

    III. RENCANA PEMBANGUNAN FASILITAS PENGOLAHAN

    DAN PEMURNIAN MINERAL

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    18/31

    III.1. PEMANFAATAN MINERAL Dengan mempertimbangkan potensi logam di Indonesia maka bijih/pasir besi, bijih

    tembaga, bauksit (alumunium), bijih nikel dapat dijadikan bahan baku dasar (strategis)

    untuk menopang industri strategis nasional.

    Pemurnian dalam negeri sudah dilakukan untuk bahan tambang nikel seperti feronikel

    (feni) dan bubur nikel (nickel matte).

    Bijih timah juga merupkan mineral strategis, saat ini sudah diolah menjadi logam dan

    bahkan menjadi produk industri kimia berbasis timah (tin chemicals) di Indonesia. Mineral

    ikutan dalam bijih timah yang berharga seperti logam tanah jarang harus diselamatkan.

    Bijih tembaga sudah diolah menjadi produk konsentrat tembaga dan kemudian sebagian

    diolah menjadi logam tembaga. Demikian juga untuk pasir besi/bijih besi telah diolah

    menjadi konsentrat besi.

    Bauksit hingga 2013 seluruhnya diekspor. Diharapkan pada tahun ini pabrik chemical

    grade alumina di Tayan Kalbar sudah komersial

    Bijih mangan digunakan dalam campuran baja dan campuran logam lainnya harus pula

    dikelola secara hati-hati karena potensinya tidak besar dibandingkan bijih nikel, bauksit,

    besi, tembaga, dan timah.

    III 2 RENCANA PEMBANGUNAN FASILITAS PENGOLAHAN DAN

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    19/31

    III.2. RENCANA PEMBANGUNAN FASILITAS PENGOLAHAN DAN

    PEMURNIAN PER KOMODITAS

    NO KOMODITAS JUMLAH

    1. Nikel 29

    2. Bauksit 8

    3. Besi 8

    4. Mangan 3

    5. Zirkon 13

    6. Timbal dan Seng 1

    7. Kaolin dan Zeolit 4

    Total 66

    Investasi fasilitas pengolahan dan pemurnian:

    a. Komitmen investasi USD 17.4 milliar;

    b. Realisasi investasi hingga saat ini sebesar USD 6 milliar.

    III 3 PELUANG PENINGKATAN NILAI

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    20/31

    1. Mendorong pengembangan teknologi pengolahan dan pemurnian

    mineral di dalam negeri.

    2. Mendorong pembangunan pengolahan dan pemurnian mineral

    dalam negeri.

    3. Penciptaan industri hilir pengguna logam hasil produksi dari

    pengolahan dan pemurnian4. Mengurangi impor bahan baku logam bagi industri hilir.

    5. Mendorong lembaga riset termasuk perguruan tinggi untuk

    melakukan penelitian terkait dengan pengolahan dan pemurnian

    mineral sehingga dapat diaplikasikan dalam industri pengolahan

    dan pemurnian logam.

    III.3. PELUANG PENINGKATAN NILAITAMBAH MINERAL

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    21/31

    IV. PERATURAN UNTUK MENDORONG

    PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINERAL

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    22/31

    Mineral Logam

    Batuan

    Mineral BukanLogam

    Pengolahan

    Pengolahan

    Pemurnian

    . .MINERAL

    Pengolahan Mineral merupakan upaya untuk meningkatkan mutu Mineral atau Batuan yang menghasilkan produk dengan sifat fisik

    dan kimia yang tidak berubah dari Mineral atau Batuan asal, antara lain berupa Konsentrat Mineral Logam dan Batuan yang dipoles

    Pemurnian Mineral merupakan upaya untuk meningkatkan mutu Mineral Logam melalui proses ekstraksi serta proses peningkatan

    kemurnian lebih lanjut untuk menghasilkan produk dengan sifat fisik dan kimia yang berbeda dari Mineral asal, antara lain berupa

    logam dan logam paduan

    IV 2 PERATURAN PEMERINTAH NO 1 TAHUN

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    23/31

    IV.2. PERATURAN PEMERINTAH NO 1 TAHUN2014

    1. Sejak tanggal 12 Januari 2014, dilarang melakukan penjualan bijih (raw material/

    ore) ke luar negeri.2. Pemegang kontrak karya wajib melakukan pemurnian hasil penambangan di dalam

    negeri.

    3. Pemegang IUP Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian di

    dalam negeri.

    4. Pemegang kontrak karya yang melakukan kegiatan penambangan mineral logamdan telah melakukan kegiatan permurnian, dapat melakukan penjualanke luar

    negeri dalam jumlah tertentu (bukan bijih/raw material/ore).

    5. Pemegang IUP Operasi Produksiyang melakukan kegiatan penambangan mineral

    logam dan telah melakukan kegiatan pengolahan, dapat melakukan penjualan

    hasil olahan ke luar negeri dalam jumlah tertentu.

    6. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengolahan dan pemurnian serta

    batasan minimum pengolahan dan pemurnian diatur dengan Peraturan Menteri.

    IV.3. PERATURAN MENTERI ESDM NO. 1

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    24/31

    IV.3. PERATURAN MENTERI ESDM NO. 1TAHUN 2014

    1. Hasil PENGOLAHANkomoditas mineral logam yang dapat dijual ke luar negeri yaitu:

    konsentrat tembaga, konsentrat besi, konsentrat pasir besi/pelet, konsentratmangan, konsentrat timbal, dan konsentrat seng.

    2. Komoditas mineral logam timah, nikel, bauksit, emas, perak, dan kromium HANYA

    dapat dijual ke luar negeri setelah dilakukan PEMURNIAN.

    3. Batasan minimum pengolahan dan pemurnian diatur dalam Lampiran Permen

    ESDM No. 1 Tahun 2014 (Lampiran 1 : Komoditas Tambang Mineral Logam,Lampiran 2 : Komoditas Tambang Mineral Bukan Logam, Lampiran 3 : Komoditas

    Tambang Batuan).

    4. Pemegang KK dan IUP OP Mineral Logam, setelahjangkawaktu3 (tiga) tahun

    sejak Permen ini diundangkan, hanyadapatmelakukan penjualan ke luar negeri

    hasil produksi yang telah dilakukan pemurnian sesuai batasan minimumpemurnian.

    IV 4 MANFAAT PENINGKATAN NILAI TAMBAH

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    25/31

    IV.4. MANFAAT PENINGKATAN NILAI TAMBAH

    (PENERAPAN PP NO 1/2014)1. Dalam jangka panjang akan berdampak positif terhadap peningkatan devisa,

    penerimaan negara dan penyerapan tenaga kerja serta kemandirian teknologi

    2. Proyeksi devisa dari ekspor produk pertambangan mineral tahun 2016 (setelahberoperasinya fasilitas pengolahan dan pemurnian di dalam negeri) mencapai

    sekitar USD 17,2 miliar (tahun 2013 sebesar USD 11,7 milyar) dan akan terus

    meningkat pada tahun-tahun selanjutnya.

    3. Proyeksi penerimaan negara dari ekspor produk pertambangan mineral pada

    tahun 2016 naik sekitar Rp. 11 Triliun (kenaikan PNBP sebesar Rp. 3 Triliun danPajak sebesar Rp. 8 Triliun) dibandingkan tahun 2013 dan akan terus meningkat

    setiap tahunnya.

    4. Setiap jenis mineral memerlukan teknologi pengolahan dan pemurnian mineral

    yang spesifik, sehingga dengan berdirinya fasilitas pengolahan dan pemurnianmineral di dalam negeri maka secara nasional teknologi pengolahan dan

    pemurnian meningkat (kemandirian teknologi).

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    26/31

    V. PEMANFAATAN DAN KEBIJAKAN BATUBARAIV.

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    27/31

    GasChemical Feedstock

    DIRECT USEPower Plant

    Industry

    CONVERSION

    LIQUEFACTION

    GASIFICATION

    Liquid

    Clean Coal Technology

    UPGRADING High Rank Coal

    LOW RANK COAL

    COKES

    ACTIVE CARBON

    COAL

    CWM

    V.1. PEMANFAATAN BATUBARA

    V 2 KEBIJAKAN BATUBARA

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    28/31

    V. 2. KEBIJAKAN BATUBARA1. Prioritas batubara sebagai sumber energi

    2. Konservasi dan pertambangan sesuai kaidah yang baik dengan memperhatikan

    lingkungan hidup

    3. Peningkatan kegiatan eksplorasi batubara untuk tambang terbuka dan tambang bawahtanah.

    4. Peningkatan batubara dalam bauran energi nasional

    5. Jaminan pasokan batubara untuk kebutuhan dalam negeri

    6. Pembuatan cadangan penyangga batubara dalam bentuk pencadangan negara maupun

    dalam stockpile.7. Pembangunan infrastruktur batubara mendukung jaminan pasokan dan cadangan

    penyangga batubara

    8. Peningkatan nilai tambah batubara untuk gasifikasi dan liquifaction.

    9. Penetapan Harga Patokan Batubara terutama untuk penggunaan batubara di dalam

    negeri.

    10. Peningkatan kemampuan teknologi penambangan dan pemanfaatan batubara.

    11. Alokasi penggunaan batubara yang optimal disesuaikan dengan kualitas dan lokasi

    sumber daya batubara.

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    29/31

    VI. PENUTUP

    VI. PENUTUP

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    30/31

    VI. PENUTUP1. Bangsa Indonesia harus memiliki visi pembangunan sumber daya mineral, yaitu

    membangun industri bermodalkan sumber daya dan kemandirian teknologi.

    Penduduk Indonesia yang besar jumlahnya membutuhkan manfaat yang lebih besar

    dari kehadiran mineral dan batubara.2. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2014 dan Permen ESDM No 1 Tahun 2014 yang

    merupakan tindak lanjut dari amanat UU No. 4 Tahun 2009 diterbitkan dalam rangka

    memberikan kejelasan pelaksanaan kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral di

    dalam negeri.

    3. Saat ini banyak perusahaan baru yang mengajukan pembangunan smelterkhususnya untuk nikel dan bauksit untuk mengantisipasi kebutuhan logam/alloy

    yang meningkat di masa akan datang.

    4. Pengolahan dan pemurnian menghasilkan banyak variasi produk (diversifikasi

    produk). Kondisi ini akan menumbuhkembangkan industri hilir.

    5. Batubara diprioritaskan sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik dan industri

    serta pemanfaatan batubara dalam negeri ke depan diarahkan untuk peningkatan

    nilai tambah batubara.

  • 7/22/2019 140305_Kebijakan Mineral Dan Batubara Yogya

    31/31

    www.minerba.esdm.go.id