TUGAS AKHIR
MANAJEMEN KEUANGAN I
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT. UNILEVER INDONESIA Tbk
Disusun oleh :
Gibran Swadana 346386 (11)
Bima Sena Suarga Eka Putra 346393 (12)
Rizky Aji Wiguna 346419 (13)
Muhammad Hatta 346420 (14)
Dhevi Anindya Windayanti 346428 (15)
Adrian Adi Setiawan 347623 (23)
Sabrina Aisyah 348395 (32)
I Nyoman Artha Ananda 348404 (33)
Claudia Evelina 352990 (55)
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014/2015
A. PROFIL COMPANY
PT. Unilever IndonesiaTbk
PT Unilever Indonesia Tbk merupakan salah satu
perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) terkemuka di
Indonesia. Rangkaian produk Perseroan mencakup produk Home
and Personal Care serta Foods and Refreshment ditandai
dengan brand-brand terpercaya dan ternama di dunia, antara
lain Wall’s, Lifebuoy, vaseline, Pepsodent, Lux, Pond’s,
Sunlight, Rinso, Blue Band, Royco, Dove, Rexona, Clear, dan
lain- lain.
PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada
5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever di
Batavia. Perusahaan berganti nama menjadi PT Unilever pada
tahun 1980, tepatnya 22 Juli 1980 dan kemudian menjadi
perusahaan go public pada 16 November 1981 mendaftarkan 15%
sahamnya pada Bursa Efek Indonesia.
Visi Unilever
To Earn The Love and Respect of Indonesia by Touching The Lives of Every
Indonesian Every Day.
Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari Indonesia
dengan menyentuh kehidupan setiap orang Indonesia setiap
harinya.
Misi Unilever
1. Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih
baik setiap hari.
2. Kami membantu konsumen merasan yaman, berpenampilan
baik dan lebih menikmati hidup melalui brand - layanan
yang baik bagi mereka dan orang lain.
3. Kami menginsipirasi masyarakat untuk melakukan langkah
kecil setiap harinya yang bila digabungkan bias
mewujudkan perubahan besar bagi dunia.
4. Kami senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis
yang memungkinkan kami tumbu dua kali lipat sambil
mengurangi dampak terhadap lingkungan.
B. ANALISIS RATIO LIKUIDITAS
A. Current Ratio = Current Assets
Current Liabilities
2011 = 4.446.219 = 0,687
6.474.594
2012 = 5.035.962 = 0,668
7.535.896
2013 = 5.862.939 = 0,696
8.419.442
PT Mayora Indah Tbk Tahun 2013
= 6.430.065 = 2,40
2.676.892
B. Quick Ratio = Current Assets – Inventory
Current Liabilities
2011 = (4.446.219 –1.812.821 – 48.127 – 60.848)
= 0,390
6.474.594
2012 = (5.035.962 – 2.061.899 – 1.840 – 1.718 – 73.940)
= 0,384
7.535.896
2013 = (5.862.939 – 2.084.331 – 10.168 – 66.170 )
= 0,440
8.419.442
PT Mayora Indah Tbk Tahun 2013
= (6.430.065 – 1.456.454 – 47.888 – 236.688 – 15.395)
= 1,75
2.676.892
2013 2012 2011
Current
Ratio0,696 0,668 0,687
Quick Ratio 0,440 0,384 0,390
UNILEVER MAYORA0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Current Ratio
Current Ratio
0,696
2,40
2011 2012 20130
0.2
0.4
0.6
0.8
1
Current Ratio
Current Ratio
0,687 0,668 0,696
2011 2012 20130
0.2
0.4
0.6
0.8
1
Quick Ratio
Quick Ratio
0,390 0,384 0,440
UNILEVER MAYORA0
0.20.40.60.81
1.21.41.61.82
Quick Ratio
Quick Ratio
1,75
0,44
ANALISIS CURRENT RATIO
RasioLancar (Current Ratio) merupakan hasil dari Aset
Lancar dibagi Kewajiban Lancar.Berdasarkan data Rasio
Lancar (Current Ratio) diatas, tahun 2013 perusahaan
memiliki rasio yang lebih tinggi di bandingkan denganr
rasio lancer pada tahun 2012 maupun 2011.
Pada tahun 2012 dibandingkan dengan 2011, Aset lancar
Unilever Indonesia meningkat 13,3% dari tahun 2011 menjadi
Rp5,0 triliun tahun 2012. Di akhir tahun 2012, liabilitas
jangka pendek meningkat 15,9% dari tahun 2011 menjadi Rp7,5
triliun. Komposisi dari liabilitas jangka pendek ini adalah
pinjaman jangka pendek 13,8%, utang usaha 36,7%, utang
pajak 6,9%, akrual 29,7%, utang lain-lain 12,4%, dan
kewajiban imbalan kerja – bagian lancar 0,5%. Peningkatan
jumlah liabilitas jangka pendek sebesar Rp1,0 triliun
terutama disebabkan naiknya pinjaman jangka pendek terkait
dengan pertumbuhan Perusahaan.
Hal ini menyebabkan terjadi penurunan rasio sebesar -
0,019 disebabkan adanya kenaikan pada liabilitas sebanyak
16,39% pada tahun 2012. Dapat di indikasikan bahwa pada
tahun 2012, Unilever sedang mengalami penurunan dalam
income sehingga perusahaan mulai lambat dalam membayar
tagihan.
Pada tahun 2013 dibandingkan dengan 2012, Aset lancar
Unilever Indonesia meningkat 16,4% dari tahun 2012 menjadi
Rp5,9 triliun tahun 2013. Di akhir tahun 2013, liabilitas
jangka pendek meningkat 11,7% dari tahun 2012 menjadi Rp8,4
triliun. Komposisi dari liabilitas jangka pendek ini adalah
pinjaman jangka pendek 11,6%, utang usaha 44.7%, utang
pajak 5,2%, akrual 21,9%, utang lain-lain 16,2%, dan
kewajiban imbalan kerja jangka panjang – bagian lancar
0,4%. Peningkatan jumlah liabilitas jangka pendek sebesar
Rp0,9 triliun terutama disebabkan naiknya utang usaha untuk
pembelian bahan baku.
Hal ini menyebabkan terjadi peningkatan rasio sebesar
0,028 yang disebabkan adanya kenaikan pada asset sebanyak
16,4%, walaupun liabilitas dari Unilever juga naik sebanyak
11,7% namun tetap rasio lancarnya dapat lebih tinggi
dibandingkan tahun 2011 dan 2012.
Namun rasio lancar pada tahun 2013 milik unilever
dibandingkan dengan rasio lancar PT Mayora Indah Tbk sangat
jauh tertinggal. PT Mayora dapat dibilang mampu mengatur
utang dengan baik, sehingga liabilitas jangka pendek
perusahan lebih rendah dibandingkan dengan dengan aset
lancar perusahaan. Tentunya ini membuat para kreditur lebih
percaya terhadap PT Mayora mampu membayar hutang-hutangnya
tepat waktu, dan berdampak PT Mayora mampu memiliki
tambahan modal dari para kreditur.
ANALISIS QUICK RATIO
Rasio Cepat (Quick Ratio) merupakan hasil dari Aset
Lancar dikurangi dengan persediaan, pajak dibayar dimuka,
serta beban dibayar dimuka, kemudian dibagi Kewajiban
Lancar.
Pada tahun 2012, Persediaan meningkat sebesar 13,7%
dibandingkan dengan angka tahun lalu. Termasuk didalamnya
penyisihan untuk persediaan utang dan persediaan tidak
terpakai / tidak laris yang menurun dari Rp82,5 miliar pada
tahun 2011 menjadi Rp62,3 miliar pada tahun 2012.
Persediaan juga telah dilindungi oleh asuransi terhadap
risiko kerugian karena bencanaalam, kebakaran, dan risiko-
risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan sebesar
Rp145,1miliar per lokasi. Pajak Dibayar di Muka mengalami
penurunan dibandingkan dengan tahun lalu disebabkan oleh
penerimaan pembayaran lebih bayar pajak entitas anak
sebesar Rp39,2 miliar pada April 2012. Beban Dibayar di
Muka ini mengalami kenaikan sebesar 21,5% dari Rp60,8
miliar di tahun 2011 menjadi Rp73,9 miliar di tahun 2012.
Berdasarkan data tersebut, pengurangan pada asset tetap
meningkat, sedangkan likuiditasnya tetap tinggi, sehingga
menyebabkan penurunan pada rasio cepat. Hal ini menunjukan
bahwa perusahaan kurang dapat mengendalikan hutang mereka.
Pada tahun 2013, Persediaan sedikit meningkat sebesar
1,1% dibandingkan dengan angka tahun lalu.Termasuk
didalamnya penyisihan untuk persediaan using dan persediaan
tidak terpakai / tidak laris yang meningkat dari Rp62,3
miliar pada tahun 2012 menjadi Rp78,3 miliar pada tahun
2013. Jumlah persediaan yang relative sama pada tahun 2013
dan 2012 menunjukkan manajemen persediaan yang baik pada
tahun berjalan. Persediaan juga telah dilindungi oleh
asuransi terhadap risiko kerugian karena bencana alam,
kebakaran, dan risiko-risiko lainnya dengan jumlah
pertanggungan sebesar Rp1,435miliar. Pajak Dibayar di Muka,
Kenaikan pos pajak dibayar di muka dibandingkan dengan
tahun lalu disebabkan oleh PPN masukan lebih besar dari PPN
keluaran pada tahun berjalan.Beban dibayar di
Muka,mengalami penurunan sebesar 10,5% dari Rp73,9 miliar
di tahun 2012 menjadi Rp66,2 miliar di tahun 2013.
Berdasarkan analisis tersebut, perusahaan mampu mengelola
hutangnya dengan baik terbukti dengan naiknya rasio cepat
dibandingkan dengan tahun 2011 dan 2012.
Jika kita membandingkan dengan PT Mayora Indah
Tbk maka rasio cepat milik PT Unilever sangat rendah.
Penyebabnya adalah liabilitas milik PT Mayora lebih rendah
dibandingkan dengan aset lancar yang dimiliki perusahaan
tersebut.
C. ANALISIS RASIO ASET MANAJEMEN
RASIO ASET
2011 : Terdapat peningkatan nilai total aset sebesar 20,5%
dari Rp8,7 triliun di tahun 2010 menjadi Rp10,5 triliun di
tahun 2011. Peningkatan utama berasal dari aset tidak lancar.
2012 : Terdapat peningkatan nilai total aset sebesar 14,3%
dari Rp10,5 triliun di tahun 2011 menjadi Rp11,9 triliun di
tahun 2012. Peningkatan utama berasal dari aset tidak lancer
2013 : Terdapat peningkatan nilai total aset sebesar 11,4%
dari Rp11,9 triliun di tahun 2012 menjadi Rp13,3 triliun di
tahun 2013. Peningkatan utama berasal dari aset lancar.
RASIO UTANG USAHA
2011 : Kenaikan piutang usaha bersih sebesar 32,4% dari
tahun 2010 mengikuti pertumbuhan penjualan Unilever Indonesia.
Piutang usaha terdiri dari piutang usaha kepada pihak ketiga
(90,4%) dan kepada pihak berelasi (9,6%). Pihak berelasi
adalah anak perusahaan dan perusahaan afiliasi. Di tahun 2011
Unilever mencadangkan Rp3,4 miliar. Pencadangan ini digunakan
untuk menutupi kerugian yang mungkin muncul dari piutang tidak
tertagih. Penghapusbukuan piutang tidak tertagih hanya dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan dari direktur keuangan.
2012 : Kenaikan piutang usaha bersih sebesar 16,8% dari
tahun 2011 mengikuti pertumbuhan penjualan Unilever Indonesia.
Piutang usaha terdiri dari piutang usaha kepada pihak ketiga
(92,9%) dan kepada pihak berelasi (7,1%). Pihak berelasi
adalah anak perusahaan dan perusahaan afiliasi. Di tahun 2012
Unilever mencadangkan Rp4,5 miliar. Pencadangan ini digunakan
untuk menutupi kerugian yang mungkin muncul dari piutang tidak
tertagih. Penghapus-bukuan piutang tidak tertagih hanya dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direktur Keuangan.
2013 : Jumlah piutang usaha bersih meningkat menjadi Rp3,3
triliun pada tahun 2013 yang hampir seluruhnya menyajikan
piutang usaha pelanggan baru dan pelanggan yang sudah ada atau
pihak-pihak berelasi tanpa adanya kasus gagal bayar di masa
terdahulu. Di tahun 2013 Unilever Indonesia mencadangkan
Rp14,4 miliar. Pencadangan ini digunakan untuk menutupi
kerugian yang mungkin muncul dari piutang tidak tertagih.
Penghapusbukuan piutang tidak tertagih hanya dapat dilakukan
setelah mendapat persetujuan dari Direktur Keuangan.
RASIO PERSEDIAAN
2011 : Persediaan meningkat sebesar 15,2% dibandingkan dengan
angka tahun lalu. Termasuk didalamnya penyisihan untuk
persediaan usang dan persediaan tidak terpakai/tidak laris
yang meningkat dari Rp63,3 miliar pada tahun 2010 menjadi
Rp82,5 miliar pada location tahun 2011. Persediaan juga telah
dilindungi oleh asuransi terhadap risiko kerugian karena
bencana alam, kebakaran, dan risiko-risiko lainnya dengan
jumlah pertanggungan sebesar Rp99,9 miliar per lokasi.
2012 : Persediaan meningkat sebesar 13,7% dibandingkan
dengan angka tahun lalu. Termasuk didalamnya penyisihan untuk
persediaan usang dan persediaan tidak terpakai/tidak laris
yang menurun dari Rp82,5 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp62,3
miliar pada tahun 2012. Persediaan juga telah dilindungi oleh
asuransi terhadap risiko kerugian karena bencana alam,
kebakaran, dan risiko-risiko lainnya dengan jumlah
pertanggungan sebesar Rp145,1 miliar per lokasi.
2013 : Persediaan sedikit meningkat sebesar 1,1% dibandingkan
dengan angka tahun lalu. Termasuk didalamnya penyisihan untuk
persediaan usang dan persediaan tidak terpakai/tidak laris
yang meningkat dari Rp62,3 miliar pada tahun 2012 menjadi
Rp78,3 miliar pada tahun 2013. Jumlah persediaan yang relatif
sama pada tahun 2013 dan 2012 menunjukkan manajemen persediaan
yang baik pada tahun berjalan. Persediaan juga telah
dilindungi oleh asuransi terhadap risiko kerugian karena
bencana alam, kebakaran, dan risiko-risiko lainnya dengan
jumlah pertanggungan sebesar Rp1,435 miliar.
RASIO ASET TETAP
2011 : Aset tetap mengalami kenaikan cukup signifikan, yakni
sebesar 28,1% dari tahun lalu. Kenaikan ini terutama berasal
dari penambahan mesin dan peralatan di pabrik dalam rangka
peningkatan kapasitas produksi.
2012 : Aset tetap mengalami kenaikan sebesar 18,2% dari
tahun lalu. Kenaikan ini terutama berasal dari penambahan
mesin dan peralatan di pabrik dalam rangka peningkatan
kapasitas produksi.
2013 : Aset tetap mengalami kenaikan sebesar 9,4% dari
tahun lalu. Kenaikan ini terutama berasal dari penambahan
mesin dan peralatan di pabrik dalam rangka peningkatan
kapasitas produksi.
RASIO TINGKAT KOLEKTIBILITAS PIUTANG
2011 : Pada akhir tahun 2011, kemampuan Unilever Indonesia
dalam menagih piutang (collection period) menurun dari 24 hari
pada tahun 2010 menjadi 25 hari pada tahun 2011. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan penjualan ke daerah di luar pulau
besar (outer island) yang mengakibatkan kenaikan waktu tempuh
untuk pengiriman barang kepada distributor dan cuaca yang
kurang baik yang menyebabkan kedatangan barang tidak sesuai
dengan jadwal.
2012 : Pada akhir tahun 2012, kemampuan Unilever Indonesia
dalam menagih piutang (collection period) menurun dari 25 hari
pada tahun 2011 menjadi 27 hari pada tahun 2012. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan penjualan ke luar pulau Jawa
(outer island) yang mengakibatkan kenaikan waktu tempuh untuk
pengiriman barang kepada distributor dan cuaca yang kurang
baik yang menyebabkan kedatangan barang tidak sesuai dengan
jadwal.
2013 : Pada akhir tahun 2013, kemampuan Unilever Indonesia
dalam menagih piutang (collection period) melemah
dari 30 hari pada tahun 2012 menjadi 33 hari pada tahun 2013.
Hal ini disebabkan oleh pengiriman barang kepada distributor
ke luar pulau Jawa (outer island) yang
membutuhkan waktu tempuh yang lebih lama.
ANALISIS RASIO ASET MANAJEMEN PADA PT MAYORA INDAH Tbk
Inventory turnover : Penjualan/Persediaan
12.017.837.133.337 / 1.456.454.215.049 = 8,251x
Setiap barang dalam persediaan Pt. Mayora Indah yang terjual
dan diganti kembali atau berputar, sebanyak 9,251 kali
pertahun.
Fixed Asset Turnover : Penjualan / Aset tetap bersih
12.017.837.133.337 / 6.430.065.428.871 = 1,869x
Rasio perputaran asset tetap Pt.Mayora Indah sebesar 1,8 kali
Total Asset Turnover : Penjualan / Total asset
12.017.837.133.337 / 9.710.223.454.000 = 1,237x
Rasio perputaran total asset Pt.Mayora Indah sebesar 1,2 kali
Days Sales Outstanding : Piutang/Rata2 penjualan perhari =
Piutang/Penjualan tahunan:365 hari =
2.049.772.304.055 + 746.406.242.118 + 16.967.687.340 /
12.017.837.133.337 : 365 =
2813146233513 / 32925581187,22466 = 85,439
D. ANALISIS RASIO DEBT MANAGEMENT
Rasio 2011 2012 2013 MayoraDebt Ratio 64.9% 66.9% 68.1% 59.9%Times-
Interest-
Earned
4.49 4.97 3.52 5.17
2011 = 6,801,375 /10,482,312 = 0.649
2012 = 8,016,614 / 11,984,979 = 0.669
2013 = 9,093,518 / 13,348,188 = 0.681
Mayora = 5,816,323 / 9.710.223 = 0.599
2011 = 11.462.805 + 5.243.477 + 1.307.526 / 4010747 = 4.49
2012 = 13.414.122 + 5.889.372 + 1.544.946 / 4196937 = 4.968
2013 = 11.462.805 + 5.243.477 + 1.307.526 / 5,121,735 = 3.517
Mayora = 1,356,073,496,557 + 32,388,888,893 / 32,388,888,893 =
5.17
2011 2012 201354.00%
56.00%
58.00%
60.00%
62.00%
64.00%
66.00%
68.00%
70.00%
UnileverIndustri (Mayora)
2011 2012 20130
1
2
3
4
5
6
UnileverIndustri (Mayora)
D/A Terjadi kenaikan dari 2011 ke 2012 dan 2012 ke 2013.
Hal ini menunjukkan bahwa para kreditur memberikan lebih dari
setengah dari total pendanaan. Unilever akan sulit untuk
meminjam tambahan dana, karena kreditur berpikir akan terjadi
banyak kerugian jika terjadi likuidasi. Tetapi, disampin itu,
dengan besarnya presentase D/A tersebut, maka makin
memperbesar laba yang diharapkan.
TIE Pada Tahun 2011, Unilever memiliki TIE Ratio sebesar
4.49x dimana Unilever dapat membayar dengan tingkat 4.49x
melalui operating income nya. Terjadi kenaikan sedikit di
tahun 2012 menjadi 4.97x dan kembali menurun di tahun 2013 di
titik 3.52x.
Jika dihubungkan antara D/A dan TIE, pada 2011, tingkat
kerugian kreditur cukup sedikit (D/A) dan mereka mampu
membayar dengan tingkat yang cukup besar (TIE). Oleh karena
itu, pada 2012 mereka menambah dana pinjaman (2011 total
liabilitas sebesar 6,801,375 dan 2012 sebesar 8,016,614)
dimana tingkat kemampuan Unilever membayar tingkat bunga pun
juga naik. Maka kreditur percaya dan Unilever percaya diri
untuk menambah dana pinjaman. Maka, tahun 2013 mereka
menggunakan pinjaman dana dalam jumlah yang cukup besar dimana
kreditur mulai merasa tidak bisa menambah pinjaman dana karena
takut akan kerugian yang dirasakan jika perusahaan tersebut
dilikuidasi. Tingkat kemampuan Unilever untuk membayar
tersebut juga sangat menurun. Sehingga kreditur mulai ragu
untuk memberi dana tambahan pinjaman terhadap Unilever.
Perbandingan dengan industry sejenis :
Rasio 2011 2012 2013 Mayora
Debt
Ratio
64.9% 66.9% 68.1% 59.9% U
Times-
Interest-
Earned
4.49 4.97 3.52 5.17 U
Jika dibandingkan dengan rasio industry sejenis, unilever
memiliki debt ratio yang lebih tinggi dibanding dengan
industry sejenis (mayora), yang berarti unilever memiliki
peluang kesulitan tambahan dana dibanding dengan mayora karena
memiliki peluang kerugian bagi kreditur yang lebih besar jika
terjadi likuidasi.
Sedangkan untuk TIE nya, unilever memiliki angka lebih rendah
dibandingkan mayora, hal ini unfavorable karena berarti mayora
memiliki tingkat pembayaran bunga sebelum operating income nya
tidak bisa membayar lagi dibanding dengan mayora.
E. ANALISIS PROFITABILITY RATIO
1. Operating Margin = HPP + Biaya Penjualan + Biaya
Adsminitrasi x 100% EBIT x100%
Penjualan Bersih
Sales Revenue
2013 = 14.978.947 + 6.627.850 + 2.028.895 x 100%
30.757.435
= 76,84 %
2012 = 13.414.122 + 5.889.372 + 1.544.946 x 100%
27.303.248
= 76,35 %
2011 = 11.462.805 + 5.243.477 + 1.307.526 x 100%
23.469.218
= 76,75 %
2. Profit Margin = Net Sales – ( HPP + Biaya Penjualan +
Biaya Adsminitrasi) x 100%
Net Sales
2013 = 30.757.435 – ( 14.978.947 + 6.627.850 +
2.028.895 ) x 100%
30.757.435
= 23,15 %
2012 = 27.303.248 – ( 13.414.122 + 5.889.372 +
1.544.946 ) x 100%
27.303.248
= 23,64 %
2011 = 23.469.218 – ( 11.462.805 + 5.243.477 +
1.307.526 ) x 100%
23.469.218
= 23,24 %
Profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi
perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha
dalam hubungannya dengan penjualan (sales). Dapat kita lihat
pada data diatas, profit margin dari Unilever masih fluktuatif
pada rentang waktu 2011 sampai 2013. Dari 2011 ke tahun 2012
profit margin mengalami peningkatan sebesar 0,4 %. Walaupun
HPP, biaya administrasi dan biaya penjualan meningkat sebesar
Rp, 2.834.632, namun net sales meningkat jauh lebih besar yaitu
sebesar Rp, 3.834.040. Meski range peningkatannya menurun namun
peningkatan net sales tidak hanya terjadi ditahun sebelumnya.
Pada tahun 2013 net sales-pun meningkat sebesar Rp, 3.454.187.
Tetapi karena EBITnya meningkat sebesar Rp, 2.787.252, hal
itu menyebabkan profit margin menurun dari tahun sebelumnya.
3. Basic Earning Power = EBIT / Total Assets
2011 = 18013808/10482312 : 1.72%
2012 = 20848440/11984979 : 1.74%
2013 = 23635692/13384188 : 1.77%
Dengan penghitungan BEP, kita bisa membandingkan kondisi
perusahaan tiap tahunnya. Dengan begini kita bisa
membandingkan dengan rata-rata industry lainnya, apakah
kita masih dibawah rata-rata atau diatas. Lalu kita bisa
melakukan improvisasi untuk perusahaan kedepannya.
4. ROA & ROE
- 2011
Profit Margin = net income/ sales = 4,164,304/23,469,218
= 0.18%
Total Asset Turnover = sales/ total assets =
23,469,218/10,482,312 = 2.24 times
ROA = 0.40
Equity Multiplier = total asset/common equity =
10,482,312/3,680,937 = 2.85 times
ROE = ROA x Equity Multiplier = 0.40 x 2.85 = 1.14%
- 2012
Profit Margin = net income/ sales = 4,839,145/
27,303,248 = 0.18%
Total Asset Turnover = sales/ total assets =27,303,248/
11,984,979 = 2.28 times
ROA = 0.41
Equity Multiplier = total asset/common equity =11,984,979/
3,968,365 = 3.02 times
ROE = ROA x Equity Multiplier = 0.41 x 3.02 = 1.24%
- 2013
Profit Margin = net income/ sales = 5,352,625/
30,757,435 = 0.17%
Total Asset Turnover = sales/ total assets =30,757,435/
13,384,188 = 2.3 times
ROA = 0.39
Equity Multiplier = total asset/common equity =13,384,188/
4,254,670 = 3.14 times
ROE = ROA x Equity Multiplier = 0.39 x 3.14 = 1.22%
Selama kurun waktu 2011-2013. Profit Margin perusahaan
Unilever mengalami tren penurunan sebesar 0,01 %. Hal ini
dapat terjadi karena perusahaan tidak mengontrol cost yang ada
dengan baik atau hutang perusahaan semakin besar sehingga
berdampak langsung kepada penurunan profit margin.
Pada 2011-2013. Total Asset Turnover perusahaan Unilever
mengalami tren kenaikan yang berkisar 0,03 kali. Hal ini
menunjukan tingkat perputaran aset dalam kurun waktu 1 tahun
meningkat sebesar 0,03 kali.
Dalam tenggang waktu 2011-2013. Equity Multiplier
perusahaan Unilever mengalami tren meningkat sebesar 0,2.
Rasio ini juga bisa diartikan sebagai beberapa porsi
dariaktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham.
Peningkatan pada Equity Multiplier berarti bahwa porsi dari
aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham meningkat
dari kurun waktu 2011-2013.
Perbandingan dengan PT Mayora Indah Tbk.
2013
Profit Margin = net income/ sales = 1,304,809/
12,000,000 = 0.11%
Total Asset Turnover = sales/ total assets =
12,000,000/ 9,710,223 = 1.24 times
ROA = 0.14%
Equity Multiplier = total asset/common equity = 9,710,223/
3,893,900 = 2.49 times
ROE = ROA x Equity Multiplier = 0.14 x 2.49 = 0.35%
ROA memberitahu kita seberapa efisien penggunaan aset oleh
manajemen untuk mendapatkan keuntungan.
ROE merupakan bagian dari pendapatan yang dikembalikan sebagai
persentase dari modal pemegang saham. ROE mengukur tingkat
keuntungan perusahaan dengan mengungkaplan seberapa banyak
keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dengan uang yang
diinvestasikan oleh para investor
Profit Margin memberitahu kita akan banyak laba yang
didapatkan perusahaan dari hasil penjualannya. Profit Margin
perusahaan Unilever yang sebesar 0.17% lebih besar apabila
dibandingkan dengan perusahaan Mayora yang hanya sebesar 0.11%
saja. Hal ini berarti bahwa Mayora tidak mengendalikan kosnya
dengan baik, selain itu dapat juga diartikan bahwa terdapat
kemungkinan Mayora menggunakan lebih banyak hutang
dibandingkan dengan Unilever dalam proses usahanya.
Total Asset Turnover memberitahu kita berapa kali profit
margin diperoleh setiap tahunnya. Total Asset Turnover
perusahaan Unilever yang sebesar 2.3x lebih besar apabila
dibandingkan dengan perusahaan Mayora yang hanya sebesar
1.24x. Hal ini berarti bahwa Perusahaan Unilever memiliki
tingkat perputaran aset 2.3 kali pertahun yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan Mayora. Dari hal tersebut dapat
ditarik kesimpulan yaitu Mayora mungkin memiliki terlalu
banyak aset dibandingkan dengan Unilever sesuai dengan porsi
usahanya.
Equity Multiplier bisa diartikan sebagai seberapa besar porsi
dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham.
Equity multiplier perusahaan Unilever yang sebesar 3.14x lebih
besar dibandingkan dengan Mayora yang sebesar 2.49x. Hal ini
berarti bahwaa perusahaan Unilever lebih banyak menggunakan
pembiayaan dari pemegang saham dalam proses usahanya
dibandingkan dengan perusahaan Mayora.
F. ANALISIS MARKET VALUE RATIO
Modal saham perseroan berjumlah 7.630.000.000 lembar
saham terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Per tanggal 31
Desember 2013, satu-satunya Direktur yang memiliki saham
publik Perseroan adalah Bapak Ainul Yaqin, dengan jumlah
kepemilikan tidak lebih dari 0,001% dari jumlah modal dasar,
yang ditempatkan dan disetor penuh Perseroan.
RASIO HARGA LABA
P/E : Price per Share / Earning per Share
Rasio Harga Laba menunjukkan jumlah yang rela dibayarkan oleh
investor untuk setiap rupiah yang dilaporkan.
P/E
2011 : 18800/545 : 34,5x
2012 : 20850/634 : 32,9x
2013 : 26000/701 : 37,1x
Dari hasil penghitungan diatas, rasio harga / laba dari
tahun 2011, 2012, dan 2013 bisa dibilang fluktuatif. Di tahun
Price per
Share
Earning per
Share
2011 18800 5452012 20850 6342013 26000 701
2011 2012 2013303132333435363738
Rasio Harga Laba
Series 1
2011 rasio sebesar 34.5x akan tetapi di tahun 2012 rasio turun
menjadi 32.9x, dan rasio mengalami kenaikan cukup lumayan di
tahun 2013 dengan marjin 4.2 menjadi 37.1.
RASIO NILAI PASAR atau NILAI BUKU
Rasio tersebut menunjukkan perbandingan harga pasar
terhadap nilai bukunya yang memberi indikasi pandangan
investor atas perusahaan.
M/B : Price per Share / Book Value per Share
Price per
Share
Total Equity Share
Outstanding
2011 18800 3.637.971.000.00
0
7.630.000.000
2012 20850 3.968.365.000.00
0
7.630.000.000
2013 26000 4.254.676.000.00
0
7.630.000.000
Book Value per Share :
2011 : 3.637.971.000.000 / 7.630.000.000= 476,798
2012 : 3.968.365.000.000 / 7.630.000.000= 520,1
2013 : 4.254.676.000.000 / 7.630.000.000= 557.6
2011 2012 20133436384042444648
Rasio Nilai Pasar/Nilai Buku
Series 1
Top Related