STUDI TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN
(Studi Kasus pada Toko Sulung Jaya Semarang)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana ( S1 )
Fakultas Ekonomi Universitas Semarang
Disusun oleh :
Ertha Monika Sevilia
B.111.13.0104
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
2019
vii
ABSTRAK
Berdasarkan pengamatan secara umum yang dilakukan di Toko Sulung
Jaya Semarang, penulis mendapatkan beberapa informasi mengenai struktur
organisasi yang masih bersifat kekeluargaan dan pimpinan yang melakukan
pengawasan terhadap para bawahan. Sikap karyawan yang ramah kepada
pelanggan membuat setiap pelanggan merasa nyaman dan senang berbelanja di
Toko Sulung Jaya Semarang.
Informan pada penelitian ini adalah pemilik usaha dan karyawan di Toko
Ulung Jaya Semarang. Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan
adalah analisis kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Gaya kepemimpinan yang baik
yang dapat meningkatkan kinerja karyawan di Toko Sulung Jaya Semarang adalah
gaya kepemimpinan demokratis. Kendala dan solusi dalam menerapkan gaya
kepemimpinan yang dapat meningkatkan kinerja karyawan di Toko Sulung Jaya
Semarang antara lain: 1) Perlu adanya perpaduandua gaya kepemimpinan atau
lebih sepertigaya kepemimpinan demokratis dengangaya kepemimpinan otoriter,
sehinggamampu menyesuaikan kondisi dan keadaanlapanganyangselaluberubah.
2) Perbedaan pendapat antar karyawan menjadi hambatan yang harus ditemukan
solusinya. Olehkarena itu, perlu adanya ketegasan
pimpinandalammerangkulseluruhkaryawan. 3) Ketegasanpimpinan perlu
ditingkatkan lagi agarhukuman membuat efek jera dan perlu dilakukan pembinaan
bagikaryawan yang sering melanggar peraturanperusahaan. Pengawasan terhadap
karyawan dapat dilimpahkan kepada karyawan senior yang dapat dipercaya untuk
dapat mengawasi karyawan secara langsung agar karyawan tetap bertanggung
jawab atas tugas masing-masing.
Kata Kunci : Gaya Kepemimpinan, Upaya Meningkatkan, Kinerja
Karyawan
viii
ABSTRACT
Based on general observations made at the Sulung Jaya Semarang Shop,
the author gets some information about the organizational structure that is still
family and the leader who supervises the subordinates. The friendly attitude of
employees to customers makes every customer feel comfortable and happy
shopping at Sulung Jaya Semarang.
Informants in this study were business owners and employees at Toko
Ulung Jaya Semarang. The data in this study were collected using observation,
interviews, and documentation. The data analysis method used is qualitative
analysis.
The results of this study indicate that a good leadership style that can
improve employee performance at Toko Sulung Jaya Semarang is a democratic
leadership style. Constraints and solutions in implementing leadership styles that
can improve employee performance in Toko Sulung Jaya Semarang include: 1)
There needs to be a combination of two or more leadership styles such as the
democratic leadership style with an authoritarian leadership style, so as to be
able to adjust the changing conditions and field conditions. 2) Differences of
opinion between employees become obstacles that must be found a solution.
Therefore, there needs to be a firm leadership in embracing all employees. 3) The
leadership decisiveness needs to be increased again so that the punishment makes
a deterrent effect and needs to be done coaching for employees who often violate
company regulations. Supervision of employees can be delegated to senior
employees who can be trusted to be able to supervise employees directly so that
employees remain responsible for their respective duties.
Keywords: Leadership Style, Efforts, Improves, Employee Performance
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Wasyukurilah, dengan mengucap puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Studi Tentang Gaya
Kepemimpinan Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi
Kasus Pada Toko Sulung Jaya Semarang)” dapat terselesaikan.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan Program Studi Strata (S1) pada Fakultas Ekonomi
Universitas Semarang.
Selama melaksanakan skripsi dan dalam menyelesaikan penelitian ini,
penulis telah banyak menerima bimbingan, pengarahan, petunjuk, dan saran, serta
fasilitas yang membantu hingga akhir dari penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat:
1. Bapak Andy Kridasusila, SE, MM selaku Rektor Universitas Semarang.
2. Bapak Yohannes Suhardjo, SE, Msi, Ak, CA, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Semarang.
3. Bapak Teguh Arifientoro, SE, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Semarang sekaligus Dosen Wali.
4. Bapak Dr. Drs. Paulus Wardoyo, MMselaku dosen pembimbing yang telah
memberikan petunjuk, bimbingan, dan perhatiannya untuk memberikan
bimbingan dengan penuh kesabaran.
x
5. Kedua orang tua yang telah membantu baik secara material maupun spiritual.
6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa saya sebutkan satu per
satu yang telah ikut membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca guna penyempurnaan penyusunan skripsi
selajutnya.
Semarang, Desember 2018
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERSETUJUAN LAPORAN SKRIPSI ........................................................ ii
PENGESAHAN LAPORAN SKRIPSI .......................................................... iii
PENGESAHAAN KELULUSAN UJIAN ...................................................... iv
PENGESAHAN REVISI LAPORAN SKRIPSI ............................................. v
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ...................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................. 6
1.3 Perumusan Masalah .............................................................. 7
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 10
2.1 Landasan Teori ...................................................................... 10
2.1.1 Manajemen .................................................................. 10
2.1.2 Manajemen Sumber Daya Manusia ............................. 12
2.1.3 Gaya Kepemimpinan ................................................... 16
2.1.4 Kinerja ......................................................................... 31
xii
2.2 Telaah Penelitian Sebelumnya .............................................. 37
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 41
3.1. Desain Penelitian ................................................................... 41
3.2. Lokasi Penelitian ................................................................... 42
3.3. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 43
3.3.1. Jenis Data ..................................................................... 43
3.3.2. Sumber Data ................................................................ 44
3.4. Informan Penelitian ............................................................... 44
3.5. Metode Pengumpulan Data ................................................... 44
3.6. Teknik Analisis Data ............................................................. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 50
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 50
4.2. Pembahasan ........................................................................... 51
4.2.1. Gaya Kepemimpinan yang Baik yang Dapat
Meningkatkan Kinerja Karyawan ................................. 51
4.2.2. Kendala dan Solusi dalam Menerapkan Gaya
Kepemimpinan yang Dapat Meningkatkan Kinerja
Karyawan ..................................................................... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 66
5.1. Kesimpulan ........................................................................... 66
5.2. Saran ...................................................................................... 68
5.3. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 68
5.4. Penelitian Selanjutnya ........................................................... 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Maraknya dunia bisnis di Indonesia akhir-akhir ini, membuat banyak
peluang bisnis yang bermunculan, serta tingkat masyarakat yang semakin
konsumtif berperan aktif dalam pengembangan dunia usaha untuk lebih meraup
keuntungan.
Perkembangan dunia pendidikan dan perkantoran yang semakin pesat di
era sekarang ini, membuat kebutuhan terhadap alat tulis kantor semakin dicari
pasar. Sehingga tidak heran bila banyak masyarakat yang jeli dengan peluang
tersebut, dan menjadikan alat tulis kantor sebagai usaha yang menjanjikan untung
besar. Di tengah tingginya kebutuhan itu, prospek bisnis stationery sangat
menjanjikan.
Potensi besar di bidang alat tulis kantor (stationary) disebabkan banyak
orang yang membutuhkan produk tersebut, selain itu harga produk juga tidak
fluktuatif dan barang tersebut tidak mengenal kadaluarsa dan dapat digunakan
oleh masyarakat menengah ke bawah sampai masyarakat menengah ke atas.
Target pasar penjual stationary adalah para pelajar, mahasiswa, pegawai
kantoran, karyawan swasta, serta masyarakat umum yang membutuhkan alat tulis
untuk menunjang kegiatan mereka sehari-hari. Peluang usaha ini memiliki pangsa
pasar yang cukup luas, karena barang-barang alat tulis kantor dibutuhkan
masyarakat dari seluruh kalangan.
1
2
Alasan mengambil tema latar belakang tentang Toko Sulung Jaya karena
kesuksesan yang terjadi pada Toko Sulung Jaya dari awal berdiri hingga saat ini.
Hal tersebut membuat peneliti ingin mencari tahu apa yang membuat Toko
Sulung Jaya berkembang dan sukses hingga sekarang memiliki pelanggan tetap
dan memiliki pegawai.
Setiap perusahaan memiliki cara tersendiri dalam mengembangkan dan
memajukan sebuah perusaahan yang mereka dirikan. Salah satu yang
mempengaruhi berkembang atau tidaknya sebuah perusahaan adalah bagaimana
cara seorang pemimpin perusahaan membuat perusahaanya menjadi perusahaan
yang lebih besar dan maju yang mampu mempekerjakan karyawan dan
mensejahterakan karyawan sehingga karyawan mampu bertahan lama untuk
bekerja di perusahaan dan mampu menjadikan perusaahn tersebut menjadi
perusaahan yang maju dan berkembang.
Terkait mengenai kinerja karyawan sebuah organsasi penelitian disini
mengarah pada karyawan di salah satu Toko Alat Tulis dan Kantor (ATK) yang
ada di Semarang. Toko tersebut adalah Toko Sulung Jaya yang terletak di Jalan
Parang Barong Raya No. 1 Tlogosari Semarang. Toko ini menyediakan berbagai
kebutuhan alat tulis untuk keperluan sekolah dan kantor. Letaknya sangat strategis
dekat dengan berbagai kantor pemerintah, sekolah-sekolah dan Universitas,
sehingga setiap harinya selalu ramai pembeli terutama setiap hari minggu. Selain
itu di Toko Sulung Jaya memberikan harga grosir untuk pembelian dengan jumlah
yang banyak. Jadi di Toko Sulung Jaya ini banyak digunakan pengusaha Foto
Copy untuk membeli perlengkapan alat tulis untuk dijual lagi karena harganya
3
yang murah dan lengkap, instansi kantor pemerintah pun banyak berlangganan
disini, berbagai sekolahan pun juga menjadi pelanggan tetap Toko Sulung Jaya.
Toko Sulung Jaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang barang.
Toko Sulung Jaya adalah perusahaan yang dirintis oleh seorang mantan pegawai
bagian sales di sebuah perusahaan besar yaitu Unilever yang bernama Ibu Tri
Wahyuni atau beliau sering di sapa Bu Yuni. Terinsipirasi untuk membuka usaha
sendiri, berawal karena pekerjaan beliau memasarkan atau menawarkan produk
yang beliau jual kepada para konsumen baik itu di toko-toko besar maupun toko
atau warung kecil-kecilan. Mulai dari situ lah beliau berfikir kenapa beliau tidak
mendirikan sebuah toko sendiri, sedangkan beliau juga memiliki teman-teman
yang juga berprofesi sebagai sales yang nantinya mereka dapat bekerjasama
dengan beliau.
Awal mulai berdirinya Toko Sulung Jaya yaitu pada tahun 1995 saat itu
beliau berfikir untuk membuka toko ATK kecil atau toko yang hanya menjual
beberapa keperluan sekolah saja seperti buku tulis yang hanya 2 pack saja,
bolpoint, penghapus, penggaris dan alat sekolah seadanya itupun tidak lengkap.
Bukan hal mudah untuk dapat merasakan kesuksesan seperti sekarang ini. Awal
beliau membuka toko kecil nya tidaklah berjalan lancar bahkan banyak lika-liku
yang harus beliau hadapi, seperti tidak adanya modal kembali untuk berjualan,
sepinya pembeli karena memang daerah tempat tokonya berdiri saat itu langka
orang lewat atau jarang dilalui banyak orang.
Memang tidak mudah untuk mendirikan sebuah usaha sendiri. Butuh
perjuangan dan kerja keras agar segala usaha yang dilakukan menjadi besar dan
4
berhasil. Tetapi karena kegigihan dan pantang menyerah bu Yuni hingga akhirnya
sampai saat ini memiliki Toko Alat Tulis dan Kantor yang cukup besar dan
lengkap. Saat ini saja Toko Sulung Jaya sudah memiliki beberapa karyawan
sebanyak 8 orang dan mampu untuk memberikan gaji terhadap para karyawannya.
Dan mampu meraup keuntungan sebesar 5 juta per hari. Berikut adalah data
penjualan per tahun Toko Sulung Jaya :
TAHUN PENJUALAN PERSENTASE
KENAIKAN
2016 Rp. 1.440.000.000 -
2017 Rp. 1.620.000.000 12,5 %
2018 Rp. 1.800.000.000 11,1 %
Sumber : Data Penjualan Toko Sulung Jaya 2016, 2017, 2018
Data pada tabel di atas menjelaskan bahwa pada tahun 2017, penjualan
Toko Sulung Jaya Semarang mengalami peningkatan sebesar 12,5% dari Rp
1.440.000.000 pada tahun 2016 meningkat menjadi Rp 1.620.000.000 pada tahun
2017. Pada tahun 2018, penjualan mengalami peningkatan menjadi Rp
1.800.000.000 dengan persentase peningkatan sebesar 11,1%. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa hasil penjualan di Toko Sulung Jaya Semarang setiap
tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini menandakan masih banyaknya
konsumen yang membeli perlengkapan alat tulis di Toko Sulung Jaya Semarang
dikarenakan pelayanannya yang cepat dan juga karyawannya yang ramah.
Berikut adalah data penjualan per bulan pada tahun 2019 di Toko Sulung
Jaya Semarang :
5
BULAN PENJUALAN PERSENTASE
Januari Rp. 162.000.000 -
Februari Rp. 174.000.000 7,4 %
Maret Rp. 190.000.000 9,2 %
April Rp. 180.000.000 5,2 %
Mei Rp. 176.000.000 2,2 %
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa penjualan yang dihasilkan tiap
bulan pada tahun 2019 di Toko Sulung Jaya selalu mengalami peningkatan.
Penjualan pada bulan Januari sebesar Rp 162.000.000 meningkat pada bulan
Februari sebesar Rp 174.000.000 dengan persentase sebesar 7,4%. Pada bulan
Maret meningkat sebanyak Rp 190.000.000 dengan persentase peningkatan
sebesar 9,2%. Pada bulan April mengalami penurunan menjadi Rp 180.000.000
dengan persentase penurunan sebesar 5,2%. Pada bulan Mei menurun lagi
menjadi Rp. 176.000.000 dengan persentase penurunan sebesar 2,2%. Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi fluktuasi hasil penjualan di
Toko Sulung Jaya Semarang.
Berdasarkan pengamatan secara umum yang dilakukan di Toko Sulung
Jaya, penulis mendapatkan beberapa informasi. Adapun fenomena-fenomena yang
berkaitan dalam penelitian ini diantaranya mengenai, struktur organisasi disini
yang masih bersifat kekeluargaan, pimpinan di toko ini jarang sekali melakukan
pengawasan terhadap para bawahannya. Beban kerja pegawai yang tidak menentu,
disaat toko sedang sepi pembeli, para pegawai hanya duduk-duduk menjaga stand,
namun disaat-saat tertentu ketika toko ramai pembeli, terkadang pegawai pun
sangat sibuk. Selain itu dalam hal kedisiplinan, jam masuk dan pulang karyawan
6
yang telah di atur berdasarkan shift (pagi/malam) yang membuat karyawan
menjadi lebih disiplin waktu. Pengetahuan mengenai harga ataupun kualifikasi
barang masih kurang paham. Semua karyawan memiliki tanggung jawab sendiri-
sendiri, hal itu membuat karyawan mempunyai rasa memiliki dan tanggung
jawab. Sikap karyawan yang ramah kepada pelanggan membuat setiap pelanggan
merasa nyaman dan senang berbelanja di Toko Sulung Jaya .
Dari fenomena-fenomena tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian di Toko Sulung Jaya (ATK) Semarang dengan judul “STUDI
TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus pada Toko
Sulung Jaya Semarang)”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut :
1. Dalam hal kedisiplinan, toko Sulung Jaya memberlakukan jam masuk dan
pulang karyawan yang telah di atur berdasarkan shift (pagi/malam), hal itu
akan membuat karyawan lebih menghargai waktu dan lebih disiplin waktu
dalam bekerja.
2. Beban kerja pegawai yang tidak menentu, disaat toko sedang sepi pembeli,
para pegawai hanya duduk-duduk dan mengobrol, namun disaat-saat
tertentu ketika toko ramai pembeli, terkadang pegawai pun sangat sibuk.
7
3. Adanya tugas dan tanggung jawab masing-masing karyawan akan lebih
membuat karyawan memiliki rasa memiliki dan tanggung jawab atas
pekerjaannya.
4. Kurangnya pelatihan dan bimbingan terhadap pengetahuan mengenai
harga ataupun kualifikasi barang yang membuat karyawan masih kurang
paham tentang harga dan kualitikasi barang.
5. Adapun gaji yang dirasa cukup maka hal itu juga mempengaruhi sikap dari
karyawan yaitu sopan, ramah apalagi terhadap pembeli.
1.3 Perumusan Masalah
Kinerja karyawan tentu sangat berpengaruh bagi produktivitas maupun
kelangsungan hidup sebuah perusahaan. Dengan adanya kerjasama antara atasan
dengan bawahan tentu sangat berpengaruh besar. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi sebuah kinerja karyawan adalah kesuksesan sebuah perusahaan.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka dapat
dirumuskan masalah :
1. Bagaimana gaya kepemimpinan yang baik yang dapat meningkatkan
kinerja karyawan ?
2. Apa saja kendala dan solusi dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang
dapat meningkatkan kinerja karyawan ?
8
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang
baik yang dapat meningkatkan kinerja karyawan.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil diadakannya penelitian tentang “Gaya Kepemimpinan” (Studi kasus
pada Toko Sulung Jaya (Alat Tulis dan Kantor) di Semarang) diantaranya:
a. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, khususnya
pada teori ilmu manajemen sumber daya manusia yang berkaitan
dengan gaya kepemimpinan, sehingga dapat memotivasi perusahaan
pada toko Sulung Jaya Semarang.
b. Kegunaan Praktis
a) Bagi Peneliti
Merupakan tambahan ilmu pengetahuan dari dunia pendidikan
yang sangatpenting untuk dihubungkan dengan pengetahuan
teoritis selama di bangku kuliah. Serta dapat mengukur seberapa
jauh kemampuan yang dimiliki di bidang penelitian, pengamatan
dan membuat sebuah perbandingan antara teori dan praktik,
menganalisa dan menuangkannya dalam bentuk skripsi.
9
b) Bagi Fakultas
Untuk penambahan koleksi maupun referensi bagi Mahasiswa
yang sedang mengerjakan skripsi di Perpustakaan Universitas
Semarang.
c) Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat menjadi tolok ukur bagi perusahaan Toko
Sulung Jaya Semarang atau sebagai bahan pertimbangan bagi
Manajer perusahaan dalam mengambil keputusan dan kebijakan,
sehingga terjalin hubungan erat antara atasan dengan bawahan baik
secara lisan maupun tulisan. Agar untuk mencapai kesepakatan,
tujuan serta kesuksesan bersama.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Manajemen
2.1.1.1 Pengertian Manajemen
Istilah Manajemen dalam, kehidupan masyarakat saat ini bukanlah
merupakan istilah atau masalah baru. Manajemen berasal dari kata “to manage”
yang berarti mengelola aktivitas-aktivitas sekelompok orang agar dapat mencapai
sasaran yang telah ditetapkan perusahaan atau organisasi. Manajemen secara
umum sering juga disebut sebagai suatu proses untuk menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Definisi ini mengandung pengertian bahwa manajemen
merupakan suatu ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana cara mencapai
tujuan-tujuan organisasi yang dilaksanakan oleh orang lain untuk melaksanakan
berbagai pekerjaan yang diperlukan. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan
oleh Oey Liang Lee (2010:16) sebagai berikut :
“Seni dan ilmu,dalam manajemen terdapat strategi memanfaatkan tenaga
dari pikiran orang lain untuk melaksanakan suatu aktivitas yang diarahkan
pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam
Manajemen terdapat teknik-teknik yang kaya dengan nilai–nilai estetika
kepemimpinan dalam mengarahkan, mempengaruhi, mengawasi,
mengorganisasikan semua komponen yang saling menunjang untuk
tercapainya tujuan yang dimaksudkan.”
Sedangkan menurut Hasibuan (2006: 2), Manajemen adalah ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian diatas,
11
dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu proses pemanfaatan
sumber daya manusia yang ada yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan serta sumber daya lain secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan organisasi.
2.1.1.2 Fungsi - Fungsi Manajemen
Fungsi Manajemen sering kali diartikan sebagai tugas-tugas manajer.
Beberapa klarifikasi fungsi-fungsi manajemen menurut G.R. Terry dalam
Hasibuan (2006: 38) adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan pedoman
pelaksanaan dengan memilih yang tebaik dari alternatif-alternatif yang ada..
(Hasibuan, 2006: 40)
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan
kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja
sama secara efisien, dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi
dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan
tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu (G.R. Terry dalam
Hasibuan, 2006:40).
3. Pengarahan (Actuating)
Pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok agar mau
bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan
12
sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian (G.R.Terry
dalam Hasibuan, 2006:41)
4. Pengendalian (Controling)
Menurut Earl P.Strong dalam Hasibuan (2006: 41), Pengendalian
adalah proses pengaturan berbagai factor dalam suatu perusahaan, agar sesuai
dengan ketepatan-ketepatan dalam rencana.
Maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses dimana
didalam proses tersebut dilakukan melalui fungsi-fungsi manajerial,
dikoordinasikan dengan sumber daya, yaitu sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya seperti mesin dan modal untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.1.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.1.2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen tidak hanya mengolah sumber daya manusia, tetapi juga
material, modal dan faktor produksi lainnya. Sumber daya manusia merupakan
salah satu faktor konsekuensi dari semua itu adalah perlu adanya pengelolaan
sumber daya manusia secara baik agar bermanfaat untuk kemajuan organisasi atau
perusahaan. Agar lebih memahami dan memperjelas pengertian manajemen
sumber daya manusia di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian manajemen
sumber daya manusia. Menurut Marwansyah (2012: 3), mengemukakan definisi
Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai berikut :
13
“Manajemen Sumber Daya Manusia dapat diartikan sebagai
pendayagunaan sumber daya manusia didalam organisasi, yang dilakukan
melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya manusia, perencanaan dan
pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, dan
hubungan industrial”.
Tujuan pertama dari Manajemen Sumber Daya Manusia adalah untuk
menarik individu-individu yang menunjukkan tanda-tanda menjadi berharga,
produktif, dan karyawan yang puas (Daft, 2006: 155)
Dari definisi-definisi diatas kita dapat menekankan pada kenyataan bahwa
yang utama sekali kita kelola adalah sumber daya manusia bukan sumber daya
yang lainnya. Keberhasilan pengelolaan organisasi sangat ditentukan oleh
kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia.
2.1.2.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Gary Dessler (2010:4) mengklasifikasikan ruang lingkup
Manajemen Sumber Daya Manusia menjadi dua fungsi pokok yaitu sebagai
berikut :
1. Fungsi Manajerial
a. Perencanaan Menetapkan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai oleh
perusahaan dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Untuk seorang
manajer personalia perencanaan berarti menetapkan terlebih dahulu
program personalia yang akan membantu tujuan perusahaan.
b. Pengorganisasian Mengadakan pembagian tugas atau struktur hubungan
antara pekerjaan pengelompokan tenaga kerja sehingga tercapai suatu
14
organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Pengarahan Setelah perencanaan dan penggorganisasian telah ditetapkan,
maka fungsi ini adalah sebagai pelaksanaanya seperti menunjukan dan
memberitahukan kesalahan karyawan, melatih memikirkan suatu
pernagsang, hadiah atau sanksi kepada karyawan sesuai dengan prestasi
kerja yang mereka raih.
d. Pengendalian Tindakan atau aktivitas yang dilakukan manajer untuk
melakukan pengamatan, penelitian, sertra penilitian, serta penilaian dari
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi yang sedang atau telah berjalan
untuk mencapai tujuan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
2. Fungsi Operasional
a. Pengadaan Merupakan usaha untuk menyediakan tenaga kerja yang
dibutuhkan menurut jumlah dan mutu atau keahlian tertentu dengan cara
mencari asal sumber tenaga kerja yang dibutuhkan, melaksanakan proses
seleksi dan memanfaatkan tenaga kerja yang dibutuhkan, melaksanakan
proses seleksi dan memanfaatkan tenaga kerja atas prinsip penyesuaian
antara kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja.
b. Pengembangan Merupakan proses peningkatan kemampuan dan
keterampilan, baik kemampuan manajerial maupun maupun kemampuan
teknis operasional, sebab penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan
dijalankan dengan baik belum tentu menjamin bahwa mereka dapat
menjalankan pekerjaanya di tempat yang baru dengan sebaik mungkin.
15
Untuk itu diperlukan pengembangan karyawan baru dengan sebaik
mungkin. Untuk itu diperlukan pengembangan karyawan baru dengan
tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuannya.
c. Kompensasi Kompensasi ini diartikan dengan pemberian imbalan atau
penghargaan yang adil dan layak dari piihak perusahaan terhadap para
karyawannya atas prestasi yang telah diberikan oleh karyawan.
Kompensasi ini dapat berupa upah, gaji, insentif, tunjangan-tunjangan,
sarana-sarana lain yang dapat memberikan kepuasan pada karyawan.
d. Integrasi Yaitu usaha mempengaruhi para karyawan sedemikian rupa
sehingga segala tindakan-tindakan mereka dapat diarahkan pada tujuan
menguntungkan perusahaan, pekerjaan dan rekan sekerja.
e. Pemeliharaan Fungsi ini mempermasalahkan bagaimana memelihara para
karyawan sehingga nyaman dan mampu bekerja dengan baik di
perusahaan. Pemeliharaan karyawan yang baik akan memberikan hal yang
baik, salah satunya adalah tingkat perputaran tenaga kerja yang rendah.
Hal ini yang perlu diperhatikan perusahaan kondisi fisik dan sikap
karyawan.
f. Pemutusan Merupakan kegiatan perusahaan untuk mengembalikan tenaga
kerja ke dalam masyarakat setelah membaktikan tenaganya dalam
perusahaan diantaranya dengan : pemensiunan, pemberhentian sementara,
pemberhentian dengan hormat, pemecatan penggantian tenaga kerja.
Biasanya pemutusan hubungan kerja ini terjadi karena lanjut usia atau
16
suda melampaui batas kerja yang diizinkan oleh perusahaan, perusahaan
sudah tidak memerlukan karyawan itu lagi, perusahaan sudah tidak puas
dengan prestasi kerja, atau karyawan mengajukan permohonan
pengunduran diri dari perusahaan.
2.1.3 Gaya Kepemimpinan
2.1.3.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan
Pemimpin menurut Hakim (2014:120) adalah seseorang yang mempunyai
kemampuan dan wewenang untuk mengarahkan perilaku orang lain agar bekerja
sesuai dengan apa yang menjadi tujuan organisasi. Hariyanto (2013: 2)
mengatakan bahwa pemimpin yang memimpin secara efektif adalah pemimpin
yang menunjukan sikap atau tingkah laku untuk diteladani para bawahannya, yang
memotivasi sehingga menimbulkan prestasi dan yang mempercayai bawahan
untuk mengendalikan diri sendiri.
Northouse dalam Hafied (2016: 55) mengungkapkan bahwa,
kepemimpinan adalah suatu proses dimana individu mempengaruhi kelompok
untuk mencapai tujuan umum. Pengertian ini dipertajam oleh Dubrin bahwa
kepemimpinan itu adalah kemampuan untuk menanamkan keyakinan dan
memperoleh dukungan dari anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Lebih lanjut, Marnis (2008:78) mengatakan bahwa kepemimpinan
(leadership) adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan kepemimpinan
sebagaimana dimaksud akan menggambarkan kemampuan mempengaruhi orang
17
lain, bawahan atau kelompok, serta kemampuan mengarahkan tingkah laku
bawahan atau orang lain untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Gaya Kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut
kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk
suatu pola atau bentuk tertentu.
Menurut Drath & Paulus dalam Yukl (2010: 3) Kepemimpinan adalah
proses untuk memahami apa yang dilakukan orang secara bersama-sama,
sehingga mereka memahami dan mau melakukannya.
Selanjutnya menurut Yukl (2010: 9) dalam bukunya “Kepemimpinan
dalam Organisasi” menyatakan bahwa :
“Kepemimpinan adalah Proses mempengaruhi orang lain untuk
memahami dan menyetujui apa yang dibutuhkan dalam melaksanakan
tugas dan bagaimana melaksanakan tugas itu,serta proses untuk
memfasilitasi upaya individu dan kolektif guna mencapai tujuan bersama.”
Dari beberapa definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang untuk
mempengaruhi individu-individu maupun yang ada dalam kelompok untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.3.2 Syarat-Syarat Kepemimpinan
Taufiqurokhman (2009:26) mengatakan bahwa, Seseorang yang dinilai
menjadi leader atau pemimpin seyogyanya memiliki perilaku kepemimpinan.
Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi
18
prestasi organisasi karena kepemimpinan merupakan aktivitas yang utama dengan
mana tujuan organisasi dapat dicapai. (Hakim, 2014: 124).
Menurut Kartono (2014:36) Konsepsi mengenai persyaratan
kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu :
a. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang
kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk
berbuat sesuatu.
b. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan sehingga orang mampu
mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin dan
bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
c. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuataan dan kecakapan atau
keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan
anggota biasa.
Kartono (2014:37) menuliskan kemampuan kepemimpinan dan syarat
yang harus dimiliki, adalah :
1. Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri.
2. Besar rasa ingin tahu, dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda.
3. Multi terampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam,
4. Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan.
5. Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna
6. Mudah menyesuaikan diri adaptasinya tinggi.
7. Sabar namun ulet, serta tidak “mendek” berhenti.
8. Waspada, peka, jujur, optimis, berani, gigih, ulet, realistis.
19
9. Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato.
10. Berjiwa wiraswasta
11. Sehat jasmaninya dinamis, sanggup dan suka menerima tugas berat, serta
berani mengambil resiko
12. Tajam firasatnya dan adil pertimbangannya
13. Berpengatahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuannya.
14. Memiliki motivasi yang tinggi dan menyadari target atau tujuan hidupnya
Yang ingin dicapai, dibimbing oleh idelaisme yang tinggi.
15. Punya imajinasi yang tinggi, daya kombinasi, dan daya inovasi.
Dari uraian di atas dapat disumpulkan bahwa pemimpin yang ideal adalah
pemimpin yang berpengetahuan luas, adil, jujur, optimis, gigih, ulet, bijaksana,
mampu memotivasi diri sendiri, memiliki hubungan baik dengan bawahan,
dimana semua ini dapat dari pengembangan kepribadiannya sehingga seorang
pemimpin memiliki nilai tambah tersendiri dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai seorang pemimpin.
2.1.3.3 Fungsi Gaya Kepemimpinan
Menurut Wexley dan Yukl (2005: 189), Kepemimpinan yang efektif
merupakan persyaratan vital bagi kelangsungan hidup dan keberhasilan
organisasi. Tidak terdapat kesepakatan umum cara terbaik mendefinisikan
kepemimpinan, tetapi kebanyakan definisi paling tidak mnyatakan sebagai suatu
proses penggunaan pengaruh positif terhadap orang lain. Kepemimpinan termasuk
mempengaruhi orang untuk melakukan usaha lebih banyak dalam sejumlah tugas
20
atau mengubah perilakunya. Penting untuk dibedakan antara kepemimpinan dan
kepemimpinan yang efektif.
Fungsi seorang pemimpin tidak hanya terbatas pada koordinasi tetapi
mencakup segala bidang atau aspek yang ada didalam satu wadah. Apabila
pemimpin ini dapat menjalankan tanggung jawab yang besar dan motivasi para
bawahan, maka pemimpin dapat dikatakan sebagai pemimpin yang berhasil dalam
menghimpun suatu wadah. Adapun peran pemimpin tersebut yaitu seorang
pemimpin bisa menjadi komunikator, mediator, dan integrator dalam organisasi
yang dipimpinnya. Gambaran umum yang dihubungkan dengan fungsi pemimpin
sebagai komunikator yakni suatu proses pemeliharaan hubungan yang baik ke
dalam maupun keluar oleh seorang pemimpin melalui komunikasi baik lisan
maupun tulisan. Dikemukakan oleh Rivai (2010:34) “fungsi kepemimpinan selalu
berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau
organisasi dengan interaksi antar individu di dalam aktifitasnya masing-masing
oleh seorang pimpinan”.
Rivai (2010:96), memberikan beberapa contoh mengenai fungsi
kepemimpinan, yaitu :
1. Menciptakan visi dan rasa komunitas.
2. Membantu mengembangkan komitmen dari pada sekedar memenuhinya.
3. Menginspirasi kepercayaan, mengintegrasikan pandangan berlainan.
4. Membantu pembicaraan yang cakap melalui dialog.
5. Membantu menggunakan pengaruh mereka.
6. Memfasilitasi.
21
7. Memberi semangat pada yang lain.
8. Menopang tim dan,
9. Bertindak sebagai model.
Sedangkan Kartono (2014:93) mengungkapkan bahwa “fungsi
kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi
atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin
jaringan-jaringan komunikasi yang baik memberikan supervisi/pengawasan yang
efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai
dengan ketentuan waktu dan perencanaan.”
2.1.3.4 Teori Kepemimpinan
Menurut Marwansyah dan Mukaram (2010:172) perilaku kepemimpinan
dikelompokan ke dalam 2 dimensi , yaitu sebagai berikut :
1. Struktur (Initiating Structure)
Struktur diartikan sebagai derajat yang menunjukan sejauh mana
pemimpin mengorganisasikan dan menata pekerjaannya dan pekerjan
bawahan mereka. Para pemimpin dengan gaya ini cenderung mengarahkan
pekerjaan kelompok melalui kegiatan perncanaan pemebrian tugas-tugas,
penjadwalan, menetapkan standar kerja yang jelas, mengecam pekerjaan yang
buruk, meminta bawahannya untuk mengikuti prosedur standar, dan
sebagainya.
22
2. Perhatian
Perhatian dapat diartikan sebagai derajat yang menunjukan sejauh
mana pemimpin membrikan perhatian terhadap bawahnnya yang bertindak
dengan cara yang bersahabat dan membantu. Para pemimpin dengan gaya ini
cenderung memiliki hubungan dengan bawahan yang dicirikan oleh sikap
saling percaya dan saling menghormati terhadap yang berhubungan kaitan
masalah karyawan di perusahaan dalam keadaan menjalankan tugasnya di
dalam perusahaan.
Walaupun penekanan utama dalam studi kepemimpinan dari universitas
ohio ini adalah pada perilaku yang diamati, namun demikian staf peneliti
mengembangkan pula kuesioner pendapat pimpinan atau Leader Opinion
Questionare (LOQ) dalam mengumpulkan data mengenai persepsi diri dari
pemimpin-pemimpin tentang gaya kepemimpinan. Jika LBDQ (The Leader
Behavior Description Questionnaire) diisi oleh bawahan, pengawas, atau kolega,
sedangkan LOQ diisi oleh pemimpin sendiri. Di dalam perilaku pemimpin, tim
universitas Ohio ini menemukan bahwa kedua perilaku struktur dan perilaku
perhatian tersebut sangat berbeda dan terpisah satu sama lain. Nilai yang tinggi
pada satu dimensi tidaklah mesti diikuti rendahnya nilai dimensi lain perilaku
yang dirancang pada sumbu yang terpisah. Empat segi yang dikembangkan untuk
menunjukan bermacam kombinasi dari struktur (perilaku tugas) dengan
memperhatikan (perilaku hubungan, seperti yang tergambar di bawah ini sebagai
berikut :
23
Gambar 2.1
Gambar segi empat kepemimpinan dari Universitas Ohio
Sumber : Miftah Thoha (2010:282)
Kedua dimensi tersebut terpisah dan berbeda satu sama lain. Seseorang
yang mendapatkan nilai tertinggi pada suatu dimensi yang lainnya juga tinggi.
Pendekatan terhadap salah satu dimensi tidak harus berarti melemahkan dimensi
yang lainnya. Dengan demikian tingkah laku seorang pemimpin dapat dikatakan
sebagai suatu kombinasi dari kedua dimensi tersebut membentuk empat tingkah
laku gaya kepemimpinan sebagai berikut :
1. Gaya kepemimpinan struktur tinggi dan perhatian rendah (K1), yaitu
pencapaian target kerja tinggi dan hubungan personal rendah.
2. Gaya kepemimpinan struktur tinggi dan perhatian tinggi (K2), yaitu
pencapaian target kerja tinggi dan hubungan personal tinggi. Struktur Rendah
Dan Perhatian Tinggi (K3) Struktur Rendah Dan Perhatian Rendah (K4)
Struktur Rendah
dan
Perhatian Tingggi
(K3)
Struktur Tinggi
dan
Perhatian Tingggi
(K2)
Struktur Rendah
dan
Perhatian Rendah
(K4)
Struktur Rendah
dan
Perhatian Tingggi
(K3)
Rendah Perhatian Tinggi
Ren
dah
P
erhat
ian
T
inggi
24
Struktur Tinggi Dan Perhatian Rendah (K1) Struktur Tinggi Dan Perhatian
Tinggi (K2) Rendah Perhatian Tinggi.
3. Gaya kepemimpinan struktur rendah dan pehatian tinggi (K3), yaitu
pencapaian target kerja rendah dan hubungan personal tinggi.
4. Gaya kepemimpinan struktur rendah dan perhatian rendah (K4), yaitu
pencapaian target kerja rendah dan hubungan personal rendah.
Menurut Kartono (2014:71) banyak studi ilmiah dilakukan orang
mengenai kepemimpinan, dan hasilnya berupa teori-teori tentang kepemimpinan.
Teori-teori yang dimunculkan menunjukkan perbedaan dalam :
a. Pendapat dan uraiannya.
b. Metodologinya.
c. Interprestasi yang diberikan.
d. Kesimpulan yang ditarik.
Setiap teoritikus mempunyai segi penekanannya sendiri, dipandang dari
satu aspek tertentu. Dan para penganutnya berkeyakinan bahwa teori itulah yang
paling benar dan paling tepat. G.R Terry dalam buku Kartini Kartono yang
berjudul pemimpin dan kepemimpinan (2014: 71) mengemukakan sejumlah teori
kepemimpinan, yaitu teori-teori sendiri ditambah dengan teori-teori penulis lain,
sebagai berikut :
1. Teori Otokratis
Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah-perintah,
paksaan dan tindakan-tindakan yang arbitrer (sebagai wasit).Ia melakukan
pengawasan yang ketat, agar semua pekerjaan berlangsung secara efisien.
25
Kepemimpinannya berorientasi pada struktur organisasi dan tugas-tugas.
Pemimpin tersebut pada dasarnya selalu mau berperan sebagai pemain orkes
tunggal dan berambisi untuk merajai situasi. Karena itu dia disebut otokrat
keras. Pada intinya otokrat keras itu memiliki sifat-sifat tepat, seksama, sesuai
dengan prinsip, namun keras dan kaku. Tidak pernah dia mau mendelegasikan
otoritas. Lembaga atau organisasi yang dipimpinnya merupakan a one man
show. Dengan keras ia menekankan prinsip-prinsip business is business,
“waktu adalah uang” untuk bisa makan, orang harus bekerja keras, yang kita
kejar adalah kemenangan mutlak, dan lain-lain. Sikap dan prinsipnya sangat
konservatif. Dia hanya bersikap baik pada orang-orang yang patuh pada
dirinya yaitu terhadap “hamba-hamba yang setia dan loyal” padanya. Otokrat
lembut/baik banyak memiliki kemiripan dengan otokrat keras, namun dia
selalu didera oleh perasaan-perasaan non konformistis. Dia hanya mentolerir
kepatuhan yang sesuai dengan perintah dan prinsip-prinsip yang diciptakan
sendiri. Dia mau bersikap loyal terhadap anggota-anggotanya, dan tidak
sayang mengeluarkan banyak uang serta biaya asal saja bawahan bersedia
patuh, tidak boleh meminta/menuntut, tidak boleh memilih, harus menyukai
semua pemberian dan ketentuannya.
2. Teori Psikologis
Teori Ini Menyatakan, Bahwa fungsi seorang pemimpin adalah
memunculkan dan mengembangkan system motivasi terbaik, untuk
merangsang kesediaan bekerja dari para pengikut dan anak buah. Pemimpin
merangsang bawahan, agar mereka mau bekerja, guna mencapai sasaran-
26
sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi. Maka
kepemimpinan yang mampu memotivasi orang lain akan sangat
mementingkan aspek-aspek psikis manusia seperti pengakuan (recognizing),
martabat, status social, kepastian emosional, memperhatikan keinginan dan
kebutuhan pegawai, kegairahan kerja, minat, suasana hati, dan lain-lain
3 Teori Sosiologis
Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan
antar relasi dalam organisasi, dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap
konflik organisatoris antara para pengikutnya, agar tercapainya kerjasama
yang baik. Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dengan menyertakan para
pengikut dalam pengambilan kepuutusan terakhir. Selanjutnya juga
mengidentifikasikan tujuan dan kerap kali memberikan petunjuk yang
diperlukan bagi para pengikut untuk melakukan setiap tindakan yang
berkaitan dengan kepentingan kelompoknya.
4. Teori Suportif
Menurut Teori Ini, Para pengikut harus berusaha sekuat mungkin, dan
bekerja dengan penuh gairah, sedang pemimpin akan membimbing dengan
sebaik-baiknya melalui policy tertentu. Untuk maksud ini pemimpin perlu
menciptakan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan, dan bisa membantu
mempertebal keinginan setiap pengikutnya untuk melaksanakan pekerjaan
sebaik mungkin,sanggup bekerja sama dengan pihak lain, mau
mengembangkan bakat dan keterampilannya dan menyadari benar keinginan
sendiri untuk maju.
27
5. Teori Laissez Faire
Kepemimpinan Laissez Faire ditampilkan oleh seorang tokoh “ketua
dewan” yang sebenarnya tidak becus mengurus dan dia menyerahkan semua
tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua
anggotanya. Dia adalah seorang “ketua” yang bertindak sebagai symbol,
dengan macam-macam hiasan atau ornament yang mentereng.Biasanya dia
tidak memiliki keterampilan teknis. Sedangkan Kedudukan sebagai pemimpin
(direktur,ketua dewan,kepala,komandan, dan lain-lain) dimungkinkan oleh
system nepotisme,atau lewat praktik penyuapan.
6. Teori Kelakuan Pribadi
Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas
pribadi atau pola-pola kelakuan para pemimpinnya. Teori ini menyatakan,
bahwa seorang pemimpin itu selalu berkelakuan kurang lebih sama, Yaitu ia
tidak melakukan tindakan-tindakan yang identik sama dalam situasi yang
dihadapi. Dengan kata lain dia harus mampu bersifat fleksibel, luwes dan
bijaksana, “tahu gelagat” dan mempunyai daya lenting yang tinggi karena dia
harus mampu mengambil langkah yang paling tepat untuk suatu masalah.
7. Teori Sifat
Orang-orang besar (Traits of great men) Sudah banyak usaha
dilakukan orang untuk mengidentifikasikan sifat- sifat unggul dan kualitas
superior serta unik,yang diharapkan ada pada seorang pemimpin, yaitu
memiliki inteligensi tinggi, banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan
emosional, memiliki daya persuasif dan keterampilan komunikatif, memiliki
28
kepercayaan diri, kreatif dan mau memberikan partisipasi social yang tinggi
dan lain-lain.
8. Teori Situasi
Teori ini menjelaskan, bahwa harus terdapat daya lenting yang
tinggi/luwes pada pemimpin untukmenyesuaikan diri terhadap tuntutan situasi,
lingkungan sekitar dan zamannya. Faktor lingkungan itu harus dijadikan
tantangan untuk diatasi. Maka pemimpin itu harus mampu menyelesaikan
masalah-masalah actual. Sebab permasalahan-permasalahan hidup dan saat-
saat krisis (perang, revolusi, malaise, dan lain-lain) yang penuh pergolakan
dan ancaman bahaya, selalu akan memunculkan satu tipe kepemimpinan yang
relevan bagi masa itu.
2.1.3.5 Macam-Macam Gaya Kepemimpinan
Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan tersendiri, ada kalanya
pemimpin tidak memberi kesempatan pada bawahannya untuk bertanya ataupun
minta penjelasan (Authotitarian), ada kalanya pemimpin memberi kesempatan
bawahan untuk berdiskusi, bertanya (Democratic), dan ada kalanya pemimpin itu
membiarkan kondisi yang ada terserah pada bawahan (Laissez-fair) (Luthans
dalam Hafied, 2016:56). Gaya kepemimpinan merupakan aspek penting untuk
mencapai dan meningkatkan keberhasilan kepemimpinan seseorang dalam suatu
organisasi.
Gaya kepemimpinan menurut Hakim (2014: 121) terdiri dari 2 (dua)
macam yaitu:
29
1) Transaksional
Hubungan bawahan-pemimpin didasarkan pada seperangkat
pertukaran atau tawar menawar antara keduanya. Ciri ciri gaya kepemimpinan
transaksional antara lain:
• Contingent Reward Leadership; Bawahan diberi reward atau penghargaan
untuk menyelesaikan tugas yang ditentukan.
• Management by Exception
- Active à pimpinan mengamati dan mencari penyimpangan-
penyimpangan dari aturan dan standar serta segera melakukan koreksi
- Passive à ikut campur tangan dengan bawahan hanya jika standar tidak
terpenuhi
• Laissez-Faire; Menghindari atau tidak adanya kepemimpinan, tidak ada
transaksi, keputusan yang diperlukan tidak dibuat, tindakan-tindakan yang
penting ditunda dan tanggung jawab diabaikan.
2) Transformasional
Keadaan dimana pemimpin mampu membangkitkan dan mengaktifkan
bawahan untuk melakukan sesuatu melebihi yang diharapkan. Ciri ciri gaya
kepemimpinan transformasional yaitu:
• Charismatic, mempunyai visi dan misi, menanamkan harga diri,
memperoleh respek dan kepercayaan
• Inspiration Motivation, mengkomunikasikan harapan-harapan yang tinggi,
menggunakan simbul untuk memfokuskan usaha, mengekspresikan tujuan
yang penting dengan sederhana
30
• Intellectual Stimulation, meningkatkan intellegensi, rasionalitas dan
penyelesaian masalah secara hati-hati
• Individualized Consideration, memberikan perhatian pada personil,
memperlakukan karyawan secara individual, memberikan pelatihan dan
memberikan nasehat-nasehat, petunjuk dan lain-lain.
White dan Lippit dalam Thoyib (2016: 350), mengemukakan tiga gaya
kepemimpinan, yaitu sebagai berikut:
1) Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan
bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi
pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab
internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik.
2) Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kelebihan gaya kepemimpinan otoriter terletak pencapaian
prestasinya. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati.
Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian ini.
3) Gaya Kepemimpinan Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur
organisasi ber-sifat longgar dan pemimpin bersifat pasif, yaitu pemimpin
menghindari kuasa dan tanggung jawab, kemudian menggantung-kannya
kepada kelompok baik dalam me-netapkan tujuan dan menanggulangi masa-
lahnya sendiri.
31
2.1.4 Kinerja
2.1.4.1 Pengertian Kinerja
Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak
dapat dipisahkan, baik itu organisasi publik maupun organisasi swasta. Kinerja
organisasi akan sangat ditentukan oleh unsur pegawainya karena itu dalam
mengukur kinerja suatu organisasi sebaiknya diukur dalam tampilan kerja dari
pegawainya.
Mangkunegara dalam Indrasari (2017:50) mengatakan bahwa, Kinerja
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawafo yang diberikan
kepadanya. Kinerja atau performance menurut Suyadi dalam Hafied (2016: 84),
melihat hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam
melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan merujuk pada standar, kriteria dan
ukuran yang ditetapkan untuk setiap pekerjaan.
Landasan yang sesungguhnya dalam organisasi adalah kinerja. Jika tidak
ada kinerja maka seluruh bagian organisasi dan tujuan organisasi tidak dapat
tercapai.Kinerja perlu dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pemimpin atau
manajer.
Menurut Irham Fahmi (2015:2) dalam bukunya Manajemen Kinerja
menjelaskan bahwa :
“Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi
tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan
selama satu periode waktu”.
32
Sedangkan menurut Armstrong dan Baron dikutip dan diterjemahkan oleh
Wibowo (2016:7) kinerja adalah :
“Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat
dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan
kontribusi kepada ekonomi”.
Secara etimologi kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance).
Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara (2012;67) dalam bukunya
Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia bahwa istilah kinerja berasal dari kata job
performance atau actual performance (Prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya
yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja
karyawan adalah kemampuan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan,
dimana suatu target kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak
melampaui batas waktu yang disediakan sehingga tujuannya akan sesuai dengan
moral maupun etika perusahaan. Dengan demikian kinerja karyawan dapat
memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam
menjelaskan tujuan-tujuan dan standar kinerja serta memotivasi karyawan di
waktu berikutnya.Penilaian kinerja karyawan memberikan dasar bagi keputusan-
keputusan yang mempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian pelatihan, transfer,
dan kondisi-kondisi kepegawaian lainnya.
33
2.1.4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2011: 67) dirumuskan bahwa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja adalah : Human Performance
(Ability + Motivation), Motivation (Attitude + Situation) dan Ability (Knowledge
+ Skill).
1. Faktor Kemampuan
Secara psikologis, kemampuan (Ability) pegawai terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + Skill). Artinya, pegawai
yang memiliki IQ rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang memadai
untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari,
maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh
karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan
keahliannya (the right man on the right place, the right man on the right job)
2. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi
situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai
yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).
Adapula menurut Wibowo (2016:74) faktor yang mempengaruhi kinerja
adalah perilaku. Perilaku adalah tentang bagaimana anda bertindak (How you act),
dan bukan tentang apa atau siapa anda (what you are or who you are). Perilaku
adalah suatu cara dimana seseorang bertindak atau melakukan. Karena dapat
menentukan apa yang akan dilakukan dalam setiap situasi dapat menentukan
kinerja.
34
Berdasarkan beberapa faktor diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor yang mempengaruhi kinerja terbagi atas faktor dari dalam (internal) dan
faktor dari luar (eksternal).Faktor tersebut patutnya menjadi perhatian bagi para
pemimpin dan juga perusahaan agar kinerja karyawannya tidak menurun terlebih
agar dapat terus meningkat.
2.1.4.3 Penilaian Kinerja
Salah satu cara untuk melihat kemajuan suatu kinerja dalam suatu
organisasi dengan melakukan penilaian pada organisasi tersebut. Penilaian dapat
dilakukan pada para karyawan dan juga para manajer. Sistem penilaian
dipergunakannya metode yang dianggap paling sesuai dengan bentuk dari
organisasi tersebut, sebab kesalahan penggunaan metode akan membuat penilaian
yang dilakukan tidak mampu memberi jawaban yang dimaksud.
Pengertian penilaian kinerja menurut Daft (2006: 170) adalah sebuah
teknik penting lain untuk mengembangkan angkatan kerja yang efektif. Penilaian
kinerja (performance appraisal) terdiri atas langkah-langkah dari peninjauan dan
penilaian kinerja karyawan.
Pengertian Penilaian KinerjaMenurut Sedarmayanti (2013;261) adalah
sebagai berikut :
“Penilaian kinerja adalah uraian sistematik tentang kekuatan/kelebihan dan
kelemahan yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang/kelompok”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja merupakan salah satu
sarana dalam melakukan penilaian terhadap seorang pegawai atau karyawan
35
dalam rangka mencapai pekerjaan secara optimal yang terlihat dari beberapa
aspek yaitu penentuan penilaian dan kualitas dari beberapa objek yang dinilai.
2.1.4.4 Sasaran Kinerja
Sasaran kinerja merupakan suatu pernyataan secara spesifik yang
menjelaskan hasil yang harus dicapai, kapan, dan oleh siapa sasaran yang ingin
dicapai tersebut diselesaikan.Sifatnya dapat dihitung, prestasi yang dapat diamati,
dan dapat diukur.Sasaran merupakan harapan. Sebagai sasaran, suatu kinerja
mencakup unsur-unsur diantaranya :
a. The performers, yaitu orang yang menjalankan kinerja ;
b. The action atau performance, yaitu tentang tindakan atau kinerja yang
dilakukan oleh performer ;
c. A time element, menunjukkan waktu kapan pekerjaan dilakukan;
d. An evaluation method, tentang cara penilaian bagaimana hasil pekerjaan dapat
dicapai; dan
e. The place, menunjukkan tempat di mana pekerjaan dilakukan.
Sasaran yang efektif dinyatakan dengan baik dalam bentuk kata kerja
secara spesifik dan dapat diukur.Perkataan menurunkan, meningkatkan, dan
mendemonstrasikan bersifat lebih efektif daripada mengawasi, mengorganisasi,
memahami, mempunyai pengetahuan atau apresiasi.
Sasaran yang efektif dinyatakan secara spesifik, dapat diukur, dapat
dicapai, berorientasi pada hasil, dan dalam batasan waktu tertentu, yang dapat
dinyatakan dalam akronim SMART yang berarti sebagai berikut :
36
(S) Specific, simple : artinya dinyatakan dengan jelas, singkat,
dan mudah dimengerti.
(M) Measurable : artinya dapat diukur dan dikuantifikasi.
(A) Attainable, Achievable : artinya bersifat menantang, tetapi masih
dapat terjangkau.
(R) Result Oriented, relevant : artinya memfokus pada hasil untuk
dicapai.
(T) Time-bound, Timely, Timeliness : artinya ada batas waktu dan dapat
dilacak, dapat dimonitor progresnya
terhadap sasaran untuk dikoreksi.
2.1.4.5 Indikator Kinerja
Indikator kinerja atau performance indicator kadang-kadang dipergunakan
secara bergantian dengan ukuran kinerja (performance measures), tetapi banyak
pula yang membedakannya. Indikator kinerja dipakai untuk aktivitas yang hanya
dapat ditetapkan secara lebih kualitatif atas dasar perilaku yang dapat diamati.
Indikator kinerja juga menganjurkan sudut pandang prospektif (harapan ke
depan) daripada retrospektif (melihat ke belakang).
Terdapat tujuh indikator kinerja. Dua diantaranya memiliki peran yang
sangat penting, yaitu tujuan dan motif. Kinerja ditentukan oleh tujuan yang
hendak dicapai dan untuk melakukannya diperlukan adanya motif. Tanda adanya
dorongan motif untuk mencapai tujuan, kinerja tidak akan berjalan. Dengan
demikian, kinerja dan motif menjadi indikator utama kinerja. Kinerja juga
37
memerlukan adanya dukungan sarana, kompetensi, peluang, standar, dan umpan
balik. Kaitan ketujuh indikator tersebut digambarkan oleh Hersey, Blanchard, dan
Johnson yang dikutip oleh Wibowo (2016:86) dalam bukunya Manajemen
Kinerja.
2.2 Telaah Penelitian Sebelumnya
Berikut ini adalah tabel dari hasil penelitian terdahulu yang digunakan
sebagai acuan dalam pembuatan penelitian ini.
No Peneliti dan
Tahun Judul
Variabel dan
Metode Analisis Hasil
1 Hariyanto et
al. , 2017
Gaya
Kepemimpinan
Dalam
Meningkatkan
Kinerja
Karyawan
Pada PT. BPR
Ambulu
Dhanaartha
Cabang
Rambipuji-
Jember Teguh
Variabel: Gaya
Kepemimpinan,
Kinerja
Metode analisis:
deskriptif
kualitatif
Hasil penelitian ini dapat
disimpilkan bahwa selama masa
kepemimpinan dalam upaya
meningkatkan kinerja karyawan,
pimpinan PT. BPR. Ambulu
Dhanaartha cabang Rambipuji-
Jember cenderung mengacu pada
Gaya 3 (G3) yaitu
supporting/participating atau
mengikutsertakan bawahan dalam
pengambilan keputusan
2 Yusyida
Munsa Idah,
2016
Analisis
Deskriptif Gaya
Kepemimpinan
Dalam
Meningkatkan
Kinerja
Karyawan
Pada PT.Telkom
Indonesia, tbk
Kandatel Cilacap.
Variabel: Gaya
Kepemimpinan,
Kinerja.
Metode analisis:
deskriptif analisis
Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan yang diterapkan
oleh Kepala PT TELKOM
INDONESIA, Tbk, KANDATEL
CILACAP, menganut gaya
kepemimpinan partispatif, terbukti
dengan memberikan kesempatan
karyawan untuk melakukan
inovasi, improvement, dan
membuat ide-ide dalam
pengambilan keputusan.
Dengan gaya kepemimpinan
tersebut kinerja karyawan PT
TELKOM INDONESIA, Tbk,
KANDATEL CILACAP sudah
38
No Peneliti dan
Tahun Judul
Variabel dan
Metode Analisis Hasil
mampu memenuhi kriteria standar
penilaian kinerja yang dibuat oleh
pimpinan. Meskipun ada sedikit
hambatan, pimpinan akan
berusaha untuk mengurangi
hambatan-hambatan tersebut
dengan melakukan pengarahan
melalui motivasi dan komunikasi
sistem 247(24 jam dalam
seminggu).
3 Mohammad
Thoyib, 2016
Peranan Gaya
Kepemimpinan
Dalam
Meningkatkan
Kinerja
Karyawan Pada
PT Barito Berlian
Motor
Banjarbaru.
Variabel: Gaya
Kepemimpinan,
Kinerja.
Metode analisis:
analisis
deskriptif.
Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa:
1. Peranan gaya kepemimpinan
dalam meningkatkan kinerja
karyawan yang selama ini
diterapkan pada PT Barito Berlian
Motor Banjarbaru yaitu: a. Gaya kepemimpinan yang selama
ini di terapkan oleh pimpinan PT
Barito Berlian Motor Banjarbaru
adalah gaya ke-pemimpinan
demokratis, tetapi masih belum
maksimal untuk meningkatkan
kinerja karyawan.
b. Secara teori gaya
kepemimpinan demokratis adalah
yang terbaik namun dalam
penerapan di lapangan tidak selalu
menghasilkan output yang
maksimal, karena situasi dan
kondisi yang terjadi selalu
berubah.
2. Kendala dan solusi dalam
peranan gaya kepemimpinan
untuk meningkatkan kinerja
karyawan PT Barito Berlian
Motor Banjarbaru adalah sebagai
berikut:
a. Kurangnya ketegasan dari
pimpinan ke bawahan membuat
karyawan terlena dengan tugas
pokoknya.
b. Toleransi yang diberikan
pimpinan belum bisa
39
No Peneliti dan
Tahun Judul
Variabel dan
Metode Analisis Hasil
dimanfaatkan secara maksimal
oleh karyawan.
c. Pimpinan perlu menegaskan
lagi aturan dan sanksi bagi
karyawan yang melanggarnya.
d. Di samping pemberian sanksi,
sebaiknya karyawan diberikan
pengarahan dan pembinaan.
e. Kerja sama antara pimpinan dan
bawahan perlu lebih ditingkatkan
lagi guna menjalankan aturan
perusahaan demi tercapainya
tujuan bersama.
4 Mohammad
Ulul Ilmi,
2016
Gaya
Kepemimpinan
dalam
Meningkatkan
kinerja pegawai
Negeri sipil
(Studi Deskriptif
di Biro
Administrasi
Kemasyarakatan
Sekretariat
Daerah Provinsi
Jawa Timur)
Variabel: Gaya
Kepemimpinan,
Kinerja
Metode analisis:
kualitatif
Gaya Kepemimpinan yang
diterapkan dalam Biro
Administrasi Kemasyarakatan
Sekretariat Daerah Provinsi Jawa
Timur adalah Gaya
Kepemimpinan Demokratis, ini
dapat dilihat dari kesesuaian
terbanyak dengan indikator yang
ada di dalam gaya ini diantaranya:
a) Pimpinan bersedia
melimpahkan sebagaian
wewenang kepada bawahan.
b) Keputusan dibuat bersama
antara pimpinan dan bawahan.
c) Kebijakan dibuat bersama
antara pimpinan dan bawahan.
d) Komunikasi yang berlangsung
timbal balik, baik terjadi antar
pimpinan dan bawahan maupun
sesama bawahan.
e) Pengawasan terhadap sikap,
tingkah laku perbuatan atau
kegiatan bawahan dilakukan
secara wajar.
f) Prakarsa dapat datang dari
pimpinan maupun bawahan.
g) Banyak kesempatan bagi
bawahan untuk menyampaikan
saran, pertimbangan ataupun
pendapat.
h) Pujian dan kritik seimbang.
40
No Peneliti dan
Tahun Judul
Variabel dan
Metode Analisis Hasil
i) Pimpinan mendorong prestasi
sempurna para bawahan dalam
batas kemampuan masing-masing.
j) Tanggung jawab keberhasilan
organisasi dipikul bersama.
Sedangkan yang tidak sesuai
hanya beberapa, yang di
antaranya:
a) Wewenang pimpinan tidak
mutlak.
b) Tugas-tugas kepada bawahan
diberikan dengan lebih bersifat
permintaan dari pada instruktif.
c) Pimpinan meminta kesetiaan
bawahan secara wajar.
d) Pimpinan memperhatikan
perasaan dalam bersikap dan
bertindak.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2017: 2). Metode yang
digunakan adalah metode yang sesuai dengan objek penelitian dan tujuan
penelitian akan tercapai secara sistematis. Sistmatis artinya, proses yang
digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu bersifat
logis (Sugiyono, 2017: 3). Hal ini bertujuan agar hasil yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan khususnya untuk menjawab masalah.
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Dimana metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
pemahaman makna, dan mengkonstruksi fenomena dari pada generalisasi
(Sugiyono, 2017: 26).
3.1 Desain Penelitian
Berdasarkan jenis masalah yang diteliti dan tujuannya, penelitian ini
menggunakanan metode penelitian kualitatif, dimana penelitian ini bermaksud
untuk memahami situasi yang terjadi pada objek penelitian dengan tujuan untuk
merumuskan strategi pengembangan usaha. Jenis penelitian ini termasuk dalam
42
jenis penelitian deskriptif, yang hanya menggambarkan, meringkas berbagai
kondisi, situasi atau berbagai variabel.
Oleh karena itu, penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini
adalah dengan mencocokan antara realita empiric dengan teori yang berlaku
dengan menggunakan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel
dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya.
Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang
bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang
terjadi dalam masyarakat. Jenis penelitian deskriptif kualitatif ini digunakan untuk
menemukan seluas-luasnya tentang objek penelitian pada saat tertentu sehingga
lebih mudah menyajikan dan menganalisis secara sistematis dan akhirnya dapat
dipahami dan disimpulkan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitan ini bersifat studi kasus, yang dilakukan pada Toko Sulung Jaya
Semarang yang merupakan jenis usaha yang menyediakan berbagai kebutuhan
alat tulis untuk keperluan sekolah dan kantor dengan harga grosir untuk
pembelian dengan jumlah yang banyak. Lokasi Toko Sulung Jaya sendiri berada
di Jalan Parang Barong Raya No. 1 Tlogosari Semarang. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Mei 2019 sampai bulan Juli 2019.
Pemilihan Toko Sulung Jaya sebagai objek dari penelitian ini dikarenakan,
objek penelitian adalah karena peneliti ingin mencari tahu apa yang membuat
43
Toko Sulung Jaya berkembang dan sukses hingga sekarang memiliki pelanggan
tetap dan memiliki pegawai.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Dilihat dari metode dan jenis penelitian yang digunakan. sumber data
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya
merupakan data tambahan. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu:
1. Kata-kata dan Tindakan
Kata-kata dan tindakan merupakan hasil dari pengamatan dan
wawancara yang dilakukan oleh peneliti serta dijadikan sebagai sumber data
yang utama. Sumber data utama ini berwujud catatan tertulis, perekaman
gambar, perekaman suara dan pengambilan foto.
2. Foto
Foto memberikan gambaran deskriptif mengenai peristiwa-peristiwa
yang terjadi saat pengamatan berlangsung yang dapat dijadikan sebagai bukti-
bukti peristiwa dalam penelitian. Foto dalam penelitian biasanya
memperlihatkan orang dan latar atau lokasi penelitian, dan perlu juga
diberikan catatan khusus yang berupa keterangan mengenai keadaan yang ada
dalam foto-foto tersebut.
44
3. Sumber tertulis
Sumber data ini berupa arsip-arsip yang diperoleh dari studi khasus
terkait dengan data-data seperti data penjualan ataupun pembukuan yang ada.
3.3.2 Sumber Data
Jenis data yang ada dalam penelitian ini bersumber pada sumber primer.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sugiyono, 2017: 456). Data primer dikumpulkan melalui
penggabungan antara observasi, wawancara dan dokumentasi langsung pada studi
kasus yang akan diteliti yaitu Toko Sulung Jaya, pemilik Toko Sulung Jaya, dan
karyawan Toko Sulung Jaya Semarang.
3.4 Informan Penelitian
Informan pada penelitian ini adalah pihak-pihak yang bersangkutan
dalam memberikan informasi serta menjadi sumber informasi mengenai kinerja
karyawan Toko Sulung Jaya Semarang. Dengan demikian, dalam penelitian yang
menjadi subjek penelitian atau informan kunci adalah pemilik usaha Toko Sulung
Jaya Semarang. Dan yang menjadi informan pendukung adalah karyawan Toko
Sulung Jaya Semarang.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam proses penelitian,
proses pengumpulan data ini akan berpengaruh pada langkah selanjutnya yaitu
45
tahap penarikan kesimpulan yang relevan, akurat, dan dapat dipercaya
kebenarannya. Sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang terbuka dan luwes,
tipe dan metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat beragam,
disesuaikan dengan masalah, tujuan penelitian, serta objek yang diteliti. Pada
proses penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumen kunci interaksi. Interaksi
peneliti dengan narasumber diharapkan memperoleh informasi yang mampu
mengunggkapkan permasalahan secara lengkap dan tuntas.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari segi cara
atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan
gabungan ketiganya (Sugiyono, 2017: 219). Berikut ini merupakan teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2017: 229) observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan.
Penelitian ini menggunakan jenis observasi terstruktur. Observasi
terstruktur adalah observasi yang telah diancang secara sistematis, tentang apa
yang akan diamati, dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan
apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati
(Sugiyono, 2017: 230). Dalam hal ini peneliti ingin mengamati gaya
46
kepemimpinan yang baik yang dapat meningkatkan kinerja karyawan di Toko
Sulung Jaya Semarang, maka peneliti akan melakukan pengukuran terhadap
kinerja karyawan melalui pengamatan dan menilai setiap perilaku dengan
menggunakan instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan
tersebut.
2. Wawancara
Sugiyono (2017: 220) menyimpulkan “wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
ditliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil”.
Esterberg dalam Sugiyono (2017: 464) menjelaskan bahwa,
“wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu”. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur. Wawancara testruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang akan dipeoleh (Sugiyono, 2017: 466).
3. Dokumentasi
Sugiyono (2017: 476) menyimpulkan bahwa, “dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dalam bentuknya dokumen dapat
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang”.
47
Dokumentasi yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa bukti rekaman
wawancara dengan para informan yang telah dipilih.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih aman yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh
diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2017: 481).
Dalam penelitian kualitatif, tentunya akan banyak sekali data yang
diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data
yang bermacam-macam (triangulasi) serta dilakukan secara terus menerus sampai
datanya jenuh. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.
Sugiyono (2017: 483) mengatakan bahwa, Analisis sebelum memasuki
lapangan dilakukan terhadap hasil studi pendahuluan atau data sekunder, yang
akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Akan tetapi fokus penelitian
masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di
lapangan.
3.6 Teknik Analisis Data
48
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data diartikan sebagai suatu proses kegiatan
pengumpulan data melalui wawancara maupun dokumentasi untuk
mendapatkan data yang lengkap.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan sangat banyak sehingga butuh
untuk dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu data harus dilakukan reduksi
data. Mereduksi data berarti merangkum, memilah hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari tema dan polanya.
Data-data yang didapatkan pada penelitian dikumpulkan untuk
kemudian dicatat, setelah itu dimasukkan ke dalam variabel-variabel yang
menjadi faktor dalam lingkungan eksternal dan internal.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah melalui proses reduksi dan didapatkan data faktor pada
lingkungan eksternal dan internal data, selanjutnya data dilakukan
pengkategorian. Data-data yang tergolong dalam faktor lingkungan eksternal
dipilah-pilah dan dipisahkan pada kategori peluang atau ancaman. Data-data
yang tergolong dalam faktor lingkungan internal dipilah-pilah dan dipisahkan
pada kategori kekuatan atau kelemahan.
49
3. Kesimpulan Data (Conclusion/ Verification)
Kesimpulan adalah tujuan ulang pada catatan di lapangan atau
kesimpulan dapat ditinjau sebagaimana yang timbul dari data yang harus diuji
kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya merupakan validitasnya.
Keempat komponen tersebut saling interaktif yaitu saling mempengaruhi
dan terkait. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di lapangan dengan
mengadakan wawancara atau observasi yang disebut tahap pengumpulan data.
Karena data yang dikumpulkan banyak maka diadakan reduksi data. Setelah
direduksi kemudian diadakan sajian data, selain itu pengumpulan data juga
digunakan untuk penyajian data. Apabila ketiga tersebut selesai dilakukan, maka
diambil suatu keputusan atau verifikasi.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Toko Sulung Jaya merupakan salah satu usaha dagang bidang alat tulis
kantor (ATK) yang sedang berkembang di Kota Semarang. Kontribusi volume
penjualan banyak dipengaruhi oleh banyaknya sekolah yang ada di sekitar toko
sehingga banyak anak sekolah yang membutuhkan alat tulis menulis untuk
kebutuhan sekolah. Selain itu letak toko yang berada di tengah pemukiman padat
penduduk membuat toko menjadi ramai dikunjungi orang untuk membeli
perlengkapan sekolah maupun kantor.
Toko Sulung Jaya dikelola oleh Tri Wahyuni sejak tahun 1997 dan
menjadi salah satu usaha yang bergerak dibidang perdagangan. Dalam hal ini
Toko Sulung Jaya menjual barang ATK, Buku, Pensil, Polpen, dan Alat tulis
kantor lainnya. Mengawali usaha dibidang penjualan barang dagang peralatan alat
tulis menulis dan alat tulis kantor, pemilik usaha tersebut merintis karirnya
melalui usaha sederhana. Sebelum ia menjalani usaha tersebut, berkat kegigihan
dan kesabaran serta rasa optimis yang besar usaha tersebut meningkat menjadi
sebuah toko. Dengan posisi tempat yang strategis membantu meningkatkan
volume penjualannya dengan menambah barang yang dijual. Hal ini
menyebabkan banyak konsumen membeli barang dari toko tersebut dan menjadi
pelanggan.
51
4.2. Pembahasan
4.2.1. Gaya Kepemimpinan yang Baik yang Dapat Meningkatkan Kinerja
Karyawan
Pegawai pada Toko Sulung Jaya Semarang terus berusaha bersikap sopan
dan memberikan pelayanan yang memuaskan baik untuk pelayanan. Pegawai
berusaha menjalankan tugas dengan bersikap jujur dan ikhlas, serta berusaha
untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya, serta berani
menanggung resiko akibat tindakan yang dilakukan. Selain itu, pegawai selalu
menjaga komitmen yang diberikan dan berusaha untuk menjalankan tugas, fungsi
dan tanggungjawabnya demi pencapaian tujuan organisasi serta berusaha untuk
selalu mementingkan kepentingan organisasi daripada kepentingan pribadi.
Pegawai pada Toko Sulung Jaya Semarang senantiasa datang dan pulang
sesuai dengan jam kerja yang telah ditentukan, namun terkadang masih ditemukan
karyawan yang tidak mentaati peraturan. Berikut disampaikan oleh Tri Wahyuni
selaku Pemilik Usaha Toko Sulung Jaya Semarang, bahwa:
Ada yang mentaati ada juga yang kurang mentaati misal telat masuk kerja
sesuai jadwal atau tidak masuk kerja tanpa ijin.(wawancara, Selasa, 16
Juli 2019)
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Putri Ariani selaku karyawan bahwa:
Tidak terlalu, terkadang saya terlambat masuk kerja karena kesiangan
walau tidak sering dan itu terjadi pada saat awal-awal saya menjadi
karyawan baru (wawancara, Senin, 15 Juli 2019)
Apabila ada yang terlambat meninggalkan ruangan disaat jam kerja dan
melewati jam istirahat yang telah ditentukan atau tidak masuk tanpa ijin maka
52
akan mendapatkan teguran langsung dari atasan. Berikut pernyataan dari Tri
Wahyuni selaku Pemilik Usaha Toko Sulung Jaya Semarang, bahwa:
Kalau misal kesalahan kecil yang tidak terlalu sering saya masih bisa
mentoleransi tapi kalau kesalahannya cukup fatal bisa saja saya
menggunakan cara yang tegas supaya karyawan bisa menyadari salahnya
dan introspeksi diri menjadi lebih baik nantinya.(wawancara, Selasa, 16
Juli 2019)
Karyawan yang mendapat teguran karena kesalahannya akan berusaha
memperbaiki kesalahan dan tidak mengulanginya lagi. Selama menjalankan
aturan yang ditetapkan pimpinan toko, karyawan tidak merasa keberatan. Berikut
pernyataan dari salah satu karyawan Putri Ariani bahwa:
Sejauh ini saya tidak kesulitan, karena walaupun pemilik terkadang tegas
namun beliau masih bisa mentolerir kesalahan pegawai kalau
kesalahannya tidak terlalu besar. (wawancara, Senin, 15 Juli 2019)
Para pegawai dapat melakukan kerjasama dengan rekan sekerja dan atasan
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu, selain itu juga para bawahan
mampu menerima pendapat dan saran dari orang lain, serta bersedia menerima
keputusan yang diambil secara sah yang telah menjadi keputusan bersama.
Pimpinan mampu bertindak tegas dan tidak memihak, memberikan teladan yang
baik, kemampuan menggerakkan tim kerja untuk mencapai kinerja yang tinggi,
mampu menggugah semangat dan menggerakkan bawahan dalam melaksanakan
tugas serta mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Pujian dan
kritik yang diberikan oleh pemimpin toko dapat dikatakan seimbang. Gaya
kepemimpinan yang ditepkan oleh pimpinan Toko Sulung Jaya dapat
meningkatkan kinerja karyawan. Berikut pengakuan dari Putri Ariani selaku
karyawan yang menyatakan bahwa:
53
Menurut saya sih bisa, teguran yang diberikan pada karyawan selama
menjalankan gaya kepemimpinannya membuat karyawan dapat
mengoreksi kesalahan dan menjadi lebih baik dalam melakukan
pekerjaan. (wawancara, Senin, 15 Juli 2019)
Setiap pemimpin selalu berusaha untuk dapat memberdayakan seluruh
anggota organisasinya, dengan harapan agar mereka mempunyai kualitas
kemampuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan secara optimal.
Usaha kongkrit yang dapat meningkatkan kinerja karyawan adalah dengan
memberdayakan peran kepemimpinan melalui prilaku (hubungan dengan
bawahan) dan dalam pengambilan keputusan di dalam organisasi tersebut.
(Mulyadi, (2013:22). Menurut Drath & Paulus dalam Yukl (2010: 3)
Kepemimpinan adalah proses untuk memahami apa yang dilakukan orang secara
bersama-sama, sehingga mereka memahami dan mau melakukannya.
Kepemimpinan merupakan bagaimana mempengaruhi baik individu
maupun organisasi dengan cara menggerakkan untuk mau bekerja sama untuk
mencapai tujuan. Pemimpin perusahaan merupakan pengendali dalam suatu
organisasi untuk mengatur dan mengontrol suatu dinamika dalam organisasi
perusahaan. Dinamika dalam organisasi tidak lepas dari peran kepamimpinan dan
gaya kepemimpinan dalam menyelesaikan problematika organisasi. Gaya
kepemimpinan dalam perusahaan menentukan sinergisitas dan efektifitas
karyawan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Gaya Kepemimpinan
pada dasarnya mengandung pengertian sebagai perwujudan tingkah laku dari
seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin.
Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Hal ini
54
sesuai yang dikemukakan Tri Wahyuni selaku Pemilik Usaha Toko Sulung Jaya
Semarang, bahwa:
Gaya kepemimpinan lebih kepada cara yang digunakan oleh seorang
pemimpin yang mengarahkan sesuatu dan mengajarkan kepada
bawahannya atau karyawannya untuk bias menjalankan tugas dengan
baik.(wawancara, Selasa, 16 Juli 2019)
Sejalan dengan perkembangan organisasi dan kegiatan usaha, maka
tuntutan terhadap kebutuhan karyawan yang lebih banyak, lebih terampil,
berpengalaman dan mempunyai dedikasi yang tinggi akan semakin meningkat.
Kepemimpinan dalam suatu organisasi memiliki peranan yang sangat penting,
guna meningkatkan kinerja karyawan pegawai dalam suatu organisasi tersebut.
Peranan kepemimpinan tersebut akan terwujud apabila terjadi hubungan
prilakuatau terjalin hubungan prilaku yang harmonis antara atasan dengan
bawahan. Kepemimpinan juga bersifat memberikan dan menerima informasi dari
luar sebagai asset organisasi. Disamping itu, kepemimpinan harus mampu
mengambil keputusan dengan menkaji secara terus menerus situasi yang dihadapi
oleh organisasi.
Bahasan mengenai pemimpin dan kepemimpinan pada umumnya
menjelaskan bagaimana untuk menjadi pemimpin yang baik, gaya dan sifat yang
sesuai dengan kepemimpinan serta syarat-syarat apa yang perlu dimiliki oleh
seorang pemimpin yang baik. Ketika gaya kepemimpinan yang digunakan oleh
pemimpin tidak sesuai dengan kondisi dan harapan dari karyawan maka akan
muncul konflik didalam hubungannya. Ketika karyawan merasa pimpinan tidak
dapat menjalankan perannya dengan baik maka karyawan akan cenderung
menyepelekan atau tidak segan terhadap pimpunan tersebut. Kurangnya kontrol
55
pimpinan terhadap bawahannya juga akan memperbesar peluang terjadinya
konflik antar karyawan yang nantinya akan menciptakan hubungan yang kurang
harmonis diantara sesama karyawan.
Pemimpin Toko Sulung Jaya Semarang merupakan sosok pemimpin yang
selalu santun kepada karyawannya, selalu memberikan motivasi kepada
karyawannya dan selalu mendengarkan inisiatif-inisiatif dari karyawan-
karyawannya dalam mewujudkan tercapainya tujuan perusahaan. Pemimpinnya
selalu memberikan kebebasan ruang gerak kerja kepada karyawannya untuk
mencapai tujuan perusahaan sehingga karyawan mampu mencapai kinerja yang
diinginkan oleh perusahaan. Dia tidak pernah memberikan perintah tanpa
menjelaskan pentingnya masalah dan selalu menjelaskan secara terperinci semua
detail tentang pekerjaan karyawannya. Pemimpin toko selalu memberikan
stimulus untuk meningkatkan kinerja karyawan dan lebih memprioritaskan
kebutuhan-kebutuhan karyawan-karyawannya. Pimpinan toko selalu memberikan
pengarahan kepada karyawan khususnya pada karyawan baru. Berikut
disampaikan Tri Wahyuni, Pemilik Toko Sulung Jaya Semarang:
Menurut saya, kinerja tiap karyawan itu berbeda-beda ada yang ketika
dikasih langsung menyelesaikannya ada yang tidak langsung
menyelesaikan dan perlu ada dorongan, namun sejauh ini lumayan bagus
lah kinerja mereka. (wawancara, Selasa, 15 Juli 2019)
Kemudian beliau juga menyatakan bahwa :
Kalau untuk pegawai baru pasti perlu diarahkan dulu seperti mengetahui
tata tertibnya lalu cara kerja di toko menurut bagian-bagiannya dan
sebisa mungkin saya harus jadi pemimpin yang tidak seenaknya saja harus
bisa menyesuaikan diri dengan karyawan juga (wawancara, Selasa, 16 Juli
2019)
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Putri Ariani selaku karyawan bahwa:
56
Pengarahan kepada karyawan dilakukan dengan cara berkomunikasi
secara langsung atau melalui tulisan misalnya tata tertib pegawai.
Peraturan ditulis dan ditempel di dinding toko supaya semua karyawan
tahu peraturannya. (wawancara, Senin, 15 Juli 2019)
Komunikasi di Toko Sulung Jaya Semarang berlangsung timbal balik, baik
terjadi antar pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan. Komunikasi yang
terjadi antara pimpinan dan bawahannya termasuk dalam gaya kepemimpinan
yang bersifat partisipatif karena adanya timbal balik dalam keberlangsungan
komunikasi yang dijalin di dalam toko. Pimpinan toko selalu memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk menyampaikan pendapat. Apa yang
dilakukan oleh pimpinan termasuk dalam salah satu ciri gaya kepemimpinan yang
bersifat partisipatif karena bawahan mempunyai kesempatan untuk
menyampaikan saran, pertimbangan maupun pendapat.
Kewenangan pimpinan Toko Sulung Jaya Semarang kepada bawahannya
bisa dikatakan tidak mutlak. Pemimpin bersedia untuk melimpahkan beberapa
tugasnya kepada bawahannya seperti saat melakukan pengawasan pada bawahan.
Hal tersebut bisa dikatakan bahwasannya pemimpin di dalam Toko Sulung Jaya
Semarang termasuk di dalam salah satu ciri pemimpin dengan gaya demokrasi
atau partisipatif karena pemimpin bersedia melimpahkan sebagian wewenangnya
kepada pegawai atau bawahannya. Berikut disampaikan oleh Tri Wahyuni selaku
Pemilik Toko Sulung Jaya Semarang:
Saya tidak selalu mengawasi karyawan karena tidak setiap hari saya di
toko jadi mungkin ada karyawan yang saya percaya untuk menggantikan
saya mengontrol karyawan. Cara saya mengawasi mungkin hanya
mengecek stok barang yang ada atau belum ada, harga sudah sesuai atau
belum. Ya kurang lebih seperti itu.(wawancara, Selasa, 16 Juli 2019)
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Putri Ariani selaku karyawan bahwa:
57
Tidak selalu, kalau ada waktu saja beliau akan melakukan pengawasan
dan mengecek barang-barang atau stok yang mungkin belum terkirim.
Karena menurut saya beliau juga sudah percaya dengan beberapa
karyawan yang sudah lama bekerja dengannya jadi tidak selalu
mengawasi langsung. (wawancara, Senin, 15 Juli 2019)
Pemimpin yang demokratis selalu berusaha memupuk rasa kekeluargaan
dan persatuan, senantiasa berusaha membangun semangat bawahannya dalam
menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya, memusyawarahkan dalam
membuat keputusan, saling menghargai sesama karyawan dan terhadap
pemimpin, menerima saran dan kritik yang positif dan hasil keputusan untuk
kepentingan bersama. Disamping itu juga memberi kesempatan bagi timbulnya
kecakapan memimpin pada anggota kelompoknya dengan jalan mendelegasikan
kekuasaan dan tanggung jawab.
Kepemimpinan pada Toko Sulung Jaya Semarang menitik beratkan
masalah aktivitas setiap anggota kelompok dan juga pemimpin yang semua
terlibat aktif dalam penentuan sikap, pembuatan rencana-rencana, pembuatan
keputusan penerapan disiplin kerja (yang ditanamkan secara suka rela oleh
kelompok-kelompok dalam suasana demokratis), dan pembelajaran. Berikut
disampaikan Tri Wahyuni, Pemilik Toko Sulung Jaya Semarang:
Mungkin lebih kepada mengetahui situasi dan kondisi kalau misal saya
bisa mengatasi kinerja karyawan yang menurut saya bisa diatasi dengan
mudah mungkin saya akan menerapkan ide saya sendiri tapi kalua semisal
saya tidak mampu mengambil keputusan sendiri saya akan meminta saran
kepada karyawan yang dipercaya. (wawancara, Selasa, 16 Juli 2019)
Kemudian beliau juga menyatakan bahwa :
Dalam pengambilan keputusan atas masalah yang terjadi tentu saja harus
melihat kondisi permasalahannya dulu baru mengambil keputusan.
(wawancara, Selasa, 15 Juli 2019)
58
Putri Ariani selaku karyawan juga menyatakan bahwa:
Menurut saya jika ada masalah yang tidak terlalu besar beliau bisa
mengatasi sendiri tapi kalau sekiranya masalahnya cukup besar beliau
kadang meminta saran pada karyawan yang sudah dipercaya untuk
mencari solusi yang terbaik. (wawancara, Senin, 15 Juli 2019)
Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan Toko Sulung Jaya
Semarang adalah gaya kepemimpinan demokratis dimana pada kepemimpinan ini
pemimpin hanya menunjukkan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai saja,
mengenai mekanisme untuk mencapai sasaran atau tuujuan karyawan yang
menentukan. Selain itu karyawan diberikan ruang gerak atau keleluasaan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Pada konteks ini pemimpin hanya
memonitor kinerja karyawan. Pemimpin bertindak apabila terdapat kinerja dari
karyawan yang tidak efektif. Berikut disampaikan Putri Ariani selaku karyawan
bahwa:
Kalau saya masih mampu atau bisa mengerjakan saya akan kerjakan tapi
kalau ada tugas yang kurang mengerti atau tidak bisa, terkadang saya
meminta bantuan teman sesame karyawan untuk menyelesaikannya.
(wawancara, Senin, 15 Juli 2019)
Pemimpin yang bertipe demokratis dapat ditafsirkan kepemimpinannya
sebagai indikator, hubungan dengan bawahannya bukan sebagai majikan terhadap
pembantunya melainkan sebagai saudara tua diantara rekan-rekan kerjanya,
pemimpin demokratis selalu berusaha menstimulasi bawahannya agar bekerja
secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-
usahanya, selalu berpangkal kepada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya,
serta mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.
59
Pimpinan Toko Sulung Jaya yang menerapkan gaya kepemimpinan
demokratis cenderung memberikan contoh teladan yang baik bagi para karyawan,
menjadi inspirasi, serta berinteraksi langsung dengan para pegawai mengenai
tugas dan pekerjaan masing-masing pegawai. Penerapan gaya kepemimpiann
berjalan dengan baik dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai. Kinerja pada
hakikatnya merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Hasibuan (2003: 80) mendefinisikan kinerja atau
prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan.
Gaya kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor
utama dan terpenting dalam organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan
mendominasinya perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dari pelaku yang
ingin memajukan dan mengembangkan organisasi. Disamping itu diwujudkan
juga melalui perilaku pemimpin sebagai pelaksana. Selain itu, pemimpin
demokratis mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan menaruh
kepercayaan pula pada bawahannya, mereka mempunyai kesanggupan bekerja
dengan baik dan bertanggung jawab.
Kepemimpinan demokrasi pada perusahaan ada penekanan disiplin-diri,
dari kelompok untuk kelompok ini cocok dengan karyawan yang memiliki
kompetensi tinggi dan memiliki komitment yang bervariasi. Komitment yang
bervariasi artinya dari setiap job description yang mempunyai komitment
tersendiri dan berbeda dengan pekerjaan yang lain. Karyawan yang memiliki
60
kompetensi yang tinggi tidak akan efektif jika tidak didukung oleh pemimpin
perusahaan. Kepemimpinan memperoleh kuasa atau wewenang kepada
bawahannya. Hal ini jika bawahannya dimotivasi dengan tepat, dan
kepemimpinannya berusaha mengutamakan team work dalam mencapai
tujuannya.
Kelebihan dari kepemimpinan demokratis adalah seorang pemimpin
memberikan kebebasan kepada karyawan untuk bekerja sesuai keinginannya
dalam mencapai tujuan perusahaan. Kekurangan dari kepemimpinan demokratis
ini adalah seorang pemimpin memberikan kesempatan dan hak yang seluas-
luasnya kepada para karyawannya, maka mereka memiliki banyak sekali pendapat
yang berbeda, sehingga pemimpin sulit untuk menentukan pendapat yang sesuai
dengan karyawannya yang tidak menyepakati forum yang ada, maka kadang
terjadi suatu konflik atau perdebatan antara anggotan forum atau dengan
pemimpinnya.
4.2.2. Kendala dan Solusi dalam Menerapkan Gaya Kepemimpinan yang
Dapat Meningkatkan Kinerja Karyawan
Tipe kepemimpinan sering disebut perilaku kepemimpinan atau gaya
kepemimpinan (leadership style). Menurut Miftah Toha gaya kepemimpinan
merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang
tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain (Thoha, 2003: 49). Oleh
karenanya usaha menselaraskan persepsi di antara yang akan mempengaruhi
dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting.
61
Keberhasilan seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya
sangat dipengaruhi oleh tipe atau gaya yang digunakan. Tidak ada tipe
kepemimpinan yang paling tepat, sehingga sebaiknya seorang pemimpin memiliki
dan memahami berbagai tipe kepemimpinan. Tipe kepemimpinan tersebut dapat
diterapkan sesuai kondisi yang dihadapi oleh pemimpin yang bersangkutan pada
suatu saat.
Kepemimpinan akan efektif apabila seorang pemimpin dilengkapi dengan
syarat-syarat tertentu yang tidak dimiliki oleh anggota pada umumnya.
Persyaratan tersebut diakui keberadaannya oleh anggota kelompok. Ada tiga
syarat penting dalam konsepsi kepemimpinan dan harus dimiliki oleh pemimpin,
yaitu:
a. Kekuasaan, yaitu otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang kepada
pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat
sesuatu dalam rangka penyelesaian tugas tertentu.
b. Kewibawaan yaitu merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga
pemimpin mampu mengatur orang lain dan patuh padanya.
c. Kemampuan, yaitu sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan
secara teknis maupun sosial, yang melebihi dari anggota biasa.
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan
wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu
mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya
kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas
serta tanggung jawab para bawahannya. Kepribadian dasar pemimpin model ini
62
adalah putih. Pada gaya kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan
yang lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan
sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut,
anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi keleluasaan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Kelebihan gaya kepemimpinan demokratis ini ada di penempatan
perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi
keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya
pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas.
Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya. Dalam
bahasa sederhana, seorang pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan jenis ini
merupakan diplomator yang ulung, atau win-win solution. Kesabaran dan
kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya demokratis ini. Umumnya,
mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini
bisa sangat – sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak
menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal
inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin. Gaya
kepemimpinan demokratis ini akan efektif bila :
a. Pemimpin mau berjuang untuk berubah ke arah yang lebih
b. Punya semangat bahwa hidup ini tidak selalu win-win solution, ada kalanya
terjadi win-loss solution. Pemimpin harus mengupayakan agar dia tidak selalu
kalah, tetapi ada kalanya menjadi pemenang.
63
Meskipun dalam teorinya gaya kepemimpinan demokratis selalu lebih
baik, tetapi dalam kenyataan di lapangan, hal ini tidak selalu berjalan sesuai
dengan harapan. Penyesuaian gaya kepemimpinan perlu dilakukan oleh seorang
pemimpin seiring dengan perkembangan yang terjadi lapangan. Terkadang sikap
tegas cenderung otoriter mampu memberikan hasil yang baik dengan pengelolaan
manajemen yang sesuai yang mana pimpinan akan mendapatkan hasil yang
maksimal, sehingga tujuan perusahaan akan mudah dicapai melalui kerja sama
antara pimpinan dan bawahan. Adapun kendala dan solusi dalam menerapkan
gaya kepemimpinan yang dapat meningkatkan kinerja karyawan di Toko Sulung
Jaya Semarang:
a. Terlalu lama dalam mendapatkan kesepakatan dalam keputusan bersama
membuat kurang efisien dan efektif terlebih pada saat dibutuhkan keputusan
yang cepat dan mendesak. Situasi dan kondisi yang selalu berubah membuat
keputusan kurang sinkron dengan kondisi lapangan yang ada dan keputusan
juga harus mengakomodir dari seluruh pemikiran yang ada. Berikut
pernyataan yang disampaikan Tri Wahyuni selaku Pemilik Toko Sulung Jaya
Semarang, bahwa:
Untuk masalah yang cukup besar biasanya saya meminta saran pada
yang lain terlebih dahulu baiknya harus seperti apa. (wawancara,
Selasa, 16 Juli 2019)
Permasalahan yang sulit diselesaikan bersama memerlukan keputusan yang
tegas dari seorang pemimpin. Oleh karena itu, perlu adanya perpaduan dua
gaya kepemimpinan atau lebih seperti gaya kepemimpinan demokratis
64
dengan gaya kepemimpinan otoriter, sehingga mampu menyesuaikan kondisi
dan keadaan lapangan yang selalu berubah.
b. Kondisi dan karakter individu, latar belakang dan pemikiran yang berbeda
membuat masing-masing individu memiliki cara yang berbeda dalam
menyelesaikan tugas. Perbedaan ini terkadang menyebabkan adanya kesulitan
dalam bekerja sama antar karyawan maupun dengan atasan untuk mencapai
tujuan. Berikut pernyataan dari salah satu karyawan Putri Ariani bahwa:
Awalnya saya sedikit susah dalam mengerti dan mentaati peraturan
yang ada serta cara kerja dari masing-masing karyawan namun
lama-kelamaan saya bisa memahami dan mampu bersosialisasi
dengan baik. (wawancara, Senin, 15 Juli 2019)
Perbedaan pendapat antar karyawan menjadi hambatan yang harus ditemukan
solusinya. Oleh karena itu, perlu adanya ketegasan pimpinan dalam
merangkul seluruh karyawan.
c. Masih minimnya hukuman yang diterapkan dan pengawasan yang tidak
selalu dilakukan oleh pimpinan membuat karyawan menjadi terlena dan
terkadang menyepelekan. Berikut pernyataan dari salah satu karyawan Putri
Ariani bahwa:
Saya pernah melakukan kesalahan seperti mencatat barang atau
salah mencatat hari namun beliau masih mentoleransi kesaahan saya
karena saya masih karyawan baru saat itu (wawancara, Senin, 15 Juli
2019)
Tri Wahyuni selaku Pemilik Toko Sulung Jaya Semarang juga menyatakan
bahwa:
Saya tidak selalu bisa setiap hari mengawasi secara langsung jadi
tidak sepenuhnya mengetahui kinerja masing-masing karyawan dan
tidak bisa mengarahkan sesuai keinginan saya. (wawancara, Selasa,
16 Juli 2019)
65
Ketegasan pimpinan perlu ditingkatkan lagi agar hukuman membuat efek jera
dan perlu dilakukan pembinaan bagi karyawan yang sering melanggar
peraturan perusahaan. Pengawasan terhadap karyawan dapat dilimpahkan
kepada karyawan senior yang dapat dipercaya untuk dapat mengawasi
karyawan secara langsung agar karyawan tetap bertanggung jawab atas tugas
masing-masing.
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan pada bab IV dapat
disimpulkan bahwa
a. Gaya kepemimpinan yang baik yang dapat meningkatkan kinerja karyawan di
Toko Sulung Jaya Semarang adalah gaya kepemimpinan demokratis. Gaya
kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama dan
terpenting dalam organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan mendominasinya
perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dari pelaku yang ingin
memajukan dan mengembangkan organisasi. Disamping itu diwujudkan juga
melalui perilaku pemimpin sebagai pelaksana. Selain itu, pemimpin
demokratis mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan menaruh
kepercayaan pula pada bawahannya, mereka mempunyai kesanggupan
bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Kepemimpinan memperoleh
kuasa atau wewenang kepada bawahannya. Hal ini jika bawahannya
dimotivasi dengan tepat, dan kepemimpinannya berusaha mengutamakan
team work dalam mencapai tujuannya. Kelebihan dari kepemimpinan
demokratis adalah seorang pemimpin memberikan kebebasan kepada
karyawan untuk bekerja sesuai keinginannya dalam mencapai tujuan
perusahaan.
67
b. Kendala dan solusi dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang dapat
meningkatkan kinerja karyawan di Toko Sulung Jaya Semarang antara lain:
1) Terlalu lama dalam mendapatkan kesepakatan dalam keputusan bersama
membuat kurang efisien dan efektif terlebih pada saat dibutuhkan
keputusan yang cepat dan mendesak. Situasi dan kondisi yang selalu
berubah membuat keputusan kurang sinkron dengan kondisi lapangan
yang ada dan keputusan juga harus mengakomodir dari seluruh pemikiran
yang ada. Permasalahan yang sulit diselesaikan bersama memerlukan
keputusan yang tegas dari seorang pemimpin. Oleh karena itu, perlu
adanya perpaduan dua gaya kepemimpinan atau lebih seperti gaya
kepemimpinan demokratis dengan gaya kepemimpinan otoriter, sehingga
mampu menyesuaikan kondisi dan keadaan lapangan yang selalu berubah.
2) Kondisi dan karakter individu, latar belakang dan pemikiran yang berbeda
membuat masing-masing individu memiliki cara yang berbeda dalam
menyelesaikan tugas. Perbedaan ini terkadang menyebabkan adanya
kesulitan dalam bekerja sama antar karyawan maupun dengan atasan
untuk mencapai tujuan. Perbedaan pendapat antar karyawan menjadi
hambatan yang harus ditemukan solusinya. Oleh karena itu, perlu adanya
ketegasan pimpinan dalam merangkul seluruh karyawan.
3) Masih minimnya hukuman yang diterapkan dan pengawasan yang tidak
selalu dilakukan oleh pimpinan membuat karyawan menjadi terlena dan
terkadang menyepelekan. Ketegasan pimpinan perlu ditingkatkan lagi
agar hukuman membuat efek jera dan perlu dilakukan pembinaan bagi
68
karyawan yang sering melanggar peraturan perusahaan. Pengawasan
terhadap karyawan dapat dilimpahkan kepada karyawan senior yang dapat
dipercaya untuk dapat mengawasi karyawan secara langsung agar
karyawan tetap bertanggung jawab atas tugas masing-masing.
5.2. Saran
Berikut dikemukakan saran yang diharapkan dapat berguna bagi
perusahaan dan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam mengadakan
perbaikan:
a. Pimpinan seharusnya menjelaskan secara terperinci atau gamblang peraturan
yang berlaku dan tujuan serta sasaran yang akan dicapai. Untuk tercapainya
tujuan dan sasaran perusahaan pimpinan sebaiknya bersikap lebih tegas dalam
menerapkan peraturan terhadap para karyawan.
b. Pimpinan sebaiknya menerapkan pola gaya kepemimpinan yang bervariasi
sihingga dapat lebih meningkatkan semangat dan kegairahan kinerja
karyawan Toko Sulung Jaya Semarang.
5.3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur
ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:
a. Penelitian hanya menggunakan satu subyek penelitian yaitu gaya
kepemimpinan pada Toko Sulung Jaya Semarang sedangkan faktor yang
dapat mempengaruhi kinerja karyawan tidak hanya gaya kepemimpinan.
69
b. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif menggunakan
data primer yang diperoleh melalui wawancara. Penelitian ini sangat
tergantung pada interpretasi peneliti tentang makna yang tersirat dalam
wawancara sehingga kecenderungan untuk bias masih ada.
5.4. Penelitian Selanjutnya
Berdasarkan keterbatasan penelitian tersebut, maka agenda penelitian
selanjutnya antara lain :
a. Disarankan untuk melakukan penelitian dengan subyek penelitian yang tidak
terbatas pada gaya kepemimpinan saja melainkan dapat mempertimbangkan
penelitian dengan subyek yang lebih beragam, tidak hanya gaya
kepemimpinan saja.
b. Sumber data yang digunakan terbatas pada pemilik dan salah satu karyawan
di Toko Sulung Jaya Semarang, sehingga disarankan untuk menambah
sumber data yang lebih banyak.
70
70
DAFTAR PUSTAKA
A.A Anwar Prabu Mangkunegara. 2012. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia.
Bandung: PT. Refika Aditama
Appley A, Lawrence, Lee, Oey, Liang. 2010. Pengantar Manajemen. Jakarta:
Salemba Empat.
Daft, Richard L. 2006. Manajemen, Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.
Dessler, Gary. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi kesepuluh. Jakarta
Barat: PT Indeks.
Fahmi, Irham. 2015. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal. Jawab.
Bandung: Alfabeta
Hafied, Hamzah. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Tinjauan
Motivasi, Kompetensi, Kepemimpinan, Kepuasan Kerja dan Kinerja.
Makassar: Kretakupa.
Hakim, Abdul. 2014. Dinamika Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam
Organisasi. Semarang: EF Press Digimedia.
Hariyanto, Teguh, et all. 2013. Gaya Kepemimpinan Dalam Meningkatkan
Kinerja Karyawan Pada PT. BPR Ambulu Dhanaartha Cabang
Rambipuji-Jember. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Jember
Hasibuan, Malayu S.P. 2006. Manajemen Dasar, Pengertian, dan. Masalah, Edisi
Revisi, Jakarta : Bumi Aksara.
Ilmi, M. Ulul. 2016. Gaya Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai
Negeri Sipil (Studi Deskriptif di Biro Administrasi Kemasyarakatan
Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur). Jurnal Kebijakan dan
Manajemen Publik Volume 4, Nomor 3, September - Desember 2016.
Indrasari, Meithiana. 2017. Kepuasan Kerja dan Kinerja, Tinjauan Dari Dimensi
Iklim Organisasi, Kreativitas Individu dan Karakteristik Pekerjaan.
Sidoarjo : Indomedia Pustaka.
Kartono, Kartini. 2014. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada.
Marwansyah. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta
71
Priyono dan Marnis. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Sidoarjo:
Zifatama publisher.
Rivai, Veitzal. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sedarmayanti. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika
Aditama.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
CV Alfabeta.
Taufiqurokhman. 2009. Mengenal Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta
Pusat : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr.
Moestopo Beragama.
Thoha, Miftah, 2010. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta : Rajawali Pers
Thoyib, Mohammad. 2016. Peranan Gaya Kepemimpinan Dalam Meningkatkan
Kinerja Karyawan Pada PT Barito Berlian Motor Banjarbaru. Jurnal
Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 2, No 3, November 2016.
Wexley, Kenneth N & Gary A Yukl. 2005. Perilaku Organisasi dan Psikologi
Personalia. Jakarta : Rineka Cipta.
Wibowo. 2016. Manajemen Kinerja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Yukl, Gary. 2010. Kepemimpinan dalam Organisasi, Edisi Ketujuh. Jakarta: PT.
Indeks.
Yusyida Munsa Idah, 2016. Analisis Deskriptif Gaya Kepemimpinan Dalam
Meningkatkan Kinerja Karyawan Pada PT.Telkom Indonesia, Tbk
Kandatel Cilacap. Jurnal Probisnis Vol 9 No. 1 Februari 2016.
LAMPIRAN – LAMPIRAN FOTO
Nama Tempat Studi Kasus
Dengan informan pemilik Toko Sulung Jaya Semarang,ibu Tri Wahyuni
Top Related