Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perdarahan setelah melahirkan atau postpartum hemorrhagic
(PPH) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari
tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia
dan struktur sekitarnya, atau keduanya (Cunningham,
2005).
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan
setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami
perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian
tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan
(Sheris, 2002).
Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil akibat
perdarahan disebabkan oleh perdarahan postpartum
(Cunningham, 2005). Di Indonesia, sebagian besar
persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering
pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan
postpartum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang
keadaan umum atau hemodinamiknya sudah memburuk,
akibatnya mortalitas tinggi (Winkojosastro, 2005).
Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002)
adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari
1
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
angka tersebut disebabkan oleh perdarahan postpartum
(Sheris, 2002).
Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca
persalinan harus dicari etiologi yang spesifik. Atonia
uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan
variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia
merupakan penyebab sebagian besar perdarahan postpartum.
Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan
atonia uteri sebagai penyebab tersering perdarahan
postpartum yang keparahannya mengharuskan dilakukan
tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang
dapat terjadi sebagai penyebab perdarahan postpartum
antara lain laserasi perineum, laserasi vagina, cedera
levator ani dan cedera pada serviks uteri (Cunningham,
2005).
1.2. Tujuan
1.2.1 Secara umum diharapkan kepada pembaca terutama
mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami tentang
gangguan asuhan keperawatan dengan perdarahan
pstpartum.
1.2.2 Secara khusus diharapkan setelah mempelajari
makalah ini, mahasiwa dapat menjelaskan kepada
masyarakat umum mengenai pengertian, tanda dan
2
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
gejala, klasifikasi, manifestasi, penanganan dan
komplikasi dari perdarahan postpartum ini.
1.3. Manfaat
1.3.1Bagi pemerintah dan instansi kesehatan
Mahasiswa dan pemerintah maupun instansi kesehatan,
dapat bekerja sama dalam memberikan pengetahuan
mengenai perdarahan postpartum terhadap masyarakat.
1.3.2Bagi profesi keperawatan
Mahasiswa dan profesi keperawatan dapat bekerja sama
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien
perdarahan postpartum.
1.3.3Bagi mahasiswa keperawatan
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan mengenai
tentang perdarahan postpartum ini dan mampu
mengaplikasikannya di saat praktek klinik.
3
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
2.1.1. Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan
darah melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi
lahir, perdarahan primer terjadi dalam 24 jam
pertama, sedangkan perdarahan sekunder terjadi
setelah itu (Mansjoer,2002 )
2.1.2. Hemoragic pasca partum adalah kehilangan darah
melebihi dari 500 ml selama dan atau setelah
kelahiran dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran, atau lambat sampai 28 hari pasca partum
(akhir dari puerperium) (Doenges, 2001).
2.1.3. Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan
perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam
waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok, ataupun
merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan
tetapi terus menerus dan ini juga berbahaya karena
akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak yang
mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh
dalam syok (Mochtar, 1995).
2.1.4. Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih
dari 500cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam
atau lebih dari 1000 ml setelah persalinan abdominal
(Nugroho,2012)
Gambar :
4
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
2.2. Etiologi
Penyebab terjadinya perdarahan postpartum antara lain :
1. Atonia uteri
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk
berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam
keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak
mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat
5
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
dari atonia uteri ini adalah terjadinya perdarahan.
Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh
darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang
lepas sebagian atau lepas keseluruhan (Faisal, 2008).
Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah
merupakan bagian yang terpenting dalam hal kontraksi
untuk menghentikan perdarahan pasca persalinan.
Miometrum lapisan tengah tersusun sebagai anyaman dan
ditembus oeh pembuluh darah. Masing-masing serabut
mempunyai dua buah lengkungan sehingga tiap-tiap dua
buah serabut kira-kira berbentuk angka delapan. Setelah
partus, dengan adanya susunan otot seperti tersebut
diatas, jika otot berkontraksi akan menjepit pembuluh
darah. Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi ini
akan menyebabkan terjadinya pendarahan pasca persalinan
(Faisal, 2008).
Atonia uteri dapat terjadi sebagai akibat :
a. Partus lama
b. Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu
hamil, seperti pada hamil kembar, hidramnion atau
janin besar
c. Multiparitas
d. Anestesi yang dalam
e. Anestesi lumbal
2. Luka jalan lahir
Luka jalan lahir dapat terjadi bersamaan dengan atonia
uteri. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang
6
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan
serviks atau vagina (Saifuddin, 2002).
3. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum
lahir setengah jam setelah janin lahir. Hal tersebut
disebabkan (Wiknjosastro, 2005) :
a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
b. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum
dilahirkan.
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan
terjadi perdarahan, tapi bila sebagian plasenta sudah
lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan
indikasi untuk segera mengeluarkannya. Plasenta belum
lepas dari dinding uterus disebabkan :
a. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta (plasenta adhesiva)
b. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh
sebab villi korialis menembus desidua sampai
miometrium (plasenta akreta)
c. Plasenta merekat erat pada dinding uterus oleh
sebab villi korialis menembus sampai di bawah
peritoneum (plasenta perkreta).
Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi
belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk
melahirkan atau karena salah penanganan kala III,
sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
(inkarserasio plasenta).
7
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
4. Gangguan pembekuan darah (Nugroho,2012)
2.3. Patofisiologi
(terlampir)
2.4. Manifestasi Klinis
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah
sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-
gejala klinik, gejala-gejala baru tampak pada kehilangan
darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa perdarahan
pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir.
Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda
syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain
(Wiknjosastro, 2005).
2.5. Kriteria Diagnosa
Kriteria diagnosa perdarahan postpartum, yaitu (Vicky,
2006)
1. Pemeriksaan fisik : pucat, dapat disertai tanda-
tanda syok, tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat, kecil, ekstremitas dingin
serta tampak darah keluar melalui vagina
terus-menerus.
2. Pemeriksaan obstetri : uterus membesar bila ada
atonia uteri. Bila kontraksi uterus
8
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
baik, perdarahan mungkin karena luka
jalan lahir.
3. Pemeriksaan ginekologi : dilakukan dalam keadaan
baik atau telah diperbaiki, dapat
diketahui kontraksi uterus, luka
jalan lahir dan retensi sisa
plasenta.
2.6. Penatalaksanaan
2.6.1. Penanganan perdarahan postpartum (Mansjoer, 2002)
1. Pada retensio plasenta, bila plasenta belum lahir
dalam 30 menit, lahirkan plasenta dengan plasenta
manual dan lakukan histerektomi. Bila hanya sisa
plasenta, lakukan pengeluaran plasenta dengan
digital/ kuretase, sementara infuse oksitosin
diteruskan.
2. Pada trauma jalan lahir, segera lakukan reparasi,
perlukaan jalan lahir sebagai penyebab perdarahan
apabila uterus sudah berkontraksi dengan baik tapi
perdarahan terus berlanjut. Lakukan eksplorasi jalan
lahir untuk mencari perlukaan jalan lahir dengan
penerangan yang cukup. Lakukan reparasi penjahitan
setelah diketahui sumber perdarahan, pastikan
penjahitan dimulai diatas puncak luka dan berakhir
dibawah dasar luka. Lakukan evaluasi perdarahan
setelah penjahitan selesai.
3. Pada atonia uteri, lakukan masase uterus dan
penyuntikan 0,2 mg ergometrin intavena atau
9
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
prostaglandin parenteral. Jika tidak berhasil,
lakukan kompresi bimanual pada uterus dengan cara
memasukkan tangan kiri kedalam vagina dan dalam
posisi mengepal diletakkan di forniks anterior,
tangan kanan diletakkan di dinding perut memegang
fundus uteri. Bila tetap gagal, dapat dipasang
tampon uterovaginal, dengan cara mengisi kavum uteri
dengan kasa sampai padat selama 24 jam, atau
dipasang kateter folley. Bila tindakan tersebut
tidak dapat menghentikan perdarahan juga, terapi
definitive yang diberikan adalah histerektomi atau
ligasi arteri uterine.
4. Bila disebabkan gangguan pembekuan darah, berikan
transfuse plasma segar.
2.6.2. Urutan Penatalaksanaan Hemoragic Postpartum
1. Melahirkan plasenta bila masih in situ
- Bila plasenta benar-benar lengket, biasanya tidak
ada perdarahan
- Bila pelepasan sebagian, mungkin plasenta sulit
diangkat lengkap dan perdarahan sulit
ditanggulangi
2. Menggosok Kontraksi
- Menggosok fundus dengan gerakan melingkar kuat.
Uterus harus teraba keras, tidak lunak
- Kaji ulang secara teratur, gosok ulang bila uterus
mulai relaks dibawah jari
3. Berikan Oksitoksik IV
10
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
- Berikan obat oksitoksik
- Peringatkan ibu sebelumnya bahwa ia akan merasa
sakit dan muntah
- Berikan cepat pada awalnya, kemudian perlahan
ketika uterus berespon
4. Kateterisasi
- Penting bila kandung kemih teraba atau terlihat
- Pada fase ini, kebanyakan perdarahan
tertanggulangi dan berespon terhadap oksitoksik.
Bila tidak, diberikan bantuan lanjutan dari tim
obsetrik dan anestetik
5. Kaji Ulang
- Mengkaji ulang perdarahan
6. Perdarahan masih berjalan atau ganti kehilangan
darah
- Diberikan sesuai beratnya kehilangan darah
7. Bila perdarahan masih berjalan dan berat
- Dirumah sakit, pemindahan ibu ke kamar operasi
untuk pengangkatan manual plasenta dan kompresi
bimanual
2.7. Klasifikasi
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba,
2003) :
1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan pasca
persalinan yang terjadi dalam 24 jam pertama
kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum primer
adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta,
11
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak
dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan
pascapersalinan yang terjadi setelah 24 jam pertama
kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder disebabkan
oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau
sisa plasenta yang tertinggal.
2.8. Pencegahan
Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu
bersalin, namun sudah dimulai sejak wanita hamil dengan
antenatal care yang baik. Pengawasan antenatal memberikan
manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan secara
dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan
langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya.
Kunjungan pelayanan antenatal bagi ibu hamil paling
sedikit 4 kali kunjungan dengan distribusi sekali pada
trimester I, sekali trimester II, dan dua kali pada
trimester III. Anemia dalam kehamilan harus diobati
karena perdarahan dalam batas-batas normal dapat
membahayakan penderita yang sudah anemia. Kadar
fibrinogen perlu diperiksa pada perdarahan yang banyak,
kematian janin dalam uterus dan solusio plasenta. Apabila
sebelumnya penderita sudah mengalami perdarahan
postpartum, persalinan harus berlangsung di rumah sakit.
Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum,
kadar Hb, golongan darah dan bila mungkin tersedia donor
darah. Sambil mengawasi persalinan, dipersiapkan
12
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
keperluan untuk infus dan obat-obatan penguat rahim
(uterus tonikum). Setelah ketuban pecah kepala janin
mulai membuka vulva, infus dipasang dan sewaktu bayi
lahir diberikan ampul methergin atau kombinasi 5 satuan
sintosinon (sintometrin intravena) (Mochtar, 1995).
Dalam kala III uterus jangan dipijat dan didorong ke
bawah sebelum plasenta lepas dari dindingnya. Penggunaan
oksitosin sangat penting untuk mencegah perdarahan
postpartum. Sepuluh satuan oksitosin diberikan
intramuskulus segera setelah anak lahir untuk mempercepat
pelepasan plasenta. Sesudah plasenta lahir hendaknya
diberikan 0,2 mg ergometrin intramuskulus. Kadang-kadang
pemberian ergometrin, setelah bahu depan bayi lahir
dengan tekanan pada fundus uteri plasenta dapat
dikeluarkan dengan segera tanpa banyak perdarahan. Namun
salah satu kerugian dari pemberian ergometrin setelah
bahu depan bayi lahir adalah kemungkinan terjadinya
jepitan (trapping) terhadap bayi kedua pada persalinan
gemelli yang tidak diketahui sebelumnya (Wiknjosastro,
2005).
2.9. Komplikasi
Komplikasi perdarahan postpartum primer yang paling berat
yaitu syok. Bila terjadi syok yang berat dan pasien
selamat, dapat terjadi komplikasi lanjutan yaitu anemia
dan infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan
anemia bisa berlangsung berat sampai sepsis. Pada
perdarahan yang disertai oleh pembekuan intravaskuler
13
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
merata dapat terjadi kegagalan fungsi organ-organ seperti
gagal ginjal mendadak (Chalik, 2000).
2.10. Prognosis
Angka kematian ibu mencapai 7,9 % dan angka kematian ibu
mencapai 1,8-4,5% dari kasus yang ada. (Wiknjosastro,
2005)
14
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medical record dll.
2. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu riwayat penyakit jantung,
hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat
pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi
pembuluh darah dll,
a. Alasan dan keluhan pertama masuk Rumah Sakit
Apa yang dirasakan saat itu ditujukan untuk
mengenali tanda atau gajala yng berkaitan dengan
perdarahan post portum misalnya antonio uteri,
retensio plasenta robekan jalan lahir, vagina,
perineum, adanya sisa selaput plsenta dan biasanya
ibu Nampak perdarahan banyak > 500 CC
b. Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu menderita
penyakit yang bisa menyebabkan perdarahan post
portum seperti aspek fisiologis dan psikososialnya.
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan
darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah,
pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah,
letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan
mual.
15
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
c. Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu perah
menderita penyakit yang lain yang menyertai dan bisa
memperburuk keadaan atau mempersulit penyambuhan.
Seperti penyakit diabetus mellitus dan jantung
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah
keluarga pasien ada yang mempunyai riwayat yang
sama. Adanya riwayat keluarga yang pernah atau
sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan
pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan
penyakit menular.
e. Riwayat obstetric
1. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya
siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid,
HPHT
2. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin
yang keberapa, Usia mulai hamil.
3. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu.
4. Riwayat Kehamilan sekarang
f. Pemeriksaan fisik (Dongoes, 2001)
Pemeriksaan tanda-tanda vital
1. Suhu badan, biasanya meningkat sampai 38C
dianggap normal.
2. Nadi, akan meningkat cepat karena nyer
3. Tekanan darah biasanya stabil, memperingan
hipovolemia
4. Pernafasan juga menjadi tidak normal.
16
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
Pemeriksaan fisik lainnya : (Nugroho, 2012)
Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan
darah rendah, denyut nadi cepat, kecil,
ekstremitas dingin serta tampak darah keluar dari
vagina terus-menerus.
g. Pemeriksaan Khusus (Dongoes, 2001)
1. Nyeri/ketidaknyamanan
2. Sistem vaskuler
3. Sistem Reproduksi
4. Traktus urinarius
5. Traktur gastro intestinal
6. Integritas Ego
h. Pemeriksaan obstetric (Nugroho, 2012)
Mungkin kontraksi usus lembek, uterus membesar bila
ada atonia urine. Bila kontraksi uterus baik,
perdarahan mungkin karena luka jalan lahir.
i. Pemeriksaan ginekologi (Nugroho, 2012)
Dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki,
dapat diketahui kontraksi uterus, luka jalan lahir
dan retensi sisa plasenta.
j. Pemeriksaan radiologi (Nugroho, 2012)
Onset perdarahan postpartum biasanya sangat cepat.
Dengan diagnosis dan penanganan yang tepat, resolusi
biasa terjadi sebelum pemeriksaan laboratorium atau
radiologis dapat dilakukan
k.Pemeriksaan Diagnostik (Nugroho, 2012)
1. Golongan darah : Menentukan Rh, golongan ABO dan
pencocokan silang
17
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
2. Jumlah darah lengkap
3. Kultur uterus dan vaginal : Mengesampingkan
infeksi pasca partum
4. Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar
produk fibrin/ produk spilit fibrin (SDP/FSP)
6. Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta
yang tertahan.
3.2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Risiko syok
2. Risiko jatuh
3. Keletihan
3.3. Perencanaan Asuhan Keperawatan
No
.
Diagnosa Tujuan & Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1. Risiko
Syok
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
terhadap pasien
diharapkan
kondisi pasien
kembali stabil
dengan kriteria
hasil :
NOC Label : Vital
Signs
NIC Label :
Shock
Prevention
1. Monitor
intake dan
output
pasien.
2. Monitor suhu
dan
respirasi
pasien.
NIC Label :
Shock
Prevention
1. Untuk
memantau
intake
dan
output
pasien
2. Memant
au suhu
18
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
1. Suhu tubuh
pasien berada
dalam rentang
normal (36,5-
37,5OC) (skala
5)
2. Respiratori
rate pasien
berada dalam
rentang normal
(dewasa : 16-
20 kali/menit)
(skala 5)
3. Tekanan darah
sistol pasien
berada dalam
rentang normal
(dewasa : 100-
120 mmHg)
(skala 5)
4. Tekanan darah
diastol pasien
dalam rentang
normal (dewasa
: <85 mmHg)
(skala 5)
5. Tekanan nadi
pasien berada
3. Monitor
ketakutan,
kecemasan,
dan
perubahan
dalam status
mental
4. Posisikan
pasien pada
posisi
supinasi
dengan kaki
elevasi
5. Pertahankan
jalan napas
6. Berikan
cairan IV
dan/atau
oral
NIC Label :
Bleeding
tubuh dan
pernafasa
n pasien
3. Memant
au
tingkat
kecemasan
dan
perubahan
status
mental
pasien
4. Untuk
kenyamana
n posisi
klien
5. Menjam
in
ventilasi
adekuat
6. Memenu
hi
kebutuhan
cairan
klien
NIC Label :
Bleeding
Reduction
19
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
dalan rentang
normal (dewasa
: 60-100
x/menit)
(skala 5)
NOC Label : Fluid
Balance
1. Turgor kulit
elastis (skala
5)
2. Intake dan
output pasien
seimbang
(skala 5)
3. Membran mucus
pasien lembab
(skala 5)
NOC Label :
Circulation
Status
1. Tekanan vena
sentral pasien
berada dalam
rentang normal
(skala 5)
2. Saturasi
Reduction
1. Memantau
ketat untuk
perdarahan
pasien
2. Memantau
jumlah dan
hakikat
kehilangan
darah pasien
3. Memonitor
status
cairan,
termasuk
intake dan
output
pasien
1. Memantau
keadaan
volume
darah
pasien
2. Untuk
memantau
perubahan
tekanan
darah
pasien
3. Untuk
mengetahu
i cairan
yang
masuk dan
keluar
20
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
oksigen pasien
berada dalam
rentang normal
(skala 5)
3.4. Evaluasi yang diharapkan
1. Risiko Syok
S : -
O :
Suhu tubuh pasien berada dalam rentang
normal (36,5-37,5OC)
Respiratori rate pasien berada dalam
rentang normal
Tekanan darah diastol pasien dalam rentang
normal (dewasa : <85 mmHg)
Tekanan nadi pasien berada dalan rentang
normal (dewasa : 60-100 x/menit)
Turgor kulit elastis
Intake dan output pasien seimbang
Membran mucus pasien lembab
Tekanan vena sentral pasien berada dalam
rentang normal
Saturasi oksigen pasien berada dalam
rentang normal (skala 5)
21
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
BAB 4
KESIMPULAN & SARAN
4.1. Kesimpulan
Hemoragic postpartum adalah perdarahan lebih dari 500cc
yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih
dari 1000 ml setelah persalinan abdominal. Adapun
penyebab terjadinya perdarahan postpartum antara lain :
atonia uteri, luka jalan lahir, retensio plasenta, dan
gangguan pembekuan darah. Perdarahan postpartum ini dapat
diklasifikasikan secara klinis yaitu perdarahan
postpartum primer dan perdarahan postpartum sekunder.
Untuk tindakan pencegahannya tidak saja dilakukan sewaktu
bersalin, namun sudah dimulai sejak wanita hamil dengan
antenatal care yang baik. Pengawasan antenatal memberikan
22
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan secara
dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan
langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya.
Komplikasi perdarahan postpartum primer yang paling berat
yaitu syok.
4.2. Saran
Untuk mahasiswa :
Diharapkan mahasiswa mampu menambah pengetahuan dan dapat
memahami mengenai konsep dasar dari penyakit pada
komplikasi persalinan dan nifas dan konsep asuhan
keperawatan dari penyakit Hemoragic Postpartum ini.
Mahasiwa juga dapat menjelaskan kepada masyarakat umum
mengenai pengertian, tanda dan gejala, klasifikasi,
manifestasi, penanganan dan komplikasi dari penyakit
Hemoragic Postpartum ini.
DAFTAR PUSTAKA
23
Asuhan Keperawatan pada Komplikasi Persalinan dan Nifas SGD 3 PSIK A Angkatan
2011
Chalik TMH. (2000). Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
Widya Medika, 1997.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC,
Wenstrom KD. Uterine Leiomvomas. (2005). In : William
Obstetrics 22nd edition. Mc Graw-Hill. NewYork.
Dongoes, Marilynn E. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC :
Jakarta.
Faisal. (2008). Pendarahan Pasca Persalinan. Diakses : 12 Maret
2014, dari : http://www.scribd.com/doc/8649214/
PENDARAHAN-PASCA-PERSALINAN.
Mansjoer, A. (2002). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius :
Jakarta.
Manuaba. (2003). Kepanitraan Klinik Obsetri & Ginekologi. Jakarta : EGC.
Mochtar, R. (1995). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri patologi.
Jakarta : EGC
Nugroho, T. (2012). Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Saifuddin, AB. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Sheris, J. (2002). Out Look : Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Edisi
Khusus. PATH. Seattle.
Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. Jakarta : EGC
Winkjosastro H, Hanada. (2005). Perdarahan Pasca persalinan.
Diakses : 12 Maret 2014 dari :
http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklobpt12.
html [update : 1 Februari 2005].
24
Top Related