1
1. Mengapa perlu mempelajari dan mengembangkan konsep
management accounting dan Sistem Pengendalian
Manajemen.
Akuntansi manajemen adalah suatu proses
pengidentifikasian, pengukuran,pengakumulasian,
penganalisaan, penyiapan, penginterpretasian, dan
pengkomunikasian informasi financial yang digunakan
manajemen untuk perencanaan, evaluasi, dan pengendalian
organisasi serta untuk menjamin bahwa sumber daya
digunakan secara tepat dan akuntabel.
Chartered Institute of Management Accountants (CIMA)
mendefinisikan akuntansi manajemen sebagai suatu bagian
integral dari manajemen yang terkait dengan
pengidentifikasian, penyajian, dan penginterpretasian
yang digunakan untuk :
Perumusan Strategi.
Perencanaan dan pengendalian aktivitas.
Pengambilan keputusan.
Pengoptimalan penggunaan sumber daya.
Pengungkapan (disclosure) kepada shareholders dan
pihak luar organisasi.
Pengungkapan kepada karyawan.
Perlindungan aset.
Akuntansi Manajemen berperan dalam pemberian
informasi historis dan prospektif untuk memfasilitasi
perencanaan, sedangkan perencanaan merupakan suatu
2
proses untuk mencapai sasaran organisasi. Oleh karena
itu perencanaan organisasi sangat penting dilakukan
untuk mengantisipasi keadaan dimasa yang akan datang.
Fungsi utama informasi akuntansi pada dasarnya
adalah pengendalian karena informasi yang diberikan
bersifat kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam
bentuk ukuran finansial, sehingga memungkinkan untuk
dilakukan pengintegrasian informasi dari tiap-tiap unit
organisasi yang pada akhirnya membentuk gambaran kerja
secara keseluruhan.
Informasi akuntansi memungkinkan bagi organisasi
untuk mengintegrasikan aktivitas organisasi secara
menyeluruh. Dalam memahami akuntansi sebagai alat
pengendalian perlu dibedakan penggunaan informasi
sebagai alat pengendalian keuangan dengan akuntansi
sebagai alat pengendalian organisasi. Pengendalian
keuangan terkait dengan peraturan atau sistem aliran
uang dalam organisasi, khususnya memastikan bahwa
organisasi memilik likuiditas dan solvabilitas yang
cukup baik. Pengendalian organisasi terkait
pengintegrasian aktifitas fungsional ke dalam sistem
organisasi secara keseluruhan. Pengendalian organisasi
diperlukan untuk menjamin bahwa organisasi
tidak menyimpang dari tujuan dan strategi organisasi
yang telah ditetapkan.
Dari perspektif manajemen melalui konsep
keunggulan bersaing disebutkan bahwa perusahaan
dikatakan unggul ketika mampu mendapatkan atau
3
mengembangkan atribut termasuk “sumber daya”. Dalam
konsep rantai nilai, perusahaan dituntut mampu
menentukan biaya dan mempengaruhi keuntungan perusahaan
dengan memberikan harga pada produk perusahaan.
Management accounting memanfaatkan informasi
akuntansi perusahaan akibat dari kegiatan operasi
perusahaan yang kemudian di olah untuk kepentingan
manajemen dalam menentukan strategi memenangkan
kompetisi.
Selanjutnya system pengendalian manajemen
berfungsi untuk memastikan srategi dan perencanaan
perusahaan berjalan sebagaimana mestinya melalui
harmonisasi sub system yang ada termasuk sub system
informasi akuntansi manajemen.
2. Topik Pilihan : Creating Shared Value (CSV).
Ketika kini persoalan ekonomi, sosial, dan
lingkungan merajalela di masyarakat, maka bisnis tak
bisa cuci tangan menganggap semua persoalan itu adalah
tanggung jawab pemerintah atau LSM. Bisnis haruslah
menempatkannya di jantung operasinya: menjadi core
activity-nya, bukan sekedar lipstik berkedok corporate
responsibility.
Creating Shared Value (CSV) adalah sebuah konsep yang
mengharuskan perusahaan memainkan peran ganda
menciptakan nilai ekonomi (economic value) dan nilai
4
sosial (social value) secara bersama-sama (shared), tanpa
salah satu diutamakan atau dikesampingkan. Memberikan
solusi terhadap persoalan-persoalan ekonomi, sosial,
dan lingkungan bukanlah pekerjaan sampingan, tapi
haruslah embedded di dalam jantung strategi perusahaan.
Bukan sekedar lipstik.
CSV bukanlah CSR (corporate social responsibility). Praktek
yang umum berlangsung hingga saat ini, CSR diarahkan
untuk menciptakan citra dan reputasi perusahaan agar
kinclong bersinar. Celakanya, banyak perusahaan-
perusahaan yang sesungguhnya tidak kinclong dipoles
sedemikian rupa hingga terlihat kinclong. Banyak
perusahaan-perusahaan yang merusak lingkungan, merusak
kesehatan masyarakat, atau menjadi biang persoalan
sosial, menutupinya dengan kedok corporate
responsibility,philantrophy, atau sustainability.
CSV sebaliknya, dilaksanakan dengan niatan mulia
untuk memecahkan persoalan-persoalan sosial yang
5
selaras dengan upaya untuk menghasilkan profit. Kata
Porter, “companies can create economic value by creating societal
value”. Jadi penyelesaian persoalan sosial tidak
ditempatkan sebagai aktivitas sampingan, tapi
dilaksanakan sepenuh hati sebagai bagian dari misi dan
eksistensi perusahaan.
Praktek CSR yang selama ini masih banyak terjadi
adalah, perusahaan menyisihkan sebagian kecil dari
profitnya (2-5%) untuk membantu bencana gempa atau
banjir, memberdayakan UKM (di BUMN melalui Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan: PKBL), atau
menyelenggarakan beragam award di bidang sosial-
kemasyarakatan yang menyentuh kalbu.
Bisnis di Indonesia harus mulai berbuat baik (“do
good”) dan menebar kebaikan (“spreading goodness”). Berbuat
baik bukan hasil dari polesan dan kepura-puraan; tapi
yang betul-betul authentic dan muncul dari nurani yang
paling dalam. Itu artinya… bisnis di Indonesia harus
mulai meredefinisi aktivitas CSR menjadi CSV.
3. Grand Theory yang cocok digunakan untuk penelitian
dengan topik Creating Shared Value (CSV).
a. Stakholder Theory
Kalau Shareholder Primacy mengutamakan pemegang
saham atau pemilik modal dalam seluruh tata kelola
organisasi korporasi (perseroan terbatas),
6
Stakeholder Theory atau Teori Pemangku Kepentingan
menyatakan bahwa dalam tata kelola organisasi
(korporasi), direksi atau pengelola harus
memerhatikan pihak-pihak atau kelompok-kelompok
yang lebih luas daripada pemegang saham atau
pemilik modal. Dalam teori ini, organisasi
(korporasi) hadir bukan saja untuk pemegang saham,
melainkan untuk semua pemangku kepentingan, yaitu
pihak-pihak yang memengaruhi atau dipengaruhi oleh
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi,
sasaran-sararan dan keputusan-keputusan yang dibuat
atau akan dibuat oleh organisasi.
Meskipun demikian, dengan teori ini tidak perlu
diartikan bahwa pemangku kepentingan harus memiliki
hubungan struktural dengan organisasi. R. Edward
Freeman, Jeffrey S. Harrison, Andrew C. Wicks,
Bidhan L. Parmar dan Simone De Colle (2010)
menjelaskan:
“Stakeholder Theory” does not mean that representatives of
these groups must sit on governing boards of the firm nor does it
mean that shareholders … have no rights. It does imply that the
interests of these groups are joint and that to create value, one must
focus on how value gets created for each and every stakeholder.”
Stakeholder Theory lahir sebagai jalan alternatif
terhadap aliran utamanya, yaitu Shareholder Primacy
sebagaimana yang diuraikan di atas, yang oleh
sebagian pihak disebut juga sebagai Shareholder
Capitalism. Teori ini dikembangkan dari konsep
7
pemangku kepentingan yang pertama kali digunakan
dalam literatur manajemen pada sebuah memorandum
internal di Stanford Research Institute[iv], Tahun
1963. Konsep pemangku kepentingan ini berkembang
dan diterima luas dalam diskursus-diskursus di
bidang manajemen strategis, tata kelola perusahaan,
tujuan-tujuan usaha dan tanggung jawab sosial
korporasi, setelah dibahas sebagai sebuah teori
oleh R. Edward Freeman dalam Strategic Management: A
Stakeholder Approach (The Pitman Publishing, 1984).
Perkembangan Stakeholder Theory ini dalam
kenyataannya telah menggugah mainstream-nya, yaitu
Shareholder Primacy -- pengembangan kekayaan pemegang
saham secara maksimal -- yang telah dianut oleh
hukum korporasi banyak Negara, termasuk hukum
korporasi Indonesia. Seperti telah disinggung
terdahulu, hukum korporasi Indonesia telah mengatur
dan menaikkan tanggung jawab sosial dan lingkungan
ke tingkat kewajiban hukum, bukan lagi sekedar
kewajiban moral (ethical business). Pasal 74 Undang-
undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas menyatakan bahwa perseroan yang
menjalankan usahanya di bidang atau yang berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan. Selain itu, Pasal 15
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pananaman
Modal menyatakan bahwa setiap penanam modal
berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial
8
perusahaan dan menghormati tradisi budaya
masyarakat sekitar lokasi kegiatan penanaman modal.
Kewajiban untuk memerhatikan pemangku kepentingan
juga lahir dari ketentuan-ketentuan hukum di
bidang-bidang yang lain, seperti ketentuan-
ketentuan ketenagakerjaan, usaha mikro, kecil dan
menengah, perlindungan konsumen, persaingan usaha
yang sehat dan seterusnya.
Atas perkembangan tersebut, di pihak masyarakat
pun telah berkembang suatu kesadaran yang luar
biasa besar untuk menuntut pemenuhan hak-hak
pemangku kepentingan dari organisasi atau korporasi
terkait. Namun persoalannya terletak pada
ketidakakurasian identifikasi diri sebagai pemangku
kepentingan serta hak-hak yang relevan yang dapat
dimiliki oleh pemangku kepentingan. Untuk maksud
ini, setiap orang, kelompok, organisasi dan
masyarakat harus belajar mengenal organisasi secara
lebih baik agar dapat menentukan kedudukan masing-
masing sebagai pemangku kepentingan terhadap
organisasi atau korporasi terkait. Dengan demikian,
diharapkan agar tuntutan yang diusahakan
pemenuhannya bisa lebih beralasan atau mempunyai
dasar kerena memiliki legitimasi hukum maupun
sosial.
b. Keunggulan kompetitif (Competitive Advantage),
9
terjadi ketika organisasi memperoleh atau
mengembangkan sebuah atribut atau kombinasi atribut
yang memungkinkan untuk mengungguli pesaingnya.
Atribut ini dapat mencakup akses ke sumber daya
alam , seperti bijih kelas tinggi atau kekuasaan
murah, atau akses ke sumber daya manusia yang
sangat terlatih dan tenaga terampil. Teknologi baru
seperti robotika dan teknologi informasi dapat
memberikan keunggulan kompetitif, baik sebagai
bagian dari produk itu sendiri, sebagai keuntungan
untuk pembuatan produk, atau
sebagai kompetitif bantuan dalam proses bisnis
(misalnya, identifikasi yang lebih baik dan
pemahaman pelanggan).
Michael Porter mendefinisikan dua jenis
keunggulan kompetitif suatu organisasi dapat
mencapai relatif terhadap para pesaingnya: biaya
yang lebih rendah atau diferensiasi . Keuntungan
ini berasal dari atribut (s) yang memungkinkan
organisasi untuk mengungguli kompetisi, seperti
posisi unggul pasar, keterampilan, atau sumber
daya. Dalam pandangan Porter, manajemen strategis
harus peduli dengan membangun dan mempertahankan
keunggulan kompetitif.1
Keunggulan kompetitif berusaha untuk mengatasi
beberapa kritik dari keunggulan
komparatif . Porter mengajukan teori pada tahun
1 Porter, Michael E. (1985). Keunggulan Kompetitif . Free Press. ISBN 0-684-84146-0 .
10
1985. Porter menekankan pertumbuhan produktivitas
sebagai fokus strategi nasional. Keunggulan
kompetitif terletak pada gagasan bahwa tenaga kerja
murah adalah di mana-mana sumber daya alam dan
tidak diperlukan untuk ekonomi yang baik. Teori
lain, keunggulan komparatif, dapat menyebabkan
negara-negara untuk mengkhususkan diri dalam
mengekspor barang-barang primer dan bahan
baku bahwa negara-negara perangkap di negara-upah
rendah karena hal perdagangan. Keunggulan
kompetitif mencoba untuk mengoreksi masalah ini
dengan menekankan memaksimalkan skala ekonomi
barang dan jasa yang mengumspulkan harga premium
(Stutz dan Warf 2009). 2
Istilah keunggulan kompetitif adalah kemampuan
yang diperoleh melalui atribut dan sumber daya
untuk tampil di tingkat yang lebih tinggi daripada
yang lain dalam industri yang sama atau pasar
(Christensen dan Fahey 1984, Kay 1994, Porter 1980
dikutip oleh Chacarbaghi dan Lynch 1999, hal.
45). 3 Studi tentang keuntungan tersebut telah
menarik minat penelitian mendalam karena isu-isu
kontemporer mengenai tingkat kinerja yang unggul
dari perusahaan dalam kondisi pasar yang kompetitif
saat ini. "Sebuah perusahaan dikatakan memiliki
2 Warf, Frederick P. Stutz, Barney (2007) Perekonomian dunia. sumber daya, lokasi, perdagangan dan pembangunan (5 ed ed.).. Upper Saddle River:. Pearson ISBN 0132436892 .3 Chacarbaghi; Lynch (1999), Competitive Advantage: Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul oleh Michael E. Porter 1980, p. 45
11
keunggulan kompetitif ketika menerapkan nilai
menciptakan strategi tidak bersamaan dilaksanakan
oleh setiap pemain saat ini atau potensial" (Barney
1991 dikutip oleh Clulow et al.2003, hal. 221).4
Berhasil dilaksanakan Strategi akan mengangkat
sebuah perusahaan untuk kinerja yang unggul dengan
memfasilitasi perusahaan dengan keunggulan
kompetitif untuk mengungguli pemain saat ini atau
potensial (Passemard dan Calantone 2000, hal.
18).5 Untuk mendapatkan keunggulan kompetitif
strategi bisnis dari suatu perusahaan memanipulasi
berbagai sumber atas yang memiliki kontrol langsung
dan sumber daya ini memiliki kemampuan untuk
menghasilkan keunggulan kompetitif (Reed dan
Fillippi 1990 dikutip oleh Rijamampianina 2003,
hal. 362). 6[ hasil kinerja yang unggul dan
keunggulan sumber daya produksi mencerminkan
keunggulan kompetitif (Day dan Wesley 1988 dikutip
oleh Lau 2002, hal. 125).7
4 ^ Clulow, Val; Gerstman, Julie; Barry, Carol (1 Januari 2003). "The berbasis sumber daya pandangan dan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan: kasus perusahaan jasa keuangan" Journal of Pelatihan Industri Eropa 27 (5):.. 220-232 doi : 10,1108 / 03090590310469605 5 ^ Passemard; Calantone (2000), Competitive Advantage: Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul oleh Michael E. Porter 1980, p. 186 ^ Rijamampianina; Rasoava, Abratt, Russell, Februari, Yumiko (2003). "Sebuah kerangka kerja untuk diversifikasi konsentris melalui keunggulan kompetitif yang berkelanjutan" Manajemen Keputusan 41 (4):.. 362 doi : 10,1108 / 00251740310468031.7 ^ Lau, Ronald S (1 Januari 2002). "Faktor-faktor kompetitif dan kepentingan relatif mereka di AS elektronik dan komputer industri" International Journal of Operations & Manajemen
12
c. Rantai Nilai (Value Chain)
Sebuah rantai nilai adalah rantai kegiatan yang
perusahaan yang beroperasi di industri tertentu
melakukan dalam rangka untuk memberikan berharga
produk atau jasa untuk pasar . Konsep ini berasal
dari manajemen bisnis dan pertama kali dijelaskan
dan dipopulerkan oleh Michael Porter dalam bukunya
1985 best seller, Competitive Advantage :. Menciptakan dan
Mempertahankan Kinerja Unggul 8
Ide rantai nilai didasarkan pada pandangan
proses organisasi, ide melihat organisasi
manufaktur (atau jasa) sebagai suatu sistem,
terdiri dari subsistem masing-masing dengan input,
proses transformasi dan output. Input, proses
transformasi, dan output melibatkan akuisisi dan
konsumsi sumber daya - uang, tenaga kerja, bahan,
peralatan, bangunan, tanah, administrasi dan
manajemen. Bagaimana kegiatan rantai nilai yang
dilakukan menentukan biaya dan mempengaruhi
keuntungan.
Konsep rantai nilai sebagai alat pendukung
keputusan, ditambahkan ke strategi paradigma
kompetitif yang dikembangkan oleh Porter sedini
1979. Dalam rantai nilai Porter, Inbound Logistik,
Operasi, Outbound Logistics, Pemasaran dan
Penjualan dan layanan dikategorikan sebagai
8 ^ Porter, Michael E. (1985). Keunggulan Kompetitif: Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul . New York .: Simon dan Schuster. Diperoleh 9 September 2013.
13
kegiatan utama. Kegiatan sekunder meliputi
Pengadaan, manajemen SDM, Pengembangan Teknologi
dan Infrastruktur ( Porter 1985 )
Menurut OECD Sekretaris Jenderal ( Gurria
2012 ) munculnya rantai nilai global (GVCs) di
akhir 1990-an yang disediakan katalis untuk
mempercepat perubahan lanskap investasi dan
perdagangan internasional, dengan besar, jauh
konsekuensi pada pemerintah serta perusahaan
( Gurria 2012 ).
Tingkat yang tepat untuk membangun rantai nilai
adalah unit usaha , bukan tingkat
divisi atau perusahaan . Produk melewati kegiatan
rantai dalam rangka, dan pada setiap kegiatan
produk keuntungan beberapa nilai. Rantai kegiatan
memberikan produk bernilai tambah lebih daripada
jumlah nilai tambah dari semua kegiatan.
4. Benefit mengadopsi topik Creating Shared Value (CSV) baik
Financial maupun Non Financial oleh Perusahaan di
Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan tanggung jawab bagi semua
pihak, maka perlu diciptakan manfaat bersama atau
creating shared value (CSV) sehingga tanggung jawab bersama
dapat terbentuk. Menurut Porter & Kramer (2011), CSV
merupakan kebijakan dan proses teknis operasional yang
meningkatkan nilai-nilai kompetitif perusahaan dan
14
secara bersamaan memajukan kondisi sosial dan ekonomi.
Namun, agar tanggung jawab tersebut terjadi secara
efektif dan efisien, maka CSV haruslah diciptakan di
setiap tahap rantai bisnis. Misalnya, dalam perusahaan
yang bergerak di bidang pangan dan nutrisi, CSV berada
pada tiga komponen utama, yaitu: (1) pertanian dan
pembangunan berkelanjutan, (2) lingkungan manufaktur
dan sumber daya manusianya (SDM), serta (3) produk dan
konsumen. Dengan konsep ini, baik perusahaan maupun
masyarakat akan mendapatkan manfaat yang sinergis.
Sehingga saangat jelas sekali jika konsep CSV ini
dapat di eksplorasi lebih dalam lagi secara empiris
maka akan dapat memberikan kontribusi yang signifikan
dalam praktik bisnis yang makin baik dikemudian hari.
Secara praktis salah satunya adalah kontribusi yang
diharapkan bagi para pembuat kebijakan agar dapat
membuat peraturan berdasarkan kajian empiris terkait
implementasi konsep CSV di Indonesia sebagai bagian
dari evolusi implementasi konsep CSR yang telah hadir
sebelumnya.
Karena CSV merupakan sebuah kebijakan maka benefit
yang dirasakan oleh perusahaan di Indonesia dilihat
dari strategic level jika melaksanakan konsep ini
adalah dapat meningkatkan nilai-nilai kompetitif
perusahaan dan secara bersamaan memajukan kondisi
sosial dan ekonomi secara berkelanjutan. CSV mengakui
trade-off antara profitabilitas jangka pendek dan
tujuan sosial atau lingkungan, tetapi lebih memfokuskan
15
pada peluang untuk keunggulan kompetitif dari membangun
proposisi nilai sosial ke dalam strategi perusahaan.
Dari sinilah benefit secara strategic didapatkan.
Sedangkan dari sisi manajemen level dan
operational level CSV adalah proses teknis operasional
maka penguatan pada setiap rantai manajemen dan
operational akan memperbaiki kinerja manajemen dan daya
saing perusahaan. Namun, agar tanggung jawab tersebut
terjadi secara efektif dan efisien, maka CSV haruslah
diciptakan di setiap tahap rantai bisnis.
Perusahaan dapat mewujudkan atau menciptakan
shared value (CSV) dengan 3 cara:
1) Perusahaan perlu meredefinisi pasar dan produk.
Apakah produk benar-benar diperlukan oleh pasar dan
apakah produk kita tersebut benar-benar bernilai
untuk pasar yang kita tuju, atau apakah produk kita
ini bermanfaat serta bisa diakses oleh sebanyak-
banyaknya konsumen.
2) Redefinisi Produktifitas sepanjang value chain.
Apakah usaha yang kita jalankan benar-benar
bermanfaat untuk produktivitas dari value chain
perusahaan? Karena value chain perusahaan pasti
dipengaruhi baik langsung maupun tidak langsung oleh
lingkungannya, misalnya: isu sosial, lingkungan,
kesehatan karyawan dan lain-lain. Seharusnya
terdapat kesamaan tujuan antara produktifitas value
chain perusahaan dan perkembangan lingkungan
sekitarnya. Sinergi akan terjadi manakala perusahaan
16
melakukan pendekatan sosial dari perspektif shared
value & menciptakan cara-cara baru dalam menjalankan
usahanya untuk mengakomodir isu-isu sosial tersebut.
Porter dan Kramer menyatakan ada beberapa komponen
value chain yang dapat di improve, misalnya
logistic, pemanfaatan sumber daya atau pengadaan
(procurement). Hal ini dilakukan Nestle, salah satu
produsen kopi instan, dengan aktif membantu petani
kopi yang menjadi pemasoknya untuk meningkatkan
kualitas produk. Unilever juga melakukan hal ini,
dengan cara membina petani kedelai hitam yang
memberikan kelasngusngan pasokan untuk produk kecap
bango.
3) Mengembangkan Klaster Industri Pendukung di sekitar
lokasi Perusahaan. Produktivitas & inovasi dari
suatu perusahaan bergantung juga kepada tempat
dimana perusahaan tersebut berada, suppliernya,
penyedia jasa, dan lokasi infrastruktur
logistiknya.Vendor untuk mendukung operasi
perusahaan besar bisa diperoleh dari pengembangan
industri disekitar perusahaan. PT Badak NGL misalnya
melakukan program Local Business Development, dengan
memberdayakan pedagang lokal dalam memenuhi
kebutuhan. Tentunya diperlukan pembinaan dan
pendampingan sehingga kualitas layanan yang
diperlukan bisa kompetetif dengan vendor luar.
17
5. How to sustain shared value and engage civil society to
achieve public goals?
Untuk mempertahankan nilai bersama dan melibatkan
masyarakat sipil untuk mencapai tujuan umum maka perlu
dipahami beberapa hal utama selain konsep nilai
bersama, antara lain tentang partisipasi masyarakat
sipil.
Secara umum partisipasi dapat diartikan sebagian
“pengikutsertaan” atau pengambil bagian dalam kegiatan
bersama. Ada 2 (dua) jenis definisi partisipasi
yang beredar di masyarakat, yaitu:
1) Partisipasi rakyat dalam pembangunan
sebagai dukungan masyarakat terhadap
rencana/proyek pembangunan yang dirancang dan
ditentukan tujuan oleh perencana. Ukuran tinggi
rendahnya partisipasi masyarakat dalam defenisi
ini pun diukur dengan kemauan masyarakat ikut
menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang
maupun tenaga dalam melaksanakan pembangunan.
2) Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan
kerja sama erat antara perencana dan masyarakat
dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan
mengembangkan hasil pembangunan yang telah
dicapai. Ukuran tinggi dan rendahnya partisipasi
masyarakat dalam pembangunan tidak hanya
diukur dengan kemauan masyarakat untuk menanggung
biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya
18
hak masyarakat untuk ikut menentukan arah dan
tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah
mereka. Ukuran lain yang dapat digunakan adalah
ada tidaknya kemauan masyarakat untuk secara
mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil
proyek itu.
Dikaitkan dengan pelaksanaan pembangunan, maka
pengertian partisipasi setidak-tidaknya mengandung
tiga pokok pikiran,yaitu:
1) Titik berat partisipasi adalah keterlibatan
dari mental dan emosional, kehadiran secara
fisik semata-mata dalam suatu kelompok. Tanpa
keterlibatan tersebut bukanlah merupakan
partisipasi.
2) Kesediaan memberikan kontribusi. Wujud
kontribusi dalam pembangunan dapat bermacam-macam,
misalnya: barang, uang, jasa, bahan-bahan, sebuah
pikiran, ketrampilan dan sebagainya.
3) Kebersediaan untuk bertanggung jawab sepenuh hati.
Suksesnya partisipasi langsung berhubungan dengan
syarat-syarat tertentu. Kondisi seperti itu terjadi
pada partisipasi yang ada dalam lingkungannya.
Perkerjaan partisipasi lebih baik situasinya dari pada
lainnya. Syarat-syarat tersebut yaitu:
1) Diperlukan banyak waktu untuk berpartisipasi
sebelum bertindak. Partisipasi tidak akan terjadi
dalam keadaan mendadak.
2) Biaya partisipasi tidak boleh melebihi nilai-nilai
19
ekonomi dan sebagainya.
3) Subjek partisipasi harus relevan dengan
organisasi, partisipasi sesuatu yang akan
menarik perhatian partisipasi atau akan
dianggapnya sebagai perkerjaan yang sibuk.
4) Partisipasi harus mempunyai kemampuan, kecerdasan
dan pengetahuan untuk berpartisipasi secara
efektif.
5) Partisipasi harus mampu berkomunikasi untuk
saling bertukar gagasan.
6) Tidak seorangpun akan merasakan bahwa
posisinya diancam dengan partisipasi;
partisipasi untuk memutuskan arah
tindakan pada seluruh organisasi hanya dapat
menempati lingkungan kebebasan kerja kelompok.
Dengan demikian konsepsi partisipasi
dalam pembangunan memiliki perspektif yang sangat
luas. Seorang dikatakan telah berpartisipasi apabila ia
telah terlibat secara utuh dalam proses
pelaksanaan pembangunan baik secara pisik maupun
mental. Keterlibatan individu dapat
dimanifiestasikan dalam berbagai bentuk kontribusi.
Tingkat partisipasi yang tinggi akan memunculkan
kemandirian masyarakat baik dalam bidang ekonomi,
politik, sosial budaya, yang secara betahap akan
menimbulkan jati diri, harkat dan martabat masyarakat
secara maksimal. Partisipasi sendiri diterapkan dalam
tiga sektor:
20
1) Sektor ekonomi fokusnya adalah mekanisme pasar
2) Sektor politik fokusnya adalah pengembangan
demokrasi
3) Sektor sosial dan budaya fokusnya adalah
partisipasi sosial.
Tujuan umum dalam konteks Negara adalah
sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Imndonesia 1945 yaitu
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan turut serta menciptakan perdamaian dunia.
Konsep CSV sebenarnya sudah jauh termaktub dalam dasar
Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila, akan tetapi
butuh strategi dan komitmen bersama untuk dapat
mengapliaksikan konsep CSV berkesesuaian dengan nilai –
nilai yang tercantum dalam Pancasila.
6. What are the roles of Universities to sustain the
effective collaboration among stakeholders?
Untuk mempertahankan kerjasama yang efektif antara
para pemangku kepentingan, Universitas sebagai
institusi akademik sesuai dengan kewajibannya yang
tercantum dalam Tridarma Perguruan Tinggi yaitu
Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada
masyarakat maka Universitas dapat memaksimalkan peran
tridarma tersebut. Melakukan aktivitas pendidikan
dengan mempersiapkan sumberdaya manusia yang mampu
21
mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberikan solusi
atas permasalahan yang ada yang sebelumnya ditemukan
melalui proses penelitian. Hasil dari proses
pendidikan dan penelitian tersebutlah yang
diaplikasikan kepada seluruh pemangku kepentingan
sebagai bentuk pengabdian perguruan tinggi kepada
masyarakat sebagai sebuah kewajiban.
Jaringan (networking) adalah upaya positif membangun
persahabatan dan kerjasama sehingga menghasilkan
program-program pengembangan.
Kerjasama adalah alat untuk mengembangkan dan
meningkatkan daya saing perguruan tinggi sekaligus
menguatkan pencitraan dan mutu perguruan tinggi
sehingga semakin dikenal dan dipercaya oleh masyarakat.
Kerjasama bertujuan untuk meningkatkan kinerja
pendidikan tinggi (Pasal 3 Permendiknas No. 26 tahun
2007).
Perguruan tinggi BERMUTU (memiliki standar
internasional yang unggul) ketika berada pada jejaring
kerjasama (Henry M. Levin).
Untuk beberapa hal tersebut perlu diperhatikan
beberapa Pilar peningkatan kerjasama PT (Perguruan
Tinggi) antara lain,
• harus dapat memberikan kepuasan atas semua jasa dan
layanan yang diberikan kepada stakeholder, dengan
bersama-sama meningkatkan MUTU LEMBAGA
22
• PT hendaknya bersifat VISIONER dengan memperhatikan
potensi-potensi yang dimilikinya sehingga dapat
bersaing secara lokal, nasional, dan internasional
• Semua civitas akademika PT agar memiliki KOMITMEN,
sense of belonging dan tanggungjawab positif terhadap PT
• Semua unsur pengelola PT agar memiliki jiwa
kepemimpinan yang siap DIPIMPIN dan siap MEMIMPIN,
berintegritas tinggi, pemersatu, dan bervisi
pemberdayaan
• Keberadaan SDM bermutu sangat dibutuhkan. Pengembangan
mutu SDM agar bermutu dilakukan secara sistematik, dan
berkelanjutan
• Perencanaan dan pengendalian dalam upaya peningkatan
mutu diperhatikan dengan sungguh-sungguh
• Memperhatikan keberagaman agar menjadi kekuatan yang
sinergis, menghindari pengkotak-kotakan yang inklusif
• Semua komponen dalam sistem, dipahami sebagai
keterpaduan, tidak dilakukan secara parsial
• Menggerakkan semua unsur terkait dan dikoordinasikan
secara maksimal
• Mengembangkan semangat kerjasama yang sinergis,
menyelesaikan permasalahan berdasarkan prinsip WIN-WIN
SOLUTION dan TRANSPARANSI
7. Peranan management accounting dengan topic CSV?
23
Management accounting dihadapkan dengan
permasalahan beberapa kepentingan. Dalam teori
pemangku kepentingan perusahaan merupakan fokus utama
management accounting dalam menyediakan informasi
sebagai bahan keputusan manajemen dalam merencakan
strategy perusahaan dalam rangka memenangkan persaingan
dan keberlanjutan perusahaan. Akan tetapi disisi lain,
masyarakat sebagai pemangku kepentingan lain dari sisi
sosial juga berkepentingan terhadap dampak operasi
perusahaan. Oleh karena itu konsep CSV merupakan
sarana yang tepat (paling tidak untuk saat ini) untuk
mengakomodir beberapa kepentingan tersebut, dimana
perusahaan dapat menciptakan kentungan perusahaan pada
saat bersamaan juga memperhatikan benefit yang didapat
masyarakat dari sisi sosialnya.
Untuk mencapai dua tujuan utama dari konsep CSV
maka akuntan manajemen dituntut dapat serta piawai
mengolah dan menyediakan informasi akuntansi yang
berkualitas berkenaan dengan operasi perusahaan
terutama aktivitas perusahaan yang bernilai yang dapat
menaikkan nilai perusahaan dari sisi operasional maupun
strategy bersaing yang lebih kompetitif serta
kontribusi dari masing-masing aktivitas yang ada dalam
perusahaan dalam bentuk laporan akuntansi manajemen
yang terintegrasi.
8. Data yang cocok digunakan dalam penelitian dengan topik
Creating Shared Value (CSV).
24
Dari beberapa penelitian yang diambil sebagai
sampel (4 Jurnal dan 1 Disertasi) maka diperoleh
gambaran sebagai berikut:
Kebanyakan penelitian di bidang CSV adalah
bersifat kualitatif deskriptif eksplorasi maupun
eksplanatory. Kebanyakan data yang dipergunakan
merupakan data primer dari hasil wawancara terstruktur
ataupun semi-terstruktur dengan pengkategorian
tertentu. Data sekunder juga dipergunakan berupa
laporan CSV yang ada pada umumnya maupun kajian
literatur yang telah ada sebelumnya.
Dikarenakan CSV merupakan bentuk pergeseran dari
konsep CSR yang jauh lebih dulu ada maka dari sisi
regulasi belum banyak guidence atau peraturan yang
mewajibkan implementasi konsep CSV sehingga hanya
beberapa perusahaan dengan kategori besar yang
menerbitkan laporan CSV (antara lain Netsle Corp.).
laporan CSV yang sudah ada merupakan sumber data
sekunder yang dapat diperoleh oleh peneliti, sedangkan
sisanya adalah data primer yang diolah dari hasil
survey dalam bentuk kuisioner yang dapat dikumpulkan
oleh peneliti.
9. Apa guidelines atau peraturan yang mengatur tentang
Creating Shared Value (CSV).
25
Hingga saat ini selain panduan dan peraturan
tentang CSR belum ada panduan baku dan peraturan
tentang Creating Shared Value (CSV), terutama di Indonesia.
Akan tetapi FSG sebagai sebuah lembaga konsultan
nonprofit yang khusus pada bidang strategi, evaluasi
dan penelitian mengeluarkan sebuah panduan untuk
aplikasi CSV, yaitu “Creating Shared Value: A How-to Guide for the
New Corporate (R)evolution”.
10. Critical Review
a. Jurnal #1
Judul :
Social entrepreneurs as the paragons of shared value creation? A critical
perspective
Pengarang : Michael Pirson (2012)Penerbit : Social Enterprise Journal Vol. 8 No. 1, pp. 31-
48Model Riset dan Pengukuran yang digunakan :
Metode penelitiannya adalah Kualitatif dengan menganalisis
secara kritis jalur penciptaan bersama-nilai dalam tiga
usaha sosial terkemuka menggunakan perspektif silsilah
dengan studi kasus pada 3 perusahaan terkemuka.Variabel, sampel dan unit analisis serta metode analisis :
Sampelnya adalah Perusahaan GrameenPhone, bracNet, dan
GrameenDanone dan yang menjadi unit analisisnya adalah CSV
ketiga perusahaan tersebut. Metode analisisnya ialah
deskriptiv kualitatif.Pengukuran yang digunakan :
26
Pendekatan silsilah membantu meneliti susunan struktur
organisasi dan memungkinkan untuk mengevaluasi faktor-faktor
kunci keberhasilan strategis keberlanjutan organisasi.
Sosiolog organisasi telah lama dianggap sebagai efek dari
transfer sumber daya dan rutinitas dari lama ke organisasi
baru.
Saya akan fokus pada tiga transfer Asal-kelanjutan dan
memeriksa mutasi dalam strategi dan struktur yang
berhubungan dengan proses penciptaan nilai-bersama Grameen
Phone, bracNet, dan Grameen Danone.Temuan dan Ringkasan Diskusi :
Hal yang ditemukan bahwa sangat inovatif menciptakan nilai
bersama- usaha memilih keluar dari, strategi penciptaan
bersama-nilai keseimbangan berorientasi dan mencakup baik
keuangan maupun sosial-nilai keutamaan strategi dari waktu
ke waktu. Temuan-temuan sehingga mempertanyakan kekuatan
nilai bersama penciptaan gagasan bila dilihat sebagai
orientasi keseimbangan.Keterbatasan dan Penelitian Selanjutnya :
Hasil penelitian ini dinatakan mematahkan klaim Porter dan
Kramer (2011) bahwa Wirausahawan Sosial adalah teladan
penciptaan bersama-nilai (setidaknya bila dilihat sebagai
orientasi keseimbangan)akan tetapi tidak melihat kontribusi
konsep tersebut terhadap keseimbangan penciptaan nilai
bersama antara kepentingan perusahaan dan masyarakat.
Selanjutnya dikatakan jika kita serius memikirkan kembali
sistem bisnis dan temuan cara saat ini untuk memecahkan
27
masalah besar dari abad dua puluh satu, mungkin kita tidak
hanya membutuhkan strategi baru, tetapi juga struktur baru,
seperti bentuk-bentuk organisasi baru dan sistem dukungan
kelembagaan yang berbeda, seperti pasar saham sosial yang
dinamis. Pertanyaan-pertanyaan struktural adalah daerah
bermanfaat untuk penelitian masa depan, dan kebijakan.Jenis Penelitian : KualitatifKritik :
Penelitian ini secara nyata dan kuat memperlihatkan jenis
penelitian kualitatif yang berbeda dari beberapa penelitian
kualitatif, dengan metode atau pendekatan analisis jalur
dengan perspektif silsilah akan tetapi dalam tujuan utama
peneliti mengeksplorasi konsep benefit CSV yang dikemukakan
oleh Porter dan Kramer. Selanjutnya anti tesa tersebut harus
di perkuat dan dibuktikan lebih lanjut sesuai dengan saran
penelitian berikutnya.
b. Jurnal #2
Judul :
Creating shared value as a differentiation strategy – the example of BASF in
Brazil
Pengarang : Heiko Spitzeck Sonia Chapman (2012).Penerbit : Corporate Governance: The international journal
of business in society, Vol. 12 Iss 4 , pp. 499 - 513Model Riset dan Pengukuran yang digunakan :
Penulis menganalisis studi kasus tunggal kolaborasi antara
28
BASF, Andre' Maggi Group dan Fundac¸a~o Espac¸ o Eco di
Brasil. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi apakah strategi
yang diterapkan dapat dianggap sebagai kasus penciptaan
nilai bersama.Variabel, sampel dan unit analisis serta metode analisis :
Variabelnya ialah implementasi strategi perusahaan.
Sampelnya ialah perusahaan BASF, Andre' Maggi Group dan
Fundac¸a~o Espac¸ dan o Eco. Dengan metode Mengevaluasi
implementasi strategi perusahaan.Pengukuran yang digunakan : -Temuan dan Ringkasan Diskusi :
Studi kasus pada kolaborasi antara BASF, FEE dan Andre'Maggi
Grup tidak memenuhi syarat sebagai strategi nilai bersama,
lebih tepatnya sebagai kasus mendesain ulang produktivitas
dalam rantai nilai.Keterbatasan dan Penelitian Selanjutnya :
Studi kasus tunggal menciptakan beberapa bukti untuk
strategi nilai bersama; Namun, penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk menggeneralisasi hasil.Jenis Penelitian : KualitatifKritik :
Tulisan ini bertujuan untuk menciptakan bukti empiris
mengenai strategi nilai bersama baru-baru ini disebarkan
oleh Michael Porter dan Mark Kramer.
Tulisan ini adalah verifikasi empiris pertama konsep nilai
bersama. Ini menunjukkan bahwa strategi nilai bersama
melakukan meningkatkan keuangan serta kinerja sosial
lingkungan dan membangun hubungan klien kuat.
30
Judul :
Enabling healthcare services for the rural and semi-urban segments in India:
when shared value meets the bottom of the pyramid.
Pengarang : Mark Esposito Amit Kapoor Sandeep Goyal (2012).Penerbit :
Corporate Governance: The international journal of business
in society 514 – 533 Vol. 12 Iss 4, pp. 514 – 533Model Riset dan Pengukuran yang digunakan :
Konteks empiris melibatkan penggunaan metodologi penelitian
studi kasus, di mana sumber data yang dipublikasikan studi
kasus dan situs perusahaan empat organisasi kesehatan yang
telah membuat perbedaan sosial ekonomi dalam kehidupan
penduduk pedesaan dan semi-perkotaan berbaring di BoP di
India.Variabel, sampel dan unit analisis serta metode analisis :
Sampel termasuk organisasi kesehatan, yang telah mengadopsi
model bisnis yang berkelanjutan diri untuk menawarkan jasa
ke BoP di India (Tabel I).Pengukuran yang digunakan : deskriptif analisisTemuan dan Ringkasan Diskusi :
Analisis dan temuan mencerminkan prinsip-prinsip operasi
utama untuk usaha bisnis kesehatan yang berkelanjutan di
BoP. Ini termasuk fokus pada (kesadaran , diakses,
terjangkau, dapat dan diterima), keterlibatan lokal,
membangun keterampilan lokal, belajar dengan eksperimen,
fleksibel struktur organisasi, kepemimpinan yang dinamis,
integrasi teknologi dan skalabilitas.Keterbatasan dan Penelitian Selanjutnya :
Penelitian ini telah difokuskan terutama pada studi kasus
31
yang diterbitkan sebagai sumber data.
Penelitian ini telah terbatas pada evaluasi mendalam tentang
studi kasus yang diterbitkan dan data sekunder lainnya yang
berkaitan dengan empat organisasi pelayanan kesehatan yang
beroperasi di BoP di India. Temuan-temuan dari penelitian
ini dapat ditingkatkan lebih lanjut dengan memperluas ruang
lingkup penelitian ini dengan studi lapangan kesehatan
terkemuka produk / penyedia jasa lainnya di BoP di India.
Selain itu, sumber data untuk penelitian ini telah
melahirkan masukan dari perspektif organisasi. Untuk
menambah nilai yang sama, disarankan untuk melakukan
penelitian survei stakeholder BoP (konsumen BoP, organisasi
masyarakat sipil, pemasok BoP, karyawan BoP, pengusaha BoP,
dll) untuk mendapatkan perspektif perantara dan target
segmen . Hal ini akan mendatangkan analisis kuantitatif dari
input tentang harapan utama dari segmen BoP dari organisasi
dan apakah terdapat kesenjangan dalam asumsi dan harapan.Jenis Penelitian : KualitatifKritik :
Keterbatasan utama dari penelitian ini menjadi kritikan
dimana penggunaan studi kasus tunggal terpublikasi sebagai
satu-satunya sumber dianggap lemah dan belum dapat
mengeneralisasi hasil penelitian itu sendiri.
32
d. Jurnal #4
Judul :
From Corporate Social Responsibility (CSR) to Creating Shared Value (CSV): Case
Study of Mobarakeh Steel Company
Pengarang :
Sasan Ghasemi , Mohammad Nazemi, and Tooraj Hajirahimian
(2014)Penerbit :
Global Business and Management Research: An International
Journal Vol. 6, No. 1Model Riset dan Pengukuran yang digunakan :
Melalui review dokumen, pengamatan, dan diskusi dengan
manajer dan karyawan di Mobarakeh Steel Company (MSC), data
yang dibutuhkan untuk penelitian ini diperoleh.Variabel, sampel dan unit analisis serta metode analisis :
Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah proses
perubahan implementasi CSR kepada CSV, sedangkan yang
menjadi sampelnya adalah Mobarakeh Steel Company (MSC)
dengan metode deskriptif analisis.Pengukuran yang digunakan : deskriptif analisis
33
Temuan dan Ringkasan Diskusi :
Evolusi CSR dalam empat periode utama dalam sejarah
Mobarakeh Steel Company (MSC) yang tecermin diikuti oleh
diskusi tentang bagaimana perusahaan berubah untuk
menciptakan nilai bersama.Keterbatasan dan Penelitian Selanjutnya :
Tulisan ini terbatas untuk mempelajari sebuah kasus tunggal
perusahaan. Meskipun menguji sebuah perusahaan tunggal,
mengingat ukuran dan pentingnya investigasi korporasi,
temuan memberikan wawasan dalam membantu manajer dan
pemimpin perusahaan industri manufaktur. Rekomendasi untuk
manajer dan pemimpin perusahaan pada implementasi CSR
disediakan dalam tulisan.Jenis Penelitian : KualitatifKritik :
Studi CSR dalam konteks Iran sangat terbatas. Selain itu,
ini adalah salah satu studi pertama dari jenisnya untuk
menangani pelaksanaan CSR dan proses transformasi dalam
industri manufaktur raksasa Iran hal ini kemungkinan tidak
dapat megeneralisir hasil untuk beberapa kasus perusahaan
sejenis lain pada umumnya sehingga masih dibutuhkan
penelitian lebih lanjut dengan metode yang berbeda.
34
e. Jurnal #5
Judul :
Conscious Enterprise Emergence: Shared Value Creation Through Expanded
Conscious Awareness
Pengarang : Kathryn Pavlovich . Patricia Doyle Corner
(2014)Penerbit : J Bus Ethics 121:341–351 DOI 10.1007/s10551-
013-1726-yModel Riset dan Pengukuran yang digunakan :
Model riset yang dipergunakan adalah eksplorasi melalui
interview sebagai data primer dalam satu studi kasus.
35
Variabel, sampel dan unit analisis serta metode analisis :
Data dikumpulkan melalui beberapa sumber. Data primer
dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan pengusaha. Dua
wawancara sekitar 1,5 jam masing-masing dilakukan selama 3
bulan. Panggilan telepon Tindak dibuat untuk memverifikasi
data dan wawancara suplemen. Data sekunder dikumpulkan dari
dokumen perusahaan dan website. Analisis data dilakukan
dalam tiga tahap utama. Secara kolektif, tahap ini analisis
mencerminkan pendekatan induktif untuk permukaan proses
dimana latihan spiritual akan membentuk kegiatan
kewirausahaan dan berpotensi membuat perusahaan sadar.Pengukuran yang digunakan : deskriptif analisisTemuan dan Ringkasan Diskusi :
Kesimpulannya, penelitian ini memberikan eksplorasi empiris
tidak sering terlihat bagaimana praktik spiritual dan
kesadaran diperluas dapat menimbulkan refleks merenung nilai
perusahaan bersama. Ini memberikan rincian penting tentang
praktek, elemen kesadaran diperluas, dan proses dimana hal
ini diterjemahkan ke dalam suatu perusahaan yang sebenarnya.
Dengan demikian, hal itu memberikan gambaran yang kaya di
mana penelitian masa depan di daerah ini dapat didasarkan.
Pemahaman yang lebih lengkap dari topik penting ini, yang
memiliki potensi untuk menginformasikan transformasi
kapitalisme menjadi bentuk yang lebih tinggi, menunggu
penelitian lebih lanjut.Keterbatasan dan Penelitian Selanjutnya :
Seperti dengan semua penelitian, penelitian ini memiliki
kekuatan dan keterbatasan yang perlu dipertimbangkan ketika
36
menafsirkan temuan. Secara khusus, studi kasus tunggal
memungkinkan kita untuk permukaan permasalahan secara detail
dan wawasan yang relatif mendalam terhadap pertanyaan
penelitian yang diajukan. Namun, manfaat ini harus
dipertimbangkan dalam megeneralisasi terbatas temuan dari
studi kasus tunggal, namun penyataan. Temuan saat ini
terbaik dilihat sebagai eksplorasi; konsep permukaan dan
potensi hubungan antar yang kemudian dapat diuji dalam
penelitian masa depan.
Penelitian masa depan bisa memeriksa sejauh mana ini pro
permukaan niat sosial dalam kegiatan giat terinspirasi oleh
tradisi spiritual lainnya.
Penelitian masa depan bisa mengeksplorasi bagaimana
perbedaan (atau persamaan) bagaimana tradisi spiritual yang
berbeda mengambil bentuk dalam perusahaan yang didirikan
oleh praktisi masing-masing.Jenis Penelitian : KualitatifKritik :
Kami menilai kekuatan utama dari penelitian ini terletak
pada originalitas penelitian dimana tidak ada penelitian
sebelumnya yang menyentuh aspek spiritual dari pribadi dalam
hubungannya dengan penciptaan keuntungan dan aktivitas
pencapaian kesejahteraan sosial. Sehingga perlu dilakukan
penelitian lanjutan untuk mengeksplorasi dengan dasar teori
yang lebih kuat terutama yang berkaitan dengan perilaku
individu.
37
f. Disertasi#1
Judul :
Creating Shared Value in the Educational sector. The contributions of CSV to the
Educational sector, through social impact organizations.
Pengarang : Karla Patricia Barrios Mena & Nancy Sagrario
López Zelaya (2013).Penerbit : Umea School of Business and Economics. Umea
UniversitetModel Riset dan Pengukuran yang digunakan :
Model Riset adalah Qualitative and exploratory research dengan studi
kasus,
Tesis ini dicapai melalui strategi studi kasus multiple-
holistik dengan dua organisasi peserta (FINAE dan EDUCAFIN)
dan data dikumpulkan dengan melakukan wawancara ahli
terstruktur setengah. Tesis ini mempelajari berbagai praktik
dan strategi yang dilakukan oleh kedua organisasi, dan
membuktikan manfaat dari penerapan teori Menciptakan Nilai
Bersama.Variabel, sampel dan unit analisis serta metode analisis :
Variabelnya adalah Implementasi CSV. Yang menjadi sampel
adalah dua organisasi peserta (FINAE dan EDUCAFIN) dan data
dikumpulkan dengan melakukan wawancara ahli terstruktur
setengah.
Studi kasus akan berusaha untuk mengembangkan hubungan
antara kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat ketika
38
menggunakan produk-produk keuangan untuk meningkatkan CSV di
arena Pendidikan. Selain itu, Bryman & Bell (. 2011, p 67)
mempertimbangkan pentingnya memiliki 'unit analisis' dalam
studi kasus untuk melanjutkan dengan pengumpulan data dan
analisis data, yang mereka mengusulkan sebagai berikut:
individu, badan, kelompok, divisi, organisasi, industri atau
negara. Dalam hal ini, unit analisis adalah 'organisasi',
karena FINAE dan EDUCAFIN adalah orang-orang yang akan
diperiksa untuk kemudian memutuskan apakah mereka pasangan
usaha dengan teori CSV atau tidak.
Analisis kualitatif melibatkan pengumpulan data secara
simultan dan analisis. Ini berarti, pengumpulan data dan
analisis membantu untuk mengenali tema penting, pola dan
hubungan dalam informasi yang dikumpulkan. Analisis terjadi
sebelum dan setelah pengumpulan informasi. Pengumpulan data
dalam tesis ini didasarkan pada 'wawancara ahli semi-
terstruktur', sedangkan analisis data disajikan dengan
menggunakan teknik 'display dan analisis'.Pengukuran yang digunakan :
Analisis kualitatif melibatkan pengumpulan data secara
simultan dan analisis. Ini berarti, pengumpulan data dan
analisis membantu untuk mengenali tema penting, pola dan
hubungan dalam informasi yang dikumpulkan. Analisis terjadi
sebelum dan setelah pengumpulan informasi. Pengumpulan data
dalam tesis ini didasarkan pada 'wawancara ahli semi-
terstruktur', sedangkan analisis data disajikan dengan
menggunakan teknik 'display dan analisis'.Temuan dan Ringkasan Diskusi :
39
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Menciptakan Nilai Bersama
adalah sangat berlaku dalam bidang pendidikan di Meksiko.
Selain itu, temuan menyoroti perbedaan yang luar biasa
antara organisasi karena strategi bisnis yang inovatif dan
adaptasi yang luas untuk pasar. Selain itu, kedua perusahaan
menyambut hubungan win-win antara masing-masing dari mereka
dan masyarakat. Hal ini menyebabkan banyak manfaat bagi
kedua belah pihak seperti meningkatkan pendapatan dalam
kasus organisasi, dan pengembangan pendidikan dalam kasus
masyarakat Meksiko. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan
bahwa Menciptakan Nilai Bersama adalah topik baru karena
organisasi diselidiki tidak dapat mengidentifikasi konsep
Menciptakan Nilai Bersama dalam kegiatan yang mereka
melakukan.Keterbatasan dan Penelitian Selanjutnya :
Meskipun pemilihan kasus ini bisa dipertanyakan sebagai
membatasi, organisasi-organisasi ini adalah ilustrasi yang
sangat baik dari fenomena yang diteliti karena komposisi
struktur, ruang lingkup dan dampak mereka mengalami dalam
komunitas Meksiko. Penelitian ini dilakukan dengan metode
kualitatif, yang biasanya menyiratkan berbagai interpretasi
atas fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, hasil yang
diperoleh bisa dipertanyakan karena penafsiran ini; Namun,
bukan fakta penafsiran. Meskipun, bahkan jika upaya
meminimalkan kesalahan interpretasi yang kritis dilakukan,
dan kredibilitas penelitian ditinjau dalam setiap tahap
penelitian, setiap peneliti lain mungkin memiliki pendapat
yang berbeda dari unsur-unsur yang ditentukan yang
40
dianalisis dalam disertasi ini.Jenis Penelitian : KualitatifKritik :
Tesis ini bertujuan untuk memberikan kontribusi terhadap
pengembangan teori Menciptakan Nilai Bersama. Hal ini akan
dicapai dengan menyelidiki dua perusahaan di sektor
pendidikan Meksiko melalui dampak sosial organisasi. Tiga
tujuan yang diusulkan dan dikategorikan ke dalam: dampak
ekonomi dari perusahaan, dampak sosial dari perusahaan,
pengembangan pendidikan dan strategi perusahaan. Hal ini
membantu untuk menjawab pertanyaan penelitian utama:
"Bagaimana bisa Menciptakan Nilai Bersama berkontribusi
terhadap sektor pendidikan di negara berkembang melalui
organisasi dampak sosial".
11. Outline Riset.
PROPOSAL PENELITIAN
CREATING SHARED VALUE SEBAGAI STRATEGI DIFERENSIASI PT.
BADAK NGL
41
(SUATU STUDI KASUS)
Disusun Oleh :
Mappa Panglima Banding
222131417
UNIVERSITAS TRISAKTI
PROGRAM DOKTOR ILMU AKUNTANSI
JAKARTA
10 Januari, 2015
1.1 Latar Belakang
Teori Praktek Perbedaan
42
Strategi
Keunggulan
Bersaing
(M.
Porter),
Rantai
Nilai (M.
Porter)
Pemangku
Kepentinga
n (Freeman
et.al)
Penciptaan
Nilai
Bersama
Banyak perusahaan
mengimplementasikan
strategi keunggulan
bersaing semata-mata
untuk kepentingan
pemegang saham atau
keuntungan perusahaan
dan menjalankan
kewajiban CSR karena
kewajiban bukan
kebutuhan.
PT. Badak NGL sudah
mulai
mengimplementasikan
strategi keunggulan
bersaing tidak semata-
mata untuk kepentingan
pemegang saham atau
keuntungan perusahaan
dan menjalankan
kewajiban CSR bukan
hanya karena kewajiban
melainkan juga
kebutuhan Dan bentuk
tanggung jawab sosial
yang lebih
1.2 Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang penelitian maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah
strategi penciptaan nilai bersama yang disebarkan oleh
Michael Porter dan Mark Kramer dapat dijadikan
strategi diferensiasi oleh PT. Badak NGL.
1.3 Judul
43
CREATING SHARED VALUE SEBAGAI STRATEGI DIFERENSIASI PT.
BADAK NGL
(SUATU STUDI KASUS)
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah
untuk menciptakan bukti empiris tambahan mengenai
strategi penciptaan nilai bersama yang disebarkan oleh
Michael Porter dan Mark Kramer dapat dijadikan
strategi diferensiasi oleh PT. Badak NGL berdasarkan
faktor-faktor determinan dari perspektif teori melalui
bangunan model teoritis struktural dan dinamis yang
diajukan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis, secara teoritis studi ini
memberikan kontribusi kepada ilmu Akuntansi Manajemen,
khususnya bagi riset-riset tentang Creating Shared Value
(CSV). Melalui metode penelitian berbeda dengan riset-
riset terdahulu, menjadikan studi ini sebagai
referensi mengenai implementasi CSV di Indonesia.
Manfaat Praktis, secara praktis studi ini
memberikan pedoman dan masukan tambahan bagi para
akuntan manajemen dalam melaksanakan tugasnya untuk
45
TAHAP II
KERANGKA TEORITIS
2.1.a Tinjauan Pustaka
Tinjauan
Pustaka
Variabel DependenVariabel
Independen
Strategi Diferensiasi PT.
BADAK NGL
Creating Shared
Value
Apa
Siapa
Kenapa
Kapan
Dimana
Bagaimana
46
2.1.b Penelitian sebelumnya
Nama dan
Tahun
Penelitian
Judul
PenelitianPersamaan Perbedaan Hasil Penelitian
Heiko
Spitzeck
and
Sonia
Chapman
(2012)
Creating shared
value as a
differentiation
strategy – the
example of BASF
in Brazil
replikasi Lokasi
penelitian
, subyek
yang
dijadikan
sampel.
Studi kasus pada
kolaborasi antara
BASF, FEE dan
Andre'Maggi Grup tidak
memenuhi syarat
sebagai strategi nilai
bersama, lebih
tepatnya sebagai kasus
mendesain ulang
produktivitas dalam
rantai nilai.
47
2.2. Kerangka Pemikiran
Variabel Independen Variabel
Dependen
2.3. Perumusan Hipotesis
Hipotesis terkait penelitian ini adalah :
Ha : ρ ≠ 0 , artinya Implementasi CSV (Variabel X)
Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Strategi Diferensiasi PT.
BADAK NGL. (Variabel Y)
Creating Shared Strategi DiferensiasiPT. BADAK NGL
48
TAHAP III
METODOLOGI PENELITIAN
No. Keputusan Jenis
1. Strategi Penelitian
a. Sifat
penelitianEksplorasi dan konfirmatory
b. Jenis
penelitianKualitatif
c. Unit Analisis Implementasi CSV
d. Horizon Waktu Satu semester
2. Operasionalisasi
Variabel
CREATING SHARED VALUE (X) dan STRATEGI
DIFERENSIASI PT. BADAK NGL (Y)
3. Sumber dan Penentuan
DataData primer dan sekunder
4. Metode Pengumpulan
DataWawancara terstruktur
5. Teknik Analisis Data Deskriptif analisis
Top Related