1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pasang-surut merupakan salah satu gejala alam yang
tampak nyata di laut, yakni suatu gerakan vertikal
(naik turunnya air laut secara teratur dan berulang-
ulang) dari seluruh partikel massa air laut dari
permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut.
Gerakan tersebut disebabkan oleh pengaruh gravitasi
(gaya tarik menarik) antara bumi dan bulan, bumi dan
matahari, atau bumi dengan bulan dan matahari.
Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang
sebagian besar daerahnya adalah lautan. Menurut hasil
kajian Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BPKP) dan
Institut Teknologi Bandung (ITB) bahwa beberapa wilayah
pantai di Indonesia memiliki potensi energi pasang
surut 3-6 meter. Salah satunya adalah Teluk Penerusan
di Bali dimana pasang surut di sana mencapai 3,75
meter, dimana dengan besar pasang surut tersebut mampu
untuk membangkitkan listrik.
Pemanfaatan energi potensial yang terkandung dalam
perbedaan pasang surut air laut dapat dimanfaatkan
karena merupakan sumber energi yang terbarukan,
sedangkan Indonesia saat ini masih sangat tergantung
dengan pembangkit listrik yang bersumber dari energi
2
yang tidak terbarukan, yang dimana sumber energi tidak
terbarukan suatu saat pasti akan habis.
Pada penelitian ini akan dihitung berapa kemapuan
pembangkit listrik tenaga pasang surut untuk
menghasilkan daya listrik, dimana daya listrik yang
dihasilkan akan dapat digunakan untuk kebutuhan listrik
rumah tangga yang tentunya dapat mengurangi penggunaan
listrik yang berasal dari sumber energi yang tidak
terbarukan.
I.2 Rumusan Masalah
Pembangkit listrik tenaga pasang surut perlu untuk
ditelusuri lebih jauh lagi mengenai peluang
pemanfaatannya, dan efektifitas penerapannya di Teluk
Penerusan. Maka dari itu masalah yang akan dibahas
adalah berapakah daya yang dapat dihasilkan oleh
pembangkit listrik tenaga pasang surut di Teluk
Penerusan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun hasil dari karya tulis ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar daya yang dapat
3
dihasilkan, pengaruh yang bisa dihasilkan dari
pembangkit listrik tenaga pasang surut untuk membantu
listrik untuk rumah tangga di daerah Teluk.
1.4 Manfaat Penelitian
Agar mahasiswa dan masyarakat dapat lebih
mengetahui peluang pembangkit listrik tenaga pasang
surut sebagai energi listrik alternatif untuk membantu
memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga.
1.5 Batasan Masalah
Dalam karya ilmiah ini metode yang digunakan
untuk mengetahui cara kerja, peluang, serta cara
perhitungan output daya dari pembangkit listrik tenaga
pasang surut adalah dengan kajian pustaka dan studi
kasus dari berbagai sumber.
1.6 Sistematika Penulisan
4
Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi
dalam beberapa bab dengan uraian sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Menjelaskan tentang teori-teori yang menunjang
permasalahan dalam penelitian seperti
pengertian umum, metode pemanfaatan energi
pasang surut, Perhitungan Output Daya Hambatan
atau Kendala Perkembangan PLTPs Kelebihan Dan
Kekurangan PLTPs.
BAB III : MATERI DAN METODE
Menjelaskan tentang tempat dan waktu
penelitian, sumber data, jenis data, teknik
pengumpulan data, analisis data dan alur
analisa.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan tentang analisis dari pembangkit
listrik tenaga pasang surut yaitu Perbandingan
5
Energi Tak Terbarukan dan Terbarukan di
Indonesia, daya yang dapat dihasilkan
pembangkit listrik tenaga pasang surut,
perhitungan kemampuan pembangkit listrik tenaga
pasang surut untuk rumah tangga.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini berisikan
simpulan dan saran, dimana simpulan merupakan
jawaban dari rumusan masalah dan juga inti
sari dari hasil analisis dan pembahasan dari
keseluruhan penelitian.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Umum
Pasang surut (tidal) adalah sumber energi lain dari
energi laut. Energi ini dapat diperoleh dari air pantai
dengan membangun dam dan menjebak air pada saat pasang
naik dan membebaskannya pada saat air surut. Tenaga
7
dapat diperoleh dengan memasang turbin dari aliran air
masuk-keluar dam. Jumlah energi yang tersedia besar
sekali, tetapi hanya di beberapa bagian bumi saja.
Energi pasang surut, walaupun dapat diperoleh
tanpa biaya, tidak menyenangkan karena datangnya
bervariasi dari hari ke hari, dengan rentang yang
bervariasi. Untuk mendapatkan keluaran yang besar
diperlukan biaya yang besar.
Pasang surut bersifat ritmis (berirama) tetapi
tidak konstan, tidak terjadi dengan jadwal harian yang
teratur. Terjadi karena adanya keseimbangan gaya-gaya,
terutama gaya gravitasi bulan, dan juga gaya dari
matahari. Keduanya bekerja bersama pada bumi,
mengimbangi gaya sentrifugal air karena rotasi bumi.
Akibatnya terjadi ritme pasang dan surut air. Pasang
surut dikarakteristikkan oleh jadwal dan rentang
(schedule and range).
Jadwal pasang surut bervariasi dari hari ke hari
karena orbit bulan tidak terjadi beraturan 24 jam,
tetapi bulan mengelilingi bumi selama 24 jam 50 menit.
Selama waktu ini terjadi pasang surut dua kali
menghasilkan siklus tidal yang berkahir 12 jam 25
menit.
8
Gambar 2.1 Hubungan Bulan dan Pasang Surut
Sumber : Pudjanarsa, 2008
Rentang tidal tidak konstan, rentang ini
bervariasi selama 29,5 hari waktu bulan (lunar month).
Akan menjadi maksimum saat bulan muda dan bulan
purnama, yang disebut pasang terbesar (spring tides), dan
minimum pada seperempat pertama dan ketiga dari bulan
komariah yang disebut pasang terkecil (neap tides).
Siklus sping-neap tides berakhir setenga waktu bulan.
Rentang rata-rata kira-kira sepertiga rentang pasang
terbesar. Variasi rentang agak rumit karena variasi
musim yang disebabkan bentuk elips orbit bumi
mengelilingi matahari.
Rentang pasang surut bervariasi antara satu tempat
ke tempat lain. Kondisi ini dipengaruhi profil garis
pantai dan kedalaman air. Bila baik maka akan dapat
menimbulkan resonansi yang menyebabkan rentang tidal
yang besar. Rentang itu harus besar untuk mengatasi
besarnya biaya bangunan dam dan peralatan pembangkit
tenaga listriknya.(Pudjanarsa, 2008)
Pemanfaatan energi potensial yang terkandung dalam
perbedaan pasang surut air laut dimanfaatkan dengan
9
cara menutup teluk dengan sebuah bendungan sehingga
terbentuk suatu waduk. Pada waktu laut pasang, maka
permukaan air laut tinggi mendekati ujung atas
bendungan. Waduk diisi dengan air dari laut, dengan
mengalirkannya melalui sebuah turbin air. Turbin ini
digabung dengan sebuah generator, sehingga pada proses
pengisian waduk dari laut, generator turbin yang
berputar menghasilkan energi dari laut. Hal ini dapat
dilakukan hingga tinggi permukaan air dalam waduk akan
sama tingginya dengan tingi permukaan laut.
Gambar 2.2 Skema Bendungan dan Waduk Saat Pasang
Sumber : Kadir, 2010
Pada situasi laut surut akan terjadi hal
sebaliknya. Waduk dikosongkan dan dengan sendirinya air
mengalir lagi melalui generator turbin, yang kini juga
akan menghasilkan energi listrik. Ada kekhususan bahwa
turbin harus dapat berputar dua arah, dan hal ini akan
dilakukan beranti-ganti. Pembangkit listrik tenaga
pasang surut tidak dapat berjalan secara kontinu,
meliankan terputus-putus secara teratur dengan suatu
siklus yang panjangnya 12,5 jam.
10
Gambar 2.3 Skema Bendungan dan Waduk Saat Surut
Sumber : Kadir, 2010
Pada Gambar 2.4, terlukis suatu garis tinggi
permukaan air laut berupa suatu sinusoida, yang titik
terendahnya dalah situasi surut, dan titik tertingginya
adalah situasi pasang. Dengan garis-garis terputus
dilukis sebagai tinggi permukaan air waduk. Bila
diawali pada titik 1, maka laut mulai pasang dan tinggi
permukaan air laut berada cukup banyak di atas
permukaan air waduk, sehingga tinggi air jatuh sudah
mencukupi. Bila mencapai titik 2, maka mesin dipasang,
turbin berputar, dan generator menghasilkan tenaga
listrik. Dalam periode ini, waduk diisi air dari laut
sehingga tinggi permukaan air waduk mulai naik. Bila
permukaan air laut telah melampaui titik tertinggi,
sehingga selisih antara tinggi air laut dan air waduk
menjadi terlampau kecil untuk memutar turbin, yaitu
bila titik 3 tercapai maka mesin dihentikan. Generator
akan bekerja kembali bila mencapai titik 5, pada saat
tinggi permukaan air waduk cukup banyak berada di atas
tinggi permukaan air laut. Pada saat titik 6 tercapai,
11
kembali mesin dihentikan dan pada titik 7 siklus baru
akan dimulai.(Kadir, 2010)
Gambar 2.4 Siklus Kerja Pusat Listrik Tenaga Pasang Surut
Sumber : Kadir, 2010
Pada asasnya, antara tenaga pasang surut dan
tenaga air konvensional terdapat persamaan, yaitu
kedua-duanya adalah tenaga air yang memanfaatkan
gravitasi tinggi jatuh air untuk pembangkitan tenaga
listrik. Perbadaan utama dari pembangkit listrik tenaga
pasang surut dengan pembangkit listrik tenaga air
konvensional antara lain:
12
1. Pasang surut menyangkut arus air periodik dwi-arah
dengan dua kali pasang dan dua kali surut setiap
hari.
2. Operasi di lingkunga air laut memerlukan bahan-
bahan konstruksi yang lebih tahan korosi daripada
yang dimiliki material untuk air tawar.
3. Tinggi jatuh relatif sangat kecil (maksimal 11
meter) bila dibandingkan dengan instalasi hidro
lainnya.
2.2 Metode Pemanfaatan Energi Pasang Surut
Pada dasarnya, terdapat beberapa metode untuk
memanfaatkan energi pasang surut, yaitu :
1. Metode dam pasang surut (tidal barrages),
2. Metode turbin lepas pantai (offshores turbine),
3. Sistem kolam tunggal sederhan
4. Sistem tidal kolam tunggal modulasi.
2.2.1 Metode Dam Pasang Surut (Tidal Barrages)
Metode ini serupa dengan pembangkitan listrik
secara hidro-elektrik yang terdapat di dam atau waduk
penampungan air sungai. Hanya saja dam yang
dimanfaatkan untuk pasang surut jauh lebih besar
dibandingkan dam sungai pada umumnya. Dam Ini bisanya
dibangun di muara sungai dimana terjadi pertemuan
antara air sungai dengan air laut. Ketika ombak masuk
atau keluar, (terjadi pasang atau surut), air mengalir
13
melalui terowongan yang terdapat di dam. Aliran masuk
atau keluarnya ombak dapat dimanfaatkan untuk memutar
turbin.
Pembangkit lsitrik tenaga pasang surut terbasar di
dunia terdapat di muara sungai Rance di sebelah utara
Prancis. Pembangkit listrik ini dibangun pada tahun
1996 dan berkapasitas 240 MW. PLTPs La Rance didesain
dengan teknologi canggih dan beroperasi secara
otomatis, sehingga hanya membutuhkan dua orang saja
untuk mengoperasikan pada akhir prkan dan malam hari.
PLTPs terbesar kedua didunia terletak di Annapolis,
Nova Scotia Kanada dengan kapasitas hanya 16 MW.
Kekurangan terbesar dari pembangkit listrik tenaga
pasang surut adalah pembangkit ini hanya dapat
menghasilkan listrik selama ombak mengalir masuk
(pasang) ataupun mengalir keluar (surut), yang terjadi
hanya selama kurang lebih 10 jam perharinya. Namun,
karena waktu operasinya dapat diperkirakan, maka ketika
PLTPs tidak aktif, dapat menggunakan pembakit listrik
lainnya untuk waktu sementara waktu hingga terjadi
pasang surut lagi. ( Sutarno, 2013)
2.2.2 Turbin Lepas Pantai (Offshores Turbine)
Turbin lepas pantai yang lebih menyerupai
pembangkit listrik tenaga angin versi bawah laut.
14
Keunggulannya dibanding metode pertama yaitu : biaya
instalasinya lebih murah, dampak lingkungan yang
ditimbulkan relatif lebih kecil daripada pembangunan
dam, dan persyaratan lokasinya pun lebih mudah sehinga
dapat dipasang di banyak tempat.
Beberapa perusahaan yang mengembangkan teknologi
turbin lepas pantai adalah Blue Energy dari Kanada,
Swan Turbine (ST) dari Inggris, dan Marine Current
Turbine (MCT) dari Inggris.
Teknolgi MCT bekerja seperti pembangkit listrik
tenaga angin yang dibenamkan di bawah laut. Dua buah
baling-baling dengan diameter 15-20 meter memutar rotor
yang menggerakkan generator yang terhubung kepada
sebuah kotak gir (gearbox). Kedua baling-baling
tersebut dipasangkan pada sebuah sayap yang membentang
horizontal dari sebuah batang silinder yang dibenamkan
ke dasar laut. Turbin tersebut akan mampu menghasilkan
750-1500 kW per unitnya, dan dapat disusun secara
berjajar sehingga menjadi ladang pembangkit listrik.
Demi menjaga agar ikan dan makhluk lainnya tidak
terluka oleh alat ini, kecapatan rotor ini diatur
antara 10-20 rpm.
Dibandingkan dengan MCT dan jenis turbin lainnya,
desain Swan Turbines memiliki beberapa perbedaan, yaitu
baling-balingnya langsung terhubung dengan generator
listrik tanpa melalui kotak gir. Ini lebih efisien dan
15
mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan teknis pada
alat. Perbedaan kedua yaitu daripada melakukan pemboran
turbin ke dasar laut, ST menggunakan pemberat secara
gravitasi (berupa balok beton) untuk menahan turbin
tetap di dasar laut.
Adapun satu-satunya perbedaan mencolok dari Davis
Hydro Turbines milik Blue Energy adalah poros baling-
balingnya yang vertikal (vertical-axis turbines).
Turbin ini juga dipasangkan di dasar laut menggunakan
beton dan dapat disusun dalam satu baris bertumpuk
membentuk pagar pasang surut (tidal fence) untuk
mencukupi kebutuhan listrik dalam skala besar. (Sutarno, 2013)
2.2.3 Sistem Tidal Kolam Tunggal Sederhana
Sistem tidal kolam tunggal sederhana mempunyai
satu kolam di belakang dan terisi air laut pada pasang
naik dan dikosongkan pada saat surut. Kedua proses
pengisian dan pengosongan berlangsung pada periode yang
singkat. Aliran air dalam dua arah digunakan untuk
menggerakkan sejumlah turbin reversibel, masing -
masing menggerakkan generator elektrik. Tenaga elektrik
digerakkan selama dua periode singkat selama periode
tidal,yaitu 12 jam – 25 menit, atau sekali tiap 6 jam-
12,5 menit.
16
Energi maksimum yang dapat dibangkitkan selama
satu periode pembangkitan dapat dievaluasi dengan
bantuan, yang memperlihatkan kasus di mana kolam mulai
terisi pada level tertinggi, pengosongan (pengeluaran)
air melalui turbin ke laut pada saat surut. Proses
balik menghasilkan energi yang sama.(Pudjanarsa, 2008)
2.2.4 Sistem Tidal Kolam Tunggal Modulasi
Sistem kolam tunggal sederhana tersebut di atas
mempunyai keluaran tenaga dengan dua puncak tinggi-
waktu singkat yang terjadi tiap periode tidal. Besarnya
puncak juga berbeda setiap hari.
Sistem kolam tunggal modulasi mengurangi
defisiensi di atas dengan membangkitkan tenaga lebih
uniform pada head efektif rata-rata yang lebih rendah,
walaupun masih ada periode tanpa pembangkitan. Karena
head rata-rata h lebih kecil dan kerja dan tenaga
sebanding terhadap h2, turbin generator jauh lebih
kecil dan beroperasi pada periode jauh lebih lama,namun
menghasilkan kerja total yang lebih kecil.(Pudjanarsa, 2008)
2.3 Perhitungan Output Daya
Berdasarkan penelitian, bilamana tinggi jatuh air
yaitu selisih antara tinggi air laut dan tinggi air
17
waduk pasang surut adalah H, dan debit air adalah Q,
maka besar daya yang akan dihasilkan adalah Q kali H,
atau QH. Bilamana selanjutnya luas waduk pada
ketinggian h adalah S(h), yaitu S sebagai fungsi h,
maka jumlah energi yang dibangkitkan dengan
mengosongkan sebagian dh dari ketinggian h adalah
berbanding lurus dengan isi S(h).h.dh.
Dengan demikian maka energi yang dihasilkan per
siklus berbanding lurus dengan :
Waktu mengosongkan waduk :
∫0
H
S (h).h.dh≙E1
...................................................
(2.1)
Waktu mengisi waduk :
∫0
H
S (h). (H−h).dh≙E2
...................................................
(2.2)
Dalam hal ini diasumsikan bahwa pengisian atau
pengosongan waduk dilakukan pada pergantian pasang dan
surut, untuk mendapatkan penyederhanaan rumus.
Dengan demikian maka energi yang dihasilkan per siklus
berjumlah :
18
E = E1 + E2 ≙ H ∫0
H
S(h) = dh = H.V
...................................................
(2.3)
Dimana:E = Energi yang dibangkitkan per siklus
H = Selisih tinggi permukaan air laut antara
pasang dan surut
V = Volume waduk pasang surut
Dengan memperhatikan bahwa untuk mendapatkan
besaran energi, pada rumus di atas besaran V masih
perlu diganti dengan besaran massa air laut, sehingga
dapat ditulis :
Emaks = b g H2 S
...................................................
(2.4)
P = fQH
...................................................
(2.5)
Dimana : Emaks = Jumlah energi yang maksimal dapat
diperoleh per siklus
b = Berat jenis air laut
g = Grafitasi
19
H = Tinggi pasang surut terbesar
S = Luas waduk rata-rata antara pasang dan
surut
Q = Debit air
f = Faktor efisiensi
P = Daya
Oleh karena besaran H terdapat dalam pangkat dua,
maka tinggi pasang surut ini sangat penting. Pada
umumnya H yang kurang dari dua meter tidak diperhatikan
karena dianggap tidak cukup memenuhi syarat. (Kadir, 2010)
2.4 Hambatan atau Kendala Perkembangan PLTPs
(Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut)
Dari sejarah perkembangannya di atas terlihat
bahwa manusia sudah agak terlambat dalam mempergunakan
tenaga air pasang surut. Ada sejumlah alasan yang
meyebabkan pembangkit tenaga listrik dengan penggerak
tenaga air pasang surut. Pembangkit jenis ini
tertinggal pengembangannya dibandingkan dengan jenis
pembangkitan tenaga listrik energi lain. Beberapa
alasannya itu adalah sebagai berikut:
1. Karena pembangkit listrik energi air pasang surut
bergantung pada ketinggian yang berbeda dari
permukaan laut dan kolam penampung. Pola pengaturan
ketinggian air dilakukan dengan perluasan kolam atau
20
jumlah kolam dan sistem putaran ganda (putaran dua
arah) yang dapat berfungsi pada saat pasang naik dan
pasang surut.
2. Perbedaan tinggi air pasang terbatas hanya beberapa
meter, bila baling-baling turbin atau pipa turbin
secara teknologi perkembangannya kurang baik terpaksa
menggunakan cara konvensional yaitu turbin tipe
Koplan sebagai alternatifnya. Hal ini tidak cocok
lagi mengingat perkembangan teknologi yang dapat
membolak-balikkan putaran turbin dan generator.
3. Jarak air pasang ialah perubahan ketinggian
permukaan ari sehingga turbin harus bekerja pada
variasi jarak yang cukup besar dari ketinggian
tekanan air. Hal ini akan mempengaruhi efisiensi
stasiun pembangkit.
4. Lamanya perputaran tenaga listrik dalam sebuah pusat
pembangkit listrik dengan energi air pasang surut.
Setiap hari merupakan alasan yang tepat untuk
menentukan dasar tipe pembangkitan, tetapi waktu
terjadinya peristiwa tidak boleh berubah. Setiap hari
terjadi keterlambatan hampir mendekati satu jam. Jadi
jika tenaga listrik generator pada suatu hari bekerja
dari pukul 10.00 siang sampai jam 3.00 sore hari
berikutnya ia akan beroperasi dari jam 11 siang
sampai jam 4 sore dan begitu seterusnya. Adanya
perubahan ini mengakibatkan kesukaran dalam rencana
21
persiapan operasi setiap harinya dalam sentral
pembangkitan listrik. Dengan bantuan program komputer
halangan ini baru dapat diatasi.
5. Air laut merupakan cairan yang mudah mengakibatkan
pembangkit tenaga listrik akan berkarat.
6. Diperlukan teknologi khusus untuk membangun
konstruksi di dalam laut.
7. Pembangunan pembangkit tenaga listrik energi pasang
surut ini dikhawatirkan mengganggu manfaat alami
teluk yang berfungsi juga sebagai daerah perikanan
dan pelayaran.
2.5 Kelebihan Dan Kekurangan PLTPS (Pembangkit Listrik
Tenaga Pasang Surut)
2.5.1 Kelebihan
Pembangkit listrik tenaga pasang surut memiliki
beberapa kelebihan. Berikut ini adalah beberapa
kelebihan yang dimiliki oleh pembangkit listrik tenaga
pasang surut :
1. Setelah dibangun, energi pasang surut dapat
diperoleh secara gratis.
2. Tidak menghasilkan gas rumah kaca ataupun limbah
lainnya.
3. Tidak membutuhkan bahan bakar.
4. Biaya operasi rendah.
5. Produksi listrik stabil.
22
6. Pasang surut air laut dapat diprediksi.
7. Turbin lepas pantai memiliki biaya instalasi
rendah dan tidak menimbulkan dampak lingkungan yang
besar.
1.5.2 Kekurangan
Pembangkit listrik tenaga pasang surut juga
memiliki kekurangan. Berikut ini adalah beberapa
kekurangan yang dimiliki oleh pembangkit listrik tenaga
pasang surut :
1. Sebuah dam yang menutupi muara sungai memiliki
biaya pembangunan yang sangat mahal, dan meliputi
area yang sangat luas sehingga merubah ekosistem
lingkungan baik ke arah hulu maupun hilir hingga
berkilo-kilometer.
2. Hanya dapat mensuplai energi kurang lebih 10 jam
setiap harinya , ketika ombak bergerak masuk ataupun
keluar(Sutarno, 2013)
23
BAB III
METODE DAN PEMBAHASAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang pemanfaatan energi terbarukan
yaitu Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Pasang
Surut yang dilakukan di Teluk Penerusan Provinsi Bali,
Waktu penelitian dilakukan mulai dari tanggal 3-5
Januari.
3.2 Data penelitian
3.2.1 Sumber Data
24
Pada makalah ini, menggunakan data-data sekunder
yang didapat dari buku-buku dan juga literatur yang
terkait dengan pembangkit listrik tenaga pasang surut.
3.2.2 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penyusunan makalah
ini adalah data kuantitatif, yaitu data berupa angka-
angka yang terkait dengan penghitungan output daya
pembangkit listrik tenaga pasang surut.
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data
Pada penyusunan makalah ini pengumpulan data-data
yang didapat menggunakan metode sebagai berikut:
1. Metode Penelaahan Kepustakaan
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
membaca literatur-literatur yang berhubungan
dengan pembangkit listrik tenaga pasang surut
2. Dokumentasi data
Dengan menggunakan data yang berasal dari arsip
atau dokumen
3.3 Analisis Data
Analisis data pada makalah ini disusun berdasarkan
metode kepustakan dengan menganalisis teori yang ada
dari beberapa buku dan makalah maupun jurnal, kemudian
menggunakan teori tersebut untuk menghitung nilai
25
output daya dari pembangkit listrik tenaga pasang
surut.
3.4 Alur Analisis
Berdasarkan penjabaran algoritma analisis diatas,
maka dapat dibuatkan diagram alur analisisnya seperti
berikut: MULAI
Analisis daya yangdihasilkan
Hasi
Menarik Kesimpulan
SELESAI
Perhitungan daya yangdapat dihasilkan
Mempersiapkan data-data seperti: Ketinggian saat laut pasang dan
surut. Luas waduk dan volume waduk.
26
Gambar 3.1 Bagan Konsep
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Perbandingan Energi Tak Terbarukan dan Terbarukan
di Indonesia
Di indonesia terdapat beberapa macam pembangkit
tenaga listrik, antara lain : Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Batubara, Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), dll.
Dimana pembangkit listrik yang ada di Indonesia ada
yang berasal dari energi yang terbarukan dan yang tak
terbarukan. Berikut ini adalah perbandingan penghasilan
daya dari pembangkit energi listrik yang terbarukan dan
yang tidak terbarukan :Tabel 4.1 Perbandingan Penghasilan Energi Tak Terbarukan dan
Terbarukan
Jenis Energi
Kontribusi
Energi
(%)Energi Tak Terbarukan
27
a. Energi batubara
47,7 %
b. Energi Gas
c. Energi Minyak
d. Solar
Jumlah
47,7
25,1
0,5
6,9
80, 2
Energi Terbarukan
a. Energi Panas Bumi
b. Air
c. Biomass
d. Surya dan Angin
Jumlah
0,7
17,5
0,8
0,6
19,6
Sumber : Kadir, 2010
Dari Tabel di atas terlihat jelas bahwa 80,2 %
energi listrik yang dihasilkan di Indonesia berasal
dari energi yang tidak terbarukan, sumber energi yang
tak terbarukan yang suatu saat pasti akan habis, oleh
karena itu kita harus menemukan energi alternatif yang
dapat mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi
yang tak terbarukan.
28
4.2 Daya yang dapat Dihasilkan Pembangkit Listrik
Tenaga Pasang Surut
Pembangkit listrik tenaga pasang surut air laut
dapat mengasilkan listrik dengan memanfaatkan
terjadinya fenomena pasang surut, dimana energi yang
dihasilkan dapat dihitung dengan persamaan berikut :
P = f Q H...................................................(4.1)
Dimana : P = daya listrik (kW)
Q = debit air (m3)
H = tinggi pasang surut terbesar (m)
F = faktor efisiernsi 0,7–0,8.
Dengan menggunakan persamaan di atas kita dapat
menghitung energi yang dihasilkan oleh suatu pembangkit
pada Teluk Penerusan Provinsi Bali, karena menurut
hasil kajian Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BPKP)
dan Institut Teknologi Bandung (ITB) bahwa beberapa
wilayah pantai di Indonesia memiliki potensi energi
pasang surut 3-6 meter.
Perkiraan energi yang dapat dihasilkan pada Teluk
Penerusan dapat dihitung sebagai berikut :
Dik : f = 0,7
Q = 84,643 m3/detik
H = 3,75 m
29
Dit : P = .........?
Jawab :
P = f Q H
P = 0,7x84,643x 3,75
P = 222,18 KW
Jadi energi yang dapat dihasilkan dari pembangkit
listrik tenaga pasang surut air yang diaplikasikan pada
Teluk Penerusan Provinsi Bali adalah sebesar 222,18 KW
4.3 Perhitungan Kemampuan Pembangkit Listrik Tenaga
Paasang Surut untuk Rumah Tangga
Dari perhitungan yang telah dilakukan yaitu
menghitung perkiraan output daya yang dihasilkan oleh
pembangkit listrik tenaga pasang surut didapatkan daya
sebesar 222,18 KW. Berikut ini adalah beberapa kategori
daya listrik pada rumah tangga :Tabel 4.2 Kategori Daya Listrik Rumah Tangga
No Gol. Tarif BatasDaya
Nilai DayaAktif
1 R-1/TR 450 VA 360 Watt
2 R-1/TR 900 VA 720 Watt
3 R-1/TR 1300 VA 1040 Watt
4 R-1/TR 2200 VA 1760 Watt
5 R-1/TR 6000 VA 4800 Watt
Sumber : Kadir, 2010
Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat beberapa
kategori kebutuhan daya pada sektor rumah tangga,
30
dimana pembangkit listrik tenaga pasang surut yang
diaaplikasikan di Teluk Penerusan dapat menghasilkan
daya sebesar 222,18 KW. Dengan daya listrik sebesar
tersebut pembangkit listrik tenaga pasang surut mampu
untuk mengaliri kira-kira sebanyak 100 rumah jika
setiap rumah dianggap menggunakan daya listik yang sama
yaitu sebesar 2200 Watt. Dengan demikian pembangkit
listrik tenaga pasang surut dapat dijadikan sebagai
alternatif energi. Berikut ini adalah tabel perkiraan
jumlah rumah yang dapat dialiri lisrik dari pembangkit
pasang surut jika dianggap semua rumah memiliki daya
yang sama:
Tabel 4.3 Tabel Perkiraan Jumlah Rumah yang dapat Dialiri Listrik
No Gol. Tarif BatasDaya
Jumlah Rumah(Unit)
1 R-1/TR 450 VA 493
2 R-1/TR 900 VA 246
3 R-1/TR 1300 VA 170
4 R-1/TR 2200 VA 100
5 R-1/TR 6000 VA 38
31
Sumber : Kadir, 2010
Dengan melihat dari data pada Tabel 4.2 pembangkit
listrik tenaga pasang surut merupakan suatu solusi
untuk membantu kebutuhan listrik di Indonesia, jika
pembangkit ini dibangun di daerah yang lebih strategis
di Indonesia tentunya dapat membantu mengurangi
ketergantungan Indonesia terhadap sumber energi yang
tidak terbarukan.
Dari segi renewable atau sisi terbarukannya, dalam
artian penggunaan jangka panjangnya, tidak perlu
diragukan lagi karena pembangkit listrik tenaga pasang
surut menggunakan sumber energi alam yang tidak ada
habisnya yaitu air laut.
Jadi dapat dianalisa bahwa efektifitas pembangkit
listrik tenaga pasang surut dalam konteks energi
terbarukan cukup menjanjikan dengan banyaknya potensi
pengembangan lagi akan dampak penerapannya. Namun
terdapat beberapa masalah dalam penerapannya di
Indonesia, seperti teknologi tinggi yang dibutuhkan
untuk membuat pembangkit listrik tenaga pasang surut
membuat harganya masih belum terjangkau. Sebuah dam
yang menutupi muara sungai memiliki biaya pembangunan
yang sangat mahal, dan meliputi area yang sangat luas
sehingga merubah ekosistem lingkungan baik ke arah hulu
maupun hilir hingga berkilo-kilometer dan hanya dapat
32
mensuplai energi kurang lebih 10 jam setiap harinya ,
ketika ombak bergerak masuk ataupun keluar.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Setelah dilakukan analisis mengenai pembangkit
listrik tenaga pasang surut, dapat disimpulkan bahwa
pembangkit listrik tenaga paang surut merupakan
pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi
terbarukan, dimana setelah melakukan perhitungan di
daerah Teluk Penerusan Provinsi Bali didapat bahawa
pembangkit listrik tenaga pasaang surut dapat
menghasilkan daya sebesar 222,18KW. Dengan daya listrik
sebesar tersebut pembangkit listrik tenaga pasang surut
mampu untuk mengaliri kira-kira sebanyak 100 rumah jika
setiap rumah dianggap setiap rumah menggunakan daya
listik yang sama yaitu sebesar 2200Watt. Jika
Pembangkit listrik tenaga pasang surut ini dapat
diaplikasikan di daerah-daerah lain di Indonesia,
tentunya sangat dapat membantu Indonesia mengurangi
ketergantungan terhadap sumber energi yang tidak
terbarukan walaupun masih terdapat beberapa kekurangan
daripembangkit listrik tenaga pasang surut.
33
5.2 Saran
Dalam penggunaan energi yang seperti sekarang kita
harus bijak dalam distribusinya. Karena notabenenya
energi yang mayoritas adalah energi yang bisa habis
seperti Minyak Bumi, Batu Bara, dan lains sebagainya.
Selain itu sebagai generasi intelektual yang mengerti
resiko ini sudah seharusnya kita membantu pengembangan
energi-energi alternatif seperti pembangkit listrik
tenaga pasang surut ini sehingga berguna dikemudian
hari dan dapat mengurangi penggunaan energi yang tak
terbarukan.
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar, A., 2004. Penggerak Mula Turbin. Bandung : ITB.
2004.
Arismunandar, A., Kuwahara, 2004. Buku Pegangan Teknik
Tenaga Listri I. Jakarta : Pradnya Paramita.
Dalimunthe, Chaeruddin, 2003. Pengkajian Sumber Energi
Listrik Alternatif dan MesinListrik Alternatif. Bandung:
Angkasa.
34
Kadir, A., 2010. Energi:sumber Daya Inovasi Tenaga Listrik dan
Potensi Ekonomi. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Purjanasa, dkk, 2008. Mesin Konversi Energi. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Sumardjati, dkk, 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan.
Sutarno, 2013. Sumberdaya Energi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Top Related