WIRAUSAHA
KEPERAWATAN DAN PEMBANGUNAN KEWIRAUSAHAAN
Nama Anggota Kelompok 4 :
1. Siti Hayuni (1010711058)
2. Marta Ulli Lestari Sianturi (1010711071)
3. Laras Sriana (1010711079)
4. Erdila Fitriana (1010711083)
5. Amansius Timon (1010711090)
6. Susi Lidnowati (1010711098)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UPN “VETERAN’ JAKARTA
2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sistem kesehatan di dunia saat ini berkembang semakin kompleks. Terdapat
dinamika dalm hubungan antara peran pemerintah, pendanaan, kebijakan
desentralisasi kesehatan, pengaruh sistem pasar dalam pelayanan kesehatan,
berkembangnya teknologi kedokteran, meningkatnya penyakit-penyakit tidak menular
dalam situasi penyakit menular yang masih tinggi, tuntutan masyarkat yang semakin
besar, pengaruh internasional, sampai ke reformasi kesehatan. Perkembangan-
perkembangan tersebut, tanpa pengelolaan yang baik dapat mempunyai dampak
negatif terhadap status kesehatan masyarakat. Dinas Kesehatan merupakan lembaga
strategis di daerah untuk menetapkan berbagai kebijakan kesehatan dan pelayanan
kesehatan serta manajemen kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat.
1.2 Perumusan Masalah
Sesuai latar belakang yang telah dikemukakan, penulis mendapatkan beberapa
masalah dan akan dirumuskan serta dibahas dalam makalah ini adalah:
a. Menjelaskan tentang pembangunan ekonomi melalui wirausaha keperawatan ?
b. Menjelaskan tentang tren dan isu pembangunan kesehatan ?
c. Menjelaskan tentang implikasi terhadap pelayanan keperawatan pelaksanaan program
pembangunan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberi pengetahuan dan informasi tentang
keperawatan dan pembangunan kewirausahaan .
Secara terperinci, tujuan dari penelitian dan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tentang pembangunan ekonomi melalui wirausaha keperawatan ?
2. Untuk mengetahui tentang pembangunan kesehatan melalui wirausaha keperawatan ?
3. Untuk mengetahui tentang implikasi terhadap pelayanan kesehatan ?
1.4 Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulisan mempergunakan
metode observasi dan kepustakaan.
Teknik yang dipergunakan adalah :
Studi Pustaka
Pada teknik ini, penulis membaca buku atau literatur tentang konsep dasar ekonomi dan
mencari informasi di internet.
1.5 Sistematika penulisan
Pada makalah ini, penulis akan menjelaskan hasil penelitian dimulai dengan bab
pendahuluan.Bab I meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
metode penelitian, dan sitematika penulisan.
Bab II, penulis akan memaparkan data yang diperoleh dan membahasnya satu per satu
terutama yang berkaitan tentang keperawatan dan pembangunan kewirausahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
KEPERAWATAN DAN PEMBANGUNAN KEWIRAUSAHAAN
A.Pembangunan Ekonomi Melalui Wirausaha Keperawatan
Kewirausahaan memiliki pengaruh yang strategis pada perkembngan model praktik
Keperawatan dan model kemitraan dalam perorganisasian pengembangan kesehatan
masyarakat di indonesia. Praktik keperawatan mandiri atau kelompok hubungannya dengan
anggota masyarakat dapat di pandang sebagai sebuah institusi yang memiliki dua misi
sekaligus, yaitu sebagai institusi ekonomi dan institusi yang dapat memberikan pembelaan
kepada kepentingan masyarakat terutama berkaitan dengan azas keadilan sosial dan azas
pemerataan bidang kesehataan.Oleh karenanya praktik keperawatan sebagai instusi sangat
terpengaruh dengan dinamika perkembangan masyarakat (Wiliiam, 2004;Korsching dan
Allen, 2004), dan perkembangan kemasyarakatantentunya juga akan mempengaruhi bentuk
dan konteks kemitraan yang berpeluang dikembangkan(Robinson, 2005) sesuai dengan
slogan National Council for Voluntary Organizations (NCVO) yang berbunyi : “New Times,
New challenges” (Batsler dan Randall, 1992)
Depenisi wirausaha adalah individu (kelompok) yang dapat mengidenfikasi kesempatan
berdasarkan kemampuan ,keinginan,dan kepercayaan yang dimiliki serta membuat
pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan upaya menyelaraskan sumber daya
dalam pencapaian keuntungan personal (Otutey & Sharm,2004).
Peran wirausahawan sangat dibutuhkan oleh suatu negara karena ikut pula menentukan
keberhasilan pembangunan nasional.Ada pun peran wirausawan adalah sebagai berikut :
a. Ikut meningkatkan kegiatan ekonomi suatu negara.
b. Ikut memajukan ekonomi bangsa dan negara.
c. Ikut meninkatkan taraf hidup masarakat .
d. Ikut mengurangi atau mengatasi pengangguran.
e. Ikut mengatasi ketegangan sosial.
f. Ikut meninkatkan perdagangan domestik(dalam negri) maupun perdagangan
internasional.
g. Ikut meninkatkan devisa negara.
h. Ikut meninkatkan pengelolaan sumber daya alam,sumber daya manusia,dan sumber
daya modal.
Kewirausahaan dan ekonomi
Wirausaha (entrepreneur) diartikan seorang inivator dan pengerak
pembangunan .Bahkan seorang wirausaha merupakan katalis yang agresif untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Pertama kali gagasan tentang kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi memiliki
hubungan yang sanggat erat dan positif disampaikan oleh Schumpeter pada tahun 1911..
Peninkatan jumlah wirausaha menyebapkan peninkatan pertumbuhan ekonomi suatu
negara .Ada lima alasan yang melatarbelakangi gagasan Schumpeter ini, yakin:
a. wirausaha yang mengenalkan produk baru dan kualitas baru dari suatu produk ,
b. wirausaha yang mengenalkan metode baru berproduksi yang lebih komersial ,baik
merupakan pengalaman maupun kajianilmiah dari suatu penelitian
c. wirausaha yang membuka pasar baru baik dalam negri ataupun dinegaran yang
sebelum nya belum ada pasar
d. wirausaha yang mengali sumber pasokan bahan baku bagi industri setengah jadi atau
akhir,dan
2. wirausaha yang menjalankan organisasi baru dari industri apapun.
Katerkaitan wirausaha dengan profesi keperawatan :
Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan selama ini masih
memperlihatkan adanya ketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan
masyarakat dengan tanggapan masyarakat , dan partisipasi masyarakat yang di harapkan .
Dalam Undang-Undang keperawatan no.32 tahun 1992 tentang kesehatan bahwa tujuan
pembangunan kesehatan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan .Oleh karena itu
pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadap
pembangunan masyarakat termasuk perawat perlu mencoba mencari trobosan yang kreatif
agar program –program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan berkisenambungan .
Salah satu intervensi keperawatan di Indonesia yang belum banyak digali adalah
kemampuan perawat dalam membangun jejering kemitraan di masyarakat . padahal ,
membina hubungan dan bekerja sama dengan elemen lain dalam masyarakat merupakan
salah satu pendekatan yang memiliki pengaruh sigenifikan pada keberhasilan program
pengembangan kesehatan masyarakat ( Khan & Goodstadt,2001).
B. Pembangunan Kesehatan Melalui Wirausaha Keperawatan
STRATEGI
1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan
2. Profesionalisme
3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
4. Desentralisasi
POKOK PROGRAM
Pokok-pokok program pembangunan kesehatan, adalah
a. Pokok Program Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat
b. Program Peningkatan Perilaku Sehat
c. Program Anti Tembakau, Alkohol dan Madat
d. Program Pencegahan Kecelakaan dan Rudapaksa
e. Program Pembinaan Kesehatan Jiwa Masyarakat
f. Program Kesehatan Olah Raga dan Kebugaran Jasmani
2. Pokok Program Lingkungan Sehat :
a. Program Wilayah/Kawasan Sehat
b. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
c. Program Higiene dan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
d. Program Pemukiman, Perumahan dan Banguna Sehat
e. Program Program Penyehatan Air
3. Pokok Program Upaya Kesehatan :
a. Program Pemberantasan Penyakit Menular dan Imunisasi:
b. Program Pencegahan Penyakit tidak Menular
c. Program Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan Kesehatan
d. Program Pelayanan Kesehatan Penunjang
e. Program Pembinaan dan Pengembangan Pengobatan Tradisional
f. Program Kesehatan Reproduksi
g. Program Perbaikan Gizi
h. Program Kesehatan Matra
i. Program Pengembangan Survailans Epidemilogi
j. Program Penanggulangan Bencana dan Bantuan Kemanusiaan
4. Pokok Program Sumber Daya Kesehatan :
a. Program Perencanaan, Pendayagunaan serta Pendidikan danPelatihan Tenaga Kesehatan
b. Program Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
c. Program Pengembangan Sarana dan Perbekalan Kesehatan
5. Pokok Program Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya :
a. Program Pengamanan Bahaya Penyalahgunaan dan Kesalahgunaan Obat,Narkotika, Psikotra
pika, Zat Aditif lain dan Bahan Berbahayalainnya.
b. Program Pengamanan dan Pengawasan Makanan dan Bahan TambahanMakanan (BTM)
c. Program Pengawasan Obat, Obat Tradisional, Kosmetika dan AlatKesehatan
d. Program Penggunaan Obat Rasional
e. Program Obat Esensial
f. Program Pembinaan dan Pengembangan Obat Asli Indonesia
g. Program Pembinaan dan Pengembangan Industri Farmasi
Sesungguhnya kewirausahaan sosial sudah dikenal ratusan tahun yang lalu diawali
antara lain oleh florence Nightingale (pendiri sekolah perawat pertama) dan Robert Owen
(pendiri koperasi). Pengertian sederhana dari kewirausahaan sosial adalah seseorang yang
mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan kewiraiusahaan.
Untuk melakukan perubahan sosial, terutama meliputi bidang kesejahteraan,
pendidikan dan kesehatan. Jika kewirausahaan nonsosial mengukur keberhasilan dari kinerja
keuangannya (keuntungan ataupub pendapatan) saja, maka kebermanfaatan untuk
masyarakat menjadi tambahan tolak ukurkeberhasilan kewirausahaan sosial. Richard
Cantillon (1755) menyatakan pelaku wirausaha sebagai seseorang yang mengelola
perusahaan atau usaha dengan mendasarkan pada akuntabilitas dalam menghadapi resiko
yang terkait. Schumpeter mendefinisikan “untrnehmer” atau kewirausahaan sebagai sebuah
kekuatan yang inovatif untuk kemajuan ekonomi yang berperan pentig dalam melakukan
suatu perubahn pada bangsa. Dari berbagai pegertian tersebut maka kewirausahaan sosial
sesungguhnya adalah agen perubahan yang mampu untuk melaksanakan cita – cita mengubah
dan memperbaiki nilai – nilai sosial,mengenali berbagai peluang unyuk melakukan berbagai
perbaikan, selalu melibatkan diri dalam proses inovasi, adaptasi, pembelajaran yang terus
menerus, bertindak tanpa menghiraukan berbagai hambatan atau keterbatasan yang
dihadapinya, memiliki akuntabilitas dalam mempertanggung jawabkan hasil yang
dicapainya,kepada masyarakat.
Definisi Dan Fokus Kesehatan Masyarakat Dan Kesehatan Masyarakat
CE Winslow adalah definisi klasik berikut kesehatan masyarakat:
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
promotig kesehatan dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk:
a. Sanitasi lingkungan
b. Pengendalian infeksi menular
c. Pendidikan individu dalam kebersihan pribadi
d. Organisasi pelayanan medis dan keperawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan
pencegahan penyakit
e. Pengembangan mesin sosial untuk menjamin setiap orang Standar hidup yang layak
untuk pemeliharaan kesehatan, sehingga pengorganisasian manfaat ini untuk
memungkinkan setiap warga negara untuk mewujudkan hak kesulungannya kesehatan
dan umur panjang
Sebuah frase kunci dalam definisi kesehatan masyarakat adalah "melalui upaya
komunitas yang terorganisir." Kesehatan masyarakat berkonotasi jangka terorganisir,
upaya undangkan, dan pajak-didukung yang melayani semua orang melalui
departemen kesehatan atau instansi pemerintah terkait.
Tradisi keperawatan kesehatan masyarakat, dimulai pada 1800-an oleh Lilian Wald
dan rekan, jelas menggambarkan fenomena ini (Wald, 1997, lihat bab 2). Setelah
pindah ke komunitas imigran untuk memberikan perawatan bagi individu dan
keluarga, ini perawat kesehatan masyarakat awal melihat bahwa tidak keperawatan
samping tempat tidur mengelola klinis untuk mengajar anggota keluarga untuk
memberikan perawatan di rumah ditangani penentu sebenarnya dari kesehatan dan
penyakit. Mereka memutuskan bahwa aktivitas politik kolektif harus fokus pada
memajukan kesehatan dan meningkatkan agregat kondisi sosial dan lingkungan
dengan mengatasi faktor penentu sosial dan lingkungan kesehatan, seperti lapbor
anak, polusi, dan kemiskinan. Wald dan rekan-rekannya berdampak pada kesehatan
masyarakat dengan pengorganisasian masyarakat, mendirikan sekolah perawat, dan
mengambil ibu miskin untuk bersaksi di Washington, DC (Wald, 1971)
Kebangkitan Kesehatan Modern
Awal upaya kesehatan masyarakat berevolusi lebih jauh pada pertengahan abad
kesembilan belas. Upaya administrasi, legislasi awal, dan perdebatan mengenai
faktor-faktor penentu kesehatan dan pendekatan untuk manajemen kesehatan mulai
muncul pada tingkat sosial, ekonomi, dan medis. Munculnya perawatan "modern"
kesehatan terjadi sekitar waktu ini, dan keperawatan membuat kontribusi besar untuk
kemajuan perawatan kesehatan. Bagian berikut membahas evolusi keperawatan
modern, evolusi atau perawatan medis dan praktek kesehatan masyarakat,
pembentukan keperawatan kesehatan masyarakat.
Evolusi Keperawatan modern
Florence Nigtingale, wanita dikreditkan dengan mendirikan "keperawatan modern"
mulai pekerjaannya pada pertengahan abad kesembilan belas. Sejarawan Florence
Nigtingale ingat untuk memberikan kontribusi bagi kesehatan tentara Inggris selama
Perang Crimean dan Membangun pendidikan keperawatan. Namun, sebagian besar
sejarawan gagal mengenali menggunakan prinsip-prinsip yang luar biasanya
pelayanan kesehatan publik dan kontribusi ilmiah dibedakan untuk reformasi
perawatan kesehatan (Cohen, 1984; Dossey, 2000; Grier dan grie, 1978). Tinjauan
pekerjaan berikut Nightingale menekankan keprihatinannya untuk determinan
lingkungan kesehatan; fokusnya pada tentara Inggris melalui penekanan pada sanitasi,
penilaian masyarakat, dan analisis, pengembangan penggunaan statistik digambarkan
secara grafis, dan advokasi politik untuk dinikmati penduduk. Nightingale berasal dari
keluarga Inggris kaya, berpendidikan, dan bepergian secara ekstensif. Ayahnya
mengajar privat di matematika dan banyak obyek. Nightingale kemudian belajar
dengan Adolphe Quetelet, seorang statistican Belgia. Quetelet nya sangat dipengaruhi
dan mengajarinya disiplin penyelidikan sosial (goodnow, 1993). Nightingale juga
memiliki gairah untuk kebersihan dan kesehatan. Pada tahun 1851, pada usia 31
tahun, dia melatih dalam keperawatan Kaiserswerth Hospital di Jerman. Dia
kemudian belajar organisasi dan disiplin para Suster Charitas di Paris. Nightingale
menulis secara ekstensif dan menerbitkan analisis nya sistem keperawatan banyak
belajar di Perancis, Austria, Italia, dan Jerman (dermaga dan Stewart, 1925)
Pada tahun 1854, menanggapi berita menyedihkan kurangnya perawatan untuk tentara yang
terluka selama Perang Crimean. Dia dan 40 perawat lainnya (berbaring perawat, suster
Katolik Roma, Anglikan dan sister) pergi ke Scutary, yang, pada saat itu, merupakan bagian
dari Kekaisaran Ottoman. Setelah kedatangan mereka, mereka mengetahui bahwa metode
manajemen tentara Inggris untuk mengobati kondisi sakit dan diciptakan yang
mengakibatkan angka kematian yang sangat tinggi di kalangan tentara. Salah satu prestasi
terbesar adalah Nightingale perbaikan pengelolaan tentara sakit dan terluka.
Nightingale menghadapi tugas di Rumah Sakit Barack, yang telah dibangun bagi pasien
1700. Dalam 4 km tempat tidur, dia menemukan 3000-4000 pasien dipisahkan oleh hanya 18
inci dari ruang (Goodnow, 1993, hlm 55-56).
Selama Perang Krimea, kolera dan "demam contagius" merajalela. Jumlah yang sama dari
laki-laki meninggal dari cedera penyakit dan medan (Cohen, 1984). Nightingale menemukan
bahwa pasokan dialokasikan diikat dalam pita merah birokrasi, misalnya, pasokan adalah
"dikirim ke port yang salah atau yang terkubur di bawah amunisi dan tidak bisa punya"
(goodnow, 1933, hlm 86).
Nightingale mengalami masalah mereformasi metode militer untuk merawat orang sakit
karena ia harus bekerja melalui delapan departement urusan militer yang berkaitan dengan
assignmen nya. Dia mengirimkan laporan Rumah Sakit ke London, dan dengan uang
pemerintah dan dana yang dihasilkan disumbangkan dikirim cara, ia segera mendirikan dapur
diet, dan binatu dan makanan yang disediakan, pakaian, rias, dan peralatan laboratorium
(dermaga dan Stewart, 1925)
Reformasi besar accured selama bulan pertama dari assigment 2 nya. Menyadari bahwa minat
dalam menjaga statistik sosial muncul. Nightingale menyadari bahwa argumen yang paling
kuat akan statistik di alam. Dia mereorganisasi metode menjaga statistik dan adalah yang
pertama untuk menggunakan grafik pesolek teduh dan clored dari wedges, lingkaran, dan
kotak untuk menggambarkan kematian yang dapat dicegah tentara. Nightingale dibandingkan
kematian tentara di rumah sakit selama Perang Krimea pada kematian rata-rata tahunan di
Manchester dan kematian tentara di rumah sakit militer di dan Nera London pada saat
(gambar 2-2). Melalui reformasi, dia juga menunjukkan bahwa, pada akhir perang, tingkat
desth antara tentara sakit selama Perang Crimean tidak lebih tinggi daripada bahwa di antara
tentara dengan baik di Inggris (Cohen, 1984). Memang, statistik hatilah Nightingale
mengungkapkan bahwa kematian bagi prajurit memperlakukan menurun dari 42% menjadi
2%. Selanjutnya, ia mendirikan pelayanan masyarakat dan kegiatan untuk meningkatkan
kualitas hidup untuk memulihkan tentara. Ini termasuk fasilitas istirahat dan rekreasi,
opportunies studi, dana tabungan, dan kantor pos. Dia juga menyelenggarakan merawat
keluarga tentara (dermaga dan Stewart, 1925).
Setelah kembali ke London pada penutupan perang pada tahun 1856, Nightingale
mengabdikan usahanya untuk reformasi sanitasi / di rumah, ia menduga bahwa jika
mengabaikan sanitasi tentara ada juga di rumah di London. Dia menyiapkan meja statistik
untuk mendukung kecurigaannya (tabel 2-2).
Dalam satu penelitian yang membandingkan kematian pria berusia 25 sampai 35 tahun di
barak tentara Inggris dengan laki-laki pada usia yang sama dalam kehidupan sipil,
Nightingale menemukan kematian tentara hampir dua kali lipat dari warga sipil. Dalam salah
satu laporan, dia menyatakan, "Tentara kami mendaftar sampai mati di barak" (Kopf, 1978,
p.95). lanjut, ia percaya bahwa memungkinkan muda untuk mati sia-sia dari kondisi tidak
sehat itu setara dengan membawanya keluar, lapisan dia keluar, dan menembak dia (Kopf,
1978). Dia sangat politis dan didistribusikan laporan ke anggota Parlemen dan petugas medis
dan komandan tentara (Kopf 1978). Pemimpin laki-laki terkemuka saat itu menantang
laporannya. Gentar, ia menulis ulang mereka lebih mendalam dan didistribusikan mereka.
Dalam usahanya untuk membandingkan sistem rumah sakit di negara-negara Eropa,
Nightingale menemukan bahwa setiap rumah sakit terus data yang tak tertandingi dan bahwa
banyak rumah sakit digunakan berbagai klasifikasi nama untuk penyakit infeksi. Dia
mencatat bahwa perbedaan ini mencegah pengumpulan sstatistics serupa dari daerah
geografis yang lebih besar. Statistik ini akan membuat profil kesehatan penyakit regional dan
memungkinkan untuk perbandingan dengan daerah lain. Dia mencetak bentuk statistik umum
bahwa beberapa rumah sakit di London diadopsi secara eksperimental. Sebuah studi dari
hasil tabulasi mengungkapkan promisee trhe dari strategi ini (Kopf, 1978) (Kotak 2-3).
Pada 1861, Nightingale melobi para pejabat untuk menambahkan dua bidang pengumpulan
data untuk sensus. Dia meminta para pejabat untuk memasukkan jumlah yang sakit dan
lemah dalam populasi dan data menggambarkan perumahan penduduk (Kopf, 1978),
menyatakan ia sebagai berikut:
Meskipun pejabat sensus tidak mengadopsi rekomendasi nya menghubungkan penyakit dan
perumahan untuk kesehatan, saran Nightingale yang visioner. Sangat menarik untuk dicatat,
bagaimanapun, bahwa paradigma untuk praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan
yang envolved melalui eork Nightingale tidak oncorporate penekanannya pada statistik dan
basis penelitian suara. Hal ini juga mengapa pendidikan keperawatan corious tidak
berkonsultasi menulis dan menekankan pentingnya menentukan determinan kesehatan sosial
dan lingkungan sampai jauh kemudian.
Esthablishment Dari Perawatan Medis Modern dan Praktek Kesehatan
Masyarakat
Untuk menempatkan dalam perpektif kerja Nightingale, adalah diperlukan untuk
mempertimbangkan pengembangan perawatan medis dalam terang pendidikan umum dan
praktek selama abad kedua puluh akhir kesembilan belas dan awal. Goodnow (1993) disebut
waktu ini (zaman kegelapan). Ilmu-ilmu kedokteran yang underdevelopmeed dan
bakteriologi tidak diketahui. Beberapa sekolah kedokteran ada pada waktu itu, sehingga
magang adalah jalan untuk pendidikan kedokteran. Mayoritas dokter percaya pada teori
(generasi spontan) dari penyebab penyakit, yang menyatakan bahwa penyakit oganisms
tumbuh dari apa-apa (najman, 1990). Perawatan medis yang khas termasuk pertumpahan
darah, kelaparan, menggunakan lintah, dan resep dosis besar logam seperti merkuri dan
antimony (goodnow, 1933.)Klasifikasi Nightingale statistik rumah sakit mencatat perlunya
untuk tabulasi klasifikasi penyakit pada pasien rumah sakit dan kebutuhan untuk catatan
pasien penyakit dikontrak di rumah sakit. Penyakit ini, seperti gangren coand septikemia,
kemudian disebut penyakit iatrogenik (Kopf, 1978). Mengingat kurangnya sanitasi bedah di
rumah sakit pada saat itu, tidak mengherankan bahwa infeksi iatrogenik merajalela.
Folland,s,Goodman.A.C,Stano,M (1997).The economics of health and health care (second edition).New jersey:Prentice-hall,
TREN DAN ISSU PEMBANGUNAN KESEHATAN
Arah pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 sesuai dengan arah
pembangunan nasional selama ini, yakni :
a. Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional.
b. Pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus diselenggarakan
secara bermutu, adil dan rata dengan memberikan pelayanan khusus kepeda penduduk
miskin, anak – anak, dan para lanjut usia yang terlantar, baik diperkotaan maupun
diperdesaan.
c. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan
profesionalisme, desentralisasi dan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat
dengan memperhatikan berbagai tantangan yang ada saat ini.
d. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakn melalui
program peningkatan perilaku hidup sehat, pemeliharaan lingkungan sehat. Pelayanan
kesehatan dan didukung oleh sistem pengamatan, informasi dan manajemen yang
handal.
e. Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus dilanjutkan.
f. Tenaga yang mempunyai sikap nasional, etis dan profesional, juga memiliki semangat
pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara, berdisiplin, kreatif, berilmu dan
terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi.
TUJUAN
Adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat,
bangsa dan negara indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh
republik indonesia.
1) Peningkatan pelayanan lembaga kesehatan
Peningkatan jumlah, mutu serta penyebaran institusi upaya kesehatan terutama
diarahkan bagi pendydudk di daerah – daerah terpencil, pemukiman baru, perkebunan inti
rakyat (PIR), transmigrasi dan perbatasan serta kelompok masyarakat yang berpenghasilan
rendah, baik di kota maupun di desa. Selain pembangunan baru dilakukan juga perbaikan
ringan atu berat secara bertahap terhadap Puskesmas dan Puskesmas pembantu didasarkan
pada prioritas setempat.
Untuk meningkstksn cakupsn pelsysnsn kesehatan terutama bagi daerah – daerah
terpencil, kepulauan, dan daerah perbatsan dilaksanakn pelayanan dokter terbang dan
penempatan dokter sebagai pegawai tidak tetap (Dokter PTT). Mulai tahun 1992/93 khusus di
profinsi Irian jaya dan di Msluku dilaksanakan paket pelayanan puskesmas jalan kaki dan
paket pelayanan kesehatan gugus pulau. Dengan paket pelayanan tersebut petugas puskesmas
berkeliling dari satu desa kedesa lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat terutama pada masyarakat yang tinggal di daerah terpencil atau pesalaman serta
masyarakat yang tinggal di pulau – pulau kecil.
2. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Peningkatan pelayan KIA merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan dasar
yang meliputi upaya pencegahan penyakit, perawatan dan pemulihan serta peningkatan
kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini merupakan salah upaya yang cukup penting untuk
menurunkan angka kematian bayi, balita, dan ibu melahirkan.
Pelayan KIA terutama dilaksanakan oleh tenaga bidan dan tenaga dukun yang telah
dilatih. Dalam tahun 1992/1993 telah ditempatkan lagi 6.400 bidan atau mengalami kenaikan
terbesar 50,4% dari tahun 1991/1992. Dengan demikian jumlah keselurahntenaga bidan di
desa sampai akhir tahun 1992/1993 adalah sebanyak 19.400 orang. Namun karena jumlah
bidan yang dibutuhkan untuk melayani seluruh penduduk desa masih sulit dicapai, maka
peran dukun bayi masih diperlukan . untuk itu pada tahun 1992/1993 pelatihan dukun bayi
tetap dilanjutkan dan ditingkatkan. Jumlah dukun bayi yang telah dilatih dan dibina dalam
tahun 1992/1993 sebanyak 7.500, berarti meningkat 4% di banding tahun 1991/1992. Dengan
makin meningkatnya jumlah bidan di desa dan jumlah dukun terlatih yang juga terus
bertambah, maka pelayanan KIA menjadi semakin efektif dan efisien terutama dalam
mendukung peran serta masyarakat di posyandu yang jumlahnya pada tahun 1992/1993 telah
mencapai 241.236 buah dan terbesar di hampir seluruh desa.
Efektifitas dan efisiensi pelayanan KIA tersebut antara lain terlihat dari cakupan
pelayanan KIA yanh terus meningkat. Bila pada tahun 1991/1992 program imunisasi baru
mencakup bayi 88,6%, dan ibu hamil. Sementara itu pertolongsn persalinan dan perawatan.
Bayi oleh tenaga terlatih juga meningkat masing-masing dari 60% dan 70% pada tahun
1991/1992 menjadi 65% dan 72% pada tahun 1992/1993.
Berkat makin meningkatnya jumlah fasilitas, jenis dan mutu pelayanan kesehatan
yang tersedia di puskesmas, yang di tunjang pula oleh peran serta masyarakat melalui
pusyandu, maka kegiatan imunisasi pada tahn 1992/1993 secara nasional Indonesia elah
mencapai sasaran “Universal Child Immunization (UCI)” dengan cakupan sebesar 89,9%.
Artinya sebanyak 89,9% dari jumlah bayi yang ada telah mendapat imunisasi lengkap yang
meliputi vaksinasi lengkap yang meliputi vaksinasi BCG, DPT, Polio dan Campak. Besarnya
cakupan ini telah melampaui besarnya cakupan yang ditetapkan oleh WHO sebagai target
nasional, yaitu 80%. Pencapaian UCI, yang ditunjang dengan perbaikan gizi anak balita, telah
menurunkan angka kematian bayi dan meningktkan mutu Kehidupan anak-anak balita
3) Pemeliharaan kesehatan Usia Sekolah
Kegiatan Usia Sekolah (UKS) ditunjukan terutama untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan anak sekolah mulai dari SD sampai dengan SMTA termasuk
sekolah agama. Kegiatan pelayanan yang diberikan antara lain meliputi penyuluhan
kesehatan kepada anak sekolah melalui pengembangan konsep dokter kecil, pemeriksaan
kesehatan berkala, pemberian bimbingan dan pedoman kepada guru tentang kesehatan,
pemeliharaan kebersihan lingkungan, dan perbaikan gizi termasuk pengawasan atas masing-
masing sekolah. Pada tahun 1992/93 jumlah sekolah yang dibina dalam kegiatan UKS
mencakup 22.846 sekolah.
Pada tahun 1992/93, selain dilaksanakan berbagai kegiatan UKS di 27 propinsi, jika telah
dilaksanakan pemeriksaan kesehatan untuk anak sekolah dari 22.841 sekolah di 25 propinsi.
Tujuan pemeriksaan kesehatan anak sekolah adalah untuk mengetahui secara dini
kemungkinan adanya kelainan fisik dan rohani anak sekolah dasar kelas 1. Jika terdapat
kelainan, dapat segera ditangani oleh Puskesmas atau dirujik kerumah sakit.
Bagi anak yang mempunyai kelainan atau Anak Luar Biasa(ALB)dilakukan pelayanan
kesehatan khusus, berupa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kelainannya dan
dilaksanakan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit. Pada tahun 1992/93 pelayanan kesehatan
khusus ALB telah dilaksanakan oleh 150 Puskesmas di 12 propinsi. Pada tahun 1991/92
pelayanan tersebut baru terbatas di 6 propinsi.
4) Pelayanan Kesehatan Gizi dan Mulut
Untuk meningkatkan dan meratakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut maka dalam
tahun 1992/93 telah ditempatkan 750 orang tenaga dokter gigi baik di Puskesmas maupun di
Rumah Sakit yang disertai pula dengan pengadaan peralatannya. Dibanding dengan jumlah
yang ditempatkan pada tahun 1991/92, maka dalam tahun 1992/93 terdapat penambahan
sebanyak 101 orang dokter gigi. Pada tahun 1992/93, cakupan pelayanan kesehatan gigi
sekolah meliputi 113.780 SD atau meningkat lebih 2 kali lipat dari keadaan tahun 199/92.
Dengan makin bertambahnya dokter gigi didaerah-daerah, maka kegiatan pelayanan
kesehatan gigi di sekolah makin dapat ditingkatkan.
Demikian juga pelayanan kesehatan gigi untuk masyarakat desa pada tahun 1992/93 juga
meningkat meliputi 7.965 desa atau bertambah banyak lebih dari 700 desa pelayanan tahun
1991/92.
Untuk mendukung pelayanan kesehatan mulut dan gigi, pada tahun 1992/93 telah diadakan
penambahan peralatan gigi sebanyak 36 set untuk RSU kelas D dan 2.238 set untuk
Puskesmas. Dengan penambahan peralatan gigi ini secara bertahap kebutuhan peralatan
dokter gigi dan perawat gigi sudah mulai terpenuhi. Untuk pertama kali dalam tahun 1992/93
perumahan bagi Dokter Gigi dibangun sebanyak 200 unit.
5) Pelayanan Kesehatan jiwa
Peningkatan dan perluasan pelaanan kesehatan jiwa bagi mayarakat dilaksanakan
dengan mengintregasikan pelayanan kesehatan jiwa di Rumah Sakit dan Puskemas.
Tujuannya adalah agar Puskesmas dapat menangani masalah kesehatan jiwa yang terdapat di
masyarakat dengan bimbingan dan pembinaan dari Rumah Sakit. Pada tahun 1992/93
pelayanan kesehatan jiwa mencakup 145 puskesmas dan 94 Rumah sakit Umum di 20
provinsi atau sedikit lebih meluas dari pelayanan tahun 1991/92. Salah satu kegiatan
pelayanan ini adalah menadakan penjaringan gelandangan yang berpenyakit jiwa (psikotik)
yang dilaksanakan secara terpadu oleh berbagai instansi.
kegiatan penting lainnya dalam pelayanan kesehatan jiwa adalah penyuluhan kesehatan.
Penyuluhan ini di tujuan kepada masyarakat umum terutama keluarga penderita mengenai
cara-cara mencegah dan mengatasi gangguan kejiwaan. Kegiatan sedikit lebih meningkat dari
kegiatan tahun 992/93 tercatat sebanyak 2.280 kegiatan, sedikit ebih meningkat dari kegiatan
tahun 1991/92. Selain itu diadakan pula kunjungan rumah para bekas penderita penyakit jiwa
sebagai upaya untuk terus menerus memantau perkembangan kesehatan jiwa penderita
setelah keluar dari Rumah Sakit Jiwa.
Pada tahun 1992/93 juga telah dilaksanakan penyelesaian pembangunan Rumah Sakit Jiwa
di Lampung Bengkulu dan Solo, serta melanjutkan penyediaan biaya Operasional dan
Pemeliharaan Rumah Sakit (OPRS) yang dimulai tahun 1991/92.
6) Laboratorium Kesehatan
Peningkatan kemampuan pelayanan laboratorium kesehatan diperlukan untuk
mendukung pelayanan kesehatan baik di Rumah Sakit maupun puskesmas. Dalam tahun
1992/1993 telah dilaksananakan perluasan gedung, rehabilitasi sarana di 12 balai
Laboratorium Kesehatan (BLK), dan pengadaan alat-alat laboratorium sebanyak 196 unit. Di
samping itu juga dilaksanakan pendidikan dan latihan teknis tenaga Laboratorium terdiri dari
149 orang dari LBK, 160 orang dari Rumah Sakit dan 585 orang dari puskesmas. Kegiatan
tersebut di atas dilengkapi dengan pemeriksaan dan pengambilan spesimen di lapangan yang
meliputi 161 lokasi dengan jumlah spesimen sebanyak 3.220 buah.
Dalam tahun 1992/1993 juga telah ditingkatkan kemampuan BLK untuk memeriksa
virus HIV/AIDS di 27 BLK, 34 Rumah Sakit dan 129 Laboratorium PMI. Pemeriksaaan awal
virus HIV/AIDS ini di dukung oleh laboratorium rujukan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta.
Untuk meningkatkan kemampuan pelayanan laboratorium di RS pada tahun
1992/1993 telah dilaksanakan bimbingan teknis terhadap 294 Laboratorium RSU. Selain itu
pelayanan Laboratorium kesehatan di klinik swasta juga nebingkat dengan bertambahnya
jumlah laboratorium klinik swasta sebanyak 541 laboratorium pada tahun 1992/1993 atau
bertambah dengan 24 laboratorium baru.
C. Implikasi Terhadap Pelayanan Keperawatan Pelaksanaan Program Pembangunan
Program Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Program upaya pelayanan kesehatan masyarakat bertujuan untuk melakukan pencegahan
dan pengobatan terhadap penyakit menular serta memberikan pelayanan kesehatan dasar
terutama bagi ibu dan anak yang dilaksanakan oleh lembaga pelayanan kesehatan masyarakat
yang meliputi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), puskesmas pembantu, puskesmas
perawatan, puskesmas keliling atau terapung. Pelayanan tersebut diberikan oleh tenaga medis
dan para medis di puskesmas di bantu oleh tenaga bidan atau paramedis lainnya di desa
melalui kegiatan di pos pelayanan terpadu (posyandu) yang dikelola oleh masyarakat.
Dalam upaya lebih memeratakan pelayanan kesehatan terutama di daerah-daeraah yang sulit
dijangkau sarana transportasi, pelayanan kessehtan diberikan melallui puskesmas keliling
jalan kaki. Dengan demikian tenaga medis dan paramedis di daerah-daerah tersebut
memberikan pelayanan kesehatan dari satu lokasi kelokasi terpencil lainnya dengan berjalan
kaki berhari-hari. Selain itu mulai tahun kedua Repelita V sejumlah desa sudah dilayani oleh
seorang tenaga bidan yang khusus ditempatkan di desa. Dengan menempatkan bidan didesa
diharapkan kegiatan pelayanan kesehatan yang mempunyai dampak langsung terhadap
penurunan angka kematian bayi, anak balita dan ibu melahirkan seperti kegiatan KIA,
KB,gizi, dan imunisasi dapat lebih ditingkatkan.
Implikasi Model Pada Pengembangan Kebijakan Keperawatan Komunitas Dan
Promosi Kesehatan
a. Implikasi Model Pada Pengembangan Kebijakan Keperawatan Komunitas
Berdasarkan Kompleksitas Bidang Tugas Keperawatan Komunitas Terutama Dalam
Membangun Kolaborasi, Kemitraan Dan Jaringan Kerja Dengan Elemen Masyarakat
Lainnya, Maka Perlu :
1. Didorong Penyususnan Undang-Undang Tentang Profesi Perawat
2. Disusun Kode Etik Dan Standar Kompetensi Perawat Spesialis Komunitas
Indonesia
3. Disusun Standar Pelayanan Praktik Keperawatan Komunitas
4. Disusun Sistem Keperawatan Komunitas Termasuk Sistem Pendidikan
Berkelanjutan.
5. Dibentuk Kolegia Perawat Spesialais Komunitas Untuk Meningkatkan Standar
Mutu Pelayanan
6. Dibentuk Suasana Praktik Keperawatan Komunitas Yang Berbasis Pada
Penelitian Ilmiah
7. Menyusun Integrasi Anatara Sistem Pendidikan Perawat Spesialis Komunitas
Dengan Praktik Spesialis Komunitas.
b. Implikasi Model Pada Promosi Kesehatan
1. Meningkatkan peran dan fungsi perawat spesialis komunitas sebagai
koordinator, kolaborator, penghubung, advokat, penemu kasus, pemimpin,
pemberi pelayanan keperawatan, role model, pengelola kasus, referal resource,
peneliti, community care agent change agent.
2. Memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan/ kesehatan
individu, keluarga, kelompok, masyarakat dalam upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit , penyembuhan penyakit, pemulihan
kesehatan serta pembinanan peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian
di bidang keperawatan/ kesehatan.
3. Meningkatkan kolaborasi, kemitraan dan jaringan kerja perawat spesilais
komunitas dengan masyarakat maupun elemen masyarakat terkait lainnya.
4. Meningkatkan upaya preventif dan promotif dibanding upaya kuratif dan
rehabilitatif.
5. Meningkatkan tiga upaya preventif (tindakan pencegahan.
KESIMPULAN
Dapat dimengerti bahwa, tanpa kesehatan yang baik, pendidikan tidak
mungkin dapat berjalan dengan baik dan pendidikan yang baik mustahil ekonomi
keluarga masyarakat dapat membaik pula. Tanpa kesehatan dan pendidikan yang
baik/prima, ekonomi kita kelak hanya merupakan “ekonomi kaki lima”. Namun
sebaliknya pula, tanpa ekonomi yang kuat, kesehatan dan pendidikan
keluarga/masyarakat pun tidak mungkin dapat membaik pula. Yang jelas disini
terlihat bahwa merupakan “ cermindari kescerdasan, kesejahteraan dan kemakmuran.
Kesehatan masyarakat digambarkan sebagai bangun segitiga beserta unsur
partisipasi,kapasitas, dan kepemimpinan. Partisipasi berkaitan dengan peran serta
aktif seluruh komponen masyarakat, yaitu individu, keluarga, kelompk resiko tinggi,
adan sektor terkait lainnya, dalam upaya perencanaan peningkatan derajat kesehatan
secara komprehensif. Kapasitas memiliki makna tingkat pengetahuan , kemampuan
dan keteramppilan anggota masyarakat secara keseluruhan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya dalam upaya peningkatan masyarakat.
SARAN
Seharusnya dalam materi ini mahasiswa harus bisa mengerti tahapan-tahapan yang
terjadi dalam gangguan hemodinamika sehingga bisa memper mudah dalam
pemahaman yang lebih mendalam.
Daftar Pustaka
Folland,s,Goodman.A.C,Stano,M (1997).The economics of health and health care (second
edition).New jersey:Prentice-hall,
Depkes, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program JPSBK, edisi pertama,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1998
Top Related