perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
WEIGHT TRAINING UNTUK MENINGKATKAN POWER OTOT LENGAN
PITCHER SOFTBALL
Skripsi
Oleh:
Anugrah Nur Warthadi
NIM K5608036
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Anugrah Nur Wartahdi
NIM : K5608036
Jurusan/Program Studi : JPOK/PENKEPOR
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “WEIGHT TRAINING UNTUK
MENINGKATKAN POWER OTOT LENGAN PITCHER SOFTBALL” ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang
dikutip penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalm daftar
pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini jiplkaan saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya
Surakarta, juli 2012
Yang membuat pernyataan
Anugrah Nur W
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGAJUAN
WEIGHT TRAINING UNTUK MENINGKATKAN POWER OTOT LENGAN
PITCHER SOFTBALL
Oleh :
Anugrah Nur Warthadi
NIM K5608036
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I
Dra. Ismaryati, M.Kes
NIP. 19630505198903 2 001
Pembimbing II
Drs. Bambang Wijanarko, M. Kes
NIP. 196205181989021001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Jumat
Tanggal : 27 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Ketua : Drs. Agustiyanto,M.Pd. _______________
Sekretaris : Islahuzzaman Nuryadin, S.Pd, M.Or ._______________
Anggota I : Dra. Ismaryati, M.Kes _______________
Anggota II : Drs. Bambang Wijanarko, M. Kes. _______________
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
a.n
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. Rer.nat. Sajidan, M.Si
NIP19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Anugrah Nur Warthadi. WEIGHT TRAINING UNTUK MENINGKATKAN
POWER OTOT LENGAN PITCHER SOFTBALL. Skripsi, Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarata.Juli.2012.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan power otot lengan pitcher softball.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini action reaserch, dengan rancangan
eksperimen pre test-post test.
Subjek penelitian adalah pitcher klub softball buffaloes yang berjumlah 6
orang. Teknik pengumpulan data mengunakan tes dan pengukuran, serta observasi.
Tes Vertical Arm Pull untuk mengukur power otot lengan, observasi untuk
mengamati keaktivan latihan, kebenaran teknik gerak weight training.
Berdasarkan hasil penelitian dari hasil analisis data yang telah dilakukan
ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima. Dengan demikian dapat diperoleh
simpulan sebagai berikut:Dari hasil observasi mengenai keaktivan latihan, kebenaran
teknik gerak weight training, dan ketepatan beban latihan pada pitcher club Softball
Buffaloe’s UNS sebanyak 6 orang dapat disimpulkan bahwa subjek melakukan
latihan dengan teknik yang benar.Ada perbedaan yang signifikan antara pretes
dengan postest teknik pelatihan weight training pada pitcher club Softball Buffaloe’s
UNS, analisis statistik t-test antara pretest dan postest diperoleh nilai sebesar 18.871
dan ttabel dengan taraf signifikan 5% dan n=10 sebesar 2.447. (thitung 2.240 > ttabel
2.228) dan nilai rata-rata postest lebih tinggi daripada nilai rata-rata pretest.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Anugrah Nur Warthadi. WEIGHT TRAINING TO INCREASE ARM MUSCLE
POWER SOFTBALL PITCHER A Thesis, Surakarta: Teacher Training and
Educational Faculty Sebelas Maret University Surakarata.July.2012.
This study aims to increase muscle power softball pitcher's arm. The method
used in this study action reaserch, design experiments pre-post test.
The subjects were softball pitcher Buffaloes club numbering 6 people.
Data collection techniques using test and measurement, and observation.
Vertical Arm Pull test to measure muscle power arms, liveliness of observation to
observe the exercise and the proper motion weight training techniques.
Based on research results from analysis of data was done acceptable
hypothesis. Thus the conclusion can be obtained as follows: From the observation of
active exercise, the proper motion weight training techniques, and accuracy on the
training load Buffaloe's Softball pitcher club UNS as many as 6 people can be
concluded that subjects with exercise the techniques correctly. There were significant
difference between postest pretest with weight training techniques on the training
pitch softball club Buffaloe's UNS, statistical analysis t-test between pretest and
postest obtained a value of 18 871 and a TTable with a significant level of 5% and n
= 10 for 2447. (tcount 2240> TTable 2228) and the average value postest higher than
the average pretest value.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Sabar, narimo lan ikhlas
(penulis)
“Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang!”
(Penulis)
Men are born with two eyes, but only one tongue, in order that they should see twice
as much as they say.
( Charles Caleb Colton )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :
1. Bapak dan Ibu Tercinta yang selalu mengiringi dan memberiku
kekuatan dalam setiap langkahku. Matur sembah nuwun.
2. Mas Jati & Keluarga, Mbak Anik & Keluarga Tercinta yang
selalu memberiku inspirasi dan semangat yang terbarukan.
3. Sholikhah Wahyu Nur Astuti Tersayang yang selalu bisa
membuatku tenang, stand by me til end,.....
4. Keluarga besar ORHIBA Magetan yang telah mengajariku untuk
lebih mengerti kesejatian hidup. Damai......,
5. Saudaraku-Saudaraku
RANDUBUTI(Ajik,Sinyo,Gundul,Galek,Irul,Nunu,Aba,Vera)
Yang telah menagjariku untuk survive. Karena gunung kita
menjadi satu.
6. Teman-teman seperjuangan PENKEPOR 2008.
7. Buffaloes Softball Club & Staff, terimaksih ku karena telah
memberiku tempat untuk tetap berusaha menjadi yang terbaik.
8. Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karuniaNya, taufiq dan hidayahnNya, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik, sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis merasa memperoleh
kebahagiaan tersendiri. Meskipun demikian tidak berarti penulisan ini tanpa
hambatan, namun setidaknya pula hambatan tersebut dapat diantisipasi dan diatasi.
Hal tersebut tidak lain berkat dorongan, motivasi, dan saran dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh sebab itu , penulis ingin
mengucapkan terimaksaih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakata, yang telah memberikan
ijin penelitian guna menyusun skripsi ini.
2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si, Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan
ijin penelitian guna menyususn skripsi ini.
3. Drs. Amir Fuady, M.Hum, Pembantu dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin
penelitian guna menyusun penelitian guna menyusun skripsi ini.
4. Drs. Mulyono, MM., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
5. Drs. Agustiyanto, M. Pd.,Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu.
6. Dra. Ismaryati, M.Kes Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan
pengarahan, bimbingan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes Pembimbing II yang dengan sabar telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penilis
menyelesaikan skripsi ini.
8. Rifa Galindra Ketua Klub Sofball Buffaloes yang telah memberikan ijin
penelitian.
9. Segenap Bapak/Ibu dosen JPOK FKIP UNS yang telah memberikan bekal
ilmu pengetahuan, sehingga peneliti mampu menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
10. Berbagai pihak yang telah membantu peneliti demi lancarnya penulisan
skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi majunya
ilmu pendidikan di sekitar kita.
Surakarta, 15 Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN. ..................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
ABSRTAK ................................................................................................... vi
ABSTACK ................................................................................................... vii
HALAM MOTTO ........................................................................................ viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... .. 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................ 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 5
1. Tinjauan Softball ................................................................ 5
2. Teknik Dasar Permainan Softball ......................................... 6
3. Analisis Teknik Pitching Softball ........................................ 8
a. Posisi Awal .................................................................... 8
b. Ayunan Belakang (backswing) ....................................... 10
c. Pergerakan yang Menghasilkan Kekuatan ....................... 14
d. Langkahan (Stride) ......................................................... 17
e. Putaran Badan Pada Lemparan ....................................... 20
f. Perpindahan Lengan dalam Penyampaian ....................... 25
g. Tindakan Cepat Melepas Bola (Release) ........................ 29
h. Penggunan Bagian Proximal ........................................... 31
i. Gerak Lanjutan (Follow Trough) .................................... 34
4. Power ................................................................................. 36
a. Pengertian Power ........................................................... 36
b. Jenis – jenis Power ......................................................... 37
5. Power Otot Lengan ............................................................. 39
a. Faktor yang Mempengaruhi Power ................................. 40
b. Otot – otot Penunjang Otot Lengan ................................ 40
c. Latihan Meningkatkan Power Otot Lengan ..................... 41
6. Latihan ............................................................................... 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
7. Dosisi Latihan.. .................................................................... 47
8. Latihan Berbeban ................................................................ 48
B. Penelitian yang Relevan ........................................................... 54
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 55
D. Hipotesis .................................................................................. 55
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 56
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 56
B. Subjek Penelitian ..................................................................... 57
C. Data Dan Sumber Data ............................................................. 57
D. Pengumpulan Data ................................................................... 57
E. Uji Validitas Data ..................................................................... 58
F. Analisis Data ........................................................................... 58
G. Indikator Kinerja Penelitian ...................................................... 58
H. Prosedur Penelitian ................................................................... 59
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN .................................. 61
A. Deskripsi Data………………………………………………...61
B. Pengujian Persyaratan Analisis……………………………….62
1.Uji Realibilitas………………………………………………62
2.Uji Normalitas………………………………………………63
C. Pengujian Hipotesis………….……………………………….64
D. Pembahasan Hasil Analisis Data……………….…………….65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN………………………….67
A. Kesimpulan…………………………………………………...67
B. Implikasi……………………………………………………...67
C. Saran………………………………………………………….68
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Stance Phase .......................................................................... 9
Gambar 2. Ayunan Belakang ................................................................... 11
Gambar 3. push-off ................................................................................ 12
Gambar 4. Putaran lengan ...................................................................... 13
Gambar 5. Jari kaki sejajar ...................................................................... 14
Gambar 6. Gerakkan pinggang sebelum melepaskan bola ........................ 15
Gambar 7. Gerakan sendi bahu ................................................................ 16
Gambar 8. Stride .................................................................................... 17
Gambar 9. Sudut kaki depan 45 derajat .................................................. 18
Gambar 10. Panjang langkah ..................................................................... 19
Gambar 11. Lengan lemparan sejajar ......................................................... 21
Gambar 12. : Gerakan pinggul ..................................................................... 22
Gambar 13. Kedua beban pelempar bertumpu pada kaki belakang ............. 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Gambar 14: Gerakan sendi pinggul. ........................................................... 24
Gambar 15: Pelempar menggunakan pinggul. ............................................ 25
Gambar 16: Pronation lengan bawah ........................................................ 26
Gambar 17: Flexi siku saat melepas bola .................................................. 27
Gambar 18: Gerakan lengan .................................................................... 29
Gambar 19. Gerakan relaese bola .............................................................. 31
Gambar 20: Badan condong ke lengan lemparan ....................................... 32
Gambar 21: Posisi pronasi siku. ............................................................... 33
Gambar 22: Putaran pinggul ...................................................................... 34
Gambar 23: Kaki belakang ....................................................................... 35
Gambar 24: Pelempar siap dilapangan dengan bola sebelum gerak
lanjutannya ............................................................................ 36
Gambar 25. Stuktur Otot-otot Lengan........................................................ 40
Gambar 26. Bent-Arm Fly ........................................................................ 49
Gambar 27. Chest Press ........................................................................... 50
Gambar 28. Push up .................................................................................. 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Gambar 29. Low Pulley Bicep Curl .......................................................... 51
Gambar 30. Tricep press down ................................................................ 52
Gambar 31. Twisting trunk curl ................................................................ 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1: Rincian Kegiatan Waktu Dan Jenis Kegiatan Penelitian ............... 58
Tabel 2: Pengumpulan Data ....................................................................... 59
Tabel 3: Indikator kinerja penelitian ........................................................... 60
Tabel 4 Diskripsi Data Tes Awal…. .......................................................... 63
Tabel 5 Diskripsi Data Tes akhir............................................................... 63
Tabel 6 Hasil Uji Realibilitas Tes… .......................................................... 64
Tabel 7 Tabel Range Kategori Realibilitas. ................................................ 64
Tabel 8 Uji Normalitas…….. ..................................................................... 65
Tabel 9 Rangkuman Hasil Uiji Perbedaan. ................................................. 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data……………………………………………………...71
Lampiran 2. Analisis Data…………………………………………….74
Lampiran 3. Program Latihan Weight Training……………………….81
Lampiran 4. Petunjuk Pelaksanaan Vertical Arm Pull Test…………..87
Lampiran 5. Dokumentasi….. ………………………………………...88
Lampiran 6. Prosedur Latihan…………………………………………91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permainan softball merupakan cabang olahraga yang cukup popular di
Indonesia, hal ini terlihat dengan semakin banyaknya perkumpulan-perkumpulan
softball di kota-kota besar maupun di daerah-daerah. Selain itu juga minat para
generasi muda terhadap cabang olahraga ini seperti di perguruan-perguruan tinggi
maupun di sekolah semakin menunjukan perhatian yang tinggi. Hal ini sangat
mempengaruhi untuk pembinaan dan prestasi dimasa yang akan datang. Setiap
cabang olahraga mempunyai karakteristik yang berbeda, ciri dari permainan softball
dapat dilihat dari sifat permainan, teknik-teknik gerak, peraturan permainan, dan
perlengkapan yang digunakan.
Softball adalah permainan yang membutuhkan aspek power otot untuk
melakukan unjuk kerja khususnya untuk para pitcher karena posisi ini memegang
peranan penting didalam tim, seperti pendapat Kneer dan Cord (1976 :36) “The
pitcher is crucial to success in softball. The initiation of activity begins with the
pitcher and probably seventy five percent of winning will defend upon pitching”. Dari
kutipan tersebut jelas bahwa seorang pitcher mempunyai peranan yang sangat penting
dalam mematahkan serangan lawan, untuk menjadi seorang pitcher yang terampil
harus memiliki komponen kondisi fisik yang baik untuk mendukung performa
seorang pitcher dalam bertanding pitcher harus memiliki komponen gerak sepeti
agilitas, fleksibilitas yang tinggi, power dan keseimbangan. Hanya dengan kondisi
fisik yang baik pitcher akan merasa siap dalam melakukan latihan yang diaplikasikan
dalam setiap pertandingan dan harus mampu melempar secara tepat ke daerah strike
zone selama 7 inning atau bahkan lebih.
Prestasi klub softball buffaloes belum maksimal, hal ini terlihat dari kejurnas
parta jogja pada tahun 2011 buffaloes hanya mampu barsaing pada babak penyisihan
grup. Ada beberapa hal yang menyebabkan belum tercapainya prestasi maksimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pada klub ini, di antaranya kondisi fisik yang belum mencapai puncak penampilan
khususnya pada pitcher. Hal ini terlihat pitcher belum mampu mempertahankan
performa lemparan pada strike zone selam 7 inning atau lebih dan bola dari pitcher
mudah dipukul oleh lawan. Hal ini tentu saja menyebabkan terjadinya kelelahan yang
berakibat menurunya koordinasi gerak, dan ketepatan melempar pada strike zone.
Untuk menyusun program latihan fisik yang tepat bagi pitcher diperlukan
analisis kerja fisik saat kompetisi. Hal inilah yang dijadikan dasar untuk mengetahui
kebutuhan unsur fisik bagi seorang pitcher saat kompetisi, dalam melakukan pitching
terbagi dalam beberapa tahap, yaitu: (1) sikap berdiri (stance), seorang pitcher harus
berdiri dengan kedua kaki menginjak pitcher’s plate. Sikap badan menghadap ke
pemukul, sebagai patokan bahu kiri mengarah ke base ketiga. (2) Langkah (stride)
cara melangkah sebelum pitcher melemparkan bola yang dimulai dengan
memindahkan berat badan ke kaki depan (kaki kanan bagi yang bukan kidal)
kemudian melangkahkan kaki belakang (kaki kiri) ke depan, sehingga bahu kiri
menghadap kearah catcther, kedua lengan ditarik kedepan dada sebagai awalan untuk
melakukan wind up atau putaran lengan. Sedangkan ujung kaki kanan menekan
pitcher’s plate, hal ini berfungsi sebagai poros atau penumpu. (3) Gerakan lengan
(arm action), gerakan lengan dimulai dengan memutarkan tangan yang memegang
bola (lengan kanan) ke depan atas kepala, putaran lengan ini berpusat pada bahu yang
dipengaruhi dua gaya yaitu gaya sentripetal yang mengarah ke pusat putaran dan gaya
senrtifugal yang mengarah menjauhi pusat lemparan yang diakibatkan dari adanya
gerak anguler atau gerak rotasi lengan yang disertai dengan melangkahkan kaki kiri
kedepan kaki tumpu. Pada saat pitcher memutarkan lengan kanannya ke belakang
untuk mengambil ancang-ancang dan mengayunkan kedepan untuk melemparkan
bola, posisi tangan yang memegang harus dalam keadaan hyperextensi, kemudian
dilecutkan kearah fleksi yang bersamaan dengan bola dilepas lurus kedepan (stike
zone), sedangkan jari-jari tangan yang memegang bola hanya bergerak kearah oposisi
sambil melepaskan bola gerakan jari-jari tangan akan mengikuti pergelangan tangan
kearah fleksi. Yang berkontraksi pada gerakan ini adalah otot-oto disekitar bahu yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
flexor carpi radialis dan Palmaris longus serta kontraksi otot-otot jari tangan yaitu
extensor digitorum yang menghasilkan lecutan atau gaya ledak otot terhadap bola.
Gerak lanjut (follow through), gerakan selanjutnya yang dilakukan oleh pitcher
setelah bola dilepaskan yakni dengan melengkahkan kaki kanan kedepan kaki kiri,
dan membiarkan lengan, pergelangan tangan mengikuti sisa gerakan setelah
melepaskan bola, yang hal ini penting dilakukan untuk mendapatkan keseimbangan
setelah melakukan pitching yang maksimal dan agar gerakan tidak menjadi kaku dan
terputus.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan wawancara dengan pelatih,
dperoleh kesimpulan bahwa latihan fisik yang selama ini dilakukan belum pernah
memakai metode latihan weight training untuk meningkatkan power lengan pada
pitcher.
B. Perumusan Masalah
Dari latarbelakang masalah yang diuraikan di atas, masalah dalam penelitian
ini adalah:
Bagaimanakah weight training dapat meningkatkan power otot lengan pitcher
softball ?
1. Definisi Operasional Variabel
a. Weight training yang akan dilatihkan adalah latihan dengan menggunakan
beban luar untuk meningkatkan power otot: bicep brachii, pectoralis major,
pectoralis major, brachioradialis, ticeps brachii, deltoideus, trapezius,
lattisimus dorsi, suprasupinatus, infrasupinatus, teres minor, teres major.
Macam latihan berbeban yaitu: Arm fly, Chest press, Push up, Low pulley
bicep curl, Tricep press down, Twisting trunk curl.
b. Power otot lengan adalah kemampuan pengeluaran kekuatan otot maksimal
dalam waktu secepatnya yang diukur dengan Vertical Arm-Pull Test
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan penelitian perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan power otot lengan pitcher softball melalui weight training.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat untuk meningkatkan power otot lengan
pitcher dengan metode latihan weight training dan klub mempunyai alternatif latihan
dalam meningkatkan power otot lengan pitcher.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Permainan Softball
Induk Organisasi olahraga yang menaungi Baseball Softball adalah
Persatuan Baseball Softball Amatir Seluruh Indonesia atau disingkat dengan
PERBASASI. Awalnya softball dimainkan hanya untuk kegiatan rekreasi saja dan
dilakukan di lapangan tertutup, namun ternyata softball dalam waktu singkat justru
jadi permainan yang banyak digemari masyarakat. Softball dapat dimainkan oleh
setiap orang dengan tidak memandang usia, baik pria maupun wanita.
Softball adalah permainan yang termasuk dalam kelompok bola pukul, yang
dimainkan oleh sembilan orang sebagai regu pemukul dan sembilan orang sebagai
regu penjaga. Cara memainkannya adalah dengan pemukul (bat) dan si pemukul
memukul bola yang dilemparkan oleh pitcher sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Lama permainan adalah tujuh inning yaitu masing-masing regu mendapat giliran
tujuh kali menjadi regu pemukul dan tujuh kali menjadi regu penjaga. Regu pemukul
menjadi penjaga setelah tiga kali mati kesembilan orang regu penjaga tersebut
mempunyai tugas yang berbeda-beda sesuai dengan posisinya. Adapun tugas-tugas
dari masing-masing penjaga tersebut adalah :
a. Posisi satu adalah pitcher, bertugas melambungkan bola.
b. Posisi dua adalah catcher, bertugas menangkap bola dari pitcher dan menjaga
home base.
c. Posisi tiga adalah first base, bertugas menjaga base satu.
d. Posisi empat adalah second base, bertugas menjaga antara base satu dan base dua.
e. Posisi lima adalah third base, bertugas menjaga base tiga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
f. Posisi enam adalah shortstop, bertugas menjaga base dua dan base tiga.
g. Posisi tujuh adalah left fielder, bertugas menjaga di lapangan luar (out fielder
bagian kiri).
h. Posisi delapan adalah center fielder, bertugas menjaga lapangan luar bagian
tengah.
i. Posisi sembilan adalah right fielder, bertugas menjaga lapangan luar bagian
kanan.
Untuk menjadi pemain yang baik tentunya harus menguasai teknik dasar yang
ada dalam permainan tersebut selain mempunyai fisik yang baik dan mental yang
baik.
2. Teknik Dasar Permainan Softball
Di dalam situasi bermain sangat penting keterampilan-keterampilan khusus
yang harus dikuasai untuk dapat bermain dengan baik. Keterampilan ini merupakan
kecakapan yang dapat diperoleh dari penguasaan teknik dasar yang asa dalam
permainan olahraga tersebut. Begitu juga dalam permainan softball teknik dasar yang
ada perlu dipelajari dengan baik karena nantinya berkaitan erat dengan keterampilan
yang dibutuhkan untuk mendukung taktik dan strategi pertahanan dan menyerang.
Untuk dapat menjadi pemain softball yang baik, teknik dasar harus dikuasai
dengan baik dan benar menurut Arma Abdoelah (1981:464-465), sebagai berikut :
1. Melambungkan Bola
Yaitu cara menyajikan bola ke suatu sasaran yang telah ditentukan, yang akan
dipukul oleh pemukul (batter) sebagai lawan atau penyerang.
2. Melempar bola (Throwing)
Melempar harus dilakukan dengan cara yang tepat dan cepat yang ditujukan
kepada teman, untuk mematikan pelari yang menuju base atau menahan lajunya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
pelari. Jenis lemparan yang ada dan biasa ada tiga macam yaitu lemparan atas,
lemparan samping, lemparan bawah.
3. Menangkap bola (Catching)
Menangkap adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pemain untuk dapat
menguasai bola dengan tangan memakai glove, baik itu menangkap bola dari
hasil pukulan lawan maupun lemparan dari teman dengan tujuan untuk
mematahkan serangan lawan atau mematikan pelari.
4. Memukul Bola (Batting)
Memukul bola dilakukan untuk menyerang. Seorang pemukul yang
berpengalaman bisa mengayunkan alat pemukulnya ke segala arah hanya dengan
merubah posisi kakinya atau dengan melakukan ayunan pada waktu yang tepat,
Pelari (Runner).Setelah memukul, pemukul diharuskan untuk berlari menuju
base dan sedapat mungkin untuk mencetak poin atau menyumbangkan angka
bagi regunya.
5. Meluncur (Sliding)
Meluncur merupakan suatu gerakan meluncurkan badan untuk mencapai base
yang dituju. Meluncur dilakukan untuk mengurangi kecepatan laju lari agar
dapat tepat berhenti pada base dan untuk menghindari sentuhan atau ketikan bola
dari lawan sehingga selamat mencapai base yang dituju.
6. Teknik Dasar Pitching
Dalam melakukan pitching terbagi dalam beberapa tahap, yaitu: (1) sikap berdiri
(stance), seorang pitcher harus berdiri dengan kedua kaki menginjak pitcher’s
plate. Sikap badan menghadap ke pemukul, sebagai patokan bahu kiri mengarah
ke base ketiga. (2) Langkah (stride) cara melangkah sebelum pitcher
melemparkan bola yang dimulai dengan memindahkan berat badan ke kaki
depan (kaki kanan bagi yang bukan kidal) kemudian melangkahkan kaki
belakang (kaki kiri) ke depan, sehingga bahu kiri menghadap kearah catcther,
kedua lengan ditarik kedepan dada sebagai awalan untuk melakukan wind up
atau putaran lengan. Sedangkan ujung kaki kanan menekan pitcher’s plate, hal
ini berfungsi sebagai poros atau penumpu. (3) Gerakan lengan (arm action),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Analisis Gerakan Pitching Softball
Lemparan sofbol merupakan skil terpenting dalam permainan sofbol, karena
seorang pelempar dapat menguasai teknik itu ketika tidak ada pemain lain yang dapat
melakukannya. Sofbol biasanya merupakan permainan berskor rendah yang mana
hanya satu atau dua angka yang dapat dicetak dalam satu permainan penuh, hal itu
sering dikarenakan oleh skil pelempar yang tinggi. Para pelempar memerlukan
beberapa tahun untuk menyempurnakan teknik serta kamampuan mengontrol mereka
terhadap kecepatan dan arah lemparan mereka.
Pelempar sofbol menggunakan pergerakan underhand dimana persendian
bahu tidak terlalu tegang karena lemparan overhand digunakan pada bisbol. Seorang
pelempar sofbol dapat sering melempar pada beberapa permainan dalam sehari, dan
mempunyai karir yang panjang dalam beberapa tahun dikarenakan tingkat
ketegangan yang rendah pada persendian bahu. Seorang pelempar sofbol dapat
melempar sebanyak enam kali dalam 7-babak permainan selama satu pekan
turnamen; dan pelempar terbaik dalam tim universitas banyak melakukan lemparan,
jika tidak bermain dalam semua permainan pada setiap musim.
Setiap olahraga mempunyai teknik-teknik yang harus di pelajari sebelumnya
agar olahraga tersebut bermanfaat dan juga tidak membahayakan. Teknik pitching
softball yang tepat dan benar adalah suatu sikap yang ditinjau dari segi mekanika
gerak yang benar dan efisien. Berikut tahapan gerak pitching softball menurut M.
Alexander & C. Taylor (coachesinfo.com: diakses 27 maret 2012) :
a. Posisi Awal
Pelempar harus memulai lemparan dengan posisi kedua kaki menyentuh karet
lemparan, kedua tangan pada bola dan harus berhenti sejenak setidaknya satu detik
sebelum melempar bola. Bahu harus direntangkan pada marka awal (home plate) dan
bola dipegang di bagian tengah badan. Bola digenggam dekat ujung jari-jari dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
jari-jari pada jahitan. “Genggaman yang spesifik ditentukan oleh tipe lemparan yang
sedang di lempar dan variasi lemparan” (Regitano 1982). Lemparan dimulai ketika
kedua tangan terpisah dan lengan lemparan berpindah kebelakang pada posisi di
belakang badan.
Penting membedakan antara kaki belakang dan kaki depan dari seorang
pelempar. Kaki belakang merupakan kaki pelempar yang tidak terdorong (push off)
selama lemparan- kaki ini berada pada karet lemparan dan sering bergeser kedepan
dari mound selama lemparan. Kaki itu sering disebut kaki berputar (pivot foot) atau
kaki lemparan, dan merupakan kaki kanan untuk pelempar tangan kanan. Kaki depan
merupakan kaki tempat bertumpuannya berat badan saat lemparan, atau juga disebut
kaki langkahan (stride leg). Langkah yang panjang di ambil oleh kaki langkahan
selama lemparan, dan semua berat badan bertumpu pada kaki ini ketika bola
disampaikan. Ini merupakan kaki kiri untuk pelempar tangan kanan; atau bukan kaki
lemparan.
Gambar 1: stance phase
Pada stance phase seorang pelempar seharusnya beranggapan bahwa sebuah wide
stance dengan kedua kaki (tumit kaki depan dan jari-jari kaki belakang) menyentuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
karet (gambar 3). “Wide stance ini membolehkan seorang pelempar untuk membuat
momentum melebihi jarak yang panjang daripada sebuah narrower stance” . Kaki
sejajar dengan bahu yang melebar ke arah samping (gambar 2).
b. Ayunan belakang (backswing)
Ayunan belakang dimulai ketika lengan lemparan berpindah ke belakang,
sebuah perpindahan yang dikenal sebagai perpanjangan bahu, yang terlebih dulu
merenggangkan otot arterior bahu untuk gerakan penyampain yang bertenaga
(Gambar 3). Pergerakan ini sering diikuti oleh flexion badan, yang sebelumnya
merenggangkan otot extensor belakang untuk perpanjangan punggung selama
penyampaian. Ketika lengan berpindah ke belakang, kaki lemparan (kaki pada sisi
yang sama seperti lengan lemparan) (yang disebut juga kaki berputar) sedikit
melangkah ke depan. Langkah ini tidak diperbolehkan terlalu panjang (oleh
peraturan), karena kaki lemparan diduga terlalu dekat dengan karet ketika gerakan
melempar terjadi. Kaki lemparan juga harus tetap menyentuh tanah ketika berpindah
ke depan, tidak diperbolehkan meninggalkan tanah selama pergerakan ke depan.
Ketika kaki lemparan berada didepan karet, lengan lemparan mulai berpindah
kedepan (flexion bahu) ke arah depan badan. “Kaki putaran sedikit berbelok ke
samping pelempar mengikuti putaran pinggang pada posisi terbuka” (Werner 1994).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Gambar 2: Otot anterior bahu diregangkan selama tahap keahlian ayunan belakang
Kebanyakan pelempar windmill menampilkan pergerakan yang dilarang
selama lemparan windmill, sebelumnya mengambil lompatan atau loncatan tinggi
diatas kaki belakang untuk meletakan kaki depan selama lemparan. Meskipun
langkah pendek kedepan atau menyeret kaki diperbolehkan, langkah atau lompatan
tinggi di atas kaki belakang sebenarnya dilarang. “Penelitian terakhir pada olimpiade
pelempar sofbol menguji apakah seorang pelempar sebenarnya terbang, menyeret
kaki belakangnya, atau apakah ada peletakan dan perputaran kedua” (Byrd, Werner et
al. 2003). Dari 21 pelempar yang diuji, 10 diantaranya terbang ketika kaki belakang
meninggalkan karet dan 4 diantaranya melakukan peletakan dan perputaran kedua.
Tidaklah tindakan-tindakan terlarang tersebut menghasilkan keuntungan dalam
kecepatan bola ketika dibandingkan dengan pelempar yang menggunakan teknik
yang diperbolehkan. “Sehingga kecemasan atas kemungkinan yang terjadi tidak
menjamin meningkatkan kecepatan bola yang disebabkan pergerakan yang dilarang
tersebut” (Byrd, Werner et al. 2003). Perlu dicatatat bahwa wasit jarang
memperingatkan pelempar ketika menyeret kaki belakang, bahkan itu sering terjadi
pada banyak pelempar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Lengan lemparan bergerak ke depan pada kecepatan sudut yang sama ketika
kaki lainnya (bukan kaki lemparan) mulai melangkah ke depan. Pergerakan ke depan
dari kaki depan sangatlah penting dalam meningkatkan push-off yang bertenaga dari
kaki lemparan (gambar 4). Kaki bebas (free leg) dan lengan lemparan yang lebih
bertenaga bergerak ke depan, tekanan yang kuat ke tanah dan ke belakang pada kaki
push-off dan kecepatan yang besar pada pusat gravitasi dapat dipindahkan ke bola.
Percepatan ke depan dari anggota badan tersebut meningkatkan kekuatan pada kaki
belakang dan meningkatkan kekuatan reaksi yang mendorong pada atlet ke depan.
Gambar 3: Kaki bebas (free leg) berpindah ke depan ketika lengan lemparan
berpindah ke depan. Hal ini dapat membantu pelempar push-off pada
marka lemparan dengan lebih kuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Ketika kaki depan berpindah ke depan dalam selangkah, badan memutar ke
samping ke arah lengan lemparan. Untuk seorang pelempar tangan kanan, badan
memutar ke kanan sehingga menghadap pada marka ketiga pada puncak ayunan
belakang, dan bahu yang berlawanan menghadap ke pemukul. Putaran badan ke
samping tersebut meningkatkan jangkauan dari pergerakan lengan lemparan ke
belakang dan sebelumnya merenggangkan otot badan untuk putaran ke belakang yang
kuat menghadap pemukul (gambar 4).
Gambar 4: Ketika pelempar push-off pada marka lemparan dan melangkah ke depan,
pelempar memutar badan dari marka awal yang memperbolehkan pelempar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
merenggangkan otot-otot tubuhnya bagian depan. Posisi ini juga membantu
pelempar menyembunyikan bola dari pemukul.
c. Pergerakan yang menghasilkan kekuatan
Ketika langkah pendek di atas kaki berputar (pivot foot) dilakukan, seorang
pelempar mungkin condong kedepan untuk merenggangkan otot extensor tulang
belakang. Lengan lemparan kemudian bergerak ke atas menggunakan flexion bahu di
depan badan, ketika kaki depan mulai bergerak ke bawah ke arah tanah. Badan dan
pinggang diputar ke posisi menghadap samping ke arah lemparan ketika lengan
melingkar ke atas dan ke depan badan. Kaki belakang juga diputar sehingga jari kaki
menunjuk ke samping ke arah lemparan, yang memastikan satu putaran penuh ke
samping dari pinggang dan badan (Gambar 6).
Gambar 5: Jari kaki sejajar dengan marka lemparan dan tegaklurus ke arah lemparan.
“Lengan lemparan seharusnya tetap membentang pada sendi siku selama
bagian pertama dilakukan, karena pada kecepatan akhir pengungkit yang panjang
besar diasumsikan bahwa kecepatan sudut dapat dipertahankan” (Werner 1993).
Karena lengan dibentangkan lebih panjang secara penuh untuk berputar di sekitar
poros bahu, hal ini memberikan banyak waktu untuk gerakan badan. Sebuah lengan
pendek di ayun dengan kelenturan siku yang lebih cepat mungkin dihubungkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dengan menurunnya putaran badan dalam putaran yang tidak sempurna, yang akan
menurunkan kecepatan bola pada saat pelepasan.
Gambar 6: Kedua pelempar terbaik menunjukkan lengan lemparan tetap dekat dengan
telinga ketika lengan lemparan bergerak ke atas dan berputar serta keduanya
menggerakkan pinggang sebelum melepaskan bola.
Ketika lengan diayun ke atas dan ke belakang selama penyampaian, lengan
lemparan seharusnya tetap dekat dengan kepala dan telinga kanan, dan sebelumnya
harus mengerakkan pinggang kanan untuk penyampaian (Gambar 7). “Isyarat ini
akan membantu pelempar agar lengan tetap pada posisi lurus” (Mogill:1984).
“Menjaga lengan pada posisi ini akan menghasilkan pengukuran yang akurat bagi
pelempar windmil”l (Werner : 1993). Jika putaran lengan dilakukan maka lengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
berada di belakang atau terlalu jauh dari kepala, lengan mungkin akan lebih jauh dari
pinggang saat bola dilepas. “Seorang pelempar windmill yang lengannya dekat
dengan badan akan mempunyai kontrol yang lebih bagus” (Werner :1993). Meskipun
pada mulanya pergerakan pada sendi bahu mengutamakan perpanjangan bahu, ketika
badan berputar keposisi samping marka, gerakan ini menjadi gerakan utama pada
bahu, yang kemudian menunjukkan lengan bergerak ke belakang ke arah badan.
Gambar 7: Bukan lengan lemparan berayun ke bawah yang paling kuat (melalui
perpanjangan bahu) dan tertarik ke balakang untuk membantu memutar badan.
Gerakan dari lengan bebas ini membantu bahu lemparan berputar kedepan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Lengan lemparan juga memberikan kontribusi untuk kekuatan lemparan.
Bukan lengan lemparan diperpanjang kedepan selama ayunan ke atas dari lengan
lemparan (gambar 8). “Ketika lengan lemparan bergerak ke bawah dan badan mulai
berputar, bukan lengan lemparan dapat berkontribusi dengan memutar ke bawah dan
ke belakang secara menyilang membantu putaran badan yang kuat” (Werner: 1994).
Dari posisi di depan badan pada saat lemparan dimulai, bukan lengan lemparan dapat
digunakan untuk menarik bukan sisi belakang lemparan karena sisi lemparan
bergerak kedepan (gambar 8). Hal ini menghasilkan putaran yang kuat dari girdle
bahu mengelilingi poros melalui punggung, dan gerakan ke depan dari bahu
lemparan.
d. Stride
Gambar 8: Gambar 1 mengilustrasikan dimana pelempar berhenti dari marka
lemparan. Pada bingkai 2 jari kaki kanan pelempar bergeser sejauh tanah yang
diperbolehkan oleh peraturan, bagaimana juga kaki ini bukan kaki tumpuan. Bingkai
3 menunjukkan dimana pelempar “mendarat”. Idealnya, pelempar yang bagus akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
tetap berdiri pada sebagian besar dari lingkaran lemparan sehingga mereka dapat
melepas bola sedekat mungkin dengan marka awal.
Saat lengan lemparan bergerak ke depan dan badan berputar ke depan oleh
putaran kaki belakang, pelempar akan sering menunjukkan lompatan panjang ke atas
kaki berputar (pivot foot) pada arah pemukul (gambar 9). Lompatan ini diperbolehkan
selama kaki belakang tidak meninggalkan tanah. Lompatan ini sering dapat
mencakup beberapa langkah, dan membantu meningkatkan kecepatan dari pusat
gravitasi ke arah pemukul. Kaki ini tidak dapat meninggalkan tanah selama meluncur,
tetapi kaki hanya dapat berputar ke depan sepanjang tanah. Pendaratan dari meluncur
diatas kaki berputar juga membantu untuk membawa kaki belakang selama push-off
terakhir ke arah pemukul, sehingga seharusnya ada beberapa flexion dari kaki
belakang pada pendaratan cepat yang diikuti luncuran. “Kaki berputar (pivot foot)
berbelok ke arah marka ketiga untuk mengikuti pinggang yang berputar ke posisi
terbuka atau ke arah samping” (Werner :1994). “Karena berat badan dipindah ke
depan dari kaki belakang, pusat gravitasi dengan titik lurus dibawa ke arah target
dengan sedikit lonjakan ke atas sampai kontak langkah kaki” (Werner: 1994).
“Kaki depan seharusnya diletakan segaris dengan marka awal, dan tidak terlalu jauh
dari kanan atau kiri sehingga momentum dari putaran kaki belakang semuanya
langsung ke arah target. Tujuan dari langkah kaki seharusnya mendekati 45 derajat
saat mendarat untuk mengikuti jangkaun penuh dari lompatan memutar ke belakang
pada akhir ayunan belakang” (Werner :1994).
Gambar 9: kaki depan 45 derajat dari marka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Panjang langkah ke atas kaki depan merupakan variabel terpenting dalam
lemparan. Semakin panjang langkah semakin bagus skil pelempar. Panjang langkah
seharusnya dalam jangkauan 80% sampai 100% dari ketinggian berdiri pelempar
(Gambar 11). “Sebuah Penelitian dari delapan pelempar terbaik di Amerika Serikat
dilaporkan rata-rata panjang langkah adalah 73% dari ketinggian berdiri dengan
jangkauan dari 56 sampai 86%” (Werner:1994). Langkah yang panjang akan
meningkatkan keakuratan dengan meluruskan lengkungan pada ayunan ke depan
bagian bawah dan meningkatkan waktu selama lemparan dapat dilepas secara tepat
(Kirby :1969).
Gambar 10: panjang langkah adalah 83% dari ketinggian berdiri.
Berat badan bertumpu pada kaki depan dengan sudut jari kaki 45 derajat ke
arah pemukul dan lutut diluruskan. “Rata-rata sudut lutut pada SFC (Stride Foot
Contact) adalah 115 derajat” (Werner, Murray et al: 1997). Lutut diluruskan selama
perpindahan berat badan ke kaki dan kaki depan menjadi tumpuan dimana badan
dapat berputar jika putaran pinggul dan badan digunakan selama penyampaian. “Kaki
biasanya tetap diluruskan saat pelepasan bola, meskipun hiperekstensi lutut tidak
ideal” (Werner :1994). Beberapa flexion kaki depan selama penyampaian bola
mungkin mengurangi kekuatan lutut depan selama perputaran pinggul dan badan
membantu mengurangi kekuatan saat penyampaian. Kekuatan ini termasuk kekuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
yang memindah beban ke kaki depan sebaik putaran cepat dari badan dan tulang
pinggang mengelilingi pinggang depan.
“Kekuatan mendarat di atas kaki langkahan pada lemparan windmill dapat
mengakibatkan cidera pada lutut” (Werner, Guido et al. 2005). Kondisi dan kekuatan
jaringan dianjurkan untuk memperkuat otot besar dari kaki langkahan untuk menahan
kekuatan kontraksi yang terlalu tinggi pada saat mendarat dan melepas.
Kaki depan ditempatkan (Stride Foot Contact- SFC) pada saat lengan mulai
bergarak ke bawah ke arah tanah. Pada Stride Foot Contact yang singkat lengan
berada pada titik terjauh di belakang pelempar. Pola ini membantu untuk memperluas
otot anterior badan dari pelempar untuk menghasilkan putaran badan yang lebih kuat
ke arah pemukul. Langkah kaki depan tidak harus terlalu panjang; karena jika
langkah kaki pelempar terlalu panjang, tidak dapat memutar pinggul dan badan secara
penuh pada posisi menghadap pemukul saat pelepasan. Singkatnya, lengan berada di
titik tertinggi (ayunan belakang tertinggi - TOB) kaki depan harus menyentuh tanah,
jadi lengan dan kaki bebas (free leg) bergerak ke bawah pada waktu yang sama.
“Waktu dari TOB ke SFC memerlukan 0,06 detik” (Werner 1994). Saat lengan mulai
bergerak ke arah tanah, beban dipindahkan dari kaki belakang ke kaki depan, dan
putaran badan dari samping ke arah depan dimulai ketika beban dipindahkan ke
depan. Pemindahan beban ke depan adalah aspek penting dari lemparan windmill, dan
sangatlah penting untuk memulai putaran badan dan memindahkan beban ke kaki
depan dan ke arah lemparan untuk menambah kekuatan bola (Werner 1995).
e. Putaran Badan Pada Lemparan
Pada lemparan sofbol, badan tidak berputar secara terpisah, tetapi badan
bagian atas (girdle bahu atau bahu) dan badan bagian bawah (girdle pinggul atau
pinggul) berputar dengan kekuatan berbeda secara berurutan. Perputaran bebas dari
dua bagian tersebut adalah penting untuk memaksimalkan kontribusi badan untuk
kekuatan bola saat melempar. Ketika menguji pelempar, kekuatan untuk setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
perpindahan harus diperhitungkan secara terpisah. “Disampaikan bahwa kekuatan
putaran maksimal bahu adalah 750 derajat/detik dengan rata-rata 400 – 1200
derajat/detik, dan kekuatan putaran maksimal pinggul adalah 800 derajat/detik
dengan rata-rata 300 derajat/detik sampai 1200 derajat/detik” (Werner:1995).
Gambar 11: Lengan lemparan sejajar dengan tanah dan pinggul mulai berputar- tapi
tidak banyak, sebanyak yang dibutuhkan.
Ketika lengan lemparan mencapai posisi sejajar dengan tanah, beban harus
dipindahkan semuanya ke kaki depan dan putaran badan seharusnya setengah putaran
penuh (Gambar 12). Putaran badan harus membawa lengan pada posisi pelepasan,
jadi pinggul selalu menghadap ke pemukul ketika lengan mendekati posisi vertikal
saat pelepasan. Untuk putaran yang penuh dari badan pada posisi pelepasan, kaki
belakang harus ringan dan meluncur ke depan ke arah kaki depan. Kaki belakang
diangkat saat melempar. “Putaran badan secara cepat dikurangi sebelum melempar
bola, jadi badan selalu seimbang saat melempar. Pengurangan yang cepat pada badan
mungkin memberikan momentum sudut yang lebih besar pada lengan dengan
menyalurkan beberapa momentum dari badan ke lengan” (Alexander dan Haddow
1982).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Gambar 12: banyak pelempar sobol tidak dapat memutar total pinggul mereka dan
meluruskan pinggul dengan marka. Pelempar putra yang berada disebelah kiri adalah
satu dari tiga pelempar diatas yang harus meluruskan pinggul nya ke marka.
“Kesalahan umum pada lemparan adalah menahan beban di kaki belakang,
tidak diperbolehkan pinggul dari sisi lemparan secara penuh berputar ke depan”
(Alexander 1998). Kaki belakang harus bebas di atas tanah, atau setidaknya meluncur
kedepan dengan jari kaki untuk mendapatkan perpindahan beban yang optimal. “Jika
pinggul tidak berputar ke depan, seperti yang terlihat pada kebanyakan pelempar
windmill (Gambar 13), pelempar akan kehilangan kekuatan yang didapat dari
kekuatan otot badan” (Alexander 1998). “Pinggul membutuhkan putaran untuk posisi
terdekat dengan marka awal selama tahap penyampaian, dan posisi ini dipermudah
oleh putaran kaki belakang yang kuat” (Werner 1994). Perputaran badan secara total
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
memberikan pemindahan momentum yang stgnifikan dari badan ke lengan lemparan.
Pada posisi ini, kaki belakang harus ringan dengan hanya jari kaki atau kaki secara
penuh berada di tanah (Gambar 14).
Gambar 13: Kedua beban pelempar bertumpu pada kaki belakang.
Jumlah putaran pinggul yang terlihat pada pelempar windmill yang ahli adalah
bermacam –macam dan menjadi kontroversi di kalangan pelatih lemparan. Prinsip
biomekanikal menyarankan bahwa jangkauan penuh putaran badan dan pinggul yang
dibutuhkan untuk melempar bola dalam mencapai kontribusi maksimum dari badan
untuk kecepatan bola. Putaran pinggul dimana girdle panggul menghadap marka awal
pada saat melepas bola adalah tehnik yang diinginkan. Putaran pinggul memberi
kontribusi total dari badan bagian bawah ke lemparan. Bagaimanapun, kebanyakan
pelempar windmill modern tidak memutar pinggul mereka kedepan untuk menghadap
pemukul sebelum melepas bola- pinggul mereka menghadap ke samping saat bahu
dan lengan lemparan pindah ke depan untuk melepas (Gambar 15). Perubahan
perpindahan bahu menyebabkan lengan mengalami penyilangan bahu ke badan saat
pelepasan, begitu juga flexion bahu. “Tehnik ini memaksa pelempar untuk melempar
badannya ke samping dan kehilangan kontribusi tenaga dari putaran badan dan
pinggul” (Werner 1994). “Hal itu juga telah disarankan bahwa jangkauan putaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pinggul berdasarkan pada tipe lemparan yang akan dilempar, dengan drop ball yang
membutuhkan sedikit putaran badan daripada rise ball” (Kinne 1987).
Ada beberapa alasan dari kekurangan putaran pinggul (putaran tulang
pinggul) untuk menghadap pemukul. Telah disarankan bahwa kekurangan putaran
pinggul saat melepas akan mengurangi kekuatan pada bahu lemparan saat melepas.
Ini sepertinya dikarenakan berkurangnya perenggangan anterior bahu saat badan
tidak berputar secara penuh ke depan sebelum gerakan lengan lengkap. Pengalihan
secara horizontal memaksa penyilangan bahu yang dikurangi saat putaran badan
berkurang. Pada posisi samping ini juga membolehkan pelempar untuk
menyembunyikan bola secara lebih efektif sampai bola disampaikan, hal itu membuat
lebih sulit pemukul untuk mengetahui bola.
Gambar 14: Kedua gambar tersebut adalah pemain tim nasional. Pelempar disebelah
kiri memperlihatkan putaran pinggul yang lebih bagus daripada pelempar sebelah
kanan. Ini bisa digolongkan ke tipe lemparan atau pilihan mereka sendiri. Dari sudut
pandang biomekanikal, tehnik dari pemain sebelah kiri adalah lebih tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Gambar 15: pelempar menggunakan pinggul nya menghadap ke samping untuk
menyembunyikan bola.
f. Perpindahan lengan saat relaese
Sendi bahu yang mengalami kecepatan flexion bahu dan adduction selama
penyampaian, terjadi pada kecepatan tinggi 2000 derajat/detik dengan rata-rata
kekuatan lengan windmill dalam jangkauan 1800 – 2400 derajat/detik. “Kekuatan
pergerakan pada sendi bahu ini dua kali lebih besar daripada kekuatan flexion siku
yang telah disampaikan” (Werner 1995). Flexion yang cepat akan mengakibatkan
gangguan pada bahu (diskolasi) kekuatan itu mengakibatkan cidera bahu. “Kecepatan
lengan lemparan windmill sebelum melepas bola harus dikurangi sebelum bola
dilepaskan. Pelempar dengan kecepatan putaran bahu yang lebih cepat saat melepas
akan mempunyai kecepatan lemparan bola yang lebih rendah” (Werner, Murray et al.
1997). “Perlambatan putaran bahu sebelum melempar mungkin meningkatkan
kecepatan pergerakan lengan untuk disalurkan ke bola" (Alexander dan Haddow
1982).
Perlambatan putaran bahu sebelum melepas memerlukan kontraksi yang luar
biasa kuat dari extensor bahu sebelum melepas bola. Ketika bahu diperlambat, siku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dilenturkan untuk meningkatkan efektifitas dari putaran bahu tengah dan pronation
lengan bawah (Gambar 17).
“Telah disampaikan bahwa pelempar yang mempunyai sedikit gangguan
kekuatan bahu lebih cenderung melengkungkan siku pada saat melepas dan dalam
gerak lanjutan” (Werner 1995). “Dengan melenturkan siku, sedikit tarikan dihasilkan
oleh bahu. Beberapa tenaga dari bahu diambil dengan melengkungkan siku, dan
putaran windmill dihentikan lebih cepat” (Werner 1995). Ini mungkin dikarenakan
rotasi bahu tengah yang lebih besar yang terjadi saat siku dilenturkan seperti
dibandingkan dengan perpanjangan siku: pelempar yang menahan lengan tetap lurus
dalam gerak lanjutan cenderung meneruskan pergerakan windmill yang panjang
setelah bola dilempar.
Gambar 16: siku dilenturkan sebelum melepas bola (bingkai kiri atas) dan akan
meningkatkan keefektifan putaran bahu tengah dan pronation lengan bawah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Meskipun siku direntangkan untuk gerakan windmill yang banyak, siku
mengalami flexion sebelum melepas bola (Gambar 17). “Rata-rata sudut siku untuk
pelempar terampil adalah 140 – 165 derajat saat memukul”.(Werner 1994) (Gambar
18).
“Flexion siku ini membantu meningkatkan gerakan lengan untuk putaran bahu
tengah dan meningkatkan kecepatan bola. Laporan terakhir menyampaikan bahwa
kecepatan flexion untuk pelempar dengan tangan kanan adalah 966 derajat/detik,
dengan jangkauan nilai antara 645 sampai 1700 derajat/detik” (Werner 1995).
Gambar 17: tiga pelempar dengan tahap pengembangan yang berbeda-beda itu
termasuk kriteria flexion siku saat melepas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Lemparan lengan harus tetap dibelakang badan dan pada posisi putaran sejajar
serta melengkung selama ayunan k ebawah di belakang badan. Kecepatan bola pada
tahap ini berasal dari flexion bahu yang terjadi pada saat ayunan ke bawah, sebaik
putaran badan yang terjadi. “Otot yang paling aktif selama tahap ini adalah otot
pectoralis major yang aktif secara kuat dari atas ayunan ke belakang untuk melepas
bola” (Maffet, Jobe et al. 1997).
Pada titk dua bingkai sebelum melepas (0,066 detik), lengan lemparan mulai
gerakan putaran yang penting untuk meningkatkan kekuatan bola: pronation lengan
bawah dan putaran lengan atas. “Ukuran tenaga perputaran internal tenaga relatif
untuk berat badan menjadi lebih besar untuk lemparan underhand daripada lemparan
overhand” (Barrentine 1999). Ini dapat disimpulkan bahwa pergerakan internal dari
humerous.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 18: lengan lemparan dimulai pada posisi sejajar putaran bahu dan lengan
bawah melengkung (terlihat pada bingkai 1) posisi putaran bahu tengah dan pronation
dari bahu bawah (bingkai 5).
Bola dilempar pronation tengah dan putaran tengah (Gambar 19-3) ketika
kecepatan sudut pada perpindahan ini. Sebelum bola dilepas dengan kecepatan
putaran internal maksimal sebesar 4600 derajat/detik mencapai tenaga putaran
perpanjangan bahu didapat ketika flexion siku dimulai, memungkinkan momentum
dari lengan atas disalurkan ke lengan bawah. Bagian lengan atas diperlambat seperti
bagian lengan bawah sebelum meningkatkan kecepatan saat melempar bola.
Putaran bahu tengah dan pronation kemudian mencapai kecepatan sudut
tertinggi dan kemudian dikurangi; diikuti dengan flexion dan adduction pergelangan
tangan. Waktu untuk setiap perpindahan bagian - bagian adalah lebih banyak bagian
proximal mencapai bagian tertinggi sebelum bagian distal yang lain. “Setelah
mencapai kecepatan tertinggi, bagian proximal dikurangi untuk menyalurkan
momentum ke bagian distal” (Alexander dan Haddow 1982). Penguasaan lemparan
tergantung pada kemampuan pemain untuk mengurangi bagian proximal.
Dengan cara tersebut beberapa bagian disalurkan dari proximal ke bagian
distal, satu implikasi dari temuan ini adalah bukan hanya agonist (pemindah) otot
harus diperkuat dalam tipe keahlian ini, tapi sama pentingnya kemampuan otot
antagonist yang luar biasa dari bagian perpindahan yang cepat (Alexander dan
Haddow 1982).
g. Tindakan Cepat Melepas Bola (Relaese)
Pada lemparan cepat (REL), bola harus berada di anterior badan, atau hanya
di pinggul depan pada sisi lemparan. Lengan harus melewati posisi vertikal. Sebelum
melempar, lengan lemparan harus berada pada posisi putaran sejajar dan putaran
melengkung, dimana telapak tangan dan bola menghadap ke samping (menghapdap
marka 3 untuk R handed).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Siku harus dilenturkan secara ringan untuk menghasilkan gerakan lengan
secara maksimal untuk putaran bahu tengah. Posisi cocked dari lengan lemparan
sangat penting dalam memperbolehkan memutar pada arah berlawanan selama
melepas bola. Selama pelepasan, lengan bawah harus pronating dan putaran bahu
tengah meningkatkan kecepatan melepas bola. Saat pelepasan, lengan harus berada di
tengah pronation (berada diantara supination dan pronation) dan putaran tengah, jadi
pronation dan putaran tengah terjadi pada saat kecepatan tercepat. Dilihat dari sisi
samping, tangan bagian belakang harus terlihat saat melempar untuk menunjukkan
putaran yang terjadi, karena tangan berpindah dari posisi telapak tangan menghadap
ke atas sebelum melepas ke posisi telapak tangan menghadap ke bawah yang diikuti
pelepasan karena perputaran lengan (Gambar 19).
(Barrentine 1999).
Gerakan ini dilakukan dengan siku dilipat dengan cepat dan pergelangan
tangan digerakkan untuk memaksimalkan panjang gerakan lengan untuk perputaran
ini dari poros bola. Poros putaran bahu tengah yang melewati poros panjang dari
lengan atas; dan poros pronation terjadi melalui poros panjang dari lengan bawah.
Kelenturkan siku dan pergerakan pergelangan tangan akan membantu meningkatkan
gerakan lengan untuk menghentikan bola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Pelempar juga menunjukkan kecondongan badan yang sejajar dengan arah
lengan lemparan selama pelepasan- gerakan ini meningkatkan gerakan lengan untuk
kedua putaran tulang belakang dan putaran sekitar pinggul kiri. Poros putaran pinggul
kiri melewati tulang belakang, sehingga pergerakan ringan lengan disekitar sendi
bahu akan meningkatkan jarak. Poros perputaran pada pinggul kiri melewati paha
kiri, dan condong ke samping dari poros ini akan meningkatkan lengan gerakan untuk
putaran disekitar poros.
Gambar 20: badan condong ke lengan lemparan adalah nampak pada keempat
pelempar
h. Pengurangan Bagian Proximal
Kecepatan sudut dari bagian badan harus dikurangi, dari proximal ke distal
jadi setiap bagian dapat memberi kontribusi maksimal ke kecepatan bola. Pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
badan mencapai kecepatan sudut yang maksimal, kemudian akan berkurang dan
beberapa momentum sudut yang dihasilkan oleh badan akan disalurkan ke lengan
lemparan. Kemudian bahu mencapai kecepatan sudut flexion yang maksimal, yang
dikurangi sebelum melepas bola. Sebelum bola dilepas, tenaga pergerakan maksimal
dan tenaga maksimal membantu untuk menyalurkan momentum ke bagian distal yang
paling banyak dan pengurangan kecepatan dari lengan atas (Berrentine 1999). Selama
lemparan, puncak
Gambar 21 : Dilihat dari samping seorang pelempar dalam latihan pengembangan
untuk sebuah kemenangan. Sebelum melepas ( gambar tengah ), telapak tangan
menghadap ke atas, dalam pertengahan gerakan ini dari awal posisi melengkung ke
akhir posisi pronate.
Beberapa pelempar windmill yang ahli akan menyentuh bagian samping paha
mereka pada saat melepas, di mana hal itu akan menghentikan atau melambatkan
langkah maju dari tulang kaki depan. Sentuhan dengan paha ini mungkin membantu
meningkatkan ketepatan dengan menghasilkan point pelepasan yang umum untuk
setiap lemparan dan meningkatkan ketetapan pelepasan. Gerakan ini juga akan
menurunkan beban pada otot pemutar dalam perlambatan kecepatan putaran tengah
dan triceps dalam perlambatan flexion dari tulang kaki depan. “Penelitian telah
menunjukkan sedikit aktivitas memutar dari pelempar yang menyentuh paha mereka
dengan tulang kaki depan saat pelepasan” (Werner, guido et al.2005). Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
mungkin bertujuan untuk mengurangi cidera pemutar pada pelempar yang megadopsi
strategi ini.
Berat badan seharusnya ditumpukan pada kaki depan saat pelepasan, pinggul
(girdle tulang pinggul) seharusnya mengarah ke depan, dan badan tegak lurus dan
tidak terlalu sering dilenturkan ke depan. Banyak pelempar modern menggunakan
gaya lemparan dimana pinggul tidak berputar ke depan selama pelemparan, tetapi
pinggul tetap menghadap ke samping sementara girdle bahu diputar ke depan untuk
menghadap pemukul. Hal ini mungkin mengurangi kontribusi dari perputaran
pinggang (perputaran tulang pinggang) tetapi mungkin juga menghasilkan kekuatan
yang besar dari perputaran tubuh dengan menyediakan marka yang kuat dimana
pemutar tubuh dapat menarik selama penyampaian (gambar 22). Sebaiknya ini
mungkin membantu pelempar untuk menyembunyikan bola dari pemukul yang lebih
lama selama penyampaian.
Gambar 22 : kedua pelempar dari tim nasional tidak memutar pinggul mereka secara
penuh sebelum melempar bola. Posisi ini mengakibatka pelempar menahan sisi
kanannya dan menggunakan pemutar badan mereka untuk menarik tubuh bagian atas
untuk menghadap marka awal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
i. Gerak Lanjutan (Follow through)
Tujuan dari gerak lanjutan adalah untuk memperlambat lengan lemparan atas
kemungkinan waktu dan jarak, untuk mengurangi tekanan di setiap unit waktu dan
untuk mengurangi potensi cidera. Semua berat badan harus di pindahkan ke kaki
depan, dan kaki belakang harus bergeser ke depan ke posisi di belakang kaki depan.
Seharusnya tidak ada tumpuan yang tertinggal di kaki belakang selama gerak
lanjutan. (gambar 23)
Gambar 23: kaki belakang tidak menahan beban selama gerak lanjutan agar pinggul
melanjutkan putaran.
Lemparan lengan seharusnya melakukan gerak lanjutan menyilang badan dan
ke atas, dan berakhiri pada posisi yang mencapai setidaknya setinggi bahu. Lengan
lemparan juga akan melanjutkan perputaran pada arah pronation dan perputaran
tengah, untuk memperlambat kecepatan pronation pada kemungkinan terbesar yaitu
waktu dan jarak. “Otot teres minor harus melakukan aktivitas otot tertinggi saat fase
ini, gerakan yang berkelanjutan untuk mencegah penarikan yang berlebihan selama
pelapasan” (Souza 2005). Banyak pelempar windmill berpengalaman dalam
perputaran posisi yang ekstrim pada lengan lemparan selama gerak lanjutan, yang
bertujuan untuk memperlambat perputaran lengan pada kemungkinan terbesar waktu
dan jarak. Karena gerak lanjutan telah selesai, beban bertumpu pada kaki depan, kaki
belakang bergerak ke atas menuju posisi sejajar ke kaki depan, dan lengan sejajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
bahu dan berputar ke posisi telapak tangan menghadap ke bawah. Pelempar
seharusnya menyeimbangkan badannya lurus dengan sarung tangan dan mata pada
pemukul.
Kaki harus berada di posisi yang siap dengan kaki setidaknya merenggang
setara bahu dan lutut melentur untuk menangkap sebuah pukulan yang mungkin
dikembalikan ke pelempar.(Gambar 24).
Gambar 24 : Pelempar siap dilapangan dengan bola sebelum gerak lanjutannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
4. Power
a. Pengertian Power
Power merupakan salah satu unsur yang digunakan dalam berbagai cabang
olahraga untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan. Power juga diartikan sebegai
eksplosif power atau muscular power. Menurut M. Sajoto (1995:8) “daya ledak atau
muscular power adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum
dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya”. Menurut
Suahrno HP (1993:5) mengemukakan “eksplosif power ialah kemampuan otot untuk
mengatasi tahanan beban dengan kekuatan atau kecepatan maksimal dalam satu gerak
yang utuh”. Sedangkan Harsono (1998:200) “Power adalah kemampuan otot untuk
mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat”.
Secara umum yang dimaksud dengan power otot adalah kemampuan otot
ataus ekumpulan otot untuk mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan
suatu aktivitas. Dari pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa power otot lengan
merupakan kemampuan otot atau sekumpulan otot untuk mengatasi suatu beban atau
tahanan dalam menjaklankan suatu aktiuvitas.
Begitu juga pada seorang pitcher softball memerlukan adanya kemampuan
yang besar pada otot . peranan power otot terhadap kecepatan maksimal merupakan
factor pendukung dalam meraih prestasi, menuruit Suharno HP (1993:39-40) faktor
pendukung tersebut antara lain:
1) Besar kecilnya potongan melintang otot (potongan morfologis yang tergantung
dari proses hypertrophy otot).
2) Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban, semakin banyak
fibril otot yang bekerja kekuatan bertambah besar.
3) Tergantung besar-kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet makin besar
kekuatan.
4) Intervensi otot baik pusat maupun poriter
5) Keadaaan zat kimia dalam otot (glycogen, ATP)
6) Keadaan tonus otot saat istirahat, tonus makin rendah berarti kekuatan otot
tersebut pada saat bekerja makin besar.
7) Umur dan jenis kelamin juga menentukan baik dan tidaknya kekutan otot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Faktor utama yang mempengaruhi power otot adalah besarnyadan banyaknya
fibril otot. Semakin besar ukuran dan banyaknya fibril otot, semakin kuat pula
kemampuan otot tersebut. Besarnya otot dapat ditingkatkan dengan melakukan
melalui latihan fisik, salah satunya adalah dengan latihan berbeban. Dengan latihan
beban secara teratur akan menimbulkan pembesaran (hypermetropy) fibril otot.
Semakin sering latihan yang dilakukan maka akan semakin baik pula pembesaran
fibril otot yang akan dicapai. Pembesaran fibril itulah yang menyebabkan
peningkatan power otot.
Supaya latihan yang dilakukan dapat mencapai hasil yang sesuai yang
diharapkan, maka latihan yang dilakukan harus disusundengan program latihan yang
tepat.
b. Jenis – jenis Power
Power merupakan komponen fisik yang sangat mendasar. Sebagian unsur yang
mendasari kemampuan fisik secara keseluruhan, unsur power ini harus dimiliki
terlebih dahulu. Power yang dibutuhkan oleh setiap orang dalam menjalankan
aktivitas tidaklah sama, tergantung dari aktivitas yang dilakukan. Menurut Suharso
HP (1993:40) power dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yitu:
1) Kekutan maksimal adalah kemampuan otot dalam kontraksi maksimal serta
dapat melawan beban yang maksimal pula. Pada perlombaan angkat besi,
kekutan maksimal sangat diperlukan bagi lifter.
2) Eksplosif power adalah kemampuan sebuah otot atau sekumpulan otot atau
sekumpulan otot untuk mengatasi suatu tahanan beban dengan kecepatan
tinggi dalam satu gerak yang utuh.
3) Power endurance adalah kemampuan tahan lamanya kekuatan otot untuk
melakukan tahanan beban dengan intensitas tinggi.
Perbedaan jenis power tersebut didasarkan jenis power tersebut didasarkan pada
beban yang harus diatasi dan dihadapai. Jenis power yang yang diperlukan seseorang
untuk melakukan aktivitas sangat tergantung pada beban yang harus diatasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dihadapi. Padapada seorang pitcher softball jenis power yang diperlukan terutama
adalah power eksplosif dan power endurance.
Selain jenis power diatas, jenis power dapat dibedakan pula berdasarkan pada
perbedaan gerak yang dilakukan. Menurut Bompa (1990:285) power dibagi menjadi
2 macam yaitu “Power asiklik dan power siklik”.
a. Power Siklik
Power siklik sering kali digunakan pada suatu kegiatan dimana dalam kegiatan
olahraga tersebut dalam pelaksanaanya didasarkan pada kegiatan motorik yang
dilakukan secara berulang-ulang dimana frekuensi amplitudo merupakan produk
siklik. Power siklik merupakan istilah yang sering melekat pada atributif gerak fisik
yang diulang-ulang dalam waktu yang sangat lama dan bersifat terus-menerus
(continue). Gerakan ini identik dengan gerakan majunya tubuh seseorang dalam
perpindahan tempatnya. Sehingga dalam pergerakan tersebut tidak hanya
dilaksanakan sekali bahkan berkali-kali dan dalam pelaksanaanya dilaksanakan
secara utuh dan dilaksankan dalam bentuk yang sama mulai dari bentuk gerakan awal
sampai gerakan akhir. Contoh dalam kegiatan olahraga tersebut berupa lari, renang,
jalan, dan lain sebagainya.
b. Power Asiklik
Power asiklik merupakan istilah yang sering melekat pada stributif gerak fisik
yang dilihat dari struktur dan fungsi keterampilan gerak dalam olahraga serta
memiliki tiga struktur fase. Dalam power asiklik terdapat fase persiapan, fase utama
dan fase akhir itulah yang membedakan dengan gerakan power siklik. Dalam power
asiklik ini merupakan kebalikan dari pada power siklik dimana dalam pelaksanaanya
dilkasanakan secara berubah tanpa adanya kemiripan antara gerakan awal sampai
gerakan akhir serta ditandai oleh kecepatan kontraksi otot secara maksimal dan
gerakanya dilakukan secara eksplosif . contoh dalam olahraga yang membutuhkan
power asiklik adalah gerakan nomor-nomor lempar maupun lompat dalam atletik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
gerakan smash dalam bola voli, gerakan mengankis pada karate dan lain sebagainya.
Misalkan dalam hal ini pada keterampilan tolak peluru ada bagian-bagianya mulai
dari awalan, saat memutar, dan pada waktu melaksanakan tolakan. Hal ini yang
mendasari gerakan asiklik yang pada gerakan awal sampai akhir tidak sama bentuk
gerakanya.
5. Power Otot Lengan
Power juga disebut daya ledak. Menurut Suharno HP (1983:37) bahwa:
”Daya ledak ialah kemampuan sebuah otot atau segrombolan otot untuk mengatasi
tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam situasi gerakan yang utuh”. Adapun
pengertian daya ledak (muscular power), menurut Sajoto (1995:9) adalah
”Kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimal, dengan usaha yang
dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya”. Daya ledak (power) adalah
kemampuan melakukan gerakan eksplosif. Power adalah hasil perkalian kekuatan
maksimal (force) dengan kecepatan (velocity). Power pada dasarnya adalah
kemampuan otot seseorang untuk mengatasi tahanan secara maksimal dengan
kecepatan tinggi dalam suatu gerakan utuh.
Berdasarkan pada batasan mengenai power otot yang telah dikemukakan maka dapat
disimpulkan bahwa power merupakan gabungan dua unsur yaitu kekuatan dan
kecepatan dalam berkonstraksi, dengan demikiaan untuk dapat menghasilkan power
otot lengan yang baik diperlukan latihan kekuatan dan kecepatan konstraksi otot.
Dalam olahraga softball komponen fisik power sangat diperlukan, yaitu dalam
melakukan berlari, memukul, melempar. Seperti pendapat Dr.Sudjarwo : ”Power
adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam suatu
gerakan”. Batasan ini sangat jelas bahwa power otot lengan dalm situasi yang
serentak untuk menghasilkan tenaga yang meledak, semakin kuat dan cepat tenaga
seseorang maka semakin besar daya yang dihasilkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
a. Faktor yang Mempengarui Power
Ditinjau dari unsur bentuknya power, kekuatan dan kecepatan merupakan
faktor utama yang menentukan baik dan tidaknya power yang dimiliki seseorang.
Dalam hal ini Sudjarwo (1995:27) berpendapat: ”Power adalah hasil perkalian antara
kekuatan dan kecepatan (P = F x V)”. Menurut hasil Penelitian Sarwono dkk (1999:6)
unsur-unsur penentu power adalah: ”kekuatan otot, kecepatan rangsangan syaraf,
kecepatan konstraksi otot, produksi energi secara biokimia dan pertimbangan
mekanik gerak”. Sedangkan Suharno HP (1993:56-60) berpendapat bahwa faktor
yang menentukan baik tidaknya power yaitu:
1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari otot.
2) Kekuatan dan kecepatan otot. Rumus P = F x V
P = Power, F = Force, V = Velocity.
3) Waktu rangsang dibatasi secara kongkrit lamanya.
4) Koordiasi gerakan yang harmonis.
5) Tergantung banyak sedikitnya zat kimia yang terkandung dalam otot
(ATP).
Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, kekuatan dan
kecepatan merupakan unsur utama dari power. Selain faktor kekuatan dan kecepatan,
faktor lain yang menentukan baik tidaknya power antara lain banyak sedikitnya fibril
otot putih, waktu rangsangan, koordinasi gerakan secara zat kimia dalam otot. Upaya
untuk meningkatkan power, maka faktor-faktor tersebut harus dimiliki dan dilatih
secara sistematis dan kontinyu.
b. Otot-otot Penunjang Power Otot Lengan
Lengan merupakan bagian tubuh yang dominan dalam permainan softball.
Ditinjau dari anatomi , lengan merupakan anggota gerak atas. Sebagai anggota gerak
atas lengan terdiri dari seluruh lengan, mulai dari pangkal lengan sampai ujung jari
tangan.
Adapun kelangsungan gerak dalam melakukan pitching terdiri dari gerakan
push-off dengan otot-otot penggerak soles, gastrocanemius, quadriceps dan
gluteals.Gerakan trunk rotation, otot penggeraknya obliques dan spinal erectors,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
serta gerakan pukulan swing dengan otot penggerak yaitu, anterior deltoid, pectoral,
shoulder internal rotators, elbow flexor (biceps) dan serratus anterior.Sebagian dari
otot-otot penggerak dalam memukul bola softball tersebut seperti tampak pada
gambar 10 dibawah ini :
Gambar 25.Stuktur Otot-otot Lengan
http://learningjust4u.files.wordpress.com/2011/09/skeletal.jpg
c. Latihan untuk Meningkatkan Power Otot Lengan
Power otot lengan merupakan komponen fisik yang sangat penting dalam
permainan softball. Hal ini dikarenakan dalam permainan softball sangat memerlukan
gerakan-gerakan eksplosif dari otot-otot lengan untuk melakukan lemparan dan
pukulan. Karena pentingnya power otot lengan dalam pencapaian prestasi maksimal
dalam softball, maka perlu pengembangan dan pembinaan power otot lengan secara
terprogram dan intensif.
Untuk meningkatkan power otot (daya ledak) diperlukan peningkatan
kekuatan dan kecepatan secara bersama-sama dan terpadu. Oleh karena itu metode-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
metode latihan yang digunakan untuk meningkatkan power otot harus memiliki ciri-
ciri yang mencakup pengembangan unsur kekuatan dan kecepatan. Menurut Suharno
HP (1993:38) ciri-ciri latihan daya ledak adalah:
1) Meningkatkan beban relatif ringan (berat badan atau tambahan beban
luar)
2) Gerakan latihan dinamis
3) Gerakan-gerakan merupakan suatu gerakan yang singkat dan selaras.
Untuk mengembangkan bisa digunakan dengan metode weight training,
interval training, repetition training, dan pliometrik. Latihan yang digunakan untuk
meningkatkan daya harus dilakukan secara sistematis dan hati-hati.
6. Latihan
Latihan merupakan suatu proses yangdilakukan secara teratur guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan utama latihan dalam olahraga prestasi
adalah untuk mengembangkan kemempuan biomotrik ke standart yang paling tinggi,
atau dalam arti fisiologis atlet berusaha mencapai tujuan sistem organisme dan
fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan olahraganya. Berkaitan
dengan latihan A. Hamidsyah Noer (1996: 6) menyatakan, “Latihan suatu proses
yang sistematis dan kontinyu dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan
berulang-ulang secara kontinyu dengan kian hari kian menambah jumlah beban
latihan untuk mencapai tujuan”. Menurut Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifudin (
1996 : 145) bahwa, “Latihan suatu proses yang sistematis dari berlatih yang
dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah beban latihan
serta intensitas latihannya”. Menurut Bompa (1990 : 3) bahwa, “Latihan merupakan
aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara
progresif dan individual yang mengarah pada cirri-ciri fungsi fisiologis dan
psikologis manusia untuk mencapai sasran yang telah ditentukan.
Berdasarkan pengertian latihan yang diungkapkan para ahli tersrebut pada
dasarnya mempunyai pengertian latihan yang hampir sama, sehingga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
disimpulkan bahwa, latihan merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan
kontinyu, dilakukan secara brulang-ulang dengan beban beban latihan yang semakin
meningkat. Dalam pelaksanaan latihan dapat dilakukan dengan berbagai metode atau
cara seperti metode kontinyu, metode interval, metode bagian, metode keseluruhan.
Dalam latihan harus mempunyai tujuan yang jelas serta mempunyai prinsip
latihan yang berpengaruh terhadap cabang olahraga yang diikutinya bahkan ada
pengaruh terhadap kehidupannya sehari-hari. Tujuan dari latihan adalah mencapai
prestasi maksimal disamping kesehatan serta kesegaran jasmani atlet. Usaha-usaha
untuk mencapai tujuan latihan haruslah menganut prinsip-prinsip latihan menurut
spesialisasi cabang olahraga yang ditekuninya. Untuk mencapai mutu prestasi
maksimal perlu adanya penekanan beban latihan secara teratur, terarah dan kontinyu
seperti yang dikemukakan Sudjarwo (1993 : 13-14) sebagai berikut:
Sesuai dengan tujuannya maka urutan penekanana latihan sebagai berikut:
1) Pembentukan kondisi physic (physical build up)
2) Pembentukan teknik (Technical build up)
3) Pembentukan taktik (Tachtical build up)
4) Pembentukan mental (Mental build up)
5) Pembentukan kematangan juara
a. Prinsip Latihan
Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan latihan maka harus
berpedoman pada prinsip latihan yang benar. Menurut Sudjarwo (1993:21),
“prinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat
dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet”.
Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan
dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Agar tujuan latihan dapat dicapai
secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Menurut Sudjarwo (1993 : 21-23) prinsip-prinsip latihan diantaranya: “(1) prinsip
individu, (2) prinsip penambahan beban, (3) prinsip interval, (4) prinsip latihan
sepanjang tahun”.
Prinsip-prinsip latihan tersebut sangat penting untuk diperhatikan dalam latihan.
Prinsip-prinsip latihan yang harus diperhatikan meliputi prinsip individu, prinsip
penambahan beban, prinsip interval, prinsip latihan sepnjang tahun. Tujuan
latihan dapat tercapai dengan baik, jika prinsip-prinsip latihan tersebut
dilaksanakan dengan baik, jika prinsip-prinsip latihan tersebut dilaksanakan
dengan baik dan benar.
Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip latihan dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Prinsip individu
Manfaat latihan akan lebih berarti, jika dalam pelaksanaan latihan
didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih. Sudjarwo (1993 :21)
Menyatakan, “pemberian beban latihan harus selalu mengingat kemampuan dan
kondisi masing-masing atlet. Factor individu yang harus mendapat perhatian
misalnya tingkat ketangkasan atlet, umur atau lamanya berlatih, kesehatan dan
kesegaran jasmani serta psychologis”. Perbedaan antara atlet yang satu dengan
yang lainya tentunya tingkat kemampuan dasar serta prestasinya juga berbeda.
Oleh karena perbedaan individu harus diperhatikan dalam pelaksanaan latihan.
Sadoso Sumosardjuno (1994: 13) menyatakan, “Meskipun sejumalah atlet dapat
diberi program pemantapan kondisi fisik yang sama, tetapi kecepatan kemajuan
dan perkembanganya tidak sama”.
2) Prinsip Penambahan Beban
Prinsip beban lebih merupakan dasar dan harus diphami seorang atlet dan
pelatih. Prinsip beban lebih merupakan prinsip latihan yang mendasar untuk
memperoleh peningkatan kemampuan kerja. Kemampuan seseorang dapat
meningkat jika mendapat rangsangan berupa beban latihan yang cukup berat, yaitu
di atas dari beban latihan yang diterimanya. Andi Suhendro (1992: 37)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
menyatakan “Seorang atlet tidak akan meningkat prestasinya apabila dalam latihan
mengabaikan prinsip beban lebih”. Sedangkan Rusli Lutan dkk. (1992: 95)
berpendapat:
Setiap bentuk latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik, dan mental
sekalipun harus berpedoman pada prinsip beban lebih. Kalau beban latihan
terlalu ringan, artinya di bawah kemampuannya, maka berapa lama pun atlet
berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana capek pun dia
mengulang-ulang latihan itu, prestasinya tidak akan meningkat.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, prinsip beban lebih
bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kemampuan tubuh, pembebanan
latihan yang lebih berat dari sebelumnya akan merangsang tubuh untuk
beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan meningkat.
Kemampuan tubuh yang meningkat mempunyai peluang untuk mencapai prestasi
yang lebih baik.
Salah satu hal yang harus tetap berada di atas ambang rangsang latihan. Beban
latihan yang terlalu berat tidak akan meningkatkan kemampuan atlet, tetapi justru
sebaliknya yaitu kemunduran kondisi fisik atau dapat mengakibatkan atlet menjadi
sakit.
3) Prinsip Interval
Interval atau istirahat merupakan bagian penting dalam latihan. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga kondisi atelet. Berkaitan dengan prinsip interval
Sudjarwo (1993: 22) menyatakan, “Latihan secara interval adalah merupakan
serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu (interval). Faktor
istirahat (interval haruslah diperhatikan setelah jasmani melakukan kerja berat
akibat latihan).”
Istirahat atau interval merupak faktor yang harus diperhatikan dalam latihan.
Kelelahan akibat dari latihan harus diberi istirahat. Dengan istirahat akan
memulihkan kondisi atlet, sehingga untuk melakukan latihan berikutnya
kondisinya lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
4) Prinsip Penekanan Beban
Pemberian beban latihan pada suatu saat harus dilakukan dengan tekanan
yang berat atau bahkan dapat dikatakan membuat atlet stress. Penekanan beban
latihan harus sampai menimbulkan kelelahan yang sungguh-sungguh, baik
kelelahan lokal maupun kelelahan total jasmani dan rohani atlet. Dengan waktu
tertentu serta beban latihan dengan intensitas maksimal akan berakibat timbulnya
kelelahan lokal yaitu otot-otot tertentu atau fungsi organism. Kelelahan total
disebabkan adanya beban latihan dengan volume yang besar, serta intensitasnya
maksimal dengan waktu yang cukup lama. Prinsip penekanan beban diberikan
guna meningkatkan kemampuan organism, penggemblengan mental yang sangat
diperlukan untuk menghadapi pertandingan-pertandingan.
5) Prinsip Makan Baik
Makanan yang sehat dan baik sangat penting bagi seorang atelt. Makanan
yang dikonsumsi atlet harus sesuai dengan tenaga yang diperlukan dalam latihan.
Untuk menentukan jenis makanan yang harus dikonsumsi seorang atelt harus
bekerjasama dengan ahli gizi. Sudjarwo (1993 :23) menyatakan, “Untuk seorang
atelet diperlukan 25-35% lemak, 15% putih telur, 50-60% hidrat arang dan vitamin
serta mineral lainnya”. Pentingnya peranana makanan yang baik untuk seorang
atlet, maka harus diperhatikan aagar kondisi atlet tetap terjaga, sehingga akan
mendukung pencapaian prestasi maksimal.
6) Prinsip Latihan Sepanjang Tahun
Pencapaian prestasi yang tinggi dibutuhkan latihan yang teratur dan
terperogram. Sudjarwo (1993: 23) menyatakan, “Kembali kepada sistematis dari
latihan yang diberikan secara teratur dan ajeg serta dilaksanakan sepanjang tahun
tanpa berseling. Hal ini bukan bertarti tidak ada istirahat sama sekali, ingat akan
prinsip interval”. Sistematis suatu latihan sepanjang tahun akan diketahui melalui
periode-periode latihan. Melalui penjabaran dalam periode-periode latihan, maka
tujuan akan lebih focus, sehingga prestasi yang tinggi akan dapat dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
7. Dosis Latihan
Dalam menyusun program latihan perlu memperhatikan beberapa factor,
diantaranya bebean latihan atau loading. Beban latihan harus ditentukan dengan
tepat agar proses latihan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang optimal.
Beban latihan atau loading merupakan suatu bentuk latihan jasmani dan rohani
atlet untuk mencapai prestasi olahraga. Adapun ciri-ciri beban latihan jasmani
menurut Sudjarwo (1995:15) adalah sebagai berikut:
a. Intensitas
Adalah merupakan ukuran kesungguhan dalam melakukan latihan
yang betul pelaksanaanya. Apabila kita dapat melaksanakan penuh sesuai
dengan kemampuan ini berarti kita menjalankan intensitas 100% (maksimal),
tingkat intensitas dapat dibedakan:
1. 100% atau lebih kategori super maksimal
2. 100% penuh kategori maksimal
3. 80% s/d 99% kategori sub maksimal
4. 60% s/d 79% kategori medium
5. 59% s/d ke bawah kategori rendah
b. Volume
Jumlah beban yang dinyatakan dalam satuan jarak, waktu, berat,
jumlah beban latihan.
c. Duration
Adalah lamanya waktu latihan seluruhnya (penuh) setelah dikurangi
dengan waktu yang dipergunakan untuk latihan.
d. Frekuensi
Adalah beberapa kali suatu latihan dilakukan setiap minggunya.
e. Rytme
Merupakan irama dari latihan atau repetisi yang dipergunakan
misalnya berat dan ringannya latihan atau tinggi rendahnya tempo latihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
8. Latihan Berbeban (Weight Training)
Latihan berbeban (weight training) adalah suatu cara menerapkan prosedur
pengkondisian secara sistematis pada berbagai otot tubuh, Furqon (1996: 1).
Latihan berbeban merupakan latihan fisik dengan bantuan alat sebagai beban, yang
tujuan utamanya untuk memberikan efek terhadp otot-otot rangka dan memberikan
perubahan secara morfologis, khususnya ditujukan untuk meningkatkan kekuatan
dan ketahanan otot guna membantu kemajuan penampilan seseorang, sesuai
dengan batasan strength yaitu kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan
terhadap suatu tahanan, maka latihan-latihan yang cocok untuk mengembangkan
kekuatan adalah latihan tahanan (resistance exercise) dimana kita mengangkat,
mendorong, atau menarik suatu beban, Harsono (2001: 25). Beban yang dimaksud
adalah beban dari dalam yaitu beban dari anggota tubuh sendiri (internal
resistance) dan beban yang berasal dari luar (external resistance).
Sebagai hasil latihan kekuatan adalah terbentuknya beberapa tipe kekuatan
otot, antara lain yang dijelaskan Bompa dan Haff (2009: 268) yaitu:
(1) Kekuatan umum (general strength): mengacu pada kekuatan dari
seluruh system otot. Karena kekuatan umum merupakan dasar dari dasar
dari seluruh program kekuatan, maka semua otot dalam tubuh harus
dikembangkan, (2) kekuatan spesifik (specific strength): mengacu pada
kekuatan otot khusus diperlukan pada cabang olahraga tertentu, (3)
kekuatan kecepatan (speed strength): adalah kemampuan untuk
mengembangkan tahanan secara cepat dan saat percepatan yang tinggi.
Kekuatan kecepatan sangat penting pada kebanyakan cabang olahraga,
khususnya cabang olahraga beregu. Tipe kekuatan ini baik
dikembangkan pada saat fase persiapan khusus dan di dalam fase
latihan. (4) kekuatan maksimal (maximum strength) : kemampuan untuk
mengangkat suatu beban yang hanya bisa diangkat dalam satu kali
angkatan, kekuatan maksimal telah dihubungkan dengan factor-faktor
seperti, daya tahan otot, performa angkat berat, dan kecepatan. (5) Daya
tahan otot (muscular endurance): merupakan kemampuan otot untuk
bekerja teru- menerus dalam waktu yang lama, sebagai hasil dari
penekanan latihan daya tahandan kekuatan. Jumlah total repetisi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
dapat diangkat dengan spesifik angkatan adlah tanda dari daya tahan
otot. (6) Kekuatan absolute (absolute strength): merupakan kemampuan
atlet untuk menggunakan kekuatan maksimumnya tanpa memperhatikan
berat badanya sendiri. Pada beberapa cabang-cabang olahraga (tolak
peluru, American football, atau angkat berat kelas super dalam angat
besi dan gulat) atlet harus mempunyai kekuatan otot dengan level yang
sangat tinggi. Kekuatan otot maksimal atlet dapat diukur dengan
menggunakan tes 1 repetisi maksimal (1RM).
Dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot umum merupakan dasar dari
seluruh program kekuatan. Sehingga semua otot dalam tubuh harus dikembangkan
sesuai dengan cabang olahraga masing-masing. Banyaknya tipe kekuatan otot
sebagai hasil dari latihan kekuatan memiliki dampak yang berbeda-beda.
a. Sistem energi latihan
Di dalam latihan beben, aktivitas yang trjadi adalah proses
menggerakkan/mengkontraksikan bagian otot-otot tertentu pada tubuh. Misalnya
gerakan biceps curl, latihan ini hanya bertujuan untuk melatih otot bisep saja tetapi
tidak menutup kemungkinan otot lain juga dapat bergerak sebagai penggerak pasif.
Kontraksi otot ini membutuhkan energi yang didapat dari perubahan makanan
yang berada pada sel otot melalui energi tinggi yang biasa disebut dengan
adenosine triphosphate atau yang disingkat ATP yang tersimpan di dalam sel otot.
Penyediaan ATP didapat didapatkan dengan 3 cara yaitu: 1) sistem ATP-PC, 2)
sistem lactic acid 3)sistem oksigen(O₂), (Bompa,1993:26). Sistem ATP-PC dan
lactic acid disebut dengan sistem anarerobic, karena dalam proses penyediaan
ATP tanpa menggunakan (O₂), sedangkan sistem yang ke tiga disebut sistem
aerobic dikarenakan proses pemecahan ATPnya dengan menggunakan O₂.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
b. Program Latihan
Arm fly, Chest press, Push up, Low pulley bicep curl, Tricep press down, Twisting
trunk curl.
1. Bent-Arm Fly
Gambar 26. Bent-Arm Fly (Thomas & Barney :2003 : 74-75)
Posisi awal :
Kepala, pundak dan punggung bersandar ke bantal belakang, kedua pundak sejajar
dengan cam, gengam setiap handle dengan ibu jari dan telunjuk, kedua lengan bagian
atas berada pada bantal sandaranya.
Gerakan :
Doronglah dengan kedua lengan bagian bawah, bukan dengan tangan, kepala dan
tubuh bagian atas tetap pada bantal sandarannya, sentuhlah bantal-bantal lengan di
muka dada, keluarkan nafas saat kedua siku menjadi satu berhetilah sebentar,
kembalilah ke posisi awal, tariklah nafas selama pengembalian ke posisi awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
2. Chest Press
Gambar 27. Chest Press (Thomas & Barney :2003 : 76-77)
Posisi awal :
Posisi tubuh seprti terlihat pada gambar, pegangan pada grip posisi tangan sedikit
lebar dari dada, pastikan jarak kepala 2 inchi dari beban
Gerakan :
Dorong beban sampai kedua siku menjadi lurus, keluarkan nafas, ketika sampai pada
titik akhir, kembali pada posisi awal, tarik nafas selama gerakan ke bawah.
3. Push Up
Gambar 28. Push up (http://id.wikipedia.org/wiki/Push-up)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gerakan :
a. Posisi awal tidur tengkurap dengan tangan di sisi kanan kiri badan.
b. Kemudian badan didorong ke atas dengan kekuatan tangan.
c. Posisi kaki dan badan tetap lurus atau tegap.
d. Setelah itu, badan diturunkan dengan tetap menjaga kondisi badan dan kaki
tetap lurus.
e. Badan turun tanpa menyentuh lantai atau tanah.
f. Naik lagi dan dilakukan secara berulang.
4. Low pulley bicep curl
Gambar 29. Low Pulley Bicep Curl (Thomas & Barney :2003 : 117-118)
Posisi awal :
Tubuh bagian atas tegak, kedua lutut sedikit ditekuk, kepala tegak, mengahdap ke
depan, pundak sedikit ditarik ke belakang, bntuk pegangan tangan yaitu underhand
grip, kedua siku direntangkan secara penuh, bar berada di dekat paha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gerakan :
Tariklah bar sampai setinggi pundak, lengan atas tidak boleh bergerak, keluarkan
nafas saat bar mendekati pundak, turunkan perlahan-lahan bar ke posisi permulaan,
kepala tetap tegak, tarik nafas saat menurunkan bar.
5. Tricep press down
Gambar 30. Tricep press down (Thomas & Barney :2003 : 130-131)
Posisi awal :
Berdiri tegak, jarak antara kedua kaki selebar pundak, pegangan tangan overhand
grip jarak antara kedua tangan tidak boleh lebih dari 6 inchi, pada permulaan bar
setinggi dada, tekanlah lengan atas pada tulang iga.
Gerakan :
Luruskan kedua lengan bawah sehingga bar menyentuh paha, jangan menggerakan
lengan atas, keluarkan nafas saat melewati titik ganjal, tariklah nafas saat
menggembalikan bar secara perlahan-lahan ke posisi awal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
6. Twisting trunk curl
Gambar 31. Twisting trunk curl (Thomas & Barney :2003 : 148-149)
Posisi awal :
Punggung diletakkan pada lantai, kedua kaki di atas bangku atau kursi, kedua lengan
diatas dada.
Gerakan :
Dada ke dagu terlebih dahulu, secara bergantian kedua pundakdan punggung atas
ditekuk ke arah lutut yang berlawanan, keluarkan nafas saat mendekati titik tertinggi,
dengan perlahan-lahan kembalilah ke posisi semula, dagu tetap pada dada sampai
kedua punda kmenyentuh, tariklah nafas saat gerakan ke bawah.
B. Penelitian yang Relevan
Penulis dalam penelitian ini terinspirasi serta mendapatkan banyak
pengetahuan, dan penelitian ini adalah bentuk pengembangan dari penelitian-
penelitian sebelumnya yang relevan, diantaranya :
1) Weight training untuk meningkatkan kekuatan-daya tahan otot pemanah
Skripsi: Nurida Setyorini.
2) Perbedaan pengaruh metode latihan dan power otot lengan terhadap keterampilan
memukul bola dalam permainan softball bagi pemain klub softball Giant solo
tahun 2011.Skripsi: Agus Nur Rohman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
C. Kerangka Berpikir
Latihan fisik yang dilakukan pitcher softball belum spesifik dan belum sesuai
untuk meningkatkan power otot, yang diperlukan untuk melakukan pitching. Hal ini
disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan pelatih dalam menyusun
program latihan, sehingga program latihan yang disusun tidak tepat. Metode latihan
untuk meningkatkan power otot yang dilakukan oleh pelatih kurang
mempertimbngkan komponen otot yang dominan dipakai dalam softball.untuk
meningkatkan power otot dikembangkan melalui latihan berbeban .
Didalam penelitian ini akan mengetahui seberapa besar peningkatan power otot
pitcher softball melalui latihan berbeban.
D. Hipotesis
Berdasarkan dari tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas dapat
dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
“ weight training dapat meningkatkan power otot lengan pitcher softball”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitan
Penelitian ini telah dilaksanakan di tempat Asia fitness Center
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan atau (Action Reaserch) ini dilaksanakan pada bulan juni
sampai juli 2012.
Tabel 1: Rincian Kegiatan Waktu Dan Jenis Kegiatan Penelitian
NO Rencana Kegiatan Tahun 2012
1. Persiapan Mar Apr Mei Jun Jul
a. Obeservasi 7
b. Identifikasi Masalah 10
c. Penentuan Tindakan 12
d. Pengajuan Judul 4
e. Penyusunan Proposal 1-31
2. Pelaksanaan
a. Seminar Proposal 1
b. Pengumpulan Data Penelitian 6 11
3. Penyusunan Laporan
a. Penulisan Laporan 11
b. Ujian Skripsi 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
B. Subjek Penelitian
Subjek yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pitcher club Softball
Buffaloe’s sebanyak 6 orang
C. Data Dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian tindakan (action reaserch) ini adalah sebgai
berikut:
1. Data power lengan diperoleh dari pitcher menggunakan teknik pengumpulan
data dengan tes unjuk kerja dan menggunakan instrument tes Vertical Arm
Pull (Ismaryati 2008:65-66).
2. Data keaktivan latihan diperoleh dari peristiwa selama latihan berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi.
3. Teknik gerakan latihan diperoleh dari peristiwa yang diamati selama latihan
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.
D. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan (action reaserch) terdiri
dari tes dan observasi:
Jenis Data Sumber Teknik Instrumen
Power lengan Pitcher Tes unjuk kerja Vertical Arm Pull
Tes
Keaktifan latihan Peristiwa Observasi Lembar Observasi
Teknik gerakan Peristiwa Observasi Lembar Observasi
Ketepatan beban Peristiwa observasi Lembar Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
E. Uji Validtitas Data
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content
validity) yang mana teknik tes yang akan diberikan kepada subjek penelitian sudah
sesuai dengan isi yang seharusnya diberikan.
Sedangkan untuk mendapatakan data yang valid digunakan tes yang
terstandar.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif.
Data kuantitatif berupa hasil tes power sebelum dan sesudah latihan, dihitung
menggunakan T Test untuk mengetahui peningkatan hasil latihan. dianalisis
menggunakan computer dengan program SPSS-18.
Data kualitatif berupa keaktifan latihan, kebenaran teknik gerak weight
training, latihan dianalisis melalui analisis kritis.
G. Indikator Kinerja Penelitian
Prosentase indikator pencapaian keberhasilan penelitian pada tabel berikut:
Tabel 3. Indikator kinerja penelitian
Aspek yang diukur Indikator
pencapaian
Cara mengukur
Power Otot Lengan
Pitcher
40% Tes Vertical Arm-Pull
untuk mengetahui
power otot lengan
Proses Latihan Diamati saat proses
latihan dengan
menggunakan lembar
observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
H. Prosedur Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka metode dalam
penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research) dan dilakukan dengan
beberapa siklus sampai tercapainya indikator penelitian, setiap siklus terdiri atas lima
tahapan melalui sistem daur dari berbagai kegiatan dalam proses pelatihan. Tahapan
tersebut terdiri atas pengembangan fokus masalah, perencanaan tindakan perbaikan,
observasi dan interpretasi, analisis dan refleksi, serta perencanaan tindak lanjut. (Raka
Joni dan Toho Cholik Muthohir dkk, 2000: 17-18)
Rancangan Siklus I
A. Tahap Perencanaan:
Pada tahap ini peneliti menyusun skenario latihan yang akan dilaksanakan
pada proses latihan yang terdiri dari:
a. Peneliti melakukan analisis program latihan yang sudah ada pada club softball
buffaloes khususnya latihan program latihan power otot lengan pitcher untuk
mengetahui komdisi awal subjek penelitian.
b. Membuat program latihan dengan mengacu pada tindakan peningkatan power
otot lengan pitcher dengan menggunakan latihan weight training.
c. Memilih dan menentukan instrument tes untuk mengetahui peningkatan
power otot lengan pitcher dengan tes Vertical Arm Pull dan menggunakan
lembar observasi untuk mengamati dalam proses latihan.
d. Membuat lembar observasi kebenaran teknik latihan weight training.
e. Menyusun panduan latihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
B. Tahap Pelaksanaan:
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses
latihan di lapangan dengan langkah-langkah kegiatan antara lain:
a. Melakukan pemanasan.
b. Melakukan latihan weight training yang terdiri dari latihan Arm fly, Chest
press, Twisting trunk curl, Low pulley bicep curl, Tricep press down. Push
up
c. Melakukan pendinginan.
C. Pengamatan Tindakan:
Pengamatan dilakukan terhadap setiap kejadian yang terjadi selama proses
latihan berlangsung.
D. Tahap Evaluasi:
Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil penelitian
dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang
dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi siklus tindakan berikutnya.
Rancangan Siklus II
Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai
pada siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi latihan
sesuai dengan tujuan latihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Berikut ini akan disajikan deskripsi data awal pnelitian dan akhir minggu ke
keenam penelitian:
1. Awal Penelitian
Tabel 4. Diskripsi Data Tes Awal Pada pitcher club Softball Buffaloe’s UNS
2. Akhir Minggu ke enam penelitian
Tabel 5 . Diskripsi Data Tes Akhir Pada pitcher club Softball Buffaloe’s UNS
Merujuk dari tabel 1 dan table 2 dapat diketahui perbedaan hasil penelitian
sebelum dan sesudah dilakukan treatment. Berdasarkan hasil pengujian perbedaan
dengan analisis statistik t-test antara pretest dan postest diperoleh nilai sebesar 18.871
dan ttabel dengan taraf signifikan 5% dan n=10 sebesar 2.447. Karena thitung >ttabel
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest dan
postes.
Tes N Nilai
Minimum
Nilai
Maksimum
Mean SD
Awal 6 3,28 7,28
5,25 1,516
Tes N Nilai
Minimum
Nilai
Maksimum
Mean SD
Akhir 6 5,20 9,88 7,67 1,785
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum dilakukan analisis data perlu dilakukan pengujian persyaratan
analisis yang dilakukan terdiri dari uji reliabilitas, uji normalitas.
1. Uji Realibilitas
Dalam mengartikan kategori koefisien reliabilitas tes, digunakan tabel
koefisien korelasi dari Book Walter dalam Mulyono B (2010:49) seperti dibawah
ini:
Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Tes.
Tes Nilai Reliabilitas
Kategori
Observasi Latihan 0.892 Tinggi
Awal
0.924 Tinggi Sekali
Akhir 0.920 Tinggi Sekali
Tabel 7. Tabel Range Kategori Reliabilitas.
Kategori Reliabilitas
Tinggi Sekali 0.90-1.00
Tinggi 0,80-0.89
Cukup 0,60-0.79
Kurang 0.40-0.59
Tidak Signifikan 0.00-0.39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
2. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data diuji distribusi kenormalannya dari data tes
awal dan tes akhir power otot lengan pitcher. Uji normalitas data dalam penelitian ini
digunakan liliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap hasil tes awal
dan tes akhir sebagai berikut:
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data.
Tes Kelompok n Mean SD Lhitung Ltabel Keterangan
Awal
6 5.25 1.52 0.154 0.319 Normal
Akhir
6 7.67 1.79 0.181 0.319 Normal
Berdasarkan tabel 5 uji liliefors dihasilkan Lhitung Tes awal < Ltabel dengan
taraf signifikansi 5% . oleh karena itu tes awal dan tes akhir berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
3. Uji Perbedaan Pretes dan Postest.
Uji perbedaan pada penelitian ini adalah untuk membedakan Setelah diberi
pelatihan weight training kemudian dilakukan uji perbedaan pada pitcher club
Softball Buffaloe’s UNS sebanyak 6 orang. Uji perbedaan yang dilakukan dalam
penelitian ini hasilnya sebagai berikut:
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan sebelum dan setelah
diberi pelatihan.
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test antara
pretest dan postest diperoleh nilai sebesar 18.871 dan ttabel dengan taraf signifikan 5%
dan n=6 sebesar 2.447. Karena thitung >ttabel maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest dan postes.
C. Pengujian Hipotesis
1. Weight Trainig Dapat Meningkatkan Power Otot Lengan Pitcher
Softball
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan yang dilakukan pada data pretest dan
postest diperoleh thitung sebesar18.871, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5%
sebesar 2.447, berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, terdapat
Pelatihan N Mean Thitung Ttabel Keterangan Persentase
peningkatan
Pretest 6 5.25
18.871
2.447
Ada perbedaan
46,09%
Postest 6 7.67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
perbedaan yang signifikan antara data pretes dan postest pada pelatihan weight
training pada pitcher club Softball Buffaloe’s UNS, dari nilai rata-rata setelah diberi
latihan lebih tinggi daripada nilai rata-rata sebelum diberi latihan.
Weight training menurut Thomas R. Beachle (2003:28) adalah “latihan-
latihan yang dilakukan terhadap penghalangan ubtuk meningkatkan kualitas dari otot-
otot yang dilatih pada pada seseorang yang berlatih untuk meningkatkan kebugaran”.
Sedangkan menurut Hrsono (1998:185) weight training adalah latihan-latihan yang
sistematis dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah kekeuatan otot
guna mencapai tujuan tertentu, seperti misalnya memperbaiki kondisi fisik, kesehatan
kekuatan, prestasi dalam suatu cabang olahraga. Dengan demikian weight training
dapat membangun unsur fisik seorang atlet dalam hal ini unsure power otot lengan
dari pitcher.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik T test pretes
dan posttest diperoleh nilai sebesar 18.871 dan ttabel dengan taraf signifikan 5% dan
n=6 sebesar 2.447. Karena thitung >ttabel maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara pretest dan postes. Hal ini menunjukan bahwa pada
subjek penelitian terdapat peningkatan power otot lengan pada pitcher setelah diberi
perlakuan. Merujuk pada tebel 7, hasil perhitungan persentase peningkatan sebesar
46,09% dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode weight training dapat
meningkatkan power otot lengan pada pitcher klub softball buffaloes. Selain itu
perubahan pada serabut otot setelah melakuakan weight training hal ini memberi
pengaruh terhadap peningkatan power otot lengan pada pitcher. Hal ini dapat
disimpulkan weight training memiliki sumbangan yang berarti dalam meningkatkan
power otot lengan pitcher. Pembahasan analisis tersebut menunjukan bahwa
hipotesis terbukti , hal ini tentunya tidak terlepas dari hasil latihan yang sudah
dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Menurut Edwin (1997:30) secara sederhana serabut otot dibagi menjadi 2
gbagian yaitu serabut otot cepat (Fast twitch fibers) dan otot lambat (Slow twitch
fiber) . latihan fisisk akan mempengaruhi ke dua serabut otot tersebut, yaitu
terjadinya hipertropi; akan tetapi proporsi pengembangan ke 2 serabut otot tersebut
akan berbeda akibat perbedaan intensitas latihan yang diberikan. Latihan aerobik
lebih nyata pengaruhnya pada serabut otot cepat. Dalam hal ini latihan weight
training mengandung unsur. yang diperlukan dalm peningkatan power otot lengan
pada pitcher. Dan pengaruh – pengaruh yang yang ditimbulkan setelah penelititan ini
dapat disimpulkan berasal dari program latihan dan perlakuan yang sudah
dilaksanakan oleh subjek.
Menurut Edward L. Fox dalam bukunya M. Sajoto (1988 : 155-166) Latihan
berbeban pada prinsipnya merupakan suatu program yang membantu manusia dalam
memperbaiki manusia dalam memperbaiki kondisi fisik seseorang. Dalam latihan
berbeban yang tujuannya meningkatkan kondisi fisik seseorang ini salah satunya
dalam bentuk latihan dalam pengembangan kecepatan, kekuatan serta power otot
lengan serta daya tahan tubuh. Hal ini dapat disimpulkan weight training memiliki
sumbangan yang berarti dalam meningkatkan power otot lengan pitcher.
Pembahasan analisis tersebut menunjukan bahwa hipotesis terbukti , hal ini tentunya
tidak terlepas dari hasil latihan yang sudah dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari hasil analisis data yang telah dilakukan
ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima. Dengan demikian dapat diperoleh
simpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil observasi mengenai keaktivan latihan, kebenaran teknik gerak weight
training, dan ketepatan beban latihan pada pitcher club Softball Buffaloe’s UNS
sebanyak 6 orang dapat disimpulkan bahwa subjek melakukan latihan dengan
teknik yang benar.
2. Ada perbedaan yang signifikan antara pretes dengan postest teknik pelatihan
weight training pada pitcher club Softball Buffaloe’s UNS, analisis statistik t-test
antara pretest dan postest diperoleh nilai sebesar 18.871 dan ttabel dengan taraf
signifikan 5% dan n=10 sebesar 2.447. (thitung 2.240 > ttabel 2.228) dan nilai rata-
rata postest lebih tinggi daripada nilai rata-rata pretest.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelatihan weight training
dapat meningkatkan power lengan otot pitcher. Implikasi teoritik dari hasil
penelitian ini adalah metode pelatihan weight training (Latihan berbeban) adalah
suatu cara menerapkan prosedur pengkondisian secara sistematis pada berbagai
otot tubuh,sedangkan latihan berbeban merupakan latihan fisik dengan bantuan
alat sebagai beban, yang tujuan utamanya untuk memberikan efek terhadp otot-
otot rangka dan memberikan perubahan secara morfologis, khususnya ditujukan
untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot guna membantu kemajuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
penampilan seseorang, sesuai dengan batasan strength yaitu kemampuan otot
untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan.
C.Saran
Berdasrkan simpulan dan implikasi diatas, maka dapat dikemukakan saran
sebagai berikut:
1. Weight training dapat meningkatkan power otot lengan pitcher softball,
pelatih bisa menggunakan weight training untuk meningkatkan power otot
lengan pitcher.
2. Untuk meningkatkan power otot lengan pada pitcher softball perlu diterapkan
metode latihan yang tepat, sehingga diperoleh hasil latihan yang optimal.
Top Related