KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
BAB 6Tatap Muka 25 Mei 2012
KONSTITUSI DAN RULE OF LAW
Tujuan dalam Bab ini adalah :1. Menyebutkan definisi dan pengertian konstitusi dan rule of law
2. Menguraikan fungsi konstitusi dan rule of law
3. Menjelaskan perkembangan konstitusi di Indonesia
4. Menjelaskan mekanisme pembuatan konstitusi dan undang-undang
5. Memahami pengertian lembaga rule of law
6. Memahami latar belakang rule of law
7. Menguraikan fungsi rule of law
8. Memahami dinamika pelaksanaan rule of law
A. Pengertian dan Definisi Konstitusi anyak kasus yang menyadarkan kita untuk mempelajari konstitusi dan rule of
law atau penegakan hukum, karena terkait dengan aturan bagaimana
kehidupan bermasyarakat dan bernegara diatur. Contohnya, kasus
berhentinya Presiden Soeharto pada tahun 1998, dan digantikan oleh Wakil Presiden
B.J. Habibie. Menurut ketentuan UUD 1945, sebelum menjabat Presiden, maka calon
Presiden mengucapkan sumpah dihadapan MPR. Namun demikian, pada tahun 1998,
MPR tidak dapat bersidang, sehingga sumpah Presiden dilakukan di istana Presiden
dihapan Ketua MA dan disaksikan pimpinan DPR-MPR. Peristiwa tersebut tidak diatur
dalam UUD 1945. Belajar dari pengalaman tersebut, maka MPR periode 1999-2004
mengadakan amandemen Pasal 9 yang semula berbunyi “sebelum memangku
jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji
dengan sungguh-sungguh dihadapan MPR atau DPR” menjadi 2 ayat, dengan ayat
tambahan berbunyi “jika MPR atau DPR tidak dapat mengadakan sidang, Presiden atau
Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh
dihadapan pimpinan MPR dengan disaksikan oleh pimpinan MA”.
B
1. Pengertian KonstitusiIstilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis (constituer) yang berarti membentuk.
Pemakaian istilah konstitusi yang dimaksud adalah pembentukan suatu negara atau
menyusun dan menyatakan aturan suatu negara. Sedangkan istilah Undang-Undang
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 1
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
Dasar (UUD) merupakan terjemahan istilah dari bahasa Belanda Gronwet. Perkataan
wet diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Undang-Undang Dasar, dan Grond
berarti tanah atau dasar.
Dinegara-negara yang menggunakan bahasa Inggris dipakai istilah Constitution yang di-
Indonesiakan menjadi konstitusi. Pengertian konstitusi dalam praktik dapat diartikan
lebih luas dari pada pengertian undang-undang dasar. Dalam ilmu politik, constitution
merupakan suatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana
sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
2. Definisi Konstitusi (UUD)Para ahli hukum ada yang membedakan arti konstitusi dengan undang-undang dasar
dan ada juga yang menyamakan arti keduanya. Persamaan dan perbedaannya
a. L. J Van Apeldoorn membedakan konstitusi dengan UUD. Menurutnya konstitusi
adalah memuat peraturan tertulis dan peraturan tidak tertulis, sedangkan undang-
undang dasar (gronwet) adalah bagian tertulis dari konstitusi.
b. Sri Sumantri menyamakan arti keduanya sesuai dengan praktik ketatanegaraan di
sebagian besar negara-negara dunia termasuk Indonesia.
c. E. C. S Wade mengartikan undang-undang dasar adalah naskah yang memberikan
rangka dan tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan
menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut. Apabila negara
dipandang sebagai kekuasaan atau organisasi kekuasaan, maka undang-undang
dasar dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menetapkan
bagaimana kekuasaan dibagi antara beberapa lembaga kenegaraan, misalnya
antara badan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Undang-undang dasar menerapkan
cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini bekerja sama dan menyesuaikan
diri satu sama lain, merekam hubungan-hubungan
d. Herman Heller membagi pengertian konstitusi menjadi tiga, yaitu:
1) Konstitusi adalah mencerminkan kehidupan politik didalam masyarakat sebagai
suatukenyataan (mengandung arti politis dan sosiologis).
2) Konstitusi adalah suatu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat
(mengandung
3) Konstitusi adalah yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang
tertinggi yang berlaku dalam suatu negara.
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 2
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
e. C. F Strong memberikan pengertian konstitusi suatu kumpulan asas-asas yang
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan (arti luas), hak-hak dari pemerintah dan
hubungan antara pemerintah dan yang diperintah (menyangkut HAM). Berdasarkan
pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa konstitusi meliputi peraturan
tertulis dan tidak tertulis. Undang-undang dasar merupakan konstitusi yang tidak
tertulis.
Dengan demikian, konstitusi dapat diartikan sebagai:
a. Suatu kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan-pembatasan kekuasaaan
kepada
b. Suatu dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus petugasnya dari suatu
sistim
c. Suatu gambaran dari lembaga-lembaga negara.
d. Suatu gambaran yang menyangkut masalah hak-hak asasi manusia.
B. Hakikat dan Fungsi Konstitusi (UUD)1. Hakikat Isi Konstitusi (UUD)
Pada hakikatnya konsitusi (UUD) itu berisi tiga hal pokok yaitu:
a. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia warga negaranya,
b. Ditetapkan susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental,
c. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat
Sedangkan menurut Budiardjo (1996), setiap undang-undang dasar memuat ketentuan-
ketentuan mengenai :
a. Organisasi Negara
Dalam konteks organisasi negara, konsitusi (UUD) berisi hal-hal:
1) Pembagian kekuasaan antara legislatif, eksekutif dan yudikatif.
2) Pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat atau federal dengan pemerintah
daerah
3) Prosedur menyelesaikan masalah pelanggaran hukum oleh salah satu badan
4) Bangunan hukum dan semua organisasi-organisasi yang ada dalam negara.
5) Bentuk Negara, bentuk pemerintahan, sistim pemerintahan dari negara tersebut.
b. Hak & Kewajiban Warga Negara, Hak & Kewajiban Negara Dan Hubungan Keduanya
Ketentuan pada butir b diatas, ditujukan untuk memberi jaminan yang pasti kepada
warga negara dan negara sehingga kehidupan ketatanegaraan dapat berjalan tertib
dan damai disamping juga untuk menghindari adanya pelanggaran oleh pihak-pihak
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 3
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
yang memegang kekuasaan. (Hak dan kewajiban warga negara dan negara) dapat
dilihat pada uraian bab hak dan kewajiban warga negara.
c. Prosedur Mengubah Undnag-undang Dasar
Konstitusi suatu Negara dibuat berdasarkan pengalaman dan kondisi sosial politik
masyarakat dalam kehidupan masyarakat yang selalu mengalami perubahan akibat
dari pembangunan, modernisasi dan munculnya perkembangan-perkembangan baru
dalam ketatanegaraan.
2. Fungsi Konstitusi (UUD) Konstitusi (UUD) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menjadi
memiliki arti dan makna yang sangat penting. Artinya bahwa konstitusi (UUD) menjadi
“tali”pengikat setiap warga negara dan lembaga negara dalam kehidupan
negara.Dalam kerangka kehidupan negara, konstitusi (UUD) secara umum memiliki
fungsi sebagai :
a. Tata aturan dalam pendirian lembaga-lembaga yang permanent (lembaga
suprastruktur dan infrastruktur politik).
b. Tata aturan dalam hubungan negara dan warga negara serta dengan negara lain.
c. Sumber hukum dasar yang tertinggi. Artinya bahwa seluruh peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku harus mengacu pada konstitusi (UUD).
Secara khusus, fungsi konstitusi (UUD) dalam negara demokrasi dan negara
a. Fungsi konstitusi (UUD) dalam negara demokrasi konstitusional:
1) Membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan
kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang (absolut).
2) Sebagai cara yang efektif dalam membagi kekuasaan.
3) Sebagai perwujudan dari hukum yang tertinggi (supremasi hukum) yang harus
ditaati oleh rakyat dan penguasanya.
b. Fungsi konstitusi (UUD) dalam negara komunis:
1) Sebagai cerminan kemenangan-kemenangan yang telah dicapai dalam
perjuangan kea rah masyarakat komunis.
2) Sebagai pencatatan formal/legal dari perjuangan yang telah dicapai.
3) Sebagai dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang dicita-citakan dan
dapat diubah setiap kali ada pencapaian kemajuan dalam masyarakat komunis
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 4
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
C. Dinamika Pelaksanaan Konsitusi (UUD)alam gerak pelaksanaannya, konstitusi (UUD 1945) banyak mengalami
perubahan mengikuti perubahan sistim politik Negara Indonesia. Peristiwa
perubahan ini berlangsung beberapa kali dalam periode waktu tertentu.
Perubahan tersebut secara sistematis dapat dikemukakan sebagai berikut:
D1. UUD 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)
Dalam kurun waktu diatas, pelaksanaan UUD tidak dapat dilaksanakan dengan baik,
karena bangsa indonesia sedang mengalami masa pancaroba. Artinya dalam masa
upaya membela dan mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamasikan,
sedangakan pihak colonial Belanda masih ingin menjajah kembali negara indonesia.
2. Konsitusi RIS (27 Desember 1949-17 Agustus 1950)Rancangan konsitusi ini disepakati bersama di Negara Belanda antara wakil-wakil
pemerintah Republik Indonesia dengan wakil-wakil pemerintah Negara BFO
(Bijeenkomst Voor Federaal Overleg) yaitu negara-negara buatan Belanda di luar
Negara Republik Indonesia. Peristiwa ini terjadi di kota Pantai Scheveningen, tanggal
29 Oktober 1949, pada saat berlangsungnya KMB (Konferensi Meja Bundar).
Rancangan konstitusi RIS ini disetujui pada tanggal 14 Desember 1949 di Jakarta oleh
wakil-wakil pemerintah dan dan KNIP RI dan wakil masing-masing pemerintah serta
DPR negara-negara FBO.
Namun demikian, konsituisi RIS ini tidak dapat berlangsung dalam waktu yang cukup
lama, melainkan hanya lebih kurang delapan bulan (27 Desember 1949 - 17 Agustus
1950). Hal ini terjadi karena adanya tuntutan masyarakat dari berbagai daerah untuk
kembali ke bentuk Negara kesatuan dan meninggalkan bentuk Negara RIS sangat
tinggi. Kenyataan ini membuat RIS bubar dan kembali bergabung ke bentuk negara
kesatuan yang ibu kotanya di Jogjakarta. Pada tahun 1950 negara RIS yang
bergabung dengan NKRI adalah negara bagian Indonesia timur dan Negara bagian
Sumatera Timur. Namun dalam waktu yang tidak lama, tercapai kesepakatan antara
NKRI dengan kedua negara bagian tersebut. Dengan kesepakatan itu, maka pada
tanggal 17 Agustus 1950 RIS resmi kembali bergabung dengan NKRI.
3. UUDS (15 Agustus 1950-05 Juli 1959)Undang-undang Dasar Sementrara 1950 ini merupakan UUD yang ketiga bagi
Indonesia. Menurut UUDS ini, sistim pemerintahan yang dianut adalah sistim
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 5
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
pemerintahan parlementer dan bukan sistim kabinet presidensiil lagi seperti pada UUD
1945. Menurut sistim pemerintahan parlementer yang tertuang dalam UUDS ini,
presiden dan wakil presiden adalah sekedar presiden dan wakil presiden
konstitusional dan “tidak dapat diganggu gugat.” Yang betanggung jawab adalah para
menteri kepada parlemen (DPR). UUDS ini berpijak pada pemikiran liberal yang
mengutamakan kebebasan individu. Sedangkan UUD 1945, berpijak pada landasan
demokrasi pancasila yang Dalam pelaksanannya sistim parlementer yang dianut oleh UUDS ini menyebabkan
tidak tercapainya stabilitas politik dan pemerintahan, karena sering bergantinya
kabinet yang didasarkan pada dukungan suara di parlemen. Selama tahun1950-1959,
terjadi pergantian kabinet sebanyak tujuh kali sehingga implikasinya program kabinet
banyak yang tidak jalan dan berkesinambungan. Disamping itu, siding dewan
konstituante merupakan hasil pemilu yang demokratis pada bulan September dan
Desember tahun 1955, mendapat tugas untuk menyusun rancangan UUD baru
sebagai pengganti UUD 1945, sebagai wujud akomodasi menginginkan adanya
perubahan dari UUDS ke UUD baru mengalami kemacetan (stagnan) selama dua
tahun. Mengingat dampak dari stagnannya pembahasan RUUD baru tersebut dalam
waktu yang relatif lama sehingga timbul kekhawatiran bahwa dewan dari aspirasi
masyarakat yang konstituante akan gagal menyelesaikannya. Kondisi politik yang
demikian membuat pemerintah (Presiden Ir. Soekarno) mengeluarkan Dekrit Presiden
5 Juli 1959 yang isinya kita kembali ke UUD 1945).
4. UUD 1945, Berlaku 5 Juli 1959 Sampai 1966Dalam kurun waktu 1959-1999, penyelengaraan pemerintahan negara terklasifikasi
dalam dua kurun waktu, yaitu kurun waktu 1959-1966 yang dikenal dengan istilah
Orde Lama (ORLA) dan kurun waktu 1966-1999 dikenal dengan istilah Orde Baru
(ORBA). Pada periode pertama, pemerintahan negara dipimpin oleh Presiden
Soekarno dan periode kedua dibawah pimpinan Presiden Soeharto. Pelaksanaan
UUD 1945 pada kurun waktu kepemimpinan Presiden Soekarno adalah beberapa hal
yang perlu dicatat mengenai penyimpangan konstitusi (UUD 1945) yaitu :
a. Presiden merangkap sebagai penguasa eksekutif dan legislatif.
b. Mengeluarkan Undnag-undang dalam bentuk penetapan Presiden berupa
persetujuan
c. MPRS juga mengangkat presiden seumur hidup.
d. Hak budget DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 pemerintah tidak
mengajukan RUU APBN untuk mendapat persetujuan DPR.
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 6
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
e. Pimpinan lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara diangkat menjadi menteri-
menteri negara dan presiden menjadi ketua DPA.
Sedangkan dalam kepemimpinan Presiden Soeharto, hal-hal yang perlu dicatat
mengenai pelaksanaan konstitusi (UUD), yaitu :
a. Membentuk lembaga-lembaga negara yang tersebut dalam UUD 1945 yang
ditetapkan dengan undang-undang
b. Menyelenggarakan mekanisme kepemimpinan nasional lima tahunan, yaitu
melaksanakan pemilu DPR, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, mengangkat
cabinet laporan pertanggungjawaban dalam sidang umum dan seterusnya.
c. Menggunakan sistem pemerintahan presidensiil sebagaimana diatur dalam
konstitusi Dalam penerapan konstitusi (UUD 1945), dan lain-lain.
//////////////////////////////////////5……..
5. UUD 1945 pada Tahun 1966 sampai dengan 1999Hal-hal yang terjadi dalam pelaksanaan UUD 1945 kurun waktu tahun 1966-1999 ini
dapat diklasifikasi dalam 4 bagian, yaitu :
a. Pelaksanaan UUD 1945 tahun 1966-1999Pelaksanaan UUD 45 dalam kurun waktu 1966-1999, memiliki nilai penting bagi
kelangsungan kehidupan bangsa dan negara Indonesia pasca pemerintahan
Presiden Soekarno. Pemerintahan yang kita kenal dengan sebutan Pemerintah
Orde Lama, yaitu pemerintahan yang menjalankan tatanan kehidupan berbangsa
dan bernegara dengan tatanan yang belum sesuai dengan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen. Kenyataan (realitas) ini secara bertahap
dilakukan perbaikan dan koreksi dalam berbagai bidang kehidupan bangsa dan
negara oleh Pemerintahan Presiden Soeharto. Pemerintahan ini dikenal dengan
sebutan Pemerintahan Orde Baru, yaitu pemerintahan yang menjalankan tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara ,menurut Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen.
b. Pelaksanaan UUD 1945 kurun waktu 1966-1970Pelaksanaan UUD 1945 dalam kurun waktu yang tersebut diatas dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1. Lahirnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar 1966)
Lahirnya Supersemar 1966 ini diawali oleh adanya tindakan Partai Komunis
Indonesia (PKI) yang mengkhianati Negara, bangsa, Pancasila, dan UUD
1945. Tindakan PKI ini menimbulkan “Situasi Politik” antara rakyat disatu pihak
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 7
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
dan Presiden dilain pihak. Situasi ini semakin lama semakin meruncnig,
sehingga keadaan ekonomi dan keamanan makin tidak terkendalikan.
Ditambah lagi dengan aksi unjuk rasa (demonstrasi) yang dipelopori oleh
pemuda, mahasiswa dan rakyat dihalaman Istana Negara, Jakarta. Tuntutan
yang diusung oleh para pengunjuk rasa tersebut adalah disebut dengan Tritura
(Tri Tuntutan Rakyat). Isi Tritura tersebut adalah :
a. Bubarkan PKI
b. Bersihkan kabinet dari unsure-unsur PKI
c. Turunkan harga-harga / perbaikan ekonomi
Kenyataan tersebut mendorong Presiden Soekarno mengeluarkan Surat
Perintah Sebelas Maret (Supersemar) 1966 kepada Mayjend TNI Soeharto
yang pada saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Strategi Angkatan
Darat (Pangkostrad) yang berkedudukan di Jakarta untuk mengendalikan
situasi konflik tersebut, sehingga situasi dan kondisi keamanan dan ketertiban
masyarakat ibukota dan daerah tetap terkendali dengan baik.
2. Pelaksanaan Sidang Umum MPRS ke IV tahun 1966
Sidang umum MPRS ke IV tahun 1966 menghasilkan ketetapan-ketetapan
yang sangat penting bagi bangsa dan Negara sebagai pelaksanaan UUD 1945.
Hasil-hasil yang dicapai dalam Sidang Umum MPRS tersebut meliputi
ketetapan penting bagi bangsa dan Negara, yaitu :
a. Ketetapan MPRS No.IX/MPRS/1966, tentang Pengukuhan Supersemar.
b. Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966, tentang Pembubaran PKI dan
Ormas-ormasnya.
c. Ketetapan MPRS No.XII/MPRS/1966, tentang Pembaruan Landasan
Politik Luar Negeri.
d. Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966, tentang Pembaruan Landasan di
Bidang Ekonomi dan Pembangunan.
e. Ketetapab NPRS No.XXIII/MPRS/1966, tentang Memorandum DPR-GR
mengenai Sumber Tertib-Hukum RI dan Tata Urutan Peraturan
Perundangan RI.
f. Ketetapan MPRS No.XXII/MPRS/1966, tentang Kepartaian, Keormasan
dan Kekaryaan.
3. Pelaksanaan Sidang Istimewa MPRS tahun 1967
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 8
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
Pelaksanaan SIdang Istimewa diadakan atas permintaan DPR yang
menganggap Presiden pada waktu itu telah sungguh-sungguh melanggar UUD
1945. Hasil Sidang Istimewa tersebut adalah :
a. Memutuskan menarik kembali mandat MPRS dari Presiden Soekarno,
karena dianggap tidak dapat menjalankan Haluan Negara dan putusan
majelis sebagaimana layaknya.
b. Mengeluarkan Ketetapan MPRS No.XXXIII/MPRS/1967, tentang
Pengangkatan Jenderal Soeharto sebagai Pejabat Presiden RI.
4. Pelaksanaan Sidang Umum MPRS tahun 1968
Siding Umum MPRS tahun 1968 menghasilkan ketetapan-ketetapan yang lebih
menentukan lagi bagi bangsa dan Negara. Ketetapan itu adalah Ketetapan
MPRS No.XLIV/MPRS/1966, tentang Pengangkatan Jenderal Soeharto
pengemban Ketetapan MPRS No.IX/MPRS/1966, sebagai Presiden Tetap
sampai terpilihnya Presiden oleh MPR hasil Pemilihan Umum.
c. Pelaksanaan UUD 1945 kurun waktu 1970-1997Pelaksanaan UUD 1945 dalam kurun ini mengalami kemajuan yang pesat.
Kemajuan yang dimaksud terlihat dari adanya manifestasi pelaksanaan system
politik Indonesia yang berlangsung secara comprehensive integral (menyeluruh
terpadu) dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan Negara. Praktek
Penyelenggaraan Negara yang komprehensif tersebut diwujudkan dalam suatu
system penyelenggaraan Negara yang disebut dengan Mekanisme Kepemimpinan
Nasional 5 tahunan yang berlangsung secara lancer dan sustainable
(berkesinambungan).
Mekanisme Kepemimpinan Nasional 5 tahunan secara garis besar meliputi
kegiatan kenegaraan sebagai berikut :
1. Pemilihan Umum untuk memilih anggota MPR, DPR, DPRD I, DPRD II diadakan
sekali dalam 5 tahunan.
2. MPR yang terdiri atas seluruh anggota DPR, utusan daerah dan golongan-
golongan mengadakan Sidang Umum sekali dalam 5 tahun.
3. Presiden/Wakil Presiden menjalankan tugas dan fungsi menurut UUD 1945 yang
meliputi :
a. Mengangkat anggota Lembaga tinggi dan tertinggi Negara yang meliputi DPA
dan BPK
b. Melaksanakan Pemilihan Umum tiap 5 tahun sekali
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 9
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
c. Presiden menyusun REPELITA dan mengajukan RAPBN sesuai dengan
GBHN
d. Bersama dengan DPR membuat Undang-undang
4. DPR menjalankan fungsi pengawasan terhadap tugas Presiden, baik melalui hak
bujetnya dengan menyetujui APBN setiap tahunnya.
5. Lembaga tinggi dan tertinggi Negara menjalankan tugasnya menurut UUD 1945
dan diangkat serat diberhentikan oleh Presiden setiap 5 tahun sekali.
d. Pelaksanaan UUD 1945 kurun waktu 1997-1999Pelaksanaan UUD 1945 dalam kurun waktu diatas, tidak berlangsung dengan
lancer dan teratur menurut UUD 1945.
Tidak lancarnya dan teraturnya pelaksanaan UUD 1945 terlihat dari adanya
reformasi yang menimbulkan pergantian kepemimpinan nasional dari Presiden
Soeharto kepada wakil presiden Prof. Dr. Ir. B.J Habibie. Pemerintahan Presiden
Habibie disebut sebagai pemerintahan transisi dan terjadi pemilihan umum yang
dipercepat. Dalam kurun waktu ini juga terjadi berbagai peristiwa kenegaraan yang
sangat penting, antara lain adalah dilaksanakannya pemilu legislative dengan
system multi partai, Sidang Umum MPR serta Pemilihan Presiden secara langsung
(voting) melalui pemungutan suara anggota MPR/DPR secara langsung.
6. UUD 1945 Amandemen 1999, Berlaku Pada Tahun 1999 Sampai SekarangDalam penerapan konstitusi (UUD 1945) amandemen, sistem pemerintahan negara
mengalami perubahan sangat signifikan dengan penerapan sistem pemerintahan pada
konstitusi UUD 1945 pra-amandemen.
Inti penerapan sistim pemerintahan pasca amandemen konstitusi (UUD 1945)
a. Perubahan ideologi politik dari sosialis demokrat (ORBA) menjadi liberal yang
berintikan demokrasi dan kebebasan individu serta pasar bebas.
b. Penyelenggaraan otonomi daerah kepada Pemda Tingkat I dan II
(Kabupaten/Kota).
c. Pelaksanaan pemilu langsung presiden dan wakil presiden.
d. Pelaksanaan kebebasan pers yang bertanggung jawab.
e. Perubahan undang-undang politik yang berintikan pemilu langsung dan sistim multi
partai.
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 10
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
f. Pelaksanaan amandemen konstitusi yang berintikan perubahan sturktur
ketatanegaraan Indonesia yang ditandai dengan ditetapkannya konstitusi sebagai
lembaga tertinggi negara dan lain-lain
7.Proses Perubahan UUD 1945a. Sidang Umum MPR 19 September 1999
Perubahan pertama UUD
Delapan pasal tentang hak dan kewajiban presiden dan wakil presiden serta hak
legislative.
b. Sidang Tahunan MPR 18 Agustus 2000Perubahan kedua UUD 1945
Tambahan dan perubahan lima bab 25 pasal mengenai otonomi daerah, DPR,
wilayah Negara, kewarganegaraan, hak dasar (HAM), pertahanan dan keamanan,
serta perlengkapan Negara.
c. Sidang Tahunan MPR 9 Nopember 2001Perubahan ketiga UUD 1945
Tambahan dan perubahan tiga bab 24 pasal tentang kedaulatan dan Negara
Indonesia, MPR, pencalonan Presiden dan wakil presiden, pemilihan presiden
dan wakil presiden, pemakzulan, hak-hak presiden, kementerian Negara, Dewan
Perwakilan Daerah, pemilihan Umum, keuangan Negara, Badan Pemeriksa
Keuangan, Mahkamah Agung dan kekuasaan kehakiman, Komisi Yudisial, serta
Mahkamah Konstitusi.
d. Sidang Tahunan MPR 10 Agustus 2002Perubahan keempat UUD 1945
i. Perubahan UUD 1945 (pertama, kedua, ketiga dan keempat) ditetapkan
sebagai UUD 1945.
ii. Penambahan bagian akhir pada perubahan kedua UUD Negara Republik
Indonesia tahun 1945 dengan kalimat, “Perubahan tersebut diputuskan dalam
rapat paripurna MPR RI ke-9 tanggal 18 Agustus 2000 Sidang Tahunan MPR
RI dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.”
iii. Pengubahan penomoran Pasal 3 ayat 3 dan ayat 4, perubahan ketiga UUD
1945 menjadi Pasal 3 ayat 2 dan ayat 3; Pasal 25E perubahan kedua UUD
1945 menjadi Pasal 25A.
iv. Penghapusan judul Bab IV tentang DPA dan penghapusan substansi Pasal 16
serta penempatannya kedalam Bab III tentang Kekuasaan Pemerintah Negara.
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 11
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
v. Pengubahan dan/atau penambahan: keanggotaan MPR, pemilihan pasangan
presiden dan wakil presiden secara langsung, pemakzulan presiden dan wakil
presiden, hak presiden, Dewan Penasehat Presiden, mata uang, bank sentral,
kekuasaan kehakiman, pendidikan dan kebudayaan, perekonomian nasional
dan kesejahteraan social, fakir miskin dan anak terlantar, perubahan konstitusi,
aturan peralihan serta aturan tambahan.
D. Institusi dan Mekanisme Pembuatan Konstitusi (UUD 1945), UU, PERPU, PP, Dan PERDA1. Institusi Legislasi
nstitusi (lembaga) yang bertugas untuk membuat konstitusi dan peraturan
perundang-undangan yang ada dibawahnya adalah meliputi dua institusi, yaitu:
Badan Legislatif (DPR) dan Badan Eksekutif (presiden). Kedua institusi ini
bertugas untuk membuat undang-undang, sedang tingkat I dan II yang bertugas
adalah masing-masing gubernur bersama DPRD tingkat I dan bupati/walikota bersama
DPRD tingkat II. Institusi lain diluar kedua institusi diatas, baik yang bersifat
infrastruktur maupun suprastruktur politik memiliki tugas memberi dukungan sesuai
dengan peran kompetensinya. Bentuk produk peraturan perundang-undangan yang
dihasilkan oleh institusi diatas adalah berupa UUD, UU, PERPU PERDA, dan PP.
I
2. Mekanisme Amandemen Konstitusi (UUD), dan Pembuatan UU, PERPU, PP dan PERDAProses pembuatan peraturan perundang-undangan diatas dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Amandemen Konstitusi (UUD 1945)Sebagai usaha untuk mengembalikan kehidupan negara yang berkedaulatan rakyat
berdasarkan UUD 1945, salah satu aspirasi yang terkandung didalam semangat
reformasi adalah melakukan amandemen terhadap UUD 1945, maka pada awal
reformasi MPR telah mengeluarkan seperangkat ketetapan sebagai landasan
konstitusionilnya, yaitu :
1) Pencabutan ketetapan MPR tentang referendum (TAP MPR Nomor
VIII/MPR/1998).
2) Pembatasan masa jabatan presiden dan waki presiden (TAP Nomor
XIII/MPR/1998).
3) Penyataan Hak Azasi Manusia (TAP Nomor XVII/MPR/1998).
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 12
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
4) Pencabutan Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang P-4 dan Penetapan
tentang Penegasan Pancasila sebagai dasar negara (TAP Nomor
XVIII/MPR/1998).
5) Perubahan pertama UUD 1945 pada tanggal 19 Oktober 1999.
6) Perubahan kedua UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 2000.
7) Sumber hukum dan tata urutan perundang-undangan (TAP Nomor III/MPR/2000).
8) Perubahan ketiga pada tanggal 1-10 November 2001.
9) Perubahan keempat UUD 1945 pada tanggal 1-11 Agustus 2002.
Disahkannya perubahan pertama, kedua, ketiga dan keempat UUD 1945 dalam sidang
umum MPR tahun 2002 menandai sebuah lompatan besar ke depan bagi bangsa
Indonesia, karena bangsa Indonesia telah mempunyai sebuah UUD yang lebih
sempurna dibandingkan dengan UUD 1945 sebelumnya. Namun demikian, MPR tetap
menyadari bahwa konstitusi (UUD) yang diamandemen belum sempurna. Untuk itu
MPR membentuk Komisi Konstitusi yang akan bertugas untuk menyempurnakan
perubahan konstitusi (UUD) itu. Dengan pengesahan perubahan UUD 1945, MPR
telah menuntaskan reformasi konstitusi sebagai suatu langkah demokrasi dalam upaya
menyempurnakan UUD 194 menjadi konstitusi yang demokratis. Perubahan itu
merupakan suatu lembaran sejarah lanjutan setelah Bung Karno dan Bung Hatta
beserta rekannya berhasil menegaskan UUD 1945 dalam rapat-rapat BPUPKI dan
PPKI.
b. Mekanisme Amandemen Konstitusi (UUD 1945)Dalam pelaksanaan amandemen konstitusi, MPR menggunakan mekanisme
1) MPR mengadakan rapat konsultasi dengan seluruh badan kelengkapan MPR dan
anggotanya yaitu DPR dan DPD.
2) Mendapat persetujuan 2/3 anggota DPR/MPR atas rencana amandemen UUD
1945 tersebut.
3) MPR membentuk Panitia Perumus Badan Pekerja (BP-MPR) yang bertugas
merumuskan rancangan UUD 1945 dari pimpinan MPR-RI. Dalam pembahasan
rapat dengar pendapat (hearing), panitia perumus bersama dengan elemen-
elemen yang meliputi; unsur pemerintah, profesional, pengusaha, partai politik,
LSM, Ormas, OKP, tokoh masyarakat dan unsur-unsur lain yang terkait.
4) Hasil perumusan Panitia Badan Pekerja MPR-RI , menyerahkan hasil perumusna
RUU kepada pimpinan MPR-RI
5) Pimpinan MPR menyelenggarakan sidang umum MPR-RI tahunan untuk
mendengarkan pandangan umum fraksi-fraksi yang ada di MPR-RI guna
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 13
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
menetapkan rancangan UUD 1945 Amandemen menjadi UUD 1945 UUD 1945
Amandemen.
c. Mekanisme Pembuatan Undang-undang dan PERPUPembuatan undang-undang dilakukan secara bersama-sama oleh Presiden (eksekutif)
dengan DPR-RI (legislatif) dengan mekanisme sebagai berikut:
1) Pemerintah mengajukana RUU melalui Menteri Sekretariat Negara kepada Setjen
DPR-RI
2) Sekretaris Jendral DPR-RI mengirimkan RUU kepada pimpinan DPR-RI.
3) Pimpinan DPR-RI mengirimkan RUU tersebut kepada komisi yang terkait.
4) Pimpinan Komisi membentuk panitia khusus (pansus) untuk membahas RUU
usulan pemerintah atau usulan inisiatif DPR-RI.
5) Panitia khusus mengadakan rapat dengar pendapat (hearing) dengan elemen-
elemen yang meliputi; unsur pemerintah, profesional, pengusaha, partai politik,
LSM, Ormas, OKP, tokoh masyarakat dan unsur-unsur lain yang terkait.
6) DPR mengadakan Sidang Paripurna untuk mendengarkan pandangan umum dari
fraksi-fraksi yang selanjutnya menetapkan RUU menjadi undang-undang.
d. Mekanisme Pembuatan Undang-undang Atas Usul Inisiatif DPR-RIPembuatan undang-undang dilakukan oleh badan legislatif (DPR-RI) dengan
mekanisme sebagai berikut :
1) Komisi mengajukan usul inisiatif RUU kepada badan legislatif DPR-RI.
2) Badan legislatif DPR-RI mengirimkan RUU kepada pemerintah untuk dibahas dan
selanjutnya dikembalikan lagi kepada pimpinan DPR-RI.
3) Pimpinan DPR-RI mengirimkan RUU tersebut kepada komisi yang terkait.
4) Pimpinan komisi membentuk panitia khusus (pansus) untuk membahas RUU
usulan pemerintah atau usulan inisiatif DPR-RI.
5) Panitia Khusus mengadakan rapat dengar pendapat (hearing) dengan elemen-
elemen yang meliputi; unsur pemerintah, profesional, pengusaha, partai politik,
LSM, Ormas, OKP, tokoh masyarakat dan unsur-unsur lain yang terkait.
6) Pimpinan DPR-RI mengadakan Sidang Paripurna untuk mendengarkan pandangan
umum umum dari fraksi-fraksi yang selanjutnya menetapkan RUU menjadi UU.
e. Mekanisme Pembuatan PERDAPembuatan PERDA dilakukan secara bersama-sama oleh Gubernur/Bupati/Walikota
dengan DPRD Tingkat I dan II.
Mekanisme pembuatannya adalah sebagai berikut:
1) Pertama, Pemerintah Daerah Tingkat I atau II mengajukan rancangan PERDA
kepada DPRD melalui Sekretaris DPRD Tingkat I atau II.
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 14
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
2) Kedua, Sekretaris DPRD mengirim rancangan PERDA kepada pimpinan DPRD
Tingkat I atau II
3) Ketiga, Pimpinan DPRD Tingkat I atau II mengirimkan rancangan PERDA tersebut
kepada komisi yang terkait.
4) Keempat, Pimpinan komisi membentuk panitia khusus (pansus) untuk membahas
rancangan PERDA usulan pemerintah atau usulan inisiatif DPRD Tingkat I dan II.
5) Kelima, Panitia Khusus mengadakan rapat dengar pendapat (hearing) dengan
elemen-elemen yang meliputi; unsur pemerintah, profesional, pengusaha, partai
politik, LSM, Ormas, OKP, tokoh masyarakat dan unsur-unsur lain yang terkait di
daerah.
6) Keenam, DPRD Tingkat I dan II mengadakan Sidang Paripurna untuk
mendengarkan pandangan umum dari fraksi-fraksi yang selanjutnya menetapkan
rancangan perda menjadi PERDA.
f. Mekanisme Pembuatan Peraturan Pemerintah (PP)Pembuatan Peraturan Pemerintah (PP) adalah sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah
(eksekutif). PP berfungsi sebagai peraturan mengenai pelaksanaan undang-undang
atau PERPU (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang).
g. Hierarki Peraturan Perundang-undanganMenurut ketetapan MPR-RI Nomor III/MR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata
Urutan Perundang-undangan Negara Republik Indonesia adalah :
1) UUD 1945
2) Ketetapan MPR-RI
3) Undang-Undang
4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU)
5) Peraturan Pemerintah (PP)
6) Keputusan Presiden (Kepres)
7) Peratyran Daerah (Perda)
E. Pengertian Rule Of Lowanyak peristiwa pada saat ini yang menjadi dasar perlunya rule of law atau
penegakkan hukum. Saat ini, Indonesia mengalami permasalahan yang besar
dalam hal illegal loging atau pencurian kayu dan hasil hutan. Pencurian hasil
hutan ini mengakibatkan kerugian negara yang mencapai lebih dari Rp. 100 triliun dalam
empat tahun terakhir. Mengapa hal ini terjadi? Lemahnya penegakan hukum menjadi
jawabannya. Hutan memang dalam wewenang Departemen Kehutanan, namun hutan
B2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 15
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
yang luas tidak mungkin ditangani sendiri oleh departemen ini, dibutuhkan bantuan atau
kerja sama dari kepolisian, TNI bahkan partisipasi masyarakat. Pencuri hasil hutan ini
tidak jera, karena hukuman yang ringan atau sulitnya mencari bukti. Dalam hal ini
peranan kejaksaan dan lembaga peradilan menjadi sangat penting.
Kasus lain yang menunjukan perlunya penegakkan hukum adalah kemauan Pemda DKI
dalam rangka membatasi ruang bagi para perokok. Peraturan daerah sudah dibuat dan
dinyatakan berlaku, namun banyak masyarakat yang mengabaikan, mengapa demikian?
Jawabannya juga karena lemahnya penegakkan hukum. Terbatasnya jumlah aparat dan
koordinasi antaraparat penegak hukum, sehingga kantor yang tidak menyediakan ruang
untuk merokok atau orang yang merokok di tempat umum tidak dapat ditindak.
Penegakkan hukum atau rule of law merupakan suatu doktrin dalam hukum yang mulai
muncul pada abad ke-19, bersamaan dengan kelahiran Negara berdasar atas hukum/
konstitusi(machstaat) dan demokrasi. Kehadiran rule of lawa boleh disebut sebagai reaksi
dan koreksi terhadap negara absolut (kekuasaan ditangan penguasa) yang telah
berkembang sebelumnya.
Berdasarkan pengertiannya, Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi 2 (dua)
yaitu; pengertian secara formal (in formal sense) dan pengertian secara hakiki/materiil
(ideological sense). Secara formal, rule of law diartikan sebagai kekuasaan umum yang
teroganisasi (organized public power), hal ini dapat diartikan bahwa setiap negara
mempunyai aparat penegak hukum. Sedangkan secara hirarki, rule of law terkait dengan
penegakan hukum yang menyangkut ukuran hukum yakni: baik dan buruk (just and
unjust law).
Ada tidaknya penegakan hukum, tidak hanya cukup ditentukan oleh adanya hukum saja,
akan tetapi lebih dari itu, ada tidaknya penegakan hukum ditentukan oleh ada tidaknya
keadilan yang dapat dinikmati setiap anggota masyarakat.
Rule of Law tidak hanya memiliki sistim peradilan yang sempurna diatas kertas saja, akan
tetapi ada tidaknya rule of law di dalam suatu negara ditentukan oleh “kenyataan,”
apakah rakyatnya benar-benar dapat menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil,
baik dari sesama warga negara maupun dari pemerintah, sehingga inti dari rule of law
merupakan adanya jaminan keadilan yang dirasakan oleh masyarakat/bangsa. Rule of
law merupakan suatu legisme sehingga mengandung gagasan bahwa keadilan dapat
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 16
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
dilayani melalui pembuatan sistim peraturan dan prosedur yang bersifat objektif, tidak
memihak, tidak personal dan otonom.
F. Latar Belakang Rule Of Lawule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke-19,
bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Ia lahir sejalan
dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran palemen dalam
penyelenggaraan Negara dan sebagai reaksi terhadap negara absolut yang berkembang
sebelumnya. Rule of law merupakan konsep tentang common law di mana segenap
lapisan masyarakat dan negara beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi
supremasi hukum yang dibangun di atas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of law
adalah rule by the law dan bukan rule by the man. Ia lahir dengan mengambil alih
dominasi yang dimiliki kaum gereja, ningrat dan kerajaan, menggeser negara kerajaan
dan memunculkan negara konstitusi yang pada gilirannya melahirkan doktrin rule of law.
R
Paham rule of law di Inggris diletakkan pada hubungan antara hukum dan keadilan, di
Amerika diletakkan pada hak-hak azasi manusia dan di Belanda paham rule of law lahir
dari faham kedaulatan negara,melalui faham kedaulatan hukum untuk mengawasi
pelaksanaan tugas kekuatan pemerintah.
Di Indonesia inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakatnya,
khususnya keadilan sosial. Pembukaan UUD 1945 memuat prinsip-prinsip rule of law,
yang pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap rasa “keadilan” bagi
rakyat Indonesia. Dengan kata lain, pembukaan UUD 1945 memberi jaminan adanya rule
of law dan sekaligus rule of justice. Prinsip-prinsip rule of law di dalam pembukaan UUD
1945 bersifat tetap dan instruktif bagi penyelenggara negara, karena pembukaan UUD
1945 merupakan pokok kaidah fundamental Negara Kesatuan Republik Indonesia.
F. Fungsi Rule Of Lawungsi rule of law pada hakikatnya merupakan adanya jaminan secara formal
terhadap “rasa keadilan” bagi rakyat Indonesia dan juga “keadilan social”,
sehingga diatur pada Pembukaan UUd 1945, bersifat tetap dan instruktif bagi
penyelenggara negara. Dengan demikian, inti dari rule of law adalah jaminan adanya
keadilan bagi masyarakat, terutama keadilan social. Prinsip-prinsip diatas merupakan
F2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 17
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
dasar hukum pengambilalihan kebijakan bagi penyelenggara negara/pemerintahan, baik
ditingkat pusat maupun daerah, yang berkaitan dengan jaminan atas rasa keadilan,
terutama keadilan social.
Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat di dalam pasal-pasal UUD
1945, yaitu :
1. Negara Indonesia adalah Negara hukum (Pasal 1 ayat 3);
2. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum & keadilan (Pasal 24 ayat 1);
3. Segenap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya (Pasal 27 ayat 1);
4. Dalam Bab XA tentang Hak Azasi Manusia memuat 10 pasal, antara lain; bahwa
setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlidungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum (Pasal 28D ayat 1);
5. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja (Pasal 28D ayat 2).
H. Dinamika Pelaksanaan Rule of Lawelaksanaan the rule of law mengandung keinginan untuk terciptanya negara
hukum, yang membawa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Penegakkan rule
of law harus diartikan secara hirarki (materiil), yaitu dalam arti “pelaksanaan dari
just law.” Prinsip-prinsip rule of law secara hirarki sangat erat kaitannya dengan “the
enforcement of the rules of law”dalam penyelenggaraan pemerintahan terutama dalam
hal penegakan hukum dan implementasi prinsip-prinsip rule of law.
PBerdasarkan pengalaman berbagai negara dan hasil kajian menunjukkan bahwa
keberhasilan “the enforcement of the rules of law” tergantung kepada kepribadian
nasional masing-masing bangsa (Sunarjati Hartono, 1982). Hal ini didukung oleh
kenyataan bahwa rule of law merupakan insitusi sosial yang memiliki struktur sosiologis
yang khas dan mempunyai akar budaya yang khas pula. Rule of law ini juga merupakan
legisme, suatu aliran pemikiran hukum yang di dalamnya terkandung wawasan sosial,
gagasan tentang hubungan antarmanusia, masyarakat dan negara, yang dengan
demikian memuat nilai-nilai tertentu yang memiliki struktur sosiologisnya sendiri. Legisme
tersebut mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistim
peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal dan
otonom. Secara kuantitiatif, peraturan perundang-undangan yang terkait dengan rule of
law telah banyak dihasilkan di negara kita, namun implementasi/penegakkannya belum
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 18
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
mencapai mencapai hasil yang optimal, sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan
pelaksanaan rule of law belum dirasakan sebagian besar masyarakat.
Hal-hal yang mengemuka untuk dipertanyakan antara lain; bagaimana komitmen
pemerintah untk melaksakan prinsip-prinsip rule of law. Proses penegakkan hukum di
Indonesia dilakukan oleh lembaga penegak yang terdiri :
1. Kepolisian
2. Kejaksaan
3. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
4. Badan Peradilan :
a. Mahkamah Agung
b. Mahkamah Konstitusi
c. Pengadilan Negeri
d. Pengadilan Tinggi
1. Kepolisiana. Fungsi Kepolisian
Adalah memelihara keamanan dalam negeri yang meliputi pemeliharaan keamanan
dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan, pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat.
b. Tugas Pokok Kepolisian
1) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
2) Menegakkan hukum
3) Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Tugas pokok kepolisian tersebut dapat dirinci lagi, antara lain sebagai berikut:1) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan
2) Membina masyarakat demi meningkatkan partisipasi, kesadaran serta ketaatan
warg negara/masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku,
3) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua pelaku tindak pidana
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya,
4) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup
dari ganguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan
pertolongan dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia,
5) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh
instansi dan/atau pihak yang berwenang.
c. Wewenang Kepolisian
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 19
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
Untuk menjalankan tugas, maka kepolisian mempunyai wewenang antara lain sebagai
berikut :
1) Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa
2) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan,
3) Melaksanaan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam
rangka pencegahan
4) Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain serta kegiatan masyarakat,
5) Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan
masyarakat lainnya;
6) Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak dan
senjata tajam.
2. KejaksaanKejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan
kekuasaan Negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-
undang. Pelaksanaan kekuasaan negara diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung
(berkedudukan di ibu kota negara), kejaksaan tinggi (berkedudukan di ibu kota
provinsi)dan kejaksaan negeri (berkedudukan di ibu kota kabupaten).
Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
a. Melakukan penuntutan
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanan putusan pidana bersyarat, putusan
pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat,
d. Melakukan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana tertentu berdasarkan undang-
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya
dikordinasikan dengan penyidik.
3. Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)KPK ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002 dengan tujuan
meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi.
a. Tugas pokok KPK :
1) Berkoordinasi dengan instansi lain yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 20
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
2) Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi
3) Melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi,
4) Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi,
5) Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara.
b. Wewenang KPK
1) Melakukan pengawasan, penelitian dan penelaahan terhadap instansi yang
menjalankan tugas dan wewenang dengan pemberantasan tindak pidana korupsi,
2) Mengambil alih penyidikan dan penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi
yang sedang dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan,
3) Menetapkan system pelaporan dalam kegiatan pemberantasan korupsi,
4) Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi,
5) Hanya menangani perkara korupsi yang terjadi setelah 27 Desember 2002.
Pasal 2 ayat 1 UU Tentang pemberantasan tindak pidana korupsi dinyatakan
bertentangan dengan UUD 1945. Artinya tindakan korupsi baru bias dinyatakan
melawan hokum jika memenuhi kaidah delik formal.
6) Peradilan tindak pidana korupsi tidak bias berjalan dengan landasan hukum UU
KPK. MK telah memutuskan bahwa UU tentang Tipikor harus sudah selesai dalam
waktu 3 tahun (2009). Jika tidak selesai, maka keberadaan pengadilan tipikor harus
dinyatakan bubar serta merta dan kewenangannya dikembalikan pada pengadilan
umum.
4. Badan PeradilanBadan Peradilan menurut Undang-undang Nomor 4 dan 5 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman dan Mahkamah Agung, bertindak sebagai lembaga
penyelenggara peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan serta membantu
pencari keadilan. Badan peradilan terdiri atas :
a. Mahkamah Agung (MA) merupakan puncak kekuasaan kehakiman di Indonesia.
Badan ini mempunyai kewenangan: (1) mengadili pada tingkat kasasi terhadap
putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh peradilan; (2) menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang; (3)
kewenangan lain yang ditentukan oleh undang-undang.
b. Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan lembaga peradilan pada tingkat pertama dan
terakhir untuk; (1) menguji undang-undang terhadap UUD 1945; (2) memutus
sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 21
KEWARGANEGARAAN PKK UMB E-Learning
1945; (3) memutuskan pembubarkan partai politik; (4) memutuskan perselisihan
tentang hasil pemilihan umum.
c. Pengadilan Tinggi dan Negeri merupakan peradilan umum di tingkat provinsi dan
kabupaten. Fungsi kedua peradilan adalah menyelenggarakan peradilan baik pidana
maupun perdata di tingkat kabupaten dan tingkat banding di pengadilan tinggi. Pasal
57 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2004 menetapkan agar peradilan memberikan
prioritas peradilan terhadap pelaku tindak pidana korupsi, terorisme,
nasrkotika/psikotropika, pencucian uang dan tindak pidana khusus lainnya.
---oOo---
2011 / 2012 Smtr Gnp BAB-6 KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Efan’s File Page 22
Top Related