BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum Terhadap Sekolah Tinggi Seni Tari
2.1.1 Pengertian Sekolah Tinggi Seni Tari
Sekolah Tinggi Tari adalah lembaga Pendidikan Tinggi negeri yang di
selenggarakan oleh Department Pendidikan dan Kebudayaan, yang tersususn
atas dasar Seni Tari dan Ilmu pengetahuan, yang menyelenggarakan program
non gelar
2.1.2 Program Akademis
a. Tujuan program akademis sekolah tinggi tari ini di tinjau dari: bidang
pendidikan, bidang penelitian, bidang pengabdian masyarakat, bidang
pembinaan semasa perguruan tinggi
1. Bidang Pendidikan:
Dalam bidang pendidikan, program akademis sekolah tinggi tari
bertujuan: menghasilkan lulusan yang merupakan penggerak kemajuan
dalam kebudayaan Indonesia, yang memiliki kreatifitas, keahlian, dan
karakter yang baik
2. Bidang Penelitian:
Dalam bidang penelitian, tujuannya: menggalakan kegiatan penelitian
yang menunjang pelaksanaan pendidikan
3. Bidang pengabdian masyarakat:
Membina dan mengarahkan masyarakat untuk menciptakan
kehidupan masyarakat yang berbudaya, dalam bidang seni tari
Mengadakan forum tempat bertukar pengalaman di masyarakat
Mengisi acara pementasan tari pada fasilitas pertunjukan kesenian
yang ada
8
Membina duta duta kesenian yang baik, untuk luar negeri
4. Bidang pembinaan sesama Perguruan Tinggi:
Mempertinggi dan mempertahankan suatu pendidikan tinggi seni tari
di Indonesia
Kerja sama di berbagai bidang, antar perguruan tinggi sejenis
b. Sasaran dan Lama Pendidikan
Sekolah Tinggi Tari ini mempunyai program jangka pendek dan jangka
panjang dalam mencapai sasaran pendidikannya, yaitu: (Keputusan Mentri
Pendidikan dan Kebudayaan, 26 Juni 2002)
1. Program Jangka Pendek:
Menghasilkan lulusan Diploma II (D III, disebut juga Penyaji),
dengan paket kurikulum enam semester, dan lama studi tiga tahun.
Menghasilkan lulusan Diploma IV (D IV, disebut juga Penata),
dengan paket kurikulum delapan semester, dan lama studi empat
tahun
2. Program Jangka Panjang:
Dalam jangka panjang direncanakan jenjang yang lebih tinggi,
sebagai lanjutan dari jenjang D IV, yaitu:
Spesialis I (Sp I), dengan paket kruikulum sebanyak empat semester,
dan lama pendidikan dua tahun seterlah D IV
Spesialis II (Sp II), dengan paket kurikulum sebanyak empat
semester, dan lama pendidikan dua tahun setelah Sp I
2.1.3 Materi Pendidikan
Materi Pendidikan dalam sekolah tinggi tari ini diambil dari materi yang
akan diberikan dalam Institut Kesenian Indonesia. Pertimbangannya adalah,
bahwa kurikulum Institiut Kesenian Indonesia dapat dikatakan sudah sempurna,
9
karena diolah dari materi pendidikan di institut institut Seni Tari yang ada.
Selain itu materi pendidikan Institut Kesenian Indonesia ini nantinya akan
menjadi standar bagi pendidikan tinggi kesenian lainnya di seluruh Indonesia. Materi pendidikan yang diajarkan tersebut, terdiri dari:
Semester Mata KuliahSemester SKS
T-P1 2 3 4 5 6 7 8
Mata
Kuliah
Dasar
Umum
(MKDU)
Agama 2 2T
Pancasila 2 2T
Kewiraan 2 2T
Ilmu Budaya
Dasar2 2T
Ilmu Sosial
Dasar2 2T
Ilmu Alamiah
Dasar2 2T
Mata
Kuliah
Dasar
Keahlian
(MKDK)
Filsafat/ Estetika 2 2T
Apresiasi Seni 2 2 4T
Tinjauan Seni 2 2T
Sejarah
Kebudayaan/
Seni
Pertunjukan
2 2 4T
Dramaturgi 2 2 4T
Pengetahuan
Gerak2 2 4T
Bahasa 2 2 4T
Seminar 2 2 4T
Tata Teknik
Pentas2 2 4T
Produksi/
Manajemen2 2 4T
10
Mata
Kuliah
Keahlian
(MKK)
Kurikulum Tari 2 2 2 2 8P
Koreografi 3 3 3 3 12P
Olah Tubuh 2 2 2 2 8P
Teknik Tari 2 2 2 2 3 3 3 3 20P
Iringan/ Musik
tari2 2 4P
Koreologi 2 2 4T
Filsafat Tari 2 2 4T
Karya akhir 6 814T
P
Tata rias &
Busana2 2 4P
Teknik Tari
(pilihan)2 2 2 2 2 2 2 2 16P
Vokal 2 2 4P
Apresiasi Seni
Khusus2 2T
Iringan Tari
Khusus2 2 4P
Seni Karawitan 2 22T
2P
Olah raga/
Kesehatan2 2T
Bahasa/ Sastra
Daerah2 2 4T
Jumlah SKS Program D III =
120/ 56 =
18
9
18
9
18
9
20
10
22
10
24
9
Jumlah SKS Program D IV =
44/17=
18
9
24
8
Jumlah keseluruhannya162
73
Tabel 1. Perician Materi Pendidikan
11
2.1.4 Pola Pendidikan
Pendidikan dalam Sekolah Tinggi Tari ini mengikuti pola sebagai berikut:
a. Sistim satu arah:
Dilaksanakan dalam kegiatan kuliah teori, dan dalam kegiatan demonstrasi
secara langsung, atau melalui media audio-visual.
b. Sistim dua arah:
Pelaksanaan dari kegiatan pendidikan yang bersifat diskusi, seminar,
konsultasi, wawancara, kuliah klasikal bersama/ teori
c. “Self Education”
Mahasiswa dapat juga belajar sendiri, untuk memperdalam pengetahuan
teoritis dengan menggunakan fasilitas perpustakaan.
2.1.5 Faktor Faktor Penunjang Pendidikan
Faktor faktor yang menunjang kelangsungan pendidikan dalam Sekolah
Tinggi Tari ini adalah:
a. Mahasiswa
Mahasiswa yang berhak menjalankan program pendidikan dalam Sekolah
Tinggi Tari ini adalah mahasiswa biasa, luar biasa, dan mahasiswa tugas
belajar
b. Tenaga Pengajar
Lebih diutamakan seorang professional atau seorang seniman yang
berkemampuan setaraf dengan sarjana, dibantu oleh beberapa orang asisten,
yang berpendidikan seniman muda. Tenaga pengajar merupakan dosen tetap
atau tidak tetap (merupakan kerja sama dengan perguruan tinggi atau instansi
lain)
c. Tenaga Non- Edukatif
12
Merupakan pelaksana pengelolaan lembaga, baik segi administatif maupun
pemeliharaan fisik
d. Sarana Pendidikan
Fasilitas yang perlu diperhatikan:
Wadah bagi terlaksananya program pendidikan
Peralatan pakaian dan atribut
Peralatan gamelan
Perlengkapan pendidikan lainnya sebagai penunjang
2.1.6 Struktur Organisasi
Dapat dilihat pada halaman 14
2.1.7 Macam kegiatan dan pengelompokan kegiatan
2.1.7.1 Macam Kegiatan
Seperti lembaga lembaga pendidikan pada umumnya, kegiatan dalam
sekolah tinggi tari juga terdiri dari kegiatan edukatif dan kegiatan non edukatif.
a. Kegiatan Edukatif
Merupakan kegiatan utama dalam lembaga pendidikan, meliputi kegiatan
kegiatan:
13
Pelajaran teori
Latihan praktek
Penelitian
Diskusi, ceramah
Seminar
Rekaman/ pendokumentasian
Baca/dengar
Perbaikan alat
Pementasan tari
Acara acara perayaan dan
kegiatan sosial
b. Kegiatan Non edukatif
Merupakan kegiatan dalam bidang pengelolaan pendidikan, yaitu:
1. Administatif
Kegiatan administratif, baik yang bersifat ke dalam (intern), maupun
keluar (ekstern)
2. Penyediaan sarana
Penyediaan sarana penunjang kegiatan dari:
Kejasmanian, diperuntukan bagi pembentukan mahasiswa sehat
Kesejahteraan, dengan menyediakan pemondokan bagi tenang
pengajar, mahasiswa dan pengunjung tertentu
Pemeliharaan sarana, yaitu menyelenggarakan pemeliharaan kegiatan
pendidikan maupun prasarana bangunan
2.1.7.2 Pengelompokan kegiatan
Pengelompokan kegiatan berdasarkan sifatnya, dapat dilihat pada halaman
berikut
15Hunian
2.1.8 Pendekatan Studi Pembahasan
Sekolah Tinggi Tari ini bersifat nasional, dan tidak menonjolkan kesenian
suatu daerah tertentu. Meskipun demikian unsur unsur tradisional Indonesia
tetap diperhatikan dalam desain. Selain itu, bentuk dan pola bangunan juga harus
memperhatikan fungsi bangunan dan kegiatan didalamnya. Sekolah Tinggi Tari
merupakan bangunan yang belum mempunyai standar perhitungan yang khusus.
Oleh karenanya, dalam pendekatan terhadap kebutuhan ruang ruangnya,
digunakan dasar pembahasan dari:
Neufert-Architects’ Data dan Time Saver Standard, untuk standard ruang
yang bersifat umum
Pendekatan dari hasil pengamatan dan pengukuran pemakaian ruang yang
ada di gedung Sekolah Menengah Umum dan studi litelatur Institut Seni
Indonesia (ASTI) di Surakarta
16
PRIVATE
SEMI PRIVATE
UMUM
Penelitian
Pelajaran Teori
Pelajaran Praktek
Ujian
Diskusi
Rapat Pimpinan/ Dosen
Perbaikan AlatAdministasi
Perpustakaan
Seminar
Makan/minum
Sembahyang
Kesehatan
Pementasan
Studi pola gerak yang dibutuhkan oleh penari
Studi litelatur hasil wawancara dengan staf pengajar dan pengelola Institut
Kesenian Jakarta dan ISI Surakarta.
2.1.9 Unsur unsur yang mendasari perancangan fisik
1. Perhitungan Jumlah Kapasitas Pelayanan
a. Mahasiswa
Untuk menghitung kapasitas mahasiswa setiap tahunnya, digunakan
perbandingan jumlah mahasiswa dari ISI Surakarta yang di jadikan
pendekatan dan pertimbangan.Pendekatan pada ISI Surakarta ini
dilakukan berdasarkan pertimbangan:
Sistim pendidkan dan pola kurikulum yang ditetapkan, pada
umumnya sama bagi setiap pendidikan tari
Perkembangan ISI dalam empat tahun terakhir ini, memberikan data
yang cukup baik
Berikut tabel jumlah mahasiswa dari ISI Surakarta periode
2010/2011:
SM
T
Fakultas Seni PertunjukanJumlah
KAR ETNO PED TAR
L P T L P T L P T L P T L P T
I 451
6
6
1
4
35
4
815 2 17
1
2
5
2
6
4
11
575
19
0
III 381
9
5
7
2
72
2
95 5 6
1
7
2
376 38
11
4
V 211
1
3
2
1
85
2
37 2 9 5
3
0
3
551 48 99
VII 25 73
2
1
54
1
98 8 4
2
2
2
652 33 85
17
SM 1 1 1 1 2 2
IX+ 271
1
3
8
4
07
4
716 16 8
2
6
3
491 44
13
5
T15
7
6
4
2
2
1
1
4
4
2
3
1
6
7
51 4 553
5
1
4
7
1
8
2
38
7
23
8
62
5
Tabel 3. Jumlah Mahasiswa ISI Surakarta 2010/2011
b. Tenaga Pengajar
Jumlah tenaga pengajar diperhitungkan dengan dasar pertimbangan:
Tidak semua pelajaran dipegang oleh seorang dosen mengingat
kurangnya tenaga pengajar ahli, disamping adanya mata kuliah yang
hampir sama
Kemungkinan tenaga pelatih dalam praktek juga mengajar teori
Perbandingan antara pengajar dan mahasiswa yang ideal, agar
pelajaran yang diberikan dapat diterima dengan baik:
- Untuk Teori 1 : 22 Sampai dengan 1 : 60
- Untuk Praktek 1 : 8 Sampai dengan 1 : 20
Maka, tenaga pengajar diperhitungkan berdasarkan rasio 1 : 40 untuk
teori, dan 1 : 15 untuk praktek, sehingga diperoleh jumlah ( 1/ 40 x 600)
+ (1/15 x 600 ) = 55 orang
c. Tenaga Non Edukatif
Merupakan tenaga pelaksana pengelolaan Sekolah Tinggi Tari, yang
terdiri dari:
Ketua 1 orang
Pembantu Ketua 1 orang
Sekretaris 1 orang
18
Bidang Pendidikan & Penelitian:
- urusan edukatif 2 orang
- urusan penelitian/ pengembangan 2 orang
Bidang Administrasi:
- urusan organisasi & humas 2 orang
- urusan tata usaha 1 orang
- sub urusan personalia 2 orang
- sub urusan keuangan 3 orang
- sub urusan umum/ rumah tangga 2 orang
agenda / arsip 1 orang
juru tik 2 orang
pembantu 2 orang
Bidang Kemahasiswaan:
- urusan kegiatan mahsasiswa 1 orang
- urusan konsultasi mahasiswa 1 orang
Jumlah 24 orang
2. Sarana Pendidikan
Sarana untuk menunjang pelaksanaan pendidikan terdiri dari:
Sarana Edukatif Sarana non edukatif:
- Ruang kuliah teori
- Ruang latihan/ praktek terutup
dan terbuka
- Perpustakaan
- Hunian
- Kantin
- Ruang terbuka/ taman
untuk istirahat, untuk
19
- Alat alat audio visual
- Pakaian dan atribut tari
- Beberapa perangkat gamelan
Jawa
- Atribut dan peralatan
pertunjukan wayang
- Buku buku kepustakaan/litelatur
- Alat alat olah raga/ kesehatan
komunikasi dan interaksi
antar mahasiwa
- Transportasi
2.1.10 Penentuan Kapasitas dan Ruang yang dibutuhkan
Berikut Jenis Tari Jawa yang dibahas dalam Sekolah Tinggi Seni Tari di
Jakarta Barat:
- Tari Eka Prawiro - Tari Rama
- Tari Wanoro - Tari Lesmana
- Tari Gambir Anom - Tari Hanoman
- Tari Tandingan Alus - Tari Subali
- Tari Tandingan Putri - Tari Sugriwo
- Tari Lawung - Tari Dewi Tara
- Tari Pamungkas Manggolo - Tari Raksasa
Dibyo ( Fragmen) - Tari Cakil
- Tarii Bondan - Tari Bambangan
- Tari Suko reno - Tari Topeng Klono
- Tari Gambyong Alit - Tari Sumbung Langu
- Tari Gambyong Ageng - Tari Serimpi
20
Jenis tari yang dijadikan studi pembahasan adalah tari ekoprawiro, lawung,
bondan, gambyong, sugriwo dan yang dijadikan patokan dalam mendesain
adalah tari ekoprawiro karena jenis tari ini membutuhkan ruang atau space yang
paling besar sehingga untuk jenis tari lain yang kebutuhan ruang atau spacenya
lebih kecil dari tari ekoprawiro bisa menggunakannya. Besar kebutuhan ruang
yang diperlukan tergantung pada jenis kegiatan, jumlah pemakai, sarana
penunjang pendidikan, dan waktu penggunaannya. Dari kurikulum yang
ditentukan, jumlah pengajaran rata rata ± 38 jam / minggu. Kegiatan sekolah
dimulai dari jam 07.00 sampai jam 19.00, dengan istirahat 3 jam, kecuali hari
sabtu, jam 07.00 sampai dengan 13.00 akan tetapi tidak menutup kemungkinan
mereka berlatih hingga dini hari. Ruang ruang yang dibutuhkan ini
dikelompokan atas: kelompok edukatif, kelompok semi edukatif, kelompok
administatif, dan kelompok pelengkap
Dasar kebutuhan ruang:
Dasar jenis gerak:
Gerak mengikuti arah gerak jari jari lingkaran:
Jenis gerak
demikian
membutuhkan ruang
gerak minimum :
22/7 x (1/2 x
1.65)2= 2.14 m2
21
Gerak mengikuti arah busur lingkaran
Jenis gerak
demikian
membutuhkan
ruang gerak
minimum : 22/7
x 1.652 =
8.55 m2
Jadi dapat disimpulkan, ruang gerak minimum untuk latihan gerak dasar
= 2.14 m2, dan untuk latihan bersama = 8.55 m2
2.2 Tinjauan Umum Terhadap Asrama
Berdasarkan, Situs Wikipedia.OrgAsrama adalah suatu tempat penginapan
yang di tunjukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya murid-murdi
sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar
yang dapat di tempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Para
penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang lebih lama dari pada
hotel atau losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa berupa
tempat tinggal asal sang penghuni yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya
yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain, misalnya
apartemen.Selain untuk menampung murid-murid asrama juga sering ditempati
peserta suatu pesta olahraga.
Ada beberapa kelebihan memasukkan anak di asrama. Pertama, anak
terjamin dalam hal makanan, karena biasanya asrama tersebut menyediakan
makanan, daripada anak yang kos di luar asrama harus mencari makan sendiri.
Dengan demikian kesehatan anak lebih terjamin dengan asupan makan yang
22
teratur dan bergizi, sehingga anak menjadi lebih konsentrasi dalam belajar.
Kedua, ada pendampingan dari pihak sekolah, seperti di Sang Timur, asramanya
didampingi oleh seorang Suster. Dengan adanya pendamping, siswa lebih
terkontrol kegiatannya maupun pergaulannya. Sehingga kekawatiran orang tua
bisa jauh berkurang. Pengaruh buruk dari pergaulan pun dapat dikurangi.
Ada beberapa keunggulan boarding school (sekolah dengan asrama) jika
dibandingkan dengan sekolah regular yaitu:
Program Pendidikan Paripurna
Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan
akademis sehingga banyak aspek hidup anak yang tidak tersentuh. Hal ini
terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan program
pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah berasrama dapat
merancang program pendidikan yang komprehensif-holistic dari program
pendidikan keagamaan, academic development, life skill(soft skill dan hard
skill) sampai membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak
hanya sampai pada tataran teoritis, tapi juga implementasi baik dalam
konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup.
Fasilitas Lengkap
Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap; mulai dari
fasilitas sekolah yaitu kelas belajar yang baik dan fasilitas kamar asramanya
yang berkualitas dan menunjang kegiatan siswa dan siswi yang tinggal di
sana
Guru yang Berkualitas
Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas
guru yang lebih jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Masih
terdapat dua kutub yang sangat ekstrim antara kegiatan pendidikan dengan
kegiatan pengasuhan. Pendidikan dilakukan oleh guru sekolah dan
pengasuhan dilakukan oleh guru asrama.
Lingkungan yang Kondusif
Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam komplek
sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau
bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran, tapi semua orang
23
dewasa yang ada di boarding school adalah guru. Siswa melihat langsung
praktek kehidupan dalam berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di
dalam kelas, tapi juga kehidupan kesehariannya.
Jaminan Keamanan
Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan
siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola
pendidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya.
Jaminan Kualitas
Sekolah berasrama dengan program yang komprehensif-holistik, fasilitas
yang lengkap, guru yang berkualitas, dan lingkungan yang kondusif dan
terkontrol, dapat memberikan jaminan kualitas jika dibandingkan dengan
sekolah konvensional.
2.2.1 Studi Banding Asrama
2.2.1.1 Asrama Bina Nusantara
Gambar 1. Asrama Bina Nusantara
Nama : Binus Square
Luas Lahan : 1,4 hektar
Jumlah Tower : 4 Tower ( 2 putra, 2 putri )
Ketinggian Lantai : 17 Lantai
Jumlah Kamar : 1544 unit (single room, twin sharing room, 138 family
guest’ rooms)
Konsep Bangunan : Green Building
- Menciptakan cross ventilation = dua teras terbuka saling bersilangan
- Menggunakan system recycling
- Mengefisiensikan penggunaan listrik
24
Fasilitas : - Meeting Room
- Lounge and Coffee shop
- Cafetaria
- Reading room
- Gym, Swimming pool, Outdoor sport area
- Games room
- 24 hours minimart
- Beauty salon
- ATM center
- Shuttle service
2.2.1.2 Asrama Universitas Pelita Harapan
-Terdiri dari 2 gedung asrama yang
terpisah 1 untuk putra, 1 untuk putri
- Setiap Mahasiswa diwajibkan
mengikuti kegiatan Belajar
masing-masing maupun
kelompok atau menggunakan
ruang musik
- Tiap gedung memiliki dapur untuk
masak bersama
-Lapangan olahraga yang merupakan
fasilitas universitas pelita harapan
sendiri Cth : kolam renang, lapangan sepakbola, lapangan basket, dll
-Memiliki perpustakaan (fasilitas
universitas)
Asrama Putra
- Setiap Kamar dihuni oleh 6 anak
- Memiliki dua perbedaan, yaitu AC (untuk mahasiswa biasa) dan NON
AC (untuk mahasiswa beasiswa)
- Memiliki Ruang untuk menonton TV bersama
- Kamar Mandi bersama (diluar dari kamar)
- Memiliki tempat untuk mencuci dan menyetrika baju sendiri
25
Gambar 2. Asrama UPH
- Terdapat ruang isolasi (untuk murid yang sakit)
- Akses lantai 1-2 menggunakan tangga, 3 ke atas menggunakan LIFT
Asrama Putri
- Setiap Kamar dihuni oleh 2-3 anak
- Kamar mandi terletak di dalam kamar masing-masing
- Letaknya di atas kantin dan perpustakaan Universitas Pelita Harapan
- Memiliki Ruang Rekreasi yang terdiri dari
1. Ruang TV
2. Dapur (lebih besar dibandingkan dapur untuk asrama putra)
3. Pantry
4. Ruang Makan
5. Meja Belajar
- Akses menggunakan tangga
2.3 Tinjauan Umum Terhadap Sustainable Architecture
2.3.1 Pengertian Sustainable Architecture
Sustainable / Berkelanjutan : How biological systems remain diverse and
productive over time/ Bagaimana sistem
biologis tetap beragam dan produktif dari
waktu ke waktu.
Architecture / Arsitektur : art of building/ seni membangun.
Sehingga Sustainable Architecture/ Arsitektur berkelanjutan adalah
pembangunan yang mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih
lama karena memungkinkan terjadinya keterpaduan antarekosistem, yang
dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis
manusia, seperti iklim planet, keberagaman hayati, dan perindustrian.
Gejala terjadinya pemanasan global dapat diamati dan dirasakan dengan
adanya:
- Pergantian musim yang tidak bisa diprediksi
- Hujan badai sering terjadi di mana-mana
- Sering terjadi angin puting beliung
26
- Banjir dan kekeringan terjadi pada waktu yang bersamaan
- Penyakit mewabah di banyak tempat
- Terumbu karang memutih
Banyak ahli berpendapat bahwa penyebab utama pemanasan bumi adalah
aktivitas manusia walau ada penyebab lainnya yang bersifat alami. Penyebab
pemanasan bumi yang diakibatkan oleh aktivitas manusia ini antara lain:
- Pembakaran bahan bakar batu bara, misalnya untuk pembangkit listrik
- Pembakaran minyak bumi, misalnya untuk kendaraan bermotor
- Pembakaran gas alam, misalnya untuk keperluan memasak
Akibat dari proses pembakaran itu, karbon dioksida dan gas lainnya terlepas
ke atmosfer. Gas-gas tersebut disebut dengan gas rumah kaca. Jika gas rumah
kaca yang memenuhi atmosfer semakin banyak maka akan semakin kuat juga
menjadi isulator yang menyekat panas dari sinar matahari yang dipancarkan ke
permukaan bumi. Diperkirakan proses menghangat dan mendinginnya bumi ini
telah saling berganti-ganti dan kurang lebih terjadi selama 4 milyar
tahun(Akankah Indonesia tenggelam akibat pemanasan global?, Gatut
Susanta,Hari Sutjahjo).
Adanya fakta lingkungan seperti yang terjadi diatas, secara tidak langsung
menjadi sebuah tuntutan kepada generasi saat ini untuk dapat bijak dan tanggap
dalam merespon permasalahan yang ada tersebut. Dan sebagai mahasiswa
arsitektur, penyusun merasa memiliki andil dalam usaha merespon kondisi
tersebut dengan mendesain sebuah bangunan yang tanggap terhadap perubahan
iklim yang terjadi melalui pendekatan-pendekatan terhadap sebuah rancangan
arsitektur hijau atau arsitektur berkelanjutan.
Six Principles are proposed that together could build into a green
architecture(Brenda and Robert Vale, 1991, p158):
Principle 1: Conserving Energy
A building should be constructed so as to minimize the
needs of fossil fuels to run it
Principle 2 : Working with climate
27
Building should be designed to work with climate and
natural energy sources
Principle 3 : Minimizing new resources
A building should be designed so as to minimize the use of
new resources and, at the end of its useful life, to form the
resources for other architecture
Principle 4 : Respect for users
A green architecture recognizes the importance of all the
people involved with it
Principle 5 : Respect for site
A building will “touch this earth lightly”
Principle 6 : Holism
All the green principles need to be embodied in a holistic
approach to the build environment
Arsitektur hijau atau arsitektur berkelanjutan adalah suatu pendekatan pada
bangunan yang dapat meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada
kesehatan manusia dan lingkungan. (Sumber: http://lifestyle.okezone.com -
Hemat Energi Dengan Arsitektur Hijau - Rabu, 15 Juni 2008). Dengan tidak
hanya memiliki fokus utama pada sebuah bangunan sebagai objek, arsitektur
berkelanjutan juga dituntut untuk memiliki fokus terhadap lingkungan dimana
bangunan itu berada.
Hingga saat ini, pembangunan sebuah bangunan masih berfokus pada
peruntukan dan kenyamanan ruang dalam pemakaiannya, tanpa memperhatikan
respon apa yg dimiliki bangunan tersebut terhadap tantangan perubahan iklim
dari waktu ke waktu. Dalam desain Sekolah Tinggi Seni Tari, respon Sekolah
Tinggi Seni Tari dalam menjawab tantangan perubahan iklim dari waktu ke
waktu berkaitan dengan isu Global warming akan menjadi perhatian penyusun,
untuk mendesain bangunan ini menjadi sebuah bangunan ramah lingkungan
yang tentunya sustainable.
28
Sesusai dengan topik Sustainable Architecture, maka penyusun akan
menggunakan elemen utama yaitu pencahayaan alami dalam mendesain Sekolah
Tinggi Seni Tari kali ini. Dengan dilengkapi pengetahuan dan perkembangan
terhadap usaha penghijauan, bangunan ini diharapkan dapat menjadi sebuah
bangunan sehat yang dapat dengan cerdas meminimalkan pemakaian energi
yang tidak terbarukan dengan konsep Sustainable Design tersebut.
2.4 Tinjauan Khusus Permasalahan Arsitektural
Secara klasik iklim tropis dibagi dua: tropis basah dan tropis kering. De Wall
membagi iklim tropis menjadi 10 klasifikasi berdasarkan suhu harian rata-rata
dan perbedaan antara suhu siang dan malam. Dalam pengelompokan ini, hanya
kota atau wilayah yang memiliki suhu udara harian rata-rata 28°C atau lebih
dimasukan dalam katagori iklim tropis. Jakarta disebutkan masuk dalam kategori
pertama, dengan suhu rata-rata 28°C serta deviasi sekitar 7°. (Sumber: Wujud
Kota Tropis Di Indonesia: Suatu Pendekatan Iklim, Lingkungan Dan Energi/Tri
Harso Karyono).
Adapun teori mengenai ciri-ciri dan masalah bangunan pada iklim tropis
adalah sebagai berikut:
Ciri-ciri iklim daerah tropis basah adalah presipitasi dan kelembaban tinggi
dengan temperatur. Angin sedikit, radiasi matahari sedang sampai kuat.
Pertukaran panas sedikit karena tingginya kelembaban.
Masalah bangunan daerah iklim tropis basah adalah panas yang tidak
menyenangkan. Penguapan sedikit karena gerakan udara lambat. Perlu
perlindungan terhadap matahari, hujan dan angin.
Hal penting yang harus diperhatikan pada daerah iklim tropis basah adalah
bangunan terbuka dengan jarak yang nyaman untuk sirkulasi udara. Orientasi
utara-selatan, dengan lebar bangunan untuk ventilasi silang, serta diberi
penenduh disekitar bangunan. Bangunan ringan dengan daya serap panas
yang rendah.(Sumber: Bangunan Tropis,p18/Georg Lippsmeier).
Berkaitan dengan teori mengenai temperatur udara pada bangunan,
penyinaran langsung dari sebuah dinding bergantung pada orientasinya terhadap
matahari, dimana pada iklim tropis fasade timur merupakan sisi yang paling
29
banyak terkena radiasi matahari, sehingga dapat disolusikan dengan penggunaan
beberapa bahan yang mampu meyerap 50%-95% radiasi matahari. (Sumber:
Bangunan Tropis,p32-34/Georg Lippsmeier).
Melalui teori-teori tersebut, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kenyamanan dalam ruangan tertutup adalah temperatur udara,
kelembaban udara, temperatur radiasi rata-rata dari dinding dan atap, kecepatan
gerakan udara, tingkat pencahayaan dan distribusi cahaya pada dinding
pandangan. Menurut hasil penyelidikan terhadap batas-batas kenyamanan yang
dinyatakan dalam Temperatur Efektif (TE), untuk daerah Jakarta adalah sebagai
berkut:
Tabel 4. Temperatur Efektif Jakarta
(Sumber: Bangunan Tropis,p36-37/Georg Lippsmeier).
2.5 Tinjauan Khusus Pencahayaan
Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat
pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang
sama. Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan
pencahayaan alami pada bidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh :
a. Hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.
b. Ukuran dan posisi lubang cahaya.
c. Distribusi terang langit.
d. Bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.
Bangunan sekolah tinggi tari sebagai wadah suatu kegiatan yang sifatnya
berkelanjutan, sangat menuntut adanya sistim penerangan yang baik dan teratur.
Penerangan terhadap pencahayaan terbagi menjadi 2 yaitu pencahayaan alami
dan pencahayaan buatan. Kedua sistem penerangan ini memiliki penilaian
sendiri sendiri.
Kerugian Keuntungan
30
Pencahayaan buatan -Biaya cukup tinggi
-Perlu pemeliharaan
-Menimbulkan suara,
khususnya yang
menggunakan generator
Pencahayaan tetap dan
dapat diatur menurut
kebutuhan
-Memiliki banyak unsur
unsur dekoratif
-Kemampuan penyinaran
cukup tinggi
Pencahayaan alami -Pencahayaan sangat
tergantung kepada cuaca,
tidak baik bagi ruang
ruang yang menuntut
pencahayaan tetap
-Penerangan yang
diberikan kadangkala
dibarengi penghawaan
yang cukup panas
-Lebih ekonomis
-Memberi efek
psikologis pada pemakai
untuk mengarah
kehidupan yang bersifat
alamiah
-Mendekati sifat
kehidupan tradisionak
-Lebih menyehatkan
Tabel 5. Perbandingan pencahayaan alami dan buatan
2.6 Tinjauan Khusus Pengaruh Kaca Terhadap Pencahayaan
Kemampuan bangunan untuk memanfaatkan cahaya alami akan mengurangi
besar energi pencahayaan. Cahaya alami diperhitungan dengan kedalaman
efektif dua kali tinggi ambang atas jendela dan intensitas cahaya 350 lux. Total
energi pencahayaan elektrikal dan pencahayaan alami pada empat bangunan
obyek kasus adalah antara 41.13 – 41.16 kWh/m2
Pemanfaatan cahaya alami yang besar terdapat pada bangunan Gedung
Ekonomi dan Graha Pena dengan 18.28 kWh/m2 dan 17.96 kWh/m2 atau
44.44% dan 43.66% dari total kebutuhan pencahayaan. Pada Graha Pangeran
dan Wisma Dharmala pemanfaatan cahaya alami bernilai kecil, hanya 2.30
kWh/m2 dan 8.20 kWh/m2 atau 5.59 % dan 19.93%.
Secara umum perbedaan pemanfaatan cahaya alami tersebut disebabkan
oleh perbedaan WWR, jenis kaca yang digunakan, serta penggunaan elemen
pembayangan. Dan juga luasan lantai yang terlayani oleh pencahayaan alami
akibat perletakan bidang kaca.
31
Gambar 3. Besar Cahaya Alami yang Didapat Melalui Bidang Kaca dan Kebutuhan
Energi Pencahayaan
Gedung Ekonomi dan Graha Pena mendapat cahaya alami yang besar karena
kedua bangunan mempunyai selubung bangunan dengan WWR total 39 – 42 %,
sehingga jumlah cahaya yang diterima oleh bidang kaca juga banyak. Jenis kaca
yang digunakan mempunyai kemampuan meneruskan cahaya hingga 0.43.
Tanpa adanya pembayangan, maka cahaya yang diperoleh hampir
seluruhnya berasal dari komponen langit. Perletakan kaca yang menerus
mengelilingi sisi bangunan menyebabkan luas lantai yang terlayani oleh cahaya
alami cukup besar. Graha Pangeran hanya sedikit sekali mendapat cahaya alami
karena WWR hanya 25 %, sehingga jumlah cahaya yang diterima oleh bidang
kaca pun sedikit. Walaupun tidak mempunyai elemen pembayang yang
memungkinkan komponen langit dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai
sumber cahaya, kemampuan kaca untuk meneruskan cahaya hanya 0.20
sehingga hanya seperlima jumlah cahaya yang dapat masuk dan diterima di
dalam ruang. Sedang perletakan bidang kaca hanya pada bagian tengah masing-
masing sisi bangunan menyebabkan luas lantai yang terlayani cahaya alami juga
tidak besar.
Dibandingkan dengan Graha Pangeran, Wisma Dharmala mendapat cahaya
alami yang relatif lebih besar, walaupun cahaya yang didapat lebih banyak
berupa cahaya dari komponen refleksi eksternal karena elemen pembayangan
yang ada hampir menutup keseluruhan komponen langit. Jenis kaca yang
mempunyai kemampuan meneruskan cahaya 0.27 berpengaruh pada
peningkatan penerimaan cahaya alami, walaupun WWR total hanya 22 %.
Bentuk bangunan yang memanjang utara selatan dengan perbandingan lebar
dan panjang bangunan 1:2 –1:4 menyebabkan sisi barat dan timur menjadi
32
dominan. Bidang kaca yang cukup luas, yang diletakkan di sepanjang sisi barat
dan timur bangunan, ditambahkan dengan sebagian kaca dengan luasan yang
lebih kecil di sisi utara dan selatan, telah memberikan pencahayaan alami untuk
lantai yang cukup luas. Beban Pendinginan dan Kebutuhan Energi Pendinginan
Beban pendinginan digolongkan menjadi beban internal dan beban eksternal.
Pada penelitian ini yang menjadi fokus diskusi adalah beban eksternal
sedangkan beban internal tidak dibahas. Besar beban internal, beban eksternal
dan total beban pada empat kasus adalah seperti pada gambar 2.
Gambar 4. Beban Pendinginan
Internal dan eksternal
Total beban pendinginan pada Gedung Ekonomi dan Graha Pena cukup
besar berkisar 242,76-302.41 kWh/m2, sedang pada Graha Pangeran dan Wisma
Dharmala hanya 132.67 kWh/m2 dan 142.29 kWh/m. Perbedaan beban eksternal
pada masing-masing bangunan ternyata membedakan nilai beban
pendinginannya. Adapun beban eksternal merupakan beban yang dipengaruhi
oleh elemen selubung bangunan, terdiri atas perolehan panas secara konduksi
melalui atap, dinding dan kaca, perolehan panas radiasi melalui kaca, dan
perolehan panas secara konveksi akibat ventilasi/infiltrasi
Gambar 5. Grafik Rincian Beban Ekternal
33
Perolehan panas ventilasi/infiltrasi, yaitu rembesan udara luar yang lebih
panas melalui celah jendela kaca. Pada Graha Pangeran dan Wisma Dharmala
merupakan bagian terbesar yaitu 49.69 % dan 39.74 %. Sedangkan pada Gedung
Ekonomi dan Graha Pena nilainya berkisar antara 22.48 - 26.69 %.
Pada kedua gedung yang disebut terakhir, presentase tersebut merupakan
perolehan panas terbesar kedua setelah perolehan panas radiasi pada kaca. Nilai
peningkatan perolehan panas infiltrasi/ventilasi terkait dengan besarnya WWR.
Semakin besar WWR akan semakin panjang perimeter bidang kaca sehingga
semakin besar pula volume rembesan udara yang terjadi melalui celah tersebut.
Perolehan panas radiasi melalui kaca pada Gedung Ekonomi dan Graha Pena
merupakan bagian beban ekternal terbesar dan nilainya juga sangat besar,
mencapai 64.99 - 115 kWh/m2 atau 50.36 - 57.25 %. Sedang pada Graha
Pangeran dan Wisma Dharmala perolehan panas radiasi hanya merupakan
bagian kecil, nilainya hanya 3.18 - 6.00 kWh/m2 atau 7.36 % -14.01 %.
Perolehan panas radiasi ini menunjukkan bahwa pada Gedung Ekonomi dan
Graha Pena pengaruh luas bidang kaca (WWR) sangat dominan dalam perolehan
panas bangunan. Perbedaan nilai panas radiasi yang sangat mencolok dan nilai
perolehan panas ventilasi/ infiltrasi inilah yang menyebabkan perbedaan besar
pada nilai total beban panas eksternal.
Nilai ini akan berpengaruh pada nilai beban pendinginan sebagaimana
terlihat pada tabel 1. Total beban pendinginan Gedung Ekonomi Graha Pena
lebih besar 70% dari Wisma Dharmala dan lebih besar 83% dari Graha
Pangeran. Dari perbedaan beban pendinginan yang cukup besar tersebut
menimbulkan kebutuhan energi pendinginan yang besar juga. Pada gilirannya
hal ini yang akan menambah kebutuhan total energi operasional bangunan.
34
Tabel 6. Empat Bangunan Obyek Kasus
Penggunaan kaca sebagai elemen arsitektur sangat menonjol belakang ini
terutama pada bangunan-bangunan tinggi di Indonesia serta tempat lain di dunia.
Selain untuk memasukan cahaya matahari bagi penerangan alami bangunan,
kaca juga berfungsi memasukkan nuansa alam luar kedalam bangunan, dalam
pengertian manusia yang ada dalam bangunan dapat menjangkau alam luar
secara visual.
35
6 mm PPG blue-greendengan rangka aluminium.U : 6.12 W/m2SHGC : 0.38Emisivity : 0.84Daylight trans.: 0.43
6 mm PPG blue-greendengan rangka aluminium.U : 6.12 W/m2SHGC : 0.38Emisivity : 0.84Daylight trans.: 0.43
6 mm PPG blue-greendengan rangka aluminium.U : 6.12 W/m2SHGC : 0.38Emisivity : 0.84Daylight trans.: 0.43
6 mm PPG blue-greendengan rangka aluminium.U : 6.12 W/m2SHGC : 0.38Emisivity : 0.84Daylight trans.: 0.43
Hal ini cukup penting dalam kaitannya dengan kebutuhan psikologis manusia
agar tidak merasa terkurung dalam ruang yang terbatas dalam bangunannya.
Dilain pihak kaca juga memegang peran penting pada bangunan dalam
kaitannya dengan aspek estetika. Bahan kaca sebagai fasade bangunan masih
dianggap mampu memberikan kesan tertentu yang dapat memberikan daya tarik
komersil tersendiri.
Pengaruh material kaca terhadap penggunaan energi pada bangunan
disebabkan karena selubung bangunan yang berasal dari bahan kaca yang dapat
menimbulkan efek rumah kaca, maka dimanfaatkan fenomena ini secara positif.
Di daerah yang beriklim sedang atau dingin, umumnya efek rumah kaca ini
mereka manfaatkan sedemikian rupa pada musim dingin untuk menaikan suhu
ruang, sehingga energi untuk pemanas ruang dapat dikurangi. Sejumlah rumah-
rumah di iklim tropis menggunakan kacanya tepat pada sisi selatan ruangan
rumah. Untuk memperoleh penerangan alami bangunan dan menghindari efek
rumah kaca pada Indonesia, maka cara yang dapat dilakukan adalah
menempatkan bagian bangunan yang berselubung pada sisi utara dan selatan
atau memberikan perlindungan berupa penghalang sinar matahari pada bagian
sisi bangunan timur dan barat.
Perbandingan antara kuat terang disuatu titik pada suatu bidang dalam
ruangan dengan kekuatan terang pada saat yang sama di lapangan terbuka pada
bidang yang sama, perbandingan kekuatan pencahayaan alami berbeda-beda
disetiap tempatnya. Berbedaan kekuatan pencahayaan alami adalah sebagai
berikut:
1. Bright sunshine : 100.000 LUX
2. Internasional : 3.000 – 5.000 LUX
3. Indonesia : 10.000 LUX
4. Full moonlight moon : 0.1 LUX
Untuk Indonesia, dalam SNI 03-2396-2001 ditetapkan langit perancangan
berupa langit merata dengan iluminansi pada bidang datar di lapangan terbuka
sebesar 10000 lux.
36
Gambar 6. Pengaruh Material Kaca Gambar 7. Pengaruh Pencahayaan
Gambar 6 Pengaruh Material Kaca
2.7 Tinjauan Khusus Penggunaan Bahan
Material Keuntungan Kerugian
Baja - Cepat dalam pelaksaan
- Konstruksi ringan untuk
bentangan lebar
- Dimensi relative kecil
- Kwalitas homogen
- Bahan masih harus di-
import
- Tidak tahan api
- Pemeliharaan sukar, tidak
tahan terhadap cuaca ya ng
selalu berubah
- Kurang tahan terhadap air
- Bentuk profil kurang
bebas
Beton - Kekakuan tinggi
- Mudah pemeliharaannya
- Dapat menahan beban
- Dimensi besar
- Kualitas tidak homogeny
- Pekerjaan ditempat
37
luar cukup besar tanpa
perubahan bentuk
- Bentuk plastis dan bebas
- Tahan terhadap cuaca dan
api
- Bahan mudah diperoleh
membutuhkan waktu
- Sistim konstruksi
konvisional, bentangannya
terbatas bila di bandingkan
dengan konstruksi beton
pracetak
Kayu - Harga lebih murah
- Mudah di ganti atau
dirubah
- Berat sendirinya ringan
- Mudah didapat
- Isolator yang baik
terhadap listrik dan panah
- Tidak tahan panas
- Tidak tahan terhadap
cuaca
- Mudah terbakar
- Dimensi relative besar
untuk suatu bentangan
- Memiliki perlemahan
pada mata kayu
Tabel 7. List Material Struktur
2.8 Tinjauan Khusus Lokasi Tapak
2.8.1 Alternatif I ( Cengkareng )
- Tapak proyek ini terletak di Deretan Kompleks Mutiara Taman Palem, Jl.
Lingkar Luar Kamal Raya
- Utara : Kawasan Komercial( Apartment City Resort)
- Selatan : Kawasan Komersial
- Timur : Kampus Satyaguma
- Barat : Jalan Tol
- Tapak proyek ini memiliki luas 14896 m2.
- Potensi Lahan:
- Terletak di pusat kota
- Berada pada kawasan komersil dan pendidikan
- Transportasi lancar dan baik
- Memiliki jalur ulititas yang baik
- Perluasan dari Universitas Satyaguma
38
Gambar 8. Peta Lokasi Alternatif Site I
2.8.2 Alternatif II
- Tapak proyek ini terletak di Jln. Puri Kembangan Barat Raya Blok M
- Utara : Pemukiman warga
- Selatan : Pemukiman warga
- Timur : SMA Nortedame, sport center
- Barat : Kawasan Komersial
- Tapak proyek ini memiliki luas 14287 m2.
- Potensi Lahan:
- Terletak di pusat kota dekat dengan kantor walikota
- Berada pada kawasan komersil dan pendidikan
- Transportasi lancar dan baik
- Kawasan telah dikenal sangat baik oleh penduduk Jakarta Barat
39
Gambar 9 Peta Lokasi Alternatif Site II
KRITERIA ALTERNATIF
1 2
Luas Lahan (3)
± 1.5 Ha
(3)
± 1.5 Ha
Pencapaian ke
Lokasi
(3)
Mudah karena dapat diakses
dari segala penjuru Jakarta
baik dengan kendaraan
pribadi maupun angkutan
umum terlebih lagi dekat
dengan jalan tol
(1)
Mudah di akses dari segala
penjuru Jakarta akan tetapi
menggunakan kendaraan
pribadi karena tidak ada
jalur kendaraan umum
serta dekat dengan jalan tol
Jangkauan
Terhadap Struktur
Kota
(3)
Berada di pusat kota
merupakan daerah
pengembangan pendidikan,
kesehatan, pemukiman, dan
perkantoran
(3)
Berada di pusat kota
merupakan daerah
pengembangan pendidikan,
kesehatan, pemukiman,
dan perkantoran
Fungsi
Pendukung
Sekitar Lokasi
(3)
Pertokoan, Kantor, Plaza,
Apartment, Pendidikan,
Sarana Pariwisata lainnya.
(3)
Perkantoran, Kantor,
Apartment, Pendidikan,
sarana pariwisata lainnya,
pemukiman mewah
RUTRK
(Pengembangan
Perdagangan dan
Rekreasi)
(3)
Sesuai
(3)
Sesuai
Fungsi Eksisting (2)
Lahan Universitas
Satyagama yang luas
(3)
Lahan Kosong dan
perumahan
Pengenalan
Entrance
(3)
Baik sekali, Berada di
(2)
Baik, Berada di pinggir
40
pinggir jalan jalan tertutup pemukiman
warga
Kontur Relatif Datar Relatif Datar
Total 20 18
Tabel 8. Tabel Perbandingan Potensi Kawasan
Berdasarkan potensi kawasan yang ada dan juga berbagai pertimbangan atas
dasar kriteria pemilihan lokasi proyek maka lokasi tapak di Deretan Kompleks
Mutiara Taman Palem, Jl. Lingkar Luar Kamal Raya dipilih menjadi lokasi
proyek.
2.8.3 Kondisi Eksisting Lokasi Proyek
- Lokasi Proyek : Deretan Kompleks Mutiara Taman Palem, Jl. Lingkar
Luar Kamal Raya
- - Batas batas site
- Utara : Kawasan Komercial( Apartment City Resort)
- Selatan : Kawasan Komersial
- Timur : Kampus Satyaguma
- Barat : Jalan Tol
- Luas Lahan :14896 m2.
- Kontur : Datar
- GSB : Berdasarkan lokasi
- KDB : 40%
- Luas lantai dasar : 40% x 14896 = 5958.4 m2.
- Maksimum lapis : 8 lapis.
- KLB : 3
- Luas total bangunan : 3 x 14896 = 44688 m2
- Bangunan Existing : Universitas Satyaguma
41
Gambar 10. Peta Lokasi Proyek
Gambar.
Gambar 11. Kondisi Sekitar Proyek
2.11 Data Studi Banding
Merupakan data tentang proyek serupa yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam mendesain untuk dapat menghasilkan sebuah produk desain yang lebih
matang dalam menjawab fungsi secara tepat dan merespon lingkungan
42
Sarana Pendidikanan
Kondisi Eksisting
Darerah Komersil
Jalan Tol
Jalan Tol
Daerah komersial dan Kesehatan
keberdaannya secara tepat terbagi menjadi 2 yaitu studi literatur dan studi
banding. Dapat dilihat pada halaman 44
2.11.1 Studi Literatur
Berupa kumpulan data terkait yang bersifat kepustakaan, bersumber dari karya
tertulis oleh orang lain untuk dijadikan referensi dalam mendesain.
2.11.2 Studi Lapangan
Berupa kumpulan data yang diperoleh dari kegiatan langsung yang dilakukan
pada lokasi terkait sehubungan dengan informasi yang diperlukan. Data dari
studi lapangan dapat berupa foto, hasil wawancara atau penilaian pribadi yang
dirasakan secara langsung oleh pengamat pada lokasi tempat studinya.
43
Top Related