Warmadewa University Press
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
KONSEP DAN IMPLEMENTASI 3 (KONSEPSI #3) Konsep dan Implementasi Mitigasi Bencana sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Menghadapi Ancaman Bencana
Pelindung : Ketua Yayasan Kesejahteraan Korpri Provinsi Bali
(Dr. Drs. A. A. Gede Wisnumurti, M.Si.) Rektor Universitas Warmadewa
(Prof. dr. Dewa Putu Widjana, DAP&E.Sp.Park.) Penanggung Jawab : Dekan Fakultas Teknik Universitas Warmadewa
(Prof. Dr. Ir. I Wayan Runa, M.T.) Ketua Panitia : Anak Agung Gede Raka Gunawarman, S.T., M.T.
Sekretaris : A.A. Sagung Dewi Rahadiani, S.T., M.T.
Bendahara : I Made Widya Pratiwi, S.T., M.T.
Komite Ilmiah Dr. Surono
Dr. Ir. Amien Widodo Ir. Eko Agus Parwoto, M.Arch. Prof. Dr. Ir. I Wayan Runa, M.T.
Cover : Ni Putu Ratih Pradnyaswari Anasta Putri, S.T., M.Sc. Putu Adi Widiantara, S.T.
Editor : Ni Putu Ratih Pradnyaswari Anasta Putri, S.T., M.Sc.
Made Suryanatha Prabawa, S.T., M.Ars.
Cetakan : Pertama, Desember 2018, 210 halaman
ISBN : 978-602-1582-43-5
Penerbit :
Warmadewa University Press
Jalan Terompong 24, Gedung D Lantai 2 Tanjung Bungkak Denpasar Bali, Indonesia
80234 Telp. (0361) 223858, Fax. (0361) 225073
ii
Seminar Nasional Konsep dan Implementasi 3 (KonsepSi #3)
Konsep dan Implementasi Mitigasi Bencana sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan
Menghadapi Ancaman Bencana
07 Desember 2018, Fakultas Teknik, Universitas Warmadewa, Bali
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat-Nya, karena berkat rahmat-Nya
kami Fakultas Teknik Universitas Warmadewa sebagai Panitia Seminar Nasional dapat
menyelenggarakan Seminar Nasional berjudul Konsep dan Implementasi 3 (KonsepSi
#3) dengan tema utama Konsep dan Implementasi Mitigasi Bencana sebagai Upaya
Peningkatan Kemampuan Menghadapi Ancaman Bencana.
Tema " Konsep dan Implementasi Mitigasi Bencana sebagai Upaya Peningkatan
Kemampuan Menghadapi Ancaman Bencana" yang dibawa ke seminar nasional ini
dikarenakan mitigasi bencana dirasa perlu kedepannya, untuk dapat meminimalisir
kerugian dan pemulihan yang cepat dan tepat. Mitigasi diperlukan tidak hanya sebatas
melhat pada faktor bahaya (hazard) alam tapi dapat pula akibat kesalahan manusia.
Dampak bencana secara aspek ekonomi, pariwisata, dan kependudukan menjadi acuan
untuk melihat bencana sebagai sebuah isu yang kompleks sehingga perlu untuk dibahas
secara multidisiplin ilmu.
Seminar KONSEPSI #3 ini dirasa akan dapat memberikan kontribusi yang cukup
dalam mendistribusikan solusi terkait bencana secara global dan dengan kacamata
multidisplin. Melalui seminar nasional ini diharapkan akan keluar ide-ide, konsep untuk
mitigasi bencana secara menyeluruh dan menyentuh segala bidang, sehingga kedepannya
solusi ini dapat menjadi acuan pemerintah khususnya BPBD (Badan Penanggulangan
Bencana Daerah) / BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) didalam mengatasi
masalah-masalah akibat bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia mulai dari
tingkat provinsi hingga nasional.
Kami selaku panitia, ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dan mendukung acara ini, terlebih kepada semua peserta yang telah
menyumbangkan pemikiran melalui tulisan-tulisan akademis. Panitia berharap seminar
ini dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan wawasan tentang konsep dan
implementasi mitigasi bencana.
Denpasar, 07 Desember 2018
Redaksi,
Panitia Seminar Nasional
Konsep dan Implementasi 3
(KonsepSi #3)
iii
DAFTAR ISI
Cover
Halaman Editorial ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
A. Pembicara Utama
1. Tata Letak Permukima yang Aman Terhadap Bencana 01 Prof. Dr. Ir. I Wayan Runa, M.T.
B. Tema 1 : Strategi Perencanaan Mitigasi Bencana
1. Evaluasi Penanggulangan Semburan Lumpur Lapindo di Sidoarjo 17 Satriana Fitri Mustika Sari, Nurhayati Aritonang
2. Dampak Perubahan dari Lahan Pertanian Menjadi Lahan Perumahan 23
terhadap Daerah Aliran Sungai (Studi Kasus Dusun Tebannah Timur,
Bangkalan-Madura) Nurhayati Aritonang, Satriana Fitri Mustika Sari
3. Kualitas Kenyamanan Thermal pada Rumah Hunian Sementara 36
(HUNTARA) Merapi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, D.I.
Yogyakarta
Dadang Hartabela, Sugini
4. Transformasi Permukiman Tradisional dan Kesiagaan Bencana 43 Nyoman Gede Maha Putra
5. Kesiapan Kebencanaan Berbasis Budaya Lokal Desa Kebonharjo dan Peran
Perempuan di Dalamnya 60
Linda Octavia, Eko Parwoto
C. Tema 2 : Kebijakan Manajemen Resiko dan Tata Ruang
1. Pengelolaan Potensi Air di Muara Sungai Ayung untuk Menanggukangi 74
Krisis Air di Daerah Pesisir Kota Denpasar
I Gusti Agung Putu Eryani
2. Evakuasi dan Bantuan Bagi Warga di Area Berbahaya Letusan Gunung 84
Agung
I Wayan Muliawan
3. Manajemen Risiko untuk Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) Jalan 94
Tol
Putu Ika Wahyuni, Sarwono Hardjo Muljadi, Hendrik Sulistio, Koespiadi
D. Tema 3 : Teknologi, Inovasi Desain, dan Rekayasa Kontruksi
1. Model Arsitektur Pengungsian Bagi Korban Erupsi Gunung Agung di Bali 110
Ayu Putu Utari Parthami Lestari
2. Inovasi Model Desain Rumah Ramah Banjir dengan Pendekatan Arsitektur 124
Tradisional Sunda
Nuryantho Adhi, Dadang Ahdiat, R. Irawan Surasetja
3. Pemanfaatan Citra Satelit dalam Mitigasi Bencana : Review 144
Putu Aryastana
4. Optimasi Distribusi Peredam Seismik pada Struktur Gedung : Praktikal dan Pemutakhiran Terkini
154
iv
Seminar Nasional Konsep dan Implementasi 3 (KonsepSi #3)
Konsep dan Implementasi Mitigasi Bencana sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan
Menghadapi Ancaman Bencana
07 Desember 2018, Fakultas Teknik, Universitas Warmadewa, Bali
I Putu Ellsa Sarassantika
5. “Ruang Ungsi” Pertolongan Pertama pada Kawasan Perkotaan 164 Gde Bagus Andhika Wicaksana
6. Kajian Desain Sirkulasi sebagai Sarana Evakuasi Kebakaran pada Rumah
Susun Konfigurasi Tower Ni Wayan Meidayanti Mustika
7. Dampak Permasalahan Lingkungan pada Peningkatan Potensi Bencana
Alam di Kawasan Permukiman Daerah Sempadan Sungai/Kali Code,
Jogjakarta I Wayan Wirya Sastrawan, I Gede Surya Darmawan
8. Implementasi Arsitektur Tanggap Bencana pada Bangunan Pasar di Pulau
Serangan Pascareklamasi I Gede Surya Darmawan, I Wayan Wirya Sastrawan
176
192
207
v
- Seminar KonsepSi #3 -
PENGELOLAAN POTENSI AIR DI MUARA SUNGAI AYUNG UNTUK
MENANGGULANGI KRISIS AIR DI DAERAH PESISISIR KOTA DENPASAR
Eryani, I. Gst. Agung Putu#
1Fakultas Teknik/Jurusan Teknik Sipil, Universitas Warmadewa,Denpasar Bali, Indonesia
ABSTRAK
Karakteristik sungai yang ada di Bali sebagian besar merupakan sungai intermitten dan annual
sehingga pemanfaatan sumber air dari sungai-sungai ini tidak dapat diharapkan sepanjang tahun,
hanya kurang dari 11% sungai yang memiliki debit aliran pada musim kemarau. Metoda penelitiannya
menggunakan penelitian kuantitatif. Menggunakan data primer : kualitas air dan kuantitas air di hilir
Sungai Ayung. Jumlah penduduk di daerah pesisir Kota Denpasar. Data topografi, bathimetri di
daerah pesisir Kota Denpasar. Kondisi lingkungan daerah hilir sungai Ayung. Pengaliran potensi air
di hilir sungai dirancang menggunakan software Waternet. untuk diaplikasikan ke Sistem Pengaliran
Air Baku (SPAB) air di daerah hilir sungai Ayung yang dikelola desa adat. Hasil penelitian ini
menghasilkan kualitas air di muara sungai untuk bau, warna, rasa, suhu, kekeruhan, pH dan deterjen
memenuhi baku mutu, sedangkan salinitas,. BOD dan COD serta total coliform tidakmemenuhi baku
mutu, kelas I. Sistem pengaliran dari Waternet untuk air di muara Sungai Ayung Potensi sumber
daya air yang terdapat di DAS Ayung sebesar 15,37 m3/dt terdiri dari air tanah 1,47 m3/dt return
flow sebesar 4,02 m3/dt dan water distric sebesar 9,88 m3/dt. yang dikelola oleh desa adat untuk
masyarakat pesisir pantai Padanggalak Kota Denpasar.
Kata kunci : kualitas air, water potential, masyarakat pesisir
I. LATAR BELAKANG
Karakteristik sungai di Bali sebagian besar merupakan sungai intermitten dan annual
sehingga pemanfaatan sumber air dari sungai-sungai ini tidak dapat diharapkan sepanjang
tahun. Hanya kurang dari 11% sungai yang memiliki debit aliran pada musim kemarau.
Menurut Dinas PU sungai-sungai yang potensial di Bali hanya berjumlah 66 sungai. Salah
satunya Sungai Ayung. Air sangat penting dan sangat dibutuhkan untuk kebutuhan
irigasi/pertanian dan untuk kehidupan masyarakat sehari-hari serta dapat mendukung
kegiatan pariwisata yang ada di Provinsi Bali. Kuantitas dan kualitas air sangat diperlukan
seiring dengan bertambahnya penduduk, meningkatnya perubahan fungsi lahan pertanian dan
perkembangan pariwisata di Bali, berarti kebutuhan akan air domestik dan non domestik
juga meningkat, dengan demikian penelitian mengenai kualitas air di muara sungai, sumber
daya air untuk konservasi air dan lahan di Kota Denpasar Provinsi Bali sangat diperlukan
untuk keberlanjutan penyediaan air dari segi kuantitas dan kualitas air, perencanaaan wilayah
sungai, dan manajemen air serta peruntukan lahan yang sesuai dengan kondisi DAS yang
ada di Kabupaten Gianyar Provinsi Bali agar dapat mengurangi perubahan alih fungsi lahan,
PROSIDING SEMINAR KONSEPSI #3 73
(Denpasar dalam angka 2010-2015) dan nomografi desa. Data topografi dan bathimetri di
daerah pesisir desa Kertalangu Kota Denpasar. Pengaliran Air Baku (SPAB) di daerah hilir
sungai Petanu dengan diawali analisis SWOT untuk dapat dikelola oleh masyarakat desa
adat dan berbasis lingkungan. Metoda penelitiannya menggunakan penelitian kuantitatif
dengan menggunakan data primer kualitas air. Penelitian ini menghasilkan model
pengelolaan sumber daya air yang dapat diaplikasikan dalam Sistem Pengaliran Air Bersih
(SPAB) yang bersumber dari potensi (kuantitas dan kualitas ) air di daerah hilir Sungai
Ayung yang berbasis desa adat dengan berwawasan lingkungan. Sumber daya air mempunyai
peran cukup besar dalam menunjang kegiatan bidang pertanian, air bersih perkotaan dan
pedesaan, industri, perikanan tambak, pariwisata, tenaga listrik dan lain-lain. Untuk
menunjang kegiatan di berbagai bidang, perlu dibangun prasarana yang cukup banyak dalam
skala besar, sedang dan kecil. Untuk mencapai terwujudnya kelestarian sumber daya air
diperlukan pengelolaan sumber daya air yang baik guna mewujudkan pendayagunaan sumber
daya air yang optimal dengan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat secara
adil, merata dan berkelanjutan. Pertanyaannya adalah bagaimanakah system pengelolaan
sumber daya air di Muara Sungai Ayung untuk menanggulanggi krisis air di daerah pesisir
Kota Denpasar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Luas daratan Indonesia 200 juta Ha, maka hujan yang jatuh di daratan Indonesia sebanyak
+20 juta Km3 air. Volume air sebesar itu +30% menjadi sumber air yang potensialtertampung
pada danau alam dan buatan, waduk-waduk dan rawa-rawa dan sebagian lagi meresap
kedalam tanah sebagai air tanah dan 70% merupakan aliran permukaan.
Tahapan untuk menuju sistem pengelolaan air dan sumber air terpadu yang berkelanjutan,
diperlukan perangkat yang dapat menjamin proses untuk mendorong makin mendekatnya
pengelolaan air dan sumber air pada kondisi benar dalam pengertian adil, optimal dan
sustainable. Proses pendekatan tersebut memerlukan waktu penjernihan, karena pengelolaan
air dan sumber air harus terus menerus berlangsung, melalui azas pendekatan sistem. Sistem
pengelolaan sumber daya air terpadu terdiri dari dua sub sistem, yaitu :
Berupa jaringan hidrologi dan hidrometri (sesuai kebutuhan) Untuk dapat menyajikan real
time allocation membutuhkan peralatan telemetri dan model matematik yang handal SDm
berupa tenaga ahli untuk analisa sistem, ahli hidrologi dan computer dan ahli elektronika.
- Seminar KonsepSi #3 -
Mempunyai spectrum yang sangat luas, mulai dari pengendalian kondisi hidro-orologis di
daerah hulu, pengendalian aliran dengan saran fisik di sepanjang aliran, hingga pengendalian
kualitas dari hulu hingga hilir. SDM berupa tenaga ahli hidrologi, konservasi tanah, teknik
bendungan, kualitas air, dan lain lain Adanya peraturan yang jelas dan diberlakukan law
enforcement dengan tegas Koordinasi antara berbagai instansi terkait.
Sumber air yang dipergunakan untuk berbagai kepentingan pertanian, industri, domestik,
dan sebagainya membutuhkan tata cara perijinan yang jelas, sistem operasi yang handal dan
pengawas yang tegas. Pengambilan keputusan dari saat ini didasarkan pada tatanan yang
bersifat baku, koordinasi antar instansi dibatasi kondisi yang sangat darurat saja. Terdapat
dua kondisi ekstrim pada kejadian aliran di saluran alam, yakni aliran besar yang sering
menimbulkan bencana banjir dan aliran kecil yang acapkali menimbulkan konflik atas air.
semakin kompleks dengan adanya beragam pemanfaatan dan tuntutan baik dalam ukuran,
jumlah, maupun kualitas. Institusi yang berwenang untuk mengendalikan pemanfaatan air,
sering kali tidak berfungsi. Contoh tidak terkendalinya pemanfaatan SDA, menurut
Pusposutardjo (2001), antara lain: kecenderungan petani menimbun air di petak lahan karena
sistem irigasi yang ada tidak dapat menjamin kepastian perolehan air. Rencana jadwal
irigasi dari pemerintah selalu tidak sesuai dengan keadaan lapangan, sehingga masyarakat
tidak mau mengikuti jadwal kegiatan pertanian yang telah ditetapkan. Ketidaktepatan fungsi
alat ukur debit yang disebabkan karena ketidak sepadanan elemen pengetahuan teknis
petugas irigasi dengan elemen peralatan teknologi yang digunakan, akibatnya terjadi
kesalahan informasi teknologi. teknologi perangkat keras. Jaringan irigasi otomatis yang
diterapkandalam proyek pemandu secara finansial lebih murah, dalam operasionalnya jauh
dari harapan karena adanya sampah, digunakan masyarakat untuk nongkrong pada waktu
hajat besar, gangguan pada sistem kontrol oleh masyarakat, dan modul operasi tidak dapat
diandalkan.
Permasalahan umum dalam pengelolaan sumber daya air pada dasarnya terdiri atas 3
aspek yaitu terlalu banyak air, kekurangan air dan pencemaran air. Untuk mengatasi bahaya
dan kerugian akibat banjir dapat dilakukan upaya struktural dan non struktural. Upaya
struktural meliputi normalisasi sungai, tanggul, sudetan, waduk pengendali banjir, daerah
retensi banjir dan perbaikan lahan (reboisasi, terassering), sedangkan upaya non struktural
adalah zonasi banjir, pengaturan pada dataran banjir, peramalan banjir dan peringatan dini,
dan pemasangan peil banjir (Roestam Sjarief, 2002)
PROSIDING SEMINAR KONSEPSI #3 75
III. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan
melibatkan si peneliti secara partisipatoris ke dalam subjek penelitiannya, yaitu para
pemakai/pengguna air dan pengurus desa adat Kertelanggu Kesiman.Untuk itu dibutuhkan
perubahan sebagai berikut : perubahan obyek menjadi subjek penelitian Topik penelitian,
harus berawal dari isu aktual yang ditemukan di lapangan (grounded research) Lokasi
Penelitian di daerah hilir Sungai Ayung. Data yang diamati adalah perubahan fungsi lahan,
iklim, jumlah penduduk, topografi, Bathimetri, tata guna lahan, sempadan sungai dan
sempadan pantai, tata nilai muara, orientasi sumber air, fungsi lahan disekitar muara,
sumber air. Teknik analisis data dilaksanakan berdasarkan data yang dikumpulkan baik
melalui survai lapangan (data primer) dan data sekunder kemudian dilajutkan dengan analisis
yang pertama yaitu: analisis besarnya curah hujan yang terjadi di DAS berdasarkan potensi
air, data iklim/suhu, dan peta topografi batimetri untuk mendapatkan kemiringan, peta tata
guna lahan di Daerah hilir Sungai.
Metode analisis dengan menggunakan software Waternet ini untuk mengkaji sistem
penyediaan air baku pada daerah layanan yaitu Desa Kesiman Petilan, Denpasar, Bali.
Dimana intake diambil dari debit Muara Sungai Ayung yang terletak di daerah Padang Galak.
Pada analisis ini diperlukan tahapan : mengumpulkan data-data teknis dan data-data
pendukung. Adapun data-data yang diperlukan sebagai berikut: Data geografis berupa peta
topografi daerah layanan. Data jumlah penduduk daerah layanan. Letak dan kapasitas sumber
air, selanjutnya data yang terkumpul digunakan untuk menghitung dan melakukan
perencanaan sistem penyediaan air baku pada daerah kajian.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sungai Ayung memiliki kawasan budidaya 171.87 kawasan lindung 28.21.
kawasan penyangga 102.95 berdasarkan analisis program ribasim kondisi saat ini didapatkan
kesimpulan sebagai berikut : keberhasilan neraca air Das Ayung untuk irigasi sebesar
83,13%, sedangkan untuk air baku sebesar 100%. Defisit rata-rata kebutuhan air irigasi
sebesar 1,14 m3/dt (36,03 juta m3) terutama daerah irigasi Belong Puitan, daerah irigasi
Batulantang, di buangga, di nungnung, di gerana, di tirtayasa, di tirta manggu, di bukian, di
sandakan. Potensi sumber daya air yang terdapat di das ayung sebesar 15,37 m3/dt (438,70
juta m3) terdiri dari air tanah 1,47 m3/dt (46,43 juta m3), return flow sebesar 4,02 m3/dt
- Seminar KonsepSi #3 -
(126,92 juta m3) dan water distric sebesar 9,88 m3/dt (311,48 juta m3). Total ketersediaan
yang termanfaatkan untuk irigasi sebesar 6,25 lt/dt/ha (alokasi rata-rata 1,6 lt/dt/ha), rk
sebesar 0,30 m3/dt (208.492 jiwa), industri perhotelan sebesar 0,04 m3/dt (10.486 kamar) dan
yang terbuang sebesar 12,63 m3/dt (398,30 juta m3). luas DAS Ayung 306,149 km2, panjang
sungai ayung. Pengelolaan sumberdaya air pada dasarnya mencakup upaya serta kegiatan
pengembangan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya air berupa penyaluran air yang
tersedia dalam konteks ruang dan waktu, dan komponen mutu serta komponen volume pada
suatu wilayah untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupan makhluk hidup. dengan
demikian pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan merupakan suatu system dalam
rangka upaya membentuk lingkungan hidup yang serasi dan lestari serta memenuhi
kebutuhan secara terus menerus. Berdasarkan daur hidrologi, volume air di bumi ini
jumlahnya relative konstan. Namun demikian dalam satuan ruang dan waktu, ketersediaan air
terkadang-kadang tidak sesuai dengan kebutuhan kita. Sering manusia mengalami
kekurangan air di musim kemarau. Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan system
pengelolaan sumber daya air terutama pada perlindungan dan pelestarian sumber daya air
harus dilakukan sebaik-baiknya guna menjamin tersedianya sumber daya air. Sumberdaya air
di Muara Sungai Ayung dapat dikelola sebagai sumber air baku berdasarkan pengelolaan air
di hulu, tengah dan hilir sungai berbasis Tri Hita Karana. Potensi sumberdaya air yang
terdapat di Sungai Ayung sebesar 15,37 m3/dt, dapat dikelola dan dikembangkan dengan
pembangunan reservoar di hilir sungai, untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat di
Provinsi Bali yang diperuntukkan sebagai air baku, air pariwisata dan air irigasi seluas 9542
Ha.
Gambar 1. Pengukuran di Muara Sungai dan peta Ishohayet di Bali
PROSIDING SEMINAR KONSEPSI #3 77
Tabel 1. Besar laju erosi dan sedimentasi pada sungai Ayung
Daerah Aliran
Sungai
Luas
Wilayah (km2)
Laju Erosi
mm/tahun
Laju Sedimentasi
mm/tahun
Ayung 306.149 5.78 0.49
Sumber : BWS Bali Penida
Untuk pelaksanaan pengukuran debit dilakukan pada jarak 100 meter – 200 m dari
pinggir pantai menggunakan alat current meter. Penelitian debit air di muara sungai diukur
pada saat air laut surut, pada musim kemarau dan musim hujan. Hasil pengukuran debit air di
muara Sungai Ayung pada musim kemarau sebesar 0,88 m3/dtk (27,372 juta3/thn). Potensi
air di muara sungai Ayung musim kemarau = 0,88 m3/dtk, musim hujan sebesar 1,141
m3/dtk maka debit rata-rata sebesar 1,01 m3/dtk. Berdasarkan ketentuan bidang Cipta Karya,
PU, untuk di Bali tiap orang membutuhkan air 25 ltr/hr/jiwa (0,0003 m3/dtk/jiwa), untuk 1
kamar hotel membutuhkan air 200 lt/kmr/hr (0,0023 m3/kamar/dtk), lahan pertanian
membutuhkan air irigasi 1 ltr/dtk/ha ( 0,00001 m3/dtk/ha). Lebar mulut muara sungai rata-
rata ± 10 m, adanya arah aliran air tidak tetap, mengakibatkan arah aliran air di mulut muara
sungai berpindah-pindah sesuai dengan arah. Pengamatan kualitas air dari segi kimia adalah
untuk mengamati beberapa karakteristik untuk BOD3, dan diawetkan dengan menggunakan
asam (H2SO4) untuk COD dan amonia, untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium.
Pengukuran BOD di perairan tropis dilakukan dengan inkubasi air contoh selama 3 hari pada
suhu 300C karena setara dengan pengukuran BOD dengan inkubasi air contoh sampel selama
5 hari pada suhu 200C (Polii, 1994). Analisis laboratorium dilakukan dengan staf dan
dilaksanakan di Laboratorium kualitas air Departemen PU, Provinsi Bali.
1. pH
Kualitas air sungai dapat dinyatakan dengan parameter fisik, yang menyatakan kondisi
fisik air atau keberadaan bahan-bahan yang dapat diamati secara visual atau kasat mata
Parameter fisik tersebut adalah kandungan partikel atau padatan, warna, rasa, bau dan suhu.
pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air. Besarannya
dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. pH sangat penting sebagai
parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan
di dalam air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH
tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut
sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka.Besaran pH berkisar dari 0 (sangat
- Seminar KonsepSi #3 -
asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan
lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa
(alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral. Nilai pH bisa ditentukan melalui alat
pH meter atau dengan uji kertas lakmus.Untuk hasil penelitian air di Muara Sungai Petanu
pH = 6,96 saat musim kemarau dan pH = 6,34 saat musim hujan.
2. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Biochemical Oxygen Demand adalah kebutuhan oksigen biokimia yang menunjukkan
jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Sehingga makin
banyak bahan organik dalam air, makin besar BOD nya sedangkan DO akan makin
rendah. Air yang bersih adalah yang BOD nya kurang dari 1 mg/l atau 1ppm, jika BOD
nya di atas 4ppm, air dikatakan tercemar.
Biochemical Oxygen Demand menunjukkan jumlah oksigen dalam satuan ppm yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang terdapat
di dalam air.Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat
air buangan penduduk atau industri. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah,
apabila suatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat menghabiskan oksigen
terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian
ikan-ikan dalam air dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut. Beberapa zat
organik maupun anorganik dapat bersifat racun misalnya sianida, tembaga, dan
sebagainya, sehingga harus dikurangi sampai batas yang diinginkan (Alaerts dan Santika,
1984).
3. COD (Chemical Oxygen Demand)
Chemical Oxygen Demand atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen
(mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam satu liter
sampel air, dimana pengoksidanya adalah K2Cr2O7 atau KMnO4.Angka COD merupakan
ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi
melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam
air. Oksidasi ini sering disebut dengan uji Chemical Oxygen Demand (COD). Pengukuran
COD pada suatu perairan menggambarkan seberapa besar jumlah total oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi secara kimiawi bahan organik yang biodegrada maupun
yang non-biodegradable (tidak terdegradasi secara biologi) menjadi CO2 dan H2O
(Boyd, 1990; Boyd dan Tucker, 1992; Nemerow, 1991). Pengukuran COD menggunakan
PROSIDING SEMINAR KONSEPSI #3 79
oksidator kuat yakni kalium dikromat (K2Cr2O7) sehingga dengan pengukuran COD
nilai limbah organik yang terukur mendekati keadaan limbah sebenarnya (Mukhtasor,
2007).
Baku mutu kadar COD untuk kualitas air kelas I berdasarkan PeraturanGubernur Bali
Nomor 8 Tahun 2007 (Pemerintah Provinsi Bali, 2007) adalahsebesar 10 Mg/ltr.
Kandungan COD pada air di muara Sungai Petanu saat musim kemarau sebesar 12
masihmemenuhi baku mutu, akan tetapi kandungan COD musim hujan di daerahmuara
sungai sebesar 12 mg/l. melebihi baku mutu akibat adanyapemukiman penduduk dan
aktivitas lain yang menghasilkan limbahdomestik.Perairan muara Sungai Petanu airnya
payau.
Deterjen sintentik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk garam-
garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dari magnesium yang biasa terdapat dalam air
sadah. Deterjen sintetik mempunyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam
kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu
karakteristik yang tidak nampak pada sabun.
Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan yang
bereaksi dalam menjadikan air menjadi basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang lebih
baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dengan gas (udara), padatan-
padatan (debu) dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena
struktur “Amphiphilic” yang berarti bagian yang satu dari molekul adalah suatu yang bersifat
polar atau gugus ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk air dan bagian
lainnya suatu hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka air.
Detergen tidak dapat diuraikan oleh organisme lain kecuali oleh ganggang hijau dan yang
tidak sempat diuraikan ini akan menimbulkan pencemaran air. Senyawa-senyawa organik
seperti pestisida (DDT, dikhloro difenol trikhlor metana), juga merupakan bahan pencemar
air. Sisa-sisa penggunaan pestisida yang berlebihan akan terbawa aliran air pertanian dan
akan masuk ke dalam rantai makanan dan masuk dalam jaringan tubuh makhluk yang
memakan makanan itu.
Kualitas air dari segi Biologi (Total Coliform) Sungai sering dipakai untukmembuang
kotoran baik kotoran manusia, hewan maupun untuk pembuangansampah, sehingga air yang
terdapat dalam sungai tersebut sering mengandungbibit penyakit menular seperti disentri,
- Seminar KonsepSi #3 -
kolera, tipes dan penyakit saluranpencernaan yang lain. Lingkungan perairan mudah tercemar
oleh mikroorganismepathogen (berbahaya) yang masuk dari berbagai sumber seperti
permukiman,pertanian dan peternakan.Bakteri yang umum digunakan sebagai indikator
tercemarnya suatu badanair adalah bakteri Escherichia coli, yang merupakan salah satu
bakteri yangtergolong koliform dan hidup normal di dalam kotoran manusia dan
hewansehingga disebut juga Faecal coliform. Faecal coliform adalah anggota daricoliform
yang mampu memfermentasi laktosa pada suhu 44,50C dan merupakanbagian yang paling
dominan (97%) pada tinja manusia dan hewan (Effendi,2003).
Alaerts dan Santika (1994) menyatakan bahwa Faecal coliform merupakanbakteri
petunjuk adanya pencemaran tinja yang paling efisien, karena Faecalcoliform hanya dan
selalu terdapat dalam tinja manusia. Penghitungan jumlah bakteri koliform mengikuti
prosedur tabung gandadilakukan dalam beberapa tingkatan yaitu : pengujian perkiraan,
pengujianpenegasan dan pengujian lengkap. Pengujian perkiraan merupakan ujipendahuluan
untuk menduga apakah di dalam air terdapat bakteri golongan koli.Pengujian perkiraan
dinyatakan positif jika terbentuk gas pada tabung peragian,tetapi yang positif pada pengujian
ini belum tentu merupakan bakteri golongankoli sebab banyak bakteri lain yang dapat
meragikan laktose denganmenghasilkan gas sehingga perlu pengujian lanjutan. Jika bakteri
tersebutterdapat dalam perairan maka dapat dikatakan perairan tersebut telah tercemar
dantidak dapat dijadikan sebagai sumber air minum.
Menurut Standar Baku mutu klas I (Per. Gub. Bali No. 8 Tahun 2007) Kandungan Total
coliform yang diijinkan sebesar 1000 jml/100 ml. Untuk air di daerah hilir/muara Sungai
Ayung saat musim kemarau sebesar = 4600jml/100ml telah melampaui baku mutu dan
pada musim hujan kandungan Total coliform pada daerah hilir/muara sungai Ayung sebesar
= 2100 jml/100ml, tidak memenuhi baku mutu. Kandungan Total coliform pada daerah
hilir/muara Sungai Padanggalak saat musim kemarau sebesar = 1500 jml/100ml, telah
melampaui baku mutu pada musim hujanlimbah tersebut akan masuk ke sungai. Kandungan
Total coliform pada musim hujan di daerah hilir/muara Sungai Saba sebesar, tidak memenuhi
baku mutu Pengambambilan sampel air muara sungai dilakukan di tiga tempat di sekitar
muara sungai dengan jarak yang sama, penentuan titik pengambilan kualitas air dilakukan
untuk dapat mewakili air dipermukaan, yang diambil pada saat air surut untuk mendapatkan
data pengaruh aliran beban limbah dominan. Pengujian air yang dilaksanakan dari
pengambilan air permukaan diuji baku mutu air tersebut dengan standar baku mutu menurut
PROSIDING SEMINAR KONSEPSI #3 81
Peraturan Gubernur dan Peraturan Kementrian Lingkungan Hidup. Uji air dari parameter
fisika terdiri dari bau, rasa, warna, kekeruhan, salinitas. Parameter kimia yaitu pH, BOD,
COD dan Deterjen. Parameter mikrobiologi adalah total coliform. Penelitian kualitas air dan
debit air di muara Sungai Ayung melibatkan staf ahli dari Departemen Pekerjaan Umum dan
bagian Laboratorium air yang diambil dua kali yaitu saat hasil penelitian kualitas air untuk di
daerah muara Sungai Ayung adalah sebagai berikut :
Pengujian kualitas air dari segi fisik (suhu, warna, kekeruhan dan salinitas) untuk musim
kemarau dan musim hujan, hasil penelitian terhadap baku mutu air klas I diperoleh hasil
sebagai berikut : ada yang memenuhi baku mutu untuk bau, warna, suhu, kekeruhan
sedangkan yang tidak memenuhi baku mutu adalah salinitas. Hasil pengujian kualitas air di
Muara Sungai Ayung dari segi Kimia (pH, BOD, COD dan deterjen) di saat musim kemarau
dan musim hujanHasil Pengujian Kualitas Air Sungai Ayung ditinjau dari pH dan
Deterjen memenuhi baku mutu sedangkan untuk BOD dan COD tidak memenuhi baku mutu
air klas I sesuai Per.Gub.Bali. dan Kep.Men.KLH. Pengujian kualitas air di Muara Sungai
Ayung dari segi Biologi (total coliform) tidak memenuhi baku mutu klas I sesuai standar Per.
Gub. Bali dan Kep MenKLH.
Model pengelolaan sumber daya air untuk DAS Ayung direncanakan berdasarkan hasil
simulasi dengan Waternet. Pengelolaam sumber daya air menurut Undang-Undang Nomor
7 Tahun 2004 tentang sumber daya air pengertiannya adalah sumber daya air. air dan
pengelolaaan sumber daya air.Ketersediaan air dan kebutuhan air dimasukkan pada skenario
(1, 2 dan 3) yang dikaitkan dengan laju pertumbuhan penduduk di desa Kesiman Petilan Kota
Denpasar. BPS Provinsi Bali tahun 2010 diperoleh besarnya prosentase sebesar
1,8 %.Pola Pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam merencanakan,
melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air
V. SIMPULAN DAN SARAN
Pengelolaan sumberdaya air di muara sungai Ayung dalam usaha menanggulangi
krisis air dapat dilaksanakan dari aspek yakni : aspek pemanfaatan, aspek pelestarian dan
aspek perlindungan. Pengelolaan sumberdaya air dilaksanakan secara terpadu (multi sektor),
menyeluruh (hulu-hilir, kualitas-kuantitas), berkelanjutan (antar generasi), berwawasan
- Seminar KonsepSi #3 -
lingkungan (konservasi dengan wilayah sungai (satuan wilayah hidrologis) sebagai kesatuan
pengelolaan. Satu sungai, satu rencana, satu pengelolaan. Lingkup pengelolaan sumber air
di daerah tangkapan hujan/watershed management. Pengelolaan kuantitas air/waterquantity
management. Pengelolaan kualitas air/waterquantity manajement. Pengendalian banjirlflood
control manajement Pengelolaan lingkungan sungai (river environtment management).
Sebaiknya penanggulangan krisis air di Kota Denpasar dilaksanakan berdasarkan
asas kelestarian, kemanfaatan, keadilan dan kemandirian. Pengelolaan menyeluruh dan
terpadu infrastruktur keairan yang sebaiknya diawali dengan sistem penyediaan air,
termasuk di dalamnya waduk, penampungan air. resevoir, jaringan transmisi dan distribusi,
serta fasilitas pengelolaan air (treatment plant).
REFRENSI
PPLH (Centre for Environment Penenelitian) Udayana, 2009. Strategic Plan for watershed
management Patanu, In Gianyar.
Ross, D. A. 1995. Introduction to Oceanography. New York. Harper Collins College.
Effendi, H. 2003. Assessing Water Quality For Management of Water Resources and Environment.
Publisher Canisius. Yogyakarta.
DPU (Department of Public Works), 2012. Water Resources Management Plan. Penida Bali River
Basin.
Taty, and Satmoko. 2007. Alternative water treatment technology to meet water needs in a residential
area fishermen, Journal of Technology BPPT environment. Accessed on May 3, 2013.
Kamal, E., and Suardi M.L. 2004. Potential Estuary West Pasaman, West Sumatra. Mangrove and
Coastal Journal Vol. IV No. 3/2004. Center for Mangrove and Coastal Zone Bung Hatta
University in Padang.
Triatmodjo, B. 1999. Coastal Engineering. Faculty of Engineering. Gadjah Mada University.
Yogyakarta.
Sunaryo, M., and Walujo, T., 2004. Water resource management concepts and peneapannya. Malang.
Eryani, I GAP 2012. Changes in land use and management of water resources in the Watershed
Badung, Journal Paduraksa. Volume 1 Number 1. 2012. The Civil Engineering
Pawitan, H., 1999,”Mengantisipasi Krisis Air Nasional memasuki Abad 21”,Masyarakat
Hidrologi Indonesia, Bogor.
PROSIDING SEMINAR KONSEPSI #3 83
Top Related