Download - want Send (1)

Transcript

ASUHAN KEBIDANAN NY R KALA I S.D IVDENGAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAJENETANGGAL 23 S.D 24 MEI 2014

OLEH :

SATRIANIB. 11. 289

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANBINA BANGSA MAJENETAHUN 2014

BAB IPENDAHULUAN1. Latar BelakangAngka kematian perinatal dan kematian maternal serta kematian balita merupakan parameter dari pelayanan kebidanan dan kesehatan serta mencerminkan keadaan sosial ekonomi dari suatu negara. (Sinopsis Obstetri, 1998)Selain itu Kematian bayi dianggap sebagai ukuran yang lebih baik serta lebih peka untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan. Untuk itu digunakan Angka Kematian Perinatal (Perinatal Mortality Rate) yang terdiri atas jumlah anak yang tidak menunjukkan tanda-tanda hidup waktu dilahirkan, ditambah dengan kematian dan jumlah anak yang meninggal dalam minggu pertama dalam kehidupannya untuk 1.000 kelahiran. (Sarwono Prawirohardjo, 2009)Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 6,6 juta anak di seluruh dunia meninggal sebelum mencapai ulang tahun kelima mereka. Dimana sekitar 18.000 anak meninggal perharinya. Sekitar setengah dari kematian balita terjadi hanya di lima negara seperti: Cina, Republik demokratik Kongo, India, Nigeria, dan Pakistan. India (22%) dan Nigeria (13%) bersama-sama menyumbang lebih dari sepertiga dari semua kematian anak di bawah usia 5 tahun. http//searchwho.int (Diakses 13 September 2013)Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran hidup (Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia atau SDKI, 2007) menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2010). Angka Kematian Bayi (AKB) hanya menurun sedikit dari 34 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2010) menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). http://health.detik.com/read/2014/06/24/153610/2617858/764/kurangnya-tenaga-medis-pengaruhi-angka-kematian-ibu-dan-bayiUpaya Millenium Development Goals (MDGs), dalam menurunkan angka kematian anak telah menunjukkan angka yang signifikan dari 68 pada tahun 1991 menjadi 34 per1000 kelahiran hidup pada tahun 2007, sehingga target sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 diperkirakan dapat tercapai dan target MDGs untuk menurunkan angka kematian anak diperkirakan akan dapat tercapai.Http://Www.Academia.Edu/3170396/Strategi_Dan_Inovasi_Pencapaian_Mdgs_2015_Di_IndonesiaBerdasarkan laporan Dinas kesehatan 5 Kabupaten di Propinsi Sulawesi Barat, Angka kematian balita tahun 2007 sebesar 17,2 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 11,4 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 14,02 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2010 menurun menjadi 16,42 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2011 menjadi 12,1/1000 Kelahiran hidup dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 15,4 per 1000 kelahiran hidup . Hal ini menandakan Angka Kematian Balita 3 tahun terakhir sifatnya fluktuatif. (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2012)Dari 7,7 juta kematian bayi setiap tahun lebih dari separuh terjadi pada waktu perinatal atau usia di bawah 1 bulan. Tiga perempat dari kematian ini terjadi pada minggu pertama kehidupan. Lebih jauh, untuk setiap bayi baru lahir meninggal, terjadi pula 1 lahir mati Penyebab kematian perinatal adalah asfiksia, trauma kelahiran, infeksi, prematuritas, kelainan bawaan, dan sebab-sebab lain. Jika tidak meninggal, keadaan ini akan meninggalkan masalah bayi dengan cacat. (Sarwono Prawirohardjo, 2009)Penurunan angka kematian perinatal yang lambat di sebabkan pula oleh kemiskinan, status perempuan yang rendah, gizi buruk, deteksi dan pengobatan kurang cukup, kehamilan dini, akses dan kualitas asuhan antenatal, persalinan dan nifas yang buruk. (Sarwono Prawirohardjo, 2010)Data medical record di Rumah Sakit Umum Daerah Majene, didapatkan jumlah kasus KJDR pada tahun 2012 yaitu 13 orang dari 473 (2,75%) ibu yang bersalin, tahun 2013 tercatat 17 orang yang mengalami KJDR dari 439 (3,87%) ibu yang bersalin, sedangkan pada tahun 2014 periode Januari hingga Mei tercatat 16 orang mengalami KJDR dari 118 ( 13,56%) ibu yang bersalin.Berdasarkan masalah di atas maka penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Ny R dengan Kematian Janin Dalam Rahim di Rumah Sakit Umum Majene tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.1. Rumusan MasalahBerdasarkan masalah yang diuraikan dalam latar belakang di atas ruang lingkup permasalahan karya tulis ini adalah Asuhan Kebidanan Ny R Kala I s.d IV dengan Kematian Janin Dalam Rahim di Rumah Sakit Umum Majene tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.1. Tujuan PenulisanBerdasarkan rumusan masalah yang di uraikan di atas, tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai berikut :2. Tujuan UmumMampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Ny R Kala I s.d IV dengan Kematian Janin Dalam Rahim di Rumah Sakit Umum Majene Bandung tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.2. Tujuan Khusus1. Melaksanakan pengumpulan data dasar Ny R Kala I s.d IV dengan KJDR di Rumah Sakit Umum Majene tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.1. Merumuskan diagnosa atau masalah aktual Ny R Kala I s.d IV dengan KJDR di Rumah Sakit Umum Majene tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.1. Merumuskan diagnosa atau masalah potensial Ny R Kala I s.d IV dengan KJDR di RSUD Majene tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.1. Mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi Ny R Kala I s.d IV dengan KJDR di RSUD Majene tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.1. Merumuskan rencana Asuhan Kebidanan Ny R Kala I s.d IV dengan KJDR di RSUD Majene tanggal 23 s.d 24 Mei 20141. Mengimplementasikan Asuhan Kebidanan Pada Ny R Kala I s.d IV dengan KJDR di RSUD Majene tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.1. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan Ny R Kala I s.d IV dengan KJDR di RSUD Majene tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.1. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah diberikan Ny R Kala I s.d IV dengan KJDR di RSUD Majene tanggal tanggal 23 s.d 24 Mei 2014.

1. Manfaat Penulisan3. Manfaat IlmiahSebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tujuan akhir dan penerapan ilmu yang telah didapatkan pada jenjang pendidikan D III Kebidanan STIKes Bina Bangsa Majene.3. Manfaat PraktisSebagai bahan masukan bagi institusi, pembaca dalam pengembangan program pendidikan sehingga dapat memberikan pelayanan kebidanan yang aktual dan professional pada masyarakat.3. Manfaat bagi Institusia. Dijadikan model atau data pembanding untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.b. Merupakan salah satu bahan pembelajaran dalam memberikan bekal bagi mahasiswa agar berhasil dalam menerapkan asuhan kebidanan pada klien dengan KJDR3. Manfaat bagi PenulisSebagai bahan informasi dan menambah pengetahauan, bagi penulis sendiri untuk memperluas dan menambah wawasan dalam asuhan kebidanan dengan KJDR.1. Metode PenulisanMetode yang di gunakan untuk penulisan karya tulis ini adalah :4. Metode KepustakaanMetode kepustakaan yang penulis lakukan sebagai kutipan langsung dan kutipan tidak langsung, atau dengan kata lain penelitian Kematian Janin Dalam Rahim yaitu suatu penelitian dengan melakukan pengumpulan literatur dari berbagai sumber, guna ditelaah yang ada kaitannya dengan penelitian dan proses penyusunan hasil studi kasus serta pokok permasalahan yang telah di tetapkan.4. Studi KasusYaitu melaksanakan studi pada Ny R dengan pendekatan manajemen kebidanan meliputi pengkajian data, analisa, perumusan diagnosa / masalah, perencanaan tindakan, implementasi dan evaluasi serta mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.4. DiskusiYaitu diskusi dengan Dosen, Bidan, dan Pembimbing karya tulis ini.4. Studi DokumentasiDengan membaca dan mempelajari status kesehatan pasien serta menginterpretasikan data yang berhubungan dengan klien, baik yang bersumber dari catatan Dokter, Bidan, maupun sumber lain yang menunjang.1. Sistematika PenulisanAdapun sistematika penulisan yang di gunakan untuk penulisan karya tulis ini terdiri dari: BAB I PENDAHULUAN1. Latar Belakang1. Rumusan Masalah1. Tujuan Penulisan2. Tujuan Umum2. Tujuan Khusus1. Manfaat Penulisan1. Metode Penulisan1. Sistematika PenulisanBAB II TINJAUAN PUSTAKAKonsep Dasar Persalinan1. Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan Dan Kelahiran Bayi1. Konsep Dasar KJDR1. Proses Manajemen Asuhan KebidananBAB III TINJAUAN KASUSBAB IV. PEMBAHASANBAB V. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan1. SaranDAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

BAB IITINJAUAN PUSTAKA1. Tinjauan tentang Persalinan1. Pengertian1. Persalinan adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viable melalui jalan lahir biasa. (Rustam Mochtar, 1998)1. Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. (Helen Varney, 2008)1. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Sarwono, 2010)2. Tanda-tanda permulaan persalinan1. Ligtening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida , kira-kira 2-3 minggu sebelum mulainya persalinan. Tapi pada multipara tidak begitu terlihat.1. Perut kelihatan melebar, fundus uteri turun.1. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung tertekan oleh bagian bawah janin.1. Perasaan sakit perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus false labour pains.1. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, biasa bercampur darah (bloody show). (Sinopsis Obstetri, 2008)3. Sebab sebab yang menimbulkan persalinana. Teori Penurunan kadar hormonTerjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron.b. Teori plasenta menjadi tuaTurunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga menimbulkan kontraksi.c. Teori distensi rahimRahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.d. Teori iritasi mekanikDi belakang serviks terdapat ganglion servikale (fleksus Frankenhauser). Dimana bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.e. Induksi partus (induction of labour)Dapat dilakukan dengan jalan:1) Gagang LaminariaBeberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser2) AmniotomiPemecahan ketuban3) Oksitosin DripsPemberian oksitosin menurut tetesan per menit4. Mekanisme persalinan normalMekanisme persalinan mengacu kepada bagaimana janin menyesuaikan dan meloloskan diri dari panggul ibu yang meliputi gerakan:a. Turunnya kepalaJanin mengalami penurunan terus menerus dalam jalan lahir sejak kehamilan trimester III antara lain masuknya bagian terbesar kepala janin kedalam PAP, yang pada primigravida dapat terjadi beberapa minggu sebelum melahirkan, dan pada multipara selambat-lambatnya harus sudah terjadi pada kala III.b. FleksiDengan turunnya kepala janin, tahanan yang di peroleh dari dasar panggul akan semakin besar, yang mengakibatkan kepala janin makin fleksi lagi sampai dagu janin. Fleksi yang maksimal ini mengakibatkan masuknya kepala janin dengan diameter terkecil (diameter saboccipito bregmalika 9,5) kedalam pintu atas panggul, daripada dengan diameter oksipito- frontalis (11 cm) kalau tidak terjadi fleksi.c. Putaran paksi dalam / rotasi dalamMerupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya untuk bidan tengah dan PBP selalu bersamaan dengan masuknya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala ke hodge III kadang-kadang baru sampai setelah kepala sampai didasar panggul.Sebab-sebab putaran paksi adalah :1) Pada letak bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala2) Bagian terendah dari kepala ini mencari tekanan paling sedikit dan tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genetalis antara musculus levatarani kiri dan kanan.3) Ukuran terbesar dari bagian tengah panggul ialah diameter anterior posterior.d. EkstensiSetelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai didasar panggul terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.e. Restitusi / putaran paksi luarSetelah kepala lahir maka kepala anak kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi. Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadicam sepihak (disisi kiri). Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar dalam diameter anterior posterior PBP.Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah simpisis dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak akan lahir searah dengan paksi jalan lahir. (Asuhan Persalinan Normal, 2008)5. Tahapan PersalinanTahapan persalinan dibagi menjadi 4 tahap:a. Kala I (Pembukaan)Persalinan kala 1 adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0 sampai pembukaan 10 (lengkap) Pada permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu / wanita masih dapat berjalan-jalan. Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Proses ini berlangsung kurang lebih 18-24 jam. Kala pembukaan terbagi menjadi 2 fase, yaitu:1. Fase Laten Dari pembukaan 1-3 cm, Pembukaan serviks berlangsung lambat, berlangsung 7-8 jam2. Fase AktifDari pembukaan 3-10 cm, berlangsung 6-7 jam dan terbagi lagi ke dalam 3 fase:a) Fase akselerasi, berlangsung 2 jam. Pembukaan 3 cm menjadi 4 cm,b) Fase dilatasi maksimal (steady), dalam waktu 2 jam pembukaan 4 dengan cepat menjadi pembukaan 9 cm, danc) Fase deselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan pembukaan pada multigravida 2 cm/jam.b. kala II (pengeluaran)Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat, kurang lebih 2 - 3 menit sekali, Dalam kondisi normal pada kala ini kepala janin sudah masuk dalam rongga panggul, maka pada saat his dirasakan tekanan pada otot- otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Pada primigravida kala II berlangsung 1,5 - 2 jam dan pada multi rata-rata 0,5 1 jam.c. Kala III (pengeluaran uri)Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi dan melepaskan plasenta dari dindingnya. Seluruh prosesnya biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.1. Kala IV (Pengawasan)Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Observasi yang dilakukan pada kala IV yaitu :1) Tingkat kesadaran penderita2) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan3) Kontraksi uterus4) Terjadinya Perdarahan (Perawatan ibu bersalin, 2008)6. Faktor faktor yang mempengaruhi persalinanAda 3 faktor utama yang mempengaruhi prognosis kehamilan:a. Jalan lahir (passage)Terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang-lubang luar vagina)Jalan lahir terdiri atas:1) Jalan lahir keras = pelvis= panggul2) Jalan lahir lunak = segmen bawah rahim/SBR, serviks, vagina, introitus vagina, dan vulva, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggulb. Passenger (Janin dan plasenta)Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.c. Power (Kekuatan)Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involuter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plaenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memeperbesar kekuatan kontraksi involunter. (Perawatan ibu bersalin, 2008)1. Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan Dan Kelahiran Bayi1. Membuat Keputusan KlinikMembuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan proses sistematik dalam mngumpulkan dan menganalisis informasi , membuat diagnosis kerja, membuat rencana tindakan yang sesuai dengan diagnosis, melaksanakan rencana tindakan, dan akhirnya mngevaluasi hail asuhan atau tindakan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayi baru lahir.Ada empat langkah proses pengambilan keputusan klinik:a. Pengumpulan Data1) Data Subjektif2) Data Objektifb. Diagnosisc. Penatalaksanaan asuhan dan perawatan1) Membuat rencana2) Melaksanakan rencanad. Evaluasi(Sarwono Prawirohardjo, 2009; Hal : 335)2. Asuhan Sayang Ibu Dan Sayang BayiAsuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. (Sarwono, 2009; Hal : 336)3. Pencegahan infeksiTindakan tindakan pencegahan Infeksi yaitu:1. Cuci tangan 1. Memakai sarung tangan1. perlengkapan perlindungan (celemek, kaca mata, sepatu tertutup)1. Menggunakan asepsis atau teknik aseptik1. Memproses alat bekas pakai1. Menangani peralatan tajam dengan aman1. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah secara benar. (Sarwono, 2009; Hal: 340)4. Pencatatan (dokumentasi)Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan atau bayinya. Jika asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa tindakan tersebut tidak dilakukan. Pencatatan adalah bagian terpenting dari proses pencatatan selama persalinan. (Sarwono, 2009; Hal : 340)Aspek-aspek penting dalam pencacatan termasuk:1. Tanggal dan waktu asuhan tersebut di berikan1. Identifikasi penolong persalinan1. Paraf atau tanda-tangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan.1. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat dengan jelas, dan dapat dibaca.1. Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap tersedia.1. Kerahasiaan dokumen medis. (Perawatan ibu bersalin, 2008)5. RujukanRujukan adalah kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir.Setiap tenaga penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan terdekat yang mampu untuk melayani kegawat daruratan obstetri dan bayi baru lahir, seperti :1. Pembedahan1. Transfusi darah1. Persalinan mengunakan ekstraksi vacum atau forsep1. Antibiotika1. Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bayi baru lahir (Sarwono, 2009; Hal: 341)1. Tinjauan tentang KJDR1. Pengertian1. KJDR adalah keadaan dimana tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDR) atau Intra Uterin Fetal Death (IUFD) sering dijumpai, baik pada kehamilan di bawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu.1) Sebelum kehamilan 20 minggu : kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak di keluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut dengan missed abortion.2) Sesudah 20 minggu : biasanya ibu telah merasakan getaran janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian janin dalam rahim. (Rustam Mohtar, 2012; Hal: 157)1. Kematian Janin Dalam Rahim (Intra Uterin Fetal Death) adalah kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih. (Nasdaldy, 2011; Hal: 226)1. Menurut WHO dan the American college of Obstetricians and Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau infeksi. (Sarwono, 2009; Hal: 732)1. EtiologiPada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh beberapa faktor:1. Faktor MaternaPost term ( > 42 minggu ), diabetes melitus tidak terkontrol, sistemik lupus eritematosus, infeksi, hipertensi, preeklampsia, eklampsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, ruptura uteri, anti fosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu dan kematian ibu.1. Faktor FetalHamil kembar, hamil tumbuh terlambat, kelainan kongenital, kelainan genetik dan infeksi.1. Faktor PlasentaKelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini dan vasa previa.1. Faktor resiko ibu terjadinya kematian janin intrauterin meningkat pada usia ibu > 40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrasi pada ibu, riwayat bayi dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urealitikum), kegemukan, ayah berusia lanjut. (Soetomo Soewarto, 2009; Hal : 733)Penyebab kematian janin dalam rahim juga seringkali dipicu oleh : ketidak cocokan rhesus darah ibu dan janin, ketidak cocokan golongan darah ibu dan janin, gerakan janin terlalu aktif, penyakit pada ibu, kelainan kromosom, trauma saat hamil, infeksi pada ibu, kelainan bawaan janin, pendarahan antepartum, penyakit saluran kencing, penyakit endokrin, malnutrisi dll (Yeyeh dan Yulianti, 2010; Hal: 226)1. Batasan kematian janinWHO

Prawirahardjo:

:kematian yang terjadi pada janin dengan berat badan lahir lebih dari 1000 gram.kematian janin di bagi 4 golongan :

a. Kelompok I

b. Kelompok II

c. Kelompok III

d. Kelompok IV:

:

:

:kematian janin sebelum kehamilan 20 minggu.kematian janin pada umur kehamilan 20-28 minggukematian janin pada umur kehamilan lebih dari 28 minggukematian janin tidak termasuk tiga golongan di atas.(Taufan Nugroho, 2011; Hal :107)

1. Diagnosisa. Anamnesis : ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil, atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.b. Inpeksi : tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutamma pada ibu yang yang kurus .c. Palpasi :1) Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakan-gerakan janin2) Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janind. Auskultasi : baik memakai stetoskop monoral maupun dengan Deptone tidak akan terdengar denyut jantung janin.e. Reaksi kehamilan : reaksi kehamilan negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.f. Rontgen foto abdomen :1) Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin2) Tanda Nojosk: adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin3) Tanda gerhard: adanya hiperekstensi tulang leher janin4) Tanda spalding: overlapping tulang-tulang kepala (sutura) janin5) Disintegrasi tulang janin bila inu berdiri tegak6) Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padatg. Ultrasonografi : tidak terlihat denyut jantung janin dan gerakan-gerakan janin

1. Patofisiologi dan PatogenesisApabila janin mati pada kehamilan yang telah lanjut, terjadilah perubahan-perubahan seperti berikut :1. Rigor Mortis (Tegang Mati)Berlangsung dua setengah jam setelah mati, kemudian lemas kembali.1. Stadium Maserasi ITimbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mulai terisi cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah kematian anak.1. Stadium Maserasi IITimbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah cokelat. Terjadi 48 jam setelah anak lahir.1. Stadium Maserasi IIITerjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas dan hubungan antara tulang-tulang sangat longgar. Edema dibawah kulit. (Varney, 2001)1. PenangananJanin yang mati dalam rahim sebaiknya segera dikeluarkan secara:a. Lahir spontan : 75% akan lahir spontan dalam 2 minggub. Persalinan anjuran :Setelah dipasang 12-24 jam kemudian dilepas dan dilanjutkan dengan infus oksitosin sampai terjadi pengeluaran janin plasentac. Dilatasi serviks dengan kateter folley1) Untuk umur kehamilan > 24 minggu2) Kateter folley no 18, dimasukkan dalam kanalis servikalis diluar kantong amnion3) Diisi 50 ml aquadest steril4) Ujung kateter diikat dengan tali, kemudian lewat katrol, ujung tali diberi beban sebesar 500 gram5) Dilanjutkan infus oksitosin 10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml, mulai 8 tetes/menit dinaiikan 4 tetes tiap 30 menit sampai his adekuat.d. Infus oksitosinKeberhasilan sangat tergantung pada pematangan serviks, dinilai dengan skor bishoop, bila nilai = 5-10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml, tiap 8 tetes/menit, dinaikkan 4 tetes tiap 15 menit.e. Induksi prostagladinDosis :1) Pg E-2 dalam bentuk suppositoria diberiakan 20 mg, diulang 4-5 jam2) Pg-E 2 diberikan dalam bentuk larutan suntikan im 400 mg.3) Pg-E 2,5 mg/ml dalam larutan NaCl 0.9 % dimulai 0,625 mg/ml dalam infus. 4) Kontadiksi : asma, alergi dan penyakit kardiovaskuler.(Taufan Nugroho, 2011; Hal: 111)1. Pencegahana. Periksa kehamilan sekurang-kurangnya 4 kali yaitu1kali pada trimester I, 1 kali pada trimester dan 2 kali pada trimester III, keadaan yang merupakan tanda bahaya dan perlu segera dilaporkan oleh ibu hamil:1) Pendarahan lewat jalan lahir2) Pembengkakan muka, kaki atau ibu jari kaki3) Sakit kepala berat, kaku kuduk terus-menerus4) Penglihatan kabur5) Nyeri perut6) Muntah terus-menerus7) Demam8) Keluar cairan lewat jalan lahir9) Tidak merasakan gerak janinb. Makanan dengan nilai gizi yang baikKekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, kematian janin dalam rahim, partus prematurus, inersia uteri, pendarahan pasca persalinan, sepsis dan lain-lain.c. Pemeriksaan serologik1) Pemerikasaan TORCH2) Pemeriksaan VDRL dan TPA.(Taufan Nugroho, 2011; Hal: 112)Selain itu upaya mencegah kematan janin, khusunya yang sudah atau mendekati aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak, atau gerakan janin terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaaan USG. Dengan memperhatikan apakah terjadi solusio plasenta sedangkan pada gemelli dengan T+T (Twin to Twin transfussion) pencegahan dilakukan dengan koagulasi pembuluh anastomosis. (Sarwono Prawirohardjo, 2009; Hal: 734)

1. Tinjauan tentang Proses Manajemen Asuhan Kebidanan1. Pengertian Manajemen KebidananManajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.1. Rangkaian Manajemen KebidananProses manajemen terdiri dari 7 rangkaian (step) yang pada waktu-waktu tertentu dapat diperhalun atau di perbaharui. Hal ini dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi.1. Step I (Identifikasi data dasar)Pada step pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:1) Anamnesis.Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, bio-psiko-sosio-spiritual, serta pengetahuan klien.2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi :Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi) dan Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan cacatan terbaru serta cacatan sebelumnya).

1. Step II (Identifikasi Diagnosa/Masalah aktual)Step ini dikembangkan dari interpretasi data kedalam identifikasi yang spesifik mengenai masalah atau diagnosa. Beberapa masalah yang tidak dapat didefenisikan sebagai suatu diagnosa, akan tetapi membutuhkan suatu pertimbangan dalam pengembangan suatu rencana yang komprehensif untuk pasien. Masalah lebih sering berhubungan dengan apa yang dialami oleh pasien dari diagnosa yang telah ditetapkan dan sering diidentifikasikan oleh bidan dengan apa yang dikemukakan oleh klien secara individual.1. Step III (Identifikasi Diagosa/Masalah Potensial)Pada step ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi. Di step ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi kenyataan. Di step ini juga penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.Selain itu ini bidan juga dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi. Langkah ini bersifat antisipasi yang rasional/logis. Kaji ulang apakah diagnosa atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.1. Step IV (Tindakan segera/kolaborasi)Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses manajemen kebidanan. Jadi,manajemen tidak hanya berlangsung selama asuhan primer periodik atau kunjungan perinatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam persalinan.1. Step V (Rencana Tindakan atau Asuhan Kebidanan)Pengembangan suatu rencana tindakan yang komprehensif yang ditentukan berdasarkan step sebelumnya, sebagai hasil perkembangan dari tanda khas sekarang ini dan antisipasi diagnosa dan masalah, juga meliputi pengumpulan data dasar atau informasi tambahan yang diperlukan. Agar efektif, suatu rencana seharusnya disetujui bersama oleh bidan serta pasien, sebab pada akhirnya si ibulah yang akan / tidak akan mengimplementasikan rencana tersebut keputusan yang akan dibuat untuk pengembangan suatu rencana tindakan seharusnya menggambarkan rasional yang tepat, yang relevan dan sesuai serta berdasarkan pengetahuan teori yang terbaru.1. Step VI (Implementasi)Pada step ke enam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, namun ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana).1. Step VII (Evaluasi)Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan. Apakah benar-benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi di dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedang sebagian lagi belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan merupakan suatu kegiatan yang bersinambungan, maka bidan perlu mengulangi kembali setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa rencana asuhan tidak berjalan efektif serta pada rencana asuhan tersebut.1. Penerapan Manajemen KebidananDalam penerapan proses manajemen kebidanan diperlukan suatu modifikasi dengan tetap berpedoman pada buku sumber. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memudahkan penerapan proses manajemen kebidanan. Modifikasi ini dilakukan dengan tidak mengurangi unsur dari setiap langkah-langkah atau step-step dari proses manajemen kebidanan.Dari ketujuh step proses manajemen kebidanan dilakukan modifikasi dengan menggabungkan beberapa step yaitu :1. Step I: Identifikasi dan analisa data dasar/pengkaji (assesment)1. Step 2: Penggabungan step 2 intrepretasi data dasar dan step 3 identifikasi kemungkinan diagnose atau problem lain menjadi identifikasi masalah atau problem identification1. Step 3: Penggabungan step 4 perlunya intervensi langsung atau konsultasi dengan step 5 rencana tindakan menjadi rencana tindakan.1. Step 4: Penggabungan step 6 implementasi dan step 7 evaluasi menjadi implementasi dan evaluasi.1. Pendokumentasian Asuhan KebidananDokumentasi Hasil Asuhan Kebidanan adalah tahap untuk mengumpulkan seluruh proses pembuatan asuhan kebidanan yang dituangkan dalam bentuk SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, Planning). Tahap ini sangat penting dilakukan sebagai bahan pertanggung jawaban dan tanggung gugat bagi penulis yang memberikan asuhan.Metode ini disaksikan dari satu penilaian penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk mendokumentasikan hasil asuhan klien dalam rekaman medis klien sebagai catatan perkembangan/ kemajuan (proses note). (http://pengertian-dan-prinsip-managemen.html)