Download - UU Anti Korupsi

Transcript
Page 1: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 1/168

 

  1

KUMPULAN UNDANG-UNDANGPEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

EDISI PERTAMA2006 

UNITED NATIONS CONVENTION AGAINSTCORRUPTION, 2003

UU RI NOMOR 7 TAHUN 2006

UU RI NOMOR 30 TAHUN 2002

PENJELASAN UU RI NOMOR 30 TAHUN 2002

UU RI NOMOR 31 TAHUN 1999

UU RI NOMOR 20 TAHUN 2001

UU RI NOMOR 28 TAHUN 1999

PENJELASAN UU RI NOMOR 28 TAHUN 1999

Diterbitkan oleh:

DIREKTORAT PEMBINAAN KERJA ANTAR KOMISI DAN INSTANSIKOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

Penterjemah : Biro Hukum dan Direktorat PJKAKIPenyusun : Direktorat PJKAKI

Desain Sampul : Direktorat DikyanmasEditor : Direktorat Dikyanmas

Hak cipta desain poster dan ilustrasi grafis dilindungi oleh undang-undang.

TIDAK UNTUK DIPERJUAL BELIKAN 

Page 2: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 2/168

 

 2

Page 3: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 3/168

 

  3

DAFTAR ISI

UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003(KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSAMENENTANG KORUPSI,2003)................................................................................................................. 7

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2006

TENTANG PENGESAHAN UNITED NATION CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2OO3 (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSAANTI KORUPSI, 2003) ................................................................................... 91

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI ......... 95

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANAKORUPSI...................................................................................................... 117

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI ..................... 129

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI ............ 141

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999

TENTANG PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARIKORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME ....................................................... 153

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DANBEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME................................ 163

DIREKTORAT PEMBINAAN JARINGAN KERJA ANTAR KOMISI DAN INSTANSIKOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

2006

TIDAK UNTUK DIPERJUAL BELIKAN 

Page 4: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 4/168

 

 4

Page 5: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 5/168

 

  5

JUARA ILOMBA POSTER KPK

KATEGORI UMUM

Page 6: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 6/168

 

 6

JUARA ILOMBA POSTER KPK

KATEGORI MAHASISWA 

Page 7: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 7/168

 

  7

UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003(KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSAMENENTANG

KORUPSI, 2003)

(Terjemahan Tidak Resmi)

Preamble Pembukaan 

The States Parties to this Convention , Negara-Negara Pihak pada Konvensi ini, 

Concerned about the seriousness ofproblems and threats posed by corruption

to the stability and security of societies,undermining the institutions and values ofdemocracy, ethical values and justiceand jeopardizing sustainabledevelopment and the rule of law,

Prihatin atas keseriusan masalah danancaman yang ditimbulkan oleh korupsi

terhadap stabilitas dan keamananmasyarakat yang merusak lembaga-lembaga dan nilai-nilai demokrasi, nilai-nilai etika dan keadilan sertamengacaukan pembangunan yangberkelanjutan dan penegakan hukum,

Concerned also about the links betweencorruption and other forms of crime, inparticular organized crime and economic

crime, including money-laundering,

Prihatin   juga atas hubungan antarakorupsi dan bentuk-bentuk lainkejahatan, khususnya kejahatan

terorganisir dan kejahatan ekonomi,termasuk pencucian uang,

Concerned further about cases ofcorruption that involve vast quantities ofassets, which may constitute asubstantial proportion of the resources ofStates, and that threaten the politicalstability and sustainable development ofthose States,

Prihatin lebih lanjut atas kasus-kasuskorupsi yang melibatkan jumlah asetyang besar yang dapat merupakanbagian penting sumber-daya Negara, danyang mengancam stabilitas politik danpembangunan yang berkelanjutanNegara tersebut,

Convinced that corruption is no longer alocal matter but a transnationalphenomenon that affects all societies andeconomies, making internationalcooperation to prevent and control itessential,

Meyakini  bahwa korupsi tidak lagimerupakan masalah lokal, tetapimerupakan fenomena internasional yangmempengaruhi seluruh masyarakat danekonomi, yang menjadikan kerja samainternasional untuk mencegah danmengendalikannya sangat penting,

Convinced also that a comprehensiveand multidisciplinary approach is requiredto prevent and combat corruptioneffectively,

Meyakini juga bahwa suatu pendekatanyang komprehensif dan multidisiplinerdiperlukan untuk mencegah danmemberantas korupsi secara efektif,

Convinced further that the availability oftechnical assistance can play an

Meyakini lebih lanjut bahwa keberadaanbantuan teknis dapat memainkan

Page 8: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 8/168

 

 8

important role in enhancing the ability ofStates, including by strengtheningcapacity and by institution-building, toprevent and combat corruptioneffectively,

peranan yang penting dalammeningkatkan kemampuan Negara,termasuk dengan memperkuat kapasitasdan dengan peningkatan kemampuanlembaga untuk mencegah danmemberantas korupsi secara efektif,

Convinced that the illicit acquisition ofpersonal wealth can be particularlydamaging to democratic institutions,national economies and the rule of law,

Meyakini bahwa perolehan kekayaanpribadi secara tidak sah dapat secarakhusus merusak lembaga-lembagademokrasi, sistem ekonomi nasional, danpenegakan hukum,

Determined to prevent, detect and deterin a more effective manner international

transfers of illicitly acquired assets and tostrengthen international cooperation inasset recovery,

Berketetapan untuk mencegah,mendeteksi, dan menghambat dengan

cara yang lebih efektif transferinternasional aset yang diperoleh secaratidak sah dan untuk memperkuat kerjasama internasional dalam pengembalianaset,

Acknowledging the fundamentalprinciples of due process of law incriminal proceedings and in civil oradministrative proceedings to adjudicate

property rights,

Mengakui prinsip-prinsip dasar prosedurhukum dalam proses pidana dan perdataatau proses administratif untuk mengadilihak-hak atas kekayaan,

Bearing in mind that the prevention anderadication of corruption is aresponsibility of all States and that theymust cooperate with one another, withthe support and involvement ofindividuals and groups outside the publicsector, such as civil society, non-governmental organizations andcommunity-based organizations, if their

efforts in this area are to be effective,

Mengingat bahwa pencegahan danpemberantasan korupsi merupakantanggung jawab semua Negara danbahwa Negara-negara harus salingbekerja sama, dengan dukungan danketerlibatan orang-perorangan dankelompok di luar sektor publik, sepertimasyarakat madani, organisasi non-pemerintah, dan organisasi

kemasyarakatan agar upaya-upayadalam bidang ini dapat efektif,

Bearing also in mind the principles ofproper management of public affairs andpublic property, fairness, responsibilityand equality before the law and the needto safeguard integrity and to foster aculture of rejection of corruption,

Mengingat juga prinsip-prinsippengelolaan yang baik urusan-urusanpublik dan kekayaan publik, keadilan,tanggung jawab, dan kesetaraan dimuka hukum dan kebutuhan untukmenjaga integritas dan untukmeningkatkan budaya penolakan

terhadap korupsi,

Commending the work of theCommission on Crime Prevention andCriminal Justice and the United NationsOffice on Drugs and Crime in preventing

Menghargai  hasil kerja KomisiPencegahan Kejahatan dan PeradilanPidana dan Kantor PerserikatanBangsa-Bangsa untuk Obat Terlarangdan Kejahatan dalam mencegah dan

Page 9: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 9/168

 

  9

and combating corruption, memberantas korupsi,

Recalling the work carried out by otherinternational and regional organizationsin this field, including the activities of the

African Union, the Council of Europe, theCustoms Cooperation Council (alsoknown as the World CustomsOrganization), the European Union, theLeague of Arab States, the Organisationfor Economic Cooperation andDevelopment and the Organization ofAmerican States,

Mengingat  hasil kerja organisasi-organisasi internasional dan regionallainnya dalam bidang ini, termasuk

kegiatan-kegiatan Uni Afrika, DewanEropa, Dewan Kerja sama Kepabeanan(juga dikenal sebagai OrganisasiKepabeanan Dunia), Uni Eropa, LigaNegara- Negara Arab, Organisasi untukKerja sama Ekonomi danPembangunan dan Organisasi Negara-Negara Amerika,

Taking note with appreciation of

multilateral instruments to prevent andcombat corruption, including, inter alia,the Inter-American Convention againstCorruption, adopted by the Organizationof American States on 29 March 1996,1the Convention on the Fight againstCorruption involving Officials of theEuropean Communities or Officials ofMember States of the European Union,adopted by the Council of the EuropeanUnion on 26 May 1997,2 the Convention

on Combating Bribery of Foreign PublicOfficials in International BusinessTransactions, adopted by theOrganisation for Economic Cooperationand Development on 21 November1997,3 the Criminal Law Convention onCorruption, adopted by the Committee ofMinisters of the Council of Europe on 27January 1999,4 the Civil Law Conventionon Corruption, adopted by the Committeeof Ministers of the Council of Europe on 4November 1999,5 and the African UnionConvention on Preventing andCombating Corruption, adopted by theHeads of State and Government of theAfrican Union on 12 July 2003,

Mencatat dengan penghargaan

instrumen-instrumen multilateral untukmencegah dan memberantas korupsi,termasuk antara lain Konvensi AntarAmerika Anti Korupsi yang disahkanoleh Organisasi Negara-NegaraAmerika pada tanggal 29 Maret 1996,

Konvensi tentang PemberantasanKorupsi yang melibatkan Pejabat-pejabat Masyarakat Eropa atauPejabat-pejabat Negara-NegaraAnggota Uni Eropa yang disahkan

oleh Dewan Uni Eropa pada tanggal 26Mei 1997,

2Konvensi tentang

Memberantas Penyuapan Pejabat-pejabat Publik Asing dalam Transaksi-transaksi Bisnis Internasional yangdisahkan oleh Organisasi untuk KerjaSama Ekonomi Dan Pembangunan padatanggal 21 November 1997,

3Konvensi

Hukum Pidana tentang Korupsi, yangdisahkan oleh Komite Menteri-menteriDewan Eropa pada tanggal 27 Januari1999,4 Konvensi Hukum Perdatatentang Korupsi, yang disahkan olehKomite Menteri-menteri Dewan Eropapada tanggal 4 November 1999,

5dan

Konvensi Uni Afrika tentang Pencegahandan Pemberantasan Korupsi, yangdisahkan oleh Kepala-kepala Negara dan

1Lihat Dokumen E/1996/99. 

2Jurnal Resmi Masyarakat Eropa, C 195, 25 Juni 1997. 

3Lihat Dokumen PBB, “Corruption and Integrity Improvement Initiatives 

in Developing Countries”  (UN Publication, Sales No. E.98.III.B.18). 4

Dewan Eropa, European Treaty Series, No. 173. 5

Ibid, No. 174. 

Page 10: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 10/168

 

 10

Pemerintahan Uni Afrika pada tanggal12 Juli 2003,

Welcoming the entry into force on 29September 2003 of the United Nations

Convention against TransnationalOrganized Crime,6

Menyambut berlakunya KonvensiPerserikatan Bangsa-Bangsa Menentang

Kejahatan Lintas-Negara Terorganisir

6

 pada tanggal 29 September 2003,

Have agreed as follows : Telah menyetujui sebagai berikut: 

Chapter IGeneral provisions

BAB IKetentuan Umum

Article 1Statement of purpose

Pasal 1Tujuan

The purposes of this Convention are: Tujuan Konvensi ini adalah:

(a) To promote and strengthen measuresto prevent and combat corruptionmore efficiently and effectively;

(a) Meningkatkan dan memperkuatupaya-upaya untuk mencegah danmemberantas korupsi secara lebihefisien dan efektif;

(b) To promote, facilitate and supportinternational cooperation andtechnical assistance in the preventionof and fight against corruption,including in asset recovery;

(b) Meningkatkan, memfasilitasi, danmendukung kerja samainternasional dan bantuan teknisdalam pencegahan danpemberantasan korupsi, termasuk

dalam pengembalian aset;

(c) To promote integrity, accountabilityand proper management of publicaffairs and public property.

(c) Meningkatkan integritas,akuntabilitas, dan pengelolaan yangbaik urusan-urusan publik dankekayaan publik.

Article 2

Use of terms 

Pasal 2

Penggunaan Istilah 

For the purposes of this Convention: Dalam Konvensi ini :

(a) “Public official” shall mean: (a) “Pejabat publik” adalah:

(i) any person holding a legislative,executive, administrative or

 judicial office of a State Party,whether appointed or elected,whether permanent or temporary,whether paid or unpaid,irrespective of that person’sseniority;

(i) setiap orang yang memegang jabatan legislatif, eksekutif,administratif, atau yudikatif disuatu Negara Pihak, baik diangkatatau dipilih, baik tetap atau untuksementara, baik digaji atau tidakdigaji, tanpa memperhatikansenioritas orang itu;

(ii) any other person who performs apublic function, including for apublic agency or public enterprise,or provides a public service, as

(ii) setiap orang yangmelaksanakan fungsi publik,termasuk untuk suatu instansipublik atau perusahaan publik,

6Resolusi Majelis Umum 55/25, annex I.

Page 11: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 11/168

 

  11

defined in the domestic law of theState Party and as applied in thepertinent area of law of that StateParty;

atau memberikan layanan umum,sebagaimana dimaksud dalamundang-undang nasional NegaraPihak dan sebagaimana berlakudi bidang hukum yang sesuai diNegara Pihak tersebut;

(iii) any other person defined as a“public official” in the domestic lawof a State Party. However, for thepurpose of some specificmeasures contained in chapter IIof this Convention, “public official”may mean any person whoperforms a public function orprovides a public service asdefined in the domestic law of the

State Party and as applied in thepertinent area of law of that StateParty;

(iii) setiap orang yang dinyatakansebagai “pejabat publik” dalamundang-undang nasional NegaraPihak. Namun, untuk upaya-upaya tertentu sebagaimanadimaksud dalam Bab II Konvensiini, “pejabat publik” dapat berartisetiap orang yang melaksanakanfungsi publik atau menyediakanlayanan umum sebagaimana

dimaksud dalam undang- undangnasional Negara Pihak dansebagaimana berlaku di bidanghukum yang sesuai di NegaraPihak tersebut;

(b) “Foreign public official” shall meanany person holding a legislative,executive, administrative or judicialoffice of a foreign country, whether

appointed or elected; and any personexercising a public function for aforeign country, including for a publicagency or public enterprise;

(b) “Pejabat publik asing” adalahsetiap orang yang memegang jabatanlegislatif, eksekutif, administratif,atau yudikatif di suatu negara

asing, baik diangkat atau dipilih, dansetiap orang yang melaksanakanfungsi publik untuk negara asing,termasuk untuk instansi publik atauperusahaan publik;

(c) “Official of a public internationalorganization” shall mean aninternational civil servant or anyperson who is authorized by such anorganization to act on behalf of that

organization;

(c) “Pejabat organisasi internasionalpublik” adal;ah setiap pegawai sipilinternasional atau setiap orang yangdiberi kewenangan oleh organisasitersebut untuk bertindak atas nama

organisasi tersebut;

(d) “Property” shall mean assets of everykind, whether corporeal orincorporeal, movable or immovable,tangible or intangible, and legaldocuments or instruments evidencingtitle to or interest in such assets;

(d) “Kekayaan” adalah setiap jenis aset,baik bertubuh atau takbertubuh,bergerak atau takbergerak, berwujudatau takberwujud, dan dokumen atauinstrumen hukum yang membuktikanhak atas atau kepentingan dalam asettersebut;

(e) “Proceeds of crime” shall mean anyproperty derived from or obtained,directly or indirectly, through thecommission of an offence;

(e) “Hasil kejahatan” adalah setiapkekayaan yang berasal ataudiperoleh, langsung atau tidaklangsung, dari pelaksanaankejahatan;

(f) “Freezing” or “seizure” shall meantemporarily prohibiting the

(f) “Pembekuan” atau “penyitaan” berartipelarangan sementara transfer,

Page 12: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 12/168

 

 12

transfer,nconversion, disposition ormovement of property or temporarilyassuming custody or control ofproperty on the basis of an orderissued by a court or other competentauthority;

konversi, pelepasan atau pemindahankekayaan, atau penempatansementara kekayaan dalampengawasan atau pengendalianberdasarkan perintah pengadilan ataupejabat berwenang lainnya;

(g) “Confiscation”, which includesforfeiture where applicable, shallmean the permanent deprivation ofproperty by order of a court or othercompetent authority;

(g) “Perampasan” yang meliputipembayaran denda, jika ada, adalahperampasan kekayaan secara tetapberdasarkan perintah pengadilan ataupejabat berwenang lainnya;

(h) “Predicate offence” shall mean anyoffence as a result of which proceedshave been generated that maybecome the subject of an offence as

defined in article 23 of thisConvention;

(h) “Kejahatan asal” adalah setiapkejahatan yang mengakibatkanbahwa hasil-hasil yang diperolehdapat menjadi subyek dari kejahatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal23 Konvensi ini;

(i) “Controlled delivery” shall mean thetechnique of allowing illicit or suspectconsignments to pass out of, throughor into the territory of one or moreStates, with the knowledge and underthe supervision of their competentauthorities, with a view to theinvestigation of an offence and theidentification of persons involved inthe commission of the offence.

(i) “Penyerahan terkendali” adalah carauntuk memungkinkan kiriman yangtaksah atau mencurigakan keluardari, melalui atau masuk ke dalamwilayah satu atau lebih Negara,dengan sepengetahuan dan di bawahpengawasan pejabat berwenangnya,dalam rangka penyidikan kejahatandan identifikasi orang-orang yangterlibat dalam pelaksanaan kejahatan.

Article 3

Scope of application

Pasal 3

Ruang Lingkup Pemberlakuan

1. This Convention shall apply, inaccordance with its terms, to theprevention, investigation andprosecution of corruption and to thefreezing, seizure, confiscation andreturn of the proceeds of offencesestablished in accordance with thisConvention.

1. Konvensi ini berlaku, sesuai denganketentuan-ketentuannya, bagipencegahan, penyidikan danpenuntutan korupsi dan bagipembekuan, penyitaan, perampasandan pengembalian hasil kejahatanmenurut Konvensi ini.

2. For the purposes of implementing thisConvention, it shall not be necessary,except as otherwise stated herein, forthe offences set forth in it to result indamage or harm to state property.

2. Jika tidak dinyatakan lain, Konvensiini wajib dilaksanakan tanpamemperhatikan apakah kejahatansebagaimana dimaksud dalamKonvensi ini menimbulkan kerugianatau kerusakan pada kekayaannegara.

Article 4

Protection of sovereignty

Pasal 4

Perlindungan Kedaulatan

1. States Parties shall carry out theirobligations under this Convention in amanner consistent with the principles

1. Negara Pihak wajib melaksanakankewajiban-kewajiban dalam Konvensiini berdasarkan prinsip kedaulatan

Page 13: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 13/168

 

  13

of sovereign equality and territorialintegrity of States and that of non-intervention in the domestic affairs ofother States.

yang sejajar dan integritas wilayahNegara serta prinsip tidak melakukanintervensi terhadap masalah dalamnegeri Negara lain.

2. Nothing in this Convention shall

entitle a State Party to undertake inthe territory of another State theexercise of jurisdiction andperformance of functions that arereserved exclusively for theauthorities of that other State by itsdomestic law.

2. Konvensi ini tidak memberikan hak

kepada suatu Negara Pihak untukmengambil tidakan dalam wilayahNegara Pihak lain untuk menerapkanyurisdiksi atau melaksanakan fungsi-fungsi yang menurut hukum nasionalNegara Pihak lain secara khususdimiliki oleh pejabat berwenangnya.

Chapter II

Preventive measures

Bab II

Tindakan Pencegahan

Article 5

Preventive anti-corruption policiesand practices

Pasal 5

Kebijakan dan Praktek PencegahanKorupsi

1. Each State Party shall, in accordancewith the fundamental principles of itslegal system, develop and implementor maintain effective, coordinatedanticorruption policies that promotethe participation of society and reflectthe principles of the rule of law,

proper management of public affairsand public property, integrity,transparency and accountability.

1. Negara Pihak wajib, sesuai denganprinsip-prinsip dasar sistemhukumnya, mengembangkan danmelaksanakan atau memeliharakebijakan anti korupsi yang efektifdan terkoordinasi yang meningkatkanpartisipasi masyarakat dan

mencerminkan prinsip-prinsippenegakan hukum, pengelolaanurusan publik dan kekayaan publiksecara baik, integritas, transparansidan akuntabilitas.

2. Each State Party shall endeavour toestablish and promote effectivepractices aimed at the prevention ofcorruption.

2. Negara Pihak wajib mengupayakanuntuk membangun danmeningkatkan praktek-praktek yangefektif untuk tujuan pencegahankorupsi.

3. Each State Party shall endeavour toperiodically evaluate relevant legalinstruments and administrativemeasures with a view to determiningtheir adequacy to prevent and fightcorruption.

3. Negara Pihak wajib mengupayakanuntuk mengevaluasi instrumen-instrumen hukum dan upaya-upayaadministratif yang terkait secaraberkala agar memadai untukmencegah dan memberantas korupsi.

4. States Parties shall, as appropriateand in accordance with the

fundamental principles of their legalsystem, collaborate with each otherand with relevant international andregional organizations in promotingand developing the measures referredto in this article. That collaborationmay include participation ininternational programmes and

4. Negara Pihak wajib, jika dipandangperlu dan sesuai dengan prinsip-

prinsip dasar sistem hukumnya,bekerja sama dengan Negara Pihaklain dan dengan organisasiinternasional dan regional yang terkaituntuk meningkatkan danmengembangkan upaya-upayasebagaimana dimaksud dalam Pasalini. Kerja sama itu dapat meliputi

Page 14: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 14/168

 

 14

projects aimed at the prevention ofcorruption.

partisipasi dalam program dan proyekinternasional yang ditujukan untukpencegahan korupsi.

Article 6

Preventive anti-corruption body orbodies

Pasal 6

Badan atau badan-badan pencegahankorupsi

1. Each State Party shall, in accordancewith the fundamental principles of itslegal system, ensure the existence ofa body or bodies, as appropriate, thatprevent corruption by such means as:

1. Negara Pihak wajib, sesuai denganprinsip-prinsip dasar sistemhukumnya, mengusahakan adanyabadan atau badan-badan, jikadipandang perlu, yang mencegahkorupsi dengan cara seperti:

(a) Implementing the policies referredto in article 5 of this Convention

and, where appropriate,overseeing and coordinating theimplementation of those policies;

(a) Mengimplementasikan kebijakansebagaimama dimaksud dalam

Pasal 5 Konvensi ini dan, biladianggap perlu, mengawasi danmengkoordinasi implementasikebijakan itu;

(b) Increasing and disseminatingknowledge about the preventionof corruption.

(b) Meningkatkan danmenyebarluaskan pengetahuantentang pencegahan korupsi.

2. Each State Party shall grant the bodyor bodies referred to in paragraph 1 of

this article the necessaryindependence, in accordance with thefundamental principles of its legalsystem, to enable the body or bodiesto carry out its or their functionseffectively and free from any undueinfluence. The necessary materialresources and specialized staff, aswell as the training that such staffmay require to carry out theirfunctions, should be provided.

2. Negara Pihak wajib memberikankepada badan atau badan-badan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)Pasal ini kemandirian yangdiperlukan, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukumnya, gunamemungkinkan badan atau badan-badan tersebut melaksanakan fungsi-fungsinya secara efektif dan bebasdari pengaruh yang tidak semestinya.Sumber-sumber material dan stafkhusus yang diperlukan, jugapelatihan yang mungkin dibutuhkanstaf tersebut untuk melaksanakanfungsi-fungsinya wajib disediakan.

3. Each State Party shall inform theSecretary-General of the UnitedNations of the name and address ofthe authority or authorities that mayassist other States Parties indeveloping and implementing specificmeasures for the prevention of

corruption.

3. Negara Pihak wajib memberikankepada Sekretaris JenderalPerserikatan Bangsa-Bangsainformasi mengenai nama dan alamatbadan atau badan-badan berwenangyang dapat membantu Negara Pihaklain mengembangkan dan

melaksanakan tindakan-tindakankhusus untuk pencegahan korupsi.

Article 7

Public sector

Pasal 7

Sektor Publik

1. Each State Party shall, whereappropriate and in accordance with

1. Negara Pihak wajib, menurutkebutuhan dan sesuai dengan

Page 15: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 15/168

 

  15

the fundamental principles of its legalsystem, endeavour to adopt, maintainand strengthen systems for therecruitment, hiring, retention,promotion and retirement of civilservants and, where appropriate,

other non-elected public officials:

prinsip-prinsip dasar sistemhukumnya, mengupayakan untukmengadakan, melaksanakan danmemperkuat sistem rekrutmen,penempatan, pemakaian, promosidan pemensiunan pegawai sipil dan,

bila dianggap perlu, pejabat publiklain yang tidak melalui prosespemilihan:

(a) That are based on principles ofefficiency, transparency andobjective criteria such as merit,equity and aptitude;

(a) yang didasarkan pada prinsip-prinsip efisiensi, transparansi, dankriteria obyektif seperti prestasi,sikap adil, dan bakat;

(b) That include adequate proceduresfor the selection and training of

individuals for public positionsconsidered especially vulnerableto corruption and the rotation,where appropriate, of suchindividuals to other positions;

(b) yang meliputi tata cara yangmemadai bagi seleksi dan

pelatihan orang untuk jabatanpublik yang khususnyadianggap rawan korupsi sertarotasi, jika dianggap perlu, orangtersebut ke jabatan lain;

(c) That promote adequateremuneration and equitable payscales, taking into account thelevel of economic development ofthe State Party;

(c) yang mendorong pemberianimbalan yang memadai dan skalagaji yang adil denganmempertimbangkan tingkatperkembangan ekonomi NegaraPihak;

(d) That promote education andtraining programmes to enablethem to meet the requirements forthe correct, honourable andproper performance of publicfunctions and that provide themwith specialized and appropriatetraining to enhance their

awareness of the risks ofcorruption inherent in theperformance of their functions.Such programmes may makereference to codes or standards ofconduct in applicable areas.

(d) yang meningkatkan programpendidikan dan pelatihan gunamemungkinkan merekamemenuhi persyaratan untukmelaksanakan fungsi-fungsi publiksecara yang benar, terhormat danbaik dan memberikan kepadamereka pelatihan khusus dan

tepat untuk meningkatkankewaspadaan mereka pada risiko-risiko korupsi yang melekat padapelaksanaan fungsi-fungsimereka. Program-programtersebut dapat mengacu padakode dan standar-standar etika dibidang-bidang terkait.

2. Each State Party shall also consideradopting appropriate legislative and

administrative measures, consistentwith the objectives of this Conventionand in accordance with thefundamental principles of its domesticlaw, to prescribe criteria concerningcandidature for and election to publicoffice.

2. Negara Pihak wajib jugamempertimbangkan untuk mengambil

tindakan-tindakan legislatif danadministratif yang layak, sesuaidengan tujuan Konvensi ini danberdasarkan prinsip-prinsip dasarhukum nasionalnya, untukmerumuskan kriteria pencalonan danpemilihan jabatan publik.

Page 16: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 16/168

 

 16

3. Each State Party shall also considertaking appropriate legislative andadministrative measures, consistentwith the objectives of this Conventionand in accordance with thefundamental principles of its domestic

law, to enhance transparency in thefunding of candidatures for electedpublic office and, where applicable,the funding of political parties.

3. Negara Pihak wajib jugamempertimbangkan untukmengambil tindakan-tindakanlegislatif dan administratif yang layak,sesuai dengan tujuan Konvensi inidan berdasarkan prinsip-prinsip dasar

hukum nasionalnya, untukmeningkatkan transparansi dalampendanaan pencalonan untuk

  jabatan publik dan, bila dianggapperlu, pendanaan partai-partai politik.

4. Each State Party shall, in accordancewith the fundamental principles of itsdomestic law, endeavour to adopt,maintain and strengthen systems thatpromote transparency and prevent

conflicts of interest.

4. Negara Pihak wajib, sesuai denganprinsip-prinsip dasar hukumnasionalnya, mengupayakan untukmengadakan, melaksanakan, danmemperkuat sistem yang

meningkatkan transparansi danmencegah benturan kepentingan.

Article 8

Codes of conduct for public officials

Pasal 8

Kode Etik bagi Pejabat Publik

1. In order to fight corruption, each StateParty shall promote, inter alia,integrity, honesty and responsibilityamong its public officials, inaccordance with the fundamentalprinciples of its legal system.

1. Untuk melawan korupsi, NegaraPihak wajib meningkatkan, antaralain, integritas, kejujuran dantanggung jawab pada pejabat publikmereka, sesuai dengan prinsip-prinsipdasar sistem hukumnya.

2. In particular, each State Party shallendeavour to apply, within its owninstitutional and legal systems, codesor standards of conduct for thecorrect, honourable and properperformance of public functions.

2. Khususnya, Negara Pihak wajibmengupayakan untuk menerapkankode atau standar etik pelaksanaanfungsi-fungsi publik secara benar,terhormat dan baik di dalam sistemkelembagaan dan hukum.

3. For the purposes of implementing theprovisions of this article, each StateParty shall, where appropriate and inaccordance with the fundamentalprinciples of its legal system, takenote of the relevant initiatives ofregional, interregional and multilateralorganizations, such as theInternational Code of Conduct forPublic Officials contained in the annexto General Assembly resolution 51/59of 12 December 1996.

3. Untuk melaksanakan ketentuan pasalini, Negara Pihak wajib, menurutkebutuhan dan sesuai denganprinsip-prinsip dasar sistemhukumnya, mencatat prakarsa-prakarsa terkait dari organisasiregional, antar regional danmultilateral seperti Kode EtikInternasional untuk Pejabat Publikyang tercantum dalam lampiranResolusi Majelis Umum Nomor51/59 tanggal 12 Desember 1996.

4. Each State Party shall also consider,in accordance with the fundamentalprinciples of its domestic law,establishing measures and systemsto facilitate the reporting by publicofficials of acts of corruption toappropriate authorities, when such

4. Negara Pihak wajib jugamempertimbangkan, sesuai denganprinsip-prinsip dasar hukumnasionalnya, untuk mengambiltindakan-tindakan dan mengadakansistem guna memfasilitasi pelaporanoleh pejabat publik tentang perbuatan

Page 17: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 17/168

 

  17

acts come to their notice in theperformance of their functions.

korupsi kepada pejabat berwenangyang sesuai, jika dalam pelaksanaanfungsinya ia mengetahui perbuatantersebut.

5. Each State Party shall endeavour,

where appropriate and in accordancewith the fundamental principles of itsdomestic law, to establish measuresand systems requiring public officialsto make declarations to appropriateauthorities regarding, inter alia, theiroutside activities, employment,investments, assets and substantialgifts or benefits from which a conflictof interest may result with respect totheir functions as public officials.

5. Negara Pihak wajib mengupayakan,

menurut kebutuhan dan sesuaidengan prinsip-prinsip dasar hukumnasionalnya untuk mengambiltindakan-tindakan dan mengadakansistem yang mewajibkan pejabatpublik membuat pernyataan kepadapejabat berwenang yang sesuaimengenai, antara lain, kegiatansampingan, penempatan, investasi,aset dan pemberian atau manfaatyang dapat menimbulkan benturan

kepentingan dengan fungsinyasebagai pejabat publik.

6. Each State Party shall considertaking, in accordance with thefundamental principles of its domesticlaw, disciplinary or other measuresagainst public officials who violate thecodes or standards established inaccordance with this article.

6. Negara Pihak wajibmempertimbangkan untukmengambil, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar hukum nasionalnya,tindakan disipliner atau lainnyaterhadap pejabat yang melanggarkode atau standar yang dibuat

berdasarkan pasal ini.

Article 9

Public procurement and managementof public finances

Pasal 9

Pengadaan Umum dan PengelolaanKeuangan Publik

1. Each State Party shall, in accordancewith the fundamental principles of itslegal system, take the necessarysteps to establish appropriatesystems of procurement, based on

transparency, competition andobjective criteria in decision-making,that are effective, inter alia, inpreventing corruption. Such systems,which may take into accountappropriate threshold values in theirapplication, shall address, inter alia:

1. Negara Pihak wajib, sesuai denganprinsip-prinsip dasar sistemhukumnya, mengambil langkah-langkah yang perlu untuk membuatsistem pengadaan yang baik,

berdasarkan transparansi, kompetisidan kriteria obyektif dalampengambilan keputusan yang efektifuntuk, antara lain, mencegahkorupsi. Sistem tersebut, yangdalam pelaksanaannya dapatmempertimbangkan nilai ambangbatas, wajib memperhatikan, antaralain:

(a) The public distribution of

information relating toprocurement procedures andcontracts, including information oninvitations to tender and relevantor pertinent information on theaward of contracts, allowingpotential tenderers sufficient timeto prepare and submit their

(a) Pemberian informasi kepada

publik mengenai tata cara dankontrak pengadaan, termasukinformasi mengenai undangantender dan informasi yangbersangkutan atau pentingdalam pemenangan kontrak,yang memberikan waktu yangcukup kepada peserta tender

Page 18: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 18/168

 

 18

tenders; untuk menyiapkan danmemasukkan penawarannya;

(b) The establishment, in advance, ofconditions for participation,including selection and award

criteria and tendering rules, andtheir publication;

(b) Penetapan, yang dilakukansebelumnya, mengenaipersyaratan bagi peserta,

termasuk kriteria pemilihan danpemenangan serta aturan-aturantender, dan publikasinya;

(c) The use of objective andpredetermined criteria for publicprocurement decisions, in order tofacilitate the subsequentverification of the correctapplication of the rules orprocedures;

(c) Penggunaan kriteria obyektifdan yang telah ditentukansebelumnya, bagi keputusanpengadaan publik, gunamemudahkan verifikasiberikutnya menyangkutpelaksanaan aturan atau prosedur

secara benar;

(d) An effective system of domesticreview, including an effectivesystem of appeal, to ensure legalrecourse and remedies in theevent that the rules or proceduresestablished pursuant to thisparagraph are not followed;

(d) Sistem peninjauan-kembali yangefektif, termasuk sistem upaya-banding yang efektif untukmenjamin adanya upaya danpenyelesaian hukum dalam halaturan dan prosedur yang dibuatberdasarkan ayat ini tidak diikuti;

(e) Where appropriate, measures to

regulate matters regardingpersonnel responsible forprocurement, such as declarationof interest in particular publicprocurements, screeningprocedures and trainingrequirements.

(e) Jika diperlukan, aturan mengenai

hal-hal menyangkut orang yangbertanggung jawab ataspengadaan, seperti pernyataanmengenai kepentingan dalampengadaan publik tertentu,prosedur penyaringan dankebutuhan pelatihan tertentu.

2. Each State Party shall, in accordancewith the fundamental principles of its

legal system, take appropriatemeasures to promote transparencyand accountability in the managementof public finances. Such measuresshall encompass, inter alia:

2. Negara Pihak wajib, sesuai denganprinsip-prinsip dasar sistem

hukumnya, tindakan-tindakan yangsesuai untuk meningkatkantransparansi dan akuntabilitas dalampengelolaan keuangan publik.Tindakan-tindakan tersebut harusmencakup, antara lain:

(a) Procedures for the adoption of thenational budget;

(a) Tata cara penetapan anggaranbelanja nasional;

(b) Timely reporting on revenue and

expenditure;

(b) Pelaporan yang tepat-waktu

mengenai pendapatan danpengeluaran;

(c) A system of accounting andauditing standards and relatedoversight;

(c) Sistem akuntansi dan standaraudit serta pengawasan terkait;

(d) Effective and efficient systems of (d) Sistem pengelolaan risiko dan

Page 19: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 19/168

 

  19

risk management and internalcontrol; and

pengendalian internal yang efektifdan efisien; dan

(e) Where appropriate, correctiveaction in the case of failure tocomply with the requirements

established in this paragraph.

(e) Tindakan korektif, jika dipandangperlu, apabila hal-hal yangdipersyaratkan dalam ayat ini

tidak dipenuhi.

3. Each State Party shall take such civiland administrative measures as maybe necessary, in accordance with thefundamental principles of its domesticlaw, to preserve the integrity ofaccounting books, records, financialstatements or other documentsrelated to public expenditure andrevenue and to prevent the

falsification of such documents.

3. Negara Pihak wajib mengambiltindakan perdata dan administratifyang perlu, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukumnya,untuk menjamin integritas buku,catatan akuntansi, laporankeuangan atau dokumen lain yangterkait dengan pengeluaran danpendapatan publik serta untuk

mencegah pemalsuan dokumen-dokumen tersebut.

Article 10

Public reporting

Pasal 10

Pelaporan Publik

Taking into account the need to combatcorruption, each State Party shall, inaccordance with the fundamentalprinciples of its domestic law, take suchmeasures as may be necessary to

enhance transparency in its publicadministration, including with regard to itsorganization, functioning and decision-making processes, where appropriate.Such measures may include, inter alia:

Dengan mempertimbangkan kebutuhanuntuk memberantas korupsi, setiapNegara Pihak wajib, sesuai denganprinsip-prinsip dasar sistem hukumnya,mengambil tindakan yang diperlukan

untuk meningkatkan transparansiadministrasi publik, termasuk yangmenyangkut organisasi, fungsi danpengambilan keputusan, jika dipandangperlu. Tindakan-tindakan tersebut dapatmeliputi, antara lain:

(a) Adopting procedures or regulationsallowing members of the generalpublic to obtain, where appropriate,information on the organization,functioning and decision-makingprocesses of its public administrationand, with due regard for the protectionof privacy and personal data, ondecisions and legal acts that concernmembers of the public;

(a) Menetapkan tata cara atau aturanyang memungkinkan anggotamasyarakat umum memperoleh, jikadianggap perlu, informasi mengenaiorganisasi, fungsi, dan pengambilankeputusan administrasi publik sertakeputusan dan tindakan hukum yangmenyangkut para anggotamasyarakat dengan memperhatikanperlindungan atas privasi dan datapribadi;

(b) Simplifying administrative procedures,where appropriate, in order to

facilitate public access to thecompetent decision-makingauthorities; and

(b) Menyederhanakan tata caraadministratif, jika dipandang perlu,

untuk memudahkan akses publikpada pejabat berwenang pengambilkeputusan; dan

(c) Publishing information, which mayinclude periodic reports on the risks ofcorruption in its public administration.

(c) Mempublikasikan informasi, yangdapat mencakup laporan-laporanberkala mengenai risiko korupsidalam administrasi publik.

Page 20: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 20/168

 

 20

 

Article 11

Measures relating to the judiciary andprosecution services

Pasal 11

Tindakan yang Berhubungan denganLayanan Peradilan dan Penuntutan

1. Bearing in mind the independence ofthe judiciary and its crucial role incombating corruption, each StateParty shall, in accordance with thefundamental principles of its legalsystem and without prejudice to

 judicial independence, take measuresto strengthen integrity and to preventopportunities for corruption amongmembers of the judiciary. Suchmeasures may include rules withrespect to the conduct of members of

the judiciary.

1. Mengingat kemandirian peradilan danperannya yang penting dalammemberantas korupsi, Negara Pihakwajib, sesuai dengan prinsip-prinsipdasar sistem hukumnya dan denganmemperhatikan kemandirianperadilan, mengambil tindakan untukmemperkuat integritas dan mencegahkesempatan melakukan korupsi diantara anggota peradilan. Tindakanitu dapat meliputi aturan mengenaietika perilaku anggota peradilan.

2. Measures to the same effect as thosetaken pursuant to paragraph 1 of thisarticle may be introduced and appliedwithin the prosecution service in thoseStates Parties where it does not formpart of the judiciary but enjoysindependence similar to that of the

 judicial service.

2. Tindakan yang dampaknya serupadengan tindakan sebagaimanadimaksud pada ayat 1 dapatdilakukan dan diterapkan dalamlayanan penuntutan di Negara Pihakdi mana layanan ini tidak merupakanbagian dari peradilan tetapi memilikikemandirian yang sama seperti padalayanan peradilan.

Article 12

Private sector

Pasal 12

Sektor swasta

1. Each State Party shall takemeasures, in accordance with thefundamental principles of its domesticlaw, to prevent corruption involvingthe private sector, enhanceaccounting and auditing standards inthe private sector and, where

appropriate, provide effective,proportionate and dissuasive civil,administrative or criminal penalties forfailure to comply with such measures.

1. Negara Pihak wajib mengambiltindakan-tindakan, sesuai denganprinsip-prinsip dasar hukuminternalnya, untuk mencegah korupsiyang melibatkan sektor swasta,meningkatkan standar akuntansi danaudit di sektor swasta dan, jika

dipandang perlu, memberikan sanksiperdata, administratif atau pidanayang efektif, proporsional dan bersifatlarangan bagi yang tidak mematuhitindakan-tindakan tersebut.

2. Measures to achieve these ends mayinclude, inter alia:

2. Tindakan untuk mencapai tujuan inidapat mencakup, antara lain:

(a) Promoting cooperation betweenlaw enforcement agencies and

relevant private entities;

(a) Meningkatkan kerja sama antarinstansi penegakan hukum dan

badan swasta terkait;

(b) Promoting the development ofstandards and proceduresdesigned to safeguard theintegrity of relevant privateentities, including codes ofconduct for the correct,

(b) Meningkatkan pengembanganstandar dan tata cara yangdirancang untuk menjagaintegritas badan swasta terkait,termasuk kode etik bagipelaksanaan kegiatan usaha dan

Page 21: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 21/168

 

  21

honourable and properperformance of the activities ofbusiness and all relevantprofessions and the prevention ofconflicts of interest, and for thepromotion of the use of good

commercial practices amongbusinesses and in the contractualrelations of businesses with theState;

profesi terkait secara benar,terhormat dan baik, danpencegahan benturankepentingan, serta bagipeningkatan penggunaan praktekkomersial yang baik dan dalam

hubungan kontraktual usahadengan Negara;

(c) Promoting transparency amongprivate entities, including, whereappropriate, measures regardingthe identity of legal and naturalpersons involved in theestablishment and management

of corporate entities;

(c) Meningkatkan transparansi dibadan swasta, termasuk, jikadianggap perlu, melakukantindakan yang menyangkutidentitas badan hukum dan orang-perorangan yang terlibat dalam

pendirian dan pengelolaan badanusaha;

(d) Preventing the misuse ofprocedures regulating privateentities, including proceduresregarding subsidies and licensesgranted by public authorities forcommercial activities;

(d) Mencegah penyalahgunaan tatacara yang mengatur badanswasta, meliputi tata caramengenai subsidi dan lisensiuntuk kegiatan komersial yangdiberikan oleh badan publik;

(e) Preventing conflicts of interest by

imposing restrictions, asappropriate and for a reasonableperiod of time, on the professionalactivities of former public officialsor on the employment of publicofficials by the private sector aftertheir resignation or retirement,where such activities oremployment relate directly to thefunctions held or supervised by

those public officials during theirtenure;

(e) Mencegah benturan kepentingan

dengan mengenakanpembatasan-pembatasan, jikadipandang perlu dan untuk jangkawaktu yang wajar, terhadapkegiatan profesional mantanpejabat publik atau terhadappenggunaan pejabat publik olehsektor swasta setelah iamengundurkan diri atau pensiun,

 jika kegiatan atau penggunaan

tersebut berkait langsung denganfungsi yang dipegang ataudiawasi oleh pejabat publik ituselama masa jabatannya;

(f) Ensuring that private enterprises,taking into account their structureand size, have sufficient internalauditing controls to assist inpreventing and detecting acts ofcorruption and that the accounts

and required financial statementsof such private enterprises aresubject to appropriate auditingand certification procedures.

(f) Mengusahakan agar perusahaanswasta, dengan memperhatikanstruktur dan ukurannya, memilikipengendalian audit internal yangcukup untuk membantupencegahan dan deteksi

perbuatan korupsi dan agarcatatan dan laporan keuanganperusahaan swasta tersebuttunduk pada tata cara audit dansertifikasi yang sesuai.

3. In order to prevent corruption, eachState Party shall take such measures

3. Untuk mencegah korupsi, NegaraPihak wajib mengambil tindakan-

Page 22: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 22/168

 

 22

as may be necessary, in accordancewith its domestic laws and regulationsregarding the maintenance of booksand records, financial statementdisclosures and accounting andauditing standards, to prohibit the

following acts carried out for thepurpose of committing any of theoffences established in accordancewith this Convention:

tindakan yang diperlukan, sesuaidengan hukum dan peraturannasionalnya menyangkutpenyimpanan buku dan catatan,pengungkapan laporan keuanganserta standar akuntansi dan audit,

untuk melarang perbuatan-perbuatanberikut yang dilakukan untukmelakukan kejahatan yang ditetapkandalam Konvensi ini:

(a) The establishment of off-the-books accounts;

(a) Pembuatan akuntasi pembukuanekstra;

(b) The making of off-the-books orinadequately identifiedtransactions;

(b) Pembuatan transaksi yangdicatat secara kurang jelas atau didalam buku ekstra;

(c) The recording of non-existentexpenditure;

(c) Pencatatan pengeluaran fiktif;

(d) The entry of liabilities withincorrect identification of theirobjects;

(d) Pencatatan hutang denganidentifikasi obyek yang tidakbenar;

(e) The use of false documents; and (e) Penggunaan dokumen palsu; dan

(f) The intentional destruction of

bookkeeping documents earlierthan foreseen by the law.

(f) Perusakan dokumen pembukuan

dengan sengaja lebih awal dariyang ditetapkan oleh undang-undang.

4. Each State Party shall disallow thetax deductibility of expenses thatconstitute bribes, the latter being oneof the constituent elements of theoffences established in accordancewith articles 15 and 16 of thisConvention and, where appropriate,

other expenses incurred infurtherance of corrupt conduct.

4. Negara Pihak wajib tidakmembolehkan pengurangan pajakatas biaya-biaya yang merupakansuap, mengingat suap merupakansatu dari unsur utama kejahatanberdasarkan ketentuan pasal 15 danpasal 16 Konvensi ini serta, jika

dianggap perlu, pengeluaran lainyang yang dikeluarkan untukmelanjutkan perilaku korup.

Article 13

Participation of society

Pasal 13

Partisipasi masyarakat

1. Each State Party shall takeappropriate measures, within itsmeans and in accordance withfundamental principles of its domestic

law, to promote the activeparticipation of individuals and groupsoutside the public sector, such as civilsociety, non-governmentalorganizations and community-basedorganizations, in the prevention ofand the fight against corruption and to

1. Negara Pihak wajib mengambiltindakan-tindakan yang perlu, sesuaikewenangannya dan sesuai denganprinsip-prinsip dasar hukum

nasionalnya, untuk meningkatkanpartisipasi aktif orang-perorangan dankelompok di luar sektor publik, sepertimasyarakat sipil, organisasi non-pemerintah dan organisasikemasyarakatan, dalam pencegahandan pemberantasan korupsi serta

Page 23: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 23/168

 

  23

raise public awareness regarding theexistence, causes and gravity of andthe threat posed by corruption. Thisparticipation should be strengthenedby such measures as:

meningkatkan kesadaran masyarakatakan adanya, penyebab dankegawatan korupsi serta ancamanyang ditimbulkan oleh korupsi.Partisipasi ini harus diperkuat dengantindakan-tindakan seperti:

(a) Enhancing the transparency ofand promoting the contribution ofthe public to decision-makingprocesses;

(a) Meningkatkan transparansi danmendorong kontribusi publik padaproses pengambilan keputusan;

(b) Ensuring that the public haseffective access to information;

(b) Mengusahakan agar publikmemiliki akses yang efektif padainformasi;

(c) Undertaking public information

activities that contribute to non-tolerance of corruption, as well aspublic education programmes,including school and universitycurricula;

(c) Melakukan kegiatan informasi

publik yang menimbulkan sikapnon-toleransi terhadap korupsi,serta program pendidikan publik,meliputi kurikulum sekolah danuniversitas;

(d) Respecting, promoting andprotecting the freedom to seek,receive, publish and disseminateinformation concerning corruption.That freedom may be subject tocertain restrictions, but these shallonly be such as are provided forby law and are necessary:

(d) Menghormati, mendorong danmelindungi kebebasan untukmencari, menerima,mempublikasikan danmenyebarluaskan informasitentang korupsi. Kebebasan itudapat dikenakan pembatasantertentu, akan tetapi hanya sejauhyang ditetapkan dalam undang-undang dan sejauh diperlukan:

(i) For respect of the rights orreputations of others;

i) Untuk menghormati hakatau nama baik pihak lain;

(ii) For the protection of nationalsecurity or

order public or of

public health or morals.

ii) Untuk melindungikeamanan nasional atauketertiban umum ataukesehatan atau moralmasyarakat.

2. Each State Party shall takeappropriate measures to ensure thatthe relevant anti-corruption bodiesreferred to in this Convention areknown to the public and shall provideaccess to such bodies, where

appropriate, for the reporting,including anonymously, of anyincidents that may be considered toconstitute an offence established inaccordance with this Convention.

2. Negara Pihak wajib mengambiltindakan yang perlu untuk menjaminagar badan anti korupsi terkaitsebagaimana dimaksud dalamKonvensi ini diketahui oleh publik danwajib memberikan akses pada badan

tersebut, jika itu perlu, untukpelaporan, termasuk yang tanpanama, atas setiap kejadian yangdapat dianggap merupakan kejahatanmenurut Konvensi ini.

Page 24: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 24/168

 

 24

Article 14

Measures to prevent money-laundering

Pasal 14

Tindakan untuk mencegah pencucianuang

1. Each State Party shall: Negara Pihak wajib :

(a) Institute a comprehensivedomestic regulatory andsupervisory regime for banks andnon-bank financial institutions,including natural or legal personsthat provide formal or informalservices for the transmission ofmoney or value and, whereappropriate, other bodiesparticularly susceptible to money-laundering, within its competence,

in order to deter and detect allforms of money-laundering, whichregime shall emphasizerequirements for customer and,where appropriate, beneficialowner identification, record-keeping and the reporting ofsuspicious transactions;

Membentuk rezim pengaturan danpengawasan internal yangkomprehensif untuk bank danlembaga keuangan non-bank,termasuk orang-perorangan danbadan hukum yang memberikan

 jasa resmi atau takresmipengiriman uang atau nilai dan,

 jika dpandang perlu, badan lainyang khususnya rawan pencucianuang, untuk, di dalam

kewenangannya, menangkal danmendeteksi semua bentukpencucian uang, dan rezimtersebut waiib menekankanmengenai persyaratan baginasabah dan, jika diperlukan,identifikasi penerima hak,pencatatan dan pelaporantransaksi yang mencurigakan;

(b) Without prejudice to article 46 ofthis Convention, ensure thatadministrative, regulatory, lawenforcement and other authoritiesdedicated to combating money-laundering (including, whereappropriate under domestic law,

 judicial authorities) have the abilityto cooperate and exchangeinformation at the national andinternational levels within the

conditions prescribed by itsdomestic law and, to that end,shall consider the establishmentof a financial intelligence unit toserve as a national centre for thecollection, analysis anddissemination of informationregarding potential money-laundering.

Dengan tidak mengurangi ketentuanpasal 46 Konvensi ini,mengusahakan agar badanberwenang di bidang administrasi,regulasi, penegakan hukum danlainnya yang bertugasmemberantas pencucian uang(termasuk badan peradilan, jika ituperlu menurut hukum nasional)memiliki kemampuan untukbekerja sama dan tukar-menukar

informasi di tingkat nasional daninternasional berdasarkanpersyaratan yang ditentukan olehhukum nasional dan, dalamrangka itu, wajibmempertimbangkan pembentukanunit intelijen keuangan yangbertindak sebagai pusat nasionalyang melakukan pengumpulan,analisis, dan penyebarluasaninformasi mengenai pencucian

uang.

2. States Parties shall considerimplementing feasible measures todetect and monitor the movement ofcash and appropriate negotiableinstruments across their borders,

Negara Pihak wajib mempertimbangkanuntuk melakukan tindakan-tindakanyang layak guna mendeteksi danmemantau pergerakan uang tunaidan instrumen surat berharga yang

Page 25: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 25/168

 

  25

subject to safeguards to ensureproper use of information and withoutimpeding in any way the movement oflegitimate capital. Such measuresmay include a requirement thatindividuals and businesses report the

cross-border transfer of substantialquantities of cash and appropriatenegotiable instruments.

melintasi perbatasannya, denganmemperhatikan syarat-syarat bagipenggunaan informasi itu secarawajar serta tanpa menghambatpergerakan modal yang sah.Tindakan-tindakan tersebut dapat

mencakup persyaratan agar orang-perorangan dan badan usahamelaporkan transfer lintas-batas uangtunai dan instrumen sekuritas dalam

 jumlah besar.

3. States Parties shall considerimplementing appropriate andfeasible measures to require financialinstitutions, including moneyremitters:

Negara Pihak wajib mempertimbangkanuntuk melakukan tindakan-tindakanyang wajar dan layak untukmewajibkan lembaga keuangan,termasuk pengirim uang :

(a) To include on forms for theelectronic transfer of funds andrelated messages accurate andmeaningful information on theoriginator;

Untuk di dalam formulir transferelektronik dana dan pesan terkait,mencantumkan informasi yangtepat dan penting mengenai asal-usulnya;

(b) To maintain such informationthroughout the payment chain;and

Untuk menyimpan informasi tersebutdi sepanjang rangkaianpembayaran; dan

(c) To apply enhanced scrutiny totransfers of funds that do notcontain complete information onthe originator.

Untuk menerapkan ketelitian ekstraatas transfer dana yang tidakmencantumkan informasi lengkapmengenai asal-usulnya;

4. In establishing a domestic regulatoryand supervisory regime under theterms of this article, and withoutprejudice to any other article of thisConvention, States Parties are calledupon to use as a guideline therelevant initiatives of regional,interregional and multilateralorganizations against money-laundering.

Dalam membentuk rezim pengaturan danpengawasan nasional berdasarkanketentuan pasal ini, dan denganmemperhatikan pasal lain Konvensiini, Negara Pihak dihimbau untukberpedoman pada prakarsaorganisasi regional, antar-regionaldan multilateral terkait yangmenentang pencucian uang.

5. States Parties shall endeavour todevelop and promote global, regional,subregional and bilateral cooperationamong judicial, law enforcement andfinancial regulatory authorities inorder to combat money-laundering.

Negara Pihak wajib berupayamengembangkan dan mendorongkerja sama global, regional,subregional dan bilateral antarabadan peradilan, regulasi, penegakanhukum dan keuangan untukmemberantas pencucian uang.

Page 26: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 26/168

 

 26

Chapter III

Criminalization and law enforcement

Bab III

Kriminalisasi dan penegakan hukum

Article 15

Bribery of national public officials

Pasal 15

Penyuapan pejabat publik nasional

Each State Party shall adopt suchlegislative and other measures as may benecessary to establish as criminaloffences, when committed intentionally:

Negara Pihak wajib mengambil tindakan-tindakan legislatif dan lainnya yang perluuntuk menetapkan sebagai kejahatan,

 jika dilakukan dengan sengaja:

(a) The promise, offering or giving, to apublic official, directly or indirectly, ofan undue advantage, for the officialhimself or herself or another personor entity, in order that the official actor refrain from acting in the exercise

of his or her official duties;

(a) Janji, tawaran, atau pemberianmanfaat yang tidak semestinyakepada pejabat publik, secaralangsung atau taklangsung, untukpejabat publik itu sendiri atau orangatau badan lain agar pejabat itu

bertindak atau tidak bertindakmelaksanakan tugas resminya;

(b) The solicitation or acceptance by apublic official, directly or indirectly, ofan undue advantage, for the officialhimself or herself or another personor entity, in order that the official actor refrain from acting in the exerciseof his or her official duties.

(b) Permintaan atau penerimaan manfaatyang tidak semestinya oleh pejabatpublik, secara langsung atau tidaklangsung, untuk pejabat itu sendiriatau orang atau badan lain agarpejabat itu bertindak atau tidakbertindak melaksanakan tugasresminya.

Article 16

Bribery of foreign public officials andofficials of public international

organizations

Pasal 16

Penyuapan pejabat publik asing danpejabat organisasi internasional

publik

1. Each State Party shall adopt suchlegislative and other measures asmay be necessary to establish as acriminal offence, when committedintentionally, the promise, offering orgiving to a foreign public official or anofficial of a public internationalorganization, directly or indirectly, ofan undue advantage, for the officialhimself or herself or another personor entity, in order that the official actor refrain from acting in the exerciseof his or her official duties, in order toobtain or retain business or otherundue advantage in relation to the

conduct of international business.

1. Negara Pihak wajib mengambiltindakan-tindakan legislatif danlainnya yang perlu untuk menetapkansebagai kejahatan, jika dilakukandengan sengaja, janji, tawaran ataupemberian manfaat yang tidaksemestinya kepada pejabat publikasing atau pejabat organisasiinternasional publik, secara langsungatau tidak langsung, untuk pejabatpublik itu sendiri atau orang ataubadan lain agar pejabat itu bertindakatau tidak bertindak melaksanakantugas resminya, untuk memperolehataumempertahankan bisnis atau

manfaat lain yang tidak semestinyadalam kaitannya dengan pelaksanaanbisnis internasional.

2. Each State Party shall consideradopting such legislative and othermeasures as may be necessary toestablish as a criminal offence, when

2. Negara Pihak wajibmempertimbangkan untuk mengambiltindakan-tindakan legislatif dan lainyang perlu untuk menetapkan

Page 27: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 27/168

 

  27

committed intentionally, thesolicitation or acceptance by a foreignpublic official or an official of a publicinternational organization, directly orindirectly, of an undue advantage, forthe official himself or herself or

another person or entity, in order thatthe official act or refrain from acting inthe exercise of his or her officialduties.

sebagai kejahatan, jika dilakukandengan sengaja, permintaan ataupenerimaan manfaat yang tidaksemestinya oleh pejabat publik asingatau pejabat organisasi publikinternasional, secara langsung atau

tidak langsung, untuk pejabat itusendiri atau orang atau badan lainagar pejabat itu bertindak atau tidakbertindak melaksanakan tugasresminya.

Article 17

Embezzlement, misappropriation orother diversion of property by a public

official

Pasal 17

Penggelapan, penyalahgunaan, ataupenyimpangan lain kekayaan oleh

pejabat publik

Each State Party shall adopt suchlegislative and other measures as may benecessary to establish as criminaloffences, when committed intentionally,the embezzlement, misappropriation orother diversion by a public official for hisor her benefit or for the benefit of anotherperson or entity, of any property, public orprivate funds or securities or any otherthing of value entrusted to the public

official by virtue of his or her position.

Negara Pihak wajib mengambil tindakan-tindakan legislatif dan lainnya yang perluuntuk menetapkan sebagai kejahatan,

 jika dilakukan dengan sengaja,penggelapan, penyalahgunaan ataupenyimpangan lain oleh pejabat publikuntuk kepentingan sendiri atau untukkepentingan orang atau badan lain,terhadap kekayaan, dana atau sekuritaspublik atau swasta atau barang lain yang

berharga yang dipercayakan kepadanyakarena jabatannya.

Article 18

Trading in influence

Pasal 18

Pemanfaatan pengaruh

Each State Party shall consider adoptingsuch legislative and other measures asmay be necessary to establish ascriminal offences, when committedintentionally:

Negara Pihak wajib mempertimbangkanuntuk mengambil tindakan-tindakanlegislatif dan lainnya yang perlu untukmenetapkan sebagai kejahatan, jikadilakukan dengan sengaja:

(a) The promise, offering or giving to apublic official or any other person,directly or indirectly, of an undueadvantage in order that the publicofficial or the person abuse his or herreal or supposed influence with aview to obtaining from anadministration or public authority ofthe State Party an undue advantagefor the original instigator of the act or

for any other person;

(a) Janji, tawaran atau pemberianmanfaat yang tidak semestinyakepada pejabat publik atau orang lain,secara langsung atau tidak langsung,agar pejabat publik atau orang itumenyalahgunakan pengaruhnya yangada atau yang dianggap ada denganmaksud memperoleh manfaat yangtidak semestinya dari lembagapemerintah atau lembaga publik

Negara Pihak untuk kepentinganpenghasut asli perbuatan itu atauuntuk orang lain;

(b) The solicitation or acceptance by apublic official or any other person,directly or indirectly, of an undueadvantage for himself or herself or for

(b) Permintaan atau penerimaan manfaatyang tidak semestinya oleh pejabatpublik atau orang lain, secaralangsung atau tidak langsung, untuk

Page 28: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 28/168

 

 28

another person in order that thepublic official or the person abuse hisor her real or supposed influence witha view to obtaining from anadministration or public authority ofthe State Party an undue advantage.

dirinya atau untuk orang lain agarpejabat publik atau orang itumenyalahgunaan pengaruhnya yangada atau yang dianggap ada denganmaksud memperoleh manfaat yangtidak semestinya dari lembaga

pemerintah atau lembaga publikNegara Pihak.

Article 19

Abuse of functions

Pasal 19

Penyalahgunaan fungsi

Each State Party shall consider adoptingsuch legislative and other measures asmay be necessary to establish as acriminal offence, when committedintentionally, the abuse of functions or

position, that is, the performance of orfailure to perform an act, in violation oflaws, by a public official in the dischargeof his or her functions, for the purpose ofobtaining an undue advantage for himselfor herself or for another person or entity.

Negara Pihak wajib mempertimbangkanuntuk mengambil tindakan-tindakanlegislatif dan lainnya yang perlu untukmenetapkan sebagai kejahatan, jikadilakukan dengan sengaja,

penyalahgunaan fungsi atau jabatan,dalam arti, melaksanakan atau tidakmelaksanakan suatu perbuatan, yangmelanggar hukum, oleh pejabat publikdalam pelaksanaan tugasya, denganmaksud memperoleh manfaat yang tidaksemestinya untuk dirinya atau untukorang atau badan lain.

Article 20

Illicit enrichment

Pasal 20

Memperkaya diri secara tidak sahSubject to its constitution and thefundamental principles of its legalsystem, each State Party shall consideradopting such legislative and othermeasures as may be necessary toestablish as a criminal offence, whencommitted intentionally, illicit enrichment,that is, a significant increase in the assetsof a public official that he or she cannot

reasonably explain in relation to his orher lawful income.

Dengan memperhatikan konstitusi danprinsip-prinsip dasar sistem hukumnya,Negara Pihak wajib mempertimbangkanuntuk mengambil tindakan-tindakanlegislatif dan lainnya yang perlu untukmenetapkan sebagai kejahatan, jikadilakukan dengan sengaja, perbuatanmemperkaya diri, dalam arti,penambahan besar kekayaan pejabat

publik itu yang tidak dapat secara wajardijelaskannya dalam kaitan denganpenghasilannya yang sah.

Article 21

Bribery in the private sector

Pasal 21

Penyuapan di sektor swasta

Each State Party shall consider adoptingsuch legislative and other measures asmay be necessary to establish ascriminal offences, when committed

intentionally in the course of economic,financial or commercial activities:

Negara Pihak wajib mempertimbangkanuntuk mengambil tindakan-tindakanlegislatif dan lainnya yang perlu untukmenetapkan sebagai kejahatan, jika

dilakukan dengan sengaja dalam rangkakegiatan ekonomi, keuangan atauperdagangan:

(a) The promise, offering or giving,directly or indirectly, of an undueadvantage to any person who directsor works, in any capacity, for a private

(a) Janji, penawaran atau pemberian,secara langsung atau tidak langsung,manfaat manfaat yang tidaksemestinya kepada orang yang

Page 29: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 29/168

 

  29

sector entity, for the person himself orherself or for another person, in orderthat he or she, in breach of his or herduties, act or refrain from acting;

memimpin atau bekerja, dalam jabatan apapun, untuk badan sektorswasta, untuk dirinya atau untukorang lain, agar ia, dengan melanggartugasnya, bertindak atau tidakbertindak;

(b) The solicitation or acceptance,directly or indirectly, of an undueadvantage by any person who directsor works, in any capacity, for a privatesector entity, for the person himself orherself or for another person, in orderthat he or she, in breach of his or herduties, act or refrain from acting.

(b) Permintaan atau penerimaan, secaralangsung atau tidak langsung,manfaat yang tidak semestinya olehorang yang memimpin atau bekerja,dalam jabatan apapun, di badansektor swasta, untuk dirinya atauuntuk orang lain, agar ia, denganmelanggar tugasnya, bertindak atautidak bertindak.

Article 22

Embezzlement of property in theprivate sector

Pasal 22

Penggelapan kekayaan di sektorswasta

Each State Party shall consider adoptingsuch legislative and other measures asmay be necessary to establish as acriminal offence, when committedintentionally in the course of economic,financial or commercial activities,embezzlement by a person who directsor works, in any capacity, in a privatesector entity of any property, privatefunds or securities or any other thing ofvalue entrusted to him or her by virtue ofhis or her position.

Negara Pihak wajib mempertimbangkanuntuk mengambil tindakan-tindakanlegislatif dan lainnya yang perlu untukmenetapkan sebagai kejahatan, jikadilakukan dengan sengaja, dalam rangkakegiatan ekonomi, keuangan atauperdagangan, penggelapan oleh orangyang memimpin atau bekerja, dalam

 jabatan apapun, di badan sektor swasta,terhadap kekayaan, dana atau sekuritasswasta atau barang lain yang berhargayang dipercayakan kepadanya karena

 jabatannya.

Article 23

Laundering of proceeds of crime

Pasal 23

Pencucian hasil kejahatan

1. Each State Party shall adopt, inaccordance with fundamentalprinciples of its domestic law, suchlegislative and other measures asmay be necessary to establish ascriminal offences, when committedintentionally:

1. Negara Pihak wajib mengambil,sesuai dengan prinsip-prinsip dasarhukum nasionalnya, tindakan-tindakan legislatif dan lainnya yangperlu untuk menetapkan sebagaikejahatan, jika dilakukan dengansengaja:

(a) (i) The conversion or transfer ofproperty, knowing that suchproperty is the proceeds of

crime, for the purpose ofconcealing or disguising theillicit origin of the property orof helping any person who isinvolved in the commission ofthe predicate offence to evadethe legal consequences of his

(a)(i) Konversi atau transferkekayaan, padahalmengetahui bahwa kekayaan

tersebut adalah hasilkejahatan, dengan maksudmenyembunyikan ataumenyamarkan asal-usul tidaksah kekayaan itu ataumembantu orang yang terlibatdalam pelaksanaan kejahatanasal untuk menghindari

Page 30: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 30/168

 

 30

or her action; konsekuensi hukumperbuatannya.

(ii) The concealment or disguiseof the true nature, source,location, disposition,

movement or ownership of orrights with respect to property,knowing that such property isthe proceeds of crime;

(ii) Penyembunyian ataupenyamaran sifat sebenarnya,sumber, lokasi, pelepasan,

pergerakan atau pemilikanatau hak yang berkenaandengan kekayaan, padahalmengetahui bahwa kekayaanitu adalah hasil kejahatan;

(b) Subject to the basic concepts of itslegal system:

(b) Dengan memperhatikankonsep dasar sistem hukumnya:

(i) The acquisition, possession oruse of property, knowing, at

the time of receipt, that suchproperty is the proceeds ofcrime;

(i)Perolehan, pemilikan ataupenggunaan kekayaan,

padahal mengetahui, padawaktu menerimanya, bahwakekayaan itu adalah hasilkejahatan;

(ii) Participation in, associationwith or conspiracy to commit,attempts to commit and aiding,abetting, facilitating andcounseling the commission ofany of the offences

established in accordance withthis article.

(ii)Partisipasi dalam, hubungandengan ataupersekongkolan untukmelakukan, percobaanuntuk melakukan danmembantu, memfasilitasi

dan menganjurkanpelaksanaan kejahatanmenurut pasal ini;

2. For purposes of implementing orapplying paragraph 1 of this article:

2. Untuk melaksanakan ataumenerapkan ketentuan ayat 1:

(a) Each State Party shall seek toapply paragraph 1 of this articleto the widest range of predicate

offences;

(a) Negara Pihak wajib berusahamenerapkan ketentuan ayat 1dalam arti seluas-luasnya

kejahatan asal;

(b) Each State Party shall includeas predicate offences at aminimum a comprehensiverange of criminal offencesestablished in accordance withthis Convention;

(b) Negara Pihak wajib memasukkansebagai kejahatan asal sekurang-kurangnya suatu rangkaiankomprehensif kejahatan menurutKonvensi ini;

(c) For the purposes ofsubparagraph (b) above,

predicate offences shall includeoffences committed both withinand outside the jurisdiction ofthe State Party in question.However, offences committedoutside the jurisdiction of a StateParty shall constitute predicateoffences only when the relevant

(c) Untuk maksud sub-ayat (b) diatas, kejahatan asal meliputi

kejahatan yang dilakukan didalam dan di luar yurisdiksiNegara Pihak yang bersangkutan.Namun, kejahatan yang dilakukandi luar yurisdiksi Negara Pihakmerupakan kejahatan asal hanya

 jika perbuatan yang bersangkutanmerupakan kejahatan menurut

Page 31: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 31/168

 

  31

conduct is a criminal offenceunder the domestic law of theState where it is committed andwould be a criminal offenceunder the domestic law of theState Party implementing or

applying this article had it beencommitted there;

hukum nasional Negara tempatperbuatan dilakukan danmerupakan kejahatan menuruthukum nasional Negara Pihakyang melaksanakan ataumenerapkan pasal ini seandainya

perbuatan tersebut dilakukan diNegara Pihak itu.

(d) Each State Party shall furnishcopies of its laws that give effectto this article and of anysubsequent changes to suchlaws or a description thereof tothe Secretary-General of theUnited Nations;

(d) Negara Pihak wajib menyerahkansalinan undang-undang yangmenerapkan pasal ini danperubahan undang-undang ituatau keterangan mengenai hal itukepada Sekretaris JenderalPerserikatan Bangsa-Bangsa;

(e) If required by fundamentalprinciples of the domestic law ofa State Party, it may beprovided that the offences setforth in paragraph 1 of thisarticle do not apply to thepersons who committed thepredicate offence.

(e) Jika diwajibkan oleh prinsip-prinsip dasar hukum nasionalsuatu Negara Pihak, dapatditentukan bahwa kejahatansebagaimana dimaksud pada ayat1 tidak berlaku bagi orang yangmelakukan kejahatan asal.

Article 24

Concealment

Pasal 24

PenyembunyianWithout prejudice to the provisions ofarticle 23 of this Convention, each StateParty shall consider adopting suchlegislative and other measures as may benecessary to establish as a criminaloffence, when committed intentionallyafter the commission of any of theoffences established in accordance withthis Convention without havingparticipated in such offences, theconcealment or continued retention ofproperty when the person involved knowsthat such property is the result of any ofthe offences established in accordancewith this Convention.

Dengan memperhatikan ketentuan pasal23 Konvensi ini, Negara Pihak wajibmempertimbangkan untuk mengambiltindakan-tindakan legislatif dan lainnyayang perlu untuk menetapkan sebagaikejahatan, jika dilakukan dengan sengajasetelah kejahatan dilakukan sesuaidengan Konvensi ini tanpa berpartisipasidalam kejahatan tersebut,penyembunyian atau penahanan terus-menerus kekayaan jika orang yangterlibat mengetahui bahwa kekayaan ituadalah hasil dari kejahatan menurutKonvensi ini.

Article 25

Obstruction of justice

Pasal 25

Penghalangan peradilan

Each State Party shall adopt suchlegislative and other measures as may be

necessary to establish as criminaloffences, when committed intentionally:

Negara Pihak wajib mengambil tindakan-tindakan legislatif dan lainnya yang perlu

untuk menetapkan sebagai kejahatan, jika dilakukan dengan sengaja:

(a) The use of physical force, threats orintimidation or the promise, offeringor giving of an undue advantage toinduce false testimony or to interfere

(a) Penggunaan kekuatan fisik, ancamanatau intimidasi atau janji, tawaranatau pemberian manfaat yang tidaksemestinya untuk memberikan

Page 32: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 32/168

 

 32

in the giving of testimony or theproduction of evidence in aproceeding in relation to thecommission of offences establishedin accordance with this Convention;

kesaksian palsu atau untukmencampuri pemberian kesaksianatau pengajuan bukti dalam proseshukum yang berkaitan denganpelaksanaan kejahatan menurutKonvensi ini;

(b) The use of physical force, threats orintimidation to interfere with theexercise of official duties by a justiceor law enforcement official in relationto the commission of offencesestablished in accordance with thisConvention. Nothing in thissubparagraph shall prejudice theright of States Parties to havelegislation that protects other

categories of public official.

(b) Penggunaan kekuatan fisik,ancaman, intimidasi untukmencampuri pelaksanaan tugas resmipejabat peradilan atau penegakanhukum yang berkaitan denganpelaksanaan kejahatan menurutKonvensi ini. Ketentuan sub-ayat initidak mengurangi hak Negara Pihakuntuk mempunyai peraturanperundang-undangan yang

melindungi kelompok pejabat publiklain.

Article 26

Liability of legal persons

Pasal 26

Tanggung jawab badan hukum

1. Each State Party shall adopt suchmeasures as may be necessary,consistent with its legal principles, toestablish the liability of legal personsfor participation in the offencesestablished in accordance with thisConvention.

1. Negara Pihak wajib mengambiltindakan-tindakan yang perlu, sesuaidengan prinsip-prinsip hukumnya,untuk menetapkan tanggung jawabbadan hukum yang berpartisipasidalam kejahatan menurut Konvensiini.

2. Subject to the legal principles of theState Party, the liability of legalpersons may be criminal, civil oradministrative.

2. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip hukum Negara Pihak,tanggung jawab badan hukum dapatbersifat pidana, perdata atauadministratif.

3. Such liability shall be withoutprejudice to the criminal liability of thenatural persons who have committedthe offences.

3. Tanggung jawab tersebut tidakmengurangi tanggung jawab pidanaorang-perorangan yang melakukankejahatan.

4. Each State Party shall, in particular,ensure that legal persons held liablein accordance with this article aresubject to effective, proportionate anddissuasive criminal or non-criminalsanctions, including monetarysanctions.

4. Negara Pihak wajib, pada khususnya,mengusahakan agar badan hukumyang bertanggungjawab menurutpasal ini dikenakan sanksi pidanaatau non-pidana yang efektif,proporsional dan bersifat larangan,termasuk sanksi keuangan.

Article 27

Participation and attempt

Pasal 27

Partisipasi dan percobaan

1. Each State Party shall adopt suchlegislative and other measures asmay be necessary to establish as acriminal offence, in accordance with

1. Negara Pihak wajib mengambiltindakan-tindakan legislatif danlainnya yang perlu untuk menetapkansebagai kejahatan, sesuai dengan

Page 33: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 33/168

 

  33

its domestic law, participation in anycapacity such as an accomplice,assistant or instigator in an offenceestablished in accordance with thisConvention.

hukum nasionalnya, partisipasi dalamkapasitas apa pun seperti kakitangan,pembantu atau penghasut dalamkejahatan menurut Konvensi ini.

2. Each State Party may adopt suchlegislative and other measures asmay be necessary to establish as acriminal offence, in accordance withits domestic law, any attempt tocommit an offence established inaccordance with this Convention.

2. Negara Pihak dapat mengambiltindakan-tindakan legislatif danlainnya yang perlu untuk menetapkansebagai kejahatan, sesuai denganhukum nasionalnya, percobaan untukmelakukan kejahatan menurutKonvensi ini.

3. Each State Party may adopt suchlegislative and other measures asmay be necessary to establish as a

criminal offence, in accordance withits domestic law, the preparation foran offence established in accordancewith this Convention.

3. Negara Pihak dapat mengambiltindakan-tindakan legislatif danlainnya yang perlu untuk menetapkan

sebagai kejahatan, sesuai denganhukum nasionalnya, persiapankejahatan menurut Konvensi ini.

Article 28

Knowledge, intent and purpose aselements of an offence

Pasal 28

Pengetahuan, maksud dan tujuansebagai unsur kejahatan

Knowledge, intent or purpose required asan element of an offence established in

accordance with this Convention may beinferred from objective factualcircumstances.

Pengetahuan, maksud dan tujuan yangdipersyaratkan sebagai unsur dari

kejahatan menurut Konvensi ini dapatdisimpulkan dari hal-hal nyata yangobjektif.

Article 29

Statute of limitations

Pasal 29

Kadaluarsa

Each State Party shall, whereappropriate, establish under its domesticlaw a long statute of limitations period inwhich to commence proceedings for any

offence established in accordance withthis Convention and establish a longerstatute of limitations period or provide forthe suspension of the statute oflimitations where the alleged offender hasevaded the administration of justice.

Negara Pihak wajib, jika dipandang perlu,menetapkan di dalam hukumnasionalnya, jangka waktu kadaluarsayang lama bagi pelaksanaan proses

terhadap kejahatan menurut Konvensi inidan menetapkan jangka waktukadaluarsa yang lebih lama ataumengatur penundaan kadaluarsa jikatersangka pelaku telah menghindar dariproses peradilan.

Article 30

Prosecution, adjudication andsanctions

Pasal 30

Penuntutan, Pemeriksaan diPengadilan dan Sanksi

1. Each State Party shall make thecommission of an offence establishedin accordance with this Conventionliable to sanctions that take intoaccount the gravity of that offence.

1. Negara Pihak wajib mengenakansanksi terhadap pelaksanaankejahatan menurut Konvensi inidengan memperhatikan beratringannya kejahatan.

2. Each State Party shall take such 2. Negara Pihak wajib mengambil

Page 34: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 34/168

 

 34

measures as may be necessary toestablish or maintain, in accordancewith its legal system andconstitutional principles, anappropriate balance between anyimmunities or jurisdictional privileges

accorded to its public officials for theperformance of their functions and thepossibility, when necessary, ofeffectively investigating, prosecutingand adjudicating offences establishedin accordance with this Convention.

tindakan-tindakan yang perlu untukmenetapkan atau mempertahankan,sesuai dengan sistem hukum danprinsip-prinsip konstitusinya,perimbangan yang wajar antarakekebalan atau hak istimewa

yurisdiksi yang diberikan kepadapejabat publiknya untukmelaksanakan fungsinya dankemungkinan, jika diperlukan, untukmenyidik, menuntut dan mengadilikejahatan menurut Konvensi ini.

3. Each State Party shall endeavour toensure that any discretionary legalpowers under its domestic lawrelating to the prosecution of persons

for offences established inaccordance with this Convention areexercised to maximize theeffectiveness of law enforcementmeasures in respect of those offencesand with due regard to the need todeter the commission of suchoffences.

3. Negara Pihak wajib mengupayakanagar setiap kewenangan hukumdiskresioner dalam hukumnasionalnya menyangkut penuntutan

terhadap orang atas kejahatanmenurut Konvensi ini dilaksanakanuntuk memaksimalkan keefektivantindakan penegakan hukum terhadapkejahatan tersebut dan denganmemperhatikan kebutuhan untukmenangkal terjadinya kejahatan.

4. In the case of offences established inaccordance with this Convention,

each State Party shall takeappropriate measures, in accordancewith its domestic law and with dueregard to the rights of the defense, toseek to ensure that conditionsimposed in connection with decisionson release pending trial or appealtake into consideration the need toensure the presence of the defendantat subsequent criminal proceedings.

4. Menyangkut kejahatan menurutKonvensi ini, Negara Pihak wajib

mengambil tindakan yang perlu,sesuai dengan hukum nasionalnyadan dengan memperhatikan hakpembelaan, agar persyaratan yangdikenakan dalam kaitan denganputusan tentang pelepasan sebelumpemeriksaan pengadilan ataubanding, ditetapkan denganmemperhatikan kebutuhan untukmenjamin kehadiran terdakwa pada

proses pidana selanjutnya.

5. Each State Party shall take intoaccount the gravity of the offencesconcerned when considering theeventuality of early release or paroleof persons convicted of suchoffences.

5. Negara Pihak wajibmempertimbangkan berat-ringannyakejahatan yang bersangkutan ketikamempertimbangkan saat bagipelepasan lebih awal ataupembebasan bersyarat bagi orangyang dihukum karena kejahatantersebut.

6. Each State Party, to the extentconsistent with the fundamentalprinciples of its legal system, shallconsider establishing proceduresthrough which a public officialaccused of an offence established inaccordance with this Convention may,where appropriate, be removed,

6. Negara Pihak, sepanjang sesuaidengan prinsip-prinsip dasar sistemhukumnya, wajib mempertimbangkanuntuk menetapkan tata cara bagipejabat publik yang didakwa ataskejahatan menurut Konvensi iniuntuk, jika dipandang perlu,diberhentikan, diberhentikan

Page 35: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 35/168

 

  35

suspended or reassigned by theappropriate authority, bearing in mindrespect for the principle of thepresumption of innocence.

sementara atau dialih-tugaskan olehpejabat yang berwenang, denganmemperhatikan prinsip praduga takbersalah.

7. Where warranted by the gravity of the

offence, each State Party, to theextent consistent with thefundamental principles of its legalsystem, shall consider establishingprocedures for the disqualification, bycourt order or any other appropriatemeans, for a period of timedetermined by its domestic law, ofpersons convicted of offencesestablished in accordance with thisConvention from:

7. Dengan memperhatikan beratnya

kejahatan, Negara Pihak, sepanjangtidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukumnya, wajibmempertimbangkan untukmenetapkan dengan perintahpengadilan atau cara lain yangsesuai, untuk jangka waktu yangditentukan oleh hukum nasionalnya,tata cara yang tidak membolehkanorang yang dihukum karenakejahatan menurut Konvensi ini

untuk:

(a) Holding public office; and (a) Memegang jabatan publik; dan

(b) Holding office in an enterpriseowned in whole or in part by theState.

(b) Memegang jabatan dalamperusahaan yang dimilikiseluruhnya atau sebagiannya olehNegara.

8. Paragraph 1 of this article shall bewithout prejudice to the exercise of

disciplinary powers by the competentauthorities against civil servants.

8. Ketentuan sebagaimana dimaksudpada ayat 1 tidak mengurangi

pelaksanaan kewenangan disiplinerterhadap pegawai sipil oleh pejabatyang berwenang.

9. Nothing contained in this Conventionshall affect the principle that thedescription of the offencesestablished in accordance with thisConvention and of the applicablelegal defenses or other legalprinciples controlling the lawfulness ofconduct is reserved to the domesticlaw of a State Party and that suchoffences shall be prosecuted andpunished in accordance with that law.

9. Ketentuan Konvensi ini tidakmempengaruhi prinsip bahwa uraiantentang kejahatan menurut Konvensiini dan pembelaan hukum yangberlaku atau prinsip hukum lainnyayang mengatur keabsahan perilakutunduk pada hukum nasional NegaraPihak dan bahwa kejahatan tersebutakan dituntut dan dihukum sesuaidengan hukum itu.

10. States Parties shall endeavour topromote the reintegration into societyof persons convicted of offencesestablished in accordance with thisConvention.

10. Negara Pihak wajib berupaya untukmeningkatkan pemasyarakatan-kembali orang yang dihukum karenakejahatan menurut Konvensi ini.

Article 31

Freezing, seizure and confiscation

Pasal 31

Pembekuan, penyitaan danperampasan

1. Each State Party shall take, to thegreatest extent possible within itsdomestic legal system, suchmeasures as may be necessary to

1. Negara Pihak wajib mengambil,sepanjang dimungkinkan dalamsistem hukum nasionalnya, tindakan-tindakan yang perlu untuk

Page 36: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 36/168

 

 36

enable confiscation of: memungkinkan perampasan:

(a) Proceeds of crime derived fromoffences established inaccordance with this Conventionor property the value of which

corresponds to that of suchproceeds;

(a) Hasil kejahatan yang berasal darikejahatan menurut Konvensi iniatau kekayaan yang nilainyasetara dengan hasil kejahatan itu;

(b) Property, equipment or otherinstrumentalities used in ordestined for use in offencesestablished in accordance withthis Convention.

(b) Kekayaan, peralatan atau saranalain yang digunakan ataudimaksudkan untuk digunakanuntuk kejahatan menurutKonvensi ini.

2. Each State Party shall take suchmeasures as may be necessary to

enable the identification, tracing,freezing or seizure of any itemreferred to in paragraph 1 of thisarticle for the purpose of eventualconfiscation.

2. Negara Pihak wajib mengambiltindakan-tindakan yang perlu untuk

mengidentifikasi, melacak,membekukan atau menyita setiapbarang sebagaimana dimaksud padaayat 1 untuk tujuan perampasan.

3. Each State Party shall adopt, inaccordance with its domestic law,such legislative and other measuresas may be necessary to regulate theadministration by the competent

authorities of frozen, seized orconfiscated property covered inparagraphs 1 and 2 of this article.

3. Negara Pihak wajib mengambil,sesuai dengan hukum nasionalnya,tindakan-tindakan legislatif danlainnya yang perlu untuk mengaturpengadministrasian oleh pejabat yang

berwenang atas kekayaan yangdibekukan, disita atau dirampassebagaimana dimaksud pada ayat 1dan ayat 2.

4. If such proceeds of crime have beentransformed or converted, in part or infull, into other property, such propertyshall be liable to the measuresreferred to in this article instead of theproceeds.

4. Jika hasil kejahatan telah diubah ataudikonversi, sebagiannya atauseluruhnya, ke dalam kekayaan lain,maka sebagai gantinya, kekayaantersebut wajib dikenakan tindakan-tindakan sebagaimana dimaksuddalam pasal ini.

5. If such proceeds of crime have beenintermingled with property acquiredfrom legitimate sources, suchproperty shall, without prejudice toany powers relating to freezing orseizure, be liable to confiscation up tothe assessed value of theintermingled proceeds.

5. Jika hasil kejahatan telah bercampurdengan kekayaan yang diperoleh darisumber-sumber yang sah, makadengan tidak mengurangikewenangan yang berkaitan denganpembekuan atau penyitaan, kekayaantersebut wajib dikenakan perampasansampai nilai perkiraan dari hasil

kejahatan yang dicampur tersebut.

6. Income or other benefits derived fromsuch proceeds of crime, from propertyinto which such proceeds of crimehave been transformed or convertedor from property with which suchproceeds of crime have been

6. Pendapatan atau manfaat lain yangberasal dari hasil kejahatan, darikekayaan yang berasal dariperubahan atau konversi hasilkejahatan atau dari kekayaan yangtelah bercampur dengan hasil

Page 37: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 37/168

 

  37

intermingled shall also be liable to themeasures referred to in this article, inthe same manner and to the sameextent as proceeds of crime.

kejahatan, wajib juga dikenakantindakan-tindakan sebagaimanadimaksud dalam pasal ini, dengancara dan lingkup yang sama sepertihasil kejahatan.

7. For the purpose of this article andarticle 55 of this Convention, eachState Party shall empower its courtsor other competent authorities toorder that bank, financial orcommercial records be madeavailable or seized. A State Partyshall not decline to act under theprovisions of this paragraph on theground of bank secrecy.

7. Untuk melaksanakan pasal ini danpasal 55 Konvensi ini, Negara Pihakwajib memberikan kewenangankepada pengadilan atau badanberwenangnya yang lain untukmemerintahkan agar dokumen bank,keuangan atau perusahaan diberikanatau disita. Negara Pihak tidak bolehmenolak melaksanakan ketentuanpasal ini dengan alasan kerahasianbank.

8. States Parties may consider thepossibility of requiring that an offenderdemonstrate the lawful origin of suchalleged proceeds of crime or otherproperty liable to confiscation, to theextent that such a requirement isconsistent with the fundamentalprinciples of their domestic law andwith the nature of judicial and other

proceedings.

8. Negara Pihak dapatmempertimbangkan kemungkinanuntuk mewajibkan pelaku untukmenunjukkan kesyahan asal-usul dariapa yang diduga sebagai hasilkejahatan atau kekayaan lain yangdikenakan perampasan, sepanjangkewajiban tersebut sesuai denganprinsip-prinsip dasar hukum

nasionalnya dan dengan prosespengadilan dan proses lainnya.

9. The provisions of this article shall notbe so construed as to prejudice therights of bona fide third parties.

9. Ketentuan pasal ini tidak bolehmerugikan hak pihak ketiga yangberitikad baik.

10. Nothing contained in this article shallaffect the principle that the measuresto which it refers shall be defined andimplemented in accordance with and

subject to the provisions of thedomestic law of a State Party.

10. Ketentuan pasal ini tidakmempengaruhi prinsip bahwatindakan-tindakan sebagaimanadimaksud dalam pasal ini diartikan

dan dilaksanakan sesuai dengan dantunduk pada ketentuan-ketentuanhukum nasional Negara Pihak.

Article 32

Protection of witnesses, experts andvictims

Pasal 32

Perlindungan saksi, ahli dan korban

1. Each State Party shall takeappropriate measures in accordancewith its domestic legal system and

within its means to provide effectiveprotection from potential retaliation orintimidation for witnesses and expertswho give testimony concerningoffences established in accordancewith this Convention and, asappropriate, for their relatives and

1. Negara Pihak wajib mengambiltindakan-tindakan yang perlu sesuaidengan sistem hukum nasionalnya

dan kemampuannya, untukmemberikan perlindungan yangefektif terhadap kemungkinanpembalasan atau intimidasi, bagisaksi dan ahli yang memberikankesaksian mengenai kejahatanmenurut Konvensi ini dan, sepanjangperlu, bagi keluarganya serta orang-

Page 38: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 38/168

 

 38

other persons close to them. orang lain yang dekat dengannya.

2. The measures envisaged inparagraph 1 of this article mayinclude, inter alia, without prejudice tothe rights of the defendant, including

the right to due process:

2. Tindakan-tindakan sebagaimanadimaksud pada ayat 1 dapat, denganmemperhatikan hak terdakwatermasuk haknya atas proses hukum,

meliputi, antara lain:

(a) Establishing procedures for thephysical protection of suchpersons, such as, to the extentnecessary and feasible, relocatingthem and permitting, whereappropriate, non-disclosure orlimitations on the disclosure ofinformation concerning the identityand whereabouts of such persons;

(a) Menetapkan tatacaraperlindungan fisik bagi orangdengan, sepanjang perlu danlayak, memindahkannya ketempat lain dan, sepanjang perlu,tidak mengizinkan pengungkapanatau membatasi pengungkapaninformasi mengenai identitas dankeberadaan orang tersebut;

(b) Providing evidentiary rules topermit witnesses and experts togive testimony in a manner thatensures the safety of suchpersons, such as permittingtestimony to be given through theuse of communicationstechnology such as video or otheradequate means.

(b) Membuat aturan pembuktian yangmemungkinkan saksi dan ahlimemberikan kesaksian dengancara yang menjaminkeselamatannya, sepertikesaksian yang diberikan melaluiteknologi komunikasi seperti videoatau sarana lain yang sesuai.

3. States Parties shall consider enteringinto agreements or arrangements withother States for the relocation ofpersons referred to in paragraph 1 ofthis article.

3. Negara Pihak wajibmempertimbangkan untukmengadakan perjanjian ataupengaturan dengan Negara lain untukpemindahan orang sebagaimanadimaksud pada ayat 1.

4. The provisions of this article shall alsoapply to victims insofar as they arewitnesses.

4. Ketentuan pasal ini berlaku juga bagikorban sepanjang ia menjadi saksi.

5. Each State Party shall, subject to itsdomestic law, enable the views andconcerns of victims to be presentedand considered at appropriate stagesof criminal proceedings againstoffenders in a manner not prejudicialto the rights of the defense.

5. Negara Pihak wajib, berdasarkanhukum nasionalnya, memungkinkanpendapat dan kekuatiran korbandikemukakan dan dipertimbangkanpada tahap yang sesuai di dalamproses pidana terhadap pelakudengan cara yang tidak mengabaikanhak pembelaan.

Article 33

Protection of reporting persons

Pasal 33

Perlindungan pelaporEach State Party shall considerincorporating into its domestic legalsystem appropriate measures to provideprotection against any unjustifiedtreatment for any person who reports ingood faith and on reasonable grounds tothe competent authorities any facts

Negara Pihak wajib mempertimbangkanuntuk memasukkan ke dalam sistemhukum nasionalnya tindakan-tindakanyang perlu untuk memberikanperlindungan terhadap perlakuan yangtidak adil bagi orang yang melaporkandengan itikat baik dan dengan alasan-

Page 39: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 39/168

 

  39

concerning offences established inaccordance with this Convention.

alasan yang wajar kepada pihak yangberwenang fakta-fakta mengenaikejahatan menurut Konvensi ini.

Article 34

Consequences of acts of corruption

Pasal 34

Akibat tindakan korupsi

With due regard to the rights of thirdparties acquired in good faith, each StateParty shall take measures, in accordancewith the fundamental principles of itsdomestic law, to address consequencesof corruption. In this context, StatesParties may consider corruption arelevant factor in legal proceedings toannul or rescind a contract, withdraw aconcession or other similar instrument or

take any other remedial action.

Dengan memperhatikan hak-hak pihakketiga yang diperoleh dengan itikat baik,Negara Pihak wajib mengambil tindakan-tindakan, sesuai dengan prinsip-prinsipdasar hukum nasionalnya, untukmengatasi akibat-akibat korupsi. Dalamkaitan ini, Negara Pihak dapatmempertimbangkan korupsi sebagaifaktor yang relevan dalam proses hukumuntuk membatalkan atau meniadakan

kontrak, mencabut konsesi atauinstrumen lain yang sama ataumengambil tindakan pemulihan lain.

Article 35

Compensation for damage

Pasal 35

Kompensasi kerugian

Each State Party shall take suchmeasures as may be necessary, inaccordance with principles of its domesticlaw, to ensure that entities or persons

who have suffered damage as a result ofan act of corruption have the right toinitiate legal proceedings against thoseresponsible for that damage in order toobtain compensation.

Negara Pihak wajib mengambil tindakan-tindakan yang perlu, sesuai denganprinsip-prinsip hukum nasionalnya, untukmenjamin agar badan atau orang yang

menderita kerugian sebagai akibat dariperbuatan korupsi mempunyai hak untukmengajukan tuntutan hukum terhadapmereka yang bertanggung jawab ataskerugian itu untuk memperolehkompensasi.

Article 36

Specialized authorities

Pasal 36

Badan khusus

Each State Party shall, in accordancewith the fundamental principles of itslegal system, ensure the existence of abody or bodies or persons specialized incombating corruption through lawenforcement. Such body or bodies orpersons shall be granted the necessaryindependence, in accordance with thefundamental principles of the legalsystem of the State Party, to be able tocarry out their functions effectively and

without any undue influence. Suchpersons or staff of such body or bodiesshould have the appropriate training andresources to carry out their tasks.

Negara Pihak wajib, sesuai denganprinsip-prinsip dasar sistem hukumnya,menjamin adanya badan atau badan-badan atau orang-orang khusus untukmemberantas korupsi melalui penegakanhukum. Badan atau badan-badan atauorang-orang tersebut harus diberikankemandirian yang diperlukan, sesuaidengan prinsip-prinsip sistem hukumNegara Pihak, agar dapat melaksanakanfungsi-fungsi mereka secara efektif dan

tanpa pengaruh yang tidak semestinya.Orang-orang atau staf dari badan ataubadan-badan tersebut harus memilikipelatihan dan sumber-daya yangmemadai untuk melaksanakan tugas-tugas mereka.

Page 40: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 40/168

 

 40

Article 37

Cooperation with law enforcementauthorities

Pasal 37

Kerja sama dengan badan penegakanhukum

1. Each State Party shall takeappropriate measures to encourage

persons who participate or who haveparticipated in the commission of anoffence established in accordancewith this Convention to supplyinformation useful to competentauthorities for investigative andevidentiary purposes and to providefactual, specific help to competentauthorities that may contribute todepriving offenders of the proceeds ofcrime and to recovering suchproceeds.

1. Negara Pihak wajib mengambiltindakan-tindakan yang perlu untuk

mendorong orang yang berpartisipasiatau telah berpartisipasi dalampelaksanaan suatu kejahatanmenurut Konvensi ini untuk memberiinformasi yang berguna kepadabadan yang berwenang untuk tujuanpenyidikan dan pembuktian sertamemberikan bantuan yang nyata dankhusus kepada badan yangberwenang untuk melepaskan hasilkejahatan dari pelaku kejahatan danmengambil hasil itu.

2. Each State Party shall considerproviding for the possibility, inappropriate cases, of mitigatingpunishment of an accused personwho provides substantial cooperationin the investigation or prosecution ofan offence established in accordancewith this Convention.

2. Negara Pihak wajibmempertimbangkan untukmemberikan kemungkinan, dalamkasus tertentu, untuk mengurangihukuman terdakwa yang memberikankerja sama yang penting dalampenyidikan atau penuntutan kejahatanmenurut Konvensi ini.

3. Each State Party shall considerproviding for the possibility, inaccordance with fundamentalprinciples of its domestic law, ofgranting immunity from prosecution toa person who provides substantialcooperation in the investigation orprosecution of an offence establishedin accordance with this Convention.

3. Negara Pihak wajibmempertimbangkan untukmemberikan peluang, sesuai denganprinsip-prinsip dasar hukumnasionalnya, untuk memberikankekebalan terhadap penuntutankepada orang yang menunjukkankerja sama yang penting dalampenyidikan atau penuntutan kejahatanmenurut Konvensi ini.

4. Protection of such persons shall be,mutatis mutandis, as provided for inarticle 32 of this Convention.

4. Perlindungan bagi orang tersebutwajib diberikan, mutatis mutandis,sebagaimana diatur dalam pasal 32Konvensi ini.

5. Where a person referred to inparagraph 1 of this article located inone State Party can providesubstantial cooperation to thecompetent authorities of another

State Party, the States Partiesconcerned may consider entering intoagreements or arrangements, inaccordance with their domestic law,concerning the potential provision bythe other State Party of the treatmentset forth in paragraphs 2 and 3 of this

5. Jika orang sebagaimana dimaksudpada ayat 1 yang berada di suatuNegara Pihak dapat memberikankerja sama yang penting kepadapejabat yang berwenang dari Negara

Pihak lain, maka Negara-NegaraPihak tersebut dapatmempertimbangkan untukmengadakan perjanjian ataupengaturan, sesuai dengan hukumnasional masing-masing, mengenaikemungkinan pemberian perlakuansebagaimana dimaksud pada ayat 2

Page 41: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 41/168

 

  41

article. dan ayat 3.

Article 38

Cooperation between nationalauthorities

Pasal 38

Kerjasama antara badan nasionalyang berwenang

Each State Party shall take suchmeasures as may be necessary toencourage, in accordance with itsdomestic law, cooperation between, onthe one hand, its public authorities, aswell as its public officials, and, on theother hand, its authorities responsible forinvestigating and prosecuting criminaloffences. Such cooperation may include:

Negara Pihak wajib mengambil tindakan-tindakan yang perlu untuk mendorong,sesuai dengan hukum nasionalnya, kerjasama antara, di satu pihak, badanberwenangnya serta pejabat publiknya,dan, di lain pihak, badan berwenangnyayang bertanggung jawab atas penyidikandan penuntutan kejahatan. Kerja samatersebut dapat meliputi :

(a) Informing the latter authorities, on

their own initiative, where there arereasonable grounds to believe thatany of the offences established inaccordance with articles 15, 21 and23 of this Convention has beencommitted; or

(a) Memberikan kepada badan

berwenang yang disebut belakangan,informasi atas prakarsa merekasendiri, dalam hal terdapat alasan-alasan yang wajar untuk meyakinibahwa kejahatan yang dilakukansesuai dengan pasal 15, pasal 21 danpasal 23 Konvensi ini telah dilakukan;atau

(b) Providing, upon request, to the latterauthorities all necessary information.

(b) Memberikan, atas permintaan, semuainformasi yang diperlukan kepada

badan berwenang yang disebutbelakangan;

Article 39

Cooperation between nationalauthorities and the private sector

Pasal 39

Kerjasama antara badan nasionalyang berwenang dan sektor swasta

1. Each State Party shall take suchmeasures as may be necessary toencourage, in accordance with its

domestic law, cooperation betweennational investigating and prosecutingauthorities and entities of the privatesector, in particular financialinstitutions, relating to mattersinvolving the commission of offencesestablished in accordance with thisConvention.

1. Negara Pihak wajib mengambiltindakan-tindakan yang perlu untukmendorong, sesuai dengan hukum

nasionalnya, kerjasama antara badannasional yang berwenang melakukanpenyidikan dan penuntutan danbadan-badan sektor swasta,khususnya lembaga keuangan,berkaitan dengan hal-hal menyangkutpelaksanaan kejahatan menurutKonvensi ini.

2. Each State Party shall considerencouraging its nationals and otherpersons with a habitual residence inits territory to report to the nationalinvestigating and prosecutingauthorities the commission of anoffence established in accordancewith this Convention.

2. Negara Pihak wajibmempertimbangkan untuk mendorongwarga negaranya dan orang lain yangberkediaman tetap dalam wilayahnyauntuk menyampaikan laporanmengenai terjadinya kejahatanmenurut Konvensi ini kepada badannasional yang berwenang melakukanpenyidikan dan penuntutan.

Page 42: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 42/168

 

 42

 

Article 40

Bank secrecy

Pasal 40

Kerahasiaan bank

Each State Party shall ensure that, in thecase of domestic criminal investigationsof offences established in accordancewith this Convention, there areappropriate mechanisms available withinits domestic legal system to overcomeobstacles that may arise out of theapplication of bank secrecy laws.

Negara Pihak wajib mengusahakan agardalam penyidikan pidana atas kejahatanmenurut Konvensi ini terdapatmekanisme yang memadai di dalamsistem hukum nasionalnya untukmengatasi hambatan-hambatan yangmungkin timbul dari penerapan undang-undang tentang kerahasiaan bank.

Article 41

Criminal record

Pasal 41

Catatan kejahatan

Each State Party may adopt such

legislative or other measures as may benecessary to take into consideration,under such terms as and for the purposethat it deems appropriate, any previousconviction in another State of an allegedoffender for the purpose of using suchinformation in criminal proceedingsrelating to an offence established inaccordance with this Convention.

Negara Pihak dapat mengambil tindakan-

tindakan legislatif atau lainnya yang perluuntuk mempertimbangkan, berdasarkanpersyaratan dan untuk maksud yangdianggapnya layak, penghukuman diNegara lain atas pelaku dengan tujuanuntuk mempergunakan informasi itu didalam proses pidana yang berkaitandengan kejahatan menurut Konvensi ini.

Article 42

Jurisdiction

Pasal 42

Yurisdiksi

1. Each State Party shall adopt suchmeasures as may be necessary toestablish its jurisdiction over theoffences established in accordancewith this Convention when:

1. Negara Pihak wajib mengambiltindakan-tindakan yang perlu untukmenetapkan yurisdiksinya ataskejahatan menurut Konvensi ini jika:

(a) The offence is committed in theterritory of that State Party; or

(a) Kejahatan itu dilakukan di dalamwilayah Negara Pihak itu; atau

(b) The offence is committed on

board a vessel that is flying theflag of that State Party or anaircraft that is registered under thelaws of that State Party at the timethat the offence is committed.

(b) Kejahatan itu dilakukan di atas

kapal yang berbendera NegaraPihak itu atau pesawat terbangyang terdaftar berdasarkanundang-undang Negara Pihak itupada saat kejahatan dilakukan.

2. Subject to article 4 of this Convention,a State Party may also establish its

 jurisdiction over any such offencewhen:

2. Dengan memperhatikan ketentuanpasal 4 Konvensi ini, Negara Pihakdapat juga menetapkan yurisdiksinyaatas suatu kejahatan jika:

(a) The offence is committed againsta national of that State Party; or

(a) Kejahatan itu dilakukan terhadapwarga negara Negara Pihak itu;atau

(b) The offence is committed by anational of that State Party or astateless person who has his or

(b) Kejahatan itu dilakukan olehwarga negara Negara Pihak ituatau orang tanpa

Page 43: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 43/168

 

  43

her habitual residence in itsterritory; or

kewarganegaraan yangberkediaman tetap di dalamwilayahnya; atau

(c) The offence is one of thoseestablished in accordance with

article 23, paragraph 1 (b) (ii), ofthis Convention and is committedoutside its territory with a view tothe commission of an offenceestablished in accordance witharticle 23, paragraph 1 (a) (i) or (ii)or (b) (i), of this Convention withinits territory; or

(c) Kejahatan itu merupakan salahsatu dari kejahatan-kejahatan

sebagaimana dimaksud dalampasal 23 ayat 1 (b) (ii) Konvensiini dan dilakukan di luarwilayahnya dengan tujuan untukmelaksanakan kejahatansebagaimana dimaksud dalampasal 23 ayat 1 (a) (i) atau (ii) atau(b) (i) Konvensi ini di dalamwilayahnya; atau

(d) The offence is committed against

the State Party.

(d) Kejahatan itu dilakukan terhadap

Negara Pihak.

3. For the purposes of article 44 of thisConvention, each State Party shalltake such measures as may benecessary to establish its jurisdictionover the offences established inaccordance with this Conventionwhen the alleged offender is presentin its territory and it does not extraditesuch person solely on the ground thathe or she is one of its nationals.

3. Untuk tujuan pasal 44 Konvensi ini,Negara Pihak wajib mengambiltindakan-tindakan yang perlu untukmenetapkan yurisdiksinya ataskejahatan menurut Konvensi ini jikatersangka pelaku berada diwilayahnya dan Negara Pihak itutidak mengekstradisi orang itu karenaalasan bahwa orang itu adalah warganegaranya.

4. Each State Party may also take suchmeasures as may be necessary toestablish its jurisdiction over theoffences established in accordancewith this Convention when the allegedoffender is present in its territory andit does not extradite him or her.

4. Negara Pihak dapat juga mengambiltindakan-tindakan yang perlu untukmenetapkan yurisdiksi atas kejahatanmenurut Konvensi ini jika tersangkapelaku berada di wilayahnya dantidak diekstradisi.

5. If a State Party exercising its

 jurisdiction under paragraph 1 or 2 ofthis article has been notified, or hasotherwise learned, that any otherStates Parties are conducting aninvestigation, prosecution or judicialproceeding in respect of the sameconduct, the competent authorities ofthose States Parties shall, asappropriate, consult one another witha view to coordinating their actions.

5. Jika Negara Pihak yang

melaksanakan yurisdiksinyaberdasarkan ayat 1 atau ayat 2diberitahu, atau mengetahui, bahwasuatu Negara Pihak lain sedangmelakukan penyidikan, penuntutanatau proses pengadilan berkenaandengan hal yang sama, maka pejabatyang berwenang dari Negara-NegaraPihak itu wajib, sepanjang perlu,berkonsultasi satu sama lain untuk

mengkoordinasikan tindakan-tindakanmereka.

6. Without prejudice to norms of generalinternational law, this Conventionshall not exclude the exercise of anycriminal jurisdiction established by aState Party in accordance with its

6. Tanpa mengurangi norma-normahukum internasional umum, Konvensiini tidak mengesampingkanpelaksanaan yurisdiksi pidana yangditetapkan oleh suatu Negara Pihak

Page 44: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 44/168

 

 44

domestic law. sesaui dengan hukum nasionalnya.

Chapter IV

International cooperation

Bab IV

Kerjasama Internasional

Article 43

International cooperation

Pasal 43

Kerjasama internasional

1. States Parties shall cooperate incriminal matters in accordance witharticles 44 to 50 of this Convention.Where appropriate and consistentwith their domestic legal system,States Parties shall consider assistingeach other in investigations of andproceedings in civil and administrativematters relating to corruption.

1. Negara Pihak wajib bekerja samadalam masalah-masalah kejahatansesuai dengan ketentuan pasal 44sampai pasal 50 Konvensi ini.Sepanjang perlu dan sesuai dengansistem hukum nasional masing-masing, Negara-Negara Pihak wajibmempertimbangkan untuk salingmembantu penyidikan dan proses

dalam masalah-masalah perdata danadmistratif yang berkaitan dengankorupsi.

2. In matters of internationalcooperation, whenever dualcriminality is considered arequirement, it shall be deemedfulfilled irrespective of whether thelaws of the requested State Partyplace the offence within the same

category of offence or denominate theoffence by the same terminology asthe requesting State Party, if theconduct underlying the offence forwhich assistance is sought is acriminal offence under the laws ofboth States Parties.

2. Dalam masalah-masalah kerja samainternasional, dalam hal kriminalitasganda dianggap sebagai persyaratan,maka hal itu dianggap sebagai telahdipenuhi tanpa memperhatikanapakah undang-undang Negara Pihakyang diminta menempatkan kejahatan

itu ke dalam kategori kejahatan yangsama atau menyebut kejahatan itudengan istilah yang sama seperti diNegara Pihak yang meminta, jikaperbuatan yang mendasari kejahatanyang menjadi alasan permintaanbantuan adalah kejahatan menurutundang-undang kedua Negara Pihak.

Article 44

Extradition

Pasal 44

Ekstradisi1. This article shall apply to the offences

established in accordance with thisConvention where the person who isthe subject of the request forextradition is present in the territory ofthe requested State Party, providedthat the offence for which extraditionis sought is punishable under thedomestic law of both the requesting

State Party and the requested StateParty.

1. Pasal ini berlaku bagi kejahatan-kejahatan menurut Konvensi ini jikaorang yang diminta untukdiekstradisikan berada di wilayahNegara Pihak yang diminta, denganketentuan bahwa kejahatan yangmenjadi dasar permintaan ekstradisiitu dapat dihukum menurut hukumnasional Negara Pihak yang meminta

dan Negara Pihak yang diminta.

2. Notwithstanding the provisions ofparagraph 1 of this article, a StateParty whose law so permits may grantthe extradition of a person for any ofthe offences covered by this

2. Menyimpang dari ketentuan ayat 1,Negara Pihak yang hukumnyamembolehkan, dapat mengabulkanekstradisi untuk kejahatan yang diaturdalam Konvensi ini yang menurut

Page 45: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 45/168

 

  45

Convention that are not punishableunder its own domestic law.

hukum nasionalnya tidak dapatdihukum.

3. If the request for extradition includesseveral separate offences, at leastone of which is extraditable under this

article and some of which are notextraditable by reason of their periodof imprisonment but are related tooffences established in accordancewith this Convention, the requestedState Party may apply this article alsoin respect of those offences.

3. Jika permintaan ekstradisi meliputibeberapa kejahatan yang terpisah,dan sekurang-kurangnya satu dari

kejahatan itu dapat diekstradisimenurut pasal ini dan kejahatanlainnya tidak dapat diekstradisidengan karena alasan jangka waktupenghukumannya tetapi mempunyaikaitan dengan kejahatan menurutKonvensi ini, maka Negara Pihakyang diminta dapat menerapkanpasal ini juga bagi kejahatan-kejahatan itu.

4. Each of the offences to which thisarticle applies shall be deemed to beincluded as an extraditable offence inany extradition treaty existingbetween States Parties. StatesParties undertake to include suchoffences as extraditable offences inevery extradition treaty to beconcluded between them. A StateParty whose law so permits, in case it

uses this Convention as the basis forextradition, shall not consider any ofthe offences established inaccordance with this Convention to bea political offence.

4. Kejahatan yang dapat dikenakanpenerapan pasal ini harus dianggaptermasuk dalam kejahatan yangdapat diekstradisi di dalam perjanjianekstradisi antara Negara-negaraPihak. Negara-negara Pihak akanmemasukkan kejahatan tersebutsebagai kejahatan yang dapatdiekstradisi di dalam perjanjianekstradisi yang akan dibuat di antara

mereka. Negara Pihak yanghukumnya membolehkannya, dalamhal Negara Pihak itu menggunakanKonvensi ini sebagai dasar untukekstradisi, tidak bolehmemperlakukan kejahatan menurutKonvensi ini sebagai kejahatan politik.

5. If a State Party that makes extraditionconditional on the existence of atreaty receives a request for

extradition from another State Partywith which it has no extradition treaty,it may consider this Convention thelegal basis for extradition in respect ofany offence to which this articleapplies.

5. Jika Negara Pihak yangmempersyaratkan ekstradisi padaadanya perjanjian menerima

permintaan ekstradisi dari NegaraPihak lain yang tidak mempunyaiperjanjian ekstradisi dengan NegaraPihak itu, maka Negara Pihak itudapat mempertimbangkan Konvensiini sebagai dasar hukum ekstradisibagi kejahatan yang dapat dikenakanpenerapan pasal ini.

6. A State Party that makes extraditionconditional on the existence of a

treaty shall:

6. Negara Pihak yang mempersyaratkanekstradisi pada adanya perjanjian

wajib:

(a) At the time of deposit of itsinstrument of ratification,acceptance or approval of oraccession to this Convention,inform the Secretary-General ofthe United Nations whether it will

(a) Pada saat penyimpananinstrumen pengesahan,penerimaan atau persetujuan atauaksesi Konvensi ini,memberitahukan kepadaSekretaris Jenderal Perserikatan

Page 46: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 46/168

 

 46

take this Convention as the legalbasis for cooperation onextradition with other StatesParties to this Convention; and

Bangsa-Bangsa apakah akanmenggunakan Konvensi inisebagai dasar hukum bagi kerjasama ekstradisi dengan NegaraPihak lain pada Konvensi ini; dan

(b) If it does not take this Conventionas the legal basis for cooperationon extradition, seek, whereappropriate, to conclude treatieson extradition with other StatesParties to this Convention in orderto implement this article.

(b) Jika Negara Pihak itu tidakmenggunakan Konvensi inisebagai dasar hukum bagikerjasama ekstradisi,mengupayakan, sepanjang perlu,untuk mengadakan perjanjianekstradisi dengan Negara Pihaklain pada Konvensi ini untukmelaksanakan pasal ini.

7. States Parties that do not makeextradition conditional on theexistence of a treaty shall recognizeoffences to which this article appliesas extraditable offences betweenthemselves.

7. Negara-Negara Pihak yang tidakmempersyaratkan ekstradisi padaadanya perjanjian wajib mengakuikejahatan yang dapat dikenakanpenerapan pasal ini sebagaikejahatan yang dapat diekstradisi diantara Negara-Negara Pihak itu.

8. Extradition shall be subject to theconditions provided for by thedomestic law of the requested State

Party or by applicable extraditiontreaties, including, inter alia,conditions in relation to the minimumpenalty requirement for extraditionand the grounds upon which therequested State Party may refuseextradition.

8. Ekstradisi tunduk pada syarat-syaratyang ditetapkan dalam hukumnasional Negara Pihak yang diminta

atau dalam perjanjian ekstradisi yangberlaku, termasuk antara lain,persyaratan yang terkait dengansyarat hukuman minimum untukekstradisi dan alasan-alasan bagiNegara Pihak yang diminta untukmenolak ekstradisi.

9. States Parties shall, subject to theirdomestic law, endeavour to expediteextradition procedures and to simplify

evidentiary requirements relatingthereto in respect of any offence towhich this article applies.

9. Negara Pihak wajib, berdasarkanhukum nasionalnya, berupaya untukmempercepat prosedur ekstradisi dan

menyederhanakan persyaratanpembuktian yang berkaitan denganitu menyangkut kejahatan yang dapatdikenakan penerapan pasal ini.

10. Subject to the provisions of itsdomestic law and its extraditiontreaties, the requested State Partymay, upon being satisfied that thecircumstances so warrant and areurgent and at the request of therequesting State Party, take a personwhose extradition is sought and whois present in its territory into custodyor take other appropriate measures toensure his or her presence atextradition proceedings.

10. Berdasarkan ketentuan-ketentuanhukum nasionalnya dan perjanjianekstradisinya, Negara Pihak yangdiminta, setelah meyakini keadaan-keadaan yang ada menghendakidemikian atau sifatnya mendesak danatas permintaan Negara Pihak yangmeminta, dapat mengambil orangyang dimintakan ekstradisi dan yangberada dalam wilayahnya untukditahan atau mengambil tindakan-tindakan yang perlu lainnya untukmenjamin kehadirannya pada proses

Page 47: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 47/168

 

  47

ekstradisi.

11. A State Party in whose territory analleged offender is found, if it does notextradite such person in respect of anoffence to which this article applies

solely on the ground that he or she isone of its nationals, shall, at therequest of the State Party seekingextradition, be obliged to submit thecase without undue delay to itscompetent authorities for the purposeof prosecution. Those authorities shalltake their decision and conduct theirproceedings in the same manner asin the case of any other offence of agrave nature under the domestic law

of that State Party. The States Partiesconcerned shall cooperate with eachother, in particular on procedural andevidentiary aspects, to ensure theefficiency of such prosecution.

11. Negara Pihak yang di dalamwilayahnya ditemukan tersangkapelaku, jika Negara Pihak itu tidakmengekstradisi orang itu untuk

kejahatan yang terkena penerapanpasal ini karena alasan bahwa orangitu adalah warga negaranya, wajib,atas permintaan Negara Pihak yangmemohon ekstradisi, untukmenyerahkan kasus itu tanpapenundaan yang tidak perlu kepadapejabat berwenangnya untukdilakukan penuntutan. Pejabat yangberwenang itu wajib mengambilputusan dan melaksanakan proses

dengan cara yang sama seperti untukkasus lain yang berat menurut hukumnasional Negara Pihak itu. Negara-Negara Pihak yang bersangkutanwajib saling bekerja sama, khususnyamenyangkut aspek prosedur danpembuktian, untuk menjamin efisiensipenuntutan tersebut.

12. Whenever a State Party is permitted

under its domestic law to extradite orotherwise surrender one of itsnationals only upon the condition thatthe person will be returned to thatState Party to serve the sentenceimposed as a result of the trial orproceedings for which the extraditionor surrender of the person was soughtand that State Party and the StateParty seeking the extradition of theperson agree with this option and

other terms that they may deemappropriate, such conditionalextradition or surrender shall besufficient to discharge the obligationset forth in paragraph 11 of thisarticle.

12. Jika suatu Negara Pihak dibolehkan

oleh hukum nasionalnya untukmengekstradisi atau menyerahkanwarga negaranya dengan syaratbahwa orang itu akan dikembalikanke Negara Pihak itu untuk menjalanihukuman yang dijatuhkan sebagaiakibat pengadilan atau proses hukumyang menjadi dasar permintaanekstradisi atau pemindahan orang itudan Negara Pihak itu serta NegaraPihak yang memohon ekstradisi

menyetujui opsi ini dan syarat-syaratlain yang dianggap layak, makaekstradisi atau penyerahan bersyaratitu sudah cukup untuk melepaskankewajiban sebagaimana dimaksudpada ayat 11.

13. If extradition, sought for purposes ofenforcing a sentence, is refusedbecause the person sought is anational of the requested State Party,

the requested State Party shall, if itsdomestic law so permits and inconformity with the requirements ofsuch law, upon application of therequesting State Party, consider theenforcement of the sentence imposedunder the domestic law of the

13. Jika ekstradisi, yang diminta dalamrangka melaksanakan suatuhukuman, ditolak karena orang yangdiminta adalah warga negara Negara

Pihak yang diminta, maka NegaraPihak yang diminta, jika hukumnasionalnya membolehkannya danberdasarkan syarat-syarat yangditetapkan dalam hukum tersebut,atas permohonan Negara Pihak yangmeminta, wajib mempertimbangkan

Page 48: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 48/168

 

 48

requesting State Party or theremainder thereof.

untuk melaksanakan hukuman yangdijatuhkan berdasarkan hukumnasional Negara Pihak yang memintaatau sisa hukuman tersebut.

14. Any person regarding whom

proceedings are being carried out inconnection with any of the offences towhich this article applies shall beguaranteed fair treatment at all stagesof the proceedings, includingenjoyment of all the rights andguarantees provided by the domesticlaw of the State Party in the territoryof which that person is present.

14. Setiap orang yang sedang menjalani

proses hukum yang berkaitan dengankejahatan yang dapat dikenakanpenerapan pasal ini, wajib dijaminuntuk diperlakukan dengan adil padasemua tahap proses, termasukmenikmati semua hak dan jaminanyang diberikan oleh hukum nasionalNegara Pihak tempat orang ituberada.

15. Nothing in this Convention shall be

interpreted as imposing an obligationto extradite if the requested StateParty has substantial grounds forbelieving that the request has beenmade for the purpose of prosecutingor punishing a person on account ofthat person’s sex, race, religion,nationality, ethnic origin or politicalopinions or that compliance with therequest would cause prejudice to that

person’s position for any one of thesereasons.

15. Ketentuan Konvensi ini tidak boleh

ditafsirkan sebagai memberikankewajiban untuk melakukan ekstradisi

 jika Negara Pihak yang dimintamemiliki alasan-alasan yang kuatuntuk meyakini bahwa permintaan itutelah diajukan untuk tujuanpenuntutan atau penghukumanseseorang berdasarkan kelamin, ras,agama, kebangsaan, asal etnis ataualiran politik orang itu atau bahwa

pengabulan permintaan itu akanmembahayakan kedudukan orang itukarena satu dari alasan-alasantersebut.

16. States Parties may not refuse arequest for extradition on the soleground that the offence is alsoconsidered to involve fiscal matters.

16. Negara Pihak tidak boleh menolakpermintaan ekstradisi semata-matakarena alasan bahwa kejahatan itudianggap melibatkan juga masalahperpajakan.

17. Before refusing extradition, therequested State Party shall, whereappropriate, consult with therequesting State Party to provide itwith ample opportunity to present itsopinions and to provide informationrelevant to its allegation.

17. Sebelum menolak ekstradisi, NegaraPihak yang diminta wajib, sepanjangperlu, berkonsultasi dengan NegaraPihak yang meminta untukmemberikan kesempatan yang cukupkepadanya untuk menyampaikanpendapatnya dan memberikaninformasi yang terkait denganpersangkaannya.

18. States Parties shall seek to conclude

bilateral and multilateral agreementsor arrangements to carry out or toenhance the effectiveness ofextradition.

18. Negara-Negara Pihak wajib

mengupayakan untuk mengadakanperjanjian atau pengaturan bilateraldan multilateral untuk melaksanakanatau meningkatkan efektivitasekstradisi.

Page 49: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 49/168

 

  49

Article 45

Transfer of sentenced persons

Pasal 45

Pemindahan orang terhukum

States Parties may consider entering intobilateral or multilateral agreements orarrangements on the transfer to their

territory of persons sentenced toimprisonment or other forms ofdeprivation of liberty for offencesestablished in accordance with thisConvention in order that they maycomplete their sentences there.

Negara-Negara Pihak dapatmempertimbangkan untuk mengadakanperjanjian atau pengaturan bilateral atau

multilateral mengenai pemindahan kewilayahnya orang yang dihukum denganpidana penjara atau dengan bentuk lainperampasan kebebasan karenakejahatan menurut Konvensi ini agarorang itu dapat menyelesaikanhukumannya di sana.

Article 46

Mutual legal assistance

Pasal 46

Bantuan hukum timbal-balik

1. States Parties shall afford oneanother the widest measure of mutuallegal assistance in investigations,prosecutions and judicial proceedingsin relation to the offences covered bythis Convention.

1. Negara Pihak wajib salingmemberikan sebesar mungkinbantuan hukum timbal-balik bagipenyidikan, penuntutan dan prosespengadilan berkaitan dengankejahatan menurut Konvensi ini.

2. Mutual legal assistance shall beafforded to the fullest extent possibleunder relevant laws, treaties,agreements and arrangements of therequested State Party with respect toinvestigations, prosecutions and

 judicial proceedings in relation to theoffences for which a legal person maybe held liable in accordance witharticle 26 of this Convention in therequesting State Party.

2. Bantuan hukum timbal-balik wajibdiberikan sebesar-besarnyaberdasarkan undang-undang, traktat,perjanjian dan pengaturan NegaraPihak yang diminta bagi penyidikan,penuntutan dan proses pengadilanyang berkaitan dengan kejahatanyang memungkinanpertanggungjawaban badan hukumsesuai dengan ketentuan pasal 26Konvensi ini di Negara Pihak yangmeminta.

3. Mutual legal assistance to be afforded

in accordance with this article may berequested for any of the followingpurposes:

3. Bantuan hukum timbal-balik yang

akan diberikan sesuai dengan pasalini dapat diminta untuk tujuan-tujuanberikut:

(a) Taking evidence or statementsfrom persons;

(a) Mengambil bukti atau pernyataandari orang;

(b) Effecting service of judicialdocuments;

(b) Menyampaikan dokumenpengadilan;

(c) Executing searches and seizures,and freezing;

(c) Melakukan penyelidikan danpenyitaan serta pembekuan;

(d) Examining objects and sites; (d) Memeriksa barang dan tempat;

(e) Providing information, evidentiaryitems and expert evaluations;

(e) Memberikan informasi, barangbukti dan penilaian ahli;

(f) Providing originals or certifiedcopies of relevant documents and

(f) Memberikan dokumen asli atausalinan resminya dan catatan

Page 50: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 50/168

 

 50

records, including government,bank, financial, corporate orbusiness records;

yang relevan, termasuk catatanpemerintah, bank, keuangan,perusahaan atau usaha;

(g) Identifying or tracing proceeds ofcrime, property, instrumentalities

or other things for evidentiarypurposes;

(g) Mengidentifikasi atau melacakhasil kejahatan, kekayaan, sarana

atau hal lain untuk tujuanpembuktian;

(h) Facilitating the voluntaryappearance of persons in therequesting State Party;

(h) Memfasilitasi kehadiran orangsecara sukarela di Negara Pihakyang meminta;

(i) Any other type of assistance thatis not contrary to the domestic lawof the requested State Party;

(i) Bantuan lain yang tidakbertentangan dengan hukumnasional Negara Pihak yangdiminta;

(j) Identifying, freezing and tracingproceeds of crime in accordancewith the provisions of chapter V ofthis Convention;

(j) Mengidentifikasi, membekukandan melacak hasil kejahatansesuai dengan ketentuan-ketentuan Bab V Konvensi ini.

(k) The recovery of assets, inaccordance with the provisions ofchapter V of this Convention.

(k) Mengembalikan aset, sesuaidengan ketentuan-ketentuan BabV Konvensi ini.

4. Without prejudice to domestic law, the

competent authorities of a State Partymay, without prior request, transmitinformation relating to criminalmatters to a competent authority inanother State Party where theybelieve that such information couldassist the authority in undertaking orsuccessfully concluding inquiries andcriminal proceedings or could result ina request formulated by the latterState Party pursuant to this

Convention.

4. Tanpa mengurangi hukum nasional,

pejabat berwenang suatu NegaraPihak dapat, tanpa permintaan lebihdahulu, menyampaikan informasiyang berkaitan dengan masalah-masalah pidana kepada pejabatberwenang di Negara Pihak lain yangmeyakini bahwa informasi itu dapatmembantu untuk melakukan ataumenuntaskan penyelidikan danproses pidana atau dapatmenghasilkan permintaan yang

dirumuskan oleh Negara Pihak lain itusesuai dengan Konvensi ini.

5. The transmission of informationpursuant to paragraph 4 of this articleshall be without prejudice to inquiriesand criminal proceedings in the Stateof the competent authorities providingthe information. The competentauthorities receiving the informationshall comply with a request that saidinformation remain confidential, eventemporarily, or with restrictions on itsuse. However, this shall not preventthe receiving State Party fromdisclosing in its proceedingsinformation that is exculpatory to anaccused person. In such a case, the

5. Penyampaian informasi berdasarkanketentuan ayat 4 tidak bolehmengurangi penyelidikan dan prosespidana di Negara dari pejabatberwenang yang memberikaninformasi. Pejabat berwenang yangmenerima informasi wajib mematuhipermintaan agar informasi itudirahasiakan, meski untuk sementarawaktu, atau digunakan denganpembatasan-pembatasan tertentu.Namun demikian, hal ini tidakmenghalangi Negara Pihak yangmenerima untuk di dalam proseshukumnya mengungkapkan informasi

Page 51: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 51/168

 

  51

receiving State Party shall notify thetransmitting State Party prior to thedisclosure and, if so requested,consult with the transmitting StateParty. If, in an exceptional case,advance notice is not possible, the

receiving State Party shall inform thetransmitting State Party of thedisclosure without delay.

yang membebaskan kepada seorangterdakwa. Dalam hal demikian,Negara Pihak yang menerima wajib,sebelum informasi diungkapkan,memberitahu kepada Negara Pihakyang menyampaikan dan, jika

diminta, berkonsultasi dengan NegaraPihak yang menyampaikan. Jikadalam keadaan luar biasapemberitahuan di muka itu tidakmemungkinkan, Negara Pihak yangmenerima wajib dengan segeramenginformasikan kepada NegaraPihak yang menyampaikan mengenaipengungkapan itu.

6. The provisions of this article shall not

affect the obligations under any othertreaty, bilateral or multilateral, thatgoverns or will govern, in whole or inpart, mutual legal assistance.

6. Ketentuan pasal ini tidak

mempengaruhi kewajiban dalamtraktat bilateral atau multilateral yangmengatur atau akan mengatur,seluruhnya atau sebagiannya,mengenai bantuan hukum timbal-balik.

7. Paragraphs 9 to 29 of this article shallapply to requests made pursuant tothis article if the States Parties in

question are not bound by a treaty ofmutual legal assistance. If thoseStates Parties are bound by such atreaty, the corresponding provisionsof that treaty shall apply unless theStates Parties agree to applyparagraphs 9 to 29 of this article inlieu thereof. States Parties arestrongly encouraged to apply thoseparagraphs if they facilitatecooperation.

7. Ketentuan ayat 9 sampai ayat 29berlaku bagi permintaan yangdiajukan berdasarkan pasal ini jika

Negara-Negara Pihak yangbersangkutan tidak terikat oleh traktatmengenai bantuan hukum timbal-balik. Jika Negara-Negara Pihakterikat oleh traktat sedemikian,ketentuan-ketentuan yangbersangkutan dalam traktat ituberlaku kecuali Negara Pihak setujuuntuk menerapkan ketentuan ayat 9sampai ayat 29 sebagaipenggantinya. Negara-Negara Pihak

sangat didorong untuk menerapkanketentuan ayat-ayat tersebut jikamereka memfasilitasi kerjasama.

8. States Parties shall not decline torender mutual legal assistancepursuant to this article on the groundof bank secrecy.

8. Negara Pihak tidak boleh menolakuntuk memberikan bantuan hukumtimbal-balik berdasarkan pasal inidengan alasan kerahasiaan bank.

9. (a) A requested State Party, inresponding to a request for

assistance pursuant to this articlein the absence of dual criminality,shall take into account thepurposes of this Convention, asset forth in article 1;

9. (a)Dalam menanggapi permintaanbantuan menurut pasal ini jika tidak

ada kriminalitas ganda, Negara Pihakyang diminta wajibmempertimbangkan tujuan Konvensiini sebagaimana dimaksud dalampasal 1;

(b) States Parties may decline torender assistance pursuant to this

(b) Negara Pihak dapat menolakmemberikan bantuan menurut

Page 52: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 52/168

 

 52

article on the ground of absenceof dual criminality. However, arequested State Party shall, whereconsistent with the basic conceptsof its legal system, renderassistance that does not involve

coercive action. Such assistancemay be refused when requestsinvolve matters of a de minimis nature or matters for which thecooperation or assistance soughtis available under other provisionsof this Convention;

pasal ini dengan alasan tidakada kriminalitas ganda. Namundemikian, Negara Pihak yangdiminta wajib, sepanjang sesuaidengan konsep dasar sistemhukumnya, memberikan bantuan

yang tidak melibatkan tindakanyang bersifat paksaan. Bantuantersebut dapat ditolak jikapermintaan melibatkan masalah-masalah yang bersifat de minimis atau masalah-masalahyang pemberian kerjasama ataubantuannya diatur menurutketentuan lain dalam Konvensiini;

(c) Each State Party may consideradopting such measures as maybe necessary to enable it toprovide a wider scope ofassistance pursuant to this articlein the absence of dual criminality.

(c) Negara Pihak dapatmempertimbangkan untukmengambil tindakan-tindakanyang perlu untuk memungkinkanpemberian bantuan menurutpasal ini dengan lingkup yanglebih luas jika tidak adakriminalitas ganda.

10. A person who is being detained or is

serving a sentence in the territory ofone State Party whose presence inanother State Party is requested forpurposes of identification, testimonyor otherwise providing assistance inobtaining evidence for investigations,prosecutions or judicial proceedingsin relation to offences covered by thisConvention may be transferred if thefollowing conditions are met:

10. Seseorang yang sedang ditahan atau

sedang menjalani hukuman di wilayahsuatu Negara Pihak tetapi dibutuhkankehadirannya di Negara Pihak lainuntuk tujuan identifikasi, kesaksianatau memberikan bantuan untukmemperoleh bukti bagi penyidikan,penuntutan atau proses pengadilanyang berkaitan dengan kejahatanmenurut Konvensi ini dapatdipindahkan jika syarat-syarat berikutdipenuhi:

(a) The person freely gives his or herinformed consent;

(a) Orang tersebut secara sukarelamemberikan persetujuannya;

(b) The competent authorities of bothStates Parties agree, subject tosuch conditions as those StatesParties may deem appropriate.

(b) Pejabat berwenang kedua NegaraPihak setuju, dengan syarat-syarat yang dianggap layak olehNegara-Negara Pihak itu.

11. For the purposes of paragraph 10 of

this article:

11. Untuk tujuan ayat 10 :

(a) The State Party to which theperson is transferred shall havethe authority and obligation tokeep the person transferred incustody, unless otherwiserequested or authorized by the

(a) Negara Pihak yang memintapemindahan memilikikewenangan dan kewajiban untukmenahan orang yangdipindahkan, kecuali diminta lainatau diberi kewenangan lain oleh

Page 53: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 53/168

 

  53

State Party from which the personwas transferred;

Negara Pihak yangmemindahkan;

(b) The State Party to which theperson is transferred shall withoutdelay implement its obligation to

return the person to the custody ofthe State Party from which theperson was transferred as agreedbeforehand, or as otherwiseagreed, by the competentauthorities of both States Parties;

(b) Negara Pihak yang memintapemindahan wajib dengan segeramelaksanakan kewajiban

mengembalikan orang itu kedalam tahanan Negara Pihakyang memindahkan sebagaimanadisepakati sebelumnya, atausebagaimana disepakati lain, olehpejabat berwenang kedua NegaraPihak;

(c) The State Party to which theperson is transferred shall notrequire the State Party from which

the person was transferred toinitiate extradition proceedings forthe return of the person;

(c) Negara Pihak yang memintapemindahan tidak bolehmewajibkan Negara Pihak yang

memindahkan untuk melakukanproses ekstradisi bagipengembalian orang itu;

(d) The person transferred shallreceive credit for service of thesentence being served in theState from which he or she wastransferred for time spent in thecustody of the State Party towhich he or she was transferred.

(d) Orang yang dipindahkan akanmenerima pengurangan hukumanyang dijalani di Negara yangmemindahkannya untuk waktuyang dijalaninya selama ia ditahandi Negara Pihak yang memintapemindahan;

12. Unless the State Party from which aperson is to be transferred inaccordance with paragraphs 10 and11 of this article so agrees, thatperson, whatever his or hernationality, shall not be prosecuted,detained, punished or subjected toany other restriction of his or herpersonal liberty in the territory of the

State to which that person istransferred in respect of acts,omissions or convictions prior to hisor her departure from the territory ofthe State from which he or she wastransferred.

12. Jika tidak disetujui oleh Negara Pihakyang memindahkan orang menurutketentuan ayat 10 dan ayat 11, makaorang itu, apa punkewarganegaraannya, tidak bolehdituntut, ditahan, dihukum ataudikenakan pembatasan apapunterhadap kebebasan pribadinyadalam wilayah Negara yang meminta

pemindahan berkenaan denganperbuatan, kelalaian ataupenghukuman sebelumkeberangkatannya dari wilayahNegara yang memindahkannya.

13. Each State Party shall designate acentral authority that shall have theresponsibility and power to receiverequests for mutual legal assistance

and either to execute them or totransmit them to the competentauthorities for execution. Where aState Party has a special region orterritory with a separate system ofmutual legal assistance, it maydesignate a distinct central authoritythat shall have the same function for

13. Negara Pihak wajib menunjuk badanpusat yang bertanggungjawab danberwenang menerima permintaanbantuan hukum timbal-balik dan

entah melaksanakannya entahmeneruskannya kepada badanberwenang untuk dilaksanakan.Dalam hal Negara Pihak mempunyaidaerah atau wilayah khusus dengansistem bantuan hukum timbal-balikyang berbeda, Negara Pihak dapatmenunjuk badan pusat tersendiri

Page 54: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 54/168

 

 54

that region or territory. Centralauthorities shall ensure the speedyand proper execution or transmissionof the requests received. Where thecentral authority transmits the requestto a competent authority for

execution, it shall encourage thespeedy and proper execution of therequest by the competent authority.The Secretary-General of the UnitedNations shall be notified of the centralauthority designated for this purposeat the time each State Party depositsits instrument of ratification,acceptance or approval of oraccession to this Convention.Requests for mutual legal assistanceand any communication relatedthereto shall be transmitted to thecentral authorities designated by theStates Parties. This requirement shallbe without prejudice to the right of aState Party to require that suchrequests and communications beaddressed to it through diplomaticchannels and, in urgentcircumstances, where the States

Parties agree, through theInternational Criminal PoliceOrganization, if possible.

yang memiliki fungsi yang sama untukdaerah atau wilayah itu. Badan pusatwajib mengusahakan pelaksanaandan penyampaian secara cepat danbenar setiap permintaan yangditerima. Dalam hal badan pusat

meneruskan permintaan itu kepadapejabat yang berwenang untukdilaksanakan, badan pusat itu wajibmendorong agar permintaan itudilaksanakan secara cepat dan benaroleh badan berwenang. SekretarisJenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa wajib diberitahu mengenaibadan pusat yang ditunjuk untuktujuan ini pada saat Negara Pihakmenyerahkan instrumen pengesahan,penerimaan atau persetujuan atasatau aksesi pada Konvensi ini.Permintaan bantuan hukum timbal-balik dan komunikasi yang berkaitandengan hal itu wajib disampaikankepada badan pusat yang ditunjukoleh Negara Pihak. Kewajiban initidak mengurangi hak Negara Pihakuntuk meminta agar permintaan dankomunikasi itu ditujukan kepadanya

melalui saluran diplomatik dan, untuksituasi yang mendesak, yang disetujuioleh Negara-Negara Pihak, melaluiOrganisasi Polisi KriminalInternasional, jika mungkin.

14. Requests shall be made in writing or,where possible, by any meanscapable of producing a written record,in a language acceptable to therequested State Party, under

conditions allowing that State Party toestablish authenticity. The Secretary-General of the United Nations shall benotified of the language or languagesacceptable to each State Party at thetime it deposits its instrument ofratification, acceptance or approval ofor accession to this Convention. Inurgent circumstances and whereagreed by the States Parties,

requests may be made orally but shallbe confirmed in writing forthwith.

14. Permintaan harus diajukan secaratertulis atau, jika memungkinkan,dengan cara yang dapatmenghasilkan catatan tertulis, dalambahasa yang dapat diterima oleh

Negara Pihak yang diminta, dengansyarat-syarat yang membolehkanNegara Pihak itu untuk memeriksaotensititas. Sekretaris JenderalPerserikatan Bangsa-Bangsa wajibdiberitahu mengenai bahasa ataubahasa-bahasa yang dapat diterimaoleh setiap Negara Pihak pada saatmenyerahkan instrumen pengesahan,penerimaan atau persetujuan atas

atau aksesi pada Konvensi ini. Untuksituasi yang mendesak dan jikadisetujui oleh Negara-Negara Pihak,permintaan dapat diajukan secaralisan tetapi harus selanjutnyadikonfirmasikan secara tertulis.

15. A request for mutual legal assistance 15. Permintaan bantuan hukum timbal-

Page 55: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 55/168

 

  55

shall contain: balik harus memuat:

(a) The identity of the authoritymaking the request;

(a) Identitas pejabat yangmengajukan permintaan;

(b) The subject matter and nature of

the investigation, prosecution or judicial proceeding to which therequest relates and the name andfunctions of the authorityconducting the investigation,prosecution or judicial proceeding;

(b) Masalah pokok dan sifat

penyidikan, penuntutan atauproses pengadilan yang berkaitandengan permintaan tersebut sertanama dan fungsi dari pejabatyang melakukan penyidikan,penuntutan atau prosespengadilan;

(c) A summary of the relevant facts,except in relation to requests forthe purpose of service of judicial

documents;

(c) Ringkasan fakta yang relevan,kecuali yang berkaitan denganpermintaan untuk tujuan

penyampaian dokumen-dokumenpengadilan;

(d) A description of the assistancesought and details of anyparticular procedure that therequesting State Party wishes tobe followed;

(d) Uraian tentang bantuan yangdiminta dan rincian tentangprosedur tertentu yang olehNegara Pihak yang memintadikehendaki untuk diikuti;

(e) Where possible, the identity,location and nationality of any

person concerned; and

(e) Sepanjang memungkinkan,identitas, lokasi, dan

kewarganegaraan orang yangbersangkutan; dan

(f) The purpose for which theevidence, information or action issought.

(f) Tujuan dari permintaan alat bukti,informasi atau tindakan.

16. The requested State Party mayrequest additional information when itappears necessary for the executionof the request in accordance with its

domestic law or when it can facilitatesuch execution.

16. Negara Pihak yang diminta dapatmeminta informasi tambahan jikadirasa perlu untuk melaksanakanpermintaan itu sesuai dengan hukum

nasionalnya atau jika hal itu dapatmemudahkan pelaksanaannya.

17. A request shall be executed inaccordance with the domestic law ofthe requested State Party and, to theextent not contrary to the domesticlaw of the requested State Party andwhere possible, in accordance withthe procedures specified in therequest.

17. Permintaan wajib dilaksanakansesuai dengan hukum nasionalNegara Pihak yang diminta dan,sepanjang tidak bertentangan denganhukum nasional Negara Pihak yangdiminta dan jika memungkinkan,sesuai dengan prosedur yang disebutdalam permintaan itu.

18. Wherever possible and consistentwith fundamental principles ofdomestic law, when an individual is inthe territory of a State Party and hasto be heard as a witness or expert bythe judicial authorities of anotherState Party, the first State Party may,

18. Sepanjang memungkinkan dansesuai dengan prinsip-prinsip dasarhukum nasional, jika seseorangberada di wilayah suatu Negara Pihakdan harus didengar sebagai saksiatau ahli oleh pejabat pengadilanNegara Pihak lain, maka Negara

Page 56: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 56/168

 

 56

at the request of the other, permit thehearing to take place by videoconference if it is not possible ordesirable for the individual in questionto appear in person in the territory ofthe requesting State Party. States

Parties may agree that the hearingshall be conducted by a judicialauthority of the requesting State Partyand attended by a judicial authority ofthe requested State Party.

Pihak yang pertama dapat, ataspermintaan pihak lainnya,mengizinkan sidang dilakukandengan video conference jika tidakmungkin atau tidak dikehendakibahwa orang yang bersangkutan

hadir langsung di wilayah NegaraPihak yang meminta. Negara-NegaraPihak dapat menyepakati bahwasidang itu dilaksanakan oleh pejabatpengadilan Negara Pihak yangmeminta dan dihadiri oleh pejabatpengadilan Negara Pihak yangdiminta.

19. The requesting State Party shall nottransmit or use information or

evidence furnished by the requestedState Party for investigations,prosecutions or judicial proceedingsother than those stated in the requestwithout the prior consent of therequested State Party. Nothing in thisparagraph shall prevent therequesting State Party from disclosingin its proceedings information orevidence that is exculpatory to an

accused person. In the latter case,the requesting State Party shall notifythe requested State Party prior to thedisclosure and, if so requested,consult with the requested StateParty. If, in an exceptional case,advance notice is not possible, therequesting State Party shall informthe requested State Party of thedisclosure without delay.

19. Negara Pihak yang meminta tidakboleh menyampaikan atau

menggunakan informasi atau buktiyang diberikan oleh Negara Pihakyang diminta bagi penyelidikan,penuntutan atau proses pengadilanyang lain daripada yang dinyatakandalam permintaan tanpa persetujuanlebih dahulu Negara Pihak yangdiminta. Ketentuan ayat ini tidakmenghalangi Negara Pihak yangmeminta untuk mengungkapkan

kepada terdakwa di dalam proseshukumnya informasi atau bukti yangbersifat membebaskan. Dalam halterakhir ini, Negara Pihak yangmeminta wajib memberitahukankepada Negara Pihak yang dimintasebelum pengungkapan dilakukandan, jika diminta, berkonsultasidengan Negara Pihak yang diminta.Jika dalam keadaan tertentupemberitahuan lebih dulu itu tidak

mungkin dilakukan, Negara Pihakyang meminta wajib dengan segeramemberitahukan pengungkapan itukepada Negara Pihak yang diminta.

20. The requesting State Party mayrequire that the requested State Partykeep confidential the fact andsubstance of the request, except tothe extent necessary to execute therequest. If the requested State Partycannot comply with the requirement ofconfidentiality, it shall promptly informthe requesting State Party.

20. Negara Pihak yang meminta dapatmempersyaratkan Negara Pihak yangdiminta agar menjaga kerahasiaanfakta dan isi permintaan, kecualisepanjang yang diperlukan untukmelaksanakan permintaan itu. JikaNegara Pihak yang diminta tidakdapat memenuhi persyaratankerahasiaan, Negara Pihak itu wajibdengan segera memberitahukan halitu kepada Negara Pihak yangmeminta.

Page 57: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 57/168

 

  57

21. Mutual legal assistance may berefused:

21. Bantuan hukum timbal-balik dapatditolak :

(a) If the request is not made inconformity with the provisions ofthis article;

(a) Jika permintaan itu diajukan tidaksesuai dengan ketentuan pasalini;

(b) If the requested State Partyconsiders that execution of therequest is likely to prejudice itssovereignty, security, ordre public or other essential interests;

(b) Jika Negara Pihak yang dimintaberpendapat bahwa pelaksanaanpermintaan itu akan merugikankedaulatan, keamanan, ketertibanumum atau kepentinganmendasar lainnya;

(c) If the authorities of the requestedState Party would be prohibited byits domestic law from carrying out

the action requested with regardto any similar offence, had it beensubject to investigation,prosecution or judicialproceedings under their own

 jurisdiction;

(c) Jika pejabat Negara Pihak yangdiminta dilarang oleh hukumnasionalnya untuk melakukan

tindakan yang diminta dalamkaitannya dengan kejahatan yangsama, seandainya bagi kejahatanitu dilakukan penyidikan,penuntutan atau prosespengadilan berdasarkanyurisdiksinya sendiri;

(d) If it would be contrary to the legalsystem of the requested StateParty relating to mutual legal

assistance for the request to begranted.

(d) Jika hal itu akan bertentangandengan sistem hukum NegaraPihak yang diminta dalam

kaitannya dengan bantuan hukumtimbal-balik bagi permintaan yangakan dikabulkan.

22. States Parties may not refuse arequest for mutual legal assistance onthe sole ground that the offence isalso considered to involve fiscalmatters.

22. Negara Pihak tidak boleh menolakpermintaan bantuan hukum timbal-balik semata-mata karena alasanbahwa kejahatan itu dianggapmelibatkan juga masalah-masalahperpajakan.

23. Reasons shall be given for anyrefusal of mutual legal assistance.

23. Alasan-alasan harus diberikan untukpenolakan bantuan hukum timbal-balik.

24. The requested State Party shallexecute the request for mutual legalassistance as soon as possible andshall take as full account as possibleof any deadlines suggested by therequesting State Party and for whichreasons are given, preferably in therequest. The requesting State Partymay make reasonable requests forinformation on the status andprogress of measures taken by therequested State Party to satisfy itsrequest. The requested State Partyshall respond to reasonable requests

24. Negara Pihak yang diminta wajibsesegera mungkin melaksanakanpermintaan bantuan hukum timbal-balik dan wajib sedapat mungkinmemenuhi tenggat waktu yangdisarankan oleh Negara Pihak yangmeminta dan alasan-alasan untuk ituwajib diberikan, lebih disukai jikadicantumkan di dalam permintaan itu.Negara Pihak yang meminta dapatmeminta informasi tentang status danperkembangan tindakan yang diambiloleh Negara Pihak yang diminta untukmemenuhi permintaannya. Negara

Page 58: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 58/168

 

 58

by the requesting State Party on thestatus, and progress in its handling, ofthe request. The requesting StateParty shall promptly inform therequested State Party when theassistance sought is no longer

required.

Pihak yang diminta wajib menanggapipermintaan yang wajar dari NegaraPihak yang meminta mengenai statusdan perkembangan penangananpermintaan itu. Negara Pihak yangmeminta wajib dengan segera

menginformasikan kepada NegaraPihak yang diminta jika bantuan yangdiminta tidak lagi diperlukan.

25. Mutual legal assistance may bepostponed by the requested StateParty on the ground that it interfereswith an ongoing investigation,prosecution or judicial proceeding.

25. Bantuan hukum timbal-balik dapatditunda oleh Negara Pihak yangdiminta dengan alasan bahwa hal itumencampuri penyidikan, penuntutanatau proses yang sedang berjalan.

26. Before refusing a request pursuant to

paragraph 21 of this article orpostponing its execution pursuant toparagraph 25 of this article, therequested State Party shall consultwith the requesting State Party toconsider whether assistance may begranted subject to such terms andconditions as it deems necessary. Ifthe requesting State Party acceptsassistance subject to those

conditions, it shall comply with theconditions.

26. Sebelum menolak suatu permintaan

menurut berdasarkan ketentuan ayat21 atau menunda pelaksanaannyaberdasarkan ketentuan ayat 25,Negara Pihak yang diminta wajibberkonsultasi dengan Negara Pihakyang meminta untukmempertimbangkan apakah bantuandapat diberikan sesuai denganketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang dianggapnya perlu. Jika

Negara Pihak yang memintamenerima bantuan sesuai dengansyarat-syarat itu, ia wajib mematuhisyarat-syarat tersebut.

27. Without prejudice to the application ofparagraph 12 of this article, a witness,expert or other person who, at therequest of the requesting State Party,consents to give evidence in aproceeding or to assist in an

investigation, prosecution or judicialproceeding in the territory of therequesting State Party shall not beprosecuted, detained, punished orsubjected to any other restriction ofhis or her personal liberty in thatterritory in respect of acts, omissionsor convictions prior to his or herdeparture from the territory of therequested State Party. Such safeconduct shall cease when the

witness, expert or other personhaving had, for a period of fifteenconsecutive days or for any periodagreed upon by the States Partiesfrom the date on which he or she hasbeen officially informed that his or herpresence is no longer required by the

27. Tanpa mengurangi penerapanketentuan ayat 12, seorang saksi, ahliatau orang lain yang, atas permintaanNegara Pihak yang meminta, setujuuntuk memberikan bukti dalam suatuproses hukum atau untuk membantu

suatu penyidikan, penuntutan atauproses pengadilan di dalam wilayahNegara Pihak yang meminta tidakboleh dituntut, ditahan, dihukum ataudikenakan pembatasan lain ataskebebasan pribadinya di wilayah ituberkenaan dengan perbuatan,kelalaian atau penghukuman sebelumkeberangkatannya dari wilayahNegara Pihak yang diminta. Jaminankeamanan itu berakhir ketika saksi,

ahli atau orang lain itu, setelah jangkawaktu limabelas hari berturut-turutatau jangka waktu lain yangdisepakati Negara-Negara Pihaksejak tanggal ketika kepadanyasecara resmi diberitahukan bahwakehadirannya tidak lagi diperlukan

Page 59: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 59/168

 

  59

 judicial authorities, an opportunity ofleaving, has nevertheless remainedvoluntarily in the territory of therequesting State Party or, having leftit, has returned of his or her own freewill.

oleh pejabat pengadilan, diberikankesempatan pergi, akan tetapi iatetap tinggal secara sukarela diwilayah Negara Pihak yang meminta,atau, setelah meninggalkan negaraitu, kembali lagi atas kemauannya

sendiri.

28. The ordinary costs of executing arequest shall be borne by therequested State Party, unlessotherwise agreed by the StatesParties concerned. If expenses of asubstantial or extraordinary nature areor will be required to fulfil the request,the States Parties shall consult todetermine the terms and conditions

under which the request will beexecuted, as well as the manner inwhich the costs shall be borne.

28. Biaya-biaya yang biasa untukmemenuhi permintaan wajib dibayaroleh Negara Pihak yang meminta,kecuali disepakati lain oleh Negara-Negara Pihak yang bersangkutan.Jika diperlukan atau akan diperlukanpengeluaran-pengeluaran yang besaratau luar biasa untuk memenuhipermintaan itu, Negara-Negara Pihak

wajib berkonsultasi untukmenentukan syarat-syarat bagipemenuhan permintaan, sertabagaimana biaya-biaya itu akanditanggung.

29. The requested State Party: 29. Negara Pihak yang diminta:

(a) Shall provide to the requestingState Party copies of governmentrecords, documents or informationin its possession that under itsdomestic law are available to thegeneral public;

(a) Wajib memberikan kepadaNegara Pihak yang meminta,salinan dari catatan, dokumenatau informasi kepemerintahanyang dimilikinya yang menuruthukum nasionalnya terbuka untukmasyarakat umum.

(b) May, at its discretion, provide tothe requesting State Party inwhole, in part or subject to suchconditions as it deemsappropriate, copies of any

government records, documentsor information in its possessionthat under its domestic law are notavailable to the general public.

(b) Dapat, atas kebijakannya sendiri,memberikan kepada NegaraPihak yang meminta, seluruh,sebagian atau berdasarkan syaratyang dianggapnya perlu, salinan

dari catatan, dokumen atauinformasi kepemerintahan yangdimilikinya yang menurut hukumnasionalnya tidak terbuka untukmasyarakat umum.

30. States Parties shall consider, as maybe necessary, the possibility ofconcluding bilateral or multilateralagreements or arrangements thatwould serve the purposes of, give

practical effect to or enhance theprovisions of this article.

30. Negara Pihak wajibmempertimbangkan, sepanjang perlu,kemungkinan untuk mengadakanperjanjian atau pengaturan bilateralatau multilateral untuk melaksanakan

maksud, menindaklanjuti ataumeningkatkan ketentuan pasal ini.

Article 47

Transfer of criminal proceedings

Pasal 47

Pengalihan proses pidana

States Parties shall consider thepossibility of transferring to one another

Negara Pihak wajib mempertimbangkankemungkinan mengalihkan ke Negara

Page 60: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 60/168

 

 60

proceedings for the prosecution of anoffence established in accordance withthis Convention in cases where suchtransfer is considered to be in theinterests of the proper administration of

 justice, in particular in cases where

several jurisdictions are involved, with aview to concentrating the prosecution.

Pihak lain proses penuntutan kejahatanmenurut Konvensi ini jika pengalihan itudianggap untuk kepentingan prosesperadilan yang baik, khususnya dalamhal ada beberapa yurisdiksi yang terlibat,agar perhatian dapat dipusatkan pada

penuntutan.

Article 48

Law enforcement cooperation

Pasal 48

Kerjasama penegakan hukum

1. S tates Parties shall cooperate closelywith one another, consistent with theirrespective domestic legal andadministrative systems, to enhancethe effectiveness of law enforcement

action to combat the offences coveredby this Convention. States Partiesshall, in particular, take effectivemeasures:

1. Negara-Negara Pihak wajib salingbekerja sama dengn erat, sesuaidengan sistem hukum danpemerintahan masing-masing, untukmeningkatkan keefektivan tindakan

penegakan hukum untukmemberantas kejahatan-kejahatanmenurut Konvensi ini. Negara-NegaraPihak wajib, khususnya, mengambiltindakan-tindakan yang efektif:

(a) To enhance and, wherenecessary, to establish channelsof communication between theircompetent authorities, agenciesand services in order to facilitate

the secure and rapid exchange ofinformation concerning all aspectsof the offences covered by thisConvention, including, if theStates Parties concerned deem itappropriate, links with othercriminal activities;

(a) Untuk meningkatkan dan,sepanjang perlu, untukmengadakan saluran komunikasiantara pejabat yang berwenang,instansi dan dinas agar

mempermudah pertukaraninformasi secara aman dan cepatmenyangkut semua aspekkejahatan menurut Konvensi ini,termasuk, jika dianggap perlu olehNegara Pihak yang bersangkutan,kaitan dengan kegiatan kriminallain.

(b) To cooperate with other StatesParties in conducting inquirieswith respect to offences coveredby this Convention concerning:

(b) Untuk bekerja sama denganNegara Pihak lain dalammelakukan penyelidikan ataskejahatan menurut Konvensi inimenyangkut:

(i) The identity, whereabouts andactivities of persons suspectedof involvement in suchoffences or the location ofother persons concerned;

(i) Identitas, keberadaan dankegiatan orang yangdicurigai terlibat dalamkejahatan itu atau lokasiorang lain yangbersangkutan;

(ii) The movement of proceeds ofcrime or property derived fromthe commission of suchoffences;

(ii) Pergerakan hasil kejahatanatau kekayaan yangberasal dari pelaksanaankejahatan itu;

(iii) The movement of property,equipment or other

(iii) Pergerakan kekayaan,peralatan atau sarana lain

Page 61: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 61/168

 

  61

instrumentalities used orintended for use in thecommission of such offences;

yang digunakan ataudirencanakan untukdigunakan dalammelaksanakan kejahatanitu;

(c) To provide, where appropriate,necessary items or quantities ofsubstances for analytical orinvestigative purposes;

(c) Untuk memberikan, sepanjangperlu, barang atau bahan yangperlu untuk tujuan analisis ataupenyidikan;

(d) To exchange, where appropriate,information with other StatesParties concerning specific meansand methods used to commitoffences covered by thisConvention, including the use of

false identities, forged, altered orfalse documents and other meansof concealing activities;

(d) Untuk bertukar, sepanjang perlu,informasi dengan Negara Pihaklain mengenai alat dan cara yangdigunakan untuk melakukankejahatan menurut Konvensi ini,termasuk penggunaan identitas

palsu, dokumen palsu, yangdiubah, atau yang dipalsukan dancara lain untuk menyembunyikankegiatan;

(e) To facilitate effective coordinationbetween their competentauthorities, agencies and servicesand to promote the exchange ofpersonnel and other experts,including, subject to bilateralagreements or arrangementsbetween the States Partiesconcerned, the posting of liaisonofficers;

(e) Untuk memfasilitasi koordinasiyang efektif antara pejabat yangberwenang, instansi dan dinasserta untuk meningkatkanpertukaran personil dan ahli lain,termasuk penempatan petugaspenghubung, denganmemperhatikan perjanjian ataupengaturan bilateral antaraNegara Pihak yang bersangkutan;

(f) To exchange information andcoordinate administrative andother measures taken asappropriate for the purpose ofearly identification of the offences

covered by this Convention.

(f) Untuk bertukar informasi danmengkoordinasikan tindakan-tindakan yang diambil sepanjangperlu untuk tujuan identifikasi dinikejahatan menurut Konvensi ini.

2. With a view to giving effect to thisConvention, States Parties shallconsider entering into bilateral ormultilateral agreements orarrangements on direct cooperationbetween their law enforcementagencies and, where suchagreements or arrangements alreadyexist, amending them. In the absence

of such agreements or arrangementsbetween the States Partiesconcerned, the States Parties mayconsider this Convention to be thebasis for mutual law enforcementcooperation in respect of the offencescovered by this Convention.Whenever appropriate, States Parties

2. Dalam rangka melaksanakanKonvensi ini, Negara-Negara Pihakwajib mempertimbangkan untukmengadakan perjanjian ataupengaturan bilateral atau multilateralmengenai kerjasama langsung antarainstansi penegakan hukum dan untukmenyesuaikan perjanjian ataupengaturan jika sudah ada. Jika tidak

ada perjanjian atau pengaturansemacam itu antara Negara-NegaraPihak yang bersangkutan, Negara-Negara Pihak itu dapatmempertimbangkan Konvensi inisebagai dasar bagi kerja samapenegakan hukum bersamaberkenaan dengan kejahatan menurut

Page 62: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 62/168

 

 62

shall make full use of agreements orarrangements, including internationalor regional organizations, to enhancethe cooperation between their lawenforcement agencies.

Konvensi ini. Sepanjang perlu,Negara Pihak wajib memanfaatkansecara maksimal perjanjian ataupengaturan, termasuk organisasiinternasional atau regional, untukmeningkatkan kerja sama antara

instansi-instansi penegakan hukum.

3. States Parties shall endeavour tocooperate within their means torespond to offences covered by thisConvention committed through theuse of modern technology.

3. Negara Pihak wajib mengupayakanuntuk bekerja sama sesuaikemampuan masing-masing untukmengatasi kejahatan menurutKonvensi ini yang dilakukan melaluipenggunaan teknologi modern.

Article 49

Joint investigations

Pasal 49

Penyidikan bersamaStates Parties shall consider concludingbilateral or multilateral agreements orarrangements whereby, in relation tomatters that are the subject ofinvestigations, prosecutions or judicialproceedings in one or more States, thecompetent authorities concerned mayestablish joint investigative bodies. In theabsence of such agreements orarrangements, joint investigations may beundertaken by agreement on a case-by-case basis. The States Parties involvedshall ensure that the sovereignty of theState Party in whose territory suchinvestigation is to take place is fullyrespected.

Negara Pihak wajib mempertimbangkanuntuk mengadakan perjanjian ataupengaturan bilateral atau multilateralyang, dalam kaitan dengan masalahyang menjadi pokok penyidikan,penuntutan atau proses pengadilan disatu atau lebih Negara, dapat digunakanoleh pejabat berwenang yangbersangkutan untuk mengadakanpenyidikan bersama. Jika perjanjian ataupengaturan semacam itu tidak ada,penyidikan bersama dapat dilakukandengan perjanjian atas dasar kasus perkasus. Negara Pihak yang terlibat wajibmengusahakan agar kedaulatan NegaraPihak yang di wilayahnya dilakukanpenyidikan semacam itu dihormatisepenuhnya.

Article 50

Special investigative techniques

Pasal 50

Teknik penyidikan khusus

1. In order to combat corruptioneffectively, each State Party shall, tothe extent permitted by the basicprinciples of its domestic legal systemand in accordance with the conditionsprescribed by its domestic law, takesuch measures as may be necessary,within its means, to allow for theappropriate use by its competent

authorities of controlled delivery and,where it deems appropriate, otherspecial investigative techniques, suchas electronic or other forms ofsurveillance and undercoveroperations, within its territory, and toallow for the admissibility in court of

1. Untuk memberantas korupsi secaraefektif, Negara Pihak wajib,sepanjang dimungkinkan oleh prinsip-prinsip dasar sistem hukumnasionalnya dan berdasarkan syarat-syarat yang ditetapkan oleh hukumnasionalnya, mengambil tindakan-tindakan yang perlu, sesuaikemampuannya, untuk mengizinkan

pejabat berwenangnya menggunakanpenyerahan terkendali dan,sepanjang dianggap layak, teknik-teknik penyidikan khusus lain, sepertipengintaian elektronik atau bentuklain pengintaian atau operasi rahasia,di dalam wilayahnya, dan untukmemungkinkan agar bukti yang

Page 63: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 63/168

 

  63

evidence derived therefrom. diperoleh dari kegiatan itu diterimaoleh pengadilan.

2. For the purpose of investigating theoffences covered by this Convention,States Parties are encouraged to

conclude, when necessary,appropriate bilateral or multilateralagreements or arrangements forusing such special investigativetechniques in the context ofcooperation at the international level.Such agreements or arrangementsshall be concluded and implementedin full compliance with the principle ofsovereign equality of States and shallbe carried out strictly in accordance

with the terms of those agreements orarrangements.

2. Untuk tujuan penyidikan kejahatanmenurut Konvensi ini, Negara Pihakdianjurkan untuk mengadakan, jika

perlu, perjanjian atau pengaturanbilateral atau multilateral yang sesuaiuntuk menggunakan teknikpenyidikan khusus itu dalam rangkakerjasama di tingkat internasional.Perjanjian atau pengaturan itu wajibdiadakan dan dilaksanakan denganmematuhi sepenuhnya prinsipkesetaraan kedaulatan Negara danwajib dilaksanakan dengan mengikutisecara ketat ketentuan-ketentuan

yang terdapat dalam perjanjian ataupengaturan itu.

3. In the absence of an agreement orarrangement as set forth in paragraph2 of this article, decisions to use suchspecial investigative techniques at theinternational level shall be made on acase-by-case basis and may, whennecessary, take into consideration

financial arrangements andunderstandings with respect to theexercise of jurisdiction by the StatesParties concerned.

3. Dalam hal perjanjian atau pengaturansebagaimana dimaksud pada ayat 2tidak ada, keputusan untukmenggunakan teknik penyidikankhusus itu di tingkat internasionalwajib dilakukan atas dasar kasus perkasus dan dapat, jika perlu,

memperhatikan pengaturan danakibat keuangan berkenaan denganpelaksanaan yurisdiksi oleh NegaraPihak yang bersangkutan.

4. Decisions to use controlled delivery atthe international level may, with theconsent of the States Partiesconcerned, include methods such asintercepting and allowing the goods orfunds to continue intact or be

removed or replaced in whole or inpart.

4. Keputusan untuk menggunakanpenyerahan terkendali di tingkatinternasional dapat, denganpersetujuan Negara-Negara Pihak,meliputi metoda seperti pencegatandan pembiaran barang atau dana

secara utuh atau dipindahkan atauditukar seluruhnya atau sebagiannya.

Chapter V

Asset recovery

Bab V

Pengembalian Aset

Article 51

General provision

Pasal 51

Ketentuan umum

The return of assets pursuant to thischapter is a fundamental principle of this

Convention, and States Parties shallafford one another the widest measure ofcooperation and assistance in thisregard.

Pengembalian aset menurut bab inimerupakan prinsip dasar Konvensi ini,

dan Negara Pihak wajib salingmemberikan kerjasama dan bantuanseluas mungkin untuk itu.

Page 64: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 64/168

 

 64

Article 52

Prevention and detection of transfersof proceeds of crime

Pasal 52

Pencegahan dan Deteksi TransferHasil Kejahatan

1. Without prejudice to article 14 of thisConvention, each State Party shall

take such measures as may benecessary, in accordance with itsdomestic law, to require financialinstitutions within its jurisdiction toverify the identity of customers, totake reasonable steps to determinethe identity of beneficial owners offunds deposited into high-valueaccounts and to conduct enhancedscrutiny of accounts sought ormaintained by or on behalf ofindividuals who are, or have been,entrusted with prominent publicfunctions and their family membersand close associates. Such enhancedscrutiny shall be reasonably designedto detect suspicious transactions forthe purpose of reporting to competentauthorities and should not be soconstrued as to discourage or prohibitfinancial institutions from doing

business with any legitimatecustomer.

1. Tanpa mengurangi ketentuan pasal14 Konvensi ini, Negara Pihak wajib

mengambil tindakan-tindakan yangperlu, sesuai dengan hukumnasionalnya, untuk mewajibkanlembaga keuangan dalamyurisdiksinya untuk meneliti identitasnasabah, untuk mengambil langkah-langkah yang wajar guna menetapkanidentitas pemilik dari dana yangdisimpan dalam rekening yangbernilai besar dan untukmelaksanakan ketelitian ekstra atasrekening yang dibuat atau dipegangoleh atau atas nama perorangan yangdipercayakan atau telah dipercayakanpada jabatan publik yang penting danpara anggota keluarga serta mitradekatnya. Ketelitian ekstra itu harusdirancang secara memadai untukmendeteksi transaksi-transaksi yangmencurigakan untuk tujuan pelaporankepada pejabat yang berwenang dan

tidak boleh ditafsirkan sedemikianuntuk mencegah atau melaranglembaga keuangan melakukankegiatan usaha dengan nasabahyang sah.

2. In order to facilitate implementation ofthe measures provided for inparagraph 1 of this article, each StateParty, in accordance with its domesticlaw and inspired by relevant initiatives

of regional, interregional andmultilateral organizations againstmoney-laundering, shall:

2. Untuk memfasilitasi pelaksanaantindakan-tindakan sebagimanadimaksud pada ayat 1, Negara Pihak,sesuai dengan hukum nasionalnyadan dengan mengikuti prakarsa-

prakarsa organisasi regional, antar-regional dan multilateral yangbersangkutan terhadap pencucianuang, wajib:

(a) Issue advisories regarding thetypes of natural or legal person towhose accounts financialinstitutions within its jurisdictionwill be expected to applyenhanced scrutiny, the types of

accounts and transactions towhich to pay particular attentionand appropriate account-opening,maintenance and record-keepingmeasures to take concerning suchaccounts; and

(a) Mengeluarkan pedomanmengenai jenis orang atau badanhukum yang rekening-rekeningnya perlu diberikanketelitian ekstra oleh lembagakeuangan di dalam yurisdiksinya,

 jenis rekening dan transaksi yangperlu diberikan perhatian khususserta tindakan-tindakan yang akandiambil dalam pembukaanrekening, penyimpanan danpembukuan menyangkutrekening-rekening tersebut; dan

Page 65: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 65/168

 

  65

 

(b) Where appropriate, notify financialinstitutions within its jurisdiction, atthe request of another State Partyor on its own initiative, of theidentity of particular natural or

legal persons to whose accountssuch institutions will be expectedto apply enhanced scrutiny, inaddition to those whom thefinancial institutions mayotherwise identify.

(b) Sepanjang diperlukan,memberitahukan kepada lembagakeuangan di dalam yurisdiksinya,atas permintaan Negara Pihaklain atau atas prakarsanya sendiri,

mengenai identitas orang ataubadan hukum tertentu yangrekening-rekeningnya perludiberikan ketelitian ekstra olehlembaga tersebut, selain dariorang atau badan hukum yangdiidentifkasi oleh lembagakeuangan.

3. In the context of paragraph 2 (a) ofthis article, each State Party shall

implement measures to ensure thatits financial institutions maintainadequate records, over anappropriate period of time, ofaccounts and transactions involvingthe persons mentioned in paragraph 1of this article, which should, as aminimum, contain information relatingto the identity of the customer as wellas, as far as possible, of thebeneficial owner.

3. Dalam rangka ketentuan ayat 2 (a),Negara Pihak wajib melaksanakan

tindakan-tindakan untuk menjaminagar lembaga keuangannyamenyimpan catatan yang memadai,selama jangka waktu yang layak,tentang rekening-rekening dantransaksi-transaksi yang melibatkanorang-orang sebagaimana dimaksudpada ayat 1, dan catatan itusekurang-kurangnya memuatinformasi yang berkaitan denganidentitas nasabah dan, sejauh

memungkinkan, identitas pemilik.

4. With the aim of preventing anddetecting transfers of proceeds ofoffences established in accordancewith this Convention, each State Partyshall implement appropriate andeffective measures to prevent, withthe help of its regulatory andoversight bodies, the establishment ofbanks that have no physical presenceand that are not affiliated with aregulated financial group. Moreover,States Parties may consider requiringtheir financial institutions to refuse toenter into or continue a correspondentbanking relationship with suchinstitutions and to guard againstestablishing relations with foreignfinancial institutions that permit theiraccounts to be used by banks that

have no physical presence and thatare not affiliated with a regulatedfinancial group.

4. Untuk maksud mencegah danmendeteksi transfer hasil darikejahatan menurut Konvensi ini,Negara Pihak wajib melaksanakantindakan-tindakan yang tepat danefektif untuk mencegah, denganbantuan badan pengatur danpengawas, pendirian bank yang tidakmempunyai keberadaan fisik danyang tidak terafiliasi pada suatukelompok keuangan. Selain itu,Negara Pihak dapatmempertimbangkan untukmewajibkan lembaga keuangannyamenolak mengadakan ataumeneruskan hubungan korespondenperbankan dengan lembagasemacam itu dan untuk menghindarihubungan dengan lembaga keuangan

asing yang mengizinkan rekeningnyadigunakan oleh bank yang tidakmempunyai keberadaan fisik danyang tidak terafiliasi pada suatukelompok keuangan.

5. Each State Party shall considerestablishing, in accordance with its

5. Negara Pihak wajibmempertimbangkan untuk

Page 66: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 66/168

 

 66

domestic law, effective financialdisclosure systems for appropriatepublic officials and shall provide forappropriate sanctions for non-compliance. Each State Party shallalso consider taking such measures

as may be necessary to permit itscompetent authorities to share thatinformation with the competentauthorities in other States Partieswhen necessary to investigate, claimand recover proceeds of offencesestablished in accordance with thisConvention.

mengadakan, sesuai dengan hukumnasionalnya, sistem pengungkapankeuangan yang efektif untuk parapejabat publik yang sesuai dan wajibmengatur sanksi yang sesuai jikatidak dipatuhi. Negara Pihak wajib

 juga mempertimbangkan untukmengambil tindakan-tindakan yangperlu untuk mengizinkan pejabatberwenangnya memberikan informasiitu kepada pejabat berwenangNegara Pihak yang lain jika adakeperluan untuk menyidik, menuntutdan mengembalikan hasil darikejahatan menurut Konvensi ini.

6. Each State Party shall consider taking

such measures as may be necessary,in accordance with its domestic law,to require appropriate public officialshaving an interest in or signature orother authority over a financialaccount in a foreign country to reportthat relationship to appropriateauthorities and to maintainappropriate records related to suchaccounts. Such measures shall also

provide for appropriate sanctions fornon-compliance.

6. Negara Pihak wajib

mempertimbangkan untuk mengambiltindakan-tindakan yang perlu, sesuaidengan hukum nasionalnya, untukmewajibkan para pejabat publik yangsesuai yang mempunyai kepentingandalam atau tandatangan ataukewenangan lain atas suatu rekeningdi negara asing untuk melaporkanhubungan itu kepada pejabatberwenang yang sesuai dan untuk

menyimpan catatan-catatan yangsesuai yang berkaitan denganrekening-rekening itu. Tindakan-tindakan itu wajib juga memberikansanksi yang sesuai jika tidak dipatuhi.

Article 53

Measures for direct recovery ofproperty

Pasal 53

Tindakan untuk pengembaliankekayaan secara langsung

Each State Party shall, in accordance

with its domestic law:

Negara Pihak wajib, sesuai dengan

hukum nasionalnya:

(a) Take such measures as may benecessary to permit another StateParty to initiate civil action in itscourts to establish title to orownership of property acquiredthrough the commission of anoffence established in accordancewith this Convention;

(a) Mengambil tindakan-tindakan yangperlu untuk mengizinkan NegaraPihak lain melakukan tindakanperdata di pengadilannya untukmenetapkan hak atas atau pemilikandari kekayaan yang diperoleh daripelaksanaan kejahatan menurutKonvensi ini;

(b) Take such measures as may benecessary to permit its courts toorder those who have committedoffences established in accordancewith this Convention to paycompensation or damages toanother State Party that has been

(b) Mengambil tindakan-tindakan yangperlu untuk mengizinkanpengadilannya memerintahkankepada mereka yang telah melakukankejahatan menurut Konvensi ini untukmembayar kompensasi atau kerugiankepada Negara Pihak lain yang

Page 67: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 67/168

 

  67

harmed by such offences; and dirugikan oleh kejahatan itu; dan

(c) Take such measures as may benecessary to permit its courts orcompetent authorities, when havingto decide on confiscation, to

recognize another State Party’sclaim as a legitimate owner ofproperty acquired through thecommission of an offenceestablished in accordance with thisConvention.

(c) Mengambil tindakan-tindakan yangperlu untuk mengizinkan pengadilanatau badan berwenangnya, ketikaharus memutus tentang perampasan,

untuk menerima klaim Negara lainsebagai pemilik sah dari kekayaanyang diperoleh dari pelaksanaankejahatan menurut Konvensi ini.

Article 54

Mechanisms for recovery of propertythrough international cooperation in

confiscation

Pasal 54

Mekanisme pengembalian kekayaanmelalui kerjasama internasional untuk

perampasan

1. Each State Party, in order to providemutual legal assistance pursuant toarticle 55 of this Convention withrespect to property acquired throughor involved in the commission of anoffence established in accordancewith this Convention, shall, inaccordance with its domestic law:

1. Untuk memberikan bantuan hukumtimbal-balik menurut ketentuan pasal55 Konvensi ini menyangkutkekayaan yang diperoleh dari atauyang terlibat dalam pelaksanaankejahatan menurut Konvensi ini,Negara Pihak wajib, sesuai denganhukum nasionalnya:

(a) Take such measures as may be

necessary to permit its competentauthorities to give effect to anorder of confiscation issued by acourt of another State Party;

(a) Mengambil tindakan yang perlu

untuk mengizinkan pejabatberwenangnya melaksanakanperintah perampasan yangdikeluarkan oleh pengadilanNegara Pihak lain;

(b) Take such measures as may benecessary to permit its competentauthorities, where they have

 jurisdiction, to order theconfiscation of such property of

foreign origin by adjudication of anoffence of money-laundering orsuch other offence as may bewithin its jurisdiction or by otherprocedures authorized under itsdomestic law; and

(b) Mengambil tindakan yang perluuntuk mengizinkan pejabatberwenangnya, yang ada dalamyurisdiksinya, memerintahkanperampasan kekayaan yang

berasal dari luar negeri denganputusan tentang kejahatanpencucian uang atau kejahatanlain yang ada dalam yurisdiksinyaatau dengan prosedur lain yangdimungkinkan oleh hukumnasionalnya; dan

(c) Consider taking such measuresas may be necessary to allowconfiscation of such propertywithout a criminal conviction incases in which the offendercannot be prosecuted by reasonof death, flight or absence or inother appropriate cases.

(c) mempertimbangkan untukmengambil tindakan-tindakanyang perlu untuk memungkinkanperampasan kekayaan itu tanpadisertai penghukuman pidanadalam kasus-kasus yangpelakunya tidak dapat dituntutkarena meninggal dunia,melarikan diri atau tidakditemukan atau dalam kasus-

Page 68: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 68/168

 

 68

kasus lain yang sesuai.

2. Each State Party, in order to providemutual legal assistance upon arequest made pursuant to paragraph2 of article 55 of this Convention,

shall, in accordance with its domesticlaw:

2. Untuk memberikan bantuan hukumtimbal-balik atas permintaan yangdiajukan menurut ketentuan ayat 2pasal 55 Konvensi ini, Negara Pihak

wajib, sesuai dengan hukumnasionalnya:

(a) Take such measures as may benecessary to permit its competentauthorities to freeze or seizeproperty upon a freezing orseizure order issued by a court orcompetent authority of arequesting State Party thatprovides a reasonable basis for

the requested State Party tobelieve that there are sufficientgrounds for taking such actionsand that the property wouldeventually be subject to an orderof confiscation for purposes ofparagraph 1 (a) of this article;

(a) mengambil tindakan-tindakanyang perlu untuk mengizinkanpejabat berwenangnyamembekukan atau menyitakekayaan berdasarkan perintahpembekuan atau penyitaan yangdikeluarkan oleh pengadilan ataupejabat berwenang Negara Pihak

yang meminta yang memberikandasar yang memadai bagi NegaraPihak yang diminta untukmeyakini bahwa terdapat alasan-alasan yang cukup untukmengambil tindakan-tindakan itudan bahwa kekayaan tersebutakan pada akhirnya dikenakanperintah perampasan untuk tujuanketentuan ayat 1 (a);

(b) Take such measures as may benecessary to permit its competentauthorities to freeze or seizeproperty upon a request thatprovides a reasonable basis forthe requested State Party tobelieve that there are sufficientgrounds for taking such actionsand that the property wouldeventually be subject to an order

of confiscation for purposes ofparagraph 1 (a) of this article; and

(b) mengambil tindakan-tindakanyang perlu untuk mengizinkanpejabat berwenangnyamembekukan atau menyitakekayaan atas permintaan yangmemberikan dasar yang memadaibagi Negara Pihak yang dimintauntuk meyakini bahwa terdapatalasan-alasan yang cukup untukmengambil tindakan-tindakaan itu

dan bahwa kekayaan tersebutakan pada akhirnya dikenakanperintah perampasan untuk tujuanketentuan ayat 1 (a); dan

(c) Consider taking additionalmeasures to permit its competentauthorities to preserve property forconfiscation, such as on the basisof a foreign arrest or criminalcharge related to the acquisition of

such property.

(c) mempertimbangkan untukmengambil tindakan-tindakantambahan untuk mengizinkanpejabat berwenangnya menahankekayaan itu guna perampasan,seperti atas dasar putusan negara

asing atau tuduhan pidana yangberkaitan dengan perolehankekayaan itu.

Page 69: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 69/168

 

  69

Article 55

International cooperation for purposesof confiscation

Pasal 55

Kerjasama internasional untuk tujuanperampasan

1. A State Party that has received arequest from another State Party

having jurisdiction over an offenceestablished in accordance with thisConvention for confiscation ofproceeds of crime, property,equipment or other instrumentalitiesreferred to in article 31, paragraph 1,of this Convention situated in itsterritory shall, to the greatest extentpossible within its domestic legalsystem:

1. Negara Pihak yang telah menerimapermintaan dari Negara Pihak lain

yang mempunyai yurisdiksi atas suatukejahatan menurut Konvensi ini untukmerampas hasil kejahatan, kekayaan,alat atau sarana lain sebagaimanadimaksud dalam pasal 31 ayat 1Konvensi ini yang ada di wilayahnyawajib, sepanjang dimungkinkan dalamsistem hukum nasionalnya:

(a) Submit the request to itscompetent authorities for thepurpose of obtaining an order ofconfiscation and, if such an orderis granted, give effect to it; or

(a) menyampaikan permintaan itukepada pejabat berwenangnyadengan tujuan untuk memperolehperintah perampasan dan untukmenindak-lanjuti, jika perintah itudiberikan; atau

(b) Submit to its competentauthorities, with a view to givingeffect to it to the extent requested,an order of confiscation issued by

a court in the territory of therequesting State Party inaccordance with articles 31,paragraph 1, and 54, paragraph 1(a), of this Convention insofar as itrelates to proceeds of crime,property, equipment or otherinstrumentalities referred to inarticle 31, paragraph 1, situated inthe territory of the requested State

Party.

(b) menyampaikan kepada pejabatberwenangnya, dengan tujuanuntuk menindak-lanjuti, jikadiminta, perintah perampasan

yang dikeluarkan oleh pengadilandi wilayah Negara Pihak yangmeminta sesuai dengan ketentuanpasal 31 ayat 1 dan pasal 54 ayat1 (a) Konvensi ini, sepanjang haltersebut berkaitan dengan hasilkejahatan, kekayaan, alat atausarana lain sebagaimanadimaksud dalam pasal 31 ayat 1,yang berada di wilayah Negara

Pihak yang diminta.

2. Following a request made by anotherState Party having jurisdiction over anoffence established in accordancewith this Convention, the requestedState Party shall take measures toidentify, trace and freeze or seizeproceeds of crime, property,equipment or other instrumentalitiesreferred to in article 31, paragraph 1,

of this Convention for the purpose ofeventual confiscation to be orderedeither by the requesting State Partyor, pursuant to a request underparagraph 1 of this article, by therequested State Party.

2. Setelah suatu permintaan diajukanoleh Negara Pihak lain yangmempunyai yurisdiksi atas suatukejahatan menurut Konvensi ini,Negara Pihak yang diminta wajibmengambil tindakan-tindakan untukmengidentifikasi, melacak danmembekukan atau menyita hasilkejahatan, kekayaan, alat dan sarana

lain sebagaimana dimaksud dalampasal 31 ayat 1 Konvensi ini untuktujuan perampasan yang akandiperintahkan oleh Negara Pihakyang meminta atau, berdasarkanpermintaan menurut ketentuan ayat 1,oleh Negara Pihak yang diminta.

Page 70: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 70/168

 

 70

3. The provisions of article 46 of thisConvention are applicable, mutatismutandis, to this article. In addition tothe information specified in article 46,paragraph 15, requests madepursuant to this article shall contain:

3. Ketentuan pasal 46 Konvensi iniberlaku, mutatis mutandis, bagi pasalini. Selain dari informasi yang diaturdalam pasal 46 ayat 15, permintaanyang diajukan berdasarkan pasal iniharus memuat:

(a) In the case of a request pertainingto paragraph 1 (a) of this article, adescription of the property to beconfiscated, including, to theextent possible, the location and,where relevant, the estimatedvalue of the property and astatement of the facts relied uponby the requesting State Partysufficient to enable the requested

State Party to seek the orderunder its domestic law;

(a) Bagi permintaan yangmenyangkut ketentuan ayat 1 (a),uraian mengenai kekayaan yangakan dirampas, termasuk,sepanjang memungkinkan, lokasidan, jika relevan, perkiraan nilaikekayaan serta pernyataanmengenai fakta-fakta yangdiyakini oleh Negara Pihak yangmeminta yang cukup untuk

memungkinkan Negara Pihakyang diminta untukmengupayakan perintahberdasarkan hukum nasionalnya;

(b) In the case of a request pertainingto paragraph 1 (b) of this article, alegally admissible copy of anorder of confiscation upon whichthe request is based issued by the

requesting State Party, astatement of the facts andinformation as to the extent towhich execution of the order isrequested, a statement specifyingthe measures taken by therequesting State Party to provideadequate notification to bona fidethird parties and to ensure dueprocess and a statement that theconfiscation order is final;

(b) Bagi permintaan yangmenyangkut ketentuan ayat 1 (b),salinan sah perintah perampasanyang menjadi dasar pengajuanpermintaan, yang dikeluarkan

oleh Negara Pihak yang meminta,pernyataan mengenai fakta-faktadan informasi mengenai lingkupyang diminta dalam pelaksanaanperintah itu, pernyataan tentangtindakan-tindakan Negara Pihakyang meminta yang dilakukanuntuk menyampaikanpemberitahuan yang cukupkepada pihak ketiga yangberitikad baik dan untuk menjamin

perlindungan hukum sertapernyataan bahwa perintahperampasan itu bersifat final;

(c) In the case of a request pertainingto paragraph 2 of this article, astatement of the facts relied uponby the requesting State Party anda description of the actionsrequested and, where available, alegally admissible copy of an

order on which the request isbased.

(c) Bagi permintaan yangmenyangkut ketentuan ayat 2,pernyataan mengenai fakta-faktayang diyakini oleh Negara Pihakyang meminta dan uraian tentangtindakan-tindakan yang dimintadan, jika ada, salinan sah perintah

yang menjadi dasar pengajuanpermintaan;

4. The decisions or actions provided forin paragraphs 1 and 2 of this articleshall be taken by the requested StateParty in accordance with and subject

4. Keputusan atau tindakan-tindakansebagaimana dimaksud pada ayat 1dan ayat 2 harus diambil oleh NegaraPihak yang diminta sesuai dengan

Page 71: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 71/168

 

  71

to the provisions of its domestic lawand its procedural rules or anybilateral or multilateral agreement orarrangement to which it may bebound in relation to the requestingState Party.

dan menurut ketentuan-ketentuanhukum nasionalnya dan hukumacaranya atau perjanjian ataupengaturan bilateral atau multilateralyang membuatnya terikat padaNegara Pihak yang meminta.

5. Each State Party shall furnish copiesof its laws and regulations that giveeffect to this article and of anysubsequent changes to such lawsand regulations or a descriptionthereof to the Secretary-General ofthe United Nations.

5. Negara Pihak wajib menyerahkansalinan undang-undang danperaturan-peraturan yangmelaksanakan pasal ini sertaperubahan-perubahannya atauketerangan mengenai hal itu kepadaSekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa.

6. If a State Party elects to make the

taking of the measures referred to inparagraphs 1 and 2 of this articleconditional on the existence of arelevant treaty, that State Party shallconsider this Convention thenecessary and sufficient treaty basis.

6. Jika suatu Negara Pihak memilih

untuk mengambil tindakan-tindakansebagaimana dimaksud pada ayat 1dan ayay 2 tergantung pada adanyatraktat yang sesuai, Negara Pihak ituwajib mempertimbangkan Konvensiini sebagai dasar traktat yang perludan cukup.

7. Cooperation under this article mayalso be refused or provisionalmeasures lifted if the requested StateParty does not receive sufficient andtimely evidence or if the property is ofa de minimis value.

7. Kerjasama berdasarkan pasal inidapat juga ditolak atau tindakan-tindakan sementara dihentikan jikaNegara Pihak yang diminta tidakmenerima bukti yang cukup dantepat-waktu atau jika kekayaan itubernilai de minimis .

8. Before lifting any provisional measuretaken pursuant to this article, therequested State Party shall, whereverpossible, give the requesting StateParty an opportunity to present its

reasons in favour of continuing themeasure.

8. Sebelum menghentikan suatutindakan sementara yang dilakukanberdasarkan pasal ini, Negara Pihakyang diminta wajib, jikadimungkinkan, memberikan kepada

Negara Pihak yang meminta,kesempatan untuk menyampaikanalasan-alasannya yang mendukungagar tindakan itu dilanjutkan.

9. The provisions of this article shall notbe construed as prejudicing the rightsof bona fide third parties.

9. Ketentuan pasal ini tidak bolehditafsirkan sebagaimengesampingkan hak-hak pihakketiga yang beritikad baik.

Article 56

Special cooperation

Pasal 56

Kerjasama khusus

Without prejudice to its domestic law,each State Party shall endeavour to takemeasures to permit it to forward, withoutprejudice to its own investigations,prosecutions or judicial proceedings,information on proceeds of offences

Tanpa mengurangi hukum nasionalnya,Negara Pihak wajib berupaya mengambiltindakan-tindakan untukmemungkinkannya meneruskan, tanpamengurangi penyidikan, penuntutan atauproses pengadilannya sendiri, informasi

Page 72: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 72/168

 

 72

established in accordance with thisConvention to another State Partywithout prior request, when it considersthat the disclosure of such informationmight assist the receiving State Party ininitiating or carrying out investigations,

prosecutions or judicial proceedings ormight lead to a request by that StateParty under this chapter of theConvention.

mengenai hasil kejahatan menurutKonvensi ini kepada Negara Pihak laintanpa diminta, bilamana ia berpendapatbahwa pengungkapan informasi itu dapatmembantu Negara Pihak lain untukmemulai atau melakukan penyidikan,

penuntutan atau proses peradilan ataudapat mengarah pada pengajuanpermintaan oleh Negara Pihak lain ituberdasarkan bab ini.

Article 57

Return and disposal of assets

Pasal 57

Pengembalian dan penyerahan aset

1. Property confiscated by a State Partypursuant to article 31 or 55 of thisConvention shall be disposed of,

including by return to its priorlegitimate owners, pursuant toparagraph 3 of this article, by thatState Party in accordance with theprovisions of this Convention and itsdomestic law.

1. Kekayaan yang dirampas oleh suatuNegara Pihak berdasarkan pasal 31atau 55 Konvensi ini wajib

diserahkan, termasuk denganpengembalian kepada para pemiliksah sebelumnya, berdasarkanketentuan ayat 3, oleh Negara Pihaksesuai dengan ketentuan Konvensi inidan hukum nasionalnya.

2. Each State Party shall adopt suchlegislative and other measures, inaccordance with the fundamentalprinciples of its domestic law, as maybe necessary to enable its competentauthorities to return confiscatedproperty, when acting on the requestmade by another State Party, inaccordance with this Convention,taking into account the rights of bonafide third parties.

2. Negara Pihak wajib mengambiltindakan-tindakan legislatif danlainnya, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar hukum nasionalnya,yang perlu untuk memungkinkanpejabat berwenangnyamengembalikan kekayaan yangdirampas, ketika bertindak ataspermintaan yang diajukan olehNegara Pihak lain, sesuai denganKonvensi ini, dengan memperhatikanhak-hak pihak ketiga yang beritikadbaik.

3. In accordance with articles 46 and 55of this Convention and paragraphs 1and 2 of this article, the requestedState Party shall:

3. Sesuai dengan ketentuan pasal 46dan pasal 55 Konvensi ini dan ayat 1dan ayat 2, Negara Pihak yangdiminta wajib :

(a) In the case of embezzlement ofpublic funds or of laundering ofembezzled public funds asreferred to in articles 17 and 23 ofthis Convention, whenconfiscation was executed in

accordance with article 55 and onthe basis of a final judgement inthe requesting State Party, arequirement that can be waived bythe requested State Party, returnthe confiscated property to therequesting State Party;

(a) Untuk kasus penggelapan danapublik atau pencucian dana yangdigelapkan sebagaimanadimaksud dalam pasal 17 danpasal 23 Konvensi ini, jikaperampasan dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan pasal 55 danatas dasar putusan akhir diNegara Pihak yang meminta,suatu persyaratan yang dapatdikesampingkan oleh NegaraPihak yang diminta,mengembalikan kekayaan yangdirampas kepada Negara Pihak

Page 73: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 73/168

 

  73

yang meminta;

(b) In the case of proceeds of anyother offence covered by thisConvention, when the confiscationwas executed in accordance with

article 55 of this Convention andon the basis of a final judgementin the requesting State Party, arequirement that can be waived bythe requested State Party, returnthe confiscated property to therequesting State Party, when therequesting State Party reasonablyestablishes its prior ownership ofsuch confiscated property to therequested State Party or when the

requested State Party recognizesdamage to the requesting StateParty as a basis for returning theconfiscated property;

(b) Untuk kasus hasil dari kejahatanlain menurut Konvensi ini, jikaperampasan dilakukan sesuaidengan ketentuan pasal 55

Konvensi ini dan atas dasarputusan akhir di Negara Pihakyang meminta, suatu persyaratanyang dapat dikesampingkan olehNegara Pihak yang diminta,mengembalikan kekayaan yangdirampas kepada Negara Pihakyang meminta, jika Negara Pihakyang meminta menetapkansecara memadai pemilikansebelumnya atas kekayaan yang

dirampas kepada Negara Pihakyang diminta atau jika NegaraPihak yang diminta mengakuiadanya kerugian terhdap NegaraPihak yang meminta sebagaidasar untuk mengembalikankekayaan yang dirampas itu.

(c) In all other cases, give priorityconsideration to returning

confiscated property to therequesting State Party, returningsuch property to its prior legitimateowners or compensating thevictims of the crime.

(c) Untuk kasus lain, memberikanprioritas bagi pengembalian

kekayaan yang dirampas kepadaNegara Pihak yang meminta,mengembalikan kekayaan itukepada para pemilik sahsebelumnya atau memberikempensasi kepada korbankejahatan.

4. Where appropriate, unless StatesParties decide otherwise, therequested State Party may deduct

reasonable expenses incurred ininvestigations, prosecutions or judicialproceedings leading to the return ordisposition of confiscated propertypursuant to this article.

4. Sepanjang perlu, jika Negara-NegaraPihak tidak memutuskan lain, NegaraPihak yang diminta dapat mengurangi

pengeluaran-pengeluaran yang wajaryang terjadi dalam penyidikan,penuntutan atau proses peradilanyang mengarah pada pengembalianatau penyerahan kekayaan yangdirampas berdasarkan pasal ini.

5. Where appropriate, States Partiesmay also give special consideration toconcluding agreements or mutuallyacceptable arrangements, on a case-

by-case basis, for the final disposal ofconfiscated property.

5. Sepanjang perlu, Negara-NegaraPihak dapat juga memberikanpertimbangan khusus untukmengadakan perjanjian atau

pengaturan yang dapat diterimabersama, atas dasar kasus per kasus,untuk penyerahan akhir kekayaanyang dirampas.

Page 74: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 74/168

 

 74

Article 58

Financial intelligence unit

Pasal 58

Unit intelijens keuangan

States Parties shall cooperate with oneanother for the purpose of preventing andcombating the transfer of proceeds of

offences established in accordance withthis Convention and of promoting waysand means of recovering such proceedsand, to that end, shall considerestablishing a financial intelligence unit tobe responsible for receiving, analysingand disseminating to the competentauthorities reports of suspicious financialtransactions.

Negara-Negara Pihak wajib salingbekerja sama untuk mencegah danmemberantas transfer hasil dari

kejahatan menurut Konvensi ini danmeningkatkan cara dan sarana untukmengembalikan hasil itu dan, untuktujuan itu, wajib mempertimbangkanuntuk membentuk unit intelijen keuanganyang bertanggung jawab ataspenerimaan, analisis danpenyebarluasan laporan mengenaitransaksi keuangan yang mencurigakankepada pejabat-pejabat yang berwenang.

Article 59

Bilateral and multilateral agreementsand arrangements

Pasal 59

Perjanjian dan pengaturan bilateraldan multilateral

States Parties shall consider concludingbilateral or multilateral agreements orarrangements to enhance theeffectiveness of international cooperationundertaken pursuant to this chapter ofthe Convention.

Negara Pihak wajib mempertimbangkanuntuk mengadakan perjanjian ataupengaturan bilateral atau multilateraluntuk meningkatkan keefektivankerjasama internasional yang dilakukanberdasarkan bab ini.

Chapter VI

Technical assistance and informationexchange

Bab VI

Bantuan teknis dan pertukaraninformasi

Article 60

Training and technical assistance

Pasal 60

Pelatihan dan bantuan teknis

1. Each State Party shall, to the extentnecessary, initiate, develop orimprove specific training programmesfor its personnel responsible forpreventing and combating corruption.Such training programmes could deal,inter alia, with the following areas:

1. Negara Pihak wajib, sepanjang perlu,membuat, mengembangkan ataumenyempurnakan program-programpelatihan khusus bagi personilnyayang bertanggung jawab mencegahdan memberantas korupsi. Program-program pelatihan itu dapatmenyangkut, antara lain, bidang-bidang sebagai berikut:

(a) Effective measures to prevent,detect, investigate, punish andcontrol corruption, including theuse of evidence-gathering and

investigative methods;

(a) Tindakan-tindakan yang efektifuntuk mencegah, mendeteksi,menyidik, menghukum danmengendalikan korupsi, termasuk

penggunaan metoda-metodapengumpulan bukti danpenyidikan;

(b) Building capacity in thedevelopment and planning ofstrategic anticorruption policy;

(b) Peningkatan kemampuan dalampengembangan dan perencanaankebijakan strategis anti korupsi;

Page 75: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 75/168

 

  75

(c) Training competent authorities inthe preparation of requests formutual legal assistance that meetthe requirements of thisConvention;

(c) Pelatihan pejabat yangberwenang dalam menyiapkanpermintaan bantuan hukumtimbal-balik yang memenuhipersyaratan-persyaratan Konvensiini.

(d) Evaluation and strengthening ofinstitutions, public servicemanagement and themanagement of public finances,including public procurement, andthe private sector;

(d) Evaluasi dan penguatan lembaga,pengelolaan layanan umum danpengelolaan keuangan publik,termasuk pengadaan barangpublik, dan sektor swasta;

(e) Preventing and combating thetransfer of proceeds of offencesestablished in accordance with

this Convention and recoveringsuch proceeds;

(e) Pencegahan dan pemberantasantransfer hasil kejahatan yangdilakukan sesuai dengan

Konvensi ini dan pengembalianhasil itu;

(f) Detecting and freezing of thetransfer of proceeds of offencesestablished in accordance withthis Convention;

(f) Deteksi dan pembekuan transferhasil kejahatan yang dilakukansesuai dengan Konvensi ini;

(g) Surveillance of the movement ofproceeds of offences establishedin accordance with this

Convention and of the methodsused to transfer, conceal ordisguise such proceeds;

(g) Pengintaian terhadap pergerakanhasil kejahatan yang dilakukansesuai dengan Konvensi ini dan

terhadap metoda-metoda yangdigunakan untuk mentransfer,menyembunyikan ataumenyamarkan hasil itu;

(h) Appropriate and efficient legal andadministrative mechanisms andmethods for facilitating the returnof proceeds of offencesestablished in accordance withthis Convention;

(h) Mekanisme hukum danadministrasi yang tepat danefisien serta metoda-metodauntuk memfasilitasi pengembalianhasil kejahatan yang dilakukansesuai dengan Konvensi ini; dan

(i) Methods used in protectingvictims and witnesses whocooperate with judicial authorities;and

(i) Metoda-metoda yang digunakandalam melindungi korban dansaksi yang bekerjasama denganpejabat peradilan; dan

(j) Training in national andinternational regulations and inlanguages.

(j) Pelatihan mengenai peraturannasional dan internasional sertapelatihan mengenai bahasa.

2. States Parties shall, according to their

capacity, consider affording oneanother the widest measure oftechnical assistance, especially forthe benefit of developing countries, intheir respective plans andprogrammes to combat corruption,including material support and trainingin the areas referred to in paragraph 1

2. Negara Pihak wajib, sesuai dengan

kemampuan masing-masing,mempertimbangkan untuk salingmemberikan bantuan teknis seluasmungkin, khususnya untuk Negara-Negara berkembang, dalam rencana-rencana dan program-programmasing-masing untuk memberantaskorupsi, termasuk dukungan material

Page 76: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 76/168

 

 76

of this article, and training andassistance and the mutual exchangeof relevant experience andspecialized knowledge, which willfacilitate international cooperationbetween States Parties in the areas of

extradition and mutual legalassistance.

dan pelatihan di bidang-bidangsebagaimana dimaksud pada ayat 1,dan pelatihan serta bantuan danpertukaran pengalaman yang relevandan pengetahuan khusus, yang akanmemfasilitasi kerjasama antar Negara

Pihak di bidang ekstradisi danbantuan hukum timbal-balik.

3. States Parties shall strengthen, to theextent necessary, efforts to maximizeoperational and training activities ininternational and regionalorganizations and in the framework ofrelevant bilateral and multilateralagreements or arrangements.

3. Negara Pihak wajib memperkuat,sepanjang perlu, upaya-upayamemaksimalkan kegiatan operasionaldan pelatihan pada organisasi-organisasi internasional dan regionaldan dalam rangka perjanjian ataupengaturan bilateral dan multilateralyang relevan.

4. States Parties shall consider assistingone another, upon request, inconducting evaluations, studies andresearch relating to the types, causes,effects and costs of corruption in theirrespective countries, with a view todeveloping, with the participation ofcompetent authorities and society,strategies and action plans to combat

corruption.

4. Negara Pihak wajibmempertimbangkan untuk salingmembantu, atas permintaan, dalammelakukan evaluasi, studi dan risetyang berkaitan dengan jenis, sebab,akibat dan biaya korupsi di Negaramasing-masing, dengan tujuan untukmengembangkan, dengan partisipasipejabat yang berwenang dan

masyarakat, strategi dan rencana aksiuntuk memberantas korupsi.

5. In order to facilitate the recovery ofproceeds of offences established inaccordance with this Convention,States Parties may cooperate inproviding each other with the namesof experts who could assist inachieving that objective.

5. Untuk memfasilitasi pengembalianhasil dari kejahatan menurutKonvensi ini, Negara Pihak dapatbekerjasama untuk memberikannama para ahli yang dapat membantupencapaian tujuan itu.

6. States Parties shall consider usingsubregional, regional andinternational conferences andseminars to promote cooperation andtechnical assistance and to stimulatediscussion on problems of mutualconcern, including the specialproblems and needs of developingcountries and countries witheconomies in transition.

6. Negara Pihak wajibmempertimbangkan untukmenggunakan konperensi sub-regional, regional dan internasionaluntuk meningkatkan kerjasama danbantuan teknis serta untukmendorong diskusi tentangpersoalan-persoalan yang menjadiperhatian bersama, termasukpersoalan-persoalan dan kebutuhan-kebutuhan khusus Negara-Negara

berkembang dan Negara-Negaradengan ekonomi dalam transisi.

7. States Parties shall considerestablishing voluntary mechanismswith a view to contributing financiallyto the efforts of developing countriesand countries with economies in

7. Negara Pihak wajibmempertimbangkan untukmenetapkan mekanisme sukareladengan tujuan memberikansumbangan keuangan kepada upaya-

Page 77: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 77/168

 

  77

transition to apply this Conventionthrough technical assistanceprogrammes and projects.

upaya Negara-Negara berkembangdan Negara-Negara dengan ekonomidalam transisi untuk menerapkanKonvensi ini melalui program danproyek bantuan teknis.

8. Each State Party shall considermaking voluntary contributions to theUnited Nations Office on Drugs andCrime for the purpose of fostering,through the Office, programmes andprojects in developing countries with aview to implementing this Convention.

8. Negara Pihak wajibmempertimbangkan untukmemberikan sumbangan-sumbangansukarela kepada Dinas PerserikatanBangsa-Bangsa Mengenai ObatTerlarang dan Kejahatan untuk tujuanmengembangkan, melalui Dinastersebut, program-program danproyek-proyek di Negara-Negaraberkembang dengan tujuanmelaksanakan Konvensi ini.

Article 61

Collection, exchange and analysis ofinformation on corruption

Pasal 61

Pengumpulan, pertukaran dan analisisinformasi tentang korupsi

1. Each State Party shall consideranalysing, in consultation withexperts, trends in corruption in itsterritory, as well as the circumstancesin which corruption offences arecommitted.

1. Negara Pihak wajibmempertimbangkan untukmenganalisis, dengan berkonsultasidengan para ahli, kecenderungandalam korupsi di wilayahnya, jugakeadaan-keadaan apa yangmenyebabkan kejahatan korupsidilakukan.

2. States Parties shall considerdeveloping and sharing with eachother and through international andregional organizations statistics,analytical expertise concerningcorruption and information with a viewto developing, insofar as possible,

common definitions, standards andmethodologies, as well as informationon best practices to prevent andcombat corruption.

2. Negara Pihak wajibmempertimbangkan untukmengembangkan dan saling berbagimelalui statistik organisasiinternasional dan regional, keahliananalitis mengenai korupsi daninformasi untuk mengembangkan,

sepanjang memungkinkan, definisi,standar dan metodologi bersama,serta informasi tentang praktek-praktek terbaik untuk mencegah danmemberantas korupsi.

3. Each State Party shall considermonitoring its policies and actualmeasures to combat corruption andmaking assessments of theireffectiveness and efficiency.

3. Negara Pihak wajibmempertimbangkan untuk memantaukebijakan dan tindakan nyatanyauntuk memberantas korupsi danmembuat penilaian mengenai

keefektivan dan keefisiennnya.

Article 62

Other measures: implementation ofthe Convention through economic

development and technical assistance

Pasal 62

Tindakan lain: pelaksanaan Konvensimelalui pembangunan ekonomi dan

bantuan teknis

1. States Parties shall take measures 1. Negara Pihak wajib mengambil

Page 78: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 78/168

 

 78

conducive to the optimalimplementation of this Convention tothe extent possible, throughinternational cooperation, taking intoaccount the negative effects ofcorruption on society in general, in

particular on sustainabledevelopment.

tindakan-tindakan yang mendukungpelaksanaan optimal Konvensi inisepanjang memungkinkan, melaluikerjasama internasional, denganmempertimbangkan akibat-akibatnegatif korupsi terhadap masyarakat

pada umumnya, dan pada khususnyaterhadap pembangunan yangberkelanjutan.

2. States Parties shall make concreteefforts to the extent possible and incoordination with each other, as wellas with international and regionalorganizations:

2. Negara Pihak wajib melakukanupaya-upaya nyata sepanjangmemungkinkan dan denganberkoordinasi satu sama lain, jugadengan organisasi-organisasiinternasional dan regional:

(a) To enhance their cooperation atvarious levels with developingcountries, with a view tostrengthening the capacity of thelatter to prevent and combatcorruption;

(a) Untuk meningkatkan kerjasama diberbagai tingkat dengan negara-negara berkembang, untukmemperkuat kedudukan negara-negara itu dalam mencegah danmemberantas korupsi;

(b) To enhance financial and materialassistance to support the efforts ofdeveloping countries to preventand fight corruption effectively andto help them implement thisConvention successfully;

(b) Untuk meningkatkan bantuankeuangan dan material gunamendukung upaya-upaya negara-negara berkembang dalammencegah dan melawan korupsisecara efektif dan untukmembantu negara-negara itumelaksanakan Konvensi ini;

(c) To provide technical assistance todeveloping countries andcountries with economies intransition to assist them inmeeting their needs for the

implementation of thisConvention. To that end, StatesParties shall endeavour to makeadequate and regular voluntarycontributions to an accountspecifically designated for thatpurpose in a United Nationsfunding mechanism. StatesParties may also give specialconsideration, in accordance withtheir domestic law and the

provisions of this Convention, tocontributing to that account apercentage of the money or of thecorresponding value of proceedsof crime or property confiscated inaccordance with the provisions ofthis Convention;

(c) Untuk memberikan bantuan tekniskepada negara-negaraberkembang dan negara-negaradengan ekonomi dalam transisiguna membantu negar-negara itu

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka dalammelaksanakan Konvensi ini. Untuktujuan itu, Negara Pihak harusberupaya untuk memberikansumbangan-sumbangan sukarelayang cukup dan teratur kerekening yang khusus untuktujuan itu dalam suatu mekanismependanaan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Negara Pihak dapat juga

memberikan pertimbangankhusus, sesuai dengan hukumnasional masing-masing danketentuan-ketentuan Konvensi iniuntuk menyumbang kepadarekening itu suatu persentaseuang atau nilai setara dari hasil

Page 79: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 79/168

 

  79

kejahatan yang atau kekayaanyang disita sesuai denganketentuan-ketentuan Konvensi ini;

(d) To encourage and persuade otherStates and financial institutions as

appropriate to join them in effortsin accordance with this article, inparticular by providing moretraining programmes and modernequipment to developing countriesin order to assist them inachieving the objectives of thisConvention.

(d) Untuk mendorong danmenghimbau Negara lain dan

lembaga keuangan lain sepanjangperlu untuk bergabung dalamupaya-upaya menurut pasal ini,khususnya dengan memberikanprogram pelatihan dan peralatanmodern yang lebih banyak kepadaNegara-Negara berkembang gunamembantu Negara-Negara itudalam mencapai tujuan-tujuanKonvensi ini.

3. To the extent possible, thesemeasures shall be without prejudiceto existing foreign assistancecommitments or to other financialcooperation arrangements at thebilateral, regional or internationallevel.

3. Sepanjang memungkinkan, tindakan-tindakan ini harus dilakukan denganmemperhatikan komitmen-komitmenbantuan asing yang ada ataupengaturan kerjasama keuangan laindi tingkat bilateral, regional atauinternasional.

4. States Parties may conclude bilateralor multilateral agreements orarrangements on material andlogistical assistance, taking intoconsideration the financialarrangements necessary for themeans of international cooperationprovided for by this Convention to beeffective and for the prevention,detection and control of corruption.

4. Negara Pihak dapat mengadakanperjanjian atau pengaturan bilateralatau multilateral mengenai bantuanmaterial dan logistik, denganmempertimbangkan pengaturankeuangan yang perlu untuk sarana-sarana kerjasama internasionalsebagaimana dimaksud dalamKonvensi ini agar efektif dan untukpencegahan, deteksi danpengendalian korupsi.

Chapter VII

Mechanisms for implementation

Bab VII

Mekanisme pelaksanaan

Article 63

Conference of the States Parties to theConvention

Pasal 63

Konperensi Negara Pihak padaKonvensi

1. A Conference of the States Parties tothe Convention is hereby establishedto improve the capacity of andcooperation between States Parties toachieve the objectives set forth in this

Convention and to promote andreview its implementation.

1. Konperensi Para Negara Pihak padaKonvensi dengan ini ditetapkan untukmeningkatkan kemampuan dari dankerjasama antar Negara Pihak untukmencapai tujuan-tujuan sebagaimana

dimaksud dalam Konvensi ini danuntuk meningkatkan dan mengkajipelaksanaannya.

2. The Secretary-General of the UnitedNations shall convene the Conferenceof the States Parties not later thanone year following the entry into force

2. Sekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa wajibmenyelenggarakan KonperensiNegara Pihak selambat-lambatnya

Page 80: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 80/168

 

 80

of this Convention. Thereafter, regularmeetings of the Conference of theStates Parties shall be held inaccordance with the rules ofprocedure adopted by theConference.

satu tahun setelah Konvensi ini mulaiberlaku. Setelah itu, pertemuanregular Konperensi Negara Pihakharus dilaksanakan sesuai denganaturan tata tertib yang diputuskanoleh Konperensi itu.

3. The Conference of the States Partiesshall adopt rules of procedure andrules governing the functioning of theactivities set forth in this article,including rules concerning theadmission and participation ofobservers, and the payment ofexpenses incurred in carrying outthose activities.

3. Konperensi Negara Pihak wajibmembuat aturan tata tertib dan aturanyang mengatur berfungsinyakegiatan-kegiatan sebagaimanadimaksud dalam pasal ini, termasukaturan mengenai penerimaan danpartisipasi para peninjau, danpembayaran biaya-biaya pelaksanaankegiatan-kegiatan itu.

4. The Conference of the States Partiesshall agree upon activities,procedures and methods of work toachieve the objectives set forth inparagraph 1 of this article, including:

4. Konperensi Negara Pihak wajibmenyetujui kegiatan, tata tertib danmetoda kerja untuk mencapai tujuan-tujuan sebagaimana dimaksud padaayat 1, termasuk :

(a) Facilitating activities by StatesParties under articles 60 and 62and chapters II to V of thisConvention, including byencouraging the mobilization ofvoluntary contributions;

(a) Memfasilitasi kegiatan-kegiatanNegara Pihak berdasarkan pasal60 dan pasal 62 serta bab IIsampai bab V Konvensi ini,termasuk dengan mendorongmobilisasi sumbangan-sumbangan sukarela;

(b) Facilitating the exchange ofinformation among States Partieson patterns and trends incorruption and on successfulpractices for preventing andcombating it and for the return ofproceeds of crime, through, inter

alia, the publication of relevantinformation as mentioned in thisarticle;

(b) Memfasilitasi pertukaran informasiantar Negara Pihak tentang pola-pola dan kecenderungan-kecenderungan dalam korupsidan tentang praktek-praktek yangberhasil untuk mencegah danmemberantasnya serta untuk

pengembalian hasil-hasilkejahatan, melalui, antara lain,publikasi informasi yang relevansebagaimana dimaksud dalampasal ini;

(c) Cooperating with relevantinternational and regionalorganizations and mechanismsand non-governmentalorganizations;

(c) Bekerjasama dengan organisasidan mekanisme regional daninternasional terkait sertaorganisasi non-pemerintah;

(d) Making appropriate use ofrelevant information produced byother international and regionalmechanisms for combating andpreventing corruption in order toavoid unnecessary duplication ofwork;

(d) Memanfaatkan secara baikinformasi terkait yang dihasilkanoleh mekanisme regional daninternasional lain dalammemberantas dan mencegahkorupsi untuk menghindariduplikasi kerja yang tidak perlu;

Page 81: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 81/168

 

  81

 

(e) Reviewing periodically theimplementation of this Conventionby its States Parties;

(e) Mengkaji secara berkalapelaksanaan Konvensi ini olehNegara Pihak;

(f) Making recommendations toimprove this Convention and itsimplementation;

(f) Membuat rekomendasi untukmeningkatkan Konvensi ini danpelaksanaannya;

(g) Taking note of the technicalassistance requirements of StatesParties with regard to theimplementation of this Conventionand recommending any action itmay deem necessary in thatrespect.

(g) Mencatat persyaratan-persyaratanbantuan teknis Negara Pihakberkenaan dengan pelaksanaanKonvensi ini dan menyarankantindakan yang dianggap perludalam kaitan itu;

5. For the purpose of paragraph 4 of this

article, the Conference of the StatesParties shall acquire the necessaryknowledge of the measures taken byStates Parties in implementing thisConvention and the difficultiesencountered by them in doing sothrough information provided by themand through such supplementalreview mechanisms as may beestablished by the Conference of the

States Parties.

5. Untuk melaksanakan ketentuan ayat

4, Konperensi Negara Pihak harusmemperoleh pengetahuan yangcukup mengenai tindakan-tindakanyang diambil oleh Negara Pihakdalam melaksanakan Konvensi inidan kesulitan-kesulitan yang dihadapidalam pelaksanaannya melaluiinformasi yang mereka berikan danmelalui mekanisme kajian tambahansebagaimana yang dapat ditetapkan

oleh Konperensi Negara Pihak;

6. Each State Party shall provide theConference of the States Parties withinformation on its programmes, plansand practices, as well as onlegislative and administrativemeasures to implement thisConvention, as required by theConference of the States Parties. TheConference of the States Parties shall

examine the most effective way ofreceiving and acting upon information,including, inter alia, informationreceived from States Parties and fromcompetent international organizations.Inputs received from relevant non-governmental organizations dulyaccredited in accordance withprocedures to be decided upon by theConference of the States Parties mayalso be considered.

6. Negara Pihak wajib memberikaninformasi kepada Konperensi NegaraPihak tentang program, rencana danpraktek, serta tindakan administratifdan legislatif dalam melaksanakanKonvensi ini, sebagaimana diwajibkanoleh Konperensi Negara Pihak.Konperensi Negara Pihak wajibmemeriksa cara yang paling efektif

untuk menerima dan bertindak atasdasar informasi, termasuk, antaralain, informasi yang diterima dariNegara Pihak dan dari organisasiinternasional yang kompeten.Masukan-masukan yang diterima dariorganisasi non-pemerintah yangterkait, yang dimungkinkan menurutprosedur yang akan diputuskan olehKonperensi Negara Pihak dapat jugadipertimbangkan.

7. Pursuant to paragraphs 4 to 6 of thisarticle, the Conference of the StatesParties shall establish, if it deems itnecessary, any appropriatemechanism or body to assist in theeffective implementation of the

7. Berdasarkan ketentuan ayat 4 sampaiayat 6, Konperensi Negara Pihakharus menetapkan, jika dianggapperlu, mekanisme atau badan yangtepat untuk membantu pelaksanaanKonvensi ini secara efektif.

Page 82: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 82/168

 

 82

Convention.

Article 64

Secretariat

Pasal 64

Sekretariat

1. The Secretary-General of the UnitedNations shall provide the necessarysecretariat services to the Conferenceof the States Parties to theConvention.

1. Sekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa wajib menyediakanlayanan kesekretariatan yangdiperlukan pada Konperensi NegaraPihak pada Konvensi ini.

2. The secretariat shall: 2. Sekretariat wajib :

(a) Assist the Conference of theStates Parties in carrying out theactivities set forth in article 63 ofthis Convention and make

arrangements and provide thenecessary services for thesessions of the Conference of theStates Parties;

(a) Membantu Konperensi NegaraPihak dalam melaksanakankegiatan-kegiatan sebagaimanadimaksud dalam pasal 63

Konvensi ini dan membuatpengaturan serta memberikanlayanan yang diperlukan untuksidang-sidang Konperensi NegaraPihak;

(b) Upon request, assist StatesParties in providing information tothe Conference of the StatesParties as envisaged in article 63,paragraphs 5 and 6, of this

Convention; and

(b) Jika diminta, membantu NegaraPihak dalam memberikaninformasi kepada KonperensiNegara Pihak sebagaimanadimaksud dalam pasal 63 ayat 5

dan ayat 6 Konvensi ini; dan

(c) Ensure the necessarycoordination with the secretariatsof relevant international andregional organizations.

(c) Mengadakan koordinasi yangdiperlukan dengan sekretariatorganisasi internasional danregional terkait.

Chapter VIII

Final provisions

Bab VIII

Ketentuan Penutup

Article 65

Implementation of the Convention

Pasal 65

Pelaksanaan Konvensi

1. Each State Party shall take thenecessary measures, includinglegislative and administrativemeasures, in accordance withfundamental principles of its domesticlaw, to ensure the implementation ofits obligations under this Convention.

1. Negara Pihak wajib mengambiltindakan-tindakan yang perlu,termasuk tindakan-tindakan legislatifdan administratif, sesuai denganprinsip-prinsip dasar dari hukumnasionalnya, untuk menjaminpelaksanaan kewajiban-kewajibannyaberdasarkan Konvensi ini;

2. Each State Party may adopt morestrict or severe measures than thoseprovided for by this Convention forpreventing and combating corruption.

2. Negara Pihak dapat mengambiltindakan-tindakan yang lebih ketatatau keras daripada yang diaturdalam Konvensi ini untuk mencegahdan memberantas korupsi.

Page 83: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 83/168

 

  83

Article 66

Settlement of disputes

Pasal 66

Penyelesaian sengketa

1. States Parties shall endeavour tosettle disputes concerning theinterpretation or application of this

Convention through negotiation.

1. Negara Pihak wajib berupaya untukmenyelesaikan sengketa mengenaipenafsiran atau penerapan Konvensi

ini melalui perundingan.

2. Any dispute between two or moreStates Parties concerning theinterpretation or application of thisConvention that cannot be settledthrough negotiation within areasonable time shall, at the requestof one of those States Parties, besubmitted to arbitration. If, six monthsafter the date of the request for

arbitration, those States Parties areunable to agree on the organization ofthe arbitration, any one of thoseStates Parties may refer the disputeto the International Court of Justice byrequest in accordance with theStatute of the Court.

2. Sengketa antara dua atau lebihNegara Pihak mengenai penafsiranatau penerapan Konvensi ini yangtidak dapat diselesaikan melaluiperundingan dalam waktu yang wajarwajib, atas permintaan salah satuNegara Pihak, diajukan ke arbitrase.Jika dalam waktu enam bulan setelahpermintaan pengajuan ke arbitrase,

Negara-Negara Pihak itu tidak dapatbersepakat mengenai strukturarbitrase, salah satu Negara Pihakdapat mengajukan sengketa itukepada Mahkamah Internasionaldengan permintaan sesuai denganStatuta Mahkamah Internasional.

3. Each State Party may, at the time ofsignature, ratification, acceptance orapproval of or accession to thisConvention, declare that it does notconsider itself bound by paragraph 2of this article. The other StatesParties shall not be bound byparagraph 2 of this article with respectto any State Party that has madesuch a reservation.

3. Negara Pihak pada saatpenandatanganan, pengesahan,penerimaan atau persetujuan atasatau aksesi terhadap Konvensi inidapat menyatakan tidak terikat padaketentuan ayat 2. Negara Pihak laintidak akan terikat oleh ketentuan ayat2 terhadap Negara Pihak yang telahmembuat pensyaratan itu.

4. Any State Party that has made areservation in accordance withparagraph 3 of this article may at anytime withdraw that reservation bynotification to the Secretary-Generalof the United Nations.

4. Negara Pihak yang telah membuatpensyaratan sesuai denganketentuan ayat 3 dapat setiap saatmenarik kembali pensyaratan itudengan pemberitahuan kepadaSekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa.

Article 67

Signature, ratification, acceptance,approval and accession

Pasal 67

Penandatanganan, pengesahan,penerimaan, persetujuan dan aksesi

1. This Convention shall be open to allStates for signature from 9 to 11December 2003 in Merida, Mexico,and thereafter at United NationsHeadquarters in New York until 9December 2005.

1. Konvensi ini terbuka untukpenandatanganan oleh semuaNegara dari tanggal 9 sampai tanggal11 Desember 2003 di Merida, Mexico,dan setelah itu di Markas BesarPerserikatan Bangsa-Bangsa di NewYork sampai tanggal 9 Desember2005.

Page 84: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 84/168

 

 84

2. This Convention shall also be openfor signature by regional economicintegration organizations providedthat at least one member State ofsuch organization has signed thisConvention in accordance with

paragraph 1 of this article.

2. Konvensi ini juga terbuka untukpenandatanganan oleh organisasi-organisasi integrasi ekonomi regionaldengan ketentuan bahwa sekurang-kurangnya satu Negara anggota dariorganisasi tersebut telah

menandatangani Konvensi ini sesuaidengan ketentuan ayat 1.

3. This Convention is subject toratification, acceptance or approval.Instruments of ratification, acceptanceor approval shall be deposited withthe Secretary-General of the UnitedNations. A regional economicintegration organization may depositits instrument of ratification,

acceptance or approval if at least oneof its member States has donelikewise. In that instrument ofratification, acceptance or approval,such organization shall declare theextent of its competence with respectto the matters governed by thisConvention. Such organization shallalso inform the depositary of anyrelevant modification in the extent of

its competence.

3. Konvensi ini berlaku melaluipengesahan, penerimaan ataupersetujuan. Instrumen pengesahan,penerimaan atau persetujuan wajibdisimpan pada Sekretaris JenderalPerserikatan Bangsa-Bangsa.Organisasi integrasi ekonomi regionaldapat menyimpan instrumen

pengesahan, penerimaan ataupersetujuannya jika sekurang-kurangnya satu dari Negaraanggotanya telah melakukan hal yangsama. Dalam instrumen pengesahan,penerimaan atau persetujuan,organisasi tersebut wajib menyatakanlingkup kewenangannya berkenaandengan hal-hal yang diatur olehKonvensi ini. Organisasi tersebut juga

wajib menginformasikan kepadapenyimpan mengenai perubahan-perubahan yang berkaitan denganlingkup kewenangannya.

4. This Convention is open for accessionby any State or any regionaleconomic integration organization ofwhich at least one member State is aParty to this Convention. Instrumentsof accession shall be deposited with

the Secretary-General of the UnitedNations. At the time of its accession,a regional economic integrationorganization shall declare the extentof its competence with respect tomatters governed by this Convention.Such organization shall also informthe depositary of any relevantmodification in the extent of itscompetence.

4. Konvensi ini terbuka untuk aksesioleh Negara atau organisasi integrasiekonomi manapun jika sekurang-kurangnya satu Negara anggotanyamerupakan Pihak pada Konvensi ini.Instrumen aksesi wajib disimpan pada

Sekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa. Pada waktu aksesi,suatu organisasi integrasi ekonomiregional wajib menyatakan lingkupkewenangannya berkenaan denganhal-hal yang diatur oleh Konvensi ini.Organisasi tersebut harus jugamenginformasikan kepada penyimpanmengenai perubahan-perubahanyang berkaitan dengan lingkupkewenangannya.

Article 68

Entry into force

Pasal 68

Saat-Berlaku

1. This Convention shall enter into forceon the ninetieth day after the date ofdeposit of the thirtieth instrument of

1. Konvensi ini akan berlaku pada harikesembilanpuluh sejak tanggalpenyimpanan ketigapuluh instrumen

Page 85: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 85/168

 

  85

ratification, acceptance, approval oraccession. For the purpose of thisparagraph, any instrument depositedby a regional economic integrationorganization shall not be counted asadditional to those deposited by

member States of such organization.

pengesahan, penerimaan,persetujuan atau aksesi. Untuk tujuanayat ini, instrumen yang disimpanoleh suatu organisasi integrasiekonomi regional tidak dihitungsebagai tambahan instrumen yang

telah disimpan oleh Negara anggotaorganisasi tersebut.

2. For each State or regional economicintegration organization ratifying,accepting, approving or acceding tothis Convention after the deposit ofthe thirtieth instrument of such action,this Convention shall enter into forceon the thirtieth day after the date ofdeposit by such State or organization

of the relevant instrument or on thedate this Convention enters into forcepursuant to paragraph 1 of this article,whichever is later.

2. Bagi setiap Negara atau organisasiintegrasi ekonomi regional yangmengesahkan, menerima, menyetujuiatau mengaksesi Konvensi ini setelahpenyimpanan instrumen yangketigapuluh, Konvensi ini akanberlaku pada hari ketiga puluh setelahtanggal penyimpanan instrumen oleh

Negara atau organisasi itu atau padatanggal mulai berlakunya Konvensi iniberdasarkan ayat 1, yang mana yanglebih dulu berlaku.

Article 69

Amendment

Pasal 69

Amandemen

1. After the expiry of five years from theentry into force of this Convention, aState Party may propose anamendment and transmit it to theSecretary-General of the UnitedNations, who shall thereuponcommunicate the proposedamendment to the States Parties andto the Conference of the StatesParties to the Convention for thepurpose of considering and decidingon the proposal. The Conference ofthe States Parties shall make every

effort to achieve consensus on eachamendment. If all efforts at consensushave been exhausted and noagreement has been reached, theamendment shall, as a last resort,require for its adoption a two-thirdsmajority vote of the States Partiespresent and voting at the meeting ofthe Conference of the States Parties.

1. Lima tahun terhitung sejak Konvensiini mulai berlaku, suatu Negara Pihakdapat mengusulkan amandemen danmengajukannya kepada SekretarisJenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang akan meneruskan usulamandemen itu kepada Negara-Negara Pihak dan kepada KonperensiNegara-Negara Pihak pada Konvensiini untuk dipertimbangkan dandiputuskan. Konperensi Negara-Negara Pihak wajib berupaya untukmencapai konsensus atas setiap

amandemen. Jika semua upaya untukmencapai konsensus gagal dan tidaktercapai kesepakatan, maka untukdapat diterima, amandemen itumembutuhkan, sebagai upayaterakhir, suara mayoritas dua pertigadari Negara-Negara Pihak yang hadirdan memberikan suara padapertemuan Konperensi Negara-Negara Pihak itu.

2. Regional economic integrationorganizations, in matters within theircompetence, shall exercise their rightto vote under this article with anumber of votes equal to the numberof their member States that areParties to this Convention. Such

2. Organisasi-organisasi integrasiekonomi regional, untuk masalah-masalah dalam kewenangan mereka,wajib melaksanakan hak merekauntuk memberikan suara berdasarkanpasal ini dengan sejumlah suara yangsetara dengan jumlah Negara-Negara

Page 86: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 86/168

 

 86

organizations shall not exercise theirright to vote if their member Statesexercise theirs and vice versa.

anggotanya yang merupakan Pihakpada Konvensi ini. Organisasi-organisasi tersebut tidak bolehmelaksanakan hak mereka untukmemberikan suara jika Negara-Negara anggotanya melaksanakan

haknya dan demikian sebaliknya.

3. An amendment adopted inaccordance with paragraph 1 of thisarticle is subject to ratification,acceptance or approval by StatesParties.

3. Suatu amandemen yang diputuskansesuai dengan ketentuan ayat 1memerlukan syarat pengesahan,penerimaan atau persetujuan olehNegara Pihak.

4. An amendment adopted inaccordance with paragraph 1 of thisarticle shall enter into force in respect

of a State Party ninety days after thedate of the deposit with the Secretary-General of the United Nations of aninstrument of ratification, acceptanceor approval of such amendment.

4. Suatu amandemen yang diputuskansesuai dengan ayat 1 akanmempunyai kekuatan berlaku pada

suatu Negara Pihak, sembilanpuluhhari setelah tanggal penyimpananpada Sekretaris JenderalPerserikatan Bangsa-Bangsa,instrumen pengesahan, penerimaanatau persetujuan atas amandemenitu.

5. When an amendment enters intoforce, it shall be binding on thoseStates Parties which have expressed

their consent to be bound by it. OtherStates Parties shall still be bound bythe provisions of this Convention andany earlier amendments that theyhave ratified, accepted or approved.

5. Bilamana suatu amandemenmempunyai kekuatan berlaku, iamengikat Para Negara Pihak itu yang

telah menyatakan persetujuannyauntuk terikat olehnya. Para NegaraPihak lainnya masih terikat denganketentuan-ketentuan Konvensi ini danamandemen-amandemensebelumnya yang manapun yangtelah mereka sahkan, terima atausetujui.

Article 70

Denunciation

Pasal 70

Penarikan diri

1. A State Party may denounce thisConvention by written notification tothe Secretary-General of the UnitedNations. Such denunciation shallbecome effective one year after thedate of receipt of the notification bythe Secretary-General.

1. Negara Pihak dapat menarik diri dariKonvensi ini dengan pemberitahuantertulis kepada Sekretaris JenderalPerserikatan Bangsa-Bangsa.Penarikan diri akan berlaku efektifsatu tahun sejak tanggalpemberitahuan itu diterima olehSekretaris Jenderal.

2. A regional economic integrationorganization shall cease to be a Partyto this Convention when all of itsmember States have denounced it.

2. Organisasi integrasi ekonomi regionalakan berhenti menjadi Pihak padaKonvensi ini bilamana semua Negaraanggotanya telah menarik diri.

Article 71

Depositary and languages

Pasal 71

Penyimpanan dan bahasa

1. The Secretary-General of the United 1. Sekretaris Jenderal Perserikatan

Page 87: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 87/168

 

  87

Nations is designated depositary ofthis Convention.

Bangsa-Bangsa ditunjuk untukmenyimpan Konvensi ini.

2. The original of this Convention, ofwhich the Arabic, Chinese, English,French, Russian and Spanish texts

are equally authentic, shall bedeposited with the Secretary-Generalof the United Nations.

2. Teks asli Konvensi ini, yang dalambahasa Arab, Cina, Inggris, Perancis,Rusia dan Spanyol adalah sama-

sama otentik, akan disimpan padaSekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa.

IN WITNESS WHEREOF, theundersigned plenipotentiaries, being dulyauthorized thereto by their respectiveGovernments, have signed thisConvention.

SEBAGAI BUKTI, yang bertandatangandi bawah ini, duta-duta besar berkuasapenuh, yang dikuasakan untuk itu olehPemerintah masing-masing, telahmenandatangani Konvensi ini..

Terjemahan ini merupakan hasil kerjasama antara Direktorat Pembinaan Jaringan Kerja AntarKomisi dan Instansi dan Biro Hukum, Komisi Pemberantasan Korupsi.

Informasi lebih lanjut hubungi:[email protected] [email protected]

Page 88: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 88/168

 

 88

 

Page 89: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 89/168

 

  89

 JUARA I

LOMBA POSTER KPKKATEGORI PELAJAR 

Page 90: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 90/168

 

 90

 JUARA II

LOMBA POSTER KPKKATEGORI UMUM 

Page 91: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 91/168

 

  91

 

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 7 TAHUN 2006TENTANGPENGESAHAN UNITED NATION CONVENTION AGAINST 

CORRUPTION, 2OO3 

(KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA ANTI KORUPSI,2003)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmurberdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945, maka pemerintah bersama-sama masyarakatmengambil langkah-Iangkah pencegahan dan pemberantasan tindakpidana korupsi secara sistematis dan berkesinambungan;

b bahwa tindak pidana korupsi tidak lagi merupakan masalah lokal, akan

tetapi merupakan fenomena transnasional yang mempengaruhiseluruh masyarakat dan perekonomian sehingga penting adanya kerjasama internasional untuk pencegahan dan pemberantasannyatermasuk pemulihan atau pengembalian aset-aset hasil tindak pidanakorupsi;

c bahwa kerja sama internasional dalam pencegahan danpemberantasan tindak pidana korupsi perlu didukung oleh integritas,akuntabilitas, dan manajemen pemerintahan yang baik;

d bahwa bangsa Indonesia telah ikut aktif daiam upaya masyarakatinternasional untuk pencegahan dan pemberantasan tindak pidanakorupsi dengan telah menandatangani United Nations ConventionAgainst Corruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa AntiKorupsi, 2003);

e bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hurufa, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undangtentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption,2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2OO3);

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3882);

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2O0O tentang PerjanjianInternasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4012);

Page 92: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 92/168

 

 92

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAdan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONCONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2OO3 (KONVENSIPERSERIKATAN BANGSA-BANGSA ANTI KORUPSI, 2003).

Pasal 1

Mengesahkan United Nations Convention Against Corruption, 2003 (Konvensi PerserikatanBangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003) dengan Reservation (Pensyaratan) terhadap Pasal66 ayat (2) tentang Penyelesaian Sengketa.

Salinan naskah asli United Nations Convention Against Corruption, 2003 (KonvensiPerserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003) dengan Reservation (Pensyaratan)terhradap Pasal 66 ayat (2) tentang Penyelesaian Sengketa dalam bahasa Inggris danterjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir dan merupakan bagianyang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.

Pasal 2

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setlap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang inidengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.-Disahkan di Jakartapada tanggal 18 April 2006

PRESIDEN REPUBUK INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di JakartaPada tanggal 18 April 2006

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ttd

HAMID AWALUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2006 NOMOR 32

Page 93: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 93/168

 

  93

 JUARA II

LOMBA POSTER KPKKATEGORI MAHASISWA 

Page 94: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 94/168

 

 94

 JUARA II

LOMBA POSTER KPKKATEGORI PELAJAR 

Page 95: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 95/168

 

 

95

 

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 30 TAHUN 2002TENTANG

KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahteraberdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945, pemberantasan tindak pidana korupsi yang terjadi sampai sekarang belum dapatdilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu pemberantasan tindak pidana korupsi perluditingkatkan secara profesional, intensif, dan berkesinambungan karena korupsi telahmerugikan keuangan negara, perekonomian negara, dan menghambat pembangunannasional;

b. bahwa lembaga pemerintah yang menangani perkara tindak pidana korupsi belumberfungsi secara efektif dan efisien dalam memberantas tindak pidana korupsi;

c. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, perlu dibentuk KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang independen dengan tugas dan wewenangmelakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, danhuruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi.

Mengingat:

Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945;

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3209);

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih danBebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor3851);

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4150).

Page 96: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 96/168

 

 

96

Dengan Persetujuan Bersama:DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

danPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:UNDANG-UNDANG TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

Tindak Pidana Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-UndangNomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimanatelah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atasUndang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi.

Penyelenggara Negara adalah penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersihdan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian tindakan untuk mencegah danmemberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor,penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, denganperan serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 2Dengan Undang-Undang ini dibentuk Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yanguntuk selanjutnya disebut Komisi Pemberantasan Korupsi.

Pasal 3Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugasdan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun.

Pasal 4Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasilguna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.

Pasal 5Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskanpada:

kepastian hukum;

keterbukaan;

akuntabilitas;

kepentingan umum; dan

proporsionalitas.

Page 97: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 97/168

 

 

97

BAB IITUGAS, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN

Pasal 6Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:

a. koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidanakorupsi;

b. supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidanakorupsi;

c. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;

d. melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan

e. melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Pasal 7

Dalam melaksanakan tugas koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, KomisiPemberantasan Korupsi berwenang:

a. mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;

b. menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;

c. meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepadainstansi yang terkait;

d. melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenangmelakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan

e. meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.

Pasal 8

(1) Dalam melaksanakan tugas supervisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b,Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan pengawasan, penelitian, ataupenelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yangberkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi yang dalammelaksanakan pelayanan publik.

(2) Dalam melaksanakan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KomisiPemberantasan Korupsi berwenang juga mengambil alih penyidikan atau penuntutanterhadap pelaku tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau

kejaksaan.(3) Dalam hal Komisi Pemberantasan Korupsi mengambil alih penyidikan atau

penuntutan, kepolisian atau kejaksaan wajib menyerahkan tersangka dan seluruhberkas perkara beserta alat bukti dan dokumen lain yang diperlukan dalam waktupaling lama 14 (empat belas) hari kerja, terhitung sejak tanggal diterimanyapermintaan Komisi Pemberantasan Korupsi.

(4) Penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan membuat danmenandatangani berita acara penyerahan sehingga segala tugas dan kewenangankepolisian atau kejaksaan pada saat penyerahan tersebut beralih kepada KomisiPemberantasan Korupsi.

Pasal 9Pengambilalihan penyidikan dan penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dengan alasan:

Page 98: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 98/168

 

 

98

a. laporan masyarakat mengenai tindak pidana korupsi tidak ditindaklanjuti;

b. proses penanganan tindak pidana korupsi secara berlarut-larut atau tertunda-tundatanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;

c. penanganan tindak pidana korupsi ditujukan untuk melindungi pelaku tindak pidanakorupsi yang sesungguhnya;

d. penanganan tindak pidana korupsi mengandung unsur korupsi;

e. hambatan penanganan tindak pidana korupsi karena campur tangan dari eksekutif,yudikatif, atau legislatif; atau

f. keadaan lain yang menurut pertimbangan kepolisian atau kejaksaan, penanganantindak pidana korupsi sulit dilaksanakan secara baik dan dapatdipertanggungjawabkan.

Pasal 10

Dalam hal terdapat alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Komisi PemberantasanKorupsi memberitahukan kepada penyidik atau penuntut umum untuk mengambil alih tindakpidana korupsi yang sedang ditangani.

Pasal 11Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c, KomisiPemberantasan Korupsi berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutantindak pidana korupsi yang:

a. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang adakaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukumatau penyelenggara negara;

b. mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; dan/atau

c. menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Pasal 12

(1) Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 huruf c, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang:

a. melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;

b. memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorangbepergian ke luar negeri;

c. meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentangkeadaan keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa;

d. memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokirrekening yang diduga hasil dari korupsi milik tersangka, terdakwa, atau pihaklain yang terkait;

e. memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk

memberhentikan sementara tersangka dari jabatannya;f. meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada

instansi yang terkait;

g. menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan,dan perjanjian lainnya atau pencabutan sementara perizinan, lisensi sertakonsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh tersangka atau terdakwa yang diduga

Page 99: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 99/168

 

 

99

berdasarkan bukti awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidanakorupsi yang sedang diperiksa;

h. meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lainuntuk melakukan pencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luarnegeri;

i. meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk melakukanpenangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dalam perkaratindak pidana korupsi yang sedang ditangani.

Pasal 13Dalam melaksanakan tugas pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d,Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melaksanakan langkah atau upaya pencegahansebagai berikut:

a. melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaanpenyelenggara negara;

b. menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;

c. menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan;

d. merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan tindakpidana korupsi;

e. melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum;

f. melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan tindak pidanakorupsi.

Pasal 14Dalam melaksanakan tugas monitor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf e, KomisiPemberantasan Korupsi berwenang:

a. melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua lembaganegara dan pemerintah;

b. memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk melakukanperubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan administrasitersebut berpotensi korupsi;

c. melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan RakyatRepublik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran Komisi

Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahan tersebut tidak diindahkan.

Pasal 15Komisi Pemberantasan Korupsi berkewajiban:

a. memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang menyampaikan laporanataupun memberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana korupsi;

b. memberikan informasi kepada masyarakat yang memerlukan atau memberikanbantuan untuk memperoleh data lain yang berkaitan dengan hasil penuntutan tindakpidana korupsi yang ditanganinya;

c. menyusun laporan tahunan dan menyampaikannya kepada Presiden RepublikIndonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan PemeriksaKeuangan;

d. menegakkan sumpah jabatan;

e. menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya berdasarkan asas-asassebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

Page 100: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 100/168

 

 

100

BAB IIITATA CARA PELAPORAN DAN PENENTUAN STATUS GRATIFIKASI

Pasal 16Setiap pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi wajib

melaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi, dengan tata cara sebagai berikut:a. Laporan disampaikan secara tertulis dengan mengisi formulir sebagaimana ditetapkan

oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dengan melampirkan dokumen yang berkaitandengan gratifikasi.

b. Formulir sebagaimana dimaksud pada huruf a sekurang-kurangnya memuat:

1) nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi gratifikasi;

2) jabatan pegawai negeri atau penyelenggara negara;

3) tempat dan waktu penerimaan gratifikasi;

4) uraian jenis gratifikasi yang diterima; dan

5) nilai gratifikasi yang diterima.

Pasal 17

(1) Komisi Pemberantasan Korupsi dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerjaterhitung sejak tanggal laporan diterima wajib menetapkan status kepemilikangratifikasi disertai pertimbangan.

(2) Dalam menetapkan status kepemilikan gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) Komisi Pemberantasan Korupsi dapat memanggil penerima gratifikasi untukmemberikan keterangan berkaitan dengan penerimaan gratifikasi.

(3) Status kepemilikan gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengankeputusan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi.

(4) Keputusan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud padaayat (3) dapat berupa penetapan status kepemilikan gratifikasi bagi penerimagratifikasi atau menjadi milik negara.

(5) Komisi Pemberantasan Korupsi wajib menyerahkan keputusan status kepemilikangratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada penerima gratifikasi palinglambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal ditetapkan.

(6) Penyerahan gratifikasi yang menjadi milik negara kepada Menteri Keuangan,dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal ditetapkan.

Pasal 18Komisi Pemberantasan Korupsi wajib mengumumkan gratifikasi yang ditetapkan menjadimilik negara paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun dalam Berita Negara.

BAB IVTEMPAT KEDUDUKAN, TANGGUNG JAWAB, DAN SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 19

(1) Komisi Pemberantasan Korupsi berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia

dan wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia.(2) Komisi Pemberantasan Korupsi dapat membentuk perwakilan di daerah provinsi.

Pasal 20

(1) Komisi Pemberantasan Korupsi bertanggung jawab kepada publik atas pelaksanaantugasnya dan menyampaikan laporannya secara terbuka dan berkala kepada

Page 101: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 101/168

 

 

101

Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, danBadan Pemeriksa Keuangan.

(2) Pertanggungjawaban publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakandengan cara:

a. wajib audit terhadap kinerja dan pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan

program kerjanya;

b. menerbitkan laporan tahunan; dan

c. membuka akses informasi.

Pasal 21

(1) Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 terdiri atas

a. Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi yang terdiri dari 5 (lima) AnggotaKomisi Pemberantasan Korupsi;

b. Tim Penasihat yang terdiri dari 4 (empat) Anggota; dan

c. Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai pelaksana tugas.

(2) Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa disusun sebagai berikut:

a. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi merangkap Anggota; dan

b. Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi terdiri atas 4 (empat) orang,masing-masing merangkap Anggota.

(3) Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa adalah pejabat negara.

(4) Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa adalah penyidik dan penuntut umum.

(5) Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)bekerja secara kolektif.

(6) Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa adalah penanggung jawab tertinggi Komisi Pemberantasan Korupsi.

Pasal 22

(1) Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang mengangkat Tim Penasihat sebagaimanadimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b yang diajukan oleh panitia seleksi

pemilihan.

(2) Panitia seleksi pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh KomisiPemberantasan Korupsi.

(3) Panitia seleksi pemilihan mengumumkan penerimaan calon dan melakukan kegiatanmengumpulkan calon anggota berdasarkan keinginan dan masukan dari masyarakat.

(4) Calon anggota Tim Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diumumkanterlebih dahulu kepada masyarakat untuk mendapat tanggapan sebelum ditunjuk dandiangkat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi berdasarkan calon yang diusulkan olehpanitia seleksi pemilihan.

(5) Setelah mendapat tanggapan dari masyarakat, panitia seleksi pemilihan mengajukan8 (delapan) calon anggota Tim Penasihat kepada Komisi Pemberantasan Korupsiuntuk dipilih 4 (empat) orang anggota.

(6) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat(5) dilakukan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal panitia seleksipemilihan dibentuk.

Page 102: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 102/168

 

 

102

Pasal 23Tim Penasihat berfungsi memberikan nasihat dan pertimbangan sesuai dengankepakarannya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi dalam pelaksanaan tugas danwewenang Komisi Pemberantasan Korupsi.

Pasal 24

(1) Anggota Tim Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 adalah warga negaraIndonesia yang karena kepakarannya diangkat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

(2) Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat(1) huruf c adalah warga negara Indonesia yang karena keahliannya diangkat sebagaipegawai pada Komisi Pemberantasan Korupsi.

(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengangkatan pegawai KomisiPemberantasan Korupsi diatur lebih lanjut dengan Keputusan Komisi PemberantasanKorupsi.

Pasal 25

(1) Komisi Pemberantasan Korupsi:

a. menetapkan kebijakan dan tata kerja organisasi mengenai pelaksanaan tugasdan wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi;

b. mengangkat dan memberhentikan Kepala Bidang, Kepala Sekretariat, KepalaSubbidang, dan pegawai yang bertugas pada Komisi Pemberantasan Korupsi;

c. menentukan kriteria penanganan tindak pidana korupsi.

(2) Ketentuan mengenai prosedur tata kerja Komisi Pemberantasan Korupsi diatur lebih

lanjut dengan Keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi.

Pasal 26

(1) Susunan Komisi Pemberantasan Korupsi terdiri atas Ketua Komisi PemberantasanKorupsi dan 4 (empat) orang Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi.

(2) Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membawahkan4 (empat) bidang yang terdiri atas:

a. Bidang Pencegahan;

b. Bidang Penindakan;

c. Bidang Informasi dan Data; dan

d. Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat.

(3) Bidang Pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a membawahkan:

a. Subbidang Pendaftaran dan Pemeriksaan Laporan Harta KekayaanPenyelenggara Negara;

b. Subbidang Gratifikasi;

c. Subbidang Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat; dan

d. Subbidang Penelitian dan Pengembangan.

(4) Bidang Penindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b membawahkan:a. Subbidang Penyelidikan;

b. Subbidang Penyidikan; dan

c. Subbidang Penuntutan.

Page 103: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 103/168

 

 

103

(5) Bidang Informasi dan Data sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf cmembawahkan:

a. Subbidang Pengolahan Informasi dan Data;

b. Subbidang Pembinaan Jaringan Kerja Antarkomisi dan Instansi;

c. Subbidang Monitor.(6) Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf d membawahkan:

a. Subbidang Pengawasan Internal;

b. Subbidang Pengaduan Masyarakat.

(7) Subbidang Penyelidikan, Subbidang Penyidikan, dan Subbidang Penuntutan, masing-masing membawahkan beberapa Satuan Tugas sesuai dengan kebutuhansubbidangnya.

(8) Ketentuan mengenai tugas Bidang-bidang dan masing-masing Subbidangsebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), dan ayat (7)diatur lebih lanjut dengan Keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi.

Pasal 27

(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Komisi Pemberantasan Korupsidibantu oleh Sekretariat Jenderal yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal.

(2) Sekretaris Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikanoleh Presiden Republik Indonesia.

(3) Dalam menjalankan tugasnya Sekretaris Jenderal bertanggungjawab kepadaPimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi.

(4) Ketentuan mengenai tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal ditetapkan lebih lanjutdengan Keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi.

Pasal 28Komisi Pemberantasan Korupsi dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangkapengembangan dan pembinaan organisasi Komisi Pemberantasan Korupsi.

BAB VPIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

Pasal 29Untuk dapat diangkat sebagai Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi harus memenuhipersyaratan sebagai berikut:

a. warga negara Republik Indonesia;

b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. sehat jasmani dan rohani;

d. berijazah sarjana hukum atau sarjana lain yang memiliki keahlian dan pengalamansekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun dalam bidang hukum, ekonomi, keuangan,atau perbankan;

e. berumur sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun dan setinggi-tingginya 65 (enampuluh lima) tahun pada proses pemilihan;

f. tidak pernah melakukan perbuatan tercela;

g. cakap, jujur, memiliki integritas moral yang tinggi, dan memiliki reputasi yang baik;

h. tidak menjadi pengurus salah satu partai politik;

Page 104: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 104/168

 

 

104

i. melepaskan jabatan struktural dan atau jabatan lainnya selama menjadi anggotaKomisi Pemberantasan Korupsi;

  j. tidak menjalankan profesinya selama menjadi anggota Komisi PemberantasanKorupsi; dan

k. mengumumkan kekayaannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pasal 30

(1) Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21ayat (1) huruf a dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia berdasarkancalon anggota yang diusulkan oleh Presiden Republik Indonesia.

(2) Untuk melancarkan pemilihan dan penentuan calon Pimpinan Komisi PemberantasanKorupsi, Pemerintah membentuk panitia seleksi yang bertugas melaksanakanketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.

(3) Keanggotaan panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsurpemerintah dan unsur masyarakat.

(4) Setelah terbentuk, panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)mengumumkan penerimaan calon.

(5) Pendaftaran calon dilakukan dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja secara terusmenerus.

(6) Panitia seleksi mengumumkan kepada masyarakat untuk mendapatkan tanggapanterhadap nama calon sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

(7) Tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) disampaikan kepada panitia seleksipaling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal diumumkan.

(8) Panitia seleksi menentukan nama calon Pimpinan yang akan disampaikan kepadaPresiden Republik Indonesia.

(9) Paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya daftarnama calon dari panitia seleksi, Presiden Republik Indonesia menyampaikan namacalon sebagaimana dimaksud pada ayat (8) sebanyak 2 (dua) kali jumlah jabatanyang dibutuhkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

(10) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia wajib memilih dan menetapkan 5 (lima)calon yang dibutuhkan sebagaimana dimaksud pada ayat (9), dalam waktu palinglambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya usul dari Presiden Republik

Indonesia.(11) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia wajib memilih dan menetapkan di

antara calon sebagaimana dimaksud pada ayat (10), seorang Ketua sedangkan 4(empat) calon anggota lainnya dengan sendirinya menjadi Wakil Ketua.

(12) Calon terpilih disampaikan oleh pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat RepublikIndonesia kepada Presiden Republik Indonesia paling lambat 7 (tujuh) hari kerjaterhitung sejak tanggal berakhirnya pemilihan untuk disahkan oleh Presiden RepublikIndonesia selaku Kepala Negara.

(13) Presiden Republik Indonesia wajib menetapkan calon terpilih paling lambat 30 (tigapuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya surat pimpinan Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia.

Pasal 31Proses pencalonan dan pemilihan anggota Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 30 dilakukan secara transparan.

Page 105: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 105/168

 

 

105

Pasal 32

(1) Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi berhenti atau diberhentikan karena:

a. meninggal dunia;

b. berakhir masa jabatannya;

c. menjadi terdakwa karena melakukan tindak pidana kejahatan;d. berhalangan tetap atau secara terus-menerus selama lebih dari 3 (tiga) bulan

tidak dapat melaksanakan tugasnya;

e. mengundurkan diri; atau

f. dikenai sanksi berdasarkan Undang-Undang ini.

(2) Dalam hal Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi menjadi tersangka tindak pidanakejahatan, diberhentikan sementara dari jabatannya.

(3) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan olehPresiden Republik Indonesia.

Pasal 33

(1) Dalam hal terjadi kekosongan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, PresidenRepublik Indonesia mengajukan calon anggota pengganti kepada Dewan PerwakilanRakyat Republik Indonesia.

(2) Prosedur pengajuan calon pengganti dan pemilihan calon anggota yang bersangkutandilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal30, dan Pasal 31.

Pasal 34Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi memegang jabatan selama 4 (empat) tahun dandapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan.

Pasal 35

(1) Sebelum memangku jabatan, Ketua dan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsiwajib mengucapkan sumpah/janji menurut agamanya di hadapan Presiden RepublikIndonesia.

(2) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut:

“Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya untuk melaksanakantugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau caraapapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu apapun kepada siapapun

 juga”.“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukansesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsungdari siapapun juga suatu janji atau pemberian”.“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia kepada dan akan mempertahankanserta mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku

bagi negara Republik Indonesia”.“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan tugas danwewenang saya ini dengan sungguh-sungguh, seksama, obyektif, jujur, berani, adil,tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras, jender, dan golongan tertentu danakan melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-baiknya, serta bertanggung jawabsepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa, dan negara”.“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menolak atau tidak menerima

Page 106: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 106/168

 

 

106

atau tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapapun juga dan saya akan tetapteguh melaksanakan tugas dan wewenang saya yang diamanatkan Undang-undangkepada saya”.

Pasal 36

Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi dilarang:a. mengadakan hubungan langsung atau tidak langsung dengan tersangka atau pihak

lain yang ada hubungan dengan perkara tindak pidana korupsi yang ditangani KomisiPemberantasan Korupsi dengan alasan apa pun;

b. menangani perkara tindak pidana korupsi yang pelakunya mempunyai hubungankeluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampaiderajat ketiga dengan anggota Komisi Pemberantasan Korupsi yang bersangkutan;

c. menjabat komisaris atau direksi suatu perseroan, organ yayasan, pengawas ataupengurus koperasi, dan jabatan profesi lainnya atau kegiatan lainnya yangberhubungan dengan jabatan tersebut.

Pasal 37Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 berlaku juga untuk Tim Penasihat danpegawai yang bertugas pada Komisi Pemberantasan Korupsi.

BAB VIPENYELIDIKAN, PENYIDIKAN, DAN PENUNTUTAN

Bagian KesatuUmum

Pasal 38

(1) Segala kewenangan yang berkaitan dengan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutanyang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum AcaraPidana berlaku juga bagi penyelidik, penyidik, dan penuntut umum pada KomisiPemberantasan Korupsi.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana tidak berlaku bagi penyidik tindak pidanakorupsi sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini.

Pasal 39(1) Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi dilakukan

berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku dan berdasarkan Undang-UndangNomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimanatelah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atasUndang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.

(2) Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan berdasarkan perintah dan bertindak untuk dan atas nama KomisiPemberantasan Korupsi.

(3) Penyelidik, penyidik, dan penuntut umum yang menjadi pegawai pada KomisiPemberantasan Korupsi, diberhentikan sementara dari instansi kepolisian dankejaksaan selama menjadi pegawai pada Komisi Pemberantasan Korupsi.

Pasal 40Komisi Pemberantasan Korupsi tidak berwenang mengeluarkan surat perintah penghentianpenyidikan dan penuntutan dalam perkara tindak pidana korupsi.

Page 107: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 107/168

 

 

107

 Pasal 41

Komisi Pemberantasan Korupsi dapat melaksanakan kerja sama dalam penyelidikan,penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi dengan lembaga penegak hukum negaralain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau berdasarkan perjanjian

internasional yang telah diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Pasal 42Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang mengkoordinasikan dan mengendalikanpenyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi yang dilakukan bersama-sama oleh orang yang tunduk pada peradilan militer dan peradilan umum.

Bagian KeduaPenyelidikan

Pasal 43

(1) Penyelidik adalah Penyelidik pada Komisi Pemberantasan Korupsi yang diangkat dandiberhentikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

(2) Penyelidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan fungsi penyelidikantindak pidana korupsi.

Pasal 44

(1) Jika penyelidik dalam melakukan penyelidikan menemukan bukti permulaan yangcukup adanya dugaan tindak pidana korupsi, dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) harikerja terhitung sejak tanggal ditemukan bukti permulaan yang cukup tersebut,

penyelidik melaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.(2) Bukti permulaan yang cukup dianggap telah ada apabila telah ditemukan sekurang-

kurangnya 2 (dua) alat bukti, termasuk dan tidak terbatas pada informasi atau datayang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan baik secara biasa maupun elektronikatau optik.

(3) Dalam hal penyelidik melakukan tugasnya tidak menemukan bukti permulaan yangcukup sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelidik melaporkan kepada KomisiPemberantasan Korupsi dan Komisi Pemberantasan Korupsi menghentikanpenyelidikan.

(4) Dalam hal Komisi Pemberantasan Korupsi berpendapat bahwa perkara tersebut

diteruskan, Komisi Pemberantasan Korupsi melaksanakan penyidikan sendiri ataudapat melimpahkan perkara tersebut kepada penyidik kepolisian atau kejaksaan.

(5) Dalam hal penyidikan dilimpahkan kepada kepolisian atau kejaksaan sebagaimanadimaksud pada ayat (4), kepolisian atau kejaksaan wajib melaksanakan koordinasidan melaporkan perkembangan penyidikan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.

Bagian KetigaPenyidikan

Pasal 45

(1) Penyidik adalah Penyidik pada Komisi Pemberantasan Korupsi yang diangkat dandiberhentikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan fungsi penyidikantindak pidana korupsi.

Page 108: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 108/168

 

 

108

Pasal 46

(1) Dalam hal seseorang ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi PemberantasanKorupsi, terhitung sejak tanggal penetapan tersebut prosedur khusus yang berlakudalam rangka pemeriksaan tersangka yang diatur dalam peraturan perundang-undangan lain, tidak berlaku berdasarkan Undang-Undang ini.

(2) Pemeriksaan tersangka sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan tidakmengurangi hak-hak tersangka.

Pasal 47

(1) Atas dasar dugaan yang kuat adanya bukti permulaan yang cukup, penyidik dapatmelakukan penyitaan tanpa izin Ketua Pengadilan Negeri berkaitan dengan tugaspenyidikannya.

(2) Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur mengenaitindakan penyitaan, tidak berlaku berdasarkan Undang-Undang ini.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib membuat berita acara penyitaanpada hari penyitaan yang sekurang-kurangnya memuat:

a. nama, jenis, dan jumlah barang atau benda berharga lain yang disita;

b. keterangan tempat, waktu, hari, tanggal, bulan, dan tahun dilakukan penyitaan;

c. keterangan mengenai pemilik atau yang menguasai barang atau bendaberharga lain tersebut;

d. tanda tangan dan identitas penyidik yang melakukan penyitaan; dan

e. tanda tangan dan identitas dari pemilik atau orang yang menguasai barangtersebut.

(4) Salinan berita acara penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikankepada tersangka atau keluarganya.

Pasal 48Untuk kepentingan penyidikan, tersangka tindak pidana korupsi wajib memberikanketerangan kepada penyidik tentang seluruh harta bendanya dan harta benda istri atausuami, anak, dan harta benda setiap orang atau korporasi yang diketahui dan atau yangdiduga mempunyai hubungan dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh tersangka.

Pasal 49

Setelah penyidikan dinyatakan cukup, penyidik membuat berita acara dan disampaikankepada Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk segera ditindaklanjuti.

Pasal 50

(1) Dalam hal suatu tindak pidana korupsi terjadi dan Komisi Pemberantasan Korupsibelum melakukan penyidikan, sedangkan perkara tersebut telah dilakukan penyidikanoleh kepolisian atau kejaksaan, instansi tersebut wajib memberitahukan kepadaKomisi Pemberantasan Korupsi paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitungsejak tanggal dimulainya penyidikan.

(2) Penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) wajib dilakukan koordinasi secara terus menerus dengan KomisiPemberantasan Korupsi.

Page 109: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 109/168

 

 

109

(3) Dalam hal Komisi Pemberantasan Korupsi sudah mulai melakukan penyidikansebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepolisian atau kejaksaan tidak berwenang lagimelakukan penyidikan.

(4) Dalam hal penyidikan dilakukan secara bersamaan oleh kepolisian dan/ataukejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi, penyidikan yang dilakukan oleh

kepolisian atau kejaksaan tersebut segera dihentikan.

Bagian KeempatPenuntutan

Pasal 51

(1) Penuntut adalah Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi yang diangkatdan diberhentikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

(2) Penuntut Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan fungsipenuntutan tindak pidana korupsi.

(3) Penuntut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Jaksa Penuntut Umum.

Pasal 52

(1) Penuntut Umum, setelah menerima berkas perkara dari penyidik, paling lambat 14(empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya berkas tersebut, wajibmelimpahkan berkas perkara tersebut kepada Pengadilan Negeri.

(2) Dalam hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ketua Pengadilan Negeri wajibmenerima pelimpahan berkas perkara dari Komisi Pemberantasan Korupsi untukdiperiksa dan diputus.

BAB VIIPEMERIKSAAN DI SIDANG PENGADILAN

Pasal 53Dengan Undang-Undang ini dibentuk Pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang bertugas danberwenang memeriksa dan memutus tindak pidana korupsi yang penuntutannya diajukanoleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

Pasal 54

(1) Pengadilan Tindak Pidana Korupsi berada di lingkungan Peradilan Umum.(2) Untuk pertama kali Pengadilan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibentuk pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang wilayah hukumnyameliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

(3) Pembentukan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi selain sebagaimana dimaksud padaayat (2) dilakukan secara bertahap dengan Keputusan Presiden.

Pasal 55Pengadilan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2) jugaberwenang memeriksa dan memutus tindak pidana korupsi yang dilakukan di luar wilayah

negara Republik Indonesia oleh warga negara Indonesia.

Page 110: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 110/168

 

 

110

Pasal 56

(1) Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi terdiri atas hakim Pengadilan Negeri danhakim ad hoc.

(2) Hakim Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkanberdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung.

(3) Hakim ad hoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan olehPresiden Republik Indonesia atas usul Ketua Mahkamah Agung.

(4) Dalam menetapkan dan mengusulkan calon hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsisebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), Ketua Mahkamah Agung wajibmelakukan pengumuman kepada masyarakat.

Pasal 57

(1) Untuk dapat ditetapkan sebagai hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsisebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2) harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:a. berpengalaman menjadi hakim sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun;

b. berpengalaman mengadili tindak pidana korupsi;

c. cakap dan memiliki integritas moral yang tinggi selama menjalankan tugasnya;dan

d. tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin.

(2) Untuk dapat diusulkan sebagai hakim ad hoc Pengadilan Tindak Pidana Korupsisebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (3) harus memenuhi persyaratansebagai berikut:

a. warga negara Republik Indonesia;b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. sehat jasmani dan rohani;

d. berpendidikan sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian danberpengalaman sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun di bidang hukum;

e. berumur sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun pada proses pemilihan;

f. tidak pernah melakukan perbuatan tercela;

g. cakap, jujur, memiliki integritas moral yang tinggi, dan memiliki reputasi yangbaik;

h. tidak menjadi pengurus salah satu partai politik; dan

i. melepaskan jabatan struktural dan atau jabatan lainnya selama menjadi hakimad hoc.

Pasal 58

(1) Perkara tindak pidana korupsi diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Tindak PidanaKorupsi dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal perkaradilimpahkan ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

(2) Pemeriksaan perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh majelis

hakim berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri atas 2 (dua) orang hakim PengadilanNegeri yang bersangkutan dan 3 (tiga) orang hakim ad hoc.

Pasal 59

(1) Dalam hal putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dimohonkan banding kePengadilan Tinggi, perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam jangka waktu paling

Page 111: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 111/168

 

 

111

lama 60 (enam puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal berkas perkara diterima olehPengadilan Tinggi.

(2) Pemeriksaan perkara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh majelishakim berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri atas 2 (dua) orang hakim PengadilanTinggi yang bersangkutan dan 3 (tiga) orang hakim ad hoc.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 juga berlaku bagi hakim ad hocpada Pengadilan Tinggi.

Pasal 60

(1) Dalam hal putusan Pengadilan Tinggi Tindak Pidana Korupsi dimohonkan kasasikepada Mahkamah Agung, perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam jangka waktupaling lama 90 (sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal berkas perkaraditerima oleh Mahkamah Agung.

(2) Pemeriksaan perkara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Majelis

Hakim berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri atas 2 (dua) orang Hakim Agung dan 3(tiga) orang hakim ad hoc.

(3) Untuk dapat diangkat menjadi hakim ad hoc pada Mahkamah Agung harus memenuhipersyaratan sebagai berikut :

a. warga negara Republik Indonesia;

b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. sehat jasmani dan rohani;

d. berpendidikan sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian danberpengalaman sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun di bidang hukum;

e. berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun pada proses pemilihan;f. tidak pernah melakukan perbuatan tercela;

g. cakap, jujur, memiliki integritas moral yang tinggi, dan memiliki reputasi yangbaik;

h. tidak menjadi pengurus salah satu partai politik; dan

i. melepaskan jabatan struktural dan atau jabatan lainnya selama menjadi hakimad hoc.

Pasal 61

(1) Sebelum memangku jabatan, hakim ad hoc wajib mengucapkan sumpah/janji menurutagamanya di hadapan Presiden Republik Indonesia.

(2) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut :

“Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya untuk melaksanakantugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau caraapapun juga, tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu apapun kepadasiapapun juga”.“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukansesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsungdari siapapun juga suatu janji atau pemberian”.

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia kepada dan akan mempertahankanserta mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, serta peraturan perundang-undangan yang berlakubagi negara Republik Indonesia”.“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan tugas ini dengan

 jujur, seksama, dan obyektif dengan tidak membeda-bedakan orang, dan akanmenjunjung tinggi etika profesi dalam melaksanakan kewajiban saya ini dengan

Page 112: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 112/168

 

 

112

sebaik-baiknya dan seadil-adilnya seperti layaknya bagi seorang petugas yangberbudi baik dan jujur dalam menegakkan hukum dan keadilan”.

Pasal 62Pemeriksaan di sidang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dilakukan berdasarkan hukum

acara pidana yang berlaku dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

BAB VIIIREHABILITASI DAN KOMPENSASI

Pasal 63

(1) Dalam hal seseorang dirugikan sebagai akibat penyelidikan, penyidikan, danpenuntutan, yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi secara bertentangandengan Undang-Undang ini atau dengan hukum yang berlaku, orang yangbersangkutan berhak untuk mengajukan gugatan rehabilitasi dan/atau kompensasi.

(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak mengurangi hak orang yangdirugikan untuk mengajukan gugatan praperadilan, jika terdapat alasan-alasanpengajuan praperadilan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 8Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(3) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pengadilan Negeriyang berwenang mengadili perkara tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 54.

(4) Dalam putusan Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditentukan jenis, jumlah, jangka waktu, dan cara pelaksanaan rehabilitasi dan/atau kompensasiyang harus dipenuhi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

BAB IXPEMBIAYAAN

Pasal 64Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas Komisi Pemberantasan Korupsi dibebankankepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

BAB XKETENTUAN PIDANA

Pasal 65Setiap Anggota Komisi Pemberantasan Korupsi yang melanggar ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 36, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.

Pasal 66Dipidana dengan pidana penjara yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65,pegawai pada Komisi Pemberantasan Korupsi yang :

Page 113: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 113/168

 

 

113

a. mengadakan hubungan langsung atau tidak langsung dengan tersangka atau pihaklain yang terkait dengan perkara tindak pidana korupsi yang ditangani KomisiPemberantasan Korupsi tanpa alasan yang sah;

b. menangani perkara tindak pidana korupsi yang pelakunya mempunyai hubungankeluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai

derajat ketiga dengan pegawai pada Komisi Pemberantasan Korupsi yangbersangkutan;

c. menjabat komisaris atau direksi suatu perseroan, organ yayasan, pengurus koperasi,dan jabatan profesi lainnya atau kegiatan lainnya yang berhubungan dengan jabatantersebut.

Pasal 67Setiap Anggota Komisi Pemberantasan Korupsi dan pegawai pada Komisi PemberantasanKorupsi yang melakukan tindak pidana korupsi, pidananya diperberat dengan menambah 1/3(satu pertiga) dari ancaman pidana pokok.

BAB XIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 68Semua tindakan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi yang proseshukumnya belum selesai pada saat terbentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi, dapatdiambil alih oleh Komisi Pemberantasan Korupsi berdasarkan ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 9.

Pasal 69

(1) Dengan terbentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi maka Komisi PemeriksaKekayaan Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-UndangNomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dariKorupsi, Kolusi, dan Nepotisme menjadi bagian Bidang Pencegahan pada KomisiPemberantasan Korupsi.

(2) Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksud padaayat (1) tetap menjalankan fungsi, tugas, dan wewenangnya, sampai KomisiPemberantasan Korupsi menjalankan tugas dan wewenangnya berdasarkan Undang-Undang ini.

BAB XIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 70Komisi Pemberantasan Korupsi melaksanakan tugas dan wewenangnya paling lambat 1(satu) tahun setelah Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 71

(1) Dengan berlakunya Undang-Undang ini Pasal 27 Undang-Undang Nomor 31 Tahun1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150)dinyatakan tidak berlaku;

Page 114: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 114/168

 

 

114

(2) Setelah Komisi Pemberantasan Korupsi menjalankan tugas dan wewenangnyasebagaimana dimaksud dalam Pasal 70, ketentuan mengenai Komisi Pemeriksasebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal 19 dalam BAB VIIUndang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersihdan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor3851), dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 72Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang inidengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan Di Jakarta,Pada Tanggal 27 Desember 2002

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,Ttd.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan Di Jakarta,Pada Tanggal 27 Desember 2002

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,Ttd.

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 137

Page 115: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 115/168

 

 

115

 

JUARA IIILOMBA POSTER KPK

KATEGORI UMUM 

Page 116: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 116/168

 

 

116

 

JUARA IIILOMBA POSTER KPK

KATEGORI MAHASISWA

Page 117: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 117/168

 

 

117

 

PENJELASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 30 TAHUN 2002

TENTANGKOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

I. UMUM

Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat.Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yangterjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas tindak pidanayang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspekkehidupan masyarakat.Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencanatidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupanberbangsa dan bernegara pada umumnya. Tindak pidana korupsi yang meluas dansistematis juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hakekonomi masyarakat, dan karena itu semua maka tindak pidana korupsi tidak lagidapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatanluar biasa. Begitu pun dalam upaya pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukansecara biasa, tetapi dituntut cara-cara yang luar biasa.

Penegakan hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi yang dilakukan secarakonvensional selama ini terbukti mengalami berbagai hambatan. Untuk itu diperlukanmetode penegakan hukum secara luar biasa melalui pembentukan suatu badankhusus yang mempunyai kewenangan luas, independen serta bebas dari kekuasaanmanapun dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, yang pelaksanaannyadilakukan secara optimal, intensif, efektif, profesional serta berkesinambungan.Dalam rangka mewujudkan supremasi hukum, Pemerintah Indonesia telah meletakkanlandasan kebijakan yang kuat dalam usaha memerangi tindak pidana korupsi.Berbagai kebijakan tersebut tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan,antara lain dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik IndonesiaNomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi,

Kolusi, dan Nepotisme; Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentangPenyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme,serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.Berdasarkan ketentuan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, badan khusus tersebut yang selanjutnya disebutKomisi Pemberantasan Korupsi, memiliki kewenangan melakukan koordinasi dan

supervisi, termasuk melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan, sedangkanmengenai pembentukan, susunan organisasi, tata kerja dan pertanggung jawaban,tugas dan wewenang serta keanggotaannya diatur dengan Undang-undang.Undang-Undang ini dibentuk berdasarkan ketentuan yang dimuat dalam Undang-Undang tersebut di atas. Pada saat sekarang pemberantasan tindak pidana korupsisudah dilaksanakan oleh berbagai institusi seperti kejaksaan dan kepolisian danbadan-badan lain yang berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, olehkarena itu pengaturan kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Undang-

Page 118: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 118/168

 

 

118

Undang ini dilakukan secara berhati-hati agar tidak terjadi tumpang tindih kewenangandengan berbagai instansi tersebut.Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam melakukan penyelidikan,penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi meliputi tindak pidana korupsi yang:

a. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang

ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparatpenegak hukum atau penyelenggara negara;

b. mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; dan/atau

c. menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp.1.000.000.000,00 (satu milyarrupiah).

Dengan pengaturan dalam Undang-Undang ini, Komisi Pemberantasan Korupsi:

1) dapat menyusun jaringan kerja (networking) yang kuat dan memperlakukaninstitusi yang telah ada sebagai "counterpartner" yang kondusif sehinggapemberantasan korupsi dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif;

2) tidak memonopoli tugas dan wewenang penyelidikan, penyidikan, danpenuntutan;

3) berfungsi sebagai pemicu dan pemberdayaan institusi yang telah ada dalampemberantasan korupsi (trigger mechanism);

4) berfungsi untuk melakukan supervisi dan memantau institusi yang telah ada,dan dalam keadaan tertentu dapat mengambil alih tugas dan wewenangpenyelidikan, penyidikan, dan penuntutan (superbody) yang sedangdilaksanakan oleh kepolisian dan/atau kejaksaan.

Selain itu, dalam usaha pemberdayaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah didukungoleh ketentuan-ketentuan yang bersifat strategis antara lain:

1) ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi yang memuat perluasan alat bukti yang sah serta ketentuan tentangasas pembuktian terbalik;

2) ketentuan tentang wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi yang dapatmelakukan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadappenyelenggara negara, tanpa ada hambatan prosedur karena statusnya selakupejabat negara;

3) ketentuan tentang pertanggungjawaban Komisi Pemberantasan Korupsikepada publik dan menyampaikan laporan secara terbuka kepada PresidenRepublik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan BadanPemeriksa Keuangan;

4) ketentuan mengenai pemberatan ancaman pidana pokok terhadap AnggotaKomisi atau pegawai pada Komisi Pemberantasan Korupsi yang melakukankorupsi; dan

5) ketentuan mengenai pemberhentian tanpa syarat kepada Anggota KomisiPemberantasan Korupsi yang melakukan tindak pidana korupsi.

Dalam proses pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi, tidak kalah pentingnyaadalah sumber daya manusia yang akan memimpin dan mengelola KomisiPemberantasan Korupsi. Undang-Undang ini memberikan dasar hukum yang kuatsehingga sumber daya manusia tersebut dapat konsisten dalam melaksanakan tugasdan wewenangnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.Komisi Pemberantasan Korupsi merupakan lembaga negara yang bersifat independenyang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi terdiri dari 5 (lima) orang yang merangkap

Page 119: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 119/168

 

 

119

sebagai Anggota yang semuanya adalah pejabat negara. Pimpinan tersebut terdiriatas unsur pemerintah dan unsur masyarakat sehingga sistem pengawasan yangdilakukan oleh masyarakat terhadap kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi dalammelakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsitetap melekat pada Komisi Pemberantasan Korupsi.

Berdasarkan ketentuan ini maka persyaratan untuk diangkat menjadi anggota KomisiPemberantasan Korupsi, selain dilakukan secara transparan dan melibatkankeikutsertaan masyarakat, juga harus memenuhi persyaratan administratif dan harusmelalui uji kelayakan (fit and proper test) yang dilakukan oleh Dewan PerwakilanRakyat Republik Indonesia, yang kemudian dikukuhkan oleh Presiden RepublikIndonesia.Di samping itu untuk menjamin perkuatan pelaksanaan tugas dan wewenangnya,Komisi Pemberantasan Korupsi dapat mengangkat Tim Penasihat yang berasal dariberbagai bidang kepakaran yang bertugas memberikan nasihat atau pertimbangankepada Komisi Pemberantasan Korupsi. Sedang mengenai aspek kelembagaan,ketentuan mengenai struktur organisasi Komisi Pemberantasan Korupsi diatur

sedemikian rupa sehingga memungkinkan masyarakat luas tetap dapat ikutberpartisipasi dalam aktivitas dan langkah-langkah yang dilakukan oleh KomisiPemberantasan Korupsi, serta pelaksanaan program kampanye publik dapatdilakukan secara sistematis dan konsisten, sehingga kinerja Komisi PemberantasanKorupsi dapat diawasi oleh masyarakat luas.Untuk mendukung kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi yang sangat luas dan beratdalam pemberantasan tindak pidana korupsi, maka Komisi Pemberantasan Korupsiperlu didukung oleh sumber keuangan yang berasal dari Anggaran Pendapatan danBelanja Negara. Dalam Undang-Undang ini, Komisi Pemberantasan Korupsi dibentukdan berkedudukan di ibukota negara, dan jika dipandang perlu sesuai dengan

kebutuhan masyarakat, Komisi Pemberantasan Korupsi dapat membentuk perwakilandi daerah provinsi.Dalam menjalankan tugas dan wewenang penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan,Komisi Pemberantasan Korupsi di samping mengikuti hukum acara yang diatur dalamperaturan perundang-undangan yang berlaku dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, jugadalam Undang-Undang ini dimuat hukum acara tersendiri sebagai ketentuan khusus(lex specialis). Di samping itu, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penegakanhukum terhadap tindak pidana korupsi, maka dalam Undang-Undang ini diatur

mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi di lingkungan peradilanumum, yang untuk pertama kali dibentuk di lingkungan Pengadilan Negeri JakartaPusat. Pengadilan tindak pidana korupsi tersebut bertugas dan berwenang memeriksadan memutus perkara tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh majelis hakim terdiriatas 2 (dua) orang hakim Pengadilan Negeri dan 3 (tiga) orang hakim ad hoc.Demikian pula dalam proses pemeriksaan baik di tingkat banding maupun tingkatkasasi juga dilakukan oleh majelis hakim yang terdiri atas 2 (dua) orang hakim dan 3(tiga) orang hakim ad hoc. Untuk menjamin kepastian hukum, pada tiap tingkatpemeriksaan ditentukan jangka waktu secara tegas.Untuk mewujudkan asas proporsionalitas, dalam Undang-Undang ini diatur pulamengenai ketentuan rehabilitasi dan kompensasi dalam hal Komisi PemberantasanKorupsi melakukan tugas dan wewenangnya bertentangan dengan Undang-Undangini atau hukum yang berlaku.

Page 120: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 120/168

 

 

120

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas

Pasal 2Cukup jelas

Pasal 3Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan “kekuasaan manapun” adalah kekuatan yangdapat mempengaruhi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi atau anggotaKomisi secara individual dari pihak eksekutif, yudikatif, legislatif, pihak-pihak lain yang terkaitdengan perkara tindak pidana korupsi, atau keadaan dan situasi ataupun dengan alasanapapun.

Pasal 4Cukup jelas

Pasal 5Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan :

a. “kepastian hukum” adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasanperaturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakanmenjalankan tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi;

b. “keterbukaan” adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untukmemperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kinerja KomisiPemberantasan Korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya;

c. “akuntabilitas” adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhirkegiatan Komisi Pemberantasan Korupsi harus dapat dipertanggungjawabkan kepadamasyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku;

d. “kepentingan umum” adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengancara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif;

e. “proporsionalitas” adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas,wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban Komisi Pemberantasan Korupsi.

Pasal 6Yang dimaksud dengan “instansi yang berwenang” termasuk Badan Pemeriksa Keuangan,Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Komisi Pemeriksa KekayaanPenyelenggara Negara, inspektorat pada Departemen atau Lembaga Pemerintah Non-Departemen.

Pasal 7Cukup jelas

Pasal 8Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Ketentuan ini bukan diartikan penyerahan fisik melainkan penyerahan wewenang,sehingga jika tersangka telah ditahan oleh kepolisian atau kejaksaan makatersangka tersebut tetap dapat ditempatkan dalam tahanan kepolisian atau tahanan

Page 121: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 121/168

 

 

121

kejaksaan atau Komisi Pemberantasan Korupsi meminta bantuan kepada KepalaRumah Tahanan Negara untuk menempatkan tersangka di Rumah Tahanantersebut. Lihat pula penjelasan Pasal 12 ayat (1) huruf i.

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 9Cukup jelas

Pasal 10Cukup jelas

Pasal 11Huruf a

Yang dimaksud dengan “penyelenggara negara”, adalah sebagaimana dimaksuddalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, termasuk Anggota DewanPerwakilan Rakyat Daerah.

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Pasal 12Huruf a

Cukup jelas

Huruf b Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelasHuruf e

Cukup jelasHuruf f

Yang dimaksud dengan “tersangka atau terdakwa” adalah orang perorangan ataukorporasi.

Huruf gKetentuan ini dimaksudkan untuk menghindari penghilangan atau penghancuranalat bukti yang diperlukan oleh penyelidik, penyidik, atau penuntut atau untukmenghindari kerugian negara yang lebih besar.

Huruf hCukup jelas

Huruf iPermintaan bantuan dalam ketentuan ini, misalnya dalam hal KomisiPemberantasan Korupsi melakukan penahanan seseorang yang diduga melakukantindak pidana korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi meminta bantuan kepadaKepala Rumah Tahanan Negara untuk menerima penempatan tahanan tersebutdalam Rumah Tahanan.

Pasal 13Cukup jelas

Pasal 14Cukup jelas

Page 122: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 122/168

 

 

122

 Pasal 15

Huruf aYang dimaksud dengan “memberikan perlindungan”, dalam ketentuan ini melingkupi

 juga pemberian jaminan keamanan dengan meminta bantuan kepolisian atau

penggantian identitas pelapor atau melakukan evakuasi termasuk perlindunganhukum.Huruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelasHuruf e

Cukup jelas

Pasal 16Ketentuan dalam Pasal ini mengatur mengenai tata cara pelaporan dan penentuan statusgratifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi.

Pasal 17Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas

Pasal 19Cukup jelas

Pasal 20Cukup jelas

Pasal 21Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Yang dimaksud dengan “bekerja secara kolektif” adalah bahwa setiap pengambilankeputusan harus disetujui dan diputuskan secara bersama-sama oleh PimpinanKomisi Pemberantasan Korupsi.

Ayat (6)Cukup jelas

Pasal 22Cukup jelas

Pasal 23Cukup jelas

Page 123: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 123/168

 

 

123

 Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25

Cukup jelas

Pasal 26Cukup jelas

Pasal 27Cukup jelas

Pasal 28Cukup jelas

Pasal 29Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelasHuruf e

Cukup jelasHuruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Huruf iYang dimaksud dengan “jabatan lainnya” misalnya komisaris atau direksi, baik padaBadan Usaha Milik Negara atau swasta.

Huruf j

Yang dimaksud dengan “profesinya”, misalnya advokat, akuntan publik, atau dokter.Huruf k

Cukup jelas

Pasal 30Cukup jelas

Pasal 31Yang dimaksud dengan “transparan” adalah masyarakat dapat mengikuti proses danmekanisme pencalonan dan pemilihan anggota Komisi Pemberantasan Korupsi.

Pasal 32Cukup jelas

Pasal 33Cukup jelas

Page 124: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 124/168

 

 

124

Pasal 34Cukup jelas

Pasal 35Cukup jelas

Pasal 36Cukup jelas

Pasal 37Cukup jelas

Pasal 38Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “yang berkaitan dengan penyelidikan, penyidikan, danpenuntutan” dalam ketentuan ini antara lain, kewenangan melakukan penangkapan,

penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat.Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 39Cukup jelas

Pasal 40Cukup jelas

Pasal 41Yang dimaksud “lembaga penegak hukum negara lain”, termasuk kepolisian, kejaksaan,pengadilan, dan badan-badan khusus lain dari negara asing yang menangani perkara tindakpidana korupsi.

Pasal 42Cukup jelas

Pasal 43Cukup jelas

Pasal 44Cukup jelas

Pasal 45Cukup jelas

Pasal 46Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “prosedur khusus” adalah kewajiban memperoleh izin bagitersangka pejabat negara tertentu untuk dapat dilakukan pemeriksaan.

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 47Cukup jelas

Pasal 48Cukup jelas

Page 125: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 125/168

 

 

125

 Pasal 49

Cukup jelas

Pasal 50

Ayat (1) Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Cukup jelasAyat (4)

Yang dimaksud dengan “dilakukan secara bersamaan” adalah dihitung berdasarkanhari dan tanggal yang sama dimulainya penyidikan.

Pasal 51

Cukup jelas

Pasal 52Cukup jelas

Pasal 53Cukup jelas

Pasal 54Cukup jelas

Pasal 55Cukup jelas

Pasal 56Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Berdasarkan ketentuan ini maka dalam menetapkan hakim Pengadilan TindakPidana Korupsi, Ketua Mahkamah Agung dapat menyeleksi hakim yang bertugaspada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Berdasarkan ketentuan ini maka pemilihan calon hakim yang akan ditetapkan danyang akan diusulkan kepada Presiden Republik Indonesia untuk menjadi hakimPengadilan Tindak Pidana Korupsi, dilakukan secara transparan dan partisipatif.Pengumuman dapat dilakukan baik melalui media cetak maupun elektronik gunamendapat masukan dan tanggapan masyarakat terhadap calon hakim PengadilanTindak Pidana Korupsi tersebut.

Pasal 57Cukup jelas

Pasal 58Cukup jelas

Pasal 59Cukup jelas

Page 126: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 126/168

 

 

126

 Pasal 60

Cukup jelas

Pasal 61

Cukup jelas

Pasal 62Yang dimaksud dengan “hukum acara pidana yang berlaku” adalah sebagaimana diaturdalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), danuntuk pemeriksaan kasasi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985tentang Mahkamah Agung.

Pasal 63Cukup jelas

Pasal 64Yang dimaksud dengan “biaya” termasuk juga biaya untuk pembayaran rehabilitasi dankompensasi.

Pasal 65Cukup jelas

Pasal 66Cukup jelas

Pasal 67Cukup jelas

Pasal 68Cukup jelas

Pasal 69Cukup jelas

Pasal 70Cukup jelas

Pasal 71Cukup jelas

Pasal 72Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4250

Page 127: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 127/168

 

 

127

 JUARA III

LOMBA POSTER KPKKATEGORI PELAJAR 

Page 128: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 128/168

 

 

128

 

FINALISLOMBA POSTER KPK

KATEGORI UMUM 

Page 129: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 129/168

 

 

129

 

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 31 TAHUN 1999TENTANG

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau perekonomiannegara dan menghambat pembangunan nasional, sehingga harus diberantas dalamrangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila danUndang-Undang Dasar 1945;

b. bahwa akibat tindak pidana korupsi yang terjadi selama ini selain merugikan keuangannegara atau perekonomian negara, juga menghambat pertumbuhan dankelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi;

c. bahwa Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dalammasyarakat, karena itu perlu diganti dengan Undang-undang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi yang baru sehingga diharapkan lebih efektif dalam mencegah danmemberantas tindak pidana korupsi;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan cperlu dibentuk Undang-undang yang baru tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi.

Mengingat:

1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998

tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, danNepotisme.

Dengan Persetujuan:DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

Page 130: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 130/168

 

 

130

(1) Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baikmerupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

(2) Pegawai Negeri adalah meliputi:

a. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentangKepegawaian;

b. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang HukumPidana;

c. orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah;

d. orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerimabantuan dari keuangan negara atau daerah; atau

e. orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakanmodal atau fasilitas dari negara atau masyarakat.

(3) Setiap orang adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi.

BAB IITINDAK PIDANA KORUPSI

Pasal 2

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya dirisendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negaraatau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup ataupidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahundan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyakRp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukandalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

Pasal 3Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatukorporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanyakarena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomiannegara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikitRp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar

rupiah).

Pasal 4Pengembalian kerugian keuangan negara atau perekonomian negara tidak menghapuskandipidananya pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3.

Pasal 5Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 209 KitabUndang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (Lima

puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 6Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 KitabUndang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahundan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp150.000.000,00 (seratuslima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh jutarupiah).

Page 131: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 131/168

 

 

131

 Pasal 7

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 387 atauPasal 388 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling sedikit

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp350.000.000,00 (tiga ratus limapuluh juta rupiah).

Pasal 8Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 415 KitabUndang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahundan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp150.000.000,00 (seratuslima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh jutarupiah).

Pasal 9

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 416 KitabUndang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh

 juta rupiah) dan paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 10Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 417 KitabUndang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahundan paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus jutarupiah) dan paling banyak Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 11Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 418 KitabUndang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh

 juta rupiah) dan paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 12Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 419, Pasal420, Pasal 423, Pasal 425, atau Pasal 435 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidanadengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan

paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus jutarupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Pasal 13Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingatkekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau olehpemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut, dipidanadengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak RP.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 14Setiap orang yang melanggar ketentuan Undang-undang yang secara tegas menyatakanbahwa pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang tersebut sebagai tindak pidanakorupsi berlaku ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini.

Pasal 15Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau pemufakatan jahat untukmelakukan tindak pidana korupsi, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana

Page 132: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 132/168

 

 

132

dimaksud Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.

Pasal 16Setiap orang di luar wilayah negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan,kesempatan, sarana, atau keterangan untuk terjadi` tindak pidana korupsi dipidana dengan

pidana yang sama sebagai pelaku tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal2, Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.

Pasal 17Selain dapat dijatuhi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampaidengan Pasal 14, terdakwa dapat dijatuhi pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalamPasal 18.

Pasal 18

(1) Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang HukumPidana, sebagai pidana tambahan adalah:

a. perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud ataubarang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindakpidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidanakorupsi dilakukan, begitu pula dari barang yang menggantikan barang-barangtersebut;

b. pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya samadengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi;

c. penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu)tahun;

d. pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruhatau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan olehPemerintah kepada terpidana.

(2) Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)huruf b paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan yangtelah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh

 jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut.

(3) Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayaruang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka dipidanadengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana

pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan lamanya pidanatersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.

Pasal 19

(1) Putusan pengadilan mengenai perampasan barang-barang bukan kepunyaanterdakwa tidak dijatuhkan, apabila hak-hak pihak ketiga yang beritikad baik akandirugikan.

(2) Dalam hal putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) termasuk jugabarang pihak ketiga yang mempunyai itikad baik, maka pihak ketiga tersebut dapatmengajukan surat keberatan kepada pengadilan yang bersangkutan, dalam waktupaling lambat 2 (dua) bulan setelah putusan pengadilan diucapkan di sidang terbukauntuk umum.

(3) Pengajuan surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidakmenangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan pengadilan.

Page 133: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 133/168

 

 

133

(4) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), hakim meminta keteranganpenuntut umum dan pihak yang berkepentingan.

(5) Penetapan hakim atas surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapatdimintakan kasasi ke Mahkamah Agung oleh pemohon atau penuntut umum.

Pasal 20

(1) Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi, makatuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan ataupengurusnya.

(2) Tindak pidana Korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebutdilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkanhubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupunbersama-sama.

(3) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi, maka korporasi

tersebut diwakili oleh pengurus.(4) Pengurus yang mewakili korporasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat

diwakili oleh orang lain.

(5) Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap sendiri dipengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya pengurus tersebut dibawa kesidang pengadilan.

(6) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan untukmenghadap dan penyerahan surat panggilan tersebut disampaikan kepada pengurusdi tempat tinggal pengurus atau di tempat pengurus berkantor.

(7) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana denda, dengan

ketentuan maksimum pidana ditambah 1/3 (satu pertiga).

BAB IIITINDAK PIDANA LAIN YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Pasal 21Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi, atau menggagalkan secaralangsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilanterhadap tersangka dan terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi, dipidanadengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan

atau denda paling sedikit Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan palingbanyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

Pasal 22Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29, Pasal 35, atau Pasal 36yang dengan sengaja tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar,dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas)tahun dan atau denda paling sedikit Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) danpaling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

Pasal 23Dalam perkara korupsi, pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 220, Pasal 231, Pasal 421, Pasal 422, Pasal 429 atau Pasal 430 Kitab Undang-undangHukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan palinglama 6 (enam) tahun dan atau denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)dan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Page 134: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 134/168

 

 

134

Pasal 24Saksi yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, dipidanadengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyakRp150.000.000,000 (seratus lima puluh juta rupiah).

BAB IVPENYIDIKAN, PENUNTUTAN, DAN PEMERIKSAAN DI SIDANG PENGADILAN

Pasal 25Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan dalam perkara tindak pidanakorupsi harus didahulukan dari perkara lain guna penyelesaian secepatnya.

Pasal 26Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tindak pidanakorupsi, dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku, kecuali ditentukan laindalam Undang-undang ini.

Pasal 27Dalam hal ditemukan tindak pidana korupsi yang sulit pembuktiannya, maka dapat dibentuktim gabungan di bawah koordinasi Jaksa Agung.

Pasal 28Untuk kepentingan penyidikan, tersangka wajib memberikan keterangan tentang seluruhharta bendanya dan harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang ataukorporasi yang diketahui dan atau yang diduga mempunyai hubungan dengan tindak pidanakorupsi yang dilakukan tersangka.

Pasal 29

(1) Untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan di sidang pengadilan,penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang meminta keterangan kepada banktentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa.

(2) Permintaan keterangan kepada bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukankepada Gubernur Bank Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

(3) Gubernur Bank Indonesia berkewajiban untuk memenuhi permintaan sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja, terhitung

sejak dokumen permintaan diterima secara lengkap.(4) Penyidik, penuntut umum, atau hakim dapat meminta kepada bank untuk memblokir

rekening simpanan milik tersangka atau terdakwa yang diduga hasil dari korupsi.

(5) Dalam hal hasil pemeriksaan terhadap tersangka atau terdakwa tidak diperoleh buktiyang cukup, atas permintaan penyidik, penuntut umum, atau hakim, bank pada hari itu

 juga mencabut pemblokiran.

Pasal 30Penyidik berhak membuka, memeriksa, dan menyita surat dan kiriman melalui pos,telekomunikasi atau alat lainnya yang dicurigai mempunyai hubungan dengan perkara tindak

pidana korupsi yang sedang diperiksa.

Pasal 31

(1) Dalam penyidikan dan pemeriksaan di sidang pengadilan, saksi dan orang lain yangbersangkutan dengan tindak pidana korupsi dilarang menyebut nama atau alamat

Page 135: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 135/168

 

 

135

pelapor, atau hal-hal lain yang memberikan kemungkinan dapat diketahuinya identitaspelapor.

(2) Sebelum pemeriksaan dilakukan, larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)diberitahukan kepada saksi dan orang lain tersebut.

Pasal 32

(1) Dalam hal penyidik menemukan dan berpendapat bahwa satu atau lebih unsur tindakpidana korupsi tidak terdapat cukup bukti, sedangkan secara nyata telah ada kerugiankeuangan negara, maka penyidik segera menyerahkan berkas perkara hasilpenyidikan tersebut kepada Jaksa Pengacara Negara untuk dilakukan gugatanperdata atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk mengajukan gugatan.

(2) Putusan bebas dalam perkara tindak pidana korupsi tidak menghapuskan hak untukmenuntut kerugian terhadap keuangan negara.

Pasal 33Dalam hak tersangka meninggal dunia pada saat dilakukan penyidikan, sedangkan secaranyata telah ada kerugian keuangan negara, maka penyidik segera menyerahkan berkasperkara hasil penyidikan tersebut kepada Jaksa Pengacara Negara atau diserahkan kepadainstansi yang dirugikan untuk dilakukan gugatan perdata terhadap ahli warisnya.

Pasal 34Dalam hal terdakwa meninggal dunia pada saat dilakukan pemeriksaan di sidang pengadilan,sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka penuntut umum segeramenyerahkan salinan berkas berita acara sidang tersebut kepada Jaksa Pengacara Negaraatau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk dilakukan gugatan perdata terhadap

ahli warisnya.

Pasal 35

(1) Setiap orang wajib memberi keterangan sebagai saksi atau ahli, kecuali ayah, ibu,kakek, nenek, saudara kandung, istri atau suami, anak, dan cucu dari terdakwa.

(2) Orang yang dibebaskan sebagai saksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapatdiperiksa sebagai saksi apabila mereka menghendaki dan disetujui secara tegas olehterdakwa.

(3) Tanpa persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), mereka dapat memberikanketerangan sebagai saksi tanpa disumpah.

Pasal 36Kewajiban memberikan kesaksian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 berlaku jugaterhadap mereka yang menurut pekerjaan, harkat dan martabat atau jabatannya diwajibkanmenyimpan rahasia, kecuali petugas agama yang menurut keyakinannya harus menyimpanrahasia..

Pasal 37

(1) Terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindakpidana korupsi.

(2) Dalam hal terdakwa dapat membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidanakorupsi, maka keterangan tersebut dipergunakan sebagai hal yang menguntungkanbaginya.

Page 136: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 136/168

 

 

136

(3) Terdakwa wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya dan hartabenda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau korporasi yangdiduga mempunyai hubungan dengan perkara yang bersangkutan.

(4) Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan tentang kekayaan yang tidak seimbangdengan penghasilannya atau sumber penambah kekayaannya, maka keterangan

tersebut dapat digunakan untuk memperkuat alat bukti yang sudah ada bahwaterdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi.

(5) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat(4), penuntut umum tetap berkewajiban untuk membuktikan dakwaannya.

Pasal 38

(1) Dalam hal terdakwa telah dipanggil secara sah, dan tidak hadir di sidang pengadilantanpa alasan yang sah, maka perkara dapat diperiksa dan diputus tanpakehadirannya.

(2) Dalam hal terdakwa hadir pada sidang berikutnya sebelum putusan dijatuhkan, makaterdakwa wajib diperiksa, dan segala keterangan saksi dan surat-surat yangdibacakan dalam sidang sebelumnya dianggap sebagai diucapkan dalam sidang yangsekarang.

(3) Putusan yang dijatuhkan tanpa kehadiran terdakwa diumumkan oleh penuntut umumpada papan pengumuman pengadilan, kantor Pemerintah Daerah, atau diberitahukankepada kuasanya.

(4) Terdakwa atau kuasanya dapat mengajukan banding atas putusan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1).

(5) Dalam hal terdakwa meninggal dunia sebelum putusan dijatuhkan dan terdapat bukti

yang cukup kuat bahwa yang bersangkutan telah melakukan tindak pidana korupsi,maka hakim atas tuntutan penuntut umum menetapkan perampasan barang-barangyang telah disita.

(6) Penetapan perampasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) tidak dapatdimohonkan upaya banding.

(7) Setiap orang yang berkepentingan dapat mengajukan keberatan kepada pengadilanyang telah menjatuhkan penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5), dalamwaktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pengumuman sebagaimanadimaksud dalam ayat (3).

Pasal 39Jaksa Agung mengkoordinasikan dan mengendalikan penyelidikan, penyidikan, danpenuntutan tindak pidana korupsi yang dilakukan bersama-sama oleh orang yang tundukpada Peradilan Umum dan Peradilan Militer.

Pasal 40Dalam hal terdapat cukup alasan untuk mengajukan perkara korupsi di lingkungan PeradilanMiliter, maka ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 123 ayat (1) huruf g Undang-undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer tidak dapat diberlakukan.

Page 137: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 137/168

 

 

137

BAB VPERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 41

(1) Masyarakat dapat berperan serta membantu upaya pencegahan dan pemberantasan

tindak pidana korupsi.(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diwujudkan dalam

bentuk:

a. hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telahterjadi tindak pidana korupsi;

b. hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh danmemberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsikepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;

c. hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada

penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;d. hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang

diberikan kepada penegak hukum dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari;

e. hak untuk memperoleh perlindungan hukum dalam hal:

1) melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c;

2) diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan, dan di sidangpengadilan sebagai saksi pelapor, saksi, atau saksi ahli, sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.

(4) Hak dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3)dilaksanakan dengan berpegang teguh pada asas-asas atau ketentuan yang diaturdalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dengan menaati normaagama dan norma sosial lainnya.

(5) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat dalampencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalamPasal ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 42

(1) Pemerintah memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat yang telah berjasamembantu upaya pencegahan, pemberantasan, atau pengungkapan tindak pidanakorupsi.

(2) Ketentuan mengenai penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebihlanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VIKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 43

(1) Dalam waktu paling lambat 2 (dua) tahun sejak Undang-undang ini mulai berlaku,dibentuk Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

(2) Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai tugas dan wewenangmelakukan koordinasi dan supervisi, termasuk melakukan penyelidikan, penyidikan,

Page 138: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 138/168

 

 

138

dan penuntutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

(3) Keanggotaan Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas unsurPemerintah dan unsur masyarakat.

(4) Ketentuan mengenai pembentukan, susunan organisasi, tata kerja,

pertanggungjawaban, tugas dan wewenang, serta keanggotaan Komisi sebagaimanadimaksud dalam ayat (1). ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Undang-undang.

BAB VIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 44Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, maka Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Nomor 19, TambahanLembaran Negara Nomor 2958), dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 45Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang inidengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan Di Jakarta,Pada Tanggal 16 Agustus 1999

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,Ttd.

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Disahkan Di Jakarta,Pada Tanggal 16 Agustus 1999

MENTERI NEGARA/SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA,Ttd.

MULADI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 140

Page 139: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 139/168

 

 

139

 

FINALISLOMBA POSTER KPK

KATEGORI UMUM 

Page 140: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 140/168

 

 

140

 

FINALISLOMBA POSTER KPKKATEGORI PELAJAR 

Page 141: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 141/168

 

 

141

 

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 20 TAHUN 2001

TENTANGPERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999

TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas, tidak hanyamerugikan keuangan negara, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi perludigolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya harus dilakukan secara luarbiasa;

b. bahwa untuk lebih menjamin kepastian hukum, menghindari keragaman penafsiranhukum dan memberikan perlindungan terhadap hak-hak sosial dan ekonomimasyarakat, serta perlakuan secara adil dalam memberantas tindak pidana korupsi,perlu diadakan perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,

perlu membentuk Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Mengingat:

1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (2) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3209);3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bebas

dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

4. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

5. Lembaran Negara Nomor 3874).

Dengan Persetujuan Bersama:DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31

Page 142: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 142/168

 

 

142

TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Pasal IBeberapa ketentuan dan penjelasan pasal dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi diubah sebagai berikut:1. Pasal 2 ayat (2) substansi tetap, penjelasan pasal diubah sehingga rumusannya

sebagaimana tercantum dalam penjelasan Pasal Demi Pasal angka 1 Undang-undangini.

2. Ketentuan Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal12, rumusannya diubah dengan tidak mengacu pasal-pasal dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana tetapi langsung menyebutkan unsur-unsur yang terdapatdalam masing-masing pasal Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang diacu,sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 5

(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh

 juta rupiah) setiap orang yang:

a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri ataupenyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri ataupenyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatudalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau

b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negarakarena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengankewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.

(2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberianatau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf b, dipidanadengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 6

(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00

(seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuhratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:

a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untukmempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untukdiadili; atau

b. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurutketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokatuntuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untukmempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubungdengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.

(2) Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalamayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian atau janjisebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana yangsama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Page 143: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 143/168

 

 

143

Pasal 7

(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7(tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus

 juta rupiah) dan paling banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh jutarupiah):

a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, ataupenjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahanbangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakankeamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaanperang;

b. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahanbahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimanadimaksud dalam huruf a;

c. setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan TentaraNasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia

melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatannegara dalam keadaan perang; atau

d. setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluanTentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara RepublikIndonesia dengan sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimanadimaksud dalam huruf c.

(2) Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yangmenerima penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atauKepolisian Negara Republik Indonesia dan membiarkan perbuatan curangsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf c, dipidana denganpidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 8Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (limabelas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh

 juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah),pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu

 jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengajamenggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, ataumembiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang

lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.

Pasal 9Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima)tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) danpaling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeriatau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umumsecara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.

Pasal 10Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh)tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) danpaling banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeriatau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umumsecara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja:

Page 144: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 144/168

 

 

144

a. menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapatdipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan ataumembuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena

 jabatannya; atau

b. membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau

membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut; atau

c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, ataumembuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut.

Pasal 11Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima)tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawainegeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahuiatau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau

kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orangyang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.

Pasal 12Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikitRp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00(satu miliar rupiah):

a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji,padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan

untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;

b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahaldiketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibatatau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam

 jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya;

c. hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut didugabahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusanperkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili;

d. seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukanmenjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebutuntuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan, berhubungdengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili;

e. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksudmenguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, ataudengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikansesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untukmengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;

f. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankantugas, meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawainegeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umumtersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebutbukan merupakan utang;

Page 145: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 145/168

 

 

145

g. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankantugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebutbukan merupakan utang;

h. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan

tugas, telah menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai,seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, telah merugikanorang yang berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebutbertentangan dengan peraturan perundang-undangan; atau

i. pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidaklangsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, ataupersewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagianditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.”

3. Di antara Pasal 12 dan Pasal 13 disisipkan 3 (tiga) pasal baru yakni Pasal 12 A, Pasal12 B, dan Pasal 12 C, yang berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 12A

(1) Ketentuan mengenai pidana penjara dan pidana denda sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 danPasal 12 tidak berlaku bagi tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

(2) Bagi pelaku tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari Rp 5.000.000,00(lima juta rupiah) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan

pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Pasal 12B

(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggappemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yangberlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagaiberikut:

a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih,pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan

oleh penerima gratifikasi;

b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntutumum.

(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidanapenjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun,dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) danpaling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 12C

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1) tidak berlaku, jikapenerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Page 146: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 146/168

 

 

146

(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukanoleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejaktanggal gratifikasi tersebut diterima.

(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling lambat 30(tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan wajib menetapkan

gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau milik negara.(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (2) dan penentuan status gratifikasi sebagaimana dimaksud dalamayat (3) diatur dalam Undang-undang tentang Komisi Pemberantasan TindakPidana Korupsi.”

4. Di antara Pasal 26 dan Pasal 27 disisipkan 1 (satu) pasal baru menjadi Pasal 26 Ayang berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 26A

Alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 188ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, khususuntuk tindak pidana korupsi juga dapat diperoleh dari:

a. alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, ataudisimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu; dan

b. dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca,dan atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatusarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas,maupun yang terekam secara elektronik, yang berupa tulisan, suara, gambar,peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki

makna.”

5. Pasal 37 dipecah menjadi 2 (dua) pasal yakni menjadi Pasal 37 dan Pasal 37 Adengan ketentuan sebagai berikut:

a. Pasal 37 dengan substansi yang berasal dari ayat (1) dan ayat (2) denganpenyempurnaan pada ayat (2) frase yang berbunyi "keterangan tersebutdipergunakan sebagai hal yang menguntungkan baginya" diubah menjadi"pembuktian tersebut digunakan oleh pengadilan sebagai dasar untukmenyatakan bahwa dakwaan tidak terbukti", sehingga bunyi keseluruhan Pasal37 adalah sebagai berikut:

“Pasal 37

(1) Terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukantindak pidana korupsi.

(2) Dalam hal terdakwa dapat membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindakpidana korupsi, maka pembuktian tersebut dipergunakan oleh pengadilansebagai dasar untuk menyatakan bahwa dakwaan tidak terbukti.”

b. Pasal 37 A dengan substansi yang berasal dari ayat (3), ayat (4), dan ayat (5)dengan penyempurnaan kata "dapat" pada ayat (4) dihapus dan penunjukanayat (1) dan ayat (2) pada ayat (5) dihapus, serta ayat (3), ayat (4), dan ayat (5)masing-masing berubah menjadi ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), sehinggabunyi keseluruhan Pasal 37 A adalah sebagai berikut:

Page 147: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 147/168

 

 

147

“Pasal 37A

(1) Terdakwa wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya danharta benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang ataukorporasi yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara yangdidakwakan.

(2) Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan tentang kekayaan yang tidakseimbang dengan penghasilannya atau sumber penambahan kekayaannya,maka keterangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) digunakan untukmemperkuat alat bukti yang sudah ada bahwa terdakwa telah melakukantindak pidana korupsi.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) merupakantindak pidana atau perkara pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,Pasal 3, Pasal 4, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 Undang-undangNomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi danPasal 5 sampai dengan Pasal 12 Undang-undang ini, sehingga penuntut umum

tetap berkewajiban untuk membuktikan dakwaannya.”

6. Di antara Pasal 38 dan Pasal 39 ditambahkan 3 (tiga) pasal baru yakni Pasal 38 A,Pasal 38 B, dan Pasal 38 C yang seluruhnya berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 38APembuktian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1) dilakukan pada saatpemeriksaan di sidang pengadilan.

Pasal 38B

(1) Setiap orang yang didakwa melakukan salah satu tindak pidana korupsisebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 13, Pasal 14,Pasal 15, dan Pasal 16 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Pasal 5 sampai dengan Pasal 12Undang-undang ini, wajib membuktikan sebaliknya terhadap harta bendamiliknya yang belum didakwakan, tetapi juga diduga berasal dari tindak pidanakorupsi.

(2) Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan bahwa harta bendasebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diperoleh bukan karena tindak pidanakorupsi, harta benda tersebut dianggap diperoleh juga dari tindak pidanakorupsi dan hakim berwenang memutuskan seluruh atau sebagian harta bendatersebut dirampas untuk negara.

(3) Tuntutan perampasan harta benda sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)diajukan oleh penuntut umum pada saat membacakan tuntutannya padaperkara pokok.

(4) Pembuktian bahwa harta benda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bukanberasal dari tindak pidana korupsi diajukan oleh terdakwa pada saatmembacakan pembelaannya dalam perkara pokok dan dapat diulangi padamemori banding dan memori kasasi.

(5) Hakim wajib membuka persidangan yang khusus untuk memeriksa pembuktianyang diajukan terdakwa sebagaimana dimaksud dalam ayat (4).

(6) Apabila terdakwa dibebaskan atau dinyatakan lepas dari segala tuntutanhukum dari perkara pokok, maka tuntutan perampasan harta bendasebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) harus ditolak oleh hakim.

Page 148: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 148/168

 

 

148

Pasal 38CApabila setelah putusan pengadilan telah memperoleh kekuatan hukum tetap,diketahui masih terdapat harta benda milik terpidana yang diduga atau patut diduga

 juga berasal dari tindak pidana korupsi yang belum dikenakan perampasan untuknegara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 B ayat (2), maka negara dapat

melakukan gugatan perdata terhadap terpidana dan atau ahli warisnya.”

7. Di antara Bab VI dan Bab VII ditambah bab baru yakni Bab VI A mengenai KetentuanPeralihan yang berisi 1 (satu) pasal, yakni Pasal 43 A yang diletakkan di antara Pasal43 dan Pasal 44 sehingga keseluruhannya berbunyi sebagai berikut:

“BAB VIAKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 43A

(1) Tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum Undang-undang Nomor 31 Tahun

1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi diundangkan, diperiksadan diputus berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dengan ketentuan maksimumpidana penjara yang menguntungkan bagi terdakwa diberlakukan ketentuandalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10 Undang-undang ini dan Pasal 13 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

(2) Ketentuan minimum pidana penjara dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8,Pasal 9, dan Pasal 10 Undang-undang ini dan Pasal 13 Undang-undangNomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tidak

berlaku bagi tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

(3) Tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum Undang-undang ini diundangkan,diperiksa dan diputus berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 31 Tahun1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dengan ketentuanmengenai maksimum pidana penjara bagi tindak pidana korupsi yang nilainyakurang dari Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) berlaku ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 12 A ayat (2) Undang-undang ini.”

8. Dalam BAB VII sebelum Pasal 44 ditambah 1 (satu) pasal baru yakni Pasal 43 B yang

berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 43BPada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, Pasal 209, Pasal 210, Pasal 387,Pasal 388, Pasal 415, Pasal 416, Pasal 417, Pasal 418, Pasal 419, Pasal 420, Pasal423, Pasal 425, dan Pasal 435 Kitab Undang-undang Hukum Pidana jis. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana (Berita RepublikIndonesia II Nomor 9), Undang-undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang MenyatakanBerlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana

untuk Seluruh Wilayah Republik Indonesia dan Mengubah Kitab Undang-undangHukum Pidana (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 127, Tambahan LembaranNegara Nomor 1660) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganUndang-undang Nomor 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang-undangHukum Pidana Yang Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara,dinyatakan tidak berlaku.”

Page 149: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 149/168

 

 

149

Pasal IIUndang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang inidengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan Di Jakarta,Pada Tanggal 21 November 2001

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,Ttd.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan Di Jakarta,Pada Tanggal 21 November 2001

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,Ttd.

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 134

Page 150: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 150/168

 

 

150

 

Page 151: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 151/168

 

 

151

 

FINALISLOMBA POSTER KPK

KATEGORI MAHASISWA 

Page 152: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 152/168

 

 

152

 

FINALISLOMBA POSTER KPK

KATEGORI MAHASISWA 

Page 153: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 153/168

 

 

153

 

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 28 TAHUN 1999

TENTANGPENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI

KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa Penyelenggara Negara mempunyai peranan yang sangat menentukan dalampenyelenggaraan negara untuk mencapai cita-cita perjuangan bangsa mewujudkanmasyarakat yang adil dan makmur sebagaimana tercantum dalam Undang-UndangDasar 1945;

b. bahwa untuk mewujudkan Penyelenggara Negara yang mampu menjalankan fungsidan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab, perlu diletakkanasas-asas penyelenggaraan negara;

c. bahwa praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme tidak hanya dilakukan antarPenyelenggara Negara melainkan juga antara Penyelenggara Negara dan pihak lainyang dapat merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, danbernegara serta membahayakan eksistensi negara, sehingga diperlukan landasanhukum untuk pencegahannya;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan cperlu dibentuk Undang-undang tentang Penyelenggara Negara yang Bersih danBebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Mengingat:

1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998

tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi danNepotisme.

Dengan Persetujuan:DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:UNDANG-UNDANG TENTANG PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS

DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

Page 154: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 154/168

 

 

154

1. Penyelenggara Negara adalah Pejabat Negara yang menjalankan fungsi eksekutif,legislatif, atau yudikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitandengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Penyelenggara Negara yang bersih adalah Penyelenggara Negara yang menaati

asas-asas umum penyelenggaraan negara dan bebas dari praktek korupsi, kolusi dannepotisme, serta perbuatan tercela lainnya.

3. Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturanperundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi.

4. Kolusi adalah permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antarPenyelenggara Negara atau antara Penyelenggara Negara dan pihak lain yangmerugikan orang lain, masyarakat, dan atau negara.

5. Nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara melawan hukumyang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas kepentinganmasyarakat, bangsa dan negara.

6. Asas Umum Pemerintahan Negara Yang Baik adalah asas yang menjunjung tingginorma kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum, untuk mewujudkan PenyelenggaraNegara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

7. Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara yang selanjutnya disebut KomisiPemeriksa adalah lembaga independen yang bertugas untuk memeriksa kekayaanPenyelenggara Negara dan mantan Penyelenggara Negara untuk mencegah praktekkorupsi, kolusi dan nepotisme.

BAB II

PENYELENGGARA NEGARA

Pasal 2Penyelenggara Negara meliputi:

1. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara;

2. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara;

3. Menteri;

4. Gubernur;

5. Hakim;

6. Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganyang berlaku; dan

7. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaranegara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IIIASAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA

Pasal 3Asas-asas Umum penyelenggaraan negara meliputi:

1. Asas Kepastian Hukum;2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara;

3. Asas Kepentingan Umum;

4. Asas Keterbukaan;

Page 155: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 155/168

 

 

155

5. Asas Proporsionalitas;

6. Asas Profesionalitas, dan

7. Asas Akuntabilitas.

BAB IVHAK DAN KEWAJIBAN PENYELENGGARA NEGARA

Pasal 4Setiap Penyelenggara Negara berhak untuk:

1. menerima gaji, tunjangan dan fasilitas lainnya sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku;

2. menggunakan hak jawab terhadap setiap teguran, tindakan dari atasannya, ancamanhukuman, dan kritik masyarakat;

3. menyampaikan pendapat di muka umum secara bertanggung jawab sesuai dengan

wewenangnya; dan4. mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Pasal 5Setiap Penyelenggara Negara berkewajiban untuk:

1. mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya sebelum memangku jabatannya;

2. bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama, dan setelah menjabat;

3. melaporkan dan mengumumkan kekayaannya sebelum dan setelah menjabat;4. tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme;

5. melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, dan golongan;

6. melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan tidak melakukanperbuatan tercela, tanpa pamrih baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni,maupun kelompok, dan tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun yangbertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan

7. bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi, dan nepotisme serta dalamperkara lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Pasal 6Hak dan kewajiban Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal5 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

BAB VHUBUNGAN ANTAR PENYELENGGARA NEGARA

Pasal 7

(1) Hubungan antar Penyelenggara Negara dilaksanakan dengan menaati norma-normakelembagaan, kesopanan, kesusilaan, dan etika yang berlandaskan Pancasila danUndang-Undang Dasar 1945.

Page 156: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 156/168

 

 

156

(2) Hubungan antar Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)berpegang teguh pada asas-asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 danketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 8

(1) Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara merupakan hak dantanggung jawab masyarakat untuk ikut mewujudkan Penyelenggara Negara yangbersih.

(2) Hubungan antar Penyelenggara Negara dan masyarakat dilaksanakan denganberpegang teguh pada asas-asas umum penyelenggaraan negara sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3.

Pasal 9

(1) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diwujudkan dalambentuk:

a. hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi tentangpenyelenggaraan negara;

b. hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari PenyelenggaraNegara;

c. hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab terhadapkebijakan Penyelenggara Negara; dan

d. hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal:

1. melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c;

2. diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan, dan di sidangpengadilan sebagai saksi pelapor, saksi, atau saksi ahli, sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku dan dengan menaati norma agama dannorma sosial lainnya.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjutdengan Peraturan Pemerintah.

BAB VIIKOMISI PEMERIKSA

Pasal 10Untuk mewujudkan Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dannepotisme, Presiden selaku Kepala Negara membentuk Komisi Pemeriksa.

Pasal 11Komisi Pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 merupakan lembaga independenyang bertanggung jawab langsung kepada Presiden selaku Kepala Negara.

Page 157: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 157/168

 

 

157

Pasal 12

(1) Komisi Pemeriksa mempunyai fungsi untuk mencegah praktek korupsi, kolusi, dannepotisme dalam penyelenggaraan negara.

(2) Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), KomisiPemeriksa dapat melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga terkait baik di

dalam negeri maupun di luar negeri.

Pasal 13

(1) Keanggotaan Komisi Pemeriksa terdiri atas unsur Pemerintah dan masyarakat.

(2) Pengangkatan dan pemberhentian Anggota Komisi Pemeriksa ditetapkan denganKeputusan Presiden setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 14

(1) Untuk dapat diangkat sebagai Anggota Komisi Pemeriksa sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 10 seorang calon Anggota serendah-rendahnya berumur 40 (empatpuluh) tahun dan setinggi-tingginya berumur 75 (tujuh puluh lima) tahun.

(2) Anggota Komisi Pemeriksa diberhentikan dalam hal:

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri; atau

c. tidak lagi memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) danketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Anggota Komisi Pemeriksa diangkat untuk masa jabatan selama 5 (lima) tahun dansetelah berakhir masa jabatannya dapat diangkat kembali hanya untuk 1 (satu) kali

masa jabatan.(4) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pengangkatan serta pemberhentian

Anggota Komisi Pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diaturlebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 15

(1) Susunan keanggotaan Komisi Pemeriksa terdiri atas seorang Ketua merangkapAnggota, 4 (empat) orang Wakil Ketua merangkap Anggota dan sekurang-kurangnya20 (dua puluh) orang Anggota yang terbagi dalam 4 (empat) Sub Komisi.

(2) Ketua dan Wakil Ketua Komisi Pemeriksa dipilih oleh dan dari para Anggotaberdasarkan musyawarah mufakat.

(3) Empat Sub Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas:

a. Sub Komisi Eksekutif;

b. Sub Komisi Legislatif;

c. Sub Komisi Yudikatif; dan

d. Sub Komisi Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah.

(4) Masing-masing Anggota Sub Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diangkatsesuai dengan keahliannya dan bekerja secara kolegial.

(5) Dalam melaksanakan tugasnya Komisi Pemeriksa dibantu oleh Sekretariat Jenderal.(6) Komisi Pemeriksa berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.

(7) Wilayah kerja Komisi Pemeriksa meliputi seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

Page 158: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 158/168

 

 

158

(8) Komisi Pemeriksa membentuk Komisi Pemeriksa di daerah yang ditetapkan denganKeputusan Presiden setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan RakyatDaerah.

Pasal 16

(1) Sebelum memangku jabatannya, Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Komisi Pemeriksamengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya, yang berbunyi sebagaiberikut:

"Saya bersumpah atau berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan tugas danwewenang saya ini dengan sungguh-sungguh, jujur, berani, adil, tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras dan golongan dari Penyelenggara Negara yangsaya periksa, dan akan melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-baiknya, sertabertanggungjawab sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsadan negara"."Saya bersumpah atau berjanji bahwa saya untuk melakukan atau tidak melakukan

sesuatu dalam tugas dan wewenang saya ini, tidak akan menerima langsung atautidak langsung dari siapapun juga suatu janji atau pemberian"."Saya bersumpah atau berjanji bahwa saya akan mempertahankan dan mengamalkanPancasila sebagai Dasar Negara, melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945, danperaturan perundang-undangan lain yang berlaku bagi negara Republik Indonesia".

(2) Sumpah atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diucapkan di hadapanPresiden.

Pasal 17

(1) Komisi Pemeriksa mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan pemeriksaanterhadap kekayaan Penyelenggara Negara.

(2) Tugas dan wewenang Komisi Pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)adalah:

a. melakukan pemantauan dan klarifikasi atas harta kekayaan PenyelenggaraNegara;

b. meneliti laporan atau pengaduan masyarakat, lembaga swadaya masyarakat,atau instansi pemerintah tentang dugaan adanya korupsi, kolusi, dannepotisme dari para Penyelenggara Negara;

c. melakukan penyelidikan atas inisiatif sendiri mengenai harta kekayaan

Penyelenggara Negara berdasarkan petunjuk adanya korupsi, kolusi, dannepotisme terhadap Penyelenggara Negara yang bersangkutan;

d. mencari dan memperoleh bukti-bukti, menghadirkan saksi-saksi untukpenyelidikan Penyelenggara Negara yang diduga melakukan korupsi, kolusi,dan nepotisme atau meminta dokumen-dokumen dari pihak-pihak yang terkaitdengan penyelidikan harta kekayaan Penyelenggara Negara yangbersangkutan;

e. jika dianggap perlu, selain meminta bukti kepemilikan sebagian atau seluruhharta kekayaan Penyelenggara Negara yang diduga diperoleh dari korupsi,kolusi dan nepotisme selama menjabat sebagai Penyelenggara Negara, juga

meminta pejabat yang berwenang membuktikan dugaan tersebut sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pemeriksaan kekayaan Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dilakukan sebelum, selama, dan setelah yang bersangkutan menjabat.

(4) Ketentuan mengenai tata cara pemeriksaan kekayaan Penyelenggara Negarasebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 159: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 159/168

 

 

159

Pasal 18

(1) Hasil pemeriksaan Komisi Pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17disampaikan kepada Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Badan PemeriksaKeuangan.

(2) Khusus hasil pemeriksaan atas kekayaan Penyelenggara Negara yang dilakukan oleh

Sub Komisi Yudikatif, juga disampaikan kepada Mahkamah Agung.

(3) Apabila dalam hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditemukanpetunjuk adanya korupsi, kolusi, atau nepotisme, maka hasil pemeriksaan tersebutdisampaikan kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku, untuk ditindaklanjuti.

Pasal 19

(1) Pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan tugas dan wewenang Komisi Pemeriksadilakukan oleh Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Ketentuan mengenai tata cara pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VIIISANKSI

Pasal 20

(1) Setiap Penyelenggara Negara yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 angka 1, 2, 3, 5 atau 6 dikenakan sanksi administratif sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Setiap Penyelenggara Negara yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 angka 4 atau 7 dikenakan sanksi pidana dan atau sanksi perdatasesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 21Setiap Penyelenggara Negara atau Anggota Komisi Pemeriksa yang melakukan kolusisebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 4 dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 2 (dua) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyarrupiah).

Pasal 22Setiap Penyelenggara Negara atau Anggota Komisi Pemeriksa yang melakukan nepotismesebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 4 dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 2 (dua) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyarrupiah).

BAB IXKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 23Dalam waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak Undang-undang ini mulai berlaku,setiap Penyelenggara Negara harus melaporkan dan mengumumkan harta kekayaan danbersedia dilakukan pemeriksaan terhadap kekayaan sesuai dengan ketentuan dalamUndang-undang ini.

Page 160: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 160/168

 

 

160

BAB XKETENTUAN PENUTUP

Pasal 24Undang-undang ini mulai berlaku 6 (enam) bulan sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang inidengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan Di Jakarta,Pada Tanggal 19 Mei 1999

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,Ttd.

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Diundangkan Di Jakarta,

Pada Tanggal 19 Mei 1999MENTERI NEGARA/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.PROF. DR. H. MULADI, S.H.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 75

Page 161: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 161/168

 

 

161

 FINALIS

LOMBA POSTER KPKKATEGORI UMUM

Page 162: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 162/168

 

 

162

 FINALIS

LOMBA POSTER KPKKATEGORI UMUM 

Page 163: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 163/168

 

 

163

 

PENJELASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 28 TAHUN 1999TENTANG

PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DAN BEBASDARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

UMUM

1. Penyelenggara Negara mempunyai peran penting dalam mewujudkan cita-citaperjuangan bangsa. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Penjelasan Undang-

Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa yang sangat penting dalampemerintahan dan dalam hal hidupnya negara ialah semangat para PenyelenggaraNegara dan pemimpin pemerintahan.

Dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) tahun, Penyelenggara Negara tidak dapatmenjalankan tugas dan fungsinya secara optimal, sehingga penyelenggaraan negaratidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal itu terjadi karena adanya pemusatankekuasaan, wewenang, dan tanggung jawab pada Presiden/Mandataris MajelisPermusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Di samping itu, masyarakat pun belumsepenuhnya berperan serta dalam menjalankan fungsi kontrol sosial yang efektifterhadap penyelenggaraan negara.

Pemusatan kekuasaan, wewenang, dan tanggung jawab tersebut tidak hanyaberdampak negatif di bidang politik, namun juga di bidang ekonomi dan moneter,antara lain terjadinya praktek penyelenggaraan negara yang lebih menguntungkankelompok tertentu dan memberi peluang terhadap tumbuhnya korupsi, kolusi, dannepotisme.Tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme tersebut tidak hanya dilakukan olehPenyelenggara Negara, antar Penyelenggara Negara, melainkan juga PenyelenggaraNegara dengan pihak lain seperti keluarga, kroni, dan para pengusaha, sehinggamerusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sertamembahayakan eksistensi negara.Dalam rangka penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional sesuai tuntutan

reformasi diperlukan kesamaan visi, persepsi, dan misi dari seluruh PenyelenggaraNegara dan masyarakat. Kesamaan visi, persepsi, dan misi tersebut harus sejalandengan tuntutan hati nurani rakyat yang menghendaki terwujudnya PenyelenggaraNegara yang mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara sungguh-sungguh,penuh rasa tanggung jawab yang dilaksanakan secara efektif, efisien, bebas darikorupsi, kolusi dan nepotisme, sebagaimana diamanatkan oleh Ketetapan MajelisPermusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 tentangPenyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

2. Undang-undang ini memuat tentang ketentuan yang berkaitan langsung atau tidaklangsung dengan penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi, kolusi, dan

nepotisme yang khusus ditujukan kepada para Penyelenggara Negara dan pejabatlain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negarasesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Undang-undang ini merupakan bagian atau sub-sistem dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penegakan hukum terhadap perbuatan korupsi,kolusi, dan nepotisme. Sasaran pokok Undang-undang ini adalah para PenyelenggaraNegara yang meliputi Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara, Pejabat

Page 164: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 164/168

 

 

164

Negara pada Lembaga Tinggi Negara, Menteri, Gubernur, Hakim pejabat negara danatau pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya denganpenyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

4. Untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi,

kolusi, dan nepotisme, dalam Undang-undang ini ditetapkan asas-asas umumpenyelenggaraan negara yang meliputi asas kepastian hukum, asas tertibpenyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asasproporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas.

5. Pengaturan tentang peran serta masyarakat dalam Undang-undang ini dimaksuduntuk memberdayakan masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraannegara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dengan hak dankewajiban yang dimiliki, masyarakat diharapkan dapat lebih bergairah melaksanakankontrol sosial secara optimal terhadap penyelenggaraan negara, dengan tetapmenaati rambu-rambu hukum yang berlaku.

6. Agar Undang-undang ini dapat mencapai sasaran secara efektif maka diaturpembentukan Komisi Pemeriksa yang bertugas dan berwenang melakukanpemeriksaan harta kekayaan pejabat negara sebelum, selama dan setelah menjabat,termasuk meminta keterangan, baik dari mantan pejabat negara, keluarga dankroninya, maupun para pengusaha, dengan tetap memperhatikan prinsip praduga takbersalah dan hak-hak asasi manusia. Susunan keanggotaan Komisi Pemeriksa terdiriatas unsur Pemerintah dan masyarakat mencerminkan independensi ataukemandirian dari lembaga ini.

7. Undang-undang ini mengatur pula kewajiban para Penyelenggara Negara, antara lainmengumumkan dan melaporkan harta kekayaannya sebelum dan setelah menjabat.

Ketentuan tentang sanksi dalam Undang-undang ini berlaku bagi PenyelenggaraNegara, masyarakat, dan Komisi Pemeriksa sebagai upaya preventif dan represifserta berfungsi sebagai jaminan atas ditaatinya ketentuan tentang asas-asas umumpenyelenggaraan negara, hak dan kewajiban Penyelenggara Negara, dan ketentuanlainnya, sehingga dapat diharapkan memperkuat norma kelembagaan, moralitas,individu dan sosial.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas

Pasal 2Angka 1

Cukup jelasAngka 2

Cukup jelasAngka 3

Cukup jelasAngka 4

Yang dimaksud dengan "Gubernur" adalah wakil Pemerintah Pusat di daerah.

Angka 5Yang dimaksud dengan "Hakim" dalam ketentuan ini meliputi Hakim di semuatingkatan Pengadilan.

Angka 6Yang dimaksud dengan "Pejabat Negara yang lain" dalam ketentuan ini misalnyaKepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai DutaBesar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, Wakil Gubernur, dan Bupati/Walikotamadya.

Page 165: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 165/168

 

 

165

Angka 7Yang dimaksud dengan "pejabat lain yang memiliki fungsi strategis" adalah pejabatyang tugas dan wewenangnya di dalam melakukan penyelenggaraan negara rawanterhadap praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang meliputi:

1. Direksi, Komisaris, dan pejabat struktural lainnya pada Badan Usaha Milik

Negara dan Badan Usaha Milik Daerah;2. Pimpinan Bank Indonesia dan Pimpinan Badan Penyehatan Perbankan

Nasional;

3. Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri;

4. Pejabat Eselon I dan pejabat lain yang disamakan di lingkungan sipil, militer,dan Kepolisian Negara Republik Indonesia;

5. Jaksa;

6. Penyidik;

7. Panitera Pengadilan; dan

8. Pemimpin dan bendaharawan proyek.

Pasal 3Angka 1

Yang dimaksud dengan "Asas Kepastian Hukum" adalah asas dalam negara hukumyang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dankeadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara Negara.

Angka 2Yang dimaksud dengan "Asas Tertib Penyelenggara Negara" adalah asas yangmenjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian

penyelenggaraan negara.Angka 3

Yang dimaksud dengan "Asas Kepentingan Umum" adalah asas yang mendahulukankesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

Angka 4Yang dimaksud dengan "Asas Keterbukaan" adalah asas yang membuka diri terhadaphak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatiftentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hakasasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

Angka 5

Yang dimaksud dengan "Asas Proporsionalitas" adalah asas yang mengutamakankeseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara.Angka 6

Yang dimaksud dengan "Asas Profesionalitas" adalah asas yang mengutamakankeahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

Angka 7Yang dimaksud dengan "Asas Akuntabilitas" adalah asas yang menentukan bahwasetiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapatdipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegangkedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Pasal 4Pelaksanaan hak Penyelenggara Negara yang ditentukan dalam Pasal ini sesuai denganketentuan Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 UUD 1945 serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 166: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 166/168

 

 

166

Pasal 5Dalam hal Penyelenggara Negara dijabat oleh anggota Tentara Nasional Indonesia dananggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka terhadap pejabat tersebut berlakuketentuan dalam Undang-undang ini.Angka 1

Cukup jelasAngka 2Apabila Penyelenggara Negara dengan sengaja menghalang-halangi dalampendataan kekayaannya, maka dikenakan sanksi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Angka 3Cukup jelas

Angka 4Apabila Penyelenggara Negara yang didata kekayaannya oleh Komisi Pemeriksadengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar, maka dikenakan sanksisesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Angka 5Cukup jelas

Angka 6Cukup jelas

Angka 7Cukup jelas

Pasal 6Yang dimaksud dengan "hak dan kewajiban Penyelenggara Negara dilaksanakan sesuaidengan ketentuan UUD 1945" adalah hak dan kewajiban yang dilaksanakan dengan

memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyatyang luhur.

Pasal 7Cukup jelas

Pasal 8Ayat (1)

Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat ini, adalah peran aktifmasyarakat untuk ikut serta mewujudkan Penyelenggara Negara yang bersih danbebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang dilaksanakan dengan menaati norma

hukum, moral, dan sosial yang berlaku dalam masyarakat.Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 9Ayat (1)

Ketentuan dalam ayat (1) huruf d angka 2) merupakan suatu kewajiban bagimasyarakat yang oleh Undang-undang ini diminta hadir dalam proses penyelidikan,penyidikan, dan di sidang pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi, atau saksi ahli.Apabila oleh pihak yang berwenang dipanggil sebagai saksi pelapor, saksi, atau saksiahli dengan sengaja tidak hadir, maka dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

Ayat (2)Pada dasarnya masyarakat mempunyai hak untuk memperoleh informasi tentangpenyelenggaraan negara, namun hal tersebut tetap harus memperhatikan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku yang memberikan batasan untukmasalah-masalah tertentu dijamin kerahasiaannya, antara lain yang dijamin olehUndang-undang tentang Pos dan Undang-undang tentang Perbankan.

Page 167: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 167/168

 

 

167

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 10Cukup jelas

Pasal 11Yang dimaksud dengan "lembaga independen" dalam Pasal ini adalah lembaga yang dalammelaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari pengaruh kekuasaan eksekutif, legislatif,yudikatif, dan lembaga negara lainnya.

Pasal 12Cukup jelas

Pasal 13Cukup jelas

Pasal 14Cukup jelas

Pasal 15Ayat (1)

Susunan keanggotaan Komisi Pemeriksa dalam ketentuan ini, harus berjumlah ganjil.Hal ini dimaksudkan untuk dapat mengambil keputusan dengan suara terbanyakapabila tidak dapat dicapai pengambilan keputusan dengan musyawarah.

Ayat (2)

Cukup jelasAyat (3)Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang dapat dipertanggungjawabkan, anggotasub-sub komisi harus berintegritas tinggi, memiliki keahlian, dan profesional dibidangnya.Dalam hal terdapat dugaan adanya keterlibatan pihak lain seperti keluarga, kroni, danatau pihak lain dalam praktek korupsi, kolusi, atau nepotisme, maka bagi keluarga,kroni, dan atau pihak lain tersebut dikenakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Sekretariat Jenderal bertugas membantu di bidang pelayanan administrasi untukkelancaran pelaksanaan tugas Komisi Pemeriksa.

Ayat (6)Cukup jelas

Ayat (7)Cukup jelas

Ayat (8)Pembentukan Komisi Pemeriksa di daerah dimaksudkan untuk membantu tugasKomisi Pemeriksa di daerah. Keanggotaan Komisi Pemeriksa di daerah perlu terlebihdahulu mendapatkan pertimbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Pasal 16Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Ketentuan ayat (2) ini pada dasarnya berlaku pula bagi Komisi Pemeriksa di daerah.

Page 168: UU Anti Korupsi

5/8/2018 UU Anti Korupsi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/uu-anti-korupsi 168/168

 

 Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk mempertegas atau menegaskanperbedaan yang mendasar antara tugas Komisi Pemeriksa selaku pemeriksa hartakekayaan Penyelenggara Negara dan fungsi Kepolisian dan Kejaksaan.Fungsi pemeriksaan yang dilakukan oleh Komisi Pemeriksa sebelum seorang diangkatselaku pejabat negara adalah bersifat pendataan, sedangkan pemeriksaan yangdilakukan sesudah Pejabat Negara selesai menjalankan jabatannya bersifat evaluasiuntuk menentukan ada atau tidaknya petunjuk tentang korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Yang dimaksud dengan "petunjuk" dalam Pasal ini adalah fakta-fakta atau data yangmenunjukkan adanya unsur-unsur korupsi, kolusi, dan nepotisme.Yang dimaksud dengan "instansi yang berwenang" adalah Badan PemeriksaKeuangan dan Pembangunan, Kejaksaan Agung, dan Kepolisian.

Pasal 19Cukup jelas

Pasal 20Cukup jelas

Pasal 21Cukup jelas

Pasal 22Cukup jelas

Pasal 23Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3851