Download - Usaha Pemberantasan Korupsi

Transcript
Page 1: Usaha Pemberantasan Korupsi

Usaha PemberantasanUsaha PemberantasanKorupsi di IndonesiaKorupsi di Indonesia

Mata Kuliah Hukum Pidana KhususDosen Pengampu: Ahmad Bahiej

Page 2: Usaha Pemberantasan Korupsi

Masa Pemberantasan KorupsiMasa Pemberantasan Korupsi(Berdasarkan Aturan Per-UU-an)(Berdasarkan Aturan Per-UU-an)

Masa 1945 - 1957Masa 1945 - 1957 Masa 1957 - 1960Masa 1957 - 1960 Masa 1960 - 1971Masa 1960 - 1971 Masa 1971 - 1999Masa 1971 - 1999 Masa 1999 - sekarangMasa 1999 - sekarang

Page 3: Usaha Pemberantasan Korupsi

Masa 1945 - 1957Masa 1945 - 1957 Korupsi Korupsi belum dianggap sebagai belum dianggap sebagai

ancamanancaman negara yang membahayakan. negara yang membahayakan. Tahun 1956, kasus korupsi mulai menguat Tahun 1956, kasus korupsi mulai menguat

dengan diangkatnya kasus korupsi di media dengan diangkatnya kasus korupsi di media cetak oleh Muchtar Lubis dan Rosihan cetak oleh Muchtar Lubis dan Rosihan Anwar, namun keduanya malah dipenjara Anwar, namun keduanya malah dipenjara (1961).(1961).

Dasar hukum yang digunakan adalah KUHP Dasar hukum yang digunakan adalah KUHP terkait dengan kejahatan-kejahatan yang terkait dengan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh pejabat/pegawai negeri dilakukan oleh pejabat/pegawai negeri (ambtenaar), (ambtenaar), yaitu pada Bab XXVIII Buku yaitu pada Bab XXVIII Buku Kedua KUHP.Kedua KUHP.

Page 4: Usaha Pemberantasan Korupsi

Masa 1957 - 1960Masa 1957 - 1960 Korupsi dirasakan sudah mulai menguat Korupsi dirasakan sudah mulai menguat

dalam tubuh pemerintahan.dalam tubuh pemerintahan. Nasionalisasi perusahaan asing dianggap Nasionalisasi perusahaan asing dianggap

sebagai titik awal korupsi di Indonesia.sebagai titik awal korupsi di Indonesia. Dasar hukum pemberantasan korupsi Dasar hukum pemberantasan korupsi

dengan menggunakan dengan menggunakan peraturan-peraturan-peraturan militerperaturan militer, yaitu:, yaitu:Peraturan Penguasa Militer No. Peraturan Penguasa Militer No. PRT/PM/06/1957 (tata kerja menerobos PRT/PM/06/1957 (tata kerja menerobos kemacetan memberantas korupsi)kemacetan memberantas korupsi)

Page 5: Usaha Pemberantasan Korupsi

Peraturan Penguasa Militer No. PRT/PM/08/1957 Peraturan Penguasa Militer No. PRT/PM/08/1957 (pemilikan harta benda)(pemilikan harta benda)Peraturan Penguasa Militer No. PRT/PM/11/1957 Peraturan Penguasa Militer No. PRT/PM/11/1957 (penyitaan harta benda hasil korupsi, pengusutan, (penyitaan harta benda hasil korupsi, pengusutan, penuntutan, dan pemeriksaan perbuatan korupsi)penuntutan, dan pemeriksaan perbuatan korupsi)Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf AD Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf AD

No. No. PRT/PEPERPU/031/1958PRT/PEPERPU/031/1958Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf AL Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf AL

No. No. PRT/z.1/I/7/1958PRT/z.1/I/7/1958

Pada masa Orde Lama ini, pernah dibentuk Pada masa Orde Lama ini, pernah dibentuk Panitia Panitia Retooling Aparatur NegaraRetooling Aparatur Negara ( (ParanParan) yang ) yang dipimpin oleh A.H. Nasution dibantu oleh Prof. M. dipimpin oleh A.H. Nasution dibantu oleh Prof. M. Yamin dan Roeslan Abdul Gani. Namun karena Yamin dan Roeslan Abdul Gani. Namun karena kuatnya reaksi dari pejabat korup, Paran berakhir kuatnya reaksi dari pejabat korup, Paran berakhir tragis, tragis, deadlockdeadlock, dan akhirnya menyerahkan , dan akhirnya menyerahkan kembali pelaksanaan tugasnya kepada Kabinet kembali pelaksanaan tugasnya kepada Kabinet Juanda. Juanda.

Page 6: Usaha Pemberantasan Korupsi

Masa 1960 - 1971Masa 1960 - 1971

Dasar hukumnya dengan Dasar hukumnya dengan UU Nomor UU Nomor 24 Prp Tahun 196024 Prp Tahun 1960 tentang tentang Pengusutan, Penuntutan, dan Pengusutan, Penuntutan, dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi.Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi.

Menambah perumusanMenambah perumusan tindak pidana tindak pidana korupsi yang ada dalam KUHPkorupsi yang ada dalam KUHP

Page 7: Usaha Pemberantasan Korupsi

Lembaga khusus untuk memberantas korupsi Lembaga khusus untuk memberantas korupsi mulai dibentuk, yaitu:mulai dibentuk, yaitu:Operasi BudhiOperasi Budhi ( (Keppres No. 275/1963)Keppres No. 275/1963)Komando Tertinggi Retooling Aparat Komando Tertinggi Retooling Aparat RevolusiRevolusi ((KontrarKontrar) dengan ketua Presiden ) dengan ketua Presiden Soekarno dibantu Soebandrio dan Ahmad Yani. Soekarno dibantu Soebandrio dan Ahmad Yani. Tim Pemberantas Korupsi Tim Pemberantas Korupsi (Keppres No. (Keppres No. 228/1967)228/1967)Tim Komisi Empat Tim Komisi Empat (Keppres No. 12/1970)(Keppres No. 12/1970)Komite Anti Korupsi/KAK Komite Anti Korupsi/KAK (1967)(1967)

Page 8: Usaha Pemberantasan Korupsi

Kegagalan UU No. 24 Prp Tahun Kegagalan UU No. 24 Prp Tahun 19601960

Masih ada perbuatan yang Masih ada perbuatan yang merugikan keuangan negara tetapi merugikan keuangan negara tetapi tidak ada perumusannyatidak ada perumusannya dalam dalam UU sehingga tidak dipidana.UU sehingga tidak dipidana.

Pelaku korupsi Pelaku korupsi hanya pegawai hanya pegawai negerinegeri

Sistem pembuktian Sistem pembuktian yang lama dan yang lama dan menyulitkanmenyulitkan

Page 9: Usaha Pemberantasan Korupsi

Masa 1971 - 1999Masa 1971 - 1999 UU No. 24 Prp Tahun 1960 diganti dengan UU No. 24 Prp Tahun 1960 diganti dengan

UU No. 3 Tahun 1971UU No. 3 Tahun 1971 Perluasan perumusanPerluasan perumusan tindak pidana korupsi tindak pidana korupsi

yang ada dalam KUHP dan UU sebelumnya.yang ada dalam KUHP dan UU sebelumnya. Perumusan tindak pidana korupsi dengan Perumusan tindak pidana korupsi dengan

delik formildelik formil Percobaan dan permufakatan jahat Percobaan dan permufakatan jahat

dianggap sebagai dianggap sebagai delik selesaidelik selesai Dibentuk Tim OPSTIB (Inpres No. 9/1977), Dibentuk Tim OPSTIB (Inpres No. 9/1977),

Tim Pemberantas Korupsi diaktifkan Tim Pemberantas Korupsi diaktifkan kembali (1982), Komisi Pemeriksa kembali (1982), Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara/KPKPN Kekayaan Penyelenggara Negara/KPKPN (Keppres 127/1999)(Keppres 127/1999)

Page 10: Usaha Pemberantasan Korupsi

Masa 1999 - sekarangMasa 1999 - sekarang Menggunakan Menggunakan UU No. 31 Tahun 1999 UU No. 31 Tahun 1999

jo. UU No. 20 Tahun 2001jo. UU No. 20 Tahun 2001 Menyempurnakan kembali perumusan Menyempurnakan kembali perumusan

tindak pidana korupsi dalam UU 3/1971 tindak pidana korupsi dalam UU 3/1971 (korupsi aktif dan korupsi pasif)(korupsi aktif dan korupsi pasif)

Penegasan perumusan tindak pidana Penegasan perumusan tindak pidana korupsi dengan korupsi dengan delik formildelik formil

Memperluas pengertian pegawai negeriMemperluas pengertian pegawai negeri Dibentuk Tim Gabungan Pemberantasan Dibentuk Tim Gabungan Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi/TGTPK (PP Tindak Pidana Korupsi/TGTPK (PP 19/2000), KPK (UU 30/2002)19/2000), KPK (UU 30/2002)

Page 11: Usaha Pemberantasan Korupsi

Tugas KPKTugas KPK

KoordinasiKoordinasi SupervisiSupervisi Penyelidikan, penyidikan, penuntutan Penyelidikan, penyidikan, penuntutan

TP KorupsiTP Korupsi Pencegahan korupsiPencegahan korupsi Monitor penyelenggaraan negara Monitor penyelenggaraan negara

Page 12: Usaha Pemberantasan Korupsi

Pengambilalihan Kasus Korupsi ke Pengambilalihan Kasus Korupsi ke KPKKPK

Laporan masyarakat tidak ditindaklanjutiLaporan masyarakat tidak ditindaklanjuti Penanganan berlarut-larutPenanganan berlarut-larut Penanganan justru untuk melindungi Penanganan justru untuk melindungi

pelaku korupsipelaku korupsi Penanganan mengandung unsur korupsiPenanganan mengandung unsur korupsi Ada hambatan karena campur tangan Ada hambatan karena campur tangan

eksekutif, yuikatif, legislatifeksekutif, yuikatif, legislatif Keadaan lain yang mengakibatkan Keadaan lain yang mengakibatkan

penanganan menjadi sulitpenanganan menjadi sulit

Page 13: Usaha Pemberantasan Korupsi

Sasaran KPKSasaran KPK

Melibatkan aparat penegak hukum Melibatkan aparat penegak hukum atau penyelenggara negaraatau penyelenggara negara

Mendapat perhatian dan meresahkan Mendapat perhatian dan meresahkan masyarakatmasyarakat

Merugikan negara minimal Rp. 1 Merugikan negara minimal Rp. 1 MilyarMilyar

Page 14: Usaha Pemberantasan Korupsi

Kewenangan KPK terkait Kewenangan KPK terkait penyelidikan, penyidikan, dan penyelidikan, penyidikan, dan

penuntutanpenuntutan Menyadap dan merekamMenyadap dan merekam MencekalMencekal Meminta keterangan keadaan keuanganMeminta keterangan keadaan keuangan Memblokir rekeningMemblokir rekening Memerintahkan kepada pimpinan tersangka Memerintahkan kepada pimpinan tersangka

untuk memberhentikan sementarauntuk memberhentikan sementara Meminta data kekayaan dan perpajakan Meminta data kekayaan dan perpajakan

tersangkatersangka Menghentikan transaksi keuanganMenghentikan transaksi keuangan Minta bantuan InterpolMinta bantuan Interpol Minta bantuan polisi atau lembaga lainMinta bantuan polisi atau lembaga lain

Page 15: Usaha Pemberantasan Korupsi

Ancaman Pemberantasan Ancaman Pemberantasan Korupsi Saat IniKorupsi Saat Ini

RUU Pengadilan Tipikor diperlemah RUU Pengadilan Tipikor diperlemah (eksistensi dan perekrutan hakim ad (eksistensi dan perekrutan hakim ad hoc-nya)hoc-nya)

Upaya penghapusan KPKUpaya penghapusan KPK Upaya sistematis mengurangi Upaya sistematis mengurangi

kewenangan KPK (mis. penyadapan kewenangan KPK (mis. penyadapan ditentangkan dengan HAM)ditentangkan dengan HAM)

Upaya Upaya judicial review judicial review UU KPK (7X)UU KPK (7X)

Page 16: Usaha Pemberantasan Korupsi

What nextWhat next? ?

Publikasi/laporan umum tentang Publikasi/laporan umum tentang hasil pengembalian kerugian negara hasil pengembalian kerugian negara (KPK-Depkeu)(KPK-Depkeu)

Upaya pencegahan (sosial-struktural-Upaya pencegahan (sosial-struktural-keagamaan)keagamaan)

Page 17: Usaha Pemberantasan Korupsi

Per-UU-an lain yang terkait denganPer-UU-an lain yang terkait denganpemberantasan korupsi di Indonesiapemberantasan korupsi di Indonesia

TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)Nepotisme (KKN)

Instruksi Presiden No. 30 Tahun 1998 tentang Instruksi Presiden No. 30 Tahun 1998 tentang Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)

Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 1999 tentang Tata Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kekayaan Penyelenggara NegaraCara Pemeriksaan Kekayaan Penyelenggara Negara

Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1999 tentang Tata Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan  Peran Serta Masyarakat Dalam Cara Pelaksanaan  Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara Penyelenggaraan Negara

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2000 tentang Tata Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaa Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Cara Pelaksanaa Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi; Korupsi;

Page 18: Usaha Pemberantasan Korupsi

Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana KorupsiKomisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Keputusan Presiden No. 73 Tahun 2003 tentang Keputusan Presiden No. 73 Tahun 2003 tentang Pembentukan Panitia Seleksi Calon Pimpinan Pembentukan Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana korupsi Komisi Pemberantasan Tindak Pidana korupsi

Keputusan Presiden No. 45 Tahun 2004 tentang Keputusan Presiden No. 45 Tahun 2004 tentang Pengalihan Organisasi Administrasi dan Finansial Pengalihan Organisasi Administrasi dan Finansial Sekretariat Jendral Komisi Pemeriksa Kekayaan Sekretariat Jendral Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara Ke Komisi Pemberantasan Penyelenggara Negara Ke Komisi Pemberantasan Korupsi Korupsi

Keputusan Presiden No. 59 Tahun 2004 tentang Keputusan Presiden No. 59 Tahun 2004 tentang Pembentukan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pembentukan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2004 tentang Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan tindak Pidana Korupsi Percepatan Pemberantasan tindak Pidana Korupsi

Keputusan Presiden No. 11 Tahun 2005 tentang Keputusan Presiden No. 11 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana KorupsiKorupsi

Page 19: Usaha Pemberantasan Korupsi

Undang-Undang No. 7 Tahun 2006 tentang Undang-Undang No. 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan Pengesahan United Nations Conventions Against United Nations Conventions Against CorruptionCorruption 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa- 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi)Bangsa Anti Korupsi)

Undang-Undang No. 1 Tahun 2006 tentang Undang-Undang No. 1 Tahun 2006 tentang Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Pidana atau Undang-undang Pidana atau Undang-undang Mutual Legal Mutual Legal AssistenceAssistence (UU MLA) (UU MLA)

Page 20: Usaha Pemberantasan Korupsi

Karakteristik UU TPK 31/99Karakteristik UU TPK 31/99(Romli Atmasasmita)(Romli Atmasasmita)

Merumuskan tindak pidana korupsi sebagai delik Merumuskan tindak pidana korupsi sebagai delik formil, bukan delik materiel, sehingga pengembalian formil, bukan delik materiel, sehingga pengembalian keuangan negara tidak menghapuskan penuntutan keuangan negara tidak menghapuskan penuntutan terhadap terdakwa, melainkan hanya merupakan terhadap terdakwa, melainkan hanya merupakan faktor yang meringankan pidana;faktor yang meringankan pidana;

Mencantumkan korporasi, di samping perorangan Mencantumkan korporasi, di samping perorangan sebagai subyek hukum;sebagai subyek hukum;

Mencantumkan sistem pembalikan beban Mencantumkan sistem pembalikan beban pembuktian terbatas atau berimbang pembuktian terbatas atau berimbang (balanced (balanced burden of proofburden of proof););

Mencantumkan yurisdiksi ke luar batas teritorial atau Mencantumkan yurisdiksi ke luar batas teritorial atau extrateritorial jurisdictionextrateritorial jurisdiction;;

Undang-undang ini mencantumkan ancaman pidana Undang-undang ini mencantumkan ancaman pidana minimum di samping ancaman pidana maksimum;minimum di samping ancaman pidana maksimum;

Page 21: Usaha Pemberantasan Korupsi

Mencantumkan ancaman pidana mati sebagai unsur Mencantumkan ancaman pidana mati sebagai unsur pemberatan dalam hal-hal tertentu seperti negara pemberatan dalam hal-hal tertentu seperti negara dalam keadaan bahaya, terjadi bencana alam nasional, dalam keadaan bahaya, terjadi bencana alam nasional, tindak pidana korupsi dilakukan sebagai pengulangan tindak pidana korupsi dilakukan sebagai pengulangan tindak pidana atau negara dalam keadaan krisis tindak pidana atau negara dalam keadaan krisis ekonomiekonomi

Mengatur tentang pembekuan rekening Mengatur tentang pembekuan rekening tersangka/terdakwa (tersangka/terdakwa (freezingfreezing) yang dapat dilanjutkan ) yang dapat dilanjutkan dengan penyitaan (dengan penyitaan (seizureseizure););

Mencantumkan tentang peran serta masyarakat dalam Mencantumkan tentang peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi, dipertegas dan diperluas, pemberantasan korupsi, dipertegas dan diperluas, sehingga perlindungan atas saksi pelapor lebih optimal; sehingga perlindungan atas saksi pelapor lebih optimal;

Mengamanatkan pembentukan Komisi Pemberantasan Mengamanatkan pembentukan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai lembaga yang Tindak Pidana Korupsi sebagai lembaga yang independen, terdiri dari unsur pemerintah dan independen, terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat.masyarakat.

Page 22: Usaha Pemberantasan Korupsi

Aspek Pidana dalam UU 31/99 jo. UU Aspek Pidana dalam UU 31/99 jo. UU 20/200120/2001

Jenis pidana Jenis pidana yang diancamkan mati, penjara seumur yang diancamkan mati, penjara seumur hidup, penjara waktu tertentu (1 – 20 th), denda (50 hidup, penjara waktu tertentu (1 – 20 th), denda (50 juta – 1 M).juta – 1 M).

Pidana mati Pidana mati dapat dijatuhkan (Pasal 2) jika korupsi dapat dijatuhkan (Pasal 2) jika korupsi dilakukan dalam hal tertentu, yaitu pada waktu negara dilakukan dalam hal tertentu, yaitu pada waktu negara dalam keadaan bahaya, bencana alam, krismon, atau dalam keadaan bahaya, bencana alam, krismon, atau pengulangan korupsi.pengulangan korupsi.

Ketentuan pidana telah mengenal Ketentuan pidana telah mengenal pidana minimal pidana minimal khusus dan maksimal khususkhusus dan maksimal khusus, sebagai batasan bagi , sebagai batasan bagi hakim dalam menjatuhkan pidana bagi pelaku. hakim dalam menjatuhkan pidana bagi pelaku. Ketentuan ini baru karena dalam KUHP hanya Ketentuan ini baru karena dalam KUHP hanya mengenal pidana maksimal umum dan minimal umum.mengenal pidana maksimal umum dan minimal umum.

Pidana bagi percobaan, permufakatan jahat, Pidana bagi percobaan, permufakatan jahat, pembantuan pembantuan tidak ada pengurangan 1/3 tidak ada pengurangan 1/3 sebagaimana dalam KUHP, akan tetapi dipidana sama sebagaimana dalam KUHP, akan tetapi dipidana sama seperti pelakunya (Pasal 15 dan 16).seperti pelakunya (Pasal 15 dan 16).

Page 23: Usaha Pemberantasan Korupsi

Pidana tambahan Pidana tambahan (Pasal 18) : perampasan (Pasal 18) : perampasan barang, pembayaran uang pengganti, penutupan barang, pembayaran uang pengganti, penutupan usaha, pencabutan hak.usaha, pencabutan hak.

Adanya Adanya pidana penyitaan harta benda pidana penyitaan harta benda pengganti uang pengganti yang tidak pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan.dibayarkan.

Dikenal adanya Dikenal adanya pidana penjara pengganti pidana penjara pengganti jika jika terdakwa tidak mampu membayarkan pidana terdakwa tidak mampu membayarkan pidana pembayaran uang pengganti dengan maksimum pembayaran uang pengganti dengan maksimum tidak melebihi pidana pokoknya.tidak melebihi pidana pokoknya.

Pidana denda bagi pelaku Pidana denda bagi pelaku korporasi diperberat korporasi diperberat dengan ditambah 1/3 dari pidana denda pokok dengan ditambah 1/3 dari pidana denda pokok untuk pelaku orang/manusia (Pasal 20).untuk pelaku orang/manusia (Pasal 20).

Page 24: Usaha Pemberantasan Korupsi

PasalPidana Mati

Pidana Penjara

Pidana Denda

Pengancaman Pidana Penjara dan

Denda

2MatiSH atau 4-20 th

200 jt-1 MKumulatif

3-SH atau 1-20 th

50 jt-1 Malternatif-kumulatif

5*-1-5 th50-250 jtalternatif-kumulatif

6*-3-15 th150-750 jtKumulatif

7*-2-7 th100-350 jtalternatif-kumulatif

8*-3-15 th150-750 jtKumulatif

9*-1-5 th50-250 jtKumulatif

10*-2-7 th100-350 jtKumulatif

11*-1-5 th50-250 jtalternatif-kumulatif

12*-SH atau 4-20 th

200 jt-1 MKumulatif

12B*-SH atau 4-20 th

200 jt-1 MKumulatif

13-3 th150 jtalternatif-kumulatif

21-3-12 th150-600 jtalternatif-kumulatif

22-3-12 th150-600 jtalternatif-kumulatif

23-1-6 th50-300 jtalternatif-kumulatif

* tambahan/perubahan dengan UU No. 20 Tahun 2001