BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1. KERANGKA TEORI
Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti dalam
mengaplikasikan pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori
yang mendukung permasalahan penelitian. Menurut Kerlinger, teori adalah
himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan
pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel,
untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004: 6). Teori
berguna menjadi titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau
menyoroti masalah. Fungsi teori sendiri adalah untuk menerangkan, meramalkan,
memprediksi, dan menemukan keterpautan fakta-fakta yang ada secara sistematis
(Effendy, 2004: 224).
Untuk memberi kejelasan pada penelitian ini, penulis mengemukakan
beberapa kerangka teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori teori yang
digunakan adalah Komunikasi dan Komunikasi Massa, Televisi sebagai Media
Massa, Teori S–O–R, dan Motivasi Diri.
II.1.1. KOMUNIKASI
Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingn berhubungan dengan
manusia yang lain. Oleh karenanya perlu dilakukan komunikasi agar mereka dapat
saling berhubungan satu sama lain. Banyak pakar menilai bahwa komunikasi
9
Universitas Sumatera Utara
adalah kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup
bermasyarakat.
Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang
artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang
atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico
yang artinya membagi (Cangara, 2000: 18). Maka secara etimologi, komunikasi
berasal dari bahasa latin yakni communis yang berarti “sama”, communico,
communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make
common), atau dalam bahasa inggris communication. Menurut Harold Laswell
cara yang baik dalam menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut: who (siapa), says what (mengatakan apa), in which
channel (dengan saluran apa), to whom (kepada siapa), with what effect (dengan
pengaruh bagaimana) (Mulyana, 2005: 62).
Lain halnya dengan Steven, Ia mengajukan sebuah defenisi yang lebih
luas, bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu orgamisme memberi reaksi
terhadap suatu objek atau stimuli. Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi
Pedesaan Amerika membuat defenisi bahwa komunikasi adalah proses dimana
suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud
untuk mengubah tingkah laku mereka. Oleh karena itu, komunikasi adalah
bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator dapat
menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan (Effendy, 2004: 6).
Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah suatu usaha yang
sistematisuntuk merumuskan secara tegas azas-azas dan atas azas tersebut
Universitas Sumatera Utara
disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap (Amir Purba, 2006: 29-
30). Maksudnya adalah subjek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian
informasi, melainkan pembentukan pendapat umum dan sikap publik yang dalam
kehidupan sosial dan politik memainkan peranan penting.
A. RUANG LINGKUP KOMUNIKASI
• Bidang Komunikasi
Berdasarkan bidangnya (Amir Purba, 2006: 38), komunikasi meliputi
jenis-jenis sebagai berikut:
1. Komunikasi sosial (social communication)
2. Komunikasi organisasi / manajemen (organization / management
communication)
3. Komunikasi bisnis (business communication)
4. Komunikasi politik (political communication)
5. Komunikasi internasional (international communication)
6. Komunikasi pembangunan (development communication)
7. Komunikasi antar budaya (intercultural communication)
8. Komunikasi tradisional (traditional communication)
9. Komunikasi lingkungan (environmental communication)
• Unsur-Unsur Komunikasi
Dalam proses komunikasi terdapat beberapa unsur-unsur yang mendukung
proses komunikasi. Awal tahun 1960-an David K.Berlo membuat formula
yang dikenal dengan “SMCR” yakni: Source (sumber), Massage (pesan),
Channel (saluran-media), dan Receiver (penerima). De Fleur menambah
lagi unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai pelengkap dalam
Universitas Sumatera Utara
membangun komunikasi yang sempurna. Perkembangan terakhir adalah
pandangan dari Joseph de Vito, K.Sereno dan Erika Vora yang menilai
faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam
mendukung terjadinya proses komunikasi. Hal ini dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 2.1
Unsur-unsur Komunikasi
Lingkungan
Penjelasan mengenai unsur-unsur dalam proses komunikasi diatas adalah
sebagai berikut:
1. Sumber (suource) adalah orang yang mempunyai suatu kebutuhan untuk berkomunikasi. Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga.
2. Pesan (massage) adalah sesuatu yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Pesan disampaikan terlebih dahulu melalui proses penyandian (encoding), yaitu suatu proses internal yang ada dalam diri pengirim pesan dimana perasaan
SUMBER PESAN MEDIA PENERIMA
EFEK
UMPAN BALIK
Universitas Sumatera Utara
dirubah kedalam bentuk sandi/lambang/simbol yang dapat diterima oleh penerima, seperti melalui suara, gerakan maupun tulisan. Pada saat pesan sampai pada diri penerima pesan, sandi/lambang/simbol tersebut akan disandi kembali (decoding) sehingga pesan yang disampaikan memiliki makna bagi penerima.
3. Media atau saluran (channel) adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi, panca indera dianggap sebagai media komunikasi. Selain indera manusia, ada juga saluran komunikasi seperti, telepon,. surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi.
4. Penerima (receiver) adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima yang bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau masyarakat. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat dari adanya sumber. Tidak ada penerima apabila tidak ada sumber.
5. Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh juga bisa diartikan sebagai perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerima pesan.
6. Umpan balik (feedback). Terdapat beberapa anggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meskipun pesan belum sampai pada penerima. Misalnya adalah gangguan pada saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebelum pesan sampai kepada penerima. Hal ini menjadi umpan balik yang diterima oleh sumber.
7. Lingkungan atau situasi, adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.
- Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak dapat rintangan fisik, misalkan rintangan geografis. Komunikasi seringkali sulit dilakukan karena faktor yang begitu jauh, dimana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya.
- Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi, dan politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat, dan status sosial.
- Dimensi atau lingkungan psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain,
Universitas Sumatera Utara
menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak. Dimensi psikologis ini bisa disebut dimensi interval.
- Dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. (Cangara, 2006:23-27).
Setiap unsur komunikasi diatas saling bergantung satu sama lainnya.
Tanpa ada salah satu unsur, akan mempengaruhi jalannya komunikasi secara
keseluruhan.
• Sifat Komunikasi
Ditinjau dari sifatnya (Amir Purba, 2006: 36), komunikasi diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Komunikasi verbal (verbal communication)
a. Komunikasi lisan (oral communication)
b. Komunikasi tulisan (written communication)
2. Komunikasi non verbal (non verbal communication)
a. Komunikasi kial (gestural/body communication)
b. Komunikasi gambar (pictorial communication)
3. Komunikasi tatap muka (face to face communication)
4. Komunikasi bermedia (mediated communication)
• Tatanan Komunikasi
Bentuk atau tatanan komunikasi dapat ditinjau dari jumlah komunikannya
(Effendy, 2003:53), yaitu:
1. Komunikasi Pribadi (personal communication)
2. Komunikasi Kelompok (group communication)
Universitas Sumatera Utara
3. Komunikasi Massa (mass communication)
4. Komunikasi Media (media communication)
• Tujuan Komunikasi
Ada empat tujuan seseorang melakukan komunikasi (Effendy, 2003: 55),
yaitu:
1. Untuk mengubah sikap (to change attitude)
2. Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
3. Untuk mengubah perilaku (to change the behaviour)
4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society)
• Fungsi Komunikasi
Adapun fungsi dari komunikasi (Amir Purba, 2006:37), yaitu:
1. Menyiarkan informasi (to inform)
2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertain)
4. Membujuk (to prosuade)
• Metode Komunikasi
Metode komunikasi (Effendy, 2003:56) meliputi kegiatan-kegiatan yang
terorganisasi sebagai berikut:
1. Jurnalisme/jurnalistik (journalism)
a. Jurnalisme cetak (printed journalism), yaitu surat kabar, majalah,
dan lainnya.
b. Jurnalisme elektronik (electronic journalism), yaitu radio dan
televisi.
2. Hubungan masyarakat (public relation)
Universitas Sumatera Utara
3. Periklanan (advertising)
4. Propaganda
5. Perang urat syaraf (psychological warfare)
6. Perpustakaan (library)
7. Lain-lain
Komunikasi merupakan suatu proses yang berawal dari seorang komunikator
yang menyampaikan pesan kepada seorang komunikan melalui media atau saluran
dan menimbulkan efek tertentu.
• Efek Komunikasi
Efek komunikasi adalah tanggapan, respon, atau reaksi dari komunikan
ketika mereka menerima pesan dari komunikator. Jadi efek adalah akibat
dari proses komunikasi (Effendy, 1989:16).
Efek dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
1. Efek Kognitif (Cognitive Effect)
Terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau
dipersepsikan oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi
pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi, misalnya
terjadi peningkatan pengetahuan, kemampuan, intelektual yang
semakin baik, wawasan yang semakin luas, meningkatnya kemampuan
menganalisis atau melakukan evaluasi dan sebagainya.
2. Efek Afektif (Affective Effect)
Timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau
dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap atau
Universitas Sumatera Utara
nilai. Dengan kata lain efek dikatagorikan sebagai efek afektif jika
menyangkut perasaan seseorang sesuai dengan ajakan atas himbauan
dalam pesan yang diterima misalnya jika sebelumnya seseorang
memiliki sikap tertutup (overt) dan prejudice interpersonal terhadap
orang lain yang berasal dari luar system sosialnya berubah menjadi
seseorang yang lebih terbuka dan berfikir positif dan tidak menaruh
curiga setelah berkomunikasi dengan orang lain misalnya opinion
leader-nya.
3. Efek Konatif/Behavioral (Conative Behavioral Effect)
Efek ini merujuk pada prilaku nyata yang dapat diamati meliputi pola-
pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan prilaku sebagai dampak atau
pengaruh dari sebuah proses komunikasi yang ditandai adanya
perubahan atau bertambahnya keterampilan yang dimiliki seseorang
misalnya kemampuan verbal seseorang seperti meningkatnya
keterampilan berbahasa inggris, dan sebagainya.
Efek komunikasi yang timbul pada diri komunikan belum tentu sama pada
setiap orang. Efek komunikasi yang timbul pada diri komunikan biasanya
dipengaruhi oleh kerangka referensi (Frame of Reference) dan kerangka
pengalaman (Frame of Experience).
II.1.2. KOMUNIKASI MASSA
Komunikasi massa dapat didefenisikan sebagai proses komunikasi yang
berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada
khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti
Universitas Sumatera Utara
radio, televisi, surat kabar dan film (Cangara, 2000: 36). Komunikasi massa (mass
communication) bisa juga diartikan komunikasi yang menggunakan media massa,
baik cetak (surat kabar, majalah, tabloid) maupun elektronik (radio, televisi) yang
dikelolah suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada
sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim dan hetrogen.
Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara tepat, serentak dan selintas,
khususnya media elektronik (Mulyana, 2005: 75).
A. CIRI-CIRI KOMUNIKASI MASSA
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain, komunikasi
massa memiliki ciri tersendiri, yakni :
a. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga
Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang tetapi kumpulan
orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu
sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini
menyerupai sistem.
b. Komunikan Bersifat Heterogen
Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam.
Artinya, khalayaknya beragam dari segi pendidikan, umur, jenis kelamin,
status sosial ekonomi, jabatan, maupun agama atau kepercayaan.
c. Pesannya bersifat umum
Pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau
satu kelompok masyarakat tertentu. Oleh karena itu pesan yang
dikemukakan tidak boleh bersifat khusus.
Universitas Sumatera Utara
d. Komunikasinya berlangsung satu arah
Komunikasi hanya berlangsung satu arah, yakni dari media massa ke
komunikasn dan tidak terjadi sebaliknya. Komunikan tidak bisa langsung
memberikan respons atau umpan balik (feedback) kepada komunikatornya,
kalaupun bisa sifatnya tertunda (delayed feedback). Hal ini sangat berbeda
ketika kita melakukan komunikasi tatap muka.
e. Komunikasi Massa menimbulkan Keserempakan
Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran
pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media
massa tersebut hampir bersamaan.
f. Mengandalkan Peralatan Teknis
Dalam hal ini peralatan teknis bersifat mutlak atau harus dikarenakan
tanpa adanya peralatan teknis dalam hal ini komunikasi massa akan sulit
terjadi. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar (televisi, radio,
dll), SCJJ (surat kabar), jaringan internet, dll.
g. Dikontrol oleh Gatekeeper
Gatekeeper atau sering disebut penjaga gawang/ penapis informasi adalah
orang yang berperan penting dalam mengemas sebuah pesan atau
informasi yang disebarkan menjadi lebih mudah dipahami. Begitu pula
tentang baik dan buruknya dampak pesan yang disebarkan tergantung pada
peran gatekeeping dalam menapis informasi. Gatekeeper yang dimaksud
antara lain reporter, editor, kameramen, sutradara, lembaga sensor, dan
semua yang terjun dalam pengemasan informasi pada sebuah media massa
(Nurudin, 2007: 19).
Universitas Sumatera Utara
Dalam Cangara (2000: 37), Sifat penyebaran pesan media massa
berlangsung cepat, serempak dan luas, dapat menguasai jarak dan waktu, serta
tahan lama bila didokumentasikan. Meskipun biaya produksi cukup mahal dan
memerlukan tenaga kerja relatif banyak untuk mengelolahnya
Membahas komunikasi tidak terlepas dari media massa sebagai media
utama dalam proses komunikasi itu sendiri. Salah satu media dalam komunikasi
massa adalah televisi.
B. PROSES KOMUNIKASI MASSA
Proses komunikasi dapat dipahami dengan menjawab pertanyaan sebagai
berikut: Siapa (Who), Berkata Apa (Says What), Melalui Saluran Apa (In Which
Channel), Kepada Siapa (To Whom), dan Dengan Efek Apa (With What Effect?).
Ungkapan dalam bentuk pertanyaan yang dikenal dengan formula Laswell
ini, meskipun sedeerhana telah membantu mengorganisasikan dan memberikan
struktur pada kajian komunikasi massa. Selain dapat menggambarkan komponen
dalam proses komunikasi massa, Laswell menggunakan formula ini untuk
membedakan berbagai jenis penelitian komunikasi. Adapun penerapan formula
Laswell dalam komunikasi massa pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.2
Proses Komunikasi Massa Laswell
Siapa
Komunikator
Berkata
Apa
Pesan
Melalui
Saluran
Apa
Media
Kepada
Siapa
Penerima
Dengan
Efek
Apa
Efek
Universitas Sumatera Utara
C. FUNGSI KOMUNIKASI MASSA
Fungsi komunikasi massa adalah sebagai berikut (Bungin, 2009: 79-81) :
a. Fungsi Pengawasan
Media massa merupakan sebuah medium dimana dapat digunakan
untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya.
Fungsi pengawasan ini berupa peringatan dan kontrol sosial maupun
kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan
untuk aktifitas preventif mencegah terjadinya hal-hal yang tidak di
inginkan.
b. Fungsi Social Learning
Fungsi utama dalam komunikasi massa melalui media massa adalah
melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat.
Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan
kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung.
Komunikasi massa dimaksudkan agar proses pencerahan itu
berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di
masyarakat luas.
c. Fungsi Penyampaian Informasi
Komunikasi massa yang mengandalkan media massa, memiliki fungsi
utama, yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada
masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari
institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam
Universitas Sumatera Utara
waktu cepat sehingga fungsi informatif tercapai dalam waktu cepat dan
singkat.
d. Fungsi Transformasi Budaya
Komunikasi massa sebagaimana sifat-sifat budaya massa, maka yang
terpenting adalah komunikai massa menjadi proses transformasi
budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen
komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa. Fungsi
ini lebih kepada tugasnya yang besar sebagai bagian dari budaya
global.
e. Fungsi Hiburan
Fungsi lain dari komunikasi massa adalah hiburan. Hal ini dikarenakan
komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi hiburan
pada media massa merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.
II.1.3. MEDIA MASSA TELEVISI
Saat ini, televisi telah mendominasi disela kegiatan setiap orang. Sebuah
penelitian yang dilakukan pada masyarakat dibenua Amerika ditemukan hampir
setiap orang dibenua tersebut menghabiskan waktunya antara 6-7 jam per minggu
didepan televisi terlebih lagi pada saat musim dingin. Di indonesia sendiri,
penggunaan televisi dikalangan anak-anak meningkat saat hari libur bisa melebihi
8 jam per hari.
Teknologi televisi tumbuh pesat pada akhir 1940. Sebelumnya,
perkembangan teknologi televisi tersebut sempat terhenti akibat Perang Dunia II.
Televisi begitu menarik perhatian masyarakat tanpa mengenal usia, pekerjaan, dan
Universitas Sumatera Utara
pendidikan. Hal ini karena televisi memiliki beberapa kelebihan terutama
penyatuan audio dan visual, dengan tampilan penuh warna. Penonton bebas
menentukan saluran yang mereka senangi. Selain itu, televisi mampu mengatasi
jarak dan waktu. Dengan kata lain, televisi mendekatkan dunia yang jauh kedepan
mata tanpa harus membuang waktu dan uang untuk mengunjungi tempat-tempat
tersebut.
Di indonesia sendiri munculnya stasiun televisi untuk pertama kali tahun
1962, dengan nama Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang merupakan stasiun
televisi milik pemerintah dengan siaran perdana adalah siaran langsung Upacara
pembukaan Asian Games di Stadion Glora Bung Karno yang saat itu Indonesia
menjadi tuan rumah untuk Asian Games IV. Sejak saat itu mulai bermunculan
stasiun-stasiun televisi swasta nasional baru dengan berbagai program hiburannya
yang saat ini banyak disaksikan oleh masyarakat Indonesia.
Istilah televisi terdiri dari dua suku kata, yaitu “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur-unsur kata, musik dan sound effect, juga memiliki keunggulan yang lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang menimbulkan pesan yang mendalam bagi pemirsanya (Effendy, 2004: 192).
Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih
kompleks dan melibatkan banyak orang. Televisi di Indonesia, umumnya lebih
banyak memberikan informasi berbentuk hiburan terhadap khalayak. Selain
memiliki kelebihan ternyata televisi juga memiliki kekurangan, diantaranya yakni:
biaya produksi yang mahal, pesan yang disampaikan hanya selintas dan tidak
Universitas Sumatera Utara
dapat disimpan oleh khalayak, dan juga tidak dapat melakukan kritik sosial dan
pengawasan sosial secara langsung seperti media cetak.
Menurut Prof.DR.R. Mar’at, acara televisi umumnya mempengaruhi sikap,
pandangan, persepsi dan perasaan menonton sebab salah saru pengaruh psikologis
dari televisi seakan-akan menghipnotis penonton sehingga terhanyut dalam sajian-
sajian yang ditampilkan televisi (Effendi, 2004 : 122).
Program-program yang disajikan televisi juga beraneka ragam mulai dari
berita, infotaiment, talkshow, entertainment, dan masih banyak lagi. Sehingga
audience leluasa memilih program acara yang mereka sukai. Acara Golden Ways
yang ditayangkan di Metro TV termasuk kedalam program entertainment. Yaitu
tayangan softnews yang berisikan informasi dan hiburan.
II.1.4. MOTIVASI DIRI
Manusia bertindak dikarenakan adanya dorongan untuk memenuhi
sesuatu. Atau dengan kata lain diperlukan motivasi agar manusia dapat melakukan
sesuatu sesuai keinginannya. Banyak istilah yang digunakan dalam psikologi
untuk menyebutkan istilah motivasi, ada yang menggunakan istilah motif,
kebutuhan (need), desakan (usage), keinginan (wish), dan dorongan (drive)
(Rismawaty, 2008: 49).
Istilah motivasi berasal dari kata motif, untuk itu sebelum mengacu pada
pengertian motivasi, terlebih dahulu kita menelaah pengidentifikasian kata motif
dan kata motivasi. Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian,
Universitas Sumatera Utara
motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya (Hamzah, 2006: 3).
Secara etimologis, istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin,
yakni movere yang berarti menggerakkan (to move). Diserap dalam bahasa inggris
menjadi motivation berarti pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang
menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Selanjutnya
Winardi (2002) mengemukakan, motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan
motifnya. Motivasi yang rendah akan mengalihkan perhatian, sedangkan motivasi
yang tinggi akan membatasi fleksibilitas.
Menurut David C. Mc Cleland (1976), hakekat motivasi merupakan daya
dorong yang mempengaruhi setiap orang. Daya dorong itu bisa datang dari dalam
maupun dari luar diri seseorang. Di samping itu ada sebagian orang terdorong
untuk melakukan pekerjaan karena faktor kebutuhan, baik kebutuhan yang
disadari maupun yang tidak disadari, baik kebutuhan fisik maupun non fisik. Oleh
sebab itu motivasi dapat dikatakan faktor pendorong yang akan mempengaruhi
manusia untuk bertindak sesuai dengan keinginannya yang akan dituju. Faktor
pendorong tersebut bisa datang dari dalam (faktor intrinsik) maupun dari luar
(faktor ekstrinsik) diri manusia itu sendiri.
(http://katamotivasicinta.blogspot.com/2010/01/motivasi-diri-definisi-dan
arti.html)
Terbentuknya motivasi berasal dari dua jenis, yaitu berasal dari diri sendiri
(interinsik) dan juga berasal dari lingkungan (ekstrinsik). Motivasi interinsik
Universitas Sumatera Utara
adalah motivasi yang muncul dari dalam diri sendiri tanpa ada faktor luar yang
mempengaruhi. Motivasi ini lebih menekankan nilai dari kegiatan itu sendiri dari
pada penghargaan dari luar. Motivasi interinsik masih dibagi lagi menjadi dua
yaitu, determinasi diri dan pilihan personal. Determinasi disini maksudnya adalah
kita melakukan sesuatu karena kita mau melakukannya bukan karena paksaan atau
imbalan. Sedangkan pilihan personal adalah kita melakukan sesuatu karena kita
merasakan perasaan bahagia dan menyenangkan, kita merasakan kepuasan
tersendiri ketika selesai melakukan sesuatu. Motivasi yang muncul dari dalam diri
misalnya, kita melakukan suatu pekerjaan karena kita ingin mengembangkan diri
dalam bidang pekerjaan tersebut bukan karena faktor luar seperti hukuman dan
imbalan. Berbeda dengan motivasi ekterinsik yaitu motivasi yang muncul karena
dorongan dari luar baik itu berupa hal yang positif seperti imbalan, reward,
hadiah, penghargaan dan lain-lain maupun hal yang negatif seperti, hukuman,
paksaan dll. Contohnya kita bekerja karena gaji yang akan kita dapatkan setiap
bulannya. Motivasi yang paling kuat adalah motivasi yang berasal dari dalam diri
seseorang, sebab kita dengan sadar ingin melakukan sesuatu bukan karena
imbalan, pujian, hukuman dan lain-lain tetapi karena kita memang
menginginkannya. (http://www.psikologizone.com/cara-membangkitkan-motivasi-
diri/065111012)
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang tersebut; kekuatan pendorong inilah yang disebut motivasi. Kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internalnya.
Para psikologi menyetujui bahwa motivasi dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Motivasi fisiologi, yang merupakan motivasi ilmiah (biologi), seperti rasa lapar, haus, dan seks.
b. Motivasi psikologi, dapat dikelompokkan dalam tiga kategori dasar yaitu : - Motivasi kasih sayang (affectional motivation); untuk menciptakan dan
memelihara kehangatan, keharmonisan dan kepuasan batinlah (emosional) dalam berhubungan dengan orang lain.
- Motivasi mempertahankan diri (ego-defensive motivation); motivasi untuk melindungi kepribadian, menghindari luka fisik dan psikologis, menghindari untuk tidak ditertawakan dan kehilangan muka, mempertahankan prestise dan mendapatkan kebanggaaan diri.
- Motivasi memperkuat diri (ego-bolstering motivation); motivasi untuk mengembangkan kepribadian, berprestasi, menaikkan prestasi dan mendapatkan pengakuan orang lain, memuaskan diri dengan penguasanya terhadap orang lain. (Rismawaty, 2008: 49-50)
Berbicara tentang motivasi tidak terlepas dari tokoh Abraham Maslow,
seorang tokoh psikologi yang mengembangkan sebuah teori motivasi manusia
yang sangat terkenal pada tahun 1943. Dimana teorinya menjelaskan hirarki
kebutuhan (hierarchy of needs) yang menunjukkan ada lima tingkatan keinginan
dan kebutuhan manusia. Kebutuhan yang lebih tinggi akan mendorong seseorang
untuk mendapatkan kepuasan atas kebutuhan tersebut, setelah kebutuhan yang
lebih rendah terpenuhi. Hal ini dapat kita lihat pada bagan berikut ini :
Gambar 2.3
Hirarki Kebutuhan Menurut Maslow
Kebutuhan Sosial
Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan Aktualisasi diri
Kebutuhan Keamanan
Universitas Sumatera Utara
- Kebutuhan fisiologis (physiological needs), yaitu kebutuhan seperti rasa lapar, haus, seks, perumahan, tidur, dsb.
- Kebutuhan keamanan (safety needs), yaitu kebutuhan akan keselamatan dan perlindungan dari bahaya, ancaman dan pemerasan, dsb.
- Kebutuhan sosial (social needs), yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima dalam suatu kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan dan kasih sayang.
- Kebutuhan penghargaan (esteem needs), yaitu kebutuhan akan status atau kedudukan, kehormatan diri, reputasi, dan prestasi.
- Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs), yaitu kebutuhan pemenuhan diri, untuk mempergunakan potensi diri, pengembangan diri semaksimal mungkin. Kreativitas ekspresi diri dan melakukan apa yang paling cocok, serta menyelesaikan pekerjaannya sendiri. (Hamzah, 2006:56)
Dalam hal ini hal-hal yang mencakup motivasi diri adalah :
a. Kognitif, yang merujuk pada pengayaan pengasahan otak agar kita menjadi melek berpikir, melek teknologi yang merupakan substansial dalam kehidupan kita kini dan masa mendatang; dalam hal ini berarti pengembangan pengetahuan.
b. Afektif, merujuk pada pengayaan, pengasahan kemampuan berpikir kreatif, motivasi, disiplin, kepercayaan diri, meminimalkan / mengendalikan rasa takut dan khawatir, mengelolah stres, ketangguhan diri, aktualisasi diri, tanggung jawab nilai, norma yang kalau semuanya itu direkatkan pada diri kita maka akan memberi kontribusi yang amat bermakna; dalam hal ini berarti pengembangan keterampilan.
c. Psikomotorik, merujuk pada pengayaan, pengasahan kemampuan, keterampilan motorik; dalam hal ini berarti pengembangan kemampuan.
d. Interaktif, merujuk pada pengayaan, pengasahan kemampuan beradaptasi dalam segala situasi, kemampuan berkomunikasi, negosiasi yang amat dituntut dalam kegiatan-kegiatan bisnis serta kegiatan jasa lainnya. (Rismawaty, 2008: 37-38).
Oleh sebab itu dalam penelitian ini akan dibatasi hanya kepada motivasi
diri. Hal ini berdasarkan kepada tayangan Mario Teguh The Golden Ways yang
menyampaikan informasi berupa motivasi kepada audiencenya.
II.1.5. Teori S-O-R
Teori S-O-R ini muncul pada masa Perang Dunia II di Jerman yang saat
itu dipimpin oleh Hietler. Dimana dari hasil pengamatan bahwa kekuatan
Universitas Sumatera Utara
penguasa dalam melancarkan propaganda, sangat ampuh untuk mendapatkan
dukungan rakyat luas untuk mendukung pemerintah Nazi Jerman dalam
mengobarkan Perang Dunia II. Hal inilah yang menjadi awal munculnya teori
Stimulus – Respons.
Proses berjalannya pesan dari sumber kepada pihak penerima pesan atau
komunikan bersifat linier atau satu arah. Teori ini menggambarkan proses
komunikasi secara sederhana yang melibatkan media massa dan penerima pesan,
yaitu khalayak. Dimana, media massa mengeluarkan stimulus dan khalayak
menanggapinya dengan menunjukkan respons sehingga dinamakan teori S-O-R.
Gambar 2.4
Model Komunikasi S-O-R
Stimulus
Respons
Pada tahun 1930-an dan 1940-an, apa saja yang disajikan media massa
secara langsung dan kuat memberi rangsangan yang berdampak kuat pada diri
audience yang dianggap mempunyai ciri khusus yang seragam dan dimotivasi
oleh faktor biologis dan lingkungan serta mmiliki sedikit control. Artinya, pesan
yang jelas dan sederhana akan direspons dengan jelas dan sederhana pula. Jadi,
pesan disampaikan secara langsung oleh komunikator kepada komunikan tanpa
Media Massa
Publik
Universitas Sumatera Utara
ada perantara. Dalam komunikasi massa ini disebut dengan istilah teori jarum
hipodermik (hypodermic needle theory) atau teori peluru (bullet theory).
Teori ini pada awalnya dikenal sebagai model Stimulus–Respon, suatu
prinsip belajar sederhana yang merupakan dasar dari teori jarum hipodermik
(Bullet Theory). Dimana, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara
pesan-pesan media dan reaksi audience. McQuaill (1994: 234) mengatakan
elemen utama dari teori ini adalah Stimulus (pesan), Organisme (penerima atau
Receiver), dan Respons (efek) (Bungin, 2006: 277).
Teori ini menjelaskan bagaimana media menyajikan stimuli perkasa yang
secara seragam diperhatikan oleh massa. Stimuli ini membangkitkan desakan,
emosi, atau proses lain yang hampir tidak terkontrol oleh individu. Setiap individu
dalam hal ini disebut Organisme akan memberikan respons yang sama pada
stimuli yang datang dari media massa. Karena teori ini mengasumsikan organisme
tidak berdaya ditembaki oleh stimuli dari media massa (Rakhmat, 2004: 197).
Efek yang ditimbulkan dalam penjelasan S–O–R adalah bahwa organisme
menghasilkan prilaku tertentu, jika ada stimulus tertentu pula (Rakhmat, 2004:
198).
Pada hakikatnya teori S–O–R menjelaskan tentang sebuah proses belajar
dimana efek adalah suatu reaksi khusus yang timbul karena stimulus tertentu.
Artinya orang-orang dapat memprediksi keterkaitan yang erat antara pesan-pesan
yang disampaikan melalui media massa terhadap reaksi yang akan muncul dalam
diri penerima akibat pesan yang disampaikan.
Universitas Sumatera Utara
Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah :
a. Pesan (stimulus, S)
b. Komunikan (Organisme, O)
c. Efek (Response, R) (Amir Purba, dkk, 2006: 255)
II.2. KERANGKA KONSEP
Kerangka sebagai hasil dari pemikiran yang rasional merupakan uraian
bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai.
Sedangkan konsep sebenarnya adalah generalisasi dari sekelompok fenomena
tertentu yang dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama
(Bungin, 2001: 73).
Menurut Kerlinger, konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan
mengeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi, kerangka konsep adalah hasil pemikiran
rasional yang merupakan uraian bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan
hasil penelitian yang dapat dicapai dan menghantarkan penelitian pada rumusan
hipotesa (Nawawi, 2004: 40).
Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus
dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel-variabel dalam
penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas (X), yaitu variabel yang diduga sebagai penyebab variabel
yang lain (Rakhmat, 2004: 12). variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah
Tayangan The Golden Ways di Metro TV.
Universitas Sumatera Utara
b. Variabel terikat (Y), yaitu variabel yang diduga sebagai akibat atau yang
dipengaruhi oleh veriabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2004: 12). Maka
variabel (Y) dalam penelitian ini adalah Motivasi Diri.
c. Variabel antara (Z) atau Intervening Variable adalah sejumlah gejala dengan
berbagai unsur atau faktor di dalamnya yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi
dapat diperhitungkan pengaruhnya pada variabel bebas (Nawawi, 2004: 44 ).
Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.
II.3. VARIABEL OPERASIONAL
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah dikemukakan,
maka untuk memudahkan dalam memecahkan masalah dibuatlah operasional
variabel penelitian ini, yaitu:
Tabel 2.1
Operasional Variabel
NO VARIABEL TEORITIS VARIABEL OPERASIONAL
1. Variabel Bebas (X) Tayangan The Golden Ways
1. Host/Pembawa Acara a. Penampilan b. Kecerdasan c. Keramahan d. Jenis suara
2. Narasumber/Pembicara a. Kapabilitas b. Kredibilitas c. Akseptabilitas
3. Materi Acara a. Tema/topik Pembahasan b. Aktualisasi Topik
4. Perangkat Acara a. Kerjasama Tim b. Komunikasi Antara Perangkat
Acara 5. Waktu Tayang
Universitas Sumatera Utara
a. Frekuensi Penayangan b. Durasi Penayangan
2. Variabel Terikat (Y) Motivasi Diri
1. Aspek kognitif - Peningkatan pengetahuan - Peningkatan pemahaman - Peningkatan pengertian
2. Aspek afektif - Berpikir kreatif - Motivasi - Disiplin - Kepercayaan diri - Mengendalikan rasa takut dan
khawatir - Mengolah stres - Ketangguhan diri - Aktualisasi diri - Tanggung jawab - Pengembangan keterampilan
3. Aspek psikomotorik - Pengembangan kemampuan - Pengasahan keterampilan motorik
4. Aspek interaktif - Kemampuan beradaptasi - Kemampuan berkomunikasi
3 Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin 2. Stambuk 3. Frekuensi Menonton Tayangan
II.4. DEFENISI OPERASIONAL
Definisi Operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep
yang telah dikelompokkan dalam rangka konsep. Dengan kata lain, definisi
operasional adalah semacam petunjuk pelaksana bagaimana caranya mengukur
suatu variabel. Dalam penelitian ini, variabel-variabel dapat didefinisikan sebagai
berikut:
1. Variabel Bebas (X) tentang tayang The Golden Ways :
1.1 Host/pemandu Acara adalah seseorang yang bertugas membawa acara
dalam program acara The Golden Ways di Metro TV.
Universitas Sumatera Utara
a. Penampilan. yaitu visualisasi menarik yang ditunjukkan oleh
pembawa acara The Golden Ways di Metro Tv sesuai dengan tema
tayangan.
b. Kecerdasan, yaitu kemampuan pemandu acara menguasai materi
pembahasan dalam tayangan The Golden Ways.
c. Keramahan, yaitu sikap pemandu acara The Golden Ways yang
ramah dalam menyapa penonton.
d. Jenis suara, yaitu intonasi, artikulasi suara dan gaya bicara khas
yang dimiliki oleh pemandu acara The Golden Ways.
1.2 Narasumber adalah sang motivator yang menjadi sumber informasi
berdasarkan topik pembahasan dalam tayangan The Golden Ways.
a. Kapabilitas, yaitu kemampuan dalam bidang akademis maupun
pengalaman yang dimiliki narasumber.
b. Kredibilitas, yaitu kualitas yang dimiliki narasumber sesuai dengan
bidang / profesinya sehingga dapat menimbulkan kepercayaan
penonton.
c. Akseptabilitas, yaitu kesesuaian latar belakang pribadi maupun
profesi narasumber berdasarkan tujuan serta topik yang
dibicarakan dalam tayangan The Golden Ways.
1.3 Materi Acara adalah materi-materi acara yang dibawakan dalam setiap
tayangan The Golden Ways.
a. Topik Pembahasan; topik yang diangkat dalam tayangan
merupakan masalah yang menarik untuk dibahas.
Universitas Sumatera Utara
b. Aktualisasi topik; topik yang dibahas dalam tayangan merupakan
masalah yang aktual.
1.4 Perangkat Acara adalah seluruh pelaku yang terlibat dalam tayangan
The Golden Ways di Metro TV.
a. Kerjasama tim, yaitu keselarasan komunikasi antara pelaku yang
terlibat dalam tayangan The Golden Ways di Metro TV.
b. Komunikasi antara perangkat acara, yaitu kekompakkan antara
pemandu acara dan perangkat acara yang lain.
1.5 Waktu tayang; waktu penayangan The Golden Ways di Metro TV.
a. Frekuensi penayangan, yaitu frekuensi penayangan The Golden
Ways di Metro TV dalam satu minggu.
b. Durasi penayangan, yaitu durasi penayangan The Golden Ways di
Metro TV dalam sekali tayang.
2. Variabel Terikat (Y) Motivasi Diri :
a. Aspek Kognitif : merujuk pada peningkatan pengetahuan mahasiswa.
- Pengembangan pengetahuan : terdapat peningkatan pengetahuan dari
proses berpikir
b. Aspek Afektif : merujuk pada peningkatan keterampilan mahasiswa.
- Berpikir kreatif : mampu menciptakan sesuatu yang berguna bagi
orang lain
- Motivasi : dorongan atau hasrat dalam melakukan sesuatu setelah
menonton
- Disiplin : mempengaruhi disiplin diri menjadi taat pada aturan
Universitas Sumatera Utara
- Kepercayaan diri : percaya diri meningkat setelah mendapat motivasi
dari menonton tayangan
- Mengendalikan rasa takut dan khawatir : mampu mengontrol rasa takut
dan khawatir yang dirasakan
- Mengolah stres : mampu mengolah stres yang dialami setelah
menonton tayangan
- Ketangguhan diri : mempengaruhi ketangguhan diri setelah menonton
- Aktualisasi diri : meningkatkan aktualisasikan diri
- Tanggung jawab ; sadar akan tanggung jawab
c. Aspek Psikomotorik : merujuk pada peningkatan kemampuan.
d. Aspek interaktif : merujuk pada kemampuan beradaptasi dan
berkomunikasi dengan lingkungan sekitar
- Kemampuan beradaptasi : dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitar
- Kemampuan berkomunikasi : dapat berkomunikasi dengan baik
terhadap orang lain.
3. Karakteristik Responden meliputi :
a. Jenis kelamin, yaitu kelamin dari responden Pria/wanita
b. Stambuk, yaitu tahun dimana mahasiswa terdaftar sebagai mahasiswa
di Universitas
c. Frekuensi menonton tayangan, yaitu seberapa sering responden
menonton cara The Golden Ways di Metro TV.
II.5. HIPOTESIS
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu fenomena dan atau
pertanyaan peneliti yang dirumuskan setelah mengkaji suatu teori. Penelitian
terhadap suatu objek hendaknya dilakukan dengan berpedoman pada suatu
hipotesis sebagai pegangan atau jawaban sementara yang masih harus dibuktikan
kebenarannya dalam kenyataan (empirical verification), percobaan
(experimentation), atau praktek (implementation). Oleh karena itu, hipotesis harus
dalam bentuk pertanyaan ilmiah atau proposisi, yaitu mengandung hubungan dua
variabel atau lebih (Sudjana, 2000: 11). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho: Tidak terdapat hubungan antara pengaruh tayangan program acara The
Golden Ways di Metro TV terhadap Motivasi Diri Mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Medan Area stambuk 2009-2011.
Ha: Terdapat hubungan antara pengaruh tayangan program acara The
Golden Ways di Metro TV terhadap Motivasi Diri Mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Medan Area stambuk 2009-2011.
Universitas Sumatera Utara
Top Related