Download - Upaya Meningkatkan Minat Baca Pada Anak

Transcript

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA PADA ANAK

oleh: Muhammad Afzan Abadi (05130007)

ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI ISLAM FAKULTAS ADAB UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2006

PendahuluanMEMBACA sudah menjadi kebutuhan pokok saat ini, karena dengan membaca kita akan mengetahui segala informasi yang kita butuhkan. Upaya meningkatkan minat baca pada anak-anak yang utama dan terutama justru menjadi tanggung jawab orang tua. Alasan utamanya, orang tua adalah yang berhak menanamkan dan mengembangkan berbagai macam cita-cita kepada anak-anaknya. Untuk mencapai cita-cita itu, orang tua berkewajiban untuk menciptakan suasana yang

mendukung. Disamping itu guru mempunyai peran sangat penting pula. Membaca dan mencintai buku perlu ditumbuhkan sejak dini bahkan ketika anak masih dalam kandungan. Setelah lahir anak sudah dapat ditumbuhkan kecintaannya kepada buku. Sejak umur 3 bulan setelah anak sudah dapat melihat, anak dapat dirangsang untuk mencintai buku dan membaca melalui dibacakan cerita, memberi mainan buku, melihat alam sekitar serta gambar-gambar yang menarik dll. Setelah umur 6 bulan, saat anak sudah mulai duduk, anak dapat dirangsang untuk memegang buku, tentunya buku yang sesuai dengan tahapan umurnya. Mengingat pentingnya peranan membaca tersebut bagi

perkembangan anak, maka guru perlu memacu siswanya untuk membaca dengan benar dan selektif. Secanggih atau sebaik apapun suatu metode

membaca tidak akan berhasil jika gurunya tidak mampu melaksanakannya serta hasilnya pun tidak sesuai dengan harapan. Karena itu peranan guru sangat mendukung keberhasilan siswanya.

A. Pengertian Minat Baca 1.Pengertian MinatMinat merupakan salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak berperan juga dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam kehidupan belajar seorang murid. Aspek afektif adalah aspek yang mengidentifikasi dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran emosi, disposisi, dan kehendak yang mempengaruhi pikiran dan tindakan seseorang (Stiggins, 1994: 310). Dimensi aspek afektif mencakup tiga hal penting, yaitu (1) berhubungan dengan perasaan mengenai objek yang berbeda. (2) Perasaan-perasaan tersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral ke dua kubu yang berlawanan, titik positif dan titik negatif. (3) Berbagai perasaan memiliki intensitas yang berbeda, yang dimulai dari kuat ke sedang ke lemah (Stiggins, 1994: 312).

Aiken (1994: 209) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya (Anastasi dan Urbina, 1982: 386). Selanjutnya, minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran antara perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan kecenderungan lain yang mengarahkan seeorang kepada suatu pilihan tertentu (Mapiarre dalam Prianto, 2001: 40).

Sama dengan perangkat mental lainnya, minat dapat dilihat dan diukur dari respon yang dihasilkan (Semiawan, 1986: 120). Minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons

terarahkan kepada suatu situasi atau

objek tertentu yang

menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya (satisfiers). Definisi ini menjelaskan bahwa minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik. minat Motivasi terhadap adalah kegiatan sumber dan untuk

mempertahankan

menjadikan

kegiatan sangat menyenangkan (excitement).

Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Minat dan motivasi memiliki hubungan dengan segi kognisi, namun minat lebih dekat pada perilaku.

Memperhatikan kembali definisi yang disampaikan Semiawan di atas minat sebagai hasil tindakan yang memberi kepuasan (satisfiers). Hal ini mengandung arti minat tidak hanya memiliki dimensi aspek afektif, tetapi juga aspek kognitif (Hurlock, 1992: 116). Aspek kognitif didasarkan atas konsep atau pengetahuan yang dikembangkan anak mengenai bidang yang berkaitan dengan minat.

Ada 4 metode assessment yang sudah standar yang dapat digunakan untuk mengukur aspek afektif termasuk minat, yaitu (1) metode pinsil dan kertas yang menjaring melalui bentuk jawaban yang selektif atau (2) esai, (3) pengukuran performa, dan (4) komunikasi pribadi dengan murid (Stiggins, 1994: 314).

Dari uraian tentang minat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah tingkat kesenangan yang kuat (excitement) dari

seseorang dalam melakukan suatu kegiatan yang dipilih karena kegiatan tersebut menyenangkan dan memberi nilai baginya.

2. Pengertian MembacaMembaca merupakan suatu proses membangun

pemahaman dari teks yang tertulis (Smith, 1988: 14). Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya (Ahuja, 1999: 13). Dengan kata lain, proses membaca adalah proses ganda, meliputi proses penglihatan dan proses tanggapan. Sebagai proses penglihatan, membaca bergantung pada kemampuan melihat simbol-simbol. Oleh karena itu, mata memainkan peranan penting (Wassman & Rinsky, 1993: 5). Sebagai proses tanggapan, membaca menunjukkan

interpretasi segala Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca sesuatu yang kita persepsi. Proses membaca juga meliputi identifikasi simbolsimbol bunyi dan mengumpulkan makna melalui simbol-simbol tersebut (Ahuja, 1999: 12). Oleh karena itu, membaca dapat disimpulkan sebagai suatu proses yang melibatkan penglihatan dan tanggapan untuk

memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau mendapatkan kesenangan.

3. Definisi Minat Baca

Berdasarkan uraian di atas, minat baca anak didefinisikan sebagai tingkat kesenangan yang kuat (excitement) dalam

melakukan kegiatan membaca yang dipilihnya karena kegiatan tersebut menyenangkan dan memberi nilai kepadanya.

B. Upaya Meningkatkan Minat Baca pada AnakMinat baca perlu ditanamkan sejak dini, menurut Penelitian para ahli pendidikan, pembentukan potensi belajar tiap orang terjadi dengan perkembangan sebagai berikut: 50% pada usia 0 - 4 Tahun 30% pada usia 4 - 8 Tahun 20% pada usia 8 - 18 Tahun Usia balita adalah masa pembentukan. Tanamkan kebiasaan membaca selagi otak anak mengalami masa perkembangan paling pesat.

Berdasaka uraia diatas, maka upaya meningkatkan minat baca anak sejak dini haruslah menempuh lankah-langkah yang harus diperhatikan sebagai berikut: 1. Cara Menanamkan Minat Baca Menurut penelitian para ahli pendidikan, satu satunya cara yang terbukti paling efektif untuk menanamkan kegemaran membaca adalah dengan membacakan buku kepada anak. Untuk mempersiapkan anak berusia 3 atau 4 tahun (usia prasekolah) menjadi seorang pembaca yang andal adalah dengan membacakan cerita setiap saat. Hal ini akan menghindarinya mendapat kesulitan belajar di sekolah. Jika berniat mengajarkan membaca, ajarkan abjad terlebih dahulu. Setelah pelajaran abjad berlangsung lancar, bisa melanjutkan ke bunyi, terutama bunyi awal dari abjadabjad yang sering digunakan. Pelajaran yang demikian bisa dilakukan dengan permainan. Pengenalan abjad dapat dimulai ketika anak berusia tiga tahun dan pengenalan bunyi dimulai usia sekitar tiga setengah tahun. Namun, hal ini banyak tergantung pada si

anak. Ada anak yang lebih cepat, dan ada yang lebih lambat. Akan tetapi, jika Anda membuatnya menjadi ringan dan menyenangkan, tentu tidak akan menyulitkannya.

Tips-tips untuk meningkatkan minat baca antara lain; Mulailah membacakan buku kepada anak sejak bayi. Tidak ada istilah "Terlalu dini" untuk membacakan buku atau memberikan buku kepada anak supaya dilihat lihat sendiri. Bacakan buku menjelang tidur siang atau malam. Anak akan merasakan bahwa membaca buku merupakan acara harian yang melegakan. Dengan dibacakan tiap kali selama lima menit, anak akan merasa nyaman sepanjang hari. Pilihlah tempat yang nyaman - Sofa atau tempat tidur - maka anak akan menganggap itu sebagai tempat untuk membaca. Pilihlah buku mengenai hal hal yang menarik bagi anak, misalnya tentang binatang atau kendaraan. Bawakan buku kemana pun anak pergi - di mobil, ditempat praktik dokter, ditempat rekreasi. Membaca dapat menjadi hiburan bagi anak kalau ia sedang stress, dan untuk mengisi waktu selama di perjalanan atau pada saat menunggu. Sediakan tempat khusus untuk buku - buku anak, di tempat yang mudah dijangkau oleh anak.

Berilah contoh yang baik. Tunjukkan kepada anak bahwa Anda juga membaca buku sebagai hiburan. apa yang dipelajarinya ia akan melewati bagian yang sulit atau mengembalikannya

Tunjukkan bahwa anda menghargai membaca tidak sekedar lewat kata-kata.

Biarkan anak memilih sendiri apa yang ingin dibaca. Jika anak tidak mengerti buku yang di pinjamnyaia akan melewati bagian yang sulit-sulit atau mengembalikannya.

Minat baca dapat ditumbuhkan dan dikembangkan, sehingga menjadi kebiasaan melalui penguasaan teknik membaca yang tepat. Teknik membaca yang tepat dapat membuat membaca lebih efisien, efektif, serta menarik.

2. Teknik-teknik MembacaBerikut ini akan dibahas enam teknik membaca lanjutan yang perlu diketahui, yang berguna untuk mengembangkan kemampuan anak dalam membaca.

a) Membaca Teknik (Membaca Bersuara)

Membaca teknis bertujuan untuk menambah kelancaran anak menguba lambang-lambang tertulis menjadi suara atau ucapan yang mengandung makna.Membaca teknis menekankan pada segi menyuarakan yang dibaca . Pada tahap ini guru harus hati-hati dan mengawasi bagaimana menyuarakan lambang tertulis itu. Contoh membaca teknis ialah orang membacakan berita di televisi atau radio, membacakan puisi atau membacakan dongeng. Semua itu membutuhkan teknik membaca. Dalam membaca teknis yang perlu diperhatikan adalah pelafalan vocal maupun konsonan, nada/lagu ucapan, penguasaan tanda-tanda baca, pengelompokan kata/frase ke dalam satuansatuan ide, kecepatan mata, dan ekspresi.

b) Membaca Dalam Hati.Membaca dalam hati ialah cara atau teknik membaca tanpa suara. Jenis membaca ini perlu lebih ditekankan kepada

pemahaman isi bacaan. Membaca dalam hati berbeda dengan membaca teknis. Membaca dalam hati lebih banyak menggunakan kecepatan gerak mata, sedangkan membaca teknis lebih banyak menggunakan gerakan mulut. Mengingat gerakan mata lebih cepat menanggapi

apa yang dibaca, maka membaca dalam hati lebih cepat prosesnya daripada membaca teknis. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak menggunakan membaca dalam hati dalam kegiatan membaca / wacana apapun. Jangan biarkan anak membaca menggunakan ujung jari atau mulut yang berkomat kamit, karena kegiatan ini akan menghambat kecepatan siswa dalam membaca. Membaca dalam hati dapat diperkenalkan sejak anak berada di kelas II sekolah dasar, tapi secara intensif diberikan pada anak kelas III dengan tujuan membaca dalam hati ialah melatih kemampuan anak dalam memahami isi wacana /bacaan. Membaca dalam hati cocok untuk keperluan studi dan menambah ilmu pengetahuan / informasi. Setelah anak membaca diberi tugas untuk menjawab pertanyaan, bacaan ditutup. Pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan tidak ingatan dan pertanyaan pertanyaan pikiran. ingatan, Guru atau

hendaknya

hanya

memberi

sebaliknya hanya memberi pertanyaan pikiran saja. Pertanyaan ingatan menanyakan tentang isi bacaan, sedangkan pertanyaan pikiran untuk mengetahui kemampuan anak dalam memahami / menanggapi seluruh isi bacaan. Pada saat awal anak dikenalkan dengan membaca dalam hati, pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan ingatan. Makin meningkatkelasnya, pertanyaan pikiran

harus mendapat perhatian pembimbing, sebab dengan cara ini akan lebih mendorong anak untuk giat membaca. Merupakan cacat membaca dalam hati bila : Membaca dengan brisik / bergumam Bibir bergerak-gerak (komat-kamit) Kepala bergerak ke kiri dan kanan mengikuti baris-baris bacaan, atau Menunjuk dengan jari, pensil, dan lain-lain.

c). Membaca CepatMembaca intensif, membaca sekilas, dan membaca ekstensif. Semuanya itu dapat masuk ke dalam jenis membaca cepat. Tujuan yang hendak dicapai melalui membaca cepat ialah melatih kecepatan gerakan mata anak pada saat membaca. Membaca cepat perlu diajarkan kepada anak, karena pada saatnya kelak anak harus dapat membaca suatu pengumuman, pemberitahuan, berita, dan tulisan-tulisan lain dalam waktu yang cepat. Dalam kehidupan sehari-hari membaca cepat sangat dibutuhkan karena pada abad informasi ini kita dihadapkan pada berbagai sumber informasi yang

sangat banyak jumlahnya dan tentunya kita tidak ingin tertinggal informasi. Pada tahap permulaan mengenalkan membaca cepat kepada siswa kelas III dan IV sekolah dasar, bahan bacaan hendaknya yang pernah dibaca anak supaya tidak terhambat oleh istilah yang belum dikenal. Pada kelas ini anak sudah mampu membaca dengan baik dan lancar. Sedangkan pada kelas V dan VI dapat dilakukan 3 (tiga) kali dalam sebulan karena mustahil seseorang dapat membaca cepat tanpa latihan yang intensif dan berkesinambungan. Kalau seorang anak dapat membaca cepat namun tidak memahami isi bacaan tersebut, maka tujuan membaca cepat tidak tercapai. Catatan : Untuk mengetahui kecepatan rata-rata membaca anak hitunglah dengan rumus: Untuk menghitung kecepatan efektif : Jumlah kata yang dibaca x 60 = kata / menit Waktu tempuh baca Untuk menghitung kecepatan efektif : Jumlah kata yang di baca x % pemahaman isi bacaan = kata/menit Waktu tempuh baca

Contoh :

Siswa yang berhasil membaca 600 kata dalam tempo 2 menit dan berhasil menjawab 3 buah pertanyaan bacaan dengan benar dari 5 soal yang tersedia, artinya kecepatan efektif anak tersebut = 300 kata x 60% = 180 kata per menit.

d) Membaca Bahasa.Tujuan yang hendak dicapai dengan membaca bahasa ialah untuk menambah keterampilan siswa dalam menggunakan makna bahasa, makna kalimat/kata yang digunakan dalam konteks kalimat tertentu, penggunaan suatu kata dalam konteks yang berbedabeda, ketepatan penggunaan imbuhan, tanda baca, dan susunan kata/kalimat. Membaca bahasa sudah dapat diajarkan kepada anak kelas III sekolah dasar, sebab pada tahap ini anak sudah mulai lancar membaca. Mula-mula bahan yang dibaca adalah bacaan yang pernah diajarkan kepada anak, kelas IV, V, dan VI guru perlu mencari bacaan lain yang belum pernah diajarkan. Dalam kegiatan membaca bahasa, guru perlu menanyakan : arti kata yang digunakan dalam pelajaran dan penggunaan kata tersebut dalam kalimat lain; Tepat atau tidaknya pemakaian kata dalam situasi yang digambarkan dalam suatu pelajaran; Penggunaan awalan, akhiran, dan sisipan;

Penggunaan tanda baca seperti koma, tanda seru, tanda tanya, titik dua, dan sebagainya.

Penyusunan kata/kalimat baru yang lain.

e) Membaca Indah (Estetis)Pokok masalah dalam membaca indah ialah cara membaca yang menggambarkan penghayatan keindahan dan keharuan yang terdapat pada bacaan. Dengan membaca indah anak digugah rasa estetiknya, untuk terus diasah. Membaca indah dikaitkan dengan apresiasi sastra. Di Sekolah Dasar biasanya membaca indah bersuara, misalnya membaca puisi. Langakah-langkah pelaksanaanya; Memberikan contoh membaca yang baik, siswa ditugaskan menandai bacaan/ wacana yang perlu dibaca dengan suara lemah, kuat, atau cepatdan lambat. Anak diberi kesempatan untuk membaca bacaan tersebut denganekspresi yang tepat.

f) Membaca Bebas (Perpustakaan)Tujuan membaca bebas ini ialah untuk menumbuhkan kegemaran membaca dan menambah pengetahuan. Di samping itu membaca juga merupakan rekreasi. Latihan membaca bebas pada hakekatnya bertujuan untuk menanamkan kebiasaan membaca. Dengan

membaca bebas ini anak dimotivasi untuk memanfaatkan waktu luangnya dengan membaca. Guru/pustakawan dapat mengontrol membaca bebas ini dengan menugaskan siswa menuliskan laporan dari buku yang telah dibaca, misalnya dengan menuliskan ringkasan isi atau pesan dari buku tersebut, kesimpulan dari bacaan tersebut, dsb.

Langkah-langkah pelaksanaan membaca bebas (Perpustakaan) ialah sebagai berikut : Apabila di dalam kelas para siswa telah menyelesaikan tugas mata pelajaran tertentu, sedangkan waktu masih ada, hendaknya siswa dianjurkan untuk memanfaatkan perpustakaan kelas/sekolah. Siswa disuruh memilih buku yang disukai agar mereka gemar membaca.

Guru hendaknya ikut membaca bacaan yang dibaca siswa meskipun hanya garis besarnya saja. Hal ini perlu karena guru dapat mengetahui Isi bacaan tersebut. Jika ada buku yang tidak pantas dibaca para siswa maka buku tersebut dikeluarkan dari

perpustakaan kelas/sekolah. Guru hendaknya selalu menanyakan isi buku yang dibaca siswa. Misalnya tentang tokoh cerita, alur cerita, atau hal-hal yang menarik bagi siswa. Dengan demikian guru dapat mengendalikan apa yang dibaca siswa dan pemanfaatan waktu luang tetap terjamin. Siswa disuruh menceritakan kembali isi buku yang dibaca, baik di depan kelas untuk menumbuhkan keberanian berbicara, atau membuat rangkuman secara teratur untuk memupuk kemampuan menulis.

3. Cara Penilaian MembacaSalah satu kegiatan yang ikut menentukan keberhasilan belajar mengajar (PBM) ialah penilaian, baik yang menyangkut penilaian program, kegiatan, dan hasil proses belajar mengajar.Lingkup kegiatan ini amat luas karena itu pada kesempatan ini perhatian dipusatkan pada penilaian terhadap kemajuan anak dalam PBM, terutama

penilaian pelajaran membaca. Sebagai pelaksana kegiatan pelajaran membaca di kelas III sampai kelas VI Sekolah Dasar penilaian tentu sangat berkaitan dengan tiap-tiap jeni teknik membaca.

a).Membaca teknis (Membaca Bersuara)Dalam membaca teknis yang dinilai ialah : Ketepatan ucapan atau lafal. Ketepatan nada, irama, lagu, dan intonasi kalimat. Kewajaran nada, irama, lagu, dan intonasi kalimat sebagai pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Kelancaran siswa dalam membaca.

b) Membaca dalam hati (Membaca sekilas, memindai, intensif, ekstensif)Hal-hal yang dinilai ialah : Kemampuan siswa menangkap isi wacana, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Kemampuan menceritakan kembali isi wacana dengan bahasanya sendiri/ kata-kata sendiri. Kemampuan menemuan pikiran pokok setiap paragraf.

Kemampuan menemukan ide atau pengertian pokok wacana. Kemampuan menjawab pertanyaan dengan lengkap. Kemampuan mengatasi kebiasaan tidak efisien atau cacat dalam o membaca.

c) Membaca bahasaHal-hal yang dinilai berkaitan dengan unsur-unsur

kebebasan yang diperlukan dalam membaca. Ketepatan pemakaian kata (kosakata), struktur kalimat,

dan penyusunan paragraf. Pemakaian ejaan yang benar. Pemakaian tanda baca yang tepat

d) Membaca indah (Apresiasi Sastra)Hal-hal yang dinilai meliputi : Pemahaman terhadap wacana. Ketepatan ucapan atau lafal, nada, irama, lagu kalimat. Kuat dan lemah, keras atau lambat suara (termasuk volume). Penghayatan dan penjiwaan terhadap wacana yang dibaca. Penampilan atau ekspresi pada waktu membaca.

e) Membaca bebas (Membaca Perpustakaan)

Penilaian terhadap membaca bebas hendaknya bersifat mendorong pribadi siswa/kelas dalam menumbuhkan kegemaran membaca. Guru memberika tugas-tugas yang dapat memberikan gambaran keaktifan, ketelitian, dan kerajinan siswa. Yang dinilai antara lain hasil laporan bacaan, rangkuman isi wacana,hasil diskusi kelompok sebagainya. Dalam setiap jenis membaca, guru hendaknya telah mengenai buku atau wacana yang dibaca, dan

mempunyai skala penilaian berdasarkan materi yang akan dinilai. Hal ini untuk memperkecil perasaan guru ikut dalam menilai, misalnya rasa suka / tidak suka sehingga menimbulkan kesan pilih kasih. Sebagai contoh saja, skala penilaian dalam menilai membaca teknis : Ketepatan ucapan atau lafal. = 3 Ketepatan nada, irama, lagu, dan intonasi kalimat = 3 Kewajaran nada irama, lagu, dan intonasi kalimat sebagai pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari = 4 Jumlah = 10 Jadi, kalau siswa A dapat membaca teknis dengan baik dan mulus sesuai kriteria penilaian maka ia akan mendapat maksimal 10, dst.Perlu diperhatikan bahwa guru harus melihat tujuan dari tiap jenis membaca lalu membuat skala penilaiannya.

C. Tujuan dari meningkatkan minat bacaTujuan dari meningkatkan minat baca antara lain adalah;

mendorong minat dan kebiasaan membaca agar tercipta masyarakat yang berbudaya membaca;

meningkatkan layanan perpustakaan; menciptakan masyarakat informasi yang siap berperan serta dalam

semua aspek pembangunan; memiliki pengetahuan yang terkini, bukan yang sudah basi meningkatkan kemampuan berpikir; dan mengisi waktu luang.

D. MANFAAT MENINGKATKAN MINAT BACA Dengan membaca anak membentuk kemampuan berpikir lewat proses: menangkap gagasan / informasi, memahami,

mengimajinasikan, mengekspresikan, mengalami pencerahan, dan menjadi kreatif.

meningkatkan kualitas kehidupan pribadi.

Membaca buku adalah sarana utama untuk mengakses sumber informasi dan pengetahuan.

menyebabkan anak mandiri dalam mencari pengetahuan : tidak tergantung pada sekolah, les, training, seminar, dsb.

Memperluas wawasan dan pandangan anak.

Sbagai hiburan.

Dalam abad elektronik, membaca semakin penting sebab informasi tertulis membanjir lewat buku maupun media elektronik.

Dengan membaca ibarat dapat membuka "jendela dunia".

Kesimpulan

Kemampuan dan keterampilan membaca merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan lain yang lebih tinggi. Karena itu pengajaran

membaca harus dilaksanakan dengan penuh kesungguhan sehingga memberi manfaat bagi anak dalam pengembangan kemampuan dan keterampilan lain. Kesabaran dan ketelatenan guru dan otang tua dalam membimbing, mengarahkan, dan melatih anak sangat berperan dalam mendorong anak untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Begitu pula guru pustakawan dapat membantu meningkatkan minat baca anak dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

Menerbitkan daftar buku untuk buku anak-anak. Merencanakan kegiatan promosi minat baca seperti

membentuk kelompok

pencinta buku-buku, lomba minat baca dan lain-lain. Mengorganisasikan lomba minat baca di sekolah. Memilih anak/ siswa teladan yang telah membaca buku terbanyak.

Memberikan tugas baru setiap minggu dan melaporkan hasil pelaksanaan tugas.

Menceritakan membaca.

orang-orang

yang

sukses

sebagai

hasil

Mengajak anak belajar ke perpustakaan. Mengajak guru untuk mengajar teknik-teknik membaca kepada anak.

Memotivasi anak agar banyak membaca pada waktu terluang.

Menyelenggarakan jam cerita (story telling) kepada para anak secara periodik.

Dengan diketahuinya cara menanamkan dan meningkatkan minat baca, teknik-teknik membaca, langkah-langkah pelaksanaan, dan upaya untuk meningkatkan minat baca, maka diharapkan guru, orang tua pembaca maupun masyarakat dapat mengambil perannya sebagai pendidik yang mendorong anak untuk gemar membaca.

Daftar Pustaka

Ahmad S. Harjasujana, Membaca, Universitas Terbuka. Depdikbud. (1992/1993). Petunjuk pengajaran membaca dan menulis kelas III,

IV, V dan VI di sekolah dasar. Depdikbud. Mutu Volume 1 no. edisi April Juni 1992 Depdikbud. Mutu Volume 1 no. 2 edisi JuliSeptember 1992 Depdikbud. Mutu Volume 1 no. 4 edisi JanuariMaret 1993. Depdinas. Kurikulum 2004: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tarigan, Henry Guntur, Prof. Dr,. (1995).

Psikosastra. Bandung : Penerbit Angkasa

Harian Kompas, tanggal 29 September 2004 hlm. 9.

Aiken,

Lewis

R.

(1994).

Psychologycal

testing

and

assessment. MA: Allyn and Bacon

Ahuja, G.C. dan Pramila Ahuja. (1999). How to read effectively and efficiently. New Delhi: Sterling Publishers

Yahoo! Groups Links. Tira Pustaka

Mahasiswa School of Education, Boston University, AS, dan dosen Universitas Pendidikan Indonesia