perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN GEOGRAFI
DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA MUHAMMADIYAH 3
MASARAN SRAGEN
SKRIPSI
Oleh:
Darsono
NIM K5405013
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN GEOGRAFI
DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA MUHAMMADIYAH 3
MASARAN SRAGEN
Oleh:
Darsono
NIM K5405013
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd Yasin Yusuf, S.Si., M.Si
NIP. 19560420 198303 1 003 NIP. 19740427 200212 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Darsono. K5405013. UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2010.
Tujuan yang hendak dicapai penelitian ini adalah: 1) mengetahui
peningkatan kualitas proses pembelajaran geografi dengan menerapkan metode Think Pair Share pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen; 2) mengetahui peningkatan kualitas hasil pembelajaran geografi dengan menerapkan metode Think Pair Share pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen.
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen sebanyak 36 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Proses penelitian dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus berisi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap analisis dan refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Terdapat peningkatan kualitas proses pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. Peningkatan tersebut ditandai dengan meningkatnya keaktifan siswa selama apersepsi, siklus I sebesar 66% dan siklus II sebesar 82% (meningkat 16%). Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, siklus I sebesar 57% dan siklus II sebesar 76% (meningkat 19%). Kerjasama siswa dalam kelompok, siklus I sebesar 65% dan siklus II sebesar 88% (meningkat 23%). 2) Terdapat peningkatan kualitas hasil pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. Peningkatan ini dilihat dari peningkatan jumlah siswa yang telah mencapai batas ketuntasan, yaitu > 6,5. Pada siklus I siswa tuntas sebesar 77%, siklus II siswa tuntas sebesar 92% (meningkat 15%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Darsono. K5405013. THE INCREASE EFFORT OF THE PROCESS AND THE RESULT QUALITY IN THE GEOGRAPHY LEARNING BY THINK PAIR SHARE METHOD TO THE STUDENTS OF XI IPS 2 CLASS AT SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN. Research Paper. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret State University of Surakarta. May 2010.
The objective of this research are: 1) To know the increase quality process in the geography learning by Think Pair Share method to the students of XI IPS 2 class at SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen; 2) To know the increase result in the geography learning applying Think Pair Share method to the students of SMA Muhammadiyah 3 Masaran sragen especially XI IPS 2 class.
The methods that used in this research is classroom action research (PTK). The subject of this research is the students of SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen especially XI IPS 2, and the number of the students are 36. The technique of collecting data are interview, observation, and document analysis. The process of research is done into two cycles, that is I cycle and II cycle. Each of cycles contains four stage, such as planning stage, performing stage, observation stage, analysis and reflection stage.
Based on the result of this research, this is can conclude as follows: 1) There are increase of quality process in the geography learning to the students of SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen especially XI IPS 2 class. This is marked with the increasing of student activity during apperception, cycles I in the amount of 66%, and cycle II in the amount of 82% (16% increases). This student activity in the following of teaching learning, cycle I in the amount 57%, and cycle II 76% (19 increases). The students cooperation in the group, cycle I 65% and cycle II 88% (23% increases). 2) There are increase of quality result in the geography learning to the students of SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen especially XI IPS 2 class. This is can be able to look from the number of students that has reached complete level, that is > 6,5. In the cycle I students complete level up to 77%, and cycle II students complete level up to 92% (15% increases).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”
(Q.S. Al-Insyiroh: 6 – 7)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta
2. Mas Giyamto dan Mbak Nur serta
keponakanku Nawwaf dan Najib
3. Teman – teman Geogafi 2005
FKIP UNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret.
Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. yang telah mengizinkan
peneliti menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Drs. Syaiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan P.IPS FKIP-UNS
yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Geografi yang telah memberikan izin penulisan skripsi.
4. Bapak Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah
membimbing dan memberikan arahan dengan sabar hingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Bapak Yasin Yusuf, S.Si, M.Si. selaku Pembimbing II yang telah berkenan
memberikan arahan, petunjuk serta saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP khususnya Program Pendidikan Geografi yang
secara tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada peneliti.
7. Bapak Drs. Muchtar Effendy, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA
Muhammadiyah 3 Masaran Sragen yang telah memberikan izin meneliti di
sekolah tersebut.
8. Bapak Didik Raharjo, S.Pd. selaku guru Geografi kelas XI IPS 2 SMA
Muhammadiyah 3 Masaran Sragen yang telah banyak membantu dalam
penelitian ini.
9. Bapak dan Ibu guru serta seluruh staf SMA Muhammadiyah 3 Masaran
Sragen yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
10. Siswa-siswi kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen yang
selalu kreatif dan penuh keceriaan baik di dalam maupun di luar kelas.
11. Sahabatku di RISMA AL-IKHLAS terimakasih atas dukungan dan doanya.
12. Adik-adikku di TPQ Al-Ikhlas Karang jati, Al-Barokah Tirtomoyo serta Bilal
bin Robbah Ngijo terimakasih atas “senyuman” yang diberikan kepada kakak..
13. dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan yang dimiliki, sehingga dalam
penyusunan skripsi ini tentu tidak luput dari kekurangan. Untuk itu penulis mohon
maaf dan dengan senang hati penulis akan menerima kritik dan saran yang
membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga laporan ini
bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca, terutama bagi
perkembangan dunia pendidikan.
Surakarta,.......................2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
JUDUL.............................................................................................................. i
PENGAJUAN SKRIPSI................................................................................... ii
PERSETUJUAN............................................................................................... iii
PENGESAHAN................................................................................................ iv
ABSTRAK........................................................................................................ v
ABSTRACT...................................................................................................... vi
MOTTO............................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR...................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Perumusan Masalah..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian………........................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Pembelajaran
a. Pengertian Belajar .............................................................. 5
b. Tujuan Belajar..................................................................... 5
c. Unsur-unsur Belajar............................................................ 7
d. Pengertian Pembelajaran .................................................... 8
2. Kualitas Proses Pembelajaran ................................................... 10
3. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ................................. 13
b. Unsur-unsur pokok pembelajaran kooperatif .................... 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
c. Jenis-jenis Metode Dalam Pembelajaran Kooperatif ........ 16
4. Hakikat Metode Struktural
a. Pengertian Metode Struktural ............................................ 17
b. Macam-macam Metode Struktural ………….................... 17
5. Hakikat Metode Think-Pair-Share .......................................... 17
6. Hakikat Pembelajaran Geografi
a. Pengertian Geografi ........................................................... 19
b. Ruang Lingkup Pengajaran Geografi ................................. 20
B. Penelitian yang Relevan............................................................... 20
C. Kerangka Berpikir........................................................................ 22
D. Hipotesis Tindakan...................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 25
B. Subjek dan Objek Penelitian........................................................ 25
C. Metode Penelitian ....................................................................... 26
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 27
E. Teknik Analisis Data.................................................................... 28
F. Proses Penelitian.......................................................................... 29
G. Indikator Ketercapaian ................................................................ 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................ 32
B. Deskripsi Hasil Penelitian........................................................... 34
1. Siklus I................................................................................... 34
2. Siklus II.................................................................................. 40
C. Pembahasan.................................................................................. 46
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan...................................................................................... 53
B. Implikasi...................................................................................... 54
C. Saran............................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 55
LAMPIRAN...................................................................................................... 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir................................................................ 23
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)......................................... 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis kegiatan Penelitian...................... 25
Tabel 2. Indikator Ketercapaian ....................................................................... 31
Tabel 3. Saran dan Prasarana SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen ......... 33
Tabel 4. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Geografi dengan Metode
Think Pair Share pada Tindakan I ................................................... 38
Tabel 5. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Geografi dengan Metode
Think Pair Share pada Tindakan II .................................................. 44
Tabel 6. Persentase Siswa yang Aktif dalam Pembelajaran.............................. 46
Tabel 8. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II ............................... 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP siklus I……........................................................................... 57
Lampiran 2. Materi Penelitian........................................................................... 59
Lampiran 3. Soal Diskusi…………………………………………………….. 72
Lampiran 4. Kisi-kisi soal siklus I.................................................................... 73
Lampiran 5. Instrumen soal-soal Penelitian siklus I......................................... 74
Lampiran 6. Lembar Jawaban........................................................................... 79
Lampiran 7. Kunci Jawaban Siklus I................................................................ 80
Lampiran 8. Contoh Jawaban Siswa Siklus I.................................................... 81
Lampiran 9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa saat Apersepsi siklus I.......... 82
Lampiran 10. Lembar Oservasi Aktivitas Siswa saat Pembelajaran siklus I..... 83
Lampiran 11. Rekapitulasi lembar observasi aktivitas siswa siklus I................ 84
Lampiran 12. Lembar Observasi kerja sama siswa dalam kelompok siklus I... 85
Lampiran 13. RPP Siklus II............................................................................... 87
Lampiran 14. Kisi-kisi soal siklus II................................................................. 89
Lampiran 15. Instrumen soal-soal Penelitian Siklus II..................................... 90
Lampiran 16. Kunci Jawaban Siklus II.............................................................. 95
Lampiran 17. Contoh Jawaban siswa siklus II................................................... 96
Lampiran 18. Lembar Observasi Aktivitas Siswa saat Pembelajaran siklus II.. 97
Lampiran 19. Lembar Observasi Aktivitas Siswa saat Apersepsi siklus II....... 98
Lampiran 20. Rekapitulasi lembar observasi aktivitas siswa siklus II.............. 99
Lampiran 21. Lembar Observasi kerja sama siswa dalam kelompok siklus II.. 100
Lampiran 22. Daftar Hadir Siswa kelas XI IPS 2 pada saat penelitian………. 102
Lampiran 23. Perbandingan ketuntasan belajar pada kondisi awal, siklus 1
dan siklus 2 ……………………………………………………. 103
Lampiran 24. Peta Lokasi SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen............... 104
Lampiran 25. Surat-surat ijin penelitian………………………………………. 105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam pembangunan negara.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Pendidikan merupakan wadah untuk membangun dan menghasilkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi sehingga nantinya akan mempunyai
kemampuan untuk bersikap kritis, rasional, terampil dan kreatif.
Dewasa ini berbagai cara dilakukan dalam rangka untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Mulai dari pemenuhan sarana dan
prasarana pendidikan, peningkatan kompetensi guru melalui penataran, sertifikasi
guru sampai pada perubahan dan pengembangan kurikulum serta pembaharuan –
pembaharuan dalam pendidikan. Dengan berbagai cara tersebut diharapkan
pendidikan dapat mengalami perubahan yang lebih baik. Salah satu pembaharuan
dalam pendidikan adalah pembaharuan metode atau meningkatkan relevansi
metode mengajar. Metode mengajar juga termasuk salah satu faktor eksternal
yang dominan dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Sebab metode ini
yang akan menentukan respon siswa terhadap materi yang diajarkan. Terkadang
materi yang diajarkan disukai namun karena penerapan metode yang salah atau
tidak sesuai kondisi siswa maka berakibat siswa malas untuk mengikuti dengan
serius, pada akhirnya siswa tidak paham akan apa yang diajarkan. Pendidikan
harus disesuaikan dengan kondisi anak, dalam artian metode yang digunakan
harus tepat. Salah dalam memilih metode maka akan berakibat pada hasil belajar
siswa. Sehingga diharapkan semua guru harus dapat memilih metode
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan
bentuk pembelajaran.
Ada beberapa macam metode pembelajaran yang dapat digunakan,
antara lain; ceramah, diskusi, inquiri, demonstrasi, kooperatif dan masih banyak
lagi. Namun selama ini, metode pembelajaran yang biasa digunakan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
beberapa guru didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan
secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa (metode ceramah). Metode
pembelajaran ini hanya menempatkan siswa sebagai obyek dan membatasi
kebebasan siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga
siswa menjadi malas dan kurang semangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 3 Masaran Sragen
merupakan salah satu bagian dari kegiatan pendidikan. Dalam kegiatan
pembelajarannya, guru masih banyak didominasi penggunaan metode ceramah.
Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Geografi merupakan salah satu Mata Pelajaran yang dipelajarainya.
Dalam kenyataannya pembelajaran Geografi juga belum memadai. Hal ini
didasarkan atas hasil diskusi dengan guru Geografi dan siswa SMA
Muhammadiyah 3 Masaran Sragen, menyatakan bahwa kualitas proses dan hasil
pembelajaran yang selama ini dilakukan masih kurang optimal. Pembelajaran
yang masih kurang optimal tersebut terlihat dari proses pembelajaran Geografi
yang masih banyak mengalami kendala. Kendala dalam proses pembelajaran
Geografi teridentifikasi sebagai berikut, pertama, siswa kurang aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran. Dalam mengikuti proses pembelajaran masih
banyak siswa yang tidak memperhatikan guru, mereka masih sibuk berbicara
sendiri dengan temannya, melamun dan menelungkupkan kepalanya di atas meja.
Hal ini diperkirakan karena metode pembelajaran yang digunakan guru hanya
berupa ceramah, sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
Kedua, hasil pembelajaran Geografi masih rendah. Hal ini dilihat dari
hasil ulangan semester satu menunjukkan bahwa siswa yang belum tuntas
mencapai 16 siswa dari 36 siswa, batas ketuntasannya yaitu > 6,5.
Berdasarkan fakta tersebut menunjukkan bahwa kualitas proses dan
hasil pembelajaran Geografi yang dilaksanakan masih kurang optimal. Sehingga
diperlukan perbaikan yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran Geografi. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Geografi adalah dengan
membuat variasi pembelajaran yaitu menerapkan metode Think Pair Share.
Metode ini merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Metode ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan merespon serta saling
kerja sama satu sama lain. Keunggulan metode ini adalah dapat mengoptimalkan
partisipasi siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan. Dengan metode ini,
guru dapat mengaktifan siswa melalui tahapan-tahapan yang ada, karena metode
ini menuntut siswa untuk selalu aktif.
Bertolak dari latar belakang tersebut maka penulis terdorong untuk
melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul UPAYA MENINGKATKAN
KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN
METODE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA
MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah dengan menerapkan metode Think Pair Share dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA
Muhammadiyah 3 Masaran Sragen?
2. Apakah dengan menerapkan metode Think Pair Share dapat meningkatkan
kualitas hasil pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA
Muhammadiyah 3 Masaran Sragen?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui peningkatan kualitas proses pembelajaran geografi dengan
menerapkan metode Think Pair Share pada siswa kelas XI IPS 2 SMA
Muhammadiyah 3 Masaran Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2. Untuk mengetahui peningkatan kualitas hasil pembelajaran geografi dengan
menerapkan metode Think Pair Share pada siswa kelas XI IPS 2 SMA
Muhammadiyah 3 Masaran Sragen.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dipakai :
1. Untuk mengetahui secara nyata tentang peningkatan kualitas proses dan
hasil pembelajaran Geografi dengan menerapkan metode Think Pair Share
2. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif .
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1). Dengan diterapkannya metode pembelajaran Think Pair Share siswa lebih
mudah dalam memahami materi pelajaran Geografi serta dapat menambah
semangat dalam belajar.
2). Dengan diterapkannya metode pembelajaran Think Pair Share hasil belajar
siswa dapat meningkat.
b. Bagi Guru
Memberikan pengalaman pembelajaran yang inovatif dan dapat
memotivasi siswa untuk aktif dan bekerja sama satu sama lain.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan
pembelajaran dan mendorong guru lain untuk aktif melakukan pembelajaran
yang inovatif
d. Bagi Peneliti
Sebagai Pengalaman pembelajaran Geografi di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Ada beberapa pendapat mengenai definisi belajar. Nana Sudjana (1996:
5) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang, dimana perubahan itu seperti berubah
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan,
kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Mouly dalam Nana Sudjana (1996: 5) menyatakan, belajar pada hakekatnya
adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman.
Seperti yang telah diungkapkan oleh Mouly, Sardiman A. M. (2001: 23)
menyatakan bahwa proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku
dan terjadi karena hasil pengalaman. Hal senada juga diungkapkan oleh Slameto
(1995: 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses untuk memperoleh perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan,
kebiasaan yang diperoleh dari pengalaman. Seseorang dikatakan belajar apabila
terjadi perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman.
b. Tujuan Belajar
Dalam proses belajar diharapkan terjadi perubahan perilaku siswa yaitu
perilaku khusus yang menjadi tujuan belajar siswa. Tujuan belajar sangat banyak
dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai
dengan tindakan instruksional, disebut dengan instructional effects, yang biasa
berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Sedangkan tujuan-tujuan yang
merupakan hasil sampingan disebut nurturant effect. Seorang siswa dikatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
berhasil dalam belajar jika siswa mencapai kriteria tingkat keberhasilan sesuai
tujuan belajar. Menurut Sardiman (2001: 26-27) ada tiga jenis tujuan belajar yang
utama, yaitu:
1) Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan
kemampuan berfikir adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata
lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan
pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan.
Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannnya di
dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih
menonjol.
2) Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep memerlukan suatu keterampilan,
baik keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani
adalah keterampilan yang dapat diamati, dilihat, sehingga akan menitik
beratkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang
yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak
selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat,
tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan dan
keterampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan
suatu masalah atau konsep.
3) Pembentukan sikap
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak dapat terlepas dari
soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu guru tidak sekedar sebagai
pengajar tetapi sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu
kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, anak didik akan
tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktekkan segala sesuatu
yang sudah dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
c. Unsur-unsur Belajar
Cronbach, mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses
belajar (Syaodih, 2003: 157), yaitu:
1) Tujuan. Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan itu muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Perbuatan belajar
diarahkan kepada pencapaian sesuatu tujuan dan untuk memenuhi sesuatu
kebutuhan. Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada
tujuan yang jelas dan berarti untuk individu.
2) Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau
individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan
yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan
pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.
3) Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam situasi
belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari,
orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa
yang belajar. Kelancaran dan hasil dari belajar banyak dipengaruhi oleh situasi
ini, walaupun untuk individu dan pada waktu tertentu sesuatu aspek dari
situasi belajar ini lebih dominan, sedang pada individu atau waktu lain aspek
lain lebih berpengaruh.
4) Interpretasi. Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi,
yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar, melihat
makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan
pencapaian tujuan. Berdasarkan interpretasi tersebut mungkin individu sampai
kepada kesimpulan dapat atau tidak dapat mencapai tujuan.
5) Respon. Berpegang kepada hasil dari interpretasi apabila individu mungkin
atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan
respons. Respons ini mungkin berupa suatu usaha coba-coba atau usaha yang
penuh perhitungan dan perencanaan ataupun ia menghentikan usahanya untuk
mencapai tujuan tersebut.
6) Konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi
apakah itu keberhasilan atau kegagalan, demikian juga dengan respon atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa
senang, puas, dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan
usaha-usaha belajar berikutnya.
7) Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang
diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan. Peristiwa ini akan
menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi siswa terhadap kegagalan
dalam belajar bisa bermacam-macam. Kegagalan bisa menurunkan semangat,
dan memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya, tetapi juga bisa sebaliknya,
kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan
menutupi kegagalan tersebut.
d. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dapat diartikan sebagai pengajaran yang mempunyai cara
(perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Menurut Ngalim Purwanto (2003: 32)
Pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa
belajar dengan jalan mengaktifkan faktor-faktor ektern dan intern dalam kegiatan
belajar mengajar. Oemar Hamalik (2003: 57) berpendapat bahwa pembelajaran
merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
mencapai tujuan pembelajaran. Unsur-unsur manusianya yaitu siswa, guru serta
tenaga pendidikan lainnya. Material berupa buku, papan tulis, fasilitas dan
perlengkapan berupa ruang kelas, serta prosedur berupa jadwal, ujian, metode
penyampaian informasi. Selanjutnya Oemar Hamalik (2003: 58) juga
mengemukakan bahwa ada lima pengertian pengajaran berdasarkan teori belajar,
yaitu:
1) Pengajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta
didik/siswa di sekolah.
2) Pengajaran mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui
lembaga pendidikan sekolah.
3) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk
menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
4) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi
warga masyarakat yang baik.
5) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadilah
perubahan pengetahuan, ketrampilan, tingkah laku pada diri siswa.
Dalam sebuah pembelajaran akan selalu terjadi suatu proses. Proses
adalah kata yang berasal dari bahasa latin processus yang berarti berjalan ke
depan. Menurut Chaplin dalam Muhibbin (2005: 113) proses adalah Any change
in any object or organism, particularly a behavioral or psychological change.
Dari pendapatnya ini dapat diketahui bahwa proses merupakan suatu perubahan
yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar, proses
berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa
perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.
Karena pembelajaran merupakan aktivitas yang berproses, maka di
dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan
tersebut timbul melalui fase-fase yang antara satu dengan lainya selalu berkaitan.
Dalam Muhibbin (2005: 113) Jerome S. Bruner menyebutkan bahwa dalam
proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase, antara lain:
1) Fase Informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam fase ini, seorang siswa sedang belajar memperoleh keterangan
mengenai materi yang sedang dipelajari. informasi yang diperoleh ada
yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi
menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang
sebelumnya telah dimiliki.
2) Fase Transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis,
diubah menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
3) Fase Evaluasi (tahap penilaian materi)
Dalam fase evaluasi ini, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh
manakah pengetahuan dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala
lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Di dalam fase-fase tersebut diperlukan keaktivan siswa. Keaktivan
tersebut tidak hanya cukup mendengarkan dan mencatat seperti lazimnya di
sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich dalam Sardiman A.M (2001: 100)
menggolongkan keaktivan siswa menjadi 8 bagian, yaitu:
1) Visual active, yang termasuk di dalamnya, misalnya: membaca,
memperhatikan gambar, percobaan.
2) Oral active students, misalnya: menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,
diskusi, interupsi.
3) Listening active student, misalnya: mendengarkan, uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
4) Writing active students, misalnya: menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin.
5) Drawing active students, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6) Motor active students, misalnya: melakukan percobaan, membuat
kontruksi, model reparasi, bermain.
7) Mental active students, misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan
soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emosional active students, misalnya: menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, berani, gugup, tenang.
2. Kualitas Proses Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu hal yang menyangkut proses belajar
mengajar. Suatu proses dikatakan baik, apabila proses tersebut dapat
membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Bagi pengukur suksesnya
pengajaran, syarat utamanya adalah hasil. Dalam menilai suatu hasil harus cermat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dan tepat yaitu dengan memperhatikan bagaimana prosesnya, dalam proses ini
siswa akan beraktivitas. Dengan proses yang tidak baik atau tidak benar maka
akan diperoleh hasil yang tidak baik pula atau misalnya diperoleh hasil yang baik
maka hasil itu dikatakan hasil semu (Sudirman, 2007: 49).
Suatu proses pembelajaran dikatakan meningkat kualitasnya apabila unsur-
unsur yang ada di dalamnya menjadi lebih sesuai (relevan) dengan karakteristik
pribadi siswa, tuntunan masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu hasil pendidikan. Yang
mendukung hal tersebut yaitu proses pembelajaran yang diselenggarakan
berlangsung secara efektif dan efisien (Kasihani Kasbolah, 2001: 27)
Menurut Moh. Uzer Usman (2005: 22), dalam sistem siswa belajar aktif
dapat menciptakan belajar mengajar yang efektif dan efisien. Cara apapun yang
digunakan pada waktu belajar keaktifan pada diri siswa meskipun kadarnya
berbeda-beda.
Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada
lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa, yaitu sebagai
berikut:
1. Melibatkan siswa secara akif
Aktivitas murid sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga murid yang seharusnya banyak aktif, sebeb murid sebagai
subyek didik adalah yang merencanakan dan ia sebdiri yang melaksanakan
belajar.
2. Menarik minat dan perhatian siswa
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian
siswa dalam belajar. Menurut william james, minat siswa merupakan
faktor utama yang menentukan derajat keaktifan dari belajar siswa.
Perhatian bersifat sementara sedangkan minat bersifat menetap.
3. Membangkitkan Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu atau keadaan seseorang atau organisme yang
menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan
motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri
individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuai dalam
mencapai tujuan tertentu.
4. Prinsip Individualisme
Pengajaran individual bukanlah semata-mata pengajaran yang hanya
ditujukan kepada seorang saja, tetapi dapat saja ditujukan kepada
sekelompok siswa atau kelas, namun dengan mengakui dan melayani
perbedaan-perbedaan siswa sehingga p[engajaran itu memungkinkan
berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.
5. Peragaan Dalam Pengajaran
Belajar yang efektif harus dimulai dengan pengalaman langsung atau
pengalaman konkret dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak.
Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga pegajaran
dibanding bila siswa belajar tanpa dibantu alat pengajaran
Suatu kualitas proses belajar dapat dilihat dari strategi, model atau metode
pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui
kualitas proses belajar maka perlu adanya penilaian proses belajar itu sendiri.
Penilaian merupakan usaha untuk memperoleh informasi tentang perolehan
belajar siswa secara menyeluruh, baik pengetahuan konsep, sikap, nilai maupun
ketrampilan proses. Hal ini dapat digunakan untuk guru sebagai balikan maupun
keputusan yang sangat diperlukan dalam memnentukan strategi mengajar yang
tepat maupun dalam memperbaiki proses belajar mengajat. Untuk maksud
tersebut guru perlu mengadakan penilaian, baik proses maupun hasil belajar
siswa.
Penilaian proses dapat diartikan penilaian terhadap proses belajar yang
sedang berlangsung, yang dilakukan oleh guru dengan memberikan umpan balik
secara langsung kepada seorang siswa atau sekelompok siswa. Dalam melatih
ketrampilan proses sekaligus dikembangkan sikap-sikap yang dikehendaki seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
kreatif, kerjasama, bertanggung jawab dan berdisiplin sesuai dengan penekanan
bidang studi yang bersangkutan. Dari penialian proses tersebut dapat
mengarahkan kepada pengembangan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan
sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri
individu siswa.
3. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Setiap manusia mempunyai perbedaan satu dengan yang lain. Karena
mempunyai perbedaan tersebut maka manusia akan membutuhkan bantuan
manusia lainnya. Karena saling membutuhkan maka harus ada interaksi dan kerja
sama (gotong royong) diantara manusia. Interaksi dan kerja sama tersebut dapat
juga diwujudkan dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu pembelajaran yang
mengutamakan interaksi dan kerja sama dalam kelompok terdapat pada
pembelajaran kooperatif.
Menurut Nurhadi dan Agus G. S. (2003: 60), pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi
yang saling mengasihi antarsesama siswa. Mereka tentunya akan saling
membutuhkan dan saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas dari guru.
Sedangkan Slavin (2008: 8), mengatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif,
para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat
orang untuk saling membantu satu sama lainnya mempelajari dan menguasai
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal senada juga diungkapkan oleh
Anita Lie (dalam Isjoni, 2007: 16) menyebut cooperative learning dengan istilah
pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam
tugas-tugas yang terstruktur. Selain itu, Isjoni (2007: 6) juga mengungkapkan
secara sederhana bahwa kata cooperative berarti mengerjakan secara bersama-
sama dengan saling membantu satu sama lainnya dalam satu tim. Jadi,
pembelajaran kooperatif dapat diartikan belajar secara bersama-sama saling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
membantu dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok-
kelompok kecil tersebut mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Jumlah anggota dalam satu kelompok bervariasi mulai dari dua sampai
dengan lima (Anita Lie, 2005: 56). Pembagian anggota dalam kelompok harus
diperhatikan keheterogenan kemampuan siswa.. Hal ini bermanfaat untuk melatih
siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar
belakangnya (Thompson dalam Isjoni, 2007: 14). Pada pembelajaran kooperatif
diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama di dalam
kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan
kepada teman sekelompok dengan baik mengajukan pertanyaan kepada teman
dengan baik. Kerja kelompok yang kooperatif dapat membantu siswa
meningkatkan pemahaman dan rasa senang serta memiliki sikap yang positif, baik
terhadap pekerjaannya maupun terhadap dirinya sendiri..
Model cooperative learning membuka peluang bagi upaya mencapai
tujuan meningkatkan keterampilan sosial peserta didik. Seperti yang diungkapkan
Stahl (dalam Isjoni, 2007: 12) cooperative learning dapat meningkatkan belajar
siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial.
Salah satu sikap yang dimiliki siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran, yaitu
setiap siswa memiliki sikap keterampilan sosial. Keterampilan sosial merupakan
sikap yang dimiliki setiap individu sebagai hasil dari proses pemaknaan terhadap
proses belajar.
b. Unsur-Unsur Pokok Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson menjelaskan bahwa tidak semua kerja
kelompok bisa dianggap sebagai cooperative learning (dalam Anita Lie, 2005: 31)
Untuk dapat dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif setidaknya ada unsur –
unsur dasar yang harus dipenuhinya. Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi
dan Agus G. S., 2003: 50) menyebutkan ada empat unsur pokok dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu: saling ketergantungan positif, interaksi tatap
muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan hubungan antarpribadi.
Sedangkan Anita Lie (2005: 31) menyebutkan ada lima pokok dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pembelajaran kooperatif. Anita Lie menambah satu unsur lagi yaitu evaluasi
proses kelompok. Berikut kelima unsur pokok pembelajaran kooperatif tersebut.
1) Saling Ketergantungan Positif
Dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa harus yakin bahwa
tujuan mereka akan tercapai jika siswa lainnya juga mencapai tujuan.
Dalam kerja sama tersebut, guru harus mampu menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa saling membutuhkan. Inilah yang dimaksud
ketergantungan positif. Ketergantungan positif ini dapat dilakukan
melalui: a) saling ketergantungan pencapaian tujuan, b) saling
ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, c) saling ketergantungan
bahan atau sumber, d) saling ketergantungan peran, dan e) saling
ketergantungan hadiah.
2) Tanggung Jawab Perorangan
Unsur ini merupakan efek dari saling ketergantungan positif dalam
kelompok. Tugas dan pola penilaian disusun berdasarkan prosedur
pembelajaran kooperatif. Proses penilaiannya yaitu nilai kelompok diambil
dari nilai rata-rata hasil belajar semua anggotanya. Dengan demikian,
setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan
semua anggota kelompok secara individual. Inilah yang dimaksudkan
tanggung jawab individual.
3) Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok untuk
dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat berdiskusi. Kegiatan ini
akan menguntungkan baik bagi anggota maupun kelompoknya. Interaksi
semacam ini memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber
belajar.
4) Komunikasi Antaranggota
Dalam pembelajaran kooperatif menuntut keterampilan menjalin
hubungan antarpribadi maupun keterampilan sosial, seperti tenggang rasa,
sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain,
mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan
antarpribadi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapatnya.
5) Evaluasi Proses Kelompok
Evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif
diadakan oleh guru. Dalam proses evaluasi ini, guru perlu menjadwalkan
waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok
dan hasil kerja sama siswa agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan
lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja
kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa
kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif.
c. Jenis-Jenis Metode dalam Pembelajaran Kooperatif
Arends, Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi dan Agus G. S.,
2003: 63) menjabarkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif dibagi menjadi
empat metode, yaitu STAD (Student Teams Achievment Division), metode Jigsaw,
metode GI (Group Investigation), dan metode struktural. Metode struktural ini
dibagi menjadi dua yaitu Think-Pair-Share dan Numbered Head Together.
Sedangkan, Anita Lie (2005: 55) mengartikan metode pembelajaran
kooperatif sebagai teknik pembelajaran kooperatif. Dia menjabarkan ada 14
teknik pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan oleh guru, antara lain: 1)
mencari pasangan, 2) bertukar pasangan, 3) berpikir-berpasangan-berempat, 4)
berkirim salam dan soal, 5) kepala bernomor, 6) kepala bernomor terstruktur, 7)
dua tinggal dua tamu, 8) keliling kelompok, 9) kancing gemerincing, 10) keliling
kelas, 11) lingkaran kecil lingkaran besar, 12) tari bambu, 13) Jigsaw, dan 14)
bercerita berpasangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
4. Hakikat Metode Struktural
a. Pengertian Metode Struktural
Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan –
kawannya. Metode Struktural ini merupakan metode yang memberi penekanan
pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Struktur yang dikembangkan Kagan tersebut menghendaki siswa
bekerja sama saling bantu dalam kelompok kecil dan lebih menekankan pada
penghargaan kooperatif daripada individual.
b. Macam – macam Metode Struktural
Metode struktural dikembangkan menjadi dua, yaitu Think Pair Share
dan Numbered Head Together. Kedua metode ini dapat digunakan untuk
meningkatkan penguasaan akademik siswa terhadap materi yang diajarkan.
5. Hakikat Metode Think Pair Share
Metode Think Pair Share merupakan metode mengajar struktural.
Metode Think Pair Share menurut Lie (2005 : 57) dapat memberi kesempatan
kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Sedangkan menurut Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk (2003 : 66) metode ini
memberikan kesempatan kepada para siswa waktu untuk berfikir dan merespon
serta saling bantu satu sama lain. Dari pengertian dua pendapat tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa metode ini memberikan kesempatan kepada siswa agar
berfikir sendiri kemudian baru bekerja sama dengan teman lainnya untuk bertukar
pendapat.
Lyman dan kawan – kawannya (dalam Nurhadi dan Agus Gerrad
Senduk, 2003: 66) menerapkan metode ini dengan langkah – langkah sebagai
berikut :
a. Berfikir (Thinking)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran kemudian
siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri untuk
beberapa saat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b. Berpasangan (Pairing)
Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai
apa yang telah dipikirkannya pada langkah pertama. Interaksi selama periode
ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan
atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasikan.
Biasanya guru memberi waktu selama 4 – 5 menit untuk berpasangan.
c. Berbagi (Sharing)
Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan – pasangan tersebut untuk
berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa
yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru
berkeliling dari pasangan satu ke pasangan lain, sehingga seperempat atau
separo dari pasangan – pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk
melapor.
Berdasarkan langkah – langkah diatas, peneliti menggunakan langkah
– langkah pengembangan sebagai berikut :
a. Guru mengorganisasi kelas untuk belajar dan mengarahkan siswa untuk
mempersiapkan materi yang telah dipelajari di rumah.
b. Guru memberikan penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan materi yang
akan dipelajari siswa.
c. Guru memberikan soal yang berisi pertanyaan atau masalah dan mengarahkan
siswa untuk menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah atau mengerjakan
tugas secara mandiri.
d. Guru mengelompokkan siswa secara berpasangan.
e. Siswa berpikir secara bersama – sama dalam kelompok (diskusi hasil jawaban
dari masing – masing anggota kemudian menemukan satu jawaban yang
disepakati).
f. Guru memanggil kelompok tertentu dan pasangan siswa tersebut memberikan
jawabannya pada seluruh anggota kelas dari hasil diskusi yang telah mereka
lakukan. Kegiatan tersebut dilanjutkan sampai beberapa pasang siswa telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
mendapat kesempatan untuk melaporkan, paling tidak sekitar seperempat
pasangan, namun disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
g. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan tugas rumah.
6. Hakikat Pembelajaran Geografi
a. Pengertian Geografi
Richard Hartshorne dalam Sumaatmaja (1997: 9) mengemukakan,
“geography is that discipline that seeks to describe and interpret the variable
character from place to place of the earth as the world of man”. Pada batasan ini
Hartshorne menekankan kepada karakter variabel dari suatu tempat ke tempat
lainnya sebagai dunia tempat kehidupan manusia. Dalam hal ini geografi sebagai
bidang ilmu mencari penjelasan dan interpretasi tentang karakter tadi sebagai hasil
interaksi faktor-faktor geografi yang mencirikan tempat-tempat di permukaan
bumi sebagai dunia kehidupan manusia.
Alfandi (2001: 81) Geografi merupakan ilmu yang menggunakan
pendekatan holistik melalui kajian keruangan, kewilayahan, ekologi dan sistem,
serta historis untuk mendeskripsikan dan menganalisi struktur pola. Fungsi dan
proses interelasi, interaksi, interdependensi dan hubungan timbal balik dari
serangkaian gejala, kenampakan atau kejadian dari kehidupan manusia,
kegiataanya atau budidayanya dengan keadaan lingkungan dipermukaan bumi
sehingga dari kejadian tersebut dapat dijelaskan dan diketahui lokasi atau
penyebaran, adanya persamaan dan perbedaan wilayah dalam hal potensi,
masalah, informasi Geografi lainnya, serta dapat meramalkan informasi baru atas
gejala geografi untuk masa mendatang dan menyusun dalil-dalil geografi baru,
serta selanjutnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan kehidupan manusia.
Sedangkan, para pakar geografi pada seminar dan lokakarya Peningkatan Kualitas
Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1988, telah merumuskan bahwa geografi
merupakan ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer
dengan sudut kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b. Ruang Lingkup Pengajaran Geografi
Menurut Sumaatmadja (1997: 12) ruang lingkup pengajaran Geografi
sama dengan ruang lingkup Geografi, yaitu meliputi :
1. Alam lingkungan yang menjadi sumber daya kehidupan manusia.
2. Penyebaran umat manusia dengan variasi kehidupannya.
3. Interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang memberikan
variasi terhadap ciri khas tempat – tempat di permukaan bumi.
4. Kesatuan regional yang merupakan perpaduan matra darat, perairan, dan udara
di atasnya.
B. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Wahyu
Triambodo dengan tulisannya yang berjudul Eksperimentasi Pengajaran
Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Struktural “Think-Pair-Share”
Pada Sub Pokok Bahasan Luas dan Volume Benda Ruang Ditinjau Dari Gaya
Belajar Matematika Tahun 2007. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui
apakah pendekatan struktural “Think-Pair-share” dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa dan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh gaya belajar
terhadap prestasi belajar siswa serta untuk mengetahui apakah terdapat interaksi
antara metode mengajar dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
Kesimpulan dari tulisannya adalah (1) Pembelajaran melalui pendekatan
struktural “Think-Pair-Share” menghasilkan prestasi belajar siswa lebih baik
dibanding dengan metode konvensional (Fobs = 11.8963 > 4.008 = Ftabel pada taraf
signifikansi 5%). (2) Terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan
gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik (Fobs = 11.9471 > 3.158 = Ftabel pada
taraf sigfinikansi 5%). Siswa yang memiliki gaya belajar auditorial mempunyai
prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa yang mempunyai gaya belajar
visual. Gaya belajar auditorial dan visual mempunyai prestasi belajar lebih baik
dibandingkan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestik. (3) Tidak tedapat
interaksi antara metode pembelajaran dengan gaya belajar matematika siswa
terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan luas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
volume bangun ruang (Fobs = 0.7005 > 3.158 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%).
Penelitian diatas mempunyai persamaan dengan penelitian ini, yaitu dalam hal
metode pembelajaran yang digunakan. Sedangkan perbedaannya adalah metode
penelitian, materi serta subyek penelitian.
Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang berjudul Peningkatan Penguasaan Ejaan dalam Pembelajaran Penyuntingan
melalui Penerapan Pendekatan Kooperatif Struktural Think Pair Share pada Siswa
Kelas VIII E SMP Negeri 16 Surakarta Tahun 2008 oleh Nur Rohma Waseno.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan
penelitian untuk meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa serta untuk
meningkatkan penguasaan pembelajaran penyuntingan ejaan pada siswa kelas
VIII E SMP Negeri 16 Surakarta melalui penerapan pendekatan kooperatif
struktural Think Pair Share. Hasil penelitiannya, yaitu: 1) keaktifan dan motivasi
siswa pada pengajaran penyuntingan ejaan dapat di tingkatkan melalui penerapan
pendekatan kooperatif struktural Think Pair Share. 2) penguasaan kaidah ejaan
para siswa juga meningkat melalui penerapan pendekatan kooperatif struktural
Think Pair Share. Kesamaan penelitian Nur Rohma Waseso dengan penelitian ini
adalah metode pembelajarannya, yaitu metode struktural Think Pair Share,
sedangkan perbedaannya adalah materi serta subyek penelitian.
Selanjutnya penelitian yang relevan adalah Penerapan Think Pair
Share (TPS) dalam Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Geografi oleh Nina Septriana dan Budi Handoyo. Jenis penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan Penelitian untuk meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X.F Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I
Malang. Hasil Penelitiannya yaitu: 1) aktivitas belajar siswa setelah penerapan
Think Pair Share dalam pembelajaran kooperatif mengalami peningkatan. Pada
siklus I persentase keberhasilan tindakan sebesar 65.68% dalam katagori sedang,
sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 85.29% dalam katogori baik. 2)
Prestasi belajar siswa setelah penerapan Think Pair Share juga mengalami
peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata sebesar 71.76 dengan jumlah siswa yang
tuntas belajar sebanyak 64.71% dan pada siklus II mengalami peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
menjadi 76.03 % dengan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah sebanyak
79.41%. Persamaan penelitian Nina Septriana dan Budi Handoyo dengan
penelitian ini adalah metode penelitian yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
serta metode pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode Think Pair Share.
Sedangkan perbedaannya adalah materi serta subyek penelitian.
C. Kerangka Berfikir
Metode pembelajaran mempunyai kedudukan sangat penting dalam
proses pembelajaran. Metode ini akan menentukan respon siswa terhadap mata
pelajaran yang disampaikan dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil
belajar. Pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru adalah dengan
menggunakan metode ceramah. Metode ini dirasa kurang pas bila digunakan terus
menerus sebab metode ini tidak dapat mengaktifkan siswa. Dalam pelaksanaannya
guru yang aktif dan para siswa pasif, hal ini membuat siswa jenuh, mengantuk,
tidak semangat dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dicari metode yang dapat
mengaktifkan siswa. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode
Think Pair Share. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berfikir sendiri dan kemudian bekerja sama dengan teman lainnya. Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan
pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.
Pada tindakan pertama, guru telah menerapkan metode Think Pair
Share dengan baik yaitu sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkkan.
Proses dan hasil pembelajaran siswa meningkat meskipun belum sesuai target.
Hal ini dikarenakan masih terjadi kekurangan dari pihak guru dan siswa. Yaitu
posisi guru masih banyak di depan kelas pada waktu mengajar dan waktu diskusi,
sehingga guru tidak dapat memonitor siswa yang duduk dibelakang. Kekurangan
dari pihak siswa yaitu siswa belum bisa menjalin kerjasama dengan baik,
dikarenakan siswa belum terbiasa diskusi. Selain itu, masih ada siswa yang
mengganggu temannya yang sedang presentasi, berbicara sendiri dengan
temannya sehingga suasana kelas menjadi gaduh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pada tindakan berikutnya guru memperbaiki kekurangannya yaitu guru
berkeliling kelas waktu mengajar dan waktu diskusi. Siswa juga telah menjalin
kerjasama dengan baik. Pada tindakan ini proses pembelajaran berjalan dengan
lancar. Siswa merespons dengan semangat dan penuh perhatian. Kekurangan-
kekurangan yang terjadi pada tindakan pertama telah dapat diatas. Proses dan
hasil pembelajaran sudah meningkat dan sesuai dengan target, sehingga tidak
perlu dilakukan tindakan berikutnya.
Adapun penjelasan di atas, dapat dibuat bagan kerangka berfikirnya
sebagai berikut :
Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir
Kondisi Awal Pembelajaran
Guru menggunakan metode ceramah
1. Guru aktif dan siswa pasif (mendengarkan)
2. Siswa mengantuk, tidak semangat, jenuh
Penerapan Metode Think Pair Share
Kualitas proses dan hasil pembelajaran rendah
Tindakan I 1. Posisi guru banyak di
depan kelas. 2. Siswa belum terbiasa
diskusi 3. Siswa mengganggu teman
dan membuat gaduh
Kualitas proses dan hasil pembelajaran meningkat tetapi belum sesuai target sehingga dilakukan tindakan II
Tindakan II 1. Posisi guru berkeliling
kelas 2. Siswa telah menjalin kerja
sama dengan baik 3. Siswa semangat,
termotivasi
Kualitas proses dan hasil pembelajaran meningkat dan sesuai target sehingga tidak perlu dilakukan tindakan selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
D. Hipotesis
Dengan menerapkan metode pembelajaran Think Pair Share maka
dapat mengaktifkan siswa dan memotivasi siswa sehingga dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran geografi. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesisnya
sebagai berikut:
1. Metode Think Pair Share dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran
geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen.
2. Metode Think Pair Share dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran
geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammdiyah 3 Masaran Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen,
beralamat di Jalan Raya Masaran-Sragen Desa Jati Kecamatan Masaran.
2. Waktu
Tahap persiapan hingga pelaporan hasil penelitian dilakukan selama
delapan bulan, yakni mulai bulan Januari 2009 sampai dengan Agustus 2009.
Berikut tabel rincian kegiatan waktu dan jenis kegiatan penelitian.
Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agustus
1 Persiapan survei awal
sampai penyusunan
proposal
2 Penyiapan instrumen
dan alat
3 Pengumpulan data
4 Analisis data
5 Penyusunan laporan
B. Subjek dan Obyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA
Muhammadiyah 3 Masaran Sragen tahun ajaran 2008/2009, sebanyak 36 siswa 10
laki-laki dan 26 wanita. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah
pembelajaran Geografi dengan menggunakan metode Think Pair Share.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
C. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom
action research. Menurut Kemmis (dalam Rochiati Wiriaatmaja, 2007: 12) adalah
sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi
sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan
keadilan. Sedangkan menurut Ebbut (dalam Kasihani Kasbolah, 2001: 9) PTK
adalah studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-
praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari
tindakan tersebut. Selain itu, Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2007:
3) mendefinisikan PTK sebagai suatu tindakan yang dilakukan terhadap kegiatan
pembelajaran dalam sebuah kelas secara sengaja dimunculkan dan secara
bersama. Kelas yang dimaksud bukan kelas arti sempit yaitu ruangan, namun
lebih pada sekelompok peserta yang sedang belajar. Jadi, penelitian tindakan kelas
merupakan penelitian yang memberikan tindakan dalam pembelajaran dan
dilakukan di kelas.
PTK mempunyai empat tahapan dalam setiap pelaksanaan (siklus), yaitu:
perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan
(observing) dan refleksi (reflecting). Keempat aspek tersebut berjalan secara
dinamis yang merupakan momen-momen dalam bentuk spiral. PTK merupakan
penelitian yang bersiklus. Artinya, penelitian ini dilakukan secara berulang dan
berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai. Secara jelas langkah –
langkah tersebut digambarkan sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Penetapan Fokus Masalah
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan TINDAKAN LANJUTAN Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan TINDAKAN LANJUTAN Indikator sudah/belum tercapai?
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Sumarwati, 2007: 4)
Keterangan:
1. Rencana (perencanaan tindakan): menerapkan metode Think Pair Share dalam
pembelajaran geografi.
2. Tindakan (pelaksanaan tindakan): pelaksanaan metode Think Pair Share
dalam pembelajaran geografi.
3. Observasi: mengamati penerapan metode Think Pair Share dalam
pembelajaran geografi.
4. Refleksi (analisis dan refleksi): mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan
penerapan metode Think Pair Share dalam pembelajaran geografi yang telah
dilakukan pada siklus I ke siklus II dan seterusnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan analisis dokumen.
1. Wawancara
Wawancara menurut Fathoni (2005: 36) adalah Wawancara adalah
teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan
jawaban diberikan oleh yang diwawancarai. Wawancara dilakukan terhadap
guru kelas XI serta siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran.
Wawancara ini digunakan untuk menggali informasi guna memperoleh data
yang berkenaan dengan aspek-aspek pembelajaran, penentuan tindakan, dan
respons yang timbul sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.
2. Observasi
Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin
timbul dan akan diamati. Dalam proses observasi, observator (pengamat)
tinggal memberikan tanda atau tally pada kolom tempat peristiwa muncul
(Arikunto, 2002: 133). Observasi dilakukan di SMA Muhammadiyah 3
Masaran, digunakan untuk mengamati perkembangan pembelajaran dengan
menggunakan metode think – pair - share yang dilakukan oleh guru dan
siswa.
3. Analisis Dokumen
Menurut Suwandi (2008: 68) analisis dokumen dilakukan terhadap
berbagai dokumen atau arsip yang ada seperti rencana pelaksanaan
pembelajaran, dan arsip nilai. Analisis dokumen yang dilakukan yaitu analisis
pada hasil evaluasi pembelajaran siswa. Hasil evaluasi pembelajaran
digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan
tindakan.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik
analisis kritis (Sarwiji Suwandi, 2008: 70). Teknik analisis data deskriptif
komparatif digunakan untuk data kuantitatif yaitu dengan membandingkan hasil
antar siklus. Membandingkan sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap
siklus yaitu membandingkan rerata nilai Geografi pada kondisi sebelum tindakan,
setelah siklus I dan siklus II. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data
kualitatif. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar Geografi
berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis. Hasil analisis
tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap
berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan
dan/atau setelah pengumpulan data.
F. Proses Penelitian
Proses penelitian ini meliputi beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap Perencanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Mengidentifikasi masalah pembelajaran Geografi yang terdapat di SMA
Muhammadiyah 3 Masaran Sragen
b. Menganalisis masalah secara mendalam.
c. Menyusun bentuk tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang
ada yaitu dengan menerapkan metode Think Pair Share pada siklus pertama
dan kedua.
d. Menyusun jadwal penelitian
e. Menyusun lembar observasi
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap pelaksanaan tindakan, guru melaksanakan pembelajaran
dengan menerapkan metode Think Pair Share. Indikator yang dicapai dalam
penelitian ini adalah meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran
Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen.
Setiap tindakan harus menunjukkan peningkatan indikator yang telah dirancang
dalam satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan
tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Penelitian ini
dilakukan dalam dua siklus.
3. Tahap Penyusunan Laporan
Dalam tahap penyusunan laporan, peneliti menyusun laporan
berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
G. Indikator Ketercapaian
Untuk indikator keberhasilan dalam penelitian ini menggunakan
beberapa indikator, pertama keaktifan siswa selama apersepsi dengan persentase
target capaian 80%. Diukur dengan cara mengamati saat pembelajaran dengan
lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan
kesungguhan dalam pelajaran. Kedua, keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan persentase target capaian 75%, diamati saat pembelajaran
dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan dalam pelajaran.
Ketiga, kerja sama siswa dalam kelompok dengan persentase target capaian 80%,
diamati saat pembelajaran dan dihitung dari jumlah kelompok yang mampu
menjalin kerja sama dalam kelompoknya. Terakhir, keempat yaitu ketuntasan
hasil belajar dengan persentase target capaian 80%, dihitung dari jumlah siswa
yang memperoleh nilai 6,5 ke atas berdasarkan hasil evaluasi.
Indikator no. 1, 2, dan 3 digunakan untuk mengukur kualitas proses
pembelajaran sedangkan indikator no. 4 digunakan untuk mengukur kualitas hasil
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 2. Indikator Ketercapaian
No Aspek yang
diukur
Persentase Kondisi Awal
Persentase Target
Capaian
Cara Mengukur
1 Keaktifan siswa selama apersepsi 50 80
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan dalam pelajaran.
2 Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
44 75
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan dalam pelajaran.
3 Kerja sama siswa dalam kelompok
- 80
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah kelompok yang mampu menjalin kerja sama dalam kelompoknya.
4 Ketuntasan hasil belajar
56 80
Dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 6,5 ke atas berdasarkan hasil evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen, yang
beralamat di Jalan Raya Masaran-Sragen Desa Jati Kecamatan Masaran. Letak
SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen berbatasan dengan :
Sebelah Barat : Jalan Desa
Sebelah Timur : Permukiman Penduduk
Sebelah Selatan : Permukiman penduduk
Sebelah Utara : Permukiman penduduk
Secara astronomis SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen terletak pada
7°28'08.36"LS dan 110°55'37.60" BT. Merupakan sekolah swasta yang didirikan
oleh Yayasan Muhammadiyah. SMA tersebut, terletak di tempat yang strategis
sehingga mudah dijangkau oleh siswa yang berasal dari berbagai daerah.
SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen diresmikan dan mendapatkan SK
pendirian No. 1492/103/1/82, pada tanggal 22 September 1982. Luas bangunan
SMA Muhammadiyah 3 Masaran seluas 2.055 m2, dengan rincian sebagai berikut:
1. Bangunan atau gedung seluas 1.250 m2
2. Halaman/taman seluas 805 m2
Keliling tanah seluruhnya 696 m, dengan pagar permanen 95 m.
SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen mempunyai visi sekolah yaitu:
1) Kuat Iman dan luas pengetahuan 2) Utamakan kepribadian mandiri dan
dibutuhkan masyarakat. Untuk mewujudkan visi tersebut, telah ditetapkan misi
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Meningkatkan kegiatan keagamaan dan ibadah.
3. Meningkatkan kedisipilinan dan tata tertib sekolah.
4. Meningkatkan hubungan baik dengan lingkungan dan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Untuk merealisasikan visi dan misi pendidikan, SMA tersebut telah
dilengkapi dengan berbagai sarana-prasarana.
Tabel 3. Sarana dan Prasarana
No Sarana Prasarana
Jumlah Luas (m2)
1 Ruang Kelas 8 496
2 Ruang kepala sekolah 1 18
3 Ruang Tata Usaha 1 20
4 Ruang BK 1 8
5 Ruang Guru 1 56
6 Ruang Perpustakaan 1 24
7 Ruang UKS 1 24
8 Ruang Ibadah 1 156
9 Ruang OSIS 1 8
10 Ruang Keterampilan 1 24
11 Ruang Serba Guna 1 56
12 Gudang 1 15
13 Koperasi 1 14
14 Kamar Mandi/WC Guru 1 4
15 Kamar Mandi/WC Siswa 4 8
16 Rumah Penjaga Sekolah 1 12
17 Laboratorium Fisika 1 56
18 Laboratorium Kimia 1 56
19 Laboratorium Biologi 1 56
20 Laboratorium Komputer 1 18
Sumber: Data Administrasi SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Proses penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing siklus
terdiri dari 4 tahapan, yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan I
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Februari
2009 di rumah Bapak Guru mata pelajaran Geografi kelas XI SMA
Muhammadiyah 3 Masaran. Peneliti dan Guru Geografi mendiskusikan rancangan
tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Dari pertemuan
tersebut disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan
dalam waktu dua kali pertemuan. Adapun pelaksanaannya akan dilakukan pada
hari Senin, 16 Februari 2009 dan Kamis, 19 Februari 2009 sesuai dengan jadwal
pelajaran Geografi.
Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut.
1) Peneliti dan guru menyusun perangkat pembelajaran, berupa penentuan
kompetensi dasar yang akan dicapai. Peneliti menyusun lembar observasi
untuk mengamati keaktifan, kerja sama dan sikap siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
2) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran Geografi dengan
metode Think Pair Share pada kompetensi dasar lingkungan hidup, yakni
dengan langkah-langkah sebagai berikut ini.
a) Guru memberikan apersepsi, yakni: menggali pengetahuan awal siswa
tentang tema pembelajaran, dengan cara bertanya kepada siswa.
- apakah yang dimaksud dengan lingkungan?
- apa saja yang terjadi di lingkunganmu?
- apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi?
b) Guru menyampaikan materi secara ringkas atau garis besarnya saja.
c) Guru memberikan soal untuk dikerjakan secara mandiri. Dapat dilihat
pada lampiran 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
d) Guru mengelompokkan siswa secara berpasangan dengan temannya,
kemudian menugasi siswa untuk mendiskusikan hasil jawaban masing-
masing bersama teman sekelompok untuk mendapatkan satu jawaban yang
disepakati dalam kelompok
e) Guru memanggil kelompok tertentu dan kelompok siswa tersebut
memberikan jawabannya pada seluruh anggota kelas (mempresentasikan
jawaban di depan kelas).
f) Guru menugasi siswa yang tidak maju untuk memperhatikan dan memberi
tanggapan terhadap jawaban yang disampaikan kelompok yang maju.
b. Pelaksanaan Tindakan I
Pelaksanaan tindakan I ini dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yakni
pada hari Senin, 16 Februari 2009 dan Kamis, 19 Februari 2009 di ruang kelas XI
IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. Satu kali pertemuan dilaksanakan
selama 2 x 45 menit. Sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP pada siklus I
ini, pembelajaran dilakukan oleh guru kelas, sedangkan peneliti melakukan
observasi terhadap proses pembelajaran.
Pada pelaksanaan tindakan I ini, materi yang disampaikan adalah
pemanfaatan lingkungan hidup. Materi ini membahas tentang pengertian, jenis,
dan kualitas lingkungan hidup. Selain itu juga membahas keterbatasan ekologi
dalam pembangunan serta menjelaskan interaksi unsur-unsur lingkungan hidup.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah berikut ini.
1) Guru memberikan apersepsi, yakni: menggali pengetahuan awal siswa tentang
tema pembelajaran, dengan cara bertanya.
- apakah yang dimaksud dengan lingkungan?
- apa saja yang terjadi di lingkunganmu?
- apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi?
2) Guru menyampaikan materi pemanfaatan lingkungan hidup secara ringkas
atau garis besarnya saja.
3) Guru memberikan soal untuk dikerjakan secara mandiri (Tahap Think).
4) Guru mengelompokkan siswa secara berpasangan dengan temannya,
kemudian menugasi siswa untuk mendiskusikan hasil jawaban masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
bersama teman sekelompok untuk mendapatkan satu jawaban yang disepakati
dalam kelompok. (Tahap Pair).
5) Guru memanggil kelompok tertentu dan pasangan siswa tersebut memberikan
jawabannya pada seluruh anggota kelas (Tahap Share).
6) Guru menugasi siswa yang tidak maju untuk memperhatikan dan memberi
tanggapan terhadap jawaban yang disampaikan kelompok yang maju.
Dalam tahap ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan
pembelajaran di kelas, sedangkan peneliti hanya bertindak sebagai partisipan
pasif.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengamati proses pembelajaran Geografi dengan metode Think
Pair Share di ruang kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen.
Peneliti mengambil posisi di belakang kelas agar keberadaannya tidak
mengganggu jalannya proses pembelajaran. Pada saat Guru melakukan apersepsi,
siswa terlihat antusias untuk mengikutinya, namun juga terlihat beberapa siswa
yang tidak memperhatikan, mereka masih bicara sendiri dengan temannya dan ada
yang menelungkupkan kepalanya di atas meja.
Pada pelaksanaan proses pembelajaran Geografi dengan metode Think
Pair Share, awalnya guru menjelaskan materi dengan tema pemanfaatan
lingkungan hidup. Kemudian, guru memberikan beberapa soal untuk dikerjakan
siswa secara mandiri. Setelah itu, siswa berkelompok (berpasangan) sesuai dengan
kelompok yang telah dibagi oleh guru. Guru menugasi masing-masing kelompok
untuk mendiskusikan hasil jawabannya agar mendapatkan jawaban baru dari hasil
diskusi. Setelah menugasi mereka untuk berdiskusi, guru memanggil beberapa
kelompok secara bergiliran untuk menyampaikan (mempresentasikan) hasil
diskusi kelompok tersebut di depan kelas. Kegiatan guru adalah memandu dan
memotivasi siswa agar kegiatan diskusi dapat berjalan dengan baik dan semua
siswa diharapkan bisa aktif.
Dari kegiatan tersebut, diperoleh diskripsi tentang jalannya proses belajar
mengajar Geografi dengan metode Think Pair Share sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
1) Sebelum mengajar, guru telah membuat Rencana Pembelajaran yang akan
dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. Rencana Pembelajaran tersebut
sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yakni KTSP.
2) Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran Geografi dengan metode
Think Pair Share dengan baik, serta mengajarkannya dengan arah dan tujuan
yang jelas dan terencana. Pada awal pembelajaran, guru dengan jelas
mengemukakan apa yang akan diajarkan pada hari itu kepada siswa.
Kemudian, guru menjelaskan materi dan memberi soal untuk pribadi.
Selanjutnya siswa diminta bekerja kelompok mendiskusikan jawaban.
Terakhir, siswa diminta secara kelompok maju di depan kelas.
3) Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran Geografi serta saat
diskusi pada kelompok maupun pada seluruh kelas.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar Geografi,
diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung, yaitu sebagai berikut ini.
1) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebesar 66% (23 dari 35 siswa),
sedangkan 34% masih pasif, mereka melakukan aktivitas lain seperti;
berbicara dengan temannya, melamun, dan menelungkupkan kepalanya di atas
meja. Dari hasil wawancara dengan siswa yang kurang aktif selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung, diperoleh penjelasan bahwa di antara mereka
ada yang mengantuk dan malas.
2) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebesar 57%
(20 dari 35 siswa), sedangkan 43% lainnya pasif, mereka kurang
memperhatikan penjelasan guru. Siswa tersebut duduk di kursi bagian
belakang dan samping kiri dari tempat duduk guru, sedangkan posisi guru
lebih banyak berada di depan kelas. Jadi, banyak siswa yang merasa tidak
diperhatikan oleh gurunya.
3) Siswa yang dapat bekerja sama dengan kelompok dengan baik sebesar 65%
(11 dari 17 kelompok), sedangkan 39% lainnya kurang bisa bekerja sama
dalam kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Adapun hasil evaluasi pembelajaran Geografi siswa berdasarkan ujian tes
pada siklus 1 sebagai berikut:
Tabel 4. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Geografi dengan Metode Think
Pair Share pada Tindakan I
No Nama Nilai
1 Agustina Widhiastuti 6,4
2 Anita Eka Puspita Sari 7,6
3 Anita Safitri 6,4
4 Asih Putriani Sari 6,4
5 Aziz Asidiq 6,8
6 Beny Prasetyo 6,8
7 Esti Febriyani 7,2
8 Fita Nafidah Nafiana 7,2
9 Fitri Nur Anggraini 6,8
10 Fredi Setiawan 7,6
11 Govinda Nur Hidayat 7,6
12 Iksan Agung Nugroho 6,8
13 Ina Setyowati 6,8
14 Kurniawan 6,8
15 Mustaqim -
16 Nur Fatma Hendraini 7,6
17 Nur Rahayu 5,6
18 Nurma Suryanti 7,2
19 Nurnaningsih 7,6
20 Nurul Hidayah 8,4
21 Qusnul Hasanah Yuliyanti 7,2
22 Siti Fatimah 6,4
23 Sri Lestari 5,6
24 Sri Mulyani 6,8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
25 Sumini 6,8
26 Suprapto 6,8
27 Tiya Nur Anik Mah 7,2
28 Toni Andri Prasetyo 6,8
29 Tri Susilowati 6,8
30 Tri Wulandari 8
31 Umi Nurjanatun 6,4
32 Vika Eknor Lita 6,8
33 Warsi Wulandari 6,8
34 Wiwit Sholikah 7,2
35 Wulansari 6,4
36 Muhammad Iksan Tri Saputro 7,2
Sumber: Data Primer PTK 2008/2009
Berdasarkan hasil perhitungan tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa siswa yang telah mencapai batas ketuntasan, yaitu yang memperoleh nilai
lebih dari atau sama dengan 6,5 sebesar 77% (27 dari 35 siswa), sedangkan siswa
yang lain belum mencapai batas ketuntasan sebesar 23%.
Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh guru terlihat dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu:
1) Posisi guru lebih banyak di depan kelas pada waktu mengajar dan saat diskusi,
sehingga ia tidak dapat memonitor siswa yang duduk di bagian belakang.
2) Guru masih belum bisa memotivasi siswa untuk aktif berdiskusi bersama
kelas.
Selanjutnya, kelemahan dari sisi siswa dapat diidentifikasi beberapa
kelemahan, yaitu:
1) Pada awal pembelajaran Geografi, kekompakkan dalam kelompok belum
terjalin atau masih rendah, hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa diskusi
dan siswa masih mengabaikan kerja sama.
2) Siswa lain yang sedang tidak maju menggangu temannya yang sedang maju,
bahkan ada yang berbicara dengan temannya yang lain dan membuat suasana
gaduh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, dilakukan analisis dan refleksi
sebagai berikut.
1) Guru tidak hanya berada di depan kelas saat memberikan penjelasan kepada
siswa serta saat siswa berdiskusi dalam kelompok. Guru juga harus memonitor
siswa yang berada di kursi bagian belakang dan menyebarkan pandangan mata
ke seluruh bagian kelas agar mereka juga ikut aktif dalam kegiatan belajar
mengajar dan merasa diperhatikan oleh guru.
2) Untuk mengatasi siswa yang menggangu siswa lain yang sedang maju atau
membuat gaduh kelas, siswa diberi motivasi yang lebih untuk memperhatikan
siswa lain yang sedang maju. Setelah itu, siswa akan diajak guru untuk
mendiskusikan dan mengevaluasi hasil kelompok yang baru saja maju.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan II
Pada hari Sabtu, 21 Februari 2009 di rumah Bapak Guru mata pelajaran
Geografi kelas XI SMA Muhammadiyah 3 Masaran. Peneliti dan Guru Geografi
mengadakan diskusi. Dalam kesempatan kali ini, peneliti menyampaikan analisis
hasil observasi terhadap siswa kelas XI IPS 2 yang dilakukan pada siklus I.
Peneliti menyampaikan segala kelebihan dan kelemahan selama berlangsungnya
proses pembelajaran Geografi pada siklus I.
Untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada, akhirnya peneliti dan
guru mengambil keputusan sebagai berikut.
1) Guru mengubah posisi tidak hanya berada di depan kelas saat memberikan
penjelasan kepada siswa serta saat siswa berdiskusi. Guru memonitor siswa
yang berada di kursi bagian belakang agar mereka juga ikut aktif dalam
kegiatan belajar mengajar. Guru juga akan berkeliling menghampiri setiap
kelompok yang sedang melakukan diskusi dan memperhatikan siswa.
2) Masalah kekompakkan dalam kelompok, dapat diatasi dengan guru
memberikan motivasi serta penjelasan kepada siswa tujuan dan keharusan
bekerja sama dalam sebuah kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3) Untuk mengatasi siswa yang menggangu siswa lain yang sedang maju atau
membuat gaduh kelas, siswa diberi motivasi yang lebih untuk memperhatikan
siswa lain yang sedang maju. Setelah itu, siswa tersebut akan diajak guru
untuk mendiskusikan dan mengevaluasi hasil kelompok yang baru saja maju.
Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut.
1) Peneliti dan guru menyusun perangkat pembelajaran, berupa penentuan
kompetensi dasar yang akan dicapai. Kemudian, peneliti menyusun pedoman
observasi untuk mengamati keaktifan, kerja sama dan sikap siswa selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.
2) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran Geografi dengan
metode Think Pair Share, yakni dengan langkah-langkah berikut ini.
a) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa.
- apa saja bentuk-bentuk kerusakan lingkungan hidup?
- apakah yang kamu ketahui tentang pembangunan berkelanjutan?
- apa pengaruh era globalisasi terhadap negara Indonesia?
b) Guru menyampaikan materi secara ringkas.
c) Guru memberikan soal untuk dikerjakan sendiri
d) Guru mengelompokkan siswa secara berpasangan, kemudian menugasi
siswa untuk mendiskusikan hasil jawaban masing-masing bersama teman
sekelompok untuk mendapatkan satu jawaban yang disepakati dalam
kelompok
e) Guru menugasi beberapa kelompok sebagai perwakilan untuk melaporkan
hasil diskusinya.
f) Guru berdiskusi dengan semua siswa tentang hasil diskusi yang telah
disampaikan oleh beberapa kelompok.
b. Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan tindakan II ini direncanakan selama dua kali pertemuan,
yakni pada hari Senin, 23 Februari 2009 dan hari Kamis, 26 Februari 2009 di
ruang kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. Satu kali
pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Sesuai dengan skenario
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
pembelajaran pada siklus II ini, pembelajaran dilakukan oleh guru kelas,
sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan
melakukan wawancara kepada beberapa siswa setelah pembelajaran berakhir.
Dalam kegiatan ini guru mengaplikasikan solusi yang telah disepakati dengan
peneliti untuk mengatasi kekurangan dalam proses pembelajaran geografi pada
siklus satu.
Pada pertemuan pertama yang dilaksanakan hari Senin, 23 Februari 2009
(selama 2 x 45 menit), kegiatan belajar mengajar diawali dengan kegiatan
apersepsi. Kemudian dilanjutkan penjelasan materi oleh guru tentang bentuk-
bentuk penyebab kerusakan lingkungan hidup, pembangunan berkelanjutan dan
Indonesia dalam era globalisasi. Selanjutnya, guru memberikan soal untuk
dikerjakan siswa secara mandiri dalam beberapa menit (Tahap Think). Guru
kembali mengelompokkan siswa secara berpasangan setelah waktu mengerjakan
sendiri telah habis (Tahap Pair). Terakhir, guru meminta beberapa pasang siswa
untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas dan ditanggapi oleh semua
siswa (Tahap Share).
Pada pertemuan kedua yang dilaksanakan pada Kamis, 26 Februari 2009
(selama 2 x 45 menit), kegiatan belajar mengajar Geografi melanjutkan
penyampaian hasil diskusi siswa. Kelompok siswa yang belum maju diminta
menyampaikan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian selama satu jam
pelajaran. Setiap salah satu kelompok selesai maju, guru memberikan reward
kepada mereka, kemudian guru memberikan masukan mengenai kekurangan dan
kelebihan dari hasil diskusinya. Untuk satu jam pelajaran berikutnya digunakan
untuk evaluasi, yaitu tes dengan menggunakan soal obyektif sebanyak 25 butir.
Kegiatan belajar diakhiri dengan memberikan motivasi kepada siswa agar tetap
semangat dalam belajarnya.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengamati proses pembelajaran Geografi dengan metode Think
Pair Share di kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
mengambil posisi di belakang kelas agar keberadaannya tidak mengganggu
jalannya proses pembelajaran. Pada saat apersepsi, siswa mengikuti dengan
semangat, lebih semangat dari siklus pertama. Siswa yang tidak
memperhatikanpun juga berkurang, tinggal beberapa siswa saja.
Pada pelaksanaan proses pembelajaran Geografi dengan metode Think
Pair Share, guru menjelaskan materi tentang bentuk-bentuk penyebab kerusakan
lingkungan hidup, pembangunan berkelanjutan dan Indonesia dalam era
globalisasi. Selanjutnya, guru memberikan soal untuk dikerjakan siswa secara
mandiri dalam beberapa menit. Guru mengelompokkan siswa secara berpasangan
setelah waktu mengerjakan sendiri telah habis. Pada saat berpasangan, siswa
terlihat serius dalam berdiskusi. Kegiatan Guru saat diskusi yaitu berkeliling ke
setiap kelompok untuk memberikan motivasi dam bimbingan. Terakhir, guru
meminta beberapa pasang siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan
kelas dan ditanggapi oleh semua siswa.
Pada pertemuan kedua, kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah
melanjutkan penyampaian hasil diskusi oleh kelompok yang belum maju.
Kegiatan tersebut dilakukan seperti pada pertemuan pertama yaitu satu kelompok
maju di depan kelas menyampaikan hasil diskusinya dan kemudian ditanggapi
oleh semua siswa. Kegiatan ini berlangsung selama satu jam pelajaran. Kemudian
pada satu jam pelajaran berikutnya digunakan untuk evaluasi hasil belajar yang
berupa tes obyektif dengan jumlah soal 25 butir. Dari deskripsi proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru di atas, dapat disimpulkan bahwa guru
telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disusun.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar Geografi,
diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung, yaitu sebagai berikut ini.
1) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebesar 82% (27 dari 33 siswa),
sedangkan 18% lainnya masih pasif, mereka tampak berbicara dengan
temannya, melamun, dan menelungkupkan kepalanya di atas meja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebesar 76%
(25 dari 33 siswa), sedangkan 24% lainnya pasif, kurang memperhatikan
penjelasan guru. Siswa tersebut duduk di kursi bagian samping kiri dari posisi
guru berdiri mengajar di depan kelas. Posisi guru sesekali berjalan ke
belakang kelas dan menyebarkan pandangan matanya sewaktu mengajar. Jadi,
banyak siswa yang sudah merasa diperhatikan oleh gurunya.
3) Pasangan siswa yang dapat bekerja sama dengan baik mencapai 88% (14 dari
16 kelompok), sedangkan yang belum bisa bekerja sama dengan baik
mencapai 12%.
Adapun hasil evaluasi pembelajaran Geografi siswa berdasarkan ujian tes
pada siklus 2 sebagai berikut ini.
Tabel 5. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Geografi dengan Metode Think
Pair Share pada Tindakan II
No Nama Nilai
1 Agustina Widhiastuti 7,6
2 Anita Eka Puspita Sari 8
3 Anita Safitri 7,6
4 Asih Putriani Sari 6,8
5 Aziz Asidiq 7,6
6 Beny Prasetyo 7,6
7 Esti Febriyani 7,6
8 Fita Nafidah Nafiana 8,8
9 Fitri Nur Anggraini 8
10 Fredi Setiawan 8
11 Govinda Nur Hidayat 8,4
12 Iksan Agung Nugroho 7,2
13 Ina Setyowati 7,6
14 Kurniawan 7,2
15 Mustaqim 7,2
16 Nur Fatma Hendraini 9,2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
17 Nur Rahayu 6,4
18 Nurma Suryanti 7,6
19 Nurnaningsih 8,4
20 Nurul Hidayah 8
21 Qusnul Hasanah Yuliyanti 8
22 Siti Fatimah 6,4
23 Sri Lestari 6,4
24 Sri Mulyani 6,8
25 Sumini 8
26 Suprapto 7,2
27 Tiya Nur Anik Mah 8,8
28 Toni Andri Prasetyo 7,6
29 Tri Susilowati 7,6
30 Tri Wulandari 8,4
31 Umi Nurjanatun 7,2
32 Vika Eknor Lita 7,6
33 Warsi Wulandari 7,6
34 Wiwit Sholikah 8
35 Wulansari 7,2
36 Muhammad Iksan Tri Saputro 7,6
Sumber: Data Primer PTK 2008/2009
Berdasarkan hasil perhitungan tabel tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa siswa yang telah mencapai batas ketuntasan, yaitu yang memperoleh nilai
lebih dari atau sama dengan 6,5 sebesar 92% (33 dari 36 siswa), sedangkan siswa
yang belum mencapai batas ketuntasan sebesar 8%.
Kelemahan yang dimiliki oleh guru pada tindakan pertama sudah mampu
teratasi dengan baik pada tindakan kedua. Kemudian, pada pelaksanaan tindakan
kedua, guru sudah mampu mengelola kelas dengan baik sehingga tidak ditemukan
kelemahan guru pada pelaksanaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
d. Analisis dan Refleksi Tindakan II
Proses pembelajaran Geografi dengan metode Think Pair Share di kelas
XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen pada siklus II yang
dilaksanakan selama dua pertemuan, yakni pada 23 dan 26 Februari 2009 berjalan
dengan lancar. Siswa merespons dengan semangat dan penuh perhatian.
Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I telah dapat diatasi. Siswa yang
biasa menganggu temannya saat maju tidak mengganggu lagi, mereka lebih
memperhatikan penyampaian hasil diskusi kelompok yang maju, begitu juga
dengan siswa yang biasa bicara sendiri dengan temannya.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II dapat
dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran Geografi (baik
proses maupun hasil) dengan metode Think Pair Share. Hal tersebut dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 6. Persentase Siswa yang Aktif dalam Pembelajaran
No. Kegiatan siswa Persentase
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
1. Keaktifan siswa selama apersepsi
50 % 66 % 82 %
2. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran 44 % 57 % 76 %
3. Kerja sama siswa dalam kelompok
- 65 % 88 %
4. Ketuntasan hasil belajar 56 % 77 % 92 % Sumber: Data Primer PTK 2008/2009
Dari tabel diatas diketahui bahwa pada siklus I keaktifan siswa selama
apersepsi belum berhasil karena kurang dari 80%, keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran belum berhasil karena krang dari 70%, siswa aktif baru
mencapai 57%. Kerjasama siswa dalam kelompok juga belum berhasil serta
ketuntasan hasil belajar belum berhasil karena kurang dari 80%. Hal ini
disebabkan karena guru kurang optimal dalam menyampaikan materi, posisi guru
lebih banyak di depan kelas. Guru juga belum bisa memotivasi siswa untuk aktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Selain itu juga disebabkan karena siswa belum terbiasa berdiskusi serta masih
menganggap tidak pentingnya diskusi. Siswa juga masih membuat suasana gaduh
kelas, menggangu temannya yang sedang maju.
Pada siklus II, keaktifan selama apersepsi, keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran, kerjasama dalam kelompok serta ketuntasan hasil belajar
sudah berhasil semua karena sudah melebihi dari target capaian yang telah
ditetapkan. Hal ini disebabkan karena adanya tindak lanjut perbaikan pada siklus
I, tindak lanjut tersebut berbentuk perubahan posisi guru saat memberikan
penjelasan kepada siswa serta saat siswa berdiskusi dalam kelompok. Guru
memonitor siswa yang berada di kursi bagian belakang dan menyebarkan
pandangan mata ke seluruh bagian kelas agar mereka juga ikut aktif dalam
kegiatan belajar mengajar dan merasa diperhatikan oleh guru. Selain itu, untuk
mengatasi siswa yang menggangu siswa lain yang sedang maju atau membuat
gaduh kelas, siswa diberi motivasi yang lebih untuk memperhatikan siswa lain
yang sedang maju. Setelah itu, siswa akan diajak guru untuk mendiskusikan dan
mengevaluasi hasil kelompok yang baru saja maju.
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus
dilaksanakan dalam empat tahap, yakni: (1) tahap persiapan dan perencanaan
tindakan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi dan interpretasi,
serta (4) tahap analisis dan refleksi.
Adapun deskripsi hasil penelitian pada siklus I dan siklus II dapat
dijelaskan secara singkat pada tabel berikut.
Tabel 7. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II
Sik-lus
Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan Tindakan Hasil Kekurangan/
kelemahan I 1. Peneliti dan guru
menyusun perangkat pembelajaran Geografi dengan metode Think Pair Share.
3) Peneliti bersama guru merancang skenario
1) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa berkenaan
1) 66% siswa aktif selama pemberian apersepsi.
2) 57% siswa aktif selama kegiatan belajar mengajar.
3) 65% kelompok
1) Posisi guru lebih banyak di depan kelas pada waktu mengajar dan saat siswa diskusi kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pembelajaran Geografi dengan metode Think Pair Share.
4) Guru mengadakan simulasi pembelajaran Geografi dengan metode Think Pair Share di bawah bimbingan peneliti.
5) Pelaksanaan pembelajaran direncanakan selama dua kali pertemuan (Senin, 16 Februari 2009 dan Kamis, 19 Februari 2009)
dengan materi. 2) Guru
menyampaikan materi tentang pengertian dan kualitas lingkungan hidup, keterbatasan ekologi dalam pembangunan serta interaksi unsur-unsur lingkungan hidup secara singkat.
3) Guru memberikan soal untuk dikerjakan secara mandiri.
4) Guru mengelompokkan siswa secara berpasangan.
5) Guru menugasi masing-masing kelompok untuk melakukan diskusi dari hasil jawaban pribadi untuk mendapatkan jawaban yang baru.
6) Guru menugasi beberapa kelompok tersebut untuk menyampaikan (mempresentasikan) jawaban
sudah mampu bekerja sama dengan baik.
4) 77% siswa sudah mencapai batas ketuntasan.
2) Guru masih belum bisa membangkitkan semangat siswa untuk diskusi bersama satu kelas
3) Pada awal pembelajaran Geografi, kekompakkan dalam kelompok belum terjalin atau masih rendah.
4) Siswa lain yang sedang tidak maju menggangu temannya yang sedang maju, bahkan ada yang berbicara dengan temannya yang lain dan membuat gaduh.
5) Siswa yang belum mencapai batas ketuntasan sebesar 23%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
hasil diskusi di depan kelas.
7) Guru menugasi siswa yang tidak maju untuk memperhatikan kelompok siswa yang sedang maju kemudian menanggapinya.
8) Guru memberi kesimpulan terhadap hasil pembelajaran geografi pada hari itu.
9) Guru mengakhiri dengan mengingatkan kepada siswa yang belum maju untuk mempersiapkan diri pada pertemuan berikutnya.
10) Pertemuan berikutnya siswa melanjutkan kegiatan diskusi satu kelas selama satu jam pelajaran.
11) Guru mengadakan evaluasi pembelajaran geografi dengan memberikan soal obyektif
II 1) Guru mengubah posisi dan
1) Guru melakukan
1) 82% siswa aktif selama
Secara keseluruhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
sesekali menghampiri beberapa kelompok siswa yang sedang diskusi.
2) Masalah kekompakkan dalam kelompok, diatasi dengan guru memberikan penjelasan kepada siswa tujuan dan keharusan bekerja sama dalam kelompok.
2. Untuk mengatasi siswa yang menggangu siswa lain yang sedang maju atau membuat gaduh kelas, siswa diberi motivasi untuk memperhatikan siswa lain yang sedang maju. Setelah itu, siswa tersebut akan diajak guru untuk mendiskusikan dan mengevaluasi hasil kelompok yang baru saja maju.
1) Pelaksanaan pembelajaran direncanakan selama dua kali pertemuan (Senin, 23 Februari 2009 dan Kamis, 26 Februari 2009)
apersepsi. 2) Guru
menyampaikan materi tentang bentuk-bentuk penyebab kerusakan lingkungan, pengertian pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan serta Indonesia dalam era globalisasi secara singkat.
3) Guru memberikan soal untuk dikerjakan secara mandiri.
4) Guru mengelompokkan siswa secara berpasangan.
5) Guru menugasi masing-masing kelompok untuk melakukan diskusi dari hasil jawaban pribadi untuk mendapatkan jawaban yang baru.
6) Guru menugasi beberapa kelompok tersebut untuk menyampaikan
pemberian apersepsi.
2) 76% siswa aktif selama kegiatan belajar mengajar.
3) 88% kelompok sudah mampu bekerja sama dengan baik.
4) 92% siswa sudah mencapai batas ketuntasan.
proses pembelajaran Geografi dengan metode Think-Pair-Share berjalan dengan lancar, kekurangan-kekurangan pada siklus I telah teratasi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran Geografi dengan metode Think-Pair-Share tersebut telah berhasil dan menunjukkan peningkatan baik dari segi proses maupun hasil belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
(mempresentasikan) jawaban hasil diskusi di depan kelas.
7) Guru menugasi siswa yang tidak maju untuk memperhatikan kelompok siswa yang sedang maju kemudian menanggapinya.
8) Guru memberi kesimpulan terhadap hasil pembelajaran geografi pada hari itu.
9) Guru mengakhiri dengan mengingatkan kepada siswa yang belum maju untuk mempersiapkan diri pada pertemuan berikutnya.
10) Pertemuan berikutnya siswa melanjutkan kegiatan diskusi satu kelas selama satu jam pelajaran.
11) Guru mengadakan evaluasi pembelajaran geografi dengan memberikan soal obyektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Hasil penelitian sebelumnya tentang penggunaan metode Think Pair Share
telah dilakukan oleh Wahyu Triambodo. Diperoleh hasil bahwa metode Think
Pair Share dapat menghasilkan prestasi belajar lebih baik dibanding metode
konvensional. Penelitian selanjutnya tentang penggunaan metode Think Pair
Share dilakukan oleh Nur Rohmah Waseno, hasilnya diketahui bahwa metode
Think Pair Share dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi serta meningkatkan
penguasaan ejaan.
Hasil ini berarti sejalan dengan hasil penelitian penulis, yaitu metode
Think Pair Share dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
Geografi. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil penelitian penulis merupakan
hasil penelitian yang dapat memperkuat dari hasil penelitian-penelitian
sebelumnya tentang penggunaan metode Think Pair Share.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini secara singkat yakni :
1. Terdapat peningkatan kualitas proses pembelajaran Geografi pada siswa kelas
XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. Peningkatan kualitas
proses pembelajaran Geografi ini dilihat dari tiga aspek, yaitu:
a. Keaktifan siswa selama apersepsi.
Pada siklus I siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebesar 66%,
pada siklus II siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebesar 82%.
Sehingga telah terjadi peningkatan keaktifan siswa selama apersepsi sebesar
16%.
b. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
Pada siklus I siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
sebesar 57%, sedangkan siklus II siswa yang aktif selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung sebesar 76%. Maka dapat diketahui bahwa telah
terjadi peningkatan keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran sebesar
19%.
c. Kerja sama siswa dalam kelompok
Pada siklus I siswa yang dapat bekerja sama dalam kelompok dengan baik
sebesar 65%, sedangkan pada siklus II siswa yang dapat bekerja sama
dengan baik mencapai 88%. Sehingga telah terjadi peningkatan kerjasama
siswa dalam kelompok sebesar 23%.
2. Terdapat peningkatan kualitas hasil pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI
IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. Peningkatan kualitas hasil
pembelajaran Geografi ini dilihat dari peningkatan jumlah siswa yang telah
mencapai batas ketuntasan, yaitu > 6.5. Pada siklus I siswa yang telah
mencapai batas ketuntasan sebesar 77% (27 siswa), sedangkan siklus II siswa
yang mencapai batas ketuntasan sebesar 92% (33 siswa).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan menerapkan
metode Think Pair Share dalam pembelajaran Geografi dapat meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran Geografi. Oleh karena itu, penelitian ini
dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin menerapkan
metode Think Pair Share sebagai metode dalam pembelajaran Geografi. Bagi
guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam
melaksanakan pembelajaran Geografi.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan dan implikasi di atas, maka dapat diajukan
saran sebagai berikut ini.
1. Berdasarkan hasil penelitian ini hendaknya Guru Geografi menggunakan
metode Think Pair Share dalam pembelajaran Geografi, khususnya pada
kompetensi dasar lingkungan hidup.
2. Guru Geografi hendaknya terus berupaya untuk membuat variasi
pembelajaran metode Think Pair Share, salah satunya yaitu menerapkan
metode Think Pair Share serta dilengkapi media yang menarik.
3. Hendaknya Guru Geografi mencoba menerapkan metode Think Pair Share
dalam pembelajaran Geografi pada materi lainnya yang bersifat deskriptif.
4. Siswa hendaknya ikut membangun kesadaran dalam menciptakan kegiatan
belajar mengajar yang efektif, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Top Related