UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTS BAITUL HIDAYAH NW
DESA MIDANG KECAMATAN GUNUNGSARI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2017
SKRIPSI
UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTS BAITUL HIDAYAH NW
DESA MIDANG KECAMATAN GUNUNGSARI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
ADRIAN MARWANDI
151.111.061
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2017
MOTTO
Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”(QS.Al-Israa’: 36)1
1 Syaamil Al-Quran, Al-Qur’anullkarim Terjemahahan Tafsir Per Kata, Departemen Agama RI, (Bandung: Syaamil Al-Qur’an, 2007), h. 285
PERSEMBAHAN
Rasa syukur tak terhingga ku panjatkan kepada Allah SWT, pemberi nikmat tanpa batas dan Rasulullah SAW guru semua ummat yang terbaik disetiap waktu “ Isyfa’lanaa Ya Rasulullah”
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Ayahku (Muhammad Amin) dan Ibundaku tercinta (Naruni), terimakasih
untuk curahan kasih sayang, cinta, do’a , dorongan, serta yang selalu
mendukungku dalam setiap langkahku.
2. Adikku Asti Utami, Irsan Bachtiar, dan Aura Islami tersayang yang selalu
hadir dan menyemangatiku baik dalam suka maupun duka.
3. My big family
4. Dosen pembimbing I bapak Dr. Abdul Quddus, MA dan pembimbing II
bapak H. M. Taisir, M. Ag. Terimakasih tak terhingga atas waktu dan
ilmunya dalam proses bimbingan.
5. Tak lupa Sahabat-sahabat ku seperjuangan
6. Teman-teman seangkatan, teman kelasku PAI Dan tak lupa almamater
tercintaku UIN Mataram.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada peneliti sehingga Skripsi dengan judul “Upaya Guru Akidah Akhlak Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunungsari Tahun Pelajaran 2016/2017” dapat terselesaikan sebagaimana mestinya, sebagai prasyarat untuk mendapatkan gelar sarjana Pendidikan.
Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW karena berkat perjuangan dan pengorbanannya, sampai pada saat ini kita tetap berada pada jalan yang benar.
Dalam penulisan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak berupa bimbingan, saran-saran, informasi, tenaga, dan pikiran. Untuk itu, dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak-banyak terima kasih, terutama kepada:
1. Dr. Abdul Quddus, MA, selaku dosen pembimbing I dan H. M. Taisir, M. Ag,
selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Dr. Ismail Thoib, M. Pd dan Alwan Mahsul sebagai penguji yang telah
memberikan saran konstruktif bagi penyempurnaan skripsi ini.
3. Dr. Saparudin, M. Ag sebagai ketua jurusan;
4. Dr. Hj. Lubna, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Mataram.
5. Bapak Prof. Dr. H. Mutawalli, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram serta seluruh
stafnya yang telah banyak memberikan bantuan kepada saya.
6. Kepada semua teman-teman yang telah banyak membantu, terutama rekan- rekan
seperjuangan yang banyak membantu dan saling bertukar fikiran dan informasi.
Peneliti menyadari bahwa skripsi masih belum sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin ya rabbal alamin.
Mataram, 27 Desember 2017
Penulis
Adrian Marwandi Nim: 151.111.061
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..............................................................................................................i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................................................iii
NOTA DINAS PEMBIMBING .............................................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................................................v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ..................................................................................vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................................................vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................................viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ix
DAFTAR ISI .................................................................................................................................xi
ABSTRAK ......................................................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian ..........................................................................................................1
B. Fokus Penelitian ...............................................................................................................7
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................................................................7
1. Tujuan Penelitian ......................................................................................................7
2. Manfaat Penelitian ....................................................................................................8
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ......................................................................9
E. Telah Pustaka ....................................................................................................................10
F. Kerangka Teoritik ............................................................................................................13
1. Pembelajaran Akidah Akhlak ...............................................................................13
a. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak 13
b. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak 16
c. Ruang Lingkup Pembelajaran Akidah Akhlak 17
d. Metode Pembelajaran Akidah Akhlak 18
2. Motivasi Belajar ........................................................................................................23
a. Pengertian Motivasi Belajar 23
b. Motivasi Belajar 25
c. Dimensi dan Indikator Motivasi Belajar 26
d. Macam-macam Motivasi Belajar 29
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar 32
G. Metode Penelitian ............................................................................................................34
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Profil MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang........................................................46
1. Sejarah Singkat MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan
Gunung Sari 46
2. Letak Geografis MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan
Gunung Sari Lombok Barat 48
3. Keadaaan Siswa MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang ............................48
4. Keadaan Guru MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang ...............................49
5. Struktur Organisasi MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang ......................52
B. Hasil Penelitian ................................................................................................................52
1. Upaya guru akidah akhlak dalam meningkatkan motivasi belajar
pada siswa kelas VII MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang
Kecamatan Gunung Sari Tahun Pelajaran 2016/2017 52
2. Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak pada
siswa kelas VII MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan
Gunung Sari Tahun Pelajaran 2016/2017 62
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV SIMPUL DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................................................71
B. Saran ..................................................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Tabel Nama Tabel Halaman
Tabel 2.1 Keadaan siswa MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Tahun Pelajaran 2016/2017 ...............................................................................................49
Tabel 2.2 Keadaan Guru MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Tahun
Pelajaran 2016/2017 ...............................................................................................50
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Nama Gambar
Halaman
Gambar 2.3 Struktur Organisasi MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Tahun Pelajaran 2016/2017………………………………………............. 39
UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTS BAITUL HIDAYAH NW DESA
MIDANG KECAMATAN GUNUNGSARI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh:
Adrian Marwandi 151.111.061
ABSTRAK
Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui 1) upaya guru akidah akhlak dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas VII MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunung Sari Tahun Pelajaran 2016/2017, 2) motivasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VII MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunung Sari Tahun Pelajaran 2016/2017. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu model huberman dan Millers dengan pola reduksi data, display data dan menarik kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa 1) upaya guru akidah akhlak dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas VII MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunung Sari Tahun Pelajaran 2016/2017. Hal ini terbukti dari, guru Akidah Akhlak berupaya meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran Akidah Akhlak dengan menerapkan metode CTL, metode pembelajaran aktif, metode ceramah, metode diskusi, dan metode cerita selama pembelajaran dilakukan di dalam kelas. (2) motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak pada siswa kelas VII MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunung Sari Tahun Pelajaran 2016/2017, yaitu dengan meningkatkan Motivasi belajar siswa dapat dilihat dari adanya tingkat kehadiran, keativan siswa dalam bertanya dan mengajarkan tugas serta keaktivan siswa dalam melakukan diskusi.
Kata Kunci: Upaya Guru Akidah Akhlak , Motivasi Belajar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya,
keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan negara. Jadi dapat disimpulkan, pendidikan adalah proses
sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam pengembangan
segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia sebagai
individu, makhluk sosial dan sebagai makhluk Tuhan.2
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.3
Proses belajar mengajar atau pembelajaran merupakan suatu kegiatan
melaksanakan kurikulum dalam lembaga pendidikan supaya siswa dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para
siswa menuju perubahan tingkah laku baik intelektual, moral,maupun sosial budaya.
2 Hasbullah, Dasar Ilmu Pendidikan ( Jakarta. Penerbit: PT Raja Grasindo Persada, 2005) , h. 25. 3 Sagala, Konsep dan Makna Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 51.
1
Dengan pendidikan diharapkan supaya siswa dapat hidup mandiri sebagai
individu maupun makhluk sosial. Proses pembelajaran itu sendiri menekankan pada
terjadinya interaksi antara peserta didik, guru, metode,kurikulum, sarana, dan aspek
lingkungan yang terkait untuk mencapai kompetensi pembelajaran. Kompetensi akan
tercapai dengan maksimal ketika semua komponen terpenuhi sesuai dengan fungsinya
masing-masing.4
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang sengaja
diciptakan.Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik.Guru yang
mengajar dan anak didik yang belajar.Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini
lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya.
Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan. Disini tentu saja tugas guru berusaha menciptaka suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik.Suasana belajar yang tdak menggairahkan dan menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis.Anak didik gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka masing-masing.Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi
tercapainya tujuan pengajaran.5
Salah satu cara mengembangkan potensi siswa adalah dengan cara
memperbaiki proses pembelajaran. Pembelajaran yang berkualitas tidak hanya
ditentukan oleh kurikulum yang baru, fasilitas yag tersedia, kepribadian guru, yang
simpatik, pembelajran yang penuh kesan, wawasan pengetahuan yang luas, tetapi
ditentukan pula oleh model pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Dalam
4 Ihsan H. Fuad, Dasar – Dasar Kependidikan (Bandung: Rineka Cipta,2002), h. 28. 5 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 37.
2
proses pembelajaran diperlukan suatu metode mengajar untuk mempermudah
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Tujuan kegiatan
pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya
oleh murid yang disebut sebagai belajar tuntas.
Tujuan utama pembelajaran diletakkan pada berkembangnya perubahan
tingkah laku. Dalam hal ini keperibadian yang sadar diri, merupakan pangkal utama
dari kecerdasan kreaktif. Dari dasar keperibadian yang sadar diri atau suatu penguatan
(reinforcement) pekerti yang luhur inilah seseorang insan berkembang secara kontinu.
Orang yang pintar adalah orang yang tidak pernah hilang akal atau ingatan
dikarenakan selalu menggunakan nalarnya sebagai modal utama guna mmemahami
dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Untuk membantu perkembangan kemampuan kognitif, anak perlu
memperoleh pengalaman belajar yang dirancang melalui kegiatan mengobservasi dan
mendengarkan secara cepat. Seiring dengan lahirnya teori ini berkembang cukup luas
strategi atau teknik mengajar yang dikenal sebagai problem solving (berbasis
masalah), antara murid dengan pendidik, murid dengan murid, pendidik dengan
pendidik, atau yang lebih luas lagi yaitu antara semua elemen yang terkait dengan
proses belajar mengajar itu sendiri. sehingga akan melahirkan optimalitas hasil yang
ingin dicapai oleh sebuah lembaga pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menekankan keterlibatan aktif
antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Selainitu, pada kurikulum
sebelumnya atau KBK menekankan bahwa belajar tidak sekedar learning to know,
3
melainkan harus ditingkatkan meliputi learning to do, lerning to be, hingga learning
to live together.6 Oleh karena itu, pengajaran akidah akhlak perlu diperbarui,di mana
siswa diberikan porsi lebih banyak dibandingkan dengan guru, bahkan siswa harus
dominan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal inilah yang dipelopori oleh Bobbi De
Porter, Mark Reardon & Sarah Singer Nourie.Pendidik betanggung jawab dalam
membimbing dan mengarahkan dengan demikian anak menjadi kreatif dan akan
menyumbangkan kepada masyarakat guna mencapai tujuan.7
Dalam hal ini pelaksanaan pendekatan pembelajaran anak dapat ditinjau dari
beberapa hal seperti kurikulum, pendekatan, prinsip untuk menjamin berlansungnya
pelaksanaan pendidikan pada masa dini melalui pendekatan yang nyaman dan
menyenangkan semua elemen serta dapat mendidik dan sebagai objek yang dapat
dipegang dan digunakan anak sesuai intruksi dari pendidik.
Dengan demikian, pembelajaran yang dilakukan di sekolah merupakan hal
yang menarik perhatian orang tua, masyarakat maupun pemerintah sebagai pengambil
keputusan. Mereka menyadari bahwa kualitas masa anak-anak termasuk masa sekolah
merupakan cermin kualitas bangsa dimasa yang akan datang. Khususnya para orang
tua makin lama makin menyadari betapa pentingnya hubungan orang tua - anak yang
kelak akan mewarnai hubungan anak dengan lingkungan, teman sebaya, pendidik
maupun atasannya.
6Suyitno, Metode-MetodePembelajaran(Bandung: CV. Wacanacipta, 2004), h. 60. 7Bobbi De Porter,dkk, Quantum Teaching (Bandung:PT. Mizan Pustaka, 2003), h. 43.
4
Proses pembelajaran bidang studi Aqidah akhlak adalah tidak bisa dilepaskan
dari motivasi dalam mempelajarinya. Hal ini didasarkan pada sebuah kesadaran
bahwa pelajaran Aqidah akhlak merupakan suatu pelajaran yang dapat menuntun
seseorang untuk memiliki perilaku yang sesuai dengan pola hidup yang sesuai dengan
Agama Islam yang memberikan ajaran bagi umat manusia pemeluknya untuk
mengedepankan dan mengutamakan pola hidup yang selaras dengan aturan agama
Islam.
Namun demikian keaktivan siswa tersebut belum terkontrol dengan baik yang
disebabkan oleh pola pembelajaran yang cenderung monoton. Hal ini selaras dengan
pendapat yang mengatakan bahwa aktivitas belajar siswa akan terganggu manakala
guru melakukan beberapa hal diantaranya 1) kurang relevannya metode pembelajaran
yang digunakan dengan materi pelajaran yang diajarkan, 2) bervariasinya
karakteristik siswa, 3) kurangnya media pembelajaran, 4) pola pengelolaan kelas yang
belm optimal..8
Hasil observasi awal menunjukkan bahwa senantiasa berusaha
mempersiapkan perangkat pembelajaran sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Selain itu juga guru mempersiapakan media pembelajran seperti LCD,
OHP, serta sumber belajar dalam bentuk buku, bahkan tidak jarang memanfaatkan
artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun internet terutama artikel
yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Sementara itu terlihat juga siswa
8Zakiyah Derajat, Kompetensi Pembelajaran Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2007), h. 76.
5
yangsenatiasa antusias dalam belajar, yang dibuktikan dengan ketepatan waktu dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan serta memiliki kesenangan mencari materi yang
terkait dengan tema yang akan dipelajari di samping itu juga sebagian besar siswa
senantiasa hadir tepat waktu yaitu datang lima belas menit sebelum kegiatan
pembelajaran dilakukan. Sementara itu terdapat juga siswa yang memiliki motivasi
belajar yang kurang. Hal ini terlihat dari beberapa orang siswa yang masih sering
terlambat dating ke sekolah, bahkan cenderung tidak memperhatikan materi pelajaran
pada saat guru menjelaskan termasuk pada mata pelajaran aqidah ahklak. Guna
mewujudkan agar motivasi belajar siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan
guru aqidah ahklak memberikan materi pelajaran dengan berbagai macam metode
seperti metode diskusi, metode cerita, dan lain-lain. Kondisi tersebut berdampak pada
adanya perubahan motivasi belajar siswa yang terlihat dari meningkatnya keaktivan
siswa dalam belajar9
Proses pembelajaran bidang studi Akidah Akhlak di MTs Baitul Hidayah NW
Desa Midang Kecamatan Gunung Sari memiliki fungsi yang penting dalam
memberikan pondasi yang kuat dan dalam bagi siswa guna membentuk suatu
konstruksi individu yang berakhlaq al-karimah di masa-masa mendatang. Di masa
yang akan datang, suatu konstruksi individu yang berakhlaq al-karimah (mempunyai
budi pekerti yang luhur) berperan besar dalam proses pembangunan bangsa dan
memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat di mana pun dirinya akan
berdomisili. Proses pembelajaran bidang studi Akidah Akhlak bersandar pada
9 Observasi, tanggal 17 Oktober 2016, jam, 09.30 WITA
6
kurikulum pembelajaran dan pengajaran Agama Islam yang dikeluarkan oleh
pemerintah melalui Departemen Agama.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tetarik melakukan penelitian
untuk mengangkatnyadengan judul “Upaya Guru Akidah Akhlak Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII MTs Baitul Hidayah NW Desa
Midang Kecamatan Gunung Sari Tahun Pelajaran 2016/2017”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus penelitian dalam
penelitianini yaitu
1. Bagaimanakah upaya guru akidah akhlak dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas VII MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan
Gunung Sari Tahun Pelajaran 2016/2017?
2. Bagimanakah motivasi belajar siswa mata pelajaran aqidah akhlak pada siswa
kelas VII MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunung Sari
Tahun Pelajaran 2016/2017?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan
penelitian adalah
a. Untuk mengetahui upaya guru akidah akhlak dalam meningkatkan motivasi
belajar pada siswa kelas VII MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang
Kecamatan Gunung Sari Tahun Pelajaran 2016/2017.
7
b. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak
pada siswa kelas VII MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan
Gunung Sari Tahun Pelajaran 2016/2017.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
a. Manfaat Teoritis
1) Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan
pada umumnya dan khususnya pada bidang Agama Islam pendidikan yang
berkaitan dengan pembelajaran Aqidah Akhlak.
2) Penelitian diharapkan sebagai sumber informasi bagi peneliti lain yang akan
mengkaji secara mendalam permasalahan-permasalahan yang berhubungan
dengan pembelajarannyaAqidah Akhlak.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru
dan sekolah,
1. Manfaat bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkkan motivasi belajar siswa
sehingga memiliki wawasan yang luas.
8
2. Manfaat bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi
dan referensi dalam mewujudkan motivasi belajar siswa seperti yang
diharapkan.
3. Manfaat bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi sekolah untuk
memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan
efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini menekankan pada Upaya Guru Akidah
Akhlak Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas VII Mts Baitul
Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunung Sari Tahun Pelajaran 2016/2017.
Penelitian ini akan dilaksanakan di MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang
Kecamatan Gunung Sari dengan berbagai alasan antara lain para siswa memiliki latar
belakang orang tua yang berbeda-beda baik dari segi pendidikan maupun ekonomi
yang mengakibatkan pola pergaulan anak di lingkungan keluarga berbeda pula
sehingga ahklak yang diimiliki oleh masing-masing siswa beragam. Guna
mewujudkan perbaikan ahklak maka MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang
Kecamatan Gunung Sari telah berusaha memberikan pembinaan secara berkelanjutan
tentang Aqidah akhlak yang harus dimiliki oleh para siswa.
9
2. Setting Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi penelitian di MTs Baitul
Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunungsari.
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap studi dan karya-karya terdahulu,
yang terkait untuk menghindari duplikasi, plagiasi, repetisi serta menjamin keaslian
dan keabsahan penelitian yang dilakukan.10Adapun hasil penelitian terdahulu yang
pernah dilakukan antara lain:
1. Abdurahman,menulis skripsi dengan judul Upaya guru Aqidah ahklak dalam
meningkatkan akhlak mulia dalam bergaul pada siswa kelas VIII di MTs Negeri
Jonggat Tahun Pelajaran 2011/2012.11
Berdasarkan temuan dan pembahasan dalam peneliti tersebut,
Abdurahman menyimpulkanbahwa guru aqidah akhlak berupaya memiki
meningkatkan akhlak yang mulia dengan cara a) melatih siswa untuk senantiasa
membaca ayat-ayat pendek sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, b)
membiasakan siswa untuk senantiasa mengucapkan salam ketika bertemu dengan
temannya, c) membuat kelompok belajar agar siswa dapat beraksi dengan
temannya dengan cara yang baik. alam bergaul pada siswa kelas VIII di MTs
Negeri Jonggat Tahun Pelajaran 2011/2012.
10 Riyanto, Metode Penelitian Pendidikan, (Surabaya: SIC, 2002), h. 65. 11Abdurahman, Peranan guru akhlak dalam mengembangkan akhlak mulia dalam bergaul pada
siswa kelas VIII di MTs Negeri Jonggat Tahun Pelajaran 2011/2012, UNW Mataram, Skripsi, 2011.
10
2. Sahlun, menulis skripsi dengan judul Upaya guru Aqidah Ahklak dalam
membangun sikap kepedulian pada siswa kelas VIII di SMPN 1 Kediri Tahun
Pelajaran 2010/2011.12
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa guru Aqidah Ahklakberupaya
membangun kepedulian pada siswa kelas VIII di SMPN 1 Kediri Tahun
Pelajaran 2010/2011, yang dilakukan dengan a) menanamkan sikap gemar
membantu orang lain, b)menumbuhkan semangat kerja sama, c) menanamkan
sikap gemar terlibat dalam kegiatan gotong royong.
3. Saparwadi, menulis skripsi dengan judul Upaya Guru Akidah Akhlaq Dalam
Menciptakan Pembelajaran Yang Efektif Pada Siswa Kelas VII MTs Baitul
Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunung Sari Tahun Pelajaran 2015/2016.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh guru aqidah
ahklak untuk mewujudkan efektivitas pembelajaran adalah a) menerapakan
metode pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, b) menggunakan media
pembelajaran yang sejalan dengan materi yang diajarkan,c) melakukan
pengelolaan kelas yang interaktif.13
Penelitian di atas memiliki perbedaan dengan penelitian ini di antaranya
pada penelitian yang dilakukan oleh Abdurahman lebih menekankan pada upaya
a) melatih siswa untuk senantiasa membaca ayat-ayat pendek sebelum kegiatan
12 Dwi Agustina, Peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam membangun sikap kepedulian
pada siswa kelas VIII di SMPN 1 Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011, STKIP Hamzanwadi Pancor, Skripsi, 2011.
13 Humdarwatun, peranan kegiatan pembelajaran akhlak dalam meningkatkan motivasi untuk melakukan nilai relegiusitas pada siswa kelas VII di MTs Hidayatul Ummah NW Bagik Nunggal Tahun Pelajaran 2009/2010, Mataram: UNW Mataram, 2010
11
pembelajaran dilaksanakan, b) membiasakan siswa untuk senantiasa
mengucapkan salam ketika bertemu dengan temannya, c) membuat kelompok
belajar agar siswa dapat beraksi dengan temannya dengan cara yang baik. Dalam
bergaul pada siswa kelas VIII di MTs Negeri Jonggat Tahun Pelajaran
2011/2012.
Penelitian yang dilakukan oleh Sahlun menekankan pada a) menanamkan
sikap gemar membantu orang lain, b) menumbuhkan semangat kerja sama, c)
menanamkan sikap gemar terlibat dalam kegiatan gotong royong.. Pada hasil
penelitian tersebut hanya terlihat satu bentuk upaya yang dilakukan, sedangkan
pada penelitian ini akan berusaha menggali dan mendiskripsikan tentang upaya
guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
F. Kerangka Teoritik
1. Pembelajaran Aqidah Akhlak
a. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak
Menurut E. Mulyasa, pembelajaran adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke
arah yang lebih baik. 14 Dalam interaksi tersebut banyak sekali yang
mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu,
maupun eksternal yang datang dari lingkungan.
14E. Mulyasa, Kurikulum Bernasis kompetensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya Offset, 2003), h.
100
12
Lebih jauh menurut S. Nasution pembelajaran adalah proses interaktif
yang berlangsung antara guru dan siswa atau juga antara sekelompok siswa
dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap serta
menetapkan apa yang dipelajari itu. 15 Sedangkan pengertian pembelajaran
menurut Zainal Aqib adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-
unsur manusiawi materiil, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.16
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik pengertian bahwa
pembelajaran adalah usaha orang dewasa yang sistematis, terarah, yang
bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasar menuju
perubahan tingkah laku dan kedewasaan anak didik, baik diselenggarakan
secara formal maupun non formal
Sedangkan pengertian aqidah menurut Zuhairini, adalah: i’tikad batin,
mengajarkan ke-Esaan Allah SWT, Esa sebagai Tuhan yang mencipta,
mengatur dan meniadakan.17
Menurut Zaki Mubarok Latif yang mengutip pendapat dari Hasan Al
Banna bahwa aka’id (bentuk jamak dari aqidah) artinya beberapa perkara yang
wajib diyakini kebenarannya oleh hati. Sedang kutipan pendapat dari Abu
Bakar Jabir Al Jazani mengatakan bahwa aqidah adalah sejumlah kebenaran
15 S. Nasution, Kurikulum Dan pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 2004), h. 102
16Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, (Surabaya: Insan Cendikia, 2002), h. 41
17 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 2003), h. 60.
13
yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan
fitrah.18
Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
setiap manusia memiliki fitrah tentang adanya Tuhan yang didukung oleh
hidayah Allah SWT berupa indra, akal agama dan lain sebagainya, dan
keyakinan sebagai sumber utama akidah itu tidak boleh bercampur dengan
keraguan. Tiap-tiap pribadi pasti memiliki kepercayaan, meskipun bentuk dan
pengungkapannya berbeda-beda. Dan pada dasarnya manusia memang
membutuhkan kepercayaan, karena kepercayaan itu akan membentuk sikap dan
pandangan hidup seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pengertian aqidah adalah sesuatu yang pertama dan utama untuk diimani oleh
manusia
Kemudian pengertian akhlak adalah suatu perangai (watak,tabiat) yang
menetap kuat dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya
perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya, secara mudah dan ringan, tanpa perlu
dipikirkan dan direncanakan sebelumnya.19
Akhlak itu timbul dan tumbuh dari dalam jiwa, kemudian berbuah
kesegenap anggota menggerakkan amal-amal, serta menghasilkan sifat-sifat
yang baik dan utama dan menjauhi segala yang buruk dan tercela. Pemupukan
18 Zaki Mubarok Latif, dkk, Akidah Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 29 19 A. Malik Fajar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), h. 27.
14
agar dia bersemi dan subur ialah berupa humanity dan iman, yaitu kemanusiaan
dan keimanan yang kedua-duanya bersama menuju perbuatan.20
Dari pemaparan diatas dapat dijelaskan bahwa aqidah akhlak adalah
suatu bidang studi yang mengajarkan dan membimbing siswa untuk dapat
mengetahui, memahami dan meyakini aqidah Islam serta dapat membentuk dan
mengamalkan tingkah laku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam.Jadi
aqidah akhlak merupakan bidan gstudi yang mengajarkan dan membimbing
siswa dalam suatu rangkaian yang manunggal dari upaya pengalihan
pengetahuan dan penanaman nilai dalam bentuk kepribadian berdasarkan nilai-
nilai ketuhanan.
Pembelajaran aqidah akhlak merupakan adalah suatu wahana
pemeberian pengetahuan, bimbingan dan pengembangan kepada siswa agar
dapat memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam, serta
bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak
Ada beberapa tujuan pembelajaran aqidah akhlak pada usia anak. Mata
pelajaran aqidah akhlak pada Madrasah Tsanawiyah memiliki tujuan untuk:
1) Memperkenalkan kepada anak kepercayaan yang benar,
yangmenyelamatkan mereka dari siksa Allah. Juga diperkenalkan tentangrukun iman, taat kepada Allah dan beramal dengan amal yang baikuntuk kesempurnaan iman mereka.
2) Menanamkan dalam jiwa anak beriman kepada Allah, Malaikat-Nya,Kitab-Nya, Rasul-Nya dan tentang hari kiamat.
20 Ahmad Munjin & Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran PendidikanAgama Islam, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2009), h. 4.
15
3) Menumbuhkan generasi yang kepercayaan dan keimanannya sah danbenar, yang selalu ingat kepada Allah, bersyukur dan beribadahhanya kepada-Nya.
4) Membantu anak agar mereka berusaha memahami berbagai hakekat,umpamanya: a) Allah berkuasa dan mengetahui segala sesuatu.b) Percaya bahwa Allah itu adil, baik didunia maupun diakherat. c) Membersihkan jiwa dan pikiran anak dari perbuatan syirik
5) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT yang telah ditanamkan di lingkungan keluarga. Dengan demikian dasar-dasar keimanan dianggap telah ditanamkan sebelum siswa memasuki madrasah.
6) Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan,pemahaman, dan pengamalanajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan pengembangan keimanan yang dilakukan di madrasah dijalankan melalui proses yang sistematis dalam kerangka ilmu pengetahuan.
7) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau dari budaya lain yang dapat membahayakan diri siswa dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
8) Pengajaran, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan tentang keimanan dan
akhlak.21
c. Ruang Lingkup Pembelajaran Akidah Akhlak
Materi Aqidah akhlak mempunyai ruang lingkup materi, secara umum
materi aqidah adalah rukun iman yaitu:
a. Iman kepada Allah
b. Iman kepada Malaikat Allah
c. Iman kepada Rasul-rasul Allah
d. Iman kepada hari akhir
e. Iman kepada takdir.
21 Departemen Agama RI, Pedoman Pembelajaran aqidah Akhlak, (Badan Penelitian Dan
Pengembangan Agama, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Anak, Kerjasama Pemerintah RI dengan UNICEF Pelita VI, 1998), h. 1.
16
Selanjutnya dari materi secara garis besar di atas diperinci lagi
menjadi bagian-bagian yang lebih rinci lagi, misalnya iman kepada Allah
mencakup sifat dan nama-nama Allah, dan lain sebagainya.
Lingkup aqidah itu adalah tentang ma’rifat kepada Allah, Dzat
ketuhanan, sifat Allah, hakikat keimanan dan buahnya, takdir, malaikan, jin,
kitab-kitab dari langit, Rasul-rasul, roh, tanda-tanda hari kiamat, hari kiamat,
hisab, surga dan neraka.22
Selanjutnya materi akhlak adalah:
a. Akhlak kepada Khaliq/Allah
b. Akhlak kepada makhluq/ciptaan Allah, ini terbagi lagi;
1) Akhal kepada manusia:
a. Akhlak pada yang lebih tua
b. Akhlak kepada guru
c. Akhlak kepada orang tua
d. Akhlak pada yang sebaya
e. Akhlak pada yang lebih muda
2) Akhlak kepada non manusia
a. Akhlak pada yang nampak, misalnya bagaimana berakhlak
kepada lingkungan hidup, tumbuhan, hewan, gunung, air,
udara dan lain sebagainya.
22 Amin, Etika (ilmu akhlak), bulan bintang, Jakarta, 1995, h. 62
17
b. Akhlak pada yang tidak nampak, bagaimana kita berakhlak
kepada malaikat, jin, dan lain sebagainya.
d. Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak
Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Demikian halnya dalam mengajarkan aqidah akhlak diperlukan adanya metode
yang digunakan dalam rangka untuk mencapai tujuan, yaitu terbentuknya watak
anak yang berakhlakul karimah. Ada beberapa metode yang dapat digunakan
dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak kepada anak, yaitu antara lain:
1. Metode ceramah.
Metode ceramah adalah tehnik penyampaian pesan pengajaran yang
sudah lazim dipakai oleh para guru disekolah. Ceramah diartikan sebagai
suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru dimuka kelas. Dan
semua murid disini sebagai penerima pesan, mendengarkan, memperhatikan,
dan mencatat keterangan-keterangan guru bilamana diperlukan.23
Metode ceramah merupakan suatu sarana untuk menyampaikan
materi pengajaran dengan cara menguraikan atau menjelaskan suatu masalah
atau pokok bahasan dengan bahasa lisan. Dalam hal ini peserta didik hanya
diberikan berbagai macam penjelasan untuk kemudian memahami serta
mengikuti apa yang disampaikan oleh pendidik.
23 Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Editor Abdulhalim, (Jakarta: Ciputat Pree, 2002), h. 34
18
Dalam menyampaikan metode ceramah ini pendidik
mempergunakan perkataan yang jelas dan komunikatif sehingga peserta
didik memahami dari materi yang disampaikan. Dalam pelaksanaan
pembelajaran aqidah akhlak, guru memakai metode ceramah. Metode
ceramah memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1) Guru mudah mempersiapkan
dan melaksanakannya, 2) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik,
3) Dapat diikuti oleh sejumlah jumlah siswa yang besar, 4) Guru mudah
dalam mengorganisasikan tempat duduk atau kelas, 5) Guru mudah
menguasai kelas.24
2. Metode keteladanan.
Sebagai guru yang kapasitasnya sebagai pendidik dan pengajar
harus dapat memberikan ontoh teladan (uswah khasanah), jika ingin anak
didiknya memiliki aqidah yang baik, karena segala perilaku yang ada pada
pendidik akan selalu direkam dan diperhatikan oleh anak didik, sehingga
metode keteladanan ini merupakan metode yang bagus dalam pembelajaran
aqidah akhlak.
Salah satu cara mengajar aqidah akhlak yang baik adalah dengan
memberikan teladan. Memberikan teladan yang baik merupakan metode
pengajaran yang paling membekas pada anak didik. Yang ditekankan disini
adalah keteladanan kedua orang tua terhadap anakanaknya dalam hal
keimanan dan berpegang teguh kepada aqidah Islam serta dalam
24 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 110
19
menjalankan ibadah kepada Allah. Selain itu keteladanan guru juga sangat
besar pengaruhnya bagi tingkah laku anak didik.
Oleh karena itu guru harus menunjukkan sosok teladan yang
bagus.Karena untuk menciptakan anak yang soleh, guru harus menunjukkan
figur pendidik yang memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip
tersebut. Dan seorang guru hendaknya tidak hanya mampu memerintah atau
memberi teori kepada siswa, tetapi lebih dari itu ia harus mampu menjadi
panutan bagi siswanya, sehingga siswa dapat mengikutinya tanpa adanya
unsur paksaan.
Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh
seseorang dari orang lain. Dan keteladanan yang dimaksud adalah
keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islam, yaitu
keteladanan yang baik.Contohnya guru menceritakan tentang historis
pendidikan di zaman Nabi Muhammad.Beliau ternyata banyak memberikan
keteladanan dalam mendidik para sahabatnya.Beliau selalu terlebih dahulu
mempraktekkan semua ajaran yang disampaikan Allah sebelum disampaikan
kepada umatnya.Praktek uswah ini ternyata menjadi pengikat bagi umat
untuk menjauhi semua larangan yang disampaikan Rasul dan mengamalkan
semua tuntunan yang diperintahkan oleh-Nya seperti melaksanakan sholat,
puasa, nikah dan lain-lain.
20
Nabi Muhammad SAW bukanlah teladan satu masa satu bangsa,
satu golongan atau satu lingkungan tertentu, tetapi beliau merupakan teladan
universal, teladan seluruh umat manusia, serta seluruh generasi.25
3. Metode pembiasaan
Metode pembiasaan merupakan metode praktek dengan melatih dan
membiasakan anak didik untuk berbuat dan bertindak dengan sungguh-sungguh
sesuai dengan yang diharapkan, seperti anak didik diarahkan agar mempunyai
sifat pemurah, maka diusahakan sesering mungkin anak didik diajak untuk
sering kali bersedekah, sehingga lambat laun anak didika akan mudah untuk
melakukan sedekah dan tidak merasa takut. Anak didik yang dipraktekkan dan
dibiasakan untuk berbuat sesuatu, dan dibiasakan, akan membentuk sikap dan
tabiat yang kuat dengan apa yang dilakukannya, akhirnya tidak tergoyahkan lagi
dan masuk menjadi bagian dari pribadinya.26
Metode pembelajaran dengan pembiasaan dimaksudkan bahwa
anak yang baru lahir itu dalam keadaan suci atau fitri, maka dari keadaan
yang suci itu anak hendaknya mulai dibiasakan dengan kebiasaan yang
baik.Metode pengajaran dengan kebiasaan merupakan pemupukan salah satu
sarana menumbuhkan keimanan dan tingkah laku yang baik, sehingga
hendaknya orang tua atau pendidik melakukan kebiasaan pada anak sejak
dini.
25 Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam (Bandung: PT. Al Ma’arif, 1993), h. 30 26 Ibid…, h. 32
21
Metode kebiasaan ini sangat baik digunakan, karena yang
dibiasakan itu biasanya adalah yang benar dan kita tidak boleh membiasakan
anak-anak kita melakukan atau berbuat perilaku yang buruk.27
Metode pembiasaan memiliki beberapa kelebihan, diantaranya
yaitu: 1) Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik, 2) Pembiasaan
tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah, tetapi juga berhubungan
dengan aspek batiniyah, 3) Metode ini yang paling berhasil dalam
pembentukan kepribadian anak.28
Kebiasaan yang jelek harus disingkirkan, seperti syirik kepada
Allah, menyekutukan dengan berbagai tata cara dan maknanya. Misalnya
menyembah berhala, berkerumunan dikelilingi atau mengadakan upacara-
upacara tertentu untuk berhala itu. Oleh karena itu telah disingkirkan oleh
Islam dari akar-akarnya, karena iman dengan syirik dan penyembahan selain
kepada Tuhan seperti itu tidak akan mungkin disatukan.
2. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu kedaan dalam diri seorang yang
mendorong, mengaktifkan atau menggerakan dan yang mengarahkan perilaku
27Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), , h. 144
28Armai Arif, Pengantar ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002), h.115
22
kearah tujuan. 29 Menurut Nursalam (2008) motivasi dapat diartikan sebagai
dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan
adanya hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, harapan dan cita-cita,
penghargaan, penghormatan atas diri, lingkungan yang baik, serta kegiatan yang
menarik.30
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti “dorongan” atau “daya
penggerak” yang ada didalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang
melakukan suatu tindakan atau aktifitas.31
Menurut SardimanMotivasi adalah, serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan tidak suka itu.32
Menurut Ngalim Purwanto Motivasi yaitu suatu usaha yang disadari untuk
menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar
iaterdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil tujuan
tertentu.33
Belajar di maksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan
yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
34 Kaitannya dengan usaha belajar tersebut, belajar dalam kamus
29 Hakim Pujadi, Motivasi dan Interaksi Pembelajaran( Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 77. 30 Nursalam, Motivasi dan Interaksi Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditaama,2008), h. 27
31 Notoatmodjo, Motivasi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), h. 56.
32 Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), h. 19-20. 33 Purwanto, Pskologi Pendidikan, (Jakarta: Usaha Nasional, 2008), h. 87 34 Sardiman, Interaksi …, h. 20.
23
berarti berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mendapat suatu
kepandaian.35Perubahan-perubahan yang terjadi seperti contoh di atas tentu tidak
dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti belajar, Karena aktivitas
belajar itu sendiri merupakan aktivitas yang disadari dan mempunyai tujuan,
seperti yang diungkapan oleh Sardiman bahwa “belajar merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya”.
Kedua, menurut pendapat para ahli belajar, istilah belajar dapat diartikan
sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Untuk
mendapatkan kepandaian tersebut dilakukanlah proses belajar secara terus
menerus (belajar tiada akhir) untuk dapat mengerti suatu hal. Oleh karena itu,
pendidik perlu memperlakukan siswa dan dirinya sendiri sebagai subyek yang
terus mempunyai peluang tumbuh dengan kelebihan dan kekurangannya, pada
segi yang lain perlu pengakuan realitas tiap subyek yang memiliki profil
pengetahuan dan kemampuan yang beragam.36
Pendapat ini memberikan makna yang sangat umum tidak hanya mengenai
bidang intelektual, akan tetapi mengenai seluruh pribadi anak. Perubahan yang
terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun jenisnya, karena itu
sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan
dalam arti belajar.
35Diknas.KamusBesar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 126. 36 Sardiman, Interaksi…, h. 20.
24
b. Motivasi Belajar
Sebelum menjelaskan tentang motivasi belajar, terlebih dahulu akan dijelaskan
tentang konsep belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain sebagai
berikut
1) Hilgard and Bower mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan
perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan
respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.37
2) Cronbach memberikan definisi Learning is Shown by a change in behavior as a
result of experience38
3) Witheringthon mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.39
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar itu
senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian
kegiatan.Dari pengertian motivasi dan belajar yang telah diuraikan di atas, Winkel
dalam Ali Imran mengungkapkan kesimpulkan tentang motivasi belajar, yakni
keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan.
37 Purwanto, Pskologi Pendidika…, h. 88 38 Sardiman, Interaksi…, h. 21 39 Purwanto, Pskologi Pendidika…, h. 88
25
Berdasarkan pengertian motivasi dan belajar menurut para ahli di atas
maka dapat disimpulkan bahwa motiivasi belajar merupakan daya dorong yang
menyebabkan seseorang melakukan kegiatan pembelajaran secara baik dan benar
sehingga interaksi pembelajaran berjalan penuh dengan antusiasme.
c. Dimensi dan Indikator Motivasi Belajar
Dalam menilai motivasi pada siswa diperlukan dimensi pengukuran.
Menurut Aritonang, motivasi belajar siswa meliputi beberapa dimensi40, yaitu: 1)
Ketekunan dalam belajar
Suatu keadaan dimana individu memiliki suatu perilaku yang
bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tujuan yang akan dicapainya.
2) Ulet dalam menghadapi kesulitan
Kesulitan dan hambatan dalam kegiatan belajar pasti ada dan tidak dapat
dihindarkan. Seorang siswa yang memiliki kegigihan dalam menghadapi
masalah dalam belajarnya, maka akan dapat keluar dari permasalahan belajar.
3) Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar
Seorang siswa dalam meraih tujuan belajarnya harus memiliki minat
yang kuat karena dengan memiliki minat yang kuat sudah pasti siswa tersebut
memiliki motivasi belajar yang tinggi untuk meraih dan mengejar tujuan
belajarnya.Ketajaman dan perhatian dalam belajar dapat digambarkan sebagai
40 Keke T. Aritonang. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. (Balai Pustaka, 2008), h. 14.
26
usaha seorang siswa dalam berkonsentrasi dan bersungguh-sungguh dalam
melaksanakan tujuan belajar yang telah direncanakan.
4) Berprestasi dalam belajar
Kesuksesan dan keberhasilan dari suatu tujuan belajar banyak dilihat
dari hasil belajarnya yakni prestasi belajar. Prestasi belajar yang tinggi dapat
diraih jika seseorang memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga
seseorang akan selalu berusaha dan tidak mudah puas dengan hasil belajarnya
dan senantiasa berusaha meraih prestasi belajar.
5) Mandiri dalam belajar
Kemandirian dalam belajar sangatlah penting karena dengan
kemandirian seseorang akan selalu berusaha secara individu dan tidak selalu
bergantung pada orang lain.
Adapun indikator yang dapat digunakan untuk mengukur motivasi
belajar siswa yakni:41
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
Siswa memiliki keinginan yang kuat untuk berhasil menguasai materi
dan mendapatkan nilai yang tinggi dalam kegiatan belajarnya.
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
Siswa merasa senang dan memiliki rasa membutuhkan terhadap
kegiatan belajar
41 Hamzah, Motivasi..., h. 88
27
3) Adanya harapan dan cita-cita di masa yang akan datang.
Siswa memiliki harapan dan cita-cita atas materi yang dipelajarinya.
4) Adanya penghargaan dalam belajar.
Siswa merasa termotivasi oleh hadiah atau penghargaan dari guru
atau orang-orang disekitarnya atas keberhasilan belajar yang ia capai.
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
Siswa merasa tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran.
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan
seorang siswa dapat belajar dengan baik
Siswa merasa nyaman pada situasi lingkungan tempat ia belajar.
d. Macam-Macam Motivasi
Beberapa teori yang telah dibahas sebelumnya menyatakan bahwa motivasi
menempati posisi penting dalam kegiatan belajar siswa.Dengan motivasi hasil
belajar menjadi optimal.Karena motivasi mengembangkan aktifitas dan inisiatif,
mengarahkan tujuan, memelihara ketekunan, dan keuletan dalam kegiatan
belajar.
Ada banyak macam dan jenis motivasi dilihat dari berbagai sudut pandang,
diantaranya.42
1) Motivasi dilihat dasar pembentuknya
42Sardiman A. M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), h.
86 – 90.
28
Motivasi jika dilihat berdasarkan pada dasar pembentuknya dapat
dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu 1) Motivasi motif bawaan, yaitu
motif yang dibawa sejak lahir. Yaitu motif yang ada tanpa dipelajari seperti
dorongan untuk makan, minum, beristirahat, dan sebagainya, 2) Motif yang
dipelajari, Motif ini sering disebut motif yang diisyaratkan sosial, sebab
manusia hidup dalam lingkungan sosial, sehingga motivasi itu terbentuk.
Contoh dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu, dan dorongan untuk
mengajar sesuatu di masyarakat. Sebab dengan kemampuan berhubungan
kerjasama dalam masyarakat tercapai suatu kepuasan diri.Disamping itu
menambah jenis motif ini.a) Cognitive motives, b) Self expression (penampilan
diri) c) Self enhancement (kemajuan diri)
2) Jenis motivasi menurut pembagian dari Wood Worth dan Marquis
Sementara itu jenis motivasi menurut pembagian dari Wood Worth
dan Marquis yaitu 1) Motif atau kebutuhan organisme. Kebutuhan untuk
minum, makan, bernafas, dan lain-lain, 2) Motif darurat yaitu motif yang timbul
dari luar seperti dorongan untuk menyelamatkan diri, membalas, dan lain-lain,
3) Motif objektif.Motif ini muncul karena untuk menanggapi kehidupan luar
secara selektif, menyangkut kebutuhan untuk eksplorasi, menaruh minat, dan
manipulasi.43
43 Mulyati, Metode Pembelajaran (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), h. 67.
29
3) Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Yang termasuk motivasi jenis jasmaniah misalnya refleks, instink,
otomatis, dan nafsu.Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah yaitu
kemauan.Kemauan terbentuk melalui empat momen yaitu momen timbulnya
alasan, dipilih putusan, dan kemauan.
4) Motivasi instrinsik (dari dalam diri pribadi seseorang)
Ada beberapa pendapat tentang pengertian motivasi instrinsik, di
antaranya : 1) Sumadi Suryabrata tentang motivasi instrinsik lebih sederhana
yaitu “motif-motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar” 2)
Syaiful Bahri Djamarah berpendapat bahwa motivasi instrinsik adalah motof-
motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar.
Karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu.Sebagai contoh apabila siswa ingin belajar, maka sebelum belajar dan
dalam belajarnya sudah ada keinginan untuk menguasai nilai-nilai yang
terkandung dalam bahan pelajaran.Kedua hal tersebut lebih erat kaitannya
dengan minat dan pengalaman.Minat merupakan kesadaran seseorang bahwa
sesuatu objek baik seseorang, soal atau situasi mengandung sangkut paut
dengan dirinya.44
Seorang siswa yang sedang belajar tanpa memahami kedua hal
tersebut kegiatan belajarnya akan sulit berhasil. Sehingga motivasi instrinsik
44Ibid.,h. 76.
30
dalam hal ini adalah keadaan dalam diri anak (siswa) yang mendorong,
menggerakkan, dan membangkitkan siswa itu sendiri untuk belajar
5) Motivasi ekstrinsik
Motivasi (dorongan) belajar seorang siswa tidaklah mesti dari dalam
dirinya –bersifat instrinsik– tetapi ada kalanya untuk membangkitkan semangat
belajar siswa tersebut yang membutuhkan dorongan (motivasi) dari luar
dirinya.Pada saat itulah peranan motivasi ekstrinsik dibutuhkan.Alasannya
ketiadaan motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik dapat menyebabkan
kurang bersemangatnya siswa dalam pembelajaran baik di rumah maupun di
sekolah.45
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
motivasi ekstrinsik dapat didefinisikan sebagai sesuatu hal dan keadaan yang
datang dari luar diri siswa yang mendapat dorongan semangat dan keinginan
anak untuk belajar
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami
perkembangan.Artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan
psikologis siswa. Sehingga dapat diketahui bahwa motivasi belajar ada dalam
diri siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah adanya
kebutuhan, adanya kemajuan pada diri siswa, dan adanya aspirasi atau citacita.
45Ibid.,h. 78.
31
1) Adanya kebutuhan
Apabila kebutuhan terpenuhi, telah dipuaskan, aktifitas akan
berkurang atau lenyap dan akan timbul kebutuhan-kebutuhan baru. Seorang
anak akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila merasakan suatu
kebutuhan yang berasal dari dalam diri siswa. Semisal adanya siswa
mempelajari sebuah pelajaran, ia ingin mengetahui bagaimana cara mencari
volume sebuah bangun. Keinginan untuk mengetahui ini dapat menjadi
pendorong yang kuat bagi anak untuk belajar membaca. Hal ini dapat berarti
bahwa kebutuhannya ingin mengetahui cara atau rumus itu bisa terpenuhi.
2) Adanya kemajuan pada diri siswa
Keinginan untuk mengetahui lebih dalam terhadap sesuatu menjadi
pendorong untuk mengembangkan diri agar lebih berguna dan
bermanfaat.adanya pengetahuan tentang kemajuannya terhadap diri sendiri
akan membuat siswa tumbuh minat, karena ia merasakan adanya kebutuhan
itu dan mengapa ia mempelajari hal tersebut. Hal ini akan mengurangi atau
mengesampingkan hal-hal yang tidak ada hubungan dengan usahanya dalam
mewujudkan tujuannya tersebut. Hasil belajarpun juga lebih efektif dan
efisien.
3) Adanya aspirasi atau cita-cita
Cita-cita dalam bahasa arabnya “himmah” diartikan sebagai kemauan
dari niatan yang baik19.Timbulnya cita-cita diikuti oleh perkembangan akal,
moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan.Timbulnya cita-cita juga
32
diikuti oleh perkembangan kepribadian.Keinginan berlangsung sesaat atau
dalam waktu yang singkat, sedangkan kemauan dapat berlangsung waktu yang
lama.Kemauan telah disertai dengan perhitungan akal yang sehat.
Cita-cita berlangsung dalam waktu yang lama bahkan sepanjang hayat.
Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar instrinsik maupin ekstrinsik,
sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. Meskipun
pada hakekatnya motivasi instrinsik yang menentukan tumbuhnya dorongan
belajar anak, tetapi dalam prakteknya, adakalanya tumbuhnya dorongan
internal itu harus dirangsang oleh suatu objek atau keadaan yang sifatnya
eksternal (dari luar diri siswa). Sebagaimana halnya dengan timbulnya
motivasi instrinsik, maka motivasi ekstrinsik juga dapat ditimbulkan dari
berbagai rangsangan luar, antar lain :
a) Dorongan dari luar (orang atau bukan orang)
b) Adanya kompetisi, persaingan, dan kerjasama
c) Adanya ganjaran dan hukuman46
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang berorientasi pada
gejala-gejala yang bersifat ilmiah, karena orientasinya demikian, maka sifatnya
46Sardiman A. M Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), h. 93.
33
naturalistik dan mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di
laboratorium melainkan di lapangan atau ditempat penelitian itu dilakukan.47
Pendekatankualitatif merupakan pendekatan yang memanfaatkan teori-
teori yang dihubungakan dengan fenomena sosial, guna tercapainya tujuan
penelitian, baik secara konsisten dan serasi.48
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan penelitian
kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang berusaha menggali fenomena
sosial dengan mengacu pada teori-teori yang dilakukan secara sistematis dalam
rangka mencapai tujuan penelitian.
Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif pada penelitian ini
disebabkan karena peneliti akan mendiskripsikan tentang fenomena yang
berkaitan dengan upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar yang
merupakan data dalam bentuk hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang
tidak berbentuk angka-angka. Selain itu juga peneliti akan berusaha menggali
makna dari fenomena tersebut yang selanjutnya akan dijabarkan dan dianalisis
berdasarkan fakta di lapangan.
Peneliti sebagai instrumen yang secara langsung mengumpulkan data
melalui observasi, dokumentasi dan interview di lapangan, sesuai dengan fokus
penelitian di atas maka data yang dikumpulkan adalah bukan dalam bentuk angka
atau non statistik yang didapat melalui hasil observasi dan interview.
47 Lexy, J Moleong, Metodologi Peneiltian Kualitatif (Bandumg: PT Remaja Rosdakarya, 2001),
h. 236 48 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 85
34
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di lapangan adalah mutlak diperlukan, karena peneliti
berfungsi sebagai instrumen kunci. Pengertian instumen disini, peneliti menjadi
alat dari keseluruhan proses penelitian, peneliti sebagai perencana, pengumpul
data, penafsir data, sekaligus sebagai pelapor dari hasil penelitian. Kehadiran
peneliti ditempat penelitian, berperan sebagai pengamat yang tidak berperan serta,
maksudnya peneliti tidak melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai pengamat
dan peneliti menyatu sebagai bagian dari kehidupan subjek tetapi hanya sebagai
pengamat.
Di dalam melakukan penelitian melalui pengamatan, peneliti mengamati
objek penelitian pada situasi yang diinginkan untuk dipahami. Jadi jelas peneliti
akan mengamati peristiwa-peristiwa yang terkait dengan obyek penelitian.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII MTs Baitul Hidayah NW
Desa Midang Kecamatan Gunung Sari Tahun Pelajaran 2016/2017 dijadikan
sebagai sasaran dalam penelitian ini disebabkan karena MTs tersebut telah
menerapkan pembelajaran terpadu dengan menggabungkan antara pembelajaran
diniyah dengan pembelajaran formal. Namun moralitas siswa bervariasi sehingga
masih diperlukan adanya upaya guru akidah akhlak untuk memperbaikinya.
Adapun jumlah siswa kelas VII di MTs tersebut yaitu 16 orang.
35
4. Sumber Data
Sumber data atau subyek penelitian dalam penelitian adalah subyek dari
mana data diperoleh, yang dimaksud dengan subyek disini yaitu bisa berupa
informasi, situasi atau kejadian dan waktu.49 Sumber data dalam penelitian ini
adalah kepala sekolah, guru, dan siswa.Adapun jumlah sumber data yang
dijadikan responden dibatasi, karena yang dibutuhkan adalah diperolehnya esensi
persoalan yang diteliti, bukan pada banyaknya responden. Penentuan responden
dilakukan dengan pertimbangan bahwa responden tersebut mampu memberikan
infomasi sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Data yang peneliti peroleh, dikategorikan ke dalam: (1) data primer, yaitu
data yang peneliti kumpulkan langsung dari lapangan, baik dengan menggunakan
metode observasi, metode wawancara maupun metode dokumentasi, dan (2) data
sekunder yaitu data yang peneliti peroleh dari peneliti terdahulu, dokumen-
dokumen atau berupa literatur yang ada kaitannya dengan fokus penelitian. 50
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, dan siswa.
Sedangkan data primer yang digunakan adalah hasil penelitian terdahulu dan
buku-buku yang berkaitan dengan dengan nilai moralitas.
5. Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan dalam
upaya memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam sebuah
49Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2002), h. 102 50 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2003), h. 39
36
penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Metode observasi
Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja,
sistematik mengenai fenomena sosial dan gejala-gejala psikis untuk kemudian
dilakukan pencatatan. 51 Sedangkan menurut pendapat Arikunto dikatakan
bahwa yang dimaksud dengan observasi adalahpemusatan pemikiran terhadap
suatu obyek yang menggunakan seluruh alat indera.52 Di sisi lain dikatakan
bahwa metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.53
Observasi dibagi Jenis
Adapun tujuan peneliti menggunakan metode observasi ini adalah
untuk mendapatkan data tentangproses pembelajaran aqidah akhlak pada
siswa kelas VII MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunung
Sari:
b. Metode interview (wawancara )
Metode interview/wawancara merupakan metode pengumpulan data
yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek
atau responden.54
51Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik (Bandung: Rineka Cipta.1999), h.63 52Arikunto Suharsimi., h.136 53 Yatim Riyanto,Metodologi Penelitian Pendidikan,(Surabaya: PT SIC, 2001), h. 99 54 Ibid, h.82
37
Sedangkan menurut Arikunto adalah sebuah dialog yang dilakukan
oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang terwawancara.55
Interview/wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-
keterangan. Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan interview bebas
terpimpin yaitu kombinasi antara interview bebas dengan interview terpimpin.
Dalam hal ini peneliti menggunakan pedoman yang hanya merupakan garis
besar tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. 1)
Wawancara terstruktur, Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui tentang informasi apa yang
akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti telah
menyiapkan instrumen wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun telah disiapkan, 2) Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara
yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan56.
55Arikunto Suhasimi, h.145 56Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R& D,
(Bandung : CV Alfabeta, 2010), h. 138
38
Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah Wawancara
terstruktur. Tujuan penggunaan jenis wawancara ini adalah agar fokus yang
akan menjadi materi wawancara teratur dalam rangka memperoleh gambaran
yang untuh upaya guru akidah akhlaq dalam motivasi belajar pada siswa kelas
VII MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunung Sari Tahun
Pelajaran 2016/2017.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode yang digunakan untuk
menelusuri data historis.57 Jadi, dokumentasi merupakan laporan tertulis dari
suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan atau fikiran terhadap
peristiwa dan ditulis dengan sengaja untuk menyimpan dan meneruskan
keterangan mengenai peristiwa tersebut. Adapun maksud peneliti
menggunakan metode dokumentasi ini untuk mendapatkan data atau informasi
tentang:
1) Letak geografis
2) Keadaan guruMTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunung
Sari
3) Keadaan siswa MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan
Gunung Sari
4) Keadaan sarana dan prasarana
57 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Surya Kencana, 2007), h.121
39
5) Struktur OrganisasiMTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan
Gunung Sari.
6. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul selama penelitian, maka perlu dianalisis dan
diinterpretasikan dengan teliti, ulet dan kecakapan sehingga diperoleh suatu
kesimpulan yang objektif dari suatu penelitian. Analisis data adalah kegiatan
untuk memaparkan data, sehingga diperoleh suatu kebenaran atau ketidakbenaran
dari suatu hipotesa58.
Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam
penelitian, data yang terkumpul tersebut dibahasakan, ditafsirkan, dan dibahas
secara induksi sehingga dapat diberikan gambaran yang tepat mengenai hal-hal
yang sebenarnya terjadi. Mengingat penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, maka peneliti menggunakan analisis data kualitatif model Miles dan
Huberman yaitu:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan
memfokuskan hal-hal yang penting mengenai pokok permasalahan yang
diteliti.
58 Subagyo, h.106
40
2. Display Data/penyajian Data
Melalui display data/penyajian data maka data yang diperoleh di lapangan
akan lebih terorganisir, tersusun dalam pola hubungan sehingga nantinya akan
semakin mudah dipahami.
3. Verifikasi data/ kesimpulan awal
Verifikasi data yang dikemukakan masih bersifat sementara. Apabila
kesimpulan awal didukung bukti yang valid dan konsisten saat kembali ke
lapangan maka kesimpulan tersebut bersifat
kredibel59. Model langkah analisis interaktif60:
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan-kesimpulan
Penarikan/verifikasi
Berdasarkan gambar tersebut, proses analisis data dalam penelitian ini
akan di mulai dari pengumpulan data. Data-data yang berasal dari berbagai
sumber data seperti wawancara, observasi dan dokumentasi akan dikumpulkan
menjadi satu. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan
reduksi data. Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
59 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Alfabeta, 2010), h. 90 60 Ibid, h. 277
41
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Karena semakin lama peneliti ke
lapangan, maka jumlah data yang diperoleh akan semakin banyak, kompleks dan
rumit. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian
data atau display data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat
naratif, seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu yang paling
sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah teks
yang bersifat naratif61. Dengan mendisplay data, akan memudahkan peneliti
untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
Langkah terakhir analisis data dalam penelitian ini adalah melakukan
penarikan kesimpulan. Berangkat dari langkah-langkah yang telah dilakukan
sebelumnya, maka peneliti memberikan kesimpulan terhadap data yang ada.
Kesimpulan awal masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian, antara data yang diperoleh dan
kesimpulan yang diberikan terdapat kesesuaian.
61Ibid, h. 280
42
7. Validitas Data
Validitas data bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang diamati oleh
peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan, apakah penjelasan
yang diberikan tentang dunia kenyataan sesuai dengan sebenarnya yang terjadi.
Untuk memperoleh keabsahan data atau data yang valid diperlukan teknik
pemeriksaan, supaya diperoleh temuan-temuan dari informasi yang absah dapat
digunakan teknik-teknik sebagai berikut :
a. Perpanjangan keikutsertaan b. Ketekunan pengamatan c. Triangulasi d. Analisis khusus negatif e. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi f. Kecukupan referensial g. Pengecekan h. Uraian rinci
i. Auditing.62
Namun dalam penelitian ini teknik pemeriksaan yang digunakan peneliti
adalahtriangulasi, kecukupan referensial dan pengecekan. Untuk lebih jelasnya di
bawah ini diuraikan secara rinci sebagai berikut. a. Triangulasi
Triangulasi dalam penelitian ini adalah untuk mengecek data tertentu
dengan membandingkan data yang diperoleh dengan sumber lain. Triangulasi
yang dipergunakan adalah triangulasi sumber, dan triangulasi metode.
Triangulasi sumber dilakukan untuk mendapatkan informasi dari informan
atau sumber lain yang berbeda. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :
62Moleong Lexy J, h.175
43
1) Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.
2) Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumentasi.
3) Membandingkan persepsi orang dengan pendapat dan pandangan orang
lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan triangulasi metode adalah dengan
menggunakan berbagai teknik pengumpulan data yang ditujukan untuk
memperoleh informasi yang serupa. Triangulasi metode dapat dilakukan
dengan cara :
1) Pengecekan hasil penemuan, melalui beberapa teknik pengumpulan data
2) Pengecekan hasil penemuan, dari beberapa sumber dengan menggunakan
metode yang sama.
b. Menggunakan Bahan Referensi
Referensi yang dipakai adalah bahan dokumentasi, catatan-catatan
sewaktu melakukan penelitian. Dengan referensi, peneliti dapat mengecek
kembali data informasi-informasi yang peneliti dapatkan di lapangan.
c. Pengecekan
Pengecekan yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk
menginterview, mengkorfirmasikan kembali informasi dan interpretasi
penelitian dengan pandangan subjek penelitian. Dalam pengecekan ini peneliti
melibatkan subjek yang oleh peneliti dianggap representatif. Dalam hal ini
adalah kepala sekolah, guru, dan siswa.
44
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Profil MTs Baitul Hidayah Desa Midang
1. Sejarah Singkat MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan
Gunungsari
MTs Baitul Hidayah NW desa Midang kecamatan Gunungsari berada di
bawah naungan Yayasan Pendidikan Baitul Hidayah NW desa Midang
kecamatan Gunungsari Lombok Barat. MTs Baitul Hidayah Desa Midang
Kecamatan Gunungsari didirikan pada tanggal 25 Agustus 2009 oleh pendiri
Yayasan Pendidikan & Sosial “Baitul Hidayah” NW Midang Kecamatan
Gunungsari Lombok Barat yang bernama Dra. Hjh. Fatimah.63
Awal tahun 2009, tokoh masyarakat se-Dusun Midang bersepakat untuk
mengadakan Lembaga Pendidikan setingkat Menengah Pertama di dusun
Midang. Hal ini dikarenakan banyaknya anak-anak yang tidak mampu
melanjutkan ke jenjang SMP/sederajat. Usul dan saran tersebut disampikan
pada Pengurus Yayasan Baitul Hidayah Midang, dimana saat itu Yayasan
hanya mengelola pendidikan Formal jenjang RA/TK. Akhirnya pada bulan Mei
2009, atas dasar Musyawarah Pengurus Yayasan disepakati untuk membuka
Madrasah Tasanawiyah Baitul Hidayah tahun ajaran 2009/2010.
63 Observasi, tanggal 4 Mei 2017
45
Semenjak dibuka, siswa yang mendaftar sebanyak 17 orang yang
berasal dari keluarga kurang mampu.Pada semester I dan II, kegiatan belajar
mengajar dilaksanakan siang hari. Pada tahun pelajaran 2009/2010 Kepala
Sekolah dipercayakan kepada Taufan Buana, SE, M.MPd. Pada tahun ajaran ke
dua 2010/2011 Kepala Sekolah diganti oleh Ahmad Isnaeni, QH.S.Sos.i
sedangkan H.Taufan Buana diberikan tugas untuk menjadi Kepala Sekolah
SMK Baitul Hidayah yang baru saja terbentuk. Pada tahun ajaran 2009/2010
inilah MTs Baitul Hidayah mendapatkan izin operasional dari Kanwil
Kementerian Agama Provinsi NTB. Siswa kelas I bertambah menjadi 19 orang.
Pada tahun pelajaran 2010/2011, MTs Baitul hidayah menampung siswa
sebanyak 49 orang. Pada tahun yang sama pula, MTs Baitul Hidayah berhasil
menamatkan 9 orang siswa. Pada tahun 2011, setelah melalui Penilaian yang
dilakukan Badan Akreditasi Nasional (BAN) Prov.NTB, MTs Baitul Hidayah
mendapat Akreditasi : B. Dengan adanya akreditasi tersebut menumbuhkan
semangat dan minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di MTs Baitul
Hidayah.
Berdasarkan analisa kebutuhan Guru MTs, maka Desember 2012 pihak
Kementrian Agama mengirimkan Tenaga Guru Pegawai Negeri atas nama Hj.
Eka Andhini, SP, S.Pd. Dengan adanya guru negeri tersebut, kegiatan belajar
mengajar serta administrasi sekolah semakin baik dan tertata rapi. Jumlah siswa
yang tadinya 49 orang menjadi 56 orang. Atas usul Yayasan pula, pada tahun
ajaran 2013/2014 Hj. Eka Andhini ,SP.S.Pd secara depinitif ditugaskan menjadi
46
Kepala MTs Baitul Hidayah. Sampai dengan saat ini siswa-siswi yang telah
menamatkan sekolah di MTs Baitul Hidayah sebagian besar melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi. MTs Baitul Hidayah NW desa Midang Kecamatan
Gunungsari Lombok Barat berdiri di atas tanah seluas 1120 m2 dengan luas
bangunan 560 m2dan lain-lainnya 2.297,71 m264.
2. Letak Geografis MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan
Gunungsari Lombok Barat
Secara geografis MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan
Gunungsari Tahun Pelajaran 2016/2017 terletak di Desa Midang berada di
tengah-tengah wilayah Kecamatan Gunungsari dengan batas-batas sebagai
berikut:
Sebelah Timur : Rumah warga dusun Kekeri
Sebelah Barat : Rumah warga dusun Sesela Kebon Indah atau
Ponpes Al-Halimy
Sebelah Utara : Sawah dan dusun Belencong
Sebelah Selatan : Rumah Kepala Yayasan dan desa Rembige/
Bandara lama
3. Keadaan Siswa MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang
Dalam proses belajar mengajar, siswa menduduki peranan yang sangat
penting karena siswa yang akan menjadi salah satu tolak ukur berhasil
64File Profil MTs.Baitul Hidayah Midang Tahun Pelajaran 2016/2017, Dokumentasi, Senin
tanggal 4 Mei 2017,h. 1
47
tidaknya proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, keberadaan dan peran
aktif siswa mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran. Adapun jumlah
siswa MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang adalah 342 orang.
Tabel2.1 kedaaan Siswa MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Tahun
Pelajaran 2016/201765
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah
Tahun Ajaran Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel
2009/2010 16 1 - - - - 16 1 2010/2011 18 1 12 1 - - 30 2 2011/2012 20 1 14 1 12 1 46 3 2012/2013 34 1 22 1 16 1 72 3 2013/2014 15 1 20 1 26 1 62 3 2014/2015 15 1 15 1 20 1 50 3 2015/2016 25 1 21 1 20 1 66 3 2016/2017 16 1 23 1 20 1 59 3
Jumlah 159 8 127 7 114 6 401 21
4. Keadaan Guru MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang
Guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar. Guru berkewajiban menyajikan dan menjelaskan materi
pembelajaran, membimbing, dan mengarahkan siswa ke arah pencapaian
tujuan pembelajaran yang telah dicanangkan. Dalam hal ini dibutuhkan
kemampuan dan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya. Oleh
karena itu, kapasitas dan kualitas guru merupakan faktor yang tidak dapat
diabaikan.
65Ibid,…h. 3
48
Tabel2.2 Keadaan Guru MTs Baitul Hidayah NW Desa MidangTahun
Pelajaran 2016/201766
No Nama L/P Mata Pelajaran Jurusan Pendidikan 1 Hj. EKA ANDHINI, SP.S.Pd P IPS Terpadu Geografi SI UMM
2 ARIANA FIBRIANDHINI,S.Pd P Matematika Matematika SI IKIP
3 ISRONI, S.Pd.I L Bahasa Arab PGMI SI IAIN
4 ABDUL HADI,A.Md L TIKOM TKJ D3 STMIK
BUMI GORA
5 SIRNOPATI, S.Pd L Penjaskes Penjaskes SI IKIP 6 SANMUL HAJJI, S.Pd.I L Sejarah Kebudayaan Islam PAI SI IAIN
7 SULFIANI, S.Pd P Bahasa Indonesia BahasaSastra SI UNW
Indonesia 8 MOH. WAWAN FATWA,S.Pd L IPA Terpadu Fisika S2 UNDRAM
9 SAEFUL AFANDI, S.Pd L Bahasa Inggris Bahasa Inggris SI IKIP
10 FITRIANI, S.Pd P Matematika Matematika SI IAIN
11 NURI SURIANI P Matematika Matematika SI UNW
12 TAMMIMI MUTTAQIN, S.Pd L Penjaskes Penjaskes SI FKIP
13 Hj. INDA SETIAWATI, S.Pd P IPS Terpadu Ekonomi SI UNW
14 ENNY PARTYASNINGSIH, P PKn Hukum SI UNDRAM
SH
66Dokumentasi, MTs. Baitul Hidayah Midang , Senin tanggal 4 Mei 2017
49
15 BADRUL ISLAM L Qur’an Hadist PAI SI IAIN
16 HAMZAH L Mulok Bahasa Sasak Tarbiyah SI STIT
17 M. ALWI, S.Pd L Ke Nwan IPS Sosiologi SI STKIP
HAMZAN
18 M. MALI, S.H L Bahasa Inggris Hukum SI UNDRAM
19 M. RIDWAN, S.Adm L Qur’an Hadist Administrasi SI STIAM
20 DRA. HJ. HUSNIAH P Fiqih PAI SI IAIN
21 UTWATUL WATHANI P TIKOM BK SI IKIP
22 Dra. Hj. Fatimah P Akidah Akhlak PAI SI IAIN
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa keadaan guru MTs
Baitul Hidayah NW Desa MidangTahun Pelajaran 2016/2017 sebanyak 22
orang guru. Dengan memperhatikan pendidikan terakhir dan jurusan dapat
dikatakan bahwa sebagian guru MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang
Tahun Pelajaran 2016/2017 mempunyai pengalaman yang banyak tentang
pendidikan, karena semua guru tersebut berijazah sarjana.
Semua guru mengajar mata pelajaran sesuai dengan jurusan yang
diambil, hal tersebut akan membawa pendidikan pada kualitas yang lebih
baik. Pengalaman serta kiprah mereka dalam dunia keguruan merupakan
suatu modal bagi seorang guru dalam menjalankan tugasnya
50
51
B. Hasil Penelitian
1. Upaya guru akidah akhlak dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
kelas VII MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunungsari
Tahun Pelajaran 2016/2017.
Upaya menurut kamus besar bahsa Indonesia (KBI) diartika sebagai
usaha kegiatan yang mengarahkan tenaga, pikiran untuk mencapai suatu
tujuan. Upaya juga berarti usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud,
memecahkan persolan mencari jalan keluar.67
Pendidik atau guru adalah orang yang mengajar dan memberi
pengajaran yang karena hak dan kewajibannya betanggung jawab tentang
pendidikan peserta didik. 68 Dalam penelitian ini, upaya dapat dipahami
sebagai suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan dengan mengarahkan tenaga
dan pikiran. Upaya guru akidah akhlak dalam mengajar akidah akhlak tentang
prinsip-prinsip Islam sehingga dapat memberi pemahaman yang baik kepada
siswa dan perubahan dinamis serta terarah.
Pembelajaran akidah akhlak adalah proses perubahan baik perubahan
tingkah laku maupun pengetahuan dengan melalui interaksi antara guru dan
dan peserta di dalam kelas yang di dalammnya terdapat materi akidah akhlak .
secara substansial mata pelajaran pelajaran pelajaran Akidah Akhlak memiliki
konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
67 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 125
68 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002 ), h. 56
52
mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk
melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhalk tercela dalam kehidupan
sehari-hari. Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikan dan
dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan
berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negative dari era
globalisasi yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.
Pembelajaran Akidah Akhlak merupakan salah satu pembelajaran
yang mengajarkan dan membimbing siswa untuk dapat mengetahui,
memahami dan menyakini akidah Islam serta dapat membentuk dan
mengamalkan tingkah laku yang baik sesuai dengan ajaran Islam.
Pembelajaran akidah akhlak adalah merupakan suatu wahana
pemberian pengetahuan, bimbingan dan pengembangan kepada para siswa
agar dapat memahami, menyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam,
serta bersedia mengamlkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa akidah akhlak
merupakan salah satu bagaian dari mata pelajaran pendidikan Agama Islam.
Oleh karena itu pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
memerlukan model-model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan isi dan
hasil yang diharapkan.
Motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan belajar
penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Motivasi belajar berarti
53
segala sesuatu yang ditunjukkan untuk mendorong atau memberikan semangat
kepada seseorang yang melakukan kegiatan belajar agar menjadi lebih giat lagi
dalam belajarnya untuk memperoleh prestasi yang lebh baik lagi.69
Jika anak-anak didk diberikan motivasi, mereka pada umumnya akan
bertambah energinya dan lebih menagarah kepada tingkah laku yang telah
dipilihnya. Jika kita memandang motivasi itu titik pandang tingkah laku
sendiri, setiap orang tidak perduli siapa orang itu dan apa yang dikerjakannya.
Karena orang itu dibekali motivasi oleh usahanya sendiri
secara terus menerus untuk memelihara dan mempertinggi kemampuan
pribadinya. Dan motivasi ini diberikan dengan cara memberikan hal-hal yang
ada hubungannya dengan pengalaman-pengalaman yang baik dan sukses.
Tujuan mata pelajaran akidah akhlak adalah untuk menumbuh
kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan
pengetahuan, pengahayatan, pengalaman, pembiasaan, serta pengalaman
peserta didik tentang aqidah Islam sehingga manusia muslim yang terus
berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.
Pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada mata
pelajaran Akidah Akhlak juga diperlukan pendekatan pembelajaran yang bisa
menyetuh tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang digunakan yaitu strategi pembelajaran aktif.
69 Purna Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Persepektif Baru, (Yogyakarta, Ar
Ruzz Media, 2012), h. 320
54
Dengan starategi pembelajaran aktif dalam pembelajaran pada mata pelajaran
akidah akhlak diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa dan
memaksimalkan pengaruh fisik terhadap jiwa dan bimbingan kearah
pengalaman kehidupan spiritual.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada MTs Baitul Hidayah NW
Desa Midang Kecamatan Gunung Sari merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang telah melakukan “Strategi belajar aktif” dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada mata pelajaran apa
yang menjadi tujuan pendidikan Islam dapat tercapai sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.70
Strategi Pembelajaran Aktif pada mata Pelajaran Akidah Akhlak di
MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunung Sari sudah
dilakukan, hal ini didukung oleh hasil observasi pendahuluan yang penulis
lakukan dengan para siswa-siswi dan guru mata pelajaran tersebut, pada
proses pembelajaran guru menggunakan salah satu strategi pembelajaran aktif,
seperti strategi role play, yang mana strategi ini adalah satu strategi dari
pembelajaran aktif, dimana peserta didik tidak hanya mendengarkan ceramah
dari guru akan tetapi lebih belajar aktif dan lebih memahami apa yang
dipelajari dalam kelas dan dapat nengaplikasinnya dalam kehidupan sehari-
hari.
70 Observasi, tanggal 6 Mei 2017
55
Dari hasil wawancara dengan guru akidah akhlak MTs Baitul Hidayah
NW Desa Midang Kecamatan Gunung Sari, Ibu Dra. Hj. Fatimah guru mata
pelajaran Akidah Akhlak di MTs Baitul Hidayah Desa Midang yang
mengatakan bahwa:
Strategi pembelajaran aktif pada mata pelajaran akidah akhlak adalah hal yang sangat penting dilakukan terutama dalam proses pembelajaran dikelas. Karena pada proses pembelajaran yang sering dilakukan sangatlah membosankan sehingga peserta didik merasa tidak simpati terhadap pendidikan agama kususnya pada mata pelajaran akidah akhlak itu sendiri, mereka tidak tetarik dengan materi-materi akidah akhlak, dan lama-kelamaan timbul sikap acuh tak acuh terhadap agamanya sendiri khususnya akidah akhlak. Jika pada proses pembelajaran agama khususnya akidah akhlak diterapakan pembelajaran yang aktif, maka akan sangat membantu dalam proses
pembentukan perilaku peserta didik yang berakhlak.71
Pendapat di atas senada dengan ungkapan yang dilontarkan oleh Neni
Astuti yang mengatakan bahwa:
Dalam proses pembelajaran, pada mata pelajaran akidah akhlak dengan menggunakan strategi pembelajaran yang aktif,saya memiliki minat yang kuat untuk mempelajari mata pelajaran akidah Akhlak karena guru senatiasa mengajarkan dengan pola yang menghubungkan dengan kondisi real dilapangan. Misalnya bila materi berhubungan dengan akhlak Rasulullah maka kami di ajarkan bahwa betapa mulianya akhlak seorang Rasulullah pada saat itu. Dengan adanya penggambaran semacam ini telah mampu mumupuk adanya kesadaran bahwa betapa tinggi tingkat akhlak seorang Nabi Muhammad dalam meyebarkan Islam pada zaman dahulu. Hal ini mendorong semangat yang tinggi
untuk terus mempelajari Akidah Akhlak.72
71 Dra. Hj. Fatimah, Wawancara tanggal 7 Mei 2017 jam 9.15 WITA 72Neni Astuti, Wawancara tanggal 7 Mei 2017 jam 10.30 WITA
56
Dari hasil observasi terkait dengan meningkatkan meningkatkan
motivasi belajar siswa ada beberapa faktor yang menjadi pendorongnya siswa
dalam mengikuti kegaiatan pembelajaran seperti bagaimana upaya guru dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa, faktor-faktor penghambat guru dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa. 73
Dapat diketahui dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran
Akidah Akhlak yang ada di MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang
Kecamatan Gunung Sari, berikut penjelasannya:
a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
Guru menyampaikan tujuan, sebelum masuk pada pelajaran inti, guru
menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi yang akan
disampaikan. Bagaimana cara guru dalam mengarahkan peserta didik
menyamapaikan tujuan yang ingin di capai memalaui hasil wawancara
sebagai berikut:
Memberikan penjelasan serta pengarahan kepada siswa bahwa dengan mempelajari Akidah Akhlak dapat dijadikan lanadasan kita untuk bagaimana tata cara berprilaku yang baik terhadap lingkungan
sekitar.74
b. Membangkitkan minat siswa
Segala kegiatan yang tidak dilakukan dengan sesuatu yang tidak disukai
maka akan mengakibatkan rendahnya kualitas prestasi. Minat belajar
merupakan faktor yang sangat penting untuk kebershasilan siswa, apabila
73 Observasi, tanggal 6 Mei 2017
74 Dra. Hj. Fatimah, Wawancara tanggal 7 Mei 2017 jam 9.15 WITA
57
minat belajar itu muncul dalam diri siswa itu sendiri misalnya mereka
termotivasi untuk belajar di sekolah, dan dengan sendirinya minat belajar itu
akan tumbuh akan melekat dalam dirinya. Selain itu juga guru dalam proses
belajar mengajar selalu berupaya untuk membangkitkan minat belajar siswa,
agar tidak merasa jenuh saat pembelajaran berlansung. Hasil wawancara
dengan guru akidah akhlak
Dengan mengajar yang menyenangkan dan memberikan motivasi serta dorongan yang dapat menumbuhkan minat belajar pada diri sendiri.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Zaki Mubarok
yang mengatakan bahwa:
Usaha atau bimbingan secara sadar oleh orang dewasa terhadap anak didik untuk menanamkan ajaran kepercayaan atau keimanan terhadap ke-Esaan Allah SWT, yaitu keyakinan penuh yang dibenarkan oleh hati, diucapakan oleh lidah dan di wujudkan oleh amal perbuatan. Selain itu pembelajaran akidah akhlak adalah salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang digunakan sebagai wahana pemberian pengetahuan, bimbingan dan pengembangan kepada siswa agar dapat memahami, menyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam sehingga dapat membentuk prilaku-prilaku siswa yang sesuai dengan norma dan syariat yang
ada.75
c. Menggunakan Variasi/metode
Dalam melakasanakan kegiatan proses belajar mengajar yang baik,
penggunaan metode mengajar merupakan salah satu hal yang sangat
diperhatikan dan harus sesuai dengan situasi dan kondisi serta materi yang
75 Zaki Mubarok Latif, dkk. Akidah Akhlak Islam, (Yogyakarta,UII Press, 2001), h. 29
58
disampaikan. Oleh karena seorang guru yang harus mampu meningkatkan
motivasi dalam proses pembelajaran sehingga memperoleh hasil maksimal.
Berikut hasil wawancara dengan guru mata pelajaran akidah akhlak
yang mengatakan bahwa :
Guru menggunakan metode menarik dengan diadakannya diskusi saat pembelajaran berlansung akan melatih siswa dalam bekerjasama
untuk menyelesaikan suatu permasalahan.76
Pendapat di atas senada dengan ungkapan yang dilontarkan oleh Neni
Astuti yang mengatakan bahwa:
Dalam proses pembelajaran, pada mata pelajaran akidah akhlak dengan menggunakan strategi pembelajaran yang aktif,saya memiliki minat yang kuat untuk mempelajari mata pelajaran akidah Akhlak karena guru senatiasa mengajarkan dengan pola yang menghubungkan dengan kondisi real dilapangan. Misalnya bila materi berhubungan dengan akhlak Rasulullah maka kami di ajarkan bahwa betapa mulianya akhlak seorang Rasulullah pada saat itu. Dengan adanya penggambaran semacam ini telah mampu mumupuk adanya kesadaran bahwa betapa tinggi tingkat akhlak seorang Nabi Muhammad dalam meyebarkan Islam pada zaman dahulu. Hal ini mendorong semangat yang tinggi untuk terus mempelajari Akidah
Akhlak.77
Ungkapan tersebut memilki relevensi dengan pendapat yang
diutarakan oleh Muhammad Sahid yang mengatakan bahwa
Penerpan strategi pembelajaran aktif pada mata pelajaran Akidah Akhlak mampu mendorong adanya motivasi yang kuat untuk mempelajari mata pelajaran Akidah Akhlak. Hal ini disebabkan karena pada proses pembelajaran yang sering dilakukan sangatlah membosankan sehingga siswa merasa tidak simpati terhadap mata pelajaran akidah akhlak itu sendiri,maka diterapkan pembelajaran aktif,
76 Ibid…,h. 77Neni Astuti, Wawancara tanggal 7 Mei 2017 jam 10.30 WITA
59
sangat membantu dalam proses pembentukan perilaku yang
berakhlak.78
Ungkapan terhadap pentingnya penggunaan metode pembelajaran
yang dapat mendorong keaktivan serta motivasi dalam mempelajari pelajaran
akidah Akhlak juga diutarakan oleh Reza Andani yang mengatakan bahwa:
Dorongan saya untuk mempelajari Akidah Akhlak tidak terlepas dari cara guru mengajarkan mata pelajaran tersebut. Strategi yang paling sering digunakan dalam mengajarkan kami adalah melaui kegiatan diskusi. Sebelum melakukan kegiatan diskusi kami biasanya di bagi dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok di berikan tema yang berbeda-beda. Dengan adanya pola ini telah mampu meningkatkan motivasi saya untuk mempelajari mata pelajaran akidah
Akhlak secara seksama.79
Para guru yang ada, juga merasakan adanya perubahan perilaku para
siswa setelah berusaha diajarkan akidah akhlak bahkan pengahayatan terhadap
pelajaran tersebut cukup tinggi. Hal ini terbukti dari adanya kemampuan dari
para siswa yang ada dalam memahamai pelajaran akidah akhlak. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Humdarwatun yang mengatakan
bahwa
Hal yang mampu mendorong saya lebih termotivasi dalam kegiatan belajar akidah akhlak adalah adanya metode pembelajaran yang cenderung memberikan peluang kepada kami untuk mengelurkan pendapat. Ada keigininan yang kuat untuk belajar agar pada saat di berikan pertanyaan atau di suru menggeluarkan pendapat saya bisa memberikan jawaban yang benar. Kondisi ini telah mampu mendorong saya lebih termotivasi dalam kegiatan belajar mata pelajaran Akidah
Akhlak. 80
78Muhammad Sahid, Wawancara tanggal 8 Mei 2017 jam 08.15 WITA 79Reza Andani, Wawancara tanggal 8 Mei 2017 jam 10.25 WITA 80Humdarwatun, Wawancara tanggal 9 Mei 2017 jam 11.00 WITA
60
Dengan demikian dapat simpulkan bahwa dalam proses pembelajaran
Akidah Akhlak guru berupaya meningkatkan motivasi belajar siswa dalam
mata pelajaran Akidah Akhlak dengan menerapkan startegi pembelajaran
aktif, metode ceramah dan metode diskusi selama pembelajaran dilakukan di
dalam kelas. Seperti yang diutarakan oleh guru Akidah Akhlak, juga
merasakan adanya peubahan prilaku para siswa setalah diajarkan akidah
akhlak bahkan penghayatan terhadap pelajaran tersebut cukup tinggi. Hal ini
terbukti dari para siswa yang memahami pelajaran akidah akhlak.
Bahkan untuk meningkatkan kesadaran dari para siswa untuk dapat
menjalankan ajaran agama Islam dengan lebih baik telah diupayakan untuk
menjadikan setiap mata pelajaran yang ada agar senantiasa dikaitkan dengan
ajaran Islam. Hal ini dilakukan agar terdapat perbedaan kemampuan di bidang
agama antara yang sekolah di Lembaga Pendidikan Umum dengan Lengkap
Pendidikan Agama. Hal tersebut lebih ditekankan lagi bagi para guru yang
mengajar mata pelajaran agama termasuk pelajaran Akidah Akhlak. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Hj. Eka Andhini, Kepala
Sekolah MTs NW Baitul Hidayah Desa Midang yang mengatakan bahwa pada
setiap rapat guru senantiasa ditekankan agar menekankan nilai religiusita yang
tinggi. 81 Hal ini ditekankan agar terdapat perbedaan yang mendasar anatara
yang sekolah pada lembaga pendidikan agama Islam yang berbasis agama dan
umum.
81Hj. Eka Andhini, Kepala Sekolah, wawancara tanggal 10 Mei 2017 jam 08.00 WITA
61
2. Motivasi belajar siswa mata pelajaran aqidah akhlak kelas VII MTs
Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunungsari Tahun
Pelajaran 2016/2017.
Dari upaya-upaya yang dilakukan oleh guru berusaha menyikapi
upaya-upaya yang ada dengan berbagai strategi sehingga sekalipun
mengalami kesulitan namun tetap membuat suasana pembelajaran yang
menyenangkan.
Selain itu juga guru memberikan penyadaran kepada siswa tentang
pentingnya belajar. Guru juga selalu menjelaskan tujuan akhir dari materi-
materi yang dipelajari, kemudian guru juga mengumumkan hasil ulanagn
kepada seluruh siswa, dengan tujuan agar siswa lebih bersemangat untuk
belajar dan meningkatkan prestasinya.
Berikut hasil wawancara dengan guru akidah akhlak di MTs Baitul
Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunungsari yang mengatakan bahwa:
Faktor eksternal yang menjadi pendukung meningkatkan motivasi belajar siswa dalam lingkungan yang kondusif ketika pelajaran dapat member kenyamanan bagi guru dan siswa, hubungan yang baik antara guru dan siswa dan guru, adanya kesadaran dari siswa serta dukungan
orang tua ketika siswa sudah tidak ada lagi di awasi oleh gurunya.82
Dalam melaksanakan upaya guru meningkatkan motivasi belajar
siswa ada hamabatan yang harus dilewati oleh guru akidah akhlak. Faktor
penghambat secara internal berikut merupakan hasil petikan dari wawancara:
Kurangnya pemahaman guru terhadap mata pelajaran akidah akhlak dalam menyampaikan materi, fasilitas dari sekolah yang memadai,
82 Dra. Hj. Fatimah, Wawancara tanggal 7 Mei 2017 jam 9.15 WITA
62
kurang disiplinnya peraturan di dalam sekolah, metode yang digunakan oleh guru tidak berpariatif.
Metode ini telah mampu mengubah suasana pembelajaran yang
sebelumnya terkesan kaku menjadi lebih aktif dan lebih hidup sehingga para
siswa yang ada tidak mengalami kejenuhan dalam belajar. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang diutarakan oleh Halimatussakdiyah yang mengatakan
bahwa ia merasa tertarik untuk mengikuti mata pelajaran Akidah Akhlak
karena disebabkan oleh penggunaan metode belajar yang mampu menggugah
pemikiran semua siswa diantaranya adalah dengan sering mengadakan
diskusi83
Pendapat diatas juga diutarakan oleh Suyatni yang mengatakan
bahwa:
keterampilan guru dalam mengajarkan mata pelajaran Akidah Akhlak telah mampu mengubah pemikiran yang sebelumnya menganggap bahwa pelajaran Akidah Akhlak selalu menyebabkan ngntuk berubah menjadi ada perasaan senang dan aktif dalam mengikutinya. Hal ini disebabkan oleh adanya tuntutan untuk dapat menjelaskan materi yang
diajarkan kepada para siswa. 84
Metode diskusi yang diterapkan oleh guru dalam mengajarkan mata
pelajaran telah mampu memberikan semangat dan motivasi sehingga para
siswa tidak lagi menuntut adanya penjelasan dengan menggunakan media
pembelajarannya yang secara umum sulit diperoleh oleh pihak sekolah.
83Halimatussak diyah, Wawancara tanggal 19 Mei 2017 jam 11.15 WITA 84Suyatni, Wawancara tanggal 20 Mei 2017 jam 08.25 WITA
63
Dengan demikian dapat disimpulkan bawha upaya untuk menghadapi
kendala yang bersal dari dalam diri siswa serperti kurang meningkatnya
kreativitas belajar dalam mempelajari pelajaran Akidah Akhlak adalah
memberiakn dorongan dan motivasi keapada para siswa setiap mulai jam
pelajaran sedangkan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang
muncul dari luar seperti kurangnya media pembelajaran adalah dengan
menggunakan metode-metode pembelajaran yang mampu menyebabkan para
siswa semakin aktif dan dengan tetap memanfaatkan media pembelajaran
yang ada sekalipun sederhana
64
BAB III
PEMBAHASAN
B. Upaya guru akidah akhlaq dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
kelas VII MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunungsari
Tahun Pelajaran 2016/2017.
Upaya adalah “bagian yang dimainkan oleh orang atau bagian dari
tugas utama yang harus dilaksanakan.85
Berdasarkan pengertian di atas dapat diperjelas bahwa upaya adalah
bagian dari peranan yang harus dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam
dalam pembinaan akhlaqul karimah belajar peserta didik.
Pada umumnya guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan
kepada anak didiknya di depan kelas. Di samping itu guru merupakan orang
yang telah memberikan bimbingan pengajaran yaitu yang berkenaan dengan
pengetahuan yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotor.
Guru disebut juga pendidik dan pengajar, tetapi kita tahu tidak semua
pendidik adalah guru, sebab guru adalh suatu jabatan professional yang pada
hakikatnya memerlukan persyaratan keterampilan teknis dan sikap kepribadian
tertentu yang semuanya itu dapat diperoleh melaui proses belajar mengajar dan
latihan, sebagaiman pendapat yang mengatakan bahwa:
85Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Modern English Press, 1992), h.
1187
65
“seorang pendidik professional adalah seorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap professional yang mampu dan setia mengembangkkan profesinya, menjadi anggota organisasi professional pendidikan memegang teguh kode etik profesinya, ikut serta di dalam mengkomunikasikan usaha
pengembangan profesi bekerja sama dengan profesi yang lain”.86
Berdasarkan pengertian di atas dapa dipahami bahawa peranan guru
adalah bagian dari tugas utama yang harus dilakukan orang yang memberikan
pengarahann dan bimbingan kepada peserta didik dalam pembinaan akhlak.
Dalam upaya guru agama Islam dalam mengajar pelajaran Akidah Akhlak
tentang prinsip-prinsip Islam sehingga dapat memberi pemahaman yang baik
kepada siswa dan perubahan yang dinamis dan terarah.
Dengan adanya beberapa upaya yang dilakukan oleh guru akidah
akhlak diharapkan tujuan pembelajaran dapat terwujud apalagi didukung
dengan motivasi guru itu sendiri dalam proses pembelajaran melaui tiga upaya
yang telah dilaksanakan untuk menjadi peserta didik paham dan mengerti
tentang materi pelajaran akidah akhlak dan bagaimana mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian tiga upaya guru dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa cukup efektif. Pada tahap evaluasi yang merupakan
kegiatan penting dari setiap kegiatan pembelajaran bahwa siswa mempunyai
motivasi dalam belajar dan memiliki kemauan yang tinggi sehingga hasil dari
evaluasi siswa dapat dijadikan sebagai tolak ukur atas keberhasilan guru dalam
memberikan materi kepada siswa. Evaluasi ini diberikan dengan cara
86Roestiyah NK, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: BIna Aksara, 2006), cet. keenam h. 175
66
memberikan soal kepada siswa atau dengan bekerja kelompok dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Dengan menggunakan tiga upaya tersebut siswa menjadi termotivasi
dalam belajar, serta siswa dapat lebih aktif serta memahami materi yang
disampaikan oleh guru.
Akan tetapi terdapat beberapa hal yang kurang maksimal dalam
pembelajaran seperti kurang digunakannya alat bantu LCD di saat pembelajaran
berlansung sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjelaskan
beberapa kali sampai siswa itu benar-benar mengerti dengan apa yang
disampaikan.
Motivasi belajar dari guru pendidikan agama Islam sangat berpengaruh
terhadap kelansungan siswa disaat pelajaran berlansung siswa akan menjadi
senang dan mudah dipahami pelajaran pendidikan agama Islam terkhususnya
pelajaran akidah akhlak. Upaya yang dilakukan guru akhlak dalam memotivasi
siswa seperti guru menyampaikan tujuan, sebelum masuk pada pelajaran inti,
guru menymapaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi yang akan
disampaikan.
1. Motivasi belajar siswa mata pelajaran aqidah akhlak kelas VII MTs Baitul
Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunungsari Tahun Pelajaran
2016/2017.
Membangkitkan motivasi dengan janji dan ancaman, membangkitkan
motivasi dengan cerita dan member hadiah. Dengan adanya fasilitas yang
67
memadai serta pengawasan yang intens dari pihak sekolah itu merupakan salah
satu faktir pendudukung guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
Faktor pendukung siswa juga bisa berasal dari kondisi siswa yang
stabil, ini menjadi hal yang sangat penting karena dengan kondisi siswa yang
stabil akan memudahkan guru dalam meningkatkan motivasi belajar. Kondisi
guru yang kompeten menjadi salah satu faktor pendukung karena dengan guru
yang kompeten akan memudahkan dalam menstransfer ilmu ke siswa serta
memiliki berbagai metode mengajar yang menarik dan berfariatif. Selain itu,
lingkungan belajar yang mendukung dan memudahkan siswa dalam
menumbuhkan semangat dan minat dalam belajar, lingkungan yang aman dan
harmonis dan memberikan kenyamanan terhadap siswa
Pemberian dorongan kepada siswa ini dilakukan dalan rangka
meningkatkan kesadaran bagi para siswa untuk dapat memperhatikan dan
mengikuti pelajaran sejarah. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan
bahwa bentuk-bentuk pemberian motivasi adalah
Angka dalam hal ini sebagai simbul dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak peserta didik belajar, yang utama justru mencapai angaka/nilai yang baik. Sehingga biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan yang baik angka-angks yang baik itu bagi peserta didik merupakan Motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak peserta didik bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokonya naik kelas saja. Ini menunjukkan Kreativitas yang dimilikinya kurang berbobot bila
digunakan dengan siswa peserta didik yang mengiginkan nilai baik.87
87Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2009), h. 92
68
Dengan demikian para Pendidik harus membuat nilai-nilai setiap
siswanya harus benar-benar menunjukkan hasil belajar yang telah dilakukan.
Hal ini berati bahwa setiap Pendidik harus memiliki kerangka acuan yang kuat
dalam memberikan penilaian terhadap siswa-siswanya. Hadiah dapat juga
dikatakan sebagai krativitas, tetapi tidaklah demikian karean hadiah bagi
seseorabng yang tidak senagn dan tidak bakat dalam pekerjaan itu. 88 Oleh
karena itu para Pendidik harus mampu memilih dan menempatkan kapan hadiah
bisa dijadikan sebagai sarana memotivasi para peserta didik yang menjadi
peserta didiknya.
Sedangkan upaya yang dilakukan untuk mengatsi kendal yang bersal
dari luar seperti kurangnya media adalh dengan menjelaskan menjadikan setiap
perangkat pembelajaran sebagai sarana penunjang dalam pembelajaran yang
ada.
Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan agar
pembelajaran menjadi menarik. Media pembelajaran memiliki manfaat yang
cukup besar dalm menunjang keberhasilan dalm pembelajaran. Media
pembelajaran dapat mempertinggi proses pembelajaran siswa dalam
pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan mepertinggi hasil belajar belajar
dicapainya. Ada beberapa, mengapa media penagajaran dapat mempertinggi
proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media
pembelajaran dalam proses belajar siswa antara lain:
88Sadirman...., h. 93
69
a) Pengajaran akan lebih menarik peratian siswa sehingga dapat menumbuhkan Motivasi belajar
b) Bahan pengajaran akan lebih kelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa mengusai tujuan pengajaran lebih baik
c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui peraturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apabils guru menajar untuk setiap jam pelajaran,
d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemontrasikasikan dan lain-lain.89
89Ibid...h.1
70
BAB IV
PENUTUP
C. Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan pembahasan maka dapat dibuat beberapa kesimpulan
yaitu sebagai berikut:
1. Upaya guru akidah akhlak dalam meningkatkan motivasi belajar siswa siswa kelas
VII di MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang Kecamatan Gunungsari Tahun
Pelajaran 2016/2017. Hal ini terbukti dari, guru Akidah Akhlak berupaya
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran Akidah Akhlak dengan
menerapkan metode CTL, metode pembelajaran aktif, metode ceramah, metode
diskusi, dan metode cerita selama pembelajaran dilakukan di dalam kelas.
2. Meningkatkan Motivasi belajar siswa dapat dilihat dari adanya tingkat kehadiran,
keativan siswa dalam bertanya dan mengajarkan tugas serta keaktivan siswa dalam
melakukan diskusi.
D. Saran
Berdasarkan simpulan di atas maka disarankan
kepada 1. Kepala Sekolah
Diharapkan kepada bapak kepala sekolah agar lebih dapat memberikan
bimbingan dan penyuluhan kepada pendidik untuk dapat mengarahkan setiap
peserta didik sehingga memiliki motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran
termasuk mata pelajaran Akidah Akhlak
71
2. Guru
Bagi guru diharapkan untuk tetap memberikan bimbingan yang terbaik
kepada setiap peserta didik agar dapat meningkatkan motivasi belajar sehingga
memperoleh prestasi belajar yang baik.
3. Kepada para siswa
Diharapkan kepada semua siswa untuk lebih mengusai materi pelajaran
yang telah diberikan dan berusaha untuk selalu mengulangi mata pelajaran yanf
ada dirumah masing-masing
72
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif,), cet. Ke empatbelas. Metode Rasulullah dalam Pengajaran Akhlak (Kajian Al-Buchari), 1997
Bobbi De Porter, dkk, Quantum Teaching, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2003.
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif , Jakarta: Surya Kencana, 2007.
Depag, Al-Qur’an dan Terjemahan, Jakarta: YPPI, 2003
Diknas , 2003, KamusBesar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Dwi Agustina, Peranan guru pendidikan agama islam dalam membangun sikap kepedulian pada siswa kelas VIII di SMPN 1 Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011, STKIP Hamzanwadi Pancor, 2011.
Humdarwatun, Peranan Kegiatan Pembelajaran Akhlak Dalam Meningkatkan
Motivasi Untuk Melakukan Nilai Relegiusitas Pada Siswa Kelas VII di MTs Hidayatul Ummah NW Bagik Nunggal Tahun Pelajaran 2009/2010, Mataram: UNW Mataram, 2010.
Ibnu Abi Ad-Dunia Abdullah bin Muhammad Al-Qurasy, Makaarim al-Akhla,
Compact Disc, Mausu’ah Thalib al-Ilmi, Abdullatif lil Ma’lumat, versi ketiga, juz 1, 1999.
Ibrahim, Perencanaan Pembelajaran Surabaya: SIC, 2003.
Lexy, J Moleong, Metodologi Peneiltian Kualitatif Bandumg: PT Remaja Rosdakarya, 2001.
Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008.
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: PSPM, 2003.
Mahmud bin Muhammad AL-Khazindar, Hadzihi Akhlaquna Hina Nakuna Mukminin Haqqa, (Riyad: Daar Thayyaibah, 1999), cetakan kelima, 1999.
73
Rudi Hartono, Peranan Guru Akhlak Dalam Mengembangkan Akhlak Mulia dalam bergaul pada siswa kelas VIII di MTs Negeri Jonggat Tahun Pelajaran 2011/2012, UNW Mataram, Skripsi, 2011.
Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011.
Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik, Bandung: Rineka Cipta, 1999.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV Alfabeta. 2010.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002.
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2003.
Suyitno, Metode-MetodePembelajaran, Bandung: CV. Wacanacipta, 2004.
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: PT SIC, 2001. .
Wardani, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005.
Wasih Djojosoediro, Metode Pembelajaran Inovatif, Jakarta: Balai Pustaka, 2006.
74
LAMPIRAN-LAMPIRAN
HASIL OBSERVASI
Obsever/Pengamat : Peneliti
Objek yang diamati : Upaya guru PAI dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
terhadapa mata Pelajaran Akidah Akhlak
Tempat : MTs Baitul Hidayah NW Desa Midang
Tanggal : 06 Mei 2017
No Macam Obesevasi Aspek yang diobservasi Kondisi Deskripsi
Baik Buruk 1 Fisk Lingkungan dan Fasilitas
a. Keadaan Sekolah b. Fasilitas dan Sarana Data Potensi a. Penghargaan 2. Non Fisik Kebiasaan dan tingkah laku
a. Kebiasaan bergaul b. Kebiasaan Belajar di dalam dan di
luar kelas c. Kebiasaan Beragama d. Kebiasaan Bersosialisasi Catatan Sekolah
75
a. Motivasi Belajar
b. Akidah Akhlak
c. Upaya guru PAI
HASIL WAWAN CARA DENGAN GURU AKIDAH AHKLAK
Informan
Hari
Tanggal
Waktu
Tempat
: Dra. Hj. Fatimah : : 06 Mei 2017 : : Ruang guru
No Aspek Sub Aspek Pertanyaan Sub
deskripsi
1. Motivasi Belajar a. Pengertian motivasi Menurut Pemahaman ibu, apa
belajar yang diketahui tentang motivasi
? b. Motivasi belajar di Menurut ibu, bagaimana
sekolah menumbuhkan motivasi belajar
di sekolah ini ? c. Menumbuhkan Menurut ibu, bagaimana
motivasi belajar menumbuhkan motivasi belajar
di sekolah ini ? 2. Akidah Akhlak a. Pengertian mata Menurut ibu, apa yang
76
pelajaran Akidah diketahui tentang mata
Akhlak pelajaran Akidah Akhlak? b.Penerpana Akidah Menurut ibu, bagaimana
Akhlak di sekolah penerapan nilai-nilai Akidah
Akhlak di sekolah? c. Hambatan dalam Apa hambatan ibu dalam
menerapkan Akidah menerpakan Akidah Akhlak ?
Akhlak d.Strategi penanaman Menurut ibu selaku guru
Akidah Akhlak Akidah Akhlak bagaimana
strategi ibu dalam menanamkan
Akidah Akhlak pada siswa ?
3. Upaya guru a. Memperjelas yang Bagaimana menyampaikan
Akidah Akhlak ingin dicapai kepada siswa tentang tujuan
yang ingin dicapai melaui
pembelajaran Akidah Akhlak? b.Membangkitkan Bagaimana menumbuhkan
minat siswa minat siswa dalam belajar? c. Menggunakan Apa variasi dan metode yang
variasi/metode digunakan saat pembelajaran
berlansung?
77
d. Ciptakan suasana Bagaimana menciptakan
yang menyenangkan suasana yang menyenagkan saat
belajar?
78
83
Top Related