UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA
TINGKAT XII AP1 MELALUI MODEL KOOPERATIF LEARNING
TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION( STAD) DI
SMK NEGERI 6 PALEMBANG
KARYA ILMIAH
Diajukan
Untuk Memenuhi salah satu persyaratanDalam kenaikan Golongan IV/b
Oleh
NAMA : Dra. Hj.Rivalena
NIP : 196403281988032003
Mata Pelajaran : IPA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 6Jalan Mayor Ruslan, Telp./Fax. (0711) 350954 Unit Produksi (0711) 378991
Hotel (0711) 378993 Palembang Kode Pos 30114Website : www.smknegeri6palembang.net E-mail: [email protected]
TAHUN 2011
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Perpustakaan SMK Negeri 6 Palembang
menerangkan bahwa Karya Ilmiah yang berjudul :
Upaya meningkatkan hasil belajar IPA siswa tingkat XII AP1 melalui model
kooperatif learning tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) di SMK
Negeri 6 Palembang
Oleh
NAMA : Dra. Hj.Rivalena
NIP : 196403281988032003
Mata Pelajaran : IPA
Telah di publikasikan di SMK Negeri 6 Palembang, sebagai bahan referensi di
perpustakaan SMK Negeri 6 Palembang.
Demikianlah surat keterangan ini, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya
Palembang, 2011Kepala Perpustakaan
Dra. Siti NirwanaNIP. 195505051984022001
LEMBAR PENGESAHAN KEPALA SEKOLAH
JUDUL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA TINGKAT XII
AP1 MELALUI MODEL KOOPERATIF LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION
( STAD) DI SMK NEGERI 6 PALEMBANG
KARYA ILMIAH
Diajukan
Untuk Memenuhi salah satu persyaratan
Dalam kenaikan Golongan IV/b
Oleh
NAMA : Dra. Hj.Rivalena
NIP : 196403281988032003
Mata Pelajaran : IPA
Demikianlah karya tulis ini, kami sahkan untuk menjadi karya ilmiah Di SMK Negeri 6 Palembang
Palembang, 2011MengesahkanKepala SMKN 6 Palembang
Dra.Hj. Natika,MMNIP.195612221983032002
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SURAT KETERANGAN KEPALA PERPUSTAKAAN
LEMBAR PENGESAHAN KEPALA SEKOLAH
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakan dan MasalahB. Rumusan MasalahC. Tujuan PenelitianD. Manfaat Penelitian
BAB II. KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
A. Hakekat Belajar IPAB. Pembelajaran IPAC. Pembelajaran KooperatifD. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
BAB III. PROSEDUR PENELITIAN
A. Setting PenelitianB. Disain PenelitianC. Persiapan PenelitianD. Siklus Penelitian
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Siklus PertamaB. Siklus Kedua
BAB V. PENUTUP
A. KesimpulanB. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
ridho-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan KARYA ILMIAH yang berjudul
“UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA TINGKAT XII AP.1
MELALUI MODEL KOOPERATIF LEARNING TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI SMK NEGERI 6 PALEMBANG”
Semoga apa yang telah disumbangkan akan mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga KARYA ILMIAH ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri khususnya bagi para pembaca.
Palembang 2011
Penulis,
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA TINGKAT XII AP1
MELALUI MODEL KOOPERATIF LEARNING TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION( STAD) DI SMK NEGERI 6 PALEMBANG*)
Dra.Hj.Rivalena **)
Abstrak
Adanya kesulitan siswa dalam pemahaman materi pelajaran mempengaruhi hasil belajar siswa , sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas XII AP1 di SMK Negeri 6 Palembang ? ” Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas XII AP1 dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD di SMK Negeri 6 Palembang. Penelitian Tindakan ini dibagi menjadi dua siklus masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan berdasarkan materi pelajaran . Tindakan yang diberikan adalah pembelajaran STAD di kelas XII AP 1 . Aspek penelitian meliputi aspek kognitif berupa hasil belajar dan aspek afektif berupa aktifitas siswa selama proses pembelajaran dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan nilai kognitif dari kedua siklus yaitu rata-rata .69,27 dan 75,52 . Aktifitas siswa untuk deskriptor memperhatikan penjelasan guru secara berurutan dari kedua siklus adalah .94,67 %; dan 100 %. Deskriptor mengerjakan tugas secara kelompok secara berurutan dari kedua siklus adalah 91,67 %; dan 100 % . Deskriptor presentasi hasil kerja secara berurutan dari kedua siklus adalah 13,53 %; dan 13,53 %, Sedangkan deskriptor memberi bantuan pada pada teman kelompok secara berurutan pada kedua siklus adalah 42,71 %; dan 59,4 %. Deskriptor mengajukan pertanyaan secara berurutan dari kedua siklus adalah 44,67 % dan 63,57 %. Proses pembelajaran berlangsung secara baik, adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya. Dengan demikian tindakan yang diberikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.
Kata Kunci : Pembelajaran STAD, Siklus
*) Laporan Hasil Penelitian
**) Guru IPA SMK Negeri 6 Palembang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan MasalahBeberapa hal yang mempengaruhi proses belajar mengajar di SMK Negeri 6
Palembang adalah metode dan model pembelajaran, materi bahan ajar. Penggunaan
model pembelajaran konvensional yang selama ini dilakukan guru mendominasi
proses pembelajaran mengakibatkan siswa pasif dan nilai rata-rata ulangan hariannya
belum memuaskan. Selama ini peneliti sering melakukan kegiatan pembelajaran
secara konvensional, yaitu siswa bukan sebagai subyek belajar melainkan menjadi
obyek pembelajaran. Walaupun kadang melakukan kegiatan belajar diskusi dengan
kelompok secara sembarang. Dengan hasil belajar setiap Ulangan Harian masih
belum memuaskan, yaitu siswa rata-rata 50% yang tuntas KKM (nilai 75).
Berkenaan dengan kenyataan di atas peneliti menggunakan model pembelajaran
yang lebih terpusat pada siswa aktif yaitu model pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana tipe STAD. Penulis menduga jika dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD maka dapat meningkatkan aktivitas kerja siswa yang akhirnya
meningkatkan hasil belajar.
Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi mengajar agar siswa
dapat belajar secara efektif dan efisien sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
Apabila kita akan mengajarkan suatu topik dalam suatu kegiatan pembelajaran maka
guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang tepat disesuaikan dengan
kondisi dan situasi peserta didik yang di ajar. Begitu pula sebaliknya, apabila guru
menggunakan model pembelajaran yang tidak tepat saat kegiatan belajar mengajar
maka hasil belajarnya tentu tidak akan optimal.
Dalam proses belajar mengajar dikelas terdapat keterkaitan yang erat antara guru,
siswa, kurikulum, sarana dan prasarana.
Mengapa mata pelajaran IPA masih banyak siswa yang takut dan kurang
menyenanginya? Apa karena IPA itu sulit atau karena cara penyampaian mata
pelajaran itu yang tidak tepat yang akhirnya membosankan sehingga kejenuhan yang
didapat siswa bukan suatu pemahaman . Tentunya dalam menyampaikan materi yang
ada di kurikulum sangat dibutuhkan kemampuan guru dalam menentukan model
pembelajaran yang paling efektif dan efisien tercapainya tujuan pembelajaran. Dan
akan sangat membantu jika di SMK Negeri 6 ini memiliki MGMP IPA yang menjadi
wadah guru IPA untuk bertukar pikiran dan pengalaman.
Keberhasilan dalam menyampaikan materi pelajaran IPA dapat dicapai dengan baik
apabila siswa menyenangi dan tertarik pada materi yang dipelajari. Oleh sebab itu
dengan menyenangi materi, siswa akan lebih aktif, lebih tertarik dan dapat
menganalisa setiap permasalahan yang berkaitan dengan alam lingkungan. Selain itu
kreativitas guru dalam penggunaan model pembelajaran yang tepat akan membuat
siswa lebih tertarik untuk belajar.
Adapun landasan yang mendukung dari pembelajran ini adalah Permen Diknas
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan
dimana dijelaskan pengertian Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik dan Permen
Diknas Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses .Dimana
penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi peserta didik serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan
kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.
B.Rumusan Masalah
Adanya kesulitan siswa dalam memahami konsep mempengaruhi hasil belajar siswa.
Rumusan masalahnya adalah “Apakah dengan menggunakan model pembelajaran tipe
STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas XII AP1 di SMK Negeri 6
Palembang”.
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas XII
AP1 dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD di SMK Negeri 6 Palembang.
D.Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan memberi manfaat sbb:
1. Bagi Siswa
Menanamkan kesan kepada siswa bahwa IPA itu tidak sulit
Menanamkan kepada siswa untuk menyenangi IPA
Melatih siswa agar dapat saling membantu dalam menyelesaikan masalah
Meningkatkan hasil belajar IPA
2. Bagi Guru
Menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan
Meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar
3. Peneliti Lain
Memberikan informasi bagi pembaca
4. Bagi sekolah
Diharapkan memberikan kontribusi bagi sekolah dalam usaha meningkatkan mutu
lulusan
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
A. Hakekat Belajar IPA
Hudojo (1988:1) mengemukakan bahwa seseorang dikatakan belajar bila
diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan
perubahan tingkah laku. Selanjutnya Winkel (1989; 36) mendefinisikan belajar adalah
suatau aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaktif dengan lingkungan,
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap. Sedangkan Rusyan (1989: 8) mengemukakan
pendapatnya tentang belajar dalam arti yang luas adalah proses perubahan tingkah laku
yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian mengenai sikap
dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang
studi, atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang
terorganisasi.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku yang bersifat positif dalam diri seseorang. Perubahan tingkah
laku yang diakibatkan belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk misalnya
bertambahnya pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan perubahan sikap. Salah
satu contoh hasil dari usaha belajar Interaksi Dalam Ekosistem adalah dari belum
memiliki pengetahuan tentang Interaksi Dalam Ekosistem menjadi memiliki
pengetahuan tentang Interaksi Dalam Ekosistem. marianiportofolio.blogspot (2008 : 4
mei 2011) Hakikat Sains atau IPA ada 3 antara lain:
Konsep hakikat IPA sebagai proses
Proses adalah urutan atau langkah-langkah suatu kegiatan untuk memperoleh hasil
pengumpulan data melalui metode ilmiah.
Konsep hakikat IPA sebagai produk
Produk adalah hasil yang diperoleh dari suatu pengumpulan data yang disusun secara
lengkap dan sistimatis.
IPA sebagai sikap ilmiah
Beberapa aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada diri anak yakni: sikap
ingin tahu , sikap ingin mendapatkan sesuatu , sikap kerja sama, sikap tidak putus asa,
sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berpikir
bebas, sikap kedisiplinan diri
Made Alit dan Wandi Praginda (2009 :26 ) mengatakan Saint adalah ilmu
pengetahuan atau kumpulan konsep,prinsip,hokum dan teori yang dibentuk melalui
proses kreatif yang sistematis melalui inkuiri yang dilanjutkan dengan proses
observasi( empiris) secara terus-menerus; merupakan suatu upaya manusia yang
meliputi operasi mental, ketrampilan, dan strategi memanipulasi dan menghitung,
yang dapat diuji kembali kebenarannya yang dilandasi dengan sikap
keingintahuan( curiousity), keteguhan hati(courage),ketekunan(persistence) yang
dilakukan oleh individu untuk menyingkap rahasia alam semesta .
Dari uraian di atas bahwa belajar IPA tidak hanya dilihat sebagi kumpulan konsep
, penjelasan, deskripsi ,generalisasi tentang fenomena alam tetapi juga keseluruhan
cara keingintahuan, ketekunan dan ketelitian seseorang dalam mengungkap fenomena
alam . Saint dapat dikatakan sebagai sesuatu yang bebas nilai artinya tidak dipengaruhi
oleh pandangan atau religi suatu bangsa.
B. Pembelajaran IPA
Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam
agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan
siswa ( Suyitno,2004:1). Agar tujuan pengajaran dapat tercapai , guru harus
mampu mengorganisir semua komponen sedemikian rupa sehingga antara satu
komponen dengan komponen yang lainnya dapat berinteraksi secara harmonis
( suhito, 2000:12) . Salah satu komponen dalam
pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dan metoda
pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan
konteks pembelajaran ( Depdiknas, 2003:1). Sehingga dituntut kemampuan guru
untuk dapat memilih model pembelajaran serta media yang cocok dengan materi
dan bahan ajar.
Menurut Joyce dan Weil ( 1980 ) model pengajaran sebenarnya adalah model
pembelajaran, karena tujuan pengajaran adalah membantu siswa memperoleh
informasi , ide-ide, ketrampilan-ketrampilan,nilai-nilai, cara berfikir, alat-alat
untuk mengekspresikan diri serta cara-cara belajar.Sesungguhnya tujuan jangka
panjang pengajaran yang terpenting adalah agar siswa nantinya mampu
meningkatkan kemampuan belajar lebih mudah dan efektif karena pengetahuan ,
ketrampilan dan nilai-nilai telah diperoleh disamping siswa telah menguasi
proses-proses belajar. Guru yang sukses bukan lagi guru yang kharismatik dan
presenter yang efektif dan persuasive tetapi guru yang mampu menghasilkan
pembelajar-pembelajar otonom , tangguh dan sukses.
Beberapa pendekatan yang sering dilakukan dalam pembelajaran IPA antara lain
pendekatan inkuiri, pendekatan ketrampilan proses , pendekatan S- T-S (Science-
Technology-Society ), pendekatan konstruktivisme, sedangkan beberapa metoda
yang sering digunakan antara lain metoda ceramah, Tanya jawab, diskusi,
demontrasi dan eksperimen. Model pembelajaran IPA menggambarkan
bagaimana pembelajaran IPA dilakukan. Dewasa ini dikembangkan berbagai
macam model pembelajaran oleh para ahli. Diantara model pembelajaran tersebut
ada yang dirancang secara umum tapi cocok untuk digunakan dalam
pembelajaran IPA namun ada yang memang dirancang khusus untuk
pembelajaran IPA diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
C. Pembelajaran Kooperatif
Slavin (1994 : 287) mengatakan bahwa Pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang di dalamnya mengkondisikan para siswa belajar bersama-sama
di dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam
belajar. Pembelajaran kooperatif didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa
siswa bekerja bersama-sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap
aktivitas belajar kelompok mereka seperti terhadap diri mereka sendiri.
Pembelajarn kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama
antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran
kooperatif merubah peran guru dari peran yang berpusat pada gurunya ke
pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok kecil.
Proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif dimulai dengan
membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (4 – 5 siswa perkelompok).
Setiap kelompok ditempatkan di dalam kelas sedemikian rupa sehingga antar
anggota kelompok dapat belajar dan berdiskusi dengan baik tanpa mengganggu
kelompok lain. Guru membagi materi pelajaran, baik berupa lembar kerja siswa,
buku dan penugasan. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan belajar yang ingin
dicapai dan memberikan pengarahan tentang materi yang harus dipelajari dan
permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan. Kemampuan atau prestasi
setiap anggota kelompok sangat menentukan hasil pencapaian belajar kelompok.
Guru melakukan pemantauan terhadap kegiatan siswa, mengarahkan keterampilan
kerja sama dan memberikan bantuan pada saat diperlukan. Aktivitas belajar
berpusat pada siswa, guru berfungsi sebagi fasilitator dan dinamisator.
Dalam pembelajaran kooperatif, Arends (1977: 11) menyatakan ada tiga tujuan
utama yang diharapkan dapat dicapai, yaitu:
1. Prestasi akademikPembelajaran kooperatif sangat menguntungkan baik bagi siswa
berkemampuan tinggi maupun rendah. Khusus bagi siswa berkemampuan
tinggi, mereka secara akademis akan mendapat keuntungan. Siswa dapat
bertindak sebagai tutor yang memberi penjelasan kepada temannya. Agar
dapat memberi penjelasan, siswa tersebut harus memahami materi lebih
dalam dibanding sekedar kemampuan yang dibutuhkan untuk menjawab
soal-soal.
2. Penerimaan terhadap keanekaragaman
Heterogenitas yang ditonjolkan dalam pemilihan anggota kelompok akan
mengarahkan siswa untuk mengakui dan menerima perbedaan yang ada
diantara dirinya dan orang lain.
3. Pengembangan keterampilan sosialPembelajaran kooperatif bertujuan mengajarkan kepada siswa
keterampilan-keterampilan kerjasama sebagai suatu tim. Keterampilan ini
kelak akan sangat bermanfaat bagi siswa ketika mereka terjun di
masyarakat.
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD( Student Team Achievement Division )
STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Sehingga model pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru memulai
menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif. Perencanaan pembelajaran
kooperatif tipe STAD disusun berdasarkan siklus yang tetap pada pengajarannya
(Slavin, 2000: 269).
1. Siklus Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang tetap sebagai berikut:
a. Mengajar : mempresentasikan pelajaran.
b. Belajar dalam tim: siswa bekerja di dalam tim mereka dengan menggunaka
Lembar Kegiatan Siswa untuk menuntaskan materi pelajaran
c. Tes: siswa mengerjakan kuis atau tugas lain secara individual.
d. Penghargaan tim: skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota
tim, sertifikat, laporan berkala kelas, atau papan pengumuman digunakan
untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor
tertinggi.
Pada dasarnya siklus pembelajaran kooperatif tipe STAD, mengacu pada sintaks
pembelajaran kooperatif dengan menggabungkan fase (1) dan fase (2) ke dalam
kegiatan mengajar, dan fase (3) dan fase (4) ke dalam kegiatan belajar dalam tim.
Sedangkan fase (5) dan fase (6) pada pembelajaran kooperatif masuk pada
kegiatan tes dan penghargaan kelompok pada pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
2.Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Slavin (dalam Nur, 1998: 24) menguraikan langkah-langkah mengantar siswa kepada
STAD adalah sebagai berikut:
a. Bagilah siswa ke dalam kelompok masing-masing terdiri dari empat atau
lima anggota. Pastikan bahwa kelompok yang terbentuk itu berimbang
dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin dan asal suku.
b. Buatlah Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan kuis pendek untuk pelajaran
yang anda rencanakan untuk diajarkan.
c. Pada saat anda menjelaskan STAD kepada kelas anda, bacakan tugas-tugas
yang harus dikerjakan tim.
d. Bila tiba saatnya memberikan kuis, bagikan kuis atau bentuk evaluasi yang
lain, dan berikan waktu yang cukup untuk menyelesaikan tes itu
e. Pengakuan kepada prestasi tim, segera setelah anda menghitung poin untuk
siswa dan menghitung skor tim.
Adapun penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (1995),
STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu, presentasi kelas, kelompok, kuis
(tes), skor peningkatan individual dan penghargaan kelompok. Masing-masing
komponen akan diuraikan sebagai berikut:
1. Presentasi Kelas
Materi dalam STAD disampaikan pada presentasi kelas. Presentasi kelas ini
biasanya menggunakan pengajaran langsung (direct instruction) atau
ceramah, dilakukan oleh guru. Presentasi kelas dapat pula menggunakan
audiovisual. Presentasi kelas ini meliputi tiga komponen, yakni pendahuluan,
pengembangan dan praktek terkendali.
2. Kelompok
Kelompok terbentuk terdiri dari empat atau lima siswa, dengan
memperhatikan perbedaan kemampuan, jenis kelamin dan ras atau etnis.
Fungsi utama kelompok adalah memastikan bahwa semua anggota kelompok
terlibat dalam kegiatan belajar, dan lebih khusus adalah mempersiapkan
anggota kelompok agar dapat menjawab kuis (tes) dengan baik. Termasuk
belajar dalam kelompok adalah mendiskusikan masalah, membandingkan
jawaban dan meluruskan jika ada anggota kelompok yang mengalami
kesalahan konsep.
3. Kuis (tes)
Setelah beberapa periode presentasi kelas dan kerja kelompok, siswa
diberikan kuis individual. Siswa tidak diperkenankan saling membantu pada saat
kuis berlangsung.
4. Skor Peningkatan Individual
Penilaian kelompok berdasarkan skor peningkatan individu, sedangkan skor
peningkatan tidak didasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada
seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa
dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam
sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya
didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
5. Penghargaan Kelompok
Kelompok dapat memperoleh sertifikat atau hadiah jika rata-rata skornya
melampaui kriteria tertentu.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di SMK Negeri 6 Palembang. Subyek penelitian adalah
siswa kelas XII AP1 yang berjumlah 32 siswa , mata pelajaran IPA pada
materi Ekosistem. Penelitian dilaksanakan lebih kurang 3 bulan terhitung
dari persiapan sampai pelaporan . peneliti berkarakter sebagai guru mata
pelajaran IPA kelas XII AP.1 di SMK Negeri 6 Palembang.
B. Disain Penelitian
Disain penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas ( Classroom Action Research ) atau biasa disingkat PTK.
Penelitian ini dilakukan sampai dengan 2 siklus dengan harapan peneliti dapat
melihat hasil dari tindakan akan lebih baik. Setiap siklus terdiri dari beberapa
tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Keempat tahap dari siklus Penelitian Tindakan Kelas biasanya digambarkan
spiral Penelitian Tindakan Kelas model Hopkins sebagaimana yang tercantum
dalam panduan tindakan kelas seperti yang ditunjukkan oleh gambar 1.
Gambar 1 Spiral PTK
Sumber: (Tim Pelatihan Proyek PGSM, 1999:7)
C. Persiapan Penelitian
Plan
Reflektive
Revised Plan
Action/Observasi
Reflektive
Action/Observasi
Revised Plan
Reflektive
Actiion/Observasi
Revised Plan
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti melakukan beberapa persiapan
antara lain :
1. Perangkat pembelajaran
2. Analisis materi yang akan diberikan
3. Menyiapkan bahan ajar
4. Membuat lembar observasi aktivitas siswa
5. Menyiapkan soal-soal tes
D. Siklus Penelitian
1. Perencanaan
Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I, siklus II
berdasarkan materi pelajaran. Tiap siklus ada 3 kali pertemuan, tindakan yang
diberikan pada siklus pertama adalah menggunakan model pembelajaran tipe
STAD pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Siswa belajar secara
kooperatif.
2. Pelaksanaan
Instrumen pelaksanaannya sebagai berikut :
a. .Guru membagi siswa dalam kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 -5
orang siswa dengan kemampuan heterogen.
b. Guru menjelaskan konsep materi
c. Guru memberi tugas pada masing-masing kelompok
d. Siswa melakukan diskusi kelompok
e. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelas yang dipandu guru
Tes dilakukan setiap selesai tindakan, sebelum ke tindakan berikutnya. Indikator
keberhasilan jika hasil belajar atau prestasi nilai mendapat nilai ≥ 75
3. Pengamatan
a. Peningkatan hasil belajar melalui pemberian materi bahan ajar dengan
melihat data ulangan harian rata-rata tiap siklus. Pemahaman konsep hasil
belajar berupa nilai kognitif. Instrumen berupa tes yang diadakan setiap
selesai pertemuan atau tindakan.
Skore dan kategori peringkat untuk nilai kognitif
No Nilai Keterangan
1 0,00 - 59.99 Kurang
2 60,00 - 69,99 Cukup
3 70,00 - 85,99 Baik
4 86,00 - 100,00 Baik sekali
( Sumber: Yunia Iswandari 02 Maret, 2011 ,Evaluasi Hasil Belajar )
b. Data yang terkumpul melalui lembar observasi aktivitas siswa, disajikan
dalam data kualitatif yang menggunakan skala sikap dengan 5 tingkatan.
Indikator keberhasilan dari lembar observasi sebagai berikut :
NO
Diskriptor yang tampak Kategori
1 5 Diskriptor yang tampak Sangat Baik
2345
4 Diskriptor yang tampak3 Diskriptor yang tampak2 Diskriptor yang tampak1 Diskriptor yang tampak
BaikCukupKurangTidak Baik
(Sumber : elmupanemu.wordpress.com/evaluasi/skala-sikap )
4. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian ditentukan oleh :
a. Penilaian dengan test
Terkait dengan hasil belajar, maka yang disebut proses pembelajaran
yang berhasil jika rata – rata belajar siswa = atau ≥ 75 %
b. Penilaian non tes yaitu aktivitas siswa selama proses kegiatan belajar
mengajar sudah berjalan baik dan rata –rata diskriptor yang muncul
kategori baik.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Siklus PertamaSiklus pertama dilakukan 3 kali pertemuan dengan tindakan menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD( Student Team Achievement
Division ) pada saat proses pembelajaran berlangsung di kelas.
1. Perencanaan
Siklus pertama dilakukan tiga kali pertemuan , pertemuan pertama
mempelajari komponen ekosistem pertemuan kedua mempelajari
macam ekosistem sedangkan pertemuan ketiga mempelajari
interaksi dalam ekosistem .Selama pertemuan pertama, kedua dan
ketiga, guru sebagai peneliti melakukan observasi aktivitas siswa.
2. Pelaksanaan
Pertemuan pertama guru membagi 3 kelompok pembelajaran yaitu
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pendahuluan
meliputi judul,tujuan, permasalahan, memberikan motivasi pada
siswa.Setelah memberikan motivasi dilanjutkan kegiatan inti , guru
menjelaskan konsep materi dan memberi contoh, Siswa belajar
dalam kelompok , tiap kelompok terdiri dari ( 4-5 ) orang siswa.
Setelah guru menjelaskan materi , siswa memperhatikan dan
bertanya bila belum faham, guru memberikan tugas kelompok ,
setelah diskusi kelompok dilanjutkan presentasi setiap kelompok.
Akhir kegiatan guru melakukan tes akhir pertemuan.
Pertemuan kedua diberikan tindakan yang sama yaitu pada
kegiatan inti guru membagikan bahan ajar yang telah dibuat.
Kegiatan belajar mengajar kedua sama, hanya materi yang
berbeda. Pada pertemuan kedua mempelajari macam ekosistem.
Setiap akhir pertemuan diadakan tes dan setiap pertemuan
dilakukan penilaian aktivitas siswa.
3. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan selama siklus pertama bahwa pada
awal kegiatan masih banyak yang bingung dan bekerja kelompok
masih individu dalam menyelesaikan soal yang diberikan.
Berdasarkan pengamatan saat pembelajaran berlangsung, pada
pertemuan pertama 27 siswa memperhatikan penjelasan guru, 26
siswa mengerjakan tugas kelompok yang diberikan dan 4 siswa
mempresentasikan hasil kerja kelompok, 6 Siswa memberikan
bantuan pada teman sekelompok dan 8 siswa yang mengajukan
pertanyaan. Pada pertemuan kedua semua siswa memperhatikan
penjelasan guru , 30 siswa mengerjakan tugas kelompok yang
diberikan dan 5 siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok, 16
siswa memberikan bantuan pada teman sekelompok dan 13 siswa
mengajukan pertanyaan . Pada pertemuan ketiga semua siswa
memperhatikan , mengerjakan tugas kelompok yang diberikan dan
mempresentasikan hasil kerja kelompok 19 siswa memberikan
bantuan pada teman sekelompok dan 22 siswa yang mengajukan
pertanyaan.
Penilaian aktivitas siswa selama siklus pertama dapat dilaporkan
presentasenya bahwa aktivitas memperhatikan penjelasan guru
93,79 %, mengerjakan tugas kelompok yang diberikan 91,67 %,
dan mempresentasikan hasil kerja kelompok sebesar 13,54 %,
memberikan bantuan pada teman sekelompok sebesar 22,92 %,
dan mengajukan pertanyaan 44,79 %. Secara umum rata-rata
masih belum optimal.
Grafik. I Grafik Observasi Siklus I
Nilai tes untuk penilaian kognitif rata-rata pada siklus pertama, baru mencapai
69,27 % dengan kategori cukup. Nilai tersebut belum mencapai hasil maksimal tuntas
belajar.
Selama pelaksanaan siklus pertama ini banyak sekali kendala yang dihadapi peneliti
sendiri maupun siswa , yaitu :
1. Hasil belajar masih rendah, karena siswa kebanyakan bingung dan kekurangan waktu
membahas soal, hal ini dikarenakan konsep materi baru diinformasikan dan siswa
belum terbiasa kerja kelompok saat proses belajar mengajar berlangsung
2. Pembagian kelompok yang baru dilakukan saat akan memulai pembelajaran terasa
menyita waktu
4.Refleksi
Berdasarkan hasil tes anak dan catatan lapangan observer terlihat ada proses yang perlu
dikembangkan pada penelitian tindakan kelas ini, refleksi yang dilakukan adalah :
a. Memberikan informasi lisan tentang materi yang akan dipelajari mendatang sebelum
hari pembelajaran, sehingga siswa punya kesempatan untuk membahasnya
b. Untuk mengefesienkan waktu, pembagian kelompok ditentukan sebelum
pembelajaran berlangsung.
B. Siklus Kedua
Siklus kedua dilakukan 3 kali pertemuan dengan menggunakan
pembelajaran tipe STAD tentang materi adaptasi, rantai makanan dan
jarring makanan.
Pendekatan yang dilakukan ini merupakan perbaikan tindakan dari siklus
pertama.
1. Perencanaan
Siklus kedua dilakukan tiga kali pertemuan, pertemuan pertama mempelajari
materi adaptasi pertemuan kedua tentang rantai makanan dan pertemuan ketiga
tentang jaring makanan .Tindakan yang dilakukan adalah dengan memberikan
informasi lisan tentang materi pelajaran, pembagian kelompok ditentukan sebelum
hari pembelajaran dimulai.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pada siklus kedua yaitu guru membagi 3 kelompok pembelajaran
yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pendahuluan meliputi
judul,tujuan, permasalahan, memberikan motivasi pada siswa.Setelah memberikan
motivasi dilanjutkan kegiatan inti , guru menjelaskan konsep materi dan memberi
contoh, Siswa belajar dalam kelompok , tiap kelompok terdiri dari ( 4-5 ) orang
siswa. Materi yang akan dipelajari telah diinformasikan secara lisan sebelum hari
pelajaran IPA, Setelah materi dijelaskan siswa dipersilakan bertanya bila ada hal
yang belum jelas , guru memberikan tugas kelompok, setelah diskusi kelompok
dilanjutkan presentasi hasil diskusi setiap kelompoknya. Akhir kegiatan guru
melakukan tes akhir pertemuan.
3. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada siklus kedua meliputi penilaian hasil tes dan
aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung
Berdasarkan pengamatan saat pembelajaran berlangsung, pada pertemuan pertama
32 siswa memperhatikan penjelasan guru, 32 siswa mengerjakan tugas kelompok
yang diberikan dan 5 siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok, 18 Siswa
memberikan bantuan pada teman sekelompok dan 18 siswa yang mengajukan
pertanyaan. Pada pertemuan kedua semua siswa memperhatikan penjelasan guru ,
mengerjakan tugas kelompok yang diberikan dan 4 siswa mempresentasikan hasil
kerja kelompok, 20 siswa memberikan bantuan pada teman sekelompok dan 21
siswa mengajukan pertanyaan . Pada pertemuan ketiga semua siswa
memperhatikan , mengerjakan tugas kelompok yang diberikan dan 4 siswa
mempresentasikan hasil kerja kelompok,19 siswa memberikan bantuan pada
teman sekelompok dan 22 siswa yang mengajukan pertanyaan.
Penilaian aktivitas siswa selama siklus kedua dapat dilaporkan presentasenya
bahwa aktivitas memperhatikan penjelasan guru 100 %, mengerjakan tugas
kelompok yang diberikan 100 %, dan mempresentasikan hasil kerja kelompok
sebesar 13,54 %, memberikan bantuan pada teman sekelompok sebesar 59,38 %,
dan mengajukan pertanyaan 63,54%. Secara umum rata-rata masih sudah cukup
optimal .
Secara umum memang terjadi perubahan kearah membaik jika dibandingkan
dengan siklus pertama.
Grafik 2. Observasi siklus II
Nilai tes untuk penilaian kognitif rata-rata pada siklus kedua telah mencapai 75,52 %
dengan kategori Baik. Nilai tersebut telah mencapai hasil maksimal tuntas belajar.
Berikut rekapitulasi perbandingan hasil rata-rata kognitif tiap siklus selama penelitian .
Grafik 3. Indikator peningkatan Hasil Belajar
Tampak adanya pengembangan antar siklus dan terlihat adanya peningktan hasil belajar
siklus I dan Siklus II. Pemahaman siswa terhadap pelajaran IPA dengan model
pembelajaran tipe STAD semakin membaik. Hasil belajar yang dicapai pada akhir
penelitian ini adalah tertinggi selama pelaksanaan penelitian.
Proses penelitian juga diamati dari aktifitas siswa ( sejumlah 32 orang siswa ) selama
penelitian tertera dibawah ini.
Tabel. 1. Aktifitas siswa selama penelitian
Dari Tabel 1 diatas terlihat bahwa terjadi peningkatan aktifitas selama penelitian. Seperti tertera
pada grafik berikut :
N
O
Siklus I II
Pertemuan 1 2 3 1 2 3
1
1
Memperhatikan penjelasan guru 27 32 32 32 32 32
Rata-rata persentase 93,79 100
2 Mengerjakan Tugas 26 30 32 32 32 32
Rata-rata Persentase 91,67 100
3 Memberi bantuan teman sekelompok 6 16 19 18 20 19
Rata-rata persentase 22,92 59,38
4 Mengajukan Pertanyaan 8 13 22 18 21 22
Rata-rata persentase 44,79 63,54
Grafik 4. Persentase aktifitas siswa
Hal ini menunjukkan tindakan yang diberikan tiap-tiap siklus dapat dikatakan bahwa
pembelajaran kooperatif learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa
sehingga menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, dengan demikian dapat
memberi andil pada kebutuhan belajar dan pembelajaran.Hal ini didukung oleh pendapat
Anita ( 2002) bahwa model pembelajaran kooperatif dapat memaksimalknan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. 1.Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif learning tipe
STAD dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas XII AP1 di
SMK Negeri 6 Palembang.
2. Kegiatan yang dilakukan sendiri oleh siswa menyebabkan siswa
mendapatkan pengalaman belajar yang lebih banyak dan meningkatkan
partisipasi aktivitas siswa dalam hal berani mengemukakan pendapat,
dapat bekerjasama, tolong menolong dan bertanggung jawab atas tugas
yang diberikan.
B. Saran
Penggunaan model tipe STAD dapat digunakan oleh guru mata pelajaran
IPA dan untuk semua tingkatan, model pembelajaran kooperatif learning tipe
STAD bagi siswa dalam pelajaran IPA menumbuhkan kebiasaan positif yaitu
berani mengajukan pertanyaan, memberi kritik dan saran sehingga pelajaran
IPA dirasa menyenangkan. Bagi peneliti lain menjadikan sumbang saran bagi
peningkatan kegiatan belajar mengajar di SMK Negeri 6 Palembang.
Daftar Pustaka
Budiningsih Asri, 2005. Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta
Djamarah, 1996. Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta
Wartono, 2004. Landasan Teori dalam Pengembangan Model Pengajaran. Dirjen
Dikdasmen, Jakarta
Marianiportofolio.blogspot.com/2008/.../hakikat-ipa diunduh tanggal 4 Mei 2011.
Dr I Made Alit Mariana MPd, Wandi Praginda SPd,MSi ,2009. Hakikat IPA untuk Guru
SD PPPTK IPA, Bandung
Lampiran
Gambar; Siswa memperhatikan penjelasan guru
Gambar; Diskusi Kelompok
Gambar ; Mempresentasikan hasil diskusi
Top Related