REFLEKSI KASUS
ULKUS STASIS/
ULKUS VARIKOSUM
Disusun oleh:
ALESSANDRO ALFIERI
08/264593/KU/12575
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ulkus statis atau ulkus varikosum adalah ulkus pada tungkai bawah yang disebabkan
oleh gangguan darah dalam vena tungkai bawah yang disebabkan insufisiensi vena kronik
sehingga terjadi peningkatan tekanan vena. Pada penderita insufisiensi vena kronik, 30%-
50% akan menimbulkan ulserasi. Penderita pada umumnya orang dewasa dan orang tua, dan
wanita lebih sering dibandingkan pria. Lebih dari 80% timbulnya ulkus ini didahului oleh
trombosis pada vena-vena profunda. Setelah trombus menghilang, terjadi rekanalisasi, tetapi
katup vena tetap rusak sehingga aliran darah terganggu.
Penyebab gangguan aliran darah balik pada tungkai bawah secara garis besar dibagi
menjadi dua, yaitu yang berasal dari pembuluh darah dan yang bukan berasal dari pembuluh
darah. Yang berasal dari pembuluh darah sendiri yang paling sering karena trombosis atau
tromboflebitis. Sebab lain adalah karena kelainan katup vena yang tidak dapat berfungsi
dengan sempurna atau memang tidak terbentuk. Penyebab yang berasal dari luar pembuluh
darah misalnya bendungan di daerah proksimal tungkai bawah oleh karena tumor, kehamilan
atau striktur di lipat paha. Sebab lain ialah pekerjaan yang dilakukan dengan berdiri, obesitas,
dan herediter.
Selain ulkus, pada penderita insufisiensi vena kronik, juga bisa terdapat dermatitis
statis dan edema. Dermatitis statis terjadi apabila terjadi di tungkai bawah atau sekitar ankle.
Gambarannya adalah papul dengan dasar inflamasi, bersisik dan terdapat krusta erosi.
Sedangkan edema terjadi karena adanya ekstravasasi cairan dari vena yang mengalami
bendungan. Ekstravasasi cairan juga diikuti keluarnya fibrinogen dan sel darah merah, yang
bisa membuat kulit sekitar menjadi berwarna merah kehitaman dan timbul purpura.
Pada ulkus varikosum, penderita ketika berbaring tungkainya harus ditinggikan
sehingga letaknya lebih tinggi dari jantung, maksudnya untuk mengurangi hambatan aliran
vena. Ulkus ini juga dapat disertai infeksi sekunder apabila tidak dijaga kebersihannya dan
tidak diobati. Penggunaan antibiotik sistemik dan mengurangi resiko ini. Kemudian, apabila
penderita mampu, pengobatan dari penyebab ulkus ini adalah yang terpenting, penderita
dapat disarankan untuk ke bagian bedah.
Permasalahan
Ulserasi di tungkai bawah memiliki beberapa diagnosis banding lain selain stasis pada
vena. Karena pengobatannya yang berbeda, maka seorang dokter harus mampu membedakan
antara ulserasi vena, arteri ataupun ulserasi neuropatik.
BAB II
KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. Suye,
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun
Alamat : Jetis
Pekerjaan : Buruh angkut
Tgl periksa : 15 Januari 2013
Agama : Islam
Anamnesis
Keluhan utama : Luka di tungkai bawah kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih 6 bulan yang lalu, pasien mengeluhkan ada luka di tungkai bawah kanan sebelah dalam. Pasien mengaku luka tersebut dalam dan terasa sakit. Sebelum ada luka, pasien mengaku kulit sekitarnya berwarna hitam dan terdapat bengkak pada kaki. Apabila digunakan untuk berjalan dan bekerja, pasien mengaku bengkak bertambah, dan berkurang apabila istirahat. Pasien mengobati luka tersebut dengan betadin dan rivanol, namun hanya sedikit perbaikan. Pasien adalah penderita penyakit jantung yang berobat rutin di poli penyakit dalam RSUD Wonosari, dx ?, tx ? Pasien bekerja sebagai buruh angkut di toko kelontong, setiap hari berjalan bolak balik di toko untuk mengangkut barang.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat keluhan serupa (-)- Riwayat DM (-), Hipertensi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa.
Pemeriksaan Fisik
Status DV:
- Pada tungkai bawah kanan, diatas tulang maleolus medialis, terdapat erosi/ulserasi, dengan bentuk bulat, kemerahan, dangkal, tertutup jaringan nekrotik, batasnya ireguler, dengan jaringan sekitar yang hiperpigmentasi atau mengalami dermatitis statis.
- Pada tungkai bawah sekitar maleolus medial kanan, terdapat makula hiperpigmentasi, batas tidak tegas, ditutupi skuama halus.
- Pada tungkai bawah tampak pula gambaran vena yang mengalami varises, tampak berbenjol-benjol.
Diagnosis Banding:
1. Ulkus varikosum/ulkus statis2. Ulkus arteriosus3. Ulkus diabetikum/ulkus neuropatik
Pemeriksaan Penunjang:
Tidak dilakukan
Diagnosis:
Ulkus varikosum/ulkus statis
Terapi:
R/ Cefadroxil tab 500mg no. X
S.2.d.d.1
R/ Cream Bactoderm 5gr Tube I
S.2.d.d.u.e.
Saran:
Kompres luka dengan betadine, dua kali sehari. Sekali kompres kurang lebih 5 menit. Jaga kebersihan luka dan usahakan agar tetap kering
BAB III
DISKUSI
Diagnosis ulser stasis atau ulkus varikosum dapat ditegakkan dari anamnesis, teruma
pada faktor resiko, dan pemeriksaan fisik. Ulser ini dapat muncul pada pasien yang tua,
obesitas, riwayat fraktur pada tungkai, DVT, dan flebitis. Pasien akan mengeluhkan berat di
kaki, bengkak yang berhubungan dengan berdiri atau berjalan lama, dan nyeri. Namun belum
tentu pasien didiagnosis dengan varises vena pasti memiliki ulser varikosum, ini hanya satu
dari banyak tanda. Ulser sering ditemui di tungkai bawah medial, terutama disekitar
maleolus. Ulser biasanya memiliki batas tegas, bentuknya bulat atau lonjong namun ireguler
dan terasa nyeri. Dasarnya biasanya ditutupi fibrin dan materi nekrotik, dan mungkin
dijumpai infeksi sekunder. Komplikasi yang paling buruk pada ulkus yang berlangsung lama
ada tempat predileksi terjadinya skuamos sel karsinoma pada kulit.
Diagnosis banding ulserasi varikosum/stasis antara lain ulserasi arterial dan ulserasi
neuropatik. Berikut ini perbedaan dari ketika ulserasi tersebut:
Anamnesis LokasiKulit di sekitar Pemeriksaan
umumLesi
Vena
Memiliki
riwayat
insufisiensi
vena kronis
Maleolar
atau supra
maleolar
medial
Lipodermatosklerosis
Statis dermatitis
Atrofi blanche
pigmentasi
Limfedema
Varises vena
Nyeri
Ireguler
Tepi yang
agak
meninggi
Dasar
nekrotik
Arteri Lokasi
dimana
sering
terjadi
penekanan
(jari kaki,
pretibial,
Atropi
Rambut rontok
Pucat
Pulsasi yang
lemah atau
hilang
Pucat pada
tungkai
Nyeri terus
menerus
Dasar
nekrosis
Punched
out
appearance
supra
maleolar
lateral
Neuropatik
Memiliki
riwayat
diabetes
melitus
Lokasi
dimana
sering
terjadi
penekanan
Plantar
Kalus sebelum
adanya ulserasi
Gangguan
saraf perifer
Penurunan
sensasi
Tidak ada
nyeri
Punched
out
appearance
Pada ulserasi varikosum/stasis, luka akan dapat muncul kembali apabila faktor resiko
dari penyakit ini tidak diperbaiki, sebagai contoh koreksi bedah untuk varises atau
penggunaan elastik stoking. Harus berhati-hati terhadap infeksi sekunder. Ulser merupakan
tempat masuknya bakteri yang paling mudah dan dapat menyebabkan infeksi sistemik. Pada
ulser, dilakukan debridemen untuk pengambilan materi nekrotik. Penggunaan antiseptik dan
antibiotik topikal berguna untuk mencegah terjadinya infeksi,
BAB IV
KESIMPULAN
Pada kasus ini, pasien wanita berumur 40 tahun dengan diagnosis ulserasi
varikosum/stasis. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis langsung kepada pasien, dengan
keluhan adanya luka di tungkai bawah kanan, pasien mengaku kaki akan bengkak apabila
dipakai banyak berjalan dan akan mengecil apabila istirahat, pasien merupakan penderita
penyakit jantung dan sebelum terjadi luka, kulit di tungkai bawah kanan menghitam. Pada
pemeriksaan fisik terdapat erosi/ulserasi pada tungkai bawah kanan diatas maleolus medial,
bentuk bulat, kemerahan, dangkal, dasarnya adalah jaringan nekrosis dan batasnya ireguler.
Manajemen untuk pasien ini secara farmakoterapi diberikan antibiotik yaitu
cefadroxil 500mg yang dikonsumsi 2 kali sehari selama 5 hari. Kemudian diberikan juga
salep bakteroderm 5gr 2x/hari digunakan setelah mandi. Selain itu pasien juga diedukasi
untuk mengompres luka dengan betadin, kompres dilakukan 2 kali sehari dan lama kompres
kurang lebih 5 menit setiap kompres Pasien harus merawat kebersihan lukanya agar tidak
terjadi infeksi. Luka dijaga agar tidak basah.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi, et al. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Siregar. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi 2. Jakarta: EGC.
Wollff, K., Goldsmith, L.A., et al. 2005. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th
edition. New York: McGraw Hill.