Download - UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

Transcript
Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI STABILITAS KIMIA ETIL P-METOKSISINAMAT

DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga Linn)

DALAM SEDIAAN SETENGAH PADAT

SKRIPSI

KHOIRUNNISA ROBBANI

1111102000076

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

DESEMBER 2015

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI STABILITAS KIMIA ETIL P-METOKSISINAMAT

DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga Linn)

DALAM SEDIAAN SETENGAH PADAT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Farmasi

KHOIRUNNISA ROBBANI

1111102000076

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

DESEMBER 2015

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

iii

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

iv

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

v

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

vi

ABSTRAK

Nama : Khoirunnisa Robbani

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Uji Stabilitas Kimia Etil p-Metoksisinamat dari Rimpang

Kencur (Kaempferia galanga Linn) dalam Sediaan Setengah

Padat

Etil p-metoksisinamat merupakan komponen terbesar yang terdapat dalam

rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn) yang memiliki banyak aktivitas salah

satunya adalah sebagai anti-inflamasi. Dengan demikian, etil p-metoksisinamat

berpotensi untuk diformulasi menjadi sediaan setengah padat dengan tujuan terapi

lokal anti-inflamasi. Salah satu parameter yang menunjukkan mutu sediaan adalah

stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada

penelitian ini dilakukan uji stabilitas dipercepat untuk melihat stabilitas dari etil p-

metoksisinamat dalam sediaan setengah padat. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menguji stabilitas kimia etil p-metoksisinamat dalam sediaan setengah

padat salep, krim, dan gel. Sediaan disimpan dalam oven dengan suhu 40° C

selama 3 bulan. Sediaan dianalisis pada bulan ke-0, bulan ke-1, bulan ke-2, dan

bulan ke-3 menggunakan Kromatografi Gas Spektroskopi Massa. Hasil penelitian

menunjukkan etil p-metoksisinamat dalam ketiga sediaan setengah padat stabil

dengan pola kromatogram yang seragam dari bulan ke-0 hingga bulan ke-3 dan

tidak muncul senyawa baru selama penyimpanan dalam oven.

Kata kunci : Stabilitas, etil p-metoksisinamat, kencur (Kaempferia

galanga Linn), salep, krim, gel

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

vii

ABSTRACT

Name : Khoirunnisa Robbani

Major : Pharmacy

Title : Study of Chemical Stability of Ethyl p-Methoxycinnamate

from Kencur Rhizome (Kaempferia galanga Linn) in

Semisolids Dosage Form

Ethyl p-methoxycinnamate is the largest component contained in the Kencur

Rhizome (Kaempferia galanga Linn) which has many activities one of them is an

anti-inflammatory. Thus, ethyl p-methoxcycinnamate has the potential to be

formulated into semdolid dosage with the aim of local anti-inflammatory therapy.

One of parameter that indicates the quality of the preparation is the stability of the

active substance which is affected by the formulation. Therefore, in this study

carried out accelerated stability testing to see the stability of ethyl p-

methoxcycinnamate in the semisolids dosage form. The aim of this study was to

test the chemical stability of ethyl p-methoxcycinnamate in the semisolids dosage

form ointment, cream, and gel. The preparation is stored in an oven at 40° C for 3

months. Preparations are analyzed at month 0, 1st month, 2

nd month, and 3

rd month

using Gas Chromatography Mass Spectroscopy. The results showed ethyl p-

methoxycinnamate was stable in the three of semisolids dosage form with the

uniform chromatogram pattern from month 0 until 3rd

month and does not appear

new compounds during storage in the oven.

Keyword : Stability, ethyl p-methocycinnamate, kencur (Kaempferia

galanga Linn), ointment, cream, gel

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada junjungan

Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Stabilitas Kimia Etil p-

Metoksisinamat dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga Linn) dalam

Sediaan Setengah Padat”.

Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas syarat

memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari, penyusunan skripsi ini tidak

akan selesai tanpa bantuan, dukungan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap yang

telah ikut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih penulis

sampaikan kepada:

1. Ibu Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt. dan Ibu Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D.,

Apt. sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu,

kesabaran, dan tenaga untuk membimbing, memberi masukan, memberi

ilmu, memberi nasihat, dan memberi dukungan kepada penulis.

2. Dr. Arief Sumantri, SKM, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Yardi, Ph.D., Apt. selaku ketua Program Studi Farmasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Ibu Nelly Suryani, Ph.D., Apt. selaku sekretaris

Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Seluruh dosen di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu pengetahuan selama

penulis menempuh pendidikan.

5. Kedua orang tua tercinta, Abi Sunardi dan Ummi Sulaeha yang tidak pernah

lelah untuk memberikan doa, dukungan moril maupun materil, kasih

sayang, cinta, semangat, dan motivasi kepada penulis dari kecil hingga

sekarang.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

ix

6. Kakak-kakak dan adik-adik tersayang Mas Adhi, Ka Novi, Ka Ayu, Mas

Rachmad, Mas Iqbal, Rahman dan Hanan juga seluruh keluarga besar atas

semangat, dukungan, dan doa kepada penulis yang tidak pernah putus.

7. Sahabat-sahabat tersayang Henny Pradikaningrum, Meri Rahmawati, Gina

Kholisoh, Ayu Diah Gunardi, Nicky Annisiana Fortunita, Wina Oktaviana,

Nurul Hikmah Tanjung, Khairunnisa, Khairunnisa Nur Fadhillah, Juleha,

Hanifah Luthfiyyah atas kebersamaan, persaudaraan, persahabatan, doa,

semangat, dukungan, serta selalu menemani dan mendengarkan cerita

penulis kapanpun dan di manapun.

8. Teman-teman belajar dan bermain penulis Puspita, Vernanda, Qurry,

Fathiyah, Titis, Haidar, Ali, Agung, Rhesa, Reza, Wahidin, Sutar, yang telah

memberikan bantuan dan meramaikan masa perkuliahan penulis.

9. Teman seperjuangan penelitian “Geng Unyils” Sry Wardiyah dan Charinna

Agus atas masukan, bantuan, dan semangat selama masa penelitian hingga

penyusunan skripsi.

10. Teman-teman Farmasi 2011 khususnya Farmasi 2011 AC atas kebersamaan

dan tawa selama perkuliahan.

11. Kak Eris, Kak Lisna, Kak Rahmadi, Kak Walid, Kak Suryani, dan laboran-

laboran Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak

membantu penulis selama penulis melakukan penelitian.

12. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian dan

penulisan skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu diperlukan kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi

penyempurnaan skripsi ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi

ilmu pengetahuan khususnya dunia kefarmasian.

Jakarta, Desember 2015

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

x

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ORISINILITAS ......................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................v

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xv

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii

BAB 1. PENDAHULUAN ..............................................................................1

1.1. Latar Belakang...........................................................................1

1.2. Rumusan Masalah .....................................................................3

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................4

1.4. Manfaat Penelitian .....................................................................4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................5

2.1. Tumbuhan Kencur ....................................................................5

2.1.1. Klasifikasi ....................................................................5

2.1.2. Tempat Tumbuh ..........................................................5

2.1.3. Kandungan Kimia Kaempferia galanga Linn .............6

2.1.4. Manfaat Kaempferia galanga Linn .............................7

2.2. Kulit ...........................................................................................8

2.2.1. Epidermis ....................................................................8

2.2.2. Dermis .........................................................................9

2.2.3. Lapisan Subkutan ........................................................9

2.3. Krim ...........................................................................................9

2.3.1. Cara Pembuatan Krim ...............................................10

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

xii

2.4. Gel ...........................................................................................11

2.4.1. Dasar Gel ...................................................................12

2.5. Salep ........................................................................................12

2.5.1. Dasar Salep ................................................................13

2.5.1.1. Dasar Salep Hidrokarbon ............................13

2.5.1.2. Dasar Salep Absorpsi ..................................14

2.5.1.3. Dasar Salep Tercuci Air ..............................16

2.5.1.4. Dasar Salep Larut dalam Air .......................16

2.5.2. Penggolongan Salep ..................................................17

2.6. Ekstraksi ..................................................................................19

2.7. Stabilitas ..................................................................................20

2.7.1. Uji Stabilitas Dipercepat ...........................................22

2.8. Kromatografi ...........................................................................23

2.8.1. Kromatografi Gas ......................................................23

2.9. Studi Preformulasi ...................................................................25

2.9.1. Propilenglikol ............................................................25

2.9.2. Metil Paraben ............................................................25

2.9.3. Propil Paraben ...........................................................26

2.9.4. Etanol ........................................................................26

2.9.5. Setil Alkohol .............................................................27

2.9.6. Asam Stearat .............................................................27

2.9.7. Trietanolamin (TEA) .................................................28

2.9.8. Karbopol ....................................................................29

2.9.9. Vaselin Album ...........................................................31

2.9.10. Cera Alba ...................................................................31

2.9.11. Paraffin Cair ..............................................................32

2.9.12. Lanolin Anhidrat .......................................................32

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

xiii

BAB 3. METODE PENELITIAN .............................................................. 33

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................... 33

3.2. Alat dan Bahan yang Digunakan ........................................... 33

3.2.1. Alat ...........................................................................33

3.2.2. Bahan ........................................................................33

3.3. Prosedur Penelitian ................................................................ 34

3.3.1. Isolasi EPMS dari Rimpang Kencur ........................ 34

3.3.2. Pemeriksaan Kristal EPMS .......................................35

3.3.2.1. Pemeriksaan Organoleptis ...........................35

3.3.2.2. Uji Kromatografi Lapis Tipis ......................35

3.3.2.3. Uji Titik Leleh ............................................ 35

3.3.3. Pemeriksaan EPMS menggunakan GC-MS ..............35

3.3.3.1. Pembuatan Larutan Sampel.........................35

3.3.3.2. Analisis menggunakan GC-MS ..................36

3.3.4. Pembuatan Sediaan Salep, Krim, dan Gel .................36

3.3.4.1. Sediaan Salep .............................................36

3.3.4.2. Sediaan Krim ..............................................37

3.3.4.3. Sediaan Gel ................................................38

3.3.5. Uji Stabilitas Kimia Sediaan Topikal .......................38

3.3.6. Analisis EPMS dalam Sediaan Setengah Padat

menggunakan GC-MS ...............................................39

3.3.6.1. Penyiapan Sampel .......................................39

3.3.6.2. Analisis Etil p-metoksisinamat ...................39

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................40

4.1. Ekstraksi Rimpang Kencur dan Isolasi EPMS ........................40

4.2. Pemeriksaan Kristal EPMS .....................................................42

4.2.1. Pemeriksaan Organoleptis .........................................42

4.2.2. Pengukuran Titik Leleh .............................................42

4.2.3. Pemeriksaan EPMS menggunakan GCMS ...............43

4.3. Analisis Kadar dalam Sediaan .................................................45

4.3.1. Sediaan Salep ............................................................46

4.3.2. Sediaan Krim .............................................................49

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

xiv

4.3.3. Sediaan Gel ...............................................................53

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................56

5.1. Kesimpulan ..............................................................................56

5.2. Saran ........................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 57

LAMPIRAN ...................................................................................................60

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Senyawa dari (a) etil p-metoksisinamat (b) borneol

(c) beta-sitosterol (d) metil sinamat .............................................7

Gambar 2.2 Anatomi Kulit ..............................................................................8

Gambar 2.3 Struktur Propilenglikol ..............................................................25

Gambar 2.4 Struktur Metil Paraben ...............................................................25

Gambar 2.5 Struktur Propil Paraben .............................................................26

Gambar 2.6 Struktur Etanol ...........................................................................26

Gambar 2.7 Struktur Setil Alkohol ................................................................27

Gambar 2.8 Struktur Asam Stearat ................................................................27

Gambar 2.9 Struktur Trietanolamin (TEA) ...................................................28

Gambar 2.10 Struktur Karbopol ....................................................................29

Gambar 4.1 Serbuk Simplisia Rimpang Kencur ...........................................40

Gambar 4.2 KLT Isolat Kencur dengan Eluen n-heksana : Etil Asetat .........41

Gambar 4.3 Kristal Etil p-metoksisinamat hasil Isolasi ................................42

Gambar 4.4 Kromatogram Standar Etil p-metoksisinamat ...........................44

Gambar 4.5 Kromatogram Etil p-metoksisinamat Hasil Isolasi ....................45

Gambar 4.6 Pola Kromatogram Sediaan Salep bulan ke-0 dan

bulan ke-1 .................................................................................47

Gambar 4.7 Pola Kromatogram Sediaan Salep bulan ke-2 dan

bulan ke-3 .................................................................................48

Gambar 4.8 Pola Kromatogram Sediaan Krim bulan ke-0 dan

bulan ke-1 .................................................................................51

Gambar 4.9 Pola Kromatogram Sediaan Krim bulan ke-2 dan

bulan ke-3 .................................................................................52

Gambar 4.10 Pola Kromatogram Sediaan Gel bulan ke-0 dan

bulan ke-1 ...............................................................................54

Gambar 4.11 Pola Kromatogram Sediaan Gel bulan ke-2 dan

bulan ke-3 ...............................................................................55

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Rancangan Formula Sediaan Salep ................................................36

Tabel 3.2 Rancangan Formula Sediaan Krim.................................................37

Tabel 3.3 Rancangan Formula Sediaan Gel ...................................................38

Tabel 4.1 Hasil Kromatografi Gas Spektroskopi Massa Sediaan Salep .........46

Tabel 4.2 Hasil Kromatografi Gas Spektroskopi Massa Sediaan Krim .........49

Tabel 4.3 Hasil Kromatografi Gas Spektroskopi Massa Sediaan Gel ............53

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kerangka Penelitian ..................................................................60

Lampiran 2. Bagan Alur Ekstraksi Rimpang Kencur....................................61

Lampiran 3. Bagan Alur Rekristalisasi, Identifikasi, dan Uji Kemurnian

Kristal Etil p-Metoksisinamat ..................................................62

Lampiran 4. Gambar Alat Penelitian .............................................................63

Lampiran 5. Perhitungan Rendemen Kristal dan Perhitungan Nilai Rf ........63

Lampiran 6. Gambar Hasil Sediaan ..............................................................63

Lampiran 7. Nilai Luas Puncak dan Persentase Kadar

Etil p-Metoksisinamat .............................................................64

Lampiran 8. Data Hasil Uji Titik Leleh ........................................................64

Lampiran 9. Nilai Luas Puncak dan Persentase Kadar Senyawa dalam

Sediaan Salep...........................................................................65

Lampiran 10. Nilai Luas Puncak dan Persentase Kadar Senyawa dalam

Sediaan Krim .........................................................................67

Lampiran 11. Nilai Luas Puncak dan Persentase Kadar Senyawa dalam

Sediaan Gel ...........................................................................69

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemakaian tanaman obat sebagai upaya penanggulangan masalah

kesehatan telah banyak diterapkan masyarakat di tengah-tengah kemajuan

teknologi dan ilmu pengetahuan saat ini. Terlebih lagi keadaan

perekonomian Indonesia saat ini yang mengakibatkan harga obat-obatan

relatif mahal (Naibaho, et al., 2013).

Salah satu tanaman obat yang sering digunakan oleh masyarakat

ialah rimpang kencur (Kaempferia galangal Linn). Kencur (Kaempferia

galangal Linn) biasa digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu aneka

masakan sehari-hari seperti pecal dan karedok. Selain itu daunnya juga

dapat dimanfaatkan sebagai lalap atau campuran urap. Rimpang muda dapat

dibuat minuman beras kencur hingga kosmetika tradisional. Selain sebagai

bumbu masakan sehari-hari, kencur juga mempunyai khasiat sebagai obat

batuk pada anak-anak dan balita, mengatasi muntah-muntah, mengobati

tetanus, mengatasi keracunan tempe bongkrek, serta mengobati keracunan

jamur. Jamu beras kencur baik untuk menambah daya tahan tubuh,

menghilangkan masuk angin, dan kelelahan (Muhlisah, 1999).

Metabolit sekunder yang terkandung dalam rimpang kencur antara

lain asam propionat (4,7%), pentadekan (2,08%), asam tridekanoat (1,81%),

1,21-docosadiene (1,47%), beta-sitosterol (9,88%), dan etil p-

metoksisinamat (80,05%) yang merupakan komponen terbesar yang

terkandung dalam rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn) (Umar et al.,

2012). Senyawa etil p-metoksisinamat sangat mudah untuk diisolasi dan

dimurnikan.

Senyawa etil p-metoksisinamat telah dilaporkan memiliki aktivitas

sebagai anti-inflamasi dengan menghambat edema tikus yang diinduksi

karagenan (Umar, et al., 2012). Penelitian Nuntana Aroonrerk et al.

menunjukkan bahwa senyawa etil p-metoksisinamat berpotensi sebagai anti-

inflamasi dengan menghambat produksi IL-6 (Aroonrerk, et al., 2009).

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Senyawa etil p-metoksisinamat juga mempunyai efek antituberkolosis,

antinyamuk, antimikroba, dan antineoplastik (Umar et al., 2014).

Untuk pemakaian melalui kulit dengan tujuan terapi lokal

antiinflamasi, kristal etil p-metoksisinamat dapat dibuat dalam bentuk

sediaan topikal yaitu krim, salep, dan gel. Banyaknya pilihan bentuk sediaan

topikal memerlukan kecermatan dalam memilih, karena di samping

pertimbangan zat aktif, bentuk sediaan obat topikal yang sesuai dengan

kondisi kelainan kulit diperlukan, karena merupakan salah satu faktor yang

berperan dalam keberhasilan terapi topikal di samping faktor lain seperti

konsentrasi zat aktif obat, efek fisika dan kimia, cara pakai, dan lama

penggunaan obat (Yahendri dan Satya, 2012). Menurut ISO Indonesia Vol.

49 (2014-2015), sediaan topikal anti-inflamasi terbanyak di pasaran yaitu

bentuk sediaan krim (79%), sediaan gel (11%), dan sediaan salep (2%).

Bentuk sediaan krim lebih mudah digunakan dan penyebaran di kulit juga

lebih baik, sehingga banyak masyarakat yang lebih memilih menggunakan

produk dalam bentuk krim dibandingkan sediaan lainnya (Siswanto, et al.,

2012). Salep dipilih sebagai salah satu bentuk sediaan karena stabilitasnya

baik, berupa sediaan halus, mudah digunakan, mampu menjaga kelembapan

kulit, tidak mengiritasi kulit, dan mempunyai tampilan yang lebih menarik

(Pongsipulung, et al., 2012). Sediaan dalam bentuk gel lebih banyak

digunakan karena rasa dingin di kulit, mudah mengering membentuk lapisan

film sehingga mudah dicuci dan mudah menggunakannya (Lukman, et al.,

2012).

Sediaan setengah padat relatif tidak stabil zat aktifnya dibandingkan

sediaan padat. Stabilitas sediaan setengah padat tergantung pada basis dan

sifat kimia zat aktifnya. Komposisi dan pembuatan sediaan setengah padat

juga menjadi perhatian. Faktor yang mempengaruhi sediaan setengah padat

antara lain, sifat kimia fisika zat aktif dan basis yang digunakan, sistem

dispersi zat aktif-pembawa, bahan pendispersi zat aktif, bahan tambahan

lain, kemasan, dan penyimpanan (Cartensen and Rhodes, 2000).

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji stabilitas merupakan bagian penting program uji bahan obat

(Cartensen and Rhodes, 2000). Uji bahan obat meliputi umur simpan obat

dan tanggal kadaluwarsa. Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas

produk farmasi, seperti stabilitas dari bahan aktif, interaksi antara bahan

aktif dan bahan tambahan, proses pembuatan, proses pengemasan, dan

kondisi lingkungan selama pengangkutan, penyimpanan, dan penanganan,

dan jangka waktu produk antara pembuatan hingga pemakaian (Vadas,

2010). Berdasarkan hal tersebut dilakukan evaluasi stabilitas kimia kristal

etil p-metoksisinamat dari rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn)

sebagai anti-inflamasi dalam bentuk sediaan setengah padat.

Uji stabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji stabilitas

dipercepat dengan metode yang diambil dari ICH dan WHO. Uji stabilitas

dipercepat dilakukan selama 3 bulan penyimpanan sediaan krim, gel, salep

pada suhu 40 °C dengan frekuensi pengujian pada bulan ke 0, 1, 2, dan 3

untuk uji stabilitas dipercepat (ICH, 2003; Malik et al, 2011).

Dalam penelitian ini, akan dibuat tiga jenis sediaan topikal anti-

inflamasi yaitu gel, krim, dan salep yang mengandung kristal etil p-

metoksisinamat dari ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn)

yang kemudian akan dilakukan uji stabilitas setelah penyimpanan selama 3

bulan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas etil p-

metoksisinamat dalam sediaan krim, salep, dan gel setelah penyimpanan

pada suhu 40 °C selama 3 bulan dengan melihat pola kromatogram yang

terbentuk serta senyawa-senyawa yang muncul.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah stabilitas kimia kristal etil p-metoksisinamat dari

rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn) dalam sediaan krim, gel,

dan salep pada penyimpanan suhu 40 °C selama 3 bulan.

2. Bagaimanakah pola kromatogram yang terbentuk dari sediaan krim,

gel, dan salep setelah penyimpanan pada suhu 40 °C selama 3 bulan.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas kristal etil p-

metoksisinamat dari rimpang kencur (Kaempferia galanga Linn) dalam

sediaan setengah padat krim, gel, dan salep setelah penyimpanan sediaan

pada suhu 40 °C selama 3 bulan dilihat dari pola kromatogram yang

terbentuk dan senyawa yang muncul.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi stabilitas

kristal etil p-metoksisinamat dalam sediaan setengah padat krim, gel, dan

salep setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 40° C dilihat dari pola

kromatogram yang terbentuk.

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Kencur

Kencur (Kaempferia galanga Linn) sudah sejak lama dikenal dan

ditanam di Indonesia. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah Asia

Tropika. Sebagian kalangan menduga bahwa asal usul kencur adalah dari

kawasan Indonesia-Malaysia. Tetapi sumber literatur lainnya memastikan

bahwa asal tanaman kencur adalah dari India. Daerah penyebaran kencur

meluas ke kawasan Asia Tenggara dan Cina. Dalam perkembangan

selanjutnya, diketahui bahwa keluarga Zingiberaceae ini merupakan salah

satu jenis temu-temuan yang dipakai dalam obat tradisional (Rukmana,

1994).

2.1.1. Klasifikasi (USDA)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Traecheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub Kelas : Commenlinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Kaempferia

Spesies : Kaempferia galanga Linn.

2.1.2. Tempat Tumbuh

Kencur ditemukan hanya ditanam, terutama di Jawa Barat dan

Jawa Tengah. Pengamatan di berbagai tempat di Jawa Timur, ternyata

kencur juga ditanam oleh petani di sekitar Malang, Lawang dan Blitar. Di

Jawa Barat, kencur ditanam di beberapa daerah saja, seperti di Bogor,

Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya dan Ciamis. Di Jawa Tengah

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penanaman kencur dilakukan di daerah Ungaran, Magelang, Salatiga,

Boyolali, Karanganyar, Sleman dan Bantul (Roemantyo, 1996).

Peta distribusi tipe tanah di Jawa menunjukkan bahwa kencur

dapat tumbuh baik di berbagai tipe tanah, yaitu: latosol, regosol,

kombinasi antara latosol-andosol, regosol-latosol serta regosol-litosol.

Selain itu, peta curah hujan di Jawa menunjukkan bahwa kencur dapat

beradaptasi di daerah yang basah (9 bulan basah) maupun yang sedang

(5-6 bulan basah dan 5-6 bulan kering) dan mencakup areal kira-kira

60% dari luas pulau Jawa, umumnya terletak di daerah dengan ketinggian

antara 80 m – 600 m dpl. Kencur yang ditanam di kawasan pegunungan

dengan ketinggian lebih dari 600 m dpl. mempunyai resiko pertumbuhan

yang kurang baik (Roemantyo, 1996).

2.1.3. Kandungan Kimia Kaempferia galanga Linn

Kandungan kimia dalam ekstrak minyak atsiri kencur telah

diteliti oleh Umar et al tahun 2012 di antaranya ialah asam propionat

(4,71%), pentadekan (2,08 %), asam tridekanoat (1,81 %), 1,21-

docosadiene (1,47 %), beta-sitosterol (9,88%), dan komponen terbesar

adalah etil p-metoksisinamat (80,05 %). Kandungan minyak atsiri kencur

terdiri atas borneol, methil-p-cumaric acid, cinnamicacid ethyl ester,

pentadecane, cinnamic aldehyde, dan camphene (Muhlisah, 1999).

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.1 Struktur Senyawa dari (a) etil p-metoksisinamat (b)

borneol (c) beta-sitosterol (d) metil sinamat [Sumber : www.chemicalbook.com]

2.1.4. Manfaat Kaempferia galanga Linn

Kencur biasa digunakan sebagai bumbu aneka masakan sehari-

hari seperti pecal dan karedok. Selain itu daunnya juga dapat

dimanfaatkan sebagai lalap atau campuran urap. Rimpang muda dapat

dibuat minuman beras kencur hingga kosmetika tradisional. Manfaat

kencur di bidang kesehatan juga membuat kencur diusahakan orang.

Beberapa khasiat kencur dalam hal pengobatan antara lain,

menyembuhkan batuk pada anak-anak dan balita, mengatasi muntah-

muntah, mengobati tetanus, mengatasi keracunan tempe bongkrek, dan

mengobati keracunan jamur (Muhlisah, 1999).

Ekstrak minyak atsiri kencur memiliki aktivitas antimikroba

untuk gram positif (Staphylococcus aureus ATCC 25923, Streptococcus

faecalis, Bacillus subtilis), gram negatif (Salmonella typhi, Shigella

flexneri, Eschericia coli ATCC 2592), dan juga memiliki aktivitas

antifungi pada Candida albicans (Tewtrakul et al., 2005). Ekstrak air dari

kencur memiliki aktivitas sebagai antinosiseptif dan anti inflamasi

(Sulaiman et al., 2008). Ekstrak alkohol dari kencur diteliti memiliki

(a)

(b)

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

aktivitas sebagai anti inflamasi dan analgesik (Vittalrao et al., 2011), juga

memiliki aktivitas sebagai penyembuh luka (Tara V et al., 2006).

2.2. Kulit

Gambar 2.2 Anatomi Kulit [Sumber : Saladin, Kenneth S. melalui http://www.mhhe.com/biosci/esp/2001]

Kulit adalah organ terbesar tubuh. Beratnya kurang lebih 4,5 kg

dan menutupi area seluas 18 kaki persegi (1,67 m2) (Sloane, 1995). pH

fisiologis kulit manusia berkisar antara 4,5 – 6,5 sehingga bersifat asam

lemah (Tranggono, 2007). Fungsi dan kegunaan kulit di antaranya adalah

sebagai pelindung tubuh, menjaga kelembapan tubuh, sistem ekskresi,

pengatur suhu tubuh, pengindra (sensori), pembentukan pigmen, sistem

metabolisme, absorpsi cairan mudah menguap, dan membentuk vitamin D.

Lapisan kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis, dan lapisan subkutan

(Sloane, 1995; Tranggono, 2007).

2.2.1. Epidermis

Epidermis adalah bagian terluar kulit. Bagian ini tersusun dari

jaringan epitel skuamosa bertingkat yang mengalami keratinasi. Jaringan

ini tidak memiliki pembuluh darah dan sel-selnya sangat rapat dan

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ketebalan jaringan ini bervariasi tergantung lokasi bagian tubuh mulai

dari 0,05 mm sampai 1,5 mm. Struktur kimia dari sel-sel epidermis

manusia memiliki komposisi sebagai berikut: protein 27%, lemak 2%,

garam-garam mineral 0,5%, air dan bahan-bahan larut air 70,5%. Lapisan

ini terdiri dari 5 lapisan yaitu stratum germinativum, stratum spinosum,

stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum (Rieger,

2000; Sloane, 1995).

2.2.2. Dermis

Dermis merupakan lapisan di bawah epidermis yang dipisahkan

dengan membran dasar. Ketebalan lapisan dermis bervariasi tergantung

lokasinya pada bagian tubuh mulai dari 0,3 mm sampai 3,0 mm. Lapisan

ini terbentuk oleh lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen

seluler, kelenjar, dan folikel rambut. Membran ini tersusun dari dua

lapisan jaringan ikat, yaitu lapisan papilar dan lapisan retikuler. Lapisan

papilar adalah jaringan ikat areolar renggang dengan fibrola, sel mast,

dan makrofag. Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah, yang

memberi nutrisi pada epidermis di atasnya. Lapisan retikular terletak

lebih dalam dari lapisan papilar. Lapisan ini tersusun dari jaringan

irregular yang rapat, kolagen, dan serat elastik. Serabut kolagen dan

serabut elastin pada lapian retikular dapat mencapai 75% dan 4% dari

berat manusia bebas lemak (Sloane, 1995; Rieger, 2000).

2.2.3. Lapisan Subkutan

Lapisan ini mengandung jumlah sel lemak yang beragam,

bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak

pembuluh darah pada ujung syaraf (Sloane, 1995).

2.3. Krim

Krim didefinisikan sebagai “cairan kental atau emulsi setengah

padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air”. Krim biasanya

digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit (Ansel, 2008).

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, krim adalah bentuk sediaan

setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau

terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim merupakan sediaan

setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai

emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air (Depkes RI, 1995). Krim

(cremores) adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang

mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam

bahan dasar yang sesuai dan mengandung air tidak kurang dari 60%

(Syamsuni, 2006).

Krim ada dua tipe, yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe

air dalam minyak (A/M). Krim yang dapat dicuci dengan air (M/A)

ditujukan untuk penggunakan kosmetik dan estetika. Krim juga dapat

digunakan untuk pemberian obat melalui vagina (Syamsuni, 2006).

Stabilitas krim akan rusak jika sistem campurannya terganggu oleh

perubahan suhu dan komposisi, mislanya adanya penambahan salah satu

fase secara berlebihan (Syamsuni, 2006).

Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat

krim yang dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi krim, dapat digunakan

emulgid, lemak bulu domba, setasium, setil alkohol, stearil alkohol,

golongan sorbitan polisorbat, PEG, dan sabun (Syamsuni, 2006).

Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya adalah

metilparaben (nipagin) 0,12 – 0,18% dan propilparaben (nipasol) 0,02 –

0,05% (Syamsuni, 2006).

2.3.1. Cara Pembuatan Krim

Bagian lemak dilebur di atas tangas air, kemudian tambahkan

bagian airnya dengan zat pengemulsi. Setelah itu, aduk sampai terbentuk

suatu campuran yang berbentuk krim (Syamsuni, 2006).

Prinsip pembuatan krim adalah berdasarkan proses penyabunan

(safonifikasi) dari suatu asam lemak tinggi dengan suatu basa dan

dikerjakan dalam suasana panas yaitu temperatur 70° – 80° C Depkes RI,

1995).

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4. Gel

Gel (kadang-kadang disebut jeli) merupakan sistem semipadat terdiri

dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul

organik yang besar, terpenentrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri

dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem

dua fase, sedangkan gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang

tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat

adanya ikatan antara molekul-molekul makro yang terdispersi dan cairan

(Depkes RI, 1995).

Gel adalah suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu

dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul

organik yang besar dan saling diresapi cairan. Makromolekul pada sediaan

gel disebarkan keseluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas di antaranya,

cairan ini disebut gel satu fase. Jika massa gel terdiri dari kelompok-

kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini dikelompokkan sebagai

sistem dua fase dan sering pula disebut magma atau susu. Gel dianggap

sebagai dispersi koloid karena masing-masing mengandung partikel-partikel

dengan ukuran koloid (Ansel, 2008).

Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel

farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat,

serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa,

hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan karbopol yang merupakan

polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat

dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan

dengan sifat mengembang dari gel (Lachman, 1994).

Beberapa keuntungan sediaan gel adalah sebagai berikut (Voigt, 1994):

1. Kemampuan penyebarannya baik pada kulit

2. Efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit

3. Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis

4. Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik

5. Pelepasan obatnya baik

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.1. Dasar Gel

Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel hidrofilik.

1. Dasar gel hidrofobik

Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel

anorganik, bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya

sedikit sekali interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan

hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi

harus dirangsang dengan prosedur yang khusus (Ansel, 2008).

2. Dasar gel hidrofilik

Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik

yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari

fase pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut.

Umumnya daya tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan

hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan

hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk

dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel, 2008). Gel

hidrofilik umumnya mengandung komponen bahan pengembang, air,

humektan, dan bahan pengawet (Voigt, 1994).

2.5. Salep

Salep (urgenta, unguentum, ointment) adalah sediaan setengah

padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat

harus larut atau terdispersi secara homogen dalam dasar salep yang cocok

(Depkes RI, 1979). Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk

pemakaian luar. Salep dapat mengandung obat atau tidak mengandung

obat, yang biasa disebut “dasar salep” (basis ointment) dan digunakan

sebagai pembawa dalam penyiapan salep yang mengandung obat (Ansel,

2008).

Persyaratan salep sesuai yang tertera dalam Farmakope Indonesia

edisi III adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1979):

1. Pemerian, tidak boleh berbau tengik.

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat

keras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10%.

3. Dasar salep, kualitas dasar salep yang baik, yaitu (a) stabil, tidak

terpengaruh oleh suhu dan kelembapan, dan harus bebas dari

inkompatibilitas selama pemakaian; (b) lunak, harus halus, dan

homogen; (c) mudah dipakai; (d) dasar salep yang cocok; serta (e)

dapat terdistribusi secara merata.

4. Homogenitas, jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang

homogen.

5. Penandaan, pada etiket harus tertera “obat luar”.

2.5.1. Dasar Salep

Dasar salep digolongkan ke dalam 4 kelompok besar: (1) dasar

salep hidrokarbon, (2) dasar salep absorpsi, (3) dasar salep yang dapat

dicuci dengan air, dan (4) dasar salep yang larut dalam air (Ansel, 2008).

2.5.1.1. Dasar Salep Hidrokarbon

Dasar salep hidrokarbon (dasar bersifat lemak) bebas air,

preparat yang berair mungkin dapat dicampurkan hanya dalam jumlah

sedikit saja, bila lebih minyak sukar bercampur. Dasar hidrokarbon

dipakai terutama untuk efek emolien. Dasar salep tersebut bertahan

pada kulit untuk waktu yang lama dan tidak memungkinkan larinya

lembap ke udara dan sukar dicuci. Kerjanya sebagai bahan penutup

saja. Tidak “mengering” atau tidak ada perubahan dengan berjalannya

waktu (Ansel, 2008). Yang termasuk dalam dasar salep hidrokarbon

antara lain:

1. Petrolatum

Petrolatum, USP adalah campuran dari hidrokarbon setengah padat

diperoleh dari minyak bumi. Petrolatum suatu masa yang

kelihatannya bagus, bermacam-macam warnanya dari kekuning-

kuningan sampai kuning gading yang muda. Melebur pada

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

temperatur antara 38 °C dan 60 °C. Dapat digunakan secara tunggal

atau dalam campuran dengan zat lain sebagai dasar salep (Ansel,

2008).

2. Petrolatum putih

White petrolatum, USP, adalah petrolatum yang dihilangkan

warnanya. Hanya berbeda dalam hal tidak berwarna dari petrolatum

dan digunakan untuk tujuan yang sama (Ansel, 2008).

3. Salep kuning (Yellow ointment)

Tiap 100 g, yellow ointment, USP, mengandung 5 g lilin kuning dan

95 g petrolatum. Lilin kuning adalah lilin yang dimurnikan yang

dihasilkan dari sarang tawon (Apis mellifera) (Ansel, 2008).

4. Salep putih (White ointment)

White ointment, USP, mengandung 5% lilin putih (lilin lebih murni

yang diputihkan) dan 95% petrolatum putih (Ansel, 2008).

5. Parafin

Parafin campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan diperoleh dari

minyak bumi. Tidak berwarna atau putih, kurang lebih massa yang

tembus cahaya yang dapat digunakan untuk membuat keras atau

kaku dasar salep padat yang berlemak (Ansel, 2008).

6. Minyak mineral

Minyak mineral adalah campuran dari hidrokarbon cair yang

dihasilkan dari minyak bumi. Berguna dalam menggerus bahan yang

tidak larut pada preparat salep dengan dasar berlemak (Ansel, 2008).

2.5.1.2. Dasar Salep Absorpsi

Dasar salep absorpsi dapat menjadi dua tipe: (1) yang

memungkinkan pencampuran larutan berair, hasil dari pembentukan

emulsi air dan minyak (misalnya petrolatum hidrofilik dan lanolin

anhidrida); dan (2) yang sudah menjadi emulsi air minyak (dasar

emulsi), memungkinkan bercampurnya sedikit penambahan jumlah

larutan berair (misalnya lanolin dan cold cream). Dasar salep ini

berguna sebagai emolien walaupun tidak menyediakan derajat

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penutupan seperti yang dihasilkan dasar salep berlemak. Seperti dasar

berlemak, dasar salep absorpsi tidak mudah dihilangkan dari kulit oleh

pencucian air. Dasar-dasar salep ini juga berfaedah dalam farmasi untuk

pencampuran larutan berair ke dalam larutan berlemak. Misalnya

larutan berair mula-mula dapat diabsorpsi ke dalam dasar salep

absorpsi, kemudian campuran ini dengan mudah dicampurkan ke dalam

dasar salep berlemak. Dalam melakukan hal ini sejumlah ekuivalen dari

dasar salep berlemak dalam formula digantikan dengan dasar salep

absorpsi (Ansel, 2008). Yang termasuk dalam dasar salep absorpsi

antara lain:

1. Petrolatum hidrofilik

Petrolatum hidrofilik dari kolesterol, alkohol stearat, lilin putih, dan

petrolatum putih. Dasar salep ini memiliki kemampuan

mengabsorbsi air dengan membentuk emulsi air dalam minyak

(Ansel, 2008).

2. Lanolin anhidrida

Lanolin anhidrida dapat mengandung tidak lebih dari 0,25% air.

Lanolin anhidrida tidak larut dalam air tetapi bercampur tanpa

terpisah dengan air dua kali beratnya. Pencampurannya dengan air

menghasilkan emulsi air dalam minyak (Ansel, 2008).

3. Lanolin

Lanolin adalah setengah padat, bahan seperti lemak diperoleh dari

bulu domba (Ovis aries), merupakan emulsi air dalam minyak yang

mengandung air antara 25% dan 30%. Penambahan air dapat

dicampurkan ke dalam lanolin dengan pengadukan (Ansel, 2008).

4. Cold cream

Cold cream (krim pendingin) merupakan emulsi air dalam minyak,

setengah padat, putih, dibuat dengan lilin setil ester, lilin puth,

minyak mineral, natrium borat, dan air murni. Natrium borat

dicampur dengan asam lemak bebas yang ada dalam lilin-lilin

membentuk sabun natrium yang bekerja sebagai zat pengemulsi.

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Krim pendingin digunakan sebagai emolien dan dasar salep (Ansel,

2008).

2.5.1.3. Dasar Salep Tercuci Air

Dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air merupakan

emulsi minyak dalam air yang dapat dicuci dar kulit dan pakaian

dengan air. Atas dasar ini bahan tersebut sering dikatakan sebagai

bahan dasar salep “tercuci air”. Dasar salep ini yang nampaknya seperti

krim dapat diencerkan dengan air atau larutan berair. Dari sudut

pandang terapi mempunyai kemampuan untuk mengabsorpsi caran

serosal yang keluar dalam kondisi dermatologi. Bahan obat tertentu

dapat diabsorpsi lebih baik oleh kulit jika ada dasar salep tipe ini

daripada dasar salep lainnya (Ansel, 2008). Contoh dasar salep yang

dapat dicuci air:

1. Salep hidrofilik

Sebagaimana ditunjukkan oleh namanya salep hidrofilik berarti

“suka air”, mengandung natrium lauril sulfat sebagai bahan

pengemulsi, dengan alkohol stearat dan petrolatum putih mewakili

fase berlemak dan emulsi serta propilen glikol dan air mewakili fase

air. Metil paraben dan propil paraben digunakan sebagai pengawet

salep melawan pertumbuhan mikroba. Salep digunakan sebagai

pembawa yang dapat dibersihkan dengan air untuk bahan-bahan obat

(Ansel, 2008).

2.5.1.4. Dasar Salep Larut dalam Air

Tidak seperti dasar salep yang tidak larut dalam air, yang

mengandung kedua-duanya, komponen yang larut maupun yang tidak

larut dalam air, dasar yang larut dalam air hanya mengandung

komponen yang larut dalam air. Tetapi, seperti dasar salep yang dapat

dibersihkan dengan air basis yang larut dalam air dapat dicuci dengan

air. Basis yang larut dalam air biasanya disebut greaseless karena tidak

mengandung bahan berlemak. Karena dasar salep ini sangat mudah

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

melunak dengan penambahan air, larutan air tidak efektif dicampurkan

ke dalam bahan dasar ini. Nampaknya dasar salep ini lebih baik

digunakan untuk dicampurkan dengan bahan tidak berair atau bahan

padat (Ansel, 2008). Yang termasuk dasar salep larut dalam air adalah:

1. Salep polietilen glikol

Formula resmi basis ini memerlukan kombinasi 400 g polietilen

glikol 3350 (padat) dan 600 g polietilen glikol 400 (cair) untuk

membuat 1000 g dasar salep. Polietilen glikol adalah polimer dari

etilenoksida dan air ditunjukkan dengan rumus HOCH2(CH2OCH2)-

nCH2OH. Panjang rantai dapat berbeda-beda untuk mendapatkan

polimer yang mempunyai viskositas bentuk fisik (cair, padat atau

setengah padat) yang diinginkan (Ansel, 2008).

2.5.2. Penggolongan Salep

Salep dapat digolongkan berdasarkan konsistensi, sifat

farmakologi, bahan dasarnya, dan Formularium Nasional (Syamsuni,

2006).

1. Menurut konsistensi salep

a. Unguenta

Salep yang memiliki konsistensi, seperti mentega, tidak

mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa

memakai tenaga.

b. Krim (cream)

Salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit, suatu

tipe yang dapat dicuci dengan air.

c. Pasta

Salep yang mengandung lebih dar 50% zat padat (serbuk)

berupa suatu salep tebal karena merupakan penutup /

pelindung bagian kulit yang diolesi.

d. Cerata

Salep berlemak yang mengandung presentase lilin (wax) yang

tinggi sehingga konsistensinya lebih keras (ceratum labiale).

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Gelones / spuma / jelly

Salep yang lebih halus, umumnya cair dan sedikit mengandung

atau tanpa mukosa, sebagai pelikan atau basis, biasanya terdiri

atas campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik

lebur rendah.

2. Menurut sifat farmakologi / terapeutik dan penetrasinya

a. Salep epidermis (epidermik ointment; salep penutup)

Guna melindungi kulit dan menghasilkan efek lokal, tidak

diabsorpsi, kadang-kadang ditambahkan antiseptik, astringen

untuk meredahkan rangsangan atau anestesi lokal. Ds.

Senyawa hidrokarbon.

b. Salep endodermis

Salep yang bahan obatnya menembus kulit, tetapi tidak melalui

kulit, terabsorpsi sebagian, digunakan untuk melunakkan kulit

atau selaput lendir.

c. Salep diadermis

Salep yang bahan obatnya menembus kedalam tubuh melalui

kulit dan mencapai efek yang diinginkan, misalnya salep yang

mengandung senyawa merkuri iodida, beladona.

3. Menurut dasar salepnya, salep dapat dibagi :

a. Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep

dengan dasar salep berlemak (greasy bases) tidak dapat dicuci

dengan air; misalnya : campuran lemak-lemak, minyak lemak,

malam.

b. Salep hidrofilik yaitu salep yang suka air atau kuat menarik air,

biasanya ds. Tipe M/A.

4. Menurut Formularium Nasional (Fornas) :

a. Dasar salep 1 (ds.senyawa hidrokarbon).

b. Dasar salep 2 (ds.serap)

c. Dasar salep 3 (ds.yang dapat dicuci dengan air atau ds.emulsi

M/A)

d. Dasar salep 4 (ds.yang dapat larut dalam air).

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6. Ekstraksi

Ekstrasi adalah kegiatan penarikan kandungan senyawa kimia yang

dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan

pelarut cair (Depkes RI, 2000).

Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu:

(Depkes RI, 2000)

1. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman

menggunakan pelarut dengan pengadukan pada temperatur kamar.

Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus disebut

maserasi kinetik sedangkan yang dilakukan pengulangan penambahan

pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan

seterusnya disebut remaserasi.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian semplisia dengan pelarut yang

selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya

dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap

pelembaban bahan, tahap perendaman antara, tahap perkolasi

sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai

diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

3. Refluks

Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat

pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah

pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

4. Digesti

Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada

temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50 ⁰C.

5. Sokletasi

Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang

selalu baru, dilakukan menggunakan alat soklet sehingga terjadi

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin baik.

6. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air

pada temperatur 90 ⁰C selama 15 menit.

7. Dekok

Dekok adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada

temperatur 90 ⁰C selama 30 menit.

2.7. Stabilitas

Stabilitas produk farmasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan

suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan sepanjang

periode penyimpanan dan penggunaan, sifat, dan karakteristiknya sama

dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (Vadas, 2010).

Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas produk farmasi,

seperti stabilitas dari bahan aktif, interaksi antara bahan aktif dan bahan

tambahan, proses pembuatan, proses pengemasan, dan kondisi lingkungan

selama pengangkutan, penyimpanan, dan penanganan, dan jangka waktu

produk antara pembuatan hingga pemakaian (Vadas, 2010).

Ketidakstabilan suatu sediaan farmasi dapat dideteksi melalui perubahan

sifat fisika, kimia, serta penampilan dari sutau sediaan farmasi. Besarnya

perubahan kimia sediaan farmasi ditentukan dari laju penguraian obat

melalui hubungan antara kadar obat dengan waktu, atau berdasarkan

derajat degradasi suatu obat yang jika dipandang dari segi kimia, stabilitas

obat dapat diketahui dari ada atau tidaknya penurunan kadar selama

penyimpanan.

Stabilitas produk obat dibagi menjadi stabilitas secara kimia dan

stabilitas secara fisika. Faktor-faktor fisika seperti panas, cahaya, dan

kelembapan, mungkin akan menyebabkan atau mempercepat reaksi kimia,

maka setiap menentukan stabilitas kimia, stabilitas fisika juga harus

ditentukan (Vadas, 2010).

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Stabilitas fisika adalah mengevaluasi perubahan sifat fisika dari

suatu produk yang tergantung waktu (periode penyimpanan). Contoh dari

perubahan fisika antara lain migrasi (perubahan) warna, perubahan rasa,

perubahan bau, perubahan tekstur atau penampilan. Evaluasi dari uji

stabilitas fisika meliputi: pemeriksaan organoleptis, homogenitas, pH,

bobot jenis (Vadas, 2010).

Stabilitas kimia suatu obat adalah lamanya waktu suatu obat untuk

mempertahanakan integritas kimia dan potensinya seperti yang tercantum

pada etiket dalam batas waktu yang ditentukan. Pengumpulan dan

pengolahan data merupakan langkah menentukan baik buruknya sediaan

yang dihasilkan, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya parameter

lain yang harus diperhatikan. Data yang harus dikumpulkan untuk jenis

sediaan yang berbeda tidak sama, begitu juga untuk jenis sediaan sama

tetapi cara pemberiannya lain. Jadi sangat bervariasi tergantung pada jenis

sediaan, cara pemberian, stabilitas zat aktif dan lain-lain (Florence and

Attwood, 1988).

Data yang paling dibutuhkan adalah data sifat kimia, kimia fisik,

dan kerja farmakologi zat aktif (data primer), didukung sifat zat pembantu

(data sekunder). Secara reaksi kimia zat aktif dapat terurai karena beberapa

faktor diantaranya ialah oksigen (oksidasi), air (hidrolisa), suhu (oksidasi),

cahaya (fotolisis), karbondioksida (turunnya pH larutan), sesepora ion

logam sebagai katalisator reaksi oksidasi. Jadi jelasnya faktor luar juga

mempengaruhi ketidakstabilan kimia seperti, suhu, kelembaban udara dan

cahaya (Florence dan Attwood, 1988).

Stabilitas mikrobiologi suatu sediaan adalah keadaan tetap di mana

sediaan bebas dari mikroorganisme atau memenuhi syarat batas

miroorganisme hingga batas waktu tertentu. Terdapat berbagai macam zat

aktif obat, zat tambahan serta berbagai bentuk sediaan dan cara pemberian

obat. Tiap zat, cara pemberian dan bentuk sediaan memiliki karakteristik

fisikakimia tersendiri dan umumnya rentan terhadap kontaminasi

mikroorganisme dan / atau memang sudah mengandung mikroorganisme

yang dapat mempengaruhi mutu sediaan karena berpotensi menyebabkan

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penyakit, efek yang tidak diharapkan pada terapi atau penggunaan obat

dan kosmetik. Stabilitas mikrobiologi diperlukan oleh suatu sediaan

farmasi untuk menjaga atau mempertahankan jumlah dan menekan

pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat dalam sediaan tersebut

hingga jangka waktu tertentu yang diinginkan.

2.7.1. Uji Stabilitas Dipercepat

Uji stabilitas dipercepat merupakan kondsi penyimpanan ekstrim

untuk meningkatkan kecepatan penguraian obat. Tujuan uji stabilitas

adalah untuk menentukan parameter kinetik sehingga waktu kadaluarsa

dapat diprediksi (Cartensen and Rhodes, 2000).

Kondisi ekstrim yang dapat mempercepat penguraian antara lain

adalah : suhu, kelembaban, cahaya, pengocokan, gravitasi, dan pH.

Kondisi ekstrim yang umum digunakan adalah suhu. Suhu yang tinggi

akan mempercepat penguraian zat aktif. Kecepatan penguraian dan suhu

dihubungkan oleh persamaan Arrhenius.

Jika harga k pada berbagai temperatur ditentukan kemudian log k

diplot terhadap 1/T maka akan diperoleh garis lurus dengan kemiringan –

E/2.303R dan perpotongan pada ordinat merupakan log A sehingga harga

E dan A dapat ditentukan. Oleh karena itu, jika konstanta kecepatan

penguraian pada suhu tinggi diperoleh maka konstanta kecepatan

penguraian pada suhu penyimpanan yang sebenernya dapat ditentukan

(Connors dkk, 1992; Martin dkk, 1993).

Menurut ASEAN Guideline on Stability of Drug Product, kondisi

penyimpanan uji secara umum dibagi menjadi 3 yaitu; kondisi

penyimpanan real time (suhu kamar), kondisi penyimpanan dipercepat,

kondisi penyimpanan alternative to accelerate study. Pada kondisi real

time, produk uji disimpan pada suhu 30° ± 2° C/RH 75% ± 5% dan

frekuensi uji dilakukan setiap 0,3,6,12,18, sampai 24 bulan; pada kondisi

penyimpanan dipercepat produk uji disimpan pada suhu 40° ± 2° C/RH

75% ± 5% dan frekuensi uji dilakukan setiap 0,3, sampai 6 bulan; pada

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kondisi penyimpanan alternative accelerate study, produk uji disimpan

pada suhu sama seperti uji diperecpat, hanya frekuensi uji dilakukan

setiap 0,1, sampai 3 bulan. Pengujian stabilitas harus dilakukan dengan

jumlah sampel uji minimal 3 bets.

2.8. Kromatografi

Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut

oleh suatu proses migrasi deferensial dinamis dalam sistem yang terdiri

dari dua fase atau lebih, salah satu di antaranya bergerak secara

berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu

menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam

adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan

muatan ion. Dengan demikian, masing-masing zat dapat diidentifikasi atau

ditetapkan dengan metode analitik (Depkes RI, 1995). Kromatografi

merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam

(stationary phase) dan fase gerak (mobile phase) (Gandjar dan Rohman,

2007).

Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung

pada pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya,

kromatografi dibedakan menjadi: (a) kromatografi adsorbsi; (b)

kromatografi partisi; (c) kromatografi pasangan ion; (d) kromatografi

penukar ion; (e) kromatografi eksklusi ukuran; dan (f) kromatografi

afinitas. Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi

atas: (a) kromatografi kertas; (b) kromatografi lapis tipis, yang keduanya

sering disebut dengan kromatografi planar; (c) kromatografi cair kinerja

tinggi (KCKT); dan (d) kromatografi gas (KG) (Gandjar dan Rohman,

2007).

2.8.1. Kromatografi Gas

Kromatografi gas (KG) merupakan metode yang dinamis untuk

pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa yang menguap dalam suatu

campuran. Kromatografi gas merupakan teknik instrumental yang

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dikenalkan pertama kali pada tahun 1950-an, dan saat ini merupakan alat

utama yang digunakan oleh laboratorium untuk melakukan analisis

(Gandjar dan Rohman, 2007).

Kromatografi gas merupakan teknik analisis yang telah digunakan

dalam bidang-bidang: industri, lingkungan, farmasi, minyak, kimia, klinik,

forensik, makanan, dan lain-lain (Gandjar dan Rohman, 2007).

Kegunaan umum kromatografi gas adalah untuk: melakukan

pemisahan dinamis dan identifikasi semua jenis senyawa organik yang

mudah menguap dan juga untuk melakukan analisis kualitatif dan

kuantitatif senyawa dalam suatu campuran. Kromatografi gas dapat

bersifat destruktif dan dapat bersifat non-destruktif tergantung pada

detektor yang digunakan (Gandjar dan Rohman, 2007).

Prinsip Kromatografi Gas

Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan yang mana solut-

solut yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui

kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang

tergantung pada rasio distribusinya. Pada umumnya solut akan terelusi

berdasarkan pada peningkatan titik didihnya, kecuali jika ada interaksi

khusus antara solut dan fase diam. Pemisahan pada kromatografi gas

didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua

interaksi yang mungkin terjadi antara solut dengan fase diam. Fase gerak

yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung kolom lalu

menghantarkannya ke detektor. Penggunaan suhu meningkat (biasanya

pada kisaran 50-350 °C) bertujuan untuk menjamin bahwa solut akan

menguap dan karenanya akan cepat terelusi (Gandjar dan Rohman, 2007).

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.9. Studi Preformulasi

2.9.1. Propilenglikol

Gambar 2.3 Struktur Propilenglikol [Sumber : Rowe et al, 2009]

Propilenglikol memiliki rumus molekul C3H8O2 dan berat

molekul 76,09. Propilenglikol berupa cairan kental, jernih, tidak

bewarna, dengan rasa yang manis. Propilenglikol digunakan sebagai

humektan, pelarut, kosolven, plastisizer, disinfektan, dan pengawet.

Propilenglikol dapat bercampur dengan etanol 95%, gliserin, dan air,

larut dalam 6 bagian eter, dan dalam beberapa minyak essensial tetapi

tidak dapat bercampur dengan minyak lemak (DepKes RI, 1995; Rowe et

al, 2009).

2.9.2. Metil Paraben

Gambar 2.4 Struktur metil paraben [Sumber : Rowe et al, 2009]

Metil paraben berupa serbuk hablur halus, putih, hampir tidak

berbau, dan tidak mempunyai rasa. Metil paraben memiliki rumus

molekul C8H8O3 dan bobot molekul 152,15. Metil paraben sukar larut

dalam air, dalam benzen, dan dalam tetraklorida, selain itu metil paraben

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dapat larut dalam propilenglikol dan mudah larut dalam etanol dan dalam

eter. Metil paraben memiliki kegunaan sebagai anti mikroba pada sediaan

topikal pada persen penggunaannya 0,02-0,3% (DepKes RI, 1995; Rowe

et al, 2009).

2.9.3. Propil Paraben

Gambar 2.5 Struktur Propil Paraben [Sumber : Rowe et al, 2009]

Propil paraben berupa serbuk hablur putih, tidak berbau, dan

tidak berasa. Propil paraben memiliki rumus molekul C10H2O3 dan bobot

molekul 180,20. Propil paraben sangat sukar larut dalam air dan propil

paraben dapat larut dalam etanol (95%), aseton, gliserol, minyak lemak,

selain itu propil paraben mudah larut dalam alkali hidroksida. Propil

paraben memiliki kegunaan sebagai pengawet anti mikroba pada sediaan

topikal dengan konsentrasi 0,01-0,6% (DepKes RI, 1995; Rowe et al,

2009).

2.9.4. Etanol

Gambar 2.6 Struktur Etanol [Sumber : Rowe et al, 2009]

Etanol memiliki sinonim alcohol, ethyl alcohol; ethyl

hydroxide; grain alcohol; methyl carbinol. Etanol memiliki rumus

molekul C2H6O dan bobot molekul 46,07. Etanol dapat larut dalam

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kloroform, eter, gliserin, dan air. Etanol memiliki titik didih 78,15 °C.

Pada penelitian ini etanol digunakan sebagai pelarut (Rowe et al, 2009).

2.9.5. Setil Alkohol

Gambar 2.7 Struktur Setil Alkohol [Sumber : Rowe et al, 2009]

Nama lain dari setil alkohol di antaranya alcohol cetylicus, avol,

palmityl alcohol, dan lain-lain. Setil alkohol merupakan serpihan putih

licin, granul, atau kubus, putih; bau khas lemah; rasa lemah. Setil alkohol

memiliki titik lebur 45-52°C, mudah larut dalam etanol 95% dan eter,

kelarutan meningkat dengan kenaikan suhu, praktis tidak larut dalam air,

bercampur ketika dilebur bersama dengan lemak, paraffin padat atau cair,

dan isopropil miristat.

Penggunaan setil alkohol pada sediaan farmasi sangat luas, yaitu

sebagai coating agent; emulsifying agent (2-5%); stiffening agent (2-

10%); emolien (2-5%); dan sebagai water absorption (5%). Setil alkohol

stabil dengan adanya asam, basa, cahaya, dan udara; tidak menjadi

tengik. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat yang

kering dan sejuk. Inkompatibel dengan oksidator kuat (Rowe et al, 2009).

2.9.6. Asam Stearat

Gambar 2.8 Struktur Asam Stearat [Sumber : Rowe et al, 2009]

Nama lain dari asam stearat di antaranya acidum stearicum,

cetylacetic acid, hystrene, dan lain-lain. Asam stearat adalah campuran

asam organik padat yang diperoleh dari lemak sebagian besar terdiri dari

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam heksadekanoat, C16H32O2

(Depkes R, 1979).

Asam stearat berbentuk serbuk putih keras, putih atau kuning

pucat, agak mengkilap, kristal padat atau putih atau kekuningan; sedikit

berbau; dan mirip lemak lilin. Asam stearat memiliki titik leleh 69-70ºC

(Rowe et al, 2009). Asam stearat praktis tidak larut dalam air; larut

dalam 20 bagian etanol (95%), dalam dua bagian kloroform, dan dalam

tiga bagian eter (Anonim, 1979). Selain itu asam stearat juga mudah larut

dalam benzen, karbon tetraklorida; larut dalam heksana dan propilen

glikol (Rowe et al, 2009).

Dalam sediaan topikal, asam stearat dapat digunakan sebagai

emulsifying agent dan solubilizing agent. Dalam salep dan krim, asam

stearat digunakan dengan konsentrasi 1-20%. Asam stearat stabil dan

bisa ditambahkan antioksidan, sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup

baik, di tempat yang sejuk dan kering. Inkompatibel terhadap logam

hidroksida, basa, reduktor, dan oksidator (Rowe et al, 2009).

2.9.7. Trietanolamin (TEA)

Gambar 2.9 Struktur Trietanolamin (TEA) [Sumber : Rowe et al, 2009]

Nama lain TEA di antaranya tealan, trihydroxytriethylamine,

trolaminum, dan lain-lain. TEA merupakan cairan kental, tidak berwarna

hingga kuning pucat; bau lemah mirip amoniak; higroskopik. TEA

memiliki titik leleh 20-21 ºC, mudah larut dalam air dan dalam etanol

(95%); larut dalam kloroform. Pada suhu 20º C, bercampur dengan

aseton, dengan karbon tetraklorida, dengan metanol, dan dengan air; larut

dalam 24 bagian benzen dan dalam 63 bagian etil eter (Rowe et al, 2009).

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

TEA berfungsi sebagai alkalizing agent dan emulsifying agent.

TEA akan bereaksi dengan asam mineral membentuk garam kristal dan

ester. TEA akan membentuk garam yang larut dalam air dan memiliki

karakteristik sabun dengan asam lemak yang lebih tinggi. TEA juga akan

bereaksi dengan tembaga membentuk garam kompleks. Selain itu TEA

juga dapat bereaksi dengan reagen seperti tionil klorida untuk

menggantikan gugus hidroksi dengan halogen, hasil reaksi ini sangat

beracun. TEA dapat berubah coklat pada paparan udara dan cahaya. 85%

trietanolamin cenderung terstratifikasi dibawah 15 ºC, dapat homogen

dengan pemanasan kembali sebelum digunakan untuk pencampuran.

Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di

tempat yang sejuk dan kering (Rowe et al, 2009).

2.9.8. Karbopol

Gambar 2.11 Struktur Karbopol [Sumber : Rowe et al, 2009]

Nama lain karbopol di antaranya acrypol, carbomer, acritamer,

dan lain-lain. Karbopol berwarna putih, “fluffy”, asam, serbuk

higroskopis dengan bau yang khas. Karbopol dapat mengembang di air

dan gliserin, dan setelah dinetralkan, dengan etanol (95%). Karbopol

tidak larut tapi mengembang sampai batas yang luar biasa, karena

merupakan crosslinked microgels tiga dimensi. Karbopol biasa

digunakan dalam sediaan farmasi seperti dalam krim, gel, lotion, dan

salep sediaan mata, rektal, vaginal, dan topikal sebagai agen modifikasi

reologi (Rowe et al, 2009).

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dalam sediaan farmasi, karbopol berfungsi sebagai emulsifying

agent (0,1-0,5%), gelling agent (0,5-2%), suspending agent (0,5-1%),

tablet binder (0,75-3%), dan sebagai controlled-release agent (5-30%).

Karbopol memiliki pH 2,5-4,0 dalam 0,2% b/v dispersi berair dan 2,5-3,0

dalam 1% b/v dispersi berair. Oleh karena itu pada tahap pembuatannya

sebagai basis gel seringkali ditambahkan dengan NaOH atau golongan

amin untuk menyesuaikan pH sediaan mendekati pH kulit. Titik leleh

dari karbopol cukup tinggi, tetapi dapat terdekomposisi pada suhu 260 °C

selama 30 menit (Rowe et al, 2009).

Karbopol merupakan senyawa yang stabil, bersifat higroskopis

yang memungkinkan untuk dipanaskan dibawah suhu 104 °C sampai 2

jam tanpa mempengaruhi efisiensinya. Akan tetapi, paparan temperatur

yang sangat tinggi dapat menyebabkan perubahan warna dan penurunan

stabilitas. Bentuk serbuk kering dari karbopol tidak mendukung

pertumbuhan dari mikroba dan fungi. Sebaliknya mikroorganisme dapat

tumbuh dengan baik dalam dispersi dalam air tanpa pengawet, namun

pengawet antimikroba seperti 0,1% b/v klorokresol, 0,18% b/v

metilparaben 0,02 % b/v propil paraben atau 0,1% b/v timerosal dapat

ditambahkan (Rowe et al, 2009).

Pada suhu ruang, dispersi karbopol dapat terjaga viskositasnya

selama penyimpanan dalam periode yang lama. Demikian pula,

viskositas filtrat terjaga atau hanya sedikit terjadi penurunan pada suhu

penyimpanan tinggi jika terdapat antioksidan di dalamnya atau jika filtrat

tersebut terlindung dari cahaya. Paparan sinar menyebabkan oksidasi

yang memungkinkan terjadinya penurunan viskositas disperse. Serbuk

karbopol harus disimpan dalam wadah kedap udara, wadah resistensi

korosi, di tempat kering. Penggunaan dari gelas, plastik, atau wadah resin

direkomendasikan untuk menyimpan formula dengan kandungan

karbopol. Karbopol berubah warna oleh resorsinol dan inkompatibel

dengan fenol, polimer-polimer kationik, asam kuat, dan elektrolit level

tinggi (Rowe et al, 2009).

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.9.9. Vaselin Album

Nama lain vaselin album adalah white petrolatum, white soft

paraffin. Vaselin album berwarna putih sampai kuning pucat, transparan,

massa lembut; tidak berbau dan tidak berasa. Fungsi vaselin album

adalah sebagai emolien, dan basis salep. Kelarutan praktis tidak larut

dalam aseton, etanol (95%) panas atau dingin, gliserin, dan air, larut

dalam benzene, karbon disulfida, kloroform, eter, heksan dan minyak

lemak dan menguap. Pada paparan sinar, kemurnian dari vaselin album

mungkin berubah warna dan teroksidasi serta menghasilkan bau yang

tidak diinginkan. Oksidasi mungkin dapat dicegah dengan penambahan

antioksidan yang cocok seperti BHT, BHA dan tokoferol. Vaselin

mungkin disterilisasi dengan pemanasan kering. Meskipun dapat

disterilisasi dengan iradiasi gamma, tetapi proses tersebut dapat

mempengaruhi sifat fisik dari vaselin album seperti mengembang,

berubah warna, bau dan perilaku reologi. Vaselin harus disimpan dalam

wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya ditempat sejuk dan kering.

Vaselin album merupakan material inert dengan sedikit inkompatibilitas

(Rowe et al, 2009).

2.9.10. Cera Alba

Nama lain cera alba adalah white wax, bleached wax. Cera alba

merupakan lilin putih yang hampir tidak berasa, putih atau sedikit

kekuningan, lembaran atau granul halus dengan sedikit transparan; bau

seperti lilin kuning tetapi kurang kuat. Cera alba memiliki titik leleh pada

suhu 61-65 ºC. Cera alba larut dalam kloroform, eter, fixed oil, minyak

lemak, minyak menguap dan karbon disulfida hangat, sedikit larut dalam

etanol 95% dan praktis tidak larut dalam air (Rowe et al, 2009).

Dalam sediaan farmasi, cera alba berfungsi sebagai controlled-

release agent, stabilizing agent dan stiffening agent. Cera alba stabil

ketika disimpan dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya.

Cera alba inkompatibel dengan oksidator (Rowe et al, 2009).

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.9.11. Paraffin Cair (Minyak Mineral)

Nama lain paraffin cair di antaranya liquid petrolatum, paraffin

oil, white mineral oil, dan lain-lain. Paraffin cair transparan, tidak

berwarna, cairan berminyak yang kental, tanpa fluoresensi pada cahaya.

Praktis tidak berasa dan tidak berbau ketika dingin, dan berbau minyak

ketika dipanaskan. Paraffin cair praktis tidak larut dalam etanol (95%),

gliserin, dan air; larut dalam aseton, benzen, kloroform, karbon disulfida,

eter dan petrolatum eter. Bercampur dengan minyak volatil dan fixed oils,

kecuali dengan castor oil (Rowe et al, 2009).

Dalam sediaan topikal, paraffin cair digunakan sebagai emolien

pada sediaan emulsi (1-32%), lotions (1-20%), dan salep (0,1-95%).

Paraffin cair akan teroksidasi bila terkena panas dan cahaya. Untuk

menghambat oksidasi, dapat ditambahkan stabilizer / antioksidan seperti

butylated hydroxyanisole, butylated hydroxytoluene, dan alpha

tocopherol. Paraffin cair ini harus disimpan dalam wadah kedap udara,

terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering. Inkompatibel dengan

oksidator kuat (Rowe et. al., 2009).

2.9.12. Lanolin Anhidrat

Nama lain lanolin anhidrat di antaranya adeps lanae, cera lanae,

refined wool fat, dan lain-lain. Lanolin anhidat berwarna kuning pucat,

lengket berupa bahan seperti lemak, bau khas. Lanolin anhidrat mudah

larut dalam benzene, kloroform, eter, dan petroleum spirit; sedikit larut

dalam etanol (95%) dingin, lebih larut dalam etanol (95%) panas; praktis

tidak larut dalam air (Rowe et. al., 2009).

Lanolin anhidrat berfungsi sebagai emulsifying agent dan basis

salep. Secara bertahap mengalami autoksidasi selama penyimpanan.

Untuk menghambat hal ini, ditambahkan butylated hydroxytoluene

sebagai antioksidan. Lanolin anhidrat harus disimpan dalam wadah yang

tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.

Lama penyimpanan normal adalah selama 2 tahun (Rowe et. al., 2009).

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian I, Laboratorium

Penelitian II, Laboratorium Kimia Obat, Laboratorium Analisis Obat dan

Pangan Halal dan Laboratorium Biologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan

Oktober 2014 hingga September 2015.

3.2. Alat dan Bahan yang Digunakan

3.2.1. Alat

Alat-alat yang akan digunakan antara lain lumpang, alu, peralatan gelas,

hot plate (Cimarec, USA), termometer, kertas saring, timbangan analitik

(GH 202, OGS, Japan), Gas Chromatography – Mass Spectroscopy

(5975 Inert MSD, The Agilent Technologies, USA), batang pengaduk,

spatula, blender, vacuum rotary evaporator (Eyela N-1000, Japan),

digital water bath (SB-100 Eyela, Japan), kapas, alumunium foil, oven

(Eyela NDO-500, Japan), desikator, mikropipet (Rainin, USA), kertas

saring, lemari pendingin (Sanyo Medicool, Japan), pipa kapiler, plastic

wrap, cawan penguap, sudip, kertas perkamen, botol maserasi, botol

timbang, apparatus melting point (Stuart), statif, plat silika gel F254

(Merck Millipore, Germany)

3.2.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain rimpang

kencur (Kaempferia galanga Linn), propilenglikol (Bratachem, Jakarta),

karbopol 940 (Sahdong Bio-Technology), metil paraben (Bratachem,

Jakarta), propil paraben (Bratachem, Jakarta), setil alkohol, asam stearat,

isopropil miristat, trietanolamin, adeps lanae, vaselin album, cera alba,

vitamin E, minyak zaitun, serta pelarut dan bahan pembantu lain :

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

aquades, n-heksana (teknis), etil asetat, metanol (teknis), metanol pro

analisis, n-heksana pro analisis, dan etanol 96% (Bratachem, Jakarta).

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Isolasi EPMS dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga Linn)

Sebanyak 20 kg rimpang kencur dibersihkan, kemudian dirajang

sekitar 2-3 mm. Setelah itu kencur dijemur selama 3-4 hari tanpa kena

sinar matahari. Setelah kencur yang dijemur berwarna coklat muda lalu

dihaluskan menggunakan blender.

Serbuk simplisia rimpang kencur sebanyak total 3,6 kg gram

dimaserasi dengan berat 500 gram untuk setiap botolnya dengan

menggunakan pelarut n-heksana yang telah didestilasi sebanyak 1 L

sampai serbuk simplisia terendam seluruhnya dan terdapat lapisan pelarut

setebal 3 cm di atas serbuk simplisia dengan waktu perendaman 3 hari

sambil sesekali dilakukan pengocokan. Setelah 3 hari disaring

menggunakan kapas dan kertas saring sehingga diperoleh ampas dan

filtrat. Ampas dilakukan maserasi ulang sebanyak 3-4 kali hingga hasil

maserasi menunjukkan warna jernih. Seluruh filtrat hasil maserasi

dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 48-50 °C.

Ekstrak kental yang didapatkan kemudian didiamkan hingga

terbentuk kristal dan dilakukan proses rekristalisasi menggunakan pelarut

n-heksana dan metanol. Proses rekristalisasi dilakukan dengan cara kristal

yang telah tebentuk dipisahkan dengan ekstrak kental dengan cara

dilarutkan menggunakan n-heksana dan dialkukan penyaringan. Hasil

penyaringan dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator, proses

pemisahan kristal dilakukan berulang hingga ekstrak kental yang diperoleh

tidak mengkristal lagi. Kristal yang tertinggal di atas kertang saring

kemudian dicuci menggunakan n-heksana dan sedikit metanol. Kristal

yang tidak ikut terlarut selama proses pencucian disaring untuk dipisahkan

dengan kristal yang terlarut. Kristal yang terlarut dipekatkan dengan

vacuum rotary evaporator. Proses pencucian diulang hingga kristal yang

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didapatkan murni (Mufidah, 2014 dengan modifikasi). Rendemen hasil

kristal yang didapat dihitung dengan rumus:

3.3.2. Pemeriksaan Kristal EPMS

3.3.2.1. Pemeriksaan Organoleptis

Pemeriksaan secara fisik menggunakan panca indera yang meliputi

pemeriksaan bentuk, warna, bau, dan rasa (Depkes RI, 2000).

3.3.2.2. Uji Komatografi Lapis Tipis

Pengujian KLT kristal etil p-metoksisinamat hasil isolasi dilakukan

dengan menggunakan plat silika gel F254 dengan eluen n-heksana dan etil

asetat dengan perbandingan 3:2. Spot yang didapatkan kemudian

dihitung nilai Rfnya dan dibandingkan dengan standar etil p-

metoksisinamat. Tujuan dilakukannya pengujian KLT ini adalah untuk

melihat kemurnian kristal etil p-metoksisinamat hasil isolasi (Mufidah,

2014 telah dimodifikasi).

3.3.2.3. Uji Titik Leleh

Kristal yang didapat diidentifikasi titik lelehnya menggunakan alat

uji titik leleh. Pengukuran titik leleh dilakukan dengan cara memasukkan

sedikit kristal ke dalam pipa kapiler lalu diletakkan di dalam wadah

sampel pada alat dan diamati suhu pada saat kristal mulai meleleh hingga

kristal meleleh sempurna (Rohmah, Jamilatur, dkk., 2009).

3.3.3. Pemeriksaan EPMS menggunakan GC-MS

3.3.3.1. Pembuatan Larutan Sampel

Kristal EPMS dibuat larutan induk konsentrasi 5000 ppm. 50 mg

kristal EPMS dilarutkan dalam 10 mL metanol pro analisis. Kemudian

dilakukan pengenceran menjadi konsentrasi 1000 ppm dengan cara

memipet 1000 µL larutan induk ke dalam labu ukur 5 mL dan

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ditambahkan dengan metanol pro analisis hingga garis batas 5 mL pada

labu ukur.

3.3.3.2. Analisis menggunakan GC-MS

Sampel yang telah disiapkan disuntikkan ke dalam alat GCMS

sebanyak 1 µL. Kolom yang digunakan adalah HP-5MS (30 m x 0,25mm

ID x 0,25 µm); suhu awal 70 °C selama 2 menit, dinaikkan ke suhu 285

°C. Suhu MSD 285 °C. Kecepatan aliran 1,2 mL/min dengan split 1:100.

Parameter scanning dilakukan dari massa paling rendah yakni 35 sampai

paling tinggi 550. Waktu retensi 32,07 menit (Umar et al, 2012).

3.3.4. Pembuatan Sediaan Salep, Krim, dan Gel

3.3.4.1. Sediaan Salep

Tabel 3.1. Rancangan Formula Sediaan Salep

Bahan Konsentrasi (%)

Kristal EPMS Setara dengan EPMS 1

Vaselin Album 20

Cera Alba 5

Propilenglikol 15

Etanol 96% 5

Lanolin Hidrat ad 100

Vaselin album, cera alba dan lanolin dilebur bersama pada suhu

70 °C. Setelah basis salep melebur sempurna, ditambahkan

propilenglikol kemudian pindahkan ke dalam lumpang dan digerus

hingga homogen. Setelah basis salep terbentuk dan dingin ditambahkan

kristal etil p-metoksisinamat yang telah dilarutkan dengan etanol 96% ke

dalam lumpang berisi basis salep sedikit demi sedikit sambil digerus

hingga homogen.

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.4.2. Sediaan Krim

Tabel 3.2. Rancangan Formula Sediaan Krim

Bahan Konsentrasi (%)

Kristal EPMS Setara dengan EPMS 1

Asam stearat 5

Ispopil miristat 3

Minyak Zaitun 2

Setil alkohol 3

Trietanolamin 0,2

Propilenglikol 15

Metil paraben 0,2

Propil paraben 0,1

Etanol 96% 5

Vitamin E 0,1

Aquades ad 100

Asam stearat, isopropil miristat, setil alkohol, dan minyak zaitun

dilebur menjadi satu dalam cawan I pada suhu 70 °C (fase minyak).

Metil paraben, propil paraben, propilenglikol, trietanolamin, dan aquades

dilebur bersama pada suhu 70 °C dalam cawan penguap II sebagai (Fase

air). Kedua fase tersebut dicampur menjadi satu dalam lumpang panas

bersuhu 70 °C, kemudian digerus terus menerus hingga terbentuk masa

krim. Setelah masa krim terbentuk dan suhunya telah menurun,

ditambahan vitamin E ke dalamnya. Kristal EPMS yang telah dilarutkan

dengan etanol 96% ditambahkan ke dalamnya sedikit demi sedikit

kemudian digerus hingga homogen.

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.4.3. Sediaan Gel

Tabel 3.3. Rancangan Formula Sediaan Gel

Bahan Konsentrasi

Kristal EPMS Setara dengan EPMS 1

Karbopol 940 1

Propilenglikol 15

Propil Paraben 0,1

Metil Paraben 0,2

Natrium metabisulfit 0,05

TEA 1

Etanol 96% 5

Aquades ad 100

Karbopol 940 didispersikan dalam air dingin kemudian diaduk

sampai homogen, setelah itu ditambahkan air panas secukupnya diaduk

hingga homogen, kemudian didiamkan beberapa saat setelah itu

ditambahkan TEA dan diaduk perlahan hingga homogen. Tambahkan

natrium metabisulfit, propil paraben, dan metil paraben yang sebelumnya

telah dilarutkan dengan air secukupnya, dan propilenglikol sedikit demi

sedikit sambil diaduk hingga homogen. Setelah itu, tambahkan kristal

EPMS yang sebelumnya telah dilarutkan dengan etanol 96% sedikit demi

sedikit hingga homogen.

3.3.5. Uji Stabilitas Kimia Sediaan Topikal

Uji stabilitas dilakukan dengan menggunakan uji stabilitas

dipercepat. Menurut guidelines ICH dan WHO, sediaan disimpan pada

suhu 40 °C ± 2 °C selama 3 bulan. Frekuensi pengujian dilakukan pada

bulan ke 0, 1, 2, dan 3 (Malik et al, 2011; Dept. of Health and Human

Services, 2003).

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.6. Analisis Etil p-Metoksisinamat dalam Sediaan Krim, Gel, dan Salep

Menggunakan GC-MS

3.3.6.1. Penyiapan Sampel

a. Salep

Sebanyak 1 g sediaan salep dilarutkan dalam 10 mL metanol

pro analisis. Kemudian salep yang telah dilarutkan dipindahkan ke

dalam vial khusus untuk kemudian disuntikkan ke dalam alat

kromatografi gas spektroskopi massa. Pengerjaan dilakukan triplo.

b. Krim

Sebanyak 1 g sediaan krim dilarutkan dengan 10 mL metanol

pro analisis. Kemudian krim yang telah dilarutkan disaring

menggunakan kertas saring hingga hasil saringan yang didapatkan

menjadi jernih. Pengerjaan dilakukan triplo.

c. Gel

Sebanyak 1 g sediaan gel dilarutkan dengan 10 mL n-heksana

pro analisis. Kemudian salep yang telah dilarutkan dipindahkan ke

dalam vial khusus untuk kemudian disuntikkan ke dalam alat

kromatografi gas spektroskopi massa. Pengerjaan dilakukan triplo.

3.3.6.2. Analisis Etil p-Metoksisinamat

Sampel dianalisis menggunakan instrumen alat Gas

Chromatography – Mass Spectroscopy. Kolom yang digunakan adalah

HP-5MS (30 m x 0,25mm ID x 0,25 µm); suhu awal 70 °C selama 2

menit, dinaikkan ke suhu 285 °C. Suhu MSD 285 °C. Kecepatan aliran

1,2 mL/min dengan split 1:100. Parameter scanning dilakukan dari massa

paling rendah yakni 35 sampai paling tinggi 550, dengan waktu retensi

32,07 menit (Umar et al, 2012). Sampel yang disuntikkan ke dalam alat

sebanyak 1µL. Dari kromatogram sampel diperoleh data senyawa yang

muncul pada waktu retensi tertentu.

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Ekstraksi Rimpang Kencur dan Isolasi EPMS dari Rimpang Kencur

Pada penelitian ini digunakan sebanyak 20 kg rimpang kencur segar

(Kaempferia galanga Linn). Setelah melalui proses penyiapan simplisia

yang meliputi sortasi basah dilakukan untuk memisahkan rimpang kencur

dari rumput, batang, dan daun, pencucian rimpang kencur untuk

menghilangkan tanah dan pengotor lainnya, perajangan rimpang kencur

untuk mempermudah proses pengeringan rimpang kencur, pengeringan

rimpang kencur selama 3-4 hari, kemudian rimpang kencur yang telah

kering dihaluskan menggunakan blender dan dihasilkan serbuk simplisia

sebanyak 4,2 kg. Serbuk simplisia yang dihasilkan berwarna kuning

kecoklatan. Gambar serbuk simplisia dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Serbuk simplisia rimpang kencur

Sebanyak 3,6 kg serbuk simplisia diekstraksi dengan menggunakan

metode maserasi menggunakan pelarut n-heksana yang sebelumnya telah

didestilasi. Penggunaan pelarut n-heksana sebagai pelarut ekstraksi karena

kepolaran etil p-metoksisinamat lebih mendekati n-heksana karena dalam

etil p-metoksisinamat terdapat dua gugus yang mendukung sifat non-polar

yaitu gugus eter dan lingkar benzen, sedangkan gugus yang mendukung ke

arah polar hanya satu yaitu adanya karbonil dalam gugus eter

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Taufikurohmah, Rusmini, dan Nurhayati; 2008). Hasil maserasi yang

didapat disaring dan dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator

dan didapatkan ekstrak kental sebanyak 106,53 gram. Skema proses

ekstraksi dapat dilihat pada Lampiran 1. Ekstrak kental yang didapat akan

mengkristal pada suhu ruang. Menurut penelitian Umar et al (2012), hampir

80% dari ekstak kental yang didapatkan akan mengkristal saat didiamkan

pada suhu ruang.

Tahap selanjutnya dilakukan proses rekristalisasi menggunakan n-

heksana dan sedikit metanol. Kristal yang didapatkan berwarna kekuningan

sebanyak 40 gram. Hasil rendemen kristal yang didapatkan sebesar 1,14%.

Kemudian dilakukan pengecekan kemurnian kristal menggunakan KLT

dengan eluen n-heksana : etil asetat dengan perbandingan 3 : 2. Hasil KLT

dapat dilihat pada gambar 4.1. Dan didapatkan nilai Rf=0,8. Berdasarkan

nilai Rf kristal etil p-metoksisinamat hasil isolasi dan kristal etil p-

metoksisinamat standar menunjukkan nilai yang sama dan hanya terdapat

satu spot, sehingga kristal etil p-metoksisinamat hasil isolat dapat dikatakan

murni. Perhitungan rendemen dan Rf dapat dilihat pada lampiran.

Gambar 4.2 KLT Isolat Kencur dengan Eluen n-heksana:Etil Asetat (3:2)

(visualisasi dengan UV 254) (1) Kristal etil p-metoksisinamat standar, (2)

Kristal etil p-metoksisinamat hasil isolasi

1

4 cm 5 cm

2

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2. Pemeriksaan Kristal EPMS

4.2.1. Pemeriksaan Organoleptis

Warna : Kuning pucat

Bentuk : Kristal jarum

Bau : Aromatik khas lemah

Gambar 4.3 Kristal etil p-metoksisinamat hasil isolasi

Pemeriksaan organoleptis kristal eti p-metoksisinamat hasil

isolasi bertujuan untuk melihat identitas kristal etil p-metoksisinamat.

Kristal yang terbentuk berbentuk menyerupai jarum-jarum tipis berwarna

kuning pucat dengan bau aromatik khas lemah. Warna kuning pucat yang

dihasilkan kristal berasal dari warna simplisia rimpang kencur yang juga

kuning kecoklatan.

4.2.2. Pengukuran Titik Leleh

Pengukuran titik leleh kristal etil p-metoksisinamat dilakukan

dengan menggunakan alat apparatus melting point. Didapatkan rentang

titik leleh kristal etil p-metoksisinamat 49° - 50° C. Rentang titik leleh

yang didapatkan sesuai dengan penelitian umar (2014) yang

menyebutkan bahwa titik leleh kristal etil p-metoksisinamat adalah 49°

C. Titik leleh kristal etil p-metoksisinamat hasil isolasi sesuai dengan

literatur yang menunjukkan bahwa kristal etil p-metoksisinamat yang

didapatkan sudah murni.

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2.3. Pemeriksaan Etil p-metoksisinamat menggunakan GCMS

Pemerikaan etil p-metoksisinamat menggunakan GCMS

bertujuan untuk mengidentifikasi serta melihat dan menguji apakah

kristal etil p-metoksisinamat hasil isolat yang didapatkan sudah murni.

Hasil interpretasi GCMS yang didapatkan menunjukkan bahwa kristal

etil p-metoksisinamat muncul pada waktu retensi 9,914 menit, dengan

berat molekul 206,1 dan fragmentasi massa 161, 134, 118, 89, 77, 63,

dan 51. Sedangkan interpretasi GCMS kristal standar etil p-

metoksisinamat muncul pada waktu retensi 9,913 menit, dengan berat

molekul 206,0 dan fragmentasi massa 161, 134, 118, 89, 77, 63, dan 51.

Kedua hasil interpretasi tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Umar et al (2012) yang menyatakan bahwa senyawa etil p-

metoksisinamat muncul pada waktu retensi 9,9, bobot molekul 206,4 dan

fragmentasi massa pada 161, 134, 118, 89, 77, 63, dan 51. Kristal etil p-

metoksisinamat hasil isolasi dikatakan murni dilihat dari waktu retensi,

fragmentasi, dan nilai persen area kristal etil p-metoksisinamat hasil

isolasi sama dengan waktu retensi, fragmentasi, dan nilai persen area

kristal etil p-metoksisinamat standar yaitu 100%. Hasil kromatogram

kristal etil p-metoksisinamat standar dan kristal etil p-metoksisinamat

hasil isolasi dapat dilihat pada gambar 4.4 dan gambar 4.5.

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan; (a) waktu retensi, (b) fragmentasi massa dan bobot molekul

Gambar 4.4 Kromatogram standar etil p-metoksisinamat

(a)

(b)

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan; (a) waktu retensi, (b) fragmentasi massa dan bobot molekul

Gambar 4.5 Kromatogram etil p-metoksisinamat hasil isolasi

4.3. Analisis Etil p-Metoksisinamat dalam Sediaan

Sediaan setengah padat yang dibuat pada penelitian ini mengacu

pada hasil penelitian Sry Wardiyah, 2015. Sediaan setengah padat yang

telah dibuat dibagi menjadi 3 bagian (sampel bulan ke-1, bulan ke-2, dan

bulan ke-3) dan dimasukkan ke dalam botol dan dibungkus dengan

alumunium foil untuk kemudian disimpan dalam oven suhu 40° C selama 3

bulan. Setiap bulannya, 1 botol sediaan dikeluarkan dari oven untuk diuji

stabilitasnya menggunakan kromatografi gas spektroskopi massa.

(a)

(b)

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Setiap sediaan yang ingin diuji menggunakan kromatografi gas

spektroskopi massa dibuat konsentrasi 1000 ppm dengan menimbang 1

gram sediaan dan dilarutkan dalam 10 mL metanol pro analisis atau n-

heksana pro analisis. Untuk sediaan krim, dilakukan penyaringan

menggunakan kertas saring. Penyaringan dilakukan hingga larutan yang

dihasilkan menjadi jernih. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan

partikel-partikel melayang yang tidak terlarut dan dapat mengganggu

analisis. Pengujian setiap sediaan dilakukan triplo (tiga kali pengulangan).

4.3.1. Sediaan Salep

Tabel 4.1 Hasil Kromatografi Gas Spektroskopi Massa Sediaan Salep

Bulan Waktu retensi Nama senyawa

Bulan ke-0 9,913 Etil p-metoksisinamat

10,496 Cetene

Bulan ke-1 9,911 Etil p-metoksisinamat

10,496 Cetene

Bulan ke-2 9,912 Etil p-metoksisinamat

10,493 Cetene

Bulan ke-3 9,917 Etil p-metoksisinamat

10,501 Cetene

Pada sediaan salep, sampel senyawa yang terdeteksi setelah

analisis menggunakan gas kromatografi spektroskopi massa selama 3

bulan penyimpanan sediaan dalam salep adalah etil p-metoksisinamat

dan cetene. Senyawa cetene yang muncul kemungkinan merupakan

turunan senyawa dari salah satu basis minyak yang digunakan dalam

pembuatan sediaan salep.

Parameter kestabilan kimia sediaan selain dilihat dari kadar zat

aktif yang terkandung dalam sediaan juga dapat dilihat dari pola

kromatogram yang muncul. Pola kromatogram yang muncul selama

penyimpanan 3 bulan sediaan salep tidak banyak mengalami perubahan.

Gambar kromatogram sediaan salep dapat dilihat pada gambar 4.6 dan

4.7. Senyawa etil p-metoksisinamat dapat dikatakan stabil selama 3 bulan

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penyimpanan pada suhu 40 °C karena tidak ada banyak perubahan dari

pola kromatogram hasil analisis menggunakan kromatografi gas

spektroskopi massa.

Keterangan : (a) pola kromatogram sediaan salep bulan ke-0, (b) pola kromatogram sediaan salep

bulan ke-1

Gambar 4.6 Pola kromatogram sediaan salep bulan ke-0 dan ke-1

(b)

(a)

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan : (a) pola kromatogram sediaan salep bulan ke-2, (b) pola kromatogram sediaan salep

bulan ke-3

Gambar 4.7 Pola kromatogram sediaan salep bulan ke-2 dan ke-3

(b)

(a)

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3.2. Sediaan Krim

Tabel 4.2 Hasil Kromatografi Gas Spektroskopi Massa Sediaan Krim

Bulan Waktu retensi Senyawa

Bulan ke-0

8,040 Metil paraben

9,092 Propil paraben

9,908 Etil p-metoksisinamat

10,191 Isopropil miristat

10,491 Cetene

10,887 Asam n-heksadekanoat

Bulan ke-1

8,043 Metil paraben

9,095 Propil paraben

9,651 Metil palmitat

9,910 Etil p-metoksisinamat

10,195 Isopropil miristat

10,493 Cetene

10,711 Metil tetradekanoat

10,889 Asam n-heksadekanoat

11,043 Asam heksadekanoat, etil ester

11,675 Metil stearate

11,834 Asam oktadekanoat

19,281 Vitamin E

Bulan ke-2

8,043 Metil paraben

9,093 Propil paraben

9,909 Etil p-metoksisinamat

10,194 Isopropil miristat

10,492 Cetene

10,887 Asam n-heksadekanoat

11,044 Asam heksadekanoat, etil ester

11,833 Asam oktadekanoat

11,976 Asam oktadekanoat, etil ester

12, 284 Asam dodekanedionic, dimetil ester

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bulan ke-3

7,710 Trolamin

8,045 Metil paraben

9,095 Propil paraben

9,913 Etil p-metoksisinamat

10,023 Asam tetradekanoat, etil ester

10,198 Isopropil miristat

10,494 Cetene

10,893 Asam n-heksadekanoat

11,045 Asam heksadekanoat

11,838 Asam oktadekanoat

11,875 Etil oleat

11,977 Asam oktadekanoat, etil ester

12,285 Asam dodekanedionik, dimetil ester

19,292 Vitamin E

Pada sediaan krim, senyawa yang terdeteksi setiap bulannya

berbeda-beda, mulai dari 6 senyawa hingga 15 senyawa, antara lain

trolamin, metil paraben, propil paraben, metil palmitat, etil p-

metoksisinamat, isopropil miristat, ceten, metil tetradekanoat, asam n-

heksadekanoat, asam heksadekanoat etil ester, metil stearat, asam

oktadekanoat, asam oktadekanoat etil ester, asam dodekanedionik dimetil

ester, dan vitamin E.Senyawa asam dodekanedionik dimetil ester mulai

muncul pada bulan ke-2. Sedangkan senyawa metil palmitat, metil

tetradekanoat, dan metil stearate hanya muncul pada bulan ke-1. Pada

bulan ke-3 terdapat senyawa yang baru muncul yaitu trolamin dan asam

tetradekanoat etil ester. Senyawa vitamin E hanya muncul di bulan ke-1

dan ke-3. Semua senyawa yang muncul pada sediaan krim merupakan

senyawa-senyawa yang muncul dari bahan yang digunakan dalam

pembuatan krim dan juga turunan dari bahan yang digunakan dalam

pembuatan krim.

Jika dilihat dari pola kromatogram yang muncul, sediaan krim

dapat dikatakan stabil karena pola kromatogram yang muncul hampir

sama di setiap bulannya dan tidak terbentuk senyawa baru. Senyawa

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang muncul merupakan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat

sediaan krim dan juga turunan dari bahan-bahan yang digunakan untuk

membuat sediaan krim.

Keterangan : (a) pola kromatogram sediaan krim bulan ke-0, (b) pola kromatogram

sediaan krim bulan ke-1

Gambar 4.8 Pola Kromatogram Sediaan Krim bulan ke-0 dan ke-1

(a)

(b)

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan : (a) pola kromatogram sediaan krim bulan ke-2, (b) pola kromatogram sediaan

krim bulan ke-3

Gambar 4.9 Pola Kromatogram Sediaan krim bulan ke-2 dan ke-3

(a)

(b)

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3.3. Sediaan Gel

Table 4.3 Hasil Kromatografi Gas Spektroskopi Massa Sediaan Gel

Bulan Waktu retensi Senyawa

Bulan ke-0

8,039 Metil paraben

9,086 Propil paraben

9,904 Etil p-metoksisinamat

Bulan ke-1

8,040 Metil paraben

9,092 Propil paraben

9,904 Etil p-metoksisinamat

Bulan ke-2

8,040 Metil paraben

9,902 Propil paraben

9,904 Etil p-metoksisinamat

Bulan ke-3

8,039 Metil paraben

9,092 Propil paraben

9,904 Etil p-metoksisinamat

Pada sediaan gel, terdapat 3 senyawa yang terdeteksi setelah

penyimpanan pada suhu 40° C. Senyawa tersebut adalah metil paraben,

propil paraben, dan etil p-metoksisinamat. Dilihat dari pola kromatogram

yang terbentuk, sediaan gel merupakan sediaan yang mempunyai pola

kromatogram yang sama setiap bulannya. Sediaan gel merupakan sediaan

yang mempunyai pola kromatogram paling seragam dibandingkan

dengan dua sediaan lainnya yaitu salep dan krim. Gambar pola

kromatogram gel dapat dilihat pada gambar 4.10 dan 4.11.

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan : (a) pola kromatogram sediaan krim bulan ke-0, (b) pola kromatogram sediaan

krim bulan ke-1

Gambar 4.10 Pola Kromatogram Sediaan Gel bulan ke-0 dan ke-1

(a)

(b)

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan : (a) pola kromatogram sediaan krim bulan ke-2, (b) pola kromatogram sediaan

krim bulan ke-3

Gambar 4.11 Pola Kromatogram Sediaan Gel bulan ke-2 dan ke-3

(a)

(b)

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah penyimpanan sediaan krim, gel, dan salep yang mengandung etil p-

metoksisinamat selama 3 bulan pada suhu 40 °C, menunjukkan hasil tidak

adanya senyawa baru dalam sediaan dan sediaan dapat dipertimbangkan

untuk pengembangan lebih lanjut.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan validasi metode ekstraksi pengambilan sampel.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji aktivitas

antiinflamasi dari sediaan setengah padat yang telah dibuat.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji stabilitas real time

kristal etil p-metoksisinamat dalam sediaan setengah padat.

4. Perlu dilakukan pengaturan kelembaban suhu pada penyimpanan dalam

oven.

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C.Howard. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat.

Jakarta: UI Press

Aroonrerk, Nuntana and Narisa Kamkaen. 2009. Anti-inflammatory Activity of

Quercus infectoria, Glycyrrhiza uralensis, Kaempferia galanga and

Coptis chinensis, The Main Components of Thai Herbal Remedies for

Aphythous Ulcer. J Health Res. 23(1) : 17-22

Barus, Rosbina. 2009. Amidasi Etil p-Metoksi Sinamat yang Diisolasi dari

Kencur (Kaempferia galanga Linn). Medan : Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara.

Cartensen, Jens T. dan Christopher Rhodes. 2000. Drug Stability Principles and

Practices Third Edition. United State : CRC Press

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan

Pertama. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Florence, A.T. dan Attwood, D. 1988. Physicochemical Principles of Pharmacy

Edisi 2. New York : Published Chapman and Hall, Inc

Gandjar, G.H. dan Rohman A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar

ICH. 2003. Guidance for Industry Q1A(R2) Stability Testing of New Drug

Substances and Products Revision 2. United State : Department of

Health and Human Services.

Khoirani, Nur. 2013. Karakteristik Simplisia dan Standarisasi Ekstrak Etanol

Herba Kemangi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah

Lachman, L., et al. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Ed ke-3. Jakarta:

UI Press.

Lukman, Anita. 2012. Formulasi Gel Minyak Kulit Kayu Manis (Cinnamomum

burmannii BI) sebagai Sediaan Antinyamuk. Jurnal Penelitian Farmasi

Indonesia. 1(1) : 24-29

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Malik, Ajay., et al. 2011. World Health Organization’s Guidelines for Stability

Testing of Pharmaceutical Products. J. Chem. Pharm. Res., 3(2) : 892-

898

Mufidah, Syarifatul. 2014. Modifikasi Struktur Senyaya Etil p-metoksisinamat

yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galanga Linn) melalui

Transformasi Gugus Fungsi serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi.

Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah

Muhlisah, Fauziah. 1999. Temu-temuan dan Empon-empon Budidaya dan

Manfaatnya. Jogjakarta : Penerbit Kanisius

Naibaho, Olivia H., et al. 2013. Pengaruh Basis Salep terhadap Formulasi Sediaan

Ekstrak Daun Emai Ocium sanctum L. pada Kulit Punggung Kelinci yang

Dibuat Infeksi Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 2.

No. 02. Hal : 27-33

Padmadisastra, Yudi., et al. 2007. Formulasi Sediaan Salep Antikeloidal yang

Mengandung Ekstrak Terfasilitasi Panas Microwave dari Herba Pegagan

(Centella asiatica L Urban). Seminar Kebudayaan Indonesia Malaysia

Kualalumpur. Hal 1-11

Pongsipulung, Grace Riani, et al. 2012. Formulasi dan Pengujian Salep Ekstrak

Bonggol Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum L) terhadap

Luka Terbuka pada Kulit Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus

norvegicus). Hal: 7-13

Ramadon, Delly. 2012. Penetapan Daya Penetrasi Secara In Vitro Sediaan Gel

dan Emulgel yang Mengandung Kapsaisinoid dari Ekstrak Buah Cabai

Rawit. Jakarta : Universitas Indonesia

Retno, Tranggono dan Fatma Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama

Rieger, M.M. 2000. Harry Cosmetology Eight Edition. New York : Chemical

Publishing Co., Inc

Roemantyo, G; Somaatmadja. 1996. Analisis Terhadap Keanekaragaman Dan

Konservasi Kencur Di Jawa. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol.3

No.2.

Rowe, Raymond C., et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth

Edition. London : Pharmaceutical Press.

Rukmana, Rahmat. 1994. Kencur. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Cetakan ke-13.

Siswanto, Agus., et al. 2012. Formulasi Tabir Surya Ekstrak Etanol Rimpang

Kencur Kaempferia galanga L

Sloane, E. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sulaiman, M.R., et al. 2008. Antinociceptive and Anti-inflammatory activities of

The Aqueous extract of Kaempferia galanga Leaves in Animal Models.

J.Nat Med 62 : 221-227.

Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Tara V., Shanbag., et al. 2006. Wound Healing Activity Of Alkoholic Extract of

Kaempferia galanga in Wistar Rats. Indian J.Physiol Pharmacol 50 (4) :

384-390.

Taufikurrohmah, T., Rusmini, dan Nurhayati. 2008. Pemilihan Pelarut Optimasi

Suhu pada Isolasi Senyawa Etil Para Metoksi Sinamat (EPMS) dari

Rimpang Kencur sebagai Bahan Tabir Surya pada Industri Kosmetik.

Tewtrakul, Supinya., et al. 2005. Chemical Components and Biological Activities

of Volatile Oil of Kaempferia galanga Linn. Songklanakrin. J. Sci.

Technol Vol. 27 (Suppl. 2) : Thai Herbs

Tranggono. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengantar Kosmetik. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama

Umar, Muhammad Ihtisam., et al. 2012. Bioactivity-Guided Isolation of Ethyl-p-

methoxycinnamate, an Anti-inflammatory Constituent, from Kaempferia

galanga L. Extracts. Molecules. 17 : 8720-8734

Umar, Muhammad Ihtisam., et al. 2014. Ethyl-p-methoxcycinnamate Isolated

from Kaempferia galanga Inhibits Inflammation by Suppressing

Interleukin-1, Tumor Necrosis Factor-α, and Angiogenesis by Blocking

Endothelial Functions. Clinics. 69 (2) : 134-144

USDA (United States Department of Agriculture). Natural Resource

Conservation Service. Akses online via http://plants.usda.gov/

Vadas, E.B. 2010. Stability of Pharmaceutical Products. The Science and Practice

of Phrmacy Vol.1 : 988-989

Vittalrao, Amberkar Monhabu., et al. 2011. Evaluation of Antiinlammatory and

Analgesic Activities of Alcoholic Extract of Kaempeferia Galangan in

Rats. Indian J.Physiol Pharmacol 55 (1) : 13-24.

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi ke-5. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press.

Yahendri dan Satya Wydya Yenny. 2012. Berbagai Bentuk Sediaan Topikal

dalam Dermatologi. CDK-194 Vol. 39 No. 6 : 423-430

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Kerangka Penelitian

Ekstraksi rimpang kencur

(Kaempferia galanga Linn)

Isolasi kristal etil p-metoksisinamat

Penetapan

kadar Identifikasi dan Uji

Kemurnian kristal etil p-

metoksisinamat Uji KLT

Salep Organoleptis

Krim Uji titik leleh Pembuatan sediaan

Gel

Penyimpanan sediaan di dalam

oven suhu 40° C selama 3

bulan

Pengujian stabilitas kimia etil

p-metoksisinamat

menggunakan GCMS

Sampling bulan ke-0

Sampling bulan ke-1

Sampling bulan ke-2

Sampling bulan ke-3

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Bagan Alur Ekstraksi Rimpang Kencur (Kaempferia galanga

Linn).

Rimpang kencur segar

(Kaempferia galanga Linn)

Dicuci, dirajang, dikeringkan, dan diserbuk

Serbuk kering

rimpang kencur (Kaempferia

galanga Linn)

Maserasi dengan n-heksana murni dan disaring

Ampas Filtrat 1

Ampas Filtrat 2

Filtrat 3 Campuran

filtrat 1,2,3

Remaserasi dengan n-

heksana murni dan disaring

Remaserasi dengan n-

heksana murni dan

disaring

Evaporasi suhu 48-50OC

Ekstrak kental rimpang kencur

(Kaempferia galanga Linn)

Ekstrak n-heksana

rimpang kencur

(Kaempferia galanga

Linn)

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Bagan Alur Rekristalisasi, Identifikasi, dan Uji Kemurnian Kristal

Etil p-Metoksisinamat.

Ekstrak kental rimpang kencur

(Kaempferia galanga Linn)

Diendapkan pada suhu kamar

Pemisahan kristal dari

ekstrak kental menggunakan

pelarut n-heksana

Kristal kotor Larutan ekstrak

Pencucian kristal dengan

n-heksana dan metanol

Kristal yang tidak terlarut

Uji KLT

Penetapan kadar dengan

GCMS

Uji titik leleh

Dipekatkan dengan

vaccum rotary

evaporator suhu 48-50ºC

Pengamatan organoleptis

Satu spot Banyak spot

Kristal yang terlarut

Dipekatkan dengan

vaccum rotary

evaporator suhu 48-50ºC

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Gambar Alat Penelitian

Hot Plate Alat Uji TL Mikropipet Perangkat KLT Neraca Analitik Alat Uji pH

Vaccum Rotary Evaporator GCMS Oven

Lampiran 5. Perhitungan Rendemen Kristal dan Perhitungan nilai Rf

1. Perhitungan rendemen kristal

2. Perhitungan nilai Rf

Nilai Rf =

Nilai Rf =

= 0,8 cm

Lampiran 6. Gambar Hasil Sediaan

Sediaan Salep Sediaan Gel Sediaan Krim

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Nilai Luas Puncak dan Persentase Kadar Etil p-Metoksisinamat

Keterangan : (a) Standar etil p-metoksisinamat ; (b) Kristal etil p-metoksisinamat hasil isolasi

Lampiran 8. Data Hasil Uji Titik Leleh

Pengujian Ke- Rentang Titik Leleh (°C)

1 49-50

2 49-50

3 49-50

(a)

(b)

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Nilai Luas Puncak dan Persentase Kadar Senyawa dalam Sediaan

Salep

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Nilai Luas Puncak dan Persentase Kadar Senyawa dalam Sediaan

Krim

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Nilai Luas Puncak dan Persentase Kadar Senyawa dalam Sediaan

Gel

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS KIMIA … · stabilitas zat aktif yang dipengaruhi oleh formulasi. Oleh karena itu, pada penelitian ... padat salep, krim, dan gel.

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta