Download - Tutorial Skenario a Blok 22 DC

Transcript
Page 1: Tutorial Skenario a Blok 22 DC

Tugas

Tutorial Skenario A Blok 22 2015

Devin Chandra

04011181320016

PDU Unsri B 2013

Pendidikan Dokter UmumFakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

2015

Page 2: Tutorial Skenario a Blok 22 DC

Tutorial Skenario A Blok 22 2015

A. Analisis Masalah

1. Bagaimana anatomi dari struktur tulang belakang (vertebrae)?

Tulang vertebrae terdiri atas 33 vertebrae, yaitu 7 vertebrae cervicalis, 12 vertebrae

thoracicus, 5 vertebrae lumbalis, 5 vertebrae sacralis, dan 4 vertebrae coccygis. Struktur

tulang vertebrae fleksibel karena tulang bersegmen-segmen dan tersusun atas vertebrae,

sendi-sendi, dan bantalan fibrocartilago yang disebut discus intervertebralis. Vertebrae

yang berhubungan pada kasus ini terutama yaitu vertebrae lumbalis dengan ciri-ciri:

corpus besar dan berbentuk ginjal

pediculus kuat dan mengarah ke belakang

lamina tebal

foramen vertebral berbentuk segitiga

processus transversus panjang dan langsing

processus spinosus pendek, rata, dan berbentuk segiempat dan mengarah ke

belakang

facies articularis processus articularis superior menghadap ke medial dan facies

articularis processus articularis inferior menghadap ke lateral.

2. Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada kasus ini?

Pemeriksaan antropometri perlu dilakukan untuk menemukan kelainan seperti

penurunan tinggi badan

Pemeriksaan juga mencakup perhatian terhadap adanya kelainan gaya jalan

pasien, adanya deformitas tulang, nyeri spinal, dan jaringan parut pada leher

pasien (bekas operasi tiroid).

3. Apa indikasi dari pemeriksaan Bone Mineral Density ?

Pemeriksaan Bone Mineral Density (BMD) dilakukan ketika pasien dicurigai menderita

osteoporosis. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur kepadatan tulang, mendiagnosis

osteoporosis, memprediksi resiko fraktur dan memonitor terapi. BMD juga dianjurkan

untuk dilakukan pada populasi berikut:

perempuan berusia > 65 tahun

perempuan pasca menopause < 65 tahun dengan faktor resiko

Page 3: Tutorial Skenario a Blok 22 DC

laki-laki berusia > 70 tahun

dewasa dengan fraktur fragilitas

dewasa dengan risiko fraktur panggul (misalnya, tinggi badan < 157 cm, berat

badan < 47 kg, riwayat merokok, riwayat maternal dengan fraktur panggul)

dewasa dengan penyakit yang berhubungan dengan penurunan densitas massa

tulang seperti hiperparatiroidisme, sindrom malabsorpsi, hemigastrektomi,

hipertiroidisme

dewasa yang mengkonsumsi obat-obat yang berhubungan dengan penurunan

densitas massa tulang seperti glukokortikoid, antikonvulsan

4. Bagaimana cara penegakan diagnosis pada kasus?

a. Anamnesis

Anamnesis mencakup tentang faktor-faktor yang meningkatkan resiko

osteoporosis. Faktor yang perlu ditanyakan yaitu, adanya fraktur pada trauma

minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya

paparan sinar matahari, asupan kalsium, konsumsi obat glukokortikoid, riwayat

meroko dan konsumsi alkohol, riwayat keluarga, riwayat penyakit terdahulu

(seperti penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin), riwayat haid, umur

menarke dan menopause.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan antropometri perlu dilakukan untuk menemukan kelainan seperti

penurunan tinggi badan.

Pemeriksaan juga mencakup perhatian terhadap adanya kelainan gaya jalan

pasien, adanya deformitas tulang, nyeri spinal, dan jaringan parut pada leher

pasien (bekas operasi tiroid).

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium: darah perifer lengkap untuk skrining penyakit dasar,

kalsium urin 24 jam, fungsi ginjal, fungsi hati, dan kadar TSH.

Pemeriksaan biokimia tulang: kalsium total serum, ion kalsium, kadar fosfor

serum, fosfat urin, osteokalsin serum, fosfatase alkali isoenzim tulang, hormon

paratiroid, dan vitamin D

Pemeriksaan radiologis: X-ray terutama untuk menyingkirkan kelainan tulang lain

dan mencari adanya fraktur. Pada osteoporosis dijumpai karakteristik berikut:

gambaran tulang menjadi lebih lusen, trabekulasi menjadi jarang dan kasar,

Page 4: Tutorial Skenario a Blok 22 DC

penipisan korteks, serta pada korpus vertebrae akan terjadi perubahan bentuk

seperti trabekulasi komponen vertikel lebih dominan dan bentuk menjadi lebih

pipih.

Pemeriksaan densitas massa tulang (densitometri): dengan alat dual x-ray

absorptiometry (DXA) yang bertujuan untuk mendiagnosis osteoporosis,

memprediksi resiko fraktur dan monitor terapi.

5. Apa etiologi pada kasus?

Penyebab dari osteoporosis adalah multifaktorial. Umur merupakan salah satu faktor

resiko yang terpenting di mana setiap peningkatan umur 1 dekade setara dengan

peningkatan resiko osteoporosis 1,4-1,8 kali. Ras kulit putih dan wanita juga memiliki

resiko yang lebih tinggi untuk menderita osteoporosis. Faktor lain yang meningkatkan

resiko osteoporosis yaitu, riwayat keluarga menderita osteoporosis, defisiensi kalsium,

sindrom Klinefelter, sindrom Turner, terapi glukokortikoid jangka panjang,

hipertiroidisme, defisiensi hormonanl (estrogen dan androgen), penyakit kronik( sirosis

hepatis, gagal ginjal), merokok, konsumsi alkohol, dan badan sering terjatuh.

6. Apa manifestasi klinis pada kasus?

Ada nyeri spinal

Kesulitan berjalan atau kelainan gaya berjalan

Adanya pengurangan tinggi badan

Adanya gambaran kifosis

Osteoporosis yang parah dapat menyebabkan fraktur tulang vertebrae terutama

bagian lumbal (L1-L4)

Pada gambaran radiologis terdapat penipisan korteks dan daerah trabekuler yang

lebih lusen

7. Apa SKDI dari kasus?

2.

B. Learning Issue

1. Anatomi dari Tulang Vertebrae

Page 5: Tutorial Skenario a Blok 22 DC

Tulang vertebrae terdiri atas 33 vertebrae, yaitu 7 vertebrae cervicalis, 12 vertebrae

thoracicus, 5 vertebrae lumbalis, 5 vertebrae sacralis, dan 4 vertebrae coccygis. Struktur

tulang vertebrae fleksibel karena tulang bersegmen-segmen dan tersusun atas vertebrae,

sendi-sendi, dan bantalan fibrocartilago yang disebut discus intervertebralis.

a. Vertebra Cervicalis Tipikal, dengan ciri-ciri:

processus transversus mempunyai foramen transversarium

spina kecil dan bifida

corpus kecil dan lebar dari sisi ke sisi

foramen vertebral besar dan berbentuk segitiga

processus articularis superior mempunyai facies yang menghadap ke belakang

dan atas, processus articularis inferior mempunyai facies yang menghadap ke

bawah dan depan.

b. Vertebra Cervicalis Atipikal (C1, C2, C7), dengan ciri-ciri:

tidak mempunyai corpus

tidak mempunyai processus spinosus

mempunyai arcus anterior dan arcus posterior

mempunyai massa lateralis pada masing-masing sisi dengan facies articularis

pada permukaan atas dan bawahnya

c. Vertebra Thoracica Tipikal, dengan ciri-ciri:

corpus berukuran sedang dan berbentuk jantung

foramen vertebral kecil dan bulat

processus spinosus panjang dan miring ke bawah

fovea costalis terdapat pada sisi-sisi corpus untuk bersendi dengan capitulum

costae

fovea costalis terdapat pada processus transversus untuk bersendi dengan

tuberculum costae (T11 dan T12 tidak punya fovea costalis pada processus

transversus)

Processus articularis superior mempunyai facies yang menghadap ke belakang

dan lateral, processus articularis inferior vertebra T12 menghadap ke lateral.

d. Vertebra Lumbalis Tipikal, dengan ciri-ciri:

corpus besar dan berbentuk ginjal

pediculus kuat dan mengarah ke belakang

lamina tebal

foramen vertebral berbentuk segitiga

Page 6: Tutorial Skenario a Blok 22 DC

processus transversus panjang dan langsing

processus spinosus pendek, rata, dan berbentuk segiempat dan mengarah ke

belakang

facies articularis processus articularis superior menghadap ke medial dan facies

articularis processus articularis inferior menghadap ke lateral.

Daftar Pustaka

Arifputera, Andy, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius.

Page 7: Tutorial Skenario a Blok 22 DC

Price, Sylvia A., dkk. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 6. Jakarta: EGC.

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, edisi 6. Jakarta: EGC.

Sudoyo, Aru W., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi 5. Jakarta: Interna Publishing