7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
1/24
1
TUMOR KEPALA DAN LEHER
Distribusi keganasan di bidang telinga hidung dan tenggorokan terdapat kira-kira 42%
tumor ganas rongga mulut, 25% laring, 15% orofaring dan hipofaring, 7% kelenjar liur besar,
4% nasofaring, 4% hidung dan sinus paranasal, dan 3% tiroid dan jaringan ikat lainnya.
1. Klasifikasi tumor ganasKlasifikasi tumor ganas leher dan kepala yang digunakan di seluruh dunia adalah
system TNM. Sistem TNM ini ditujukan untuk mengetahui perluasan tumor secara anatomi
dengan pengertian:
T : perluasan dari tumor primer
N : status terdapatnya kelenjar limfe regional
M : ada atau tidak adanya metastasis jauh
Tabel 1. Klasifikasi klinis TNM
T (tumor primer)
TX Tumor primer tidak dapat ditemukan
T0 Tidak ada tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1, T2, T3, T4 Besarnya tumor primer
N (kelenjar limfa regional)
NX Tidak dapat ditemukan kelenjar limfa
regional
N0 Tidak ada metastasis kelenjar limfa regional
N1, N2, N3 Besarnya kelenjar limfa regional
M (metastasis jauh)
MX Tidak ditemukan metastasis jauh
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
2/24
2
Tabel 2. Klasifikasi pembesaran kelenjar limfa regional
NX Kelenjar limfa regional tidak ditemukan
N0 Tidak ada metastasis kelenjar limfa regional
N1 Metastasis pada satu sisi, tunggal, ukuran 3 cm atau kurangN2 Metastasis pada satu sisi, tunggal, ukuran lebih dari 3 cm, kurang dari 6 cm atau
multiple, pada satu sisi dan tidak lebih dari 6 cm atau bilateral/kontralateral juga tidak
lebih dari 6 cm
N2a Metastasis pada satu sisi, tunggal, lebih dari 3 cm dan tidak lebih dari 6 cm
N2b Metastasis pada satu sisi, multiple tidak lebih dari 6 cm
N2c Metastasis bilateral/kontralateral, tidak lebih dari 6 cm
N3 Metastasis, ukuran lebih dari 6 cm
Stadium tumor ganas leher dan kepala kecuali tumor kelenjar liur dan tiroid
Stadium 1 T1 N0 M0
Stadium 2 T2 N0 M0
Stadium 3 T3 N0 M0
T1 atau T2 atau T3 N1 M0
Stadium 4 T4 N0 atau N1 M0
Tiap T N2 atau N3 M0
Tiap T tiap N M1
A. Sistem aliran limfa leherSystem aliran limfa leher penting untuk dipelajari, karena hampir semua bentuk
radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi ke kelenjar limfa
leher. Sekitar 75 buah kelenjar limfa terdapat pada setiap sisi leher, kebanyakan berada pada
rangkaian jugularis interna dan spinalis asesorius. Kelenjar limfa yang selalu terlibat pada
metastasis tumor adalah kelenjar limfa pada rangkaian jugularis interna, yang terbentang
antara klavikula sampai dasar tengkorak. Rangkaian jugularis interna ini dapat dibagi dalam
kelompok superior, media, dan inferior. Kelompok kelenjar yang lain adalah submental,
submandibula, servikalis supervisial, retrofaring, paratrakeal, spinalis asesorius, skelenus
anterior dan supraklavikula.
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
3/24
3
Kelenjar limfa jugularis interna superior menerima aliran limfa yang berasal dari
daerah palatum mole, tonsil, bagian posterior lidah, dasar lidah, sinus piriformis dan
supraglotik laring. Juga menerima aliran limfa dari kelenjar limfa retrofaring, spinalis
asesorius, parotis, servikalis superficial, dan submandibula.
Kelenjar limfa jugularis interna media menerima aliran limfa yang berasal dari
subglotik laring, sinus piriformis bagian inferior, dan daerah krikoid posterior. Juga
menerima dari kelenjar limfa jugularis interna superior dan retrofaring bagian bawah.
Kelenjar limfa jugularis interna inferior meneria aliran limfa dari glandula tiroid,
trakea, esophagus bagian servikal. Juga menerima dari kelenjar limfa jugularis interna
superior dan media, dan kelenjar limfa paratrakea.
Kelenjar limfa submental, terletak pada segitiga submental di antara plastima dan
m.omohioid di dalam jaringan lunak. Pembuluh aferen menerima aliran dari dagu, bibir
bawah bagian tengah, pipi, gusi, dasar mulut bagian depan dan 1/3 bagian bawah lidah.
Pembuluh eferen mengalirkan ke kelenjar limfa submandibula sisi homolateral atau kontra
lateral, kadang-kadang dapat langsung ke rangkaian kelenjar limfa jugularis interna.
Kelenjar limfa submandibula, terletak di sekitar kelenjar liur submandibula dan di
dalam kelenjar liurnya sendiri. Pembuluh aferen menerima dari kelenjar liur submandibula,
bibir atas, bagian lateral bibir bawah, rongga hidung, bagian anterior rongga mulut, bagian
medial kelopak mata, palatum mole dan 2/3 depan lidah. Pembuluh aferen mengalirkan ke
kelenjar jugularis interna superior.
Kelenjar limfa servikal superficial, terletak di sepanjang vena jugularis eksterna,
menerima aliran limfa dari kulit muka, sekitar kelenjar parotis, daerah retroaurikula, kelenjar
parotis dan kelenjar limfa oksipital. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa
jugularis interna superior.
Kelenjar limfa retrofaring, terletak di antara faring dan fasia prevertebra, mulai dari
dasar tengkorak sampai ke perbatasan leher dan toraks. Pembuluh aferen menerima aliran
limfa dari nasofaring, hipofaring, telinga tengah dan tuba eustachius. Pembuluh eferen
mengalirkan ke kelenjar limfa jugularis interna dan kelenjar limfa spinal asesorius bagian
superior.
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
4/24
4
Kelenjar limfa paratrakea, menerima aliran limfa dari laring bagian bawah,
hipofaring, esophagus bagian servikal, trakea bagian atas dan tiroid. Pembuluh eferen
mengalirkan ke kelenjar limfa jugularis interna inferior atau kelenjar limfa mediastinum
superior.
Kelenjar limfa spinal asesoris, terletak di sepanjang saraf spinal asesoris, menerima
aliran limfa yang berasal dari kulit kepala bagian parietal dan bagian belakang leher. Kelenjar
limfa parafaring menerima aliran dair nasofaring, orofaring dan sinus paranasal. Pembuluh
eferen mengalirkan ke kelenjar limfa supraklavikula.
Rangkaian kelenjar limfa jugularis interna mengalirkan limfa ke trunkus jugularis dan
selanjutnya masuk ke duktus torasikus untuk sisi sebelah kiri, dengan untuk sisi sebelah
kanan masuk ke duktus limfatikus kanan atau langsung ke system vena pada pertemuan vena
jugularis interna dan vena subklavia. Juga duktus torasikus dan duktus lifatikus kanan
menerima aliran limfa dari kelenjar limfa supraklavikula.
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
5/24
5
Letak kelenjar limfa leher menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center
Classification dibagi dalam lima daerah penyebaran kelompok kelenjar, yaitu daerah:
I. Kelenjar yang terletak di segitiga submental dan submandibulaII. Kelenjar yang terletak di 1/3 atas dan termasuk kelenjar limfa jugularis superior,
kelenjar digastrik dan kelenjar servikal posterior superior
III. Kelenjar limfa jugularis di antara bifurkasio karotis dan persilangan m.omohioiddengan m. sternokleidomastoid dan batas posterior m.sternokleidomastoid.
IV. Grup kelenjar di daerah jugularis inferior dan supraklavikulaV. Kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal.
Metastasis dari tumor ganas yang primernya berada di kepala dan leher lebih dari
90% primernya dapat ditemukan dengan pemeriksaan fisik. Insiden tertinggi metastasis dari
karsinoma sel skuamosa di rongga mulut, orofaring, hipofaring, laring dan nasofaring adalah
ke rangkaian kelenjar limfa jugularis interna superior.
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
6/24
6
Adanya massa tumor yang berada di preaurikula umumnya disebabkan oleh tumor
primer dari kelenjar parotis atau metastasis tumor ganas dari kulit muka, kepala dan telinga
homolateral.
Massa tumor pada kelenjar yang berada di bawah m.sternokleidomastoid bagian atas
dan atau pada kelenjar servikal superior posterior biasanya berasal dari tumor ganas di
nasofaring, orofaring dan bagian posterior sinus maksila.
Pada kelenjar submental dapat berasal dari tumor ganas di kulit hidung atau bibir, atau
dasar mulut bagian anterior.
Pada segitiga submandibula dapat disebabkan oleh tumor primer pada kelenjar
submandibula atau metastasis tumor yang berasal dari kulit muka homolateral, bibir, rongga
mulut atau sinus paranasal.
Pada daerah kelenjar jugularis interna superior, dapat berasal dari tumor ganas di
rongga mulut, orofaring posterior, nasofaring, dasar lidah atau laring.
Tumor yang tunggal pada daerah jugularis media biasanya berupa tumor primer pada
laring, hipofaring atau tiroid.
Tumor di daerah jugularis bagian bawah umumnya berupa tumor pada subglotis,
laring, tiroid atau esophagus bagian servikal.
Tumor pada kelenjar limfa suboksipital biasanya berupa metastasis tumor yang
berasal dari kulit kepala bagian posterior atau tumor primer di aurikula.
Massa tumor di supraklavikula, biasanya oleh karena tumor primer di infraklavikula,
tumor esophagus bagian servikal atau tumor tiroid.
A. Tumor Hidung dan SinonasalHidung dan sinus paranasal (sinonasal) merupakan rongga yang dibatasi oleh tulang-
tulang wajah yang merupakan daerah yang terlindung sehingga tumor yang timbul di daerah
ini sulit diketahui secara dini. Asal tumor juga sulit ditentukan, apakah berasal dari hidung
atau sinus karena biasanya pasien berobat dalam keadaan penyakit telah lanjut dan tumor
sudah memenuhi rongga hidung dan seluruh sinus.
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
7/24
7
Jenis histologyHampir seluruh jenis histopatologi tumor jinak dan ganas dapat tumbuh di daerah
sinonasal. Termasuk tumor jinak epithelial yaitu adenoma dan papiloma, yang non epithelial
yaitu fibroma, angiofibroma, hemangioma, neurilemoma, osteoma, dysplasia fibrosa dan lain-
lain. Adapula tumor odontogenik seperti ameloblastoma atau adamantinoma.
Tumor ganas epithelial adalah karsinoma sel skuamosa, kanker kelenjar liur,
adenokarsinoma, karsinoma tanpa diferensiasi dan lain-lain. Jenis non-epitelial ganas adalah
hemangioperisitoma, aneka sarcoma seperti rhabdomiosarkoma dan osteogenik sarcoma
ataupun keganasan limfoproliferatif seperti limfoma maligna.
Beberapa jenis tumor jinak ada yang mudah kambuh atau secara klinis bersifat ganas
karena tumbuh agresif mendestruksi tulang, misalnya papiloma inverted, dysplasia fibrosa
ataupun ameloblastoma. Pada jenis ini tindakan operasi harus radikal.
Gejala dan tandaGejala tergantung dari asal tumor serta arah dan perluasannya. Tergantung dari
perluasan tumor, gejala dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Gejala nasal. Berupa obstruksi hidung unilateral dan rinorea. Sekretnya seringbercampur darah atau terjadi epistaksis. Tumor yang besar dapat mendesak tulang
hidung sehingga terjadi deformitas hidung. Khas pada tumor ganas, ingusnya
berbau karena mengandung jaringan nekrotik.
b. Gejala orbital. Perluasan tumor ke arah orbita menimbulkan gejala diplopia,proptosis, oftalmoplegia, gangguan visus dan epifora. Perhatikan arah proptosis,
jika mata terdorong ke atas berarti tumor berasal dari sinus maksila, jika ke bawah
dan lateral berarti tumor berasal dari sinus frontal atau etmoid.
c. Gejala oral. Perluasan tumor ke rongga mulut menyebabkan penonjolan atau ulkusdi palatum atau di prosesus alveolaris. Pasien mengeluh gigi palsunya tidak pas
lagi atau gigi geligi goyah. Seringkali pasien datang ke dokter gigi karena nyeri di
gigi, tetapi tidak sembuh walau gigi yang sakit dicabut.
d. Gejala fasial. Perluasan tumor ke depan akan menyebabkan penonjolan pipi.Disertai nyeri, anesthesia atau parestesia muka jika mengenai nervus trigeminus.
e. Gejala intracranial. Perluasan tumor ke intracranial menyebabkan nyeri kepalahebat, oftalmoplegia dan gangguan visus. Dapat disertai likuorea, yaitu cairan
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
8/24
8
otak yang keluar melalui hidung. Jika perluasan sampai ke fossa kranii media
maka saraf cranial lainnya juga akan terkena. Jika tumor meluas ke belakang,
terjadi trismus akibat terkenanya muskulus pterigoideus disertai anesthesia dan
parestesi daerah yang dipersarafi nervus maksilaris dan mandibularis.
Saat pasien berobat biasanya tumor sudah dalam stadium lanjut. Gejala dini yang
mirip dengan rhinitis atau sinusitis kronis menyebabkan diagnosis yang terlambat.
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan antara lain foto polos sebagai diagnosis
awal terutama jika ada erosi tulang dan perselubungan padat unilateral, harus dicurigai
keganasan dan dilakukan CT scan karena lebih jelas memperlihatkan perluasan tumor dan
destruksi tulang. MRI dapat membedakan jaringan tumor dari jaringan normal. Foto polos
paru diperlukan untuk melihat adanya metastase tumor di paru.
Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi dengan melakukan
biopsy. Jika curiga tuor vaskuler, jangan dilakukan biopsy karena akan sulit untuk
menghentikan perdarahan yang terjadi. Diagnosis dapat ditegakkan dengan angiografi.
1. Tumor jinak
Tumor jinak tersering adalah papiloma skuamosa. Secara makroskopis mirip denganpolip, tetapi lebih vascular, padat dan tidak mengkilat. Ada 2 jenis papiloma, pertama
eksofitik atau fungiform dan endofitik atau papiloma inverted. Papiloma inverted bersifat
sangat invasif, dapat merusak jaringan di sekitarnya. Cenderung untuk residif dan dapat
berubah menjadi ganas. Lebih sering pada laki-laki usia tua. Terapi adalah bedah radikal
seperti rinotomi lateral atau maksilektomi medial.
Tumor jinak angiofibroma nasofaring sering bermanifestasi sebagai massa yang
mengisi rongga hidung bahkan juga mengisi rongga sinus paranasal dan mendorong bolamata
ke anterior.
Pada tumor jinak dilakukan ekstirpasi tumor sebersih mungkin. Bila perlu dilakukan
dengan cara pendekatan rinotomi lateral atau degloving (peningkapan).
2. Tumor ganasTumor ganas tersering adalah karsinoma sel skuamosa (70%), disusul oleh karsinoma
tanpa diferensiasi dan tumor asal kelenjar.
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
9/24
9
Sinus maksila adalah yang tersering terkena (65-80%), disusul sinus etmoid (15-
25%), hidung sendiri (24%), sedangkan sinus sphenoid dan sinus frontal jarang terkena.
Metastasis ke kelenjar leher jarang terjadi (
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
10/24
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
11/24
11
Suatu kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik nasofaring yaitu 3 bentuk
mencurigakan pada nasofaring seperti pembesaran adenoid pada orang dewasa, pembesarannodul dan mukosistis berat pada daerah nasofaring bila diikuti bertahun tahun akan menjadi
karsinoma nasofaring.
DiagnosisDiagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan biopsy nasofaring yang dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu: dari hidung atau dari mulut. Biopsy dari hidung dilakukan
tanpa melihat jelas tumornya. Cunam biopsy dimasukkan melalui rongga hidung menyelusuri
konka media ke nasofaring kemudian cunam diarahkan ke lateral dan dilakukan biopsy.
Biopsy dari mulut dengan memakai bantuan kateter nelaton yang dimasukkan melalui hidung
dan ujung kateter yang berada di dalam mulut ditarik keluar dan diklem, demikian pula
dengan kateter dari hidung sebelahnya. Sehingga palatum mole tertarik ke atas. Kemudian
dengan kaca laring dilihat daerah nasofaring, lalu nasofaringoskop dimasukkan untuk melihat
massa tumor lebih jelas.
CT scan daerah kepala dan leher dapat digunakan untuk melihat tumor primer yangtersembunyi sekalipun. Dapat pula dilakukan pemeriksaan serologi IgA anti EA dan IgA anti
VCA untuk infeksi virus EB.
HistopatologiTelah disetujui WHO bahwa hanya ada 3 bentuk karsinoma (epidermoid) pada
nasofaring yaitu karsinoma sel skuamosa, karsinoma tidak berkeratinisasi dan karsinoma
tidak berdiferensiasi. Semua yang kita kenal selama ini dengan limfoepitelioma, sel
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
12/24
12
transisional, sel spindle, sel clear, anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak
berdiferensiasi.
StadiumUntuk stadium dipakai system TNM menurut UICC (2002).
T0 : tumor tidak tampak
T1 : tumor terbatas di nasofaring
T2 : tumor meluas ke jaringan lunak
T2a: perluasan tumor ke orofaring dan/atau rongga hidung tanpa perluasan
parafaring (perluasan parafaring menunjukkan infiltrasi tumor ke arah
posterolateral melebihi fasia faringobasilar)
T2b: disertai perluasan ke parafaring
T3 : tumor menginvasi struktur tulang dan/atau sinus paranasal
T4 : tumor dengan perluasan intracranial dan/atau terdapat keterlibatan saraf
cranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita atau ruang masticator
N0 : tidak ada pembesaran
N1 : metastasis KGB unilateral, ukuran 6 cm, di atas fossa supraklavikula
N2 : metastasis KGB bilateral, ukuran 6 cm, di atas fossa supraklavikula
N3 : metastasis KGB bilateral, ukuran > 6 cm, atau terletak di dalam fossa
supraklavikula
N3a: ukuran > 6 cm
N3b: di dalam fossa supraklavikula
Mx : metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : terdapat metastasis jauh
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
13/24
13
Stadium 0 T1s N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium IIA T2a N0 M0
Stadium IIB T1 N1 M0T2a N1 M0
T2b N0, N1 M0
Stadium III T1 N2 M0
T2a, T2b N2 M0
T3 N2 M0
Stadium IVA T4 N0, N1, N2 M0
Stadium IVB Semua T N3 M0Stadium IVC Semua T Semua N M1
PenatalaksanaanStadium I : radioterapi
Stadium II dan III : kemoradiasi
Stadium IV dengan N < 6 cm : kemoradiasi
Stadium IV dengan N > 6 cm : kemoterapi dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi
TerapiRadioterapi masih merupakan pengobatan utama. Pengobatan tambahan dapat berupa
diseksi leher, pemberian tetrasiklin, factor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin
dan antivirus.
Kemoterapi Cis-platinum, bleomycin, dan 5-fluorouracil hasilnya cukup memuaskan.
Demikian pula dengan kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis-platinum, meskipun
efek sampingnya cukup berat tapi memberikan harapan kesembuhan lebih baik. Kombinasi
kemoradioterapi dengan mitomycin C dan 5-florouracil oral setiap hari sebelum diberi radiasi
memperlihatkan adanya harapan sembuh total. Diseksi leher radikal dilakukan terhadap
benjolan di leher yang tidak hilang pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran,
dengan syarat tumor induk sudah hilang, serta tidak ada metastasis jauh.
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
14/24
14
Tidak seperti keganasan kepala dan leher lainnya, karsinoma nasofaring mempunyai
risiko terjadinya rekurensi. Kekambuhan tersering terjadi < 5 tahun, 5-15% terjadi 5-10
tahun. Sehingga perlu follow up setidaknya 10 tahun.
C. Angiofibroma Nasofaring BeliaAngiofibroma nasofaring adalah tumor jinak pembuluh darah di nasofaring yang
secara histology jinak, tapi secara klinis bersifat ganas, karena dapat mendestruksi tulang dan
meluas ke jaringan sekitarnya, serta sangat mudah berdarah yang sulit dihentikan.
PathogenesisTumor pertama kali tumbuh di bawah mukosa di tepi sebelah posterior dan lateral
koana di atap nasofaring. Tumor tubuh besar dan meluas di bawah mukosa, sepanjang atap
nasofaring, mencapai tepi posterior septum dan meluas ke bawah membentuk tonjolan massa
di atap rongga hidung posterior. Perluasan ke anterior akan mengisi rongga hidung,
mendorong septum dan memipihkan konka. Perluasan ke lateral ke arah foramen
sfenopalatina, masuk ke fisura pterigomaksila dan mendesak dinding posterior sinus maksila.
Apabila mendorong salah satu atau kedua bola mata akan tampak gambaran muka kodok.
Perluasan ke intracranial melalui fosa infratemporal dan pterigomaksila masuk ke fosa serebri
media. Dari sinus etmoid masuk ke fosa serebri anterior atau dari sinus sphenoid ke sinus
kavernosus dan fosa hipofise.
DiagnosisDiagnosis biasanya hanya ditegakan dari gejala klinis. Gejala yang paling sering
ditemukan (> 80%) adalah hidung tersumbat yang progresif dan epistaksis berulang yang
masif. Obstruksi hidung memudahkan penimbunan sekret, sehingga timbul rinorea kronis
yang diikuti gangguan penciuman. Tuba eustachius menimbulkan ketulian atau otalgia.
Sefalgia hebat biasanya menunjukan tumor sudah meluas ke intracranial.
Pada pemeriksaan fisik rinoskopi posterior terlihat masa tumor dengan konsistensi
kenyal warna bervariasi dari abu-abu sampai merah muda. Pada usia muda warnanya merah
muda, pada usia yang lebih tua warnanya kebiruan karena lebih banyak komponen
fibromanya. Mukosanya mengalami hipervaskularisasi dan tidak jarang ditemukan ulserasi.
Pada pemeriksaan radiologi akan terlihat gambaran Holman Miller yaitupendorongan prosessus pterigoideus ke belakang sehingga fisura pterigopalatina melebar.
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
15/24
15
Terlihat pula gambaran massa di nasofaring yang mengerosi dinding orbita, arkus zigoma dan
tulang di sekitar nasofaring. Dari CT scan dengan kontras tampak perluasan massa tumor
serta destruksi tulang sekitar.
Pada pemeriksaan arteriografi arteri karotis eksterna terlihat vaskularisasi tumor yang
biasanya berasal dari cabang arteri maksila interna homolateral. Arteri maksilaris interna
terdorong ke depan karena pertumbuhan tumor dari posterior ke anterior dan dari nasofaring
ke fossa pterigimaksila.
StadiumUntuk menentukan derajat atau stadium tumor saat ini digunakan klasifikasi Session dan
Fisch.
Klasifikasi menurut Session :
Stadium IA : tumor terbatas di nares posterior dan atau nasofaringeal voult
Stadium IB : tumor meliputi nares posterior dan atau nasofaringeal voult dengan eluas
sedikitnya satu sinus paranasal.
Stadium IIA : tumor meluas sedikit ke fossa pterigomaksila.
Stadium IIB : tumor memenuhi fossa pterigomaksila tanpa mengerosi tulang orbita.
Stadium IIIA : tumor telah mengerosi dasar tengkorak dan meluas sediki ke intracranial.
Stadium IIIB : tumor telah meluas ke intrakraial dengan atau tanpa meluas ke sinus
kavernosus.
Klasifikasi menurut Fisch :
Stadium I : tumor terbatas di rongga hidung, nasofaring tanpa mendestruksi tulang.
Stadium II : tumor menginvasi fossa pterigomaksila, sinus paranasal dengan destruksi
tulang.
Stadium III : tumor menginvasi fossa infratemporal, orbita dengan atau regio paraselar.
Stadium IV : tumor menginvasi sinus kavernosus, regio kiasma optic, dan atau fossa
pituitari.
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
16/24
16
PengobatanTindakan operasi merupakan pilihan utama selain terapi hormonal dan radioterapi.
Operasi yang dilakukan disesuaikan dengan lokasi tumor dan perluasannya, seperti melalui
transpalatal, rinotomi lateral, rinotomi sublabial atau kombinasi dengan kraniotomi
frontotemporal. Selain itu operasi melalui bedah endoskopi transnasal juga dapat dilakukan.
Sebelum operasi, selain embolisasi banyak dilakukan ligasi arteri karotis eksterna dan
anestesi dengan teknik hipotensi.
Pengobatan hormonal diberikan pada pasien dengan stadium I dan II dengan preparat
testosteron reseptor bloker (flutamid).
Pengobatan radioterapi dilakukan dengan stereotaktik radioterapi atau jika sudah
meluas ke intracranial dengan radioterapi konformal 3 dimensi.
Untuk tumor yang sudah meluas ke jaringan sekitar dan mendestruksi dasar tengkorak
sebaiknya diberikan radioterapi prabedah atau dapat pula diterapi hormonal selama 6 minggu
sebelum operasi.
D. Tumor Ganas Rongga MulutTumor ganas rongga mulut ialah tumor ganas yang terdapat di daerah yang terletak
mulai dari perbatasan kulit-selaput lendir bibir atas dan bawah sampai ke perbatasan palatum
durum-palatum mole di bagian atas dan garis sirkumvalat di bagian bawah, dengan kata lain
meliputi bibir atas dan bawah, selaput lendir mulut, mandibula dan bagian atas trigonum
retromolar, lidah bagian 2/3 depan, dasar ulut dan palatum durum.
Keganasan di rongga mulut akan menjalar ke organ lain melalui aliran limfa.
Umumnya ke kelenjar limfa di daerah submental dan submandibula. Kelenjar limfa pada
ujung lidah mengalir ke kelenjar limfa di jugulodigastrikus bagian atas dan kelenjar limfa di
retrofaring bagian lateral yang selanjutnya ke daerah submental. Bagian lateral 2/3 depan
lidah mempunyai aliran limfa ke kelenjar limfa submandibula dan kelenjar limfa
jugulodigastrikus.
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
17/24
17
DiagnosisUmumnya keluhan yang terjadi adalah seperti rasa nyeri pada telinga, nyeri saat
menelan (disfagia). Terkadang pasien tidak dapat membuka mulut (trismus). Terkadang juga
terlihat adanya bercak keputihan (leukoplakia) dan bercak kemerahan (eritroplakia).
Terdapatnya suatu massa dengan permukaan tidak rata dan memberikan rasa nyeri
karena adanya persarafan nervus trigeminus dan cabang nervus fasialis. Dapat digunakan CT
scan untuk menentukan batas serta ukuran pada tumor yang besar dan luas. Diagnosis pasti
untuk tumor ini adalah biopsy pada massa tumor. Dan dari PA, 95% hasilnya menunjukan
jenis karsinoma sel skuamosa.
StadiumMenurut AJCC:
Tx : karsinoma in situ
T1 : jika diameter < 2 cm
T2 : jika diameter 2-4 cm
T3 : jika diameter > 4 cm
T4 : tumor sudah menyerang organ lain seperti bagian korteks tulang, otot lidah
yang lebih dalam, sinus maksila dan kulit
Nx : tidak terdeteksi sel tumor dalam kelenjar
N0 : tidak teraba pembesaran kelenjar
N1 : pembesaran kelenjar diameter < 3 cm, sisi yang sama
N2 : pembesaran kelenjar diameter 3-6 cm, hanya satu, sisi yang sama, atau < 6
cm tetapi terdapat pada beberapa kelenjar pada sisi yang sama, pada kedua sisi
atau sisi lain
N2a: pembesaran kelenjar diameter 3-6 cm hanya satu pada sisi yang sama
N2b: pembesaran kelenjar diameter < 6 cm, terdiri dari beberapa kelenjar dan
hanya pada satu sisi
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
18/24
18
N2c: pembesaran kelenjar diameter < 6 cm, bisa pada 2 sisi atau sisi
kontralateral
N3 : pembesaran kelenjar diameter > 6 cm
Mx : tidak diketahui dimana adanya metastasis
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : terdapat metastasis jauh
Secara PA, tumor ganas pada rongga mulut yang paling sering adalah karsinoma sel
skuamosa. Walaupun tumor ini bersifat radiosensitive, terapi terbaik adalah pengangkatan
massa tumor, yang dilanjutkan dengan penyinaran.
Prognosis terburuk terjadi pada tumor pangkal lidah, oleh karena pada tempat ini
terdapat banyak jaringan limfa yang bersifat bercampur dan bermuara ke kelenjar limfa leher.
Tumor yang hanya terdapat pada permukaan dengan tebal 2-3 mm mempunyai prognosis
yang baik. Bila tumor sudah masuk ke dalam jaringan, prognosis menjadi lebih jelek dan
pada terapi sering dilakukan diseksi leher elektif, walaupun tidak teraba metastasis. Tumor
yang lebih besar mungkin harus dilakukan glosektomi sebagian (parsial) atau glosektomi satu
sisi (hemiglosektomi). Kalau tumor sudah melewati garis tengah, harus dilakukan glosektomi
total. Kalau teraba pembesaran kelenjar, maka harus dilakukan diseksi leher radikal
sebelumnya.
Pada tumor dengan T1 yang kecil, hanya diberikan radiasi (radioterapi) saja. Tumor
yang lebih besar harus dioperasi. Pada tumor pangkal lidah yang lebih besar, dilakukan
diseksi leher radikal pada satu sisi, dan diseksi leher radikal pada sisi lain. Sesudah operasi
umumnya dilanjutkan dengan radioterapi. Kemoterapi (sitostatika) tidak diberikan pasca
operasi karena memberikan efek samping yang jelek.
E. Tumor Laring Tumor jinak laring
Tumor jinak laring dapat berupa papiloma laring (terbanyak frekuensinya), adenoma,
kondroma, mioblastoma sel granuler, hemangioma, lipoma, neurofibroma.
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
19/24
19
Papiloma laringTumor ini dapat digolongkan dalam 2 jenis: papiloma laring juvenile (ditemukan pada
anak, biasanya multiple dan mengalami regresi pada waktu dewasa); pada orang dewasa
biasanya berbentuk tunggal, tidak mengalami resolusi dan merupakan pre kanker.
Pada bentuk juvenile, tumor dapat tumbuh pada pita suara bagian anterior ataupun
daerah subglotik. Dapat pula tumbuh di plika ventrikularis atau aritenoid. Secara
makroskopis bentuknya seperti buah murbei berwarna putih kelabu terkadang merah.
Jaringan ini sangat rapuh dan kalau dipotong tidak menyebabkan perdarahan, seringkali
rekuren.
Gejala utamanya ialah suara parau, terkadang ada batuk, apabila papiloma telah
menutupi rima glottis maka timbul sesak napas dengan stridor.
Terapinya adalah berupa ekstirpasi papiloma dengan bedah mikro atau juga dengan
sinar laser. Tidak dianjurkan memberikan radioterapi karena papiloma dapat berubah menjadi
ganas.
Tumor ganas laringKarsinoma sel skuamosa meliputi 95-98% dari semua tumor ganas laring. Karsinoma
sel skuamosa dibagi 3 tingkat diferensiasi: berdeferensiasi baik (grade I), berdeferensiasi
sedang (grade II), dan berdeferensiasi buruk (grade III). Kebanyakan tumor ganas pita suara
cenderung berdeferensiasi baik sedangkan yang mengenai hipofaring, sinus piriformis dan
plika ariepiglotika kurang berdeferensiasi baik.
Tumor supraglotik terbatas di tepi atas epiglotis hingga batas atas glottis termasuk pita
suara palsu dan ventrikel laring. Tumor glotik mengenai pita suara asli. Tumor subglotik
tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara asli sampai batas inferior krikoid.
Tumor transglotik adalah yang menyeberangi ventrikel mengenai pita suara asli dan palsu
atau meluas ke subglotik lebih dari 10 mm.
GejalaGejala utamanya adalah serak dan merupakan gejala paling dini tumor pita suara. Hal ini
disebabkan gangguan fungsi fonasi laring. Pada tumor ganas laring, pita suara gagal
berfungsi dengan baik disebabkan oleh ketidakteraturan pita suara, oklusi atau penyempitan
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
20/24
20
celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligament krikoaritenoid, dan kadang-
kadang menyerang saraf. Terkadang terjadi afoni karena nyeri, sumbatan jalan napas, atau
paralisis komplit.
Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak tumor. Apabila tumor
tumbuh pada pita suara asli serak merupakan gejala dini dan menetap. Bila tumor di ventrikel
laring, di bagian bawah plika ventrikularis atau di inferior pita suara, serak akan timbul
kemudian. Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak merupakan gejala akhir atau tidak
timbul sama sekali.
Dispnea dan stridor adalah gejala yang disebabkan sumbatan jalan napas dan dapat
timbul pada tiap tumor laring. Biasanya gejala ini adalah tanda prognosis yang kurang baik.
Nyeri tenggorok, keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan hingga nyeri tajam. Disfagia
adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus piriformis dan
merupakan gejala paling sering pada tumor ganas post krikoid. Odinofagi menandakan
adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.
Batuk dan hemoptisis. Batuk biasanya timbul karena tertekannya hipofaring disertai
secret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan tumor
supraglotik.
Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk, hemoptisis dan
penurunan berat badan menandakan adanya metastasis jauh. Pembesaran KGB leher
menunjukan tumor pada stadium lanjut. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut dikarenakan
komplikasi supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium.
Pemeriksaan laring dapat dilakukan secara tidak langsung dengan kaca laring ataupun
langsung dengan laringoskop. Foto torak dilakukan untuk menilai keadaan paru (metastasis di
paru). CT scan laring dapat memperlihatkan keadaan tumor dan laring lebih seksama seperti
penjalaran tumor ke tulang serta metastasis KGB leher. Diagnosis pasti berdasarkan
pemeriksaan PA dari biopsy laring dan biopsy jarum halus pada pembesaran KGB leher.
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
21/24
21
KlasifikasiTumor primer
Supraglotis
Tis Karsinoma insitu
T1 Tumor pada satu sisi pita suara palsu (gerakan masih baik)
T2 Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daerah supraglotis dan glottis masih
bisa bergerak
T3 Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke krikoid bagian
belakang, dinding medial sinus piriformis dan ke rongga pre-epiglotis
T4 Tumor meluas ke luar laring, infiltrasi orofaring jaringan lunak pada leher
atau merusak tulang rawan tiroid.
Glottis
Tis Karsinoma in situ
T1 Tumor mengenai 1 atau 2 sisi pita suara, gerakan pita suara masih baik atau
tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior
T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat
bergerak ataupun sudah terfiksasi
T3 Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksasi
T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulag rawan tiroid atau sudah keluar dari
laring
Subglotis
Tis Karsinoma in situ
T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis
T2 Tumor meluas ke pita suara, pita suara masih dapat bergerak ataupun sudah
terfiksasi
T3 Tumor mengenai laring dan pita suara sudah terfiksasi
T4 Tumor luas dangan destruksi tulang rawan dan atau perluasan keluar laring
Penjalaran kelanjar limfa (N)
Nx Kelenjar tidak teraba
N0 Secara klinis kelenjar tidak teraba
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
22/24
22
N1 Teraba 1 kelenjar dengan diameter 3 cm homolateral
N2 Teraba 1 kelenjar, ipsilateral diameter 3-6 cm
N2a Teraba 1 kelenjar ipsilateral, diameter 3-6 cm
N2b Teraba kelenjar multiple ipsilateral diameter < 6 cmN2c Teraba kelenjar bilateral atau kontralateral diameter < 6 cm
N3 Metastasis kelenjar limfa > 6 cm
Metastasis jauh (M)
Mx : tidak terdeteksi
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : terdapat metastasis jauh
Stadium
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0
Stadium IV T4 N0/N1 M0
T1/T2/T3/T4 N2/N3 M0
T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1
PenanggulanganAda 3 cara penanggulangan yakni pembedahan, radiasi, obat sitostatika atau
kombinasi daripadanya. Untuk stadium I dilakukan radiasi, stadium II dan III dilakukan
operasi, stadium IV dilakukan operasi dengan rekonstruksi bila masih memungkinkan dan
dilakukan radiasi.
Jenis pembedahan adalah laringektomi totalis ataupun parsial tergantung lokasi dan
penjalarannya. Diseksi leher radikal dilakukan bila terdapat penjalaran ke KGB leher.
Pemakaian sitostatika belum memuaskan.
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
23/24
23
7/27/2019 Tumor Telinga Hidung Tenggorokan
24/24
DAFTAR PUSTAKA
Soepardi A.E. et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala
dan Leher. Jakarta: FKUI
Bull T.R. 2003. Color Atlas of ENT Diagnosis 4th edition, revised and expanded. New York:
Thieme.
Top Related