Download - tumor kolon rektal

Transcript

211

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Indonesia sehat 2010 merupakan visi pembangunan nasional yang hendak dicapai melalui pembangunan nasional yang hendak dicapai melalui pembangunan kesehatan. Visi pembangunan gizi adalah "mewujudkan keluarga sehat sadar gizi". Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan suatu lapisan masyarakat. Peningkatan kemajuan kesejahteraan suatu bangsa sangat tergantung pada kemampuan dan kualitas SDM. Ukuran kualitas suatu sumber daya manusia tercermin pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sedangkan ukuran kesejahteraan manusia dapat dilihat pada tingkat kemiskinan yang tercermin pada persentase jumlah penduduk atau rumah tangga yang masih berada di bawah garis kemiskinan (Dinkes Provsu, 2006).

Pada saat ini, status kesehatan masyarakat Indonesia secara umum masih rendah dan jauh tertinggal dibandingkan dengan kesehatan masyarakat negara-negara ASEAN lainnya, yang ditandai antara lain, dengan masih tingginya angka kematian ibu melahirkan (AKI) yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI 2002-2003), tingginya angka kematian bayi dan balita masih menjadi masalah besar dalam upaya membentuk generasi yang mandiri dan berkualitas (Fokus Media, 2007).

Pada bulan Desember 1992 di Roma (Italia), berlangsung Kongres Gizi Internasional yang membahas pentingnya gizi seimbang, sebagai upaya menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang handal. Salah satu rekomendasi penting dari ini adalah anjuran kcpada sctiap negara agar menyusun Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Di Indonesia, PUGS dibahas pertama sekali pada Widya Karya Pangan & Gizi V, April 1993 yang hasilnya dijadikan sebagai landasan untuk menyusun program pangan dan gizi nasional.

Masalah gizi timbul akibat perilaku gizi seorang yang salah yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizinya. Bila konsumsi selalu kurang gizinya maka seseorang akan menderita gizi kurang, sebaliknya melebihi kecukupan gizinya maka yang bersangkutan akan menderita gizi lebih. Akibat dari masalah gizi ganda ini, penyakitpun dapat tirnbul menyertai penderita gizi lebih atau kurang. Masalah gizi ganda tidak hanya terdapat di bebcrapa negara maju tetapi gejalanya malah tampak juga di negara berkembang tennasuk Indonesia (Depkes RI Jakarta, 1998).

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran tingkat pengetahuan dan tindakan gizi seimbang pada ibu di Posyandu kecamatan Medan Belawan?

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan tindakan tentang gizi seimbang pada ibu di Posyandu kecamatan Medan Belawan 2015.1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu di Posyandu kecamatan Medan Belawan.2. Untuk mengetahui gambaran tindakan ibu di Posyandu kecamatan Medan Belawan.1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Tambahan informasi kepada dinas kesehatan tentang gambaran tingkat pengetahuan dan tindakan tentang gizi seimbang pada ibu di Posyandu kecamatan Medan Belawan.2. Tambahan informasi kepada pihak Posyandu Belawan tentang gambaran tingkat pengetahuan dan tindakan tentang gizi seimbang gizi seimbang pada ibu di Posyandu kecamatan Medan Belawan.3. Tambahan wawasan kepada masyarakat tentang gambaran tingkat pengetahuan dan tindakan gizi seimbang pada ibu di Posyandu kecamatan Medan Belawan.4. Tambahan wawasan kepada masyarakat terhadap tindakan gizi seimbang yang sesuai dengan PUGS.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pada umumnya, sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui indera penglihatan dan pendengaran (Siregar, 2004;Nurhidayah, 2010; Rahadian,2012).2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu :1) Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang telah dipelajari atau diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tahap paling rendah dari pengetahuan. 2) Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan terhadap suatu objek yang dipelajari. 3) Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi & kondisi yang sebenarnya. 4) Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih ada kaitannya satu sama lain. Pada tahap analisis, masyarakat mampu membedakan ciri-ciri nyamuk Aedes sp dengan nyamuk lainnya.

5) Sintesis

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi

Evaluasi yaitu kemampuaan untuk melakukan penilaian terhadap objek. Misalnya.2.1.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

A. Faktor Internal 1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pengetahuan erat kaitannya dengan pendidikan. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir dan daya cerna seseorang terhadap informasi yang diterima. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula informasi yang dapat diserap dan tingginya informasi yang diserap mempengaruhi tingkat pengetahuannya, demikian juga sebaliknya. Pendapat lainnya mengatakan bahwa pendidikan yang rendah mengakibatkan mengalami kesulitan untuk menyerap ide-ide baru dan membuat mereka lebih bersifat konservatif, karena tidak mengenal alternatif yang lebih baik. Orang yang berpendidikan tinggi memiliki kepedulian yang lebih besar terhadap masalah kesehatan.

2) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan merupakan suatu cara memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan di masa lalu.3) Intelegensia

Merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Tingkat intelegensia mempengaruhi seseorang dalam menerima suatu informasi. Orang yang memiliki intelegensia tinggi akan mudah menerima suatu pesan maupun informasi.

4) Usia

Usia adalah umur individu mulai saat dilahirkan. Pada umumnya, seiring bertambahnya usia, seseorang akan lebih matang dalam berpikir, bekerja dan menerima informasi. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya dibandingkan orang yang belum tinggi tingkat kedewasaannya.Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berumur lebih tua tidak mutlak memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang lebih muda. 5) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menunjang kehidupan. Pekerjaan merupakan cara untuk mencari nafkah dan umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai contoh, individu yang bekerja sebagai tenaga kesehatan akan mempunyai pengetahuan yang lebih mengenai sesuatu yang berhubungan dengan bidang yang dikerjakannya dibandingkan dengan orang yang bekerja di luar bidang kesehatan. B. Faktor Eksternal 1) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar individu dan mempengaruhi perkembangan dan perilaku seseorang. Dapat berkaitan dengan keadaan di sekitar daerah tempat tinggalnya. Tempat tinggal merupakan tempat menetap sehari-hari. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

Hubungan antara lingkungan dengan pengetahuan terletak pada kemudahan mendapatkan informasi.2) Tingkat ekonomi

Tingkat ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Individu yang berasal dan keluarga yang berstatus tingkat ekonomi baik umumnya memiliki sikap positif dalam memandang kesehatan dan masa depannya bila dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah. Faktor ekonomi berhubungan pula dengan kesempatan mendapatkan informasi.Menurut penelitian Berdasarkan riset Depkes RI (2011), diketahui bahwa kelompok dengan tingkat ekonomi rendah dan kelompok dengan pengeluaran rumah tangga per kapita yang tinggi memiliki tingkat kesadaran yang rendah dalam mengenali suatu penyakit. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam menghitung tingkat ekonomi, salah satunya dengan menggunakan model tingkat konsumsi, model kesejahteraan keluarga, upah minimum kabupaten/ kota (UMK) dan sebagainya.3) Media massa

Media massa dapat memberikan informasi yang dapat memberikan pengaruh jangka pendek ,sehingga menghasilkan pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, termasuk penyuluhan kesehatan mempunyai pengaruh terhadap pembentukan pengetahuan seseorang. Semakin banyak seseorang menerima informasi mengenai suatu penyakit maka pengetahuannya mengenai penyakit tersebut pun akan meningkat.2.2 Tindakan

2.2.1 Pengertian Tindakan

Tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari suatu persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.2.2.2 Tingkatan Tindakan

Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan:a. Persepsi

( mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.b. Respon Terpimpin

( dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.c. Mekanisme

( apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan suatu kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

d. Adopsi

( suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

2.3 Gizi Seimbang2.3.1 Definisi

Istilah gizi dan ilmu gizi di Indonesia baru mulai dikenal sekitar tahun 1952-1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca ghizi. Selain itu sebagian orang menterjemahkan nutrition dengan mengejanya sebagai nutrisi (Yuniastuti, A., 2009).

Gizi Seimbang adalah susunan makanan seharihari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal (KFI, 2011).Pedoman Gizi Seimbang telah diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 1955. Pedoman tersebut menggantikan slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang telah diperkenalkan sejak tahun 1952 dan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta masalah dan tantangan yang dihadapi (DEPKESRI, 2013).

Sebagai alat memberikan penyuluhan pangan dan gizi kepada masyarakat luas dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang, pada tahun 1995 Direktorat Gizi Depkes telah mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) . pedoman ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu rekomendasi Konfrensi Gizi Internasional di Roma pada tahun 1992 untuk mencapai dan memelihara kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutrition well-being) semua penduduk yang merupakan prasyarat untuk pembangunan sumberdaya manusia. PUGS merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 Sehat 5 Sempurna yang memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih yang selama 20 tahun terakhir telah mulai menampakkan diri di Indonesia (Almatsier, S., 2009).2.3.2 Konsep Dasar Gizi Seimbang

Dalam PUGS susunan makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya. Pengelompokan bahan makanan disederhanakan , yaitu didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi yaitu sebagai (Almatsier, S., 2009) :

a. Sumber energi / tenaga : padi-padian, tepung-tepungan, umbi-umbian, sagu, dan pisang yang dibeberapa bagian Indonesia juga dimaksud sebagai makanan pokok.

b. Sumber zat pembangun : sayuran dan buah-buahan

c. Sumber zat pengatur : ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan dan hasil olhannya, seperti tempe, tahu, oncom.2.3.3 Empat Pilar Gizi Seimbang

1. Mengonsumsi makanan beragam

Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral; sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat, tetapi miskin kalori dan protein; ikan merupakan sumber utama protein tetapi sedikit kalori. Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan tunggal yang sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI dapat mencukupi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta sesuai dengan kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya dalam tubuh (DEPKESRI, 2014).

Apakah mengonsumsi makanan beragam tanpa memperhatikan jumlah dan proporsinya sudah benar? Tidak, Yang dimaksudkan beranekaragam dalam prinsip ini selain keanekaragaman jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Anjuran pola makan dalam beberapa dekade terakhir telah memperhitungkan proporsi setiap kelompok pangan sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya. Contohnya, saat ini dianjurkan mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan dibandingkan dengan anjuran sebelumnya. Demikian pula jumlah makanan yang mengandung gula, garam dan lemak yang dapat meningkatkan resiko beberapa PTM, dianjurkan untuk dikurangi. Akhir-akhir ini minum air dalam jumlah yang cukup telah dimasukkan dalam komponen gizi seimbang oleh karena pentingnya air dalam proses metabolisme dan dalam pencegahan dehidrasi (DEPKESRI, 2014).2. Membiasakan perilaku hidup bersih

Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-anak. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi peningkatan metabolisme pada orang yang menderita infeksi terutama apabila disertai panas. Pada orang yang menderita penyakit diare, berarti mengalami kehilangan zat gizi dan cairan secara langsung akan memperburuk kondisinya. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang menderita kurang gizi akan mempunyai risiko terkena penyakit infeksi karena pada keadaan kurang gizi daya tahan tubuh seseorang menurun, sehingga kuman penyakit lebih mudah masuk dan berkembang. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi dan penyakit infeksi adalah hubungan timbal balik (DEPKESRI, 2014).

Dengan membiasakan perilaku hidup bersih akan menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi. Contoh: 1) selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan makanan dan minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan menghindarkan terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman penyakit antara lain kuman penyakit typus dan disentri; 2) menutup makanan yang disajikan akan menghindarkan makanan dihinggapi lalat dan binatang lainnya serta debu yang membawa berbagai kuman penyakit; 3) selalu menutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan kuman penyakit; dan 4) selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan (DEPKESRI, 2014).

3. Melakukan aktivitas fisik.

Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh (DEPKESRI, 2014).

Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke dalam tubuh (DEPKESRI, 2014).

4. Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal

Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat badan yang normal, yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari Pola Hidup dengan Gizi Seimbang, sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan apabila terjadi penyimpangan maka dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganannya (DEPKESRI, 2014).

Bagi bayi dan balita indikator yang digunakan adalah perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan umur. Pemantauannya dilakukan dengan menggunakan KMS (DEPKESRI, 2014).

Yang dimaksud dengan Berat Badan Normal adalah (DEPKESRI, 2014):

a. untuk orang dewasa jika IMT 18,5 25,0;

b. bagi anak Balita dengan menggunakan KMS dan berada di dalam pita hijau.

2.2.4. Tumpeng Gizi Seimbang

Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) meragakan 4 prinsip Gizi Seimbang: aneka ragam makanan sesuai kebutuhan, kebersihan, aktivitas fisik dan memantau berat badan ideal. TGS terdiri atas beberapa potongan tumpeng: satu potongan besar, dua potongan sedang, dua potongan kecil, dan di puncak terdapat potongan terkecil. Luasnya potongan TGS menunjukkan porsi makanan yang harus dikonsumsi setiap orang per hari. TGS yang terdiri atas potongan-potongan itu dialasi oleh air putih. Artinya, air putih merupakan bagian terbesar dan zat gizi esensial bagi kehidupan untuk hidup sehat dan aktif (KFI, 2011).

Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi yakni karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Disamping itu manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faal dalam tubuh (SCPP, 2013).

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang (KFI, 2011)Tumpeng Gizi Seimbang :

1. Pada baris pertama terdiri dari air putih dimana kita mengetahui tentang kebutuhan air minum kita sehari, yakni +8 gelas (SCPP, 2013). Dianjurkan dengan porsi 8 gelas/hari.2. Pada baris kedua, itu merupakan 'Sumber Karbohidrat' yang biasanya juga disebut sebagai makanan pokok. Dari gambar piramida diatas itu, selain kita bisa mengetahui kalau kebutuhannya paling besar diantara makanan yang lain, kita juga bisa melihat kalau makanan pokok itu tidak selalu nasi. Bisa diganti dengan roti, sereal, biskuit, bahkan pasta (SCPP, 2013). Dianjurkan dengan porsi konsumsi 3-8 porsi/hari

3. Pada tingkat ketiga, kebutuhan terbesar kedua adalah sayuran dan buah-buahan. Kedua bahan makanan ini sangat penting sebagai sumber vitamin dan mineral, juga serat. Karena keduanya berada dalam satu baris, memang lebih baik keduanya memiliki porsi yang hampir sama besar. Namun, jika memang teman-teman kesulitan untuk memenuhi salah satu diantara keduanya, kedua jenis bahan makanan ini bisa saling menggantikan. Lebih baik mengkonsumsi keduanya secara bersamaan, karena semakin beranekaragam makanan yang kita makan, semakin bervariasi pula zat gizi yang kita dapatkan (SCPP, 2013). Buah-buahan dianjurkan dengan porsi konsumsi 2-3 porsi/hari, dan sayur-sayuran dianjurkan dengan porsi konsumsi 3-5 porsi/hari.

4. Tingkat keempat terdiri dari makanan yang mengandung protein, yakni protein hewani seperti daging, ayam, dan telur, protein nabati seperti kacang kedelai, kacang hijau, dan olahannya, dan dairy product seperti susu, yoghurt, dan keju (SCPP, 2013). Dianjurkan dengan porsi konsumsi 2-3 porsi/hari

5. Tingkat kelima, posisi puncak yang menandakan kebutuhannya yang sangat sedikit atau bahkan lebih baik dihindari, yang dihuni oleh minyak, garam, gula, suplemen, dan vitamin tambahan. Beberapa jenis bahan makanan disini, biasanya memang tidak berdiri sendiri, melainkan bercampur dengan bahan makanan lainnya (SCPP, 2013). Dianjurkan dengan porsi seperlunya saja tidak berlebihan dan tidak kekurangan jugaa.2.3.5 Tiga Belas Pesan Dasar PUGS

PUGS memuat 13 pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal (Almatsier, S., 2009).

Ketigabelas pesan dasar tersebut adalah sebagai berikut (Almatsier, S., 2009):

1. Makanlah beraneka ragam makanan.

Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, atau makanan yang mengandung makanan yang mengandung zat tenaga (karbohidrat, lemak), pembangun (protein) dan zat pengatur (vitamin dan mineral) (Sarihusada, 2014).

Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh keragaman jenis pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi. Bahkan semakin beragam pangan yang dikonsumsi semakin mudah tubuh memperoleh berbagai zat lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu konsumsi aneka ragam pangan merupakan salah satu anjuran penting dalam mewujudkan gizi seimbang. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan (DEPKESRI, 2014).

Selain memperhatikan keanekaragaman makanan dan minuman juga perlu memperhatikan dari segi keamanannya yang berarti makanan dan minuman itu harus bebas dari kuman penyakit atau bahan berbahaya (DEPKESRI, 2014).

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

Konsumsi makanan harus dapat memenuhi kebutuhan energi harian. Kecukupankebutuhan energi ditunjukkan dengan berat badan yang normal (Sarihusada, 2014).

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi

Makanan pokok sebaiknya memberikan setengah kebutuhan energi, sisanya dari makanan lain yang mengandung protein dan lemak seperti daging, telor, susu dan sebagainya (Sarihusada, 2014).

Lauk pauk terdiri dari pangan sumber protein hewani dan pangan sumber protein nabati. Kelompok pangan lauk pauk sumber protein hewani meliputi daging ruminansia (daging sapi, daging kambing, daging rusa dll), daging unggas (daging ayam, daging bebek dll), ikan termasuk seafood, telur dan susu serta hasil olahnya. Kelompok Pangan lauk pauk sumber protein nabati meliputi kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti kedele, tahu, tempe, kacang hijau, kacang tanah, kacang merah, kacang hitam, kacang tolo dan lain-lain (DEPKESRI, 2014).

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi.

Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi. Hal ini untuk menghindari resiko penyempitan pembuluh darah arteri dan jantung koroner (Sarihusada, 2014).

5. Gunakan garam beryodium

Garam beriodium adalah garam yang sudah diperkaya dengan kalium iodiat untuk mencegah berbagai penyakit akibat kekurangan yodium, seperti gondok dan kretin. Kekurangan unsur yodium dalam makanan sehari-hari, dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang (Sarihusada, 2014).

6. Makanlah makanan sumber zat besi

Zat besi adalah unsur penting dalam pembentukan sel darah merah. Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia atau penyakit kurang darah (Sarihusada, 2014).

7. Berikan ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan.

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, dan tidak ada satu pun makanan lain yang dapat menggantikan ASI. ASI memiliki kelebihan karena meliputi 3 aspek, yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan aspek kejiwaan, berupa jalinan kasih sayang yang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak (Sarihusada, 2014).

8. Biasakan makan pagi

Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif (DEPKESRI, 2014).

Sarapan atau makan pagi sangat bermanfaat bagi semua orang, karena dapat memelihara ketahanan fisik, dan produktivitas kerja. Bagi anak-anak, terutama usia sekolah sarapan dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan dalam menyerap pelajaran (Sarihusada, 2014).

9. Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya

Air merupakan salah satu zat gizi makro esensial, yang berarti bahwa air dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang banyak untuk hidup sehat, dan tubuh tidak dapat memproduksi air untuk memenuhi kebutuhan ini. Sekitar dua- pertiga dari berat tubuh kita adalah air (DEPKESRI, 2014).

Sekurang-kurangnya tubuh kita membutuhkan 2 liter atau setara dengan 8 gelas air per hari. Hal ini bermanfaat untuk mencegah dehidrasi dan melancarkan metabolisme tubuh (Sarihusada, 2014).

10. Lakukan aktivitas fisik dengan teratuur

Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi organ tubuh dan memperlambat proses penuaan (Sarihusada, 2014).

11. Hindari minuman beralkohol

Kebiasaan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan terhambatnya proses penyerapan zat gizi, hilangnya zat-zat gizi yang penting, kurang gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan. Kecanduan alkohol juga dapat membuat seseorang kehilangan kendali diri, yang dapat menjadi faktor pencetus tindak criminal (Sarihusada, 2014).

12. Makanlah makanan yang aman untuk kesehatan

Selain bergizi lengkap dan seimbang, konsumsilah makanan yang layak dan aman bagi kesehatan. Yaitu makanan yang bebas dari kuman dan bahan berbahaya, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat (Sarihusada, 2014).13. Bacalah label makanan yang dikemas

Biasakanlah membaca label yang terdapat pada makanan kemasan. Dengan demikian kita dapat mengetahui isi, jenis dan ukuran bahan-bahan yang digunakan, susunan zat gizi, tanggal kedaluwarsa, dan keterangan penting lain yang terdapat di dalamnya (Sarihusada, 2014).

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, kerangka konsep dalam menilai tingkat pengetahuan dan tindakan mengenai gizi seimbang pada ibu rumah tangga yang memiliki balita di posyandu sebagai berikut:

3.2 Definisi Operasional A. Tingkat pengetahuan gizi seimbang

1. Definisi: pengetahuan ibu rumah tangga terhadap gizi seimbang yang memegang prinsip keanekaragaman makanan dalam memenuhi gizi sehari-hari.

2. alat ukur : kuesioner.

3. cara ukur : wawancara.

4. hasil pengukuran : baik, sedang, dan kurang.

Baik :> 80% - 100% jawaban benar

Sedang :> 60% - 79% jawaban benar

Kurang:< 60% jawaban benar

5. skala pengukuran : ordinal.

B. Tindakan pemenuhan gizi seimbang

1. Definisi : sikap ibu rumah tangga dalam mengatur makanan.

2. Alat ukur : kuesioner.

3. Cara ukur : wawancara.

4. Hasil pengukuran : baik, sedang, dan kurang.

Baik :> 80% - 100% jawaban benar

Sedang :> 60% - 80% jawaban benar

Buruk:< 60% jawaban benar

5. Skala pengukuran: ordinal.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survei dimana desain penelitian berbentuk deskriptif dengan metode pengambilan potong lintang (cross-sectional study) untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan tindakan tentang gizi seimbang pada ibu di Posyandu kecamatan Medan Belawan

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Posyandu Lorong Pemancar Kecamatan Medan Belawan pada bulan Februari 2015.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga yang memiliki balita yang mengunjungi Posyandu Lorong Pemancar di Kecamatan Medan Belawan.

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang ibu rumah tangga yang memiliki balita yang mengunjungi Posyandu Kecamatan Belawan.

4.4 Metode Pengumpula Data4.4.1 Data PrimerData primer dalam penelitian ini adalah identitas ibu rumah tangga yang terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan. Tingkat pengetahuan gizi seimbang diperoleh dengan menggunakan kuesioner.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang kita dapat dari kantor Posyandu Kecamatan Belawan .4.5 Aspek Pengukuran

Pengetahuan dan tindakan terhadap gizi seimbang responden dikategorikan menjadi: (Pratomo, 2001)

Baik :> 80% - 100% jawaban benar

Sedang :> 60% - 80% jawaban benar

Kurang: < 60% jawaban benar

Sebelum dikategorikan data yang diperoleh dari pertanyaan kuesioner yang diolah, yaitu diberi nilai 5 untuk satu jawaban yang benar. Nilai tertinggi untuk 20 pertanyaan adalah 100. Nilai jawaban dari setiap responden dibagi dengan nilai tertinggi (100) dan dikali 100%. Kemudian nilai persentase dikelompokan ke dalam kategori pengetahuan.

4.6Instrumen Penelitian

Kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengukur pengetahuan gizi seimbang dan menilai tindakan ibu terhadap pemenuhan gizi seimbang.

4.7

Pengolahan dan Analisa DataPengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap pertama editing yaitu memeriksa umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka pada label, tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari rekam medis ke dalam program SPSS versi 17.0, tahap ke empat adalah melakukan cleaning yaitu memeriksa kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan dan tindakan pada ibu terhadap gizi seimbang dilakukan perhitungan frekuensi dan persentase. Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

BAB VHASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di Posyandu Lorong Pemancar Kelurahan Belawan Satu Kecamatan Medan Belawan. Adapun batas wilayah Kelurahan Belawan Satu sebagai berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak Kab. Deli Serdang. Sebelah timur berbatasan dengan Percut Sei Tuan Kab Deli Serdang.Kelurahan Belawan Satu memiliki 31 lingkungan dengan luas wilayah sebesar 110 Ha. Terdiri dari 6999 kepala keluarga. Penduduknya berjumlah 27662 jiwa.5.1.2. Distribusi Frekuensi

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh ibu-ibu yang mengisi kuesioner di Posyandu Lorong Pemancar Kelurahan Belawan Satu Kecamatan Medan Belawan pada bulan Februari 2015.5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan

Sebaran tingkat pengetahuan responden di Posyandu Lorong Pemancar Kelurahan Belawan Satu Kecamatan Medan Belawan pada bulan Februari 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat PengetahuanTingkat Pengetahuan (n)FrekuensiPersentase (%)

Baik714

Sedang918

Rendah3468

Total50100

Dari tabel 5.1 dapat dilihat distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden yang terbanyak adalah tingkat pengetahuan yang rendah yaitu 34 responden (68%) dan yang paling sedikit adalah responden dengan tingkat pengetahuan baik yakni hanya 7 responden (14%).5.1.2.2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan

Sebaran tindakan responden di Posyandu Lorong Pemancar Kelurahan Belawan Satu Kecamatan Medan Belawan pada bulan Februari 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Menurut TindakanTindakan (n)FrekuensiPersentase (%)

Baik3672

Sedang48

Buruk1020

Total50100

Dari tabel 5.2 dapat dilihat distribusi frekuensi tindakan responden yang terbanyak adalah tindakan yang baik yaitu 36 responden (72%) dan yang paling sedikit adalah responden dengan tindakan yang sedang yakni hanya 4 responden (8%).5.1.2.3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia

Sebaran usia ibu di Posyandu Lorong Pemancar Kelurahan Belawan Satu Kecamatan Medan Belawan pada bulan Februari 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Menurut UsiaUsia (n)FrekuensiPersentase (%)

30 tahun2448

Total50100

Dari tabel 5.3 dapat dilihat distribusi frekuensi umur responden yang terbanyak adalah kisaran umur diatas 30 tahun yaitu 24 responden (48%) dan yang paling sedikit adalah responden berumur di bawah 25 tahun yakni hanya 9 responden (18%).5.1.2.4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Sebaran tingkat pendidikan ibu di Posyandu Lorong Pemancar Kelurahan Belawan Satu Kecamatan Medan Belawan pada bulan Februari 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan (n)FrekuensiPersentase (%)

SD816

SMP1938

SMA2346

Total50100

Dari tabel 5.4 dapat dilihat distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah SMA yaitu 23 responden (46%) dan yang paling sedikit adalah responden dengan tingkat pendidikan SD yakni hanya 8 responden (16%).5.1.2.5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan Ibu

Sebaran pekerjaan ibu di Posyandu Lorong Pemancar Kelurahan Belawan Satu Kecamatan Medan Belawan pada bulan Februari 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Menurut Pekerjaan IbuPekerjaan Ibu (n)FrekuensiPersentase (%)

Pegawai Swasta12

Wiraswasta816

Ibu Rumah Tangga4182

Total50100

Dari tabel 5.5 dapat dilihat distribusi frekuensi pekerjaan responden yang terbanyak adalah ibu rumah tangga yaitu 41 responden (82%) dan yang paling sedikit adalah responden dengan pekerjaan pegawai swasta yakni hanya 1 responden ( 2%).

5.1.2.6. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Penghasilan

Sebaran penghasilan di Posyandu Lorong Pemancar Kelurahan Belawan Satu Kecamatan Medan Belawan pada bulan Februari 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Menurut PenghasilanPenghasilan (n)FrekuensiPersentase (%)

=1.000.00012

Total50100

Dari tabel 5.6 dapat dilihat distribusi frekuensi penghasilan responden yang terbanyak adalah dengan kisaran 500.000 sampai dengan 1.000.000 yaitu 31 responden (62%) dan yang paling sedikit adalah responden dengan penghasilan lebih dari 1.000.000 yakni hanya 1 responden (2%).5.1.2.7. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jumlah Anak

Sebaran jumlah anak di Posyandu Lorong Pemancar Kelurahan Belawan Satu Kecamatan Medan Belawan pada bulan Februari 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah Anak

Jumlah Anak (n)FrekuensiPersentase (%)

23774

Total50100

Dari tabel 5.7 dapat dilihat distribusi frekuensi jumlah anak responden yang terbanyak adalah dengan jumlah lebih dari 2 yaitu 37 responden (74%) dan yang paling sedikit adalah responden dengan jumlah anak 2 atau kurang dari 2 yakni 13 responden (26%).5.1.2.8. Deskripsi Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Berdasarkan Usia

Deskripsi data penelitian tingkat pengetahuan dan tindakan ibu berdasarkan usia ibu di Posyandu Lorong Pemancar pada bulan Februari 2015.

Tabel 5.8 Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan UsiaUsia Tingkat PengetahuanTotal

BaikSedang Rendah

Di Bawah 25 Tahun1 (2%)2 (4%)6 (12%)9 (18%)

Di Antara 25 30 Tahun2 (4%)0 (0%)15 (30%)17 (34%)

Di Atas 30 Tahun4 (8%) 7 (14%)13 (26%)24 (48%)

Total7 (14%) 9 (18%)34 (68%)50 (100%)

Dalam Tabel 5.8, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini memperoleh responden berumur dibawah 25 tahun paling banyak memiliki tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 6 (12%), responden berumur 25-30 tahun paling banyak memiliki tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 15 orang (30%), responden berumur diatas 30 tahun paling banyak memiliki tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 13 orang (26%).Tabel 5.9 Distribusi Tindakan Berdasarkan Usia

UsiaTindakanTotal

BaikSedang Buruk

Di Bawah 25 Tahun8 (16%)1 (2%)0 (0%)9 (18%)

Di Antara 25 30 Tahun6 (12%)3 (6%)8 (16%)17 (34%)

Di Atas 30 Tahun22 (44%)0 (0%)2 (4%)24 (48%)

Total36 (72%) 4 (8%)10 (20%)50 (100%)

Dalam Tabel 5.9, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini memperoleh responden berumur dibawah 25 tahun paling banyak memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 8 orang (16%), responden berumur 25-30 tahun paling banyak memiliki tindakan buruk yaitu sebanyak 8 orang (16%), responden berumur diatas 30 tahun paling banyak memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 22 orang (44%).

5.1.2.9. Deskripsi Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Deskripsi data penelitian tingkat pengetahuan dan tindakan ibu berdasarkan tingkat pendidikan ibu di Posyandu Lorong Pemancar pada bulan Februari 2015.Tabel 5.10 Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tingkat PendidikanTingkat PendidikanTingkat PengetahuanTotal

BaikSedang Rendah

SD1 (2%)1(2%)6 (12%)8 (16%)

SMP3 (6%)3 (6%)13 (26%)19 (38%)

SMA3 (6%)5 (10%)15 (30%)23 (46%)

Total7 (14%)9 (18%)34 (68%)50 (100%)

Dalam Tabel 5.10, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini memperoleh responden berpendidikan SD paling banyak memiliki tindakan buruk yaitu sebanyak 6 orang (12%), responden berpendidikan SMP paling banyak memiliki tindakan buruk yaitu sebanyak 13 orang (26%), responden berpendidikan SMA paling banyak memiliki tindakan buruk yaitu sebanyak 15 orang (30%).Tabel 5.11 Distribusi Tindakan Berdasarkan Tingkat PendidikanTingkat PendidikanTindakanTotal

BaikSedang Buruk

SD7 (14%)0 (0%)1 (2 %)8 (16%)

SMP12 (24%)3 (6%)4 (8%)19 (38%)

SMA17 (34%)1 (2%)5 (10%)23 (46%)

Total36 (72%)4 (8%)10 (20%)50 (100%)

Dalam Tabel 5.11, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini memperoleh responden berpendidikan SD paling banyak memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 7orang (14%), responden berpendidikan SMP paling banyak memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 12 orang (24%), responden berpendidikan SMA paling banyak memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 17 orang (34%).5.1.2.10. Deskripsi Tingkat Pengetahuan dan Tindakan BerdasarkanPekerjaan Ibu

Deskripsi data penelitian tingkat pengetahuan dan tindakan ibu berdasarkan pekerjaan ibu di Posyandu Lorong Pemancar pada bulan Februari 2015.Tabel 5.12 Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pekerjaan IbuPekerjaan IbuTingkat PengetahuanTotal

Baik SedangRendah

Pegawai Swasta0 (0%)0 (0%)1 (2%)1 (2%)

Wiraswasta2 (4%)0 (0%)6 (12%)8 (16%)

Ibu Rumah Tangga5 (10%)9 (18%)27 (54%)41 (82%)

Total7 (14%)9 (18%)34 68%)50 (100%)

Dalam Tabel 5.12, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini memperoleh responden yang bekerja sebagai pegawai swasta memiliki tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 1 (2%), responden yang bekerja sebagai wiraswasta paling banyak memiliki tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 6 (12%) dan responden sebagai ibu rumah tangga paling banyak memiliki tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 27 (54%). Tabel 5.13 Distribusi Tindakan Berdasarkan Pekerjaan IbuPekerjaan IbuTindakanTotal

Baik SedangBuruk

Pegawai Swasta1 (2%)0 (0%)0 (0%)1(2%)

Wiraswasta4 (8%)1 (2%)3 (6%)8 (16%)

Ibu Rumah Tangga31 (62%)3 (6%)7 (14%)41 (82%)

Total36 (72%)4 (8%)10 (20%)50 (100%)

Dalam Tabel 5.13, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini memperoleh responden yang bekerja sebagai pegawai swasta paling banyak memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 1 (2%), responden yang bekerja sebagai wiraswasta paling banyak memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 4 (8%) dan responden sebagai ibu rumah tangga paling banyak memiliki tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 31 (62%). 5.1.2.11. Deskripsi Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Berdasarkan Penghasilan

Deskripsi data penelitian tingkat pengetahuan dan tindakan ibu berdasarkan penghasilan keluarga di Posyandu Lorong Pemancar pada bulan Februari 2015.Tabel 5.14 Distrribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan PenghasilanPenghasilanTingkat PengetahuanTotal

BaikSedang Rendah

< 500.000 2 (4%)2 (4%)14 (28%)18 (36%)

500.000 1.000.0005 (10%)7 (14%)19 (38%)31 (62%)

>1.000.0000 (0%)0 (0%)1 (2%)1 (2%)

Total7 (14%)9 (18%)34 (68%)50 (100%)

Dalam Tabel 5.14, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini memperoleh responden berpenghasilan 1.000.000 memiliki tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 1 orang (2%).Tabel 5.15 Distribusi Tindakan Berdasarkan PenghasilanPenghasilanTindakanTotal

BaikSedang Buruk

< 500.00015 (30%)1 (2%)2 (4%)18(36%)

500.000 1.000.00021 (42%)3 (6%)7 (14%)31 (62%)

>1.000.0000 (0%)0 (0%)1 (2%)1 (2%)

Total36 (72%)4 (8%)10 (20%)50 (100%)

Dalam Tabel 5.15, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini memperoleh responden terbanyak berpenghasilan 1.000.000 memiliki tindakan buruk yaitu sebanyak 1 orang (2%).5.1.2.12. Deskripsi Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Berdasarkan Jumlah

Anak

Deskripsi data penelitian tingkat pengetahuan dan tindakan ibu berdasarkan jumlah anak di Posyandu Lorong Pemancar pada bulan Februari 2015.Tabel 5.16 Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jumlah AnakJumlah anakTingkat PengetahuanTotal

BaikSedang Rendah

< 2 orang anak3 (6%)1 (2%)9 (18%)13 (26%)

> 2 orang anak4 (8%)8 (16%)25 (50%)37 (74%)

Total7 (14%)9 (18%)34 (68%)50 (100%)

Dalam Tabel 5.16, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini memperoleh responden yang memiliki < 2 orang anak paling banyak memiliki tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 9 orang (18%) dan responden yang memiliki > 2 orang anak paling banyak memiliki tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 25 orang (50%).Tabel 5.17 Distribusi Tindakan Berdasarkan Jumlah AnakJumlah AnakTindakanTotal

BaikSedang Buruk

< 2 orang anak8 (16%)0 (0%)5 (10%)13 (26%)

> 2 orang anak28 (56%)4 (8%)5 (10%)37 (74%)

Total36 (72%)4 (8%)10 (20%)50 (100%)

Dalam Tabel 5.17, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini memperoleh responden yang memiliki < 2 orang anak paling banyak memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 8 orang (16%) dan responden yang memiliki > 2 orang anak paling banyak memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 28 orang (56%).5.2 Pembahasan

Pada penelitian ini, didapati bahwa jumlah tingkat pengetahuan terbanyak terdapat adalah tingkat pengetahuan yang rendah yaitu berjumlah 34 orang (68%), sedangkan pada penelitian Winda (2011), didapati bahwa tingkat pengetahuan terbanyak adalah tingkat pengetahuan yang baik yaitu berjumlah 44 orang (74,58%). Perbedaan hasil ini didapatkan karena terdapatnya perbedaan karakteristik responden antara kedua penelitian tersebut. Karakteristik berkaitan dengan seberapa besar pengetahuan dimiliki seseorang. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seperti umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, lingkungan dan jumlah anak.

Pada penelitian ini, didapati bahwa jumlah tindakan terbanyak terdapat adalah tindakan yang baik yaitu berjumlah 36 orang (72%), sedangkan pada penelitian Winda (2011), didapati bahwa tindakan terbanyak adalah tingkat yang baik yaitu berjumlah 43 orang (72,9%).

Pada penelitian yang didapat oleh peneliti didapati bahwa jumlah terbanyak ibu dengan tingkat pengetahuan yang buruk yaitu pada ibu yang berumur 25-30 tahun yaitu berjumlah 15 orang (30%). Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yamnur tahun 2009 dengan uji chi square (p=0,759) didapati bahwa umur tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada penelitian oleh Sinambela (2005) mengatakan bahwa semakin tua umur ibu dan semakin baik pola pengasuhan dan perkembangan anak.

Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, didapati bahwa jumlah responden terbanyak dengan tingkat pengetahuan rendah terdapat pada responden dengan tingkat pendidikan SMA yang berjumlah 15 orang (30 %). Hal ini dikarenakan jumlah sampel yang didapat oleh peneliti lebih banyak pada ibu dengan tingkat pendidikan SMA. Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan dalam memahami suatu informasi kesehatan, sebagaimana dikemukakan oleh Sadiman (2002) yang mengemukakan bahwa, status pendidikan mempengaruhi kesempatan memperoleh informasi mengenai penatalaksanaan kesehatan.

Pada penelitian ini, didapati bahwa responden dengan tingkat pengetahuan rendah terdapat pada responden yang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yang berjumlah 27 orang (54 %). Hal ini dikarenakan jumlah sampel yang didapat oleh peneliti lebih banyak pada ibu dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Pada penelitian yang dilakukan oleh Singarimbun tahun 1998, didapati bahwa anak yang pertumbuhannya baik lebih banyak ditemukan pada ibu yang tidak bekerja.

Pada penelitian ini, didapati bahwa jumlah responden dengan tingkat pengetahuan yang baik lebih banyak pada responden dengan penghasilan 500.000 1.000.000 dibandingkan dengan responden dengan penghasilan