Download - Tumor (Kanker) Paru

Transcript

PERNAPASAN

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, sebanyak 17% insidensi terjadi pada pria (peringkat kedua setelah kanker prostat) dan 19% pada wanita (peringkat ketiga setelah kanker payudara dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004). World Health Organisation (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa insidens penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13 %. Di negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, kematian akibat kanker menduduki peringkat kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit kanker yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia adalah kanker paru. WHO World Report 2000 melaporkan, PMR kanker paru pada tahun 1999 di dunia 2,1%. Menurut WHO, Cause Specific Death Rate (CSDR) kanker trakea, bronkus, dan paru di dunia 13,2 per 100.000 penduduk dengan PMR 2,3% (WHO, 2004).Faktor- faktor risiko kanker paru yaitu merokok, terpapar asbestos, riwayat adanya penyakit paru interstisial, terpapar zat beracun (nikel, kromium, klorometil eter), terpapar uranium atau radon, dan infeksi HIV (Sat Sharma, 2009).Dari semua faktor risiko diatas, merokok adalah penyebab utama terjadinya kanker paru pada 80-90% kasus kanker paru meskipun hanya 10-15% perokok terserang kanker paru (Kopper and Timar, 2005).Dampak negatif konsumsi tembakau dan paparan terhadap asap tembakau yang telah terbukti adalah penyakit kanker paru, kanker mulut dan organ lainnya, penyakit jantung dan saluran pernapasan kronik. Rokok kretek mengandung tembakau sebanyak 60-70%. Ada selang waktu 20-25 tahun di antara mulai merokok hingga mulai timbul penyakit. Akibatnya, dampak negatif terjadi tanpa disadari. (WHO Indonesia & DepKes RI, 2003).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas permasalahan yang hendak dikasi adalah mengenai Tumor Paru.

1.3. Tujuan Pembelajaran

Tujuan yang diharapkan untuk dicapai mahasiswa adalah agar mampu mengetahui dan memahami mengenai Tumor Paru yang meliputi:PERNAPASAN2012

21

1. Defenisi2. Predisposisi dan Etiologi3. Klasifikasi4. Patogenesis5. Gejala Klinis6. Diagnosa7. Penatalaksanaan8. Komplikasi

1.4. Manfaat Pembelajaran

Manfaat dari pembelajaran ini adalah diharapkan mahasiswa mampu untuk mencapai, memahami, serta menjelaskan segala Learning Objective yang telah dicapai dan dapat diterapkan pada keseharian baik saat menjadi mahasiswa kedokteran maupun sudah menyandang gelar dokter.

BAB IIPEMBAHASAN2.1. SkenarioBatuk BerdarahBapak C, usia 57 tahun, petani, datang ke RS dengan keluhan batuk berdarah, suara serak, nyeri dada kanan, dan demam (-) sejak 1 bulan yang lalu, dari hasil pemeriksaan fisik diagnostik dijumpai hiperemis pada wajah disertai pelebaran vena vena dada sebelah kanan, tengan tampak oedem, sonor memendek pada paru kanan dan suara pernafasan melemah pada paru kanan. Riwayat penggunaan pestisida (+), perokok berat (+). Setelah dilakukan foto rontgen thorax, kesan adanya massa di lapangan paru kanan, kemudian pasien dirujuk ke dokter spesialis.

2.2. Learning ObjectiveMahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan mengenai Tumor Paru yang meliputi:1. 2. Defenisi3. Predisposisi dan Etiologi4. Klasifikasi5. Patogenesis6. Gejala klinis7. Diagnosa8. Penatalaksanaan9. Komplikasi

2.3. Pembahasan Learning ObjectiveTUMOR PARUA. Defenisi Tumor Paru

Tumor berasal dari bahasa latin yaitu Tumere = bengkak. Tumor adalah sebutan untuk neoplasma atau lesi padat yang terbentuk akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak semestinya yang mirip dengan sindroma bengkak.Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru. Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru. Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok.

B. Predisposisi dan Etiopatogenesis Tumor Paru

Penyebab pasti penyebab kanker belum diketahui, tetapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dll. 1. RokokTerdapat hubungan antara rata rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan tingginya insiden kanker paru. Perokok pasif juga akan beresiko terkena kanker paru. Efek rokok bukan saja mengakibatkan kanker paru, tetapi juga dapat menimbulkan kanker pada organ lain seperti mulut, laring, dan esofagus.Bahan bahan karsinogen yang terdapat didalam asap rokok antara lain adalah polonium 210 dan 3,4 benzypyrene. Penggonaan filter rokok dikatakan dapat menurunkan resiko terjadinya karsinoma bronkogenik, namun resiko untuk mendapatkan karsinoma bronkogenik pada seorang perokok tetap masih lebih tinggi daripada yang tidak.Berikut dapat dilihat hubungan antara jumlah rokok dengan besar terjadinya karsinoma bronkogenik pada perokok dalam jangka 10 20 tahun. Merokok: 1 10 batang / hari meningkatkan resiko 15 x 20 -30 batang / hari meningkatkan resiko 40 50 x 40 50 batang / hari meningkatkan resiko 70 80 x.Yang berhubungan dengan paparan zat karsinogenik, yaitu: Asbestos, sering menimbulkan mesotelioma Radiasi ion, pada pekerja tambang uranium Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida.

2. Polusi Udara

Pasien kanker paru lebih banyak didaerah urban yang banyak polusi udaranya, dibandingkan yang tinggal didaerah rurai.

3. Genetik

Terdapat perubahan / mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yaitu: Proto oncogen Tumor supressor gene Gene encoding enzym

4. Diet

Rendahnya mengkonsumsi terhadap betakarotene, selenium, dan vitamin A dapat menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.Selain itu TB paru banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi karsinoma bronkogenik melalui mekanisme hiperplasia metaplasia. Karsinoma insitu dari karsinoma bronkogenik diduga timbul sebagai akibat adanya jaringan parut TB paru.

C. Klasifikasi Tumor ParuKlasifikasi kanker paru secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu:1. Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) atau Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC)Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) atau Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC) terbagi lagi menjadi 3, yaitu:

a. Karsinoma Sel Skuamosa (Karsinoma Epidermoid)Karsinoma sel skuamosa merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan (Wilson, 2005).

b. AdenokarsinomaAdenokarsinoma memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.

c. Karsinoma Sel BesarKarsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh (Wilson, 2005).

2. Kanker Paru Karsinoma Sel Kecil (KPKSK) / Small Cell Lung Cancer (SCLC) Karsinoma Sel KecilKanker Paru Karsinoma Sel Kecil (KPKSK) / Small Cell Lung Cancer (SCLC) terbagi lagi menjadi 2, yaitu:

a. Karsinoma Sel Kecil Karsinoma sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan crush artifact pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.

b. Karsinoma Bronkoalveolus Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.

Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.

D. Patofisiologi Tumor ParuLebih dari 90% pasien dengan kanker paru bersifat simtomatik saat datang, baik akibat tumor primer, penyakit metastatik, maupun sindroma paraneoplastik.Oklusi bronkus distal oleh tumor atau kompresi akibat pembesaran KGB dapat menyebabkan pneumonia pascaobstruksi atau mengi atau keduanya. Tumor yang menyerang saluran napas dapat menimbulkan hemoptisis. Penyebaran lokal yang mengenai nervus laringeus rekurens menyebabkan suara serak, sedangkan terkenanya nervus frenikus menyebabkan paralisis hemidiafragma, yang menyebabkan kesulitan bernapas dalam. Sindroma Horner terjadi bila saraf simpatis terkena; ditandai dengan enoftalmos unilateral, ptosis, miosis, dan anhidrosis ipsilateral. Kanker paru juga dapat menginvasi lokal untuk mengenai jantung dan perikardium (15%). Metastasis jauh sering terjadi di hati, tulang, adrenal, dan sistem saraf pusat (SSP). Sindroma paraneoplastik secara tidak langsung dihubungkan dengan efek fisik tumor primer atau metastatik. Patogenesis sebenarnya belum dipahami secara penuh, tetapi dianggap disebabkan oleh produksi zat zat aktif secara biologis atau kemungkinan oleh respons yang dimediasi imun.

E. Gejala KlinisGejala klinis karsinogenik beranekaragam, secara garis besar dapat dibagi atas 4, yaitu: Gejala Intrapulmoner Gejala Intratorasik Ekstrapulmonal Gejala Ektratorasik Non Metastatik Gejala Ektratorasik Metastatik.

1. Gejala IntrapulmonerGejala intrapulmoner merupakan gejala lokal yang disebabkan oleh tumor di paru. Terjadi karena ada gangguan pergerakkan silia serta ulserasi bronkus, sehingga memudahkan terjadinya radang berulang. Gejalanya antara lain: Batuk > 2 minggu Batuk darah akibat ulserasi Nyeri dada yang bersifat tumpul dan unilateral Sesak napas, mungkin disebabkan oleh tumor, atau obstruksi yang ditimbulkannya ataupun atelektasis.

2. Gejala Intratorasik EktrapulmonerPenyebaran tumor ke mediastinum akan menekan / merusak struktur struktur didalam mediastinum dengan akibat antara lain: N. Phrenicus: Parase / Paralise diafragma N. Recurrens: Parase / Paralise korda vokalis Saraf simpatis: Sindroma Horner: endhoptalamus, miosis, ptosis, dan anhidrosis Esofagus: Disfagi Vena Kava Superior: Sindroma Vena Kava Superior yang terjadi karena bendungan pada vena kava superior dan disertai pembengkakan wajah dan lengan, dan leher. Kolateral vena pada dinding.

3. Gejala Ektrapulmonal Non MetastatikDapat dibagi atas: Manifestasi neuromuskuler, berupa neurophatia karsinomatisa: miopatia, neuropatia perifer, enchepalopatia. Manifestasi endokrin metabolik, manifestasinya dapat berupa Sindroma Cushing, Sindroma Karsinoid, Hiperparatiroid dengan hiperkalsemia, Syndrome of Inappropriate Andiuretik Hormone (SIADH) dengan hiponatrimea, Sekresi insulin dengan hipoglikemia, Sekresi gonadotropin berlebih dengan ginekomastia, Sekresi Melancyte Stimulating Hormone dengan hiperpigmentasi. Manifestasi jaringan ikat dan tulang, secara radiologik. Didapatkan pembengkakan tulang baru sub periosteal, terutama tulang tulang ekstremitas bagian distal, yaitu jari jari tabuh. Manifestasi veskuler dan hematologik, anemia, purpura, migratory thromboplebitis.4. Gejala Ektratorasik MetastatikKarsinoma bronkogenik adalah satu satunya tumor yang mampu berhubungan langsung dengan sirkulasi atrial, sehingga kanker tersebut dapat menyebar hampir kesemua organ terutama hati, otak, dan tulang.

F. Diagnosa dan Stadium Pada Tumor Paru1. Pemeriksaan FisikGambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktorfaktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa : Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) Batuk darah Sesak napas Suara serak Sakit dada Sulit / sakit menelan Benjolan di pangkal leher Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.

Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti : Berat badan berkurang Nafsu makan hilang Demam hilang timbul Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary osteoartheopathy", trombosis vena perifer dan neuropatia.

2. Pemeriksaan Penunjanga. Foto ThoraxPada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto tumor juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikar dan metastasis intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan KGB untuk menentukan N agak sulit ditentukan dengan foto toraks saja.Kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan kanker paru pada seorang penderita penyakit paru dengan gambaran yang tidak khas untuk keganasan penting diingatkan. Seorang penderita yang tergolong dalam golongan resiko tinggi (GRT) dengan diagnosis penyakit paru, harus disertai difollowup yang teliti. Pemberian OAT yang tidak menunjukan perbaikan atau bahkan memburuk setelah 1 bulan harus menyingkirkan kemungkinan kanker paru, tetapi lain masalahnya pengobatan pneumonia yang tidak berhasil setelah pemberian antibiotik selama 1 minggu juga harus menimbulkan dugaan kemungkinan tumor dibalik pneumonia tersebut. Bila foto toraks menunjukkan gambaran efusi pleura yang luas harus diikuti dengan pengosongan isi pleura dengan punksi berulang atau pemasangan WSD dan ulangan foto toraks agar bila ada tumor primer dapat diperlihatkan. Keganasan harus difikirkan bila cairan bersifat produktif, dan/atau cairan serohemoragik.

b. CT ScanTehnik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih baik daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga tergambar secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan CT-scan, keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk menentukan stage juga lebih baik karena pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat dideteksi. Demikian juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinan metastasis intrapulmoner.

c. Pemeriksaan Radiologik LainKekurangan dari foto toraks dan CT-scan toraks adalah tidak mampu mendeteksi telah terjadinya metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan radiologik lain, misalnya Brain-CT untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala / jaringan otak, bone scan dan/atau bone survey dapat mendeteksi metastasis diseluruh jaringan tulang tubuh. USG abdomen dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar adrenal dan organ lain dalam rongga perut.

3. Pemeriksaan Khususa. Bronskopib. Biopsi Aspirasi Jarumc. Biopsi Transtorakald. Toraskopi Medike. Sitologi sputum

4. Stadium Tumor ParuPembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut International Union Against (IUAC)/The American Joint Comittee on Cancer (AJCC) 1997 adalah sebagai berikut :NoStadiumTNM

1Karsinoma Tersembunyix00

2Stadium 0Is00

3Stadium IA100

4Stadium IB200

5Stadium IIA110

6Stadium IIB210

300

7Stadium IIIA310

1 3 20

8Stadium IIIBBerapapun30

4Berapapun0

9Stadium IVBerapapunBerapapun1

Keterangan : Status Tumor Primer (T) T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer. Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi. Tis : Karsinoma in situ. T1 : Tumor berdiameter 3 cm dikelilingi paru atau pleura viseralis yang normal. T2 : Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan ateletaksis yang meluas ke hilus; harus berjarak > 2 cm distal dari karina. T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di bronkus utama yang terletak 2 cm dari distal karina, tetapi tidak melibatkan karina, tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra. T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga pleura/perikardium yang disertai efusi pleura/perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus yang sama pada tumor primer.

Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N) N0 : Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional. N1 : Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar hilus ipsilateralN2 : Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening subkarina. N3 : Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening hilus kontralateral; kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral. Metastasis Jauh (M) M0 : Tidak diketahui adanya metastasis jauh. M1 : Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak, hati, dll.

G. Penatalaksanaan Tumor Paru

Pengobatan kanker paru biasanya mempertimbangkan aspek riwayat pasien,stadium kanker, serta kondisi kesehatan umum pasien. Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengobatan yang umumnya dilakukan pada penderita kanker paru-paru.1. PembedahanPembedahan dalam kanker paru-paru adalah tindakan pengangkatan jaringan tumor dan kelenjar getah bening di sekitarnya. Tindakan pembedahan biasanya dilakukan untuk kanker yang belum menyebar hingga ke jaringan lain di luar paru-paru. Pembedahan biasanya hanya merupakan salah satu pilihan tindakan pengobatan pada NSCLC dan dibatasi pada satu bagian paru-paru hingga stadium III A. Tindakan pembedahan memiliki angka kegagalan (death rate) sekitar 4,4% yang tergantung juga pada fungsi paru-paru pasien dan risiko lainnya. Kadang pada kasus kanker paru stadium lanjut dimana banyaknya cairanterkumpul pada rongga dada (pleural effusion), dokter perlu membuat suatu lubang kecil pada dada untuk mengeluarkan cairan Efek samping pembedahan yang mungkin timbul sesudah operasi, antara lain bronchitis kronis (terutama pada mantan perokok aktif).Beberapa jenis pembedahan yang mungkin digunakan untuk mengobati NSCLC, antara lain: Pneumonectomy: seluruh paru-paru (kiri atau kanan) diangkat pada operasi ini Lobektomi: lobus paru-paru diangkat dalam operasi ini Segmentectomy atau Reseksi Baji: bagian dari suatu lobus diangkat dalam operasi ini

2. Radiotherapi

Radiasi kadang-kadang digunakan sebagai pengobatan utama kanker paru-paru. Mungkin digunakan untuk orang yang tidak cukup sehat untuk menjalani operasi. Untuk pasien kanker lainnya, radiasi dilakukan untuk mengecilkan kankernya (dilakukan sebelum operasi). Pada kasus kanker stadium lanjut, radiasi juga dapat digunakan untuk meredakan gejala seperti nyeri, perdarahan, dan kesulitan menelan.Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5.000 6000 cGy, dengan cara pemberian 200 cGy / x, 5 6 hari perminggu. Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah: Hb > 10 g % Trombosit > 100.000 / mm3 Leukosit > 3000 / dlEfek samping radiasi, termasuk diantaranya: problem kulit, mual, muntah, dan kelelahan. Radiasi pada dada dapat juga menyebabkan kerusakan paru-paru dan kesulitan bernapas atau menelan. Efek samping dari terapi radiasi pada kanker paru yang telah menyebar ke otak biasanya menjadi serius setelah 1 atau 2 tahun pengobatan, yang mencakup: kehilangan memori, sakit kepala, masalah dengan pemikiran, dan kurang gairah seksual.

3. Kemotherapi

Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat utama harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance status) harus lebih dan 60 menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat antikanker dalam kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker dapat dilakukan. Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi adalah: Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin) Respons obyektif satu obat antikanker 15% Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 sikius pada penilaian terjadi tumor progresif.

Regimen untuk KPKBSK adalah : Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin) PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid) Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin

Syarat standar yang harus dipenuhi sebe/um kemoterapi Tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut, dapat diberikan obat antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadual tertentu. Hb > 10 g%, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut, meski Hb < 10 g% tidak pertu tranfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai dengan penyebab anemia. Granulosit > 1500 / mm3 Trombosit > 100.000 / mm3 Fungsi hati baik Fungsi ginjal baik (creatinin clearance lebih dari 70 ml/menit)

Efek samping yang mungkin terjadi adalah mual, muntah, mengalami kerontokan rambut, hiperurisemia, diare, dan depresi sumsum tulang dan infeksi.

4. Pengobatan Paliatif dan Rehabilitatifa. Pengobatan PaliatifHal yang perlu ditekankan dalam terapi paliatif adalah tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup penderita sebaik mungkin. Gejala dan tanda karsinoma bronkogenik dapat dikelompokkan pada gejala bronkopulmoner, ekstrapulmoner intratorasik, ekstratoraksik non metastasis dan ekstratorasik metastasis. Sedangkan keluhan yang sering dijumpai adalah batuk, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada. Pengobatan paliatif untuk kanker paru meliputi radioterapi, kemoterapi, medikamentosa, fisioterapi, dan psikososial. Pada beberapa keadaan intervensi bedah, pemasangan stent dan cryotherapy dapat dilakukan.

b. Rehabilitasi MedikPada penderita kanker paru dapat terjadi gangguan muskuloskeletal terutama akibat metastasis ke tulang. Manifestasinya dapat berupa inviltrasi ke vetebra atau pendesakan syaraf. Gejala yang tirnbul berupa kesemutan, baal, nyeri dan bahkan dapat terjadi paresis sampai paralisis otot, dengan akibat akhir terjadinya gangguan mobilisasi/ambulasi. Upaya rehabilitasi medik tergantung pada kasus, apakah operabel atau tidak. Bila operabel tindakan rehabilitasi medik adalah preventif dan restoratif. Bila non-operabel tindakan rehabilitasi medik adalah suportif dan paliatif.Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah perlu dilakukan rehabilitasi medik prabedah dan pascabedah, yang bertujuan membantu memperoleh hasil optimal tindakan bedah, terutama untuk mencegah komplikasi pascabedah (misalnya: retensi sputum, paru tidak mengembang) dan mempercepat mobilisasi. Tujuan program rehabilitasi medik untuk kasus yang nonoperabel adalah untuk memperbaiki dan mempertahankan kemampuan fungsional penderita yang dinilai berdasarkan skala Karnofsky. Upaya ini juga termasuk penanganan paliatif penderita kanker paru dan layanan hospis (dirumah sakit atau dirumah).

H. Komplikasi Tumor ParuKomplikasi kanker paru dapat disebabkan oleh invasi lokal yang menyebabkan perdarahan dan obstruksi saluran nafas. Vena kava superior dapat tersumbat atau terganggu yang menyebabkan sindroma vena kava superior. Berbagai kelainan endokrin, neurologi, dan sistem yang disebabkan oleh sindrom paraneoplastik mungkin memerlukan evaluasi diagnostik yang luas untuk identifikasi.

BAB IIIPENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat dibuat dari gagal jantung adalah bahwa Tumor berasal dari bahasa latin yaitu Tumere = bengkak. Tumor adalah sebutan untuk neoplasma atau lesi padat yang terbentuk akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak semestinya yang mirip dengan sindroma bengkak.Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru. Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru. Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok. Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia.

3.2. SaranBanyak kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam makalah ini. Saran dari para pembaca yang membangun kami harapkan untuk memperbaiki bentuk dan isi dari makalah ini. Sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT.