Download - tumbuh kembang balita

Transcript

53

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DENGAN MEMBATIK MENGGUNAKAN MEDIA PEWARNA ALAM DI TK KI HADJAR DEWANTARAPROPOSAL SKRIPSI

OLEH

ENDANG SERTOWATI126401150021

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PG - PAUD2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2012, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahundalam memasuki pendidikan lebih lanjutsebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 06 tahun yang sering disebut masa emas perkembangan. PAUD adalah investasi yang sangat besar bagi keluarga dan bangsa. Pendidikan yang diberikan pada usia dini sebaiknya disesuaikan dengan usia perkembangannya, termasuk salah satunya Taman Kanak-Kanak atau disingkat dengan sebutan TK.

Masa kanak-kanak merupakan fase yang fundamental dalam mempengaruhi perkembangan individu. Para ahli mengungkapkan bahwa masa kanak-kanak merupakan masa belajar aktif, anak melakukan penjelajahan terhadap objek di lingkungannya untuk memperoleh pengalaman dan mengkonstruksi pengetahuannya. Masa kanak-kanak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan otak, dimana akan menentukan kepribadian anak selanjutnya.

Pendidikan yang pertama bagi anak adalah pendidikan anak usia dini yang didalamnya terdapat taman kanak-kanak atau TK. Anak-anak yang berada dalam Taman kanak- kanak atau TK adalah dalam rentang usia tiga sampai enam tahun. Apabila digolongkan dalam tahap-tahap perkembangan kognisi dari piaget, maka anak yang berada pada taman kanak-kanak atau TK berada pada fase praoperasional.

Penggunaan media pembelajaran dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses yang sistematis dan terdiri dari berbagai komponen, seperti bahan kegiatan, prosedur dikdaktik (penggunaan metode), pengelompokan anak didik dan media pengajaran yang berupa sarana atau alat peraga yang digunakan. Oleh sebab itu TK tanpa adanya sarana yang memadahi tidak dapat berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang baik, karena kegiatan belajar mengajar di taman kanak-kanak dilakukan melaui prinsip belajar sambil bermain. Untuk aktif dan kreatif, dengan menerapkan konsep belajar sambil bermain. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan, karena pada dasarnya manusia adalah homo ludens yaitu makhluk yang suka bermain.

Media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efensiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Hujar AH. Sanaky dalam media pembelajaran menggolongkan media berdasarkan panca indera yaitu media audio (dengar), media visual (melihat) dan media audiovisual (dengar-melihat). Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media Specemen benda tak hidup.Media specemen benda tak hidup merupakan media pembelajaran yang berupa pasir, batu, tanah liat, magnet. Media specemen benda tak hidup ini dilengkapi dengan gambar-gambar dan tulisan sehingga terlihat penjelasan dari makna tersebut. Dalam penelitian ini, anak dilatih untuk mengkomunikasikan hasil percobaan yang telah dilakukan anak. Media specemen benda tak hidup merupakan suatu bentuk pengemasan dari kegiatan pembelajaran sains. Selanjutnya, media specemen benda tak hidup mempermudah pemrosesan informasi agar minat anak terhadap pembelajaran sains dapat tergugah.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan perubahan dan tuntutan-tuntutan baru seperti sumber daya manusia yang potensial dalam menghadapi tantangan di abad mendatang. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan di Taman Kanak-kanak sebenarnya tidak terlepas dari pendekatan dalam belajar Salah satu aspek penting yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran anak TK adalah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif anak merupakan kemampuan otak anak dalam memperoleh informasi.

Salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak adalah pembelajaran sains. Pembelajaran sains memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan logis.

Ali Nugraha (2005: 1) mengemukakan bahwa pengembangan pembelajaran sains pada anak, dan bidang pengembangan lainnya memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya manusia yang diharapkan.

Tujuan pembelajaran sains di TK adalah melatih anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda di sekitarnya. Di dalam eksplorasinya, anak mengggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala alam melalui kegiatan observasi (penginderaan) sehinga kemampuan observasinya meningkat seperti melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Anak akan memperoleh pengetahuan baru dari hasil interaksinya dengan berbagai benda yang diobservasinya.

Sejalan dengan hal itu, Slamet Suyanto (2005: 83) mengemukakan bahwa kegiatan pengenalan sains untuk anak TK lebih ditekankan pada proses daripada produk. Proses sains dikenal dengan metode ilmiah, yang secara garis besar meliputi: observasi, menemukan masalah, melakukan percobaan, menganalisis data, dan mengambil kesimpulan.

Melalui pengenalan sains tersebut, anak diarahkan untuk mengkonstruksi

pengetahuannya tentang adanya peristiwa-peristiwa alam (proses sains) dan memiliki dorongan untuk melakukan penyelidikan, serta memiliki sikap positif terhadap sains. Untuk menarik minat anak dalam mempelajari sains, maka setiap anak diperkenalkan dengan cara para ilmuwan bekerja untuk mendapatkan fakta, konsep dan teorinya. Untuk itu, sains perlu diperkenalkan anak sejak dini sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak.

Menurut Usman Samatowa (2006: 137) keterampilan proses sains merupakan keterampilan intelektual yang dimiliki dan digunakan oleh para ilmuwan dalam meneliti fenomena alam. Keterampilan proses sains yang digunakan oleh para ilmuwan tersebut dapat dipelajari oleh siswa dalam bentuk

yang lebih sederhana sesuai dengan tahap perkembangan anak.

Sesuai dengan kemampuan anak TK, keterampilan proses sains hendaknya dilatih melalui percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis. Kegiatan pembelajaran sains dalam pengembangan pembelajaran sains juga dilakukan dengan cara bermain untuk menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga menarik anak untuk terlibat aktif dalam setiap keterampilan proses sains yang dipelajarinya.

Keterampilan proses sains hendaknya perlu dimiliki anak agar dapat mengembangkan pengetahuannya mengenai sains. Melalui keterampilan proses sains tersebut memungkinkan anak mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sebagai hasil pengalaman sensoris yang kemudian diteruskan dengan proses

berpikirnya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Nurmasari dan Harlen dalam Ali Nugraha (2005: 125) yang mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran yang cocok untuk pengembangan pembelajaran sains adalah dengan menerapkan keterampilan proses pada setiap tahapannya. Sementara itu, tidak semua keterampilan proses sains bisa diajarkan kepada anak, sehingga dalam pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak TK.

Menurut Ali Nugraha (2005:125) keterampilan proses sains yang dapat dilatihkan pada anak usia dini meliputi kemampuan:

1) mengamati, yaitu anak melibatkan kombinasi dari beberapa atau seluruh indera. Di dalamnya terdapat kegiatan melihat, mendengar, meraba, mencicipi, mencium, merasakan. Dengan kegiatan ini anak terlibat langsung dengan lingkungan sekitar dan benda-benda yang ada di sekelilingnya;2) mengklasifikasi atau mengelompokkan, merupakan suatu sistematika untuk mengatur obyek-obyek ke dalam sederetan kelompok tertentu. Anak dapat belajar mencari persamaan dan perbedaan objek-objek;3) menafsirkan atau meramalkan, yaitu suatu keterampilan membuat perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi;4) mengkomunikasikan, yaitu kemampuan anak dalam melaporkan hasil kegiatan sainsnya ke dalam bentuk tulisan, gambar, lisan, dan sebagainya: serta penggunaan alat dan pengukuran, yaitu melatih anak untuk menggunakan alat ukur dengan teliti dan cermat.

Uraian dan kutipan-kutipan tersebut merupakan keterampilan proses sains yang idealnya distimulasikan pada anak. Namun, dalam kenyataannya peneliti mendapatkan beberapa kesenjangan.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, guru masih menggunakan metode ceramah dan diskusi dalam praktek pembelajaran sains yang membuat anak banyak mendengar, duduk, dan diam, sehingga anak kurang diberikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman nyata. Padahal hakikat pembelajaran sains adalah memberikan pengalaman yang menantang sehingga memfasilitasi rasa ingin tahu anak dengan menyuguhkan pembelajaran yang variatif, menyenangkan, serta untuk mengobservasi dan mengeksplorasi berbagai macam objek fisik, alam, atau kejadian-kejadian yang ada di lingkungan anak.

Kenyataan yang terjadi pada umumnya di TK dalam pembelajaran sains anak masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan proses sains dikarenakan guru hanya menggunakan metode pemberian tugas. Anak hanya belajar dengan mendengarkan penjelasan guru kemudian anak mengerjakan tugas berupa lembar kerja anak. Pemberian tugas ini belum dapat dipahaminya karena anak tidak mengalami pengalaman langsung dalam suatu proses percobaan. Untuk mendapatkan pengalaman dalam proses percobaan diperlukan fasilitas dan metode yang mendukung melalui kegiatan yang bisa mencakup proses tersebut. Misalnya: melalui observasi, diskusi, eksperimen atau media yang relevan. Pembelajaran sains di TK sebaiknya dilakukan dengan metode pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk aktif dalam mengeksplorasi berbagai ide-ide mereka. Sebagai bagian dari mekanisme belajarnya, anak-anak perlu mengembangkan sendiri berbagai hipotesis dan secara terus menerus membuktikannya. Melatih proses berpikirnya sendiri-mengamati apa yang terjadi dan yang ditemukannya kemudian mengajukan pertanyaan serta merumuskan jawaban.

Sesuai dengan pendapat Masitoh, dkk (2005: 63) yang menyatakan bahwa pengalaman langsung (hands on experience) adalah pengalaman yang memungkinkan anak-anak terlibat dengan objek atau kejadian-kejadian nyata dalam belajar. Kegiatan-kegiatan pengalaman langsung dapat diberikan melalui eksploratori, penemuan terbimbing, pemecahan masalah, diskusi, belajar kooperatif, demonstrasi, eksperimen, dan sebagainya.

Dengan memahami hakikat cara anak TK belajar sains, maka pilihan tertuju pada pemilihan metode pembelajaran yang dapat berpusat pada anak. Untuk itu dibutuhkan metode pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan dan menyediakan ruang yang lebar untuk anak terlibat dalam proses pembelajaran. Metode pemberian tugas yang sering digunakan guru, tentu dapat membuat anak merasa terbebani. Guru harus mengetahui anak belajar dalam situasi yang menyenangkan, yaitu bermain sambil belajar.

Dalam kegiatan sains yang terpenting bagi anak adalah mengerti proses sains, karena dari proses itulah akan melahirkan pengalaman belajar yang simultan dan terpadu.

Berdasarkan pra-observasi yang telah dilakukan di Taman Kanak-Kanak Bachrul Ulum yang beralamat di desa Karangduren Pakisaji Malang, menunjukkan bahwa dari sejumlah 14 anak, sebagian besar keterampilan proses sains belum dapat dilakukan dengan baik karena anak masih kurang dilatih secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari metode yang digunakan guru dalam pembelajaran sains masih menggunakan metode ceramah yaitu menjelaskan suatu peristiwa. Setelah itu, anak diberikan tugas menggunakan lembar kerja anak yang terkesan kaku sehingga kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan benda-benda konkret. Penyebabnya lainnya yaitu belum tersedianya fasilitas dan media yang mendukung.

Anak belum diberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam suatu percobaan (eksperimen). Kegiatan yang sering dilatih yaitu kegiatan mengklasifikasi atau mengelompokkan. Sedangkan kegiatan mengamati dan meramalkan belum sering dilatih. Bahkan untuk kegiatan mengkomunikasikan hasil kegiatan sains anak-anak belum pernah dilatih.

Anak-anak dapat meningkatkan keterampilan proses sainsnya melalui kegiatan praktek langsung dan melaporkannya dalam bercerita atau menggambar. Pendidik juga dapat mencatat perkembangan anak melalui bukti kegiatan yang dilakukan anak. Berikan kesempatan kepada anak untuk dapat terlibat langsung dalam praktek percobaan sains dan kemudian melaporkan hasil kegiatan sainsnya yang dapat dijawab sendiri oleh pengalamannya. Jika pengalaman belajar anak melalui pengalaman langsung, maka akan memberikan hasil belajar yang konkret.

Pengembangan pembelajaran sains tidak hanya memerlukan produk dan hasil melainkan diharapkan anak dapat menjalankan suatu proses yang dapat menjadi hasil untuk pengetahuannya kelak. Setelah anak menjalankan proses suatu percobaan maka anak dapat mengkomunikasikan hasil kegiatannya menjadi rangkaian pengetahuan yang dikonstruksikan melalui pengalamannya.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk memperbaiki pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains anak Kelompok B melalui metode eksperimen dengan media specement benda tak hidup di Taman Kanak-Kanak Bachrul Ulum Karangduren Pakisaji Malang 1.2 RUMUSAN MASALAH.

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana media sepecement benda tak hidup dapat meningkatkan keterampilan proses sains pada anak TK Kelompok B?

1.3 TUJUAN PENELITIAN.

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan proses sains melalui media specemen benda tak hidup pada anak kelompok B di TK Bachrul Ulum Karangduren Pakisaji, Malang.1.4 HIPOTESIS TINDAKAN.

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains pada anak TK Bachrul Ulum kelompok B dapat meningkat melalui metode media specemen benda tak hidup. Proses pembelajaran dilakukan melalui tahap pengamatan langsung yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan eksperimen (percobaan) dan mengkomunikasikan hasilnya melalui menggambar atau bercerita.

1.5 RUANGLINGKUP DAN KETERBATASANBerdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi permasalahan yang ada. Aspek yang akan diteliti adalah media specemen benda tak hidup dapat meningkatkan ketrampilan prose sains pada anak taman kanak-kanak kelompok B ( usia 5-6 tahun ).1.6 KEGUNAAN PENELITIANPenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Teoritis

a. Sains dan pengembangan pembelajaran sains memiliki manfaat bagi kemajuan ilmu dan teknologi.b. Sebagai informasi tentang cara dan penerapan sains untuk meningkatkan keterampilan proses sains.c. Mengembangkan media pembelajaran sains untuk anak usia dini.

2. Praktis

a. Bagi guru untuk keterampilan proses sains media specemen benda tak hidup ini dapat digunakan sebagai bahan dalam kegiatan pengembangan pembelajaran sains untuk meningkatkan minat belajar anak tentang keterampilan proses sains.b. Sebagai masukan bagi para pendidik untuk meningkatkan keterampilannya dalam mengetahui proses sains agar proses belajar mengajar semakin bervariasi bagi anak didik.c. Bagi anak usia dini agar keterampilan proses sains dapat ditingkatkan pada anak dan mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan suasana yang menyenangkan sehingga terhindar dari kebosanan, serta membangkitkan motivasi belajar anak.1.7 DEFINISI OPERASIONAL

Untuk menghindari kemungkinan meluasnya penafsiran terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka perlu disampaikan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Media specemen benda tak hidup

Media sepecement benda tak hidup merupakan media pembelajaran yang berupa pasir, batu, tanah liat, magnet. Media specemen benda tak hidup ini dilengkapi dengan gambar-gambar dan tulisan sehingga terlihat penjelasan dari makna tersebut. Dalam penelitian ini, anak dilatih untuk mengkomunikasikan hasil percobaan yang telah dilakukan anak.

2. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk meneliti suatu kejadian/fenomena. Pada penelitian ini, keterampilan yang difokuskan yaitu keterampilan mengamati, mengklasifikasi/mengelompokkan, memprediksi dan mengkomunikasikan. Semua keterampilan proses sains tersebut disesuaikan dengan tahap perkembangan anak TK kelompok B (usia 5-6 tahun).

BAB IIKAJIAN PUSTAKAA. Kajian Media Pembelajaran

2.1 Pengertian Media

Gerlach dan Ely (Azhar Arsyad, 2002: 3) berpendapat bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

Berbeda dengan pendapat Arif. S (2006: 19) bahwa media atau bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan. Sedangkan perangkat keras (hardware) sendiri merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung dalam media tersebut.

Menurut Romiszowaki (Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 1991: 8) media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Pembawa pesan tersebut berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka. Siswa dirangsang oleh media itu untuk menggunakan inderanya untuk menerima informasi.

Dapat disimpulkan bahwa dalam suatu proses belajar mengajar, media merupakan sarana pembawa pesan yang berisikan informasi dan melibatkan interaksi dan indera siswa.

2.2 Manfaat Media Pengajaran dalam Proses Pembelajaran

Menurut Sudjana dan Rivai (Azhar Arsyad, 2002: 25) mengemukakan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:

a) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran.c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.d) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

2.3 Jenis Media Pembelajaran

Menurut Arif S (2006: 28) bahwa media yang dipakai dalam proses kegiatan belajar-mengajar khususnya di Indonesia, diantaranya:

a. Media Grafis:

1) Gambar/foto

2) Sketsa

3) Diagram

4) Bagan/ chart

5) Grafik (graphs)

6) Kartun

7) Poster

8) Peta dan globe

9) Papan flanel/ Flanel Board

10) Papan Buletin/ Bulletin Board

b. Media Audio:

1) Radio

2) Alat perekam/pita magnetic

3) Laboratorium bahasa

c. Media proyeksi diam

1) Film bingkai

2) Film rangkai

3) Media transparensi

4) Projector tak tembus pandang (Opacue Projector)

5) Mikrofis

6) Film

7) Film gelang

8) Televisi

9) Video

10) Permainan dan simulasi.

2.4 Kajian Media Speciment Benda Tak Hidup.

2.4.1 Pengertian SpecimenSpesimen merupakan sebagian dari jenis atau sebagian dari kelompok benda yang sama untuk di jadikan contoh. Spesimen juga dikatakan sebagai benda sebenarnya. Jenis specimen bermacam macam, ada yang hidup sesuai kenyataan di alam. Ada juga yang sudah diawetkan atau yang biasa disebut herbarium.

Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-spesimen yang sulit di temukan di alam. Awetan spesimen dapat berupa awetan basah atau kering. untuk awetan kering, tanaman diawetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ dalamnya. Awetan basah, baik untuk hewan maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam seluruh spesimen dalam larutan formalin 4%.2.4.2 Macam-macam specimen Berupa awetan kering,yaitu bahan yang dijadikan specimen ini yaitu berupa awetan yang sudah dikeringkan terlebih dahulu.

1. Herbarium,yaitu tumbuhan hasil pengawetan yang sudah dikeringkan terlebih dahulu.2. TaksidermiTaksidermi adalah hewan hasil pengawetan, biasanya golongan vertebrata yang dapat dikuliti. Pada pembuatan taksidermi, hewan dikuliti, organ-organ dalam dibuang, untuk selanjutnya dibentuk kembali seperti bentuk aslinya.Hewan-hewan vertebrata yang sering dibuat taksidermi misalnya berbagai jenis mamalia, kadal atau reptil, dsb. Taksidermi seringkali dipergunakan sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan vertebrata, juga menunjukkan berbagai macam ras yang dimiliki suatu spesies. Selain itu, tentu saja taksidermi dapat dijadikan sebagai media pembelajaran biologi.3. Insektarium, adalah sampel jenis serangga hidup yang ada di alam,sampel yang digunakannya yaitu berupa serangga yang sudah di awetkan.

Berupa awetan basah,yaitu baik untuk hewan maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam seluruh spesimen dalam larutan formalin 4%.

2.4.3 Langkah-langkah pembuatan Specimen Berupa awetan kering

1. Pembuatan Herbarium

Awetan kering tumbuhan disebut herbarium, alat dan bahan yang digunakan yaitu:

karton/duplek kertas Koran sasak dari bambu/tripleks sampel tanaman alat tulis

Cara pembuat herbarium yaitu sebagai berikut:

1. Jika memungkinkan, kumpulkan tumbuhan secara lengkap, yaitu akar, batang, daun dan bunga. Tumbuhan berukuran kecil dapat diambil seluruhnya secara lengkap. Tumbuhan beukuran besar cukup diambil sebagian saja, terutama ranting, daun, dan jika ada, bunganya. Semprotlah dengan alcohol 70% untuk mencegah pembusukan oleh bakteri dan jamur.2. Sediakan beberapa kertas Koran ukuran misalnya 32 48 cm. 3. Atur dan letakkan bagian tumbuhan diatas Koran. Daun hendaknya menghadap ke atas dan sebagian menghadap ke bawah terhadap kertas Koran tersebut. Agar posisinya baik,dapat dibantu dengan mengikat tangkai/ranting dengan benang yang dijahitkan ke kertas membentuk ikatan.4. Tutup lagi dengan Koran. Deikian seterusnya hingga kalian dapat membuat beberapa lembar. 5. Terakhir tutup lagi dengan Koran, lalu jepit kuat-kuat dengan kayu/bambu, ikat dengan tali. Hasil ini disebut specimen. 6. Simpan selama 1-2 minggu ditempat kering dan tidak lembab.

Awetan yang telah dibuat kemudian dimasukkan dalam daftar inventaris koleksi. Pencatatan dilakukan kedalam field book/collector book. sedangkan pada herbarium keterangan tentang tumbuhan dicantumkan dalam etiket. Dalam herbarium ada dua macam etiket, yaitu etiket gantung yang berisi tentang; nomer koleksi, inisial nama kolektor, tanggal pengambilan spesimen dan tempat pengambilan (untuk bagian depan) dan nama ilmian spesimen (untuk bagian belakang).

Pada etiket tempel yang harus dicantumkan antara lain; kop( kepala surat) sebagai pengenal indentitas kolektor/lembaga yang menaungi, (No)nomer koleksi,(dd)tanggal ambil, familia, genus, spesies, Nom. Indig(nama lokal), (dd) tanggal menempel, (determinasi)nama orang yang mengidentifikasi spesimen itu, (insula) pulau tempat mengambil, (m. alt) ketinggian tempat pengambilan dari permukaan air laut, (loc) kabupaten tempat pengambilan, dan (annotatione) deskripsi spesimen tersebut.

2. Pembuatan taksidermi

Alat dan bahan yang diperlukan antara lain:

(1) bak bedah

(2) alat-alat bedah seperti gunting dan pinset

(3) alat-alat dan bahan pembius misal kloroform dan sungkup

(4) kawat, benang, kapas, dan jarum jahit

(5) zat pengawet seperti boraks atau tepung tawas, formalin;

(6) air.

Cara pembuatan taksidermi adalah sebagai berikut.

a) Potong otot-otot paha dan pisahkan tulang paha dari persendian dan pangkal paha, keluarkan bagian ini.b) Potonglah otot-otot pada tumit, keluarkan jaringan lunak pada telapak kaki dengan jalan mengirisnya. Keluarkan semua bagian kaki lainnya yang masih tertinggal di dalam kulit.c) Ulangi langkah pertama dan kedua di atas untuk bagian tangan, dan ekor.d) Untuk bagian kepala, lepaskan kulit secara hati-hati, sertakan telinga, kelopak mata pada kulit. Jaga jangan sampai robek. Potonglah tulang rawan hidung dan biarkan melekat pada kulit.e) Potonglah bagian kepala dan leher, bersihkan bekas-bekas otak dengan cara menyemprotkan air.f) Balikkan kulit dan bersihkan dari sisa daging dan lemak.g) Basuh bagian permukaan dalam kulit tubuh dengan boraks, demikian pula untuk ekor, kaki, tangan dan tengkorak kepala.h) Sebagai pengganti mata, gunakan bola mata tiruan. Bentuk tubuh hewan kembali dengan menggunakan kapuk dan kawat, lalu jahit dengan rapi.i) Atur posisi hewan sebagaimana kebiasan hewan sewaktu masih hidup.Pajang taksidermi pada tempat-tempat yang aman dan terhindar dari serangan serangga, bersih dan kering. Insektisida, atau kamper (naftalen) dapat ditambahkan untuk mencegah serangan jamur. Ada baiknya taksidermi disimpan dalam boks kaca.

Kerangka katak yang diawetkan dapat digunakan untuk media pembelajaran macam-macam bentuk tulang. Cara membuat awetan kering kerangka katak adalah sebagai berikut:

a. Lepaskan semua kulit dan daging dari tulang secara hati-hati. Jangan sampai persendian terputus. Upayakan sebersih mungkin, sampai daging yang melekat pada rangka seminimal mungkin.b. Rendam rangka katak dalam bubur kapur. Bubur kapur dapat dibuat dengan melarutkan CaO ke dalam air, dengan menambahkan sedikit KOH.c. Bila tulang telah bersih, cucilah bubur kapur dari rangka.d. Keringkan rangka dan atur posisinya pada suatu landasan yang telah disediakan terlebih dahulu.e. Pernis rangka katak tersebut, sehingga tampak lebih menarik dan membuat tulang-tulang menjadi lebih awet.f. Beri label atau keterangan pada awetan yang sudah jadi tersebut.

3. Pembuatan insektarium

Insectarium adalah sampel jenis serangga hidup yang ada di kebun binatang, atau museum atau pameran tinggal serangga. Insectariums sering menampilkan berbagai jenis serangga dan arthropoda yang mirip, seperti laba-laba, kumbang, kecoa, semut, lebah, kaki seribu, kelabang, jangkrik, belalang, serangga tongkat, kalajengking dan Belalang sembah alat2 dan bahan2nya mungkin belum tercantum, tetapi mungkin ini sangat membantu.

a. Tangkaplah serangga dengan menggunakan jaring serangga. Hati-hati terhadap serangga yang berbahaya. b. Matikan serangga dengan jalan memasukkannya ke dalam kantong plastik yang telah diberi kapas yang dibasahi kloroform. c. Serangga yang sudah mati dimasukkan ke dalam kantong atau stoples tersendiri. Kupu2 dan capung dimasukkan ke dalam amplop dengan hati2 agar sayapnya tidak patah. d. Suntiklah badan bagian belakang serangga dengan formalin 5%. Sapulah (dengan kuas) bagian tubuh luar dengan formalin 5%.e. Sebelum mengering, tusuk bagian dada serangga dengan jarum pentul.f. Pengeringan cukup dilakukan di dalam ruangan pada suhu kamar. Tancapkan jarum pentul pada plastik atau karet busa. g. Untuk belalang, rentangkan salah satu sayap ke arah luar. Untuk kupu-kupu, sayapnya direntangkan pada papan perentang atau kertas tebal sehingga tampak indah. Begitu juga capung.h. Setelah kering, serangga dimasukkan ke dalam kotak insektarium (dari karton atau kayu). Di dalamnya juga dimasukkan kapur barus (kamper).i. Beri label (di sisi luar kotak) yang memuat catatan khusus lainnya. Cara Pembuatan Awetan Basah

1. Awetan pada tumbuhan

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk membuat media pembelajaran berupa awetan basah tumbuhan lumut.

a. Bersihkan kotoran dan tanah dari tumbuhan lumut yang ingin diawetkan.b. Siapkan larutan fiksatif dengan komposisi: (1) asam asetat glasial sebanyak 5 ml; (2) formalin sebanyak 10 ml; (3) etil alkohol sebanyak 50 ml. Selanjutnya untuk mempertahankan warna hijau lumut, dapat pula ditambahkan ke dalam larutan fiksatif tadi larutan tembaga sulfat dengan komposisi: (1) tembaga sulfat 0,2 gram; dan (2) aquades sebanyak 35 ml.c. Matikan lumut dengan merendamnya ke dalam larutan fiksatif yang telah ditambahkan larutan tembaga sulfat tadi. Biasanya diperlukan 48 jam perendaman.d. Siapkan tempat berupa botol penyimpanan yang bersih, kemudian isi dengan alkohol 70% sebagai pengawetnya.e. Masukkan lumut yang telah siap tadi dalam botol penyimpanan, atur posisinya sehingga mudah diamati.f. Buatkan label beupa nama spesies lumut tanpa mengganggu pengamatan.g. Awetan basah tumbuhan lumut siap digunakan. Secara berkala atau bila perlu, misalnya larutan menjadi keruh atau berkurang, gantilah dengan larutan pengawet yang baru secara hati-hati.

2. Awetan pada hewan

Berikut ini langkah-langkah membuat awetan basah.

a) Siapkan spesimen yang akan diawetkan.b) Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.c) Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol jam dan telah diencerkan.d) Tutup rapat botol dan kemudian diberi label yang berisi nama spesimen tersebut dan familinya.

2.4.4 Manfaat media pembelajaran dengan specimen1. Memungkinkan pelajar melihat mahluk hidup yang benda dalam lingkngannya.2. Mengembangkan kemampuan untuk mengadakan pengawetan.3. Dapat meningkatkan dan memuaskan perasaan ingin tahu4. Mengkonkritkan konsep abstrak5. Memberi stimulus dan mendorong respons siswa6. Memperjelas dan melengkapi informasi7. Meningkatkan perhatian dan motivasi8. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyampaian informasi9. Mencegah kebosanan

2.4.5 Keunggulan dan kelemahan media specimenKeunggulan :

1. Bisa digunakan berulang kali apabila alat peraganya sulit untuk di dapat.2. Dibuat sendiri tanpa ada kesulitan yang berarti. Kelemahan:

1. Tidak dapat menunjukan perilaku seperti benda aslinya karena bendatersebut sudah mati dan diawetkan.2. Biaya pembuatannya agak mahal dan waktu yang dibutuhkan agak lama.

2.4.6. Specimen benda yang tidak hidupSpecimen benda yang tidak hidup, misalnya batu-batuan, pasir dan tanah liat artinya barang contoh, yaitu barang-barang asli yang dijadikan sebagai contoh untuk mewakili benda asli yang sebenarnya atau sebagian dari sejenis dari sekelompok benda yang sama untuk dijadikan contoh. Dengan adanya specimen siswa mengetahui bagian dari bendanya yang mungkin tidak terdapat didaerahnya atau ditempat mereka berada misalnya batu laut, pasir gunung, sehingga mereka tidak merasa asing lagi terhadap benda tersebut. Specimen benda tak hidup yang digunakan untuk proses pembelajaran hendaknya ditempatkan didalam toples kaca atau botol, direkatkan nama bendanya. Hal ini dilakukan agar anak dapat membaca dan tahu nama benda tersebut. Misalnya yang sering dilihat adalah specimen uang kertas.a. Tujuan penggunaan Specimen

Tujuan penggunaan specimen antara lain:

1) Memperjelaskan materi pelajaran 2) Menimbulkan perhatian kepada subyek yang sedang diteliti3) Merangsang minat untuk menambahkan pengetahuan4) Mendorong untuk berfikir dan menyelidiki sendiri5) Mengenal benda yang jauh dari tempat tinggal anak.

B. Pembelajaran Keterampilan Proses Sains di Taman Kanak-Kanak

melalui Media Specimen benda yang tidak hidup.Mengembangkan keterampilan proses sains dapat dilakukan melalui metode eksperimen (percobaan). Sedangkan untuk mengembangkan keterampilan proses sains yaitu keterampilan mengkomunikasikan, setelah anak selesai melakukan suatu percobaan, anak dapat melaporkan/ mengkomunikasikan hasil percobaan sains tersebut melalui bercerita, atau gambar. Tema-tema yang dimunculkan dapat dikemas secara bervariasi, seperti: udara, air, api, dan sebagainya.

1. Kegiatan pendahuluan

a. Guru mempersiapkan alat dan bahan

Alat dan bahan eksperimen (percobaan) :

1. Benda-benda di sekitar anak, seperti: pensil, kunci, sendok, tutup gelas plastik dan logam, uang logam, styreofoam, corong, dan spons.2. Kolam plastik/ ember berisi airAlat dan bahan media Specimen benda yang tidak hidup:

1) Pasir Sungai

2) Pasir Laut

3) Pasir Gunung Meletus

4) Batu laut

5) Batu Kali

6) Tanah Liat

b. Apersepsi dengan menentukan topik/tema yang akan diteliti, misal:

Tema : Air, Api, Udara

Sub Tema : Air- benda-benda yang tenggelam dan terapung di dalam air

c. Guru menjelaskan tentang tenggelam dan terapung

TenggelamTenggelam adalah semua bagian benda tercelup di air dan benda menyentuh dasar air( Haryanto, 2002:118). Berdasarkan konsep Archimedes, benda akan tenggelam jika massa jenis benda lebih besar dari massa jenis cairan. Contoh benda-benda yang tenggelam: batu kerikil, plastisin, besi, kawat, paku, baut, dan lain sebagainya.TerapungTerapung adalah ada bagian benda yang berada di dalam air dan ada bagian benda yang muncul dipermukaan(Haryanto,2002:118) .Berdasarkan konsep Archimedes,Benda akan terapung jika massa jenis benda itu lebih kecil dari massa jenis cairan.Contoh benda-benda yang terapung: daun, plastik, gabus, tutup gelas plastik, dan lain sebagainya.d. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada anak-anak mengenai pengetahuan dan pengalamannya mengenai tema tersebut

e. Ajak anak bernyanyi lagu-lagu yang membangkitkan semangat anak, misal: tik-tik bunyi hujan, dan sebagainya yang berkenaan dengan tema.2. Kegiatan inti

a. Ajak anak untuk belajar di luar ruanganb. Jelaskan kepada anak kegiatan apa saja yang akan dilakukan pada hari inic. Perkenalkan alat dan bahan yang akan digunakand. Guru menyampaikan suatu permasalahan mengenai ada benda yang tenggelam dan terapunge. Sebelumnya guru mengajak anak untuk memprediksi apa yang akan terjadi ketika benda-benda tersebut dimasukkan ke dalam airf. Anak diminta untuk memprediksi benda apa sajakah yang terapung dan benda apa sajakah yang tenggelam? apakah benda besar selalu tenggelam? dan benda kecil selalu terapung?g. Berikan kesempatan kepada anak untuk melakukan eksperimen dan mengamati percobaanh. Mintalah anak untuk mencari persamaan dan perbedaannya kemudian mengelompokkan benda-benda yang diamatii. Setelah selesai mempraktekkan percobaan tersebut guru lalu mengajak anak mengkomunikasikan dan menyimpulkan hasil eksperimennya dengan lesan atau menggambar.

BENDA-BENDA TERAPUNG DAN TENGGELAM DALAM AIR

(pensil, pasir, kunci, spons, uang logam, batu, sendok, gabus, stereofoam dll)

Keterangan :

BENDA-BENDA TENGGELAM

Yang tenggelam : uang logam, batu, pasir, kunci, dan lain sebagainya

BENDA-BENDA TERAPUNG

Yang terapung : pensil, spons, stereofoam, dan lain sebagainyaj. Anak-anak dapat mengelompokan benda sesuai dengan hasil kegiatan eksperimen atau menggambar sesuai imajinasi anak yang sudah disiapkan guru.

k. Setelah selesai kemudian anak menjelaskan atau mengkomunikasikan hasil kegiatan percobaan secara lisan.B. Keterampilan Proses Sains

1. Hakikat Sains

Menurut Surjani Wonorahardjo (2010: 11) dari sudut bahasa, sains atau Science (Bahasa Inggris) berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata Scientia yang berarti pengetahuan tentang, atau tahu tentang; pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam.

Berbeda dengan pendapat Fisher (Ali Nugraha, 2005: 3) mendefinisikan sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan dengan penuh ketelitian.

Sedangkan James Conant (Usman Samatowa, 2011: 1) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut.

Sejalan dengan hal itu, dapat diketahui bahwa kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada di sekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut (Slamet Suyanto, 2005: 83).

Dari beberapa uraian pendapat mengenai pengertian sains, maka dapat disimpulkan bahwa sains adalah aktivitas pemecahan masalah yang dilakukan oleh manusia yang dimotivasikan oleh rasa ingin tahu tentang dunia sekitar mereka dan hasil dari kegiatan observasi serta eksperimen untuk dipahami sebagai konsep pengetahuan.

2. Program Pembelajaran Sains

Menurut Teaching the Science Process Skills (Patta Bundu, 2006: 4), sains secara garis besarnya memiliki tiga dimensi utama yang saling berkaitan erat. Dimensi yang pertama adalah the content of science, the science concept concept, and our scientific knowledge (isi materi sains, konsep sains, dan pengetahuan ilmiah). Dimensi ini disebut juga produk ilmiah atau produk. Sains yang paling banyak diperbincangkan dan tentu saja sangat penting.

Dimensi kedua adalah the prosesses of doing science (proses melakukan sains). Dimensi ini disebut juga proses ilmiah atau proses sains yang juga sangat penting karena mempelajari kegiatan yang harus dimiliki dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari serta membekali peserta didik dalam keterampilan berbagai aspek kehidupan di masa yang akan datang.

Dimensi ketiga terfokus pada the characteristic attitudes and dispositions of science (karakteristik sikap dan pandangan sains). Dimensi ini disebut juga sikap ilmiah atau sikap sains yang sangat penting dalam penguasaan dua dimensi yang lainnya.Untuk lebih rincinya bahwa sains sebagai proses disebut juga keterampilan proses. Sains (science process skills) atau disingkat saja dengan proses sains. Proses sains adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu itu selanjutnya. Penguasaan proses sains adalah perubahan dalam dimensi afektif dan psikomotor yaitu sejauh mana siswa mengalami kemajuan dalam proses sains yang antara lain meliputi kemampuan observasi, klasifikasi, kuantifikasi, inferensi, komunikasi dan proses lainnya.

Menurut Sarkim (Patta Bundu, 2006: 11) bahwa sains sebagai produk berisi prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori yang dapat menjelaskan dan memahami alam dan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Oleh sebab itu dikatakan pula bahwa sains merupakan suatu sistem yang dikembangkan oleh manusia untuk mengetahui diri dan lingkungannya. Sains sebagai produk keilmuan akan mencakup konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori yang dikembangkan sebagai pemenuhan rasa ingin tahu manusia dan juga untuk keperluan praktis manusia.

Iskandar (Patta Bundu, 2006: 11-12) mengemukakan bahwa sains sebagai disiplin ilmu disebut produk sains karena isinya merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan analitik yang dilakukan para ilmuwan dalam bentuk fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori sains.

1) Fakta sainsFakta adalah pertanyaan dan pernyataan tentang benda yang benar-benar ada atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dibuktikan secara objektif.

2) Konsep sainsKonsep adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta sains yang saling berhubungan. Konsep adalah kosa kata khusus yang dipelajari siswa. Siswa diharapkan dapat menjelaskan konsep yang dipelajari, mengenai ilustrasi konsep, kesamaan suatu konsep, dan mengetahui bahwa penggunaan konsep itu benar atau salah.

3) Prinsip sainsPrinsip adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep sains.4) Hukum sainsHukum sains adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima kebenarannya yang meskipun sifatnya tentatif tetapi mempunyai daya uji yang kuat sehingga dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama.

5) Teori sainsTeori sains sering disebut juga teori ilmiah merupakan kerangka hubungan yang lebih luas antara fakta, konsep, prinsip, dan hukum, sehingga merupakan model, atau gambaran yang dibuat para ilmuwan untuk menjelaskan gejala alam.

Selanjutnya, sikap sains atau sering disebut sebagai sikap ilmiah atau sikap keilmuan. Dalam hal ini perlu dibedakan antara sikap sains (sikap ilmiah) dengan sikap terhadap sains. Meskipun kedua konsep ini mempunyai hubungan tetapi terdapat penekanan yang berbeda. Sikap terhadap sains adalah kecenderungan pada rasa senang atau tidak senang terhadap sains.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian sains secara substansial. Sains dapat dipandang baik sebagai suatu proses, maupun hasil atau produk, serta sebagai sikap. Dengan kata lain sains dapat dipandang sebagai suatu kesatuan dari proses, sikap, dan hasil.

Apabila kesimpulan tersebut dikaitkan dengan program pembelajaran sains, maka ruang lingkup program pembelajaran sains yang akan dikembangkan meliputi tiga substansi mendasar tersebut, yaitu pendidikan dan pembelajaran sains berisi program yang menfasilitasi penguasaan proses sains, penguasaan produk sains serta program yang menfasilitasi pengembangan sikap-sikap sains. Dalam penelitian ini lebih fokus pada program pembelajaran sains yang menfasilitasi penguasaan proses sains.

3. Pengertian Keterampilan Proses Sains

Usman Samatowa (2006: 137) mengemukakan bahwa keterampilan proses sains merupakan keterampilan intelektual yang dimiliki dan digunakan oleh para ilmuwan dalam meneliti fenomena alam. Keterampilan proses sains yang digunakan oleh para ilmuwan tersebut dapat dipelajari oleh siswa dalam bentuk yang lebih sederhana sesuai dengan tahap perkembangan anak.

Adapun Nuryani dan Andrian (Ali Nugraha, 2005: 125) mendefinisikan keterampilan proses sains adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep, prinsipprinsip, hukum-hukum dan teori-teori sains, baik berupa keterampilan mental, keterampilan fisik (manual) maupun keterampilan sosial.

Donna M. Wolfinger (1994: 241) mengemukakan bahwa :

Science process skills are the technique used by the scientist in

gaining information. In essence, these are the skills and technique that

the scientist in the laboratory of field uses as he or she gains new

information about the world. Translated into the classroom, the

science process skills are the techniques that children that use in

gaining information on a first-hand basis from their activities.

Keterampilan proses sains adalah tehnik atau strategi yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memperoleh informasi. Pada dasarnya, keterampilan proses sains ini adalah keterampilan dan tehnik yang digunakan oleh ilmuwan di laboraturium untuk memperoleh informasi baru tentang dunia. Jika diterjemahkan dalam lingkungan pembelajaran di kelas, keterampilan proses sains adalah tehnik yang digunakan anak-anak dalam memperoleh informasi melalui tangan pertama (first-hand) dari kegiatan yang mereka lakukan.

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan proses sains adalah semua keterampilan yang digunakan untuk memperoleh dan mengkaji berbagai informasi mengenai fenomena alam. Melalui keterampilan proses sains, anak bisa mempelajari tentang sains seperti yang ilmuwan lakukan seperti pengamatan, mengklasifikasi, melakukan eksperimen dan lain sebagainya.

4. Komponen Keterampilan Proses Sains

Hadiat (Patta Bundu, 2006: 23) mengemukakan bahwa ada 9 jenis proses sains yang harus dikuasai, yaitu:

(a) mengamati, (b) menggolongkan atau mengelompokkan, (c) menerapkan konsep dan prinsip, (d) meramalkan, (e) menafsirkan, (f) menggunakan alat, (g) merencanakan percobaan, (h) mengkomunikasikan, dan (i) mengajukan pertanyaan.

Sedangkan Abruscato (Patta Bundu, 2006: 23) membuat penggolongan keterampilan proses sains sebagai berikut:

a. Basic Skills (Keterampilan Dasar)

1. Observing (mengamati)2. Using space relationship (menggunakan hubungan ruang)3. Using number (menggunakan angka)4. Classifying (mengelompokkan)5. Measuring (mengukur)6. Communicating (mengkomunikasikan)7. Predicting (meramalkan)8. Inferring (menyimpulkan)b. Integrated Skill (Keterampilan Terintegrasi)

1. Controlling variable (mengontrol variabel)2. Interpreting data (menafsirkan data)3. Formulating hypothesis (menyusun hipotesis)4. Defining operationally (menyusun definisi operasional)5. Experimenting (melakukan percobaan)

American Association for the Advacement of Science (Ali Nugraha, 2005: 126) lembaga ini mengidentifikasi dan merumuskan 15 keterampilan atau kemampuan proses yang telah dimodifikasi oleh konferensi para ahli sains, keterampilan tersebut diantaranya:

(a) keterampilan mengamati (observasi), (b) keterampilan mengajukan pertanyaan, (c) keterampilan berkomunikasi, (d) keterampilan menghitung, (e) keterampilan mengukur, (f) keterampilan melakukan eksperimen, (g) keterampilan melaksanakan teknik manipulasi, (h) keterampilan mengklasifikasikan, (i) keterampilan memformulasikan hipotesis, (j) keterampilan meramalkan, (k) keterampilan menarik kesimpulan, (l) keterampilan mengartikan data, (m) keterampilan menguasai dan memanipulasikan variabel (faktor ubah), (n) keterampilan membentuk suatu model, (o) keterampilan menyusun suatu definisi yang operasional.

Secara lebih rinci dan jelas Nuryani Rustaman (Ali Nugraha, 2005: 127) mengelompokkan keterampilan proses dan sub-subnya pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Komponen Keterampilan Proses Sains

NOKETERAMPILAN

PROSESSUB KETERAMPILAN PROSES

1Mengamati (observasi)1.1 mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda/peristiwa1.2 mengidentifikasi perbedaan dan persamaan berbagai benda/peristiwa

1.3 membaca alat-alat ukur

1.4 mencocokan gambar dengan uraian

Tulisan / benda

1.5 mengurutkan berbagai peristiwa yang terjadi secara simultan

1.6 memberikan (memberikan uraian) mengenai suatu benda atau peristiwa

2Mengklasifikasikan

(menggolongkan)2.1 mengelompokkan benda/peristiwa (kelompok ditentukan anak)

2.2 mengelompokkan benda/peristiwa (kelompok diberikan kepada anak)

2.3 mengidentifikasi pola dari suatu seri pengamatan

2.4 mengemukakan/ mengetahui alasan pengelompokkan

2.5 mencari dasar atau kriteria pengelompokkan

2.6 memberikan nama kelompok berdasarkan ciri- ciri khususnya

2.7 menemukan alternatif pengelompokkan (kelompok ditentukan anak)

2.8 menemukan alternatif pengelompokkan (kelompok diberikan kepada anak)

2.9 mengurutkan kelompok berdasarkan Keinklusifan

3Meramalkan

(memprediksi)3.1 membuat dugaan berdasarkan pola-pola atau Hubungan informasi/ ukuran/hasil observasi

3.2 mengantisipasi suatu peristiwa berdasarkan pola atau Kecenderungan

4Mengkomunikasikan4.1 mengutarakan suatu gagasan

4.2 mencatat kegiatan-kegiatan atau pengamatan yang dilakukan

4.3 menunjukkan hasil kegiatan

4.4 mendiskusikan hasil kegiatan

4.5 menggunakan berbagai sumber informasi

4.6 mendengarkan dan menanggapi gagasan- gagasan orang lain

4.7 melaporkan suatu peristiwa atau kegiatan secara

sistematis dan jelas

5Penggunaan alat dan

pengukuran5.1 menentukan alat dan pengukuran yang

diperlukan dalam suatu penyelidikan atau

percobaan

5.2 menunjukkan hal-hal yang berubah atau harus diubah pada suatu pengamatan atau pengukuran

5.3 merencanakan bagaimana hasil pengukuran, perbandingan untuk memecahkan suatu masalah

5.4 menentukan urutan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam suatu percobaan

5.5 ketelitian dalam penggunaan alat dan

pengukuran dalam suatu percobaan.

Penjelasan dari setiap komponen keterampilan proses di atas dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. MengamatiMengamati melibatkan kombinasi dari beberapa atau seluruh alat indera. Di dalamnya terdapat kegiatan melihat, mencium, mendengar, mencicipi, dan meraba. Hal-hal yang diamati dapat berupa gambar atau benda-benda yang diberikan kepada anak pada waktu itu diuji kemudian anak diminta untuk menuliskan hasil pengamatannya waktu itu.

2. Menggolongkan/mengklasifikasiMengklasifikasi merupakan suatu sistematika yang digunakan untuk mengatur objek-objek ke dalam sederetan kelompok tertentu. Kegiatannya antara lain: mencari persamaan objek-objek dalam suatu susunan berdasarkan sifat dan fungsinya yang dilakukan dengan membandingkan, mencari dasar pengklasifikasian objek-objek dengan mengkontraskan serta menggolongkan berdasarkan pada satu atau lebih ciri/sifat atau fungsinya.

3. Meramalkan (prediksi)Prediksi atau meramalkan dalam sains dibuat atas dasar observasi dan inferensi yang tersusun menjadi suatu hubungan antara peristiwa-peristiwa atau fakta-fakta yang terobservasi. Keterampilan memprediksi merupakan suatu keterampilan membuat/mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kuntungan atau pola yang sudah ada.

4. MengkomunikasikanMengkomunikasikan meliputi kegiatan menempatkan data-data ke dalam beberapa bentuk yang dapat dimengerti oleh orang lain. Kegiatan ini melibatkan kemampuan mengutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, grafik, dan persamaan.

5. Menggunakan alat dan pengukuranMenggunakan alat dan melakukan pengukuran amat penting dalam sains. Pengukuran sebaiknya dilakukan dengan cermat dan akurat. Keterampilan ini berkaitan erat dengan pengembangan sikap ilmiah yang hendak dicapai.

Hasil identifikasi para pengembang pembelajaran, khususnya pembelajaran sains, terdapat beberapa kemampuan yang harus dilatihkan pada anak agar mereka memiliki keterampilan proses. Kemampuan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Ali Nugraha, 2005: 131):

Tabel 2. Keterampilan Proses Sains dan yang dilatihkan

NO

Keterampilan ProsesKemampuan yang dilatihkan

1Mengamatia. Melihat

b. Meraba

2Mengklasifikasia. Mencari persamaan dan mencari

perbedaan

b. Menggolongkan / Mengelompokkan

3Meramalkan / memprediksia. Menentukan obyek

b. Merumuskan pernyataan penelitian

4Mengkomunikasikana. Berdiskusi

b. Mengungkapkan/ melaporkan dalam

bentuk tulisan, lisan, atau gambar

Berdasarkan uraian komponen keterampilan proses di atas, bahwa ada beberapa keterampilan yang dapat dilatihkan kepada anak. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode untuk meningkatkan keterampilan mengamati (observasi), mengelompokkan/ mengklasifikasi, memprediksi dan untuk keterampilan mengkomunikasikan ditingkatkan melalui media yang telah disiapkan oleh peneliti.

5. Manfaat Sains Bagi Perkembangan Anak

Menurut Slamet Suyanto (2005: 159) bahwa pengenalan sains untuk anak usia dini dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berikut:

a. Eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek dan fenomena alam.b. Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, menggunakan bilangan, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan.c. Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang, dan mau melakukan kegiatan inquiri dan penemuan.d. Memahami pengetahuan tentang berbagai benda, baik ciri, struktur, warna, maupun fungsinya.Menurut Ali Nugraha (2005: 37) bahwa nilai sains bagi perkembangan anak diantaranya:

a. Kemampuan kognitif, yaitu mengacu pada teori perkembangan kognitif, yang terpenting adalah bukan anak menyerap sebanyak-banyaknya pengetahuan, tetapi adalah bagaimana anak dapat mengingat dan mengendapkan yang diperolehnya, serta bagaimana ia dapat menggunakan konsep dan prinsip yang dipelajarinya itu dalam lingkung kehidupannya atau belajarnya. Dari sifat pengembangan kognitif mengarah pada dua dimensi, yaitu dimensi isi dan proses. Diharapkan guru mengarahkan anak untuk menguasai isi pengetahuan, dilakukan mealalui proses atau aktivitas yang bermakna.b. Kemampuan afektif, yaitu tugas guru yang terpenting dalam pembelajaran sains adalah menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan, bermakna menyentuh anak sehingga dapat menumbuh-kembangkan afeksi anak secara positif. Artinya dapat membentuk anak yang memiliki jati diri dan sikap-sikap sebagai ilmuwan.c. Kemampuan psikomotorik, yaitu pengalaman motorik saat melakukan kegiatan sains yaitu dalam aktivitas seperti membentuk bangunan dari pasir, tanah, dan lain-lain. Dapat juga dilakukan anak melalui aktivitas menggaris dengan pensil dan mengukur benda-benda.d. Nilai sains bagi pengembangan keterampilan berpikir dan kreativitas anak, yaitu lingkungan belajar yang telah disiapkan oleh guru akan merangsang anak untuk memunculkan pertanyaan-pertanyaan menakjubkan. Dalam kegiatan sains ini anak mewujudkan kreativitasnya secara nyata. Pemikirannya akan lahir hal-hal yang bersifat orisinil. Anak akan mengenal lebih baik objek atau lingkungan yang dipelajarinya. Dengan pengalaman langsung intelektual anak akan menjadi terlatih secara simultan dan terus menerus serta berpikir kritis.e. Nilai sains bagi pengembangan kemampuan aktualisasi dan kesiapan anak dalam mengisi kehidupannya. Kegiatan sains dapat membantu penyiapan anak sebagai investasi dan sumber daya manusia masa depan yang cerah Akumulasi dampak pembelajaran sains dapat meningkatkan kemampuan aktualisasi dalam kehidupan yang lebih luas.f. Nilai sains bagi perkembangan religius anak. Pembelajaran sains dapat meningkatkan kesadaran religius dan apresiasi yang semakin tinggi tentang keberadaan Sang Maha Pencipta serta untuh menumbuhkan rasa bersyukur dan memuliakan Tuhan.

B. Anak TK Kelompok B

1. Pengertian Anak Taman Kanak-Kanak

Anak usia taman kanak-kanak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan yang sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya (Ernawulan Syaodih, 2005: 12).

Berbeda dengan pendapat Rosmalia Dewi (2005: 1) disebutkan bahwa anak TK adalah anak berusia 4-6 tahun. Masa ini disebut juga masa emas, karena peluang perkembangan anak yang sangat berharga.

Pada lembaga Taman Kanak-kanak, umumnya usia 4-6 tahun tersebut dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan usia. Usia 4-5 tahun berada pada kelompok A, dan usia 5-6 tahun berada pada kelompok B. Kedua kelompok A dan B tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

2. Karakteristik Anak TK

Karakteristik masa usia Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan masa-masa dalam kehidupan manusia yang berentang sejak usia empat tahun sampai usia enam tahun. Masa ini berbeda dari masa bayi dan masa kanak-kanak akhir dalam kehidupan manusia. Secara umum, masa usia TK ditandai dengan beberapa karakteristik.

Menurut M Ramli (2005: 67) karakteristik tersebut sebagai berikut:

a. Masa usia TK adalah masa yang berada pada usia prasekolah. Masa usia empat sampai enam tahun disebut masa prasekolah karena pada masa ini anak umumnya belum masuk sekolah dalam pengertian yang sebenarnya.b. Masa usia TK adalah masa prakelompok Masa usia TK disebut masa prakelompok karena pada masa tersebut anak-anak belajar dasar-dasar keterampilan yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial kelompok.c. Masa usia TK adalah masa meniru Pada masa ini anak suka sekali menirukan pola perkataan dan tindakan orang-orang di sekitarnya. Dengan meniru itulah anak-anak dapat mengembangkan perilaku mereka sehingga dapat berinteraksi dengan lingkungan secara baik.d. Masa usia TK adalah masa bermain Anak pada usia prasekolah suka sekali bermain untuk mengeksplorasi lingkungannya, meniru perilaku orang lain, dan mencobakan kemampuan dirinya. Pada masa tersebut, anak juga menghabiskan sebagian besar waktu untuk bermain dengan mainannya.e. Masa usia TK memiliki keragaman Anak-anak pada masa usia TK beragam tidak hanya dari segi individualistis mereka tetapi juga dari segi latar belakang budaya asal anak-anak tersebut.Meskipun anak-anak pada usia ini sama-sama memiliki karakteristik sebagai anak prasekolah, usia prakelompok, suka meniru, gemar menghabiskan waktu mereka untuk bermain, anak-anak tersebut mewujudkan semua karakteristik tersebut secara khas berdasarkan keragaman anak dan budayanya. Keragaman tersebut menyadarkan guru untuk memperlakukan anak secara unik sesuai dengan karakterisik khas anak tersebut dalam kegiatan pendidikan sehingga anak berkembang optimal.

Melengkapi pendapat di atas Solehuddin (Rusdinal, dkk, 2005: 17) mengidentifikasikan sejumlah karakteristik anak usia prasekolah sebagai berikut: (1) anak bersifat unik; (2) anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan; (3) anak bersifat aktif dan energik; (4) anak itu egosentris; (5) anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal; (6) anak bersifat eksploratif dan petualang; (7) anak umumnya kaya dengan fantasi; (9) anak memiliki daya perhatian yang pendek; (10) anak merupakan usia belajar yang paling potensial.

Berbeda dengan karakteristik, Kartini Kartono (Ernawulan Syaodih, 2005: 13-16) mengungkapkan ciri khas anak masa kanak-kanak sebagai berikut:

a. Bersifat egosentris naifSeorang anak yang egosentris naif memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit. Anak sangat terpengaruh oleh akalnya yang masih sederhana sehingga tidak mampu menyelami perasaan dan pikiran orang lain. Sikap egosentris yang naif ini bersifat temporer atau sementara, dan senantiasa dialami oleh setiap anak dalam proses perkembangannya.

b. Relasi sosial yang primitifRelasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egosentris yang naif. Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat membedakan antara kondisi dirinya dengan kondisi orang lain atau anak lain di luar dirinya. Relasi sosial anak dengan lingkungannya masih sangat longgar, hal ini disebabkan karena anak belum dapat menghayati kedudukan diri sendiri dalam lingkungannya.

c. Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkanDunia lahiriah dan batiniah anak belum dapat dipisahkan, anak belum dapat membedakan keduanya. Isi lahiriah dan batiniah masih merupakan kesatuan yang utuh. Penghayatan terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan, dan jujur baik dalam mimik, tingkah laku maupun bahasanya.

d. Sikap hidup yang fisiognomisAnak bersifat fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak memberikan atribut/sifat lahiriah atau sifat konkrit, nyata terhadap apa yang dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih bersifat menyatu (totaliter) antara jasmani dan rohani. Anak belum dapat membedakan benda hidup dan benda mati.

Dari berbagai sifat dan karakteristik anak usia dini sebagai guru sebaiknya memahami dari masing sifat, ciri khas, maupun karakteristiknya tersebut. Mempersiapkan segala hal, baik dalam menjawab pertanyaan anak maupun memberikan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristiknya tersebut.

3. Kemampuan sains anak TK Kelompok B

Untuk mengetahui konsep matematika, sains, ilmu lainnya serta cara mengerjakannya, guru TK perlu memahami cara berpikir anak TK.

Menurut Slamet Suyanto (2005: 131):

Pembelajaran untuk anak usia dini sebaiknya terpadu. Mereka tidak belajar mata pelajaran tertentu, seperti sains, matematika, dan bahasa secara terpisah. Hal itu didasarkan atas berbagai kajian keilmuan PAUD bahwa anak belajar segala sesuatu dari fenomena dan objek yang ditemui. Pengembangan pembelajaran sains dilaksanakan dengan pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu dapat memudahkan guru untuk menyampaikan makna serta tujuan dari pelaksanaan kegiatannya tersebut.

Menurut Piaget (Slamet Suyanto, 2005: 4) bahwa perkembangan kognitif anak usia TK (5-6 tahun) sedang beralih dari fase praoperasional ke fase konkret operasional. Cara berpikir konkret berpijak pada pengalaman akan benda-benda konkret, bukan berdasarkan pengetahuan atau konsep-konsep abstrak. Pada tahap ini anak belajar terbaik melalui kehadiran benda-benda. Obyek permanen (object permanency) sudah mulai berkembang. Anak juga dapat belajar mengingat benda-benda, jumlah dan ciri-cirinya meskipun bendanya sudah tidak berada dihadapannya.

Piaget (Rita Eka, 2005: 31) mengemukakan pendapatnya, bahwa rasa ingin tahu anak-anak sebenarnya mendorong pembelajaran mereka. Piaget juga menekankan permainan sebagai kesempatan penting untuk pembelajaran. Piaget percaya bahwa anak-anak semuanya mengalami tahap-tahap yang sama ketika mengembangkan kecakapan berpikirnya. Kemasakan anak juga memberikan perlengkapan sensori dan struktur otak yang diperlukan, namun pengalaman tetap dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan anak.

Pada usia TK, menurut Piaget (Rita Eka, 2005:35) terkenal dengan adanya istilah Rigidity of Though, artinya bahwa usia ini mempunyai dorongan ingin tahu yang tinggi. Dorongan ini diwujudkan dengan banyak bertanya. Menurut Anita Yus (2005: 39) penilaian aspek perkembangan kognitif, salah satunya yaitu sains. Berikut ini yang harus dinilai dalam sains (1) Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak (misalnya, menurut warna, bentuk, ukuran); (3) menyebutkan perbedaan dua buah benda; (4) mencoba dan menceritakan apa yang terjadi, jika: warna dicampur, biji ditanam, balon ditiup lalu dilepas, benda-benda dimasukkan ke air, bendabenda dijatuhkan, dan lain-lain.

Slamet Suyanto (2005: 93) mengemukakan topik dari beberapa kegiatan pengenalan sains untuk anak usia 5-6 tahun (TK). Pembelajaran topik-topik sains hendaknya lebih bersifat memberikan pengalaman tangan pertama (firsthand experience) kepada anak, bukan mempelajari konsep sains yang abstrak, diantaranya: (1) mengenal gerak, (2) mengenal benda cair, (3) mengenal timbangan (neraca), (4) bermain gelembung sabun, (5) mengenal benda-benda lenting, (6) bermain dengan udara, (7) melakukan percobaan sederhana, dan lain sebagainya.

Menurut Rita Eka (2005: 33) ciri khas tahapan perkembangan kognitif pra-operasional adalah cara berpikir prakonseptual dan intuitif, yaitu:

Cara berpikir prakonseptual adalah cara berpikir transduktif, artinya menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Selama tahap ini, anak mulai membentuk konsep yang masih belum sempurna. Mereka mulai mengklasifikasikan benda-benda dalam golongan tertentu berdasarkan prinsip kesamaan, tetapi mereka masih banyak membuat kesalahan karena konsep mereka itu.

Piaget dalam Ahmad Susanto (2011: 50) menyatakan bahwa usia 5-6 tahun ini merupakan pra-operasional konkret. Pada tahap ini anak dapat memanipulasi objek simbol, termasuk kata-kata yang merupakan karakterisitik penting dalam tahapan ini. Hal ini dinyatakan dalam peniruan yang tertunda dalam imajinasi pura-pura dalam bermain.

Sedangkan menurut Rusdinal, dkk (2005: 16-17) ciri-ciri anak usia 5-7 tahun adalah sebagai berikut:

a. kebanyakan anak usia ini masih berada pada tahap berpikir praoperasional dan cocok belajar melalui pengalaman konkret dengan orientasi tujuan sesaat;b. mereka gandrung menyebut nama-nama benda, mendefinisikan kata-kata, dan mempelajari benda-benda yang berada di lingkungan dunianya sebagai anak-anak;c. mereka belajar melalui bahasa lisan dan pada tahap ini bahasanya tengah berkembang dengan pesat;dand. pada tahap ini anak-anak sebagai pembelajar memerlukan struktur kegiatan yang jelas dan instruksi spesifik.Lebih spesifiknya pada usia lima tahun, anak usia TK menurut Bredekamp dan Copple (M Ramli, 2005: 196) yaitu: (1) suka mempraktikkan kemampuan intelektual; (2) memahami beberapa kata-kata ukuran dan kuantitas, seperti: separuh-semua; besar-kecil; lebih banyak-lebih sedikit; tertinggi-terpendek; (3) mulai melihat hubungan antara kapasitas wadah yang berbeda-beda bentuk; (4) dapat menyalin huruf-huruf besar nama tertentu (5) dapat memisahkan benda berdasarkan ukuran, warna, bentuk, dan lain-lainnya.

Sebagai hasil pertimbangan dari beberapa keterbatasan pendekatan Piaget untuk perkembangan kognitif, satu pendekatan telah disebut sebagai social contruktivism karena menekankan peran aktif anak dalam membangun pengertiannya sendiri. Dockett dan Perry (Rita Eka, 2005: 33) berpendapat pendekatan ini menegaskan bahwa individu-individu, melalui interaksinya dengan obyek dan orang-orang dalam dunianya, mengembangkan sederetan pengertian dan pengetahuan personal. Lebih lanjut, pendekatan ini menegaskan peran aktif anak dalam merasakan dan memahami pengalaman-pengalaman.

Adapun tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut (PERMENDIKNAS, 2009):

Tabel 3. Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun

NoLingkup PerkembanganUsia 5-6 tahun

a)Pengetahuan umum dan

Sains1. Mengklasifikasi benda berdasarkan fungsi2. Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (seperti : apa yang terjadi ketika air ditumpahkan)3. Menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan4. Mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya (angin bertiup menyebabkan daun bergerak, air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah)5. Memilih tema permainan (seperti: ayo kita bermain pura-pura seperti burung)6. Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari

b)Konsep bentuk, warna,

ukuran dan pola1. Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran: lebih dari, kurang dari, dan paling/ter2. Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi)3. mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi4. mengenal pola ABCD-ABCD5. mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya

c)Konsep bilangan,

lambang bilangan

danh uruf1. mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan2. mengenal berbagai macam lambang, huruf vokal dan konsonan

Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Nomor 58 Tahun 2009

Berdasarkan uraian kemampuan sains dalam pendekatan kognitif anak TK Kelompok B bahwa dapat disimpulkan pada usia ini anak berada pada tahap praoperasional. Anak-anak membentuk ide-ide dari pengalaman langsung (hands on experience) mereka dalam berinteraksi dengan objek-objek yang mereka temukan. Untuk mengembangkannya diperlukan metode pembelajaran yang didukung oleh fasilitas dan media dalam pembelajaran sains yang dapat melatih keterampilan proses sains anak1 KERANGKA BERPIKIRMasa kanak-kanak merupakan masa bermain, maka segala proses pembelajaran yang diberikan kepada anak hendaknya memerlukan suatu situasi yang menyenangkan. Selain itu, pada masa ini anak sedang mengalami masa keemasan yang berarti bahwa merupakan saat yang tepat untuk menerima berbagai stimulasi dalam mengembangkan kemampuan kognitif khususnya di bidang sains.

Anak usia 5-6 tahun di TK masuk dalam kelompok B dan tahap berpikirnya termasuk pada tahap praoperasional. Pada tahap ini anak mulai menunjukkan proses berpikirnya yang lebih jelas mengenai pengetahuannya di bidang sains. Keterampilan proses sains hendaknya perlu dimiliki anak agar dapat mengembangkan pengetahuan sebagai hasil pengalaman sensoris yang diteruskan dengan proses kognitifnya.

Metode ceramah yang selama ini diterapkan pada umumnya terkesan kaku, sehingga membuat anak merasa bosan. Guru masih banyak menggunakan lembar kerja anak sehingga kegiatan pembelajaran kurang menyenangkan dan bermakna. Anak menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran sains. Hal ini disebabkan karena anak kurang diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan benda-benda konkret. Dapat diketahui bahwa pada proses pembelajaran sains anak belum terlibat langsung dalam proses sains untuk melakukan observasi, memprediksi, melakukan eksperimen, dan mengkomunikasikan hasil percobaan sehingga keterampilan proses sains anak kurang terlatih dengan baik.

Berkaitan dengan hal itu, dibutuhkan stimulasi yang dapat dilakukan dengan kegiatan sains. Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan suatu percobaan dan mendapatkan hasil percobaan. Anak dapat menemukan suatu jawaban secara alamiah melalui pengalaman nyata saat melakukan percobaan.

Salah satu keterampilan proses yaitu mengkomunikasikan hasil belajar sains dapat dituangkan melalui menggambar atau bercerita. Pembelajaran sains melalui pasir, batu, dan tanah liat Specimen benda yang tidak hidup merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan keterampilan proses sains karena melalui kegiatan ini, anak dapat melatih kemampuan dalam melaporkan hasil belajarnya dalam bentuk gambar atau lesan sebagai pengalaman dari praktek langsung melakukan percobaan.

Pembelajaran sains dengan metode yang tepat akan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Didukung dengan media yang menarik dan kegiatan menyenangkan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa. Melalui metode eksperimen dengan media Specimen benda yang tidak hidup ini diharapkan tujuan pembelajaran sains dapat tercapai dan dapat meningkatkan keterampilan proses sains yang optimal pada anak.

BAB III

METODE PENELITIAN3.1 Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas.Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajr siswa menjadi meningkat.Tidak berbeda dengan pengertian tersebut, Mills (2000). Mendefinisikan penelitian tindakan sebagai sistematik inquiry yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.3.2 Kehadiran Peneliti

3.3 Setting Penelitian1. TempatPenelitian ini bertempat di kelas anak kelompok B2 TK Bachrul Ulum kecamatan Pakisaji Kab. Malang.

2. WaktuWaktu pelaksanaan, di rencanakan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2014.

3. SubjekSubjek yakni seluruh anak didik yang tergabung dalam kelas kelompok B2 yang seluruhnya berjumlah 14 anak, terdiri dari 7 anak laki-laki dan 8 anak perempuan, dengan melibatkan atau berkolaborasi dengan seorang mitra peneliti yakni guru TK Bachrul Ulum Karangduren Pakisaji itu sendiri.3.4 Sumber DataSumber data penelitian ini adalah seluruh siswa kelompok B TK Bachrul Ulum Pakisaji tahun ajaran 2014 / 2015 yang berjumlah 14 anak, terdiri dari 8 anak laki-laki dan 6 anak perempuan.3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Dokumentasi

Metode dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengambil gambar pada saat anak melakukan proses pembelajaran. Gambar ini berupa foto yang dapat menggambarkan secara nyata ketika anak beraktivitas melaksanakan kegiatan ketrampilan proses sains. Dengan dokumentasi, maka akan diperoleh suatu bukti otentik terhadap penelitian yang dilakukan. Selain itu, foto-foto yang diperoleh dapat menjadi pelengkap data guna menyempurnakan penelitian yang dilakukan.

2. Observasi

Metode observasi ini dipilih dengan alasan observasi merupakan metode yang efektif apabila digunakan dalam penelitian tindakan kelas. Tekhnik observasi digunakan untuk mengamati tingkat kemampuan ketrampilan proses sains anak. Dalam observasi ini menggunakan sebuah panduan yang telah dipersiapkan dalam lembar observasi. Observasi pada pengamatan dilakukan pada saat:

a) Sebelum ada tindakan, yang berfungsi untuk mengetahui kemampuan ketrampilan proses sains pada anak. b) Pada saat proses pembelajaran setelah ada tindakan, agar dapat diketahui mengenai peningkatan kemampuan ketrampilan proses sains anak ke arah positif sesuai dengan perkembangan yang diharapkan.c) Pada saat akhir dari proses pembelajaran, agar dapat diketahui bagaimana peningkatan kemampuan ketrampilan proses sains anak setelah dilakukan beberapa kali proses tindakan.

3.6 Analisis DataSuatu data yang telah dikumpulkan dalam penelitian akan menjadi tidak bermakna apabila tidak dianalisis yakni diolah dan diinterpretasikan. Menurut Wina Sanjaya (2009: 106) analisis data adalah suatu proses mengolah dan mengintepretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumentasi dan observasi langsung pada saat melaksanakan ketrampilan proses sains di TK Bachrul Ulum Karangduren. Observasi langsung dilakukan pada saat kondisi awal pembelajaran dan pada saat tindakan kelas yang berupa peningkatan kemampuan ketrampilan proses sains melalui media sepecement benda tak hidup. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif kuantitatif dengan persentase. Perhitungan dalam analisis data menghasilkan persentase pencapaian yang selanjutnya diinterperstasikan dengan kalimat. Menurut Anas Sudjiono (1986: 43) rumus yang digunakan untuk mencari persentase adalah sebagai berikut:4. F Keterangan :

5. P = X 100 % P : Angka Persentase

6. N F: Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

7. N: Jumlah responden (anak)

8. Dari hasil perhitungan yang telah diperoleh selanjutnya diinterperstasikan ke dalam 4 tingkatan. Menurut Suharsimi Arikunto (1992:207) kriteria interpretasinya adalah sebagai berikut:

9. 1. Kriteria baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 76% - 100%

10. 2. Kriteria cukup, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 56 % - 75%

11. 3. Kriteria kurang baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 40%- 55%

12. 4. Kriteria tidak baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 0% - 40%

3.7 Pengecekan Keabsahan Data

3.8 Tahapan Penelitian

C. Desain Penelitian

Model penelitian digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Action Research) dan menunjuk pada proses pelaksanaan yang dikemukakan Kemmis dan McTaggart. Kemmis dan Mc Taggart (Sujati, 2000:23) mengembangkan modelnya berdasarkan konsep yang dikembangkan Lewin, dengan disertai beberapa perubahan. Dalam perencanaan Kemmis dan McTaggart menggunakan siklus sistem spiral, yang masing-masing siklus terdiri dari empat komponen, yaitu: rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Masing-masing komponen dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Rencana

Rencana tindakan apa yang akan dilakukan peneliti untuk memperbaiki, peningkatan proses dan hasil belajar di kelas.

2. Tindakan

Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang ada sehingga kondisi yang diharapkan dapat tercapai.

3. Observasi

Peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakannya.

4. Refleksi

Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas dampak dari tindakannya dengan menggunakan beberapa kriteria. Berdasarkan hasil refleksi tersebut peneliti melakukan modifikasi terhadap rencana tindakan berikutnya.

Kegiatan dalam tindakan divisualisasikan pada gambar di bawah ini:

Keterangan gambar:

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan tindakan

3. Pengamatan/ observasi

4. Refleksi

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan tindakan

3. Pengamatan/ observasi

4. Refleksi

Gambar 2. Penelitian tindakan model spiral Kemmis dan Taggart. (Sujati, 2000:23)

Secara rinci langkah langkah dalam setiap siklus dijabarkan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan dilakukan dengan mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembelajaran membaca permulaan, yaitu:

a. Menyusun RKH yang kemudian dikonsultasikan dengan guru kelas kelompok B TK Bachrul Ulum. RKH ini digunakan guru sebagai acuan dalam penyampaian pembelajaran yang akan dilaksanakan.b. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan waktu penelitianc. Menyiapkan peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian.d. Menyusun dan mempersiapkan model pembelajaran eksperiment melalui media sepecement benda tak hidup. Selanjutnya, untuk mengetahui sejauh mana peningkatan ketrampilan proses sains yang dilakukan dengan media tersebut.e. Menyiapkan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan yang digunakan untuk mengetahui ketrampilan proses sains melalui media sepecement benda tak hidup.f. Menyusun dan mempersiapkan buku gambar, krayon. dan kertas yang akan diisi oleh anak.g. Mempersiapkan kamera untuk mendokumentasikan aktivitas anak pada saat proses pembelajaran berlangsung.2. Pelaksanaan tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tahapan kemampuan perkembangan anak dengan menggunakan media sepecement benda tak hidup yang telah dipersiapkan dalam perencanaan. Guru yang melaksanakan pembelajaran adalah guru kelas kelompok B. Selama pembelajaran berlangsung, guru akan mengajar berdasarkan RKH yang telah disusun. Sementara peneliti melakukan pengamatan terhadap peningkatan ketrampilan proses sains selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tindakan yang dilakukan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dan sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan.

a. Kegiatan awalPada tahap awal pelaksanaan kegiatan pembelajaran didahului dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu anak didik yang mendapat giliran. Kemudian guru mengajak anak untuk bernyanyi dan bertepuk tangan. Sebelum kegiatan inti dimulai guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran hari itu, dengan terlebih dahulu menyampaikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dilaksanakan, sehingga anak nantinya dapat terlibat dalam pembelajaran bermakna.

b. Kegiatan intiPada tahap ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara jelas sesuai dengan RKH yang telah dibuat.

c. Kegiatan akhirPada kegiatan penutup, guru mengajak anak untuk melakukan diskusi dan mengevaluasi mengenai kegiatan satu hari yang telah dilalui di sekolah.3. Pengamatan/observasi

Observasi yang dilakukan dalam siklus ini adalah dengan observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dengan panduan observasi yang telah dibuat. Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap semua proses tindakan, hasil tindakan, dan hambatan tindakan.

4. Refleksi

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data dan menganalisis data yang diperoleh selama observasi, yaitu data yang diperoleh dari lembar observasi dan mengenai hasil pengamatan yang dilakukan baik kekurangan maupun ketercapaian dalam pembelajaran.

Refleksi bertujuan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan maupun kelebihan-kelebihan yang terjadi selama pembelajaran. Pelaksanaan refleksi berupa diskusi antara peneliti dan partner guru dengan melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi yang dilakukan yaitu mengenai tindakan yang dilakukan, pada proses pembelajaran, permasalahan yang muncul selama proses pembelajaran dan segala hal berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Dari hasil evaluasi tersebut akan dicari jalan keluar untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang akan muncul sehingga dapat disusun rencana pada siklus selanjutnya.Rubrik Penilaian Keterampilan Mengamati

NOKriteriaSkorDeskripsi

1Anak mampu mengamati3Jika anak mampu:

a. mengidentifikasi ciri-ciri

benda/peristiwa

b. mengidentifikasi perbedaan serta

persamaan berbagai benda/peristiwa

2Anak cukup mampu

mengamati2Jika anak hanya mampu:

a. mengidentifikasi ciri-ciri

benda/peristiwa saja, ataub. mengidentifikasi perbedaan serta

persamaan berbagai benda/peristiwa

saja

3Anak kurang mampu

mengamati1Jika anak tidak mampu:

a. mengidentifikasi ciri-ciri

benda/peristiwa

b. mengidentifikasi perbedaan serta

persamaan berbagai benda/peristiwa

Rubrik Penilaian Keterampilan Mengklasifikasi

NOKriteriaSkorDeskripsi

1Anak mampu

mengklasifikasi3Jika anak mampu mengelompokkan benda berdasarkan ciri-ciri khususnya dengan mandiri

2Anak cukup mampu

mengklasifikasi2Jika anak mampu mengelompokkan benda berdasarkan ciri-ciri khususnya dengan bantuan guru/teman

3Anak kurang mampu

mengklasifikasi1Jika anak tidak mampu mengelompokkan benda berdasarkan ciri-ciri khususnya

Rubrik Penilaian Keterampilan Meramalkan

NOKriteriaSkorDeskripsi

1Anak mampu

meramalkan3Jika anak mampu:

a. membuat dugaan berdasarkan pola/

hubungan

b. memperkirakan peristiwa yang akan

terjadi

2Anak cukup mampu

meramalkan2Jika anak hanya mampu:

a. membuat dugaan berdasarkan pola/

hubungan saja, ataub. memperkirakan peristiwa yang akan

terjadi saja

3Anak kurang mampu

meramalkan1Jika anak tidak mampu:

a. membuat dugaan berdasarkan pola/

hubungan

b. memperkirakan peristiwa yang akan

terjadi

Rubrik Penilaian Keterampilan Mengkomunikasikan

NOKriteriaSkorDeskripsi

1Anak mampu

mengkomunikasikan hasil percobaan3Jika anak mampu :

a. menyampaikan hasil kegiatan sains secara lisan dengan jelas.

b. menyusun gambar / menggambar sesuai dengan hasil percobaan sains secara runtut/sistematis

2Anak cukup mampu

mengkomunikasikan hasil percobaan2Jika anak hanya mampu:

a. menyampaikan hasil kegiatan sains secara lisan dengan jelas,saja ataub. menyusun gambar / menggambar sesuai dengan hasil percobaan sains secara runtut/sistematis saja.

3Anak kurang mampu

mengkomunikasikan hasil perobaan1Jika anak tidak mampu:

a. menyampaikan hasil kegiatan sains secara lisan, dan mampub. menyusun gambar / menggambar sesuai dengan hasil percobaan sains secara runtut/sistematis.