2.1 Hubungan Frekuensi dan Magnitudo Gempabumi
Magnitudo adalah ukuran kekuatan gempa berdasarkan energi yang dilepaskan
di hyposenter. Konsep magnitudo Gempabumi sebagai skala kekuatan relatif hasil dari
pengukuran fase amplitudo dikemuka kan pertama kali oleh Wadati dan Richter sekitar
tahun 1930 (Lay and Wallace, 1995). Kekuatan gempabumi dinyatakan dalam besaran
magnitudo dalam skala logaritma basis 10. Suatu nilai magnitudo diperoleh sebagai
hasil analisis tipe gelombang seismik tertentu (berupa rekaman getaran tanah yang
tercatat paling besar) dengan memperhitungkan koreksi jarak stasiun pencatat ke
episenter. Dewasa ini terdapat empat jenis magnitudo yang umum digunakan (Lay and
Wallace,1995) yaitu : Magnitudo lokal, Magnitudo bodi, Magnitudo permukaan dan
Magnitudo momen.
Rumus umum yang banyak dipergunakan untuk tujuan ini berasal dari rumus
empiris yang diturunkan oleh Gutenberg dan Richter (1945) adalah sebagai berikut :
N(M) = a – bM ……………………………………………….(2.1)
Dimana N(M) adalah jumlah gempa bumi dengan magnitudo M, a dan b adalah
konstanta.
2.2 Arti Fisis a-value dan b-value
2.2.1 Arti fisis a-value
Nilai a merupakan konstanta dari persamaan linier dengan hubungan frekuensi
dan magnitudo dari Gutenberg-Richter yaitu Log N = a – bM. Nilai ini menunjukkan
keaktifan seismik. Keaktifan seismik juga dipengaruhi oleh tingkat batuan. Menyatakan
tingkat seismisitas di suatu daerah yang sedang diamati, dan niali ini tergantung dari :
a) Periode pengamatan,
b) Luas daerah pengamatan, dan
c) Seismisitas di daerah tersebut
Makin besar nilai a di suatu daerah berarti daerah tersebut memiliki aktivitas seismik
yang tinggi, sebaliknya untuk nilai a yang kecil berarti aktivitas seismiknya rendah.
2.2.1 Arti fisis b-value
Nilai-b adalah parameter tektonik suatu daerah, harga ini erat sekali
hubungannya dengan keadaan tektonik daerah yang sedang diamati dimana terjadi
gempa bumi dan tergantung dari sifat batuan setempat, nilai-b dapat menunjukkan
tingkat kerapuhan batuan. Makin besar nilai-b berarti makin besar pula tingkat
kerapuhan batuannya. Dengan kata lain, nilai-b adalah parameter tektonik yang
menunjukkan jumlah relatif dari gempa yang kecil hingga gempa besar, nilai ini
biasanya mendekati 1. Studi tentang bagaimana b-value dapat dihitung secara teliti
telah dilakukan antara lain oleh Aki (1965), Shi dan Bolt (1982), Bender (1983), Utsu
(1965) Zuniga dan Wyss (1995). Menurut Gutenberg-Richter (1954), parameter b-value
berkisar antara b = 0.45 sampai b= 1.50 pada berbagai tempat di daerah seismik.
Tetapi Kagan (1999) menyatakan bahwa b-value secara prinsip konstan. Demikian pula
peneliti lain menyatakan bahwa terdapat variasi spatial dan temporal yang siginifikan
(Wiemer dan benoit, 1996; Ayele dan Kulhanek, 1997; Wiemer et al., 1998;
Westenberger et al., 2001). Beberapa contoh adanya variasi b-value :
a. 0.3 ≤ b≤ 1.8 Hurtig and Stiller (1984), seismisitas global.
b. 0.6 ≤ b≤ 1.5 Udias and Mezcua (1997), seismisitas global
c. 0.8 ≤ b≤ 1.2 McNally (1989), seismisitas global
d. 0.6 ≤ b≤ 1.6 Monterroso and Kulhanek (2003), seismisitas Amerika Tengah.
e. 0.6 ≤ b≤ 2.6 Nuannin et al.(2002), Swedia.
Top Related